Ceritasilat Novel Online

Antara Budi Dan Cinta 3

Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long Bagian 3 laksanakan kali ini begitu sempurna dan sangat sukses. Biasanya Lao-bo akan langsung memujinya. Lu Xiang-chuan melihat tangan Lao-bo menggenggam kancing bajunya dengan kencang seperti ingin memencet mati sebuah binatang. Biasanya bila Lao-bo memencet suatu benda dengan erat artinya dia sedang berpikir dan sedang marah. Dan juga siap menyerang. Siapa yang akan dia serang kali ini" Tiba-tiba Lao-bo berdiri dan berkata kepada pengawal yang berada di luar pintu, "Beri kabar kepada kelompok merpati agar semua anggotanya siap siaga dan segera cari Sun Jian. Walaupun Sun Jian sedang berada di mana pun suruh dia pulang, jangan sampai terlambat." "Ya! Siap!" Kemudian Lao-bo berkata lagi, "Langsung bawa kelompok elang." Kelompok merpati bertanggung jawab saling memberi kabar sedangkan kelompok elang bertanggung jawab menjaga keamanan. Kecuali Lao-bo dan Lu Xiang-chuan tidak ada orang ketiga yang tahu dan biasanya mereka berada di mana. Lao-bo belum pernah menggerakkan kedua kelompok ini. Bila sudah menggerakkan kelompok ini artinya masalah yang dihadapi sudah sangat serius. Namun sekarang, apa sudah timbul masalah serius" Lu Xiang-chuan memikirkan kata-kata yang sering diucapkan oleh Lao-bo. Untuk selalu membuat musuh salah tafsir kepadamu tapi kau sendiri tidak boleh salah menafsir musuh. Apakah aku sudah salah menafsir Wan Peng-wang" Karena tugasnya terlalu lancar, saking lancarnya seolah berjalan dengan tidak wajar. Perjuangan Wan Peng-wang sudah puluhan tahun, dengan susah payah dia telah bisa mencapai kedudukan seperti sekarang memang tidak mudah. Kali ini bagaimana dengan mudah dia bisa menerima kegagalannya begitu saja" Memikirkan hal itu kembali, Lu Xiang-chuan segera merasa pakaiannya sudah basah. Lao-bo sedang memandangnya, melihat ekspresi wajahnya Lao-bo berkata, "Apakah kau sudah mengerti?" Lu Xiang-chuan mengangguk dan keringat dingin menetes. "Kau sudah mengerti." Dia tidak marah kepada Lu Xiang-chuan karena dia tahu orang seperti Lu Xiang-chuan tidak perlu dimarahi tapi dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Lu Xiang-chuan sangat berterima kasih kepada Lao-bo tapi di sisi lain dia juga sangat malu. Tiba-tiba dia berdiri dengan suara seperti tercekik berkata, "Aku harus bertemu dengan Wu Lao-dao, kemungkinan dia dalam keadaan yang berbahya." "Tidak perlu lagi," jawab Lao-bo. "Mengapa?" tanya Lu Xiang-chuan terkejut. Dengan sedih Lao-bo berkata, "Sekarang Wu Lao-dao pasti sudah mati." Lu Xiang-chuan merasa hatinya menjadi dingin dan dia berkata, "Kemungkinan...." Lao-bo memutuskan kata-katanya, "Tidak ada kemungkinan, bagi orang seperti Wan Peng-wang, orang lain tidak akan merasakan adanya suatu bahaya. Begitu dia merasa semua sudah terlambat." Lu Xiang-chuan dengan perlahan duduk kembali, hatinya terasa tenggelam kedalam jurang yang dalam sekali. Dia tidak tahu bagaimana harus memperbaikinya dan entah bagaimana bisa menebusnya. Saat itu sudah ada orang seperti terburu-buru masuk dari pintu. Orang itu masih sangat muda namun tampan hanya sayang hidungnya bengkok karena dipukul orang. Sudut matanya pun sudah dipukul hingga sobek. Tangan sebelah kiri tergantung sebuah kain. Begitu dia masuk dia sudah jatuh terkapar, tidak dapat bangun lagi. Semua orang melihat bahwa orang ini sudah mendapat banyak siksaan. Sudah lama Lao-bo tidak suka dengan kekerasan namun kali ini merupakan pengecualian. Sepertinya orang ini sudah melakukan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan. "Siapa Orang ini?" tanya Lu Xiang-chuan. "Tidak tahu!" jawab Lao-bo. Lu Xiang-chuan merasa aneh, kelihatannya orang ini seperti orang yang tahan menderita sehingga meski sudah melewati begitu banyak siksaan masih dapat bertahan. Kemungkinan dia takut bila membocorkan rahasia akan lebih menderita lagi. Di belakang semua ini pasti ada orang yang lebih menakutkan lagi. Sepertinya Lao-bo sudah dapat menebak pikiran Lu Xiang-chuan kemudian Lao-bo berkata, "Dia tidak mau bicara bukan karena takut sesuatu. Bila kita menyiksanya terus dia akan pingsan." Dia berpura-pura ingin pingsan tapi itu bukan pekerjaan yang mudah dan dia memilih suatu cara untuk pingsan dan cara ini malah membuatnya menderita. Dia ingin tidak dapat bicara. Lu Xiang-chuan bertanya, "Dia sudah melakukan kesalahan apa?" "Dia hendak membunuhku." Lu Xiang-chuan baru merasa terkejut. Siapa pun yang berani membunuh Lao-bo orang itu pasti orang gila atau setidaknya dia adalah seorang yang sangat berani. "Coba kau tanya lagi kepadanya, mungkin masih ada informasi yang bisa kita dapatkan," kata Lao-bo. Lu Xiang-chuan dengan perlahan berdiri, dia memilih arak yang paling keras kemudian mencekokkan arak ke mulut orang itu. Karena arak itu akan membuat orang mengatakan yang sejujurnya. Dia melihat wajah pemuda itu mulai berubah menjadi merah matanya pun menjadi merah. Walaupun pemuda itu adalah seorang yang jago minum tapi bila tiba-tiba dicekoki dengan satu botol arak sekaligus dia pasti akan mabuk. Kemudian Lu Xiang-chuan bertanya, "Apa shemu?" "Margaku He," jawab pemuda itu. Lu Xiang-chuan bertanya lagi, "Siapa Namamu?" "Margaku He." Berapa kali ditanya orang itu selalu menjawab, 'Margaku He.' Kecuali 3 kata ini yang lain dia tidak mengatakan apa pun. "Orang ini sudah sangat terlatih dia bisa melatih anak buahnya menjadi seperti ini," kata Lao-bo. Mata Lu Xiang-chuan tampak berpikir dan dia berkata, "Kau menyangka orang ini adalah...." Lao-bo mengangguk. Lu Xiang-chuan tidak menyebutkan nama orang itu begitu juga dengan Lao-bo namun mereka sudah mengerti siapa orang yang dimaksud. Lu Xiang-chuan dengan suara rendah bertanya, "Apakah harus mengantarkan dia pulang?" Lao-bo menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Lepaskan saja dia!" Antarkan dia pulang dan lepaskan dia, artinya tidak sama. Mengantarkan dia pulang artinya orang pulang dalam keadaan sudah mati. Lepaskan dia untuk pulang berarti dia pulang dalam keadaan masih hidup. Setelah lama Lu Xiang-chuan baru mengerti maksud Lao-bo. Lao-bo membereskan masalah dengan cara paling tepat. Meng Xing-hun tidak ingin mengelilingi taman bunga Lao-bo dia tidak mau sebelum melaksanakan tugasnya, gerak-geriknya sudah diketahui orang. Namun sekarang masalahnya tidak sama. Dia sudah tahu bahwa Lao-bo sudah mulai bergerak. Di depan taman bunga adalah hutan yang lebat. Meng Xing-hun memilih sebatang pohon yang paling lebat dan memanjatnya kemudian dia seperti seekor burung hantu bersembunyi di balik pohon. Di taman bunga sama sekali tidak terdengar suara, tidak ada orang yang masuk dan tidak ada orang yang keluar. Pada saat Meng Xing-hun mulai kecewa, di taman bunga itu muncul sesosok bayangan. Orang itu terlihat gerakannya lumayan cepat namun kakinya sempoyongan dan sebelah tangannya seperti sudah putus. Pakaian yang lengket di tubuhnya entah berwarna ungu. atau biru. Dan bajunya tampak compang-camping. Meng Xing-hun merasa mengenal pakaiannya. Waktu itu orang ini mengangkat kepala untuk membedakan arah. Sinar bulan menyoroti wajahnya. Hampir saja Meng Xing-hun berteriak, "XiaoHe!" Xiao He tidak dibunuh oleh Lao-bo dan masih dapat melarikan diri. Wajahnya terlihat sangat lelah dan kesakitan, namun sorot matanya masih tampak begitu sombong. Sepertinya Xiao He sangat kagum kepada dirinya sendiri. Melihat wajah Xiao He, Meng Xing-hun sudah tahu bahwa Xiao He tidak membocorkan rahasia Gao Lao-da. Meng Xing-hun pun tahu bagaimana keadaan Xiao He. Dia tidak akan bisa melarikan diri dari cengkeraman Laobo. Di dunia tidak ada orang yang dapat kabur dari cengkeraman Lao-bo. Namun mengapa Xiao He bisa melepaskan diri" Meng Xing-hun tampak sedang berpikir dan dia segera mengerti apa yang dimau oleh Lao-bo. Lao-bo pasti sengaja membiarkan Xiao He melarikan diri dan akan mengikuti Xiao He ke mana pun dia pergi kemudian akan menyelidiki siapa dalang di balik semua kejadian ini. Mengingat hal ini, Meng Xing-hun keluar keringat dingin. Tidak, dia tidak akan membiarkan Xiao He pulang dan dia pun tidak dapat mencegah Xiao He untuk pulang. Karena sekarang sudah ada orang yang menguntit Xiao He. Meng Xing-hun pun tidak dapat membocorkan identitasnya. Dari sinar bulan Xiao He sudah dapat membedakan arah, tanpa berpikir dia langsung berlari keluar. Melihat Xiao He yang lari begitu cepat sepertinya dalam satu langkah dia ingin tiba di Kuai-huo-ling. Meng Xing-hun merasa sangat marah dan benci, dia ingin memukul hidung dan kepalanya sendiri. Dan ingin bertanya, mengapa dia begitu bodoh" Sebenarnya Xiao He adalah orang yang sering mencelakai orang mengapa sekarang dia begitu bodoh" Sekarang bila ingin mencegah Xiao He membocorkan rahasia Gao Lao-da, hanya ada satu cara. Bunuh dia! Meng Xing-hun tidak ingin melakukan hal itu dan dia sendiri pun tidak tega. Untung dia memiliki cara kedua yaitu membunuh orang yang menguntit Xiao He. Meng Xing-hun terus menunggu. Betul saja di dalam kegelapan muncul 3 sosok orang. Mereka berlari mengikuti jalan yang dilalui Xiao He. Mereka bertiga memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat lihai dan mereka selalu ditugaskan untuk menguntit. Menguntit dengan cara seperti ini, bila ada satu orang yang ketahuan, yang lainnya masih dapat terus menjalankan tugas. Namun yang dituju oleh Meng Xinghun adalah orang yang terakhir. Orang ini memiliki ilmu meringankan tubuh yang paling tinggi, setelah cukup lama Meng Xing-hun baru dapat mengejarnya. Kemudian dengan ringan Meng Xing-hun menepuk pundak orang itu. Orang ini sangat terkejut dan dia menoleh. Dengan tertawa Meng Xing-hun melihat dia, tiba-tiba dia menotok tenggorokan orang itu, sekejap melihat Meng Xing-hun dia sudah roboh. Totokan Meng Xing-hun cepat seperti kilat. Dia menghadapi 2 orang yang menguntit Xiao He dengan cara yang sama. Cara yang sangat sederhana, saking sederhana hingga membuat orang tidak percaya. Memang kadang-kadang cara yang sederhana malah cara yang paling efektif. Cara yang digunakan oleh Lao-bo, juga cara yang sering digunakan oleh Meng Xing-hun. Orang yang berpengalaman biasanya memakai cara sederhana. Xiao He terus berlari melewati kota Huang-su yang sepi. Di sebuah toko kelontong yang ada di kota Huang-shi, sebenarnya sudah tutup, tiba-tiba ada 2 orang yang muncul keluar. Yang satu berkata, "Itulah dia!" "Kita harus terus menguntit dia," kata Yang satu lagi. Mereka memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi dan mereka mengerahkan seluruh kemampuan mereka. Mereka tidak takut kehabisan tenaga karena mereka tahu di kota berikutnya sudah akan ada orang yang mengganti mereka. Kali ini Lao-bo menguntit Xiao He dengan cara yang sangat rumit. Walau bagaimana pun memakai dua cara sekaligus pasti ada satu yang berhasil. Bila Lao-bo sudah mengambil keputusan untuk melakukan suatu hal dia pasti banyak cara, hingga saat ini dia belum pernah gagal. Begitu terbangun Sun Jian masih merasa sangat lelah. Dia bukan orang yang terbuat dari besi apalagi perempuan yang tidur di sisinya membuat dia kelelahan. Sebenarnya dia masih ingin tinggal di tempat itu selama 2 hari lagi. Tapi saat itu ada suara aneh dari luar jendela. Suara itu seperti suara suling yang membuat ular kobra Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menari, setelah berbunyi 2 kali baru berhenti. Sun Jian langsung dapat membedakan, itu adalah tanda darurat yang dikirim oleh Lao-bo. Mendengar suara bila tidak langsung pulang, seumur hidupnya akan menyesal. Tidak ada orang yang berani melakukannya, demikian pula dengan Sun Jian. Segera dia bangun dari tempat tidur kemudian memakai sepatu, dia berani tidak mengenakan baju keluar rumah tapi kakinya harus memakai sepatu, sepatu seperti nyawanya. Tubuh Sun Jian seperti terbuat dari besi namun sepasang kakinya sangat halus. Perempuan yang berada di tempat tidur membalikkan tubuhnya dan menarik tangan Sun Jian. "Apakah kau akan pergi?" "Ya," jawab Sun Jian. "Mengapa kau tega meninggalkanku?" Jawabannya hanyalah sebuah tamparan. Sun Jian tidak menyukai perempuan yang terlalu mengekangnya. Begitu matahari terbit, Sun Jian sudah menunggang kuda sejauh 200 li. Dia sangat cemas karena sudah lama Lao-bo tidak pernah mengeluarkan tanda darurat ini. Dia tidak dapat menebak apa yang telah terjadi. Walaupun di sisi jalan ada orang yang menjual kue, daging dan arak. Walaupun dia merasa lapar dan haus dia tetap tidak berhenti. Lao-bo adalah ayahnya juga temannya, untuknya dia rela mati. Di dunia tidak ada yang bisa menghentikannya. Matahari pagi menyinari jalan. Batu-batu yang berada di jalan panasnya seperti baru diambil dari kuah. Matahari musim gugur kadang-kadang lebih menyengat dari musim panas. Sun Jian melepas topi kemudian mengelap keringat. Walaupun dia masih dapat bertahan tapi kudanya mulai kelelahan. Kuda tidak sekuat dia. Sun Jian tidak perlu berlari dan tidak ada yang memecut dia. Sun Jian sedang mencari tempat untuk mengganti kuda di sisi jalan. Tiba-tiba ada orang yang melempar sesuatu benda. Itu adalah sebuah batu yang dibungkus kertas. Tertulis di kertas itu, "Apakah kau ingin tahu siapa yang hendak membunuh Lao-bo?" Sun Jian menghentikan kuda dan loncat turun dari kuda. Dia melihat ada orang yang bergerombol di bawah pohon. Mereka semua dengan terkejut melihat Sun Jian. Sun Jian pun tidak tahu siapa yang melempar batu itu. Tiba-tiba dia melihat seraut wajah yang dikenalnya. Dia langsung mengenal bahwa itu adalah kelompok anjing. Orang-orang yang masuk ke dalam kelompok anjing anggotanya paling sedikit dan ilmu meringankan tubuh mereka sangat tinggi, juga jago menguntit. Sun Jian melambaikan tangan menyuruh orang itu menghampiri. Orang ini pasti sudah mengenal Sun Jian. Dengan suara berat Sun Jian berkata, " Siapa yang kau ikuti?" Orang itu tidak mau membocorkan tugasnya tapi dia juga tahu sifat jelek Sun Jian. Apalagi dia bukan orang lain melainkan anak Lao-bo. Orang itu terpaksa memandang orang yang berada di bawah pohon. Sun Jian mengikuti pandangannya, dia sudah melihat ada Xiao He di sana. Xiao He sedang duduk di bawah pohon, sedang makan kue yang dibungkus oleh daging sapi. Xiao He sangat sulit menggigit daging itu karena tangannya hanya berfungsi sebelah. Walaupun Xiao He ingin cepat-cepat pulang namun dia juga tidak mungkin di siang bolong seperti itu menggunakan ilmu meringankan tubuh. Apalagi dia sudah merasa haus, lapar juga sangat kelelahan. Untung saja masih ada uang di dalam kantungnya. Dia ingin menyewa sebuah kereta kuda dan tidur di kereta kuda begitu terbangun dia sudah berada di Kuai Huo Ling. Dia tidak takut, dikuntit orang karena dia mempunyai kemampuan untuk melarikan diri. Walaupun Lao-bo tahu dia sudah kabur dan menyuruh orang mengejarnya tapi gerakan mereka tidak cepat baginya. Dia merasa pelarian ini sangat seru. Mereka mengira aku sudah mabuk, sedikit pun mereka tidak curiga dan meninggalkanku sendiri di dalam kamar. Sekarang mereka tahu bahwa aku pintar dan mampu. Orang yang memiliki niat jahat kadang-kadang sikapnya tidak dewasa. Licik dan dewasa sebenarnya dua hal yang bertentangan. Xiao He merasa sangat senang dan hampir tertawa sendiri. Belum sempat tertawa dia melihat seseorang yang menghampirinya. Dia belum pernah melihat ada orang yang begitu besar, begitu bersemangat. Saat dia berjalan batu-batu di jalan sepertinya hancur diinjaknya. Ditambah lagi dengan sepasang matanya yang seperti dua bola api yang terbakar. Siapa pun yang dipandang oleh sepasang mata seperti itu akan merasa gelisah. Xiao He menggigit kue daging sapi itu tapi karena kaget dia lupa untuk mengunyahnya. Orang itu sudah berada di depannya dan terus memelototinya, "Margaku Sun, di panggil Sun Jian." Wajah Xiao He segera berubah daging dan kue yang dipegang terlepas dari tangannya. Dia sudah tahu bahwa dia adalah orang yang dicari. Bila bukan karena sudah berbuat salah kepada Lao-bo saat mendengar namanya orang itu akan terkejut. Siapa yang tidak sopan kepada Lao-bo, dia harus mati. Sun Jian tertawa sinis. Xiao He sudah melihat mata Sun Jian yang galak, tibatiba dia meloncat. Tangan yang tinggal satu itu mencekik leher Sun Jian. Kepandaian Xiao He dan Meng Xing-hun adalah satu aliran, sangat kejam, tepat, dan cepat. Begitu dipukul oleh pukulan Xiao He sangat jarang orang bisa hidup. Tapi sayang dia masih kalah cepat. Biasanya bila dia bergerak semuanya akan mudah, kadang-kadang hanya berbeda dalam hitungan detik saat itulah penentuan antara hidup dan mati. Tidak ada yang mengetahui seberapa cepat gerakan yang dikeluarkan dan tidak ada yang mengakui bahwa dirinya paling cepat. Cepat itu tidak ada batasnya. Bila kau cepat masih ada orang yang lebih cepat darimu. Bila sekarang kau yang paling cepat mungkin nanti akan ada orang yang lebih cepat lagi darimu. Xiao He tidak pernah mengetahui kecepatan gerakannya.Sekarang dia sudah tahu. Karena Sun Jian tidak mengelak sebaliknya dia malah maju menghadang dan tepat menangkap tangan Xiao He. Segera Xiao He mendengar suara lengannya patah tapi dia tidak berteriak karena sebelah tangan Sun Jian yang lain sudah memukul mukanya. Giginya sudah pada copot dan darah segar mengalir dari hidung Xiao He. Orang yang berada di sisi jalan tampak terkejut hingga mematung. Tidak ada orang yang pernah melihat orang yang begitu kuat, galak, dan begitu cepat, langsung memukul lawannya tanpa sempat mengeluarkan jurus terlebih dahulu. Semua orang melihat kejadian itu sangat terkejut tapi hanya ada seseorang yang tertawa sembunyi-sembunyi. Orang itu adalah Gao Lao-da. Semua kejadian sudah berada dalam perhitungannya. Dia sangat percaya kepada dirinya sendiri. Namun melihat keadaan Xiao He, dia juga merasa sedikit kasihan. Tapi laki-laki semacam Xiao He tidak pantas dikasihani lebih-lebih tidak pantas dicintai. Dia berniat untuk secepatnya melupakan dia, semakin cepat semakin baik. Dulu Gao Lao-da tidak begitu kejam namun sekarang dia tahu bila seseorang ingin hidup lebih baik dia harus memiliki hati yang keras, lebih keras lebih baik. Untuk kekayaan dan kemauan laksana cuka dan air. Bila air ditambah cuka pasti akan berubah asam. Bila telah memiliki kekayaan maka kemauan orang ini akan cepat berubah. Sun Jian membanting Xiao He ke tanah, seperti seorang kuli membanting karung yang dipanggulnya. Karung dalam posisi berdiri namun karena Xiao He tulang punggungnya sudah patah dia lemas seperti sebuah karung kosong. Ooo)dw(ooO Lao-bo dengan diam memandang anaknya, wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi. Lu Xiang-chuan sangat mengkhawatirkan Sun Jian. Biasanya bila wajah Lao-bo tidak ada ekspresi itu menunjukkan bahwa Lao-bo sedang marah. Namun wajah Sun Jian masih tampak senang dan berkata, "Aku sudah menangkap dan membawa pulang orang ini." "Di mana kau menemukan dia?" tanya Lao-bo. "Dijalan." "Di jalan banyak orang, mengapa tidak semua orang kau tangkap dan bawa pulang?" Sun Jian terpaku kemudian berkata, "Aku tahu bahwa orang ini akan membunuhmu dan dia juga melarikan diri dari tempat ini." "Bagaimana kau bisa tahu?" "Ada yang memberitahu." "Siapa?" Sun Jian memperlihatkan batu yang dibungkus oleh kertas. Lao-bo melihatnya tapi wajahnya tetap tidak memperlihatkan ekspresi apa pun, kemudian dengan perlahan dia berkata, "Hanya ada satu yang ingin kutanyakan, siapa yang pernah melarikan diri dari sini?" "Tidak ada seorang pun," jawab Sun Jian. Lao-bo bertanya lagi, "Bila ada orang yang bisa melarikan diri dari sini, artinya dia adalah orang macam apa?" "Artinya dia adalah seorang yang sangat lihai." "Bila dia orang yang sangat lihai, apakah pernah terpikir olehmu dengan satu kali pukul saja kau sudah dapat merobohkannya, bukankah itu sangat aneh?" Sun Jian terpaku. Sekarang Sun Jian baru menyadari bahwa Xiao He bukanlah orang yang sangat lihai dan dia pun sudah mengerti bahwa dia sudah diperalat oleh orang lain. Sun Jian berharap Lao-bo marah kepadanya atau setidaknya memukul dia seperti waktu dia kecil dulu. Perasaannya mungkin akan terasa lebih baik. Tapi Lao-bo tidak peduli. Dia tidak peduli kepada Sun Jian, ini merupakan bentuk hukuman dari Lao-bo. Tapi bagi Sun Jian hukuman seperti ini malah lebih menyakitkan. Lao-bo berkata kepada Lu Xiang-chuan, "Walaupun Sun Jian sudah melakukan tindakan bodoh tapi bukan berarti semua itu tidak ada gunanya." Lu Xiang-chuan mengatupkan mulutnya, dalam keadaan seperti itu dia tahu lebih baik jangan ikut campur dalam urusan ayah dan anak. Apalagi Lu Xiang-chuan sudah mengerti maksud Laobo. Sebenarnya Lao-bo sengaja ingin membuat Sun Jian marah. Bila Sun Jian marah dia akan kehilangan kendali dirinya. Tenaga yang dikeluarkan pada saat dia marah membuat orang takut bahkan Lao-bo pun takut kepadanya. Di dunia jarang ada yang bisa bertahan terhadap kekuatannya. Itulah yang dilakukan oleh Lao-bo di pagi hari. Pagi-pagi Wan Peng-wang sudah mengantarkan empat buah peti. Empat peti itu diisi oleh empat mayat dan seorang yang masih hidup. Tiap mayat wajahnya sudah tidak dapat dikenali lagi tapi Lu Xiang-chuan dapat mengenal mereka. Mereka adalah Wen Hu, Wen Bao, Wu Lao-dao, dan Dai-dai yang telanjang bulat dan badannya penuh luka. Xiao Wu sendiri disatukan di dalam peti dengan Dai-dai. Walaupun Xiao Wu masih hidup tapi tulang-tulang di seluruh tubuhnya sudah remuk. Xiao Wu sangat menyesal mengapa hanya dia sendiri yang masih hidup dan dia melihat istrinya diperkosa dan dibunuh di depan matanya. Begitu peti dibuka Lao-bo melihat sepasang mata Xiao Wu. Bola matanya hampir keluar seperti seekor ikan yang sudah mati dan mata ini terus memandang Lao-bo. Tidak ada orang yang dapat menggambarkan kesedihan dan kemarahan yang terpancar dari mata Xiao Wu. Seumur hidup Lao-bo sudah terbiasa melihat mayat tapi sekarang dia merasa ada hawa dingin yang muncul dari tangan dan kakinya. Keringat dingin mulai mengalir. Apalagi Lu Xiang-chuan, dia merasa ingin muntah. Lu Xiang-chuan kagum kepada Lao-bo, dalam situasi seperti ini Lao-bo masih bisa menatap langsung ke mata Xiao Wu dan berkata, "Aku akan membalaskan dendammu." Mendengar kata-kata Lao-bo mata Xiao Wu baru menutup karena Xiao Wu percaya Lao-bo akan melakukan semua yang dijanjikan kepadanya. Saat mengingat wajah kelima orang yang sudah mati itu Lu Xiang-chuan masih merasa mual. "Paling sedikit kita dapat membuktikan orang she Ho itu bukan orang suruhan Wan Peng-wang." Lu Xiang-chuan mengangguk. Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sekarang Wan Peng-wang sudah berani menunjuk hidungku dan mengajak perang. Bila orang itu adalah suruhannya dia tidak akan membunuh orang itu untuk menutup mulut." Lu Xiang-chuan sangat terkejut, bila orang itu bukan suruhan Wan Peng-wang lantas siapa yang menyuruh pemuda itu" Hal itu tidak terpikirkan Lu Xiang-chuan. Apakah Lao-bo masih memiliki musuh yang lain" Lao-bo menarik nafas dan berkata, "Sebenarnya kita masih dapat menyelidiki siapa orang itu tapi sayang...." Dengan dingin Lao-bo memandang Sun Jian dan berkata, "Sayang ada orang yang mengira dirinya paling pintar akhirnya semua malah berantakan." Nadi di dahi Sun Jian mulai bermunculan. Lu Xiang-chuan dengan perlahan berkata, "Kita masih bisa menyelidikinya perlahan-lahan." "Hal itu bisa kita bicarakan nanti, sekarang kita harus siap-siap untuk melakukan penyerangan kepada Wan Pengwang." "Biar aku yang ke sana!" Teriak Sun Jian. Lao-bo hanya tertawa dingin, "Kau yang ke sana" Untuk apa" Dia sedang menunggumu mengantarkan nyawa." Sun Jian menunduk. Orang yang di luar pintu pun dapat mendengar suara tulangnya yang berderak. "Wan Peng-wang menunggu kedatangan kita namun kita tidak perlu ke sana. Dia bisa menunggu dan kita harus lebih sabar menunggu." "Benar," jawab Lu Xiang-chuan. "Kira-kira mereka akan melakukan gerakan apa lagi?" Lu Xiang-chuan tampak berpikir. Lu Xiang-chuan tahu kapan dia harus pintar kapan dia harus bodoh. "Besok adalah hari pemakaman saudara-saudara Tie Cheng-gang, Wan Peng-wang menganggap bahwa kita akan mengirim orang ke sana untuk mengucapkan bela sungkawa dan dia akan melakukan penyerangan. Kita harus membuat dia salah tafsir." Belum habis kata-kata Lao-bo, Sun Jian sudah keluar dari ruangan. Lao-bo tidak menggubrisnya sedangkan Lu Xiang-chuan masih berpikir cara-cara menghadapi Wan Peng-wang. Setelah lama Lao-bo baru berkata, "Apakah kau sudah siap menghadapi pemakaman besok?" Kata Lu Xiang-chuan, "Orang yang menggotong peti, yang menggali lubang dan tosu-tosu yang diundang untuk membacakan doa. Semua sudah digantikan oleh orangorang kita, yang kita takutkan adalah Wan Peng-wang malah tidak melakukan tindakan apa pun." "Sun Jian pasti mempunyai cara membuat Wan Pengwang bertindak," kata Lao-bo. "Begitu melihat Sun Jian di sana, mereka pasti akan langsung bertindak." "Sepertinya kali ini Wan Peng-wang tidak akan keluar sendiri karena itu aku juga tidak akan muncul di depan umum," kata Lao-bo. "Tapi aku ingin ke sana melihat-lihat," kata Lu Xiangchuan. Jawab Lao-bo tegas, "Kau tidak dapat pergi, begitu mereka melihatmu mereka bisa langsung menebak bahwa kita sudah mempersiapkan semuanya, apalagi...." Pandangan Lao-bo dengan perlahan pindah ke Xiao He yang masih pingsan dan berkata, "Kau masih ada tugas lain." "Ya." "Aku yang akan menghadapi Wan Peng-wang dan kau yang menelusuri siapa bos orang ini. Walau pakai cara apa pun aku berharap hal ini tidak diketahui oleh orang ketiga." Lu Xiang-chuan menatap Xiao He dengan lama kemudian berkata, "Asalkan dia tidak meninggal aku masih memiliki cara lain." LuXiang-chuan berkata lagi, "Aku tidak akan membiarkan dia mati begitu saja." Tie Cheng-gang mengenakan baju putih-putih. Baju ini biasanya dipakai oleh orang yang menghadiri upacara pemakaman. Luka-luka Tie Cheng-gang belum sembuh tapi semangatnya sudah kembali. Yang membuat heran adalah dia tidak terlihat berduka atau bersedih. Di hadapan Tie Cheng-gang ada peti mayat saudarasaudaranya, dengan diam memandang mayat saudarasaudaranya. Tie Cheng-gang tidak meneteskan air mata, dia terlihat begitu tabah. Orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa tidak banyak tapi Tie Cheng-gang tidak peduli dengan mereka. Pandangan Tie Cheng-gang tidak pernah bergeser dari peti mati itu. Hari sudah siang, angin musim gugur tidak begitu dingin tapi membuat orang menjadi sedih. Tiba-tiba Tie Cheng-gang membalikkan tubuhnya menghadapi orang-orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa dan berkata, "Saudara-saudaraku semua dibunuh dan difitnah sedangkan aku sendiri melarikan diri seperti seekor anjing." Tidak ada ucapan terima kasih kepada orang-orang itu atau pun kata-kata yang sedih. Begitu mulai percakapan sudah berkata seperti itu. Apa maksud semua itu" Tidak ada seorang pun yang tahu karena itu orang-orang di sana hanya bisa terdiam. Tie Cheng-gang terus berkata, "Aku melarikan diri bukan karena takut mati melainkan aku menunggu hingga hari ini. Untuk membersihkan nama baik mereka, sekarang nama baik mereka sudah pulih aku pun tidak mempunyai alasan untuk bertalian hidup...." Sebelum habis kata-katanya dia sudah mengeluarkan sebilah pisau. Pisau itu sangat tajam, dia langsung menggorok lehernya sendiri. Perubahan ini terlalu cepat, begitu cepatnya hingga tak dapat dicegah oleh orang-orang di sana. Darah segar sudah menetes ke mana-mana namun tubuhnya masih tegak berdiri. Setelah lama baru roboh di atas peti mati saudara-saudaranya. Saat dia roboh orang-orang baru sadar dan berteriakteriak. Ada yang mundur dan ada yang maju ke depan. Hanya Sun Jian yang tidak bergerak dan tidak berdiri di antara orang-orang itu. Sun Jian melihat ada 4 orang yang akan menabraknya tapi dia sama sekali tidak berkelit. Tiba-tiba 4 orang ini berbarengan mengeluarkan pisau. Empat pisau dari empat arah berbarengan menusuk Sun Jian. Sekejap mereka sudah dekat dengan Sun Jian, ujung pisau hampir mengenai baju Sun Jian. Tiba-tiba Sun Jian mengayunkan kepalan tangannya. Kepalan tangan memukul wajah salah satu dari mereka dan tangan yang satu menyikut wajah yang lain. Begitu dia mengayunkan kepalan tangan dan 4 orang itu sudah roboh. Masih ada 20 orang lebih yang berkain putih terikat di tangan sebelah kanan. Tiba-tiba dari kerumunan orang itu ada yang berteriak, "Perhatikan orang-orang yang masih ada tali putih di tangan sebelah kanan." Orang yang datang untuk mengucapkan bela sungkawa kebanyakan mengikat tali kain putih di tangannya. Tapi kebiasaan mengikat adalah di tangan kiri dan 4 orang itu mengikat di sebelah kanan. Tiba-tiba kerumunan orang bubar hanya tersisa 20 orang yang berdiri di tengah-tengah. Sun Jian berdiri di antara ke 20 orang itu. Suara teriakan sudah berhenti, orang yang menggotong peti mati, yang menggali lubang dan biksu-tosu sudah berbarengan menghadapi kedua puluh orang ini. Tangan mereka masing-masing memegang sebilah pisau. Terdengar suara teriakan yang berbarengan dari ke 20 orang. Suara itu begitu menakutkan. Tersisa 3 orang yang belum tumbang. Ketiga orang itu paling dekat dengan Sun Jian. Orang tidak membunuh mereka karena mereka menyisakan untuk dibunuh oleh Sun Jian. Sun Jian memelototi mereka. Ketiga orang itu tampak gemetaran dan baju mereka sudah basah oleh keringat dingin. Dan basahnya seperti disiram air. Di antara mereka ada satu orang yang membungkukkan badan dan segera tercium ada bau yang menyengat. Ternyata celananya sudah basah kemudian dia dengan berlutut dan menangis berkata, "Aku bukan teman-teman mereka...." Kata-katanya belum selesai, orang yang berada di sisinya sudah mengayunkan pisau memenggal kepalanya. Kepalanya jatuh terguling ke tempat jauh tapi matanya masih meneteskan air mata. Yang seorang lagi terkejut hingga tercengang. Orang yang mengayunkan pisau berteriak, "Mati ya mati, tidak perlu disesali." Dia sudah mengangkat pisau dan ingin menggorok lehernya sendiri. Tiba-tiba Sun Jian mengeluarkan tangannya dan memegang pergelangan tangan orang itu. Tulang pergelangan tangannya hancur dan pisau pun terjatuh, karena kesakitan air mata pun mengalir. Dengan suara serak dia berkata, "Mengapa aku tidak boleh mati?" "Tidak boleh," jawab Sun Jian. Wajah orang itu karena kesakitan sudah berubah dengan tenaga yang tersisa dia bertanya, "Kau mau apa?" Mulut Sun Jian tidak menjawab, yang menjawab adalah tangannya. Tangan Sun Jian tidak berhenti, dalam waktu singkat tulang-tulang orang ini sudah pada remuk. Kemudian Sun Jian membalikkan badan melihat wajah orang yang kaget itu dan berkata, "Suruh orang ini pulang, beri tahu Wan Peng-wang, bagaimana cara Wan Pengwang memperlakukan kami maka kami akan membalas 10 kali lipat dengan cara yang sama." Pertarungan ini dimenangkan oleh Sun Jian tapi kemarahannya belum reda. Sun Jian merasa sedikit heran pertarungan ini sangat penting tapi Wan Peng-wang tidak mengerahkan orang andalannya. Darah sudah meresap masuk ke dalam tanah, mayat pun berubah semakin kaku. Orang yang disuruh Lao-bo sedang membersihkan tempat pertarungan tadi, dengan perlahan Sun Jian mendekati mayat Tie Cheng-gang. Walaupun mayat Tie Cheng-gang tergeletak di peti mati tapi dalam perasaan Sun Jian, Tie Cheng-gang masih dalam keadaan berdiri dan tegak. Tie Cheng-gang adalah temannya, benar-benar temannya. Walaupun Tie Cheng-gang sudah meninggal tapi kematiannya akan selalu dikenang oleh orang dunia persilatan. Tiba-tiba Sun Jian merasa air matanya sudah penuh dengan perlahan dia berlutut. Seumur hidupnya belum pernah dia berlutut, walaupun orang itu masih hidup atau sudah meninggal tidak akan membuat dia berlutut. Namun sekarang dia dengan rela berlutut karena hanya dengan berlututlah hal itu menggambarkan penghormatannya kepada Tie Cheng-gang. Angin berhembus. Awan hitam menutup sinar bulan. Di bumi tampak sepi dan gelap. Sun Jian menutup matanya kemudian berdoa. Baru saja dia memejamkan matanya tiba-tiba dia mencium wangi yang sangat aneh. Wangi ini. keluar dari peti mati di mana Tie Cheng-gang roboh tadi. Sun Jian marah dan dia mengayunkan tangannya kemudian menghancurkan peti mati itu. Dari peti itu keluar teriakan kaget. Sebilah pedang mengikuti suara teriakan kaget menusuk dari peti yang sudah hancur. Walaupun Sun Jian mengelak tapi tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, tubuhnya tidak dapat dikendalikan lagi olehnya. Sebilah pedang secepat kilat berkelebat, pedang itu sudah berhasil menusuk dadanya dan menembus hingga ke punggungnya. Darah segar mengalir hingga ke ujung pedang. Darah Sun Jian pun seperti darah yang lain berwarna merah segar. Matanya karena marah hingga menonjol keluar dan terus memelototi orang yang memegang pedang itu. Darah pun mengalir juga dari sudut matanya yang sobek kemudian mengalir ke wajahnya. Orang yang memegang pedang itu begitu menyerang tepat dan cepat pada sasaran, dalam waktu, yang singkat berusaha meloloskan diri. Dari sudut matanya dia masih sempat melihat Sun Jian, tapi segera dia merasa tangannya terasa lemas dan terjatuh. Setelah rasa lemasnya mulai hilang dia sudah melihat ada cahaya pisau yang berseliweran. Pisau itu sudah memotongnya menjadi seperti daging cincang. Tidak ada yang mengeluarkan suara dan tidak ada seorang pun yang bergerak. Sepertinya nafas pun ikut berhenti. Semua orang terus memandang mayat Sun Jian, mereka merasa tangan dan jari menjadi dingin begitu pula dengan jari kaki. Keringat dingin menetes dari punggung. Sun Jian benar-benar sudah meninggal, orang yang begitu kuat seperti Sun Jian dapat mati juga. Tidak ada yang percaya namun semua ini memang harus Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dipercaya karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri. Tidak ada orang yang berani membawa mayat Sun Jian ke hadapan Lao-bo. Siapa orang yang di dalam peti mati" Mengapa bisa bersembunyi di dalam peti mati itu" Ini tidak mungkin. Karena di dalam kereta jenazah semua sudah diganti oleh orang-orang Lao-bo. Di antara mereka beberapa orang mengalihkan pandangan dari mayat Sun Jian kepada orang yang ada di depan. Dua orang itu adalah penggotong peti mati. Semua orang sekarang memelototi mereka berdua dan setiap pasang mata menyorotkan kebencian dan kemarahan. Kedua orang itu tampak gemetaran hingga tulangnya seperti lepas. Tiba-tiba mereka berdua berteriak, "Ini bukan ide kami. Ini semua ide...." Saat itu juga ada sebuah suara yang terdengar berwibawa berteriak, "Bunuh!" Ooo)dw(ooO Lao-bo seperti patung. Di depannya ada sebuah peti. Yang terbaring di dalam peti adalah mayat anaknya. Pedang masih berada di dada Sun Jian. Lao-bo sangat mengerti anaknya. Lao-bo tidak percaya di dunia ini ada orang yang dapat menusuk dada Sun Jian dengan pedang. Siapa yang menusuk Sun Jian" Siapa yang memiliki kepintaran yang begitu tinggi" Di gunung itu sebenarnya apa sudah terjadi" Tidak ada yang tahu karena semua orang yang pergi ke gunung itu tidak ada yang hidup. Dengan diam Lao-bo berdiri, wajahnya tidak ada ekspresi apa pun. Tiba-tiba air matanya mengalir. Lu Xiang-chuan pun menunduk. Dulu dia tidak berani melihat Lao-bo sekarang dia pun masih tidak berani memandang Lao-bo. Orang seperti Laobo pun bisa menangis artinya hal ini sangat menyedihkan dan menakutkan. Hati Lao-bo sudah hancur berkeping-keping sudah lama dia belum pernah melakukan kesalahan. Tapi kesalahan sudah terjadi satu kali. Kesalahan ini sudah membuat anak laki-laki satusatunya mati. Sampai sekarang pun dia belum tahu di mana letak kesalahannya. Mungkin kesalahan yang sama akan terulang lagi. Memikirkan hal itu tubuh Lao-bo menjadi kaku dan beku. Perkumpulan Lao-bo sebenarnya sangat sempurna. Sempurna seperti sebuah telur tapi sekarang kumpulan ini ada celahnya. Walaupun celah ini seperti lubang jarum namun akan membuat telur putih atau kuning menetes hingga habis. Bila isi telur sudah habis maka telur ini akan kosong. Walaupun tidak pecah telur ini sudah tidak berharga lagi. Lao-bo rela mengorbankan segalanya untuk mencari celah ini, namun dia tidak menemukannya. Malam sudah tiba tapi tidak ada orang yang menyalakan lampu. Semua orang sepertinya sudah bercampur dalam kegelapan. Kemungkinan tiap orang yang ada di sana yang membuat celah itu. Hanya seorang yang dapat dipercaya. Lao-bo membalikkan badan mengeluarkan perintah singkat, "Pergi, carilah Han Tang!" Ooo)dw(ooO BAB 5 Han Tang tidak mirip dengan orang yang senang memelihara ikan, namun pada kenyataannya dia memang memelihara ikan. Ikan yang dipeliharanya cukup banyak. Ada yang dipelihara di akuarium, kadang-kadang dia memeliharanya di sebuah mangkuk arak. Dia menghabiskan waktunya diam di sisi kolam atau duduk di sisi akuarium memandangi ikan-ikan yang berenang hilir mudik. Saat itulah dia melupakan kesulitan dan dia merasa dirinya seperti, seekor ikan yang berenang dengan tenang. Dia pun pernah memiliki keinginan untuk memelihara burung. Burung dapat terbang dengan bebas dari pada ikan yang hanya berenang, tapi sayang dia tidak dapat memelihara burung di alam bebas. Namun bila burung dikurung di dalam sangkar maka akan hilang kebebasannya, dan dia bukan lagi sebagai seekor burung yang bebas. Dia lebih menyukai memelihara ikan. Orang yang senang memelihara ikan adalah orang yang kesepian. Han Tang pun seperti itu. Dia tidak memiliki keluarga, tidak mempunyai teman maupun pelayan. Karena dia adalah orang yang tidak mau didekati orang dan juga tidak mau mendekati orang lain. Dia menganggap di dunia tidak ada orang yang dapat dipercaya, kecuali Lao-bo. Tidak ada orang yang setia kepada Lao-bo melebihi dirinya, bila dia mempunyai ayah, demi Lao-bo dia rela membunuh ayah kandungnya sendiri. Han Tang pun senang memancing. Cara memancingnya sama seperti orang lain hanya tujuannya tidak sama. Dia senang melihat ikan yang menggelepar di pancingannya. Tiap ikan cara menggeleparnya tidak sama seperti orang bila menghadapi kematian, ekspresi tiap orang tidak sama. Dia senang melihat ikan menggelepar di dalam pancingannya, dia pun senang melihat orang menggelepar menjelang kematiannya. Namun sampai hari ini dia belum pernah melihat orang yang tidak takut menghadapi kematian. Mungkin hanya Lao-bo yang mampu. Dalam hati Han Tang, Lao-bo bagai seorang dewa. Walau Lao-bo melakukan apa pun dia tetap menganggap semuanya benar. Walau Lao-bo memperlakukan dia seperti apa pun dia tidak akan marah. Kadang dia pun tidak tahu mengapa Lao-bo melakukannya tapi dia yakin Lao-bo pasti memiliki alasan yang khusus. Dia sering membunuh orang namun Lao-bo tidak senang membunuh orang. Bila kesepian dia akan datang ke kolam ikan. Oleh karena itu dia sering melampiaskan keinginan membunuhnya kepada ikan. Kadang kala dia menaruh ikan ke dalam sebuah sangkar dan menjemurnya di bawah sinar matahari. Dan ikan itu akan mati perlahan-lahan. Dia sangat menikmati pada saat ikan itu mulai mati perlahan-lahan, demikian juga perasaannya kepada orang. Seringkali dia berpikir bila kematian menjemputnya, apakah saat itu akan seru" Orang senang memelihara ikan di pekarangan atau di belakang rumah. Selain memelihara ikan mereka memiliki pekerjaan yang lain. Orang lebih mementingkan pekerjaan dari pada memelihara ikan. Tapi untuk orang yang betulbetul senang memelihara ikan, mereka menganggap memelihara ikan adalah hal yang sangat penting, Orang yang senang memelihara ikan biasanya memiliki sifat yang aneh. Mencari orang yang aneh tidaklah sulit bagi seorang Meng Xing-hun. Akhirnya Meng Xing-hun menemukan tempat Han Tang. Matahari senja menyinari kolam ikan dan tampak berkilauan. Meng Xing-hun pun berada di bawah matahari senja. Dia melihat ada orang yang sedang duduk di sisi kolam, pancingan ditarik dan sudah ada seekor ikan yang terpancing. Orang itu sedang menikmati ikan yang sedang menggelepar- di pancingannya. Meng Xing-hun tahu orang itu tidak salah lagi adalah. Han Tang. Dia sudah sering berpikir bagaimana cara menghadapi Han Tang. Tapi sampai hari ini tidak ada satu cara yang bisa dipakai. Akhirnya Meng Xing-hun memilih cara yang paling mudah dan langsung. Dia bersiap menghadapi Han Tang langsung kemudian membunuhnya. Bila tidak ada kesempatan terbunuh pun tidak menjadi masalah. Membunuh orang seperti Han Tang harus berani mempertaruhkan nyawa, bila tidak dengan cara apa pun tidak akan ada gunanya. Sekarang Meng Xing-hun sudah bertemu dengan Han Tang dan langsung menghampirinya. Dia membunuh Han Tang semua ini demi Gao Lao-da dan juga dirinya sendiri. Orang yang selalu mencari sesuatu, dalam hatinya selalu merasa sedih, walaupun dia selalu mencari sesuatu namun dia sendiri tidak tahu apa yang dicarinya. Terus menerus mencari malah membuatnya merasa kelelahan. Meng Xinghun sudah lelah. Dia berharap setelah membunuh Han Tang dia akan kembali seperti dulu. Tiap orang pasti berharap mendapat lawan yang kuat dan dapat menandinginya, untuk hal ini mereka rela mengorbankan apa pun. Saat Meng Xing-hun mendekati Han Tang hatinya sangat tegang sekaligus gembira seperti seorang prajurit yang berada di medan tempur untuk pertama kalinya. Langkah Meng Xing-hun begitu ringan seperti seekor kucing yang mengendap-endap hendak menangkap seekor tikus. Dia tidak sengaja meringankan langkahnya semua ini karena dia sudah terbiasa berjalan seperti itu. Melatih langkah yang begitu ringan bukan hal yang mudah. Han Tang tidak membalikkan tubuhnya juga tidak mengangkat kepalanya, dia pun tidak mengalihkan pandangannya dari kolam. Ikan yang berada dalam pancingan Han Tang sudah berhenti menggelepar karena ikan itu sudah mati. Tiba-tiba Han Tang bertanya, "Apakah kau kemari untuk membunuhku?" Meng Xing-hun menghentikan langkahnya. Han Tang tidak melihatnya dan Meng Xing-hun belum sempat bicara padanya. Apakah orang ini bisa mencium hawa membunuh dari Meng Xing-hun" "Kau sudah membunuh berapa orang?" tanya Han Tang. "Sangat banyak," jawab Meng Xing-hun. "Pasti sudah sangat banyak, bila tidak langkah kakimu tidak akan begitu ringan." Han Tang tidak senang bicara bertele-tele. Namun di balik semua itu dia mempunyai maksud lain. Hanya orang yang memiliki hati tenang mala langkah kakinya bara begitu ringan. Orang yang berniat membunuh hatinya tidak akan tenang. Apalagi niat Meng Xing-hun ke sini adalah untuk membunuh Han Tang hatinya lebih tidak tenang lagi. Walaupun Han Tang tidak mengutarakannya tapi Meng Xing-hun sudah tahu maksudnya. Dia mengakui bahwa Han Tang adalah orang yang sangat menakutkan. "Apakah kau sudah tahu siapa aku?" tanya Han Tang. "Aku tahu!" Tiba-tiba Han Tang mengatakan sesuatu yang aneh, "Baiklah kalau begitu mari kita memancing." Undangan ini sangat tiba-tiba, aneh, jarang ada orang yang mengundang orang yang akan membunuhnya. Dan ajakan seperti ini tidak ada yang mau menerimanya. Tapi Meng Xing-hun berjalan menghampirinya, kemudian duduk dalam jarak beberapa meter dari Han Tang. Tangan Han Tang masih memegang beberapa batang alat pancing begitu dilempar pancingan itu jatuh ke hadapan Meng Xing-hun. Meng Xing-hun menangkapnya kemudian mengucapkan, "Terima kasih!" "Biasanya kau memakai umpan apa untuk memancing?" "Biasanya aku memakai 2 macam umpan." "Umpan macam apa?" "Yang satu adalah umpan yang paling disukai oleh ikan dan semacam lagi adalah umpan yang aku sukai," jawab Meng Xing-hun. "Keduanya sangat baik," Han Tang Mengangguk. "Lebih baik lagi bila tidak memasang umpan dan membiarkan itu memancingku." Han Tang terdiam. Sampai saat ini dia belum melihat wajah Meng Xing-hun dan tidak ada niat untuk melihat Meng Xing-hun. Namun Meng Xing-hun ingin melihat Han Tang. Wajah Han Tang sangat biasa, hidung, mata, mulut pun biasa. Dia seperti orang biasa yang Meng Xing-hun temui sehari-hari. Wajah yang biasa ini bila dipasang di tubuh orang lain tidak akan diperhatikan oleh siapa pun. Tapi karena dipasang di tubuh Han Tang, hal itu sudah bukan hal yang biasa lagi, melihat Han Tang hati Meng Xing-.hun serasa tertekan dan dia merasa takut. Hampir membuat Meng Xing-hun tidak dapat bernafas. Meng Xing-hun mulai memasang pancingannya. Tiba-tiba Han Tang berkata, "Kau lupa memasang umpan." Meng Xing-hun sangat terkejut setelah lama dia baru menjawab, "Aku sudah bilang bila memancing aku tidak pernah menggunakan umpan." "Kau salah, jika tidak ada umpan maka tidak akan ada ikan." Meng Xing-hun memegang pancingannya dengan erat dan dia berkata, "Dapat atau tidak mendapatkan itu tidak jadi masalah asal aku dapat memancing." Han Tang mengangguk dan berkata, "Betul juga." Tiba-tiba Han Tang membalikkan tubuh dan melihat Meng Xing-hun, pandangan Han Tang seperti paku sudah memaku Meng Xing-hun hingga ke dalam daging dan talangnya. Meng Xing-hun merasa wajahnya menjadi beku. "Siapa yang menyuluhmu ke sini?" tanya Han Tang. "Aku sendiri yang mau." "Apakah kau sendiri yang akan membunuhku?" "Benar." Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mengapa?" Meng Xing-hun menolak untuk menjawab karena memang tidak perlu untuk menjawabnya, dia yakin Han Tang sendiri sudah mengerti. Setelah lama Han Tang baru mengangguk kemudian berkata, "Aku tahu siapa kau." Meng Xing-hun terperanjat, "Oh?" "Dalam beberapa tahun ini telah muncul seorang pembunuh yang sangat menakutkan, dia membunuh orang yang sulit dibunuh." "Oh?" "Dan yang pasti pembunuh itu adalah kau." Meng Xinghun hanya terdiam. Diam artinya Meng Xing-hun mengakuinya. "Bila kau ingin membunuhku,sekarang masih belum dapat kau lakukan," kata Han Tang. "Mengapa?" "Pembunuh jarang ada yang pintar tapi kau sangat pintar, cara berpikirmu pun sangat tinggi dan cenderung aneh." Meng Xing-hun terus mendengarkan. Kata Han Tang lagi, "Karena cara berpikirmu aneh dan tinggi karena itu kau tidak pernah bisa menjadi pembunuh yang baik. Seorang pembunuh tidak boleh terlalu pintar dan seorang pembunuh bukan tipe orang yang suka berpikir." "Mengapa?" tanya Meng Xing-hun. "Karena orang yang pintar pada saat membunuh dia akan merasa takut." "Bila aku takut aku tidak akan kemari." Han Tang berkata lagi, "Datang ke sini adalah hal yang berbeda dan takut pun adalah hal yang berbeda juga." "Kau menganggapku takut, aku takut apa?" tanya Meng Xing-hun. "Kau takut kepadaku, kau ingin membunuhku tapi kau juga tahu aku lebih kuat darimu." Pandangan matanya sangat tajam dan dengan perlahan dia berkata, "Karena takut itulah kau akan melakukan kesalahan." Meng Xing-hun bertanya dengan penasaran, "Kesalahan apa?" "Pertama, kau lupa memasang umpan. Kedua, kau tidak melihat pancingan itu sudah terpasang umpan." Telapak tangan Meng Xing-hun keluar keringat dingin. Dia merasa pancingannya bergoyang, artinya ada ikan yang terpancing. Bila pancingan itu dapat menangkap ikan berarti pancingan itu memang sudah ada umpan sejak tadi. Kalau pancingan itu memang sudah ada umpan artinya Meng Xing-hun benar-benar takut pada Han Tang. Bila tidak takut kepada Han Tang dia pasti melihat bahwa pancingan itu memang sudah ada umpannya. Kata Han Tang lagi, "Seorang pembunuh tidak boleh melakukan kesalahan apalagi kau sudah melakukan kesalahan sebanyak dua kali." Meng Xing-hun tiba-tiba tertawa dan berkata, "Melakukan, kesalahan satu kali saja sudah fatal dan melakukan kesalahan dua kali adalah, mati." "Kematian sebenarnya tidak boleh dijadikan mainan." Meng Xing-hun hanya tertawa. "Mengapa kau tertawa?" tanya Han Tang. "Aku tertawa karena kau pun sudah melakukan kesalahan." "Oh!" Seru Han Tang. Kemudian Meng Xing-hun melanjutkan lagi, "Sebenarnya kau tidak perlu memberitahu kata-kata tadi kepadaku karena kau sudah menceritakannya maka kau pun sudah melakukan kesalahan." Karena merasa aneh Han Tang bertanya, "Di mana letak kesalahanku?" "Kau mengatakan semua ini sebab kau tidak sanggup membunuhku dan kau berusaha membuatku menjadi takut." Pancingan Han Tang pun bergerak namun dia tidak mengangkatnya. Kata Meng Xing-hun lagi, "Pengalamanmu lebih banyak, hatimu pun lebih kejam dari diriku. Pada saat menyerang aku tidak secepat dirimu semua ini sudah aku pikirkan." "Bila semua sudah kau pikirkan, mengapa masih datang ke sini?" "Karena aku masih mempunyai kelebihan lain." "Oh!" Kata Meng Xing-hun melanjutkan lagi, "Aku lebih muda dari dirimu." "Lebih muda bukan kelebihan tapi kekurangan." Meng Xing-hun membantah, "Anak muda memiliki tenaga dan stamina lebih kuat." "Stamina?" "Pembunuh profesional tidak akan melakukan hal yang tidak dapat dia lakukan. Kau tidak dapat membunuhku, itu artinya kau belum mulai." Han Tang tertawa dingin. Wajah Han Tang selalu tidak menunjukkan perasaan, yang ada hanyalah tawa dingin. Bisa membuat orang seperti Han Tang menunjukkan perasaannya artinya cara itu sangat tepat, paling sedikit sudah mengenai titik kelemahannya. Meng Xmg-hun menyambung lagi, "Kau selalu menungguku lengah pada saat itu kau akan langsung menyerang namun aku tidak akan memberi kesempatan, karena, itu kita harus saling menunggu. Siapa yang kuat dia yang akan menang." Han Tang terdiam lama baru berkata, "Kau adalah orang yang menarik." "Menarik?" "Aku belum pernah membunuh orang seperti dirimu." Meng Xing-hun berkata, "Tentu saja sebab orang sepertimu tidak akan sanggup membunuh orang seperti diriku." Han Tang tampaknya sedang berpikir dan sepertinya dia tidak mendengar kata-kata Meng Xing-hun, setelah lama dia baru berkata, "Aku belum pernah membunuh orang seperti dirimu tapi aku pernah bertemu dengan orang seperti dirimu." Meng Xing-hun hanya bisa mengucapkan, "Oh." "Orang seperti dirimu tidak banyak, tapi aku benar pernah bertemu dengan orang seperti dirimu," kata Han Tang. "Siapakah?" tanya Meng Xing-hun. "Ye Xiang." Memang benar Han Tang mengenal Ye Xiang. Hal ini dapat ditebak oleh Meng Xing-hun. Tapi dia tidak dapat menebak dari mana mereka bisa saling mengenal" Dan mereka memiliki hubungan apa" Han Tang terus berkata, "Dia sangat tenang, cepat, dan pemberani. Siapa pun yang dibunuh olehnya, dalam sekali pukul langsung melayang jiwanya. Dalam hal membunuh tidak ada yang lebih baik dari dirinya." Meng Xing-hun pun berkata, "Memang dia orang seperti itu." "Apakah kau mengenalnya?" Meng Xing-hun mengangguk. Meng Xing-hun tidak ingin berbohong karena dia tahu bahwa Han Tang tidak suka dibohongi. Sekarang Han Tang adalah musuhnya namun Meng Xing-hun merasa entah mengapa di depan oramg ini dia selalu mengatakan yang sebenarnya. Orang yang mampu membuat Meng Xing-hun mengatakan hal yang sebenarnya tidak banyak. "Kalian pasti saling mengenal, aku sudah dapat menebaknya dan kalian datang dari tempat yang sama." "Bagaimana kau tahu kami datang dari mana?" tanya Meng Xing-hun. Han Tang menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Aku belum pernah menanyakannya karena aku tahu dia tidak akan pernah mengatakannya." "Di mana kau mengenalnya?" tanya Meng Xing-hun. "Dia adalah satu-satunya orang yang dapat lolos dari tanganku." Meng Xing-hun menanggapi, "Aku percaya hal itu" "Aku tidak membunuhnya bukan karena aku tidak sanggup melainkan aku yang tidak mau." "Mengapa?" tanya Meng Xing-hun. "Semua perkerjaan membunuh bukan hanya kita saja, kecuali perkerjaan pembunuh, di dunia ini pembunuh profesional tidak banyak, Ye Xiang adalah salah satunya." "Kau membiarkan Ye Xiang hidup karena kau ingin dia membunuh orang lebih banyak lagi," Tanya Meng Xinghun. "Benar." "Kau salah!" "Apa yang salah?" "Sekarang ini dia sudah tidak berani membunuh orang lagi." "Mengapa?" tanya Han Tang heran. "Karena kau sudah menghancurkan rasa percaya dirinya." Sekarang Meng Xing-hun tahu mengapa Ye Xiang bisa seperti itu. Setelah lama Han Tang baru mengangguk dan berkata, "Benarkah dia sudah tidak sanggup membunuh lagi" Seharusnya waktu itu dia langsung kubunuh saja." Han Tang mengangkat kepalanya dan memandang Meng Xing-hun kemudian dia berkata, "Hari ini aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, aku tidak akan membiarkanmu hidup pada saat keluar dari sini." Meng Xing-hun hanya menjawab, "Aku tidak akan menyalahkanmu untuk hal ini karena aku pun tidak akan membiarkanmu hidup...." Tiba-tiba Meng Xing-hun menutup mulutnya. Mulut Han Tang pun sepertinya menjadi kaku. Karena mereka mencium gerakan yang membawa hawa darah. Bila ikan berada di antara gunung. Senja sudah tiba. Mereka berdua melihat ada 2 orang masuk. Dua orang ini penuh dengan darah, seluruh tubuh tidak ada yang tidak ternoda oleh darah. Bisa bertalian hidup sampai ke tempat itu hanya karena mereka masih ingin terus hidup. Karena keinginan hidup membuat mereka bisa melakukan hal yang tidak mungkin. Tiba di depan Han Tang barulah mereka roboh. Han Tang masih memandang pancingannya, sepertinya langit runtuh pun tidak akan membuatnya gentar. Meng Xing-hun melihat kedua orang itu, di antaranya ada seseorang dengan sorot mata meminta dan dengan suara terengah-engah dia berkata, "Tolong, sembunyikan kami. Di belakang ada yang mengejar...." Yang lainnya berkata, "Kami adalah orang-orang suruhan Lao-bo, karena kecerobohan anak laki-laki Lao-bo, Sun Jian jadi terbunuh." Meng Xing-hun melihat Han Tang, dia menyangka setelah mendengar berita ini, Han Tang akan bertanya sesuatu. Sepertinya Han Tang tidak mendengarkan ucapan mereka. Orang itu berkata lagi, "Kami bukan orang penakut tapi kami harus memberitahu kabar ini kepada Lao-bo." Yang seorang lagi berkata, "Asal kau mau membantu kami, Lao-bo pasti akan sangat berterima kasih kepada tuan-tuan. Tuan-tuan pun pasti tahu bahwa Lao-bo sangat senang berteman." Meng Xing-hun hanya mendengarkan ucapan mereka, sedikit pun tidak ada reaksi. Dia menunggu reaksi Han Tang. Han Tang tetap tidak bereaksi sepertinya dia pun tidak mendengar kata-kata tentang Lao-bo. Meng Xing-hun sangat kagum kepada ketenangan Han Tang dan dia mulai merasa terkejut. Dari sosok seorang Han Tang, Meng Xing-hun menjadi lebih mengenal Lao-bo, semakin mengenal Lao-bo semakin membuatnya takut. Lao-bo dapat membuat seorang Han Tang begitu penurut dan setia. Dari sini dapat diketahui bagaimana sosok seorang Lao-bo. Melihat sorot mata orang itu yang begitu ketakutan, di luar sudah ada 3 orang yang masuk. "Sudah kukatakan, kemana pun kalian pergi kalian tidak akan bisa lolos." Teriak salah seorang. Orang yang kedua berkata, "Kami sudah sampai di sini, paling sedikit kami harus berkenalan dengan pemilik kolam." Orang yang ketiga bertanya, "Siapa pemilik kolam ini?" Matanya melihat Meng Xing-hun. "Aku hanya memancing." Orang pertama berkata lagi, "Siapa pun tuan rumahnya, tidak menjadi masalah, asalkan orang-orang tadi kau suruh keluar kalian akan aman, bila tidak...." Orang kedua pun berkata, "Mereka adalah anak buah LaO-bo, mereka sudah membunuh orang-orang kami, yang kami cari adalah mereka berdua." Orang yang terbaring di tanah mulai memberontak sepertinya mereka akan melarikan diri. Tiba-tiba Han Tang bertanya, "Apakah mereka yang kalian inginkan?" Begitu dia membuka mulut, Meng Xing-hun sudah tahu bahwa Han Tang akan bertindak. Pada saat dia bertindak, ketiga orang itu tidak akan hidup lebih lama lagi. "Ya, Kami akan membawa orang ini," jawab orang pertama. "Baiklah!" Pada saat kata 'baik' diucapkan dari mulutnya, dia sudah mulai bertindak, tidak ada yang melihat bagaimana Han Tang bergerak. Hanya terdengar suara 'PUG' dan kepala dua orang yang terlihat terluka sudah pecah. Terpaksa Meng Xing-hun mengelak karena darah Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bercipratan kemana-mana. Han Tang tidak menoleh dan dia berkata, "Cepat bawa orang ini pergi!" Ketiga orang itu sangat terkejur dan mulai gelisah. Mereka tidak tahu mengapa Han Tang membunuh anak buah Lao-bo, tapi Meng Xing-hun tahu alasannya. Orang-orang pemberontak itu luka-lukanya tidak separah seperti yang terlihat dari luar dan dia mengetahui di lengan baju mereka tersimpan senjata rahasia. Ini adalah tipuan. Tipuan yang diperlihatkan kepada Han Tang. Bila Han Tang percaya bahwa mereka adalah anak buah Lao-bo, Han Tang akan berada dalam posisi yang sulit. Meng Xing-hun tidak tahu bahwa Han Tang bisa menebak hal itu karena Han Tang sama sekali tidak pernah memandang mereka. Lawannya yang bertiga itu merasa lebih aneh lagi. Meng Xing-hun memandang mereka dan dengan sorot mata aneh, mereka tampak bingung bagaimana harus bercerita kepada Han Tang. Ucap orang kedua, "Kami kemari hanya untuk meminta nyawa mereka, sekarang mereka sudah mati, sebaiknya kami permisi pulang." Kata-kata orang ini selalu ramali dan sepertinya hanya untuk menutupi rencananya. Setelah habis berkata mereka bertiga berbarengan mundur. Pada saat itu pun terlihat berkelebat cahaya golok yang berkilauan. Tiga orang berbarengan berteriak kemudian mematung, tiga buah kepala seperti tiga bola yang ditendang oleh orang dan terbang ke atas langit. Golok yang sangat cepat. Golok masih bersih tidak terlihat ada bercak darah sedikit pun. Golok ini digenggam oleh seorang laki-laki yang tegap dan berbaju mewah. Walaupun orang ini tidak memegang golok dia tetap akan membuat orang-orang gemetaran. Dia datang dengan hawa membunuh. Sekali melihat pun tahu bahwa orang ini biasanya senang memerintah. Hanya orang berkedudukan, tinggi, bisa menjadi begitu angkuh. Meng Xing-hun tahu bahwa orang ini bukan teman Laobo. Hanya terdengar- suara berat berkata, "Mereka berlima anak buah Wan Peng-wang. Sengaja membuat sandiwara ini untuk menipumu, seharusnya kau jangan membiarkan mereka melarikan diri." Hati Meng Xing-hun terasa tenggelam. Orang ini adalah teman Lao-bo, bila dia bersatu dengan Han Tang, dia tidak alon mempunyai kesempatan untuk membunuh Han Tang lagi. "Apakah kau mengenal Lao-bo?" tanya Han Tang. Orang ini tertawa dan berkata, "Lao-bo pernah membantuku dan aku selalu mancari kesempatan untuk membalas budinya. Aku tahu bahwa Lao-bo sedang berselisih dengan Wan Peng-wang karena itu aku selalu mengawasi gerak gerik Wan Peng-wang." Han Tang mengangguk dan berkata, "Terima kasih." Saat Han Tang mengucapkan kata terima kasih, Han Tang sudah merasa ada yang tidak beres. Karena Meng Xing-hun merasa Han Tang bukan orang yang terbiasa mengucapkan terima kasih. Saat itu Meng Xing-hun melempar pancingannya, terlihat benang pancingan itu sudah melilit leher orang itu. Han Tang sepertinya akan membunuh orang yang sudah menolongnya. Sepertinya Han Tang akan membunuh semua orang. Tali pancing sudah melilit leher orang itu dengan erat dan kencang, dan tali itu kencangnya seperti urat sapi. Nafasnya serasa berhenti. Hanya tinggal sekali pukul, Han Tang akan berhasil membunuh orang ini. Sekali pukul langsung mengenai sasarannya, cara seperti ini adalah cara Han Tang. Juga cara Meng Xing-hun membunuh. Tapi sepertinya kali ini Han Tang sudah melakukan kesalahan. Karena semenjak orang itu datang, dia tidak pernah melihat golok yang dipegang oleh orang itu. Saat goloknya diayun, tali yang melilit leher orang itu sudah putus. Orang ini kemudian meloncat sangat tinggi, langsung mundur dan menghilang. Han Tang sudah melakukan kesalahan dan dia terlalu percaya kepada kekuatan tali pancingan itu, juga terlalu percaya diri. Bila seseorang terlalu percaya diri, dia akan melakukan kesalahan yang fatal, kadang-kadang seseorang itu lebih baik tidak memiliki rasa percaya diri. Pertama kalinya Meng Xing-hun melihat wajah Han Tang yang berubah. Han Tang dan. Meng Xing-hun meragukan bahwa orang itu bukan teman mereka. Dari dalam kegelapan muncul kembali 3 orang. Saat melihat 3 orang itu, Han Tang terlihat sudah kembali tenang dan tiba-tiba orang-orang itu tertawa kepada Han Tang kemudian berkata, "Mengapa kau tahu bahwa kelima, orang tadi adalah pembohong" Dan akulah yang akan membunuhmu?" Han Tang tidak menjawab malah balik bertanya, "Kalian semua adalah anak buah Wan Peng-wang." "Aku adalah Tu Da-peng," jawab orang itu. Orang yang baru tiba pun ikut berbicara, "Aku adalah Jin-peng." "Aku adalah In-peng." "Aku adalah Nu-peng." Sandiwara ini telah usai, mereka tidak perlu berbohong lagi. Apalagi sejak awal. mereka belum sempat membohongi Han Tang. Mata Han Tang terus menyipit, dia mengenal 4 orang ini dan juga tahu mengenai kehebatan mereka. Perlahan-lahan mereka mulai mendekat Han Tang. Meng Xing-hun merasa posisinya saat ini sungguh lucu, dia datang ke sini untuk membunuh Han Tang dan sekarang ini Tu Da-peng menganggap dia adalah teman Han Tang. Dan mereka tidak akan melepaskan Meng Xing-hun begitu saja. Apakah Han Tang menginginkan dia menemaninya mati" Satu-satunya cara untuk bertahan, hidup adalah membantu Han Tang membunuh keempat orang itu namun dia tidak dapat melakukan hal itu. Meng Xing-hun tidak dapat memperlihatkan kepandaiannya di depan orang-orang itu. Dia pun tidak sanggup membunuh keempat orang itu untuk tatap mulut. Karena itulah dia harus ikut mati. Tu Da-peng berbicara dilanjutkan oleh Nu-peng, Inpeng, dan Jin-peng. "Han. Tang seharusnya kau merasa bangga karena pada saat kami membunuh Sun Jian, kami tidak perlu menggerakkan jari-jari kami tapi kali ini kami harus mengerahkan sekuat tenaga." "Apakah kau tahu. mengapa kami harus membunuhmu" Karena kau adalah teman baik Sun Yu-bo. Saat ini Wan Peng-wang dan Sun Yu-bo sedang bermusuhan." "Kau pasti bertanya-tanya mengapa kami tahu hubunganmu dengan Sun Yu-bo, karena ada orang yang memberitahu kami. Sayang seribu sayang, seumur hidupmu kau tidak akan mampu menebak siapa orang ini." "Karena orang ini sangat dipercaya oleh Sun Yu-bo karena itu kami jadi. tahu bagaimana hubunganmu dengan Sun Yu-bo." "Sun Yu-bo selalu menganggap semua anak buahnya sangat setia namun sekarang orang yang dia percayai sudah berani menjualnya, seperti sebatang pohon dengan akarnya yang sudah lapuk." "Bila akarnya sudah lapuk pohonnya akan cepat tumbang." "Tapi kau tenang saja sebab Sun Yu-bo akan menyusul ke neraka untuk mencarimu." Han Tang terus mendengarkan, dia terlihat sangat tenang. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, otot mulutnya sepertinya sudah menjadi kaku. Semenjak tadi Meng Xing-hun merasa aneh mengapa Tu Da-peng terus berbicara, sekarang dia baru mengerti, mereka terus berbicara hanya untuk membuat perhatian Han Tang menjadi buyar dan membuat Han Tang menjadi tegang. Bila Han Tang tegang maka otot-ototnya akan menjadi keras dan kaku, bila sudah seperti itu akan membuat orang menjadi lemah dan gerakan pun menjadi lambat. Meng Xing-hun sepertinya sudah dapat menebak bagaimana nasib Han Tang selanjutnya. Bagaimana dengan Meng Xing-hun sendiri" Tiba-tiba dia melihat Tu Da-peng melambai-lambaikan tangan kepada Meng Xing-hun, dan dia pun mendekati Tu Da-peng. Meng Xing-hun begitu gemetaran saat mendekati Tu Dapeng. Walaupun dia tidak pernah mendengar nasihatnasihat Lao-bo, namun Meng Xing-hun tahu bagaimana harus membuat musuh salah tafsir dan membuat musuh memandang enteng kepadanya. Mata Tu Da-peng seperti sebuah pecut. Dan pecut ini seperti sedang diayun-ayunkan olehnya. Setelah lama Tu Da-peng bertanya kepadanya, "Apakah kau ke sini hanya untuk memancing?" Meng Xing-hun mengangguk. "Apakah kau kenal dengan Han Tang?" Meng Xing-hun menggelengkan kepalanya. Tanya Tu Da-peng lagi, "Bila dia tidak mengenalmu, mengapa dia membiarkanmu memancing di sini?" Meng Xing-hun hanya menjawab, "Karena.... aku adalah seorang pemancing." Kalimat itu sungguh tidak masuk akal dan sama sekali bukan penjelasan yang bagus. Tapi Tu Da-peng menganggukkan kepalanya dan berkata, "Benar juga, karena kau hanya seorang pemancing, Han Tang menganggap kau bukan ancaman baginya karena itu dia mengijinkanmu memancing di sini." "Aku pun menganggapnya seperti itu," kata Meng Xinghun. "Sayang, kau bukan orang tuli," kata Tu Da-peng. Meng Xrng-hun tidak mengerti ucapan Tu Da-peng kemudian dia pun bertanya, "Apa maksudnya aku bukan seorang yang tuli?" "Bila kau adalah seorang yang tuli kami pasti akan melepaskanmu namun sekarang ini kau sudah mendengar begitu banyak. Dengan terpaksa kami harus membunuhmu untuk tutup mulut, sungguh kami sangat menyesal." Kata-kata Tu Da-peng sangat ramah jarang ada orang yang bisa berkata begitu ramah. Meng Xing-hun sudah dapat menebak mengapa Tu Dapeng sangat dipercayai oleh Wan Peng-wang. Dia pun merasa untuk lolos dari tangan Tu Da-peng sungguh tidak mudah. Tu Da-peng bertanya lagi, "Apakah kau bisa silat?" Meng Xing-hun menggeleng-gelengkan kepalanya. Kata Tu Da-peng lagi, "Bila kau bisa silat kemungkinan masih memiliki sedikit kesempatan untuk hidup, di antara kami berempat kau boleh memilih satu sebagai lawanmu dan bila kau menang melawannya dengan satu jurus saja, aku akan membiarkanmu pergi." Ini adalah tawaran yang sangat menarik. Di antara mereka berempat dilihat dari mana pun mereka bukan lawan yang tangguh untuk seorang Meng Xing-hun. Sungguh sulit menolak tawaran menarik ini tapi bila dia menerima tawaran, ini dia akan. seperti seekor ikan yang siap menelan umpan. Di luar gunung tampak banyak bayangan orang, golok dan pisau pun berkilauan. Tu Da-peng tidak bohong, mereka telah mengerahkan tenaga penuh. Saat ini orang yang senang memelihara ikan sudah menjadi seekor ikan. Seekor ikan yang berada di dalam jala. Meng Xing-hun tidak ingin menelan umpan tapi bila dia menolak, apakah orang-orang itu akan tahu bahwa dia adalah orang yang pintar" Umpan yang disodorkan Tu Da-peng pun ada dua macam, dan kedua-duanya sangat disukai oleh Tu Da-peng. Meng Xing-hun merasa lehernya yang kaku seperti sudah dililit oleh seutas tali. Dengan sudah payah dia membalikkan kepalanya dengan tidak sengaja matanya melihat mata Tu Da-peng, dari pancaran matanya Meng Xing-hun melihat adanya sedikit harapan. Karena pada saat matanya melihat mata Tu Da-peng, tidak terlihat adanya hawa membunuh, sebaliknya Tu Dapeng tampak memandang ringan Meng Xing-hun. Meng Xing-hun menundukkan kepalanya dan secara tiba-tiba dia menubruk Tu Da-peng, dari pancaran mata Tu Da-peng terlihat dia sedang menahan tawa. Kemudian golok pun sudah diayunkan. Meng Xing-hun berteriak, "Kau adalah orang yang aku pilih." Meng Xing-hun berteriak sambil menubruk ujung golok Tu Da-peng. Sepertinya dia tidak tahu bahwa golok itu bisa membunuh orang. Ujung golok menusuk ke dalam dadanya, seperti seekor ikan meluncur masuk ke dalam air sangat licin dan cepat. Meng Xing-hun sama sekali tidak merasa sakit. Meng Xing-hun berteriak lagi dan jatuh kemudian tidak dapat bangun. Dia jatuh dengan posisi wajah mencium tanah. Suara teriakan berhenti dan darah mengalir mengikuti ujung golok kemudian menetes. Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tu Da-peng melihat Meng Xing-hun roboh seperti melihat seekor ikan yang mati. Dengan perlahan dia berkata, "Anak ini hanya tahu memancing." Nu-peng pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, berkata, "Aku pun tidak mengerti mengapa dia memilihmu?" "Sebab memang dia ingin mati." Pada saat dia berkata 'mati', tubuh Tu. Da-peng sudah meloncat menjauh dan bersamaan dengan waktu itu Jinpeng, In-peng, dan Nu-peng juga ikut meloncat. Mereka menggunakan cara dan kecepatan yang sama. Keempat orang itu seperti empat panah dan pada saat yang sama dilepaskan dari busurnya dan sasarannya tidak lain adalah Han Tang. Tidak ada orang yang bisa lolos dari panah ini, begitu pun dengan Han Tang. Benar saja Han Tang roboh. Cahaya golok semakin berkilauan dan menghilang dengan cepat. Pertarungan yang seru dan begitu cepat selesai, sebab semua cahaya dan tenaga secara bersamaan dikeluarkan, mereka berempat sudah mengelilingi Han Tang. Nyawa Han Tang benar-benar terancam. Pada saat mereka meninggalkan Han Tang saat itulah Han Tang sudah roboh dan tidak akan pernah bisa bangun kembali. Pertarungan hanya terjadi dalam waktu singkat dan cara menyelesaikannya pun sangat sederhana. Sederhananya seperti mengeluarkan sebuah hembusan nafas. Tapi Meng Xing-hun sangat seksama memperhatikan pertarungan itu. Meng Xing-hun dengan sangat teliti memperhatikan gerakan mereka. Jurus-jurus mereka tidak semudah yang dilihat paling sedikit mereka sudah, mengeluarkan 13 jurus. Setiap jurus gerakannya sangat kejam dan cepat. Meng Xing-hun tidak mati, dia sering membunuh orang dan dia tahu bagaimana dengan menusuk satu kali bisa langsung mematikan dan sebaliknya dia juga tahu bagaimana menusuk dengan cara yang tidak mematikan. Karena itulah dia lebih suka bila dia sendiri yang menusuk ujung golok Tu Da-peng ke dadanya. Meng Xing-hun membiarkan golok Tu Da-peng menusuk bagian tubuhnya yang tidak berbahaya walaupun bagian ini sangat dekat dengan jantung. Cara membunuh yang paling sulit adalah harus tepat mengenai sasaran, sama sekali tidak boleh meleset. Walau kepandaian Tu Da-peng sangat tinggi tetapi dia tidak mempunyai banyak pengalaman dalam membunuh orang, meskipun seseorang mempunyai ilmu kungfu yang tinggi tetapi belum tentu mengetahui cara untuk membunuh orang. Seperti seseorang yang telah mempuyai 8 orang anak belum tentu dia mengetahui artinya cinta. Sebenarnya tusukan Tu Da-peng tidak tepat menusuk pada sasaran tetapi dia menyangka sudah tepat menusuk ke jantung Meng Xmg-hun. Meng Xing-hun dengan cepat merobohkan dirinya, dia tidak ingin ujung golok terlalu dalam menusuk dadanya. Setelah dia menjatuhkan diri wajah Meng Xing-hun menghadap ke arah tanah karena dia tidak menginginkan banyak darah yang keluar, juga Meng Xing-hun ingin mengetahui cara mereka membunuh Han Tang. Dia juga ingin mengetahui apakah Han Tang bisa melawan mereka. Seorang Han Tang di. dunia sulit dicari tandingannya. Orang ini sewaktu hidup sangat aneh sekarang cara matinya pun aneh. Bila kita ingin membunuh orang semacam itu pasti harus menggunakan cara yang istimewa dan hal ini jarang terjadi. Oleh karena itu biarpun berbahaya Meng Xing-hun tetap ingin melihatnya. Golok itu terlalu tajam, Meng Xing-hun yang sudah lama roboh dia baru merasakan sakit, beruntung dia masih dapat menutup luka dengan tangannya. Waktu itu Tu Da-peng sudah mulai bertarung dengan Han Tang. Sebenarnya Meng Xing-hun harus berpura-pura mati tetapi saat itu adalah kesempatan langka dan tidak dapat dibiarkan begitu saja. Meng Xing-hun terus melihat jalannya pertarungan itu. Begitu Tu Da-peng mendekati Han Tang dia sudah mengeluarkan beberapa jurus. Tiap jurus yang dikeluarkan adalah jurus yang sangat mematikan, Han Tang ingin membuat mereka menganggap bahwa dia ingin mati bersama mereka. Bila Han Tang tidak dapat hidup setelah pertarungan itu, di antara mereka berempat harus ada satu yang ikut mati dengannya. Mereka mengetahui hal ini di dalam pikiran mereka masing-masing oleh karena itu mereka menjadi tidak tenang. Di antara mereka, bila ada dua orang yang mempunyai pikiran seperti itu maka gerakan mereka akan menjadi lamban kemungkinan Han Tang mempunyai kesempatan untuk melarikan diri atau menyerang balik. Tu Da-peng adalah orang pertama yang gerakannya menjadi lambat, hal ini tidak aneh sebab dia pernah bertarung dengan Han Tang sebelumnya. Orang kedua yang gerakannya menjadi lambat adalah Inpeng. Sebenarnya dia bertarung menggunakan golok tetapi golok yang biasa dia gunakan sekarang ini terjatuh ke tanah. Gerakan Han Tang berubah lagi, sekarang dia berhadapan dengan Jin-peng dan Nu-peng. Bila bisa mengalahkan mereka berdua tentunya yang lain akan segera menyusul. Yang paling lamban gerakannya ternyata adalah orang yang paling cepat serangannya. Han Tang tidak memperhitungkan hal ini, tetapi dia tidak mempunyai waktu lagi untuk mengubah gerakannya dengan terpaksa dia menyerang Jin-peng. Jin-peng kesakitan karena serangan ini dia menggigit pundak Han Tang dan dari bahunya menetes darah. Walaupun tangan Han Tang menjadi sedikit lamban tetapi dia tetap dapat memukul tulang rusuk Nu-peng. Nu-peng tidak menghindar, biarpun tulang rusuknya patah dia menjepit tangan Han Tang dengan tangan kanannya. Persendian tangan Han Tang sudah terkunci. Walaupun dia mendengar suara tulang yang patah dia tetap tidak melepaskan tangan itu. Golok Tu Da-peng dari arah depan sudah menembus perut Han Tang. Semua otot badan Han Tang sudah tidak dapat dikendalikan lagi, air mata, ingus, air liur, dan air kencing keluar secara bersamaan. Biji matanya pun menonjol keluar, akhirnya mereka berempat melepaskan Han Tang. Jin-peng masih membungkuk seperti seekor udang, karena kesakitan wajahnya menjadi sangat pucat, air mata terus keluar karena kesakitan. Di mulutnya masih ada sepotong daging yaitu daging Han Tang. Wajah Tu Da-peng masih tercengang, dia berdiri dengan wajah, yang pucat. Ini bukan karena dia kesakitan melainkan karena ketakutan karena melihat keadaan Han Tang. Walaupun dia sering membunuh orang tetapi melihat hal ini tetap membuatnya ketakutan. Han Tang tidak roboh karena golok Tu Da-peng masih menembus perutnya. Meng Xing-hun sudah melihat semua kejadian dengan jelas. Jika bukan wajahnya yang menghadap tanah dan tidak sedang dalam posisi menekan lambung, dia akan muntah. Dia sendiri sering membunuh orang tetapi ini adalah pertama kalinya dia melihat orang dibunuh di depan matanya. Meng Xing-hun tidak menyangka pembunuhan itu sangat kejam dan licik seperti pembunuhan terhadap seekor binatang. Tu Da-peng setelah lama baru berbicara. Suaranya terdengar serak dan sangat tegang seperti sebuah anak panah yang siap ditembakkan. "Aku tahu bahwa kau tidak rela mati seperti ini. Mati pun kau akan tetap menjadi setan gentayangan, tetapi kau tidak boleh mencari kami, kau harus mencari orang yang telah menjualmu." Han Tang sudah tidak dapat mendegar kata-katanya, tetapi Tu Da-peng terus berkata, "Cepat kita pergi!" Suaranya juga terdengar gemetar. Mayat Han Tang terjatuh. Mayat ini seakan-akan menarik-narik Tu Da-peng, sepertinya dia benar-benar menjadi setan penasaran yang ingin membalas dendam. Jin-peng yang kakinya tidak dapat berjalan hanya menggulingkan tubuhnya di atas tanah, akhirnya dia dipapah oleh Nu-peng. Dia membuka mulutnya dan membuang segumpal daging ke dalam kolam yang langsung diperebutkan oleh ikan-ikan. Daging yang dimuntahkan itu adalah daging Han Tang. Jika dia masih hidup, apakah pernah terpikir bahwa ikan peliharaannya memakan daging dan darahnya" Dia biasa memakan ikan sekarang ikan yang memakannya, dulu dia membunuh orang sekarang dia dibunuh orang, ini adalah akhir hidup seorang pembunuh. Suasana masih sepi dan angin yang berhembus masih berbau darah. Meng Xing-hun masih dalam keadaan telungkup, darah dan keringat masih bercucuran. Keringat dingin sudah membasahi bajunya. Hari ini dia tidak tewas dalam pertarungan, semua sesuai dengan perhitungannya dan masih ada sedikit kemujurannya. Apakah dia beruntung" Bukan itu alasannya. Ini bukan keberuntungan juga bukan perhitungannya yang tepat. Melihat cara Tu Da-peng membunuh Han Tang dapat diketahui setiap langkah yang diambil dan gerakannya sudah sangat terlatih serta sangat terencana. Gerakan mereka sangat licik dan kejam juga sangat terencana. Tetapi mengapa golok Tu Da-peng bisa meleset dan Meng Xing-hun tidak tewas" Dari awal dia sudah curiga sekarang dia mengerti semua ini. Dia tidak tewas sebab Tu Da-peng tidak menghendaki dirinya tewas. Apa yang dipikirkan oleh Meng Xing-hun sedikit pun tidak meleset. Tu Da-peng percaya bahwa Meng Xing-hun sudah dianggap teman oleh Han Tang yang merupakan salah seorang anak buah Sun Yu-bo, oleh karena itu Tu Dapeng membiarkan Meng Xing-hun hidup untuk melaporkan hal ini kepada Sun Yu-bo bahwa yang menjual Han Tang adalah Lu Xiang-chuan, dan dialah yang menjadi pengkhianat. Tetapi Lu Xiang-chuan bukanlah seorang pengkhianat. Wan Peng-wang ingin Sun Yu-bo sendiri yang membunuh Lu Xiang-chuan. Bila ingin membunuh Sun Yu-bo harus membunuh Lu Xiang-chuan terlebih dulu. Rencananya sangat licik dan kejam. Sekarang dia menyadari kedudukan Lu Xiang-chuan dan pentingnya kedudukan Lu Xiang-chuan dalam perkumpulan Lao-bo. Sun Jian dan Han Tang sudah tewas orang yang tersisa hanya Lu Xiang-chuan. Apakah dengan mengandalkan tenaga Lu Xiang-chuan bisa mengalahkan Wan Peng-wang" Meng Xing-hun sedang berpikir, tapi dia sudah tidak sanggup untuk berpikir lagi karena dia merasa sangat kelelahan, Meng Xing-hun merasa sangat lelah dan juga sangat kedinginan sepertinya bila dia memejamkan mata mungkin dia akan langsung tertidur. Karena cuaca sangat dingin bila dia tertidur maka dia akan mati kedinginan oleh karena itu dia tidak berani untuk memejamkan mata walau sebentar, tetapi dia sama sekali tidak mempunyai tenaga untuk berdiri. Darah masih terus mengalir dari lukanya, akibat luka yang sangat parah ini banyak darah yang keluar dan menjadikannya kehilangan tenaga. Dia hanya mempunyai sedikit tenaga untuk membalikkan tubuhnya. Setelah berhasil membalikkan tubuhnya, Meng Xing-hun sudah sangat kelelahan, sepertinya dia sudah tidak dapat bertahan lagi. Pada waktu itulah dia melihat Ye Xiang. Ooo)dw(ooO Rumah itu sangat gelap dan lembab karena tidak terkena sinar matahari. Rumah itu adalah tempat tinggal Han Tang, di sudut mangan terdapat sebuah kursi tinggi, bila duduk di atas kursi ini pasti tidak terasa nyaman. Tetapi Han Tang selalu duduk di kursi ini dan dia duduk sangat lama. Han Tang tidak suka dengan kenyamanan dan tidak suka menikmati sesuatu apa pun. Han Tang hidup di dunia untuk siapa tidak seorang pun yang mengetahuinya. Sekarang yang menduduki kursi ini adalah Ye Xiang. Dia duduk dengan diam dan matanya menerawang sepertinya apa pun tidak terlihat dan tidak ada sesuatu yang dipikirkan. Sewaktu Han Tang duduk di sana ekspresinya seperti Ye Xiang. Meng Xing-hun berbaring di tempat tidur berseberangan dengan kursi itu. Dia telah menceritakan semua yang terjadi, dia sedang menunggu Ye Xiang untuk berkomentar. Sewaktu Ye Xiang mendengarkan cerita Meng Xing-hun tidak ada separah kata pun yang keluar dari mulutnya. Dengan tenang dia berkata pada Meng Xing-hun, "Hari ini kau sudah melakukan hal yang paling bodoh." Meng Xing-hun mengangguk dan dia tertawa kecut, berkata, "Aku tahu, sebenarnya aku tidak perlu menghindari tusukan golok Tu Da-peng, aku mengetahui Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dari matanya bahwa dia tidak berniat untuk membunuhku." "Bagaimanapun dalam pertarungan tadi kau tidak seharusnya meneteskan darah," kata Ye Xiang. Ye Xiang tertawa kecut dengan tenang dia berkata, "Orang yang memiliki tubuh seperti kita tidaklah banyak dan darah yang tersisa pun sedikit." Meng Xing-hun menatap langit-langit rumah itu. Atap rumah itu sangat buruk, pintunya sudah seperti bagian bawah panci. Apakah orang seperti Han Tang seumur hidup hanya mengalami penderitaan dalam menjalankan hidup" Meng Xing-hun menarik nafas dan berkata, "Kemungkinan masih ada yang lebih berharga dari pada darah." "Apakah itu?" tanya Ye Xiang, "Apakah itu air mata?" "Benar, ada beberapa jenis orang lebih baik mengeluarkan darah dari pada harus meneteskan air mata." "Orang-orang semacam itu adalah orang bodoh!" "Kemungkinan semua orang kadang-kadang menjadi orang bodoh dan melakukan hal-hal yang bodoh." Meng Xing-hun tertawa lagi dan berkata, "Sepertinya Tu Da-peng tidak perlu membiarkan aku hidup." "Benar, seharusnya tidak perlu." "Sesudah Sun Yu-bo mengetahui Han Tang sudah tewas, orang pertama yang akan dicurigai adalah Lu Xiangchuan." Kata Ye Xiang, "Biasanya bila orang yang mempunyai kesulitan dan merasa terancam, dia akan dipenuhi oleh rasa curiga yang sangat besar. Mencurigai semua orang. Menganggap semua orang tidak dapat dipercaya," Dia tertawa kecut lagi, "Ini adalah sebuah luka yang mematikan. Kesulitan dan rasa terancam tidak dapat melukainya, tetapi kecurigaan akan meminta nyawanya." "Bila Sun Yu-bo benar-benar membunuh Lu Xiangchuan, dia akan tinggal seorang diri." "Salah!" "Mengapa salah?" tanya Meng Xing-hun. "Sebab salah bila menganggap dia akan seperti itu." Kata Meng Xing-hun, "Aku tahu bahwa Sun Yu-bo bukanlah jenis orang yang mudah dikalahkan tetapi bagaimanapun kuatnya sebuah pohon jika tidak ada yang menyangganya tertiup angin sedikit saja pohon itu bisa tambang." Ye Xiang berkata, "Sebatang pohon bisa tumbuh menjadi besar pasti akarnya menancap sangat dalam." "Itu artinya....?" tanya Meng Xing-hun. "Artinya adalah akar pohon besar itu tumbuh di dalam tanah dan orang lain tidak dapat melihatnya." "Apakah Su Yu Bo masih mempunyai anak buah yang lain dan mereka adalah anak buah yang bergerak 'di dalam tanah'?" "Masih ada 2 orang lagi," kata Ye Xiang. "Dua orang tidak dapat mengalahkan 12 orang." "Kemungkinan dua orang ini lebih menakutkan dari pada 120.000 orang." "Apakah kau tahu siapa nama kedua orang itu?" Ye Xiang diam setelah lama dia baru berkata, "Aku hanya mengetahui sebuah nama yaitu Lu Chung." Meng Xing-hun mengerutkan dahinya dan bertanya, "Lu Chung yang kau maksud itu adalah Lu Man-tian?" "Benar." "Apakah hubungan antara Lu Man-tian dengan Sun Yubo?" "Dia dan Sun Yu-bo mempunyai hubungan yang sangat dekat." "Oh." "Lu Xiang-chuan adalah keponakan dari Lu Man-tian." Ye Xiang berkata lagi, "Gerakan bawah tanah Sun Yubo dibagi menjadi 2 bagian, dia adalah salah satu kepalanya." "Siapakah yang satunya lagi?" tanya Meng Xing-hun. "Dia bernama Yi-qian-long, aku yakin kau juga mengenalinya." Meng Xing-hun memang mengenalinya. Orang-orang persilatan banyak yang mengenal nama Yiqianlong. Di sepanjang Chang-jiang banyak penjahat, mereka bergerak dalam air dan darat. Yi-qian-long adalah kepala dari para penjahat itu. Kata Meng Xrng-hun, "Itu apakah artinya Sun Yu-bo dapat memerintah mereka?" Ye Xiang berkata dengan tenang, "Sun Yu-bo tidak langsung memerintah mereka, sebab dalam beberapa tahun ini Sun Yu-bo berusaha untuk menjalankan perkumpulannya dengan benar, dia tidak ingin bergaul dengan penjahat-penjahat itu. Tetapi jika Sun Yu-bo menghadapi bahaya maka mereka akan berusaha menolong." Meng Xing-hun berkata, "Tak disangka bahwa akar Sun Yu-bo menancap sangat dalam." "Sekarang terlihat bahwa Wan Peng-wang sedang berada di atas angin, tetapi pertarungan yang sebenarnya belum selesai. Sampai saat ini belum dapat diketahui siapa yang menang atau kalah." Ye Xiang memandang Meng Xing-hun dan tiba-tiba bertanya, "Apakah kau mengerti apa yang sudah kukatakan tadi?" "Ya, aku mengerti." "Apakah kau benar-benar mengerti?" tanya Ye Xiang. Meng Xing-hun balik bertanya, "Apakah kau menyuruhku untuk melepaskan tugas untuk tidak membunuh Sun Yu-bo?" "Aku tidak akan memaksamu melakukannya, aku hanya ingin menasehatimu untuk lebih berhati-hati dalam mempertahankan nyawamu." "Aku mengerti." Meng Xing-hun benar-benar mengerti, oleh karena itu dia sangat berterimakasih kepada Ye Xiang, seumur hidupnya dia sudah hancur, Ye Xiang hanya bisa bertumpu pada Meng Xing-hun saja. Semua ini karena Meng Xing-hun merupakan bayangan diri Ye Xiang. Ada suatu hal yang tidak dimengerti oleh Men Xiang Hun dan dia menanyakannya pada Ye Xiang, "Sepertinya kau sangat mengenal SunYu Bo?" Ye Xiang hanya terdiam. "Bagaimana kau dapat mengenal Sun Yu-bo dengan begitu jelas?" Meng Xing-hun bertanya-tanya dalam hatinya namun dia tidak menanyakanya lagi pada Ye Xiang karena dia mengetahui bahwa Ye Xiang tidak akan mau menjawabnya. Ye Xiang tidak menjawab pertanyaannya pasti memiliki alasan yang cukup masuk akal. Meng Xing-hun dan Ye Xiang sudah hidup bersamasama selama 6 tahun. Sekarang dia baru mengetahui bahwa dia tidak begitu mengenal Ye Xiang. Bila orang yang sudah hidup bersama tetapi tidak saling mengenal tentu hal itu sangat menyakitkan. Meng Xing-hun menarik nafas dan berkata kepada Ye Xiang, "Aku mengerti maksudmu tetapi aku tidak dapat melepaskan tugas ini, aku tetap akan melakukannya." "Mengapa harus demikian?" "Sebab aku masih memiliki kesempatan," jawab Meng Xing-hun. Ye Xiang bertanya lagi, "Apakah kau benar masih memiliki kesempatan?" "Benar." "Bila ada 2 pihak bertarung maka pihak yang ketigalah yang akan mengambil keuntungan. Antara Sun Yu-bo dan Wan Peng-wang adalah dua pihak yang sangat kuat, tetapi jika terjadi pertarungan di antara mereka tentu tenaga mereka akan terkuras, di sanalah kesempatan yang sangat baik untukku dan aku tidak akan melepaskan kesempatan itu begitu saja." "Apa keuntungan yang kau dapatkan jika berhasil membunuh Sun Yu-bo?" tanya Ye Xiang. "Aku sendiri tidak tahu, tetapi kereta sudah berjalan dan aku ada di dalam kereta itu aku harus terus mengikuti kereta itu berjalan." Kadang-kadang Meng Xing-hun merasa dirinya seperti seekor kuda penarik kereta yang ditutup matanya dengan sehelai kain. Dia merasa sudah berjalan jauh tetapi sebenarnya masih berputar-putar di tempat yang sama. Sampai di manakah dia harus terus berjalan" Dia tidak pernah memikirkannya dan tidak berani untuk memikirkannya, sebab bila terlalu banyak berpikir akan membuatnya menjadi gila. Dengan pilu Ye Xiang berkata, "Oleh sebab itukah kau ingin menunggu terus di sini?" Meng Xing-hun tertawa dengan pahit lebih pahit dari rasa empedu ikan. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan berkata, "Menunggu adalah pekerjaan yang tidak enak. Tetapi aku sudah terbiasa untuk menunggu." "Menunggu apa" Menunggu kematian atau menunggu hingga kau mati?" Meng Xing-hun tiba-tiba berkata kepada Ye Xiang, "Bila kau pulang beritahu pada Gao Lao-da bahwa dalam waktu yang telah ditentukan tugas yang diberikan bila belum bisa selesaikan aku tidak akan pulang." Ye Xiang mengangguk dengan perlahan dan berkata pada Meng Xing-hun, "Aku mengerti maksudmu, seumur hidupmu kau abdikan pada Gao Lao-da, aku sudah mengerti, sebab aku dulu pun seperti ini." "Sekarang bagaimana?" "Sekarang" Apa sekarang aku masih bisa dikatakan hidup?" Dia merasakan mulutnya sangat pahit dan dia meneguk teh yang berada di atas meja. Sudah lama Ye Xiang tidak pernah minum teh, tidak disangka sekarang yang diminum adalah arak, arak yang sangat keras dan bukanlah teh seperti dikiranya. Ye Xiang tertawa dan berkata, "Tidak disangka Han Tang juga peminum arak. Memang aku akan merasa heran jika orang seperti Han Tang bisa hidup tanpa arak." Meng Xing-hun terus berkata, "Kau sangat mengenal Han Tang?" Meng Xing-hun mengira pertanyaannya tidak akan dijawab tetapi Ye Xiang malah menjawab pertanyaannya, "Memang aku sangat mengenalnya seperti aku mengenal diriku sendiri." "Kau dan dia tidak sama." Ye Xiang tertawa kecut, "Apa bedanya, aku dan dia hidup untuk orang lain, oleh karena itu aku tidak ingin kau seperti aku dan dia." Ye Xiang menatap atap rumah itu dengan perlahan dia berkata, "Seseorang harus hidup untuk dirinya sendiri walaupun hanya satu tahun itu pun tidak apa-apa. Aku merasa hidupku tidak pernah untuk diriku sendiri." "Apa benar tidak ada satu hari pun?" Dalam mata Ye Xiang tiba-tiba keluar cahaya terang. Cahaya yang keluar ini seperti cahaya meteor, sangat singkat tetapi sangat berkilau. Karena dia hanya pernah mengalami satu liari dan hari itu adalah hari yang sangat berkilau. Karena hari itu jiwanya terbakar. Tiba-tiba Ye Xiang membalikkan tubuh dan keluar dari rumah itu. Hari itu merupakan hari yang paling ceria dan dia menyimpannya rapat-rapat hanya untuk dirinya sendiri. Karena selain hari itu, dia tidak mempunyai kenangan yang indah. Ye Xiang pergi lama. Meng Xing-hun masih terus memikirkannya, memikirkan cara kerjanya dan rahasianya. Antara dia, Sun Yu-bo dan Han Tang pasti memiliki hubungan yang istimewa. Ye Xiang muncul di sini dan kemunculannya bukan untuk Meng Xing-hun melainkan untuk Han Tang. Meng Xing-hun ingin bertanya tetapi dia segera membatalkannya sebab dia berpikir setiap orang pasti mempunyai kesulitan dan mereka berhak untuk merahasiakannya. Meng Xing-hun merasa sangat lelah dan dia ingin tidur. Begitu dia terbangun pasti Sun Yu-bo sudah mendapatkan kabar bahwa Han Tang Sudah tewas, dan dia pasti sudah menyusun rencana berikutnya. Meng Xing-hun berharap Sun Yu-bo tidak melakukan kesalahan lagi. Tetapi dia tahu bahwa seseorang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk Sun Yu-bo, dia pun tidak terkecuali. Jalan yang berada di hadapan Ye Xiang sangat gelap, tetapi dia tidak peduli walaupun matanya ditutup dia masih bisa mengenali jalan ini, dia pernah menunggu di sini sambil berjongkok selama berhari-hari. Dia menunggu seseorang yang pernah membakar kehidupannya. Waktu itu dia rela mengorbankan segalanya hanya untuk bertemu dengan orang ini asalkan bisa bertemu dengan orang ini mati pun dia rela. Tetapi sekarang, mati pun dia tidak ingin bertemu dengan orang itu. Dia merasakan dirinya tidak pantas untuk bertemu dengannya. Dia berharap bahwa orang ini bisa hidup dengan bahagia. Jalan sangat gelap karena tidak ada cahaya bulan atau cahaya bintang yang menerangi jalan itu. Di ujung jalan itu adalah taman bunga milik Sun Yu-bo. Dia sangat mengenali jalan itu karena dia sering mengintip ke arah taman bunga itu. Tetapi dia tidak pernah bertemu dengan seseorang yang sangat ingin dia temui, dia hanya bisa meratapi nasibnya yang menyedihkan. Dari kejauhan dia dapat mendengar suara kuda yang berlari. Dimalam yang sepi suara kuda yang berlari Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terdengar sangat jelas. Ye Xiang berhenti berjalan dan bersembunyi dalam semak-semak.Gerakan Ye Xiang sangat cepat. Dari arah depan ada 3 ekor kuda yang berlari sambil menarik sebuah kerera. Kuda-kuda itu berlari sangat cepat. Pada malam yang begitu gelap tidak ada orang yang dapat melihat jalan tetapi kereta kuda itu dapat melaju dengan kencang, Ye Xiang tidak dapat melihat keadaan di dalam kereta itu. Dalam suara kuda yang sedang berlari itu terdengar pula ada suara lain yaitu suara lempengan besi yang beradu, suara itu. sangat nyaring seperti suara lonceng. Di mana ada suara seperti itu artinya Lu Man-tian ada di sana. Ternyata benar Lu Man-tian telah tiba, kelihatannya Sun Yu-bo telah mengerahkan semua tenaganya. Lu Man-tian adalah seorang yang sangat terangterangan, biasanya kemanapun dia pergi dia akan memberitahukan kedatangannya. Tetapi malam ini berbeda. Jalan yang dipilihnya adalah jalan yang sangat sepi. Dan waktunya pun dipilihnya adalah ketika tidak ada cahaya bulan dan cahaya bintang. Bila dia melakukan hal itu ada 2 kemungkinan. Panggilan Sun Yu-bo sangat mendadak sehingga harus segera datang walaupun sudah larut malam. Hubungan di antara mereka sangat dekat, tetapi mereka sangat merahasiakannya. Mereka ingin membuat Wan Peng-wang menganggap bahwa Sun Yu-bo sudah tidak memiliki kekuatan hanya dengan cara ini dia mempunyai kesempatan untuk membalas. Penbalasan yang dilancarkan oleh Sun Yu-bo pasti lebih kejam dan lebih dahsyat dari pada yang diperkirakan Wan Peng-wang. Suara ketiga ekor kuda itu sudah menjauh. Ye Xiang masih berdiri di bawah pohon beringin. Kegelapan membuatnya tenang. Ye Xiang ingin menyelidiki seberapa besar peluang Sun Yu-bo untuk menang. Tetapi dia tidak mampu untuk melakukannya. Pikirannya sangat kacau, begitu mulai memikirkan hal ini, pikiran terasa kosong melompong. Dia merasakan bahwa kepalanya sangat sakit, sepasang kakinya mendadak lemas dan dia terpaksa berlutut. Sekarang dia sudah tidak dapat berpikir dia hanya bisa berdoa. Dia berdoa dengan sepenuh hati memohon agar jangan sampai terluka orang yang dia sayangi. Ini adalah satu-satunya cara yang dapat dia lakukan. Air mata mulai bercucuran. Dia tidak mempunyai tenaga untuk membantu orang yang dicintainya. Ye Xiang sebenarnya datang ke sana untuk menemui Sun Yu-bo tetapi dia sekarang hanya bisa berlutut dan berdoa. Lempeng besi yang dibawa oleh Lu Man-tian masih terus dipegangnya. Lempengan besi ini tidak mengeluarkan suara karena terlalu erat dipegang. Karena terlalu kencang memegang lempengan ini, tangan Lu Man-tian berubah menjadi putih dan urat-urat tangannya bertonjolan. Di atas meja sudah penuh dengan arak, Sun Yu-bo duduk di dekat arak-arak itu. Sebenarnya Sun Yu-bo ingin minum dan ingin berbincang-bincang. Tetapi dia tidak bisa melakukannya, hatinya sangat berat. Hari hampir pagi, tidak ada orang di kediaman Sun Yubo. Pengikut yang biasa mendampingi Lu Man-tian juga tidak tampak di sana. Rencana yang akan mereka susun tentulah sangat rahasia dan merupakan suatu rencana besar. Tiba-tiba Lu Man-tian bertanya pada Sun Yu-bo, "Apakah kau dapat membuktikan bahwa Han Tang dan Sun Jian tewas dibunuh oleh Wan Peng-wang?" Sun Yu-bo mengangguk, tiba-tiba gelas yang dipegang oleh Sun Yu-bo pecah, karena terlalu erat digenggam. Lu Man-tian bertanya, "Apakah kau sudah mencari Yiqianlong?" "Besok lusa dia akan ke sini, tidak perlu tergesa-gesa, karena...." Kelihatannya Lao-bo begitu kelelahan, sambil melihat gelas yang pecah dengan perlahan dia berkata, "Aku harus bicara denganmu." Lu Man-tian berbicara, "Aku mengerti, masalah Lu Xiang-chuan, akulah yang mesti bertanggung jawab." Muka Lao-bo kelihatan sangat lelah dan. dia berkata, "Aku selalu menganggap dia sebagai anak kandungku, kadang-kadang aku lebih mempercayai dia dari pada anakku sendiri, tetapi sekarang aku juga mencurigainya, sebab ada suatu permasalahan, kecuali dia tidak ada orang lain yang sanggup melakukan hal ini." Bila mencurigai orang yang sangat kita percayai itu merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan. Wajah Lu Man-tian sama tidak menampakkan suatu ekspresi, dengan suara kecil dia berkata, "Aku akan meyakinkan kau untuk tidak mencurigainya." Suara Lu Man-tian sangat tenang dan ringan dan orang lain tidak mengetahui maksudnya. Sudut mulut Lao-bo tiba-tiba menjadi kencang dan dia mengerti, "Hanya orang yang sudah mati saja yang selamanya tidak akan dicurigai." Setelah lama dia baru berkata, "Ibunya adalah adik perempuanmu." "Aku tahu, di perkumpulan tidak mengijinkan orang untuk dicurigai, seperti dalam mata tidak boleh ada sebutir pasir pun." Lao-bo berdiri dan dia berjalan, bila ada masalah yang tidak dapat dipecahkan atau ada kesedihan biasanya Lao-bo akan melakukan hal ini. Lu Mao Tian dan Lao-bo adalah teman seperjuangan, dia mengetahui kebiasaan Lao-bo juga mengetahui bahwa jika Lao-bo sedang memikirkan sesuatu dia tidak mau diganggu, lebih-lebih tidak mau ada orang yang mengganggunya dalam mengambil keputusan. Agak lama Lau Bo baru berhenti berjalan-jalan dan bertanya kepada Lu Man-tian, "Kau mencurigai Lu Xiangchuan berapa persen?" Kalimat ini ditanyakan oleh Lao-bo dengan singkat tetapi Lu Man-tian tahu bahwa dia tidak boleh salah menjawab, walaupun hanya satu kata. Bila salah menjawab ini akan berpengaruh pada nyawa orang lain. Lu Man-tian juga berpikir lama dan perlahan dia menjawab, "Pada hari pemakaman saudara Tie Cheng-gang apakah semua itu rencana Lu Xiang-chuan?" "Benar." "Apakah semua anak buah dia sendiri yang mengaturnya?" "Semua dia yang mengaturnya." Lu Man-tian bertanya lagi, "Bagaimana dengan orangorang yang mencari Han Tang?" "Dia juga yang mengaturnya." Lu Man-tian kembali bertanya, "Apakah karena Lu Xiang-chuan, kau bermusuhan dengan Wan Peng-wang?" Lao-bo tidak menjawab. Lu Man-tian mengetahui bahwa pertanyaan ini tidak masuk akal. Dia terus melanjutkan, "Bila bukan dia yang mengatur, Wan Peng-wang tidak akan. begitu cepat menyerang kita." Lao-bo berkata, "Benar, walaupun antara kita dengan Wan Peng-wang terjadi pertarungan, tetapi jika yang menyerang terlebih dulu adalah kita mungkin kerugian yang kita alami tidak begitu parah." Tiba-tiba Lu Man-tian terdiam. Lao-bo memandangnya dan berkata, "Aku menunggu kesimpulanmu." Mengambil kesimpulan sangat sulit dan menyedihkan, tetapi Lu Man-tian tidak mempunyai pilihan lain. Dia berdiri dan menundukkan kepalanya, lalu dia berkata, "Paling sedikit aku bisa mencurigainya sebesar 50%." Kalimat ini sudah memvonis Lu Xiang-chuan dengan hukuman mati. Meskipun 10% saja dicurigai dia harus mati. Lao-bo terdiam lama, tiba-tiba dia mengeleng-gelengkan kepala, sambil berteriak dia berkata, "Tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin." "Apa yang tidak mungkin?" tanya Lu Man-tian. "Aku tidak mengijinkan kau membunuhnya." Lu Man-tian terdiam, dia bertanya lagi, "Apakah kau sendiri yang akan membunuhnya?" "Aku sendiri pun tidak sanggup." "Orang yang bisa membunuhnya tidaklah banyak, mungkin Yi-qian-long akan sanggup...." Lu Man-tian tertawa dingin dan berkata, "Yi-qian-long hampir 15 tahun tidak pernah menggerakkan tubuh kemungkinan tangannya sudah sangat lemas seperti tangan perempuan. Tangannya hanya bisa digunakan untuk mengelus pantat perempuan." Lao-bo tertawa, dia merasa lucu bila melihat hubungan antara Lu Man-tian dengan Yi-qian-long, dia juga tidak berusaha untuk menyatukan mereka. Seseorang bila mau mengatur orang lain dengan baik, maka dia harus bisa belajar memakai cara ini, yaitu memakai ketidak-cocokan mereka. Tanya Lu Man-tian lagi, "Apakah Lu Xiang-chuan sudah mengetahui bahwa kita sudah mencurigainya?" "Kemungkinan dia belum mengetahuinya." "Kalau begitu segera kita ambil tindakan, jangan sampai menunggu dia menjadi waspada, jika dia sudah berada dalam keadaan waspada itu akan menyulitkan kita." Lao-bo terdiam dan mengeleng-gelengkan kepala,setelah lama dia baru berkata, "Sekarang belum waktunya untuk bertindak." "Mengapa?" "Kita harus memberikannya sebuah ujian lagi untuk menguji kesetiaannya." "Bagaimana kita harus mengujinya?" tanya Lu Mantian. Lao-bo tidak segera menjawab. Lao-bo mencari gelas lagi, dan menuangkan arak ke dalam gelas, gerakannya ini menyatakan bahwa Lao-bo sudah kembali tenang, dan dia sedang menyusun sebuah rencana berikutnya. Lao-bo dengan perlahan meminum arak itu dan berkata, "Orang yang mencari Han Tang adalah orang suruhan Feng Hao, kau sudah tahu orang itu?" "Aku tahu orang itu, dia adalah orang yang aku bawa dari tempat lain." Lao-bo mengangguk, tertawa dan berkata, "Kelihatannya kau sudah dapat menekan keinginan untuk minum dan main perempuan. Oleh karena itu konsentrasimu tidak buyar." Lu Man-tian mengangkat gelas yang berisi arak tetapi dia tidak ingin meminum arak itu, dia hanya ingin menutup wajahnya dengan gelas arak supaya Lao-bo tidak dapat melihat wajahnya yang memerah. Dalam beberapa tahun ini hobinya untuk minum arak dan main perempuan berkurang, bila dibandingkan pada masa mudanya kesempatan yang datang lebih besar dari pada sekarang. Hari-hari tua digunakan untuk menikmati hidup. Lu Man-tian sudah merasakan otot-otot pada tubuhnya mulai mengendur, nalurinya juga sudah berkurang, namun mengenai masalah Feng Hao dia tidak akan pernah melupakannya. Anak buah Lao-bo yang sangat dipercaya itu adalah orang yang satu desa dengannya. Orang ini tidak begitu tangguh namun kesetiaannya tidak ada yang bisa menandingi. Apalagi anak buah Lao-bo yang bernama Feng Hao. "Apakah Feng Hao juga orang yang diatur oleh Lu Xiang-chuan?" Lao-bo menghela nafas, "Aku sudah banyak memberi tugas kepadanya dan semuanya dapat dia lakukan dengan sangat baik dan belum pernah membualku kecewa." Tiba-tiba Lao-bo tertawa, "Yang bernama Feng Hao begitu mendengar berita kematian Han Tang, Dia langsung datang kemari dan sekarang masih menunggu di depan." "Apakah berita kematian Han Tang belum tersebar?" Lao-bo mengangguk dan berkata, "Kecuali aku dan orang yang membunuh Han Tang." "Apakah Lu Xiang-chuan sudah tahu?" tanya Lu Mantian. "Bila dia tidak bersekongkol dengan Wan Peng-wang dia tidak akan tahu, oleh karena itu...." Lao-bo menuang arak lagi dan berkata, "Karena itu aku akan segera mencari Lu Xiang-chuan." Lu Man-tian tidak begitu mengerti maksud Lao-bo. Dia mencoba menanyakan lagi, "Apakah kau mengenal Feng Hao?" Lu Man-tian menjawab, "Apakah dia adalah anak buah Wan Peng-wang yang bernama Tie Peng" Katanya dia sudah meninggalkan tempatnya, dan tidak ada yang mengetahui ke mana dia pergi." Wajah Lao-bo sangat puas dia berharap anak buahnya bisa seperti Lu Man-tian, mengetahui situasi yang terjadi. Lao-bo menuang arak dan memberikannya kepada Lu Mao Tian lalu dia berkata, "Sudah tiga hari Tie Peng pergi dari rumahnya, besok dia akan sampai di kota Hang-chou dan akan tinggal di penginapan, karena itu Wan Peng-wang akan menyuruh orang untuk menghubungi orang itu." "Apakah berita ini dapat dipercaya?" Lao-bo tertawa dan berkata, "Tujuh tahun yang lalu sudah ada orang yang tinggal di dalam perkumpulan Wan Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Peng-wang di antaranya ada seseorang pernah menjadi tangan kanan Rang Gong." Lu Man-tian sangat kagum terhadap Lao-bo, Lao-bo bukan semacam orang yang bila ingin makan buah pir, dia baru menanamnya, tapi lama dia sudah menanam bibit, dan bibit itu sudah menjadi pohon yang siap diambil buahnya. "Apakah kau sudah mengetahui maksudku?" tanya Laobo. "Apakah kau menyuruh Lu Xiang-chuan untuk pergi mencari Han Tang?" "Tidak salah, jika Lu Xiang-chuan tidak bersekongkol dengan Wan Peng-wang dia tidak akan tahu kabar kematian Han Tang dan juga tidak tahu kabar perjalanan Rang Gong, dia pasti akan pergi...." Lao-bo berkata lagi, "Tetapi dia bukan mencari Han Tang, tetapi membunuh Han Tang." Ooo)dw(ooO Lu Xiang-chuan sangat terkejut ketika dia menerima tugas untuk membunuh Han Tang. Lao-bo dengan tegas berkata, "Aku sudah menjelaskannya apakah kau masih belum mengerti?" Lu Xiang-chuan menundukkan kepalanya, dia tidak berani untuk bertanya lagi. Perintah dari Lao-bo belum pernah dia curigai. Setelah lama Lao-bo baru berkata, "Aku menyuruhmu membunuh Han Tang, karena aku sudah lama tahu dia tidak menyukaiku, dia menganggap bahwa aku telah meremehkannya dan dia berniat untuk bekerja pada orang lain." Penjelasan ini sangat masuk akal dan dengan mudah dapat dipercayai orang. Lu Xiang-chuan dengan marah bertanya, "Apakah dia bekerja sama dengan Wan Peng-wang?" "Benar, dia sudah berjanji dengan Tie Peng akan berunding, tempat yang disepakati oleh mereka adalah penginapan di Hang-chou waktu pertemuan yang disepakati adalah esok malam." "Apakah aku boleh membawa anak buahku?" tanya Lu Xiang-chuan. "Jangan sebab di dalam perkumpulan kita ada pengkhianat, gerakan kali ini tidak boleh diketahui oleh orang lain." Lu Xiang-chuan tidak bertanya lagi dan dia berkata, "Aku sudah mengerti aku akan segara berangkat." Perintah Lao-bo harus segera dilaksanakan, baik tugas yang mudah atau tugas yang sulit. Baik tugas itu bisa diselesaikan seorang diri, semua itu bukan urusan Lao-bo lagi, walaupun Lao-bo memerintahkan untuk memindahkan gunung maka dia harus membawa cangkul untuk melaksanakan tugas tersebut. Sejak awal Lu Man-tian. mendengarkan pembicaraan mereka, sejak Lu Xiang-chuan masuk ke dalam rumah ini, Lu Man-tian terus mengawasi ekspresi Lao-bo saat memberi perintah kepada Lu Xiang-chuan. Sekarang dia baru kagum kepada Lao-bo juga merasa sangat beruntung karena dia tidak melakukan sesuatu yang membuat Lao-bo curiga. Siapa pun yang membohongi Lao-bo artinya dia sedang menggali lubang kuburnya sendiri. Lu Man-tian berharap Lu Xiang-chuan tidak bertindak bodoh dia berharap Lu Xiang-chuan berhasil membawa pulang kepala Tie Peng, dengan itu. dia dapat membuktikan kesetiaannya kepada Lao-bo, biar bagaimanapun Lu Xiangchuan adalah keponakannya sendiri. Paman mana pun juga pasti akan berpikir demikian. Lu Xiang-chuan mendorong pintu rumahnya dan masuk ke dalam, dia melihat Lin Xiu. Kapan pun saat dia mendorong pintu rumah dia pasti dapat bertemu dengan Lin Xiu. Lin Xiu adalah istrinya, mereka sudah menikah lama, tetapi perasaan mereka masih seperti dulu. Lu Xiang-chuan tidak pernah meragukan kesetiaan istrinya, biarpun Lu Xiang-chuan pergi sangat lama tetapi istrinya tak pernah marah. Sudah lama Lu Xiang-chuan tidak mendapatkan tugas, maka dia menghabiskan waktu di rumah untuk berkumpul. Rumah mereka berada di dalam taman bunga Lao-bo. Sebab setiap saat bila Lao-bo membutuhkan Lu Xiangchuan maka dia bisa langsung mencari di dalam rumah itu. Mengenai ini, Lin Xiu tidak pernah mengeluh. Lin Xiu juga seperti suaminya sangat hormat kepada Lao-bo. Biarpun dulu pernikahan mereka tidak begitu, disetujui oleh Lao-bo, karena Lin Xiu adalah orang bagian selatan. Laobo berharap istri Lu Xiang-chuan satu desa dengan dia. Lin Xiu berdiri dengan tersenyum menyambut suaminya pulang. Dia dengan lembut bertanya, "Tidak disangka kau sudah pulang. Aku takut kau tidak bisa sarapan hari ini, oleh karena itu aku sudah menyiapkan seekor ayam untuk dimasak dengan sayur yang kau suka." Begitu habis cerita, dia sudah membalikkan tubuh. Untuk mempersiapkan masakan dia tidak sempat melihat ekspresi Lu Xiang-chuan. Dengan tertawa Lin Xiu berkata lagi, "Ibuku pernah berkata, bila sarapan kenyang maka seharian penuh orang ini akan teras bersemangat." Lu Xiang-chuan terus melihat pinggang istrinya, dia tidak mendengar Lin Xiu sedang berbicara apa. Pinggang istrinya tidak selangsing dulu lagi tapi bagi seorang perempuan yang sudah lama menikah ini sudah cukup lumayan. Tiba-tiba Lu Xiang-chuan memeluk pinggang istrinya. Lin Xiu tertawa dan berkata, "Lepaskan aku dulu, aku akan melihat apakah kuah ayam sudah dingin." "Aku tidak mau makan ayam, aku mau memakanmu." Wajah Lin Xiu memerah, dengan malu dia berkata, "Paling sedikit pintunya harus ditutup dulu." Di mata orang lain Lu Xiang-chuan adalah orang yang dingin dan kejam tapi hanya Lin Xiu yang mengetahui bahwa Lu Xiang-chuan adalah orang yang sangat hangat. Kehangatan Lu Xiang-chuan tidak pernah pudar. Tapi hari ini Lin Xiu merasa gerakan Lu Xiang-chuan sangat lamban, sepertinya dia tidak begitu, berkonsentrasi. Cinta Bernoda Darah 5 Dewa Arak 68 Biang-biang Iblis Sepasang Naga Penakluk Iblis 9

Cari Blog Ini