Asmara Pedang Dan Golok 7
Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng Bagian 7 gelombang kedua, berturut-turut menyerang sebanyak tujuh jurus. Setelah Hoyan Tiang-souw berturut-turut mundur tujuh kali tujuh empat puluh sembilan langkah ke\ belakang, punggungnya mendadak membentur pohon besar yang kokoh. Saat ini Kie Ting-hoan tidak terlihat kelelahan. Dia malah berteriak keras, laksana guntur di siang hari bolong, tombaknya diangkat, sinar kilat laksana ular menari, kembali menyerang gencar. Dalam waktu yang singkat ini, dia malah juga bisa melihat di ujung alisnya Hoyan Tiang-souw memperlihatkan dua hawa amarah. Belum lagi dia keburu memikirkan kenapa di ujung alis manusia bisa memperlihatkan hawa amarah yang seperti bisa dilihat dan berbentuk itu" Di saat itulah dia melihat sinar golok menutupi langit, dan dua tetes besar air mata berkilau-kilau di udara! Dua tetes besar air mata itu bisa muncul pada saat seperti ini, sungguh di luar dugaan dan membuat orang berpikir tidak mengerti. Sayang di dunia ini sedikit sekali orang yang tahu, setiap kali sinar Mo-to (Golok setan) muncul dua tetes air mata, itu artinya pertarungan berakhir, juga berarti pasti ada darah mengalir sampai kematian. Golok Hoyan Tiang-souw menyerang di saat dia sudah keluar amarahnya, sekali menyabet, paling sedikit ada delapan belas sinar golok terlihat di udara. Di antara delapan belas sinar golok itu, ada tujuh belas yang membelit tombak baja. Hanya satu sinar golok yang paling kecil dan paling terang, menembus lapisan-lapisan sinar. Dalam sekejap mata, sinar golok ini bisa mengitari bumi beberapa putaran. Dengan kata lain, serangan golok ini seperti kilat dan sangat dahsyat, bukan muncul di sekeliling tombak baja saja, tapi melewati tubuh Kie Ting-hoan. Bayang-bayang dua tetes besar air mata itu pun jadi semakin jelas, juga tidak buyar, setelah lewat sejenak, kecuali Kie Ting-hoan, siapa pun tidak melihat tetes air mata itu. Wajah Kie Ting-hoan mendadak jadi pucat pasi, tapi dia masih tetap tersenyum! "Jurus golok hebat." Dia berkata, tapi suaranya sudah tidak seperti semula, kuat bertenaga, "walaupun aku sudah luka, tapi masih mampu bertarung." Hoyan Tiang-souw memasukan golok ke dalam sarung golok dan berkata: "Aku tahu." "Kau bukan tidak mau membunuhku, hanya tidak bisa membunuh aku! juga tidak bisa memukul jatuh tombak baja di tanganku." "Sebenarnya hawa golokmu sudah mampu membunuh sepuluh orang, tapi di dalam bajuku masih ada baju lapis dalam, bisa menahan senjata apa pun. Baju dalamku ini disebut Ceng-liong-lim (Sisik naga hijau), pusaka warisan dari nenek moyang keluarga Kie. Selama aku berkelana di dunia persilatan, entah sudah bertarung berapa banyak, tapi tidak pernah menggunakan pusaka pelindung tubuh ini." "............" Hoyan Tiang-souw bukan sengaja diam tidak bicara, tidak mempedulikan lawan, tapi karena tidak pernah mendengar kabar ini, dan sungguh tidak tahu apa masud dia menceritakan ini" "Kali ini ketika aku akan keluar rumah, dua kakakku memaksa aku memakai Ceng-liong-lim, hati-ku ^ selalu merasa terganjal, mengira mereka terlalu berhati-hati sampai sedikit memandang rendah diriku. Tapi sekarang, pandangan mereka itu ternyata benar, juga membuktikan di dalam keluarga Kie kami, Kie Tinghoan bukanlah orang yang paling hebat......" Di dalam lubuk hati Hoyan Tiang-souw samar-samar merasa kata-kata dia tidak ada gunanya. Kenapa manusia harus yang paling hebat, paling kuat, baru dianggap boleh" Apakah tidak boleh jadi orang yang biasa-biasa saja" Atau jadi pesilat tinggi kelas dua saja" Di wajah kotaknya Kie Ting-hoan, tampak sebuah tekad, berkata: "Aku sudah bilang aku masih mampu ber-tarung hidup atau mati, maksudku adalah aku masih ingin bertarung." Hoyan Tiang-souw dengan tegas berkata: "Baik, aku tunggu!" "Jika tidak beruntung kau kalah, maka tidak perlu dibicarakan lagi. Tapi jika aku mati dalam bertarung, mohon lepaskan Ceng-liong-lim di tubuhku, aku rela memberikan pusaka ini pada orang yang dengan sportif membunuhku! Orang ini adalah kau!" Hoyan Tiang-souw tidak menyanggupinya, juga tidak menolaknya. Orang-orang ini selalu suka melakukan hal yang tidak ada gunanya, dia pikir, 'Jika baju Ceng-liong-lim inipun tidak bisa melindungi nyawamu, apa gunanya aku memilikinya" Maka aku tidak akan berterima kasih padamu, dan juga tidak perlu menolaknya. Tunggu setelah kau mati, apakah aku mengambil Ceng-liong-lim ini atau tidak mengambilnya, kau selamanya tidak tahu, maka buat apa aku banyak bicara! Kie Ting-hoan mengambil ancan-ancang, tombak bajanya di julurkan, hawa bunuh segera memenuhi lapangan. Walaupun tombak ini belum menyerang, tapi jika seorang penakut berdiri di depan ujung tombak, pasti akan ketakutan sampai mati. Nama jurus tombaknya pun sangat menggetarkan, Buhwiesu (Tidak kembali) berarti sekali jurus ini di keluarkan nyawa lawan pun akan melayang, tidak akan kembali lagi. Hoyan Tiang-souw mundur dua langkah ke belakang, punggungnya kembali menempel di pohon besar itu. Saat ini dua alis tebalnya mengangkat miring ke atas, ujung alisnya kembali seperti mengeluarkan hawa amarah yang bisa dilihat, bisa diraba. Tenaga dalam Kie Ting-hoan sangat hebat, jurus tombaknya juga sangat mahir, pada saat begini dia masih bisa bicara. Dia bertanya: "Mengapa kau marah sekali" Aku ingat tadi pun kau juga sangat marah, apa sebabnya?" Jawab Hoyan Tiang-souw: "Jika aku masih punya jalan mundur, aku tidak akan marah, tapi ketika aku tidak bisa mundur lagi, dan nyawaku terancam, maka timbullah amarahku! Bagaimana denganmu" Saat itu apakah kau akan marah pada orang yang mau membunuh kau?" Kie Ting-hoan menganggukan kepala: "Tentu saja aku pun akan begitu. Tapi marah bukanlah hal yang baik, apa lagi buat orang yang berilmu tinggi. Kau pun tentu tahu, setiap orang bisa marah, perasaan ini tidak perlu menjadi heran. Tapi tidak marah, tidak emosi, tetap tenang di dalam hati, adalah tingkat orang yang sudah hebat." Hoyan Tiang-souw marah dan berkata: "Kenapa banyak omong kosong yang tidak ada gunanya" Jika kau ingin bertarung maka cepatlah bergerak, jika tidak ingin bertarung cepa t pergi!" Sepasang mata Kie Ting-hoan berkilat-kilat, menatap tajam lawannya. Dia tidak bicara lagi, seperti sedang mengumpulkan seluruh tenaganya untuk melakukan serangan terakhir. Tapi rasa permusuhan di matanya jelas semakin memudar. Pertama tiba-tiba dia teringat beberapa orang yang sangat dekat dan sangat sayang padanya, teringat hari-hari yang senang, dan juga rumah dan sawah yang dia rindukan. Kedua yang lebih penting lagi tiba-tiba dia menemukan akal sehat yang maknanya lebih dalam lagi, yaitu ternyata 'terlihat marah' tidak seperti di permukaannya begitu mudah! Ternyata amarah juga persis seperti 'tenang hati tidak gundah', bisa terbentuk dengan insting sejak lahir dan latihan di kemudian hari. Jika hanya amarah sejak lahir, amarah ini seperti daun mengapung di atas permukaan air, sama sekali tidak ada basisnya, tapi jika ditambah latihan di kemudian hari, maka amarah ini jadi jauh berbeda, ada ilmunya! Dari sini bisa diketahui walaupun Hoyan Tiang-souw seperti orang biasa marah, mencabut goloknya membunuh orang, sebenarnya di dalamnya sangat ruwet berliku-liku, misalnya 'marah' nya datang dari mana" Siapa yang membuat dia jadi 'marah' dan lain lainnya...... Itulah sebabnya Kie Ting-hoan menghela nafas dalamdalam, permusuhan dalam matanya memudar sampai akhirnya menghilang. Tiba-tiba dia berturut-turut mundur kebalakang tiga langkah, tombaknya di taruh ke tanah menahan dirinya, dengan keras berkata: "Hoyan Tiang-souw, aku mengaku kalah!" Tadi dia telah banyak bicara, tapi tidak niat bertarungnya, makanya Hoyan Tiang-souw menganggapnya omong kosong. Tapi sekarang dia menahan tubuhnya dengan tombak, dan mengaku kalah. Semua ini ternyata bukan omong kosong. Hawa amarah yang keluar dari dua alis tebal-nya, laksana dihisap oleh alisnya, mendadak meng-hilang. Dia berkata: "Kie-samya, kau berani mengaku kalah, kau baru benarbenar seorang Enghiong!" "Kata-katamu tidak salah, perkataan mengaku kalah ini ratusan kali jauh lebih sulit di keluarkan dari pada mati dalam pertarungan." Dia berhenti sejenak, lalu berkata lagi: "Tapi aku tetap bukan seorang Enghiong, aku mungkin golongan orang tua yang licik, makanya aku sudah menyusun sebuah jebakan lain untuk menghadapimu." Di dalam hati Hoyan Tiang-souw terlintas bayangan cantik Cui Lian-hoa, dia segera jadi terkejut. Mala petaka apa pun, pembunuh bayaran utusan musuh mana pun, dia tidak takut. Tapi Cui Lian-hoa tidak bisa tidak membuat dia khawatir! Ujung alis dia keluar lagi hawa amarah yang bisa dilihat, suaranya laksana geledek, berkata: "Jebakan apa?" Kie Ting-hoan memandang keheranan dan pelan-pelan berkata: "Jangan berteriak-teriak, aku bukan takut padamu." Hati Hoyan Tiang-souw laksana dibakar, membuat suaranya laksana geledek memekakan telinga katanya: "Aku tidak peduli kau takut padaku, aku hanya ingin tahu jebakan apa itu?" Otak Kie Ting-hoan berputar, dia sudah ter-nama puluhan tahun, pengalamannya sudah tidak terhitung banyaknya, dalam sekejap dia sudah bisa menduga siapa yang benar-benar diperhatikan oleh lawannya, dengan kata lain inilah titik kelemahan dia sebenarnya. Dia tersenyum dan berkata: "Jebakanku hanya untukmu sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain." Bagaimana pun dia adalah seorang yang ter-nama di masanya, dia berhati lapang dan terang-terangan, maka bisa mengatakannya. Jika tidak dia bisa saja memperalat kelemahan lawan ini, melakukan serangan dahsyat malah mematikan. Benar saja terlihat Hoyan Tiang-souw menghela nafas lega, hawa amarahnya menghilang. Kie Ting-hoan tersenyum lagi dan berkata: "Paling bagus kau baik-baik belajar bagaimana menyembunyikan isi hatimu, apa lagi perasaan yang bisa membuat kau kalah atau tewas. Semakin kau perhatian pada seseorang, semakin tidak boleh ketahu-an oleh lawan." Hoyan Tiang-souw sudah tahu lawan sudah mengetahui rahasia di dalam hatinya, saatitu berkata: "Terima kasih atas petunjuk tuan." "Begitu kau meninggalkan tempat ini, di dalam waktu satu jam, pasti akan menghadapi serangan diam-diam yang sangat menakutkan. Aku telah mencari dua orang, aku yakin mereka adalah pesilat tinggi yang pasti bisa membalaskan dendamku. Aku sudah membuat perjanjian dengan mereka, jika kau bisa hidup dan pergi melewati jembatan batu yang menuju kota itu, itu artinya aku sudah kalah atau sudah mati!" Perkataannya sedikitpun tidak ditaruh di hati Hoyan Tiang-souw, dia hanya berkata: "Aku pergi dulu." "Kau tidak ingin tahu siapa dua orang itu?" "Tahu tidak apa, tidak tahu juga tidak apa, buatku sama saja. Sebab pertama aku sudah menduga kau mungkin tidak akan memberitahukan padaku siapa mereka, jika tidak kau akan menjadi orang yang tidak bis^ dipercaya dan tidak setia. Kedua, terhadap berbagai aliran dan perguruan di dunia persilatan, dan terhadap berapa banyak orang aneh, hebat dan lain-lainnya, sedikit sekali yang aku tahu, walaupun kau memberitahukan padaku, aku tetap saja tidak tahu." Kie Ting-hoan berpikir sejenak dan berkata: "Baik, kau pergilah!" Hoyan Tiang-souw tidak menjawab lagi, sambil mengepit golok dia berjalan menjauh, tapi baru saja melangkah delapan langkah dia menghentikan langkah nya. Dia memalingkan wajahnya dan bertanya: Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Hubunganmu denganku sekarang ini sebenarnya hubungan yang bagaimana" Kita ini bukan musuh, tapi juga bukan teman. Apakah kehidupan ini seperti ini, berubahrubah sulit diduga?" Walaupun Kie Ting-hoan tidak menjawab, tapi ekspresi di wajahnya jelas tampak kebingungan dan mengeluh sedih, pertanyaan anak muda ini mengena ke dalam lubuk hatinya. Menunggu sampai dia sendiripun mengalami kehidupan penuh ini, dan merasakannya. Apakah dia bisa lebih banyak mengerti arti kehidupan ini" 00OoodwoOO00 Jembatan batu yang kuno melintang di atas sungai dua tombak lebih. Kedua sisi sungai rimbun dengan pohon Liu, dan pohon Seng yang bunganya sedang mekar. Di bawah pohon dimana-mana bisa terlihat rumput yang rimbum, bergoyang-goyang ditiup angin musim semi. Di saat musim burung Eng terbang rumput tumbuh di Kang-lam, pemandangannya sangat indah sekali, membuat orang jadi melamun. Tapi Hoyan Tiang-souw membuat dirinya sendiri jadi tenang sedingin es balok. Langkah dia semantap langkah gajah, dan mata nya setajam elang atau macan. Dia selangkah demi selangkah melewati jembatan batu, sampai di seberang baru merasakan adanya bahaya. Kie-samya tidak membohongi dia, juga tidak membesarbesarkan. Orang yang dia undang memang pesilat tinggi kelas satu, sampai orang seperti Kie-samya yang begitu ternama, mungkin juga masih kalah. Bahayanya datang dari dua arah, yang satu dari kiri di dalam rerumputan rimbun di pinggir sungai. Yang satu lagi dari dalam bayangan rimbun pohon besar yang berjarak tiga tombak lebih. Dia hanya merasakannya saja! Seperti hewan liar di dalam hutan yang kadang bisa merasakan bahaya yang tersembunyi. Di dalam rerumputan mendadak terdengar suara "Ssst ssst!", satu orang muncul keluar. Saat ini Hoyan Tiang-souw baru saja selesai melangkah keluar dari jembatan batu, melangkah di atas jalan yang datar, di sana ada satu lapangan datar seluas tujuh delapan tombak. Dia menghentikan langkah dan mengawasinya, tampangnya gagah sekali. Orang yang muncul dari rerumputan telah terlihat, semua, ternyata dia adalah seorang wanita yang kotor. Tidak kelihatan berapa usianya, karena wajah-nya setengah tertutup oleh rambutnya, dan bagian yang tampak, juga tertutup oleh debu! Tapi usianya pasti tidak terlalu tua, sebab dari baju atasnya yang robek, tampak sebagian besar buah dadanya. Dan buah dadanya yang terlihat itu tampak berisi, tidak seperti buah dada wanita tua yang sudah kendur ke bawah. Tampangnya sangat aneh saat keluar dari rerumputan, sepertinya tubuh atasnya terkurung oleh borgol besi, sangat kaku dan tidak normal. Dia pernah berusaha membalikan kepalanya melihat ke arah rerumputan, gerakan kepalanya juga sangat kaku. Di dalam rerumputan masih ada gerakan. Di lihat oleh mata Hoyan Tiang-souw, tahu di dalam rerumputan masih ada orang yang bersembunyi. Sehingga wanita yang kotor yang baju atasnya robek ini, jelas-jelas adalah seorang korban, sengaja di dorong keluar oleh orang yang ada di dalam rerumput-an, supaya menarik perhatian saja. Hoyan Tiang-souw menunggu wanita kotor yang gerakannya kaku itu berjalan ke tengah lapangan kosong, jaraknya kurang dari dua tombak, tapi tetap tidak bersuara menanyakan dia, juga tidak pergi. Wanita itu malah berhenti sendiri, mengguna-kan satu mata yang tampak di luar menatap dia. OOoodwooOO BAB 19 Matanya masih ada sinar, juga masih lincah, berarti pikirannya tidak dikendalikan orang. Bukan begitu saja, di dalam sorot matanya masih ada perasaan yang dalam dan jauh, membuat orang merasa kebingungan. Dia terdiam sebentar baru berkata, suaranya selain tidak tua juga tidak jelek: "Apa kau Hoyan Tiang-souw" Kau tahu tidak ada dua orang ingin membunuh mu?" Hoyan Tiang-souw tidak menjawabnya, ini adalah kebiasaan lamanya, setiap kata-kata yang tidak ada maknanya, jika dia bisa tidak menjawab pasti tidak akan menjawab. "Aku adalah salah satunya, dan satu orang lagi ada di belakang pohon sana. Jika aku tidak bisa membunuhmu, baru giliran dia melakukannya." "............" Hoyan Tiang-souw tetap tidak bicara dan tidak bergerak, bahkan matanya pun tidak bergerak, tidak melihat ke arah pohon besar itu.' Dia bukan berhati batu atau tidak ada pikiran. Kenyataannya pikiran dia sedang menyelidikinya, apakah wanita ini pembunuh bayaran yang sebenarnya" Atau boneka yang dikendalikan oleh orang lain" Sekarang dia baru benar-benar merasakan pengalaman dia di dunia persilatan masih kurang banyak, kelemahan atas minimnya pengetahuan tentang peristiwa di dunia persilatan. Jika pengetahuan dia cukup banyak dan cukup luas, wanita yang rupanya aneh dan memamerkan buah dadanya ini, pasti sangat dikenal oleh orang-orang persilatan. Sehingga dia tidak perlu menduga-duga siapa dia ini! Wanita kotor itu berkata lagi: "Sepertinya kau tidak kenal aku. Jika kau benar benar tidak'mengenal tapi juga ingin tahu siapa aku, maka aku akan mengatakannya padamu." Hoyan Tiang-souw mengangkat bahu, tampang amarahnya laksana dewa di langit. Tapi karena dia masih tetap bungkam, maka sulit bisa diduga apa maksud sikapnya ini. Buah dada siwanita itu lebih di tonjolkan lagi dan berkata: "Aku adalah Kiu-beng-lo-cat (Iblis bernyawa sembilan), aku tahu kau pasti belum pernah mendengar namaku." Walaupun buah dadanya sangat menonjol dan mencolok mata, tapi tidak ada gaya tariknya, malah ada perasaan licik. Suaranya kaku, nadanya datar, seperti kakak tua yang baru belajar bahasa manusia, membuat orang merasa tidak nyaman! Apa betul di dalam dunia persilatan ada orang yang disebut Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw, Hoyan Tiang-souw tidak tahu, jika tidak tahu, maka dia terpaksa memperhatikannya dari bagian lain. Dia ingat ketika dia keluar dari rerumputan, pernah membalikan kepala melihat ke belakang, dan di dalam rerumputan sampai sekarang masih ada orang yang bersembunyi. Sekarang di tambah dengan suaran)'a yang kaku, dia segera mendapat satu kesimpulan, gerak dan bicara dia selain bukan keinginannya sendiri juga bukan refleknya. Dengan kata lain, dia mungkin boneka yang dikendalikan orang. Tujuan orang yang mengendalikannya sangat jelas, tidak lain supaya dia lengah, supaya dia bisa menyerang, saat itu orang yang mengendalikan di belakang jadi ada kesempatan untuk menyerangnya. Hoyan Tiang-souw memutuskan menyelidiki-nya dengan tuntas. Dia segera meloncat sejauh dua tombak ke kiri. Semua orang pasti mengira dia ketakutan dan melarikan diri, tapi begitu kakinya Hoyan Tiang-souw menyentuh tanah, mendadak dia menerjang lagi miring ke kanan. Saat dia berhenti jaraknya tinggal satu tombak lagi dari rerumputan itu. Jalur loncatan dia ini, tepat menghindarkan hadangan wanita kotor itu. Sinar golok terlihat laksana kilat di malam yang gelap, sinarnya menyilaukan mata, sekali melesat langsung hilang. Mo-to kembali ke dalam sarungnya, juga tetap'^ dikepit di ketek kirinya. Tapi rerumputan itu ada seluas satu tombak lebih sudah dibabat rata oleh dia, sehingga orang yang ada di dalam rerumputan itu jadi terlihat. Dia juga seorang nyonya. Memakai baju orang kampung, di punggung-nya masih menggendong seorang anak kecil. Dia berlutut disana, wajah menengadah keatas, maka terlihat wajahnya yang jujur dan polos, dan masih terlihat sepasang matanya sudah tertutup rapat! Malah terlihat garis alis dan bibirnya yang terlihat ketakutan, pelan-pelan menghilang, kembali ke wajah asalnya yang jujur dan polos itu. Posisi bersujudnya pun tidak bisa dipertahan-kan lagi, dengan cepat jatuh ke samping. Anak kecil di punggungnya tidak bereaksi, bisa dilihat jika bukan tertidur lelap, maka pasti sudah mati. Hoyan Tiang-souw mendengar sebuah suara tawa, sekali membalikan kepala dan mengawasi, terlihat Kiu-beng-lo-cat mengangkat kepala, membuka rambut, menampakan setengah wajahnya lagi. Ternyata dia bermata cantik, warna kulitnya juga terang. Di bandingkan dengan setengah wajah kotor lainnya, laksana salju di banding dengan tanah. Suaranya pun sudah tidak kaku lagi, berkata: "Buat apa kau membunuh ibu dan anak yang sama sekali tidak bisa ilmu silat?" Setelah berbicara, dia melenggok dan buah dadanya bergoyang-goyang menghampiri. Belum selesai bicara, dia sudah mendekat dalam jarak dua belas langkah. Mendadak lima gumpal serat perak melesat. Sasarannya tentu saja Hoyan Tiang-souw, tapi arah malah kecepatannya ada sedikit perbedaan, membuat kekuatannya juga sedikit berbeda. Saat itu Mo-to Hoyan Tiang-souw melesat mengeluarkan desingan suara yang cukup keras, Mo-to seperti naga keluar dari sarung goloknya. Walaupun desingan itu keluar tanpa bisa di cegah, tapi telapak tangan Hoyan Tiang-souw yang sangat kuat pada waktu yang tepat sudah menangkap pegangan goloknya lagi, kelihatannya dia seperti baru mencabut goloknya. Sinar Mo-to berkilat-kilat, menyilaukan mata. Lima gumpal serat perak seperti masuk ke dalam lautan, hilang tidak berbekas. Tubuh Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw bergetar seperti kedinginan. Wajahnya terlihat ketakutan sekali, matanya berkunangkunang, tangannya menjadi lemas, kaki sulit bergerak. Begitu wajahnya menjadi pucat, mana masih ada tampang seorang penjahat ulung masa kini" Di ujung sepasang alis tebalnya Hoyan Tiang-souw timbul hawa amarah yang amat sangat, sambil mengangkat golok dia melangkah mendesak ke depan, suaranya laksana geledek: "Wanita jahat yang sadis, kembalikan nyawa ibu dan anak itu!" Bentakan dia ini malah jadi menyadarkan Seebun Kiauw. Terlihat dia menyilangkan sepasang tangannya, seperti menutupi dadanya yang terbuka. Tapi kenyataannya bukan begitu. ^ Begitu sepasang tangannya disatukan lalu dibuka lagi, segulung awan hitam sebesar muka meja terbang keluar, dengan cepat mengurung lawannya. Jika orang lain melihat serangan yang amat keji ini, bukan saja akan terkejut, dan juga sulit bisa melihat benda apa awan hitam itu" Di dalam hati Hoyan Tiang-souw malah tertawa dingin, dia bisa melihat jelas apa sebenarnya gulungan hitam itu, awan hitam itu terdiri dari dua jaring serat hitam. Di balik jaring hitam ada lagi beberapa jarum perak yang bersinar terang melesat datang. Amarah di dalam hati dia segera bertambah beberapa kali. Manusia semacam Seebun Kiauw yang berilmu tinggi, malah bisa secara diam-diam menyerang dirinya?" Dia selain sudah membunuh dua nyawa yang tidak berdosa, apa pun bisa di perbuatnya" Sinar Mo-to dan hawa dingin mengikuti amarahnya bertambah beberapa kali lipat. Orang yang langsung menghadapinya, selain bisa melihat di dalam kilatan sinar yang memenuhi langit ada dua tetes air mata jernih, juga masih harus menerima hawa dingin yang membekukan darah. Sebenarnya orang lain juga bisa melihat dua tetes air mata itu, hanya tidak bisa merasakan bagaimana hawa dingin yang amat dahsyat itu. Hoyan Tiang-souw membacokan goloknya dari atas kebawah, dan bersamaan waktu berteriak seperti geledek, hingga menggetarkan bumi. Serangan ini tidak ada keanehan, tapi bisa mengandung jutaan perubahan. Rambut hitam dan puluhan jarum perak Seebun Kiauw, semua jatuh ke tanah. Seebun Kiauw sendiri lebih celaka lagi dari pada senjata kejinya, dia bukan saja jatuh tertelungkup ke tanah, kepalanya juga terbang sejauh satu tombak lebih. Sebelum mati, sedikit jerit pun tidak keluar dari Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mulutnya. Hanya satu jurus Hoyan Tiang-souw sudah membunuh musuhnya, seperti biasa Mo-to sudah masuk kembali ke dalam sarungnya. Pelan-pelan dia memutar tubuhnya, melihat pada sebuah pohon besar yang berjarak tujuh delapan tombak. Alis tebalnya berdiri, amarahnya masih ada, tampangnya ganas sekali. Di dalam rimbunnya daun di atas pohon besar terdengar bunyi "Ssst ssst!", seseorang terbang keluar laksana burung raksasa terbang turun ke atas tanah! Jarak di antara mereka hanya kurang lebih lima tombak, terlihat orang itu berkepala sangat besar, sepasang telapak tangannya juga besar sekali seperti kipas. Tubuh Hoyan Tiang-souw sudah cukup tinggi besar, tapi dibandingkan dengan orang ini, malah jadi seperti orang biasa bertemu dengan raksasa, sama sekali tidak terlihatbesar. Tentu saja orang berperawakan raksasa bukan berarti tidak bisa dibunuh, lebih-lebih bukan tiada lawannya di dunia. Tapi orang berperawakan tinggi besar, dengan lengannya yang besar berotot, sebelum bertarung sudah * mendapat keuntungan. Perihal menakutkan juga jauh lebih menakut-kan dari pada orang yang berperawakan kecil pendek. Makanya tidak mengherankan jika raksasa itu bertingkah memandang remeh setiap orang. Walaupun dia sudah terbiasa memandang remeh setiap orang yang lebih kecil dari pada dia, tapi belum tentu dia pasti memandang enteng lawannya. Perkataannya walaupun tidak bisa disebut lebih menggelegar dibandingkan dengan Hoyan Tiang-souw, tapi juga tidak lebih kecil. Pokoknya jika kedua orang ini bertengkar, dipastikan orang yang berada dalam jarak sepuluh li lebih juga akan merasakan berisik. Dia berkata: "Kehebatan Mo-to, memang bukan kabar angin, benarbenar telah membuka mataku!" "Siapa kau?" kata Hoyan Tiang-souw. Otot di wajah raksasa itu bergetar-getar, tawa-nya sangatbengis menakutkan orang. "Margaku Lirn, Bengs-an namaku, julukannya Cian-Ii-itcinhong (Angin berhembus seribu), julukan ini terlalu panjang, dan tampangku seperti beruang, dari sudut mana melihatnya juga tidak setenang seperti It-cin-hong. Makanya aku sangat tidak suka julukan ini. Kau panggil saja aku Lirn Beng-san sudah cukup!" Orang yang berperawakan sebesar dia, walau pun suaranya seperti geledek, tapi tidak diduga isinya kosong dan panjang. Tapi Hoyan Tiang-souw tidak berpikir demi-kian, dia dengan teliti memperhatikan segalanya, malah setiap kalimatnya juga diteliti dengan hati-hati sekali. Sebab diapun berperawakan tinggi besar dan ganas, hingga gerakannya menutupi gerakan otaknya. Sepanjang hidupnya dan untuk pertama kali di dalam hatinya samar-samar timbul sedikit rasa ngeri. Musuh kali ini sungguh menakutkan sekali, bukan saja sejak lahir dia sudah bertenaga besar dan pemberani, dia pun masih berotak licik. Musuh seperti ini tentu saja musuh yang paling ditakuti di dunia! Orang ini mungkin tidak termasuk dalam katagori orang jahat, walaupun dia menghadang jalan-nya ingin membunuh, tapi pesilat pemberani mana yang tidak ingin mencari lawan sepandan" Siapa yang tidak ingin merasa bangga karena bisa mengalahkan lawannya" Maka secara serius tindakan seperti ini tidak bisa diartikan licik juga tid ak bisa diartikan jaha t. Masalah ketika bertarung menggunakan cara dan siasat, tentu saja itu pun tidak bisa disebut licik. Sehingga dia tidak sama dengan Seebun Kiauw, begitu menghadapi Mo-to, nyawanya langsung melayang. Dalam sekejap Hoyan Tiang-souw sudah memutuskan cara menghadapi Lim Beng-san. Saat itu dia berkata: "Tidak perlu banyak bicara, jika kau berniat membunuhku, maka menyeranglah. Jika tidak berani, kau cepatpergi dari tempatini!" Lim Beng-san melototkan matanya besar-besar^ seperti lonceng. Apa lagi di dalam matanya menyorot sinar bengis, sungguh menakutkan orang. Dengan marah dia berkata: "Tidak perlu sungkan-sungkan seperti ini. Walaupun aku menjaga di sini untuk membunuhmu, tapi sebelum bertarung, ada satu hal yang kau tidak boleh tidak harus tahu." "Tidak perlu, masalahku bisa kuurus sendiri. Masalahmu aku tidak ingin tahu." Lim Beng-san tertawa terbahak-bahak sampai menggetarkan dedaunan hingga jatuh. Lalu berkata: "Kau sungguh tidak mau tahu" Kau jangan menyesal......" Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak terpengaruh, dengan tegas berkata: "Aku jarang menyesal, dan kuharap kau juga sama." Di dalam mata Lim Beng-san tampak sinar mengejek dan licik. Di dalam hati dia memang sedang mentertawakan Hoyan Tiang-souw. menganggap dia adalah orang kasar yang merasa diri sendiri benar. 'Setiap orang yang sudah sedikit berhasil, selalu suka memperkirakan masalah berdasarkan pikirannya sendiri, dan tidak suka mendengarkan kata-kata orang" Malas mendengarkan kata-kata orang masih bagus, tapi kata-kata musuh harus didengarkan semakin teliti semakin bagus, dengan demikian baru bisa hidup lebih lama. Ini adalah nasihat guruku beberapa tahun lalu, kelihatannya Hoyan Tiang-souw tidak punya guru sebaik yang ku punya......' Tapi Hoyan Tiang-souw jelas mempunyai guru yang pandai mengajarkan ilmu silat, makanya Mo-to nya sangat mahir membunuh orang. Kelihatannya sifat dia juga mungkin sangat kejam dan kasar, laksana jurus goloknya, makanya mengenai wanitanya itu, diberitahukan pada dia juga mungkin tidak akan bisa mempengaruhinya" Hawa amarah Hoyan Tiang-souw pelan-pelan menyembur di kedua ujung alis tebalnya. Dia tahu pasti Lim Beng-san sedang men-tertawakan dia di dalam hatinya. Apa yang dia tertawakan tidak bisa diketahui. Tapi ini sudah cukup membuat dia jadi marah! Jika di tangan Lim Beng-san memegang senjata, dia pasti tidak menunggu lagi langsung mencabut golok membunuhnya. Tapi menunggu sebentar juga tidak masalah, karena hawa amarahnya semakin menunggu bisa semakin tinggi, tidak akan karena menunggu jadi berkurang. Dan jurus goloknya malah semakin hebat jika hawa amarahnya semakin tinggi, semakin hebat dan semakin dahsyat. Dengan suara keras Lim Beng-san menarik nafas, tubuhnya yang seperti raksasa juga tampak lebih besar lagi. Di dalam rerumputan berjarak satu tombak lebih "Weet!" terbang keluar satu tongkat besi sebesar telur bebek, panjangnya kurang lebih tujuh kaki. Tongkat besi ini tentu sangat berat. Tapi Lim Beng-san dengan tenaga dalamnya bisa menghisap dari kejauhan, begitu mudah seperti memungut rumput. Ketika telapak tangannya yang besar menang-kap tongkat besi itu, tongkat besi yang tidak bisa diangkat oleh orang biasa itu, malah seperti berubah jadi batang padi, seperti orang biasa memegang tongkat kecil panjang. Suara dia lebih keras dari biasanya, hingga memekakan telinga. Dia berkata: "Sebenarnya aku tidak suka bertemu dengan musuh seperti Kiu-beng-lo-cat Seebun Kiauw, tapi setelah tadi melihat ilmu silat dia, sepertinya tidak sehebat sebutannya." Telinga Hoyan Tiang-souw mendengung. Tapi setelah hawa amarahnya bertambah terus, maka suara di telinganya menghilang. Di dalam hati dia tahu sesungguhnya bukan ilmu silat Seebun Kiauw yang kurang hebat, tapi karena sifatnya jahat, jadi begitu bertemu dengan Mo-to, maka seperti serangga menerjang api, mencari mati sendiri. Musuh didepan mata ini tidak terpengaruh oleh Mo-to, maka pertarungan ini pasti sangat seru dan berbahaya sekali. Maka dia membuat hawa amarahnya mening-kat berlipat ganda. "Sreeng!" Mo-to sudah meloncat keluar dari sarungnya beberapa cun. Mata golok yang keluar beberapa cun dari sarungnya itu, mengeluarkan sinar berkilauan, terasa ada hawa membunuh yang sangat dingin. Saat dia benar-benar sudah mencabut goloknya, dia melihat Lim Beng-san dengan satu tangan meme-gang tongkat menunjuk pada dirinya. Dalam sekejap ini, paling sedikit ada tiga puluh jurus golok terlintas di dalam hatinya. Namun tidak ada satu jurus pun yang bisa dipakai untuk menyerang. Lim Beng-san tidak sama, dia bukan saja sekali menyerang langsung mengerahkan jurus terhebatnya It-kuntingkang-san (Dengan tongkat menentukan sungai gunung), jurusnya mengandung dua puluh empat gerakan perubahan. Selain itu tangan kiri dia yang sudah dialiri tenaga dalam ikut menyerang dari kejauhan, tujuh gerakan untuk membunuh. Sepanjang hidup dia sudah bertarung ratusan kali, jika dia menggunakan tongkat digabungkan dengan telapaknya, tidak pernah satu kali pun tidak berhasil dalam sekali menyerang. Tapi kali ini tidak berhasil. Hawa membunuh, sinar dingin Mo-to lawan laksana ombak samudra menerjang, sudah bagus dia tidak terdesak mundur ke belakang, bagaimana bisa melakukan serangan terhebatnya. Dalam sekejap Lim Beng-san sudah mengerahkan tenaga dalamnya melewati batas, tubuh dia seperti membesar lagi. Sedangkan hawa amarah Hoyan Tiang-souw juga sudah sampai pada taraf tidak tertahankan lagi, tiba-tiba rambutnya menyembur keluar, sebagian melayang-layang di udara, sebagian malah tegak lurus ke atas. , Tapi masing-masing dengan jelas merasakan pertahanan lawannya tidak ada celahnya, jurus apa pun tidak bisa dikeluarkan. Jika memaksa menyerang, akibatnya pasti bisa berakibat fatal. Maka kedua belah pihak hanya bisa berdiri tegak, hanya bisa menggunakan ketajaman matanya mengawasi lawan. Bagi pihak mana pun asal ada celah sekecil apa pun, maka salah satu diantara mereka pasti segera tergeletak ke tanah selamanya tidak bisa bangun lagi. Suasana terasa paling dingin, paling kejam paling tidak ada perasaan, laksana embun dingin tidak berbentuk menutup kedua orang ini. Mereka bersama-sama demi 'hidup', berusaha semampunya mengikuti aturan alam yang paling berkuasa, hanya bisa melanjutkan hidup baru segala-nya berarti. Dengan kata lain, hidup adalah segalanya, barulah nyata tidak palsu. Jika sudah tidak hidup, waktu yang abadi, ruang yang tidak ada batasnya, sudah tidak ada artinya lagi" Sudah tidak ada hubungannya lagi" Keadaan yang membuat orang mengerahkan semua tenaga tersembunyi, tentu saja tidak bisa bertahan lama. Berbeda dengan kelelahan orang biasa, kehabisan tenaga bertarung. Pokoknya, masalah di dunia ini pasti adalah, semakin tajam maka akan semakin mudah tumpul, semakin cantik maka semakin mudah menjadi buruk...... Dua orang pesilat tinggi ini hanya dalam waktu sekejap, sudah merasakan dirinya sendiri tidak mampu melanjutkan keadaan yang paling tajam dan paling tinggi ini. Maka kedua belah pihak timbul sedikit perasaan takut. Walau pun berusaha supaya perasaan takutnya tidak mengembang, tapi tetap saja masih ada perasaan takut, artinya, mereka di desak masuk ke dalam keadaan bahaya yang tidak bisa dirubah lagi. Keberanian Lim Beng-san kembali timbul. Hoyan Tiang-souw juga bertambah hawa amarahnya. Di dalam sekejap ini mereka bersama-sama menyerang, melakukan serangan yang hanya bisa maju tidak bisa mundur, tidak mempedulikan keselamatan dirinya. Mo-to dan tongkat besi bergerak di dalam teriakan yang menggetarkan bumi dan langit, yang satu naik yang satu turun, mereka masing-masing telah menyerang sebanyak dua kali tujuh, empatbelas jurus. Setiap kali golok dan tongkat bentrok, terdengar suara "Traang!" yang memekakan telinga, di tambah ada kembang api yang memancar keluar menyilaukan mata. Setelah berturut-turut bertarung empat belas jurus, kedua belah pihak masing-masing mundur satu langkah. Terlihat keadaannya berubah, dari sangat mencekam jadi sedikit longgar, semua disebabkan oleh jarak kedua belah pihak sudah menjauh. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lim Beng-san dengan keras berkata: "Jurus golok yang hebat, Hoyan Tiang-souw, hari ini kita harus bertarung sampai ada yang menang atau kalah, sampai ada yang mati atau hidup!" Hoyan Tiang-souw marah berkata: "Kentut, kata-kata ini tidak perlu dikatakan" Sungguh seperti anjing kentut saja." Lim Beng-san jadi naik pitam, wajahnya juga jadi berubah. Hoyan Tiang-souw mengayunkan Mo-to nya, di dalam sinar yang menyilaukan mata, dua tetes air mata besar dengan jelas tampak di dalamnya. Jurus golok Hoyan Tiang-souw semakin marah semakin dahsyat, tapi orang lain pasti tidak begitu. Tapi buat Lim Beng-san lain, begitu marah segera timbul celah untuk diserang. Lim Beng-san sendiri sadar karena dirinya lengah sehingga dia kehilangan kesempatan, dia sadar keadaannya sangat berbahaya, bahkan sulit meng-hindar dari bahaya kekalahan atau tewas. Tidak perlu penjelasan dari lawan, dia juga mengerti apa tanda dari dua tetes air mata itu, saat itu dia dengan sebisanya menyapukan tongkatnya. Kekuatan sapuan tongkat ini laksana gempa bumi, serangan tongkat hanya bisa pergi tidak bisa kembali, kejadian yang dahsyat mencekam ini sungguh bisa membuat orang mati ketakutan! Tubuh Hoyan Tiang-souw bergerak miring ke kiri tiga kaki, Mo-tonya sudah mengendalikan keadaan. Dengan kata lain, dia bisa melukai lawan dan dirinya sedikit pun tidak terluka. Dia bisa membunuh lawan, dan dia hanya akan mendapat sedikit luka! Terlihat Mo-to dibacokan ke bawah, golok dan tongkat bentrok mengeluarkan suara menggelegar menggetarkan bumi dan langit, saat ini Lim Beng-san berturut-burut mundur delapan langkah kebelakang, matanya seperti lonceng, menatap tajam pada musuh-nya. Mo-to Hoyan Tiang-souw sudah masuk ke dalam sarungnya, dikepit di bawah ketetnya. Hawa amarah yang terlihat dari ujung alisnya, juga sudah menghilang tidak terlihat lagi, gerakan dia selanjutnya adalah melangkah pergi, lebih-lebih tidak bicara lagi. Kaki dia panjang langkahnya besar, dalam sekejap sudah jalan sejauh sepuluh tombak lebih. Tiba-tiba telinganya mendengar suara yang seperti geledek, orang yang bicara tentu saja Lim Beng-san. Dia berkata: "Hoyan Tiang-souw, kenapa kau tidak membunuh aku" Apakah kau tidak berani?" Tanpa memalingkan kepala, Hoyan Tiang-souw menjawab: "Sebenarnya aku tidak bisa mengalahkanmu, maka walaupun aku ada kesempatan, aku tetap tidak mau membunuhmu." Suaranya sedikit pun tidak kalah keras dari lawannya. Suara Lim Beng-san kembali terdengar oleh Hoyan Tiang-souw yang sudah berada sejauh dua puluh tombak. Dia berkata: "Tapi kau tahu tidak" Aku tidak bisa menerima kebaikan hatimu" Lain kali jika bertemu lagi, tongkatku pasti tidak akan memberi ampun! Apakah kau bisa mengingat katakataku ini?" * Siapa yang bisa melupakan kata-kata yang seperti menyumpahi orang ini" Walaupun Hoyan Tiang-souw sudah sering mendengar kata-kata ini, tapi kali ini terasa berbeda sekali. Dia merasakan tekanan yang tidak pernah dirasakannya. Sumpah yang dikatakan orang ini, pasti seperti gunung yang tidak tergoyahkan. Dia berpikir, 'Tapi apakah orang ini tahu, jika lain kali bertemu lagi, jika aku masih bisa membunuh dia, juga pasti tidak akan melepaskan dia" Di musim semi yang sejauh mata memandang rumput hijau yang baru tumbuh, hanya Kang-lam yang gelombangnya sejauh ribuan li. Tekad dan niat membunuh mereka yang paling sadis dan menakutkan ini, laksana batu kecil dilemparkan ke dalam lautan, riak pun hampir tidak terlihat.... OooodwoooO Senyuman terkejut dan senang di luar dugaan Cui Lianhoa, sinar cantiknya bersinar ke segala arah, kekuatan daya tariknya sampai burung kecil di atas pohon juga hampir terpeleset jatuh ke bawah. Hoyan Tiang-souw yang melihatnya sampai bengong. Dia berpikir, 'Hay! Di dunia ini sungguh ada orang secantik ini! Dan orang ini malah sangat akrab dengan aku! Apakah aku sedang bermimpi"' Sepasang tangan Cui Lian-hoa memeluk leher dia. Sehingga tubuhya dengan lembut menempel di tubuhnya. Dia berkata: "Terima kasih langit, akhirnya kau kembali! Sebenarnya kau menemui siapa" Ada kejadian apa" Hoyan Tiang-souw keheranan dan berkata: "Kenapa kau bisa bertanya ini" Dulu kau tidak begini." Nafas Cui Lian-hoa seperti bunga anggrek: "Dulu aku bagaimana?" "Aku tidak tahu. Pokoknya kau tidak pernah bertanya, kau dengan sabar sekali akan menunggu aku memberitahu." "Dulu aku memang begitu, tapi sekarang tidak lagi. Sekarang aku ingin buru-buru tahu apa yang kau alami, apakah kau mau memberitahukan padaku?" Hoyan Tiang-souw tersenyum, lalu menceritakan kejadiannya. Permintaan yang masuk akal dan mengandung kemesraan itu, siapa yang bisa menolaknya" Tapi kenapa dia buru-buru ingin tahu peristiwa saling bunuh yang kejam itu" Kenapa dia sudah berubah" Berubah tidak seperti Cui Lian-hoa lagi" 00oodwoo00 Dia bisa melihat kebun berwarna-warni yang sangat indah, lebih jauh lagi adalah air danau yang biru jernih. Tapi waktu dan pemandangan yang indah ini, terhadap orang yang kepalanya sakit sekali, maka ja!di tidak ada artinya. Selemah itulah manusia. Asalkan kau punya keadaan salah satu di bawah ini, maka kau akan berubah menjadi sekecil semut: 1. Sakit... saat kau merasa sakit, walaupun luuiya sakit gigi, tapi seluruh dunia sudah berubah warnanya. Saat ini arti kehidupan manusia menjadi omong kosong, hanya pikiran yang membohongi orang dan membohongi diri sendiri. 2. Lapar... orang yang pernah mengalami kelaparan, dan sejauh ribuan li adalah tanah liar yang tandus, sekali mendengar lapar, pasti akan ketakutan setengah mati. Saat itu asalkan bisa terlepas dari siksaan itu, dia tentu saja rela sekali menjadi semut. 3. Kelelahan... sejak zaman dahulu ada jurus kelelahan untuk menginterogasi tersangka, tapi dipakai sampai sekarang. Ini karena menggunakan kelelahan menginterogasi tersangka lebih 'manusiawi', lebih cocok dengan prinsip demokrasi. Tapi jika cara ini tidak bisa membuat orang kesakitan, tidak bisa membuat orang mengaku, maka bisa dipastikan tidak akan diadakan, tidak akan diguna kan oleh orang di masa sekarang. Dari sini bisa diketahui kadang 'lelah' di bandingkan dengan beberapa sakit malah lebih menyakitkan, membuat kau terpaksa dalam interogasi kelelahan dan mengakui segalanya. Malah sampai hal yang tidak pernah dilakukannya juga mau mempertanggung jawabkan, asal segera menghentikan interogasinya saja! Di sini masih ada kedinginan, kepanasan, siksaan tubuh atau pikiran, ketakutan karena tidak tahu apa-apa, dan lainlainnya...... Jika manusia berada dalam keadaan salah satu yang diutarakan di atas, maka akan berubah menjadi lemah dan menyedihkan, mungkin semut pun tidak selemah itu. Karena kepalanya sakit seperti mau pecah, sekarang ini hal yang paling penting adalah bagaimana menghilangkan sakit kepala ini. Dia inilah Li Poh-hoan, perawakannya atletis, baju putihnya melayang-layang. Dia adalah ketua perkumpulan Thi-pian-tan, perkumpulan paling besar diperairan Han-sui. Kemarin malam dia terbangun dari mimpi buruknya, segera menemukan seluruh tubuhnya lemas tidak bertenaga, kepalanya sakit sekali, walaupun dia hanya sadar sejenak, tapi untung dia pernah dilatih dengan latihan keras pembunuh bayaran. Maka walaupun dia jatuh pingsan, sebenarnya dia diamdiam sudah mengerahkan tenaga dalamnya dengan mengikuti 'Latihan berjuang untuk hidup' aturan paling tinggi, dan ketabahan yang amat kuat. Tapi juga harus menunggu sampai setelah pagi, dia baru benar-benar sadar. Sekarang walaupun dia masih sakit kepala, tidak bertenaga, tapi derajatnya sudah jauh berbeda. Dia hanya bangkit sebentar memeriksanya, lalu merebahkan diri kembali, sampai mata pun ditutup-nya, Tapi begitu berpikir jernih dia sudah mendapatkan banyak bahan untuk menduganya, juga mengerti sekali hal pertama yang paling penting yang harus dilakukannya saat ini, yaitu mengembalikan kekuatan, menghilangkan sakit kepala. Lalu baru ada kemampuan menghadapi apa yanj akan terjadi. Aku jadi begini, tentu ini adalah perbuatan Pn couwsiancu Cui Lian-gwat. Pertanyaannya adalah kenapa dia melakukan hal ini" Siapa yang diuntungkan" Kemana sekarang dia pergi" Masalah apa pun sampai di tangan dia, selalu yang mudah menjadi ruwet, yang cantik menjadi buruk, yang damai menjadi bahaya, yang biasa-biasa menjadi misterius, yang baik hati menjadi licik...... Tindakan dia kali ini, pasti ada siasat busuknya, tidak diragukan lagi. Tapi siapa yang bisa mengetahui siasat busuk dia" Jika ada orang yang tahu, maka bisa di usaha-kan dari orang ini untuk mencari akal. Sayang jalur ini kurang benar, wanita cantik yang tiada duanya ini, sungguh banyak sekali siasat yang sulit diduga, maka mungkin saja ada orang yang tahu siasat busuk di dalam hatinya. Kalau begitu menyelidikinya harus menelusuri jalur mana dan bagaimana menghadapi wanita cantik yang manis tapi menakutkan ini" Kepala Li Poh-hoan jadi semakin sakit karena-nya. Juga membuat dia jadi gusar sehingga saluran tenaga dalamnya jadi terganggu. Dia buru-buru mengatur nafasnya, supaya tenaga dalamnya kembali normal. Di saat begini, ketabahannya yang sudah lama terlatih menampakan kegunaannya yang mengejutkan. Dia bisa seperti orang yang mula-mula belajar meditasi, pertama menaruh segala kekesalan segala perasaan di luar pintu, menunggu setelah selesai mengatur nafas baru dipikirkan lagi. Tidak lama dia sudah masuk ke dalam keadaan sangat tenang, pikiran kosong, tidak tahu lewat berapa lama, dia merasakan ada sedikit gangguan, dalam memusatkan seluruh perhatiannya. Itu karena dia mendengar suara langkah yang amat pelan, biasanya langkah ini hanya pertanda ada orang yang sedang berjalan, tapi suara langkah seperti ini malah terasa seperti ada 'bahaya'. Tentu saja ini adalah perasaan tajam dari seorang pembunuh bayaran tingkat tinggi. Kurang sedikit saja maka mungkin tidak akan merasakannya. Namun yang aneh adalah 'bahaya' semacam ini bukan ditujukan pada dia. Dia malah dengan tegang memasang telinga-nya. Orang yang mengandung bahaya ini, sebenar-nya mau menghadapi siapa" Mungkinkah...... Jika benar untuk menghadapi dia, masalahnya malah jadi lebih mudah diselesaikan. Tapi jika bukan, maka masalahnya jadi sangat ruwet sekali. Dia menarik nafasnya dalam-dalam, dalam sekejap tenaga dalamnya sudah mengalir ke seluruh tubuhnya, lalu tanpa bersuara sedikit pun, dia melayang keluar dari kamar yang tenang itu. Di sudut kiri diagonal riunah, bergerak-gerak satu kepala yang rambutnya setengah pulih. Sisi wajah orang ini terlihat jelas, dipastikan tidak pernah bertemu. Orang setengah baya yang rambutnya setengah putih itu, berpakaian ketat, bahannya sangat mahal, jelas dia bukan seorang pencuri. Justru itu, orang ini benar-benar ada masalah besar. Dengan teliti dia mengawasinya, di dalam had sudah mendapatkan tidak sedikit bahan. Orang setengah baya itu berdiri di satu jendela beberapa saat, lalu menjulurkan tangan membuka pintu jendela. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di dalam kamar ada seorang wanita yang pakaiannya sederhana. Mendengar suara itu dia lalu memalingkan kepala melihat ke jendela, dalam sesaat waktu tiba-tiba seperti berhenti, kegiatan kehidupan manusia di dunia ini semua seperti telah kehilangan makna. Semua karena wanita ini terlalu cantik, di gambarkan dengan kata kiasan, ikan tenggelam walet turun, bulan malu bunga tertutup, mungkin masih jauh tidak cukup. OO))>dw<((OO BAB 20 Orang setengah baya itupun tertegun sejenak, sampai Li Poh-hoan yang pernah memeluk dan menciumnya pun tidak terasa tertegun. Ketika keadaan pulih kembali seperti semula, orang setengah baya itu meloncat ke dalam kamar, dengan lembut berkata: "Toa-siocia, apakah kau masih ingat aku" Aku Yancauw, aku dulu di Chun-hong-lou!" Pemilik Chun-hong-lou bermarga Liu, tempat-nya di Yang-ciu, dengan Hoa-goat-Iou dari keluarga Cui samasama berada di Yang-ciu, keduanya disatu-kan dan di sebut Chun-hong-hoa-goat-lou, adalah keluarga turun-temurun yang sangat ternama di dunia persilatan. Karena hubungan keluarga Cui dan keluarga Liu sangat dekat, maka pegawai dari kedua keluarga itu, kebanyakan saling kenal atau pernah bertemu. Toa-siocia keluarga Cui adalah Cui Lian-hoa, dia tertawa senang dan berkata: "Aduh, paman Yan, tentu saja aku ingat dirimu. Dimana Toako" Dimana dia sekarang?" Yan-cauw berkata: "Aku sudah cukup lama meninggalkan Chun-hong-lou. Maka keberadaan Liu-siauya sedikit pun aku tidak tahu." *j 'Toako' 'Liu-siauya' yang dikatakan mereka adalah satu orang, yaitu Kiam-liu (Pedang marga Liu), keluarga ternama di dunia persilatan, yaitu Chun-hong-lou di Yangciu. Satu satunya keturunan keluarga Liu adalah Liu Sianghen. Cui Lian-hoa dan adiknya biasanya memanggil dia 'Toako'. Cui Lian-hoa keheranan dan berka ta: "Kau sudah meninggalkan" Apa maksudnya meninggalkan?" Kata Yan-cauw: "Maksudnya aku sudah tidak bekerja untuk keluarga Liu lagi,, waktu sangat cepat berlalu, dalam sekejap mata sudah lewat tiga tahun." "Lalu kenapa kau bisa muncul disini" Bagai-mana kau bisa tahu aku adalah Toa-siocia?" Yan-cauw tertawa sejenak dan berkata: "Ceritanya panjang, pokoknya Ji-siocia menyuruh aku melayani dan melindungimu. Maka aku tahu kau adalah Toa-siocia, pasti tidak salah menduga kau bukan Ji-siocia." Cui Lian-hoa menarik nafas lega dan berkata: "Begitu, jika kau datang untuk melindungi aku, aku jadi merasa lega." Yan-cauw mengusap-usap rambutnya yang sudah beruban, berpikir sejenak, baru pelan-pelan berkata: "Toa-siocia, disini bukanlah Yang-ciu, waktu-nya juga bukan beberapa tahun lalu, maka ada banyak hal sudah terjadi perubahan." Cui Lian-hoa "Mmm!" sekali lalu berkata: "Tentu saja bisa terjadi banyak perubahan. Philosophy sifat kosong dari agama Budha, kebanyak-an basisnya yaitu di dunia ada kejadian yang bembah-rubah tidak menentu. Jika selamanya tidak berubah, maka di dunia tidak ada wajah baru. Jika ada perubahan, maka yang disebut f aham pesimis buat apa pesimis" Penganut reinkarnasi dan penganut mekanis buat apa bersiteguh pada teori mereka" Nasib tentu saja tidak terkecuali bisa ada perubahan, coba kau katakan betul tidak?" Yan-cauw terbengong-bengong sejenak, baru menjawab: "Kata-kata ini mungkin hanya Liu-siauya yang bisa membicarakan denganmu." Cui Lian-hoa menenangkan diri sejenak, sambil menatap dia berkata: "Kalau begitu apa yang ingin kau beritahukan padaku" Suaramu seperti tidak normal, sepertinya ada kata-kata yang kurang enak, kau adalah orang tua yang melihat aku tumbuh besar, kenapa ada kata-kata yang tidak mau diucapkan?" Yan-cauw berpikir sejenak baru berkata: "Aku memang tidak enak mengucapkannya." Wajah dia mendadak menjadi serius, lalu berubah menjadi dingin, "tapi aku terpaksa harus mengata-kannya, bahkan ada beberapa hal terpaksa aku harus melakukannya!" Cui Lian-hoa sudah mendapat pengalaman pahit, di dalam hati sudah tahu ada yang tidak beres. Dengan tersenyum sedih sejenak, tiba-tiba hatinya menjadi kacau. ? Kenyataannya persis seperti yang dia katakan tadi, selalu berubah-rubah tidak menentu. Siapa yang akan terpikir Yan-cauw......menyaksikan dia dari kecil tumbuh menjadi dewasa... malah ada keinginan jahat yang tidak menguntung!-an dia" Tapi sebenarnya juga tidak terlalu serius, jika sudah tidak hidup di dunia lagi, masalah apa pun segera jadi tidak ada maknanya, juga tidak ada luka. "Baiklah, silahkan beritahu aku." Dia berkala, "aku hanya berharap apa yang kau lakukan, walaupun itu merugikan aku, tapi pasti bisa menguntungkanmu, baguslah kalau begitu!" Jika melakukan pekerjaan yang merugikan orang lain tapi tidak menguntungkan diri sendiri, mungkin hanya idiot baru mau melakukannya. Apakah Yan-cauw seorang idiot" Laki-laki sangat aneh, kadang di depan wanita, sering melakukan hal yang lebih bodoh dari pada yang dilakukan oleh seorang idiot. Pelan Yan-cauw berkata: "Mungkin aku akan mati karena melakukan hal ini. Tapi, aku juga mungkin merasa mati pun setimpal!" Hati Cui Lian-hoa tergetar, sambil menggelengkan kepala berkata: "Kau tidak perlu mengatakannya lagi, tapi aku tetap berharap kau mempertimbangkannya sekali lagi, mati adalah akhir dari masa kehidupan ini, benar kau merasa pantas melakukan hal ini?" Yan-cauw sudah bertekad, berkata: "Pantas, jika aku bisa mendapatkanmu, walaupun bukan untuk selamanya, walaupun hanya sejenak, mati pun setimpal." Di dalam hati Cui Lian-hoa merasa kasihan, bersamaan juga merasakan sedih terhadap tekanan mala petaka akan menimpanya. Kenapa laki-laki selalu tidak bisa melewati wanita cantik. Kenapa sudah jelas-jelas tahu lawan tidak mau, tapi diri rela membayar dengan harga semahal ini" Malah nyawa melayang juga tidak mau mundur, tidak menyesal" Kenapa perbedaan antara laki-laki dengan wanita bisa banyak begitu" Dengan demikian, bukankah setelah beratus beributahun kemudian, laki laki dengan wanita tetap tidak bisa setara" Persis seperti kau mau memandang emas kuning sebagai batu, sebenarnya mana mungkin" Bagaimana mungkin kau bisa merangkai batu jadi kalung yang indah" Bagaimana mungkin kau memandang sama kegunaan dan harga emas dengan batu" Setara memang bukan sama dengan, tapi paling sedikit sebagian mengandung arti sama dengan. Dan dikehidupan nyata kita, sama sekali tidak bisa memandang emas adalah batu, atau menganggap batu sebagai emas, walaupun ada sebagian sama dengan, juga tidak mungkin. Laki-laki dengan wanita juga begitu. Jika mengatakan sama-sama bernyawa, kalau begitu manusia dan semut juga sama, bernyawa. . Jika mengatakan semua orang ada emosi senang marah, sedih senang, kera pun ada. Pokoknya laki-laki bukan wanita, wanita pun bukan lakilaki. Dan teori ini tidak tidak seluruhnya sama dengan teorinya 'kuda putih bukan kuda' dari Kongsun Liong-cu. Beberapa keinginan, beberapa rencana, jika ridai mengatakannya, sangat mudah mati tli dalam pi-iul sebelum lahir, jika sudah dikatakan, atau ditulis di dalam surat, maka menjadi anak panah di atas busur terpaksa harus dilepaskan. Cui Lian-hoa dengan lembut berkata: "Paman Yan, aku bisa melupakan kau teJah mengatakan semua ini, kau percaya tidak padaku?" Tubuh Yan-cauw berdiri tegak lurus, semangat nya bertambah. Dia berkata: "Tidak, kau tidak perlu melupakannya. Aku hanya berharap kau bisa melihat keadaan dengan jela:., berharap kau tahu apa yang bisa dihindarkan, apa yang tidak bisa dihindarkan. Dengan demikian, kita semua mungkin akan merasa lebih baik!" Tentu saja dia melihat dengan jelas keadaannya. Jika sekarang hanya wanita lemah yang tidak mampu menangkap ayam, tapi cantik sekali membuat laki-laki meneteskan air liur, dalam keadaan sekarang sama sekali tidak ada bantuan dari luar juga tidak ada orang yang melindunginya, masih ada akal apa lagi" Apakah dia sanggup melawannya" Jika dia tahu di luar masih ada seorang Li Poh-hoan pesilat yang berlimu sangat tinggi dari aliran pembunun bayaran, sedang diam seribu bahasa menyaksikan peristiwa ini, mungkin reaksi dia bisa sangat berbeda. Dia tersenyum sedih dan berkata: "Paman Yan, kau tahu tidak, nyawa mudah sekali hilang?" Tubuh Yan-cauw tergetar dan berkata: " Apa maksud kata-katamu ?" "Maksudku sangat sederhana dan jelas, kau sebenarnya juga bukan tidak mengerti, apalagi dari sudut pandang seorang pesilat tinggi dunia persilatan, memusnahkan nyawa orang lain, seringkah lebih mudah dari pada memusnahkan diri sendiri." Yan-cauw buru-buru berkata: "Jangan tergesa-gesa, kita bicarakan terlebih dulu." Di dalam hatinya sebenarnya ketakutan wanita cantik ini mendadak menjadi bunga yang layu, menjadi tubuh yang tidak bernyawa. Buat orang biasa, membunuh orang lain dengan membunuh diri sendiri, semua hal yang tidak mudah. Tapi bagi orang yang pernah belajar ilmu silat tingkat tinggi, walaupun ilmu silatnya telah musnah, tapi tetap bisa melakukan hal yang di luar dugaan orang biasa. Dia berkata lagi: "Jika seseorang sudah tidak ada kerinduan terhadap kehidupan, terhadap musnahnya satu-satu-nya tubuh dia sudah tidak ada perasaan sayang. Lalu kenapa dia tidak bisa menahan sedikit kerugian tubuh-nya?" "Aku mengerti maksudmu," Cui Lian-hoa berkata lagi, "jika dahulu, mungkin aku bisa menahan-nya. Tapi sekarang tidak bisa, sebab Hoyan Tiang-souw pasti sangat marah." Kebesaran Mo-to sekarang ini di utara mau puri di selatan sungai besar tidak ada orang yang tidak tahu, Yancauw pun tentu saja tidak mungkin tidak tahu. Dia tertegun sejenak, lalu kembali tersenyum, katanya: "Ternyata Hoyan Tiang-souw. Bagus sekali, dia memang pantas untukmu. Aku menduga, demi dia mungkin ada beberapa hal kau mau mengalah. Kau mau tidak melakukan itu?" Biasanya Cui Lian-hoa tidak mudah marah, tapi sekarang dia tidak tahan menjadi marah juga. Laki-laki ini benar-benar bukan manusia, malah mengharapkan aku mau diperkosanya, juga mengharapkan aku tidak memberitahukan pada Hoyan liang souw" Jika betul demikian, hal ini apa jadi perkosaan" Atau perselingkuhan" Untungnya di luar jendela terdengar sebuah suai a yang nyaring, mewakili dia menjawabnya. Orang itu adalah Li Poh-hoan, dia tahu di lu.u sepertinya masih bisa dibicarakan, sebenarnya masalah sudah di batas bahaya, jika Cui Lian-hoa menolaknya, maka harus buruburu bungun mendahuluinya. Sehingga dia segera menjawabnya: "Tentu saja Cui Toa-siocia tidak akan mau, jika dia berpikir demi Hoyan Tiang-souw, mungkin hanya mati jalan satu-satunya." Orangnya muncul bersamaan dengan suaranya, d i dalam kamar terdengar angin berhembus. Seorang pemuda yang berbaju putih dengan wajah tenang sudah muncul. Di bawah ketek dia menjepit sebilah pedang panjang berikut sarungnya. Wajahnya yang tampan tampak cerah, semangatnya sangat tinggi. Hati Cui Lian-hoa merasa tertarik sambil memandanginya, dia ianya: "Siapa kau?" Tingkah Li Poh-hoan selain sopan juga santai anggun, berkata: "Margaku Li, aku adalah sahabatnya Hoyan Tiangsouw, sahabatnya sedikit sekali, aku kebetulan salah satunya, kebetulan juga bertemu dengan masalah yang ada Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hubungannya dengan dia, makanya aku memberanikan diri muncul. Tapi sangat mungkin aku hanya mempermalukan diriku sendiri, malah ditertawa kan orang, congcorang menahan kereta. Tapi aku tetap akan berusaha semampunya, walaupun aku sampai mati, juga tidak akan menyesal." Cui Lian-hoa terkejut dan berkata: "Apa Hoyan Tiang-souw sungguh punya sahabat setampanmu" Kenapa aku tidak tahu?" Li Poh-hoan tersenyum, lalu sorot matanya ditujukan pada Yan-cauw, terhadap laki-laki setengah baya ini, dia tidak merasa terlalu membencinya. Suka yang cantik-cantik adalah sikap manusia yang normal. Hanya saja yang dia tuju salah alamat. "Saudara Yan, bagaimana kalau masalah hari ini kita lupakan semua?" Yan-cauw sudah menjalurkan seluruh tenaga dalamnya, tujuh anak panah beracun di dalam lengan baju kirinya juga sudah siap dilemparkan. Dia berkata: ^ "Melupakannya tentu saja boleh, tapi jika di kemudian hari setiap malam aku tidak bisa tidur, maka lebih baik bereskan saja masalahnya hari ini! Siapa marga dan nama besarmu?" "Kau sudah tahu siapa aku, kenapa masih bertanya" Aku tidak percaya ji-siocia tidak pernah menyebut aku, lebihlebih tidak percaya kalau kau lidak tahu aku adalah temannya Ji-siocia!" Cui Lian-hoa keheranan danberkata: "Ahh, kau ini temannya A-Gwat?" Li Poh-hoan tersenyum dan berkata: "Sepertinya betul, tapi apakah dia benar-benar memandang aku adalah temannya, itu rada sulil dikatakan!" Yan-cauw mengerutkan alisnya, sehingga kerul di wajahnya tampakbertambahbanyak. Dari sini bisa di lihat tekanan di dalam hatinya sangat berat sekali, jika dia bukan seorang dunia persilatan, biasanya tidak akan terlihat ekspresinya. Dia berkata: "Toa-siocia wajahnya persis serupa dengan Ji-siocia, apakah karena Ji-siocia menjauh darimu, maka kau mendekati Toa-siocia" Di dalam hati menganggap Toasiocia adalah Ji-siocia?" Li Poh-hoan mengangkat bahu, tersenyum lalu berkata: "Mungkin di kemudian hari ada kemungkinan ini, tapi sekarang belum. Karena hari ini aku pertama kalinya melihat Toa-siocia, sesaat aku tidak terpikir menggunakan dia menggantikan Pu-couw-siancu. Tapi bagaimana pun juga, aku berterima kasih padamu telah mengingatkan aku!" Yan-cauw jadi tidak tahan, di wajahnya tampak rasa penyesalan. Tentu saja dia harus menyesal, sebab orang yang tadinya tidak terpikirkan, buat apa kau banyak bicara menginga tkannya" Li Poh-hoan kembali berkata: "Sepanjang hidup aku jarang sekali bertarung, bukannya aku tidak ada musuh, tapi karena ilmu silat dan jurus pedang yang aku pelajari terlalu keji. Jika aku tidak bisa membunuhmu, maka aku pun tidak bisa hidup! Oleh karena itu, aku sebisanya menghindar pertarungan." "Kenapa kau beritahukan padaku?" "Aku bukan memberitahu padamu, tapi memberitahukan pada Toa-siocia. Supaya dia tahu satu hal, yaitu salah satu diantara kita, hari ini pasti ada satu yang tergeletak di tanah. Jika yang tergeletak itu adalah aku, maka dia akan tahu tindakan apa yang harus dia lakukan!" "Aku sudah tahu, aku sangat berterima kasih padamu!" kata Cui Lian-hoa. Tiba-tiba pedang Li Poh-hoan keluar dari sarungnya, sebelumnya sedikit pun tidak ada tanda tandanya. Tapi yang mengherankan adalah orang tidak merasa 'diserang mendadak' 'diserang diam-diam'. Dengan kata lain, serangan pedang dia sepertinya memang seharusnya sangatnormal sekali. Pedang bergerak laksana kilat, dalam sekejap pedangnya sudah menusuk lima kali. Setiap serangan dia mengenai sasaran. Tusukan pertama, mengenai tangan kanan Yan-cauw dan memelintirnya. Saat Yan-cauw tahu tangan dia tidak apa-apa, tapi dia juga tahu tabung berisi tujuh anak panah beracun 'di dalam lengan bajunya sudah dihancurkan, sudah tidak bisa digunakan lagi. Tusukan ke dua Li Poh-hoan adalah mengenai kantong kulit yang digantung di pinggang kiri dia. Yan cauw tidak perlu meraba dengan tangannya, juga tidak perlu melihatnya, dia sudah tahu kantong kulit itu sudah hancur. Sehingga seekor cecak tujuh warna yang sangat berbisa, tidak perlu dijelaskan juga sudah dicacah hancur. Tusukan ke tiga Li Poh-hoan mendongkel lepas senjata Poan-koan-pit yang diselipkan di punggung-nya. Tusukan ke empat pedangnya mengenai lutut kaki kiri dia, saat ini jika dia menggulung celananya, dijamin di atas lutut tidak mengalirkan darah, hanya ada satu bekas merah yang kecil. Tentu saja di mata seorang ahli, sekali inelihal sudah tahu kaki kirinya Yan-cauw sudah lumpuh tidak bisa digerakan lagi. Juga karena itulah pisau beracun sepanjang cm p? t inci yang ada di dalam sepatunya, sudah tidak bisa dipergunakan lagi. Tusukan ke lima Li Poh-hoan juga selesai dalam sekejap mata, pedangnya keluar masuk hanya dalam sekejap mata. Tusukan ke lima dia menusuk dengan pelan Kie-kai-hiat di perutnya Yan-cauw, sangat mungkin bekas merah pun tidak ada, tapi tenaga dalam Yan-cauw sudah berpencar kemana-mana, seluruh tubuh-nya sudah kehilangan tenaga. Cui Lian-hoa berteriak terkejut: "Jurus pedang apa ini" Berapa orang di dunia ini yrang mampu lolos dari jurus pedangmu?" "Cukup banyak. Misalnya Hoyan Tiang-souw dia mampu lolos.. Jurus pedangku ini pasti tidak bisa melukai dia, sebenarnya aku pun tidak perlu meng-gunakan jurus pedang ini kepada Hoyan Tiang-souw, sebab dia orang yang sangat terbuka, di tubuhnya tidak ada senjata gelap dan binatang berbisa seperti dia......" Terengah-engah dia berhenti, baru berkata lagi: "Aku lelah sekali!" Gelombang mata Cui Lian-hoa tampak penuh rasa kasih, di dalam hati dia merasa hormat dan akrab terhadap lakilaki yang tampan perkasa ini. Sebab tidak peduli pihak orang yang mem-bunuh atau dibunuh, dalam waktu singkat ini, di ambang batas kematian dalam pertarungan singkat ini, semua orang sudah mengerahkan segala kemampuan-nya. Hidup atau mati hanya ditentukan dalam sekejap. Di bawah tekanan berat, berhadapan pilihan hidup atau mati, mana berani menyisakan tenaga, tidak menggunakannya" Maka tampang Li Poh-hoan yang kehabisan tenaga dan wajahnya yang pucat, membuat hatinya Cui Lian-hoa jadi terenguh sekali. Dia berkata: "Kau istirahatlah sebentar......" Setelah berkata, dia berjalan menghampirinya dan memegang lengannya membawa ke sisi ranjang dan didudukan di atas ranjang. " Walaupun Yan-cauw sudah terkulai di atas lantai, tapi dia belum mati. Dia menutup mulutnya, tiba-tiba dia merasa dirinya adalah orang yang paling tolol, paling tidak berguna di dunia, gadis secantik Toa-siocia, adalah dewi yang turun dari khayangan. Kau hanyalah manusia biasa, dan malah sudah setengah baya, mana boleh timbul pikiran jahat" Mana boleh melakukan perbuatan dosa menyerang dan menghina dia" Li Poh-hoan menarik nafas dalam-dalam lalu sambil tersenyum berkata: "Aku pernah mendengar Pu-couw-siancu mengatakan, kau adalah kakak kembarnya." "Memang benar, kau lihat apakah wajahku mirip dengan dia tidak?" "Kalian sangat mirip sekali. Tapi sayang hanya wajahnya yang mirip, sedangkan hati kalian sepertinya tidak......" "Dulu hati kami juga bisa saling berhubungan, tapi entah kenapa kemudian tidak lagi! Maka sekarang dia sudah berubah jadi orang bagaimana, aku tidak tahu." "Jika dia seperti kau begitu baik dan jujur, akan sangat bagus. Tapi sekarang aku sangat ragu apakah ada kemungkinan seperti itu" Coba kau pikir, kau adalah kakak sekandung dia, aku adalah teman dia, tapi kita menemukan kita berada di tempat ini, aku malah kehilangan segala tenaga, dengan susah payah baru bisa pulih" Kenapa dia melakukan ini semua pada kita" Sebelum kejadian apakah dia tidak tahu Yan-cauw ini tidak bisa dipercaya?" Mata Yan-cauw tidak bisa dibuka, dengan lemas berkata pelan: "Dia tidak tahu, karena dia juga tumbuh besar di bawah mataku! Kebanyakan orang mengira hubungan seperti kami ini tidak akan terjadi apa-apa, tapi tidak dipikir-kan orang bisa berubah, maka reaksinya juga jadi berbeda." Li Pch-hoan keheranan dan berkata: "Kata-katamu begitu dalam dan menyeluruh, apakah sejak dulu kau sudah bolak-balik memikirkan hal ini?" Cui Lian-hoa dengan lembut bertanya: "Paman Yan, sekarang kau merasa bagai-mana?" Yan-cauw tersenyum pahit: "Kepalaku masih di atas leher, aku masih bisa bicara, bagusnya sudah tidak bisa lebih bagus lagi!" Kata Li Pohhoan: "Paling sedikit kau masih bisa memberitahukan kepada kami masih ada bahaya apa saja" Kau malah mungkin tahu apa rencana Pu-couw-siancu" Tahu sekarang dia sedang melakukan apa?" Kata Yan-cauw: "Dia sekarang mungkin sudah berubah menjadi Toasiocia, sehingga temannya Toa-siocia berubah jadi teman dia!" "Asalkan dia tidak bermaksud jahat pada orang, itupun tidak masalah." Kata Cui Lian-hoa. "Cui Toa-siocia, tadinya kau tinggal dimana?" tanya Li Poh-hoan. Sebagai ketua perkumpulan besar masa kini yang hanya ada beberapa gelintir orang yang setingkat kedudukannya, kepintarannya tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan orang biasa. Maka dia langsung bertanya pada hal yang paling penting ini. Tapi kejadian di dunia sulit diduga, apakah lial bagus kepintarannya tinggi reaksinya cepat" Masih berguna bagi nasib atau sebaliknya" Dalam hal ini sejak zaman dahulu sampai sekarang, tidak ada orang yang berani memastikan. Bulu di seluruh tubuh Hoyan Tiang-souw mendadak berdiri seperti singa. Tapi kecuali ganas dan menakutkan, masih ili tambah rasa ketakutan dan kesedihan. Dia berdiri di belakang sebuah pohon besar, dia bisa melihat dari jauh orang yang berjalan datang mendekat, tapi orang itu sulit sekali bisa melihat keberadaan dia. Baju putih orang itu melambai-lambai, saat melewati belokan di pinggir danau, dia seperti berjalan di atas danau. Dilihat dari kejauhan, pemandangannya sangat indah. Pertama Hoyan Tiang-souw melihatnya, dia sudah mengenal orang itu adalah Li Poh-hoan, sesaat dia jadi banyak pikiran, dan bersamaan itu timbul amarah yang datang entah dari mana. Maka dia menghentikan langkahnya yang akan masuk ke dalam rumah dimana Cui Lian-hoa berada, dia tetap sembunyi di belakang pohon, ingin tahu apa sebenarnya yang akan terjadi" Di luar kota Ku-su yang amat tua, di atas jembatan batu kuno itu. Sorot mata dia membuat orang sulit melupakannya, sayang sorot mala ini ditujukan padri Li Poh-hoan. Saat itu, dia melihat dirinya seperti orang asing yang tidak pernah bertemu. Sekarang Li Poh-hoan kembali muncul lagi. Dia jelas datang untuk bertemu dengan Cui Lian-hoa. Sebenarnya ini tidak ada apa-apanya, tapi jika tingkah laku Cui Lian-hoa jadi tidak biasa, maka masalahnya akan menjadi ruwet dan serius. Yang disebut 'tidak biasa' maksudnya sangat baik, sangat mesra. Dia melihat Li Poh-hoan dari jauh mendekat. Akhirnya dari luar jendela melihat pertemuan Li Pohhoan dengan Cui Lian-hoa. Karena jaraknya agak jauh, maka pembicaraan mereka tidak terdengar. Terlihat Cui Lian-hoa yang berpakaian seder-hana tapi tetap sangat cantik, melihat kemunculan Li Poh-hoan seperti terkejut sekali. Setelah mereka berbicara sejenak, tiba-tiba Cui Lian-hoa seperti seekor burung walet, memeluk Li Poh-hoan. Kedua orang itu, pemuda tampan dan wanita cantik berpelukan sangat mesra sekali, bibir mereka menempel menjadi satu, membuat dia berpikir menggunakan goloknya memisahkan mereka pun mungkin tidak bisa. ' Bulu roma Hoyan Tiang-souw berdiri tegak, dirinya terasa jatuh ke dalam neraka, tubuh dan hatinya terasa sakit Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang amat sangat. Di lain pihak, dia fuga tahu jika saal ini dirinya mencabut golok dan membacok, pasii mampu mencincang hancur bumi dan gunung. Dia pun tidak mengerti kenapa dia tidak menerobos masuk ke dalam" Menunggu setelah dia sadar dan berdiri tegak, dia menemukan dirinya berjarak tidak jauh dari rumah itu. Jika dia mau konsentrasi mendengarkan, dia rasa mungkin bisa mendengar suara Li Poh-hoan dan Cui Lian hoa. Hanya saja dalam keadaan hatinya seperti ini, siapa yang sudi mendengarkan suara mereka" Dia berdiri sampai matahari condong ke barat, langit menjadi merah, baru bisa sedikit tenang. Sebenarnya dia tidak mudah bisa sadar dan tenang, itu karena ada seorang tua berbaju warna warni melesat lewat dari jarak beberapa tombak. Orang tua berbaju warna warni itu melihat dia, sejenak berhenti dan memperhatikan, lalu mendadak menghilang. Kejadian ini membuatpikirannya berputar lagi. Membuat dia mulai memikirkan, apa yang harus dia lakukan" Namun tidak lama, sudah terdengar langkah kaki. Irama langkah itu sangat mantap dan mengandung keangkuhan, selain ketua perkumpulan Thi-pian-tan yang menguasai beberapa propinsi Li Poh-hoan, siapa lagi yang bisa seperti itu" Bayangan putih Li Poh-hoan tidak lama sudah muncul. Sambil tersenyum dia melambaikan tangan menyapa: "Saudara Hoyan, apa kabarnya?" Kata-kata ini sebenarnya sapaan bertemu yang sangat biasa-biasa saja. Setelah itu bisa langsung masuk ke pokok pembicaraan. Tadinya Li Poh-hoan ingin menjelaskan, siapa wanita cantik yang berada di dalam rumah itu" Ini adalah penjelasan yang sangat penting. Sayang begitu Hoyan Tiang-souw memutar tubuhnya, di sekeliling seperti ada kekuatan yang bisa menerbangkan batu dan debu. Li Poh-hoan merasakan hawa membunuh dari golok yang sangat dingin, sudah mengurung dirinya, saat ini sudah tidak bisa digambarkan dengan jurang dalam salju tipis, sungguh laksana nyawa tergantung pada seutas rambut. Asal sedikit lengah saja, maka dia segera akan tewas mengenaskan. Dia menarik nafas pun tidak sempat, lima jari kanan sudah menempel di pegangan pedang. Tidak peduli ada alasan sebesar langit, tapi jika tidak sempat mengatakannya, sama juga dengan tidak ada! Maka Li Poh-hoan harus merebut kesempatan, dan mampu atau tidaknya merebut kesempatan adalah satusatunya cara supaya tubuhnya tidak dibabat menjadi dua oleh Mo-to. Itulah sebabnya dia sudah memusatkan seluruh tenaga dalamnya siap bergerak, sehingga sesaat tidak bisa membuka mulut berbicara. Hoyan Tiang-souw sedikit pun tidak berminat bicara, sebab kejadian yang dia saksikan dengan mata kepala sendiri adalah bukti yang sangat bisa dipercaya, tidak perlu membicarakannya lagi" Mengenai setelah membunuh Li Poh hoan, langkah kedua langkah ketiga harus lakukan apa itu sudah menjadi masalah selanjutnya! Sikap mereka dingin membeku seperti balu seperti es, Mo-to dan pedang panjang walau pun masih di dalam sarung masing-masing, tapi dibandingkan dengan pesilat biasa-biasa, kekuatan golok dan pedang mereka, sebenar sudah sama dengan seperti per-tarungan. Sebenarnya Li Poh-hoan tidak berniat mem-buniih orang, tapi situasi yang sangat berbahaya membuat dia tidak bisa mempertimbangkan, membuat dia tidak bisa tidak harus mengerahkan seluruh kemampuannya. Maka seharusnya dia tidak menyerang terlebih dulu, tapi karena ada kesempatan, maka pedangnya dicabut keluar dari sarungnya, saat pedang di cabul suaranya laksana siulan naga auman harimau. Sekali pedangnya menyerang, jurus terlihay Kuang-su-itki (Pahlawan pergi) dilancarkan dari tiga jurus hebat yang dia pelajari beberapa tahun dengan susa h payah. Jurus ini seperti tidak ada variasi, tapi arahnya tidak kaku tidak ada titik serangan yang pasti. Asalkan melihat ada celah, maka pedangnya bisa langsung menyerang masuk. Jurus ini seperti tidak menghiraukan keselamatan dirinya sendiri, jurus ini seperti jurus nekad sehingga tidak menyisakan untuk mundur dan perubahan. Serangan pedangnya laksana seorang prajurit sekali pergi ke medan pertempuran tidak mengharap-kan akan kembali lagi. Jika sudah tidak memikirkan kembali lagi, tentu saja tidak perlu memikirkan masalah keselamatan dirinya sendiri. Ujung pedang dia sudah menyentuh kulit di sebelah kiri dadanya Hoyan Tiang-souw, mungkin sudah menusuk sedikit. Tapi siapa pun tidak akan mempermasalahkan semua ini, sebab sinar pedang Li Poh-hoan sudah menyerang masuk kedalam berlapis-lapis sinar golok yang mendadak dilakukan oleh Hoyan Tiang-souw. Dalam keadaan kritis ini, kedua belah pihak mendadak berhenti, tidak bergerak. Mo-to itupun berhenti di ujung hidungnya, maka pedangnya tidak bisa dimajukan lagi satu inci juga. Tapi golok Hoyan Tiang-souw pun karena ancaman yang sama jadi berhenti tidak bisa diteruskan, tidak bisa membelah hidungnya. Tapi Li Poh-hoan malah merasa keadaannya sangat tidak bagus, sebab dua butir air mata di ujung Moto itu tampak berkilau-kilau, sinarnya menyilaukan mata, samarsamar tercium bau aneh yang menyeram-kan. Seumur hidupnya baru kali ini dia merasakan tubuhnya seperti direndam di dalam es, juga pertama kalinya merasakan kematian begitu dekatnya, dekatnya sampai sudah menyentuh ujung hidungnya. Jika hawa pedang dan tenaga dalam dia sedikit lemah, jujur saja muka dia sudah dibelah menjadi dua bagian. Justru karena hawa pedang dan tenaga dalam-nya, maka dia bisa menahan Hoyan Tiang-souw. Mo-to nya Hoyan Tiang-souw tentu saja mengancam dia. Maka kedua belah pihak di saat yang sangat berbahaya ini, mendadak menghentikan serangan golok dan pedangnya. Hanya saja keadaan begini pasti tidak bisa bertahan lama, kenyataannya bukan saja tidak lama, malah sebaliknya hanya dalam waktu yang amat singkat sudah harus ada akibatnya.... kematian. Dalam keadaan begini Li Poh-hoan malah masih bisa tertawa, dan tertawanya juga sangat santai. Tapi di dalam matanya tampak ada kesedihan yang mengherankan. Melihat Hoyan Tiang-souw yang menyerang dahsyat seperti lupa diri, dia sadar dia pasti telah melihat keadaan saat dirinya bertemu dengan Pu-couw-siancu. Karena Hoyan Tiang-souw tidak tahu Pu-couw-siancu menyamar menjadi Cui Lian-hoa, makanya dia jadi salah paham, itu tidak mengherankan. Tapi salah paham seperti ini adalah salah paham yang bisa merengut nyawa, setelah kejadian apabila Hoyan Tiang-souw mengetahui keadaan sebenarnya, dia tentu akan jadi menyesal sekali. Tapi sudah tidak ada gunanya lagi" Penyesalan dia tidak ada gunanya lagi" Sekarang kecuali di depan ujung hidung Li Poh-hoan mendadak muncul satu plat baja, jika tidak bagaimana dia bisa menarik kembali pedangnya" Jika pedang dia tidak bisa ditarik kembali, goloknya Hoyan Tiang-souw pun tentu tidak bisa ditarik, di saat ini tidak diragukan dia pasti tidak akan menarik kembali goloknya. Sehingga keadaan kedua belah pihak pasti terluka pasti ada seorang yang mati, bagaimana bisa menghindarkannya" Jika saat ini muncul Pu-couw-siancu, apakah dia bisa melerai keadaan yangmematikan ini" Atau malah mempercepat kejadian yang menyedihkan ini" Karena dia tidak muncul, maka tidak ada jawaban yang pasti. Di dalam hati Li Poh-hoan mendadak terbayang bayangan seorang hweesio tua. Dia sangat heran kenapa saat dirinya berada dalam keadaan yang sangat berbahaya ini, masih bisa terpikir hweesio tua ini, wajahnya sepertinya tidak lebih bersih dari pada orang tua lainnya" Kenapa kelihatannya dia lebih kasih lebih damai seperti ayah ibunya sendiri" Membuat orang walaupun bertemu sekali tapi tidak bisa melupakannya" Hweesio tua ini pernah bertemu sekali dengan dia ketika dia berusia dua belas tahun, dia adalah ketua Siauw-lim Thi-kak-siang-jian (Orang sakti kaki besi) yang paling ternama dalam ratusan tahun ini. Siang-jin ini menurut kabar usianya sudah lebih dari seratus tahun, tapi masih sehat wal afiat. Tapi buat orang luar tidak gampang bisa menemui dia, sehingga ketenarannya sudah semakin memudar. Li Poh-hoan teringat dia, karena dia ingat posisi Siangjin saat menekukan saru lututnya bersujud di depan meja arwah kakeknya. Selama beberapa tahun ini, tidak pernah dia terpikir posisi ini bisa ada keanehan! Lebih-lebih tidak terpikir ada gunanya! Tapi sekarang mendadak dia teringat, dan malah dengan jelas mengetahui kegunaannya posisi ini, juga tahu apa akibatnya! Tentu saja di lain pihak, dia juga tahu dia mampu melukai Hoyan Tiang-souw, walaupun belum Irnlti mematikannya, tapi bisa melukainya, sudah sang,\t cuku p Pesilat setinggi mereka, 'terluka' sudah tidak j.mli perbedaannya dengan 'kematian'! Tapi jika dia hanya kehilangan satu lengan dan nyawa kedua belah pihak bisa diselamatkan, pantaskah dia melakukan hal ini" Dia kembali tersenyum, saat ini selain rasa tenang, juga mengandung kebingungan, kesal sampai sedih dan lain lainnya...... O000dw000O Saat Pu-couw-siancu melihat Cui Lian-hoa, tidak tahan dia jadi kebingungan. Pertama, kenapa Cui Lian-hoa bisa lolos dari kematian" Kenapa berani melanggar janji datang kema ri" Kedua, kenapa dia kelihatannya jauh lebih tegar dan tenang" Dibandingkan dahulu yang penuh kasih sayang dan penurut, jauh sekali perbedaannya" Cui Lian-hoa sedikit mengerutkan alis dan berkata: "A-Gwat, dimana mereka?" Pu-couw-siancu Cui Liangwat berkata: "Mereka sekarang semua baik-baik saja, juga tidak jauh dari kita!" "Bawa aku melihat mereka." "Kau sudah tahu, aku tidak ingin kita berdua bersamasama muncul di hadapan mereka." Cui Lian-hoa menggelengkan kepala: "Kau membuat aku jadi teringat peristiwa masa lalu, Thian Kim-wie menghadapi Kim-soan-poan. Di dalam peristiwa itu, pemeran utama wanita Li Keng-hong dan Li Su-ceng yang wajahnya mirip sekali. Li Su-ceng yang menjadi adik bukan saja telah membunuh kakaknya, malah membuat banyak masalah mengeri-kan lainnya." "Aku tidak sama dengan dia. Paling sedikit aku pasti tidak akan membunuhmu." "Tapi kurang lebih sama saja, coba kau pikir, kau telah berlatih ilmu sesat, membuat hubungan batin kita terputus, membuat aku kehilangan ilmu silat, juga membuat aku menjadi lemah. Beberapa tahun ini, untung tidak terjadi apa apa padaku, langit masih melindungi aku, tapi jika terjadi masalah, apakah kau bisa menolong aku" Apa kau tidak merasa bertanggung jawab?" "Kelihatannya ilmu silatmu sudah pilih, apa betul?" kata Pu-couw-siancu keheranan. * "Aku hanya memulihkan pikiran sehat yang sudah hilang, maka tidak sampai seperti wanita biasa yang sangat lemah!" Dia tidak mau melepaskan permasalahannya, kembali mendesak, tanyanya: "Jika terjadi apa-apa padaku, A-gw?t, apa kau bisa merasa tidak bertanggungjawab?" "Kau masih sehat wal afiat, masalah ini sepertinya tidak perlu diperbincangkan lagi!" "Walaupun kau tidak menjawab, tapi paling tidak kejadian yang memilukan ini jangan sampai terjadi. Mari kita bersama-sama pergi melihat mereka. Kita bisa membuat hal yang mengerikan menjadi indah, bisa membuat kesedihan menjadi bahagia......" Pu-couw-siancu menghela nafas dalam dalam sepasang matanya yang cantik tiba-tiba menjadi huyai, tidak jelas. Saat ini kecantikannya bertambah warna iblis, sehingga lebih menarik juga lebih misterius. Dia berkala "Cui Lian-hoa, kau harus menurut perintahku." Setelah berbicara, sepertinya dia sudah berubah menjadi orang lain bukan Cui Lian-gwat lagi. Asmara Pedang Dan Golok Karya Suma Leng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Suara dia jika didengar oleh orang lain mungkin sangat enak didengar, tapi bagi Cui Lian-hoa malah merasa tidak tahu kenapa seperti jatuh ke dalam mimpi yang dalamnya tidak terbatas. Aku tidak boleh terjerumus ke dalam selimut hangat dan mimpi yang indah. Dia berpikir, jika tidak, di dunia ini akan bertambah satu lagi drama sedih, juga selamanya tidak bisa menyelamatkan adikku tersayang ini...... Cui Lian-hoa berusaha menyadarkan diri, saat ini tenaga dalam aneh yang disalurkan oleh Li Poh-hoan ke dalam tubuhnya, ikut bereaksi kegunaannya, membuat dia mendadak sadarkan diri. Begitu sadarkan diri, Pu-couw-siancu laksana dipukul oleh godam hingga terluka parah, warna wajahnya menjadi pucat, hawa iblis yang membuat matanya buyar telah hilang. Cui Lian-hoa maju memeluk adiknya, dengan lembut berkata: "A-gwat, beritahu aku, mereka ada dimana?" Pu-couw-siancu terengah-engah sesaat, baru dengan pelan berkata: "Di dalam hutan tidak jauh di sebelah kiri rumah." Cui Lian-hoa membopong adiknya berjalan ke sana, di dalam hati walaupun kegelisahannya hampir meledak, tapi suaranya masih bisa tenang dan berkata: "Kita harus berusaha secepatnya, mereka semua adalah orang baik......" 00--dw--00 Li Poh-hoan bersujud di bawah ancaman Mo-to yang tajam berkilauan, sedikit pun tidak aneh. Tapi orang di seluruh dunia pasti tidak mau berpikir demikian, jika semua orang tahu bahwa dia yang begitu angkuh, dan kemampuannya yang begitu tinggi. Apa lagi dilihat oleh kakak beradik Cui, lebih lebih akan menjadi bengong, dan mengira matanya lamur. Kepercayaan diri dan keangkuhannya Li Poh hoan begitu tinggi Walaupun dia telah melihat dewa kematian, dia tetap bisa santai tertawa dan bicara. Tapi sekarang dia malah bertekuk lutut, bukan mata orang lamur, juga bukan di dalam mimpi. Ooh langit! Ketua perkumpulan yang gagali tampan yang berambisi menguasai dunia, ketenangan dia seharihari, keangkuhan dia dan lain-lainnya, kemana sekarang semuanya... " Mo-to itu berkilat-kilat mengeluarkan sinar yang menakutkan, hampir membuat orang tidak bisa membuka matanya. Untungnya hanya hampir saja. Maka Cui Lian-hoa masih bisa melihat dengan jelas, melihat sebelah tangan kanan Li Poh-hoan sudah putus dari bahunya, potongan tangannya masih memegang pedang panjang, jatuh ke atas tanah beberapa kaki jauhnya. Dia meloncat ke depan, jarinya dengan cepat menotok, mengunci dulu beberapa jalan darah di sekeliling lukanya. Tapi di wajah dan tubuhnya sendiri, akhirnya tidak terhindar menjadi merah karena terkena tidak sedikit darah segar. Dia meneteskan air mata haru, sepasang kaki-nya bersujud menahan rubuhnya Li Poh-hoan, dengan lembut berkata: "Kami mengerti, kami semua mengerti.." Cui Lian-gwat pun air matanya berlinang terharu, mendadak beratus, beribu kesalahan yang telah dilakukan, semua tergambar di dalam hatinya. Hoyan Tiang-souw menjadi bengong, melihat Cui Lianhoa, lalu melihat Cui Lian-gwat, sesaat tidak bisa membedakan wanita mana yang pernah menjalin cinta dengan dirinya. Maka mata dia hanya bisa melotot bengong. Masih dengan posisi bersujud, Cui Lian-hoa membopong Li Poh-hoan yang sebelah kakinya masih bersujud. Dia harus menemani dia bersujud, jika tidak pemandangannya akan seperti apa" Sambil berlinang air mata dia berkata: "Li Poh-hoan, kau benar-benar seorang Enghiong sejati. Tidak ada satu orang pun yang bisa menahan penghinaan, bersujud dan tangan dipotong. Aku kagum padamu, juga bersyukur mempunyai kau adalah kawan bukan lawan." Li Poh-hoan tersenyum. Walaupun wajahnya pucat sekali, tapi sikapnya tetap tenang. Tapi mungkin karena lukanya sangat parah, sehingga dia tidak bicara. "Buuk," Hoyan Tiang-souw bersujud, Mo-to nya menancap ke dalam tanah sedalam dua kaki. Suara dia selalu seperti geledek, walaupun dalam keadaan begini, tetap saja sama. Dia berkata: "Li Poh-hoan, aku sangat menyesal." Pu-couw-siancu Cui Lian-gwat dengan susah payah berjalan menghampiri, wajahnya yang pucat tidak kalah oleh Li Poh-hoan. Dia menjulurkan tangan mengusap wajah Li Poh-hoan, lalu menarik berdiri Hoyan Tiang-souw. "Kami tidak menyalahkanmu, di dalam hati kami j tahu, jika kau bukan Enghiong sejati, gerakan golok selanjutnya sudah bisa membelah dia menjadi dua......" Dia mengatakan apa yang ingin dikatakan oleh Li Pohhoan. Juga membuat Hoyan Tiang-souw timbul rasa saling percaya. Kenyataannya memang tidak salah, karena Li Poh hoan bersujud mengaku kalah, maka gerakan golok selanjutnya tidak bisa membunuhnya" Kenapa dia tidak meneruskan gerakan golok-nya. Di saat yang kritis itu, apakah Hoyan Tiang-souw tidak mengalami kesulitan mengambil keputusan" Hanya seorang Enghiong sejati, baru bisa dalam keadaan kritis ini mengambil keputusan mengampuni. Juga hanya dada seorang Enghiong sejati, baru bisa rela mengorbankan sebelah tangannya. Seorang wanita cantik dan satu negara. Walau ambisi menguasai dunia masih tetap harapannya, tapi kadang ingin melepaskannya, lebih sulit dibandingkan dengan terus memperjuangkannya. Dunia persilatan selalu ditempa oleh berbagai macam perasaan ini. Di antaranya ada darah ada air mata, ada muncul ada menghilang...... Habis Dendam Iblis Seribu Wajah 1 Dewa Linglung 2 Geger Pedang Inti Es Badai Laut Selatan 11