Ceritasilat Novel Online

Lembah Tiga Malaikat 12

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 12


tertawa. "Kau tak perlu memanggilnya lagi, asal dibiarkan membunuh beberapa orang
anggota Seng tong lagi, niscaya orang itu tak akan membalik lagi....
Buyung Im seng berseru terhadap dan segera berhenti, pikirnya dengan cepat.
"Yaa, nampaknya jahe tua memang selalu lebih pedas daripada jahe muda..."
Mendadak suara bentrokan senjata yang sedang berlangsung di luar gedung
berhenti semua secara serentak.
Paras muka Phu Thian khing segera berubah hebat.
"Aaaaah, terjadi perubahan yang besar.....", bisiknya.
Belum habis dia berkata tampak bayangan putih berkelebat lewat, si pedang cepat
Thio Kin telah melompat balik ke dalam ruang gedung.
"Saudara Thio, siapa yang datang?" Phu Thian khing segera menegur dengan cepat.
Belum sempat Thio Kin menjawab pertanyaan itu, dari luar ruangan sana telah
terdengar suara jawaban yang berat dan berwibawa.
"Aku!". Menyesal! jawaban tersebut, tampak Toa sengcu yang berkain kerudung
hitam pelan-pelan berjalan masuk ke dalam.
"Toa sengcu..?" bisik Phu Thian king tertegun.
482 Orang berkerudung hitam itu segera tertawa dingin.
"Betul memang aku!"
Setelah berhenti sebentar lanjutnya.
"Phu Thian khing, kau sebagai kaucu suatu ruangan gedung tentunya tak pernah
menerima pelayanan yang kurang baik dariku selama ini bukan?".
Kegagahan Phu Thian khing mendadak sontak hilang lenyap tak berbekas, ia
segera menundukkan kepala dan menjawab dengan cermat.
"Budi kebaikan Sengcu tak terkira besarnya"
"Hmmm, tapi kau berani menghianati aku sekarang!" dengus orang berbaju hitam
itu cepat. "Hamba pernah menerima budi pertolongan dari Buyung tayhiap dimasa lalu, budi
pertolongan yang berulang-ulang itu membuat hamba berhutang budi sebukit
kepadanya, karena itu hamba tak tega menyaksikan Buyung kongcu disekap dan
sengaja menolong sekalian".
Tergelak tawalah orang berbaju hitam itu setelah mendengar perkataan tersebut.
"Haaahhhh......haaahhh....haaahhhhh, enak benar perkataanmu itu".
"Hamba berbicara dengan sejujurnya !"
Orang berbaju hitam itu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian
ujarnya lagi. "Anggap saja jawabanmu itu memang jujur, tapi kenyataannya kau telah
menghianati perguruan kami."
"Hamba tahu salah!".
"Tahukah kau, apa hukumannya bagi mereka yang telah berkhianat dan melanggar
dosa besar?". "Kau akan urus tangan sendiri, ataukah aku yang harus turun tangan...".
Puh Thian khing termenung dan berpikir beberapa saat lamanya cuma....
"Cuma apa"..."
"Sudah banyak tahun hamba mengikuti Seng Cu betul selama ini tiada pahala yang
ku perbuat, namun suatu jasa yang telah ku sumbangkan selama ini untuk
perguruan, sebelum hamba bunuh diri untuk menebus dosa, mohon Sengcu bersedia
mengabulkan permohonan itu.
"Apa permintaan itu?"?"
"Lepaskan Buyung Im seng! bila Sengcu bersedia meluluskan, meski hamba harus
mati, hamba akan mati dengan mata meram."
Orang berbaju hitam itu memandang sekejap ke arah Buyung Im seng berdua, lalu
tegurnya. "Apakah kau hanya memohonkan pengampunan buat Buyung Im seng seorang..?"
483 Phu Thian king agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat
sahutnya: "Bila akupun ingin memohonkan permohonan bagi nona Kwik, apakah Sengcu
bersedia pula untuk mengabulkannya?"
"Aku sedang bertanya kepadamu"
Phu Thian king kembali termenung, kemudian ujarnya.
"Hamba tak berani memohon kelewat batas banyak, asal Sengcu bersedia
melepaskan Buyung Im seng hal ini sudah lebih dari cukup".
Orang berbaju hitam itupun termenung beberapa saat lamanya, kemudian ia
berkata. "Phu Thian king, sebelum kuambil suatu keputusan ingin kuajukan sebuah
pertanyaan lagi kepadamu."
"Hamba siap mendengarkan pertanyaan itu".
"Seandainya tidak kululuskan permintaanmu itu, apa yang hendak kau lakukan?"
"Jika Sengcu bersedia meluluskan permintaan hamba, maka seketika itu juga
hamba akan bunuh diri, tapi bila Sengcu tidak bersedia meluluskan, terpaksa
hamba harus memberikan perlawanan sampai titik darah penghabisan".
Orang berbaju hitam itu segera tertawa dingin.
"Heeh.. heeh...heeh... kau bermaksud hendak melakukan pertarungan melawan
diriku?" "Keadaan yang memaksa hamba untuk bertindak demikian, disebabkan hamba
sudah disudutkan hingga hamba tidak memiliki pilihan lain".
Sorot mata orang berbaju hitam itu dengan cepat dialihkan ke wajah si pedang
cepat Thio Kin, kemudian ujarnya dengan dingin.
"Berapa orang yang telah kau bunuh?"
Meski wajahnhya tertutup oleh kain kerudung hitam, namun masih mendatangkan
suatu perasaan yang menggidikkan hati bagi siapapun yang dipandangnya,
terutama sekali sepasang matanya yang memancarkan cahaya tajam, betul-betul
mencarikan bulu roma semua orang.
"Hamba telah membunuh delapan orang" jawab s ipedang cepat Thio Kiok cepat.
Kembali orang berbaju hitam itu tertawa dingin.
"Heehh... heeehhh.. heehhh.... bagus orang bayar nyawa, hutang benda bayar uang,
apa yang siap kau lakukan?".
"Dimasa lampau hamba pernah menerima budi kebaikan Buyung tayhiap, selama
ini hatiku murung karena tak dapat balas budi kebaikan ini, maka budi tersebut
terpaksa harus kubayarkan kepada keturunannya. Bila Sengcu bersedia lepaskan
Buyung kongcu meninggalkan tempat ini, hamba bersedia mengikuti jejak Phu
Tongcu, mati dengan mencincang tubuhku sendiri, terpaksa hamba akan
484 berhadapan dengan Pha Tongcu untuk melakukan perlawanan terhadap diri
Sengcu !" "Bagus punya semangat !" puji orang berbaju hitam itu.
Sorot matanya segera dialihkan ke tubuh Buyung Im seng, kemudian melanjutkan.
"Sudah hampir dua puluh tahun ayahmu tak pernah munculkan diri di dalam dunia
persilatan, namun kewibawaan serta kekuasaannya masih tetap amat besar, boleh
dibilang dia adalah pendekar besar yang tiada duanya di dunia ini."
"Boanpwe menyesal tak dapat meniru keadaan ayahku meski sepersepuluhnya
pun." "Walaupun hubungan persahabatan yang dijalin ayahmu dimasa lalu sangat luas,
berarti mereka sanggup menyelamatkan selembar jiwamu, apa yang siap kau
lakukan untuk menghadapi situasi seperti pada malam ini ?"
"Tujuan boanpwe datang kemari hanya bermaksud untuk membuktikan suatu
persoalan bila persoalan tersebut bisa kupahami, sekalipun mati juga tak akan
menyesal !" "Lagi-lagi kau hendak menanyakan soal pembunuh yang telah menyerbu gedung
keluarga Buyung." "Inilah keinginan boanpwe yang paling besar dalam kehidupan kali ini..."
"Aku hanya dapat memberitahukan kepadamu, peristiwa itu bukan perbuatanku.
Tapi sudah pasti kau tak akan percaya sebab dalam dunia persilatan saat ini,
kecuali pihak Sam seng bun, agaknya memang tidak terdapat orang lain yang
memiliki ilmu silat yang amat lihai serta sanggup membunuh ayahmu."
"Kecuali kau dapat menyebutkan orang yang telah membunuh ayah ibuku, kalau
tidak, hal ini memang sukar untuk membuatku percaya."
Orang berbaju hitam itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh..... haaaahhh.... haaaahhh... mau percaya atau tidak terserah kepadamu,
aku hanya ingin mengungkapkan persoalan ini saja dan tidak berniat untuk
meminta pengertian orang lain."
"Kalau begitu kau sendiripun tak tahu siapakah orang tersebut ?"
"Kau belum pantas untuk memperbincangkan persoalan ini berhadapan dengan
diriku." tukas orang berbaju hitam itu dingin.
Diam-diam Buyung Im seng berpikir,
"Bila tidak kutanyakan persoalan tersebut sampai jelas pada hari ini, mungkin
sulit untuk menemukan lagi kesempatan sebaik ini di kemudian hari....."
Berpikir sampai di situ, pelan-pelan dia lantas berkata.
"Apa yang harus kulakukan sebelum dapat berbincang-bincang dengan dirimu ?"
"Bila kau sanggup bertahan sebanyak sepuluh gebrakan di ujung tangan lohu, lohu
bersedia pula memperbincangkan persoalan ini dengan dirimu...."
"Aku bersedia untuk bertarung sebanyak sepuluh gebrakan melawan dirimu ?"
485 Phu Thian khing yang mendengar perkataan itu jadi cemas, buru-buru serunya.
"Keponakan Buyung, kau bukan tandingannya, bukan aku memandang rendah
dirimu, tapi kenyataannya lima jurus pun belum tentu kau mampu untuk
membendungnya." Buyung Im seng segera tertawa getir.
"Demi mencari tahu keadaan yang sebetulnya dari ayahmu, akan kuberitahukan
kepadamu nama-nama pembunuh yang telah mengerubuti Buyung Tiang kim
dimasa lalu." kata orang berbaju hitam itu lagi.
"Baik ! Entah Toa sengcu hendak beradu jiwa dengan diriku, ataukah hendak
beradu tangan kosong ?"
"Soal itu mah terserah pada pilihanmu sendiri" ucap orang berbaju hitam itu
sambil tertawa dingin. "Buyung Im seng termenung dan berpikir sebentar, kemudian ujarnya.
"Aku ingin mencoba ilmu pedang dari Toa sengcu !"
Orang berbaju hitam itu segera mengalihkan sorot matanya ke arah rak senjata,
kemudian sambil mengambil sebilah pedang katanya.
"Baiklah, sekarang kau boleh turun tangan !"
"Sreet !" Buyung Im seng melepaskan pedangnya sambil berkata dengan suara
dingin. "Toa sengcu hati-hatilah kau !"
Pedangnya segera digetarkan sambil melepaskan sebuah tusukan kilat ke muka.
Orang berbaju hitam itu hanya mengangkat pedangnya sejajar dengan dada tanpa
bergerak barang sedikitpun jua, menanti pedang Buyung Im seng sudah hampir
menusuk ke atas dadanya, mendadak ia baru membalikkan pedangnya sambil
menekan pedang Buyung Im seng ke samping.
"Traang... !" mengikuti gerakan tersebut mata pedangnya langsung membabat ke
atas pergelangan tangan kanan Buyung Im seng.
Walaupun serangan ini yang dilancarkan amat sederhana dan biasa, namun
dimainkan oleh Toa sengcu yang lihai, ternyata pengaruh serta daya kekuatannya
jauh sekali berbeda. Buyung Im seng amat terkejut, buru-buru dia menarik kembali tangannya sambil
melompat mundur sejauh dua langkah.
Kembali orang berbaju hitam itu menggetarkan pedangnya menciptakan tiga
kuntum bunga pedang, dimana secara terpisah mengancam tiga buah jalan darah
penting di tubuh Buyung Im seng.
Andaikata Buyung Im seng tak pernah bertarung melawan Thio Kin tadi, serangan
tersebut niscaya akan melukainya, tapi sekarang dia sudah banyak mendalami
makna dan arti yang sesungguhnya dari jurus pedang warisan Buyung Tiang kim
ini, perubahan jurus serangannya otomatis jauh sekali berbeda.
486 Buru-buru pedangnya digetarkan keras menciptakan selapis kabut pedang untuk
melindungi badan. "Traaang, traaaang !" benturan keras yang sangat memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan, Buyung Im seng kena digetarkan
sehingga dia mundur dua langkah dari posisi semula.
Tampaknya orang berbaju hitam itu merasa tercengang dan tidak menyangka
kalau Buyung Im seng mau menghindarkan diri dari serangan tersebut dengan
sangat cepat, dia menghentikan serangannya sambil memuji.
"Suatu permainan ilmu pedang yang sangat bagus !"
Begitu selesai berkata, pedangnya kembali bergetar ke depan dengan cepat.
"Sreeet.... sreettt ! Sreeet !" Secara beruntun dia melancarkan dua buah tusukan
maut. Kedua buah serangan pedang itu datangnya sangat aneh, dahsyat ibarat gulungan
air bah yang menyapu daratan, selapis cahaya tajam segera saja berkilauan
diangkasa lalu menyergap tiga dari empat penjuru.
Bunga pedang yang menyilaukan mata segera membuat orang sukar untuk
menentukan dari arah manakah serangan itu datang.
Buyung Im seng pun selama hidupnya belum pernah menjumpai gerakan pedang
sedahsyat ini, untuk sesaat dia menjadi terkesiap.
Dengan gugup dan terburu napsu, mendadak ia teringat akan jurus Hwe pau kim
hoa (letupan api menimbulkan bunga emas) dalam ilmu pedang ayahnya, tiba-tiba
saja pedangnya digetarkan keras, kemudian langsung menusuk masuk ke balik
kabut pedang tersebut, bersamaan itu juga tenaga dalamnya disalurkan dan
menggoyangnya ke kiri dan ke kanan.
"Traaang, traaang.... !" serentetan suara bentrokan senjata yang amat nyaring
bergema memecahkan keheningan, kabut pedang yang melanda tiba bagaikan
gulungan air bah itupun mendadak buyar tak berwujud lagi.
Buyung Im seng segera merasakan lengan kanannya kaku dan kesemutan, hampir
saja pedangnya lepas dari cekalan.
Sambil menggertak giginya kencang-kencang, dia segera menggenggam pedang itu
erat-erat. Orang berbaju hitam itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaaaahhh... tidak kusangka, benar-benar tak kusangka !
Secara beruntun sanggup menahan dua buah serangan pedangku."
Diam-diam Buyung Im seng menarik napas panjang, sahutnya.
"Kita telah beradu tenaga sebanyak tiga gebrakan."
"Betul, masih ada tujuh gebrakan."
Buyung Im seng segera berpikir didalam hati.
487 "Bila ia lancarkan dua buah serangan lagi, kendatipun tak sampai melukaiku di
ujung pedangnya niscaya senjataku akan terlepas, aku harus mendahului dia lebih
dulu." Berpikir sampai di situ, tanpa menggubris apakah lengannya masih kaku dan linu,
pedangnya kembali digetarkan keras, lalu dengan jurus Thian gwa lay im (mega
tebal dari luar langit) dia menyerang ke depan.
"Apakah serangan yang kulancarkan juga masuk hitungan ?" serunya.
"Tentu saja masuk hitungan."
Pedangnya diangkat dan menyapu secara datar ke atas pedang Buyung Im seng.
Buyung Im seng cukup mengerti, bila senjatanya sudah tersapu secara telak oleh
serangan musuh, sudah dapat dipastikan pedangnya akan terlepas dari genggaman.
Buru-buru dia menghindar ke samping untuk meloloskan diri dari serangan orang
berbaju hitam itu. "Inilah jurus yang ke empat !" serunya lantang.
Orang berbaju hitam itu mendengus dingin, pedangnya dengan cepat segera
digetarkan menusuk ke dada Buyung Im seng.
Sedemikian dahsyatnya serangan itu tiba, Buyung Im seng hanya merasakan
betapa ganasnya ancaman tersebut, ternyata ia tak sempat melihat jurus apa yang
digunakan orang itu. Buru-buru dia menarik napas panjang, lalu berkelit tiga depa lebih ke samping.
Siapa tahu pedang yang berada ditangan orang berbaju hitam itu seakan-akan
mempunyai mata, ternyata diapun turut berputar mengikuti gerakan putaran dari
Buyung Im seng. Padahal serangan tersebut sangat sederhana dan boleh dibilang sama sekali tidak
disertai perubahan apapun, namun keanehannya justru terletak pada
kemampuannya untuk menempel terus di belakang tubuh lawan.
Buyung Im seng segera berkelit ke kiri menghindar ke kanan, secara beruntun dia
sudah berpindah enam tujuh tempat, akan tetapi pedang ditangan orang berbaju
hitam itu masih saja mengikuti dengan ketat, tak pernah senjata tersebut berada
lebih dari setengah depa di depan tubuh si anak muda tersebut.
Kwik Soat kun maupun Phu Thing khing yang menonton jalannya pertarungan itu
dari sisi arena menjadi terkejut sekali.
Sebab dalam keadaan seperti ini, setiap saat kemungkinan besar Buyung Im seng


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bakal terluka di ujung pedang orang berbaju hitam itu.
Walaupun mereka berdua merasa amat terkejut menyaksikan adegan tersebut,
namun tak seorangpun yang berani berteriak, kuatir kalau teriakan tersebut
justru akan memecahkan perhatian dari Buyung Im seng.
Sementara itu, seluruh jidat Buyung Im seng sudah mulai basah oleh air keringat,
tapi gerakkan tubuhnya yang berkelit justru nampak semakin cepat lagi.
488 Diam-diam Phu Thian khing menghimpun hawa murninya dan menyalurkan ke
ujung golok, dia telah bersiap turun tangan untuk mewakili Buyung Im seng guna
menyambut datangnya tusukan maut yang mengejar terus bagaikan bayangan itu.
Tapi sebelum dia turun tangan, kepalanya sempat berpaling dan melirik sekejap ke
arah si pedang kilat Thio Kin.
Tampak seluruh perhatian Thio Kin ditujukan ke atas badan Buyung Im seng,
pedangnya kelihatan bergetar keras, agaknya dia sudah bersiap-siap untuk turun
tangan. Melihat itu Phu Thian khing merasa agak lega juga, pikirnya dengan cepat.
"Walaupun ilmu silat Toa sengcu miliki sangat lihai, tapi bila kau dan si pedang
cepat Thio Kin turun tangan bersama, ditambah pula dengan
Buyung Im seng, dengan kekuatan kami bertiga rasanya masih sanggup untuk
membendung serangan."
Baru saja ingatan tersebut berputar, tiba-tiba Buyung Im seng membentak keras,
tubuhnya berputar kencang dan.... "Triiingg, tring.... trang, trang !" ditengah
suara dentingan nyaring, ancaman pedang si orang berbaju hitam yang menempel terus
bagaikan bayangan itu tahu-tahu sudah kena ditangkis oleh Buyung Im seng.
Agaknya jurus serangan tersebut sama sekali tak beraturan, seingat Phu Thian
khing maupun Thio Kin, belum pernah mereka jumpai gerakan tubuh semacam ini.
Ketika perhatian mereka dialihkan kembali ke tengah arena, tampaklah beberapa
bagian tubuh Buyung Im seng telah robek dan berlepotan darah, agaknya dia sudah
menderita banyak sekali luka-luka kulit.
Akan tetapi Buyung Im seng masih tetap berdiri tegak di tempat semula, sepasang
matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, maka jelaslah walaupun lukanya
banyak, tak sebuahpun yang mengenai bagian yang mematikan.
Thio Kin dan Phu Thian khing sebenarnya ingin turun tangan membantu Buyung
Im seng guna meloloskan diri dari ancaman pedang itu tapi setelah dilihatnya
Buyung Im seng sedang kekuatan sendiri masih sanggup untuk menghindarkan
diri dari ancaman maut lawan, untuk sementara waktupun mereka urungkan niat
itu. Orang berbaju hitam itu mendehem pelan, lalu ujarnya.
"Aku lihat, ilmu silatmu secara tiba-tiba seperti bertambah kuat...."
Dengan wajah yang gagah dan sama sekali tidak menggubris luka yang diderita di
atas tubuhnya, sahut Buyung Im seng.
"Apakah kita masih akan melanjutkan pertarungan ?"
"Tentu saja, kan batas sepuluh jurus belum dilampaui" jawab orang berbaju hitam
itu sangat hambar. "Ketika aku menghindarkan diri dari ancaman pedangmu tadi apakah gerakangerakan
mana tak mencapai sepuluh jurus lebih "
489 "Itu mah urusanmu pribadi" tukas orang berbaju hitam itu dingin, "gerakan
pedangku sama sekali tak berubah, aku hanya menganggapnya sebagai satu
gebrakan." Buyung Im seng termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya.
"Ehmm, ada benarnya juga perkataanmu itu !"
Tiba-tiba nada suara orang berbaju hitam itu berubah menjadi lebih lembut dan
halus, katanya. "Cara yang dipergunakan tadi merupakan satu-satunya cara yang bisa digunakan
untuk menghindari jurus seranganku tadi, entah siapakah yang telah mewariskan
jurus serangan tersebut kepadamu ?"
"Bila toa sengcu berhasil membunuh diriku dalam beberapa jurus berikutnya,
mungkin selama hidup jangan harap kau bisa mengetahui keadaan yang
sebenarnya." "Itulah sebabnya, kuajukan pertanyaan tersebut sekarang !"
"Andaikata setitik rahasia ini dapat menambah kesempatanku untuk meloloskan
diri, tentu saja aku tak akan mengungkapkannya keluar."
Pelan-pelan orang yang berbaju hitam itu mengangkat kembali pedangnya ke
udara, kemudian berkata. "Akan kulihat masih ada cara apa lagi yang bisa kau gerakkan untuk menyambut
serangan pedangku ini."
"Toa sengcu, ampunilah selembar jiwanya" buru-buru Phu Thian khing berseru
dengan cemas. "Phu Thian khing, bila kau ingin membantunya, lebih baik turun mengalah
bersama dia untuk menghadapi diriku."
Yang dinantikan Phu Thian khing selama ini justru ucapan tersebut, dengan cepat
dia berkata. "Tampaknya Toa sengcu merasa enggan untuk melepaskan hamba"
Orang berbaju hitam itu segera mendengus dingin.
"Hmm, kalian sudah jelas berniat menghianati aku, bahkan di depan mataku pun
berani bicara terang-terangan, sudah barang tentu aku tak dapat mengampuni
dirimu dengan begitu saja."
"Demi membalas kebaikan di masa lalu, aku harus menolong jiwa Buyung kongcu
dan demi menyelamatkan selembar jiwaku sendiri, mau tak mau aku harus bekerja
sama dengannya untuk menghadapi dirimu."
"Paling baik lagi kalau Thio Kin pun ikut turun tangan daripada aku mati
repotrepot melayanimu seorang" seru orang berbaju hitam itu dingin.
"Kalau memang begitu aku akan turut perintah !"
Walaupun dimulut dia menjawab pertanyaan dari Toa sengcu, namun sepasang
matanya justru dialihkan ke wajah Thio Kin.
490 Tiba-tiba si pedang cepat Thio Kin berkata.
"Perintah dari Toa sengcu, tak berani hamba bantah !"
Sambil mempersiapkan pedangnya dia segera maju ke depan dan berdiri di samping
Buyung Im seng. Phu Thian khing berdiri pula disamping Buyung Im seng dengan golok terhunus,
katanya kemudian. "Setelah kami bertiga bekerja sama, apakah janji Toa sengcu dengan Buyung Im
seng tadi masih berlaku atau tidak ?"
Yang paling dikuatirkan Buyung Im seng adalah persoalan ini, dendam kesumat
orang tuanya dinilai lebih dalam dari samudra, sebagai seorang putra yang
berbakti, ternyata ia tak tahu siapakah pembunuhnya, hal ini dinilai suatu
kejadian yang mengenaskan sekali.
Itulah sebabnya dia berani mempertaruhkan selembar jiwanya untuk menyambut
sepuluh jurus serangan dari mereka itu.
Terdengar orang berbaju hitam itu berkata lagi dengan nada suaranya yang sangat
dingin. "Setiap orang sepuluh jurus, berarti bila kalian bertiga bergabung menjadi satu
seharusnya menjadi tiga puluh jurus baru adil, tapi aku hendak memberikan
kesempatan lagi bagimu, bila kalian bertiga bisa menahan sepuluh jurus
seranganku saja, tentu kupenuhi janjiku dengan
Buyung Im seng tadi, bahkan melepaskan pula kalian berdua dari sini...."
"Sungguhkah ini ?" Phu Thian khing berseru.
"Kapan aku pernah berbohong ?"
Phu Thian khing melirik sekejap ke arah Thio Kin, lalu ujarnya.
"Saudara Thio, urusan sudah menjadi begini, kita mesti cari kehidupan ditengah
kematian." Si pedang cepat Thio Kin segera mengangguk mengiakan.
"Baik ! Dengan Buyung kongcu sebagai titik pusat, kita berdua membantunya dari
samping !" Pelan-pelan orang berbaju hitam itu mengangkat kembali pedangnya ke tengah
udara, kemudian ujarnya. "Nah, sekali lagi akan kuberi kesempatan saat kalian bertiga untuk turun tangan
terlebih dahulu." Thio Kin maju selangkah ke depan, kemudian ujarnya.
"Maaf !" Pedangnya digetarkan, lalu secara beruntun melancarkan tiga kali bacokan kilat.
491 Dia tersohor sebagai si pedang cepat, nyatanya serangan pedang yang dilancarkan
memang cepat lagi ganas, tampak selapis cahaya pedang yang amat tebal secara
terpisah menyerang tiga buah jalan darah penting di tubuh Toa sengcu.
Tatkala Phu Thian khing menyaksikan Thio Kin sudah mulai menyerang, goloknya
secara diayunkan pula ke depan mengancam tubuh bagian bawah dari orang yang
berbaju hitam itu. Cahaya golok, sinar pedang dalam waktu singkat bercampur aduk menjadi satu.
Tampak Toa sengcu menggetarkan pedangnya, sekilas cahaya bianglala berwarna
perak menggulung ke depan, ke atas membendung serangan pedang, ke bawah
mendesak serangan golok. "Traaang, traaaang !" dua kali benturan nyaring berkumandang memecahkan
keheningan, cahaya pedang, sinar golok segera terpental balik ke belakang.
Padahal serangan gabungan dari dua orang jago lihai itu amat ganas dan dahsyat,
tapi toh sulit untuk menghadapi ancaman dari Toa sengcu, nyatanya hanya dalam
sekali tebasan saja serangan lawan kena dipunahkan semua.
Tergerak hati Buyung Im seng, mendadak dia maju selangkah, kemudian
pedangnya diayunkan ke depan melepaskan sebuah serangan dahsyat.
Ternyata didalam menggetarkan golok dan pedang lawan tadi, bukan saja Toa
sengcu berhasil mendesak mundur Phu Thian khing serta Thio Kin, bahkan diapun
berhasil memaksa kedua orang itu untuk membuka sendiri titik kelemahannya.
Meski Buyung Im seng hendak melancarkan serangan untuk membuka
pertolongan, sayang keadaan sudah terlambat, tampak orang berbaju hitam itu
telah menggetarkan pedangnya dan memancarkan selapis bunga pedang yang amat
menyilaukan mata. Diantara kilatan bunga pedang tersebut, terdengar dua kali dengusan tertahan
berkumandang memecahkan hening, tahu-tahu Phu Thian khing dan si pedang
cepat Thio Kin sudah terkena tusukan.
Luka Phu Thian khing berada di atas kaki kiri, sedangkan luka Thio Kin berada di
atas lengan kanan yang menggenggam pedang.
Agaknya orang berbaju hitam itu bermaksud untuk menggunakan jurus pedang
yang cepat untuk menghadapi Thio Kin yang termasyhur sebagai si pedang cepat,
sewaktu serangan pedang dari Buyung Im seng menyerang tiba tadi, orang berbaju
hitam itu telah menarik kembali pedangnya untuk menangkis datangnya ancaman
dari anak muda tersebut. Melihat serangan pedangnya kena ditangkis orang, Buyung Im seng tak berani
menggunakan jurus pedang itu, cepat-cepat dia menarik kembali pedangnya sambil
mundur. Ternyata orang berbaju hitam itu tidak segera melancarkan serangan balasan,
setelah memandang sekejap ke arah Thio Kin dan Phu Thian khing, ujarnya.
"Hanya mengandalkan sedikit kepandaian silat yang kalian berdua milikipun, ingin
melindungi keselamatan dari Buyung kongcu ?"
492 Luka tusukan yang diderita kedua orang itu cukup parah, darah kental telah
membasahi separuh bagian tubuhnya, namun mereka masih tetap menggertakkan
gigi menahan diri dan berdiri tak berkutik di tempat semula.
Buyung Im seng menghela napas panjang, katanya kemudian.
"Ilmu pedang yang sengcu miliki memang benar-benar lihai sekali, dalam gerakan
tangkisan ternyata masih mampu untuk memancing timbulnya titik kelemahan
pada permainan pedang mereka, kemudian dengan suatu gerakan yang cepat
berhasil melukai kedua orang itu...."
Orang berbaju hitam itu nampak sangat tertegun, setelah termenung sesaat
pelanpelan dia berkata. "Sekalipun kau benar-benar putra Buyung Tiang kim, namun sewaktu Buyung
Tiang kin diserang orang sepantasnya kau masih bayi, sudah barang tentu
mustahil bagimu untuk mempelajari ilmu pedang dari Buyung Tiang kim,
sebenarnya siapa yang telah mengajarkan ilmu silat tersebut kepadamu ?"
"Toa sengcu, apa maksudmu untuk mengajukan pertanyaan ini ?"
"Aku tidak dapat menduga siapakah gerangan orang yang telah mewariskan
rangkaian ilmu pedang tersebut kepadamu, sehingga pertahananmu bisa begitu
ketat tanpa titik kelemahan ?"
Mendadak Buyung Im seng seperti teringat akan sesuatu, sekulum senyuman
bangga segera menghiasi wajahnya, mendadak ia menggetarkan pedangnya sambil
berkata. "Kita masih ada enam jurus serangan yang belum diselesaikan !"
Begitu selesai berkata, pedangnya sudah meluncur ke depan melancarkan serangan
kilat. Buru-buru orang berbaju hitam itu mengangkat pedangnya untuk menangkis,
kemudian bersiap-siap menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan serangan
balasan. Siapa tahu, begitu Buyung Im seng melihat pedangnya bergerak, dengan cepat dia
berganti jurus sambil melancarkan serangan kembali.
Setiap serangan yang dilancarkan olehnya hampir semuanya tertuju ke bagian
penting yang harus diselamatkan oleh orang berbaju hitam itu.
Terpaksa orang berbaju hitam itu harus menarik kembali pedangnya untuk
melakukan pertolongan, belum lagi serangan balasan dilancarkan, untuk ketiga
kalinya Buyung Im seng telah berganti jurus.
Begitulah seterusnya, sehingga hampir boleh dibilang, orang berbaju hitam itu
sama sekali tak berkesempatan untuk melancarkan serangan balasan.
Setelah melepaskan tujuh buah serangan secepat sambaran petir, tiba-tiba Buyung
Im seng menarik kembali pedangnya sambil mundur ke belakang, katanya.
"Bila seranganku barusan masuk dalam hitungan pula, semestinya aku sudah
melepaskan tujuh buah serangan pedang !"
493 Mendadak orang berbaju hitam itu mengangkat pedangnya kemudian mematahkan
menjadi dua bagian, setelah itu sambil membuang kutungan pedang tadi ke atas
tanah, dia berkata. "Benar, kau sudah melebihi sepuluh jurus."
"Nah, Toa sengcu telah mengaku sendiri, dan berarti kau pun boleh segera
memperbincangkan soal mati hidup ayahku, bukan ?"
"Apa yang telah kululuskan, tentu saja takkan kusesali kembali."
Tiba-tiba paras muka Buyung Im seng berubah menjadi amat serius, selama dua
puluh tahun ia berharap-harap bisa membongkar rahasia besar itu dan sekarang
rahasia tersebut sudah hampir terbongkar. Bagaimana pun juga hatinya terasa
menjadi tegang disamping gembira tentu saja.
Setelah termenung beberapa saat lamanya, sepatah demi sepatah dia bertanya.
"Siapakah pembunuh yang telah membinasakan mendiang ayahku ?"
"Buyung Tiang kim tidak mati, darimana bisa muncul pembunuhnya ?" jawab orang
berbaju hitam itu dingin.
Buyung Im seng segera merasakan hatinya bergetar keras, tanpa terasa sepasang
matanya yang tajam mengawasi wajah orang berbaju hitam yang berkerudung itu
tanpa berkedip, untuk beberapa saat lamanya diapun tak sanggup untuk
mengucapkan sepatah katapun.
Sampai lama kemudian, ia baru bisa bertanya.
"Sungguhkah itu ?"
"Tentu saja sungguh"
Sekalipun Buyung Im seng telah mendengar kalau Buyung Tiang kim belum mati,
namun dia tak berani percaya seratus persen
oooOooo Akan tetapi setelah perkataan tersebut diutarakan oleh Toa sengcu dari perguruan
tiga malaikat, bagaimanapun juga. mau tak mau dia harus mempercayainya.
Setelah berhasil menenangkan hatinya yang bergolak keras, pelan-pelan katanya
lagi. "Kalau ayahku masih hidup di dunia ini, tolong tanya dia ini berada dimana ?"
oooOooo BAGIAN KETIGA PULUH LIMA "Soal ini, maaf kalau aku tak bisa memberitahukan kepadamu" ujar orang berbaju
hitam itu dingin. Buyung Im seng segera menarik napas panjang-panjang, katanya kemudian.
"Seandainya mendiang ayahku masih hidup di dunia ini, apa gunanya penjagaan
yang sangat ketat di luar kuburannya ?"
"Aah, itu hanya suatu perangkap belaka, salah mereka sendiri kenapa tak tahu
diri

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan mudah terpancing. Bayangkan saja, andaikata Buyung Tiang kim benar-benar
494 dikubur dalam kuburan tersebut, jenasahnya pasti sudah membusuk, apa gunanya
kuburannya dijaga orang ?"
"Orang-orang yang menjaga kuburan itu adalah jago-jago yang diutus pihak Sam
seng bun, entah benarkah kabar ini ?"
Orang berbaju hitam itu segera tertawa dingin.
"Betul, memang perguruan kami yang mengirim orang-orang itu."
"Selama dua puluh tahun belakangan ini, telah puluhan orang jago persilatan yang
tewas karena hendak menyambangi kuburan ayahku, apakah hal inipun perbuatan
Toa sengcu ?" "Jika tidak berbuat demikian, mana mungkin kami bisa memaksa orang persilatan
percaya kalau kuburan tersebut adalah kuburannya Buyung Tiang kim ?"
"Jadi kuburan itu adalah sebuah kuburan yang kosong ?"
"Dalam kuburan itu mah ada jenazahnya, cuma jenazah tersebut bukan jenazah
Buyung Tiang kim." "Maksud tujuan orang itu benar-benar amat kejam, sekalipun puluhan tahun
kemudian ada oaring yang membongkar kuburan untuk melakukan pemeriksaan,
dengan adanya jenasah dalam kuburan itu, sudah pasti jenazah itu tinggal
setumpuk tulang putih belaka, apakah jenazah itu adalah ayahku atau bukan,
orang lain jelas tak akan bisa membedakannya. Bagus, bagus sekali, siasat ini
memang amat tepat." "Banyak sudah yang telah kuberitahukan kepadamu, mengingat kau masih
sanggup untuk bertarung sebanyak sepuluh gebrakan denganku, aku bersedia
melepaskan kau untuk pergi meninggalkan tempat ini," Selesai berkata dia lantas
membalikkan badan dan berjalan keluar dari situ
. (Bersambung ke jilid 25) 495 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 25 Buru-buru Buyung Im seng membentak keras.
Pelan-pelan orang berbaju hitam itu membalikkan badannya, kemudian katanya.
"Ada urusan apa ?"
"Apakah ayahku disekap disini ?"
"Bila kau ingin tahu jejak ayahmu, hanya ada satu cara yang dapat kau tempuh."
"Bertarung sepuluh jurus lagi denganmu ?"
"Betul !" "Baik, siapkan pedang anda !"
Mendengar perkataan itu, Phu Thian khing serta Thio Kin segera berseru keras.
"Buyung si heng, jangan bertindak gegabah...."
Buyung Im seng tertawa getir, tukasnya.
"Bila aku tak berhasil mengetahui jejak ayahku, aku tak punya muka untuk
bertemu dengan orang. Harap kalian berdua tak usah mengurusinya....."
"Ketahuilah, seseorang tak mungkin akan selamanya mujur, kau tak akan
mempunyai kesempatan untuk menahan sepuluh jurus seranganku lagi" kata orang
berbaju hitam itu dingin.
"Jika kau yakin dapat menangkan aku, agaknya tak usah menasehatiku lagi"
"Ehmm, tampaknya kau percaya dengan apa yang kukatakan ?"
"Aku percaya, cuma demi mengetahui jejak dari ayahku, kendatipun harus terluka
diujung telapak tangan Toa sengcu, sampai matipun aku tak akan menyesal"
"Ehmm.... kau memang cukup gagah dan berjiwa jantan."
496 "Toa sengcu, silahkan mencabut pedangmu !" ucap Buyung Im seng dengan wajah
serius. Orang berbaju hitam itu tertawa dingin, dia menyambar sebilah pedang dari atas
rak senjata lalu ujarnya :
"Baik ! Berhati-hatilah kau"
"Tahan....!" tiba-tiba Kwik Soat kun membentak keras.
Sementara itu, si orang berbaju hitam itu sudah mengangkat pedangnya ke tengah
udara, mendengar bentakan tersebut segera ia berhenti seraya bertanya.
"Nona, kau ada petunjuk apa ?"
"Bertanding dengan cara seperti ini ini kurang adil rasanya."
"Dimanakah letak ketidakadilan tersebut ?"
"Sudah jelas diketahui kalau ia bukan tandinganmu, bila kau sudah jelas tahu
bahwa kemampuanmu bisa membunuh seseorang secara mudah, tetapi justru kau
gunakan alasan tersebut untuk menantangnya beradu kepandaian, apakah adil itu
namanya ?" "Buyung kongcu toh rela menerima syarat tersebut, apa sangkut pautnya hal ini
dengan nona ?" orang berbaju hitam itu segera tertawa.
"Kau jangan melupakan tingkat kedudukanmu sekarang, bagaimana juga, kau
adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat."
Agaknya beberapa patah kata itu mendatangkan suatu kekuatan yang amat besar,
kontan saja orang berbaju hitam itu tertegun.
"Lantas apa maksudmu ?" serunya kemudian.
"Bila kau bunuh Buyung Im seng pada hari ini, sudah pasti selamanya kau akan
ditertawakan oleh semua orang."
"Maksud nona ?"
"Kau harus mengutarakan lebih dulu jejak Buyung Tiang-kin, setelah itu baru..."
"Baru kenapa ?"
"Setelah itu kau baru boleh turun tangan, sekalipun kami mati terbunuh, kami pun
akan mati tanpa menyesal."
"Orang berbaju hitam itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian katanya :
"Agaknya apa yang kau ucapkan itu memang agak masuk diakal."
"Bila apa yang kukatakan masuk diakal, sudah sepantasnya bila Toa sengcu
menurutinya." Orang berbaju hitam itu kembali termenung, lantas katanya kemudian "
"Buyung Im seng kau masih mempunya sebuah cara lain untuk mendapat tahu
kabar tentang ayahmu itu dari mulutku....."
Setelah berhenti sejenak, kemudian lanjutnya.
497 "Apa yang nona Kwik katakan memang benar, dalam kenyataan bila kita bertarung
sepuluh gebrakan lagi, maka jangan harap kau bisa mengetahui kabar tentang
ayahmu selamanya." "Aku cukup memahami tentang hal ini, bila masih ada cara yang lain, aku bersedia
untuk mendengarkannya."
"Masalah itu menyangkut dari Nyoo Hong leng, bila kau membujuknya maka aku
akan segera memberitahukan kabar berita tentang ayahmu itu kepadamu"
"Membujuknya kenapa?"
"Membujuknya agar menuruti perkataanku."
Buyung Im seng jadi tertegun, serunya dengan cepat.
"Nyoo Hong leng, nona Nyoo pada saat ini berada dimana ?"
"Dia baik, tak usah kau kuatirkan."
Dengan serius Buyung Im segera berkata.
"Nona Nyoo sama sekali tak ada hubungan apa-apa dengan diriku dan akupun
tidak mempunyai hak apa-apa untuk membujuknya, sekalipun kululuskan
permintaanmu, belum tentu dia bersedia menuruti bujukanku itu."
"Lantas bagaimanakah menurut pendapat Buyung kongcu?" orang berbaju hitam
itu menyela dengan suara dingin.
"Aku rasa, persoalan diantara kita tak usah disangkutpautkan pada masalah orang
lain, oleh sebab itu aku rasa lebih baik kusambut kesepuluh jurus serangan Toa
sengcu saja, kalau menang juga gagah, kalau kalah juga tenteram."
Orang berbaju hitam itu segera melirik sekejap ke arah Kwik Soat kun, kemudian
ujarnya. "Nona, kau sudah dengar sendiri, Buyung Im seng gagah dan bersedia hancur
sebagai kemala dari pada utuh sebagai batu bata, sekalipun aku bakal melukainya
diujung pedangku, tapi hatiku merasa kagum oleh kegagahannya itu."
"Kau mungkin beranggapan setelah membunuh Buyung Im seng berarti akan
mengurangi suatu penghalang yang amat besar, bila kau berpendapat demikian,
maka pendapatmu itu keliru besar."
"Agaknya nona mempunyai banyak pendapat ?"
"Aku harap pendapatku ini bisa membuat kau jadi percaya."
"Bila kau bunuh Buyung Im seng, sudah pasti Nyoo Hong leng akan membencimu
sepanjang masa." Orang berbaju hitam itu termenung sebentar, kemudian katanya.
"Seandainya tidak kubunuh ?"
"Siasatku tidak baik didengar oleh telinga ke-enam orang ini, harap Toa sengcu
dekatkan telingamu kemari." kata kwik soat kun dingin
oooOooo 498 Sesudah melalui suatu ruangan yang cukup lama dan panjang, akhirnya lelaki
berbaju hitam itu maju juga menghampiri Kwik Soat kun.
Kwik Soat kun segera membisikkan sesuatu disisi telinga lelaki berbaju hitam
itu, ternyata sambil manggut-manggut lelaki berbaju hitam itu balik lagi ke tempat
semula. "Buyung kongcu" katanya kemudian, "kecuali dia sendiri, mungkin dalam dunia
persilatan dewasa ini tak ada orang yang mengetahui kisah yang sebenarnya
tentang kisah dikerubutinya ayahmu !"
Beberapa patah kata itu sama sekali diluar dugaan Buyung Im seng, dia menjadi
tertegun untuk beberapa saat lamanya.
"Maksud Toa sengcu..." katanya kemudian.
"Lebih baik mintalah penjelasan Buyung thayhiap sendiri, dengan demikian
tentunya kau akan mempercayainya seratus persen."
"Tapi mendiang ayahku....."
"Dia berada disini !"
"Itu dia mendapat perlindungan yang berlapis-lapis dengan mengandalkan sedikit
kepandaian silatku, rasanya sulit untuk menembusi pertahanan yang berlapis-lapis
itu." "Tidak perlu demikian, aku dapat menurunkan perintah kepada beberapa orang
pelindung hukum dari perguruan untuk membukakan jalan bagi dirimu !"
Tampaklah Buyung Im seng seperti tidak percaya dengan apa yang didengarnya
itu, setelah termangu sesaat katanya.
"Mengapa kau bisa berubah menjadi begini rama dan baik hati secara tiba-tiba ?"
"Aaai... sebenarnya aku pun bukan seorang jahat !" sahut orang berbaju hitam itu
sambil menghela napas. Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Phu Thian khing serta si pedang cepat
Thio Kin, kemudian lanjutnya.
"Bagaimana dengan keadaan luka yang kalian derita ?"
"Lukanya tidak terlalu parah" jwab Phu Thian khing dan Thio Kin hampir
bersamaan waktunya. "Buyung kongcu" ujar orang berbaju hitam itu lagi. "sebenarnya aku dapat
memenggal kutung lengan mereka, tapi aku hanya melukai kulit luar mereka saja."
"Hal ini membuktikan apa ?"
"Membuktikan kalau aku bukan seorang manusia yang haus darah dan suka
membunuh." Buyung Im seng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian
berkata. 499 "Bukan saja dalam kesempurnaan ilmu silat kau ketinggalan jauh bila
dibandingkan dengan Toa sengcu, dalam hal kecerdasan otak pun masih selisih
jauh sekali." "Aku pikir, nona Kwik lebih memahami maksud yang sebenarnya dibalik
kesemuanya itu, bilamana kau merasa leluasa, tak ada salahnya untuk meminta
petunjuk dari nona Kwik."
Buyung Im seng tampak bertanya lagi, dia segera mengalihkan pokok pembicaraan
ke soal lain. "Sampai kapan aku dapat berjumpa dengan ayahku ?"
"Kau ingin kapan berjumpa dengannya ?"
"Tentu saja detik ini juga."
"Hal itu mustahil bisa dilakukan, bagaimana kalau selewatnya tengah hari
nanti ?" "Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, aku hanya menantikan jalan ini
saja." Orang berbaju hita itu segera berpaling sambil berseru.
"Phu Thian khing, Thio Kin !"
Phu Thian khing dan Thio Kin segera mengiakan bersama.
"Hamba menunggu perintah !"
"Kalau toh luka yang kalian derita tidak terlalu parah, maka wakililah diriku
untuk melayani nona Kwik serta Buyung kongcu."
"Hamba turut perintah."
"Wakili aku melayani tamu dan berbuatlah pahala untuk menebus dosa, nah aku
pergi dulu." Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan berjalan menuju ke luar.
Phu Thian khing serta si pedang cepat Thio Kin kembali membungkukkan badan
sambil menjura. "Menghantar keberangkatan Sengcu !"
Orang berbaju hitam itu tidak berpaling lagi dengan langkah lebar dia segera
berlalu dari situ, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap tak
berbekas. Menyaksikan orang berbaju hitam itu sudah pergi jauh, Phu Thian khing baru
berpaling dan memandang sekejap ke arah Thio Kin, kemudian katanya.
"Saudara Thio, apa yang sebenarnya telah terjadi ?"
Dengan cepat si pedang cepat Thio Kin menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Siaute sendiripun dibikin kebingungan setengah mati dan tidak habis mengerti,
belum lagi aku bertanya kepada saudar Phu, saudara Phu malahan bertanya lebih
dulu kepadaku." "Kalau begitu, mari kita bertanya kepada nona Kwik."
500 Sorot mata mereka segera dialihkan ke wajah Kwik Soat kun, kemudian
lanjutannya. "Nona Kwik, cara apa yang kau pergunakan sehingga bisa merubah watak Toa
sengcu menjadi begitu ramah dan baik hati ?"
"Bukan aku, melainkan kekuatan dari Nyoo Hong leng !"
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng sekejap, kemudian
melanjutkan. "Dalam hati kecilnya itu sudah mempunyai suatu janji, hanya aku menganjurkan
kepadanya agar mempercepat gerakannya saja."
Buyung Im seng membungkan dalam seribu bahasa, sementara hatinya bagaikan
ditusuk dengan pisau belati, amat sakit, sekalipun dia telah berusaha keras
menenangkan hatinya, namun tak bisa menutupi wajahnya yang diliputi oleh
perasaan sedih dan murung yang sangat tebal.
Phu Thian khing segera termenung dan berpikir sejenak, kemudian baru bertanya.
"Sayang sekali aku belum pernah berjumpa dengan nona Nyoo Hong leng."
"Lebih baik jangan kau jumpai" cepat Kwik Soat kun buru-buru menukas.
"Kenapa ?" "Bayang saja betapa angkuh dan tinggi hatinya Toa sengcu tapi dia toh tak dapat
melawan kecantikan wajah Nyoo Hong leng."
Mendadak Thio Kin menyela.
"Aneh, sungguh aneh...... !"
Ucapan yang diutarakan tanpa ujung pangkal kini kontan saja membuat tiga orang
lainnya jadi sangat tertegun.
"Apa yang aneh ?" Kwik Soat kun bertanya.
"Tampaknya Toa sengcu telah berubah menjadi seseorang yang lain."
Kwik Soat kun segera memandang sekejap ke wajah dari Phu Thian khing serta
pedang kilat Thio Kin, kemudian katanya.
"Apakah kalian sudah pernah menyaksikan raut wajah toa sengcu yang sebenarnya
?" "Belum, belum pernah" dengan cepat Phi Thian khing menggelengkan kepalanya
berulang kali. Sedang Thio Kin berkata begini.
"Walaupun aku bekerja di ruang Seng thong, akan tetapi belum pernah kujumpai
raut wajah Toa sengcu yang sebenarnya"
"Lantas darimana kalian tahu kalau itu Toa sengcu gadungan.... ?" seru Kwik Soat
kun dengan cepat. Kwik Soat kun menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut.
Si pedang cepat Thio Kin segera berkata.
501

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami toh tidak mengatakan Toa sengcu gadungan, kami hanya mengatakan dia
telah berubah." "Dalam hal apa dia telah berubah ?" tanya Kwik Soat kun sambil tertawa hambar.
"Bayangkan saja, dalam perguruan Sam seng bun kita yang begitu besar, selain
ruang Kim lun, hoat lun dan Hui lum tiga buah ruangan, masih ada lagi para
huhoat ruang seng tong yang bisa disebut jagoan lihai, jumlahnya mencapai
ratusan orang, bila termasuk juga anak buah yang berada diluar lingkaran maka
jumlahnya mencapai puluhan ribu, bahkan kekuatan besar yang melebihi kekuatan
perguruan lain ini sedang berkembang, bila terhadap orang yang beraneka ragam
ini tidak diterapkan suatu peraturan yang kuat, mana mungkin mereka bisa
dikendalikan secara baik dan ketat ?"
"Dalam perguruan kalian tidak bisa bilang tak berperaturan ketat, seperti
misalnya barisan pedang baju hijau, utusan rajawali sakti, masing-masing mempunyai
peraturan yang tersendiri, pelaksana hukuman itupun tidak banyak, namun
kekerasan disiplinnya boleh dibilang sangat mengagumkan sekali."
"Seingatku Toa sengcu adalah seorang manusia yang tegas dan tidak berperasaan,
lagipula apa yang telah diputuskan biasanya pernah bisa dirundingkan kembali,
kenyataan tersebut jauh sekali berbeda dengan apa yang ditunjukkan Toa sengcu
barusan." Kwik Soat kun kembali tertawa.
"Kalau seseorang sudah mencapai usia lanjut, biasanya kalau dia akan menjadi
lebih baik, ramah dan baik hati, hal semacam ini bukan sesuatu yang patut
diherankan." Thio Kin termenung dan berpikir sebentar, kemudian sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali dia menghela napas panjang.
"Apakah ucapanku keliru ?" tanya Kwik Soat kun dengan wajah tertegun.
Dia berusaha untuk memancing sesuatu hal yang lebih mendalam dari mulut Thio
Kin sebab itu sikapnya seakan-akan tertegun dan seperti merasa keheranan. Thio
Kin berpaling dan memandang sekejap ke arahnya, kemudian ujarnya lagi dengan
suara rendah. "Sekalipun aku belum pernah berjumpa dengan raut wajah Toa sengcu, namun
sudah seringkali kudengar suaranya, aku merasa logat pembicaraan Toa sengcu
tadi jauh sekali berbeda dengan logat pembicaraan Toa sengcu yang dulu."
Mendengar hal itu, Kwik Soat kun segera berpikir di dalam hati.
"Kalau ditarik kesimpulan dari pembicaraan tersebut, tampaknya Toa sengcu dari
lembah tiga malaikat telah berubah orang, dibalik dari kejadian ini sudah past
terdapat latar belakang yang amat rumit sekali."
Sementara itu, Phu Thian khing berkata.
"Aku pun merasa gelagatnya sedikit agak aneh, tapi tak berhasil kujumpai dimana
letak ketidakberesan tersebut, setelah diungkap kembali oleh saudara Thio
sekarang, akupun merasa, mungkinkah..... mungkinkah..... "
502 Setelah mengucapkan dua kali kata "mungkinkah", tiba-tiba saja dia membungkam
dalam seribu bahasa. "Organisasi perguruan kalian kelewat misterius," kata Kwik soat kun kemudian,
"Toa sengcu kalianpun selalu menggunakan kain cadar warna hitam untuk
merahasiakan raut wajah aslinya, jelas tujuan dari perbuatannya ini agar anak
buahnya tidak mengenal raut wajah aslinya, entah siapa saja, asal bisa
mendapatkan rahasia di dalam ruang Seng tong maka dia bisa saja menjadi
pemimpin dari perguruan tiga malaikat, cuma masih ada satu hal, akupun kurang
begitu jelas..." Suatu dorongan perasaan ingin tahu yang begitu besar dengan cepat muncul dihati
masing-masing membuat Phu Thian khing serta Thio Kin berdua tanpa terasa
bertanya bersama. "Dalam hal mana kau tidak jelas ?"
Kwik Soat kun tertawa. "Aku pernah berkunjung ke ruang Sam seng tong, kalau dilihat dari keadaan
disana tampaknya ada tiga orang pemimpin tertinggi dalam perguruan Sam seng
bun ini, seandainya terjadi suatu perubahan bukankah berarti pada diri malaikat
kedua dan malaikat ketiga pun seharusnya terjadi suatu perubahan pula"
"Ya, masuk diakal" Phu Thian khing manggut-manggut.
Sorot matanya segera dialihkan ke arah Thio Kin, kemudia sambungnya lebih jauh
: "Saudara THio, aku tinggal diluar ruang seng tong, terhadap kejadian didalam
ruang Seng tong otomatis jarang mengetahui dengan pasti, sebaliknya saudara Thio
sebagai pelindung hukum dalam ruang Seng tong, kaupun seringkali berada
didalam ruangan itu, aku rasa tentunya kau lebih mengerti tentang soal ini
daripada diriku bukan ?"
"Siaute belum pernah mendengar terjadinya suatu peristiwa besar didalam ruangan
Seng tong, seandainya terjadi suatu gerakan, entah bagaimanapun kecilnya
gerakan tersebut, siaute pasti percaya akan mendengar beritanya."
"Phu tongcu" Kwik Soat kun segera berbisik, "sudah berapa lama kau
menggabungkand iri dengan perguruan tiga malaikat ?"
"Dua puluh lima tahun lebih, waktu itu perguruan tiga malaikat baru saja
didirikan, banyak sekali jago yang dibutuhkan, maka siaute lantas memperoleh
kedudukan sebagai tongcu ruang Kin lun ini."
"Toa sengcu yang kau jumpai waktu itu seharusnya berusia beberapa tahun... ?"
"Waktu itu kami sering kali berjumpa dengan Toa sengcu, kalau dilihat potongan
badannya seperti jauh berbeda dengan keadaan sekarang. sedangkan mengenai soal
umur, aku belum pernah melihat raut wajah asli dari Toa sengcu, sehingga sukar
menentukan." "Usia seseorang haruslah dapat didengar dari nada pembicaraannya, mengapa Phu
tongcu tidak memberikan suatu kesimpulan saja ?"
503 "Peristiwa ini berlangsung pada dua puluh tahun berselang, selama dua puluh
tahun belakangan ini, aku sudah amat jarang bertemu dengan Toa sengcu." Kwik
Soat kun tidak banyak bicara lagi, dia lantas berpaling dan memandang ke arah
Buyung Im seng. Tampak Buyung Im seng sedang berdiri disampingnya dengan wajah termangu
seperti ada sesuatuyang dipikirkan sehingga ia sama sekali tak mendengar apa
saja yang dibicarakan beberapa orang itu.
Pelan-pelan Kwik Soat kun segera mendekati kesisi Buyung Im seng. kemudian
tegurnya dengan suara lirih.
"Mari kubalutkan lukamu itu, agar darah jangan mengalir terus menerus."
Seperti baru sadar dari impian, Buyung Im seng segera berseru tertahan karena
kaget. "Aah, cuma luka luar saja, tidak terasa sakit" sahutnya cepat.
"Malam ini kau hendak pergi menjumpai ayahmu, maka keadaan tak boleh begini
mengenaskan." Kembali Buyung Im seng tertawa getir.
"Moga-moga saja janji yang diucapkan Toa sengcu tak diingkari lagi sampai
waktunya." "Soal ini tak usah Buyung si heng kuatirkan." kata Phu Thian khing cepat,
"menurut apa yang kuketahui, setiap janji yang telah diucapkan oleh Toa sengcu,
belum pernah ada yang diingkari."
Dari dalam sakunya Kwik Soat kun mengeluarkan secarik saputangan dan dipakai
untuk membersihkan noda darah dari badan Buyung Im seng, gerak geriknya
sangat lemah lembut. Phu Thian khing segera tertawa terbahak-bahak, tegurnya kemudian.
"Saudara Thio, bagaimana pula dengan keadaan lukamu ?"
"Aah, lukaku tidak terlalu parah."
"Siaute akan suruh mereka siapkan sayur dan arak, mari kita sambil membalut
luka sambil minum arak, entah bagaimana menurut pendapat kalian ?"
"Bagus sekali ! Arak bisa menyembuhkan luka. aku kira obatpun tak usah
dibutuhkan lagi diatas luka."
Phu Thian khing segera memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan
sayur dan arak, kemudian memerintahkan pula untuk mengambil beberapa stel
pakaian yang bersih, selesai berganti pakaian, mereka pun duduk sambil minum
arak. Ketika hidangan sudah berlangsung sekian lama, tiba-tiba Kwik Soat kun berkata.
"Saudara Buyung nampaknya ada sesuatu yang sedang kaupikirkan, arakpun
rasanya tak dapat menghilangkan kemurunganmu itu, lebih baik beristirahat
dulu." 504 "Perkataan nona Kwik benar" sahut Buyung Im seng cepat, "siaute sudah cukup
minum arak dan sekarang memang ingin sekali pergi beristirahat untuk beberapa
waktu." Phu Thian khing segera bangkit berdiri, katanya.
"Kalau begitu, biarlah aku membawa jalan untuk Buyung si heng...."
Dia mengantar sendiri Buyung Im seng ke dalam sebuah ruangan yang mungil,
bahkan memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan disekitar
tempat itu sehingga setiap saat bisa menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kalau semua perubahan yang terjadi selama ini diluar dugaan siapa pun, bila Phu
Thian khing membayangkan kembali semua peristiwa tersebut, hampir saja ia tak
berani mempercayainya. Sementara itu Buyung Im seng segera duduk bersemedi di dalam kamar setelah
berada dalam ruangan seorang diri, dia berusaha keras menenangkan hatinya yang
kalut serta mengembalikan kondisi badannya, agar didalam menghadapi
pertarungan sengit berikutnya, dia sudah mempunyai tenaga baru.
Sekalipun ia sudah mendapatkan pemeriksaan yang seksama dari Song Cu sian
atas diri khas didalam tubuhnya, namun di dalam hati kecilnya dia masih menaruh
perasaan curiga terhadap asal usul sendiri, kalau dihari-hari biasa tidak
dipikirkan, keadaan masih mendingan, tapi bila dipikirkan dengan seksama, maka
dia merasa menjumpai banyak sekali titik-titik kelemahan.
Buyung Im seng harus menggunakan kekuatan yang paling besar untuk menekan
gejolak pikiran yang berkecamuk di dalam benaknya, dia harus mengorbankan
waktu yang cukup banyak dan lama sebelum bisa menenangkan batinnya dan
membawa diiri menuju ke keadaan tenang.
Begitu semedinya dimulai, waktupun berlalu tanpa disadari olehnya, ketika
mendusin kembali cahaya lenetera sudah disulut kembali dalam ruangan itu,
bahkan dalam ruangan itu hadir banyak orang.
Phu Thian khing, si pedang cepat Thio Kin, asih ada lagi Lian Giok seng, Im Cui
sui, Kwik Soat kun serta Siaujin sekalian.
Sambil mengucek matanya, Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya
sembari menegur. "Sudah lamakah kalian menunggu ?"
"Kami pun baru saja datang !" sahut Lian Giok seng cepat.
Buyung Im seng segera bangkit berdiri, katanya lagi.
"Sekarang sudah jam berapa ?"
"Sudah mendekati malam"
"Apakah kita akan pergi menjumpai ayahku ?"
"Sudah terjadi suatu perubahan yang sangat besar" kata Lian Giok seng cepat
dengan wajah amat serius.
505 "Terjadi perubahan " Apakah Toa sengcu akan mengingkari janji ?" seru Buyung Im
seng agak tertegun. Lian Giok seng menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya.
"Toa sengcu mah tidak mengingkari janji, bahkan telah menurunkan perintah agar
aku menemanimu untuk pergi menjumpai ayahmu"
"Bukankah hal ini sangat baik ?" tanya Buyung Im seng.
Lian Giok seng menghembuskan napas panjang, dia seperti ingin mengucapkan
sesuatu namun niatnya itu kemudian diurungkan.
Buyung Im seng menjadi sangat keheranan menyaksikan sikapnya yang ingin
berbicara tapi kemudian mengurungkan niatnya itu, segera ujarnya dengan cepat.
"Lian locianpwe, apa yang terjadi " Silahkan kau ucapkan secepatnya, boanpwe
sudah banyak menjumpai peristiwa-peristiwa besar dan cukup mengetahui akan
berbagai macam kesulitan, aku percaya masih dapat menahan pukulan batin
macam apapun juga." Lian Giok seng mendehem pelan, lalu katanya.
"Hal ini menyangkut soal nona Nyoo..."
"Maksudmu Nyoo Hong leng ?"
"Benar. Nona Nyoo Hong leng."
"Kenapa dia ?" Lian Giok seng ragu-ragu sejenak, kemudian sahutnya.
"Buyugn si heng, menurut pendapatmu kebahagiaan seseorang yang penting
ataukah keselamatan dunia persilatan lebih penting ?"
"Boanpwe tidak habis mengerti terhadap maksud perkataan locianpwe itu..."
"Maksud lohu, disatu pihak adalah Nyoo Hong leng yang cantik jelita bak bidadari
dari kayangan, sedang dipihak lain ada mati hidupnya beribu-ribu orang umat
persilatan, bagimu kau akan memilih pihak yang mana ... ?"
"Siautit masih belum habis mengerti, apakah hubungan antara kecantikan nona
Nyoo dengan keselamatan umat persilatan ?"
Lian Giok seng segera menghela napas panjang.
"Toa sengcu telah jatuh cinta kepada nona Nyoo tapi nona Nyoo mengajuka sebuah
syarat yakni ingin berjumpa dengan dirimu. dapatkah kau menasehati kepada nona
Nyoo agar mau menuruti semua keinginan Toa sengcu " ketahuilah, persoalan ini
menyangkut tentang keselamatan dari umat persilatan..."
Buyung Im seng menghela napas panjang.
"Apakah perkataan dari Toa sengcu dapat dipercayai ?" tanyanya.
"Menurut apa yang kuketahui, Toa sengcu adalah seorang yang tidak gampang
memberikan janjinya, tapi bila dia telah menjanjikan sesuatu selamanya tak
pernah diingkari kembali."
506 "Apakah locianpwe yakin kalau aku mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
jalan pemikiran nona Nyoo ?"
"Jangankan Toa sengcu mempunyai pendapat dmeikian, sekalipun lohu sendiripun
mempunyai perasaan bahwa kau memang memiliki kekuatan yang besar sekali
untuk mempengaruhi jalan pemikirannya."
"Tapi aku tidak mempunyai perasaan demikian...."
"Buyung huantit" kat Im Cu siu pula, "lohu rasa di dunia ini tiada sesuatu yang
sempurna, kalau toh Toa sengcu telah mengemukakan maksud hatinya, lohu rasa
tiada pilihan lain kecuali kita ikuti keinginannya itu, berbicara bagimu,
mungkin hal ini merupakan yang berat sekali, meski perempuan cantik banyak di dunia ini,
namun sukar menemukan Nyoo Hong leng kedua, tetapi berbicara bagi umat
persilatan, hal ini justru merupakan warta gembira, sejak sekarang dunia
persilatan akan melewati suatu suasana yang penuh ketenangan dan kemudian,
kalian ayah dan anakpun bisa berjumpa kembali, hal ini merupakan suatu
melampiaskan rasa baktimu kepada orang tua, mengenai berbakti memang beribu
bahkan berpuluh ribu orang akan menerima manfaatmu, bayangkan saja betapa
besarnya arti pengorbananmu itu."
Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas
panjang, katanya. "Sebenarnya siautit sama sekali tidak mempunyai keyakinan untuk bisa
mempengaruhi jalan pemikiran Nyoo Hong leng, tapi demi bisa berjumpa dengan
ayahku, siautit bersedia untuk mencobanya dengan sepenuh tenaga...."
"Saudara Buyung, jangan kau luluskan dulu permintaan itu" tiba-tiba Kwik Soat
kun berseru. Lian Giok seng segera menjura sambil bertanya.
"Nona kwik, kau ada petunjuk apa "'
"Bila nona Nyoo sudah menuruti kemauan Toa sengcu, apakah perguruan tiga
malaikat masih ada di dalam dunia persilatan ?"
"Perguruan tiga malaikat akan segera dibubarkan dan istana seng kiong akan
dibakar hancur....."
"Itu berarti kalian pun akan mendapatkan kebebasan kembali" sambung Kwik Soat
kun cepat. Paras muka Lian Giok seng dan Im Cu siu segera berubah menjadi merah padam,
mereka hanya mengangguk tanpa menjawab.
"Aku masih ada suatu persoalan yang perlu dikuatirkan"
"Silahkan nona katakan !"
"Benarkan Toa sengcu mempunyai kemampuan untuk membuyarkan perguruan
tiga malaikat ?" "Kekuataan paling besar terletak ditangannya. dia merupakan pemimpin nomor
satu dalam perguruan tiga malaikat, mengapa hal ini bisa dilakukan olehnya ?"
kata Im Cu siu. 507 "Menurut pendapatku, aku rasa kejadian ini tidak akan sedemikian sederhananya."
Lian Giok seng menjadi tertegun.


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tolong tanya nona atas dasar apa kau berkata demikian... ?" tanyanya.
"Aku tak dapat mengemukakan bukti. aku hanya merasa kalau persoalan tidak
akan sesederhana ini. aku percaya kalianpun merupakan jago-jago persilatan yang
sudah berpengalaman luas dalam dunia persilatan. coba pikirkan dengan seksama,
dengan susah payah dan mengorbankan banyak tenaga dan pikiran Toa sengcu
membangun perguruan tiga malaikat. kini kekuasaannya sudah hampir meliputi
separuh dari dunia persilatan, kekuatan apa yang bisa mendorongnya untuk
melepaskan kekuasaan yang begini besarnya itu ?"
Lian Giok seng maupun Im Cu siu segera merasa kalau ucapannya ini sangat
masuk diakal, mereka jadi saling berpandangan dengan wajah tertegun, untuk
beberapa saat lamanya mereka tak tahu bagaimana mesti menjawab.
Kwik Soat kun segera berkata lebih lanjut.
"Masih ada satu hal lagi, aku merasa sikap serta tindak tanduk Toa sengcu
kelewat halus dan ramah, hal ini sama sekali berbeda dengan kekejaman, kebuasan serta
keganasannya dimasa perguruan Sam Seng bun mulai mencari kekuasaan dalam
dunia persilatan." Mendengar perkataan tersebut, Lian Giok seng, Im Cu siu, Phu Thian khing
maupun Thio Kin sekalian merasakan matanya terbelalak lebar dengan mulut
melongo, mereka tahu bagaimana harus menanggapi perkataan tersebut..........
Tapi dalam hati kecil masing-masing dapat merasa bahwa apa yang diucapkan oleh
Kwik Soat kun barusan memang sangat benar dan masuk diakal.
Kwik Soat kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
melanjutkan. "Maksudku, kemungkinan besar Toa sengcu yang sekarang bukanlah Toa sengcu
yang mendirikan perguruan tiga malaikat dimasa lampau."
"Sejak aku memasuki perguruan Sam Seng bun, selama ini tugasku adalah
pemimpin para pelindung hukum dalam ruang Seng tong, boleh dibilang aku
merupakan orang yang paling dekat denga Toa sengcu selama ini."
"Apakah kau berhasil menemukan sesuatu perbedaan pada diri Toa sengcu yang
sekarang ini ?" "Aku tak pernah menemukan sesuatu perbedaan antara Toa sengcu yang sekarang
dengan yang dulu." "Kau mengakui sebagai pemimpin para pelindung hukum dalam ruangan Seng
tong, apakah selama ini kau berkesempatan untuk berjumpa pula dengan malaikat
kedua dan malaikat ketiga ?"
"Ya, aku pernah menjumpainya."
"Manusia seperti apakan Ji sengcu itu ?"
"Walaupun ji sengcu dan sam sengcu tak pernah menggunakan kain cadar untuk
menutupi seraut wajahnya, namun mereka seperti bermaksud untuk
508 menghindarkan diri dari pengamatan orang lain, seolah-olah tak pernah memberi
kesempatan kepada orang lain untuk melihat jelas-jelas paras muka aslinya...."
"Itu berarti walaupun kau sudah pernah berjumpa dengan Ji sengcu dan Sam
sengcu, namun sama sekali tidak tahu bagaimanakah raut wajah mereka yang
sebenarnya ?" "Tampaknya Ji sengcu adalah seorang kakek, aku sudah pernah bertemu beberapa
kali dengannya, dia selalu mengenakan pakaian warna hijau dan jenggotnya
sepanjang dada." "Jika ji sengcu tidak mengenakan jenggot tiruan, tentunya usia orang itu dengan
usia Toa sengcu selisih banyak sekali bukan ?"
Lian Giok seng segera manggut-manggut.
"Ya, seharusnya memang demikian. Kecuali ilmu silat yang dimiliki Toa sencu
sudah mencapai ke tingkatan bisa memudakan kembali wajah yang tua........."
ooOooo Orang lain belum pernah bertemu dengan wajah Toa sengcu. Oleh karena itu tidak
ada yang memahami maksud perkataan dari Kwik Soat kun tersebut.
"Bagaimana pula dengan Sam sengcu " Dia adalah seorang manusia macam apa
................ ?" kembali Kwik Soat kun bertanya.
"Dia adalah seorang sastrawan setengah baya, cuma ada suatu kali tampaknya dia
mengenakan jubah tosu"
"Itu berarti dia adalah seorang tojin" Lian Giok seng tertawa.
"Aku sudah dua kali berjumpa dengan Sam sengcu tapi setiap kali dia muncul
dengan pakaian yang berbeda."
oooOooo Bagian Ketiga Puluh Enam "Kakek berjengkot putih dan sastrawan berusia setengah baya, dua macam
manusia seperti ini tidak banyak dijumpai dalam dunia persilatan." kata Kwik
Soat kun lagi. "Seandainya aku bisa berjumpa dengan ayahku, mungkin kita dapat memperoleh
latar belakang dari peristiwa ini." sela Buyung Im seng secara mendadak.
"Persoalannya sekarang, bila Buyung si heng tidak bisa membujuk Nyoo Hong leng
agar menuruti kemauan Toa sengcu, mungkin malam ini sukar buat kita untuk
berjumpa dengan Buyung tayhiap."
Buyung Im seng segera tertawa getir.
"Kalau begitu, janji dari Toa sengcu pun belum tentu dapat dipercaya
kebenarannya." "Buyung si heng, menurut pendapatku, tidak ada salahnya kalau kau pergi
membujuk nona Nyoo."
509 Buyung Im seng termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia pun
mengangguk. "Baiklah ! Cuma terlebih dulu aku harus mencari tahu dulu persoalan yang bisa
menghilangkan kecurigaanku."
"Silahkan kau tanyakan."
"Aku hanya bersedia untuk membujuk, apakah berhasil untuk membujuknya atau
tidak, aku tak berani menjamin."
"Ya, asal kau sudah berusaha dengan segala kemampuan, rasanya hal itupun lebih
dari cukup." "Kapan kita akan berangkat ?"
"Lebih cepat lebih baik."
"Apakah hanya Buyung kongcu seorang yang boleh kesana ?" tanya Kwik Soat kun.
"Toa sengcu hanya berperan demikian, maka aku hanya akan mengajak Buyung
kongcu seorang." "Kalau begitu harap locianpwe segera membawa jalan begiku." seru Buyung Im
seng sambil mengulapkan tangannya.
"Harap saudara sekalian menunggu disini, aku akan mengajak Buyung kongcu
kesana sebentar." "Apakah saudara Lian akan balik kembali kemari ?" tanya Phu Thian khing cepat.
"Tentu saja. Buyung kongcu pun takkan terlalu lama tinggal disana, paling cepat
setengah jam, paling lama satu jam, aku pasti akan mengajaknya kembali ke sini."
"Bila saudara Lian tak kembali kemari dalam satu jam, apakah itu berarti telah
terjadi suatu peristiwa ?"
"Aku rasa satu jam sudah lebih dari cukup bila aku belum juga kembali, harap
saudara sekalian bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak
diinginkan." "Baik, kita tetapkan demikian saja." seru Im Cu siu kemudian, "kalian boleh
segera berangkat !" Lian Giok seng segera mengajak Buyung Im seg menyeberangi jembatan merah Ku
ci cu kau dan menuju pesanggrahna Teng ciau siau cu.
Ditengah ruang tamu yang indah, tampak dua batang lilin merah sedang
memancarkan sinarnya dengan terang benderang.
Nyoo Hong leng dengan mengenakan pakaian berwarna putih sedang duduk
termangu di dalam ruang itu.
Buyung Im seng berjalan langsung menuju ke ruangan itu, meski sepanjang jalan
tidak nampak ada manusia yang menghalangi perjalanannya, namun dalam hati
kecilnya dia tahu, dibalik kegelapan sudah pasti terdapat banyak jago lihai yang
sedang mengawasi gerak-geriknya.
Dengan suara lirih Lian Giok seng berbisik.
510 "Pergilah berbincang-bincang nona Nyoo ! Aku akan menjaga segala kemungkinan
yang tak diinginkan diluar sana !"
Buyung Im seng tertegun, baru saja dia hendak bertanya, Lian Giok seng telah
membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Kalau diingat kembali ucapan dari Lian Giok seng tersebut, tampaknya
mengandung suatu maksud yang amat dalam tapi ia tak sampai untuk menanyai
sampai jelas lagi, terpaksa dengan langkah lamban dia berjalan menuju ke ruang
tengah. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Nyoo Hong leng waktu itu, dia tampak amat
terpesona sehingga sama sekali tidak tahu kalau Buyung Im seng sedang masuk ke
dalam ruangan. Buyung Im seng mendongakkan kepala dan tiba-tiba memandang sekejap ke arah
Nyoo Hong leng, kemudian setelah mendehem pelan tegurnya.
"Nona Nyoo !" Pelan-pelan Nyoo Hong leng memalingkan wajahnya, dengan sorot mata yang
diliputi kemurungan dan rasa sedih, dia awasi wajah Buyung Im seng tanpa
berkedip. Ketika empat mata saling bertemu, untuk sesaat lamanya siapapun tak tahu
bagaimana mesti membuka suara.
Sampai lama, lama kemudian, Nyoo Hong leng baru mengerdipkan sepasang
matanya yang besar dan bulat itu, dua titik air mata segera jatuh berlinang
membasahi pipinya. "Dia benar-benar menyuruhmu datang kemari ?"
"Siapa yang kau maksudkan ?"
"Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat !"
"Dia suruh aku datang membujukmu."
"Soal ini aku tahu, bahkan akupun tahu kalau ayahmu masih hidup di dunia ini,
bahkan sebentar lagi kau dapat berjumpa muka dengannya."
Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
"Hal ini sukar untuk dikatakan, sampai sekarang aku belum dapat mengambil
keputusan apakah aku akan berjumpa dengan Buyung tayhiap atau tidak."
"Hei, kaupun memanggul sebagai Buyung tayhipa ?" seru Nyoo Hong leng tertahan.
"Hingga sekarang aku belum dapat membuktikan benarkah aku adalah putra dari
Buyung tayhipa atau bukan, hal ini harus berjumpa dulu dengan Buyung tayhiap
baru bisa diketahui keadaan yang sebenarnya."
Nyoo Hong leng menghela napas panjang.
"Aaai, selama beberapa hari ini banyak persoalan yang lebih kupikirkan, aku
merasa amat menderita tapi aku merasa keheranan, banyak perasaan aneh yang
511 baru serasa menyerang diriku, perasaan aneh semacam ini belum pernah kujumpai
sebelumnya." "Aaai, sebenarnya aku hendak membujukmu tapi sekarang agaknya aku harus
mendengarkan perkataanmu."
"Aku minta kepadanya agar mengundangmu kemari, tujuannya tak lain adalah
ingin memberitahukan kepadamu persoalan yang dimasa lalu kuanggap suatu
persoalan yang sangat sederhana, sekarang ternyata sudah berubah menjadi suatu
persoalan yang paling sukar untuk diselesaikan."
"Persoalan apakah itu ?" tanya Buyung Im seng keherana, "kalau toh dimasa
lampau kau anggap suatu persoalan sederhana, mengapa sekarang bisa berubah
menjadi persoalan yang amat menyulitkan dirimu."
"Aku punya kebiasaan yang menjaga kebersihan, aku paling tidak suka berkumpul
dengan orang lain kecuali kadangkala rindu kepada ibuku, belum pernah aku rindu
kepada orang lain, tapi sekarang keadaannya jauh berbeda."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, sinar mata yang jeli itu
segera memancarkan perasaan cinta yang amat tebal dan mendalam, pelan-pelan
katanya lebih jauh. "Selama beberapa hari ini, entah apa sebabnya aku sering kali merasa rindu
kepadamu." Buyung Im seng menghela napas panjang, sambungnya cepat.
"Akupun selalu menguatirkan keselamatanmu."
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau rindupun bisa menyiksa batin,
perasaanku betul tersiksa hebat sekali."
Mendadak dari kejauhan sana terdengar suara dari Lian Giok seng berkumandang
datang. "Menyambut kedatangan sengcu !"
Buru-buru Nyoo hong leng menyeka air matanya setelah mendengar perkataan itu
bisiknya. "Dia telah datang."
Tanpa terasa Buyung Im seng mundur dua langkah ke belakang dan berdiri
disamping. Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan,
Toa sengcu yang berbaju hitam dan mengenakan kain cadar berwarna hitam pelan-pelan telah
berjalan masuk ke dalam. Nyoo Hong leng segera membereskan rambutnya yang kusut, kemudian menegur.
"Mau apa kau datang kemari " Pembicaraan kami toh belum selesai ?"
"Cuaca pun bisa berubah-ubah setiap saat, aku tidak menyangka akan menjumpai
begitu kejadian yang sama sekali diluar dugaanku" kata orang berbaju hitam itu
dengan dingin. 512 "Perosalan apa ?"
"Tentu saja ada sangkut pautnya dengan nona."
"Apakah ayah ibuku telah datang kemari ?"
Dengan cepat orang berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Mungkin saja ilmu silat yang dimiliki ayah ibumu mempunyai kelebihan yang luar
biasa, namun aku yakin masih sanggup menghadapi kelihaian mereka."
"Kau kelewat sombong !"
"Aku tak dapat membuang waktu terlalu banyak lagi, maka aku minta nona bisa
secepatnya mengambil keputusan dalam persoalan ini."
"Kau suruh aku memutuskan persoalan apa ?"
Orang berbaju hitam itu melepaskan kain cadar yang menutupi wajahnya, tampak
diatas wajahnya yang tampan terlintas perasaan gelisah yang amat tebal, butiran
keringatpun telah membasahi jidatnya.
Buyung Im seng yang menyaksikan wajah asli dari orang itu, diam-diam segera
memuji. "Ehmm, selain masih sangat muda, ternyata diapun tampan sekali."
Sambil menyeka keringat yang membasahi jidatnya, orang berbaju hitam itu
berkata lagi. "Entah bagaimana ceritanya, janji yang kukuatirkan kepada nona ternyata sudah
bocor ditempat luaran, sekarang di dalam perguruan Sam seng bun telah terjadi
suatu perubahan besar yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya,
situasinya sekarang sudah mendekati suatu ancaman yang sangat gawa."
"Apakah mereka telah menghianati dirimu ?" sela Nyoo Hong leng cepat.
"Boleh dibilang akulah yang telah menghianati perguruan tiga malaikat..."
"Toa sengcu, kekuasaan terbesar dari perguruan ini toh berada ditanganmu,
siapakah yang berani menantang dirimu ?" sela Buyung Im seng dari samping.
"Sekalipun kekuasaan yang kumiliki amat besar tapi dalam perguruan Sam seng
bun pun terdapat banyak sekali batasan-batasan atas kekuasaan yang dimiliki
seseorang, padahal kekuasaanku belum mencapai puncak diatas segala-galanya."
"Bagaimanakah sikap Ji sengcu dan Sam sengcu ?" tanya Nyoo Hong leng
kemudian. Tiba-tiba saja paras muka orang berbaju hitam itu berubah menjadi amat serius,
sahutnya. "Justru mereka berdualah yang telah membawa anak buahnya mendesak diriku..."
"Mengapa tidak kau lanjutkan perkataanmu itu " Mereka mendesak apa kepadamu
?" tanya Nyoo Hong leng.
"Mereka mendesak padaku untuk membunuh kalian berempat, agar dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari segenap anggota perguruan."
513 "Kalau memang demikian, silahkan mempertimbangkan sendiri keputusanmu itu,
kenapa malah aku yang kau paksa mengambil keputusan ?"
Mencorong sinar berkilat dari balik mata Toa sengcu, ujarnya setelah hening
sebentar. "Bila nona bersedia meluluskan permintaanku itu, maka akupun akan
melaksanakan terhadap tekanan mereka."
"Ilmu silatmu sangat tinggi, bila bertarung dengan mereka, kemenangan sudah
pasti ditanganmu, apa pula yang mesti kau kuatirkan lagi ?" kembali Nyoo Hong
leng menyela.

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cepat Toa sengcu menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Kesempatan untuk mencapai kemenangan masing-masing pihak memegang
separuh bagian, sebenarnya dibalik persoalan ini masih mencakup masalah
keadaan yang sangat rumit, mustahil bagiku untuk memberi penjelasan kepada
disuatu saat." Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian tanyanya.
"Seandainya aku tidak meluluskan ?"
Toa sengcu termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya.
"Cara yang paling mudah adalah kuperintahkan kepada Ji sengcu dan Sam sengcu
untuk membawa jago-jago lihainya mengerubuti kalian, entah ditangkap entah
dibunuh, bukan saja hal ini dapat menyelamatkan suatu pertumpahan darah dalam
tubuh perguruan Sam seng bun sendiri bahkan dapat memupuk kekuasaan yang
lebih kuat lagi bagiku dalam perguruan ini."
"Tapi yang jelas kamipun tak akan menyerah begitu saja tanpa melawan." kata
Nyoo Hong leng sambil mengerdipkan matanya.
"Aku tahu, bahkan diantara pelindung hukum ruang Seng tong kami akan muncul
banyak orang untuk membantu kalian, terutama Buyung Im seng, tapi kekuatan
semacam itu masih belum cukup menguatirkan, mereka tak akan nanti bisa
menangkan kelihaian dari Ji sengcu maupun Sam sengcu."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Cuma, aku tak akan berbuat demikian."
"Apa yang hendak kau lakukan sekarang ?"
Sekali lagi paras muka orang berbaju hitam itu berubah menjadi amat serius,
katanya. "Aku telah mempersiapkan dua orang kepercayaanku untuk menghantar kau turun
gunung dan salah seorang diantara empat dayangku akan mewakilimu untuk
mampus disini." "Mengapa ?" tanya Nyoo Hong leng dengan sedih.
Orang berbaju itam itu menghela napas panjang.
"Selamanya aku tidak mempunyai beban pikiran, persoalan dan manusia macam
apapun yang ada di dunia ini tak pernah kupikirkan didalam hati, tapi sejak
514 bertemu dengan kau, tiba-tiba saja antara dalam hatiku seperti mula, muncul
suatu beban tanggung jawab yang berat dan hal ini membuat aku lebih merasakan makna
dari kehidupan manusia di dunia ini, ada kalanya walaupun jelas aku tahu kalau
itu merupakan suatu perangkap, tapi mau tak mau toh melompat turun juga."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Nah, waktu yang tersedia tidak banyak lagi. bagaimanakah keputusan nona harap
segera ditetapkan dengan segera."
"Jangan mendesak aku, aku harus memikirkan persoalan ini dengan sebaikbaiknya
!" jerit Nyoo Hong leng dengan suara lengking.
Orang berbaju hitam itu menghela napas panjang.
"Mereka telah menghimpun anak buahnya dan siap melakukan penggrebekan, tak
sempat lagi aku memberi waktu kepadamu, entah bagaimanapun keputusanmu
pokonya sekarang aku harus segera mengambil keputusan."
Buyung Im seng cepat-cepat menjura dan berkata.
"Toa sengcu telah meluluskan permintaanku untuk mengajak aku menjenguk
ayahku, tampaknya kau akan mengingkari janji."
Orang berbaju hitam itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Perubahan ini sama sekali tak kuduga, dalam keadaan seperti ini mau tak mau
terpaksa aku harus mengingkari janji."
Rasa sedih segera menyelimuti wajah Buyung Im seng, katanya dengan amat pedih.
"Semoga saha apa yang kau katakan itu merupakan suatu kenyataan."
Tiba-tiba dua baris air mata jatuh berlinang membasahi wajah Nyoo Hong leng
yang halus, katanya. "Apakah kau bertekad hendak menjumpai ayahmu ?"
"Andaikata dia masih hidup di dunia ini, berjumpa dengan ayahku merupakan
keinginan yang paling besar dalam hidupku."
"Seandainya kau tak berhasil menjumpai Buyung Tiang kim ?" tanya Nyoo Hong
leng lagi dengan wajah sedih.
"Maka aku takkan bisa tidur nyenyak, makan terasa sekam dan matipun takkan
memejamkan mata." "Begitu pentingkah ?"
"Bila kau sampai menyia-nyiakan kesempatan kali ini , maka kemungkinan besar
aku tak akan mempunyai kesempataan lagi dalam hidupku kini untuk bersua lagi
dengan ayahku." "Entah aku dapat membantumu atau tidak ?"
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah orang berbaju hitam itu, kemudian
ujarnya. "Toa sengcu, seandainya aku bersedia meluluskan permintaanmu itu, apakah
kaupun dapat meluluskan sebuah permintaanku ?"
515 "Katakanlah !" "Ajaklah Buyung Im seng untuk berjumpa dengan ayahnya."
Buyung Im seng yang mendengar perkataan itu segera merasakan hatinya bergetas
keras, segera pikirnya. "Ternyata dia hendak membantuku dengan cara begini..."
Sementara itu orang berbaju hitam tersebut telah menjawab setelah termenung
sebentar. "Untuk bersua muka tentu saja boleh, tapi kita bakal menemui bahaya lebih
banyak lagi." "Bahaya apa ?" "Bila mereka tahu kalau Toa sengcu yang memimpin perguruan tiga malaikat
ternyata hendak menghancurkan hasil karya yang berhasil ditegakkan selama ini,
sudah pasti aku tak akan mampu untuk menguasai semua jago lihai yang berada di
dalam perguruan ini lagi."
"Aku tahu kalau kau mempunyai banyak alasan yang sangat menarik hati tapi aku
tak mau mendengarnya, aku hanya ingin bertanya kepadamu bersedia atau tidak
dan mampukah kau untuk melaksanakannya ?"
"Aku bisa saja meluluskan permintaanmu itu, tapi apakah bisa terlaksana, aku
sendiripun tidak mempunyai keyakinan yang terlalu besar."
Nyoo Hong leng menghela napas panjang.
"Akupun bersedia meluluskan permintaanmu bila urusan disini telah selesai dan
kita berdua masih hidup, aku akan menjadi isterimu."
Orang berbaju hitam itu tertegun sesaat, rasa kejut dan gembira segera
berkecamuk dalam benaknya.
"Sungguhkah itu ?" serunya tak tahan.
"Tentu saja sungguh, mengapa aku harus membohongimu ?"
Tiba-tiba senyuman yang menghiasai ujung bibir orang berbaju hitam itu lenyap
tak berbekas, pelan-pelan dia berkata lagi.
"Aku rasa nona pasti akan mengajukan suatu persoalan yang amat sukar padaku."
"Jika kau tak mampu membubarkan perguruan Tiga malaikat, hal ini merupakan
kesalahanmu sendiri yang telah mengingkari janji, masakah hendak menyalahkan
aku ?" Orang berbaju hitam itu menghela napas panjang.
"Ya, tentu saja tak dapat menyalahkan dirimu, katakanlah sekarang ! Apa yang
harus kulakukan ?" "Pertama, aku minta kepadamu untuk secara resmi membuyarkan perguruan tiga
malaikat entah harus bertarung denang Ji sengcu atau Sam sengcu sekalipun aku
juga akan membantumu dengan sepenuh tenaga."
"Katakanlah lebih lanjut ! Apakah permintaanmu yang kedua ?"
516 "Ajaklah Buyung kongcu untuk menjumpai Buyung Tiang kim !"
"Selain itu ?" "Cukup, asal kau sanggup melaksanakan dua hal tersebut, kau sudah cukup untuk
kusebut sebagai seorang pahlawan !"
Orang berbaju hitam itu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya.
"Sebelum segala sesuatunya terjadi, aku merasa perlu untuk menerangkan dulu
keadaan yang sebenarnya, meskipun aku adalah Toa sengcu dari perguruan tiga
malaikat, namun sama sekali tidak mengendalikan perguruan tiga malaikat ini."
"Sejak kami melangkah masuk kedalam ruang Seng tong, apa yang kulihat dan apa
yang kudengar, seakan-akan menunjukkan kalau kekuasaan terbesar dari seluruh
perguruan Sam seng bun ini berada ditanganmu seorang."
"Perguruan Sam seng bun merupakan suatu organisasi rahasia yang luar biasa,
entah siapa saja, bila dia sanggup mengenggam kunci dari organisasi tersebut,
maka dia dapat menguasai kekuatan yang paling besar dari perguruan Sam seng
bun ini." Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan.
"Seringkali aku mengenakan kain cadar, tujuannya tak lain adalah untuk
mempertahankan suasana kemisteriusan tersebut."
"Apakah sekarang kau telah kehilangan kunci dari kekuatan untuk menguasai
perguruan ini ?" Orang berbaju hitam itu tertawa getir.
"Ya, karena aku telah menyampaikan janjiku kepadamu untuk membubarkan
perguruan sam seng bun, ternyata kabar ini telah didengar pula oleh Ji sengcu
dan Sam sengcu, demi melindungi keselamatan sendiri, sudah barang tentu mereka
harus bersatu padu untuk menghadapi diriku."
Belum sempat Nyoo Hong leng bertanya lagi, mendadang terdengar suara dari Lian
Giok seng berkumandang datang.
"Toa sengcu sedang berada dalam pesanggrahan Teng cian sian cu, berani betul kau
membikin onar disini !"
Buru-buru orang berbaju hitam itu mengenakan kain cadar hitamnya dan berkata.
"Kejadian dibalik perguruan Sam seng bun sesungguhnya sangat kalut dan
mustahil bisa dijelaskan sepatah dua patah kata, tapi aku tak sempat untuk
banyak bicara dengan dirimu lagi, semoga kau dapat mempercayai diriku."
Mendadak dia membalikkan badan dan keluar dari ruangan tersebut dengan
langkah lebar. Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang dinign menyeramkan berkumandang
datang. "Lian Giok seng minggir kau !"
517 Menyusul bentakan tersebut tampak dua bayangan manusia, muncul bersama.
Belum sempat orang berbaju hitam itu keluar dari pintu ruangan, si pendatang
sudah masuk ke balik pintu gerbang.
Ketika diperhatikan, ternyata orang yang berada disebelah kiri adalah seorang
kakek berbaju hijau, berjenggot putih sepanjang dada yang membopong sebuah
kotak kayu merah. Sedangkan orang yang berada disebelah kan adalah seorang lelaki berjubah pendek
dengan rambut disanggul keatas, sepasang pedang tersoreng dipunggungnya.
Menyaksikan adegan tersebut, Buyung Im seng segera berpikir.
( Bersambung ke jilid 26 )
518 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 26 Mungkin kedua orang inilah yang dilukiskan Lian Giok seng sebagai Ji sengcu dan
Sam sengcu. Mendadak orang yang berbaju hitam itu segera menghentikan langkahnya dan
menegur dengan suara dingin.
"Kalian hendak berjumpa denganku ?"?"
Kakek berjubah hijau dan lelaki berdandan tocu ini segera menghentikan
langkahnya dan bersama-sama membungkukkan badan memberi hormat.
"Menjumpai Toa sengcu!" katanya hampir bersama.
"Tak usah banyak adat" tukas orang berbaju hitam itu sambil mengulapkan
tangannya, "ada urusan apa kalian datang kemari " Sekarang boleh kalian
utarakan." Tampaknya kakek berbaju hijau itu menaruh perasaan was-was dan keder
terhadap orang berbaju hitam itu, pelan-pelan dia mundur dua langkah ke belakang
sambil katanya. "Belakangan ini, didalam ruang Seng tong tersiar banyak berita, tentunya Toa
sengcu juga sudah mendengarnya bukan ?"
"Berita apa " Aku tak pernah mendengar apa-apa." tukas Toa sengcu sambil
tertawa dingin. "Konon Toa sengcu telah berjanji kepada seorang nona she Nyoo akan
membubarkan perguruan Sam seng bun, entah berita ini benar ataukah tidak ?"
Lelaki setengah umur yang berada di belakangnya, ikut berkata pula dengan cepat.
519 "Kami tak ingin mencampuri urusan pribadi Toa sengcu, akan tetapi bilamana hal
tersebut menyebut soal perguruan Sam seng bun sekalipun tidak akan kau
rundingkan dengan kami, agar kamipun melakukan suatu persiapan yang matang."
Sembari berkata, sepasang matanya segera dialihkan ke wajah Nyoo Hong leng dan
menatapnya lekat-lekat. Orang berbaju hitam itu segera menghembuskan napas panjang.
"Darimana kalian dengar kalau aku hendak membubarkan perguruan tiga malaikat
?" tegurnya. "Berita ini sudah tersebar luas di seluruh ruang seng tong, puluhan orang
pelindung hukum dan empat orang utusan khusus semuanya berkumpul di ruang
seng tong dan memukul tambur mohon bertemu, bahkan delapan panglima utama
dari ruang Seng tong pun sudah mendengar kabar ini, apakah Toa sengcu benarbenar
tidak mendengar apa-apa ?"
Buyung Im seng merasa keheranan sekali seketika dia menyaksikan kakek berbaju
hijau itu selalu menyungging kotak kayu di tangannya sepanjang pembicaraan
berlangsung. pikirnya kemudian.
"Tampaknya kotak kayu yang berada di tangannya itu adalah benda mustika tapi
mustika apakah itu ?"
Tiba-tiba terdengar orang berbaju hitam itu berkata lagi.
"Oooh... kalau begitu kalian datang menegurku karena mendapat pesan dari
mereka semua." Sam sengcu yang memakai baju berdandan tosu dan menyoren sepasang pedang itu
segera tertawa dingin, tukasnya.
"Andaikata kami tidak menaruh perasaan curiga terhadap Toa sengcu, sekalipun
mereka mengajukan permohonan, kami juga takkan berani datang menegur Toa
sengcu." "Kalau begitu, kalian berdua pun menaruh rada curiga terhadap diriku ?"
"Benar." "Sekarang waktu belum terlambat Toa sengcu masih dapat mengemukakan isi
hatimu secara blak-blakan." kata kakek berbaju hijau itu lagi.
"Yaa, benar" sambung Sam sengcu, "budak ini berada di depan mata, bila Toa
sengcu tidak menaruh maksud apa-apa kepadanya, sekarang juga kau boleh
membunuhnya di hadapan kami."
Orang berbaju hitam itu melongok keluar ruangan dan memandang sekejap,
kemudian katanya. "Aku tidak percaya kalau cuma kalian berdua saja yang datang."
"Dugaan Toa sengcu tepat sekali." sahut Sam sengcu, "delapan panglima dari ruang
Seng tong dan empat utusan khusus telah siap sedia di luar pesanggrahan Teng
cian siau cu ini." 520 "Aku rasa kalau cuma kalian berdua, tak nanti akan memiliki nyali sebesar ini."
jengek Toa sengcu dingin.
Kakek berjubah hijau ini mendehem pelan, lalu katanya lagi.
"Toa sengcu harap kau jangan bertindak menuruti emosi, pemimpin dari perguruan
Sam seng bun adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dengan kekuasaan yang
maha besar, mengapa gara-gara seorang gadis....."
Sambil menggelengkan kepalanya orang berbaju hitam itu menukas.
"Tampaknya kalian sudah lama merasa tidak puas kepadaku, maka kejadian ini
kalian gunakan sebagai alasan."
"Bukannya tidak puas, melainkan curiga." Sam sengcu menanggapi.
"Oooh, apa yang kalian curigakan atas diriku ?"
"Selama banyak tahun, seringkali kami merasa bahwa watak Toa sengcu sama
sekali berbeda dengan watak Toa sengcu ketika mendirikan perguruan Sam seng
bun, oleh karena itu......"
"Oleh karena itu kenapa ?" desak Toa sengcu.
"Oleh karena itu kami sudah menaruh curiga kepada Toa sengcu semenjak dulu,
apalagi penampilan Toa sengcu kali ini semakin nyata lagi, kami merasa yakin
kalau antara Toa sengcu dengan Toa sengcu yang dulu ketika mendirikan
perguruan merupakan dua orang yang berbeda."
"Mengikuti bertambahnya usia, maka watak seseorang akan mengalami pelbagai


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perubahan, apakah watak kalian berdua masih seperti dulu juga ?"
"Tapi perubahan yang diperlihatkan Toa sengcu sama sekali luar biasa dan jauh
dari kebiasaan." Toa sengcu tertawa dingin.
"Kalau sedang berbicara hatilah-hatilah sedikit, jangan sampai mengobarkan
kemarahanku !" tegurnya.
Sam sengcu tertawa dingin pula, dia telah bersiap-siap untuk balas mendamprat,
tapi Ji sengcu buru-buru menukas.
"Harap saudara Toa sengcu jangan salah paham, maksudku Sam sengcu adalah
menyelesaikan persoalan ini secara baik-baik sehingga kecurigaan kami selama ini
pun bisa terhapus sama sekali."
"Bagus sekali" pikir Buyung Im seng di dalam hatinya, "rupanya pihak Sam seng
bun sudah menaruh rasa curiga pula kepadanya."
Terdengar Toa sengcu berkata.
"Bagaimanakah cara penyelesaiannya ?"?"
"Aku harap Toa sengcu suka melepaskan kain cadar yang menutupi muka, agar
kami dapat memeriksa raut wajah aslimu."
521 "Perubahan wajah seseorang dalam beberapa tahun bukanlah suatu perubahan
yang sedikit. Sekalipun kalian dapat melihatnya juga belum tentu bisa
menghilangkan rasa curiga didalam hati kalian."
"Terhadap persoalan ini kami sudah membicarakannya dengan seksama, bagi
seseorang yang memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, rasanya mustahil bila
raut wajah seseorang bisa mengalami perubahan besar dalam dua atau tiga puluh
tahun." ":Jadi kalian berdua masih dapat mengingat-ingat raut wajahku ?"
"Benar. Dua puluh tahun berselang, Toa sengcu pernah berjumpa satu kali dengan
kami serta raut wajah yang asli, kesan yang kau berikan waktu itu cukup dalam.
Malah aku dan Ji sengcu telah melukis wajah Toa sengcu sebagai kenangkenangan,
setelah itu lukisan mana kami dapat cocokkan satu sama yang lainnya
menurut ingatan kami, sekalipun berbeda rasanya juga tak akan kelewat jauh, oleh
karena itu Toa sengcu tak usah kuatir."
Toa sengcu segera menghembuskan napas panjang, tanyanya kemudian.
"Bagaimana dengan kalian berdua ?"
"Tentu saja kamipun akan bersama-sama melepaskan pula kain cadar yang
menutupi wajah kami." jawab Ji sengcu.
Sekali lagi Buyung Im seng masih terperanjat, pikirnya.
"Ternyata ketiga orang pemimpin dari perguruan tiga malaikat ini tak pernah
saling berjumpa muka dihari-hari biasa dengan raut wajah aslinya."
Waktu itu Ji sengcu telah menggerakkan tangan kanannya siap-siap melepaskan
topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.
"Ji sengcu, harap jangan kau lakukan dulu." mendadak Sam sengcu membentak
dengan suara dalam. "Ada urusan apa ?"
"Siaute masih ada beberapa patah kata yang harus diterangkan lebih dulu, bahkan
mengharapkan agar Toa sengcu mengabulkan terlebih dulu...."
"Persoalan apa " Cepat katakan !"
"Setelah siaute melepaskan topeng kami nanti, maka selain Toa sengcu, dalam
ruangan ini masih ada dua orang yang akan turut mengetahuinya, Toa sengcu,
tolong tanyakan hukuman apakah yang hendak kau jatuhkan kepada mereka itu ?"
Toa sengcu berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng serta
Buyung Im seng, kemudian sahutnya.
"Setelah kulepaskan kain cadar yang menutupi wajahku nanti, mereka toh juga
dapat melihatnya." "Itulah sebabnya, menurut pendapat siaute, kita harus merundingkan dahulu suatu
cara untuk menghadapi mereka."
"Apakah Seng cu berdua mempunyai pendapat lain ?"
522 "Pendapat siaute mah.... mungkin Toa sengcu takkan menyetujuinya....." kata Sam
sengcu. "Coba kau katakan dulu !"
"Entah perubahan apa saja yang sedang berlangsung dalam perguruan Sam seng
bun, rasanya tak perlu orang lain turut mengetahuinya, cara yang lebih baik
adalah membunuh mereka terlebih dahulu, cuma...."
Tergerak hati Buyung Im seng setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya.
"Diantara ketiga orang ini, tampaknya Sam sengcu merupakan orang yang paling
keji dan buruk hatinya."
Terdengar Toa sengcu sedang bertanya.
"Cuma siapa ?" "Cuma, siaute dapat menduga kalau Toa sengcu takkan menyetujuinya....."
Toa sengcu segera manggut-manggut.
"Dugaan Sam sengcu memang benar, aku rasa kecuali membunuh mereka,
sesungguhnya masih terdapat cara lain yang lebih baik lagi."
Ji sengcu dan Sam sengcu saling berpandangan sekejap, kemudian bertanya.
"Bagaimanakah menurut pendapat Toa sengcu ?"
"Biarkan mereka untuk menyaksikan raut wajah asli kita terlebih dahulu,
kemudian baru membunuhnya !"
Tampak jawaban ini sama sekali berada di luar dugaan Ji sengcu maupun Sam
sengcu, tanpa terasa kedua orang itu saling berpandangan sekejap. Sam sengcu,
pertama-tama melepaskan topeng kulit manusianya paling dulu." katanya.
"Aku mempercayai ucapan dari Toa sengcu !"
Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng bersama-sama segera mengalihkan sorot
matanya ke wajah orang itu.
Ternyata orang itu mempunyai selembar wajah aneh yang mengerikan sekali,
mukanya penuh dengan lubang berdarah yang dalamnya tak tentu, seolah-olah
kena dipatuk oleh burung elang.
Baik Nyoo Hong leng maupun Buyung Im seng, keduanya menjadi tertegun,
agaknya mereka berdua tidak menyangka kalau di dunia ini terdapat manusia aneh
yang bertampang begitu jelek.
Terdengar Sam sengcu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.... haaahhhh.... haaahhhh.... Toa sengheng, raut wajah siaute yang
sangat istimewa ini membuat orang tak akan melupakannya setelah memandang
sekali saja, aku rasa kau pasti masih mengingatnya dengan baik bukan ?"
Paras muka Toa sengcu tertutup oleh kain cadar berwarna hitam sehingga sukar
untuk melihat perubahan wajahnya, dia hanya manggut-manggut sambil
menyahut. 523 "Yaa, tentu saja aku mengingatnya."
Ji sengcu segera menggerakkan pula tangannya untuk melepaskan topeng kulit
manusia yang menutupi wajahnya, lalu berkata.
"Toa sengheng, masih teringat dengan siaute ?"
Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng sekali lagi mengalihkan sorot mata ke wajah
Ji sengcu. Walaupun paras muka Ji sengcu tidak sejelek wajah Sam sengcu, tapi cukup jelek
kalau dipandang, dua jalur bekas robekan yang sangat dalam melintas di atas
wajahnya dalam bentuk salib.
oooOooo Bagian ketiga puluh tujuh
Buyung Im seng mencoba memperhatikan bekas luka yang memerah di atas wajah
kedua orang itu, ternyata bekas tadi merah membara sehingga mengerikan bagi
yang melihatnya, tanpa terasa ia lantas berpikir.
"Luka yang berada di wajah mereka jelas bukan didapat semenjak dilahirkan, tapi
kalau didengar dari pembicaraan Sam sengcu, paling tidak luka itu sudah
diperolehnya sejak dua puluh tahun berselang, sekalipun lukanya tak akan sembuh
secara sempurna, rasanya juga tak akan seperti luka yang terjadi belum lama,
selalu merah membara sehingga tampaknya menyeramkan, sudah pasti mereka
terluka oleh semacam benda aneh atau mungkin mereka berdua terluka ditangan
orang yang sama atau benda yang sama, sehingga keadaan jadi begitu."
Terdengar Sam sengcu telah berkata lagi dengan dingin.
"Toa sengheng, kau telah menyaksikan raut wajah kami berdua yang sebenarnya,
sekarang tiba giliranmu untuk melepaskan kain cadarmu itu agar kamipun dapat
turut menyaksikan dengan jelas."
Sekali lagi Buyung Im seng berpikir di dalam hati.
"Seandainya dia adalah Toa sengcu yang mendirikan perguruan Sam seng bun,
sudah pasti tanpa ragu wajahnya akan diperlihatkan kepada mereka berdua,
sebaliknya jika dia tak berani melepaskan kain cadarnya, itu berarti bukanlah
Toa sengcu yang sesungguhnya..."
Sementara itu Toa sengcu telah berkata dengan suara yang ramah dan lembut.
"Seng te berdua, masih ingatkah kau dengan raut wajah siau heng...?"?"
"Mungkin kami sudah kurang jelas, tetapi garis besarnya masih dapat dibedakan."
Toa sengcu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh..... haahhh... andaikan daya ingatan kalian tidak benar, maka diantara
kita bertiga bersaudara segera akan berlangsung suatu pertarungan saling
membunuh yang amat sengit dan mengenaskan, oleh karena itu siau heng tiba-tiba
merasa, lebih baik jangan dilihat saja."
Kulit wajah sam sengcu yang penuh dengan lubang berdarah segera berkerut
kencang, kemudian katanya dengan dingin.
524 "Toa seng heng kelewat banyak memikirkan hal-hal yang bukan-bukan, sekalipun
daya ingatan siaute kurang baik, masa raut wajah Toa sengheng pun bisa
dilupakan ?" "Kalau begitu, seng te berdua bersikeras hendak melihatnya ?"
"Padahal kemungkinan sekali tindakan Toa heng seng yang tak berani melepaskan
kain cadar hitammu baru terhitung suatu tindakan yang tidak cerdas, sebab hal
mana semakin menebalkan kecurigaan kami terhadap dirimu, kami kuatir.... kini
kuatir......" "Kalian kuatir kenapa ?" tukas Toa sengcu sambil tertawa dingin.
Ji sengcu dengan cepat menyahut terlebih dahulu.
"Toa sengheng, jika kau tidak mempunyai sesuatu rahasia yang kuatir diketahui
orang, mengapa pula kau tak berani melepaskan kain kerudung hitam tersebut ?"
"Seandainya kau memang mempunyai rahasia hati yang takut diketahui orang lain
?" Toa sengcu balik bertanya.
Jawaban tersebut sama sekali berada di luar dugaan Ji sengcu maupun Sam
sengcu, kontan kedua orang itu selain berpandangan sekejap, kemudian secepat
kilat mengenakan kembali topeng kulit manusia.
Buyung Im seng yang menyaksikan jalannya peristiwa itu segera tahu bahwa suatu
pertarungan sengit tak mungkin bisa dihindarkan lagi, diam-diam dia lantas
berpikir. "Andaikata ketiga orang ini sampai bertarung, aku harus membantu pihak yang
mana " Kalau Ji sengcu dan Sam sengcu yang menang, jelas aku dan nona Nyoo
pasti menderita kematian yang keji, sebaliknya kalau Toa sengcu yang menang,
suatu akibat yang belum bisa diramalkan juga bakal menimpa kami..... aai... apa
yang harus kulakukan sekarang ?"
Untuk sesaat dia merasa sangsi dan tak tahu apa yang harus dilakukan.
Sementara itu tampak Sam sengcu telah mengangkat sepasang tangannya dan
mencabut keluar sepasang pedangnya yang tersoren di atas punggung.
Buyung Im seng mencoba untuk memperhatikan dengan lebih seksama lagi,
tampak olehnya sepasang pedang itu masing-masing berbentuk aneh sekali.
Pedang berada di sebelah tangan kiri lebih pendek, warnanya putih keperakperakan
dan memancarkan hawa dingin yang mendinginkan hati, dalam sekilas
pandang saja dapat diketahui kalau benda tersebut merupakan sebilah pedang
mestika yang luar biasa tajamnya.
Sedangkan pedang yang berada ditangan kanan berwarna kebiru-biruan, jelas
merupakan sebilah senjata yang telah diberi racun obat yang sangat ganas.
Sebaliknya Ji sengcu dengan tangan kiri menyangga dasar kotak, tangan kanannya
menekan pada penutup kotak itu, diapun tidak berbicara atau berbuat sesuatu,
hanya sikapnya seakan-akan sudah siap untuk membuka penutup kotak tersebut.
525 Buyung Im seng mencoba untuk memutar otak dan menduga benda atau senjata
tajam apakah yang tersimpan didalam kotak milik Ji sengcu tersebut, tapi ia
belum juga berhasil. Kotak kayu itu panjangnya cuma satu depa dengan lebar hanya beberapa inci,
sesungguhnya amat sulit untuk digunakan sebagai tempat penyimpan senjata.
Tapi segenap perhatian Toa sengcu nampaknya telah tertuju semua di atas kotak
kayu itu, seolah-olah dia merasa was-was dan jeri terhadap kotak kayu itu, rasa
was-wasnya bahkan jauh melebihi senjata pedang di tangan Sam sengcu yang
beracun. Pelan-pelan Ji sengcu yang bersikap lebih lembut menghela napas panjang,
katanya. "Toa sengcu, harap kau suka berpikir tiga kali sebelum bertindak, ketahuilah
kami berdua sama sekali tidak mempunyai ambisi apa-apa, kami hanya berharap bisa
menyaksikan raut wajah Toa seng heng yang sebenarnya. Selama banyak tahun
Toa seng heng selalu bertindak dan mengambil keputusan sendiri, kami tak pernah
mengucapkan sepatah katapun yang bersifat tak puas, tapi hari ini.... aai, jika
kita mesti saling menjegal hanya dikarenakan persoalan kecil, apa hal ini berharga
untuk dilakukan ?" "Bila pertarungan sudah berkobar, apakah Toa seng heng merasa mampu untuk
menangkan tenaga gabungan dari kami berdua ?" sambung Sam sengcu dengan
suara dingin, "apalagi masih ada empat utusan khusus serta delapan panglima dari
Seng tong yang sekarang ini masih berada di luar pesanggrahan Teng sian siau cu
sebagai bala bantuan kami berdua."
Toa sengcu mendongakkan kepalanya dan sekali lagi tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh...... haaahhhh.... haaahhh... bila kita sampai saling bentrok dan
saling bertarung, aku yakin bukan kalian berdua saja yang akan melibatkan diri."
"Benar. Mau bertarung atau mau damai, semuanya terserah pada keputusan Toa
seng heng sendiri, asal kau bersedia melepaskan kain kerudungmu itu agar kami
dapat menyaksikan raut wajah Toa seng heng, sekarang juga suasana tegang akan
berubah menjadi suasana damai.
Tapi Toa sengcu kembali menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Sayang sekali keputusan mau bertarung atau damai sudah tidak berada di
tanganku sekarang." katanya.
"Lantas sudah berada ditangan siapa ?" tanya Ji sengcu dengan wajah keheranan.
Tiba-tiba Toa sengcu memandang ke arah Nyoo Hong leng, kemudian katanya.
"Keputusan bertarung atau damai kini sudah mencapai pada titik yang paling
kritis atau gawat, kuharap kau jangan berpikir lebih jauh lagi, cepatlah mengambil
keputusan." Sam sengcu yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa dingin, teriaknya.
"Bagus sekali, tampaknya tak salah lagi kalau orang mengatakan perempuan
cantik paling gampang membuat orang menyeleweng. Seorang gadis cantik berusia
belasan tahun mengapa bisa menempati kedudukan paling tinggi dalam pikiran
526 Toa seng hen, bahkan lebih jauh penting artinya daripada kami berdua. Hm,
seandainya budak ini sudah mampus, mungkin hubungan diantara kita bersaudara
dapat menjadi rukun kembali."
Begitu selesai berkata, pedang panjang ditangan kanannya mendadak menekan ke
bawah lalu ditusukkan ke arah Nyoo Hong leng.
Terdengar beberapa kali desingan angin tajam berkumandang memecahkan
keheningan, lalu tampak tiga buah titik benang perak yang berkilauan langsung
meluncur ke arah tubuh Nyoo Hong leng.
Tampaknya didalam pedang beracun di tangan keduanya itu tersembunyi pula
sejenis senjata rahasia sehingga jarum beracun yang lihai sekali.
Terperanjat sekali hati Buyung Im seng setelah menyaksikan kejadian itu, segera
pikirnya. "Benar-benar sebuah senjata tajam yang sangat keji...."
Dia ingin maju untuk memberi pertolongan tapi sayang keadaan sudah tak sempat
lagi. Tampak Toa sengcu mengangkat tangan kanannya ke atas dan..... Plaak, plaak,
plaak ! tiga batang jarum perak sepanjang dua inci lima hun itu tahu-tahu sudah
menancap semua di atas sarung tangan kulit berwarna hitam.
Toa sengcu segera menggetarkan ibu jari tangan kanannya, sarung tangan kulit itu
segera terlepas dan muncullah sebilah pisau belati sepanjang delapan inci.
Tiba-tiba Sam sengcu melancarkan serangan lagi, senjata rahasianya berkelebat
lewat dengan kecepatan luar biasa, dalam keadaan begini Toa sengcu tak sempat


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuka sarung tangan kulit pada pisau belatinya lagi, cepat dia gunakan sarung
berikut senjata itu untuk menangkis ancaman senjata rahasia tersebut.
Dalam pada itu, Nyoo Hong leng telah mencabut keluar sebuah pedang pendek
berwarna kuning emas dan siap sedia merontokkan senjata lawan.
Ketika menyaksikan senjata rahasia yang tertuju ke arahnya sudah dihadang oleh
Toa sengcu, dia segera membentak nyaring.
"Kukembalikan senjata rahasiamu itu !"
Ditengah bentakan keras, pedang emas itu telah meluncur ke depan secepat kilat
dan langsung meluncur ke arah Sam sengcu.
Dengan cepat Sam sengcu mengayunkan pedang di tangan kirinya, diantara
kilauan cahaya emas yang memenuhi angkasa, pedang emas tersebut sudah kena
terpapas kutung menjadi dua bagian oleh ayunan pedang mestikanya, diiringi
suara gemerincing, kutungan senjata tersebut segera rontok ke atas tanah.
Toa sengcu segera tertawa dingin, katanya.
"Sam seng te, kenapa mesti terburu napsu sekali " Bilamana kau memang
bersikeras hendak melangsungkan pertarungan, sudah barang tentu siau heng
akan melayani keinginanmu itu."
527 Pelan-pelan Ji sengcu mundur dua langkah ke belakang kemudian katanya cepat.
"Sam seng te, lebih baik kita beri kesempatan lagi kepada Toa seng heng untuk
berpikir beberapa saat lagi."
"Sekarang Toa sengcu sudah dipengaruhi oleh kecantikan wajah seorang gadis, aku
rasa pertarungan hari ini sudah tak bisa dihindarkan lagi."
Ucapannya itu seakan-akan ditujukan kepada Toa sengcu, tapi seperti juga
diutarakan kepada Ji sengcu.
Selama ini penampilan dan sikap Ji sengcu selalu lebih lembut dan lunak daripada
Sam sengcu, mendengar itu dia lantas berkata.
"Sam seng te, jangan kelewat emosi, bagaimanapun juga kita harus memberi waktu
yang cukup bagi Toa seng heng untuk mempertimbangkan keputusannya..."
"Menurut pandangan siaute, Toa seng heng telah terpikat oleh kecantikan Nyoo
Hong leng, aku rasa dia sudah melupakan sama sekali sumpah yang pernah kita
Maut Di Lembah Sampit 2 Pendekar Kembar 5 Gairah Sang Pembantai Bende Mataram 27

Cari Blog Ini