Ceritasilat Novel Online

Menghitung Hujan 2

Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha Bagian 2


disembunyikannya, tetapi tidak punya daya upaya untuk
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mencegah niat bulat Diandra. Sementara itu Diandra sibuk dengan pikirannya sendiri.
Dia akan menyusul ke Bandung, dia akan berkenalan dengan Nana, tentu saja tanpa
sepengetahuan Reno, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya dilihat Reno dari
Nana yang tidak dia miliki. Nana.... Diandra merapal nama itu dalam hati. Well, Nana
harus tahu, kalau Diandra tidak akan menyerahkan Reno semudah itu. Dia akan
memperjuangkan cintanya sekuat tenaga.... ?LoveReads 67 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Menghitung Hujan Part 7 semua nyawa mengharap asa yang sama saat
dua hati mulai terbelenggu romansa menjulang doa ke langit Tuhan berucap syukur
karna cinta ah dahulu memang cinta sangat bermurah hati padamu, kemudian padaku
cinta...dahulu pernah merangkai jalanmu kepadaku. hingga sekarangpun.....aku masih
tertinggal di masa itu masih meratap punggungmu berlalu dari ujung mataku dari
hidupku yang entah mengapa....selalu butuh sapamu saat pagi membuka hari. dan
senyummu temaram saat petang merangkul malam kau dan cinta para
dewamu.....terlalu mewah untukku menghamba --- Diandra melangkah turun dari
kereta menuju ke pintu keluar Stasiun besar bandung. Banyak orang lalu lalang,
kebanyakan membelanjakan barang dagangan. Dia melangkah keluar dari pintu Stasiun
itu, ke arah peron yang luas. Sejenak dia berdiri, dalam hening dan diam, menatap ke
sekeliling. Menghirup udara di sebuah kota yang sering dikunjunginya semasa kecil....
Reno ada di kota ini, menghirup udara yang sama. Batin Diandra terasa pedih.
Seharusnya kalau hubungan mereka baik-baik saja, Reno ada di sini untuk
menjemputnya. Tetapi yang terjadi sekarang adalah dia melangkah sendirian di sini,
dalam kesepian yang mencekik, merasa sedih dan ironi. "Diandra" sudah lama
menunggunya?" 68 | Diandra menoleh
mendengar panggilan itu, Lalu tersenyum ketika menyadari siapa yang menjempunya.
"Halo Axel." dengan cepat dia menghampiri sepupunya itu, meninggalkan tas nya di
lantai dan memeluknya. Axel membalas pelukannya dengan sayang, Diandra akan
selalu menjadi adik kesayangannya, Axel adalah anak tunggal, dia tidak punya saudara
dan satu-satunya orang yang bisa dekat dengannya adalah Diandra. Diambilnya tas
Diandra lalu mengerutkan keningnya, "Mana Reno?" Pertanyaan Axel itu membuat
mimik wajah Diandra berubah, meskipun dia berusaha menyembunyikannya di balik
senyumnya yang pahit. Ya... keluarga besar mereka memang belum tahu tentang
pembatalan pertunanagan sepihak yang dilakukan oleh Reno. Hanya ayah ibunya yang
tahu dan Diandra melarangnya untuk memberitahukan kepada keluarganya yang lain.
Itu semua karena Diandra masih berharap bahwa Reno akan kembali kepadanya,
bagaimanapun caranya. "Reno sedang sibuk." Diandra mengarang dengan cepat,
"Lagipula aku kemari karena merindukan nenek." Axel tertawa, "Dan nenek juga
merindukanmu. Dari kemarin beliau sibuk menyiapkan kamarmu, dan menyuruh kami
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menyiapkan cemilan kesukaanmu, bahkan sekarang beliau sedang memasak makanan
kesukaanmu." Axel mengedipkan sebelah matanya, "Kedatanganmu kemari benarbenar
membuat nenek bersemangat...." Wajah Axel kemudian terlihat 69 | R a t u - b u k u . b l
o g s p o t . c o m sedih, "Biarpun begitu kami tetap bisa mengerti kenapa
bertahuntahun kemarin kau tidak bisa mampir ke Bandung, apalagi mengingat kondisi
Reno waktu itu yang begitu sakit, kami mengerti betapa kau mencintainya dan ingin
tetap berada di sampingnya kalau-kalau yang terburuk terjadi." Diandra merenung
dengan sedih. Ya, demi Reno dulu, dia telah mengorbankan seluruh waktunya,
keluarganya, hari-harinya dihabiskan untuk mendampingi Reno dan merawatnya. Axel
memperhatikan ekspresi sedih Diandra lalu menepuk punggungnya, memberikan
semangat, "Hei.... kenapa kau murung" Sekarang keadaan sudah lebih baik bukan"
Transplatasi jantung Reno yang sukses tentunya telah merubah hidup kalian, seperti
sekarang, kau bisa main ke Bandung dan menengok kami lagi." Ketika Axel berjalan
sedikit di depannya, Diandra meringis, makin pedih. Transplatasi jantung itu memang
telah merubah kehidupan mereka. Tetapi bukan ke arah yang Diandra inginkan....
?LoveReads "Bagaimana penampilanku?" Nana menatap ke arah cermin, lalu
mengalihkan pandangannya ke arah Nirina dengan cemas. Sementara Nirina sendiri
tampak tersenyum geli melihat polah tingkah Nana. "Nana... kau itu cantik memakai baju
apapun dan berpenampilan apapun. Lagipula Reno mencintaimu, jadi kau memakai
kertas koran sebagai bajupun dia akan bilang kalau kau cantik." gumam Nirina, tidak
mampu menyembunyikan kegeliannya. 70 | Pipi
Nana memerah dia lalu duduk di tepi ranjang, menatap Nirina dengan malu, "Mungkin
memang aku sedang gugup." Nana mengangkat bahunya, "Kau tahu ini adalah kencan
pertamaku... sejak... sejak..." "Sejak dengan Rangga?" Nirina melanjutkan dengan
penuh pengertian. "Aku mengerti Nana. Tetapi bagaimanapun juga, kau masih muda,
kau harus melanjutkan hidup. Aku yakin Rangga di sana pasti akan tersenyum bahagia
melihat keadaanmu sekarang." Nana mengangguk, tersenyum sayang ketika
membayangkan Rangga. Rangganya pasti akan tersenyum karena Nana sudah bangkit
dari kesedihannya, berani melangkah, memasuki cinta yang baru. "Kau tidak apa-apa
kutinggal di sini?" Nana melirik ke arah Nirina yang sekarang sudah selonjoran di
ranjangnya sambil membaca koleksi novel milik Nana. "Aku kemari kan bukan buat
menemuimu, tetapi mau mengicipi masakan mamamu yang enak." Nirina mengangkat
alisnya dan tertawa, "Jangan pikirkan aku, aku akan bersenang-senang di rumahmu."
Nirina memang selalu kesepian di rumah, ibunya sudah meninggal dan dia tinggal
bersama ayahnya yang selalu sibuk, bahkan di hari minggu. Karena itu Nirinya lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah Nana, dia sudah dianggap seperti anak sendiri di
sini. Ketukan di pintu membuat Nana terlonjak kaget. Nirina tersenyum geli dan
menepuk pundak Nana dengan novel di tangannya, "Taruhan itu pasti mama yang
bilang kalo Reno sudah datang." 71 | Mamanya
memang yang ada di balik pintu itu dan mengatakan kalau Reno sudah menunggu di
ruang tamu. Nana menoleh gugup ke arah Nirina, "Aku... aku pergi dulu ya." Nirina
mengedipkan matanya, "Bersenang-senanglah." --Mama Nana menyapa Reno dengan
ramah, sepertinya mamanya itu cukup senang dengan kedatangan Reno, selain karena
Reno cukup santun dan baik, mama Reno juga menyadari bahwa Reno adalah lelaki
pertama yang diajak Nana ke rumah setelah Rangga, hal itu
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
berarti anak perempuannya ini sudah mampu bangkit dari keterpurukannya karena
ditinggal Rangga. Setelah berbasa-basi sejenak, mama Nana meninggalkan dua
mudamudi itu duduk berdua di ruang tamu. "Mama menyukaimu." Nana berbisik pelan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
sambil menatap kepergian mamanya, lalu tersenyum malu-malu, "Terimakasih sudah
mau datang menjemputku kemari." "Aku senang melakukannya." Reno tersenyum tulus,
"Aku juga berterimakasih karena kau mau mengundangku datang ke rumah, berkenalan
dengan mamamu." Nana tersenyum, tetapi kemudian ganjalan di hatinya itu muncul,
kemarin dia masih ragu menanyakannya karena dia terlalu bahagia ketika menyadari
besarnya perasaannya kepada Reno, dan takut merusak suasana. Tetapi sekarang dia
harus menanyakannya, karena semua hal harus diluruskan sebelum mereka melangkah
maju. 72 | "Reno." Ekspresi Nana berubah
serius, "Ada yang ingin aku tanyakan..." "Tentang apa?" Reno terlihat tenang, tetapi
matanya bersinar waspada. "Aku menerima telepon pada suatu malam...." Nana
menatap Reno dalam-dalam, "Katanya dari mamamu, dan kalau dia memang benarbenr
mamamu, dia bilang aku harus membujukmu agar mau pulang menemui tunanganmu
yang sakit.." Nana menghembuskan napas panjang, "Katanya semua akan dijelaskan...
tetapi kemudian aku datang ke resroran yang telah disepakati, menunggu sampai dua
jam dan tidak ada siapapun yang datang." Nana menatap Reno penuh pertanyaan, 'Kau
bisa menjelaskan tentang itu semua?" Reno menghela napas panjang. Dia tahu
pertanyaan ini akan datang juga dari Nana, telepon mamanya memang tidak mungkin
bisa diabaikan begitu saja. Haruskah Reno menjelaskan semuanya kepada Nana"
Tetapi dia masih merasa belum waktunya. Ikatan perasaan antara dia dan Nana harus
lebih diperdalam sebelum pada akhirnya dia membuka seluruh rahasianya kepada
Nana. "Itu memang mamaku." Reno akhirnya berkata, "Tetapi yang dia bicarakan adalah
mantan tunanganku." "Mantan tunanganmu?" Nana mengeryitkan keningnya kaget.
"Ya... aku sudah memutuskan hubunganku dengannya karena aku sampai pada suatu
titik kesadaran bahwa aku tidak mencintainya lagi." Reno menatap Nana dengan sedih,
"Kemarin dia sakit jadi mamaku yang merasa ikut bersalah memutuskan
menghubungimu, 73 | dia tahu bahwa aku
mencintaimu dan berpikir bahwa kau mungkin bisa mengetuk nuraniku untuk menjenguk
mantan tunanganku itu. Mama mungkin membatalkan niatnya untuk menemuimu karena
aku saat itu sudah pulang untuk menjenguk mantan tunanganku." Nana menelan
ludahnya, "Apakah kau memutuskan pertunanganmu karena aku?" Rasa bersalah
menyergap perasaannya, kalau Reno sampai memutuskan pertunangannya karena
jatuh cinta kepadanya, dia tidak akan sanggup menahan rasa bersalahnya. Bayangan
dirinya bersenang-senang di atas penderitaan perempuan lain sungguh tidak
tertahankan. Reno menggelengkan kepalanya, "Tidak Nana, aku memutuskan
pertunangan itu bahkan sebelum aku pergi ke Bandung, sebelum aku bertemu
denganmu, dan sebelum aku jatuh cinta kepadamu." Reno tidak bohong dalam hal ini,
dia memang memutuskan Diandra sebelum dia bertemu Nana. "Aku memutuskan
pertunangan itu karena menyadari bahwa sudah tidak ada cinta untuknya, jantungku
tidak berdebar karena bersamanya, dan aku rasa tidak baik mempertahankan sesuatu
yang hambar, apalagi sampai dibawa ke jenjang pernikahan." Nana tercenung
memikirkan penjelasan Reno, dia memang tidak bisa menyalahkan Reno kalau itu
memang yang menjadi alasan keputusan Reno... sedikit banyak dia lega karena Reno
memutuskan tunangannya bukan karena dirinya. Ditatapnya Reno dengan hati-hati,
"Apakah mantan tunanganmu itu baik-baik saja sekarang?" Reno menganggukkan
kepalanya, 74 | "Kemarin aku pulang untuk
menemuinya, dia perempuan yang kuat, aku yakin dia akan bangkit dan bisa
menemukan seorang laki-laki yang bisa mencintainya dan dicintainya dengan sepenuh
hati." Reno lalu beranjak, mencoba mengalihkan percakapan dari suasana yang
membuat murung itu. "Yuk kita jalan. Jangan dibahas lagi ya, itu masa lalu dan
sekarang aku sudah melangkah maju." Reno mengulurkan tangannya kepada Nana,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
"Bersamamu." Sejenak Nana ragu, lalu dia membalas uluran tangan Reno. --"Jadi
setelah ini kita kemana?" Mereka hendak keluar dari gedung itu, setelah menonton film
pilihan mereka. Ternyata hujan sedang turun dengan derasnya di luar, membuat
benteng segaris air yang kelabu menutup pemandangan saking derasnya. Langit gelap
bahkan di jam sorepun sudah tampak seperti tengah malam yang pekat. Akhirnya Reno
mengajak Nana kembali masuk ke gedung itu, mereka duduk di Cafe di lantai empat
yang berdinding kaca bening, sehingga pemandangan hujan yang menghantam-hantam
kaca tampak begitu jelas. Nana dan Reno memilih tempat yang langsung berdekatan
dengan dinding kaca itu. Seharusnya Nana tidak menyukai suasana ini, seperti
kebanyakan orang yang menggerutu karena hujan telah merusak hari mereka. Tetapi
tidak, dia malahan merasa senang, karena hujan baginya telah menciptakan aura yang
membungkusnya, aura melankolis yang membuatnya semakin yakin bahwa dia telah
jatuh cinta. 75 | Nana tersenyum kepada Reno,
"Kita di sini saja dulu, menghitung hujan." "Menghitung hujan?" Reno mengernyitkan
keningnya, "Bagaimana bisa?" "Aku selalu melakukannya kalau sedang sedih.... Kau
lihat itu?" Nana menunjuk ke arah kaca di sebelahnya. "Lihat apa?" Reno mendekatkan
tubuhnya dengan tertarik ke arah yang ditunjuk Nana "Buliran-buliran air hujan yang
menempel di kaca. Ketika aku melamun aku selalu menghitungnya, mengamatinya
sampai buliran itu meleleh dan hilang... lalu mengitung lagi dan lagi." Nana menatap
Reno yang melihatnya sambil mengangkat alis, lalu menundukkan kepalanya malu,
"Maafkan aku, aku aneh ya." Reno tergelak, mengulurkan jemarinya untuk mengacak
rambut Nana, "Ya kau memang aneh, tapi kau orang aneh yang kucintai." Mereka
bertatapan, saling bertukar pandang, penuh cinta. Hati mereka diliputi oleh kebagagiaan
yang luar biasa, jantung Reno berdegup ringan, merasa bahagia. Tetapi bukan hanya
jantungnya saja yang berbahagia, Sekujur tubuh Reno seolah bernyanyi, mengucap
syukur atas kebahagiaan yang telah lama diimpikannya ini. Kebahagiaan karena bisa
ada di dekat Nana, kebahagiaan karena bisa memiliki hati Nana. "Aku dulu juga suka
menghitung hujan tanpa sadar." Reno bertopang dagu, menatap ke arah kaca itu, "Dulu
aku sempat sakit dan dirawat di rumah sakit lama." 76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
com Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kau sakit apa?" sela Nana dengan cemas. Reno tersenyum samar, "Bukan sakit yang
penting." Elaknya, "Dan aku sering merasa hujan di rumah sakit. Saat paling
menyenangkan buatku adalah ketika hujan turun, lalu aku akan menatap tetesan demi
tetesannya yang berjatuhan dari jendelaku yang terbuka." Dia tersenyum menatap
Nana, "Sepertinya kita sama ya." Nana terkekeh lalu membiarkan jemarinya direngkuh
ke dalam genggaman tangan Reno, "Kita bisa duduk dan menghabiskan waktu diam
berdua tanpa bosan, sambil menghitung hujan." "Ide yang bagus." Reno mengangkat
alisnya, "Mari kita lakukan." Dan demikianlah Reno dan Nana. Duduk berdua,
bergenggaman tangan, menghitung hujan bersama-sama. ?LoveReads Nana sedang
mengunjungi toko buku kecil langganannya di lokasi dekat kampus, Nirina tidak ada
bersamanya karena sahabatnya itu sedang kuliah tambahan. Dengan asyik Nana
menelusuri barisan buku-buku yang tertata rapi di bagian fiksi, mencari kisah romantis
baru untuk di bawa pulang. Ketika tidak menemukan apa yang dicarinya, Nana berbalik,
hendak menuju bagian new release di sudut lain toko itu, ketika kemudian dia menabrak
seseorang yang sedang membawa tumpukan buku-buku hingga yang dibawanya itu
jatuh berserakan di lantai. "Oh maaf." Nana dan orang yang ditabraknya itu sama-sama
berjongkok untuk mengambil buku itu, Nana mendongak dan menatap 77 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m orang yang ditatapnya, seorang perempuan.... sangat cantik.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
Dengan cekatan Nana mengambil buku-buku yang berserakan itu lalu berdiri diikuti
perempuan itu, dan menyodorkan buku-buku itu kepada perempuan itu. 'Maafkan saya
ceroboh, saya tidak tahu ada orang di belakang." Perempuan cantik itu menerima
buku-buku dari Nana dan memeluknya di tangannya, "Tidak apa-apa, aku juga tadi
berjalan lurus saja, tidak melihat ke kanan dan ke kiri." "Itu Jane Eyre." Nana tidak bisa
menahan diri ketika melihat sampul salah satu buku yang berada di bagian depan di
pelukan perempuan itu, "Aku juga punya satu di rumah." "Oh ya?" perempuan itu melirik
ke arah bukunya dan tersenyum malu-malu, "Aku sedang berlibur di Bandung, dan
sengaja membeli buku-buku yang banyak sebagai teman kebosananku. Dari
sinopsisnya di bagaian belakang buku, sepertinya ini buku yang menarik." "Sangat
menarik. Ini adalah buku romance dari tulisan sastra lama inggris, diterbitkan pertama
kali tahun 1847 dan kisah cintanya masih bertahan sampai sekarang." Nana memutar
bola matanya, "Ketika Charlotte Brontte menerbitkannya pada tahun itu, buku ini menuai
banyak kontroversi." "Kenapa?" Perempuan itu tampak tertarik. "Karena kisah cintanya
yang tidak biasa. Jane Eyre adalah perempuan mandiri dari keluarga kaya, ketika
ayahnya meninggal dia terusir begitu saja dengan hartanya dikuasai oleh ibu dan adik
tirinya, mirip kisah cinderella yah." Nana terkekeh, "Tetapi kemudian dia menjadi 78 | R a
t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m guru untuk mengajar seorang anak kecil, anak dari
bangsawan kaya yang sudah menjadi duda, dia harus tinggal di sebuah kastil gelap,
dimana kabarnya kastil itu berhantu dan sang pemilik adalah bangsawan yang sangat
menakutkan, tetapi tidak pernah ada di rumah karena begitu sibuknya dengan bisnisnya.
Dia mengajar anak bangsawan itu, seorang gadis kecil yang sangat mencuri hatinya
sehingga Jane sangat menyayanginya. Tetapi kemudian bangsawan itu pulang ke
kastilnya, dan Jane melihat bahwa bangsawan itu sangat tampan meskipun sikapnya
misterius dan menakutkan." Nana mengedipkan sebelah matanya, "Ada begitu banyak
misteri di kastil itu dibalut kisah romance yang sangat menarik antara sang guru pribadi
dengan sang bangsawan.... kisah misterinya digambarkan dengan baik, bahkan aku
sampai merinding membacanya, tetapi begitu membacanya kau tidak akan bisa
berhenti, karena kau pasti sangat ingin tahu rahasia gelap dan mengerikan apa yang
tersembunyi di kastil itu....aku tidak akan menjelaskan lebih lanjut kepadamu karena
nanti akan merusak kejutannya." Perempuan itu terkekeh, "Kau membuatku ingin
cepat-cepat pulang dan membacanya untuk mengetahui rahasia gelap apa yang ada di
sana." Lalu perempuan itu mengulurkan tangannya, "Kita sampai lupa berkenalan...
namaku Diand....." perempuan itu berdehem "...panggil aku Dian." Nana tersenyum
ramah dan membalas uluran tangan itu, menjabatnya dengan hangat, "Dan aku Nana."
?LoveReads 79 | Menghitung Hujan Part 8
Andai engkau tahu betapa ku mencinta Selalu menjadikanmu isi dalam doaku Ku tahu
tak mudah menjadi yang kau pinta Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya Jika
aku bukan jalanmu Ku berhenti mengharapkanmu Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu [Afgan - Jodoh Pasti bertemu] --- Begitu
sampai di rumah, Diandra langsung melemparkan buku-buku yang dibelinya ke meja
depan. Dia melirik sedikit dan dadanya berdenyut ketika melihat sampul buku berjudul
'Jane Eyre' itu. Langsung terbersit di benaknya wajah Nana yang bercahaya ketika
menerangkan tentang buku itu. Nana tampak bahagia, cantik dan ceria, seakan tidak
menanggung beban apapun di benaknya. Itukah perempuan yang telah merenggut hati
Reno darinya" Diandra mengambil buku itu dan menggenggamnya erat di jemarinya,
benaknya berkelana, tiba-tiba saja membayangkan bagaimana jika Reno tersenyum
lembut kepada Nana, bagaimana ketika dua anak manusia itu berjalan bersama-sama
dan tampak begitu cocok. Visualisasi itu membuat dada Diandra terasa sesak dan sakit.
?LoveReads 80 | "Aku ingin mengajakmu." Nana
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menatap Reno yang sedang duduk di depannya dengan senyuman setengah cemas.
Reno menyesap kopinya, menatap Nana dari atas cangkirnya, "Kemana?" Nana
menghela napas, lalu membulatkan tekad, "Ke makam Rangga." Tangan Reno yang
hendak meletakkan cangkir itu membeku di udara, tampak terkejut. Sementara itu, Nana


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menatap Reno dengan tatapan cemas, "Kau mau ikut?" Reno termenung, lalu
mengangguk dan tersenyum, "Tentu saja....
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kapan?" "Hari minggu, biasanya di minggu kedua aku mengunjungi makam Rangga,
mengantarkan bunga dan berbicara tentang kehidupanku." Mata Nana tampak sendu,
"Aku sudah menceritakan tentangmu kepada Rangga... aku...... entah bagaimana,
Rangga masih merupakan bagian penting dalam hidupku.... kuharap kau mengerti."
Jemari Reno terulur dan menyentuh jemari Nana, meremasnya lembut, "Aku mengerti
sayang..." --Lama setelahnya Reno termenung sendirian di rumah dan menatap dirinya
sendiri di kaca, dia telanjang dada, hanya mengenakan celana piyama warna abu-abu
yang menggantung rendah di pinggangnya. Matanya terpaku di sana, menatap ke arah
dadanya, bekas jahitan itu, tempat jantung milik Rangga disematkan di sana, untuk
menyelamatkan hidupnnya. 81 | Mengunjungi
makam Rangga...... Reno mengernyitkan keningnya, makam lelaki itu.. lelaki yang
sangat mencintai Nana, bahkan ketika jiwanya sudah tidak ada di dunia ini, jantungnya
masih berdenyut penuh cinta untuk Nana. Lelaki yang juga amat sangat dicintai oleh
Nana... Reno mendesah, jemarinya meraba bekas jahitan itu dan benaknya langsung
bertanya-tanya, akan jadi apakah kisahnya dengan Nana nanti" Apakah hanya akan
menjadi kisah cinta lanjutan antara Nana dengan Rangga, yang jantungnya terselubung
di dalam tubuhnya" Ataukah menjadi kisah cinta baru, cinta Nana dan Reno" Untuk
pertanyaan yang satu itu..... Reno tidak tahu jawabannya. ?LoveReads "Kenapa kau
tidak memanfaatkan hari-harimu di Bandung untuk berbelanja dan menikmati wisata
kuliner?" Axel menghempaskan diri di sofa, di samping Diandra yang membaca
novelnya. Diandra mengangkat alisnya dan menatap Axel dengan sebal, "Hujan terus
setiap hari, bagaimana aku bisa keluar" untuk menuju tempat FO aku harus naik angkot
dua kali." ditatapnya Axel dengan pandangan menuduh, "Dan kau... kau yang harusnya
mengantarkanku malahan sibuk setengah mati dengan band-mu." Axel tergelak
"Sekarang aku sudah bebas dan siap sedia mengantarmu tuan puteri." Diandra
mengangkat alisnya, "Sekarang aku sedang malas." "Aku tahu tempat makan yang enak
dan tempat mencari baju yang 82 | bagus." Axel
tidak menyerah, "Kau pasti akan suka." Rupaya kata-kata Axel membuat Diandra
tertarik, setelah pertemuannya dengan Nana kemarin, Diandra tidak keluar rumah lagi.
Dia ragu, ragu dan takut menghadapi kenyataan kalau harus melihat sendiri cinta Nana
dan Reno. Dia masih berusaha menyiapkan hati. Tetapi mungkin ajakan Axel ada
gunanya juga untuk mengisi waktu luangnya dan mengatasi kebosanannya di rumah.
Ditutupnya novel di tangannya dan menatap Axel dengan tertarik, "Tempatnya jauh?"
"Lumayan, tetapi aku tahu jalan supaya kita tidak perlu menembus kemacetan." Axel
berdiri, sudah yakin kalau Diandra akan mengikutinya, "Ayo berangkat sekarang."
--Mereka memasuki factory outlet yang besar itu, yang katanya merupakan pioner
Factory Outlet yang didirikan di jalan Riau, dan kemudian menghidupkan wisata FO di
kawasan jalan Riau Bandung, terletak di depan kantor pos besar Jalan Riau, dua
bangunan yang bertolak belakang tetapi terletak dalam satu ruang. Yang satu adalah
gedung Herritage, dengan gaya kolonial belandanya yang khas, dan masih merupakan
cagar budaya kota bandung, dan yang satunya lagi adalah gedung Cascade dengan
gayanya yang modern dan kolam air yang indah di depannya. Dua bangunan itu
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
bertolak belakang, tetapi entah kenapa tampak cocok ketika disandingkan. Axel
melangkah turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Diandra, "Ayo, kita makan
dulu. Di sini es cendolnya enak.... dan ada 83 |
mie Tuna yang sangat lezat, kau pasti akan suka begitu mencicipinya. Setelah itu aku
akan mengantarkanmu berbelanja pakaian. Disini koleksi pakaiannya bagus-bagus, kau
pasti suka." Diandra terkekeh sambil turun dari mobil dan berjalan di sisi Axel, "Tidak
biasanya, kau baik sekali kepadaku, setahuku kau paling sebal kalau diajak menemani
perempuan berbelanja." Axel tersenyum dan menatap Diandra dengan tatapan
menyesal. "Nenek memarahiku karena sibuk sekali dengan band-ku akhir-akhir ini,
sampai-sampai aku tidak bisa menemanimu, dan nenek ada benarnya juga, kau kan
jarang-jarang datang ke bandung, seharusnya di waktu yang sempit ini, aku bisa
membuat setiap detiknya bermakna." Axel mengedipkan matanya, "Jadi sekarang kau
tuan puterinya...." "Dan kau pelayannya." Diandra tergelak, tidak mempedulikan wajah
cemberut Axel. Dia melangkah setengah mendahului sepupunya itu, tetapi kemudian
langkahnya berhenti dan membeku. Dahinya mengerut dengan sedih. Kenapa" Kenapa
di seluruh tempat di Bandung ini, di seluruh waktu yang ada di dunia ini, dia harus
berpapasan dengan Reno dan juga Nana" Di depannya, ada Reno yang sedang
menggandeng Nana, Reno yang dirindukannya tampak tertawa dengan ceria, tampak
sehat dan bahagia, jauh sekali dari kenangan Diandra akan Reno dulu, yang selalu
murung dan lemah di atas ranjang rumah sakit. Sekarang Renonya tampak ceria dan
begitu sehat, seolah-olah seluruh energi yang dulu direnggut darinya karena sakitnya
telah kembali. 84 | Pertanyaan itu langsung
mengiris hatinya kembali. Apakah dia menginginkan Reno yang tanpa jantung baru itu"
yang lemah, sakit dan tidak berdaya, tanpa harapan hidup lama... tetapi masih menjadi
miliknya" masih mencintainya" Ataukah dia bisa menerima Reno yang sekarang
dengan jantung barunya itu, yang begitu sehat, penuh vitalitas dan bisa tertawa lepas...
tetapi sudah tidak mencintainya dan sudah tidak dimilikinya" Pasangan itu rupanya tidak
menyadari keberadaan Diandra di depannya, Sampai kemudian Reno yang
menyadarinya duluan, matanya berkilat tidak percaya, kemudian berlumur keterkejutan
yang luar biasa ketika mendapati ada Diandra yang berdiri di depannya. Langkahnya
setengah tertahan dan dia hampir bersuara. Tetapi rupaya Nana sudah menyadari
kehadiran Diandra, dia langsung teringat perempuan itu yang ditemuinya di toko buku
dan langsung tersenyum lebar, "Hai Dian.." Sapa Nana ramah, "Tidak disangka kita
bertemu lagi di sini." Sapanya ceria dan terkejut, "Bagaimana Novelnya" sudah dibaca,
baguskah?" Diandra berusaha tidak mempedulikan wajah Reno yang berkerut, juga
tubuh Axel yang menegang di sebelahnya. "Sudah kubaca, bukunya bagus, tapi aku
baru sampai di tengahtengah buku, jadi aku belum tahu rahasia gelap apa yang
tersembunyi, meskipun aku mulai menebak-nebak semua misterinya." Nana tertawa,
"Kau pasti akan terkejut, sangat layak untuk dibaca sampai akhir." 85 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m "Aku juga merasa begitu." Diandra tiba-tiba menggandeng lengan
Axel, "Eh aku harus buru-buru, maaf ya, semoga ada kesempatan lain buat kita
bertemu." Dengan cepat ditariknya Axel yang tampak bingung meninggalkan Reno dan
Nana. Ketika mereka sudah jauh, Axel melepaskan pegangan Diandra dengan tatapan
tajam, "Itu tadi Reno, tunanganmu, sedang bersama perempuan lain dan kau bersikap
seolah-olah tidak mengenalnya. Ada
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
apa ini Diandra" Adakah yang tidak kau ceritakan kepadaku?" Diandra menghela napas
panjang, "Maafkan aku Axel... sebenarnya aku ingin menyimpan masalahku sendiri...
tapi...." napas Diandra terasa sesak tiba-tiba ketika bayangan kebersamaan Reno dan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
Nana menghantui benaknya, "Bisakah kita duduk dulu" aku akan menceritakan
semuanya kepadamu." Axel mengangguk dan menatap Diandra galak, "Ceritakan
semuanya sedetail mungkin." gumamnya. ?LoveReads Sementara itu, Nana masih
menatap ke arah kepergian Diandra sampai menghilang, lalu menoleh menatap Reno
yang entah kenapa tampak begitu tegang, "Itu tadi kenalanku, kami bertemu di toko
buku." "Kau kenal dia?" suara Reno terdengar tajam. Nana terkekeh, "Bukan kenal
sekali sih.... kami tidak sengaja bertabrakan di toko buku dan dia sedang membeli novel
yang aku tahu, 86 | jadi kami bercakap-cakap
sejenak mengenai Novel.... tadi adalah pertemuan kedua kami." Reno menghela napas
panjang. Hatinya dipenuhi pertanyaan. Diandra ada di Bandung" Kenapa" Dan kenapa
perempuan itu sampai bisa bertemu dan mengenal Nana" Apakah itu hanya kebetulan,
ataukah Diandra sudah merencanakannya" Apakah Diandra belum menyerah
tentangnya" Reno mendesah, merasa sedih. Yang paling diinginkannya adalah Diandra
bisa segera melupakannya dan menemukan cinta yang baru, kenapa Diandra tidak mau
menyerah" Kenapa perempuan itu lebih memilih menyakiti dirinya sendiri dengan
membangun harapan tanpa akhir dan patah hati yang sudah di depan mata" Reno
harus menemui Diandra lagi, dan mencoba untuk menyadarkannya. Diandra harus bisa
menerima bahwa apapun yang dilakukannya, tidak akan ada lagi cinta Reno untuknya.
?LoveReads 87 | Menghitung Hujan Part 9
Hanya dengan menghitung hujan aku mengenangmu Hanya dengan menghitung hujan
aku mencintaimu Tetesannya sebanyak apa yang bisa kucurahkan kepadamu Cintaku
yang terlalu dalam, semampuku, sekuatku, menghujanimu. Kalau ada yang berani
bertanya seberapa banyaknya cintaku... Akan kusuruh dia menghitung tetesan hujan
yang turun --- Axel setengah membanting gelas kopinya ke meja, tak bisa menahan
emosinya. Mereka duduk di cafe kecil di lantai atas gedung itu, suara air gemericik
sebenarnya cukup bisa menenangkan suasana, pun dengan air terjun buatan dengan
kolam minimalis penuh ikan koi berukuran besar-besar yang bahkan cukup jinak untuk
dielus kepalanya. Tetapi rupanya itu tidak mempan bagi Axel, dia marah besar kepada
Reno dan caranya memperlakukan Diandra, sepupunya yang sangat dia sayangi.
Meninggalkannya begitu saja dengan alasan yang tidak bisa diterima dengan nalar.
Bahkan kalaupun alasan itu benar adanya, Reno masih tidak berhak meninggalkan
Diandra begitu saja. Dia tahu persis meskipun tidak satu kota dengan Diandra, bahwa
Reno dulunya begitu lemah karena penyakitnya dan Diandra dengan sepenuh hati
selalu mendampinginya. Meninggalkan Diandra karena jantungnya mencintai
perempuan lain?" HUH! 88 | Axel tanpa sadar
mencibirkan bibirnya penuh penghinaan sambil membayangkan Reno. "Jangan marah
ya." Diandra bergumam pelan sambil mengamati ekspresi Axel yang berubah-ubah.
"Aku sendiri sudah terlalu lelah untuk marah. Pada akhirnya aku hanya bisa sabar dan
menerima." "Kalau aku tahu kisah ini dari tadi, sudah kuhajar Reno." Diandra
menggelengkan kepalanya, "Kekerasan tidak akan menghasilkan apapun Axel.... dan
bahkan perempuan itu..." ekspresi Diandra tampak sedih, "Perempuan bernama Nana
itu sepertinya tidak tahu kisah yang sebenarnya." "Kalau begitu perempuan itu harus
tahu kisah yang sebenarnya, supaya dia sadar dia sedang berbahagia di atas
penderitaan orang lain." sela Axel tegas. "Haruskah aku melakukannya?" Diandra
tampak ragu. Axel menganggukkan kepalanya. "Bagaimanapun juga kalian mencintai
lelaki yang sama, kalian mempunyai hak yang sama dalam memperjuangkan cinta
kalian. Dan posisi kalian harus sama." Diandra tercenung mendengar kata-kata Axel.
Matanya menatap ke luar, ke arah hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya.
?LoveReads Suatu malam Rangga pernah menyeduhkan secangkir kopi untuk Nana di
apartementnya, dia menyerahkannya kepada Nana sambil tersenyum lembut, Nana
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menerima kopi itu dan membalas senyuman Rangga, mengucapkan terimakasih dengan
manis. 89 | Hujan turun dengan derasnya di
sebelahnya, dan Rangga menjatuhkan tubuhnya di sofa sebelah Nana, mereka menatap
hujan yang turun dengan derasnya. Mereka hanya berdua di apartement Rangga ini,
sendirian. Rangga memang sebatang kara di dunia ini, orang tuanya sudah meninggal
dan dia tidak punya saudara, dia tinggal di apartement studionya yang penuh dengan
jendela kaca lebar, memungkinkan mereka bisa menikmati memandang tetesan hujan
sepuasnya. Nana sangat suka bersantai di apartement Rangga ini, suasananya syahdu
dan melankolis, membuat hati terasa tenteram, apalagi ketika hujan mulai turun dengan
derasnya dan Rangga akan membuka tirai jendelanya lebar-lebar, membuka jendela
kamarnya. Air bercipratan masuk dan suasana dingin menelusup, membuat kamar ini
seakan menyerap suasana hujan di luar. Dengan senang Nana menyandarkan
kepalanya di bahu Rangga, dia sudah menyesap kopinya dan meletakkannya di
mejanya, "Aku bisa duduk di sini selamanya, menatap hujan bersamamu dan tak
merasa bosan." gumam Nana, memecah suara derasnya hujan yang mendominasi
ruangan. Rangga terkekeh, "Aku juga." dia lalu mengecup dahi Nana dengan lembut,
"Aku ingin selamanya bersamamu, Nana." Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan sebuah
kotak dari saku celananya, kotak mungil berwarna hitam. Nana membelalakkan
matanya, menatap Rangga dengan ragu, ragu sekaligus berdebar. 90 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m Rangga membuka kotak itu, sebuah cincin mungil dari emas putih
dengan berlian kecil di tengahnya, sederhana, tetapi cantik. "Maukah kau menikah
denganku Nana?" Suara Rangga terdengar serak dilatarbelakangi suara hujan yang
romantis. Mata Nana berkaca-kaca, dia menatap cincin itu, lalu mengalihkan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
matanya kembali, menatap Rangga, dan menemukan keseriusan di sana. "Aku mau."
suaranya bergetar penuh perasaan, "Aku mau Rangga." ?LoveReads Mereka berdiri di
depan makam Rangga, makam itu seakan terpaku sendirian di sana, di bawah sebatang
pohon yang teduh. Rangga meninggal tanpa sanak keluarga, dan dia mewariskan
seluruh miliknya kepada Nana. Apartement itu, seluruh barang-barangnya, rekening
tabungannya, semua diserahkannya kepada Nana. Meskipun sampai sekarang Nana
belum berani mengunjungi apartemen Rangga, apalagi melihat barang-barang Rangga
yang masih tertinggal di sana, tertata persis seperti ketika Rangga meninggalkannya
untuk terakhir kalinya sebelum kecelakaan itu. Nana menahankan perasaan yang
menyesakkan dada ketika menatap makam itu, dia lalu menatap Reno yang tampak
merenung di sebelahnya, "Ini Rangga." gumamnya serak. "Hai Rangga." Reno
bergumam pelan, "Aku Reno, dan aku hanya ingin mengatakan bahwa kau tidak perlu
cemas, mulai sekarang, aku akan menjaga Nana." 91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
o m Jantung Reno terasa berdegup kencang. Membuat Reno memejamkan matanya,
bergumam dalam hati untuk Rangga. Ya Rangga.... kau bisa tenang. Kekasihmu kini
sudah ada dalam pelukanmu lagi.... berdetaklah untuknya selalu... ?LoveReads
"Kenapa kau ada di Bandung" Dan kenapa kau bisa mengenal Nana" Apa sebenarnya
rencanamu" " Reno langsung memberondongkan pertanyaan itu ketika Diandra
mengangkat teleponnya di seberang. Diandra terpaku sejenak, tidak menyangka bahwa
kalimat pertama yang diucapkan Reno setelah meneleponnya adalah kalimat penuh
tuduhan. "Aku ke Bandung untuk menengok nenekku." gumam Diandra berusaha
tenang, "Dan aku tidak sengaja bertemu Nana di toko buku." untuk jawaban kedua ini
Diandra memang berbohong. Reno terdiam, "Aku tidak percaya." gumamnya akhirnya,
"Jangan berbohong padaku Diandra, apakah kau menyusul kemari karena kau belum
berhenti berharap?" suara Reno tampak sedih, "Aku mohon, Diandra, aku mohon
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
dengan sangat... lupakan aku, carilah cinta sejatimu, aku yakin kau akan
menemukannya kalau kau bisa melepaskan aku." Kata-kata Reno, yang diucapkan
tanpa perasaan kepadanya itu bagaikan sembilu yang menyayat hati Diandra, teganya
Reno mengucapkan hal itu kepadanya" Menyuruhnya melupakan Reno" Apakah Reno
pikir hal itu demikian mudahnya dilakukan sementara selama ini, yang ada di hati
Diandra hanya Reno, yang menjadi tumpuan dan 92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
o m tujuan hidupnya hanyalah bersama lelaki itu hingga ujung hidupnya. Bagaimana
bisa Reno menyuruhnya melupakannya" "Kau menyakitiku Reno." Suara Diandra
bergetar penuh air mata, "Mungkin kau bisa dengan mudahnya melupakan aku,
membuang aku dari hatimu. Tetapi maaf, aku tidak sedangkal itu. Aku akan berjuang
untuk mendapatkan Renoku yang dulu!" Kemudian, tanpa memberi kesempatan Reno
untuk menjawab, Diandra menutup teleponnya dan menangis sejadi-jadinya. Sebuah
tangan menyentuh pundaknya dengan lembut, membuat Diandra menoleh. Axel berdiri
di sana menatap miris wajah Diandra yang penuh air mata, lalu lelaki itu merengkuh
Diandra, membiarkan perempuan itu menumpahkan tangis di dadanya. "Kenapa kau
bahkan masih mengharapkannya setelah perlakuan kejamnya kepadamu?" Axel
mengernyitkan keningnya dengan gusar. Setelah Diandra tenang, mereka duduk
berhadapan di kamar itu, dan Axel berhasil membuat Diandra bercerita tentang telepon
dari Reno yang diterimanya barusan. Diandra tercenung dan menatap Axel sedih, "Kau
tidak akan bisa membayangkan bagaimana perasaanku." "Sejujurnya aku bisa." Axel
merenung, "Aku melihat sendiri bagaimana kau merawat Reno dengan setia, bahkan
dengan kenyataan bahwa lelaki itu kemungkinan tidak bisa hidup lebih lama lagi. Perlu
cinta yang luar biasa besar untuk melakukan itu semua." Axel menatap Diandra dengan
hati-hati, "Tetapi yang sekarang terjadi, Reno sudah meninggalkanmu." Axel meringis
melihat wajah Diandra 93 | yang tampak
terpukul. "Maafkan aku harus mengatakannya tetapi kau harus menghadapi kenyataan
Diandra, apakah.... bukankah lebih baik daripada menyiksa diri... kau melepaskan Reno
dari hatimu dan mulai menyembuhkan diri" Mungkin di luar sana ada jodoh terbaik
untukmu yang sedang menunggumu." Wajah Diandra pucat pasi dan suaranya bergetar
ketika berkata, "Aku tidak bisa berhenti, Axel. Kau sendiri yang bilang bahwa aku punya
cinta yang luar biasa besar. Dan aku akan memperjuangkan cintaku sampai aku tak
mampu lagi." ?LoveReads Lelaki muda itu ingin menemuinya, Nana mengernyitkan
keningnya ketika mengawasi lelaki yang menemuinya di depan kampus itu. Tadi Nirina
mengatakan bahwa ada lelaki yang mencari-cari dan ingin menemuinya. Semula Nana
takut menemui lelaki yang tidak dikenal di depan kampusnya. Tetapi kemudian, lelaki itu
masuk ke ruang depan kampusnya, dimana ada banyak mahasiswa yang lalu lalang,
dan banyak yang akan menolong Nana kalau-kalau terjadi apa-apa yang tidak
diharapkannya, karena itulah Nana mau menemuinya pada akhirnya. Lelaki itu melepas
kacamata hitamnya dan tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, "Perkenalkan saya
Axel." "Apakah saya mengenal anda?" Nana bertanya segera karena kilasan ingatannya
membawanya pada pertemuan kemarin dengan perempuan 94 | R a t u - b u k u . b l o g
s p o t . c o m bernama Dian, lelaki ini yang ada di samping Dian waktu itu, yang hanya
diam dan tidak berkata apa-apa. Axel tersenyum, "Ya. Anda bertemu dengan saya
kemarin. Saya memang tidak mengenal anda, tetapi saya mengenal orang-orang yang
berhubungan dengan anda. Saya kemari untuk memberitakukan tentang hal-hal yang
tidak anda ketahui." "Hal-hal yang tidak aku ketahui?" kerutan di dahi Nana semakin
dalam, kebingungan. "Ya." Axel menghela napas panjang, "Mungkin ini akan
mengejutkan bagi anda, Tetapi saya ingin mengungkap kenyataaan tentang Reno, dan
juga tentang Diandra." ?LoveReads 95 |
Menghitung Hujan part 10 mendung itu yang mengeruhkan hati, tak cukup gelap hati


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menghitung Hujan - Santhy Agatha
masih sendu, dan pertanyaan itu masih kelam tak bisa dekat dengan sempurna, tetapi
bisa dekat dengan hatimu sesederhana itu mimpiku tentangmu dan kalaupun itu tidaklah
mungkin akan kutunggu sampai hari berakhir
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
atau sampai kita lahir lagi di waktu lain, saat mimpi yang tak mungkin, menjadi mungkin
--"Tentang Reno dan Diandra?" Nana mengernyitkan keningnya. Siapa itu Diandra"
Nana berusaha mengorek-korek ingatannya tetapi dia tetap tidak menemukan
ingatannya tentang seseorang bernama Diandra. Axel menjawab dengan cepat,
"Diandra... yang kemarin kita bertemu di depan Cascade." Nana mengedipkan matanya,
"Diandra.. maksudmu Dian?" Axel langsung sadar kalau Diandra memperkenalkan
dirinya sebagai Dian kepada Nana, "Ya, maksudku Dian." "Kalau begitu, Reno dan
Diandra.... apakah maksudmu Reno mengenal Diandra?" Nana mengernyitkan
keningnya. Kalau begitu kenapa kemarin Dian dan Reno bersikap tidak saling kenal"
bahkan sepanjang ingatan Nana, mereka bukan hanya tidak saling menatap, tetapi juga
tidak saling menyapa. 96 | Sampai kemudian
setelah mereka pergipun, Reno sama sekali tidak mengindikasikan bahwa dia mengenal
Diandra..... Nana mengalihkan pandangannya dan menatap Axel dengan bingung.
Lelaki ini tidak dikenalnya, datang menemuinya ingin menjelaskan tentang Reno dan
Diandra, dari kesimpulan cepat Nana, mungkinkah lelaki ini adalah kekasih Diandra"
"Ceritanya sedikit kompleks dan panjang, bisa aku minta waktu Nana" mungkin kita bisa
duduk di suatu tempat?" Nana menatap Axel, penampilan lelaki ini tampaknya tidak
mencurigakan, tetapi bagaimanapun juga Nana tidak kenal dengan Alex, apalagi
penjahat-penjahat sekarang malahan kebanyakan berpenampilan meyakinkan agar
tidak dicurigai.' "Nana?" teguran Axel itu mengagetkan Nana dari lamunan liarnya,
membuat pipinya memerah malu ketika menyadari bahwa dia melamun di depan Axel.
Dengan cepat, Nana mengambil keputusan paling aman. "Kita bisa berbicara sambil
duduk di kantin kampus." --Kantin kampus sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk
melakukan pembicaraan serius karena suasananya biasanya ramai. Tetapi untunglah,
karena menjelang jam pulang kampus, suasana kantin agak sedikit lengang. Hanya ada
beberapa mahasiswa yang duduk mengobrol dengan tenang di berbagai sudut. Dan
tempat ini merupakan tempat ideal bagi Nana karena tempat umum yang banyak orang
merupakan tempat yang paling aman ketika berbicara dengan orang 97 | R a t u - b u k
u . b l o g s p o t . c o m yang baru dikenalnya ini. Mereka memilih duduk di sebuah
sudut yang nyaman, cukup ada privasi untuk bercakap-cakap tapi tetap bisa dilihat dan
melihat orang banyak. Pelayan menawarkan menu dan Axel memesan minuman jeruk
sementara Nana memesan kopi kesukaannya. Axel mengangkat alis melihat pesanan
Nana, "Kopi siang-siang?" tanyanya penuh arti sambil tersenyum. Nana membalas
senyuman Axel. "Aku belum minum kopi hari ini. Biasanya sehari satu mug." Axel
terkekeh mendengarnya. Dia menatap Nana dan menyadari bahwa perempuan di
depannya ini adalah perempuan yang menyenangkan. Seandainya tidak ada konlik
yang melibatkan Diandra yang sangat disayanginya, mungkin mereka bisa berteman.
Sekarang Axel didera perasaan bersalah karena harus mengungkapkan kenyataan...
kenyataan yang mungkin akan menyakiti hati Nana. "Jadi?" Nana memandang Axel
karena tampaknya lelaki itu malahan tercenung dan tampak ragu, "Ingin bicara tentang
apa?" Axel tergeragap, lalu menghela napas panjang. "Sebelumnya aku minta maaf
karena membahas kehidupan personal. Tetapi karena ini menyangkut Diandra... dia
sepupuku dan aku sangat menyayanginya." Jadi Diandra adalah sepupunya. Nana
mengerutkan keningnya, sayang sekali, karena ketika mereka berjalan bersama
kemarin, mereka tampak sangat serasi. "Mungkin hal yang kuberitahukan kepadamu ini
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
akan mengejut-kanmu. Tetapi aku harus mengatakannya. Ini tentang Reno.... kulihat
kau akrab dengannya." 98 | Pipi Nana memerah,
dia tidak menjawab, tapi Axel tahu ada tatapan berbinar penuh cinta di sana ketika Axel
menyebut nama Reno. "Apakah kau tahu bahwa Reno pernah punya tunangan
sebelumnya?" Axel bertanya hati-hati. Nana mengerutkan kening, langsung teringat
akan telepon aneh dari perempuan yang mengatakan bahwa dirinya adalah ibu Reno
dan mengajak bertemu, mengatakan tentang Reno dan tunangannya... perempuan itu
tidak muncul pada janji temu mereka, dan Reno mengatakan supaya Nana tidak usah
memikirkannya lagi.... "Aku tahu, Reno menceritakan kepadaku bahwa dia sudah putus
dengan tunangannya sebelum dia pindah ke Bandung." Tatapan Axel makin intens,
"Apakah kau tahu apa alasan Reno meninggalkan tunangannya?" "Itu bukan urusanku,
kan?" Nana mulai merasa tidak nyaman. Apa yang menjadi permasalahan Reno
sebelumnya dengan tunangannya bukanlah urusan Nana.... apalagi Nana baru bertemu
dengan Reno setelah lelaki itu putus dengan tunangannya - seperti yang dijelaskan
Reno kepadanya. Reno tampak enggan mengungkit-ungkit masa lalunya itu, dan Nana
merasa tahu diri serta tidak mau bertanya-tanya. "Mungkin kau merasa bahwa itu bukan
urusanmu, tetapi sebenarnya itu terkait erat denganmu Nana, amat sangat terkait." "Apa
maksudmu?" Nana semakin bingung, "Reno mengenalku setelah dia pindah ke
Bandung, jauh setelah dia putus dengan tunangannya, aku tidak ada hubungannya
dengan permasalahan Reno dan tunangannya." 99 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m "Ada hubungannya. Reno memutuskan pertunangannya karena dirimu, Nana."
"Karena aku" Tidak mungkin, bagaimana bisa....." Nana mulai membantah. "Dengarkan
aku dulu, biarkan aku menjelaskan..." Axel menyela sebelum Nana sempat berkata lain.
Setelah Nana terdiam dan tampaknya mau menjelaskan, Axel memulai, "Tunangan
Reno.... atau mungkin mantan tunangan Reno adalah Diandra." Nana terperanjat,
"Apa?" "Ya..." Axel tersenyum tipis, "Dia sepupuku, aku sangat menyayanginya, bahkan
ketika aku tidak setuju akan keputusan yang diambilnya untuk datang ke Bandung dan
mengejar Reno." "Mengejar Reno?" Nana mulai membeo setiap perkataan Axel, semua
informasi ini terlalu mendadak dan bertumpuk-tumpuk di benaknya, membuat dadanya
sesak. "Aku mengerti kau bingung, aku akan menjelaskannya dari awal." Axel menghela
napas panjang, "Dulu kondisi Reno sangat lemah... sejak kecil dia menderita kelainan
katup jantung... hidupnya hampir sebagian besar dihabiskan di rumah sakit... melalui
operasi demi operasi, sampai akhinya dokter mengatakan bahwa tidak ada harapan lagi,
Reno harus melakukan operasi cangkok jantung untuk menyelamatkan hidupnya."
tatapan Axel tampak sedih. "Diandra adalah teman masa kecil Reno... mereka... mereka
saling mencintai. Hanya Diandra tempat Reno menyandarkan diri, dan semenjak dulu
Diandra menempatkan dirinya sebagai penopang Reno...dia bahkan 100 | R a t u - b u k
u.blogspot.com Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tidak peduli bahwa umur Reno dinyatakan tidak akan lama, bahwa seluruh penantian
dan pengorbanannya akan sia-sia. Dia tetap setia mendampingi Reno, mereka bahkan
sudah merencanakan pernikahan" Mata Axel tampak berkaca-kaca, "Kalau kau melihat
mereka berdua saat itu, kau pasti juga akan menitikkan air mata... dua pasangan yang
begitu saling mencintai, mencoba untuk berbahagia di waktu mereka yang sempit....."
Dada Nana bergemuruh, ini benar-benar informasi yang sangat mengejutkannya. Reno
pernah menjelaskan bahwa dia pernah sakit, tetapi lelaki itu mengatakan bahwa dia
tidak mau membahasnya lebih lanjut... Nana tidak pernah menyangka bahwa hubungan
Reno dengan tuangannya begitu eratnya. Perempuan bernama Diandra itu... benak
Nana melayang, tungan Reno itu sangat cantik, lembut dan feminim... tetapi kalau
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
memang cinta mereka berdua sedemikian besarnya... kenapa pertunangan mereka
putus" Kenapa Reno semudah itu jatuh cinta kepadanya" Dan kondisi Reno saat ini
bisa dikatakan sangat sehat bukan" Tidak selemah seperti yang diceritakan oleh Axel...
Atau apakah... "Apakah Reno berhasil mendapatkan donor jantung dan berhasil dalam
proses operasi cangkok jantungnya?" Nana mengungkapkan kesimpulan paling logis
yang bisa diungkapnya, hanya itulah satu-satunya alasan Reno bisa sesehat ini. "Ya."
Axel menganggukkan kepalanya, bibirnya menipis, menatap Nana lekat-lekat, "Dia
mendapatkan donor jantung yang sangat pas dengannya, jantung itu menyelamatkan
hidupnya... jantung itu berasal dari kekasihmu, Rangga." 101 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Kalau semua informasi tadi terasa begitu mengejutkannya, informasi Axel
yang terakhir ini bagaikan sambaran petir ke seluruh diri Nana, membuat tubuhnya
gemetar tiba-tiba. Kenyataan ini terlalu.... terlalu tak tertahankan untuk dibayangkan..
"Apa?" Nana berseru lemah, matanya menyipit, mulai berkaca-kaca. "Aku tidak tahu
bagaimana detailnya, tetapi kekasihmu... Rangga... dia terdaftar sebagai donor jantung,
jadi ketika dia meninggal karena kecelakaan itu, dokter mengambil jantungnya... dan
Reno menerimanya sebagai donor yang paling cocok untuknya..." "Aku... aku..." Jemari
Nana, seluruh tubuh Nana gemetaran, "Aku harus pergi dari sini." Nana tidak bisa
mendengar lagi penjelasan Axel. Membayangkan bahwa Rangga dikuburkan tanpa
jantung, bahwa jantung itu sekarang berdetak di dalam dada Reno amat sangat tak
tertahankan oleh batinnya, dia tidak kuat membayangkannya, dia harus pergi dan
menenangkan diri kalau tidak dia akan pingsan. Ketika Nana hendak berdiri, Axek
meraih tangannya dengan tatapan meminta maaf. "Maafkan aku Nana, karena
menceritakan ini semua aku tahu ini menyakitkan tapi percayalah aku tidak bermaksud
begitu, aku hanya ingin kau tahu semua kenyataan yang ada. Jantung itu membuat
Reno berubah, dia mengatakan bahwa jantungnya tidak berdebar untuk Diandra lagi,
dia meninggalkan Diandra dengan kejam, lalu pindah ke Bandung untuk mengejar
perempuan yang katanya didebarkan oleh jantungnya, untuk mengejarmu....." Nana
menghempaskan tangan Axel dengan sedikit kasar, dia melirik Axel dan bergumam
pedih, "Maafkan aku, tapi aku harus pergi." 102 |
Setengah berlari Nana meninggalkan kantin kampus itu. Meninggalkan Axel yang masih
duduk terpaku di sana, menatap Nana sampai perempuan itu menghilang dari
pandangannya. Lalu Axel menghela napas panjang. Dia sudah menanam benihnya.....
sekarang entah bagaimana akan ada yang menuai hasilnya. ?LoveReads Reno
menunggu sampai tiga jam lamanya, tetapi Nana tidak juga muncul di cafe kopi tempat
mereka suka duduk bersama, menghitung hujan. Dia sudah beberapa kali mencoba
menghubungi ponsel Nana, tetapi ponselnya tidak aktif. Langit semakin menggelap dan
mendung, Reno mulai cemas. Akhirnya setelah menimbang-nimbang, Reno menelepon
Nirina, mungkin Nirina tahu kenapa Nana tidak datang ke pertemuan mereka - yang
tidak pernah terjadi sebelumnya. "Halo?" suara Nirina tampak ceria di seberang sana.
Syukurlah. Reno tersenyum, sepertinya Nana tidak apa-apa. "Nirina" Kau tahu dimana
Nana?" Hening. Nirina tampak tercenung di seberang sana. "Lho.. bukannya Nana
sedang bersamamu Reno" Tadi di kampus Nana bilang ingin segera ke cafe tempat
kalian berjanji bertemu." Jantung Reno langsung berdebar. "Nirina... Nana tidak datang
ke tempat pertemuan. Aku sudah tiga jam menunggu di sini." "Apa?" Nirina tampak
benar-benar kaget, dia lalu tampak teringat sesuatu, "Oh ya, aku ingat.... sebelum aku
pulang tadi, sebelum aku 103 | berpisah dengan
Nana di kampus, ada seorang lelaki yang mencaricari Nana... lelaki itu sempat
memperkenalkan diri kepadaku yang baru keluar dari ruang kuliah dan mengatakan dia
ingin menemui Nana... Nana lalu menemuinya di lobby kampus." "Seorang lelaki"
Apakah kau tahu ciri-cirinya, apakah kau pernah melihatnya" Apakah dia menyebutkan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
namanya?" Reno mulai panik. Nirinya menghela napas panjang, "Aku tidak pernah
melihatnya sebelumnya... tetapi dia menyebutkan namanya kepadaku... kalau tidak
salah namanya Axel..." Axel! Sepupu Diandra! Oh Ya Tuhan! Apa maksud Axel
menemui Nana" Apakah lelaki itu disuruh Diandra menceritakan semuanya kepada
Nana" Oh ya Ampun... Nana! Apa yang dirasakan Nana ketika menerima kenyataan ini"
Reno mengernyitkan keningnya, mulai merasakan sakit menyerang kepalanya,
"Terimakasih Nirina, kurasa aku mengenal pria bernama Axel itu." "Kau mengenalnya"
Jadi sekarang dimana Nana?" "Aku tidak tahu." Reno mendesah, "Tetapi Axel priba
baik-baik, yang pasti Nana menghilang bukan karena Axel, atau mungkin Nana sudah
pulang ke rumah?" Reno berpikir kalau Axel benar-benar mengungkapkan semuanya
pada Nana, sudah pasti Nana tidak akan mau menemuinya dulu. Mungkin Nana
langsung pulang ke rumah untuk menenangkan pikirannya" "Nana belum pulang ke
rumah...." Nirina mengernyitkan keningnya, "Aku... sebelum kau menelepon aku
menelepon rumah Nana, karena 104 | kalau dia
sudah pulang, aku akan main ke sana, rencananya aku menginap di rumah Nana
malam ini... tetapi kata mamanya, Nana belum pulang.." Nirina terengah, "Aku akan ke
rumah Nana sekarang, menunggu di sana kalau-kalau Nana pulang, aku akan
mengabarimu." "Terimakasih Nirina..." Reno memejamkan matanya. Kalau begitu kau
dimana Nana" "Reno?" Nirina rupanya menangkap nada panik di dalam suara Reno,
"Apakah semua baik-baik saja" Ada apa?" Reno meringis, "Ceritanya sangat panjang
dan kompleks, aku akan menceritakannya kepadamu nanti. Sementara ini aku akan
mencari Axel dan juga mencari Nana." "Oke. Kabari aku terus ya." Setelah Nirina
menutup telepon. Reno langsung membayar pesanan kopinya dan melesat pergi.
?LoveReads Diandra sedang duduk dan membaca buku-bukunya di sofa rumah
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
neneknya yang damai dan tenang itu, langit yang gelap sudah terpecahkan, menjadi
titik-titik hujan yang berhamburan menimbulkan suara gemericik dan aroma hujan yang
khas. Suasana ini sangat pas dengan suasana hatinya yang sedang pilu, senada juga
dengan kisah novel yang dibacanya, Jane Eyre - meski dalam hatinya berniat tidak akan
membaca buku itu, karena buku itu sangat direkomendasikan oleh Nana, perempuan
yang merupakan duri dalam kisah cintanya, tetapi Diandra tidak bisa menahan diri, dia
105 | membaca dan tidak bisa berhenti, sampai
sekarang dia tiba di bagian dimana tokoh utama dalam kisahnya gagal dari sebuah
upacara pernikahan yang sudah di depan mata, yang hanya tinggal mengucapkan janji
pernikahan, dan dihancurkan oleh kenyataan yang tidak disangka... Jadi itulah sebuah
rahasia yang merupakan jawaban dari semua misteri yang tersirat dari awal novel. Inilah
kejutan yang diceritakan Nana untuk diantisipasinya. Diandra meletakkan novel itu di
pangkuannya dan tersenyum tipis, mendadak merasa kagum pada novel dalam
pegangan tangannya. Ini adalah novel buatan abad ke delapan belas, tetapi kisahnya
benar-benar luar biasa.... Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Diandra melirik dan mengernyit,
ada nama Reno berkedip-kedip di sana lengkap dengan foto mereka berdua saling
berpelukan menghadap kamera dalam tawa yang sepertinya akan tersimpan
selamanya. Diandra mendesah, dia bahkan belum mampu mengganti foto profil Reno di
phonebook ponselnya, tetap berpura-pura bahwa mereka akan selalu baik-baik saja.
Tetap tersenyum seperti yang ditampilkan dalam foto itu.. Sejenak Diandra ragu, telepon
Reno yang kemarin sungguh sangat tidak menyenangkan, membuatnya menangis
semalaman dan begitu murung setelahnya. sekarang kenapa Reno meneleponnya lagi"
Apakah lelaki itu akan menyakitinya lagi" Ponsel itu berkedip-kedip tanpa menyerah
meskipun Diandra mengabaikannya, akhirnya dia menguatkan hati dan mengangkatnya,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
"Reno?" 106 | "Kenapa kau lakukan itu Diandra?"
Diandra mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu Reno?" "Jangan pura-pura. Kau
menyuruh Axel menemui Nana hari ini kan" Apa maksudmu" Apakah kau menyuruh
Axel menceritakan semuanya kepada Nana" Setega itukah kau kepada Nana, Diandra"
Selama ini aku menjaganya supaya dia tidak tahu apa-apa, dan kau dengan rencanamu
yang keji itu menghancurkan semuanya!" Diandra terperangah mendengar rentetan
tuduhan Reno itu, "Aku tidak menyuruh Axel melakukan apapun!" Diandra setengah
berteriak menyela Reno, karena tampaknya lelaki itu masih akan melanjutkan semua
tuduhannya. Reno terdiam, lalu menghela napas dengan keras. "Kalau begitu
sepupumu sudah bertindak di luar batas, mencampuri urusan kita." Suara Reno berubah
dingin, "Sekarang Nana menghilang, tidak mau menemuiku. Dan kalau sampai terjadi
sesuatu pada Nana.... aku akan mengucapkan selamat kepadamu Diandra, impianmu
akan tercapai, kau ingin aku mati saja bukan daripada hidup dengan jantung yang tidak
bisa mencintaimu" Maka kau akan mendapatkan keinginanmu. Kalau sampai terjadi
sesuatu kepada Nana akibat tindakan ceroboh sepupumu... aku akan mati sesuai
keinginanmu!" Lalu telepon ditutup dengan kasar-Meninggalkan Diandra terperangah tak
bisa berkata-kata. --Begitu Axel datang, Diandra langsung menyemburnya dengan
kemarahan, "Apa yang kau lakukan Axel?" 107 |
Axel menatap Diandra yang penuh airmata, perempuan itu menangis habis-habisan,
membuatnya mengernyit, "Apa Diandra?" "Nana! Kau menemui Nana bukan" Kau
menceritakan semua kepadanya" Sekarang Nana menghilang dan Reno melemparkan
semua kebenciannya kepadaku!!" Apa maksudmu Axel" Kenapa kau lakukan itu" Aku
tidak mau dibenci oleh Reno! Aku tidak mau!" "Aku memang melakukannya Diandra,
tetapi semua itu kulakukan demi dirimu, Nana juga harus tahu kenyataan yang ada.
Selama ini dia buta karena Reno menyembunyikan semuanya darinya." "Tetapi aku
tidak mau kau melakukan itu! Itu tidak akan membuat Reno kembali kepadaku! Dia akan
semakin membenciku!" Diandra berteriak histeris menghambur ke arah Axel dan mulai
memukulinya. Axel menangkis pukulan-pukulan feminim Diandra dengan tenang, "Aku
memang tidak bermaksud membuat Reno kembali kepadamu." Tiba-tiba Axel
mencengkeram pergelangan tangan Diandra, menarik perempuan itu mendekat, dan
mencium bibirnya. Kejadiannya begitu mengejutkan hingga Diandra yang masih
berlinangan air mata dan berseru histeris hanya bisa membelalakkan matanya kaget
ketika dicium oleh Axel. ?LoveReads 108 |
Menghitung Hujan Part 11 Tak pernah kuduga, ternyata jalinan kisahku akan seberat itu
Ternyata sesuatu yang sempurna pada akhirnya bisa terasa melelahkan Ternyata
sesuatu yang kukira kuat, bisa menjadi rapuh dan terlalu lemah untuk bertahan
Pantaskah untuk diperjuangkan kisahku ini" Jika ternyata kusadari, bahwa harga
sebelah jiwa... Begitu mahalnya.... --- Yang dilakukan Diandra pertama kali adalah
mendorong Axel keraskeras, sejauh mungkin. Napasnya terengah atas ciuman yang
sama sekali tidak diduganya itu, dia menatap Axel bingung berlumur kemarahan.
"Kenapa kau lakukan itu Axel?" Diandra sendiri tak habis pikir. Oh astaga. Axel
menciumnya! Itu adalah hal yang sama sekali tidak disangkanya. Axel adalah
sepupunya! Saudaranya! Dari kecil mereka bersama, dan Diandra selalu menganggap
Axel sebagai kakaknya. Tetapi lelaki itu barusan menciumnya, dan Diandra merasa
pening yang amat sangat, Axel saudaranya bukan" Dan saudara tidak mungkin


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berciuman! Diandra memundurkan langkahnya, menatap waspada ke Arah Axel,
tangannya mengusap bibirnya yang masih terasa panas bekas ciuman lelaki itu. Axel
sendiri menatap Diandra dengan tatapan berlumur penyesalan, matanya meredup, ragu,
"Maafkan aku Diandra." 109 | Dia
sungguh-sungguh tidak merencanakan untuk mencium Diandra. Sungguh-sungguh Axel
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
berharap mampu menahan diri tadi, tetapi Diandra telah menarik batas emosinya yang
paling dalam dan memutuskannya, membuat Axel melakukan hal yang sekarang
disesalinya, karena dengan itu, dia harus menjelaskan sesuatu yang mungkin akan
menyakiti Diandra. "Kau menciumku," Pipi Diandra merah padam, "Kenapa kau lakukan
itu padaku" Apakah kau melecehkanku" Kita ini bersaudara. Dosa
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
besar kalau kau melakukannya." "Kita tidak bersaudara, bukan saudara sedarah." Axel
mengucapkan kalimatnya dengan lirih dan hati-hati, menatap Diandra dalam-dalam.
Diandra tertegun. Kaget. Bukan saudara kandung" Axel jelas-jelas sepupunya, putra
dari paman dan tantenya. Mereka sepupu dekat, darah mereka seperti saudara!
Ataukah jangan-jangan... Axel anak angkat" memang wajah Axel yang begitu tampan
seolah ada darah luar di sana membuatnya tampak sangat berbeda dengan kedua
orang tuanya. Apakah benar bahwa Axel anak angkat" "Apakah kau bukan anak
kandung paman dan bibir?" Diandra menyuarakan pemikirannya. Menatap Axel dengan
hati-hati. Tetapi kemudian ekspresi wajah Axel tampak kesakitan, lelaki itu seolah ingin
berkata tapi menahan dirinya. Berkali-kali dia menahan napas seolah kesulitan
berbicara. "Bukan. Mereka berdua benar-benar orang tua kandungku." Mata Axel
menelusuri wajah Diandra yang kebingungan. 110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m Sementara Diandra makin tersesat dalam benang kusut itu, dia menatap Axel
bingung, "Jadi" Kenapa kita bukan saudara kandung" Apakah... OH!" tangan Diandra
menutup mulutnya ketika pemikiran itu menyeruak ke dalam benaknya, "Tidak mungkin!"
Axel tahu bahwa Diandra sudah tahu, dia meringis, berusaha mendekat dan meraih
bahu Diandra, tetapi perempuan itu langsung melangkah mundur lagi, menghindari
sentuhannya. "Maafkan aku Diandra." Mata Diandra berkaca-kaca. Axel tidak
membantah. Oh Ya Tuhan" Oh Astaga" Benarkah apa yang dikemukakan oleh
benaknya itu" Axel adalah anak kandung paman dan bibinya, tetapi dia dan Diandra
bukan saudara sedarah..... itu berarti... Diandra bukanlah anak kandung kedua orang
tuanya! ?LoveReads Reno datang ke rumah Nana dan memarkir mobilnya di sana lalu
melangkah menuju teras rumah Nana, Nirina sudah ada di sana, tampak cemas, sudah
hampir jam sembilan malam dan Nana belum juga pulang ke rumah. Mama Nana sendiri
menunggu di ruang tamu, tampak cemas, dia ikut menyambut kedatangan Reno di
depan. "Bagaimana nak Reno, apakah Nana mungkin sudah menghubungimu" Mama
berusaha menghubungi ponselnya, tetapi tidak ada yang mengangkat." Reno
menggelengkan kepalanya lesu, dia sudah mencari kemanamana, ke toko buku tempat
Nana biasana membeli buku, ke kampus111 |
nya, dan bahkan Reno ke makam Rangga, sambil membawa harapan yang sangat
besar bahwa Nana akan ada di sana. Tetapi ternyata makam itu lengang, tidak ada
siapa-siapa di sana. Nana tidak ke makam Rangga. Lalu Reno dihadapkan dengan
ketakutan yang amat sangat, karena dia sama sekali tidak memiliki bayangan akan
keberadaan Nana sekarang. Nana sudah mengetahui tentang jantung Rangga di dalam
tubuhnya. Dia pasti sedih... dan juga kecewa pada Reno karena merasa dibohongi...
Mereka bertiga duduk di ruang tamu rumah Nana, ketiga-tiganya cemas. Mama Nana
menatap Reno dan menghela napas panjang, "Apakah Nak Reno tahu apa penyebab
Nana menghilang tiba-tiba seperti ini?" Reno meringis perih, "Saya ada janji bertemu
dengan Nana tadi siang, tetapi Nana tidak datang. Akhirnya saya menelepon Nirina
menanyakan keberadaan Nana.... ternyata Nana bertemu dengan Axel di kampus." "Kau
mengenal lelaki yang bertemu dengan Nana tadi siang di kampus?" Nirina menyela
tampak kaget. Reno menghela napas panjang, lalu menganggukkan kepalanya, dia
melirik mama Nana yang tampak kebingungan lalu menatap dengan pandangan mata
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menyesal, "Ceritanya panjang, tetapi saya akan menceritakan rahasia ini." Reno
mendesah, "Axel adalah sepupu dari mantan tunangan saya, Diandra." 112 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m Nirina dan Mama Nana saling melempar pandang ketika
Reno menyebut nama mantan tunangannya itu, tetapi mereka tidak berkata apa-apa
dan menatap Reno, menunggu kalimat selanjutnya. "Axel menemui Nana untuk
mengatakan sebuah rahasia yang telah saya sembunyikan sekian lama. Bukan maksud
saya merahasiakannya kepada Nana, saya hanya menunggu waktu yang tepat." tatapan
Reno lurus ke arah mama Nana, penuh permohonan maaf, "Sayangnya pada akhirnya
Nana mengetahuinya dari orang lain, bukan dari saya...." "Rahasia apa?" Nirina
menyela, penuh ingin tahu. Reno meletakkan jemarinya di dada kirinya, "Saya pernah
sakit jantung, begitu parahnya hingga saya hanya bisa terbaring menunggu donor
jantung bagi saya, ketika tidak ada donor jantung, maka kematianlah yang akan
menjemput saya...." Reno menundukkan kepalanya, "Donor jantung itu akhirnya datang
untuk saya... dan pendonor saya adalah Rangga, tunangan Nana yang sudah
meninggal" Mama Nana terkesiap, menutup mulutnya dengan jemari untuk menutupi
kekagetannya, sedangkan Nirina tampak menahan napas dengan wajah shock.
"Rangga..." Rangga mendonorkan jantungnya?" "Mungkin Rangga merahasiakan
semuanya, saya tahu bahwa Rangga sama sekali tidak punya keluarga dari Nana. Yang
saya tahu, Rangga sudah melakukan kesepakatan sukarela dengan pihak rumah sakit,
bahwa jika terjadi sesuatu padanya, dia ingin jantungnya didonorkan kepada siapapun
yang membutuhkan...." 113 | Dan Reno-pun
bercerita, bagaimana dia selalu memimpikan Nana bahkan sebelum dia bertemu
dengan Nana. Bagaimana dia memutuskan meninggalkan tunangannya untuk mengejar
Nana, perempuan yang selalu didebarkan oleh jantungnya, Bagaimana kemudian dia
jatuh cinta kepada Nana, sepenuh hati dan jiwanya dan bukan hanya karena jantung itu.
"Saya mencintai Nana, dan saya tahu Nana pasti sangat membenci saya sekarang
karena merahasiakan semua ini darinya, sekarang dia tahu... dan dia pasti tidak ingin
menemui saya." Reno meremas rambutnya frustrasi. "Saya tidak tahu lagi di mana saya
bisa menemukan Nana, semua tempat yang mungkin sudah saya datangi, bahkan
sampai ke makam Rangga, tetapi Nana tidak ada..." Secercah kesadaran tiba-tiba
muncul di wajah Mama Nana, dia mengerutkan keningnya. "Mungkin ada satu tempat
yang belum kamu datangi untuk mencari Nana, Reno..." ?LoveReads Diandra merasa
kakinya lemas sehingga dia mundur dan terduduk di sofa itu, wajahnya pucat pasi
membuat Axel cemas, dia langsung duduk di sebelah Diandra dan menggenggam
tangannya, mencoba memberikan kehangatan kepada tangan Diandra yang tiba-tiba
dingin seperti es - syukurlah Diandra tidak menolaknya. "Maafkan aku harus
menyakitimu seperti ini, Diandra..." Axel menatap Diandra dalam, hatinya terasa sakit
melihat ada kepedihan di sana, di dalam mata Diandra ketika mengetahui kenyataan
tentang 114 | dirinya. Oh ya Ampun, menyakiti
Diandra adalah hal terakhir yang
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
diinginkan Axel. Dia mencintai Diandra, yang diinginkannya hanyalah kebahagiaan
perempuan itu. Tetapi untuk bisa mencintai Diandra tanpa dipersalahkan, Axel terpaksa
membuka semuanya, meskipun itu mengoyak perasaan Diandra. "Benarkah...?" Diandra
mengernyitkan keningnya, "Aku bukan anak kandung mama dan papa?" Jemari Diandra
bergetar, membuat Axel menggenggamnya makin erat "Paman mengalami kecelakaan
di masa muda sehingga tidak mampu menghasilkan keturunan..." Axel berucap dengan
hati-hati, jemarinya meremas jemari Diandra dengan lembut, "Tante tidak mau
melakukan program bayi tabung dari sperma lelaki lain, beliau memilih mengangkat
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
seorang bayi perempuan dari panti asuhan. Bayi itu kau, Diandra. Dan meskipun kau
bukan anak kandung mereka, kau selalu menjadi kesayangan mereka, kasih sayang
yang mereka limpahkan kepadamu bahkan serupa dengan kasih sayang orang tua
kandung kepada anaknya, kau sendiri menyadarinya bukan?" bisik Axel lembut,
berusaha membesarkan hati Diandra. Diandra tercenung, merasa pening tiba-tiba.
Kenyataan ini tidak siap dihadapinya, dia ke Bandung untuk menenangkan diri,
berusaha menguatkan hati dan membulatkan tekadnya untuk memperjuangkan Reno...
tetapi kenapa dia harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan ini" Kenapa Tuhan
memberikan ujian yang begitu bertubi-tubi atas kekuatan hatinya" 115 | R a t u - b u k u
. b l o g s p o t . c o m "Diandra." Axel berbisik cemas ketika Diandra hanya diam saja
dnegan tatapan mata kosong, "Kau tidak apa-apa?" Diandra mengangkat matanya,
menatap Axel.. saudara sepupunya... bukan. Axel bukanlah saudara sepupunya,
Diandra hanyalah anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya yang diambil atas
kebaikan hati kedua orangtua angkatnya. Tiba-tiba air mata Diandra menitik, "Apakah
kau tidak jijik berada bersamaku" Aku.... bahkan asal usulku ternyata tidak jelas, tidak
tahu darimana..... pantas Reno meninggal-kanku... pantas saja..." tangis Diandra pecah,
tersedu-sedu. "Sayang... sayangku." Axel meraih Diandra ke dalam pelukannya,
menenggelamkan kepala perempuan mungil itu ke dadanya yang bidang, "Jangan
berpikir seperti itu. Setiap orang picik akan selalu memandang dari mana sesorang
berasa, padahal kebijaksanaan hanya akan perlu melihat ke mana seseorang
melangkah, apakah ke jalan yang baik atau ke jalan yang buruk. Bagiku, darimanapun
asal usulmu, kau adalah Diandraku, perempuan berjiwa kuat, perempuan dengan
tawanya yang indah, perempuan baik hati yang selalu berusaha membahagiakan
orang-orang yang dicintainya...." Axel mengangkat dagu Diandra, membuat wajah
mereka berhadapan, "Dan juga perempuan yang kucintai." Dia lalu menunduk dan
mengecup dahi Diandra dengan lembut. ?LoveReads 116 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m Nana berdiri dengan ragu, menatap pintu yang sudah terkunci lama itu.
Jemarinya menggenggam erat kunci pintu itu, sampai menimbulkan bekas di telapak
tangannya, rasanya sakit dan menyengat tetapi bahkan Nana sudah tidak mampu
merasakannya, hatinya terlalu sakit. Dengan ragu dan perasaan perih luar biasa, Nana
memasang kunci itu, dan membuka pintu ruangan itu. Aroma pengap karena ruangan
yang tidak pernah dibuka lama menyemburnya, tetapi Nana tetap melangkah masuk,
kemudian mengunci pintu di belakangnya. Matanya berkelana, menatap sekeliling
ruangan, seolah-olah sang waktu membawa tubuhnya ke masa-masa itu, masa-masa
indahnya bersama Rangga..... Meja dan kursi itu tetap di sana, dalam kondisinya
semula menghadap ke jendela kaca yang besar, tempat Nana dan Rangga sering duduk
bersama, menyesap secangkir minuman hangat dan menghitung hujan bersama....
Aromanya masih sama meskipun bercampur aroma pengap, harum kayu-kayuan dan
musk yang berasal dari sisa-sisa pengharum ruangan yang masih terpasang di salah
satu dinding. Ini adalah apartemen Rangga. Tempat seluruh kebahagiaan Nana yang
tertumpah bersama Rangga. Nana belum pernah kesini sekalipun setelah kematian
Rangga, meskipun tempat ini diwariskan kepadanya. Dan tempat ini ditinggalkan sama
seperti semula. Sama seperti ketika terakhir kalinya Rangga berangkat pergi dari sini,
dan kemudian meninggal tak kembali lagi... 117 |
Air mata Nana membanjir oleh perasaan pilu yang meremas hatinya. Dia masih teringat
janji Rangga di waktu itu, janji yang diucapkannya dengan sendu dan kelabu. Janji yang
ternyata terus melingkupinya sampai saat ini. "Aku mencintaimu Nana. Aku berjanji akan
membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi,
kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu." Tubuh Nana
rubuh, ambruk ke lantai, dia jatuh berlutut dan membungkukkan tubuhnya,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
berguncang-guncang karena tangisan yang keras dan tak tertahankan. Sedu sedan
Nana begitu keras sampai suaranya serak, menangisi janji yang ternyata selalu tertepati
itu. Jantung Rangga ternyata masih ada, masih selalu berdetak, hanya untuk Nana.....
?LoveReads 118 | Menghitung Hujan Part 12 ...
Itu untukku..itu bukan untukku... Dia untukku... dia bukan untukku... --"Aku
mengetahuinya tanpa sengaja. Beberapa waktu yang lalu." Axel menatap Diandra
lembut, setelah lama akhirnya Diandra bisa sedikit tenang dan mendengarkan Axel,
"Waktu itu ayah dan ibumu sedang berbicara dengan nenek di dalam, mereka
membicarakan tentang adopsimu dan sebuah kabar dari panti asuhan tempatmu dulu di
adopsi.... mereka tampak cemas..." Axel menghela napas panjang, "Tentu saja aku
terkejut luar biasa, aku kemudian diam-diam pergi sehingga sampai sekarangpun,
mereka tidak tahu bahwa aku tahu." Diandra terdiam menatap Axel, tiba-tiba merasa
ingin tahu. Laki-laki ini, yang seumur hidupnya dianggap sebagai kakak kesayangannya,
sepupunya yang paling dekat.... menciumnya. Apakah yang ada di benak Axel" Axel
rupanya sadar bahwa Diandra sedang menebak-nebak perasaannya, dia tersenyum
dengan rasa bersalah yang kental, "Maafkan aku... sejak aku mengetahui kenyataan itu,
aku.... aku melihatmu dengan cara berbeda, perasaanku tidak sama lagi, terlebih aku
melihat betapa setianya kau merawat Reno... betapa kau akan menjadi isteri yang
sempurna.... dan betapa irinya aku kepada Reno." 119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m Mata Axel bersinar redup, "Aku mencintaimu Diandra., mungkin aku terlambat
menyadarinya, mungkin keadaan kita rumit karena bagaimanapun juga, secara hukum
dan dalam pandangan masyarakat, kau adalah saudara sepupuku. Tetapi aku bahkan
sudah berjanji dalam hati... waktu Reno masih sakit keras itu, dan waktu aku yakin
bahwa Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
usia Reno tidak akan lama lagi, aku berjanji dalam hatiku, ketika Reno meninggal nanti,
aku bersedia menjadi penopangmu, akan kuserahkan dirimu untuk membahagiakanmu."
Kali ini Axel tidak menutup-nutupi perasaannya lagi, dia menatap Diandra dengan
tatapan yang lembut, penuh cinta yang meluap-luap, membuat Diandra merona dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Ah. Apakah yang diharapkan Axel darinya" Diandra
masih merasa canggung, masih merasa bingung, Dia tidak mungkin menumbuhkan
perasaan itu, ini terlalu mendadak apalagi seumur hidupnya dia tumbuh dengan
menganggap Axel sebagai saudaranya..... meskipun apa yang akan terjadi nanti,
Diandra tentu saja tidak mengetahuinya. "Aku tidak mengharapkan apapun darimu
Diandra, aku tidak akan memaksamu membalas cintaku." Axel sekali lagi, seolah bisa
membaca apa yang berkecamuk di benak Diandra, "Sudah cukup bagiku bisa mencintai
dan menyayangimu..." Lelaki itu lalu menghela napas panjang, "Kurasa itulah yang
mendorongku untuk menemui Nana dan menjelaskan semuanya tanpa seizinmu. Ketika
kau menceritakan semuanya aku merasa begitu marah kepada Reno, dia
menyia-nyiakanmu, dia sungguh tidak 120 |
menyadari betapa beruntungnya dirinya itu, maafkan aku Diandra atas sikap
impulsifku." Diandra menatap Axel ingin tahu, "Bagaimana reaksi Nana ketika kau
menjelaskan semuanya?" Axel mengangkat bahunya, "Dia terkejut luar biasa tentu saja,
kurasa dia bahkan tidak pernah menduganya sama sekali, dan dia juga tidak tahu kalau
kekasihnya mendonorkan jantungnya. Kurasa aku sedikit merasa kasihan kepadanya,
Reno sama sekali tidak mengatakan apapun kepadanya, dia juga tidak tahu tentang
dirimu." Tatapan mata Diandra menerawang, rasanya sakit ketika mengingat betapa
Reno marah kepadanya tadi. Nana pergi... entah kemana. Diandra menghela napas
panjang. Mungkin ini yang seharusnya terjadi, mungkin ini sudah diatur Yang di Atas
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
sebelumnya, bahwa Nana harus mengetahui kenyataan yang sebenarnya, bahwa Reno
tidak bisa lama menyimpan seluruh kebenaran itu dari Nana. Pikiran Diandra tiba-tiba
teralihkan oleh sesuatu, "Axel... kau bilang pada waktu kau tahu bahwa aku anak
angkat, kau mendengar mereka membicarakan tentang panti asuhanku." "Ya. Aku tidak
tahu mereka membicarakan apa, yang aku tahu mereka menyebut-nyebut nama panti
asuhanmu dan nama ibu pengurusnya, kalau tidak salah ibu Dewi, dan mendiskusikan
sesuatu, aku rasa mereka sedang berdebat apakah mereka akan memberitahumu atau
tidak." "Memberitahuku tentang apa?" Diandra tampak sangat tertarik, tetapi Axel
menatapnya dengan menyesal, 121 | "Aku tidak
tahu Diandra, aku terlambat mencuri dengar, mungkin mereka ingin memberitahumu
bahwa kau bukan anak kandung mereka?" Kata-kata Axel itu, walaupun diucapkan
tanpa maksud melukai hatinya, tetap saja membuat hati Diandra serasa diremas-remas.
Axel menatap Diandra dan wajahnya tampak sedih, "Maafkan aku Diandra, aku harap
hal ini tidak membuatmu sedih, seperti yang aku bilang anak angkat atau bukan, kau
tetap anak kesayangan orangtuamu, mereka mengasihimu seperti anak mereka sendiri.
Dan dengan menjadi anak angkat, bukan berarti derajatmu turun, Diandra." Diandra
menghela napas panjang, "Tetapi bahkan aku tidak tahu asal usulku sendiri." "Kau tidak
perlu terus-terusan menoleh ke masa lalu, bukankah yang terpenting adalah masa
sekarang" Diandra yang sekarang adalah hasil didikan kasih sayang orangtuamu, tidak
peduli darimana asalusulmu." Diandra menggelengkan kepalanya, "Tetap saja itu
menjadikan sebuah lubang besar di hatiku." Mata Diandra tampak pedih, membuat Axel
ingin memeluknya dan mengambil semua kepedihan itu, "Axel, apa nama panti asuhan
tempat aku diadopsi?" Axel tampak ragu, "Kuarasa itu bukan keputusan bagus Diandra,
mengorek-ngorek masa lalu hanya akan menambah luka batinmu." Diandra sekali lagi
menggelengkan kepalanya, menatap Axel penuh tekad, "Aku harus mengetahui
asal-usulku Axel, kalau tidak aku akan 122 |
hidup dengan bertanya-tanya, kenapa orang tua kandungku membuangku, kenapa aku
berakhir di panti asuhan, anak siapakah aku?" Dia menatap Axel dengan tatapan mata
mengancam, "Kalau kau tidak mau memberitahuku, aku akan mencari tahu sendiri."
Axel menatap Diandra dan tahu betapa keras kepalanya perempuan ini, dia mendesah
dan menghela napas panjang, "Oke. Baiklah, asal kuberitahu, asalkan kau izinkan aku
mendampingimu ke sana." ?LoveReads "Apartemen Rangga?" Reno menatap mama
Nana dengan ragu. Itu adalah informasi yang tidak pernah diberitahukan kepadanya
oleh Nana. Mama Nana melempar pandang ke arah Nirina, dan Nirina menganggukkan
kepalanya, "Itu adalah warisan Rangga untuk Nana..... hanya saja sejak kecelakaan itu,
Nana sama sekali tidak pernah mengunjunginya, aku rasa dia terlalu sedih untuk ke
sana, seluruh tempat itu menyimpan kenangannya dengan Rangga." Lanjut mama Nana
kemudian. Reno tertegun. Tempat kenangan Nana dengan Rangga, dia lalu
bertanya-tanya ke dalam benaknya sendiri. Bagaimana dengan dia" Mampukah dia
datang ke sana" Kemudian melihat tempat kenangan Nana dengan Rangga" Tempat


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pribadi Nana dengan Rangga yang bahkan tidak dibagi Nana bersamanya" Tiba-tiba
saja Reno merasakan cemburu yang mengusik hatinya. 123 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Perasaan cemburu yang membuatnya merasa seperti orang ketiga,
disingkirkan di luar lingkaran, sendirian. "Saya akan ke sana." Reno beranjak berdiri,
merasakan jantungnya berdenyut kencang, "Semoga Nana ada di sana." "Kabari kami
ya." Mama Nana ikut beranjak, mengantarkan Reno sampai ke depan. Setelah mobil
Reno, mama Nana dan Nirina saling berpandangan, lalu keduanya menghela napas
panjang. ?LoveReads "Di sini tempatnya." Axel menatap layar GPS di mobilnya
kemudian menoleh ke arah Diandra di sampingnya. Diandra menatap ke arah panti
asuhan itu, lokasi panti asuhan ini cukup sejuk, di kawasan dekat pegunungan yang
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
terkenal dengan udaranya yang bersih dan dingin. Bangunannya meskipun bangunan
tua, tetapi terawat dan rapi. Halamannya sangat luas, dinaungi oleh rindangnya
pepohonan, ada beberapa ayunan di halaman itu. Setelah menghela napas panjang,
Diandra membuka pintu mobil, "Ayo." Gumamnya sambil turun dari mobil. Axel
mengikuti dibelakangnya, lalu menjajari langkahnya ketika mereka menyeberangi
halaman yang luas itu. Mereka sampai di teras depan panti asuhan itu, suasana tampak
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
lengang. Apakah ini karena sudah memasuki jam tidur" Ada lonceng kuno di sebelah
pintu, mungkin difungsikan sebagai bel, Diandra menarik rantainya dan membunyikan
lonceng itu. 124 | Setelah tiga kali bunyi lonceng,
baru ada gerakan dari dalam rumah. Sesosok wajah mengintip dari balik gorden, lalu
tampak mengernyit karena tidak mengenali tamunya, tetapi pada akhirnya pintupun di
buka. Seorang perempuan berpakaian rapi, dengan rambut digulung ke belakang
membuka pintu itu, usianya mungkin sudah lebih dari setengah abad dengan sebagian
rambutnya yang memutih, walaupun begitu perempuan itu tampak sehat. "Ada
keperluan apa?" suaranya berwibawa sekaligus ramah. Diandra menoleh ke arah Axel,
tiba-tiba saja merasa gugup dan bingung harus berkata apa. Untunglah Axel kemudian
mengambil alih "Mohon maaf kami mengganggu kesibukan ibu." Axel bergumam
dengan sopan, "Kami ke sini untuk membahas sesuatu yang penting, mungkin akan
panjang, bolehkah kami masuk?" Ibu itu menatap Axel dan Diandra berkali-kali,
benaknya memberikan firasat. Memang ada beberapa kali kejadian, selama
berpuluh-puluh tahun dia menjadi ibu Panti Asuhan ini, bahwa ada beberapa anak yang
sudah dewasa datang kembali ke panti asuhan ini untuk menelusuri akarnya.
Kadangkala Ibu panti asuhan bersedia membantu dengan berbagai pertimbangan,
kadangkala dia bahkan tidak punya data apapun sehingga terpaksa membuat kecewa.
Matanya menelusuri sosok Axel dan Diandra. Sungguh pasangan yang cocok, batinnya.
Apakah salah satu dari mereka sesuai dengan dugaannya" Datang kemari untuk
menelusuri akarnya" ?LoveReads 125 | Nana
duduk di sofa itu, tepat di saat hatinya begitu perih, hujanpun turun dengan derasnya.
Airmatanya langsung mengalir lagi, membasahi matanya yang sudah sedemikian
sembabnya. Dia duduk di sofa itu sendirian dan mulai menghitung hujan yang tetes
demi tetesnya menampar jendela kaca yang besar itu. Dia menghitung hujan sendirian.
Jemarinya tanpa sadar mengelus tempat kosong di sebelahnya di sofa. Dulu Rangga
sering duduk di sana, menghitung hujan bersamanya. Hati Nana terasa pedih dan perih.
Ingin rasanya agar waktu berhenti dan dunia menelannya, sehingga dia bisa duduk di
sini, tidak perlu menghadapi orang-orang, tidak pelu menghadapi segala permasalahan
pelik yang menimpa dan menghancurkannya, dan kemudian selamanya berdiam di
apartemen ini dengan kenangannya bersama Rangga. Rangga... kalau memang lelaki
itu ditakdirkan kembali kepadanya, kenapa harus dengan kisah yang seperti ini" Kenapa
Rangga mendonorkan jantungnya tanpa memberitahu Nana" Kenapa Nana harus
menghadapi kebenaran akan Reno, bukan dari Reno sendiri melainkan harus dari orang
lain" Bahkan sekarang Nana bertanya-tanya akan perasaannya pada Reno, menelaah
hatinya sendiri dan kebingungan. Apakah cintanya selama ini kepada Reno, hanya
merupakan peralihan rasa cintanya kepada Rangga" Apakah dia mencintai Reno
karena ada jantung Rangga di dalamnya" Kalau begitu, jikalau keadaan berbeda, jikalau
Nana dipertemukan 126 | dengan Reno, tanpa
ada jantung Rangga di dadanya, akankah Nana mencintai Reno" Dan pertanyaan
lainpun menggelitik di benaknya. Jikalau bukan jantung Rangga yang didonorkan
kepada Reno, akankah Reno mengejar dan mencintainya" Ataukah lelaki itu menjalani
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
kehidupan yang seharusnya" Menikah dan hidup bahagia dengan tunangannya"
Semua itu begitu kompleks dan membuat kepala Nana pening. Tetapi kemudian dia
menghela napas panjang, tidak. Hubungannya dengan Reno tidak mungkin dilanjutkan.
Ini tidak adil bagi Reno karena Nana bahkan tidak tahu dia mencintai Reno ataukah
mencintai Rangga yang ada di dalam diri Reno, pun dengan Reno yang pasti juga tidak
bisa menelaah, apakah Reno pribadi yang mencintai Nana, ataukah itu semua hanya
karena jantung Rangga di dadanya" Dan itu tidak adil pula bagi Dian... Diandra...Mata
Nana menerawang, membayangkan betapa cantiknya mantan tunangan Reno itu. Pasti
amat sangat menyakitkan bagi Diandra waktu itu ketika mereka berpapasan dulu, ketika
itu Reno sedang menggandeng Nana. Dari cerita Axel, Nana bisa menyimpulkan betapa
cintanya Diandra kepada Reno....dan kemudian Reno berubah ketika berganti jantung.
Semua ini memang tidak bisa dinalar oleh akar pikirannya. Tetapi setidaknya Nana
sudah memutuskan. Dia harus menolak Reno dan membuat lelaki itu menjauh,
meskipun sekarang dadanya berdebar kencang, merasakan jantung Reno
memanggil-manggilnya. ?LoveReads 127 |
Reno memarkir mobilnya di parkiran apartemen itu, lalu sekali lagi melirik alamat yang
diberikan oleh mama Nana dan di catat di ponselnya, dia menatap tulisan yang
menerangkan lantai dan nomor apartemen Rangga, lalu menghela napas panjang dan
menaiki lift. Ketika lift berhenti di lantai yang dimaksudkannya, Reno melangkah
memasuki lorong yang sepi. Gema kakinya bergemerisik di karpet tebal yang melapisi
lorong itu. Dan kemudian Reno berhenti di depan pintu kamar itu, pintu apartemen
Rangga, tempat Nana dan Rangga dulu sering menghabiskan waktu bersama. Nana
ada di dalam sana, entah kenapa Reno mengetahuinya. Dari jantungnya yang
berdenyut kencang sampai terasa sakit, dari perasaannya yang tiba-tiba meluap-luap.
Reno akan menjelaskan semuanya kepada Nana, dan kemudian siap untuk memohon
kepada perempuan itu agar mau menerimanya. Nana adalah segalanya untuknya,
perempuan yang didebarkan oleh jantungnya. Reno harap Nana mau mengerti.
?LoveReads Ibu Dewi sang ibu Panti asuhan mendengarkan penjelasan Axel dan
Diandra yang bergantian. Dia mencatat nama dan seluruh informasi yang diberikan oleh
pasangan itu dalam benaknya, kemudian menganggukkan kepalanya, "Saya ingat
tentangmu Diandra... dan kalau memang bisa membantu, Saya senang bisa
memberitahukan informasi untukmu. Memang 128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m kadangkala ada aturan yang mengikat saya yang melarang saya untuk
sembarangan memberikan informasi terlebih kepada mantan anak di panti asuhan
saya... tetapi kadangkala dengan pertimbangan tertentu, saya mau memberikan
informasi untuk membantu sanga anak menemukan jati dirinya dan tidak bertanya-tanya
lagi tentang asal usulnya." Ibu Dewi kemudian merenung, tampak mengingat sesuatu,
"Dan sebenarnya, saya pernah menghubungi orangtuamu untuk memberitahu informasi
penting menyangkut dirimu, saya pikir waktu itu kau berhak tahu... tetapi melihat kau
sekarang, saya menyimpulkan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
bahwa orang tuamu memilih untuk tidak memberitahumu." Diandra mengeryitkan
keningnya, "Informasi tentang apa, ibu?" ?LoveReads 129 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m Menghitung Hujan Part 13 Kalimat-kalimatmu seindah hujan di pagi hari,
sehalus ungkapan hati yang tak bertepi. Dan hatiku hanyalah setetes embun sisa hujan
di malam hari, menggayutkan mimpi bisu, menunggu matahari mengeringkannya.
Hanya.....Ragaku sendiri bukan raga yang sama, dan cintaku sendiri bukan cinta yang
mudah. Akankah aku bisa membuatmu bertahan. Atau haruskah aku memendam perih
lagi, Menatap punggungmu yang berlalu dan kemudian pergi" --"Mungkin saya akan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menjelaskan tentang orangtuamu sebelumnya, Diandra." Ibu Dewi tersenyum lembut,
meminta Diandra untuk bersabar, "Saya harap itu bisa membantumu menerima
semuanya nanti." Diandra hanya bisa menganggukkan kepalanya menunggu, meskipun
hatinya penasaran setengah mati. "Tidak seperti anak-anak lain kebanyakan di sini,
sebenarnya kau cukup beruntung. Sebagian besar yang ada di sini merupakan anak
buangan, tidak bisa melacak asal usulnya lagi, benar-benar tidak bisa menemukan
asalnya. Tetapi aku bisa memastikan asal-usulmu." Ibu Dewi melanjutkan, "Orangtuamu
sebenarnya sangat menyayangimu, mereka memang tidak kaya tetapi mereka berusaha
mencukupimu, itulah yang kutangkap dari petugas dinas sosial ketika mengantarkan
130 | bayimu kemari, sayangnya umur mereka
tidak panjang dan mereka tidak punya sanak keluarga, sama-sama sebatang kara.
Karena kejadian itu, para tetangga menemui dinas sosial dan diputuskan untuk
menitipkanmu di sini. " "Orang tua saya sudah meninggal?" Diandra merasakan
dadanya ditonjok keras-keras. Meskipun sudah menduga hal ini sebagai kenyataan
yang paling buruk, tetap saja informasi ini menghentak batinnya. "Ya Diandra, maafkan
saya harus menceritakan kenyataan ini kepadamu. Tetapi setidaknya kau bisa merunut
asal-usulmu, kau bukan anak buangan yang tidak jelas siapa asal usulnya. Mereka
mengalami kecelakaan dan meninggal, saat itu usiamu tiga bulan, dan kau selamat dari
kecelakaan itu." Ibu Dewi lalu berdiri, dan melangkah ke laci besi besar yang ada di
sudut ruangan, "Sebentar, sepertinya arsip lamapun masih tersimpan dengan rapi di
sini." Perempuan setengah baya itu tersenyum, "Saya selalu menjaga setiap arsip
sebaik mungkin supaya ketika ada yang datang dan bertanya saya bisa membantu."
Diandra dan Axel saling bertukar pandang, Axel yang mengetahui kesedihan yang
menohok hati Diandra mengulurkan jemarinya dan meremas jemari Diandra dengan
lembut, Diandra mendongakkan kepalanya dan menatap Axel, lalu tersenyum. Meskipun
pahit, Diandra bersyukur ada Axel yang mendampingi dan menopangnya di sini. 131 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Memerlukan beberapa menit untuk mencari arsip
Senopati Pamungkas 24 Bayi Pinjaman Baby On Loan Karya Liz Fielding Kamar Gas 3

Cari Blog Ini