Ceritasilat Novel Online

The Devil In Black Jeans 3

The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea Bagian 3


Dara teringat akan kepulangan Bi Uti ke Jawa untuk mengawinkan cucu. Dan bukannya menjawab pertanyaan Bi Uti yang menurutnya sebaiknya dijawab oleh Jo, Dara mengalihkan perhatian Bi Uti dengan menanyakan tentang pernikahan cucunya. Keingintahuan Bi Uti tentang apa yang terjadi terlupakan, digantikan dengan penggambaran acara pernikahan secara detail. Selama bercerita, Dara membantu Bi Uti mempersiapkan makan malam. Seperti yang sudah dijanjikan, Jo muncul pukul 19.30 untuk makan malam di rumah.
Jo memasuki rumahnya dan menemukan Dara sedang berdiri di samping meja makan dengan mengenakan celemek berwarna putih. Rambutnya diekor kuda, tapi ada beberapa helai rambut yang keluar dari ikatannya dan membingkai wajahnya. Dara kelihatan sweet dan... domestik, dan Jo bahkan mengharapkan Dara akan menyambutnya dengan, Sweetheart, you re home!!! sebelum kemudian mencium bibirnya dengan mesra. Jo menunggu detik saat dia akan mulai freak-out dengan bayangan ini. Namun perasaan itu tidak pernah muncul, yang ada malah kehangatan mulai menyelimuti dirinya. Dan pada detik itulah dia mulai freak-out.
SHIT!!! Dia sudah menjadi laki-laki lembek yang langsung terharu cuma gara-gara melihat seorang wanita mengenakan celemek. Jesus Christ, kill me now!!! Tapi kemudian dia melihat Dara menoleh kepadanya, dan dia merasa senang nggak ketulungan serta dia tidak bisa menahan diri memberikan se nyum terlebar yang pernah dia berikan kepada siapa pun.
VERDAMMT! Bagaimana dia bisa bertingkah laku seperti anak belasan tahun seperti ini di hadapan Dara" Bukankah dia tidak menyukai wanita ini" Apa yang sedang terjadi padanya"
Dara yang tidak memahami dilema Jo membalas senyuman itu dengan sedikit malu-malu dan berkata, Terima kasih karena sudah setuju menurunkan semua junk food dari lemari dapur dan kulkas.
Senyum di wajah Jo semakin melebar hingga menunjuk kan giginya sebelum lelaki itu membalas, No problem.
Mereka saling tatap selama beberapa detik. Tanpa perlu mengucapkannya, masing-masing saling mengerti bahwa mereka sedang mencoba memperbaiki hubungan yang dimulai dengan melangkahkan kaki yang salah.
Makan malam akan siap sepuluh menit lagi. Kalau Mas Jo mau mandi atau cuci muka dulu, masih sempat, ucap Dara akhirnya.
Jo sadar Dara sudah kembali formal dengan memang gilnya Mas Jo bukan kamu lagi seperti tempo hari. Setelah melepaskan sepatunya, Jo berjalan mendekati Dara dan me ngomentari, Jadi kita kembali lagi dengan Mas Jo , ya"
Hah" tanya Dara bingung.
Kemarin kamu berbicara dengan saya dengan menggunakan saya dan kamu , tapi sekarang kamu kembali memanggil saya sebagai Mas Jo .
Apa Mas Jo lebih memilih dipanggil Mas Johan " tanya Dara dengan wajah semakin bingung.
What" Heck, no I don t want to be called Mas Johan. Jo se lalu benci nama Johan, yang membuatnya seperti sedang hidup di era tahun 70-an.
Saya lebih memilih kamu manggil saya kamu atau Jo , jelas
Jo. Saya rasa itu kurang pantas untuk digunakan, balas Dara. Yang mana yang kurang pantas"
Dua-duanya. Tapi kamu menggunakan kata kamu kemarin kepada saya, kenapa hari ini nggak bisa"
Karena kemarin saya belum resmi kembali bekerja untuk Blu. Dan saya nggak pernah memanggil orang yang mempekerjakan saya hanya dengan namanya saja.
Tapi kamu memanggil Blu dengan namanya aja, bantah Jo. hat s diferent.
Coba jelaskan di mana bedanya, tantang Jo.
Dara baru saja akan membalas ketika terdengar suara Blu berkata, Eh, Mas udah pulang" Tumben amat.
Dara mengambil kesempatan ini untuk melarikan diri ke dapur, meninggalkan Jo memandangi belakang kepalanya dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri apa yang baru saja terjadi. Satu detik Jo tersenyum kepada Dara dan Dara mem balas senyuman itu dan detik selanjutnya mereka sudah ber tengkar lagi.
Jo mendesah, mungkin ini jalan terbaik untuk mereka. Karena dengan bertengkar mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk lebih mengenal satu sama lain. Dara adalah asisten adiknya, yang membuat wanita itu of-limits baginya. Ka lau pikiran nya yang sempat merajalela bisa dijadikan indikasi tentang apa yang diinginkannya, dia betul-betul harus berusaha menjauhi Dara.
Jawaban untuk Jo datang dua minggu kemudian ketika dia mendapati dirinya menghadiri acara anugerah musik yang diadakan sebuah stasiun TV dengan Revel, Blu, dan tentunya Dara.
Gue dengar dari Blu kalau lo berantem lagi sama Dara. Ada masalah apaan lagi sekarang" tanya Revel.
Jo mendongak menatap Revel yang memang lebih tinggi darinya sebelum berkata, Blu mau ngambil ekskul taekwondo, tapi gue bilang itu terlalu rough, jadi gue kasih usul dia ambil ekskul lain yang lebih aman, kaya cheerleading atau paduan suara, misalnya. Dia mencoba meyakinkan gue, gue tetap menolak, akhirnya dia ngambek dan ngadu ke Dara yang kemudian mencoba meyakinkan gue tentang segala keuntungan bagi cewek jika tahu ilmu bela diri. Gue masih kurang yakin dan ya akhirnya... begitulah.
Jadi lo memang berantem sama dia"
Gue nggak akan menyebutnya sebagai berantem, lebih seperti beda pendapat.
Revel menggelengkan kepala mendengar jawaban Jo ini. Kenapa lo geleng-geleng kepala" tanya Jo. Lo nih kenapa sih sama Dara"
Kenapa lo mikir gue kenapa-napa sama Dara" Selama gue kenal elo, gue nggak pernah ngelihat elo berantem... I mean... berbeda pendapat, Revel memperbaiki kata-katanya ketika Jo mengerlingkan matanya, sama perempuan. Tapi sama Dara...
Can you blame me" She is the most stubborn and argumentative woman I have ever met.
Kata-kata itu diucapkan Jo dengan seulas senyuman, yang membuat Revel bertanya-tanya apakah Jo mendapati ting kah laku Dara itu menarik, dan ini membuat Revel tersenyum dalam hati. Selama ini Dara tidak pernah sekali pun kelihatan terkesima atau bahkan tertarik dengan aksi tebar pesona Jo. Selain Ina dan Sita, Revel tidak pernah bertemu wanita yang mampu melakukan itu. Hal ini memberikan Dara poin lebih di mata Revel. Jo memerlukan perempuan seperti Dara di dalam hidupnya.
Dude, stalker is here, bisik Revel kepada Jo.
Yeah, I know. Gue mesti ngenalin diri ke drummer mereka. Beat-nya boleh juga tuh anak.
Bukan Stalker band, ini stalker-nya elo. What are you talking about" balas Jo bingung. Revel memiringkan kepalanya 90 derajat dari tempat mereka berdiri dan tatapan Jo langsung terkunci kepada seorang wanita tinggi yang matanya sedang menyapu sekelilingnya, seakan sedang mencari seseorang.
Jo langsung menggeram What the hell is she doing here" sambil membungkukkan tubuhnya agar tidak kelihatan oleh penguntitnya. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan mengingat tingginya yang 175 sentimeter itu.
Malam ini adalah acara anugerah musik, yang berarti orangorang yang datang seharusnya pemusik. Kayla bukan pe musik, dia seorang host acara perjodohan di TV. Kenyataan itu membuat Jo mengulang pertanyaannya barusan.
Karena lo di sini, I m guessing, balas Revel datar. Crap!!! geram Jo. Bagian mana dari gue nggak available yang dia nggak ngerti coba"
Beberapa bulan yang lalu Jo dikenalkan kepada Kayla dalam acara amal. Sejak itu Kayla mulai mencecarnya. Jo ber usaha segala cara menghindarinya dengan halus, tapi tidak ber fungsi.
Keberadaan Blu-lah yang menyelamatkan Jo dari Kayla karena akhirnya dia punya alasan untuk menolaknya. Dia betul-betul harus berterima kasih kepada adiknya itu.
Semua teman laki-lakinya berpikir dia gila karena menolak Kayla, yang menggambarkan segala sesuatu yang diinginkan oleh semua laki-laki. Dia cantik, pintar, dan memiliki satu set kaki jenjang dan sangat indah. Tapi di luar semua atribut tersebut, ada sesuatu pada diri Kayla yang membuat Jo ingin melarikan diri setiap kali melihatnya.
Memangnya apa susahnya sih buat elo untuk keluar dengan Kayla sekali aja" Mungkin setelah itu dia akan berhenti nguntit elo"
Lo kayak nggak tahu perempuan jenis Kayla aja. Dia nggak akan berhenti sampai dia berhasil hamil anak gue atau narik gue ke pelaminan, whichever comes irst. Intinya... she scares me. Apa salahnya nikah atau punya anak dengan Kayla" Kayaknya gue nggak mau deh nikah apalagi punya anak sama dia. Dia ngingatin gue sama araneus pallidus.
Laba-laba yang akan memakan pasangannya setelah berhubung an seks"
Kebanyakan orang tidak tahu apa itu araneus pallidus, tapi tidak Revel. Jo selalu tahu bahwa Revel lebih berotak daripada yang banyak dipikirkan orang tentangnya.
Jo, dia nggak mungkin seburuk itu, lanjut Revel, mencoba me nahan tawa ketika melihat tatapan nyureng Jo padanya.
Kalo gitu lo nge-date aja sama dia, balas Jo, yang disambut gelak tawa Revel.
Uhm... in case you don t know, I m madly in love with my wife, so thanks, but no thanks, balas Revel.
Oh, shut up. Balasan Jo semakin membuat Revel tergelak. Jo menyedekapkan tangannya sambil menunggu dengan air muka tidak sabaran hingga Revel berhenti tertawa.
Nggak usah ngelihatin gue kayak lo mau ngebunuh gue gitu deh, Jo. Bukannya lo bilang lo mau berburu cewek malam ini"
Iya, dengan penekanan pada kata berburu yang berarti gue yang jadi predatornya, bukan diburu yang berarti gue mangsanya, geram Jo sambil memelototi Revel.
Jooo... Jo langsung meringis mendengar suara itu. Sialan, gara-gara Revel dia lupa memperhatikan pergerakan Kayla, dan sekarang sudah terlambat baginya untuk melarikan diri.
Halo, Kay, ucap Jo sambil berusaha tidak menilai gaun malam yang dikenakan Kayla.
Gaun merah, semerah mobil pasukan pemadam kebakaran itu berpotongan tube selutut superketat sehingga terkesan dilukis pada tubuh Kayla. Jo bahkan tidak tahu bagaimana Kayla bisa bernapas mengenakan pakaian yang kelihatan sangat tidak nyaman itu. Tapi dari tatapan ganas para tamu laki-laki yang melewati mereka, Jo tahu kenapa Kayla memilih mengenakan gaun tersebut. Hanya laki-laki homoseksual buta saja yang tidak akan terundang oleh santapan seperti itu.
You look great, kata Jo.
Meskipun lebih memilih ngumpet daripada berbicara de ngan Kayla, Jo adalah seorang gentleman yang tidak akan membuat malu seorang wanita yang jelas-jelas sudah berusaha menarik perhatiannya selama berbulan-bulan.
hanks, balas Kayla sambil berjinjit dan mendekatkan bibirnya pada telinga Jo untuk berbisik, Apa kamu masih nggak available"
Dear Lord, perempuan satu ini memang berani. Dia bahkan sengaja menempelkan payudaranya ke lengan Jo dan Jo yakin bahwa kalau dia memutuskan untuk merabanya di depan orang banyak, Kayla tidak akan menolak. Di dalam pikirannya, Jo memang tidak tertarik pada Kayla, tapi sepertinya tubuhnya ti dak mau mendengarkan, karena pada saat itu Jo merasakan pergerak an pada bagian tubuhnya, yang menandakan keter tarikan isiknya kepada Kayla.
Great. Just great. Jo betul-betul menyumpah dalam hati. Inilah akibatnya kalau dia tidak menyentuh perempuan selama berbulan-bulan. Ini semua gara-gara Blu. Kalau saja Jo tidak ting gal dengannya dan mengurangi aktivitas seksualnya, Jo tidak akan terlalu haus belaian wanita seperti ini. SIALLL!!!
Mata Revel terbelalak melihat tingkah laku Kayla yang kelihatan seperti sedang mencoba menjilat daun telinga Jo di tengah keramaian.
Mm... Jo, I think I m gonna go in irst. Ketemu di dalam ya. Dan sebelum Jo bisa berkata-kata lagi, Revel sudah menghilang dari lobi, meninggalkannya berdua dengan Kayla.
Oh!!! Terkadang Jo berpikir bagaimana dia dan Revel bisa jadi teman. Seorang teman tidak akan meninggalkannya untuk dihabisi oleh singa seperti ini.
Sampai kapan Blu harus tinggal sama kamu" bisik Kayla lagi.
Jo menelan ludah sebelum berkata, Masih beberapa bulan lagi.
Well, kamu punya nomor HP aku. Kamu bisa telepon aku... kapan aja kalau misalnya kamu kesepian... malam-malam.
Oh, SHIT!!! sumpah Jo dalam hati. Dia betul-betul harus pergi dari hadapan Kayla sekarang, karena kalau tidak dia mungkin akan tergoda untuk menerima undangannya. Dan hal tersebut hanya akan membawa masalah padanya or is it" Jo melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 19.45. Dia datang ke acara ini hanya sebagai dukungan untuk Revel, dan dia yakin Revel tidak akan merasa kehilangan kalau dia memutus kan untuk pulang cepat. Dia memiliki waktu sekitar tiga jam hingga Blu, yang malam ini menjadi penyanyi pembuka acara anugerah musik ini, pulang. Lebih dari cukup waktu untuk me muaskan keperluan isik yang sekarang sedang menggedor pintu berahinya.
Kayla yang sepertinya sadar akan apa yang sedang dipikirkan Jo mendekatkan bibirnya yang diolesi lipstik merah dan mencium sudut bibir Jo, membuat Jo menggeram. Segala pikiran rasional melayang dari pikirannya dan dia langsung mencengkeram lengan Kayla, siap menariknya ke mobil, ketika mendengar suara di belakangnya.
Mas Jo. Jo berusaha tidak menggeram frustrasi mendengar suara yang sebetulnya bagaikan air es yang diguyurkan ke hawa nafsunya. Dengan tidak rela Jo memutar tubuhnya dan menemukan Dara sedang menatapnya tanpa ekspresi sebelum berkata, Mas dicariin Blu.
CAr KEY ELAMA beberapa detik Jo hanya menatap tajam asis ten adiknya itu, mencoba memutuskan apakah dia ingin mencekiknya karena sudah menggagalkan ren cananya untuk get laid malam ini atau mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan dirinya dari kegilaan. Tapi yang lebih mengagetkannya lagi adalah rasa jengkel yang mulai muncul di benak Jo, bukan karena kedua alasan di atas, tapi karena ekspresi tidak peduli yang kini sedang dipertontonkan Dara. Mas Jo" ucap Dara lagi, ketika Jo masih juga tidak bereaksi. Ekspresi wajah Dara membuat keisengan Jo muncul. Dia ingin melihat apakah Dara akan terkejut kalau dia get his freakon dengan Kayla di hadapannya. Area lobi sudah hampir kosong karena acara akan dimulai sebentar lagi. Tanpa berpikir panjang, Jo menarik pinggang Kayla, otomatis menempelkan seluruh tubuh Kayla pada tubuhnya, dan mendekatkan bibirnya pada telinga Kayla untuk berbisik. Aku ada free time besok malam, you interested"
Bisikan itu tidak keras, tapi cukup bisa didengar oleh Dara dengan jelas.
Jo mendengar Kayla tertawa dan berkata penuh ke menangan, Of course.
Jo melirikkan matanya pada Dara yang kini kelihatan bosan. Damn, rencananya untuk membuat Dara cemburu sudah gagal total.
Sampai ketemu besok malam, ucap Jo kepada Kayla sebelum melepaskannya.
Jo lalu bergegas mengikuti Dara yang sudah setengah jalan menuju area belakang panggung.
Kenapa Blu nyariin saya" tanya Jo ketika dia berhasil mengejar Dara.
Tanpa menghentikan langkah, Dara menjawab, Oh, Blu sebetulnya nggak nyariin Mas. Tapi tadi Mas Revel bilang ke saya kalau Mas perlu bantuan sebelum dilahap habis sama Mbak Kayla, jadi saya ngarang aja tentang Blu nyariin Mas. Saya seharusnya nggak usah repot-repot, karena sepertinya Mas Jo nggak perlu diselamatkan dari Mbak Kayla sama sekali.
Jo langsung berhenti melangkah untuk berkata, Jadi kamu sudah membohongi saya"
Dara yang ikut berhenti kemudian menatapnya sambil menyipitkan mata dan berkata, Maaf, kalau saya sudah mengganggu ren cana Mas Jo dengan Mbak Kayla. Itu tidak akan terjadi lagi. Saya harus kembali ke pekerjaan saya.
Ketika Dara memutar tubuhnya, Jo menarik lengannya dan berkata, Kamu marah ya sama saya"
Nggak sama sekali, balas Dara datar sambil menarik lengannya dari genggaman Jo.
Jo melepaskannya sebelum menatap Dara dengan lebih saksama. Pupil mata Dara melebar, membuatnya kelihatan berbinarbinar. Napasnya agak sedikit memburu, seakan dia tidak bisa menarik cukup oksigen ke dalam paru-parunya. Kalau bukan karena kedua telapak tangannya yang dikepalkan, siap untuk melayangkan tinju bila perlu, Jo mungkin bisa salah menginterpretasikan semua tanda-tanda isik ini sebagai turn-on. Kenyataannya sekarang adalah Dara kelihatan marah, bukan karena jengkel belaka. Perempuan hanya kelihatan ingin menampar lakilaki kalau sedang jengkel, tapi mereka akan ke lihatan ingin membakar para lelaki hidup-hidup kalau sudah cemburu. Dan Dara sepertinya lebih daripada siap untuk me lakukan aksi yang kedua. Sebelum bisa menahan diri, Jo sudah berkata, Are you jealous"
Dara menatap Jo tidak percaya sebelum mulai mengomel. Are you insane" Apa kepala kamu sebegitu besarnyakah sampai kamu berpikir setiap wanita mau sama kamu"
Jo hanya bisa menganga mendengar omelan ini. Dia tidak menyangka Dara akan semarah ini. Sebelum dia bisa mengucapkan maaf, Dara sudah melangkah pergi sambil me rungutkan sumpah serapah.
Dara mencoba mengontrol kemarahan yang kini menyelimuti hatinya. Berani-beraninya Jo mempermalukannya seperti itu" Membuatnya menyaksikan aksi Jo merayu wanita di hadapan nya seakan dia adalah boneka yang tidak punya perasaan. Laki-laki sialan. Apa dia bahkan tidak memikirkan bahwa bukanlah ide yang baik untuk bermesraan dengan seorang wanita di area terbuka tempat semua orang bisa melihatnya, apalagi ka rena ada banyak wartawan yang hadir di acara ini" Dan berani-beraninya Jo menuduhnya jealous" Jealous nenek moyang lo!!!
Dan Revel... Untuk apa laki-laki itu memintanya menyelamatkan Jo yang jelas-jelas tidak memerlukan bantuannya sama sekali. Oh!!! Dara akan membunuh dua laki-laki itu karena sudah berani mempermainkannya.
Hei, Mbak. Gimana, apa Mas Jo sudah selamat dari Mbak Kayla" tanya Blu ketika Dara menemukannya lagi di belakang panggung.
Dengan susah payah Dara mengatur ekspresinya agar tidak kelihatan kesal sebelum menatap Blu sambil tersenyum dan mengangguk. Bukan salah Blu bila kakak dan manajernya adalah buaya yang lebih baik dikuliti dan dijadikan tas daripada dibiarkan hidup dan membahayakan semua orang yang ada di sekitarnya.
Muka Mbak kok merah kayak orang marah begitu sih" tanya Blu polos.
You have no idea, ucap Dara dalam hati, tapi yang diucapkannya adalah, Di luar panas banget, Mbak jadi dehidrasi. Iya memang...
Dan Dara membiarkan Blu ngomong ngalor-ngidul, ngetanngulon, tentang betapa panasnya Jakarta akhir-akhir ini.
Beberapa hari kemudian Dara sedang berbicara dengan Tante Poppy melalui Skype ketika Jo pulang. Jo langsung disambut oleh Goldie yang menerima belaian dan ciuman di kepalanya sebelum melangkah pergi. Dara melirik jam pada laptop yang menandakan pukul 21.00. Dara tahu Jo tidak ada acara manggung malam ini, jadi dia ada di rumah lebih awal dari biasanya. Dari gelagatnya yang justru duduk di meja makan daripada langsung masuk ke kamarnya, Dara tahu apa yang Jo inginkan darinya. Sudah beberapa hari ini Jo mencoba berbicara dengannya, tapi Dara menolak menyisihkan waktu untuknya. Dia masih marah dengan apa yang sudah dilakukan Jo pada malam anugerah musik.
Dara membicarakan segala macam hal dengan Tante Poppy, bahkan tentang hal-hal yang sudah mereka bicarakan sebelumnya dengan harapan Jo akan bosan menunggu dan masuk ke kamarnya. Tapi sepertinya malam ini Dara tidak seberuntung itu. Dara hampir saja memohon kepada Tante Poppy untuk terus berbicara dengannya ketika beliau pamit untuk pergi ke kelas. Setelah menjanjikan bahwa dia akan terus meng-update Tante Poppy tentang persiapan konser Blu, Dara memutuskan sambungan Skype.
Tanpa menghiraukan Jo, Dara menutup laptop, bangun dari kursinya, siap melangkah pergi ketika dia mendengar suara Jo. Bisa kita bicara"
Apa ini menyangkut Blu" tanya Dara.
Jo kelihatan berpikir sejenak sebelum berkata, Well, no. Kalau begitu nggak ada yang perlu kita bicarakan, tandas Dara dan meninggalkan Jo lalu berjalan menuju kamar Blu.
Dia mendengar langkah kaki Jo mengikutinya dan mendesis, Berhenti mengikuti saya.
Kalau begitu kasih saya waktu lima menit dan saya nggak akan mengikuti kamu lagi, pinta Jo.
Dara betul-betul tidak mau memberikan waktu kepada Jo, tapi dia takut bahwa kalau dia tidak melakukan ini maka Jo akan terus mengikutinya. Tanpa peringatan, Dara berhenti dan memutar tubuhnya dengan cepat. Kalau saja releks Jo lebih lamban, dia pasti sudah menabraknya.
Saya akan berikan waktu dua menit, mulai dari..., Dara melirik jam tangannya dan berkata, sekarang.
Jo menyipitkan mata, jelas-jelas tidak menyukai perlakuan Dara terhadapnya, tapi Dara tidak peduli.
Apa kamu akan betul-betul memberi saya batasan waktu seperti ini"
Satu menit dan lima puluh detik lagi, Dara memperingatkan. Jo mendesah dan berkata setulus mungkin, Saya min ta maaf atas kejadian tempo hari. Saya bahkan nggak tahu kena pa saya mengatakan itu. Saya sama sekali nggak bermaksud menyinggung perasaan kamu.
Well, you did, tandas Dara.
I know. Itu sebabnya selama beberapa hari ini saya sudah mencoba minta maaf.
Ketika Dara hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa, Jo mulai sedikit panik. Please say something, pintanya.
Dara ingin berpegang pada kemarahannya, tapi melihat wajah Jo yang kelihatan sangat bersalah, Dara jadi ingin tertawa. Lain dengan terakhir kali Jo meminta maaf padanya, permintaan maaf kali ini terdengar lebih tulus, tanpa ada motivasi apa-apa selain untuk mengemukakan penyesalannya.
Fine, I forgive you, ucap Dara akhirnya. Serius" Jo kelihatan tidak percaya. Nggak, nggak serius. Saya cuma main-main.
Selama beberapa detik Jo hanya bisa megap-megap. Sepertinya inilah pertama kali ada orang yang menolak permintaan maafnya sehingga dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Dan Dara tidak bisa menahan diri lagi, dia sudah tertawa terbahak-bahak.
Ini sama sekali nggak lucu, oke. Kamu tahu nggak betapa jarangnya saya mengucapkan permintaan maaf ke orang lain" rungut Jo.
hen, why do it" tanya Dara di sela-sela tawanya. Because it s the right thing to do. Dan kalau saya nggak minta maaf, saya akan melanggar prinsip saya.
Prinsip apa itu" Untuk mengakui kesalahan kalau saya tahu saya salah. Dara harus akui bahwa dia cukup terkejut dengan kata-kata ini. Siapa sangka Jo ternyata lebih dalam daripada yang dia perkirakan selama ini. Dia bertanya-tanya kejutan apa lagi yang bisa dia temukan dalam diri Jo kalau saja dia mau menginvestasikan waktunya untuk mengenalnya lebih jauh.
Wow, itu prinsip yang cukup berat untuk dipegang, terutama oleh seorang laki-laki. Kebanyakan laki-laki lebih baik mati daripada mengakui kesalahan mereka, ucap Dara akhirnya.
Jo hanya mengangkat bahu. I guess, saya bukan keba nyakan laki-laki.
Ya, untuk pertama kalinya Dara menyadari kebenaran pernyataan itu. Kebanyakan laki-laki akan lari tunggang-lang gang kalau harus menjaga adiknya yang masih ABG, tapi tidak Jo. Dari observasinya selama beberapa bulan ini Dara menyadari Jo betul-betul mencintai dan peduli pada Blu. Jo me mang overprotective, tapi lambat laun Dara sadar itulah satu-satunya cara yang Jo tahu untuk menunjukkan kepedulian nya. Jadi apa saya dimaafkan" desak Jo.
Dara menarik pikirannya dari memikirkan tentang Jo lebih jauh dan berkata, Untuk kali ini, tapi jangan pernah menuduh saya yang nggak-nggak lagi, oke"
Oke, balas Jo. Setelah permintaan maaf Jo, Dara menghabiskan banyak waktu dengan Blu untuk mempersiapkan konsernya yang akan dilaksanakan dua minggu lagi. Dan kalau Jo tidak menghabiskan waktu nya dengan Kayla, suatu fakta yang membuat Revel tertawa terpingkal-pingkal setiap kali topik pembicaraan ini muncul, Jo akan dapat ditemukan bersama adik dan asisten adiknya.
So, how is your week" tanya Panji pada hari Sabtu ketika Dara mendapat cuti dan memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan Panji, membicarakan persiapan per nikahan mereka.
Mereka sedang duduk di tempat tidur Dara yang penuh dengan brosur katering. Dara mendesah sambil mendekatkan tubuhnya pada Panji yang otomatis langsung mengangkat tangan kanannya untuk memeluk Dara.
Sibuk dan capek. Seperti biasa, ucap Dara sambil membiarkan kepalanya beristirahat selama beberapa menit di le kukan leher Panji dan menutup matanya.
Dia selalu suka kalau Panji melakukan ini, membuatnya merasa sangat terlindungi dan feminin. Dara mendesah panjang dan Panji mencium keningnya lalu menyandarkan tubuhnya pada bantal sambil mengeratkan pelukannya, otomatis menarik Dara bersamanya. Meskipun Dara seorang wanita dewasa yang mampu menopang kehidupannya sendiri tanpa bantuan siapa pun, terkadang dia merasa ingin melepas kan semua tanggung jawab ini dan membiarkan orang lain me mikulnya untuk sementara waktu. Dan itulah yang dia rasakan saat ini bersama dengan Panji. Meskipun suka mengontrol, Panji juga memiliki banyak sisi positif. Dia adalah jangkar yang mampu mengikat Dara agar tidak hanyut dibawa gelombang, yin dari yangnya, ketenangan di dalam hi dupnya yang terkadang penuh dengan huru-hara, sinar bulan di jalannya yang gelap. Yang jelas Panji adalah laki-laki yang di perlukannya.
Dara mendongak untuk memberikan kecupan di leher Panji dan Panji membalas dengan membelai wajah Dara sebelum mendongakkannya untuk mencium bibirnya. Walaupun ciuman itu dimulai tanpa maksud apa-apa, tak lama Dara menemu kan napasnya terengah-engah dan tubuh Panji sudah menekan tubuhnya di atas kasur. Tubuh Dara sudah kebakaran, pikirannya menghilang entah ke mana dan jantungnya berdetak terlalu cepat membuatnya sulit bernapas. Jarang sekali Panji, yang sangat kaku dan tidak emosian melakukan ini, karena itu Dara agak terkejut dan tidak bereaksi selama beberapa menit.
Panji yang menyadari kekurangan responsnya langsung menghentikan apa yang dia sedang lakukan dan menarik dirinya menjauhi Dara. Selama beberapa menit, kamar tidur itu hening. Dara melihat Panji sedang mencoba mengontrol pernapasannya, sedangkan dia sendiri... mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Lain dari perkiraan orang, selama dua tahun berpacaran dengan Panji, mereka belum pernah sekali pun melakukan hal yang intim. Panji jenis laki-laki yang merasa bahwa laki-laki dan perempuan hanya boleh terlibat hubungan seksual kalau sudah menjadi suami-istri. Dan Dara yang bertekad mengubah dirinya, setuju akan pendapat itu.
Jadi, apa yang baru saja terjadi" Apakah Panji telah mengubah prinsipnya itu" Dara sudah cukup mengenal laki-laki untuk tahu bahwa kalau saja tadi dia memberikan respons positif pada Panji, mereka tidak akan menghabiskan waktu saling tatap seperti apa yang mereka lakukan sekarang. Tatapan Dara penuh tanda tanya, sedangkan Panji penuh dengan... kefrus trasian. What"! Ini betul-betul nggak masuk akal. Berani-beraninya dia memampangkan wajah frustrasi. Seakan Dara-lah yang harus disalahkan karena tidak memberikan respons positif atas aksinya, setelah selama ini Panji terus mengingatkannya akan prinsipnya. Dara menahan diri agar tidak memutar bola matanya dan berkata, Sebaiknya kita selesaikan pembicaraan kita. Hari sudah malam, aku nggak mau kamu kemalaman di jalan.
Dan selama satu jam ke depan mereka bertingkah laku seperti kejadian barusan tidak pernah terjadi dan membicarakan biaya, jumlah tamu yang akan diundang, katering, dan lokasi pernikahan.
Seminggu sebelum konser, Dara baru saja membawa Blu pulang ketika berpapasan dengan Jo yang sedang dalam perjalanan menuju mobilnya. Jo menyapa Blu dan menganggukkan kepalanya kepada Dara.
Hei, Mas. Boleh bicara sebentar" Ada sesuatu yang aku mau tanya, tanya Blu.
Jo melirik jam tangannya sebelum berkata, Apa kamu bisa tung gu sampai besok" Mas ada janji dengan Mbak Kayla dan Mas nggak mau terlambat.
Oh, oke, ucap Blu penuh kekecewaan dan memutar tubuhnya menuju rumah.
Melihat ekspresi wajah dan tubuh Blu, Jo tidak tega dan bertanya, Blu, kamu memangnya perlu tanya apa"
Blu memutar tubuhnya menghadap Jo. No, it s okay. Aku tanya besok aja, ucap Blu.
Jo langsung bergegas mendekati Blu dan menarik bahunya agar kembali menghadapnya. Mas masih ada waktu. Kamu mau tanya apa" tanya Jo selembut mungkin.
William ngajakin aku nge-date besok siang. Aku boleh pergi, kan"
William ini date kamu waktu ke... pesta tahun baru" Jo sedikit tersandung ketika mengucapkan kalimat itu karena meskipun sudah beberapa bulan, topik itu masih sangat sensitif di antara mereka.
Blu mengangguk dan menatap Jo dengan penuh harap. Gimana kalau kamu minta William untuk nunggu sampai kamu lulus SMA sebelum ngajakin kamu nge-date.
HAH"! Mas mau aku blow-of William sampai aku lulus SMA" Itu sih sama aja aku nolak dia, teriak Blu.
Well, itu lebih baik lagi. Mas nggak suka cowok yang sudah ngajakin adik perempuan Mas ke pesta tanpa seizin Mas. Itu bukan salah dia.
I have to disgaree with you on that one. So, jawaban dari pertanyaan kamu adalah: nggak, kamu nggak boleh pergi nge-date dengan William besok.
Kalau misalnya aku nge-date dengan cowok yang bukan William besok, apa aku boleh pergi"
Nope. Kamu masih terlalu kecil. Tunggu sampai kamu lulus SMA. Atau lebih baik lagi sampai kamu lulus kuliah atau bahkan sampai kamu umur tiga puluhan sebelum mulai pacaran.
Banyak teman-teman aku yang sudah punya pacar, kenapa aku nggak boleh"
Well, jelas-jelas orangtua teman-teman kamu itu nggak tahu seberapa kotornya pikiran cowok. Sebagai laki-laki, Mas tahu apa yang ada di pikiran mereka kalau mereka ngajakin cewek nge-date dan Mas bukan ngomongin tentang gandeng tangan dan colek-colekan.
Ewww... grossssss!!! Yes. Exactly. Itu sebabnya kamu nggak boleh nge-date. Oke" Aaarrrggghhh!!! teriak Blu frustrasi dan segera memutar tubuhnya lalu meninggalkan Jo sambil merungut. Semuanya nggak boleh. Apa dia pikir aku mau jadi perawan tua" Kemudian dia menghilang ke dalam rumah.
Jo menatap kepergian Blu dengan tampang bersalah, tapi bukannya mencoba menghentikannya, dia justru melangkah menuju mobil, menaikinya, menutup pintu dan menghidupkan mesin.
Meskipun Dara lega mendengar Jo tidak mengizinkan Blu kencan dengan William, tapi dengan tidak memperbolehkan Blu berkencan sampai dia lulus SMA atau kuliah adalah ide gila. Sepertinya meskipun Jo sudah mencoba mengakomodasikan kepentingan Blu, masih ada beberapa hal lagi yang dia perlu pelajari.
Dara mendekati mobil dan mengetuk kaca jendela yang tertutup. Ketika Jo menurunkan kaca jendela, Jay-Z langsung menyerang genderang telinganya. Dara menunggu hingga Jo menurunkan volume stereonya, sebelum berbicara. Menyadari bahwa Jo tidak akan melakukannya, Dara pun berteriak, Bisa kita bicara sebentar"
Tanpa disangka-sangka, Jo hanya menggeleng sebelum mengalihkan persneling mobilnya dari P ke D . Oh hell no!!! Dara langsung menjulurkan tangannya untuk meraih kunci mobil, sebelum memutarnya melawan arah jarum jam dan membuat mesin mobil terbatuk sebelum mati.
What do you think you re doing"
Dara sedikit meringis mendengar teriakan Jo yang terdengar lebih keras tanpa harus balapan dengan suara Jay-Z.
Kita perlu bicara, balas Dara sambil mengantongi kunci mobil.
Kamu tahu nggak kalau apa yang kamu baru lakukan bisa merusak mesin mobil saya" Jo kelihatan jengkel.
Extreme situations requires extreme measures, tandas Dara sambil mundur beberapa langkah, memberikan Jo ruang untuk membuka pintu mobilnya.
Jo menggeram sebelum turun dari mobil. Dan selama beberapa detik Dara tidak bisa bernapas melihat pergerakan tubuh Jo yang sangat predator. Dengan pakaian serbahitam, Jo se harusnya kelihatan seperti pesulap, tapi warna hitam justru membuat warna rambutnya yang sangat hitam hingga kelihatan agak kebiruan semakin nyata dan menonjolkan tulang-tulang wajahnya yang sangat simetris.
Dara harus menahan diri agar tidak mengulurkan jemarinya untuk menyentuh alis Jo, yang meskipun kelihatan terlalu feminin untuk ditemukan pada wajah laki-laki, justru membuat wajahnya jadi lebih indah, bahkan cantik.
Dara, stop it. What is wrong with you" Kamu akan menikah dengan Panji, sekarang bukan saatnya memikirkan laki-laki lain. Give me my keys.
Geraman Jo menyadarkan Dara yang menggelengkan kepalanya untuk memfokuskan pikirannya sebelum berkata, Saya akan balikin kunci mobil setelah kita bicara.
Tanpa sangka-sangka Jo menjulurkan tangannya dan mulai meraba paha kanan Dara, tempat wanita itu mengantongi kuncil mobil.
WAY oUT TOP, stop, stop! teriak Dara panik sambil mencoba menjauhkan tangan Jo dari tubuhnya.
Geben sie das autoschl"ssel zu mich, bitte, geram Jo sebelum meraih pinggang Dara dengan tangan kanannya, menempelkan bagian depan tubuh Dara pada tubuhnya dan dengan paksa memasukkan jari-jari tangan kirinya yang besar dan panjang itu ke dalam kantong celana jins Dara.
Dara mencoba melawan karena kalau tidak dia bisa pingsan karena geli. Hari ini dia mengenakan sepatu lat, dan wajahnya sudah menempel di leher Jo, tapi Jo sepertinya tidak sadar sama sekali akan kedekatan tubuh mereka. Dara menarik napas untuk mengumpulkan energi agar bisa mendorong tubuh Jo dan selama beberapa detik dia tidak bisa mengalihkan pikirannya dari serangan aroma cologne Jo yang delicious, seperti apel dan kayu manis. Aroma itu mengingatkannya akan apple pie yang sering dibuat Ibu di rumah.
Mau tidak mau Dara mulai cekikikan, tidak percaya pada apa yang terlintas di kepalanya ketika drummer paling ganteng satu Indonesia sedang melakukan serangan seksual terhadapnya. Gerakan tangan Jo berhenti seketika dan menatap Dara yang wajahnya kini sudah memerah dan napasnya terputus-putus oleh tawanya.
Apa sih yang lucu" tanya Jo.
Dara mendongak menatap Jo dan sebelum bisa berpikir panjang, dia sudah berkata, You smell like apple pie, sebelum kemudian mulai cekikikan lagi.
Sesaat Jo kelihatan bingung sebelum berkata, What" Apple pie, ulang Dara sambil masih cekikikan. Bibir Jo langsung menarik garis lurus membuat Dara langsung berhenti cekikikan dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Jo. Segala kelucuan yang dia rasakan beberapa menit yang lalu sirna. Sadar akan posisi tubuh Dara yang menempel pada tubuhnya dari dada sampai kaki, Jo langsung melepaskannya seperti ada api pada tubuh Dara dan Dara segera mengambil beberapa langkah mundur menjauhinya. Dengan sedikit gugup Dara mengeluarkan kunci mobil dari kantong celananya dan menyodorkannya kepada Jo.
Kalau Mas Jo nggak memperbolehkan Blu pacaran sampai dia berumur tiga puluh tahun, saya yakin Blu tidak akan pernah menikah dan akhirnya akan hidup sendiri dengan hanya seekor burung sebagai teman bicaranya. Apa itu yang Mas Jo mau" tanya Dara dengan suara setenang mungkin.
Dara tahu pertanyaan itu terdengar terlalu dramatis, tapi itulah satu-satunya yang bisa dia pikirkan setelah indra penciumannya terkontasminasi dengan betapa delicious-nya aroma tubuh Jo.
Itu jelas-jelas akan membuat pikiran saya lebih tenang daripada kalau sesuatu terjadi pada Blu karena dia masih terlalu innocent untuk menghadapi cowok, ucap Jo sambil meraih kunci mobilnya.
Tapi apa dengan mengikuti kemauan Mas, akan membuat Blu happy" Mas ingat kan dengan permintaan saya tentang jangan terlalu overprotective terhadap Blu"
Jo sadar Dara sedang mengancamnya, dan meskipun ragu, dia mundur teratur. Oke, jadi menurut kamu saya harus memperbolehkan Blu nge-date dengan si William itu" tanyanya.
No. Saya setuju kalau Mas tidak memperbolehkan Blu ngedate dengan William. Saya yakin cowok itu gay.
WHATTT"! Dan dia ngajakin Blu nge-date" teriak Jo. Dara hanya mengangguk yang disambut dengan teriakan, I m gonna kill that bastard, dari Jo.
Sssttt, jangan keras-keras, bisik Dara. Blu nggak tahu kalau William gay. Oke"
Bagaimana dia bisa nggak tahu kalau cowok itu gay" Mungkin karena dia tidak memiliki pengalaman dengan cowok, makanya nggak bisa membedakan mana yang gay mana yang nggak, tandas Dara.
Tatapan mata Jo langsung terfokus pada Dara, seakan tidak percaya pada apa yang barusan diucapkannya.
Fine. I get your point. Blu boleh nge-date semasa dia SMA dengan cowok seumurannya, selama itu bukan dengan William, atau cowok mana pun yang gay, ngerokok, ngobat, apalagi berandalan.
Dara menaikkan alisnya ketika mendengar syarat terakhir yang diucapkan Jo.
Seakan tahu apa yang dipikirkan Dara, Jo membela diri dengan, Saya memang berandalan waktu SMA, tapi saya berandal an yang baik.
Dara mendengus mencoba menahan tawa, tapi akhirnya mengangguk, menyetujui batasan-batasan ini. Mereka masih saling tatap selama beberapa detik. Tiba-tiba HP Jo berdering dan Jo mengalihkan perhatiannya dari wajah Dara untuk melirik layar HP. Nama Kayla berkedip-kedip pada layar.
Ya, Kay, ucapnya menjawab panggilan itu sambil memutar tubuhnya, otomatis membelakangi Dara.
Entah kenapa, tiba-tiba Jo merasa bersalah kepada Kayla, seakan baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan. Dan rasanya aneh, karena dia tidak sedang melakukan apa-apa. Dia cuma berbicara dengan Dara, serta meraba-raba pahanya, sebuah suara kecil menambahkan, membuat rasa bersalah muncul kembali. Dia memang playboy, tapi satu hal yang dia tidak pernah lakukan adalah nyeleweng. Dia tidak akan berkenccan dengan dua perempuan sekaligus. Kalau dia sedang berkencan dan tertarik dengan wanita lain, dia akan me mutuskan hubungannya dengan teman kencannya terlebih dahulu se belum mulai mendekati wanita yang satunya. Jadi kenapa dia harus merasa bersalah" Dia bahkan tidak berniat melakukan apa-apa dengan Dara.
NGIBUL, NGIBUL, NGIBUL!!! teriak sebuah suara dari lubuk hati Jo dan dia sengaja tidak menghiraukannya.
Dara mengembuskan napas ketika menyadari se lama beberapa menit ini dia sedang mempelajari punggung Jo. Sambil menggelengkan kepala dia berjalan menuju rumah.
Jo, kamu dengar nggak sih omongan aku" Hellooo.... Suara Kayla membangunkan Jo dari lamunan.
Iya, aku dengar, ucap Jo buru-buru.
Kayla menatap Jo tidak percaya, sebelum bertanya, Memangnya aku tadi ngomongin apa"
Kenapa garpu untuk menu utama giginya selalu lebih banyak daripada garpu untuk makanan pembuka.
Kayla mendengus ketika mendengar Jo bisa mengulangi pertanyaannya dengan sempurna. Usahanya untuk mencari bahan omelan, batal. Ada sesuatu yang salah dengan Jo malam ini. Biasanya dia seorang teman kencan yang on-time dan penuh perhatian, tapi hari ini dia terlambat menjemputnya dan sepanjang acara Jo kelihatan bingung, seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Kalau saja Jo laki-laki lain, Kayla mungkin sudah bangun dari kursinya dan meninggalkan restoran, tapi sayangnya Jo adalah Jo. Dia sudah mengincar laki-laki ini semenjak pertama kali melihatnya karena dia yakin Jo adalah laki-laki yang pas untuk dipacarinya.
Sebagai host acara paling populer di Indonesia, Kayla belajar menempelkan diri kepada selebriti sepopuler Jo un tuk membantu pamornya. Selama ini Jo selalu menghindari dirinya dan Kayla tidak tahu apa yang membuat Jo berubah pi kiran dan menerima tawarannya. Pilihannya tidak salah, karena seperti perkiraannya, Jo adalah laki-laki yang baik, penuh per hatian, dan Jo ingin mengenal Kayla lebih jauh.
So, kamu ngapain aja hari ini" tanya Kayla mencoba memulai pembicaraan.
Mandiin Goldie, ngasih minyak untuk engsel pintu kamar Blu, ngambil pakaian untuk manggung minggu depan dari dry cleaners, menghabiskan buku yang aku lagi baca, habis itu jemput kamu.
Kenapa kamu masih harus melakukan itu semua" Bukannya kamu punya asisten"
Entah kenapa, tapi pertanyaan Kayla itu membuat Jo jengkel dan dia menyalahkannya kepada Dara karena setelah satu jam ini dia masih bisa mencium aroma bunga lily, mendengar suara tawanya, dan melihat wajahnya yang merah karena menertawakannya. Dan Dara bilang dia beraroma apple pie. Apple goddamn bloody pie!!! Apakah Dara tidak tahu bahwa ke tika dia mendengar itu yang ingin dia lakukan adalah makan apple pie di atas tubuh telanjang Dara"
Hubungan mereka baru saja membaik, dan hanya gara-gara kunci mobil keakuran hubungan mereka terancam. KUNCI MOBIL!!! Oh, seumur hidup Jo tidak akan melihat kunci mobilnya dengan pandangan yang sama lagi. Mungkin ada baiknya dia menjual mobilnya agar tidak perlu melihat kunci mobil itu lagi. GILA!!! Jo mencoba memfokuskan perhatiannya kembali pada percakapannya dengan Kayla. Dia harus berpikir sejenak untuk mengingat kata-kata Kayla sebelumnya.
Itu berarti aku harus cari asisten yang bisa bahasa Jerman, soalnya aku lagi baca Mein Kampf, ucap Jo akhirnya. Buku tentang ideologi politik dan autobiograi Hitler itu" Jo mengangguk. Satu hal yang dia sukai tentang Kayla adalah wanita itu lain dari kebanyakan selebriti yang modal cantik doang, Kayla seorang sarjana yang bisa diajak bicara tentang apa saja. Mulai dari politik hingga sepak bola. Yang jelas, tidak ada alasan baginya untuk tidak menyukai Kayla.
Mmmhhh, aku selalu mau baca buku itu, tapi belum kesampaian. Sayang aku nggak bisa bahasa Jerman, ucap Kayla. Kamu bisa baca versi bahasa Inggrisnya.
Bisa sih, tapi aku nggak mau kehilangan maksud si penulis hanya gara-gara terjemahan yang salah. Sama aja kayak kita baca Iliad atau Odyssey tapi dalam bahasa Inggris, pasti ada beberapa kata-kata puitis Homer yang hilang waktu diterjemahkan dari bahasa Yunani ke Inggris.
Jo tersenyum, menghargai kepintaran Kayla. Mungkin tiba waktunya untuk memperkenalkan Kayla kepada Blu dan media sebagai pacarnya. Dia tidak perlu bertanya apakah Kayla tertarik padanya, karena semua orang yang pernah melihat me reka berdua sudah tahu jawabannya. Dan kalau dia mau serius dengan wanita ini, dia yakin Kayla tidak akan menolak. Dalam beberapa bulan lagi dia akan merayakan ulang tahunnya yang ke-31, dan sudah waktunya berkeluarga. Oh, betapa beda nya kehidupannya dengan Papa. Pada saat Papa berumur 31, beliau sudah punya anak berumur delapan tahun, keluar-masuk pusat rehabilitasi alkohol dan narkoba berpuluh-puluh kali, dan siap cerai dengan istri pertama. Sedangkan Jo, pada umur tiga puluh tahun masih single, obat-obatan terberat yang pernah dia ambil adalah Panadol, dan berusaha menjalankan mandat Papa untuk mengurus seorang ABG.
Lelah memikirkan hidupnya yang kacau-balau, akhir nya Jo mengucapkan sesuatu yang tidak pernah dia ucapkan kepada wanita mana pun.
Aku mau ngenalin kamu ke Blu. Minggu depan kamu sibuk nggak"
Seperti yang dia duga, Kayla langsung tersenyum lebar. Dalam hati Jo berharap dia telah melakukan hal yang benar dengan keputusannya untuk lebih serius dengan Kayla. Dia juga berharap bahwa dengan membuat hubungannya lebih serius de ngan Kayla, dia tidak akan memikirkan Dara lagi.
Jo menemukan Blu sedang membaca buku di kamarnya, di atas tempat tidur dengan earphone menempel pada kedua telinganya ketika Jo pulang dari acara kencannya dengan Kayla. Dia tidak melihat Dara di mana-mana dan merasa lega. Dia perlu minta izin ke pada Blu untuk mengundang Kayla ke konser dan dia tidak merasa nyaman melakukannya kalau ada Dara. Sejenak Jo hanya memperhatikan adiknya yang kelihatan menyendiri. Jo menya dari bahwa selain Kat, Blu tidak pernah memperkenalkannya dengan teman-temannya yang lain. Hal ini membuatnya ber tanya-tanya seperti apakah Blu di sekolah" Apakah dia populer dan punya banyak teman" Atau Blu jenis yang suka me nyendiri dan dianggap aneh oleh teman-teman sekolahnya" Oh, dear God, I hope not.
Setahu Jo, Blu tidak pernah mengundang seorang teman pun ke rumah. Apakah ini menjadi indikasi ketidakpopulerannya di sekolah" Jo bertekad untuk mengonirmasikan hal ini dengan Dara, lalu melangkah masuk ke kamar Blu.
Hei, Blu, belum tidur" tanya Jo.
Ini ketiga kalinya dia masuk ke kamar Blu. Pertama adalah ketika membantu Blu memindahkan barang untuk tinggal dengannya. Kedua adalah pada malam tahun baru. Kamar ini selalu membuatnya merasa sedikit terintimidasi dengan segala pernak-pernik cewek. Blu pencinta warna ungu (yang me nurut Poppy adalah karena itu warna favorit Justin Bieber), jadi hampir segala sesuatu di kamar itu mengandung warna tersebut. Mulai dari wallpaper, bedcover, permadani, bahkan lampshade di atas nakas di samping tempat tidur.
Jo, seperti laki-laki heteroseksual pada umumnya yang merupakan pencinta warna hitam dan putih, merasa silau oleh warna yang ada di kamar ini. Lain dengan kamar tidurnya yang teratur dan rapi, kamar Blu mirip kapal pecah. Segala macam benda mulai dari buku pelajaran, pakaian, berbagai jenis tas dan aksesori, berserakan di lantai, meja belajar, tempat tidur, dan meja rias. Pendapat yang mengatakan bahwa perempuan lebih rapi daripada laki-laki hanyalah mitos.
Blu mengangkat kepalanya dari buku yang sedang dibacanya. Kalau dilihat dari ukurannya sepertinya sebuah novel. Seperti dirinya, Blu seorang kutu buku, tapi lain darinya yang menyukai buku noniksi, Blu kelihatannya lebih suka cerita iksi yang terfokus pada kehidupan remaja. Jo tahu ini karena ru mahnya penuh dengan novel-novel Blu yang berserakan di mana-mana.
I am sooo not talking to you, ucap Blu dan kembali membaca bukunya.
Oke, sepertinya adiknya masih ngambek gara-gara argumentasi mereka beberapa jam yang lalu. Jo berjalan menuju Blu dan menarik earphone dari telinga adiknya itu.
Hey!!! omel Blu. Jo tidak menghiraukan protes itu dan duduk di tempat tidur di samping Blu.
Look, Mas perlu bicara dengan kamu, dan akan lebih baik kalau kamu nggak mengenakan earphone selama Mas melakukannya.
Blu masih kelihatan cemberut, tapi tidak mencoba me ngenakan earphone-nya kembali.
Mas minta maaf soal kejadian tadi. Mbak Dara sudah menjelaskan keadaannya ke Mas. Apa dia sudah bicara dengan kamu soal itu"
Sudah. Mbak Dara ngejelasin kalau Mas bilang aku boleh nge-date, selama cowok itu seumuran aku, bukan lebih tua.
Mmm... itu bukan yang dia katakan beberapa jam yang lalu kepada Dara, tapi dia menerima penjelasan diplomatis ini selama itu bisa mencegah Blu untuk nge-date dengan William. Jadi kenapa kamu masih marah sama Mas"
Karena Mas nggak menjelaskan alasannya langsung ke aku. Setiap kali ada konlik di antara kita, Mbak Dara selalu yang harus menengahi. Itu membuat aku berpikir Mas sama sekali nggak pernah mau mencoba mengerti aku. Aku tahu, mengurus aku bukan tanggung jawab Mas, dan Mas hanya terpaksa mengurus aku selama Mama nggak ada. Aku yakin kalau Mas ada pilihan, Mas mungkin lebih memilih aku nggak mengganggu kehidupan Mas, tapi asal Mas tahu, aku juga terpaksa tinggal dengan Mas. Kalau aja Mama ada alternatif lain, aku nggak akan milih tinggal dengan Mas. Well, the good news is Mama akan kembali empat bulan lagi, dan setelah itu aku nggak akan mengganggu Mas lagi.
Jo merasa seperti baru saja ditimpa karung beras seberat satu ton ketika mendengar kata-kata ini. Bagaimana adiknya yang dia cinta setengah mati ini bisa berpikir bahwa dia tidak menginginkannya" Oke, mungkin dia memang bukan kakak terbaik di seluruh dunia ini, toh dia tidak pernah mencoba menghubungi Blu selama dia di Jerman, dan memang awalnya ketika diberi tanggung jawab mengurus Blu, dia menganggap Blu hanya beban baginya, tapi sekarang sudah tidak lagi. Sekarang dia sudah menganggap Blu sebagian dari dirinya. Dia senang rumah nya berserakan dengan barang-barang Blu, sesuatu yang awalnya sangat sulit diterima untuk orang yang senang se gala sesuatunya rapi dan bersih seperti dirinya. Tapi dia bisa menoleransinya karena dengan keadaan berantakan seperti itu berarti ada orang yang hidup bersamanya. Ada orang yang berbagi makan malamnya, lemari esnya, hell, dia bahkan tidak keberatan berbagi TV dengannya meskipun Blu senang sekali mengganti channel setiap detik kalau sedang nonton TV, sehingga membuatnya ingin merampas remote TV darinya.
Jo tidak tahu apa yang akan dia lakukan sekembalinya Poppy dari Prancis. Blu pasti akan kembali tinggal dengan Poppy. Membayangkan dirinya kembali tinggal sendiri tanpa ada suara Blu, Bi Uti, dan Dara yang menemaninya, membuat Jo depresi.
Blu, dengar Mas baik-baik... No wait, jangan nyuekin Mas seperti itu, ucap Jo ketika melihat Blu sudah mengangkat earphone-nya ke telinganya lagi. Ketika yakin sudah mendapatkan perhatian penuh Blu, Jo berkata, Mas mau kamu tahu bahwa lebih dari apa pun, Mas senang kamu tinggal di sini. Dan kalau Mas harus melakukannya lagi, Mas akan mengambil keputusan yang sama. Mas tahu Mas sedikit over protective dan sulit untuk diajak bicara, tapi Mas sedang ber usaha mengubah semua itu. Oke" Mas nggak berpenga laman mengurus orang lain, apalagi adik perempuan yang masih ABG seperti kamu, jadi kamu mesti sedikit sabar sama Mas. Kamu ini adik Mas, dan meskipun kamu terkadang suka nye belin dan susah dimengerti, but I love you to death.
Tanpa disangka-sangka oleh Jo, Blu melemparkan dirinya ke dalam pelukannya dan berkata, I love you to death too. Makasih ya karena sudah mengurus aku. Kalau dikasih pilihan, aku akan tetap memilih tinggal dengan Mas.
Jo tersenyum dan membalas pelukan itu. Ini pertama kalinya Jo merasa connected dengan Blu. Oh, betapa dia men cintai anak ABG satu ini. Setelah Blu melepaskannya, Jo ber kata, Omongomong tentang konser kamu... apa Mas boleh ngundang seseorang"
Mas mau ngundang Mbak Kayla, ya" tanya Blu curiga. Jo mengangguk. Mas mau ngenalin dia ke kamu. Gimana, boleh nggak"
Blu menatap Jo dengan ragu, tapi akhirnya berkata, I guess that s ine.
Jo memiringkan kepalanya melihat reaksi Blu yang sepertinya terpaksa. But..." pancing Jo.
Blu mendesah. Aku sangka Mas nggak suka sama Mbak Kayla, kok malah ngenalin dia ke aku"
Itu dulu, sekarang lain. Jadi sekarang Mas suka sama Mbak Kayla" Blu jelas-jelas tidak percaya dengan pergantian selera Jo ini.
Yep. Apa kamu keberatan dengan itu"
Blu kelihatan ragu sesaat dan Jo mencoba meyakinkan. C mon, you gonna love her. She s cool.
Blu mendengus. I don t think so. Dia kebanyakan make-up dan kalau belanja pakaian kayaknya dari bagian anak-anak, soalnya selalu terlalu ketat.
Mau tidak mau Jo tertawa terbahak-bahak mendengar observasi Blu tentang Kayla.
You know who is cool" tanya Blu. Siapa"
Mbak Dara, jawab Blu semringah. Dan Jo masih memproses jawaban Blu ini ketika kata-kata selanjutnya membuatnya ternganga. You should date her.
What the... bagaimana percakapan mereka bisa berpindah dari Kayla ke Dara tanpa sepengetahuannya"
I can t date her, bantah Jo.
Why not" Blu kelihatan siap ngambek.
Konlik pekerjaan. Lagi pula dia sudah punya pacar, jawab Jo setenang mungkin, meskipun jantungnya berdebar-debar tidak keruan mempertimbangkan kemungkinan baginya menjalin hubungan dengan Dara. Jelas-jelas Blu tidak akan ke beratan dengan prospek itu. Dan sejujurnya, dia bisa melihat dirinya menjalin hubungan dengan Dara.
Oh, aku lupa soal pacarnya. hat sucks, I really like her. Blu kedengaran sangat kecewa, membuat Jo tertawa. Dalam hati dia berkata, Me too, kiddo. Me too. Itu sebabnya kenapa Mas harus ngenalin Kayla ke kamu.
orgANIZED CHAoS ETELAH segala persiapan selama beberapa bulan, akhirnya hari konser Blu datang juga. Tiket sudah habis terjual dan Blu kelihatan sudah tidak sabar untuk menyelesaikan konser ini supaya tidak perlu lagi menghabiskan setiap harinya berlatih vokal. Suasana belakang panggung penuh dengan huru-hara yang terorganisasi dengan baik. Kru konser yang bisa diidentiikasi dengan pakaian serbahitam dan mengalungkan tanda pengenal bertuliskan CREW berlalu-lalang dan sibuk berbicara satu sama lain melalui headphone yang tersambung dengan walkie-talkie yang digantung pada pinggang mereka.
Blu duduk di ruang ganti dengan kostum penuh sambil mendengarkan musik dari iPod, menunggu hingga artis pembuka konsernya selesai. Semua kru sudah keluar dari ruangan semenjak tiga puluh menit yang lalu dan membiarkan Blu dan Dara berdua saja. Tante Poppy sudah menelepon tadi sore untuk mengucap kan dukungannya ketika Blu sedang melakukan soundcheck, jadi tidak ada siapa pun yang mengganggu keheningan ruangan itu. Samar-samar Dara bisa mendengar entakan musik yang datang dari panggung dan tepukan meriah setiap kali entakan musik berhenti. Sepertinya artis pembuka Blu cukup sukses, meskipun begitu, mood Blu kelihatan sedikit sendu. Dara tidak tahu apa kah itu disebabkan oleh demam panggung atau pertemuannya dengan Kayla.


The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua jam yang lalu ketika tim make-up dan penata rambut sedang mendandani Blu, Jo datang untuk memberikan dukungan kepada adiknya sambil menggandeng Kayla yang mengenakan tank top berwarna hitam, jins pensil berwarna biru gelap, dan sepatu hak paling tinggi yang pernah dilihat Dara. Dara tidak tahu bagaimana Kayla bisa berjalan dengan sepatu seperti itu.
Blu, kenalkan ini Mbak Kayla, ucap Jo dan menarik Kayla ke hadapannya untuk diperkenalkan kepada adiknya.
Mata Blu sedikit melebar ketika melihat Kayla. Jelas-jelas dia merasa tidak nyaman karena ada orang asing di ruang gantinya, tapi dia tetap mengulurkan tangannya untuk menyalami Kayla, meskipun dia menggunakan alasan bahwa dia sedang didandani sehingga tidak bisa berdiri dari kursinya.
Good luck ya, Blu. Apa kamu nervous" What am I talking about, of course kamu nervous. Mbak juga bakalan begitu kalau sampai ada lima ribu pasang mata yang ngeliatin Mbak pada saat yang ber samaan. Mbak salut kamu bisa setenang ini. Untung aja Mbak kerjanya di studio yang biasanya cuma bisa menampung tiga ratus orang, ucap Kayla, dengan cepat berusaha terdengar bersahabat.
Mbak dengar dari Oom Danung kalau acara jumpa fans kamu tadi siang heboh banget. Banyak yang sengaja datang dari daerah hanya untuk nonton konser kamu ini. Katanya sampai ada yang nangis segala saking senangnya ketemu kamu, lanjut Kayla.
Blu hanya mengangguk dan tersenyum kaku, membuat Kayla sedikit salah tingkah dan nyerocos lebih panjang lagi.
Oh ya, Mbak dengar dari Mas Jo kalau kamu suka Justin Bieber. Mbak juga suka banget sama dia, meskipun banyak orang bilang dia nggak berbakat sama sekali. Mbak rasa mereka semua cuma jealous sama dia. Nanti pas kamu selesai konser...
Setelah beberapa menit Kayla sepertinya masih tidak berniat untuk berhenti. Blu mengalihkan perhatiannya dari Kayla dan matanya bertemu dengan Dara lewat cermin, meminta bantuannya. Dara baru saja akan membuka mulutnya ketika Pak Danung muncul dan menggiring Kayla dan Jo keluar ruangan. Jo kelihatan tersinggung karena diusir, tapi Pak Danung berkeras dengan mengatakan bahwa Blu perlu ketenangan sebelum naik panggung. Jo baru mau meninggalkan ruangan setelah memastikan Blu akan baik-baik saja.
Tiba-tiba Dara mendengar ketukan di pintu dan sebelum Dara bisa berdiri dari kursinya, pintu sudah terbuka dan Pak Danung berkata, It s show time.
Dengan sistematis Blu menarik earphone dari telinganya dan meletakkan iPod-nya di atas meja rias. Dia lalu menutup mata, menundukkan kepala dan menjalin kedua telapak tangan nya di depan dada untuk berdoa. Meskipun pernah melihat rutinitas ini sebelumnya, tapi Dara masih tetap terkesima ketika melihatnya lagi. Setelah menyentuh kening, dada, bahu kanan dan bahu kiri untuk membuat tanda salib dengan tangan kanannya, Blu membuka matanya dan berkata, Let s go. Sekali lagi Dara terkesima dengan perubahan pada wajah Blu dari seorang anak remaja menjadi penyanyi profesional.
Blu meraih tangan Dara dan mereka melangkah keluar ruangan. Begitu mereka muncul di lorong, salah satu kru langsung mengucapkan, Oke, Blu is moving, people, pada headsetnya. Dan sambil diiringi oleh Pak Danung, Revel, Jo (minus Kayla yang kemungkinan besar sudah duduk di kursi VVIP) dan para kru, mereka berjalan menuju panggung. Suara 5000 orang meneriakkan nama Blu berulang-ulang terdengar lebih jelas sekarang. Mereka berpapasan dengan artis pembuka Blu, yaitu Bintang, pemain biola solo dengan aliran musik pop-rock yang berkata, Good luck. Mereka sudah nggak sabar ingin melihat kamu, sambil mengacungkan kedua jempolnya. Blu hanya tersenyum sopan dan melanjutkan langkah.
Sejenak kemudian mereka tiba di tepi panggung, dan Dara meremas tangan Blu sambil mengatakan, All the best, sebelum Blu digiring oleh kru panggung ke posisinya di belakang tirai hitam. Salah satu kru menyematkan receiver pada bagian belakang kostum Blu dan kru yang lain meminta Blu mengenakan monitor pada telinganya. Seorang kru lagi menyerahkan mikrofon wireless kepadanya. Blu menarik napas ketika suara MC me neriakkan, Dan tanpa perlu menunggu lama-lama lagi, kami persembahkan... BLUUU!!!
Seiring dengan dentingan suara piano orkestra me mainkan lagu pembuka konser, meledaklah tepuk tangan pe nonton di luar sana. Tirai terbuka, wajah Blu disinari oleh lampu sorot yang juga menyinari background panggung dengan sinar kuning yang sendu dan konser pun dimulai.
Bagi Dara, dua jam kemudian berlalu cepat, diisi dengan membantu Blu mengganti kostum tiga kali sementara tim makeup sibuk memoles wajah Blu dengan nuansa make-up baru dan penata rambut menata ulang rambut Blu agar sesuai kostum. Dara baru bisa mengembuskan napas lega ketika Blu kembali ke ruang ganti setelah menyanyikan ekstra dua lagu untuk menghibur penonton yang menginginkan encore.
Jo muncul untuk memeluk Blu dengan erat sebelum mengangkat tubuh Blu dan memutar-mutarnya seakan Blu masih berumur lima tahun.
I am sooo... proud of you! teriak Jo, lalu mencium kedua pipi Blu dengan suara ceplok yang cukup keras.
Beberapa orang, termasuk Dara hanya bisa terkesima melihat kelakuan Jo yang biasanya tidak pernah mau memperlihatkan betapa dia menyayangi adiknya, kini mempertontonkannya tanpa malu-malu di depan umum.
Mas suka konsernya" tanya Blu.
I love it. Bagus banget. Apalagi lagu kamu yang terakhir, waaaahhh... terharu deh.
Blu tersenyum lebar menerima pujian ini. Ketika tatapan Jo bertemu dengan Dara, Jo pun tersenyum lebar padanya. Mau tidak mau Dara membalas senyuman itu. Jo menghabiskan lima menit lagi untuk ngobrol dengan Blu sebelum pamit untuk mengantar Kayla pulang. Sementara Dara membereskan kostum dan memasukkannya ke dalam mobil, Blu bersama dengan Pak Danung dan Revel memberikan ucapan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu menyukseskan konser tersebut. Mereka baru bisa meninggalkan JHCC sekitar satu jam kemudian setelah kru make-up selesai membersihkan wajah Blu dari make-up tebal yang dikenakannya. Itu sebabnya ketika Blu dan Dara masuk ke dalam rumah jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Bi Uti menyambut kedatangan mereka dengan rambut sedikit acak-acakan dan wajah mengantuk sehingga Dara memintanya untuk kembali tidur saja. Dan setelah berbagai argumentasi, akhirnya Bi Uti mengalah dan menghilang ke bagian belakang rumah.
Kamu sebaiknya langsung mandi, habis itu tidur. Kamu pasti capek sekali. Untung aja besok kamu libur sekolah, jadi kamu nggak perlu bangun pagi. Apa kamu perlu apa-apa lagi dari Mbak" tanya Dara.
Apa Mbak perlu bantuan ngangkat kostum dari mobil" Dara menggeleng. Besok pagi-pagi Mbak harus bawa kos tum kamu ke dry cleaner, jadi mendingan nggak usah diturunin, jelas Dara.
Pada saat itu Jo muncul. Dari rambutnya yang agak basah dan aroma sampo laki-laki yang menyerang indra penciuman nya, Dara tahu Jo baru saja mandi. Ketika tiba di rumah Jo beberapa menit yang lalu, Dara agak terkejut ketika me nemukan mobil Jo di garasi karena dia pikir Jo akan keluar se malaman dengan Kayla.
Perhatian Dara masih terpaku pada Jo sehingga dia hampir saja jatuh tersungkur ketika Blu menyerangnya dengan pelukan. Satu-satunya hal yang membuatnya masih bisa berdiri adalah pegangannya pada kursi makan yang cukup berat sehingga bisa menahan tubuh Blu. Selama beberapa detik Dara hanya terdiam saking terkejutnya, tapi kemudian membalas pelukan itu. Blu tidak perlu mengatakan apa-apa, tapi Dara tahu inilah cara Blu untuk mengucapkan terima kasihnya. Setelah Blu melepaskannya, Dara menggenggam kedua bahu Blu dan menatap wajahnya yang kelihatan agak terkejut dengan tindakannya barusan.
You re welcome, ucap Dara dan Blu tersenyum malu-malu sebelum mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.
Nite, Mas, ucap Blu ketika melewati Jo, yang membalas ucapan selamat malam itu.
What was that about" tanya Jo pada Dara ketika dia mendengar pintu kamar Blu dibuka kemudian ditutup.
Dara hanya mengangkat bahu dan berkata, Saya pamit dulu, nggak mau kemalaman di jalan. Dan tanpa menunggu balasan dari Jo, Dara memutar tubuhnya menuju pintu depan.
Dia baru saja membuka pintu depan ketika mendengar Jo berkata, Kalau kamu mau tunggu sampai saya pakai sandal, saya bisa antar kamu pulang.
Kata-kata ini membuat Dara memutar tubuhnya dan menatap Jo yang sedang berjalan menuju rak sepatu. Tangan ka nan lelaki itu sudah menggenggam kunci mobil.
Mas Jo mau mengantar saya pulang" tanya Dara bingung. Selama dia bekerja untuk Blu, tidak pernah sekali pun Jo menawarkan untuk mengantarnya pulang, tidak peduli jam berapa dia baru bisa pulang. Jo memang menawarinya membawa mobil dinas pulang kalau dia harus pulang malam, tapi Dara tidak mau bertanggung jawab kalau saja terjadi apa-apa dengan mobil itu, karena itu dia tidak pernah menerima tawaran itu. Dia sudah terbiasa naik taksi yang cukup mudah didapatkan di area rumah Jo, dan karena penggantian ongkos taksi adalah salah satu keuntungan yang dia dapatkan dari pekerjaan ini, Dara tidak punya alasan untuk mengeluh.
Yep, kasih saya dua menit, balas Jo sambil mengenakan sandalnya.
Dengan memakai baju tidur" tanya Dara lagi sambil melarikan matanya pada celana basket warna biru tua dan kaus putih dengan leher V yang dikenakan Jo.
Jangan ngaco! Ini bukan baju tidur saya, balas Jo dan mengitari Dara untuk membuka pintu depan.
Melihat bahwa Jo betul-betul serius akan mengantarnya pulang, Dara tersadar kembali.
Nggak usah repot-repot. Saya bisa pulang sendiri kok. Lagian sudah malam, tolak Dara.
Itu sebabnya kenapa saya mau mengantar kamu pulang, tandas Jo sambil melambaikan tangan, mempersilakan Dara keluar duluan.
You really don t have to do this. Dara, bisa nggak sih kamu nurutin apa kata saya untuk satu kali ini aja tanpa perlu berdebat dengan saya"
Dara sebetulnya masih ingin membantah, tapi melihat eskpresi putus asa pada wajah Jo, dia menahan diri dan memutuskan untuk melayani keinginan Jo untuk malam... mmm... pagi ini saja.
Selama sepuluh menit Dara berdiam diri, membiarkan Jo berkonsentrasi untuk memanuver mobil. Meskipun tidak ada kemacetan, masih banyak mobil berlalu-lalang. Di dalam mobil cukup gelap, tapi lampu dasbor memberikan cukup penyinaran sehingga Dara bisa melihat wajah Jo dengan cukup jelas. Lakilaki itu kelihatan waspada memperhatikan lalu lintas di sekitarnya, memastikan bahwa mobilnya memberikan cukup jarak dari motor dan mobil lain. Sesuatu yang cukup sulit di lakukan mengingat ukuran SUV-nya.
Tanpa disadarinya, Dara mulai mengambil inventori laki-laki yang duduk di sebelahnya ini. Dia selalu suka memperhatikan laki-laki yang sedang menyetir karena menurutnya ada sesuatu yang seksi dengan postur tubuh mereka yang menyandar santai pada kursi, tangan kanan yang menggenggam setir, dan tangan kiri yang beristirahat pada persneling. Dan Jo tidak terkecuali. Pada saat itu Jo mengulurkan tangan untuk menghidupkan radio dan Dara bisa melihat tato salib bermotif gothic di lengan kirinya. Dan sebelum bisa menahan diri, tangan Dara sudah menyentuh tato tersebut.
Jo tidak bisa bernapas ketika merasakan sentuhan jemari tangan Dara yang lembut pada lengannya. Dia tidak tahu apa yang membuat Dara berani menyentuhnya, tapi ketika Dara perlahanlahan menarik garis dari pergelangan tangan hingga sikunya dan kem bali lagi ke jari telunjuknya, Jo tidak lagi peduli akan alasannya. Yang dia inginkan adalah agar Dara tidak berhenti. Selama beberapa detik Jo mencoba mengatur napasnya.
Dia mencuri pandang ke arah Dara untuk melihat apakah wanita itu memang sengaja melakukannya dan mendapati perhatian Dara terpaku pada tatonya. Mata Dara kelihatan agak sedikit tidak fokus, seakan terpesona. Meskipun lengannya mulai terasa tidak nyaman karena menggantung di udara, Jo tidak berani menggerakkannya. Dia seharusnya tidak menawarkan diri untuk mengantar Dara malam ini. Dia bahkan tidak tahu kenapa dia melakukannya. Yang jelas ketika dia melihat Dara berada di rumahnya beberapa menit yang lalu dengan pe nampilan yang sedikit acak-acakan dan wajah lelah tanpa make-up karena sudah kerja ekstra keras untuk memastikan Blu ter jaga dengan baik, Jo merasakan suatu dorongan untuk menjaga Dara.
Tapi kini untuk duduk di sebelahnya dengan jarak hanya kurang dari setengah meter, Jo tahu ini bukan ide terbaik. Do you like it" tanya Jo pelan.
Dara menarik perhatiannya dari tato Jo dan menatapnya seakan dia mendengar Jo berbicara tapi tidak memahami kata-kata yang didengarnya.
Apa kamu suka tato saya" Jo mengulang pertanyaannya. Dan seperti baru sadar akan apa yang dia sedang lakukan, Dara menarik napas terkejut, matanya terbelalak, wajahnya memerah dan langsung menarik jemarinya. Dalam hati Jo menyumpah. Kenapa juga dia harus membuka mulutnya"
I m sorry. Saya nggak... maksud saya.... Terbata-bata Dara mencoba memalingkan tindakannya, tapi tidak bisa. Dia kelihatan panik dan memalingkan wajahnya ke depan agar tidak lagi menatap Jo. Kemudian dengan suara pelan dia berkata, I m sorry.
Suasana di dalam mobil terasa kaku karena jelas-jelas Dara kini kelihatan tidak nyaman berada di dalam mobil bersama Jo. Dan Jo memutar otaknya untuk menghapuskan Dara dari rasa bersalah.
Kamu suka tato salib saya" Jo mengulang pertanyaan nya untuk yang ketiga kalinya.
Dia tidak tahu kenapa, tapi dia betul-betul ingin tahu pendapat Dara tentang tatonya. Dara menutup matanya selama beberapa detik dan Jo berpikir Dara akan menolak men jawab pertanyaan itu, tapi kemudian dia melihat Dara mengang guk. Dan Jo mengomeli dirinya sendiri ketika menyadari pengakuan itu telah membuat hatinya sedikit berbunga-bunga.
Aksi mengomel dalam hati Jo terputus oleh kata-kata Dara selanjutnya. Itu ditato di mana"
Itu adalah kata-kata terakhir yang dipikir Jo akan keluar dari mulut Dara, karena itu dia sedikit terbata-bata ketika menjawabnya.
Mmm.. di Jerman... di Berlin lebih tepatnya. Setelah saya wi suda.
Dari sudut matanya Jo melihat Dara masih menolak menatapnya, tapi wanita itu menganggukkan kepala sebelum bertanya lagi.
Kenapa milih salib" Untuk selalu ingat bahwa hidup kita di tangan Tuhan, dan apa pun yang kita lakukan tidak akan sukses tanpa seizin-Nya.
Dara langsung menoleh mendengar penjelasan ini. Matanya melebar seakan terkejut dan tidak percaya oleh pengakuan Jo. Kenapa kamu kelihatan kaget"
Dara menggelengkan kepala, dan bukannya menjawab pertanyaan itu, dia justru bertanya lagi. Kalau jangkar yang di lengan kanan, maksudnya apa"
Kini Dara berani menatapnya ketika bertanya. Biasanya Jo merasa agak risi menjawab pertanyaan seperti ini, yang menurutnya bersifat sangat privat. Hanya ada segelintir orang yang tahu bahwa tato di tubuhnya bukan hanya sekadar tato, tapi itu adalah sebagian dari dirinya. Seperti autobiograi yang ditumpahkan melalui simbol-simbol yang dicap di kulit, bukannya ditulis pada selembar kertas. Intinya, tato-tato itu menceritakan siapa dirinya. Segala etika dan nilai-nilai hidup yang dia percayai dan ikuti sengaja ditatokan di tubuhnya, su paya dia tidak akan pernah melupakannya itu. Dia sama sekali tidak pernah berpikir akan membuka dirinya pada Dara, tapi dia mendapati dirinya memberikan penjelasan.
Untuk mengingatkan saya supaya selalu menyentuh bumi, jelasnya.
Yang itu juga ditato di Berlin"
Nggak, yang itu ditato waktu saya pergi liburan ke Amsterdam, tahun kedua saya kuliah.
Sakit nggak waktu ditato"
Lumayan, tapi nggak sesakit waktu saya nato bagian tubuh saya yang lain, ucap Jo.
Mata Dara langsung melebar, dan Jo tahu Dara sudah mendengar gosip tentang lokasi tato tapal kudanya. Dia tidak tahu bagaimana gosip itu bisa muncul. Pertama, dia bahkan tidak punya tato tapal kuda di mana pun. Kedua, kalaupun dia memiliki tato tapal kuda, dia tidak akan menatonya di area itu. Bukan saja karena tidak ada cukup kulit untuk bisa menato tapal kuda dengan sempurna, tapi juga karena dia tidak cukup masochistic untuk menato area yang sangat sensitif seperti itu. Mencoba mengalihkan perhatian Dara dari tatonya, Jo bertanya, Kenapa kamu tanya-tanya" Memangnya kamu mau ditato"
Sebelum menjawab pertanyaan Jo, Dara menarik karet yang mengikat rambutnya dan rambutnya yang panjang langsung tergerai, menyebarkan aroma lily di dalam mobil. Jo mencoba tidak bernapas untuk mengontrol reaksi tubuhnya akan aroma itu.
Dulu saya memang penasaran dengan tato. Bahkan sempat berpikir mau bikin tato mawar di punggung bagian ba wah saya, tapi kemudian nggak jadi. Saya nggak yakin saya bisa tahan sakitnya.
Dan ketika mendengar kata-kata Dara, Jo menyerah untuk mencoba membersihkan kepalanya dari memikirkan yang tidaktidak tentang Dara. Bayangan tato mawar di kulit Dara yang kuning langsat hampir membuatnya kehilangan akal sehat. Dia harus mengeratkan tangannya pada setir untuk mencegah nya melakukan hal-hal yang akan dia sesali kemudian.
Dan sekarang... Panji akan memarahi saya kalau sampai saya punya tato.
Panji tunangan kamu itu" tanya Jo dengan nada agak sinis. Dan tidak ada hal lain yang ingin dia lakukan selain menonjok Panji ketika mendengar Dara mengucapkan namanya. Jo terkejut sendiri dengan ganasnya perasaan itu. Untungnya Dara yang sedang mengangguk sepertinya tidak menyadarinya. Untuk mencegahnya membedah lebih lanjut kenapa dia merasa seperti itu, Jo mencari topik baru.
Apa besok kamu ada hal-hal yang perlu dikerjakan selain membawa kostum Blu ke dry cleaning"
Oke, kostum Blu sepertinya topik yang cukup aman, ujar Jo dalam hati.
Maksudnya nanti" Hah" tanya Jo bingung.
Sekarang sudah hampir jam satu pagi, jadi kayaknya lebih tepat kalau disebut nanti, jelas Dara sambil menunjuk jam digital yang ada di dasbor.
Tatapan Jo jatuh pada jam itu dan sebuah senyuman mun cul di sudut bibirnya. Dia kemudian berkata, Oke, pertanyaan saya koreksi. Apa nanti kamu ada hal-hal yang perlu dikerjakan selain membawa kostum Blu ke dry cleaning" Dia sengaja me nekankan kata nanti pada pertanyaannya itu.
Dara tertawa dan membalas, Nope. Just that.
Kalau gitu kamu bisa melakukan itu hari Senin aja, jadi besok kamu bisa ambil cuti.
Mm, tapi kostum Blu masih ada di dalam mobil, saya nggak turunin.
Nggak apa-apa. Bi Uti bisa nurunin dari mobil dan menyimpannya di kamar Blu sampai hari Senin.
Really" Really, really, balas Jo dan terdengar seperti keledai di ilm Shrek dan satu detik kemudian tawa mereka meledak.
SWEET JESUS H, that movie was hillarious, ucap Jo setelah tawanya reda.
Saya nggak nyangka kamu bisa suka kar tun, sambung Dara yang nyaris kehabisan napas karena tawa nya.
Mendengar Dara memanggilnya kamu membuat Jo menoleh, tapi sepertinya Dara tidak menyadari bahwa dia baru saja mengucapkan itu. Jo kini sadar bahwa Dara memiliki kecenderungan untuk menggunakan kata kamu padanya kalau wanita itu sedang ma rah, tapi entah kenapa, mendengarnya menggunakan kata kamu ketika mereka sedang berbicara santai seperti saat ini membuatnya senang tidak terkira.
In my defense, Shrek bukan kartun, tapi animasi, jelas Jo. Dan meledaklah tawa mereka lagi. Oh, Jo suka tawa lepas itu, yang terdengar tidak diatur sama sekali. Pada detik itu dia bertekad untuk membuat Dara tertawa sesering mungkin.
Jangan bilang ke saya kalau kamu juga suka Finding Nemo dan How to Train Your Dragon deh.
Saya suka Finding Nemo, How to Train Your Dragon, Up, Despicable Me, Kungfu Panda, Ice Age, Madagascar, dan ilm animasi lainnya, ucap Jo bangga.
Dara mulai cekikikan. Apa kamu lagi ngetawain saya"
Hahaha... iyalah. Siapa yang sangka bahwa Jo Brawijaya yang kerjaannya ngegebukin drum, badannya penuh tato, dan kelihatan seperti bad ass, ternyata seorang softy.
Saya nggak softy, cuma in-touch dengan jiwa kekanakkanakan saya.
Pembicaraan mereka terputus sementara Jo mengambil jalur kiri untuk masuk ke tol, dan ketika sudah di jalan tol dengan cekatan dia langsung memotong ke jalur paling kanan dan tancap gas. Tubuh Dara terdorong ke sandaran kursi dengan tibatiba dan tangan kirinya harus berpegang pada pintu sedangkan tangan kanannya meremas sabuk pengaman.
Jo tertawa melihat reaksinya. Jangan takut, Dara. I m a pretty safe driver.
Deinisi safe driver adalah mereka yang hanya akan mengambil jalur paling kanan untuk mendahului dan jelas-jelas orang itu bukan kamu.
Salah. Itu deinisi orang yang mematuhi peraturan lalu lintas.
Memangnya itu beda" Yep. Safe driver adalah orang yang selalu memastikan mereka sampai di tempat tujuan dengan selamat. Bukan berarti mereka selalu mematuhi peraturan lalu lintas.
Meskipun begitu, perlahan-lahan Jo berpindah satu jalur ke sebelah kiri. Sebagai seorang laki-laki yang tahu kemampuan dan cara meng-handle mobilnya dengan baik, dia selalu suka membawa mobil dengan kecepatan tinggi, tapi dia tidak sebegitu keras kepalanya sampai tidak menghiraukan keamanan dan kenyamanan penumpang yang dibawanya.
Omong-omong, makasih ya karena sudah membantu Blu se lama ini. Saya tahu dia kadang-kadang suka nyusahin kamu, ucap Jo setelah mengatur kecepatan pada 100 kilometer per jam.
It s ine. It s my job. I enjoyed it, balas Dara sambil tersenyum. I m glad you do. Karena saya nggak tahu apa yang akan terjadi kalau kamu nggak ada.
Dara tersenyum menerima pujian itu. Mereka duduk dalam diam selama beberapa menit. Masing-masing menolak untuk mengganggu ketenangan yang menyelimuti mereka. Ha nya suara mesin mobil yang halus menemani mereka. Ketika Jo melirik ke arah Dara, dia melihat Dara sedang menutup mata nya sambil menyandarkan kepala pada kursi. Rambutnya tergerai, wajahnya kelihatan damai, dan Jo mendapati dirinya merasakan hal yang sama.
Dara baru saja akan tertidur ketika mendengar Jo bertanya, So, besok cuti kamu mau ngapain"
Dara mengangkat kepalanya dan menjawab, Tidur sampai siang. Dan mungkin menelepon Panji untuk mengatur jadwal kunjungan ke katering untuk memilih menu resepsi pernikahan.
Mungkin ini hanya perasaan Dara, tapi ini sudah kedua kalinya dia melihat tubuh Jo jadi kaku ketika mendengar nama Panji disebut-sebut.
Apa kamu akan mengundang saya dan Blu ke pernikahan kamu"
Dara mendengus, berpikir bahwa Jo bercanda, tapi ketika dia menoleh, Jo kelihatan serius. Dengan perasaan sedikit ber salah, akhirnya dia berkata, Saya hanya berencana mengundang Blu. Jadi saya nggak diundang" tanya Jo terkejut.
Ketika Dara menggeleng, Jo berteriak, Lho, kok saya di diskri minasikan seperti itu" Dia kelihatan sangat tersinggung. Karena hubungan kita nggak sampai pada tahap itu. Tahap seperti apa yang kamu maksudkan" Yang... comfortable.
Comfortable" tanya Jo, menantang Dara untuk menjelaskan lebih lanjut.
Dara tidak percaya dia harus memberikan penjelasan kepada Jo kenapa dia tidak berniat mengundang lelaki itu ke pernikahannya. Pertanyaan yang melayang-layang di kepalanya adalah: Kenapa juga Jo mau datang ke pernikahannya" Dia bu kanlah teman, Jo bahkan bukan bosnya. Intinya, kalau bukan karena Blu, mereka tidak akan memiliki hubungan apa-apa.
Dara terselamatkan dari harus menjelaskan oleh deringan HP-nya. Buru-buru dia mengeluarkannya dari dalam tas. Ya, Ji, ucap Dara ketika menjawab panggilan Panji. Perlahan-lahan Dara mengembuskan napas lega. Berbicara de ngan Jo terkadang membuatnya merasa seperti sedang berada di arena tinju. Itu mungkin tidak akan bermasalah kalau dia tahu cara bertinju, tapi karena dia tidak tahu, yang ada dia jadi bi ngung dan sedikit panik karena tidak tahu dari arah mana tinju lawannya akan datang.
Dara cukup terkejut ketika Jo menawarkan diri untuk mengan tarnya pulang. Dia lebih terkejut lagi akan perasaan nyaman yang dia rasakan saat berduaan saja dengan Jo di dalam mobil nya, ngobrol dan bercanda. Dari sudut matanya dia melihat Jo sedang memperhatikannya, tapi memutuskan untuk tidak meng hiraukannya dan berkonsentrasi pada pembicaraannya dengan Panji.
Gimana konsernya" tanya Panji. Sukses, jawab Dara.
Kamu sudah sampai rumah" Belum. Ini masih di jalan. Naik taksi"
Panji menawarkan untuk menjemputnya setelah konser, tapi Dara menolak dengan alasan dia tidak tahu jam berapa dia baru bisa pulang. Dia nggak mau harus memaksa Panji ba ngun lewat tengah malam hanya untuk menjemputnya.
Nggak. Diantar. Oh, sama siapa" Entah kenapa tiba-tiba Dara merasa agak tidak nyaman untuk membicarakan hal ini dengan Panji, tapi dia tahu Panji tidak akan berhenti mencecarnya sampai dia mem berikan jawaban. Akhirnya dia memilih kejujuran dan berkata, Sama Jo. Dan hening.
Ji" tanya Dara hati-hati setelah satu menit tanpa mendengar reaksi apa-apa dari Panji.
Apa ada orang lain lagi di dalam mobil selain kalian berdua" Nggak ada, cuma kami berdua.
Sekali lagi keheningan menyambutnya dan Dara sudah khawatir kali ini Panji akan menutup telepon ketika dia mendengar suaranya lagi.
Kenapa kamu nggak telepon aku minta dijemput" tanya Panji pelan.
Di bawah ketenangan dalam suara Panji itu Dara tahu Panji sudah marah besar.
Ji, we ve talked about this...
Apa kamu nggak mau aku jemput karena memang mau diantar sama dia" potong Panji.
WHAT"! Teriakan Dara ini membuat Jo menoleh dan menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Seberapa jauh kamu dari rumah" tanya Panji lagi. Dara melihat Jo mengambil jalur kiri untuk keluar dari tol. Sekitar lima belas menit lagi sampai. Kenapa"
Pastikan dia mengantar kamu pulang ke rumah dengan selamat. Good night.
Dan sebelum Dara bisa membalas, Panji sudah menutup telepon, meninggalkan Dara menatap HP-nya kebingungan. Bagaimana mungkin Panji berpikir seperti itu" Panji sudah memberikan kepercayaan kepadanya untuk tidak berpaling darinya, dan selama ini Dara tidak pernah memberikan alasan kepada Panji untuk mempertanyakan kepercayaan itu. Jadi kenapa kepercayaan itu sekarang dipertanyakan"
Everything alright" Suara Jo menyadarkan Dara dari segala pertanyaan yang melayang di kepalanya.
Not sure. Coba saya tebak, pacar kamu nggak suka saya mengantar kamu pulang"
Dara mengangguk tapi tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. Selama sisa perjalanan pikiran Dara terpaku pada Panji, sehingga dia tidak sadar mereka sudah sampai di depan rumahnya sampai Jo memanggil namanya.
Oke. Makasih ya karena sudah ngantar. Drive safe, ucap Dara sambil melepaskan sabuk pengamannya dan menarik gagang pintu.
Dia baru saja membuka pintu dan siap turun ketika tangan kiri Jo melingkari lengannya, otomatis menahannya turun dari mobil. Ketika dia menoleh, Jo hanya mengatakan satu kata yang sama sekali tidak masuk akal.
Lily. What" tanya Dara bingung.
Kalau kamu mau ditato, jangan bunga mawar, tapi lily. Lebih cocok untuk kamu.
Dara tertegun, bukan saja karena mendengar kata-kata itu, tapi juga karena sentuhan tangan Jo pada lengannya, sehingga selama beberapa detik dia hanya bisa menatap tangan Jo, kemudian wajahnya, dan kembali ke tangannya lagi tanpa bisa mengeluarkan kata-kata. Karena pintu mobil terbuka, otomatis lampu di atas kap mobil menyala, memberikan penerangan pada wajah Jo yang sedang menatapnya dengan... sesuatu. Sesuatu yang membuat Dara menarik napas.
Oh, Tuhan. Not now. Not with him. Dara tidak sempat berpikir panjang sebelum bibir Jo sudah mendarat pada bibirnya.
Jo mencium Dara dengan sangat hati-hati, menunggu hingga Dara melayangkan tangannya untuk menamparnya, tapi tamparan itu tidak kunjung datang. Itu mungkin karena Dara masih terlalu shock dengan apa yang sedang dilakukannya pada wanita itu. Ja ngankan Dara, dia sendiri saja shock akan apa yang sedang di lakukannya, tapi dia tidak bisa membuat bibirnya menjauh dari bibir Dara yang pada saat ini tidak bereaksi sama sekali di ba wah bibirnya. Jo merasa seperti seorang bajingan yang sudah memaksakan dirinya pada seorang wanita yang jelas-jelas tidak menginginkannya, dan dia baru saja akan menarik bibirnya lalu mengucapkan maaf karena sudah mencium Dara tanpa seizinnya ketika dia merasakan Dara membalas ciumannya. Ciuman balasan itu lebih mirip kecupan saking lembutnya, dan kalau saja Jo berkedip pada saat itu, mungkin dia akan terlewat.
Semua kontrol pada dirinya hilang. Buru-buru dia melepaskan diri dari sabuk pengaman yang melingkari tubuhnya agar kedua tangannya bisa melingkari tubuh Dara dan menariknya agar me nempel dengan tubuhnya. Gairahnya meledak. Dara bahkan lebih perfect daripada yang dia bayangkan. Mimpi yang dia miliki beberapa bulan yang lalu tidak ada bandingannya dengan Dara yang asli.
OH, SWEET JESUS!!! Dara terasa hangat dan berisi, tidak seperti tubuh wanita zaman sekarang yang kurus, kering kerontang, dan anoreksik. Jo ingin menenggelamkan dirinya di dalam tubuh itu. Menyatukan semua partikel tubuhnya dengan partikel tubuh Dara untuk menciptakan nyawa kimia baru. Meskipun dia ingin mencium dan memeluk Dara semalaman, perlahan-lahan dia memerintahkan dirinya untuk melepaskan Dara.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka matanya. Dan ketika dia membuka mata, tatapannya agak kurang fo kus. Selama beberapa detik mereka saling tatap. Dengan sangat hati-hati Jo memberikan senyum paling lembut yang dia pernah berikan kepada siapa pun sambil meremas kedua tangan Dara yang tanpa dia sadari sudah menempel pada dadanya. Tapi Dara tidak membalas senyuman itu. Kemudian seperti sadar bahwa dia baru saja berciuman dengan Jo, pupil matanya melebar dan wa jahnya langsung memucat. Buru-buru dia menarik tangannya untuk menutupi wajahnya dan berkata, Oh, my God berkalikali.
Selama beberapa menit Dara tidak bisa berpikir karena yang terlintas di kepalanya adalah dia baru saja berciuman de ngan Jo Brawijaya. JO BRAWIJAYA!!! Apa yang dia sudah lakukan" Entah apa yang sedang dipikirkan Jo tentangnya seka rang. Mungkin bahwa dia wanita gampangan yang memper bolehkan laki-laki yang bukan pacarnya menciumnya seperti barusan. Dara menunggu hingga Jo mengatakan sesuatu, tapi ketika setelah beberapa menit Jo masih tidak bersuara, Dara memberanikan diri mengangkat wajahnya dari telapak tangannya untuk menatap Jo dan berkata, I m sorry.
Jo kelihatan siap membunuhnya. Lalu Dara melihat lelaki itu me nutup matanya seakan mencoba menahan rasa sakit. Ketika Jo membuka matanya kembali, wajahnya kelihatan penuh penyesalan.
No, saya yang seharusnya minta maaf ke kamu, balas Jo. Kamu nggak seharusnya melakukan itu.
I know, I m sorry, tapi saya nggak bisa menahan diri lagi. Dara hanya bisa ternganga, tidak percaya akan pengakuan Jo yang blakblakan itu. Dengan susah payah dia berkata pelan, Kamu nggak seharusnya mengantar saya pulang.
Ya, saya setuju. But what s done is done, kita nggak bisa menariknya kembali.
Sekali lagi Dara mengangguk. Bagaimana kalau kita lupakan aja kejadian barusan" Bahwa itu semua nggak pernah terjadi, ucapnya penuh harap.
Jo mengertakkan giginya sebelum menggeram, Nggak bisa. Kenapa nggak bisa"
Karena sekarang saya tahu gimana rasanya mencium kamu dan merasakan kamu mencium saya balik. Saya nggak akan bisa menghapusnya dari pikiran saya, bentak Jo.
Oh, God, ucap Dara sambil menguburkan wajahnya pada tangannya.
Dara... Dara mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan apa pun kata-kata Jo. Saya sudah punya tunangan, kami akan menikah beberapa bulan lagi. Kamu sudah punya pacar yang perfect untuk kamu. Ada baiknya kalau kita ingat itu.
Dara... Mulai sekarang, ada baiknya kita menjaga jarak satu sama lain, tegas Dara, masih menolak menatap Jo.
Jo tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit sehingga Dara mengangkat kepalanya. Jo sedang menatapnya sambil memiringkan kepalanya, seakan mencoba memutuskan apa yang harus dia lakukan. Akhirnya Jo hanya mengatakan, Apa itu yang kamu mau"
Dara buru-buru mengangguk. Sekilas dia melihat kekecewaan di mata Jo sebelum lelaki itu berhasil menyembunyikannya.
Sebaiknya kamu masuk. Kita sudah terlalu lama berada di sini. Saya yakin orang rumah kamu bertanya-tanya kenapa kamu belum masuk juga, ucap Jo pelan.
Pada saat itu Dara baru sadar bahwa pintu mobil sisi penumpang masih setengah terbuka, mesin mobil masih hidup, dan ada bunyi ting ting ting karena penumpang masih belum mengenakan sabuk pengaman padahal mesin mobil sedang hidup. Oh, my God, Jo sudah menciumnya di depan rumahnya dengan lampu dalam mobil yang menyala dan pintu terbuka, dengan kemungkinan se mua orang yang lewat bisa melihat semuanya. SHIT SHIT SHIT SHIT.
Good night, Dara. Saya tunggu sampai kamu masuk ke dalam rumah.
Seperti bermimpi Dara turun dari mobil, mengeluarkan kunci untuk membuka pintu. Sebelum masuk dia memutar tubuhnya dan melihat SUV Jo berlalu, meninggalkannya dengan pe rasaan amburadul.
SCrABBlE ELAMA beberapa hari setelah kejadian itu Dara menghindari Jo. Dan untuk menunjukkan bahwa dia juga bisa menjaga jarak dengan Dara, Jo mengonirmasikan kepada media tentang hubungannya dengan Kayla. Ini seharusnya membuat Dara lega, tapi yang ada dia justru merasa agak depresi. Dara menolak menganalisis perasaan ini lebih dalam karena takut akan apa yang dia harus hadapi. Meskipun begitu, ini tidak menghentikannya dari bertanya-tanya apa Kayla tahu bahwa Jo sudah menciumnya" Kemungkinan besar tidak, karena dia sendiri menyimpan rahasia ini dari Panji.
Seakan belum cukup pusing memikirkan perasaannya terhadap Jo, Dara harus berurusan dengan Panji yang sudah ngambek kuadrat.
Ji, kenapa sih kamu bertingkah laku seperti ini" tanya Dara melalui telepon ketika Panji sekali lagi menolak untuk bertemu dengannya padahal kejadian Jo mengantarnya pulang... dan menciumnya sudah dua minggu yang lalu.
Karena aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan orang kurang bermoral seperti Jo Brawijaya. Oke" Kamu tahu nggak berapa banyak perempuan yang hatinya hancur berkeping-keping gara-gara dia" teriak Panji.
Jadi menurut kamu aku akan jadi satu lagi korban daya tarik Jo yang selangit itu" You know me better than that. Dara mencoba menenangkan meskipun dalam hati dia tahu ke takutan Panji ada benarnya.
Jadi kamu setuju bahwa Jo punya daya tarik selangit" Ji, seluruh Indonesia juga tahu tentang daya tarik Jo yang selangit itu, tapi bukan berarti aku akan terpengaruh dengannya. Aku mohon kamu percaya sama aku.
Aku percaya sama kamu, Ra. Jo-lah yang aku nggak bisa percaya untuk nggak ngapa-ngapain kamu.
Kata-kata Panji membuat Dara meringis. Rasa bersalah menyelimutinya karena di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia tahu bahwa kemungkinan besar bukan Jo yang harus dikhawatirkan Panji, tapi tunangannya sendiri. Sudah berkalikali dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ciuman itu tidak berarti apa-apa, jadi kenapa dia tidak bisa menghapus ciuman itu dan kata-kata serta ekspresi pada wajah Jo setelahnya dari pikirannya"
Usaha Dara menghindari Jo berjalan dengan baik hingga suatu Rabu pagi, sekembalinya Dara dari mengantar Blu di sekolah. Dara menyadari Goldie tidak menyambutnya dengan rutinitas gonggongan dan kejar-kejarannya, mencoba untuk menjilatnya setiap kali melihatnya.
Goldie ke mana, Bi" Bi Uti yang sepertinya baru sadar bahwa Goldie belum menunjukkan hidungnya kelihatan berpikir sejenak sebelum berkata, Eh iya, ke mana ya" Biasanya jam segini udah ribut minta makan.
Khawatir bahwa sesuatu sudah terjadi pada Goldie, Dara meminta bantuan Bi Uti untuk mencarinya. Dia tidak tahu kenapa dia bersusah payah melakukan ini untuk seekor anjing yang melihatnya sebagai bahan olok-olokan. Sepertinya tanpa dia sadari dia sudah mulai peduli pada anjing iblis satu itu.
Mbak Dara, Goldie ada di kamar Mas Jo. Kayaknya sakit, soalnya nggak mau bangun, lapor Bi Uti tiga puluh menit kemudian.
Dara langsung mengikuti Bi Uti ke area rumah yang tidak pernah dikunjunginya sebelum ini dan harus mencegah dirinya agar tidak melongo ketika melangkahkan kakinya ke kamar tidur Jo. Siapa sangka bahwa seorang drummer bisa memiliki cita rasa tinggi seperti ini" Selama ini Dara menyangka kamar tidur Jo akan kelihatan seperti rumah bordil, dengan kaca di atas tempat tidur, seprai yang terbuat dari sutra berwarna merah, dan mungkin satu atau dua poster cewek telanjang menempel di dinding. Kata-kata steril dan berkelas sama sekali tidak pernah terlintas di kepala Dara, tapi itulah yang dia temui.
Samar-samar Dara bisa mencium aroma apel dan kayu manis. Aroma cologne Jo, yang Dara yakin sudah menempel di setiap permukaan yang bersentuhan dengan Jo. Kamar itu bernuansa serba hitam-putih. Mulai dari lantai seperti papan catur yang ditutupi permadani kulit banteng berwarna hitam, lemari berlaci warna hitam dengan cermin di atasnya, sofa berwarna putih dekat jendela, hingga tempat tidur tinggi berukuran king dengan seprai, sarung bantal, dan selimut berwarna putih. Melihat tempat tidur Jo yang kelihatan sangat nyaman membuat Dara membayangkan Jo tidur di atasnya. Apa Jo biasanya tidur telentang, tengkurap, atau menyamping" Apa dia suka tidur dalam gelap atau dengan lampu malam menyala" Dara harus menggelengkan kepalanya untuk menghentikan pikirannya yang sudah merajalela itu. Pada saat itu matanya jatuh pada Goldie yang terbaring di bedcover dengan sedikit lemas. Dara bergegas mendekatinya, dan setelah berdebat dengan diri sendiri selama beberapa detik, Dara memutuskan naik ke tempat tidur agar bisa menyentuhnya.
Hei, Goldie, are you sick" tanya Dara sambil perlahan-lahan membelai kepala Goldie. Untuk pertama kalinya Goldie hanya berdiam diri dan tidak menyerangnya.
Dara tahu dari Hari, salah satu mantan pacarnya yang memiliki beberapa ekor anjing bahwa kalau anjing sedang sakit, hidungnya pasti kering. Menemukan hidung Goldie memang kering, Dara segera menekan nomor HP Jo yang hari ini sedang ada shooting iklan di Bandung dan baru akan pulang nanti malam. Perasaannya campur aduk menunggu nada sambung. Dalam hati Dara berharap Jo akan mengangkat, jadi Jo bisa memberitahukan bagaimana cara membantu Goldie, tapi Dara juga berharap Jo tidak mengangkat, karena dia bisa menghindari harus ber bicara dengan Jo. Setelah beberapa kali mencoba dan HP Jo masih berada di luar jangkauan, Dara mendesah lega.
Bi, apa Mas Jo punya dokter hewan untuk Goldie" tanya Dara.
Wah, Bibi nggak tahu juga. Mesti tanya Ade, ucap Bi Uti dengan wajah sedikit bersalah.
Dara mempertimbangkan menelepon Blu untuk menanyakan hal itu, tapi dia tahu HP Blu selalu dimatikan kalau sedang di sekolah. Dia bisa saja menelepon sekolah Blu, tapi tindakan itu sepertinya terlalu ekstrem. Memutuskan untuk bertindak, Dara segera meminta Bi Uti mengambilkan satu tablet Panadol, menggerusnya hingga halus dan mencam purkannya dengan susu hangat. Dia kemudian mencoba merayu Goldie untuk meminumnya sampai habis dan berdoa dalam hati bahwa trik ini bisa menyembuhkan Goldie. Dara tidak tahu bagaimana Goldie bisa menurut padanya hari ini, tapi dia ber syukur untuk itu.
Goldie tidur kembali setelah minum obat, dan beberapa jam kemudian ketika Dara menyodorkan makanan untuknya, Goldie setidak-tidaknya mau makan sedikit sebelum kemudian tewas kembali. Malam itu ketika Dara pamit pulang, hidung Goldie sudah tidak kering lagi, tapi anjing itu masih menolak meninggalkan tempat tidur.
Dara baru saja masuk ke dalam rumahnya ketika HP-nya berdering. Selama beberapa detik dia hanya bisa menatap layar HP yang mengedip-ngedipkan nama Jo. Waswas bahwa sesuatu sudah terjadi pada Goldie, Dara menjawab pang gilan itu.
Tanpa ada kata halo , Jo langsung melakukan serangannya. Goldie kamu kasih obat apa kok dia tewas nggak bangun-bangun di tempat tidur saya"
Dara merasakan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, dan pada saat yang bersamaan dia juga merasa jengkel karena se telah dua minggu mereka tidak saling berbicara, kata-kata pertama yang keluar dari mulut Jo adalah tuduhan.
Satu tablet Panadol tadi pagi dan satu lagi tadi sore, jelas Dara, dan setelah selang beberapa detik, Oh, my God. Goldie nggak overdosis, kan"
Jangan ngaco. Goldie nggak bisa overdosis cuma gara-gara minum dua Panadol, tandas Jo.
Dara mengeratkan genggamannya pada HP, membayangkan bahwa itu adalah leher Jo.
Kenapa kamu nggak telepon saya untuk bilang kalau Goldie sakit"
Saya sudah coba telepon, tapi HP di luar jangkauan, jelas Dara.
Really" Really! tandas Dara. Keheningan panjang membuat Dara berpikir Jo sudah menutup telepon, tapi akhirnya dia mendengar suara Jo lagi.
Well, maaf karena Goldie sudah merepotkan kamu. hanks atas bantuannya. Selamat malam, Dara, ucap Jo.
Sebelum Dara bisa menjawab, Jo sudah menutup telepon, meninggalkan Dara yang sedang limbung.
Ketika Dara sampai di rumah Jo keesokan harinya, Goldie menyambutnya dengan gonggongan keras. Tapi lain daripada biasanya, Goldie hanya mencium kaki Dara dan duduk sopan di hadapannya, menunggu untuk dielus kepala Dara, sebelum ke mudian melangkah pergi setelah Dara melakukannya. Sepertinya setelah kemarin, kini Dara adalah teman baiknya. Ketika Dara mengangkat kepalanya, dia melihat Jo sedang menatapnya.
Selama beberapa detik Dara terdiam, karena yang ada di pikirannya adalah sentuhan bibir Jo pada bibirnya. Pa-pagi, ucap Dara akhirnya dengan sedikit terbata-bata. Pagi, balas Jo. Sudah sarapan" lanjutnya.
Sudah, jawab Dara pendek.
Mencoba mencari topik yang aman, Dara bertanya, Apa Mas Jo akan bawa Goldie ke dokter hewan hari ini untuk dicek"
Jo memiringkan kepalanya sebelum berkata, Saya pikir setelah kejadian tempo hari kamu akan berhenti memanggil saya Mas Jo.
Wajah Dara langsung memerah, tapi dia menolak untuk memperlihatkan kepada Jo bahwa kejadian itu telah memengaruhinya. Dan seingat saya kita sudah setuju untuk melupakan bahwa itu semua pernah terjadi, balas Dara.
Tapi sepertinya tidak ada satu pun dari kita yang melupakan itu karena sekarang kita sedang membicarakannya. Saya sudah melupakannya.
Bullshit. Detik selanjutnya Jo sudah berdiri di hadapan Dara. Matanya berapi-api.
Kalau kamu sudah melupakannya, kamu nggak akan menghabiskan tiga minggu belakangan ini menghindari saya, ucap Jo. Saya nggak menghindar. Dan kenapa sih Mas Jo... NAMA SAYA JO, bentaknya.
Mata Dara langsung terbelalak, tidak percaya bahwa dia baru saja dibentak pada jam enam pagi. Mencoba menenangkan suasana yang sepertinya akan meledak sebentar lagi, Dara mengalah.
Kenapa sih kamu ngotot banget mau saya mengingat kejadian tempo hari"
Karena itu kejadian penting.
Dara mendengus sebelum berkata, Penting"! Sejak kapan satu ciuman jadi begitu penting untuk kamu"
Sejak itu sama kamu, tandas Jo.
Mau tidak mau Dara tertawa garing. Sekarang siapa yang lagi nge-bullshit, ucapnya datar.
Jo mendengus dan Dara berpikir bahwa Jo sedang mencoba mengontrol kemarahannya. Kemudian dia melihat mata Jo dan... Jo kelihatan tersinggung. What?"" Ini sama sekali nggak masuk akal. Bagaimana bisa Jo Brawijaya, playboy paling ngetop satu Indonesia bisa tersinggung gara-gara Dara, seorang wanita biasa, tidak mau mengakui sudah menikmati ciuman mereka waktu itu" Tapi sebelum Dara bisa memastikan tatapan itu, Jo sudah melangkah pergi, meninggalkan Dara dalam kebingungan.
Dua minggu lagi berlalu dan Jo siap membunuh orang. Dia tidak menyangka Dara bisa begitu cool terhadapnya, se dangkan dia sudah seperti cacing kepanasan. Tidak pernah ada wanita yang justru menjauhinya setelah dicium olehnya. Ke banyakan akan kembali untuk yang kedua, dan ketiga, sebelum kemudian menawarkan tubuh mereka dengan rela. Tidak ada satu pun dari mereka yang kelihatan lebih memilih mencium harimau, macan, ular, dan semua binatang buas lainnya sebelum menerima ciumannya lagi. Yang dia tidak pahami adalah kenapa dia terobsesi dengan ciuman wanita satu ini"
Jo sudah tidak bisa membohongi diri sendiri, dia menyukai Dara, meskipun wanita itu membuatnya kesal dengan aksi jual mahalnya. Dia menyukai betapa pedulinya Dara pada Blu, profesionalismenya dalam bekerja, humornya yang sarkastis, kerja keras dan kejujurannya untuk mengatakan sesuatu kalau itu tidak sesuai dengan etikanya, yang terkadang membuatnya marah dan tersinggung, tapi juga membuatnya menghargai keberaniannya. Tapi yang lebih penting adalah Dara selalu memperlakukannya seperti layaknya laki-laki biasa yang terkadang memerlukan orang untuk mengomelinya kalau dia melakukan kesalahan. Dara membuatnya merasa... diperhatikan. Dan dia merindukan perhatian di dalam hidupnya, meskipun itu hanya dalam bentuk omelan. Setidak-tidaknya itu akan lebih baik daripada tidak dihiraukan sama sekali. Dia kini sadar bahwa semua pendapat yang dia miliki tentang Dara beberapa bulan yang lalu ketika mempekerjakannya, salah.
Dalam usaha melupakan Dara, Jo mencoba menenggelamkan dirinya pada Kayla yang lebih dari rela untuk melayaninya. Tapi itu justru membuatnya membandingkan Kayla dengan Dara.
Jo memasuki rumah setelah satu hari penuh terkurung di studio MRAM bersama Revel, mengerjakan aransemen lagu baru, dan menemukan Dara sedang main scrabble bersama Blu di ruang TV. Goldie yang tadinya duduk di samping Blu memperhatikan per mainan itu, bangun untuk menyambut Jo. Dara kelihatan ter kejut melihat Jo, tapi tidak mengatakan apa-apa. Selama seminggu ini Dara sudah tidak lagi menghindarinya, seakan dia mencoba membuktikan bahwa tuduhan yang Jo lemparkan ti dak memiliki dasar. Dara juga tidak lagi memanggilnya Mas Jo, meskipun setiap kalimat yang diucapkannya selalu terpikirkan dengan baik sehingga dia hampir tidak pernah harus menggunakan namanya.
Halo, Mas, ucap Blu ceria dan bangun dari posisi tengkurap lalu mencium pipi Jo.
Jo membalas ciuman itu sebelum bertanya, Siapa yang menang"
Aku, balas Blu sambil kembali mengambil posisi tengkurap di depan papan permainan.
Setelah dibelai, Goldie pun kembali duduk di samping Blu. Jo melarikan matanya kepada Dara yang kini sedang berkonsentrasi sambil duduk bersila di depan papan, berseberangan dari Blu. Malam ini rambutnya dikepang samping dan buntut kepangan itu beristirahat persis di atas dada kirinya. Jo betul-betul ingin menarik kepangan itu, membuat Dara mendongak dan men cium bibirnya. Dia tahu dia sebaiknya langsung mandi dengan air hangat dan tidur karena seluruh tubuhnya sakit setelah duduk selama berjam-jam di belakang drum. Tapi dia justru mendapati dirinya duduk bersila di samping papan permainan, di antara Dara dan Blu.
Dara menoleh dan memberikan tatapan tidak suka kepadanya. Dari tatapan itu Jo tahu Dara tidak menginginkan nya di sini. Well, too bad, karena dia mau berada di sini. Per lahan-lahan dia mulai membaca kata-kata yang mereka hasilkan.
MILITARY, YEAST, SELCOUTH, HUMBLE, ZABER- NISM... Wait a second. Selcouth" What the heck is that" Dan zabernism" Matematika memang bukan bidangnya, tapi selama ini dia berpikir bahwa bahasa Inggris-nya di atas rata-rata. Sepertinya dia salah.
Siapa yang mengeja kata-kata itu" Dari mana mereka tahu kata-kata itu" Apakah arti kata-kata itu"
Kata ini punya siapa" tanya Jo sambil menunjuk pada kata zabernism.
Aku, jawab Blu tenang. Jo dan Dara langsung saling tatap. Jo dengan pupil melebar karena terkejut, sedangkan Dara kelihatan terhibur.
Mencoba mengontrol ekspresi wajahnya agar tidak kelihatan terlalu kagum, Jo bertanya, Kamu tahu dari mana kata ini" Dari buku, ucap Blu pendek.
Buku apa" Aku nggak ingat judulnya. Dipinjamin teman. Seru juga, ngomongin tentang perang dunia kedua.
Jo mengangguk-angguk selama beberapa detik. Dia berdebat apakah harus lari ke kamarnya untuk mencari kamus Oxfordnya, atau menelan egonya dan bertanya kepada Blu. Dilemanya terganggu oleh omelan Blu.
Mbak Dara buruan dong. Dara lalu meletakkan ubin-ubin kayu pada papan permainan untuk mengeja katanya. Jo harus membiarkan Blu menghitung poin kata itu dan menuliskannya pada selembar kertas sebelum berkata-kata lagi.
Artinya apa sih" tanya Jo, akhirnya menelan egonya.
Arti apa" Blu balik bertanya. Zabernism.
Menyalahgunakan kekuasaan, biasanya berkaitan de ngan halhal militer, tandas Blu. Mas Jo, aku lagi mikir nih. Jangan ganggu.
Oh, ucap Jo, dan dengan susah payah dia harus menutup mulutnya untuk membiarkan Blu berpikir. Dia melirik kepada Dara yang sekarang sedang nyengir, menikmati kebingungannya.
Setelah Blu selesai mengeja katanya, Jo membacanya: LIMERENCE.
AND WHAT THE HECK DOES THAT ONE MEAN" teriak Jo.
JEAloUSY O mendengar suara cekikikan dari arah Dara yang kini sedang menguburkan wajahnya di balik tangannya, bahunya sudah naik-turun, menertawakannya.
Untuk melakukan penyelidikan... Tentang jeruk nipis" potong Jo. Hah" tanya Blu bingung.
Kan ada kata lime -nya. Lime kan artinya jeruk nipis. Blu memutar bola matanya dan dengan nada tidak sabar berkata, Bukan. Tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta yang romantis.
Bagaimana kamu bisa tahu begitu banyak kosakata bahasa Inggris yang Mas bahkan nggak pernah dengar sih" ucap Jo sambil mengernyit bingung.
Mm... karena aku... super awesome dan Mas nggak, tan das Blu.
Jo langsung menyipitkan matanya mendengar nada Blu ketika mengucapkan kata-kata itu. Dan meledaklah tawa Dara yang kini sudah telentang di karpet sambil memegangi perutnya. Bisa nggak sih kamu nggak ngetawain saya" omel Jo. Tapi bukannya berhenti, tawa Dara justru semakin keras. Jo bangun dari posisi bersila dan sambil bertolak pinggang berlututut di samping Dara, memelototinya.
Kamu nggak akan ketawa kayak begini kalau adik kamu yang masih lima belas tahun dan ngomongnya sudah seperti Kim Kardashian, ternyata lebih pintar daripada kamu. Sekarang ber henti ngetawain saya.
Hahaha... nggak bisa. Muka kamu lucu banget kalau lagi ngambek, ucap Dara di tengah tawanya.


The Devil In Black Jeans Karya Aliazalea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ngambek" Dia?" Jo Brawijaya ngambek?"" Oh, perempuan satu ini memang cari mati! Dengan satu gerakan Jo menarik kaki Dara agar tubuhnya lebih dekat dengannya dan mulai menggelitikinya.
Aggghhh, no... no... stop it. Geli!!! teriak Dara sambil tertawa keras dan berusaha menjauhi Jo.
Kaki Dara sudah melayang ke mana-mana dan menendang pa pan permainan, membuat ubin-ubin kayu di atas papan melayang. Merasa bahwa Dara akan bisa lepas darinya, Jo meminta bantuan Blu.
Ayo, Blu, bantu Mas gelitikin Mbak Dara.
Blu bangun dan mendekati mereka, tapi dia justru berlutut dan mulai menggelitiki kakaknya, dan tak lama kemudian Jo mendapati dirinya telentang di karpet diserang oleh Blu dan Dara, sementara Goldie menggonggong keras tidak mau ketinggalan. Suara tawa dan batuk dalam usaha untuk berbicara di tengah tawa memenuhi ruangan.
Minta ampun nggak" teriak Dara setelah beberapa menit. Nggak akan, balas Jo dan menarik Dara ke dalam pelukannya lalu balas menggelitikinya.
Rahasia Cinta Tua Gila 3 Wiro Sableng 108 Hantu Muka Dua Soccer Love 2

Cari Blog Ini