Next Love Karya Rainsy92 Bagian 2
dan So Eun memang sudah akrab, bahkan sangat akrab. Benar begitu noona"" Ungkap Jin
Woo mengedipkan matanya beberapa kali ke arah So Eun yang nampak tidak nyaman
diperlakukan seperti itu.
"Iiya, itu benar .. Ibu," Timpalnya membenarkan.
"Ah senangnya ! Akhirnya sekarang putriku tidak akan merasa kesepian lagi. Karena
setelah ini akan ada adikmu Jin Woo yang selalu menemanimu sayang !" Ucap Tae Hee
bahagia, mencubit kedua pipi anaknya secara bergantian.
"Kalau begitu, mulai dari sekarang kalian berdua harus saling mejaga dan melindungi. Kita
pasti akan menjadi keluarga baru yang paling harmonis di Dunia ini." Sambung Rae Won
yang ternyata sudah berdiri dibelakang istrinya angkat bicara. Lalu kemudian merengkuh
istri dan kedua anaknya sekaligus.
**** Rae Won dan Tae Hee yang sudah berada didalam mobil dengan atap yang terbuka
menekan tombol kelakson beberapa kali untuk memanggil kakak beradik baru yang masih
bersiap-siap di dalam rumah.
"Hey ! Apa yang kalian lakukan didalam" Cepatlah sedikit, nanti kita bisa kesiangan !!" Seru
Rae Won yang mengenakan pakaian khas pantai itu menurunkan sedikit kacamata
hitamnya. "Cepatlah sedikit anak-anak !!" Teriak Tae Hee membantu suaminya memanggil So Eun dan
Jin Woo. Setelah itu ia kembali membenarkan topi pantai yang dikenakannya dan
membenarkan letak kaca mata hitamnya.
"Ya tunggu sebentar ! Kami segera datang !!" Sahut Jin Woo ikut berteriak dari dalam
rumah, ia baru saja menuruni tangga dari lantai dua mengekor dibelakang So Eun yang
nampak gerah dibuntuti oleh Jin Woo.
"Berhentilah sampai disini Jin Woo !" Bentak So Eun memutar tubuhnya, membuat pria
dibelakangnya terpaksa menghentikan langkah.
"Berhenti" Berhenti untuk apa"!" Tanya Jin Woo memasang wajah polos dengan
mengangkat kedua tangannya sebatas bahu.
"Berhenti menganggap ini sebagai kesempatan keduamu untuk memulai kembali hubungan
kita." "Bagaimana jika aku tidak mau berhenti" Apa yang akan kau lakukan padaku noona"" Tanya
Jin Woo menantang, So Eun yang kesal dengan sikap Jin Woo hanya dapat mendesis
dengan melirik ke arah pria itu tajam.
"Kita bersaudara Jin Woo ! Mana boleh seorang adik jatuh cinta pada kakaknya sendiri !"
Semburnya meradang. Jin Woo melipat kedua tangannya didepan dada seraya
mengerucutkan bibirnya, mungkin saat ini ia tengah berpikir bagaimana caranya untuk
meredakan kemarahan So Eun.
"Baik, anggap saja aku adikmu. Dan mari kita lihat seberapa lama kau sanggup
menganggapku hanya sebagai seorang adik." Ujarnya berjalan mendahului So Eun keluar
dari rumah. Gadis itu hanya dapat memandangi punggung Jin Woo dengan helaan napas
berat. "Lama sekali kalian, apa yang sebenarnya kalian lakukan sejak tadi didalam rumah" Hari ini
hari terakhir kita di Jeju, maka dari itu kita harus memaksimalkan waktu kita disini." Omel
Rae Won saat Jin Woo muncul dari balik pintu pagar, disusul oleh So Eun yang melangkah
malas memasuki mobil lalu kemudian memposisikan dirinya duduk dikursi belakang
bersama Jin Woo. "Maaf-maaf, tadi ada sedikit hal yang kita debatkan." Tanggap Jin Woo menutup pintu
mobil yang tadi So Eun buka menggunakan sedikit tenaganya. Mendengar kata berdebat,
Tae Hee sontak menoleh ke belakang.
"Berdebat" Apakah tadi kalian baru saja bertengkar"! Bagimana bisa itu terjadi padahal
kalian berdua baru saja dipertemukan. Sayang, Ibu tidak mau ya melihat kedua anak ibu
bertengkar ! Selamanya kalian harus akrab." Tegurnya membuat So Eun segera
menggerakkan telapak tangannya dalam tempo cepat. Membantah tuduhan yang Ibu
tirinya layangkan. "Bukan pertengkaran seperti itu bu ! Kami hanya .."
"Kami hanya sedikit berbeda saja, karena menurutnya boyband itu kekanakan, padahal
statusku saat ini kan member boyband terkenal." Sindir Jin Woo melirik So Eun dengan
ekor matanya. Gadis itu berdecih kesal mendengar celotehan mantan kekasihnya lalu
kemudian memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah jalan.
"Sudah-sudah, jangan diperbesar. Bukankah selera orang itu memang selalu berbeda-beda"
Ehm, lebih baik kita berangkat sekarang !" Sela Rae Won menengahi, menyalakan mesin
mobilnya lalu kemudian mulai mengemudikan kendaraan yang mengangkut seluruh
T ak Berkategori (10) "keluarga barunya itu menuju salah satu tempat wisata yang eksotis.
Dalam perjalanan mereka yang hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit, Jin Woo
memanfaatkan kesempatan itu untuk menyandarkan kepalanya dibahu So Eun, setelah
sebelumnya merebut salah satu earphone yang menyumpal telinga So Eun, memaksanya
untuk berbagi musik yang awalnya digunakan gadis itu untuk mengalihkan perhatiannya
pada Jin Woo. Tae Hee yang melihat keakraban kedua anaknya dari kaca spion didepannya mengulas
senyumnya samar, lantas berbisik pada suaminya bahwa kemungkinan hubungan
kekeluargaan mereka akan semakin erat setelah ini sangatlah besar. Dan Rae Won yang
tengah fokus mengendalikan laju mobilnya hanya dapat merespon dengan merangkul
istrinya mesra, ikut senang melihat Tae Hee bahagia.
**** Sebuah pulau kecil yang hanya terdapat pasir putih saja ditengah-tengah laut Jeju adalah
garis finish yang menjadi tujuan kemana sepasang jetski meluncur cepat membelah
perairan biru nan jernih disana. Meski kedua wanita yang duduk dijok belakang Rae Won
dan Jin Woo sudah menunjukan tanda bahwa mereka ketakutan, namun kedua pria yang
sudah berstatus menjadi pasangan ayah dan anak itu semakin menggila menaikkan
kecepatan kendaraan air yang mereka gunakan.
"Tidak bisakah kau memelankan kecepatannya sedikit"!!" Protes So Eun mengeratkan
pegangan tangannya pada pelampung yang Jin Woo kenakan.
"Aku tidak bisa menghentikannya noona ! Ini sangat menyenangkan. Dan aku harus
mengalahkan ayahmu. Ah tidak, itu ayah kita." Tolaknya tersenyum licik lalu kemudian
menarik sebelah tangan So Eun agar mau melingkar diperutnya. "Berpeganglah dengan
erat jika kau tidak ingin aku tinggal disini." Imbuhnya dengan nada mengancam membuat
So Eun mau tidak mau harus mengikuti permintaannya.
Rae Won yang nampak bersemangat semakin melesat jauh didepan putranya. Jin Woo
yang baru menambahkan kecepatan berhasil menyusul dalam beberapa menit saja, namun
usahanya itu kembali dikalahkan oleh Rae Won yang kembali menancap gas, membuat
istrinya kualahan memegangi topi pantai yang selalu ingin melepaskan diri terbang dari
kepalanya. "Yuhuu ..!! Ayah menang !!" Pekik Rae Won girang saat dirinya berhasil lebih dulu sampai
ditepian pantai pasir yang luas. Pria paruh baya itu berdiri diatas jetskinya dengan kedua
tangannya yang ia angkat ke udara, sementara istrinya menyambut kemenangan itu
dengan memeluk tubuh suaminya.
Jin Woo yang nampak kepanasan karena matahari mulai terik menyorot ke arahnya
memamerkan senyuman lebarnya, melihat keromantisan sepasang pengantin baru
didepannya. Sejurus kemudian ia memalingkan wajahnya ke samping, memperhatikan So
Eun yang terlihat kesusahan turun dari jetski yang terombang-ambing karena gelombang
air laut dibawahnya. "Mari tuan putri, akan ku bantu kau untuk turun." Ujarnya menawarkan dengan
menyodorkan telapak tangannya ke depan. Karena gengsi, So Eun langsung menepis
tangan Jin Woo dan mendorongnya ke samping agar menjauh darinya.
"Aku bisa sendiri !" Tolaknya kasar,
Setelah menginjakkan kaki dihamparan pasir putih yang melebar, Tae Hee dan Rae Won
langsung melepaskan diri dari kedua anaknya. Sepertinya mereka akan mencari tempat
yang tepat untuk beromantis-romantisan hanya berdua. So Eun yang tak mau ditinggal
bersama mantan kekasihnya itu hendak mengejar orangtuanya, namun lengannya lebih
dulu ditahan oleh Jin Woo.
"Tunggu noona, kau mau kemana" Biarkan mereka berdua, jangan mengganggu
kebersamaan mereka." Tegurnya melarang, dengan sedikit menyipitkan matanya karena
deru angin disana begitu kencang berhembus ke arahnya. Bahkan saking kencangnya gaun
pendek selutut yang So Eun gunakan terus mengembang diterpa angin. Untung saja gadis
itu masih memakai celana pendek sebagai dalamannya. Jika tidak, mungkin Jin Woo akan
semakin menggila ditempat ini.
"Siapa bilang aku akan jadi pengganggu mereka" Aku hanya tidak ingin saja berada disatu
tempat bersamamu. Makanya aku akan pergi mengikuti mereka dan berhenti tepat
beberapa meter dari tempat mereka berkencan." Elaknya menimpali. Jin Woo terkikik lalu
kemudian melepaskan lengan So Eun.
"Baik, kalau begitu pergilah .. Coba saja kau datangi mereka, jika kau sampai tidak terusir
dalam waktu lima menit saja itu suatu keajaiban untukmu." Balasnya yang kembali
terdengar menantang, setelah itu memutar tubuhnya berjalan kembali ke arah jetski-nya
berada. So Eun yang masih menatap punggung Jin Woo yang menjauh, menggembungkan
pipinya merasa kesal sedetik kemudian ia meneruskan niatnya, berjalan cepat mengikuti
kemana arah ayah dan ibunya pergi.
Saat ini Rae Won dan Tae Hee tengah berbaring di tepi pantai membiarkan deru ombak
menggelitik kaki mereka yang tergenang air laut dengan jemari mereka yang terpaut erat.
"Apakah kau menyukai bulan madu singkat kita sayang"" Tanya Rae Won memutar
posisinya menjadi tengkurap, bersebalahan dengan istrinya yang masih berbaring. Tae
Hee menyentuh ke dua pipi suaminya lantas mengusapnya lembut, kemudian
menganggukan kepalanya sekali.
"Ya, aku sangat menyukainya. Terlebih lagi jika melihat So Eun dan Jin Woo akrab seperti
tadi. Itu merupakan kebahagiaan terbesar untukku sayang." Sahutnya dengan senyum
yang terus mengembang dibibir manisnya. Melihat bibir istrinya yang berwarna merah
jambu itu, membuat Rae Won tergoda, sebelah kakinya mulai bergerak mengapit kedua
kaki Tae Hee disusul kedua tangannya yang beralih memenjarakan tubuh Tae Hee
"dibawahnya. "Bagaimana jika kita membuat adik untuk Jin Woo dan So Eun sekarang"" Seloroh Rae Won
memberikan usul yang disambut delikan mata oleh sang istri.
"Ditempat ini" Mana bisa .."
"Tentu saja bisa .."
"Bagaimana jika nanti ada orang yang melihatnya""
"Kita mana tau ada orang yang melihatnya atau tidak jika kita belum mencobanya." Goda
Rae Won dengan mengerlingkan matanya.
"Apa kau sudah gila sayang""
"Jika aku tidak gila, mana mungkin aku bisa mendapatkan wanita sepertimu." Gombal Rae
Won membuat istrinya tersipu malu, melihat sikap istrinya, Rae Won menganggap itu
meruapkan wujud lain dari persetujuan istrinya. Lalu ia pun perlahan mulai mendekatkan
wajahnya pada Tae Hee. "Ayah, Ibu ! Bolehkah aku .." Belum juga So Eun menyelesaikan kalimatnya, sebuah tangan
sudah lebih dulu membalikan tubuhnya ke belakang. Dan langsung memgambil tubuh So
Eun kedalam pelukannya. Menerima perlakuan seekstrim itu oleh seorang pria, So Eun
cepat-cepat berontak, namun pria yang tidak lain adalah Jin Woo itu enggan melepaskan
pelukannya, sebelah tangannya justru dengan kuat menahan kepala So Eun bagian
belakang agar tidak menoleh.
"Jin Woo ! Apa yang sedang kau lakukan" Lepaskan aku !" Protesnya merasa takut kalaukalau ada orang lain yang langsung jadi salah paham jika melihat mereka berpelukan.
"Biarkan aku pergi ke ayahku." Pintanya berusaha melepaskan diri dalam pelukan Jin Woo.
"Untuk sekarang tidak bisa, karena ayah dan ibu kita sepertinya sedang berusaha keras
membuatkan adik untuk kita." Ucap Jin Woo yang berhasil membuat So Eun tercengang.
"Aapa" Membuat adik" Ditempat terbuka seperti ini"" Tanya So Eun dibalik punggung Jin
Woo. "Yups ! Benar sekali, jika kau ingin melihat prosesnya secara live. Maka aku akan
melepaskan pelukan ini sekarang." Lanjutnya dengan kedua tangan yang tadinya menahan
pinggang dan kepala So Eun ia renggangkan. Bukannya senang keinginannya untuk
melepaskan diri dikabulkan, kini justru giliran So Eun-lah yang memeluk Jin Woo.
"Tidak, aku tidak mau melihatnya. Lebih baik kau bawa saja aku menjauh dari mereka."
Tolaknya yang semakin mengeratkan tangannya dipunggung Jin Woo yang tersenyum
menang. "Baik, akan ku bawa kau pergi." Ujarnya kemudian berajalan mundur beberapa langkah
tanpa melepaskan pelukan mereka.
Sepertinya perkataan Jin Woo barusan hanyalah kebohongan kecil yang ia buat untuk
mendapatkan pelukan dari So Eun saja, karena pada kenyataannya. Rae Won tidak
melakukan hal segila itu ditempat terbuka seperti sekarang ini. Ia hanya mencium bibir
istrinya saja, lalu setelah puas. Ia kembali mengajak istrinya untuk berjalan-jalan
menyusuri pulau kecil tak berpenghuni itu.
Saat ini Jin Woo tengah membangun sebuah istana menggunakan tumpukan pasir yang
basah. So Eun yang sejak tadi hanya dapat memandangi tumpukan pasir yang menggunung
buatan Jin Woo, memutar bola matanya jengah mendengar penuturan Jin Woo yang
mengatakan bahwa istana itu didedikasikan oleh sang pangeran Jin Woo untuk putri So
Eun yang sebentar lagi akan menjadi permaisurinya.
"Ck ! Kau benar-benar kekanakan Jin Woo !" Maki So Eun yang memutuskan untuk
melangkah ke arah laut. Jin Woo sempat menoleh kilas, memastikan kemana So Eun akan
pergi. Namun setelah mengetahui ia hanya sedang bermain air di tepian pantai saja,
fokusnya kembali terarah pada istana pasir yang hampir selesai dibuatnya. Tak butuh
waktu lama, sebuah istana kecil nan indah sudah tercipta disana.
"Selesai, ini istana kita noona !" Seru Jin Woo riang. "Sekarang sentuhan terakhir."
Tambahnya yang mulai menuliskan istana pasir milik So-Jin dipermukaan pasir yang berada
didepan istana tersebut menggunakan tangan. Namun sayangnya, sedetik kemudian
guyuran air menghantam istana itu, Jin Woo nampak terkejut bukan main melihat istana
buatannya sudah luluh lantah karena guyuran air satu ember itu.
"Aku tidak mau memiliki istana megah ditengah padang pasir seperti ini. Bisa mati
kepanasan aku kalau itu terjadi, makanya aku guyur saja istana itu agar sedikit lebih
sejuk." Seloroh So Eun sang pelaku kejahatan dengan ekspresi wajah tanpa dosa itu.
"Kim So Eun ! Kau sudah menghancurkan istanaku, maka jangan salahkan aku jika aku akan
membalas dendam padamu !" Teriak Jin Woo murka, merebut ember kecil ditangan So Eun
kasar, lalu berjalan mendekati gadis itu yang tampak ketakutan ditatap tajam seperti itu
oleh Jin Woo. "Jin Woo" Kau, tidak akan melakukan hal yang konyol bukan" Aaku hanya bercanda tadi."
Ucapnya berjalan mundur, hingga kakinya sampai menyentuh tepian laut. So Eun
mengikuti arah mata Jin Woo yang melirik genangan air dikakinya, sejurus kemudian, Jin
Woo meraup air asin itu menggunakan embernya. Di waktu yang sama, So Eun
memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari menjauh dari Jin Woo yang pasti hendak
menyerangnya dengan guyuran air seperti apa yang ia lakukan pada istana pasir Jin Woo
sebelumnya. "Hey noona ! Jangan lari kau !!" Pekik Jin Woo mengejar So Eun dengan tawa riang yang
terpapar jelas diwajahnya.
"**** " "Di dunia ini tidak ada cinta yang salah, entah itu cinta yang tetap tumbuh ditengah
pertengkaran, cinta yang semakin kuat ditengah pertentangan, cinta yang bertahan
dalam sebuah penghianatan, ataupun cinta yang tulus ditengah ketidakpedulian. Semua
itu, bukan cinta yang salah. Cinta hanya terlalu lugu saja menentukan siapa yang berhak
dan pantas untuk mendapatkannya."- Kim Jin Woo, Next Love.
To be continued ... ?"Sebanyak apapun kebahagiaan yang kau dapat dari luar sana, seindah apapun
pemandangan yang kau lihat di luar sana, seramah apapun orang yang kau temui di luar
sana. Tetap saja, kau membutuhkan sebuah rumah untuk pulang. Rumah yang menjadi
tempat kau melepas lelah, rumah yang menjadi tempat ternyamanmu untuk beristirahat,
juga rumah tempatmu berlindung dari terpaan hujan badai di luar sana. Dan Kim So Eun,
kau adalah rumahku. *** Setelah puas bermain di pulau kecil yang hanya dihuni oleh hamparan pasir putih yang
membentang. Satu keluarga itu akhirnya kembali ke resort, memilih untuk makan siang
disebuah restoran tepi pantai dengan berbagai macam masakan seafood sebagai menu
hidangan diatas meja. Meja yang mereka tempati berbentuk persegi, So Eun dan Tae Hee menempati kursi di
sisi sebelah kanan. Sedangkan Jin Woo dan Rae Won duduk di sisi sebelah kiri. So Eun
yang tengah menikmati Ojinguh Bokkeum ( Cumi Pedas khas Korea ) seketika tersentak,
setelah merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kakinya. Awalnya gadis itu berpikir
mungkin sesuatu yang dingin itu hanyalah angin yang kebetulan berhembus saja di dekat
kakinya. Namun saat melihat gelagat Jin Woo yang mencurigakan karena sedari tadi
adiknya itu tak henti-hentinya tersenyum di tengah kegiatan makannya. Di tambah lagi
setelah itu So Eun kembali merasakan sesuatu yang bergerak naik turun di kakinya.
Karena penasaran, So Eun langsung memeriksa kolong meja untuk memastikan apa yang
terjadi dengan kakinya. Dan ternyata, di bawah meja terdapat sepasang kaki orang lain
yang tengah asyik membelai kakinya. Dan tanpa menanyakan kebenarannya terlebih dulu,
gadis itu pun sudah yakin sekali, bahwa pemilik kaki nakal itu adalah Kim Jin Woo.
"Ada apa noona" Apakah sumpitmu terjatuh"" Tegur Jin Woo memasang wajah manisnya
saat So Eun kembali duduk seperti semula. Gadis bersurai panjang itu berdecih kesal,
memicingkan matanya melihat topeng cool yang Jin Woo pertahankan didepan kedua
orangtuanya. "Kau benar. Tadi, sendokku terjatuh tepat dibawah kaki." Sahutnya dengan penuh
penekanan di kata kaki untuk menyindir Jin Woo.
"Benarkah" Kenapa bisa begitu noona, ya sudah pakai sendokku saja. Sendok yang sudah
jatuh ke lantai itu pasti sudah terkontaminasi dengan kuman. Ambilah, karena kebetulan
aku lebih suka memakai sumpit dari pada sendok." Balasnya menyodorkan sendok pada So
Eun. Awalnya So Eun enggan menerima sendok pemberian Jin Woo namun karena terus
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diperhatikan oleh ayah dan ibunya, mau tidak mau akhirnya ia mengambil sendok itu juga
dari tangan Jin Woo, lantas memulai kembali menikmati makanannya.
Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) ""Apakah kau tahu noona alasan kenapa aku lebih menyukai sumpit dari pada sendok" Itu
karena jika aku memakai sumpit, maka aku akan dapat dengan leluasa menjepit makanan
yang aku suka seperti ini." Tunjuk Jin Woo mengambil salad di depannya menggunakan
sumpit, bersamaan dengan itu pula, kedua kakinya yang berada di bawah meja menjepit
kaki So Eun. Membuat gadis pemilik kaki jenjang yang baru akan memasukan daging cumi
ke dalam mulutnya, terjatuh kembali ke atas piring.
So Eun membelalakan matanya lebar pada Jin Woo kemudian. Namun pria itu justru
bersikap seolah tidak terjadi apa-apa yang dengan santai melahap potongan daging
kepiting saus tiram di piringnya.
So Eun yang kakinya masih diapit oleh kaki Jin Woo berusaha keras untuk melepaskan diri.
Sayangnya ditempat Jin Woo duduk, pria itu nampak enggan melepaskan kaki So Eun yang
sudah dipeluk oleh kakinya erat. Perlakuan Jin Woo itu benar-benar membuat So Eun
menahan emosinya yang hampir membuncah setengah mati. Kalau saja tidak ada ayah dan
ibunya, mungkin saat ini, pria di depannya sudah habis So Eun hajar hingga babak belur.
So Eun mencuri pandang ke arah orangtuanya, untuk melihat situasi dan kondisi, saat
mendapati Tae Hee dan Rae Won tengah sibuk saling menyuapi makanan, So Eun
mengulas senyumnya tipis. Ia menggunakan kelengahan mereka untuk berbicara dengan
Jin Woo menggunakan bahasa isyarat yang memintanya agar dapat segera melepaskan kaki
So Eun. Setelah puas melihat ekapresi wajah menggemaskan So Eun saat kesal, akhirnya
pria itu mau menuruti permintaan kakaknya.
Meski sekarang kaki So Eun sudah tidak dijepit lagi, namun rupanya Jin Woo masih
meluncurkan aksinya untuk menggoda So Eun dengan menggerakkan jemari kakinya naik
dari ujung kaki So Eun hingga sampai lutut gadis itu. So Eun yang semakin geram
dibuatnya, sontak menurunkan sebelah tangannya ke bawah meja untuk menyingkirkan
kaki Jin Woo dari lututnya. Membuat sebelah kaki Jin Woo terpelanting membentur
lantai. Jin Woo yang menganggap kemarahan saudara tirinya itu sebagai hiburan yang
mengasyikkan, tidak dapat lagi menahan lebih lama gejolak diperutnya. Dan akhirnya ia
pun tertawa lepas, membuat ayah dan ibunya langsung menoleh ke arah Jin Woo tajam
dengan kernyitan samar di dahi mereka.
"Jin Woo, kenapa kau tertawa"" Tegur Tae Hee yang hendak menyuapi suaminya satu
sendok nasi terpaksa menghentikan tangannya diudara.
"Apakah ada yang lucu"" Imbuh Rae Won yang baru saja menyuapi istrinya secuil daging
lobster panggang. Menyadari dirinya kelepasan tertawa, Jin Woo segera membungkam mulutnya
menggunakan tangan serta menggelengkan kepalanya, sedangkan So Eun hanya
menghadiahinya dengan tatapan sinis.
"Ehm tidak, tidak ada yang lucu. Hanya saja melihat keromantisan kalian berdua, itu
membuatku senang dan ingin tertawa karena terlalu bahagia." Kilah Jin Woo berbohong,
membuat ayah dan ibunya merasa tersanjung.
"Ooh .. Kau manis sekali Jin Woo-ku !" Puji Tae Hee tersentuh.
Jin Woo yang baru saja melanjutkan kegiatan makannya seketika menegangkan tubuhnya,
saat merasakan ada sesuatu yang bergerak naik turun di salah satu kakinya. Pria itu sontak
melirik ke arah gadis di depannya yang malah menyunggingkan senyuman termanisnya.
Dan Jin Woo langsung mengasumsikan bahwa sesuatu yang menyentuh kakinya itu adalah
respon baik dari So Eun yang membalas sikap manisnya beberapa saat lalu. Karena terlalu
senang, Jin Woo memilih untuk membiarkan kaki So Eun bermain dengan kakinya dibawah
meja. Namun detik berikutnya, So Eun yang rupanya masih menyimpan dendam pada saudara
tirinya itu akhirnya melaksanakan niatnya untuk menginjak keras kaki Jin Woo, membuat
si empunya kaki langsung melonjak dari duduknya.
"Aaarrrggh ..!!" Erangnya melompat-lompat.
"Jin Woo, ada apa" Kenapa kau berteriak"!" Tanya Tae Hee dan Rae Won kalap dan hampir
bersamaan melihat Jin Woo meringis kesakitan dengan memegangi sebelah kakinya.
"Sss .. Sepertinya ada kepiting cantik di bawah meja yang menjepit kakiku Bu." Seloroh
Jin Woo membuat kedua orangtuanya langsung melongok ke bawah meja. Memastikan
benar atau tidak perkataan putranya, namun sayangnya mereka tidak menemukan apa-apa
disana. Hanya ada kaki So Eun yang nampak santai ditempatnya.
Diatas meja, So Eun menggerakkan bibirnya membentuk kalimat ejekan, "Rasakan kau !"
untuk Jin Woo yang masih sedikit merasakan nyeri dikakinya.
"Tidak ada kepiting atau hewan apapun di bawah meja sayang." Ucap Tae Hee mengubah
posisi duduknya kembali menjadi tegak. "Sudahlah lupakan, bagaimana jika ibu ambilkan
es krim untuk makanan penutup kita, apakah diantara kalian ada yang mau"" Sambungnya
bertanya, dan langsung disambut acungan tangan oleh suami serta anak-anaknya.
"Baiklah, tunggu sebentar .. Ibu akan segera mengambilkannya." Ujarnya berjalan menuju
meja kasir yang menyatu dengan meja pelayan yang menyediakan ice cream.
Tae Hee memesan dua mangkuk ice cream rasa vanila untuk suami dan putranya,
semangkuk ice cream rasa stroberi untuk So Eun dan semangkuk ice cream lagi rasa
cokelat untuk dirinya. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Tae Hee dapat
kembali menuju mejanya dengan satu nampan penuh berisi ice cream yang dibawanya.
Sebelum Tae Hee benar-benar sampai di mejanya, wanita itu sempat beberapa detik
mematung ditempatnya. Tak sengaja menyaksikan dua pasang kaki milik anak-anaknya
tengah saling berkelahi atau cenderung kaki Jin Woo-lah yang bergerak agresif mengelus
kaki So Eun. T ak Berkategori (10) ""Sayang, kenapa kau malah berhenti disana" Ayo cepat kemari. Aku ingin kau menyuapi es
krimnya untukku !" Seruan dari suaminya membuat Tae Hee terkesiap dan langsung
melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan tadi. Namun ekor matanya tak pernah
teralih dari kolong meja tempat mereka sekeluarga menikmati makan siang.
**** Di malam harinya, Keluarga Kim yang baru pindah rumah menempati salah satu rumah di
sebuah kawasan elit ibu kota Seoul, akhirnya sampai dirumah baru mereka yang terlihat
besar dan megah. Masing-masing dari mereka yang baru kembali dari berlibur nampak
terkesima melihat tumbuhan hijau yang dibuat sedemikian rupa menjadi berbagai macam
bentuk hewan menyambut kedatangan mereka di pelataran rumah yang luas. Mereka
kompak menyeret koper masing-masing, berjalan menuju rumah berdinding beton
dihadapan mereka. "Benarkah ini rumah kita sayang"" Tanya Tae Hee masih tak percaya. Rae Won
menjengitkan sebelah alisnya.
"Tentu saja, ini rumah baru kita. Rumah yang akan menjadi istana kita sayang." Jawab Rae
Won meyakinkan seraya mengecup punggung tangan Tae Hee yang diraihnya.
"Mari, sekarang kita lihat seperti apa isi rumah yang baru selesai di bangun satu bulan
yang lalu ini." Lanjutnya menggenggam jemari istrinya untuk melangkah bersama membuka
sepasang daun pintu berwarna putih di depan mereka.
Seperti layaknya pemandangan di depan rumah yang membuat istri dan juga anak-anaknya
takjub, saat menapakkan kaki memasuki rumah bernuansa eropa itu pun mereka tak
henti-henti berdecak kagum, melihat tata letak dan ornamen-ornamen rumah yang benarbenar tepat, menyelaraskan dengan beberapa properti yang menjadi isi dalam rumah
tersebut. Rae Won selaku sang arsitek di rumahnya sendiri menunjuk lantai atas sebagai
tempat kedua anaknya bersantai, dilantai dua terdapat dua buah kamar dengan posisinya
saling berhadapan yang sengaja dibuat khusus untuk Jin Woo dan So Eun. Selain itu di
lantai dua, terdapat pula sebuah ruang keluarga yang luas dengan sebuah balkon disisi luar
ruang keluarga yang dapat digunakan jika ingin menikmati pemandangan sekitar rumah
mereka dari atas. Di lantai dua juga terdapat ruang musik berisi beberapa macam jenis
alat musik, yang di dedikasikan untuk menunjang hobi Jin Woo yang suka sekali bermain
musik. Tak lupa, Rae Won juga memberikan sebuah ruang pribadi untuk So Eun yang suka
sekali membaca buku berbentuk seperti sebuah perpustakaan kecil.
Tepat diantara ruang musik dan perpustakaan, terdapat pula sebuah tangga menuju ke
atap rumah. Disana menjadi tempat Rae Won menaruh berbagai macam jenis koleksi
teropong bintang miliknya, juga berbagai macam buku astronomi, karena Rae Won
termasuk pria yang menyukai ilmu perbintangan, meski dirinya saat ini bekerja menjadi
seorang arsitek. Di lantai bawah terdapat sebuah ruang tamu, ruang keluarga yang lengkap dengan home
teater-nya. Dan kamar utama tempat Rae Won dengan istrinya beristirahat. Di sebelah
perapian terdapat dua kamar lagi yang masih kosong dengan posisinya yang bersebelahan.
Memasuki ruang makan yang langsung menembus ke arah dapur terdapat pintu geser yang
jika dibuka akan menyajikan hamparan kolam renang yang cukup besar, lengkap dengan
kursi santainya. Sebuah kamar mandi juga ada di dekat dapur, meski masing-masing kamar
sudah di fasilitasi dengan kamar mandi pribadi. Di sisi lain ruang makan terdapat pula
ruang kerja pribadi Rae Won, bersebelahan dengan pintu bagian belakang rumah yang
menjadi akses menuju perkebunan bunga kecil yang terdapat dihalaman belakang.
Karena dapur dan ruang makan adalah tempat utama yang akan sering keluarganya
singgahi, Tae Hee memilih untuk membersihkannya terlebih dulu, sedangkan suaminya
yang bertugas membersihkan ruang tamu nampak sibuk menggunakan mesin penghisap
debu di ruang tengah. Jin Woo yang baru selesai memasukkan sebagian pakaiannya ke dalam lemari sudah mulai
kelelahan, dan memilih untuk istirahat sejenak dengan merebahkan diri di atas tempat
tidur. Namun baru beberapa detik ia memejamkan matanya, pria itu langsung mengubah
posisinya kembali duduk. "Sepertinya mandi akan dapat sedikit menyegarkan tubuhku."
Gumamnya bergerak memasuki ruangan lain di dalam kamarnya.
Sementara itu dikamar kakaknya, So Eun yang masih membenahi barang-barang miliknya
yang ditata diatas laci nampak kebingungan, karena tidak menemukan ipad miliknya dan
pot bunga tulip yang selalu ia letakkan di dalam kamarnya. Padahal gadis itu sudah
mengeluarkan semua isi dalam kopernya, namun barang yang dicarinya tak kunjung So Eun
temukan. "Apa mungkin masih tertinggal dibawah ya"" Pikir So Eun yang langsung keluar dari
kamarnya, mendekat ke arah pegangan tangga dengan tubuhnya yang sedikit ia
condongkan ke bawah. "Ayah ! Apakah kau tahu dimana ipad dan pot bungaku"!" Tanyanya berseru dari lantai
atas. Rae Won mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat dimana posisi putrinya
berada. "Entahlah ! Mungkin masih tertinggal didalam mobil, coba saja kau periksa sendiri. Ayah
sedang sibuk !" Jawabnya kembali berteriak.
So Eun menghembuskan napasnya lelah, sebenarnya ia malas sekali memiliki kamar di
lantai dua, karena resikonya ia harus susah payah menaiki dan menuruni tangga terlebih
dulu jika ada sesuatu barang yang tertinggal. Jika boleh memilih, maka jelas gadis itu akan
memilih untuk menempati kamar yang ada dilantai bawah, namun anggapan Rae Won yang
selalu berpikir bahwa semua anak-anak cenderung lebih menyukai tinggal dilantai atas.
Membuat So Eun terpaksa harus mengalah menerima keputusan ayahnya.
Dengan langkah malas, So Eun mengayunkan tungkainya menuruni tangga, dan langsung
bergegas keluar rumah kemudian berjalan mendekati mobil yang sudah terparkir di dalam
garasi. Dengan raut wajah yang cemberut, ia membuka bagasi mobil. Dan langsung
"garasi. Dengan raut wajah yang cemberut, ia membuka bagasi mobil. Dan langsung
mendapati bunganya tulip kesayangannya yang sudah layu.
"Ini pasti ulah ayah !" Rutuknya mendengus sebal lalu kemudian kembali memasuki rumah.
"Ayah ! Kenapa kau menaruh bungaku di dalam bagasi"!! Kau lihat" Sekarang bunga
kesayanganku layu bukan ! Bagaimana jika dia mati"!" Tegurnya mengomel saat
menunjukkan bunga didalam pot kecil yang dipeluknya pada Rae Won.
Tae Hee yang melihat perdebatan kecil ayah dan putrinya itu bergegas menghampiri dan
menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. So Eun berbalik menunjukkan bunganya pada
Tae Hee dengan bibir bawahnya yang sengaja ia majukan.
"Bunganya sudah mati Bu."
"Bunganya belum mati sayang, Ibu yakin bunga itu hanya layu .. Jika kau menyiramnya
dengan air. Pasti besok bunga itu akan kembali segar. Coba kemarikan bunganya, ibu akan
memberinya sedikit air." Ujarnya melangkah menuju dapur. Diikuti dengan So Eun yang
mengekor dibelakangnya. Setelah menyiram bunga itu dengan segelas air. Tae Hee menyarankan agar sebaiknya
bunga itu ditaruh di tempat yang terbuka dan melarang So Eun untuk menaruh bunga itu
di dekat kamar Jin Woo. "Memangnya kenapa aku tidak boleh menaruhnya di dekat kamar Jin Woo Bu""
"Karena Jin Woo memiliki alergi terhadap bunga. Apapun itu jenisnya."
Mendengar penuturan ibunya, So Eun menjadi syok sendiri. Karena ia baru mengetahui
hal itu, padahal dua tahun lalu, Jin Woo selalu memberikan bunga tulip padanya dan pria
itu tidak menunjukkan gelagat atau tanda-tanda bahwa ia terkena alergi sedikit pun. Baru
saja So Eun hendak menyampaikan hal itu, namun Tae Hee lebih dulu menyela dengan
nenceritakan kejadian tragis yang Jin Woo alami dua tahun lalu.
"Kau tahu" Saat SMA dulu, Jin Woo pernah jatuh cinta pada seorang gadis yang menyukai
bunga. Meski Jin Woo tahu ia akan merasakan gatal-gatal disekujur tubuhnya setelah
menyentuh tangkai bunga dan akan mengalami demam tinggi jika tak sengaja menghirup
serbuk bunga. Ia tetap saja mengirimi gadis itu bunga hingga akhirnya Jin Woo dibawa ke
rumah sakit karena alerginya yang sudah terlalu parah. Namun sayang, bukannya
menjenguk Jin Woo yang sedang sakit, gadis itu justru memutuskan untuk mengakhiri
hubungannya dengan Jin Woo. Bukankah gadis itu sangat jahat"!" Ceritanya dengan
berapi-api, membuat So Eun tersindir dan kembali terlarut dalam rasa bersalahnya. Meski
begitu, So Eun tetap memaksakan diri untuk memamerkan senyumannya pada Tae Hee
sebagai respon bahwa ia menyimak dengan baik cerita ibunya.
"Ya sudah, letakkan saja pot bunga ini di jendela kamarmu sayang." Titah Tae Hee
kemudian mengembalikan pot itu pada putrinya.
"Oh iya bu, apakah ibu melihat ipad-ku""
"Ipad"" So Eun mengangguk cepat, "Iya, Ipadku yang sengaja aku lilit dengan earphone putih."
"Astaga! Jadi itu Ipad milikmu" Ibu kira Ipad yang tertinggal di mobil itu milik Jin Woo,
makanya tadi ibu memasukkannya ke dalam koper adikmu. Ya sudah ambil saja sana
langsung ke kamar adikmu." Suruhnya yang dihadiahi delikan mata oleh So Eun.
"Aaku, masuk ke kamar Jin Woo"" Tanyanya menunjuk diri sendiri.
"Iya ! Memangnya kenapa jika seorang kakak perempuan masuk ke kamar adik lelakinya"
Sudah sana, pergilah !" Balas Tae Hee mendorong tubuh So Eun, memaksanya untuk
kembali menaiki tangga. **** Suara decitan pintu kayu yang bergesekan dengan lantai terdengar lirih, itu terjadi karena
gadis yang membuka pintu kamar Jin Woo tidak ingin menimbulkan suara sekecil apapun
mengiringi kedatangannya memasuki kamar dengan ekspresi gugup.
"Jjin Woo .. Kim Jin Woo .. Apa kau didalam"" Tegur So Eun menyumbulkan kepalanya dari
balik pintu yang terdengar samar. Namun karena tidak mendengar jawaban apa-apa dan
bola matanya tidak menangkap makhluk hidup di dalam ruangan itu, akhirnya So Eun
memberanikan diri untuk melangkah masuk. Dengan gerakan cepat, indera
pengelihatannya langsung mendeteksi keberadaan ipad miliknya, mulai dari atas ranjang,
meja belajar, sebuah laci, dan ..
"Koper !" Pekiknya melesat cepat menggeledah isi koper yang masih tergeletak diatas
lantai. Dari tempatnya berada, So Eun dapat mendengar dengan jelas suara gemercik
keran air yang menyala. Sudah dipastikan bahwa si empunya kamar tengah bermandimandi ria di dalam sana. Karena tidak ingin ketahuan ataupun bertatap muka dengan
mantan kekasihnya itu, So Eun terburu-buru mengobrak-abrik koper di depannya. Namun
sampai dasar koper terlihat, So Eun tak juga menemukan ipad miliknya.
"Kenapa tidak ada disini"" Gumamnya beralih memeriksa laci meja disampingnya dengan
sesekali menoleh ke belakang. Untuk memastikan bahwa Jin Woo belum keluar dari kamar
mandi. Karena sejak tadi kedua tangan So Eun sibuk mencari ipad miliknya, tanpa berhenti
sedikitpun, itu membuat pengait bra yang So Eun kenakan mendadak terlepas. So Eun
yang merasa tidak nyaman mencoba untuk memasang kembali pengait bra-nya, dengan
sedikit menyingkap T-shirt longgar abu-abu berlengan pendek yang dipakainya.
"Noona" Apa yang sedang kau lakukan"" Tegur Jin Woo tertegun melihat So Eun yang
tanpa sengaja memamerkan punggung telanjangnya.
"Mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari balik tubuhnya, So Eun serta merta memutar
tubuhnya menghadap ke arah sumber suara itu berasal. "Astaga, Jin Woo !" Ucapnya panik
dengan kedua tangan yang ia silangkan didepan dada.
"Kenapa kau sekaget itu melihatku" Aku tanya, apa yang sedang kau lakukan dikamarku""
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ujar Jin Woo mengulangi pertanyaannya lagi dengan tungkainya yang bergerak
menghampiri So Eun. "Aaku, aku hanya ingin mencari ipad milikku yang tak sengaja ibu taruh didalam kopermu
Jin Woo. Apa kkau melihatnya"" Tanyanya semakin gugup karena Jin Woo semakin dekat
ke arahnya. "Oh, jadi kau mencari ini" Ambilah, tadi aku meminjamnya sebentar untuk hiburanku
dikamar mandi." Tukasnya melempar ipad ditangannya pada So Eun. Dengan menggunakan
kedua tangannya, So Eun memang berhasil menangkap sempurna ipad miliknya, namun
akibat gerakannya itu, membuat tali bra-nya merosot melewati bahu dan terlihat diujung
lengan T-shirtnya. "Noona, apa itu"" Tanya Jin Woo menunjuk ke arah tali bra berwarna hitam dilengan So
Eun. Gadis itu terbelalak kaget menyadari hal itu dan langsung berusaha menutupinya
menggunakan tangan. "Iini bukan apa-apa, kalau begitu, aku .. Aku harus kembali ke
kamarku." Ujarnya terlihat ingin segera keluar dari kamar adiknya. Namun saat tubuhnya
hampir melewati tubuh tegap Jin Woo. Pria itu justru menahan langkah So Eun dengan
memegangi sebelah bahu bagian depannya.
"Tunggu, pengait memasangkannya""
bramu terlepas bukan" Bagaimana jika aku bantu untuk Bluuss .. Semburat rona merah di pipi So Eun seketika muncul, membuat gadis itu tidak dapat lagi
menyembunyikan bahwa saat ini ia tengah merasa malu. So Eun menolak tawaran itu,
namun Jin Woo justru membalikkan tubuhnya agar saling berhadapan dengannya.
"Kenapa kau menjadi gugup seperti ini" Aku kan adikmu noona. Jadi kau tidak perlu
khawatir, aku tidak akan berbuat jahat pada kakakku sendiri. Lagi pula, untuk memasang
pengaitnya bukankah kau tidak bisa melakukannya sendiri"" Sambung Jin Woo berbisik,
membuat So Eun menjadi berkeringat dingin. Tanpa menunggu persetujuan dari
kakaknya, Jin Woo kembali memutar tubuh So Eun menghadap ke belakang, mengangkat
sedikit T-shirt yang dikenakan gadis itu kemudian dengan suka rela memasangkan pengait
bra yang terlepas disana.
"Selesai !" Ulas Jin Woo setengah memekik,
Bukannya berterimakasih karena sudah dibantu, So Eun langsung beringsut pergi dari
kamar Jin Woo bahkan tanpa menoleh sedikitpun ke arah adiknya. Membuat saudara
tirinya itu mengulas senyum lebar memperhatikan punggung So Eun yang hampir
tenggelam dibalik pintu kamarnya.
"Ukurannya pasti 36B ." Ucap Jin Woo tersenyum miring sembari memandangi kedua
telapak tangannya yang terbuka.
**** "Berbohong itu bukanlah sebuah kesalahan fatal yang menjadikan seseorang selamanya
akan dianggap buruk dan juga jahat. Karena ada saatnya dimana kebohongan itu harus
kita sampaikan. Bukan untuk menyakiti orang lain, namun untuk melindungi perasaannya
agar tidak terlalu sakit ketika mendengar kebenaran yang sesungguhnya."-Kim Jin
Woo, Next Love. To be continued ... ?"Ada tiga hal dalam dunia ini yang dapat menjungkir balikkan perasaan seseorang. Tiga hal
itu adalah Waktu, Takdir dan Kematian. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang
dapat memahami atau mengerti dengan jelas bagaimana waktu, takdir dan kematian
dapat membuat seseorang yang kuat menjadi rapuh dan kehilangan arah. Dan dalam
hidupku, kau adalah waktu, takdir juga kematian untukku. Maka dari itu, aku mohon ..
Jangan tinggalkan aku lagi. Sebab, itu akan membuatku menjadi seseorang yang rapuh dan kehilangan arah.
*** Di pagi hari yang cerah, sepasang suami-istri ini ( Rae Won dan Tae Hee ) sudah sibuk
berdua saja di dapur membuat sarapan untuk kedua anak mereka. Tapi tunggu dulu,
sepertinya hanya Tae Hee saja yang tengah sibuk memasak telur mata sapi juga
mengoleskan selai diatas roti. Sedangkan Rae Won, sang suami justru cenderung menjadi
pengganggu pekerjaan sang istri saja. Karena yang sejak tadi ia lakukan hanyalah
menggoda Tae Hee dengan merangkul, mencium juga menggelitikinya.
So Eun yang memergoki sepasang suami istri yang tengah dimabuk cinta ini bermesraan di
dapur , berdehem keras. Sembari menggeser salah satu kursi dimeja makan.
Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog "Selamat pagi sayang, bagaimana tidurmu semalam. Apakah kau dapat tidur nyenyak" Oh
iya, kau mau sarapan apa. Roti atau nasi"" Sapa Tae Hee yang menyodorkan beberapa lapis
roti selai dipiring Rae Won yang sudah beranjak menempati kursi kosong didepannya.
Gadis itu nampak berpikir sejenak mengingat tidurnya semalam, sembari mengambil
sebuah sendok dari tempatnya. So Eun memejamkan matanya erat ketika kejadian
memalukan di kamar Jin Woo semalam-lah yang justru diingatnya, itu benar-benar
kejadian yang paling memalukan bagi So Eun. "Aku .. Aku ingin makan nasi saja bu."
Ucapnya memutuskan. Membuat sang Ibu refleks menyendokkan nasi ke dalam mangguk
kecil untuk putrinya. "Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam .. Bagaimana dengan ayah sendiri"" Sambung So
Eun yang berhasil membuat ayahnya tersentak.
"Ehm .. Ayah, ayah juga semalam tidak bisa tidur nyenyak, karena ibumu ini terus
menggoda ayah. Membuat ayah selalu merasa panas !" Jawab Rae Won yang mendapat
decihan sinis oleh So Eun dan teguran manis dari sang istri agar tidak terlalu fulgar
mengekspos kegiatan pengantin baru pada anaknya.
Sembari melahap roti selainya Rae Won berujar. "Biarkan saja dia mengerti sayang, lagi
pula dia juga sudah cukup umur untuk mengetahui hal ini. Lagi pula aku hanya sedang
menunjukkan padanya saja, seperti apa kebahagiaan yang dirasakan oleh pasangan
pengantin baru. Jika kau merasa iri So Eun, maka cepatlah memiliki kekasih lalu menikah."
Kelitnya yang justru membuat gadis itu merasa tersudutkan, karena memang semenjak ia
putus dengan Jin Woo 2 tahun lalu, So Eun belum pernah menjalin hubungan lagi dengan
Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) "pria manapun. Tae Hee yang baru saja membuatkan teh hangat untuk suaminya
tersenyum tipis, ketika melihat dibibir bagian atas suaminya terdapat noda selai yang
tertinggal disana. "Sayang, kau seperti anak kecil saja. Lihatlah, ada selai stroberi disana." Tunjuknya
dengan satu jari yang ia arahkan pada suaminya. Mendengar itu, Rae Won segera
memeriksanya dengan menggunakan lidahnya untuk membersihkan noda selai namun Rae
Won nampak kesusahan. "Sayang, bisakah kau membantuku untuk membersihkannya" Tapi jangan menggunakan
tangan. Gunakanlah bibirmu, ayoo .." Pinta Rae Won manja dengan sedikit memajukan
wajahnya. So Eun menghela napasnya berat, dengan kedua bola matanya yang berputar jengah, "Oh
tidak ! Jangan lagi .." Keluh gadis itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
Sejurus kemudian, mendadak ada sepasang tangan yang tiba-tiba saja menutup rapat
mata So Eun. "Ayah, Ibu, berhentilah menggoda noona-ku ini. Kalian berdua jika masih ingin
melanjutkan bulan madu kalian, maka pergilah ke kamar." Tegur Jin Woo mengusir yang
kini sudah merengkuh lengan So Eun, membuat kedua orangtuanya memandang mereka
dengan tatapan sedikit berbeda. Begitu mengetahui siapa pemilik tangan yang menutup
matanya, So Eun segera menepis tangan Jin Woo agar ia tidak lagi memeluknya.
Baru saja Jin Woo meneguk setengah gelas susu yang dipersiapkan oleh ibunya, ia
langsung melangkah menjauh dari meja makan.
"Kau mau pergi kemana sayang" Kenapa tidak sarapan bersama kami dulu"!" Tanya Tae Hee
setengah berseru karena saat ini Jin Woo sudah berada di ruang tamu. Dari depan pintu
yang baru Jin Woo buka ia menjawabi bahwa ia tengah terburu-buru untuk menghadiri
rapat di kantor managemennya bersama member Winner lain, dan dia akan sarapan disana
saja. "Ck ! Dasar anak itu, kenapa tidak memberitahukanku sebelumnya kalau hari ini dia akan
ada jadwal bersama Winner. Bagaimana ini sayang" Acara kita, apakah kita batalkan saja""
Gerutu Tae Hee nampak sedikit kecewa.
So Eun yang tengah menikmati masakan ibu barunya nampak teralihkan fokusnya,
"Memangnya kalian punya acara apa""
"Rencananya hari ini ayah ingin memperkenalkan ibumu pada semua staff dikantor ayah.
Nantinya kita juga akan mentraktir mereka makan siang juga karaoke. Dan kemungkinan
ayah dan ibu baru akan pulang sebelum jam makan malam. Tapi, karena Jin Woo tidak ada
dirumah, sepertinya .."
"Kalian pergi saja ! Aku tidak masalah jika harus ditinggal sendirian dirumah. Lagi pula, aku
itu bukan anak kecil lagi yang harus dijaga seseorang." Sela So Eun yang berhasil
mencerahkan wajah Tae Hee yang tadi mendung.
"Benarkah kau tidak keberatan sayang"" Tanya Ibu Jin Woo memastikan.
"Hm, tentu saja" Jawab So Eun mantap, dari pada ditemani Jin Woo yang selalu membuat
jantungnya berdegup hebat, bukankah sendirian di rumah lebih baik" Lagi pula masih
banyak hal yang dapat ia lakukan di dalam rumah seorang diri untuk memuaskan liburan
semester yang dilaluinya.
"Terimakasih sayang ! Ibu sangat mencintaimu !" Ucap Tae Hee mendekap putrinya lembut
sebagai luapan kegembiraannya.
"Kalau begitu, lebih baik sekarang kita bersiap-siap sayang. Nanti jika ibu dan ayah pulang
terlambat, kita pasti akan menghubungimu atau menyuruh Jin Woo untuk segera pulang."
Lanjutnya menyeret sang suami masuk ke dalam kamar.
**** Hari sudah mulai larut, tak terasa seharian sudah So Eun lewati seorang diri dengan
melakukan banyak kegiatan seperti menanam sayuran di kebun halaman belakang,
berenang, mengeksplor ruangan observasi perbintangan milik ayahnya, dan terakhir, ia
habiskan waktu untuk menonton film horor kesukaannya seorang diri sembari menikmati
satu toples penuh berisi popcorn manis yang ada dalam pelukannya.
Ditengah kehusyukannya menonton scene demi scene menegangkan dalam film horor
yang ditontonnya. Sayup-sayup dari arah belakang, gadis itu mendengar suara pintu
dibuka oleh seseorang. Disusul dengan bunyi derap kaki yang terdengar semakin keras dan
mendekat. "Noona, apakah itu kau"" Tegur Jin Woo memastikan karena dari tempatnya berdiri, ia
hanya dapat melihat sepasang kaki jenjang yang sengaja diluruskan diatas sebuah meja
saja. Karena tubuh si empunya kaki terhalang oleh sofa besar yang di dudukinya. So Eun
menoleh dan langsung dihadiahi senyuman manis dari adiknya.
"Oh, kau sudah pulang rupanya." Sambutnya datar, namun tidak dengan Jin Woo yang
melangkah lebar ke arahnya lalu mendaratkan kecupan sayang di kepala So Eun membuat
gadis itu menegang. "Ya, aku sengaja pulang cepat karena tadi ibu menelponku. Sejak kapan ayah dan ibu
pergi"" Balasnya kembali bertanya.
"Sejak pagi tadi."
"Benarkah" Aiissh .. Sayang sekali, jika tahu kau sendirian di rumah, mungkin sudah sejak
tadi siang aku memutuskan untuk pulang." Selorohnya yang kemudian menempatkan diri
duduk disamping So Eun. T ak Berkategori (10) ""Ah, kau tidak perlu melakukannya. Karena aku sangat bahagia tinggal dirumah sendirian."
Kilah gadis itu berusaha bersikap sesantai mungkin, namun gerak tubuhnya justru berkata
hal yang sebaliknya. Karena tanpa diperintah sebelumnya, posisi duduk So Eun sudah
bergeser menjauh dari Jin Woo yang justru bergerak mendekat, menipiskan jarak antara
mereka. "Jin Woo ! Bisakah kau diam" Aku sedang menonton film !" Sentaknya ketika sebelah
tangan Jin Woo mulai memainkan rambut yang tergerai dibahunya. Setelah menerima
sentakan dari kakaknya, pria itu kemudian menarik tangannya.
"Baiklah, aku akan diam." Jawabnya menyahuti, mulai mengalihkan bola matanya menatap
layar televisi slim didepannya. Namun rupanya itu tidak berlangsung lama, karena semenit
kemudian Jin Woo kembali melirik gadis disampingnya, memperhatikan So Eun yang
tengah begitu santai mengambil popcorn didalam toples lalu dimasukkan ke dalam
mulutnya. "Noona, bolehkah aku meminta popcornnya"" Tanya Jin Woo meminta persetujuan.
"Ambil saja, aku tidak melarangnya." Jawabnya ketus yang kembali mengapit sebuah
popcorn diantara bibirnya.
So Eun terkesiap hebat. Pasalnya, sedetik setelah ia memperbolehkan Jin Woo untuk ikut
menikmati popcorn seperti dirinya. Tiba-tiba saja sesuatu yang basah menyentuh
bibirnya, menggigit popcorn yang diapit bibirnya lalu kemudian dia kunyah.
Jin Woo yang berhasil mengambil popcorn dari mulut kakaknya, tersenyum lebar,
mengunyah popcorn itu selagi menunggu kesadaran So Eun pulih dari ciuman kejutan yang
diberikannya. Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali, lalu dengan gerakan terputus-putus ia
menoleh ke samping menatap adiknya yang tengah tetawa menang sembari mengambil
satu kepal popcorn dari dalam toples.
"Jin Woo ! Kau mencium kakakmu sendiri"!" Tanyanya dengan mata yang membulat lebar.
"Tidak," Sanggah Jin Woo terkekeh geli. "Aku hanya melakukan sesuatu sesuai
persetujuanmu." Lanjutnya memberi alasan.
"Apa" Aku hanya memperbolehkanmu mengambil popcorn, bukan untuk mencium bibirku
!" "Tapi popcorn yang aku inginkan itu ada dibibirmu. Makanya aku mengambilnya tadi, jika
kau tidak rela memberikan popcorn yang sudah ku telan, ambil saja ini." Paparnya lalu
menyodorkan popcorn yang ada dibibir yang sengaja ia majukan. So Eun semakin
tercengang, melihat tingkah Jin Woo yang secara terang-terangan menyuruhnya untuk
membalas ciuman kilat tadi. Bukannya menjawab, So Eun justru bergegas pergi dari ruang
keluarga itu dengan memegangi pipinya yang sudah bersemu merah meninggalkan Jin Woo
yang menatapnya dengan ekspresi menahan tawa.
"Lucu sekali dia .." Gumam Jin Woo kembali terkikik dengan mata yang terfokus pada layar
tv yang menampakkan hantu berwajah menyeramkan muncul didalam sebuah kelas.
Baru juga Jin Woo hendak meluruskan kakinya diatas meja mengikuti cara bersantai So
Eun, bel rumah sudah lebih dulu berbunyi. Menandakan bahwa ada tamu yang datang
berkunjung. Meski malas, namun Jin Woo tetap saja harus melihat siapa yang menekan
bel rumahnya. "Ya, tunggu sebentar !" Serunya menarik kenop pintu yang digenggamnya.
"Jin Woo"!!" Ucap Pria yang berdiri dibalik pintu utama yang Jin Woo buka terkejut.
"Kim. Sang. Bum"" Balas Jin Woo yang juga tak kalah terkejutnya mendapati tamunya
merupakan mantan dari kekasih yang saat ini sudah menjadi saudaranya.
"Bu-bukannya ini rumah Kim So Eun"" Tanyanya memastikan dengan melongok kembali
alamat rumah yang tertera didinding dekat pintu.
"Ya, benar ini rumah So Eun dan rumahku tentunya. Untuk apa kau kemari"" Sahutnya
dengan melipat kedua tangannya didepan dada.
Dari dalam, So Eun yang menuruni tangga menuju lantai satu nampak penasaran melihat
Jin Woo yang tak kunjung mengajak tamu yang datang untuk masuk.
"Jin Woo"! Siapa yang datang"" Serunya penasaran, melangkah menghampiri adiknya.
"Hay So Eun .. Apa kabar" Lama tidak bertemu." Sapa Kim Bum membuat gadis itu
tersentak. "Kim Bum" Untuk apa kau datang ke rumah kami"" Cetus So Eun dengan kernyitan samar
terlihat didahi gadis itu.
Kim Bum nampak terpaku mendengar pertanyaan yang mantan kekasihnya ajukan barusan.
"Rumah kami" Apakah itu artinya kalian berdua .."
Belum juga pria itu menyelesaikan kalimatnya, Jin Woo lebih dulu merangkul mesra So Eun
lalu kemudian menyela, "Ya, kami sudah menikah." Jawabnya yang dibalas pukulan kecil
dari siku So Eun membuatnya meringis.
"Tidak, bukan .. Kami tidak menikah tapi ayah dan ibu kamilah yang menikah. Sekarang
kami .. Bersaudara." Ralat So Eun takut pria didepannya salah paham dan kedua orangtua
yang tengah berjalan mendekat ke arahnya mempunyai pikiran yang tidak-tidak dengan
hubungan So Eun dan Jin Woo.
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh .. Kim Bum, rupanya kau sudah datang" Maaf, kami terlambat pulang. Padahal paman
"sendiri yang memintamu secara khusus untuk berkunjung kemari menemani So Eun yang
tengah sendirian." Seloroh Rae Won merangkul bahu Kim Bum akrab memaksa Jin Woo
berpikiran negatif dengan tujuan kedatangannya kemari.
"Jin Woo, kau juga sudah pulang" Bukankah malam ini Winner menjadi bintang tamu
disalah satu acara talk show yang ditayangkan di stasiun tv secara live" Kenapa kau ada
disini"" Imbuh Tae Hee melempar pandangannya ke arah Jin Woo yang perlahan-lahan
menurunkan rangkulannya dari bahu So Eun.
"Aku, aku sedang tidak enak badan bu. Makanya aku memutuskan untuk pulang saja dan
tidak ikut Seungyoon, Taehyun, Seunghoon dan juga Mino hadir dalam acara itu."
Tuturnya membuat alasan palsu.
"Ya sudah . Lebih baik, ayo mari kita masuk. Kita makan enak malam ini ! Karena istriku
tersayang ini sudah membelikan banyak makanan lezat dari restoran langganannya." Ajak
Rae Won tanpa melepas rangkulannya pada Kim Bum.
**** Acara makan malam yang baru selesai satu jam yang lalu bersamaan dengan kepulangan
Kim Bum benar-benar merupakan makan malam terburuk yang pernah Jin Woo ikuti.
Pasalnya, ia harus mendengar dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Rae
Won memperkenalkan Kim Bum sebagai putra dari sahabatnya yang sangat ingin ia
jodohkan dengan So Eun. Harapan kedua sahabat yang sudah sama-sama menjadi ayah
yang menginginkan hubungan putra-putrinya bisa sampai ke jenjang pernikahan semakin
besar mengingat saat SMA, So Eun dan Kim Bum pernah menjalin hubungan selama dua
tahun lebih. Rae Won memang tidak pernah tahu So Eun pernah menjalin hubungan singkat dengan Jin
Woo. Karena putrinya itu sangat tertutup terhadap perasaan yang dianggapnya tidak
normal itu. Maka, bukan hal yang aneh jika saat makan malam tadi Rae Won menganggap
bahwa hubungan So Eun dan Kim Bum putus adalah karena mereka harus berkuliah
ditempat yang berbeda yang rupanya masih dalam ruang lingkup yang sama, yaitu kota
Lost Angels. So Eun yang saat ini tengah melamun dimeja belajarnya mengacak rambutnya frustasi
setelah benaknya kembali terngiang ucapan ayahnya yang berkata. "Setidaknya, sebelum
kau kembali ke Lost Angels untuk melanjutkan kuliahmu. Ada baiknya kau dan Kim Bum
bertunangan lebih dulu, maka setelah itu ayah tidak akan terlalu mencemaskan
keadaanmu disana, karena ada Kim Bum yang akan selalu menjagamu."
"Aarrrggh ! Kenapa bisa begini"! Dua orang itu .. Mereka adalah dua orang yang benarbenar tidak ingin aku hubung-hubungan lagi. Tapi, jika begini jadinya. Aku rasa perang
dunia ke tiga akan segera di mulai. Dan kau Kim So Eun, kau pasti akan mati !!"
Celotehnya merutuki takdir yang kembali mempertemukannya dengan Jin Woo dan Kim
Bum. Tidak jauh berbeda dengan keadaan So Eun, kondisi Jin Woo yang saat ini tengah duduk
termenung ditepi jendela kamarnya pun nampak murung memperhatikan taburan bintang
dilangit malam yang nampak terang. Jin Woo masih teringat dengan jelas ayah dan ibunya
yang menentang usulannya saat acara makan malam itu.
Flash Back "Kenapa harus dia yang ayah suruh untuk menjaga noona-ku disana" Bukankah jauh lebih
baik jika aku saja yang menjaga noona selama disana" Lagi pula grup boyband-ku juga
sering konser di Eropa."
"Itu tidak bisa sayang, kau mempunyai peran penting dalam boybandmu. Boyband yang
lahir di Korea, tumbuh di Korea dan besar di Korea. Mungkin memang benar Winner akan
mengadakan tour concert di luar negri. Tapi itu hanya beberapa hari saja bukan" Dan
selama apapun waktu yang kau punya di negeri yang kau sambangi. Kau tidak akan bisa
menjaga kakakmu setiap saat. Jauh berbeda dengan Kim Bum yang memang juga tengah
bersekolah disana meski mereka berbeda universitas."
Flash Back End Jin Woo nampak mengepalkan tangannya kuat, meninju dinding kamarnya keras. Lalu
kemudian beranjak keluar dari kamarnya untuk mencari udara sejuk yang dapat
mendinginkan otaknya yang tengah mendidih, dan atap rumah adalah tujuan yang
dipilihnya. Jin Woo menghirup dalam oksigen yang ada disekitarnya semampu yang bisa ia tampung
dalam paru-parunya dengan kedua tangan yang ia rentangkan lebar, menyambut semilir
angin malam dingin yang menyapanya.
Sementara itu diruang observasi bintang milik Rae Won, nampak seseorang tengah sibuk
mencari sesuatu di kolong meja.
"Akhirnya ketemu !" Pekik orang itu yang rupanya adalah So Eun yang tengah mencari
buku bacaannya yang tertinggal tadi siang. "Aaww ..!" Lenguhnya kemudian dengan
mengusap-usap kepalanya yang terbentur bawah meja saat ia hendak keluar dari kolong
meja. Dengan wajah yang masih meringis karena sakit dikepalanya, So Eun berjalan keluar dari
ruangan milik ayahnya itu. Namun tepat didepan pintu tubuhnya seketika mematung,
ketika sepasang matanya bertemu dengan mata milik Jin Woo. Kegugupan nampak kembali
menyelimuti So Eun, gadis itu terlihat meremas sampul buku tebal dalam pelukannya kuat
untuk mengalihkan rasa gugupnya saat Jin Woo melangkahkan kaki ke arahnya.
"Jjin Woo .. A-aku masuk ke dalam dulu ya !" Pamitnya hendak menghindari Jin Woo.
Namun terlambat, karena Jin Woo sudah berhasil menangkap pergelangan tangannya.
""Tunggu, ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ujar Jin Woo dengan wajah serius.
"Bicara tentang apa""
"Tentang kita, kau dan aku .." Jawab Jin Woo beralih menggenggam jemari kedua tangan
So Eun. "Noona, apakah kau akan menerima perjodohan itu""
"Tentu saja tidak,"
"Bisakah aku mengetahui alasannya""
Bola mata So Eun nampak bergerak kesana-kemari saat ditanya hal seperti itu. Terlihat
sekali bahwa So Eun ragu menjawabnya, namun akhirnya bibir gadis itu kembali bergerak.
"Karena aku mencintai orang lain."
"Kau mencintai orang lain" Apakah itu aku"" Terka Jin Woo percaya diri. Untung saja saat
ini mereka berada diatap rumah yang minim sekali dengan penerangan seperti layaknya
ruangan di dalam rumah yang terang benderang, sehingga semburat kemerahan yang
muncul dipipi So Eun saat ini tidak terlalu nampak, dan itu hal menguntungkan bagi So
Eun. "Kenapa kau percaya diri sekali" Bukan kau orangnya !" Elak So Eun dengan menarik
tangannya dalam genggaman Jin Woo. Namun pria itu enggan merelakan jemari lentik yang
digenggamnya terlepas. "Sungguh itu bukan aku"" Desak Jin Woo dengan sebelah alisnya yang terangkat ke atas.
So Eun menganggukkan kepalanya lemah sebagai jawaban dari pertanyaan yang
memojokkan itu. "Kau berbohong noona. Jika kau tidak mencintaiku, mana mungkin
bunga dalam pot yang aku berikan dua tahun yang lalu masih kau rawat dengan baik. Jika
kau tidak mencintaiku. Mana mungkin kau terus menerus mencoba menghindar dariku.
Cobalah bersikap jujur noona, meski kau tidak bisa jujur padaku, cobalah untuk jujur
pada diri sendiri. Jangan bohongi perasaanmu lagi." Paparnya membuat So Eun mati kutu.
"A-aaku .. Aku tidak berbohong, memang bukan kau pria yang aku cintai." Elaknya masih
keras kepala. Jin Woo mendengus sebal, sejurus kemudian ia menarik tubuh So Eun dan dipeluknya
erat. "Aku tidak percaya. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengatakan dengan
jujur bahwa akulah orang yang kau cintai. Katakanlah noona, walau hanya satu kali." Pinta
Jin Woo dengan dahi yang ia tempelkan pada dahi So Eun. membuat mereka merasakan
deru napas dari orang yang berada dihadapan mereka. "Katakan sekarang." Paksa Jin Woo
saat iris matanya memergoki So Eun tengah menatapnya.
"Aku .." Kalimat So Eun terputus karena gadis itu lebih dulu memejamkan matanya untuk
mengumpulkan keberanian yang selama ini terkubur di dalam hatinya. "Ya, aku
mencintaimu Kim Jin Woo. Alasanku memutuskanmu dua tahun yang lalu adalah karena
aku masih meragukan perasaanmu. Dan aku juga malu dihina oleh semua siswa didalam
sekolah karena aku memacari adik kelasku sendiri. Tapi, tepat sebelum aku berangkat ke
L.A , aku baru menyadarinya bahwa, semua tidak ada yang salah jika cintalah yang
berbicara. Meski begitu, aku tetap memutuskan untuk pergi karena ayah menaruh
harapan besar padaku. Dan sekarang, takdir kembali memepertemukan kita dengan cara
yang salah. Kita disatukan menjadi saudara bukan sepasang kekasih lagi. Jadi, sebesar
apapun perasaanku padamu Jin Woo .. Kita tetap, tidak bisa bersama."
Tangan Jin Woo bergerak membenamkan wajah So Eun ke dalam dadanya. Jujur saja, ia
tidak sanggup jika harus mendengar kalimat menyakitkan, kembali terlontar dari mulut
gadis yang sangat dicintainya itu.
"Hentikan, jangan bicara lagi. Tadi, aku hanya mendengar kau mengatakan bahwa kau
mencintaiku So Eun, dan kalimat yang kau ucapkan setelahnya, telingaku cukup tuli untuk
mendengarkannya. Seberat apapun halangan yang harus dilalui. Asal kau dan aku masih
memiliki perasaan yang sama, kita masih dapat melaluinya. Percayalah padaku, kita masih
dapat bersatu." Ungkap Jin Woo membelai kedua pipi So Eun dengan tangannya. So Eun
nampak berkaca-kaca mendengar penuturan Jin Woo yang meyakinkannya pada kekuatan
cinta, namun juga membuat sebagian dari dirinya lagi dilanda keraguan yang teramat
besar. Bagaimana jika orangtua mereka tahu bahwa Jin Woo dan So Eun saling mencintai"
Bagaimana jika Rae Won dan Tae Hee menentang hubungan mereka" Bagaimana jika ..
"Dengarkan aku So Eun, aku sangat mencintaimu. Tidak ada yang tidak mungkin untuk
cinta yang besar memperjuangkan impiannya. So Eun, saranghae .." Ucap Jin Woo dengan
kepalanya yang sedikit demi sedikit ia miringkan, seiring dengan tangannya yang menarik
wajah So Eun ke depan. Chu" Dan mereka kembali berciuman, di atap rumah. Di saksikan oleh Rae Won yang diam
membeku didekat tangga. **** "Waktu tidak dapat terulang. Itu merupakan presepsi yang salah, karena faktanya
kehidupan adalah perputaran waktu. Kehidupan itu layaknya seperti arah jarum jam,
yang bermula dari angka 12 dan akan kembali diangka 12 setelah bergerak satu putaran
penuh. Begitu juga dengan sebuah penyesalan akan sesuatu hal yang sudah terlanjur kau
perbuat di masa lalu, kau masih dapat memperbaikinya dihari esok. Dengan catatan, kau
harus terlebih dulu merenungi kesalahanmu selama satu putaran penuh kehidupanmu.
Maka setelah itu, barulah kau dapat menebus semua kesalahan dan rasa penyesalanmu
itu. Hanya saja .. Kapan, dimana dan dengan siapa kau dapat menebusnya, itu .. Masih
dirahasiakan oleh Tuhan."-Kim Jin Woo, Next Love
To be continued ... ?"Berjuang, bukanlah hanya tentang seberapa gigih usahamu untuk mencapai hal yang kau
inginkan. Berjuang, bukanlah hanya tentang seberapa banyak pengorbanan yang sudah
kau tunjukkan demi memenuhi ambisimu. Berjuang itu mengerahkan semua tenaga,
pikiran juga hatimu demi mempertahankan apa yang memang seharusnya kau miliki.
*** Jin Woo ! So Eun ! Kalian benar-benar memalukan ! Apa yang sedang kalian lakukan
disini"!" Bentak Rae Won berjalan menghampiri kedua anaknya yang baru saja melepas
tautan dibibir mereka. Jin Woo nampak salah tingkah karenanya, sedangkan So Eun yang
kalut berusaha untuk meredakan emosi ayahnya.
"Iini .. Ini tidak seperti yang kau pikirkan ayah, kami .. Kami hanya .."
"Kalian hanya berciuman panas" Benar begitu" Saudara macam apa kalian melakukan hal
yang tidak pantas itu di dalam rumah"!! Katakan padaku, sejak kapan kalian menjalin
hubungan terlarang ini" Apakah sejak di pulau Jeju"!" Sergah Rae Won nampak geram.
"Ayah, aku dan So Eun saling mencintai. Bahkan sebelum ayah dan ibu saling jatuh cinta
lalu memutuskan untuk menikah, kami lebih dulu saling menyukai. Jadi aku mohon jangan
pisahkan kami." Pinta Jin Woo meraih jemari So Eun. Membuat gadis itu nampak tidak
nyaman. "Kau pikir, apakah hubungan kalian akan bertahan lama" Jika kau memintaku untuk
merestui hubungan kalian, itu sama saja kau menyuruhku untuk menceraikan ibumu ! Apa
kau menginginkan hal itu terjadi" Apa kau ingin ibumu menjadi sedih dan menderita"!"
Mendengar penuturan Rae Won, perlahan genggaman tangan Jin Woo pada jemari So Eun
melemah. Sepertinya ia baru menyadari akan kemungkinan buruk itu. Bagaimana mungkin
Jin Woo tega membiarkan ibunya, sang Super Hero baginya kembali kesepian dan bersedih
tanpa adanya pendamping. Melihat keterdiaman Jin Woo, Rae Won kembali bersuara. "So
Eun, masuklah ke kamarmu." Titahnya tegas.
"Tapi ayah .." "Sekarang !" Sentaknya kemudian membuat gadis itu mau tidak mau harus segera beranjak
meninggalkan ayah dan pria yang dicintainya di atap rumah.
"Pikirkanlah perasaan banyak orang disekitarmu sebelum kau membuat keputusan besar
dalam hidupmu. Kim Jin Woo, ingatlah .. Kim So Eun, dia kakakmu, bukan kekasihmu."
Nasehat Rae Won sebelum melangkah pergi menyusul putrinya masuk ke dalam rumah.
Sementara itu di kamar Rae Won, Tae Hee nampak sedang melihat-lihat kondisi rumah
saat ia dan suaminya pergi seharian tadi dari rekaman cctv yang ditontonnya. Namun
sebuah adegan mencengangkan yang tak disangka akan dilihatnya membuat wanita itu
membelalakkan mata. Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) ""Astaga, apa itu tadi"!" Ucapnya yang kembali mengklik tombol reset dalam layar
lapotopnya. Meski durasi kejadian yang ditontonnya hanya beberapa detik saja, namun
adegan slow motion yang dilihatnya membuat Tae Hee cukup terkejut dan langsung
menutupi mulutnya yang terbuka lebar menggunakan kedua tangan.
"Astaga ! Bagaimana bisa Jin Woo-ku mencuri popcorn dimulut kakaknya sendiri"!!"
Tanggapnya yang heboh sendiri.
Bersamaan dengan itu, Rae Won yang baru memasuki kamarnya langsung menegur sang
istri. "Apa yang sedang kau tonton sayang" Kenapa kau heboh sekali"" Tanyanya yang
membuat Tae Hee sontak berdiri dari duduknya. Memposisikan tubuhnya untuk
menghalangi rekaman cctv yang tengah dilihatnya.
"Iini .. Ini bukan apa-apa sayang, sungguh . Bagaimana jika sekarang kau pergi mandi saja"
Lalu setelah itu, kita pergi tidur. Aku sudah menyiapkan baju tidurmu disana." Elak Tae
Hee berusaha untuk mengalihkan perhatian suaminya. Namun Rae Won yang semakin
curiga dengan gelagat istrinya yang aneh justru meminta agar Tae Hee menggeser
tubuhnya sedikit, dengan alasan ia harus mengambil laptopnya untuk mengerjakan
pekerjaannya yang tersimpan didalam laptop tersebut. Tae Hee yang tidak ingin
perbuatan tidak senonoh dari putranya ketahuan oleh Rae Won masih berusaha melarang
pria itu agar tidak melihatnya. Namun sayang, usaha Tae Hee akhirnya gagal.
Rae Won terpaku memandangi layar laptopnya yang tengah memutar adegan yang tidak
wajar dimainkan oleh kedua anaknya sebagai pemeran utama.
"Sayang, maafkan Jin Woo-ku. Dia memang suka sekali menjahili orang, dan perbuatannya
itu, aku rasa dia tidak bersungguh-sungguh sengaja mencium bibir So Eun." Sanggah Tae
Hee yang sudah lebih dulu memohon ampunan pada suaminya bahkan sebelum Rae Won
menunjukkan reaksi marahnya.
"Ini sudah keterlaluan. Sepertinya, aku harus mempercepat rencana itu." Gumam Rae Won
menciptakan kernyitan di dahi istrinya.
"Rencana" Rencana apa yang kau maksud sayang"" Tegur Tae Hee yang sepertinya
penasaran, namun Rae Won yang masih kesal dengan apa yang sudah ia lihat malam ini,
enggan memberitahukannya pada Tae Hee .
***** Keesokan harinya, kehangatan yang beberapa hari lalu nampak nyata memeluk keluarga
baru itu sudah tidak terlihat lagi. Bahkan saat dimeja makan, Baik Rae Won, Tae Hee, Jin
Woo maupun So Eun tidak ada yang berani bersuara. Mereka berempat berubah menjadi
sangat pendiam dan kaku. Itu membuat Tae Hee selaku ibu rumah tangga di dalam
keluarga itu merasa tidak nyaman dan juga bersalah, karena ia menganggap, keheningan
dimeja makannya pagi ini terjadi karena suaminya sudah menegur kesalahan yang Jin Woo
perbuat secara langsung. "Bisakah kita .."
"Aku sudah selesai, aku pergi dulu .." Ucap Jin Woo memotong kalimat yang akan ibunya
katakan untuk memecah keheningan yang pasti membuatnya bosan. Pria itu menggeser
kursinya untuk pergi, namun Rae Won menahannya.
"Hari ini, kosongkan jadwalmu. Karena kita sekeluarga akan pergi ke suatu tempat. So
Eun, kau juga bersiaplah. Karena sebentar lagi kita akan berangkat. Aku akan pergi untuk
memanaskan mobilku dulu." Sela Rae Won yang bergerak menjauh. Sedangkan Jin Woo
terpaksa kembali duduk dikursinya lagi lalu menatap ke arah ibunya, hal yang sama juga
dilakukan oleh So Eun dari tempatnya duduk. Ditatap tajam seperti itu oleh kedua
anaknya membuat Tae Hee hanya dapat memamerkan lengkungan palsu dibibirnya.
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ibu juga tidak tahu sayang, kemana ayah akan mengajak kita pergi. Karena sebelumnya
dia tidak mengatakan padaku kita akan pergi." Jawabnya yang seolah mengetahui makna
dibalik tatapan curiga yang ditujukan padanya.
"Ya sudah, kalian lanjutkan saja makannya setelah itu baru kalian bersiap-siap untuk pergi.
Ibu akan menyusul ayah kalian dulu." Imbuhnya berlalu.
Tae Hee mencari suaminya ke garasi mobil, namun ia tidak menemukan Rae Won disana.
Hanya ada suara mesin mobil saja yang tengah dinyalakan.
"Mungkin dia ada dikamar." Gumam wanita itu berjalan menuju kamarnya. Dan saat Tae
Hee membuka pintu kamarnya, ia memergoki sang suami tengah berbicara dengan
seseorang lewat telepon. "Sayang .." Sapa Tae Hee membuat ekor mata Rae Won yang posisi tubuhnya
membelakangi pintu bergerak ke samping.
"Lakukan apa yang aku perintahkan tadi. Aku harap semuanya akan sesuai dengan rencana
kita." Ujar Rae Won mengakhiri obrolannya ditelepon dan berbalik menghadap istrinya.
"Kenapa kau diam saja disana" Ayo bersiap-siaplah, 10 menit lagi kita harus sudah
berangkat." Ulasnya mengingatkan.
***** Entah apa yang sebenarnya Rae Won rencanakan, sampai ia harus memboyong semua
keluarganya keluar masuk sebuah boutique ternama dikota itu. Dan setelah mencarikan
gaun berikut jas pesta untuk istri, anak-anaknya dan juga dirinya. Rae Won kembali
mengendarai mobilnya ditengah hiruk pikuk ramainya jalanan kota yang sudah semakin
siang. Namun di dalam mobil tersebut tidak ada yang berani menegur sang ayah yang
tengah fokus menyetir. Tae Hee yang baru mengetahui betapa mengerikannya sikap sang
suami saat ia tengah marah hanya dapat sesekali memperhatikan air muka Rae Won dari
ekor matanya. Sementara itu, Jin Woo dan So Eun yang duduk dibelakang hanya dapat
T ak Berkategori (10) "mengamati pemandangan diluar jendela mobil dengan tatapan kosong. Perlahan So Eun
menolehkan kepalanya ke arah Jin Woo setelah merasakan sesuatu menggerakkan
jemarinya, dan tolehannya itu dibalas dengan ekspresi wajah serius dari Jin Woo yang
seolah tengah meyakinkan So Eun bahwa semua akan baik-baik saja. Pupil mata So Eun
bergerak turun untuk memastikan apakah Jin Woo masih berani menggenggam tangannya
atau tidak setelah kejadian semalam. Dan rupanya di sela jarak duduk antara mereka
berdua, kelingking Jin Woo mengait erat di jari kelingking milik So Eun.
Begitu sampai didepan sebuah gedung besar namun tidak bertingkat disisi jalan, Rae Won
memarkirkan mobilnya. Dan mengisyaratkan agar keluarganya dapat ikut turun
bersamanya. "Dandani mereka." Perintah Rae Won saat salah seorang pelayan salon membukakan pintu
untuk pelanggannya. Beberapa jam kemudian .. Menjelang waktu makan malam, Rae Won mendatangi sebuah
hotel bersama anak dan istrinya, kedatangan mereka yang mengenakan pakaian pesta
disambut oleh dua pegawai hotel yang langsung menuntun mereka ke sebuah ruangan
yang katanya sudah dibooking oleh Rae Won untuk mengadakan sebuah pesta sederhana.
Dan betapa terkejutnya Jin Woo dan juga So Eun ketika mendapati Kim Bum sudah
berada didalam ruangan tersebut bersama keluarga besarnya dan beberapa orang yang So
Eun kenal sebagai rekan bisnis ayahnya juga hadir disana. Dari meja persegi yang panjang
mereka serempak berdiri dari tempat duduk masing-masing untuk menyapa Rae Won dan
keluarganya yang baru datang.
"Selamat malam Tuan Kim."
Rae Won tersenyum tipis membalas sapaan itu. "Maafkan aku, apakah kami terlambat
datang"" "Tentu saja tidak paman, kami juga baru tiba beberapa menit yang lalu." Jawab Kim Bum
berlagak manis didepan calon mertuanya, membuat Jin Woo yang melihatnya menjadi
muak. "Baiklah, silahkan duduk. Mari, kita mulai saja acara makan malam ini." Seloroh Rae Won
dengan menarik sebuah kursi kosong untuk istrinya dan mengisyaratkan pada Jin Woo
juga So Eun untuk ikut duduk disamping ibu mereka.
Ditengah makan malam mereka, kecanggungan nampak terasa sekali. Terlebih lagi saat
orangtua Kim Bum memuji kecantikan So Eun yang semakin bertambah dihari spesialnya
seperti saat ini. Dan perkataannya itu membuat kecurigaan Jin Woo semakin bertambah. Jin Woo
mengalihkan pandangannya dari piring didepannya ke arah Kim Bum yang duduk
berhadapan dengannya. Dan disaat itu, ia memergoki Kim Bum tengah memperhatikan So
Eun yang nampak sibuk memilin spageti dipiringnya menggunakan garpu, tanpa memiliki
keinginan untuk memakannya barang sedikitpun.
Karena kesal kekasihnya ditatap seperti itu oleh pria lain, Jin Woo melemparkan kacang
polong dari piringnya dan mengenai Kim Bum. Membuat pria itu terkesiap kaget, dan saat
Kim Bum mengalihkan pandangan padanya. Jin Woo langsung menggerakkan dua jarinya ke
arah matanya lalu kemudian ke arah depan. Mengisyaratkan agar Kim Bum dapat menjaga
pandangan matanya. Beruntunglah persaingan dingin diantara mereka tidak diperhatikan
oleh yang lain. Yang tengaj sibuk dengan makanan mereka masing-masing.
"Baiklah, karena makan malamku sudah selesai. Maka aku ingin nemberikan sebuah
pengumuman penting pada kalian semua dan menjelaskan alasan kenapa kalian aku
undang kemari sekarang." Ungkap Rae Won bangkit dari duduknya. Lalu mengulurkan
sebelah tangannya, menyuruh Kim Bum untuk ikut berdiri disampingnya. Membuat Jin
Woo dan So Eun memicingkan mata mereka tajam.
"Tujuanku mengundang kalian semua kemari adalah karena aku ingin merayakan momen
penting ini bersama kalian. Karena malam ini, Kim Sang Bum. Putra dari sahabat terbaikku
Kim Seung Chol, akan bertunangan dengan putriku, Kim So Eun." Paparnya membuat istri
dan kedua anaknya tersentak kaget.
"Ayah !" Protes So Eun bangkit berdiri.
"Kebetulan sekali sayang, karena kau sudah berdiri. Kemarilah, bergabung dengan ayah ..
Kim Bum, apakah kau membawa cincinnya"" Sela Rae Won yang datang menjemput So Eun
ditempatnya dengan sedikit membisikkan sebuah kalimat yang sontak membuat gadis itu
bergerak mematuhi intuksinya.
Rae Won menuntun putrinya agar mau berdiri berdampingan bersama Kim Bum lalu
kemudian memberikan tangan tangan So Eun yang digenggamnya tadi untuk Kim Bum
genggam. Di tempatnya duduk, Jin Woo nampak meremas sendok yang digenggamnya kuat dan hal
itu dilihat pula oleh Tae Hee yang juga merasa tidak nyaman diberi kejutan seperti ini
oleh suaminya. "Sekarang, silahkan pasangkan cincinmu dijari manis putriku, menantuku." Tambah Rae
Won lalu kemudian bergeser menjauh dari putrinya, memberi akses untuk keluarga dan
saudara Kim Bum yang ingin mengambil gambar pasangan yang sebenarnya bukan pasangan
itu. "Akhirnya, hari yang aku tunggu-tunggu datang juga. Kim So Eun, kau akan segera menjadi
milkku." Ungkap Kim Bum sebelum menyematkan cincin cantik berwarna emas itu dijari
manis gadisnya yang nampak berusaha menarik tangannya. Seolah enggan cincin
pertunangan itu melingkar dijari manisnya.
Tae Hee yang paham betul perasaan putranya saat ini berusaha menenangkan Jin Woo.
Namun saat tangannya sibuk mengusap bahu putranya, seketika itu pula Jin Woo bangkit,
"berjalan garang ke arah So Eun dan menepis cincin yang baru sampai diujung jari manis So
Eun kasar. Kim Bum terkejut melihat cincinnya terlempar jauh dan masuk ke dalam sebuah
kolong meja tamu. Dan saat matanya ia alihkan kembali pada si pengacau acara
pertunangannya, Kim Bum semakin tercengang. Karena saat ini, gadis yang akan
bertunangan dengannya justru tengah berciuman dengan pria lain yang merupakan
saudara tirinya. Hal yang sama juga terjadi pada para tamu yang datang dalam pesta itu, mereka semua
serempak mendelikkan mata dan mulut mereka lebar karena syok melihat apa yang
seharusnya tidak mereka lihat.
"Jin Woo .." Lirih So Eun menitikkan air mata, mendorong sedikit tubuh pria didepannya
untuk melepaskan kecupan itu. Jin Woo yang mengerti maksud dari So Eun segera
memberi sedikit jarak antara mereka. Namun sebagai gantinya, sebelah tangan So Eun-lah
yang kini digenggam erat olehnya.
"Dengarkan aku. Aku, mencintai gadis ini. Aku sangat mencintai gadis yang sekarang
berstatus sebagai noona-ku. Aku tidak gila karena menyukai saudaraku sendiri. Aku justru
merupakan manusia yang paling waras karena aku lebih dulu menyadari bahwa aku, tidak
bisa melihatnya dimiliki oleh pria yang tidak dia cintai. Ayah, aku mohon .. Mengertilah
perasaan kami." Ungkap Jin Woo dengan mantapnya. Belum juga Rae Won sempat
menjawab sepatah katapun. Kedua orangtua Kim Bum sudah lebih dulu bangkit dari
tempatnya duduk. Mengungkapkan rasa kekecewaan mereka dengan membawa Kim Bum
untuk pulang bersamanya. Disusul oleh para tamu yang diundangnya juga ikut pergi
meninggalkan Rae Won bersama anak dan istrinya di dalam pesta yang sudah kacau balau
itu. "Ayah .." Panggil Jin Woo meminta agar ayahnya dapat merestui hubungannya dengan So
Eun. Namun yang didapatkannya justru bukanlah restu melainkan hantaman keras dipipi
kirinya dari Rae Won. Melihat Jin Woo jatuh ke lantai, So Eun dan Tae Hee berteriak dan langsung menghambur
untuk menolong Jin Woo. "Apa kau puas sekarang" Bukan hanya acara pertunangan ini saja yang sudah kau rusak !
Tapi kau juga sudah merusak persahabatanku dengan kedua orangtua Kim Bum ! Mulai dari
sekarang, aku tidak sudi melihatmu tinggal dirumahku ! Karena aku sangat membenci pria
konyol sepertimu. Yang melakukan segala cara hanya untuk mendapatkan seorang gadis,
kau .. Benar-benar sudah gila Jin Woo."
**** " Cinta itu perasaan yang unik, karena ia akan bertindak diluar dugaan untuk
mendapatkan orang yang dicintainya. Cinta itu unik, karena ia akan mengorbankan
semua yang dimilikinya untuk mempertahankan orang yang dicintainya. Cinta itu unik,
karena ia dapat berubah menjadi gila hanya karena tidak ingin dipisahkan dengan dia,
yang dicintainya."-Kim Jin Woo, Next Love.
To be continued ... ?"Kau tidak akan pernah tahu betapa besar seseorang itu mencintaimu jika kau tidak
pernah menempatkan dirimu diposisinya. Kau tidak akan pernah tahu betapa berartinya
seseorang dalam hidupmu jika dulu, kau tidak pernah menyia-nyiakannya. Kau baru dapat
menyadari kebenaran hati seseorang setelah waktu menghukummu dengan sebuah
penyesalan. *** Author note's : Cerita dipart ini sangat panjang mungkin akan mengakibatkan kelelahan
dimata reader. "Happy Reading"
Rae Won yang tengah dikuasai amarah karena acara pertunangan antara Kim Bum dan
putrinya So Eun batal, mengusir Jin Woo yang menjadi penyebab rusaknya hubungan
persahabatan antara dirinya dan kedua orangtua Kim Bum dari rumahnya. Tak peduli
seberapa gigih putri dan istrinya memohon agar Rae Won dapat memaafkan kesalahan Jin
Woo. Pria itu tetap pada pendiriannya.
"Baik, jika itu keputusan terakhir ayah. Aku akan pergi dari rumah. Tapi sampai kapanpun
aku tidak akan pernah mau meminta maaf pada pria itu, karena aku yakin .. Kim Bum,
bukanlah pria yang baik." Ungkap Jin Woo terdengar seperti sebuah ancaman bagi Rae
Won sebelum menggerakkan tungkainya keluar dari ruang hotel itu.
"Jin Woo, putraku .." Lirih Tae Hee tak rela melihat putranya berlalu didepannya. Wanita
itu hendak mengejar namun ditahan oleh Rae Won yang justru mengajaknya untuk pulang
ke rumah. Di tengah perjalanan, susana di dalam mobil yang Rae Won kendarai terlihat semakin
beku. Karena bahkan istrinya saat ini enggan menatap wajah Rae Won, padahal sedari tadi
Rae Won berusaha untuk mencairkan suasana dengan mengajaknya mengobrol tentang
tempat yang akan mereka jadikan tujuan bulan madu kedua mereka. Karena tidak
mendapat respon dari istrinya, Rae Won mengalihkan pandangannya dengan
memperhatikan kaca spion diatas dasbor mobilnya yang menampilkan bayangan So Eun
yang tengah duduk seorang diri sembari sebelah tangannya membelai tempat kosong
disampingnya. Mungkin gadis itu merasa kehilangan sosok Jin Woo yang tadinya
menempati kursi kosong itu, pikir Rae Won. Namun meski sudah menyadari hal itu, Rae
Won tetap bersikap tak acuh dengan aksi rotes mereka.
Sementara itu di dalam sebuah taksi, Jin Woo yang masih teringat kejadian tadi mengacak
rambutnya frustasi untuk meluapkan semua kekesalan yang menggunung dihatinya.
Mendengar penumpangnya berulang kali mengerang, sang supir taksi sampai melirik ke
arah spion didepannya merasa terganggu atau mungkin ia takut kalau sang penumpang
bukanlah orang yang waras.
Tak berapa lama deringan telepon terdengar, dengan gerakan malas. Jin Woo merogoh
saku kemeja dibalik jas resmi berwarna hitam yang dikenakannya untuk mengambil
Semua artikel Rainsy Library dilindungi
oleh : Rainsy Library Korean Fanfiction Pengetahuan Indonesia Story T entang Rainsy On going ! T ranslate T his Blog Kategori Onion Of Love (9) FF Special (13) Fabel (1) Fanfiction (39) Fanfiction Action (18) FF Saeguk (23) Lyric Melody (3) Pengetahuan (6) FF Fantasy (25) For Love One House (12) Indonesia punya cerita (36)
Simple Fanfiction (8) T he Only Earth (11) "smartphone yang ia simpan disana. Pria itu menatap layar ponselnya sebentar untuk
memastikan bahwa ia mengenal kontak yang sedang menunggu jawaban panggilan
darinya. "Halo .." Sapanya sembari melekatkan ponselnua ditelinga sebelah kanan, dari seberang
sana terdengar suara Mino yang memberitahukan bahwa ia sudah mendapatkan
apartemen yang Jin Woo minta dari kakak temannya yang kebetulan pemilik gedung
apartemen tersebut, dan malam ini juga Jin Woo sudah dapat menempati apartemen itu
dan ia hanya perlu mengambil kuncinya di meja resepsionis.
"Baiklah, terimakasih banyak." Ucap Jin Woo hendak mematikan sambungan teleponnya
namun teriakan Mino yang melarangnya mematikan telepon membuat Jin Woo
menjauhkan telepon genggamnya.
"Tunggu sebentar hyung, sebenarnya ada apa" Kenapa malam-malam begini kau
mengirimkan pesan padaku untuk mencarikanmu apartemen" Apa kau sedang memiliki
masalah dengan orangtuamu" Jika iya, kenapa kau tidak menginap atau tinggal di dorm
Winner saja" Siapa tahu, aku, Taehyun, Seunghoon hyung atau Seungyoon hyung dapat
mencarikan solusi pemecahan masalahmu." Ulas bocah cerewet itu yang nada suaranya
terdengar sangat khawatir. Dari seberang telepon sana, Mino mendengar Jin Woo
menghela napasnya panjang seolah mengisyaratkan bahwa masalah yang tengah Jin Woo
hadapi saat ini bukanlah masalah sepele, mungkin itulah penyebab kenapa salah satu
hyung-nya di Winner yang terkenal pendiam itu tidak membaginya dengan Mino ataupun
member Winner yang lain. Menyadari akan hal itu, Mino memutuskan untuk mengakhiri
obrolannya dengan Jin Woo ditelepon saja.
"Ya sudah hyung, kalau begitu .. Begitu sampai di apartemen. Sebaiknya kau langsung
beristirahat saja, tapi jika kau membutuhkan sesuatu jangan ragu untuk menghubungiku
ya" Sampai jumpa hyung !" Ujarnya pengertian.
"Mino .." "Ya" Hyung ada apa,"
"Terimakasih banyak." Ungkap Jin Woo lalu menyentuh tombol merah dilayar touchscreen
di smartphonenya. ***** Dikeesokan harinya .. Rae Won menarik napasnya dalam lalu kemudian membuangnya
perlahan saat ia tengah duduk dimeja makan, kedua bola matanya terlihat bergerak
kesana kemari, mengamati kursi kosong disamping kiri dan kanannya yang kemarin
ditempati oleh istri dan kedua anaknya. Tae Hee memang menyiapkan sarapan untuk
dirinya juga So Eun namun saat Rae Won mengajaknya untuk makan bersama, Tae Hee
menolak dengan alasan ia sedang sibuk menggunting rumput dihalaman belakang, dan So
Eun . Gadis itu memang sejak semalam tidak terlihat keluar dari kamarnya, entah
sebenarnya apa yang sedang ia lakukan didalam sana. Yang jelas, sikap dingin So Eun dan
Tae Hee membuat Rae Won mau berpikir ulang tentang keputusannya yang mengusir Jin
Woo dari rumah apakah itu pilihan yang benar atau justru salah. Rae Won meletakkan
kembali garpu dan pisau makan diatas piringnya, melihat meja makan tidak ada orang
selain dirinya, itu membuat nafsu makan Rae Won hilang. Disaat yang bersamaan, pria itu
melihat putrinya tengah menuruni tangga dengan mengenakan dress merah jambu selutut
berlengan pendek dengan motif polkadot sembari menjinjing tas tangan berwarna
senada. "So Eun, kau mau kemana sayang"" Tegurnya yang seolah curiga bahwa putrinya
akan menemui Jin Woo. "Aku akan pergi menjemput Ji Hyun dibandara ayah .." Jawabnya sembari menyesap
segelas susu dimeja makan.
"Benarkah""
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar tanggapan ayahnya seperti itu, So Eun memutar bola matanya jengah mencari
ponselnya yang sudah ia masukkan ke dalam tas, dan menunjukkan sebuah pesan dari
nomor ponsel Ji Hyun yang meminta gadis itu untuk menjemputnya dibandara. So Eun
pikir setelah menunjukkan pesan didalam ponselnya maka Rae Won tidak akan
mencurigainya lagi, namun ternyata ia salah. Karena ketika So Eun hendak melangkahkan
kakinya keluar dari rumah, Rae Won justru meminta agar putrinya dapat menunggu
sebentar, karena ia akan meminta Kim Bum untuk mengantar So Eun pergi ke bandara.
"Tapi yah .." "Tunggu sebentar, ayah akan menghubungi Kim Bum. Jika kau tidak mau ditemani oleh
Kim Bum maka ayah melarangmu untuk keluar dari rumah !" Selanya tegas membuat gadis
itu menjatuhkan dirinya diatas sofa single karena kesal.
Tae Hee yang baru saja menyelesaikan tugasnya merapihkan kebun, berjalan memasuki
rumah hendak mengambil air dingin dari dalam lemari es. Namun perhatiannya teralihkan
pada Rae Won yang tengah menelpon seseorang didekat dapur. Meski penasaran dengan
pembicaraan suaminya ditelepon, namun wanita itu tetap bersikap biasa saja dengan
memilih untuk menuangkan air dingin dari botol ke dalam sebuah gelas kemudian
diteguknya rakus. "Ya, baguslah jika memang kau sudah dekat. Ya, kau tenang saja .. Nanti paman akan coba
mengatur ulang acara pertunanganmu dengan So Eun. Baiklah, berhati-hatilah dijalan
nak." Ucap Rae Won memutuskan sambungan telepon.
Menyadari suaminya baru saja berbicara dengan Kim Bum, Tae Hee yang posisinya
memunggungi Rae Won angkat bicara. "Bukankah itu namanya pemaksaan" Ini bukan
jaman Dinasti Joseon lagi, bagaimana bisa kau bersikeras menjodohkan putrimu dengan
pria yang tidak dia cintai""
"Maksudmu apa sayang" Kenapa kau berkata pedas seperti itu" Apa mnurutmu jika aku
membiarkan So Eun tetap menjalin hubungan dengan Jin Woo apakah dia akan bahagia""
T ak Berkategori (10) "Timpal Rae Won yang langsung menghampiri istrinya.
"Tidak ada yang dapat menjanjikan selamanya mereka dapat hidup bahagia. Hanya saja,
tidak menjadi penyebab terpisahnya sepasang manusia yang saling mencintai itu jauh
lebih baik. Dan atas dasar apa kau menolak putraku seperti semalam" Apa yang kurang
dengan Jin Woo-ku" Menurutku dia sangat cocok dengan So Eun. Lagi pula mereka berdua
bukan saudara sedarah, jadi sesungguhnya tidak ada hubungan yang kau anggap 'terlarang'
itu." Balas Tae Hee mengingatkan.
"Apa" Jadi kau menganggap aku adalah orang yang sejahat itu"! Aku bukan tidak merestui
mereka Tae Hee, hanya saja jika aku mebiarkan mereka berpacaran itu artinya jika suatu
saat nanti mereka bertengkar lalu berpisah dengan cara yang buruk. Aku takut dampaknya
akan mengimbas pada kita juga, aku tidak ingin bertengkar dengan istri yang sangat aku
cintai seperti sekarang ini. Kau lihat" Bahkan kita sudah bertengkar sebelum aku merestui
mereka berpacaran !" Sentak Rae Won mulai emosi.
"Siapa yang bertengkar" Aku tidak mengajakmu bertengkar, aku hanya menyampaikan
pendapatku saja. Dan kau, kau-lah orang yang pertama berteriak padaku ! Aaa ..
Sudahlah, aku benci berdebat denganmu. Lebih baik aku pergi saja dan tinggal bersama
Jin Woo diapartemennya. Jika memang pernikahanku harus berakhir demi kebahagiaan
putraku, maka aku akan menerimanya. Ingat itu baik-baik Kim Rae Won !" Ucap Tae Hee
beranjak memasuki kamarnya. Memasukkan beberapa pakaian ke dalam sebuah koper lalu
bergegas menuju pintu keluar disambut teguran lembut dari So Eun yang tidak Tae Hee
jawab karena dirinya terlalu dikuasai amarah. Melihat ayahnya berlari mengejar Tae Hee
keluar rumah, So Eun pun bergegas menyusul mereka. Bertepatan dengan drama Rae Won
meminta agar istrinya tidak pergi dihalaman rumahnya, Kim Bum datang dan langsung
menghampiri So Eun. "Sudah ! Lepaskan tanganku. Aku tidak akan kembali sebelum kau dapat merenungkan
semua kesalahanmu Kim Rae Won." Ujar Tae Hee mengakhiri drama mereka dengan
membanting pintu taksi yang akan membawanya pergi ke tempat Jin Woo.
"Tae Hee ! Kim Tae Hee !! Jangan tinggalkan aku !!" Teriak Rae Won berusaha mengejar
mobil taksi yang sudah bergerak menjauh. Namun langkahnya terpaksa berhenti didepan
gerbang rumahnya setelah ia merasakan nyeri dikakinya yang tidak mengenakan alas kaki,
karena memang dari dalam rumah tadi ia terlalu terburu-buru mengejar istrinya.
Kim Bum yang berdiri didepan pintu rumah bersama So Eun tersenyum sinis menatap
drama yang terjadi secara langsung didepan matanya. "Kau lihat" Karena cinta tidak
normalmu itu. Ayahmu, harus menderita. Coba saja semalam kau tidak menolak dan bocah
itu tidak membuat ulah, mungkin drama yang kau lihat hari ini bukanlah drama perpisahan
sepasang pengantin baru." Sindirnya yang disambut lirikan tajam dari So Eun yang berdiri
disampingnya. "Ck .. Bicara apa kau ini, pergilah ! Aku tidak jadi menjemput temanku." Balas So Eun
ketus, memutar tubuhnya hendak memasuki rumah namun langkahnya terputus setelah
mendengar ucapan dari ayahnya.
"Pergilah, ada baiknya sekarang kau pergi bersama Kim Bum. Karena ayah, butuh waktu
untuk menyendiri di dalam rumah. Kim Bum, aku titipkan putriku padamu." Amanat Rae
Won sebelum menepuk bahu pria muda itu lalu kemudian memasuki rumahnya.
***** Jin Woo nampaknya akan pergi, karena saat ini setelah mandi, ia langsung merapihkan
pakaian yang dikenakannya didepan cermin. Kegiatannya itu terhenti ketika mendengar
suara bel apartemennya ditekan berulang-ulang oleh seseorang. Dengan langkah terseokseok Jin Woo beranjak membukakan pintu untuk tamunya, dan betapa terkejutnya pria
itu saat mendapati sosok ibunya sudah berdiri diambang pintu dengan sebuah koper
ditangan kirinya. "Ibu" Apa yang terjadi denganmu, bagaimana bisa kau .."
"Ibu pergi dari rumah ayahmu. Jin Woo, bolehkan jika ibu tinggal bersamamu disini" Ibu ..
Ibu hanya tidak tahu saja harus pergi kemana." Ungkap Ibunya dengan airmatanya yang
akhirnya tumpah. Padahal sejak berdebat bersama suaminya, terlihat Tae Hee-lah yang
nampak paling tegar dan kuat. Melihat kondisi ibunya seperti itu, Jin Woo membukakan
pintu apartemennya lebih lebar. Mempersilahkan wanita yang melahirkannya itu untuk
masuk ke dalam rumah, menyuruhnya duduk disebuah sofa. Sedangkan dirinya,
membawakan masuk koper yang ibunya bawa tadi ke dalam sebuah kamar. Setelah itu ia
membuatkan teh hangat untuk ibunya.
Sampai Jin Woo menyuguhkan teh buatannya diatas meja kecil didepan sofa yang
ditempati ibunya, Tae Hee tak kunjung menghentikan tangisnya yang justru terdengar
semakin pilu. Jin Woo memposisikan diri duduk disamping ibunya dengan sebelah
tangannya yang meraih kotak tisu lalu disodorkannya pada Tae Hee.
"Harusnya, jika ibu tidak tega meninggalkan ayah. Ibu tidak perlu melakukan ini, cara ibu
ini hanya akan membuatku semakin merasa bersalah saja."
"Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu sayang, karena ibu akan tetap memilih
berpisah dengan Rae Won jika dia tetap menjadikan pernikahan kami sebagai alasannya
menolakmu dijadikan menantunya. Sejak ayahmu meninggal diusiamu yang masih kecil,
ibu sudah menyibukkan diri ibu dengan bekerja keras untuk menghidupimu. Bahkan ibu
rela meninggalkanmu berhari-hari demi menghadiri sebuah rapat diluar kota padahal saat
itu, ibu sangat memahami bahwa kau kesepian. Dan saat kau menemukan kebahagiaanmu
bersama So Eun, ibu merasa senang. Dan itulah alasan kenapa ibu nekat bertindak sejauh
ini hanya untukmu nak. Kebahagiaanmu adalah hal yang lebih penting dibanding hidupku."
Ungkap Tae Hee membuat Jin Woo terenyuh dan langsung mendekap ibunya erat sembari
menyandarkan kepalanya dipelipis ibunya.
"Ta-tapi ... Bagaimana jika Rae Won benar-benar menceraikanku" Hatiku pasti akan sangat
sakit jika hal itu benar-benar terjadi, karena aku sebenarnya juga masih sangat
"mencintainya." Sambung Tae Hee yang terdengar bimbang. Jin Woo melepaskan
pelukannya seiring terdengarnya suara aneh yang berasal dari perut ibunya.
"Apa ibu belum makan" Kalau begitu, tunggulah disini, aku akan keluar sebentar untuk
membeli makanan. Minumlah tehnya agar perasaan ibu dapat sedikit lebih tenang." Pamit
Jin Woo berlalu dari hadapan ibunya.
Sementara itu ditempat lain, Kim Bum yang tengah fokus mengendalikan mobilnya yang
melintas dijalan raya terpaksa harus membagi konsentrasinya, karena gadis yang duduk
disampingnya terus menanyakan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin Kim Bum dengar.
"Kim Bum, kau akan membawaku pergi kemana" Ini bukan arah menuju bandara." Tegur So
Eun untuk kesekian kalinya,
Kim Bum tersenyum tipis, "Tenanglah sedikit sayang, aku hanya akan mengambil jalan
pintas saja. Setelah melewati jalan ini, maka kita akan sampai dibandara lebih cepat."
Jawabnya dengan santai lalu kembali fokus memperhatikan jalanan didepannya.
***** Jin Woo baru saja keluar dari sebuah kedai makanan dengan sebuah plastik makanan yang
ia bawa ditangan kirinya, langkah kakinya kembali menuju gedung apartemennya tertahan
ketika indra pengelihatan Jin Woo menangkap sosok yang ia kenal tengah membeli
sesuatu didalam sebuah toko roti. Karena penasaran, Jin Woo pun memutuskan untuk
menghampirinya. "Hyumi" Kau .. Park Hyumi kan" Teman satu kelas So Eun disekolah dulu"" Tegur Jin Woo
menyentuh bahu wanita yang tengah berdiri didepan meja kasir. Merasa namanya
dipanggil, wanita itu pun menoleh . Dan betapa terkejutnya Jin Woo ketika menyadari
bahwa wanita yang disapanya itu tengah hamil besar.
"Jin Woo" Kau Kim Jin Woo adik kelasku bukan"" Terka wanita itu yang langsung
dibenarkan oleh Jin Woo yang matanya justru terfokus pada perut buncit Hyumi.
"Kau, apakah kau sudah menikah"" Seloroh Jin Woo yang refleks bertanya. Sepertinya
wanita itu nampak tidak senang mendengar pertanyaan Jin Woo, terlihat jelas dengan air
mukanya yang langsung berubah ketika Jin Woo menanyakan hal itu.
"Maaf, apakah aku salah menanyakan hal itu""
"Ah tidak, aku hanya .. Jin Woo, bisakah kita duduk sebentar" Ada sesuatu hal yang ingin
aku tanyakan padamu."
"Baiklah, kita duduk disana saja .." Sahut Jin Woo dengan menunjuk sebuah meja kosong
yang menjadi tempat pelanggan toko roti itu menikmati pesanannya.
Setelah mereka sudah duduk saling menghadap satu sama lain, Hyumi langsung membuka
obrolan dengan menanyakan apakah Jin Woo masih menjalin hubungan dengan So Eun
sampai saat ini" Jin Woo nampak bingung untuk menjawab pertanyaan itu karena disaat
dirinya dan So Eun hendak memulai kembali hubungan mereka yang sempat terputus saat
So Eun lulus sekolah, sekarang ia justru harus menghadapi masalah lain, yaitu restu dari
ayah So Eun, yang saat ini juga merupakan ayahnya. Belum juga Jin Woo sempat
mengatakan hal itu, Hyumi lebih dulu kembali bersuara.
"Sebenarnya, aku belum menikah .. Dan bayi yang aku kandung ini, adalah janin yang Kim
Bum tanam." "Apa"!" Pengakuan wanita itu sontak saja membuat Jin Woo tercengang,
"Setahun yang lalu, kami berdua memutuskan untuk tinggal bersama diapartemen pribadi
milik Kim Bum. Seperti layaknya pasangan suami istri pada umumnya, aku melakukan
semua kegiatan yang harusnya diperankan oleh seorang istri. Aku pernah mendesaknya
untuk menikahiku, tapi Kim Bum selalu menjawab dengan berbagai macam alasan agar aku
dapat mengerti kondisi perusahaan keluarganya yang katanya berada diambang
kebangkrutan. Tapi 6 bulan yang lalu, setelah aku dinyatakan positif hamil oleh rumah
sakit yang aku kunjungi. Kim Bum, dia .. Dengan kasarnya dia mengusirku dari
apartemennya dan melempar setumpuk uang yang katanya ia berikan untuk menggugurkan
bayi ini. Aku yang tidak terima diperlakukan seperti itu berusaha untuk menemuinya lagi,
mencarinya di kantor, apartemen juga rumah orangtuanya. Namun tidak ada seorangpun
yang mau memberitahukan dimana Kim Bum berada, dan tepat sehari yang lalu, aku
sempat mendengar kabar dari salah satu pegawainya dikantor. Pegawai itu bilang Kim Bum
akan bertunangan dengan So Eun, apakah itu benar"" Papar Hyumi menceritakan betapa
pahit kehidupan yang ditempuhnya saat menjalin hubungan dengan Kim Bum berusaha
memastikan kabar itu pada Jin Woo.
"Ya, semalam .. Mereka memang sempat akan bertunangan, tapi .. Aku mengagalkannya,
tapi entah .. Dengan caraku itu, apakah pertunangan mereka benar-benar akan gagal atau
hanya ditunda saja." Jawaban Jin Woo terputus bersamaan dengan ponselnya yang
bergetar. Mengetahui bahwa Tae Hee-lah yang mengubunginya Jin Woo segera
mengangkat panggilan itu.
Belum juga Jin Woo sempat mengatakan 'Halo' . Diseberang telepon sana Tae Hee sudah
lebih dulu menyela. "Jin Woo" Kau ada dimana sayang" Apakah So Eun tengah bersamamu
sekarang"" "So Eun" Dia .. Tidak bersamaku, memangnya ada apa bu""
"Baru saja ayahmu menghubungi ibu. Dia bertanya apakah So Eun pergi mengunjungi
apartemenmu" Karena pagi tadi, ia beralasan akan keluar sebentar untuk menjemput
salah satu teman kuliahnya dibandara. Tapi beberapa waktu lalu, Ji Hyun justru
menghubungi ayahmu dan menanyakan kemana perginya So Eun dan kenapa dia tidak
datang menjemputnya di bandara." Papar Tae Hee menjelaskan dengan panik.
""Apa" Bagaimana bisa itu terjadi, apakah dia pergi sendirian kesana""
"Tidak, sepertinya So Eun pergi bersama Kim Bum karena ayahnya memaksa So Eun agar
mau ditemani oleh Kim Bum. Jin Woo, ibu mencemaskan keadaan putri ibu itu, karena
ponselnua juga tidak bisa dihubungi, bisakah kau membantu ayahmu untuk mencarinya""
"Baik bu, aku akan segera menghubungimu jika aku berhasil menemukan dimana So Eun."
Balas Jin Woo menyanggupi sebelum akhirnya ia menutup teleponnya.
"Apa yang sedang terjadi Jin Woo" Apakah ada masalah"" Sela Hyumi yang sepertinya ikut
penasaran dengan pembicaraan Jin Woo bersama ibunya barusan.
"Hyumi, bisakah kau memberitahuku dimana alamat apartemen Kim Bum""
"Apartemen Kim Bum" Untuk apa kau menanyakan hal itu""
"Cepatlah, berikan saja alamatnya ! Sebelum sesuatu terjadi pada So Eun."
Mendengar kalimat terakhir yang Jin Woo katakan, Hyumi segera menuliskan alamat
apartemen Kim Bum dalam secarik kertas. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya,
Jin Woo beringsut pergi meninggalkan Hyumi dengan kebingungannya.
***** "Kim Bum" Cepatlah, kau bilang kau hanya mengambil dompetmu yang tertinggal, tapi
kenapa lama sekali." Protes So Eun yang saat ini tengah berjalan mondar mandir diruang
utama apartemen Kim Bum. "Kenapa kau nampak cemas begitu sayang" Duduklah disini, kita nikmati siang ini dengan
minum jus jeruk ini sebentar." Sahut Kim Bum yang berjalan menghampiri gadis itu
dengan membawakan dua gelas jus jeruk dikiri dan kanan tangannya.
"Aku tidak haus Kim Bum, aku hanya takut Ji Hyun menungguku lama dibandara." Tolak So
Eun, namun Kim Bum tetap memintanya untuk mengambil salah satu gelas ditangannya.
Mau tidak mau akhirnya gadis itu menerima minuman menyegarkan itu dan menyesapnya
sedikit. "Aku mengajakmu kemari bukanlah tanpa alasan, karena tadi temanku yang juga bekerja
dibandara memberitahukanku bahwa pesawat dari L.A akan terlambat datang, karena
terhalang oleh cuaca buruk di Korea. Jadi dari pada menunggu lama di bandara, bukankah
ini tempat yang lebih nyaman untukmu menunggu" Kau bisa menonton TV atau membaca
buku dibalkon ini." Ujarnya membuka tirai putih yang menutupi jendela besar yang
menyajikan pemandangan indah kota Seoul. So Eun yang tertarik dengan pemandangan
indah kota dari atas gedung apartemen Kim Bum bergerak menuju balkon yang langsung
disambut semilir angin segar yang membuat rambutnya tersibak kebelakang.
"Indah sekali disini." Ulasnya merasa takjub, So Eun tersentak ketika mendapati sepasang
lengan melingkar diperutnya disusul dengan kecupan-kecupan kecil dileher jenjang
miliknya. "Kim Bum, apa yang kau lakukan"!" Tegurnya berusaha mendorong tubuh Kim Bum agar
menjauh darinya. Namun tenaganya seolah melemah ketika rasa pening menyerang
kepalanya. "Kepalaku, kenapa rasanya pusing sekali""
"Kepalamu sakit" Kalau begitu kau istirahat saja sebentar didalam." Saran Kim Bum hendak
memapah So Eun kembali masuk ke dalam apartemennya namun gadis itu menepis tangan
Kim Bum yang hendak merengkuhnya lagi.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Tepisnya berjalan gontai mendekati sebuah sofa panjang
didepannya dan begitu sampai So Eun langsung merebahkan tubuhnya disana.
"Kenapa kau tidur di sofa sayang" Jika ingin, kau bisa beristirahat dikamarku mungkin
disana akan lebih nyaman."
"Tidak terimakasih. Aku rasa sofa ini lebih nyaman dari pada kamarmu." Tolak So Eun
untuk yang kedua kalinya.
"Kim Bum, bisakah kau membawakanku segelas air putih""
"Tentu, dengan senang hati aku akan membawakannya. Tunggu sebentar ya sayang." Kim
Bum melangkah menuju dapurnya mengambil air minum dari dalam lemari esnya kemudian
ia tuangkan ke dalam sebuah gelas, tak lupa ia juga mencampuri air putih yang So Eun
pesan dengan alkohol yang disimpannya dimeja dapur. Begitu memastikan alkohol dan air
mineral itu berbaur menjadi satu, Kim Bum membawakannya untuk So Eun. Namun begitu
ia sampai ditempat gadis itu berada, Kim Bum mendapati So Eun sudah tertidur, mungkin
dia sudah tidak sadarkan diri karena meneguk racikan jus beralkohol buatannya tadi.
Melihat So Eun terkulai lemas diatas sofa, Kim Bum tersenyum jahat.
"Inilah waktu yang tepat untuk memilikimu seutuhnya Kim So Eun." Ucap Kim Bum seraya
membelai lembut lengan So Eun dengan tubuh bagian atasnya yang ia condongkan ke
bawah, berusaha mencumbu gadis yang tengah tertidur dibawahnya. Begitu merasakan
deru napas seseorang yang sangat dekat dengan wajahnya, seketika So Eun membuka
matanya dan menemukan wajah Kim Bum sudah sangat dekat dengan wajahnya.
"Kim Bum ! Apa yang akan kau lakukan !" Sentak So Eun berusaha untuk bangun namun
kedua tangan Kim Bum sudah lebih dulu mengunci tubuh So Eun kiri dan kanan sehingga
gadis itu kesulitan untuk bangun.
"Ternyata kau belum sepenuhnya mabuk ya" Tapi ini jauh lebih baik, karena kita akan
melakukannya disaat kita sama-sama sadar." Bisik Kim Bum sebelum lidahnya menjilat
telinga So Eun. ""Melakukan apa"! Lepaskan aku, aku ingin pulang !" Bentak So Eun meronta, namun Kim
Bum justru menindih tubuhnya.
"Tidak bisa sayang, kau tidak akan ku biarkan untuk pulang sebelum kita bersenangsenang. Jadi tenang saja, aku akan memanjakanmu." Lirih Kim Bum dengan membenamkan
wajahnya kembali dileher telanjang So Eun.
"Tidak ! Lepaskan aku, Jin Woo !! Tolong aku .."
BRAKK !!
Next Love Karya Rainsy92 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dentuman keras terdengar dari pintu apartemen Kim Bum yang didobrak paksa oleh
seorang pria yang langsung menarik Kim Bum dari atas tubuh So Eun dan melemparkannya
ke lantai. "Dasar kau pria bajingan !" Umpat Jin Woo yang langsung memukuli wajah Kim Bum tanpa
ampun. So Eun yang melihat kejadian itu ketakutan dan memilih untuk menepi dari
pertarungan kedua pria yang sama-sama terobsesi mencintainya itu ke sudut ruangan.
Bola matanya bergerak kesana kemari mengikuti pergerakan Jin Woo dan Kim Bum yang
saling adu tinju, saling balas memukul, menendang dan membanting. Karena terlalu geram.
Jin Woo mencekik leher Kim Bum hingga tubuh pria itu terdorong ke belakang dan baru
berhenti bergerak ketika punggungnya membentur penyangga balkon. Saat tubuh bagian
atasnya menyentuh udara, Kim Bum sempat mengukur seberapa tinggi posisi dirinya
berada. Melihat mobil berlalu lalang dibawahnya yang nampak kecil dengan menggunakan
ekor matanya, Kim Bum berusaha sekuat mungkin membalikan keadaan. Dan usahanya itu
berhasil, sekarang Jin Woo lah yang berada diposisi tersudutkan. Kim Bum yang tengah
menumpahkan semua kemarahannya memukuli wajah Jin Woo bertubi-tubi dan pukulan
terakhirnya, membuat saingannya itu tidak sengaja jatuh dari apartemennya dilantai tiga.
BUUGGH !! Kim Bum membulatkan matanya lebar melihat tubuh Jin Woo mendarat tepat diatas
sebuah mobil putih yang langsung berubah warna menjadi merah karena darah yang keluar
dari kepala Jin Woo. Kim Bum menatap syok kedua tangannya, seiring dengan itu So Eun menghambur untuk
melihat keadaan Jin Woo dibawah sana. "Jin Woo !!" Pekiknya pilu dan langsung bergegas
keluar dari apartemen Kim Bum kemudian turun ke lantai dasar.
***** Setelah melalui operasi besar belasan jam karena tulang belakangnya yang patah dan
kepalanya yang mengalami pendarahan hebat, Jin Woo belum juga sadar, padahal Dokter
sudah mengatakan bahwa Jin Woo berhasil melewati masa kritisnya. Itu membuat So Eun
yang selalu setia menemani Jin Woo dirumah sakit semakin cemas. Meski begitu, dengan
penuh perhatiannya, So Eun selalu mengurus kekasihnya itu dengan penuh kasih sayang
setiap hari bahkan setiap waktu.
Melihat kesetiaan So Eun pada Jin Woo, membuat Rae Won dan Tae Hee yang tengah
memperhatikan mereka diluar ruang rawat Jin Woo merasa tersentuh.
"Kau lihat" Seberapa besar cinta mereka berdua" Jin Woo yang mengorbankan nyawanya
demi melindungi So Eun. Dan So Eun yang rela membuang waktunya untuk merawat Jin
Woo yang sedang koma setiap hari. Apakah hatimu masih saja batu setelah melihat
pembuktian cinta mereka" Apakah kau tidak pernah menyadarinya Rae Won. Bahwa sikap
Jin Woo terdapat pula dalam dirimu, bukankah sebelum menikah denganku kau harus
berjuang keras demi mendapat restu dari ayahku hanya karena usiamu lebih muda satu
tahun dariku"" Rae Won menghela napasnya berat. "Kau memang benar sayang, tak seharusnya aku
menyakiti mereka dengan keegoisanku. Karena pada kenyataannya, kitalah yang
mengajarkan mereka bahwa cinta mengalahkan perbedaan usia. Kemarilah, ayo kita temui
anak kita." Ajak Rae Won membuka telapak tangannya. Tae Hee tersenyum manis
menatap telapak tangan suaminya itu, sedetik kemudian ia meletakkan tangannya agar
digenggam oleh Rae Won. Tae Hee dan Rae Won berjalan menghampiri So Eun yang tengah membersihkan punggung
tangan Jin Woo menggunakan kain basah. Gadis itu bangkit dari duduknya
mempersilahkan sang ibu untuk menempati kursinya.
Rae Won mengusap kepala Jin Woo yang masih dibalut dengan lilitan perban putih saat ia
menyampaikan permintaan maafnya pada Jin Woo.
"Cepatlah bangun putraku, karena tanpa kau .. So Eun tidak akan pernah berpacaran lagi."
Ungkap Rae Won membuat So Eun terhenyak.
"Ayah, kenapa kau bicara seperti itu"!" Protes gadis itu merajuk.
"Bukankah ayah benar" Kau sendiri yang menuliskannya didalam buku diary-mu. Dan apa
kau tahu Jin Woo, So Eun juga menuliskan bahwa dia tidak mungkin dapat menikah jika
sang mempelai pengantin pria, masih terbaring disini. Maka dari itu, cepatlah sembuh agar
aku bisa melihatmu dan So Eun berjalan berdampingan diatas altar pernikahan." Tambah
Rae Won setengah berbisik didekat telinga Jin Woo.
Mendengar ayahnya memberikan restu secara tidak langsung, senyum sumringah langsung
menghiasi wajah So Eun. "Kau dengar itu Jin Woo" Ayah memberikan restunya. Cepatlah
bangun Jin Woo, jika tidak .. Maka aku teraksa harus mencari pria lain untuk
menggantikanmu menjadi pengantin prianya." Timpal So Eun yang hendak menaruh wadah
air yang tadi ia gunakan untuk membersihkan tubuh Jin Woo diatas sebuah meja
didekatnya namun sebelah tangan gadis itu ditahan oleh jemari Jin Woo. Membuat gadis
itu sontak berbalik menatap tangan Jin Woo kemudian beralih memperhatikan wajah pria
itu. ""Jika kau coba melakukannya, maka aku akan mematahkan kakimu." Ucap Jin Woo balas
mengertak, disusul dengan kedua kelopak matanya yang terbuka perlahan.
"Jin Woo .." Panggil Rae Won dengan mata berbinar.
"Kau sudah bangun sayang"" Tanya Tae Hee tersenyum senang.
"Tentu saja aku harus bangun bu, karena aku tidak mungkin membiarkan gadis yang ku
cintai ini terus menerus menangisiku hingga ingusnya keluar seperti satu jam yang lalu."
Sindir Jin Woo membuat pipi So Eun memerah.
"Jin Woo ! Kau membuatku malu." Tanggap So Eun yang langsung memeluk Jin Woo erat
dan disambut Rae Won juga Tae Hee yang terkikik geli.
***** "Sesuatu yang diciptakan berpasangan itu adalah takdir. Seperti layaknya earphone
dengan telinga yang membantuku mengenal So Eun, seperti bunga tulip dan sebuah pot
yang mengantarku kembali dengan So Eun. Seperti ayah dan ibu yang menjadi saksi
betapa besarnya cinta kami. Dan selanjutnya, semoga saja aku dan So Eun merupakan
salah satu takdir indah ciptaan Tuhan yang sengaja dipasangan atas dasar cinta yang
kokoh."-Kim Jin Woo, Next Love.
The End Terima kasih telah membaca fanfiction ini, silahkan berkunjung ke:
www.rainsy-fallen.mywapblog.com
Atau www.imanuelthree.ml Untuk membaca dan mendownload fanfiction menarik lainnya.
Pedang Naga Kemala 11 City Of Crystal Karya Nugroho Widi Rencana Paling Sempurna 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama