Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 10
743 Berada didepan Kwan Lok khi, pentolan dari golongan iblis
ini, dia tak berani bertindak gegabah, pedangnya segera
digetarkan memetakan serentetan suara yang amat nyaring.
Begitu tubuhnya bergerak cahaya pedang segera
memancar kemana-mana, serentetan hawa dingin yang tajam
langsung, menerjang ke muka.
Kwan Lok khi hanya tertawa dingin, dia menunggu sampai
pedang lawan hampir mendekati tubuhnya kira kira lima inci,
seruling darahnya baru digetarkan pelan.
Seketika itu juga berkumandang suara seruling yang aneh
sekali, cahaya merah memancar ke empat penjuru, bayangan
seruling berkelebat dan tahu tahu pedang Bu Cing peng telah
berhasil didesak mundur. Jurus serangan tersebut sebenarnya hanya dilancarkan Bu
Cing peng dengan maksud menjajal kepandaian lawan, baru
sampai ditengah jalan, mendadak dari serangan bacokan
pedang tu merubah membabat ke samping. lalu diantara
getaran pedang yang berkilauan, ia membabat seruling darah
tersebut. Jurus serangan ini merupakan salah satu jurus pengejar
sukma keluarga Bu, kendatipun Kwan Lok khi terhitung
sebagai seorang ketua dari golongan iblis, berubah juga paras
mukanya setelah menyaksikan jurus serangan yang maha
dahsyat itu. "Aaaah, kau ingin merusak seruling darahku." jeritnya
tertahan. Cahaya merah berkilauan, bayangan serat itu sirna, entah
jurus serangan apa yang digunakan Kwan Lok khi, Bu CingTiraikasih
website http://cerita-silat.co.cc/
744 peng hanya merasa kabut merah menyelimuti angkasa,
pekikan aneh menggema silih berganti, seakan akan terdapat
beribu ribu prajurit berkuda yang sedang memacu datang.
Buru buru pedangnya digetarkan, sementara tubuhnya
sempoyongan ke samping dan mundur beberapa langkah.
"Aduuh. ." Bu Cing peng menjerit kesakitan, lalu berseru
dengan perasaan seram, "dengan cara apa kau melukai
diriku?" Kwan Lok khi tertawa terbahak bahak.
"Haah .haah. .. haaahh . seruling darah ini terdiri dari tujuh
lubang, setiap lubang, diciptakan dari sukma seseorang,
tatkala kita sedang bertarung tadi, aku hanya mengerahkan
tenaga agar ke tujuh lubang itu bersuara seperti tujuh sosok
setan iblis yang datang dari neraka saja, mereka akan melukai
lawannya tanpa menimbulkan sedikit suarapun, jadi aku belum
lagi menyerang dirimu, kau sudah terkena, coba kalau bukan
demikian sejak tadi kau sudah tewas."
"Aai, masa dikolong langit benar benar terdapat ilmu sukma
berubah jadi bayangan?" Bu Cing peng berseru dengan nada
seram. "Tentu saja, kalau tidak buat apa kami menyebut diri
sebagai golongan iblis " Yang di laksudkan sebagai iblis adalah
aliran yang segalanya berbau sesat dan mistik, tanyakan saja
hal ini kepada bapakmu, dia mengetahui hal mana dengan
jelas." Sementara itu Bu Siau huan telah berseru dengan gelisah:
745 "Ayah, apakah kau terluka?"
"Tidak hampir saja, andaikata aku tidak menyadari dengan
cepat mungkin sedari tadi sudah mati ditangannya !"
Dalam pada itu Cing shia sancu hanya berdiri dengan wajah
dingin tanpa mengucapkan sepatah katapun, menanti Bu Cing
peng sudah mundur dengan menderita kekaIahan, dia baru
maju ke muka lalu serunya dengan sinis.
"Huuuh. apanya yang luar biasa dengan seruling darah
berlubang tujuhmu itu ?"
Kwan Lok-khi menjadi tertegun oleh perkataan itu, serunya
kemudian setelah termenung sejenak:
"Bu Liong, Apa maksud perkataan itu" Al berani bilang, asal
seruling darah sudah keluar, maka seseorang manusiapun
hidup yang sanggup manandinginya, termasuk kalian orang
orang dari Cing shia san, tak akan menemukan sebuah benda
pun yang sanggup menandingi bendaku ini..."
"Sayangnya didepan matamu sekarang justru terdapat
sebuah senjata yang sanggup menandingi seruling darahmu
itu.." jengek Bu Liong sambil tertawa dingin.
"Aku tidak percaya . ." Mendadak hatinya bergetar keras,
segulung hawa dingin tiba tiba muncul dari dalam dan
menvmun ke dalam dada, seketika dia serentetan perasaan
ngeri meluncur keluar dari balik matanya.
"Kau maksudkan senjata Kim mo . . "
"Benar.." tukas Bu Liong dingin, "senjata pusaka Kim mo
sin jin adalah benda mestika dari Khonghuan lo oni co dari
746 alaha Tong yang di buat dengan menggunakan segenap
kemampuan dan tenaganya, benda itu khusus digunakan
untuk melindungi pelbagai macam ilmu sesat didunia ini,
menurut berita yang tersiar benda mestika ini telah diperoleh
Locu dari perkumpulan penyembah api untuk dipersembahkan
kepada dewa api, dalam anggapan mereka dengan
kepandaian yang dimiiiki Pau hwse sian, hawa suci dari
senjata patung Kim mo sin jin itu bisa dipunahkan lalu di isi
dengan hawa sesat dari golongan hitam, alhasil usaha
berakhir tak pernah akan berhasil sebab dalam senjata itu
terdapat titikan darah suci dari Liong buan lo Hud cou
selamanya hawa iblis tak akan menangkan hawa Buddha, oleh
sebab itulah benda ini baru muncul kembali enam puluh tahun
kemudian" Sesudah tertawa serius, lanjutnya:
Berhadapan senjata Kim-mo sin-jin, seruling darah tujuh
lobangmu tak akan sanggup menandingi, coba kalau bukan
tenaga dalam Liong Tian im kelewat rendah, tak nanti kau bisa
melukainya. ." Semenatra itu Liong Tian in telah memutarkan senjata
patung Kim mo sin jin serta berseru:
"Aku masih akan bertarung melawannya.." Bu Liong segera
tertawa terbahak bahak. "Haaahh . . haaahh . . haah . . lebih baik kau pinjamkan
kepadaku saja, untuk menandingi jago lihay dari golongan iblis
ini kau masih kalah satu tingkat, anak muda harus melewati
penderitaan, bila kau ulet dan gigih maka tak sulit untuk
mencapai kemajuan di kemudian hari, jika kulihat sikap dan
semangatmu yang pantang mundur dan tak takut mati, aku
jadi teringat pula masa mudaku dulu."
747 Dengan gemas Liong Tian im melotot sekejap kearah Kwan
Lok khi, kemudian tanpa bengucapkan sepatah kata pun
menyerahkan patung Kim mo sin jin tersebut ketangan Cing
shia sancu. Bu Siau huan segera memburu kesisi tubuhnya, kemudian
bisiknya lembut: "Apa yang dikatakan yayaku adalah
kenyataan, kau tak boleh marah kepadanya."
Dengan sedih Liong Tian Im menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Aku tahu bahwa apa yang di katakan Bu-locianpwe
merupakan kenyataan, sebelum terjun kedunia persilatan
dulu, aku mengira kepandaianku sudah termasuk dalam
urutan jago tangguh, tapi sejak naik bukit Cing shia ini baru
kuketahui kalau diatas langit masih ada langit, diatas manusia
ada manusia, seperti kepandaian silatku sekarang,
sesungguhnya tidak lebih sejari dibandingkan orang lain, aku
bakal dapat menahan diri untuk berlatih lebih tekun lagi!"
Dalam pada itu Kwan Lok-khi yang menyaksikan Cing shia
sancu dengan membawa senjata patung Kim mo sin jin
sedang berjalan mendekat, dengan ketakutan dia mundur dua
langkah, biji matanya segera berputar lalu serunya
menyeramkan: "Kau ingin bertarung denganku?"
"Kau berani mendatangi bukit Cing-shia melukai putraku
lagi, dosa ditambah dengan dosa membuat aku cukup berhak
untuk membunuhmu, sekarang kita tak usah banyak berbicara
lagi, silahkan mulai turun tangan . ."
Kembali Kwan Lok khi tertawa seram.
748 "Heehh. . .heeh. , heehh. . . memang tidak gampang untuk
menentukan menang kalah diantara kita berdua dari
pertarungan yang berlangsung kedatanganku kebukit Cing
shia kali ini pun sesungguhnya ada dua hal yang perlu
bantuan saudara Bu, apakah..."
"Persoalan apa?" tanya Bu Liong tertegun.
"Apa hubungan gadis cilik itu dengan saudara Bu?" tanya
Kwan Lok khi sambil tertawa.
"Perduli amat siapa dirikui" bentak Bu Siau huan amat
gusar. Tapi Bu Liong telah menyahut dengan suara dalam "Dia
adalah cucu perempuanku."
Kwan Lok-khi kembali tertawa terbahak-bahak "Haah,
haaah. haahh, bagus sekali, aku ingin perselisihan antara
golongan dewa dan golongan iblis yang sudah berlangsung
banyak tahun sudah sepantasnya diistirahatkan lebih dulu,
sekarang dengan memberanikan diri lohu ingin meminang
cucu perempuan saudara Bu untuk dikawinkan dengan
cucuku, dengan bersatunya golongan dewa dan golongan iblis
maka selanjutnya kita pun tak usab memperebutkan soal gelar
nomor satu didunia lagi, bagaimana saudara Bu . . ."
"Kau keparat." Bu Siau huan segera menyumpahi dengan
wajah berubah. Bu Liong juga membentak penuh kegusaran.
749 "Apa kau bilang" Cucu perempuanku akan dikawinkan
dengan cucumu yang sinting dan lemah syaraf itu " Cuuuh!
Kwan Lok khi tahunya kedatanganmu memang bermaksud
untuk menyusahkan lohu saja"
"Saudara Bu." kata Kwan Lok-khi kemudian dengan serius,
"kalau toh kau tak setuju dengan pernyataan ku yang pertama
lohu lebih tak berani mengajukan permintaanku yang kedua,
daripada mencari penyakit buat diri sendiri .."
Tergerak hati Bu Liong sesudah mendengar perkataan itu,
segera ujarnya dengan cepat.
"Coba kau katakan dulu..."
Untuk sesaat suasana menjadi hening, sepi dan tak
kedengaran sedikit suara pun.
ooo O ooo BU SIAU HUAN dan Liong Tian im memperhatikan wajah
Cing shia sancu Bu Liong dengan perasaan tegang, mereka
tak nama mengerti kenapa ia bersedia mendengarkan
permintaan kedua dari Kwan Lok khi itu "
Sebaliknya Bu Cing peng merasa tak puas, hampir saja dia
ingin maju untuk bertempur melawan Kwan Lok khi, dia
marah kenapa iblis tersebut karena berani sembarangan
membicarakan soal perkawinan putrinya, diapun marah
kepada Kwan Lok khi karena permintaannya yang tak tahu
aturan. Sementara itu Kwan Lok khi sendiri malah tertawa terbahak
bahak dengan bangganya, dia seperti sama sekali tidak jeri,
tapi diapun selagi membungkam sambil tersenyum, padahal
750 pelbagai siasat licik sedang berkecamuk dalam benaknya, ia
tahu bahwa kesempatan baik yang dinanti-nantikan sudah
hampir tiba. Maka dengan berlagak sok rahasia, ia berkata lagi.
"Tatkala lohu melakukan perjalanan diluar perbatasan
tahun lalu, secara kebetulan aku telah menemukan seuntai
mutiara mana terukir dua puluh empat cara melatih sim hoat
tenaga dalam, sayang sekali pada bagian yang ketiga dan
bagian kedua belas hilang entah ke mana, coba kalau bukan
begitu, sudah pasti penemuan lohu itu akan bermanfaat besar
sekali bagi diriku."
Diatas wajahnya muncul semacam perasaan gembira
bercampur mendelu, sesudah berhenti sebentar, dia menghela
napas panjang lalu melanjutkan lebih jauh.
"llmu berlatih simhoat tersebut amat dalam dan luar biasa
sekali, cuma sayang jadi bertolak belakang dengan ilmu sesat
yang kami pelajari, jadi sama sekali tak berguna bagi kami.
Dalam sedihnya terpaksa aku hanya bisa menahan sedih dan
kecewa, tiap hari cuma bisa memandang ke dua puluh empat
biji tasbeh itu sambil menghela napas. Yaa, sesungguhnya
barang itu tak berjodoh bagi lohu. sebaliknya berguna sekali
untuk saudara Bu." "Saudara Kwan, sungguhkah perkataanmu itu?" seru Bu
Liong agak emosi. "SemoIo adalah salah seorang dari tiga pendeta agung
masa dinasti Ci, konon pendeta itu masih terhitung saudara
seperguruan dengan Kiu mo sat dan d angtut menjadi pendeta
agung bersama sama Tong Sam cong.
751 Bu Liong yang melatih ilmunya berdasarkan agama Buddha
tentu saja mengetahui akan hal itu, tak heran kalau hatinya
berdebar keras setelah mendengar kalau ke dua puluh empat
tasbeh mestika itu telah muncul kembali dalam dunia
persilatan . .." "Setiap perkataan lohu aku ucapkan dengan sejujurnya. ."
kata Kwan Lok khi serius.
Dari sakunya dia lantas mengeluarkan sebiji tasbeh
berwarna hitam itu dan diayunkan kearah Cing shia sancu,
dari atas biji tasbeh itu tampak memancar keluar selapis
cahaya tajam. Agak emosi Bu Liong menerima biji tasbeh itu dan
diperiksanya, kemudian sambil menghela napas katanya:
"Aneh." ternyata memang benar. .." Diatas biji tasbeh tersebut
tampak jelas terukir kata kata yang amat lembut, dengan
ketajaman mataaya ia sempat mengenali bahwa tulisan itu
terdiri dari huruf Hindi, tanpa sadar ia membaca:
"Hati lurus, ilmu pun lurus, perasaan sumber pokok dari
kekuatan, kekuatan itu menjadi nyata bila hati mengutamakan
kebajikan." Membaca sampai disitu, dengan wajah berseri karena
gembira dia bersorak:
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, inilah "iai plan atau kupasan ke sembilan, yaa betul
kupasan kesembilan.."
Dalam detik itu juga, banysk kesulitan yang sebelumnya
masih membelenggu pikirannya, seketika menjadi terbuka
setelah membaca tuIisan itu, dia merasa makna dari tulisan
752 tersebut sangat luas, membuat dia serasa ingin melepaskan
diri dari keramaian dunia saja.
Kwan Lok khi kembali tertawa terbahak:
"Haahh haah haah saudara Bu, sekarang terbukti sudah
bukan kalau ucapan siaute bukan cuma isapan jempol belaka."
"Betul betul..." Bu Liong menghela napas.
Kwan Lok khi menyambut kembali biji tasbeh, kemudian
berkata dengan hambar: "Bila saudara Bu setuju, lohu bersedia menggunakan ke
dua puluh empat biji tasbih ini sebagai hadiah pinangan kami
atas cucu perempuanmu itu, aku percaya saudara Bu pasti tak
akan menganggap hadiah itu kelewat sedikit bukan."
Bu Liong melirik sekejap ke arah Bu Cing peng, tampak
wajah putranya diliputi perasaan gusar dan rasa tak puas yang
tebal, sebaliknya Bu Siau-huan lebih mengenaskan lagi, dia
malu bercampur marah sehingga hampir saja akan
menangis... Dia lantas tertawa dingin dan berkata:
"Saudara Kwan, tentunya permintaanmu bukan cuma ituitu
saja bukan ?" "Heehh . . heehh . . heehh . . benar, aku tahu di tempat
kediaman saudara Bu menyimpan selembar kupasan tentang
ilmu Mo im huan pit yang sudah lama terputus peredarannya
dari muka bumi, justru karena aku tak pandai ilmu Mi im ci sut
753 (kepandaian bayangan pembingung) maka ilmu pukulan Yu
leng sau tian nang ku tak berhasil mencapai puncak
kesempurnaan, asal saudara Bu perlihatkan kepandaian mana
kepada lohu . .." "He he he he, kau maksudkan kupasan yang termuat diatas
genta emas pelenyap irama." jengek Bu Liong sambil tertawa
dingin. "Benar, maka kedua puluh empat biji tasbeh mestika itu
masih belum sanggup untuk ditukar dengan sebagian kupasan
yang tersedia diatas genta emas pelenyap irama" Hmm,
apakah saudara Bu tidak merasa kalau pikiranmu kelewat
cupat.." Bu Liong kembali tertawa dingin.
"Genta emas pelenyap irama tidak berada dibukit kami, kali
ini kau telah salah sangka."
"Haah . . haah .. haah . . siapa yang tak tahu kalau genta
emas sakti itu sudah kau boyong secara misterius ke dalam
gudang hartamu di puncak Kim teng setelah kemunculannya
dalam dunia persilatan" Tak heran kalau usaha kebanyakan
jago persilatan untuk menemukan genta emas itu selalu gagal
dan tidak berhasil haah .. haah . haah .. saudara Bu, masa kau
pun hendak bergurau dengan aku."
Dia memutar biji matanya dengan sinis, lalu menjengek
dingin: "Apakah benda itu berada disini atau tidak, lebih baik tak
usah kita perdebatkan lagi, kini putraku sudah menyelundup
masuk kedalam lorong rahasia puncak Kim teng, sebentar lagi
urusan akan menjadi jelas dengan sendirinya.."
754 "Apa" Kau berani mengutus orang memasuki lorong rahasia
itu" Kubunuh putramu itu.. ." bentak Bu Liong dengan gusar.
"Traang. . ." Ditengah udara berkumandang lagi suara genta yang
rendah dan berat, menyusul kemudian nampak sesosok
bayangan manusia meluncur datang dengan langkah tergesa
gesa. "Go Tiong, mengapa kau terburu buru kemari dengan
wajah gugup?" Bu Cing peng segera menegur dengan suara
dalam. Go Tiong menghentikan gerakan tubuhnya, lala berseru
dengan napas tersengkal sengkal.
"Lapor sarcu, dalam lorong rahasia dipuncak Kim teng telah
ditemukan jejak musuh, kini ia sudah terkurung dalam barisan
Han ci si cap kiu coan, mohon petunjuk sancu, perlukah
menggerakkan alat rahasia diseluruh lorong."
Bu Liong memandang sekejap ke arah Kwan Lok khi
dengan pandangan dingin, lalu berkata:
"Orangmu bisa bisa beruntun menembusi tiga pos
penjagaan, itu berarti kemampuannya sudah terhitung
lumayan, tapi kau jangan ke buru senang dulu, dalam lorong
rahasia tersebut hanya ada jalan masuk tiada jalan keluar,
kesempatan untuk mampus baginya malah cukup besar . . ."
"Aaah, itu mah cuma suatu maksud kecil, berapa banyak
sih alat jebakan yang kau pasang dalam lorong rahasia
tersebut." 755 "llmu barisan yang bisa kau cari dalam buku saja paling
tidak ada tujuh puluh dua macam."
Kwan Lok khi merasakan hatinya terkesiap sesudah
mendengar perkataan itu, diam diam ia menjadi gelisah
sendiri, meskipun putranya Kwan Hong telah menguasai
sembilan puluh persen ilmu silat aliran sesat, namun alat
rahasia yang dipasang dalam lorong rahasia tersebut masih
merupakan sebuah tanda tanya besar untuk dilewatinya. .
Dalam gelisahnya ia pun berseru:
"Ternyata dugaanku tak meleset, kau benar benar seorang
manusia yang amat berbakat."
Tubuhnya segera bergeser ke samping, kemudian seruling
berlubang tujubnya digetarkan sampai memperdengarkan
bunyi pekikan nyaring, wilayah seluas setengah kaki disekitar
sana dengan cepat diliputi oleh selapis kabut berwarna merah.
Dengan cepat Cing shia sancu mengayunkan senjata
patung Kim mo sin jinnya ke depan, serentetan cahaya emas
yang amat menyilaukan mata menyebar ke tengah angkasa ..
. Mendadak terdengar Kwan Lok-khi yang berada dibalik
kabut merah tertawa terbahak bahak, kemudian menegur:
"Bu Liong, bagaimana dengan penyelesaian persoalan
kita?" "Jangan mimpi !"
756 Secara beruntun Kwan Lok khi menahan dua serangan
yang tertuju ke arahnya kemudian tabuhnya melejit setinggi
berapa kaki, serunya: "Baik, kita bersua dalam lorong rakasia nanti ... "
Dia sadar bahwa seruling darah tujuh lubangnya tak
mungkin bisa melawan keampuhan dari senjata patung Kim
mo sin jin, maka bila tidak cepat cepat kabur dari situ, bisa
jadi dia akan dikalahkan secara mengenaskan.
Ditengah pekikan nyaring. Hu to jin dan Pek li Kit sama
sama lari menghindari kabut tebal dan berlalu dari situ,
sedangkan Kwan Lok khi juga melancarkan tiga buah
serangan berantai sebelum melejit keudira dan kabur dari situ.
Bu Cing peng hendak melakukan pengejaran tapi Bu Liong
segera menarik lengannya sambil berseru:
"Dia bilang akan berjumpa dalam lorong rahasia nanti, itu
berarti dia tak puas dengan ilmu barisan keluarga Bu kita
jangan dikeja dulu, biar kita susun segala persiapan dengan
matang, kemudian baru berusaha untuk membekuknya. ."
Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya kearah Bu
Siau huan, ia berkata lagi.
"Kalian berdua pulang dan beristirahatlah dulu, persoalan
disini tak usah kalian campuri"
Sementara Liong Tian im dan Bu Siau huan sedang berdiri
termangu mangu senjata Kim mo sin jin telah disodorkan
kehadapan anak muda itu. 757 Sambil mencibirkan bibir Bu Siau huan berseru:
"Aku pun ingin turut..."
Tapi Cing shia sancu sama sekali tidak menggubris, tampak
bayangan manusia berkelebat lewat, ia serta Bu Cing peng
dan Go Tiong sudah lenyap dibalik dibalik bukit sana.
Bu Siau huan mendongkolnya setengah mati, sambil
mendepak depakkan kakinya berulang kali, ia sudab terbiasa
dimanja apa yang menjadi kehendak hatinya tak pernah bisa
dicegah oleh siapapun, begitu selesai berkata dia lantas
menarik tangan Liong Tiao im dan mengajaknya berlalu dari
situ. Setelah menembus hutan yang besar mendadak
pemandangan di depan mata berubah, sebuah jalan kecil yang
berlapiskan batuan kerikil menghubungkan tepi hutan dengan
sebuah kuburan. Mereka berdua berjalan menelusuri jalan kecil itu,
pepohonan siong ditepi jalan gemerisik terhembus angin
gunung, udara terasa dingin dan nyaman.
Dua orang lelaki berpakaian ringkas yang membawa
senjata terhunus berjaga jaga didepan kuburan besar itu,
tatkala Bu Siau huan mengajak Liong Tian im muncul disitu,
dua orang lelaki tersebut mengangkat kepalanya dan
memandang ke arah mereka berdua dengan keheranan,
sementara dalam hati keciInya menggerutu tiada hentinya.
"Jalan ini merupakan salah satu jalan raya yang
menghubungkan gudang harta di puncak Kim teng" bisik Bu
Siau huan lirih, "sekarang kau tak usah berbicara, biar aku
yang menghadapi kedua orang penjaga kuburan tersebut."
758 Liong Tian im tertawa getir.
"Yaa, aku tahu !"
Dalam pada itu, kedua orang lelaki tersebut telah saling
berpandangan sekejap, kemudian bersama sama memberi
hormat kepada Bu Siau huan sambil menyapa:
"Nona Bu !" Bu Siau huan mendengus dingin.
"Hmmm...aku hendak masuk kekuburan untuk menengok
nenekku, harap kalian membuka pintu kuburan . ."
Dengan perasaan berat hati salah seorang disebelah kiri itu
berkata: "Hari ini, Kim-teng sudah kedatangan beberapa orang,
sekarang suasana di dalam situ sedang kacau tak karuan,
Sancu telah menurunkan perintah, siapapun dilarang
memasukinya." "Apakah aku pun tak boleh?" jengek Bu Siau huan sambil
tertawa dingin. "Soal ini . ." setelah sangsi sejenak. lelaki itu melanjutkan
"hamba tak bisa memutuskan."
"Mmggir kalian, bila sancu memegur nanti katakan saja
kalau aku memasuki kuburan ini secara paksa . .."
Diatas bukit Cing shia gadis itu memang tersohor karena
binal dan akal liciknya, sementara dua orang lelaki itu masih
759 saat si gadis sudah menekan tombol rahasia diluar kuburan
itu. "Ting tang, ting tang . . ." batu nisan didepan kuburan
bergeser ke samping dan terbukalah sebuah pintu rahasia.
Dengan perasaan gelisah lelaki itu berseru. "Nona Bu,
biarkanlah kepada hamba untuk melaporkan dulu kepada
sancu sebelum . ." Belum habis dia berkata, Bu Siau huan telah memberi
tanda kepada Liong Tian im sambil serunya:
"Cepat masuk !"
Sementara dua orang lelaki itu masih tertegun, Liong Tian
im dan Bu Siau huan telah lenyap dibalik lorong rahasia yang
dalam dan panjang itu, sementara pintu rahasia dimaki
kuburan telah menutup kembali seperti sediakala.
Suasana didalam lorong rahasia bawah tanah itu terang
benderang karena pada ke dua belah sisi dinding dipasang
sebuah obor. Rupanya kuburan itu hanya sebuah tipuan belaka, sebab
setelah berada dalam kuburan Itu, terlihatlah ke dua belah
dindingnya terbuat dari batu ubin hijau.
Liong Tian im dengan mengikuti Bu Siau huan berjalan
sampai diujung lorong rahasia itu, disisi kiri muncul sebuah
penyekat besar yang terbuat dari batu menghadang jalan
pergi mereka. Dengan wajah serius Bu Siau buan berkata:
760 "Sekarang kita akan segera memasuki gudang harta dari
puncak Kim-teng, sebelum mendapat persetujuanku lebih baik
jangan sembarangan berjalan, kalau tidak, bila terjebak oleh
alat rahasia maka hanya yaya ku seorang yang bisa
menolongmu keluar . . Agaknya dia hapal sekali dengan daerah di sekitar tempat
itu, ia mendorong pelan diatas penyekat batu tersebut,
segulung cahaya tajam segera memancar keluar dari balik
penyekat. Ketika Liong Tian im mengangkat kepalanya, tampak pada
dinding maupun langit langit ruangan rahasia itu penuh
dengan batuan yang indah, batuan itu berupa stalagnit yang
membentuk pelbagai bentuk yang indah .. .
Sementara Liong Tian-lm masih mengagumi keindahan
alam dalam gua tersebut, tiba tiba terdengar suara air yang
mengalir, ia berpaling tampak dalam sebuah ruang batu
disebelah kanan membujur sebuah peti yang terbuat dari
kaca, dalam peti mati itu berbaring seorang perempuan tua.
Air mata segera jatuh bercucuran membasahi wajah Bu
Siau huan, memandang perempuan tua yang sudah meninggal
itu, ia nampak berdiri termangu-mangu. . .
Pelan pelan Liong Tian im berjalan mendekati gadis itu, lalu
menegur lirih: "Siau huan, kenapa kau ?"
Bu Siau huan menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya. 761 "Dia adalah nenekku, ia sudah meninggal dunia hampir dua
puluh tahun lamanya."
Dibawah peti mati tersebut terdapat sebuah sumber mata
air yang sebesar kepalan yang memancurkan air segar, kabut
air yang mengembang mengaliri bawah peti mati dan mengalir
ke dalam sebuah kolam. Meski kolam terseoot tidak begitu
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besar, ternyata tiada air yang meluber keluar.
"Ehmmm...." satu deheman rendah tiba tiba bergema
ditengah udara. Dengan paras berubah Bu Siau huan segera berseru.
"Aaah, pecdatang tersebut sudah berhasil sampai disini,
kita hurus cepat cepat turun ke bawah untuk melihat keadaan
! Dengan cepat dia menggerakkan tubuhnya menuju ke
muka, bersama Liong Tian im menelusuri sebuah lorong
rahasia dan menuju ke sebuah gua yang besar lagi gelap.
Pada saat itulah tampak seorang lelaki setengah umur yang
berbaju hitam sedang berlarian mendekat, mukanya gugup
tubuhnya penuh darah, jelas sudah menderita luka yang
cukup parah. "Berhenti !" bentak Bu Siau huan, Lelaki itu tertegun
kemudian menghela napas panjang.
"Siapa itu?" dia balas menegur, "sebetulnya dimanakah
letak gudang harta tersebut?"
"Huuuh, belum lagi aku bertanya kepadamu, sekarang kau
malah bertanya lebih dulu kepadaku. . ."
762 "Aku Kwan Hong telah berhasil menembusi barisan Han ci
si-cap Uu hoan toa tin, semua orangku telah tewas disitu,
hanya tinggal aku seorang yang berhasil meloloskan diri dari
kematian." Bu Siau huan segera tertawa drngin.
"Kau benar benar berumur panjang, tapi dalam lorong
rahasia yang penuh dengan alat jebakan ini, kendatipun kau
berhasil menemukan gudang harta tersebut belum tentu bisa
lolos dalam keadaan hidup, aku lihat ada baiknya kau
membuang pedang dan menyerahkan diri saja, tunggu saja
hukuman dari yayaku, ."
Mendadak Kwan Hong tertawa keras.
"Heehh, . heeh, . heeh. , ternyata kaulah cucu perempuan
dari Cing shia sancu, ehm. . aku hampir gila karena
merindukan dirimu, tunggu saja setelah aku menyalin rahasia
ilmu silat yang tercantum diatas genta emas pelenyap irama,
akan kubekuk dirimu untuk dikawinkan dengan putraku."
"Tutup mulut anjingmu!" bentak Liong Tian im tiba tiba
dengan amat gusarnya "Kau ini manusia macam apa" Berani
benar mengucapkan kata kata tak tahu malu."
Sejak berjumpa dengan Bu Siau huan, secara diam diam
anak muda tersebut telah jatuh hati terhadap gadis itu, tapi
berhubung gadis itu nampak anggun dan mempersona hati,
maka selama ini ia tak berani mengutarakan perasaan hatinya.
Namun, ketika di dengannya Kwan Hong hendak
membekuk Siau huan untuk dikawinkan dengan puteranya,
kemarahan yang membara dalam dadanya sungguh tak
763 terkendalikan lagi dia segera maju kedepan dan siap
bertempur melawan orang itu.
Dengan pandangan hina Kwan Hong melotot sekejap
kearah Liong Tian im, lalu jengek: "Bocah keparat, rupanya
kau sudah bosan hidup"
Pedangnya segera digetarkan tiba tiba berubah menjadi
serentetan cahaya tajam yang membabat ke muka.
Liong Tian-im segera memutar senjata patung Kim mo sinjinnya untuk menangkis. ?"Traang !" ditengah benturan nyaring yang memekikkan
telinga, kedua belah pihak merasakan lengannya sama sama
bergetar keras. Kenyataan tersebut kontan saja membuat ke dua orang itu
sama sama mengejutkan kepandaian lawan.
Kalau dibilang dalam bentrokan tersebut keadaan mereka
berimbang, akan tetapi Liong Tian im mengerti bahwa
senjatanya jauh lebih berat ketimbang pedang lawan yang
enteng. Padahal didalam bentrokan tadi, lengannya berhasil
digetarkan sempat kaku dan kesemutan, dari sini terbuktilah
sudah kalah tenaga dalam yang dimiliki pihak lawan jauh
melebihi dirinya. Kwan Hoat memutar kembali pedangnya sambil melangkah
maju ke depan, senjatanya dibelokan membabat Liong Tian
im. 764 Serangan yang dilancarkan kali ini dilakukan dengan cepat
lagi tepat, menggunakan waktu pun sangat tepat sekali. Diam
diam Liong Tian im makin terkesiap, satu ingatan dengan
cepat melintas dalam benaknya.
"Benar-benar sebuah jurus pedang yang amat lihay,
kecepatan serangannya hakekatnya tidak berada dibawah Bok
toako, seandainya Bok toako berada disini, entah kepandaian
siapa yang jauh lebih unggul bila mereka berdua saling
bergebrak ?" Begitu ingatan mana melintas lewat, tubuhnya bergeser
lima langkah lebih dari posisi semula, dengan suatu gerakan
yang enteng sekali dia sudah meloloskan diri dari babatan
pedang lawan. Tiba tiba Kwan Hong berseru tertahan, kemudian menegur
dengan wajah keheranan. "Hai, kau murid siapa ?"
Hmmm apakah kau tak bisa melihatnya sendiri?"
Kwan Hong segera tertawa dingin.
"Tampakaya kau bukan anggota Cing shia san, mengapa
begitu berani memasuki pula lorong rahasia ini" Apakah kau
pun datang kemari untuk mencari genta emas pelenyap
irama?" Liong Tian im tercekat hatinya, cepat dia berpikir :
"Genta emas pelenyap irama, benda mestika itu ada
sangkut pautnya dengan kematian orang tuaku, aku tidak
765 boleh memperlihatkan keinginanku untuk mencari pula genta
tersebut.." Maka sambil mendengus dingin serunya.
"Kau jangan mengaco belo tak karuan, aku bukan manusia
semacam dirimu itu."
Sementara itu Bu Siau huan telah berkata lagi:
"Liong, usahakan untuk mengurung dirinya."
Terhadap semua alat jebakan yang berada di seputar
lorong rahasia tersebut, boleh dibilang gadis itu
menguasahinya dengan matang dam hapal, begitu memeriksa
situasi dalam lorong tersebut, ia sudah menyusun sebuah
rencana baik untuk menjebak lawan.
Maka sambil tertawa hambar ujarnya:
"Kwan Hong, kan benar benar berhasil menerjang kemari
dengan melalui lorong lorong rahasia yang ada ?"
Kwan Hong agak tertegun, kemudian mengangkat kepala
dan tertawa terbahak bahak.
"Haahhh.....haaah.... tentu saja, sewaktu kemari aku
membawa tiga puluh enam orang jago lihay dari bukit Jit gwat
san, tapi lima belas orang diantaranya telah tewas dalam
barisan Han ci toa tin, sedang sisanya telah terperosok pula ke
dalam jalan kematian ini kecuali aku mungkin tiada orang lain
yang sanggup menerobosi begitu banyak alat jebakan dan
ilmu barisan seperti aku."
766 "Waaah.. kalau begitu ilmu silat dari Jit gwat san benar
benar sudah tiada tandingannya lagi di dunia ini, kalau toh kau
bisa hidup sampai disini sudah pasti ada sesuatu yang kau
andalkan." "Benar..." sahut Kwan Hong tertawa dingin "di dunia ini
sudah tiada benda lain yang sanggup mengurung diriku lagi."
"Hmmm, aku tidak percaya." dengus Bu Siau huan sinis.
Tapi kemudian, sambil tertawa hambar dia melanjutkan:
"Asal kau berani mundur tiga langkah lagi, aku punya
kemampuan untuk mengurung dirimu disini, dan bila kau
berhasil meloloskan diri dari kurungan mana, aku pasti akan
mengajakmu menuju ke gedung harta dan menjumpai benda
mestika dari kalangan Buddha . . Genta emas pelenyap
irama." Agak tertegun Kwan Hong sesudar mendengar perkataan
itu, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya:
"Ucapan ini ada benarrya juga, daripada mencari sendiri
secara membaci buta toh ada baiknya kucoba perkataannya
itu, toh bagai mana juga tiada ilmu barisan yang bisa
mengapa-apakan diriku . ."
Berpikir sampai disitu, dia lantas tertawan seram, sahutnya:
"Baik, cuma sekeluarnya dari barisan tersebut, kau harus
mendengarkan semua perintahku.
"Baik" kata Bu siau huan pula dingin. "Seandainya kau
benar-benar bisa keluar dari situ, akan kukabulkan semua
permintaanmu," 767 Kwan Hong menganggap kepandaian silatnya sudah
mencapai puncak kesempurnaan dan tiada tandingangannya
lagi dikolong langit, mengingat Bu Siau-huan tak lebih cuma
seorang bocah perempuan, pada hakekatnya ia tak
memandang sebelah matapun terhadapnya, dalam
anggapannya sekalipun dia bisa menyusun suatu permainan
busuk, sudah pasti permainan itu tak asing lagi baginya, maka
sambil tertawa dingin dia mundur tiga langkah ke belakang.
Siapa tahu, baru saja ujung kakinya menyentuh garis
merah diatas lantai tersebut, mendadak terdengar suara keras
berkumandang dari timur, selatan, utara dan barat. Kemudian
dari empat penjuru muncul pula sebuah lempengan batu yang
tebalnya setengah depa mengurungnya ditengah arena.
Begitu ke empat buah batu tersebut merapat menjadi satu,
dan seketika itu juga seluruh ruangan disekitar Kwan Hong
menjadi tertutup rapat sekali, pada hakekatnya tak mungkin
bagi orang she Kwan tersebut untuk meloloskan diri lagi.
Dengan cepat Kwan Hong sadar kalau keadaan bakal
celaka, baru saja dia akan melompat keatas, tahu tahu dari
atas kepalanya muncul kembali sebuah batu besar yang
langsung menghantam kepalanya.
Berada dalam keadaan begini, paras mukanya segera
berubah karena kaget, cepat cepat dia melompat turun
kembali ke bawah. "Blaaammm . . "
Diiringi suara benturan yang sangat keras batu cadas itu
persis menutup diatas ke empat batu lainnya yang segera
membentuk sebuah ruang persegi empat dan mengurung
Kwan Hong didalamnya. 768 Kendatipun Kwan Hong berteriak teriak keras macam orang
gila, ternyata ia tak berhasil meloloskan diri.
Sambil tertawa dingin Bu Siau-huan segera mengejek.
"Apa gunanya kau meraung tiada hentinya" Hayolah cari
akal untul meloloskan diri dari situ."
"Budak sialan, aku sudah kau tipu!" teriak Kwan Hong dari
dari dalam dengan penuh kegusaran.
Lalu terdengar suara benturan keras yang berulang ulang,
agaknya dalam gusarnya Kwan Hong telah mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menghantam
dinding batu tersebut dalam anggapannya siapa tahu kalau
batu cadas tersebut akan hancur setelah termakan oleh
pukulan dahsyatnya itu. Dengan suara dingin Bu Siau huan berkata lagi.
Hei, lebih baik jangan sembarangan memukul batu cadas
tersebut, ketahuilah, jika dinding batu tersebut sampai hancur
maka batu yang berada dibagian atas tentu akan jatuh
kebawah dan menindih tubuhmu, nah kalau sampai begitu,
niscaya badanmu akan tertindih menjadi perkedel atau paling
tidak akan membuatmu cacad seumur hidup."
Ancaman tersebut ternyata manjur sekali betul juga, Kwan
Hong tak berani menghantam dinding batu itu lagi, sekarang
dia hanya bisa mencaci maki kalang kabut.
Baru saja Bu Siau-huan hendak mempermainkan dirinya
lagi, saat itulah berkumandang suara pertempuran dari Cing
shia sancu dan Kwak Lok-khi yang makin lama bergeser makin
dekat ke situ. 769 Dengan perasaan terkesiap gadis itu segeij berseru:
"Cepat kita menyembunyikan diri kedalam gedung harta,
yayaku pasti akan marah besar
jika melihat kita berada disini, dia paling benci kalau ada
orang luar yang berhasil masuk kemari, kecuali orang orang
dari Cing shia san kami . ."
Gadis itu cukup mengetahui watak Cing shia sancu yang
dingin, kaku dan tanpa perasaan itu cepat dia menarik tangan
Liong Tian im dan diajak menerobos masuk ke dalam lorong
rahasia. Baru saja mereka berdua lenyap dibalik lorong, Kwan Lok
khi dan Cing shia sancu telah muncul disitu.
Sambil mengayunkan telapak tangannya melancarkan
semua pukulan, terdengar Kwan Lok khi berseru dengan
marah: "Bu Liong, sebenarnya kau telah apakan anakku?"
"Bukankah sudah kau saksikan sendiri, semua orang yang
kau bawa hampir sebagian besar sudah mampus semua"
Meskipun putra kesayanganmu itu belum berhasil ditemukan,
aku pikir jaraknya dengan kematian sudah pasti tak jauh lagi."
"Hmm, bila putraku sampai cedera atau mengalami suatu
hal yang tidak diinginkan, semua murid golongan iblis dari
bukit Jit gwat san bersumpah akan menumpas semua anggota
Cing shia san ini, terutama kau si bajingan tua, aku tak akan
melepaskan dirimu begitu saja."
770 "Termasuk kau sendiripun tak bisa Iolos, buat apa mesti
mengibul lebih dulu disini.," jengek Bu Liong.
Sementara suasana dalam keadaan heningnya tiba6tiba
Kwan Hong yang tersekap dalam batu cadas dapat mendengar
suara pembicaraan ayahnya diluar situ, ia tak sanggup
menahan diri lagi, segera teriaknya keras keras.
"Ayah. . ." Walaupun teriakan tersebut diutarakan dengan penuh
tenaga, namun suaranya berubah menjadi lemah didengar
dari luar, meski begitu Kwan Lok-khi dan Bu Liong sempat
mendengar pula teriakan itu dengan jelas, mereka jadi
tertegun lalu bersama sama menubruk kedepan.
"Anak Hong kah disitu ?" dengan perasaai terkesiap Kwan
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lok khi menegur: "Betul ayah aku berada disini" jawab Kwan Hong sambil
tertawa getir. Dengan suatu gerakan cepat Kwan Lok khi melompat
keatas batu cadas itu, kemudian setelah memeriksa sekejap
sekeliling tempat itu, dia bersiap siap mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menghancurkan batu cadas yang setengah
depa tebalnya. Kwan Hong yang tersekap didalamnya segera berseru
dengan perasaan gelisah: "Ayah, jangan sembarangan bergerak, bila batu tersebut
hancur, aku bakal mati tertindih."
771 Kwan Lok khi benar benar tak berani bergerak lagi, sambil
mundur ke belakang serunya dengan marah.
"Nak, kau tak usah gelisah, ayah akan mencari akal untuk
menyelamatkan dirimu !"
Pelan pelan dia membalikkan tubuhnya, mencorong sinar
berapi api dari balik matanya, dengan sinar mata yang
setajam sembilu dia menatap wajah Cing shia sancu lekat
lekat, kemudian serunya dengan penuh kebencian.
"Bu Liong, Iepaskan dia !"
Dalam pada itu, Cing shia sancu sedang mengawasi lawan
dengan perasaan tegang, seluruh pakaiannya telah
menggelembung besar, telapak tangannya disilangkan
didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang
tidak diinginkan, katanya dingin.
"Hmmm kau tak usah bermimpi disiang hari bolong !"
Kembali Kwan Lok-khi tertawa gusar.
"Putramu sudah terkena pukulan Yu leng san tian tiang ku,
dalam tiga jam kemudian bila kemudian tidak diberi obat
penawar maka dia akan tewas keracunan, sekarang lohu ingin
membicarakan beberapa syarat denganmu apakah kau
bersedia . , ." "Bagus sekali, aku memang bermaksud demikian" kata Bu
Liong dingin. Dari dalam sakunya Kwaa Lok-khi mengeluarkan sebutir pil
sebesar kacang hijau dan diletakkan diatas telapak tangannya,
kemudian sambil tertawa dingin ia berkata.
772 "Bila kau melepaskan putraku, akan kuberikan obat
penawar ini untukmu, jika persoalan ini disetujui aku segera
kembali ke bukit Jit gwat san dan sejak kini tak akan
menginjakkan kakiku di bukit Cing shia san lagi. . ."
"Sayang sekali aku tak bisa mempercayai dirimu dengan
begitu saja" jengek Ciug shia sancu dingin.
Mendengar perkataan itu, Kwan Lok khi menjadi gusar
sekali. "Kau boleh mengundang putramu datang ke mari, kita
bicarakan bersama sama !"
Kebetutan Bu Cing peng sedang munculkan diri disitu,
mukanya pucat dan tubuhnya sempoyongan, kalau dilihat dari
keadaan tersebut, jelas luka dalam yang dideritanya cakap
parah. Dengan kening berkerut Cing shia sancu berseru.
"Cing Peng... mengapa kau tidak kembali untuk merawat
lukamu. ." Bu Cing peng tertawa getir.
"Aku merasa tidak tega, apalagi Siau huan juga turut
masuk kemari. ." "Apa?" paras muka Cing shia sancu berubah menjadi dingin
seperti es, lalu serunya lebih jauh dengan gusar, "budak ini
makin lama semakin tak karuan, sampai-sampai ucapanku
juga tak mau dituruti, hmm, dia sudah kelewat kumanja sejak
kecil hingga begitu jadinya, dia mesti diberi pelajaran dengan
sebaik baiknya!" 773 Agaknya dia sangat menguatirkan pula keadaan luka yang
diderita Bu Cing-peng, seraya berpaling tanyanya lagi:
"Bagaimana dengan lukamu " Apakah sewaktu bernapas
terasa berat, kepala menjadi berat dan kaki menggigil?"
Bu Cing peng menarik napas panjang, kemudian
mengangguk: "Benar, dendam sebuah pukulan ini pasti akan kutuntut
balas . . ." "Huh, kau tak usah berlagak sok jagoan." ejek Kwan Lokkhi
sinis, "dengan mengandalkan sedikit kepandaianmu itu,
aku masih tidak memandang sebelah matapun, seandainya
kau benar benar merasa tidak puas, boleh saja mendatangi
bukit Jit gwat san untuk mencariku."
"Lebih baik kita mencoba dulu sekarang juga," tantang Bu
Cing-peng sambil melintangkan pedangnya di depan dada.
Bu Liong segera berpaling dan melotot ke arahnya, buru
buru Bu Cing peng menutup mulutnya kembali.
Pelan pelan Cing shia sancu mengalihkan kembali sorot
matanya dan melirik sekejap pil ditangan Kwan Lok khi,
kemudian katanya: "Baiklah Kwan Lok-khi, aku mengabulkan permintaanmu itu
. . ." "Lepaskan dulu putraku !" seru Kwan Lok-kbi saoabil
tertawa dingin. 774 "Hmm, akal bulusmu kelewat banyak aku tak bisa
mempercayai dirimu dengan begitu saja" kata Cing shia sancu
sinis "kau harus berikan pil pemunah itu untuk putraku lebih
dulu, kita nantikan bagaimana reaksinya, asal pil mu benar,
aku baru akan melepaskan putramu."
"Bajingan tua, dendam sakit hati ini tak akan kulupakan
untuk selama lamanya . . ." sumpah Kwan Lok khi menahan
geram. Dengan gusar dia melotot sekejap ke arah Bu Cing peng,
kemudian menyentilkan pil tersebut ke depan.
Bu Cing peng segera menerimanya dan buru buru ditelan,
tak selang berapa saat kemudian keringat dingin telah
bercucuran keluar membasahi seluruh tubuhnya, penyakit
yang di deritanya segera berkurang dan menuju
penyembuhan. . . Melihat itu, sambil tertawa terbahak bahak Bu Liong
berkata: "Orang she Kwan, untuk kali ini kulepaskan dirimu, tapi
kalau dikemudian hari putra mu masih saja tak tahu diri,
jangan salahkan kalau akupun tak kenal sungkan. ."
Dia menepuk pelan keatas dinding gua, diiringi serentetan
suara keleningan yang aneh batu batu cadas tersebut secara
otomatis bergerak kembali ke tempat asal mulanya, begitu
sempurna alat rahasia tersebut membuat Kwan Lok-khi
sendiripun diam-diam merasa kagum.
(Bersambung jilid ke 19) 775 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 19 SAMBIL MELOMPAT KELUAR DARI kurungan, Kwan Hong
segera berseru: "Ayah, perlukah kita melanjutkan terjangan menuju ke
gudang harta tersabut?"
Kwan Lok khi hanya tertawa dingin tiada hentinya, sambil
mengulapkan tangan, tanpa mengucapkan sepatah katapun
dia melompat ke depan menuju keluar lorong rahasia
tersebut. Kwan Hong menjadi tertegun setelah menyaksikan tingkah
laku ayannya, namun dia-pun tidak banyak berbicara lagi,
buru buru tubuhnya bergerak menyusul di belakang ayahnya.
776 Dari dalam gua tersebut hanya terdengar suara gelak
tertawa Cing shia sancu yang amat nyaring.
Setelah tertawa, Bu Liong berkata:
"Cing peng, aku hendak menengok bocah itu, kau
pulanglah duIu!" tubuhnya berkelebat lewat dan lenyap dibalik
lorong rahasia. Cahaya mutiara dalam ruangan bagaikan sinar api,
menerangi hampir seluruh ruangan disekitar sana. . .
Dalam ruangan besar yang berkilauan itu penuh dengan
berserakan aneka macam barang berharga seperti intan
permata, zamrud, batu manao, mutiara dan lain sebagainya.
Bu Siau-huan meski sudah menanjak dewasa,
bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis remaja, sambil
memainkan seuntai mutiara ujarnya dengan wajah berseri:
"Semua perhiasan ini akan kugunakan sewaktu aku
menikah nanti. . ." Terhadap perkataan gadis itu. Liong Tian im seolah olah
tidak mendengarnya sama sekali, sinar matanya sedang
tertuju pada sebuah genta emas yang maha besar diruang
sebelah. Genta tersebut berwarna hitam pekat, oleh karena itu tak
dapat memancarkan sinar keemasan yang menyilaukan mata,
yang nampak hanya selapis kabut cahaya emas yang tipis dan
membumbung ke angkasa. Dengan termangu-mangu pemuda itu mengawasi genta
emas tersebut tanpa berkedip, lalu gumamnya:
777 "Genta emas pelenyap irama, akhirnya aku berhasil melihat
dirimu." Tak terlukiskan rasa sedih dalam hatinya bila teringat
kematian yang mengenaskan dari orang tuanya gara-gara
genta tersebut, dengan air mata mengembang dimata, tanpa
sadar dia berjalan menghampiri genta emas pelenyap irama.
"Jangan masuk kesitu!" tiba-tiba Ba Siau huan menjerit
kaget dengan suara lengking.
Dengan perasaan bimbang dan penuh penderitaan Liong
Tian im mendusin kembali dari lamunannya, dia berpaling
seraya bertanya: "Mengapa?" Agak tertegun Bu Siau huan sewaktu melihat lelehan air
mata diwajah pemuda itu, dengan cepat dia memburu kemuka
lalu bisiknya: "Disitulah yayamu menyimpan harta pusakanya, segenap
kitab pusaka ilmu pedangnya di simpan disana, bila kau
melangkah masuk ke situ maka semua alat jebakan yang
berada di sini akan bergerak serentak, tak seorang manusia
pun yang bisa melawan serangan panah racun berantai serta
obat musik membakar tubuh yang maha dahsyat tersebut.. ."
"Tidak, aku harus masuk dan melihat genta emas pelenyap
irama itu." ujar Liong Tian im.
Kembali Bu Siau huan menggelengkan kepalanya.
"Yaya ku paling pantang kalau ada orang memasuki tempat
ini, bahkan aku pun tak berani, bila kau bersikeras hendak
778 masuk kesitu terpaksa aku harus bersiap siap menerima
teguran dan dampratan dari yaya."
Tampaknya sigadis seperti enggan menampik keinginan
Liong Tian im, sambil menggigit bibir dia menekan sebuah
tombol diatas pintu batu tersebut, lalu ujarnya:
"Semua alat jebakan yang berada di dalam ruangan rahasia
itu sudah kuhilangkan, sekarang masuklah . .."
Sebenarnya Liong Tian im merasa agak sungkan, akan
tetapi daya tarik dari genta emas pelenyap irama itu kelewat
besar sehingga akhirnya dia tak sanggup menahan diri dan
buru buru masuk ke dalam.
Akan tetapi dari atas genta emas pelenyap irama itu dia
hanya berhasil menjumpai huruf huruf Hindu yang tak dikenal
olehnya, kon ttn saja kejadian mana membuat hatinya merasa
sangat kecewa. "Aku benar benar tak habis mengerti" demikian ia berpikir,
"mengapa para jago dalam dunia persilatan memandang
tinggi nilai dari genta emas ini" Bahkan mereka tak segan
segannya mengorbankan diri, mengorbankan anak muridnya
hanya disebabkan genta seperti ini..."
Segera diangkatnya senjata patung Kim mo sin jin tersebut
dan diketukkan pelan ke atas genta emas pelenyap irama
tersebut, alhasil sama sekali tidak suara yang bergema akibat
benturan itu. Sementata dia masih berdiri tertegun, mendadak dari atas
tubuh genta yang berwarna hitam pekai itu muncul dua belas
buah lukisan yang berbentuk aneh sekali.
779 Liong Tian im merasa sangat keheranan, ia menyaksikan ke
dua belas buah gambar itu mirip sekali dengan gaya
seseorang manusia. Sementara pemuda itu keheranan, tanpa terasa ke dua
belas gaya manusia yang tertera di atas pemukaan genta
itupun diingatnya ke dalam benak.
Begitu senjata patung Kim mo sin jin ditarik kembali
mendadak ke dua belas buah gambar yang berada
dipermukaan genta itupun turut lenyap tak berbekas.
Kenyataan ini semangkin mengherankan hatinya, diam
diam dia berpikir: "Heran, apa sebabnya begitu" Apakah terpengaruh dari
senjata Kim mo sio jin ini maka gambaran tersebut baru
muncul secara tiba-tiba" Tetapi kejadian ini tak mungkin bisa
terjadi, benar benar suatu peristiwa yang tak masuk diakal."
Sementara Liing Tian-im masih berdiri termangu-mangu,
dalam ruangan batu itu setiap bertambah dengan seseorang.
Tak terkirakan rasa marah Cing shia sancu ketika melihat
Liong Tian im telah memasuki ruangan penyimpanan harta
pusakanya, bulu dan rambutnya hampir berdiri semua
menahan geram hatinya, dengan mata berapi api diam diam ia
menyumpah: "Siau huan si budak sialan ini benar benar tak tahu diri,
berani benar ia mengajak keparat itu memasuki gudang harta,
rupanya akulah yang kelewatan memanjakan dia sehingga dia
jadi rusak" 780 Waktu itu, Bu Siau huan berdiri di depan genta emas
berjajar dengan Liong Tian im, sedemikian asyiknya mereka
disitu sampai sampai tak mereka sadari kehadiran Cing shia
sancu di belakang tubuh mereka berdua.
"Hmmm . ." dengusan dingin yang menyeramkan
mendadak menyambar diangkasa, "Siau huan !" tegur Cing
shia sancu marah.
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan tubuh gemetar keras dan wajah ketakutan Bu Siau
huan membalikkan badannya sambil berbisik:
"Yaya . . !" "Siapa suruh kau datang kemari . . ." Meskipun Bu Siau
huan disayang dan dimanja oleh Cing shia sancu, akan tetapi
gadis itu menaruh perasaan hormat dan jeri terhadap
kakeknya, apalagi setelah dilihatnya kakek itu
menghampirinya dengan wajah penuh kegusaran, tanpa sadar
dia mundur beberapa langkah dengan penuh ketakutan . ..
"Aku . . aku . ."
Liong Tian im merasa sedih sekali karena menyaksikan Bu
Siau huan di damprat gara gara dia, dengan cepat ia maju dua
langkah kemuka, kemudian setelah memberi hormat katanya:
"Sancu, harap kau jangan mendamprat Siau huan,
kesemuanya ini berasal dari idee ku, jadi kalau kau ingin
mendamprat, silahkan mendamprat diriku saja, boanpwe tak
akan mendendam kepada Sancu. ."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Cing shia sancu,
tegurnya kemudian: 781 "Mengapa kau datang kemari . . . "
Liong Tian im agak tertegun, sahutnya kemudian.
"Boanpwe hanya terdorong rasa ingin tahu saja."
Setajam sembilu sorot mata Cing-shia sancu yang
mengawasi wajah Liong Tian im, seolah olah dia bermaksud
hendak menembusi rahasia hatinya saja, selang sesaat
kemudian, sancu itu baru berkata dengan suara dalam.
"Perkataanmu itu bukan alasan ! Kau harus tahu,
jangankan orang asing, bahkan putra ku sendiripun tak berani
sembarangan memasuki gudang harta ini tapi kau, kau telah
memaksa cucu perempuanku untuk mengajakmu kemari, hal
ini membuktikan kalau kedatanganmu di bukit Cing shia ini
memang ada tujuan tertentu."
"Yaya, akulah yang mengajaknya kemari kau jangan
menyalahkan dia," kata Bu Siau-huan sambil menggelengkan
kepalanya berulangkali. "Tutup mulutmu!" bentak Cing shia sancu sambil
mendengus dingin "disini tak ada urusan lagi!"
Lalu setelah melirik sekejap kearah Liong Tian im, dengan
wajah dingin, serunya: "Ayo bicara ! sebenarnya apa yang kau inginkan dengan
kedatangankanmu kemari ?"
Diam-diam Liong Tian im menghela napas panjang,
pikirnya: 782 "Aaai, aku memang suka banyak urusan, mengapa justeru
memasuki tempat seperti ini" sekarang sancu sedang marah,
bahkan Siau huan pun kena didampratnya, ya semoga saja
sancu jangan mendampratnya lagi, biarlah segala sesuatunya
kutanggung sendiri Maka tanpa sangsi lagi dia berkata: "Sancu
kedatangan boanpwe disebabkan genta emas pelenyap irama
tersebut." "Apa " Karena genta emas pelenyap irama?" paras muka
Cing shia sancu berubah hebat "Dari mana kau bisa tahu kalau
genta tersebut berada di gudang penyimpan Sunli?"
Sekali lagi Liong Tian im menghela napas panjang.
"Sebelum boanpwe datang kemari, aku sama sekali tak
tahu kalau Genta emas pelenyap irama tersimpan disini, tapi
sejak kemunculan Kwan Lok khi, ketua dari kaum sesat itu,
boanpwe baru tahu . .."
Dengan suara keras Cing shia sancu rnenukas.
"Katakan ! Apa hubunganmu dengan genta emas pelenyap
irama ?" Nada suaranya dingin seperti es, dan lagi sikapnya amat
mendesak dan menekan, membuat orang sukar untuk
mempertahankan diri. Akan tetapi Liong Ttan im enggan mencari keributan
dengan manusia golongan putih seperti int, maka sambil
menahan diri kembali ia menghela napas panjang.
"Ai . . sancu, boanpwe pun tak perlu mengelabuhi dirimu
lagi sesungguhnya genta emas pelenyap irama ini merupakan
783 benda milik keluarga boanpwe, orang tuaku justru mati gara
gara eenta emas ini . ."
"Haaah Ha ha ha .." seusai mendengar perkataan itu, Cing
shia sancu tertawa tergelak dengan kerasnya, "Tak terhitung
jumlah manusia yang tewas gara gara memperebutkan genta
emas pelenyap irama ini, benda mestika tersebut pada
dasarnya merupakan benda tidak bertuan, darimana kau bisa
mengatakan kalau benda itu merupakan barang keluargamu."
Tapi kemudian ia berseru tercengang dan berkata :
"Tapi masa ada kejadian seperti ini?"
"Genta emas pelenyap irama ini mempunyai irama kaitan
yang erat sekali dengan riwayat boanpwe harap sancu jangan
menertawakan.." Cing shia sancu segera tertawa dingin.
"Didalam gudang harta ini, kecuali pun sancu dan beberapa
orang tertentu, orang lain dilarang memasukinya. orang yang
boleh masuk kemari haruslah keluarga dari kami, kini kau
telah melanggar pantangan besarku, dan aku tak dapat
mengampuni dirimu lagi."
"Ooh yaya, kau jangan menyalahkan dia." pinta Bu Siau
huan amat sedih. "kesemuanya ini adalah kesalahanku.."
Tapi sambil membusungkan dada Liong Tian ini segera
menyambung: "Boanpwe bersedia menerima hukuman dari sancu."
784 "Kau jangan menyesal, hukumanku amat berat sekali. . ."
Baru saja Liong Tian im hendak menyahut, tiba tiba Bu Siau
huan mencegahnya berbicara seraya berseru:
"Liong, kau tak boleh menerimanya. . ."
Sambil tertawa dingin Cing sbia sancu berseru Iagi.
"Aku hendak membunuhmu dengan tanganku sendiri,
itulah hukuman yang akan kujatuhkan atas dirimu . ."
Liong Tian im menjadi tertegun, dia tak menyangka kalau
Cing shia sancu dapat mengucapkan kata kata seperti itu.
Sebagai seorang pemuda yang keras kepala, sejak kecil ia
sudah dibesarkan dalam lingkungan hidup yang kejam, ia
sudah terbiasa menerima siksaan dan penghinaan sehingga
menyebabkan pikirannya agak cupat, begitu mendengar kalau
Cing shia sancu hendak membunuhnya, suatu hawa amarah
yang terpendam dalam dadanya segera muncul kembali dan
menghiasi raut wajahnya . .
Sambll tertawa dingin dia lantas berseru: "Jadi kau
bertekad hendak membunuhku ?"
"Inilah satu satunya jalan yang bisa kutempuh" ucap Cing
shia sancu menegaskan, "bila kabar tentang genta emas
pelenyap irama ini sampai tersiar dalam dunia persilatan, bukit
Cing shia tak pernah bisa tenang untuk selamanya, tadi aku
harus membunuhmu untuk membungkamkan saksi . ."
Bu Siau huan membelalakkan matanya lebar lebar, hampir
saja dia tak percaya kalau kakeknya dapat mengucapkan
perkataan yang begitu keji dan tidak mengenal
785 perikemanusiaan, saking gelisahnya tanpa terasa dua titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
"Oooh yaya, kau sungguh kejam..." keluhnya.
"Keluar kau dari sini!" bentak Cing shia sancu dengan
gusar. Cepat Bu Siau huan menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Kecuali kaupun membinanakan diriku." katanya, "aku akan
sehidup semati dengan Liong, bagaimana dia mati bagaimana
pula aku mati, yaya, harap kan sudi memberi kepuasan untuk
kami berdua." "Mengapa kau harus berbuat demikian?" seru Cing shia
sancu dengan wajah tertegun.
Dengan penuh perasaan duka Bu Siau huan melelehkan air
matanya dengan deras, sahutnya dengan suara gemetar:
"Aku cinta kepadanya, aku ingin selalu berada bersamanya.
" Liong Tiau im merasakan hatinya bergetar keras, dia tidak
menyangka kalau Siau huan begitu mencintai dirinya, dia
hanya merasa tat toi se"andacg untuk mendampingi gadis
yang anggun tersebut, saking kaget dan tercengangnya untuk
sesaat pemuda itu hanya berdiri kaku ditempat berdiri sambil
memandang ke arahnya dengan wajah tertegun.
Lebih lebih Cing shia sancu, mimpi pun dia tak pernah
menduga sampai kesitu, tubuhnya segera berdiri tegak seperti
786 patung mukanya tertegun sementara hatinya seperti dihantam
dengan sebuah martil raksasa yang amat berat.
Lama kemudian dia baru mundur dengan sempoyongan lalu
serunya agak gemetar: "Kau... mengapa kau mencintai seorang gelandangan
seperti dia" Mengapa kau bisa mencintai seorang
pengembara..?" "Yaya!," seru Bu Siau huan dengan wajah serius. "Cinta
tidak membagi tingkatan, cinta tidak membagi tingkatan
hidup, yang diperlukan kecocokan hati,."
"Tidak boleh!" bentak Cing shia sancu seraya mendengus
marah, "keluarga Bu adalah keluarga terhormat keluarga
ternama yang sudah turun temurun memimpin dunia
persilatan, kau harus kawin dengan seorang pria dari
tingkatan sosial yang memadahi, Siau huan. selamanya jangan
harap kau bisa mendampinginya..."
Liong Tian im merasakan hatinya amat kecut
pandangannya seraya kabur dan kosong, seluruh keangkuhan
dan kekerasan hatinya yang dilatih dimasa lalu kini pudar dan
musnah tak berbekas, tubuhnya serasa sempoyongan, dengan
putus asa dan rendah diri mencekam seluruh perasaannya.
Ia merasakan pukulan batin yang terlampau berat, meski
ruangan itu disinari aneka mutu manikam yang mahaI
harganya tapi merasa semuanya tak bersinar lagi.
Setelah menghela napas dengan penuh kesedihan, bisiknya
lirih: 787 "Siau huan, ucapan yayamu memang benar, kita berasal
dari tingkat sosial yang berbeda, aku tak sepadan untuk
mendampingimu, sela pil ikatan dan penyekat yang teiwujud
telah memisahkan kita dalam dua arah yang berlawanan tidak
pantas aku mendampingimu. ."
"Tidak," jerit Bu Siau hutn dengan kaget, "aku tak butuh
tingkat kedudukan, aku tidak butuh nama besar, aku hanya
menginginkan kau, Liong, harap kau jangan mengucapkan
kata-kata seperti itu, asal kita sama sama mencintai yang lain,
tiada kekuatan lain yang dapat memisahkan kita berdua. ."
Ucapannya amat memilukan hati sementara air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya, sungguh membuat orang
merasakan terharu dan ikut bersedih hati, Liong Tian-im
hanya bisa menghela napas dia hanya dapat membungkam
dalam seribu bahasa. "Baik." seru Cing shia sancu kemudian sambiI tertawa
seram "kau bilang tiada kekuatan yang dapat memisahkan
kalian " sekarang juga aku akan memisahkan kalian berdua."
Dia berdiri ditengah tengah antara kedua orang itu,
kemudian menyentilkan jari tangannya ke arah pintu.
"Tang tang !" diiringi bunyi keleningan pintu terbuka lebar
dan muncul dua orang lelaki berbaju hitam yang berdiri
dengan sikap hormat di sana.
"Hantar nona keluar dari sini." perintah Cing shia sancu
dingin. 788 "Baik." sahut dua orang lelaki itu bersama, dua buah
lengan yang kuat dengan cepat menyambar lengan Bu Siau
huan kemudian menyeretnya keluar dari sana.
Sekuat tenaga Bu Siau huan berusaha meronta dan
melepaskan diri dari cekalan, namun ia tak berhasil dengan
usahanya itu, serunya kemudian dengan suara gemetar:
"Yaya lepaskan aku. . ."
Tapi ia diseret terus meninggalkan ruangan itu.
Baru berjalan lima enam langkah, gadis itu berpaling lagi,
sambil berteriak. "Liong, nantikanlah aku, aku pasti akan bersama dirimu . ."
Liong Tian im hanya merasakan pandangan matanya kabur,
telinganya didengungkan terus oleh perkataan Bu Siau huan
yang memilukan hati itu, hatinya sakit seperti tercabik cabik
menjadi berapa potong. Akhirnya sambil menghela napas sedih dia bergumam.
"Biarkan cinta kasih kami berubah menjadi kenangan manis
saja.." Paras mukanya kembali berubah, serunya kemudian
angkuh: "Sancu, silahkan turun tangan . ."
Cing shia sancu tertawa dingin. sambil menuding genta
(emas pelenyap irama katanya:
789 "Kalau toh kedatanganmu kemari disebabkan genta emas
pelenyap irama, aku akan memenuhi keinginanmu itu, akan
kubiarkan kau tetap tinggal disini menemani genta emas
pelenyap irama tersebut, kau boleh memilikinya dan
mendampinginya selama hidup, tapi kau harus tahu seluruh
ruangan ini penuh dengan alat rahasia, jangan harap kau bisa
meninggalkan ruangan ini, bila pintu gerbang sudah kntutup
nanti, semua alat rahasia akan mulai bekerja dan tertuju
kepada dirimu, bila kau tidak bergerak secara sembarangan.
mungkin kau masih dapat hidup selama beberapa hari lagi,
paling paling kau cuma mati kelaparan belaka. . ."
"Mengapa kau tidak membinasakan saja diriku?" seru Liong
Tian im dingin. "Heehh. . heeh. . hee. . kau tidak pantas." jengek Cing-shia
sancu sambil tertawa dingin.
Liong Tian im termenung dan berpikir sebentar, kemudian
sahutnya: "Baik, harap kau sampaikan kepada Bok toako bahwa aku
sudah turun gunung, harap dia pulang sendiri bila matanya
telah sembuh, dengan begitu dia tak usah memikirkan tentang
diriku lagi." Cing-shia sancu manggut manggut.
"Aku dapat menyampaikan hal ini padanya.
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selesai berkata ia lantas melompat keluar dari ruangan itu,
kemudian terdengar suara gemerincing nyaring menggema
diseluruh ruangan. tiba tiba diri atas langit langit ruangan
muncul sebuah pintu baja yang amat besar menyumbat pintu
790 rahasia mana dan menyekap Liong Tian im dalam ruangan
tersebut. Dengan sedih Liong Tian im menghela napas panjang,
memandang genta emas pelenyap irama itu, dia hanya bisa
membungkam dalam seribu bahasa diambilnya patung Kim mo
sin jin dan diketuknya lagi genta tersebut pelan, lalu
gumamnya: "Selama hidup aku akan mendampingi dirimu."
Kali ini perasaan hatinya benar benar Mo" bang dan
kosong, bahkan semangat yang semula muncul dalam hatinya
tadi, kini sudah lenyap tak berbekas, dalam benaknya selain
muncul bayangan wajah Bu Siau huan yang sedani tersenyum,
ia tak bisa membayangkan yang lain.
Dia sama sekali tidak membenci Cing-shia sancu, dia hanya
membenci diri sendiri. membenci kegegabahan sendiri hingga
sembarangan menginap rahasia orang lain.
Mendadak diatas tubuh genta emas pelenyap irama itu
muncul kembali ke dua belas lukisan aneh tersebut, kemudian
segulung ke kuatan yang aneh pula menarik perhatian Liong
Tian im untuk memperhatikan lukisan mana lebih seksama.
Akhirnya dengan wajah tertegun dia berpikir:
"Sesungguhnya lukisan lukisan tersebut melambangkan apa
" Bagaimana juga aku toh tak bisa keluar lagi dari sini,
mengapa tidak ku manfaatkan kesempatan yang ada untuk
menyelidiki lukisan lukisan aneh tersebut " Aiaaa tampaknya
seperti semacam ilmu silat" Kemudian sambil tertawa getir dia
melanjutkan: 791 "Ilmu silat .. haaah .. haaah . . haaaah . . sekali pun aku
berhasil memiliki ilmu silat yang tangguh lalu apa gunanya"
Toh pada akhir nya aku bakal mati kelaparan disini aaai . , ,
tadi mengapa aku tidak nekad untuk beradu jiwa saja
dengannya " Buat apa aku mesti memilih siksaan hidup
semacam sekarang ini . . ."
Dia duduk dilantai sambil memejamkan matanya rapat
rapat, dalam benaknya penuh dengan persoalan ia teringat
kembali semua peristiwa yang telah dialaminya selama ini.
Tapi lambat laun semua kenangan itu makin lama semakin
hambar, sebagai gantinya ke dua belas macam lukisan aneh
tersebut muncul kembali di dalam benaknya.
Mendadak dia mengangkat lengannya kemudian menirukan
gerakan gerakan tersebut tanpa sadar, dalam waktu singkat
kedua belas macam lukisan itu muncul lagi dalam benaknya,
Begitulah, tanpa pemuda itu sadari, dia telah berlatih dengan
tekun gerakan gerakan aneh yang diperolehnya dari dua belas
lukisan aneh tersebut. Waktu berlalu dengan cepat, entah berapa saat sudah
lewat ketika secara tiha tiba pemuda itu menangkap
serentetan suara yang sangat aneh, pelan pelan dia membuka
matanya kembali, seorang perempuan setengah umur tahu
tahu sudah muncul dihadapannya.
"Apakah Lim cianpwe ?" Liong Tian im menegur lirih.
"Siau.. Siau huan telah menceritakan kejadianmu
kepadaku." bisik Lim Siok hoa lirih, "kini aku telah menutup
kembali semua alat jebakan yang berada disini, cepatlah kabur
meningaalkan tempat ini, toakomu ,sedang menantikan dirimu
disana." 792 "Apakah sepasang mata toakoku telah sembuh?" tanya
Liong Tian im cepat. Dengan gelisah Lim Siok hoa menukas:
"Waktu tidak mengijinkan kepada kita untuk banyak
berbicara setelah meninggalkan tempat ini kau akan
mengetahui segala galanya, sekarang kita harus secepatnya
pergi meninggalkan tempat ini, hati hati kalau sampai
diketahui sancu . . ."
Liong Tian im menengok sekejap gua yang muncul di
belakang tubuhnya, buru buru dia bangkit dan berseru sambil
menjura: "Lim cianpwe, terima kasih atas bantuanmu dan Siau huan,
aku pergi dulu." sekarang dia sudah tahu kalau waktu
mendesak dan kesempatan baik hanya tersedia sebentar saja,
cepat cepat dia melompat bangun dan meninggalkan tempat
itu. Dari belakang tubuhnya dia hanya mendengar suara helaan
napas sedih dari Lim Siok-hoa .. .
Liong Tian im berlari kencang kedepan, tak selang berapa
saat kemudian dari depan sana tampak cahaya terang yang
mencorong masuk ke dalam, ketika ia mendongakkan
kepalanya, ternyata dia sudah keluar dari bukit Cing shia,
didepan gua tersebut tampak Jago pedang buta Bok Ci sedang
berdiri menanti. "Toako, kau sudah sembuh!" segera teriaknya.
793 Jago pedang buta Bok Ci menggenggam tangannya erat
erat, lalu berkata, "Adik Liong, kau adalah adik Liong ku."
Mereka berdua saling berpelukan dengan gembira, sampai
lama sekali tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Akhirnya Jago pedang buta Bik Ci menarik napas panjang
panjang ditatapnya seluruh wajah Liong Tian im dengan
seksama, kemudia mengangkat kepala dan tertawa terbahak
bahak. "Haaahh haaah haaah akhirnya aku dapat melihat kembali
jagad raya ini, adik Liong sungguh tak kusangka kalau
wajahmu begini tampan, sekarang kita boleh baik-baik saling
memandang. "Toako, mengapa aku mesti terburu napsu." kata Liong
Tian im sambil tertawa. Dengan wajah serius jago pedang buta Bok Ci berkata:
"Adik Liong, kau tidak mengerti bagaimanakah perasaan
orang buta, seorang yang sudah lama hidup dalam kesepian,
betapa mengharapnya dia melihat segala sesuatu didunia ini,
tapi sebelum terbit terang tentu harus melewati kegelapan
sekarang aku sudah memahami arti dari perkataan itu, kita
harus membuat suatu karya besar didalam dunia persilatan."
Kedua orang itu saling berpandangan dan tertawa terbahak
bahak, kemudian berlalu dari sana.
Baru saja kedua orang itu lenyap dari pandangan mata, Lim
Siok hoa serta Bu Cing peng telah muncul dari balik batu
cadas, Bu Cing peng menarik napas panjang panjang
kemudian berkata agak emosi:
794 "Siok hoa, bukankah dahulu kita pun seperti mereka juga
.." Lim Siok hoa menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tidak keberatan jika Siau huan bergaul bersama Liong
Tian im .. ." Mendadak ucapannya terhenti sampai di tengah jalan.
Cing sia sancu dengan ujung baju yang berkibar terhembus
angin telah melayang turun dari tengah udara ditatapnya Bu
Cing peng sekejap lalu tegurnya dingin.
"Mana Siao huan ?"
"Bukankah dia berada dalam kamarnya ?" tanya Lim Siok
hoa keheranan. Cing shia sancu mengeluarkan secarik kertas surat dan
disodorkan dihadapan perempuan, itu sambil berseru:
"Coba kalian peiiksp sendiri..."
Ketika surat itu dibentang, maka terbacalah isinya yang
berbunyi demikian: "Aku telah pergi, biar sampai diujung langit pun akan kucari
Liong, kalian tak usah mencariku lagi, suatu ketika aku akan
kembali, waktu itu aku pasti sudah menjadi suami isteri
dengan Liong, aku mencintainya timbul karena "cinta" ku yang
suci dan murni ! Aku tak ambil perduli apapun yang terjadi,
aku hanya takut sehari pun aku tak bisa berpisah dengannya.
harap kalian jangan teringat terus denganku selama berada
dalam dunia persilatan, aku tetap akan menjaga peraturan
795 yang berlaku dibukit Cing sia, aku akan mencari Liong sampai
dapat. ." Membaca sampai disini, seluruh badan Lim Siok hoa
gemetar keras, gumamnya kemudian:
"Aai, bocah ini benar benar kelewat menuruti napsu. ." Bu
Cing peng pun mendepak depakkan kakinya berulang kali
karena gelisah, serunya: "Ayah, paling penting kita harus mencari Siau huan, harap
kau orang tua kembali dulu, aku dan Siok hoa akan menyusul
ke bawa bukit, siapa tahu masih sempat untuk menyusulnya
kembali." Cing shia sancu menghela napas panjang, "Aaaai, dia masih
seorang bocah, masih terlalu tak tahu urusan . . ."
"Aku tahu ayah, aku tak akan menyalahkan dia. . ."
"Mari kita segera berangkat." dengan cemas Lim Siok-hoa
berseru keras "bila ada persoalan, lebih baik kita bicarakan
sekembalinya ke rumah saja..."
Tanpa membuang banyak waktu lagi, kedua orang itu
segera melompat pergi ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap
dibalik pepohonan yang lebet sana.
Matahari senja biru saja menarik kembali sinarnya yang
indah, awan kelabu telah menyelimuti angkasa, dalam remang
renangnya cuaca, angin berhembus silir semilir,
menerbangkan dedaunan menguning yang telah kering.
796 Suara derap kaki kuda yang kencang bergema
memecahkan keheningan dan mengetuk setiap orang.
Beberapa ekor burung terbang kembali ke sarangnya,
melewati hadapan sepasang lelaki perempuan yang sedang
menempuh perjalanan dengan menunggang kuda.
Bu Cing peng mendongakkan kepalanya memandang
sekejap keadaan cuaca, lalu katanya.
"Siok hoa, jangan gelisah, Siau huan meski kecil umurnya,
dia adalah seorang nona yang pintar, tak nanti akan terjadi hal
hal yang tak diinginkan sepanjang jalan."
Setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Sepanjang jalan mengejar hingga kini, meski kita tak
berhasil menemukan jejak Liong Tian im serta Siau huan, tapi
ada satu hal yang perlu kita perhatikan, aku seperti merasa
ada orang yang secara diam diam mengikuti kita berdua."
Ehmm, akupun berperasaan demikian" Lim Siok-hoa
membenarkan "Sudah puluhan tahun lamanya kau berkelana
didalam dunia persilatan, kau lebih mengerti pula tentang
berbagai persoalan yang terjadi didalam dunia persilatan,
menurut pendapatmu apa yang bakal terjadi." katanya
kemudian. Bu Cing peng menarik napas panjang-panjang, kemudian
menyahut: 797 "Sekarang, kita toh belum tahu siapakah musuh kita itu
bagaimana mungkin bisa mengetahui apa gerangan yang telah
terjadi." Sorot matanya yang tajam memandang sekejap kesekeliling
tempat itu, kemudian setelah tertawa dingin terusnya:
"Heeeh, heeeh heeeh seandainya sobat yang tidak
memandang sebelah matapun kepadaku itu berani mencari
gara gara, aku Bu Cing peng dari bukit Cing shia terpaksa
akan memberikan sedikit pelajaran kepadanya."
Suaranya yang sengaja diucapkan dengan nada tinggi
melengking itu segera menggema di seluruh angkasa.
Lim Siok hoa tertegun dia melirik sekejap kearah hutan
sebelah kiri dengan wajah tercengang, tapi dengan cepat ia
dapat memahami apa yang diinginkan Bu Cing peng. .
"Haah... haahh... haahhh" tiba-tiba saja dari dalam hutan
datang berkumandang suara gelak tertawa yang seram.
OdOo^ O^o^oo Berbareng dengan menggemanya suara gelak tertawa
tersebut, seorang kakek bertubuh ceking pelan pelan berjalan
keluar dari balik hutan, dia menjura kepada Bu Cing peng,
kemudian katanya: "Apakah saudara baru saja turun dari bukit Cing shia?"
"Benar," jawab Bu Cing peng dingin, "apakah lotiang ada
sesuatu petunjuk ?" Kakek berjenggot hitam itu tertawa terbahak bahak.
798 "Haah, haah, haah memberi penunjuk sih tidak berani, aku
hanya ingin membicarakan tentang sesuatu dengan saudara."
Kemudian sambil mengulapkan tangannya tanda
mempersilahkan. "Silahkan masuk kerumahku untuk berbincang bincang,"
Tanpa banyak bicara lagi dia membalikkan badan dan
segera berlalu dari situ dengan kecepatan luar biasa. .
Bu Cing peng tertegun, baru saja dia hendak menegur, Lim
Siok noa telah menyodok tubuhnya sambil memberi tanda
agar jangan banyak berbicara . .
Kakek aneh yang gerak geriknya jauh diri kebiasaan itu
bergerak ke depan dengan kecepatan luar biasa, dalam
sekejap mata saja dia sudah berada belasan kaki jauhnya dari
tempat semula. Bu Cing peng dan Lim Siok hoa pun tidak banyak berbicara,
mereka hanya mengikut terus dibelakangnya dengan mulut
terkunci. Kurang lebih setengah li kemudian di depan mata mereka
muncullah sebuah bangunan gedung yang besar sekaIi.
Di depan gedung besar tersebut terpancang sebuah papan
nama yang bertuliskan: BU LIM TIT IT KEH" Lima hurup besar itu terbuat dari emas murni dan
memancarkan sinar yang berkilauan, sungguh besar sekali
lagaknya. 799 Dengan perasaan terkesiap Bu Cing peng segera berpikir.
"Entah siapakah tuan rumah gedung ini. Dia berani
menyebut gedungnya sebagai Rumah nomor wahid dikolong
Iangit, berarti ilmu silatnya paling tidak bisa diandalkan
padahal jagoan lihay dalam dunia persilatan sangat banyak,
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
toh tak seorang pun yang berani menyebut rumahnya sebagai
Bu lim tit it keh . . .."
Belum habis dia berpikir, mendadak kakek itu berpaling
sembari berkata: "Silahkan kalian berdua mengikuti lohu masuk kedalam
gedung untuk minum teh!"
"Tolong tanya, siapakah nama lo sianseng" "tanya Bu Cing
peng sambil menjura. Kakek itu berpaling dan memandang sekejap kearah papan
nama yang bertuliskan BU LIM TiT IT KEH itu, kemudian
setelah termangu mangu beberapa saat, sahutnya dingin:
"Hongpo Ling hong!"
Begitu mendengar nama tersebut Bu Cing-peng segera
merasakan hatinya bergetar keras, mimpipun dia tak
menyangka kalau kakek ini adalah Hongpo Leng hong yang
pernah bertarung melawan lima ratus orang perampok di bukit
Hu gau san. Konon dalam pertarungan tersebut, secara beruntun dia
berhasil membinasakan tujuh puluh dua orang jago lihay dari
golongan hitam dibukit Hu goo san tersebut dalam
pembantaian secara besar besaran itu, hampir semua
pentolan perampok berhasil digulung olehnya tanpa ampun.
800 Semenjak pertarungan berdarah itulah, nama besar Hong
po Leng hong menjadi termashur dikolong langit dan disegani
sebagai jago lihay nomor wahid dikolong langit."
"Ooh, rupanya Hongpo lo enghiong!" seru Bu Cing peng
kemudian Dengan langkah lebar Hongpo Leng Hong berjalan masuk
kedalam gedung. Tampak dua orang lelaki berbaju hitam menyambut
kedatangan mereka dengan hormat, bahkan buru-buru
menerima tali les kuda dari tangan Bu Cing peng dan Lim Siok
hoa, kemudian dua-duanya pergi.
Bu Cing peng tidak tahu apa sebabnya Hongpo Leng Hong
menghalangi perjalanan mereka suami istri berdua ditengah
jalan" Diam diam ia mengerling membeli tanda kepada Lim
Siok hoa, kemudian dengan cepat menyusul dibelakang
Hongpo Leng hong masuk kedalam sebuah ruangan tamu
yang sangat lebar. Setelah tertawa dingin Hongpo Leng hong berkata:
"Silahkan kalian berdua duduk dulu, lohu akan segera
mengundang ayahku keluar.."
Sekali lagi Bu Ciug peng merasakan hatinya bergetar keras.
kalau dilihat dari usia Hongpo Leng hong, paling tidak ia telah
berusia delapan puluh tahunan, siapa sangka kalau dia masih
mempunyai ayah. Maka buru buru dia menjura, kemudian sahutnya.
801 "Silahkan! Aku tak berani mengganggu ketenangan.
Hongpo locianpwee." Hongpo Leng hong tidak berbicara, dia segera melangkah
masuk keruangan dalam. Memandang bayangan punggungnya yang menjauh, Lim
Siok hoa merasakan hatinya benar benar terperanjat segera
bisiknya: "Cing peng, bagaimanakah pendapatmu tentang Hongpo
Leng hong?" Bu Cing peng segera menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Orang ini pernah menjadi tenar hanya dalam semalam
saja dibukit Hu gou san, bila di lihat dari sikapnya yang dingin,
tampaknya sangat tidak bersahabat, sebentar kau harus
menghadapi dengan berhati-hati. Untung saja kita tak punya
dendam sakit hati dengannya, sekalipun didalam suatu
persoalan telah melakukan kesalahan kepadanya, aku pikir hal
manapun bukan sesuatu yang luar biasa , ."
Belum habis dia berkata, mendadak dari belakang ruangan
berkumandang suara langkah kaki manusia, tampak Hongpo
Leng hong dengan membimbing seorang kakek yang
berjenggot putih sepanjang dada pelan pelan berjalan
mendekat. Buru buru Bu Cing-peng dan Lim Siok-hoa bangkit berdiri
untuk menyongsong kedatangannya.
Kakek berjenggot putih itu segera menggoyangkan
tangannya berulang kali sambil berkata:
802 "Silahkan duduk, silahkan duduk!" Dia memandang sekejap
ke arah Bu Cing-peng, kemudian tegurnya:
"Bu tayhiap, apakah kau datang dari bukit Cing sia?"
"Benar!" Bu Cing peng mengangguk, "locianpwee ada
persoalan apa yang hendak dibicara kan?"
Kakek berjenggot putih itu tertawa seram.
"Heeh hee he he . . kami keluarga Hongpo selalu hidup
turun temurun di sini dan tak pernah terikat dengan
perguruan mana pun didunia ini, atas kesudian para enghiong
hohan, pada aku berusia seratus delapan tahun dahulu
mereka telah menghadiahkan sebuah papan nama "Ju tit it
keh" kepadaku, lohan merasa tak pantas untuk untuk
menerima sebutan ini... Meski didepan pintu terpancang
papan nama itu, kami tak berani menganggap kami jagoan,
Siapa tahu kemarin telah muncul dua orang pemuda yang
datang mencari gara gara disini, mereka berlalu setelah
menerbitkan keonaran keonaran ditempat ini, padahal aku si
suipo Hangpo It Hong merasa tak pernah melakukan
kesalahan apapun dengan orang lain."
Setelah malam itu juga kami kirim orang untuk menyelidiki
asal usul dari kedua orang pemuda itu, baru kami ketahui
kalau kedua orang itu baru saja turun dari bukit Cing sia.
Lim Siok hoa segera mendengus.
"Sudah pasti Liong Tian im dan jago pedang buta.
Hongpo hiong tertawa dingin.
803 "Heeeh, heeeh, heeeh yang paling menggemaskan adalah
seorang budak yang datang bersama mereka, dia
menganggap ilmu silatnya sudah hebat, bukan saja membuat
keonaran di sini, bahkan memaksa lohu untuk mencopot
papan nama Bulim tit it keh tersebut, bahkan dia bilang
dikolong langit dewasa ini kecuali keluarga Bu, kecuali orang
orang dari Cing sia san, dikolong langit tak ada seorang
manusia pun yang berhak disebut nomor satu. Dalam
amarahnya anak murid kami segera turun tangan dan
bertarung dengannya, dalan pertarungan itu ada puluhan
orang kami cedera di tangannya."
Bu Cing peng menjadi terperanjat sekali, kembali pikirnya:
"Tak heran kalau Hongpo Leng bong selalu menunjukkan
sikap bermusuhan denganku, rupanya Siau huan dia Liong
Tian im telah membuat keonaran disini, tak heran kalau
sekarang mereka datang mencari diriku . ."
Belum habis ingatan tersebut melintas, cepat cepat dia
bertanya lagi: "Kapan mereka perginya . . ."
Dengan suara dingin Hongpo Ir hiong meneruskan:
"Sebelum pergi, budak itu berkata dari pihak Cing shia san
masih ada orang yaag akan datang kemari lagi, dia bilang bila
lohan melihat ada orang dari Cing shia san yang kesitu maka
papan nama tersebut harus sudah di lepaskan kalau tidak
bakal ada bencana yang akan datang, Meski lohu sudah lama
tak mencampuri urusan dunia persilatan, namun kami tak
akan mengijinkan orang lain mencari gara gara dengan kami,
itulah sebabnya sengaja kuutus anakku untuk menunggu
kedatanganmu di tengah jalan sungguh tak disangka dari
804 pihak Cing shia pay benar benar ada orang yang bermaksud
merebut julukan Bu lim tit it keb ter sebut dari tangan kami."
Bu Cing peng semakin gelisah setelah mendengar
perkataan itu, buru buru serunya:
"Harap cianpwe jangan salah paham, kedatangan kami
suami istri berdua kemari hanya bertujuan untuk mengejar
putriku." "Salah paham " he he he..." Hongpo It hiong tertawa
dingin, "kalian Cing sia san terbilang juga suatu perguruan
besar, apakah kalian mengijinkan orang lain membuat
keonaran dengan sekehendak hatinya sendiri dibukit kalian "
Memang Pak seh wu kami tak sebesar bukit Cing shia san
kalian, tapi kamipun bukan manusia manusia yang bisa
dipermaikan dengan semaunya sendiri."
"Hei, Siau huan si bocah itu benar benar tak tahu diri"
dengan jengkel Lim Siok hoa mendepak depakkan kakinya
ketanah, Cing peng mari kita segera menyusulnya, bila dia
berbuat keonaran terus menerus sepanjang jalan. Cing -shia
san kita bisa dibikin sulit. . ."
Bu Cing-peng menghela napas panjang.
"Aaai, . , bocah ini memang kelewat menuruti hati sendiri,
yaa, terpaksa kita harus mengejarnya dia membujuknya agar
kembali ke Cing sia san, Sedang persoalan ini, lebih baik kita
bereskan secara baik baik dengan tuan rumah. . ."
805 "Kamt tidak butuh kalian banyak berbicara, Pek-see bu
thian tempat yang bisa diganggu dengan semuanya sendiri. ."
tukas Hongpo Leng hong dingin.
Bu Cing peng semakin tertegun lagi:
"Sekarang mau apa kau?" tegurnya kemudian.
Hongpo It hong segera berseru dengan gemas.
"Mau apa" Kami hendak menahan kalian di sini, agar budak
itu datang kemari dan minta maaf."
Mendengar ucapan itu, Bu Cing peng ikut naik darah, dia
segera belas tertawa dingin.
"Cing sia san bukan manusia yang bisa tunduk dibawah
perintah orang, hmm putri kami saja tak mampu kalian
hadapi, sekarang masih berani sesumbar dengan mengatakan
hendak menahan kamu benar benar orang bodoh lagi
bermimpi." "Jelas berada kata Hongya . Leng Hong disini, "kebetulan
kemarin aku dan ayahku tak ada dirumah, maka budak
tersebut bisa lolos dengan mudah, kalau tidak, mungkin dia
sudah bakal keok ditangan lohu sebelum lima gebrakan."
Lim Siok hoa ikut naik darah setelah mendengar ucapan
tersebut, dia segera melompat bangun dari tempat duduknya
sambil berseru: "Sungguh tak kusangka kalau kau adalah seorang manusia
yang begitu tekebur tak heran kalau putriku berniat mencopot
papan nama Thian he tit it keh didepan gedung kalian
memang kelewatan tekebur dan tak tahu diri!"
806 Cemoohan dan sindiran tersebut bukan saja menggusarkan
Hongpo Leng hong bahkan Hong po It-hiong yang lebih
mampu menahan diri pun turut melompat bangun saking
gusarnya. Dia mesti sudah lanjut usia, namun lompatannya ternyata
masih jauh lebih gagah dari pada seorang jago persilatan pun,
kenyataan ini sudah barang tentu mengejutkan Bu Cing peng
maupun Lim Siok-hoa. "Kau bilang apa ?" bentak Hongpo It hiong dengan suara
sedingin es. Lim Siok hoa tak mau menunjukkan
kelemahannya, dia pun berteriak dengan suara keras:
"Aku bilang, kalian orang orang dari Pek see wu hanya
manusia yang tak tahu diri, aku benar benar tidak habis
mengerti mengapa para jago didinia bisa menghadiahkan
papan nama Thian he-tii-it keh untuk manusia macam kalian
.." "Siok hoa, kurangi perkataan yang tak sedap." buru buru
Bu Cing peng mencegah. Lim Siok hoa mengerling sekejap ke arahnya, kemudian
menyahut. "Terhadap manusia semacam ini, buat apa kita mesti
memakai sungkan segala" Meskipnn Siau huan salah
bagaimanapun juga dia hanya seorang angkatan muda, kami
toh sudah minta maaf kepadanya dan urusan bisa dianggap
beres siapa tahu dia memaksa hendak menahan kita berdua
disini, siapa yang tidak menjadi gusar. ."
"Tutup mulut. ." Hongpo It hiong membentak keras.
807 Dia maju dua langkah kedepan, kemudian terusnya dengan
amarah yang berkobar kobar.
"Bila lohan tidak melihat aku sebagai seorang wanita,
sekarang juga aku telah memberi pelajaran kepadamu."
"Kalau perempuan lantas kenapa" Kalian toh tak mampu
banyak berkutik terhadap putriku, kini masih berani
membicarakan soal wanita dihadapanku. . . cuuub, benar
benar tak tahu malu. . . "
Hongpo Leng hong segera mengebaskan ujung bajunya
sambil menerjang maju kedepan serunya keras:
"Ayah! Buat apa mesti banyak berbicara dengan manusia
gemacam ini, tempo hari ketika ananda menundukkan kaum
rampok di bukit Hu gou-san dan membunuh tujuh puIuh dua
orang hohan pun tak pernah mengerutkan dahi, apakah kita
harus membiarkan mereka mencopot papan nama kita itu,
Hmm !" Diam diam Hongpo It-hiong menghela napas panjang,
ujarnya kemudian setelah termenung sejenak.
"Terserah apa yang hendak kau lakukan, tapi tak boleh
membuat malu keluarga Hongpo lagi, berapa hari yang lalu
kita sudah dibikin pecundang sehingga kehilangan muka, hari
ini..." Sambil tertawa dingin Hongpo Lenghong segera menukas:
"Ayah, kau tak usah kuatir, serahkan saja kedua orang
makhluk ini kepadaku."
808 Lim Siok hoa benar benar sudah tak sabar lagi, baru saja
dia hendak tampilkan diri mendadak Bu Cing peng menarik
lengannya sambil berbisik lirih:
"Siok hoa, lebih baik biar aku saja yang maju." Hoogpo
Lengbong yang menyaksikan kedua orang itu berebut hendak
tarun tangan, dengan cepat dia berkata dingin:
"Lebih baik kalian berdua maju bersama sama saja, tempo
hari akupun seorang diri menghadapi tujuh puluh dua orang
perampok dibukit Hungou saa. waktu itu tak seorang manusia
pun bisa tertahan sebanyak sepuluh gebrakan ditanganku . ."
Lim Siok hoa menerjang maju ke depan, kemudian
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serunya: "Benarkah sedemikian lihaynya " Hmm, aku toh tidak
percaya dengan begitu saja . ."
Telapak tangannya segera didorong kedepan, sebuah
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kemuka dengan
hebatnya. Hongpo Leng hong merasa terkesiap, dia tidak menyangka
kalau tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu sedemikian
sempurnanya, sehingga sebuah kebasan pelan pun bisa
mendatangkan kekuatan sedemikian hebatnya.
Dengan paras muka berubah, dia lantas berseru.
"Tidak heran kalau kau berani bersikap amat tekebur,
rupanya kan memang benar benar memiliki sedikit kepandaian
yang tangguh." 809 Kini, dia sudah tak berani lagi memandang gegaban
terhadap musuhnya, telapak tangan kanannya melepaskan
sebuah bacokan, sementara telapak tangan kirinya
melancarkan pukulan udara kosong ketengah udara, ketika
sepasang telapak tangannya direntangkan daya kekuatannya
segera bertambah berlipat ganda.
Lim Siok hoa merupakan seorang ahli silat yang
berpengalaman, dalam sekilas pandangan saja dia sudah
menebak maksud Hongpo Leng hong, sambil mendengus,
telapak tangan kanannya, segera diayunkan ke depan dan
menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan
keras. "Blaaammm .. .!"
Suatu ledakan yang memekikkan telinga berkumandang
memecahkan keheningan, akibatnya kedua orang itu sama
sama memaksa bahunya bergetar keras dan masing masing
mundur sejauh lima langkah.
Ketika empat mata saling berpandangan, kedua belah pihak
sama sama memancarkan sinar tajam yang berkilauan.
Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang suara
dentingan nyaring yang memekikkan telinga, meski masih
berada ditempat kejauhan, akan tetapi setiap orang yang
berada dalam ruangan itu dapat mendengarnya dergan jelas
sekali. Dengan paras muka berubah, cepat-cepat Bu Cing peng
berseru: "Siok hoa, cepat mundur !"
810 Lim Siok hoa melayang kembali ke tempat semula,
kemudian bertanya dengan wajah tertegun.
"Ada apa ?" Dengan wajah sangat tegang Bu Cing peng berkata.
"Seorang musuh besarku dimasa lalu telah datang, orang
itu tak menentu gerak geriknya, tapi mempunyai kegemaran
membunuh, berhubung aku mencampuri suatu persoalan,
akibatnya aku telah mengikat tali permusuhan dengannya.
Sementara itu, Hongpo It hiong telah memandang keluar
ruangan sambil menegur: "Apakah saudara Ko yang telah datang?"
Suara dentingan nyaring tadi mendadak lenyap tak
berbekas, menyusui kemudian terdengar seorang tertawa
terbahak bahak dari luar pintu, suara tertawanya kedengaran
aneh. Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu seorang
sastrawan berusia pertengahan yang mengenakan pakaian
biru sudah melangkah masuk sambil membopong sesosok
tubuh. Sastrawan setengah umur itu membanting orang
bawaannya ke tanah, kemudian mengalihkan sorot matanya
yang dingin bagaikan es itu keatas wajah Bu Cing peng,
sekulum senyuman yang sangat dingin dan sinis segera
tersungging diujung bibirnya.
"Heeeheehe... ternyata saudara Bu benar benar telah
datang" jengeknya, "gara-gara putrimu itu siaute harus
811 mengejar sampai sejauh lima li sebelum berhasil
membekuknya, sebetulnya aku bermaksud langsung menuju
ke bukit Cing shia, tapi sekarang, hehe he he, tampaknya aku
tak usah bersusah payah pergi ke rumah Cing sia lagi."
Lim Siok hoa berpaling ke arah tubuh manusia yang
tergeletak ditanah itu, hampir saja dia menjerit kaget, ternyata
orang itu bukan lain adalah putri kesayangannya. Bu Siau
huan. "Kim jiu suseng (sastrawan bertangan emas) ada urusan
apa kau mencari aku ?" Bu Cing-peng segera menegur.
Kim jiu suseng Ko Cian tertawa terbabat bahak.
"Hah . . haah .. haah . . saudara Bu benar benar seorang
pelupa tiga tahun berselang bukankah kita pernah bersua
dikuil besar keluarga Ong " Masa kau sudah lupa " Tempo
hari, seandainya saudara Bu tidak mengacau dari tengah, aku
pun tak usah bersusah payah mengembara lagi selama kira
kira tiga tahun di dunia persilatan bahkan satu satunya
harapan untuk hidup tenang pun tidak berhasil kuperoleh . ."
Bu Cing-peng tertawa dingin
"Heeehh. . , heehh. . .heeehh.. apa maksud saudara Ko
berkata demikian. Urusan yang lalu kini sudah menjadi basi,
tak ada gunanya untuk disinggung kembali, meskipun
perbuatan siaute waktu itu sedikit menuruti napsu sendiri.
tapi. ." "Omong kosong!" Kim jiu suseng Ko Cin mendengus dingin,
Li Kui telah membunuh keponakanku, dia membunuh
keponakanku itu hanya gara gara seorang perempuan,
dendam berdarah sedalam lautan ini apakah mesti kubiarkan
812 saja" Kau telah melepaskannya pergi, mengapa aku harus
mengampuni dirimu." Bu Cing peng tak mau mengalah, diapun segera berseru.
"Saudara Ko adalah seorang enghiong besar yang sudah
lama termashur didalam dunia persilatan, mengapa kau tidak
menyelidiki dahulu duduknya persoalan sampai jelas sebelum
mencari aku" keponakan mustikamu itu terpikat dengan istri Li
Kui meskipun Li Kui bukan seorang keturunan perguruan
ternama dia tak malu disebut sebagai seorang Hohan,
berulang kali dia telah mencoba untuk bersabar terus, tapi
keponakanmu itu bukan saja tak tahu diri bahkan secara
terbuka menyatakan hendak merampas istri Li Kui dengan
kekerasan, akibatnya kedua belah pihak menjadi saling
bertarung dan dalam pertarungan itulah Li Kui telah
membunuh keponakanmu . . ."
"Tutup mulut!" bentak Kim jiu so eng semakin gusar "aku
hanya ingin bertanya kepadamu, mengapa kau melepaskan Li
Kui, jadi kau tak usah menjelaskan duduknya persoalan
kepadaku Kau tak usah mengira karena berasal dari bukit Cing
shia maka tak seorang jago persilatan pun yang kau pandang
sebelah mata, harus diketahui Hongpo loenghiong adakah
seorang jagoan juga. . ."
"Saudara Ko, mengapa kau berkata demikian" buru buru
Hongpo It hiong berseru, "Pek seh wu kami ini, bisa berdiri
berkat jasamu yang besar, siaute pun tidak mempunyai
keinginan lain, aku hanya berharap kau sudi menyerahkan
bocah perempuan itu kepadaku agar bisa kujatuhi hukuman
yang setimpal baginya."
813 Kim-jiu suseng segera tertawa terbahak bahak:
"Haaa, haaa, haaa, tentu saja, tentu saja, tujuanku semula
hanya ingin memancing munculnya Bu Cing peng, sekarang
orang she Bu itu sudah datang tentu saja budak ini pun sama
sekali tak ada harganya bagiku, akan segera kuberikan
kepadamu." Sambil tertawa Hongpo It-hong berkata:
"Maksud baik saudara Ko akan lohu terima dengan senang
hati." Dia mengerling sekejap kearah Hongpo Leng hong dengan
langkah lebar Hongpo Lenghong segera berjalan kedepan
menghampiri tubuh Bu Siau huan.
Paras muka Lim Siok hoa segera berubah hebat dengan
cepat dia melompat kemuka sambil menegur:
"Mau apa kau?" "Kau tak usah berkaok2. aku hendak meringkus budak ini .
. ." kata Hongpo Leng hong dingin.
Dalam gelisahnya Lim Siok hoa segera mengayunkan
telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan, siapa tahu
Kim jiu suseng segera bertindak cepat dia mengulapkan
tangannya pelan, tahu tahu serangan yang maha dahsyat itu
sudah berhasil dipunahkan hingga tak berbekas.
Lim Siok hoa menjadi terperanjat sekali, secara beruntun
dia mundur dua langkah, bagaikan ikan kena pancing, burung
kena panah, untuk sesaat lamanya dia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
814 Dengan suara dingin Kim jiu suseng berkata: "Selama ada
aku disini siapa pun dilarang turun tangan secara
sembarangan." "Hmm mentang mentang seorang jagoan dari dunia
persilatan kau lantas mengira boleh mampermainkan seorang
boanpwe dengan sekehendak hatinya" kalau punya
kemampuan lepaskan putriku, mari kita bertarung habis
habisan," tantang Lim Siok hoa.
Kim jiu suseng mengejek dingin.
"Aku telah mengabulkan permintaan tuan rumah untuk
menyerahkan bocah perempuan ini kepadanya, bila kalian
hendak menolong orang, turun tanganlah setelah kuserahkan
orang ini ke tangan Hongpo ayah dan anak, waktu itu,
sekalipun kau hendak melukai orang dengan kekerasan pun
aku tak akan ambil perduli."
kemudian dicengkeramnya tubuh Bu Siau-huan dan
dilemparkan ke depan, tubuhnya yang lembut dan putih itu
segera meluncur ke arah Hongpo Leng bong bagaikan sebuah
kapas. Waktu itu berhubung jarak antara ke dua belah pihak
terlampau jauh, maka kendatipun Bu Cing peng dan Lim Siok
hoa memiliki tenaga dalam yang amat sempurna pun tak
sempat lagi untuk turun tangan menolong, apalagi musuh
besar berada di depan mata, sudah pasti Kim jiu suseng tak
akan membiarkan mereka turun tangan secara begitu mudah.
Dalam pada itu, Bu Siau huan tergeletak tidak sadar,
beberapa buah jalan darah penting ditubuhnya sudah ditotok
oleh Kim jiu suseng maka secara mudah Hongpo Leng hong
815 menyambutnya dan segera dibawa masuk keruang dalam
dengan langkah lebar. Menyaksikan perbuatan orang, dengan gusar Bu Cing peng
berseru: "Behenti."
Dengan cepat dia bergerak maju ke depan lalu tegurnya
lagi dingin: "Kau hendak membawanya kemana?"
"Tak usah kuatir" sahut Hongpo Leng hong sambil
berpaling "sebelum urusanmu dengan Kim jiu suseng selesai,
kami tidak akan mengusik budak ini barang seujung rambut
pun." Mendengar perkataan itu, Bu Cing peng baru merasa agak
tenang, dia tahu tiga orang yang hadir dalam ruangan
sekarang rata rata merupakan jagoan yang berilmu tangguh
dalam dunia persilatan apalagi sekarang mereka sudah saling
berhadapan, begitu pertarungan meledak, suatu keadaan
yang mengerikan sudah pasti tak dapat dihindari.
Bu Cing peng menarik napas panjang panjang, kemudian
sambil berpaling ke arah Kim jiu suseng, katanya:
"Saudara Ko, benarkah kau hendak menyulitkan diriku pada
hari ini. ." "Kecuali dengan cara itu, aku tak bisa menemukan cara lain
yang lebih baik lagi untuk membereskan persengketaan antara
kita berdua" kata Kim jiu suseng dingin," Meski Li Kui sudah
bilang, Bu Cing peng telah mendatangr kalau dihitung hitung
masih tidak terlalu rugi bagiku, cuma aku yang harus
816 menanggung ruginya. karena kau harus mengorbankan nyawa
gara gara Li Kui." Sesudah tertawa terbahak bahak dengan suara yang tinggi
melengking, mendadak wajahnya berubah kembali menjadi
dingin seperti es. ujarnya lebih jauh dergan suara ketus:
"Aku hendak membunuhmu untuk membalas dendam bagi
kematian keponakanku malam ini, jangan harap kalian suami
istri berdua dapat lolos dari tanganku, kalau tidak, mulai hari
ini aku tak akan bernama Kim- jiu suseng lagi."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata dengan suara
yang keras dan tegas itu, dia masukkan tangannya ke dalam
saku dan mengeluarkan sebuah tangan emas kecil, kemudian
di buang ke atas tanah. Diujung jari tengah dari tangan emas itu tercantum kata
"mati" dari huruf hitam !
Inilah lambang dari Kim- jiu suseng sebelum melakukan
pembunuhan, dari sinilah orang persilatan menyebutnya
sebagai si tangan pencabut nyawa, sebab setiap orang yang
pernah melihat tangan emas tersebut, tak seorang pun yang
bisa lolos dalam keadaan hidup.
Dengan wajah berubah hebat Bu Cing peng maju kedepan,
kemudian serunya lantang:
"Kim jiu suseng, urusan Lim Kui akan kupikul seorang diri,
tapi sebelum pertarungan kita langsungkan, aku mempunyai
suatu permintaan kecil, harap saudara Ko sudi memandang
diatas wajah siaute untuk melepaskan Li Kui dia adalah
seorang lelaki yang jujur, polos dan gagah, sama sekali tidak
bermaksud jahat." 817 Sambil tertawa dingin Kim jiu suseng menukas:
"Sebelum mampus kau masih mintakan ampun untuk
orang, hmm coba diantara kita berdua tidak terikat dendam
kesumat, aku gembira sekali dapat berkenalan dengan
seorang lelaki gagah seperti kau..."
Bu Cing peng tertawa dingin pula:
"Kau tak usah berlagak sok bijaksana sok berhati baik,
siapapun tahu kalau Kim jiu suseng berhati busuk dan
bertangan kejam, membunuh orang tanpa berkedip, cukup
berdasarkan ini pun aku Bu Cing peng tak akan sudi
Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkenalan dengan kau."
"Baik !" seru Kim jiu suseng kemadian dengan gusar, "lebih
baik kita bereskan persoalan ini diujung tangan saja .. "
Dengan suatu gerakan cepat dia meloloskan sebuah
cambuk panjang berwarna perak, disepanjang tubuh cambuk
itu penuh dengan senjata kait yang sangat tajam.
Ketika digetarkan pelan, cambuk itu segera memegang
bagaikan sebuah tombak, pelan pelan dia bergeser maju
melakukan penekanan. Buru buru Bu Cing peng meloloskan pedangnya pula
dengan cepat ia menciptakan enam gelombang pedang dan
menyongsong datangnya cambuk panjang lawan dengan jurus
Im yang-kui-it (lm yang berasal satu).
( Bersambung Jilid: 20) 818 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 20 KEDUA BELAH PIHAK SAMA-SAMA merupakan musuh
paling tangguh yang pernah dijumpai, oleh sebab itu kedua
belah pihak sama sama turun tangan dengan sangat berhati
hati. Beberapa saat lamanya cahaya pedang berkilauan dan
bayangan cambuk yang menggulung-gulung, mereka telah
bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan dengan amat
serunya. Lim Siok hoa mengikuti jalannya pertarungan ditengah
arena dengan wajah tegang, beberapa kali dia ingin maju
untuk membantu Bu Cing peng, tapi setiap kali gerak geriknya
diawasi terus oleh Hongpo lt hiong.
819 Kim jiu suseng memang benar benar seorang jago tangguh
yang beriImu tinggi, sekali pun ilmu pedang yang dimiliki Bu
Cing peng berasal dari bukit Cing sia, sayang sekali pero.a
inan cambuk dari Kim jiu suseng terlampau aneh sehingga
untuk beberapa saat lamanya mereka tetap bertarung
berimbang. Mendadak terdengar Kim jiu suseng membentak keras.
"Kena!" Bu Cing peng merasa amat terperanjat dia mengira pihak
lawan benar benar dapat menembusi kabut pedangnya dan
menyerang tubuhnya, sementara dia masih sangsi, mendadak
dari ujung cambuk lawan berkumandang suara ledakan keras,
segulung kabut hitam segera menyelimuti angkasa, disusul
berpuluh puluh titik cahaya tajam berkilauan diangkasa.
Menyaksikan gerangan itu, cepat cepat Bue-Cing peng
menggerakkan pedangnya menoen tak selapis kabut cahaya
untuk melindungi diri, bentaknya keras keras:
"Kau berani melepaskan Gou wi wong (cahaya ekor sapi)."
"Ting . ting . ting !"
Suara dentingan nyaring berkumandang tiada hentinya
ditengah udara, berpu!uhan batang1 jarum emas yang lembut
seperti bulu kerbau itu segera berhamburan keatas tanah.
Sedangkan ujung pedang Bu Cing peng masih menempel
juga puluhan batang jarum perak.
"Aduuuh. . ." 820 Mendadak terdengar Bu Cing peng mengeluh kesakitan,
kemudian tubuhnya mundur dengan sempoyongan sambil
memegang pedangnya dia mundur ke belakang, kemudian
melotot ke arah Kim jiu suseng dengan penuh kegusaran.
Lim Siok hoa merasa terkejut sekali menyaksikan kejadian
tersebut sambil maju ke depan tanyanya:
"Cing peng, mengapa kau ?"
"Aku sudah terkena sebatang jarum cahaya bulu korbau,
Siok hoa, aku sudah tak mampu apa apa lagi, mumpung aku
masih bisa mempertahankan diri sekarang cepatlah melarikan
diri .." bisik Bu Cing peng dengan suara gemetar.
Siapa tahu dengan suatu gerakan cepat Kim jiu suseng
telah melompat ke muka dan menghadang didepan pintu,
jengeknya sinis. "Mau kabur " Heeh . heeh .. heeh .. tak akan segampang
itu l" "Kim jiu suseng !" bentak Bu Cing peng dengan gusar,
"masa istriku pun tak akan kau lepaskan ?"
Kim jiu suseng menjengek semakin dingin.
"Aku toh sudah bilang, jangan harap kalian suami istri
berdua bisa lolos dari sini dalam keadaan hidup, setiap kali
tangan emas pencabut nyawa sudah muncul, tak pernah
meleset merenggut nyawa orang."
"Kau sudah terkena jarum cahaya bulu kerbauku, dalam
tiga jam kemudian tubuhmu akan berubah menjadi darah dan
mampus. Kau harus tahu ilmu cambukku tidak ada taranya di
821 dunia ini dan belum pernah ada seseorang yang bisa
menandinginya, jarum jarum yang kugunakan pun sudah
kurendam dalam racun keji, orang yang bisa mengobati racun
dari jarumku ini mungkin hanya aku seorang."
Saking cemasnya air mata mulai bercucuran membasahi
wajah Lim Siok-hoa, bentaknya dengan gusar:
"Kami tak pernah tersangkut dendam kesumat denganmu,
mengapa kau bersikap begitu keji terhadap kami berdua . , ."
"lnilah sebagai akibat suka mencampuri urusan orang lain,
tiga tahun berselang dia telah melepaskan Li Kui sehingga
musuh besar pembunuh keponakanku lolos, bagaimana pun
juga dendam sakit hati ini tetap akan kutuntut balas. . ."
Mendadak, pada saat itulah dari luar pintu berkumandang
suara gelak tertawa seseorang.
"Haaah,. .haaaah. . .haaah. . tiga tahun berselang kau si
anak kura kura juga pernah menendang keledaiku satu kali,
hingga sekarang dendam sakit hati inipun belum kutuntut
balas, sekarang kau hendak menuntut balas kepada orang,
lohan pun hendak mencari balas kepadamu . . ."
Dengan cepat Hongpo li hiong melompat maju ke depan,
kemudian bentaknya keras.
"Siapa " Siapa yang berada diluar ?"
Dari luar ruangan seakan akan terdengar suara derap kaki
kuda yang ramai tapi tak kedengaran suara sahutan.
Dalam sekejap mata itulah paras muka Kim jiu suseng
berubah sangat hebat, tiba tiba dia bertanya.
822 Saudara Hongpo, apakah disini ada jalan belakang . . ?"
Hongpo li hong tertegun, rupanya dia tak menyangka kalau
Kim jiu suheng akan melarikan diri setelah mendengar ucapan
itu, setelah tertegun beberapa saat tegurnya.
"Saudara Ko, mao apa kau ?"
Dengan wajah bersungguh sungguh Kim-jiu suseng segera
berkata. "Aku tak berani mengusik orang ini, bukan aku Kim jiu
suseng sengaja merendahkan kemampuan sendiri dan
mengungguli kemampuan orang, tapi si penunggang keledai
hitam ini merupakan jago paling lihay yang paling bikin pusing
kepalaku selama ini, daripada bentrok secara langsung
dengannya, lebih baik aku menyingkir saja..."
Hongpo It hiong menjidi terkesiap juga sehabis mendengar
ucapan itu, katanya kemudian.
"Penunggang keledai hitam" Dia juga sudah muncul di Pek
see wu ini." Belum selesai dia berkata kembali terdengar suara yang
parau seperti gembrengan bobrok sedang membawakan lagu
senandung: "Dirumah ada keledai kecil
Tak pernah kutunggangi. Suatu hari kunaiki ke pekan.
823 Hatiku riang gembira. . Siapa tahu . .aduh kedobrak!
Aku jatuh mencium tanah .."
Menyusul suara nyanyian yang amat parau itu, tampak
seorang kakek berbaju hitam dengan menunggang keledai
hitam bertubuh besar telah melenggang masuk kedalam
ruangan dan menerjang Kim jiu suseng, sehingga jagoan itu
terjerembab keatas tanah.
Kakek aneh yang misterius itu segera tertawa terbahak
bahak. "Haah . . haaah . . haaah . . gentong nasi, masa dengan
keledai ku pun kalah . ."
Kim jiu suseng yang terjerembab di tanah baru bergulingan
beberapa kali lebih dulu sebelum dapat merangkak bangun.
Dengan pandangan ketakutan serasa sukma melayang
meninggalkan raganya, dia mengawasi kakek dipunggung
kedelai itu sekejap, lalu serunya dengan suara gemetar:
"Locianpwee . . ."
oooOooo DENGAN mata melotot besar kembali kakek berkeledai
hitam itu membentak nyaring:
"Siapa yang akan mengadakan hubungan dengan anak
kura kura seperti kau?"
824 "Aku toh tidak kenal siapakah dirimu . . . hei. kau si anak
kura kura berasal dari marga mana " Dan siapa namamu "
Laporkan dulu kepada Hek lu yaya (kakek keledai hitam), coba
kulihat apakah nenek moyangmu termasuk salah seorang
kenalanku atau bukan . .. ."
Kim jiu suseng adalah seorang jago lihay dari golongan
hitam, nama besarnya cukup mengeramkan sukma orang
dalam dunia persilatan, dia pun terhitung seorang manusia
yang tidak takut langit tidak takut bumi.
Asal tangan emas pencabut nyawanya sudah muncul,
selamanya tidak pernah ada nyawa yang berhasil
diselamatkan. Tapi sekarang setelah berada didepan kakek berkeledai
hitam ini ibaratnya tikus bertemu kucing, saking takutnya dia
sampai terduduk diam tak berani bergerak, sementara sorot
matanya mengawasi kakek misterius itu dengan ketakutan.
Kakek berkeledai hitam itu duduk tenang diatas keledai
hitamnya, lalu sambil melototkan matanya yang lebih banyak
putihnya daripada hitamnya, dia berseru:
"Hei, kau sianak kura kura ngapain, melotot terus
kearahku" jangan menunggu sampai Hek lu yaya mu naik
pitam, sekali tendang bisa melotot keluar kuning telurmu, nah
kalau sampai sudah mampus waktunya mungkin tak ada
orang yang bersedia membereskan jenasahmu"
Kim jiu suseng tertawa getir, katanya dengan cepat:
"Boanpwe she Ko bernama Cian, orang persilatan
menyebutku sebagai Kim jiu suseng."
825 "Kim jiu suseng?" kakek berbaju hitam itu menepuk kepala
keledainya, lalu menyambung "hei keledai kecil, orang yang
menendangmu satu kali ketika berada di dermaga
penyeberangan sungai Hoang hoo tempo hari bukankah juga
bernama suseng " Coba pikirkan baik baik, kalau orang yang
kau cari sudah benar, tak ada salahnya untuk membalas
menendangnya satu kali."
Keledai berbulu hitam seperti mengerti ucapan manusia,
mendadak ia meringkik panjang lalu sambil menggerakkan
sepasang telinganya dia manggut manggut kemudian
mendepak depakan kakinya keatas tanah.
Sambil tertawa terkekeh kekeh kakek berbaju hitam itu
berseru: "Aku mah tidak mau mengurus, itu kan urusanmu sendiri. .
." Keledai kecil itu menjejakkan ke empat kakinya ke tanah,
kemudian melejit ke tengah udara.
Kakek berbaju bitam itu segera terlempar jatuh dari atas
punggung binatangnya. Sambil mengaduh dia lantas mengomel:
"Sudah memberontak nampaknya sudah memberontak, kau
si binatang sudah bertemu dengan si anak kura kura, masa
lohan pun sudah tidak kau maui lagi " Coba kalau aku tak
pernah belajar seni bela diri, bantinganmu bisa membuatku
Banjir Darah Di Tambun 2 Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Pendekar Pemetik Harpa 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama