Ceritasilat Novel Online

Into Dark 1

Into The Dark Karya Babyzee Bagian 1


Into The Dark - Baby Zee Into The Dark - Baby Zee - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com
Into The Dark - Baby Zee Bidadari Pendekar Naga Sakti Sinopsis:
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Sheila McAdams memiliki segalanya. Dia muda, kaya, cantik, dan memiliki ayah yang
menyayanginya. Hidupnya sempurna. Hingga suatu malam yang mengubah segalanya.
Malam saat dia bertemu seorang pria yang membuatnya tertarik. Lucas telah mengincar
Sheila sejak dulu. Dan tidak butuh waktu lama untuk membuat gadis itu jatuh ke dalam
jeratannya. Sheila terlalu polos. Terlalu naif. Namun hal itu tidak mempengaruhi Lucas.
Tidak kalau dengan begitu dia dapat membalas dendam. Dibutakan oleh dendam serta
rahasia kelam yang disimpannya sejak lama, Lucas berusaha menyakiti Sheila. Namun
entah kenapa gadis itu selalu memaafkannya. Dan mencintainya. Sampai suatu kali
Lucas melakukan perbuatan yang tidak termaafkan. Hingga gadis itu benar-benar
hancur dan meninggalkannya. Sumber: http://baca-online.pun.bz 1|R a tu- b uk u.bl ogs
p ot.com Into The Dark by Baby Zee Bab 1 Sometimes you have to dig a little deeper
and get to know the darkness before you can appreciate the light -Anonymous- 2014
Musik hingar-bingar terdengar di dalam ruangan itu. Grup band sedang memainkan lagu
di atas panggung sementara beberapa anak menari. Ada yang berpasangan. Ada yang
membentuk grup yang terdiri dari beberapa orang dan menari bersama. Lampu-lampu
dengan berbagai macam warna menerangi aula besar tempat pesta prom itu diadakan.
Suasana masih cukup terkendali saat ini, namun dengan malam yang semakin larut,
beberapa orang sudah mulai terlihat linglung karena minuman yang dicampur alkohol.
Semua orang sedang bersenang-senang pada malam pesta prom kelulusan mereka.
Sebenarnya, tidak semua orang. Sheila tengah mengamati seseorang di seberang
ruangan. Dia tidak dapat melepaskan tatapannya dari pria itu. Meskipun sebagian besar
wajahnya tertutup topi, tapi Sheila tahu pria itu tidak seharusnya berada di sini.
Jelas-jelas dia bukan anak SMA dan pesta yang saat ini sedang berlangsung adalah
malam prom sekolahnya. Pria itu tidak terlihat membaur dan pakaiannya memang bukan
untuk pesta. Celana jeansnya robek di bagian lutut dan T-Shirt hijau army mengintip dari
balik jaketnya yang tidak tertutup. Bagaimana pria itu bisa masuk ke sini" Pesta ini
hanya untuk kalangan terbatas dan Sheila yakin pria itu setidaknya adalah anak college
bukan SMA. Namun pria itu masih berdiri dengan santai seakan tidak ada yang aneh
dengan keberadaannya di sana. Sheila segera mendapat jawaban atas pertanyaannya
saat itu juga. Seseorang yang kira-kira sebaya dengan pria itu datang menghampiri.
Mereka berbicara sebentar dan Sheila menyadari bahwa dia adalah pelayan catering
untuk pesta promnya. Si pelayan menyerahkan serenteng kunci pada pria itu. Sheila
melihat sekilas bibir di bawah topi yang 2|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
menyunggingkan senyum tipis sebelum akhirnya pria itu melambai kepada temannya
dan pergi. Sheila terpana. Jantungnya berdebar hanya dengan seulas senyum yang
nampak dari jauh. Dia tidak menunggu lama untuk menyeberangi ruangan dan
menghampiri pelayan yang tadi bicara dengan pria itu. "Siapa dia?" Tanyanya tanpa
basa-basi. Pelayan yang ada di depannya nampak terkejut dengan kehadiran Sheila
dan tidak menyangka ada tamu pesta yang akan mengajaknya bicara. Dia mengamati
Sheila sejenak, agak tercengang melihat gadis cantik dengan gaun menyapu lantai yang
kini telah diangkat sedikit agar Sheila lebih mudah berjalan dengan cepat. Sheila
mengerjapkan mata abu-abu terangnya dengan tidak sabar saat pelayan itu tidak juga
menjawab pertanyaannya. "Siapa pria tadi?" Dia berusaha menjaga nada suaranya agar
tidak terdengar terlalu penasaran meski sikapnya menunjukkan hal sebaliknya. Pelayan
pria di depannya seakan tersadar dari lamunan dan menjawab dengan agak gugup.
"Teman saya. Maaf kalau saya memasukkannya ke dalam tapi saya sangat sibuk
sehingga tidak bisa keluar untuk menemuinya. Tolong jangan laporkan pada supervisor
Into The Dark - Baby Zee saya." "Apa yang dia lakukan di sini?" "Mengambil kunci apartemennya yang dia titipkan
pada saya saat dia pergi. Hanya itu, Miss." "Siapa namanya?" Pelayan pria itu terlihat
bingung dengan pertanyaan Sheila. Apa hubungan antara nama temannya dengan ini
semua" Lalu tiba-tiba dia memahaminya. Gadis ini akan melaporkan dirinya dan dia
butuh nama temannya untuk memperkuat laporannya. "Miss, berbaik hatilah sedikit. Dia
benar-benar hanya datang mengambil kunci. Saya tidak memasukkan orang jahat ke
pesta ini," kata pelayan pria itu memelas. Sheila melihat badge nama yang menempel di
dadanya dan bicara dengan suara sesabar mungkin. 3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Aku tidak akan melaporkanmu" Greg. Tapi kalau kau tidak memberitahuku siapa
namanya, aku benar-benar akan melakukan itu." "Lucas." Greg si pelayan pria
menjawab hampir otomatis. Sheila menyambar benda pertama yang dilihatnya di meja
catering dan berlari keluar. Dadanya terasa sesak karena dia berlari begitu cepat tapi
usahanya tidak sia-sia. Pria itu masih berada di depan gedung dan sedang berjalan
menuju halte bus yang tidak jauh dari situ. "Lucas!" Pria itu menoleh dan Sheila melihat
mulutnya yang agak terbuka karena terkejut. Raut wajahnya yang lain tidak dapat
dibaca karena topi yang menutupi sebagian wajahnya. "Apa aku mengenalmu?" Suara
yang dalam dan rendah mengalun bagai musik nan indah di telinga Sheila. Dia
berusaha agar tidak terlalu terpengaruh. "Kau menjatuhkan ini," Sheila menyodorkan
benda yang tadi dia sambar dan langsung menyadari kebodohannya. Dari jauh, benda
itu tampak seperti sapu tangan tapi setelah di perhatikan baik-baik, benda di tangannya
jelas-jelas adalah serbet dengan tulisan Manville Catering. "Serbet?" Suara pria itu
terdengar geli. "Kalau begitu aku yang salah," Sheila merasakan pipinya memanas, "Aku
permisi." Sheila membalikkan badan dan menyesali tindakannya yang spontan. Dia tidak
pernah begini. Apa yang terjadi pada dirinya" Namun dia belum sempat melangkah
pergi saat suara dalam itu kembali menyapanya. "Tunggu." Sheila menoleh dan melihat
senyum pria itu yang kembali muncul. "Kau belum menjawab pertanyaanku." "Yang
mana?" Tanya Sheila dengan bingung. "Apa kita saling mengenal" Kau tahu namaku."
4|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com Sheila yakin wajahnya tidak bisa lebih merah lagi
daripada saat ini. Tapi dia dapat mengendalikan dirinya dengan baik dan bicara dengan
suara setenang mungkin. "Tatap lawan bicaramu saat bicara." "Aku menatapmu." "Aku
tidak bisa melihat wajahmu."
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Kali ini senyum yang tersungging di bibir pria itu adalah senyum nakal. Perut Sheila
bergolak saat melihatnya dan dia bersyukur pria itu tidak dapat melihat lututnya yang
gemetar karena gaun panjang yang dikenakannya. "Apa itu yang membuatmu
menanyakan namaku pada Greg dan mengejarku" Kau ingin tahu bagaimana rupaku?"
Kini Sheila yang terkejut dengan kata-kata pria itu. Namun tidak lama karena pria itu
kembali bicara dengan senyum yang sama dan nada geli yang tidak ditutup-tutupi. "Aku
melihatmu. Sulit mengabaikan gadis secantik dirimu apalagi kalau kau terus-terusan
menatapku seakan aku adalah makan malammu. Koreksi kalau aku salah." Sheila tidak
mengoreksinya. Dia terlalu malu dan kata-kata pria itu memang benar. Dia tidak suka
berbohong. Tapi bukan berarti dia juga harus mengatakan kebenarannya. Sebelum
Sheila sempat melontarkan komentar balasan, pria itu membuka topinya dan apapun
yang ingin dikatakan Sheila langsung terhenti di ujung lidahnya. Tempat mereka berdiri
hanya diterangi oleh lampu jalan namun Sheila dapat melihat dengan jelas rambut
pirang yang tadinya tersembunyi di balik topi itu. Angin meniup helai-helai rambut di
keningnya. Mata yang kini menatapnya adalah warna biru paling gelap yang pernah
dilihat Sheila. Alisnya lebih gelap dari pada rambutnya dan hidungnya yang lurus
menampilkan kesan arogan. Seperti senyuman di bibir tipisnya. Pria ini dapat membuat
Into The Dark - Baby Zee gadis manapun bertekuk lutut padanya. Dia sangat tampan dan memancarkan aura
maskulin yang memabukkan. Bukan tipe yang memiliki otot-otot besar di tubuhnya, tapi
lebih seperti macan kumbang. Yang bergerak luwes dengan tubuh langsing dan otot
menonjol di tempat yang tepat, meski 5|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com tidak terlalu
kentara karena jaket yang di kenakannya. Namun dada bidang dan bahu lebarnya
menunjukkan hal tersebut. Jadi tindakan Sheila tadi tidak sepenuhnya salah. Hanya
benar-benar memalukan. Tapi Sheila bahkan belum melihat wajah pria itu dengan jelas
tadi. Tindakannya sudah lebih dari memalukan. "Suka yang kau lihat?" Pertanyaan yang
disampaikan dengan menggoda itu menyadarkan Sheila. Dia menelan ludah. Berharap
suaranya tidak bergetar saat bicara. "Aku harus pergi," dia kembali mengangkat rok
gaunnya tapi pria itu melangkah mendekat. Sheila tidak bergerak. Dia ingin tahu apa
yang akan dilakukan pria itu sekarang. "Aku sudah melihat wajahmu," katanya saat
sampai di depan Sheila. Mereka berdiri begitu dekat dan Sheila menyadari kalau pria itu
lebih tinggi satu kepala darinya, padahal saat ini dia sedang mengenakan high heels
setinggi 9 cm. "Sekarang beritahu namamu." Pria ini memancarkan aura yang membuat
Sheila merinding. Apalagi dengan keadaan di sekitar mereka yang sepi. Dia bisa saja
melakukan hal-hal buruk pada Sheila. Wajah tampan tidak menjadi jaminan bahwa pria
ini bukan orang jahat. "Aku benar-benar harus pergi," Sheila mendengar suaranya
sendiri yang agak bergetar. Sebagian karena takut, lalu sebagian lagi karena kedekatan
pria itu yang membuat Sheila dapat mencium aroma pinus yang keluar dari tubuhnya.
Seperti aroma tanah yang baru diguyur hujan. Pria itu mengulurkan tangannya
mendekati wajah Sheila tapi tidak menyentuhnya. Buku-buku jarinya membuat gerakan
seakan menyapu pipi Sheila. "Namamu?" Suara itu begitu rendah. Dan membujuk.
Sheila tidak kuasa menolaknya. "Sheila." Pria itu kembali tersenyum tipis. Lalu tiba-tiba,
dia mundur dan mengenakan topinya kembali. 6|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com "Senang
bertemu denganmu" Sheila." Pria itu melangkah pergi. Sheila terperangah namun
segera menyadari kenapa pria itu pergi. Bus yang ditunggunya sudah datang. Meski
malam ini dia telah melakukan hal yang cukup memalukan, namun hal itu tidak
mencegahnya untuk melakukannya lagi. "Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?" Pria
itu berhenti di ambang pintu bus yang akan dinaikinya. Dia menoleh dan mendongak
hingga Sheila dapat melihat kilatan geli yang muncul di matanya saat menjawab.
"Twisted Head. Besok jam 8 malam." Sheila tetap menatap bus yang dinaiki pria itu
hingga menghilang di kegelapan malam. Dia harus segera kembali ke dalam. Kini angin
malam yang dingin mulai terasa di bahu telanjangnya. Selain itu, dia harus segera
melakukan sesuatu. Senyum kecil menghiasi bibirnya saat memikirkan hal itu. *** "Kau
tahu Twisted Head?" Jessica mendongak dari layar gadgetnya. Dia menatap
sahabatnya dengan heran. "Jess"," Sheila mulai tidak sabar melihat sikap diam
Jessica. "Mau apa kau ke sana?" Jessica tidak berusaha menutupi nada tidak senang
dalam suaranya. "Aku tidak bilang mau ke sana," Sheila tidak membalas tatapan
Jessica. "Kau pembohong yang buruk, Sheila." Saat Sheila tidak juga memberi
penjelasan, Jessica menghela nafas panjang sebelum bicara. "Itu nama bar, Sheila.
Bukan jenis yang bagus." "Apa yang harus kulakukan agar bisa masuk ke sana?" "Kau
bilang tidak akan pergi ke sana." 7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com Sheila segera
menyadari kesalahannya tapi dia tidak bisa mundur lagi. "Jess, kau sahabat terbaikku."
"Oh" jangan pakai senjata itu." Sheila tidak menggubris protes Jessica. "Ini penting,
Jess. Kau harus membantuku." "Tentang apa?" Tanya Jessica penasaran. "Aku tidak
bisa mengatakannya padamu," Sheila menjawab lirih. "Kau terlibat masalah apa,
Sheila?" "Aku tidak terlibat masalah apapun." "Lalu tentang apa" Jangan bilang kalau
tentang cowok." Wajah Sheila yang memerah telah menjawab segalanya. Jessica
menggeleng dengan tidak setuju. "Kau tidak boleh menemui cowok di situ. Tidak akan
Into The Dark - Baby Zee berakhir dengan baik." "Katakan saja di mana tempatnya," desak Sheila. "Sheila
McAdams, apa yang terjadi denganmu?" Jessica tidak dapat menyembunyikan
keterkejutan terhadap sikap sahabatnya. Sheila tidak pernah begini. Dia bukan gadis
bodoh yang akan mengejar pria sampai ke sebuah bar kumuh. Tidak. Sheila gadis
baik-baik. Lebih tepat jika disebut na?f. "Jess, kau harus membantuku. Aku janji kau
tidak akan menyesalinya," Sheila masih berusaha membujuk sahabatnya. "Ayahmu
akan membunuhku," erang Jessica. "Ayahku ada di Perancis. Dia tidak akan tahu," kata
Sheila acuh. "Seharusnya dia lebih sering berada di rumah untuk mengawasimu," gerutu
Jessica. Sheila tidak menggubrisnya. Tapi Jessica tidak sepenuhnya benar. Sheila
biasanya tidak butuh diawasi. Ayahnya menaruh kepercayaan padanya dan Sheila tidak
pernah menyalah-gunakannya. Hingga saat ini. Sheila bersyukur karena ayahnya akan
berada di Perancis dalam waktu yang lama. Dia hanya perlu bilang pada pelayannya
bahwa dia akan berada di rumah Bibi Sophie selama beberapa hari. Meski
kenyataannya dia berniat untuk menginap
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com di apartemen Jessica. Jessica tinggal sendiri sehingga
akan lebih mudah bagi Sheila untuk keluar masuk tanpa mengundang tanda tanya.
Kalau dia akan sering menemui pria itu. Dia hanya berharap Jessica tidak akan
membocorkannya. "Jess." "Baiklah. Tapi aku yang akan mengantarmu ke sana. Dan kau
akan pulang bersamaku setelahnya." "Aku bisa naik taxi." "Taxi"! Kau pikir tempat
macam apa yang akan kau tuju" Kau akan berakhir sebagai korban perampokan
sebelum malam berakhir. Atau lebih buruk lagi." "Oke," Sheila akhirnya menyerah, "Tapi
kau tidak akan ikut masuk." "Sepakat," kata Jessica setelah berpikir sejenak. "Terima
kasih. Kau yang terbaik, Jess," Sheila memeluk sahabatnya erat-erat sampai
orang-orang di coffee shop itu memperhatikan mereka. "Ew" lepaskan, Sheila. Ada
cowok yang sedang kuincar di ujung sana." Lalu mereka sama-sama tertawa. *** 9|R a
tu- b uk u.bl ogs p ot.com Bab 2 "Serius?" Jessica menatap Sheila dengan tercengang
saat melihat penampilan sahabatnya. Sheila menunduk mengamati gaunnya. Apa yang
salah" Dia mengenakan gaun tanpa lengan sepanjang lutut berwarna tosca dari bahan
chiffon. Gaun itu jatuh dengan anggun mengikuti lekuk tubuhnya dan ada hiasan berupa
kain yang bertumpuk di bagian dada. Sepatunya berwarna krem dengan hak datar. Dia
mengikat rambut coklat kemerahannya membentuk ekor kuda dan membiarkan
beberapa ikal jatuh di sekitar wajahnya. "Kita bukan mau nonton film, girl." Saat melihat
ekspresi tidak mengerti Sheila, Jessica hanya mendesah panjang dan membuka pintu
penumpang. "Masuklah. Aku berharap kau punya cara untuk masuk ke dalam bar itu
dengan penampilanmu saat ini." Sheila masuk ke dalam dan Jessica langsung
mengemudikan mobilnya. Dia melemparkan tas tangan kecil berwarna gold kepangkuan
Sheila. "Setidaknya ganti tasmu. Mungkin bisa membantu menghilangkan kesan anak
sekolahmu." "Aku 18 tahun, Jess," Sheila berkata jengkel. "Aku juga. Tapi aku tahu cara
berdandan seperti wanita dewasa. Bagaimana penjaga pintu akan percaya umurmu 21
tahun kalau kau bahkan masih memakai ekor kuda seperti anak SD?" Jessica berseru
frustasi. Sheila mengerucutkan bibirnya, tapi dia mematuhi perintah Jessica untuk
memindahkan barang-barangnya dari tas bercorak bunga miliknya ke dalam tas
berwarna gold milik Jessica. "Aku hanya bisa memasukkan ponsel dan dompetku ke
dalam tasmu," kata Sheila setelah berjuang dengan sia-sia untuk memasukkan tablet
miliknya. "Memang hanya itu yang kau butuhkan. Lagipula apa saja yang kau bawa di
dalam tas besar itu?" Jessica bertanya heran. "Hanya beberapa buku dan catatan." 10 |
"Kau ini mau kencan atau belajar di
perpustakaan?" Sheila melemparkan pandangan jengkel pada Jessica. Dia melepaskan
Into The Dark - Baby Zee ikat rambutnya dan menyisiri rambutnya yang tergerai dengan tangan. "Bagaimana?"
Tanyanya dengan percaya diri. "Lebih baik," kata Jessica dengan tidak meyakinkan.
Sheila mendesah. Memangnya apalagi yang bisa dia lakukan" Kalau dia tidak diijinkan
masuk, setidaknya dia punya senjata terakhir yang dapat dia gunakan. Mobil mereka
memasuki kawasan yang tidak terlalu ramai. Kawasan pertokoannya hanya memiliki
sedikit pengunjung, begitu juga apartemenapartemen kumuh yang banyak berjejer. Tapi
beberapa wanita dengan pakaian mencolok dan terbuka terlihat di tepi jalan sambil
melambaikan tangan. "Kurasa mereka butuh tumpangan, Jess. Tak bisakah kita
mengajaknya?" Tanya Sheila. jawab Jessica sambil menahan tawa. "Dagangan" Tapi
mereka tidak bawa apa-apa," Sheila berkata bingung. Kali ini Jessica benar-benar
tertawa, "Sheila, aku tidak habis pikir bagaimana ayahmu bisa melepasmu untuk masuk
college. Kau beruntung punya teman sepertiku." "Bicara yang jelas, Jess," Sheila
melipat tangan di depan dada dengan kesal. "Lihat. Ada yang membeli dagangannya."
Sheila menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Jessica. Seorang pria menghentikan
mobilnya di depan salah satu wanita yang mengenakan atasan seperti bra dan rok mini.
Mereka berbicara sebentar lalu pria itu mengeluarkan beberapa lembar uang dan
menyerahkannya pada wanita itu. Wanita itu langsung masuk ke dalam mobil dan
mereka berlalu pergi. "Oh" itu buruk. Buruk sekali," Sheila berkata dengan ngeri saat
paham apa yang sedang terjadi. 11 | "Dan kau
mau menemui cowok di tempat seperti ini. Entah apa yang ada di dalam pikiranmu,"
Jessica menggelengkan kepalanya dengan heran. "Ceritakan padaku, bagaimana
cowok ini?" "Dia" oke," kata Sheila tanpa menatap Jessica. "Hanya oke" Siapa
namanya" Dia anak mana" Berapa usianya" Apa yang dia lakukan?" Cecar Jessica
tanpa ampun. "Aku tidak tahu. Aku baru ketemu dia kemarin. Yang kutahu namanya
Lucas." Jessica menghentikan mobilnya dengan tiba-tiba hingga Sheila terlonjak dari
kursinya. "Kau mau ketemu cowok yang baru kau temui kemarin dan yang kau ketahui
dari dirinya hanya namanya" Sheila, ada apa denganmu"!" Sheila mengernyit
mendengar suara nyaring Jessica. Lalu dia buru-buru menambahkan, "Kurasa umurnya
22" Tidak. Sepertinya 23 tahun." "Sheila, kau paham apa yang kumaksud. Kau tidak
mengenalnya cukup baik untuk menemuinya di tempat seperti ini. Belum terlambat
untuk kembali." "Tidak." "Sheila"," Jessica berusaha membujuk tapi Sheila tetap teguh
pada pendiriannya. "Kalau kau tidak mau mengantarku, aku bisa naik taxi dari sini,"
Sheila berkata keras kepala. "Baiklah!" Jessica berseru jengkel, "Jangan bilang kalau
aku tidak memperingatkanmu." Tidak berapa lama, mobil Jessica berhenti di depan
sebuah gang kecil yang hanya diterangi lampu remang-remang. "Tempatnya ada di
dalam sana. Masuk ke dalam sedikit dan kau akan melihat papan neonnya." Sheila tidak
membuang waktu lagi dan langsung melompat keluar dari dalam mobil. Jessica
memanggilnya dari dalam mobil. "Aku akan menunggu di sini. Kalau ada apa-apa
telepon aku." 12 | Sheila mengangguk lalu
melambaikan tangan dan masuk ke dalam gang itu. Jessica benar. Tempat ini terlihat
tidak aman, pikir Sheila saat berjalan ke dalam gang kecil itu. Dia baru saja berpikir


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa ini bukan ide yang bagus saat melihat papan neon yang di maksud Jessica.
Sebuah pintu dari besi berada tepat di bawah papan itu. Dia mengetuknya dan seketika
itu juga pintu itu menjeblak
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
terbuka. Seorang pria botak besar dengan tato di sepanjang lengan menyambutnya.
Pria itu tidak bicara dan hanya menatap tajam. "Aku" aku mau masuk," katanya
dengan gugup. Pria besar itu mengamati Sheila dari atas sampai bawah tanpa
mengubah ekspresi galak di wajahnya. "20 dollar," kata pria itu kasar. Sheila buru-buru
Into The Dark - Baby Zee mengeluarkan dompetnya. "Dan kartu identitas." Sheila sudah menyiapkan jawaban
untuk itu. "Kartu identitasku tertinggal di rumah. Bolehkah aku membayar lebih untuk
mengganti kartu itu?" Sheila berharap nada suaranya cukup menggoda. Dia
mempelajarinya dari Jessica. Meski belum bisa semahir sahabatnya itu. "Tidak."
Tiba-tiba pintu di depannya langsung tertutup kembali dan Sheila di tinggalkan dengan
wajah tercengang di sana. Dia belum menyerah. "Buka pintunya!" Dia menggedor
dengan keras, "Aku akan membayarmu 50 dollar." Pintu di depannya tidak bergeming.
"100 dollar." Masih tidak bergerak. Dia menghentakkan kakinya dengan frustasi lalu
mengeluarkan ponsel dan memencet sebuah nomor. "Apa?" Suara yang dalam itu
menyapanya. Tiba-tiba Sheila merasakan kegugupannya kembali lagi. "Ini aku," jawab
Sheila akhirnya. "Aku siapa?" Sheila dapat mendengar nada tidak sabar dalam
suaranya. 13 | "Sheila." Ada jeda sejenak. "Ada
apa, Sheila?" Suara Lucas menjadi lebih lembut dan Sheila dapat mendengar namanya
yang disebut dengan agak intim. "Aku di luar. Penjaga tidak membiarkanku masuk."
Jeda lagi. "Tetap di sana." Lalu Lucas menutup teleponnya. Sheila berdiri dengan
gelisah saat pintu di depannya terbuka kembali. Kali ini, yang berdiri di sana adalah
Lucas. Pria itu mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku. Celemek hitam
selutut menutupi sebagian celana panjangnya yang juga berwarna hitam. Rambutnya
disisir ke belakang dengan beberapa helai bandel yang jatuh menutupi kening.
Reaksinya saat melihat Sheila hampir sama seperti Jessica. Yang berbeda hanya
senyum geli yang saat ini kembali menghiasi bibirnya. Dia mengulurkan tangan dan
Sheila menerimanya tanpa ragu. Lucas menuntunnya ke dalam, tapi penjaga pintu yang
tadi tidak mengijinkan Sheila masuk mencegat mereka. "Dia bersamaku, Jo." Hanya
perlu satu kalimat itu dari Lucas dan penjaga pintu itu langsung menyingkir. Sheila
menatap Lucas dengan takjub. Dan lebih takjub lagi saat melihat bar yang ramai dan
musik hingar bingar yang menyambut mereka di dalam. Lucas membawanya ke deretan
kursi di depan meja bar dan membimbingnya untuk duduk di salah satu kursi itu. Lalu
Lucas mengitari meja itu dan berdiri di baliknya, membuatnya kini berhadapan dengan
Sheila. "Mau minum apa?" Tanyanya ramah. "Kau kerja di sini?" Sheila balik bertanya.
Lucas mengangkat bahu dengan acuh. "Begitulah," katanya singkat, "Jadi?" "Apa saja
boleh," jawab Sheila buru-buru. Lucas menunduk dan mengambil sesuatu dari bawah
meja. Beberapa saat kemudian, dia memegang sebuah gelas berisi cairan berwarna
coklat tua dan menyerahkannya pada Sheila. 14 |
"Non-alkohol," dia tersenyum lebar, "Aku tahu kau belum 21 tahun, tapi itu akan jadi
rahasia kita berdua." Nada suara Lucas yang seakan bersekongkol membuat Sheila
tertawa kecil. Dia tahu Lucas sedang menggodanya karena siapa pun yang melihatnya
pasti tahu dia belum cukup umur untuk minum alkohol. "Kau sendiri, berapa usiamu"
Aku tidak yakin kau sudah cukup umur untuk bekerja." "Gadis kecil ini tahu caranya
menggoda," Lucas pura-pura berseru kagum. "Aku 23 tahun. Cukup umur untuk bekerja.
Dan melakukan hal-hal lainnya." Seandainya Sheila sedang minum, dia yakin pasti
sudah tersedak saat mendengar suara menggoda Lucas. Dia meraih gelas di depannya
dan memainmainkan gelas itu di tangannya. "Darimana kau dapat nomorku?" Tanya
Lucas santai sambil menggosok salah satu gelas berkaki dengan lap. "Greg," jawab
Sheila sambil menundukkan kepala dan masih memainkan gelasnya. Dia tahu
tindakannya terlalu" impulsif. "Rasa penasaran yang terlalu besar dapat
membunuhmu." Sheila mendongak dari gelas yang di pegangnya dan bertemu dengan
mata biru gelap Lucas. Ekspresi pria itu nampak geli namun Sheila dapat melihat kilatan
di matanya. Dia tidak tahu apa maksud dari kilatan itu. "Aku datang dengan temanku."
Tiba-tiba dia merasa takut dan mengatakan bahwa dia tidak datang sendiri mungkin
akan menghapus niat jahat apa pun yang ditujukan pada dirinya. Kalau memang ada.
Into The Dark - Baby Zee Dia terlalu paranoid. Lucas tidak terlihat terkejut mengetahui Sheila tidak datang
sendirian. "Itu bagus. Tempat ini tidak baik untuk didatangi gadis sepertimu sendirian,"
katanya santai. "Dia menunggu di depan gang. Tidak akan masuk ke dalam," Sheila
buru-buru menjelaskan karena rasa bersalah yang tiba-tiba menyergapnya. Dia tidak
pernah berpikiran buruk tentang orang lain dan Lucas tidak akan menjadi orang 15 | R a
t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m pertama. Pria itu menerimanya dengan baik padahal
Sheila yang jelas-jelas mengikutinya ke mana-mana. Lucas tersenyum tipis. "Jadi,
sampai kapan kau akan membiarkannya di luar?" Pertanyaan itu menyiratkan dua hal.
Apakah Sheila akan menyuruh Jessica pulang atau menyuruhnya masuk ke dalam agar
temannya tidak perlu menunggu lagi" "Setelah aku menghabiskan minumanku," dia
mengangkat gelas di depannya ke bibir. "Seharusnya aku memberimu gelas yang lebih
besar." Sheila menghentikan gerakannya. Apakah itu tadi rasa kecewa yang terselip
dalam suara Lucas" "Aku akan minum pelan-pelan." Lucas tergelak mendengar
jawabannya. "Melihat penampilanmu, orang tidak akan mengira kalau kau gadis yang
cukup berani." Sheila meletakkan gelasnya kembali dan menunduk. Entah dia harus
senang atau malu mendengar komentar Lucas tentang dirinya. "Kau tahu," kata Lucas
sambil lalu seraya menyiapkan minuman untuk seorang pria yang duduk agak jauh dari
tempat Sheila, "Temanmu tidak harus menunggu di luar dengan kedinginan. Aku bisa
mengantarmu pulang." Sheila kembali mendongak. Ekspresi Lucas tidak terbaca. "Kalau
kau mau," tambah Lucas saat melihat keraguan di wajah Sheila. Sheila berpikir keras.
Ide itu sungguh menggoda. Dan agak berbahaya. Dia baru mengenal pria di depannya
kurang dari 24 jam. Apakah Sheila cukup mempercayai Lucas untuk berdua saja
dengannya" Dia tidak tahu. Dia bertekad untuk mencari tahu. "Baiklah." Lucas tidak
dapat menyembunyikan keterkejutannya. Tampaknya dia tidak mengira Sheila akan
menerima tawarannya. 16 |
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Aku akan menelepon sebentar," Sheila turun dari kursinya dan mencari tempat yang
tidak terlalu ramai untuk menghubungi Jessica. Jessica menolak permintaannya
mentah-mentah. Namun setelah bersikeras bahwa dirinya akan baik-baik saja dan
berjanji untuk menghubungi Jessica setelah tiba di rumah, akhirnya sahabatnya itu
menyerah. Dengan peringatanperingatan panjang. Sheila menutup ponselnya dan
kembali ke kursi yang tadi dia duduki. "Apa kita harus menunggumu selesai kerja?"
Tanya Sheila saat Lucas berada di hadapannya lagi. "Aku bisa mengantarmu kapan pun
kau mau," Lucas berkata tenang. "Oh" baiklah." Sheila kembali memainkan gelas
minumannya. "Tidak suka minumanmu?" Tanya Lucas agak menggoda. "Tidak.
Maksudku iya. Bukan begitu"," kegugupan kembali menguasainya dan Lucas hanya
terkekeh geli. "Aku akan meminumnya sekarang." Sheila langsung menenggak isi
gelasnya lalu mengernyit. Memang bukan alkohol, hanya soda biasa. Tapi meminumnya
sekaligus sampai habis menimbulkan rasa terbakar di hidung dan tenggorokannya.
"Tambah?" Sheila menggeleng dan Lucas langsung menyingkirkan gelasnya. "Kau mau
pergi sekarang?" tanya pria itu, "Mungkin kita bisa makan dulu sebelum aku
mengantarmu pulang." "Ide bagus." Sheila turun dari kursinya dan tiba-tiba saja dia
terhuyung saat kakinya menjejak lantai. Dia berpegangan pada meja di sampingnya.
Rasa pusing menyergapnya dan dunia di sekelilingnya seperti berputar. "Kau baik-baik
saja?" Lucas telah berada di depannya dan yang Sheila heran, ada dua" tidak" tiga
Lucas. 17 | "Aku tidak apa-apa," Sheila
melepaskan pegangannya. Dia kembali terhuyung ke depan dan Lucas langsung
menangkapnya. "Kurasa aku harus berbaring sebentar." "Jangan khawatir," Sheila
merasakan cengkeraman Lucas di pinggangnya, "Aku akan menjagamu." Lalu
Into The Dark - Baby Zee semuanya menjadi gelap. *** 1995, 19 tahun yang lalu~ Anak itu meringkuk lebih dalam
ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Dia kenal langkah kaki itu. Dan
dia tidak pernah menyukainya. Apalagi ketika pria itu sedang dalam keadaan mabuk
berat. Seperti saat ini. "Di mana kau, bocah"!" Dia harus membekap mulutnya sendiri
agar tidak berteriak ketakutan ketika mendengar suara keras itu. Pria itu tidak akan
menemukannya kalau dia tidak bersuara. Ini adalah tempat persembunyian rahasianya.
Dia aman di sini. Dia aman. Tiba-tiba pintu di depannya menjeblak terbuka. Sederet gigi
kuning tampak ketika pria itu menyeringai padanya. Mata anak itu seketika melebar
penuh kengerian. Dia berusaha lari namun lemari di bawah tempat cuci piring itu terlalu
kecil. Anak itu menjerit histeris ketika sebuah tangan besar mencengkeram kaki
mungilnya dan menyeretnya keluar dari lemari tempatnya bersembunyi. Si pria besar
memeganginya seakan dia hanya sebuah ranting pohon, yang begitu rapuh dan mudah
untuk dipatahkan. Anak itu merasakan nyeri yang amat sangat ketika tubuh kecilnya
dilempar ke lantai yang keras. Namun pria besar itu tidak peduli. Pria itu membuka
sabuk yang melilit di pinggang gemuknya, lalu memegangnya seakan benda itu adalah
senjata paling mematikan di dunia. Namun anak itu tahu bahwa sabuk itu memang
senjata mematikan. Tidak ada gunanya kalau dia berusaha lari, si pria besar akan
kembali menangkapnya 18 | dengan mudah.
Anak itu memejamkan mata. Berdoa dalam hati seseorang akan datang menolongnya.
Atau setidaknya, rasa sakit yang pasti akan dia rasakan, tidak akan seburuk
sebelumnya. *** 19 | Bab 3 Sheila merasakan
tubuhnya diayun-ayun. Dia membuka mata sedikit lalu menutupnya kembali saat cahaya
yang menyilaukan menyambutnya. Dia seakan sedang terbang. Tubuhnya terasa
sangat ringan. Sheila merasakan sesuatu yang keras di bawah pipinya. Dia mendongak
dan berusaha melihat wajah di antara sinar yang menyilaukan itu. Lucas. Mulutnya
berusaha menyebut nama itu tapi tidak ada suara yang keluar. Sheila berusaha
mengangkat tangannya, tapi itu juga tidak dapat dia lakukan. Apa yang terjadi pada
dirinya" Lucas berbicara pada seseorang sambil menggendong dirinya. Sheila tidak
dapat mendengarnya dengan jelas. Suara mereka terdengar sangat jauh. Dia
membawanya" Namun Sheila tidak dapat berpikir lagi. Rasa kantuk hebat kembali
menyerangnya dan kegelapan menyelimutinya lagi. Membawanya ke dalam lubang
hitam tak berdasar. *** Sheila membuka mata perlahan. Kali ini tidak ada cahaya yang
menyilaukan. Yang ada hanya lampu remang-remang dan langit-langit yang rendah. Dia
mengangkat tangan memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Apa yang terjadi"
Sesaat dia sedang duduk di bar lalu berikutnya yang dia tahu hanya kegelapan. "Sudah
bangun?" Sheila terperanjat saat mendengar suara yang dikenalnya itu. Namun kini
tidak ada nada geli atau menggoda dalam suara itu. Hanya nada dingin yang membuat
bulu romanya berdiri. Sheila menoleh dan dia melihat Lucas sedang duduk di salah satu
sofa reyot di kamar itu. Sebatang rokok terselip di antara bibirnya dan dia masih
mengenakan kemeja putih dan celana hitam yang sama, tanpa celemek. Ekspresinya
sedingin suara yang didengar Sheila tadi. Sheila berusaha duduk dan dia kembali
merasakan denyutan di kepalanya. Dia meringis. "Sakit kepala?" Tidak ada simpati
dalam suara Lucas. "Di mana ini?" Sheila mengedarkan pandangan ke sekeliling
ruangan. Saat ini dia sedang berada di sebuah kamar yang kecil dan berbau apak.
Perabotannya 20 | hanya sebuah lemari, meja,
sofa reyot, dan ranjang tempatnya berbaring saat ini. Sheila menyadari bahwa bau apak
itu berasal dari ranjang yang ditidurinya. Cahaya matahari samar-samar menembus tirai
dari jendela kecil di sebelahnya. "Lucas, ini di mana?" Tanya Sheila cemas saat Lucas
tidak juga menjawab. Pria itu hanya duduk dengan santai sambil terus menghisap
rokoknya. Perpaduan asap rokok dan bau apak di kamar ini membuat denyutan di
Into The Dark - Baby Zee kepala Sheila makin parah. Dia memijat pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa sakit
itu. "Motel," jawab Lucas datar. Dia mematikan rokoknya dan menginjaknya hingga bara
apinya padam. "Kenapa kita ke sini?" "Karena aku yang membawamu." Dan tiba-tiba
saja Sheila merasa panik. Dia meraba-raba pakaiannya lalu mendesah lega saat
menyadari dia masih berpakaian lengkap. Hanya sepatunya yang lepas dan kini berada
di kaki tempat tidur. Lucas tertawa keras. "Kau pikir apa yang telah kulakukan padamu?"
Kini nada geli itu kembali
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
terselip dalam suara Lucas dan Sheila merasakan kelegaan menyelinap pada dirinya.
"Maafkan aku. Kukira?" "Terlalu cepat untuk meminta maaf. Aku memang tidak
berselera pada gadis kecil sepertimu. Tapi mungkin aku tahu siapa yang berminat."
Sheila merasa dirinya seakan disiram oleh air sedingin es. Lucas masih duduk dengan
santai di kursinya. Namun Sheila melihat kekejaman dalam raut wajah pria itu. Sheila
tidak bergerak dari tempatnya duduk. Dia tidak sanggup. "Katakan padaku, apa kau
masih perawan?" Sheila tidak menjawab dan hanya menatap Lucas dengan mata
membelalak lebar karena ketakutan. "Kau ingin aku yang memeriksanya sendiri?" Lucas
berdiri dan Sheila langsung beringsut mundur sambil mencengkeram selimut untuk
melindungi dirinya. Lucas duduk di tepi tempat tidur. Senyum yang menghiasi bibirnya
adalah seringai paling kejam yang pernah Sheila lihat. Awalnya pria itu tidak berbuat 21 |
apa-apa. Lalu tiba-tiba saja dia menarik kaki
Sheila dan mulai menyingkap roknya. Gadis itu menjerit dengan sekuat tenaga dan
menendang-nendang. Lucas tertawa lalu melepaskannya. "Kurasa itu telah menjawab
segalanya," dia kembali berdiri tapi tidak beranjak dari samping tempat tidur. "Kenapa?"
Sheila bertanya dengan suara tercekat. Air mata mulai mengumpul di pelupuk matanya.
"Karena kau cukup bodoh untuk ditipu," jawab Lucas santai, "Gadis sepertimu adalah
sasaran empuk untukku. Sedikit rayuan dan kau langsung masuk ke dalam perangkap."
"Itu yang kau kerjakan" Menipu dan" dan"," Sheila tidak dapat melanjutkan
kata-katanya karena rasa panas yang mengumpul di tenggorokan dan mengancam air
matanya yang akan keluar. "Menjual. Ya, memang itu yang kulakukan," Lucas berkata
dingin. Sheila menangis keras dan membenamkan wajahnya ke lutut. Dia sungguh
bodoh. Seharusnya dia mendengarkan kata-kata Jessica. "Oh" diamlah," Lucas
kembali menyalakan rokoknya dan membuka jendela sedikit. Dia menghembuskan
asapnya keluar ruangan melalui celah kecil tersebut. "Ngomong-ngomong, temanmu
menelepon berkali-kali." Sheila mendongak dengan wajah bersimbah air mata. Jessica!
"Kau mau menghubunginya kembali?" Lucas kembali duduk di samping tempat tidur
namun kali ini Sheila tidak menjauh. "Kau akan membiarkanku melakukan itu?" tanya
Sheila penuh harap. "Tentu saja," Lucas tersenyum lebar. Sheila pasti salah dengar.
Kata-kata Lucas selanjutnya memupuskan harapan apa pun yang dimilikinya. "Kau tahu
apa yang harus dikatakan kan" Seperti bahwa kau baik-baik saja dan sudah di rumah
dengan selamat." Dia mengulurkan ponsel ke arah Sheila tapi gadis itu tidak
mengambilnya. "Kalau aku tidak mau melakukannya?" Sheila bertanya dengan suara
gemetar. 22 | "Jangan mengecewakanku. Aku
rasa kau cukup pandai untuk memilih antara nyawa atau kehormatanmu." Lucas
mengeluarkan sebuah pisau lipat dari dalam saku celananya. Dia membukanya dan
memainkan benda itu di depan wajah Sheila. Logam itu terlihat berkilau di dalam kamar
yang remang-remang. "Jadi, mana yang kau pilih?" Kilatan berbahaya terlihat di
matanya saat dia melontarkan pertanyaan itu. "Mungkin"," Sheila menelan ludah
sambil memperhatikan pisau di depannya. Benda itu jaraknya kurang dari satu
sentimeter dengan ujung hidungnya. "Mungkin aku lebih memilih untuk mati daripada
Into The Dark - Baby Zee membiarkanmu menjualku." "Jawaban yang salah." Lucas mengayunkan pisau di
depannya dan Sheila langsung menutup mata. Dia menunggu rasa sakit itu datang.
Rasanya dia telah memejamkan mata dalam waktu yang sangat lama saat akhirnya dia
membukanya kembali. Pisau itu menancap di tempat tidur dan hampir mengenai
tangannya yang dia letakkan di situ. Jantungnya berdebar keras karena rasa takut yang
mencengkeramnya. Tatapan Lucas sedingin es saat pria itu bicara padanya. "Jangan
mencoba keberuntunganmu karena tidak akan ada lain kali. Cepat telepon." Sheila
menerima ponsel itu dengan tangan gemetar. Kini dia mulai merasakan nyeri yang
muncul di tempat Lucas tadi hampir menancapkan pisau di tangannya. Cairan berwarna
merah mengalir dari jari kelingkingnya. Pria itu tidak main-main. "Ambil nafas
dalam-dalam dan buang melalui mulut." Tapi Sheila tidak dapat melakukan itu. Dia
kembali terisak dan menggenggam ponsel di tangannya seakan benda itu adalah
satu-satunya tali penyelamatnya. Lucas ikut menggenggam ponsel itu hingga tangan
mereka bertemu. Namun tidak ada kelembutan sama sekali. "Lakukan yang kusuruh.
Aku tidak akan mengatakannya dua kali," dia berkata tajam. 23 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m Sheila berusaha meredakan tangisnya. Dia menarik nafas dalam dan
menghembuskannya hingga dia tidak lagi gemetar. Lucas melepaskan tangannya saat
melihat Sheila yang mulai tenang. Sheila menekan nomor telepon Jessica. Sahabatnya
itu mengangkat telepon pada dering pertama. "Ya Tuhan! Darimana saja kau" Aku
meneleponmu ratusan kali." Sheila hampir saja menangis lagi saat mendengar suara
keras Jessica. Namun tatapan penuh peringatan Lucas mencegahnya melakukan hal
itu. Sebaliknya suara yang keluar dari mulutnya terdengar sangat tenang. "Maafkan aku.
Aku tertidur, Jess. Lucas" mengantarku pulang semalam. Aku langsung tidur begitu
sampai." Dia mengagumi suaranya sendiri yang tidak bergetar saat bicara. Namun
Jessica tidak begitu saja percaya. "Kau sudah di rumah" Aku akan ke sana sekarang."
"Jangan!" Sheila dapat merasakan kecurigaan Jessica karena jawabannya yang terlalu
cepat. "Aku" aku sedang berkemas. Aku akan ke tempat Bibi Sophie." Mengagumkan
bagaimana kebohongan meluncur dengan lancar dari mulutmu pada keadaan genting.
"Sekarang?" Tanya Jessica heran. "Ayah menyuruhku untuk menginap di sana." Sheila
mendengar Jessica menghela nafas di seberang. "Kau baik-baik saja, Sheila?" Sheila
benar-benar ingin memberitahu Jessica. Mungkin ini satu-satunya kesempatan yang dia
miliki. Mungkin Lucas akan panik dan meninggalkannya kalau dia mengatakan
keadaannya pada Jessica. Namun Sheila mengurungkan niatnya. Dia bahkan tidak tahu
saat ini mereka berada di mana. Bagaimana dia bisa mengharapkan pertolongan akan
datang" Lagipula, pisau di tangan Lucas 24 |
"Aku baik-baik saja," suaranya agak bergetar saat bicara lagi. Dia kembali melihat


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kilatan berbahaya itu di mata Lucas lalu buru-buru bicara, "Aku harus pergi sekarang.
Sampai nanti." "Shei?" Sheila menutup telepon sebelum air matanya tak terbendung
lagi. Lucas merenggut ponsel itu dari tangannya. Pria itu harus berusaha agak keras
karena Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Sheila tidak mau melepas cengkeramannya. Akhirnya setelah menyentak dengan kasar,
ponsel itu terlepas dari tangan Sheila. Lucas melempar benda itu ke lantai dan
menginjaknya sampai hancur. Putus sudah tali penyelamatnya. "Nah," pria itu berdiri
dan meregangkan badan seakan baru bangun tidur, "Kau ingin sarapan apa?" Tanyanya
ceria. "Ayahku akan mencariku kalau aku tidak pulang," Sheila berkata dengan gemetar
sambil menatap Lucas dengan menantang. Pria itu tertawa kecil seraya menggelengkan
kepala. "Ayahmu bahkan sedang tidak ada di negara ini." Wajah terkejut Sheila
membuat senyum Lucas makin melebar. Bagaimana dia tahu kalau ayahnya sedang di
Into The Dark - Baby Zee Perancis" "Aku selalu menyelidiki calon korbanku." "Kau sudah mengincarku dari awal,"
Sheila berkata ngeri. Seringai kejam menghiasi bibir Lucas saat pria itu bicara. "Kau
tidak tahu sudah berapa lama aku menunggu saat ini tiba." Sheila merasakan bulu
kuduknya meremang. Perutnya serasa bergejolak mendengar kata-kata Lucas. Pria itu
telah merencanakan hal ini sejak lama. Tidak akan mudah untuk menemukan celah
dalam rencananya. Sheila sungguh berharap bahwa tadi dia membiarkan saja Lucas
membunuhnya. Rasanya lebih baik daripada apa yang telah direncanakan pria itu
untuknya. Lucas berbalik menuju pintu dan membukanya. Dia menolehkan kepalanya
sedikit lalu bicara dari balik bahunya. "Yakin tidak ingin sarapan?" 25 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m Sekilas melihat wajah Sheila yang sangat pucat cukup untuk
memberitahu bahwa gadis itu tidak akan sanggup untuk memakan apapun saat ini.
"Yah" setidaknya aku sudah berusaha bersikap baik." Lalu Lucas berjalan dengan
santai dan menutup pintu itu. Dia menguncinya dari luar namun Sheila masih dapat
mendengar pria itu bersiul dengan riang saat pergi menjauh. *** 1990, 24 tahun yang
lalu~ Pria berambut pirang itu hanya dapat menatap wanita di depannya dengan
penyesalan yang sangat dalam. Tidak ada yang dapat dia lakukan. Dia adalah pria
besar yang berkuasa dan memiliki segalanya. Hampir segalanya. Kecuali wanita yang
dicintainya. Yang kini tengah menatapnya balik dengan mata berkaca-kaca. Hatinya
terasa hancur. Dia tidak pernah melihat wanita itu menangis. Tidak hingga saat ini.
"Maafkan aku," pria itu telah mengatakannya puluhan kali malam ini, meski dia tahu
tidak ada kata-kata yang dapat mengubah keadaan saat ini. "Bagaimana" bagaimana
bisa kau lakukan ini padaku?" Wanita itu terisak meski masih berdiri dengan tegak di
hadapannya, "Aku sedang mengandung anakmu!" "Aku akan merawat anak itu. Tapi kita
tidak dapat bersama. Aku mencintaimu tapi?" "Jangan coba-coba! Kau tidak pernah
mencintaiku!" "Kau tahu itu tidak benar," pria itu berkata penuh kepahitan. "Kau hanya
memanfaatkanku!" Wanita itu tidak ingin mendengar apapun darinya. Wajahnya
bersimbah air mata namun ekspresinya keras dan penuh kebencian, "Tapi mulai saat
ini, kau tidak akan pernah mendapatkan apa-apa lagi dariku." 26 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m "Apa maksudmu?" Tiba-tiba rasa takut merayapi diri pria itu. Dia
mencintai wanita di hadapannya. Namun dia juga telah mengenalnya dengan baik.
Wanita itu tidak pernah jatuh tanpa perlawanan. "Anak ini milikku," wanita itu
menghapus air mata di wajahnya dengan kasar, "Kau tidak berhak atas dirinya. Kami
tidak akan meminta apapun darimu. Dan ini, adalah terakhir kalinya kau melihat kami."
"Tapi?" "Pergi!" "Kau tidak bisa melakukan ini!" "Pergi! Pergi sekarang juga! Kalau kau
berani muncul lagi di hadapanku, yang akan kau lihat selanjutnya adalah mayat kami
berdua. Aku dan anak ini." Pria itu membeku di tempatnya berdiri. Dia kalah. Dan telah
kehilangan segalanya dalam semalam. Namun tidak ada jalan untuk kembali. *** 27 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Bab 4 Lucas masuk ke dalam apartemennya
sambil bersenandung. Dia mandi lalu mengganti kemeja dan celananya dengan celana
jeans dan T-Shirt. Dia memakai jaket dan mengenakan topi sebelum akhirnya keluar lagi
dan mengunci pintu. Semuanya berjalan dengan lancar dan begitu mudah. Dia hampir
tidak mempercayai keberuntungannya saat gadis itu begitu saja masuk perangkap. Na?f.
Dan bodoh. Tipe yang selalu dia jauhi untuk dijadikan kekasih. Kekasih" Apa yang ada
di pikirannya" Pasti karena dia belum tidur semalaman. Dia tidak akan melakukan
apapun yang dapat merusak gadis itu. Dia tidak bisa. Maka dari itu dia akan mencari
orang lain untuk melakukannya. Dengan bayaran yang sesuai. Bingo. Menjatuhkan dua
burung dengan satu batu. Lucas akan segera mencari pembeli. Tidak sulit. Dia tahu
siapa yang harus dihubunginya. Gadis itu akan berada jauh dari negara ini bahkan
sebelum ayahnya menyadari dia hilang. Lucas berhenti bersiul. Keinginan untuk
menghancurkan sesuatu muncul saat Lucas mengingat ayah Sheila. Bajingan itu akan
Into The Dark - Baby Zee membayar perbuatannya. Dan putri kesayangannya yang akan menjadi tumbal. Lucas
mengincar Sheila bukan tanpa alasan. Dia punya alasan yang sangat bagus. Dia telah
mengikuti gadis itu sejak lama, meski baru menunjukkan sosoknya saat malam prom
kelulusan Sheila. Hanya butuh sedikit sentuhan misterius agar gadis itu penasaran, dan
selanjutnya Sheila yang menuntun dirinya sendiri ke dalam ladang ranjau. Dia
benar-benar beruntung. Padahal Lucas telah menyiapkan beberapa skenario untuk
menjerat gadis itu. Namun dia telah berhasil pada percobaan pertama. Dia berhenti di
sebuah kios makanan dan membeli roti untuk Sheila serta rokok untuk dirinya. Lucas
meringis. Dia bahkan tidak merokok. Setidaknya dia sudah berhenti sejak setahun lalu.
Tapi gadis itu suka sekali menangis dan Lucas benci melihatnya. Dia butuh pengalih
perhatian. Lucas masuk ke dalam bangunan kumuh yang disebut motel itu. Bau bangkai
tikus menyebar di lobinya dan resepsionis bahkan tidak mendongakkan wajah saat dia
lewat. Banyak motel seperti ini di sekitar sini. Dan mereka selalu menerima uang tunai.
Kartu kredit terlalu berisiko untuk bisnis yang mereka jalankan, karena motel ini bisa
berfungsi sebagai apa pun. Dari tempat 28 |
pelacuran sampai transaksi narkoba. Yang lebih bagus lagi, tidak akan ada yang buka
mulut. Karena bahkan polisi tidak dapat menakuti mereka kalau mengingat balasan
yang akan diberikan oleh penjahat yang lain. Mati masih lebih baik. Lucas mengeluarkan
kunci dari dalam sakunya dan memasukkan ke lubang. Dia menyiapkan diri sebelum
memutarnya. Yah" dia hanya perlu bertahan sebentar lagi dengan gadis itu sampai dia
menemukan pembeli. Pikirkan saja akhir yang bahagia. Untuk dirinya. Karena jelas
Sheila tidak akan mendapatkan hal itu. Lucas membuka pintu dengan senyum lebar di
wajahnya. Senyum itu langsung lenyap begitu dia masuk ke dalam. Gadis itu tidak ada.
Lucas melempar barang Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
bawaannya ke atas meja. Dia mencari-cari ke sekeliling ruangan. Di bawah kolong
tempat tidur, dalam lemari, kamar mandi, semuanya kosong. Gadis itu seperti lenyap
ditelan bumi. Dia menggeram marah sebelum menyadari tirai jendela yang melambai.
Mustahil. Gadis itu pasti sudah gila kalau mengira bisa kabur lewat jendela. Ini lantai
tiga. Bukan kebebasan yang akan di dapatnya kalau dia melompat dari situ, tapi leher
yang patah. Lucas bergegas menghampiri jendela dan menyibak tirainya. Dia melongok
ke bawah lalu menghela nafas lega saat tidak melihat ada mayat di bawah sana. Namun
kelegaannya tidak bertahan lama. Dia menoleh ke samping dan melihat Sheila sedang
berdiri di pijakan tipis sambil merapat ke dinding. Pijakan itu bahkan tidak sampai
separuh telapak kaki telanjangnya. Angin menerpa rambut dan rok gaunnya.
Mengancam akan membuat gadis itu jatuh melayang seperti selembar kertas.
"Brengsek!" Lucas memaki dengan kasar. Sheila terkejut saat mendengar suara Lucas.
Sebelumnya gadis itu sedang melihat ke arah yang berlawanan dan sepertinya
berusaha menuju jendela di sebelah kamar mereka. Bukan ide bagus. Meski mungkin
saat itu Sheila melihatnya seperti itu. Jendela itu masih cukup jauh dan Lucas akan
sangat bersyukur seandainya Sheila tidak kehilangan keseimbangan saat itu juga kalau
dia bergeser lagi. Kaki gadis itu gemetaran. Entah karena takut jatuh atau karena
kehadiran Lucas. Tidak ada waktu untuk mencari tahu. 29 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m "Sheila," Lucas berusaha membuat suaranya selembut mungkin, "Pegang
tanganku." Gadis itu menggeleng kuat dan Lucas rasanya akan meledak saat itu juga.
Dia kembali bicara dengan suara disabar-sabarkan. "Kau tidak akan bisa mencapai
jendela itu. Raih tanganku sebelum kau jatuh," Lucas mengulurkan tangannya lebih
dekat tapi Sheila tidak bergeming. "Apa pedulimu kalau aku jatuh?" Bibir bawah Sheila
bergetar dan Lucas melihat tanda-tanda bahwa gadis itu akan menangis lagi. Terkutuk!
Into The Dark - Baby Zee Dia tidak peduli kalau gadis itu jatuh dan mati. Tapi sebelumnya gadis itu harus bergerak
sesuai rencana. Setelah itu, dia akan dengan senang hati mempersembahkannya pada
dewa kematian. Namun sebelum itu terjadi, dia tidak akan berbaik hati untuk
membiarkan gadis itu mati. "Aku tidak ingin dituduh sebagai pembunuh dan kalau kau
jatuh, aku akan jadi tersangka utama," dia berkata dengan tenang. "Ini tidak sepadan,
Sheila. Kau bisa tewas." Sheila tertawa getir. Mungkin mati lebih baik daripada nasib
yang menunggunya kalau dia meraih tangan Lucas. Meski demikian, dia takut. Jalanan
di bawahnya terlihat sangat jauh. Dia yakin tubuhnya akan hancur kalau dia jatuh dan
mendarat di sana. Rasa mual memenuhi tenggorokannya. Sheila tidak punya pilihan.
Dia menangisi nasib buruknya. Air matanya tidak mau berhenti meski dia bertekad untuk
mencari jalan lain untuk kabur. Dia yakin pasti ada. Sheila mengulurkan tangan untuk
meraih tangan Lucas saat tiba-tiba saja angin bertiup kencang. Dia kehilangan
keseimbangan. Sheila merasa seperti berada dalam adegan lambat saat tubuhnya mulai
meluncur ke bawah. Dia menggapai-gapai dengan panik ketika sebuah tangan besar
mencengkeram pergelangan tangannya. Dia bergelantungan di tepi gedung itu dengan
hanya sebelah tangan yang digenggam kuat sebagai tempatnya menggantungkan
hidup. "Jangan lepaskan," dia melemparkan pandangan memohon pada Lucas. "Tidak
akan," kata Lucas sungguh-sungguh. 30 |
Separuh tubuh Lucas telah berada di luar jendela dan tangannya yang tidak
memegangi Sheila mencengkeram tepi jendela hingga besi tipis itu menggores kulitnya.
Lucas menggertakkan gigi saat berusaha menarik dirinya dan Sheila. Dia telah berhasil
menarik diri sendiri ke dalam lalu dengan satu hentakan keras, ikut menyeret Sheila
bersamanya. Mereka jatuh terjerembab dengan Lucas yang terbaring di lantai dan
Sheila berada tepat di atasnya. Sheila merasakan dada Lucas yang naik turun dengan
cepat di bawah pipinya. Dia mengangkat kepala dan ingin mengucapkan terima kasih
ketika Lucas mendorongnya ke samping dengan kasar. Sheila belum sempat tersadar
dari kebingungan saat tiba-tiba saja Lucas mengangkatnya dari lantai dan
melemparkannya ke tempat tidur. Gadis itu memekik saat Lucas bergabung sambil
menindihnya. Lucas mencengkeram kedua pergelangan tangan Sheila dengan satu
tangan lalu menguncinya di atas kepala. "Kau akan berpikir dua kali sebelum mencoba
kabur dariku," dia berkata kejam. Tangan Lucas merenggut bagian depan gaun Sheila
lalu merobek kain lembut itu sampai ke bawah. Sheila menjerit saat Lucas melepas
gaun yang robek itu dari tubuhnya hingga dia berbaring hanya dengan mengenakan
pakaian dalam. Lucas menjauhkan tubuhnya sedikit untuk mengamati Sheila dan tidak
memedulikan gadis itu yang menangis tersedu-sedu di bawahnya. "Hargamu akan
mahal," kata Lucas dengan tatapan kurang ajar saat melihat pemandangan tubuh Sheila
yang nyaris telanjang. Dia menyusurkan tangannya di leher gadis itu dan Sheila
langsung memejamkan mata berusaha meredam tangisnya. Lucas menyentuhnya
dengan lembut tapi dia tahu lebih baik bahwa pria itu hanya bermaksud melecehkannya.
"Aku akan teriak," kata Sheila di tengah isakannya. "Kau sudah teriak dari tadi dan tidak
ada yang datang. Motel ini lebih mirip tempat pelacuran, Manis," Lucas berkata
mengejek. Sheila benar-benar berteriak saat tangan Lucas meremas payudaranya. Dia
menangis dengan putus asa. Tidak ada seorang pun yang pernah menyentuhnya
seperti ini dan pria pertama yang melakukannya adalah orang yang telah menculik dan
berniat menjual tubuhnya. Lucas tidak menghiraukan tangisan Sheila yang makin keras
saat dia menurunkan tangan dan meraba perut gadis itu. Kulit yang berada di bawah
tangannya selembut sutera paling mahal. Dia menelan ludah berkali-kali dan berusaha
menahan diri. Dia tidak boleh merusak 31 | gadis
ini. Tidak boleh, dia mengingatkan dirinya sendiri. Namun dia tidak dapat mencegah
tangannya yang turun makin ke bawah untuk kembali merasakan kulit lembut itu. Lucas
Into The Dark - Baby Zee meraih paha Sheila dan membuka kakinya. Sheila menjerit dengan panik saat
menyadari apa yang akan dilakukan Lucas. Dia tidak senaif itu untuk tidak
mengetahuinya. "Jangan!" Sheila meronta-ronta namun tubuh pria di atasnya jauh lebih
kuat dan lebih besar. Dia tidak punya harapan untuk menang. "Kau sudah menerima
pelajaranmu?" Lucas bertanya dengan suara parau. Jawaban dari pertanyaan Lucas
hanya isakan keras yang meluncur dari bibir Sheila. "Jawab aku!" Sheila masih
menangis sesenggukan tapi dia mengangguk. Lucas melepas cengkeramannya pada
tangan Sheila meski tetap menindih gadis itu. Dia meraih sesuatu dari saku
belakangnya. Sheila menjerit saat menyadari pisau lipat yang dipegang oleh Lucas. Dia
kembali meronta dengan panik, namun ternyata sasaran pria itu bukan dirinya. Lucas
menancapkan pisau di tangannya pada tempat tidur di bawah Sheila lalu menarik ke
bawah hingga spreinya koyak. Dia melakukan hal yang sama pada sisi yang lain sampai
tersisa hanya robekanrobekan kain yang nyaris tidak menutupi ranjang itu. Dia meraih
selimut dan melakukan hal yang sama. Mengoyaknya menjadi kain kecil-kecil. Lalu dia
menjauh dari Sheila dan turun dari tempat tidur. "Sekarang kau tidak akan bisa kabur
kecuali kau mau keluar telanjang dari kamar ini," katanya dengan tenang sambil melipat
pisaunya dan kembali memasukkan benda itu ke dalam saku. Lalu dia menambahkan
dengan nada yang lebih mengancam, "Tapi kalau kau masih nekat, aku sendiri yang
akan melemparmu keluar jendela lalu meludahi mayatmu hanya untuk kesenanganku.
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Kau mengerti?" Sheila duduk meringkuk di ujung tempat tidur berusaha menutupi
tubuhnya. Dia terlalu sibuk menangis untuk menjawab ancaman Lucas dan pria itu
menjadi geram karenanya. "Kau akan mulai belajar untuk menjawab semua pertanyaan
yang kuajukan! Mematuhi semua perintah yang kuberikan! Apa jawabanmu"!" 32 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m "Iya," Sheila menjawab pelan di antara tangisnya yang
belum juga berhenti. "Gadis pintar," Lucas berkata sinis. Lucas mengumpulkan kain-kain
yang tadi telah dia sobek lalu meregangkannya. Dia mengikat kain-kain itu hingga
menjadi sebuah tali. Sheila yang mengamati apa yang tengah dilakukan oleh Lucas,
mulai menggeleng tidak setuju. "Jangan. Kau tidak perlu mengikatku. Aku tidak akan
kabur. Aku janji." Lucas mempertimbangkan kata-kata penuh permohonan itu lalu
tatapannya jatuh pada pergelangan kaki dengan kulit sewarna krim di depannya.
Ikatannya akan meninggalkan bekas kemerahan pada kulit mulus itu. Dia marah pada
dirinya sendiri karena sempat memikirkan hal itu. Namun akhirnya, dia menuruti
permintaan Sheila. Lucas membuang kain di tangannya. Dia berjalan menuju meja kecil
tempat dia tadi meletakkan barang-barangnya. "Makan," Lucas melemparkan
bungkusan roti pada Sheila. Gadis itu mengambilnya dengan enggan semata-mata
karena mengingat ancaman Lucas tadi. Sheila memakan rotinya namun makanan itu
terasa seperti kapas saat melewati kerongkongannya. Dia menelan dengan susah
payah. "Kau tidak makan?" Tanyanya hati-hati saat melihat Lucas hanya duduk di
satu-satunya sofa di ruangan itu. "Habiskan," hanya itu yang Lucas katakan. Pria itu
menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisapnya dalam-dalam. Dia melihat Sheila
mengernyit karena asap rokok yang dihembuskannya di kamar sempit itu. Lucas
berusaha keras mengabaikannya. Namun sekonyong-konyong, rokok tidak lagi
menenangkan syarafnya dan dia mematikannya dengan kesal. Dia bangkit dan Sheila
langsung terperanjat serta meringkuk lebih dalam. Lucas memutar bola matanya.
Sepertinya dia benar-benar telah menakuti gadis itu. Lucas mendorong sofa yang
didudukinya hingga menghalangi daun pintu. Dia duduk kembali sambil berusaha
memposisikan diri senyaman mungkin. "Aku mau tidur. Jangan berisik dan ingat
peringatanku soal kabur." Dia langsung memejamkan mata tanpa menunggu jawaban
Into The Dark - Baby Zee Sheila. *** 33 | Sheila mengamati pria yang
tengah tertidur di sofa di depannya. Dia membencinya. Lucas telah melakukan hal yang
sangat buruk padanya dan berniat untuk melakukan yang lebih buruk lagi. Sheila
sungguh-sungguh berharap dia dapat membenci Lucas. Tapi dia tidak bisa. Terlalu
banyak cerita yang telah didengarnya. Cerita-cerita yang membuatnya jatuh cinta.
Tenggorokannya tercekat tapi kali ini dia menahan air mata yang siap tumpah kembali.
Sheila masih duduk meringkuk di tempat tidur. Angin yang masuk melalui jendela yang
terbuka membuat dia menggigil. Dia bangkit dengan perlahan lalu menutup jendela itu.
Sheila kembali ke tempat tidur dan berbaring sambil memeluk tubuhnya. Matanya
kembali jatuh pada Lucas. Sekarang nasib Sheila berada di tangan pria itu. Dia
memejamkan mata. Mungkin ini hukuman karena jatuh cinta pada pria yang salah. Dia
berharap semoga Ayahnya akan memaafkan perbuatan Lucas. Dan juga dirinya. ***
2009, 5 tahun yang lalu~ Ayahnya selalu menceritakan orang di foto itu dengan bangga.
Dan penuh kasih sayang. Usianya baru 13 tahun ketika ayahnya pertama kali
menunjukkan foto itu padanya. Dia begitu takjub hingga nyaris tidak dapat berkedip.
"Apakah itu malaikat?" Dia melontarkan pertanyaan pertama yang terlintas di pikirannya
begitu melihat orang di foto itu. Ayahnya tertawa kecil mendengar pertanyaan polosnya.
"Kenapa kau mengira begitu?" "Karena dia mirip seperti lukisan-lukisan malaikat yang
selalu aku lihat." Ayahnya tersenyum simpul mendengar jawabannya. "Bukan, dear. Tapi
kau boleh menganggapnya begitu kalau kau mau. Dia bisa semanis malaikat kalau
mau." "Jangan mempermainkanku, ayah. Tidak ada manusia yang memiliki sifat seperti
malaikat," dia berkata sambil cemberut ketika merasa ayahnya sedang berbohong
padanya. 34 | Namun ayahnya hanya tertawa
melihat kekesalannya lalu memeluknya dengan penuh sayang. "Kau akan menyukainya.
Dia segalanya bagiku. Sama sepertimu." Lalu tahun-tahun berikutnya, ayahnya selalu
bercerita tentang orang di foto itu padanya. Menunjukkan banyak foto padanya. Awalnya
dia tidak terlalu peduli. Tapi melihat keantusiasan ayahnya serta bagaimana mata pria
itu selalu berbinar ketika menceritakannya, dia mulai mendengarkan dan mengamati
foto-foto itu dengan lebih baik. Saat itu, mereka akan duduk di depan perapian dan
ayahnya akan bercerita bagaimana orang di foto itu. Pertama kali dia melihatnya, orang
di foto itu masih remaja. Namun kini orang di foto itu telah tumbuh dewasa. Lama


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelamaan, dia mulai mengamati foto-foto itu terlalu lama, dan mendengarkan cerita
ayahnya dengan terlalu bersemangat. Bahkan terkadang, dia akan menyelipkan foto itu
diam-diam ke dalam sakunya, lalu menatapnya lama sebelum tidur di malam hari.
Hingga dia dapat membawa orang di foto itu ke dalam mimpinya. Lalu dia mulai
membawa-bawa foto itu di dompetnya, agar dapat memandanginya setiap saat. Namun
suatu hari, seseorang menemukannya dan mulai bertanya banyak hal. Sejak saat itu,
dia tidak pernah membawa-bawanya lagi. Dia sudah berjanji pada ayahnya. Orang di
foto itu akan menjadi rahasia mereka berdua. Mereka harus menyimpan rahasia itu,
sampai waktu yang tepat. Dia mulai memimpikan orang di foto itu hampir setiap malam.
Memimpikan saat-saat bertemu dengan orang itu. Dia tahu suatu saat itu akan terjadi.
Namun saat ini, dia akan cukup puas dengan beberapa lembar foto serta cerita-cerita
yang menyertainya. Hingga saat yang ditunggu-tunggunya tiba. *** 35 | R a t u - b u k u
. b l o g s p o t . c o m Bab 5 Sheila merasakan seseorang mengguncang bahunya
dengan kuat. Dia membuka mata perlahan dan pandangannya bertemu dengan
sepasang mata biru gelap. Sheila duduk dengan tiba-tiba dan tangannya reflek bergerak
untuk menutupi tubuhnya lalu menyadari bahwa hal itu tidak perlu saat melihat jaket
yang tersampir di bahunya. Sheila melihat bahwa Lucas tidak memakai jaket dan kini
hanya mengenakan T-Shirt abu-abu dan celana jeans. "Terima kasih," gumamnya
sambil menggenggam jaket Lucas seakan benda itu adalah hartanya yang paling
Into The Dark - Baby Zee berharga. Lucas tidak mengatakan apa-apa namun hanya menyerahkan selembar
handuk dan sebatang sabun pada Sheila. "Mandi," dia mengedikkan kepala ke arah
kamar mandi kecil di dalam kamar itu. Sheila menerimanya dengan penuh syukur dan
bergegas ke kamar mandi lalu
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mengunci pintu. Dia melepaskan sisa pakaiannya dan mulai mandi. Tidak ada air hangat
di sana namun Sheila tidak memprotes. Dia cukup senang asal dapat membersihkan
diri. Sheila mematikan shower dan mengeringkan tubuhnya. Dia harus memakai pakaian
dalam yang sama lagi tapi pilihan apalagi yang dia punya. Tidak ada sisir di tempat ini
jadi dia terpaksa menggunakan tangan untuk menyisir rambut panjangnya. Setelah
beberapa kali usaha sia-sia untuk merapikan rambut ikalnya, Sheila menyerah lalu
membungkus rambut basahnya dengan handuk. Dia mengenakan jaket Lucas dan
memastikan retsletingnya terpasang hingga leher sebelum melangkah keluar kamar
mandi. Lucas sedang duduk sambil membaca sesuatu yang nampak seperti majalah
otomotif. Sheila duduk di tepi tempat tidur sambil mengayun-ayunkan kaki telanjangnya.
Hening. Tidak ada tanda-tanda Lucas akan mengajaknya bicara atau melakukan
sesuatu. Pria itu terlihat benar-benar mengabaikannya. "Kau punya bacaan lain?" Sheila
bertanya ragu untuk memecahkan keheningan. Lucas mendongak sedikit sambil
menaikkan sebelah alisnya. Ekspresinya mengatakan bahwa Sheila mengganggu
kegiatannya. Sheila menunduk dengan gugup. Suasana kembali hening. Hanya di
pecahkan oleh suara halaman majalah yang sedang di balik. 36 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m "Kau punya sisir?" Sheila benar-benar tidak ingin mengganggu Lucas
tapi dia membutuhkan benda itu. Rambutnya akan menjadi gumpalan kusut saat kering
nanti kalau dia tidak menyisirnya sekarang. Lucas melemparkan tatapan yang hanya
bisa diartikan sebagai tatapan membunuh oleh Sheila. Dia meraih ke dalam laci meja
dan melemparkan sebuah sisir kecil ke pangkuan Sheila. Sheila menangkapnya
sebelum benda itu jatuh ke lantai. Lalu Lucas kembali duduk dan tenggelam dalam
bacaannya. Sheila membuka handuk yang membungkus rambutnya. Dia mulai menyisir
rambut coklat kemerahannya dengan perlahan karena sisir yang di berikan Lucas terlalu
kecil untuk rambutnya yang lebat. Helai-helai rambut kusutnya akhirnya mulai meluncur
dengan mulus di gigi-gigi sisir itu. Sheila hampir menyelesaikan kegiatan menyisirnya
saat tiba-tiba saja Lucas menutup majalah yang dibacanya dengan kasar dan
menghampiri Sheila. "Berikan padaku," katanya tajam sambil mengulurkan tangan,
"Sisirnya," dia berkata galak saat Sheila tidak merespon. "Tapi, aku belum selesai,"
Sheila setengah memprotes. "Aku tidak peduli!" Bentak Lucas. Sheila mengernyit saat
mendengar suara keras pria itu. Kesalahan apa lagi yang telah dia perbuat" Meski
masih bertanya-tanya, tak urung juga Sheila menyerahkan sisirnya pada Lucas. Pria itu
menerimanya dengan kasar lalu berkata, "Lain kali menyisir di kamar mandi. Kau
menggangguku." Sheila menatapnya heran namun Lucas sudah duduk kembali di sofa.
Kata-kata Lucas sungguh tidak masuk akal tapi dia tidak punya pilihan selain
menurutinya. Keadaan kembali seperti semula dengan Sheila yang duduk diam di
tempat tidur dan Lucas yang sedang membaca. Sheila agak ragu untuk bicara lagi tapi
dia sudah tidak tahan. "Lucas," panggilnya. "Apa lagi"!" Pria itu kembali membentaknya
hingga Sheila langsung menggelengkan kepala kuat-kuat. "Tidak jadi," dia berkata
dengan suara mencicit. 37 | "Kau sudah
menggangguku jadi lebih baik kau katakan alasannya sekarang," Lucas berkata agak
menggeram dan Sheila harus menelan ludah berkali-kali sebelum menemukan suaranya
kembali. "Aku lapar," suaranya lebih mirip bisikan saat dia bicara. Lucas nampak seakan
dia ingin mengguncang bahu Sheila kuat-kuat. Atau mencekiknya. Mungkin keduanya.
Into The Dark - Baby Zee "Kalau ternyata ini adalah salah satu tipu muslihatmu agar bisa kabur?" Lucas sengaja
menggantung kata-katanya untuk melihat reaksi Sheila. Anehnya, dia tidak lagi merasa
terlalu puas saat melihat ketakutan di mata gadis itu. Dia menjadi makin marah pada
dirinya sendiri. Entah karena telah menakuti Sheila, atau karena membiarkan dirinya
merasa bersalah saat melihat ketakutan gadis itu. Dua-duanya tidak dia sukai. "Aku
akan kembali dalam 15 menit." Lalu dia pergi sambil membanting pintu dan
menguncinya dari luar. Sheila masih duduk tidak bergerak ketika mendengar langkah
Lucas yang makin menjauh. Kini dia sendirian. Dan entah kenapa, dia merasa agak
kesepian. Meski Lucas sering membuatnya ketakutan, dia tidak dapat menghilangkan
kehampaan saat pria itu tidak ada bersamanya. Sheila berusaha mencari sesuatu untuk
dilakukan sambil menunggu Lucas. Dia merapikan tempat tidur. Yang spreinya telah
koyak di mana-mana dengan menyedihkan, begitu pula dengan matrasnya. Tidak
banyak yang dapat dia lakukan untuk membuatnya tampak lebih baik. Dia mulai
mengumpulkan kainkain yang telah robek lalu membuangnya ke tempat sampah.
Memang bukan hotel bintang lima tempat dirinya biasa menginap, tapi sudah lebih baik
daripada tadi. Dia memandang berkeliling lalu pandangannya tertuju pada majalah yang
di tinggalkan Lucas. Ternyata memang majalah otomotif. Sheila membuka-buka
halamannya dengan tidak berminat. Dia berhenti di sebuah kolom humor. Siapa
menyangka ada bagian humor di majalah otomotif. Dia mulai membaca lalu tertawa
kecil. Memang tidak terlalu lucu tapi seakan menjadi oase di tengah situasinya yang
penuh tekanan. Dia sedang tertawa keras saat Lucas tiba-tiba saja masuk. "Ini lucu
sekali," dia berkata spontan sambil menunjukkan bagian yang dibacanya. 38 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m Lucas menatapnya dengan ekspresi yang aneh. Sheila
belum pernah melihatnya. Namun pria itu terlihat seakan" kagum. Tawa Sheila
perlahan-lahan berhenti. Apa dia melakukan kesalahan lagi" Karena kini Lucas tidak
lagi terlihat kagum. Alisnya bertaut dalam dan tatapannya tajam menusuk. Sheila
menelan ludah dengan gugup. Apa Lucas marah karena Sheila membaca majalahnya"
Tapi benda itu tergeletak begitu saja di sana. Namun mengingat bagaimana akhirakhir
ini Lucas sering marah karena hal-hal yang Sheila tidak pahami, mungkin saja
dugaannya memang benar. Lucas meletakkan bungkusan kertas yang dibawanya lalu
berjalan menghampiri Sheila. Gadis itu mulai panik dan berdiri sambil menyodorkan
majalah di tangannya pada Lucas. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk memakai
barangmu tanpa izin?" Lucas mengacuhkan majalah di tangan Sheila lalu mengulurkan
tangannya. Pria itu menyentuh pipi Sheila dengan lembut. Sheila tersentak karena
sentuhan itu. Dia mengira akan mendapat pukulan saat tangan Lucas berada di
dekatnya, jadi dia sungguh terkejut saat yang di dapatnya adalah hal yang sungguh
berbeda. Namun kejutannya tidak berakhir di sana. Lucas mendekatkan bibirnya lalu
mencium Sheila tepat di bibir. Sheila menjatuhkan majalah yang di pegangnya. Bibir
Lucas menciumnya dengan lembut, sungguh berbeda dengan sikap pria itu selama ini
padanya. Tangan Lucas yang bebas memeluk pinggangnya saat pria itu memperdalam
ciuman mereka. Sheila terkesiap saat Lucas mengulum bibir bawahnya lalu merasa
akan pingsan saat lidah pria itu menelusup masuk ketika mulutnya terbuka tadi. Lidah
Lucas mencicipinya dengan perlahan, mengetahui minimnya pengalaman yang di miliki
Sheila. Tubuh mereka menempel erat saat Lucas menariknya makin mendekat dan
menghilangkan selapis tipis udara yang memisahkan mereka. Sheila melingkarkan
tangannya di leher Lucas untuk mencari pegangan. Namun tampaknya gerakan itu
menyadarkan Lucas akan apa yang sedang pria itu lakukan. Lucas mendorongnya
menjauh seketika itu juga hingga Sheila terlempar ke tempat tidur di belakangnya.
Nafasnya memburu dan dadanya naik turun dengan cepat seakan pria itu baru berlari
marathon. Dia menyisirkan kedua tangan ke rambut pirangnya hingga rambut itu
Into The Dark - Baby Zee mencuat ke mana-mana tapi sepertinya Lucas tidak peduli. Dia menoleh ke arah Sheila
dan seketika itu juga Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
langsung mengutuki dirinya sendiri saat melihat bibir gadis itu yang bengkak akibat
ciumannya. Dengan geram, dia memelototi Sheila yang setengah 39 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m terbaring dengan bingung di tempat tidur. Sheila merasakan
Lucas yang biasa telah kembali. Bukan lagi pria yang menciumnya dengan lembut
beberapa saat yang lalu. Sehingga kali ini saat Lucas mendekat, Sheila merasa
ketakutan. "Kau" kau"," pria itu mengacungkan jarinya ke arah Sheila namun
sepertinya tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Akhirnya dia
menyerah dan menyambar topinya lalu berderap keluar kamar. *** Lucas menghabiskan
rokoknya yang ketiga. Suatu saat dia akan mati karena kanker paru-paru namun untuk
saat ini dia tidak peduli. Dia tidak tahu kenapa dia bersikap begini. Tindakannya sudah
melenceng jauh dari rencana. Seharusnya dia tidak boleh menyentuh Sheila. Dengan
cara apa pun. Dia akan jadi orang terkutuk kalau melakukannya. Terlambat. Saat ini dia
sudah terkutuk. Apa yang dia pikirkan" Dia tidak berpikir. Tubuhnya telah mengkhianati
pikiran logisnya. Hanya butuh satu senyuman dan boom" dia hampir saja meniduri
gadis itu tadi. Lucas menyalakan rokoknya yang keempat namun entah kenapa hal itu
menjadi sangat sulit dilakukan. Tangannya bergetar sehingga korek di tangannya tidak
juga menyala. Akhirnya dia melempar benda sialan itu lalu menyesalinya saat itu juga.
Sekarang dia tidak bisa merokok. Dia butuh pengalih perhatian. Apa pun untuk
melupakan rasa bibir Sheila dan bagaimana tubuh gadis itu begitu pas menempel pada
tubuhnya. Seakan mereka diciptakan untuk satu sama lain. Lucas menggelengkan
kepala dengan kesal. Tidak mungkin. Itu tidak akan pernah terjadi. Mungkin dia bisa
mabuk-mabukan. Tidak. Mabuk hanya akan membuat dia kehilangan akal sehatnya dan
dia bisa saja benar-benar meniduri Sheila saat mabuk. Lucas berjengit memikirkan
kemungkinan itu. Dia menyusuri jalan di depannya tak tentu arah. Lucas benar-benar
tidak ingin kembali ke motel. Terkurung bersama Sheila di dalam kamar yang sempit.
Tubuhnya tidak bisa dipercaya kalau dekat-dekat dengan gadis itu. Seseorang
menghentikan langkahnya. Lebih tepatnya nyaris melompat ke depan Lucas. "Mister,
kau mau bersenang-senang" Aku bersedia dibayar setengah harga untuk bermalam
dengan pria setampan dirimu," wanita yang ada di depannya mengedipkan mata sambil
menggesek-gesekkan tubuhnya pada Lucas dengan menggoda. Wanita itu cukup cantik
dan payudaranya yang membusung saat ini 40 |
tengah menggesek dada Lucas dengan provokatif. Lucas mempertimbangkan sejenak.
Mungkin ini adalah pengalih perhatian yang dia butuhkan. "Berapa?" Dia berkata datar.
Wanita itu terlihat senang. Dia kembali menempelkan tubuhnya dengan bersemangat.
Aroma parfum murahan menyengat ke dalam hidung Lucas dan tiba-tiba saja dia
merasa mual. Dia mengabaikannya. Mungkin pelacur ini tidak sewangi Sheila, yang
tubuhnya mengeluarkan aroma mawar alami" Brengsek! Dia harus berhenti
memikirkan gadis itu. "200 dollar untukmu," wanita itu berkata genit dan Lucas tidak
membuangbuang waktu untuk tawar-menawar. Dia mengeluarkan dompetnya dan
menyerahkan dua lembar uang 100 dollar. Lucas langsung menarik wanita itu ke gang
terdekat yang gelap. "Di sini?" Wanita itu bertanya terkejut. Lucas tidak berkata apa-apa
dan menciumnya dengan ganas. Meski terkejut, wanita itu langsung berpartisipasi.
Berkali-kali Lucas berusaha menghilangkan bayangan Sheila saat berciuman dengan
pelacur ini. Lalu saat tiba-tiba saja wanita itu meraba celana dan mulai membuka
kancingnya, rasa jijiknya makin menjadi-jadi sehingga dia tidak tahan lagi. Dia
menjauhkan dirinya lalu berjalan pergi. Meninggalkan wanita itu dengan wajah bingung
Into The Dark - Baby Zee dan berkali-kali memanggilnya kembali. Lucas tidak menghiraukannya. Bahkan meski
dia telah kehilangan 200 dollar dengan sia-sia. Mestinya tadi dia membeli korek saja,
Lucas menggerutu dalam hati. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Sejenak
merasa ragu. Namun dia cepat-cepat menghilangkan keraguan itu. Dia harus segera
menyingkirkan gadis itu. Secepat mungkin. Dia tidak mempercayai dirinya sendiri kalau
terlalu lama berdekatan dengan Sheila. Tidak setelah ciuman tadi. Lucas mencari
sebuah nomor di daftar kontaknya lalu menekan tombol dial begitu menemukannya.
Suara seorang wanita menjawab dari seberang telepon. "Halo, ini Lucas. Aku punya
tawaran menarik untukmu. Kujamin kau akan menyukainya. Seorang gadis," dia diam
sejenak menunggu reaksi dari lawan bicaranya, "Aku akan membawanya ke tempatmu
besok. Kita lanjutkan transaksinya di sana. Baiklah. Sampai bertemu besok." 41 | R a t
u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Lucas mengakhiri panggilan itu. Tidak mempedulikan
teriakan-teriakan protes di dalam kepalanya. Sheila akan segera hilang dari
kehidupannya dan dia akan menikmati setiap momen kehancuran gadis itu. *** 2001,
13 tahun yang lalu~ Bau itu lagi. Bau memuakkan yang sama setiap harinya. Kali ini
anak itu hanya meringis jijik. Dia tidak muntah lagi. Tidak setelah mencium bau itu untuk
kesekian kalinya. Hidungnya sudah cukup kebal sekarang. Tapi sebusuk apa pun, bau
itu memberitahukan sesuatu padanya. Bahwa dia tidak boleh mendekat pada ibunya
ketika bau menyengat itu tercium. Atau dia akan sangat menyesalinya. Dia pernah
mengalaminya sekali. Dia tidak ingin mengalaminya lagi. "Kemarilah, nak," wanita yang
dia panggil ibu melambaikan tangan kurusnya dari atas sofa. Wanita itu tengah
berbaring lemah dan memegang botol minuman di tangannya. Botol tempat bau busuk
itu berasal. Anak itu ragu-ragu. Dia tidak ingin menghampiri ibunya sekarang. Namun
dia juga takut kalau dia tidak menurut, maka balasan yang lebih buruk akan
menimpanya. Jadi dia mendekat ke sofa. Berusaha mengabaikan bau yang makin
menyengat seiring tiap langkah yang diambilnya. "Aku punya sesuatu untukmu," tangan
gemetar ibunya merogoh ke dalam saku mantel usang yang dikenakan wanita itu. Anak
itu mencondongkan tubuhnya dengan penasaran lalu mengernyit heran ketika yang di
keluarkan ibunya hanya selembar kertas usang. "Mendekatlah. Lihat ini," ibunya
menyodorkan kertas usang itu padanya. Dia mendekati wanita itu, sepenuhnya
menekan rasa mual akibat bau yang makin menusuk hidungnya. Ada gambar di kertas
itu. Dua orang. Pria dan wanita yang sedang tertawa lebar ke arah kamera. Anak itu
menyadari bahwa kertas itu adalah sebuah foto. Dan bahwa wanita di foto itu adalah
ibunya, namun dalam kondisi yang jauh lebih baik. Pipi ibunya merona dan matanya
bersinar di foto itu. Dia memperhatikan foto itu lebih seksama. Siapa pria yang sedang
merangkul ibunya" 42 | "Dia tampan kan?"
Ibunya membelai gambar pria di foto itu sambil tersenyum hangat. Ibunya tidak pernah
tersenyum seperti itu. Bahkan kepada dirinya. "Itu siapa, Ibu?" Ibunya terdiam lama,
tidak menjawab. Namun tiba-tiba bibir ibunya bergetardan air mata turun membasahi
wajahnya. "Tapi aku mencintainya," ibunya meringkuk di sofa sambil memeluk dirinya
sendiri dan mulai menangis, "Aku sangat mencintainya. Oh" aku sangat
merindukannya. Seharusnya aku tidak menyuruhnya pergi. Seharusnya aku tidak
pernah melakukan itu." Anak itu hanya dapat berdiri diam ketika ibunya mulai terisak
dengan keras hingga tubuhnya terguncang-guncang. Dia kembali mendekat. Dia sangat
menyayangi ibunya dan dia tidak suka melihat ibunya menangis seperti ini. Anak itu
melingkarkan tangan kecilnya ke sekeliling tubuh ibunya, meski hanya
Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mencapai bagian depan tubuh wanita itu. Berusaha memberi kekuatan. Karena dia tahu,
ibunya sangat membutuhkannya. *** 43 | Bab 6
Into The Dark - Baby Zee Lucas kembali ke motel itu hampir dini hari. Sengaja menunggu Sheila tidur untuk
menghindarinya. Dia membuka pintu perlahan, hampir tanpa suara. Dan tanpa sadar
mendesah lega saat melihat gadis itu sudah tertidur. Sheila berbaring meringkuk di
tempat tidur yang matrasnya telah koyak di mana-mana. Sesaat muncul penyesalan
dalam benak Lucas. Mungkin dia terlalu keras pada gadis ini. Tidak. Sheila memang
harus merasakannya. Karena rencana Lucas untuknya jauh lebih buruk daripada
sekedar sikap kasar yang diterima oleh Sheila darinya. Mungkin malam ini adalah
terakhir kalinya Lucas melihat Sheila. Dia sudah menghubungi Madam Bertha.
Sebenarnya Lucas tidak berencana mengontak wanita itu secepat ini. Namun ciuman itu
mengubah segalanya. Dia tidak bisa terlalu lama lagi bersama dengan gadis ini. Dia
tidak bisa. Madam Bertha akan senang. Lucas tertawa pahit. Pria manapun yang
akhirnya akan mendapatkan Sheila pasti akan menganggap dirinya sangat beruntung.
Gadis yang tengah berbaring di depannya ini sangat cantik. Rambut ikal panjangnya
berwarna coklat kemerahan, tergerai dengan indah hingga ke punggungnya. Kulitnya
yang sewarna krim sangat halus dan tanpa cela. Meski tubuhnya tergolong mungil,
namun dia memiliki tungkai yang panjang dan langsing, yang saat ini terpampang di
depan Lucas karena jaket yang di kenakan gadis itu terangkat hingga tepat di bawah
bokongnya. Namun mungkin para pelanggan Madam Bertha tidak akan mempedulikan
hal itu, selama gadis ini memiliki tubuh yang indah. Lucas bisa memastikan Sheila
memilikinya. Dia sudah pernah melihatnya. Dan menyentuhnya. Lucas memejamkan
mata. Dia harus berhenti memikirkannya. Atau dia akan menghancurkan dirinya sendiri.
Yang lebih buruk lagi, dia bisa menghancurkan mereka berdua. Lucas meletakkan
bungkusan yang dibawanya. Dia telah menyiapkan segalanya. Sebentar lagi dia tidak
akan melihat gadis ini lagi. Semoga yang tengah dirasakannya saat ini adalah perasaan
lega, bukan penyesalan. *** Sheila menerima bungkusan yang diberikan oleh Lucas
padanya dengan wajah penuh tanya. Namun pria itu tidak memberi penjelasan apa pun


Into The Dark Karya Babyzee di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melainkan hanya menyuruh Sheila masuk ke kamar mandi. Sheila menurutinya dan
langsung mengunci pintu. Dia membuka bungkusan tersebut yang ternyata 44 | R a t u b u k u . b l o g s p o t . c o m berisi pakaian. Dia tersenyum lebar. Akhirnya, sesuatu
untuk di pakai. Bahkan Lucas ingat untuk membelikannya pakaian dalam. Sheila
merona saat melihat bra dan celana dalam itu. Memang bukan sutra yang biasanya dia
kenakan, hanya katun biasa, tapi dia sangat bersyukur setidaknya dia bisa mengganti
pakaian dalamnya saat ini. Dan Lucas membelikan ukuran yang tepat. Tentu saja, pria
itu pernah menyentuhnya di tempat yang sangat pribadi. Sheila kembali merona
mengingat kenangan itu. Memang bukan kenangan yang indah. Namun kenyataan
Lucas pernah menyentuhnya dengan intim membuat tubuhnya terasa hangat. Lucas
hampir tidak bicara padanya setelah pria itu menciumnya kemarin. Bahkan, Lucas selalu
menatap Sheila dengan tajam. Akan tetapi, Lucas memang sering menatapnya seperti
itu. Jadi dia tidak terlalu memikirkannya lagi. Sudah pasti, Lucas tidak merencanakan
ciuman itu. Dia melakukannya dengan spontan, meski Sheila tidak tahu apa yang
mendorongnya. Apa pun alasan Lucas, Sheila tidak keberatan. Memang menyedihkan
bagaimana dia bisa luluh di dalam pelukan pria yang telah menculiknya. Akan tetapi, dia
tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Ciuman Lucas adalah hal terbaik yang pernah
dialaminya selama hidup. Sheila mengganti pakaian dalamnya. Lalu tertawa kecil
membayangkan wajah Lucas saat membeli pakaian dalam itu untuknya. Dia akan
membayar berapapun agar dapat melihat ekspresi Lucas saat itu. Dia mengambil
pakaian yang ada di sana lalu menatapnya dengan heran. Pakaian yang dibelikan Lucas
jelas pakaian pria. T-Shirt, celana jeans, jaket, dan topi. Mirip yang selalu dikenakan
Lucas. Namun pakaian itu pas di tubuhnya, meski T-Shirtnya agak longgar. Sheila
keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Lucas telah menunggunya. Dia
Into The Dark - Baby Zee menyerahkan jaket Lucas yang selama ini dia kenakan dan telah terlipat rapi. "Aku bisa
mencucinya dulu kalau kau mau," tawar Sheila. Lucas tertawa mengejek, "Kau bahkan
tidak tahu bagaimana caranya." Wajah Sheila langsung bersemu. Dia memang tidak
tahu bagaimana caranya mencuci pakaian, tapi setidaknya dia sudah berniat baik.
Selain itu, dia benarbenar berencana untuk belajar kalau Lucas membiarkannya
mencuci jaket pria itu. 45 | "Masukkan rambutmu
ke dalam topi," perintah pria itu sambil mengenakan jaketnya. "Kita akan pergi?" Sheila
bertanya terkejut. "Ya." "Ke mana?" Lucas tidak menjawab. Seperti biasa. Namun Sheila
melakukan apa yang diperintahkan oleh pria itu. Mereka keluar dan Lucas mengunci
pintu. Tiba-tiba saja, Sheila merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pinggangnya.
Sheila tahu benda apa itu. Lucas menyelipkan tangannya ke belakang T-Shirt Sheila
dan menempelkan pisau lipat ke punggung bawahnya. Tidak terlalu menekan hingga
dapat melukainya, tapi cukup untuk memberitahu keberadaan pisau itu di sana. Juga
jemari Lucas yang menyentuh kulit telanjangnya. Dia mencemooh dirinya. Pria ini
sedang mengancamnya dengan pisau dan yang dapat Sheila pikirkan hanya bagaimana
kulit mereka bersentuhan. "Jalan dan jangan bicara," Lucas berkata dingin. Sheila
mengikuti Lucas dengan berjalan di samping pria itu. Mereka terlihat seperti dua orang
pria yang sedang berjalan berdampingan. Lebih tepatnya seorang bocah dan seorang
pria. Karena dengan tinggi Sheila yang hanya mencapai bahu Lucas, dia jelas lebih
cocok untuk menjadi seorang remaja pria. "Sembunyikan wajahmu di bawah topi," pria
itu berbisik saat mereka hampir mencapai resepsionis. "Aku dan adikku mau keluar."
Seorang pria gendut di belakang meja resepsionis yang hanya memakai singlet yang
tidak dapat menyembunyikan perut besarnya, hanya mendongak sedikit saat
mendengar kata-kata Lucas. "Kunci," dia berkata singkat. Lucas menyerahkan kunci di
tangannya. Resepsionis itu membuka buku besar di tangannya lalu menelusuri
nama-nama di sana. "Mr. John Smith?" Lucas mengangguk. Resepsionis itu tidak
menunjukkan reaksi apapun meski jelas-jelas nama yang di gunakan Lucas adalah
nama samaran. John Smith jelas adalah nama paling umum di negara ini, ada jutaan
orang dengan nama itu. 46 | "180 dollar." Lucas
menyerahkan dua lembar uang kertas 100 dollar pada si resepsionis. "Ambil saja
kembaliannya." Resepsionis itu tersenyum lebar. Dia belum melihat keadaan kamar
yang mereka tinggalkan. Sheila yakin si resepsionis akan menuntut bayaran lebih saat
melihat tempat tidur yang nyaris hancur. Mereka keluar dari motel dan Sheila langsung
menyambut matahari yang menyinarinya dengan senang. Dia sudah terkurung di ruang
pengap dan sempit selama berhari-hari. Sinar matahari benar-benar adalah kemewahan
baginya saat Into The Dark - Baby Zee pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
ini. Lucas menghentikan taxi yang sedang lewat lalu mendorong Sheila masuk ke
dalam. Dia menyebutkan sebuah alamat pada supir dan mobil itu langsung melaju di
jalanan yang cukup ramai. Selama proses itu, Lucas sama sekali tidak menyingkirkan
pisaunya. Ternyata tempat tujuan mereka tidak terlalu jauh. Taxi itu berhenti di depan
sebuah gedung berlantai dua yang cukup besar. Dibanding bangunan di sekitarnya,
gedung itu cukup bagus dan terawat dengan baik. Lucas mengetuk pintu depan dan
seseorang langsung mengintip dari celah di pintu hingga Sheila hanya dapat melihat
sepasang mata berwarna coklat. "Aku sudah ada janji dengan Madam Bertha. Katakan
Lucas yang datang." Celah di pintu itu tertutup kembali. Setelah menunggu sebentar,
pintu di depan mereka terbuka. Seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam berdiri
diambang pintu. "Madam Bertha telah menantimu. Lewat sini," pria itu berjalan di depan
mereka untuk menunjukkan jalan namun Lucas mencegahnya. "Aku tahu jalannya." Pria
Into The Dark - Baby Zee itu mundur dan membungkuk sedikit lalu membiarkan Sheila dan Lucas lewat. Sheila
memperhatikan bahwa Lucas telah menyingkirkan pisaunya dan menyelipkan benda itu
ke belakang saku celana jeans. Tempat yang mereka masuki cukup bagus, mirip hotel,
dengan banyak kamar di sepanjang lorong. Pintu-pintu tersebut di pernis dengan warna
hitam yang sama sehingga terlihat identik. Lucas memegangi sikunya dan setengah
menyeretnya menaiki tangga ke lantai dua agar Sheila bergegas. 47 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m "Lucas, ini di mana?" Sheila kembali bertanya saat mereka telah
berada di ujung tangga. "Kau akan tahu," Lucas menjawab tanpa melihat Sheila.
Ekspresinya tidak terbaca. Mereka tiba di depan sebuah ruangan dengan dua buah
daun pintu yang juga berwarna hitam. Lucas mengetuk dan pintu itu langsung terbuka.
Sebuah ruangan yang di desain dengan mewah langsung menyambut mereka.
Ruangan itu tampak seperti ruang tamu dengan karpet Persia menutupi lantainya dan
beberapa kursi serta meja kayu yang juga dipernis hitam seperti pintunya. Di pintu
tempat mereka masuk tadi, Sheila juga melihat dua orang pria yang berpakaian sama
seperti pria di pintu masuk. Di belakang sebuah meja kerja besar, duduk seorang wanita
setengah baya bertubuh gempal. Wajah wanita itu ditutupi oleh make up tebal hingga
Sheila tidak dapat melihat satu kerutan pun. Jari-jarinya di hiasi berbagai macam cincin,
begitu juga pergelangan tangan yang berhias gelang-gelang. Pakaiannya berkilau
sehingga Sheila merasa harus memicingkan mata saat menatapnya. "Lucas," dia keluar
dari balik meja dan merentangkan tangannya lebar-lebar seakan ingin memeluk Lucas,
"Lama tidak bertemu denganmu. Sejak Jeannie." Meski suaranya terdengar riang,
namun Sheila dapat melihat kilatan licik yang muncul di mata kecilnya. "Aku bawa
barang baru untukmu," Lucas tidak melepaskan cengkeramannya dari lengan Sheila,
seakan takut dia akan lari. Seketika itu juga Sheila menyadari dimana dia berada. Lucas
membawanya ke rumah bordil. Wajahnya langsung pucat pasi dan sesuai dugaan
Lucas, Sheila langsung berusaha melepaskan diri dan lari. Namun cengkeraman Lucas
mencegahnya untuk pergi lebih jauh. "Lucas, jangan lakukan ini," suaranya penuh
permohonan tapi pria itu masih tidak menatapnya. Mata Lucas tidak lepas dari Madam
Bertha. Tawa wanita itu menggema di ruangan saat melihat Lucas harus memegangi
Sheila agar gadis itu tidak kabur. "Sepertinya barang yang kau bawa belum dijinakkan."
"Hanya awalnya. Kujamin pelangganmu akan menyukainya." 48 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m "Tunjukkan padaku." Sekonyong-konyong Lucas membuka topi Sheila
hingga rambut gadis itu jatuh tergerai di punggung. "Semuanya," kini tidak ada sikap
pura-pura dan senyum licik mengembang di wajah Madam Bertha. Keraguan muncul di
mata Lucas dan wajah pria itu terlihat muak. Tetapi Sheila terlalu ketakutan untuk
menyadarinya. "Buka bajumu," Lucas memerintahkan dengan datar. "Tidak," Sheila
gemetaran dari ujung kepala sampai ujung kaki tapi suaranya penuh tekad. "Buka. Atau
aku yang akan melakukannya." Dan cukup sampai di situ. Sheila mendorong Lucas
sekuat tenaga dan yang mengejutkan, dia terlepas dari cengkeraman Lucas. Dia berlari
ke arah pintu namun langkahnya terhenti saat salah seorang pria yang berjaga di situ
langsung menangkapnya. Sheila menjerit saat lengan besar pria itu melingkari tubuh
mungilnya dengan kuat. "Buka bajunya," Sheila mendengar suara selicin belut Madam
Bertha dan dia tidak tahu lagi mana yang lebih membuatnya ketakutan. Lucas yang
meninggalkannya di sini atau rencana wanita itu terhadapnya. Pria yang tengah
memeganginya merenggut jaket Sheila hingga terbuka. Sheila menjerit, mencakar,
menggigit, menendang, namun perlawanannya seakan siasia. Tidak butuh waktu lama
sampai pakaiannya berserakan di lantai hingga akhirnya dia hanya mengenakan bra
dan celana dalam katun yang Lucas belikan untuknya. Tapi kali ini dia tidak mendapat
kemewahan untuk dapat menutupi tubuhnya karena tangannya masih dipegangi oleh
pria yang menahannya tadi. Sheila menangis saat mata Madam Bertha mengamatinya
Godfather Terakhir 7 Roro Centil 22 Tujuh Mahluk Kerdil Penghisap Darah Keturunan Pendekar 2

Cari Blog Ini