Ceritasilat Novel Online

Menghitung Hujan 3

Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha Bagian 3


lama itu, sampai kemudian Ibu Dewi mengeluarkan sebuah map yang berwarna biru dan
membawanya ke meja. "Ini arsip tentangmu Diandra, di sana ada foto dan nama orang
tua kandungmu." Jemari Diandra bergetar ketika menerima map itu, dan kemudian dia
membukanya. Matanya terpaku pada copy akte kelahiran lamanya, yang kertasnya
sudah menguning dimakan usia. Namanya Diandra, sama seperti namanya sekarang,
rupanya orang tuanya... orangtua angkatnya memutuskan untuk tidak mengganti
namanya. Kemudian matanya menatap foto itu, foto yang tak kalah tuanya.... di sana
ada ibu kandungnya yang sedang menggendongnya dalam senyuman, juga ayahnya
yang merangkul ibunya..... Kemudian Diandra mengernyit, di dalam foto itu, ayahnya
merangkul anak lain. Diandra mengangkat matanya dan menatap ke arah Ibu Dewi
dengan berlumur pertanyaan. Ibu Dewi juga menatap foto itu, lalu menghela napas
panjang, "Ya Diandra, kabar yang waktu itu membuatku menghubungi orang tuamu,
kabar itu menyangkut kakakmu. Kau mempunyai seorang kakak, anak di dalam foto itu
adalah kakakmu." Wajah Diandra langsung pucat pasi dan kebingungan. Axel meremas
tangannya lembut, dan jemari Diandra yang menatap foto itu makin bergetar. Dia...
punya seorang kakak" ?LoveReads 132 |
"Nana?" Reno memanggil dengan lembut, berusaha mengetuk pintu itu dengan pelan.
Dia sudah memencet bel yang ada di samping pintu, tetapi tetap saja tidak ada jawaban.
Suasana tetap hening, membuat Reno bertanya-tanya dalam hatinya, apakah
jangan-jangan Nana tidak ada di sini" Kalau Nana tidak ada di sini, kemana lagikah
Reno harus mencari Nana" Lalu gerakan itu terdengar, suara langkah kaki yang lemah
mendekati pintu. Harapan Reno langsung melambung tinggi. "Nana, itukah kau
sayang?" Hening yang lama, kemudian suara Nana yang lemah menyahut dari dalam,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
"Aku belum ingin berbicara denganmu, Reno." Reno menghela napas panjang, tahu
pasti bahwa Nana akan sangat marah kepadanya, "Nana... bagaimanapun juga kita
harus berbicara." Reno mendekatkan dirinya di depan pintu, "Izinkan aku masuk dan kita
akan berbicara." "Tidak." Nana menyahut tegas, dan tiba-tiba saja hati Reno terasa
sakit. Apakah Nana tidak memperbolehkannya masuk karena marah akan
kebohongannya, ataukah karena Nana tidak ingin kehadirannnya menodai kenangannya
bersama Rangga" "Kita harus bicara Nana, semarah apapun kau kepadaku, kau harus
menghadapinya. Aku memang bersalah karena tidak menjelaskan semuanya kepadamu
sebelumnya. Buka pintunya untukku Nana, aku mohon." Lama sekali tidak ada jawaban
hingga Reno memutuskan untuk menyerah dan berbalik pergi, menerima kenyataan
bahwa Nana 133 | mungkin belum siap untuk
bicara kepadanya. Setidaknya dia cukup lega mengetahui Nana berada di mana, dan
bahwa kondisi Nana baikbaik saja.... Detik yang sama, ketika Reno memutuskan untuk
pergi, terdengar suara handel pintu dibuka. Reno menunggu dengan penuh harap, dan
pintu itupun akhirnya terbuka. Nana berdiri di sana, menatapnya dengan mata sembab.
Perempuan itu pasti sudah menangis begitu kuatnya. Tiba-tiba saja hati Reno
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
terasa mencelos, perih. Dialah yang telah menyebabkan Nana menangis sampai seperti
ini. "Boleh aku masuk?" Tiba-tiba saja jantung Reno berdebar, mengantisipasi jawaban
Nana. Sebagai jawaban, Nana memundurkan tubuhnya dan memberikan kesempatan
kepada Reno untuk masuk. Reno melangkah memasuki ruangan itu, matanya mengitari
seluruh ruangan. Udaranya masih terasa pengap, mungkin karena sudah sejak lama
ruangan ini tidak dibuka. Tetapi Nana sepertinya sudah membuka tirai dan jendela
sehingga sirkulasi udara segar sudah masuk, dan karena di luar sedang hujan,
suasananya terasa sangat khas, suasana sendu yang kelabu. Mata Reno melirik ke
arah sofa besar yang sepertinya sengaja diarahkan supaya menghadap ke jendela. Dan
tiba-tiba saja Reno tahu, dia tahu bahwa Nana dan Rangga sering menghabiskan waktu
dengan duduk di sana, menghitung hujan bersama-sama. "Boleh aku duduk?" 134 | R a
t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m Nana menganggukkan kepalanya, kemudian
memimpin langkah Reno menuju ke sofa lain, sofa yang berhadapan di bagian depan
ruangan khusus untuk tamu. Reno kemudian duduk dan Nana mengambil tempat di
seberangnya, membuat hati Reno sakit karena Nana memperlakukannya seperti orang
asing. "Pertama-tama aku ingin minta maaf Nana, maafkan aku karena menyimpan
semua kebenaran ini darimu, maafkan aku karena membohongimu dan memilih untuk
tidak mengungkapkannya sejak awal mula....." "Kau membohongiku." Nana menyela,
menatap Reno dengan mata penuh tuduhan dan Reno sendiri bahkan tidak bisa
menyangkalnya, matanya menatap Nana dengan sedih. "Memang, aku berbohong
kepadamu, tetapi Nana, menurutmu apa yang harus kulakukan" Mana mungkin aku
mendatangimu dan kemudian mengatakan, "Hai aku Reno, kau tahu tidak, aku
menerima transplatasi jantung, dan coba tebak, jantung yang kuterima adalah berkata
begitu bukan?" Reno mengernyit, ekspresi wajahnya tampak kesakitan. Nana tertegun,
berusaha menelaah seluruh kata-kata Reno dan kemudian, mau tak mau dia menyadari
kebenaran kalimat Reno. Tetapi bukankah setelah pertemuan mereka, dan kedekatan
mereka kemudian, ada banyak sekali kesempatan bagi Reno untuk mengungkapkan
kebenaran itu" bahkan Nana mengajak Reno ke makam 135 | R a t u - b u k u . b l o g s
p o t . c o m Rangga bukan" Itu sebenarnya adalah momen yang tepat bagi Reno
untuk bercerita. "Aku tahu, kau pasti berpikir kenapa aku tidak mengungkapkannya lebih
cepat, bahkan di saat kita begitu dekat dan bersama-sama." Reno meremas rambutnya
dengan frustrasi, "Aku bingung." Nana menatap Reno, dan kemudian mau tak mau
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
matanya melirik ke arah dada kiri Reno.... menyadari bahwa di dalam situ ada jantung
Rangga yang sedang berdetak di sana... Oh Tuhan, kenapa kisah cintanya bisa sepelik
ini" Reno melirik ke arah Nana kemudian tersenyum pahit, jemarinya meraba dada
kirinya, menghela napas panjang, "Aku benar-benar kebingungan. Aku takut kalau aku
mengungkapkan semuanya, kau akan bereaksi seperti ini, menjauh dariku dan pergi.
Pada akhirnya aku memilih bersikap pengecut dengan tidak memberitahumu,
mengulur-ngulur waktu dan berusaha menikmati kebersamaan kita, aku salah, maafkan
aku." "Pengetahuan ini mengubah segalanya." Ekspresi Nana tampak tegas,
"Membuatku menyadari bahwa mungkin saja yang kucintai bukan dirimu, tapi Rangga.
Aku mencintaimu karena melihat Rangga di dalam dirimu." Wajah Reno tampak pucat
pasi ketika mendengar kata-kata Nana. Tentu saja. Kemungkinan itu selalu terlintas di
benaknya, membuatnya selalu bertanya-tanya, menebak-nebak apakah Nana
mencintainya, ataukah Nana mencintainya hanya karena jantung ini ada di dalam
tubuhnya" Tetapi pada akhirnya Reno menyerah pada 136 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m perasaannya, "Aku tidak peduli. Satu hal yang harus kau tahu pasti, aku
tidak peduli Nana. Jantungku ini meneriakkan namamu, tetapi bukan hanya itu, jiwaku
ini, pikiranku ini, semuanya hanya berisi tentangmu, mungkin dulu aku tertarik
kepadamu karena jantung ini, tetapi kau harus tahu, bahwa kemudian, ketika aku
mengenalmu, semakin dalam dan semakin dekat, aku benar-benar mencintaimu, bukan
hanya jantungku tetapi seluruh diriku, jiwa dan ragaku. Dan kalau kemudian kau hanya
mencintai jantung ini, bagiku itu cukup. Cintaku kepadamu terlalu besar, cukup untuk
menanggungkannya." Reno menatap Nana, berusaha membaca ekspresi Nana, tetapi
perempuan itu hanya memasang ekspresi kosong. Dia kemudian melanjutkan. "Kau
tahu, aku sering berpikir, kalau kisah tentangku ini ditulis dalam bentuk buku, aku yakin
bahwa aku akan dipandang sebagai tokoh antagonis, sebagai sosok yang dihujat semua
orang... karena sikapku yang egois, meninggalkan tunanganku begitu saja, tunangan
yang begitu setia dan tidak salah apa-apa." Reno menghela napas panjang, "... aku tahu
bahwa apa yang kulakukan memang tampaknya tidak bisa dijelaskan oleh nalar bagi
kebanyakan orang... terlalu pelik, yang terlihat hanyalah keegoisanku, melukai hati
orang lain hanya untuk mendapatkan yang kuinginkan." Lelaki itu menyandarkan
tubuhnya di sofa dan tampak pasrah, "Tetapi beginilah aku, inilah aku apa adanya, Reno
yang jahat dan egois, Reno yang tak punya hati, meninggalkan tunangannya,
menyakitinya sedemikian rupa tanpa alasan logis, hanya untuk mengejar perempuan
yang didebarkan oleh 137 | jantungnya.
Beginilah diriku Nana... entah kau menerimanya atau tidak. Aku Reno dan ada jantung
Rangga di dalam tubuhku dan yang paling penting, aku mencintaimu." Nana tertegun
mendengar ungkapan perasaan Reno itu, dia merasakan dadanya sesak, air matanya
yang memaksa mengalir, membuat matanya terasa panas. Tetapi kemudian Nana
menggelengkan kepalanya, "Tetap saja semua ini tidak adil untukmu Reno. Semula aku
berpikir bahwa aku bisa beranjak dari Rangga dan kemudian membuka hati untukmu,
tetapi ternyata aku salah. Aku kembali lagi kepada Rangga, aku ternyata tidak pernah
beranjak darinya, dan aku tak akan membiarkanmu merelakan diri sebagai pengganti
Rangga." Nana menghela napas panjang, sebutir bening mengalir dari sudut matanya,
ke pipinya, "Pergilah Reno jalani kehidupanmu sendiri, kau
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
memang membawa jantung Rangga tetapi kau bukan Rangga, kau adalah Reno. Kau
harus bisa memisahkan kenangan lama dan kenangan baru. Aku yakin Reno memiliki
cinta sejati yang ada di hatinya, dan aku yakin, jantung Rangga akan bisa mengikuti hati
Reno dan kemudian menjadi jantung Reno." Wajah Reno makin pucat dan ekspresinya
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
tampak kesakitan, seolaholah Nana telah menorehkan garam di lukanya yang
menganga, "Aku pikir kau mengerti.... aku pikir kau yang paling mengerti..." senyum
Reno tampak miris, menahankan kepedihannya, "Ternyata kau sama saja seperti yang
lain, kau tidak mengerti atau mungkin kau tidak mau mengerti." Reno tertawa pahit, dan
kemudian beranjak berdiri, "Kurasa aku sendiri sudah tidak tahu lagi harus bagaimana,
kurasa 138 | aku memang ditakdirkan hanya
untuk menyakiti orang lain dan kemudian melukai diriku sendiri. Kau akan mendapatkan
yang kau mau Nana, dunia tanpa aku di dalamnya, dan aku akan membawa jantung
Rangga pergi bersamaku." Tanpa menunggu jawaban Nana, Reno membalikkan
tubuhnya dan melangkah pergi, meninggalkan Nana dalam keheningan yang
menyesakkan dadanya. ?LoveReads Sepeninggal Reno, Nana berpindah, duduk di
sofa kesayangan itu sambil menatap tetes-tetes hujan yang mulai reda. Ini yang terbaik,
gumamnya meyakinkan dirinya sendiri. Suatu saat nanti Reno pasti menyadari bahwa
apa yang diputuskan oleh Nana ini adalah demi kebaikannya. Reno berhak menemukan
perempuan yang mencintai dirinya yang sebenarnya, bukan perempuan yang bahkan
tidak tahu siapa yang dicintainya sekarang. Meskipun entah kenapa dadanya terasa
sakit, perih dan sesak, seperti patah hati. Nana mendesah, menyandarkan tubuhnya di
sofa.... Lalu tiba-tiba kalimat terakhir Reno sebelum pergi terngiang di kepalanya,
muncul begitu saja. Kau akan mendapatkan yang kau mau Nana, dunia tanpa aku di
dalamnya, dan aku akan membawa jantung Rangga pergi bersamaku.. Firasat buruk
langsung menyergapnya begitu saja, membuatnya 139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m duduk tegak dengan mata membelalak, jantungnya langsung berdebar. Dan
kemudian, dengan langkah cepat, Nana meraih jaketnya dan berlari tergesa keluar
apartemen, napasnya terengah dan air matanya mengalir. Reno! Nana memanggil,
dengan seluruh kengerian yang menyelimuti benaknya. ?LoveReads Reno
mengemudikan mobilnya di jalanan yang sepi dan berliku itu, matanya basah, basah
karena sakit dan patah hati. Jantungnya berdenyut kencang, menyakitkannya. Reno
melirik ke arah dadanya dan kemudian tersenyum pahit, Kau tidak mau mati lagi bukan
Rangga" Aku sebenarnya juga. Tetapi buat apa kita bertahan kalau kita sudah tidak
diinginkan" Tidak. Tetapi bagaimanapun juga, seberapapun putus asa mendera-nya,
Reno memang tidak ingin mati. Dia sudah pernah merasakan bagaimana hidup tanpa
harapan untuk bertahan, berdoa setiap malam supaya diberikan kesempatan menjalani
hidup lebih lama, lebih panjang. Dan Reno tidak akan pernah membuang kesempatan
yang diberikan Tuhan kepadanya, dia tidak mau menjadi orang yang tidak tahu
bersyukur, dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan
kepadanya. 140 | Meskipun terasa sakit, Reno
akan bertahan. Meskipun jantung yang menjadi penyelamatnya ini membawanya
kepada kisah cinta yang pelik, Reno akan berjuang. Mungkin saat ini dia kalah, tetapi
bukan berarti dia menyerah. Ketika benaknya berkelana, tiba-tiba saja dibalik tirai hujan,
muncul sesosok mahluk kecil berkaki empat, mungkin kucing, yang tiba-tiba saja
melompat ke jalan. Reno kaget, dia membanting stir ke samping, malangnya karena
jalanan licin, bannya selip dan Reno kehilangan kendali atas mobilnya. Suara berdecit
yang keras terdengar, dan suara tubrukan yang menggetarkan telinga menyusul
kemudian. ?LoveReads 141 | Menghitung
Hujan Part 14 Kau dan aku lebih murni dari petikan sastra romantis, meski kisah kita tak
seindah cinta dalam sejarah. Kita dan dua cangkir kopi, lalu menghitung hujan sambil
mendengarkan debaran sendiri Dua cangkir kopi berteman hujan Dua cangkir kopi lebih
indah dari simfoni Jadi tetaplah ada. Kau dan aku, dan dua cangkir kopi. --"Ini adalah
kakak lelakimu." Ibu Dewi menunjuk ke anak lelaki kurus di foto itu, yang dirangkul oleh
ayahnya, kemudian menatap Diandra dengan sedih, "Seandainya saya punya
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
kesempatan untuk memberitahu tentangnya sejak awal Diandra, tetapi kau telah hidup
dalam kehidupan baru yang bahagia, dan orangtuamu memutuskan untuk menjagamu
dengan tidak memberitahukan informasi apapun, hal itu menahan saya untuk
mengganggu kehidupanmu dengan informasi ini." Ibu Dewi menghela napas panjang
lalu melanjutkan, "Kakak lelakimu berumur tiga tahun ketika kecelakaan yang
menewarkan kedu orang tuamu terjadi, kalian berdua diserahkan di panti asuhan ini
bersamasama. Sayangnya, kakakmu terlalu besar usianya dan anak yang sudah terlalu
besar biasanya jarang sekali diminati untuk diadopsi. Pada akhirnya kakakmu harus
berpisah denganmu karena orangtua 142 |
angkatmu memilihmu untuk diadopsi." Ibu Dewi menatap Diandra lembut, "Meskipun
terpisah, saya tahu kakakmu selalu mencintaimu. Dia tumbuh dan besar di sini, kami
menyekolahkannya karena dia sangat pandai, di pagi hari dia bersekolah dan
setelahnya dia membantu di panti asuhan ini, bekerja apapun yang bisa dilakukan untuk
membantu kami. Dan ketika usianya 17 tahun, dia memutuskan bahwa dia sudah
dewasa sehingga meninggalkan panti asuhan ini dan menjalani hidupnya sendiri. Dia
sukses dalam kehidupannya, dan walaupun begitu kakakmu tidak pernah lupa
mengunjungi kami, katanya dia menganggap panti asuhan ini adalah rumahnya, Saya
ingat dia selalu datang di hari raya, membawakan makanan dan baju baru yang begitu
banyak untuk anak-anak panti di sini." Mata ibu Dewi menerawang. Diandra menatap
perempuan setengah baya di depannya itu dengan penuh harap, informasi ini
benar-benar mengejutkannya sekaligus
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
membuatnya bertekad. Dia memiliki seorang kakak kandung, lelaki yang sukses kalau
menurut kisah ibu Dewi ini. Jadi dimana dia bisa menemukan kakak lelakinya itu" "Di
mana saya bisa menemukan kakak saya, ibu?" Diandra menyuarakan pertanyaan di
benaknya, menatap ibu Dewi sepenuh rasa penasarannya. Tetapi seketika itu juga ada
mendung menggumpal di wajah ibu Dewi, mata perempuan itu tampak berkaca-kaca.
"Karena itulah tanpa mempedulikan semua aturan, waktu itu saya menghubungi
orangtuamu Diandra. Karena menurut saya kau harus 143 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m tahu." Ibu Dewi menatap Diandra dalam-dalam, "Rangga, kakak lelakimu
sudah meninggal karena kecelakaan yang menimpanya. Seketika itu juga Diandra dan
Axel berpandangan, mata mereka menyuarakan pertanyaan yang sama, Rangga?"
?LoveReads Nana turun dari taxi di depan rumahnya dan langsung menghambur
masuk, dia hampir saja bertabrakan dengan mamanya yang menyambutnya di depan,
diikuti oleh Nirina yang masih menunggu di sana, "Reno di sini?" Nana bertanya dengan
suara serak, ketakutan. Apakah ketakutannya benar-benar akan menjadi kenyataan"
Apakah kata-kata Reno sebelum pergi tadi menunjukkan bahwa dia akan melakukan
sesuatu yang nekat seperti bunuh diri" Jantung Nana berdebar. Tuhan. Nana tidak akan
memaafkan dirinya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu pada Reno. Dan itu murni...
murni dia mencemaskan lelaki itu, bukan karena ada jantung Rangga di dalam
tubuhnya! Mama Nana menatap Nana yang panik sambil mengangkat alisnya, "Tidak
Nana, Reno tadi pergi untuk menemuimu di apartemen Rangga, apakah kau tadi ada di
sana" Apakah kau bertemu dengannya?" 144 |
Wajah Nana pucat pasi, "Ya aku bertemu dengannya di apartemen... kemudian aku...
aku setengah mengusirnya." Mata Nana tampak berkaca-kaca, "Lalu dia pergi dan
mengucapkan kata-kata yang membuatku takut...." "Nana." Mama Nana memeluk
pundak Nana dengan lembut, "Ayo kita masuk dulu Nana. Tenang dulu..." ?LoveReads
"Rangga?" Akhirnya Axel dan Diandra menyuarakan pertanyaan itu bersamaan, tiba-tiba
saja napas Diandra terasa cepat dan kepalanya pening. Tidak mungkin bukan" Tidak
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
mungkin Rangga yang itu bukan" Nama Rangga terpatri jelas di benak Diandra, itu
adalah lelaki yang menyumbangkan jantungnya untuk Reno, memberikan kehidupan
kepada kekasihnya, sekaligus merenggut cinta Reno untuknya. Apakah mungkin
Rangga yang itu" Bagaimana bisa suatu kebetulan berjalan seperti ini" "Ya Diandra,
Rangga adalah nama kakakmu, nama yang sama yang diberikan oleh orang tua
kandungmu. Dia meninggal karena kecelakaan lebih dari setahun yang lalu." Ibu Dewi
menatap Diandra dengan menyesal, "Seandainya aku bisa memberitahumu lebih awal,
tetapi Rangga sendiri juga tidak menyarankan untuk menghubungimu.." 145 | R a t u - b
u k u . b l o g s p o t . c o m "Rangga mengetahui tentang siapa diriku?" Diandra
bertanya bingung, kalau begitu kenapa kakaknya tidak pernah menghubunginya" "Ya,
Rangga tahu tentu saja, dia bahkan selalu mengawasimu dengan diam-diam. Katanya
dia tidak mau menunjukkan jati dirinya dan menghancurkan apa yang sudah kau
percayai... yah orangtuamu tidak pernah mengatakan bahwa kau anak angkat, Rangga
takut kalau kau tahu bahwa kau anak angkat, kau akan sedih..." Ibu Dewi tersenyum,
rupanya kenangannya akan Rangga begitu indah, ?"Karena itulah Rangga menahan diri,
menatapmu dalam diam dan mengawasimu, dia bilang lebih baik dia menahan diri asal
kau bahagia." Axel tampak tak sabar dengan pertanyaan yang menderanya, "Rangga
yang ini, apakah dia mendonorkan jantungnya setelah meninggal?" Ibu Rahma menatap
Axel tak kalah terkejutnya, "Wah ternyata anda sudah tahu ya?" Hening... Hening yang
lama dan tak terisi. Wajah Diandra pucat pasi. ?LoveReads "Tunggu, kau kan bisa
menelepon Reno." Nirina akhirnya memberi usul sambil membawakan air putih kepada


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nana yang panik. Mama Nana duduk di sebelah Nana, memeluk anaknya dan berusaha
menguatkannya. Nana pasti benar-benar shock, mengingat pengetahuan yang
diperolehnya mengenai jantung siapa yang ada di dada Reno. Apalagi 146 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m setelah Nana merasa bisa melangkah dan menyimpan
Rangga dalam kenangan lalu belajar mencintai Reno. "Ah yaa..." Karena begitu
paniknya, Nana sama sekali tidak memikirkan tentang menelepon Reno dengan
ponselnya. Setidaknya dia bisa mencegah Reno kalau memang benar lelaki itu ingin
bertindak nekat, dan setiaknya dia bisa tahu bahwa Reno baik-baik saja. Betapa
bodohnya dia karena tidak sadar dari tadi. Nana menelepon Reno, dan menunggu
dengan jantung berdebar sampai nada sambung terdengar, satu kali, dua kali.... dan
sampai lama tidak ada yang mengangkat di seberang sana, membuat Nana merasa
sesak di dada. Lalu setelah tiga kali mencoba, telepon itu diangkat, tetapi bukan suara
Reno yang menjawab..... ?LoveReads "Jadi... Rangga kakak saya adalah Rangga yang
juga mendonorkan jantungnya?" Diandra gemetaran tak terkendali, sudah mengetahui
jawabannya meskipun dia sendiri tidak mampu menerima kebenaran itu. "Ya dan
ternyata kalian sudah tahu. Rangga merahasiakan keputusannya itu. Pada suatu hari
dia datang dan meminta tandatangan saya, sebagai keluarga yang akan mengurus
seluruh izin karena dia menandatangani persetujuan untuk mendonorkan jantungnya
ketika dia meninggal nanti. Waktu itu saya sempat bertanya kenapa dia berpikiran
seperti itu. Sangat jarang ada manusia yang berpkiran 147 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m untuk mendonorkan organ tubuhnya dengan pemikiran kalau dia mati nanti
itu akan berguna untuk orang lain, apalagi seperti Rangga yang masih muda, semua
tentu mengira bahwa usianya masih panjang." Ibu Dewi mendesah, "Mungkin itu lebih
seperti sebuah firasat...." Darah Diandra seakan surut dari kepalanya hilang entah
kemana, seluruh tubuhnya dingin, membuat Axel cemas dan meremas jemari Diandra
lembut. "Kau tidak apa-apa Diandra?" Axel menatap wajah Diandra yang
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
pucat pasi. Ibu Dewi juga melihat ekspresi Diandra dan cemas juga, mungkin
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
perempuan di depannya itu terlalu shock mendapati kenyataan yang baru
ditemukannya, dia lalu berdiri dan mengambilkan segelas air dari dispenser, Axel
menerimanya dan membantu Diandra minum. Setelah meminum dia tegukan, Diandra
menghela napas panjang, berusaha menormalkan paru-parunya yang tadi terasa sesak.
Jadi benarkah" Benarkah Rangga, kakak kandungnya yang mendonorkan jantungnya
untuk Reno" "Kenapa Rangga tiba-tiba memutuskan untuk mendonorkan
jantungnya, ibu?" Axel tiba-tiba bertanya. Ibu Dewi tersenyum lembut, "Karena Diandra."
"Karena saya?" suara Diandra seperti tercekik. "Karena Rangga selalu mengawasimu...
dia melihat bagaimana kau berjuang setia kepada kekasih yang hidupnya hanya
bersandar pada ada atau tidaknya donor jantung untuknya. Ya Diandra, Rangga
mengetahui itu. Mungkin dia kemudian terinspirasi ketika mengetahui 148 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m bahwa banyak sekali penderita penyakit jantung yang
membutuhkan tranplatasi terkatung-katung, menunggu donor. Mungkin dia jadi berpikir
untuk berpartisipasi ketika dia meninggal nanti. Aku yakin sekali Rangga tidak
berkeinginan meninggal dengan begitu cepat, dia baru saja akan menapaki
kebahagiaan rumah tangga, akan menikah dengan kekasihnya yang sangat cantik,
Nana namanya, Rangga pernah menunjukkan fotonya kepada saya, dia bahkan belum
sempat membawa Nana kemari untuk dikenalkan kepada saya, sungguh gadis yang
malang." Mata Ibu Dewi menerawang sambil menggelenggelengkan kepalanya,
"Mungkin suatu saat kau bisa menemuinya Dianda, bagaimanapun dia pernah menjadi
calon kakak iparmu, pernah begitu dicintai oleh mendiang kakakmu." Diandra tertegun.
Tidak percaya akan semua kebetulan ini. Dia tidak tahu apakah harus tertawa ataukah
menangis. Rangga adalah kakak kandungnya, lelaki itu mendonorkan jantungnya
karena terinspirasi oleh keadaannya. Pasti tidak pernah terpikirkan oleh Rangga bahwa
jantungnya akan begitu cocok dengan Reno, kekasihnya. Pasti tidak pernah terpikirkan
olehnya bahwa jantungnya akan membuat kekasih adiknya berpaling hati, meninggalkan
Diandra dan mencintai Nana. Dunia memang begitu rumit, penuh dengan kebetulan
yang tak terbaca hati, membuat Diandra kebingungan setengah mati. Di dalam dada
lelaki yang sangat dicintainya... di dalam dada Reno... ada jantung Rangga kakak
kandungnya. Mereka kemudian berpamitan. Dan karena ibu Dewi tampaknya
benar-benar tidak tahu kepada siapa akhirnya jantung Rangga di149 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m donorkan, Axel dan Diandra-pun tidak memberitahukan bahwa
jantung itu telah menyelamatkan nyawa Reno, kekasih Diandra. Mereka duduk di mobil,
dalam keheningan, masih shock atas apa yang baru saja mereka lalui. Tangan Axel ada
di kemudi, tetapi dia tidak menjalankan mobilnya. Lelaki itu menoleh ke Diandra yang
merenung dengan ekspresi kosong, kemudian jemarinya terulur, menyentuh rambut
Diandra dengan lembut, "Kau tidak apa-apa?" Diandra mengangkat kepalanya, menatap
Axel yang begitu tampan. Selama ini Diandra tahu bahwa Axel tampan, di masa SMU
dulu, Diandra bahkan pernah membantu Axel membalas surat-surat cinta dari teman
sekolahnya ketika dia berlibur ke Bandung. Axel selalu mempunyai banyak wanita yang
mengejar-ngejarnya sejak dulu. Dan Diandra yakin penggemar Axel pasti banyak
sampai sekarang, mengingat semakin bertambahnya usia, ketampanan Axel semakin
matang, membuatnya menjadi magnet bagi perempuan manapun. Diandra sendiri tidak
pernah terkena pengaruh magnet itu karena dia selalu menganggap Axel saudaranya.
Tetapi sekarang.... setelah dia tahu bahwa dia dan Axel tidak bersaudara, akankah dia...
Diandra menghela napas panjang, mengusir pikiran-pikiran yang memberatkan hatinya
itu. Nanti. Semua akan dipikirkannya nanti, semuanya terasa terlalu berat kalau
dipikirkan sekaligus, membuat dadanya terasa sesak. 150 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m "Aku tidak apa-apa." Akhirnya Diandra bergumam serak, menatap Axel
dengan lembut, "Antarkan aku ke makam Rangga ya." Ibu Dewi telah memberitahukan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
lokasi makam Rangga kepada Diandra. Dan Diandra ingin ke sana, setidak nya untuk
meyakinkan hatinya, bahwa dia sebenarnya memiliki seorang kakak, yang selalu
mencintai dan mengawasinya diam-diam. Air mata Diandra menetes satu persatu
membasahi pipinya. Seandainya Rangga memutuskan untuk menemuinya, akankah
keadaannya menjadi berbeda" Seandainya Diandra punya kesempatan untuk menemui
Rangga ketika kakaknya masih hidup, akankah kebahagiaan akan melingkupi mereka
semua" Kenapa dia ditakdirkan mengetahui punya seorang saudara kandung, ketika
saudaranya itu telah meninggalkan dunia ini" Tanpa memberi kesempatan baginya
untuk bertemu, untuk berkenalan atau bahkan untuk menyayangi" Diandra menangis
terisak-isak dan Axel menatapnya dengan sedih, lelaki itu lalu merangkul Diandra
supaya dekat ke dadanya dan menangis di sana. Ah, merasakan rapuhnya Diandra di
pelukannya membuat jantung Axel terasa diremas. Betapa Axel ingin menanggung
semuanya untuk Diandra.... betapa inginnya Axel agar Diandra tidak menangis lagi...
?LoveReads Mereka sampai di pemakaman sepi itu, pemakaman sepi yang indah dan
tertata rapi. Axel turun lebih dulu dari mobil, kemudian meng151 | R a t u - b u k u . b l o
g s p o t . c o m gandeng lengan Diandra untuk turun bersamanya, mereka berjalan
dalam keheningan, mengikuti arah yang diberitahukan oleh Ibu Dewi, dan menemukan
makam Rangga. Lalu makam itu ada di sana. Dengan nisan bertuliskan nama Rangga,
dan sebuah kutipan puisi perpisahan yang memilukan di sana. "Kau dan akuKita. Lebih
murni dari petikan sastra romantis, meski kisah kita tak seindah cinta dalam sejarah,
Tapi janji yang diiringi debaran jantung itu hanyalah milik kita. Dan meskipun debaran itu
sudah tak ada, cinta ini akan selalu terjaga. Mencintaimu selalu, Ini petikan perasaan
Nana untuk Rangga. Tiba-tiba batin Diandra terenyuh, terasa begitu pedih. Rangga,
kakak yang tidak pernah diketahuinya hingga saat ini memiliki kekasih yang sangat
mencintainya. Dan juga sangat dicintainya..... Diandra merenung, sangat dicintainya
sampai membuat jantung Rangga tetap berdetak untuk Nana, bahkan ketika jiwa
Rangga mungkin sudah tidak ada di dunia ini. "Kakak...." Diandra bergumam pelan,
tiba-tiba merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak pernah bisa memanggil
nama Rangga 152 | ketika kakaknya itu masih
hidup. Axel melirik ke arah Diandra yang semakin lama semakin tampak rapuh, dia
merangkul Diandra ke dalam pelukannya, memberinya kekuatan dan merasa sangat
bahagia ketika Diandra tidak menolak pelukannya. ?LoveReads "Reno?" Nana masih
memanggil nama Reno meskipun dia tahu bahwa yang menjawab teleponnya bukan
Reno. "Halo" Siapa ini?" jawab seorang lelaki dengan sura berat. "Ini sendiri siapa"
Saya bisa bicara dengan Reno" Ini nomor HP Reno bukan?" "Reno yang mengalami
kecelakaan" Saya petugas rumah sakit, ponselnya masih saya pegang, saya sedang
berusaha menghubungi orangtuanya..." Telepon itupun jatuh dari tangan Nana.
?LoveReads Ponsel Diandra bergetar di sakunya, membuat Diandra tersadar dari isak
tangisnya dan mengerutkan kening. Diambilnya ponsel itu dari sakunya dan
mengerutkan keningnya ketika melihat nama mama Reno di layarnya. "Halo mama?"
Diandra bergumam lemah, kenapa mama Reno meneleponnya" Dulu Diandra dan
mama Reno sangat akrab, apalagi mengingat mama Reno tidak punya anak
perempuan, Diandra selalu 153 | menjadi anak
perempuan kesayangan mama Reno, mereka sering menghabiskan waktu bersama,
bercakap-cakap, berbelanja bersama, bahkan ke salon bersama. Hubungan mereka
memang agak renggang setelah Reno meninggalkan Diandra begitu saja. Yang pasti
Diandra merasakan kecanggungan dari mama Reno setelahnya, tentu saja... mengingat
betapa kejamnya perlakukan Reno kepada Diandra, pasti mama Reno merasa bersalah
kepada Diandra. Sejak kejadian itu Diandra jarang berhubungan dengan mama Reno
lagi, bahkan hanya sekedar untuk mengirim kabar pun tidak pernah terpikirkan olehnya,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
dan sekarang mama Reno menghubunginya, pasti ada hal penting tentang Reno. Tetapi
kemudian yang terdengar di sana bukanlah seperti yang diharapkannya. Itu suara
isakan, mama Reno menangis! "Mama sedang dalam perjalanan ke Bandung, Diandra
bersama papa." Diandra memang memanggil mama dan papa Reno dengan tangis,
tersedu-sedu. "Reno kecelakaan Diandra, kami tadi menghubungi orang tuamu dan
mereka ada di Bandung, semoga kau mau ke sana lebih dahulu Diandra..." mama Reno
menyebut nama rumah sakit swasta terkenal yang terletak di pusat kota Bandung.
Jantung Diandra berdebar kencang, dia menatap Axel dengan panik, membuat Axel
yang tidak bisa mendengar percakapan itu mengerutkan keningnya dengan bingung,
"Ada apa?" Axel bertanya penasaran. Diandra membalikkan tubuhnya, meninggalkan
Axel begitu saja, 154 | membuat Axel
mengejarnya dengan penasaran, lelaki itu akhirnya mengejar Diandra, mencekal lengan
perempuan itu dan semakin mengerutkan keningnya ketika melihat air mata Diandra
yang berderai, "Diandra" Ada apa?" Diandra memalingkan mukanya, "Antarkan aku ke
rumah sakit segera, Reno kecelakaan!" ?LoveReads Nana merasakan air matanya
berderai, ketakutan. Kalau sampai terjadi apa-apa kepada Reno, maka kesalahan
terbesar ada di pundaknya. Dia menolak Reno dengan kasar, tidak mau menerima
apapun penjelasan lelaki itu, hanya mementingkan perasaannya sendiri,
kebingungannya terhadap keberadaan jantung Rangga di dalam dada Reno.
Memangnya kenapa kalau ada jantung Rangga di sana" Harusnya Nana menyadari
bahwa dia sudah bertekat meletakkan Rangga ke dalam kenangannya, sebuah
kenangan indah yang akan selalu terpatri ke dalam benaknya. Bukankah Nana sudah
bertekad untuk mencintai Reno dan membuka hatinya kepada lelaki itu" Bukankah dia
dan Reno sekarang masih hidup dan mereka berhak untuk saling mencintai"
Seharusnya Nana memberi kesempatan untuk Reno, bukannya mengusirnya seperti itu,
dengan kasar dan tidak memberinya harapan lagi. Nana memegang pinggang Nirina
erat-erat ketika Nirina meliukkan 155 | motornya
mencoba menyelip di antara kemacetan kendaraan di lampu merah. Sahabatnya itu
mengebut, mengantarnya ke rumah sakit dengan segera untuk melihat keadaan Reno.
Apakah Reno sengaja" Mengingat kata-kata terakhir Reno sebelum meninggalkan
apartemennya... apakah lelaki itu sengaja dalam kecelakaan ini" Tidak! Nana langsung
membantah pikirannya itu. Reno tidak akan melakukannya. Nana percaya Reno tidak
akan membuang kesempatan kedua untuk menjalani kehidupannya. Dan sekarang
Nanalah yang memohonkan kesempatan kedua untuk dirinya dan Reno. Nana
bersumpah dia akan berusaha mengubah segalanya jika Tuhan memberinya
kesempatan kedua. Oh Tuhan... selamatkanlah Reno. --Untunglah mereka
menggunakan motor, karena mereka bisa menembus kemacetan dengan cepat. Setelah
menemui resepsionis mereka diinfokan bahwa Reno masih ada di UGD. Nana setengah
berlari ke sana diikuti Nirina. Dia berjalan ke seluruh UGD, menoleh ke kiri dan kanan
kemudian dia tertegun. Dian... Diandra ada di sana. Sedang berbicara dengan dokter.
?LoveReads 156 | Menghitung Hujan Part 15
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Menghitung hujan dengan percaya, bahwa suatu hari kan menemukan bahagia Kau aku
dan mimpi untuk memeluk sang belahan jiwa. Yang dengannya jantung ini berdebar
lebih kencang Kau dan aku. Kita selalu bersama. Bangun sayang, lepaskan mimpimu
Ada aku di sini, di dunia nyata Menunggu untuk mencintaimu. --- Langkah Nana
langsung terhenti, dia tertegun dan kemudian menatap Diandra dengan pilu. Ada lelaki
itu, Axel.. lelaki yang menemuinya di kampus dan mengungkapkan semuanya kepada
Diandra. Lelaki itu sekarang berdiri di sebelah Diandra, lengannya merangkul
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
perempuan itu seakan menopangnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang" Tetapi
pada detik yang sama, Diandra menoleh dan menatap Nana yang berdiri tertegun di
ujung koridor, perempuan itu tampak sama terkejutnya dengan Nana, ekspresinya
berubah jadi pucat pasi, sementara Nana sendiri berdiri di sana dengan bingung, tak
tahu harus berbuat dan berkata apa. Sementara itu, Nirina menoleh ke arah Nana yang
membeku dan menatap bingung, tetapi kemudian dia tidak peduli, dengan cepat
digandengnya Nana mendekat, "Dokter, apakah yang ada di sana Reno, teman saya?"
Nirina bergumam cepat, menyela percakapan 157 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m Dokter itu yang sepertinya sedang menjelaskan sesuatu kepada Diandra. Dokter itu
menoleh, menatap Nirina dengan bingung, sementara itu Nana berdiri di belakang Nirina
dengan wajah merah padam, sedikit kebingungan. "Oh... teman Reno." Dokter itu
tersenyum, "Reno tidak apa-apa nona, tetapi kaki kanannya patah sehingga untuk
sementara setelah kami melakukan operasi, dia harus duduk di kursi roda, selain itu
kami telah memeriksa seluruhnya, ada beberapa memar, tetapi tidak ada gegar otak."
Dokter itu lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah Diandra, "Kami akan
menunggu kedatangan orang tua tunangan anda, untuk menjelaskan dengan lebih
terperinci." "Ya, mama dan papa akan segera datang." Diandra segera menjawab,
berusaha tidak peduli akan keterkejutan di mata Nana ketika dokter itu menyebut
Diandra sebagai tunangan Reno. Ya. Diandra memang memperkenalkan diri kepada
dokter itu sebagai tunangan Reno, meskipun dia tadi merasa Axel sedikit menegang di
sebelahnya ketika dia mengatakan itu. Diandra lalu menyalami dokter itu, mengucapkan
terima kasih dan kemudian dokter itu berpamitan pergi. Sementara itu mereka berempat
berdiri dengan canggung di ruangan itu, dalam keheningan. Dalam kamar yang
berdinding kaca, nampak Reno yang masih tak sadarkan diri berbaring diam dalam
ketidaksadarannya. Nirina sendiri menjadi canggung ketika mendengar dokter tadi
menyebut perempuan di depannya itu sebagai tunangan Reno. Seketika Nirina sadar
kalau perempuan itu adalah Diandra, tunangan yang ditinggalkan Reno demi mengejar
Nana. Lama sekali 158 | keheningan yang
menyesakkan itu, Nana dan Diandra sama-sama membeku, dalam suasana yang
canggung, sampai akhirnya Axel berdehem memecah suasana, "Eh... kami rasa kami
akan duduk di sebelah sana." Axel setengah menghela Diandra ke arah kursi tunggu di
ujung di dekat pintu kamar Reno. Mereka memang belum diizinkan masuk dan
mengunjungi Reno karena lelaki itu masih dalam penanganan. Mata Nana mengikuti ke
arah Diandra, yang menghindari kontak mata dengannya dan ke arah Axel yang
berjalan di sampingnya dan kemudian mengajaknya duduk di kursi itu. Sampai
kemudian Nirina menyenggol tangannya, mereka saling bertukar pandang penuh
pengertian, "Ayo kita duduk di sebelah situ." Nirina mengajak Nana duduk di kursi
tunggu lain yang agak jauh dari tempat Axel dan Diandra duduk. Dalam hati Nana
sungguh bersyukur karena tadi dia bersama Nirina, tak bisa dibayangkan betapa
canggungnya dia tadi kalau datang ke sini sendirian, mungkin Nana akan benar-benar
bingung dan membeku saja. Sebelum duduk, Nana menoleh ke arah Reno yang
terbaring di ranjang itu, dengan mata terpejam lelap. Rasa syukur membanjiri tubuh
Nana, begitu lega rasanya melihat Reno masih ada di sana, masih hidup..... dan masih
memberikan Nana kesempatan untuk menenbus kesalahannya. Mereka kemudian
duduk dalam diam, dan menunggu. Nana sibuk dengan pikirannya sendiri, dan
merenung, kehadiran Diandra menyadarkannya, bahwa selain masalah Rangga, masih
ada hubungan 159 | Reno dengan Diandra yang
membuat Nana merasa ragu untuk melangkah. Dari kisah Axel, Nana tahu bahwa Reno
telah sangat menyakiti Diandra, bahwa Reno telah bersikap tidak adil kepada
perempuan itu. Bahwa Diandra seharusnya berhak mendapatkan kebahagiaan seperti
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
yang diimpikannya...... sebelum semua keadaan berubah. Nana mengernyit, tidak bisa
membayangkan kalau dia yang berada di posisi Diandra, dia pasti akan hancur lebur
dan tak kuat lagi. Nana masih beruntung, Rangga meninggalkannya karena takdir,
setidaknya Rangga meninggalkannya dengan masih membawa cinta dan setianya,
sementara itu Diandra ditinggalkan dengan alasan kejam bahwa Reno tidak
mencintainya lagi. Benar-benar.. Nana sangat mengagumi ketegaran Diandra,
perempuan itu masih kuat berdiri di sana, menunggui Reno, menjaga dan mengejar
cinta sejatinya. Nana tidak akan pernah bisa sekuat dan setegar Diandra, dan mungkin
juga, cinta Nana bahkan tidak akan bisa menyaingi besarnya cinta Diandra kepada
Reno. Dan perempuan itu bahkan tidak menyerangnya, melemparkan tatapan mata
penuh kebencian atau mencacimakinya.... Nana menghela napas panjang, meskipun
dia tidak bersalah langsung dalam hal ini karena sebelumnya dia tidak tahu apa-apa,
tetapi tetap saja kehadiran Nana yang menjadi ganjalan, yang menjadi pemisah antara
Nana dan Diandra. Mungkin seharusnya Diandra memang mencacimaki Nana.... kalau
saja Nana tidak ada di dunia ini, kalau 160 | saja
dalam keputusasaannya waktu itu Nana memilih mengikuti Rangga, mungkin Diandra


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Reno akan baik-baik saja.... Sebutir air mata menetes dari sudut mata Nana, tetapi
kemudian dia menyusutnya dalam diam yang pilu. ?LoveReads "Kau tidak apa-apa?"
Axel berbisik pelan kepada Diandra, melirik sedikit ke arah Nirina dan Nana yang duduk
agak jauh di seberang sana dalam diam. Diandra menatap Axel penuh arti lalu
menghela napas panjang, "Aku tidak apa-apa. Aku lebih memikirkan Reno, karena dia
belum sadar juga." "Reno pasti baik-baik saja, kau dengar kan kata dokter tadi?" Axel
tampak merenung, tetapi kemudian dia bertanya, "Kenapa kau
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mengatakan kepada dokter itu bahwa kau tunangan Reno" Apakah kau...." Axel
menelan ludahnya, "Apakah dalam hatimu kau masih merasa menjadi tunangan Reno"
Masih berharap pertunangan kalian akan berlanjut?" Ada nada pahit di sana, di dalam
suara Axel, setelah menyatakan perasaannya secara terang-terangan kepada Diandra,
Axel juga tidak menutup-nutupi kecemburuannya. Diandra melemparkan tatapan tegas
ke Axel. "Dengan mengaku tunangannya dokter akan menganggapku keluarga, jadi dia
akan memberikan informasi yang lebih mendetail." Axel menatap jawaban diplomatis
Diandra dengan tatapan tak percaya, "Bagaimana dengan pertanyaanku" Apakah jauh
di dalam 161 | hatimu kau masih menganggap
Reno sebagai tunanganmu?" "Aku tidak mau menjawab pertanyaanmu itu sekarang
Axel, jangan sekarang." Sela Diandra cepat, membuat Axel mengehela napas panjang.
Oke. Sekarang dia akan bersabar dengan Diandranya. ?LoveReads Reno bermimpi.
Mimpi yang sangat dalam dan jauh. Dia sampai di taman itu dan duduk di sana
kebingungan. Lalu seorang lelaki asing tiba-tiba saja duduk di sebelahnya, semula Reno
tidak menyadari siapa dia, tetapi ketika dia mengingat, wajah itu... dan foto sekilas yang
pernah dilihatnya dari hasil penelusurannya.... Rangga.... Benarkah dia bertemu
Rangga" Kalau begitu dia sudah mati" Rangga tersenyum ke arah Reno dan kemudian
bergumam tenang, "Pulanglah Reno. Semua akan baik-baik saja." Reno tersentak, dan
kemudian merasakan dirinya tersedot ke dalam gumpalan putih yang merenggut
kesadarannya... ?LoveReads "Diandra!" Itu suara mama Reno, perempuan setengah
baya itu berjalan tergesa menghampiri Diandra, Diandra segera berdiri dan
memeluknya, "Bagaimana Reno?" air mata mama Reno berderai. "Kau sudah lama di
sini sayang?" 162 | Tadi Diandra berusaha
menghubungi mama Reno setelah menerima kabar dari dokter, tetapi teleponnya tidak
tersambung. Jadi pantas saja kalau mama Reno benar-benar panik sekarang. "Reno
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
tidak apa-apa mama, tidak ada gegar otak, memar-memar meamang ada di seluruh
tubuhnya, dan kakinya patah." "Astaga." Mama Reno terisak lagi, dan papa Reno
menggenggam jemarinya dengan lembur memberi kekuatan, "Bisakah kita
menengoknya?" Mama Reno melangkah ke jendela kaca besar tempat Reno terbaring
di atas ranjang di dalamnya, "Bisakah kita menengoknya?" "Tadi masih belum boleh
mama;" gumam Diandra pelan, "Kata dokter, Reno masih dalam penanganan dan
persiapan untuk operasi pemasangan pen untuk tulangnya yang patah setelah
kondisinya stabil. Dan juga Reno belum sadar, mungkin lebih baik kita menemui dokter
sekarang, dokter bilang ingin bicara dengan mama dan papa untuk membahas kondisi
Reno." "Oke kalau begitu kita ke sana." Mama Reno merangkul Diandra, dan kemudian
berjalan ke lorong dan melewati Nana yang duduk di sana. Tidak sekalipun mama Reno
menoleh ke arah Nana, hanya Diandra yang sedikit melemparkan pandangan tak
tertebak ke arah Nana. Ketika mama dan papa Reno beserta Diandra dan Axel
melangkah pergi, Nana menatap mereka semua sampai di ujung lorong dan
benar-benar merasa seperti orang luar yang tak berhak berada di sana. Ah Ya Tuhan,
apakah memang ini bukan tempatnya" ?LoveReads 163 | R a t u - b u k u . b l o g s p o
t . c o m Reno membuka matanya seketika itu juga dan megerang. Rasa sakit
menderanya dan dia merasa pening. Reno memandang ke sekeliling ruangan dan
menyadari dia berada di rumah sakit. Ingatannya membayang mundur dan dia ingat, dia
menyetir dengan kalut pulang dari apartemen Rangga setelah Nana menolaknya, dan
kemudian kecelakaan itu terjadi. Kakinya terasa sakit, dan berat, dengan hati-hati Reno
mengangkat kepalanya dan melihat bahwa sebelah kakinya digantung dengan gips
besar di sana. Yah, dia telah berbuat bodoh, kurang hati-hati menyetir dan melukai
kakinya sendiri. Reno membatin, dan kemudian tiba-tiba teringat akan mimpinya. Mimpi
dengan Rangga di dalamnya. Benaknya berusaha mencari jawaban, apakah itu
benar-benar Rangga yang sesungguhnya yang muncul di mimpinya" Ataukah itu hanya
manifestasi dari seluruh pikirannya yang berkecamuk" Mungkin di alam bawah
sadarnya, Reno mengharapkan restu dari Rangga. Restu dari Rangga untuk mencintai
Nana... Nana..... tiba-tiba Reno merasa pusing di kepalanya, kalau Nana tahu dia
mengalami kecelakaan, perempuan itu pasti mengira dia sedang berusaha berbuat
bodoh dengan mencoba bunuh diri atau apa. Semoga Reno bisa segera menemui Nana
dan menjelaskan semuanya.... Pintu terbuka dan seorang suster masuk, menyadari
bahwa Reno sudah sadarkan diri, "Anda sudah bangun rupanya." Suster yang ramah itu
tersenyum, "Anda harus benar-benar bersyukur karena selain kaki anda, tidak ada 164 |
luka serius lain yang menimpa anda. Orang tua
anda sudah datang dan sedang berkonsultasi dengan dokter, juga tunangan anda yang
cantik. Saya akan memanggilkan mereka untuk menemui anda." Suster itu lalu pergi,
tidak memberi Reno kesempatan untuk bertanya tentang satu pertanyaan yang
menggayuti batinnya. Suster itu tadi bilang tunangannya yang cantik menunggu di luar,
dia hampir seratus persen yakin bahwa itu adalah Diandra.... tetapi benaknya
mempertanyakan wanita lain, Nana... adakah Nana di luar sana untuknya" ?LoveReads
"Kami sebenarnya ingin membawa Reno kembali ke Jakarta." Mama Reno bergumam
setelah mendengar penjelasan dari dokter. Mama dan papa Reno duduk di meja di
depan meja dokter, sementara Diandra dan Axel duduk di kursi yang tersedia di
belakang, menempel di tembok. Dokter itu menggelengkan kepalanya, "Saya rasa
pasien harus tetap di sini sampai kondisinya pulih benar. Anda bisa membawanya
pulang setelahnya." Mama Reno menghela napas panjang, dia amat sangat ingin
membawa Reno pulang. Berada di kota ini sepertinya telah sangat membuat Reno jauh
dari keluarganya, sejak kejadian dia memaksa Reno agar menerima Diandra,
hubungannya dengan Reno menjadi renggang, putera satu-satunya itu menjauh, hampir
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
tidak pernah menghubunginya kalau tidak benar-benar perlu. 165 | R a t u - b u k u . b l
ogspot.com Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Mama Reno tahu dia terlalu memaksakan hati Reno. Matanya melirik kearah Diandra
yang sedang duduk, tampak samasama cemas dengannya dengan saudara sepupunya
yang menemaninya. Ya ampun, tidakkah semua mama di dunia ingin mempunyai
menanti seperti Diandra" Menantu yang begitu cantik dan berhati baik" Mama Reno
jelas-jelas menginginkan Diandra menjadi menantunya. Dia telah amat sangat mengenal
Diandra karena perempuan itu adalah anak dari sahabatnya. Mama Reno bahkan sudah
menggendong Diandra sejak anak itu masih kecil. Perjodohan Diandra dengan Reno
adalah impiannya, pada akhirnya dia akan menjadikan Diandra sebagai puteri
kesayangannya. Mama Reno yakin Diandra adalah perempuan yang paling baik untuk
Reno, karena mama Reno sangat mengenal Diandra.... jauh sekali dari perempuan tidak
jelas itu, perempuan yang katanya didebarkan oleh jantung Reno dan dikejarnya
setengah mati.... perempuan seperti apakah yang bernama Nana itu" Akankah dia
menjadi yang baik" Dan lagipula, apakah dia perempuan baik-baik" Dari yang
diceritakan Reno, laki-laki bernama Rangga yang sekarang jantungnya ada di dada
Reno itu adalah kekasih Nana, yang hampir membawanya ke jenjang pernikahan
sebelum meninggal. Mama Reno tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya sejauh apa
hubungan Rangga dengan Nana itu, dia dipenuhi ketidakyakinan, karena sebelum
bertemu Reno, Nana sudah meletakkan hatinya kepada Rangga. Berbeda dengan
Diandra, Diandra yang polos dan suci, yang sejak awal meletakkan hatinya hanya untuk
Reno. 166 | Seorang suster mengetuk pintu dan
kemudian membawa kabar yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh semuanya,
"Dokter, pasiennya sudah sadarkan diri." ?LoveReads Nana masih duduk di sana,
merenung. Sebenarnya dia ingin berdiri dan mengintip ke dalam kamar tempat Reno
berbaring, tetapi batinnya tak kuat. Perasaan sedihnya akan meledak kalau dia melihat
lagi kondisi Reno yang terbaring tak berdaya di atas ranjang seperti itu. Tiba-tiba
rombongan itu datang lagi dari ujung lorong, Nana dan Nirina yang sejak tadi terdiam
langsung menegang. Apa yang terjadi" "Kalian hanya boleh menemui pasien satu-satu.
Dan jangan terlalu banyak, kalau bisa hanya dua orang saja ya, kondisi pasien masih
lemah dan kami tidak ingin dia terlalu lelah." Mama Reno mengangguk. Nana melihat
perempuan itu menyusut air matanya. Kelegaan memenuhi benak Nana, itu berarti
Reno sudah sadarkan diri.... Mama Reno yang masuk pertama kali ke dalam sana, dan
Nana menatap mereka semua, dorongan batinnya membuatnya ingin ke sana,
memaksa ikut melihat Reno, tetapi dia tidak berani. Dia benarbenar seperti orang luar di
sana, tidak bisa masuk ke dalam lingkaran keluarga itu. Setelah agak lama, mama Reno
keluar, tatapan matanya tampak tenang dan bahagia, tidak secemas tadi, dia kemudian
meremas bahu Diandra dengan lembut, 167 |
"Masuklah Diandra." Gumam mama Reno lembut. Diandra tampak terkejut, menatap ke
arah papa Reno, "Tapi... papa...?" "Papa tidak apa-apa, kesempatan papa akan datang
nanti setelah kondisi Reno lebih baik, lagipula papa sudah cukup senang melihat
mamamu yang sekarang tampak tenang. Ayo masuklah Diandra, kami tahu kau pasti
sangat ingin melihat Reno langsung." Diandra sangat ingin tentu saja, meskipun dia
tidak tahu bagaimana reaksi Reno nanti. Dan juga, dia menerima tatapan mata tajam
dan menusuk dari Axel di punggungnya. "Baiklah, aku akan masuk." Diandra memeluk
mama Reno penuh rasa terimakasih, lalu membuka handel pintu dan melangkah masuk.
Sementara itu Nana memandang, berusaha menyingkirkan perasaan iri di benaknya. Ah
ya ampun... betapa inginnya Nana menjadi seseorang yang berada di sana, bisa
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menengok Reno secara langsung, tetapi dia tidak berhak... dia sungguh tidak berhak....
Nirina memeluk pundaknya dan meremasnya, ketika Nana mendongak menatap Nirina
dengan tatapan mata berkaca-kaca, Nirina memberinya tatapan penuh semangat. Nana
akhirnya tersenyum dan menghela napas panjang. Yah.. dia tidak boleh bersedih karena
ini. Bukankah yang terpenting adalah Reno baik-baik saja dan sudah sadar di dalam
sana" ?LoveReads Reno mengernyit ketika melihat Diandra masuk. 168 | R a t u - b u
k u . b l o g s p o t . c o m Perempuan itu menarik kursi dan duduk di sebelah
ranjangnya, "Hai, bagaimana perasaanmu?" Reno mencoba tersenyum meskipun sakit,
"Pusing." Gumamnya singkat. "Terimakasih telah menungguiku di sini, Diandra." Kali ini
giliran Diandra yang tersenyum pahit, "Aku tahu aku bukanlah orang yang kau inginkan
untuk berada di sini. Tetapi aku ingin ada di sini Reno. Aku ingin memastikan kau
baik-baik saja. Kau tahu bukan bahwa aku sangat mencemaskanmu"." Reno menghela
napas panjang, "Terimakasih Diandra... aku.. sepertinya aku baik-baik saja." "Kakimu
patah dan di gips." Diandra melirik ke arah kaki Reno yang dibalut gips besar. Reno
melirik ke arah yang sama dan menghela napas, "Yah, memang, kurasa aku harus
membawa gips itu kemana-mana nantinya." "Kau tidak akan bisa kemana-mana."
Diandra setengah tersenyum, "Dokter bilang kau harus memakai kursi roda sementara
sampai kakimu sembuh." Itu berarti Reno akan menjadi manusia invalid yang
bergantung pada orang lain sampai dia bisa berjalan lagi. Reno mengernyit, tidak
senang dengan ide itu. "Aku bisa saja merawatmu kalau kau mau." Diandra tersenyum,
"Tapi sekali lagi aku tahu, bukan aku yang kau inginkan." Mata Reno menatap mata
Diandra yang lembut itu dan kemudian tersenyum sedih. "Aku sungguh beruntung
dicintai perempuan sepertimu Diandra, sungguh-sungguh beruntung. Cintamu begitu
169 | tulus, bahkan setelah seluruh perlakuan
kejamku kepadamu. Aku memang manusia jahat dan tak berperasaan, melupakan
bahwa kaulah yang paling terluka di sini." Reno mengernyit sedih, "Maafkan aku
Diandra, sungguh mungkin aku tidak pantas memohon maaf kepadamu. Aku
benar-benar berdosa kepadamu. Tetapi hanya itu yang bisa kukatakan kepadamu. Aku
minta maaf." Diandra menatap Reno dengan mata berkaca-kaca. "Mungkin dari awal
aku sudah memaafkanmu." Perempuan itu menghela napas panjang, "Hanya saja harga
diriku terlalu tinggi untuk melepasmu begitu saja." Suaranya bergetar, "Aku sudah
menelaah jauh ke dalam hatiku Reno, dan kemudian aku merasakan sesuatu,
perasaanku kepadamu mungkin bukanlah cinta yang sesungguhnya. Sejak kecil kedua
orang tua kita telah mengkondisikan kita sebagai pasangan. Aku tumbuh besar dengan
mengetahui bahwa kau akan menjadi suamiku. Aku kemudian mematrikan itu dalam
benakku dan menjadikannya tujuan hidupku. Seluruh pengabdianku padamu itu karena
aku menganggap bahwa aku akan melakukan segalanya untuk meraih tujuan hidupku
itu, menjadi isterimu." Diandra menatap Reno dengan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
tatapan mata kuat, "Segera setelah kau meninggalkanku, aku menyadari Reno, bahwa
ternyata aku tidak mencintaimu sedalam itu, kau lebih seperti sebuah tujuan yang harus
kuraih, sebuah obesi, bukan cinta. Jadi mungkin sekarang kau bisa tenang karena aku
sudah melepaskanmu seutuhnya." Reno tercengang mendengar kata-kata Diandra yang
tidak disangkanya itu, matanya melebar kebingungan. 170 | R a t u - b u k u . b l o g s p
o t . c o m "Benarkah apa yang kau katakan itu Diandra?" jadi selama ini Diandra tidak
mencintainya" "Ya Reno, jadi kau bisa tenang, dan ngomong-ngomong, orang yang
sangat kau nantikan, dia ada di depan menungguimu di sana, sama cemasnya seperti
kami. Mungkin nanti kau bisa bertemu dengannya." Diandra bangkit, lalu mengecup dahi
Reno dengan lembut, "Cepatlah pulih seperti sediakala dan raihlah kebahagiaanmu,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
Reno. Aku sendiri akan mencoba meraih kebahagiaan milikku." Setelah mengucapkan
kata-kata perpisahan yang lembut, Diandra melangkah keluar dari kamar itu.
Meninggalkan Reno yang terpaku, tak bisa berkata-kata. Reno tidak melihat betapa
mata Diandra berkaca-kaca, terasa panas menangan tangis yang hendak merebak
karena patah hati. ?LoveReads Ketika Diandra keluar dari ruangan, mama Reno masih
berdiri di sana dan langsung tersenyum begitu melihatnya. "Mama." Diandra langsung
bergumam sebelum mama Reno sempat berkata-kata, dia langsung mengedikkan
kepalanya ke arah Nana, membuat mama Reno menoleh ke sana, menatap dua orang
perempuan yang duduk di sudut yang hening dengan ekspresi cemas, "Yang di sana itu
Nana, kurasa dia ingin menengok Reno juga." Ekspresi kaget tampak di wajah semua
orang, tak terkecuali Axel, Nana sendiri dan Nirina. Apa kata Diandra tadi" ?LoveReads
171 | Menghitung Hujan Part 16 Yang tertinggal
hanyalah kau dan aku Dalam senyum dan tatapan mata rindu Bersenandung teriring
debaran merdu Melangkah maju dalam langkah-langkah terpadu. Kau dan aku adalah
sepotong cinta yang tiba tanpa rencana Membawa harapan baru yang penuh dengan
doa --- Semua mata langsung memandang ke arah Nana, membuat Nana merasa
canggung luar biasa. Diandra sendiri tampak tenang, perempuan itu tersenyum dan
menghampiri Nana, "Ayo Nana, aku kenalkan kepada mama dan papa Reno."
Gumamnya cepat, meraih tangan Nana hingga Nana terlepas dari Nirina yang masih
terduduk shock. Nana tersendat-sendat mengikuti langkah Diandra yang menarik
lengannya. "Mama, papa, ini Nana. Mama dan papa pasti sudah mendengar namanya
dari Reno." Diandra tersenyum ceria, kemudian menepuk bahu Nana, "Ayo, masuklah
ke sana, dokter pasti akan mengizinkan kita menambah satu orang untuk membesuk
Reno, apalagi kalau mengetahui itu akan memberikan efek yang bagus bagi
kesembuhan Reno." Semua orang masih terpaku bisu dalam suasana yang canggung,
kecuali Diandra yang memasang wajah ceria, seperti tidak ada hal yang aneh di balik
suasana ini. 172 | Papa Reno yang kemudian
tersadar dan berusaha memecah suasana canggung itu, "Saya papanya Reno."
Gumamnya mengulurkan tangan yang segera di sambut Nana dengan gugup. "Saya
tahu Nana pasti sangat ingin menengok Reno, iya kan ma?" Mama Reno yang masih
menelusuri seluruh penampilan Nana dengan tatapan mata menyelidik tampak kaget
karena namanya disebut. Dia kemudian menganggukkan kepalanya meskipun tampak
tidak rela. "Silahkan, Reno pasti sangat ingin bertemu denganmu, Nana." Dengan Izin
dari mama Reno-pun, Nana masih ragu-ragu, dia benarbenar kebingungan akan
keadaan yang tidak diduga-duganya ini. Tetapi kemudian Diandra mendorongnya dan
terkekeh ceria, "Ayo, masuklah ke dalam sana." Gumamnya setengah mendorong Nana,
membuat Nana mau tak mau melangkah masuk ke dalam ruangan tempat Reno
terbaring. ?LoveReads Begitu Nana masuk dan menghilang di balik pintu, mama Reno
langsung menyambar Diandra dengan pertanyaan, "Kenapa kau lakukan itu Diandra?"
tanyanya tajam. Diandra menatap lembut ke arah mama Reno, "Itu yang seharusnya
dilakukan, mama. Kita tidak boleh memisahkan dua pasangan yang saling mencintai."
"Tetapi Diandra... bagaimana denganmu" Kau..." "Diandra tidak apa-apa, mama.
Diandra sudah sampai di suatu titik untuk menyadari bahwa Reno mungkin memang
bukanjodoh Diandra, 173 | banyak sekali
kejadian sebelum ini yang menunjukkan kepada Diandra akan kenyataan itu." sekilas
Diandra melirik ke arah Axel yang segera tahu apa maksudnya. Semua kejadian
sebelumnya.... kenyataan bahwa Diandra adalah anak angkat, kenyataan bahwa
Diandra mempunyai kakak lelaki yang ternyata adalah Rangga.... Diandra meremas
jemari mama Reno, "Diandra sudah merelakan Reno, mama. Tetapi mama tidak usah
kuatir, hal ini tidak akan merenggangkan sayang Diandra kepada mama, Diandra akan
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
selalu menjadi puteri mama." Air mata bergulir dari mata mama Diandra, perempuan
setengah baya yang masih cantik itu menangis, lalu memeluk Diandra erat-erat.
?LoveReads Axel menggenggam jemari tangan Diandra erat-erat dalam perjalanan
mereka pulang dari rumah sakit, mereka sudah berada di tempat parkir. Dengan sopan
Axel membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Diandra masuk, dia kemudian
duduk di balik kemudi. Diandra masih memasang ekspresi datar, tetapi kemudian dia
menyadari bahwa Axel tidak segera menjalankan mobilnya, lelaki itu malahan menatap
Diandra dengan intens, membuat Diandra mengerutkan keningnya, "Kenapa kita tidak
segera jalan Axel?" Diandra akhirnya bertanya dengan bingung. 174 | R a t u - b u k u .
b l o g s p o t . c o m Axel menghela napas panjang, "Kita sudah di sini berdua, Diandra
dan kau tidak perlu berakting lagi. Kau bisa menangis di depanku." Bisiknya lembut.


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata-kata Axel itu meluluhkan hati Diandra yang sejak tadi telah
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
dipasangi benteng melingkar yang rapat, benteng itu runtuh seketika, bersamaan
dengan air mata yang meleleh di pipinya. "Aku.... sesungguhnya aku masih tak rela aku
selalu merasa bahwa cintaku kepada Reni yang paling kuat....." suara Diandra tercekat
oleh tangis, "Tetapi memang semua sudah seharusnya begitu... aku juga tidak mungkin
bisa bersama Reno, apalagi setelah mengetahui bahwa jantung Rangga... jantung
kakakku... yang ada di dadanya... sepertinya semua sudah diatur agar aku tidak
berjodoh dengan Reno." Diandra bergumam di antara tangisnya, di antara kepedihan
yang meluap di dadanya. Benak Axel terasa diremas, dia langsung meraih Diandra ke
dalam pelukannya, mengusap rambutnya dengan sayang dan mengecup puncak
kepalanya dengan lembut, "Aku di sini untukmu Diandra, kau boleh menangis semaumu
di dadaku. Gunakan aku Diandra, aku milikmu, aku sangat mencintaimu sayang." Axel
berbisik lembut di antara kata-kata penghiburannya, memeluk Diandra semakin erat,
berusaha meredakan kepedihan perempuan itu, berusaha menyerap seluruh kepedihan
dari diri Diandra. Dia akan mendampingi Diandra dengan sepenuh hatinya, akan
menunggu Diandra dengan setia sampai Diandra menyembuhkan diri dan mau
membuka hati untuknya. 175 | Saat itu mungkin
akan tiba untuk Axel. Bahkan kalaupun nanti hati Diandra tidak tertambat kepadanya,
sepenuh hatinya Axel rela. Tidak apa-apa. Yang penting dia bisa melihat Diandra yang
berbahagia, yang tersenyum cerah dan menghangatkan hatinya, yang tidak digayuti
kepedihan lagi. Saat itu akan tiba pada akhirnya, karena waktu akan menyembuhkan
segala luka. ?LoveReads Ketika menyadari siapa yang masuk, Reno hampir saja
menegakkan tubuhnya, melupakan rasa nyeri yang menggayutinya. "Nana?" suaranya
serak, penuh kesedihan, melihat perempuan yang sangat dicintainya itu berjalan
mendekat. Nana mendekat dan menatap Reno dengan sedih, "Maafkan aku Reno,
maafkan aku atas kata-kata terakhirku sebelum kau pergi. Maafkan aku." Setetes air
mata bergulir di pipinya, membuat suaranya bergetar, "Aku bersikap egois dan tidak
mempedulikan perasaanmu... aku berikap jahat... hingga... hingga kau jadi seperti ini."
Reno tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya kepada Nana, dengan lembut
menyentuh jemari Nana, "Semua bukan salahmu, dan semua bukan kesengajaan.
Percayalah Nana, tidak pernah ada niat di benakku untuk mengakhiri hidupku dan
bersikap tidak bersyukur kepada Tuhan yang telah memberiku kesempatan kedua. Aku
ingin kau tahu bahwa itu adalah murni kecelakaan." Nana langsung merasakan
kelegaan memenuhi sekujur tubuhnya. 176 |
Syukurlah dugaan pahitnya tidak benar. Reno tidak sedang mencoba bunuh diri, ini
adalah murni kecelakaan. "Setidaknya meskipun kakiku sakit, aku masih bisa bersyukur
karena semua kejadian ini membuat kau datang kepadaku." Reno tersenyum lembut,
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
menatap Nana penuh cinta, membuat air mata Nana semakin mengalir deras, "Nana..."
Reno melanjutkan perkataannya, "Semua pertanyaanmu di apartemen Rangga waktu itu
mungkin ada benarnya. Kalau aku jadi kau aku pasti akan bertanya-tanya juga. Pasti
kau meragukan apakah aku mencintaimu karena ada jantung Rangga di sini, ataukah
karena aku memang benar-benar mencintaimu" Pasti kau berpikir apakah jantung
Rangga yang mencintaimu, ataukah Reno" Aku sendiri tidak bisa menjawabnya Nana..."
Tatapan Reno meredup, penuh cinta. "Tetapi satu hal yang aku tahu pasti, ketika
bersamamu aku merasa nyaman, kau membuatku merasa telah berlabuh, setelah
berkelana sekian lama... kau membuatku merasa lengkap. Hanya itu saja. Aku tidak
mau bertanya-tanya bagaimana seandainya aku tidak mendapatkan jantung Rangga,
bagaimana seandainya jantung orang lain yang ada di dalam dadaku, apakah
semuanya akan berbeda" Semua itu hanya Tuhan yang tahu jawabannya. Dipikirkan
seperti apapun, toh yang terjadi sekarang adalah Reno memiliki jantung Ranga di
dadanya dan itu adalah takdir yang tidak bisa diubah, salah satu rencana Tuhan." Reno
meraih tangan Nana dan menggenggamnya, "Yang aku tahu. Bahwa aku mencintaimu
dan bahagia bersamamu, dan ingin bersamamu." 177 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t .
c o m Air mata Nana mengalir deras mendengar pengakuan cinta Reno itu, dadanya
terasa sesak dipenuhi oleh rasa haru, syukur yang bercampur kepedihan. Tetapi ada
satu rasa yang sangat menonjol di sana, rasa yang akhirnya mampu diakui oleh Nana,
di antara isakannya, Nana bergumam lembut, "Aku mencintaimu, Reno." Reno... dan
bukan Rangga. ?LoveReads Sementara itu kedua orang tua Reno tampak mengawasi
Nana dan Reno dari balik kaca besar itu. Papa Reno memeluk mama Reno yang masih
menatap semuanya dalam keheningan, "Kurasa kita harus membiarkan anak kita
berbahagia dan menentukan pilihannya." Mama Reno masih terdiam, mengamati wajah
anak tunggalnya yang menatap wajah Nana dengan penuh cinta. Dia menghela napas
panjang dan kemudian menghela napas panjang. Tidak tahu harus berkata apa.
?LoveReads Ketika Axel dan Diandra sampai di rumah, Axel masih memeluk pundak
Diandra yang rapuh dengan hati-hati, "Bagaimana dengan pengetahuanmu itu Diandra"
Apakah kau akan membicarakan dengan orangtuamu?" Diandra termenung kemudian
menganggukkan kepalanya, 178 | "Kurasa aku
akan memberitahukan kepada papa dan mama bahwa aku sudah tahu kenyataan diriku
bukan anak kandung mereka. Aku tidak bisa menyimpannya terus.." desahnya pelan,.
Dalam hati Axel merasa lega. Kalau Diandra membuka kenyataan tentang dirinya
kepada keluarga mereka. Akan terbuka kesempatan bagi Axel untuk mendekati Diandra
secara terang-terangan. Semua akan lebih nyaman kalau seluruh keluarga tahu bahwa
Axel dan Diandra sama sekali tidak berhubungan darah. Kemudian Diandra mengangkat
kepalanya dan menatap Axel dengan serius. "Tetapi mengenai masalah Rangga adalah
kakakku, aku ingin kita menyimpannya untuk diri kita sendiri Axel, cukup kita yang tahu,
bahwa jantung yang ada di dada Reno adalah jantung kakak kandungku, bahwa
Rangga dan aku mempunyai hubungan darah, aku ingin menyimpan semua itu sendiri
dulu, sampai aku bisa menelaah semuanya." Axel menganggukkan kepalanya "Kau tahu
aku selalu bisa menyimpan rahasia." Gumamnya pelan. "Aku akan tetap diam sampai
saatnya nanti kau siap untuk membuka semuanya." Diandra menghela napas panjang.
Entah kapan dia siap. Kenyataan bahwa Rangga adalah kakak kandungnya masih
membuatnya shock. "Rasanya menyedihkan, mempunyai kakak kandung yang
hubungan darahnya begitu dekat dengan kita, tetapi tidak menyadarinya." Mata
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Diandra tampak sedih, "Bahkan aku tidak akan pernah dan tidak akan pernah bisa
melihat kakak lelakiku dan bertemu dengannya." 179 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
o m Axel tersenyum tipis, "Aku selalu bisa menjadi kakak lelakimu kalau kau mau."
Diandra mencibir, "Seorang kakak lelaki tidak mungkin mencium adiknya sendiri."
Meskipun pipinya merona ketika mengungkit ciuman itu, tetapi Diandra merasa puas
bisa menggoda Axel. Yah. Kehadiran lelaki itu yang menopangnya sedikit banyak telah
membantu Diandra supaya tegar dan kuat. Bahkan dia bisa dengan gagah berani
melepaskan Reno. Dan ternyata setelah dia ikhlas melepaskan, semuanya jadi terasa
lebih ringan. Batinnya terasa tenang dan ringan, tidak digayuti dengan berbagai
kesedihan, kemarahan dan perasaan dikhianati... mungkin sudah sejak lama dia harus
melakukan ini. Apa yang sudah terjadi tidak bisa dibalik lagi. Sebagai manusia, dia
hanya bisa terus melangkah dan menjalaninya. Sementara itu pipi Axel tampak sedikit
merona ketika mendengar godaan Diandra kepadanya. Axel tentu saja tidak sengaja
bersikap impulsif, mencium Diandra seperti itu.. tetapi memang perasaan cintanya yang
bertumbuh makin besar kepada perempuan di depannya ini sulit untuk dibendungnya.
"Aku tidak akan melakukannya lagi kalau kau tidak mau. Aku berjanji." Gumam Axel
sungguh-sungguh. Dia tidak mau ciuman itu menjadi batu sandungan kedekatannya
dengan Diandra. Kalau saat ini Diandra menginginkan keberadaannya sebagai kakak
laki-lakinya, sepupunya atau apalah. Axel akan melakukannya, dia akan berusaha
sedapat mungkin agar Diandra nyaman bersamanya. 180 | R a t u - b u k u . b l o g s p o
t . c o m Diandra sendiri hanya tersenyum simpul penuh rahasia. "Siapa bilang aku
tidak mau?" dan kemudian setengah menahan senyumnya, perempuan itu membalikkan
badannya, dan masuk ke kamar, meninggalkan Axel yang masih terpaku mendengar
kata-kata Diandra yang sama sekali tidak diduganya itu. Apakah Diandra sedang
bercanda, ataukah perempuan itu serius dengan kata-katanya" Axel terpaku, tidak
menemukan jawabannya. Matanya masih menatap pintu kamar Diandra yang tertutup
rapat dengan sia-sia. ?LoveReads "Aku akan menunggu di rumah sakit." Nana
bergumam lembut kepada Nirina setelah di keluar dari ruangan Reno, sementara itu
Nirina menatap Nana penuh perhatian, "Kau tidak apa-apa" Semua baik-baik saja?" Air
mata Nana bergulir, tetapi itu bukan air mata kesedihan, "Semua baik-baik saja."
Jawaban Nana sederhana, tetapi Nirina mengerti, itu sudah cukup untuk mencakup
semuanya. Nirina memeluk sahabatnya dengan lembut, "Syukurlah kalau begitu, aku
akan pulang ke rumahmu dan kembali kemari untuk membawakan baju ganti." "Kau
tidak perlu repot-repot, Nirina." Nana tersenyum sungguhsungguh tidak mau
merepotkan sahabatnya itu. Tetapi Nirina menggelengkan kepalanya dan membantah
perkataan Nana, 181 | "Aku sahabatmu, jadi
jangan pernah memikirkan akan merepotkanku. Kurasa akan datang saatnya nanti
ketika akulah yang akan merepotkanmu." Nirina tersenyum jahil. "Kalau begitu aku pergi
dulu ya, nanti aku kembali lagi." Nana menganggukkan kepalanya dan masih
menyimpan senyumnya sampai Nirina menghilang dari pandangan. Kemudian dia
menyadari ada orang yang berdiri di dekatnya. Dia menolehkan kepalanya dan
mendapati mama Reno berdiri di belakangnya. Perempuan itu tampak canggung
menatap Nana, "Papa Reno sedang check in di hotel terdekat dari rumah sakit ini. Dan
Reno sedang tidak boleh dibesuk, jadi saya pikir, kalau Nana ada waktu, kita bisa duduk
di cafetaria dan berbicara." Jantung Nana berdebar, tiba-tiba saja merasa gugup.
--"Saya pernah meneleponmu waktu itu, Nana. Dan maafkan saya karena pada akhirnya
tidak datang menemuimu untuk menepati janji. Kau tahu, keadaan begitu rumit waktu itu
dan Reno melarang saya." Gumam mama Reno datar sambil menyesap tehnya. Nana
menganggukkan kepalanya, menangkupkan jemarinya di mug cokelat panas di
depannya. Mereka duduk di sudut cafetaria besar yang ada di lantai dasar sayap rumah
sakit itu. Cafetaria itu dulunya mungkin adalah aula besar, dengan langit-langit yang
tinggi dan kioskios penjual makanan yang elegan di sepanjang sisi kanannya.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
Sementara itu di sisi kirinya berupa jendela kaca berukuran besarbesar yang
menampilkan pemandangan taman yang hijau. 182 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o
m "Saya mengerti." Gumam Nana lemah. Mama Reno mengamati Nana, meneliti.
Nana memang cantik, meskipun tidak secantik Diandra, ada kelembutan dalam
pembawaannya. Meskipun begitu, mama Reno masih tidak yakin mengenai Nana,
benarkah perempuan di depannya ini yang terbaik untuk anaknya" "Masalah ini begitu
rumit, dan kau mungkin sependapat denganku bahwa hal ini bahkan sulit dipahami oleh
akal sehat." Mama Reno menghela napas, "Bolehkah aku asumsikan bahwa kau sudah
mengetahui segalanya tentang Reno" Tentang jantung itu?" Nana menganggukkan
kepalanya lemah, "Ya, saya sudah tahu semuanya, dan saya sungguh-sungguh
terkejut." "Tentu saja." Mama Reno mendesah, "Memang tidak adil menyalahkanmu atas
rusaknya hubungan Diandra dengan Reno.... karena Reno bahkan meninggalkan
Diandra sebelum bertemu denganmu, kau memang tidak pernah menjadi orang ketiga di
antara mereka. Pun ketika akhirnya kau mulai membuka hatimu untuk Reno, anak itu
masih merahasiakan semuanya kepadamu. Karena itulah saya... tidak mungkin
menyalahkanmu atas semuanya." Tatapan mama Reno tampak dalam, menembus jauh
ke dalam hati Nana. "Maukah kau ceritakan kepadaku kisah tentang Rangga" Mungkin
dengan begitu saya bisa lebih memahami kejadian ini, dan mencoba mengerti." Nana
menganggukkan kepalanya. Dan kemudian mulai bercerita, semuanya, tentang
kisahnya dengan Rangga, tentang kematian Rangga menjelang hari pernikahan
mereka, tentang Reno yang datang 183 |
kemudian, dan tentang kesadaran Nana bahwa dia mencintai Reno, tidak peduli
jantung siapa yang ada di dadanya. Mata mama Reno tampak berkaca-kaca setelah
Nana bercerita, perempuan setengah baya itu menghela napas panjang berkali-kali dan
kemudian menyusut air matanya dengan sapu tangan yang dibawanya. "Saya rasa....
kalau kau memang benar-benar mencintai Reno, bukan hanya karena jantung di
dadanya, saya bisa menerima bahwa kau mungkin perempuan yang bisa membuat
Reno bahagia, apalagi mengingat betapa besarnya cinta Reno kepadamu." Nana
menghela napas panjang, menatap mama Reno dalam senyuman tipis. "Terimakasih,
saya-saya akan mencoba sebaik mungkin membahagiakan Reno." Mama Reno
menganggukkan kepalanya, "Ya. Saya percaya kau akan bisa melakukannya, Nana."
Perempuan itu setengah beranjak dari duduknya, "Diandra memang akan selalu menjadi
puteri kesayanganku, dan tak akan tergantikan. Tetapi mungkin aku bisa menambah
satu puteri lagi." Perempuan setengah baya itu berdiri, dan ketika
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Nana mengikutinya berdiri, tanpa diduga, Mama Reno memeluk Nana dengan lembut.
?LoveReads Meskipun kakinya masih di gips, Reno sudah bisa bergerak sekarang dan
tidak tergantung pada infus. Pagi itu suster membantunya pindah ke kursi roda. Dan
sekarang dia sedang berada di taman, menatap ke arah pemandangan rumput yang
184 | menghijau dan ditata dengan indah,
dengan Nana berdiri di belakangnya, "Aku senang semua akhirnya berlangsung dengan
baik antara kau dan keluargaku." Gumam Reno kemudian, memecah keheningan yang
syahdu. Nana terdiam, menatap keindahan di depannya, lalu menatap puncak kepala
Reno dan tersenyum sendu. Mereka sudah bisa bersama dan direstui sekarang.
Keluarga Reno sudah menemui keluarga Nana, ada saling pengertian yang terjalin di
antara mereka, pengertian bahwa kedua anak mereka memang benarbenar saling
mencintai dan ditakdirkan bersama. "Aku bersyukur semua baik adanya Reno." Air mata
Nana menetes, "Berjanjilah setelah ini kau akan berhati-hati kalau menyetir, bahwa kau
akan menjaga dirimu untukku." Reno meraih jemari Nana yang berdiri di belakangnya
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
dan mengecupnya, "Aku berjanji sayang, dulu bahkan aku merasa tidak punya harapan
hidup lagi, tetapi jantung Rangga di sini telah memberiku kesempatan kedua.
Kesempatan untuk mencintaimu dengan sepenuh hatiku, dan aku tidak akan pernah
menyia-nyiakan kesempatan itu. Betapa aku mencintaimu Nana, di hatiku, di kepalaku.
Aku mohon segera setelah aku sembuh, menikahlah denganku." Nana tertegun.
Lamaran untuk menikah, diucapkan di taman rumah sakit yang indah. Sungguh romantis
dan menggugah hati, meskipun tanpa cincin. Reno mendongak, berusaha mencari
wajah Nana yang terdiam dan kemudian, lelaki itu menatap Nana dengan ragu. 185 | R
a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m "Apakah kau mau menikah denganku, Nana?" Air
mata bergulir di pipi Nana, air mata kebahagiaan. "Ya Reno. Aku mau. Aku mau
menikah denganmu." Reno menatap Nana dengan tatapan mata berkaca-kaca,
"Terimakasih Nana, aku.... bahagia." Dan kemudian dua anak manusia itu berpegangan
tangan dengan eratnya, seperti halnya dua hati mereka yang terjalin penuh cinta dan
kepercayaan. Nana pernah patah hati, pernah hancur karena cinta, dan Renolah yang
telah membawanya kembali, membuatnya berani untuk mencintai. Mungkin jantung
Rangga di dalam sana memberikan pengaruh, mungkin juga tidak, Nana sudah tidak
memikirkannya lagi. Yang terpenting sekarang, dia menyayangi Reno, dia membuka
hatinya untuk Reno sekaligus membuka masa depan mereka untuk bersama. Mereka
memang telah melalui segalanya, menyakiti satu sama lain dan kemudian dipersatukan
lagi. Tetapi satu hal yang pasti Nana yakini. Reno mencintainya dengan tulus, setulus
cinta Nana kepada lelaki itu. Dan mereka akan menjaga cinta itu selama Tuhan
mengizinkan mereka. Sampai di suatu titik jantung mereka akan berdebar satu sama
lain untuk saling setia. Bukan lagi jantung Rangga, tetapi jantung Reno. Bukan lagi
mencintai kenangan, tetapi mencintai kesempatan yang dihadiahkan Tuhan kepada
mereka berdua. ?LoveReads 186 | Menghitung
Hujan Epilog Kau adalah segalanya. Pelukan untukku dihari dingin hujan dan petir yang
menyambar Pagi yang cerah tempatku membuka mata dalam pelukan dan malam yang
indah tempatku menutup mata dalam buaian. Belahan jiwaku yang selalu menemaniku
melangkah di setiap goncangan kehidupan. Satu-satunya manusia yang bisa mengucap
dengan sempurna kalimat "Aku cinta padamu." Bukan dengan kata-kata, namun dengan
tatapan memuja dan pelukan yang tak pernah lelah. Kau adalah segalaku. Dan aku
adalah segalamu --- Malam yang tenang dan syahdu, Diandra keluar dari ruang
keluarga dan menatap Axel yang menunggunya di ruang tamu. Kedua orang tua
Diandra, dan seluruh keluarga berkumpul di rumah sang nenek di bandung untuk acara
temu keluarga yang diadakan rutin setahun sekali. Dan Diandra memilih waktu yang
tepat untuk membuka semuanya kepada orang tua dan seluruh keluarganya, bahwa dia
sudah tahu kenyataan dirinya sebagai anak angkat. Ibunya menangis dan ayahnya
cemas, takut Diandra akan berubah sikap kepada mereka, tetapi Diandra berhasil
meyakinkan semuanya, bahwa dia tetaplah Diandra yang sama, entah dia anak
kandung atau 187 | bukan. Bahwa dia tetaplah
puteri mereka yang mencintai dan dicintai oleh mereka. Acara keluarga itupun
berlangsung dengan haru, dengan tangis dan peluk-pelukan yang memenuhi akhirnya.
Diandra menghela napas panjang, merasakan kelegaan memenuhi dadanya, bersyukur
sepenuh hati bahwa dia memiliki keluarga yang selalu siap sedia mendukungnya... dan
juga memiliki Axel. Sudah beberapa bulan berlalu, dan Axel selalu setia menemaninya,
seperti yang dijanjikannya. Lelaki itu dengan semangat mengunjungi Diandra kalau
Diandra sedang di Jakarta, pun dia selalu menyambut dengan gembira kalau Diandra
lebih banyak menghabiskan waktunya di Bandung, di tempat neneknya. Hati Diandra
sudah hampir sembuh, dia bahkan sudah tidak pernah memikirkan Reno lagi, bahkan
ketika menerima kabar pernikahan Reno dengan Nana, Diandra sama sekali tidak
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
merasa sakit hati, mereka semua diundang tentu saja, tetapi Diandra memutuskan tidak
akan datang, karena dia tahu kehadirannya akan menimbulkan kecanggungan
tersendiri. Tetapi bukan itu yang penting, yang penting baginya adalah ketika dia
benar-benar menyembuhkan luka hatinya, ketika kemudian dia bisa menelepon Reno
dan Nana, mengucapkan selamat dengan tulus tanpa rasa pedih sedikitpun. Ya,
Diandra sekarang sudah sembuh, dulu dia pernah mencintai dengan sangat dalam.


Menghitung Hujan Karya Santhy Agatha di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi kemudian cintanya tak tepat hati. Dan dengan tegar, Diandra berhasil
menyembuhkan diri dengan sempurna. Dia telah benar-benar bisa berbahagia dan tak
mengharapkan Reno 188 | lagi. Baginya, Reno
hanyalah sebuah sejarah masa lalu yang bisa dijadikan pembelajaran. Ada sebuah
tawaran kerja di Bandung yang sesuai dengan bidang pendidikan Diandra, dan Diandra
berpikiran untuk menerimanya.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Bandung, kota ini memang membawa kesakitan untuk dirinya, kesakitan ketika
kehilangan kekasihnya. Tetapi Diandra sudah jatuh cinta kepada kota ini, kota yang
diselimuti mendung dan kesejukan, hujan alami yang kadang turun tanpa permisi, dan
udara basah yang menyenangkan. Dan juga... ada Axel di kota ini. Axel pasti akan
senang kalau mengetahui rencana Diandra, tetapi Diandra bertekad akan
menyimpannya dulu sebagai kejutan untuk lelaki itu. "Aku sangat bangga padamu
Diandra." Axel menatap Diandra dengan tatapan mata berbinar, memuji ketegaran
perempuan itu ketika mengungkapkan semuanya di hadapan keluarga mereka. "Kau
sangat kuat, tegar dan mengagumkan." Pujian Axel itu membuat pipi Diandra memerah
karena malu, "Kau berlebihan." gumamnya lembut "Tetapi setidaknya hal ini membuatku
lega." Gumamnya pelan. "Ketika kita tidak menyimpan rahasia lagi, ternyata
menyenangkan. Aku pikir hal ini juga membuat orang tuaku lega, bertahun-tahun
mereka menyimpan rahasia ini dariku, demi menjaga perasaanku, sekarang mereka
bisa bersikap bebas dan apa adanya." "Ya. Dan mereka tetap mencintaimu dengan
tulus, tidak berubah setitikpun" Axel mendekat, berdiri di sebelah Diandra yang
merenung 189 | menatap ke luar ke arah jendela
kaca yang memantulkan pepohonan besar di halaman rumah nenek mereka, "Dan
akupun juga merasa sedikit lega." "Lega?" Diandra mengalihkan perhatiannya ke wajah
Axel, menemukan kegugupan misterius di sana. Lelaki ini sungguh tampan. Sekali lagi
Diandra menggumamkan kenyataan itu kepada dirinya sendiri. "Ya, aku merasa lega."
Axel tersenyum, "Karena setelah seluruh keluarga tahu bahwa kita tidak sedarah, aku
bisa mendekatimu dengan terbuka." Pipi Diandra memerah, "Kau juga harus
menjelaskannya kepada masyarakat karena mereka semua berpikiran kalau kita
sedarah." "Tidak masalah, aku sudah memikirkan semuanya, bahkan aku sudah berpikir
untuk mengurus surat-suratnya kalau memang diperlukan supaya bisa mensahkan
secara hukum." "Surat-surat?" Diandra mengerutkan alisnya dengan bingung, "Apa
maksudmu, Axel?" "Surat-surat. Kalau kita akan menikah nanti, ada surat-surat yang
harus diurus. Kau tahu, mungkin akan sedikit repot karena kau diadopsi secara resmi
dan dinyatakan sebagai anak yang sah secara hukum, itu berarti secara hukum pula aku
adalah saudara sepupumu yang sah, yang membuat pernikahan kita akan
dipertanyakan. Tetapi aku sudah berkonsultasi dengan ahli hukum dan dia mengatakan
bahwa pernikahan ini masih bisa dilakukan, mungkin urusannya memang jadi lebih rumit
dari pernikahan normal biasa, tetapi tetap 190 |
bisa dilakukan." Axel terus berbicara, tidak mempedulikan wajah terkejut Diandra.
"Pernikahan" Apa maksudmu, Axel.... apa...." kata-kata Diandra terhenti ketika melihat
Axel mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya, sebuah kotak. Dan ketika Axel
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
membuka kotak itu, lalu menunjukkannya di depan Diandra, Diandra ternganga, luar
biasa kagetnya. "Diandra. Aku mencintaimu sudah sejak lama, bahkan mungkin sejak
aku melihatmu dalam gendongan mamamu, bayi yang montok dan lucu, sejak itu aku
bertekad menjagamu, ingin menjadi pangeranmu yang selalu siap untukmu." Axel
mendesah, "Meskipun ketika dewasa aku menyadari bahwa aku tidak boleh
mencintaimu, karena kita bersaudara, aku tetap menyimpan cinta itu dan mengubahnya
menjadi cinta saudara." Senyum Axel terkembang, penuh cinta, "Lalu Tuhan
memberikan kesempatan kepadaku, dengan mengetahui bahwa kita tidak sedarah,
dengan mengetahui bahwa aku masih punya kesempatan memperjuangkan cintaku.
Dan aku akan memperjuangkannya Diandra, tak mungkin ada lelaki yang bisa
mencintaimu sebesar aku, kau sempurna, kau yang paling indah, kau adalah segalanya
bagiku. Dan seandainya kau mau menjadi isteriku, aku bersumpah akan
membahagiakanmu dengan sepenuh hatiku." Suara Axel tertelan di tenggorokkannya
dan dia tampak gugup, "Diandra... aku membelikanmu cincin ini dengan harapan, untuk
mengikatmu menjadi milikku dan memberikan diriku untuk menjadi 191 | R a t u - b u k u
. b l o g s p o t . c o m milikmu, maukah kau mengabulkan harapanku ini dengan
menerima lamaranku?" Axel tampak begitu sungguh-sungguh dengan perkataannya,
membuat mata Diandra berkaca-kaca, membuat bibirnya gemetar menjalar ke seluruh
tubuhnya. Tidak pernah dia menyangka akan dicintai sedalam itu, semurni itu dan
dengan sepenuh hati. Diandra pernah disakiti, pernah dilukai sampai akhirnya
berusaha menyembuhkan dirinya sendiri, mengembalikan rasa percaya dirinya yang
telah mati, dan sekarang Axel berdiri di depannya, mengatakan bahwa dia adalah
wanita segalanya, bahwa dia adalah segalanya bagi Axel. Dan tidak akan ada, tidak
akan pernah ada lamaran seindah ini, selain dari Axel. Jantung Diandra berdebar ketika
dia menjawab dengan gemetar, "Ya Axel... aku mau. Aku mau menjadi isterimu."
Jawabnya pelan, air mata bergulir dari sana, air mata haru dan bahagia. Axel
memejamkan matanya, mendesah penuh kelegaan, "Terimakasih Tuhan." Dan
kemudian dia meraih jemari Diandra, memasangkan cincin itu di sana lalu mengecup jari
Diandra dengan lembut dan penuh cinta.
Menghitung Hujan - Santhy Agatha
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Aku mencintaimu sayang." Lelaki itu menghela Diandra ke dalam pelukannya dan
memeluknya erat-erat, "Aku akan menjagamu." Diandra membalas pelukan Axel dan
memejamkan matanya yang penuh air mata di pundak lelaki itu, "Terimakasih Axel, aku
juga mencintaimu." 192 | Kedua sejoli itu
berpelukan dengan begitu bahagia, tidak menyadari ketika orang tua mereka menengok
dari ruang tengah dan melihat anak-anak mereka sedang berpelukan. Papa Axel
mengedipkan matanya kepada papa Diandra, lalu merangkul adiknya itu masuk kembali
ke dalam supaya tidak mengganggu kedua sejoli yang sedang menumpahkan rasa itu.
"Kurasa, selain menjadi kakak adik, kita akan menjadi besan sebentar lagi." Papa Axel
terkekeh, yang disambut dengan gelak papa Diandra, "Dan kita akan sibuk menjelaskan
kepada semua orang karena mereka akan menganggap semua ini aneh." Tawanya,
"Tetapi tidak apa-apa, yang penting anak-anak kita bahagia." "Tentu saja." Sahut papa
Axel, "Tak ada yang paling diinginkan orang tua, selain kebahagiaan anak-anaknya."
Dan kemudian mereka semua tersenyum dalam hati, mengucap syukur bahwa
anak-anak mereka telah menemukan jodoh yang dicintai sepenuh hati. -END- E-book
by Ratu-buku.blogspot.com 193 |
Peti Mati Dari Jepara 2 Shadow Kissed Vampire Academy 3 Karya Richelle Mead Pedang Pembunuh Naga 3

Cari Blog Ini