Ceritasilat Novel Online

Susuk Suzanna 2

The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi Bagian 2


yang mengenakan pengikat kepala akan tertawa melihat
tingkahnya. Memikirkan hal itu, membuat Soraya hampir patah
hati. "Bahkan, hampir sepanjang malam aku. tersandung
karenanya," Yasmin tersenyum dan semuanya terasa baik-baik
saja bagi Soraya. "Aku Yasmin," Ujar pembawa acara itu. *
"Aku tahu," Ujar Soraya, sebelum ia dapat menahan diri.
"Maksudku, senang bertemu denganmu. Aku Soraya."
Yasmin melihat kartu pass Soraya. Tertulis LEE dengan spidol
di bawah kata "Tamu'. ' 84 Susun Ia melirik Soraya sepintas sebelum mengalihkan pan"
dangannya ke tempat lain dan memandang Soraya lagi.
"Oh ,jadi kau tamu Lee, " Ujarnya. "Maaf, aku belum pernah
bertemu denganmu sebelumnya. Apa kau bekerja di bisnis
musik?" Soraya merasa ada sesuatu di balik pertanyaan itu, tetapi
tidak tahu apa. Apakah rasa benci" Rasa'ingin tahu"
"Ehmmm, sebenarnya aku "."
Tepat pada saat itulah, seorang laki"laki keturunan Cina
mendekati mereka berdua. Dengan cepat, Soraya melihat
manset rantai emas bergantung di jaketnya, jam emas, bahkan
kalung emas menggantung .di balik kemeja yang dia kenakan.
'Iubuhnya bau uang dan keringat.
"Apa benar aku, mendengar namaku disebut?"
"Wow, Lee. Sumpah, kau punya pendengaran paling tajam.
Tidak ada satu pun yang luput dari pendengaranmu. "
"Hei karena itulah aku sukses. Menurunnu, mengapa aku
bisa menjadi produser yang sukses seperti sekarang ini?"
Lalu, sambil mengalihkan pandangannya kepada Soraya,
ia menambahkan, "Ngomong"ngomong, jangan dengarkan apa
pun yang ia katakan tentang diriku."
"Oh, jangan banyak omong," Ujar Yasmin; _
Entah mengapa, perhatian Lee tertuju kepada Soraya;
"Hai, aku Leez"
"Oh, kalian belum kenal satu sama lain?" Ujar Yasmin. "Dari
pass-nya; aku kira dia tamumu."
Wajah Lee memancarkan senyum dingin, sementara kedua
matanya memandangi Soraya. Butiran-butiran keringat .'
'n 85 Amit HAFIZ! mengalir dari pelipisnya. Dia pasti banyak berkeringat, pikir
Soraya. "Sebenarnya, aku mau mengatakan kalau aku datang
menggantikan temanku, Sasha. Malam mi, ia tugas jaga." .
Lee tetap tersenyum kosong. Melihat semua ini, Yasmin
mengemyitkan alisnya. ' ' '
"Aku yakin kau memberinya pass masuk waktu di rumah
sakit?" 7 . Lee memiringkan kepalanya ke belakang, mencoba
mengingat"ingat. "Oh, ya! Sasha".
"Rumah sakit" Rumah sakit apa" Kau sakit?" Tanya Yasmin.
Lee memandang ke arah Soraya".
"Aku ke rumah sakit untuk acara amal dan memberikan-pass
itu, kau tahu sendiri kan amal."
"Ah," Ujar Yasmin.
"Yasmin!" ' Gadis yang mengenakan headset memanggil Yasmin, dari
ujung ruangan, melambai"lambaikan seberkas kertas.
'"Maaf, aku- pergi sebentar."
Yasmin berlalu meninggalkan Soraya yang melongo.
"Sasha itu," Ujar Lee. -"Ia tidak memberitahumu mengapa '
aku ke rumah sakit, bukan?" '
"Ehmmm tidak, ia tidak mengatakan apawapa."
"Oh, bagus." Sesudah itu, Lee pun berlalu.
36 Susux Soraya sedikitbingung dengan apa yang baru saja terjadi.
Untunglah, tak berapa lama kemudian, Kamal datang membawa segelas minuman. "YA Tuhan, itu Rezana! Aku tidak percaya. Ini sungguh
menyenangkan!" "
"ya; ia begitu cantik."
Saat itu, Soraya berhenti berpura-pura tidak memandang
selebriti itu dan mengalihkan pandangannya pada Kamal.
Kamal sepertinya tidak menyadarinya dan terus memandang
ke samping, memerhatikan gaun ungu ketat yang dikenakan
Rezana. Penyanyi itu sedang menyesuaikan korsemy'a. Menarik
korset itu naik dan turun agar dapat dengan jelas memperlihatkan kecantikan kulitnya.
Pada usia tiga puluh delapan tahun, dengan dua orang anak
dari pernikahannya terdahulu, _ penyanyi-itu masih terlihat"
dan berpakaian"seperti perempuan berumur duapuluh
tahun"seperti bintang muda. Atau, perempuan murahan,
menurut beberapa kritik tajam yang diarahkan kepadanya.
Di belakang panggung itu, tidak hanya Soraya dan Kamal '
saja yang pura-pura tidak memerhatikannya.
"Hei, jangan melihat berlebihanyoke," Ujar Soraya, hampir
berkaeak pinggang sebelum ia sadar dan menurunkan kedua .
. tangannya lagi. "Jangan melongo seperti itu. Memalukan."
"Siapa yang melongo."aku atau kau?"
87 AMIR HAFIZI Kamal berusaha menyembunyikan senyum. Soraya baru
saja akan menyodok rusuk Kama] saat gadis yang mengenakan
headset mengulurkan kepalanya di pintu Green Room.
"Nona Rezana, lima menit lagi pertunjukan dimulai."
"Hei, kau tidak perlu memberi aku waktu. Aku sudah siap,"
balas Rozana keras. "Katakan itu kepada Mona. Aku kira ratu
kita itu belum siap." '
Soraya ingat saat membaca UR'I'V dan beberapa majalah
gosip beberapa tahun yang lalu. Berita itu mengatakan bahwa
Mona'dan Rezana, dua penyanyi ini, memiliki ketidakcocokan
satu sama lain. Menurut. desas-desus, bermula ketika Mona, yang merupakan pendatang baru, mencuri penggemarrahasia Rozana"
seorang anggota keluarga kerajaan. Lalti-laki yang juga menjadi
kesempatan Rozana untuk makan bersamawketika berada di
luar dunia hiburan, jika ia membutuhkannya. Laki-laki itu dan
Mona pernah terlihat muncul di Hard Rock Cafe. Mabuk dalam
lautan minuman keras. ' Keduanya membantah ada perselisihan di antara mereka,
bahkan membuat FI'V bersama begitu gosip itu beredar. FTV
itu hanya untuk memperlihatkan bahwa hubungan mereka
' berdua baik"baik saja.
Menurut Soraya, sepertinya gosip itu benar adanya. Dan,
mungkin mereka masih berselisih sampai sekarang.
Ia sedang memikirkan hal itu ketika tiba"tiba seseorang
menarik tangannya dan membawanya ke seberang ruangan.
"Aku ingin kau bertemu Rezana."
88 Susux Pemilik tangan itu adalah Yasmin, tersenyum penuh
keberpihakan, meskipun Soraya tidak tahu pada siapa ia
berpihak. Mungkin, pada'dirinya sendiri.
"Tapi, . "Tidak ada tapi-tapian, Sayang. Ikuti saja aku. Namamu
Soraya, kan, dengan '0'" Bbkan Suraya."
"Ya." _ Perawat muda itu merasa mulas perutnya saat mereka
berjalan langsung menuju tempat di mana Rezana sedang
.berdiri. Soraya memandang Kamal di belakang sana, yang
hanya mengangkat bahu dan mengedipkan matanya.
"Halo, Rose Ini Soraya. Soraya, Rozana'. Aku tidak tahu
kalau kalian berdua pernah bertemu."
Selayang pandang, Rozana melihat ke arah Soraya. Ia sedikit
menaikkan alisnya dan memandang ke arah Yasmin, yang pada
saat-yang sama'mengangkat bahunya. Mereka berdua jelas
mengabaikan Soraya.. "Hai, kita belum pernah bertemu," Ujar Soraya. "Tapi, aku
penggemarmuf' "Ahl" Seru Yasmin, seolah 1a membawa seekor tikus ke pesta
dan melupakannya sampai tikus 1tu menggeliat"geliat dari balik .
pakaiannya. "Dan, aku pikir kau hanya penggemarku."
"Hai, aku Rozana." _ " _ _
Sedikit terlambat, pikir Soraya. Namun, setidaknya mereka
tidak mempermainkan dirinya seperti dua ekor kucing besar
yang mempermainkan seekor tikus.
"Senang bertemu denganmu."
89 AMIR HAFIZI Rozana tersenyum lemah. Soraya dapat melihat lapisanlapisan make"up di antara garis"garis di dekat mulutnya, yang
tampak ketika ia tersenyum.
"Ngomong-ngomong, aku harus jujur," Ujar Yasmin,
_ menepukkan tangan di depannya. "Kami berdua, aku dan
Rezana penasaran"ada cerita apa tentang Lee?"
"Cerita?" ' . Analogi'tikus dan kucing tadi, kini jadi cocok. Keduanya
terlihat seperti sepasang kucing mengenakan gaun bertali, siap
menerkam kata"kata yang akan keluar dari mulut Soraya."Ayolah, Sayang, semua tahu dia bukan tipe orang yang
suka beramal. Lagi pula, kalau benar,'dia tidak akan memilih
rumah sakit untuk melakukannya. Bahkan, dia benci pergi ke
klinik Dia lebih memilih mati karena infeksi daripada pergi ke
sana. Jadi, ceritakan saja. _Apa cerita di antara kalian berdua"
Dan, mengapa ia pura-pura tidak mengenalmu?"
"Ahhhh." . "Jangan cuma memberikan 'Ahhhh' saja kepada kami,"
Yasmin terkekeh. "Apa yang sebenarnya dia lakukan di sana?"
Kedua pasang mata perempuan-peretnpuan itu memandang
Soraya lekat. Soraya tidak berani menatap sekeliling dan
melihat berapa banyak mata lagi yang memerhatikan mereka.
Pastinya, aneh"dua orang selebriti begitu bersemangatnya
berbicara dengan 'seorang yang tidak dikenal.
"Sebenarnya, aku tidak tahu," Ujar Soraya. "Taman seka- _
marku yang mendapatkan pass ini, bukan aku. Aku bekerja di
bagian geriaerik. Sementara, ia bekerja di bagian resepsionis."
90 Sus.u1<_ "Ia pasti sangat cantik," Ujar'Rozana.
"Ya, memang." Dengan pakaian yang bagus dan makejip yang sesuai,
Soraya dapat membayangkan Sasha berparad'e di antara
orang-orang yang ada di green room.
"Ia tidak mengatakan padamu mengapa Lee berada di
sana?" Tanya Yasmin. Ia tidak lagi tersenyum lebar seperti
sebelumnya, tetapi masih terlihat ada harapan di matanya.
_ "Tidak. Dan, aku tidak melihat ada acara istimewa hari itu.
Tapi, mungkin ia berencana melakukan sesuatu. Aku bisa
memeriksa .?" ' "Tidak perlu repot,?" Ujar Rozana. "Cepat ataulambat, kami _
akan tahu mengapa ia pergi ke rumah sakit, dan mengapa ia _
perlu menyogok perawat dengan dua pass masuk ke belakang
panggung." "Ya, Lee memang punya telinga dan mata yang bagus, tapi
aku tidak tahu kalau "barangnya masih bagus," Ujar Yasmin,
bola matanya berputar dan ia pun meringis. '
Rozan'a'tertawa mendengarnya,. dan karena tidak tahan
Soraya pun kemudian tersenyum. Wajah penyanyi itu memerah
karena tertawa, dan ia tidak lagi seperti perempuan murahan.
Perempuan itu terlihat seperti manusia biasa.
Dilihat dari kejauhan dan dari layar TV, para selebritisterlihat
seperti Dewa Dewi. Berada sedekat ini d'engan-mereka,
mengingatkan Soraya pada beberapa orang bibi di kampungnya. Mereka juga sering bercerita tentang "barang" yang
sama, meskipun mereka punya nama'lain untuk itu. Banyak
sekali. 191 AMIR HAFIZI ' "Biarkan Yasmin memberitahurnu 'barang' siapa yang masih
bagus dan yang tidak."
_ Rezana menarik napas panjang, berhenti tertawa.
"Nah, kalau begitu, aku pergi dulu. Pertunjukan sebentar
lagi akan dimulai," Ujarnya. _ '
"Aku tidak sabar mendengannu menyanyi," Ujar Soraya. '
"Aiyo. Jangan terlalu formal begitu, oke?" Rozana tersenyum
kepada Soraya. "Sampai bertemu lagi." '
W ' SAAT Soraya kembali ke tempat Kamal, ia menemukan
kekasihnya itu sedang berincang-bincang dengan salah seorang
penari latar. Penari itu tinggi, tubuhnya kurus dan kaku. Kebaya kuning
yang ia kenakan sangat ketat tertekan oleh daging dan kulit
serta lemak tubuh. Sebenarnya, yang tidak biasa bukan karena tampilan
fisiknya. Melainkan, bahasa'tubuhnya. Hal yang tidak biasa
terlihat dari cara ia berdiri, berjalan, dan gerak-geriknya.
Meskipun begitu, tampaknya Kamal tidak menyadari akan
hal itu. Dia seperti hilang akal, menunduk dan tersenyum di
tempat yang tepat. Payudara yang bulat sempurna, bokong yang
indah, dan kecantikan yang menyilaukan.
"Hai," Ujar Soraya. Ia berusaha sebisa mungkin menyembunyikan seringainya. "Oh, maaf, perkenalkan ini Fauziah."
92- Susut "Hai Soraya, senang bertemu denganmu," Uj'ar Fauziah.
"Jadi, apakah artinya laki-laki tampan ini akan segera dibawa
pergi?" Bahkan, suaranya pun sudah dilatih dengan baik. Soraya
juga tidak dapat melihat jakunnya. Sungguh sebuah prosedur
yang agak menyakitkan. Soraya mulai melihat bagaimana
_ Kamal sudah tertipu. Fauziah banyak berkorban untuk "menam"


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pilkan kesan sebagai seorang perempuan.
"Oh, dia akan baik-baik saja," Ujar Soraya.
Kamal tersenyum mendengarnya, mungkin menunggu
Soraya akan bertengkar dengan dirinya.
"Bahkan, akan kubawa pergi bersenang-senang," tambah
Soraya lagi, hampir tidak terdengar.
"Hah" _Apa?" Tanya Kamal.
"Konser akan segera dimulai, bukan?"
"Oh, ya. Aku harus pergi sekarang. Senang bertemu
denganmu, Fauziah." "Oke, Sayang. Jangan malu-malu."
"Sampai bertemu lagi, Fauziah."
Saat Soraya dan Kamal berjalan menuju sayap kiri
panggung, mengikuti arahan salah seorang petugas keamanan,
Kamal tetap berusaha mengejar Soraya. Namun, Soraya menghindar berbicara dengannya. Ia mempercepat langkah, dan
Kamal harus berusaha keras mensejajarkan langkahnya.' '
Kamal menghalangi langkah Soraya, menempatkan dirinya
dan orang yang sedang membawa nampan buah pinang untuk
acara. Mereka berada dalam jangkauan beberapa 'meter dari
93" Ama Hanz! tiga orang penari berpakaian menyala yang mereka lihat
sebelumnya. ' "Hei, apa maksudmu dengan pergi bersenanglsenang?"
- Soraya memandang wajah Kamal sambil kedua tangan
menutup mulutnya sendiri. mbuhnya mulai bergetar, seperti
' kejanglkejan'g. Kedua matanya kabur'kar'ena air mata.
Kamal tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tidak
pemah melihat Soraya seperti ini sebelumnya. Tindakan Kamal
memutuskan untuk bicara dengan Fauziah dan sedikit mempermainkannya sepertinya justru berbalik arah.
Soraya menahan diri selama mungkin, tetapi melihat wajah
Kamal yang sangat penasaran membuatnya tidak tahan lagi.
Ia tidak dapat menahan lebih lama lagi. Soraya tertawa keras,
melepaskan sesak di dadanya, sebelum akhirnya menutup
mulut menahan suara. Para penari menatapnya selama beberapa saat, lalu mereka
kembali berbicara tanpa henti. Sesekali, laki-laki yang mem"
bawa nampan buah pinang juga melirik ke arah mereka.
Kamal sedikit tercengang dan kedua alis matanya naik.
"Bersenang-senangl" Kata Soraya, sambil melucu, dan
' kemudian mulai tertawa lagi.
' "Hah" Apa" Apa maksudmu?"
"Eh, kadang aku berpikir darah di otaknm mengalir terlalu
banyak ke selangkanganmu."- '
f'Aaapa" Kenapa?"
"Gadis itu. Fauziah."
"Ya, dia kenapa?"
94 Susun "Dia bukan perempuan. Tidak gadis. Bukan pula
perempuan." "Maksudmu, dia ituI"f'
"Halo?" "Benarkah?" _ Hening ses'aat, saat Kamal mencerna apa yang baru saja
didengamya. Sementara itu, Sorajra menghapus air mata dari
kedua matanya dengan tisu yang diambilnya dari tas.
Soraya dan Kamal kembali berjalan menuju pintu keluar
yang akan membawa mereka dari belakang panggung menuju
areal sayap kiri. ' . 'tIadi," Ujar Soraya, matanya berkilar. "Apa dia membuatmu
bergairah?" "Tentu saja tidak!"
Soraya baru saja akan melanjutkan perkataannya saat ia
mendengar keributan dari belakang. Kamal dan Soraya mem"
balikkan badan, mereka melihat Rezana dan seorang penjaga
keamanan melangkah cepat menuju pintu keluar.
Penyanyi itu melihat sekeliling dengan penuh kebingungan,
seolah-olah sedang mencari seseorang. Ia melihat Soraya ber?
sama Kamal dan mendadak berlari ke arah mereka.
"Soraya ! "- Kamal memandang ke arah Soraya, yang sedikit jauh
darinya. "Hei," Ujar Rezana. Berusaha mengatur napas. Gaun ungu
ketat yang ia kenakan membuatnya berusaha keras untuk
sedikit berlari. 95 & AMIR HAFI'ZI Soraya memandang ke arah Kamal dan kemudian beralih
memandang Rezana. ' "Kenapa" Ada yang tidak beres" Apakah kami..
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya Kau ketja di rumah
sakit, kan" Ikut aku. ?"
Dan, kemudian, ia meraih tangan Soraya dan menariknya
kembali menuju ruang ganti, meninggalkan Kamal di belakang.
& "KAU perlu memberitahu band yang sedang main itu untuk
mengulur waktu," Ujar Rezana.
Gadis yang mengenakan headset mengerutkan dahinya.
Soraya dapat melihat wajah yang memberengut itu "semakin
memberengut". Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan"
bagi gadis itu. Mereka berada di ruang VIP gedung itu. Mereka berempat"
Rozana, Soraya, gadis yang memakai headset, dan Mona yang
terbaring di sofa dengan handuk basah di dahinya.
"Berapa lama?" "Aku tidak tahu berapa lama! Ia pingsan dan kita tidak bisa
begitu saja membawanya keluar dan mempertontonkannya di
depan penonton seperti ini, kan" Sekarang, katakanpada pro_ duser supaya mengundur waktu atau menggantikan kami untuk
sementara." "Baiklah." _ "Oh ya, kami juga butuh beberapa buah handuk, air, es
' apa lagi yang kita butuhkan, Soraya?"
95 Susun . "Ehm tolong ambilkan" kotak PSK. Yang di toilet, isinya
' sudah nyaris habis."
Kemudian, gadis itu pergi.
"Bagaimana keadaannya?" Rezana mendekati Soraya, yang
sedang bersimpuh di samping Mona yang terbaring di sofa.
Penyanyi muda itu sudah mengganti pakaian dan sekarang
ia mengenakan pakaian yang sama dengan Rozana. Bedanya,
ia mengenakan gaun yang berwarna hitam dan memakai kalung
tradisional dengan tunas-tunas rotan sehingga menyerupai
miniatur bambu. ' Mona jelas terlihat. lebih tua dan sangat berbeda dengan
poster yang pernah dilihat Soraya. Dalam kenyataannya, ia
sama sekali tidak mirip dengan poster konser yang menampilkan Rezana dany Mona. _
"Aku rasa ia akan baik"baik saja. Denyut nadi dan napasnya
stabil. Tapi, ia perlu udara segar. Aku perlu melepaskan
kalungnya. Kalung ini sepertinya berat. Ia pasti letih karenanya.Sudah berapa lama ia di sini?"
' Rozana mengangkat bahu.
"Kemarin malam, kami latihan. Sore tadi check sound. Aku
rasa sejak itulah ia ada di sini. Aku tidak tahu. Aku mengadakan
hal lain. Baru saja kembali lagi."
' "Kau yakin dia baik"baik saja?"
Soraya menatap Rezana, alisnya sedikit berkerut.
"Maaf,... ehm" tidak apa"apa. Maaf."
"Apa" Katakan saja."
"Oh,.tidak apa"apa. Hanya saja .. .."
"Hanya apa?"" *
97 AMIR HAFIZI "Tadi, kan.. "Mencacinya" Mengatakan hal- hal buruk di belakangnya"
Ya 'Ihhan, Soraya, itu bukan berarti aku menginginkan kema?
tiannya saat ini, kan?"
?"Bukan, bukan, bukan! Anggapanmn semua salah. Aku?"
Tak lama kemudian, Rezana tertawa dan menjatuhkan diri
ke lantai, mendarat tepat di pantatnya.
"Kau sunggzm manis, kau tahu itu?"
Soraya mengerutkan dahinya sedikit. Ia melepaskan kalung
itu dan dengan sangat hati-hati meletakkannya di dekat sofa.
Rezana memandangnya dan terus tertawa terkekeh.
"Aku harus mengendurkan pakaiannya."
"Lepaskan saja, seraya. Kita perempuan semua di sini. Tidak '
ada yang belum pernah kita lihat."
Soraya membalikkan tubuh Mona dan menjangkau resieting
di bagian belakang bajunya, kedka terdengar ketukan di pintu.
Rozana bangkit membuka pintu, dan dari suaranya terdengar
kalau yang di luar sana adalah gadis yang mengenakan headset. ' ." Soraya melepas resieting di bagian belakang baju Muna dan
membiarkan terpasang longgar. Ia dapat melihat kalau pakaian
dalam yang Mona kenakan serasi dengan gaunnya; Sungguh
klasik. ' Soraya membiarkan pandangannya menatap lekat dan
melihat benjolan-benjolan aneh di dada Mona. Seperti terkena
gigitan nyamuk, tetapi bengkaknya terlaluubesar.
"Ini dia." 98 Susux Rezana menyarangkan kotak P3K pada Soraya, yang dengan
_ segera menggeledah isinya. Soraya mengeluarkan satu bung"
kusan yang bertuliskan 'Ammonia-Inhalant'.
"Apa itu?" "Obat ammonia untuk dicium. Agar ia bernapas dan
membuatnya sadarkan diri." _ _
"Obat ammonia untuk dicium" Seperti di film-_Beaho" Aku
ingat ibu Desperate Dan banyak menggunakan itu."
. Soraya tidak mengacuhkan perkataannya _dan segera
merobek bungkusan itu di bawah hidung Mona.
Mona menghirup napas panjang dan membuka kedua
matanya. Pandangannya belum jelas dan ia menggoyang kepalanya ke kiri dankanan. Sotaya menangkap bahunya. saat ia
ingin bangkit dari sofa. Mona merintih. la menggelengkan kepalanya. sedikit dan
memandang sekeliling. Ia membetulkan pandangannya yang
masih kabur ke arah Soraya dan kemudian, matanya membesar.
"Siapa kau?" ' Soraya tertegun melihat reaksi Mona. Ia mundur beberapa
langkah. Rezana melangkah maju dan menenangkan Mona,
yang hampir berdiri. "Apa yang kau lakukan kepadaku?" _
_ Saat itu, 'ia tidak terlihat muda. Dengan mulutnya yang
menganga, rambut yang kusut dan pakaian yang melorot
hingga ke lutut, sulit bagi Soraya membayangkan bahwa Mona
lebih muda daripada Rezana hampir sepuluh tahun.
fTenang, tenang, tenang," Ujar Rezana. _"Ia hanya mencoba
membantu." ' ' ' 99 AMIR Hanzt "Kepalaku. Di mana Effendi?"
Soraya beranjak ke meja tempat Rezana meletakkan baskom
dan botol serta dua buah gelas. Ia menuangkan segelas padaMona saat Rezana bicara dan menenangkannya.
"Apa ini?" "Hanya air putih'," Ujar Soraya.
"Siapa kan, dan mengapa kau ada di sini?"
"Gadis itu perawat, Mona," Ujar Rezana. "Aku minta
bantuannya. Kau beruntung ia ada di sini. Ia tahu apa yang
harus dilakukan." Rezana melemparkan pandangan terima
kasih pada'Soraya dan tersenyum. Wajah Soraya memerah.
"Aku tidak butuh perawat. Aku hanya bu.., mengapa
pakaianku dilepas?" "Agar kau bisa mendapatkan udara segar,"'Ujar Rozana._
"Ya," Ujar Soraya. "Aku berusaha meringankan perna"
pa'sanmu. Maaf." "Aku baik"baik saja. Aku baik"baik saja," Ujar Mona sambil
menarik resleting pakaiannya sebisa mungkin. Agak sulit dan '
Rezana harus membantunya memasang resleting itu.
"Kau benar. Aku butuh udara segar. Jadi, jika kau tidak
keberatan silakan pergi sekarang, aku bisa punya lebih banyak
_ruang untuk bernapas." _
Soraya membalikkan badannya pergi, tetapi Rozana meraih
bahunya. la berbisik di telinga Soraya.
"l"lei, terir'na kasih banyak atas semua ini," Ujarnya. "Temui _
aku sesudah pertunjukan. Sekarang, aku harus mengurus Sang
Ratu dulu." 100 Susun Sesudah itu, Soraya beranjak meninggalkan ruangan.
"Apakah Effendi ada di sini?" Mona meraba rambut dan
wajahnya. ' ' _ "Tidak, ia tidak pernah ada di sini, Mona. Aku rasa kau baru
saja mendengar hal ini. Tapi, mungkin ini saatnya kau pergi
mencarinya. Cepat. Penampilanmu tidak layak untuk dipettontonkan. Jangan khawatir, aku akan bicarakan hal ini dengan
produser." ' ' . Rezana beranjak menuju pintu dan menghentikan lang- kahnya tepat sebelum keluar. _
"Oh, ngomong"ngomong, menjauhlah dari cermin."
Dan,_setelah mengucapkan itu,'ia tersenyum dan meninggalkan Mona sendirian di sana.
19; Soraya dapat merasakan tatapan Kamal yang penuh amarah.
"KAU dari mana saja?"
Akhirnya, Soraya menemukannya di'sayap kiri, dekat panggung. Tidak berapa jauh dari pintu keluar, tempat ia pergi
meninggalkan Kamal tadi. '
"Aku tadi mencarl-carimu."
"Sesungguhnya. Aku sangat cemas."
"Keadaannya darurat," Ujar Soraya. "Salah satu'penyanyi
pingsan. Mereka butuh bantuanku mengecek denyut jantung

The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nya dan memberi kompres dingin." '
Hening sesaat. Kerumunan 'di sekeliling mereka semakin
riuh, menyanyikan yel-yel agar band pembuka yang
101_ AMIR HAFIZI menyemangati mereka berhenti bermain"mereka sudah cukup
panas karena lama menunggu.
Para pemain band di panggung saling memandang saat
penonton berteriak dan bersorak agar konser segera dimulai.
Mereka sadar kalau penonton mulai tidak sabar. Soraya dapat
_ melihat gadis yang memakai headset baru saja keluar dari '
panggung memberi isyarat agar pemain bandtetap memainkan
bagian mereka. Gadis itu memberikan isyarat dengan Jari. Angka tiga. Itu
artinya, mereka harus bemain tiga menit lagi.
"Untungnya, Fauziah menemaniku," Ujar Kamal.
Soraya tertawa. Kamal laki-lak'i yang sudah dewasa dan dia
bertingkah seperti halnya seorang lakirlaki dewasa. Dia tidak
memerlukan hal-hal seperti itu. Soraya merapatkan tubuhnya _
' pada Kamal yang menyambutnya hangat.
Lalu, suasana pecah menjadi riuh saat Rezana melompat
memasuki panggung. Para penonton, yang sudah tidak sabar
menunggu konser, menjadi sangat gembira.
"Rozaanaaaa! Rozaanaaaa! Rozaanaaaal"
Dengan bersemangat, Soraya dan Kamal juga ikut berteriak.
Padahal, beberapa menit yang lalu, mereka baru saja bertemu
langsung dengan Rezana. '
_ Rezana menyadari kelambatan pelaksanaan konser dan
langsung menyanyikan lagu andalannya. Sebuah lagu berirama
jazz yang pernah dibawakan Broery Marantika 'yang beijudul
"Kasih". _ Para penonton terbuai dengan alunan suaranya. Dalam
dekapan Kamal, Soraya bergoyang seiring irama musik.
102 SUSU'K Kemudian, Rozana menghangatkan suasana dengan lagu
hitsnya yang berjudul "Bukan Gadis Biasa". Di pertengahan
lagu, ia melihat Soraya di tengah kerumunan penonton. Mereka
saling berpandangan, dan Rezana menyanyikan sisa lagu itu
sambil menatap Soraya. Rezana menyanyikan beberapa buah lagu lagi dan membuat
pengumuman pendek. Tak lama, keluarlah Muna dari sisi kiri
.panggung. Penonton sangat gembira, mereka meneriakkan
nama kedua penyanyi itu. Soraya memandang penyanyi itu. Ia mengedip-ngedipkan
matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa gadis yang
di atas panggung adalah orang yang sama yang dirawatnya di
belakang panggung tadi. Mona yang ini terlihat sepuluh tahun
lebih muda. Senyumnya begitu sederhana dan indah, sehingga
sulit untuk tidak jatuh cinta kepadanya.
Tidak ada lagi mata lelah atau kulit pucat. Semua itu diganti
dengan semangat dan energi luar biasa yang membuat Soraya
paham mengapa Mona menjadi seorang bintang.
Rezana sepertinya sama sekali tidak tampak terkejut. Mereka
_ berduet menyanyikan lagu berjudul "Bila Kau Percaya." dan
. penampilan mereka sungguh menakjubkan. Bahkan, Kamal
tidak dapat menahan diri untuk meneriakkan kedua nama
penyanyi itu. . Soraya mencubitnya, sambil tertawa melihat reaksi Kamal,
yang kemudian ikut tertawa bersamanya. Bagi perawat muda
itu, bangsal geriatrik dan perawat bernama Zaman berada jauh
dari ingatannya. Ia dapat merasakan hangatnya dekapan Kamal,
begitu juga dengan tatapan mata Ro'zana yang .begitu
l03. AMIR HAFIZI bersemangat saat ia menyanyikan lagu sambil menatap Soraya. '
Tidak ada kejadian yang tidak menyenangkan malam itu. Sama
sekali tidak ada. 23 MASTURA menekan bel pintu_dan merasakan aliran listrik di
lengannya, seolah-olah seseorang mengerjainya. Namun, ia.
tidak mendengar bunyi hal di dalam dan sadar kalau ini
' bukanlah. sebuah gurauan.
Lebih baik bukan, pikirnya.
Sekitar satu jam yang lalu, sewaktu sedang makan malam,
ia menerima telepon dan langsung pergi ke sini.
"Dia lnginbertemu denganmu," Ujar laki-laki dari agensi,
melalui telepnn. . . "Sekarang?" Tanyanya, sambil mengunyah nasi goreng di
kedai pinggir jalan di Bangsar. "Sekarang pukul 1_0 malam.
Tidak bisakah aku menemuinya besok?"
"Diabilang sekarang. Aku katakan kepadanya, satu jam lagi
kau akan sampai." ' "Hmm..." "Dia bintang besar. Mereka punya kebutuhan khusus. Tetapi,
kau tidak akan mendapatkan tawaran yang lebih besar dari
ini. " Seteiah memberikan alamat kepada M'astura, agen itu memutuskan sambungan telepon.
Mastura dengan cepat menyelesaikan makan malamnya:
Hanya nasi goreng dan teh panas. Ia sedang berusaha
104 Susun menurunkan berat badan,-itu yang dikatakannya kepada
orang"orang. _ Namun, berat badan bukanlah satu"satunya masalah yang
ada dalam pikirannya. Ia menerima bayaran pekerjaan terakhirnya bulan Maret
._laiu. Sekarang, bulan September. Tidak lama lagi, ia bahkan
tidak dapat membayar biaya makanannya sehari-hari.
Hal itu bukan karena Mastura tidak mendapat tawaran.
Pasaran untuk asisten pribadi cukup bagus. Terutama untuk
biang seperti dirinya. Ia bangga dapat tepat waktu, sementara
orang Malaysia lainnya masih bergulat dengan kunsep ketepatan waktu. _ " ' Kemampuan organisasinya untuk membantu ipar politikus
ternama untuk menjadi lebih dari sekadar menantu pohtikus
serta melancarkan kariernya dalam bisnis dapat diacungi
jempol. Ditambah lagi, Mastura terlihat menakjubkan saat
mengenakan seteia'n bisnis'. .
Hal itu adalah pekerjaan terakhir yang ia tangani. Mastura
selalu mempertahankan kesan _baik. Ia senantiasa tampil rapil
Selalu mengenakan make-up. Membuat beberapa orang gadis
metasa iri padanya. Mastura adalah semang bintang yang siap
melejit. Banyak orang berpikiran, ia akan masuk jajaran manajemen, menggunakan kedudukan bosnya sebagai tiket masuk.
Mastura tidak menggunakan kedudukan busnya, tetapi satu
malam bosnya berusaha tidur dengannya. Tentu saja, keesokan
hari Mastura langsung berhenti. ' _
Bahkan, sejak itu, ia tidak lagi punya keinginan untuk pergi
dan bekerja dengan siapa pun. Sampai bulan lalu, saat ia
105 AMIR HAFIZI menggunakan kartu ATM dan mengetahui kalau sisa-uang yang
dimiliki hanya tinggal RM 800. Saat itulah, ia menghubungi
agensi dan menunggu kesempatan kerja. '
Setelah menerima telepon itu, Mastura bergegas pulang
untuk mandi kilat dan mengganti pakaian. Ia sudah cukup
banyak pengalaman menghadiri pertemuan-pertemuan men-_
dadak, dan tahu bagaimana membuat dirinya terlihat rapi
dalam waktu singkat. Mastura sampai di rumah megah yang pagamya sudah
terbuka, seolah-olah menanti kedatangannya. Ada dua buah
mobil di sana"Mercedes berwarna hitam dan sebuah SUV
seharga satu buah rumah sederhana. Ada tempat untuk parkir
mobilnya, dan mungkin ada beberapa buah lagi, jika peng"
huninya menginginkan. Mastura menekan bel pintu sekali lagi, sambil berpikir kalau
ini hanyalah lelucon semata. Tidak ada satu pun lampu yang
menyala di dalam rumah besar itu, kecuaii lampu-lampu di
bagian atas gerbang. Setidaknya, tidak ada satu pun yang ia _
lihat, dan rasanya hal itu aneh untuk sebuah rumah yang besar.
Rasanya, hampir setengah jam ia menunggu. Saat melirik
ke jam tangannya, baru saja berlalu tiga menit.
Pengalamannya menganjurkan untuk tetap menunggu atau _
menelepon agen itu lagi. Namun, ia tetap bersikeras menekan
-be1' pintu lagi, ketika tiba"tiba pintu terbuka.
Di sana, berdiri laki"laki berkulit gelap. Ia memandang
Mastura seperti kucing yang menginginkan seekor tikus.
"Ehm, aku datang untuk wawancara?"
106 Susux 'kaki"laki itu hanya menatapnya, memandanginya dari ujung
kaki hingga ujung kepala. Laki-laki itu mengenakan pakaian
yang menurut Mastura adalah pakaian tradisional Jawa, tetapi
ia tidak begitu yakin. Dia memiliki aura agung, seolah ia adalah
seorang raja, atau mengabdi pada kerajaan. Dan, orang biasa
seperti Mastura harus tahu diri. _
Mastura menyadari laki?laki itu memandang Wajahnya. I_a
memindahkan tasnya ke bahu yang satunya lagi.
"Namaku Mastura." '
Laki-iaki itu hanya membalikkan badan dan melangkah
masuk. Dengan halus , dia memberi isyarat pada Mastura agar.
mengikuti langkahnya. ' . '
Sopir sinting, pikir Mastura. Atau, mungkin saudara yang
aneh. Ia memilih yang kedua, karena ia harus bekerja sama
dengan sopir, tidak dengan abang atau paman.
Mastura mengikutinya masuk ke dalam rumah, yang
diterangi dengan ratusan lilin. Tirai pada jendela-jendela dan
pintu-pintu kaca sudah ditutup. Tidak heran, kalau tidak ada
cahaya terlihat dari luar.
Ia mengikuti laki -laki berkulit gelap melalui ruang masuk.
Mereka melewati beberapa buah pintu dan masuk ke dalam
_ sebuah ruang keluarga yang lebih besar dari apartemen yang
dihuni Mastura. _ Ada lilin di mana-mana. Tepat di bagian tengah ruangan,
terdapat sebuah lilin raksasa yang tidak menyala, diameternya
lebih'besar dari ukuran tubuh Mastura. Di sana, terdapat pula
sebuah tempat lilin, tetapi tidak dihidupkan.
107 AMIR HAFI'ZI Dinding rumah yang berwarna putih dihiasi dengan topengtopeng yang terbuat dari kayu; Wajah-waj'ah dengan gigi
taring dan hidung pesek. Terdapat tiga buah patung pada tiga
sudut mangan. Masing-masing patung itu tingginya satu meter
dan mengenakan sarung untuk menutupi bagian bawah
tubuhnya. Hal itu mengingatkan Mastura pada benda"benda
yang ia lihat di Bali sewaktu mengikuti mantan bosnya untuk
perjalanan perusahaan. ' '
Pada salah satu sudut mangan, terdapat sebuah meja. Di
atasnya, terdapat dua buah piring berisi buahkbuahan"Hapel,
jeruk, dan buah pir di satu piring;_ kelengkeng, kurma, duku,
dan dokong di piring yang lain. Di samping meja, terdapat
sebuah lemari yang menempel ke dinding.
Beberapa buah kursi, sepasang tempat duduk berbentuk hati
dan sebuah sofa, terletak di ujung mangan. Di dekat sana,
' , terdapat sebuah perapian yang sama sekali tidak cocok.D1' Bali,
tidak perlu perapian, pikir Mastura.
Setelah puas memerhatikan isi rumah itu, Mastura beralih
ke laki"laki berkulit gelap. Ia ingin bertanya kapan ia dapat
bertemu dengan calon bosnya, tetapi ia mendapati laki"laki itu
menghilang. _ ' - ' Sambil menarik napas panjang, Mastura memandangi sekev
liling ruangan itu lagi. Ia melihat benda-benda yang terdapat
di dalam lemari. Benda-benda tersebut kebanyakan berupa tropi
kenang"kenangan. Penghargaan dari Anugerah Industri Muzik,
Anugerah Era, Anugerah Planet Muzik, Anugerah Buzz, _dan
banyak lagi yang lainnya. Intinya, semua penghargaan berasal
dari penghargaan musik besar di Malaysia. '
IDS Susun Mastura beranjak ke perapian. Pada rak di atas tungku,
terdapat beberapa barang. Sebuah ceret kecil dari kuningan,
nampan hias kosong, dan sebuah penindih kertas berwarna
kekuningan, serta sebuah keris. '
Mastura mengambil sebuah belati dan mengagumi gagang _
dan sarungnya. Ia menggenggam pegangannya dan menarik
pisau keluar dari sarungnya. Hitam seperti gelapnya langit
malam. "Kau menyukainya?"
Mastura hampir saja menjatuhkan senjata itu dari genggamannya. ' 'Suz'ana berdiri tepat di belakangnya. Perempuan itu_mengenakan baju tidur tipis yang akan memperlihatkan tubuhnya
jika saat itu cahaya tidak temaram. Mastura masih dapat melihat
lekukan tubuhnya dengan mudah. Dan, juga 'dapat melihat
puting dadanya yang membayang. '
' "Aku membuatmu terkejut," Suzana tersenyum lebar dan
memperlihatkan susunan giginya.
Mastura dapat melihat tahi lalat tepat di bawah bibirnya
yang jadi bahan perbincangan itu. Tahi lalat itu menambah
daya tarik seksual Suzana. '
"Maaf. Aku datang tidak bersuara Kau Mastura, kan" Ayo,
kita jangan berada di mangan ini." Suzana menangkap tangan
Mastura dan menariknya menuju ruangan lain di rumah besar
itu. "Aku sedang tidak senang berada di sana."
Mastura tidak dapat menjelaskan bagaimana rasanya ditarik
dengan tangan seorang selebriti setengah telanjang di rumah
4 109 AMIR. HAFIZI aneh yang dipenuhi dengan lilin. Setidaknya, bukan iaki-Iaki
setengah telanjang, pikirnya.
Suzana membawa Mastura menaiki tangga menuju ruang
keluarga kedua di dekat bagian belakang rumah yang terbuka.
Di ruangan ini, lilin lebih sedikit, tetapi cahaya bulan masuk
melalui pintu-pintu kaca geser besar. Cahaya itu menyinari
ruangan dengan cahaya biru yang dingin. '
' Ruangan itu lebih terang dibandingkan dengan ruangan
lainnya, dan benar saja pakaian Suzana terlihat semakin


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

transparan. Mastura melihat kalau Suzana tidak mengenakan
apa pun di balik pakaian tidurnya itu.
Ia sepertinya tidak masalah, malah menelentangkan tubuhnya di atas sebuah dipan mewah. '
"Tidakkah ruangan ini lebih baik?"
"Rumah..., rumahmu, semuanya begitu menakjubkan," Ujar
Mastura, mencoba melihat ke sekeliling, selain tubuh calon
bosnya yang hampir telanjang itu.
"Aku sangat senang kau datang. Aku tahu kita tidak bicara
tentang gaji, tapi aku ingin kau mengajukan jumlah yang
pantas." dan aku akan membiarkan akuntanku untuk
mengurus semua itu untukmu."
Saat itulah, Suzana melepaskan sorotan tajam seperti seekor
kucing. "Nanti, coba usahakan dia mau menyetujui jumlah
sebanyak yang kau minta. Katakan padanya, aku sangat menyukaimu dan aku menawarkan berapa pun gaji yang kau minta."
_ "Maksudmu, kau menerimaku bekerja untukmu?"
IIO Susux "Tentu saja! Aku tahu persis apa yang aku inginkan, siapa
yang aku inginkan, dan kapan aku menginginkannya. Es lemon
tea?" Mastura membasahi bibirnya. Semua ini di luar dugaannya.
-' Terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Ia mulai
berpikir apa yang tersembunyi di balik semua ini. Mungkin, ia
harus berurusan dengan kegilaan penyanyi ini atau hal lainnya.
"Tidak ada yang disembunyikan, Sayang," Ujar S'uzana.
"Dan, ini, minumlah. Bukankah ini minuman favoritmu?"
" "Bagaimana kau?"
"Tahu itu minuman kesukaanmu" Aku membaca resume dan
biodatamu," Suzana tertawa. "Aku suka orang yang efisien
dengan selera sederhana. Aku tidak memilih sembarangan
orang begitu saja, kau tahu itu.Aku_me1akukan penelitian. kau, _
seharusnya merasa tersanjung." _
Wajah Mastura menjadi kelabu. Apakah benar ia menuliskan
minuman kesukaannya dalam resume" Dilampirkan berikut
dengan berkas lamarannya. Kemudian, ia ingat kalau hal itu
tidak tertulis dalam resume-nya, tetapi merupakan salah satu
pertanyaan yang harus ia jawab untuk agen pencari kerja. '
Mastura mengambil gelas minuman itu dari suzana dan
meneguknya kehausan._Suzana tersenyum. '
Sekitar dua puluh menit kemudian, Mastura bangkit bersiap
pulang. . ' "Bisakah kau mulai bekerja besok?""fYa, tentu saja."
11! AMIR HAFIZI Suzana beranjak mendekati Mastura dan memeluknya.
Mastura dapat merasakan seluruh lekuk tubuh perempuan itu.
Wanginya seperti aroma lilin, hanya saja lebih kuat.
Dengan wajah gembira memerah dan seluruh tubuh panas
dan kacau, Mastura melangkah menuruni tangga, keluar
rumah, dan masuk ke dalam mobil. Di tengah ja]an menuju
rumah, ia membuka jendela mobil membiarkan angin malam
" memberikan kesejukan.
SUZANA mengambil gelas Mastura yang diletakkannya di atas
dipan. Ia menekannya. Es membuat bau apa'saja yang ada di sana hilang perlahan. Semuanya tercium seperti aromaes.
Ia mulai menjilatinya. Seperti seekor kucing.
Suzana menghentikan aksinya saat lonceng"lonceng angin
_ di jendela mulai gemerisiki Ia tersenyum dan meletakkan gelas
itu. _ ' - "Kau jadi mudah ditebak."
Iapberbalik, memandang ke arah pintu kaca geser, tetapi di
sana tidak' ada siapa-siapa. Mata Suzana menajam dan ia
membalikkan badannya lagi. Kali ini, tampak sedikit kerutan
di mulutnya. "Apa maksud ucapanmu?"
Suara geraman yang terdengar dalam dan halus membuat
Suzana terjungkal dari dipan. Alih"alih, ia berbalik dan melihat
laki-laki berkulit gelap berdiri di depan pintu geser. Seolah"
olah, sudah lama ia berdiri di sana. '
II:). Susux "Aku lihat kau sudah membawa masuk seorang kekasih," '_
Ujarnya,_me1angkah perlahan ke arah-Suzana dengan. tangan -menyilang di dada. ' Suzana membalikkan badan, membelakangi laki laki itu.
"Kekasih" Ia akan menjadi asisten pribadiku." "'
"Kau sangat menginginkannya."
"Tidak seperti yang kau bayangkan. Kau tidak akan
mengerti." "Kau tnau menjadikan gadis itu peliharaanmu" Kau bisa
lakukan itu, kau tahu." '
"Tidak!" Suzana bangkit dan melangkah berlalu, menuju pintu geser.
Ia membuka pintu itu dan membiarkan angin menerpa
tubuhnya. Oleh'karena mengenakan baju tidur yang sangat
tipis, ada bagian tubuhnya mulai berkerut 'dan mengeras.
"Aku hanya butuh aku hanya butuh seseorang."
"Sekarang, setelah kau merasakannya, kau akan menginginkannya lagi. Semakin kau melahapnya, kau akan semakin
menjadi.. ' "Menjadi apa?" "Menjadi apa yang selalu kau inginkan."
Tetes-tetes hujan pertama jatuh di tubuh Suzana. Beberapa
menit kemudian, hujan menjadi lebat Tubuh perempuan itu
basah kuyup bermandikan hujan. Namun, kira- kira kurang dari
' ' satu jam, ia menutup pintu geser dan masuk ke dalam.
113 AMN Hanz: 21 KONSER sudah selesai dan hujan pun turun. Soraya dan Kamal
menunggu di belakang panggung, berharap hujan akan reda
sebelum mereka pulang. Motor super milik Kamal bukanlah
kendaraan yang benar"benar "super" di kala hujan.
Meskipun begitu, mereka dapat merasakan kebencian dari
para staf produksi saat mereka memutuskan untuk tetap tinggal
di sana setelah konser selesai. Padahal, sebelumnya, sebelum
konser dimulai tadi, dengan jelas para staf memperlihatkan
' toleransi untuk membiarkan mereka berada dibelakang
panggung. Tidak sopan rasanya menjadi pusat perhatian di dalam
gedung saat urang"orang yang memakai kostum pentas dan
"para tukang kayu sedang mengangkuti barang-barang mereka.
Mereka memasukkan barang-barang ke atas truk atau mobil
barang melalui jalur yang paling aman. '
Beberapa kereta barang dibenturkan ke arah Soraya dan
Kamal. Yang akhirnya membuat mereka memutuskan, hujan
atau tidak hujan, mereka akan keluar dari kekacaubalauan di
belakang panggung konser yang sudah berakhir ini.
Mereka menemukan pintu keluar, melangkah pergi, dan
bergabung dengan beberapa orang lainnya. Orang-orang yang
berkerumun sedekat mungkin ke gedung sehingga hujan tidak
membasahi tubuh mereka. Kamal memakaikan jaketnya pada
Soraya, tetapi rupanya usaha yang dilakukannya sia"sia saja.
[14 Susux ' Pakaian Soraya sudah basah terkena tetesan hujan yang
memercik dari aspal. Beberapa kendaraan melakukan lebih hal yang parah lagi,
melintas dan memerciki mereka dengan air. Setiap kali hal itu
. terjadi, Kamal mengumpat dalam hati.
Malam ini sama sekali tidak akan menjadi malam yang
paling menyenangkan, pikir Soraya. Namun, senang rasanya
ketika ini semua berakhir. '
Tak lama, sebuah mobil Honda berwarna kuning menepi di
dekat Soraya dan Kamal. Jendela gelap mobil sport dengan
dua tempat duduk itu terbuka dan kepala Rezana menjulur.
E'ntah karena alasan apa, dalam keadaan hujan badai seperti
' itu, ia mengenakan kacamata hitam berukuran sangat'besar.
"Jangan hanya berdiri di sana," Ujaruya pada Seraya. "Ayo
masuk, aku antar kau pulang." '
Soraya melirik ke arah Kamal dan kembali memandang
Rezana. Wajahnya terlihat seperti anak ayam yang gepeng
karena tergilas mobil dengan delapan belas roda.!
"Terima kasih, tidak usah. Tidak apa-apa."
'"Oh, jangan begitu," Ujar Rezana. "Hanya ini yang bisa
aku lakukan untukmu. Ayo, masuklah."
Soraya memandang Kamal yang kelihatannya agak bingung.
Kamal memandang sekeliling dan tidak melihat ke arah Rezana,
lebih memilih memerhatikan lekukan"lekukan mobil sport itu.
Bibirnya menyunggingkan seulas senyum yang membayangkan
rasa tidak percaya dengan semua ini. '
115 AMIR HAFIZI Saat Soraya kali pertama bertemu dengannya, Kamal agak
pemalu; Ia pikir, Kamal Sudah berubah dan sedikit lebih ramah,
tetapi hal itu hanya terjadi jika dia berada di dekat Soraya.
. Soraya menepuk tangan Kamal, dan leleki itu memandangnya seolah dia baru saja tersesat. Soraya merasa bersalah,
tetapi ia akan punya kesempatan menghabiskan waktu lebih
lama dengan Rezana yang ingin berterima kasih atas
bantuannya tadi. Dan, kesempatan itu terlalu bagus untuk
dibiarkan lepas begitu saja. Mungkin Rezana menginginkan
ia menyanyi A . Kama] pastinya melihat pancaran gembira di mata Soraya.
Dia lalu mengangkat bahu. '
"Sungguh, tidak apa-apa?" Tanya'Soraya.
"Hei; ia memberimu tumpangan," Ujar Kamal; dengan
penuh keberania'n. "Pergilah!" .
Hanya dalam waktu dua kedipan mata, Soraya sudah duduk
di sebelah Rezana. Mereka berada di dalam mobil Honda,
melaju meninggalkan Kamal sendiri di "tengah lebatnya hujan.
W "INI." Rezana menyodorkan selembar handuk dengan tangan
kirinya. Soraya menerimanya dan mulai menyeka wajah dan
rambutnya dengan cepat. Seolah-olah, seseorang sedang
menilainya saat melihat betapa merah wajahnya sesudah itu.
?"Terima kasih," Ujar Soraya. "Maaf aku membuat mobilmu
basah. Dan sekali lagi, terima kasih atas 'tumpangannya."
116 Susux "Sama"sama. Ini saatnya aku sedikit berterima kasih atas
apa yang sudah kau lakukan tadi."
Beberapa saat, mereka diam. Mobil-mobil di Federal Highway memperlambat lajunya setelah mereka melewati persimpangan Asia J aya. Mungkin karena hujan, atau mungkin karena
ada kecelakaan di ujung jalan sana; '
Di sebelah kiri, beberapa pengendara motor memutuskan
untuk melintasi jalur darurat dan memotong antrean. Hal itu
justru membuat kemacetan semakin parah. Jika mereka tetap
berada di jalur' yang sama dengan mebil-mobil lainnya,
kemacetan ini akan lebih cepat berakhir. Orang-orang sinting
yang tidak punya perhatian.
Soraya melirik Rezana, tetapi perempuan itu sama sekali
tidak kelihatan gelisah dan tampak sangat santai. Ia tidak lagi
sibuk, jadi tekanan dan stres sebelum konser ta'di tampaknya
sudah hilang". _ ' Rezana memandang sekilas ke arahnya dan tertawa.
"Mengapa kau tertawa?" - '
' "Aku melihat kau begitubersemangat di antara penonton _
sewaktu konser tadi. Kau benar"benar menikmati suasana."
E'Ya, Tuhan! Ini akan menjadi malam yang paling aku kenang."
"Aku senang kau menikmatinya." Senyum Rezana merekah.
"Hadi, menurutmu bagaimana dengan Mona?"
"la mengagumkan," jawab Soraya, matanya sedikit membesar, tetapi ia tidak mampu'mengendalikannya. Suaranya
terdengar seperti remajabelia yang tergila"gila dengan idolanya,
tetapi memang itulah yang benar"benar dirasakannya. Perlu
' kekuatan mental untuk tidak menyerbu Rezana begitu saja
ll" Amu HAFIZI dan meminta menandatangani apa saja' yang dapat ia temukan
saat itu. . "Bahkan, setelah pingsan, ia tampil seolah tidak terjadi apa- '
apa. Tadinya, aku pikir, ia tidak bisa tampil, sungguh. Bahkan,
_ia terlihat seperti orang lain. Penuh energi dan ia terlihat
lebih muda! Sungguh ajaib?"
"Ajaib, ya?" Rezana tertawa kecil, dan tiba-tiba, Soraya merasa ngeri
mendengarnya. Ia tidak tahu apakah Rozana'benar"benar
tertawa atau menertawakaimya. Apa pun itu, Soraya merasa'
seperti orang bodoh dan ingin menendang dirinya sendiri.
Seharusnya, ia tidak lepas kontrol seperti itu.
Hujan sudah reda dan berganti menjadi gerimis kecil, tetapi
lalu lintas masih berjalan pelan. Soraya dapat melihat tidak
ada kemacetan sekitar 200 meter ke depan. Mobil"mobil melaju
kencang dan' tidak ada yang menghalanginya. Ia melihat pada
satu titik, tempat semua orang melintas perlahan dan melihat
pecahan kaca bertebaran di jalanan. ! '
Para pengendara tidak memperlambat laju kendaraan
' mereka untuk melihat kecelakaan itu, tindakan yang biasanya
mereka lakukan dan merupakan kebiasaan orang Malaysia.
Mereka memandangi pecahan kaca. Sungguh menyedihkan.
"Hadi, kau ingin menjadi seorang penyanyi?"
Pertanyaan itu seperti halilintar di tengahlangit yang cerah.
"apa?" ' "Barusan'aku mendengar kau menyenandungkan laguku,"
Ujar Rozana. "Aku hanya menebak, banyak orang begitu._
Banyak orang ingin menjadi seorang bintang."
118 SUSUK Soraya tidak mendengar adanya nada tertentu saat Rezana
mengucapkankalimat itu. Jika Rezana menggodanya lagi, ia
tidak dapat menemukan alasan mengapa ia melakukan hal itu.
"Hm, tidak. Aku seorang perawat. Aku bukan penyanyi."
*_"Aku juga seorang akuntan, bukan seorang penyanyi.


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bahkan, kau bisa mengatakan kalau aku bukan penyanyi."
"Tapi, kau menyanyi dengan sangat bagus. Kau punya
banyak bakat. Begitu juga dengan Mona."
"Mona bukan seorang penyanyi dibandingkan aku.
Dibandingkan dirimu." _
Jawaban pendek dan kasar itu membuat Soraya terdiam. '
Ucapannya pasti membuat-Ro'zana emosi dan ia merasa
bersalah karenanya. Sekarang, keinginan untuk menendang
dirinya sendiri semakin menjadi"jadi.
"Dengar, tadi aku melihat kau meniandang'i payudara
Mona." ."Hah?" "Tidakkah kau melihat sesuatu yang aneh?"
"Maksudmu ._?" "Ya, benjolan-benjoian itu. Kau tahu, itu adalah rahasia
kesuksesan kami, Seraya."
Soraya mulai memikirkan beberapa operasi yang memung"
kinkan instalasi pangkal tenggorokan elektronik pad'a dada
Seseorang. Ia tidak pemah mendengar prosedur semacam itu.
Rezana memandangnya. ' "Jika kau sedang memikirkan hal lain, kutegaskan, aku
sedang bicara tentang susuk, Soraya." '
"Susuk?" AMIR HAFIZI "Ya'. Dan, itulah sebabnya mengapa kami bisa ada dalam
bisnis ini." ' Mobil sport kuning itu melintasi pecahan kaca yang
bertebaran, dan tanpa hambatan melajukencang dalam
gelapnya malam kotaKuala Lumpur. Kota yang diterangi oleh
jutaan lampu-lampu berbagai macam wama.
W ROZANA menepi di samping apartemen Soraya. Di sepanjang
jalan, kepala"kepala menjulur melihat mobil sport kuning itu
dan mencoba menebak siapa yang ada di balik' kaca mobil.
Seorang laki"laki berumur tiga puluh tahun di kios burger
berpakaian seolah-olah dia masih remaja. Sementara, para
pelanggan duduk mengelilingi kiosnya, mendengarkan ringtone
dari ponsel-ponsel mereka, membandingkan kualitas suaranya.
Di seberang jalan sana, ada dua buah restoran yang buka
24 jam dan masing"masing memiliki pengunjung kira"kira enam '
otang. Mereka sedang menonton Liga Inggris di TV.
Meskipun begitu, semua mata memandang mobil sport
kuning itu. , Entah bagaimana, Soraya tiba-tiba sadar.. Bukan pada
orangiorang di jalanan. Mereka tidak mungkin dapat
melihatnya. Kecuali, Roaana.' Rasa malu yang dirasakan Soraya
'hampir sama seperti saat bibinya datang dari kampung tanpa
memberitahunya setahun yang lalu dan melihat tumpukan
besar pakaian kotor di atas tempat tidurnya.
IED Susux Untungnya, perempuan tua itu mencoba memberi
gambaran kepada Soraya kalau ia sudah cukup umur untuk
menikah. Ia merasa selamat dari penghinaan atas sebuah
pernikahan yang sudah agak diatur,_ tetapi masih merasa
terhina saat ia disebut tidak pantas dijadikan calon istri.
_ Ro aana sepertinya sama sekali tidak menghiraukan keadaan
di luar. Perempuan itu sibuk menulis sesuatu dengan tergesagesa pada secarik kertas. ' "
_ "Ini," katanya. "Nomor teleponku. Telepon pribadiku. Aku'
tidak memberikan nomor ini kepada sembarang orang."
Dengan hati yang sangat senang,. Soraya menerima kertas
itu. Ia merasa seolah menerima mahkota berhiaskan permata
dari Ratu Inggris. "Besok1 pukul delapan malam, 'aku akan pergi memasang
susuk. Hubungi aku kapan saja untuk memastikan kalau kau
mau ikut denganku, oke?" '
"Mengapa kau lakukan ini?"
Rezana mengangkat bahu. "Aku tidak tahu," Ujarnya. "Aku tidak pernah tahumengapa
sebelumnya orang juga mengajakku ke sana. Atau, mengapa
aku membawa Mona ke sana waktu ia memulai karier. Takdir,
kurasa. Kemungkinan besar, karena merasa bosan. Sedikit
terasa sepi melakukannya sendirian."
Saat itu, ia memandangSoraya dan tersenyum.
"Ditambah lagi, sepertinya kau akan menyukainya."
Kemudian, mereka berpelukan dan Soraya keluar dari mobil.
Ia berjalan menuju apartemennya di tengah-tengah tatapan
mata dan siulan para laki-laki di kios _burger.'_
l21 AMIR Hamar 22 KEESOKANNYA, hari Minggu, Soraya dan Kamal pergi ke mal
di daerah tempattinggal mereka. Kegiatan yang selalu mereka
lakukan. Tidak ada hujan sejak malam konser itu, tetapi cuaca
hari ini sedikit agak mendung.
Kamal sedang tidak bicara pada Soraya. Dia tidak memanw
tiangnya, dan hanya menjawab penanyaan-pertanyaan dengan
suara menggerutu dan singkat. Hal itu membuat Soraya putus
asa,_ tetapi ia tahu lebih baik tidak berdebat dengan Kamal
saat perasaannya sedang tidak enak.
Mereka berjalan di lantai dua, melihatalihat pakaian, dan
melihat kamera-kamera yang sangat diinginkan Kamal. Mereka
melakukan kegiatan ini setiap minggu. Tidak berbeda dengan
_ hari ini, kecuali bahwa keduanya tidak peduli satu sama lain ,
dan hanya berjalan berkeliling saja.
Mereka sedang meminum segelas niocha iatte berdua di
Starbucks kelika'akhimya Kamal bicara.'
"Hujan berhenti saat kau baru saja pergi."
Kemudian, sunyi. "Aku tahu ...," jawab Soraya. "Aku tahu kau marah padaku.
Tapi, waktu itu, kau bilang; aku boleh pergi."
"Bukan! Aku tahu, aku mengatakan kau boleh pergi. Hanya
saja hanya karena kau saatitu terlihat sangat berharap."
Soraya membasahi bibirnya. Saat ia harus menjadi "laki
laki" dalam hubungan mereka ini, selalu ada alasan baginya
untuk menahan_ucapan_ yang akan keluar dari bibirnya.
122 ' Susuk ' ' "Berharap?"
"Maksudku, malam itu. Kau sangat menikmatinya. Sangat
terbawa suasana." "itu mengganggumu?"
Soraya menebak dengan tepat apa yang mengganggu pikiran
Kamal. Bukan mengenai semua ketertarikannya pada dunia
hiburan. Kamal selalu dengan sabar mendengarkan Soraya bila "
bicara panjang lebar mengenai gosip artis, mendengarkan CD
baru dengannya, bahkan mengubah semua album-album ke
format MP3 dan membakarnya dalam bentuk CD untuk Soraya.
Kamal khawatir dengan semua perhatianynng aku dapatkan,
pikir Soraya. Meskipun perhatian itu dari Rezana.
Biasanya, Kamal merasa aman saat Soraya berteman dengan
siapa saja. Itulah _salah satu alasan mengapa Soraya dapat '
bersamanya sekian lama. Namun, mungkin seorang artis seperti
Rezana merupakan sebuah ancaman besar bagi Kamal.
Kamal tidak menjawab pertanyaan Soraya. Dia malah mena" tik satu batang rokok dari kotak yang isinya tinggal setengah.
Pertanda buruk. Kamal sudah berhenti merokok sejak dua bulan
yang lalu. Meskipun sesekali merokoksebatang dua batang,
' dia cukup memegang teguh rencananya untuk menghilangkan
kebiasaan itu. '_ ' ' ' Soraya tidak melihat kotak rokok itu tadi malam.
"Apakah ini karena Fauziah yang ternyata laki-laki?"
Kadang-kadang, humor berhasil mencairkan suasana.
'Jangan bicarakan hal itu." _
"Kau tertarik dengan perempuan itu, kan. Maksudku, lakilaki itu." _123 dmn Hanz: Soraya mengambil satu batang rokok dari kotaknya yang
terbuka, dan pura-pura menghisapnya meskipun tidak
menyalakan. Ia meniru ekspresi mengejek yang diperlihatkan
Kamal. Setelah beberapa saat, mulai terlihat senyum menghiasi
wajah Kamal. Dia meletakkan tangannya 'di atas tangan Soraya.
Biasanya, Soraya akan menyingkirkan tangannya, menahan diri
untuk memperlihatkan kemesraan berlebihan di tempat umum.
. Namun, tidak-untuk hari ini. _
"Omong kosong," Ujar Kamal. "Kau satu-satunya orang
yang menarik perhatianku dan kau tahu itu." '
Kamal mengucapkannya sedikit keras dan Soraya meman"
dang sekeliling melihat apakah ada orang lain yang mendengar
ucapan itu. Ia beralih memandang Kamal dan melihat laki-laki
itu sedang menyeringai. Kamal menangkupkan kedua tangannya di mulut, pura-pura 'ingin berteriak, tetapi 'Soraya lebih
- _ dulu memukulnya. "Hentikan." Kamal tertawa dan Soraya menyeringai lebar. Dan, semuanya kembali baik"baik saja.
"Kamal, kau pikir aku punya bakat menjadi penyanyi?"
"Wah, apakah R'uzana menawarimu kontrak atau apa"
Hanya sekali menumpang dan sudah bisa seperti itu."
"Bukan! Ia hanya yah. Aku tidak tahu. Ia bilang aku bisa."
"Aku tidak tahu. Apa yang dikatakannya" Apa kau berniat
menjadi penyanyi?" l24 Susun "Aku tidak tahu. Dan, ia tidak bicara banyak. Tapi, sewaktu
aku di sana, melihat semua yang ditampilkan di atas panggung,
rasanya menggairahkan, kau tahu itu?" _
"Aku suka kau apa adanya," Ujar Kamal. Laki-laki itu berpikir
sejenak, kemudian tersenyum. "Aku' pikir peketjaanmu sebagai
perawatitu seksi." Soraya meninju bahunya mendengar ucapan Kamal itu.
"Di permukaan, mungkin terlihat menggairahkan," Ujar
Kamal, mendadak bicara serius. "Beberapa artis merasa
kesepian dalam hidup mereka. Untuk menjadi perhatian publik,
tidaklah mudah. Aku tidak berpikir kau akan menjadi salah
satunya." ' ' . "Ketika seluruh dunia mencintaimu, bagaimana bisa kau .
merasa kesepian?" ' "Hal seperti itu yang kubaca. Kurt Cobain bunuh diri. Elvis
Presley overdosis." "Ya benar, tapi Siti Nurhaliza melangsungkan pernikahan
megah dan disiarkan langsung di TV."
"Kau mau menikah dengan Datuk K?"
"Kau tahu maksudku'." - '
' Kamal membakar rokok lagi. Soraya mengambilnya dari
mulut Kamal dan mematikan apinya di asbak; '
' "Apakah kau akan bosan denganku, jika aku tidak pernah
berubah?" ' ' "Kau bercanda" Setelah enam tahun bersama, apakah aku
pernah merasa bosan denganmu" Bahkan, nanti malam akan
aku tanjukkan bagaimana aku tidak pernah bosan denganmu."
"Oh, aku tidak bisa malam ini." '
125 AMIR HAFIZI "Kenapa" Ini akhir pekan. Kau tidak pernah adakesibukan
' selama akhir pekan." ! _
Soraya mengernyitkan wajahnya mendengar perkataan itu.
Ia memandang Kamal. ' f'Kau'pikir aku tidak punya kehidupan lain" Aku ada janji
dengan Rezana untuk pergi ke suatu tempat."
"Sekarang, kau berteman baik dengannya, ya?"
Kamal menyalakan rokok lagi dan kali ini tidak membiarkan
Soraya merebutnya. _ ' "Katanya, ia bisa memberiku beberapa tips tentang
tentang menyanyi secara profesional. Aku hanya ingin mengetahui hal itu. Tolong, jangan marah."
"Aku tidak marah." ' .
_ Dan, keheningan yang memulai hari mereka berdua tadi,
berlanjut. . 215 SORAYA tidak pernah mengira kalau rumah seorang bomoh
memiliki bagian resepsionis. Tadinya, ia mengira kalau rumah
bpmoh itu semuanya terbuat dari kayu dengan aroma dupa
kemenyan terbakar di seluruh penjuru ruangan. _
_ Alih"alih, rumah yang terletak di daerah pinggiran kota'
Kampung Baru itu, terbuat dari batu bata dan beton. Hanya
bagian sambungan belakangnya'saja terbuat 'dari kayu.
Ketika ia dan Rezana berjalan memasuki ruang tengah,
Soraya melihat ada seorang perempuan mengenakan penutup
kepala, duduk di belakang meja. Di sana, terdapat sebuah
126 5usux telepon, mesin fait, sebuah komputer, dan printer yang tersusUn
rapi di mejanya. _ ' _ Terdapat pula klip kertas, penjepit kertas, kaiencler, beberapa
buah pena, dan tumpukan kertas yang biasa ia lihat di kantor- '
kantor umumnya. Di bagian atas buku"buku besar, terdapat
sebuah mangkok tempat orang dapat memasukkan kartu
namanya di sana. Meja itu terlihat seperti meja sekretaris pada
umumnya dan perempuan itu memang terlihat seperti seorang
sekretaris._ ' Setelah Kamal mengantarnya pulang tadi, Soraya telah
bersusah payah memikirkan pakaian apa yang akan ia pakai.
'Ia tidak'tahu pakaian apa yang cocok dikenakan untuk pergi
' ke tempat seorang bornoh. Ia bertanya sendiri dalam hati apakah
ia sebaiknya mengenakan pakaian tradisional, tetapi akhirnya
memUtuska'n sebaliknya karenamenganggap pakaian itu terlalu
formal. Mengenakan terusan juga terasa janggal. Walaupun
begitu, ia akan pergi dengan Rezana, dan ia ingin menciptakan
kesan baik. ' ' Akhirnya, Soraya memutuskan memakai kemeja berkerah
warna ne'tral yang dimasukkan ke dalam celana jeans. Ia
berharap Rezana tidak mengenakan kebaya atau gaun mahal.
Dan, ternyata penyanyi itu juga mengenakan celana jeans,
dan atasan bagus berwarna hijau zaitun" Soraya kagum bagaimana Rezana dapat membuat apa saja yang ia kenakan terlihat
mengagumkan dan tidak perlu banyak memilih pakaiandi ma'l


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk membuat dirinya lebih cantik.
12" AMIR HAFlZ! Perempuan yang mengenakan tutup kepala itu hampir tidak
tersenyum,' tetapi menjawab salam saat Rezana dan Soraya
masuk. Setelah mengisyaratkan mereka untuk duduk pada kursikursi rotan yang tersedia, ia masuk ke dalam. Rezana dan
Soraya duduk. _ ' "Ia sedang memanggil Bomoh Efendi," jelas Rezana.
Soraya bertanya dalam hati mengapa Bornoh Effendi tidak
memasang telepon saja'di kamar atau kantornya itu. Dengan
begitu, sekretarisnya dapat dengan mudah menekan nomor
sambungannya daripada harus pergi menemuinya setiap" kali
ada tamu. _ Beberapa-menit kemudian, seorang laki-laki berumur lima
puluhan keluar bersama sekretaris tadi Hal pertama yang
dilihat Soraya adalah rambut putih lebatnya yang sebagian '
tersembunyi di balik kopiah yang dia kenakan'. Bomoh Effendi
'memakai kemeja putih tipis yang tidak begitu berpengaruh
untuk menutupi perutnya yang sedikit buncit. Dia mengenakan
pantalon berwarna hitam dengan sarung yang _melilit
pinggangnya. _ Apa pun itu, pikir Soraya, setidaknya, ia teriihat"sungg'uhsungguh dan meyakinka'nmseperti seorang bomoh sejati.
' Laki"laki _itu tersenyum pada Rezana, yang mendekati,
menyalami, dan mencium tangan Bomoh Effendi.
Soraya tetap duduk, tidak yakin harus melakukan apa. Lakilaki itu mengalihkan pandangannya kepada Soraya dan
. mengangguk setuju pada Rezana.
'128 5usux Mendadak, meskipun mengenakan kemejadan celanajedns,
Soraya merasa dirinya telanjang.
Z'ri SABHA menitiskan air dari mie instant yang ia 'siapkan dan
meletakkannya di dalam sebuah mangkok. Kemudian, ia
memasukkan bumbu dan mengaduknya sambil membawa
mangkuk itu ke ruang tengah dan duduk di depan televisi. Greyls
Anatomy sedang ditayangkan.
Meskipun ia dapat membeli makanan yang lebih baik, Sasha
senang makan mie murah. Ia tahu terlalu banyak makan mie
tidak baik untuknya, dengan kandungan monosodium- glutamate, dan entah sampah apa lagi yang mereka masukkan
sekarang ini di dalamnya. Namun, tidak ada yang lebih menye"
nangkan baginya, daripada makan satu bungkus mie di depan
televisi. _ Perhatiannya pada mie hilang begitu saja, ketika Soraya
masuk sambil membuka pintu lebat-lebar.
Gadis itu melepaskan sepatunya dan dengan bergegas,
'masuk ke kamar. Namun, saat sedang melangkah masuk ke '
kamatnya, Soraya terhalang oleh Mastura, yang sedang menuju
dapur mengambil makanan ringan.
Dengan cepat, Sa'sha membalikkan badan melihat apa yang
terjadi. Ia mendengar Soraya pergi bersama Rozana, dan Sasha
menyalahkan dirinya sendiri tidak pergi ke konser itu. Ia sudah
tahu kalau produser kurus itu terlalu sibuk mendekati a_rtis- '
artis lain untuk menguji dan mencari-cari dirinya. Namun,
_129 A"R _HAFIZI mungkin ia akan bergaul dengan para bintang dan berteman
dengan para selebriti seperti yang sekarang tetjadi pada Soraya.
"Hei, hei, apa yang terjadi?" Tanya Mastura.
"Tidak ada," jawab Soraya, yang mendadak mengubah
haluan dan melangkah menuju dapur. Ia menuangkan segelas
air-untuk dirinya sendiri. '
Mastura mengikuti langkahnya. Setelah ragu-r'agu beberapa
saat, Sasha memutuskan eksploitasi seksual Meredith Grey's'
kalah menarik dibandingkan dengan gosip- gosip terbaru
' langsung dari sumber terpercaya.
"Ayolah, Soraya, apa yang terjadi?"
Soraya tersedak. Sasha tidak tahan untuk tersenyum geli.
'iApakah ia melakukan sesuatu padamu" Apakah'kau tahu
apa yang membuat ia tetap sendirian sampai saat ini?" .
"Tidak!" Wajah Soraya berubah ungu ketika rekan-rekan
serumahnya itu menertawakannya.
Sasha mulai mencoleknya. "Kau bisa ceritakan pada kami," Ujarnya. "Apakah temantemanmu ini sudah tidak cukup baik lagi sekarang?"
"Tidak ada apa pun yang bisa aku ceritakan!"
Dan, Soraya bergegas masuk ke kamarnya. Sasha memandang Mastura, yang hanya mengangkat bahu.
"'I'ampalmya, ia marah sekali," Ujar Mastura.
"Kau tidakboleh berkata begitu. Mungkin, ia melihat sesuatu .
yang mengerikan." "Hmph, seperti bra bertabur berlian atau semacamnya. Wah,
aku turut senang." 130 Susun "Yah, benar kau Senang. Kau hanya cemburu kalau ia _punya
teman selebriti dan kau bukanlah siapa"siapa."
"Katakan itu untuk dirimu sendiri. Aku- dapat peketjaan baru
dan ini akan berjalan mulus."
Mastura meninggalkan Sasha sendirian di dapur. Meskipun .
tidak menunjukkannya, Sasha dapat merasakan ada sesuatu
yang aneh pada diri Soraya. -"Sesuatu" itu dan sedikit bau
kemenyan yang tercium dari gadis itu. '
Hal itu menjadi bahan pikiran bagi Sasha sehingga melupakan mie ins'tannya dan pergi tidur tanpa memakannya sama
sekan. ' 23 "AKU senang kau datang," Ujar Rezana, dengan napas sedikit
terengah-engah setelah berenang beberapa putaran.
Soraya menunduk menatap kepala penyanyi yang rambutnya dipotong pendek itu. Tidak banyak bukit terpencil di Shah
Alam, tetapi Rozana menemukan satu tempat yang sangat
bagus dan membangun bungalow berlantai dua beserta kolam
renang yang cukup besar. Tentu saja, jauh lebih besar dari
apartemen Soraya. ' "Tadi, aku bilang, aku se'nang'kau datang.!"
' Soraya tersenyum masam, memandang ke sekeliling Rozana.
Untuk alasan tertentu, gadis itu tidak berani secara langsung '
memandang Rezana. Meski dikaburkan oleh air, Soraya, toh,
- masih dapat melihat melalui sudut matanya kalau Rozana sama
sekali tidak mengenakan apa-apa.
Amp. HAFIZI Si penyanyi menyadari hal itu. Ia tersenyum dan'menyipratkan air ke arah Soraya, yang sedang duduk di pinggir kolam,memain-mainkan jemarinya di permukaan air. Soraya
menghindar dan memutuskan hal yang terbaik yang dilakukannya adalah berjalan menjauh dan duduk di kursi yang
' terletak di sisikolam. "Aku akan datang nanti jika tahu akan menganggu acara
berenangtnu." ' "Omong kosong! Aku 1ngin kau datang," Ujar Rozana. "Aku
ingin menunjukkan sesuatu padamu." 1
Soraya dapat mendengar sebutan air sedikit, sebelum suara
eeburan'panjang digantikan dengan decitan tangga kolam yang '
terbuat dari baja. Ia tetap tidak memandang Rozana dan fokus
melihat pemandangan di bawah bukit yang cukup indah.
Jajaran rumah dan perkantoran dengan rapi dipisahkan oleh
jalanan dan jalan besar. Soraya dapat mendengar Rezana
mendekat, dan ia segera menggeser duduknya dengan tidak
nyaman. ' Sebelumnya, sewaktu Rozana menghubunginya, di saat
hampir waktu pergantian shift hari itu, hal terakhir yang ia
harapkan adalah disambut oleh penyanyi berbadan kurus yang
sedang mandi berenang. Ia mengharapkan pertemuan yang
lebih biasa dengan Rozana yang _akan memberinya informasi
lebih banyak lagi mengenai susuk.
Setelah pertemuan di rumah Bomoh Effendi seminggu
sebelumnya, Rozana sama sekali tidak mengatakan apa pun.
Ia diam saja. Perempuan itu hanya mengantarkan Soraya
Susux pulang dan kemudian meninggalkannya sendiri. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan Soraya hanya dijawab dengan jari
yang menempel di bibirnya dan sebuah senyuman.
Hal itu membuat Soraya bingung dan penasaran. Waktu
itu, ia tidak ikut masuk dengan mereka ke dalam ruangan yang
dimasuki Rozana dan bomoh Effendi. Ia memilih menunggu di
luar. Saat keingintahuan merasuki pikirannya, Soraya menyadari bahwa keputusan yang dibuatnya bukan keputusan yang
terbaik. Apa yang te1jadi di balik tirai"tirai tebal itu"
Ia tidak bercerita kepada siapa pun dan tidak yakin apa
yang akan dilakukannya. Apakah sebaiknya ia menghubungi
Rezana" Atau, ia mungkin memang sedang dalam kondisi tidak
ingin-bicara dengan siapa pun" Pertanyaan demi pertanyaan
terus menari-nari dalam pikirannya, dan ia tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik."
Teman-teman serumahnya berhenti menanyainya sesudah
kejadian kemarin, ia juga tidak membicarakan hal itu kepada
Kamal. Sebenarnya, ia sudah tidak bicara dengan Kamal sejak
mereka keluar pada Sabtu lalu. Itu hal lain yang perlu
dikhawatirkan, tetapi Soraya tahu, sekali kud'a jantannya
melawan, laki"laki itu tidak akan lagi berwajah muram clan _
segera menghubungi dirinya. Pertengkaran ini bukanlah
pertengkaran terburuk yang pernah mereka alami.
Sekali, Soraya pernah menuduhnya pergi dengan gadis lain
yang tidak lain ternyata adalah saudara tiri Kamal. Ayah Kamal
sudah menikah lagi dan dia merasa sangat malu untuk
mengatakan kebenaran itu kepada Soraya. Kamal tidak
membalas teleponwteleptiun dari Soraya selama seminggu
133 AMH: HAFIZ! setelah kejadian itu, tetapi akhirnya mereka berhasil melewati
kejadian tersebut Soraya yakin Kamal cukup punya perasaan
menghadapi pertengkaran kecil ini
Ditambah lagi, Soraya mendapat kesempatan besar. Semua
tentang susuk ini. Apakah benar"benar ampuh, atau hanya
sekadar cerita bohong semata. Jadi, sewaktu Rozana meneleponnya hari itu, tiga hari setelah (kunjungan besar mereka, 'ia
bergegas berangkat untuk mengungkap misteri dan dapat
menenangkan pikirannya. _ Rezana mengizinkannya masuk, melewati beberapa orang
penjaga, sesuai dengan instruksi yang diberikannya melalui
telepon. Salah seorang penjaga memberitahu Soraya kalau
Rozana sedang berenang di kolam belakang, dan membiarkannya pergi sendiri ke sana. Setelah melihat Rezana di kolam
selama beberapa saat, ia sadar mengapa tidak dikawal.
Rezana mendudukkan tubuhnya di depan Soraya,,di seberang kursinya. Soraya melepaskan pandangan lega melihat
tubuh Rozana-yang sudah terbalut handuk. _
Ia memandang ke arah Rezana, yang memandanginya
dengan wajah berseri-seri. Wajahnya terlihat lebih bersinar
dibandingkan terakhir kali Soraya melihatnya. Kulitnya terlihat
sehalus kulit'bayi, dan wajahnya bersinar cerah seperti wajah
gadis belia. Bahkan, rambutnya yang basah kuyup, sama sekali tidak
terlihat lemas. Terurai lembut seperti cairan tinta hitam yang
membingkai wajahnya. "Hei, Soraya, lihat ini."
134 Susun Tanpa aba"aba, Rezana berdiri dan membuka handuk yang
dikenakannya. Soraya terlalu terkejut untuk mengalihkan
perhatiannya. [a memandang kedua payudara Rezana yang
bulat, perut datar, dan kulitnya yang lembut. Bahkan, rambut
halus yang menutupi bagian keperempuanannya terlihat bagus
dan nyaris sempurna. _ Lalu, Rezana menutup kembali tubuhnya dengan handuk.
"Untuk sekarang, cukup sebatas itu dulu melihatnya,"
Ujarnya sambil tertawa. Wajah Soraya memerah, membuat
Rozana semakin tertawa terkekeh"kekeh.
"Hentikan." Ia tertawa, "Aku menggodamu karena reaksi yang'kau
tunjukkan sungguh lucu. Kau sangat menggemaskan, Soraya."
Rezana masih tertatva clan Soraya berusaha tersenyum kecil.
"Effendi selalu melakukan tugasnya dengan baik," Ujar
Rezana tak berapa lama setelah itu. "Gangan pernah meremehkan kekuatan seorang bomoh. Aku berharap bisa menunjukkan
foto-foto 'sebelum" aku menjadi seperti ini. Kurasa, kau mengerti
sekarang, apa 'yang sebelumnya ingin aku katakan kepadamu."
"Ini seperti bentuk kuno dari Botox, bukan?" _
"Lebih dari itu. lui adalah jimat, mantra, bukan dengan
bahan"bahan kimia. Yang tidak sekadar membuatmu cantik,
tetapi menjadikan kau lebih dari dirimu sendiri." '
Soraya memandangnya, seribu pertanyaan bermain-main
di balik alisnya yang berkerenyut. ' _ '
"Dan, susuk ini mengalahkan olahraga ataupun vitamin,"
Ujar Rozana. "Aku hanya melakukan ini setiap empat atau
enam bulan sekali dan aku baik-b'aik saja." _
135 AMIR HAFIZI "Lebih dari dirimu sendiri" Apa artinya?"
"Aku'tidak bisa menjelaskannya kepadamu. Kau harus mera"
sakannya sendiri. Aku selalu merasa lain ketika melakukannya.
Aku merasa lapar.. .pada banyak hal. "
"Lapar'?" Rezana kembali tertawa kecil. _
"Bukan haus darah atau semacamnya. Aku tidak berubah
menjadi monster dan memakan manusia, jika itu yang kau
bayangkan. Selera makanku semakin besar. Contohnya saja,
sebelum kau datang tadi, aku makan dua pizza ukuran besar
dan satu bungkus nasi beriyani'. Yah, haI-hal semacam itulah.
Sesudah ini., tidak lama lagi aku akan makan, kau mau
bergabung?" "Aku aku berencana pergi. Kama] dia kami akan
pergi menonton film. Aku harap kati tidak keberatan."
"Terserah kau saja," Ujar Rezana, sambil mengangkat bahu '


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan membiarkan handuknya sedikit terbuka, memperlihatkan
payudaranya: "Tapi, jika kau ingin berkarier di bidang tarik '
suara dengan serius, ada baiknya kau menelepon Effendi. Ia.
sudahmembantuku selama delapan tahun ini."
Soraya masuk ke dalam rumah. Sebelum masuk, ia berbalik
dan memandang Rozana lagi.
"Mengapa kau lakukan ini" Mengapa aku?"
"Kau sudah pernah menanyakan ini," Ujar Rezana.
"Jairvabanka masih "tetap sama. Aku merasakan itu. Perasaan
kesepian." ' Nasi yang dimasak bersama daging atau ayam yang diberi rempah-rempah
"Psny. l36 Susun "Kau merasa kesepian."
"Sulit dipercaya, bukan" Menjaga sebuah rahasia selalu
membuat kita merasa kesepian. Biasanya, aku mengajak Mona"
tapi, sudahlah. Ditambah' lagi, reaksimu menggemaskan."
"Hmlnmm." "Soraya, hati-hatilah dengan apa yang kau lakukan. Tidak
semua orang di industri ini menginginkan yang terbaik untuk
dirimu." w SORAYA menelepon taksi dan menunggu sekitar _lima belas
menit sebelum taksi itu akhirnya menemukan rumah Rezana.
.Ia masuk ke dalam taksi dan meminta pengemudi mengantar
ke apartemennya. ' Saat taksi melaju di jalan yang lengang, Soraya membiarkan
pikirannya berkelana. "Ia memikirkan bangsal geriatrik.wTentang perawat bernama
Zaman. Tentang ASEAN Idol. Ia memikirkan Kamal, memikirkan kakak perempuannya, Sofia, dan anak-anaknya.
Memikirkan kedua temannya, Mastura dan Sasha.
Soraya memikirkan bayaran sebesar RM 1.600 dan apartemen sangat kecil yang ia sewa. Ia memikirkan ibunya di
rumah. Kemudian, memikirkan Rezana, Mona, dan tentang
kantor atau rumah atau klinik mistik 'Bomoh Effendi. Ia
mengingat konser kemarin dan bagaimana orangorang berteriak dan menari bersama kedua diva itu, meskipun mereka
lebih dulu I'nelakukan mantra pada semua penontonnya.
137 AMIR Hanz: Yang paling ia pikirkan adalah kesempurnaan tubuh Rozana.
Kulitnya mulus, basah oleh air, dan rambutnya hitam halus
seperti aliran tinta hidup. ' '
Soraya terlalu banyak memikii'kan semua itu. Hal itu
membuatnya tidak menyadari ada sebuah mobil yang parkir
di samping jalan yang mulai bergerak dan mengikuti mobilnya
menuruni bukit. _ . _ Ia pasti melihat mobil 'yang sama keluar dari parkiran rumah
sakit dan mengikutinya ke sini, ke rumah Rezana. Ia akan
melihatnya, jika saja', tadi, ia tidak keluar dari rumah sakit
dengan bergegas. Kemudian, mobil itu mempercepat lajunya dan mendahului
taksi yang ditumpangi Soraya. Laki"laki di kursi penumpang
memandang Soraya, yang masih saja memikirkan tubuh
telanjang Rezana. ' M = BARU saja lewat tengah malam, ketika taksi yang ia tumpangi
perlahan menepi di depan gedung apartemennya. Soraya membayar ongkos taksi 'dan melangkah menuju lift. '
' Toko Mak Enon sudah tutup, sedikit lebih cepat dari biasa, _
tetapi hal itu tidak mengejutkan Soraya. Perempuan tua itu
kadang-kadang menutup tokonya, bahkan sebelum pukul'
sepuluh malam, jika ia mau.
Bahkan, kios burger di depan apartemennya sudah kosong.
Anak"anak mungkin punya rencana pergi keluar malam ini,
memacu sepeda mereka di depan-halaman gedung. Atau,
[38 53 Susun mungkin juga bos setengah baya itu sudah gulung tikar dan
kembali pulang ke Terengganu. Laki?laki tersebut bukanlah
orang pertama yang menempati kios tua itu. Bukan hal yang '
mengejutkan. Sebuah malam yang sunyi lagi di Kondo-Umurn. Dinding"
dinding retak yang sama, lampu-larnpu dengan pancaran sinar
yang mengerikan, lift"lift dan fasilitas lainnya yang kadangkadang dapat digunakan dan kadang tidak. Setelah melihat
rumah Rezana yang megah, setiap dinding yang retak dan '
berjamur di lapisan dinding Kondo Umum semakin jelas terlihat
Oleh Soraya. _ ' Ia memerhatikan satu_ titik berwarna hijau kehitaman satu .
meter di atas lift, yang terlihat seperti wajah Kamal. Saat itulah,
sebuah mobil menepi di dekat lift, dan seorang yang ia kenal
melangkah keluar dari tempat duduk penumpang mobil itu.
"Hei, aku ingin bicara denganmu." . '
Soraya terlambat menyadari kalau orang itu adalah Farish.
Laki"laki yang mengerikan. Terlalu terlambat baginya untuk
melarikan diri. Di sebelah kirinya, Toko Mak Enon. Di sebelah
kanannya, tempat parkir dikelilingi dengan pagar berantai. [a
tetjebakdi antara gedung dan mobil itu, sementara Parish sudah
datang mendekat. Ia me rogoh"rogoh dompetnya, berharap ia punya semprotan
merica seperti yang ada di dompet Sasha. Ia mendapatkan
segenggam kunci, saat Parish datang dengan senyum mengejek.
Soraya dapat mencium bau rokok dan alkohol.
"Mau apa kau?" .
"Tidak bisakah aku menyapa adik iparku?"
AMIR HAFIZI "Hentikan omong kosongmu. Apa yang kau inginkan
dariku?" ' "Adakah yang aku inginkan darimu" Oh, benar. Kau punya
ingatan bagus sekarang. Bersahabat dengan orang kaya.
Mungkin, ada yang bisa kau berikan kepadaku."
"Apa". Kau membuntuti aku?"
Senyum Farish melebar, memperlihatkan giginya yang bernoda karena tembakau. Soraya semakin kuat menggenggam
' kunci-kunci apartemennya.
"Tadi, kau bersama penyanyi itu, bukan" Apa dia membayannu melakukan itu?"
"Kau mabuk." "Hei, aku berusaha ramah kepadamu, dan kau mengatakan
kalau aku mabuk?" Parish semakin mendekat. Soraya mengeluarkan tangannya
dari'clompet dan siap meninju laki-laki itu ketika sepasang
' lengan yang kuat menangkapnya dari belakang.
Teriakannya tak terdengar, terhalang tangan kanan yang
mendekap mulutnya. Tangan kiri penyerangnya dengan kuat
merengkuh dadanya, membuat Soraya sulit untuk bernapas.
"Mengapa kau begitu menyusahkan?" Ujar Farish. "Aku
hanya ingin bicara denganmu. Sekarang, kan bisa berteriak
sesukamu. Tidak ada siapa-siapa di sini."
Soraya melawan, menampar, dan memukul, tetapi tidak
menemukan sasarannya. Ia dapat merasakan rambut dari
kepala orang di belakangnya, tetapi ia terlalu pendek untuk
menjangkaunya. Tangan laki"laki itu, menutup mulut dan
sebagian hidung Soraya, samar"samat tercium bau kari.
140 Susuk "Aku rasa, kekasarnmu ini penyakit keturunan. Kalau begitu,
bertingkahlah sopan."
"Bawa mobilnya!" Ujar laki-laki yang menahan Soraya.
*Uangan memberiku perintah apa yang harus aku lakukan,"
Ujar Farish. "Aku sudah katakan hal itu, bukan?" '
Dan, Farish melangkah menjauh, hilang dari pandangan
Soraya. Lelah, Soraya berhenti melawan, tetapi masih berusaha
berteriak meskipun mulutnya dibekapoleh laki"laki yang
menyerangnya. ' ' "Diam atau aku patahkan lehermu!" Bisiknya. Ancaman lakilaki itu berhasil. Soraya mendengar pintu mobil dibuka. Laki-laki itu mulai
menyeret Soraya yang berusaha untuk menahan kakinya, tetapi
laki-laki itu malah menendangnya. '
"Masukkan dia," Ujar Farish. "Kita akan membawamu jalanjalan." W ."SORAYA',_ ini Zahied. Zahied, Soraya," Ujar Farish.
"Mengapa kau memberitahu namaku kepadanya?" Tanya
laki-laki berbadan besar dan tegap yang memegangi Soraya.
' "Diam," Ujar Farish, yang duduk di bangku kemudi.
Zahied dan Soraya duduk di belakang. Zahied masih men' dekap Soraya dengan erat sehingga Soraya ke'sulitan bernapas.
"Kau yang diam! Sekarang, ayo jalan!"
141 AMIR. HAFIZI Fan'sh membelalakkan matanya kepada laki-laki itu. Namun,
kemudian, dia membalikkan badannya dan memutar kunci
kontak, sambil mengucapkan sumpah serapah.
Dengan hati"hati, Zahied memutar kepala Soraya sehingga
tawanannya itu dapat melihat wajahnya.
"Halo, Soraya."
Zahied berkepala botak dan lehernya hampir tidak terlihat.
Pipinya yang tembem dan bibirnya yang tebal, mengingatkan
Soraya kepada kura-kuraninja. Dan, laki"Iaki itu tertawa ke '
arahnya. ' Dia tertawa seolah-oiah yang dilakukannya itu adalah
lelucon paling hebat di dunia. Farish ikut tertawa, berlagak
'seoiah mereka adalah dua orang penjahat dalam film B-g'rade.
Soraya kembali melawan, tetapi dengan cepat Zahied mengen"
dalikannya. Lengan kirinya mendekap dada kanan Soraya
dengan sangat kuat. _ Rasa sakit yang mendera membuat Soraya menghentikan
aksinya. Matanya mulai berair dan Soraya muiai terisak.
"Aduh, jangan menangis sekarang. Simpan untuk rekaman
kita nanti." Soraya berhenti menangis dan mengalihkan pandangannya
kepada Zahied. Soraya gemetar menahan amarah, ketakutan,_
dan merasa terhina. Zahied membalas tatapan Soraya dan
tersenyum. Aldiirnya, Soraya mengalihkan pandangannya.
Parish membelokkan mobil dan bergerak menuju sebuah
gerbang. Zahied sibuk mendorong Soraya supaya menunduk
agar tidak terlihat oleh orang-orang'dari luar.
142 Susun "Kita akan bersenang"senang malam ini," Ujar Zahied.
Saat itu, tangannya melepas dekapan pada mulut Soraya.
' Soraya mengambil kesempatan itu dan menggigit jari Zahied.
Keras. _ Zahied berteriak karena terkejut. Laki-laki itu menarik
tangan kanannya menjauh dan memukuli Soraya dengan
tangan kirinya, tetapi terlambat.
Soraya menghela napas panjang dan berteriak. Teriakannya
ketas,jeritan panjang yang membuat 'Zahied dan Parish terpaksa
menutup kedua'belah telinga mereka.
Di luar kendali Farish, roda mobil 'malang itu membelok
dan menabrak dinding. ' "Sial!" Farish menekan pedal rem dengan kaki kanannya dan
i'nendadak mobil berhenti. Zahied dan Soraya, yang terhuyung"
huyung di belakang, kembali saling dorong.
"Perempuan jalang sialan!" 'IEriak Farish. Serta _merta,dia _
menggapai pegangan dan membuka pintu mobil.
'Farish melangkah keluar dan bergerak menuju bagian belakang mobil, membuka pintunya. Sebelum dia dapat menarik
Soraya keluar dari mobil, seseorang menariknya ke belakang.
Dia membalikkan badan dan berhadapan dengan seorang
Iaki-laki berkulit gelap yang mengenakan sarung _dan jaket.
Kedua mata laki-laki itu tersembunyi dalam bayangan gelap
dahinya yang tinggi. Namun, Farish masih dapat melihat
sesuatu bergerak di kedua mata orang yangtidak dikenalnya
itu. Sesuatu yang berwarna'hitam, panas, dan cair.
143 -AMIR HAFIZI W FARISH sudah berkelahi sepanjang hidupnya._ Sejak taman
kanak-kanak"saat dia mematahkan hidung anak tetangganya
"melukai temannya waktu sekolah dasar. Dia juga berkelahi
sepanjang sekolah menengah pertama, saat dia ingin membuktikan lahan kekuasaannya pada tempat"tempat tertentu
di Sungai Lambing. Dia berkelahi dengan gangster Cina yang biasanya menggunakan pisau, dengan klan Indian yang menggunakan helm
dan tongkat mereka, dan orang"orang Kelantan dengan kapak
kecilnya. Dia berkelahi dengan mereka semua, dan selamat.
Sering kali, dia menang atau setidaknya berhasil mempertahankan lahan kekuasaannya. '
Satu malam, Farish benar"benar merenggut pisau lawannya
dan membenturkan kepala lawannya ke kaca depan mobil. Lakilaki iru selamat dengan lima puluh tiga jahitan di sepanjang
mukanya. Sejak itu, kawan-kawan memanggilnya Fan'zh 'Tyson',
tetapi tidak pernah secara langsung. Fan'sh membayangkan
dirinya sebagai seorang petarung jalanan, tetapi dia belum
pernah berkelahi dengan seorang seperti laki-laki berkulit gelap
ini. _ Farish baru akan mengayunkan pukulannya, ke tempat lakilaki berkulit gelap berada beberapa detik yang lalu. Namun,
mendadak, laki"laki itu ada di kiri dan kanannya, melancarkan
pukulan ke bagian kepala Farish.
144 Susun Hal tersebut tetjadi'dua kali sebelum akhirnya Farish marah
dan memutuskan mengeluarkan pisaunya. Sudah beberapa
kali dia menyerang laki-laki itu, tetapi tidak ada satu pun yang
mengenai sasaran. ' Farish merasa kalau laki-laki itu sedang mempermain"
kannya. Segera setelah pikiran itu merasuk ke dalam otaknya,
?dia langsung menyerang. Tangan kanannya, yang menggenggam pisau, mengenai dada laki-laki itu.
Farisii tersenyum saat memutar lengannya, mencoba


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperlebar luka yang dia buat. Malangnya, tangannya me- _
melintir ke arah yang berlawanan. Dia menatap tangannya
iagi dan melihat kalau tak ada pisau di tubuh lelaki itu. Padahal,
Farish merasa benar"benar sudah menancapkan tangannya dan
' memutarnya ke kiri. Farish mendengar bunyi keras dan rasa sakit yang membakar
menjalar di pergelangan tangan hingga sendi bahunya. Dia
berteriak dan merasakan tubuhnya melayang di udara. Farish
merasakan de'jd vu yang aneh saat dia melihat kada depan
mobil'"mobil miliknya"menimpanya 'dari tanah.
"w SORAYA metonta"ronta melawan Zahied di kursi belakang.
Zahied berusaha menahannya sembari melihat apa yang sedang
terjadi di luar pada saat yang bersamaan.
Laki-laki itu menjerit dengan suara seperti yang biasa
didengar Soraya'dari orang"orang yang menonton pertandingan
gulat di kedai-kedai kopi. Dan, tak berapa lama kemudian,
145 Ama HAFIZI Zahied tidak mengeluarkan suara. Bahkan, dia melepaskan
cengkeramannya pada Soraya.
Dengan cepat, Soraya membebaskan diri dan ia baru _saja
akan keluar melalui pintu yang satunya lagi, tepat saat kepala
Farish membentur kaca depan mobil. Baik Zahied maupun
Soraya"wse'o'rang laki-laki berbadan tegap dan seorang
perempuan Iemah"berteriak sama keiasnya.
Darah memercik ke seluruh bagian mobil. Kepala Fan'sh
berantakan bersimbah darah, kulit kepala dan pecahan kaca.
Yang menakjubkan, Farish masih bernapas.
"Tolong tolong "."
Dia menggapai Zahied, yang gemetar ketakutan di pojok
mobil, tidak mau berurusan dengan laki-laki yang terluka itu.
Lalu, seseorang membuka pintu mobil di sisi Zahied clan '
menarik laki"laki yang ketakutan itu keluar.
Soraya mendengar Zahied menjerit dan memekik saat
terdegarbu'nyi "keretakvkeruruk" miang yang patah menggema
di dinginnya udara malam.
Setelah terasa seperti berjam-jam lamanya, walau sebenar?
nya kurang dari satu menit, suara itu tak terdengar lagi.
Soraya merunduk sambil bertumpu pada kedua tangan dan
iututnya. Dengan pelan, ia merayap menuju pintu yang terbuka
untuk melihat siapa penyerang itu. Saat itulah, pintu di sisinya
mengayun terbuka. Ia hampir saja berteriak, tetapi sesosok wajah baik hati
muncul dan mengulurkan tangannya. Setelah ragu selama
beberapa saat, ia menerima uluran tangan itu dan melangkah
keluar dari mobil. l46 _ gUSUK "Apakah kau merasa baik"baik saja?" Tanya laki-laki berkulit
gelap _itu. ' . Soraya tidak segera menjawab dan hanya memandang lakilaki di hadapannya. Tidak menatap matanya. Soraya tidak tahan memandang lebih lama lagi. Kedua mata itu seperti
melihat menembus apa saja.
"Aku aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."
_"Tadi, kau tahu bagaimana berteriak," Ujar ]aki"laki itu
_ sambil tertawa kecil. Soraya mengalihkan perhatiannya memandangi mobil.
Zahied tergeletak di tanah, di samping'bagasi mobil. Parish
masih di tempatnya semula"dengan kepala membentur kaca
mobil. Meskipun kadang badannya masih bergerak, dan Soraya
masih dapat mendengar suaranya, samar. Anehnya, Farish
masih hidup. ' "Oh, jangan khawatirkan dia," Ujar lakilaki berkulit gelap.
"Dia masih hidup. Dia akan hidup. Hanya saja, bila sadar nanti,
" dia akan benar"benar merasakan sakit kepala yang."
Laki-iaki berkulit gelap tertawa sebentar, menganggap hal
itu lucu. "Maaf, aku tidak tahu bagaimana berterima kasih kepadamu."
"Tidak perlu," Ujar laki-laki berkulit gelap. "'Tidak perlu
berterima kasih sekarang.?" _ '
MONA berjalan memasuki apartemennya yang gelap gulita. [a .
melepaskan sepatu dan merabaaaba mencari tombol lampu.
147 AMIR' HAFIZI Setelah menekannya hidup mati beberapa kali, apartemen
dengan empat kamar tidur itu masih saja gelap gulita. _
"Suthia!" Teriaknya. "Kenapa lampu kita mati'?"
Suthia adalah pembantunya. Mona baru saja mempekerjakannya selama tiga bulan. Yang terakhir, Suharti, kabur mem? '
bawa barang-b'arangnya dan seorang anak tetangga. Naluri
keibuan semakin liar1 pikir Mona saat itu. '
Polisi dan para tetangga mencarinya di seluruh daerah
Lembah Klang dan beberapa daerah di sekitarnya. 'Tiga hari
kemudian, mereka menemukannya mengunjungi sebuah toko
'yang berjarak dua kilometer dan gedung apartemen.
Mona lalu membelikan tiket pesawat dan _mengembaliv
kannya ke Indonesia dengan uangnya sendiri. Ia tidak percaya
dengan pengembalian yang dilakukan oleh pemerintah.
Bahkan, ia memberi gaji selama dua bulan untuk dibawa pulang
oleh pembantunya itu. Mona bukanlah orang suci, tetapi menghargai layanan yang
diberikan perempuan itu selama tiga tahun terakhir. Terlebih
lagi, Sunarti dapat menyimpan rahasia mengenai kebiasaan"
kebiasaan gila Mona dengan pasangan tidurnya yang juga orang-orang ternama. Pembantu itu mendapatkan lebih dari RM
1.200.yang diberikan Mona untuk ongkos pulangnya.
Sunarti menangis saat Mona memberikan uang itu.
Membuat Mona bertanya dalam hati jika saja perempuan itu
sadar betapa berharganya informasi yang ia pegang. Mungkin,
ia tidak perlu dibayar sama sekali. Mungkin, semua rahasiaitu
aman dengan kepulangan Sunarti ke Indonesia.
0 [48 SUSUK Mona membuka kunci keypad ponselnya menggunakan
lampu dan" layar ponsel. Ia menggunakan lampu ponsel untuk
menerangi kotak sekring yang terletak di _atas rak sepatu.
Setidaknya, ada yang masuk akal di sini, pikir Mona.
Tidak ada kontak yang putus. Jadi, tidak ada sekring yang
terbakar. Lalu ia berpikirkalau petir mengakibatkan terjadinya
kortsleting. Sambil mengangat bahu, ia memanggil pembantu barunya
itu lagi. ' "Suthia! Aku pulang!"
Tidak ada jawaban. Bembantu baru itu"ia baru membawa
Suthia beberapa mingguialu"mungldn terlalu takut tinggal
di rumah yang gelap. Mungkin, ia pergi ke rumah salah satu '
tetangga, yang kebanyakan juga memiliki pembantu yang
berasal dari Indonesia. Pembantu-p'embantu itu tidak akan
membiarkan temannya yang membutuhkan pertolongan begitu _
saja. Mona sudah pernah melihat beberapa di antara mereka"
kebanyakan nama mereka dimulai dengan huruf ' .'"lebih
dekat dibandingkan dengan saudara sendiri.
Mona merogoh"rogoh tas tangannya dan menemukan
sesuatu yang seperti lilin. Lilin berbentuk orang kerdil yang ia
beli di sebuah stand amal di pusat belanja tempat ia tampil
menyanyi. Dengan harga RM 10, uang yang terkumpul dari
penjualan lilin itu digunakan untuk sumbangan bagi pemba"
gunan pusat pelatihan penderita autis. Jika ditanya, kebetulan
saja ia membeli lilin itu, tetapi s'epe'rtinya itulah benda yang
paling ia butuhkan saat ini.
149 AMIR Hanzt Karma, ia mengingatkan dirinya sendiri.
Mona menghidupkannya dengan pemantik api yang ia
simpan di saku celana panjang. Seketika, seluruh ruangan
diterangi sinar temaram dan cahaya kuning berkelip-kelip.
Sebagian kepala lilin kecil itu langsung hilang dalam sekejap.
Jadi, Mona pergi mencari beberapa buah lilin yang sudah
dibelinya waktu pertama kali pindah ke apartemen ini. Mona
membeli dua bungkus waktu itu. Ia baru menggunakannya lima
batang sewaktu hujan disertai petir dan guruh yang mengakibatkan lampu mati sekitar satu tahun lalu. '
Masalahnya sekarang adalah ia tidak ingat di mana menyimpan lilin-lilin itu. Lagipula, bukan dirinyalah yang menyimpan
lilin"lilin itu setelah lampu hidup sesudah badai reda 'waktu
itu. Sunarn' yang menyimpannya, dan sekarang perempuan itu
berada di Indonesia. Suthia mungkin dapat menemukannya,
tetapi hanya Tuhan yang tahu di mana ia sekarang. .
Ia berjalan memasuki dapur, beranggapan semuanya disitupan di sana. Saat itulah, jari kakinya tersandung oleh tabung
gas yang kosong. _ ' "Sialan! Aw." Aw." Aw.... Suthia, di mana kau?"
Mona meletakkan lilin di lantai, dan duduk sambil menggosok-gosok jari kakinya.
"Aku akan memecatrnu!"
Tidak ada jawaban. Api melalap seluruh bagian kepala lilin berbentuk orang
kerdil itu. Mona berharap mereka menjual lilin dengan ukuran
normal, atau orang kerdil itu berukuran biasa. Kepalanya lebih
dari setengah tubuhnya. Ia harus cepat menemukan lilin itu,
150 Susun atau ia harus pergi keluar dan membeli beberapa buah lilin"
kemungkinan yang tidak ia inginkan setelah seharian bekerja
keras. Ia kembali berdiri dan mendadak, ia merasakan sesuatu
menyeka punggungnya dengan sangat cepat. Mona hampir
melompat karenanya. Ia berbalik, tetapi tidak ada apa apa, atau
siapa pun di sana "Suthia?" Terdengar bunyi menggerisik. Mona memegang lilin itu ke
depan tubuhnya, menerangi jalan di depannya.
Ditetangi cahaya lilin, makhluk berbulu kecil berlari ke
arahnya. Mona menjerit sebelum menyadari kalau itu adalah
seekor ayam. Ayam hidup. "Bagaimana mungkin"-"-"
'Mona terkejut. Apakah Suthia memelihara ayam hidup
untuk dimasak" Apakah ayam rendang yang ia makan tadi _
malam berasal dari binatang yang disembelih di rumahnya
sendiri" Ia tidak suka dengan gagasan ayam yang disembelih
di apartemennya sendiri. Terkesan barbar bagi dirinya. Dan,
bagaimana jika teman-teman pilihannya datang bertamu. '
Bagaimana jika Lee, produser yang tidak ia sukai itu datang
berkunjung" Laki"laki itu seorang vegetarian. Mona bertanya
dalam. hati apa yang Lee pikirkan jika mengetahui pembantu
Mona membunuh binatang. la memikirkan darah berceceran.
Mona mengusir ayam itu ke tempat kecil di samping dapur,
tempat mesin cuci dan mesin pengering. Makhluk kecil itu
.maiah berlari di bawah kakinya dan masuk ke ruang tengah.
15! AMiR HAFIZI Mona berharap ayam itu tidak buang kotoran di atas karpet,
jika itu belum dilakukannya.
ia akan bicara panjang lebar dengan Suthia nanti.
Mona mengejar ayam itu ke ruang tengah. Kedua matanya
sekarang sudah terbiasa dengan kegelapan, dan ia dapat
melihat lebih banyak bentuk.
Napasnya terengah-engah sewaktu menyadari ada sesosok
perempuan berdiri di dekat pintu geser. Bayangannya ditonjol- .
kan .oleh sinar bulan. Ayam tadi berada di kaki perempuan
tersebut. "Suthia, mengapa kau tidak menjawab waktu aku memanggiimu" Dan, demi Tiihan, bagaimana bisa ada ayam masuk ke
sini?" ' ' Sosok itu tidak menjawab, hanya menunduk dan
menendang ayam itu. Binatang itu tidak mau bergerak.
"Oh bagus, apakah ayam itu binatang peliharaan" Apa yang
dia bisa, bertelur setiap hari" Aku tidak mengizinkan ada
binatang di rumah ini, Suthia. Dan, dari mana saja kau?"
Sosok itu "berbalik ke arah Mona, seolah baru saja melihatnya. Mona merasakan bulu kuduknya berdiri saat sebelah
tangan sosok itu menggapainya. Sosok gelap itu melangkah,
atau mungkin meluncur, dengan cepat ke arahnya.
Sinar dari lilin patung kerdil itu sekarang mulai membakar
bagian kakinya, menyinari wajah Mona, dan ia pun berteriak.
Mona melihat sesuatu, apa pun itu, memandang ke arahnya
dengan kedua mata yang nyaris keluar dari lubangnya. Seluruh
wajahnya mengerikan dengan raut kesakitan atau justru
[52 SUSUK anehnya, kesenangan. Entah mengapa, Mona merasa kalau ia
pernah melihat wajah'itu sebelumnya.
Mona membuka mulutnya untuk kembali berteriak, tetapi
mulutnya dipenuhi bulu-bulu. Ratusan ayam menyerangnya
sekarang, membenturkan rubuh dingin mereka ke arahnya.
Bulu"bulu ayam beterbangan di udara dan bau busuk bangkai
ayam memenuhi rongga hidung. Mona. ' '
Sosok gelap _itu bangkit dan melayang di atas Mona. Seolaholah, seperti ada satu tangan raksasa tak terlihat mengangkat
dan melambai"lambai'kan tubuhnya di udara, seperti sebuah
boneka. Bergerak dan melambai di atas Mona.
Darah beterbangan di seluruh penjuru ruangan.
27 AYAM-AYAM itu memakan nasi yang hampir basi dengan
kegembiraan yang mengerikan.
"Aku senang kau kembali," Ujar perempuan tua itu.
"Mengapa kau tidak tinggal'lebih lama" Jangan bilang kalau
kau hanya menginap semalam saja."
Soraya mengeryitkan hidungnya mencium bau nasiitu.
Ibunya, Mak Ya, senang memelihara ayam sendiri. Ia selalu
bertahan dengan pendapatnya kalau rasa ayam yang dipelihara
sendiri lebih enakedagingnya lebih manis, dengan tekstur
yang lebih bagus. Tidak ada hormon"hormon tambahan dan
pengobatan buatan. ' ' Soraya menghargai seleranya, tetapi tidak pernah dapat
setuju dengan kebiasaan ibunya yang menghabiskan banyak


The Evil Within Susuk Suzanna Karya Amir Hafizi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

153' AMIR HAFIZI waktu dengan 'ayam-ayam itu. ibunya memperlakukan ayamayam itu seperti keluarga sendiri. Kadang"kadang, Soraya
' berpikir kalau ibunya memperlakukan ayam-ayam itu lebih baik
daripada memperlakukan keluarganya sendiri.
Namun, tetap saja, Mak Ya akan menyembelih dua ekor dari
ayam berharganya itu untuk makan malam mereka nanti dan
membicarakan hal tersebut berulang-ulang. Mungkin, untuk
membuat semakin besar perasaan bersalah anak perempuannya. Meskipun begitu, Soraya ke sana bukan karena ayam- ayam
itu, atau membicarakan alasan mengapa ia jarang pulang
. seperti pembahasan yang sering dilakukan beberapa bulan yang
lalu. Ia lebih memilih untuk kembali ke kota. Soraya berada di
sana untuk mendapatkan jawaban.
"Jika Ma merasa kesepian, lalu mengapa mengirimnya
pulang" Mengapa mengirim Sona kembali, Ma?"
Ibunya tetap asyik melemparkan nasi sisa tadi malam dari
tempurung kelapa kepada ayam peliharaannya. Mereka duduk
di kursi kayu di kediaman ibunya, dalam diam.
"Ia ingin kembali."
"Bagaimana mungkin ia kembali dengan laki-laki itu?"
"Tempat perempuan adalah dengan suaminya, Soraya."
"Suami yang Ma pilih untuknya."
"Semua pernikahan memiliki masalah sendiri"sendiri. Farish
bermaksud baik." "Bermaksud baik" Ma sungguh percaya itu?"
Mak Ya melemparkan sisa nasi di tempurung kelapa ke ayam"
ayam itu.la bangkit dan memandang ke arah Soraya. '
' 154 Susun "Ya, aku percaya itu."
Perempuan tua itu melangkah .ke dalam rumah, tetapi
Soraya tidak akan membiarkan ibunyapergi begitu saja kali
ini _ _ "Waktu Sofiamasih kecil, ia ingin menjadi penari," Ujar
Soraya. "Tapi, ia terpaksa memupus impiannya itu."
*iIadi,_ kau menyalahkan Iman dan Salina" Apa kau lebih
memilih merekatidak dilahirkan sehingga Sofia bisa jadi penari
murahan dan semua orang bisa bermajn'mata dengannya?"
"Murahan" Dulu, waktu masih muda, kau juga penari, Ma!"
'Kali ini, Mak Ya menatap Soraya, membuatnya hampir
melangkah mundur. Soraya tidak tahan lagi, tapi ia dapat
merasakan air mata menggenang di kedua matanya.
"Ya, dulu," Ujar Mak Ya, sambil memukul dadanya dengan
satu tangan. "Dulu, aku seorang penari. Dan, lihat apa gunanya
untukku. Semua orang di kampung ini menjauh dariku. Mereka '_
memperlakukan ayah kalian seperti orang bodoh. Ayahmu lakilaki baik, soraya! Dan, mereka memperlakukannya seperti
orang bodoh karena menikahi aku, seorang penari! Itu dosa
dan kita semua membayar dosa itu." '
Air mata mengalir di pipi Soraya. Ia menghapus air matanya
dan memandang ibunya lekat. '
"Jangan khawatir," Ujar Mak Ya. _"Aku tidak akan melakukan
kesalahan yang sama denganmu seperti kesalahan yang terjadi
kepada Sofia. Kau tidak akan menikahdengan orang di bawah
keiasmu." ' Itu bukanlah sebuah-tampar'an, tetapi mungkin juga ya.
Ibunya menganggap Farish, yang merupakan anak bekas 155 AMIR Harlzl menteri, sebagai orang kalangan atas. Ia dulu seorang penari,
suaminya adalah seorang musisi dalam rombongan ghazal.
Setelah menyampaikan maksudnya, Mak Ya membalikkan
badan, menjauh dari Soraya, menaiki tangga, dan masuk ke
dalam rumah. Sebelum perempuan itu pergi, Soraya memandang tajam ke arah ibunya itu.
"Aku akan menjadi penyanyi." _
Ucapannya itu menghentikan langkah Mak Ya. Soraya
menantikan apakah ada tanda tidak setuju atau emosi dari
ibunya. ' "Terserah kepadamu," Ujarnya.
Dan, Soraya membiarkan ibunya pergi. Sementara, ia
menangis di kursi itu. Di kakinya, ayam-ayam itu berkotek"
korek, meminta makan lagi.
% SUZANA ada di sebuah konser. Konsernya sendiri.
Konser pertamanya di bawah kontrak dengan V Records.
Beberapa penyanyi terkenal seperti Ni. Nasir dan Ajai, telah
menuliskan beberapa lagu baru untuk album Suzana berikutnya. Album yang akan dipasarkan tiga hari sesudah konser
berlangsung. Konser ini sendiri merupakan bagian dari
promosi, mengumpan penggemar"penggemamya dengan lagulagu hitsnya di masa lalu, diselang-selingi dengan beberapa
lagu dari album barunya. Suzana berada di atas panggung,- menyanyikan lagu yang
ketigawsebuah lagu balada. '
156 ' Susut: Biasanya, penyanyi" menghadirkan lagu dengan tempo
' tinggi di awal penampilan"lagu yang dikenal luas oleh
penggemarnya. Kemudian, akan ditinggikan lagi satu tingkat
pada lagu yang kedua. ' Biasanya lagi, lagu yang ketiga dalam pilihan laguseorang
penyanyi adalah lagu balad untuk mendapatkan energi suara
yang lebih merdu. Kebanyakan orangtidak dapat terus menerus bersemangat selama konser, begitu juga dengan para
penggemarnya. Bagaimanapun bagusnya pertunjukan, jika disajikan dengan
tingkat energi yang sama dari awal hingga akhir, akan terkesan
membosankan dan tanpa variasi.
Jadi ia bersiap untuk menyanyi. Lampu mulai redup. Lampu
sorot tunggal menyinarinya. P'ara penonton merasakan momen
itu. Pemantik api diacungkan ke atas dan dihidupkan.
W DI RUMAH Bomoh Effendi, Soraya terbaring di dalam sebuah
_bak mandi dengan hanya mengenakan selembar kain putih
sebagai pembalut tubuhnya. Di sampingnya, terdapat sebuah
nampan yang berisi tujuh macam bunga. Soraya berbaring
' sambil melafalkan mantra yang diajarkan bomoh kepadanya.
_ Bantah sendiri berada di dekat ranjang, menyusun beberapa '
benda pada sebuah altar kecil. Soraya ingin melihat apa yang
sedang ia lakukan, tetapi tidak dapat melihat dengan jelas dari
tempatnya berada. Masalah kecil, pikirnya. Tidak lama lagi, ia
akan tahu. ' ' ' 157 Amt: HAFIZ'J w KEMBALI ke kampung, sambil memberi makan ayam-ayamnya,
Mak Ya mendadak mencengkeram dadanya. Ia duduk, mencoba
mengatur napas. Wajahnya terlihat menahan sakit. Tak berapa
lama, tempurung kelapa jatuh dari genggamannya.
Kejadian itu persis seperti adegan dalam sebuah opera sabun
Malaysia. Kecuali, adegan yang ini tidak" ada penontonnya. Dan,
tidak ada pengulangan dalam gerak lambat _untuk menambah
kesan dramatis. ' W SUZANA masih menyanyi. Lagunya bercerita tentang kasih_
sayang seorang ibu. Pengorbanan seorang ibu'demi masa depan .
anaknya. Sebuah tema yang mudah ditebak, dengan lirik yang
tepat pada momen yang tepat pula.
Entah mengapa, membawakan lagu pop dengan gaya yang
sama, membuat Suzana menitikkan air mata. Hanya tetesan
saja, yang segera hilang karena panasnya pancaran lampu sorot.
Namun, air mata'itu tadi ada di sana.
w BOMOH Effendi menutup payudara sebelah kanan Soraya saat
perempuan itu berbaring di ranjang. Bomoh itu mengambil
158 Susun jarum' perunggu dan menusukannya. Darah keluar dan
' membuat Soraya mengigit bibirnya.
Bomoh Effendi melafalkan beberapa baris mantra berulangulang, dan jarum itu bergerak. Seolahwolah hidup, jarum itu
bergerak-gerak dan menghilang di balikth Soraya.
Merasa puas, Bamoh Effendi rnelepaskan kain putih yang
membalut tubuh Soraya. Dia mernbiarkan Soraya terbaring di_
atas ranjang, telanjang tanpa sehelai benang pun."!
Di mangan yang sama, sepasang mata memerhatikan kedua
orang itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyadarinya.
W SUZANA beristirahat sejenak dan masak ke kamar kecil selama
lima menit untuk mengeringkan matanya yang basah. Saat ia
keluar, para makenp artis sudah siap untuk memperb'aild
riasannya. _ Mereka mengoleskan alas bedak baru untuk penampilan di ,
bagian kedua pertunjukan itu. Mereka membuat model rambut '
baru dan tema make up yang benar"benar berbeda. Kali ini,
mereka menggunakan warna yang lebih' gelap daripada
penampilan pertama tadi, yang menggunakan warna yang lebih
terang; ' . ' ' Pensil alis digunakan untuk memperjelas tahi lalatnya. Salah
satu produser TV mengeluhkan kalau pada penunjukan bagian
pertama tadi, tahi lalamya tersamarkau oleh make up.
Tidak jauh dari sana, AC Mizal"selebriti yang menjadi
pembawa acara selebriti"sedang mewawancarai Dayang
_ 159 AMIR HAFIZI Nurfaizah. Artis tamu yang akan berduet dengan Suzana
setelah istirahat. Laki-laki itu menanyakan beberapa pertanyaan kepada
Dayang mengenai album berikutnya yang ia produseri sendiri.
Kemudian, dia beralih pada topik"topik terbaru dan terpanas
dalam industrimusik"tentang berita menyedihkan, kematian
dari dua penyanyi terkemuka, Mona dan pemenang ASEAN
IDOL, Rahmah. ' W SATU hari kemudian, di pemakaman umum, Sona, Soraya,
Iman, Salina, Kamal, dan Mastura berjalan dari kuburan yang
masih baru. Kamal membawa beberapa gulung tikar, sementara Mastura _
membawa ceret. Mereka membiarkan dua perempuan kakak
'beradik itu sedih dalam kesunyian,
29 SORAYA merapikan _kerutan-kerutan roknya. Ia berusaha
membuat rok itu terlihat lurus di bagian atas'dan tidak menggembung ke atas di antara bokong dan kursi kulit.
Ia membeli rok selutut dengan atasan seperti gipsi yang
sepadan sewaktu jalan-jalan ke Bangkok. Waktu itu,. Sasha
memenangi lucky draw di acara'makan malam perusahaan salah '
seorang teman. _ l" "
l60 Susun Soraya tidak tahu bagaimana dandanan-seseorang yang
ingin jadi penyanyi. Namun, ia menebak bahwa mereka. tidak
naengenakan kemeja berkerah, celana jeans atau baju kurung,
seperti yang selalu ia kenakan. Dan, ia tidak tahu apa reaksi
mereka jika ia muncul mengenakan seragam biru perawat.
"Ya, sherry, kejadiannya tidak begitu," Ujar Razlau. Ia
_ menggunakan headset Bluetooth yang begitu kecil sehingga
Soraya tidak sadar kalau laki-laki itu sedang menelepon.
Soraya beranggapan orang itu berbicara kepada dirinya dan
ingin menjawabnya, sebelum lald"laki itu meletakkan telunjuk
di bibir. Soraya sangat malu, ia memutuskan untuk membaca _
kartu nama laki-laki itu. Kartu _itu dipegangnya sambil pura-.
pura menganggap apa yang dilakukannya adalah hal paling
menyenangkan di dunia. _ Sebenarnya, kejadiannya dua hari yang lalu. Rezana
memberikan kartu nama itu. Saat itu,. mereka sedang berada
di sebuah studio di Ampang, merekam demo CD Soraya.
_ "Pergilah dan temui dia," Ujar Rezana. "Contoh rekaman
hanya formalitas saja. Dia berutang budi padaku, jadi ia bisa
' membawamu bertemu dengan A & R Manager. Hanya itu
bantuan yang bisa aku berikan. Mulai dari sekarang, Semua
tergantung padamu." . 'Soraya agak terkejut dengan bagaimana mudahnya semua
terjadi. Pembuatan demo hanya berlangsung beberapa jam saja;
Ia menyanyikan beberapa buah lagu dan penata musik"yang
Panglima Buronan 2 Pengemis Binal 17 Misteri Pusaka Pedang Gaib Prahara Di Gunung Kematian 1

Cari Blog Ini