Ceritasilat Novel Online

Bandit Penyulam 4

Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung Bagian 4 Giok Indah adalah sebuah pengecualian. Luka-luka pada mata Ye Yi Fan masih belum sembuh benar, tapi ia juga telah pulih dari perasaan terkejut karena ia bisa menggumamkan nama-nama lukisan terkenal miliknya yang hilang. Mengapa semakin kaya seseorang, semakin sukar bagi mereka untuk melupakan benda-benda materi yang hilang" Mungkinkah karena mereka tidak bisa melupakannya maka mereka menjadi kaya" Saat ini tidak ada lagi cara untuk memberitahukan perubahan situasi yang tak terduga ini pada Meng Wei, maka Lu Xiao Feng pun hanya bisa duduk menunggu di ruang tamu gedung Shi. Hal yang aneh adalah, entah kenapa fikirannya sekarang benar-benar sedang jernih. Tiba-tiba banyak hal yang muncul di dalam fikirannya, hal-hal yang tidak pernah ia fikirkan sebelumnya. Koleksi Kang Zusi 88 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Sementara ia sedang dalam renungan, berita dari Meng Wei tiba. "Ah-Tu ada di rumahnya." "Seorang pengemis memiliki rumah?" "Pengemis tetaplah seorang manusia, bahkan anjing saja mempunyai lubang kecil miliknya sendiri, apalagi seorang pengemis." Tapi kau akan sangat bermurah hati bila menyebut rumah Ah-Tu sebagai sebuah "lubang". Tempat itu tidak lebih dari sebuah dinding bata yang kecil, terkucil dan setengah runtuh sehingga membentuk sebuah ruangan kecil. Di keempat sisinya ada lubang-lubang yang berfungsi sebagai jendela. Tempat itu berbau apek karena gelombang udara musim panas, maka papan kayu yang biasanya digunakan untuk menutupi "jendela-jendela" itu masih belum dipakukan. Bagian dalamnya tampak terang. "Apakah Ah-Tu masih ada di dalam?" "Ya, tidak tahu dari mana ia mendapatkan sekendi arak, tapi ia sedang menikmatinya sendirian di dalam sana." "Sudah ada orang yang bicara dengannya?" "Tidak, tapi tadi ada seseorang di sana." "Seperti apa orang itu?" "Orangnya berkulit kuning, memakai sebuah topi yang ujung atasnya berbentuk seperti buah cherry merah, berpakaian seperti seorang kurir atau seorang pegawai di kantor pejabat atau seperti itulah." Tidak lama setelah percakapan singkat itu, seorang kurir yang memakai topi cherry merah datang dengan penuh lagak mendaki bukit kecil itu. Ia membawa sebuah kantung kain berwarna kuning. Sesudah mengamati sekelilingnya sebentar, ia melompat ke dalam rumah Ah-Tu. Tentu saja ia tidak melihat Lu Xiao Feng dan Meng Wei, keduanya bersembunyi di atas sebuah pohon yang amat besar. "Haruskah kita masuk dan menyergap mereka sekarang?" Meng Wei berbisik. "Orang yang akan kita tangkap bukanlah dia." Lu Xiao Feng segera menggelengkan kepalanya. "Tuan bermaksud menemukan si Bandit Penyulam dari dia?" Meng Wei segera faham. "Mmhmm." "Tulisan di kotak itu mengatakan bahwa ia akan segera kembali, menurut Tuan ia akan kembali ke tempat Nyonya Pertama Gong Sun?" Lu Xiao Feng mengangguk. "Dan kantung itu tentu sesuatu yang akan diberikan pada perempuan itu, ia mungkin telah kembali ke tempatnya sekarang!" Meng Wei menahan sabarnya dan menunggu. Ia tidak harus menunggu lama. Kurir bertopi cherry merah itu berjalan keluar dan, sambil menggumamkan sebuah irama, menuruni bukit kecil itu. Ia telah melakukan tugasnya, maka ia tampak jauh lebih santai sekarang. Setelah menunggu beberapa saat lagi, cahaya di dalam "rumah" kecil itu tiba-tiba padam dan setelah itu Ah-Tu berjalan keluar. Sebelum pergi, ia menutup jalan masuk ke "rumah"nya dengan sebuah pintu yang terbuat dari sebilah potongan kayu yang cukup besar. Ia membawa dua buah kantung yang terbuat dari tali rami di punggungnya, kantung kain berwarna kuning tadi tentu berada di dalam salah satu kantung rami itu. "Aku akan mengikutinya, kau pulanglah dan rawatlah Bos Jin-mu." "Tuan akan pergi tanpa membawa bantuan, bagaimana jika...." "Tak usah cemas, aku tidak mungkin mati!" Lu Xiao Feng menepuk pundaknya. Bulan masih belum penuh. Angin malam membawa tanda-tanda musim gugur. Ini adalah cuaca yang sempurna untuk bepergian. Ah-Tu tidak menyewa sebuah kereta, ia juga tidak menaiki seekor kuda, tapi ia malah hanya berjalan kaki dengan acuh Koleksi Kang Zusi 89 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. tak acuh di depan, seolah-olah ia tidak memiliki sedikit pun perasaan khawatir di dunia ini. Tidak ada orang lain yang melintas di jalan raya ini kecuali mereka berdua, satu di depan dan satunya lagi di belakang. Kadang-kadang Ah-Tu akan menggumamkan sebuah lagu, kali lain ia akan menirukan adegan-adegan dalam opera atau drama-drama dengan suara yang keras; tapi tampaknya langkah kakinya malah semakin lambat. Lu Xiao Feng berusaha menahan dirinya untuk tidak pergi mencari sebuah cambuk dan memukul orang ini beberapa kali agar berjalan lebih cepat. Setelah menghabiskan waktu yang rasanya bertahun-tahun, bintang-bintang mulai tampak jarang-jarang dan bulan pun mulai menghilang, tapi Ah-Tu masih belum mempercepat langkahnya. Ia malah menghampiri sebuah pohon di pinggir jalan dan duduk di bawahnya. Ia membuka salah satu kantungnya, mengeluarkan seekor bebek panggang, sekendi arak, dan ajaibnya, mulai makan di pinggir jalan itu. Lu Xiao Feng menarik nafas, yang bisa ia lakukan hanyalah mencari sebatang pohon yang letaknya jauh dan naik ke atasnya. Ia menunggu, dan menonton. Tiba-tiba ia menyadari bahwa ia sangat kelaparan. Dua hari terakhir ini ia tidak mendapatkan makanan yang layak. Tadinya hal itu terjadi karena ia tidak mau makan, tapi sekarang ia benar-benar tidak bisa makan. Ah-Tu merobek salah satu kaki bebek itu dan menggigitnya sekali, lalu ia meminum araknya. Tiba-tiba ia menarik nafas. "Benar-benar membosankan kalau minum sendirian. Jika ada seseorang di sini bersamaku, ini baru hebat." Ia bergumam sendirian. Lu Xiao Feng benar-benar tergoda untuk turun dan ikut makan bersamanya. Tapi ia malah hanya bisa menontonnya makan. Akhirnya Ah-Tu selesai. Ia menggosokgosokkan tangannya ke celananya dan meneruskan perjalanannya. Lu Xiao Feng benar-benar terkejut bercampur senang saat menemukan bahwa, selain kaki yang tadinya dirobek oleh Ah-Tu, separuh bagian bebek panggang itu sama sekali belum tersentuh waktu Ah-Tu meninggalkannya di atas tanah. Pengemis ini tampaknya benar-benar lupa kalau dirinya adalah seorang pengemis. Tentu saja ia bukan benar-benar seorang pengemis, tapi Lu Xiao Feng merasa seakan-akan ia telah hampir mati kelaparan, ia sangat tergoda untuk memungut separuh bagian bebek itu dan menggunakannya untuk mengisi perutnya. Tapi ia harus menahan diri. Bila ia mengingat-ingat semua kutu yang berada di tubuh AhTu, walau ia benar-benar akan mati kelaparan pun ia akan memilih kematian daripada memakan bebek itu. Perjalanan diteruskan, dan sebelum ia sadar, Lu Xiao Feng menemukan bahwa hari telah pagi. Malam hari di bulan Juli selalu relatif singkat waktunya dan matahari pun tiba-tiba terbit. Dengan perlahan-lahan tapi pasti, semakin banyak orang yang bermaksud pergi ke pasar, muncul di jalan raya. Tiba-tiba Ah-Tu mulai berlari secepat mungkin di jalan itu. Seorang pengemis jorok seperti dirinya tidak akan pernah menarik perhatian orang lain di jalan, biarpun ia sedang lari atau bergulingan. Tapi bagaimana mungkin Lu Xiao Feng pun berlari mengejarnya seperti seekor anjing liar" Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan selain berlari" Bahkan jika orang lain menganggapnya gila, ia tetap harus berlari. Dan larinya Ah-Tu ternyata cukup cepat juga. Bila tidak ada orang lain di jalan, ia berjalan lebih lambat daripada seekor siput, tapi bila ada orang lain di jalan, ia berlari lebih cepat daripada seekor kelinci. Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa orang ini bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi. Mengawasi orang seperti ini tidaklah mudah. Untunglah AhTu tidak pernah melihat ke belakang, dan tampaknya ia juga sudah agak lelah. Tiba-tiba ia melompat ke bagian belakang sebuah pedati yang ditarik oleh seekor keledai dan membawa sisa-sisa daging babi. Ia bersandar pada bagian luar pedati itu dan tampaknya Koleksi Kang Zusi 90 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. bersiap-siap hendak tidur. Sais pedati itu berpaling ke belakang dan menatapnya dengan marah, tapi tidak mengusirnya turun. Lu Xiao Feng menarik nafas dan ia mendapatkan sebuah penemuan lagi: bepergian sebagai seorang pengemis ternyata memiliki sejumlah keuntungan yang tidak pernah bisa diduga oleh orang lain. Tidak heran ada pepatah yang mengatakan: "Menjadi orang miskin lebih baik daripada menjadi pangeran." Matahari perlahan-lahan naik ke angkasa. Mata Ah-Tu tertutup, seolah-olah ia benar-benar tidur lelap. Lu Xiao Feng malah sedang keringatan, ia terbakar di bawah terik matahari, lelah, lapar, haus, dan tidak boleh berhenti. Untuk dapat menemukan Nyonya Pertama Gong Sun, ia harus mengikuti orang ini tidak perduli apa pun. Jika beruntung, ia tentu akan bertemu dengan sejumlah penjual arak dingin atau nasi sapi di pinggir jalan. Tapi keberuntungan tidak berada di fihaknya, bahkan penjual kue pai pun tidak berhasil ditemukan. Ternyata orang-orang di selatan sangat pemilih dalam soal makanan. Untuk makan, mereka harus menemukan sebuah tempat yang nyaman untuk duduk dan makan. Pedagang-pedagang kecil seperti itu sangat jarang berhasil menjual sesuatu di wilayah ini. Maka hampir mustahil bagi pedagang-pedagang kecil untuk tetap bertahan dalam bisnisnya. Maka Lu Xiao Feng pun hanya bisa bertahan. Tadinya di pinggir jalan itu ada deretan tanah persawahan yang dialiri air. Baru sekarang jalan melingkar ke kaki sebuah gunung yang hijau. Tiba-tiba Ah-Tu melompat turun dari pedati dan mulai berlari mendaki gunung itu. Di bawah naungan pepohonan dan rerumputan di lereng gunung itu, setidaknya udara akan terasa lebih sejuk. Setelah tidur di pedati, Ah-Tu sekarang tampaknya telah penuh dengan energi. Lu Xiao Feng tidak punya pilihan lain kecuali mengikutinya. Tiba-tiba ia menyadari satu hal lagi, bukan hanya pengemis jorok dan miskin ini memiliki fisik yang kuat, tapi ia juga tampaknya memiliki sedikit ilmu meringankan tubuh. Untunglah baginya gunung itu tidak terlalu tinggi, di samping itu, jika Ah-Tu mau berlari mendaki lereng gunung, mungkin tempat tujuannya memang tidak terlalu jauh. Mungkin sekali markas rahasia Nyonya Pertama Gong Sun berada di atas sebuah gunung. Tapi anehnya, gunung ini benar-benar sepi, bukan hanya tidak ada bangunan yang terlihat di sisi jalan, tetapi jalan-jalan di gunung itu pun sangat sempit dan berkelok-kelok. Setibanya di puncak, udara tiba-tiba dipenuhi oleh sebuah aroma yang mengundang selera, aroma daging kambing rebus. Tentu ada sebuah rumah di sana, tentu itu rumahnya Nyonya Pertama Gong Sun. Tapi, Lu Xiao Feng kembali keliru. Tidak ada bangunan di puncak itu, yang ada hanyalah sekelompok pengemis yang sedang makan dan minum. "Anggaplah dirimu beruntung," seseorang berkata saat mereka melihat Ah-Tu. "Kami baru saja mencuri seekor kambing gemuk dan sekarang hendak menikmatinya. Karena kau muncul, mengapa tidak bergabung dengan kami?" "Hehe, tentu aku telah berbuat sebuah pahala beberapa hari terakhir ini, tidak perduli ke mana pun aku pergi, aku selalu bertemu makanan enak!" Ah-Tu tertawa sambil berjalan menghampiri mereka. Tapi Lu Xiao Feng terpaksa cuma menonton lagi. Tidak mungkin ia bisa bergabung dengan para pengemis ini dan ikut memakan kambing curian itu, ia tidak boleh terlihat oleh Ah-Tu. Maka ia hanya bisa bersembunyi di balik sebuah batu karang, merasa begitu kelaparan sampai-sampai perutnya pun mulai terasa sakit. Ia bahkan mulai merasa menyesal, seharusnya ia memungut dan memakan daging bebek itu tadi malam. Ah-Tu tampaknya segera akrab dengan para pengemis itu. Mereka tertawa-tawa dan berpesta sepuas hatinya, seakan-akan mereka sedang berada di Surga ke-7, tapi Lu Xiao Feng merasa seolah-olah ia sedang berada di Koleksi Kang Zusi 91 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dasar Neraka. Belum pernah ia begitu menderita seperti ini di dalam hidupnya. Baru sekarang ia akhirnya menyadari betapa menakutkannya kelaparan itu. Jika ia bisa menggunakan kesempatan yang sedikit ini dan menutup matanya sebentar, mungkin rasanya tidak seburuk ini. Tetapi mungkin ada lagi anak buah Nyonya Pertama Gong Sun yang berada di antara para pengemis itu, mereka bisa saja menunggu Ah-Tu di sini untuk mengambil alih barang antaran itu. Maka Lu Xiao Feng tidak boleh lengah sedikit pun, ia harus berkonsentrasi untuk mengamati mereka. Jika Ah-Tu diam-diam berhasil menyerahkan kantung kuning itu pada orang lain untuk dibawa kepada Nyonya Pertama Gong Sun tanpa terlihat olehnya, bukankah semua penderitaan yang ia alami ini akan siasia saja" Akhirnya para pengemis itu telah selesai makan. Ah-Tu mengucapkan terimakasih kepada mereka sebelum, anehnya, memulai perjalanannya menuruni gunung. Apa tujuan tamasya-nya tadi ke atas gunung ini" "Mungkinkah ia telah menyerahkan kantung kuning itu pada orang lain" Kenapa aku tidak melihatnya?" Lu Xiao Feng tidak mampu membayangkan kejadian yang sebenarnya. Tapi karena ia tidak melihat apa-apa, ia harus tetap mengikuti AhTu. Di tengah perjalanan menuruni gunung, tiba-tiba Ah-Tu berhenti dan mengeluarkan kantung kuning itu dari salah satu kantung tali rami yang ia bawa. Setelah menelitinya sebentar, ia memasukkannya kembali ke dalam buntalan di punggungnya. "Untunglah salah satu dari pencuri kambing itu tidak mencurinya," ia tersenyum dan bergumam pada dirinya sendiri. "Kalau tidak kepalaku mungkin tidak akan lama lagi berada di leherku!" Apa yang ada di dalam kantung kuning itu" Kenapa begitu penting" Lu Xiao Feng tidak bisa melihat, juga tidak bisa menebak. Tak perduli apa, setidaknya benda itu masih ada pada Ah-Tu. Lagipula, jika benda itu benar-benar penting, mungkin ia sendiri yang harus menyerahkannya pada Nyonya Pertama Gong Sun. Tampaknya semua penderitaan yang dialami Lu Xiao Feng tidaklah sia-sia sama sekali. Tapi hal yang paling menjengkelkan adalah Ah-Tu menuruni gunung itu tepat melalui jalan naiknya tadi. Tidak mungkin ia naik ke atas gunung cuma untuk makan kambing, kan" Mungkinkah ia telah melihat bahwa seseorang sedang menguntitnya dan sengaja membuatnya menderita sedikit" Tidak, itu juga tidak mungkin. Ia sama sekali tidak tampak gugup, dan jika ia memang melihat seseorang mengikutinya, ia tidak mungkin kembali melalui jalan yang sama. Lu Xiao Feng bahkan semakin yakin kalau ia tidak mungkin ketahuan. Bahkan jika ia harus kelaparan dua hari lagi, ia tidak akan mengeluarkan suara sedikit pun. Akhir-akhir ini banyak orang yang sampai pada kesimpulan bahwa ilmu meringankan tubuhnya termasuk 5 yang terbaik di dunia. "Bila seseorang dibebani dengan semacam tugas yang rahasia dan penting, tidak perduli apakah ada orang lain yang mengikutinya atau tidak, perjalanannya tentu akan sengaja dibuat berliku-liku." Tentu itulah penyebabnya, Lu Xiao Feng tampak puas dengan penjelasan ini. Setelah menuruni gunung, gerakan Ah-Tu, seperti yang telah diduga, jadi jauh lebih stabil. Setelah berjalan satu jam lebih, ia memasuki sebuah kota. Setelah mengelilingi jalan-jalan di kota itu sebanyak dua kali, ia lalu memasuki sebuah rumah makan, tapi kemudian keluar lewat pintu belakang. Tiba-tiba, ia berbelok dan menelusuri sebuah gang, di dalam gang itu hanya ada sebuah pintu. Pintu tersebut adalah pintu belakang sebuah kebun bunga dari sebuah kompleks yang amat besar. Ia seperti baru tiba di rumah sendiri, karena ia berjalan masuk tanpa mengetuk pintu sama sekali. Setelah berada di halaman, tampaknya ia pun sangat mengenali lika-liku tempat itu. Dua kali belokan dan putaran dan ia telah berhasil keluar dari Koleksi Kang Zusi 92 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. semak-semak bunga, melewati sebuah jembatan kecil, dan tiba di sebuah paviliun kecil yang berada di tepi sebuah kolam bunga lotus. Terlihat sinar lampu di lantai atas paviliun itu. Baru sekarang Lu Xiao Feng menyadari bahwa senja hari pun telah berlalu. Lewat senja, matahari terbenam masih bisa terlihat di atas cakrawala. Paviliun kecil itu tampak terang-benderang, tapi tidak terdengar suara orang, bahkan tidak terlihat seorang pun pelayan. Ah-Tu juga tidak berhenti di sini, karena ia terus menaiki tangga. Di dalam sebuah ruangan yang penuh hiasan di lantai atas, tidak terlihat satu orang pun, tapi satu set perangkat makan yang mahal dan arak telah tertata rapi di atas sebuah meja. "Tampaknya nasib mujurnya benar-benar luar biasa, ke mana pun pergi ia selalu Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bertemu makanan yang enak." Walaupun tidak ada orang di sana, di atas meja ada 8 pasang sumpit dan cangkir arak. Ah-Tu duduk, mengambil sepasang sumpit, menjepit sepotong "Ayam Mabuk", tapi kemudian menggelengkan kepalanya dan meletakkannya kembali. Ia merogoh ke belakang dan mengeluarkan kantung kuning itu lagi. "Tidak disangka kalau aku kembali menjadi orang pertama yang tiba di sini." Ia bergumam. Jelas ia sedang menunggu orang lain. Tapi orang-orang macam apa yang ia tunggu" Apakah Nyonya Pertama Gong Sun termasuk di antaranya" Di samping paviliun itu ada sebuah pohon gingko yang rimbun dan amat besar, penuh dengan dedaunan dan dahan-dahan, cocok untuk tempat bersembunyi. Dan letaknya pun persis menghadap jendela ruangan itu. Seperti seekor kadal, Lu Xiao Feng merayap naik ke batang pohon yang menghadap jendela dan menemukan sebuah bagian dari pohon itu yang penuh dengan dedaunan. Hari semakin gelap, jika seseorang melihat keluar dari jendela, ia tentu akan tetap aman. Setidaknya sekarang Ah-Tu telah tiba di tempat tujuannya, ia tidak perlu khawatir lagi kalau-kalau ia melakukan tipuan. Lu Xiao Feng baru saja hendak menarik nafas dalam-dalam dan beristirahat sebentar waktu ia sayup-sayup mendengar suara kibasan baju yang tertiup angin. Sebuah bayangan manusia terlihat melintasi dahan-dahan pohon dan mendarat di paviliun itu dengan gerakan "Mengibas Awan Dengan Cekatan" yang indah. "Gerakan yang indah, ilmu meringankan tubuh yang sangat murni." Lu Xiao Feng segera membuka matanya lebar-lebar untuk melihat. Tapi ia telah tahu bahwa orang ini bukanlah Nyonya Pertama Gong Sun. Walaupun ilmu kungfu orang ini termasuk kelas satu, tapi masih berada di bawah Nyonya Pertama Gong Sun, dan, tentu saja di bawah dirinya juga. Tapi orang ini pun seorang wanita, usianya sekitar 40 tahun, tapi wajahnya seperti masih berusia separuhnya. Pada dirinya masih tampak kesegaran dan kepolosan seorang wanita muda, tapi gayanya dan lirikan matanya terlihat jauh lebih menggoda daripada yang bisa ditemui pada seorang gadis muda. Ia mengenakan pakaian berwarna ungu gelap tetapi ketat dengan sebuah buntalan kuning pula di tangannya. Tadi, waktu ia sedang melintasi pohon, Lu Xiao Feng pun telah melihat bahwa ia juga memakai sepasang sepatu merah. Tapi sekarang ia telah duduk. "Kau lagi yang pertama." Ia memberi Ah-Tu sebuah senyuman yang manis. "Laki-laki memang tidak sabaran, kami selalu harus menunggu wanita." Ah-Tu menarik nafas. Sekarang ada sesuatu yang bisa disimpulkan oleh Lu Xiao Feng. Ia menyadari bahwa dugaannya tadi benar, Ah-Tu ini bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi, dan kedudukannya pun tidaklah rendah. Bagaimana mungkin ia, seorang pengemis yang penuh kutu, bisa duduk sejajar dengan wanita berbaju ungu yang memiliki ilmu meringankan tubuh dan gaya yang sangat indah ini" Mungkinkah ia juga seorang Koleksi Kang Zusi 93 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. jago kungfu" Lu Xiao Feng selalu menganggap dirinya sendiri memiliki pengetahuan yang amat luas mengenai orang-orang dan kejadian-kejadian di dunia persilatan. Tapi sekarang ia menyadari bahwa masih banyak jago-jago di dunia ini yang tidak ia kenal, setidaknya dua orang di depannya ini adalah orang-orang yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Angin tiba-tiba membawa sebuah gelombang suara tawa yang mirip dengan dentingan lonceng perak. Orangnya belum tiba, tapi suara tawanya sudah. "Adik ke-7 datang." Wanita berbaju ungu itu berkata. Ucapannya bahkan belum selesai ketika satu orang lagi muncul di ruangan itu. Tentu saja seorang wanita lagi. Rambutnya dibentuk berupa dua ekor kuda dan berwarna hitam legam, matanya berkilauan, giginya bersinar-sinar, dan senyumannya manis. Ia adalah seorang gadis muda berbaju merah dan tangannya pun menggenggam sebuah buntalan kuning. Ia tersenyum kecil pada Ah-Tu dan kemudian berpaling pada si wanita berbaju ungu. "Nyonya kedua, kau datang cepat!" "Yang tua memang tidak sabaran, kami selalu harus menunggu yang muda." Si wanita berbaju ungu menarik nafas. "Sejak kapan kau jadi tidak sabaran?" Ia tertawa, suara tawa seperti dentingan lonceng perak pun terdengar lagi. "Orang lain tentu harus bersyukur jika mereka bisa sabar terhadap apa yang kau lakukan." Wanita berbaju ungu menatapnya dan menarik nafas. "Aku tidak faham apa yang kau tertawakan. Mengapa kau terus tertawa siang dan malam?" "Karena ia mengira bahwa ia kelihatan sangat cantik bila ia tertawa," Ah-Tu menjawab seenaknya. "Belum lagi sepasang lesung pipinya yang manis itu, jika ia tidak tertawa, lalu bagaimana mungkin orang bisa melihatnya?" Gadis berbaju merah itu menatapnya dengan marah, tapi kemudian tertawa lagi. Dan kali ini ia tidak bisa berhenti. Lu Xiao Feng sekarang tahu bahwa wanita berbaju ungu itu dikenal sebagai Nyonya Kedua. Nyonya Kedua" Mungkinkah itu singkatan dari Nyonya Kedua Gong Sun" Jika Nyonya Kedua Gong Sun ada di sini, tentu Nyonya Pertama Gong Sun tidak jauh-jauh dari tempat ini. Lu Xiao Feng akhirnya merasa sedikit senang, setidaknya semua penderitaannya ini tidak siasia. Di samping itu, suara tawa gadis berbaju merah itu mampu membuat orang yang mendengarnya merasa bahagia. Sayangnya Lu Xiao Feng pun tidak mengenalnya. "Mari kita bertaruh," ia masih tertawa. "Siapa menurut kalian yang terakhir datang kali ini?" "Adik Ketiga, tentu saja," Nyonya Kedua menjawab. "Ia memerlukan waktu satu jam hanya untuk membasuh mukanya, bahkan jika kau membakar alis matanya pun ia tetap tidak akan buru-buru datang." "Benar!" Gadis berbaju merah itu bertepuk tangan dengan gembira dan tertawa. "Tentu dia lagi kali ini." "Salah, kali ini bukan dia." Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari lantai bawah. Suara itu sangat lembut, dan sangat lambat, sementara seseorang berjalan naik ke lantai atas. Walaupun ia sedang berjalan perlahan-lahan sekarang, Lu Xiao Feng tadi tidak melihat kapan ia memasuki gedung itu. Gadis berbaju merah tampak terkejut melihatnya, tapi kemudian ia segera tertawa lagi. "Siapa yang mengira kalau sebuah keajaiban telah terjadi" Nyonya Ketiga tidak terlambat datang!" Bukan hanya suaranya yang lembut, tingkah-lakunya pun lemah lembut, senyumannya bahkan semakin lembut ketika ia dengan perlahan berjalan menaiki tangga, duduk dengan perlahan dan dengan perlahan meletakkan kantung kuning miliknya di atas meja. Baru kemudian ia menarik nafas. Koleksi Kang Zusi 94 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Bukan hanya aku tidak datang terlambat, tapi aku pun telah berada di sini sebelum kalian semua." "Benarkah?" Gadis berbaju merah bertanya. "Aku tiba di sini tadi malam dan tidur di lantai bawah. Aku bermaksud datang lebih dulu dan memberi kejutan pada kalian semua!" "Jadi mengapa kau menunggu sampai sekarang baru datang ke atas sini?" Gadis berbaju merah pun tertawa. "Karena ada banyak hal yang harus kulakukan!" Nyonya Ketiga menarik nafas. "Seperti apa?" "Aku harus menyisir rambutku, dan kemudian membasuh wajahku, dan lalu mengenakan bajuku, dan kemudian memakai sepatuku...." Kali ini, bahkan Lu Xiao Feng pun, yang sedang bergantung di atas pohon, terpaksa tertawa kecil. Gadis berbaju merah itu telah terbungkuk-bungkuk sambil tertawa. "Ini benar-benar hal yang sangat penting." Ia berkata, sambil berusaha menarik nafas. "Sudah kubilang, dia butuh waktu satu jam untuk membasuh mukanya." Bahkan Nyonya Kedua pun tak tahan untuk tidak tertawa kecil. "Aku hanya mengherankan satu hal!" Ah-Tu tiba-tiba memotong. "Apa itu?" Gadis berbaju merah bertanya sebelum dua orang lainnya sempat melakukannya. "Selain menyisir rambutnya, membasuh mukanya, memakai baju dan sepatunya, bagaimana ia punya waktu untuk melakukan hal lainnya dalam seharian?" "Ini benar-benar masalah yang serius," gadis berbaju merah berusaha keras menahan tawanya dan menjawab dengan muka yang kaku. "Jika nanti ia menikah, ia bahkan mungkin tidak punya waktu untuk punya anak, itu memang serius!" Tapi sebelum ucapannya selesai, ia sudah hampir bergulingan di lantai karena tertawa. "Yang kutahu adalah kau tentu saja akan punya waktu untuk punya anak," Nyonya Ketiga tampaknya sama sekali tidak marah, malah ia menjawab dengan perlahan. "Nanti kau akan memiliki sedikitnya 70 atau 80 orang anak." "Bahkan jika aku punya satu setiap tahunnya, bagaimana mungkin aku bisa punya sebanyak itu?" Gadis berbaju merah masih tertawa. "Jika kau bisa melahirkan banyak anak sekaligus, bukankah hal itu mungkin saja terjadi?" "Hanya babi yang bisa melahirkan banyak anak sekaligus, aku bukan seekor...." Gadis berbaju merah berhenti di tengah kalimatnya, tiba-tiba ia menyadari bahwa pada dasarnya ia sedang membuat lelucon tentang dirinya sendiri. Nyonya Kedua tidak bisa menahan tawanya lagi. "Hehe, jadi kau bukan seekor babi" Seharusnya kau mengatakan hal ini pada setiap orang, untuk menghindari kebingungan." Ia bergurau. "Oh, aku faham," gadis berbaju merah mencibirkan mulutnya. "Kakak Ke-empat dan Kakak Ke-enam tidak ada di sini, jadi kalian semua menggunakan kesempatan ini untuk membuat lelucon tentang diriku!" "Lalu apa bedanya jika mereka berada di sini?" Tanya Nyonya Ketiga. "Setidaknya mereka akan membantuku bicara, gabungan kalian berdua bahkan tidak ada artinya bagi salah seorang saja dari mereka." Angin kembali bertiup dan tiga orang lagi melayang masuk melalui jendela seperti burung. "Setidaknya ada satu hal yang aku yakini, aku tahu kalau dia bukan seekor babi!" Salah seorang dari mereka tersenyum dan berkata. Si gadis berbaju merah bertepuk tangan lagi dengan gembira dan tertawa. "Kalian dengar itu" Aku tahu bahwa Kakak Ke-empat akan berada di fihakku." "Tapi, apakah dia jika bukan seekor babi kecil?" Nyonya Ketiga malah bertanya. Koleksi Kang Zusi 95 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Ia hanya seekor ayam betina, itu saja!" Kakak Ke-empat menjawab. "Aku seekor ayam betina?" Si gadis berbaju merah tercengang mendengar jawaban itu. "Jika bukan, lalu kenapa kau selalu: 'hihihihi', tertawa terus-menerus siang dan malam?" Gadis berbaju merah itu tidak bisa lagi tertawa, Lu Xiao Feng juga tidak - Di antara 3 orang wanita yang terakhir datang itu, ia mengenali 2 orang di antaranya. Salah satunya, tentu saja, Jiang Qing Xia, hal itu tidak membuatnya terkejut. Tapi, walaupun dalam mimpi, tidak pernah ia bisa membayangkan bahwa "Kakak Keempat" mereka adalah OuYang Qing! Pelacur terkenal yang pernah dibuatnya marah itu, yang hanya mencintai uang tapi tidak perduli pada wajah, OuYang Qing yang itu dan satu-satunya! Melihat OuYang Qing datang bersama dengan Jiang Qing Xia, melihat bahwa ilmu ginkang OuYang Qing tidak berada di bawah Jiang Qing Xia, Lu Xiao Feng hampir terjatuh dari atas pohon. Organisasi "Sepatu Merah" ini tampaknya benar-benar memiliki anggota dari berbagai kalangan. OuYang Qing dan Jiang Qing Xia jelas merupakan figur-figur yang menonjol di dalam organisasi ini. Di atas meja ada delapan pasang sumpit, dan sekarang tujuh orang telah tiba. Wanita berbaju ungu adalah Nyonya Kedua, wanita yang membutuhkan waktu satu jam untuk membasuh mukanya itu adalah Nyonya Ketiga, Kakak Ke-empat adalah OuYang Qing, Kakak Ke-lima adalah Jiang Qing Xia, Kakak Ke-enam adalah seorang nikouw gundul berkaus kaki putih dan berjubah hijau, dan si ayam betina kecil yang tidak pernah berhenti tertawa itu adalah yang nomor tujuh. Jadi di mana Nyonya Pertama" Kenapa Nyonya Pertama Gong Sun belum muncul" Dan Ah-Tu yang penuh kutu itu, apa hubungannya dengan mereka" Di mana posisinya" Mereka bertujuh telah duduk dan meletakkan kantung kuning di hadapan mereka. Hanya kursi utama yang masih kosong, jelas disisakan untuk Nyonya Pertama Gong Sun. "Jadi apa yang kalian berenam bawa pulang kali ini?" Ah-Tu tiba-tiba bertanya. "Bisakah kalian perlihatkan padaku?" "Tentu saja bisa," si gadis berbaju merah menjawab sebelum yang lainnya sempat. "Karena Kakak Ketiga lebih dulu berada di sini, mengapa tidak kita persilakan dia untuk lebih dulu memperlihatkan apa yang ia bawa pulang?" Nyonya Ketiga tidak keberatan atau menolak, dengan perlahan ia mengulurkan tangannya dan mulai membuka kancing-kancing di kantungnya. Sekarang ia sedang membuka kancing ketiga, tapi tadi perlu waktu 10 menit hanya untuk membuka kancing pertama. "Kalian mungkin tahan, tapi aku tidak," Nyonya Kedua menarik nafas dan tersenyum sabar. "Ijinkan aku yang lebih dulu memperlihatkan apa yang aku dapatkan." Sekarang Lu Xiao Feng membuka matanya lebar-lebar dan ia memusatkan perhatian pada kantung itu. Apa yang ada di dalam kantung kuning yang misterius itu" Telah lama ia ingin mengetahuinya. Maka dialah yang paling tertarik untuk melihat isinya daripada orang lain yang hadir di situ. Untunglah baginya, gerakan Nyonya Kedua tidak lambat dan tak lama kemudian ia telah membuka kantungnya. Di dalamnya ada 70 atau 80 buah buku deposito bank dengan ukuran yang berbeda-beda. "Tahun ini memang bukan tahun yang berhasil bagiku, dan aku pun hanya keluar selama 3 bulan," ia menjelaskan. "Maka aku hanya berhasil mendapatkan satu juta delapan ratus delapan puluh ribu tael perak dari bank-bank sekitar sini. Tapi tahun depan aku tentu akan mendapatkan hasil dua kali lipat." Dalam waktu kurang dari setahun ia mampu mengumpulkan lebih dari 1,8 juta tael perak, dan masih menyatakan bahwa tahun ini adalah tahun yang buruk" Lu Xiao Feng diam-diam menarik nafas. Seumur-umur ia tidak bisa membayangkan Nyonya Kedua ini melakukan bisnis apa. Dari apa yang ia ketahui, para bajingan terbesar Koleksi Kang Zusi 96 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. dan terhebat di dunia penjahat hanya dapat mengumpulkan setengah dari apa yang didapatkan perempuan ini. Ia tidak bisa memikirkan bisnis lain di dunia ini yang lebih menguntungkan daripada kejahatan. "Jika kita hanya mendapatkan 1,8 juta tael, maka kurasa kita harus sedikit menghemat pengeluaran kita tahun ini." Nyonya Ketiga menarik nafas. "Bagaimana denganmu" Bagaimana penghasilanmu tahun ini?" Nyonya Kedua bertanya. "Tahun ini tidak buruk bagiku," Nyonya Ketiga tersenyum. "Tampaknya akhir-akhir ini cukup banyak orang yang tidak ingin kehilangan hidungnya." Tidak ingin kehilangan hidungnya, berarti mereka bersedia kehilangan muka mereka, berarti bahwa mereka tak tahu malu. Lu Xiao Feng pun faham kalimat ini, tapi apa hubungannya hal itu dengan penghasilan perempuan itu tahun ini" Itu yang tidak difahami oleh Lu Xiao Feng. Untunglah, kali ini Nyonya Ketiga telah selesai membuka ketiga kancing pada kantungnya. Di dalamnya ada sehelai kain minyak. Ia membuka gulungan kain minyak itu, hanya untuk membuka sebuah gulungan kain satin merah lagi. Luar biasa, di dalam kain satin merah itu ada 70 atau 80 buah hidung yang berbeda-beda ukuran dan berbeda-beda bentuknya! Hidung manusia! Lu Xiao Feng hampir terjatuh dari atas pohon lagi. Bagaimana mungkin seorang wanita yang begini lembut dan sopan bisa begitu kejam, bahkan tidak terbayang olehnya kalau perempuan ini tega memotong 70 atau 80 buah hidung itu dengan tangannya sendiri! "Yah, karena mereka tidak menginginkan hidung mereka lagi, maka aku memutuskan untuk memotongkannya bagi mereka!" Nyonya Ketiga berkata dengan lembut. "Itu ide yang sangat bagus!" Gadis berbaju merah bertepuk tangan dan tertawa lagi. "Tapi tahun depan aku tidak akan melakukan hal ini lagi!" "Apa yang akan kau lakukan tahun depan?" Tanya si gadis berbaju merah. "Tahun depan aku akan memotong lidah!" "Memotong lidah" Kenapa begitu?" "Karena akhir-akhir ini aku menyadari bahwa orang-orang di dunia ini terlalu banyak bicara!" Nyonya Ketiga menarik nafas dengan ringan dan menjelaskan dengan lambat-lambat. "Jika aku tidak mengenalmu, aku tentu tidak akan percaya bahwa kau adalah orang yang demikian kejam dan tidak kenal belas kasihan walaupun kau memukulku sampai Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mati!" Gadis berbaju merah menjulurkan lidahnya sedikit dan tertawa dengan suara yang mirip dengan bunyi dentingan lonceng perak. "Aku tidak akan membunuhmu, paling-paling yang kulakukan adalah memotong lidahmu!" Nyonya Ketiga menjawab dengan santai. Gadis berbaju merah segera menarik lidahnya dan menutup mulutnya, seakan-akan ia bahkan takut kalau orang lain melihatnya. Bila urusannya memotong hidung atau lidah, wanita ini, yang memerlukan waktu satu jam hanya untuk membasuh mukanya, tentu tidak akan lamban gerak-geriknya. "Punya siapa hidung terbesar yang ada di sini?" OuYang Qing tiba-tiba bertanya. "Mengapa kau ingin tahu?" "Aku selalu tertarik pada laki-laki berhidung besar!" OuYang Qing bergurau. "Gadis kecil ini telah menghabiskan waktu terlalu banyak di tempat-tempat seperti itu," Nyonya Kedua tertawa. "Dua tahun di tempat itu dan bukan hanya hatinya semakin hitam sekarang, kulit mukanya juga semakin tebal." "Kakak Kedua tentu orang dalam juga," OuYang Qing cekikikan. "Tampaknya ia tahu benar hal-hal baik tentang laki-laki berhidung besar!" "Sayangnya orang berhidung terbesar itu adalah orang tak berhidung sekarang!" ucap Nyonya Ketiga. "Jadi siapa yang kau bicarakan ini?" OuYang Qing bertanya. Koleksi Kang Zusi 97 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Duan Tian Cheng!" Waktu mendengar nama ini, Lu Xiao Feng kembali terkejut. Ia pernah mendengar nama ini sebelumnya, dan pernah juga bertemu dengan orangnya. Si "Menaklukkan Tiga Gunung" Duan Tian Cheng bukan hanya terkenal karena hidungnya yang amat besar, tapi juga karena gaya dan bokongnya yang besar. Memotong hidungnya, tak perduli siapa pun pelakunya, benar-benar bukan hal yang mudah untuk dilakukan. "Apakah kita bermaksud melakukan hal yang sama seperti dulu-dulu?" Gadis berbaju merah telah menutup mulutnya untuk waktu yang lama dan ia tidak tahan lagi. "Kita semua makan dan minum dan mabuk sepuasnya?" "Itu adalah tradisi kita, tentu saja tidak akan berubah," jawab Nyonya Kedua. "Kalau begitu, karena kita semua sudah ada di sini, mengapa tidak kita mulai?" Gadis berbaju merah bertanya. Hati Lu Xiao Feng seperti tenggelam. - Mereka semua sudah ada di sini" - Apakah Nyonya Pertama Gong Sun sama sekali tidak datang hari ini" "Siapa bilang kita semua sudah ada di sini" Tidakkah kau lihat kalau masih ada sebuah kursi yang kosong?" tegur Nyonya Kedua. "Siapa lagi yang akan datang?" "Kudengar Kakak Pertama menemukan seorang adik untukmu!" Nyonya Kedua tersenyum. "Akhirnya ada yang lebih muda dariku!" Gadis berbaju merah pun tersenyum. "Sejak saat ini, jika kalian menggertakku, aku akan balas menggertak dia!" "Sayangnya dia tidak akan ke sini hari ini!" Ah-Tu tiba-tiba berkata. "Mengapa tidak" Dia tidak mau datang?" Nyonya Kedua mengerutkan keningnya. "Ia mau, tapi tidak bisa!" "Seseorang tidak mengijinkannya?" Nyonya Kedua bertanya. Ah-Tu mengangguk. "Yah, kalau dia tidak datang, lalu siapa lagi yang kita tunggu?" Gadis berbaju merah segera memotong, ia tidak sabar lagi untuk memulai acara. "Seorang tamu!" "Kita punya seorang tamu tahun ini?" Mata gadis berbaju merah pun bersinarsinar. "Mmhmm!" jawab Ah-Tu. "Bagaimana kemampuan minum araknya?" Gadis berbaju merah bertanya. "Kudengar tidak buruk!" "Tidak perduli betapa pun bagusnya kemampuan minum araknya, asal dia berani datang hari ini, kujamin ia akan masuk ke sini dengan tubuh tegak, tapi pergi dengan tubuh terbujur!" Gadis berbaju merah tertawa. "Tampaknya ia bukan hanya jago minum arak, tapi ia pun cukup berani," Mata Nyonya Kedua tampak berkerlap-kerlip. "Kalau tidak, ia tentu telah lari pergi mendengar kalimat-kalimat kalian itu." "Ia seberani itu?" Mata gadis berbaju merah tampak berkedip-kedip. "Ia masih belum lari." Ah-Tu menjawab. "Jika dia belum lari juga, lalu mengapa dia tidak masuk?" Gadis berbaju merah tertawa. "Mungkinkah dia lebih suka merasakan angin daripada merasakan arak?" "Ia telah merasakan angin seharian," Ah-Tu menjawab. "Kurasa dia sudah cukup kenyang sekarang." Seseorang menarik nafas dari atas pohon di luar jendela: "Aku benar-benar sudah cukup kenyang." Sambil menarik nafas, Lu Xiao Feng melayang masuk bersama hembusan angin yang lembut. Sudah lama ia memang ingin masuk. Tujuh orang seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak tahu kalau ada seseorang di atas pohon di luar jendela" Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa bersembunyi di luar sana adalah hal yang sangat bodoh untuk dilakukan. Ia merasa bahwa dirinya makin lama jadi semakin tolol. Koleksi Kang Zusi 98 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Tapi ia tidak kelihatan seperti orang tolol. Tidak ada orang tolol, tak perduli seperti apa pun tololnya, yang memiliki empat alis mata. Gadis berbaju merah itu menatapnya, tiba-tiba ia bertepuk tangan dan tertawa. "Aku tahu kau siapa, kau adalah si telur tolol Lu Xiao Feng yang beralis empat itu!" Bab 8: Duel Setelah Adu Minum Kelaparan seharian, tidak mencicipi apa-apa kecuali angin, itu saja sudah merupakan hal yang menyedihkan. Tapi hal yang lebih menyedihkan daripada itu mungkin, di saat-saat hampir pingsan karena kelaparan, lalu ditertawakan orang dan dipanggil "si telur tolol besar". Tapi Lu Xiao Feng hanya tertawa. "Aku tahu banyak orang yang memanggilku si 'telur tolol', tapi banyak juga orang yang suka memanggilku dengan nama lain!" "Nama apa itu?" Gadis berbaju merah bertanya. "Si ayam jantan besar!" Wajah si gadis berbaju merah tampak memerah, merah menyala seperti warna bajunya. "Sebenarnya ia punya sebuah nama lain, nama yang lebih bagus." OuYang Qing tibatiba memotong. "Nama apa itu?" Gadis berbaju merah segera bertanya lagi, ia sangat ingin mengalihkan pokok pembicaraan. "Lu si Tiga Telur." "Lu si Tiga Telur?" Gadis berbaju merah tampak bingung. "Apa artinya itu?" "Sebenarnya sangat sederhana," OuYang Qing menjawab dengan acuh tak acuh. "Karena ia bukan hanya si telur tolol, ia juga si telur bangsat serta si telur busuk. Digabungkan semuanya, bukankah itu sama dengan tiga telur?" "Oh, itu nama yang bagus sekali!" Si gadis berbaju merah kembali tertawa hingga terbungkuk-bungkuk. "Belum pernah kudengar nama sebagus itu dalam hidupku!" "Karena kalian semua begitu kelaparan, kenapa kalian tidak memecahkan tiga telur itu dan menggorengnya untuk dimakan?" Nyonya Kedua bergabung dalam percakapan itu dengan sebuah senyuman yang tidak bisa ditebak artinya. "Karena tiga telur ini tidak segar lagi," OuYang Qing menjawab. "Semuanya sudah busuk." "Sekarang aku hanya mengkhawatirkan satu hal!" Nyonya Ketiga menarik nafas. "Apa itu?" Tanya OuYang Qing. "Aku khawatir kalau ia bukan telur bebek, tapi telur ayam!" "Itu benar-benar sebuah masalah yang amat serius," OuYang Qing mengangguk dan menjawab dengan muka yang kaku. "Jika ia telur ayam, maka seekor ayam betina tentu telah melahirkannya. Jika demikian, bukankah ia putera si ayam betina kecil?" Walaupun wajah si gadis berbaju merah sekarang semakin merah, ia tak tahan lagi untuk tidak tertawa hingga terbungkuk-bungkuk. Lu Xiao Feng tidak tertawa, tapi ia menyadari dua hal. - Kau tidak boleh mencari gara-gara dengan perempuan, terutama perempuan seperti OuYang Qing. - Seorang laki-laki yang berdebat dengan enam orang wanita akan bernasib seperti seorang pelajar yang mencoba bicara tentang logika dengan enam orang prajurit, lebih baik ia membeli sepotong tahu yang amat besar dan memukul dirinya sendiri dengan tahu itu hingga mati. Ia telah membuat satu kesalahan, maka ia tidak ingin membuat kesalahan kedua. Gadis berbaju merah itu masih tertawa. Bukan hanya suara tawanya itu terdengar enak di telinga, tapi juga seperti menggelitik. Bila orang mendengar suara tawanya, hati mereka tentu akan ikut merasa gembira, dan mereka pun akan ikut tertawa sedikit. Tapi Lu Xiao Feng tidak tertawa. Tiba-tiba ia Koleksi Kang Zusi 99 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. melesat ke depan dan, cepat seperti kilat, mencengkeram tangan si gadis berbaju merah dan menelikungnya ke belakang. "Awas!" Nyonya Kedua berseru. Segera setelah kata itu keluar dari mulutnya, si gadis berbaju merah menyikutkan tangannya yang lain ke rusuk Lu Xiao Feng, bersama dengan tiga jenis senjata lain yang datang dari dua sisi. Tindakan mereka sangat cepat, terutama si nikouw berjubah hijau dan berkaus kaki putih itu. Sebuah sinar terlihat di telapak tangannya dan sebatang pedang pendek telah melesat ke arah Lu Xiao Feng, hawanya yang dingin dan keji terasa begitu tebal sehingga sukar bagi orang untuk membuka matanya. Tapi sayangnya Lu Xiao Feng lebih cepat lagi, dada dan perutnya mengkerut ke dalam dan kedua tangannya tetap mencengkeram tangan si gadis berbaju merah dengan erat. Ketiga senjata itu keluar pada saat yang bersamaan, dan berhenti pada saat yang bersamaan pula, ujungnya tidak lebih dari 10 cm lagi jaraknya dari titik-titik mematikan di rusuk Lu Xiao Feng. Tapi Lu Xiao Feng tidak bergerak, bahkan tidak berkedip sedikit pun. Karena ia tahu bahwa semua serangan itu tidak akan diteruskan. Jika saudaranya juga jatuh ke tangan seorang musuh, ia pun tidak akan berani bertindak gegabah. Urat-urat tampak menonjol di tangan si nikouw berjubah hijau yang memegang pedang. Menghentikan sebuah gerakan seperti itu memang membutuhkan energi yang jauh lebih besar daripada gerakan itu sendiri. "Lepaskan!" Nikouw itu berseru dengan gusar, ujung pedangnya sedikit bergetar. Lu Xiao Feng tidak mau melepaskan. "Aku tidak berbuat salah padamu, mengapa kau tidak melepaskanku?" Si gadis berbaju merah bertanya, sambil menggigit bibirnya, ia tidak bisa tertawa lagi. Lu Xiao Feng masih tidak mau melepaskan, ia juga tidak menjawab. "Seorang laki-laki besar sepertimu menakut-nakuti seorang gadis kecil, kau tidak punya malu?" OuYang Qing tertawa dingin, pedangnya telah terhunus keluar dari lengan bajunya. Lu Xiao Feng tidak merasa malu. Wajahnya pun tidak berubah menjadi pucat atau memerah. Golok lengkung berkilauan yang dipegang oleh Nyonya Kedua juga telah keluar dari dalam lengan bajunya. Panjang senjata itu tidak lebih dari setengah meter. "Di antara dua pedang dan satu golok kami, kapan saja kami bisa membuat lusinan lubang di tubuhmu!" Ia mengancam. "Jika tidak kau lepaskan saat ini juga, kami akan memastikan kau mati di sini!" OuYang Qing segera menambahkan. Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa. "Kau tidak mempercayai apa yang kami katakan?" Nyonya Kedua bertanya. "Aku mempercayai setiap patah kata yang kalian ucapkan," Lu Xiao Feng menjawab sambil tersenyum, "tapi aku tidak percaya kalian akan benar-benar membuat gerakan!" "Oh, benarkah?" Nyonya Kedua mendengus dengan dingin. "Karena aku yakin kalian semua telah melihat bahwa aku bukan seorang laki-laki sejati!" Lu Xiao Feng berkata dengan santai. "Kau bahkan bukan seorang manusia!" si nikouw mengumpat dengan sengit. "Jadi, karena itu, aku bisa melakukan apa saja!" "Apa yang akan kau lakukan padanya?" Ekspresi wajah Nyonya Kedua tampak berubah. "Aku sebenarnya ingin melepaskannya!" Jawaban ini benar-benar tak terduga. "Mengapa kau tidak melepaskannya?" Nyonya Kedua segera bertanya. "Setelah kalian menjanjikan dua hal, aku akan melepaskannya!" Koleksi Kang Zusi 100 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Nyonya Kedua berfikir sebentar. "Asal kau melepaskan dia, jangankan dua hal, bahkan jika...." Bagian selanjutnya yang ingin ia katakan adalah: "... bahkan jika ada dua ratus hal pun, aku akan menurut!" Tapi Nyonya Kedua tidak menyelesaikan kalimatnya. "Bahkan jika itu hanya setengah janji, kami tidak akan pernah menurut!" Nyonya Ketiga, yang dari tadi duduk terdiam di kursinya, tiba-tiba berseru. Suaranya masih selambat, sehalus dan selembut itu. Tapi saat kata terakhir keluar dari mulutnya, ia menyerang! Serangannya tidak lambat dan juga tidak lunak. Senjata pilihannya adalah seutas cambuk, cambuk yang berkilauan, berwarna hitam pekat, dan berbentuk seperti ular. Sementara ia tadi duduk membisu dan tenangtenang di tempatnya, diam-diam ia telah membuka gulungan cambuknya di bawah meja. Waktu ia menyerang dengan cambuknya, senjata itu melesat lebih cepat daripada seekor ular, dan bahkan lebih mematikan daripada ular yang paling mematikan. "Jangan lukai Adik Ketujuh!" Nyonya Kedua berseru dengan terkejut. Tapi Nyonya Ketiga tampaknya tidak perduli. Ujung cambuknya melingkar seperti kepala seekor ular berbisa dan mengancam jalan darah mematikan di belakang telinga Lu Xiao Feng. Tapi Lu Xiao Feng telah menghindar pergi, sambil membawa si gadis berbaju merah, sejauh 3 meter. Nyonya Ketiga tiba-tiba melompat ke udara dan mengayunkan cambuknya dari atas ke bawah. Tampaknya ia benar-benar telah lupa bahwa adiknya berada di tangan musuhnya karena gerakannya itu tidak mungkin bisa ditarik kembali. Lu Xiao Feng menarik nafas sendiri. Ia tidak percaya bahwa wanita yang pendiam dan lemah lembut seperti Nyonya Ketiga ini sebenarnya merupakan seorang wanita yang begini agresif. Ia tidak percaya kalau perempuan ini benar-benar akan menyerang. Sekarang setelah ia menyerang, apalagi yang bisa ia lakukan pada si gadis berbaju merah" Jika ia menyakitinya, maka saudara-saudaranya tentu akan bertarung mati-matian dengannya. Jika ia melepaskannya, maka kakak-kakaknya tetap akan bertarung mati-matian dengannya. Maka satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah balas menyerang! Selain dari itu, tampaknya ia tidak punya pilihan lain. Cambuk Nyonya Ketiga tidak memberikan dirinya pilihan yang lain. Nyonya Kedua tiba-tiba menghentakkan kakinya. "Baiklah, mari kita singkirkan dulu dia!" "Bagaimana dengan adik?" OuYang Qing bertanya. "Jika ia berani menyentuh sehelai saja rambut adik kita, aku akan mengiris daging di tubuhnya sepotong demi sepotong!" Selama percakapan singkat itu, Nyonya Ketiga sudah mengayunkan cambuknya sebanyak 20 kali atau lebih. Lu Xiao Feng menarik nafas lagi. Ia tidak suka melihat orang terluka, lebih-lebih perempuan. Tapi ia tidak bisa menghindar terus-menerus, cambuk itu terlalu cepat, terlalu keji. Ia harus membalas. Seperti pelangi yang tiba-tiba muncul, golok lengkung Nyonya Kedua pun datang menusuk. Gerakannya aneh, tapi jauh lebih keji daripada serangan biasa. Setelah Nyonya Kedua bergerak, mustahil OuYang Qing tidak ikut berpartisipasi juga. Tapi tepat saat itulah, sebuah suara "bang!" terdengar saat sebuah cangkir arak memukul goloknya. Sepasang sumpit tiba-tiba muncul dari samping dan menjepit cambuk ular itu. Ah-Tu! Sepasang sumpit itu, anehnya, berada di tangan Ah-Tu! Wajah Nyonya Ketiga tampak hijau membesi ketika ia menatap Ah-Tu. "Aku tidak suka ditekan oleh orang lain!" Ia berkata dengan lambat. "Aku tahu," jawab Ah-Tu. "Jika aku jatuh ke tangannya, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku dan juga tidak boleh ragu-ragu!" Koleksi Kang Zusi 101 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Aku tahu." Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Lalu mengapa kau tidak mengijinkan aku menyerang?" "Karena walaupun ia mungkin bukan seorang laki-laki sejati, ia tetaplah seorang manusia!" "Huh?" "Setidaknya ia tidak menggunakan adik kita sebagai tameng untuk melawan cambukmu!" Nyonya Ketiga berfikir sebentar sebelum kembali ke tempat duduknya dengan perlahan-lahan. Sekarang ia duduk kembali dengan wajar dan tenang di kursinya, tidak bergerak sedikit pun. Nyonya Kedua juga duduk, sambil memegangi pergelangan tangannya. Walaupun ia memegang goloknya dengan erat, pergelangan tangannya masih terasa kaku dan sakit karena benturan cangkir arak itu. Tapi tidak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya. Tampaknya ia benar-benar patuh pada si pengemis yang penuh kudis ini. Mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar. "Tadi kau mengatakan tentang dua hal yang kau ingin kami janjikan?" Tiba-tiba Ah-Tu bertanya. Lu Xiao Feng mengangguk. "Mengapa tidak kau katakan yang pertama!" "Tadinya aku hendak meminta kalian untuk membawaku kepada Nyonya Pertama Gong Sun!" "Dan sekarang?" "Sekarang hal itu tidak ada gunanya!" "Mengapa?" Lu Xiao Feng memandang langsung ke wajahnya. "Karena sekarang aku sedang berhadapan dengan Nyonya Pertama Gong Sun!" Ah-Tu tersenyum. Senyumannya tampak sangat ganjil, seperti senyuman sebuah boneka. "Seharusnya aku telah lama menduga bahwa kau adalah Nyonya Pertama Gong Sun," Lu Xiao Feng menarik nafas, menyesali dirinya sendiri. "Bukan hanya aku telah mengikutimu seharian, aku pun pernah melihatmu sekali sebelumnya!" "Sebenarnya lebih dari satu kali!" Ah-Tu tertawa. "Lebih dari satu kali?" Lu Xiao Feng agak terkejut mendengar pernyataan itu. "Malam itu di Gerbang Barat bukanlah pertemuan kita yang pertama!" "Lalu di mana pertemuan pertama kita?" Lu Xiao Feng semakin bingung. Ah-Tu tidak menjawab pertanyaan ini secara langsung, tapi ia malah balik bertanya. "Kau ingat Huo Xiu?" Tentu saja Lu Xiao Feng ingat pada Huo Xiu. "Hari itu, waktu kau berjalan keluar dari paviliun kecil Huo Xiu dan sedang menunggu Hua Man Lou di kaki bukit, adakah seorang wanita tua yang membawa sebuah keranjang penuh tumbuh-tumbuhan obat yang baru dipetik, berjalan melewatimu?" "Wanita itu adalah kau?" Lu Xiao Feng hampir berteriak. Ah-Tu mengangguk. "Kau juga berada di sana hari itu?" Kembali Ah-Tu tertawa kecil. "Jika aku tidak berada di sana, lalu bagaimana Huo Xiu bisa terjebak di dalam kandang itu?" Lu Xiao Feng terdiam. Baru sekarang, pada saat inilah, ia akhirnya faham mengapa mesin Huo Xiu yang berada di bawah altar batu jadi tidak berfungsi. Hal itu bukan karena seekor tikus masuk dengan tidak disengaja dan menyebabkan mesin itu terkunci. Tidak mungkin ada kejadian yang begitu kebetulan, dan juga tidak mungkin ada keajaiban. Keajaiban tidak lebih dari hasil kreasi manusia! "Aku tahu bahwa Huo Xiu adalah seekor rubah tua, tapi aku tidak akan perduli Koleksi Kang Zusi 102 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. walaupun ia memotong-motong kalian dan menjual kalian ke tukang jagal," Ah-Tu meneruskan. "Tapi seharusnya ia tidak menjual ShangGuan FeiYan juga." Tentu saja, ShangGuan FeiYan adalah salah satu dari mereka. Lu Xiao Feng tibatiba teringat pada sepasang sepatu merah yang bersulamkan seekor burung walet terbang itu. "Ia membunuh adikku, maka ia harus mati," Ah-Tu berkata dengan acuh tak acuh. "Walaupun ia masih hidup saat ini, kurasa ia lebih suka mampus!" "Apakah Xue-Er melihatmu hari itu?" Lu Xiao Feng tiba-tiba bertanya. "Anak itu benar-benar seorang setan kecil yang cerdik," Ah-Tu tersenyum. "Setelah kalian berdua pergi, ia segera pergi ke ruang mesin di bawah altar batu itu. Ia tahu bahwa di bawah sana tentu ada sesuatu!" "Ia melihatmu?" "Tidak, ia tidak melihatku, tapi ia melihat sepatu merah yang aku tinggalkan di sana!" "Dan itulah sebabnya ia mengira bahwa kakaknya belum mati!" Lu Xiao Feng tersenyum sedih. "Akhirnya, ia tetaplah seorang anak-anak, harapannya itu terlalu tinggi," Ah-Tu menarik nafas. "Orang yang mati di tangan Huo Xiu tidak akan pernah kembali lagi!" "Dan itulah sebabnya kau membiarkan Huo Xiu hidup, kau meninggalkannya untuk Xue-Er!" "Benar, aku ingin dia sendiri yang balas dendam." "Tapi aku tidak faham, mengapa kau mau meninggalkan semua harta Huo Xiu untuk dia" Tampaknya kau sendiri pun sangat membutuhkan harta itu!" Mata Ah-Tu tiba-tiba menampilkan sebuah ekspresi yang amat ganjil. "Sayangnya jumlah uang yang bisa ia dapatkan dari Huo Xiu tidaklah banyak." "Oh?" "Harta itu telah lama jatuh ke tangan orang lain, tidak seorang pun bisa mengharapkan satu tael perak pun dari tangan orang ini!" "Siapa orang ini?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya. "Dan bagaimana harta yang amat besar itu bisa jatuh ke tangan orang ini?" Ah-Tu memandang ke kejauhan, matanya menyorotkan sinar ketakutan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata. "You had said you wanted us to promise you two things," she suddenly changed the subject and coldly asked. "You have told us one, what is the other thing?" "Tadi kau bilang kau menginginkan kami menjanjikan dua hal untukmu," tiba-tiba ia mengubah pokok pembicaraan dan bertanya dengan dingin. "Kau baru menyebutkan satu, apa yang kedua?" "Aku ingin kau ikut denganku!" "Kau ingin aku ikut denganmu?" Ah-Tu kembali tertawa. "Kau jatuh cinta padaku?" "Ya!" "Kau jatuh cinta pada nenek penjual kacang gula itu?" Ah-Tu bertanya, masih tertawa sambil menutupi mulutnya. "Atau pengemis yang penuh kudis ini?" "Aku jatuh cinta pada dirimu yang lain!" "Kau membicarakan tentang - si Bandit Penyulam?" Mata Ah-Tu tampak berkerlapkerlip. Lu Xiao Feng mengangguk. "Kau mengira aku si Bandit Penyulam?" "Kau menyangkalnya?" "Tampaknya, walaupun aku membantah sekarang, tentu tidak akan ada gunanya!" Ah-Tu menarik nafas. Faktanya ada, bukti-bukti pun sesuai, apa gunanya lagi ia menyangkal" "Setidaknya kau pernah menolongku sekali," Lu Xiao Feng menarik nafas. "Aku bukan orang yang mudah melupakan hal seperti itu!" Koleksi Kang Zusi 103 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Aku tahu," Ah-Tu menjawab secara sederhana, "kau hanya telur tolol!" Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah berpura-pura tidak mendengarnya. "Kau bermaksud membawaku kepada Jin Jiu Ling untuk diberi hukuman?" "Kujamin bahwa kau akan menerima pertimbangan dan persidangan yang adil!" Tiba-tiba, terdengar sebuah suara "duk!". Golok Nyonya Kedua telah menancap di meja. Si nikouw berbaju hijau pun memegang pedangnya di tangannya yang lain. Ekspresi wajah OuYang Qing tampak dingin, dan bibir Jiang Qing Xia kelihatan pucat. "Kau ingin kakak kami ikut pergi denganmu" Kau sedang bermimpi ya?" Si gadis berbaju merah tiba-tiba mulai tertawa, suara tawanya sekarang tidak lagi enak didengar. "Ia tidak bermimpi," Ah-Tu berkata setelah selesai tertawa. "Aku bersedia ikut dengannya!" Si gadis berbaju merah terdiam, semua orang terdiam. Bahkan Lu Xiao Feng pun tercengang mendengar ucapannya itu. "Aku menyukai laki-laki yang bisa berbuat sesuatu, laki-laki yang punya kemampuan," Ah-Tu meneruskan dengan lambat. "Jika seorang laki-laki yang benarbenar memiliki keahlian muncul, aku bersedia pergi ke mana saja bersamanya." Seseorang tertawa. Kali ini OuYang Qing yang tertawa. Ia adalah orang pertama yang memahami arti ucapan Ah-Tu itu: "Jadi jika kau ingin kakak kami ikut denganmu, kau harus lebih dulu memperlihatkan keahlianmu!" "Aku memiliki beberapa keahlian," Lu Xiao Feng tersenyum, "Cuma, aku tidak tahu keahlian mana yang kalian ingin lihat?" "Aku hanya ingin melihat tiga macam saja!" "Tiga macam?" Ah-Tu menatapnya, kelopak matanya tampak melebar. "Kita akan bertanding sebanyak tiga babak. Jika kau bisa mengalahkanku dalam dua dari tiga babak itu, maka aku akan ikut denganmu!" "Bertanding tiga babak" Kedengarannya menarik!" "Kujamin hal ini akan lebih menarik daripada yang engkau perkirakan!" Mata Lu Xiao Feng tampak berkedip-kedip. "Jadi apa yang pertama akan kita adu" Lomba minum?" Ia bergurau. Ia tahu bahwa perempuan ini tidak akan mau bertanding minum dengannya. Hanya wanita dungu yang mau bertanding minum dengan seorang laki-laki seperti dirinya. Tapi Ah-Tu menjawab dengan sebuah kalimat yang bahkan tidak pernah terbayangkan dalam mimpinya: "Baik! Tanding minum!" Waktu arak diletakkan di atas meja, Lu Xiao Feng baru menyadari bahwa ia telah melakukan suatu kebodohan lagi. Saat ini ia dalam keadaan lelah seperti seekor rubah tua dan kelaparan seperti seekor serigala lumpuh. Yang ia butuhkan untuk diminum saat ini adalah semangkuk besar sop ayam, tapi ia malah meminta adu minum. Minum tidaklah berbeda dengan aktifitas lain, ia membutuhkan energi. Di samping itu, saat ini bukanlah masalah besar bagi Nyonya Pertama Gong Sun untuk mabuk, tapi ia sendiri tidak boleh, karena tempat ini dipenuhi oleh orang-orangnya Nyonya Pertama Gong Sun. Bahkan, seharusnya ia tidak boleh menyentuh alkohol setetes pun. Tapi sekarang, di atas meja ada enam kendi arak. Enam kendi arak "Lagu Dari Huzhou". Sekarang kudis dan luka-luka di tubuh "Ah-Tu" tidak bisa lagi ditemukan, ia pun tidak lagi botak. Ia telah menukar pakaiannya dengan baju bulu yang lembut. Tampak anggun, ia kelihatan seperti seorang ibu rumah tangga biasa yang berusia setengah baya. Apakah ini penampilannya yang sebenarnya" Lu Xiao Feng tidak tahu, juga tidak bisa menebak. Tidak ada yang tahu seperti apa sebenarnya Nyonya Pertama Gong Sun. Bahkan suaranya pun bisa berubah kapan saja. Saat ini, Koleksi Kang Zusi 104 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. suaranya seperti seorang tuan rumah yang sedang giat menghibur tamunya. "Enam kendi arak untuk diminum 2 orang," ia tersenyum sambil menatap Lu Xiao Feng, "menurutmu ini cukup?" "Kurasa minuman ini malah cukup untuk 2 ekor kuda," Lu Xiao Feng balas tersenyum murung, "sayangnya makanan pengantar araknya tidak cukup banyak!" Di atas meja hanya tersisa sepiring kecil sayuran dingin. "Memang makanannya tidak cukup, itu benar," Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum. "Untunglah, kita cuma akan beradu minum, bukan adu makan!" Tentu saja ia tahu bahwa bila seseorang minum arak dalam keadaan perut kosong, maka jumlah alkohol yang bisa diminumnya akan turun drastis; dan sekarang perut Lu Xiao Feng kosong seperti dompet seorang pengemis. Setelah minum tiga mangkuk arak, ia telah merasa ada sesuatu yang tidak beres; setelah enam mangkuk, ia seolah-olah merasa kalau dirinya baik-baik saja; dua mangkuk lagi, dan ia menyadari bahwa ia sedang bertarung dengan perasaan mual karena arak. Lalu, entah kenapa, tiba-tiba ia menyadari bahwa ia sedang muntah, muntah-muntah begitu hebatnya sehingga seluruh isi perutnya seperti keluar. "Kau mabuk!" Nyonya Pertama Gong Sun masih baik-baik saja dan bersikap seperti Guan Zhong. "Kau kalah dalam babak ini!" Lu Xiao Feng ingin menyanggahnya, tapi ia tidak bisa, maka yang bisa ia lakukan hanyalah bergumam sendirian sebagai jawabannya. "Aku sama sekali tidak merasa mabuk, perutku saja yang rasanya sedikit tidak enak!" "Kau tidak mengakui kekalahanmu?" "Baiklah, aku mengakuinya, memangnya kenapa!" Tentu saja tidak apa-apa. Di dalam fikirannya sekarang, tidak ada hal di dunia ini yang amat penting. Di samping itu, walaupun ia kalah dalam babak pertama, masih tersisa dua babak lagi. Tapi ia lupa satu hal. Kalah dalam babak ini telah menjamin bahwa ia juga akan kalah pada dua babak berikutnya. Satu-satunya yang bisa diadu oleh orang mabuk dengan orang lain adalah tidur. Jelas Nyonya Pertama Gong Sun tidak akan mau adu tidur dengannya. "Untuk babak kedua, kita akan bertanding pedang!" Nyonya Pertama Gong Sun berkata. "Baiklah, tanding pedang!" Lu Xiao Feng membusungkan dadanya. "Apa susahnya?" "Bagus, silakan tunggu di sini sementara aku bertukar pakaian!" ucap Nyonya Pertama Gong Sun. "Kau akan bertukar pakaian lagi?" "Mm!" "Kita sedang bertarung atau sedang adu model pakaian?" "Rupanya kau tidak faham. Bila sedang berduel, orang harus mengenakan pakaian yang cocok untuk berduel!" "Mengapa begitu?" Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum. "Karena pakaian seseorang bisa mempengaruhi pembawaan dan sikap orang itu; dan juga karena wanita selalu suka berganti pakaian!" Lu Xiao Feng sekarang tidak lagi mrasa lapar atau pun lelah. Alkohol biasanya bisa memberi orang semacam energi dan kekuatan yang aneh. Tapi gelombang kekuatan dan energi ini adalah tipuan - jika tidak bisa menipu orang lain, setidaknya ia bisa menipu orang itu sendiri. Tiba-tiba ia teringat pada para "Pendekar Mabuk" yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang berkembang di dunia persilatan. Menurut kabar angin, orang-orang ini "hanya bertarung dengan baik jika mereka sedang mabuk, dan semakin banyak mereka minum maka semakin tangguh mereka dalam bertarung." Menurut cerita, Wu Song si Pembunuh Harimau dari Legenda 108 Pendekar (Para Koleksi Kang Zusi 105 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Pendekar Batas Air) adalah orang seperti itu. Jika ia minum satu kendi arak, ia akan memiliki kemampuan bertarung satu "kendi". Jika ia minum 10 kendi arak, maka ia akan lebih tangguh 10 kali lipat. Sekarang Lu Xiao Feng merasa seolaholah ia telah minum 10 kendi arak. Tiba-tiba ia merasa sebuah gelombang kepercayaan diri muncul dalam dirinya, seakan-akan kemampuannya meningkat 10 kali lipat. Bahkan jika ia diserang oleh 7 atau 8 ekor harimau sekarang, ia yakin bahwa ia akan dapat mengalahkan dan membunuh mereka. Sayangnya yang ia hadapi sekarang bukanlah harimau, tapi Nyonya Pertama Gong Sun. Bila dua orang jago berduel, perhitungan waktu, posisi dan pengambilan keputusan tidak boleh lalai sedikit pun. Masih bisakah Lu Xiao Feng membuat keputusan dan penilaian yang tepat saat ini" Dilihat dari tampangnya, ia sedang mengalami kesukaran dalam menentukan apakah ruangan ini bundar atau persegi. Sampai saat ini, Jiang Qing tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun padanya, tapi saat itu sinar matanya memperlihatkan tanda simpati dan sedih, seakan-akan ia sedang melihat seseorang yang akan segera mati. Selain dari Nyonya Ketiga, tatapan mata semua orang yang hadir tampak serupa dengannya. Lu Xiao Feng menatap Nyonya Ketiga sebentar sebelum tersenyum dengan tiba-tiba. "Jika aku kalah, bolehkah aku memotong telingaku dan memberikannya padamu?" "Sudah kubilang, aku tidak mencari telinga lagi!" Nyonya Ketiga menjawab dengan tenang. "Oh, benar, kau sekarang mencari lidah!" "Tapi aku tidak menginginkan lidahmu!" Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Lalu apa yang kau inginkan?" "Aku menginginkan kepalamu!" "Baik!" Lu Xiao Feng menegakkan tubuhnya dan tertawa terbahak-bahak. "Jika aku kalah, maka aku akan menyerahkan kepalaku padamu!" Bagi dirinya, apakah seseorang punya kepala atau tidak tampaknya tidak begitu penting. Sekarang, bila Jiang Qing Xia memandangnya, ia seolah-olah sedang memandang seseorang yang tidak berkepala, bahkan tatapan mata si gadis berbaju merah juga memperlihatkan semacam perasaan iba. Siapa pun bisa melihat dengan mudah bahwa si pemabuk beralis empat ini akan kalah dalam babak berikutnya! Tapi Lu Xiao Feng masih mencari arak lagi. Kendi arak berada di atas meja di hadapannya, tetapi ia tetap tidak melihatnya. Ini karena bola matanya sudah hampir melompat keluar dari kelopaknya, karena seseorang baru saja berjalan keluar dari belakang sana. Seorang wanita. Seorang wanita yang cantik, seorang wanita yang lebih menyilaukan daripada sinar matahari, lebih anggun daripada seorang ratu, lebih agung daripada seorang malaikat. Bahkan pakaian yang dikenakan pun tampaknya bukan dibuat oleh tangan manusia, tapi diciptakan dengan cara mencampurkan warna-warna dan sinar-sinar pelangi dari dunia lain di angkasa. Lu Xiao Feng tidak mengenal wanita ini, karena seumur hidupnya ia tidak pernah melihat seorang wanita yang demikian cantik dan anggun. Untunglah, ia masih mengenali pedang di tangannya, sepasang pedang pendek seperti belati dengan panjang sekitar 20 cm dan sehelai pita sutera merah yang terikat pada masingmasing gagangnya. Mungkinkah ini Nyonya Pertama Gong Sun" Orang yang sama dengan ibu rumah tangga biasa yang berusia setengah baya tadi" Orang yang sama dengan si pengemis yang penuh kudis tadi, juga si nenek penjual kacang gula itu" Lu Xiao Feng menggosok-gosok matanya. Ia hampir tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat di hadapannya ini. Nyonya Pertama Gong Sun balas menatapnya, sambil tersenyum. "Kau tidak mengenalku lagi?" "Hanya ada satu hal yang tidak bisa kubayangkan!" "Apa itu?" "Aku tak bisa membayangkan mengapa seorang wanita secantik dirimu mau Koleksi Kang Zusi 106 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. berpakaian seperti seorang nenek tua. Jika aku menjadi kau, aku tidak akan melakukan itu walaupun ada sebatang pisau di leherku!" "Bagaimana kau tahu kalau ini adalah penampilanku yang sebenarnya?" "Aku tidak tahu, aku hanya berharap bahwa ini adalah dirimu yang sebenarnya!" "Mengapa begitu?" Lu Xiao Feng menarik nafas lagi. "Karena jika aku harus mati di tangan seseorang, harapanku satu-satunya adalah mati di tangan seseorang sepertimu." "Kau benar-benar pintar bicara dengan seorang wanita, ya?" Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan genit. "Bahkan hatiku hampir tersapu bersih." Ia mendekati Lu Xiao Feng dengan anggun, bajunya yang berwarna-warni seperti pelangi berkibar seperti tertiup oleh angin yang tidak dapat dirasakan, terlihat seperti beratus-ratus ribu utas benang sutera yang sedang menari-nari. Lu Xiao Feng menarik nafas lagi. "Kalau lain kali aku berduel pedang lagi, aku pasti akan mengenakan pakaian sepertimu!" "Oh?" "Kau belum membuat sebuah gerakan pun, dan mataku telah dibuat kabur!" "Hatiku tersapu bersih, matamu kabur, kurasa kita berimbang!" "Tidak!" "Tidak?" "Kau punya sepasang pedang di tanganmu, yang aku punya hanyalah segenggam keringat!" "Di mana pedangmu?" "Aku tidak membawa sebatang pedang pun!" "Kau membawa golok?" "Tidak juga." "Orang sepertimu" Tidak membawa senjata apa pun bila keluar?" Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas. "Itu benar-benar berbahaya!" "Memang berbahaya, terutama hari ini." "Kau ingin meminjam sebatang pedang?" "Ya." "Kau ingin meminjam dari siapa?" Lu Xiao Feng berpaling dan tersenyum ke arah si nikouw berjubah hijau. Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas lagi. "Ternyata dia tidak benar-benar mabuk, ia masih bisa mengenali barang bagus." Pedang ini juga tidak begitu panjang, tapi tampak berkilauan. Aura pedang itu tampak mencorong dan mendesak keluar. Hanya dengan sebuah sentilan perlahan, pedang itu telah berdengung tiada hentinya. "Pedang yang amat bagus!" Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak memujinya ketika ia menggenggam pedang itu di tangannya. "Sayangnya pedang itu hari ini berada di tangan seorang pemabuk yang akan segera mati!" si nikouw berjubah hijau berkata dengan dingin. Lu Xiao Feng tertawa. "Pemabuk memang benar pemabuk, tapi aku tidak terlalu yakin tentang bagian 'akan segera mati' itu!" Sekarang mereka berjalan menelusuri paviliun dan tiba di halaman luar. Sinar bintang tampak berkerlap-kerlip di antara daun-daun pohon gingko raksasa itu dan menerpa wajah Lu Xiao Feng. Sorot matanya yang seperti orang mabuk tadi tibatiba menghilang, sekarang ia tampak secerdik Zhu Ge Liang. "Kau tidak mabuk?" Nyonya Kedua berujar dengan tidak percaya. Lu Xiao Feng tidak menyangkal ucapannya. "Jika kau tidak mabuk, lalu mengapa tadi kau mengaku kalah?" Nyonya Kedua Koleksi Kang Zusi 107 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. mendesak. Lu Xiao Feng tersenyum kecil. "Jika aku tidak mengaku kalah di babak pertama, tentu aku akan kehilangan babak kedua ini, dan lupakan sajalah babak ketiga!" "Tampaknya orang ini sebenarnya bukan seorang telur dungu," Nyonya Kedua menarik nafas. "Tapi ia benar-benar seorang telur bajingan!" si gadis berbaju merah menyela dengan ketus, sambil menggigit bibirnya. "Walaupun kau mengaku kalah di babak pertama, belum tentu kau bisa memenangkan babak kedua ini!" Nyonya Pertama Gong Sun berkata dengan santai. Setelah menyelesaikan ucapannya itu, ia membuat gerakannya. Kilatan pedang menari-nari dan pakaian sutera warna-warni yang ia kenakan pun mulai menari-nari pula. Seluruh tubuhnya seperti berubah menjadi sinar matahari yang menyilaukan dan membutakan, sehingga hampir mustahil bagi orang lain untuk membuka mata, apalagi untuk menebak di mana ia berada atau ke mana arah pedangnya. Jika orang tidak bisa menduga di mana dia berada, bagaimana orang bisa melihat gerakannya" Pada pertemuannya yang pertama dengan perempuan ini, Lu Xiao Feng sudah tahu bahwa jurus-jurus dan tekniknya tidak dapat diramal dan selalu berubah, hingga mencapai suatu tingkatan yang nyaris lebih menakutkan daripada jurus-jurus XiMen ChuiXue. Tapi baru sekarang ia tahu bahwa tekniknya yang dulu itu malah belum mendekat kekuatan puncaknya. Tampaknya kekuatan teknik seperti ini baru bisa ditampilkan sepenuhnya bila digunakan dengan pakaian warna-warni seperti ini. Menurut legenda, pedang dan pita seperti ini bukanlah "senjata", tapi merupakan sebuah tarian kuno di mana penarinya menari dengan tangan kosong, memutar-mutar pita itu di udara, dan barulah Nyonya Pertama Gong Sun, di jaman dulu, orang pertama yang mengambil tarian yang spektakuler ini dan, dengan menambahkan sejumlah variasi, merubahnya menjadi sebuah teknik bertarung yang bisa digunakan untuk membunuh! Mungkin dulu ia tidak menggunakan pedang bila ia menari di hadapan Kaisar Sheng Wen Shen Wu karena khawatir kalau hawa pedangnya akan membuat takut sang kaisar. Tapi, secara diam-diam, ia benar-benar menciptakan sebuah ilmu pedang, merubah "pedang dan pita" itu menjadi semacam ilmu pedang. Karena ilmu pedang seperti ini diturunkan dari sebuah tarian, jelas ilmu ini berbeda dari segala jenis ilmu pedang lainnya. Itulah sebabnya Nyonya Pertama Gong Sun yang ini sengaja bertukar pakaian hari ini, tak perduli hal itu akan menyingkapkan seperti apa penampilannya yang sebenarnya. Karena kekuatan yang sebenarnya dari ilmu pedang ini hanya bisa ditampilkan melalui "kecantikan", dan hanya seorang wanita cantik yang legendaris seperti dirinya yang bisa menggunakan ilmu ini sampai ke puncaknya! Diam-diam Lu Xiao Feng menarik nafas. Baru sekarang ia menyadari bahwa rahasia ilmu kungfu bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh siapa pun. Karena permainan ilmu pedang seperti ini benar-benar tak dapat diramalkan, jurus-jurusnya pun terlalu rumit, sekali dimulai rasanya tentu akan seperti air raksa yang sanggup memasuki setiap lubang apa saja! Bahkan lubang sekecil apa pun, kesalahan sekecil apa pun dalam keputusannya, atau kelalaian sekecil apa pun dalam konsentrasinya, bisa membawa dirinya pada kematian! Jika ia ingin menang, ia hanya bisa mengandalkan satu kata! Kecepatan! Gunakan kecepatan untuk menembus kekacauan, gunakan 'tiada perubahan' untuk menjawab 'selalu berubah'. Setelah Nyonya Pertama Gong Sun memulai gerakannya, tubuh Lu Xiao Feng pun segera melayang ke arah atap bangunan seberang. "Ia melarikan diri!" si gadis berbaju merah berseru. Sebelum ia selesai mengucapkan tiga patah kata itu, Lu Xiao Feng telah melayang Koleksi Kang Zusi 108 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. lagi, tubuh dan pedangnya seperti melebur menjadi satu. Kilatan pedangnya seperti lecutan cambuk kuda, seperti pelangi, langsung mengarah pada Nyonya Pertama Gong Sun dari segala arah. Kilauan pedangnya berkerlap-kerlip dengan liar tetapi cepat, tapi tidak ada perubahan dalam gerakannya dan seolah-olah ia bahkan tidak memiliki satu pun jalan keluar. Ia telah memindahkan seluruh energi dan kekuatan di dalam tubuhnya ke dalam serangan yang satu ini -- Tiada perubahan, tiada variasi, terkadang hal ini malah merupakan variasi yang terbaik. Tubuh Nyonya Pertama Gong Sun seperti embun di waktu malam, pedangnya seperti bintang jatuh, tapi ia tetap saja tidak memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi. Tiba-tiba, tubuh dan pedangnya seperti telah diselubungi oleh hawa serangan Lu Xiao Feng. "Trang!" Suara itu bergema di keheningan malam. Kilatan pedang pun berbaur dan serpihan sutera memenuhi angkasa ketika puluhan rumbai-rumbai di baju Nyonya Pertama Gong Sun terpotong. Tak seorang pun bergerak, tak seorang pun bersuara. Nyonya Pertama Gong Sun telah berhenti bergerak, ia berdiri tanpa bergerak di sana, tidak menyerang lagi. Lu Xiao Feng pun berhenti menyerang, ia juga berdiri di sana tanpa bergerak, sambil menatap Nyonya Pertama Gong Sun. "Babak ini belum berakhir!" Nyonya Kedua segera berseru. "Mengapa kalian berdua berhenti?" "Jika babak ini adalah pertandingan untuk saling membunuh, maka jelas babak ini belum berakhir," Lu Xiao Feng menjawab dengan santai. "Tapi jika babak ini adalah sebuah duel pedang, maka aku telah menang!" Nyonya Pertama Gong Sun akhirnya menarik nafas panjang. "Benar, kekuatan seranganmu itu adalah sesuatu yang tidak dapat kukalahkan!" "Terima kasih banyak." "Tapi aku tidak pernah menduga bahwa kau bisa melakukan sebuah gerakan seperti itu." Lu Xiao Feng tersenyum. "Sebenarnya aku mencuri gerakan itu!" "Dari mana kau mencurinya?" "Majikan Benteng Awan Putih." "Ye Gu Cheng?" Nyonya Pertama Gong Sun tampak terkejut mendengar jawaban itu. Lu Xiao Feng mengangguk. "Serangan ini disebut 'Malaikat dari Luar Langit', inilah inti dari ilmu pedang Majikan Benteng Awan Putih, bahkan Tosu Kayu yakin bahwa ilmu ini bisa disebut sebagai ilmu pedang terbaik di dunia!" Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas. "Gerakan ini dibuat sebelum gerakan sebenarnya dimulai, penerapannya dilakukan setelah gerakan itu dibuat, ia menggunakan kekerasan untuk melawan kelembutan, menggunakan tiada perubahan sebagai perubahan." Ia berkata. "Ilmu ini memang bisa disebut sebagai ilmu pedang terbaik di dunia!" "Jika Majikan Benteng Awan Putih mendengar sendiri ucapan Nyonya Pertama itu, ia tentu akan sangat senang!" Lu Xiao Feng tersenyum. "Tapi seandainya gerakan ini dilakukan olehnya, belum tentu bisa mengalahkanku!" Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan dingin. "Mengapa tidak?" Lu Xiao Feng tidak bisa menahan perasaan ingin tahunya. "Karena ia adalah seorang jago pedang tanpa tandingan. Sebelum ia membuat satu gerakan pun, aku tentu telah berjaga-jaga. Tapi tadi, waktu kau melompat ke wuwungan atap, aku malah mengira bahwa kau sedang berusaha melarikan diri, karena itu konsentrasiku pecah, dan aku tidak bisa menangkis serangan yang kau buat dengan seluruh kekuatan tubuhmu itu!" Koleksi Kang Zusi 109 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Dan juga karena aku bahkan tidak membawa sebatang pedang pun," Lu Xiao Feng tersenyum dan menambahkan. "Kau mungkin tidak mengira bahwa aku mampu melakukan gerakan seperti itu!" "Itulah sebabnya kelembutan bisa mengalahkan kekerasan atau yang lemah bisa mengalahkan yang kuat, prinsipnya sama!" Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas. Lu Xiao Feng pun menarik nafas. "Untunglah aku sama sekali bukan seorang jago pedang terkenal, kalau tidak aku mungkin telah mati di tanganmu hari ini!" "Tapi kau belum menang!" Wajah Nyonya Pertama Gong Sun tampak berubah menjadi gelap. "Kita masih punya babak ketiga!" Babak ketiga dan penentuan! "Kita akan bertanding apa di babak ketiga?" Lu Xiao Feng bertanya. "Qing-Gong, ilmu meringankan tubuh!" Lu Xiao Feng tertawa kecil. "Aku tahu kalau ilmu meringankan tubuh adalah keistimewaanmu; di samping itu kau adalah seorang pria dan memiliki keuntungan tenaga disbanding denganku." Nyonya Pertama Gong Sun menambahkan. "Bertanding denganmu dalam ilmu ini akan memberi kerugian padaku, maka...." "Maka aku seharusnya mengalah dan memberimu sedikit keuntungan juga!" Lu Xiao Feng menyelesaikan ucapannya. "Setidaknya kau harus membiarkan aku lari lebih dulu!" "Tidak masalah!" "Tapi jika kau bisa menyusulku, maka kau telah menang, kau tidak perlu lagi bersusah-payah." "Aku memang bukan orang yang suka melakukan hal yang membuat diriku sendiri bersusah-payah!" "Aku akan menyuruh seseorang untuk memukul lonceng satu kali sebagai tanda, kau baru boleh mengejar setelah lonceng itu berhenti berbunyi!" "Lonceng itu hanya dipukul satu kali?" "Hanya satu kali." "Tampaknya aku sebenarnya tidak dibuat susah sama sekali!" "Tapi aku harus...." "Tentu saja kau harus berganti pakaian dulu!" Lu Xiao Feng menyelesaikan kalimat itu untuknya. "Ada baju untuk minum, baju untuk duel, tentu saja ada satu baju lagi untuk adu lari." Nyonya Pertama Gong Sung tertawa merdu. "Kau sebenarnya sama sekali tidak tolol!" Ia berkata dengan genit. Malam terasa sedingin air. Ekspresi wajah saudara-saudaranya pun dingin seperti air - seperti air yang beku. Si gadis berbaju merah tiba-tiba mendengus dingin. "Berpura-pura mabuk, lalu mencuri jurus orang lain, aku paling benci laki-laki seperti ini." Lu Xiao Feng tersenyum. "Aku memang bukan sedang berusaha membuatmu menyukaiku!" Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku ingin bertanya padamu, kau ini sebenarnya seorang laki-laki bukan?" "Kau tidak tahu?" "Aku tak tahu." "Kurasa kau memang tidak akan tahu," Lu Xiao Feng menarik nafas, "kau hanya seorang anak kecil!" Gadis berbaju merah itu menatapnya dengan marah sebelum memutar tubuhnya dan melangkah pergi, seakan-akan ia tidak ingin memperdulikan Lu Xiao Feng lagi. Mata OuYang Qing tampak berkedip-kedip. Koleksi Kang Zusi 110 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Kau tidak bisa menganggapku hanya seorang anak kecil, bukan?" Ia bertanya. "Tentu saja kau bukan seorang anak kecil, kau hampir cukup tua untuk menjadi seorang nenek." OuYang Qing juga menatapnya dengan marah sebelum memutar tubuhnya dan berjalan masuk ke dalam paviliun. Lu Xiao Feng menarik nafas dan duduk di atas tangga yang terbuat dari batu. "Jika seorang laki-laki hidup sampai umur 60 tahun, setidaknya 10 tahun masa hidupnya tentu akan sia-sia." Ia bergumam pada dirinya sendiri. "Kenapa sia-sia?" Perasaan ingin tahu Nyonya Kedua tidak dapat ditahan lagi. "Dari 10 tahun itu, setidaknya 5 tahun terbuang karena menunggu wanita berganti pakaian." "Dan yang 5 tahunnya lagi?" "Kau ingin mendengarnya?" "Kau takut mengatakannya?" Lu Xiao Feng menarik nafas lagi. "Yah, jika kau harus tahu, akan kuberitahu. Waktu 5 tahun lainnya terbuang karena menunggu wanita melepaskan pakaiannya." Wajah Nyonya Kedua merah padam karena murka, sementara wajah si nikouw berjubah merah berubah menjadi pucat pasi karena marahnya. "Aku berubah fikiran!" Nyonya Ketiga tiba-tiba menyeletuk. "Berubah fikiran tentang apa?" Kali ini perasaan ingin tahu Lu Xiao Feng yang tidak bisa ditahan-tahan lagi. "Aku telah memutuskan bahwa aku ingin memotong lidahmu!" Nyonya Ketiga menjawab dengan dingin. Kali ini, seorang pria berbaju hijau dengan wajah penuh jenggot berjalan keluar dari paviliun dengan membawa sebuah lonceng di tangannya dan berhenti di atas tangga batu. "Kurasa peruntunganku sama sekali tidak buruk." Lu Xiao Feng kembali bergumam pada dirinya sendiri. "Setidaknya aku sedang menunggu Nyonya Pertama bertukar pakaian. Jika aku menunggu orang lain, itu baru benar-benar buruk!" "Orang lain?" Nyonya Ketiga meliriknya dengan marah. "Aku tidak menyebut dirimu, kenapa kau marah?" Lu Xiao Feng menjawab. Wajah Nyonya Ketiga sekarang berubah sebentar merah dan sebentar pucat. Saat itulah suara lonceng tiba-tiba berdentang ketika tiga orang melesat keluar dari dalam paviliun. Tiga orang itu mengenakan pakaian hitam yang serupa, bahkan wajah mereka pun tampak sama. Setelah melesat keluar dari gedung, mereka bersalto sekali dan meluncur dalam tiga arah yang berbeda. Teknik yang digunakan tiga orang ini pun sama. Sebelum dentang lonceng berhenti, ketiganya telah berada di luar tembok yang mengelilingi halaman. Yang manakah Nyonya Pertama Gong Sun yang sebenarnya" - Si gadis berbaju merah dan OuYang Qing tentu tadi pura-pura marah supaya mereka bisa masuk dan berpakaian sebagai dua orang umpan. Siapa yang seharusnya dikejar oleh Lu Xiao Feng" Tidak perduli yang mana ia pilih untuk dikejar, walaupun ia berhasil menyusulnya, ia tentu akan kehilangan 2 orang lainnya. Dan di antara 2 orang itu, sangat mungkin salah seorang di antara mereka adalah Nyonya Pertama Gong Sun. Ini seperti sebuah permainan di jaman dulu, tapi jauh lebih sukar. Lu Xiao Feng tidak tahu harus melakukan apa. Nyonya Kedua, Nyonya Ketiga, dan si nikouw berjubah hijau semuanya menyeringai dengan dingin - kali ini Lu Xiao Feng tetap jatuh ke dalam perangkap. Lu Xiao Feng pun menarik nafas. "Tampaknya aku tetap saja jatuh oleh tipuannya kali ini!" Ia tersenyum murung sambil bangkit berdiri dan bergumam. "Tak perduli apa, kejar saja satu dan lihat hasilnya!" Koleksi Kang Zusi 111 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. Ia pun melesat, tapi tiba-tiba, dan dengan secepat kilat, melayang balik dan, dalam sekejap mata, mencengkeram pergelangan tangan laki-laki yang membawa lonceng itu. "Trang!" Lonceng itu jatuh ke atas tanah saat laki-laki tersebut terpana melihat perubahan situasi itu. "Kenapa kau melakukan ini?" Ia bertanya dengan suara yang serak. "Bukan karena alasan tertentu," Lu Xiao Feng tersenyum. "Aku hanya ingin membawamu menemui seseorang!" "Siapa?" "Jin Jiu Ling!" Laki-laki itu memandangnya, menatapnya selama beberapa saat sebelum tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, suara tawa yang merdu seperti suara burung berkicau. "Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, bahkan aku pun terkesan!" Ternyata laki-laki pembawa lonceng ini adalah Nyonya Pertama Gong Sun yang sebenarnya. "Bagaimana kau bisa tahu samaranku?" Tak seorang pun bisa membayangkan bagaimana Lu Xiao Feng bisa tahu. "Waktu Nona OuYang marah dan masuk ke dalam, aku tahu kalau ada sesuatu yang salah!" Lu Xiao Feng tersenyum. "Mengapa begitu?" "Karena dia bukanlah orang yang bisa kubuat marah hanya dengan satu kalimat saja!" "Tiga orang wanita masuk dan tiga orang wanita keluar lagi, bagaimana kau tahu kalau aku tidak berada di antara tiga orang itu?" "Aku tidak tahu." "Tidak tahu?" "Aku hanya tahu bahwa seorang laki-laki dewasa dengan wajah yang penuh jenggot seharusnya tidak seharum ini!" Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas. "Kelihatannya aku seharusnya tidak berdiri dekat-dekat denganmu," ia berkata sambil tersenyum jengkel, "benar-benar berbahaya bagi seorang wanita bila berada di dekatmu!" "Terutama seorang wanita yang seharum kamu!" Lu Xiao Feng tersenyum. Nyonya Pertama Gong Sun mengeluarkan suara tawa yang terdengar seperti bunyi lonceng. "Tapi aku tidak pernah mengira bahwa kau akan bertingkah laku seperti seekor anjing kecil, kau bukan hanya bisa menggunakan matamu, tapi juga hidungmu!" "Ini juga sesuatu yang baru-baru ini kutiru dari orang lain!" "Dari Hua Man Lou?" "Benar." "Tampaknya setiap keistimewaan orang lain akan langsung ditirukan olehmu!" Nyonya Pertama Gong Sun menarik nafas. "Itu karena aku selalu bersikap rendah hati." "Orang yang rendah hati akan selalu bernasib baik!" Nyonya Pertama Gong Sun mengangguk. "Itulah sebabnya kalian semua seharusnya bersikap sedikit rendah hati sekarang dan mendengarkan apa yang harus kukatakan!" "Kami semua mendengarkan!" Nyonya Pertama Gong Sun meyakinkan dirinya. "Sekarang kau telah jatuh ke tanganku, jika adik-adikmu menginginkan agar kau tetap aman dan sehat sejahtera, maka sebaiknya mereka tetap tinggal di sini dan menunggu instruksi." Matanya perlahan-lahan menyapu wajah Nyonya Kedua dan Ketiga sebelum meneruskan dengan dingin. "Jika seseorang masih ingin mencoba Koleksi Kang Zusi 112 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sesuatu, maka itu berarti ia menginginkanmu segera mati sehingga ia bisa mengambil alih posisimu dan menjadi pemimpin di tempat ini." "Jangan khawatir, tidak seorang pun di sini yang menginginkan aku mati!" Nyonya Pertama Gong Sun tersenyum dan menjawab. Nyonya Ketiga tiba-tiba menghentakkan kakinya walaupun biasanya ia selalu bersikap dingin. "Kau benar-benar hendak pergi bersamanya?" "Kau seharusnya tahu bahwa aku bukanlah orang yang suka menarik kembali katakataku," Nyonya Pertama Gong Sun menjawab dengan santai. "Di samping itu, walaupun aku tidak ingin pergi bersamanya, aku tetap harus pergi. Sekali orang ini mencengkeramkan tangannya pada seorang wanita, ia tidak akan melepaskannya walaupun hal itu akan membunuhnya." "Terutama seorang wanita yang secantik dan seharum dirimu." Lu Xiao Feng menambahkan dengan acuh tak acuh. "Sekarang, aku hanya ingin agar kau hati-hati mengenai sesuatu!" Nyonya Pertama Gong Sun berkata. "Apa itu?" "Hati-hati tanganmu jangan sampai terpotong!" Bab 9: Keberhasilan Dan Kegagalan Meng Wei selalu bersikap amat waspada walaupun sedang tidur. Seorang laki-laki yang dikenal di dunia persilatan sebagai "Ular Berkepala Tiga" tentulah seorang yang selalu waspada, kalau tidak kepalanya tentu akan telah lama ditebas orang walaupun ia memiliki 30 kepala. Tapi waktu ia terbangun dari tidurnya malam ini, telah ada seseorang yang berdiri di ujung ranjangnya, sedang menatapnya dengan sepasang mata yang berkilauan. Malam masih larut, di kamar itu tidak ada cahaya, maka ia tidak bisa melihat wajah orang ini. Tiba-tiba ia merasa bahwa telapak tangannya telah penuh dengan keringat dingin. Orang ini tidak bergerak, ia pun tidak. Ia sengaja mengeluarkan suara dengkuran beberapa kali untuk membuat orang ini yakin bahwa ia masih tidur. Tiba-tiba, ia bergerak dan berusaha meraih golok yang tersembunyi di bawah ketiaknya. Tapi gerakan orang itu jauh lebih cepat. Saat lengannya mulai bergerak, orang ini segera menekan pundaknya ke tempat tidur. Tidak pernah seumur hidupnya ia bertemu dengan orang yang memiliki sepasang tangan yang demikian kuat, seandainya tangan itu menjepit tenggorokannya, nafasnya tentu akan segera berhenti. Kenyataannya, nafasnya memang hampir saja berhenti. "Apa yang kau inginkan?" Ia bertanya dengan suara gemetar. Jawaban orang ini sangatlah sederhana. "Uang." "Berapa banyak?" Meng Wei segera bertanya. "Seratus ribu tael!" Ternyata orang ini pun amat tamak. "Jika kau tidak bisa menyerahkan 100.000 tael, aku akan mencabut nyawamu!" "Aku akan menyerahkan uang itu!" Meng Wei bahkan tidak bimbang sedikit pun. "Aku menginginkannya sekarang juga!" "Aku bisa memberikannya sekarang juga!" Orang itu tiba-tiba tertawa. "Aku tidak tahu kalau Ketua Meng adalah orang yang begitu murah hati." Ketika ia tertawa, suaranya pun berubah. Suara yang sangat ia kenal. "Lu Xiao Feng?" ucap Meng Wei dengan terkejut. "Ini aku." Orang itu mengangguk. Meng Wei menarik nafas dalam-dalam beberapa kali sebelum ia mengeluarkan keluhannya. Koleksi Kang Zusi 113 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Itu lelucon yang amat lucu, aku hampir mati ketakutan!" "Aku pun tidak merencanakan gurauan ini dari awal," Lu Xiao Feng menjawab sambil tertawa pertanda minta maaf. "Tapi aku merasa sangat gembira hari ini!" "Tuan telah menangkap si Bandit Penyulam?" Mata Meng Wei segera bersinar-sinar. "Di mana Bos Jin?" Lu Xiao Feng tidak menjawab, tapi malah mengajukan pertanyaannya sendiri. "Ia telah pergi kembali ke kota!" "Apakah racun itu memberi masalah pada dirinya?" "Untunglah Tuan segera membawanya ke tempat Tabib Shi, Shi Jing Mo memang seorang tabib yang hebat." "Aku membawa seorang buronan, maka aku harus amat berhati-hati. Itulah sebabnya aku hanya bisa mendatangimu pada malam hari, aku tidak bisa membiarkan para bawahannya menemukan tempat aku berada." "Aku mengerti." Meng Wei menjawab. Diam-diam, ia merasa sedikit lega karena ia tidak mengajak Xiao Hong menginap malam ini. Ia tidak pernah membiarkan seorang wanita tetap bersamanya di malam hari karena ia tidak pernah percaya pada wanita. Ini adalah sebuah kebiasaan yang baik sehingga ia memutuskan bahwa ia harus mempertahankannya - seandainya Lu Xiao Feng menemukan seorang pelacur terkenal seperti Xiao Hong tidur di ranjangnya, maka ada kemungkinan Bos Jin juga akan tahu, dan itu bukanlah hal yang baik. Lu Xiao Feng terdiam dan berfikir sebentar. "Bisakah kau kirimkan pesan pada orang-orangmu di Yang Cheng dengan menggunakan burung merpati untuk memberitahu Bos Jin agar menungguku tengah malam besok di paviliun tempat tinggal Raja Ular dulu?" "Tentu saja!" Meng Wei melompat bangkit dari tempat tidurnya dan segera mengenakan sepatunya. "Burung merpati itu ada di belakang sini." "Kau juga punya tinta dan kuas di sini?" "Ya." "Mengapa kau tidak menuliskan pesan itu sekarang juga sebelum pergi keluar?" Meng Wei mengangguk dan menyalakan beberapa buah lentera sebelum mengeluarkan tinta. "Tuan Lu telah berhasil, minta Bos Jin untuk menunggu di markas Raja Ular tengah malam besok." Bagi seseorang yang bekerja di Enam Pintu sejak masih kecil, tulisannya sama sekali tidak buruk, dan bahasanya pun mengalir dengan lancar. Lu Xiao Feng berdiri di sampingnya sambil tersenyum. "Mengapa kau tidak menulisnya dalam tulisan Xiao Zhuan" Dengan cara itu, informasi tidak akan bocor walaupun jatuh ke tangan yang salah?" {Catatan: Xiao Zhuan adalah sebuah bentuk tulisan yang dikembangkan oleh Qing Shi Huang, Kaisar pertama China, sebagai bentuk tulisan pemersatu bagi seluruh rakyat China. Selama masa dinasti Han, Xiao Zhuan perlahan-lahan berkembang ke dalam bentuk yang mirip dengan tulisan tradisional China yang kita kenal sekarang; tetapi, orang-orang terpelajar China masih mempelajari Xiao Zhuan karena "mutu estetika-nya". Walau sebagian besar orang tidak bisa membaca Xiao Zhuan, tulisan ini masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai segel.} "Aku adalah orang tua yang tidak berpendidikan." Meng Wei menjawab sambil tersenyum mencela. "Aku bahkan tidak bisa menulis Da Zhuan, apalagi Xiao Zhuan. Tapi Tuan tidak usah khawatir, merpati ini semuanya dilatih sendiri oleh Bos Jin, mereka tidak akan tersesat." "Apakah ia bisa mendapatkan pesan itu pada waktunya?" "Tentu!" Meng Wei meyakinkan dirinya sambil menggulung surat itu dan memasukkannya dengan hati-hati ke dalam sebuah tabung kosong yang berukiran amat indah dan terbuat dari sepotong bambu. Di atas permukaan bambu itu ada Koleksi Kang Zusi 114 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. sebuah cap berbentuk api. "Kau akan mengirimkan pesan itu sekarang juga?" "Aku akan pergi sekarang juga." Ia menutupi pundaknya dengan mantel dan bergegas keluar. Setelah menungu sebentar, suara seekor burung yang sedang mengepakkan sayapnya pun terdengar di udara. Lu Xiao Feng menunggu di kamarnya, menunggu sampai ia kembali. Baru kemudian ia merangkap tangannya dan bersiap untuk pergi. "Aku akan pergi ke Yang Cheng sekarang." Meng Wei bimbang sebentar tapi akhirnya ia bertanya. "Tadi aku keluar, tapi tampaknya tidak ada seorang pun di luar sana." "Memang tidak ada." "Lalu di mana Nyonya Pertama Gong Sun?" Meng Wei bertanya sambil tersenyum dipaksa. Lu Xiao Feng tersenyum. "Jika kau menahannya, maukah kau berjalan-jalan di luar sana bersamanya?" Bandit Penyulam Pendekar 4 Alis Buku 2 Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Meng Wei menggelengkan kepalanya. "Lalu bagaimana kau menahannya?" "Sebuah rahasia tidak akan menjadi rahasia lagi bila dibocorkan," Lu Xiao Feng menjawab sambil tersenyum santai. "Setelah mengantarkannya, aku akan bercerita bila aku sempat." "Tuan Lu benar-benar orang yang teliti dan cermat. Seperti yang kukatakan dulu, jika Tuan Lu menekuni profesi kami, ia tentu akan menjadi orang nomor satu di seluruh Enam Pintu!" Tak terduga, Lu Xiao Feng hanya menarik nafas sebagai jawabannya. "Sejujurnya, aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa menandingi Bos Jin kalian itu, tak perduli apa pun yang aku lakukan!" "Tapi Tuan Lu adalah orang yang menangkap Nyonya Pertama Gong Sun!" Meng Wei memprotes. Lu Xiao Feng tersenyum murung. "Ia membuatku bekerja keras untuknya sementara ia sendiri bersantai-santai di tempat tidur. Berdasarkan hal itu saja, kau bisa melihat bahwa ia jauh lebih hebat dariku!" ______________________________ Keadaan paviliun kecil itu masih sama seperti semula, satu-satunya perbedaan adalah orang yang duduk di kursi itu. Jin Jiu Ling sedang berbaring di kursi dengan mata tertutup. Air mukanya tampak cemerlang, dan suasana hatinya pun amat baik. Makanan yang lezat dan mengenyangkan tadi masih ada di dalam perutnya. Masakan Tuan Mai dari Taman Riang Gembira itu memang bisa dianggap selalu memuaskannya. Di samping itu, sekarang bandit itu telah tertangkap, ia bisa menikmati hidupnya tanpa perasaan cemas untuk beberapa tahun ke depan. Ia merasa bahwa ia memang sangat beruntung, begitu mujurnya sehingga ia bisa mendapatkan seorang pembantu sebaik Lu Xiao Feng. Walaupun Lu Xiao Feng belum tiba, ia tidak khawatir sedikit pun, karena ia tahu bahwa rencana Lu Xiao Feng tidak akan pernah kacau. Di atas meja ada secangkir arak Persia. Ia menyentuh kilauan arak di dalam cangkir yang gelap itu dan menghirup araknya dengan perlahan-lahan, menikmati rasanya dengan santai. Ia memang orang yang tahu cara menikmati hidup. Tidak banyak orang seperti ini di dunia. Walau Lu Xiao Feng pun terkadang bisa menikmati hidupnya, sayangnya ia memang terlahir suka ikut campur dalam urusan orang lain. Jin Jiu Ling telah memutuskan bahwa sesudah kasus ini selesai, ia tidak akan pernah lagi terlibat dalam urusan Enam Pintu. Saat inilah ia mendengar sebuah bunyi di atas atap. Itu bukanlah bunyi yang keras, Koleksi Kang Zusi 115 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. hanya sesuatu yang mungkin saja disebabkan oleh seekor kucing yang berlarian di atas atap. Wajahnya segera mengembangkan sebuah senyuman. Ia tahu bahwa Lu Xiao Feng tentu telah tiba, dan bahwa ia tentu membawa sesuatu yang berat bersamanya. Bila Lu Xiao Feng bergerak, ia tentu tidak akan pernah membuat suara sedikit pun. "Aku menghabiskan waktu siang dan malam dengan menyeret-nyeret peti yang berat ini ke mana-mana, sementara kau duduk nyaman di sini sambil minum arak, tampaknya kau memang ditakdirkan untuk hidup enak!" Jin Jiu Ling baru saja meletakkan cangkirnya waktu ia mendengar Lu Xiao Feng menarik nafas di luar jendela. Jendela telah dibuka, Jin Jiu Ling telah membukanya dari dalam. Lu Xiao Feng sendiri tidak masuk, tapi ia mendorong masuk sebuah peti bambu yang amat besar. "Aku bukan ditakdirkan untuk hidup enak," Jin Jiu Ling tersenyum. "Aku hanya beruntung karena memiliki seorang sahabat seperti Lu Xiao Feng." Waktu ia menyelesaikan ucapannya itu, Lu Xiao Feng pun telah berada di hadapannya. "Nasibmu memang benar-benar lebih baik dariku," ia berkata dengan wajah yang kaku. "Kau memiliki teman-teman yang baik, aku tidak." "Tugas ini sebenarnya memang sangat sulit, aku tahu kau akan marah," Jin Jiu Ling tersenyum. "Itulah sebabnya aku telah mempersiapkan arak Persia ini untuk meredakan kemarahanmu!" Kendi emas itu telah berada di atas meja, araknya pun telah dituangkan ke dalam cangkir. Jin Jiu Ling menyerahkannya pada Lu Xiao Feng dengan kedua tangannya. "Aku sendiri yang mendinginkan es batu ini, dijamin bisa mendinginkanmu pula." Lu Xiao Feng pun terpaksa tersenyum. "Ternyata kau benar-benar hebat dalam hal membuat orang lain merasa senang. Seandainya aku seorang wanita, aku juga mungkin telah jatuh cinta padamu." Ia menerima cangkir itu dan meminum isinya dalam satu tegukan sebelum mengangkat peti bambu itu ke atas meja. "Menurutmu, apa yang ada di dalam peti ini?" "Apakah itu seorang penyulam?" Mata Jin Jiu Ling tampak berkedip-kedip. "Dia bukan hanya bisa menyulam bunga, tapi juga orang buta!" Mata Jin Jiu Ling pun tampak bersinar-sinar. "Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, luar biasa!" Ia mengacungkan jempolnya. "Aku tidak tahu sudah berapa kali dalam hidupku aku tertipu karena kalimat itu," Lu Xiao Feng tertawa getir. "Tapi anehnya, aku tetap suka mendengarnya!" "Satu ciuman, dua ciuman, tidak ada yang bisa mengalahkan ciuman keledai!" Jin Jiu Ling pun tertawa terbahak-bahak. "Yang mencium tentu tidak akan pernah keliru!" Masih sambil tertawa, ia membuat sebuah gerakan seakan-akan hendak membuka peti itu. "Tunggu dulu." Lu Xiao Feng menghalangi jalannya. "Kenapa?" Jin Jiu Ling tercengang. Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya. "Apakah kau tahu siapa si Bandit Penyulam ini?" "Bukankah dia Nyonya Pertama Gong Sun?" Lu Xiao Feng mengangguk. "Dan apakah kau tahu seperti apa Nyonya Pertama Gong Sun itu?" Ia bertanya lagi. "Tidak!" "Menurut dugaanmu?" "Seorang nenek tua?" Jin Jiu Ling tampak bimbang. "Tebak lagi." "Walau dia bukan seorang nenek tua, dia tidak mungkin muda, karena seorang wanita muda tidak akan pernah melakukan kejahatan dengan begitu ahli dan keji!" "Oh?" Koleksi Kang Zusi 116 Pendekar 4 Alis Buku 2 : Bandit Penyulam. "Dan kurasa dia tidak terlalu cantik, karena seorang wanita cantik tidak akan Pedang Golok Yang Menggetarkan 23 Dewa Arak 66 Pembunuh Gelap Pendekar Bayangan Setan 15

Cari Blog Ini