Ceritasilat Novel Online

Lembah Tiga Malaikat 11

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 11


memang pernah mempunyai jalan pemikiran sedemikian kecuali itu, siau-moay pun
tak pernah dapat menemukan cara lain yang menyelamatkan Buyung kongcu dari
keadaan semacam ini."
Setelah menghembuskan napas panjang dia melanjutkan.
"Dia adalah seorang jago berilmu sangat tinggi yang pernah kujumpai selama ini,
berbicara kekuatan, jelas pihak kita tak akan mampu untuk memberikan
perlawanan padanya. Kwik Soat kun tertawa, tiba-tiba selamanya "Leluasakah kita berbicara dalam
kamar ini, nona "Aku telah melakukan pemeriksaan terhadap keadaan sekeliling
tempat ini, asal pembicaraan kita dilangsungkan dengan suara lirih, aku rasa
mereka tak akan bisa menyadap pembicaraan kita ini."
"Apakah kau telah bersiap-siap untuk kawin dengan Toa sengcu?" Bisik Kwik Soat
kun kemudian. "Bila aku tidak meluluskan permintaannya mungkin Buyung kongcu akan
terjerumus dalam keadaan yang semakin gawat, sedang encipun jangan harap bisa
meninggalkan tempat ini lagi ..............."
"Nona masalah ini menyangkut kehidupanmu selanjutnya, kau tak boleh
mengambil keputusan secara sembarangan."
"Aaai, selama hidup belum pernah kujumpa masalah yang begini sulit dan sukar
diputuskan seperti apa yang yang kujumpai sekarang ini."
Kau tidak kuatir kalau dia membohongimu ?"
"Aku harus melihat dulu sampai dia mengantarmu dan buyung kongcu
meninggalkan tempat ini, lagipula harus membuyarkan dulu perguruan Sam-seng
bun yang dia dirikan setelah itu."
435 "Setelah itu kau baru akan kawin dan jadi isterinya ?" kata Kwik Soat kun
setelah termenung sejenak, "apakah kau tak memikirkan diri Buyung Im-seng ?"
"Setelah itu aku masih harus melakukan suatu pekerjaan lagi, yakni menyingkap
tabir kematian dari Buyung Tiang kim, membalaskan dendam bagi Buyung Im-seng
dan akhirnya baru kawin dengannya."
"Andaikata kau menjumpai kalau orang yang melukai Buyung Tiang Kim adalah
Toa Sengcun?" "Maka akupun terpaksa harus membalaskan dendam bagi Buyung Im-seng."
"Tapi pada waktu itu kau telah menjadi isterinya, apakah kau hendak turun tangan
untuk membunuh suamimu sendiri?"
"Bila aku bersedia kawin dengannya, maka yang kawin adalah tubuhku, dia tidak
akan dapat merebut hatiku."
Kwik Soat kun segera menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian ujarnya :
"Persoalannya tak akan begitu sederhana, bila kita anak gadis sudah dinodai
kehormatannya oleh lelaki, keadaannya kan sama sekali berbeda, apa yang kau
pikirkan sekarang, sampai waktunya belum tentu bisa dilakukan."
"Itulah sebenarnya Siaumoay merasa kesulitan untuk mengambil keputusan ini,
aku harap enci bersedia untuk membantuku."
Kwik Soat kun sebentar, ujarnya, keadaan yang kita hadapi sekarang ibarat burung
didalam sangkar, sekalipun mempunyai kekuatan juga tak ada gunanya, apalgi
ilmu silat yang dimilki Toa sengcu lebih tangguh banyak sekali dari pada kita,
tampaknya kita mesti mempertaruhkan modal yang kita miliki sekarang ......."
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak dia membungkam.
Nyoo Hong leng segera berkata :
"Kendatipun kita pertaruhkan seluruh modal yang kita miliki, paling tidak juga
mesti mempunyai rencana yang matang."
436 "Serangan secara terang-terangan mudah dihindar , serangan gelap sukar dijaga,
bila nona turun tangan menghadapinya secara diam-diam, dengan ilmu silat yang
kau milki, rasanya tak sulit untuk melukainya, apalagi jika bisa menguasai
dirinya sehingga dapat kita gunakan hal ini lebih baik lagi." Nyoo Hong leng segera
tertawa getir. "Aku cukup memahami maksud hati dari cici, katanya, "Cuma, aku merasa cara ini
kurasa kurang baik, tampaknya siaumoay harus mencari akal lagi.
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan :
"Cuma siaumoay berharap cici bersedia meluluskan sebuah permintaanku ...."
"Permintaan apa ?"
"Walaupun antara aku dan Buyung kongcu tidak pernah mengadakan perjanjian,
tapi aku sangat mencintainya, dia gagah dan berjiwa pendekar, bila tahu aku
berkorban demi menolong jiwanya, sudah pasti dia enggan meninggalkan tempat
ini ....." "Maksud nona .......?"
"Maksud Siaumoay, harap cici bersedia mengabulkan permintaanku, untuk
sementara waktu jangan membicarakan apa-apa dengannya, aku bertekad akan
tetap tinggal disini dan memaksanya untuk melepaskan cici dan Buyung kongcu
meninggalkan tempat ini, siaumoay akan mengawasi secara diam-diam dan tak
akan membiarkan kalian menderita siksaan."
Dua titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya yang putih dan
halus. "Masalah ini menyangkut kehidupan selanjutnya, aku harap kau berpikir tiga kali
lebih dulu sebelum bertindak," ucap Kwik Soat kun.
"Siaumoay sudah mempunyai rencana sendiri, cici tidak usah kuatir, pasti aku
hanya mohon kepada cici agar mengabulkan satu permintaan saja"
"Katakanlah! Asal aku sanggup untuk melaksanakannya, sudah pasti akan ku
kabulkan permintaanmu itu." Berjanjilah kepadaku untuk merawatnya sepanjang
hidup !" Ucapan tersebut segera membuat Kwik Soat kun tertegun.
"Kau bilang aku harus kawin dengannya" Dia berseru. Nyoo Hong leng
mengangguk." 437 "Paras muka cici amat cantik dan menarik bila kau bersedia membantunya akupun
dapat berlega hati" Setelah tertawa getir Kwik Soat kun berkata :
"Bila Buyung Im seng hanya mencintai kau seorang mana mungkin cici bisa
mewakili kedudukanmu" Kendatipun aku mengabulkan, belum tentu Buyung Im
seng bersedia mengawini aku bila kau benar-benar menganggap diriku seberani
encimu, dengarkanlah nasihatku,..... marilah ikut kami melarikan diri
bersamasama." "Dengan cepat Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali."
"Tempat ini ibaratnya dinding baja tembok tembaga, jangan harap kita bisa lolos
dari tempat ini, sebab bila kita berkumpul bersama maka ada satu akibat yakni
kita akan mati bersama."
Kwik Soat kun segera menghela napas, katanya :
"Walaupun caramu itu bisa menolong kami, tapi apakah tidak terlalu menyiksa
nona?" "Apakah kau dapat menemukan suatu cara lain yang jauh lebih baik?"
Menghadapi pertanyaan tersebut, Kwik Soat kun segera bungkam seribu bahasa.
"Cici, kau tak berpikir keras lagi" tukas Nyoo Hong leng kemudian, "baiklah kita
tetapkan begini saja jangan sampaikan perkataanku ini kepada Buyung Im seng,
bila aku benar-benar dapat mempengaruhi Toa Sengcu agar dia bersedia
membatalkan niatnya untuk merajai dunia persilatan, aku pasti akan berusaha
untuk mewujudkan hal ini menjadi kenyataan. Kemudian aku baru akan
membereskan diriku sendiri."
"Kau hendak bunuh diri ?"
"Apa yang kuinginkan bisa tercapai, apa yang kucita-citakan tersebut, tampaknya
sekalipun aku mencoba untuk menasehati juga tak ada gunanya.
"Itulah sebabnya lebih baik kau jangan banyak bicara lagi."
"kalau memang begitu, cici juga tak akan menasehati dirimu lebih jauh, entah kau
masih ada urusan apa lagi yang hendak diserahkan kepadaku?"
"Dua hal, pertama adalah merawat Buyung Im Seng yang memberi kegembiraan
bagi kehidupan". 438 Kwik Soat kun manggut-manggut,
"Aku dapat berusaha keras untuk mewujudkan hal ini, masih ada persoalan yang
lain ?" Dari dalam sakunya Nyoo Hong leng mengeluarkan sebuah mainan Giok bei, sambil
diserahkan kepada Kwik Soat kun katanya :
"Serahkan mainan Giok bei ini kepada Hu hoa li Tong leng !"
"Akan kuingat selalu, entah apa yang mesti aku lakukan kepadanya?"
"Tak usah banyak bicara lagi, katakan saja kepadanya kalau aku berada dalam
keadaan bahaya dan menyerahkan mainan ini kepadamu."
"Apakah hal ini tak akan menimbulkan kesalahan paham?"
"Kau boleh beritahukan kepadanya, ibuku paling menuruti suara hatiku, asal
beliau melihat mainan Giok bei ini, dia pasti akan memahami sekali maksud hatiku
itu." Kwik Soat kun segera menyimpan baik-baik mainan Giok bei itu kemudian
tanyanya lagi. . "Masih ada pesan lain ?"?""
Sudah tak ada lagi, buat cici baik-baik menjaga diri, siaumoay tak akan
mengantarmu lagi." Kwik Soat kun segera bangkit berdiri, katanya kemudian :
"Cici mohon diri lebih dulu, aaai ! sewaktu datang perkiraan kita terhadap
kekuatan lawan kelewat jauh, waktu itu tidak menyusun rencana dengan
bersungguh-sungguh dan tindakan kita kurang pintar, demikian juga dengan cici
sendiri. Tapi setelah berjumpa dengan Toa sengcu aku baru tahu kalau diriku
menjadi suatu kekuatan yang besar untuk merajai dunia persilatan dikolong langit
sudah tak ada orang lagi yang bisa menandingi mereka".
"Cara yang paling baik adalah menerbitkan pemberontakan dari dalam, agar
mereka saling getok-getokan sendiri."
Kwik Soat kun membalikan badannya kemudian berkata :
439 "Mungkin kau masih mempunyai kesempatan untuk selalu mengundurkan diri
dengan teratur, semoga kau bisa manfaatkan kesempatan tersebut dengan
sebaikbaiknya, kau mesti tahu aku bukanlah kau, bagaimanapun kasih sayangku
kepadanya, tak mungkin aku dapat menghentikan kedudukanmu dalam hati
Buyung Im seng, bila kau amat mencintainya, sudah sepantasnya bila kau memberi
kegembiraan kepadanya .....
Nyoo Hong leng mengedipkan matanya, kemudian melanjutkan :
"Kau bilang aku dapat menentukan kegembiraannya?"
"Benar, apakah kau sendiri tidak tahu?"
"Ia belum pernah membicarakan soal itu denganku, apa yang barusan kuucapkan
hanya berdasarkan dari jalan pemikiranku sendiri."
"Apa yang kau bayangkan sedikitpun tidak salah."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya Nyoo Hong leng setelah termenung beberapa saat.
"Aku dapat melihatnya, meski Buyung Im seng tak pernah dia membicarakan hal
itu dengan diriku, tapi aku yakin apa yang kulihat tak salah."
Nyoo hong leng termenung lagi beberapa saat lamanya, sampai lama kemudian dia
baru berkata: "Pergilah kau! Ingat, untuk sementara waktu jangan kau katakan keadaan yang
kuhadapi sekarang kepada Buyung Im seng."
"Mungkin kehadiran kami disini malah akan mengganggu gerak-gerik nona
selanjutnya, baiklah, aku akan mohon diri lebih dulu." Sahut Kwik Soat kun
dengan suara lirih. Setelah memberi hormat, dia lantas melangkah keluar dari tempat tersebut ......"
Mendadak Nyoo Hong leng berebut untuk berjalan didepan Kwik Soat kun,
kemudian serunya : "Mana Lian huwi (Pengawal Lian)"
Tampak Lian Giok seng menggembol pedangnya berdiri dibawah sebuah gardu kecil
lebih kurang dua kaki diluar ruangan, agaknya dia sedang mengawal
keselamatannya disitu. 440 Begitu mendengar suara panggilan, Lian Giok seng segera membalikkan badannya
sambil mendekat tanyanya :
"Nona kau pesan apa" Hantar nona Kwik pulang !"
"Apakah hamba harus kembali kesini"
Nyoo Hong leng segera mengangguk
"Baik kau boleh datang kembali kesini !"
Lian Giok seng segera mengiakan dengan langkah lebar dia mengajak Kwik Soat
kun berlalu dari sana. Memandang hingga bayangan punggung dari kedua orang
itu lenyap dari pandangan Nyoo Hong leng baru membalikkan badan dan kembali
kedalam kamarnya. Sementara itu Lian Giok seng telah mengajak Kwik Soat kun berjalan kebawah
sebuah tebing curam, kemudian sambil membuka pintu batu katanya :
"Nona lebih baik kau masuk sendiri!
Walaupun kesadaranmu telah pulih kembali, aku harap kau jangan mempunyai
ingatan untuk melarikan diri dari sini, penjagaan yang dilakukan disekitar
tempat ini cukup ketat, bila nona berani punya niat tersebut hanya jalan kematian saja
yang terbentang didepan matamu."
"Darimana aku datang. Kemana pula aku pergi" Kata Kwik Siat kun dingin.
"Mungkin aku masih harus merpotkan pengawal Lian untuk menghanta kami
keluar dari bukit ini."
Lian Giok seng tersenyum.
"Nona, silakan kembali masuk kedalam penjara !" katanya.
Kwik Soat kun manggut-manggut dengan langkah pelan ia masuk kembali kedalam
ruangan yang telah disediakan.
Dia cukup mengerti, dengan ilmu silat yang dimilikinya sekarang, sudah jelas ia
bukan tandingan Lian Giok seng, itu berarti tiada harapan pula baginya untuk
melarikan diri, terpaksa gejolak perasaannya musti ditahan.
441 Rupanya gua tersebut merupakan sebuah goa dalam yang kokoh dan besar sekali,
oleh pihak perguruan tiga malaikat, goa tadi telah dirubahnya menjadi sebuah
penjara batu. Baru saja Kwik Soat kun maju beberapa langkah, mendadak dari arah belakang
kedengaran suara langkah manusia, lalu tampak Lian Giok Seng memburu datang
dengan langkah cepat dan berbisik lirih :
"Nona, disini masih ada sebutir pil penawar lagi harap kau suka berikan kepada
Buyung Im kongcu." Mendengar perkataan itu Kwik Soat kun menjadi tertegun.
"Kau ......" "Dia sudah kehilangan kesadarannya, Lian Giok seng melanjutkan, mengapa aku
mesti mencelakainya" Harap nona menerima pil ini !
Cuma, tolong beritahu kepadanya, bila kesadarannya telah pulih nanti, tolong ia
suka bersikap seperti sekarang ini."
Dia lantas menjejalkan pil tersebut ke tangan Kwik Soat kun, kemudian tanpa
menantikan jawaban dari perempuan itu lalu dia membalikkan badan dan
mengunci kembali pintu batu tersebut.
Kecuali sehari tiga kali makan, muncul orang yang menghantarkan makanan untuk
mereka penjara batu itu boleh dibilang lepas dari penjagaan. Tapi Kwik Soat kun
cukup mengerti tempat yang seolah-olah tanpa penjagaan sesungguhnya
mempunyai persiapan yang mengerikan sekali, apalagi mereka sedang terjebak
dalam suatu tempat yang berbahaya, sekalipun berhasil melarikan diri dari
penjara batu itu, belum tentu bisa melewati pos-pos penjagaan yang berlpis-lapis.
Sementara dia masih termenung, tubuhnya telah tiba diujung penjara batu
tersebut. Tampak olehnya Buyung Im seng masih duduk termangu-mangu disitu sambil
memandang dinding batu tanpa berkedip, terhadap kepada kehadiran Kwik Soat
kin dia seperti sama sekali merasakannya.
Kwik Soat kun memandang sekejap kearah Buyung Im seng, kemudian pikirnya.
"Bila seorang harus hidup macam bodoh terus menerus, maka keadaan ini tak ada
bedanya dengan orang mati, sekalipun pil ini kemungkinan adalah racun, paling
tidak aku harus mencoba menolongnya. Apalagi apa yang dikatakan Lian Giok seng
ada benarnya juga, dalam keadaan dan suasana seperti ini, hanya dia tak perlu
lagi untuk mencelakai Buyung Im seng.
442 Berpikir sampai disitu, dia lantas mengambil keputusan, pil penawar racun itupun
segera dijajalkan kedalam mulut Buyung Im seng.
Sesudah menelan obat penawar tersebut, lebih kurang sepertanak nasi kemudian


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak anak muda itu menghembuskan napas panjang, peluhpun jatuh
bercucuran. Kwik Soat kun sudah pengalaman, dia tahu itulah saat menjelang datangnya
kesadaran, buru-buru serunya :
"Saudara Buyung, apakah engkau telah sadar kembali ?"
"Buyung Im seng menepuk kepalanya sendiri beberapa kali, lalu sahutnya :
Yaa, sudah sadar kembali, aku seperti mendapatkan satu mimpi yang sangat
buruk" Walaupun ketika itu kesadarannya dikendalikan oleh obat beracun, namun bukan
berarti sama sekali kehilangan kesadarannya, terhadap keadaan yang terjadipun
lamat-lamat dia masih bisa mengingatnya kembali.
"Walaupun kita telah sadar kembali, namun masih belum mampu untuk kabur
meninggalkan tempat ini."
"Nona Kwik, agaknya kau telah memberikan sebutir obat kepadaku ?"
"Yaa, obat penawar yang membuat kesadaranmu pulih kembali."
Selama kesadaranmu hilang dan tak terkendali, banyak peristiwa yang telah
terjadi." "Mana Nyoo Hong leng dan Siau-tin?"
"Siau-tin entah sudah diatur mereka kemana, aku belum sampai berjumpa
dengannya., tapi aku telah berjumpa dengan nona Nyoo."
Tanpa terasa Buyung Im seng berseru tertahan. Ah, dimana nona Nyoo sekarang?"
Pelan-pelan Kwik Soat kun mengalihkan sinar matanya yang jeli keatas wajah
Buyung Im seng setelah diamatinya beberapa saat ia menjawab.
"Dia yang telah menolong kita."
443 Bagaimana dengan dia pribadi" Apakah mendapat celaka gara-gara ingin menolong
kita. Kwik Soat kun menghela napas lega.
"Aaaai .... dia masih berada dalam keadaan baik-baik Cuma saja dia tidak disekap
bersama kita. "Berada dalam keadaan seperti ini apalah artinya menanyakan persoalan semacam
ini lagi! Tiba-tiba terdengar seseorang menimbrung.
Ketika mereka berpaling, tampaklah Lian Giok Seng sambil tertawa hambar
sedang melangkah masuk kedalam.
Buyung Im seng menegur "Ada urusan apa kau datang kemari?"
Menjemput kalian untuk meninggalkan tempat ini"
"Apakah kau mendapat perintah dari nona Nyoo ?"
"Waktu yang tersedia bagiku sudah tidak banyak lagi" tukas Lian Giok Seng
dengan kening berkerut, "harap kalian berdua mau segera berangkat ....."
"Bila kau tidak menjelaskan dulu perkataanmu itu, aku bertekad tak akan
meninggalkan tempat ini." ucap Buyung Im seng dingin.
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Lian Giok seng menjawab :
"Yaa, benar, Nyoo Hong leng yang menyuruh aku datang kemari.
"Kini Nyoo hong leng berada dimana ?" aku hendak menjumpainya" seru Buyung
Im seng sambil beranjak. "Sekarang dia repot, mungkin tak punya waktu untuk menjumpai dirimu."
Setelah berhenti sejenak, mendadak nada suaranya menjadi lembut dan halus.
"Nak, ayahmu adalah sahabat karibku !"
"sayang sekali ayahku sudah tiada." tukas Buyung Im seng, "sehingga sulit bagiku
untuk membuktikan apakah perkataanmu itu benar ataukah tidak?"
"Ayahmu tidak mati?" ucap Lian Giok seng dengan wajah serius.
Ucapan tersebut diutarakan dengan nada pelan, tapi akibatnya justru ibarat
guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, amat menggetarkan perasaan Buyung Im
seng, membuat wajahnya menjadi kaku dan sesaat lamanya sanggup mengucapkan
sepatah katapun. Sampai lama sekali dia baru tertawa rawan, katanya kemudian :
"Aaaah, kau sedang bergurau."
"kenapa aku mesti membohongi dirimu?" seru Lian Giok Seng dengan wajah gusar.
Kembali Buyung Im seng seng tertegun
444 Benarkah itu "' pikirnya kemudian, "Yaa, apalah gunanya dia membohongi diriku "
berada dalam keadaan seperti ini, rasanya dia memang tak perlu membohongi
diriku !" Sementara itu, terdengar Lian Giok seng sedang berkata lagi dengan wajah dingin
dan serius. "Nak ! kau harus percaya kepadaku sebab tiada pilihan lain bagimu kecuali
mempercayainya" mendadak Buyung Im seng berteriak keras :
"Ayahku berada dimana sekarang, cepat ajak diriku untuk pergi menjumpainya."
Mendadak Lian Giok seng membalikkan tubuhnya sambil mengayunkan tangan
kanannya, serentetan cahaya tajam yang berkilauan segera berkelebat membelah
angkasa. Cahaya itu meluncur kedepan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Mengikuti kilauan cahaya tajam itu berkumandang suara dengusan tertahan,
menyusul kemudian. "Blaam !" sesosok bayangan tubuh manusia terkapar keatas
tanah. Ketika semua orang menengok, maka tampaklah seorang lelaki kekar sudah
terkapar diatas tanah dengan sebilah belati diatas dadanya, pisau belati itu
tembus hingga tinggal gagangnya kalau dilihat dari keadaannya jelas lelaki tersebut
sudah menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Dengan gerakan tubuh seenteng hembusan angin Lian Giok seng segera lari keluar
seperminum teh kemudian dia lalu kembali sambil berkata :
Nak, tempat ini penuh dengan hawa pembunuhan, sedikit lengah berarti selembar
jiwamu terancam maka aku minta kau suka menguasai diri sedapat mungkin."
"terima kasih atas nasehat locianpwe !" jawab Buyung Im seng.
Setelah memandang mayat itu sejenak dia melanjutkan "Siapakah orang ini ?"
Salah seorang anak buahku, pengawal dari cu kang seng tong !"
Ia mencabut kembali pisau belati tersebut dari atas tubuh mayat itu, setelah
membersihkan noda darahnya lalu disembunyikan dibalik ujung bajunya.
"Bagaimana kita mesti membereskan mayat ini "' Tanya Kwik Soat kun tiba-tiba.
445 "Tak usah kuatir, dalam perguruan Sam seng bun terdapat semacam obat
penghancur mayat." Seraya berkata tangan kanannya segera merogoh kedalam sakunya dan
mengeluarkan sebuah botol porselen, kemudian menebarkan semacam bubuk putih
disekitar mulut luka. Kemudian dia berkata lagi : "Lebih kurang satu jam kemudian, mayat ini baru akan
mencair dan hancur sebagai segumpal air, kita tak boleh lama lagi tinggal
disini." Setelah menyaksikan Lian Giok seng turun tangan membereskan anak buahnya
sendiri rasa percaya kepada orang itu mulai tumbuh buru-buru anak muda tersebut
menjura dalam-dalam kemudian serunya :
"Locianpwe kau bermaksud hendak mengajak kami pergi kemana ?"
"Mengajakmu pergi menjumpai ayahmu !"
"Apa " jadi ayahkupun berada disini ?" seru Buyung Im seng dengan wajah tertegun
"Ya dia berada disini .......?"
Mendadak berkumandang suara gelak ketawa yang amat nyaring berkumandang
dating dan memotong perkataan Lian Giok seng yang belum terselesaikan itu."
Buyung Im seng dan Kwik Soat kun yang mendengar gelak tertawa tersebut
menjadi terkesiap sekali.
Sebaliknya Lian Giok seng masih tetap tenang pelan-pelan dia membalikkan
badannya sembari berkata :
"Sudah lamakah kau dating kemari ?"
Dari sudut dinding batu sana, nampak bayangan manusia berkelebat lewat dan
melayang turun seorang lelaki setengah umur berperawakaan kurus ceking dan
pendek yang berdandan setengah sastrawan.
Kwik Siat kun mengamati orang itu dengan seksama, ia saksikan orang itu
menerjang kedepan dada Lian Giok seng dan berhadapan muka, selisih tinggi
badan hampir terpaut separuh bagian, namun orang itu justru mempunyai
sepasang lengan yang panjangnya luar biasa sehingga melebihi lututnya.
Tampak orang kurus pendek berlengan panjang itu tertawa hambar kemudian
ujarnya : "Lian heng, aku rasa semua tindak tandukmu itu kau lakukan atas perintah
rahasia dari Toa sengcu bukan ?"
446 "Sekalipun berhasil kau tebak jitu, saying sekali rahasiaku sudah kau ketahui.
Orang yang kecil pendek itu tertawa hambar.
"Dalam perintah rahasia Toa sengcu yang disampaikan kepadamu itu apakah
diperintahkan juga untuk membunuh orang ?"
"Kalau tidak membunuh, bagaimana mungkin aku bisa merebut kepercayan
darimereka ?" Ooooh ..... kalau begitu siute harus minta maaf yang sebesarnya karena aku telah
mengacaukan jerih payah darimu ?"
"Phu tongcu berbicara terlalu serius !"
Begitu dia memanggil nama dan tingkat kedudukannya, Buyung Im seng dan Kwik
Soat kun baru tahu kalau si pendek ceking ini sesungguhnya adalah seorang
tongcu. Tampak Phu tongcu tertawa hambar, lalu sahutnya :
Lian Hu Cok, jika kau sampai mengucapkan beberapa patah kata yang sedap dari
siaute sudah pasti siaute takkan kuasa menahan diri."
Siaute tak habis mengerti apa maksud dan tujuan Phu Tongcu dengan
perkataanmu itu ?" "Haaahhh ....... Haaahhh .....haaaaahhh ....... Ucapku tadi sudah jelas telah
termasuk rencana bagus dari Lian Hu Cok, terpaksa aku mesti mengharap Soa
sengcu untuk memohon maaf."
"Phu heng menempati kedudukan yang sangat penting, masa aku orang she Lian
berani melakukan kesalahan kepadamu ?"
oOo (bagian ke tiga puluh dua)
447 PHU TONGCU segera tertawa dan menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aaah, saudara Lian, terlalu memandang tinggi diriku ............"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :
"Siaute ingin mengajak saudara Lian untuk bersama-sama menjumpai Toa sengcu,
sebelum duduk perkara ini dibikin jelas, Siaute tidak berlega hati rasanya."
Lian Giok seng termenung dan berpikir sebentar, lalu sahutnya :
"Baik ! Jika Phu Tongcu tak percuma kalau sianio dating atas perintah, tampaknya
terpaksa kita memang harus berbuat demikian."
Agaknya Phu tongcu sama sekali tak menyangka kalau Lian Giok seng bakal
menyanggupi permintaan dengan begitu saja, keningnya segera berkerut kencang.
"kalau begitu harap saudara Lian suka membawa jalan ...... "
Lian Giok seng berpaling dan memandang sekejap kearah Buyung Im seng serta
Kwik Soat kun, kemudian tanyanya :
"bagaimana dengan kedua orang ini ?"
"Mari kita bekuk mereka dulu, kemudian baru pergi menghadap Toa sengcu." Kata
phu tongcu tertawa. Sepasang bahunya segera digerakkan dan menerjang kehadapan Buyung Im seng,
lengannya yang panjang segera diangkat lalu diayunkan ke depan melepaskan
sebuah pukulan. Walaupun Buyung Im seng telah mengerahkan tenaganya untuk bersiap-siap,
namun ku yang leluasa baginya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut
dengan kekerasan, dengan cepatnya dia mengigos kesamping untuk
menghindarkan diri. "Tahan !" tiba-tiba terdengar Lian Giok seng berseru dingin.
Agaknya Phu tongcu merasa agak jeri terhadap Lian Giok seng, mendengar
bentakan tersebut dia lantas menghentikan serangannya.
Dengan suara berat Lian Giok seng berkata :
448 "Toa sengcu tidak memerintahkan kepadaku untuk melukai mereka berdua, jika
Phu tongcu sampai melukai mereka, bagaimana caranya Siaute untuk memberikan
pertanggungan jawabnya kepada Toa Sengcu nanti ?"
Phu tongcu tersenyum. "Apa susahnya tentang soal ini " Asal kita bekuk mereka hidup-hidup, toh urusan
akan beres dengan sendirinya."
"Saudara Phu" kata Lian Giok Seng kemudian dengan suara dingin, sekalipun kau
seorang Tongcu, tapi bukan hakmu untuk mencampuri dari ruang Seng Tong?"
"Aaaah, ucapan Suadara Lian terlalu serius, siaute datang kemari untuk membantu
saudara Lian." "Kalau memang begitu, aku tak berani merepotkan saudara Phu."
Phu Tongcu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian serunya
cepat : "Apa maksud ucapanmu itu ?"
"Siaute yakin masih sanggup untuk menghadapi sendiri mereka berdua, jadi
saudara Phu tak perlu membantu "
Phu Tongcu tertawa dingin, katanya tiba-tiba :
"barusan sudara Lian telah membunuh anak buah sendiri, aku rasa saat ini ......"
Mendadak Lian Giok seng mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh ....... Haaahhh .....haaaaahhh .......kelihatannya Phu thongcu ada niat
untuk menyusahkan Siaute ?"
"Aaah, mana, mana, bila saudara Lian tidak cemas, tangkap saja dua orang itu
lebih dahulu, kemudian kita baru bersama-sama menghadap Toa Sengcu untuk
menyelesaikan persoalan ini."
Tiba-tiba Lian Giok seng bergerak maju kemuka, lalu serunya :
"Saudara Phu, tampaknya salah seorang diantara kita harus ada yang mampus
dalam penjara ini ?"
449 Tampaknya Phu tongcu cukup tahu kalau ilmu silat yang dimilikinya amat lihay,
menyaksikan cahaya pembunuhan yang terpencar keluar dari matanya, tanpa
timbul perasaan tercekat dan rasa jerinya.
Dengan cepat dia mendehem, lalu ujarnya :
"Bagaimana " Apakah saudara Lian bersiap-siap untuk bertarung melawan
Siaute?" "Phu tongcu telah memaksa Siaute sehingga tiada pilihan lain kecuali bertarung."
Ucapan tersebut kontan saja membuat Phu tongcu tertegun.
"jadi maksud saudara Lian, kau betul-betul sudah berhianat terhadap perguruan
Sam seng-bun ?" tegurnya
"Kalau benar kenapa ?"
Paras muka Phu tongcu segera berubah hebat.
"Saudara Lian merupakan orang kepercayaan dari Toa sengcu, masa kau akan
berhianat terhadap perguruan Sam seng bun " Aaaah, hal ini mustahil bisa
terjadi, sungguh membuat orang tidak habis percaya." Katanya cepat.
Dalam pada itu, secara diam-diam Lian Giok seng telah menghimpun tenaga
dalamnya siap melancarkan serangan, sekali lagi dia maju selangkah ke depan,
kemudian serunya : "Serangan, tentunya kau sudah percaya bukan?"
Pelan-pelan dia mengangkat telapak tangan kanannya siap melancarkan serangan.
"Saudara Lian" kata Phu tongcu dengan suara dingin, "Jika kau begitu memaksa
kepadaku untuk bertarung juga, terpaksa siaute akan meniringi keinginanmu itu."
"Kalau begitu, berhati-hatilah !"
Telapak kanannya segera diayunkan kedepan melepaskan pukulan kedada lawan.
Serangan ini dilancarkan dengan sepenuh tenaga, selain jurus serangannya lihay,
kekuatannyapun mengerikan sekali, diiringi segulung sedingan angina pukulan
yang sangat kuat segera menerjang kedepan.
450 Phu tongcu mempunyai perawakan yang kurus pendek, gerakan tubuhnya sangat
gesit dan cepat, begitu memutar badannya sudah berkelit kesudut ruangan batu
itu, kemudian lengannya diayunkan kedepan, kelima jari tangannya dipentangkan
lebar-lebar ia langsung saja mencengkeram lengan kanan Lian Giok seng.
Sepasang telapak tangan Lian Giok Seng segera diayunkan ke depan dan secara
berantai melancarkan bacokan yang bertubi-tubi satu jurus serangan lebih hebat
dari jurus serangan sebelumnya, bahkan tubuhnya pun bersamaan waktunya
mendesak maju lebih kedepan.
Sudah jelas pertarungan semacam ini merupakan suatu pertarungan beradu jiwa
Setelah menerima lima-enam buah serangan berantai dari lawannya tiba-tiba Phu
tongcu berteriak keras "Tahan !"
Agaknya Lian Giok seng sudah terlanjur kalap, bukannya menghentikan serangan
malah tangan kanannya segera merogoh kedalam sakunya mengeluarkan sebilah


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pisau belati lalu pisau dan telapak tangan dipergunakan bersama melancarkan
serangkai serangan yang gencar.
Didesak seperti ini terpaksa Phu tongcu harus mengembangkan pukulan demi
pukulannya untuk melakukan pertahanan yang gigih, sementara dimulai dia
berteriak keras. "saudara Lian, aku suruh kau menghentikan serangan, sudah kau dengar belum ?"
Lian Giok seng menarik kembali serangannya, kemudian menegur dengan suara
dingin : "Ada urusan apa ?"
"Kelihatannya saudara Lian telah bersungguh hati untuk membantu Buyung
kongcu dan berhianat terhadap perguruan Seng bun ?"
"Jawabanku masih tetap seperti semula dan kaupun sudah menyaksikan dengan
sangat jelas, bukankah pertanyaanmu itu sama sekali tak ada artinya lagi ?"
Tiba-tiba Phu tongcu menghela napas panjang.
"Aaaai ..... dulu, Buyung Tiang kim pernah menolong selembar jiwaku satu kali dan
membebaskan aku dua kali, atas budi kebaikannya itu Siaute selalu mengingatkan
dihati dan tak pernah bisa melupakan .............."
451 Setelah memandang sekejap kearah Buyung Im seng, lanjutnya :
Kali ini, setelah siaute mendengar kalau Buyung kongcu disekap disini, akupun
khusus dating kemari dengan maksud untuk menolongnya."
Tentu saja Lian Giok seng tak akan mempercayai perkataan itu dengan begitu saja,
dia segera berkata : "kalau toh maksud kedatanganmu kemari adalah untuk menolong Buyung kongcu,
lagipula kaupun menyaksikan kisah perbuatanku sewaktu menolong Buyung
kongcu, mengapa pula maksudmu itu engkau kemukakan setelah aku membunuh
anak buahku. Phu tongcu segera menghela napas panjang.sekarang ?"
"Aaaai ....... Saudara Lian merupakan salah seorang kepercayaan dari Toa sengcu."
Katanya, "bila siaute tidak mengetes dengan seksama, masa berani untuk
mempercayainya dengan begitu saja ?"?""
"Dan sekarang ?"
"Sekarang " tentu saja siaute sudah percaya."
Setelah percaya, apa rencanamu selanjutnya ?"
"Apa pula rencana saudara Lian " Siaute bersedia menjadi panglima pembuka
jalan, segala sesuatunya siap menerima perintahmu."
"Dalam ruanganmu, ada berapa banyak jago kah yang kira-kira berpihak
kepadamu ?" "Anak buah siaute, mungkin ada belasan orang yang boleh dipercaya dan bisa
dipakai tenaganya." "bagaimana dengan ilmu silatnya ?"
"Semestinya terhitung jago-jago kelas dua."
"Sekarang, dimanakah orang-orang itu?"
"Mereka semua sudah berkumpul dan siap menantikan perintah."
"Apakah orang-orang itu semua dapat dipercaya?"
"Semuanya dapat dipercaya."
"Bagus sekali ......" seru Lian Giok seng.
Setelah berhenti sebentar, kemudian dia melanjutkan :
"Semula siaute bermaksud untuk menolong Buyung Koncu keluar dari sini,
kemudian mengaturnya agar berdiam untuk sementara waktu di suatu tempat,
akan tetapi setelah memperoleh bantuan dari saudara Phu sekarang, tentu saja
keadaannya menjadi sama sekali berubah, harap saudara Phu suka membawa
452 Buyung kongcu dan nona Kwik menuju keruangan Hoat butong dibawah
pengaruhmu itu ......"
"Saudara Lian, persoalan ini dapat dirahasiakan berapa lama ?"
"Kemampuan dari Toa sengcu sukar diduga sebelumnya, jadi berapa lamakah
persoalan ini dapat dirahasiakan, siute betul-betul tak sanggup untuk
menjawabnya." "Baiklah, bagaimanapun juga siute akan segera mempersiapkan perlawanan
sedapat mungkin terhadap perbagai serbuan setibanya di dalam kantorku nanti,
Cuma siute sukup memahami kemampuan untuk mempertaruhkan diri, mustahil
dengan kekuatan yang ada, kami bisa bertahan kelewat lama itulah sebabnya
saudara Lian mesti memberikan bantuan secepatnya"
"Aku telah mengadakan kontak dengan beberapa orang lainnya, tetapi beberapa
buah pos penting masih belum berhasil kutembusi hingga sekarang sampai
waktunya, apakah mereka bersedia membantu atau tidak, hingga sekarang masih
merupakan suatu tanda Tanya besar."
Di dalam perguruan Sam seng bun meski terdapat banyak sekali jago lihay, tapi
percaya bila sampai bertarung melawan mereka maka aku masih sanggup untuk
mempertahankan diri sebanyak beberapa gebrakan. Hanyalah ketiga orang
malaikat itu justru mempunyai kepandaian yang sukar diraba sebelum Saudara
Lian, kau sudah banyak tahun mengikuti mereka, apakah kau bisa memberi
penjelasan tentang ilmu silat yang dimiliki tiga orang itu?" Lian Giok seng
segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Ilmu silat yang dimiliki Toa sengcu sangat lihay sukar diukur, tampaknya diapun
mahir mempergunakan inti sari jurus serangan dan pelbagai, sebaliknya
bagaimanakah ilmu silat Jie Sengcu Sam sengcu sukar kukatakan, sebab aku
sendiripun belum pernah menyaksikannya."
"kalau begitu, ilmu silat yang dimiliki Toa Sengcu sudah pasti telah mencapai
ketingkatan yang sukar diduga dengan kata-kata ?"
(Bersambung ke jilid 23) 453 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 23 Betul, cuma aku percaya seorang manusia toh terdiri dari darah dan daging,
bagaimanapun lihainya ilmu silat yang dimilikinya, dia tetap adalah manusia,
apabila kita pergunakan taktik rada berputar untuk bertarung melawan dirinya,
lama kelamaan toh ia pasti akan kehabisan tenaga juga.
Mendadak dia membungkam seribu bahasa.
"Ada orang yang datang kemari!" Phu tongcu segera berbisik.
Dengan suara lirih Lian Giok seng segera berbisik kepada Buyung Im Seng dan
Kwik soat kun. "Kalian berlagak seolah-olah masih terpengaruh oleh obat pemabuk,
kecuali keadaan yang terpaksa atau terancam jiwa kalian, paling baik kalian
jangan sampai menegur atau melakukan reaksi.
Buyung Im Seng dan Kwik soat kun mengiakan, dia segera duduk kembali ditempat
semula dengan bersandar diatas dinding.
"Kraaak...!" agaknya ada orang membuka pintu batu.
Menyusul kemudian terdengar suara langkah manusia bergema mendekat,
ternyata benar benar ada orang sedang menuju kedalam penjara batu.
Lian Giok seng serta Phu toangcu itu serentak menarik napas panjang2 dan
menempelkan punggungnya pada dinding batu.
Tampak dua sosok bayangan manusia, satu dimuka yang lain dibelakang berjalan
mendekat. Orang yang berjalan paling muka berjubah panjang dengan tangan
telanjang. Sebaliknya orang dibelakang mengenakan pakaian ringkas dengan
sebilah pedang tersoren dipunggungnya.
Ketika tiba kurang lebih empat-lima langkah dihadapan Buyung Im Seng, leleki
berjubah panjang itu mendadak berhenti, lalu sambil berpaling dan memandang
sekejap kearah orang yang menggembol pedang itu bisiknya.
454 "Apakah kau sudah merapatkan kembali pintu batu itu?"
"Pintu sudah tertutup" sahut pemuda berpedang sambil memberi hormat.
"Bagus sekali, coba kau nyalakan api biar kuperiksa keadaan disini lebih
dahulu." Orang yang membawa pedang mengiakan dan segera menyulut api. Dalam waktu
singkat, ruangan penjara batu itu sudah bermandikan cahaya lampu.
Sewaktu Buyung Im Seng mencoba untuk mengawasi orang yang berada
didepannya itu, tampaklah lelaki berjubah panjang itu berusia enam puluh tahun,
jenggotnya panjang sedang dia bukan lain adalah Im Cu siu yang pernah memberi
petunjuk kepadanya sewaktu menyebrangi jembatan tempo hari.
Pemuda berpakaian ringkas itu berusia antara dua puluh tahunan, wajahnya
tampan dan bersih, dia berdiri dan mengangkat obor ditangan kirinya tinggi2.
Dengan suatu gerakan cepat Buyung Im Seng telah memperhatikan keadaan
tempat itu, kemudian buru-buru dia memejamkan matanya kembali, sedang dalam
hati kecilnya berpikir. "Heran mengapa Im Cu siu turut datang kedalam penjara
batu ini...?" Sementara itu Im Cu siu telah memeriksa raut wajah Buyung Im Seng dengan
seksama, kemudian setelah mendehem pelan katanya. "Buyung kongcu!"
Buyung Im Seng berlagak seakan akan pengaruh racun yang berada didalam
tubuhnya belum punah, dia membuka matanya memandang sekejap kearah kedua
orang itu kemudian buru2 dipejamkan kembali.
Pemuda berpakaian ringkas itu segera berbisik lirih. "Dia telah diberi obat
pemabuk dari Seng tong, mungkin hingga sekarang belum sadar."
"Apakah kau membawa obat penawarnya?"
"Tecu telah berpikir sampai disitu, maka aku sengaja mencuri beberapa butir dan
kubawa serta didalam saku."
"Bagus sekali, cepat bawa keluar dan berikan sebutir dahulu kepadanya...!"
Pemuda berpakaian ringkas itu mengiakan, dari saku bajunya dia lantas
mengambil keluar sebutir pil dan pelan2 mendekati Buyung Im Seng, beberapa
lama kemudian seperti ini, Buyung Im Seng segera berpikir. "Aku telah menelan
obat penawar dan kini berada dalam keadaan waras, sekalipun pil itu benar2
merupakan obat penawar yang asli, aku tak boleh makan sebutir lagi!"
Berpikir sampai disitu, dia membuka matanya lebar2 sambil melompat bangun,
ujarnya tiba2: "Aku amat baik! Locianpwe ada pesan apa?"
"Kau tidak minum obat pemabuk?" tanya Im Cu siu seperti agak tertegun melihat
hal itu. "Obat pemabuk sih sudah minum, tapi sekarang aku telah waras kembali."
"Ooh, aku tahu" ucap pemuda berpakaian ringkas itu kemudian, "obat pemabuk itu
berdaya kerja amat keras, sekalipun hanya menelah sebutir, paling tidak harus
menunggu sampai tujuh hari kemudian baru sadar kembali, padahal kau baru
beberapa hari tiba disini, jika pernah menelan obat pemabuk tak nanti bisa sadar
kembali sebelum menelan obat penawarnya."
455 Im Cu siu manggut2, pelan2 dia berkata "Siapakah orang yang telah memberikan
obat penawar itu kepadamu?"
Buyung Im Seng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya.
"Siapakah orang itu, sulit buat boanpwe untuk memberitahukannya kepada
kalian." Setelah berhenti sebentar, dia bertanya lagi. "Apakah kedatangan locianpwe
kedalam penjara batu ini untuk menengok boanpwe?"
"Di dalam penjara ini hanya terdapat kalian berdua, tentu saja kedatangan lohu
kemari adalah untuk menengok dirimu."
"Boanpwe betul2 merasa berterima kasih sekali."
"Kalau toh orang itu sudah memberi obat penawar kepadamu, sudah pasti dia telah
mempunyai cara untuk membantu kabur dari sini bukan?"
"Agaknya dia pernah menyinggung soal melarikan diri, tapi boanpwe kurang begitu
jelas." Im Cu siu segera melirik sekejap kearah pemuda berpakaian ringkas itu, kemudian
tanyanya. "Obat penawar itu disimpan dimana?"
"Dalam saku ketiga orang Sengcu terdapat obat penawar!"
"Kalau begitu orang yang bisa mengambil obat penawar hanyalah orang orang yang
berada disisi ketiga orang Sengcu itu, atau paling tidak harus ada bantuan dari
mereka." "Benar, kecuali ketiga orang Sengcu, dalam seluruh perguruan Sam seng bun ini
tidak terdapat orang keempat yang memiliki obat penawar tsb.
Im Cu siau segera manggut2. "Benarkah kau adalah putranya Buyung Tiang kim?"
tanyanya kemudian dengan nada hati2.
"Apakah boanpwe harus mencatut nama putra orang lain."
"Semasa ayahmu masih hidup dulu dia pernah menolong selembar jiwaku, budi
kebaikan ini tak pernah kulupakan selamanya tapi tak pernah berhasil kubalas,
hari ini aku sengaja datang menolongmu, akibat perbuatanku ini mungkin lohu
akan mati, tapi budi pertolongan yang pernah aku terima tak bisa tidak mesti
lohu bayar lunas..." Mendengar perkataan itu, Buyung Im Seng segera berpikir. "Kebanyakan orang2
itu pernah menerima budi pertolongan dari ayahku, tampaknya semasa hidup dulu
ayahku benar2 telah berbuat amal dan banyak melakukan kebaikan."
Berpikir demikian, dia lantas berseru. "Locianpwe..."
"Dengarkan dulu perkataanku," tukas Im Cu siu, "lohu cukup lama hidup didunia
ini, sekalipun harus mati juga tak bakal menyesal, persoalannya sekarang adalah
lohu tak mampu untuk membantumu meninggalkan sarang iblis ini, kemampuanku
ini sayang sekali, hanya terbatas bila untuk menolongmu keluar dari dalam
penjara batu ini, sanggupkah kau meninggalkan tempat ini, terpaksa haru tergantung pada
nasibmu sendiri." 456 "Locianpwe, benarkah ayah boanpwe telah mati?"
"Tentang soal ini lohu sendiripun sukar untuk memberitahukan kepadamu secara
pasti, cuma menurut apa yang lohu ketahui, ayahmu adalah seorang jago yang
tidak mudah dibunuh."
"Kalau ayahku belum mati sekarang dia berada dimana?"
Im Cu siau segera menghela napas panjang. "Aiii... kalau dibilang ia betul2 masih
hidup didunia ini, maka kejadian tsb boleh merupakan suatu rahasia yang amat
besar bagi dunia persilatan, dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin jarang
sekali ada yang mengetahuinya."
Ketika Buyung Im Seng menyaksikan kalau orang itu benar2 tak tahu, diapun tak
banyak bertanya lagi, pelan2 ujarnya.
"Maksud baik locianpwe akan kuterima dalam hati, cuma setelah locianpwe
menolong boanpwe, kalau toh tiada keyakinan untuk mengantar boanpwe
meninggalkan tempat ini, bukankah hal tsb sama dengan menjerumuskan
locianpwe?" "Kau tak usah memikirkan tentang diriku." Tukas Im Cu siu "sebelum datang
kemari, lohu berpikir tiga kali sebelum bertindak, dari empat orang yang datang
bersamamu, kecuali nona Nyoo yang tak sanggup lohu tolong, kalian bertiga dapat
lohu tolong untuk keluar dari penjara batu, Nah urusan sudah menjadi begini,
terpaksa kita mesti beradu nasib."
Buyung Im Seng segera berpikir lagi. "Tanya jawab antara dia dengan ku sudah
pasti akan terdengar pula oleh Lian Giok seng dan Phu tongcu dengan jelas,
mereka tak mau bersuara itu berarti mereka enggan untuk berjumpa dengan Im Cu sui..."
Sementara dia masih termenung, terdengar Im Cu siu telah berkata lagi. "Apakah
nona Kwik sudah minum obat penawar?"
"Kalau toh orang itu sudah datang mengantar obat penawar buat kalian, mengapa
ia tak bersedia untuk berjumpa dengan kami berdua?"
"Jika mereka sudah mendapat pesan dari orang lain, sudah barang tentu rahasia
ini tak akan dibocorkan." Terdengar seseorang menyambung dari belakang
tubuhnya. "Ooo, rupanya saudara Lian sudah datang!" serunya.
Tidak menunggu jawaban dari Lian Giok seng lagi, tangan kanannya segera
diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Segulung angin dahsyat dengan cepatnya menerjang maju kedepan....
Lian Giok seng segera maju dua langkah sambil menghindarkan diri dari ancaman
tsb, kemudian serunya. "Saudara Im..."
"Hari ini kalau bukan kau yang mati adalah aku yang mampus, tak usah banyak
bicara lagi, lihat serangan!" tukas Im Ciu siu dengan dingin.
Sambil berkata dia menerjang maju sepasang telapak tangannya dilancarkan ke
muka secara berantai, bahkan semua jurus serangan yang digunakannya tertuju
kebagian bagian yang mematikan ditubuh Lian Giok seng.
457 Jelas Im Cu siu ada maksud untuk beradu jiwa. Serangan ganas dengan jurus
serangan yang aneh meluncur tiada hentinya, Lian Giok seng yang pada dasarnya
memang tidak berniat untuk bertarung melawannya, segera kehilangan posisi yang
menguntungkan. Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Im Cu siu serta jurus
pukulannya yang aneh, seketika itu juga Lian Giok senga terdesak hebat sehingga
tak sanggup memberi penjelasan.
Dalam keadaan demikian, terpaksa dia mesti memusatkan semua perhatiannya
untuk menghadapi lawan sambil berusaha pula melancarkan serangan balasan.


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah bertarung puluhan gebrakan kemudian, pelan2 Lian Giok seng baru
berhasil menguasai kembali keadaan yang dihadapinya, dia lantas berkata.
"Saudara Im, apakah kau ingin tahu siapakah orang yang telah memberikan obat
penawar kepada Buyung kongcu?"
Im Cu siu memperketat serangannya melepaskan tiga buah serangan berantai
hingga memaksa Lian Giok seng mundur sejauh dua langkah, kemudian tanyanya.
"Siapakah orang itu?"
"Akulah orangnya."
"Kau?" Im Cu siu nampak seperti tertegun.
"Orang lain tak akan bisa memperoleh obat penawar dengan begini gampang."
Mendadak Im Cu siu menarik kembali serangannya, kemudian berkata. "Kalau
begitu, kaulah yang telah menolong Buyung kongcu?"
"Aiii, tentunya saudara Im juga pernah mendengar bukan hubungan antara siaute
dengan Buyung Tian kim dimasa lalu?"
Im Cu siu manggut2. "Semasa hidupnya dulu, Buyung tayhiap banyak berbuat
amal dan kebajikan bagi umat persilatan, entah berapa banyak orang dari umat
persilatan yang memperoleh budi kebaikan darinya, tak disangka seorang pendekar
yang berbudi luhur harus diberi umur yang begitu pendek."
"Buyung tayhiap masih hidup segar bugar didunia ini." Lian Giok seng segera
berbisik. Ucapan itu segera membuat Im Cu siu jadi tertegun. "Kau bilang Buyung Thiang
kim masih hidup?" serunya. "Sekarang dimana orangnya?"
"Tempat itupun belum pernah kukunjungi."
"Lantas darimana saudara Lian bisa mendengar kabar itu?"
"Dari toa sengcu, suatu ketika tanpa disengaja ia telah membocorkan rahasia
ini." "Kalau ucapan tsb berasal dari mulut koncu, rasanya tak mungkin bisa salah
lagi." Lian Giok seng manggut2. "Walaupun tempat ini tak besar, namun menyimpan
banyak sekali rahasia besar, selain Toa seng seorang mungkin tiada duanya yang
bisa mengetahui semua persoalan itu dengan jelas."
"Saudara Lian sudah banyak tahun mengikuti Toa sengcu, tentunya kau sudah
pernah bertemu dengan wajah asli dari Toa sencu bukan?"
458 Lian Giok seng manggut2. "Kalau dibicarakan sungguh menyesal sekali andaikata
saudara Im mengajukan pertanyaan ini, dua hari lebih awal, mungkin siaute
sendiri pun sama seperti saudara Im."
"Kalau begitu pada dua hari belakangan ini saudara Lian baru berhasil
menyaksikan raut wajah asli dari Toa sengcu tsb?"
"Betul.." Tampaknya dia tidak ingin menjelaskan tentang persoalan yang menyangkut Nyo
hong leng, dengan cepat dia berkata kembali.
"Sungguh tak kusangka bakal berjumpa kesempatan ini, Toa sengcu telah
melepaskan kain cadar yang menutupi wajahnya."
"Selama banyak tahun ini, bukan main banyuak pembicaraan tentan asal usul dari
Toa sengcu itu, tentunya saudara Lian juga pernah mendengarnya bukan?"
"Betul, siaute memang pernah mendengar tentang pembicaraan tsb, hanya
sayangnya pendapat2 tsb semuanya keliru besar..."
"Apa" Apakah saudara Lian tahu, berapa orang menurut kabar yang tersiar tentang
Toa sengcu?" "Menurut apa yang kudengar, konon Toa sengcu terdiri dari empat orang..."
"Betul, siaute pun pernah mendengar tentang dongeng yang menyangkut soal
empat orang tiu." "Kabar berita yang tersiar diluaran belum tentu benar, sebab Toa sengcu tak
lebih hanya seorang pemuda yang baru berusia tiga puluhan tahun."
"Seorang pemuda yang berusia tiga puluh tahunan" Apakah saudara Lian tak salah
melihat?" "Tidak, siaute melihat dengan jelas sekali."
"Waah, kalau begitu, aneh sekali."
"Siaute pun pernah merasakan keheranan, siaute pernah melakukan pemeriksaan
yang sempurna, meski dia memiliki ilmu merawat muka yang lihai, tak mungkin
usianya akan lebih rendah dari empat puluh tahunan, siaute yakin tidak salah
melihat." "Kalau memang saudara Lian sudah meneliti dengan seksama, aku rasa tak
mungkin bisa salah lagi. Tapi kalau dihitung dari waktu yang berlalu, paling
sedikit usia Toa sengcu tsb harus diatas empat puluh tahunan."
"Siaute sendiripun mempunyai dugaan begitu."
Im Cu siu termenung beberapa saat lamanya, kemudian katanya kembali. "Rahasia
dibalik kesemuanya ini mungkin sukar untuk dipecahkan dalam waktu singkat,
dewasa ini soal Buyung kongcu kurasa merupakan persoalan yang paling penting."
Sesudah berhenti sebentara, dia melanjutkan. "Setelah saudara Lian memberi obat
pemunah untuk Buyung kongcu, aku pikir tentu kau juga sudah mempunyai
rencana tentang keselamatan Buyung kongcu selanjutnya bukan?"
459 "Untuk sementara waktu siaute bermaksud untuk menyembunyikan mereka di
dalam ruangan Hoat lun tong".
"Hoat lun tong?" Im Cu siau tertegun, "kau maksudkan ruangan yang dipimpin Phu
Thian khing?" "Betul, walaupun kita dapat menolongnya keluar dari penjara ini belum tentu
dapat mengantar mereka untuk keluar dari tempat berbahaya ini."
"Sekalipun demikian, tidak seharusnya kau sembunyikan mereka dalam ruangan
yang dipimpin Phu Thian king, orang ini kejam, berpikiran sempit."
Tiba-tiba terdengar suara tertawa merdu berkumandang memecahkan keheningan
menyusul kemudian seseorang berseru. "Saudara Im, kekurangan siaute
tampaknya sudah kau damprat semua sampai habis."
Im Cu siu segera berpaling, ketika dilihatnya Phu Thian king dengan senyuman
dikulum telah muncul dihadapannya, ia menjadai tertegun. "Kau..."
"Tampaknya kehadiranku sama sekali berada diluar dugaan saudara Im..." tukas
Phu Thian king, "kalau tidak kenal memang tidak berkomplot, kali ini nampaknya
kita mempunyai cita2 yang sama dalam usaha menolong Buyung kongcu."
Agaknya Im Cu siu masih belum mempercayainya dengan begitu saja, sambil
mengawasi wajah Lian Giok seng katanya. "Saudara Lian, apa yang sebenarnya
telah terjadi?" "Saudara Phu seperti juga saudara Im, dimasa lalu pernah menerima budi
pertolongan sampai beberapa kali dari Buyung tayhiap, budi kebaikan itu selalu
mengganjal hatinya sebelum dibalasm maka ketika mengetahui bahwa Buyung
kongcu menjumpai kesulitan disini, sengaja dia datang kemari dengan maksud
untuk menolongnya, tak disangka ia telah berjumpa dengan siaute tampa
disengaja. Semua persoalan sudah terbentang secara gamlang, aku harap saudara
Im jangan menaruh curiga lagi kepada siaute..."
"Sungguh tak kusangka", gumam Im Cu siu.
"Soal apa?" Phu Thian king lalu bertanya.
"Ternyata Phu Thian king masih bisa teringat akan budi pertolongannya."
Phu Thian king segera tersenyum. "Kalau lampu tidak disulut tak akan terang,
kalau persoalan tidak dijelaskan tak akan terang, kalau toh kita sama2 mempunyai
niat untuk membantu Buyung Im Seng, mengapa tidak bersatu padu saja untuk
bekerja sama?" "Tentu saja hal ini harus dilakukan, entah apa yang telah saudara Phu persiapkan
dalam usaha melindungi keselamatan Buyung kongcu?"
"Pertama-tama siaute akan mengajak Buyung kongcu untuk kembali keruangan
Hoat lun tong untuk dilindungi keselamatan jiwanya, sekalipun terjadi suatu
gerakan yang besar, siaute akan tampil diri guna melindungi keselamatannya,
cuma terus terang siaute katakan, kemampuan yang kumiliki amat terbatas, hal ini
berarti harus membutuhkan pula bantuan dari saudara Im dan Lian."
460 "Ooh... hal itu sudah barang tentu." Sahut Giok seng sambil tertawa. "tapi dengan
kehadiran saudara Im disini, siaute jadi mendapat suatu ilham tentang suatu
siasat memancing untuk menangkap..."
"Waktu yang tersedia buat kita tak banyak, bila saudara Lian mempunyai suatu
pendapat harap segara saja diutarakan keluar."
"Kenapa saudara Im tak usaha untuk cari jejak melarikan diri yang palsu agar
mereka melakukan suatu pengejaran yang keliru pula?"
"Walaupun siasat semacam ini dapat mengelabui sementara orang, namun aku rasa
tak akan mampu untuk mengelabui Toa siangcu."
"Yaa, di dalam hal ini terpaksa kita mesti beradu nasib, meski manusia berusaha,
Thianlah yang berkuasa, kita usahakan sedapat mungkin saja."
Im Cu siu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian katanya.
"Baiklah, siaute akan segera melakukan persiapan."
Dengan membawa pemuda berpakaian ringkas itu, buru2 dia membalikan badan
dan berlalu dari situ. Menunggu bayangan tubuh Im Cu siu sudah lenyap dari pandangan, Phu Thian
king baru berbisik lirih. "Buyung Im heng, kita pun harus segera berangkat!"
Buyung Im Seng segera berpaling kearah Kwik soat kun sambil berbisik pula. "Mari
kita berangkat!" Pelan pelan Kwik soat kun bangkit berdiri lalu tanyanya. "Bagaimana dengan nona
Siau tin?" "Aku akan berusaha keras untuk menolongnya pula lolos dari penjara, cuma setelah
kupikirkan kembali, rasanya lebih baik kalau kalian bertiga dipisah pisahkan
saja." Kwik soat kun manggut2 dan tidak bertanya lagi, dia segera mengejar dibelakang
Phu Tian king. Buyung Im Seng segera jalan pula kesamping Lian Giok seng, kemudian bisiknya
lirih. "Locianpwe, aku sangat mengharapkan bisa berjumpa dengan ayahku."
"Aku akan mengusahakan hal itu dengan sepenuh tenaga." Sahut Lian Giok seng.
"tapi benarkah dia berada disini, aku tak berani menjamin seratus persen."
"Kalau begitu boanpwe akan menantikan kabar gembira darimu."
"Kalian boleh segera berangkat, begitu ada kabar, aku akan segera menyusul ke
Hoat lun tong untuk berjumpa dengan kalian."
"Baikl baiklah jaga dirimu locianpwe!" ucap Buyung Im Seng kemudian sambil
menjura. Sambil tertawa Lian Giok seng segera mengangguk, kemudian dengan mengikuti
dibelakan Kwik soat kun berjalan keluar dari dalam penjara tsb.
Dalam pada itu, malam sudah makin larut, awan gelap menyelimuti seluruh
angkasa langit tak berbulan juga tak nampak setitik cahaya bintangpun.
461 Phu Thian king segera berpaling sambil berkata. "Harap kalian berdua suka
mengikuti dibelakangku, jangan sampai salah jalan sehingga timbul hal2 yang tak
diinginkan." "Kami pasti akan berhati-hati."
"Sepanjang perjalanan nanti, entah peristiwa apapun yang terjadi, biar aku yang
menghadapi, asalkan saja pertarungan tak sungguh sungguh berkobar, lebih baik
jika kalian tak berbicara maupun turun tangan."
"Andaikata pertarungan sungguh2 terjadi?" tanya Kwik soat kun cepat.
Phu Thian king segera tersenyum. "Andaikata pertarungan benar2 terjadi bukan
saja kalian boleh turun tangan, bahkan makin keji makin baik, mengulur banyak
waktu sama artinya dengan memberikan ketidak beruntungan buat kita, nah
ikutilah dibelakang lohu."
Dia lantas balikkan badan dan berjalan keluar dari sana.
"Biar aku berjalan bersama saudara Phu." Kata Im Cu siu sambil memburu
kedepan. Phu Thian king menghela napas panjang, sahutnya. "Tidak usah saudara Im, kami
sudah cukup mampu untuk menghadapinya!"
Melihat Phu Thian king tidak memerlukan dirinya untuk mendampingi, dengan
serius Im cu siu lantas berkata. "Toh hun suo (peluru pencabut nyawa) dari
saudara Phu telah merajai dunia persilatan, sekalipun ditengah jalan menghadapi
peristiwa, rasanya kau sanggup untuk menghadapinya, akan tetapi jembatan Kiu ci
kiu merupakan pos yang berbahaya, ilmu silat Thoan Thian heng sangat lihai, aku
kuatir kalau peluru pencabut nyawa dari saudara Phu belum tentu sanggup
menghadapinya, kebetulan siaute mempunyai hubungan pribadi yang cukup
akrab." "Toan Thian heng adalah seorang manusia yang tidak kenal kepada saudara
sendiripun, sekalipun saudara Im mempunyai hubungan pribadi yang cukup baik
dengannya, aku kuatir hal ini bukan suatu pekerjaan yang amat gampang."
"Sekalipun demikian, dengan turut sertanya siaute, maka hal ini sedikit banyak
akan memperbesar kekuatan kita, jika Toan loji benar2 tak mau memberi muka
kepadaku terpaksa kita mesti turun tangan untuk beradu jiwa dengannya."
"Sebenarnya siaute tidak mempunyai rencana untuk bertarung melawan Toan loji,
tetapi setelah saudara Im berkata demikian, siaute rasa ucapanmu memang masuk
diakal juga." Im Cu siu segera berpaling dan memandang sekejap kearah Buyung Im Seng serta
Kwik soat kun, lalu tanyanya. "Apakah kita akan membawa mereka dengan begini
saja?" "Siaute sudah mempunyai persiapan, sengaja aku telah membawa dua stel pakaian
dari anak buah ruang Hoat lun tong kami."
"Sekalipun demikian, aku kuatir tak akan terlepas dari ketajaman mata Toan
loji." 462 "Siaute pun mempunyai pikiran demikian, tapi kaeadaan sudah berkembang
menjadi begini rupa, rasanya terpaksa kita mesti mencoba dengan menyerempek
bahaya." "Baik, aku akan berjalan lebih dulu, akan kunantikan kedatangan kalian diujung
jembatan." "Silahkan saudara Im." Ucap Phu Thian king seraya menjura.
Im Cu siu segera membalikkan badannya kemudian berlalu dengan langkah lebar.
Dari sudut ruangan batu, Phu Thian king mengambil keluar pakaian yang telah
dipersiapkan dan diserahkan kepada Buyung Im Seng berdua, kemudian setelah
kedua orang itu bertukar pakaian, perjalanan kembali dilanjutkan.
Sementara itu tengah malam sudah lewat, awan gelap yang semula menyelimuti
angkasa, kini sudah membuyar, bintang mulai bermunculan memancarkan sinar
yang redup, pemandangan disitupun lamat2 dapat terlihat.
Phu Thian king dengan mengajak kedua orang itu berjalan menelusuri sebuah
jalanan kecil menuju kedepan. Sepanjang jalan, meskipun mereka dihadang oleh
beberapa orang untuk diperiksa, tapi berhubung Phu Thian king memang
berpangkat cukup tinggi, maka semuanya dapat diatasi dengan mudah.
Tak selang beberapa saat kemudian mereka telah tiba diatas jembatan Kiuci kiau.
Dengan jalan beriring ketiga orang itu telah menyebrangi jembatan itu sampai
setengah jalan, mendadak terlihatlah seorang kakek yang berbaju merah dan
bertubuh tinggi besar, berkepala botak berdiri ditengah jalan menghadang jalan
mereka. Ketika Phu Thian king mendongakkan kepalanya, tampak Im Cu siu sudah berada
dibelakang kira kira lima-enam depa dari tubuh Toan Thian heng, hal ini membuat
keberaniannya semakin besar.
Sambil menjura, katanya kemudian. "Saudara Toan belum beristirahat?"
"Lohu sedang menunggu orang disini." Jawabnya cepat.
"Siapakah orang yang sedang ditunggu oleh saudara Toan?"
"Siapa lagi" Tentu saja Phu tongcu!"
Sementara itu Im Cu siu sudah menunggu disisi jembatan, pada saat itulah tiba2
melejit keudara dengan gerakan Tan Cu sam biau sui (burung walet menutul air
tiga kali), setelah melewati diatas kepala Kwik soat kun dan Buyung Im Seng dia
melayang turun disisi Phu thian king, kemudian bisiknya.
"Saudara Phu, aku telah mempersiapkan jejak melarikan diri mereka, asalkan pos
penjagaan dari saudara Toan dapat dilalui, mungkin saja kita dapat mengelabui
mereka untuk sesaat."
Phu Thian king memutar biji matanya dan memperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian bisiknya. "Saudara Im, orang tadi..."
"Dia sudah pergi" sahut Im Cu siu cepat.
Kemudian sambil berbalik menghadap Toan Thian heng, katanya sambil menjura.
"Saudara Thian heng..."
463 "Im Cu siu, ilmu meringankan tubuh burung walet melejit tiga kali mu itu cukup
bagus." Tukas Toan heng dingin.
Ooo0ooO "Aaah... saudara Thian suka menggoda saja." Ucap Im Cu siu sambil tertawa.
Kembali Toan Thian heng mendengus dingin. "Emmm, sungguh tak kusangka
kalau Im Cu siu telah mengadakan hubungan persahabatan pula dengan Phu
tongcu, tampaknya kedudukan seorang yang berkuasa, tentu saja nilainya sama


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali berbeda." Phu Thian king mendengus dingin dengan hati mendongkol, agaknya dia hendak
mengumbar amarahnya, akan tetapi niat itu kemudian diurungakn kembali.
Buru2 Im Cu siu berseru. "Saudara Thian heng, walaupun dimasa lalu Phu tongcu
tidak cocok dengan diriku, tapi selama ini kita toh sama2 berada dalam suatu
perguruan yang sama, apalagi setelah berkumpul selama belasan tahun lamanya,
kendati pun ada perselisihan, sudah seharusnya kalau persoalan tsb dipudarkan."
"Bagaimana hubungan perselisihan diantara kalian berdua, lohu tidak mau ambil
tahu, yang pasti lohu berkewajiban menjaga jembatan ini, entah siapa saja yang
ingin menyebrangi jembatan ini harus melaporkan dulu identitasnya."
"Siaute dan Phu tongcu toh sudah saudara Thian heng kenal, masa kami berdua un
harus diperiksa lagi?"
"Siapa dua orang yang berdiri dibelakang Phu thian king itu?" tegur Toan thian
heng. "Mereka adalah dua orang hiangcu dari ruang Kim lun tong kami."
"Kalau aku tak salah ingat sewaktu menyebrangi jembatan tadi sendirian, mengapa
sewaktu kembali bisa bertambah 2 orang?"
"Ketajaman mata Toan heng benar2 luar biasa." Seru Im Cu siu dengan cepat,
"harap kau sudi bermurah hati dengan melepaskan kami berempat."
Sepasang mata Toan Thian heng yang tajam bagaikan sembilu itu segera dialihkan
ke wajah Buyung Im Seng, setelah itu katanya. "Sekalipun malam sangat gelap,
jangan harap mereka dapat mengelabui diriku, hayo jawab siapakah kedua orang
itu?" "Saudara Toan, kalau toh kau sudah mengetahui duduk persoalannya yang
sebenarnya mengapa kau mesti menanyakan terus dengan teliti?"
"Kalau lohu tidak bertanya sampai jelas, bila dikemudian hari timbul kesulitan
dan pihak seng tong datang menegur, siapakah yang akan tanggung jawab?"
"Bila pihak Seng tong menegur, saudara Thian heng boleh melimpahkan semua
dosa itu kepada diriku."
"Hanya dengan sedikit kemampuan Phu thian king, memangnya tanggung jawab
ini boleh kau pikul?" kata Toan thian heng dengan suara dingin.
"Mengapa tidak sanggup" Siaute akan mempertaruhkan selembar jiwaku ini, asal
tidak sampai menyeret sama saudara Thian heng, urusan tentu beres."
464 "Kecuali kau tidak akan menyebrang lewat jembatan ini, kalau tidak, lohu pun tak
akan lepas dari persoalan ini."
Paras muka Im cu siu segera berubah hebat, katanya tiba2. "Selama ini aku selalu
menghormati saudara dan..."
"Sekalipun demikian lohu tak dapat pilih kasih dengan memberi jalan lewat buat
kalian." Tukas Toan Thian heng dengan dingin.
"Jadi kalau begitu, saudara Toan benar2 tak sudi memberi muka kepadaku?"
"Kalian toh berjumlah empat orang, sekalipun benar2 bertarung belum tentu lohu
merupakan tandingan kalina." Sahut Toan thian heng.
Im Cu siu agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, kemudian bisiknya
lirih. "Terima kasih atas petunjuknya."
Weesss...! Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
Toan Thian heng menggerakkan pula tangan kanannya untuk menyambut
datangnya serangan itu. Ketika sepasan telapak tangan saling bertemu, Im Cu siu
segera merasakan tenaga pukulan yang beberapa kali dilancarkan oleh Toan Thian
heng sangat lemah sekali, sadarlah dia, kalau lawannya bermaksud untuk
mengalah, maka sepasang telapak tangannya segera berputar makin kencang
melepaskan serangkaian serangan berantai.
Toan Thian heng menggerakkan pula sepasang telapak tangannya, namun dia
mengambil posisi bertahan, selama pertarungan berlangsung dia hanya
membendung datangnya serangan dari Im Cu siu tampa ada maksud untuk
membalas. Sambil selancarkan serangkaian serangan gencar untuk mendesak lawah, Im Cu
siu segera berseru lirih. "Saudara Phu, cepat bawa mereka menyebrangi jembatan."
Phu Thian king mengiakan, dia segera menghimpun tenaga dalamnya lebih dulu
untuk menyebrangi jembatan tsb dengan melewati batok kepala kedua orang itu.
Buyung Im Seng dan Kwik soat kun segera menyusul dibelakang Phu Thian king,
bersama sama menyebrangi jembatan itu.
Setelah terburu-buru mereka bertiga menyebrangi jembata Kiu cu kiau, dengan
cepat mereka berpaling. Tampak Im Cu siu dan Toan Thian heng masih terlibat
suatu pertarungan yang sengit diatas jembatan.
"Apakah kita akan pergi dengan begitu saja?" tiba2 Kwik siat kun bertanya.
"Nona masih ada urusan apa lagi?" tanya Phu Thian king cepat.
"Apakah locianpwe tidak pergi membantu Im losiansing terlebih dahulu?"
Sambil tertawa lirih Phu Thian king menjawab: "Bilamana kedua orang itu harus
bertarung secara sungguhan, sejak tadi Im Cu siu sudah dipaksa Toan thian heng
untuk mencebur ke dalam sungai, tak usah menggubris mereka lagi, mari kita
cepat pergi." Sambil membalikkan badan dia berlalu lebih dulu.
Buyung Im Seng dan Kwik soat kun segera menyusul pula dari belakannya.
465 Phu thian king hapal sekali dengan daerah disekitar tenpat itu dengan gerakan
yang sangat cepat dia maju sedemikian cepatnya sampai Kwik soat kun dan
Buyung im seng tak sempat lagi untuk memperhatikan daerah serta pemandangan
disekitar tempat yang dilewatinya.
Mendadak Phu thian king memperlambat gerakan tubuhnya kemudian terdengar
seorang membentak dengan suara rendah.
"Siapa disitu?"
"Aku!" Seorang lelaki berpakaian ringkas segera melompat keluar dari balik semak
belukar sambil menjura katanya. "Hamba menjumpai Tongcu."
Phu thian king segera mengulapkan tangannya. "Hati-hati menjaga disini."
pesannya "entah siapapun yang mendekat sebelum memperoleh ijin dariku dilarang
memasuki wilayah sekitar ruangan kita."
Lelaki itu melirik sekejap kearah Buyung Im Seng lalu tanyanya. "Bagaimana jika
utusan ruang Seng tong?"
"Mereka baru boleh masuk setelah memperoleh ijin dariku."
"Biasanya para utusan atau para huhoat dari ruang Seng tong berwatak
berangasan, bila mereka dilarang memasuki tempat ini, bisa jadi akan terjadi
bentrokan secara kekerasan." Kata lelaki itu dengan suara dalam.
Phu Thian king termenung sambil berpikir sebentar, lalu katanya. "Kalian harus
berusaha keras untuk menghindari suatu bentrokan secara kekerasan dengan
mereka, bila keadaan tidak terlalu memaksa lebih baik jangan sampai mencari
perselisihan." Tampaknya lelaki itu seperti hendak mengucapkan sesuatu tetapi niat itu
kemudian diurungkang, setelah memberi hormat dia lantas mengundurkan diri
balik ke belakang semak. Phu Thian king sendiripun tidak banyak berbicara lagi, dia segera melanjutkan
perjalanannya ke depan. Setelah melewati semak belukar yang lebat dan
menembusi sebuah hutan bambu, sampailah mereka di depan sebuah kompleks
perumahan. "Nah, sudah sampai!" kata Phu tian kin kemudian, "disinilah tempat tinggal
lohu." "Apakah tempat ini adalah Hoat lun tong?" tanya Kwik soat kun.
"Bukan, tempat ini adalah Kim lun tong, kalau dibilang merupakan pemimpin dari
tiga ruangan lainnya."
"Bagaimanakah hubungan antara tiga orang tongcu dari ruang Kim lun, Hoat lun
dan Hui lun?" "Kami jarang sekali berhubungan, semua tindak tanduk harus menuruti perintah
dari Seng tong." Sementara pembicaraan berlangsung, Phu thian kin telah membuka sebuah pintu.
Kwik soat kun mendongakkan kepalanya untuk mencoba memperhatikan keadaan
disekitar tempat itu, ternyata yang dimaksudkan sebagai ruangan Kim lun tong
tidak jauh berbeda dengan sebuah bangunan biasa. Hanya bedanya dengan
466 bangunan biasa adalah bangunan yang terbesar dipaling depan tampaknya
digunakan sebagai balai pertemuan.
Suasana ruangan itu gelap gulita tidak nampak cahaya, tapi Phu thian king hapal
sekali dengan tempat itu, dengan cepat dia menghampiri sebuah meja dan
memasang lentera, setelah itu baru katanya. "Tentunya kalian berdua merasa
keheranan bukan, mengapa ruangan Kim lun tong ku ini begitu sederhana dan
biasa tanpa sesuatu keistimewaan?"
"Mungkin sejak Sam seng bun didirikan tempat ini belum pernah mendapat
serangan dari luar?" kata Kwik soat kun.
"Betul, tempat ini sesungguhnya merupakan suatu tempat yang amat strategis, bila
diberi perubahan sedikit saja dengan tenaga manusia, maka tempat ini akan
merupakan suatu tempat rahasia yang tidak gampang diserbu orang."
Meminjam cahaya lentera, Buyung Im Seng mencoba untuk memperhatikan
sekejap sekeliling ruangan itu. Tampak pada kedua belah sisi ruangan itu
terdapat dua buah rak kayu tempat menyimpan senjata, baik golok, pedang, tombak, ruyung
maupun senjata kaitan, semuanya komplit tersedia disana.
Kecuali dua buah rak kayu yang penuh berisikan senjata tajam itu, terdapat pula
beberapa puluh buah kursi. Dekorasinya amat sederhana dan bersahaja.
Setelah tertawa hambar, Phu thian kin berkata. "Nama besar perguruan Tiga
malaikat amat termashur di dunia, tapi orang tak akan menyangka kalau orang
Kim lun tong dalam perguruan Tiga malaikat sesungguhnya suatu tempat yang
begini sederhana, cuma selain ruangan Seng tong, lohu masih mempunyai suatu
alamat lain, tempat itu boleh dibilang merupakan suatu tempat yang megah dan
mewah sekali." "Apkah ketiga orang tongcu dari ketiga ruangan ini masing masing mempunyai
tempat tinggal diluar kantor?"
"Betul, setiap bangunan yang berada disini baik soal corak maupun dalam dekorasi
tak boleh melebihi kemegahan dari ruang Seng tong itu sendiri."
"Boanpwe mempunyai sepatah kata yang rasanya kurang pantas untuk diutarakan,
bila kuucapkan nanti harap locianpwe jangan marah." Kata Kwik soat kun.
"Katakan saja, tak mengapa."
"Di bawah ruangan Kim lun tong ini, seluruhnya terdapat berapa orang anak
buah?" "Yang termasuk jagoan tangguh ada tiga puluh orangan, tapi kalau dihitung
dengan pelayan, pengawal dan anak buah, paling tidak jumlahnya mencapai ribuan
orang." "Apakah mereka semua berada disini?"
"Kebanyakan berdiam diluar kantor Kim lun tong."
"Yang ada disini?"
"Mungkin enam sampai tujuh puluh orang."
467 "Aaah, itulah dia." Seru Buyung Im Seng tiba2. "tak heran kalau orang persilatan
sukar untuk menemukan letak yang sebenarnya dari Lembah tiga malaikat ini,
rupanya kalian masing2 pihak saling mendirikan kekuasaan ditempat luar."
Phu Thian king menghela napas panjang. "Yang paling penting adalah beberapa
orang utusan serta sekawanan huhoat dari ruang Seng tong, kerap kali membangun
istana ditempat luaran untuk saling mengembangkan kekuasaan, sehingga hal ini
menimbulkan suatu anggapan yang salah dari kaum persilatan, di istara2 semacam
itu mungkin dalam satu atau setengah tahun lagi akan terbengkalai semua."
Ketika Kwik soat kun mendengar apa yang dibicarakan kedua orang itu sama
sekali tak ada sangkut pautnya dengan persoalan yang mereka hadapi sekarang,
tak tahan segera berkata. "Bagaimanakah ilmu silat yang dimiliki ke enam tujuh
puluh orang yang berada disini ini?"
"Mereka yang boleh dianggap sebagai jagoan lihai hanya belasan orang saja,
sedangkan sisianya meski terhitung jago kelas tiga atau empat, namun mereka
melatih semacam ilmu kerja sama yang lihai, dengan gabungan kekuatan empat
lima orang diantara mereka, masih cukup mampu untuk menahan serangan dari
seorang jago lihai."
"Apakah orang2 ini adalah orang kepercayaanmu, menuruti perintahmu dan setia
kepadamu?" "Soal itu sukar untuk dibicarakan, dihari hari biasa mereka memang menghormati
aku dan melaksanakan perintahku, tapi pada waktu itu aku adalah Kim lun tongcu,
bila saat ini mereka kusuruh berhianat terhadap Sam seng bun, apakah mereka
bersedia menuruti perintahku atau tidak hal ini masih sukar untuk dibicarakan."
"Apakah diantara orang2 itu tak ada seorang pun yang bersedia mati demi dirimu?"
"Berbicara menurut orang2 yang berada disini sekarang, lohu hanya merasa yakin
kalau tiga sampai lima orang diantaranya benar2 rela berkorban demi diriku."
"Itu berarti kecuali kita bisa membohongi pihak Seng tong sesungguhnya tidak
mempunyai kekuatan untuk melawan pihat Seng tong."
"Lohu pernah menguatirkan tentang soal ini, itulah sebabnya aku lantas mencari
akal lain." "Apa akalmu itu?"
"Lohu bermaksud untuk memilih dua orang diantara orang2 kepercayaanku dengan
menggunakan cara menyaru muka, mereka menjadi kalian berdua, sedangkan
kalian berdua menyaru menjadi mereka dan menyelundup keluar dari Kim lun tong
ini, kemudian lohu akan berusaha mengabarkan kepada Lian Giok seng dan Im Cu
siu agar membantu kalian berdua meninggalkan tempat ini."
"Aku rasa cara ini kurang begitu baik."
"Bagaimana tidak baiknya?"
"Aku rasa penjagaan yang diatur disekitar ruangan Seng tong pasti ketat sekali,
untuk berlalu lalang pasti ada kata sandi, padalah kami tidak tahu, bukankah hal
ini akan lebih mudah diketahui oleh orang lain?"
468 "Yaa, malahan bisa jadi akan menyeret locianpwe kedalam persoalan ini." Sambung
Buyung Im Seng. "Keselamatan lohu tak perlu kalian berdua pikirkan, setelah kuambil keputusan
untuk berkhianat terhadap Seng tong, sejak itu pula aku sudah dipastikan akan
mati, dalam dunia ini tiada tempat yang aman lagi bagiku, maka lohu telah
persiapkan obat racun bunuh diri, bilamana perlu lohu akan menelan racun itu
untuk menghabisi nyawaku sendiri."
"Soal ini mana bisa membuat boanpwe merasa tentram?" keluh Buyung Im Seng.
Phu thian king segera tertawa terbahak2. "Haa... haa... dalam kehidupan lohu
selama ini sentah berapa banyak kejahatan yang telah kulakukan, dan entah
berapa orang yang telah kubunuh, jika dibilang hukum karma itu berlaku bagi
umat manusia, maka kematianku merupakan suatu karma yang sudah seharusnya
kuterima." "Mengapa Locianpwe tak meninggalkan kehidupanmu itu untuk melakukan suatu
perbuatan yang berguana...?"
"Kalian berdua tak usah kuatir, sekalipun lihu ada niat untuk bunuh diri, bila
keadaan tidak mendesak dan harapan tidak punah sama sekali lohu takkan
melakukannya, selama lohu masih berkesempatan untuk melakukan pertarungan,
selembar jiwaku tetap akan kupertahankan dengan segala cara."
Setelah berhenti sebentar, kembali dia berkata. "Sekarang bukan saatnya untuk
berdebat, bila kalian berdua tidak menolak, turutilah perkataan lohu itu."
"Kecuali cara tsb, apakah masih ada cara lainnya?" tanya Buyung Im Seng.
"Lohu tidak berhasil menemukan cara lain yang lebih baik lagi, bila kalian
berdua bersedia lohu akan segera mengundang mereka datang."
"Aku kuatir ilmu menyaru muka yang biasa mungkin tak akan mengelabui orang2
ruang Seng tong." "Dalam keadaan seperti ini, rasanya sulit buat menemukan suatu cara yang paling
baik, kalau dibilang cara paling sempurna yang bisa ditemukan, rasanya cuma cara
ini saja." Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im Seng, kemudian melanjutkan.
"Selama ribuan tahun, dalam dunia persilatan dengan banyak bermunculan
pendekar hebat, namun tak seorangpun yang bisa dibandingkan dengan ayahmu,
menurut apa yang lohu ketahui, dalam generasi kami, entah dia berasal dari
golongan lurus atau sesat, bila membicarakan tentang ayahmu, mereka pasti akan
menunjukkan perasaan kagum."
Sesudah menarik napas panjang, lanjutnya. "Dia telah menolong banyak sekali
manusia didunia ini, entah orang itu baik atau jahat, asal dosanya tidak kelewat
batas ia selalu bersedia memberi suatu kesempatan guna bertobat dan memperbaiki
kesalahannya, belum pernah dia bunuh orang secara ngawur, sebagai contohnya
adalah lohu sendiri, sudah tiga kali dia menolong jiwaku. Pertama kalinya lohu
sama sekali tidak berterima kasih kepadanya, kuanggap dia menolongku karena
ingin mencari nama dan membuat tenar nama besarnya, tapi ketika dia
menolongku untuk kedua kalinya mau tak mau aku harus berterima kasih
469 kepadanya, waktu itu aku masih berpikir perbuatan Buyung Tiang kim menolong


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Phu Thian king pasti sudah akan tersiar dengan cepat kedalam dunia persilatan."
"Bagaimana kemudian?" tanya Kwik soat kun kemudian.
"Setelah kejadian itu, ternyata tak seorang manusiapun dalam dunia persilatan
yang mengetahui akan peristiwa tsb. Hal ini berarti perbuatan Buyung tayhiap
menolong diriku sama sekali tak diketahui oleh seorang manusiapun, siapa tahu
dia masih menolongku untuk ketiga kalinya. Ditolong satu kali saja, budi tersebut
sudah menumpuk bagaikan bukit, apalagi sebanyak tiga kali" Bila ayahmu tidak
menolongku dulu, hari ini apakah Phu thian king masih bisa bernapas?"
"Jadi kau hendak membalas budi pertolongan dari ayahku itu kepada diri
boanpwe?" kata Buyung Im Seng.
"Aku berbicara kembali tentang peristiwa lama, tujuannya hanya berharap agar
kongcu tak usah menguatirkan tentang keselamatanku. Apalagi peristiwa telah
berkembang menjadi begini, sekalipun aku tidak menolong kalian berdeua pun aku
tak akan memperoleh pengertian lagi dari pihak Seng tong."
"Kalau memang begitu, kami akan menurut perintahmu." Ucap Kwik soat kun
kemudian. Pada saat itulah, mendadak terdengar bunyi sumpritan bambu berkumandang
datang. Paras muka Phu thian kin segera berubah hebat, serunya dengan cepat. "Mungkin
pihak Seng tong sudah mengirim orang untuk datang mencari kesini."
Kemudian setelah termenung sesaat. "Keponakan Buyung, lohu teringat akan satu
persoalan..." "Persoalan apa?" "Kalian berdua tak usah menyamar lagi." "Mengapa?"
"Jika kalian berdua harus menyamar, itu berarti hanya mengandalkan kekuatan
aku Phu thian king seorang yang mesti melindungi kalian berdua, sebaliknya jika
Buyung kongcu tak menyaru, paling tidak Lian Giok seng dan Im Cu siu pasti akan
membantu dengan sekuat tenga, oleh karena itu aku percaya dalam ruang Seng
tong masih terdapat banyak orang yang pernah mendapat budi kebaikan dari
ayahmu dan aku yakin jika asal usulmu sudah tersiar luas, orang akan
membantumu secara diam2 tentunya masih banyak sekali."
Mendadak dia berseru keras. "Siapa yang sedang bertuga?"
Bayangan manusia berkelebat lewat, seorang pemuda berbaju hitam yang
menyoren pedang dipunggungnya mucul dari luar.
"Hamba yang bertuga!" jawabnya seraya menjura.
"Baik, kumpulkan semua orang yang berada dalam ruangan dan katakan kalau
Tongcu ada urusan." Pemuda itu mengiakan, dengan langkah lebar dia segera berjalan. Tak selang
berapa saat kemudian, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dalam waktu
singkat dalam ruangan itu telah berkumpul dua tiga puluhan orang.
470 Setajam sembilu pelan2 Phu thian king menyapu sekejap kawanan jago yang hadir
dalam ruangan, lalu ujarnya dingin. "Siapkan senjata masing2!"
Para jago mengiakan, masing2 segera mengeluarkan senjata andalannya.
Kemudian Phu thian king berkata. "Kalian berjaga jagalah disetiap jalan masuk
serta tempat penting yang berada disekitar tempat ini, sebelum mendapat
perintahku siapapun dilarang memasuki tempat ini, barang siapa berani
membangkang hukum mati...!"
Tampak seorang kakek berjubah abu2 segera bangkit sambil memberi hormat,
katanya. "Hamba ada urusan hendak tanyakan kepada Tongcu"
"Ada urusan apa?"
"Seandainya yang datang adalah huhoat dari ruang Seng tong, apa yang mesti kami
lakukan?" "Entah siapapun orangnya, barang siapa yang berani membangkang, sekali lagi
kuulangi, hukum mati mereka!"
Selesai berkata dia lantas memberi tanda para jago segera mengundurkan diri dari
situ. Dalam waktu singkat dua tiga puluhan orang itu sudah berlalu, dalam
ruanganpun tinggal Buyung Im Seng, Kwik soat kun serta pemuda berbaju hitam
itu. Dengan wajah serius Phu thian khing memandang kearah pemuda itu, lalu
katanya. "Kau segera undang datang delapan jago pelindung pribadiku, suruh
mereka berjaga-jaga diluar ruangan Kim lun tong, entah siapapun sebelum
mendapat perintahku dilarang mengundurkan diri, siapa berani membangkang
hukum mati." Pemuda itu nampak agak ragu, akhirnya diapun membalikkan badan dan berlalu.
Sepeninggal anak buahnya, Phu thian king baru menyeka air keringat yang masih
membasahi jidatnya, dengan pelan2 dia merogoh kedalam sakunya dan
mengerluarkan sebuah roda dari emas, sambil diberikan kepada Buyung Im Seng
katanya. "Inilah tanda kekuasaan roda emasku, setiap anggota Kim lun tong yang berjumpa
dengan tanda ini akan menuruti perintahmu padalah anggota kami mencapai
ribuan orang, bila dihitung dengan kaum keroconya mungkin mencapai puluhan
ribu orang, mungkin tanda perintah roda emas itu akan berguna bagimu, baik
baiklah kau terima."
"Locianpwe, kau yang bawapun sama saja." Ucap Buyung Im Seng.
"Menurut apa yang kuketahui, barang siapa berani menghianati perguruan Sam
seng bun, entah bagaimanapun lihainya kepandaian silat yang dia miliki, tak
seorangpun dapat lolos dalam keadaan hidup."
"Jika locianpwe sampai tertimpa sesuatu yang tak diinginkan, kami toh sama saja
takkan terlepas dari musibah ini."
"Keponakan Buyung, dengarkanlah perkataanku."
"Boanpwe akan mendengarkan."
471 "Aku akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk melawan orang2 Seng tong,
sebaiknya kau tak perlu untuk berjuang mati matian bersamaku, kau harus
memahami maksud dan tujuanku adalah melindungi kalian berdua, kau harus
cepat pergi tak usah kau risaukan tentang keselamatan jiwaku."
"Kami merasa asing sekali dengan tempat ini sekalipun meninggalkan tempat ini
belum tentu bisa hidup terus, mengapa locianpwe tak bersedia meninggalkan
tempat ini bersama kami."
"Bila aku bertahan disini, mungkin serbuan orang2 Seng tong masih bisa
terbendung untuk sementara waktu, sebaliknya jika aku pergi orang2 itu akan
menjadi naga tampa kepala, aku kuatir kalau mereka tak akan sanggup untuk
menahan serbuan dari para Huhoat dari ruang pusat."
Setelah menghela napas panjang lanjutnya. "Satu menit aku bisa bertahan, berarti
pula kalian punya kesempatan selama satu menit untuk melarikan diri."
"Mengapa kalian tidak pergi dulu mumpung pihak ruang pusat belum mengetahui
hal ini?" "Tidak bisa" kata Phu thian king sambil menggelengkan kepalanya, "Sebelum pihak
Seng tong melakukan suatu gerakan, bahkan kalian pun tak dapat pergi dari sini."
"Mengapa?" "Jika pihak Seng tong melakukan suatu gerakan, Lian Giok seng dan Im cu siu
pasti akan tahu dan merekapun pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk
membantu kalian secara diam-diam. Sebaliknya bila persoalan ini bisa terkelabui
untuk sementara waktu dan mereka tahu kalau kau berada dalam ruanganku,
sudah pasti mereka tidak akan melakukan sesuatu gerakan apa-apa, sebagai
anggota Seng tong mereka lebih banyak bergerak terhadap setiap orang dan setiap
persoalan yang ada sini jauh lebih hapal dari pada diriku, aku pikir mereka
pasti sudah mempersiapkan segala sesuatunya bagi kalian"
Sembari berkata dia lantas mengangsurkan tanda perintah Kiam lun tsb kepada
Buyung Im Seng. Terpaksa anak muda itu menerimanya dan menyimpan kedalam
saku, kemudian katanya. (Bersambung ke jilid 24) 472 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 24 BAIKLAH LOCIANPWE, akan boanpwe simpankan buat sementara waktu
dikemudian hari tentu akan kuserahkan kembali kepada Locianpwe."
"Bila kau dapat manfaatkan benda tersebut manfaatkanlah sekehendak hatimu"
kata Thian khing, "Bila aku masih dapat lolos dari sini dalam keadaan selamat,
rasanya benda tersebut sudah tak dibutuhkan lagi ......"
Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan :
"Ketiga orang Seng-cu tersebut merupakan orangorang yang suka mencari
menangnya sendiri, mustahil mereka akan menyiarkan penghianatanku terhadap
Sam seng bun kedalam dunia persilatan, mungkin dengan keadaan seperti ini,
lencana roda emas itu masih dapat kami manfaatkan untuk sementara waktu,
Cuma, aku lihat kau kelewat jujur tak tahu menggunakan kelicikan, moga-moga
nona Kwik sudi memberi petunjuk."
"Akan boanpwe laksanakan ajaran tersebut." Kwik Soat kun segera mengiakan.
Sementara itu, si pemuda berbaju hitam yang menggembol pedang telah menyusup
masuk lagi secara tiba-tiba, setelah memberi hormat katanya.
"Delapan orang gagah pelindung junjungan telah menyebarkan diri berjaga-jaga
diluar istana Kim lun tong."
473 Phu Thian Khing manggut-manggut, belum sempat dia menjawab, suara bentrokan
senjata tajam telah berkumandang dari luar istana, dalam kegelapan malam, suara
itu kedengaran sangat nyaring.
"Dari pihak Seng tong telah ada orang kemari" Kwik Soat Kun segera berbisik.
"Cepat atau lambat, memang bakal terjadi pertarungan semacam ini." Kata Phu
Thian Khing dengan wajah serius.
Dia menyambar sebilah golok dari atas rak senjata, kemudian lanjutnya.
"Harap kalian berdua menyiapkan senjata pula!"
Kwik Soat kun dan Buyung Im seng segera mengambil sebilah pedang dan disoren
pada pinggannya. "Sebentar, bila kalian berdua harus bertaruh melawan musuh jangan sekali-kali
turun tangan dengan belas kasihan....." kembali Phu Thian King menambahkan.
Belum habis dia berkata, mendadak ......" Blaammmm !" suara benturan senjata
tajam telah berkumandang dari luar ruangan.
Tampaknya sudah ada orang yang berhasil menmbusi hadangan yang berlapis-lapis
dan berhasil menyusup keluar gedung Kim lun tong.
Menyaksikan hal itu, Kwik Soat kun segera berpikir didalam hati kecilnya.
"Ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat lihay, cepat sekali kedatangannya!"
Terdengar bentrokan senjata tajam memecahkan keheningan, lalu terdengar
seseorang menjerit kesakitan, rupanya ada orang telah terluka parah.
Phu Thian khing segera menenteng goloknya melangkah keluar menuju keluar
gedung. Siapa tahu, baru saja dia menggerakkan tubuhnya untuk melangkah keluar,
nampak bayangan manusia berkelebat lewat, seorang pemuda berbaju putih
melompat masuk kedalam ruangan.
Tampak dia membawa sebilah pedang yang penuh berlepotan darah, titik-titik
darah masih menetes tiada hentinya.
Keadannya waktu itu benar-benar menggidikan hati siapa yang melihatnya.
474 ooOoo BAGIAN KE TIGA PULUH EMPAT
PHU THIAN KING tertawa dingin tiada hentinya, katanya.
"Heeehh ..... heehh .... Heehh .... Aku kira siapa yang dating, rupnya Thio heng
yang telah berkunjung kemari, tak heran kalau mereka semua menghalangi
dirimu." Dengan pandangan dingin pemuda berbaju putih memandang sekejap ke arah
Buyung Im seng serta Kwik Soat kun, lalu ujarnya.
"Siapakah lelaki dan perempuan ini ?"
"Siapa pula yang sedang kau cari ?" Phu Thian khing balas menegur dengan suara
dingin. "Aku mendapat perintah dari Seng tong untuk membekuk kembali dua orang
tawanan yang kabur."
"Kalau begitu saudara tidak salah mencari, walaupun pihak Seng tong menuduh
mereka berdua sebagai buronan, tapi tahukah kau asal usul mereka yang
sebenarnya ?" "Aku tak ingin tahu."
"Tapi aku harus menerangkannya juga kepadamu."
Sambil memandang ke arah Buyung Im seng, dia melanjutkan:
"Dia adalah Buyung Im seng, putra kesayangan Buyung Tiang kim tayhiap..."
"Kalau anaknya Buyung Tiang kim, lantas kenapa ?" dengus orang berbaju putih
itu. Dengan wajah serius Phu Thian khing berkata.
Buyung tayhiap adalah seorang toa enghiong yang disegani dan dihormati oleh
setiap umat persilatan, kau berani bicara kurang hormat kepadanya... ?"
Tiba-tiba orang berbaju putih itu menundukkan kepalanya sambil termenung
sebentar, kemudian pelan-pelan menjawab.
"Sekalipun Buyung Tiang kim mempunyai banyak hal yang patut dihormati namun
Buyung kongcu bukanlah Buyung Tiang kim, harap saudara Phu maafkan siaute
bila terpaksa mesti bertindak kasar."
Tiba-tiba dia maju menghampiri Buyung Im seng, kemudian ujarnya dengan suara
dingin. "Saudara, bila kau tidak segera menyerahkan diri untuk dibelenggu, silahkan
untuk meloloskan senjata...."
475 Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke arah Phu Thian khing
kemudian pelan-pelan meloloskan pedangnya.
Dengan suara dingin kembali orang berbaju putih itu berkata.
"Senjata tak bermata, bila pertarungan sampai berkobar maka siapa luka siapa
tewas pasti tak bisa dihindari, cuma kau tak usah kuatir, paling tidak aku hanya
melukai dirimu, tak sampai merenggut selembar jiwamu."
Phu Thian khing mengayunkan goloknya dan... Sreet, sreet ! secara beruntun
melancarkan dua buah bacokan kilat yang memaksa orang berbaju putih itu
terdesak mundur dua langkah.
"Tidak sulit bila saudara Thio ingin bertarung melawan Buyung kongcu. Cuma, kau
mesti menangkan dulu golok di tanganku."
Orang berbaju putihpun tidak banyak bicara, dia segera menggerakkan senjatanya,
mendadak saja tampak selapis cahaya pedang berkilauan di udara, lalu dengan
merubah diri menjadi titik-titik cahaya tajam langsung menyerang tubuh Thian
khing. Phu Thian khing tak mau menyerah begitu saja, dia segera menggerakkan goloknya
sambil melancarkan serangan balasan, seketika itu juga berkobarlah suatu
pertarungan yang amat seru.
Dengan tatapan mata yang sangat dingin sekali, Buyung Im seng memperhatikan
jalannya pertarungan dari sisi arena, dia menjumpai jurus pedang yang digunakan
orang berbaju putih itu amat cepat dan lincah, benar-benar jarang dijumpai di
dunia ini, setiap kali dia telah melancarkan serangan sebanyak tiga kali, Phu
Thian khing baru sempat membalas dengan sebuah bacokan golok.
Walaupun begitu, permainan golok Phu Thian khing amat mantap dan bertenaga,
sekalipun masih belum mampu untuk menandingi kelincahan serta kecepatan
gerak ilmu pedang dari orang berbaju putih itu, namun pertahanannya boleh
dibilang amat ketat. Bagaimanapun cepatnya serangan pedang dari orang berbaju putih itu, namun dia
selalu gagal untuk menembusi lapisan golok yang melindungi sekeliling badan Phu
Thian khing. Pertarungan yang berlangsung dalam ruangan berkobar dengan serunya, tampak
cahaya golok bayangan pedang menyelimuti wilayah seluas berapa kaki lebih,
sementara benturan senjata tajam di luar ruangan pun berkumandang makin
nyaring. Jelas, di luar ruanganpun sedang dilangsungkan suatu pertarungan yang tak kalah
serunya. "Saudara Buyung" dengan suara pelan Kwik Soat kun segera berbisik, "situasinya
telah berkembang sampai suatu detik yang tak dapat di ulur lagi, rasanya kitapun
tak usah terlalu menuruti peraturan dunia persilatan lagi..."
Buyung Im seng mengangguk, sambil menggetarkan pedangnya dia berkata cepat.
"Phu locianpwe, boanpwe akan datang membantu !"
Dia segera menerjang ke depan dan turut menyerang si orang berbaju putih itu.
476 Melihat datangnya serangan tersebut, orang berbaju putih itu segera tertawa
terbahak-bahak, permainan pedangnya diperketat dan dia menghadapi serangan
gabungan dari kedua orang itu dengan serius.
Ilmu pedang yang dimilikinya sungguh hebat dan luar biasa, sekalipun harus
menghadapi pula serangan gencar Buyung Im seng, namun dia tetap lebih banyak
melancarkan serangan dari pada bertahan, posisinya jauh lebih menguntungkan.


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejak menerima warisan ilmu pukulan dan ilmu pedang peninggalan ayahnya,
hingga kini Buyung Im seng tak pernah bertarung secara sungguh-sungguh
melawan orang lain, begitu mendapat kesempatan untuk melangsungkan
pertarungan, dengan cepat dia mengembangkan ilmu pedang yang pernah
dipelajarinya itu. Seluruh perhatian dan pikirannya dipusatkan ke ujung pedang, terhadap situasi
pertarungan disekitar arena boleh dibilang seakan-akan tak acuh sama sekali.
Sekalipun demikian, ilmu pedang hasil ciptaan Buyung Tiang kim yang menyerap
inti sari ilmu pedang dari pelbagai aliran perguruan di dunia itu justru semakin
menunjukkan kehebatannya.
Benar baru pertama kali ini Buyung Im seng mempraktekkan kepandaian tersebut
sehingga semua kelihaiannya belum dapat dipergunakan sebaiknya, namun orang
berbaju putih itu makin lama merasakan daya tekanan yang menindih badannya
makin berat. Pada mulanya pertarungan masih belum terasa seberapa, setelah dua puluh jurus
kemudian, ilmu pedang Buyung Im seng semakin berkembang, bagaikan awan
putih yang menyelimuti angkasa saja, hawa pedang membentuk lingkaran cahaya
yang makin lama makin membesar.
Menghadapi keadaan seperti ini permainan pedang si orang berbaju putih yang
lebih mengutamakan kecepatan gerak itu lambat laun semakin terdesak dan
semakin sempit lingkaran pengaruhnya.
Seolah-olah terbelenggu oleh suatu kekuatan yang tak berwujud, perubahan gerak
tubuhnya serta sistem pertahanan dan pengerahan tenaganya sukar untuk
mengikuti kehendak niat sendiri.
Rupanya permainan pedang Buyung Im seng selalu berhasil merebut posisi yang
lebih menguntungkan, membuat perubahan jurus pedang orang berbaju putih
makin lama semakin kacau balau.
Pada saat itulah Phu Thian khing merasakan juga timbulnya suatu kekuatan yang
maha besar yang memaksa permainan goloknya tak sanggup dikembangkan lebih
jauh. Daya pengaruh yang besar itu datangnya bukan dari pihak lawan melainkan dari
permainan pedang Buyung Im seng makin lama semakin berkembang sehingga
terbentuklah suatu kekuatan yang maha besar dan kuat.
Dalam pertarungan, gerakan golok yang semula menyelimuti suatu ruangan gerak
yang amat besar, lambat laun semakin mengecil sehingga akhirnya Phu Thian
khing merasa bahwa kehadirannya dalam pertarungan tersebut sama sekali tak
477 ada artinya lagi, malahan besar kemungkinan akan mempengaruhi perubahan
jurus pedang dari Buyung Im seng.
Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia menarik kembali serangannya
sambil mundur. Sementara itu Buyung Im seng sendiri semakin lancar mempergunakan ilmu
pedangnya sesudah melalui suatu pertarungan yang sengit, bagus di dalam hal
perasaan maupun permainan, dia sudah dapat menyesuaikan diri dengan
sebaikbaiknya dengan perubahan jurus pedang itu.
Maka diapun lantas memiliki sisa kekuatan untuk mulai dan memperhatikan
perubahan situasi pertarungan ditengah arena.
"Tapi justru demikian, permainan ilmu pedang yang meliputi inti sari ilmu pedang
pelbagai aliran ini justru memancarkan kekuatan serta pengaruh yang lebih jauh
lebih besar. Permainan pedang si orang berbaju putih yang lincah dan cepat itu seolah-olah
sudah ketinggalan jaman, bagaikan seekor binatang buas yang dikurung dalam
terali besi saja, meski sudah menerjang kesana kemari, namun belum berhasil juga
untuk meloloskan diri dari kurungan.
Menyaksikan permainan pedang Buyung Im seng yang begitu dahsyat dan
mengagumkan itu tanpa terasa Phu Thiang khing segera bergumam.
"Betul-betul suatu permainan ilmu pedang yang luar biasa, betul-betul suatu
permainan pedang yang hebat."
"Locianpwe, ilmu pedang apakah yang kau maksudkan ?" Kwik Soat kun menegur.
"Yang kumaksudkan adalah permainan pedang Buyung Im seng, jurus serangan itu
benar-benar merupakan jurus pedang yang dipergunakan Buyung tayhiap dimasa
lalu." Mendadak terdengar orang berbaju putih itu membentak keras, secara ketat dia
lepaskan tiga buah serangan berantai, kemudian hardiknya.
"Tahan !" Buyung Im seng segera menghentikan permainan pedangnya sambil menegur.
"Saudara, kau ada petunjuk apa ?"
"Kau benar-benar adalah Buyung kongcu ?"
"Sebagai putra manusia, buat apa aku mesti mencatut nama orang lainnya." jawab
Buyung Im seng dingin. "Menurut apa yang kuketahui, Buyung tayhiap tidak berputera putri, maka dari
itu, sewaktu dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan munculnya
seorang Buyung kongcu untuk membalaskan dendam kematian ayahnya, aku sama
sekali tidak memikirkannya dihati, akan tetapi setelah kusaksikan permainan
pedangmu sekarang, terbukti sudah bahwa ilmu pedang itu benar-benar adalah
ilmu pedang ciptaan Buyung tayhiap."
478 Tergerak juga hati Buyung Im seng setelah mendengar perkataan itu, pikirnya.
"Kalau didengar dari ucapannya itu, agaknya dia mengenal sekali dengan ayahku."
Berpikir demikian, diapun berkata.
"Bagaimana sekarang " Kau sudah percaya ?"
"Masih sulit untuk membuatku percaya, karena sekalipun bukan Buyung kongcu,
orang juga dapat mempelajari pedang warisan Buyung Tiang kim...."
"Bila kau memang tidak percaya, buat apa kita mesti banyak berbicara lagi "
Hayolah kita lanjutkan pertarungan yang belum selesai !"
Orang berbaju putih itu mencoba untuk pasang telinga dan memperhatikan
keadaan disekitar tempat itu secara seksama, dirasakan suara bentrokan senjata
yang sedang berkumandang di luar gedung makin lama semakin santer, jelas
pertarungan yang sedang berlangsung di luar sana telah mencapai puncaknya.
Dengan suara rendah Kwik Soat kun segera berbisik.
"Dia sedang menggunakan taktik mengulur waktu sambil menunggu datangnya
bala bantuan, Saudara Buyung, kau tak boleh menuruti kemauannya."
Sementara itu orang berbaju putih itu telah berkata lagi.
"Seandainya engkau mempunyai cara untuk membuktikan bahwa kau adalah
Buyung kongcu, lebih baik segera perlihatkan bukti tersebut kepadaku, betul kau
mewarisi ilmu silat dari Buyung Tiang tayhiap, bukan berarti kau bisa merenggut
nyawaku, bila kau bertahan mati-matian, paling tidak kita melangsungkan
pertarungan sebanyak dua tiga ratus gebrakan lagi sebelum menang kalah bisa
ditentukan." "Aku tidak mengerti, bukti tersebut akan mendatangkan manfaat apa bagi diriku ?"
"Besar sekali manfaatnya, bila benar-benar kau Buyung kongcu, keadaannya akan
sama sekali berbeda."
"Aku bersedia mendengarkan penjelasanmu."
Dengan wajah serius orang berbaju putih itu berkata.
"Bila kau dapat membuat aku percaya bahwa kau adalah Buyung kongcu,
keadaannya akan mengalami perubahan yang besar sekali."
"Apa yang kau kehendaki sehingga mau percaya ?"
"Bila kau dapat menunjukkan suatu kode rahasia di atas badanmu, aku baru
mempercayainya." Setelah tertawa, dia melanjutkan.
"Seandainya kau adalah Buyung kongcu asli, aku percaya kau tak akan
menyebutkan kode rahasia yang palsu di atas badanmu, karena dengan cepat aku
dapat mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya."
"Darimana kau bisa tahu ?"
"Maaf tak dapat kuungkapkan sekarang..."
479 Mendadak orang berbaju putih itu memperkeras suaranya sambil menegur keraskeras.
"Sebenarnya kau ini Buyung Im seng apa bukan ?"
"Kenapa tidak " Tapi bila kau tidak jelas alasannya, akupun tak akan mengatakan
apa-apa" jawab pemuda itu dengan dingin.
Belum habis dia berkata, sesosok bayangan manusia berkelebat lari lewat, seorang
lelaki berbaju hitam secepat sambaran kilat telah menerobos masuk ke dalam
ruangan gedung. Orang itu membawa pedang berkait yang aneh sekali bentuknya.
Begitu sampai di dalam ruangan, lelaki itu memandang sekejap ke arah orang
berbaju putih itu, kemudian katanya.
"Thin heng, bala bantuan telah datang secara besar-besaran...."
Kemudian sambil menatap wajah Buyung Im seng, dia menambahkan.
"Diakah Buyung kongcu ?"
"Benar" orang berbaju putih itu mengangguk.
Mendadak ia membalikkan tangannya sambil melancarkan serangan, tahu-tahu
orang berbaju hitam itu sudah roboh terkapar di atas tanah dalam keadaan tak
bernyawa lagi. Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, dalam keadaan sama sekali
tak siap, orang berbaju hitam itu segera kena tertusuk dadanya hingga tembus dan
tewas seketika. Kejadian ini tentu saja membuat Buyung Im seng tertegun.
"Kau..." "Sekarang, tentunya kau sudah dapat menerangkan ciri rahasiamu bukan ?" tukas
orang berbaju putih itu dingin.
"Saudara, kau mendesakku terus menerus, sesungguhnya apa maksud tujuanmu
yang sebenarnya ?" Buyung Im seng bertanya dengan wajah keheranan.
"Karena di dunia ini banyak terdapat orang-orang yang mencatut nama Buyung
kongcu, bila sekali bertindak gegabah, niscaya akan mudah masuk perangkap."
"Apa enaknya menjadi Buyung kongcu " Dimana saja dia berada, yang datang
selalu bencana, pembunuhan dan usaha yang tiada habisnya...."
"Benar, tapi banyak orang juga yang berusaha dengan sepenuh tenaga untuk
melindungi keselamatannya, entah menang entah kalah, mereka akan berbakti
dengan mati-matian. Padahal orang-orang itu adalah mereka yang pernah
menerima budi kebaikan dari Buyung Tiang kim. Justru budi kebaikan dari
Buyung Tiang kim itulah, Buyung kongcu memperoleh manfaat dan bantuan dari
banyak orang. Meski benar, kehadirannya selalu menimbulkan pelbagai persoalan
dan kejadian, tapi kenyataannya semakin banyak kesulitan yang dijumpai, semakin
banyak pula yang secara diam-diam melindungi keselamatannya."
480 "Dan kau adalah salah seorang diantaranya ?" sela Kwik Soat kun dengan suara
dalam. "Justru karena itulah aku harus bertanya sampai jelas, aku tak ingin menyerempet
bahaya dan mengorbankan tenaga dan pikiran sendiri demi membela seorang
Buyung kongcu gadungan."
Mendengar sampai di situ, Buyung Im seng lantas berkata.
"Tindakan orang ini dalam membunuh rekannya tadi, jelas bukan dilakukan secara
berputar-putar, sejak tadi dia menanyakan terus ciri rahasia di badanku, mungkin
itulah tujuannya untuk membuktikan keaslianku...."
Berpikir demikian, diapun lantas berkata.
"Ciri rahasiaku berada dimata kaki sebelah kiri."
"Kau benar Buyung Im seng atau bukan, aku percaya dapat membuktikannya."
"Betul, toh urusan di kemudian hari, seandainya pada suatu hari kau benar-benar
dapat membuktikan identitasku yang sebenarnya, entah aku benar adalah Buyung
Im seng atau bukan, yang pasti aku sama saja akan berterima kasih kepadamu.
Tapi sekarang apa yang anda siap lakukan ?"
"Aku bernama Koey kiam (pedang cepat) Thio Kin, setelah kau berani
mengungkapkan ciri rahasia di atas badanmu, terpaksa untuk sementara
waktupun akan kupercayai dirimu sebagai Buyung kongcu."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Phu Thian khing, kemudian melanjutkan.
"Harap saudara Phu suka melindungi Buyung kongcu, siaute akan membersihkan
jalan keluar." Tidak menunggu jawaban dari orang itu lagi, dia segera membalikkan badannya
dan berjalan keluar gedung. Sementara itu suara bentrokan senjata yang
berlangsung di luar gedung Kim lun tong berlangsung makin seru, tapi begitu
orang berbaju putih itu menampilkan diri keluar gedung, suara bentrokan senjata secara
tiba-tiba berkurang banyak, malah kerap terdengar suara jeritan yang menyayat
hati. Dengan suara lirih Phu Thian khing segera berbisik "si pedang kilat Thio Kin
benar-benar lihai sekali, kelihaiannya justru terletak dalam permainan
pedangnya, dimana ia berjumpa dengan orang yang bukan tandingannya, dengan cepat korban
akan berjatuhan tanpa ampun, meski pihak lawan baru mati bila bertarung
sebanyak ratusan gebrakan denganku, biasanya orang itu tak akan tahan
menghadapi sepuluh jurus serangan dari Thio Kin."
Ketika Buyung Im seng menyaksikan Phu Thian khing sama sekali tidak
menyinggung soal keberangkatan mereka tinggalkan tempat ini, hatinya menjadi
keheranan, diam-diam pikirnya.
"Kalau memang sekarang tidak akan pergi, akan menunggu sampai kapan lagi "
Entah apa sebabnya ternyata ia tidak menyinggung soal keberangkatan kita
meninggalkan tempat ini?"
Meski dalam hati kecilnya mempunyai banyak persoalan yang mencurigakan hati,
namun dia merasa kurang leluasa untuk banyak bertanya.
481 Agaknya Phu Thian khing dapat merasakan pula kecurigaan didalam hati Buyung
Im seng, sambil tersenyum katanya kemudian.
"Lohu percaya Liam Giok seng dan Im Cu siu pasti akan mengirim kabar beritanya
kemari dengan cepat".
Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya ke depan, dua titik cahaya tajam
segera lewat dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan.
Dua orang lelaki bersenjata pisau terbang tahu-tahu menggelinding jatuh dari
atas atap rumah. Ternyata meski dia sedang bercakap-cakap dengan Buyung Im seng, sepasang
matanya masih mengawasi perubahan di luar ruangan sana, diapun melihat
bagaimana tingkah dua orang lelaki berbaju hitam yang berhasil menerobos
pertahanan anak buahnya serta bersiap-siap melancarkan serangan itu.
Kwik Soat kun memandang sekejap ke tubuh dua orang lelaki yang terkapar di atas
tanah itu, kemudian pelan-pelan berkata:
"Phu tongcu, bila kau sudah mempunyai rencana yang matang, dan kira akan
menunggu kedatangan Loan Giok seng serta Im Cu siu untuk menjemput kita,
sepantasnyalah bila kita memberi kabar kepada si pedang cepat Thio Kin....
"Biar boanpwe yang pergi mengundangnya kembali", seru Buyung Im seng dengan
cepat. Phu Thian king segera menghalangi kepergian Buyung Im seng, katanya sambil
Manusia Yang Bisa Menghilang 2 Pendekar Hina Kelana 12 Satria Penggali Kubur Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 2

Cari Blog Ini