Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha Bagian 1
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
Menghitung Hujan - Santhy Agatha - Bidadari Pendekar
Naga Saktihttp://cerita-silat.mywapblog.com
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
Bidadari Pendekar Naga Sakti Menghitung Hujan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
by Santhy Agatha 1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com Sinopsis: Bagaimana jika
jantungmu berdetak hanya untuk satu perempuan" Bagaimana jika jantungmu tetap
setia bahkan ketika raga berganti" Reno tidak pernah menduga bahwa Nana akan hadir
dalam kehidupannya, bahwa dia akan mencintai Nana sedalam itu, bahwa jantungnya
akan terus memanggil-manggil nama Nana... Jadi, apa yang akan Reno lakukan"
Melanjutkan masa depan indahnya yang sudah terencana bersama Diandra, ataukah
berbalik arah dan mengejar Nana, sosok yang selalu dipuja oleh debaran jantungnya"
Menghitung hujan akan membuatmu berpuisi juga merenungkan makna cinta sejati...
?LoveReads 2|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com Menghitung Hujan Part 1 Tahukah kau
setiap hari aku menghitung hujan yang turun" Menghitung tetes demi tetes yang tiada
habisnya. Sendirian... Karena kau tak pernah ada Karena kau tak pernah sadar Karena
kau selalu tiada Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun" Menghitung
tetes demi tetes cintaku padamu yang mulai berhamburan Berhamburan jatuh dan
menghilang ditelan bumi --"Bersamamu selalu menyenangkan." Nana merebahkan
kepalanya ke pundak Rangga. Tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan
tinggalkan aku ya." Rangga tersenyum dan mengecup dahi Nana, "Tidak akan." "Apakah
kita bisa begini selamanya?" "Selamanya sayang, yakinlah kepadaku." "Kau tidak
menyesal melamarku padahal aku belum lulus kuliah?" Rangga tersenyum lembut,
"Kenapa tidak" Kau bisa menikah, dan tetap kuliah." "Benar juga." Nana tertawa, "Tetapi
hanya kau yang bekerja untuk rumah tangga kita nanti." "Siapa bilang?" Rangga
mengerutkan keningnya, pura-pura tampak serius. "Aku akan menagihkan semua
pengeluaran yang kukeluarkan untukmu begitu kau lulus kuliah dan menerima gaji
pertama di 3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com pekerjaanmu." Mereka lalu tertawa
bersama, sambil menatap hujan turun. "Aku mencintaimu Nana. Aku berjanji akan
membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi,
kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu." ?LoveReads
"Selamanya sayang, yakinlah kepadaku...... Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya
untukmu..." Kalimat itu terngiang ditelinga Nana sederan aliran hujan yang turun,
sekarang, di depan makam Rangga dengan tanah merah yang masih basah. Apakah
Rangga kedinginan di bawah sana" Pertanyaan itu menggayutinya, menghancurkan
hatinya, membuatnya memeluk dirinya sendiri yang gemetaran. Nana tidak pernah
membayangkan ini akan terjadi. Sampai dengan kemarin, yang terbentang di depannya
adalah kebahagiaan, kebahagiaannya bersama Rangga. Tetapi ternyata yang terjadi
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekasihnya direnggut dari sisinya tepat sehari
sebelum pernikahan mereka. Rangga meninggal karena kecelakaan, ketika mencari
rangkaian buket bunga untuk pengantinnya di saat-saat terakhirnya. Mereka bilang,
jenazah Rangga menggenggam bunga itu ketika ditemukan.... bunga mawar putih
dengan kelopaknya yang hancur berguguran terkena benturan.... bunga itu tidak putih
lagi, berubah merah, terpercik darah Rangga. Dan jantung Rangga sudah berhenti 4|R a
tu- b uk u.bl ogs p ot.com berdetak. Sudah tidak berdetak untuk Nana lagi, terkubur
diam di sana, dalam tanah yang dingin, tidak terjangkau. Apakah yang dipikirkan
Rangga pada saat-saat terakhirnya" Nana mengernyit, tak mempedulikan hujan deras
yang membasahi pakaian dan rambutnya sampai kuyup, dia berdiri dengan tegar, di
depan makam itu, menatap nisannya dengan nanar. Apakah Rangga memikirkan
dirinya" Pernikahan mereka" Air mata mulai menetes lagi di mata Nana, mata yang
sudah kelelahan meneteskan kesedihannya. Bagaimana mungkin Rangga
meninggalkannya seperti ini" Bagaimana mungkin Rangga tega" Nana berhak marah
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
bukan" Tetapi apa gunanya dia marah" Rangganya sudah tidak ada, dan kesedihan
sudah menelannya sampai remuk redam. Pelaminan itu kosong sekarang, tak akan
pernah ditempati. Persiapan pesta berubah menjadi duka yang kelabu dan tumpahan air
mata. Hati Nana hancur, hancur sejak Rangga pergi meninggalkannya, selamanya.
?LoveReads Sepertinya hujan akan turun lagi. Nana mendesah, menyelipkan
rambutnya ke belakang telinga sambil menatap ke arah langit. Ini masih jam dua siang,
tapi mendung menggayut seakan terlalu berat membawa isiannya yang kelabu,
membuat langit makin menggelap. Hujan yang turun pasti akan deras sekali. Nana
menoleh ke kiri dan kanan dengan cemas, angkot yang ditunggunya belum tampak juga.
Kalau sampai hujan deras turun dan 5|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com dia belum dapat
angkot, Nana akan kehujanan. Dia harus mencari tempat berteduh. Putusnya ketika
rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuhnya, menimpa kepalanya. Pandangannya
terpaku pada sebuah cafe di sudut jalan. Cafe itu tampak nyaman, dengan kanopi hijau
dan tulisan "Warung Kopi Purnama" dengan huruf putih dan merah tebal berlatar hitam
tergantung di ujung depan, seolah-olah memanggilnya. Itu warung kopi kuno, alih-alih
seperti sebuah coffe shoop, malahan lebih mirip bangunan masa lampau yang salah
tempat di tengah-tengah gedunggedung ruko yang begitu tinggi. Sejenak Nana merasa
ragu, tetapi hujan turun makin deras, hingga dia akhirnya memutuskan masuk. Suasana
tampak sepi, dan ternyata bagian dalam warung kopi itu lebih bagus daripada bagian
luarnya. Seperti cafe jaman belanda, dengan dinding berwarna krem dan kursi meja
yang terbuat dari kayu jati, dengan hujan yang turun deras di sana, suasana tampak
lebih dramatis. Ini adalah jenis cafe dimana Nana bisa duduk berjam-jam tanpa bosan.
Nana duduk, lalu memesan secangkir kopi, dan roti bakar sebagai temannya.
Sepertinya dia akan lama di sini menunggu hujan, jadi tidak ada salahnya dia memesan
makanan. Nana menolehkan kepalanya ke sekeliling. Suasana Cafe cukup sunyi, hanya
ada beberapa orang yang duduk menikmati kopi di sana, mungkin berteduh, mungkin
juga sedang bernostalgia. Ketika pesanannya datang, Nana mengeluarkan buku, tetapi
setelah Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
beberapa lama mencoba berkonsentrasi membaca, dia menyerah. 6|R a tu- b uk u.bl
ogs p ot.com Hujan itu menghalau konsentrasinya, dia lebih tertarik menatap hujan,
menghitung helaan buliran air yang menghempas tanah, dan mengenang Rangga. Hari
itu juga hujan, ketika Rangga kecelakaan. Apakah hujan jugakah yang membunuh
kekasih hatinya" Suara berisik di pintu mengalihkan perhatian Nana dari hujan, dia
mengernyit dan terpana menatap sosok yang memasuki pintu dengan rambut basah.
Rangga" Sejenak jantung Nana berdegup kencang. Tetapi kemudian kesadarannya
kembali, itu sudah pasti bukan Rangga. Rangganya sudah meninggal karena
kecelakaan itu, dia sendiri yang menaburkan bunga terakhir ke sana sebelum mereka
mengubur jenazahnya. Bagaimana bisa dia mengira orang ini sebagai Rangga" Lelaki
itu menatap ke arah Nana, lalu berkedip sejenak, kemudian mengalihkan matanya, dan
melangkah menuju sudut lain di warung kopi itu, Nana terus mencuri-curi menatapnya,
mencoba menemukan jawaban. Lelaki ini tidak mirip dengan Rangga, apalagi
penampilannya berbeda. Rangga selalu rapi, sederhana dan tampan dengan kacamata
yang bertengger manis di hidungnya. Sedangkan lelaki ini berbeda, lebih urakan, lebih
santai sekaligus elegan dengan rambut cokelat tua dan mata cokelat muda, hidung
mancung dan bibir tipis yang sangat sesuai dengan keseluruhan wajahnya yang
maskulin. Lelaki ini begitu tampan, seperti lukisan. Jenis lelaki yang sudah pasti
dihindarinya, karena pasti seorang pemain perempuan. Dengan gugup Nana meneguk
kopinya, berusaha menenangkan diri. Kenapa dia begitu tertarik dengan lelaki ini,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
seolah tidak mampu 7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com mengalihkan pandangannya" Dan
kenapa dia langsung teringat kepada Rangga" Apa karena caranya memasuki
ruangan" dengan rambut basah tapi tidak peduli, khas Rangga. Dan kenapa pula
Rangga terus memenuhi pikirannya, bahkan ketika dia sudah ingin melangkah,
meninggalkan masa lalu dan melupakan Rangga" Apakah ini pertanda bahwa dia tidak
boleh melupakan kekasihnya itu" ?LoveReads "Mungkin kau salah lihat, atau kau
terbawa lamunan sehingga kau berpikir lelaki itu tampak mirip dengan Rangga." Nirina
melirik ke arah sahabatnya yang begitu murung setelah bercerita. Nana menghela
napas, "Masalahnya lelaki itu tidak mirip dengan Rangga. Dia lebih seperti pangeran
hedonis yang salah tempat di warung kopi itu." "Kalau kau sebegitu penasarannya,
kenapa kau tidak mendekati lakilaki itu?" Nana mengerjapkan matanya, "Aku... aku
takut..." "Takut apa" Takut jadi korban pesona sang pangeran hedonis?" Nirina
terkekeh. Bukan. Gumam Nana dalam hati. Aku takut kalau aku sudah gila dan mengira
semua orang sebagai Rangga. Aku takut kalau ternyata aku hidup di dunia khayalanku
selama ini. Nirina menatap Nana dengan simpati, sahabatnya itu masih sering melamun
dan tampak sedih, bahkan setelah setahun kematian Rangga. Ya, siapa juga yang tidak
sedih, ditinggalkan kekasihnya sehari 8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com sebelum
pernikahan mereka, kalau Nirina mungkin tidak akan bisa setegar Nana
menghadapinya. "Datanglah ke sana lagi." "Apa?" Nana mendongakkan kepalanya,
mengernyit. "Datanglah ke warung kopi itu lagi, mungkin saja kau akan berjumpa
laki-laki itu lagi, Entah dia memang mirip Rangga atau dia hanya halusinasimu,
setidaknya kau tidak akan bertanya-tanya lagi." ?LoveReads Nana melangkah ragu
memasuki warung kopi itu. Hari ini, tepat seminggu kemudian, pada jam yang sama,
hari yang sama. Dia duduk dan memesan seperti biasa, lalu menunggu sambil
mengeluarkan buku bacaan yang selalu dibawanya kemana-mana, terjemahan novel
sastra inggris lama lama, berjudul Jane Eyre. Hari ini juga sama, hujan turun begitu
deras di luar, mendung membuat langit menghitam, sehingga suasana sore ini tampak
seperti malam. Dan Nana menunggu. Menunggu laki-laki yang mirip Rangga itu. Lama.
Hampir satu jam Nana menunggu, tetapi lelaki itu tak kunjung datang. Mungkin dia tak
akan datang lagi, Nana mendesah. Mungkin kemarin memang hanya halusinasinya.
Halusinasi yang muncul kala hujan turun. Karena dia terlalu merindukan Rangga...
Warung kopi itu sudah hampir tutup karena sore sudah menjelang. Dan meskipun hujan
masih turun dengan derasnya di luar, Nana mengemasi tasnya, kemudian melangkah
pergi. Dengan gontai, dia berjalan menyusuri trotoar, berpayungkan payung kecil warna
merah 9|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com hati. Entah kenapa dia merasakan sebersit
kekecewaan karena ternyata laki-laki itu tidak ada. Yah, lagipula apa yang
diharapkannya" Mana mungkin sebuah kebetulan terjadi dua kali" "Nona. Tunggu
sebentar." Langkah Nana terhenti ketika menyadari panggilan itu ditujukan kepadanya.
Kepada siapa lagi" Trotoar itu sepi karena semua orang memilih berteduh di dalam,
menghindari hujan deras. Dengan hati-hati Nana membalikkan badannya, dan untuk
kesekian kalinya.... tertegun. Lelaki itu. Dan memang tidak mirip dengan Rangga.
Sedang melangkah tergesa mengejarnya, tanpa mempedulikan baju dan rambutnya
yang basah kuyup di terpa hujan. Novel Jane Eyre miliknya terlindung dalam lengan
laki-laki itu. ?LoveReads "Kau meninggalkannya di meja." Lelaki itu berdiri, begitu tinggi
menjulang di atas Nana, membuat Nana harus mendongakkan kepalanya ketika
menatapnya. Ketika Nana tidak berkata apa-apa, lelaki itu terkekeh, "Aku biasanya
mampir di warung kopi itu pukul empat, sepulang kuliah, tetapi hari ini terlambat, karena
hujan deras membuat jalanan macet dan banjir, ketika aku datang cafe sudah hampir
tutup dan aku melihat buku itu di meja, dan melihatmu melangkah di trotoar ketika aku
masuk. Betul bukan ini bukumu?" Lelaki itu mengulurkan buku10 | R a t u - b u k u . b l o
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
g s p o t . c o m nya, suara laki-laki itu mengeras, mencoba mengalahkan derasnya
hujan. Nana masih terpana menatap sosok itu, kemudian mengerjap ketika mendapati
lelaki itu menatapnya dengan bertanya-tanya, dia lalu menganggukkan kepalanya dan
menerima buku itu, dengan hati-hati memasukkannya ke dalam tasnya. "Terimakasih."
"Sama-sama. Namaku Reno." Nana menelan ludahnya, "Oh... aku Nana." dengan
gugup dia menghela napas. Sudah selesai. Lelaki ini sama sekali tidak mirip dengan
Rangga, mungkin Nana memang sudah sedikit gila, mengira semua lelaki sebagai
Rangga. Nana mencoba membalikkan tubuhnya, "Terimakasih, aku.. aku harus pergi."
"Nana." Reno menggenggam tangannya, menahan Nana, ketika Nana hanya terdiam
dan melirik tangan Reno yang mencengkeram tangannya, lelaki itu langsung
melepaskannya dan berdiri dengan gugup. "Eh.. maaf, aku merasa, mungkin kita bisa
lebih mengenal lagi. Aku juga suka membaca, meskipun sastra inggris kuno bukanlah
kesukaanku." Reno tampak terkekeh lagi, begitu ceria. "Kau akan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sering ada di warung kopi itu kan?" Nana tercenung. Beranikah dia" Bertemu lagi
dengan lelaki ini" Hening yang lama, kemudian dia mengangguk, "Mungkin aku akan
datang ke sana, ketika aku ingin menikmati secangkir kopi dan menghitung hujan."
jawabnya pelan. Reno mengangguk, "Menghitung hujan, istilah yang bagus, itulah yang
sering kulakukan setiap sore di warung kopi itu. Semoga aku 11 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m beruntung bisa menjumpaimu lagi di sana. Sampai jumpa Nana." Dan
kemudian lelaki itu membalikkan tubuhnya, berlari menembus hujan deras. Nana
terpaku menatapnya, sampai bayangan lelaki itu tertelan kabut hujan. ?LoveReads
"Jadi, kau tidak berani ke sana lagi?" Nirina menatapnya dengan mencemooh, "Kau
menjanjikan sesuatu pada seseorang, lalu kau mengingkarinya." Nana memalingkan
muka, tidak kuat menanggung rasa bersalah, Memang dia pengecut. Sangat pengecut.
Ini sudah satu bulan sejak pertemuannya dengan lelaki bernama Reno yang sangat
mirip Rangga itu, dan Nana sama sekali tidak berani menginjakkan kakinya ke warung
kopi itu. Dia... takut, entah kenapa. "Untuk apa aku ke sana Nirina" toh aku hanya
memandang lelaki itu sebagai pengganti Rangga, sebagai orang yang entah kenapa
mirip dengan Rangga." "Tetapi dia bukan Ranggamu, kau sendiri yang bilang kalau
penampilan mereka berbeda." "Dia tetap mirip Rangga. Bukan dari segi fisik, dia mirip
dengan cara yang berbeda." Dan Jantungku berdebar setiap ada di dekatnya. Nana
mendesah, putus asa. Nirina menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nana. Kau tahu, aku
sedih melihatmu terpuruk seperti ini. Sudah setahun sejak kematian Rangga 12 | R a t u
- b u k u . b l o g s p o t . c o m dan kau seharusnya sudah melangkah. Kau masih
muda, jalanmu masih panjang. Mungkin Tuhan punya misteri dan rencana tersendiri
mempertemukanmu dengan lelaki yang mirip Rangga, mungkin. Dan kau tidak akan
mengetahui rencana apa itu, kalau kau takut melangkah." "Jadi menurutmu aku harus
menemui laki-laki itu?" Nirina mengangkat bahunya, "Mirip atau tidak dengan Rangga.
Setahuku, laki-laki itu adalah satu-satunya yang kau pikirkan selain Rangga. Temuilah
dia." ?LoveReads "Hai." Nana berdiri gugup, di depan laki-laki itu yang sedang
menundukkan kepala, tenggelam dalam bacannya. Reno mendongakkan kepalanya.
Sekejap dia mengerjapkan matanya, seolah terkejut, tetapi kemudian senyumnya
terkembang, "Nana." senyumnya makin melebar, "Duduklah." "Kau ada di sini setiap
sore?" Nana mengalihkan pandangan ke luar. Entah kenapa hujan turun lagi dengan
derasnya, dan entah kenapa nana tidak kuat menghadapi pandangan tajam laki-laki itu.
"Setiap sore." Reno meletakkan bukunya, "Sepertinya kau sangat sibuk ya." Nana
menganggukkan kepalanya gugup. Dia tidak sibuk apa-apa. Dia cuma tidak berani
datang dan menemui Reno, tetapi kebohongan itu sudah meluncur mulus di bibirnya.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
"Aku sibuk dengan kuliah dan pekerjaan rumahku bulan ini, jadi tidak sempat
keluar-keluar," 13 | Reno menatapnya
memaklumi. Meskipun Nana sadar, Reno jelasjelas mengerti bahwa Nana sudah
berbohong kepadanya. "Aku senang pada akhirnya kau bebas dan bisa datang." Lelaki
itu menunjukkan sampul buku yang dibacanya, "Lihat aku sudah menyelesaikan satu set
buku ini sambil duduk di sini setiap hari. Nana melirik ke sana. Bacaan itu tidak
dikenalnya, bukan tipe bacaan yang disenangi Nana. "Kau tidak tahu ya. Ini novel
karangan Michael Scott, yang ada di tanganku ini adalah buku ke enam dari serial The
Secret of The Immortal Nicholas Flamel, yang ini judulnya The Enchantress." Reno tetap
menjelaskannya meskipun judul buku itu sudah tertera jelas di halaman depannya,
membuat Nana tertawa. "Kenapa kau tertawa?" "Tidak." Nana menahan kekehan
gelinya, "Hanya saja buku itu bukan tipeku." "Ah tentu saja. Kau penggemar bacaan
romansa gelap dari masa lalu, kisah pengasuh yang jatuh cinta kepada majikannya
yang dingin, kejam dan tak berperasaan tetapi sebenarnya romantis." Reno mencibir,
"Tipikal bacaan perempuan." "Tapi kau tahu isi Jane Eyre, berarti kau membacanya."
Reno memutar bola matanya, "Aku ingin tahu, ketika melihat seorang perempuan
meninggalkannya di meja sebuah cafe, jadi aku mencari tahu dan membacanya." Nana
terpana, lalu tersenyum. Hatinya terasa hangat, entah kenapa. Sudah lama sekali dia
tidak merasakan kehangatan ini. Sama seperti 14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m dulu, ketika bersama Rangga, berdebat masalah buku di tengah hujan, perasaannya
sama. Dan meskipun secara fisik Reno berbeda jauh, lelaki ini mengingatkannya
kepada Rangga. Mengingatkannya kepada masa-masa bersama Rangga. "Kau belum
memesan. Aku rekomendasikan kau membeli roti Palm Suiker sebagai teman minum
kopimu." Lelaki itu mengedipkan matanya ke arah buku menu. Nana mengernyit.
Biasanya dia hanya memesan roti bakar standar sebagai teman minum kopinya di sini,
"Apakah enak?" "Enak kalau sambil minum kopi diiringi hujan, sambil menyantap
selembar roti sederhana yang ditaburi brown sugar dengan aroma harum yang khas."
"Kau membuat air liurku keluar." Nana tertawa, lalu memesan roti itu, dan secangkir
kopi. "Sampai di mana kita tadi?" "Sampai ketika aku bilang bahwa perempuan selalu
menyukai tipikal penjahat romantis di buku-buku roman mereka." Dan percakapan itu
berlanjutlah. Di tengah hujan deras yang mengiringi di luar, diantara harumnya uap
beraroma kopi dan harumnya roti yang baru keluar dari pemanggangan. Nana terlarut
bersama Reno, di sebuah warung kopi yang temaram. ?LoveReads 15 | R a t u - b u k
u . b l o g s p o t . c o m Menghitung Hujan Part 2 Jantungku ini berdetak untukmu. Kau
dengar itu kekasih" Setiap degupnya meneriakkan namamu. Setiap detaknya
memanggil-manggil dirimu. Aku merindukanmu. Dimanakah kau, kekasih" Aku rindu
menikmati helaan napas dan irama jantung yang berpadu. Kau dan aku. Satu.
--"Namanya Rangga." Nana tersenyum mengenang. "Dan aku akan selalu
mencintainya." Mereka duduk di sudut warung kopi yang biasa,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hujan di luar tidak deras, hanya rintik-rintik yang menyenangkan untuk dipandang. Nana
merenung sambil memandangi tetes demi tetes hujan yang membentuk gumpalan
serupa air mata di kaca, menghitungnya dengan seksama. Hari itu Nana bercerita
tentang masa lalunya, tentang Rangga, kekasih sejatinya yang direnggut sehari
sebelum pernikahannya. Reno mengamati Nana, "Aku ikut sedih atas kehilanganmu
Nana." "Tidak apa-apa. Rangga akan selalu hidup di sini." Disentuhnya rongga dadanya,
tempat jantungnya berada. Rangga memang sudah meninggal, jantungnya sudah tak
berdetak lagi untuk Nana seperti janjinya. Tetapi jantung Nana masih berdetak untuk
Rangga, semoga selamanya. ?LoveReads 16 |
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
"Lihat itu siapa yang menunggumu." Nirina tersenyum sambil menunjuk ke depan pintu
gerbang kampus. Beberapa orang tampak berkumpul, dan beberapa mahasiswi tampak
berbisik-bisik dengan penuh semangat, menatap ke arah gerbang, dimana ada sosok
yang menarik perhatian mereka. Itu Reno. Sang pangeran hedonis itu berdiri di sana,
seolah-olah tidak sadar kalau dia menimbulkan kehebohan karena penampilannya yang
mencolok. Lelaki itu memakai cardigan cokelat tua dan celana jeans yang tampak pas
membungkus tubuhnya, berdiri sambil bersandar di mobilnya yang berwarna orange
cerah. Penampilannya luar biasa tampan, apalagi untuk standar di kampus Nana yang
dipenuhi para kutu buku dan mahasiswa-mahasiswa lugu. Reno tampak begitu modern
dan berkelas. "Kenapa dia ada di sini?" Nana bergumam, lebih kepada dirinya sendiri.
"Bukannya kau memberitahukan kampusmu kepadanya?" Nirina tersenyum. "Ya dia
bertanya, jadi aku beritahu." Nana mengernyit, "Tetapi aku tidak pernah menduga kalau
dia akan menyusul ke kampus." "Mungkin Reno memutuskan bahwa dia ingin lebih
mengenalmu, bukan hanya dari pertemuan-pertemuan singkat di warung kopi.... yang...
sudah berapa kali Nana" Aku pikir sudah hampir tiga bulan kalian rutin bertemu di
warung kopi." Tepatnya Tiga bulan tiga belas hari. Gumam Nana dalam hati. Dan dua
kali seminggu, mereka bertemu di suatu sore yang singkat, 17 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m kebanyakan sambil diiringi hujan, membahas segala hal, membuat
mereka semakin dekat. Ya, Nana dan Reno semakin dekat seiring dengan semakin
seringnya pertemuan mereka, tetapi Nana tidak berani melangkah lebih jauh. Di dalam
hatinya selalu ada Rangga. Kekasihnya itu sudah mengambil sebuah tempat permanen
di hatinya, tak akan tergantikan oleh lelaki manapun. Dan meskipun Nana merasa
nyaman dan hangat bersama Reno, dia menahan hatinya, tak mau melangkah lebih.
"Kau tidak mau mengenalkan aku kepada Reno" dilihat dari penampilannya, dia
memang sesuai dengan apa yang kau deskripsikan Nana, seorang pangeran Hedonis."
"Tapi pangeran Hedonis yang ini sangat suka membaca komik Naruto dan Novel-novel
petualangan fantasi, ayo, kukenalkan kau dengannya, kau pasti menyukainya." Nana
meraih tangan Nirina, mendekati Reno. Lelaki itu langsung menegakkan tubuhnya ketika
melihat Nana. "Hai." gumamnya sambil tersenyum manis. "Hai juga." entah kenapa
Nana kehilangan kata-kata. Astaga, kenapa dia ini" Dia baru tersadar ketika Nirina
menyenggol pinggangnya dengan siku. "Eh.. kenapa kau ada di sini?" Reno
mengangkat bahu, "Kuliahku selesai lebih awal, dan kita janji bertemu di Purnama sore
ini, aku pikir tidak ada salahnya aku menjemputmu dulu, toh kampusmu sejalan
denganku." "Oh.." Nana termangu lalu menoleh ke arah Nirina, "Ini.. ini temanku Nirina."
18 | Reno menatap Nirina lalu tersenyum manis
dan mengulurkan tangannya, "Hai Nirina, Nana sering cerita tentangmu." "Benarkah."
Nirina membalas uluran tangan Reno dan tersenyum, "Kuharap dia bercerita yang
baik-baik." Reno tertawa, "Sebagian besar." Nirina sengaja melirik jam tangannya, "Oh
baiklah, aku harus segera pulang, kalau tidak mama akan mencariku, sampai jumpa
besok Nana. Bye Reno." "Kau tidak ikut dengan kami?" Reno menawarkan, membuat
Nirina menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih Reno, aku bawa motor, diparkir
di belakang." Dan Nirina pun melangkah pergi, meninggalkan Nana berdiri sendirian,
berhadap-hadapan dengan Reno. "Semoga kau tidak marah aku lancang menjemputmu
di kampus ini." Nana memutar bola matanya, mendapati beberapa pasang mata penuh
ingin tahu menatapnya dan Reno. "Tidak, tapi sungguh, kau sangat menarik perhatian di
sini." Nana tersenyum, "Bisakah kita pergi dari sini?" --"Aku merasa sangat nyaman
bersamamu." Reno menatap Nana lembut, lalu menghela napas, "Bersamamu selalu
menyenangkan." Nana menghela napas panjang. Bersamamu selalu menyenangkan...
itu kalimat yang sama, yang diucapkannya kepada Rangga. "Terima kasih Reno.
Kuharap kita bisa berteman seperti ini seterusnya. Aku juga senang menghabiskan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
waktu bersamamu." 19 | Wajah Reno sedikit
memucat, dia lalu tersenyum miris, "Hanya sebagai teman. Itukah yang kau inginkan?"
"Ya." Nana tersenyum, mencoba terdengar mantap. "Kau tahu aku tidak bisa lebih dari
itu." "Karena Rangga?" "Kumohon Reno." "Tetapi benar kan" Karena Rangga" Aku
melihatmu waktu itu, ketika kau bercerita tentang tragedi sebelum pernikahanmu.
Matamu yang kosong, seolah sudah kehabisan air mata... dan aku sadar, dia belum
mati bagimu." "Dia memang belum mati bagiku. Rangga akan selalu ada di sini." Nana
menunjuk dadanya, menahan tangis. "Dan kemudian bagaimana kau akan melanjutkan
hidupmu" Seperti ini terus menerus" mencoba menjaga kenangan tentang Rangga di
hatimu itu, sementara dunia terus berjalan, meninggalkanmu menangisi kekasihmu yang
telah meninggal?" "Hentikan." "Tidak. Kau harus sadar Nana, Ranggamu sudah
meninggal. Ya, kau memang mencintainya. Lalu kenapa" Hidup Rangga sudah
berhenti, tetapi hidupmu masih berlanjut, mau tak mau kau harus menjalaninya, kalau
tidak kau akan berdosa kepada sang pemberi kehidupan." "Kau tidak berhak
mengatur-ngatur kehidupanku. Aku ingin tetap seperti ini. Hidup bersama kenanganku
tentang Rangga." "Aku memang tidak berhak. Siapalah aku ini." Reno tersenyum sedih.
"Tetapi ketahuilah, aku mencintaimu Nana.." 20 |
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Tidak." "Ya! Aku mencintaimu!" Suara Reno sedikit meninggi, membuat beberapa
pengunjung yang sedang menikmati kopi menoleh ke arah mereka dengan penuh ingin
tahu. "Dan hatiku sakit melihatmu seperti ini. Jantungku serasa diremas melihatmu tak
pernah bisa bangkit dari kesedihanmu..." "Cukup. Aku tidak mau mendengar lagi." Nana
berdiri menyusut airmatanya, "Aku pikir engkau mengerti. Tetapi ternyata memang tak
ada yang mengerti." "Nana." Reno mencoba memanggil, tetapi Nana sudah tidak mau
mendengarnya. Sambil menahan tangis dia berlari pergi. Dan hujanpun turun, seakan
mengiringi tangisnya. ?LoveReads "Jadi kau akan terus berlaku kekanak-kanakan dan
menghindari Reno?" Nirina berkacak pinggang sambil menatap Nana yang begitu
muram, duduk memeluk lututnya di sudut ranjang. "Dia jahat, menyuruhku melupakan
Rangga." "Dia tidak jahat. Dia hanya ingin kau bangkit di dunia nyata. Melangkah lagi,
menikmati hidupmu." "Dengan melupakan Rangga?" "Kau tidak harus melupakannya.
Kau tetap bisa menyimpan kenangan tentangnya di dalam hatimu. Tetapi kau tidak
boleh berkubang dalam kenangan itu. Kau harus melangkah maju, Nana." "Gaya
bicaramu sudah seperti Reno, aku curiga kalian berkomplot." 21 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m Nirina tertawa, "Dengarkan sahabatku yang cantik, kami berdua
meyayangimu. Dan karena kami menyayangimu maka kami berpikiran sama. Mungkin
juga Rangga di sana juga akan berpikiran sama dengan kami." Nana tercenung,
meresapi kata-kata Nirina dalam diam. ?LoveReads Waktu itu mereka sedang memilih
cincin, dan mengukirkan nama masing-masing di cincin itu. Nana sangat bahagia, dan
menatap Rangga dalam senyuman, "Kalau kita sudah menikah nanti, dan kau
menyematkan cincin itu di jemariku, aku akan mengenakan cincin ini selamanya."
Rangga, sepertia biasa menatap Nana dengan kelembutannya, "Aku juga Nana. Cincin
itu tanda bahwa aku mengikatkan hati kepadamu." "Kita akan selalu seperti ini kan
Rangga?" "Kenapa kau bertanya seperti itu?" "Karena kebahagiaan ini terasa terlalu
sempurna. Aku kadang-kadang takut semua direnggut dariku...." Rangga tertawa,
merangkul Nana ke dalam pelukannya, "Jalan Tuhan tidak ada yang tahu. Yang penting
kita mensyukuri saat ini, saat ketika aku dan kamu dipersatukan. Bukankah itu cukup?"
"Ya itu cukup." Senyum Nana melebar, lalu ekspresinya berubah serius, "Tetapi kalau
nanti aku meninggal duluan, kau boleh melepas cincin itu dan menikah lagi." Rangga
terbahak, "Jangan berpikir yang bukan-bukan." 22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
m Rangga lalu mengedipkan matanya menggoda, "Kalau aku yang meninggal duluan"
Akankah kau menikah lagi?" Nana langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat
mendengar pertanyaan Rangga itu, "Tidak! Aku akan menjanda selamanya." Dengan
lembut Rangga menghela Nana ke dalam pelukannya, lalu mengecup lembut dahinya.
"Jangan biarkan sebuah kenangan menghalangi langkahmu untuk maju sayang. Aku
akan sangat sedih jika ternyata aku meninggal duluan dan kau menutup hatimu. Ketika
hidupku berhenti dan hidupmu masih berlanjut, kau berhak untuk menemukan
bahagiamu yang ada di depan sana. Berjanjilah padaku." "Tidak mau." Nana cemberut,
"Lagipula kau tidak akan meninggal duluan, tidak ada yang akan meninggal. Bisakah
kita membicarakan hal-hal yang menggembirakan saja?" Rangga tergelak,
menggandeng tangan Nana dengan riang meninggalkan toko cincin itu. --Ketika
terbangun, wajah Nana penuh air mata. Mimpi itu... kenapa mimpi tentang kenangan
percakapan itu muncul sekarang" Apakah Rangga ingin menyampaikan suatu pesan
kepadanya" Tentang Reno" Nana memejamkan matanya lagi, bingung setengah mati.
?LoveReads Reno ada di sana di kursinya yang biasa. Kali ini lelaki itu tidak membaca
buku. Hanya secangkir kopi yang tampaknya tidak tersentuh di mejanya, dan lelaki itu
sedang merenung, menatap hujan 23 | deras
yang menghantam-hantam jendela kaca. Tampak sedih. Seharusnya dia
mengungkapkan semuanya kepada Nana dari awal. Semuanya. Kenyataan ini, yang
selama ini disembunyikannya dari Nana. Bahwa jantungnya, berdegup untuk Nana,
mencintai Nana. Sepenuh hati. Mata Reno lalu terpejam, mengenang masa lalu,
setahun yang lalu.... --"Mamamu bilang mereka sudah mendapatkan donor jantung
untukmu." Diandra memeluk Reno dengan bahagia, "Akhirnya Reno, penantian kita
berujung." Reno tersenyum menatap tunangannya. Diandra-nya yang cantik. Gadis itu
adalah teman masa kecilnya yang kemudian menjadi tunangannya. Diandra selalu setia
menunggunya, meskipun masa depan mereka tak pasti, meskipun Reno bolak balik
harus masuk rumah sakit karena kondisinya. Reno bahkan didiagnosa tidak akan bisa
hidup lama kalau dia tidak segera mendapatkan donor jantung. "Syukurlah Diandra....
aku.. aku senang, setidaknya kalau operasi ini berhasil, aku bisa menjadi lelaki yang
sempurna untukmu." "Operasi ini pasti berhasil." Diandra menatap Reno dengan
mantap, "Dan bicara apa kau tentang lelaki sempurna" Entah kau berjantung sehat atau
tidak, kau adalah kekasih sempurna untukku." "Tetapi aku takut. Aku takut ketika operasi
berjalan, ternyata jantung itu tak cocok untukku." "Jantung itu cocok untukmu, mereka
sudah mengetest-nya." "Bagaimana kalau terjadi komplikasi dan pada akhirnya aku
tetap 24 | akan mati di meja operasi?" "Reno."
Diandra menyela, mengingatkan. "Hidup dan mati itu Tuhan yang menentukan, yang
penting kau semangat, dan berjuang. Tuhan pasti melihat betapa inginnya kau hidup.
Betapa inginnya aku agar kau hidup." Dengan lembut Diandra mengecup dahi Reno,
"Operasi itu pasti akan berhasil, percaya padaku." Reno tersenyum dan menggenggam
jemari Diandra dengan lembut, "Terimakasih sayang, kau tahu, aku selalu mencintaimu."
"Dan akupun demikian adanya, sayang." --Operasi itu berhasil. Jantung baru itu cocok
dengan sempurna di rongga dadanya. Reno bisa merasakan detaknya yang kuat, penuh
vitalitas, memompa darahnya ke seluruh tubuhnya, membuatnya merasa kuat. Siang itu
Reno terbangun lagi, karena mimpi itu, mimpi yang selalu mengganggunya sejak dia
dioperasi, mimpi tentang seorang gadis, dengan cincin dan gaun pengantin, yang
sedang menangis. Menangis sejadi-jadinya.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Sayang." Diandra menggenggam jemarinya, mencoba menenangkan napas Reno yang
memburu, "Kau mimpi buruk lagi?" Reno mencoba memfokuskan matanya, dan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menemukan wajah Diandra yang cantik, sedang menatapnya dengan cemas. Dia lalu
mengernyit. Diandra masih tetap sama, masih tetap cantik, masih tetap setia, masih
tetap mencintainya sepenuh hati. Tetapi kenapa dia tidak bisa merasakan hal yang
sama" Jantungnya sudah tidak berdebar 25 |
penuh cinta ketika melihat Diandra, debaran itu tidak terasa lagi, hampir terasa hambar,
hampir seperti Reno... sudah tidak mencintai Diandra lagi. Tetapi bagaimana bisa"
Reno seharusnya tidak berubah secepat ini, tidak ada yang berubah darinya, kecuali.....
Jantungnya. Ya. Meskipun tidak bisa dijelaskan secara logika. Jantung baru itu tidak
berdebar untuk Diandra. Jantung itu hanya berdebar untuk seorang perempuan.
Perempuan yang selalu ada di mimpinya.... "Apakah kau memimpikan perempuan itu
lagi?" suara Diandra gemetar dan air mata menetes ketika Reno memalingkan muka
tidak bisa menjawab. "Apakah aku... apakah aku akan kehilanganmu, Reno?" Hening.
Bahkan Reno sendiri tidak mampu berkata. Hanya detak jantungnya yang berdegup di
keheningan ruang perawatan itu, seakan-akan memanggil kekasihnya. ?LoveReads
"Sebenarnya sangat tidak dianjurkan sang penerima donor mengetahui dari mana
donornya." Dokter Sam, Dokter spesialis jantung, yang merupakan paman Reno sendiri
mengernyitkan keningnya sambil membaca berkas di tangannya, "Tetapi karena pihak
keluarga pendonor sendiri tidak meminta supaya dirahasiakan, kurasa kau tidak
melanggar peraturan menanyakannya." "Siapa yang mendonorkan jantungnya untukku
Paman?" "Kenapa kau sangat ingin tahu Reno" Bukankah kau sebaiknya tidak tahu"
Jadi kau bisa menjalani hidupmu ke depan dengan baik, menata 26 | R a t u - b u k u . b
l o g s p o t . c o m ulang hidupmu, karena setahuku jantung itu sangat sehat dan cocok
untukmu." Reno memijit ujung atas hidungnya, merasa pening di kepalanya. Pertanyaan
itu telah begitu menghantuinya, dan mimpi-mimpi itu selalu hadir setiap malam,
sampai-sampai Reno merasa itu nyata. "Aku butuh tahu, karena alasanku sendiri." Sang
Paman menghela napas, "Apakah ini ada hubungannya dengan kau membatalkan
pertunanganmu dengan Diandra" Kau membuat gadis baik itu begitu sedih." Reno
meringis merasakan penyesalan yang amat dalam, "Aku sangat menyesal
melakukannya, aku juga sedih. Tetapi Diandra berhak mendapatkan lelaki yang
mencintainya." "Dan kau tidak" Selama ini yang paman lihat, kau mencintainya."
"Sekarang tidak lagi." Reno menunjuk ke dadanya. "Entah paman percaya atau tidak,
jantung ini mencintai perempuan lain." Sang paman menatap Reno lama, lalu menghela
napas. Jelas sekali sang paman tidak percaya dengan kata-kata Reno. Dia seorang
dokter dan secara medis, tidak mungkin jantung donor membawa kenangan tentang
pemilik sebelumnya.Bagaimana mungkin" Tetapi sang Paman tidak mau
mengkonfrontasi Reno, lelaki itu belum sepenuhnya pulih dari operasinya. Dan dia
berharap informasi ini bisa menghilangkan mimpi-mimpi yang mengganggu Reno setiap
malam. "Jantung itu berasal dari seorang lelaki bernama Rangga." ?LoveReads 27 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Menghitung Hujan Part 3 Mencintaimu itu sama
seperti bernapas Terjadi begitu saja, tak tertahankan Bahkan sebelum aku
menyadarinya Aku sudah jatuh cinta padamu Dan aku mau menunggu Aku mau
menunggu untukmu Meskipun itu berarti : Selamanya. --"Aku harus pergi." Reno
menatap sedih ke arah Diandra, yang sedang merapikan pakaian-pakaian Reno dan
memasukkannya ke dalam tas. Jemari Diandra berhenti sejenak, kemudian melanjutkan
memasukkan pakaian-pakaian Reno, kali ini jemari itu bergetar, "Mencari perempuan
itu?" Reno menghela napas panjang, "Maafkan aku Diandra." "Tidak." Suara Diandra
pecah oleh tangis, "Bagaimana mungkin aku memaafkanmu" Kau meninggalkan aku
untuk mengejar perempuan lain, seorang perempuan yang bahkan belum pernah kau
temui hanya karena mimpi-mimpimu." "Mimpi-mimpi itu nyata Diandra, dan perempuan
itu juga, begitu juga jantung yang sekarang berdetak di dadaku ini." Diandra mengusap
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
air matanya dan menatap Reno dengan pilu, "Tidakkah kau mencintaiku Reno"
Tidakkah kau mengenang masa kita bersama dulu" Aku selalu mencintaimu, bahkan
sejak kita kecil. 28 | Aku selalu mendampingimu,
di saat-saat sulit sekalipun, percaya bahwa masih ada masa depan untuk kita...apakah
kau tega membuang itu semua?" suara Diandra terisak-isak tak kuasa menahan
perasaannya. Hal itu membuat Reno mengernyitkan dahi, mencoba menekan rasa
bersalahnya. Perempuan ini tidak terbantahkan adalah pasangan yang sempurna,
sangat tulus mencintainya dan selalu bersamanya di saat dia sakit. Tentu saja Reno
merasakan rasa bersalah yang luar biasa karena mencampakkannya seperti ini, dia
bukannya tidak punya perasaan, masalahnya... jantung ini... jantung ini tidak
menginginkan Diandra, dan selalu memanggil-manggil perempuan lain, perempuan itu,
yang selalu muncul di dalam mimpinya. "Aku tidak tahu harus berkata apa." Reno
meremas rambutnya frustrasi, "Aku tidak bisa berkata apapun selain maaf..." "Katakan
kalau kau mencintaiku Reno..." tatapan Diandra penuh permohonan, penuh air mata.
Reno tahu setidaknya kalimat itu akan membuat Diandra tenang. Tetapi dia tidak bisa
mengatakannya. Dia tidak bisa. Diandra tahu itu, matanya terpejam berusaha
menahankan rasa sakit yang memenuhi dadanya. Tidak pernah disangkanya dia dan
Reno akan berujung seperti ini.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Setiap malam, ketika menggenggam tanganmu di rumah sakit, aku selalu berdoa
semoga Tuhan memberikan jantung baru untukmu, supaya kau bisa sehat, supaya kita
punya masa depan bersama, supaya kita bisa menua bersama, menatap anak-anak kita
nanti dengan 29 | bahagia." Rasa sakit di suara
Diandra terdengar nyata, "Aku sangat bahagia ketika kau mendapatkan donor jantung
itu... sangat bahagia..... tapi ternyata aku salah." Diandra menutup tas Reno di atas
ranjang dan melangkah mundur, menatap Reno yang hanya bisa diam membatu. "Kalau
saja aku tahu bahwa jantung itu akan merenggutmu dariku, lebih baik kau tidak pernah
mendapatkan donor jantung." Dan dengan kata-katanya yang penuh dengan kesakitan,
Diandra melangkah pergi, berurai air mata. --Ketika malam mulai temaram dan senja
beranjak menjadi gelap. Reno duduk menghadap mamanya dan menceritakan
semuanya. Mamanya hanya menatapnya dengan sedih. "Jadi begitu saja" Kau
tinggalkan Diandra begitu saja?" Reno mendesah sedih, "Aku tahu semua orang akan
menyalahkanku karena perlakuan jahatku kepada Diandra... tapi kuharap mama bisa
mengerti aku. Aku, jantung ini.. jantung ini menginginkan perempuan lain." "Bagaimana
mungkin Reno" Apa yang kau rasakan itu tidak bisa dijelaskan dengan logika, mama
Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bingung dengan sikapmu. Mama sedih melihat Diandra, Reno. Dia sangat kecewa, dia
hancur, dan bukan hanya itu, persahabatan mama dan papa dengan kedua orangtua
Diandra menjadi rusak karena masalah ini, mereka tidak mengerti." Sang mama
menghela napas sedih, "Tetapi mama percaya kepadamu nak. Mama sudah melalui
saat-saat dimana mama hampir kehilangan30 |
mu, berkali-kali." Perempuan itu menyusut air matanya, "Jantung itu membuat mama
tidak akan cemas kehilanganmu lagi, dan... kalau kau bilang jantung itu mencintai
perempuan lain, mama akan berusaha mendukungmu, karena kalau yang kau bilang itu
benar, mama berhutang budi kepada perempuan itu. Perempuan yang jantung
kekasihnya didonorkan untukmu." Reno langsung memeluk mamanya. Erat. Menahan
resapan air mata yang sedari tadi berusaha menyeruak keluar. Semua orang boleh
membencinya, tetapi asalkan mamanya mendukung, Reno bisa melangkah maju.
"Terimakasih mama." Suara Reno serak oleh emosi, dipeluknya mamanya, wanita tua
bertubuh kecil yang begitu tegar berjuang untuk anak tunggalnya yang sakit. Reno
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
sangat menyayangi mamanya. "Jadi, kemana kau akan mencari perempuan itu?"
"Bandung, aku sudah mendaftar untuk mengambil magisterku di sana." ?LoveReads
Pertama kalinya Reno melihat Nana adalah ketika perempuan itu keluar dari toko
kelontong di ruko itu, dan melangkah di trotoar. Saat itu mendung sudah menggelap,
mengirimkan pesan bahwa dia akan menjatuhkan muatannya ke bumi. Reno sudah
menyelesaikan segala urusannya untuk tinggal di Bandung, administrasi perkuliahannya
sudah beres, dan dia sudah menemukan tempat tinggal baru, sebuah rumah mungil di
kompleks perumahan Bandung atas yang 31 |
dingin dan rimbun oleh pepohonan tua yang menjulang ke langit, mengarahkan
batangnya bagaikan lengan-lengan terentang yang ditumbuhi dedaunan dan
menyejukkan sukma. Setelah itu, dia menelusuri alamat rumah Rangga, mencari
informasi sedapat mungkin dari para tetangga. Dia mendapatkan informasi cukup
penting, bahwa Rangga meninggal dunia sehari sebelum pernikahannya dengan Nana.
Kesedihan seperti apa yang mungkin ditanggung oleh Nana ketika itu" Reno tak berani
membayangkannya. Butuh waktu dua hari sampai akhirnya Reno menemukan alamat
kampus Nana. Oleh salah seorang teman kampusnya, dia diberitahu bahwa Nana
sedang mencari bahan tekstil untuk sampling kegiatan perkuliahan mereka di kawasan
belakang pasar baru. Reno memutuskan memarkir mobilnya dan berjalan menelusuri
kawasan itu. Hampir dua jam Reno menelusuri jalan-jalan kawasan kota lama itu, yang
masih kokoh memeluk kenangan mereka tentang masa lalu, peninggalan jaman kolonial
belanda, hingga tak terasa dia sudah melangkah begitu jauh. sampai akhirnya dia
menemukan sosok itu. Reno hanya pernah melihat Nana sekilas di sebuah foto hasil
pencariannya di internet. Tetapi dia yakin bahwa perempuan yang berjalan tergesa
seolah dikejar mendung di seberangnya itu adalah Nana. Dia tahu. Jantungnya tahu.
Jantungnya berdegup kencang memanggil perempuannya. Dorongan pertama Reno
adalah menghampiri Nana dan memperkenalkan diri, tetapi ketika baru satu langkah
berjalan dia berhenti. 32 | Apa yang akan
dikatakannya kepada Nana" Apakah dia akan datang dan dengan santainya berkata :
"Hai aku Reno, aku adalah orang sakit yang beruntung mendapatkan donor jantung dari
kekasihmu, Rangga" atau mungkin dia akan berkata : "Hai aku Reno, kau mungkin akan
menganggapku aneh, tetapi aku mencintaimu. Jantung kekasihmu, Rangga yang
sekarang menjadi jantungku masih berdebar untukmu." Debaran jantung itu makin
mengencang, dan Reno tersenyum, menepuk dadanya pelan, "Hei. Aku tahu kau tidak
sabar bertemu perempuanmu. Tetapi kita tidak bisa menerobos masuk tanpa
perhitungan dulu. Aku harap kau sabar." Lalu Reno terkekeh sendiri, dia benar-benar
seperti orang gila, berbicara sendiri dengan jantungnya sambil berdiri di trotoar seperti
ini. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi kepalanya, butirannya makin lama makin
membesar seolah langit meminta agar para manusia menyingkir sehingga dia bisa
menumpahkan muatan kelabunya ke bumi. Reno melempar pandangannya kepada
Nana, perempuan itu tampak berdiri bingung ketika hujan juga mulai menimpanya, lalu
dia memasuki cafe itu. Cafe tua dengan sebutan Warung Kopi Purnama di papan
namanya. Sementara itu Reno tetap berdiri di sana, entah berapa lama dia tidak tahu.
dia berdiri bagaikan orang idiot, bingung harus bagaimana. Hujan makin membesar, dan
tetesannya mulai membasahi rambut dan mengalir turun ke bahunya, membasahi
pakaiannya. Lalu dia menelan ludah, menyeberang jalan dan melangkah memasuki cafe
itu. Sejenak berdiri meragu di depan pintu, kemudian melangkah masuk. 33 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m Nana duduk di sudut sana, matanya mencuri pandang.
Tepat saat Nana mengangkat kepalanya dan mengadu tatapan dengannya. Dengan
gugup Reno memalingkan muka, mencoba bersikap acuh, lalu memilih tempat di sudut
yang lain memesan kopi, lalu duduk kebingungan memikirkan bagaimana dia bisa
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
mendekati Nana. Dan rupanya dia terlalu lama berpikir, karena sejenak setelah hujan
sedikit mereda, Nana berdiri dan meninggalkan cafe itu. Meninggalkan Reno dalam
kekosongan. Jantungnya yang tadinya berdebar penuh semangat kini terasa hampa.
?LoveReads Sejak itu Reno selalu datang. Di jam yang sama, memilih tempat
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
duduk yang sama sambil menatap cemas ke arah pintu dengan setia. Hanya satu hari
dia terlambat datang, dan di satu hari itu, entah kenapa Tuhan membuat Nana datang
kesana, meninggalkan bukunya. Lalu perkenalan itu terjadilah, mengalir begitu saja. Pun
ketika Nana tidak kunjung datang lagi ke cafe itu sesuai janjinya, Reno tetap menunggu.
Dan ternyata penantiannya tidak sia-sia. Nana akhirnya datang menemuinya, membuat
Reno yakin bahwa sadar atau tidak Nana merasakan panggilan dari jantung ini
untuknya. Mereka terus bertemu dan semakin dekat. Tetapi kemudian
pertemuan-pertemuan mereka diisi oleh kisah kenangan Nana bersama Rangga.
Membuat Reno merasakan sesuatu yang membakar di dalam dadanya. Sebuah
perasaan yang bisa dideskripsikan sebagai : Cemburu. 34 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m Ya. Reno cemburu. Sangat cemburu kepada Rangga. Pria sempurna di
mata Nana, yang kini jantungnya berdegup di dalam rongga dadanya. Reno mencintai
Nana, itu pasti. Perasaan cintanya tidak bisa dideskripsikan dengan logika, tidak bisa
dianalisa dengan kata-kata. Perasaan cintanya ada begitu saja, memenuhi rongga
dadanya, menjajah hatinya. Sementara yang dicintai Nana adalah Rangga. Selalu
Rangga. Dan dengan bodohnya Reno memicu pertengkaran itu. Membuat Nana makin
menjauh darinya. Disesapnya kopinya dengan sedih. Dia masih duduk di sini., di sudut
yang sama, tempat yang sama, waktu yang sama, menunggu dengan setia seperti yang
selalu dia lakukan. Tapi kali ini Nana tak kunjung datang, dan Reno meragu apakah
Nana akan datang kali ini. Kalau Nana tak mau datang, aku akan hancur oleh patah hati.
Reno merasakan jantungnya berdenyit menimbulkan rasa nyeri di rongga dadanya.
?LoveReads Nana melangkah dengan ragu di depan cafe itu. Masih cafe yang sama,
bangunan tua yang sederhana tetapi menyimpan banyak sejarah di dalamnya, konon
cafe ini adalah warung kopi tertua di Bandung, yang berdiri tahun 1920, tahun demi
tahun berlalu, dan cafe ini masih menyajikan menu yang sama, seluruh hidangan
kopinya berasal dari bahan kopi pilihan khas Bandung, Kopi Aroma yang pabriknya
terletak di sudut lain kota lama Bandung, kopi yang sangat terkenal 35 | R a t u - b u k u
. b l o g s p o t . c o m dengan proses pembuatannya yang juga tidak berubah dari
tahun ke tahun, mempertahankan rasanya. Dan juga mempertahankan
kenangannya, bagi beberapa orang. Nana mendesah. Kenapa dia ada di sini" apakah
itu berarti memberi kesempatan kepada Reno untuk mengalihkan perhatiannya dari
Rangga" Tetapi Nirina bilang, dengan menerima Reno bukan berarti dia membuang
Rangga. Rangga akan selalu ada dan akan selalu hidup di dalam hatinya. Tetapi tidak
terbantahkan, Nana juga menyayangi Reno. Perasaan itu tumbuh entah kapan. Mungkin
sejak Reno memperkenalkan dirinya, mungkin juga sejak pertemuan rutin mereka di
cafe itu dari waktu ke waktu. Nana tidak tahu. Yang pasti sekarang dia ingin mencari
jawaban. Mencari jawaban atas semua pertanyaan yang menggelayuti benaknya. Nana
lalu melangkah masuk ke cafe itu. Dan mendapati Reno duduk di sana, di sudut yang
sama tempat mereka biasanya duduk berdua. Lelaki itu tampak merenung, tidak melihat
ke arah pintu, tetapi kemudian entah kenapa dia langsung menyadari kedatangan Nana.
Kepalanya langsung tegak dan dia setengah berdiri ketika melihat Nana, "Nana..." Nana
melangkah mendekati Reno, berdiri dengan ragu. "Aku... aku mau minta maaf karena
membentakmu di pertemuan kita terakhir waktu itu." Reno tersenyum lalu duduk
kembali, "Duduklah Nana, aku akan memesankan pesananmu yang biasa." 36 | R a t u Menghitung Hujan - Santhy Agatha
b u k u . b l o g s p o t . c o m Kopi dan roti pun dihidangkan, menu tetap mereka
selama pertemuan mereka di sana. Reno menatap Nana dengan senyumnya yang
tulus, "Aku minta maaf, aku yang terlalu memaksamu. Percayalah Nana, mulai sekarang
aku tidak akan mendesakmu lagi. Aku akan selalu ada, entah sebagai sahabatmu, entah
sebagai saudaramu, entah sebagai apapun. Aku akan selalu ada untukmu." Nana
menundukkan kepalanya, lalu menatap Reno dengan senyum sedihnya, "Terimakasih
Reno... aku.. aku tidak bisa menjanjikanmu apa-apa, tetapi kau masih begitu baik
untukmu." "Karena aku mencintaimu." suara Reno tercekat menahan rasa, menahan
debaran jantungnya yang makin mendera, Tidak apa-apa kalau ternyata Nana tidak bisa
membalas cintanya. Ternyata tidak apa-apa, ternyata cukup baginya bisa duduk di sini
dan menatap perempuan itu. Ada, dan menghirup napas yang sama dengan dirinya.
Tidak apa-apa ternyata mencintai, dan hanya ingin mencintai, entah cintanya itu
berbalas atau tidak.... ?LoveReads Reno baru saja pulang dan membaringkan
badannya di ranjang, matanya menatap nanar ke langit-langit kamar, membayangkan
Nana. Hanya membayangkan perempuan itu, senyumannya, tawanya, caranya
berbicara saja bisa membuatnya tersenyum, dipenuhi oleh perasaan cinta, Kemudian
ponselnya berkedip, sekali. dua kali. Akhirnya Reno meraihnya. 37 | R a t u - b u k u . b l
o g s p o t . c o m Nama yang tertera di layar ponsel itu membuatnya menegang. "Ya
Diandra?" Sejak perpisahan di rumah sakit itu Diandra memutuskan kontak dengannya.
Sama sekali. Dan Reno terima, karena dia memang tidak pantas memohon maaf dari
Diandra. Dan mungkin Diandra lebih baik dalam kondisi seperti ini. Reno terima kalau
Diandra membencinya dan dia berharap dengan begitu Diandra akan mudah membuka
hatinya untuk yang lain. Suara di seberang sana penuh dengan isak tertahan. "Reno...
Reno... Aku sangat membutuhkanmu... aku tak kuat tanpamu...." Diandra menangis
tersedu-sedu di seberang sana, penuh dengan kesakitan tanpa ampun, membuat hati
Reno terasa nyeri, "Pulanglah Reno.... aku mohon pulanglah kemari...." ?LoveReads
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
38 | Menghitung Hujan Part 4 Jika cinta itu sama
dengan hujan Maka kaulah tetes air yang mengalir itu Menerpa tubuhku, Membasahi
hatiku Membuatku mampu bermimpi, --"Aku tidak bisa datang, maafkan aku Diandra."
Reno mengeraskan hatinya. Diandra harus belajar kuat tanpanya. Kalau setiap Diandra
lemah dan Reno datang, Diandra akan terus bergantung kepadanya, hatinya akan
semakin sakit dan semakin menderita. Reno menyayangi Diandra. Hanya itu.
Pertunangan mereka bertahun lamanya, per-sahabatan mereka dari kecil hanya
menyisakan satu hal di dada Reno: rasa sayang. Debar itu sudah tidak ada lagi untuk
Diandra. Jantung itu sudah tidak lagi mengharapkan Diandra di sampingnya. Suara isak
Diandra mengalun perlahan, isak perempuan yang patah hati "Setega itukah kau
padaku Reno" Aku bagaikan sampah bagimu" "Aku hanya ingin kau kuat, Diandra."
"Kuat?" Diandra tertawa di sela isak tangisnya, "Dulu aku kuat, karna aku harus
menopangmu. Kau sakit, dan aku berjuang supaya kuat, karena salah satu dari kita
harus kuat untuk mendukung yang lain." Suara Diandra terdengar penuh kesakitan,
"Lalu kau menghancurkanku." 39 | Reno
memejamkan mata, merasakan kesakitan memenuhi badannya. Diandra memang
benar... tetapi dia bisa apa" "Maafkan aku Diandra." "Tidak." Diandra bersikeras, "Aku
tidak akan memaafkanmu Reno. Bertahun kuhabiskan hanya untuk mendampingimu.
Karena aku mencintaimu. Tetapi kau membuangku begitu saja. Hanya karena jantung
itu." "Kau boleh membenciku semaumu. Aku pantas menerimanya. Kalau dengan
membenciku kau bisa sembuh dan melangkah ke dalam kebahagiaan baru, aku rela kau
benci." gumam Reno pelan. Hening. Diandra termenung di seberang sana. Lalu ada
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
helaan napas di sela isak tangisnya. "Seharusnya waktu itu kau bunuh saja aku."
Teleponpun ditutup. Meninggalkan Reno yang termenung di tengah kegelapan
kamarnya. ?LoveReads Malam itu Nana bermimpi, mimpi tentang Rangga, tentang
kenangankenangan mereka bersama di masa lampau. Saat-saat bahagia itu.... Mereka
sedang duduk di pantai yang mereka kunjungi waktu liburan masa lalu, di pasir tanpa
alas. Menghadap ombak di bawah langit jingga yang siap menghantarkan matahari
masuk ke peraduannya. "Tidak ada yang namanya bahagia selamanya." Rangga
bergumam sambil tersenyum lembut, melirik novel cinta yang sedang dibaca oleh Nana.
Nana mendongak dari novel itu. Cahaya makin temaram, membuat huruf demi huruf
makin berbayang, dia menyerah dan menutup novelnya. 40 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m "Kenapa?" "Karena hidup terus berputar, manusia yang bercinta harus
menghadapinya. Mereka bisa bahagia karena cinta, tetapi terkadang menangis juga
karenanya, begitulah hidup, begitulah cinta." Rangga menatap Nana dengan mata
teduhnya, "Dan karena ada kematian. Suatu saat manusia harus siap menghadapi
kematian, dipisahkan satu sama lainnya." Nana merenungkan kata-kata Rangga. "Kau
tahu kenapa aku menyukai novel-novel percintaan?" "Karena mereka semua selalu
berakhir hidup bahagia selamanya?" "Bukan." Nana menggeleng. "Karena novel
percintaan itu selalu berakhir di saat mereka paling bahagia. Seakan hidup mereka
berhenti disana, setelah tulisan 'the end', di titik para tokohnya paling bahagia." Rangga
tertawa, "Kau ingin seperti novel-novel itu" berakhir di titik paling bahagia?" "Saat ini aku
bahagia." Nana menatap Rangga dan tersenyum penuh cinta, "Tapi aku belum ingin ini
berakhir... masih ada saat-saat panjang di depan kita, dan aku ingin menikmatinya."
"Meskipun nanti kadangkala ada tangis berganti tawa dan sebaliknya?" Rangga
bertanya. "Itu cukup berharga untuk dilalui kalau dilewatkan bersamamu." Rangga
tersenyum mendengar jawaban Nana. Matahari makin lelap di peraduannya, beristirahat
barang sejenak di ujung sana, menyembunyikan sinarnya. Gelap sudah membayang,
membuat tampilan Rangga bagaikan siluet gelap yang merenung menatap bayang 41 |
cakrawala yang mulai menghilang. "Kalau begitu
musuh kita hanyalah kematian." gumamnya kemudian, "Seandainya bisa aku ingin mati
sebelum dirimu, supaya aku tidak perlu mengalami kesakitan karena kehilanganmu."
--Nana terbangun. Membuka matanya yang seperti biasanya, penuh air mata. Kata-kata
Rangga itu membuatnya ingin menangis. Rangga egois... dia memang meninggalkan
Nana lebih dahulu dan membiarkan Nana mengalami kesakitan karena kehilangannya.
?LoveReads "Diandra sakit." sang mama menelpon keesokan paginya, nada suaranya
sedih, membuat Reno mengernyit sesak, "Sakit apa ma?" Mamanya menghela napas,
"Sejak kau tinggalkan dia menderita, dia tak mau makan.... dia hanya memangis, kondisi
tubuhnya menurun. Semalam dia dibawa ke rumah sakit." "Apakah kondisinya parah?"
"Sangat." suara mamanya bergetar, "Mama menengoknya, Reno. Dia begitu kurus, dia
begitu sedih. Mamanya Diandra bahkan memohon kepada mama sambil menangis agar
mama bisa membujukmu datang. Kau tahu betapa sedihnya mama" Mamanya Diandra
itu sahabat mama... dan Diandra... dia sudah seperti anak mama sendiri." Reno
merenung, rasa bersalah dan bingung berkecamuk di benaknya. Teringat semalam dia
menolak Diandra yang meminta perhatiannya. 42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m "Lalu aku harus bagaimana ma?" "Pulanglah Reno. Mama mohon. Demi masa-masa
yang telah Diandra relakan demi mendampingimu di kala kau sakit." Kata-kata sang
Mama menohok benaknya. Membuat Reno semakin merasa tak berdaya. "Aku tidak
bisa, ma." Reno mengerang. "Kenapa?" "Mama tahu jawabannya." "Karena perempuan
bernama Nana itu" yang dipanggil oleh jantungmu?" Suara mamanya menajam.
"Apakah jantungmu itu membuatmu menjadi begitu egoisnya sehingga tidak mempunya
empati sama sekali?" "Mama! bukan begitu. Aku hanya tidak ingin membuat Diandra
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
semakin lemah dan terus berharap kepadaku.... kalau aku datang, sama saja aku
memberikan harapan baru kepadanya." "Yang diinginkan Diandra hanya kehadiranmu di
saat dia sakit." Suara mamanya mencela. "Dan kau bisa melakukannya. Mama harap
kau berpikir dan mengingat masa-masa dulu, dimana Diandra selalu setia
mendampingimu." Reno menghela napas panjang. Merasa sesak oleh rasa bersalah
yang mendalam. Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
--Seperti biasa, Reno menunggunya di kedai kopi itu. Senyumnya mengembang begitu
melihat Nana, "Kau basah." Reno menatap rambut Nana yang memercik butiran air
berkilauan, "Kenapa tadi tidak mau kujemput?" 43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m "Karena kau harus memutar jauh kalau menjemputku." Nana tersenyum dan duduk
di depan Reno, "Lagipula aku hanya perlu naik kendaraan umum satu kali untuk tiba di
sini." "Hmm" Reno mengedipkan mata kepada Nana, "Jadi apa kabarmu hari ini?" Nana
mengangsurkan sebuah novel dari tasnya, "Buku pesananku baru sampai semalam."
Nana menunjukkan buku dengan latar sampul berwarna putih itu kepada Reno, "Aku
membacanya sampai pagi, dan aku senang." Reno melirik novel yang ditunjukkan Nana
dan tersenyum, "Novel percintaan lagi?" "Yep. Kisah perempuan tak berdaya yang
melawan lelaki berkuasa, dan kemudian dipersatukan oleh cinta." Mata Nana berbinar,
membuat Reno tergelak geli. "Dasar kalian perempuan." gumam Reno masih tergelak,
"Tidak adakah yang dipikirkan perempuan selain romantisme cinta?" "Tentu saja ada."
Nana mengedipkan matanya, "Kami juga memikirkan kehidupan nyata kok, tetapi
kadang kami, para perempuan merasa sangat bahagia bisa menenggelamkan diri dalam
kisah percintaan yang menyentuh hati." "Karena happy ending?" "Salah satunya karena
itu." Nana tersenyum, "Membaca kisah yang berakhir bahagia bagi tokoh-tokoh di
dalamnya, membuat kami percaya bahwa ada ujung yang bahagia untuk kami para
perempuan suatu saat nanti." 44 | Pelayan
datang membawa menu pesanan mereka yang biasa. Kopi yang panas dengan aroma
yang harum, sangat cocok dengan aroma hujan di kala deras, membuat hati hangat di
suasana yang dingin. Reno menyesap kopinya, lalu menatap Nana serius, "Jadi kau
percaya dengan akhir bahagia selamanya?" "Itu hanya ada di dongeng-dongeng." Nana
Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjawab, "Tetapi aku percaya bahwa setiap perempuan pasti akan menemukan
kebahagiaannya masing-masing." "Tetapi tidak ada yang bisa bahagia selamanya,
Karena hidup terus berputar, manusia yang bercinta harus menghadapinya. Mereka bisa
bahagia karena cinta, tetapi terkadang menangis juga karenanya, begitulah hidup,
begitulah cinta." Reno menatap Nana sendu, "Dan karena ada kematian. Suatu saat
manusia harus siap menghadapi kematian, dipisahkan satu sama lainnya." Kata-kata itu
membuat Nana tertegun dan membeku. Hening. Reno mengernyitkan keningnya,
"Kenapa Nana"' Kata-kata itu, sama persis dengan kata-kata Rangga. Nana membatin,
lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Tidak. tidak ada apaapa." Nana
tersenyum sedih, "Hanya saja aku pernah mendengar katakata yang tepat seperti itu
sebelumnya." Reno tersenyum pahit, "Rangga?" Nana menganggukkan kepalanya.
Reno langsung mengalihkan pandangannya-menjaga supaya kepahit-annya tidak
terbaca oleh Nana. Perasaannya berkecamuk. Jikalau nanti Nana mencintainya, apakah
perempuan itu akan mencintai dirinya seutuhnya, ataukah dia 45 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m akan mencintai jantung yang saat ini berdetak di rongga dadanya"
?LoveReads "Nana." sang mama memanggil dari luar kamar, membuat Nana yang
sedang tenggelam di dalam novelnya menolehkan kepalanya. "Ya ma?" ditatapnya sang
mama yang berdiri di ambang pintu. "Ada telepon untukmu, di ruang makan." Nana
mengernyit. Siapa yang meneleponnya ke telepon rumah" Teman-temannya biasanya
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
akan menelepon langsung ke ponselnya. Dengan ingin tahu dia beranjak dari ranjang,
dan melangkah ke ruang makan. Diangkatnya gagang telepon di meja itu, "Hallo?"
Suara perempuan setengah baya yang lembut terdengar di sana. "Nana?" Perempuan
itu bertanya, lalu bergumam hati-hati, "Nana, maafkan saya. Saya mamanya Reno,
bisakah kita bertemu" Saya mohon bantuan Nana untuk meluluhkan hati Reno."
"Meluluhkan hati Reno?" Nana mengernyit bingung. Telepon dari mama Reno ini
sungguh tidak disangkanya. "Iya Nana, bolehkah kita atur waktu untuk bertemu, tapi
saya mohon jangan sampai Reno tahu, saya akan menjelaskan semuanya. Nana
berdehem, bingung "Kalau boleh saya tahu, ini tentang apa ya?" Suara di sana agak
ragu, tetapi lalu berkata. "Tunangan Reno sedang sakit keras. Dan Reno tidak mau
pulang untuk menjenguknya. Saya pikir..... ini semua disebabkan oleh kau, Nana."
Dunia Nana bergetar keras di bawah kakinya. Sesak dan menyakitkan. ?LoveReads 46
| Menghitung Hujan Part 5 Apakah cinta sejati
hanya bisa diartikan dengan debaran pasti" Apakah cinta sejati bahkan pernah ada"
Jika hati terpaut melintas masa Dan kata-kata takkan pernah cukup untuk melepas ragu
berpadu rindu Hadirmu dalam genggam hangat jemari Sesederhana itu aku mencinta
pun sesulit itu kau menjadi nyata --- Ketika ponselnya berbunyi, Reno mendesah
melihat nama yang tertera di layar, dia mendesah. Tiba-tiba merasa lelah. Mamanya
pasti akan membujuknya untuk pulang menengok Diandra. Dengan enggan diangkatnya
ponsel itu, "Iya mama?" "Mama sudah menelepon Nana." Suara di seberang telepon itu
membuat Reno tertegun, "Apa?" "Mama sudah menelepon Nana. Mama bilang ingin
bertemu perihal Diandra dan kamu." Jemari Reno yang memegang ponsel bergetar,
"Mama tega melakukan itu pada Reno?" Sang mama mendesah penuh penyesalan di
seberang sana. "Maafkan mama, Reno. Mama harus melakukannya. Kalau tidak hatimu
yang keras itu tak akan runtuh. Mama hanya ingin kau melembutkan hatimu, menengok
Diandra, kasihan dia." 47 | "Apakah mama tidak
kasihan kepadaku" melakukan kekejaman ini kepadaku" Kepada Nana" dia tidak tahu
apa-apa!" Reno menggeram, mulai marah. "Maafkan mama Reno... mama putus asa."
sang mama menghela napas lagi, "Mama hanya ingin kau menemui Diandra." "Baiklah."
Reno bergumam tajam. "Reno akan menemui Diandra. Selamat, mama dan diandra
mendapatkan apa yang kalian mau. Tapi Reno minta mama tidak menemui Nana.
Jangan pernah menemui Nana dan menyakitinya." Reno memutuskan sambil
memejamkan matanya dengan sedih. Hening.. Lalu sang mama bergumam dengan
hati-hati, "Hanya karena Nana
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kau berubah seperti ini, Reno...kau marah kepada mama, kau meninggalkan Diandra,
semuanya kau lakukan hanya karena Nana?" "Bukan 'hanya'..." Reno menyela. "Mama
harus tahu, Nana adalah segalanya untukku. Dan dengan melakukan apa yang mama
lakukan itu, mama telah menghancurkan hatiku, anakmu sendiri." Dan Renopun
menutup telepon dengan hati kalut. ?LoveReads Nana datang ke restoran yang
dimaksud sore itu dengan jantung berdegup kencang. Oh betapa inginnya dia
menelepon Reno dan menanyakan semuanya, tetapi hatinya melawan.... dia ingin
mendengar penjelasan dari sisi orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah mama
Reno. 48 | Benarkah Reno meninggalkan
tunangannya yang sedang sakit di kota asalnya" Dan kenapa mama Reno menganggap
bahwa ini semua ada hubungannya dengannya" Apakah....apakah Reno meninggalkan
tunangannya karena Nana" Reno mengatakan bahwa dia mencintai Nana... Perasaan
bersalah langsung menggayuti hatinya, membuatnya berat. Seberat mendung hitam
yang tampak tertatih-tatih membawa muatan uap air yang semakin menggelayut di
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
langit. Sebentar lagi hujan. Nana menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dan
menghirup udara dengan nikmat. Hembusan udara sebelum hujan turun terasa
menyenangkan, menyejukkan dan menguatkan. Nana butuh merasa kuat untuk
menghadapi apa yang akan didengarnya nanti, penjelasan dari mama Reno. Dia berdiri
di ambang pintu restoran itu dan memutar mata. Tidak ada yang dikenalinya di sana.
Mama Reno ditelepon mengatakan bahwa dia akan menunggu Nana di restoran itu jam
empat sore. Dan bodohnya Nana lupa menanyakan nomor mama Reno yang bisa dia
hubungi. Sekarang dia beridiri bingung, tidak tahu harus berbuat apa. "Kursi untuk
berapa orang?" Seorang pelayan menyapanya sopan, membuat Nana sedikit kaget,
dihentakkan dari lamunannya. "Eh.. untuk dua orang." "Mari ikuti saya." Dengan pasrah
Nana mengikuti pelayan itu, diantarkan ke kursi di sudut untuk dua orang. Untunglah
posisinya cukup bagus, sehingga Nana bisa mengamati siapa yang masuk dan keluar
dengan leluasa. 49 | Dia menajamkan
pandangannya, mengamati setiap orang. Tetapi tampaknya tidak ada yang
menunggunya atau mengenalinya di sini. Nana duduk dengan bingung. Memesan
secangkir minuman hangat untuk menemaninya, dan kemudian dia menunggu. Dan
menunggu. Dan terus menunggu ... Hampir dua jam berlalu, dan tidak ada yang datang
menghampirinya ataupun menghubunginya. Nana menghela napas, menatap hujan
yang makin deras di luar. Sepertinya orang yang mengaku mama Reno tidak akan
datang. Nana sudah menyerah untuk menunggu, mungkin itu hanya orang iseng"
ataukah mungkin mama Reno mengurungkan niatnya" Nana meraih dompetnya,
membayar dan kemudian melangkah pergi dari restoran itu. ?LoveReads "Dia ada di
sana." Sang mama menunjuk ke kamar rumah sakit yang ada di lorong. Reno hanya
menatap mamanya datar. Tidak menjawab, dia masih merasa kesal atas pemaksaan
yang dilakukan mamanya untuk membawanya ke sini. Yah... setidaknya mamanya
menepati janjinya untuk tidak mencoba menemui ataupun mengganggu Nana lagi. Reno
lalu berlalu hendak menuju kamar Diandra. Tiba-tiba sang mama memanggil namanya
pelan, membuat Reno menghentikan langkahnya dan menoleh, "Ada apa mama?" 50 |
Wajah mamanya tampak pedih, menghadapi
sikap marah anaknya. "Mama minta maaf melakukan ini semua, memaksamu datang
demi Diandra.... ini semua demi yang terbaik untukmu nak, mama yakin Diandra yang
terbaik untukmu begitu juga sebaliknya... bukan perempuan entah darimana yang
tiba-tiba muncul dan membuat keadaan kacau balau." "Mama tidak berhak menyalahkan
Nana. Kalau ada yang ingin mama salahkan, itu Reno." Reno menatap mamanya
dengan pedih, "Dan mama tidak tahu apa yang membuatku bahagia." Reno bergumam
pelan, dan membalikkan tubuhnya, meninggalkan sang mama yang tertegun. --Reno
membuka pintu kamar perawatan Diandra dengan hati-hati. Kamar itu sepi, papa dan
mama Diandra rupanya memilih menunggu di Cafe. Mereka terlalu marah kepada Reno
sekarang untuk bertemu dan menyapa Reno, tetapi demi Diandra mereka mengalah dan
memberi kesempatan Diandra untuk bertemu dengan Reno. Diandra sedang tidur. Dan
hati Reno mencelos ketika menyadari betapa kurusnya Diandra. Tubuhnya tampak
ringkih dan lemah, dan bahkan pergelangan tangannya yang terhubung dengan jarum
infus tampak begitu rapuh. Seolah-olah Reno akan mematahkannya kalau dia bertindak
sedikit kasar kepadanya. Hati Reno terasa tersayat-sayat menatap Diandra, dia duduk di
kursi di sebelah Diandra yang terbaring tidur, mendesah dalam hati. Kenapa 51 | R a t u
- b u k u . b l o g s p o t . c o m kau begitu mencintaiku Diandra" kenapa kau tidak
dengan mudah melepaskanku" melupakanku dan meraih kebahagiaanmu" Toh aku
sudah begitu kejam kepadamu....kenapa kau tidak membenciku dan berpaling saja"
Seakan merasakan kehadiran Reno, pelan-pelan mata Diandra terbuka, buku mata
yang tebal memayungi matanya ketika dia berusaha memfokuskan pandangannya.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
"Reno..?" Diandra bergumam pelan, tampak terkejut, rupanya orangtuanya tidak
memberitahukan kepadanya tentang kedatangan Reno. "Hai." Reno tersenyum, "Aku
dengar kau sakit." Diandra memalingkan mukanya, tampak malu. "Aku tidak apa-apa
kok." Reno menghela napas panjang, meraih jemari rapuh Diandra dan
menggenggamnya, "Maafkan aku Diandra." Wajah Diandra tanpak menyimpan
kepedihan yang amat sangat, "Kau selalu meminta maaf kepadaku dan aku akan selalu
menolaknya Reno...." ada air mata yang mengalir di situ, membuat mata Diandra
mengerjap, "Tidak ada gunanya permintaan maaf itu, pada akhirnya kau tetap dengan
tegas melukaiku dan meninggalkanku." "Aku tidak pernah dengan sengaja ingin
menyakitimu, Diandra." Reno menghela napas panjang, "Tetapi karena jantung ini... aku
harap kau mengerti..." Diandra mengusap air mata yang berjatuhan di pipinya. "Karena
jantung itu..." perempuan itu tersenyum pahit, "Aku sudah mencoba 52 | R a t u - b u k u
.blogspot.com Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
memahami, Reno... aku mencoba. Setiap malam aku berbaring di kegelapan, menelaah
alasan yang kau paparkan kepadaku... tetapi aku tetap tidak bisa menerima. Bagaimana
mungkin sebuah jantung bisa mengubah perasaanmu sedemikian cepat?" Wajah
Diandra tampak kesakitan, "Perasaan yang sudah kita bangun sekian lama, yang kita
pupuk dari kecil sampai sekarang.... tahukah kau..." Suara Diandra tertelan oleh isak
tangisnya, "Sejak dulu aku hidup dengan kesadaran bahwa aku akan menjadi isterimu...
dan kau... kau menghancurkannya begitu saja." Reno tertegun menatap Diandra yang
menangis terisak-isak. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Semua orang tidak ada
yang bisa menerima penjelasannya. Mungkin tidak masuk akal jika ditelaah secara
logika... tetapi Reno yang paling tahu, Reno yang merasakannya. Dan perasaan itu
nyata.... saat ini dia tidak bisa mengucapkan maaf kepada Diandra, karena perempuan
itu tidak akan menerimanya. "Lalu kau ingin aku berbuat apa, Diandra?" gumam Reno
putus asa, lelah atas penghakiman yang terus menerus ditimpakan kepadanya.. Diandra
menatap Reno lurus-lurus. "Aku tidak pernah berlku egois sebelumnya, Reno. Kau tahu
selama ini aku selalu mencoba mengutamakan kebahagiaanmu lebih dulu, bahkan pada
saat aku memutuskan pertunangan itu dengan kejam, aku melepaskanmu." Air mata
Diandra mengalir makin deras, tetapi perempuan itu tetap menatap Reno dengan tajam,
"Aku ingin bersikap egois sekarang. Sekali saja dalam hidupku aku ingin memenangkan
kebahagiaanku sendiri." Diandra menghela napas, dan Reno menunggu. 53 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m "Jangan kembali kepada perempuan itu. Aku mohon."
Diandra tampak begitu sedih, "Aku buang harga diriku untuk memohon padamu.
Tinggalah di sini, kita lanjutkan hidup kita yang sudah tertata hingga masa depan. Aku...
aku akan membuatmu mencintaiku kembali, aku tahu rasa cinta itu masih ada...." Suara
Diandra terendam oleh isak tangisnya. "Aku sudah mencoba Reno, tetapi aku tidak bisa
tanpaku... kalau kau meninggalkanku lagi.... kali ini aku... aku akan mati." Reno
membeku mendengar perkataan Diandra itu. ?LoveReads Reno tidak datang lagi.
Nana duduk dengan gelisah di kursi itu, kursi biasanya dia duduk berdua dengan Reno.
Sudah hampir seminggu Nana duduk di kedai kopi itu setiap sore, tetapi Reno tidak ada.
Dia mencoba menghubungi nomor ponsel Reno, tetapi selalu tidak aktif. Hati Nana
gelisah. Apakah ini ada hubungannya dengan telepon yang mengaku sebagai mama
Reno waktu itu" Apakah... jika informasi waktu itu benar... Reno pulang menemui
tunangannya dan tak kembali" Tiba-tiba jantung Nana terasa berdenyut. Ketika Reno
tidak ada, dia baru menyadari bahwa dia merindukan kehadiran laki-laki itu di
hariharinya, merindukan tawanya, merindukan kedekatan mereka bersama, saling
berbagi cerita. Tanpa sadar, Nana mungkin sudah jatuh cinta kepada Reno....
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
?LoveReads 54 | Menghitung Hujan Part 6 Aku
dan kamu.... Memaafkan keraguan, berdansa dengan kepercayaan. Mengertikan
kemelut hati yang tersesat, tuk mencari tahu jalan pulang. Memilih hidup yang hanya
satu Hanya satu, dan selalu begitu Tak ada ragu Selalu kembali kepadamu... --- Reno
menyuapi Diandra dengan bubur dari rumah sakit. Diandra memang belum boleh
menyantap makanan yang keras karena perutnya masih belum bisa mencernanya,
tetapi dia sudah bisa makan bubur sehingga tidak tergantung lagi pada infusnya.
Mereka tidak pernah membahas lagi tentang perpisahan. Reno menahan dirinya,
mencoba bertahan untuk berada di samping Diandra dan merawatnya ketika perempuan
itu sakit. Semua orang benar, Reno menyimpan hutang budi yang luar biasa kepada
Diandra, dia baru menyadarinya sekarang, bahwa merawat orang sakit ternyata
melelahkan. Dan Diandra telah melakukan bertahun-tahun untuknya, merawatnya ketika
dia lemah tak berdaya. Mungkin jauh di dasar hatinya Reno berharap apa yang
dilakukannya ini bisa menebus hutang budinya kepada Diandra. Meskipun ia yakin 55 |
bahwa itu tidak mungkin. Hutang budinya terlalu
besar, dan hanya bisa dibayar kalau dia melanjutkan pertunangannya dengan Diandra
menuju jenjang pernikahan. Tetapi bisakah sebuah pernikahan dijalankan atas dasar
hutan budi" Dasar itu terlalu lemah untuk menjadi fondasi mereka. Diandra bilang kalau
dia akan berusaha dan dia pasti bisa membuat Reno kembali mencintainya. Tetapi
Reno meragu. Jantungnya tidak berdebar bersama Diandra. Cintanya sudah pasti
bukan lagi untuk Diandra. Kalau Reno melanjutkan pertunangan ini kembali, itu sama
saja dia sudah mati. Raganya hidup tapi jiwanya mati.... ?LoveReads "Reno?" bisikan
Diandra lirih, membangunkan Reno dari lamunannya. Lelaki itu tergeragap dan
mengalihkan matanya ke arah Diandra. "Apa Diandra?" Diandra mengamatinya
dalam-dalam, lalu menatap ke arah mangkuk yang dibawa Reno, "Buburnya sudah
habis." Reno menunduk dan mengamati mangkuk di tangannya. Mangkuk itu sudah
habis isinya, dia bahkan tidak ingat sudah menyuapi Diandra sampai habis. Ditatapnya
Diandra dengan malu, "Maaf." Diandra tersenyum lembut, "Tidak apa-apa Reno." Reno
kemudian berdiri dan meletakkan mangkuk itu ke nampan piring kotor, setelah itu dia
menoleh ke arah Diandra, "Bagaimana keadaanmu?" 56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t
. c o m Diandra meringis, "Masih sakit." Hal itu membuat Reno menghela napas,
kondisi Diandra sudah membaik, itu pasti. Rona mukanya sudah cerah, bahkan
dokterpun mengatakan bahwa Diandra sudah boleh pulang asal beristirahat di rumah
dengan intens. Tetapi Diandra selalu mengatakan bahwa dia masih sakit dan tidak mau
meninggalkan rumah sakit, dia selalu mengeluh perutnya sakit dan kepalanya pusing.
Semula Reno bingung, tetapi kemudian Reno menyadari, bahwa Diandra selalu
mengatakan bahwa dirinya sakit karena ketakutan, dia takut ditinggalkan Reno lagi
kalau ternyata dia sudah sehat. Apa yang dilakukan Diandra itu membuat Reno sedih.
Oh ya ampun, kenapa perempuan ini begitu mencintainya" Kenapa dia tidak bisa
melepaskan Reno dengan mudah" Kenapa dia begitu menginginkan Reno
bersamanya" Pemikiran itu membuat Reno merasa frustrasi, tetapi dia menahannya.
Diandra pernah berakhir dalam kondisi buruk ketika Reno bersikap tegas dan
menolaknya. Reno tidak mau Diandra berakhir di rumah
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sakit lagi atau menanggung resiko fatal kalau dia meninggalkannya lagi kali ini. Kalau
dia meninggalkan Diandra, dia ingin perempuan itu sudah melepasnya dengan besar
hati, tidak meratapinya lagi. Reno duduk di kursi di tepi ranjang dan menatap Diandra
lurus-lurus, "Aku harus kembali kuliah. Aku sudah bolos hampir dua minggu." Wajah
Diandra langsung berubah sedih dan tersiksa, "Kau akan meninggalkanku?" tiba-tiba
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
bening mengalir di pipinya, "Kau akan kembali kepada perempuan itu?" 57 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m Reno menghela napas pahit, "Bagaimanapun juga aku harus
kembali ke sana Diandra, kuliahku sudah terbengkalai, padahal aku baru memulainya."
"Kau bisa memulai kuliahmu kapanpun." Diandra menatap keras kepala, "Dulu ketika
sakit kau menunda kuliah maguistermu dan kau baik-baik saja. Kenapa sekarang kau
tidak bisa melakukan hal yang sama?" "Diandra.." Reno bergumam frustrasi, "Tidak
semudah itu, aku tidak bisa berhenti begitu saja, aku harus mengajukan cuti, mengikuti
prosedur dan lainnya. Kalau tidak kuliahku selama ini akan hangus sia-sia." "Biarkan
saja." Diandra tersenyum pahit, "Toh kau mengambil kuliah itu bukan murni untuk kuliah,
itu hanya salah satu alasanmu supaya bisa ke kota itu dan menemui perempuan itu."
"Diandra." suara Reno agak keras, mengingatkan. Membuat Diandra terdiam dan
mengusap air matanya yang meleleh semakin deras. "Aku tidak bisa lama di sini, aku
harus kembali." "Demi perempuan itu" Kau tega melakukannya kepadaku, Reno?" "Ini
bukan masalah tega atau tidak.." Reno mengerang, seperti kesakitan, "Aku harus
kembali, Diandra." Diandra membeku, dengan air mata masih mengalir, ketika dia
menatap Reno kemudian, tatapannya penuh dengan kesakitan dan kepedihan. "Aku
membenci perempuan itu." Akunya dengan getir, "Aku tidak pernah bertemu perempuan
itu, tetapi aku sudah membencinya. Dia 58 |
merenggutmu dari sisiku, hanya karena jantung kekasihnya ada di dadamu. Padahal
seharusnya kisah cintanya sudah berakhir, kekasihnya sudah mati. Dia seharusnya tidaj
punya kisah cinta lagi. Tapi... perempuan itu ternyata memilih merebut kisah cintaku,
merebut kau." "Nana tidak pernah merebutku Diandra, ingat. Dia bahkan tidak
mengetahui tentang transplatasi jantung ini. Aku yang mengejarnya." Diandra seolah
tidak mendengarkan perkataan Reno, matanya menerawang menatap langit biru di
jendela luar, "Seorang perempuan yang berbahagia padahal dia telah merenggut
kebahagiaan perempuan lainnya, adalah perempuan paling hina di dunia." Reno
Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan tertampar mendengar perkataan Diandra. Perempuan itu seolah menutup diri,
mencoba menipu diri bahwa bukan Reno yang meninggalkannya melainkan Nana yang
merebut Reno. Diandra seolah membangun tembok kokoh yang dia percaya, menolak
untuk menerima bahwa Reno tidak mencintainya lagi. Apa yang harus kulakukan" Reno
berbisik putus asa ke dalam jiwanya. Suaranya bergaung tak tentu arah, tak
menemukan jawabannya. ?LoveReads "Kalian sudah begitu cocok bersama." Mama
Reno menatap sedih ketika Reno mengepak pakaiannya di kamar. "Sebegitu tegakah
kau menyakiti Diandra lagi?" "Aku harus kembali, mama." "Jangan." Mamanya
bergumam sedih, "Jangan Reno, mama mohon. Seandarinya kau tahu betapa kalutnya
perasaan mama. Mama malu 59 | dengan orang
tua Diandra, mereka telah menerimamu dengan baik waktu itu, tahu bahwa kau sakit,
tahu bahwa puterinya menghabiskan waktunya merawatmu meskipun tidak jelas apakah
kau akan bertahan hidup atau tidak. Mereka tetap menerimamu dengan lapang dada
dan menganggap kau sebagai anak kandung mereka. Begitupun mama, menganggap
Diandra sudah seperti anak mama sendiri...." Mata mamanya mulai berkaca-kaca,
"Perasaan mereka, mama tahu persis. Merasakan anak mereka dicampakkan begitu
saja karena alasan yang tidak logis... mama juga merasakan sakit karena sudah
menganggap Diandra anak mama sendiri, dan mama tambah sakit karena anak
kandung mamalah yang bersikap kejam seperti ini." "Mama." Reno mengernyit, "Jangan
berkata seperti itu." "Apakah hatimu tidak terketuk sedikitpun melihat kondisi Diandra
seperti itu" dia sampai jatuh sakit karena meratapimu." Sang mama mulai terisak,
"Jantung itu benar-benar mengubahmu menjadi orang yang berbeda," "Semua orang
menyalahkan jantung ini." Reno menggertakkan giginya, "Mungkin kalian semua
berharap bahwa lebih baik aku mati saja dengan jantung yang rusak daripada hidup
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
dengan jantung ini lalu mengikuti debarannya sesuai kata hatiku." "Reno! bukan begitu
maksud mama." "Ya! Maksud mama begitu." Reno mendesis, mencoba menahan
emosinya, "Mama tidak bisa menerima kondisi Reno yang sekarang, mama
menginginkan Reno yang dulu dengan jantungnya yang rusak. Itu sama saja mama
menginginkan Reno lebih baik mati saja daripada 60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
o m mendapatkan jantung ini." "Bukan begitu, Reno." sang mama berurai air mata,
kehabisan katakata. "Reno sudah merasa bersalah ma, dan dengan kejamnya mama
membebani Reno dengan rasa bersalah lagi, lagi dan lagi seolah tak pernah puas. Apa
yang mama inginkan" Agar Reno mengorbankan hati dan kebahagiaan Reno demi
persahabatan mama, demi moral, demi semua norma sosial dan perihal balas budi"
Kalau mama melakukannya, sama saja mama sudah membunuh Reno." Mata Reno
menyala, "Reno tidak mencintai Diandra, kalau mama memaksa Reno menerima
Diandra dan menikah dengannya, sama saja mama sudah membunuh Reno dengan
tangan mama sendiri!" Sang mama tertegun kaget menerima kemarahan anaknya. Dia
tidak menyangka Reno begitu serius seperti ini. Dia berpikir bahwa mungkin Reno cuma
terbawa perasaan setelah operasi sehingga mengejar perempuan bernama Nana itu.
Tetapi sepertinya Reno sungguh-sungguh dengan perasaannya, walaupun tidak dapat
dikelaskan dengan logika, Reno benar-benar sungguh-sungguh. Dia masih membeku
ketika Reno melewatinya sambil membawa tas berisi pakaian yang sudah di
packingnya, sambil mengucapkan selamat tinggal dengan kaku. --Sebelum pergi, Reno
menemui Diandra, bertekad untuk memberikan ketegasan kepada perempuan itu. Dia
sudah mencoba membalas budi, dia sudah mencoba melembutkan hati ketika merawat
Diandra dua 61 | minggu lamanya, tetapi
perasaannya tidak berubah. Hatinya tetap memanggilmanggil dan merindukan Nana.
Debaran jantungnya hanya untuk Nana.... begitupun cintanya yang sekarang bertumbuh
makin dalam kepada perempuan itu. Ketika dia memasuki kamar Diandra, perempuan
itu sedang duduk dan melamun, kesedihan langsung muncul di matanya ketika Reno
masuk dan membawa tas pakaiannya. "Kau tetap pergi?" Diandra tampak seperti
hampir menangis, tetapi Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Reno menguatkan hati. "Kau setega itu?" Diandra menatapnya tak percaya, tampak
rapuh lagi dengan baju rumah sakit dan infus yang ada di tangannya. Reno menghela
napas panjang, "Kau tahu aku tidak bisa di sini terus." "Kau bisa, kenapa kau tidak
mencoba?" Diandra mulai menangis lagi. Reno memalingkan mukanya, "Kau tahu aku
sudah mencoba." "Waktunya terlalu singkat... mungkin kita bisa mencoba lebih lama,
mengunjungi tempat-tempat kenangan kita, mencoba menelusuri masa lalu kita yang
indah...." Reno menggeleng, wajahnya mengeras, berusaha menegarkan hati
menghadapi kesedihan Diandra, "Selamat tinggal Diandra." "Tidak! Reno! Reno! Jangan
pergi Reno.... Reno!" Diandra berteriak berusaha mencegah Reno. Tetapi keputusan
Reno sudah bulat, dia membalikkan badannya, meninggalkan kamar itu, menulikan
telinganya dari teriakan-teriakan Diandra yang memilukan, memanggilmanggil namanya
dengan putus asa. ?LoveReads 62 | Kuliah
siang sudah selesai, Nana keluar bersama Nirina yang mengamatinya hati-hati. Hujan
kembali turun deras di luar, mereka menyusuri lorong kampus sambil menyiapkan
payung. "Beberapa hari ini kau tampak murung Nana, kenapa?" Nana menghela napas,
"Aku sudah cerita tentang telepon aneh yang mengaku sebagai mama Reno bukan?"
Nana menatap Nirina dan melihat Nirina mengangguk "Dan sampai sekarang Reno
menghilang, tidak bisa dihubungi." "Kau berpikir bahwa informasi di telepon itu benar"
bahwa Reno pulang untuk menemui tunangannya yang sakit?" Jantung Nana terasa
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
diremas, menyakitkan "Aku.. entahlah..mungkin informasi itu memang benar. Buktinya
kebetulan sekali setelah telepon itu dia menghilang." Nirina mengamati Nana dengan
seksama, "Apakah kau pada akhirnya mencintai Reno, Nana?" Nana merenung lama,
lalu menghela napas panjang, "Kurasa.... aku memang mencintainya." gumamnya
pelan. "Dan kau tidak menganggapnya sebagai pengganti Rangga" kau tahu dulu kau
pernah bercerita bahwa kau nmerasakan Reno mirip seperti Rangga, meskipun bukan
secara fisik....." "Bukan." Nana menggeleng, "Rangga selalu punya tempat di dalam
hatiku.... jauh tersimpan di dalam sini." Nana menyentuh jantungnya lembut. "Tetapi
Reno berbeda, dia tidak berusaha mengusir Rangga dan menggantikan tempatnya,
Reno datang dan berusaha menemukan tempatnya sendiri di hatiku...dan ketika aku
menyadarinya, dia sudah 63 | ada di dalam
sana." Nirina menghela napas panjang. "Kalau begitu Nana, begitu kau bisa menemui
Reno, kau harus memastikan tentang informasi itu. Apakah Reno memang sudah
bertunangan atau belum.... apakah memang mamanya yang meneleponmu waktu itu...."
Nirina menatap Nana hati-hati, "Kau tidak mau melangkah di awal yang salah kan?"
Nana mengangguk. "Aku akan menanyakannya kepada Reno." Itu kalau dia bisa
menemui Reno.... sekarang dia bahkan tidak tahu di mana Reno berada... --Nana
sampai di dekat gerbang kampus dan mengembangkan payungnya. Nirina berjalan di
sebelahnya dan menawarkan, "Kau yakin tidak mau ikut aku pulang naik motorku?"
Nana menggeleng, "Tidak.. aku mau ke kedai kopi itu." Dan terus berharap Reno akan
datang, seperti ketika dia menunggu dan menunggu di hari-hari sebelumnya sampai
kedai tutup, pulang dengan kecewa karena Reno tidak muncul. Ketika Nana melangkah
keluar dari gerbang kampusnya, hujan deras menerpanya, angin kencang langsung
menghembusnya sehingga dia harus memegang payungnya erat-erat. Dia baru berjalan
selangkah menembus hujan dan terpana. Reno ada di sana, memarkir mobil orange
cerahnya di depan kampus dan berdiri di dekat mobilnya. Lelaki itu berteduh di bawah
pohon besar yang membuatnya sedikit terlindungi, meskipun percikan air yang kencang
masih membasahi rambut dan pakaiannya. 64 |
Senyumnya langsung mengembang ketika melihat Nana. Nirina yang berada di
samping Nana langsung tersenyum penuh arti, "Well sepertinya itu tandanya aku harus
pergi. Ingat kata-kataku Nana, tanyakan dulu kepadanya sebelum kau memutuskan
melangkah maju." Nana menganggukkan kepalanya, melambai ke arah Nirinya yang
bergegas pergi ke arah parkiran motor di luar gerbang kampus. Kemudian Nana
menatap Reno lagi. Senyum Reno mengembang lebar dan lelaki itu membuka kedua
tangannya. Di dorong oleh perasaannya, Nana menghambur ke dalam pelukan Reno
yang langsung menangkapnya. Payungnya jatuh mengembang berguling di tanah, tetapi
dia tidak peduli. Reno memeluknya kuat-kuat setengah mengangkatnya,
menenggelamkan tubuh Nana dekat kepadanya, menghirup aroma wangi yang sangat
dirindukannya, meresapi kenikmatan ketika jantungnya berdebar penuh cinta karena
bisa memeluk perempuan yang dikasihinya. Lama mereka berpelukan di bawah hujan,
dan hampir basah kuyup namun mereka tidak peduli. Reno tersenyum, senang dengan
sikap impulsif Nana yang menghambur ke pelukannya, Nana selalu menahan diri di
dekatnya, inilah saat ketika dia tampak lepas di depan Reno. Mungkin perpisahan
selama dua minggu itu ada manfaatnya juga."Sepertinya kau sangat merindukanku."
Reno tersenyum menggoda, menatap Nana dengan sayang. 65 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m Pipi Nana merona, tetapi dia tidak mundur, "Aku sangat
merindukanmu, Reno." Perasaannya meluap-luap, penantiannya selama dua minggu ini
tanpa kepastian membuatnya menyadari berapa dia membutuhkan Reno ada di
sampingnya. Dan sekarang dia ada di dalam pelukan Reno, semuanya jadi terlupakan.
Segala kesakitannya, keraguannya, kebingungannya, semuanya musnah. Yang ada di
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
benaknya kini hanya Reno.. Reno dan Reno... Reno mengusap air yang membasahi
rambut Nana ke mukanya, "Kita basah kuyup, sebaiknya kita segera masuk ke mobil
sebelum masuk angin." Lelaki itu tertawa, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
?LoveReads Diandra merapikan pakaiannya. Dia sudah boleh pulang dari rumah sakit
hari ini dan bergegas merapikan baju-bajunya. "Kau yakin nak?" mamanya duduk di
pinggiran ranjang, menatapnya dengan hati-hati. "Yakin mama." "Tetapi kau belum
sembuh benar, dan mama mencemaskanmu di sana." Diandra tersenyum lembut,
"Mama, aku kan tinggal di rumah nenek di sana, nenek pasti akan mengurusku. Mama
jangan cemas ya, aku bisa menjaga diri." 66 |
Sang mama terdiam, masih menatap anaknya dengan kecemasan yang tidak bisa
Kesatria Baju Putih 10 Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Pedang Penakluk Iblis 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama