The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea Bagian 1
UASANA di ruang pertemuan itu sudah mirip kuburan meskipun ada sekitar sepuluh orang di dalamnya. Beberapa dari mereka yang berbicara hanya akan berbisik, seakan takut diomeli kalau mereka meninggikan suara, tapi kebanyakan dari mereka memilih untuk diam dan menunggu. Sekali-sekali kalau tatapan mereka kebetulan bertemu, mereka akan tersenyum kaku satu sama lain, sebelum kemudian menunduk atau melihat ke arah lain.
Mayoritas orang-orang ini adalah keluarganya, keluarga yang sudah dia tidak temui selama hampir sepuluh tahun, dan dia tidak peduli kalau dia tidak bertemu dengan mereka lagi selama sepuluh tahun ke depan. Yang dia inginkan adalah menyelesaikan pertemuan ini secepatnya supaya dia bisa mengambil penerbangan pertama kembali ke Berlin. Kembali ke kehidupan yang dibangun dengan susah payah olehnya, sendiri, tanpa bantuan dari siapa pun. Terutama dari orang-orang yang berada di ruangan ini.
Anak perempuan yang duduk di hadapannya kembali menatapnya, membuatnya bergidik. Tatapannya terlalu dalam untuk anak berumur sembilan tahun. Dia tidak percaya bahwa anak perempuan ini adalah Blu, adik tirinya, karena mereka tidak ada mirip-miripnya sama sekali. Dia melirik wanita yang duduk di sebelah Blu, Poppy, mamanya Blu. Dia berumur 15 tahun ketika Blu dilahirkan oleh Poppy, istri ketiga Papa. Papa adalah drummer legendaris Indonesia yang super playboy. Sebagai anak ABG pada umumnya, pada saat itu dia tidak mau ada urusan apa-apa dengan adik tirinya ini. Dia sudah terbiasa mengatur hidupnya sendiri setelah Mama meninggal sewaktu dia berumur 10 tahun. Dia tidak ingin seorang bayi yang bisanya hanya menangis, mengganggu rutinitasnya. Alhasil dia selalu menjaga jarak dari keluarga baru Papa.
Sebelum Poppy, ada Tante Rina, istri kedua Papa yang hanya bertahan selama dua tahun tanpa anak. Dia tidak sempat betulbetul mengenal Tante Rina sebelum beliau dan Papa memutuskan untuk bercerai. Lain dengan Tante Rina, dia tidak pernah bisa memanggil Poppy Tante Poppy apalagi Mama , karena Poppy hanya lebih tua 10 tahun darinya. Poppy lebih pantas jadi kakaknya daripada ibunya. Dia hanya meng habiskan waktu selama setahun dengan Papa, Poppy, dan Blu sebelum dia berangkat ke Singapura, kemudian Berlin, untuk me lanjutkan pendidikannya. Oleh karena itu, dia tidak pernah betul-betul mengenal Blu. Dan dia mungkin tidak akan pernah mengenal Blu kalau tidak karena kecelakaan jalan raya yang me renggut nyawa Papa seminggu yang lalu.
Pada saat itu pintu ruang pertemuan terbuka. Tiga laki-laki berjas, berdasi, dan meneriakkan pekerjaan mereka sebagai pengacara, memasuki ruangan. Salah satu pengacara yang tertua dan kelihatan paling berpengalaman di antara tiga sekawan itu tersenyum kepadanya. Dia membalas dengan menganggukkan kepalanya. Oom Cakra, itulah nama pengacara itu, memperkenalkan diri kepadanya pada saat pemakaman Papa beberapa hari yang lalu.
Oom Cakra mengambil tempat duduk pada kepala meja elips itu dan dua partnernya langsung mengambil tempat duduk di sebelah kiri dan kanannya. Setelah memastikan semua mata sudah tertuju padanya, Oom Cakra berkata, Selamat pagi. Sebelum kita memulai prosesi ini, saya ingin mengucapkan belasungkawa saya kepada keluarga Samuel Brawijaya. Kepada istri, anak, juga keluarga besarnya. Lebih daripada seorang klien, Sammy adalah seorang teman baik bagi saya. Karena itu saya juga merasa kehilangan karena beliau sudah tidak ada lagi bersama kita.
Dia merasa seperti anak durhaka ketika bukannya merasa terharu ketika mendengar kata-kata Oom Cakra, tetapi malah ingin cekikikan. Jelas-jelas Oom Cakra tidak mengenal Papa seperti yang dia akui karena semua orang di ruang pertemuan itu tahu bahwa kata baik tidak akan pernah diasosiasikan dengan Papa.
Tugas saya sebagai pengacara Sammy adalah untuk membacakan surat ini dalam situasi ketika Sammy sudah tidak bersama kita lagi. Oom Cakra menunjukkan sebuah amplop berukuran sedang kepada semua orang. Lalu beliau membuka segel yang menutup amplop itu, mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalamnya dan mulai membaca isinya.
Dia betul-betul tidak tertarik sama sekali mendengar apa yang Papa katakan di dalam surat tersebut. Kalau bukan karena Bude Mel, kakak Papa yang bawelnya setengah mati berkeras memintanya menghadiri pertemuan ini, dia tidak akan membuang waktunya seperti ini. Semua orang tahu bahwa dia tidak pernah akur dengan Papa, yang menurutnya lebih menumpukan perhatiannya pada karier daripada keluarganya. Meskipun Papa tidak pernah menelantarkan Mama ataupun dirinya, Papa juga bukan tipe orangtua yang akan mengantar anaknya ke sekolah atau latihan basket. Intinya, Papa adalah tipe orangtua yang dingin. Mama adalah satu-satunya orangtua yang dia miliki, dan setelah Mama tiada, dia kehilangan satu-satunya sumber kehangatan di dalam hidupnya. Hubungannya dengan Papa yang renggang tidak pernah membaik setelah dia beran jak dewasa, dan dengan berjalannya waktu serta beribu-ribu kilometer yang memisahkan mereka, masing-masing menjadikan ini sebagai alasan untuk tidak bertemu muka.
Dengan malas dia menunggu hingga Oom Cakra selesai membacakan surat itu. Dia mendengar nama saudara-saudara Papa, termasuk Bude Mel, disebut-sebut sebagai ahli waris sejumlah uang dan properti. Dia bahkan mendengar Oom Cakra menyebut-nyebut nama Tante Rina. Kemudian nama Poppy muncul yang diikuti oleh Blu dan rentetan harta yang dia bahkan tidak tahu dimiliki Papa. Mendengar ini keluarga Papa langsung menyipitkan mata ke arah Poppy yang tidak berani melakukan apa-apa selain duduk diam di kursinya. Ah... rupanya pendapat mereka tentang Poppy masih belum berubah. Mereka masih menuduh Poppy sebagai cewek matre yang me nikahi Papa hanya demi uang, tidak peduli bahwa dia sudah menjalin pernikahan yang akur dengan Papa selama sepuluh tahun belakangan ini.
Kali ini sebelum bisa menahan diri, dia sudah terkekeh. Semua keluarga Papa langsung menatapnya tajam dan Oom Cakra berhenti membaca.
Apa ada sesuatu yang lucu, Johan" tanya Bude Mel. Ugh!!! Budenya ini memang tahu cara membuatnya merasa seperti berumur sepuluh tahun lagi. Dia sudah meninggalkan nama itu ketika dia meninggalkan Jakarta dan keluarganya. Kini dia lebih dikenal sebagai Jo.
Buru-buru dia mengatur ekspresi wajahnya agar lebih serius dan berkata, Nggak ada, Bude.
Bude Mel masih menatapnya tajam sebelum mengalihkan perhatiannya kepada Oom Cakra. Silakan dilanjutkan.
Satu per satu perhatian keluarga Brawijaya kembali kepada Oom Cakra, meninggalkannya sendiri untuk mengembuskan napas lega, tapi napas lega itu terpotong ketika dia mendengar namanya disebut.
Dan untuk Johan Brawijaya, anak laki-laki saya satu-satunya... Dia melihat Oom Cakra menarik napas sebelum melanjutkan, Papa tinggalkan hal paling berharga milik Papa, yaitu adik kamu, Blu, di bawah penjagaan kamu. Kembali ke Jakarta, tempati rumah yang di Kebayoran Baru dan bertanggung jawab sebagai kakak. Pastikan Blu mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan. Jangan kecewakan Papa.
Dan dia hanya bisa menatap Oom Cakra dengan mata terbelalak dan mulut ternganga selama beberapa menit. Matanya beralih kepada Blu dan Poppy yang kini menatapnya dengan mulut ternganga juga. Dia ingin meminta Oom Cakra mengulang apa yang baru saja diucapkannya karena takut dia sudah salah dengar, tapi dia tahu, dari tatapan bingung dan kasihan yang diberikan oleh semua Brawijaya di ruang pertemuan itu, bahwa tidak ada yang salah dengan pendengarannya.
Oh, that bloody crazy old man. Bahkan dari dalam kubur dia masih bisa mengacak-acak hidupku!!! teriaknya dan bergegas keluar dari ruang pertemuan itu.
BIg BroTHEr J O mengetuk-ngetukkan jari-jarinya yang panjang dan berkuku pendek pada setir mobil sambil mengembuskan napas tidak sabaran. Blu masih belum muncul juga, padahal tadi dia bilang dia akan keluar lima menit lagi, dan itu adalah lima belas menit yang lalu. Jam di pergelangan tangan kiri Jo sudah menunjukkan pukul 15.30 dan dia harus membawa Blu ke kantor Megix Records & Artist Management, atau lebih di kenal sebagai MRAM, perusahaan rekaman dan manajemen artis yang mewakili Blu di Menteng, agar adiknya itu bisa latihan untuk konsernya yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Setelah itu dia harus mengantar Blu pulang, sebelum keluar lagi untuk manggung.
Seharusnya dia tidak mengusulkan agar Poppy mengejar mimpinya untuk mengambil Cuisine Diploma dari Le Cordon Bleu di Paris pada saat ini, dan menawarkan diri untuk bertanggung jawab mengurus Blu selama Poppy menyelesaikan Enam tahun kemudian...
kursus sembilan bulan itu. Sebetulnya dia hanya basa-basi menawarkan itu. Dia tidak menyangka Poppy akan setuju, juga tak menyangka LCB Paris yang sangat populer sehingga orang harus menunggu berbulan-bulan untuk meng hadiri kursus mereka akan menerima Poppy untuk semester musim gugur. Alhasil Poppy memercayakan Blu sepenuhnya padanya, padahal dia sama sekali tidak tahu-menahu bagaimana cara berinteraksi dengan cewek ABG.
Jo tahu hampir 50 persen fansnya masuk ke dalam kategori ini, dan dia yakin dia bisa membuat mereka ber teriak histeris dengan hanya mengatakan hai , tapi selain itu, baginya cewek ABG tidak ada bedanya dengan alien. Pikirannya kembali pada kejadian enam tahun lalu ketika Papa menitipkan Blu padanya. Oh, kenapa dia harus menuruti permintaan itu" Dia kan tidak berutang apa pun pada lelaki yang tidak pernah mengasuhnya itu. Tapi Mama sudah membesarkannya untuk menjadi anak yang akan selalu menghormati orangtua, tidak pe duli bahwa orangtua itu tidak bertingkah laku seperti orangtua. Selama beberapa hari dia melalui berbagai macam emosi, mulai dari marah karena Papa memberikan tanggung jawab yang seharusnya bukan tanggung jawabnya, kesal karena beliau sudah nggak ada jadi dia tidak bisa berdebat dengannya, jengkel pada dirinya sendiri yang bahkan mempertimbangkan permintaan Papa itu, tapi yang paling penting adalah rasa takut. Takut mengecewakan Papa kalau dia menolak tanggung jawab ini.
Semua orang sering berkata bahwa anak laki-laki selalu memiliki masalah dengan papa mereka, dan Jo tidak terkecuali. Betapapun dia tidak menyukai papanya, tapi dia tetap menginginkan semacam persetujuan darinya. Dan dengan susah payah, Jo menelan kejengkelannya dan menerima dengan pasrah peran barunya sebagai kakak tiri Blu. Karenanya, Jo mengabaikan keinginannya untuk go international dan kembali ke Indonesia untuk memulai kariernya di negara yang dia tidak kenal selera musiknya.
Dia agak terkejut ketika orang-orang dari industri musik Indonesia mulai menelepon untuk memintanya menjadi drummer mereka tanpa pernah mendengarnya menabuh drum sebelumnya. Dia tahu nama Brawijaya memang sinonim dengan dunia seni, tapi tidak pernah menyangka bahwa transisinya dari Berlin ke Jakarta akan semudah itu. Seluruh Indonesia, ter utama komunitas seninya, memang mengenal baik nama Brawi jaya, yang bahkan sering disebut sebagai kaum bangsawan seni karena seni mengalir di darah mereka dari satu generasi ke gene rasi selanjutnya. Eyang Kakung adalah pelukis yang namanya cukup dikenal di dunia internasional. Tiga dari lima anak Eyang Kakung dan Eyang Putri kemudian berkarier di dunia musik, termasuk Papa. Bude Mel mengikuti jejak Eyang Kakung untuk menjadi pelukis, sedangkan Oom Robby, yang paling ganteng di antara semua, memilih untuk menjadi bintang ilm. Meskipun sepupu-sepupu Jo banyak yang bekerja di luar dunia seni, mayoritas dari mereka masih bekerja pada bidang yang bersentuhan dengan seni. Karena itu, wajar-wajar saja bila dia dan Blu berakhir di dunia seni juga.
Memori tentang keluarganya membawanya kembali pada dilema yang sedang dihadapinya. Dia harus memikirkan cara lain untuk mengatur kehidupannya dengan Blu hingga Poppy pulang delapan bulan lagi, agar jadwalnya tidak seberantakan sekarang. Dia juga harus mendapatkan kembali kehidupan sosialnya, karena semenjak Blu tinggal dengannya, dia tidak bisa membawa perempuan ke rumah untuk menginap dan itu betulbetul menghancurkan kehidupan lajang yang dia miliki beberapa tahun ini. Selain sebagai drummer, Johan Brawijaya juga dikenal sebagai pecinta wanita, dan dia terlalu mencintai image ini dan tak mungkin melepaskannya sekarang.
Selama seminggu terakhir, Jo memikirkan untuk mempekerjakan seorang asisten yang bisa mengurus semua keperluan Blu. Mulai dari mengantar-jemputnya dari sekolah, hingga mungkin membantunya mengerjakan tugas sekolah yang selalu kelihatan seabrek itu. Jo tahu dirinya tidak bodoh. Dia lulus kuliah musik dengan nilai jauh di atas rata-rata di Jerman, tapi kalau sudah membicarakan matematika dan segala tetek-bengeknya, Jo menyerah. Kini dia betul-betul menghormati pe kerjaan Poppy sebagai seorang ibu penyanyi ABG tenar selama setahun lebih ini.
Untuk membuang rasa bersalah yang mulai muncul di benaknya karena sudah mengecewakan Papa dengan ketidakbecusannya mengurus Blu, Jo mengalihkan perhatiannya kepada cewekcewek ABG yang berseliweran melewati mobilnya. Jo mensyukuri kaca rayban ekstragelap mobilnya sehingga dia bisa melakukan observasi tanpa dikenali. Mereka mengenakan seragam kemeja putih lengan pendek, rok kotak-kotak percampuran warna abu-abu, hitam, dan merah, kaus kaki berwarna putih hampir selutut, dan sepatu hitam Mary Jane. Banyak dari mereka kelihatan sudah mengenakan make-up, dengan gaya rambut yang kalau tidak di-rebonding, pasti di-highlight. Bahkan cara mereka berbicara dan tertawa seperti sudah diatur untuk mempertontonkan gigi mereka yang tertata rapi dan putih cemerlang. Gaya mereka membuat Jo bergidik. Dalam hati Jo bersyukur Blu masih kelihatan sangat natural dan innocent kalau dibandingkan cewek-cewek ini.
Jo tahu dia terdengar seperti seorang hipokrit jika menyangkut Blu. Semua orang tahu dia suka jenis wanita cantik, ber-make-up, bersilikon, berlensa kontak, dan rutin me ngunjungi dokter gigi. Dia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia kencan dengan perempuan yang kelihatan alami. Dia tahu kebanyakan orang menganggapnya dangkal karena selalu menilai perempuan dari penampilan luar mereka, tapi dia tidak peduli. Dia suka wanita cantik yang tahu cara memper tontonkan aset mereka, dan tidak ada yang salah dengan itu.
Jo hampir meloncat dari kursinya ketika mendengar ketukan pada jendela mobil. Di balik kaca jendela gelap, dia melihat Blu sedang melambaikan tangannya. Ada dua cewek ABG berdiri di belakangnya. Dengan sedikit waswas Jo menekan tombol untuk membuka kunci pintu mobil. Dan tanpa mengatakan hai padanya, ketika membuka pintu mobil adik satu-satunya ini langsung nyerocos tanpa henti.
Mas, sori terlambat. Tadi mamanya Kat telepon, bilang dia nggak bisa jemput dan minta Kat pulang naik taksi aja. Dia tinggal di Menteng, dekat sama MRAM. Aku bilang kita bisa antar dia pulang. Bisa kan ya, Mas" Dan tanpa menunggu jawaban dari Jo, Blu langsung mengundang Kat dan cewek satunya lagi untuk masuk ke kursi belakang mobil.
Oh ya, ini adiknya Kat, namanya Julie, lanjut Blu sambil menarik sabuk pengaman.
Kat, Julie, ini kakakku, Mas Jo.
Jo sebetulnya ingin mengomeli Blu yang tidak permisi dulu padanya sebelum mengundang teman-temannya, tapi dia tidak tega, karena dengan jumlah kejahatan di Jakarta, dia juga tidak akan mau Blu pulang naik taksi sendirian. Itu sebabnya dia belabelain selalu mengantar-jemput Blu semenjak adiknya itu tinggal dengan nya. Buntutnya dia hanya menoleh dan mengangguk kepada Kat dan Julie yang kelihatan sedikit terkesima selama dua detik se belum mulai berteriak-teriak kegirangan. Dengan susah payah Jo menahan diri agar tidak menutupi daun telinganya dengan kedua tangannya.
Oh-Em-Ji. Mas Jo lebih cute aslinya lho daripada di TV. Kami ngefans banget. Bisa tolong nengok sebentar ke sini, aku mau ambil foto. Jul, kamu pose di sebelah Mas Jo, nanti Kakak ambil foto kamu. Abis itu gantian ya, ucap Kat sambil melambai-lambaikan HP-nya dengan semangat.
Dan selama lima menit ke depan, dengan pasrah Jo berpose bersama dua anak ABG itu. Dia berharap foto-foto itu ti dak akan berakhir di website yang aneh-aneh, karena kalau tidak, kantor manajemen artisnya akan mencak-mencak. Satu-satunya alasan kenapa dia melakukan ini adalah bahwa selama dia melakukannya, wajah Blu kelihatan semringah, bangga dengan kepopuleran kakaknya. Dalam hati Jo mendesah pasrah. Semua orang pasti ada titik lemahnya, dan bagi dia, titik lemahnya adalah pada Blu. Dia tidak tahu kenapa, tapi dia rela melakukan apa saja asalkan dia bisa membuat Blu bahagia, meskipun Blu sepertinya tidak memiliki perasaan yang sama tentang dirinya.
Satu hal yang Jo pelajari setelah tinggal dengan Blu adalah bahwa adiknya ini hanya bisa melakukan tiga hal, yaitu berteriak-teriak tidak jelas setiap kali melihat Justin Bieber, mengunci diri di dalam kamar ditemani suara Justin Bieber yang terlantun dari sound system, tidak mau makan karena dia yakin Justin Bieber tidak suka cewek gendut, atau memutar bola matanya seakan Jo seorang idiot kalau dia tidak mengerti kenapa adiknya melakukan tiga hal itu. Sumpah mati, kalau dia harus mendengar lagu Boyfriend sekali lagi, dia akan memotong nadinya. Melihat Blu tersenyum padanya adalah sesuatu yang jarang terjadi, maka dia sangat menghargainya.
Jo menghela napas panjang ketika menjejakkan kaki di kan tor MRAM. Selama hampir sejam perjalanan dari sekolah Blu menuju rumah Kat dan Julie, dia pusing mencoba mengartikan musik dari iPod Blu tentang seorang cewek yang terobsesi pada alien. Selain itu, kepalanya sudah mau pecah mendengar perdebatan panjang-lebar tentang siapa yang lebih sweet, Gail atau Pitak. Orangtua gila mana yang menamakan anak mereka seperti nama badai paling parah yang pernah menerjang Amerika Serikat" Dan Pitak" Jo menggelengkan kepala memikirkan betapa orangtua masa kini betul-betul tidak kreatif. Tidakkah mereka tahu bahwa Pitak bukanlah sebuah nama, tapi bekas luka di kulit kepala" Tapi, dalam usaha untuk terdengar tertarik pada kehidupan anak ABG, Jo bertanya siapakah Gail dan Pitak, yang langsung disambut oleh perputaran bola mata se rentak dari Blu, Kat, dan Julie. Great, sekarang bukan saja adik nya yang berpikir bahwa dia seorang idiot. Akhirnya dia me mutuskan untuk diam saja.
Hei, you two, ucap Ina sambil tersenyum ketika Jo dan Blu melewati ruang makan dalam perjalanan menuju studio di halaman belakang.
Jo langsung menghampiri istri Revel yang sedang hamil muda itu dan mencium pipinya.
You look terrible, ucap Jo sambil menggenggam kedua bahu Ina untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas. Ina kelihatan lebih pucat daripada biasanya.
Ina tertawa mendengar komentar Jo. Terima kasih untuk pujiannya, balas Ina dengan nada sok tersinggung.
Jo tersenyum. Dia selalu suka pada Ina yang menurutnya menggambarkan perempuan yang punya prinsip dan tidak akan memperbolehkan siapa pun menginjak-injaknya. Bukan tipe perempuan yang akan dia ajak kencan tentunya, tapi tipe yang dia sukai untuk dijadikan teman baik.
Tumben di rumah. Lagi cuti, ya"
Pulang cepat dari kantor. Nggak enak badan, jelas Ina sambil menyentuh perutnya.
Gimana morning sickness-nya" tanya Jo prihatin. Like death. Ini seharusnya nggak disebut sebagai morning sickness. Lha wong munculnya nggak cuma pagi. Kadang siang, sore, atau malam. Suka-suka dia aja deh pokoknya.
Jo terkekeh mendengar omelan Ina. Ya udah, besok-besok bilang ke Revel untuk pakai kondom, jadi nggak kejadian lagi, lanjut Jo dan mendengar suara tawa Blu di belakangnya.
Suara tawa itu mengingatkan Jo bahwa adiknya yang masih di bawah umur mendengar komentarnya itu. Jo menyum pah dalam hati, dia masih harus membiasakan diri mengontrol omongannya yang biasanya terdengar vulgar untuk anak di bawah umur.
Jo..., geram sebuah suara yang Jo kenali tanpa harus melihat sumbernya.
Revelino Darby, penyanyi R&B ngetop Indonesia yang sekarang mempekerjakannya sebagai drummer bandnya, me miliki suara serak-serak basah yang khas.
Sori, ketelepasan, Jo mencoba membela diri.
Besok-besok kalau ketelepasan lagi, muka lo bakal gue masukin toilet, paham" ancam Revel sambil menarik Ina ke dalam pelukannya.
You re squishing me, pekikan Ina teredam oleh dada Revel. Revel melonggarkan pelukannya agar istrinya bisa mengangkat kepalanya, tapi dia tidak melepaskannya.
You okay" tanya Revel lembut dengan wajah khawatir. Ina hanya mengangguk dan Jo tersenyum simpul melihat kemesraan mereka. Dia betul-betul mengagumi hubungan Revel dan Ina yang kelihatan nyaman satu sama lain. Yang je las, rasa cinta terpancar di mata mereka dan hanya orang buta yang tidak bisa melihat itu. Sesuatu yang aneh kalau meng ingat alasan mereka menikah awalnya adalah karena kontrak. * Kapan kira-kira dia bisa menemukan seorang wanita yang
* Baca: Celebrity Wedding karya aliaZalea
menatapnya seperti Ina menatap Revel" Selama ini kebanyakan wanita mendekatinya hanya karena dua hal, yaitu karena dia adalah Jo Brawijaya, drummer ngetop Indonesia yang bisa menaikkan pamor mereka, atau sebagai cowok ganteng yang tahu cara memuaskan keperluan isik mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang melihatnya hanya sebagai seorang laki-laki biasa yang menginginkan cinta dan kasih sayang. Wait a minute... sejak kapan dia jadi begini" Sepertinya dia lebih lelah daripada yang dia kira, sehingga pikirannya merajalela. Oh!!! Dia betul-betul memerlukan seorang asisten untuk Blu.
Halo, Blu. Siap latihan" Mbak Joyce udah nungguin kamu di studio, kata-kata Revel membangunkan Jo dari lamunannya.
Dengan satu anggukan dari Blu yang kelihatan sedikit tersipu-sipu oleh tebaran senyum Revel yang mematikan, Revel pun melepaskan Ina dan berjalan bersama prot"g" terbarunya itu ke studionya. Jo menggelengkan kepalanya. Sepertinya tidak ada siapa pun yang imun dengan aura dahsyat Revel.
Setelah mereka berlalu, Jo menarik sebuah kursi bar dan duduk menghadap Ina yang sedang mengupas jeruk.
Kamu tahu nggak orang-orang yang namanya Gail dan Pitak. Apparently mereka sweet banget" tanya Jo sambil mengulurkan tangan, meminta bagian jeruk yang sudah dikupas Ina.
Ina kelihatan berpikir sejenak dan menyerahkan sepotong je ruk kepadanya, sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak. Jo mengunyah potongan jeruk itu sambil merengut menatap Ina.
Orang nanya baik-baik kok malah diketawain" omel Jo dalam hati.
Melihat air muka Jo, Ina mencoba mengontrol tawanya. Bukan Pitak, Jo, tapi Peeta. Gail dan Peeta adalah karakter di Hunger Games, jelas Ina setelah beberapa detik.
Hunger... what" Itu novel remaja yang kemudian dijadikan ilm, Jo. Memangnya kamu nggak pernah dengar" jelas Ina yang disambut geleng an kepala Jo.
Yang ada Jennifer Lawrence-nya. Dia Mystique di X-Men First Class, lanjut Ina.
Jo kelihatan berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya lagi. Ina mendengus sebelum berkata, Well, never mind. Apa sih yang hebat banget tentang dua cowok ini" Ina tersenyum. Kamu harus lebih in-touch dengan sisi feminin kamu untuk mengerti.
Yeah right, balas Jo pelan sehingga Ina tidak mendengarnya. Jo akan bunuh diri kalau sampai menemukan namanya dikaitkan dengan kata feminin dalam jenis apa pun. Dia seorang laki-laki sejati yang memiliki obsesi dengan segala akti vitas yang memperbolehkannya untuk menggebuki sesuatu. Itu sebabnya dia menjadi seorang drummer.
Omong-omong, dulu waktu Gaby masih ABG, apa dia suka ngunci diri di kamar dan nggak mau makan" tanya Jo mencari topik pembicaraan baru.
Gaby keponakan Ina. Tahun lalu, waktu Revel dan bandnya sedang mempersiapkan diri untuk konser ke seluruh Indonesia, Gaby sering datang untuk nonton mereka latihan.
Ina berpikir sejenak sebelum menjawab. Kalau nggak salah memang ada periode ketika dia agak sedikit aneh. Nggak pasti apakah dia pernah ngunci diri di kamar atau nggak, tapi mamanya pernah bilang bahwa ada periode ketika Gaby cuma mau mi num berliter-liter jus cranberry setiap hari.
Ina menyipitkan mata dengan curiga. Memangnya Blu suka nggak mau makan"
Jo mendengus. Among other things. Terkadang saya nggak tahu gimana harus nge-handle dia. Apa harus diomelin kalau dia nggak mau makan, pasang musik terlalu keras, atau nempelin posternya Justin Bieber di seluruh dinding kamarnya.
Ina terkekeh. Saran saya, biarin aja. Namanya juga remaja, hormon masih belum stabil dan suka cranky. Dia udah haid belum, ya"
Jo meringis mendengar arah pembicaraan ini. Actually, saya nggak tahu apa dia udah haid atau belum. Dan saya nggak akan tanya, jawab Jo ketika melihat Ina akan membuka mulut.
Sebaiknya kamu tanya ke dia apa dia perlu pembalut wanita. Dia masih akan tinggal sama kamu sampai tahun depan, kan"
Jo mengangguk sambil mengunyah potongan jeruk terakhir yang Ina berikan padanya. Selama ini Blu nggak pernah memintanya membeli pembalut wanita kalau dia sedang membuat daftar belanja bulanan. Apa itu berarti dia belum haid" Gggrrrhh... memikirkan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan haid membuat Jo bergidik.
Kamu tahu orang yang bisa jadi asisten artis nggak" tanya Jo sekali lagi, mengalihkan pembicaraan mereka.
Memangnya kamu perlu asisten untuk apa" Ina berjalan ke bak cuci piring untuk mencuci tangannya.
Bukan untuk saya, tapi untuk Blu.
Ina menatap Jo sambil mengerutkan kening dan Jo menjelaskan tentang dilema yang dihadapinya. Dia mengabaikan memberitahu Ina bahwa dia ingin mendapatkan love life-nya kembali, karena dia yakin Ina tidak akan memperbolehkannya mendapatkan asisten sama sekali kalau dia sampai tahu tentang itu.
Kamu pada dasarnya mau asisten yang merangkap jadi sopir, baby sitter, personal shopper, dan guru les" tanya Ina merangkum percakapan mereka sambil mengeringkan tangannya dengan serbet.
Jo mengangguk. Dan Ina membalas, Mana ada asisten seperti itu, Jo"
Jo menatap Ina dan menggeram putus asa. Aggghhh, this is a nightmare. Kenapa juga album perdana Blu bisa meledak di pasaran Natal tahun lalu, coba" Siapa yang sangka orang Indonesia ternyata suka musik opera" Ini semua gara-gara Revel.
Pamor Blu memang sudah seperti petasan saat Natal, naik terlalu cepat dan meledak dengan cemerlang di langit. Kalau saja Blu tidak ikut perlombaan menyanyi awal tahun lalu waktu itu Revel menjadi jurinya dan memutuskan untuk merepresentasikannya setelah Blu kalah di semiinal mungkin Blu masih akan menjadi anak ABG biasa.
Ina kelihatan bingung sesaat sebelum bertanya, Jadi kamu menyalahkan Revel atas kesuksesan Blu"
Nggak cuma Revel, tapi keadaan juga. Blu nggak siap untuk jadi terkenal. Dia masih terlalu kecil. Dia seharusnya lebih memfokuskan diri ke pelajaran daripada latihan nyanyi dan pen jualan tiket konser.
Seakan mengerti alasan utama kenapa Jo bertingkah laku seperti ini, Ina bertanya dengan hati-hati, Saya nggak lihat kamu uring-uringan seperti ini waktu Poppy masih di Jakarta dua bulan yang lalu. Toh pada saat itu Blu juga sudah jadi penyanyi terkenal seperti sekarang. Coba kamu tanya ke diri kamu sendiri, apa Blu yang nggak siap, atau kamu"
Jo terdiam. Harus dia akui bahwa meskipun Blu baru berumur lima belas tahun, anak itu bisa menyesuaikan diri dengan ke tenarannya dan selalu bersikap profesional di dalam pe kerjaan. Tidak pernah sekali pun Jo mendengarnya mengeluh dengan segala perhatian media yang dia dapatkan. Segala ting kah laku aneh Blu kalau di rumah bukan disebabkan oleh ke tenarannya, tapi umurnya. Dan menurut Ina, itu sepertinya wajar-wajar saja. Nggak ada salahnya kalau kamu memang mau seorang asisten untuk Blu. Tapi saran saya, kamu harus membicarakannya terlebih dahulu dengan Blu. Apa dia merasa nyaman dengan adanya orang asing di lingkungannya" Kamu harus ingat bahwa Blu harus suka dengan orang ini. Toh orang itu buntutnya akan bekerja dengannya. Satu hal lagi yang mungkin kamu bisa pertimbangkan, apa kamu nggak bisa mempekerjakan sopir aja untuk mengantar-jemput Blu dan guru les privat untuk membantu pekerjaan sekolah Blu" usul Ina.
Jo menggeleng. Itu berarti saya harus mempekerjakan dua orang sekaligus. Saya akan merasa bersalah dua kali lipat.
Ina menatap Jo dengan bingung, dan Jo menjelaskan, Saya merasa bahwa kalau saya memutuskan mempekerjakan asisten, itu ber arti saya melepaskan tanggung jawab untuk mengurus Blu. Saya nggak... Kenapa kamu senyum-senyum begitu" Memangnya ada yang lucu"
Nggak. Aneh aja ngelihat kamu berubah jadi laki-laki dewasa yang bertanggung jawab, jelas Ina masih dengan senyum simpulnya.
I am trying, but I m doing a crappy job at it, balas Jo. Ina menepuk-nepuk tangan Jo dan berkata, No, you re not. You re doing the best you can. Kamu kakak yang baik, Jo. You think so"
I know so, balas Ina yakin. Lebih baik kamu ngomong sama Revel supaya dia bisa bantu kamu cari asisten untuk Blu. Oke" Jo mengernyitkan dahi menatap Ina, sebelum berkata, Oke. Sekarang Jo harus memikirkan cara untuk memberitahu Blu tentang sarannya ini tanpa kelihatan seperti dia sedang mencoba untuk melepaskan tanggung jawabnya. Siapa yang sangka memiliki adik perempuan bisa sebegini sulitnya"
CrAZY INTErVIEW ARA menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi untuk menenangkan jantungnya yang berdebar-debar. Di bawah dress warna biru motif bunga-bunga yang dikenakannya, dia merasa sedikit tidak nyaman. Beberapa hari yang lalu ketika dia merencanakan pakaian wawancara pekerjaannya, dress ini kelihatan cukup trendi dan hip untuk melamar pekerjaan sebagai asisten artis ABG, tapi sekarang... Dara merasa dress ini terlalu kasual untuk dikenakan ke wawancara bentuk apa pun. Dia memang asisten artis yang berpengalaman, tapi tidak satu pun dari mereka adalah artis ABG yang suka menyanyi opera seperti Blu. Karena itu dia tidak tahu apa yang akan dianggap pantas dan tidak pantas untuk dikenakan.
Terakhir kali dia menghadiri wawancara pekerjaan adalah tiga tahun yang lalu untuk menjadi asisten Tante Emil, penyanyi senior yang sebulan yang lalu terpaksa berhenti mempekerjakannya karena beliau memutuskan untuk menarik diri dari dunia entertainment, dan dengan begitu tidak lagi membutuhkan jasanya. Sesuatu yang sangat disayangkan oleh Dara, karena dia membutuhkan pekerjaan itu. Dia dan Panji, pacarnya selama dua tahun, berencana untuk menikah tahun depan, dengan begitu mereka harus mengumpulkan cukup dana untuk biaya pernikahan.
Kalau mengikuti kata hatinya, dia sebetulnya belum siap menghabiskan seluruh hidupnya bersama Panji yang suka sekali mengontrol hidupnya. Mulai dari tingkah lakunya, pakaian yang dikenakannya, gaya rambut, make-up, hingga orang-orang yang patut dijadikan temannya. Belum lagi karena Panji juga tidak pernah mendukung kariernya sebagai asisten artis. Menurut Panji, asisten artis hanyalah seorang pembantu dengan job title yang lebih glamor. Panji bahkan memintanya untuk mencari pekerjaan lain, karena itu Dara tidak mem beritahunya tentang wawancara hari ini, sebab kalau Panji sam pai tahu... Dara tidak mau memikirkan akibat dari perbuatannya ini. Toh belum tentu dia akan diterima, jadi untuk apa mem besar-besarkan keadaan yang masih belum pasti.
Perhatian Dara beralih ke arah pintu masuk ketika dia mendengar beberapa langkah kaki yang agak terburu-buru semakin mendekat. Beberapa detik kemudian pintu terbuka dan Blu melangkah masuk sambil memberikan senyum malu-malu pada nya. Dara berdiri untuk menyalami dan membalas senyum Blu. Perhatian Dara kemudian beralih kepada seorang laki-laki supertinggi tegap yang berdiri di belakang Blu, dan hampir meleleh ketika mendengarnya mengatakan, Hai .
Yang terlintas di kepala Dara adalah, Oh... my... God... Revelino Darby baru berbicara kepadanya. Penyanyi favoritnya yang seksinya setengah mati itu BARU BERBICARA KEPADA- NYA!!! ARRRGGGHHH!!! Dia sudah ngefans berat pada Revel semenjak albumnya yang pertama. Siapa yang sangka bahwa dia akhirnya bisa berbicara dengan idolanya. Meskipun pernah bertemu Revel beberapa kali di berbagai acara yang dihadiri oleh Tante Emil, Dara tidak pernah berkesempatan untuk berbicara langsung dengannya.
Sambil mencoba untuk tidak melongo di hadapan Revel, Dara menarik perhatiannya kepada orang ketiga yang akan mewawancarainya. Orang itu adalah Jo Brawijaya, kakak tiri Blu, yang dikenal sebagai drummer paling ganteng se-Indonesia. Dia kini sedang menatap Dara dengan penuh perhitungan, seakan Dara seorang penyamun yang akan menculik adiknya. Ber usaha untuk tidak menghiraukan tatapan Jo yang membuatnya agak panasdingin itu, Dara mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri dan agak terkejut ketika telapak tangan dan jari-jari Jo yang agak kasar, sebagaimana tangan laki-laki pada umumnya, bersentuhan dengannya.
Perhatian Dara kemudian jatuh pada bagian dalam lengan kanan Jo yang dihiasi tato bergambar jangkar dari pergelangan tangan hingga siku. Dara tahu bah wa kalau dia melirik ke bagian dalam lengan kiri, dia akan me lihat sebuah salib yang sama besar dengan jangkarnya. Semua orang tahu bahwa selain senang mengoleksi stik drum dan perempuan, Jo juga senang mengoleksi tato yang bervariasi dari jangkar, salib, ayat Alkitab (di kulit yang menutupi jajaran tulang rusuk sebelah kanannya), angka 2 (di tulang bahu sebelah kiri nya), simbol yin-yang (di dada kirinya), dan menurut gosip, dia juga memiliki tato tapal kuda di area privatnya. Ouch! Kalau gosip itu memang benar, Dara tidak mau membayangkan betapa menyakitkan proses penatoan tersebut.
Mbak Dara, silakan duduk, ucap Revel.
Sebelum Dara bisa bereaksi, Jo sudah menarik tangannya, dan Dara buru-buru duduk kembali di kursinya sambil mencoba membersihkan pikirannya dari segala sesuatu yang berhubungan dengan tapal kuda.
Revel tersenyum sebelum melanjutkan, Se belumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih karena Mbak udah datang ke sini. Berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja, Mbak sesuai dengan deskripsi asisten yang kami inginkan.
Kata-kata Revel ini disambut dengusan dari Jo, tapi Revel tidak menghiraukannya dan melanjutkan.
Waktu saya berbicara dengan Tante Emil, beliau tidak habishabisnya memuji Mbak. Tapi seperti yang Mbak tahu, kadang mencari asisten itu cocok-cocokan, karena itu kami ingin memastikan apakah Mbak cocok dengan Blu, dan itu tujuan utama pertemuan hari ini.
Kali ini Jo terbatuk-batuk dan Revel melirikkan matanya pada Jo. Sori... kerongkongan agak kering, jelas Jo sambil menunjuk lehernya.
Tingkah laku Jo yang selama beberapa menit ini terkesan antagonistik membuat Dara sedikit bingung. Apa ada yang salah pada dirinya sehingga Jo tidak menyukainya" pikir Dara. Namun dia tidak sempat memikirkannya lebih jauh ka rena Revel sudah berbicara lagi.
Sebagai produser Blu, yaitu saya, manajer Blu, yaitu Oom Danung, dan asisten Blu, yaitu Mbak, akan bekerja sama untuk me mastikan bahwa kehidupan Blu, baik profesional maupun ke sehariannya berjalan selancar mungkin. Akan ada banyak hal logistik dan administrasi yang harus dilakukan seorang asisten untuk Blu. Contohnya...
Dara mendengarkan Revel menjelaskan job description-nya dengan saksama. Sepertinya pekerjaan ini akan lebih demanding daripada sebelumnya, tapi sebagai personal assistant yang sudah menekuni bi dang ini selama beberapa tahun, Dara sudah terbiasa dengan se gala kenyentrikan para artis.
Mbak ada pertanyaan untuk kami" Revel menutup penjelasannya.
Untuk sementara belum ada, balas Dara yang disambut oleh kerlingan mata Jo.
Apa sih masalahnya dengan laki-laki ini" omel Dara dalam hati. Dia baru saja akan mengemukakan apa yang ada di kepalanya namun sudah kedahuluan oleh Revel.
Blu, ada yang mau kamu tanyakan ke Mbak Dara" Dara mengalihkan perhatiannya pada calon bosnya, yang menggelengkan kepala sebelum menunduk malu. Ada sesuatu dari Blu yang membuatnya ingin tersenyum. Mungkin keinnocent-an yang terlihat pada wajahnya. Dengan wajah tanpa make-up dan rambut agak keriting yang dibiarkan tergerai tanpa sentuhan rebonding, Blu masih belum tersentuh segala keglamoran dunia entertainment, dan Dara berharap Blu akan bisa te tap seperti itu selamanya.
Menurut kamu, Justin Bieber hot apa nggak" tanya Dara, mencoba mengetahui hal-hal yang disukai atau tidak disukai Blu.
Mata Blu langsung berbinar-binar sebelum berkata dengan semangat, Super hot. Aku suka banget sama dia. Dara tersenyum. Twilight"
Aku lebih suka Hunger Games.
Me too. Katniss jauh lebih cool daripada Bella, kan" Iya. Setidak-tidaknya dia nggak... oh... Aku cinta Edward, tapi aku juga cinta Jacob. Aku mau sama Edward, but I don t want Jacob to die so I should kiss him. Terus... oh let s marry Edward and break Jacob s heart. So stupid.
Blu, you cannot say stupid . hat s rude, Jo mencoba memperingatkan adiknya.
Tapi beberapa kali aku dengar Mas pakai kata stupid . Kok Mas boleh tapi aku nggak boleh"
Karena Mas udah delapan belas tahun ke atas, kamu belum, balas Jo yang menerima tatapan heran dari Blu.
Dara mencoba menahan tawa mendengar balasan Jo yang berbau hipokrit itu. Vampire Diaries atau Secret Circle" lanjutnya untuk mengalihkan perhatian Blu dari Jo.
Teman-temanku udah nggak ngikutin Vampire Diaries lagi, kata mereka boring, tapi aku masih suka seri itu. I love Damon. He is such a bad boy, jawab Blu semangat.
Yeah, bad boys are better. Terutama yang kemudian jadi baik kayak Damon.
Tapi terusnya kan dia jadi brengsek lagi lho, Mbak. Blu..., sekali lagi Jo memotong pembicaraan mereka. Apaan lagi sih" tanya Blu tidak sabaran.
Kamu nggak boleh pakai kata brengsek , itu nggak sopan. Jadi aku mestinya pakai kata apa dong"
Breng... tuuut. Hah" Kali ini bahkan Revel menatap Jo dengan tatapan tidak percaya.
You know... seperti di TV, kalau kita mengucapkan kata sumpahan bakalan disensor dengan tuuut, kan" Jadi masuk akal dong kalau brengsek disensor jadi breng... tuuut"
Kamu lagi ngobat, ya" Sebelum Dara bisa menahan diri, kata-kata itu sudah meluncur dari bibirnya.
Dan Dara rasanya mau mati saja. Seakan belum cukup parah bahwa dia menuduh kakak calon bosnya ngobat, tapi dia baru saja menggunakan kata kamu kepada kakak Blu, sesuatu yang sangat tidak pantas digunakan dalam konteks profesional.
Blu dan Revel terkesima sesaat mendengar komentar ini, sebelum kemudian Blu mulai cekikikan. Sayangnya Jo kelihatannya tidak menghargai komentar Dara sama sekali.
Apa kamu bilang" tanya Jo.
Jo yang selalu penuh senyum kalau di TV sekarang kelihatan sangar. Hal itu membuat Dara terperanjat.
No-nothing, balas Dara terbata-bata.
Jo langsung berdiri dari kursinya dan berkata dengan nada terlalu tenang yang membuat Dara merinding, Asal kamu tau ya, saya nggak pernah ngobat, dan nggak akan pernah ngobat. Ngerti"
Dara hanya bisa mengangguk. Jo menatap Dara tanpa ekspresi, sebelum kemudian berkata tanpa mengalihkan perhatiannya dari wajah Dara, Rev, bisa kita bicara di luar sebentar"
Revel kelihatan bingung selama beberapa detik, tapi saat kemudian melihat ekspresi wajah dingin Jo, dia langsung berkata, Excuse us, dan berdiri dari kursinya.
Jo mendahului Revel menuju pintu dan dua laki-laki itu menghilang dari pandangan. Dalam hati Dara menyumpah. Dia berharap kata-katanya barusan tidak akan memengaruhi keputusan mereka untuk mempekerjakannya. Dia betul-betul tidak bermaksud mengucapkan kata-kata itu.
I like your dress, suara lembut Blu menarik perhatian Dara. Oh, thank you. Mbak beli dari MNG waktu lagi sale, balas Dara sambil tersenyum, lega karena ternyata penampilannya tidak salah alamat.
Oh, aku suka banget barang-barang dari MNG. Tapi Mas Jo nggak ngebolehin aku belanja di sana, dia bilang potongannya terlalu dewasa untuk aku.
Dara berpikir sejenak. Mbak rasa kakak kamu benar. Nanti kalau udah kuliah, mungkin kamu bisa mulai belanja pakaian di sana, ucap Dara, mencoba mengurangi kekecewaan Blu. Blu mendengus. Itu masih lama banget deh kayaknya. Kurang dari tiga tahun lagi kok, balas Dara sambil tersenyum.
Kata-kata Dara disambut oleh senyuman Blu. I like you, ucap Blu pelan.
I like you too. Percakapan mereka terputus dengan kemunculan Revel di ruang pertemuan lagi.
Sorry about that. Mari kita lanjutkan wawancaranya, ucap Revel sambil duduk kembali.
Mas Jo ke mana" tanya Blu.
Oh, dia ada urusan, jadi kita aja yang menyelesaikan wawancara ini, oke" Revel kelihatan tidak nyaman ketika memberikan penjelasan ini, dan Dara tahu alasan sebenarnya kenapa Jo tidak kembali.
Ich wil sie nicht zu mich werken! teriak Jo ketika menerima laporan Revel sejam kemudian bahwa dia dan Blu memutuskan Dara-lah kandidat terbaik untuk jadi asisten Blu.
Jo, lo tahu kan kalau gue nggak ngerti bahasa Jerman" ledek Revel.
Hell no, I don t want her working for me, teriak Jo dengan terjemahan sempurna bahasa Jerman-nya barusan dan menambahkan sumpahan pula.
Technically, Dara nggak bekerja untuk elo, tapi untuk Blu. Blu menganggukkan kepalanya antusias, bersetuju dengan produsernya.
Tapi gue yang bayar gaji dia.
Actually, Blu yang bayar gaji asistennya, bukan elo. Karena semuanya akan keluar dari rekening dia.
Tapi Blu masih di bawah umur, dia nggak bisa tanda tangan cek tanpa perwakilan wali, which is me selama Poppy masih di Prancis. Dan gue menolak untuk melakukan itu. Blu sudah siap protes, tapi Revel mendahuluinya. Jo, what is your problem" Kita sudah menemukan asisten yang paling sesuai untuk Blu. Dara punya gelar sarjana, pengalamannya lebih dari cukup, rekomendasi yang superbagus dari Tante Emil, bisa nyetir, dia hip, dan Blu suka sama dia. Apa lagi yang lo mau"
Gue nggak suka sama dia adalah argumentasi yang ingin di teriakkannya, tapi Jo tahu argumentasi itu tidak akan diterima Revel dan Blu. Pertama kali Jo melihat resume dan cover letter Dara, dia tahu Dara asisten yang tepat untuk Blu, tapi itu sebelum dia bertemu Dara secara langsung. Dara terlalu cantik untuk jadi asisten. Wanita cantik seperti Dara adalah tipe sempurna untuk dipacari dan dipertontonkan kepada laki-laki lain seperti sebuah piala, tapi tidak untuk di jadikan istri apalagi pegawai, karena mereka tidak tahu arti kata kerja keras. Jo sudah terlalu sering kencan dengan perempuan jenis itu dan tak ingin mengambil risiko untuk mempekerjakan mereka. Oke, mungkin Dara memang mencoba menutupi kecan tikannya dengan tidak mengenakan make-up dan mengenakan pakaian formal yang sama sekali tidak mempertontonkan aset nya, tapi hanya dengan sekali pandang, Jo tahu apa yang coba disembunyikan Dara.
Apa kita nggak ada pilihan lain" tanya Jo.
Jo, lo nggak masih tersinggung dengan komentarnya tadi, kan" Jo mendengus dan menunjukkan wajah keras kepalanya. Revel melangkah mendekati Jo dan berkata dengan suara rendah agar Blu tidak mendengarnya, Look, coba lo pertimbangkan, mana yang lebih penting" Nggak mempekerjakan Dara cuma gara-gara dia sedikit menyakiti ego lo atau menelan ego lo demi adik lo dan mempekerjakan Dara untuk membuat hidup Blu dan juga elo lebih gampang"
Aku suka Mbak Dara.... Suara Blu yang datang tepat di belakang Revel dan Jo membuat mereka loncat terkejut. Blu hanya mendengus, tidak sabaran melihat reaksi mereka, lalu melanjutkan, Dia graceful. Dia bisa ngajarin aku caranya jadi seperti dia.
Jo membungkuk agar matanya satu level dengan Blu yang jauh lebih pendek darinya. Blu, kamu ini cute dan sweet. Kamu nggak perlu siapa pun untuk mengubah apa-apa dari diri kamu, ucap Jo.
You are not listening to me. Aku nggak mau jadi cute dan sweet yang beli pakaian dari Esprit. Aku mau jadi hot dan seksi dan bisa beli bajuku dari MNG kayak Mbak Dara, teriak Blu frustrasi.
Jo hanya bisa menganga selama beberapa detik. Melihat kekeraskepalaan pada ekspresi wajah Blu membuat Revel sadar akan kemiripan artisnya ini dengan drummer-nya. Dia mencoba mencari jalan tengah dan berkata, Blu, kalau kamu cuma mau belanja di MNG, Mas Revel selalu bisa minta Tante Davina untuk nemanin kamu ke sana, gimana"
Davina Paramitha Darby adalah salah satu pemilik saham MRAM dan juga mama Revel. Blu langsung menyipitkan matanya sebelum berkata, Tante Davina" No waaay. No ofense, tapi aku mau kelihatan kayak Elena, bukannya Mary Poppins. Aku mau Mbak Dara yang nemanin aku belanja pakaian.
Revel dan Jo yang akhirnya bisa menutup mulutnya kini menatap Blu seakan dia baru saja berbicara dalam bahasa Latin. Who the heck is Elena" Teman sekolah kamu" tanya Jo polos. Blu menatap Jo putus asa. Hellooo... Elena, karakter utama di Vampire Diaries, ring a bell" Tuh kan, ini sebabnya kenapa aku perlu Mbak Dara sebagai asisten. Dia bisa ngerti apa yang aku omongin.
Jo berkata, You know what, Mas rasa pendapat Mas salah tentang mencari asisten untuk kamu. Gimana kalau kita tunda aja pencarian asisten ini sampai mama kamu pulang" Mata Blu langsung menatap Jo tajam sebelum dia mulai mengomel, Mas ini gimana sih" Ide untuk mencari asisten untuk aku kan semuanya dari Mas. Setengah mati Mas mencoba meyakinkan aku tentang segala keuntungan kalau punya asisten. Dan meskipun Mama kurang setuju dengan rencana ini, Mas masih tetap ngotot. Sekarang begitu aku sudah setuju untuk punya asisten, tiba-tiba Mas mundur.
Kini Blu kelihatan siap menyemprotkan api dari telinganya. Dia sepertinya betul-betul kesal, dan Jo tidak tahu bagaimana menenangkannya. Tapi dasar cewek, dalam sekejap mata, ekspresi wajah Blu berubah jadi memohon, dan Jo tidak suka tatapan yang diberikan Blu padanya, karena dia tahu dia tidak akan bisa menolak apa pun yang diminta adik tirinya itu.
Apa aku pernah minta apa-apa dari Mas" tanya Blu dengan suara pelan. Selama Mama nggak ada di Jakarta dua bulan ini, apa aku pernah nggak nurutin perintah Mas" Mas selalu bilang aku harus belajar untuk jadi dewasa dan mandiri, untuk bisa mengambil keputusan sendiri, nah, aku akan mulai meng ambil keputusan sendiri dengan mempekerjakan Mbak Dara sebagai asisten. Aku harap Mas bisa mendukung keputusan aku ini.
Dalam hati Jo menyumpah. Damn it!!! Sejak kapan adiknya yang masih ABG ini bisa sebijaksana itu" Dia betul-betul harus mulai memperhatikan orang-orang yang bergaul dengan Blu dan acara TV yang ditonton adiknya ini, karena jelas-jelas Blu tidak belajar hal itu dari Jo.
Dalam usaha terakhir untuk memberikan kesempatan pada Blu untuk mengubah pikirannya, Jo berkata, Apa kamu yakin dengan keputusan ini" Karena Mas nggak mau bilang, I told you so, kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan terjadi padamu. Yakin, Mas, tegas Blu.
Meskipun masih ragu, akhirnya Jo mengalah dan ber kata, Fine. Kita akan mempekerjakan Mbak Dara sebagai asis ten kamu.
Blu langsung meloncat ke pelukan Jo sambil berteriak, Oh thank you, thank you, thank you!
Welcome, Kiddo. Jo mencium ubun-ubun Blu sambil memeluk erat tubuh adiknya yang kecil itu dan berdoa bahwa dia telah mengambil keputusan yang benar untuk Blu.
MEAN MEN LU biasanya berangkat ke sekolah jam 06.00 dan keluar jam 15.00. Selama dia ada di sekolah, kamu bisa menjalankan tugas kamu yang lain untuk Blu, tapi HP-mu harus selalu bisa dihubungi kalau aja Blu perlu apaapa dari kamu. Pulang sekolah dia akan langsung ke sini untuk la tihan vokal sampai jam 18.00.
Setiap hari" tanya Dara.
Ada sedikit pergerakan pada rahang Jo, yang menandakan bahwa dia tidak menghargai Dara memotong penjelasannya sebelum berkata, Senin sampai Jumat.
Dara mengangguk, memutuskan untuk tidak memotong Jo lagi. Terakhir kali dia bertemu Jo adalah seminggu yang lalu ketika Jo meninggalkan ruang pertemuan dengan wajah gelap, dan Dara sudah yakin dia tidak akan mendapatkan pekerjaan ini. Namun tiba-tiba dua hari yang lalu dia menerima telepon dari Revel, menawarkan pekerjaan ini untuknya, dan ketika Dara mengatakan ya , Revel memintanya datang menemui Jo hari ini. Ting kah laku antagonistik Jo hari ini lebih parah daripada tempo hari. Dan itu mengganggu ketenangan pikirannya, lebih daripada yang dia mau akui.
Setelah itu dia akan pulang ke rumah, mandi, makan dan menyelesaikan tugas sekolah sampai jam 21.00. Kalau semua tugas sekolahnya sudah selesai, kamu boleh pulang. Saya ada pembantu, jadi kamu nggak perlu masak, tapi semua tanggung jawab lain seperti antar-jemput ke sekolah, membantu mengerjakan tugas sekolah, bayar uang sekolah, mengatur dan menyesuaikan jadwal Blu dengan Oom Danung, membantu persiapan konser, membalas e-mail dari fans, me-maintain Facebook dan Twitter Blu, dan hal-hal lainnya yang diperlukan Blu, jatuh ke tangan kamu. Jadwal kerja saya biasanya mulai dari jam 19.00 dan baru pulang lewat tengah malam, tapi kalau ada apa-apa, ini tolong catat nomor HP saya, Jo melanjutkan penjelasannya.
Dara buru-buru memasukkan nomor HP Jo ke dalam HPnya sebelum Jo mulai nyerocos lagi dengan instruksinya.
Jadwal akhir minggu Blu biasanya penuh dengan manggung, dan kamu harus ada bersamanya setiap kali dia ada acara. Kalau dia nggak manggung, dia suka menghabiskan waktu di kamarnya, melakukan... saya kurang tahu juga apa yang dilakukan anak ABG kalau mengunci diri di kamar mereka.
Dara mencoba menahan senyum melihat betapa frus trasinya Jo menghadapi tingkah laku adiknya ini.
Saya sudah bilang ke mamanya Blu tentang kamu dan beliau akan telepon untuk bicara dengan kamu secepatnya. Saya biasanya ngedrop sejumlah uang pada awal bulan untuk uang saku Blu dan dia akan mengatur keuangannya sendiri, tapi kalau dia perlu ekstra, misalnya untuk beli baju, dia minta ke saya. Untuk mempermudah, saya akan drop sejumlah uang ke kas untuk kepentingan Blu, kalau kurang, saya tolong diberitahu. Pastikan kamu simpan semua kuitansi, jadi saya tahu perbelanjaan Blu dan saya mau pertanggungjawaban keuangan dari kamu setiap akhir minggu. Saya rasa seorang sarjana pasti tahu cara membuat laporan keuangan, kan"
Dara mencoba tidak menghiraukan sindiran Jo dan mencatat daftar tugasnya yang semakin lama semakin panjang.
Tolong kalau ada masalah apa-apa dengan Blu, kamu lapor ke saya lebih dahulu. Kalau kamu nggak bisa menghubungi saya, kamu bisa menghubungi Oom Danung, tapi jangan pernah sekali pun menghubungi mamanya Blu. Saya nggak mau konsentrasinya pecah.
Yeah, as if aku mau buang-buang pulsa untuk nelepon ke luar negeri aja, ucap Dara dalam hati.
Sebagai anak tengah dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan, Dara mengerti betapa protektif dan suka ngaturnya seorang kakak kepada adik mereka, tapi meskipun begitu, Dara yakin Jo masuk ke dalam kategori waaayyy... overprotective dan ngebos gila.
Kamu akan bekerja enam hari dalam satu minggu. Kalau Blu membutuhkan kamu pada hari libur kamu, kamu akan mendapatkan ganti hari libur, tapi kamu harus jadwalkan setidak-tidaknya seminggu di muka. Hari Senin waktu kamu ketemu dengan Oom Danung, beliau akan memberikan agenda Blu. Adalah tugas kamu untuk memastikan bahwa Blu on-time untuk setiap pertemuannya, karena jadwalnya sangat ketat menjelang konser ini, lanjut Jo.
Jo kemudian menyodorkan sebuah map kepada Dara. Ini kontrak kerja. Standar aja, menyatakan semua hak dan kewajiban kamu dan juga Blu di bawah naungan MRAM sebagai pihak yang mempekerjakan kamu. Silakan dibaca kemudian ditandatangani. Saya akan kembali dalam waktu tiga puluh menit. Kalau ada pertanyaan, kamu bisa menanyakannya nanti. Tanpa berkata apa-apa lagi Jo meninggalkan Dara untuk membaca kontrak tersebut. Segala klausul yang tertera kelihatan masuk akal, meskipun dalam hati Dara bertanya-tanya apakah kontrak tersebut memang standar, karena sejujurnya, dia tidak tahu bentuk kontrak yang dibilang standar atau tidak. Tante Emil dan artis-artisnya yang lain tidak pernah memintanya menandatangani kontrak kerja ketika mempekerjakannya. Tapi bos-bosnya terdahulu tidak ada yang sekaliber Blu.
Persis tiga puluh menit kemudian, Jo kembali, tapi kini dia ditemani seorang laki-laki setengah baya berwajah sangar, dan dari wajah tersebut Dara mengharapkan kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah Horas!
Kenalkan, ini Oom Siahaan, pengacara MRAM. Dara mencoba menahan tawa ketika mendengar nama yang telah mengonirmasi tebakannya.
Dara rasanya ingin menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan melihat cara Pak Siahaan menatapnya, yaitu dengan penuh kecurigaan.
Apa ada pertanyaan tentang kontrak kerja" tanya Jo, mengalihkan perhatian Dara dari wajah Pak Siahaan.
Dara menggeleng dan menyerahkan kontrak kerja yang telah dia tandatangani.
Ini adalah Non-disclosure agreement yang harus Mbak tandatangani. Pada dasarnya NDA ini mengatakan bahwa Mbak tidak akan membeberkan apa pun informasi yang berhubungan dengan Blu, menjelek-jelekkan nama baik Blu, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Blu selama Mbak bekerja untuk kami. Dan kalau Mbak sampai melakukan hal itu, kami berhak memberhentikan Mbak tanpa kompensasi dan kami juga bisa menuntut ganti rugi kepada Mbak kalau masalah sampai masuk sidang.
Untuk pertama kalinya Pak Siahaan berkata-kata dan menurut Dara pengacara ini sama antagonistiknya dengan Jo. Ketika Dara membubuhkan tanda tangannya pada dokumen itu, Jo melanjutkan orasinya.
Sebagai pegawai kami, ada beberapa peraturan implisit yang kamu harus patuhi. Yang pertama menyimpan pendapat kamu untuk diri kamu sendiri. Kedua, jangan penah mencoba memengaruhi Blu ke hal-hal yang tidak baik. Ketiga, jangan pernah mempertanyakan segala tindakan dan keputusan yang saya ambil untuk Blu.
Tapi bagaimana kalau tindakan atau keputusan Mas Jo itu berdampak buruk kepada Blu" Apa saya bisa menyuarakan pendapat saya"
Jo mendengus sebelum berkata, Percaya sama saya, saya tidak akan melakukan hal-hal yang saya tahu akan menyakiti Blu.
Mungkin tidak secara sengaja, tapi bisa aja kan terjadi secara tidak sengaja.
Kamu baru resmi bekerja selama kurang dari lima menit, dan kamu sudah melanggar peraturan pertama. Apa kamu yakin kamu mau pekerjaan ini"
Dara mempertimbangkan ancaman ini. Mungkin ada baiknya dia mundur sekarang daripada harus berhadapan dengan ogre ini setiap hari. Tapi Dara bukanlah tipe orang yang gampang menyerah, dan dia tidak akan menyerah sekarang hanya karena seorang Jo Brawijaya mengancamnya.
Dia tidak pernah memahami segala kehebohan yang meliputi Jo semenjak kemunculan Jo beberapa tahun yang lalu. Dia akui Jo ganteng, tapi kalau dibandingkan Revel, Jo ti dak ada apaapanya. Dan meskipun banyak orang bilang Jo drummer yang andal, Dara tidak bisa menghargainya karena menurutnya suara yang dihasilkan oleh drum hanyalah... noise , bukan musik betulan. Jelas-jelas tidak bisa menandingi musik yang dihasilkan piano atau biola.
Oke, mungkin dengan berjalannya waktu, gaya Jo berubah dari punk rock dengan rambut gimbal, kaus hitam, dan jins sobek, jadi lebih cool dan sophisticated dengan rambut pendek ala Larry Mullins-nya U2, kaus hitam, dan jins dari desainer terkenal yang dengan potongannya bisa membuat bokong laki-laki kelihatan yummy , tapi tetap saja, menurut Dara, Jo hanya lah seorang anak band.
Sori, itu tidak akan terjadi lagi, ucap Dara.
Jo pun mengangguk dan untuk sementara waktu ini mereka setuju untuk berdamai.
Kenapa kamu nggak membicarakannya denganku sebelum menerima tawaran kerja ini"
Bentakan Panji membuat Dara tersentak. Dia tahu Panji akan marah padanya, tapi dia tidak menyangka Panji akan bereaksi seganas ini. Mereka baru saja selesai makan ma lam dan sedang duduk menonton TV ketika Dara memutuskan untuk memberitahu Panji tentang pekerjaan barunya. Untung saja Papa dan Ibu sedang pergi ke Yogya mengunjungi keluarga Mbak Olin, dan Krisna sedang keluar dengan pacarnya, sehingga tidak ada yang mendengar bentakan Panji ini.
Karena aku tahu kamu akan menghalangi aku. Dan aku perlu pekerjaan ini, Ji. Kita perlu pekerjaan ini, Dara mencoba menjelaskan tindakannya.
I can t believe you are doing this to me setelah kamu tahu perasaan aku tentang pekerjaan kamu. Aku sudah bilang kamu bisa cari pekerjaan lain, kamu punya gelar sarjana kom puter, kamu toh bisa kerja di perusahaan IT yang bejibun ba nyaknya di Jakarta.
Tapi aku nggak mau kerja di bidang IT, sebab aku akan stuck duduk di depan komputer selama berjam-jam. I would hate it.
Tapi setidak-tidaknya itu akan lebih bonaide daripada apa yang kamu kerjakan sekarang. Kamu akan kerja di kantor dengan jam kerja yang normal. Aku mau istriku bisa bikinin aku sarapan dan makan malam. Seorang istri yang menungguku di rumah waktu aku pulang dari kantor.
Dara tahu Panji memang sering terkesan egois, tapi selama ini laki-laki itu selalu bisa menoleransinya, hingga sekarang. Hal ini membuatnya bertanya-tanya apakah dia mau melepaskan pekerjaannya untuk mempertahankan hubungannya dengan raja narsis bernama Panji"
Dia bertemu Panji sewaktu kuliah, tapi mereka baru mulai pacaran ketika masing-masing sudah mapan dengan pekerjaan mereka. Panji tipe laki-laki yang akan dibawa pulang un tuk dikenalkan kepada orangtua. Dia mapan, sopan, dan berasal dari keluarga baik-baik. Selama setahun pertama mereka pa caran, Panji tidak pernah mengajukan keberatan dengan se mua keputusan Dara, tapi saat hubungan mereka jadi lebih serius, Panji jadi semakin terobsesi untuk mengatur hidup Dara. Dia seakan mencoba mencetak Dara menjadi istri yang diinginkannya, yaitu istri pada zaman Ibu Kartini, yang tertindas dan tidak diperbolehkan menyuarakan pendapat mereka.
Dara, aku ngerti kalau pekerjaan ini penting untuk kamu, tapi aku minta kamu ngerti posisi aku...
Dan aku perlu kamu mengerti posisi aku. Aku nggak pernah minta kamu untuk cari pekerjaan lain, meskipun jam kerja kamu berantakan dan membuat kita jarang ketemu, karena aku tahu kamu suka pekerjaan kamu. Aku sudah mendukung kamu, dan aku minta kamu memberikan dukungan yang sama kepadaku, potong Dara berapi-api.
Jadi kamu lebih memilih pekerjaan kamu daripada aku" Iya, balas Dara tanpa berpikir lagi. You don t mean that.
Yes, I do. Panji terdiam, terkejut dengan kata-kata itu. Kemudian wajahnya memerah dan Dara menyangka bahwa untuk pertama kalinya Panji merasa malu karena sudah terlalu mengatur hidupnya, tapi tentu saja Dara salah karena Panji justru berkata, Kalau ini memang keputusan kamu, aku perlu space untuk berpikir.
Oke..., ucap Dara sedikit bingung. Aku perlu space jauh dari kamu. Maksud kamu"
Panji tidak menjawab pertanyaan ini, tapi dari tatapannya Dara tahu maksudnya.
Are you breaking up with me" Dara megap-megap menatap laki-laki yang akan dinikahinya ini.
Nggak. Aku cuma minta kita hiatus sampai aku bisa mengambil keputusan.
Mendengar ini Dara langsung panik. Ji, kita seharusnya menikah tahun depan, kita nggak bisa hiatus sekarang. Gimana dengan segala rencana pernikahan kita" Apa yang aku harus bilang ke keluarga aku"
Rencana pernikahan harus ditunda dan keluarga harus dikasih tahu. Aku tahu ini akan sulit untuk kita berdua, tapi aku rasa ini jalan terbaik untuk saat ini. Aku serius mau menikahi kamu, tapi aku mengharapkan seorang istri yang akan menuruti permintaan aku, dan untuk saat sekarang kamu se pertinya tidak bisa melakukannya.
Berbagai macam sumpah serapah terlintas di kepala Dara, tapi lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkannya. What have I done" tanya Dara dalam hati. Ibu akan menggorengnya kalau beliau dan Papa sampai tahu dia hiatus dengan Panji. Beliau sudah sangat mengharapkannya menikah tahun depan dan keluar dari rumah untuk memulai hidup baru dengan seorang suami. Krisna sudah tidak sabar untuk menikahi pacarnya, seorang dokter gigi yang sangat dielu-elukan oleh Papa dan Ibu, tapi mereka tidak memperbolehkan Krisna melangkahinya, karena itu mereka sangat bersemangat untuk menikahkan Dara agar tidak kehilangan calon menantu dokter gigi.
Sebagai cewek yang cukup populer di kalangan laki-laki semenjak SMP, semua orang bertanya-tanya kenapa Dara masih single pada umurnya yang sudah melewati tiga puluh ta hun. Satu-satunya penjelasan yang bisa diberikannya adalah bahwa selama ini dia selalu memacari jenis laki-laki yang salah, yang meskipun gantengnya selangit, tapi tidak pernah mau serius dengannya. Selama bertahun-tahun dia tidak pernah mempermasalahkan ini, karena dia juga tidak pernah berniat commit . Hingga suatu pagi dua tahun yang lalu dia sadar bah wa Jana, Nadia, dan Adri, sobat-sobatnya semenjak SMP sudah menikah dan hidup bahagia dengan suami dan anak-anak me reka.
Pada detik itu Dara sadar bahwa dia juga menginginkan hal tersebut. Menikah dengan laki-laki yang baik, mapan, dan mencintainya, dan menjadi seorang ibu. Selama ini ketiga sobatnya sudah mencoba mengingatkannya bahwa suatu hari hobi nya mengoleksi laki-laki akan membawa karma padanya, tapi dia tidak pernah menghiraukannya. Dia tidak pernah menyangka hari itu akan tiba. Karena itu, ketika Panji mengajak nya keluar, dia langsung setuju tanpa pikir panjang lagi. Dara mengakui bahwa salah satu daya tarik utama Panji adalah ke seriusannya. Yang dia tidak pernah perhitungkan adalah bahwa karena keseriusannya itu Panji menjadi seseorang yang tidak memiliki humor, tidak mengenal kata kompromi dan sangat suka mengatur.
Sekarang kalau Dara pikir-pikir lagi, selama mereka berpacaran, selalu dirinyalah yang harus berkompromi untuk memenuhi keinginan Panji. Dara tidak pernah menilai dirinya sebagai wanita yang rela ditindas oleh laki-laki, tapi tanpa dia sadari, dia sudah memperbolehkan Panji menindasnya selama setahun belakangan ini. Oh, ingin rasanya dia mengomel kepada Ibu yang selalu mengatakan bahwa seorang wanita harus tunduk kepada suami kalau mau hubungan mereka langgeng. Menurut Ibu, hanya ada dua alasan kenapa perceraian bisa terjadi. Pertama adalah karena perselingkuhan, dan yang kedua adalah karena sang istri tidak menghargai sang suami.
Selama ini Dara tidak pernah mempertanyakan pendapat Ibu, tapi kini dia sadar bahwa pendapat Ibu terkesan membela lakilaki dan menyalahkan perempuan. Bahwa kalau saja sang istri tahu cara menjaga suaminya, sang suami tidak akan lari ke perempuan lain, dan kalau saja sang istri menghargai suaminya, sang suami tidak akan pernah meninggalkannya. Dara yakin banyak juga laki-laki yang menggunakan alasan seperti ini untuk mencerai kan istri mereka, dan Panji adalah salah satunya. Hal ini mem buatnya sedikit mual.
Panji berdiri dari sofa sebelum menunduk dan mencium kening Dara. Aku pamit pulang dulu, ucapnya.
Dara menarik lengan Panji, mencoba menahannya, tapi ketika Panji menatapnya, Dara tidak bisa mengucapkan apa yang ada di dalam kepalanya.
Aku rela melepaskan pekerjaanku demi kamu. Aku akan melakukan apa aja untuk bisa sama-sama dengan kamu. Itulah yang ingin dia katakan, tapi sepertinya lidahnya, atau mungkin hatinya tidak mau bekerja sama.
Dengan tatapan kecewa Panji pun melangkah pergi. Suara pintu depan yang menutup, mesin mobil yang dihidupkan, kemudian bunyi ban mobil yang berdecit meninggalkan Dara sendiri dengan pikirannya.
MAD Dog ARI Senin pagi, dengan mata sedikit pedih karena kurang tidur menunggu Panji meneleponnya untuk meminta maaf dan berkata bahwa semuanya baikbaik saja, yang tidak kunjung datang Dara sudah sampai sebelum pukul 6.00 di rumah Jo untuk mengantar Blu ke sekolah. Dia masih belum berani mengatakan apa-apa kepada orangtuanya tentang status hubungannya dengan Panji, dan itu membuatnya merasa bersalah. Sekali lagi dia memeriksa alamat yang tertera pada layar HP-nya, memastikan bahwa dia tidak nyasar ke rumah orang lain. Pasti bahwa ini alamat yang benar, dia pun turun dari taksi dan mendekati pintu pagar berwarna hitam dengan desain tertutup dan lebih tinggi dari dirinya itu.
Dara menekan bel yang ada di samping pintu dan lagu Jingle Bells langsung berkumandang dengan cukup kencang. Samar-samar Dara mendengar suara anjing menggonggong. Tidak lama kemudian, seorang wanita yang bisa dikategorikan sebagai manula berjalan ke arahnya. Dara mencoba mengingat informasi yang diberikan padanya.
Mbak Dara, ya" tanya wanita itu. Iya. Selamat pagi Bi Uti.
Bi Uti langsung membuka gembok pintu dan mempersilakan Dara memasuki pekarangan rumah.
Mas Jo dan Ade lagi sarapan. Mbak Dara sudah sarapan" Dara menebak bahwa Ade yang dimaksud oleh Bi Uti adalah Blu. Sudah tadi di rumah, jawab Dara.
Dia melihat dua mobil di garasi. Sebuah Toyota SUV serbahitam yang dikenalinya sebagai mobil Jo karena sering dilihatnya di TV, dan sebuah Nissan SUV berwarna perak yang menurut Jo pada pertemuan mereka terakhir adalah mobil dinas Dara. Dara melewati kedua mobil itu dan mengikuti Bi Uti menuju rumah. Bi Uti membuka pintu rumah dan mempersilakan Dara masuk lebih dahulu. Dara baru saja melangkah ke dalam rumah ketika sesuatu berukuran besar dengan napas berat menyerangnya.
Dara berteriak, sebelum punggung dan kepala bagian belakangnya membentur daun pintu dengan cukup keras. Sedetik kemudian Dara menemukan dirinya terkapar di lantai. Dia mencoba menutupi wajahnya dari jilatan makhluk raksasa, sambil berteriak panik, Get of me! Stop it!
Goldie, stop!!! Come here! Mendengar perintah itu, makhluk raksasa itu pun menelantarkan Dara setelah menamparnya dengan buntutnya yang dikibaskan dengan semangat.
Perlahan-lahan Dara membuka matanya dan melihat Blu dengan seragam sekolahnya sedang berlutut di hadapannya. Are you okay" tanyanya.
Terengah-engah Dara meraba wajah dan tubuhnya, memastikan tidak ada luka pada wajah dan bagian tubuhnya yang lain. Ketika yakin dia baik-baik saja, Dara mengangguk.
Sori ya. Goldie memang suka terlalu friendly sama orang. Mas Jo lupa masukin Goldie ke kamarnya sebelum Mbak Dara datang, jelas Blu prihatin.
Goldie" tanya Dara masih sedikit bingung dan mencoba membersihkan wajahnya dan celana hitamnya dari bulu-bulu pendek berwarna keemasan.
The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Golden Retriever-nya Mas Jo, balas Blu sambil menunjuk seekor anjing raksasa berwarna emas yang duduk patuh di bawah kaki Jo dan sedang menatapnya sambil menjulurkan lidah.
Dara bersumpah bahwa anjing dan tuannya sedang menyeringai, puas karena sudah membuatnya terkapar di hari pertamanya bekerja. Great, sekarang Jo pun sudah menghasut anjingnya untuk bertingkah laku antagonistik kepadanya.
Bukannya Mas Jo sudah memberitahu Mbak tentang Goldie"
Nggak. Mas Jo nggak pernah memberitahu saya, geram Dara sambil mencoba mengangkat tubuh dan harga diri nya dari lantai.
Biasanya tidak ada masalah dengan anjing, selama anjing itu sopan dan bersih, tapi yang jelas dia tidak pernah mau dijilati oleh anjing mana pun. Siapa yang tahu apa saja yang sudah dijilat oleh si anjing sebelum menjilatnya" Ugh, gross!!!
Kita berangkat sepuluh menit lagi ya. Omong-omong, Mbak Dara tahu kan jalan ke sekolah aku" Blu nyerocos sambil berjalan kembali ke meja makan bulat yang terbuat dari marmer putih.
Iya, Mbak tahu, jawab Dara.
Dia ragu sesaat, apakah dia perlu mengikuti Blu menuju meja makan, atau berdiri saja di depan pintu masuk. Tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti Blu.
Selamat pagi, ucap Jo sambil melambaikan tangannya, mengundang Dara duduk di salah satu kursi makan. Goldie langsung berdiri pada keempat kakinya ketika melihat Dara mendekat, tapi Dara bersyukur ketika anjing itu tidak mendekatinya.
Jo yang duduk dengan santai masih mengenakan kaus hitam dan jins yang dikenakannya tadi malam untuk mengisi acara ulang tahun sebuah TV swasta. Dan dia mengenakan sandal rumah yang kelihatan nyaman. Ada lingkaran hitam di bawah matanya dan kulitnya kelihatan agak pucat, yang menandakan dia belum sempat istirahat setelah manggung tadi malam. Sejujurnya, Dara agak terkejut melihat wajah Jo pagi ini. Dia me ngira Jo tidak akan kelihatan hingga tengah hari. Sebagaimana layaknya kehidupan artis yang bekerja pada malam hari, mereka biasanya akan tidur seharian dan baru akan bangun menjelang matahari terbenam; sudah seperti vampir.
Bukannya menerima undangan Jo, Dara memutuskan untuk permisi ke toilet terlebih dahulu untuk membersihkan wajahnya yang tadi dijilati Goldie.
Jo menatap kepergian Dara ke toilet sambil mencoba menahan senyum. Kejadian barusan adalah hal terlucu yang dia pernah lihat, andaikan dia bisa merekamnya dan memutarnya lagi nanti. Atau lebih baik lagi, meng-upload-nya ke YouTube agar seluruh dunia bisa melihatnya. Jo terkekeh dalam hati memikirkan keisengannya ini.
Nanti sore waktu aku pulang, Mas ada di rumah nggak" tanya Blu sambil mematut dirinya pada cermin panjang yang menempel pada salah satu dinding ruang makan.
Jo masih harus membiasakan diri dengan adanya orang yang peduli pukul berapa dia kembali ke rumah dan menunggu untuk makan malam dengannya. Hari ini Mas ada di MRAM seharian. Kita bisa makan malam sama-sama di sana sebelum kamu pulang ke rumah, jawab Jo.
Jo melihat Blu menganggukkan kepalanya di cermin. Puas dengan penampilannya yang sempurna, Blu meninggalkan cermin dan berjalan menuju Jo.
Mas, aku perlu uang. Boleh aku pinjam kartu kredit Mas" Jo menenggak habis tehnya sebelum bertanya, Ini kan masih pertengahan bulan, memangnya uang saku kamu udah abis"
Oh, kalau uang saku sih masih banyak. Ini untuk keperluan di luar bujet bulanan, jelas Blu.
Jo mengerutkan keningnya, tidak suka dengan arah pembicaraan ini. Terakhir kali Blu mengajukan permintaan yang sama, dia menghabiskan hampir lima juta di Adidas hanya untuk membeli beberapa set pakaian olahraga berikut aksesorinya dengan warna yang membuat matanya silau. Waktu Jo bertanya kenapa dia menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk pakaian olahraga, Blu berkata, Ya karena Katy Perry-lah. Dan ketika Jo masih juga kelihatan bingung, Blu menunjukkan video kampanye Adidas Katy Perry di YouTube melalui iPad-nya, seakan Jo seharusnya paham maksudnya, tanpa adanya penjelasan lebih lanjut.
Mas masih nggak ngerti, ucap Jo.
Blu memutar bola matanya sebelum menjelaskan dengan tidak sabar, Katy Perry, penyanyi pop dunia plus Adidas sama dengan super cool. Aku, Blu Brawijaya, penyanyi pop opera Indonesia, mengenakan pakaian yang sama seperti Katy Perry, akan kelihatan super cool juga. Paham"
Pada saat itu Jo hanya bisa menggelengkan kepala mende ngar penjelasan yang sedikit membingungkan itu. Dia hanya berharap kali ini setidak-tidaknya adiknya akan bisa memberikan penjelasan yang lebih masuk akal.
Aku mau minta Mbak Dara nemanin aku belanja make-up hari ini sepulang latihan dari MRAM. Boleh, kan" tanya Blu. You want to do what" teriak Jo.
Oh, betapa Jo lebih memilih Blu berencana membeli franchise Adidas berikut Katy Perry-nya sekalian daripada mem beli barang terkutuk seperti make-up.
Menyangka bahwa Jo tidak mendengarnya, Blu berkata, Belan-ja make-up.
No, ucap Jo pendek sambil berdiri dari kursi dan berjalan menuju kamar tidurnya.
What do you mean, no" Blu mengikuti jejak Jo. Suara entakan kuku Goldie pada lantai dan kencringan bel pada collar yang melingkari leher anjing itu mengikuti kakakberadik ini.
No, kamu nggak boleh beli make-up, jelas Jo tanpa menghentikan langkahnya.
Tapi semua temanku udah pakai make-up, dan kalau aku manggung, aku juga udah pakai make-up, jadi apa salahnya kalau aku punya set make-up sendiri"
Jo sudah sampai di depan pintu kamarnya dan memutar tubuhnya untuk menatap Blu. Tetap nggak boleh.
Arrrggghhh!!! teriak Blu dan melangkah pergi dengan mengentakkan sepatu Mary Jane-nya ke lantai sebagai tanda kefrustrasiannya.
Kalau saja Jo tidak terlalu lelah, dia mungkin akan mencoba menenangkan Blu, tapi tidak pagi ini. Dia perlu waktu tidurnya, karena dia harus sudah ada di MRAM pukul 12.00 untuk mengawasi Dara pada hari pertamanya. Revel dan Oom Danung sudah setuju untuk mengawasinya sebelum itu.
Baik-baik di sekolah, Blu! teriak Jo yang disambut oleh Like you care! dari Blu.
Jo mengembuskan napas pasrah dan melangkah masuk ke kamar tidurnya sebelum menutup pintu. Ketika dia melihat Goldie sedang menatapnya seakan menilainya, Jo berkata, Oh, stop looking at me like that. Kalau kamu punya adik perempuan, pasti kamu ngerti.
Goldie hanya menjulurkan lidah mendengar penjelasan itu. Jo bersumpah anjing satu itu sedang nyengir meledeknya. Berpikir bahwa dirinya sudah setengah gila karena peduli pada apa yang dipikirkan seekor anjing tentangnya, buru-buru dia menanggalkan pakaian dan melangkah ke kamar mandi.
Goldie, stay, ucap Jo ketika melihat Goldie ingin masuk juga ke kamar mandi.
Meskipun tahu Goldie hanyalah seekor anjing, Jo tetap merasa risi untuk telanjang di depannya. Goldie adalah perempuan, dan Jo hanya akan menanggalkan pakaiannya di depan perempuan yang akan tidur dengannya. Jelas-jelas Goldie tidak masuk kategori itu.
Ketika dia keluar dari kamar mandi, jam dinding sudah menunjukkan pukul 6.30 dan rumah terdengar lengang, yang berarti Blu sudah berangkat ke sekolah. Jo mengenakan ce lana piama, dan tanpa mengenakan kaus, dia merangkak ke atas tempat tidur dan menewaskan diri di samping Goldie yang sudah mulai mengorok.
Aku nggak ngerti deh kenapa Mas Jo masih juga memperlakukan aku seperti anak kecil. Aku ini udah SMA, omel Blu dengan wajah cemberut, dalam perjalanan menuju sekolahnya.
Kakak kamu cuma mau menjaga kamu. Dia kan yang bertanggung jawab atas kamu selama mama kamu nggak ada, Dara mencoba meredakan omelan Blu.
Ketika keluar dari toilet, Dara mendengar dengan jelas pertengkaran antara Blu dan Jo, dan selama beberapa menit ini sebisa mungkin mencoba menenangkan Blu yang masih berapiapi. Dara mempertimbangkan tindakan selanjutnya. Di satu sisi dia tidak mau terlibat pertekaran keluarga, di lain sisi, sudah terjadi tugasnya untuk memenuhi segala keinginan Blu. Dan keinginan Blu adalah membeli make-up. Yang Dara tidak tahu adalah kenapa Blu memerlukannya.
Dengan sangat berhati-hati agar tidak terdengar terlalu mau tahu, Dara bertanya, Omong-omong, kamu memangnya kenapa sih ngotot banget mau beli make-up"
Blu kelihatan ragu sesaat, seakan mempertimbangkan apakah Dara cukup bisa dipercaya sebelum akhirnya berkata, Kalau aku kasih tahu, Mbak harus janji nggak akan ngasih tau Mas Jo.
Dara melirikkan matanya sedikit curiga. Memangnya separah itukah sampai kakak kamu nggak boleh tau"
Blu mengangguk serius. Oke, Mbak nggak akan ngasih tau Mas Jo, janji Dara. Janji"
Janji, balas Dara mencoba meyakinkan Blu, meskipun dalam hati dia mulai waswas. Dia berharap apa pun yang Blu sembunyi kan tidak menyangkut hal aneh-aneh yang mewajibkannya untuk melaporkannya pada Jo.
Blu mengembuskan napas sebelum berkata pelan, Aku perlu make-up untuk pesta Tahun Baru sekolah.
Pesta Tahun Baru" tanya Dara tidak percaya. Dia tidak menyangka penjelasan Blu bisa se-innocent itu.
Ada cowok yang sudah ngajakin aku, jelas Blu. Dan kamu nggak mau kakak kamu tau tentang ini karena... Dara membiarkan kata-katanya menggantung.
Karena Mas Jo pasti nggak akan ngebolehin aku pergi, soalnya acaranya malam. Dan kalaupun dia ngasih aku pergi, dia akan minta dirinya untuk jadi chaperone di acara itu. Nggak seru banget deh. Yang ada malamku bakalan hancur karena cewekcewek satu sekolah jadi histeris gara-gara Mas Jo muncul.
Tanpa disangka-sangka, Blu mulai berlagak seperti orang yang histeris karena bertemu dengan idola mereka. Berikut dengan meletakkan kedua telapak tangan di pipi dan suara yang melengking segala.
Oh-Em-Ji, dia cute banget.
Nggak nyangka Jo Brawijaya bakalan datang. Kok bisa sih Blu punya kakak kayak dia, sooo luckyyy.
Did you all see that" Dia baru senyum ke gue. Ah... mau pingsan rasanya.
Mau tidak mau Dara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Tapi mendengar penggambaran Blu, Dara mengerti kenapa Blu merasa risi memiliki kakak seperti Jo.
Pusing aku jadinya setiap kali dengar fans-fans Mas Jo histeris. Mereka nganggap Mas Jo itu a piece of meat yang bisa ditarik sana-sini. Setiap kali abis manggung, pasti dia pulang dengan bekas lipstik, kaus yang sedikit sobek, atau luka cakaran. Itu makanya Mas Jo nggak pernah ngasih aku dekat-dekat sama dia kalau dia lagi manggung, katanya untuk keselamatan aku.
Dara seharusnya tidak kaget dengan informasi ini, toh bukan pertama kalinya dia melihat atau mendengar cerita fans yang agak ganas. Meskipun begitu, mulutnya tetap sedikit ternganga. Jujur saja, seperti juga orang lain, selama ini Dara selalu melihat Jo hanya sebagai artis, bukan manusia yang punya perasaan dan bisa disakiti. Dalam usaha untuk lebih mengerti Jo, Dara tidak menghentikan Blu yang sedang membagi perasaan dan pandangannya tentang kakaknya itu.
Aku nggak pernah ngerti kenapa orang-orang kok pada histeris kalau ngelihat Mas Jo. Padahal dia itu... yah, pokoknya nggak cool banget deh. Kalau tidur kan dia nggak pernah pakai kaus lho, Mbak. Katanya udah kebiasaan kayak gitu. Tapi, kebayang nggak sih betapa tidak higienisnya itu" Mana dia kalau tidur bareng sama Goldie, lagi. Ugh!!!
Tiba-tiba gambaran Jo sedang tidur tanpa mengenakan kaus tebersit di kepala Dara, dan itu membuat kerongkongannya kering. Meskipun Jo laki-laki paling arogan yang per nah dia temui dan kalah ganteng dengan Revel, tapi dari observasi nya, Dara harus akui bahwa tubuh Jo kelihatan sangat it. Pekerjaannya sebagai penabuh drum telah membuahkan hasil dua lengan yang kokoh, yang bisa membuat wanita meleleh kalau dipeluk olehnya, dan dada bidang yang bisa dijadikan tumpuan kalau wanita sedang menangis dan perlu a shoulder to cry on.
Memangnya semua laki-laki kalau tidur suka nggak pakai kaus, ya" tanya Blu tiba-tiba.
Bahkan ada yang tidur telanjang di antara tubuh wanita, pi kir Dara, tapi untungnya dia sempat menahan diri sebelum katakata tersebut terlontar dari mulutnya.
Akhirnya Dara menggunakan penjelasan pertama yang terlintas di kepalanya, Ada orang yang suhu tubuhnya lebih panas dari pada yang lain, jadi mereka lebih gampang keringatan. Daripada tidur bermandikan keringat sendiri, ya... kebanyakan mereka lebih me milih menjaga suhu tubuh supaya tetap dingin. Alhasil tidur nggak pakai kaus.
Aku kayaknya nggak bisa deh tidur tanpa kaus. Kebayang nggak kalau tiba-tiba ada kebakaran" Bisa berabe, kan"
Sekali lagi Dara tertawa terbahak-bahak. Kali ini Blu pun ikut tertawa.
So, do you like this guy" Cowok yang ngajak kamu ke pesta ini" tanya Dara setelah tawa mereka reda.
Dengan sedikit tersipu-sipu, Blu mengangguk. Namanya William, dia sudah kelas 12. Orangnya cute banget meskipun sedikit dorky. Dia salah satu cowok paling populer di sekolah. Aku nggak nyangka dia akan ngajak aku.
Pada saat itu Dara sadar bahwa meskipun Blu seorang selebriti, tapi di dalam, dia tetap seorang cewek ABG biasa yang hatinya akan berbunga-bunga kalau cowok yang disukainya mengajaknya pergi ke pesta. Oh, SMA. Dengan segala cinta monyet, pacaran backstreet karena nggak mau ketahuan orangtua, hingga rasa senang tak terkira karena ada cowok yang ngajak kencan. Dunia seakan penuh harapan dan impian se waktu SMA.
Apa kamu sudah terima undangannya untuk jadi date dia ke acara ini" tanya Dara.
Sekali lagi Blu mengangguk. Minggu lalu aku bilang iya ke William, soalnya dia sudah nanyain melulu dan aku nggak enak kalau nolak. Lagian aku memang mau pergi. Ini pesta pertamaku, semua temanku akan ada di sana, dan aku nggak mau ketinggalan.
Selama beberapa detik Dara berpikir. Meskipun pesta sekolah terkesan tolol untuk orang dewasa, tapi sewaktu SMA, pesta sekolah terkesan glamor dan suatu acara yang tidak bisa dilewatkan. Pergi ke pesta seperti ini adalah salah satu kenangan terindah yang dia miliki sewaktu SMA, dan dia akan pastikan Blu pun mendapatkannya.
PEACE oFFErINg ESTA tahun baru kamu ini memangnya diadakan di mana" tanya Dara.
Di Gran Melia. Acara mulai jam 20.30. Apa kamu udah ada gaun, sepatu, dan aksesorinya" Aku punya beberapa gaun yang baru aku pakai sekali untuk manggung, dan aku bisa pakai lagi di muka publik. Sekalian daur ulang, jadi hemat biaya belanja, dan nggak akan ketahuan Mas Jo.
Mencoba berpikir dengan logika Blu, Dara berkata, Jadi kamu berencana untuk berangkat ke acara ini setelah Mas Jo berangkat kerja malam itu"
Blu mengangguk antusias. Apa kamu nggak khawatir Bi Uti akan ngasih tahu Mas Jo tentang kepergian kamu" lanjut Dara.
Minggu itu Bi Uti akan pulang ke Jawa, cucunya ada yang mau kawin, jadi semuanya beres.
Wow! Rupanya kamu sudah memikirkan semuanya ya. Kecuali urusan make-up.
Tanpa pikir panjang lagi Dara berkata, Kalau kamu mau, Mbak bisa dandanin kamu. Jadi kamu nggak perlu beli make-up. Really"
Dara mengangguk dan tahu-tahu Blu sudah memeluknya sambil mengucapkan kata thank you berkali-kali. Untung saja mobil sedang berhenti di lampu merah. Kalau tidak, Dara yakin mereka akan mengalami kecelakaan lalu lintas.
Setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau dan Blu harus melepaskan pelukannya, Dara berkata, Kalau Mbak bantu kamu soal ini, kamu harus nurutin dua permintaan Mbak. Oke. Apa pun itu, aku akan setuju.
Meskipun Dara memang benar-benar mau membantu Blu, dia tidak cukup gila untuk melepaskan anak berumur lima belas tahun berkeliaran di kota Jakarta pada hari Sabtu malam dengan laki-laki yang dia tidak kenal. Sebebas-bebasnya orang tua, mereka tetap harus menetapkan beberapa peraturan pada anak mereka.
Mbak harus dikenalkan dengan William supaya Mbak tahu orangnya yang mana.
Oke, itu beres. Yang kedua, Mbak akan ikut kamu ke acara ini. Hah" Kayak jadi bodyguard gitu" Nggak oke banget deh. Meskipun dari nadanya sepertinya Blu sudah ngambek, Dara tidak peduli. Dia harus tegas dengan peraturannya.
Setidak-tidaknya nggak ada orang yang akan histeris kalau ngelihat Mbak. Mbak akan antar kamu sampai ke lokasi pesta, setelah itu Mbak akan hangout di lobi hotel sampai kamu selesai dan mengantar kamu pulang. Gimana" tawar Dara. Tapi...
Terserah kamu, pokoknya itu syarat Mbak untuk ngebolehin kamu pergi. Kalau kamu nggak setuju, kita bisa lupakan ini semua dan kamu akan kehilangan pesta Tahun Baru pertama dengan teman-teman kamu ini, potong Dara.
Blu kelihatan sudah siap membantah, tapi kemudian sepertinya dia sadar bahwa dia tidak akan bisa memenangi argumentasi ini. Akhirnya dia berkata, Oke, Mbak boleh ikut.
Sisa sepuluh menit perjalanan menuju sekolah Blu dilalui dalam diam. Ketika mobil berhenti di depan gerbang sekolah dan Blu bersiap-siap keluar mobil, dia berkata, Terima kasih ya, Mbak, karena sudah mau ngedandanin, menemani aku pergi ke pesta tahun baru, dan nggak ngasih tau Mas Jo tentang ren cana aku ini.
Dara tersenyum, kagum dengan kata-kata diplomatis Blu. Sepertinya mama Blu orangtua yang tahu cara menanamkan sopan santun kepada anaknya.
I ll see you at three, okay" ucapnya.
Blu mengangguk dan Dara membawa mobil kembali ke jalan raya, menuju Menteng.
Dara baru saja melangkah ke dalam kantor MRAM ketika seorang bapak-bapak berumur lima puluhan yang cukup trendi menyapanya dengan ramah.
Ah, Mbak Dara, ya" tanya bapak tersebut. Dara hanya bisa mengangguk sebelum bapak itu melanjutkan dengan semangat, Kenalkan, saya Pak Danung, manajernya Blu. Maaf, saya nggak bisa ketemu Mbak sebelumnya.
Pak Danung menjabat tangan Dara dengan hangat. Yuk, saya tunjukkan tempat Mbak bekerja kalau sedang di MRAM.
Mereka lalu berjalan menuju sebuah meja panjang kosong di sudut ruangan. Dalam perjalanan Pak Danung menyempatkan diri memperkenalkan beberapa pegawai yang sedang bekerja di meja mereka.
Dara mencoba mengingat setidak-tidaknya tiga dari sepuluh nama orang yang dikenalkan, tapi usahanya sia-sia. Dia bertekad mengenali mereka satu per satu pada akhir jam kerja hari ini. Omong-omong, apa mamanya Blu sudah menelepon Mbak" Melihat gelengan kepala Dara, Pak Danung berkata, Oh, mungkin masih belum sempat aja. Nah, ini meja para PA. Biasanya para PA artis MRAM selalu bergerak mengikuti artis mereka, makanya mereka nggak punya meja sendiri. Jadi sistem yang kami gunakan adalah hoteling, yaitu kalian akan berbagi meja dan segala keperluannya. Kami sudah menyiapkan rak berlaci dengan label nama setiap PA, jadi kalian bisa me nyimpan segala dokumen di dalam laci tersebut.
Pak Danung menunjukkan deretan rak besi berlaci yang terletak di samping meja. Dara mengenali beberapa nama yang tertera sebagai PA, yang bekerja untuk para artis MRAM.
Ini kunci untuk laci Mbak. Para PA biasanya akan mengunci laci mereka, karena mereka tidak mau orang lain mengacak-acak dokumen-dokumen mereka. Meskipun kita semua di sini sudah menandatangani perjanjian tutup mulut, tidak ada ruginya untuk selalu berhati-hati. Jadi, pastikan laci Mbak selalu terkunci kalau Mbak tidak ada di sini. Oke"
Dara mengangguk mengerti dan mengantongi kunci itu. Dua komputer ini berhubungan dengan main frame MRAM, jadi informasi apa pun yang Mbak simpan di main frame bisa di akses dari dua komputer ini. Saya akan minta Beno, orang tech kita untuk set-up username dan password untuk Mbak.
Sekali lagi Dara mengangguk sambil meletakkan tasnya di atas meja dan mengeluarkan agendanya. Dengan bolpoin di tangan kanan dan agenda terbuka, Dara sudah siap mencatat apa pun informasi penting yang harus diingatnya.
Pak Danung menyerahkan sebuah ile berukuran A4 kepada Dara sebelum berkata, Ini agenda Blu untuk enam bulan ke depan. Hal-hal yang menyangkut sekolah dan konsernya su dah ixed. Jadwalnya menjelang konser juga sudah diatur sedetail mungkin oleh kami, jadi Mbak bisa mengikuti jadwal itu saja. Tapi tentu saja, Mbak harus sigap menangani pergantian yang suka datang tiba-tiba.
Sebelum Dara bisa betul-betul mencerna apa yang dikatakan Pak Danung, beliau sudah melanjutkan, Untuk hari ini, saya sudah menyiapkan beberapa hal yang bisa Mbak kerjakan selama menunggu hingga Blu keluar dari sekolah. Kita bisa mulai dengan membalas e-mail dan meng-update Facebook dan Twitter Blu.
Pak Danung menyerahkan sebuah ile kepada Dara sebelum berkata, Di dalam sini ada username dan password e-mail, Facebook, dan Twitter Blu. Selain itu, ada balasan e-mail standar yang biasanya kami gunakan untuk pertanyaan-pertanyaan yang paling sering kami terima. Semuanya terdaftar berdasarkan abjad. Kalau ada pertanyaan yang Mbak tidak pasti jawabannya, di-skip saja dulu sampai Mbak bisa menanyakannya kepada saya, Revel, Jo, atau Blu sendiri.
Seraya memegang agenda dan bolpoin, Dara hanya bisa melirik ke ile yang dipegang Pak Danung.
Kalau misalnya ada fanmail yang menurut Mbak bagus, Mbak bisa menunjukkannya ke Blu, jadi Blu bisa membalas e-mail itu sendiri kalau dia sempat. Serahkan semua pertanyaan yang datang dari media tentang Blu ke bagian Public Relations MRAM. Sayangnya Gina sedang cuti hari ini, tapi Mbak bisa mencari dia besok. Kita mencoba untuk mencegah adanya salah paham di antara kami dan media, itu sebabnya kita harus bekerja sama dengan PR. Saya juga memberikan Mbak otoritas untuk tidak menghiraukan hate-mail jenis apa pun. Blu suka menerima hate-mail" tanya Dara terkejut. More than you could ever guess, jawab Pak Danung. But why" Dia tidak mengerti kenapa orang bisa tidak menyukai Blu yang menurutnya tidak ada sombong-sombongnya sama sekali.
Kebanyakan hate-mail akan mengomentari pakaian, sepatu, make-up, bahkan aksesori yang dikenakan Blu waktu manggung. Ada yang jengkel karena Blu tidak tersenyum cukup lebar kepada mereka ketika mereka bertemu dengannya di mal. Ada yang bilang Blu lip-sync lah, yah, intinya kebanyakan dari mereka sih cuma mencari-cari alasan untuk membenci Blu. Apa Blu tahu bahwa dia sering menerima hate-mail" Pak Danung menggeleng. Kita mencoba untuk meminimalisasikan itu semua karena tidak mau membuat Blu upset. Tapi kadang kami tidak bisa mengontrol apa kata media tentang Blu.
Kita biasanya makan siang sama-sama di sini jam 12.00, tapi kalau Mbak kurang cocok dengan menunya, Mbak bisa memesan makanan dari luar. Setelah makan siang, Mbak harus mengambil kostum konser Blu. Kita sudah itting dua minggu yang lalu. Coba Mbak catat alamatnya.
Bolpoin di tangan Dara menari untuk mencatat segala instruksi yang ditembakkan secara bertubi-tubi oleh Pak Danung itu.
Setelah Mbak kembali dari menjemput Blu dari sekolah, Mbak bisa melanjutkan membalas fanmail-nya sambil menunggu Blu selesai latihan vokal. Nanti Mbak akan saya kenalkan dengan Mbak Joyce, pelatih vokal Blu. Orangnya agak-agak strict, tapi sebetulnya baik. Pak Danung menepuk bahu Dara sambil nyengir ketika mengatakan ini, dan mau tidak mau Dara pun tersenyum.
Setelah itu Mbak bisa mengantar Blu pulang dan membantunya mengerjakan tugas sekolah kalau perlu. Kalau Blu tidak perlu apa-apa lagi, Mbak bisa pulang. Ada pertanyaan" tanya Pak Danung.
Dara menggeleng dan Pak Danung meninggalkannya setelah Beno muncul untuk membantu Dara mengakses main frame MRAM.
Selama tiga puluh menit pertama dihabiskan Dara untuk menyalin agenda Blu ke dalam agendanya, dan membuat beberapa catatan lain tentang hal-hal yang harus diklariikasi kepada Pak Danung. Lalu selama lebih dari dua jam Dara duduk di depan komputer untuk membalas fanmail Blu. Pisang goreng yang diberikan oleh oice boy MRAM beberapa jam yang lalu masih tidak tersentuh olehnya. Dia hampir saja berteriak terkejut ketika membuka e-mail Blu beberapa jam yang lalu dan menemukan tidak kurang dari seratus e-mail dari penggemar Blu.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 dan salah satu pegawai MRAM yang dia ingat bernama Sita, mendekatinya.
Mbak Dara, saya Sita. Sori ya nggak sempat ngobrol, abis dari tadi saya lihat Mbak sibuk banget, jadi nggak mau ganggu. Kita makan siang dulu yuk, ajak Sita.
Dan Dara pun segera log-out dari e-mail Blu dan mengikuti Sita menuju ruang makan.
Sudah selesai ngebalas e-mailnya Blu"
Sudah. Tapi masih belum sempat menyentuh Facebook dan Twitter, jawab Dara.
Sita mengangguk-angguk. Oh ya...
Kata-kata Sita terpotong oleh gonggongan anjing yang sangat familier dan Dara baru saja hendak menoleh ke arah suara itu ketika tiba-tiba dia menemukan dirinya sudah jatuh tengkurap di lantai dengan kedua kaki depan Goldie menekan punggungnya.
Oh, my God. Bad Goldie, bad dog, omel Sita sambil menarik collar Goldie dengan susah payah agar menjauhi Dara.
Dara mencoba merangkak berdiri sambil menggeram. Apa tidak cukup orang diserang oleh seekor anjing sekali dalam satu hari" Apa perlu diserang dua kali oleh anjing yang sama" Dasar sial, gerutu Dara dalam hati.
Jooo... Goldie-nya dipakaiin leash dong!!! Lo gimana sih" Lihat tuh Mbak Dara sampai begitu keadaannya! teriak Sita pada Jo yang dengan santainya berjalan mendekati mereka sambil nyengir.
Mbak Dara nggak kenapa-napa" tanya Sita khawatir. Dara rasanya sudah mau mati saja ketika menyadari semua pegawai MRAM sedang menatapnya sambil tersenyum. Great!!! Hari pertama kerja sudah jadi bahan tertawaan orang. Kenapa dia nggak bergabung dengan pasukan badut saja kalau tahu akan begini akhirnya" Setidak-tidaknya kalau jadi badut mereka akan membayar untuk menertawakannya.
Jo kemudian bersiul kencang dan Goldie langsung berlari ke arahnya. Goldie cuma mau say hi kok. Aren t you, girl" ucap Jo sambil berlutut dan mengelus-elus kepala Goldie yang memaparkan wajah bahagia karena sudah dibelai tuannya.
I m ine, ujar Dara menjawab pertanyaan Sita, sambil berdiri dan mencoba tidak memelototi Jo.
Dalam hati Dara berjanji akan membalas dendam dengan mengunci Goldie di kamar mandi kalau tuannya sedang tidak ada di rumah. Tanpa menghiraukan Jo, Dara pun meng ikuti Sita mengantre untuk mengambil makanan. Dara lalu du duk di salah satu kursi meja makan besar yang mendominasi ruang makan. Sita sepertinya menyadari kekikukan Dara sebagai pegawai baru dan duduk di sebelahnya. Dara menghargai ke baikan Sita, apalagi ketika Jo memutuskan untuk duduk tepat di hadapan Dara sambil ngobrol dengan para pegawai laki-laki tentang pertandingan sepak bola Manchester United melawan Chelsea tadi malam dan tidak menghiraukannya sama sekali. Ingin rasanya Dara pindah dari kursinya untuk menghindari Jo.
Rencananya gagal karena Sita sudah mulai membuka pembicaraan dengannya. Sita ternyata akuntan yang sudah bekerja untuk MRAM semenjak MRAM didirikan beberapa ta hun yang lalu. Dia mengenal baik Revel dan Jo, dan sudah menganggap mereka seperti keluarga. Sekarang Dara mengerti kenapa Sita bisa mengomeli Jo seenak jidatnya barusan.
Dara sedang memikirkan ke manakah dia harus meletakkan piring kotornya ketika seorang OB muncul untuk mengambil piring kotor itu dari hadapannya. Setelah mengucapkan terima kasih, buru-buru dia bangun dari kursinya, dan setelah permisi kepada Sita, Dara menuju mejanya untuk mengambil tas dan kunci mobil. Dia tidak tahu bahwa Jo mengikutinya sampai dia men dengar suaranya.
Dara, ucap Jo yang disambut oleh pekikan Dara. Bisa nggak sih nggak ngagetin orang begitu" desis Dara sambil mengelus-elus dada.
Tanpa menghiraukan kata-kata Dara, Jo menyodorkan segelas air putih padanya. Ketika Dara menatapnya bingung, Jo menjawab, Kamu belum minum.
Dara menatap Jo dan gelas air yang ada di tangannya, semakin bingung, dan kini sedikit curiga. Selama setengah jam mereka makan siang, Jo bahkan tidak pernah melirik ke arahnya, jadi bagaimana dia bisa tahu bahwa Dara belum minum"
Melihat keraguan pada wajah Dara, Jo menambahkan, Ini cuma air putih biasa, nggak ada racunnya kok.
Meskipun masih sedikit ragu, tapi tidak mau menarik perhatian pegawai MRAM yang mulai kembali ke meja masing-masing, Dara mengambil gelas itu dari tangan Jo.
hank you, ucapnya. Dia berniat menunggu hingga Jo berlalu sebelum membuang air itu. Sejujurnya, melihat betapa antagonistiknya Jo terhadapnya, dia tidak percaya apa pun yang diberikan laki-laki itu. Jo hanya mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Dara menyangka Jo akan meninggalkannya setelah memberikan gelas itu, tapi dia justru menunggu. Akhirnya Dara tidak ada pilihan selain mendekatkan gelas pada bibirnya dan minum seteguk. Habiskan, ucap Jo lagi.
Akal sehat Dara mengatakan agar dia melemparkan sisa air di gelas itu ke wajah Jo, tapi dia rasa itu bukan ide yang baik betapapun menyebalkannya Jo. Akhirnya dia menenggak habis air itu dan cukup terkejut ketika Jo mengulurkan tangannya untuk mengambil gelas kosong itu darinya.
Besok-besok jangan lupa minum setelah makan. Saya nggak mau harus menjawab pertanyaan media kalau kamu sampai ditemukan tewas karena tersedak. Nggak bagus untuk image Blu.
Dan sebelum Dara bisa bereaksi, Jo sudah melangkah pergi, meninggalkan Dara megap-megap saking kesalnya.
Dara menunggu hingga Blu muncul di gerbang sekolahnya. Kostum konser Blu yang berjumlah sepuluh set tertata dengan rapi di bagasi mobil, di dalam plastik laundry. Segala sepatu dan aksesori terletak di dalam boks di kursi belakang. Blu muncul tak lama kemudian dan Dara menunggu hingga Blu memasang sabuk pengaman sebelum tancap gas. Setibanya mereka di MRAM, Dara langsung menggiring Blu ke studio untuk latihan.
Dara menemukan Pak Danung sedang ngobrol dengan seorang wanita yang mengenakan legging hitam, kaus kedodoran, dan sepatu bot dengan stiletto yang bisa digunakan sebagai tusuk sate saking runcingnya. Ketika melihatnya, Pak Danung langsung mengenalkannya kepada pelatih vokal Blu, yang ternyata wanita berhak runcing itu. Dan dia adalah Joyce Silalahi, pelatih vokal para penyanyi muda Indonesia. Joyce menjabat ta ngan Dara singkat. Pak Danung langsung pamit dan me ninggalkan Blu untuk latihan.
You re late, ucap Joyce memperingatkan Blu.
Dara agak terkejut ketika mendengar itu dan langsung melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 15.45.
Maaf, Mbak, tapi bukannya latihan vokal Blu dimulai pukul 16.00" tanya Dara.
Nope. Untuk hari ini jadwal latihan Blu adalah dari pukul 15.30 sampai 17.30.
Dara segera mengeluarkan agendanya dari dalam tas untuk memeriksa jadwal yang sudah diberikan Pak Danung ke padanya tadi pagi. Dan dengan jelas di situ tertera:
13.00 Ambil kostum 15.00 Jemput Blu dari sekolah 16.00 18.00 Latihan vokal
Check FB & Twitter 18.00 Fitting kostum 18.30 Dinner dgn Jo 19.30 Home
Daripada bertengkar dengan Joyce Silalahi yang dikenal punya bad temper dan membawa kata beyatch ke level tersendiri, Dara memutuskan untuk mundur teratur.
Kalau begitu saya yang harus minta maaf. Saya sudah salah mencatat jadwal Blu hari ini, ucap Dara.
Blu seharusnya tahu jadwalnya sendiri. Sekarang kita hanya punya waktu kurang dari dua jam untuk latihan. Pastikan kamu tahu jadwal kamu untuk latihan selanjutnya, ucap Joyce sambil menatap Blu tajam.
Kata-kata dan nada Mbak Joyce yang sangat menghakimi itu membuat darah Dara mendidih. Dengan susah payah dia mencoba menenangkan diri, dan dengan satu anggukan kepada Blu, Dara meninggalkannya kepada Cruella De Joyce. Perempuan itu mengingatkan dirinya untuk memeriksa ulang jadwal Blu dengan Pak Danung agar tidak terjadi kesalahan lagi. Dalam perjalanan kembali dari studio, Dara berpapasan dengan Jo yang memaparkan wajah dinginnya. Dara pun hanya mengangguk dan berlalu untuk melanjutkan tugasnya.
HATE-MAIl ETIKA Dara bertanya kepada Pak Danung tentang kesalahpahaman pada jadwal Blu, beliau langsung minta maaf karena lupa memberitahu Dara atas perubahan itu. Tapi dia memastikan untuk selanjutnya jadwal la tihan Blu tetap pada jam 16.00.
Dara kemudian bertanya di manakah dia harus meletakkan kostum Blu, dan Pak Danung mengajaknya naik ke lantai atas, tempat area kolam renang dapat ditemukan. Untuk beberapa menit Dara hanya bisa melongo melihat area ini. Semua orang selalu bilang bahwa Revel berasal dari keluarga kaya, tapi Dara tidak menyangka artis itu akan mampu memiliki rumah semewah ini. Tanpa kelihatan terpengaruh oleh keadaan sekitarnya, Pak Danung berjalan ke arah kanan, menuju pintu di ujung.
Beliau membuka pintu dan Dara mendapati dirinya berada di dalam kamar tidur terluas dan ternyaman yang pernah dilihatnya. Ukurannya mungkin lima kali lipat kamar tidurnya di rumah. Satu tempat tidur ukuran Queen menghiasi area tengah kamar itu. Di sebelah kiri dekat jendela Dara menemukan meja kerja antik dan set sofa yang nyaman. Dinding sebelah kanan ditutupi sepenuhnya oleh lemari pakaian superbesar. Di depannya ada beberapa gantungan baju terbuat dari besi dengan roda, yang biasa ditemukan di department store. Aroma lavender yang menenangkan menyerang indra penciumannya.
Kita bisa pakai kamar ini untuk itting, karena Revel juga nggak pernah menggunakannya.
Dara hanya bisa mengangguk, tidak mengerti bagaimana orang bisa memiliki kamar tidur senyaman ini dan tidak pernah menggunakannya.
Setelah memastikan Dara memiliki segala sesuatu yang dia perlukan, Pak Danung membiarkan gadis itu melakukan pekerjaannya. Dan sementara menunggu hingga Blu selesai latihan vokal, secara sistematis Dara mulai memindahkan kostum Blu dari mobil ke kamar itu. Atas perintah Pak Danung, dua orang OB datang untuk membantu Dara melakukannya.
Mas, hati-hati megangnya ya, jangan sampai kusut. Dan dipegang agak tinggi, jangan sampai bagian bawahnya kena lantai, nanti kotor, pinta Dara.
Dua OB itu mengangguk dan dengan hati-hati membawa semua kostum Blu ke dalam. Dara sedang menumpuk beberapa boks sepatu agar lebih mudah untuk dibawa ketika mendengar suara gonggongan anjing, yang diikuti oleh suara kekacauan dari dalam rumah.
Oh no. Boks sepatu terabaikan, Dara langsung cabut lari masuk ke rumah. Dalam hati dia berdoa mudah-mu dahan kostum Blu masih bisa terselamatkan. Apa pun yang di harapkan Dara tidak bisa menandingi apa yang dia lihat ketika masuk ke dalam. Kedua OB yang membantunya tadi sedang berdiri di atas kursi sambil memegangi kostum Blu setinggi-tingginya, mencoba menjauhkannya dari serangan Goldie, yang mungkin berpikir kedua OB itu sedang mengajaknya bermain dan menggonggong dengan senangnya sambil meloncat-loncat un tuk meraih targetnya.
Goldie!!! Suara teriakan Sita yang nyaring membuat Goldie berhenti menggonggong dan loncat-loncat untuk beberapa detik. Tapi ketika menyadari Sita tidak akan melakukan apa-apa kepadanya, dia melanjutkan aksinya.
Sita kemudian meminta salah satu pegawai MRAM untuk memanggil Jo. Ketika muncul, Jo hanya perlu menggeram kan nama Goldie untuk membuat anjing itu terdiam dan dengan buntut lunglai berjalan menuju Jo yang segera memegangi collarnya.
Jo, dari tadi kan gue udah bilang supaya Goldie dipakaiin leash....
Dia udah gue pakaiin leash kok, tapi kayaknya dia ngegigit leash-nya sampai putus, potong Jo sambil menunjukkan leash kulit yang sekarang tinggal sepotong itu.
Anjing segede Gaban gitu mungkin mending dirantai aja deh.
Wah, itu sama sekali nggak berperikemanusiaan, bantah Jo tersinggung.
Jo, Goldie itu anjing, bukan manusia.
Ya kalau begitu tidak berperikeanjinganlah, lanjut Jo tanpa berkedip.
Dara menggigit lidah, agar tidak tertawa terbahak-bahak atas humor Jo yang garing itu.
Sita menggeram dan berkata, Whatever deh. Tapi bisa tolong lo bawa Goldie sama-sama elo, supaya dia nggak ganggu orang kerja supaya Junet dan Marwan bisa turun dari kursi"
Seperti baru sadar bahwa ada dua OB yang sedang berdiri di atas kursi, Jo bertanya, Lo pada kenapa berdiri di atas kursi" Sita memutar bola matanya sambil melambaikan tangan, meminta para OB untuk turun dari kursi dan segera lari ke lantai atas dengan harta benda Blu.
Sambil menunggu Junet dan Marwan, Dara menguping Sita dan Jo mengolok-olok satu sama lain.
Sumpah deh, Jo, gue nggak pernah ngelihat Golden Retiever sebegini nggak bisa diaturnya. Lo kenapa juga sih mau-maunya mengadopsi dia" ucap Sita.
Jo langsung menutupi kedua telinga Goldie dengan telapak tangannya sebelum berbisik, Ssst, Goldie nggak tau kalau dia diadopsi, oke.
Jo, lo ngapain nutupin kuping Goldie" She s a dog, dia nggak ngerti apa yang sedang kita bicarakan.
Lo tau kan kalau Golden Retriever itu lebih pintar dibandingkan anjing jenis lain" Nah, Goldie ini bahkan lebih pintar lagi di antara para Golden Retreiver. Percaya sama gue, dia tahu kita sedang ngomongin dia.
Are you nuts" teriak Sita.
Dara tersenyum ketika Sita menyuarakan apa yang ada di kepalanya. Siapa sangka drummer kawakan Indonesia ini ternyata setengah gila. Dara melirik ke sekelilingnya untuk memasti kan para pegawai MRAM yang lain setuju de ngan pendapat nya ini, tapi mereka semua sepertinya terlalu si buk dengan pekerjaan masing-masing sehingga tidak memeduli kan Sita dan Jo.
Dara melihat Jo menggeleng dengan serius se belum Sita berkata, Jadi lo kasih penjelasan apa ke Goldie kenapa dia tinggal sama elo"
San Pek Eng Tay 3 Ada Seseorang Di Kepalaku Yang Bukan Aku Karya Akmal Nasery Basral Api Di Bukit Menoreh 33
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama