Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung Bagian 6
terhitung sebagai suatu tanda peringatan saja."
Lim Co Ek melihat orang itu, usianya tidak lebih dari
empat puluh tahun, dipunggungnya terlihat sebuah golok
tanto. Diketiak kanan dan kirinya tergantung tujuh atau
delapan kantong kulit. "Kiranya adalah Siek Lek Losu. Aku si orang she Lim
cuma tinggal satu tangannya. Apakah Losu berani
mengeluarkan senjatamu untuk kita main-main beberapa
jurus?" demikian Lim Co Ek menantang.
Siek Lek ketawa dingin, ia lantas menghunus golok
tantonya. Siapa tahu, Lim Co Ek pada saat itu sudah gusar benarbenar,
begitu Siek-lek muncul, diam-diam ia sudah
mengambil keputusan untuk membinasakan orang-orang
yang membokong dirinya itu.
Saat itu, Siek-lek sedang mengangkat lengannya untuk
merghunus golok, hingga ketiak kanannya terbuka satu
lowongan. Lim Co Ek ketawa dingin, mendadak pundaknya
bergerak, ia menggunakan kesempatan itu, ujung
pedangnya menotok jalan darah Ciang bun-hiat dibawah
ketiak kanan! Perbuatan itu sudah tentu berlawanan dengan peraturan
Kang-ouw, juga membikin jelek nama baiknya Khong tong
pay. Tapi Lim Co Ek yang hendak membalas sakit hati Tio
Thian Ek, dalam keadaan gusar ia sudah tidak perdulikan
itu semua. Siek Lek sama sekali tidak menduga perbuatan Lim Co
Ek, maka bukan kepalang kagetnya.
Dalam keadaan gugup ia buru-buru loncat mundur,
berbareng dengan itu ia gerakkan pundak kirinya dan
bawah pundaknya meluncur keluar batang senjata rahasia
yang sangat berbisa. Siek Lek yang mempunyai julukan manusia biruang
berlengan, hampir sekujur badannya terdapat senjata
rahasia, Dalam keadaan kepepet demikian ia masih bisa
menolong dirinya, dengan melepaskan tiga batang senjata
rahasia, yang mengarah muka dan dada Lim Co Ek.
Lim Co Ek terpaksa menangkis dengan pedangnya. tapi
dengan demikian Siek Lek sudah dapat kesempatan untuk
singkirkan dirinya dari ancaman pedang.
Selagi Siek Lek hendak menyerang musuhnya. tiba-tiba
berkelebat bayangan merah menghalang ditengah mereka,
kemudian terdengar suaranya:
"Orang she Lim, percuma saja kau menjadi ketua dari
satu partay besar. apakah kau sudah tidak tahu malu ?"
Orang itu badannya tegap, suaranya seperti genta,
rambutnya diikat dengan benang emas, berpakaian seperti
taoto, ia adalah Tongcu dari Hian kui-kauw. Ang-in Taoto
tan-liang. Tiauw Gouw Taysu dengan suara perlahan-lahan
berkata kepada Hui kak Siansu yang berada disampingnya.
"Urusan hari ini barangkali tidak bisa dibereskan dengan
baik. Liu Sicu sudah terluka, tolong Siansu bawa balik dia !"
Hui kak Siansu lantas bangkit dari tempat duduknya
menghampiri mereka dan berkata kepada Tan Liang sambil
rangkapkan kedua tangannya:
"Apa Taysu menpunyai kegembirapn untuk main-main
beberapa jurus dengan pinceng ?"
Ang-in Taoto melirik sejenak, hatinya bercekat. Sebab ia
tahu bahwa ketua partay Ngo-bie-pay ini bukan saja sangat
tinggi kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga
dalaamnya. tapi juga merupakan satu ahli senjata rahasia
yang kenamaan. Dengan munculnya ia, Siek Lek
barangkali akan terancam kedudukannya.
Saat itu, Lim Cu Ek sudah bertempur sengit dengan Siek
Lek. Angin Taoto lantas menghadang didepan Hui kak
Siansu sambil berkata, "Sudah lama aku mendengar nama Ngo-bie pay sudah
tentu suka sekali menerima pelajaran Siansu!"'
Keduanya lalu saling menyerang. Mendadak terdengar
suara bentakan, kemudian disusul dengan suara beradunya
senjata. Ketika Ang-in Taoto menoleh, ternyata Siek Lek
sudah terpukul mundur oleh Lim Co Ek.
Oleh karena hatinya tergoncang, pundak kirinya telah
terkena serangan Hui Kak Siansu, dirasakan sakit sekali dan
kekuatan dalamnya juga lantas merasa buyar, maka buruburu
lompat mundur! Hui Kak Siansu tidak mau mendesak, ia membiarkan
lawannya itu berlalu, kemudian menyerbu Siek-lek.
Badannya masih ditengah udara, tangan kanannya
diayun mengirim empat buah Pho-tih cu, untuk mengempur
panah beracun yang dilancarkan oleh Siek Lek, hingga
jatuh berhamburan ditanah.
Lim Co Ek semakin kalap, ia sudah seperti banteng
mengamuk. Dalam serangannya yang sangat hebat, lengan
kanan Siek Lek telah terkutung dan terlepas dari badannya.
Lim Co Ek masih belum mau berhenti, pedangnya masih
hendak menyambar kepala musuhnya.
Hui Kak Siansu yang melayang turun lalu mencegah:
"Lim-sicu, kalau kita masih bisa mengampuni, ampunilah
jiwanya. Dia bukan penjahat utamanya, biarlah tinggalkan
dia hidup !" Melihat dalam sekejapan saja sudah ada orangnya
terluka. Cian tok Jin-mo wajahnya mendadak berubah, ia
sudah hendak berbangkit untuk turun tangan sendiri. Tapi
Bo Pin lantas maju kedepan dan berkata:
"Bo Pin minta izin untuk menemani Hui Kak Siansu dari
Ngo bie pay!" Cian tok Jin mo ketawa dan ia angguk-anggukkan
kepalanya. "Siansu adalah seorang beribadat tinggi, namun kesohor
dalam kalangan rimba persilatan. Bo kongcu harap hati-hati
menghadapi dia, dan suruh mereka semua balik."
Bo Pin terima baik pesan cukongnya, lalu masuk
kekalangan pertempuran. Setelah suruh Ang-in Taoto dan
lain-lainnya balik kedalam kupel, ia lantas berkata kepada
Hui Kak Siansu: "Aku siorang she Bo sudah lama mendengar lihaynya
ilnu silat Thay hun Jin khiu-hoat dari dari Ngo-bie pay yang
namanya ke sohor diseluruh dunia, hari ini dengan berani
mati ingin mendapat sedikit pelajaran dari Siansu!"
Ucapan Bo Pin ini merupakah satu tantangan terangterangan
terhadap diri Hnu Kak Siansu, siapa lantas
menjawab sambil merangkapkan tangan;
"O Mie To Hud, orang beribadat tidak mempunyai
kepandaian apa-apa, bagaimana bisa dibandingkan dengan
Tongcu?" "Kita hanya belajar kenal dengan kepandaian masingmasing,
perlu apa Siansu merendahkan diri" Silahkan!" si
tangan geledek kata dengan suara dingin.
Perkataan yang terakhir itu baru saja keluar dari
mulutnya, mendadak badannya sudah bergerak maju,
dengan kecepatan kilat telah melancarkan serangan.
Ia menggunakan tenaga kekerasan serta menerjang
secara tidak kepalang tanggung, kesombongannya orang
she Bo itu benar-benar sangat nyata.
Kalau Hui Kak Siansu tidak menyambuti keras lawan
keras bukan saja akan memalukan Ngo bie pay, tapi juga
akan kehilangan kesempatan untuk menyerang dan
selanjutnya orang she Bo itu pasti akan mendesak terus.
Hui Kak Siansu meski seorang beribadat tinggi, melihat
musuhnya yang bersikap congkak dan tidak memandang
mata, seketika itu juga lantas marah.
Ia lantas tancap kaki, tidak menyingKir dan berkelit,
lengan kirinya dikibaskan untuk menyingkirkan kekuatan
serangan Bo Pin, sedang tangan kanannya digunakan untuk
menyambuti serangan. Bo Pin tertawa, kekuatannya mendadak ditambah 3
bagian lagi. ketika kedua kekuatan beradu, lantas terdengar
suara benturan keras. Bo Pin merasa kesemutan tangannya orangnya mundur
tiga tindak. Tapi Hui Kak Siansu terkena serangan telah
terpental mundur sampai tujuh delapan tindak, dadanya
bergolak dan mulutnya menyemburkan darah segar.
Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan kejadian itu,
bukan kepalang kagetnya. Tapi sebelum turun tangan untuk
memberi pertolongan, Bo Pin sudah mengirim satu
serangan lagi. Hui Kak Siansu dengan sisa tenaganya yang masih ada,
mengeluarkan ilmunya Toy-hud Khiu in dari Ngo-bie pay,
pada menyambut serangan Bo Pin.
Getaran angin pukulan telah membuat rontok daun-daun
diatas pohon yang jauhnya dua tombak lebih. Kedua orang
itu terpental mundur masing-masing empat tindak.
Hui Kak Siansu sudah kehabisan tenaga tidak mampu
menahan bergolaknya dada, maka kembali menyemburkan
darah segar .... Ketua Bu tong pay Siong Leng Totiang yang
menyaksikan kejadian itu lantas kerutkan alisnya,
kemudian berkata dengan suara nyaring:
"Biarlah pinto menyambut serangan Bo Tongcu !"
Dengan cepat ia sudah menghadang didepannya Hui
Kak Siansu, Ketua Ngo bie pay itu mengawasi padanya dengan sorot
mata bersyukur. lantas duduk ditanah sambil pejamkan
mata untuk mengatur pernapasannya.
Bo Pin sendiri setelah mengadu kekuatan dua kali itu
juga sudah mendapatkan luka tidak ringan. dan sekarang
harus menghadapi Bu tong pay yang kekuatannya cuma
dibawah Siao lim sie, sudah tentu tidak berani gegabah.
maka segera menjawab: "Maksud Totiang, apakah juga hendak mengadu
kekuatan tangan ?" "Kekuatan tangan Bo Tongcu barusan pinto sudah
menyaksikan sendiri. sayang pinto selamanya tidak suka
menggunakan tangan. sudilah kiranya tongcu mengadu
kekuatan memakai senjata ?"
Tanpa memperdulikan orang she Bo itu setuju atau
tidak, ia sendiri sudah menghunus pedangnya.
Dengan demikian, terpaksn Bo Pin harus melayani
dengan senjata juga dan lantas mengelurkan goloknya yang
tebal. Sambil menenteng golok emasnya yang tebal Bo Pin
berjalan berputaran, matanya terus mengawasi Siong Leng
Totiang. Siong Leng Totiang tetap tidak bergerak, ia hanya berdiri
tenang sambil memegang pedangnya, siap sedia untuk
menghadapl segala kemungkinan.
Sebentar saja Bo Pin sudah berpular tiga kali.
Tetapi Siong Leng Totiang hanya mengawasi tingkah
lakunya orang itu sambil tersenyum, sehingga Bo Pin tidak
mempunyai kesempatan untuk menerjang.
Kembali ia memutar lagi tiga kali, keadaan demikian
telah memperhatikan suasana yang sangat tenang, tetapi
bagi orang yang mengerti satu diantara kedua orang itu juga
sudah mengeluarkan serangannya, sudah pasti sangat hebat.
Ilmu pedang Bu tong pay, meskipun hebat, tetapi Bo Pin
yang dalam dua gebrakan telah menjatuhkan diri ketua Ngo
bie pay, juga bukan orang sembarangan.
Orang banyak dalam kupel itu tidak ada seorang pun
yang berani buka suara, masing-masing menguatirkan
pihaknya sendiri. Sang waktu sedikit demi sedikit berjalan terus, dalam
suasana sesunyi itu mendadak terdengar suara bentakan
keras, golok Bo Pin dengan mengeluarkan sinar kekuningkuningan
dibarengi sambaran angin yang hebat sekali telah
menyerang diri Siong Leng Totiang.
Siong Leng Totiang ketawa dingin, ia menantikan
serangan itu dengan tenang sampai ujung golok sudah
berada dekat dirinya, baru ia bertindak secara mendadak.
Secepat kilat pedangnya menangkis, sehingga suara
beradunya kedua senjata kedengaran njaring sekali.
Masing-masing lalu mundur serta memeriksa
senjatanya.... Begitu memeriksa goloknya mendadak kelihatan Bo Pin
menjadi gusar. Kiranya golok emas yang sangat di
sayangnya itu ternyata sudah dibikin gompal oleh pedang
Siong Leng Totiang. "Sungguh tidak kusangka. ketua dari Bu tong pay
ternyata hanya mengandalkan tajamnya pedang saja!" ia
mengejek dengan muka beringas.
Siong Leng Totiang lalu menjawab sambil ketawa
dingin: "Meskipun senjata ini tajam sakti, tetapi masih
harus dilihat berada ditangan siapa. Meskipun pinto tidak
menggunakan senjata, apa kau kira pinto takut padamu?"
sambil simpan pedangnya. Diam-diam Bo Pin merasa terheran-heran iapun lantas
menyimpan goloknya dan menyerang hebat dengan tangan
kosong. Siong Leng Totiang melindungi dadanya dengan tangan
kirinya, tangan kanannya dengan mendadak melancarkan
serangannya. Sambaran angin yang tajam dan sangat hebat telah
menyambar diatas kepala Bo Pin.
Bo Pin terperanjat, ia mundur dua langkah. Ketika ia
memeriksa kepalanya, ternyata rambutnya yang panjang
sudah terpapas oleh karena serangan Siong Leng totiang
tadi. Bukan kepalang kagetnya siorang she Bo, Ia selamanya
sangat jumawa, ia menganggap kecuali Cian tok Jin mo
seorang didunia ini sudah tidak ada orang lain yang mampu
menandingi dirinya. Tidak nyana, diantara para ketua dari
sembilan partai besar itu ternyata masih ada juga orang
yang mampu menandingi dia.
Ia merasa keder, hanya kuncup seketika, sikap
jumawanya lantas lenyap dengan sendirinya.
Karena mengingat bahwa dirinya merupakan ketua
penjara Hian Kui kauw, kalau hari ini terguling ditangan
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siong Leng Totiang, bagimana masih ada muka untuk
unjukan muka didunia Kang-ouw, Maka sekarang ia tidak
berani memandang ringan musuhnya, kekuatannya
dipusatkan seluruhnya, setindak demi setindak ia berjalan
mendekati Siong Leng. Siong Leng Totiang masih tetap seperti tadi, menantikan
musuhnya dengan tenang, sedikitpun tidak menunjukkan
sikap jumawa. Diam-diam sudah mengerahkan ilmu Bu-sie biat kut
ciang leknya baru-baru ini dipelajari dari Cian tok Jin mo
yang dipusatkan pada kedua lengannya.
Kemudian, diantara gerakan tangannya yang
melancarkan serangan, ada sambaran angin yang berbau
amis. Siang Leng Totiang mengetahui benar nsampai dimana
kelihayan seorang she Bo itu, sebentar kemudian ia
membentak keras, lalu tangannya diayun. Ia mengeluarkan
kekuataa tenaga dalam yang sangat dahsyat.
Bo Pin perdengarkan suaranya yang menyeramkan,
kedua tangannya bergerak dengan cepat, sekaligus sudah
melancarkan tujuh atau delapan kali serangan, sehingga
Siang Leng Totiang terpaksa harus mundur.
Sebentar saja pertandingan sudah berlangsung sepuluh
jurus lebih. Siong Leng Totiang dengan tenang menghadapi Bok Pin,
setelah diserang begitu gencar dan setelah berhasil
mengalahkan semua serangan itu, barulah ia melancarkan
serangan simpanannya dari partai Bu-tong, ia balas
menyerang dengan kekuatan yang hebat.
Perlahan-lahan mundur sampai setumbak lebih jauhnya.
Kekuatan tenaga keras dan lunak dari dua orang itu
saling bentur, kesudahannya ternyata seri.
Setelah bertempur lima puluh jurus Bo Pin kelihatan
sudah mulai kewalahan. Selagi Siong Leng sudah mau turun tangan terhadap
lawannya yang sudah tidak berdaya itu, mendadak
terdengar suara bentakan seram.
"Tahan !" Meskipun suara itu tidak begitu keras tetapi Siong Leng
Totiang yang mendengar itu terperanjat, dengan sendirinya
serangannya lantas ditarik kembali dan segera lompat
mundur. Ketika ia dongakkan kepalanya, didalam kalangan ada
bediri Cian tok Jin mo sendiri.
Dengan wajah seram Cian tok Jin-mo berkata sambil
kebutkan lengan bajunya: "Bo Tongcu mundur biarlah aku
sendiri, jangan kau menemui para ketua partal besar ini."
Si tangan geledek Bo Pin lantas undurkan diri.
Cian tok Jin-mo setelah berada dikalangan, lalu berkata
kepada Siong Leng Totiang sambil menjoya;
"Jie Hui ada seorang pegunungan yang kasar,
mendirikan perkumpulan Hian kui kaw maksudnya cuma
hendak mencari suatu tempat untuk tancap kaki didalam
masyarakat. Totiang sekalian yang anggap diri sebagai
ketua dari golongan orang baik-baik hari ini dengan
beramai-ramai telah memasuki lembah Kui kok, kalau Jie
Hui tidak menyambut sendiri tentunya akan ditertawakan
oleh orang-orang dari rimba parsilatan, harap Totiang suka
memberi pengajaran, tak usah merendah."
"Sudah lama pinto mendengar nama besar dan
kepandaian yang luar biasa dari Kauwcu, hingga selamanya
tidak pandang mata kepada 9 partai, justru inilah maka
pinto ingin minta pelajaran dari Kauwcu sendiri." jawabnya
Siong Leng Totiang. "Totiang ada seorang yang berterus terang, kalau begitu
tidak perlu banyak berkata yang tidak ada gunanya lagi,
silahkan To tiang turun tangan !"
Dengan gerakannya yang sangat gesit, Kauwcu itn
sekeiap saja sudah berada didepan lawan lawannya.
Siong Leng Totiang terkejut menyaksikan gerakan
demikian gesit. ia buru-buru mundur dua tindak sambil
bersiap-siap. Meskipun ia belum pernah bertanding dengan Kauwcu
Hian kui kauw ini namun sudah lama ia dengar
kepandaiannya, maka ia tidak berani gegabah.
"Totiang mengapa tidak lekas turun tangan?" tanya Cian
tok Jin Mo sambil ketawa aneh.
"Pinto adalah tamu, bagaimana berani lancang tangan."
jawab Siong Leng. "Kalau Totiang begitu merendah. jangan heran kalau
lohu berlaku kurang ajar!" berkata Ciau tok Jin Mo sambil
ketawa. Kemudian dengan tiba-tiba kebutkan lengan bajunya,
entah dari mana datangnya angin yang
mengandung bau amis tahu-tahu sudah menyambar
muka Siong Leng Totiang !
Sudah tentu Siong Leng Totiang tidak berani
menyambuti dengan kekerasan. Ia geser kakinya, badannya
segera bergerak hendak menyingkir. . . .
Tapi ia lantas dengar suara bentakkan Cian tok Jin Mo.
"Totiang hendak kemana ?"
Siong Leng Totiang merasakan suara itu seolah-olah
keluar dari belakang dirinya dalam kagetnya, buru-buru
melesat tinggi keatas ! Tapi baru saja melesat tinggi kira-kira tiga kaki,
mendadak merasakan ada bau amis luar biasa menusuk
hidungnja, rasa mual segera menusuk ulu hati, sehingan
seluruh kekuatannya menjadi buyar,
Ia masih hendak mengatur pernapasannya, tapi sudah
tidak bisa lagi ! Badannya tampak bergoyang, wajahnya pucat, kakinya
lemas, dan lantas rubuh ditanah. Dari dalam kupel segera
melayang turun seseorang yang lantas menghadang
didepannya. Cian tok Jin Mo, sambil anggukan kepala orang itu
berkata: "Kaucu benar-benar lihay, Pinto tidak mengukur
kekuatan sendiri, ingin meminta sedikit pelajaran dari
kauwcu !" Cian tok Jin Mo mengawasi orang yang baru datang itu,
ternyata ia adalah ketua dari Kun lun pay. Bu Wie Totiang.
"Kedatangan Totiang sangat cepat, mengapa tidak
bimbing dulu dirinya Siong Leng Totiang kedalam kupel?"
berkata Cian tok Jin Mo dengan suara kaku.
Bu wie Totiang wajahnva merah, lalu ia menyambar
lengan Siong Leng Totiang kemudian dengan sekali gentak,
ia sudah berhasil mengangkat tubuh Siong Leng Totiang,
yang besar kedalam kupel,
Tubuh Siong Leng Totiang segera disambut oleh Tiauw
Goan Taysu, lalu diletakkan diatas kursinya dan diberi
pertolongan sebagai mana mestinya.
Cian tok Jin Mo yang menyaksikan perbuatan Bu wie
Totiang ini, bukan saja tidak terkejut, sebaliknya malah
ketawa menhhina, "Benar tidak kecewa Totiang sebagai
seorang gagah dalam rimba persilatan, lohu sangat kagum.
Tapi entah Totiang bisa menggunakan senjata kebutanmu
ini untuk membikin lohu menggeser sampai dua tindak atau
tidak?" demikian katanya.
"Coba saja!" jawab Bu wie sangat mendongkol.
Segera maju dan kebutannya digunakan untuk menotok
jalan darah Kian kin-hiat, Kun lun pay yang selamanya
mengutamakan ilmu kekuatan tenaga dalam atau lweekang,
maka meski begitu kecil tidak berarti seperti kebutan itu,
didalam tangan Bu wie Totiang bisa berubah menjadi
senjata yang tidak kalah tajamnya dengan pedang atau
pecut baja. Cian tok Jin Mo lantas kebutkan lengan bajunya,
badannya menggeser, berada dikirinya Bu wie Totiang ,
Kemudian ulur tangan kirinya, sehingga kelihatannya kaku
dari lima jari tangannya. dengan kecepatan bagaikan kilat
menyambar geger lawannya,
Bu wie yang gagal serangannya pertamanya, dalam hati
merasa kaget, buru-buru ia memutar tubuhnya, kebutan
ditangannya berbalik menyapu.
Tapi Cuma dengan suara ketawanya Ciat tok Jin Mo.
orangnya sudah menghilang dari samping dirinya.
Mendadak angin keras menyambar punggungnya.
Belum sampai memikirkan apa akan terjadi, pundak kiri
Bu wie Totiang tiba-tiba merasa sakit, ternyata sudah kena
ditepok oleh tangan Cian tok Jin Mo.
Ia lantas keluarkan seruan tertahan, badannya
sempoyongan, keringat dingin mengucur keluar.
Dengan perasaan malu Bu wie Totiang terpaksa balik
ketempat duduknya sambil tundukkan kepalanya.
Dari kupel kembali melayang keluar dua imam tua,
Dengan berdiri berendeng kedua imam itu maju kedepan
Cian tok Jin Mo. "Kaucu benar-benar seorang gagah yang bukan cuma
nama kosong belaka. Pinto berdua dengan tidak memikir
diri sendiri. ingin minta sedikit pelajaran dari Kauwcu!"
demikian mereka berkata sambil memberi hormat.
Cian tok Jin Mo memandang dengan mata dingin,
mereka ternyata adalah ketua Ceng shia pay Liao Tim
Totiang dan ketua Kiong lay pay Goan Hie Totiang.
"Di daerah Sucuan benar ada terdapat banyak orang
gagah, diantara sembilan partay besar Ngo bie dan Kiong
lay sudah mendapati dua bagian. Ini benar-benar
merupakan suatu pertemuan yang jarang terjadi!" Cian tok
Jin Mo berkata sambil ketawa.
"Kita hendak adu tenaga, tidak ingin adu lidah." Goan
Hie Totiang membentak. Dengan tidak sungkan-sungkan lagi, keduanya lantas
melancarkan serangan dari kanan dan kiri dengan
berbareng. Jie Hui perdengarkan suara ketawanya yang aneh,
kemudian mengebutkan kedua lengan bajunya, badannya
dengan gesit sudah mundur lima kaki, sehingga serangan
kedua imam itu mengenai tempat kosong.
Sebaliknya, karena terpengaruh oleh kekuatan kebutan
Jie Hui, kedua kekuatan Goan Hie dan Liauw Tim
terdorong sehingga keduanya harus mundur sejauh dua
tindak. Kedua imam itu meujadi gusar, mereka lalu maju lagi
dan sekali lagi melancarkan serangan berbareng.
Serangan yang dilancarkan karena dengan tenaga penuh,
anginnya saja sudah menyambar hebat bajunya Cian tok Jin
Mo. Orang-orang Hian kui kauw yang menyaksikan itu pada
terperanjat dan beruban wajah seketika. Meskipun mereka
semuanya orang-orang yang selamanya mengagulkan
dirinya sendiri, tetapi melihat serangan yang demikian
hebatnya, mau tidak mau jadi merasa sangsi atas
kesanggupan kauwcunya menghadapi serangan tersebut.
Mendadak Cian tok Jin Mo mengebutkan kedua
tangannya, tapi badannya kelihatannya terdorong mundur
oleh kekuatan serangan tadi.
Bo Pin sendiri ketika menyaksikan kejadian itu merasa
terkejut, ia kuatirkan kalau nanti kauwcu akan kalah, Hian
kui kauw pasti akan ludes
Siapa tahu, badan Cian tok Jin Mo yang terhuyunghuyung
mundur itu, setelah kekuatan kedua imam tadi
ditarik kembali lagi, badannya juga sudah melesat balik lagi.
Bersamaan dengan itu, dalam medan pertempuran lantas
tercium bau busuk yang sangat hebat,
Goan Hie Totiang dan Liaw tim totiang berdua yang
tengah kegirangan, tidak menduga sudah kena diserang
oleh kekuatan membalik yang dibareng dengan bau busuk
tadi. maka pada saat itu juga rasa mual lantas mengaduk
dadanya, kepala mereka dirasakan puyeng, sehingga harus
mundur sempoyongan sampai lima tindak jauhnya.
Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan kejadian itu,
mereka tidak puas, kemudian ia melesat dan turun sendiri
di medan pertempuran. Dengan tangan kirinya ia melancarkan serangannya
jarak jauh untuk mencegah sambaran bau busuk, sedangkan
tangan kanannya mengeluarkan ilmu kekuatan tenaga
dalamnya untuk mendorong diri Goan Hie dan Liau tim.
Dengan denikian, kedua imam itu telah terhindar dari
serangan Cian tok Jin Mo yang amat dahsyat.
Melihat kedatangan Tiauw Goan Taisu sendiri, Cian tok
Jie mo lantas berkata; "Apakah Taysu juga ingin main-main
dengan aku ?" "Kauwcu, kau dalam waktu sekejapan saja sudah
merubuhkan empat ketua partai. Kepandaian semacam ini
sungguh jarang didapatkan. Kepandaian lolap yang tidak
ada artinya ini, bagaimana bisa dibandingkan dengan
kepandaian Kauwcu" Segala apa didalam dunia ada
batasnya dan takdirnya, tapi Kauwcu telah berlaku
sewenang-wenang dengan mengandalkan kepandaian
sendiri untuk mencelakakan banyak jiwa, hal ini barangkali
tidak diinginkan oleh Tuhan," jawab Tiauw Goan Taysu
sambil rangkapkan kedua tangannya.
"Lohu bukan orang dari golongan Buddha, maka tidak
mengerti apa artinya welas asih segala, aku hanya tahu
bahwa rimba persilatan selama ini telah dikuasai oleh
sembilan partai besar, sehingga orang-orang gagah dan
golongan orang kasar tidak mendapat tempat untuk tancap
kaki. Bukannya aku si orang she Jie bicara takabur, taysu
sekalian hari ini telah memasuki lembah Kui kok cuma ada
dua jalan yang dapat kalian tempuh, kecuali jika taysu
dengan kepandaian sesungguhnya dapat menandingi Lohu,
kalau tidak . . . Ha...,ha...Hanya tinggal satu jalan, ialah
kematian saja !" Perkataan Cian tok Jin mo yang terakhir itu seolah-olah
suara geledek ditengah hari bolong, sampai-sampai Gouw
Ya Pa yang sejak tadi tidak pernah buka mulut juga lantas
lompat bangun dan membentak dengan suara keras.
"Kentut ! Kau kehendaki kami mati, kami juga akan
suruh kau tidak bisa hidup lagi."
Pemuda dogol itu selain memaki kalang kabut,
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangannya tidak tinggal diam. Sepasang pecutnya bergerak,
sehingga poci dan cawan arak dimeja pada hancur
berantakan. Ia masih belum puas agaknya, maka sambil angkat hiu
hoan lengnya tinggi-tinggi, ia mengeluarkan perintah
dengan suara nyaring: "Para ketua dari sembilan partai dengar! Kalian tidak
perlu banyak mulut dengan dia. Semua harus maju
berbareng." Tetapi pada saat itu, diantara ketua dari sembilan partai
tersebut, selain Tio Thian Ek yang sudah binasa, Tiauw
Goan Taysu berhadapan dengan Cian tok Jin mo, disitu
yang masih ada dan bisa dengar perintahnya hanya Lim Co
Ek, Bu Wie Totiang dan Thian Hian Totiang bertiga.
Sementara Siong Leng, Liauw Tim dan Goan Hie serta Hui
Kak Siansu semuanya masih terluka dan dalam keadaan
pingsan, Tadi mereka datang dengan sebarisan dari sepulah orang
dan sekarang, yang masih bisa bergerak hanya tinggal lima
orang lagi. Dengan demikian, kerugiannya adalah
separuhnya, sedangkan pihak Hian kui kauw kecuali Cian
Sin yang binasa dan Siang Hong bersama Siang seng yang
terluka, masih ada lagi Kaucunya sendiri yang belum
mendapatkan tandingan yang setimpal, maka dalam
pertandingan itu selanjutnya, sudah terang bahwa sembilan
partai itu yang akan menderita kerugian besar.
Tiauw Goan Taysu yang mengetahui keadaan
dipihaknya sendiri, sangat menguatirkan Gouw Ya Pa
keluarkan perintah tidak karuan, maka cepat-cepat
menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga
orang, ia berkata kepada Wie Totiang sekalian:
"Lim Sicu dan Jiwie Totiang harus melindungi yang
terluka, berdaya keluar dari lembah ini. Disini lolap akan
berusaha mencegah tindakan mereka selanjutnya."
Thian hian Totiang dan Bu Wie Totiang berdua cepatcepat
menghampiri Siong Leng dan Goan Hie, bersedia
hendak menerjang keluar. Tetapi Gouw Ya Pa yang menyaksikan itu, lantas marah
dan berkata dengan suara keras:
"Semua jangan bergerak sembarangan. Kalau tidak bisa
berhasil menolong keluar saudara Ho, kalian juga jangan
harap bisa hidup terus!"
Bu Wie Totiang dan lain-lainnya jadi saling pandang,
terpaksa urungkan maksud mereka.
Dilain pihak, Bo Pin sudah memimpin orang-orang Hian
kui kauw keluar dari kupel sambil menghunus senjata
masing-masing. Keadaan demikian telah membayangkan segera akan
terjadinya suatu pertempuran hebat.
Tiauw Goan Taysu hanya bisa berkata sambil menghela
napas, "Siancay, siancay, begitu dimulai, pembunuhan ini
akan merupakan suatu malapetaka untuk selama -amanya."
Cian tok Jin-Mo sambil tertawa dingin kebutkan lengan
bajunya, dirinya mundur setombak lebih, sedangkan dua
belas anak buahnya yang berada dibelakangnya lantas maju
mengurung dirinya Tiauw Goan Taysu.
Para ketua yang berada didalam kupel, semua sudah
terkurung rapat oleh orang-orangnya Hian kui kauw.
Gouw Ya Pa sedang berdiri diatas meja sambil angkat
Kiu goan lengnya tinggi-tinggi.
Pada saat itu, Bo Pin lantas keluarkan suara:
"Para ketua dari sembilan partai, dengar, Kalau sudah
separuh lebih yang terluka dan terbinasa semuanya
sekarang terkurung didalam kupel yang sudah ditanami
bahan peledak maka mati atau hidup kalian hanya dalam
waktu sekejapan saja. Kalau tidak segera menyerah, begitu
bahan peledak dinyalakan, semuanya akan hancur lebur."
Bu Wie Totiang terperanjat, ia berkata keoada kawankawannya
dengan suara perlahan: "Benar saja kita sudah kena jebakan. Kopel ini pasti
tempat yang berbahaya, mari kita menerjang keluar" sehabis
berkata, ia lantas bertindak cepat, tetapi baru saja badannya
bergerak, mendadak didengarnya suara bentakan nyaring.
Ang-in Taoto dan Hui tun Thian cun sudah bergerak
berbareng melancarkan serangan tangan dari jarak jauh.
Bu Wie Totiang lantas menyambuti dengan tangannya,
setelah kedua kekuatan itu beradu, meskipun Ang-in Taoto
dan Hui tun Thian cun terpental mundur, tetapi Bu Wie
Totiang sendiri yang dengan seorang diri harus melawan
dua orang, sudah terpental mundur lagi kedalam kupel.
Lim Co Ek lantas membentak keras, kembali bergerak
hendak menerjang keluar, tetapi segera dicegah oleh Siek
Lek dan Ong Hoa Cie yang sejak tadi belum pernah turun
tangan. Thian hian Totiang merasa gelisah, ia berkata denpan
suara perlahan: "Kita harus bergerak bsrbareng. masingmasing
menerjang keluar." Ketiga orang itu lalu menerjang keluar kupel sambil
menghunus pedang masing-masing, tetapi baru saja mereka
melangkah keluar, dari empat penjuru sudeh dihujani oleh
rupa-rupa senjata gelap, maka Thian hian Totiang dan
kawan-kawannva terpaksa harus kembali lagi kedalam
kupel. Sementara itu orang-orang Hian kui kauw juga tidak
mendesak. asal musuhnya balik kedalam kupel, mereka
juga menghentikan serangannya, hanya mengurung dari
jarak jauh. Gouw Ya Pa sendiri juga sangat gelisah mulutnya
memaki-maki kalang kabut. Baru saja ia hendak
mengeluarkan perintahnya lagi, mendadak mendengar
suara Tiaw Gaon taysu berseru:
"O mie to hud! Maafkan lolap akan memDuka
pantangan membunuh !"
Padri tua itu lantas kebutkan lengan jubahnya memukul
mundur bocah yang yang mengurung dirinya kemudian
melayang keluar dengan tangan kirinya melancarkan dari
jarak jauh menyerang Ang-in taoto.
Ang-in taoto coba menyambuti serangan itu, tetapi
kesudahannya ia mundur sampai 5 tomdak.
Tiauw Goan Taysu melancarkan serangannya bagaikan
kilat cepatnya setelah memukul mundur dirinya Ang-in
Toato, tangan kanannya melancarkan tinjunya kim kong
cie, salah satu ilmu terhebat, 2 macam ilmu kepandaiannya
Siao lim pay, menyerang dirinya Siek Lek.
Tidak ampun lagi Siek Lek lantas keluarkan seruan
tertahan, tubuhnya mundur sempoyongan
Sebentar saja Tiauw Goan Taysu sudah berada dipinggir
kupel. Lalu berkata kepada kawan-kawannya:
"To-heng sekalian. lekas ikut lolap menerjang kepungan
!" Lim CnoEk sambil menggeram lebih dulu menerjang
keluar dengan pedang terhunus. Thin Hian Totiang dan Bie
wa Totiang juga lantas bergerak.
Gouw Ya Pa mengawasi keadaan disekitarnya, ia cuma
dapat melihat diri Tio Thian Ek yang sudah menjadi
bangkai dan Hui kak siansu. Liao Ham. Siong Leng serta
Goan Hie Totiang yang sudah terluka tidak ingat orang.
Saat itu ia sudah tidak perdulikan mereka lagi, sambil
tenteng pecutnya, juga lompat keluar dari dalam kupel.
Baru saja Gouw Ya Pa berlalu, mendadak terdengar
suara ledakan hebat, sampai Gouw Ya Pa tidak bisa berdiri
dan jatuh tengkurap. Setelah suara ledakan berhenti, ia baru angkat kepalanya.
Ketika ia melihat keadaan kupel tadi, ternyata sudah
menjadi tumpukan puing. Tidak usah dikatakan lagi,
dirinya para ketua Ngo bie pay, Bu tong-pay dan Kiong-lay
pay beserta bangkainya Tio Thian Ek juga sudah menjadi
hancur lebur. Ini ada suatu pembunuhan yang sangat keji partai besar
didunia Kang-ouw, dalam waktu sekejapan saja sudah
kehilangan lima ketuanya !
Semua kejadian ini seolah-olah ditimbulkan oleh Gouw
Ya Pa seorang. Dengan perasaan tertegun pemuda tolol itu memandang
sekitarnya, orang-orangnya Hian kui kauw ternyata sudah
tidak kelihatan bayangannya.
Dalam keadaan sunyi itu, Gouw Ya Pa melihat Tiauw
Goan Taysu dan Bu Wie Totiang berlutut ditanah sembari
membaca doa. Lim Co Ek keadaannya seperti orang gendeng ia duduk
bersila ditanah pedangnya menggeletak ditanah matanya
keluar airnya. Gouw Ya Pa tiba-tiba ingat dirinya Thian Hian Totiang
dari Hoa san pay. Ketika ia mencari-cari ditempat sejauh
sepuluh tombak lebih ia dapat lihat dirinya seorang'imam
yang tubuhnya tengkurap tidak bergerak pedangnya
terlempar jatuh ditempat sejauh satu tombak lebih.
Dengan cepat Gouw Ya Pa menghampiri tapi ia lantas
merendek. Karena imam tua itu digegernya sudah terpantek
oleh sepotong kayu yang menembus sampai kedadanya . . .
Lembah Kui kok telah berubah menjadi lembah neraka,
saat itu yang tertampak hanya reruntuhan puing.
Tapi kemana perginya orang-orang dari Hian kui-kauw "
Mungkin mereka sudah pada meninggalkan tempat itu
untuk menghindarkan diri dari ledakan. kalau benar
demikian halnya, mereka tentunya masih berada didekat
situ, belum berlalu jauh.
Sekarang orang-orang sembilan partay cuma ketinggalan
tiga orang kalau terpegat oleh mereka, benar-benar sangat
Sulit untuk meloloskan diri.
Gouw Ya Pa merasa pilu hatinya ia lalu berkata dengan
cemas: "Taysu kalian lekas pergi!"
Tiauw Goan Taysu perlahan-lahan mengangkat
kepalanya, dengan sorot mata tajam ia menjawab dengan
suara dingin: "Pergi " Kau suruh kita pergi kemana ?"
"Kalian sudah mengeluarkan sepenuh tenaga untuk
kepentingan partai semua, sekarang boleh keluar dari Kui
kok." Tiauw Goan Taysu mendadak matanya kelihatan merah
beringas, ia berkata dengan suara gusar.
"Perbuatannya Hian kui kauw begitu kejam. Mereka
telah membunuh banyak kawan-kawan kita, Kalau kita
lantas pergi begitu saja, apa masih ada muka berkelana
didunia Kang-ouw " Kalian boleh berusaba keluar dari Kui
kok, tetapi lolap belum puas sebelum bertanding dengan
Cian tok Jin mo." Lim Co Ek juga lantas lompat bangun dan berkata
dengan suara bengis, "Benar! Aku si orang she Lim rela mengorbankan jiwaku
yang tua ini, biar bagaimana juga aku harus menuntut balas
sakit hati kawan-kawan kita ini."
Sehabis berkata demikian. sambil menenteng pedangnya,
ia berjalan menuju kedalam lembah dengan tindakan lebar.
Tindakannya ia segera di ikuti oleh Bu Wie Totiang.
Tiauw Goan Taysu berkata pula:
"Gouw Sicu yang membawa tanda pusaka dan minta
pertolongan buat kawan2 sekarang ternyata telah mendapat
kekalahan begitu hebat, lolap sungguh merasa malu,
Mengapa sicu tidak mau meninggalkan tempat yang
berbahaya ini dulu, lalu dengan tanda pusaka itu
mengumpulkan lagi semua orang gagah didunia untuk
kembali lagi kesini?"
Alisnya Gouw Ya Pa kelihatan berdiri, ia menjawab
dengan suara gagah: "Kalian semua telah bersedia mengorbankan jiwa untuk
membela kawan, kalian yang sudah binasa, apakah kalian
kira aku Goaw Ya Pa yang juga hendak membela
sahabatku harus sayangi selembar jiwaku ?"
Sehabis berkata begitu, ia lantas lari menyusul Bu Wie
Totiang. Empat manusia yang keras kepala ini meskipun sudah
mengalami kekalahan yang hebat, tetapi ternyata masih
bertekad bulat hendak mencapai maksud mereka.
Lim Co Ek yang keadaannya sudah mirip dengan
banteng terluka, berjalan lebih dulu. dengan kecepatan
bagaikan kilat sebentar saja sudah berada dilembah Kuikok.
Tetapi, apa yang mengherankan. ialah disepanjang jalan
itu mereka tidak menemukan orang2nya Hian kui kauw.
Kalau begitu mungkin orang-orang itu sudah
mempersiapkan diri lebih dulu maka keadaan yang
kelihatannya sesunyi itu mungkin sebenarnva ada lebih
berbahaya. Mungki juga mereka dengan sengaja hendak
menjebak musuhnya sampai masuk ke dalam, kemudian
dibasmi semuanya. Tetapi orang sisa-sisa dari sembilan partai dan Gouw Ya
Pa itu semua sudah tidak menghiraukan lagi semua bahaya
yang akan mengancam mereka, dengan berani pula mereka
terus menerjang maju. Tidak berapa lama, mereka sampai didepan serentetan
bangunan rumah, tetapi disitu pun keadaannya sangat
sunyi. Lim Co Ek lantas membentak dengan suara keras:
"Kawanan penjahat dari Hian kui kauw! kalau tidak
lekas unjukkan diri. jangan sesalkan kalau aku si orang she
Lim nanti akan membakar habis tempat ini."
Perkataan baru saja ditutup, mendadak terdengar suara
orang yang berkata sambil tertawa dingin:
"Kalian sudah dekat mampus, masih mau jual lagak?"
Lim Co Ek lantas mencari-cari darimana datangnya
suara tadi. Ia sudah mengetahui bahwa suara itu adalah
suaranya Bo Pin, tetapi suara itu sebentar kedengarannya
dari sebelah kiri sebentar kemudian dari sebelah kanan
sehingga hal ini telah membuat orang sukar mendapatkan
tempat sembunyinya yang jitu.
Pada saat itu, ia sudah tidak mampu lagi mengendalikan
hawa amarahnja. dengan tidak ayal lagi ia lantas
mengeluarkan alat pembakarannya, dan sudah bersedia
hendak membakar rumah.
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siapa tahu, tiba-tiba kedengaran suara aneh seperti
burung hantu yang keluar dari rumah tinggi dan kemudian
disusul oleh melayang turunnya bayangan orang.
Lim Co Ek setelah mengawasi, baru kenali orang yang
baru tiba itu ternyata adalah satu nenek-nenek berambut
putih yang membawa tongkat kepala naga.
Lim Co Ek dengan tidak berpikir panjang gerakan
pedangnya menikam nenek-nenek itu.
Perbuatannya itu telah mengejutkan si nenek.
Sebab dalam suatu ilmu silat, orang harus
mengutamakan keadaan dirinya sendiri lebih dahulu,
kemudian baru melakukan serangan terhadap musuhnya.
Tetapi, bagi Lim Co Ek yang kesetanan tidak ada pikiran
demikian. Serangan tongkat sinenek tidak digubris, ia
malah menyerang dengan pedangnya, maksudnya ialah
supaya sama-sama rubuh, Maka, sekalipun serangan nenek itu bisa melukai
dirinya, tetapi nenek itu sendiri juga mungkin akan binasa
oleh karenanya. Dalam keadaan yang membahayakan demikian, terpaksa
si nenek harus melindungi dirinya lebih dulu, maka
tongkatnya lantas memapak pedang lawannya!
Suara 'trang', lalu terdengar nyaring, Lim Co Ek
merasakan kesemutan pada lengannya, kakinya mundur
tiga langkah. Tetapi nenek itu lantas lompat mundur sejauh setumbak
lebih, kemudian berkata sambil ketawa dingin :
"Lim Co Ek kenalkan kau padaku?"
Lim Co Ek lantas memandang, lalu ketawa bergelakgelak.
"Aku kira siapa." jawabnya, "Tidak tahunya adalah kau,
Kauw hun Lie mo, manusia tidak tahu malu itu, Apa kau
juga menyerahkan dirimu menjadi budak Hian-kui kauw
untuk sesuap nasi! Jangan pergi! Sambuti seranganku ini..."
setelah berkata, dengan cepat ia maju menyerang.
Tiauw Goan Taysu yang pada saat itu juga sudah sampai
disitu lantas mencegah perbuatan Lim Co Ek seraya
berkata. "Lim Sicu, silahkan mundur dulu. Biarlah serahk.an iblis
ini padaku." Kauw hun Lie mo ketawa terkekeh-kekeh sejenak.
"Pantas didepann tadi ada begitu ramai. Tenyata kalian
kawanan kepala gundul dan hidung kerbau telah datang
semuanya...." Perkataannya diteruskan setelah berhenti
sejenak, "Aku situa bangka sudah banyak tahun tidak mau
campur urusan luar, tetapi hari ini kita harus bertempur
sampai puas he...he..."
Tiauw Goan Taysu tidak menjawab. ia segera
menentang kedua tangannya dan menjambar pundak Kauw
hun Lie mo. Ternyata padri tua itu sudah membuka pantangan
membunuhnya. begitu turun tangan ia sudah menggunakan
ilmu Liong-jiauw-kangnya yang sangat hebat. Dari ujung
jarinva saja sudah mengeluarkan suara yang hendak
menembusi badan orang. Kauw hun Lie mo. sebangsa orang berkepala batu juga,
tetapi ia tahu benar kelihayan padri tua itu, maka ia tidak
berani bertindak gegabah dihadapannya, dengan tongkat
kepala naganya ia mencoba menangkis serangan Tiauw
Goan Taysu. Ketua Siao-lim-pay itu ketawa dingin, mendadak
gerakan tangannya dirubah, kali ini tidak menyambar
pundak orang, tetapi menyekal dan merebut tongkat.
Kedua orang itu sama-sama mengeluarkan seluruh
kekuatannya dan disalurkan ke tongkat sehingga seketika
itu keduanya lantas berkutetan.
Gouw Ya Pa yang menyaksiksn itu, karena menganggap
sudah hendak nekad-nekadan maka tidak perdulikan
peraturan dunia Kang-ouw lagi. Setelah berpikir sejenak ia
lantas memutar pecutnya sambil menggeram hebat ia
menghajar kepala Kauw hun Lie mo.
Pada saat itu, Kauw hun Lie mo sedang memusatkan
kekuatannya pada tongkatnya untuk mengadu kekuatan
dengan Tiauw Goan Taysu, bagaimana dapat menahan
serangan Gouw Ya Pa ini, maka sebentar saja pecut Gouw
Ya Pa sudah hampir menghajar punggungnya.
Ternyata Kauw hun Lie mo cukup lihay sebelum pecut
Gouw Ya Pa mengenai dirinya, mendadak ia membentak
dan melepaskan tangan kirinya untuk menyerang balik,
sehingga Gouw Ya Pa sampai jungkir balik. Tetapi ia
sendiri yang melepaskan tangan kirinya itu, telah terdesak
oleh kekuatan Tiauw Goan Taysu, sehingga darah segar
keluar dari mulutnya. Gouw Ya Pa merayap bangun lagi, kembali menyerbu
dengan pecutnya. Kauw hun Lie mo yang sudah luka didalam tidak dfj-Et
n enjirgl ir diri. maka serangan Gouw Ya Pa kali ini telah
mengenai dirinva dengan telak. Ia lalu mundur
sempoyongan lagi beberapa tindak, kembali memuntahkan
darah segar. Lim Co Ek tidak mau tinggal diam, pedang ditangannya
bergerak hendak mengambil kepala Kauw hun Lie mo.
Mendadak terdengar suara bentakan keras: "Tahan!"
yang lain disusul oleh munculnya dua bayangan orang.
Lim Co Ek terpaksa menarik kembali serangan
pedangnya, pada saat itu dilihatnya didepannya berdiri satu
padri dan satu imam tua. Pada pundaknya imam tua itu menggemblok dua batang
genta, jenggotnya yang putih panjangnya sampai dada,
Ternyata ia adalah seorang gagah yang terkenal dari
golongan hitam pada tiga puluh tahun berselang namanya
Song Pin bergelar Tiok beng le su,
Disampingnya, ada seorang padri berjubah merah yang
membawa sebuah bokor tembaga, yang sangat berat
kelihatannya. Dengan ketawa dingin padri itu berkata:
"Kalian semua adalah orang-orang ternama dari
golongan orang-orang baik, tetapi ternyata hendak
mengandalkan jumlah yang banyak untuk meraih
kemenangan, sekarang aku ingin mencoba kepandaian
kalian." Bu Wie Totiang segera maju menghampiri seraya
berkata: "Toa Ho Siang ini apa bukan Tong Pun Hwesshio yang
pada empat puluh tahun berselang diusir dari Ngo tap san
?" Si Paderi merah wajahnya, ia menjawab dengan suara
bengis: "Manusia sombong, kau berani membikin jelek
namaku, hari ini aku nanti suruh kau merasai bokor
tembagaku !" Baru habis berkata, bokor tembaganya yang berat sudah
melesat keluar dari tanggannya dan menyambar diri Bu
Wie Totiang. Bu Wie Totiang terperanjat, ia buru-buru menyontek
dengan pedangnya. Siapa nyana dalam bokor itu ternyata ada rahasianya,
ketika ujung pedang Bu Wie Totiang menotol badan bokor,
badan itu lantas berputaran, lalu menyemburkan barang
cair berwarna hijau. Bukan kepalang kagetnya Bu Wie Totiang dengan cepat
ia menggunakan lengan bajunya untuk menutupi wajahnya,
kemudian lompat mundur. Tapi gerakannya itu ternyata masih agak terlamoat,
sebab barang cair itu sudah jatuh dilehernya laksana air
hujan. Sebentar saja kulit leher Bu Wie Totiang sudah
terbakar. Bu Wie Totiang kesakitan setengah mati, ia lantas
bergelidingan ditanah. Tong Pun Hweeshio maju menghampiri, dengan tangan
kirinya ia menyambuti bokornya, tangan kanannya sudah
bersedia hendak menghantam kepala Bu Wie Totiang.
Tapi Lim Co Ek sudah lompat maju merintangi sambil
membentak: "Padri ganas, kau berani melukai sahabatku ?"
Gouw Ya Pa buru-baru memondong dirinya Bu wie
Totiang, siapa nyata sudah terkena racun jahat, napasnya
memburu, lehernya penuh air kuning berbau busuk.
Tiauw Goan Taysu gelengkan kepala. dari dalam
sakunya ia mengeluarkan sebuah obat pil. lalu dimasukkan
kedalam mulut Bu wie Totiang sembari berkata:
"Gouw sicu, kau baik-baik melindungi dirinya lolap akan
menuntut balas untuk dia."
Gouw Ya Pa mengangguk. Tiauw Goan Taysu lalu
keluarkan pekikan nyaring. dari dalam pinggangnya ia
mengeluarkan sepasang roda terbang yang menancarkan
sinar gemerlapan. Tatkala sepasang roda terbang itu dirangkap lantas
terdengar suara yang amat nyaring.
Kemudian ia berkata dengan suara bengis: "Hian kui
kauw telah menggunakan senjata beracun yang sangat
ganas, jangan sesalkan lolap hendak turun tangan jahat !"
Secepat kilat ia sudah menerjang diri Tong Pun
Hweeshio! Siok Beng le su lantas berseru: "Taysu apa juga ingin aku
turun tangan sekalian?"
Ia lantas maju sambil lintangkan kedua gaetannya.
Tiauw Goan Taysu tidak menjawab, roda ditangan
kirinya diputar, tapi roda ditangan kanannya yang melesat
keluar. Siok Beng le su tidak tahu sampai dimana kelihaian
sepasang roda itu, ia tidak berani menyambuti dengan
kekerasan. Ia putar tubuhnya, kedua gaetannya dipakai
untuk melindungi tubuhnya.
Tiauw Goan Taysu ketawa dingin. tangan -knannya
menggapai, roda terbang itu segera balik kembali berbareng
dengan itu, roda ditangan kirinya lantas melesat keluar!
Siok Beng le su mencoba beberapa kali melindungi diri
dengan gaetannya. Melihat sepasang roda itu cuma beterbangan bergantian,
tidak ada apa-apanya yang luar biasa, dalam hati mulai
merasa lega. Diam diam hati mulai berpikir: "Ilmu
kepandaian Siao-lim pay ternyata cuma begitu saja."
Karena ia pandang ringan senjata lawannya, sekarang ia
coba menyambuti dengan kekerasan.
-ooo0dw0ooo- Jilid 11 SIAPA tahu dengan demikian ia telah terjebak !
Ketika kedua senjata itu beradu, lantas terdengar suara
'crak' sepasang gaetannya Siok-beng Ie su lantas dibabat
olah rodanya Tiauw Goan Taysu.
Siok-beng Ie su terperanjat, ia kerahkan seluruh kekuatan
tenaga dalamnya, hendak menarik kembali senjatanya.
Siapa tahu saat itu dari samping ada angin tajam yang
menyambar badannya. Ternyata Tiauw Goan Taysu ketika roda ditangannya
sedang melibat senjata lawannya tangan kanannya lantas
bergerak, roda yang tajamnya luar biasa itu dengan cepat
lantas menyambar Song Pin !
Siok beng Ie su tidak keburu menyingkir, bawah
ketiaknya lantas terbelah, setelah mengelurkan jeritan ngeri,
ia lantas rubuh. Tong Pun hweeshio yang menyaksikan kejadian tersebut,
bukan kepalang kagetnya, hampir saja tertikam oleh pedang
Lim Co Ek. Setelah menyingkirkan serangan Lim Co Ek ia buru-buru
mundur tubuhnya dan loncat naik keatas genteng.
Lim Co Ek tidak mau menperti, ia memburu dan lompat
naik keatas genteng juga.
Tapi baru saja menginjak genteng, dari empat penjuru
lantas terdengar suara riuh: "Lepaskan anak panah 1"
Sebantar saja, anak panah dari berbagai panjuru lantas
menyambar seperti hujan. Betapapun tingginya kepandaian Lim Co Ek. apa lagi
lengan kirinya sudah kutung dan mengeluarkan banyak
darah serta sudah lama bertempur, sudah tentu tidak
sanggup melayani datangnya anak panah seperti hujan.
Sebentar saja sudah ada beberapa batang anak panah yang
menancap dibadannya. Ia merasa pundaknya yang kena anak panah itu seperti
kesemutan, maka lantas mengerti kalau anak panah itu ada
racunnya. ia lalu lompat melesat keatas genteng yang
berdekatan, pedangnya diputar laksana titiran, ia menyerbu
kepala orang-orang yang melepaskan senjata gelap itu.
Sebentar saja dari sana sini terdengar suara jeritan saling
berganti, ternyata sudah ada kira-kira delapan orang binasa
dibawah pedangnya. Tapi badannya Lim Co Ek sendiri juga sudah seperti
binatang landak, penuh dengan anak panah yang
menancap. Sebentar saja dari sana sini terdengar suara jeritan saling
berganti, ternyata sudah ada kira-kira delapan orang binasa
dibawah pedangnya. Tapi badannya Lim Co Ek sendiri juga sudah seperti
binatang landak, penuh dengan anak panah yang
menancap. Sambil dongakkan kepala dan ketawa bergelak-gelak ia
berseru: "Puas ! Puas. .. . !" kemudian badannya menggelinding
dari atas genteng. Sekarang diantara ketua sembilan partai itu, keculi Bu
Wie Totiang yang terluka, cuma tinggal ketua Siao-lim pay,
Tiauw Goan Taysu seorang saja yang masih hidup dalam
keadaan utuh. Gouw Ya Pa mengucurkan air mata, dalam hati berkata;
"Saudara Ho, jangan salahkan aku tidak bisa menolong
dirimu, siapa nyana ketua dari sembilan partai, hari ini
hampir semuanya binasa dilembah Kui kok."
Diluar dugaan, dalan keadaan putus asa itu, tampak satu
bayangan orang yang muncul dari lembah bagian belakang
dan mendatangi kearah mereka dengan cepat sekali.
Gouw Ya Pa berdin dengan mata beri- ngas, lalu berkata
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kcpada Tiauvv Goan Tay- su :
"Taysu harap kau suka keluar dari lembah ini, biarlah
aku yang adu jiwa dengan kawanan bangsat dari Hian kui
kauw ini !" Sababis berkata, sambil menenteng pecutnya, ia maju
menyambuti orang itu. Siapa nyana ketika orang itu sudah berada dekat lantas
berseru: "Gouw Toako, apakah kau yang berada disitu ?"
Gouw Ya Pa hampir saja menjerit kegirangan. . . .
bukankah itu saudara Ho nya yang ia hendak ditolong "
Memang besar! Orang itu adalah Ho Kie yang pada tiga
hari berselang menyerbu kelembah Kui kok dengan seorang
diri. Gouw Ya Pa dalam girangnya lantas melompat keatas
genteng, tapi baru saja kakinya menginjak genteng, anak
panah sudah menyambar dari berbagai penjuru.
Karena ia ada mempunyai ilmu kebal yang tidak takut
segala senjata terhadap anak panah yang menyambar
dirinya seperti hujan ia tidak hiraukan sama sekali. Bahkan
ia lantas menerjang kearah orang-orang yang melepaskan
anak panah itu. Maka sebentar saja sudah banyak jiwa melayang
ditangannya, sisanya terpaksa pada melarikan diri.
Gouw Ya Pa lantas menghampiri Ho kie dengan suara
sember ia berkata: "Saudara Ho, aku mencari kau setengah
mati !" Ho Kie belum sempat menjawab, tiba-tiba ada satu
bayangan putih dengan kecepatan bagaikan kilat lari keluar
dari belakang lembah. Ketika Ho Kie melihat siapa orangnya. wajahnya
nampak aneh sambil menarik dirinya Gouw Ya Pa berkata:
"Gouw Toako, mari kita lekas pergi!"
Dari sikapnya Ho Kie rupa-rupanya merasa segan
bertemu dengan orang baju putih itu.
Ketika Gouw Ya Pa mengawasi, orang baju putih itu
ternyata ada Lim Kheng, ia lantas berkata:
"Saudara Ho, itu apa bukannya nono Lim Kheng?"
"Dia bukan nona Lim, melainkan anak perempuannya
Cian tok Jin Mo dari Hian kui kauw !"
Gouw Ya Pa yang mendengar keterangan itu matanya
lantas merah, ia berkata pelan
"Kita jangan pergi dulu. para ketua dari partai telah
binasa ditangan ayahnya, biarlah kita dari dirinya mencari
sedikit modal." Sehabis berkata, ia lantas maju memapaki sambil
menenteng pecutnya. Ho Kie buru-buru menarik tangannya seraya berkata:
"Gouw toako mari kita pergi! Kita tinggalkan lembah Kui
kok ini dulu!" Sebentar kemudian, Jie Peng sudah berada didepan
mereka. Nona itu dengan air mata berlinang tanganya membawa
sebuah panji kecil warna merah. Begitu berada didepan Ho
Kie, lantas berkata dengan suara duka.
"Engko Kie, sekalian kalau hendak pergi. seharusnya
juga mengijinkan aku yang bernasib malang ini turut
mengantarkan. Bendera kecil ini kau boleh bawa!"
"Terima kasih atas budi kebaikan nona, budi
kebaikanmu ini aku siorang she Ho tidak akan melupakan
untuk selama-lamanya."
"Sayang, kita satu sama lain berdiri sebagai musuh.
Dengan perbuatanmu yang mencuri bendera untuk
mengantarkan aku, apakah tidak takut nanti akan dapat
marah Kaucu?" berkata Ho Kie dengan suara terisak-isak.
"Aku merasa bersyukur bisa mendapat kecintaanmu,
badanku ini mesti akan hancur lebur juga tidak mampu
membalas kecintataanmu. Sekalipun untuk kau aku harus
dihukum mati oleh ayah, aku juga rela !"
Ho Kie merasa sangat terharu, ia tidak bisa menjawab
apa-apa, kemudian berpaling dan berkata kepada Gouw Ya
Pa: "Mari kita pergi !"
DENGAN mata mendelong dan mulut menganga.
Gouw Ya Pa merasa heran atas perhubungan nona itu.
dengan sahabatnya, ada apa sebetulnya diantara mereka "
"Kau.... dia?" tapi apa yang hendak ditanyakan, ia
kebingungan sendiri. Ho Kie nampak bimbang. tapi kemudian bisa mengambil
keputusan dengan cepat, ia segera melompat melesat sambil
mengajak kawannya; "Gouw-toako jangan sia-siakan waktu! Kita bisa masuk,
masakah tidak bisa keluar?" Sehabis berkata, orangnya
sudah berada tiga tombak lebih jauhnya.
Tapi baru saja ia melayang turun, mendadak dari atas
sebuah rumah ada melayang turun dua bayangan didepan
matanya, kemudian berkata sambil ketawa dingin:
"Bocah she Ho, kau anggap sepi lembah Kui kok ini ?"
Dua orang itu satu adalah Hiantun Thian cun Cee Kong
Han. seorang satunya lagi adalah seorang perempuan
pertengahan umur berwajah putih kelimis, yang Ho Kie
belum pernah lihat. Ia adalah Ong Hoa Cu, salah satu
Tongcu dari Hian Kui kauw.
Ho Kie yang sedang gusar dan cupat hatinya, dengan
tanpa banyak bicara lantas menyerang kedua orang itu
dengan hebat. "Anjing cilik, sungguh besar nyalimu!" bentaknya Cee
Kong Han, seraya menyambuti serangan Ho kie,
Tiauw Goan Taysu yang saat itu sudah menyusul lantas
maju dan berkata dengan suara bengis;
"Dengan berduaan mengerubuti satu orang apa itu
perbuatan orang gagah" Marilah kalian mencoba mengadu
dengan tulang-tulangku yang sudah bangkotan ini !"
Sehabis berkata. lalu mendorong kedua tangannya. dari
situ meluncur keluar satu kekuatan tenaga dalam yang
sangat hebat. Hui tun Thian-cun ketawa terkekeh-kekeh bersama Ong
Hoa Cu coba menyambuti serangan Tauw Goan Taysu.
Setelah terdengar suara beradunya kekuatan tenaga
dalam dari kedua pihak, ketiga orang itu nampak pada
mundur satu tindak. Ong Hoa Cu sambil menenteng tongkatnya yang
bentuknya aneh, maju memlbntak:
"Kepala gandul, kematianmu sudah berada didepan
mata, apa kau masih berani berlaku ganas?"
Tiauw Goan Taysu dengan kedua rodanya. menyambuti
tongkatnya Ong Hoa Cu. Hui tun Thian cun turut menyerbu, dengan berduaan
mengerubuti Tiauw Goan Taysu. Pertempuran berjalan
sepuluh jurus lebih. Tiauw Goan Taysu lalu mengeluarkan
bentakan keras, sepasang rodanya melesat keluar dari
tangannya. Ong Hoa Cu berdua lantas memencarkan diri, mereka
lalu pentang jalannya yang terbuat dari benang baja untuk
menjaring Tiauw Goan Taysu.
Roda Tiauw Goan Taysu yang berbentuk jaring telah
jatuh ditanah. Saat itu dari empat penjuru lantas muncul Siang Hong
Siang, Bo Pin, Tong Pun Hweeshio Tio Go dan lain-lainnya
mengurung Tiauw Goan Taysu.
Tiauw Goan Taysu menampak keadaan demikian. telah
menghela napas panjang, lalu berkata pada Gouw Ya Pa
dan Ho Kie: "Lolap sudah keluarkan kepandaian dan tenaga, apa mau
musuh terlalu kuat, rupa-rupanya agak sukar keluar dari
kepungan ini, Biarlah Lolap korbankan jiwa sendiri biar
bagaimana juga akan berusaha untuk melindungi sicu
keluar dari bahaya!"
"Bagaimana Taysu bisa berkata begitu" Kita bersamasama
mati juga kita bersama-sama !" menjawab Ho Kie.
"Ucapan Ho sicu benar. Kalau begitu biarlah lolap
dengan sepasang tangan ini yang membuka jalan, untuk
kawanan iblis ini..." berkata Tiauw Goan Taysu sambil
anggukkan kepala, Kemudian keluarkan pekikkan nyaring
dan gerakkan kedua tangannya, benar saja ia menerjang
lebih dulu! Ho Kie dan Gouw Ya Pa cepat menyerbu untuk
menerobos keluar dari kepungan.
Orang-orang Hian Kui kauw jumlahnya semakin
banyak. hingga mereka bertiga terkurung semakin rapat.
Tapi karena Tiauw Goan Taysu bertiga sudah bertekad
bulat hendak melawan sampai titik darah penghabisan,
maka sedikitpun tidak merasa keder !
Bertempur sudah hampir satu jam lamanya badan Ho
Kie bertiga sudah pada terluka. hingga darah membasahi
tubuh mereka. Pertempuran demikian berlangsung terus sampai
setengah hari lamanya, Tiauw Goan Taysu sudah
membinasakan 5-6 hiucu, di badannya sudah penuh darah.
Tapi orang-orang Hian Kui kauw bukan menjadi kurang,
bahkan semakin banyak jumlahnya.
Tiauw Goan Taysu lalu berkata sambil menghela napas:
"Jika sicu kalau tidak mau dengar perkataan lolap,
sekarang aku terkubur bersama-sama
dalam lembah Kui kok. sehingga tidak seorang pun juga
yang bisa menyampaikn kabar!"
"Satu laki-laki bisa binasa dimedan perang. juga
merupakan satu kehormatan besar. Taysu kita bunuh saja.
..." jawab Ho Kie. Tapi baru berkata sampai disitu, tiba-tiba terdengar
seruan Gouw Ya Pa yang sudah terkena senjata bokornya
Tong pun Hweeshio, sehingga badannya sempoyongan.
Tiauw Goan Taysu buru-buru mendekati Gouw Ya Pa
untuk memberi perlindungan. tiba-tiba didampingnya ada
menyambar angin dingin, ia menyambuti, tangannya telah
beradu dengan tangan Bo pin.
Pada saat itu juga, lengan kiri Tiauw Goan Taysu
mendadak merasa sakit, agaknva ada hawa dingin yang
menyusup masuk terus masuk terus kedalam dada !"
Tiauw Goan Taysu terperanjat, ia buru-buru kerahkan
kekuatan tenaga dalamnya untuk menutup jalan darahnya.
Dengan demikian ia cuma bisa melayani musuh2nya
dengan satu tangan kanan saja.
Tidak antara lama Ho Kie pundaknya juga keserempet
senjatanya Hui tun Thian Cun dan ketika menerjang maju
kebetulan berpapasan dengan Bo pin.
Bo Pin lantas berkata sambil ketawa dingin.
"Bocah, apa kau masih ingin menuntut balas" Orang she
Bo akan suruh kau merasai rasanya Hui sie Biat kut Ciang
!" Ucapan Bo Pin itu ditutup dengan satu serangan yang
dinamakan Hui sie Biat kut-ciang itu.
Ho Kie terpaksa menyambuti dengan kedua tangannya.
Ketika tangan mereka beradu, bau amis lantas menusuk
hidung Ho Kie. ia lantas merasa seperti ada hawa dingin
menyerbu kedalam badannja, kepalanya pujeng, sehingga
mundur sempoyongan. Siang Hong Siang yang menampak keadaan demikian,
senjatanya lantas meluncur keluar dari tangannya mengarah
geper Ho Kie. Tiauw Goan Taysu menampak Ho Kie seperti orang
bingung, bukan main kagetnya. lalu menyambar senjata
pecutnya Gouw Ya Pa, kemudian disambitkan menyambuti
serangan Siang Hong Siang.
Tatkala kedua senjata itu beradu, kedua duanya lantas
jatuh ditanah. Saat itu mendadak terdengar suara bentakan nyaring
halus, "Kaucu ada perintah, semua berhenti bertempur !"
Hui-tun Thian cun yang mendengar itu, terpaksa
urungkan maksudnya ketika ia berpaling, lantas dapat lihat
Jie Peng berdiri diatas genteng sambil membawa lengkie
(bendera perintah). Orang-orang Hian kui-kauw yang melihat Leng kie itu
lantas pada berhenti dan bergerak mundur.
Bo Pin lantas maju dan bertanya sambil menyoja:
"Nona Peng, bukankah kau sedang tak enak badan"
Mengapa tidak mengaso dikamar, sebaliknya datang kemari
menyampaikan perintah ?"
"Kaucu ada perintah, supaya mengantar keluar Ho
Siaohiap bertiga dari lembah Kui-kok siapa saja dilarang
merintangi, barang siapa yang melanggar perintah ini akan
mendapat hukuman berat," jawab Jie Peng sambil ketawa
hambar. Semua orang yang mendengar itu pada saling
memandang. Ho Pin agaknya tidak percaya tapi ia tidak berani
mengutarakan hanya serunya: "Benarkah Kauwcu ada
perintah mengeluarkan mereka bertiga dari lembah ini?"
"Bo Tongcu, ucapanku mungkin bisa bohong, tapi
apakah lengkie ini juga palsu?"
Bo Pin merah wajahnya. tapi ia masih merasa sangsi.
Maka diam-diam memberi isyarat kepada salah satu hiocu
supaya berlaku dengan diam-diam untuk mencari
keterangan pasti, kemudian ia berkata pula sambil ketawa:
"Kalau benar nona Jie ada membawa perintah kaucu,
sudah tentu Kita akan turut," Sehabis berkata, ia lantas
ulapkan tangannya, hingga orang-orang yang mengurung
Ho Kie bertiga lantas membuka jalan.
Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan orang-orangnya
Hian kui kauw benar saja lantas pada mundur, lalu ajak
Gouw Ya Pa berlalu. Gouw Ya Pa meski tolol. tapi dalam saat bahaya masih
ingat sahabatnya. Ketika hendak berlalu ia masih ingat
dirinya Ho Kie yang dalam keadaan pingsan. Ia lantas
gendong sahabatnya itu, lalu berjalan dengan tindakan
lebar. Jalan belum berapa jauh tiba-tiba dibelakangnya ada
suara orang berkata, "Taysu harap suka tunggu sebentar!"
Tiauw Goan Taysu hentikan tindakannya, ia dapat lihat
bahwa orang yang menyusul itu ternyata Jie Peng adanya,
Karena belum tahu apa maksudnya, paderi itu diam-diam
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah waspada. Jie Peng menyaksikan Tiauw Goan Taysu masih
bersangsi. ia tahu bahwa paderi itu ternyata salah faham,
maka lalu berkata padanya,
"Taysu jangan bingung, aku datang ada membawa obat
buat Ho Siaohiap." Ia lalu mengeluarkan dua botol kecil
dan diberikan kepada Tiauw Goan Taysu.
Setelah menyambuti obat itu, Tiauw Goan Taysu sudah
hendak berlalu lagi. "Taysu tunggu dulu aku hendak bicara." Jie Peng berkata
pula dengan cemas. "Harap Li sicu lekas sedikit, pinceng tidak bisa tunggu
lama-lama!" "Obat dalam botol itu ada obat pemunah racun khusus
bikinan kami, sebetulnya sangat berbisa, maka hanya
khusus untuk menyembuhkan orang yang kena serangan
Hu sie Biat kut ciang. Kalau digunakan buat penyakit
lainnya, bukan saja tidak berhasil. bahkan sangat
membahayakan jiwanya. Dan lagi kalian hendak keluar
dari depan ada sangat sukar karena disana telah terjaga
ketat. Tapi dibelakang kosong. . . ."
Jie Peng selagi masih bicara mendadak bernenti,
kemudian berkata pula dengan perasaan gelisah,
"Mereka sudah mengejar lagi, lekas ikut aku."
iauw Goan Taysu pasang telinga, benar saja ada suara
riuh. yang makin lama makin dekat. maka lantas menarik
tangan Gouw Ya Pa, mengikuti jejaknya Jie Peng lari
kebelakang lembah. Bo Pin sebetulnya mencurigai perbuatan Jie Peng, tapi
takut kepada Lengkie, ia tidak berani merintangi berlalunya
Tiau Goan Taysu bertiga. Pada saat itu mendadak orang yang disuruh oleh Bo Pin
sudah balik sambil berseru, "Bo Tongcu, celaka. perintah
norn Jie Peng tadi adalah palsu, lengkie juga ia dapat
mencuri. Kaucu kini sedang gusar, perintahkan kita supaya
lekas kejar mereka !"
Bo Pin sangan gusar, ia segera perintahkan semua orang2
Hian kui kauw mengejar serta menjaga semua tempat,
jangan sampai mereka lolos. Sedang ia sendiri bersama dua
dua hiocu lari mengejar kebagian belakang.
Jie Peng yang memimpin Tiaow Goan Taysu bertiga,
ketika tiba dibelakang lembah telah dapat lihat ada empat
anak buah Hian kui kauw yang menjaga.
Jie Peng memberi isyarat kepada Tiauw Goan Taysu,
paderi tua itu mengerti, lalu kerahkan kekuatan tenaga
dalamnya. sebentar kemudian sambaran angin hebat
menyerang pada empat orang itu.
Kasihan bagi mereka yang belum tahu apa yang sedang
terjadi. tahu-tahu sudah dibikin terpental oleh serangan
Tiauw Goan Taysu bersama Jie Peng sampai empat tombak
jauhnya dan lantas binasa seketika itu juga.
Menampak empat orang itu sudah binasa. Jie Peng buruburu
berkata: "Mereka segera akan mengejar kalau terlambat
barangkali sulit keluar dari lembah ini. Tolong Taysu
lindungi Ho Siaohiap berlalu dari sini, Biarlah disini aku
yang merintangi mereka."
Tiauw Goan Taysu memandang Jie Peng sejenak, lalu
menjawab. "Bagaimana nona bisa berkata demkian" Menolong Ho
sicu adalah kewajiban lolap, kalau nona berada disini
sendiri, lolap merasa tidak enak, mengapa tidak bersama
lolap keluar dari lembah kui kok ini, kemudian kita mencari
daya upaya lagi!" "Taysu tidak boleh berdiam disini terlalu lama, kalau
terlambat sedikit, barangkali tidak bisa keluar lagi. Aku
memang aaa orang Hian kui kauw. mereka tidak bisa
berbuat apa-apa terhadap diriku. Aku cuma ada sedikit
perkataan, tolong Taysu sampaikan kepada Ho Siaohiap,
katakanlah saja bahwa aku Jie Peng yang bernasib malang
akan menantikan padanya di lembah Kui kok. ..."
Belum habis perkataannya, Jie Peng sudah menangis
sedih sekali. Sesaat itu, suara riuh sudah semakin dekat, maka Jie
Peng lantas mendesak Tiauw Goan Taysu supaya lekas
berlalu. Ketika Bo Pin bersama orang-orang Hian kui kauw tiba
disitu, Tiauw Goan Taysu bertiga sudah berada enam
tombak lebih dari lembah kui kok, maka terpaksa ia balik ke
Kui kok untuk memberi laporan.
Setelah berada jauh dari Kui kok dan melihat sudah tidak
ada orang mengejar. Tiauw Goan Taysu baru bisa
bernapas. Tapi ketika menampak Ho Kie Keadaannya
sangat payah, lantas berkata kepada Gouw Ya Pa;
"Gouw sicu, aku lihat Ho sicu lukanya sangat parah,
mari kita mencari tempat untuk menolongi Ho sicu lebih
dulu." Gouw Ya Pa mendengar perkataan Tiauw Goan Taysu,
baru ingat kalau Ho Kie masih pingsan, maka lantas
menjawab: "Aku tidak mempunyai pikiran apa-apa. asal bisa
menolong jiwanya saudara Ho, bagaimana saja kehendak
Taysu, aku menurut."
Tidak antara lama, mereka menemukan sebuah kuil tua
yang sudah rusak keadaannya, mungkin sudah banyak
tahun tidak pernah ada orang menempati.
Tiauw Goan Taysu tidak mau ambil perduli, ia buru2
menbersihkan meja bekas sembahyang, lalu letakkan diri
Ho Kie diatasnya, ia suruh Gouw Ya Pa yang menjaga
sedang ia sendiri pergi mencari air.
Setelah kembali dengan air, ia lantas keluarkan obat
pemberian Jie Peng, kemudian dimasukkan kedalam
mulutnya Ho Kie. Gouw Ya Pa menampak Ho Kie yang sudah minum
obat, tapi masih saja belum segar hatinya sangat gelisah.
Sebentar duduk sebentar bangun dan sebentar berjalan
mondar-mandir sambil menghela napas.
Sebentar lagi mendadak perutnya Ho Kie terdengar
keruyukan, baru saja Gouw Ya Pa hendak melihat apa yang
terjadi, Ho Kie sudah menyemburkan air warna hitam
darinya, air itu berbau busuk. Sebentar kemudian dari
lubang pantatnya juga mengeluarknn air yang serupa.
Muntah dan berak air hitam berbau busuk itu kira-kira
satu jam lamanya baru berhenti.
Kasihan bagi Gouw Ya Pa yang hendak membela
kawannya, dengan tanpa merasa jijik, ia membersihkan
semua kotoran yang ada dibadan dan pakaian Ho Kie,
kemudian diganti dengan pakaian baru Setelah semua
selesai, ia baru duduk disampingnya.
Tapi, Ho Kie meski sudah muntah-muntah dan berakberak
begitu banyak, namun masih belum mendusin,
bahkan tidur pulas. Saat itu cuaca sudah gelap, Tiauw Goan Taysu telah
selesai bersemedi, sedang Gouw
Ya Pa baru meram hendak tidur
Mendadak terdengar Ho Kie menjerit, "Aduh mati aku!"
Gouw Ya Pa yang baru saja pejamkan matanya
mendadak kaget dan lantas menghampiri dan bertanya:
"Saudara Ho, apa kau sudah baikan ?"
Ho Kie membuka mata memandang keadaan sekitarnya.
Ia telah dapatkan dirinya berada didalam kuil tua,
disampingnya ada Gouw Ya Pa dan Tiauw Goan Taysu. Ia
merasa heran maka lantas bertanya pada Gouw Ya Pa:
"Gouw Toako. bagaimana kita bisa berada disini.
Dimana orang-orang yang lainnya?" Ia hendak bangun, tapi
baru saja badannya bergerak, ia sudah pingsan lagi.
Ilmu Hui se Biat kut-ciang, ciptaan Cian tok Jin mo
benar-benar lihay, Ho Kie meski sudah makan obat dan
mengeluarkan banyak racun, tapi kekuatannya belum bisa
lantas pulih. Gouw Ya Pa yang menyaksikan keadaan demikian,
sudah ketakutan setengah mati. sehingga menangis
menggerung-gerung seperti anak kecil.
Tiauw Goan Taysu terkejut, ia buru-buru memeriksa
keadaan Ho Kie, ternyata Ho Kie cuma tidur, tidak ada
halangan apa-apa maka lantas berkata kepada Gouw Ya Pa:
"Gouw sicu, harap sedikit tenang, Ho-sicu yang terluka
karena serangan ilmu Hui- se Biat kut ciang, barusan sudah
muntah2 dan berak, sehingga tenaganya keluat terlalu
banyak. untuk sementara tenaganya belum bisa pulih
kembali. Tidak ada bahaya apa-apa, kau boleh tak usah
kuatir," Gouw Ya Pa masih belum mau percaya, tapi ketika
melihat wajah Ho Kie perlahan-lahan berubah merah, ia
baru merasa lega. Kira-kira setengah jam Ho Kie telah siuman lagi, ia coba
gerakkan badannya ternyata sudah tidak terasa sakit maka
lantas duduk. Gouw Ya Pa nampak sahabatnya sudah sembuh, lalu
menceritakan bagaimana ia telah terluka dan bagaimana
sudah terlolos dari Lembah Kui kok.
Ho Kie buru2 menghampiri Tiauw Goan Taysu ia
berlutut seraya berkata, "Terima kasih atas pertolongan
Taysu, selama Ho Kie masih hidup budi ini tidak akan Ho
Kie lupakan." Tiauw Goan Taysu buru2 pimpin bangun Ho Kie, ia
menjawab: "Lolap terhadap Ho sicu tidak melepas budi apa-apa,
hanya anak perempuannya Jie Hui, nona Jie Peng ia sudah
keluarkan banyak tenaga untuk memberi sicu Budi.
kecintaan nona itu kepada sicu benar-benar sungguh besar
sekali." Paderi itu lalu menceritakan bagaimana Jie peng dengan
tidak menghiraukan segala bahaya sudah memerlukan
mengantar obat. Setelah berhenti sejenak. Tiauw Goan Taysu
melanjutkan perkataannya:
"Gadis itu sungguh mulia hatinya tidak boleh disamakan
dengan orang-orang Hian kui kauw lainnya. Kali ini barang
kali akan menanggung dosa atas perbuatannya yang sudah
mengkhianati ayahnya dan perguruannya. mungkin agak
sukar terhindar dari bahaya. Maka dikemudian hari Ho
Sicu harus baik-baik perlakukan padanya."
Ho Kie tundukkan kepala tidak menjawab, sedang
hatinya berpikir Jie Peng ada begitu cinta terhadap diriku,
beberapa kali ia telah turun tangan menolong, tanpa
menghiraukan bahaya apa yang menimpa dirinya sendiri.
Jika di ingat bagaimana kejamnya orang-orang Hian kui
kauw. barangkali jiwanya kini ada terancam bahaya.
Tapi, ia sendiri sekarang keadaannya masih lemah
sekalipun hati ingin menolong si nona, percuma saja tidak
mempunyai kemampuan. Ho Kie ada seorang yang berbudi luhur serta penuh
cinta, terhadap kecintaannya Jie Peng, bagaimana ia tidak
tahu. Maka akan ia ingat itu semua, air matanya lantas
mengalir turun. Tiauw Goan Taysu lantas menghibur padanya.
"Ho sicu harus pentingkan kesehatan sendiri, kita tidak
boleh meneruti perasaan hati. Soal membalas budi masih
ada banyak waktu." "Aih! Lantaran urusanku seorang, dari sembilan partay
sudah ada delapan yang kehilangan ketuanya didalam
lembah kui kok." jawab Ho Kie sambil menghela napas.
Gouw Ya Pa yang mendengarkan lalu nyeletuk:
"Saudara Ho, perkatannmu ini salah, kau harus tahu
bahwa mereka telah datang karena takut tanda pusaka Kiu
hoan leng hal ini tidak bisa menyalahkan kau."
"Tapi bagaimara dengan nona Jie Peng" Apa sebabnya ia
membela aku" Pendak kata aku Ho Kie meski binasa masih
belum mampu membalas budinya!" kata Ho Kie.
"Saudaraku yang baik, jangan sekali-sekali kita berbicara
tenang kematian. Apa yang kau ucapkan tadi sebetulnya
sangat mudah dibereskn. Tunggu kalau lukamu sudah
sembuh betul, kita pergi kepuncak gunung Sin-heng, minta
kepada Dit cie Sin liong locianpwee supaya mau mengajari
ilmu silat yang ada didalam kitab bagian pertama. Lalu kita
balik lagi ke lembah Kui kok. bunuh habis semua orang
Hian kui kauw dan tolong diri nona Jie Peng, kemudian
kawin padanya. Bukankah sudah beres ?"
Ho Kie selagi hendak berkata. tiba-tiba terdengar suara
orang ketawa kemudian disusul oleh munculnya dua orang
didalam kuil tua. Tiauw Goan Taysu mengira ada orang-orangnya Hian
kui kauw yang datnng hendak menantikan mereka, maka
bersama Ho Kie dan Gouw Ya Pa, hampir dalam saat
berbareng telah melancarkan satu serangan yang hebat.
Tapi kedua orang itu tidak menyingkir atau berkelit,
bahkan maju menghampiri mereka dengan kecepatan
bagaikan kilat. sudah menyekal pergelangen tangan Tiauw
Goan Taysu kemudian berkata dengan suara perlahan,
"Taysu jangan kaget. akulah yang datang." Sehabis
berkata lantas keluarkan ketawanya bergelak-gelak.
Ketika ketiga orang itu menegasi lantas pada berdiri
melongo. Oo0dw0ooO KIRANYA ORANG YANG menyekal tangan Tiauw
Goan Taysu tadi adalah seorang tua yang berambut putih.
tapi mukannya masih kelihatan merah segar.
Orang tua itu memakai pakaian ringkas warna kelabu,
alisnya jang putih meletak itu panjang sekali hingga hampir
menutupi matanya. Tongkat kanannya lebih panjang dari
pada tangan kirinya. Dengan mata yang tajam ia
mengawasi ketiga orang didepannya.
Ketiga orang itu tidak kenal pada orang tua yang baru
datang itu. Selagi mereka masih pada merasa keheranheranan,
dibelakang orang tua itu tiba-tiba terdengar suara
orang tertawa: Gouw Ya Pa yang adatnya tolol beranggasan tidak
memikirkan apa yang akan terjadi, sudah lantas lompat
mau menghajar orang yang ketawa barusan. Tapi. . . ketika
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melihat siapa orangnya ia bengong sejenak, kemudian
berseru: "Saudara Ho, apakah orang ini bukannya nona Lim
Kheng yang kau pikiri siang hari malam?"
Pada saat itu. Ho Kie baru bisa melihat tegas bahwa
orang tua itu memang bukan lain
Lim Kheng adanya, dengan girang ia lantas berseru:
"No. . .." Lim Kheng tidak menantikan Ho Kie melanjutkan
pertanyaannya, dengan wajah merah jengah ia menegur:
"Saudara Ho Kie, kau bagaimana sih !"
Ho Kie mengerti, maka ia lantas merubah perkataannya.
"Lim. . .Lim Hiantee, apa selama ini
kau ada baik?" Lim Kheng lalu menjawab sambil kedipkan matanya:
"Apa saudara Ho juga baik-baik saja ?"
Ho Kie menanya pula sambil menunjuk si orang tua
beralis putih: "Cianpwee ini apakah. . .."
Dengan cepat Lim Kheng menjawab, "Oh, ia. . . Aku
belum perkenalkan kepada kalian. Ini adalah suhuku."
Ia lalu menunjuk, Ho Kie dan berkata kepada suhunya.
"Ini adalah Ho Siaohiap, Ho Kie."
Ho Kie juga diperkenalkan Tiauw Goan Taysu dan
Gouw Ya Pa kepada Cit-cie Sin ong. Orang tua itu lalu
berkata; "Aku siorang tua pernah mendengar Kheng-jie berkata
bahwa kau ingin pergi ke Kui kok untuk menuntut balas
sakit hati ayahmu. Sayang aku datang terlambat, sampai
Taysu sekalian mengalami kesulitan. Harap Taysu dapat
memaafkan." Kemudian ia berkata kepada Ho Kie, "Kau
sungguh sangat berani. Dengan seorang diri berani
menerjang Kui kok, benar-benar nyalimu tidak dapat
dibandingkan dengan orang biasa, cuma. . . ."
Ho Kie tidak menantikan orang tua itu berkata sampai
habis, ia segera memotong:
"Boanpwa bukan tidak tahu akan kekuatan diri sendiri,
karena Cian-tok Jin Mo itu dengan Boanpwee mempunyai
permusuhan yang sangat dalam. Boanpwee juga tahu
bahwa diri sendiri tidak bisa menandingi dia, tapi
Boanpwee baru merasa puas jika sudah menyerbu Kui kok
sekalipun harus mengorbankan jiwa."
"Apa dengan tindakanmu ini tidak menyia-nyiakan
harapan dari ayahmu dialam baka?"
Ho Kie tidak bisa menjawab, ia berdiri sambil
menundukkan kepala. Tiba-tiba ia ingat kembali akan kematian ayah dan
suhunya maka dengan tidak terasa lagi air matanya
mengalir deras. Cit cie Sin ong melihat keadaan yang mengharukan
demikian, lalu menghela napas berulang-ulang. kemudian
berkata pula, "Urusan sudah menjadi begini, sebaiknya tidak perlu
menyalahkan kau, Lohu yang masih bertetangga dengan
suhumu dan dengan Kheng-jie kau juga bersahabat, biarlah
aku sekarang menbantukan supaya kau dapat mencapai
maksudmu. Semua pelajaran terdapat dalam Hian kui pit
kip bagian pertama lohu akan ajarkan kepadamu."
Tetapi Ho Kie lantas menjawab:
"Maaf Locianpwee, suhu boanpwee Toan-theng Lojin,
sebelum menutup mata telah memerintahkan boanpwee
menyelesaikan satu urasan besar. Sampai kini belum
sempat Boanpwee melaksanakan, maka andaikata
Boanpwce turut locianpwee ke Sin-hong, rasanya tidak
tidak mempunyai hati untuk belajar, oleh karenanya
mungkin akan mengecewakan jerih payah boanpwe.
Tentang pelajaran ilmu silat itu, terpaksa boanpwe akan
terima setelah boanpwe kembali dari Lam hay."
"Aiyaa, kau sungguh berbakti. Toan-theng Lojin yang
mempunvai murid seperti kau ini, aku percaya arwahnya
dialam baka tentu merasa puas," kata Cit cie Sin ong sambil
menghela napas. Ho Kie lalu berkata kepada Gouw Ya Pa: "Gouw-toako,
kau boleh temani taysu ikut Cit cie Locianpwe pergi ke
puncak gunung Sin hong untuk berdiam sementara waktu
lamanya. Kalau nanti aku berdiam sementara lamanya.
Kalau nanti aku sudah kembali dari Lam hay, nanti aku
akan mencari kau lagi. . . ."
Tetapi Gouw Ya Pa lantas menjawab sambil
menggoyang-goyangkan tangannya:
"Tidak bisa, tidak bisa kau mau suruh aku tinggal
seorang diri, aku tidak mau. Kemana saja kau pergi aku
mau ikut. Sekali pun kau pergi mati, aku juga mau turut
terus..." Lim Kheng mendengar ucapan orang tolol itu yang
mengoceh tidak keruan, lantas membentak!
Gouw Ya Pa mendelikkan matanya dan berkata dengan
suara gusar: "Ada urusan apa dengan kau lelaki palsu" Saudara Ho
adalah sahabat karib. Aku boleh sesuka hati mengucapkan
apa saja, ada hubungan apa dengan kau ?"
Perkataan Gouw Ya Pa ini membuat Lim Kheng malu
dan gusar, maka ia jadi sengit dan menyerang.
Gouw Ya Pa yang diserang Lim Kheng. jatuh jungkir
balik dan membentur tembok, tetapi Gouw Ya Pa segera
lompat bangun lagi dan berkata pula dengan suara gusar:
"Kau berani-berani permainkan aku" Apa kau kira Gouw
Toayamu takut padamu?" Cepat-cepat ia mencabut
pecutnya lalu dengan senjata ini ia menantang Lin Kheng
berkelahi. Ho Kie yang menyaksikan keadaan demikian lalu
menarik tangan Gouw Ya Pa.
"Gouw Toako," katanya. "Kau benar-benar keterlaluan.
Sedikit-sedikit hendak marah. Masih banyak urusan yang
harus kita selesaikan dan nona Lim ini tokh tidak
mengatakan apa-apa kepadamu, buat apa kau jadi gusar
serupa ini ?" Tetapi Gouw Ya Pa yang hatinya masih mendongkol,
lantas menjawab: "Kenapa dia maki-maki orang, aku Gouw
Ya Pa tokh bukan anak kemarin sore ?"
Ho Kie sudah mengetahui, memang begitu tolol adatnya
sahabatnya ini, maka hanya bisa gelengkan kepala sermbari
berkata, "Sudah, sudah. Aku ajak kau jalan sama-sama, jangan
ribut-ribut lagi dengan nona Lim."
Gouw Ya Pa baru kegirangan, lalu simpan kembali
senjatanya. Lim Kheng yang masih mendongkol, lalu menarik
tangan suhunya sambil berkata: "Suhu, mari kita pergi.
Kelihatannya mereka tidak bisa ikut kita."
Tapi Cit cie Sin ong lantas menjawab sambil tersenyum:
"Kheng-jie. kau jangan marah dulu. Bocahh she Gouw
itu tidak jahat, cuma adatnya agak kasar, lagi pula tolol."
"Suhu masih mengatakan dia tidak jahat. tadi dia
memaki Kheng-jie begitu rupa, nanti Kheng-jie akan hajar
mulutnya sampai giginya rontok."
"Kheng-jie jangan membawa adatmu sendiri, kalau kau
tidak mau dengar perkataan suhumu, nanti suhumu tidak
sayang lagi padamu."
Lim Kheng justru paling takut kalau tidak disayang oleh
Suhunya maka ketika mendengar ancaman suhunya itu
lantas diam. Cit cie Sin ong lalu berkata kepada Ho Kie.
"Begitu juga baik, kalau kau sudah kembali dari Lam
hay, lekas datang ke puncak gunung Sin hong mencari aku,
jangan membuang-buang waktu."
Sehabis berkata begitu, bersama Tiauw Goan Taysu dan
Lim Kheng meninggalkan kuil tua itu.
Beberapa lama kemudian Ho Kie bersama Gouw Ya Pa
juga berangkat menuju ke Lam-hay.
Hari itu mereka tiba disatu kota dipantai laut. Kota itu
sangat ramai. tapi Ho Kie tidak mempunyai kegembiraan
menikmati keramaian kota, ia hanya mencari rumah
penginapan untuk bermalam.
Esok paginya setelah menanyakan kepada pelayan
rumah penginapan tentang jalanan yang menuju ke Lam
hay, lantas berlalu. Tiba-tiba dibelakangnya ada orang yang
memanggil: "Ho Siaohiap, apakah kau hendak ke Lam-hay ?"
Ho Kie terperanjat, mengapa ada orang yang tahu kalau
ia hendak ke Lam hay" Ketika ia berpaling ternyata orang
yang menegur padanya itu adalah Auw yang Khia.
"Auw yang Cianpwce, mengapa kau juga berada disini ?"
ia balik bertanya. "Aku barusan tanya kau, sekarang sebaliknya kau yang
tanya aku. Sungguh bagus sekali perbuatan kalian, kabur
keluar dari Kui-kok meninggalkan aku sendirian disana.
hampir saja tulang-tulangku yang bangkotan ini hancur
dilembah Kui kok." Ho Kie tidak bisa menjawab, mukanya merah seketika.
"Kau.jangan kesal dulu." Auw Yang Khia berkata pula.
"Masih ada soal yang mengenaskan, aku nanti beritahukan
kepadamu. Hmm, asal kau jangan gelisah."
"Auw Yang Cianpwee,..soal apakah ini?" Ho Kie
bertanya. Auw Yang Khia lalu menceritakan bagaimana Jie Peng
telah berhasil mencuri Leng-ki dan kemudian mengeluarkan
perintah palsu untuk menolong Ho Kie dan kawankawannya
keluar dari Kui kok. Setelah Ho Kie dan kawankawannya
berlalu Cian-tok Jien mo lalu mengejar sendiri,
tapi tidak berhasil menyandak diri mereka. Dalam
gusarnya, ia lantas tangkap Jie Peng dan dimasukkan
kedalam penjara. Ho Kie yang mendengar berita itu lantas naik darah.
Tapi ia tahu bahwa saat itu meskipun ia kembali ke kui kok
juga tidak ada gunanya, bahkan akan mengantar jiwa saja.
Maka lalu berkata kepada Auwyang Khia :
"Lo Cianpwee, kita sekarang hendak mencari perahu itu
untuk ke Lam hay. Loo-cianpwee hendak kemana silahkan
!" Tapi Auw yang Khia lantas menjawab sambil tertawa:
"Ho Siaohiap, aku juga akan ke Lam-hay."
"Apa " Kau juga akan ke Lam-hay?" Ho Kie melengak.
"Aku bahkan sudah menyediakan perahu untuk kalian."
Ho Kie memandang Auw Yang Khia dengan sorot
matanya penuh keheranan. "Apa kau tidak percava" Baiklah aku beritahukan
padamu. Setelah aku kabur dari Kui kok, aku terus
mengikuti jejakmu. Tadi malam ketika kau dan Gouw Ya
Pa menumpang dirumah penginapan, aku lantas pergi
kepantai menyewa satu perahu besar, untuk kita pakai
belayar hari ini. Sekarang kau tentunya akan percaya
ucapanku!" Ho Kie sangat girang. berulang-ulang ia berkata:
"Locianpwee kau begitu baik terhadap aku, sungguh aku
tidak tahu harus bagaimana aku membalas budimu ini."
"Kita berkenalan bukan satu hari saja, apaka perlu bicara
tentang budi" Mari kita jangan menyia-nyiakan waktu lagi
kita segera berangkat."
Bertiga lalu naik perahu yang sudah disewa oleh Auw
Yang Khia lalu belayar. Dalam perjalanan di atas air itu. Auw-yang Khia dengan
duduk dibagian kepala perahu sambil menenggak arak
sepuas-puasnya. Ketika sang malam tiba, Auw Yang Khia masih saja
belum mau masuk kedalam, nampaknya ia sudah mulai
mabuk. Saat itu mendadak geledek berbunyi kemudian disusul
oleh jatuhnya badai dan angin puyuh.
Tapi, Auw Yang Khia tetap enak-enakan minum arak,
tidak perdulikan datangnya hujan dan angin, seolah-olah itu
semua tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan dirinya.
Hujan dan angin makin lama makin lebat. Tukang
perahu berusaha sebisa-bisanya untuk menahan perahunya
jangan sampai terkena oleh ombak tapi nampaknya tidak
berhasil. Setelan keadaan sudah sangat berbahaya sekali.
tukang perahu lantas memanggil Ho Kie supaya ekas ajak
Auw-yang Khia masuk kedalam.
Ho Kie nampak orang tua itu sudah basah kuyup dengan
air hujan, tapi nampaknya masih tidak ambil perduli, ia
masih enak-enak minum araknya. Terpaksa Ho Kie
pondong padanya dan setelah berada didalam, lalu disuruh
tukar pakaiannya. Mendadak seperti ada benda keras
menimpa badan perahu, kemudian disusul oleh suara
tukang perahu yang memberikan peringatan.
"Tuan-tuan...hati-hati...!"
Tapi kemudian perahu itu lantas disapu oleh badai,
setelah terdengar suara jeritannya tukang perahu, badan
perahu itu lantas hancur berkeping-keping.
Ho Kie hendak menolong kedua kawannya tapi sudah
tidak keburu, maka lantas menyambar sepotong kayu yang
mengembang diatas air. Meski mengamuknya badai itu tidak lama, tapi sudah
tidak dapat menolong nasibnya tukang perahu itu.
Ho Kie seorang diri terumbang ambing sambil peluki
sepotong kayu dalam keadaan setengah pingsan. Tidak tahu
sudah berapa lama sang waktu sudah berlalu tahu-tahu
sinar matahari sudah kelihatan disebelah timur.
Tatkala ia mendusin dan membuka matanya, ia telah
dapatkan dirinya sudah menggelatak di pantai.
Ia tahu saat itu ia masih belum aman.
Ia ingin berduduk, tapi ketika menggerakkan tangannya
ia merasa tidak bertenaga. Bahkan
seperti terikat oleh tambang lemas.
Ia merasakan mulutnya kering dengan susah payah ia
baru keluarkan perkataannya: "Air, aku mau minum !"
Lapat-lapat ia seperti mendengar suara orang berkata:
"Hati2, dia sudah mendusin."
Ia lantas merasa ada setetes air masuk ditenggorokannya.
Air dingin itu telah membuat Ho Kie sadar benar-benar.
Ia telah dapat kenyataan bahwa disekitarnya ada enam
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau tujuh orang wanita muda dalam pakaian setengah
telanjang. Rambutnya yang panjang dan hitam, kelihatan
terurai melambai-lambai. Mendadak ia mendengar orang berkata:
"Kalian gotong orang ini dan bawa kedalam rumahku."
Ramai terdengar suara orang banyak, Ho Kie
mendapatkan dirinya diletakkan diatas sepotong papan, tapi
tidak begitu keras seperti papan biasanya.
Ho Kie tidak merontak, ia membiarkan dirinya digotong.
Tak antara lama, Ho Kie sudah digotong masuk kedalam
sebuah kamar, ia lalu diletakkan diatas sebuah pembaringan
yang empuk. Bau harum lantas menusuk hidungnya, ia
merasakan sangat segar. Sekarang ia sudah sadar benar-benar, diam-diam telah
mengeluh. Apa maksudnya kawanan wanita itu membawa dirinya
kedalam kamar itu" Bau harum tadi sangat mencurigakan
hatinya, entah apa namanya tempat ini" Dan sahabat Gouw
Ya Pa serta Auw yang Khia apakah sudah mati tertelan
oleh ombak" Apa yang mengherankan, ialah kenapa tidak
tertampak barang satu orang laki-laki" Apakah itu suatu
pulau kaum hawa seperti apa yang pernah ia dengar dari
cerita orang" Kalau demikian halnya, ini sesungguhnya
akan menyulitkan dirinya.
Pikiran Ho Kie tidak keruan.. ..
Tiba-tiba terdengar suara wanita yang dipinggir pantai
tadi: "Melihat sikap kalian, tidak beda seperti kucing
menemukan tikus. Orang tokh sudah dibawa masuk, perlu
apa kalian berdiri disini?"
Sebetulnya beberapa wanita itu sedang pada berebutan
menonton diri Ho Kie. Mereka nampak ramai
membicarakan diri Ho Kie, meski keadaan mereka setengah
telanjang, tapi nampaknya tidak malu. Ketika mendengar
perkataan tadi. agaknya mereka merasa takut maka lantas
pada berlalu. Kembali terdengar suara itu lagi.
"Kalian jangan cuma memikirkan baiknya saja, kalau
yang satunya itu nanti sampai mendapat kesempatan
meloloskan diri, hati-hati dengan tulang-tulangmu."
Ho Kie terperanjat, dalam hatinya berpikir, dalam mulut
mereka yang dikatakan yang satu tadi entah siapa
orangnya" Gouw Ya Pa ataukah Auw yang Khia" Rasanya
dua-duanya tidak mungkin, karena ketika perahu yang
ditumpangi tadi malam telah hancur, ia masih ingat benar
bahwa Gouw Ya Pa masih tidur menggeros, sedang Auwyang
Khia masih dalam keadaan mabuk, bagaimana bisa
ingat dirinya" Selagi Ho Kie memikirkan perkatan-perkataannya
wanita tadi, tiba-tiba seorang dengan suara kasar berkata:
"Hai! Kau sudah mendusin atau belum" Bagaimana
enak-enakan tidur saja" Kita disini bukan rumah
penginapan, lho?" Ho Kie tidak tahu suara kasar itu ditujukan kepada siapa,
ia lantas bangun dan duduk, melihat kearah bicara orang
tadi. Tapi ketika ia menampak keadaan orang itu, wajahnya
merah seketika, hatinya berdebaran, buru-buru tundukan
kepalanja. Kiranya orang yang suaranya kasar itu juga seorang
wanita. Alisnya tebal, matanya lebar, badannya gemuk dan
kulitnya hitam persis seperti tong leger, rambutnya
mengurai panjang sampai dikibulnya. Seperti juga yang
lainnya, wanita ini juga dalam keadaan telanjang. Sambil
pentang lebar sepasang matanya yang gede, terus
mengawasi diri Ho Kie. Wanita itu ketika melihat Ho Kie duduk dan lantas
tundukan kepala serta tidak bicara apa-apa, bahkan
memandang saja tidak berani, mendadak menjadi marah.
Dengan suara yang keras dan kasar ia berkata pula:
"Bocah! nonamu sedang bicara dengan kau, kau dengar
apa tidak" Mengapa kau tidak menggubris?"
Ho Kie masih tidak berani angkat kepala hanya gerakan
sedikit badannya lantas menjawab:
"Nona ada disini, aku merasa kurang leluasa. Harap
nona keluar dulu, aku baru menjawab pertanyaan nona."
Wanita itu ketawa geli. "Kau hendak berbuat apa suruh
aku keluar" Apa hendak kabur ?"
"Nona jangan salah mengerti, aku sekali pun ada
mempunyai pikiran itu, ditempat yang masih asing ini,
sekalipun ada sayap juga lidak bisa terbang. Harap nona
jangan kuatir." "Kalau begitu apa sebabnya?"
"Tidak apa-apa, cuma kalau nona ada disini aku merasa
tidak leluasa saja."
"Apa yang tidak leluasa" Tocu kita suruh aku bawa kau
kekamar penjara untuk diperiksa, Perlu apa bicara leluasa
atau tidak ?" Ho Kie menampak wanita itu ngotot membawa caranya
sendiri, dalam hati merasa mendongkol, maka lantas
berkata dengan sengit: "Aku maksudkan, kau tidak memakai pakaian, aku tidak
enak melihat kau, kau sudah mengerti atau tidak !"
Tapi wanita itu malah ketawa terkekeh-kekeh.
"Kau ini sungguh keterlaluan." katanya dengan terangterang,
"kuberitahukan padamu, pulau kami ini semua
penduduknya adalah kaum wanita, tidak pernah melihat
orang lelaki. Kedatangan kalian berdua adalah untuk
pertama kalinya ini. Kami sejak kanak-kanak sudah biasa
dalam keadaan begini, apa yang tidak enak atau leluasa ?"
Ho Kie yang mendengar keterangan wanita itu, merasa
setengah percaya dan setengah tidak, dalam hatinya
berpikir tapi barusan ketika berada dipantai, sebetulnya
memang tidak pernah melihat ada satu orang laki-laki kalau
tidak bagaimana mereka bisa tidak kenal malu seperti ini"
Memikir sampai disitu, Ho Kie cuma bisa gelengkan
kepala dan lantas turun dari pembaringan. Sebentar lagi
tiba-tiba ia sudah diserbu oleh 5-6 orang yang membawa
pergi dirinya. Ho Kie coba memberontak, tapi badannya merasa lemas
tak bertenaga maka terpaksa mudah dibawa oleh mereka.
Sebentar kemudian Ho Kie telah tiba disatu ruangan
besar, ia didudukan diatas sebuah kursi, wanita wanita yang
membawa dirinya itu lantas pada berlalu.
Ruangan itu dihiasi sangat mewah, terutama gambargambar
yang tergantuhg didinding, semua merupakan buah
tangannya ahli seni lukis yang terkenal. Dibawah digelari
permadani hijau muda, begitu pula semua meja dan
kursinya juga berwarna hijau muda. Selain dari itu, dalam
ruangan itu ada tersiar bau harum menyegarkan semangat.
Ditengah tengah ruangan, diatasnya sebuah kursi besar,
ada duduk seorang wanita muda berusia kira-kira dua puluh
tahun, sedang mengawasi padanya sambil bersenyum.
Wanita itu berbeda dengan yang lain ia mengenakan
pakaian sutera putih, alisnya lentik. bibirnya kecil merah,
matanya hitam jeli cantik menarik dilihatnya.
-oo0dw0oo- Jilid 13 HO KIE saja yang memandang sejenak, hatinya lantas
merasa berdebaran, hingga tidak berani memandang lagi.
Wanita itu memanggil Ho Kie, baru membuka mulutnya
berkata, "Kongcu datang dipulau kami, mendapat perlakuan
selayaknya, harap Kongcu tidak kecil hati." Ho Kie tidak
bisa menjawab. Dalam hatinya diam-diam berpikir, wanita
ini sungguh cantik sekali, budi bahasanya juga sangat sopan
santun, adakah mungkin ia sebangsa peri.
Berpikir sampai disitu Ho Kie menggigil dan tak berani
memandang wajah sinona. Wanita itu ketika menampak Ho Kie tundukkan kepala
tidak menjawab perkataannya telah menduga Ho Kie tentu
merasa malu karena disekitarnya ada banyak wanita muda
dalam keadaan setengah telanjang. Maka buru-buru
memberi isyarat kepada orang-orangnya sambil berkata:
"Kalian mundur dulu, kalau aku tidak panggil jangan
sembarangan masuk." Setelah orang-orang bawahannya berlalu, wanita itu
berkata pula: "Sudah, sekarang mereka sudah pergi semua kau tak
usah malu lagi. Dipulau kami ini, kecuali tidak ada orang
lelakinya, yang lainnya tak ada yang kelewat aneh."
Hok Kie angkat kepala perlahan setelah mengawasi
wanita yang sangat misterius itu sejenak, baru menjawab:
"Aku yang rendah bernama Ho Kie, hendak pergi ke
Lam hay, apa mau dikata telah terdampar oleh badai,
sehingga perahunya pecah. Aku yang rendah sangat
bersyukur telah mendapat pertolongan tocu, disini aku
ucapkan terima kasihku."
Ho Kie Coba berdiri hendak memberi hormat. siapa
nyana baru saja bergerak, dalam badannya merasa sakit
sekali sehingga ia urungkan berdiri.
Wanita itu buru-buru berbangkit menghampiri Ho Kie,
lalu ulur tangannya diletakan diatas pundak Ho kie dengan
suara seolah-olah orang yang sedang merayu ia berkata.
"Kongcu jangan bergerak dulu. ketika kau kecebur
kedalam laut, sudah lima hari lima malam berada didalam
air, Maka tentu saja lantas merasa sakit dadamu kalau mau
bergerak." Ho Kie pikirannya lantas bekerja wanita ini mengapa
tahu begitu banyak, apakah ia juga seperti mengerti ilmuu
silat " Apa yang diduga oleh Ho Kie tidak salah wanita muda
itu bukan cuma pandai ilmu silat saja. bahkan ilmu silatnya
tinggi sekali. Ketika Ho Kie terdampar dipulau itu dan
dapat ditolong oleh orang-orangnya, begitu melihat ia
sudah tahu bahwa pemuda itu adalah seorang gagah yang
berkepandaian tinggi. maka tidak menunggu sampai Ho Kie
sadar, diam-diam sudah dikerjai, maka Ho Kie merasa
lemas sekujur badannya, kalau bergerak sedikit saja lantas
merasa sakit. Wanita itu ketika menampak wajah Ho Kie berubah.
lantas mengerti apa yang sedang dipikiri, tapi ia tidak
berkata apa-apa. Dengan tindakan perlahan ia balik lagi ke tempat
duduknya, lalu berkata pula:
"Kongcu jangan takut. Penduduk dipulau ini bukan
sebangsa peri atau iblis, cuma mereka sejak kecil dibesarkan
dalam pulau tanpa laki-laki, tidak pernah melihat orang
laki-laki lebih-lebih tidak kenal urusan suami-isteri, maka
jadi tidak kenal perasaan malu. Sebetulnya ini juga tidak
apa-apa, harap Kongcu legakan hatimu."
"Aku ada sesuatu urusan, ingin bertanya kepada tocu. . .
." menyahut Ho Kie sambil anggukan kepala. tapi
perkataannya itu lantas dipotong oleh si nona.
"Kita semua adalah orang yang mengerti pelajaran ilmu
silat, maka Kongcu tak usah terlalu merendah. Kongcu
kalau ingin menyatakan apa-apa, harap bicara saja terus
terang supaya kita bisa merundingkan bersama."
Aku sudah ditolong oleh tocu, budi ini aku tidak bisa
lupakan, Tapi entah apa sebabnya setelah aku sadar, telah
dibikin tidak berdaya, apakah ini memang merupakan
sesuatu peraturan memperlakukan tetamu dari pulau tocu
ini ?" Wanita itu agaknya tidak merasa kaget dari atas
pertanyaan Ho Kie, bahkan menjawab sambil ketawa:
"Kongcu, jangan gusar, ini adalah perbuatannya orangorangku
itu yang tidak kuketahui pada sebelumnya.
Sebentar aku pasti suruh mereka minta maaf kepada
kongcu. Ada suatu hal yang ingin aku menyatakan, tapi
rasanya susah membuka mulut. Asal kongcu terima baik
semua urusan mudah dirundingkan,"
"Asal aku Ho Kie mampu melakukan, seharusnya aku
suka memberi bantuan, harap tocu sebutkan saja."
Sepasang mata wanita itu memandang Ho Kie dengan
tidak berkedip, wajahnya nampak merah seringah, tiba-tiba
tundukkan kepalanya, nampaknya sangat malu untuk
membuka mulut. Ho Kie yang menyaksikan sikapnya wanita itu, dalam
hatinya juga timbul rasa heran, tetapi ia hanya sebentar saja
lantas berkata: "Tocu hendak memerintahkan apa" Silahkan."
Setelah didesak oleh Ho Kie, wanita muda itu rupanya
baru tersadar, kemudian baru kembali kepada keadaan
semula. "Urusanku ini mudah sekali. Asal kau mempunyai hati
jujur. segera bisa dilaksanakan. Kalau kau sudah terima
baik soal ini, aku tanggung kau akan dapat mencicipi segala
kesenangan dunia," demikian si nona berkata sambil melirik
Ho Kie. Ho Kie yang diperlakukan secara demikian, hatinya
berdebaran, ia menundukkan kepala, tidak bisa menjawab.
iba-tiba terdengar suara si nona pula, "Bagaimana" Apa
kau tidak sudi ?" Ho Kie didalam hati berpikir. Wanita ini sebenarnya
mau apa" Mengapa tidak mau menjelaskan persoslannya
secara terus terang. Berpikir demikian ia lantas menjawab: "Tocu masih
belum menjelaskan persoalannya bagaimana aku sudi atau
tidak menerima tocu sudah ketahui?"
Wanita itu melirik kepada Ho Kie kemudian berkata
sambil gertak gigi: "Baiklah aku jelaskan padamu Kongcu. Aku berdiam di
pulau ini sudah beberapa puluh tahun, selamanya belum
pernah ada orang laki-laki yang datang kemari. Beberapa
hari berselang, setelah angin puyuh mengamuk, anak
buahku telah memberikan laporan bahwa banyak papan
dan barang-barang yang mengapung diatas permukaan laut.
Kala itu aku lantas berpikir. tentu ada perahu yang hanyut
atau tenggelam, maka aku lantas menyuruh mereka
memeriksa diseluruh pulau untuk mencari jika ada orang
yang terdampar di pulau ini. Benar saja. mereka lantas
Lembah Patah Hati Lembah Beracun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memberi laporan pula bersama seorang laki-laki kasar
hitam. Ini seolah-olah ada pemberian dari Tuhan yang
merasa kasihan kepada umatnya yang hidup tersendiri
dipulau ini, sehingga telah mengantarkan kau kemari. kalau
kau suka berjanji mau berdiam disini, aku tidak akan
mengecewakan kau. Aku rasa kau tentunya tidak akan
menampik," Sehabis berkata, nona itu lantas unjukkan ketawanya
yang menggiurkan. tetapi Ho Kie lantas menjawab sambil
menggoyangkan tangannya. "Tocu terhadap diriku yang merendah telah membuang
budi yang sangat besar, budi ini dikemudian hari pasti akan
kubalas.. . Tetapi kalau tocu menyurah aku tinggal disini,
ini bagiku merupakan soal yang berat, sebab aku masih ada
dendam sakit hati atas kematian ayahku yang sampai
sekarang masih belum bisa dibalas. Disamping itu, juga
pesan suhuku untuk menyelesaikan satu urusannya juga
belum kulaksanakan, maka dalam hal ini aku harap agar
Tocu suka memberi maaf."
Wanita itu lantas nyeletuk:
"Semua urusan ini tidak perlu Kongcu urus sendiri.
Beritahukan saja nama dan alamatnya musuhmu itu, nanti
aku akan menyuruh orang-orangku pergi untuk
menyelesaikan. Harap Kongcu tidak usah banyak pikiran."
"Urusan ini hanya aku sendiri yang dapat melaksanakan,
kalau meminjam tangan orang lain, sudah tentu akan gagal,
maka harap tocu memberi maaf saja."
Wanita muda itu melihat Ho Kie bersikap keras, tidak
mau menerima permintaannya, maka lantas memberi
perintah kepada orang-orangnya membawa keluar kawan
Ho Kie yang turut ditawan disitu juga.
Sebentar kemudian, rombongan wanita muda telah
menggotong seorang lelaki yang terikat kencang, kemudian
dilemparkan ketengah ruangan.
Ketika Ho Kie menegasi, lelaki yang dilemparkan itu
bukan lain adalah Gouw Ya Pa.
Melihat Ho Kie juga berada disitu. Gouw Ya Pa lantas
uring-uringan: "Saudara Ho, aku tidak tahu, kawanan perempuan liar
ini pada menggunakan ilmu gaib apa. sehingga ilmuku
sendiri menjadi tidak berguna lagi. . ."
Ho Kie kuatirkan kawannya yang tolol ini nanti
mengacau belo tidak karuan. maka lantas pendelikan
matanya supaja ia jangan banyak bicara.
Gouw Ya Pa mengerti, Maka ia lantas menutup
mulutnya. Wanita muda itu lantas berkata kepada Ho Kie dan
Gouw Ya Pa berdua. "Ho Kongcu orang ini barangkali juga kau kenal."
"Benar, ia adalah sahabatku." jawab Ho Kie
"Kalau bsgitu, soal ini mudah sekali dipecahkan. Tapi
bukankah kau mengatakan bahwa masih ada urusan yang
masih belum kau selesaikan" Sekarang aku mendapat suatu
cara yang paling baik, asal kau setuju. aku boleh mengantar
pulang sahabatmu ini dan urusanmu itu dipasrahkan saja
padanya. suruh dia yang membereskan."
"Dalam hal apa saja aku suka menerima tetapi hanya
dalam soal ini aku tidak dapat menyetujui." jawab Ho Kie.
"Demikian juga dengan aku. segala apa bisa dibereskan.
hanya tidak akan membiarkan kau berlalu dari pulau ini."
wanita itu juga kukuh. Ho kie melihat si nona kukuh hendak memendam ia
dalam pulau itu, maka ia segera berkata dengan suara gusar:
"Mengapa Tocu memaksa orang yang sedang berada
dalam kesulitan" Aku sekalipun harus binasa,tidak nanti
akan menurut permintaanmu."
Wanita muda itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku tidak takut kau tidak menurut, kalau kau tidak
percaya, tunggulah saja. sekali pun kau mempunyai dua
sajap juga jangan harap bisa keluar setengah tindak saja dari
pulau ini." Setelah berkata, ia lalu gapaikan tangannya orangorangnya
dan memerintahkan supaya pemuda itu dikurung
dalam kamar tahanan. Rombongan wanita muda itu dengan cepat telah
bertindak. mereka menggotong dirinya Ho Kie dan Gouw
Ya Pa kesebuah rumah batu yang letaknya tidak berjauhan
dengan pantai laut. PADA saat itu, hari sudah gelap Ho Kie dan Gouw Ya
Pa yang ditutup dalam kamar batu itu, sudah merasa agak
dingin, ketika hendak bersemedi untuk melawan hawa
dingin ternyata jalan darahnya sudah tertotok.
"Saudara Ho, nasib kita sesungguhnya sangat jelek
dalam waktu beberapa hari ini, rupa-rupa kejadian yang sial
telah menimpa diri kita, dan sekarang kembali terjatuh
kedalam tangan kawanan kaum wanita liar ini." berkata
Gouw Ya Pa. "Gouw toako biar bagaimana kita harus bersabar, jangan
sembarangan bertindak, kita sudah tertotok jalan darah kita,
kalau kita salah bertindak. akibatnya lebih hebat." Ho kie
menasehati. Gouw Ya Pa pikir perkataan Ho Kie itu memang benar
sekalipun ia mempunyai ilmu kebal tapi sekarang dalam
keadaan tidak berdaya, dan juga tidak ada gunanya. Bahkan
kalau sampai menimbulkan kegusaran para wanita itu,
salah-salah bisa mati konyol. Maka ia lantas bertanya
kepada Ho Kie. Ho Kie, saat itu sebetulnya juga sudah tidak berdaya,
terpaksa cuma menghela napas. dan menjawab dengan
perlahan: "Terpaksa kita melihat peruntungan kita sendiri
bagaimana, siapa tahu kalau masih ada harapan!"
Mendadak pintu terbuka, lalu disusul oleh suara seorang
wanita: "Ho kongcu bolehkah aku masuk untuk beromongomong?"
Ho Kie dengar seperti suara wanita lagi, maka ia segera
menjawab: "Asal nona tidak takut badanmu kotor silahkan
masuk saja." Kamar batu itu biasanya untuk menyekap orang yang
membuat salah maka didalamnya tak ada perlengkapan
apa-apa. Wanita muda itu ketika berada didalam. lalu
mencari tempat sembarangan untuk duduk, lantas berkata
pada Ho Kie. "Dengan demikian kita berlaku tidak pantas terhadap
kongcu, harap kongcu tidak kecil hati."
"Mana bisa begitu, aku yang rendah sudah ditolong oleh
nona, sehingga tidak binasa didalam laut, untuk
mengucapkan syukur dan terima kasih saja rasanya masih
belum cukup!" Wanita itu perdengarkan suara ketawanya yang manis.
"Aku sengaja menengoki kau, apakah kongcu merasa
betah berada didalam tanah ini" Barusan permintaanku
terhadap kongcu, harap kongcu suka pikir baik-baik, besok
saja kau beri jawabannya." berkata wanita. itu, yang lantas
memandang Ho Kie dengan sorot mata yang mengandung
arti. Kemudian lantas berbangkit dan meninggalkan kamar
itu. Ho Kie tundukan kepala tidak berkata apa-apa.
Sebenarnya ia merasa sangat jemu terhadap kelakuan
wanita yang terus menerus mengganggu.
Gouw Ya Pa yang menampak kawannya begitu kesal,
memberi nasehat padanya: "Saudara Ho, kau terima baik saja permintaannya! Kalau
dia sudah melepaskan aku nanti, aku datang lagi untuk
menolong dirimu. Kalau tidak, kita berdua tak ada yang
hidup satupun." Perkataan Gouw Ya Pa ini benar telah membuat sadar
pikiran Ho Kie maka ia lantas berkata;
"Benar, kalau kau tidak katakan, aku tidak tahu akan
akal ini, besok aku akan bicara padanya."
Dua orang itu selagi enak ngobrol, tiba-tiba terdengar
suara nyaring, kemudian muncul diri seorang.
Ho Kie mengira orang yang datang itu adalah itu wanita
muda, selagi hendak berkata tiba-tiba ia melongo
mengawasi orang yang datang itu.
Kiranya orang yang baru muncul itu adalah si pencuri
sakti Auw yang Khia. Dalam keadaan demikian Ho Kie
bertemu dengan Auw-yang Khia, bukan main girangnya.
"Saudara Ho, ini bukankah Auw-yang locianpwee"
Sekarang kita telah tertolong." begitulah Gouw Ya Pa lantas
berseru ketika munculnya orang tua itu.
Auw yang Khia buru-buru taruh telunjuk dimulutnya,
untuk memberi isyarat supaya mereka jangan berisik.
Setelah berada didalam, ia lantas rapatkan pintu, baru
mendekati Ho Kie dan berkata dengan suara perlahan,
"Ho Siaohiap bagaimana nona-nona ini tokh boleh juga "
Tapak Tapak Jejak Gajahmada 6 Pendekar Rajawali Sakti 25 Bangkitnya Pandan Wangi Pendeta Murtad 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama