Ceritasilat Novel Online

Lembah Patah Hati 7

Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung Bagian 7


Ha ha !. . ." Ho Kie membiarkan dirinya digoda, ia balas bertanya:
"Locianpwee bagaimana bisa terlepas dari bahaya ?"
"Kau jangan cemas, nanti aku ceritakan dengan
perlahan," jawab orang tua itu sambil tersenyum,
Kiranya, ketika badai mengamuk hebat, Auw-yang Khia
sedang mabuk arak. Tapi ketika terdampar oleh air laut, ia
telah tersadar. Dan ketika melihat perahunya sudah pecah serta dirinya
telah ditelan ombak, keinginan untuk hidup telah membuat
ia terus berusaha mencari potongan kayu. setelah
mendapatkan kayu pecahan perahu, dengan itu ia terus
mengambang di atas lautan.
Di lautan ia terumbang ambing tiga hari tiga malam
lamanya. seperti juga Ho Kie, ia juga terdampar ke pulau
kaum Hawa itu. Ia juga melihat bagaimana ketika Ho Kie dan Gouw Ya
Pa ditolong dan dibawa pergi oleh gerombolan wanita
muda itu. Ia kuatir dirinya dapat dilihat oleh kawanan wanita itu,
maka dengan sisa kekuatannya tenaga yang masih ada, ia
coba selulup didalam air.
Kira-kira setengah jam lamanya, ia baru berani muncul
lagi. Setelah dapat kenyataan kawanan wanita muda itu
sudah berlalu, ia baru berani muncul lagi dan mencari
tempat untuk sembunyikan diri. Ditempat sembunyinya ia
mencari buah-buahan untuk tangkal perutnya dan tempat
tidurnya diatas pohon. Ketika ia bangun, ternyata itulah hampir malam.
Ia buru-buru lompat turun, memakai pakaiannya, dan
coba atur pernapasannya ternyata tidak mendapat halangan
suatu apa, hingga hatinya mulai merasa lega.
Mendadak ia ingat diri Ho Kie dan Gouw Ya Pa,
bakankah dibawa pergi oleh kawanan kaum wanita itu ?"
Auw-yang Khia bisa mengambil keputusan dengan
cepat, sebentar saja sudah tiba di sebuah perkampungan.
Dengan akalnya yang cerdik akhirnya ia dapat menemukan
tempat tawanannya Ho Kie dan Gouw Ya Pa.
Disekitar batu itu berputar-putaran sambil mencari
pikiran untuk menolong diri Ho Kie dan Gouw Ya Pa.
Kebetulan pada saat itu teorang wanita muda dengan anak
kuncinya yang khusus dibuat telah memasuki kamar
tawanan, setelah agak lama berdiam didalam, lalu keluar.
Sebagai seorarg pencuri ulung, dengan mudah saja Auwyang
Khia dapat mengambil anak kunci dari tangannya
wanita yang sedang bertugas itu.
Begitulah ia akhirnya dapat masuk ke kamar tahanannya
Ho Kie dan Gouw Ya Pa. Setelah mendengarkan cerita Auw-yang Khia. Goaw Ya
Pa lantas berkata: "Locianpwee, dengan sejujurnya aku Gouw Ya Pa
semula tidak menandang mata atas perbuatanmu sebagai
pencuri itu, tapi kali ini aku sungguh merasa sangat kagum
atas kecerdikanmu." "Kepandaian yang cuma sebegitu saja apa lagi artinya,
Kau terlalu memuji " jawab Auw-yang Khia sambil ketawa.
"Auw-yang Cianpwee, sekarang sudah masuk, tapi
sebaiknya cianpwee mencari akal lagi bagaimana supaya
kita bisa lolos dari sini." kata Ho Kie.
"Hal ini tidak usah kalian kuatirkan. Aku sudah siap. . ,
." "Apa" Kau sudah siap hendak lari dengan kita?" tanya
Gouw Ya Pa kaget. Dengan tidak memikirkan keadaan sendiri ia lantas
hendak berdiri. Tetapi baru saja ia bergerak, lantas ia
menjerit dan lantas roboh pingsan.
Auw-yang Khia tidak mengetahui apa sebabnya ia hanya
mengira bahwa Gouw Ya Pa mendapat sakit keras. maka
sesaat itu ia serdiri tertegun.
Ho Kie cepat-cepat memberikan keterangannya.
"Locianpwee, Gouw toako bukan karena sakit, dia sama
keadaannya dengan boanpwee entah dengan cara
bagaimana jalan darah kita telah dikuasai. Begitu bergerak
lantas merasakan sakit sekali. Barusan Gouw toako karena
menggunakan tenaga terlalu banyak, maka lantas jatuh
pingsan. Sebentar dia pasti bisa siuman sendiri."
Auw-yang Khia coba membuka totokan mereka, ternyata
telah berhasil. Ho Kie dan Gouw Ya Pa lantas berdiri keduanya, setelah
menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, begitu pula jalan
pernapasannya, ternyata sudah tidak ada halangan apa lagi,
maka legalah perasaan hati mereka.
Auw-yang Khia segera mengajak Ho Kie dan Gouw Ya
Pa lantas berlalu tetapi Ho Kie lantas memegang tangan
Auw-yang Khia sembari berkata:
"Sabar dulu, para wanita yang menjaga disekitar rumah
ini, mungkin akan mengetahui semua gerakan kita."
Gouw Ya Pa juga tidak menantikan sampai siorang itu
menjawab lantas sudah nyeletuk:
"Saudara Ho. kau sebetulnya terlalu hati-hati. Dulu aku
Gouw Ya Pa tertotok jalan darahku oleh orang-orang
perempuan itu, sehingga tidak berdaya terhadap mereka
tetapi sekarang aku sudah bebas, kalau mereka mau cobacoba
merintangi aku nanti akan menghajar mereka dengan
pecut bajaku ini supaya mereka juga tahu rasa !"
"Auw-yang Khia yang mendengar Gouw Ya Pa nyerocos
terus, cepat-cepat berkata sambil goyangkan tangannya:
"Jie-wie jangan terlalu ribut. Tempat yang sebetulnya
tidak ada orang. kalau saudara Gouw begitu ribut, bukanlah
berarti menarik perhatian mereka" Ji-wie tidak usah gelisah.
wanita yang menjaga disekitar kamar tahanan satu persatu
telah kubikin tidak berdaya. Kita boleh jalan dengan
leluasa." Orang tua itu lalu memimpin kedua kawanannya dan
diam-diam mereka meninggalkan kamar tahanan tersebut.
Belum jauh mereka berjalan tiba-tiba terdengar suara
riuh. "Celaka, kedua orang itu sudah kabur. Lekas laporkan
kepada Tocu!.. ." Suara itu lantas disusul dengan suara
tanda bahaya. Sebentar seluruh pulau itu sudah menjadi
ramai sekali. Ho Kie bertiga ketakutan mereka lari semuanya kedalam
rimba. Sekali hendak bersembunyi mendadak terdengar
suara bentakan: "Manusia goblok yang tidak tahu diri. Apakah kalian
ingin cari kematian?"
Ho Kie lalu memasang matanya, yang bicara itu ternyata
adalah perempuan muda yang sekarang sedang berdiri
didepannya sejauh kira-kira satu tombak. Ia mengawasi
ketiga orang itu dengan wajah dingin.
Ho Kie mundur tiga langkah lalu berkata:
"Nona jangan terlalu mendesak. Harus kau ketahui
bahwa Ho Kie juga bukan sembarang orang yang boleh kau
perlakukan seenaknya saja."
"Nonamu justru kepingin tahu sampai dimana
kepandaianmu. kalau kau tahu gelagat lekas balik kekamar
batu kalau tidak, berarti mencari mampus sendiri."
"Adakah nona yakin benar kalau usaha nona itu akan
berhasil?" "Dalam pulauku ini ada satu ketentuan orang-orang yang
datang kepulau ini, barang siapa yang menurut kehendakku
hidup, dan yang melawan berarti mati. Nonamu tidak
percaya kau mempunyai sayap bisa terbang dari sini," kata
si nona dengan mata melotot.
Menampak sikap si nona yang membawa caranya
sendiri. Ho Kie juga menjadi tidak senang, maka ia lalu
menjawab. "Aku si orang she Ho kepingin melihat kepandaian nona,
aku kepingin coba, bisa keluar dari pulau ini atau tidak?"
Sehabis berkata, ia memberi isyarat kepada Auw-yang Khia
dan Gouw Ya Pa supaya masing-masing siap sedia.
Wanita itu dengan tanpa bicara apa-apa lagi, lantas maju
kira-kira lima tindak didepannya Ho Kie kemudian
menyerang dengan tangannya.
Ho kie menyaksikan serangan wanita itu begitu ganas,
tidak berani menyambuti, buru-buru mengelakkan dirinya
dari serangan tersebut. Tetapi kasihan bagi Gouw Ya Pa
yang berdiri dibelakang Ho Kie.
Ia mengira Ho Kie akan menyambuti diri. hingga
serangan wanita itu dengan telak mengenakan dirinya.
sampai ia terpental satu tumbak jauhnya dan jungkir balik.
Kalau ia tidak mempunyai ilmu kebal. niscaya sudah binasa
seketika itu juga. Dengan wajah dan badan penuh debu, Gouw Ya Pa
segera melonpat bangun, kemudian menerjang ke arah si
wanita sambil berkata dengan gusarnya.
"Perempuan liar, kau berani menghina orang, aku Gouw
Ya Pa kepingin mencoba sampai dimana kepandaianmu."
begitu berkata lantas hendak mengeluarkan senjata pecut
bajanya. tapi ternyata pecutnya sudah tidak ada
ditempatnya. Kiranya pecut Gouw Ya Pa sudah terbawa oleh ombak
ketika terjadi kecelakaan dilaut betul-betul lucu lagaknya si
tolol. Wanita itu rupanya tidak mau memberi hati kepada
lawannya, begitu melihat Gouw Ya Pa tercengang lalu
maju menyerang lagi. Serangan itu hebat sekali, Gouw Ya Pa hendak
menyingkir, tapi sudah tidak keburu. Selagi dalam keadaan
sangat berbahaya, Ho Kie, dari samping dengan
menggunakan kekuatan tenaga dalamnya, menyambuti
serangan wanita itu. Ketika kekuatan itu beradu, lalu menimbulkan suara
gemuruh, batu-batu dan daun-daun pohon pada
berterbangan, Sedang badannya Gouw Ya Pa yang turut
kesambar anginnya juga tidak bisa berdiri tegak dan jatuh di
tanah. Ho Kie merasa dadanya bergolak, mulutnya
menyemburkan darah segar.
Wanita itu yang maksudnya hendak membinasakan diri
Gouw Ya Pa tidak nyana mendapat perlawanan begitu
hebat dari Ho Kie, Untung ia berlaku gesit, sebelum serangan Ho Kie
mengenakan dirinya dengan telak sudah mundur beberapa
tindak sehingga terhindar dari kematian, Tapi tidak urung
serangan Ho Kie, ia sendiri juga lantas terpental sejauh satu
tombak lebih, lantas duduk sambil menyemburkan arah dari
mulutnya. Ho Kie buru-buru menghampiri Gouw Ya Pa untuk
menanyakan keselamatannya. Ketika menampakkan
pemuda tolol itu tidak terluka apa-apa baru merasa lega.
Tapi apa yang disaksikan pada saat itu"
Kiranya ada beberapa ratus wanita penduduk pulau
tersebut, ketika menampak tocunya terluka, setiap orang
nampaknya sangat gusar dengan membawa anak panah dan
gendawa. mereka telah mengurung diri Ho Kie bertiga.
Ho Kie yang menyaksikan keadaan demikian, diamdiam
mengeluh. Kalau kawanan wanita itu nanti benarbenar
melepaskan anak panahnya bagi Gouw Ya Pa yang
mempunyai ilmu kebal masih tidak mengapa. tapi ia sendiri
dan Auw Yang Khia pasti akan terpanggang dibawah hujan
panah itu. Mengingat akan diri Auw Yang Khia. ia lantas berpaling
mencari orang tua itu, tapi ternyata sudah tidak kelihatan
batang hidungnya, Ho Kie semakin cemas. "Saudara Ho. perla apa kau merasa gelisah, ilmu kebalku
justru dapat digunakan untuk menghadapi senjata anak
panah ini. Masih ada aku disini, perlu apa takut?"
Dalam keadaan terpaksa, Ho Kie lalu panggil Gouw Ya
Pa, mereka lalu berdiri saling membelakangi, Jika benar
kawanan wanita itu nanti menghujani anak panah Ho Kie
akan melindungi depannya dengan sepasang tangannya,
Sedang Gouw Ya Pa melindungi bagian belakang.
Para wanita sembari memegang gendewa masing-masing
dan mengawasi Ho Kie dan Gouw Ya Pa dengan mata
mendelik perlahan geser maju kakinya, Kepungan makin
lama jadi makin ciut. Sebentar kemudian, pulau misterius itu telah diliputi oleh
hawa peperangan dan kekuatiran.
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring, kemudian
disusul dengan menyambarnya anak panah yang datang
seperti hujan kearah Ho Kie dan Gouw Ya Pa.
Ho Kie menampak lawannya sudah mulai melakukan
serangannya anak panah, dengan kedua tangannya yang
digunakan secara bergantian untuk menangkis setiap anak
panah yang menyambar kearah dirinya. Sedangkan Gouw
Ya Pa juga tidak tinggal diam dengan kedua tangannya juga
ia repot menyambuti setiap batang anak panah yang
meluncur kebadannya. Tapi karena jumlah musuh makin lama makin banyak
kedua orang itu perlahan-lahan sudah mulai kewalahan.
Selagi dalam keadaan ripuh demikian, mendadak
terdengar suara riuh yang mengatakan:
"Api, api.... Kebakaran! Kebakaran! Ada orang melepas
api!" Wanita-wanita itu ketika mendengar jeritan ada api,
wajahnya pada berubah kaget dan khawaiir, dengan tanpa
menghiraukan Ho Kie dan Gouw Ya Pa, mereka lantas
bubar. pada lari kekampung untuk menolong bahaya api.
Ho Kie buru-buru menarik tangan Gonw Ya Pa, juga
hendak lari menuju kekampung.
Gouw Ya Pa mengira Ho Kie mau ajak bantu menolong
memadamkan api, maka lantas menolak sambil berkata:
"Saudara Ho, apa sudah gila! Kita baru saja terlepas dari
keganasan mereka, mengapa kau hendak lari kesana"
Apakah kau sudah tidak ingin pergi ke Lam-hay?"
Ho Kie tidak sempat memberi keterangan, ia hanya
berkata: "Lekas kita cari kesana, entah dia ada atau tidak?"


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jawaban Ho Kie tambah membikin bingung Gouw Ya
Pa. Ho Kie baru hendak menjelaskan bahwa ia hendak
mencari Auw-yang Khia, tiba-tiba orang tua itu ternyata
sudah muncul didepan matanya.
Ho Kie menampak Auw-yang Khia dalam keadaan
selamat, hatinya merasa lega.
Orang tua itu dari badannya mengeluarkan sebuah
benda. lalu diberikan kepada Ho Kie sambil berkata:
"Ho Siaohiap, barang ini tentunya ada kepunyaanmu!"
Ho Kie terperanjat, karena barang yang ditunjukkan itu
adalah tanda pusaka Kiu-hoan leng yang berada dilehernya.
"Locianpwee, dari mana kau dapatkan barang ini?"
demikian ia bertanya. "Barusan kau dan saudara Goaw Ya Pa melayani
musuh, aku telah menyingkir, diam-diam nyelundup
kekampung. Maksudku semula ialah hendak mencari
barang makanan, tak nyana aku ketemukan barang ini,
maka aku lantas bawa balik untuk dikembalikan padamu."
Berulang-ulang Ho Kie menyatakan terima kasihnya. Ia
masih ingin menyatakan apa-apa lagi Gouw Ya Pa yang
berdiri disamping sudah merasa tidak sabaran lagi, maka
lantas berkata. "Saudara Ho, orang-orang perempuan itu kini sudah
berlalu semua, perlu apa kita masih berada disini mengobrol
saja, bukan lekas pergi menyelamatkan diri?"
Auw-yang Khia lalu berkata;
"Kalian tidak usah cemas, hal ini aku sediakan, mari ikut
aku!" Orang tua itu lalu ajak mereka kesatu tempat dekat
jurang, lalu berkata pula sambil menunjuk kesana.
"Dibawah sana aku telah dapatkan beberapa potong
kayu, sekarang kita tinggal cari talinya untuk mengikat
kayu-kayu itu, kita duduk diatasnya bukankah urusan akan
menjadi beres?" Selagi mereka repot mencari-cari tali, tiba-tiba terdengar
suara keresekan. Itu ternyata suara sebuah sampan yang
didayung oleh seorang tua.
Ho Kie lalu pentang mulutnya, berkata dengan suara
nyaring. "Locianpwee tolong bawa sampanmu kemari!"
Tapi orang tua itu seperti tidak mendengar, ia masih
mendayung sampannya sambil menyanyi, tidak
menghiraukan panggilannya Ho Kie.
Ho Kie menganggap orang tua itu mendengar, maka
lantas lari turun mendekati, lantas berkata pula;
"Locianpwe tolong dekatkan sampanmu, boanpwe Ho
Kie disini menjumpai Locianpwe."
0rang tua itu angkat kepalanya, lalu menjawab dengan
suara seperti gusar. "Orang begitu muda, mengapa terlalu bawel ?"
Ho Kie agak mendelu, tapi ia lantas berkata pula.
"Loncianpwe jangan marah. Tolong dekatkan
sampanmu nanti boanpwe beritahukan lagi tentang
pengalaman boanpwe sekalian."
Orang tua itu meskipun tadi nampaknya, gusar ia tidak
urung ia dayung juga sampannya menghampiri Ho Kie.
Tatkala sudah berada dekat, Ho Kie baru tahu bahwa
sampan itu ternyata cuma kira-kira satu kaki lebarnya,
panjangnya kira-kira satu tumbak lebih. Kalau orang biasa.
jangan kata buat berlayar dilautan, sedang buat berdiri saja
rasanya masih sulit. Orang tua itu rambutnya sudah putih seluruhnya,
pelipisnya nampak sangat menonjol tinggi, sinar matanya
tajam sekali begitu melihat sudah dapat diduga kalau ia itu
ada orang rimba persilatan yang bukan sembarang orang.
Ho Kie buru-buru memberi hormat, dengan sikapnya
yang sangat sopan ia berkata pula:
"Locianpwee, boanpwee Ho Kie dengan kedua kawan,
tadinya hendak ke Lam-hay dengan menumpang sebuah
perahu, apa lacur ditengah jalan perahu telah tenggelam
diterjang badai, sehingga kita bertiga terdampar sampai
kesini. Entah locianpwee bisa memberikan pertolongan
untuk memecahkan kesulitan kita atau tidak."
Orang tua itu tertawa tergelak-gelak, suara ketawanya itu
begitu lama tidak bisa buyar, sehingga membuat pemgng
telinga yang mendengarnya.
Setelah merasa puas ketawa barulah ia berkata:
"Bocah cilik kau berkata setengah harian selalu
mengucapkan cianpwee boanpwee, aku siorang tua
sesungguhnya tidak dapat menangkap maksudmu.
Bicaralah yang terang supaya orang bisa mengerti !"
Ho Kie mengerti bahwa orang tua itu sengaja berlagak
pilon, maka juga lantas berkata dengan sewajarnya.
"Boanpwee bertiga ingn pergi ke Lam-hay. disini tidak
ada perahu, bolehkah kau si orang tua tolong antarkan kami
kesana, entah kau orang tua sudi utau tidak?"
"Kau tanya aku sudi atau tidak" Aku sekarang
beritahukan padamu, aku siorang tua tidak sudi carilah
orang lain!" Menampak orang tua itu tidak mau, Ho Kie tidak bisa
berkata apa-apa. Selagi masih berada dalam kesangsian, Gouw Ya Pa tiba
tiba berkata dengan suara gusar:
"Hai tua bangka, tidak perduli kau mau atau tidak aku
Gouw Ya Pa juga hendak menumpang sampanmu!"
Sehabis berkata, lantas lompat dan berdiri didalam
sampan. Ho Kie menampak perbuatan Gouw Ya Pa yang sangat
ceroboh. Ia kuatirkan akan membikin gusar orang tua itu
hingga tambah tidak mau ditumpangi, maka lantas
membentak kepada kawannya itu:
"Gouw-toako jangan berlaku tidak pantas terhadap orang
tua. Kalau Locianpwee ini tidak sudi, kita juga tidak bisa
memaksa." sehabis berkata lalu berkata pula kepada orang
tua itu: "Barusan sahabatku ini berlaku kasar terhadap
Locianpwee, boanpwee disini mohon locianpwee supaya
suka memberi maaf." Jawaban orang tua itu sungguh-sungguh diluar dugaan
orang bukan saja tidak gusar terhadap Gouw Ya Pa yang
perlakukan padanya begitu kasar sebaliknya malah berkata
kepada sitolol itu sambil tertawa:
"Mendingan sitolol yang berterus terang, aku siorang tua
justru tidak suka banyak pernik. Mari, mari aku nanti antar
kau kesana." menggapai kepada Ho Kie dan Auw-yang Khia.
"Mengapa kalian berdua masih berdiri seperti patung"
Apakah kalian masih ingin mencari isteri dipulau ini?"
Ho Kie dan Auw-yang Khia lantas lompat kedalam
sampan. Selagi hendak mencari tempat duduk mendadak
orang tua itu berkata pula:
"Aku antar kalian kesana tidak apa tapi kalian haras
menpunyai liangsim, tidak boleh mencuri barangbarangku."
Auw-yang Khia yang mendengar perkataan si orang tua
itu, hatinya merasa tidak boleh mencuri barang-barangku.
Auw-yang Khia yang mendengar perkataan siorang tua
itu hatinya merasa tak enak, wajahnya merah seperti
kepiting direbus. Siapa tahu orang tua itu malah menggoda padanya:
"Hai, laoko ini bagaimana sih" Apakah terserang
penyakit panas mendadak" Mengapa wajahnya begitu
merah?" Auw-yang Khia sejak melihat orang tua itu belum pernah
membuka mulut. Ia merasa seperti pernah kenal dengan
orang tua ini, tapi tak ingat lagi dimana pernah bertemu.
Tatkala dengar perkataan orang tua itu yang seolah-olah
menggoda dirinya, ia sadar maka cepat ia memberi hormat
seraya berkata: "Locianpwee. ini tentu adalah orang tua yang disebut
mempunyai gelar Nelayan empat penjuru lautan yang
namanya sangat kesohor! Disini Auw yang Khia memberi
hormat!" Orang tua itu lantas tertawa bergelak-gelak, kemudian
berkata: "Auw-yang Khia, aku kira kau sudah tidak kenal
aku siorang tua lagi!"
"Boagpwee tadi kesalahan mata, kalau tidak locianpwee
yang mengingatkan, hampir saja tidak berani mengenali."
jawab Auw-yang Khia sambil tertawa.
Kiranya si Nelayan empat penjuru lautan ini adatnya
sangat kukoay ia benci sekali terhadap kejahatan, asal saja
urusan begitu terjatuh ditangannya, Kalau tidak binasa pasti
orang bersangkutan akan cacad seumur hidupnya.
Tapi, ia sebaliknya ada orang yang paling gemar
menolong orang yang berada dalam kesulitan. Ho Kie
bertiga kali ini kalau tidak bertemu dia, jangan kata bisa
sampai ke Lam bay, mungkin jiwanya sudah hilang
ditengan jalan. Tidak sampai setengah hari, Nelayan empat penjuru
lautan itu sudah mengantarkan Ho Kie. Kala hendak
meninggalkan padanya, ia masih memberi pesanan
demikian: "Kau sampaikan kepada Cit-cie Sin ong bahwa aku si
nelayan tua tidak lama kemudian hendak menjumpai
padanya." Ho Kie bertiga setelah mengucapkan terima-kasih, lantas
berjalan menuju ke Pho-tho untuk mencari si Nikouw tua
Thian sim Sin-ni . . Tidak antara lama dari jauh mereka sudah dapat melihat
ada sebuah kuil yang dikelilingi oleh banyak pohon, hingga
nampaknya seperti rimba. Saat itu cuaca sudah mulai gelap, didalam kuil lapatlapat
ada sinar lampu. Ho Kie lalu berkata kepada Auw-yang Khia: "Auw-yeng
cianpwee, tempat ini terpisah dari Pho tho rasanya sudah
tidak jauh lagi, bagaimana kalau kita jalan cepat sedikit?"
Belum sampai Auw-yang Khia menjawab, Gouw Ya Pa
sudah nyeletuk, "Pergilah kalian berdua. aku Gouw Va Pa memang ada
seorang yang tidak ada gunanya, pergi dangan kalian tidak
beda sebagai rintangan, ada lebih baik kalian jalan dengan
jalan kalian sendiri, dan aku akan jalan dengan jalan
sendiri." Ho Kie menampak ia ngadat, buru-baru lompat
mencegah padanya seraya berkata: "Gouw toako, kau
kecapa" Tanpa sebab mengapa kau ngambek?"
Gouw Ya Pa sebetulnya belum pernah berani ngambek
terhadap Ho kie, kali ini entah apa sebabnya ia mendadak
jadi demikian. "Kau masih tanya aku mengapa tidak tanya dirimu
sendiri" Kalian berdua dengan mengandalkan ilmu lari
pesat yang lebih atas dari padaku si orang she Gouw.
sengaja lari semaunya, ini masih tidak apa, dan sekarang
setelah sudah dekat ditemgat tujuannya, kau lantas minta
orang jalan lebih lekas, bukankah ini berarti kau sengaja
hendak meninggalkan aku si orang she Goow ?"
Ho Kie pikirannya selalu ditunjukan kepada Thian Sim
Sin-nie, sehingga tidak memperhatikan keadaannya Gouw
Ya Pa. Dan setelah Gouw Ya Pa mengucapkan demikian ia
baru lihat bahwa sahabatnya ini memang benar keadaannya
sudah sangat lelah sekali, keringatnya sudah membasahi
sekujur badannya, napasnya memburu seperti kerbau. Maka
ia buru-buru menghibur: "Gouw toako, barusan karena aku memikiri ingin lekaslekas
bisa menemui Thian sim Sin-nie sehingga tidak
memperhatikan keadaan toako, harap toako maafkan saja
kekeliruanku ini." Auw-yang Khia juga membujuk supaya Gouw Ya Pa
jangan mengambil dihati terus. Dengan demikian barulah
sitolol itu menjadi tenang.
Tiga orang itu sekarang terpaksa jalan perlahan-lahan,
ketika sudah gelap baru tiba didepan kuil.
Kuil itu dibangun dibawah kaki bukit, ternyata ada
merupakan bangunan yang megah. Disamping kuil yang
sangat besar, masih ada bangunan rumah yang tidak kurang
dari ratusan jumlahnya. Ruangan sembahyang berada ditengah-tengah kuil
kamar tempat semedi terpisah di kedua sisi. Disamping itu
masih ada lagi ruangan belakang yang terpisah beberapa
tombak dengan ruangan tengah, mungkin untuk
kepentingan menginap para tamu.
Kuil itu terpancang sebuah papan nama yang tertulis
dengan huruf emas PHO THO SIE.
Ketika mereka bertiga tiba didepan pintu kuil, selainnya
suara ketokan bokhie dan suara membaca kitab, tidak
terdengar suara lainnya juga tidak kelihatan ada orang
berjalan mundar mandir. Ho Kie diam-diam lantas berpikir, nampaknya disini ada
tempatnya orang-orang beribadat tinggi kalau kita bertiga
masuk sekarang sembarangan para padr yang tidak tahu
apa sebabnya, mungkin akan menimbulkan kesalah
paham.Lebih baik aku masuk dulu untuk menyampaikan
maksud kita semua, Ia lalu minta Auw Yang Khia dan Gouw Ya Pa
menunggu dulu diluar. Auw Yang Khia adalah seorang kang-ouw ulung, sudah
tentu mengerti. Tapi Ho Kie kuatir nanti Gouw Ya Pa
ngambek lagi, maka ia lantas memberi penjelasan.
Dengan seorang diri Ho Kie masuk kedalam kuil.
Dalam kuil itu ternyata sunyi sekali, tidak kelihatan satu
orang pun juga. Tapi lampu didalam kamar pada menyala.
hingga keadaannya terang benderang. Sedang suara orang
membaca kitab bisa terdengar sangat nyata.
Ho Kie tidak berani berlaku semberono, tapi kalau
menunggu terlalu lama ia kuatir Gouw Ya Pa dan Auw
Yang Khia tidak sabar. Oleh karenanya, maka terpaksa
memberanikan diri. ia ulurkan tangannya untuk mengetok
pintu dengan perlahan. tapi tidak ada jawaban apa-apa.
Pada saat itu, entah sejak kapan Goaw Ya Pa sudah
berada dibelakang dirinya, menampak ketokan pintu Ho
Kie tidak dapat mendapat jawaban. sebagai seorang yang
beradat kasar menyaksikan keadaan demikian. sudah tentu


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas menjadi gusar. Maka dengan tidak banyak bicara, ia lantas mengetok
pintu dengan kepalan tangannya sedang mulutnya lantas
berkaok-kaok: "Hei, didalam ada orang apa tidak" Lekas bukakan pintu!
Aku Gouw Toaya ada sedikit urusan hendak menanya
kalian." Kuil Pho tho sie yang selamanya tenang malam ini entah
dari mana telah dapat kunjungan orang sembrono yang
gembar-gembor sembari mengetok-ngetok didepan pintu.,
Kalau hal ini terjadi ditempat lain, mungkin sudah bisa
menirmbulkan kerewelan. Namun para paderi didalam kuil ini semuanya ada
orang-orang beribadat tinggi-tinggi, selamanya tidak pernah
menyampuri urusan luar, juga tidak ada orang yang datang
Kesitu untuk mencari satori.
Dan kini perbuatan sitolol yang tidak tahu diri itu benarbenar
mengejutkan para paderi didalam kuil tersebut.
Sebentar kemudian pintu yang besar dan tebal itu telah
terbuka, dari dalam keluar seorang paderi tua yang usianya
kira-kira sudah seratus tahun lebih.
Paderi tua itu lantas dapat melihat seorang muda sedang
mengomeli seorang pemuda tinggi besar berwajah hitam:
"Gouw toako, bagaimana kau berbuat begini sembrono"
tahukah kau ini tempat apa" Apakah kau kira boleh kita
memasuki secara sembarangan" Kalau toako berbuat
demikian, bukan saja menggagalkan pesan suhu, tapi juga
akan membahayakan jiwaku dan toako sendiri. Selanjutnya
aku harap toako suka berpikir dulu sebelum bertindak."
Gouw Ya Pa rupanya tahu kalau dirinya telah bersalah,
maka ia diam saja diomeli oleh Ho Kie.
Padri tua itu yang menyaksikan keadaan demiklan
kembali melihat dandanannya sang tetamu lantas
mengetahui kalau mereka dari tempat jauh, maka ia juga
tidak terlalu menpermasalahkannya.
Sambil merangkapkan kedua tangannya padri tua itu lalu
memberi hormat seraya berkata:
"Sicu datang dari mana dan ada keperluan apa
mengunjungi gereja kami ini?"
Ho Kie menampak padri itu memperlakukan padanya
dengan sikap yang sopan santun, ia juga tidak berani
berlaku ayal, dengan cepat ia menghampiri untuk memberi
hormat kemudian baru menjawab.
"Boanpwee Ho Kie. datang dari lembah Patah Hati, atas
perintah suhu almarhum, datang kegereja ini hendak
mencari Thian sim Sin-nie Locianpwee. entah Losiansu
sudi memberitahukan atau tidak ?"
Padri tua itu setelah mendengar perkataan Ho Kie
nampak berpikir kemudian baru berkata pula:
"Sicu datang dari tempat yang sangat jauh lagi pula juga
ada membawa tugas suhu. lolap seharusnya. . . ."
Ho Kie yang melihat padri tua itu agaknya mempunyai
kesulitan apa-apa yang tidak bisa dijelaskan kepada orang
lain, ia mengetanui bahwa dalam hal ini pasti ada sebabsebabnya
maka lantas baru-buru berkata:
"Losiansu, ijinkan boanpwee memberi sedikit keterangan
lagi. Suhu boanpwee adalah Toan-theng Lojin, ketika
hendak menutup mata telah memberikan pesan terakhir,
Boanpwee diminta dengan sangat agar setelah suhu
meninggalkan dunia, boanpwee harus mengunjungi gereja
ini untuk menjumpai Thian sim Sin-nie untuk
menyampaikan berita tentang kematian suhu. Lain dari itu
boanpwee tidak mempunyai niat apa-apa lagi. Mohon
Losiangu memaafkan banyak-banyak."
Padri tua itu melihat Ho Kie berkemauan keras dengan
sujud, maka lantas berkata:
"Lolap bukannya tidak mau mengantarkan sicu kesana,
hanya orang yang hendak kau ketemui itu adatnya sangat
aneh luar biasa. Sejak datang kegereja kami ini, sampai
sekarang sudah dua puluh tahun lebih lamanya, selama itu
ia tidak suka menemui siapa saja. Barangkali sicu juga
tidaK akan dikecualikan."
"Ucapan Locianpwee memang benar. Suhu boanpwee
sebelum menutup mata juga pernah menyebutkan tentang
adatnya Thian sim Sin-nie Locianpwee, maka ia memesan
boanpwee harus bisa menahan sabar?"
Paderi tua itu menghela napas dan akhirnya berkata,
"Baiklah, kalau sicu berkeras hendak menemui dia, lolap
akan mencoba membantu sebisanya." lalu ia panggil paderi
kecil seraya berkata: "Kau ajak ketiga sicu ini pergi ke Pek-in-gay dibelakang
gunung untuk menemui Thian-sim Sin-nie. Kau antar
mereka sampai ditepi bukit dan segera balik."
Selanjutnya paderi tua itu berpesan kepada Ho Kie,
"Ho sicu, jika dia berkeras tidak suka menerima kau. kau
juga tak usah memaksa, lekas kembali saja."
"Losiansu tidak usah kuatir. boanpwee sudah mengerti."
jawab Ho Kie sambil menjura.
Paderi tua itu lalu memberi hormat.
"Sicu pergilah, Hati-hati sedikit, segala hal semua
tergantung pada kemauan Tuhan. maaf lolap tidak bisa
mengawani kau lama-lama."
Setelah berkata begitu si padri tua itu lantas masuk
kedalam gereja lagi. Si paderi kecil yang mengantarkan Ho Kie bertiga tidak
lama kemudian sudah sampai dibelakang bukit yang
dimaksud. Paderi kecil itu lalu menunjuk kesebelah kiri
bukit dan berkata kepada Ho Kie:
"Itu adalah Pek-in gay. Silahkan sicu pergi sendiri
Siaoceng tak berani mengawani lebih lanjut."
Ho Kie mengucapkan terima kasihnya pada paderi kecil
ini dan kemudian berkata kepada Gouw Ya pa dan Auwyang
Khia: "Disini adalah kediamannya Thian Sim Sin-nie
locianpwee. Kalau kita mengunjungi bersama-ama,
Locianpwee pasti tidak suka menemui kita. Aku lihat lebih
baik jiewie suka bersabar sedikit aku akan menjumpai
seorang diri. Jika Thian sim Sin-nie mengijinkan aku
mengunjungi padanya, itu ada lebih baik. Seandainya tidak,
aku pasti akan memberitahukan kepada jiewie."
Auw-yang Khia lalu berkata: "Adat orang tua itu kalau
betul-betul begitu aneh, barangkali tidak berhasil, kau harus
berusaha sedapat mungkin agar tak kecewa pesan Suhu."
Kala itu Ho Kie hatinya berduka maka ia hanya
menjawab sambil pejamkan mata: "Aku mengerti."
Ketika Ho Kie sudah dekat berada dimulut goa, keadaan
disekitarnya sangat indah pemandangannya dan tenang
suasananya. Pohon-pohon kembang dengan menyiarkan bau harum
yang semerbak hampir memenuhi sekitar lapangan didekat
goa itu. Di kedua sisi mulut goa terdapat air mancur yang
mengalirkan airnya yang jernih. Diam-diam Ho Kie
berpikir: "Diluar goa saja yang mempunyai pemandangan
yang begini menarik hati, siapa sangki didalamnya di diami
seorang luar biasa dari rimba persilatan yang dirundung
nasib malang." Ho Kie sudah tidak mempunyai kegembiraan untuk
menikmati pemandangan disekitar tempat itu maka lantas
berjalan menuju kemulut goa!
Baru saja kakinya menginjak mulut goa tepat didepan
Ho Kie kira-kira tiga tindak jauhnya
Ho Kie dengan cepat mundur beberapa tindak, diamdiam
ia merasa bersyukur yang kepalanya tidak kena
ketimpa batu besar itu. Selagi hendak berjalan terus, tiba-tiba dari dalam goa
terdengar suara wanita yang sangat dingin:
"Bocah dari mana" Apakah kau tidak tahu kalau Pek-in
gay tidak mengijinkan orang luar menginjakkan kakinya
disini?" Ho Kie yang mendengar suara itu diam-diam merasa
bergidik. Setelah berpikir sejenak, ia lalu menjawab dengan
suara nyaring: "Boanpwee adalah Ho Kie, dengan membawa pesan
suhu boanpwee sengaja datang kemari untuk menemui
Locianpwee hendak menyampaikan soal pentingnya
dihadapan Locianpwee sendiri."
"Tidak perduli kau datang dari mana juga. aku tetap
melarang kau masuk kemari. Lebih baik kau lekas berlalu.
Kalau tidak, Kau nanti hendak pergi juga sudah tidak
keburu lagi." katanya pula dari dalam goa dengan suaranya
yang tetap dingin. -oo0dw0oo- Jilid 14 Tamat KALAU DIRINYA ditolak untuk menemui Nikouw tua
itu. hal itu menang sudah diduga oleh Ho kie semula, maka
ia tak terlalu susah hati dan masih bisa menjawab dengan
tenang: "Boanpwee hanya ingin menemui Cianpwee sekejap
saja. Jika boanpwee sudah menyampaikan pesan suhu.
boanpwee akan segera berlalu, tidak mempunyai
permintaan lainnya."
Suara dari dalam goa itu menjawab dengan gusar,
"Aku suruh kau segera pergi! Dengar atau tidak. Perlu
apa mesti banyak rewel?" Ucapan itu lalu disusul oleh suara
bentakan dan sambaran angin kuat kearah diri Ho Kie.
Ho Kie yang tidak berjaga-jaga, selagi hendak maju lagi
setindak mendadak merasa disambar oleh angin yang kuat.
Cepat ia memutar tubuhnya hingga terhindar dari sambaran
angin dahsyat itu. Sesaat itu hampir saja Ho Kie naik darah menghadapi
perlakuan yang agak keterlaluan dari Thian-sim Sin-nie,
tetapi ketika ia ingat pula pesan suhunya almarhum, maka
sebisanya ia menahan perasaan gusarnya.
Dengan tekad bulat, perlahan-lahan Ho Kie masuk lagi
kedalam goa seraya berkata,
"Locianpwe, sekalipun kau binasakan boanpwee dissni,
boanpwee juga ingin menjumpai kau dulu barang sekejap."
"Baiklah! Kalau kau benar-benar tidak takut mati,
bolehlah coba-coba!"
"Boanpwee bukannya tidak takut mati, kalau Lociapwee
menghendaki boanpwee mati, terpaksa boanpwee akan
menantikan kematian itu dengan pejamkan mata."
Selagi bicara itu. Ho Kie berjalan sudah semakin dekat
sehingga suara itu terdengar semakin jelas.
Selagi Ho Kie hendak maju lagi, mendadak terdengar
suara bentakan bengis, "Berdiri disitu! Tidak boleh maju setengah langkah lagi.
Kalau tidak, aku akan benar-benar bikin kau binasa."
Ho Kie tundukkan kepala, tidak menjawab masih tetap
berjalan kedalam goa. Pada saat itu terdengar pula ketawa dinginnya Thian sim
Sin-nie yang lalu disusul oleh ucapannya.
"Baik! Kau benar-benar tidak takut mati!"
Sebentar saja kelihatan debu berbamburan keadaan
dalam goa itu menjadi sangat gelap. Ho Kie mengetahui
bahwa kekuatan tenaga dalam itu sangat hebat sekali. maka
ia tidak berani menyambari. Cepar-cepat ia mendekati
dinding goa dan dia berpegangan teguh pada dindingnya
sambil mempersiapkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Tapi pada saat hendak bersiap-siap, kekuatan yang hebat
itu sudah menyambar kearah dirinja.
Ho Kie hanya merasakan seperti ada batu ribuan kati
beratnya yang menerjang dari depan dadanya, sehingga
dadanya dirasakan bergolak hebat dan lantas hilang
ingatannya. Ternyata Ho Kie yang terpental oleh kerena serangan
tangan Thian Sim Sin-nie tadi telah melayang seperti
layang-layang yang putus talinya dan akhirnya jatuh
ditanah tidak ingat orang lagi.
Entah berapa lama, ketika Ho Kie siuman kembali. ia
merasakan badannya sudah tidak mempunyai kekuatan
jang berarti lagi, ia coba merayap bangun, tetapi akhirnya
jatuh lagi. Dadanya dirasakan sakit darah segar keluar dari
mulutnya. sehingga membasahi sekujur badannya dan
lantai didalam goa. Tetapi semua penderitaan itu tidak mau membuat Ho
Kie melupakan pesanan suhunya. Asal jiwanya masih ada
ia pasti tidak akan mengecewakan mendiang suhunya.
Keadaan Ho Kie saat itu sesungguhnya sangat
mengenaskan, ia kertak gigi untuk mempertahankan dirinya
jangan sampai terseret oleh tangan maut, Dengan
sempoyongan ia coba masuk kedalam goa lagi. tetaoi baru
saja jalan beberepa tindak. kembali jatuh tengkurap.
Mulutnya menyemburkan darah segar.
Entah sudah beberapa banyak waktu dibuang dengan
jatuh bangun ia terus memasuki goa.
Ketika ia membuka matanya yang lain, dilihatnya
didalam goa itu ada sedikit penerangan. Lapat-lapat ia
dapat melihat seorang wanita berbaju hijau sedang duduk
bersila pejamkan mata, ia pikir, ia tidak boleh membiarkan
wanita itu mengetahui keadaan mukanya, karena hal itu
mungkin akan menunjukkan kelemahannya sendiri.
Sesuatu pikiran yang kuat telah memaksa Ho Kie terus
bertahan. Sambil kertak gigi dan mengerahkan sisa
tenaganya yang tersisa ada ia paksa berdiri.
Dengan badan sempoyongan ia berjalan maju lagi, apa
alia kemudian ketika lima tindak didepan Thian sim Sinnie,
mendadak kepalanya dirasakan puyeng dan akhirnva
jatuh rubuh. Thian sim Sin-nie yang sedang bersemedi, agaknya
dikejutkan oleh suara jatuhnya Ho Kie, ketika ia membuka
matanya mengawasi Ho Kie, lantas berbangkit dan dari
sakunya ia mengeluarkan sebuah botol Kecil, ia keluarkan
dua butir obatnya dimasukkan kedalam mulut Ho Kie,
setelah mana ia duduk lagi ditempat semula.
-oo0dw0oo- APA sebabnya Thia sim Sin-nie yang semula begitu
dingin turunkan tangan telengas pada Ho Kie, sekarang
ketika melihat Ho Kie dalam keadaan pingsan lantas


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberikan obat untuk menolong jiwanya "
Sejak ia meninggalkan Toan-theng Lojin. dengan hati
patah ia telah datang kegereja Pho tho ini. tetapi ia tidik
mau tinggal didalam gereja yang dianggapnya masih ramai,
ia mengasingkan dirinya didalam goa Pek-in gay yang sunyi
tenteram. Sudah dua puluh tahun lebih lamanya ia berdiam
didalam goa yang sunyi itu. diam-diam telah bersumpah
tidak akan menemui siapa juga.
Selama dua puluh tahun ini hatinya sudah tenang jernih
seolah-olah air dari sumber mata air. ia sudah bisa hidup
menyendiri secara demikian, tidak menghendaki orang lain
datang mengganggu padanya.
Ho Kie baru tiba didepan mulutnya goa, ini sudah
mencegah sedapat mungkin. Karena peringatannya tidak
digubris, maka dalam gusarnya ia lantas melancarkan
serangan tangannja. Tetapi setelah ia melancarkan serangan lantas timbul
perasaan penyesalnya, ia menyesalkan dirinya sendiri yang
tidak seharusnya turunkan tangan begitu berat terhadap
orang yang belum dikenalnya.
Semula ia mengira Ho Kie pasti binasa karena
serangannya tadi, Maka ia tadi pejamkan mata untuk
menghilangkan rasa menyesalnya.
Tiba-tiba ia telah dikejutkan oleh rubuhnya badannya Ho
Kie. ia girang si korban tak sampai binasa, maka ia lantas
memberikan obatnya. Setelah menelan obat pilnya Thian sim Sin-nie yang
sangat mujarab, tidak berapa lama kemudian Ho Kie sudah
siuman kembali. Ia coba menjalankan pernapasannya, ia
merasa tidak ada yang sakit urat-urat dan darahnya sudah
jalan seperti biasa. Ketika ia mendongak, dilihatnya Thian-sim sin-nie
tengah mengawasi dirinya maka lantas hendak berbangkit.
Tetapi baru saja hendak menggerakkan badannya. Thian
sim Sin-nie sudah berkata padanya,
"Lukamu sangat parah nak, meskipun sudah makan
obatnya yang sangat mujarab, tetapi untuk sementara belum
bisa memulihkan kesehatanmu."
Ho Kie melihat wanita itu tidak begitu dingin lagi
sikapnya, bahkan katanya sudah memberi obat kepadanya,
hatinya merasa sangat terharu, maka lantas berkata
dengaan suara terputus-putus.
"Locianpwee, kau....kau....kau...."
Thian Sim Sin-nie lantas cepat-cepat mencegah: "Sudah,
sudah, kau mengaso dulu sebentar. Nanti aku hendak
bertanya beberapa hal kepadamu."
Sehabis berkata ia lalu memejamkan lagi matanya
membisu. Ho Kie melihat Thian sim Sin-nie memejamkan mata
tidak berani mengganggu. terpaksa hanya bisa duduk
didepannya sambil bersemedi untuk memulihkan kekuatan
tenaga. Hanya oleh karena merasa badannya terlalu letih,
dengan tidak terasa ia telah tertidur kepulasan. Ketika ia
mendusin dilihatnya Thian-sim Sin-nie masih duduk
bersila. sambil pejamkan mata.
Ho Kie tidak berani mengganggu, terpaksa ia
menantikan lagi didepannya.
Lama sekali sang waktu berlalu..,.
Tiba-tiba Thian sim Sin-nie membuka matanya dan
bertanva kepada Ho Kie: "Kau kata kau bernama Ho Kie sebetulnya atas perintah
siapa kau datang kemari?"
Ho Kie cepat-cepat berlutut dan menjawab: "Kedatangan
boanpwee adalah atas pesan suhu untuk menyampaikan
beberapa kata dihadapan Locianpwe"
"Siapa suhumu itu" Pesan apa yang hendak disampaikan
kepadaku" Dan bagaimana dia mendapatkan kematiannya.
coba kau jelaskan." "Suhu boanpwe adalah Toan-theng lojin."
Thian sim Sin-nie ketika mendengar disebutnya nama
Toan-theng Lojin. wajahnya yang dingin kelihatan berobah.
Tetapi sesaat kemudian sudah pulih menjadi tenang
kembali. "Dengan cara bagaimana dia mendapat kematiannya"
Dan pesan apa yang dia suruh kau sampaikan padaku?"
Ho Kie lantas menceritakan bagaimana Toan-theng
Lojin telah dibikin celaka oleh Hian kui-kauw. Ia
menuturkan ceritanya itu sembari menangis terisak-isak,
sehingga orang yang berhati bajapun rasanya juga tidak
dapat menahan rasa pilunya.
Akhirnya Ho Kie berkata, "Sesaat sebelum menarik napas yang penghabisan Suhu
telah berkata demikian; 'Aku telah hidup menyendiri telah
beberapa puluh tahun lamanya, Aku merasa sangat
menyesal terhadap semua kesalahan yang sudah lalu.
Tetapi yang sudah aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya
memperbaiki kesalahanku untuk menebus dosa. dosaku
yang sudah lalu." Thian sim Sin-nie yang mendengarkan bicaranya Ho Kie
tadi, sesaat seolah-olah seperti sudah berobah menjadi
seorang yang linglung, mulutnya berkemak-kemik berkata
pada dirinya sendiri, "Sudan dua puluh tahun. Ya sekejap saja dua puluh
tahun sudah berlalu, dilain penitisan hendak memperbaiki
kesalahan. Sekalipun ada lain penitisan. apa yang akan bisa
diperbaiki?" Setelah mengeluarkan kata-kata ini matanya kelihatan
mengembang air matanya. Thian sim Sin-nie adalah seorang wanita yang kukuh
dengan adatnya sendiri apa yang sudah dilakukan
selamanya belum pernah ia merasa menyesal. Tetapi dalam
soal itu, rupa2nya ia mempunyai sedikit penjelasannya itu,
apakah patut diceritakan kepada pemuda yang berada
didepannya sekarang ini" Tidak! Riwayat yang mengenakan
atas dirinya itu akan disimpan didalam lubuk hatinya
sendiri untuk selamanya, juga terpaksa seperti apa yang
dikatakan oleh Toan-theng Lojin, ia akan memperbaiki
dilain penitisan. Setelah ia menenangkan pikirannya kembali, lalu ia
berkata kepada Ho Kie. "Yang kau sebutkan Hia kui kauw tadi sebetulnya ada
orang berupa apa" Mengapa partai besar pada peluk tangan
saja ?" "Cianpwee masih belum tahu, boanpwe karena berusaha
hendak menolong diri suhu telah masuk kelembah Kui-kok
dengan menempuh bahaya, sedangkan diantara sembilan
ketua partai besar yang juga datang kelembah Kui Kok itu,
delapan diantaranya sudah binasa. Menurut pikiran
boanpwee, untuk dewasa ini barangkali sudah tidak ada
orang lagi yang dapat menandingi Hian kui kauw lagi."
"Apa kau tidak ingin menuntut balas untuk suhumu ?"
"Boanpwee bukan saja hendak menuntut balas bagi suhu
tetapi juga hendak menuntut balas sakit hati ayah serta
jiwanya delapan ketua partai besar yang binasa dilembah
Kui kok." "Apa kau yakin kuat menandingi Hian kui kauw ?"
"Sekalipun boanpwee harus binasa dilembah Kui kok
juga akan mencoba." Thian sim Sin-nie berpikir sejenak, lalu berkata:
"Aku seharusnya juga mesti turut membantu kau terapi
sudah berapa puluh tahun lamanya aku tidak muncul
didunia Kangouw, lagi pula aku juga tidak ingin ceburkan
diri dalam kancah pergolakan itu. Tetapi biar bagaimana
juga aku tidak akan membiarkan kedatanganmu ini secara
cuma-cuma. Beberapa puluh tahun lamanya, kediamanku
ini aku tidak ijinkan dimasuki oleh seekor burungpun.
Tetapi ketulusan hatimu terhadap suhumu sehingga tidak
menghiraukan jiwanya sendiri kau telah masuk kedalam
goaku ini, kuanggap kau berjodoh denganku, maka aku
hendak memberikan sedikit bantuan padamu dengan
beberapa pil obat ini yang mungkin ada paedahnya bagimu
dikemudian hari." Ia lalu mengeluarkan dua botol yang berwarna merah
dan kuning, Sambil perlihatkan dua botol itu ia berkata;
"Aku telah gunakan waktuku beberapa puluh tahun
lamanya, baru berhasil membuat dua macam obat ini. Obat
dalam botol kuning ini isinya hanya tiga butir pil kalau kau
hendak bertanding dengan musuh, lebih dulu kau ambil
satu butir, taruh dalam mulutmu. Ia adalah pemunah
terhadap segala macam racun berbisa. Sedangkan obat yang
berada dalam botol merah ini tadi kau sudah makan. Dalam
botol ini masih ada delapan butir. Asal orang yang terluka
masih bernapas sesudah minum pil ini dalam waktu satu
jam pasti akan bisa sembuh kembali."
Selagi hendak menyerahkan dua botol obat itu, mata
Thian Sim Sin-nie menatap wajah Ho Kie.
"Aku seperti merasakan," katanya pula, "dirimu telah
diliputi napsu membunuh yang sangat hebat, maka obat ini
setelah kuberikan padamu. kau harus ingat betul
nasehatku." "Nasehat Cianpwee, sudah tentu boanpwee akan
memperhatikannya baik-baik."
"Sebetulnya juga bukan apa-apa, hanya kali ini kau pergi
menuntut balas, sedapat mungkin jangan sampai
membinasakan jiwa orang yang tak berdosa. Kau harus
tahu bahwa dalam pelajaran Buddna ada kepercayaan
adanya hukum timbal balik. Apakah dalam hal ini kau
sanggup menerima?" Ho Kie menyahut sambil angguk kepala: "Nasehat
Cianpwe yang sangat berharga akan boanpwee ingat
selamanya." Thian sim Sin-nie lalu menyerahkan kedua botolnya itu.
Ho Kie menyimpan dua botol itu dalam sakunya dan
mengucapkan terima kasih kepada Thian sim Sin-nie. Baru
saja ia hendak berlalu tiba-tiba dipanggil oleh Thian sim
Sin-nie. Ho Kie merasa heran, ia mengira Nikow tua itu masih
mempunyai pesanannya apa-apa lagi, maka buru-buru
urungkan maksudnya berlalu.
Ia lihat Thian sim Sin-nie dengan air mata berlinang
memandang dirinya, Ho Kie dengan hati haru bertanya,
"Locianpwce, masih ada yang hendak dipesan kepada
hoanpwee?" Ditegor demikian, Thian sim Sin-nie agaknya tersadar
dari lamunannya, maka buru-buru menjawab,
"Aaa.. ! Tidak apa-apa, pergilah!" tetapi kemudian ia
berkata pula. "Yah, Ho-siaohiap kepergianmu ini entah
kapan kau akan balik lagi untuk menengok aku?"
Pertanyaan ini diluar dugaan Ho Kie. hingga ia tidak
bisa menjawab. Sesaat lamanya ia berdiri terpaku.
Thian sim Sin-nie mengira anak muda itu masih ingat
perlakuannya yang kurang pantas barusan, maka dengan
tak terasa telah mengucur air mata.
Ho Kie merasa aneh orang tua itu telah mengucurkan air
mata, buru-buru berkata: "Locianpwee, jangan terlalu bersedih hati. Ho Kie asal
urusan pribadinya selesai pasti akan balik lagi untuk
menengok Locianpwee."
Mendengar jawaban jang sungguh-sungguh itu, Thiansim
Sin-nie agaknya merasa puas, maka lantas berkata pula
sambil angguk-anggukkan kepala.
"Sudah. kau pergilah! Asal kau sudah berkata demikian,
aku mati juga mataku meram ...."
Sekarang kita balik melihat Go Ya Pa dan Auw-yang
Khia yang menunggn Ho kie dipinggir goa Dengan tanpa
dirasa, dua hari dua malam sudah berlalu, tapi masih belum
kelihatan Ho Kie Keluar dari dalam goa.
Selagi mereka hendak menerjang masuk untuk mendapat
kepastian tentang nasibnya Ho Kie, pada saat itu justru
telah dapat melihat anak muda itu berjalan keluar dari
dalam goa. Begitu melihat Ho Kie keluar dalam keadaan selamat.
Gouw Ya Pa lantas maju menghampiri dengan lagak seperti
arak kecil. "Saudara Ho apa kau tidak mendapat halangan"
Mengapa begitu lama kau berada didalam" membuat aku
gelisah. Karena tidak mendapat izinmu. aku tak berani
masuk ke goa. Kini setelah dapat melihat kau, barulah lega
hatiku!" Ho Kie lantas bercerita pengalamannya didalam goa
kepada kedua kawannya. Auw-yang Khia lalu bertanya:
"Nikouw tua tu adalah seorang yang beradat sangat aneh
luar biasa. Biasanya untuk dapat menemukannya saja
sangat sulit. Bagaimana dia mau memberikan ooat yang
telah berhasil dibuatnya selama seumur hidupnya."
Ho Kie lantas menjawab sambil menghela napas:
"Auw-yang Cianpwee. kita dulu hanya mendengar saja,
Thian Sim Sin-nie Cianpwee ternyata seorang ketus. Kali
ini aku setelah menemui orang tua itu telah merasa bahwa
dia sebetulnya adalah seorang yang penuh cita rasa. Cuma
oleh karena terpengaruh oleh terjadinya sesuatu perubahan
dalam hidupnya sehingga telah membuat dia merubah
sifatnya demikian rupa."
"Aih, kalau begitu, kita juga tak boleh salahkan dia.
Memang nasib manusia kadang-kadang dapat merubah
jalan penghidupan dan siapakah yang dapat menduga hari
akhir kita nanti?" kata Auw-yang Khia sambil menghela
napas. Ho Kie lalu mengalihkan perkataannya kelain soal, ia
berkata kepada Auw-yang Khia dan Gouw Ya Pa,
"Kita sudah hampir tiga bulan lamanya meninggalkan
Cit cie Sin ong Locianpwee. Barangkali ia sudah merasa
kesal menantikan kedatangan kita. Aku pikir, sebaiknya kita
lekas pulang." Malam itu juga mereka kepantai, kebetulan saat itu ada
perahu besar yang menunggu muatan
Ho Kie lalu berunding dengan kapten kapal, mereka
segera berangkat keteluk Tin-hay.


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oleh karena tidak ada gangguan angin dan ombak,
perjalanan mereka kali ini sangat lancar, maka belum cukup
satu hari sudah sampai kekota yang dituju.
Dari teluk Tin-hay ini Ho Kie bertiga lantas berjalan kaki
menuiu bukit Sin hong. Belum berapa lama bukit Sin hong
itusudah kelihatan nyata didepan mereka.
Mendadak sesosok bayangan putih dengan melompat
kilat kelihatan lari turun dari atas bukit Sin hong menuju
kearah datangnya mereka. Goaw Ya Pa yang pertama-tama dapat melihatnya lantas
berkata: "Apa itu bukannya silelaki palsu Lim Kheng ?"
"Gouw Toako, kau jangan begitu." sahut Ho Kie,
"Mengapa kau begitu buka mulut lantas mau melukai
orang" Kalau perkataanmu tadi didengar olehnya bukankah
akan menimbulkan keonaran lagi?"
Gouw Ya Pa coba memikir, ia merasa bersalah maka ia
tidak berani menjawab. Kedua orang itu selagi masih bicara, bayangan putih itu
sudah berada didepan mereka. Ketika melihat sibaju putih
memang benar nona Lim Kheng, bukan main rasa
girangnya Ho Kie, maka ia cepat-cepat bertanya,
"Lim-hiantee. bagaimana kau tahu kalau kami akan
kembali hari ini?" Lim Kheng segera menyahut: "Siapa yang mengetahui
kalian pulang hari ini. Aku hanya kebetulan saja
menjumpai kalian disini."
Ho Kie yang mendengar jawaban itu, merasa seolah-olah
kepalanya diguyur air dingin.
Kedengaran Lim Kheng sebetulnya memang hendak
menyambut Ho Kie, tetapi karena melihat Gouw Ya Pa dan
Auw-yang Khia yang juga ada disitu, maka ia merasa malu
untuk mengakui maksud sebenarnya.
Sebaliknya, Gouw Ya Pa yang merasa mendongkol.
lantas nyap-nyap (menggerutu) yang bukan-bukan. hingga
Lim Kheng panas hatinya. "Tolol ! Siapa suruh kau banyak mulut." bentaknya.
Gouw Ya Pa tidak mau mengalah. sehingga keduanva
lantas bertengkar dan hampir berkelahi.
Auw-yang Khia yang menyaksikan keadaan demikian,
hanya bisa geleng-gelengkan kepala dan minta supaya Ho
Kie yang memisahkan. Sebetulnya Ho Kie juga tidak berdaya menghadapi
Gouw Ya Pa, maka hanya bisa memberi nasehat dengan
perkataannya yang layak. Siapa tahu, Gouw Ya Pa yang biasanya dengar segala
perkataan Ho Kie, kali ini entah apa sebabnya ia tidak mau
mendengar lagi, bahkan ia menganggap Ho Kie mengeloni
Lim Kheng sehingga keadaan jadi semakin runyam.
Auw-yang Khia terpaksa turut campur tangan, dengan
susah payah akhirnya baru bisa meredakan amarah kedua
pihak, Dengan demikian, mereka berempat lalu berjalan
menuju ke bukit Sin hong.
Disana kedatangan mereka sudah dinantikan oleh Cit cie
Sin ong dan Tiauw Goan Taysu.
Setelah memberi hormat kepada mereka, Ho Kie lantas
menceritakan semua pengalamannya.
Cic ki Sin ong yang mendengar penutur- an itu lantas
berkata sambil menghela napas:
"Asmara . . .Manusia karena asmara banyak yang
menjadi rusak dirinya dan namanya. Laki-laki yang
betapapun keras hatinya. juga tidak akan luput dari
cengkramannya. . ." Kemudian ia berkata kepada Ho kie: "Kelihatannya
kalian semua sudah terlalu lelah, sebaliknya pergi mengaso
dulu, sebentar kita berunding lagi."
Ho Kie bertiga lalu masuk kekamar belakang untuk
beristirahat. Esok harinya. pagi-pagi sekali Ho Kie sudah menemui
Cit cie Sin ong dan Tiauw Goan Taysu diruang depan.
Tidak lama kemudian Auw Yang Khia, Gouw Ya Pa
dan Lim Kheng juga pada datang saling susul.
Cit cie Sin-ong setelah mengawasi semua orang dengan
matanya yang tajam lalu berkata: "Lohu telah mendengar
kabar bahwa pengaruhnya Hian kui kauw makin lama
makin besar. Banyak orang kuat yang ditarik olehnya.
Sebetulnya bukan orang kuat sembaringan dari dunia Kang
Ouw yang dapat ditandingi. Bukan Lohu hendak
mengecilkan artinya kekuatan diri sendiri menurut
kemampuan kita dewasa ini. kalau hendak menggempur
Hian kui kauw. sebetulnya seperti telur membentur batu
dan akan mengantarkan jiwa dengan secara cuma-cuma."
Ho Kie tidak menantikan Cit-cie Sin ong berkata habis
sudah lantas berbangkit dan berkata:
"Locianpwee, meskipun boanpwee tahu benar tidak
mampu menandingi Cian tok Jit-mo, tetapi setiap kali
boanpwee teringat kematian ayah, dan delapan ketua partay
besar yang binasa ditangan mereka, boanpwee merasa
sangat gemas dan ingin segera menuntut balas bagi
mereka." Setelah mengatakan demikian. air matanya mengalir
bercucuran. Cit cie Sin ong lalu berkata sambil menghela napas.
"Barusan ucapan lohu masih belum habis, Lohu
bukannya hendak merintangi pergi menuntut balas pada
Hian kui kauw, lohu hanya menganggap bahwa soal ini
sangat penting. Kita harus rundingkan baik-baik supaya
gerakan kita kali ini nanti jangan sampai gagal."
"Kali ini menuntut balas kelembah Kui kok, boanpwee
tidak ingin merembet-rembet orang lain lagi. Dulu karena
soal ini telah mengakibatkan binasanya delapan ciangbunjin
dari partai besar. boanpwee merasa tidak enak terhadap
sembilan partai besar itu, maka kalau boanpwee ingin
menuntut balas seorang diri saja kelembah Kui kok."
Lim Kheng yang berdiri disamping lantas berkata.
"Ho Kie. kau sudah gila" Apakah kau hendak antarkan
jiwa secara cumu-cuma?"
Ho Kie mengawasi Lim Kheng dengan matanya yang
guram, lalu menjawab dengan suara duka:
"Ho Kie masih belum ingat mati, cuma Ho Kie tidak
ingin merembet-rembet diri orang lain. Sekalipn lembah
Kui kok merupakan sarang macan dan sarang naga Ho Kie
juga akan menyerbunya."
Tiauw Goan Taysu lantas berkata.
"Ho Kie, harap kau suka sedikit tenang. Soal ini bukan
hanya menyangkut dirimu seorang saja, tetapi juga ada
hubungannya dengan keselamatannya seluruh orang-orang
rimba persilatan, terutama kami dari sembilan partai besar
yang sudah mempunyai permusuhan yang begitu dalam
terhadap Hian kui-kauw. Sekalipun orang lain hendak peluk
tangan tetapi bagi kami, Siao-lim pay. tidak gampang
menghapuskan permusuhan begitu saja. Kalau kau berbuat
tanpa perhitungan, bukankah seperti apa yang dimaksudkan
dengan Cit cie Locianpwee tadi, bahwa perbuatanmu ini
seperti juga telur membentur batu?"
Auw-yang Khia lantas turut berkata juga:
"Aku sipencuri sakti ada satu akal tetapi entah boleh
dijalankan atau tidak?"
"Coba kau sebutkan. Nanti kita pelajari bersama-sama,"
jawab Tiauw Goan Taysu. "Maksudku ialah kalau menurut pendapat Ho Siaohiap
hendak membiarkan dirinya dengan sendirian menyerbu
kelembah Kui kok, ini sesungguhnya memang sangat
berbahaya dan selali-kali jangan sampai dilakukan. Tetapi
kelihatannya dia tidak bolen tidak pergi. maka disini aku
ada mempunyai satu akal yang rasanya cukup sempurna,
tetapi terpaksa harus minta pertolongan Tiauw Goan Taysu
untuk capaikan hati mengundang orang-orang kuat dari
sembilan partai supaya semua berkumpul dibukit Sin hong
ini Untuk sementara, Ho Siaohiap boleh tinggal disini,
belajar kepandaian ilmu yang tertera dalam Hian-kui pit kip
kepada Cit cie Locianpwe. Setelah orang-orang yang
diundang oleh Tiauw Goan Locianpwee itu semua datang
berkumpul kepandaian yang dipelajari oleh Ho Siaohiap
juga mungkin sudah berhasil, saat itulah baru nanti kita
pergi bersama-sama. Bagaimana kalian pikir rencanaku
ini?" "Caramu itu cocok beasr dengan pikiranku."
Cit cie Sin ong berkata, "Baiklah, begitu saja kita atur," ia
lalu menoleh dan berkata kepada Tiaow Goan Taysu,
"Pikiran Taysu bagaimana" Kalau setuju harap Taysu
suka capaikan hati sedikit."
Tiauw Goan Taysu juga menyetujui pikiran itu, maka ia
lantas berbangkit dan berkata kepada semua orang.
"Selambat-lambatnya satu bulan dan secepat-cepatnya
dua puluh hari lolap akan balik lagi kesini beserta orangorang
kuat dari berbagai partai, sekarang Lolap hendak
minta diri dulu." Dan saat itu juga ia lantas meninggalkan ruangan untuk
berlalu melakukan tugasnya.
Ho Kie juga sejak hari itu dibawah pengunjukan Cit cie
Sin ong setiap hari sampai malam bertekun menyakinkan
ilmu kepandaian yang terdapat dalam Hian kui kip jilid
pertama. Dalam Hian kui pit kip jilid pertama itu ada satu tipu
serangan yang dinamakan San Pek Tui hun ciang. Ini
adalah tipu serangan dengan tangan kosong yang hanya
terdiri dari tiga jurus, tetapi setiap jurusnya mengandung
rupa-rupa tipu yang sangat luar biasa hebatnya dan setiap
jurus juga mempunyai rupa-rupa perubahan.
Mula-mula belajar, memang Ho Kie menemukan
beberapa kesulitan, tetapi ia seorang yang cerdik, ditambah
lagi dengan pengunjukan yang cermat dari Cit cie Sin ong
maka dalam waktu beberapa hari saja ia sudah berhasil
mempelajari ilmu serangan yang sangat hebat itu, selain
dari pada itu, semua pelajaran yang terdapat dalam Hian
kui pit kip jilid pertama itu juga selama beberapa puluh hari
itu sudah dapat dipelajari seluruhnya dengan baik.
Pada suatu hari, Tiauw Goan Taysu telah kembali
bersama para ketua delapan partai besar yang
menggantikan ketua lama mereka yang telah binasa.
Cit cie Sin ong telah mengajak para tetamunya
berkumpul disebuah ruangan besar. lalu menuturkan
maksud dikumpulkannya orang-orang kuat dari berbagai
partai besar itu, alah hendak diajak bersama-sama
menumpas Hian kui kauw yang semakin lama hidupnya
merupakan bencana bagi rimba persilatan.
Pengganti ketua dari partai Kun lun pay Leng Hie
Totiang lantas berbangkit dan berkata:
"Hian kui kauw sangat ganas dan bermaksud hendak
menguasai dunia Kangouw sudah diketahui oleh semua
orang rimba persilatan maka setiap orang boleh
membinasakan pada mereka. Jangan kata Cit cie sicu
mengajak kami, sekalipun tidak diajak juga kami tentu akan
pergi kelembah Kui kok untuk menuntut balas atas
kematian Ciangbunjin kami yang lalu."
Para ketua partai lainnya juga semuanya menyatakan
setuju atas ucapan ketua partai Kun lun pay ini dan ingin
segera pergi kelembah Kui kok.
Maka oleh Cit cie Sin ong ditetapkan bahwa besok pagipagi
akan berangkat kelembah Kui-kok.
Keesokan paginya, Cit cie Sin-ong lantas mengusulkan
supaya orang itu dibagi menjadi dua rombongan.
Tiauw Goan Taysu bersama delapan ketua partay besar
dalam rombongan yang menyusul dari belakang lembah
untuk menyerepi keadaan Hian kui kauw. Jika belum
mendapat tanda dari orang-orang dari sebelah depan, tidak
boleh bergerak. Ho Kie. Gouw Ya Pa, Auw Yang Khia dan Lim Kheng
dibawah pimpinan Cit cie Sin ong sendiri masuk dari
lembah depan. Ho Kie ditugaskan yang keluar menantang perang.
Setelah pertempuran terjadi, lalu dengan api sebagai tanda
akan memberitahukan kepada rombongan Tiauw Goan
Taysu. dengnn demikian lembah kui kok akan diserbu diri
dua jurusan dengan berbareng.
Demikian rombongan orang-orang kuat dalam waktu
beberapa jam saja sudah tidak jauh terpisahnya dari lembah
Kui kok. Sekarang kita ajak pembaca menengok keadaannya Hian
kui kauw. Sejak mereka berhasil menbinasakan ketua dari delapan
partai mereka telah mengatur penjagaan sangat kuat untuk
menjaga pembalasan dari delapan partai besar itu. maka
kedatangan mereka untuk kedua kalinya ini bukan
merupakan soal luar biasa.
Tidak heran kalau kedatangan Cit cie Sin ong dan
kawan-kawannya sudah disambut oleh orang-orang Hian
kui kauw dalam keadaan siap,
Si tangan geledek Bo Pin dengan memimpin para
Tongcu yang lainnya, berdiri diatas bukit kira-kira sepuluh
tumbak jauhnya dari mulut lembah.
Ketika melihat kedatangan orang-orang yang dipimpin
oleh Cit cie Sin ong sendiri. lantas maju menghampiri dan
berkata sambil memberi hormat:
"Hian kni kauw ada mempunyai kebijaksanaannya
sampai mendapat kunjungan Cit cie Locianpwee, Bo Pin
sekalian belum menyambut kedatangan Locianpwee
sekalian hanya mewakili Kauwcu minta maaf sebesarbesarnya."
Orang she Bo ini meskipun mulutnya berkata, tapi
sepasang matanya terus mengawasi orang2 kaucu dengan
bergiliran. Maka diam2 ia merasa begitu aneh, mengapa
orang tua ini hanya membawa beberapa gelintir bocah cilik,
mengapa tak kelihatan bayangan orang-orang dari sembilan
partai besar" Tapi siorang she Bo ini seorarg yang sangat lihay, setelah
berpikir sejenak, ia lalu mengambil keputusan dengan diamdiam.
Karena ia adalah seorang yang sangat licin, meski dihati
heran, tapi diluarnya tidak menunjukkan perubahan,
bahkan masih ber-kata2 manis terhadap Cit cie Sin ong.
Gouw Ya Pa yang berdiri di samping nyeletuk:


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bo Pin, kau tak perlu jual lagak, kedatangan kami ini
hendak ambil batok kepalamu. Kematian sudah
didepanmu, perlu apa pura2 tak tahu?"
Dengan sorot matanya yang tajam dan dingin, Bo Pin
mengawasi Gouw Ya Pa sejenak tapi ia tidak berubah sikap
apa-apa, ia hanya memberi isyarat kepada Hui tun Thian
cun, yang berdiri disamping.
Hui tun Tnian cun lantas lompat maju dan berkata
sambil tertawa dingin: "Kui kok ada tempat apa" Apa kira orang macam kau ini
boleh bertingkah" Aku siorang she Cek hendak memberi
hajaran pada orang goblok seperti kau ini."
Gouw Ya Pa yang dimaki-maki sebagai orang goblok,
darahnya naik seketika, ia lalu mencabut senjatanya pecut
yang khusus dibuat oleh Cit cie Sin ong, dengan tanpa
banyak rewel lantas menghajar kepala orang she Cek itu.
Serangan Gouw Ya Pa itu tidak memakai peraturan lagi
ia merasa senjata ganas, sebab hatinya sudah merasa panas
terhadap orang Hian kui kauw.
Sebagai seorang Kang-ouw kawakan, Cek Kong Han.
atas segala tingkah laku Gouw Ya Pa, ia hanya berkelit
kesana kemari untuk menghindarkan serangan pecutnya.
dan setelah dapat kesempatan baik, ia lalu meluncurkan
senjata perisai ditangan kanannya menyodok pundak kiri
GouW Ya Pa. Gouw Ya Pa keluarkan seruan tertahan, badannya
mundur sempoyongan sampai beberapa tindak, akhirnya
jatuh ditanah. Hui tun Thian cun Cek Kong Han yang sangat ganas,
segera lompat maju hendak menghabiskan jiwa Gouw Ya
Pa. Ho Kie yang menyaksikan dari samping lantas mengirim
satu serangan yang amat dahsyat. Karena tujuannya hendak
menolong jiwa sahabatnya, maka serangannya itu ditujukan
kedada siorang she Cek. Bo Pin terlambat memperingatkan kawannya, sebab
serangan Ho Kie sudah bersarang didada Cek Kong Han,
sehingga orang she Cek itu badannya lantas terpental satu
tumbak jauhnya, kemudian jatuh ditanah untuk tidak
bangun lagi. Gouw Ya Pa ternyata tak terluka, ketika ia merayap
bangun. ia telah menyaksikan bahwa musuhnya sudah
binasa ditangan Ho Kie. Maka ia lantas berseru:
"Saudara Ho, tindakanmu sangat tepat, mari kita maju!"
Pada saat itu, seorang yang berwajah mirip dengan setan,
tiba-tiba sudah muncul didepan Ho Kie.
Ho Kie mengawasi manusia seperti setan itu sejenak, lalu
berkata; "Orang-orang Hian kui kauw dengar hari ini Siaoya
menyerbu kelembah Kui-kok untuk kedua kalinya, hanya
ditujukan kepada Cian tok Jin-mo dan Bo Pin berdua. Aku
tidak akan membunuh orang2 yang tidak berdosa, maka
siapa yang kenal gelagat harap lekas keluar dari Hian kui
kauw. Mungkin aku dapat mengampuni jiwa kalian. Tapi
jika masih tetap kepala batu, saat itu nanti jangan sesalkan
aku siorang she Ho kalau berlaku keterlaluan!"
Siang Hong Siang yang mendengar perkataan Ho Kie,
lantas membentak: "Bocah sombong, jangan kau agulkan diri, mari rasakan
tumbak yayamu!" Ho Kie melihat datangnya serangan yang begitu ganas,
buru-buru berkelit kesisi.
Siang ketika nampak serangannya mengenakan tenpat
kosong, lalu maju lagi setindak, kemudian ia putar
senjatanya, sehingga Ho Kie terkurung dalam putaran
senjata tombaknya. Tapi Ho Kie dengan tenang-tenang saja melayani dengan
ilmunya Hoan ing Sie sek, bukan saja sudah dapat
menyingkirkan serangannya Siang Hong Siang, bahkan
sudah berhasil mengirim sekali serangan tangannya yang
dahsyat. Siang Hong Siang yang tidak berhasil menyenggol diri
Ho Kie, lantas menjali kalap serangannya.
Ho Kie yang menampak Siang Hong Siang sudah seperti
binatang terluka, lalu mengerti bahwa orang she Siang ini
tidak mau diberi pengertian begitu saja, maka ia lancarkan
serangan dahsyat. Badan Siang Hong Siang melesat tinggi sambil menjerit,
darah berceceran sepanjang jalan.
Kiranya setelah lengan Siang Hong Siang sudah
terkutung oleh serangan Ho Kie tadi. Cit cie Sin ong tahu
bahwa pertempuran sudah dimulai. maka buru-buru bisiki
Auw-yang Khia, supaya menyalakan api pertandaan untuk
memberi tanda kepada rombongan yang dipimpin oleh
Tiauw Goan Taysu, agar segera bergerak,
Bo Pin menyaksikan Auw Yang Khia rmenyalakan api,
lantas mengetahui bahwa gelagat tidak baik, maka buru2
suruh beberapa Tongcu pergi kelembah belakang disamping
itu ia mengirimkan orang untuk melaporkan kepada
Kauwcunya. MENAMPAK dalam waktu sekejap saja sudah
membikin luka dua musuh2nya, Ho Kie semangatnya
makin meluap-luap. Pada saat itu, mendadak terdengar suara orang ketawa
dingin, kemudian disusul oleh sesosok bayangan orang
yang segera berdiri di depan Ho Kie.
Ketika Ho Kie mengawasi. ternyata dia adalah musuh
besarnya Bo Pin ! Seketika itu juga darah Ho Kie lantas mendidih sambil
kertak gigi dan mata mendelik ia berkata:
"Bo Pin. ajahku dengan kau mempunyai permusuhan
apa" Mengapa kau dengan menggunakan pengaruh Jie Hui
telah membinasakan ayahku " Karena perbutanmu itu maka
hari ini aku datang hendak menagih hutang!"
"Bocah yang tidak tahu diri. Tempo hari aku sudah
mengampuni jiwamu. juga karena peruntunganmu yang
bagus sehingga kau tidak binasa. Hari ini rupanya kau
datang untuk mengantarkan jiwa. Apa boleh buat aku
terpaksa membantu keinginanmu."
Sehabis berkata demikian, dengan gerakannya yang
cepat luar biasa ia sudah menyerang Ho Kie.
Serangannya itu kelihatannya sangat bernapsu, agaknya
ingin sekali pukul saja sudah dapat membinasakan musuh.
Ho Kie yang datang dengan tekad yang bulat serta
dengan persiapan yang cermat maka sebelum menghadangi
Bo Pin, ia sudah menelan obat pil yang diberikan oleh
Thian Sim Sin-nie, begitu ia melihat Bo Pin menjerang
dengan sengaja ia hendak memperlihatkan kelihayannya
dihadapan Bo Pin. Ia tidak menyingkir atau berkelit, hanya
mengibaskan tangan kirinya untuk menghalaukan sebagian
tenaga lawannya dan dengan tangan kanannya ia
menyambuti serangan Bo Pin.
Bo Pin yang melihat Ho Kie tetap berdiri ditempatnya,
diam-diam merasa girang. ia lalu menambah kekuatannya.
Ketika kekuatan kedua pihak beradu Ho Kie merasakan
lengan kanannya kesemutan, ia mundur tiga tindak baru
bisa berdiri tegak. Tetapi keadaan Bo Pin sungguh mengenaskan, ia telah
terpental mundur sepuluh tindak lebih oleh kekuatan Ho
Kie, dadanya dirasakan bergolak, hampir saja muntah
darah, hampir tidak percaya hanya dalam beberapa bulan
saja kekuatan Ho Kie sudah bertambah demikian pesatnya.
Sebagai seorang Kang-ouw kawakan sekalipun hatinya
tidak percaya. tetapi ia tidak berani memandang ringan lagi
pada lawannya itu. Ia lantas kertak gigi dan memusatkan seluruh
kekuatannya, setindak demi setindak ia maju menghampiri
Ho Kie lagi. Ho Kie juga mengerahkan seluruh kekuatannya.ia
memandang segenap gerakan musuhnya, dengan penuh
perhatian. Secara diam-diam Bo Pin sudah mengerahkan ilmu Hu
sie hiat kut ciang pada kedua tangannja. Ketika ia
melancarkan serangannya, sambaran angin yang keluar dari
tangannya itu mengandung bau busuk dan semua rumput
dan daun-daun pohon yang kena diterjang sambaran angin
itu telah berubah menjadi hitam.
Tetapi Ho Kie yang sudah mengisap obat pemberian
Thian sim Sin-nie, ternyata masih berdiri tegak tidak
mengalami perubahan apa-apa.
Kemudian dengan mendadak Ho Kie membentak keras,
tangan kanannya diputar mengirim satu serangan yang
dahsyat kearah Bo pin. Pertempuran berlangsung dengan sengit, kelihatannya
kekuatan kedua pihak seimbang. Bo Pin tidak akan
menyangka bahwa bocah kemarin sore itu ternyata
merupakan tandingannya yang amat kuat, maka dengan
tidak ayal lagi ia mengeluarkan serangannya yang paling
ampuh, sebentar saja pertempuran sudah berjalan beberapa
puluh jurus lamanya. Ho Kie memberikan lawannya terus beraksi setelah
serangan ber-tubi2 itu sudah agak reda, barulah ia
mengeluarkan ilmu serangan Tay liek kim kong ciang yang
terdapat dalam kitab Hian kui kip.
Dengan kecepatan sangat luar biasa Ho Kie sekaligus
sudah melancarkan tiga kali serangannya
Serangannya makin lama semakin hebat.
Semula Bo Pin masih kelihatan berimbang kekuatannya,
tetapi serangannya yang dilancarkan bertubi-tubi itu tidak
berdaya menggerakkan musuhnya, hatinya mulai ciut, perlahan2
ia mulai keteter. Tan Liang yang berdiri disamping sebagai penonton
telah dapat menyaksikan seluruh pertempuran itu dengan
tegas maka lantas berseru;
"Bo Tongcu, aku Tan Liang mesti bantu kau!"
Sambil menenteng golok Kayto ini orang she Tan itu
sudah menyerbu kedalam kalangan.
Auw-yang Khia yang menyaksiksn perbuatan Tan Liang
itu lantas menggeram. "Toako. kalau kau merasa gembira, aku Auw-yang Khia
nanti menemani kau !"
Ia lalu mengeluarkan senjatanya untuk melayani Tan
Liang. Tio Go dan dan Cian Su dari pihaknja Hian kui kauw
yang turut menyerbu lantas sudah disambut oleh Gouw Ya
Pa dan Lim Kheng. Hanya Cit cie Sin ong yang kelihatan dari penonton.
Sekarang kita tengok Tiauw Goan Taysu dengan
rombongannya yang masuk dari bagian belakang lembah.
Kedatangan mereka itu telah disambut oleh Siok lek Ong
hoa Cie dan Siang Seng serta orang2 kuat lainnya.
Siang Seng adalah orang yang pertama bertempur
dengan It Sin Tojin. ketua Hoa san pay yang baru. Kedua
orang itu kelihatannva sama-sama kekuatannya sehingga
pertempuran berlangsung dengan amat sengitnya.
Sedangkan ketua dari Thiam cong pay, Tio Thian Kui
yang mendapatkan musuh Si ek tek ternyata kelihatannva
agak unggul sehingga Si ek tek tidak berdaya. ia hanya bisa
melawan sambil mundur, napasnya senin kemis, badan
berkeringat. It Hie Totiang dari Ceng shia pay dan Leng Hie Totiang
dari Kan lun pay berdua mengerubuti Ong Hoa Cie.
Belum sampai sepuluh jurus, Ong Hoa Cie napasnya
sudah senin kemis juga. Orang-orang kuat Hian kui kauw lainnya telah disambut
oleh para ketua dari Kiong-lay pay, Bu tong pay dan Khong
tong pay hingga pertempuran kelihatannya kalut.
Karena jumlah orang-orang Hian kui-kauw lebih banyak
maka mereka bisa bertempur bergiliran. Tapi pihak
sembilan partai yang sudah diliputi perasaan dendam.
Maka selama pertempuran berlangsung suara jeritan korban
terdengar dimana-mana, korban tangan para ketua partai
itu. Pertempuran belum lagi berlangsung satu jam, pihak
Hian kui kauw sudah separuh lebih yang binasa atau
terluka, tetapi orang-orang Hian kui kauw terus menerus
mendapat bala bantuan, maka para ketua dari sembilan
partai itu dengan terpaksa berlaku seperti kerbau gila,
membunuh setiap orang. Sebentar saja lembah Kui-kok
merupakan tempat jagal manusia, bangkai berserakan
dimana-mana. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara bentakan keras.
"Anjing! Kau bendak lari kemana" Serahkan jiwamu!"
Tiauw Goan Taysu terkejut mendengar suara bentakan
tadi, ketika ia menengok, ia melihat Bo Pin dengan rambut
riap-riap dan pakaian compang camping serta badan yang
penuh dengan darah telah lari kepihaknya seperti anjing
kena pukul. Ho Kie mengejar sambil berseru pada Tiauw
Goan Taysu: "Harap Taysu tolong pegat anjing buduk itu. Jangan
kasih dia lolos!" Tiauw Goan Taysu lantas mengangkat tangannya
merintangi kaburnya Bo Pin.
Kiranya Ho Kie dan rombongan Cit Cie Sin ong
dibagian depan, dalam pertempuran sengit telah
membinasakan beberapa tongcu. Bo Pin sendiri telah
terluka parah karena merasa tidak sanggup melawan
musuhnya, maka ia hendak kabur.
Dalam keadaan tergesa-gesa ia lari sekenanya dan
akhirnya terjatuh ditangan rombongan Tiauw Goan Taysu.
Bo Pin yang mengetahui dirinya sudah terkurung, lantas
menghela napas panjang, kemudian mengayunkan
tangannya menghajar batok kepalanya sendiri sehingga
kepalanya hancur berantakan dan mati seketika.
Ho Kie lantas mengambil kepala Bo Pin kemudian
berlutut dan berdoa kepada arwah ayahnya.
Pada saat itu mendadak terdengar suara orang dengan
bentakannya yang menyeramkan:
"Semua berhenti!"
Suara itu tidak keras, tetapi semua orang yang berada


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disitu terkejut, dengan tidak terasa semua menghentikan
gerakannya. Ketika semua mata ditujukan kepada orang yang baru
datang itu, semua orang pada berubah wajahnya. Kiranya
orang itu adalah Cian tok Jie-mo sendiri.
Orang itu dengan mata yang tajam mengawasi semua
orang sejenak, lalu perdengarkan suara ketawanya yang bisa
membuat bulu roma berdiri. Sesudah itu dengan tindakan
perlahan ia menghampiri Tiauw Goan Taysu, lalu berkata
sambil angkat tangan menyoja memberi hormat:
"Jie Hui cuma ada seorang kasar. Kalau Jie Hui berani
mendirikan perkumpnlan Hian kui kauw ini, maksudnya
hanya ingin mencari tempat meneduh dikalangan
masyarakat ini. Tuan-tuan semua merupakan orang-orang
dari golongan orang baik-baik serta beribadat tinggi,
mengapa berkali-kali menyatroni lembah Kui kok dan
membinasakan anak muridku. Jie Hui meskipun
merupakan orang yang tidak berguna, tetapi ingin minta
keadilan dari tuan-tuan. Kalau tidak, jangan harap satu pun
bisa keluar dari lembah Kui kok ini!"
Sebelum ada orang yang menjawab, tiba2 terdengar
suara orang ketawa, yang kemudian disusul oleh
munculnya sesosok bayangan orang yang berdiri beberapa
tindak jauhnya didepan Jie Hui, orang itu berkata:
"Benar saja Tidak kecewa kau sebagai Kauwcu dari
suatu perkumpulan. Barusan ucapanmu yang kau katakan,
aku si orang tua yang mendengarkannya juga merasa sangat
kagum. Cuma aku si orang tua juga ingin mengajukan
beberapa pertanyaan harap Kaucu suka menjawab terlebih
dahulu." Sehabis berkata orang tua itu lalu tertawa pula.
Cian tok Jin mo yang mendengar itu semula merasa
sangat heran, tetapi kemudian pikirannya tenang kembali.
Setelah mengetahui siapa adanya orang yang baru datang
ini, diam-diam juga ia merasa kaget.
Ia lalu membungkukan badan sambil menjawab:
"Cit cie Locianpwee, mengapa tidak menikmati
kesenangan dipuncak bukit Sin-hong" Ada urusan apakah
yang menuntun Locianpwee datang ke lembah Kui kok ini"
Harap Cianpwee suka maafkan yang Jie Houi tidak
menyambuti dari jauh."
Cit cie Sin ong lantas menjawab sambil ketawa.
"Kauwcu tidak perlu merendahkan diri. Lohu hanya
ingin bertanya sedikit urusan. harap Kauwcu suka
memberikan sedikit petunjukmu."
"Cianpwe hendak menanyakan apa" Silahkan. Kalau Jie
Hui mengetahui. tentu Jie Hui akan memberikan jawaban
sepuasnya." "Ada tiga hal yang lohu tidak habis mengerti, Pertama,
beberapa tahun berselang, salah satu tongcu dari
perkumpulan yang bernama Ho In Bo, apa sebabnya
Kauwcu membinasakan dia?"
"Ho In Bo itu sebetulnya adalah seorang penghianat dari
perkumpulan kami, sudah seharusnya mendapatkan
kematian. Mengapa cianpwe menyebutkan orang itu?"
"Sungguh bagus ucapanmu itu. Kalau Ho In Bo adalah
seorang penghianat dari perkumpulanmu, memang
seharusnya dihukum mati, tetapi anaknya Ho In Bo ini
yang kala itu belum dewasa apa dosanya terhadap
perkumpulamu" Mengapa kau juga hendak
membinasakannya sekarang Lohu ingin tahu. Aii, ketika
anaknya Ho In Bo terkurung dilembah Kui kok, para ketua
dari sembilan partai yang hendak menolong diri bocah itu
telah kau binasakan delapan diantaranya. kalau kau tadi
minta keadilan dari mereka. apakah kau sendiri juga tidak
harus memberikan keadilan kepada mereka?"
Cian tok Jin-mo Jie Hui yang mendapat teguran
demikian wajahnya merah padam, akhirnya cuma bisa
menjawab secara serampangan.
"Anaknya Ho In Bo telah mencuri barang pusaka
perkumpulan kami, sudah tentu kami hendak minta
kemhali. tidak bermaksud untuk membinasakan jiwanya.
sementara mengenai urusan para ketua dari sembilan partai
mereka tidak memandang mata pada perkumpulan kami
maksud mereka ialah hendak membasmi perkumpulan
kami, sehingga berkali-kali menyetroni tempat ini. Kalau
delapan orang ketua itu binasa ditempat kami itu adalah
karena kepandaian mereka yang pangpak (rendah)
bagaimana bisa menyalahkan aku siorang she Jie?"
It Siu Totiang dari Hoa-san pay mendengar jawaban
yang melantur itu harus maju kedepan Jie Hui dan
membentak dengan suara gusar.
"Manusa tidak tahu malu! Kembalikan jiwa suhengku!!"
Ia lalu menyerang dengan pedangnya sampai tiga kali.
Cian tok Jin-mo ketawa, entah dengan cara bagaimana ia
bergerak. hanya terlihat pundaknya saja sedikit bergerak. ia
sudah berhasil memusnahkan serangan It Siu yang hebat
itu, kemudian ia membalas menyerang dengan tangan
kosong Mendadak It Siu Totiang mencium bau yang amis
menusuk hidung dalam kagetnya cepat-cepat ia melesat
keatas, Tetapi baru saja ia lompat kira-kira tiga kaki, bau amis
itu seperti memenuhi dadanya maka dengan tidak ampun
lagi It Siu Totiang lantas rubuh ditanah.
Jie Hui ketawa girang, selagi hendak mengajukan
tangannya lagi tiba-tiba seorang lompat menghadang
dihadapannya sambil berkata, "pinto ingin melayani
kauwcu beberapa jurus saja." kemudian kebutannya
digerakan menuju jalan darah kiun kin-hiat.
Imam itu adalah Leng Hie Totiang dari Kun lun pay.
Jie Hui memandang padanya dengan sorot mata dingin,
kemudian berkata sambil ketawa hambar:
"Aku kira siapa, tidak tahunva cuma satu manusia yang
tidak berguna. Baiklah Kauwcu nanti akan membantu kau."
Belum habis ucapan Jie Hui itu, tangannya sudah
bergerak dengan kecepatan luar biasa, dengan jari kukunya
yang tajam itu menyambar pinggangnya Leng Hie Totiang.
Belum sempat Leng Hie Totiang memutar tubuhnya.
pinggang kirinya dirasakan sakit sehingga sempoyongan
beberapa tindak kebelakang, dadanya dirasakan bergolak,
muluynya lantas menyemburkan darah.
Belum turun tangan Jie Hui dengan mudah telah dapat
melukai dua orang kuat. Selagi masih merasa bangga,
sesosok bayangan orang telah berkelebat didepan matanya
sembari keluarkan bentakannya yang keras,
"Cian tok Jin-mo serahkan jiwamu!"
Orang itu ternyata bakan lain adalah si jago muda Ho
Kie sendiri. Dengan mata mendelik dan gigi bercatrukan
Ho Kie mengawasi Cian tok Jin-mo dengan tidak berkedip.
Begitu pun keadaan Cian tok Jin-mo.
Kedua-duanya saling pandang dengan mata beringas.
siapapun tidak berani mulai turun tangan secara
sembarangan. Setelah berhadapan beberapa menit lamanya kedua
musuh besar itu lalu mulai bergebrak.
Sementara suara keras dari beradunya kekuatan kedua
pihak telah terdengar nyaring, masing-masing telah
terpental mundur. Cian tok Jin-mo mundur tiga tindak baru bisa berdiri
tegak dadanya dirasakan sakit, hampir saja ia tidak tahan.
Sedangkan Ho Kie terpental tujuh atau delapan tindak,
mulutnya mengeluarkan darah segar. Cepat-cepat ia
mengeluarkan obat pemberian Thian sim Sin-nie dan
dimamah dalam mulut. Semua orang yang menonton tidak dapat melihat dengan
tegas, dengan cara bagaimana mereka berdua bertempur.
Setelah Ho Kie menenangkan pikiran lantas lompat maju
lagi. Tetapi tidak demikian halya dengan Cian tok Jin-mo.
Orang tua itu berpikir keras, 'Bocah ini beberapa hari tidak
kulihat, mengapa kekuatan tenaga dalamnya bertambah
begitu pesat"' Serangannya Ho sie biat kut ciang ternyata tidak dapat
melukai padanya. Benar-benar sangat mengherankan.
Ketika ia melihat Ho Kie maju lagi, ia tidak berani
berlaku ayal. Dengan tidak banyak bicara Ho Kie lantas melancarkan
ilmu Sam Pek Tui bun yang baru didapatkan dari Cie cie
Sin ong, Dengan sekaligus ia melancarkan tiga kali
serangan. Baru saja Jie hui hendak balas menyerang mendadak ia
merasakan suatu kekuatan yang hebat secepat kilat telah
menghantam dirinya. Jie Hui terkejut ia hendak menyingkirkan diri, tetapi
sudah terlambat, maka terpaksa sambil kertak gigi ia
menyambuti serangan tersebut.
Mendadak terdengar suara amat nyaring sampai
menggetarkan tempat sekitar satu tormbak dan sebetar
kemudian dalam kalangan pertempuran itu telah terjadi
kekacauan hebat! Kiranya Cian-tok Jien Mo yang mendapat serangan Ho
Kie dengan sekaligus melancarkan tiga jurus, telah terpental
dua tumbak jauhnya dan lantas jatuh mendekam ditanah.
Didekatnya kelihatannya darah berceceran terang
Kwaucu itu sudah terluka didalamnya oleh karena serangan
Ho Kie tadi. Gouw Ya Pa yang menyaksikan itu lantas lari
menghampiri leher Jie Hui sehingga kepala Cian tok Jien
Mo kutung seketika itu juga.
Melihat Cian tok Jien Mo binasa anak murid Hian kui
kauw lantas menerjang seperti kerbau gila.
Ho Kie dan kawan-kawannya terpaksa harus melawan
sehingga terjadi lagi pertempuran kalut.
Tidak sampai setengah jam kemudian orang-orang Hian
kui kauw itu sebagian besar telah binasa. Siapa yang masih
hidup terpaksa melarikan diri serabutan.
Selagi pertempuran sudah hendak siap, sesosok
bayangan manusia telah melayang dihadapan Ho Kie yang
berkata sambil ketawa, "Bocah yang masih muda begini mengapa melakukan
pembunuhan besar-besaran" Sudahlah, Berhenti saja,"
Ketika Ho Kie mendongak, baru diketahui bahwa orang
itu adalah si Nelayan Empat Penjuru Lautan maka ia lantas
berseru: "Loeianpwee, kau. . . ."
"Tidak usah. tahukah kau pelajaran kaum buddha"
Sudahlah! Hentikan pertempuran."
Saat itu Cit cie Sin ong juga sudah menghampiri lalu
berkata sambil tertawa: "Aku kira siapa, kiranya adalah kau nelayan tua bangka
yang belum mati ini, angin apa yang membawa kau kemari
?" "Aku belum tanya, kau, sebaliknja kau sudah menanya
aku, sebetulnya aku hendak kebukit Sin hong hendak
melihat kau, Tidak nyana sudah terlambat dan kau sudah
datang kelembah Kui kok ini, maka terpaksa aku menyusul
kau kemari, Kau memimpin banyak orang dan merusak
rumah tangga orang. Apakah kau juga tega hati?"
"Jo ! Sejak kapan kau menganut agama Buddha"
Mengapa hatimu menjadi begini welas asih" Kalau kau si
tua bangka ini datang yang lebih siang sedikit saja. Lembah
Kui-kok ini barangkali tidak ada sejengkal tanah yang
masih utuh." Kedua orang tua itu berkelekar sambil ketawa bergelakgelak.
Pada saat itu hari sudah mulai malam. Tiauw Goan
Taysu dengan para ketua partai lain-lainnya sudah pada
berlalu. Cit cie Sin ong juga mengajak Ho Kie dan lain-lainnya
balik kembali ke Sim hong.
"Celaka ! Hampir saja aku lupa !" Mendadak Ho Kie
berseru. Tanpa penjelasan persoalannya, ia lantas lari
menuju ke pusat Hian kui kauw.
Semua orang yang tidak mengerti terpaksa mengikuti
saja dibelakangnya. Setibanya Ho Kie ditempat pusat perkumpulan itu,
kelihatannya tengah mencari apa-apa. Tidak lama
kemudian ia lantas lari kebagian taman dan berhenti
didepan sebuah kamar batu.
Kamar batu itu tertutup dengan pintu besi yang terkunci
secara istimewa, sekitarnya tertutup rapat. hanya ada
sebuah lubang kecil yang digunakan untuk memasukkan
barang makanan. Ho Kie kelihatannya sangat gelisah, merasa tidak
ungkulan membuka pintu besi itu, tapi ia coba menggempur
dengan tangannya, pertama kali tidak berhasil. setelah
menggunakan seluruh kekuatannya, akhirnya pintu itu
terbuka juga. Dengan tidak memperdulikan didalamnya ada bahaya
atau tidak, Ho Kie lantas lompat masuk kedalam.
Keadaan dalam kamar itu sangat gelap, hawa demak
memasuki hidungnya. Dengan tidak menghiraukan itu
semua Ho Kie terus berjalan masuk.
Tiba-tiba kakinya membentur satu tubuh orang hingga
Ho Kie sangat terperanjat.
Ketika ia jongkok memeriksa, kiranya Jie Peng dalam
keadaan yang sangat mengenaskan tengah meringkuk
didalam kamar itu, kelihatannya sudah payah betul.
Ho Kie dengan rasa sangat terharu lalu memondong
tubuh Jie Peng. dibawa keluar dan diletakkan di atas
rumput. Wajah Jie Peng sudah kotor penuh tanah matanya
kelihatan pada benggul, mungkin karena ia menangis setiap
hari dan malam. Ho Kie sangat pilu menyaksikan keadaan si nona, saat
itu tidak bisa berkata apa-apa hanya air matanya yang
mengalir turun bercucuran.
Ketika air mata Ho Kie netes diwajah Jie Peng, nona itu
lantas membuka matanya tetapi setelah mengawasi Ho Kie
sejenak lalu pejamkan matanya pula.


Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Kie lalu berkata dengan suara parau; "Adik Peng,
kau mendusinlah. Apa kau masih kenal aku" Aku adalah
Ho Kie ?" Dengan pejamkan matanya Jie Peng berkata dengan
suara terputus-putus: "Ho . . .Kie kau adalah, . . Ho Kie. .. bagaimana . . bisa
datang kesini?" Ho Kie yang mendengar ia bisa bicara, hatinya sangat
girang, maka lantas menjawab, "Ya. aku adalah Ho Kie,
adik Peng, aku datang hendak menolong kau ..."
"Kau . . Benarkah engko Ho Kie . . Mengapa . .kau . .
sudah tidak membenci aku lagi?"
"Adik Peng, aku bukan saja tidak benci padamu bahkan
aku suka padamu. Cinta padamu. Mendusinlah. bukalah
matamu untuk melihat aku." Ho Kie menyerocos.
Jie Peng sudah kehabisan air matanya, maka ia cuma
bisa menghela rapas, kemudian berkata dengan suara
terputus-putus; "Tetapi.. engko Ho Kie...kedatanganmu. . sudah
terlambat . aku.. aku.. sudah tidak ada harapan lagi. Cuma..
.sebelum... aku mati aku bisa . .melihat... kau lagi, aku . .
.sudah merasa puas...."
"Adik Peng, kau mendusinlah! Kau tidak boleh mati.
Aku akan menolong kau keluar dari sini, kau bisa sembuh.
Adik Peng, adik Feng!"' ia menggoyang-goyang tubuh
sinona. Tetapi benar seperti apa yang dikatakan oleh Jie Peng,
Kedatangan Ho Kie sudah terlambat, sekalipun Ho kie
menjerit sampai pecah tenggorokannya atau menangis
sampai kering matanya juga percuma saja, sebab pada saat
itu Jie Peng sudah putus jiwanjy.
Ho Kie memeluk jenazah Jie Peng sambil menangis
menggerung-gerung seperti anak kecil.
Pada saat itu Cit cie Sin ong dan lain-lainnya juga sudah
sampai disitu. Ketika mereka melihat Ho Kie memeluk
jenazahnya Jie Peng sambil menangis gegerungan mereka
juga pada mengucurkan air mata turut berduka atas
kematian nona yang berhati mulia itu.
Setelah diberi nasihat oleh Cit-cie Sin ong, Ho Kie
membuat lubang untuk mengubur jenazahnya Jie Peng,
sehabis itu Ho Kie seperti orang yang kalap telah membakar
pusat Hian kui kauw. Sebentar saja pusat Hian kui kauw yang megah telah
menjadi abu dimakan si jago merah.
Ho Kie diantara berkobarnya api telah perdengarkan
ketawanya yang aneh, kemudian menghilang ditempat
gelap. Cit cie Sin ong cuma bisa menghela napas sambil
berkata. "Ooh asmara. Oleh karena soal asmara entah berapa
banyak pemuda dan pemudi yang menjadi korbannya,
Berapa banyak orang yang gagah dalam rimba persilatan
karena soal asmara telah hancur lebur nama baiknya. Ho
Kie dan Jie Peng juga lantaran asmara. Yang mati, tinggal
mati, tetapi yang hiduap kemana perginya. Ah! Manusia...."
Cit cie Sin ong sehabis menghela napas berulang-ulang
lantas mengajak orang-orangnya yang masih ada pulang
kebukit Sin-hong. -T A M A T Medali Wasiat 1 Pendekar Kembar 12 Pemburu Mahkota Dara Sumpah Palapa 3

Cari Blog Ini