Ceritasilat Novel Online

Lembah Tiga Malaikat 9

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 9


leng. 343 Tangan kirinya segera diangkat dan diayunkan ke depan, seperti menotok seperti
pula membacok, jari tangannya yang ramping bergerak kian kemari dengan
lincahnya. Sekali lagi kakek itu berteriak keras. "Haah...! Ilmu totokan Lan hoa hud hiat
jiu!" Tangan kirinya segera diayunkan ke depan, bersiap siap menyambut serangan
tersebut dengan kekerasan, tampaknya dia sudah tiada kemampuan lain untuk
menghindari diri kecuali menangkis datangnya serangan itu.
Siapa tahu Nyo hong leng telah menduga sampai ke situ, pada saat tangan kirinya
melancarkan serangan tadi, jari tangan kanannya dilancarkan pula bersamaan
waktunya. Baru saja kakek itu mengangkat tangan kirinya, jari tengah dan jari telunjuk Nyo
hong leng telah disentilkan ke depan menghajar jalan darah Ci ti hiat di bawah
sikut si kakek. Walaupun tenaga sentilan yang digunakan Nyo hong leng kali ini tidak terlalu
kuat, tapi oleh karena jalan darah penting yang terkena, akibatnya lengan kiri
kakek itu tak sanggup diangkat kembali...
Dalam gugupnya kakek itu lupa dengan ucapan sendiri, buru2 tangan kanannya
didorong ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Tapi dengan cekatan Nyo hong leng melompat mundur, serunya sambil tertawa.
"Kau sudah kalah, tangan kananmu telah kau gunakan."
Dengan wajah sedih kakek baju merah itu segera mundur dua langkah, katanya.
"Lohu benar2 telah salah melihat, tidak kuduga nona memiliki ilmu silat yang
maha dahsyat." "Kau terlalu memuji."
Kakek baju merah itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian,
"Sekarang, kalian boleh menyeberangi jembatan ini."
Dengan langkah lebar dia lantas balik ke dalam gardu duduk kembali ditempat
semula. (Bersambung ke jilid 18) 344 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 18 Im Huhoat yang menyaksikan kejadian itu merasa sangat tidak tenang, serunya
cepat: "Saudara Thian heng..." Dengan cepat kakek berbaju merah itu mengulapkan
tangannya sambil menukas: "Kalian boleh segera menyeberangi jembatan ini."
"Tapi kau... " "Haaahhh... Haaahhh... Haaahhh... aku toh tak bisa menjaga
jembatan ini untuk selamanya" tukas kakek berbaju merah itu sambil tertawa
tergelak, "hari ini mereka tak bisa menembusinya, bukankah masih ada hari esok,
atau sebulan lagi atau mungkin setahun lagi, suatu hari akhirnya toh ada juga
yang menembusi jembatan ini. Cepat atau lambat lohu juga bermaksud untuk
meninggalkan tugasku menjaga jembatan ini."
Diam-diam Buyung Im seng mencoba untuk memperhatikan mimik wajah kakek
berbaju merah itu, dapat diketahui bahwa hatinya pasti kalut sekali, selain rasa
sedih, terdapat pula rasa gusar dan mangkel. jelas perasaan yang berkecamuk
dalam hatinya sekarang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Tampaknya kakek berbaju merah itupun sedang berusaha keras untuk menjaga
ketenangan sendiri, agar perasaan yang sedang berkecamuk dalam hatinya jangan
sampai terlampiaskan keluar, dia duduk kaku ditempat semula dengan mata
terpejamkan. Sementara itu Im Huhoat telah mengalihkan sorot matanya ke atas wajah Nyo
Hong leng, kemudian tegurnya.
Sekarang lohu sudah tahu kalau nona bukan anggota perkumpulan Li Ji pang
seperti apa yang diduga semula."
Nyo Hong leng hanya tersenyum belaka sementara mulutnya membungkam dalam
serbu kata. "Lohu juga yakin wajah nona ditutupi oleh selembar topeng kulit manusia,
sehingga yang kami tampak sekarang sesungguhnya bukan raut wajahmu yang sebenarnya."
345 "Anggap saja apa yang kau tebak memang benar, tapi bukankah hal ini sama sekali
tak ada sangkut pautnya denganmu ?" ujar Nyo Hong leng cepat.
Pelan-pelan Im Huhoat berkata lagi, "nona, bersediakah kau untuk melepaskan
topeng kulit manusia itu agar kami dapat menyakinkan raut wajahmu yang
sebenarnya ?" Nyo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu tampiknya dengan
tegas. "tidak bisa, lebih baik locianpwe membawa jalan saja !"
Im Huhoat tidak memaksa lagi, dia manggut dan segera melanjutkan
perjalanannya ke depan. Buyung Im seng, Nyo Hong leng, Kwik soat kun dan Siau lin segera mengikuti di
belakang Im huhoat berjalan menyeberangi jembatan kiu coan cu kiau tersebut.
Setelah menyeberangi jembatan dan berjalan menelusuri sebuah jalan kecil beralas
batu putih mereka membelok pula pada suatu tanah perbukitan, disitulah
pemandangannya sudah kembali berubah.
Tampak sebuah bangunan aneh yang tinggi besar berdiri ditengah sebuah tanah
lapang yang dikelilingi oleh tiga buah bukit.
Bangunan tersebut tinggi besar dan berwarna hitam pekat, sehingga dalam sekilas
pandangan sukar untuk membedakan terbuat dari bahan apakah bangunan
tersebut. Di atas ruangan gedung aneh yang tinggi besar itu terpancang sebuah papan nama
beralas hitam, di atas papan nama itu tercantum tiga huruf besar yang terbuat
dari emas. "SAM SEM THONG"
Rupanya disinilah letaknya lembah tiga malaikat. Di bawah papan nama itu
terdapat sepasang pintu gerbang yang berwarna hitam, pintu gerbang itu berada
dalam keadaan tertutup rapat.
Pelan-pelan Im Huhoat berjalan menuju ke depan pintu gerbang tersebut, lalu
dengan serius katanya. "harap kalian semua bersedia tahu diri dan menjaga gerak
gerik sendiri, sebab kita telah tiba d iruangan Seng Thong !"
"Bagaimana yang kau maksudkan sebagai tahu diri dan menjaga gerak gerik
sendiri ?" tanya Buyung Im seng.
"Kalian sebagai anggota San seng thong tentu saja wajib menaruh rohmat terhadap
Seng Thong kalian sendiri, tapi kami toh bukan anggota lembah tiga malaikat,
mengapa kami harus bersikap hormat terhadap perkumpulan kalian ?" Im Huhoat
segera berkerut kening seperti hendak mengucapkan sesuatu namun niat tersebut
kemudian diurungkan, dia membalikkan badannya dan berjalan mendekati sebuah
rak kayu mengambil alat pemukul dan membunyikan sebuah lonceng tembaga yang
tergantung di atas rak kayu tersebut.
Sementara itu mereka sudah semakin mendekati gedung berwarna hitam itu.
Buyung Im seng segera mengawasi gedung itu lebih seksama, kemudian baru
diketahui kalau ruangan gedung yang berwarna hitam itu rupanya terbuat dari
346 batu berwarna hitam, hanya tidak dapat diketahui apakah batu cadas berwarna
hitam itu merupakan benda alam, ataukah memang sengaja dicat dengan warna
hitam. Dengan bergemanya suara lonceng yang mendengung diangkasa, pintu gerbang
berwarna hitam yang tertutup rapat itu pelan-pelan terbuka lebar.
Terdengar suara yang dalam dan berat berkumandang datang dari balik ruangan
tersebut. "Siapa ?" "Pelindung hukum bagian luar Im Cu siu. Im huhoat cepat-cepat
melaporkan diri. Sambil menjawab dengan sikap yang sangat menghormat selangkah demi
selangkah dia jalan masuk ke dalam ruangan Seng thong tersebut. Nyo Hong leng
ikut maju ke depan dan menyusul di belakang Im cu siu, akan tetapi segera
dicegah oleh Buyung Im seng dan berbisik "Tunggu sebentar !"
Nyo hong leng segera tersenyum, katanya "ada apa ?" memangnya kita juga harus
turuti peraturan yang berlaku ditempat ini "
"Kita tak boleh membiarkan orang lain merasa tak senang dengan tindakan kita
yang lancang" sahut Buyung Im seng cepat.
Lebih kurang seperminuman teh kemudian tampak, Im cu siu melangkah keluar
dari dalam ruangan dengan langkah pelan, katanya dengan wajah amat serius.
"Seng cu mempersilahkan kalian semua masuk ke dalam ruangan Seng thong
untuk berbincang bincang.
"Apakah kau juga akan turut serta ?" tanya Nyoo Hong Leng.
"Maaf. Lohu tidak dapat menemani lagi"
Buyung Im seng segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Kwik Soat kun
dan Nyoo Hong leng sekalian, lalu bisiknya lirih, "Kalian mesti bersikap lebih
berhati-hati" Dengan langkah lebar ia masuk ke dalam ruangan Seng thong.
Nyoo Hong leng segera merogoh ke dalam sakunya dan diam-diam menggenggam
segenggam Budhi-cu untuk bersiap-siap menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. Pelan-pelan mereka memasuki ke dalam ruangan yang amat lebar itu, tampak
beberapa buah lilin yang tinggi besar memancarkan sinar dengan terangnya
menerangi seluruh ruangan tersebut.
Dikedua belah samping ruang tengah, berjajar dengan rapi delapan buah patung
dewa yang tinggi besar dengan mengenakan pelbagai macam pakaian yang
berbedabeda. Semua patung dewa itu duduk di atas sebuah kursi beralas emas yang dibuat
secara khusus, sedang dalam genggaman patung-patung dewa itu tergenggam
senjata tajam. 347 Kwik Soat kun mempunyai pengetahuan yang sangat luas, menyaksikan raut wajah
patung dewa tersebut bukan patung dewa dalam ruangan agama Budha, bukan
juga patung dalam kuil, sehingga terdapat kesan bahwa kawanan dewa tersebut
seakan-akan berkumpul dalam sebuah ruangan aneh yang bukan kuil Budha,
bukan pula kuil agama To.
Memandang kembali ke arah lain, tampaklah di belakang meja pemujaan, dibalik
kain tirai berwarna kuning, duduklah tiga buah patung dewa bertubuh emas.
Ketiga patung dewa ini amat tinggi besar, separuh bagian tubuh bawahnya
tertutup oleh meja pemujaan, sekalipun demikian, hanya separuh tubuh bagian
ataspun tingginya mencapai tinggi badan seorang manusia biasa...
Terdengar dalam patung dewa bagian tengah itu berkumandang suara teguran
yang sangat keren. "Setelah berjumpa dengan para dewa, mengapa kalian berempat tidak memberi
hormat ?" Di ruangan tersebut terasa diliputi oleh semacam suasana yang menyeramkan
sehingga membuat hati orang bergetar keras, ditambah lagi suara tersebut
seolaholah muncul dari bawah batu cadas tersebut, hal mana segera menimbulkan
perasaan yang lebih menggidikkan hati bagi siapapun yang mendengarnya.
Tanpa sadar ke empat orang itu segera berlutut di atas tanah depan meja pemujaan
tersebut. Nyoo Hong leng yang pertama-tama melompat bangun dari atas tanah, lalu dengan
suara dingin menegur. "Kami toh bukan anggota perkumpulan Sam-seng-bun, tentu saja kamipun tak
perlu berlutut di hadapan kalian !"
Begitu dia berseru Buyung Im seng, Kwik-Soat kun serta Siau tin segera
membatalkan pula niatnya untuk berlutut di tanah.
Buyung Im seng segera mendehem pelan lalu sahutnya
"Benar, kami sekalian memang tak perlu menyembah di hadapan kalian, toh kami
bukan anggota Sam-seng-thong."
Baru selesai dia berkata, tiba-tiba... "bilamana!" pintu gerbang itu menutup
sendiri secara otomatis. Diam-diam Buyung Im seng menghembuskan napas panjang, kemudian katanya
dengan lantang "Kalau dilihat dari kemampuanmu untuk berbicara, aku yakin engkaupun manusia
oleh karena itu kaupun tak usah berlagak menjadi setan menyaru sebagai dewa
untuk menakut-nakuti kami."
Orang yang berada dalam patung dewa tengah tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh., rupanya kaulah yang bernama Buyung Im-seng."
tegurnya. 348 "Betul, akulah orangnya, tolong tanya apa kedudukan anda dalam perkumpulan ini
?" Patung dewa yang berada di bagian tengah itu segera memperdengarkan kembali
suara yang dingin melebihi es, katanya.
"Sudah masuk ke ruang Seng-thong masih berani bersikap begini kurang ajar,
tampaknya kau sudah tak ingin hidup lagi."
Setiap patah katanya diucapkan bagaikan hembusan angin dingin yang
mendengarnya merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Buyung Im-seng segera bersih beberapa kali, ketika dia berpaling, tampak Kwik
Soat kun serta Siau tin sedang menggunakan tangannya membenahi rambutnya.
Jelas mereka hendak mempergunakan gerakan itu untuk memperbesar keberanian
sendiri. Hanya Nyoo Hong leng seorang yang sama sekali tak gentar. dia berdiri serius di
tempat itu. Diam-diam Kwik Soat kun menghimpun hawa murninya lalu berkata dengan
lantang. "Kami berani datang kemari, berarti soal mati hidup sudah tidak kami pikirkan
lagi, aku rasa kaupun tak usah menakut-nakuti kami lagi dengan lagakmu itu"
Bayangan lilin mendadak bergoyang kencang kemudian dari delapan batang lilin
yang menerangi ruangan tersebut, tiba-tiba padam empat batang diantaranya.
Ruangan semula terang benderangpun dengan cepat menjadi suram sekali.
Dengan terjadinya perubahan ini serta padamnya sebagian cahaya lilin, membuat
ruangan yang sesungguhnya memang diliputi suasana mengerikan terasa semakin
menyeramkan lagi. Buyung Im seng segera mengalihkan sorot matanya memandang sekejap ke
sekeliling tempat itu, tiba-tiba dia jumpai letak posisi cahaya lilin itupun
telah diatur menurut suatu pemikiran yang amat teliti sehingga andaikata delapan lilin
disulut bersama, maka segenap sudut pandangan ruangan itu dapat terlihat amat
jelas. Tampaknya setiap batang lilin itu menerangi suatu bagian ruangan yang memiliki
kegunaan lain, dengan padamnya empat batang lilin sekarang suasana dalam
ruangan tersebut otomatis berubah menjadi remang-remang dan tidak begitu jelas
lagi. Terdengar orang yang berada dalam patung dewa sebelah tengah itu berkata lagi
dengan suara dingin dan serius.
"Untuk setiap orang yang berani memasuki ruang Seng-thong kami, hanya ada dua
akibat yang bisa dipilih... "
"Jalan pertama adalah bergabung dengan Sam Seng-bun, jalan kedua adalah jalan
kematian. Perkataan ini sudah kalian ulangi sampai beberapa kali" tukas Buyung
Im-seng. 349 "Bagus sekali, sekarang sudah sepantasnya jika kalian berempat memilih salah
satu jalan diantaranya."
"Seandainya di dalam Seng thong hanya berlaku dua jalan sekalipun kami segan
untuk memilih juga tak mungkin rasanya kaupun tak perlu terlampau
tergesagesa..." Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya.
"Asal usulku tentunya sudah Seng-cu ketahui bukan"
"Kau menyebut diri sebagai Buyung kongcu, tentu saja kau merupakan putra
tunggal Buyung Tiang-kim."
Buyung Im-seng segera tertawa.
"Penggunaan kata "menyebut diri" dari Seng-cu barusan tepat sekali, tapi sebelum
membuktikan asli atau gadungannya diriku, terpaksa aku persilahkan kepada
Seng-cu untuk menganggap begitu kepada."
"Ehmmm ! Asli atau palsu yang ada di dalam dunia ini memang sulit untuk
diketahui dengan pasti, entah asal usulmu itu benar atau tidak, yang pasti kau
berbeda sekali dengan kebanyakan orang."
"Jikalau Seng-cu telah memastikan asal usulku yang sebenarnya, lantas tahukah


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau akan maksud kedatanganku kemari ?"
"Mengingat kalian mempunyai keberanian yang luar biasa untuk memasuki Sengthong
ku ini, aku akan melanggar kebiasaan dengan berbicara beberapa patah kata
lagi dengan kalian."
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya.
"Apa maksud kedatangan kalian ?"
"Aku ingin membuktikan suatu persoalan."
"Kalau dilihat dari tekadmu untuk menyerempet bahaya, sudah pasti persoalan
tersebut merupakan persoalan besar."
"Bagi penglihatanku, persoalan ini tentu saja merupakan suatu masalah yang
sangat besar, tapi belum tentu orang lain berpendapat demikian."
Setelah menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan.
"Aku ingin membuktikan sebab kematian dari mendiang ayahku."
Tiba-tiba patung dewa yang ada ditengah itu tertawa seram.
"Heeehhh... heehhh... heeehhh... kejadian ini sudah berlangsung hampir dua puluh
tahun lamanya. kebanyakan umat persilatan pun sudah banyak yang melupakan
peristiwa tersebut."
"Tapi aku tak dapat melupakannya", kata Buyung Im-seng.
"Kalau kulihat dari kehadiranmu dalam Seng-thong kami, tampaknya engkau
sudah timbul kecurigaanmu atas perguruan Sam Seng-thong kami."
Mendengar ucapan itu, diam-diam Buyung Im-seng lantas berpikir dalam hatinya.
350 "Andaikata tidak kugunakan taktik untuk memanasi hatinya, niscaya dia enggan
berbicara." Maka sahutnya kemudian dengan cepat.
"Benar. Aku telah berhasil mengetahui bahwa Im Sang-Siang-tou (sepasang jagoan
Im dan yang) yang melindungi mendiang ayahku adalah anggota perguruan kalian,
pengaruh yang paling besar dalam dunia persilatan ini sehingga mendesak anak
murid sembilan partai besar untuk mengasingkan diri juga berasal dari perguruan
anda. Maka atas dasar berbagai gejala dan pertanda yang berhasil dikumpulkan,
dapat kutarik kesimpulan kalau partai kalian tak dapat melepaskan diri dari
kaitan masalah ini. Itulah sebabnya dengan menyerempet bahaya aku datang
kemari untuk menjumpai Seng-cu, aku harap Seng-cu bisa memberikan sepatah
kata kesaksian." "Hanya mencari sepatah kata kesaksian belaka ?" tanya patung dewa yang ada di
bagian tengah itu. "Ditinjau dari keadaan situasi yang terbentang di dalam mata sekarang,
tampaknya hanya itu saja yang bisa kulakukan, sebab walaupun mendiang ayahku
meninggalkan menjelang kematiannya, hal inipun akan terhapus oleh waktu yang
telah berjalan selama dua puluh tahunan serta pertarungan yang berlangsung
ketika itu." "Jadi kau bermaksud untuk mendengarkan ucapanku untuk menentukan latar
belakang kematian ayahmu ?"
Buyung Im-seng mendongakkan kepala memandang sekejap patung dewa yang
tinggi besar itu kemudian sahutnya dengan wajah serius.
"Benar, tapi aku percaya dengan dasar kedudukanmu di dalam dunia persilatan,
tak mungkin kau akan berbohong."
Untuk sesaat lamanya suasana menjadi hening, tak kedengaran sedikit suarapun.
Kemudian terdengar patung dewa yang ada ditengah itu berkata lagi dengan suara
penuh kewibawaan. "Apa lagi yang hendak kau ucapkan ?"
"Apa yang hendak kukatakan, ialah ku utarakan semua."
"Apa yang kau katakan, telah kudengar semua. Sekarang, kalian boleh segera
menentukan jaman manakah yang hendak kalian tempuh. Kini, perguruan kami
sedang membutuhkan orang, itulah sebabnya kami bersedia untuk bersikap lebih
lembut terhadap kamu semua, bila kalian bersedia menggabungkan diri dengan
Sam Seng-bun, semua kejadian yang telah lewat tak akan kami persoalkan lagi."
Buyung Im-seng menjadi tertegun, tegurnya dengan cepat,
"Kau belum menjawab pertanyaan yang kuajukan."
"Aku rasa, hal tersebut tak perlu dijawab lagi."
"Kenapa ?" Sebab bila kalian memilih untuk menggabungkan diri dengan perguruan kami,
berarti kalian tak usah mempersoalkan semua budi dan dendam yang berlaku
351 dalam dunia persilatan lagi, sebaliknya jika kalian enggan masuk menjadi anggota
Sam Siang-bun, berarti jiwa kalian akan melayang di tempat ini, sekalipun sudah
tahu sama sekali tak ada gunanya."
Nyoo Hong leng yang selama ini tidak bersuara tiba-tiba menyela dari samping.
"Darimana kau bisa tahu kalau kami pasti akan mampus ditempat ini...... ?"
"Sebab selama banyak tahun, belum pernah terjadi pengetahuan dalam kejadian ini
setiap orang yang telah masuk ke dalam Seng Thong, jika tidak masuk menjadi
anggota perguruan kami, dia akan tewas ditempat ini juga..."
Nyoo Hong leng segera mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, lalu memperhatikan pula dimana mereka sekarang, setelah
itu bisiknya lirih. "Sekarang kita sudah dihadapkan pada ancaman maut yang setiap saat akan
menimpa diri kita, berhati-hatilah menghadap setiap perubahan alat rahasia yang
mungkin terpasang di sini, bila perlu gunakan senjata rahasia untuk melancarkan
sergapan." Baru selesai ucapan itu diutarakan, mendadak ke empat batang lilin yang
menerangi ruangan gedung itupun menjadi padam secara tiba-tiba, seketika itu
juga suasana didalam ruangan tersebut berubah menjadi gelap gulita.
"Dekati meja pemujaan !" bisik Nyoo Hong leng lirih.
Begitu selesai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu dari tempat tersebut.....
Buyung Im-seng, Kwik Soat-kun dan Siau-tin sekalian segera menghimpun tenaga
dalamnya bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan
kemudian menuruti pesan dari Nyoo Hong leng pelan-pelan mereka bergeser
mendekati meja pemujaan. Buyung Im-seng segera menggerakkan tangan kirinya untuk memegang sudut meja
pemujaan tersebut kemudian sahutnya dingin.
"Kami telah memilih yang akan kutempuh."
"Kalian hendak bergabung dengan perkumpulan kami untuk mencari kehidupan,
ataukah menampik masuk ke dalam perkumpulan kami untuk mencari kematian..."
"Keputusan telah kami ambil, namun masih ada satu hal yang belum berkenaan
dengan hati kami, maka seandainya kau bersedia memenuhi keinginan kami ini
aku akan segera menyampaikan jalan pilihanku itu."
"Apakah mengenai mati hidupnya Buyung Tiang-kim ?"
"Benar, aku harap kau bersedia menerangkan sejelasnya kepada kami, sehingga
tidak menyia-nyiakan perjalanan kami kali ini."
Patung dewa yang berada di tengah itu tidak berbicara lagi, tiba-tiba saja
suasana dalam ruangan itu berubah menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit
suarapun, sedemikian heningnya sehingga jatuhnya jarumpun dapat terdengar
jelas. 352 Buyung Im seng mencoba untuk menahan diri, tapi toh akhirnya habis juga
kesabarannya sehingga akhirnya dia membentak keras.
"Hei, mengapa kau membungkam diri dalam seribu bahasa ?"
Bentakan itu dilakukan berulang kali, namun tidak terdengar suara jawabannya.
Dengan suara rendah Nyoo Hong leng berbisik..
"Tak perlu kau berteriak lagi, orang itu sudah meninggalkan patung dewa
tersebut, sudah pasti di sana terdapat sebuah jalan rahasia yang menghubungkan ke tempat
lain." "Sekarang, apa yang hendak kita lakukan ?"
"Sekarang kita tak boleh salah bertindak lagi, makin tenang semakin baik.
Sebelum mengambil tindakan harus dipikirkan dahulu masak-masak" kata Kwik Soat kun
pula, "Aku lihat ruangan ini sangat rapat tanpa ada angin yang berhembus lewat.
Bagaimanapun juga, harus diusahakan agar kita bisa keluar secepatnya dari sini,
tak boleh bertahan ditempat ini terlalu lama.
Pelan-pelan Kwik Soat kun berjalan mendekat, kemudian bisiknya dengan suara
lirih. "Walaupun Seng-cu tersebut sudah pergi, tapi aku yakin dia pasti menitahkan
mata-matanya untuk mengamati gerak gerik kita dalam ruangan gedung ini."
"Benar" Nyoo Hong leng mengangguk, "Ketiga buah patung dewa yang tinggi besar
ini pasti melambangkan ketiga orang Seng-cu tapi dua baris patung dewa yang
berada disamping ruangan gedung, amat mencurigakan sekali."
"Saat ini suasana di ruangan ini gelap gulita, kita tak dapat memandang mereka,
mereka pun tak dapat melihat kita dengan jelas, dalam keadaan seperti ini,
beradu kecerdasan akan lebih unggul daripada beradu kekuatan, kita harus
mengusahakan suatu taktik suara di timur menyerang ke arah barat, agar mereka
tak dapat menduga dimanakah kita berada sekarang !"
"Pendapat dari enci Kwik memang sangat hebat, cuma Siau-moay rasa di dalam
ruang Seng-thong ini pasti banyak terdapat jebakan-jebakan yang hebat,
bagaimana juga kita harus bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan."
"Kalau kudengar pembicaraan nona ini tampaknya kau telah mempunyai sesuatu
rencana yang matang ?"
"Rencana matang sih tidak. Cuma Siau-moay berhasrat untuk mencoba-coba
kelihaian dari jebakan yang mereka atur dalam gedung ini." kata Nyoo Hong leng.
"Bagaimana caranya untuk mencoba ?" tanya Buyung Im-seng.
"Tentu saja mengelilinginya sambil melakukan pemeriksaan !"
"Seandainya di dalam ruangan gedung ini benar-benar terdapat jebakan, jika kau
sampai menginjak jebakan mereka, bukankah hal ini akan berbahaya sekali?" kata
Buyung Im seng dengan cemas.
353 Nyoo Hong leng merasakan hatinya menjadi hangat dan mesra ketika dilihatnya
anak muda itu demikian menaruh perhatian kepadanya.
"Aaahhh... tak menjadi soal, justru yang kukuatirkan adalah kalian." demikian
dia berseru. Dengan pelan dia menggerakkan tangannya untuk menggenggam pergelangan
tangan kanan Buyung Im-seng, kemudian lanjutnya.
"Walaupun dalam ruangan ini benar-benar terdapat alat yang baik jebakan, selalu
nanti alat jebakan tersebut bisa melukai aku. Tadi kau telah menyerempet bahaya
dan menembusi barisan Thi jin tin, sekarang sudah sewajarnya kalau tiba pada
giliranku." Buyung Im-seng menghela napas panjang katanya.
"Aku datang untuk membalas dendam bagi kematian ayahku, sekalipun harus mati
juga takkan menyesal, sebaliknya kau..."
Nyoo Hong leng menggenggam tangan Buyung Im-seng semakin erat, tukasnya
cepat. "Jangan begitu, aku mengikutimu sampai di sini karena aku merasa sangat kuatir
dengan keselamatan jiwamu, seandainya kau sampai ketimpa sesuatu musibah,
apakah aku dapat hidup seorang diri di dunia ini " Aaai... ! Hingga sekarang,
apakah kau masih belum memahami suara hatiku... ?"
Dalam keadaan kritis dan penuh dengan ancaman bahaya maut ini dengan nyata
cinta kasih mereka terutarakan keluar sehingga tanpa terasa kedua orang itu
saling mengungkapkan suara hati masing-masing.
"Aku mengerti kalau kau sangat baik kepadaku." kata Buyung Im-seng. "Selama
hidup, aku benar-benar tak tahu bagaimana caranya untuk membalas budi
kebaikanmu itu." Nyoo Hong leng tertawa manis. Dia lantas menyandarkan tubuhnya ke dalam
pelukan Buyung Im-seng, setelah itu katanya.
"Asal kau bersikap baik kepadaku dimasa mendatang, itulah pembalasan yang
paling baik untukku."
Walaupun suara pembicaraan dari kedua orang itu diutarakan dengan suara yang
lirih, akan tetapi Kwik Soat kun yang berada begitu dekat dengan mereka dapat
mendengar dengan jelas, tiba-tiba timbul perasaan sedih dihatinya.
Sambil tertawa dingin katanya kemudian.
"Oooohhh... kongcuku dan siocia-ku di dalam situasi dan keadaan yang seperti
ini, dikala musuh tangguh berada di depan mata, masa kalian masih ada kegembiraan
untuk berpacaran..."
Nyoo Hong leng segera menggerakkan tubuhnya dan melepaskan diri dari pelukan
si anak muda itu. Dia merasa pipinya menjadi panas dan merah membara, untung
saja suasana dalam ruangan itu gelap gulita sehingga orang lain tak sampai
melihat rasa jengah yang menyelimuti dirinya itu.
354 Buyung Im-seng mendehem pelan, lalu katanya.
"Kalau hanya kami berdua yang menyerempet bahaya, hal ini masih mendingan.
Tapi jika nona Kwik dan nona Siau tin sampai harus menemani kami untuk mati
disini.... " "Sekarang keadaan sudah terlambat" tukas Kwik Soat kun. "kini kita sudah masuk
ke dalam ruangan seng thong. Sekalipun kita ingin mengundurkan diri sekarang
juga tidak keburu lagi..."
"Masih keburu" tiba-tiba terdengar seseorang menanggapi dengan suara yang amat
dingin. "Asal kalian berdua bersedia untuk menggabungkan diri dengan perguruan
Sam-seng-bun kami, kematian sudah pasti dapat dihindari... "
Nyoo Hong leng segera berbisik lirih.
"Harap nona Kwik mengambil keputusan sendiri, hidup sebagai manusia hanya
akan mati sekali, masalah yang demikian besarnya ini tak mungkin bisa kami
berdua yang menentukan, maka harap kau mengambil keputusan sendiri sesuai
dengan selera hatimu."
"Kalau begitu, kita gunakan saja taktik melawan taktik" bisik Kwik Soat kun,
"Setelah itu kita mencoba untuk melakukan penelitian yang sekarang, coba dilihat
apakah masih ada kesempatan baik yang bisa kita manfaatkan !"
Tidak menunggu jawaban dari kedua orang itu lagi, tiba-tiba dia memperkeras
suaranya seraya berseru. "Buyung kongcu adalah seorang enghiong hohan, seorang lelaki sejati, mustahil
dia sudi menggabungkan diri dengan perguruanmu, sedangkan kami berdua hanya
kaum perempuan yang lemah, tentu saja keadaannya jauh berbeda sekali..."
Dia berharap orang itu mau menjawab lagi sehingga dengan kemampuan yang
dimiliki Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng, tempat persembunyian orang itu
sudah segera ditemukan. oooOooo Bagian ke dua puluh enam Siapa tahu agaknya pihak lawan tahu akan kekhilafannya, dengan cepat dia
membungkam dalam seribu bahasa.
Kwik Soat kun segera menghela napas panjang sambil dia berkata. "Andaikata
kami bersedia untuk menggabungkan diri ke dalam perguruan Sam seng bun, entah
apa jabatan yang hendak kami peroleh dan pelayanan apakah yang bakal kami
alami?" oooOooo Menghadapi pertanyaan semacam ini, mau tak mau terpaksa orang itu harus
menjawab. "Asal kalian berdua mau menggabungkan diri dengan perguruan kami,
maka akan memperoleh pelayanan istimewa, jabatan sekarang adalah pelindung
hukum yang bisa meningkat ke jabatan lebih tinggi lagi, jika membuat pahala di
kemudian hari. Ketahuilah, kedudukan hu-hoat adalah suatu jabatan yang amat
tinggi, kalian tak usah mencampuri urusan apa-apa dan boleh hidup bersenang355
senang, tapi juga bisa memegang suatu tampuk pimpinan yang cukup tinggi dalam
perguruan." "Entah persyaratan apa yang harus kita penuhi?"
Nyoo Hong leng yang memasang telinga baik-baik dapat mendengar bahwa
seseorang yang semula berada di tenggara tiba-tiba berubah menjadi barat laut,
melihat itu dia lantas berpikir. "Sekalipun dia berada di sebuah lorong sempit
dalam dinding, tak mungkin perjalanan bisa dilakukan secepat ini untuk berpindah
tempat, selagi langkah mereka sama sekali tidak menimbulkan suara apa-apa,
tampaknya ada dua orang yang berada di tempat yang menanggapi pertanyaan itu."
Terdengar suara yang dingin dan hambar itu kembali berkumandang datang.
"Gampang sekali caranya, kalian berdua cukup bersumpah setia kepada Sam Seng
(tiga malaikat) dan meneguk air suci, setelah itu kalian sudah dianggap sebagai
anggota perguruan kami.: "Kalau begitu kunci dari persoalan ini terletak pada secawan air suci
tersebut..." pikir Buyung Im seng kemudian.


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diam-diam Kwik Soat kun juga berkerut kening, kepada Nyoo Hong leng bisiknya.
"Suara itu berasal dari dua orang yang berbeda namun memiliki suara yang hampir
sama bila tidak diperhatikan secara khusus, sukar rasanya untuk membedakan hal
itu." "Ehmmm...hanya permainan setan belaka" sahut Nyoo Hong leng dengan suara
yang rendah pula. Sesaat kemudian Kwik Soat kun berseru kembali dengan suara yang keras dan
lantang. "Apakah di dalam air suci tersebut beracun?"
Dengan dingin orang itu menyahut. "Setelah masuk menjadi anggota perkumpulan
kami berarti seluruh tubuhmu telah dipersembahkan untuk tiga malaikat, apakah
di dalam air suci ada racunnya atau tidak, buat apa musti kau persoalkan."
Dengan ilmu menyampaikan suara, Kwik Soat kun segera berbisik. "Untuk
menghadapi musuh, semakin licik suatu siasat yang dipergunakan semakin baik,
sekarang kita lagi beradu kecerdasan, rasanya tak perlu lagi buat kita untuk
mengutamakan soal kebenaran dan kejujuran."
"Silahkan enci lakukan saja menurut kehendakmu" ujar Nyoo Hong leng dengan
mempergunakan ilmu menyampaikan suara pula.
"Baik, akan ku usahakan untuk memancing kemunculan mereka..."
Setelah berhenti sejenak, dengan memperlantang suaranya dia berseru kembali.
"Walaupun pendapat kami berempat saling berbeda antara satu dengan yang
lainnya, namun sudah ada suatu kesepakatan diantara kami. Diantara kami
berempat terdapat dua macam keputusan yang saling berbeda, aku dan seorang
anggota perkumpulan kami, nona Siau tin, mengetahui bahwa setelah masuk ke
dalam ruang Seng thong, berarti tipis harapan kami untuk keluar dengan selamat,
sebaliknya Buyung kongcu dan seorang rekan yang lain tak sudi menyerahkan diri
dengan begitu saja."
356 "Bagaimana dengan kalian berdua?" tanya suara dingin itu.
"Kami telah bertekad untuk menggabungkan diri dengan perguruan Sam seng bun."
"Bagus sekali!" seru suara dingin itu, "kalau memang kalian berdua telah
bertekad, untuk menggabungkan diri dengan Sam seng bun, mulai sekarang harus menuruti
perkataanku." "Apakah kedudukanmu dalam perguruan tiga malaikat ini?" tanya Kwik Soat kun
tiba-tiba. "Aku adalah pelindung dari Seng tho ini."
"Apakah kau tidak bernama?"
"Nama nona dan asal-usulmu belum kau laporkan!"
"Aku adalah wakil ketua perkumpulan Li ji pang Kwik Soat kun, sudah kau dengar
jelas! Apakah perlu untuk melaporkan berapa usiaku tahun ini......?"
Orang itu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaahhh... haaahhh... cukup,
sudah cukup. Aku mah Cap ji hui huan (Dua belas gelang terbang) Lian Giok seng."
Kwik Soat kun agak tertegun. "Dua belas gelang terbang....?"
"Benar, apakah nona pernah mendengar orang membicarakan tentang namaku
ini?" Tapi ketika berbicara sampai di tengah jalan tiba-tiba suaranya berhenti...
Dengan suara lirih Kwik Soat kun lantas berbisik kepada Nyoo Hong leng. "Nona Nyoo,
ilmu silat yang dimiliki dua belas gelang terbang ini luar biasa sekali,
seandainya sampai terjadi pertarungan nanti, harap kau suka berhati-hati."
"Kau kenal dengan orang itu?"
"Tidak kenal, tapi aku pernah mendengar nama besarnya, dua belas gelang terbang
merupakan suatu kepandaian maha sakti, sungguh tak kusangka kalau dia telah
menggabungkan diri dengan pihak Sam seng bun sebagai seorang pelindung
hukum." "Kraaak... kraaak..." tiba-tiba terdengar seperti ada suatu benda berat yang
bergerak, menyusul kemudian muncul sebercak cahaya api. Buyung Im seng dan
Kwik Soat kun sekalian segera berpaling, tampak seorang sastrawan setengah
umur yang berbaju biru berdiri pada kurang lebih satu kaki di hadapan mereka, di
tangan kirinya memegang sebuah kipas besar, sedang pada punggungnya tersoren
sebilah pedang. Tampak dia berwajah persegi dengan jenggot yang panjang, alis
matanya tajam dengan sorot mata yang berkilat, gagah dan perkasa sehingga
menimbulkan kesan baik bagi siapapun yang melihatnya.
Buyung Im seng segera menjura, kemudian ujarnya, "Sudah lama aku mendengar
nama besar Cap ji hui huan Lian Giok seng, selamat bersua."
Lian Giok seng tertawa hambar. "Kaukah yang bernama Buyung Im kongcu?"
tegurnya. "Yaa, betul, akulah Buyung Im seng."
357 "Seandainya daya ingatanku tak salah, sewaktu aku masih melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan dulu, kau masih belum dilahirkan dalam dunia ini.:
"Nama besar locianpwe sudah lama termasyhur dalam dunia persilatan, setiap
orang mengenalimu, walaupun boanpwe belum sempat bersua muka, namun sudah
lama mendengar akan nama besarmu."
Sambil tertawa Lian Giok seng segera manggut-manggut. "Oooh... kiranya begitu"
katanya. Setelah berhenti sejenak, mendadak suaranya berubah menjadi dingin sekali,
tuturnya, "Semasa ayahmu masih hidup dulu, ia mempunyai hubungan
persahabatan yang baik cukup akrab denganku, maka memandang di atas wajah
sahabatku yang telah tiada, lohu bersedia untuk melanggar kebiasaan satu kali."
"Tiada seorang manusiapun yang dapat meninggalkan tempat ini, kecuali kalau dia
menggabungkan diri dengan perguruan Sam-seng-bun kami! Tapi bagimu, lohu
bersedia untuk memberikan kematian yang utuh bagimu."
Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh... haaahhh... betul-betul suatu nasehat yang amat berguna, rupanya kau
hendak memaksaku untuk melakukan bunuh diri..."
Lian Giok seng mendengus dingin. "Hmmm...! Bantuan yang dapat lohu berikan
kepadamu hanya terbatas sampai di sini saja, itupun sudah merupakan
kemampuan lohu semaksimal mungkin.
Tiba-tiba Nyoo Hong leng menyela. "Semut saja masih ingin hidup, apalagi
manusia, bila Buyung kongcu berniat untuk mati dia tak ambil perduli apakah
mayat yang utuh atau mayat yang hancur berantakan."
Dalam pada itu obor yang dibawa Lian Giok seng sudah habis, cahaya api segera
menjadi padam kembali. Terdengar Lian Giok seng berseru dengan suara lantang.
"Pasang empat buah lilin!"
Cahaya api segera berkilauan di angkasa dalam sekejap mata, seluruh ruangan
telah terang-benderang bermandikan cahaya lampu empat buah lilin raksasa telah
disulut. "Nona, apa hubunganmu dengan Buyung kongcu?" tiba-tiba Lian Giok seng
bertanya lagi. "Aku rasa hal ini tak ada hubungannya dengan dirimu, bukan" sahut Nyoo Hong
leng cepat. "Baik! Kalau begitu nona sudah ditetapkan untuk mampus, bagaimana dengan
Buyung kongcu" Harap kau juga memberi keterangan sendiri kepada diriku....."
Buyung Im seng mendehem pelan, lalu katanya. "Locianpwe, maksud baikmu biar
kuterima dalam hati saja, boanpwe masih belum ingin mati dengan begini saja."
Lian Giok seng manggut-manggut, katanya, "Jadi kau ingin agar aku bisa
memenuhi keinginanmu itu" Aku tak ingin menyerahkan diri dengan begitu saja."
"Oooh.... jadi kau hendak melawan?"
358 Tiba-tiba Nyoo Hong leng menukas sambil tertawa dingin. "Sungguh besar amat
dari locianpwe itu sekarang, pertarungan saja belum dimulai, siapa menang siapa
kalah masih merupakan tanda tanya besar." Mencorong sinar tajam dari balik mata
Lian Giok seng, ditatapnya wajah Nyoo Hong leng lekat-lekat, kemudian serunya,
"Nona dapatkah kau menyebutkan siapa namamu?"
"Boleh saja cuma akupun ingin bertukar dengan sebuah syarat yang lain..."
"Oooh, ..... syaratnya apakah itu?"
"Kau kenal dengan Buyung Tiang kim, lagi pula mempunyai persahabatan yang
akrab, itu berarti kau pasti mengetahui sebab-sebab kematiannya, dapatkah kau
memberi keterangan kepada kami" Tentu saja aku akan menyebutkan pula nama
serta asal-usulku." Lian Giok seng segera tertawa dingin, ejeknya. "Nona,
perhitungan sie-poamu benar-benar luar biasa sekali.
"Aku rasa hal ini sangat adil, entah dimanakah letak ketidakberesan tersebut?"
Lian Giok-seng tertawa hambar.
"Kau bernyali besar, juga berani bersikap begitu kurang ajar terhadap diri lohu"
Sebentar lagi kemungkinan besar kita dapat melangsungkan suatu pertarungan"
kata Nyoo Hong-leng sambil tertawa.
"Oh, jadi kau hendak bertarung melawanku."
Didengar dari ucapan tersebut, tampaknya dia merasa terkejut bercampur
keheranan. "Ada apa?" jengek Nyoo Hong-leng. "apakah kau anggap aku kurang pantas untuk
mengirimu melakukan suatu pertarungan?"
Lian Giok-seng mengawasi Nyoo Hong-leng sekejap dengan pandangan yang teliti,
kemudian seperti menyadari akan sesuatu, katanya.
"Tampaknya kaulah pimpinan dari rombongan ini?"
"Keliru besar. Buyung kongculah baru merupakan pimpinan kami!"
"Aaaah...!" Lian Giok-seng berseru tertahan, dia segera mengalihkan sorot
matanya ke wajah Buyung Im-seng, setelah itu katanya lebih jauh.
"Tampaknya sebelum melihat sungai Huang-hoo, kau belum akan merasa puas..."
Buyung Im-seng juga tidak segera menjawab, pikirnya.
"Semula aku menyangka, asal bisa masuk ke dalam lembah tiga malaikat maka
dengan cepat aku dapat mengetahui sebab musabab kematian dari ayah ibuku,
sungguh tak disangka kalau aku malah terpancing masuk kedalam Seng-hong ini,
tampaknya kecuali mereka kau menerangkan sebab-sebabnya kematian dari orang
tuaku, tiada cara lain lagi yang bisa kupergunakan lagi!
Berpikir sampai di situ, dia lantas tertawa hambar seraya berkata. "Lian
locianpwe, apakah aku sama sekali tiada harapan untuk melanjutkan hidup lagi?"
"Masih ada! Yaitu kau masuk menjadi anggota perguruan Sam seng bun."
"Kecuali itu?" 359 "Kecuali itu, hanya kematian saja yang segera kau jumpai?"
"Tapi aku enggan bunuh diri."
"Ada orang yang bakal datang untuk membunuhmu."
"Jika kami lakukan perlawanan dengan sekuat tenaga?"
"Kalian pasti kalah, sama sekali tiada harapan untuk meraih kemenangan....!"
Buyung Im seng tertawa hambar, kembali katanya, "Kalau begitu, kamu sudah
ditakdirkan untuk mati di tempat ini?"
"Benar! Itulah sebabnya kuanjurkan kepadamu, lebih baik bunuh diri saja, dengan
begitu kau bisa mati dengan badan utuh."
"Kalau toh kau sudah memiliki keyakinan untuk membinasakan diriku, kenapa
tidak berani mengutarakan latar belakang kematian ayah ibuku serta siapa
gerangan pembunuhnya?"
"Kalau toh kau bakal mampus, mengapa harus mengetahui pula akan persoalan
ini?" "Boanpwe baru akan mati dengan mata meram jika hal tersebut telah boanpwe
ketahui." "Apalagi belum tentu kami akan mati." sambung Nyoo Hong leng.
Mendadak Lian Giok seng seperti teringat akan sesuatu persoalan, dia lantas
bertanya. "Siapa namamu?"
"Aku bernama Buyung Im-seng!"
"Seng dari tulisan mana?"
"Apa bedanya dengan huruf tersebut?" seru Buyung Im seng keheranan.
"Apakah huruf Seng tersebut berasal dari tulisan Tiok (bambu) ditambah dengan
huruf Seng (kehidupan) di bawahnya?"
"Betul!" Lian Giok seng lantas bergumam seorang diri. "Itu berarti tulisan Seng yang kau
gunakan sama dengan huruf Seng yang kupakai sebagai namaku."
"Memangnya kau boleh menggunakan huruf "Seng" tersebut untuk namamu, orang
lain tak boleh menggunakannya pula?"
"Lohu benar2 merasa keheranan, apa sebabnya Buyung Tiang-kim memberi nama
Im seng kepadamu." "Apa pula anehnya dengan persoalan ini?" pikir Buyung Im seng di dalam hatinya,
"sekalipun diantara nama kami terdapat sebuah huruf yang sama, toh hal itu
bukanlah suatu kejadian yang sangat aneh."
Berpikir sampai di situ, dia lantas berkata. "Locianpwe, kalau benar kau kenal
dengan ayahku dan lagi mempunyai hubungan yang sangat akrab, tentunya
kaupun harus menaruh perhatian khusus atas niat boanpwe yang ingin mengetahui
sebab-sebab kematian ayahku, entah akhirnya boanpwe dapat meninggalkan
360 ruangan Seng thong ini dengan selamat atau tidak, yang pasti boanpwe sangat
ingin mengetahui akan duduk persoalan yang sebenarnya, asal rahasia tersebut
telah kuketahui, sekalipun harus mati juga aku bisa mati dengan mata meram."
Lian Giok seng menghela napas panjang, katanya kemudian. "Aaai, ... apakah kau
inginkan agar lohu menerangkan dulu latar belakang dari kematian ayahmu,
kemudian baru berusaha untuk membinasakan dirimu?"
"Andaikata locianpwe bersikeras ingin membunuh boanpwe, hal mana memang ada
hubungannya dengan tugas yang sedang dilakukan locianpwe jadi boanpwe sama
sekali tidak berniat untuk membencimu, tetapi bila locianpwe enggan menerangkan
sebab2 kematian ayahku, boanpwe pasti akan merasa amat tak tenang."
Lian Giok seng termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia mendongakkan
kepalanya dan memandang sekejap ke arah tiga buah patung dewa yang berada di
tengah ruangan itu, kemudian bisiknya, "Nak, kau tak akan menjumpai
kesempatan untuk meninggalkan tempat ini, lebih baik luluskan saja permintaan
mereka untuk bergabung dengan perguruan Sam seng bun!"
"Locianpwe tidak menjawab pertanyaan yang boanpwe ajukan, tampaknya kau
memang enggan untuk menuturkan hal itu."
Nyoo Hong leng yang berada di sampingnya segera maju ke depan dan menghadang
di hadapan Buyung Im seng, kemudian lanjutnya, "Dia tampak ragu-ragu untuk
berbicara terus terang, itu berarti ada suatu kesulitan yang terpendam di dalam
hatinya, siapa tahu kalau dia adalah salah seorang pembunuh yang turut
mencelakai ayahmu di masa lalu."
Melotot besar sepasang mata Lian Giok seng, sambil memancarkan sinar mata yang
tajam bagaikan sembilu, dia awasi Nyoo Hong leng sekejap, kemudian katanya.
"Tampaknya kau ingin sekali bertarung melawan lohu?"
"Yaaa, karena aku tak rela kau bunuh begitu saja, jadi cepat atau lambat suatu
pertarungan tidak dapat dihindari lagi."
"Baiklah! Kalau begitu, biar memenuhi harapan hatimu itu .....!"
"Seandainya kau tidak beruntung dan kalah, maka kau harus menerangkan latar
belakang dari kematian Buyung Tiang-kim."
"Baik, seandainya kau benar-benar bisa memenangkan lohu, maka kedudukanku
sebagai seorang pelindung hukumpun takkan bisa dipertahankan lagi."
Nyoo Hong leng segera maju ke depan, siap untuk turun tangan, tapi Kwik Soat
kun segera membentak keras. "Tunggu sebentar!"
"Ada apa?" "Ada sementara orang yang berjiwa besar dan berpandangan luas, mereka
menganggap kematian bagaikan pulang ke rumah, tapi ada pula sementara orang
yang takut mati dan tak ingin menyerempet bahaya, jika kau termasuk golongan
pertama, maka aku dan Siau tin termasuk golongan kedua..."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lian Giok seng, kemudian melanjutkan.
"Kami telah bertekad untuk menggabungkan diri dengan perguruan Sam seng bun"
"Bagus sekali."
361 "Cuma, kami tak ingin menyaksikan kalian membunuhnya, sebab bagaimanapun
juga mereka adalah temanku, aku tak bisa menyaksikan mereka kalah dan mati
terbunuh tanpa memberi bantuan...."
"Lalu, menurut nona Kwik....?"
"Menurut aku sih gampang sekali, aku hendak masuk dulu menjadi anggota Sam
seng bun, kemudian kalian turun tangan."
"Soal keselamatan nona tak perlu dikuatirkan lagi, aku percaya kejadian ini
takkan sampai menyeret kalian berdua."
"Tapi kamipun tak ingin menyaksikan rekan sendiri mati dalam keadaan
mengenaskan tanpa ditolong."
"Sekalipun menunggu beberapa saat lagi juga tak menjadi soal, kalau toh kalian
sudah bertekad untuk menggabungkan diri dengan Sam seng bun kami, maka
kalian harus pula mendengarkan perintahku ini."
"Sebelum menjadi anggota Sam seng bun, kedudukan kami memang masih sebagai


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tamu, rasanya kami tak perlu menuruti perintah itu.
Lian Giok Seng jadi marah sekali, serunya dengan lantang. "Hanya berdasarkan
perkataanmu ini saja, kalian sudah seharusnya mendapat hukuman yang berat."
Mendadak Kwik Soat kun memperkeras suaranya sambil berseru. "Kau sebagai
pelindung hukum, berani menentang perintah dari Tiga malaikat?"
Mendengar teriakan itu, Lian Giok seng benar-benar merasa agak takut, dia
mendehem berulang kali, seraya serunya. "Soal apa?"
"Tiga malaikat telah menurunkan perintah untuk mempersilahkan kami masuk ke
dalam keanggotaan Sang seng bun, tapi kau selalu berusaha untuk mengulur
waktu dan menunda terus menerus, sebenarnya apa tujuanmu?"
"Bila kalian berniat memasuki perguruan Sam seng bun, aku akan menyambutnya
dengan senang hati, masa sengaja mengulur waktu untuk mempersulit kalian"
Cuma saja, aku hanya meminta kepada kalian agar menunggu sebentar saja,
menanti aku telah berhasil membereskan mereka, barulah melangsungkan upacara
untuk menyambut kalian memasuki perguruan."
"Tidak bisa, aku tidak bisa menunggu walaupun hanya sedetik lagi, pokoknya aku
minta diselenggarakan pada saat ini juga." kembali Kwik Soat kun berteriak
lantang. Dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa Lian Giok seng berpaling dan memandang
sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian katanya. "Apakah kalian bersedia
untuk menunggu sebentar lagi?"
"Setiap orang mempunyai tujuan berbeda-beda dan tidak bisa dipaksakan, selama
dalam menghadapi situasi kritis yang mempengaruhi hidup mati seseorang" kata
Buyung Im seng, "itulah sebabnya kalau mereka berdua menganggap kami pasti
kalah sehingga mengambil keputusan untuk menjadi anggota Sam seng bun,
mereka itu tak bisa disalahkan....."
362 Lian Giok seng segera berpaling ke arah Nyoo Hong leng, kemudian tanyanya.
"Apakah nona dapat menunggu?"
"Baiklah! Menunggu sampai mereka menjadi anggota Sam seng bun, kemudian
pertarungan baru dilangsungkan pun bukan terhitung sesuatu yang terlalu
lambat." "Sayang sekali, kalian berdua enggan untuk bergabung pula dengan Sam seng bun
kami." "Aku masih ingat kalau kau telah menyinggung persoalan tadi, tapi telah kami
tampik." "Yaa, akan tetapi upacara dari perguruan kami masih merupakan suatu rahasia
besar, selain anggota perguruan, dilarang mengikutinya!"
"Kau toh tak akan membukakan pintu gerbang untuk melepaskan kami
meninggalkan tempat ini" Yaa, kau harus menyuruh kami untuk turut
mengikutinya." kata Nyoo Hong leng.
Lian Giok seng segera berkerut kening, lalu katanya. "Bagaimana kalau sepasang
mata kalian ditutup saja dengan kain berwarna hitam?" Kontan saja Nyoo Hong
leng tertawa dingin, katanya, "Jangan lupa, kami bukan anggota Sam seng bun,
lagi pula kamipun selama hidup tak akan masuk menjadi anggota Sam seng bun
kalian, andaikata aku suruh kau menampar pipi sendiri sebanyak sepuluh kali,
apakah kau pun bersedia untuk melakukannya?" Paras muka Giok seng segera
berubah sangat hebat, katanya dengan dingin, "Sebentar, aku pasti akan menghajar
mulutmu sampai rontok semua gigimu...." Nyoo Hong leng juga naik darah, segera
balasnya, "Aku harap kalau ingin berbicara, sedikitlah tahu kenyataan, kalau tidak, akulah
yang akan merontokkan gigimu terlebih dulu."
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh, baiklah" Lian Giok seng tertawa dingin, "Kau
boleh mempersiapkan diri lebih dahulu, sebentar bila pertarungan dilangsungkan, kita
buktikan siapa yang berhasil merontokkan gigi siapa!"
Diam2 Buyung Im seng merasa kuatir sekali setelah menyaksikan ke dua belah
pihak, sama-sama diliputi oleh hawa napsu membunuh, pikirnya dengan segera.
"Pertarungan yang bakal berlangsung nanti sudah pasti merupakan suatu
pertarungan yang amat sengit."
Dalam pada itu, Lian Giok seng telah berusaha keras untuk menekan kobaran
hawa amarah dalam dadanya, pelan-pelan dia mengalihkan sinar matanya ke
wajah Kwik Soat-kun dan Siau tin, setelah itu ujarnya. "Apakah kalian berdua
berkeras akan memasuki perguruan Sam seng bun pada saat itu juga?"
"Benar!" sahut Kwik Soat kun sambil tersenyum, "aku lihat pertarungan yang bakal
berkobar pada hari ini pasti amat seru dan berbahaya, untuk menghindarkan diri
dari segala kemungkinan yang tak diinginkan, aku pikir ada baiknya kalau
cepatcepat bergabung dengan Sam seng bun lebih dahulu."
Lian Giok seng segera mendengus dingin. "Hmmm...! Semoga saja ucapanmu itu
muncul dari sanubari yang jujur..."
"Aku memang berbicara sejujurnya."
363 Lian Giok seng tak bicara banyak lagi, dengan suara lantang dia lantas berseru.
"Upacara dimulai!"
"Traaaaang..!" bunyi lonceng menggema dalam ruangan, lalu enam pasang mata
besar dari tiga buah patung dewa yang tinggi besar di belakang meja persembahan
sana memancarkan cahaya tajam, enam buah cahaya yang kuat sekali. Dengan
suara dingin Lian Giok seng berseru. "Kini sinar sakti dari ke tiga malaikat
telah memancar ke seluruh penjuru ruangan, mengapa kalian berdua belum juga
menjatuhkan diri untuk berlutut.....?"
(Bersambung ke jilid 19) 364 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 19 Kwik Soat kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Lian Giok seng,
kemudian tanyanya dengan suara hambar.
"Apakah diharuskan untuk berlutut ?"
"Benar !" "Baiklah, berlutut yaaa berlutut."
Pelan-pelan wakil ketua dari perkumpulan Li ji-pang ini menjatuhkan diri
berlutut. Ketika Siau-tin menyaksikan Kwik Soat kun telah berlutut, terpaksa diapun ikut
berlutut. "Persembahkan air suci !" seru Lian Giok seng kemudian.
Terdengar bunyi gemerincingan nyaring, dari balik meja persembahan pelan-pelan
muncul sebuah kaki kayu, di atas kaki kayu itu terletak dua cawan air teh.
"Upacara untuk memasuki perguruan Sam seng bun sederhana sekali..." ucap Liau
Giok seng "asal kalian berdua menghabiskan kedua cawan air suci tersebut,
berarti kalian sudah merupakan anggota perguruan Sam seng bun kami."
Pelan-pelan Kwik Soat kun mengambil secawan air suci. Diperiksanya dengan
seksama, tampak air suci itu berwarna hijau tua, ketika didekatkan terasa ada
segulung bau harum tersiar keluar dari dalam cawan tersebut.
Terdengar Lian Giok seng berkata lagi.
"Air suci di dalam cawan itu merupakan hidangan yang paling lezat di dunia ini,
asal diteguk maka seluruh tubuh akan terasa menjadi segar dan nyaman."
365 "Obat yang baik getir rasanya" ucap Kwik Soat kun. "Kalau dilihat dari air suci
dalam baki yang begitu harum, aku rasa cairan tersebut sudah pasti bukan suatu
minuman yang segar."
Sembari berkata, dia meletakkan kembali cawan air teh itu ke atas tempat semula.
Menyaksikan keadaan tersebut, Lian Giok seng segera menegur dengan kening
berkerut. "Nona Kwik, apa maksudmu ?"
"Aku kuatir dalam air suci itu ada racunnya."
"Bukankah kalian berdua ingin memasuki perguruan Sam seng bun " Minum air
suci merupakan syarat yang terutama."
"Seandainya dalam air itu ada racunnya sehingga kami mati keracunan, bagaimana
jadinya nanti ?" "Anak murid Sam seng bun tak terhitung jumlahnya, setiap orang pernah minum
air suci ini, tapi mereka toh tetap hidup segar bugar."
"Perasaan berjaga-jaga tak boleh lenyap dari hati kami, seandainya kau bersedia
untuk meneguk air ini lebih dulu, akupun akan turut meneguknya secawan."
Lian Giok seng mengerutkan dahinya semakin rapat.
"Tampaknya kalian berdua memang berniat mempermainkan lohu... ?"
Sembari berkata, sorot matanya segera dialihkan ke arah enam buah sorot mata
yang terang dan kuat dari ketiga buah patung dewa yang tinggi besar itu.
Tampak baki kayu tersebut pelan-pelan ditarik kembali, sementara sorot mata yang
tajam itupun tiba-tiba lenyap tak berbekas.
Kwik Soat kun segera mengerti bahwa suatu perubahan telah terjadi. Diam-diam
dia menghimpun hawa murninya untuk bersiap siaga, kemudian sambil berpaling
katanya tertawa. "Locianpwe apa gerangan yang telah terjadi " Kenapa air suci ditarik kembali dan
cahaya api padam dengan sendirinya " Bukankah hal ini berarti kalau kami tidak
diperkenankan masuk jadi anggota perguruan Sam seng bun... ?"
Sementara itu Lian Giok seng telah mengerti bahwa dipadamkannya mati saksi
dan ditariknya air suci itu berarti semua tanggung jawab ruang Seng thong
tersebut telah diserahkan kepadanya untuk diputuskan sendiri, atau dengan
perkataan lain, hak membunuh atas ke-empat orang itu sudah berada di tangannya
sekarang. Hawa amarah yang semula menyelimuti kini sudah mereda, katanya sambil
tersenyum. "Silahkan bangun nona, sandiwaramu sudah lebih dari cukup. Apabila dilanjutkan
lagi, nanti bisa hilang keistimewaannya !"
Kwik Soat kun segera melompat bangun, katanya.
"Kalau begitu, para anggota perguruan Sam seng bun selalu di bawah perintah tiga
malaikat dan tak berani melepaskan diri lagi secara sembarangan karena mereka
sudah dicekoki air suci tersebut."
366 "Ehmmm... bagaimana dengan kau sendiri ?" ejeknya. "Apakah lantaran kau sudah
dicekoki air suci tersebut, maka kau rela menjadi pelindung dalam ruang malaikat
ini " Nama besar Cap-ji-hui-huan bukan diperoleh secara gampang, tak nyana kalau
begitu tak sayang untuk merusak kembali nama besarmu itu hanya dikarenakan
ingin mencuri hidup beberapa tahun lagi."
"Bagus sekali dampratanmu itu, sudah puluhan tahun belum pernah ada orang
yang memaki diriku dengan kata-kata seperti itu."
"Setiap orang boleh memaki manusia macam kau !"
"Benar, bila seseorang sudah tak takut mampus untuk memaki siapapun berani,
seperti juga keadaanmu sekarang."
"Cukup !" sela Nyoo Hong leng secara tiba-tiba. "Mungkin keadaan seperti ini
sudah tak bisa dibiarkan berlarut-larut lagi, harap kalian berdua suka mundur
selangkah ke belakang !" Kwik Soat kun dan Siau tin menurut, mereka lantas mundur dua langkah dan
bersembunyi di belakang Nyoo Hong leng.
Dalam pada itu, tampaknya Lian Giok seng malah tidak terburu napsu untuk turun
tangan dengan segera, diamatinya wajah Nyoo Hong leng beberapa kejap,
kemudian katanya. "Nona, tampaknya kau mengenakan topeng kulit manusia ?"
"Ehmmm... ! Aku rasa persoalan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan
pertarungan kita bukan ?"
"Seandainya kau berhasil kulukai mati, lohu akan mencopot topeng kulit manusia
dari wajahnya itu." Nyoo Hong leng segera mengerahkan tenaganya untuk menekan topeng itu ke atas
wajahnya, kemudian berkata.
"Apakah kau bersikeras ingin menyaksikan raut wajahku yang sebenarnya... ?"
"Sekalipun kau membunuh akupun, aku tetap akan mencopot topeng kulit manusia
tersebut. Kenapa kau tidak melepaskannya sendiri ?"
"Beritahu dulu kepadaku, siapa pembunuh Buyung tayhiap, maka akupun akan
melepaskan topeng kulit manusia ini."
"Apa hubunganmu dengan Buyung im-seng ?"
Mendadak Nyoo Hong leng melompat ke depan sambil melepaskan sebuah bacokan
kilat kemudian serunya. "Sambut dulu sebuah pukulanku ini, coba lihat apakah aku berkemampuan untuk
menanyakan persoalan tersebut kepadamu."
Lian Giok seng segera mengayunkan pula tangan kanannya menyambut datangnya
ancaman tersebut. Blaamm... ! Diiringi benturan yang sangat keras, tubuh Lian Giok seng tergetar
mundur sejauh satu langkah dari posisi semula.
367 Tapi seluruh tubuh Nyoo Hong leng pun turut terpental sejauh tujuh delapan depa
dari permukaan tanah. Buyung Im-seng merasa terperanjat sekali ketika dilihatnya tubuh Nyoo Hong leng
mencelat setinggi tujuh delapan depa oleh pukulan Lian Giok seng, buru-buru
serunya. "Nona Hong..." Dengan cepat dia memburu ke arah Nyoo Hong leng.
Tampak tubuh Nyoo Hong leng melayang sejauh lima enam depa dari tempat
semula sebelum melayang turun kembali ke atas tanah.
Buyung I-seng segera merentangkan tangannya lebar dan memeluk tubuh Nyoo
Hong leng ke dalam pelukannya, kemudian berbisik.
"Kau terluka ?"
Nyoo Hong leng merasa malu sekali ketika dilihatnya Buyung Im seng telah
memeluk tubuhnya erat, apalagi ketika teringat kalau disekitar sana banyak
orang, dia segera membalikkan tubuhnya dan menyembunyikan kepalanya di belakang
bahu anak muda tersebut. "Aku tidak apa-apa" sahutnya kemudian.
Setelah mendengar suara gadis itu amat tenang dan tidak menunjuk gejala terluka,
Buyung Im-seng baru berbisik lagi.
"Jadi kau bukan dipentalkan oleh sapuan angin pukulan lawan ?"
"Bukan. Meskipun dia belum nampak tua, tapi aku tahu kalau usianya sudah amat
besar, jika aku harus beradu kekuatan dengannya, sudah pasti bukan
tandingannya. Oleh karena itu aku pergunakan taktik..."
"Apakah itupun semacam ilmu silat ?" sela Buyung Im seng. "Benar. Dan lagi
merupakan suatu kepandaian silat yang amat tinggi, bagaimanapun lihainya suatu
pukulan yang dilancarkan lawan, jangan harap bisa melukai diriku paling banter
tubuhnya saja yang terpental jauh."
Setelah berhenti sejenak, terusnya.
"Sekarang aku tak sempat untuk banyak berbicara lagi dengan dirimu, tapi dilain
saat kau akan tahu dengan sendirinya !"
Buyung Im seng menghela napas panjang, katanya kemudian.
"Asal kau tidak terluka, akupun berlega hati."
"Hei, masa kau memelukku terus menerus di hadapan orang banyak. Malu aku
rasanya...... cepat turunkan diriku."
Buyung Im seng menurut dan pelan-pelan menurunkan tubuh Nyoo Hong leng ke
atas tanah sedang Nyoo Hong leng memejamkan matanya sambil bersandar di
dalam pelukan Buyung Im seng, lagaknya seperti orang yang lagi terluka padahal
dia menggunakan kesempatan tersebut untuk menghilangkan rasa malunya.
Lian Giok seng berdiri serius disamping sambil mengawasi semuanya itu.
368 Sekarang dia sudah tahu, rupanya Nyoo Hong leng merupakan satu-satunya jago
yang paling lihai diantara beberapa orang itu, asalkan ia berhasil ditaklukkan,
maka yang lain secara otomatis lebih gampang untuk dibekuk....
Tampak Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, lalu melompat bangun,
pelan-pelan dia berjalan ke hadapan Lain Giok seng dan ujarnya sambil tertawa.
"Tenaga pukulanmu sangat kuat, cuma sayang luka yang ku derita tidak parah,
terpaksa kita akan bertarung sekali lagi.."
"Apakah nona masih mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pertarungan
ini........... ?" "Kau anggap pukulanmu itu sudah benar-benar mampu untuk melukaiku ?"
Lian Giok seng segera berkerut kening, kemudian tegurnya.
"Jadi barusan kau tidak terluka ?"
oooOooo Bagian ke dua puluh tujuh
"Aaaahhh.... hanya terluka sedikit saja." jawab gadis itu.
Lian Giok seng segera menggerakkan tangan kanannya, dengan kecepatan luar


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biasa dia langsung mencengkeram pergelangan tangan kanan Nyoo Hong leng.
Nyoo Hong leng miringkan badannya ke samping, tangan kanannya bukan
menghindar sebaliknya malah maju menyongsong, dengan jari tengah dan jari
telunjuk dia babat urat nadi pada pergelangan tangan Lian Giok seng.
Semua gerakan tersebut dilakukan mereka berdua dengan kecepatan luar biasa
sehingga para penonton jalannya pertarungan tak sempat melihat jelas perubahan
jari tangan dari mereka berdua.
Tampak telapak tangan dan jari kedua orang itu saling menyambar, kemudian
dengan kecepatan tinggi masing-masing pihak mundur sejauh dua langkah dari
posisi semula, Ternyata sewaktu Lian Giok seng menyaksikan Nyoo Hong leng bukannya
berusaha untuk menghindarkan diri, malahan jari tangan dan jari telunjuknya
balik membabat urat nadi sendiri, sadarlah dia kalau telah bersua dengan musuh
tangguh, terpaksa dari gerakan mencengkeram dia rubah gerakannya menjadi
serangan bacokan untuk membabat pergelangan tangan Nyoo Hong leng.
Siapa tahu pada saat itulah Nyoo Hong leng melepaskan sebuah sentilan ke muka,
segulung desiran angin tajam segera menyambar ke depan.
Agaknya Lian Giok seng sama sekali tidak menyangka Nyoo Hong leng bakal
melepaskan sentilan jari pada waktu itu, ketika menyadari akan datangnya
ancaman, keadaan sudah terlambat.
Tapi oleh karena jarak diantara kedua belah pihak sama-sama dekatnya, maka
sambaran ujung jari tangan Lian Giok seng pun berhasil pula mengenai tubuh Nyoo
Hong leng. 369 Seketika itu juga Lian Giok seng merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku,
seluruh lengan kanannya menjadi lumpuh dan kesemutan, sebaliknya Nyoo Hong
leng juga merasakan punggung tangannya seperti tersayat pisau, sakitnya bukan
kepalang. Setelah kedua belah pihak sama-sama terkena satu serangan, masing-masing
pihakpun mundur selangkah ke belakang.
Kedua belah pihak saling berpandangan beberapa saat lamanya, kemudian Lian
Giok seng baru tertawa dingin sembari berkata, "Nona, lihai benar ilmu sentilan
jari Tan Ci Sin kang mu itu."
Nyoo Hong leng memandang sekejap mulut luka di atas punggung telapak tangan
kanannya, timbul pula perasaan kagum dalam hati kecilnya atas kehebatan ilmu
silat lawannya, ia lantas berkata.
"Sesudah terkena sentilan jari tanganku, kau masih memiliki sisa tenaga untuk
melukaiku, hal ini menandakan bahwa tenaga dalammu memang telah mencapai
tingkat kesempurnaan."
Lian Giok seng menghembuskan napas panjang, setelah termenung sebentar, ia
berkata lagi. "Selama puluhan tahun, belum pernah lohu seorang musuh yang begitu tangguhnya
seperti nona, aku harap pada hari ini kita bisa melangsungkan suatu pertempuran
yang hebat." "Maksudmu, kita tak boleh mempergunakan siasat licik untuk meraih kemenangan
melainkan mengandalkan kepandaian yang sebenarnya untuk saling merobohkan
?" tanya Nyoo Hong leng.
"Betul, entah bagaimana pendapat nona ?"
"Boleh saja, cuma tenaga dalammu amat sempurna, bila aku mesti bertempur
dengan mengandalkan kepandaian silat yang sesungguhnya maka akulah yang rugi
besar lebih dahulu."
"Kalau begitu nona tidak setuju ?"
"Aku boleh saja menyetujui usulmu itu tapi kita mesti mempertaruhkan sesuatu"
"Kalau kudengar perkataan nona ini tampaknya kau sudah mempunyai keyakinan
untuk meraih kemenangan"
"Bukan begitu maksudku, aku hanya merasa pertarungan mempergunakan
kepandaian yang sesungguhnya merupakan suatu pengorbanan yang besar sekali
maka harus dipertaruhkan sesuatu biar semangat, andaikata aku tidak beruntung
dan menderita kekalahan di tanganmu maka aku tak akan melawan lagi tapi
menyerahkan nasibku untuk kalian tentukan..."
Buyung Im-seng yang mendengar perkataan itu menjadi gelisah sekali, buru-buru
teriaknya. "Nona Hong, aku rasa soal ini...."
Sambil tersenyum Nyoo Hong leng segera menukas.
370 "Seandainya taruhanku tidak besar, mana mungkin dia bersedia untuk turut
taruhan ?" Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lian Giok seng, kemudian melanjutkan.
"Aku rasa dalam hatimu pasti telah mempunyai perhitungan bukan " Entah aku
dapat menangkan dirimu atau tidak, tapi yang pasti, bukan suatu yang gampang
bila kau ingin membunuhku atau menawanku hidup-hidup, maka kalahkan saja
aku, agar aku mengaku kalah, dengan begitu kesempatan bagimu akan menjadi
amat besar sekali. Lagi pula.... "
"Lagi pula kenapa " "tanya Lian Giok seng.
"Lagi pula kau dan kau bakal bertarung dengan kepandaian silat yang asli, itu
berarti aku harus mempergunakan kelemahanku untuk menghadapi kelebihanmu."
"Dalam bidang apakah nona merasa memiliki kelebihan ?" tanya Lian Giok seng
kemudian setelah mendengar perkataan itu.
"Aku memiliki kelebihan dalam ilmu meringankan tubuh dan ilmu melepaskan
senjata rahasia sebab dalam bidang ini aku dapat terhitung jagoan nomor satu di
dunia." "Nona terlalu mengunggulkan diri sendiri"
"Terserah kalau kau tidak percaya. Tapi yang pasti aku bicara apa adanya, bila
kau mengajak aku untuk beradu ilmu meringankan tubuh atau senjata rahasia, sudah
pasti kekalahan berada di pihakmu."
"Apakah nona menganggap pasti dapat menangkan aku " Kalau memang begitu,
kita tak usah bertaruh lagi."
Ternyata secara tiba-tiba Lian Giok seng merasa bahwa Nyoo Hong leng adalah
gadis yang sangat pintar sekali, dia kuatir seumpamanya sanggup untuk bertaruh
dengannya maka besar kemungkinannya akan tertipu, itulah sebabnya dia tak
berani menyetujuinya. "Kau tak berani ?" ajak Nyoo Hong leng.
"Lohu cukup mengetahui tentang keadaan sendiri, bila taruhanmu itu sampai
melewati batas kekuasaanku, kita toh tak mungkin bisa bertaruh lebih jauh."
"Sebenarnya permintaanku sederhana sekali" ucap Nyoo Hong leng. "Seandainya
kau sampai kalah, maka harap membuka pintu ruangan dan melepaskan kami
untuk meninggalkan ruangan Seng thong ini."
"Ehmm.... ternyata memang tak meleset dari apa yang kuduga."
"Begini saja ! Dikala kita sedang bertanding nanti, kau boleh mempergunakan
segala macam kepandaian yang kau kuasai, termasuk pula senjata rahasia, ilmu
meringankan tubuh dan lain-lainnya sedang kita pun tak usah bertaruh."
"Aku tahu kalau kau takkan berani sebab kau tak mempunyai keyakinan untuk
menangkan diriku bukankah demikian ?"
"Lohu sudah berusia lanjut, masa aku bakal termakan oleh hasutanmu itu.... ?"
371 Nyoo Hong leng segera tertawa dingin, katanya. "Haahhhhh.... haaahhhh....
haaahhhh... lagaknya saja seorang pelindung hukum dari ruang Seng thong,
padahal kalau dibicarakan yang sebetulnya", Lian Giok seng segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh... haaahhhh... haaahhh... benar-benar makian yang merasuk ke dalam
tulang. Sungguh makian yang menggetarkan sukma........"
"Jika kau mengakui dirimu seorang budak, kita tak usah banyak bicara lagi."
Dalam keadaan begini sikap Lian Giok seng berubah menjadi tenang sekali, dengan
penuh keseriusan dia berkata, "Bila makian nona sudah cukup, kita boleh segera
melangsungkan pertarungan !"
Sementara itu Nyoo Hong leng telah merogoh ke dalam sakunya dan menggenggam
segenggam biji Bhudi-cu, kemudian ujarnya dingin.
"Sekarang kau boleh meloloskan pedangmu."
Walaupun Lian Giok seng tahu kalau kepandaian silat Nyoo Hong leng sangat lihai,
namun dia masih tak ingin kehilangan pamornya, maka ujarnya sambil tertawa
hambar. "Bila nona tidak menggunakan senjata tajam, aku tak akan sampai
mempergunakan pedang untuk menghadapi dirimu."
"Tapi aku hendak mempergunakan senjata rahasia untuk menghadapimu !"
"kau telah mengatakan hal itu ! "
Nyoo Hong leng segera menggerakkan tangan kirinya, telapak tangan yang putih
bersih itu diayun ke depan menyerang ke dada lawan.
Sesudah bergebrak beberapa jurus, Lian Giok seng tak berani menaruh sikap
memandang rendah kepada lawannya lagi, tangan kanannya langsung saja dibalik
berusaha untuk mencengkeram pergelangan tangan kiri Nyoo Hong leng berbareng
itu juga tangan kirinya secepat kilat melepaskan sebuah pukulan.
Tampak Nyoo Hong leng memutar badannya dan menghindarkan diri dari serangan
Lian Giok seng tersebut dengan gesit, lalu tubuhnya melambung ke udara seperti
kupu-kupu dan menyelinap ke belakang punggung Lian Giok seng.
Pertempuran ini bukan saja mempengaruhi mati hidupnya Nyoo Hong leng. Lagi
pula mempengaruhi pula mati hidupnya Buyung Im-seng dan Kwik Soat kun
sekalian, oleh karena itu semua perhatian dari beberapa orang itu ditujukan ke
tengah arena pertarungan.
Tatkala menyaksikan gerakkan tubuh Nyoo Hong leng yang gesit, diam-diam
mereka mengaguminya. Siapa tahu Lian Giok seng sama sekali tidak memalingkan kepalanya sambil maju
ke depan, dia berbalik melepaskan sebuah pukulan.
Agaknya dia seperti telah menduga dimana Nyoo Hong leng akan menghentikan
tubuhnya maka serangan yang dilancarkan olehnya persis diarahkan ke tempat
mana Nyoo Hong leng berada sekarang.
372 Dengan cepat Nyoo Hong leng menghimpun tenaganya dan melejit ke samping,
ternyata dia melompat naik ke atas meja pemujaan tangan kanannya diayunkan ke
depan, dua biji bhudicu tersebut dengan cepat meluncur ke depan dan menghantam
sepasang mata patung dewa yang berada di tengah ruangan.
Praaannnggg... praaaaangg..... Diiringi bunyi yang amat nyaring dari sepasang
mata patung dewa bagian tengah itu menyembur keluar hancuran batu kristal yang
segera akan tersebar kemana-mana.
Ternyata di dalam sepasang mata patung dewa itu terdapat lapisan kaca kristal
yang teba kena dihajar oleh dua butir bhudicu yang disambitkan oleh Nyoo Hong
leng itu. Kontan saja kaca tersebut hancur berkeping-keping.
Tak terlukiskan rasa gusar Lian Giok seng setelah dilihatnya gadis itu merusak
sepasang mata patung dewanya sambil membentak keras dia menyusul ke atas
meja pemujaan dan sepasang tangannya secara beruntun melancarkan beberapa
buah bacokan. Nyoo Hong leng tertawa dingin, ejeknya,
"Hmmm... patung dewa itu tidak lebih cuma alat untuk membohongi orang. Tak
kusangka kalau kalian begitu mempercayainya."
Sambil membentak keras tangan kirinya segera diayunkan ke depan menyambut
datangnya telapak tangan kanan Lian Giok seng kemudian badannya melambung
ke udara dan melompat turun kembali ke atas tanah.
Lian Giok seng telah diliputi hawa amarah, dia turut melompat turun sementara
tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai...
Suatu pertarungan yang amat sengit pun segera berkobar dengan sengitnya.... Di
bawah cahaya lilin tampak bayangan berlapis-lapis pertarungan yang berkobar
ketika itu benar-benar sengit sekali.
Tenaga serangan yang digunakan Lian Giok seng semakin bertambah dahsyat,
bahkan diiringi pula oleh deruan angin yang amat memekikkan telinga.
Dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, Nyoo Hong
leng segera mengegos kesana kemari dengan kecepatan tinggi, ada kalanya oleh
karena terdesak oleh keadaan, maka diapun melancarkan serangan untuk
menyambut kemungkinan datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
Tak selang berapa lama kemudian, kedua belah pihak telah bertarung hampir
seratus kali gebrakan lebih.
Lian Giok seng memang betul-betul memiliki tenaga dalam yang amat sempurna,
seratus gebrakan kemudian, bukan saja tenaga serangannya tidak nampak semakin
berkurang, malahan makin lama semakin bertambah dahsyat, makin bertarung dia
pun nampak makin gagah perkasa.
Sebaliknya Nyoo Hong leng seakan-akan terdesak oleh keadaan, dia selalu
berusaha untuk meloloskan diri dari serangan musuh, bahkan ia tak pernah
menyambut dengan kekerasan.
Kembali puluhan gebrakan sudah lewat, namun situasinya makin lama semakin
tidak menguntungkan bagi Nyoo Hong leng, serangan demi serangan dari Lian Giok
373 seng yang begitu dahsyat dan buas memaksa Nyoo Hong leng harus bertempur dan
menari kesana kemari bagaikan kupu-kupu mencari madu saja.....
Buyung Im-seng menjadi terkesiap sekali setelah menyaksikan kesemuanya itu,
tanpa terasa dia lantas menghimpun tenaga dalamnya dan selangkah demi
selangkah maju ke depan. Agaknya Kwik Soat kun sudah dapat menduga maksud hati Buyung Im-seng,
dengan cepat ia menarik tangan anak muda itu sambil bisiknya.
"Jangan bertindak sembarangan sehingga akan dapat menghancurkan rencana kita
sendiri. musuh lebih banyak jumlahnya daripada kita, seandainya kau sampai
turun tangan, hal ini akan memberikan kesempatan kepada lawan untuk
melangsungkan pertarungan massal, seandainya sampai terjadi keadaan seperti
itu, niscaya posisi kita akan menjadi berbahaya sekali, keadaan seperti itu
lebih banyak ruginya daripada keuntungan buat kita."
"Apakah kita harus membiarkan dia terluka di tangan lawan ?" kata Buyung Imseng.
"Menurut penglihatanku, dia masih dapat mempertahankan diri beberapa waktu
lagi. Dalam keadaan seperti ini rasanya dia masih belum membutuhkan bantuan
kita." Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, mendadak terdengar suara
bentakan nyaring dan dengusan tertahan bergema di sisi telinga mereka....
Ketika semua orang menengok ke tengah arena, maka Lian Giok seng dan Nyoo
Hong leng menghentikan serangannya, masing-masing orang mundur dua langkah
ke belakang dan berdiri saling berhadapan muka. Nyoo Hong leng mengenakan
topeng kulit manusia pada wajahnya ditambah pula obat penyaruan, hal ini
membuat paras mukanya tidak tampak sesuatu perubahan. Berbeda dengan Liang
Giok seng tampaklah paras mukanya pucat pias seperti mayat, kalau bukan
lantaran terluka parah, sudah pasti disebabkan oleh rasa lelah yang kelewat
batas. Mendadak terdengar jeritan lengking yang amat memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Ketika Buyung Im-seng berpaling maka tampaklah orang yang barusan menjerit
lengking itu adalah Siau tin.
Tanpa terasa dia lantas menegur dengan kening berkerut.
"Mengapa kau menjerit-jerit ?"
Siau tin merasa seperti amat ketakutan sahutnya agak tergagap.
"Patung dewa itu.... "
"Bukankah tetap sama saja ?" sahut Buyung Im-seng segera memperhatikan
sekejap ketiga buah patung dewa ditengah ruangan itu.
"Maksudku dua baris patung dewa yang berada di samping"
374 "Aaaaahhh,,," Buyung Im-seng segera berpaling ke samping, tampak olehnya
patung-patung dewa yang berada di kedua belah sisi ruangan telah bangkit berdiri
dari tempat masing-masing.
"Patung-patung dewa itu dapat bergerak" ucap Siau tin cepat. "mereka dapat
bangkit berdiri" "Heehhhh.... heeeehhh... heeehhhh, apa yang mesti diherankan" kata Buyung Im
seng sambil tertawa dingin "dan hal itu hanya merupakan penyaruan orang saja"
"Hati-hati" bisik Kwik Soat kun, "mereka sudah mempersiapkan pertempuran
massal" Sementara itu Lian Giok seng telah menegur dengan suara dingin.
"Nona, bagaimana dengan lukamu ?"
"Bila kau masih sanggup melanjutkan pertarungan, dengan senang hati aku akan
mengiringinya." Lian Giok seng mengalihkan sorot matanya dan kemudian memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian serunya.
"Kalian tak boleh sembarangan turun tangan."
Tampak kawanan patung dewa yang telah beranjak dari tempatnya itu, kini balik
kembali ke tempat masing-masing dan duduk.
Tiba-tiba Nyoo Hong leng memalingkan kepalanya dan memandang wajah Buyung
Im seng dengan sorot mata yang tajam, setelah itu katanya,


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Toako melepaskan kita pula dari tempat ini"
"Dia hanya seorang pelindung hukum ruangan ini saja, tentu saja tidak berhak
untuk melepaskan kita."
"Toako bila aku mati, apakah kau masih bersedia untuk hidup terus di dunia
ini ?" Buyung Im seng agak tertegun setelah menghadapi pertanyaan tersebut, jawabnya
kemudian. "Kau mati lantaran aku, mana mungkin aku masih bisa hidup lebih lanjut.... ?"
"Baik, kalau begitu mari kita melepaskan api dan membakar ruangan Sam seng
tong ini." Lian Giok seng yang mendengar perkataan itu segera tertawa dingin, jengeknya.
"Sayang sekali ruangan Seng tong ini terbuat dari batu cadas yang tidak kuatir
dibakar, sekalipun nona membawa api juga percuma saja, tak nanti ruang Seng
tong ini bakal terbakar."
"Delapan orang menyaru sebagai patung dewa ditambah dengan kau seorang she
Lian berarti sembilan orang, sedang kami tiga orang perempuan dan seorang lelaki
berjumlah empat orang. Seandainya sampai terbakar dan mati semua, berarti kami
masih untung lima orang."
"Persoalan sekarang, apakah nona sanggup untuk melepaskan api dan membakar
bangunan ini." kata Lian Giok seng dingin.
375 "Kenapa tak dapat ?"
"Coba aku akan menghalangi niat itu. Bila nona berani melepaskan api untuk
membakar gedung ini, maka terpaksa aku akan menggunakan senjata tajam untuk
menghalangi niatmu itu."
"Aku pun berpendapat demikian, dalam kepalan, telapak tangan dan senjata
rahasia kita sudah mencoba dua babak, namun masih belum menentukan siapa
menang siapa kalah, bila kita harus melangsungkan pertarungan lagi aku memang
ada niat untuk mempergunakan senjata tajam."
"Bagus sekali kalau begitu, senjata tajam apakah yang hendak nona gunakan "
Apakah sudah dibawa dalam saku ?"
Dari dalam sakunya Nyoo Hong leng mengambil keluar sebilah pedang emas yang
pendek dan kecil, kemudian sambil digenggam dalam tangan, sahutnya.
"Inilah senjataku !"
Lian Giok seng memandang sekejap pedang emas itu, panjangnya satu depa belaka,
tanpa terasa dengan kening berkerut katanya.
"Senjata tajam yang kau pergunakan bagus sekali, mirip sebilah belati, entah
cocok tidak untuk dipergunakan " Bilamana membutuhkan, aku bersedia untuk
meminjamkan sebilah pedang buat nona."
"Kau jangan memandang rendah pedang pendekku ini, sebentar saja engkau bakal
tahu sendiri betapa lihainya senjata andalanku ini !"
"Aku ingin sekali menyaksikan keanehan dan keistimewaan apakah yang dimiliki
senjata tajam milik nona itu ?"
"Kalau begitu, saksikanlah sendiri !"
Lian Giok seng segera mengangkat tangan kanannya, pedangpun diloloskan dari
dalam sarungnya, kemudian ujarnya dingin.
"Walaupun ilmu silat yang nona miliki merupakan kepandaian tangguh yang
pernah kujumpai selama hidupku, namun sikap nona terlalu angkuh, terlalu latah."
Pedangnya segera digetarkan keras dan secepat kilat menusuk ke dada Nyoo Hong
leng. Pedang pendek Nyoo Hong leng segera berkelebat lewat dan memancarkan cahaya
keemasan yang menyilaukan mata, kemudian..... "Trang" dia telah menangkis
serangan pedang dari Lian Giok seng tersebut.
Sambil tertawa dingin, Lian Giok seng berseru.
"Nona, sungguh hebat sekali ilmu pedangmu itu...."
Pedangnya digetarkan sekali lagi, dia mengembangkan suatu serangan kilat yang
amat gencar. Tampak cahaya tajam berkilauan, hawa pedang menggulung-gulung, betul-betul
suatu serangan yang hebat sekali.
376 Nyoo Hong leng merasakan jurus serangan pedang yang digunakan Lian Giok seng
itu bukan saja dilancarkan dengan kecepatan luar biasa sebaliknya setiap jurus
pedangnya terbawa suatu daya tekanan yang sangat besar dan kuat, belum lagi
serangan mencapai sasaran, segulung desingan angin tajam telah menyambar.
Diam-diam bergidik juga perasaannya, dia lantas berpikir.
"Bukan saja jurus pedang yang digunakan orang ini sangat aneh, tenaga dalamnya
yang dimilikipun amat hebat, andaikata pertarungan ketat harus dilangsungkan
terus menerus, mungkin tidak besar kesempatan bagiku untuk meraih
kemenangan." Berpikir demikian, mendadak timbul suatu keinginan untuk meraih kemenangan
yang amat kuat, pedang emasnya segera berubah dan dia kembangkan suatu
serangan balasan yang hebat sekali.
Dalam waktu singkat, cahaya emas berputar-putar sembilan pedang pendeknya itu
sudah berputar menciptakan selapis cahaya keemasan yang amat menyilaukan
mata. Di bawah sorot cahaya lilin, tampak segulung cahaya putih dan segulung cahaya
emas bercampur aduk menjadi satu serta menggulung-gulung tiada hentinya.
Buyung Im seng dan Kwik Soat kun mengikuti jalannya pertarungan itu dari
samping arena, sedemikian tangannya mereka sampai peluh dingin tanpa terasa
jatuh bercucuran. Kwik Soat kun sudah pernah menjumpai banyak sekali pertempuran sengit selama
ini, namun belum pernah menghadapi pertarungan yang begini bahayanya seperti
sekarang, tampak cahaya berkilauan saja yang menyelimuti angkasa, sementara
bayangan manusianya sama sekali tidak nampak.
Buyung Im seng mendehem pelan, lalu bisiknya kepada Kwik Soat kun.
"Nona Kwik, pertarungan yang sedang berlangsung pada saat ini berbahaya sekali
bukan ?" "Belum pernah kulihat pertempuran itu yang begini dahsyat dan sengitnya seperti
saat ini, benar-benar membuat pandangan orang menjadi kabur dan pikiran turut
menjadi kalut." "Menurut pendapatmu, siapakah diantara mereka yang lebih menguntungkan
posisinya ?" "Sampai sekarang masih sukar untuk melihat siapa diantara mereka yang lebih
menguntungkan." Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan.
"Sepintas lalu kau tampak dingin, kaku. Sungguh tak disangka kalau rasa cinta
kau begitu tebal." Buyung Im seng segera menghela napas panjang, katanya.
"Aaaii.. seandainya nona Nyoo sampai menderita kekalahan, maka siapapun
diantara kita jangan harap bisa hidup lebih jauh."
377 "Sejak kami mengikuti kau datang ke sini, siapakah yang masih mengharapkan
bisa pulang dalam keadaan hidup ?"
"Aaai.... terhadap kau, nona Kwik dan nona Siau-tin, aku tetap merasa berterima
kasih sekali." Dia lantas menerima pedang dari tangan Siau-tin, kemudian sambungnya lebih
lanjut. "Seandainya nona Nyoo mulai menunjukkan tanda-tanda kalah, aku akan segera
turun tangan untuk membantunya. Aku harap nona berdua pun suka bersikap
sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan."
Sementara pembicaraan itu berlangsung, mendadak terdengar Lian Giok seng
membentak keras. "Lepas tangan."
"Sret, sret, sret !" Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan
berantai. "Belum tentu ! "jawab Nyoo Hong leng.
Pedang emasnya segera digetarkan dan secara beruntun dia melancarkan pula tiga
buah serangan berantai. Tiga kali bentrokan nyaring bergema memecahkan keheningan, di dalam bentrokan
tersebut kedua belah pihak sama-sama telah mengerahkan segenap kekuatan yang
dimiliki, Selewatnya tiga gebrakan itu tampak dua orang tersebut sudah tidak
berkemampuan lagi untuk melanjutkan pertarungan. Tanpa terasa kedua belah
pihak sama-sama mundur selangkah, pertarungan sengit pun tiba-tiba berubah
menjadi hening sekali. Pelan-pelan Nyoo Hong leng memejamkan matanya lalu mengatur pernapasannya.
Buyung Im seng menjadi terperanjat sekali, diam-diam pikirnya.
"Dia pasti sudah kehabisan tenaga untuk melangsungkan pertarungan, maka tanpa
memperdulikan mara bahaya yang sedang mengancam dia lantas mengatur
pernapasannya, kalau bukan karena begitu berhadapan dengan musuh yang begitu
tangguh, apalagi terhitung jago kelas satu dalam dunia persilatan, dia berani
memejamkan mata untuk mengatur napas ?"
Lian Giok seng telah memandang sekejap pula ke arah Buyung Im seng. Kemudian
dia pun memejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.
"Rupanya Lian Giok seng sendiri pun sudah berada dalam keadaan tidak tahan,
kelihaian ilmu silat orang ini paling tidak seimbang dengan kemampuan dari Nyoo
Hong leng. Seandainya membiarkan kedua orang ini melangsungkan kembali
pertarungannya setelah berhasil memulihkan kembali tenaga dimana dua harimau
bertarung, akhirnya satu diantaranya pasti akan terluka, padahal kami ada
ditempat bahaya, sedang jumlah musuh tak terhitung jumlahnya, aaai... diantara
kami cuma ada seorang Nyoo Hong leng yang berkepandaian tinggi, jelas dalam
pertarungan hari ini, kita ada di pihak yang kalah...."
378 Setelah berhenti sejenak diapun berpikir lebih jauh, "Lian Giok seng yang
merupakan pelindung hukum dari ruangan Sim seng thong, itu berarti dia
memperoleh kepercayaan dari ketiga malaikat, pelindung-pelindung hukum dalam
ruangan ini pun di bawah komandonya semua. Bila dia bisa kutangkap dan
memaksanya membuka pintu ruangan, siapa tahu kami akan lolos dari sini dengan
selamat " Sekarang kami berada dalam sikap permusuhan, perduli amat dengan
tata cara dan sopan santun.."
Berpikir sampai di situ dia bersiap-siap untuk turun tangan, tapi sebelum
tindakan selanjutnya dilakukan mendadak terdengar suara bisikan yang amat lirih
berkumandang di sisi telinganya.
"Jangan sembarangan bergerak, kecuali bisa membunuhnya atau membekuknya
hidup-hidup. Kalau tidak, keadaan kita sangat berbahaya sekali.... !"
Buyung Im seng dapat mengenali suara bisikan itu berasal dari Nyoo Hong leng
yang mempergunakan ilmu menyampaikan suara yang berguna untuk memberikan
peringatan kepadanya agar jangan sembarangan bergerak, terbayang bagaimana
dia sedang memejamkan mata namun semua gerak geriknya untuk menyergap
sekali... Tapi dia menuruti pesan tersebut dan berdiri tak berkutik di tempat semula.
Mendadak terdengar Siau-tin menjerit lengking, tubuhnya goncang keras lalu roboh
terjengkang ke atas tanah.
Perubahan ini berlangsung sangat tiba-tiba, hal ini membuat Buyung Im seng
sendiri pun merasa agak gugup dan gelagapan, buru-buru dia menghampiri Siautin
sambil menegur. "Nona..." Sementara itu Kwik Soat kun telah memegang tangan Siau-tin dan ingin
membimbingnya bangun, tampak tubuh Kwik Soat kun yang sedang membungkuk
itu mendadak tersungkur ke depan dan ikut roboh pula ke tanah.
Dengan hati terkesiap Buyung Im seng mundur selangkah ke belakang, kemudian
serunya. "Nona Kwik..." Setelah terjungkal ke tanah, Kwik Soat kun sama sekali tak berkutik lagi,
separuh tubuh bagian atasnya masih berada di atas kaki Siau-tin.
Semua peristiwa tersebut hanya berlangsung dalam sekejap mata saja, buru-buru
Buyung Im seng menenangkan hatinya dan berpaling ke arena. Ia saksikan Lian
Giok seng masih berdiri tak berkutik di tempat semula, sepasang matanya terpejam
rapat, tampaknya mustahil dia yang melancarkan sergapan tersebut.
Tapi ruangan itupun terang benderang bermandikan cahaya, selain Lian Giok seng
seorang, tidak nampak kehadiran orang lain.
Sementara dia masih kaget bercampur tercengang, mendadak salah satu jalan
darah penting di belakang tubuhnya menjadi kaku, segenap kekuatannya menjadi
lenyap tak berbekas, tangan kanannya mengendor dan pandangannya terjatuh ke
tanah, sepasang kakinya seakan-akan tak sanggup menahan kekuatan tubuhnya
379 lagi, ia roboh terjengkang ke tanah. Walaupun tubuh tak dapat bergerak, mulut
tak dapat berbicara, akan tetapi dia mengerti dengan jelas kalau dia sudah termakan
serangan gelap dari seseorang.
Benar juga, dari balik patung dewa di tengah ruangan itu segera terdengar
seseorang tertawa dingin, kemudian menegur.
"Lian Giok seng, tinggi sekali kah kepandaian silat yang dimiliki budak itu ?"
Lian Giok seng berkerut kening tapi dengan cepat wajahnya cerah kembali,
sahutnya dengan hormat. "Benar, ilmu silat yang dimilikinya lihai sekali, sudah dua kali hamba
melangsungkan pertempuran dengannya, tapi menang kalah belum berhasil
ditentukan, cuma Seng cu tak usah kuatir, hamba yakin masih sanggup untuk
mengalahkan dirinya."
Dari balik patung dewa di tengah ruangan itu kembali berkumandang pembicaraan
yang sangat dingin. "Aku tidak dapat menduga, masih ada manusia manakah dalam dunia persilatan
yang sanggup untuk bertarung seimbang dengan dirimu ?"
"Hamba sendiripun tak dapat menduga siapakah dia, tapi hamba dapat melihat
kalau dia mengenakan selembar topeng kulit manusia, seandainya bisa dibekuk
hidup-hidup dan melepaskan topeng kulit manusia, aku rasa kita akan segera
menyaksikan raut wajah aslinya."
Tiba-tiba orang di dalam patung dewa bagian tengah itu berseru sambil tertawa
dingin. "Kalau begitu, suruh dia lepaskan topeng kulit manusia yang dikenakannya itu !"
"Soal itu tergantung pada kehendakku sendiri" sambung Nyoo Hong leng dengan
suara dingin, "jika kau tidak puas, kenapa tidak segera menampilkan diri untuk
bertarung melawan diriku " menyembunyikan diri dalam patung berlagak menjadi
setan, apakah kau tidak merasa telah menurunkan derajatmu sendiri ?"
"Hmmm...kini aku dapat menduga siapa gerangan dirimu, aku menyuruh kau
melepaskan topeng tak lebih hanya ingin membuktikan kecurigaanku belaka, bila
kau tetap bersikeras terus menerus, jangan salahkan kalau aku segera akan
menurunkan perintah untuk membunuh ketiga orang rekanmu itu..."
Ucapan tersebut benar-benar merupakan sebuah senjata yang mematikan, Nyoo
Hong leng tertegun beberapa saat lamanya, lalu ujarnya. "Coba kau katakan,
siapakah diriku ini?"
"Kau adalah Biau-hoa Lengcu Nyoo Hong leng, bukankah begitu?"
Bukan menjawab pertanyaan itu, Nyoo Hong leng hanya berkata. "Baiklah! Aku
akan melepaskan topeng kulit manusia yang kukenakan agar kau bisa
membuktikan kecurigaanku di dalam hatimu, cuma kau ...."
380 Orang di dalam patung dewa itu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh...
haaahhh... haaahhh.. cuma aku harus melindungi keselamatan jiwa Buyung Im
seng bukan?" sambungnya.
Tergerak juga hati Nyoo Hong leng setelah mendengar perkataan itu, pikirnya.
"Orang ini betul2 sangat lihay, tampaknya dia sudah lama mengetahui rahasia
hatiku ini." Berpikir demikian, dia lantas menjawab. "Masih ada satu hal lagi, akupun ingin
menjumpai dirimu yang sebenarnya."
"Sekarang kalian sudah terjebak dalam posisi yang berbahaya sekali, mati hidupmu
sudah dalam kekuasaan kami, berani betul mengajukan syarat kepadaku. Hmm..
kau benar2 tak tahu diri!"
"Jika kau enggan untuk mengabulkan permintaanku ini terpaksa harus menempuh
jalan untuk bertarung sampai titik penghabisan.."
"Aku tidak dapat memikirkan kemampuan apakah yang kau miliki sehingga bisa
memaksakan suatu kematian bersama dengan kami."
"Aku memiliki semacam api beracun, bila terbakar asap beracunnya akan
menyelimuti seluruh angkasa, barang siapa mengendus asap beracun itu, dia bakal
mati tanpa tertolong lagi"
Orang di dalam patung dewa bagian tengah itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... sekalipun apa yang kau katakan itu benar, juga
tak bakal bisa melukai diriku." Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. "Cuma, kau


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

boleh melepaskan dulu topeng kulit manusiamu itu, setelah aku berjumpa
denganmu, baru akan kuputuskan apakah akan bertemu dengan kau atau tidak"
Terdengar Lian Giok seng turut berkata. "Seng-cu sudah bersikap luar biasa
sekali kepadamu, bila kau masih juga tidak menyetujuinya, hal ini sama artinya dengan
mencari kematian buat diri sendiri."
Nyoo Hong leng lantas berpikir. "Situasi yang kuhadapi saat ini sangat tidak
menguntungkan, seandainya aku tidak mengabulkan permintaannya, bisa jadi
mereka akan segera merenggut nyawa Buyung kongcu."
Berpikir sampai di situ, pelan-pelan dia melepaskan topeng kulit manusia yang
dikenakan itu. Selembar wajah yang cantik jelita bak bidadari dari khayangan
segera muncul di bawah sorot cahaya lentera. Lian Giok seng segera merasakan
wajah itu cantik jelita dan menggiurkan sekali, tanpa terasa diam-diam ia memuji
dalam hati. Terdengar orang di dalam patung dewa itu segera menegur. "Kau adalah Siau-hoa
Lengcu?" oooOooo Bagian ke dua puluh delapan
"Benar" sahut Nyoo Hong leng, "sekarang aku telah melepaskan topeng kulit
manusia yang kukenakan, oleh karena itu aku harap kaupun dapat segera
menampilkan dirimu."
381 Orang di dalam patung di bagian tengah itu tertawa pelan, sahutnya. "Baiklah,
untuk menyambut kedatanganmu pada malam ini, akan ku selenggarakan suatu
perjamuan untuk merayakan kehadiranmu itu."
Selama ini dia selalu berbicara dengan suara yang dingin dan kaku, tapi dalam
gelak tertawanya kali ini agaknya muncul dari sanubarinya sehingga
kedengarannya membawa hawa manusia.
"Maksud baik anda biar kuterima dalam hati saja," ucap Nyoo Hong leng dengan
cepat, "cuma, aku ada satu syarat."
"Apa syaratmu itu?"
"Aku minta semua orang yang datang bersamaku harus turut menghadirinya,
seorangpun tak ada yang boleh ketinggalan."
Suara dari orang yang berada dalam patung dewa itu kembali menjadi dingin dan
kaku, kemudian sahutnya. "Ini merupakan suatu permintaan ataukah suatu
paksaan?" "Bagaimana harus kukatakan, baru kau bersedia untuk mengabulkannya?" gadis
itu balik bertanya dengan suara mengancam.
Teringat akan keselamatan Buyung Im seng, diam-diam Nyoo Hong leng menghela
napas panjang. "Aaai... kalau begitu, anggap saja sebagai permohonanku" ucapnya
kemudian. Orang yang berada di dalam patung dewa itu segera tertawa nyaring. "Haaahhh...
haaahhh... haaahhh.. baiklah! Memandang di atas wajah Lengcu, biarlah
merekapun menikmati santapan malam bersama-sama diriku." Setelah berhenti
sebentar, dia melanjutkan.
"Lian Giok seng, bawa nona ini menuju ke ruang tamu untuk duduk sebentar,
nantikan perintahku selanjutnya."
"Terima perintah!" sahut Lian Giok seng sambil membungkukkan badannya
memberi hormat. Sorot matanya segera ke wajah Nyoo Hong leng, kemudian
melanjutkan. "Nona harap mengikuti diriku!" Seraya berkata dia lantas membalikkan badan dan
berjalan menuju ke sudut ruangan sana.
Nyoo Hong leng segera membangunkan Buyung Im seng, mengempitnya di bawah
ketiak, lalu katanya. "Bawa serta mereka semua!"
Liang Giok seng segera berhenti seraya berpaling, katanya. "Tidak bisa ruang
tamu itu hanya akan melayani nona seorang, lagi pula mereka sudah terkena jarum
beracun tak nanti nona sanggup memunahkan racun yang mengeram di tubuh
mereka setelah Seng-cu menyanggupi untuk membiarkan mereka menemanimu, itu
berarti beliau pasti akan mengutus orang untuk menyembuhkan luka racun yang
mereka derita, sekarang lebih baik kau ke ruang tamu sendirian saja, sebab jika
kau memaksa untuk membawa serta mereka semua, hal ini malahan justru akan
mencelakai jiwanya."
382 Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sebentar, akhirnya dia menurunkan
kembali tubuh Buyung Im seng dan mengikuti di belakang Lian Giok seng menuju
ke sudut ruangan. Dari satu bagian rahasia pada sudut ruangan itu, Lian Giok
seng segera mengetuk dindingnya beberapa kali. Nyoo Hong leng sudah menduga dia
bakal membuka pintu rahasia itu dengan menekan tombol-tombol rahasia yang
berada di sana, maka dia terus memperhatikan dengan seksama, tai menanti jari
tangannya sudah menyentuh pada tombol rahasia itu, keadaan sudah terlambat,
dia tak sempat lagi untuk mengingat kembali berapa kali kah orang itu mengetuk
di atas dinding sebagai kode rahasianya.
"Kraaakk...!" Pintu rahasia di atas dinding itu segera terpentang lebar.
"Aku akan membukakan jalan untukmu." kata Lian Giok seng kemudian.
Dia segera melangkah masuk dulu ke dalam ruangan. Nyoo Hong leng mengikuti di
belakangnya, setelah melewati sebuah lorong sempit yang memanjang, akhirnya
sampailah mereka di dalam sebuah ruangan kecil.
Lian Giok seng lantas mengambil korek api dan segera memasang lilin yang berada
di sudut ruangan tersebut. Dengan cepat seluruh ruangan itu menjadi terang
benderang bermandikan cahaya. Diam-diam Nyoo Hong leng menarik napas
panjang-panjang, dia merasa ruangan tersebut sama sekali tidak terasa sumpek
atau menyesakkan napas, jelas memiliki peredaran yang amat sempurna.
Terdengar Lian Giok seng berkata. "Ruang Seng-tong merupakan tempat yang
paling penting dari perguruan kami, banyak sekali jebakan yang kami pasang di
sekitar tempat ini, aku harap yang tidak begitu hapal dengan jalanan di sekitar
sini, maka lebih baik jangan mengambil tindakan untuk mencoba-coba melarikan
diri dari tempat ini."
"Kau sangat hapal bukan dengan daerah di sini" Hanya sekali mengulurkan tangan
saja kau sudah dapat memasang api pada lilin ruangan ini."
"Benar! Setiap benda yang berada dalam ruangan ini benar2 telah kukuasai di luar
kepala." "Malam ini Seng-cu kalian hendak mengadakan perjamuan bagiku, entah kau
sebagai komandan pengawal ruangan akan turut menghadirinya ataukah tidak
.....?" "Soal ini....tampaknya nona sudah tahu, kalau aku tak dapat memberikan
jawabannya, maka sengaja kau ajukan pertanyaan tersebut kepadaku...?" "Ilmu
silat yang kau miliki sangat lihay, tenaga dalam yang kau milikipun jauh lebih
sempurna daripada tenaga dalamku, tapi aku merasa sayang untukmu" ucap Nyoo
Hong leng dingin. Lian Giok seng tertawa hambar.
"Apa yang patut disayangkan?" tanyanya.
"Rela menjadi budak orang dan melakukan hidup yang rendah serta melakukan di
tempat semacam ini."
Ternyata Lian Giok seng sama sekali tak menjadi marah oleh hinaan tersebut,
maka sambil tersenyum tanyanya. "Sudah cukupkah nona memaki diriku?"
383 Tatkala dilihatnya orang itu sama sekali tidak nampak gusar oleh cemoohannya,
Nyoo Hong leng menjadi naik pitam sendiri, sambil tertawa dingin katanya, "Aku
lihat kau betul-betul sudah bertebal muka sampai mukamu mengering dan tak
mungkin akan merasa malu lagi, hmm.. betul-betul tak kusangka kalau dalam
dunia terdapat orang yang begitu tak tahu malu macam dirimu itu, sekalipun ku
caci maki dirimu sampai serak tenggorokanku juga percuma saja."
Lian Giok seng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh.. benar-benar makian yang memuaskan hati,
selama hidup sekalipun belum pernah aku dimaki orang dengan makian seperti
ini." Diam-diam Nyoo Hong leng lalu berpikir. "Orang ini benar-benar mempunyai muka
yang sangat tebal dan tidak takut dihina, percuma saja aku memakinya
terusmenerus." Karena kesalnya dia tidak memaki lebih jauh sambil membalikkan badan dia
lantas mengambil tempat duduk, memejamkan matanya dan sama sekali tidak
menggubris diri Lian Giok seng lagi.
Ternyata ruangan itu mempunyai dekorasi yang sangat indah dan mewah, selain
terdapat meja terbuat dari batu, juga terdapat beberapa buah kursi yang
beralaskan kasur dan kain pembungkus yang indah dan halus sekali..." Lian Giok
seng segera menutup pintu ruangan itu, kemudian sambil menghampiri gadis
tersebut, bisiknya lirih.
"Nona, apakah kau sangat menguatirkan keselamatan Buyung Im seng...?"
"Kalau benar, mau apa kau?" jawab Nyoo Hong leng dengan suara yang dingin dan
kaku. "Ingin menyelamatkan dirinya?"
Nyoo Hong leng agak tertegun setelah dihadapkan pertanyaan tersebut. "Apa
maksudmu berkata demikian?" serunya kemudian setelah termenung sebentar,
"apakah kau ingin memancing sesuatu keterangan dari dalam mulutku ini...?"
(Bersambung ke jilid 20) 384 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 20 Tiba-tiba saja paras muka Lian Giok seng berubah menjadi serius sekali, katanya.
"Aku harap nona bersedia untuk mempercayai semua perkataan yang kuucapkan!"
Tatkala Nyoo Hong leng menyaksikan sikapnya jujur dan bersungguh-sungguh,
sama sekali tak terlintas sikap yang sengaja, dia menjadi semakin keheranan.
"Kau pandai amat bersandiwara?"
"Aku dan Buyung Tiang kim adalah sahabat lama!" ucap Lian Giok seng
menerangkan. "Kalau memang demikian, apa sebabnya kau tak berusaha untuk menyelamatkan
puteranya?" "Andaikata aku berani bertindak secara gegabah dan tanpa suatu perhitungan yang
masak, maka akibatnya bukan saja takkan berhasil untuk menolong jiwanya,
malahan justru akan mempercepat kematian bagi mereka."
Untuk kesekian kalinya Nyoo Hong leng menjadi tertegun dibuatnya, dia berkata
kemudian. "Sebenarnya apa yang kau ucapkan itu sungguh-sungguh atau palsu"
Aku benar-benar tak dapat membedakannya."
"Berada dalam keadaan dan suasana seperti sekarang ini, aku rasa akupun tak
usah mengucapkan kata-kata seperti itu dengan diri nona bukan?"
"Kalau memang begitu, kenapa tidak kau katakan semenjak berada di ruang
tengah tadi." "Dalam ruangan itu penuh dengan mata-mata yang tersebar di sekeliling ruangan,
setiap gerak-gerik lohu sesungguhnya berada pula dibawah pengawasan mereka."
"Kau toh komandan pengawal ruangan Seng-tong" Masa sedikit hak dan kekuasaan
pun sama sekali tidak kau miliki."
385 Lian Giok seng segera tertawa getir setelah mendengar pertanyaan tersebut. "Pada
saat ini, waktu lebih berharga dari emas, lebih baik kita jangan membicarakan
persoalan semacam itu, sebab terlalu sayang kalau waktu yang demikian
berharganya ini dipakai untuk mempersoalkan hal-hal yang sama sekali tak ada
sangkut-pautnya." Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Walaupun ilmu silat yang sekarang nona miliki termasuk sangat lihay sekali,
namun kau masih bukan tandingan dari tiga malaikat...."
"Kau sedang mencemooh diriku?" tukas Nyoo Hong leng.
"Tidak, aku sedang membantumu!"
"Apa maksudmu?"
"Sengcu bukan terhitung seorang manusia yang suka akan kecantikan perempuan,
akan tetapi nona terlampau cantik."
"Kau minta padaku...."
"Yaa, kau harus berusaha untuk merayu dan memikatnya, nona, kau harus
mengerti, inilah satu2nya kesempatan yang kau miliki sekarang..." Nyoo Hong leng
segera mengerutkan dahinya rapat2 setelah mendengar perkataan itu, katanya
kemudian. "Sebagai seorang anak gadis, apakah yang merupakan hal terpenting baginya?"
"Soal ini.... soal ini ....... aku tak dapat memikirkannya...." sahut Lian Giok
seng agak tergagap. "Nah, kalau kau tidak tahu maka aku akan memberitahukan kepadamu, bagi
seorang anak gadis yang paling penting baginya adalah nama baik dan kesucian."
"Benar, tapi kaupun harus ingat bahwa mati hidupnya Buyung Im seng dan Kwik
Soat kun sekalian berada di tanganmu, aku hanya bisa memberi petunjuk ini
kepadamu, harap nona memikirkannya tiga kali lebih dulu sebelum memutuskan."
Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya dan berlalu dari situ.
memandang hingga bayangan punggung Lian Giok seng lenyap dari pandangan
mata, Nyoo Hong leng baru menghela napas panjang, pelbagai kekesalan dan
kemurungan dengan cepat menyelimuti seluruh benaknya. Sejak bertarung dengan
Lian Giok seng, dia hingga saat ini telah mengetahui bahwa dalam ruang Sam seng
tong tersebut sesungguhnya banyak terdapat jago-jago persilatan yang memiliki
ilmu silat yang sangat tinggi, entah bagaimana pula dengan kepandaian silat yang
dimiliki Seng cu nya sendiri" Cukup Lian Giok seng seorangpun sudah lebih dari
cukup untuk menandingi kemampuannya. Apa yang dikatakan Lian Giok seng
barusan memang benar, kecuali mempergunakan kecantikan wajahnya, dia sudah
tidak memiliki kemampuan lainnya lagi untuk berusaha meraih kemenangan.
Dalam lamunan itu, entah berapa waktu sudah dilewatkannya tanpa terus.
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan
keheningan, kemudian tampaklah Lian Giok seng telah muncul kembali di situ.
Ketika Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya maka tampaklah di belakang
tubuh Lian Giok seng mengikuti dua orang manusia.
386 Ke dua orang itu sudah berusia lima puluh tahunan, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati, jelas mereka adalah jago-jago
yang memiliki tenaga dalam yang sudah mencapai kesempurnaan.
Sambil mendehem pelan, Lian Giok seng lantas berkata. "Kami akan menyiksa
nona sebentar !" Dua orang kakek yang berada di belakangnya segera mengangkat sepasang tangan
mereka, seorang diantaranya membawa borgol sedangkan yang lainnya membawa
penutup kepala yang aneh sekali bentuknya, sebab penutup kepala itu menyerupai
sebuah tong besi. Dengan pandangan dingin Nyoo Hong leng memandang sekejap kepada Lian Giok
seng serta ke dua orang kakek itu, kemudian tegurnya. "Apakah kalian hendak
memakaikan borgol itu di atas tanganku?"
"Sudah kukatakan tadi, terpaksa kami akan menyiksa diri nona sebentar."
Nyoo Hong leng segera mendengus dingin. "Hmmm...andaikata aku menolak?"
"Apabila nona bersedia untuk mendengarkan nasehatku, lebih baik jangan ditolak!"
Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sejenak, akhirnya pelan-pelan dia
meluruskan tangannya ke depan.
Dari tangan kakek yang ada di sebelah kiri itu, Lian Giok seng mengambil borgol
tersebut, kemudian dipasangkan di atas tangan Nyoo Hong leng. Kemudian dari
tangan kakek yang berada di sebelah kanan, Lian Giok seng mengambil penutup
Anak Rajawali 16 Pedang Siluman Darah 14 Bidadari Selendang Ungu Si Tangan Iblis 2

Cari Blog Ini