Ceritasilat Novel Online

Pena Wasiat 22

Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen Bagian 22


kalian masih mencurigai aku" Apakah tindakan kalian ini
tidak sedikit kebangetan?"
Thian Pak liat yang berdiri dibelakang Si Han segera
tertawa, sahutnya: "Saudara Si tak usah banyak curiga, kini saudara Cu dan
Kian tayhiap sudah memasuki hutan, tapi mereka toh tidak
memaksa kalian berdua sebagai penunjuk jalan, hal ini
menunjukkan kalau dia telah mempercayai kalian."
"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menegur," bisik
Si Han,"Terus terang saja, sudah seharusnya bila kalian
tidak mengendorkan perasaan curiga kalian terhadap kami
berdua cuma berada dalam situasi dan kondisi seperti ini,
kemungkinan besar suatu bentrokan kekerasan akan terjadi
setiap saat, bila musuh mulai menyerang, kami berdua pun
pasti akan bergerak untuk menyongsongnya, bisa jadi
gerakan ini akan menimbulkan kecurigaan kalian hingga
secara tiba-tiba menyerang kami berdua. Seandainya
sampai begini, bukankah kami bakal mati penasaran."
Thian pak liat segera tertawa.,
"Tak usah kuatir saudara Si, aku dan saudara Tham
bukanlah manusia yang semberono !"
"Kalau memang begitu, bagus sekali !," bisik Si
Han,"Perlukah kita memberi bantuan untuk mereka yang
ada dalam hutan?" "Aku rasa tidak perlu, saudara Cu toh sudah
meninggalkan pesannya..."
"Yang paling kukuatirkan adalah keselamatannya, aku
tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Kian tayhiap sangat lihay,
sekalipun bertemu dengan sergapan juga masih sanggup
untuk dihadapinya, tapi Cu Siau hong tersebut...aku kuatir
kalau dia tak mampu menghadapi situasi semacam itu.
"Tentang hal ini, saudara Si tak usah kuatir, ilmu silat
yang dimiliki saudara Cu sama sekali tidak berada dibawah
kemampuan Kian tayhiap..."
"Oooh..benarkah demikian?"
"Apakah saudara Si tidak percaya?"
"Jarang sekali kudengar manusia semacam ini didalam
dunia persilatan." "Kalau ada mutiara yang tercecer dalam dunia persilatan,
hal tersebut lumrah, apalagi seorang pendekar yang sejati
kebanyakan tak suka mencari nama dan kedudukan namun
bila sudah menghadapi perubahan besar dalam dunia
persilatan, mereka akan tampil kedepan tanpa diminta dan
berjuang demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran tanpa
pamrih." "Betul !," Si Han manggut-manggut.
Sementara itu, dari dalam hutan telah terdengar suara
dari Cu Siau hong sedang berseru lantang:
"Oh tua, saudara Thian dan saudara lainnya, sekarang
kalian boleh masuk kemari."
Oh Hong cun segera mengiakan, dia bergerak lebih dulu
memasuki hutan tersebut. Thian pak liat dan Si Han sekalian mengikuti
dibelakangnya. Tampak ujung golok dari Kian Hui seng sedang
ditudingkan diatas tenggorokan seorang manusia
berkerudung hitam. Cu Siau hong berdiri disampingnya.
Sementara diatas tanah berumput berbareng pula empat
orang manusia berjubah panjang warna hitam.
"Saudara Si, kau kenal dengan dia"," tanya Kian Hui
seng kemudian. Dengan seksama Si Han memperhatikan sekejap orang
berbaju hitam itu lalu menggeleng.
"Tidak, aku tidak kenal !"
Cu Siau hong segera mengayunkan pedangnya dan
mencongkel kain kerudung hitam diatas wajah orang itu
hingga terlepas. Dibawah sinar rembulan yang remang-remang,
tampaklah seraut wajah yang aneh sekali.
Atau lebih tegasnya dia memiliki sepasang alis mata
yang hitam dan panjang, pada hakekatnya sama sekali
bukan wajah manusia, tapi sudah pasti dia adalah manusia.
Terdengar dia menghela napas panjang, lalu berkata:
Aku toh sudah bilang, tak usah melepaskan kain
kerudung hitam itu, tapi kau tak mau percaya, sekarang
tentunya kalian sudah mengerti bukan?"
"Apakah kau mengenakan selembar topeng kulit
manusia"," tegur Cu Siau hong.
"Bukan topeng, melainkan raut wajahku yang
sesungguhnya," jawab manusia bermuka bulu itu.
"Lohu sudah banyak tahun berkelana dalam dunia
persilatan, namun belum pernah menjumpai wajah seaneh
raut wajahmu itu," seru Oh Hong cun pula.
"Manusia tentu saja tak mungkin dilahirkan dengan
wajah seaneh ini, tapi dengan suatu ilmu pertabiban yang
tinggi, tidak sulit untuk merubah wajah seorang menurut
kehendak hati masing-masing orang."
"Jadi wajahmu sengaja dirubah?"
"Benar, raut wajahku ini merupakan suatu perlambang
yang sangat baik, maka aku tidak dapat muncul kembali
dalam dunia persilatan."
"Maka kaupun selamanya berdiam disini," sambung Kian
Hui seng dengan cepat. "Yaa, dan selamanya aku harus menyimpan rahasia,
kami pun menjadi orang-orang yang paling setia terhadap
mereka." Oh Hong cun memandang sekejap kearah manusiamanusia
berjubah panjang yang berada disekeliling sana
kemudian tanyanya lagi: "Bagaimana dengan mereka>"
"Mereka semuanya normal, tapi cuma manusia-manusia
yang beringas atas perintah belaka."
"Aaiii..kalu begitu, kaupun termasuk orang yang
menderita akibat ulah mereka," ucap Cu Siau hong.
Manusia bermuka bulu itu turut menghela napas
panjang. "Sejak wajah kami berubah menjadi berbulu, hanya ada
2 jalan yang bisa kami tempuh, pertama adalah bunuh diri
dan kedua tetap berada disini menjadi budak mereka."
oooooooOOOOOooooooo Bagian 62 "Betul-betul suatu tindakan yang amat kejam!" seru Cu
Siau hong. "Dengan raut wajah semacam ini, bukan saja aku tak
dapat menancapkan kaki kembali dalam dunia persilatan,
sekalipun dengan anak biniku juga malu untuk bertemu
lagi," kata manusia bermuka bulu itu.
"Yaa, ucapanmu betul juga" Oh Hong cun mengangguk,
"Setelah bertemu anak dengan istri, kau toh tak mungkin
mengenakan selembar kain kerudung secara terus
menerus." "Setelah gagal untuk pulang, sebenarnya aku ingin mati
saja, biar urusan menjadi beres, tapi akupun tak tega
membiarkan mereka menderita kelaparan dan tersiksa,
maka apa boleh buat lagi" Terpaksa aku harus bertahan
terus sampai sekarang."
"Bila kau bertahan terus, apakah anak istrimu tak bakal
kelaparan dan menderita?"
"Benar, mereka memang cukup dapat dipercaya, asal
kami berjalan dengan jujur dan setia, tidak ada niat untuk
berkhianat, maka anak istriku akan mendapatkan sejumlah
uang belanja setiap bulannya yang cukup untuk biaya hidup
mereka bahkan kehidupan mereka bisa dilewatkan dengan
baik dan makmur, karena uang yang mereka terima setiap
bulannya selalu seputar lima puluhan tahil perak."
"Ehmmm...inilah yang dinamakan budi dan ancaman
digunakan bersama-sama, Cuma...cara mereka
menggunakan orang benar-benar kelewat kejam," seru Oh
Hong cun. Selama ini Si Han hanya bersabar terus, tapi akhirnya
tak sanggup untuk menahan diri lebih jauh, segera selanya:
"Saudara, sesungguhnya saat ini ayahku berada
dimana?" Manusia bermuka bulu itu tertawa getir.
"Apakah kau ingin mengetahui hal yang sesungguhnya?"
dia menegur. Si Han merasa terkesiap, sahutnya cepat:
"Tentu saja ingin mengetahui hal yang sesungguhnya."
"Ayahmu sudah mati!"
Si Han betul-betul merasa sangat emosi, hawa
pembunuhan yang amat tebal pun segera menyelimuti
seluruh wajahnya, sedangkan Si Ih nio sudah tak mampu
lagi untuk membendung air matanya, dia menangis
tersedu-sedu dengan amat sedihnya.
Sambil menghela napas panjang, manusia bermuka bulu
itu berkata lagi: "Usianya sudah begitu lanjut, penyakitan lagi, ditambah
pula wataknya yang berangasan, bagaimana mungkin dia
bisa menahan siksaan yang amat berat ini?"
Seharusnya aku sudah berpikir sampai kesitu.."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih
jauh: "Tadi, bukankah kau yang memberitahukan kepadaku
bahwa dia orang tua masih hidup di dunia ini?"
"Yaa, memang aku yang memberitahukan kepadamu,
kau harus mengerti, sebelum kulepaskan kain kerudung
hitam yang menutupi wajahku, aku masih tetap setia
kepada mereka, tapi sesudah kulepaskan kain cadar hitam
ini, keadaan pun sama sekali berbeda."
"Maksudmu?" "Raut wajahku yang aneh dan memalukan ini sudah
diketahui orang, ini berarti aku sudah memperoleh
kebebasan dari siksaan dan mengembalikan sifat
kemanusiaanku, aku sudah memberikan banyak persoalan
kepada kalian, apakah kaiian masih belum mengerti?"
"Jangan-jangan..." kembali Oh Hong cun berhenti
berbicara. Manusia bermuka bulu itu segera menyambung:
"Yaa, aku sudah bertekad untuk mati, sekalipun kalian
tidak membunuhku, aku akan membunuh diriku sendiri"
"Aaai, sobat! Lebih baik kau membawa kami untuk
berjumpa dengan orang itu, mengapa kau harus
menginginkan kematian?"
"Ketika kau melepaskan kain kerudung hitamku tadi, aku
telah bertekad untuk mati."
"Tapi buat apa" Sekalipun kau tak bisa merubah
penyaruan yang mereka lakukan ats dirimu, toh kau bisa
mengorek bulu panjang diatas wajahmu itu dengan pisau"
Kalau bisa berjumpa dan berkumpul kembali dengan anak
istrimu, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian yang
amat membahagiakan?"
Dengan cepat manusia bermuka bulu itu menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Tak ada gunanya, mereka tak akan melepaskan aku,
bila aku tak mati, sudah pasti mereka akan menyiksa anak
istriku." Mendadak dia mengeluh kesakitan lalu muntah darah
segar, tubuhnya segera terkapar kembali diatas tanah.
Dengan cepat Si Han mencengkeram tubuh manusia
bermuka bulu itu sambil menegur:
"Kau tak boleh mampus dengan begitu saja.."
Namun manusia bermuka bulu itu sudah tidak menjawab
lagi, sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat dan
menghembuskan napasnya yang penghabisan.
"Si lote, aku pikir dia tak nanti akan membohong," kata
Oh Hong cun kemudian. "Aku percaya kalau apa yang dikatakan adalah kata-kata
yang jujur, tapi aku ingin tahu dimanakah jenazah ayahku
sekarang" Bagaimanapun juga kami toh harus
bersembahyang didepan layonnya sebagai pelampiasan rasa
bakti kami sebagai seorang anak."
"Saudara Si aku pikir mereka tak akan menyimpan
jenasah Si Locianpwe dengan begitu saja," kata Cu Siau
hong. "Sekarang, ayah sudah mati, yang paling penting buat
kita sekarang adalah membalas dendam," kata Si Ih nio
tiba-tiba. "Aku mengerti" jawaban dari Si Han kedengaran amat
sedih, pilu dan murung. "Sebelum melakukan balas dendam, hal yang terpenting
adalah menenangkan diri," kata Kian Hui seng pula dari
samping, "Kondisi dan situasi yang kita hadapi sekarang
amat berbahaya, hawa pembunuhan berada disekeliling
kita, apabila kita sampai teledor bisa jadi akan
menyebabkan terjadinya kematian yang mengesankan."
"Terima kasih atas petunjukmu!"
"Setelah orang ini mati, kita pun dihadapkan pada suatu
kesulitan yang paling besar," kata Oh Hong cun kemudian.
"Apakah kita tak mampu untuk menemukan kembali
orang-orang mereka?" tanya Cu Siau hong.
"Benar!" "Saudara Oh, soal ini tak usah kau kuatirkan, " kata Kian
Hui seng cepat, "Meskipun kita tak mampu menemukan
mereka, namun mereka tak nanti akan melepaskan kita
dengan begitu saja."
"Ooohh...!" "Benar, akan datang sendiri untuk mencari kalian!",
mendadak terdengar seseorang menyambung dengan suara
yang dingin bagaikan es. "Tepat sekali kedatanganmu itu, beberapa orang
rekanmu telah mampus, kami memang ingin mencari
seseorang untuk dijadikan sebagai petunjuk jalan."
Orang itu termenung sejenak, kemudian katanya:
"Jadi Jin Cap pwee (manusia delapan belas) telah mati?"
"Ooohh, rupanya dia bernama Jin Cap pwe," demikian Oh
Hong cun berpikir. "Benar! Sementara itu Kian Hui seng tengah menjawab,
"Dia tak mau menjawab pertanyaan kami, terpaksa


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamipun membunuh mereka, siapa namamu.."
"Aku Jin Cap kau (manusia Sembilan belas)"
"Jadi kalian semua she Jin?" sela Oh Hong cun.
"Soal ini tak usah kau ketahui, sebab nama seseorang
tidak lebih hanya merupakan perlambang saja."
"Padahal hal inipun bukan suatu yang luar biasa," sela Cu
Siau hong tiba-tiba, "Kalian tak lebih hanya membagi
kelompok dengan sebuatan Thian, Tee dan Jin!"
"Sungguh mengagumkan..sungguh mengagumkan! Kau
memang hebat dan pintar.."seru Jin Cap kau cepat.
"Tidak usah sungkan," tukas Oh Hong cun, "Dapatkah
kau mengantar kami untuk berjumpa dengan orang yang
ingin kami jumpai?" "Dapat! Tujuan kedatanganku kemari adalah hendak
mengajak kalian kesana."
"bagus sekali, kalau begitu mari kita berangkat sekarang
juga!" "Sekarangpun aku sudah merasa agak mengerti, rupanya
atasan kami sudah tahu kalau Jin Cap pwee telah tewas,
maka aku dikirim kemari sebagai penunjuk jalan kalian."
Cara orang ini berbicara amat ramah dan halus, sama
sekali berbeda dengan nada pembicaraan Jin Cap pwee tadi.
"Sekarang kau boleh menampakkan dirimu agar kami
saksikan manusia macam apakah dirimu itu?" seru Kian Hui
seng. "Aku rasa tidak perlu, tapi aku akan bertindak sebagai
petunjuk jalan untuk kalian, kalian ikuti saja dibelakangku."
"Waktu yang kami miliki sangat terbatas, harap kau
segera membawa kami kesitu."
"Tunggu dulu, aku masih ada beberapa patah kata yang
harus disampaikan lebih dulu."
"Katakanlah!" "Si Han dan Si Ih nio harus tetap tinggal disini dan tak
boleh menempuh perjalanan bersama-sama."
"Maaf, permintaanmu itu tak bisa kukabulkan, Jin Cap
kau, kau harus mengerti, kedatangan kami kemari adalah
untuk berunding, bukan untuk menyerah, syarat macam
apa pun dari kalian tak nanti akan kami terima."
"Kalau memang begitu, harap kalian tunggu sebentar,
aku harus minta petunjuk lebih dulu."
Dari kejauhan sana tiba-tiba berkumandang suara seruan
seseorang: "Bawa mereka kemari!"
"Baik!" jawab Jin Cap kau kemudian.
Pelan-pelan dia munculkan diri dari balik kegelapan,
orang itu mengenakan pakaian berwarna hitam dengan
wajah mengenakan kain kerudung berwarna hitam pula."
Dandanan semacam ini memang sudah berada dalam
dugaan Oh Hong cun sekalian, maka mereka sama sekali
tidak terkejut atau pun merasa tercengang.
"Jin Cap pwee sudah muncul dalam dandanan yang aneh
dan sekarang Jin Cap kau berasal dari kelompok "Jin" yang
sama, bisa diduga kalau dandanan mereka berdua tak akan
selisih terlalu banyak. Walaupun demikian antara Jin Cap kau dan Jin Cap pwee
tetap ada pula perbedaannnya, yakni Jin Cap kau
mempunyai watak yang lebih ramah dan halus dalam
pembicaraan. Tampak dia menjura kepada semua orang, lalu katanya:
"Aku akan membawa jalan untuk kalian."
Berangkatlah orang-orang itu mendaki puncak bukit,
diatas puncak bukit tersebut nampak sebuah rumah gubuk.
Tiba diluar rumah gubuk tersebut dengan sikap yang
sangat menghormat Jin Cap kau berkata:
"Mereka datang berlima."
"Suruh mereka masuk, pasang lentera! Perintah orang
yang berada didalam ruangan itu dengan suara berat."
Sekali lagi Jin Cap kau membungkukkan badan member
hormat. "Silahkan masuk saudara!"
Cahaya api berkilat, lentera telah disulut dalam ruangan
tersebut. Cu Siau hong segera berebut dimuka dan berjalan masuk
kedalam ruang gubuk lebih dulu.
Dia memang sengaja menyerempet bahaya untuk
berjalan dipaling depan, sebab biasanya semua ancaman
selau datangnya dari arah depan.
Dalam ruangan itu duduk seorang kakek berbaju hitam
yang amat lebar, sayang sekali paras mukanya tertutup
dengan selapis kain cadar berwarna hitam.
Dibawah kain cadar itu tampak jenggotnya yang
berwarna putih, ini membuktikan kalau usia manusia
bercadar hitam ini sudah berusia lanjut.
Disisi kiri dan kanan kakek berbaju hitam itu masingmasing
berdiri seorang bocah berbaju hijau.
Kedua orang bocah itu semuanya berwajah bersih dan
mungil, yang sebelah kiri membawa sebilah pedang
panjang, sedangkan disebelah kanannya membawa sebilah
kampak kayu yang diatasnya terletak tiga buah gelang
emas. Dipandang dari luar, gubug ini tampaknya tidak terlalu
besar, tapi setelah masuk kedalam ruangan, segera terasa
kalau ruangan itu tidak kecil.
Dihadapan manusia berbaju hitam itu berderet lima buah
kursi yang terbuat dari bambu.
Tiba-tiba kakek berbaju hitam itu berkata:
"Si Han, Si Ih nio kalian adal pengkhianat, seorang
perngkhianat tak akan mendapatkan tempat duduk."
"Kami sudah memasuki rumah gubug ini, soal duduk
atau tidak sama saja buat kami," jawab Si Han cepat.
Manusia berbaju hitam itu mendengus dingin, serunya
lagi dengan suara menyeramkan.
"Kalian dua saudara akan memperoleh akhir nasib yang
paling tragis...!" Si Han sama sekali tidak menggubris ucapan tersebut,
sinar matanya dialihkan ke wajah Oh Hong cun sambil
berseru: "Silahkan kalian duduk!"
Dalam pada itu Cu Siau hong telah memeriksa beberapa
buah kursi bambu itu dengan seksama, setelah tahu kalau
tiada sesuatu yang aneh dia lantas duduk lebih dulu.
Tempat duduk yang dipilihnya adalah kursi yang terakhir
dekat pada dinding sebelah kanan.
Oh Hong cun pun segera duduk ditengah dikelilingi oleh
Kian Hui seng disebelah kiri dan Thian Pak liat disebelah
kanan. Sedangkan dua bersaudara Si berdiri disisi Cu Siau hong.
Setelah semua orang duduk, Oh Hong cun baru berkata:
"Tolong tanya, apakah saudara memiliki nama" Apabila
nama asli tak bisa diutarakan, seharusnya kau
menyebutkan nama gelaranmu agar kami bisa memanggil
dengan lebih leluasa."
Manusia berbaju hitam itu termenung sebentar kemudian
sahutnya: "Kalian boleh menyebutku sebagai Lak sianseng!"
"Lak sianseng?"
"Kita bukan berniat untuk mengikat tali persahabatan,
buat apa mesti disebutkan secara jelas" Bukankah
demikian?" "Kalau tahu begitu, aku pun tak usah banyak bertanya
lagi tentang soal ini.."
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Saudarakah yang telah mengundang kedatangan kami?"
"Apakah Lak sianseng bisa mengambil keputusan?"
"Itu mah tergantung dari persyaratan kalian, tapi
kebanyakan aku bisa member keputusan."
"Bagus! Kalau begitu, Lak sianseng boleh memberikan
kepada kami apa maksudmu mengundang kedatangan kami
kemari." "Apakah Si Han tidak memberitahukan kepada kalian?"
"Dia sudah mengatakan, konon kami semua telah
terkena semacam racun tanpa wujud yang hebat, benarkah
demikian?" "Yaa, seratus persen benar, bahkan racun itu akan mulai
kambuh besok." "Aku orang she Oh benar-benar keheranan, kalau toh
besok kita akan mati, mengapa kalian mengundang kami
kemari" Apakah kalian sudah tidak tahan untuk meninggu
barang sehari saja?"
"Bukannya begitu, sekalipun harus menunggu sepuluh
sampai setengah bulan pun kami tetap akan sabar
menunggu, hanya persoalannya sekarang, kami merasa
kasihan bila banyak diantara kalian yang harus mati secara
tiba-tiba." "Waaah, kalau begitu kalian orang saleh yang berhati
mulia!" ejek Oh Hong cun cepat.
"Bagaimanapun juga, yang disebut manusia tetap
memiliki sifat kemanusiaan, apalagi jika beratus orang
harus mati bersama-sama, oohh..sungguh peristiwa
tersebut merupakan suatu kejadian yang sangat tidak
menggembirakan" "Tidak mungkin," kata Cu Siau hong, "Tiba-tiba
sepanjang jalan kalian telah menyiapkan berbagai jebakan
dan perangkap jahat, namun perangkap itu tak lebih hanya
mengharapkan agar kami semua mampus ditangan kalian,
aku jadi heran sekarang kalau toh kami semua telah
keracunan, mengapa justru kalian berbelas kasihan?"
"Maksudku mengundang kedatangan kalian hanyalah
ingin memberitahukan masalah ini saja, andaikata kau
kurang begitu percaya, lebih baik kita tak usah berbincang
lebih jauh." "Seandainya pembicaraan kita dapat berlangsung dengan
baik?" "Bila pembicaraan kita berlangsung dengan baik, kami
pun bersedia menghadiahkan obat penawar tersebut untuk
membebaskan racun dalam tubuh kalian, sebaliknya bila
pembicaraan tak bisa berlangsung sebagaimana mestinya,
silahkan saja kalian berlalu dan setelah kuberitahukan hal
tersebut, tentunya kalian pun boleh bersiap-siap untuk
menghadapi kambuhnya racun mana."
"Lak sianseng, apakah tiada alas an lain?" tanya Oh Hong
cun lagi, "Tidak ada." "Sayang sekali, lohu tidak percaya."
"Apa yang kau kehendaki baru bisa mempercayai hal
ini?" "Utarakan alasanmu yang sebenarnya?"
"Tiada alas an yang sebenarnya, diantara kita hanya ada
pertukaran syarat, bila pertukaran syarat bisa
dilangsungkan secara baik, kuberikan obat penawar itu, bila
syaratnya kurang memadai, kalian boleh pulang untuk
menyiapkan peti mati buat diri sendiri."
"Lak sianseng, silahkan kau utarakan syarat-syaratmu
itu, kami harus mempertimbangkan dahulu sebelum dapat
memberikan suatu jawaban yang pasti."
"Baik! Kalian harus letakkan senjata, serahkan orangorangmu
yang kuminta, kemudian pergi dari sini pulang,
inilah syarat kami secara keseluruhan dan aku rasa cukup
memadai serta tidak keterlaluan."
"Yaa, memang tidak kelewatan, cuma bagi kami sama
sekali tiada jaminannya."
"Maksudmu?" "Andaikata kami sudah menyerahkan senjata serta orang
yang kalian minta, sebaliknya kalian tidak menyerahkan
obat penawar tersebut untuk kami, bukankah kami bakal
berabe?" "Omong kosong, masa kami akan berbuat demikian?"
"Sekalipun Lak sianseng belum tentu berbuat demikian,
toh kami tak dapat mempercayai dengan begitu saja, maka
aku rasa lebih baik memakai caraku saja."
"Baik ! Katakanlah!"
"Kalian harus menyerahkan obat penawarnya lebih dulu,
kemudian kami baru menyerahkan orangnya,"
Kontan saja manusia berbaju hitam itu tertawa dingin.
"Heeeh...heeeh...heeeh...hal ini tidak mungkin.."
"Kalau tidak mungkin, berarti pembicaraan ini pun tak
bisa dilanjutkan lebih jauh, sebab kami sendiri
sesungguhnya kurang percaya kalau keracunan.."
"Jangan lupa, kami pun masih mempunyai cara yang
lebih hebat lagi," sambung Siau hong.
"Kalian paling banter Cuma bisa hidup sehari lagi,
permainan busuk apa yang bisa digunakan lagi?" jengek
kakek itu. "Pertama, kami bisa membunuhmu lebih dulu, kedua,
kami pun dapat mengungkapkan latar belakang yang dia
ucapkan tersebut ke seluruh dunia persilatan."
Kakek berbaju hitam itu segera tertawa:
"Kau..." Cu Siau hong tertawa, tukasnya:
"Bukankah kami sudah hampir mati" Bagi seseorang
yang sudah hamper mati, apa pula yang harus ditakuti?"
"Benarkah kalian berani berbuat demikian, dan tidak
menggubris keselamatan orang yang lain?"
"Kami tak mampu menolong mereka termasuk pula kami
sendiri didalamnya, tapi kami tak akan takluk. Diantara
yang keracunan termasuk pula orang yang kalian
kehendaki. Hingga sekarang dia belum mengungkapkan
rahasia tersebut karena dia masih mengkhawatirkan
sesuatu, meski aku tidak tahu apa yang dikuatirkan, tapi
aku tahu, bila rasa kuatirnya bisa dihilangkan maka semua
rahasia tersebut akan dibongkar olehnya."
"Sekalipun ia dapat membongkar rahasia itu, tapi kalian
toh akan mampus semua dan berita ini tak nanti bisa tersiar
keluar?" "Belum tentu, sekarang adalah saatnya Pena wasiat akan
munculkan diri, orang-orang yang berdatangan kemari pun
entah banyak jumlahnya bila kami menyebarkan diri, cepat
atau lambat berita tersebut pasti akan tersiar juga."
"Sekarang kalian lihay karena bersembunyi dibalik
kegelapan, tapi begitu rahasia kalian terbongkar, betapa


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besarpun kekuatan yang kalian miliki akhirnya toh akan
tertumpas juga oleh kekuatan dunia persilatan."
"Kau sedang menggertak lohu?"
"Tidak, aku tidak menggertak saja, juga melancarkan
serangan balasan.." "Melancarkan serangan balasan?"
"Betul! Melancarkan serangan balasan, perhitungan
kalian terlampau besar, maka kalian gunakan racun untuk
mengurangi kekuatan kami, tapi tidak berharap akan
meracuni mati kami semua, bukankah begitu?"
"Saudara, dalam hali ini bukan disebabkan kebaikan hati
mereka," kata Kian Hui seng, "Sebab racun yang bersifat
ganas selalu mempunyai bau yang tajam, sebelum kami
keracunan akan terendus dahulu bau racunnya, maka
mereka tak berani menggunakan, terpaksa mereka harus
menggunakan racun yang enteng sifatnya, dan itulah
sebabnya kami baru bisa keracunan.."
Cu Siau hong segera manggut-manggut.
"Yaa, perkataan toako memang benar!"
"Oh tua, bagaimana kalau aku turut mengucapkan
beberapa patah kata?" ucap Kian Hui seng lagi.
"Silahkan, silahkan !"
"Aku bernama Kian Hui seng.."
"Sudah lama kudengar nama besarmu," tukas manusia
berbaju hitam itu. "Sudah puluhan tahun lamanya aku berkelanan dalam
dunia persilatan, orang yang mengetahui tentang diriku
tidak sedikit, hal ini pun aku tak usah merendah lagi."
Setelah mengelus jenggotnya dan tertawa dia
menyambung lebih jauh dengan nyaring:
"Aku pun pernah diperalat kalian, tapi toh bisa segera
menyadari akan kesalahanku dan kembali ke jalan yang
benar. Lak sianseng, meskipun aku tidak mengetahui asal
usulmu yang sebenarnya, tapi dapat kuketahui kalau kau
pun senang diperalat mereka?"
Lak sianseng segera tertawa dingin.
"Kian Hui seng, apakah kau hendak mengadu domba
kami?" "Mengadu domba sih tidak berani, cuma aku ingin
member nasehat yang baik untukmu."
"Kian Hui seng, aku cukup memahami apa yang hendak
kau ucapkan itu dan sekarang kau pun tak usah berbicara
lagi," tukas Lak sianseng dengan suara dingin.
Dengan cepat Cu Siau hong melompat bangun, kemudian
serunya: "Toako, tak usah memetik harpa dihadapan kerbau lagi,
mereka hanya mengenal pedang dan kepalan."
Kemudian sambil menuding kakek berbaju hitam itu
terusnya: "Lak sianseng, aku pikir, lebih baik kita menentukan
menang kalah kita dengan ilmu silat saja."
"Kau benar-benar takabur!"
"Kalian biasanya kalau bukan menyergap dengan
kekerasan, sudah tentu merayu dan menipu dengan katakata
bohong terhadap ulah kalian, boleh dibilang aku sudah
cukup menghadapinya."
"Kau bermaksud menggunakan pedang" Ataukah ingin
mencoba dengan kepalan saja?" seru Lak sianseng.
"terserah keinginanmu."
Pelan-pelan Lak sianseng bangkit berdiri kemudian
katanya: "Baiklah! Kalau begitu lohu ingin mencoba kepalanmu
lebih dulu." Cu Siau hong segera melepaskan pedangnya dan
diletakkan diatas kursi bambu itu kemudian serunya:
"Aku akan melayani keinginanmu itu!"
Begitu maju kemuka, sebuah pukulan tinju segera
diayunkan kedepan. Dia tahu percuma kalau berbicara lebih banyak lagi,
daripada bersilat lidah, lebih baik bertarung dengan
kekerasan saja. Lak sianseng segera berkelit kesamping kemudian
membalikkan tangan kanannya dan mencengkeram urat
nadi Cu Siau hong. Menghadapi pukulan mana, Cu Siau hong sama sekali
tidak berkelit, tangan kirinya segera disodok pula kedepan
menghajar tangan kanan Lak sianseng.
Serangannya itu dilancarkan berantai dan sama sekali
tidak mencoba untuk berkelit, seakan-akan setiap reaksi
dari Lak sianseng selalu dihadapi pula dengan sodokan
tinju. Pertarungan semacam ini boleh dibilang aneh sekali,
dengan pengalaman Oh Hong cun dan Kian Hui seng yang
begitu luas pun ternyata mereka tidak berhasil menduga
ilmu pukulan apakah itu. Lak sianseng sendiri pun merasa amat terkesiap setelah
secara beruntun melancarkan belasan buah pukulan
berantai, kain cadar yang menutupi wajahnya segera
bergoncang keras, jelas ia sedang diliputi oleh perasaan
yang amat tegang. Secara beruntun Cu Siau hong melancarkan kembali
serangkaian pukulan berantai yang cepat, kekuatannya
besar dan ancamannya dahsyat, pada mulanya kakek
berbaju hitam itu masih sanggup untuk menghadapinya,
tapi belasan gebrakan kemudian ia mulai keteter dan tak
mampu untuk bertahan lebih jauh.
Lak sianseng menghembuskan napas panjang, kemudian
serunya mendadak; "Tahan!" Cu Siau hong menarik kembali serangannya lalu
bertanya: "lak sianseng, kau masih ada petunjuk apa lagi?"
"Apakah kau bernama Cu Siau hong?"
"benar, lak sianseng, aku telah membuktikan ucapanku
dengan ilmu silatku dapat membunuhmu."
Lak sianseng tertawa dingin, tukasnya:
"Lohu hanya membicarakan persoalan denganmu, tidak
menerima ancaman atau gertak sambalmu itu."
"Aku hanya menerangkan tekadku saja dan berharap kau
bisa memahami apa yang telah kuucapkan, selamanya
dapat pula kubuktikan."
"Apa manfaat yang bisa kau raih dengan membunuh
diriku?" "Besar sekali manfaatnya, bila kau sudah mati maka
akan muncul seorang yang berkedudukan jauh lebih tinggi
darimu untuk menggantikan kau."
"Cu Siau hong, kau salah menduga bila berkata demikian
sebab didalam kelompok kami, akulah orang yang
berkedudukan paling tinggi."
"Baik! Lak sianseng dengarkan baik-baik, entah kami
benar-benar sudah keracunan atau tidak, namun kami
mempercayai perkataanmu itu, maka waktu yang kami
miliki pun tidak banyak lagi."
"Cu Siau hong!" kata Lak sianseng dingin, "Apa yang
hendak kalian lakukan" Sekali pun kalian membunuh lohu
juga tak akan mampu untuk menyelamatkan berates
lembar jiwa manusia itu."
Cu Siau hong tertawa. "Lak sianseng, kami tidak bermaksud menolong diri
sendiri, kami hanya ingin membunuh beberapa orang lebih
banyak dari kalian.."
Paras mukanya segera berubah menjadi amat serius,
sambungnya lebih jauh: "Lak sianseng, kami tidak ambil perduli kalian
mempunyai persilatan apa lagi yang jauh lebih penting, tapi
tindakan yang hendak kami lakukan adalah sesudah
membunuh kau, maka kami akan segera menyuruh nona
tersebut untuk mengutarakan rahasia yang diketahui
olehnya, kemudian sebagian besar dari anggota kami akan
menyebarkan diri keempat penjuru dan menyiarkan rahasia
tersebut keseluruh dunia persilatan, apa yang telah
kukatakan sekarang, akan kami segera laksanakan,
janganlah kau anggap sebagai gertak sambal belaka."
Lak sianseng segera mendengus dingin.
"Hmm, Oh Hong cun, Cu Siau hong masih muda dan tak
tahu diri, sedangkan kau adalah pemimpin dari rombongan
ini, tentunya kau tidak akan melakukan perbuatan yang
tercela dan brutal seperti itu bukan?"
"Sudah kami persiapkan dan kami putuskan bersama,
jadi bukan pendapat dari Cu Siau hong pribadi," seru Oh
Hong cun. Si Han menimbrung tiba-tiba:
"Lak sianseng, sekarang jenasah ayah kami disimpan
dimana?" "Kami tidak membunuh ayahmu, adalah dia sendiri yang
telah bunuh diri.." "Koko!" Si Ih nio segera berbisik, "Demi kepentingan
umum, lebih baik kita tunggu sampai Cu kongcu
menyelesaikan masalah besarnya lebih dulu, baru kita
membicarakan soal tersebut."
"Yaa, ucapan adik memang benar."
Dalam pada itu Lak sianseng telah memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian sambil manggut-manggut
katanya: "Baiklah! Kalau toh saudara sekalian bersikeras hendak
bertarung dengan Lohu, terpaksa lohu harus
mengiringinya." Dia membalikkan badan sambil bertepuk tangan, bocah
yang memegang pedang tersebut segera menyodorkan
pedang tersebut. Dengan tangan kanan Lak sianseng mengambil pedang
terbang tersebut kemudian mengambil gelang emas yang
berada diatas baki kayu. Golok panjang dari Kian Hui seng segera berkelebat
lewat, mata golok yang tajam tahu-tahu sudah mengancam
diatas pergelangan tangan Lak sianseng.
Dia termashur sebagai To kok bu seng (golok lewat tanpa
suara), kecepatan goloknya benar-benar bukan omong
kosong belaka. Sambil tertawa dingin Lak sianseng segera berseru:
"Kian Hui seng, apa maksudmu dengan perbuatan ini?"
"Mari kita langsungkan suatu pertarungansecara adil dan
terbuka, lebih baik jangan menggunakan senjata rahasia,"
kata Kian Hui seng dengan suara dingin.
"Kepandaian silat yang diandalkan seseorang berbeda
yang satu dengan lainnya, panjang dan pendeknya pun
berbeda, yang menjadi andalan lohu adalah ketiga batang
pedang terbang ini."
"Lak sianseng kami telah member kesempatan yang
amat besar kepadamu, setelah diberi hati jangan minta
rempela, coba kalau keadaan tempat ini strategis, mungkin
kalian sudah menggunakan kerubutan untuk mengepung
kami. Pelan-pelan Lak sianseng menarik kembali tangan kirinya
dan member tanda kepada dua orang bocah itu agar
mundur, kemudian pedangnya diloloskan dari dalam sarung
dan menyilangkan di depan dada, katanya dengan suara
dingin: "Siapakah diantara kalian yang ingin bertarung melawan
lohu?" "Biar aku yang minta petunjukmu!" ucap Cu Siau hong.
"Saudaraku, kau harus menyerahkan babak ini untukku,"
sela Kian Hui seng cepat.
"Bila toako berkeinginan demikian, siaute akan menuruti
perintah," sahut Cu Siau hong.
Dia lantas menarik kembali pedangnya dan
mengundurkan diri ke samping.
Dengan suara dingin Lak sianseng segera menegur.
"Kian Hui seng, mengapa kau harus menerima babak
pertarungan ini?" "Sebab aku masih ingin memberi sebuah kesempatan
untuk mengampuni selembar jiwamu."
"Kian Hui seng, mengapa kau tidak mengatakan demi
menyelamatkan selembar jiwanya?"
Kian Hui seng segera tertawa dingin.
"Heeh...heeh..heeh...kau anggap dengan sedikit
kepandaian silat yang kau miliki sudah dapat bertarung
melawan dia?" "Aku percaya dalam tiga puluh gebrakan saja dapat
merenggut selembar jiwanya."
Sekali lagi KIan Hui seng tertawa dingin.
"Lak sianseng, silahkan saja kau turun tangan."
Sementara kedua orang itu berbicara, rasa curiga
kembali menyelimuti perasaan Cu Siau hong, pikirnya:
"Jika kudengar dari nada pembicaraannya kedua orang
itu seperti pernah saling mengenal, pada hakekatnya Kian
toako sudah mengetahui siapakah dia, tapi mengapa tak
mau menyebutkan keluar?"
Sementara dia masih berpikir, kedua orang itu sudah
saling bertarung dengan serunya.
Tampak golok dan pedang saling menyambar, cahaya
tajam berkilauan diseluruh angkasa, kedua belah pihak
telah melangsungkan suatu pertarungan yang benar-benar
amat sengit. Cahaya golok dan hawa pedang menyelimuti seluruh
ruangan, memaksa mereka yang berada disitu harus
mengundurkan diri ke sudut-sudut ruangan.
Bayangan manusia telah tenggelam dibalik cahaya golok
dan bayangan pedang, seluruh ruangan serasa dipenuhi
oleh hawa pedang dan cahaya golok yang betul-betul
menyilaukan mata, namun sama sekali tidak terdengar
suara senjata yang saling membentur.
Semua yang hadir di arena merupakan jago-jago silat
yang berilmu tinggi namun kebanyakan pada
membelalakkan matanya dengan mulut melongo setelah
menyaksikan peritiwa tersebut.
Pertarungan yang sedang berlangsung ini benar-benar
merupakan suatu pertempuran yang jarang terjadi dalam
dunia persilatan. Kebetulan sekali Oh Hong cun berdiri
bersama-sama Cu Siau hong, tak tahan lagi dia lantas


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanya dengan suara lirih:
"Cu lote, pertarungan yang sedang mereka langsungkan
benar-benar amat sengit!"
"Yaa, tampaknya Kian toako telah mengerahkan segenap
tenaga yang dimilikinya," sahut Cu Siau hong.
"Entah siapakah Lak sianseng ini, sungguh luar biasa
ilmu pedang yang dimiliki."
"Tampaknya Kian toako seperti kenal dengan dia," bisik
Cu Siau hong kemudian. "Yaa, akupun sedang mencurigai hal ini, tapi mengapa
Kian Hui seng enggan membongkar rahasia identitasnya?"
"Mungkin dia masih belum begitu yakin, maka dia
hendak turun tangan sendiri, kemudian dari ilmu pedangnya
itu mencoba untuk menduga identitasnya."
"Aku rasa dalam dunia persilatan dewasa ini cuma
beberapa orang saja yang benar-benar bisa bertarung
seimbang dengan Kian Hui seng tayhiap.."
Sementara itu, situasi pertarungan di tengah arena telah
terjadi perubahan besar sekarang, Kian Hui seng telah
menyerang dengan sekuat tenaga, secara beruntun dia
melepaskan tiga buah bacokan berantai.
Tiga buah bacokan berantai yang sangat ganas dan luar
biasa hebatnya. Lak sianseng berhasil menghindari dua bacokan pertama,
namun tak berhasil menghindari bacokan ketiga, dengan
cepat pedangnya dilintangkan untuk membendung serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
"Traaaaang...!" golok dan pedang segera saling
membentur menimbulkan suara bentrokan yang amat
nyaring. "Apakah harus dilangsungkan lebih jauh?" jengek Kian
Hui seng kemudian dingin.
Lak sianseng segera menarik kembali pedangnya dan
menyahut: "Tampaknya engkau seperti berhasil meraih sedikit
kemenangan." Maka terhadap teguran dari Kian Hui seng barusan,
sebagian besar orang yang hadir dalam arena rata-rata
merasa sedikit agak tercengang.
Mungkinkah didalam bentrokan kekerasan yang baru saja
terjadi, Lak sianseng telah menderita kekalahan diujung
tangan Kian Hui seng" Setiap orang hamper boleh dibilang
diliputi oleh perasaan tanda tanya.
"Apakah kau tak mau mengaku?" kembali Kian Hui seng
menegur dengan suara dingin.
"Pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang
akan menentukan mati hidup, pertarungan baru bisa
diakhiri bila salah seorang diantaranya sudah tak mampu
melancarkan serangan balasan lagi."
Maksud dari ucapan itu pun amat jelas, kendatipun dia
mengakui kalau sudah kalah namun enggan untuk
mengakhiri pertarungan tersebut dengan begitu saja.
"Aaai...! Kian Hui seng menghela napas panjang,
"Mungkin kau menginginkan suatu akhir yang diliputi oleh
banjir darah?" "Kita harus berjumpa didalam situasi dan kondisi seperti
ini aku tidak tahu masih ada akhir yang bagaimana
baiknya." "kalau begitu lancarkan seranganmu! Sebelum ada yang
mati, kita tak akan mengakhiri pertarungan ini."
"Hati-hatilah sedikit, aku bisa membunuhmu!" seru Lak
sianseng dengan menyeramkan.
Pedangnya segera digetarkan dan sebuah tusukan kilat
dilancarkan kedepan. Ilmu pedangnya aneh bagaikan ular berbisa, tampaknya
seperti mengurung golok dari Kian Hui seng tersebutm, tapi
dia selalu saja berusaha untuk menghindari bentrokan
langsung dengan golok panjang milik lawannya ini.
Golok dan pedang saling menyambar bagaikan sambaran
kilat, dalam waktu singkat Kian Hui seng dan Lak sianseng
telah bertempur lagi sebanyak lima, enam puluh gebrakan.
Mendadak terdengar Kian Hui seng membentak keras,
secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan
berantai. Tampak seluruh ruangan penuh dengan lapisan cahaya
golok, hawa serangan yang tajam membuat sepasang mata
orang sukar rasanya untuk dibuka.
Setelah cahaya golok sirap, pemandangan didalam
ruangan telah terjadi perubahan yang besar sekali.
Lak sianseng telah tergelepar diatas tanah dalam
keadaan tak bernyawa lagi, batok kepalanya berpisah dari
badannya dan tetap berada diatas kursi, sementara kain
kerudung hitamnya juga masih menutupi raut wajahnya itu.
"Ilmu pedang yang dimilki orang ini sangat lihay" pekik
Oh Hong cun kemudian, " Entah siapakah dia?"
Dia lantas maju kedepan dan bermaksud untuk
membuka kain kerudung mukanya.
"Lepaskan dia!" bisik Kian Hui seng tiba-tiba.
Oh Hong cun menjadi tertegun.
"Kian tayhiap..."
"Biar kukubur jenasahnya!" tukas Kian Hui seng lagi.
"Oooh,,,!" "Toako kenal dengannya?" bisik Cu Siau hong.
"Benar!" ..........oooooo.............
Bagian 63 "Apa hubungan toako dengannya?"
"Saudara" "Saudara sekandung?"
"Tidak, saudara angkatku."
"Kalau toh saudara angkatmu, ,mengapa saudara Kian
tidak mencoba untuk menasehatinya agar mau kembali ke
jalan yang benar?" "Aku gagal untuk membimbingnya kembali ke jalan yang
benar, karena itu terpaksa harus kubunuh dirinya"
"Toako, persoalan ini merupakan suatu pilihan dalam
keadaan yang mendesak, siuate berharap toako jangan
merasa menyesal atau sedih atas kejadian ini."
Kian Hui seng menghela napas panjang:
"Aaaii..aku tidak akan merasa sedih atau menyesal
karena peristiwa ini, aku hanya merasakan betapa
menakutkannya organisasi tersebut, semestinya Lok hiante
bukan terhitung seorang manusia yang punya nama kosong
belaka dan lagi dia hidup sebatangkara, jadi mustahil kalau
ada sanaknkeluarganya yang disekap atau disandera orang,
tapi ia toh menunjukkan sikap yang begitu setia terhadap
organisasi tersebut."
"Sampai saat menjelang kematiannya, aku lihat dia
seperti masih menaruh rasa hormat terhadap toako?"
"Ehhmmmm!" "Andaikata toako bersedia untuk menanyakan sesuatu
kepadanya, mungkin ia akan memberi banyak petunjuk
untuk kita" Kian Hui seng segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah dua orang bocah berbaju hijau yang berada
disampingnya, kemudian menegur:
"Kalian hendak menyusul majikan kalian ke alam baka"
Ataukah masih ingin hidup lebih lanjut?"
Kedua orang bocah berbaju hijau itu memandang
sekejap kearah jenasah Lak sianseng, mendadak mereka
jatuhkan diri berlutut diatas tanah.
Air mata terharu meleleh keluar dari keempat mata dua
orang bocah tersebut, sementara wajahnya menunjukkan
perasaan apa boleh buat. Rupanya diatas wajah mereka semula memerah, kini
sudah nulai berubah menjadi hijau kehitam-hitaman,
kemudian pelan-pelan roboh terkapar diatas tanah.
Rupanya kedua orang bocah itu sudah menggigit pecah
kapsul berisi racun yang telah disiapkan diantara sela-sela
gigi mereka, tak bisa dihindari lagi, tewaslah kedua orang
itu seketika. Menyaksikan kesemuanya itu, Kian Hui seng segera
berteriak keras: "Jin Cap kau, keluar kau!"
Cu Siau hong tertawa dingin, jengeknya tiba-tiba.
"Ingin melarikan diri?"
Mendadak dia melompat kedepan bagaikan anak panah
keluar dari busurnya, kemudian menerobos keluar melalui
daun jendela. Tak selang berapa saat kemudian Jin Cap kau
telah berjalan masuk kembali dibawah todongan ujung
pedang dari Cu Siau hong.
Dari balik kain kerudung hitam yang menutupi wajahnya
itu, kini sudah basah oleh cucuran darah.
Setelah diamati lebih seksama lagi, baru diketahui kalau
telinga sebelah kirinya sudah dipotong orang sehingga
darah segera mengucur keluar tiada hentinya.
Dengan paras muka amat serius Cu Siau hong segera
berkata: "Jin Cap kau, kami tak akan mengulangi pertanyaan
yang telah diajukan, apabila kau tidak bersedia menjawab,
maka aku akan segera memotong telingamu yang lain."
"Aku..." Jin Cap kau tampak gelisah sekali.
"Aku percaya, perbuatan yang kalian lakukan sepuluh
kali lipat lebih kejam daripada perbuatan kami sekarang"
tukas Cu Siau hong. "Jin Cap kau " kata Oh Hong cun pula, "Selain Lak
sianseng, siapa lagi yang berada disini?"
"Aku...aku..." Cu Siau hong segera mengayunkan pedangnya, sebuah
telinga Jin Cap kau segera rontok dari tempatnya diiringi
mengucurnya darah segar. Gerak serangan yang dilancarkan dengan kecepatan
begitu hebat dan kelincahan yang luar biasa, benar-benar
mendatangkan gertakan yang berkhasiat sekali.
Kontan saja Jin Cap kau dibuat ketakutan setengah mati
hingga tak kuasa lagi ia menjerit keras.
Sambil tertawa dingin Cu Siau hong segera berkata:
"Bila pertanyaan kami selanjutnya belum juga kau jawab,
maka aku akan segera memotong lengan kirimu."
"Jin Cap kau!" Oh Hong cun segera bertanya, " Kecuali
Lak sianseng, masih ada siapa lagi di tempat ini?"
"Tidak ada orang lagi, Lak sianseng adalah
penanggungjawab tertinggi di tempat ini."
"Mana obat penawarnya?"
"Tiada obat penawar."
"Tak ada obat penawar" Bukankah berarti kalian
memang bermaksud untuk membunuh kami semua?"
"Baiklah! Aku akan berbicara secara terus terang kepada
kalian, sebenarnya kalian sama sekali tidak keracunan,
mengapa harus memerlukan obat penawar?"
Oh Hong cun menjadi tertegun.
"Jadi tidak keracunan?" serunya.
Mendadak Jin Cap kau melepaskan kain kerudung
mukanya sehingga tampaklah seraut wajah seperti wajah
monyet yang berbulu putih.
Setelah tertawa getir, katanya lagi:
"Inilah tampangku, mereka telah mengubah raut
wajahku menjadi seraut wajah monyet, tapi mereka tak
pernah bisa mengubah hatiku, sesungguhnya hal ini
merupakan suatu rencana jahat sekali, tapi perhitungan
mereka salah, sungguh tak disangka ternyata kalian tidak
takut menghadapi ancaman kematian."
"Sebagai seorang lelaki sejati, kalau harus hidup maka
dia harus hidup dengan perasaan tenang, kalau harus
matipun dengan perasaan tanpa menyesal, sekalipun kami
benar-benar terkena racun yang jahat pun, tak nanti akan
menerima gertakan dan ancaman dari mereka itu..."
"Aku justru tak mampu untuk mengatasi masalah mati
hidup tersebut, karenanya baru menerima nasib yang begini
tragis." "Lantas apa maksud dan tujuan mereka yang sebenarnya
dengan memancing kami memasuki tempat ini?"
"Untuk meracuni kalian"
"Siapa yang dapat meracuni kami?" sela Cu Siau hong.
"Lak sianseng!"
"Dia?" Sambil berseru Cu Siau hong segera menyingkap kain
kerudung hitam yang menutupi wajah Lak sianseng
tersebut dengan ujung pedangnya.
Itulah raut wajah yang bagus dengan jenggot panjang
berwarna hitam. Walaupun Kian Hui seng tak ingin memandang, toh
akhirnya tak tahan untuk memandang juga sekejap, tak
tahan dia lantas berseru dengan suara pilu:
"Lok hiante!" "Dia dapat menggunakan racun?" tanya Cu Siau hong
kemudian. "Dia adalah seorang tabib sakti, sudah barang tentu
pandai pula meracuni orang" sela Kian Hui seng tiba-tiba.
"Tapi entah mengapa, ternyata ia tidak melepaskan
racun untuk mencelakai kalian" kata Jin Cap kau.
"Karena aku" kata Kian Hui seng lagi, "Dia lebih suka
mati diujung golokku daripada menggunakan racun untuk
mencelakai kita semua"
"Penampilannya itu benar-benar mencerminkan
perasaannya terhadap toako, tapi mengapa pula dia enggan
mengungkapkan keadaan yang sebenarnya?"
"Mereka adalah orang-orang dari tingkatan yang lebih
tinggi, tentu saja mereka dikendalikan oleh semacam
sistim pengendalian yang jauh lebih hebat" kata Jin Cap kau
menerangkan. "Apakah kau tahu?" tanya Cu Siau hong.
"Tidak tahu, tapi aku pikir sudah tentu demikian
keadaannya" setelah menghela napas panjang, terusnya:
"Apa yang kuketahui sudah kusampaikan semua kepada
kalian, nah aku harus pergi dulu"
Mendadak dia menjatuhkan diri kebelakang dan roboh
terkapar diatas tanah, dalam waktu singkat paras mukanya
telah berubah menjadi hitam pekat.
"Betapa keras dan hebatnya obat beracun itu" seru Oh


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong cun kemudian dengan suara menggidik.
"Si Han, sudah kau dengar semua?" tiba-tiba Kian Hui
seng menegur dengan suara tajam.
"Yaa, sudah kami dengar semua" jawab Si Han, "Apakah
Kian tayhiap masih menaruh curiga terhadap kami dua
bersaudara?" "Harap saudara Si jangan salah paham dulu," buru-buru
Cu Siau hong menyela, "Maksud Kian tayhiap adalah
berharap agar kalian segera mengambil keputusan"
"Keputusan" Keputusan apa?"
"Keputusan untuk tetap tinggal disini atau kau pergi
meninggalkan tempat ini?"
"Dendam sakit hati terbunuhnya ayah kami lebih dalam
dari samudra, selama kami masih dapat bernapas, dendam
sakit hati ini harus kami balas," seru Si Ih nio.
"Benar! " Cu Siau hong manggut-manggut.
"Koko, mari kita pergi bersama Oh tua saja! Terus terang
saja, mereka pun tidak akan melepaskan kita berdua
dengan begitu saja. "Aku tahu" kata Si Han, "Tapi kita hasrus menemukan
dulu jenasah dari ayah kita."
"Rasa bakti dari saudara Si membuat siaute merasa
kagum dan hormat, Cuma berada dalam situasi dan kondisi
seperti ini, aku rasa bukan suatu pekerjaan yang gampang
untuk menemukan jenasah ayahmu itu."
"Soal ini.." "Oleh sebab itu," sambung Cu Siau hong," Menurut
perasaan siaute, soal mencari jenasah ayahmu lebih baik
ditunda dulu pelaksanaannya untuk sementara waktu, bila
keadaan sudah rada tenag, barulah kita mencari akal lain."
Si Han segera menghela napas panjang.
"Siaute mengucapkan banyak terima kasih atas
petunjukmu itu." "Sekarang keadaan situasinya sudah mulai tampak jelas
dan makin bertambah terang," kata Kian Hui seng
kemudian, "Rupanya ada sekelompok manusia sedang
menancapkan kakinya di dalam dunia persilatan, walaupun
maksud tujuan mereka masih belum jelas, namun keadaan
siatuasinya sudah terbukti dengan nyata. Kita semua adalah
orang-orang yang hendak mereka hadapi, kecuali bila kita
semua bersedia meniru cara Jin Cap pwee dan lainnya
untuk dihadapi oleh mereka."
"Betul, kita semua adalah orang yang hendak mereka
hadapi, akan tetapi..."
Berbicara sampai disitu, mendadak Oh Hong cun
menghentikan perkataannya.
"Cuma kenapa?" "Mengapa mereka harus memilih disaat dan keadaan
seperti ini" Di saat pena wasiat hendak munculkan diri?"
"Oh tua, saat kemunculan pena wasiat merupakan juga
saat berkumpulnya segala kekuatan initi dalam dunia
persilatan" kata Cu Siau hong dari samping, "Kita tak lebih
hanya satu kelompok manusia belaka, padahal jago
persilatan yang berangkat menuju tebing Yang jit gay
bukan hanya kami saja."
"Betul! Mereka telah menyebar banyak jagonya disekitar
tempat ini, barang siapa yang tak bisa dipergunakan oleh
mereka, hampir semuanya dibunuh" kata Si Han.
"Yaa, sudah pasti begitu" ucap Cu Siau hong pula.
"Aaii..! Pena wasiat adalah tokoh yang paling dihormati
oleh segenap umat persilatan, apakah dia hanya duduk
berpangku tangan belaka" keluh Oh Hong cun.
"Oh tua, kau adalah seorang manusia yang sudah
termashur banyak tahun, pernahkah selama ini kau
bertemu dengan Pena wasiat?"
Oh Hong cun menjadi tertegun menghadapi pertanyaan
ini, sahutnya kemudian agak tergagap:
"Soal ini...ini..Cu lote, apakah kau mencurigai Pena
Wasiat?" "Oh tua, siaute tak berani mencurigai tokoh yang
dihormati setiap orang, tapi aku merasa orang ini kelewat
misterius." "Misterius" Cu lote, dalam hal ini tak bisa dicurigai, Pena
wasiat merupakan tokoh yang sangat dihormati dalam
dunia persilatan, sudah banyak membongkar kemunafikan
manusia, justru karena jasanya itulah, dunia persilatan bisa
mengalami ketenangan selama dua puluh tahun lamanya."
"Oohh..!" "Saudara Oh, sekarang Pena Wasiat berada dimana?"
sela Kian Hui seng lagi. "Soal ini, siaute sendiri pun tidak tahu."
"Aku pikir, diapun sudah pasti telah tiba disini!" kata Kian
Hui seng lagi. Oh Hong cun segera manggut-manggut.
"Kalau toh dia sudah datang kemari, mengapa hingga
sekarang belum juga menampakkan diri?" seru Cu Siau
hong. "Soal ini, soal ini....mungkin dia tidak melalui jalanan
yang kita tempuh ini."
Cu Siau hong menjadi termenung dan lama sekali belum
juga menjawab. "Cu lote" kata Oh Hong cun kemudian, "Paling tidak
sebelum kita memperoleh suatu bukti yang nyata, kita
tidak seharusnya mencurigai Pena wasiat."
Cu Siau hong segera tertawa.
"Kian toako, apakah kau pernah bertemu dengan Pena
wasiat?" "Tidak.." Kian Hui seng menggeleng.
Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh:
"Saudara, tampaknya kau sedang melindungi
seseorang?" "Benar! Dia adalah seorang perempuan, seorang
perempuan yang mengetahui banyak rahasia tentang
organisasi rahasia tersebut."
"Sekarang, sudah seharusnya bila Cu lote
memberitahukan kepada kami, sedikit banyak tentang latar
belakang persoalan itu."
"Dia adalah salah seorang yang berasal dari pusat
organisasi rahasia tersebut, sesungguhnya kedudukan
orang ini tidak begitu penting, diapun bukan seorang
manusia yang terlalu menonjol, tapi persoalan yang
diketahui olehnya banyak sekali, latar belakang masalah
yang sebenarnya juga diketahui olehnya, karena dia tak lain
adalah dayang dari si otak yang mendalangi seluruh
peristiwa ini." "Bagus sekali!" seru Kian Hui seng cepat, "Persoalan
yang palin memusingkan kita dewasa ini adalah tidak
mengetahui siapakah dia, asal identitas yang sebenarnyaa
dari orang itu sudah diketahui maka perduli siapakah dia,
kita bisa turun tangan untuk menghadapinya."
"Tapi hingga sekarang, dia belum mengungkapkan hal
tersebut" kata Cu Siau hong kemudian.
"Mengapa belum diungkapkan?"
"Itulah sebabnya mengapa kita harus melindunginya
hingga kini" "Mengapa ia tidak berbicara?"
"Kita dapat membunuhnya, bahkan bisa menggunakan
cara yang paling keji untuk menghadapinya, tapi kita tak
akan berhasil memaksanya mengungkapkan keadaan yang
sesungguhnya." "Apakah hal ini disebabkan karena dia keras kepala?"
"Pokoknya, persoalan ini terlampau besar dan berat, aku
kuatir kalau dia menggembol obat beracun, apabila dia
merasa dipojokkan, bisa jadi racun itu bakal ditelan untuk
mengakhiri hidupnya, bila sampai demikian bukankah usaha
kita selama ini akan sia-sia belaka?"
"Jadi dia membawa racun?"
"Ia pandai sekali menggunakan racun, dalam sekejap
mata bisa meracuni orang banyak bila dia hendak bunuh
diri dengan racun, aku yakin tiada orang yang bisa
mencegahnya sebab kita tak bisa menemukan dimanakah ia
sembunyikan racun tersebut, sedang diapun tak akan
mengijinkan kita untuk mencarinya."
"Kalau begitu, dia tidak mau mengungkapkan rahasia
tersebut?" Tanya Oh Hong cun.
"Sejak kecil dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga
tersebut, dalam hatinya boleh dibilang sudah tertanam rasa
setianya terhadap keluarga tersebut, mungkin dia
merfasakan kesalahan yang telah dilakukan majikannya,
tapi untuk mengkhianatinya dia masih memerlukan
sejumlah waktu." "Sudah kau bicarakan masalah ini dengannya?" tanya
Kian Hui seng. "Sudah, bahkan sudah dibicarakan dengan baik, oleh
sebab itulah ia baru bersedia untuk menerima perlindungan
kami. Dari semua yang telah dibicarakan, pemuda itu telah
menutupi kembali masalah janjinya dengan Siau hong
sebagai pertunjukan syarat.
Tentu saja hal ini dilakukan demi sebaikan Siau hong
sendiri. Cu Siau hong berharap gadis itu bisa memperoleh rasa
hormat dari orang lain, sehingga rasa harga dirinya sendiri
bisa diperoleh kembali. Dia telah merasakan bahwa Siau hong sedang berubah
dirinya sendiri, sedang menyesuaikan diri dengan suatu
kehidupan yang baru. Terdengar Kian Hui seng bertanya lagi:
"Saudara, apakah kau bermaksud hendak membawanya
ke tebing Yang jit gay?"
"Benar ! Selama banyak tahun Pena Wasiat sudah
menjadi perlambang keadilan bagi seluruh umat persilatan,
padahal selama beratus-ratus tahun belakangan ini, belum
pernah ada seorang manusia pun di dunia ini yang pernah
memperoleh kehormatan tersebut."
"Dia pantas untuk memperoleh kesemuanya itu" ujar Oh
Hong cun. "Akupun setuju untuk memberikan kehormatan yang
lebih banyak lagi baginya, persoalannya sekarang adalah
orang ini kelewatan kabur identitasnya selama banyak
tahun dia hanya muncul satu kali, bahkan macam apakah
dirinya boleh dibilang tiada orang yang pernah
menjumpainya." "Terus terang saja, hal ini tak bisa disalahkan,
seandainya Pena Wasiat tidak mempertahankan
kerahasiannya, bagaimana mungkin dia bisa menyelidiki
semua kebaikan dan kejahatan yang berada didalam dunia
persilatan?" "Aku bukan mencurigai pena wasiat, aku hanya merasa
sudah seharusnya mempunyai semacam cara yang yang
lebih baik untuk melindungi banyak kepercayaan dunia
persilatan." Kian Hui seng termenung beberapa saat lamanya,
kemudian berkata: "Mari berangkat! Kita harus kembali dulu, tentang
masalah ini, lebih baik kita bicarakan lain kali saja."
Mendadak Si Ih nio menghela napas panjang, lalu
berkata: "Koko, seandainya Pena wasiat pun telah datang,
mengapa mereka tidak datang menolong kita?"
"Mungkin dia berada di jalanan yang lain adikku, kau tak
boleh menaruh curiiga terhadap Pena wasiat, dia
merupakan tokoh yang paling agung dalam dunia
persilatan, ia tidak membutuhkan nama dan pahala, tidak
membutuhkan keuntungan, yang penting baginya adalah
pelayanannya untuk kesejahteraan umat persilatan."
Si Ih nio seperti masih ingin berbicara lagi, tapi Cu Siau
hong segera memberi tanda untuk mencegahnya berbicara
lebih jauh. Tak lama kemudian, para jago telah balik kembali ke
tempat pertahanan mereka semula.
Waktu itu Pek bi taysu sedang memimpin anak muridnya
melakukan perondaan disekitar tempat tersebut.
Sementara itu semua orang sudah bangun dari tidurnya,
sedang fajar pun baru saja menyingsing.
"Sudahkah kalian dapatkan obat penawar racunnya?"
Oh Hong cun segera tertawa.
"Kita toh tidak keracunan, buat apa membutuhkan obat
penawar racun?" Mendengar ucapan mana, Pek bi taysu menjadi tertegun.
"Kenapa?" serunya, "Jadi kita tidak keracunan" Jadi
mereka hanya menggunakan tipu muslihat?"
"Betul! Cuma, siasat mereka ini benar-benar merupakan
suatu siasat yang sangat lihay, hamper saja kita semua
kena tertipu oleh muslihat mereka."
Sementara itu Si Eng, Ho Hou poo dan lainnya telah
memburu pula kesitu sambil menanyakan duduk persoalan
yang sebenarnya. Sambil tertawa Thian pak liat segera berkata:
"Kita telah dipermainkan orang habis-habisan, orang
sehat dibilang keracunan, coba kalau kita percaya dengan
obrolannya, wah, bisa habis kita dipermainkan mereka.
Cuma begitu pun ada baiknya."
"Ada baiknya" Maksudmu?" seru Si Eng.
"Kami telah menyaksikan suatu pertempuran yang amat
sengit, cahaya golok bayangan pedang hampir menyelimuti
seluruh angkasa, pertarungan semacam ini boleh dibilang
jarang sekali dijumpai dikolong langit, nama besar Golok
lewat tanpa suara benar-benar bukan nama kosong
belaka.." "Sepeninggal kalian tadi, semua orang telah bangun dari
tidurnya," kata Ho Hou poo kemudian, "Aku dan Si Eng
telah membicarakan banyak masalah dengan mereka
semua." "Yaa, situasi yang sedang kita hadapi sekarang
berbahaya sekali, sudah seharusnya kalau memberitahukan
masalah tersebut kepada mereka semua."
"Sudah kami katakan semua.." seru Si Eng.
"Bila ada diantara mereka yang ingin pergi, kita pun tak
usah menahannya lebih jauh."


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Perkataan ini telah kusampaikan kepada mereka, coba
kau tebak bagaimana reaksi orang-orang itu?"
"Bagaimana?" "Ternyata, tidak seorang manusia pun yang bersedia
untuk pergi meninggalkan tempat ini."
"Aaai...padahal mereka semua pun mengerti,
meninggalkan tempat ini berarti tiada harapan lagi untuk
melanjutkan hidup." "Walau pun hal ini merupakan salah satu sebabnya,
namun aku rasa maksud mereka untuk tetap tinggal disini
benar-benar muncul dari perasaan hati yang tulus, di dalam
kenyataan mereka sendiri pun mengerti bahwa keadaan
sekarang merupakan saat untuk melindungi diri, bila
kekuatan mereka terhimpun menjadi satu, maka
kemungkinan untuk hidup jauh lebih besar, sebaliknya bila
kekuatan mereka berpencar, maka kesempatan untuk hidup
akan menjadi kecil sekali."
Thian Pak liat segera manggut-manggut.
"Asal mereka sudah mengetahui akan hal ini, malah jauh
lebih baik lagi." "Tampaknya kalian pun berhasil dengan lancar didalam
usaha kalian ini.." kata Si Eng kemudian.
"Ilmu golok dari Golok lewat tanpa suara Kian Hui seng
benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaan," bisik
Thian Pak liat lirih, "Golok sakti yang berada ditangannya
seakan-akan seperti hidup saja, tapi ilmu pedang Cu Siau
hong sudah pasti tidak berada dibawah kepandaian itu."
"Apakah mereka berdua pernah bertarung?" tanya Si
Eng. Thian Pak liat tersenyum, dia segera menceritakan
kembali semua peristiwa yang telah dialaminya.
Sementara itu, langit sudah terang, matahari telah
muncul dan memancarkan sinar keemasannya ke empat
penjuru. Cu Siau hong berjalan menuju ke tempat penginapan
dari Seng Tiong gak sekalian dan menemukan Siau hong,
kemudian katanya" "Nona, kami telah melangsungkan kembali suatu
pertarungan yang cukup sengit."
"Dengan siapa?" tanya Siau hong.
"Dengan seorang yang mengaku bernama Lak sianseng."
"Orang yang bisa menyebut diri sebagai sianseng sudah
pasti seseorang yang berkedudukan tinggi sekali,
bagaimana dengan Lak sianseng tersebut?"
"Sudah mati!" Siau hong tertegun, kemudian serunya:
"Kau telah membunuhnya?"
"Bukan, Kian toako yang turun tangan."
Siau hong termenung lagi beberapa saat lamanya,
kemudian berkata lebih jauh:
"Dia tidak menanyakan tentang diriku?"
"Justru peristiwa ini terjadi karena persoalannya."
"Cu kongcu, aku benar-benar menyesal sekali atas
terjadinya perbagai peristiwa selama ini."
"Tidak mengapa, mereka datang mencarimu tak lebih
hanya dipakai sebagai suatu alasan, sekalipun tak ada kau
pun, mereka tidak nanti akan melepaskan kami dengan
begitu saja." "Tapi kenyataannnya sudah pasti berbeda, kalian tidak
memahami sifat dan watak mereka."
"Tak usah menyesal!" tukas Cu Siau hong cepat, "Dan
kaupun tak usah sedih sekarang makanlah sedikit kemudian
kita harus melanjutkan perjalanan lagi."
Setelah tertawa, sambungnya lebih jauh:
"Tahukah kau, yang lewat kita cuma mempunyai
kekuatan belasan orang saja untuk melindungi dirimu, tapi
sekarang beratus-ratus orang yang berada disini telah
bertekad untuk melindungi dirimu, entah harus membayar
dengan mahal sekalipun."
Selesai mengucapkan perkataan itu, dia membalikkan
badan dan siap berlalu dari sana.
"Kongcu, harap tunggu sebentar!" Siau hong segera
berseru. "Ada urusan apa?" Tanya Cu Siau hong sambil berpaling.
"Ingin kau tahu, apa sebabnya mereka bertekad hendak
menemukan aku dan membunuhku menghilangkan saksi?"
"Nona bersedia untuk mengungkapkan?"
Siau hong manggut-manggut.
"Bolehkah ditambah dengan beberapa orang pendengar
lain?" kata Cu Siau hong lebih jauh.
"Boleh, sudah ada begini banyak orang yang bersedia
mengorbankan jiwanya bagiku, paling tidak mereka harus
mati dengan mata yang meram bukan?"
"Bila nona mempunyai pikiran demikian, hal ini lebih baik
lagi tapi aku toh masih belum melaksanakan janjiku.."
Cepat-cepat Siau hong menggelengkan kepalanya
berulang kali, tukasnya dengan cepat:
"Harap kongcu jangan menyinggung lagi tentang soal
perjanjian tersebut, Siau hong pada waktu itu jauh berbeda
dengan Sikau hong sekarang, setelah bergaul dan
berkumpul dengan kalian selama beberapa hari ini, walau
pun saat berkumpul belum terlalu lama namun aku sudah
merasakan betapa besarnya perubahan yang kualami."
Cu Siau hong tersenyum. "Bila nona bisa berpendapat demikian, inilah rejeki untuk
umat persilatan pada umumnya."
"Cu kongcu, siapa saja yang hendak kau undang, aku
tidak ambil perduli, cuma persoalan ini tak boleh disiarkan
terlalu luas, terlalu banyak orang yang mengetahui."
"Aku tak akan mengundang orang terlalu banyak, aku
akan segera merundingkan dahulu persoalan ini dengan
mereka" Seusai berkata pemuda itu segera membalikkan badan
dan berlalu dari sana. Beberapa saat kemudian...
Dibawah sebuah tebing yang sepi, dibawah sebatang
pohon besar yang rindang duduk berkumpul delapan orang
manusia. Mereka adalah Oh Hong cun, Pek bi taysu, Kian Hui seng,
Cu Siau hong, Thian Pak liat, Ho Hou poo, Si Eng ditambah
lagi dengan Tham Ki wan. Dikelilingi oleh kedelapan orang itu duduk lagi seorang,
dia adalah Siau hong. Ia masih mengenakan baju berdandan pria, sesudah
memandang sekejap kea rah para jago, katanya:
"Aku mempunyai seorang majikan yang amat misterius,
majikanku mempunyai nama yang cukup ternama dalam
dunia persilatan, sepintas lalu mereka tak pernah
mengadakan hubungan dengan umat persilatan tapi dalam
kenyataannya mereka justru memegang tampuk kekuasaan
yang amat besar." "Siapakah majikanmu itu?" tanya Oh Hong cun tak
kuasa. "Keluarga Thong pak!"
"Apakah tabib Thong pak?"
Siau hong manggut-manggut.
"Benar!?"Bagus sekali..." Kian Hui seng segera berseru,
"Rupanya merekalah yang sedang mengacau secara diamdiam."
"Nona" kata Oh Hong cun lagi, "Aku pernah berkunjung
kesitu dan pernah juga bertemu dengan majikan mereka."
"Kapan kau pernah berkunjung kesitu?"
"Tidak lama, tidak lama, paling banter satu tahun
berselang." "Betul, siapa saja memang tak akan pernah
menyangka..." "Nona, dimana sih letaknya rumah tabib Thong pak
tersebut?" sela Cu Siau hong tiba-tiba.
"Disinilah letak kehebatannya, siapun jangan harap bisa
menemukan tempat tersebut secara gampang. Sebab
bangunan itu dibangun dengan menempel pada punggung
bukit, sepintas lalu seperti rumah tinggal seorang rakyat
biasa, bila seluruh bangunan dihitung pun paling banter
hanya berdiri dari sepuluh bilik, tapi dalam kenyataan,
apabila kau sampai masuk kesitu dan tinggal selama
sepuliuh hari atau setengah bulanpun, apabila tiada
petunjuk orang lain, jangan harap kau bisa menemukan
sesuatu yang aneh." "Apakah anak buah mereka tidak berdiam disana?" tanya
Oh Hong cun lagi. "Seperti yang kukatakan tadi, bangunan tersebut
dibangun dengan menempel pada dinding bukit, dibalik
bukit itulah mereka membuat sebuah lorong bawah tanah
yang bisa menghubungkan tempat itu dengan ruang bawah
tanah dalam perut bukit."
"Kalau begitu seluruh anak buahnya berdiam dalam perut
bukit tersebut?" sela Kian Hui seng.
"Entahlah, agaknya seperti ada gua di sekitar sana, tapi
didalam kenyataannya sekalipun kalian berhasil
menemukan tempat dimana mereka memberi komando,
jangan harap kalian bisa menduga kalau tempat tersebut
ada sangkut pautnya dengan rumah tabib Thong pak"
"Sungguh tak kusangka, sungguh tak kusangka, rupanya
keluarga tabib termashur ini tersangkut dalam peristiwa ini,
tampaknya kejadian ini seperti tak masuk diakal."
"Kami dibesarkan di tempat itu, tak mungkin bisa salah
lagi" "Nona, mereka mempunyai ilmu pertabiban yang turun
temurun amat termashur, soal penyembuhan luka atau
penyakit, mereka amat hebat dan luar biasa."
"Benar! Hanya saja tak pernah ada orang yang mohon
pengobatan kesitu, sebab tempat itu terlalu terpencil
letaknya, puluhan li disekeliling sana merupakan tanah
perbukitan yang gersang, tiada rumah penduduk lain, tiada
tetumbuhan yang rindang, bagi orang yang terluka atau
menderita penyakit, tidak gampang menemukan tempat
tersebut, malah bisa jadi akan mati duluan sebelum
menemukan letaknya."
"Tapi menurut apa yang lohu ketahui, banyak juga yang
pergi kesitu untuk memohon pengobatan."
Siau hong segera tertawa.
"Memang hal ini merupakan suatu tindakan menutup
rahasia yang paling jitu, diantara sepuluh rombongan
manusia yang berkunjung kesitu, mungkin hanya satu
rombongan yang benar-benar kesana untuk memohon
pengobatan." "Tahun berselang lohu bisa berkunjung ke pesanggrahan
tabib Thong pak, tak lain karena memohon pengobatan
juga," kata Oh Hong cun menerangkan.
"Oh tua, kau mohon pengobatan apa?" tanya Cu Siau
hong. "Sepuluh tahun berselang, aku mendapatkan semacam
penyakit aneh, apabila sedang kambuh, tiap tengah malam,
salah satu persendian tulang lengan sebelah kananku pasti
merasa kesakitan setengah mati, seolah-olah mau patah
saja." "Tak pernah kau periksakan kepada tabib lain?"
"Paling tidak ada dua puluhan orang tabib yang telah
memeriksakan penyalkitku ini, tapi semuanya dibikin kalang
kabut dan tak tahu apa yang mesti diperbuat, kemudian
ada orang memberitahukan kepadaku agar memohon
pengobatan di pesanggrahan tabib Thong pak saja."
"Dan kau berhasil?"
"Yaa, aku berhasil, bahkan obatnya manjur sekali,
setelah kumakan separuh tiap obat yang diberikan
kepadaku, seluruh penyakit yang kuceritakan telah sembuh
kembali." "Lantas kesemuanya ini melambangkan apa?" Tanya Kian
Hui seng tiba-tiba. "Memangnya ada sangkut pautnya dengan perubahan
yang terjadi dalam dunia persilatan?" Oh Hong cun balik
bertanya. Cu Siau hong memandang sekejap kearah Siau hong,
ketika dilihatnya gadis itu tidak memperhatikan terlalu
sering, maka sambil tertawa katanya:
"Oh tua, dapatkah kau memberitahukan kepada kami
keadaannya yang lebih jelas lagi?"
"Pesanggrahan tabib Thong pak hanya berupa sebuah
perkampungan kecil yang letaknya dikelilingi oleh tanah
perbukitan yang tinggi, perkampungan itu hanya terdiri dari
berapa buah bangunan saja dan sama sekali tiada sesuatu
keistimewaan apa pun."
Cu Siau hong segera berpaling kembali seraya bertanya:
"Nona Siau hong, mengapa pula demikian keadaannya?"
Siau hong lantas bertanya kepada Oh Hong cun.
"Oh tua, selama kau berada disitu untuk mengambil
obat, apa saja yang telah kau jumpai?"
"Aku tidak menjumpai sesuatu apa pun."
"Nona Siau hong, tidak banyak bukan orang yang
berdiam di pesanggrahan tabib Thong pak itu?" sela Cu Siau
hong lagi. Siau hong kembali termenung sampai lama sekali,
kemudian katanya: "Oh tua, ketika kau mengambil obat kesana, apakah
kakek berwajah bundar dan berwajah penuh senyuman
yang menjumpaimu?" "Benar, dia memang seorang kakek berwajah bulat yang
penuh dengan seyuman."
"Dia adalah Siang siau ang (si kakek senyum)
"Siapakah Siang siau ang itu?"
"Salah seorang diantara tiga pengawal pribadi majikan,
dia berwajah bulat seperti seorang hartawan, wajahnya
penuh dihiasi dengan senyuman, sekalipun sedang
membunuh orang, senyuman manis masih tetap menghiasi
wajahnya." "Oh tua, coba kau pikirlah lagi dengan seksama," ujar
Cu Siau hong kemudian, " Kami membutuhkan
keteranganmu yang lebih cermat dan lebih jelas.."
"Hanya kakek itu dan seorang bocah muda yang
kujumpai." "Apakah dia menanyakan sesuatu kepadamu?"


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia menanyakan keadaan penyakitku, memegang
nadiku sebentar, kemudian menitahkan kepada si bocah
berbaju hijau itu agar pergi mengambil obat."
"Apakah obat itu sudah jadi?"
Oh Hong cun segera manggut-manggut.
"Benar, semacam pil berwarna kuning dan mujarab
sekali, hanya menelan sebutir, hari itu juga penyakitku tak
pernah kambuh kembali. "Nona Siau hong, mereka she apa?" tanya Cu Siau hong
kemudian. "She Lu!" "Nona, selama kau berada di keluarga Lu, kau berdiam
didalam perut bukit ataukah tinggal didalam perkampungan
tersebut?" "Aku berdiam didalam perut bukit, dalam kenyataan
setiap orang penting hamper semuanya berdiam dalam gua,
sedangkan beberapa buah kamar dalam perkampungan itu
hanyalah suatu tipuan belaka."
"Nona Siau hong, berapa orangkah yang berdiam
didalam gua tersebut?"
"Ketika aku masih berada disana, kurang lebih ada tujuh
delapan puluh orang, sekalipun berdiam dalam gua, aku tak
bisa bergerak secara sembarangan, kami sudah mempunyai
daerah lingkungan tertentu yang boleh didatangi."
"Oohh, kalau begitu dia merupakan manusia yang amat
berhati-hati sekali" seru Cu Siau hong.
"Benar, dalam setiap masalah, dia tentu akan meneliti,
memikirkan dan menganalisa dengan seksama sebelum
membuat suatu rencana yang matang, oleh sebab itu ada
sementara orang yang tak akan mengetahui banyak
rahasia, meski sudah berdiam cukup lama disana."
"Apakah gua itu luas sekali?"
"Yaa, sangat luas, gua itu merupakan gua alam yang
diperlebar lagi dengan tenaga manusia, konon panjang gua
itu mencapai lima li, setelah diperbaiki dengan tangan
manusia, maka gua tersebut telah disulap menjadi suatu
tempat tinggal yang amat nyaman, jauh lebih nyaman
daripada perumahan mana pun."
"Oohh..rupanya tempat macam begitulah, tak heran
kalau orang lain sukar untuk menemukannya."
"Yaa, memang sukar untuk menemukan kendati pun
letaknya persis di belakang bangunan perumahan tersebut,
namun tingginya mencapai ratusan kaki lebih."
"Kalau begitu, di dalam perkampungan tersebut terdapat
sebuah lorong rahasia yang langsung berhubungan dengan
tebing setinggi ratusan kaki itu?" sela Kian Hui seng.
"Benar, kecuali lorong rahasia tersebut, tidak terdapat
jalan tembus lain untuk menuju keatas tebing mana, sebab
tebing itu merupakan sebuah tebing manunggal yang
dikelilingi oleh jurang yang amat dalam."
"Aku pernah mendengar dari pembicaraan mereka, ada
seorang diantaranya bilang hendak kembali ke istana batu
untuk menerima perintah, mungkin gua rahasia itulah yang
dimaksudkan?" "Benar, tempat itu memang bernama istana batu Siau
ki!" "Nona, aku pernah berjumpa dengan tabib sakti Thong
pak untuk generasi sekarang ini" ujar Kian Hui seng, "Kalau
dilihat dari tampangnya, meski boleh dibilang memiliki
suatu kepandaian khusus, namun belum cukup untuk
menjadi seorang pentolan yang memimpin umat
persilatan." "Oohh...kau pernah berjumpa dengan majikan kami"
Macam apakah dia.." tanya Siau hong cepat.
"Peristiwa ini berlangsung lebih kurang sepuluh tahun
berselang, tampaknya dia berusia tiga puluh tahun, kurus
jangkung dan senang mengenakan jubah panjang berwarna
hijiau." "Pernahkah dia memberitahukan kepadamu siapa nama
aslinya?" "Kalau dibicarakan memang hal ini merupakan suatu
kejadian aneh" sela Oh Hong cun, "Padahal banyak orang
yang tahu tentang pesanggrahan tabib Thong pak, namun
jarang sekali ada yang tahu siapa nama asli mereka, apa
lagi nama lengkapnya."
"Ia pernah memberitahukan kepadaku," kata Kian Hui
seng kemudian, "Agaknya ia bernama Yu Sam khi.."
"Betul!" seru Siau hong cepat, "Dia adalah majikan
kami.." "Tampaknya orang ini jarang sekali berkelana didalam
dunia persilatan, bukankah begitu?" tanya Oh Hong cun.
"Dia mah seringkali berkelana dalam dunia persilatan,
cuma tiada orang yang mengenalinya saja."
"Yaa, betul juga perkataanmu itu, lolap memang belum
pernah mendengar nama orang ini."
"Dia pandai sekali menyamar, bisa berbicara
menggunakan dialek manapun, dalam kenyataan dia
merupakan seorang manusia yang berbahaya dan
menakutkan, adakalanya meski dia muncul disisimu pun
belum tentu kau sadari."
"Bila kedua belah pihak sama sekali tidak saling
mengenal, hal ini bukanlah sesuatu yang aneh."
"Maksud siauli, bukan saja kalian kenal, bahkan dia
adalah seorang yang amat kau kenal..."
Si Han segera tertawa dingin, selanya:
"Heh..heh..hehh..hehh mana di dunia ini terdapat
kejadian macam begitu" Sungguh amat sulit dipercaya."
"Dia merupakan seorang manusia yang berbakat dan
menguasai ilmu menyaru muka secara baik, tiada orang
yang mampu untuk menandinginya."
"Nona Siau hong," kata Kian Hui seng kemudian, "
Terlepas sampai dimanakah taraf ilmu menyaru muka yang
dimilikinya, tapi dia sudah pasti bukan seorang tokoh dalam
dunia persilatan yang mampu untuk memimpin organisasi
rahasia macam begitu."
"Toako, apakah kau yakin akan hal tersebut?" tanya Cu
Siau hong tiba-tiba. "Saudaraku, jangankan dia, toako sendiri pun tidak
memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin dari
organisasi rahasia tersebut. Tokoh hebat yang mampu
memimpin manusia-manusia buas semacam ini sudah pasti
harus memiliki semacam kewibawaan yang luar biasa,
entah kewibawaan dipandang dari sudut kebaikan atau
kelaliman ianya yang pasti Yu Sam khi tidak memiliki
kewibawaan seperti itu."
Siau hong segera manggut-manggut.
"Kian tayhiap memang memiliki pengetahuan serta
pengalaman yang amat luas, pandanganmu tentu saja jauh
berbeda dengan pandangan kebanyakan orang.."
"Apa?" seru Cu Siau hong keheranan, "Yu Sam khi bukan
otak atau dalang yang sebenarnya dari organisasi rahasia
tersebut?" Siau hong termeniung sebentar, kemudian berkata:
"Dia memang seorang yang berbakat, seorang berilmu
silat tinggi dan ilmu pertabiban yang sempurna, oleh sebab
itu dengan cepat ia berhasil menciptakan ilmu beracun yang
mengerikan." Berbicara sampai disitu, sorot matanya segera dialihkan
kearah Si Han, Kian Hui seng, Oh Hong cun dan Cu Siau
hong, kemudian ia menundukkan kepalanya dan tidak
berbicara lagi. Tiba-tiba Si Han menyela:
"Nona, kami berdua telah memahami duduk persoalan
yang sebenarnya, dengan demikian kami pun sudah
mengetahui siapa gerangan musuh besar pembunuh ayah
kami. Oleh sebab itu kami berdua telah datang tanpa
diundang.." Tergerak hati Cu Siau hong setelah mendengar
perkataan itu, pikirnya: "Kedua orang ini datang tanpa diundang, apalagi semua
orang sedang memusatkan segenap perhatiannya keatas
tubuh Siau hong, nyatanya tak seorang pun yang tahu sejak
kapan mereka berdua datang, tapi mengapa mereka
kemari?" Kalau orang lain mungkin hanya akan merasa kaget
disamping merasa malu dan menyesal.
Mungkin mereka terkejut akan kecepatan gerak dari dua
bersaudara Si, dan malu serta menyesal karena keteledoran
sendiri, sehingga kedatangan mereka berdua sama sekali
tidak diketahui. Berbeda hanlnya dengan Cu Siau hong, kecuali terkejut
bercampur malu, dia pun menaruh perasaan curiga.
Diam-diam dia meningkatlkan kewaspadaan dalam
hatinya dan mengalihkan seluruh perhatiannya keatas
tubuh kedua orang ini. Kendatipun demikian, diluaran ia masih tetap
mempertahankan ketenangannya seperti semula, sama
sekali tidak menunjukkan perkataan apa pun.
Kian Hui seng mempunyai nama dan kedudukan yang
cukup terhormat dalam dunia persilatan, dia pun
merupakan seorang jagoan yang suka berbicara blakblakan,
dengan kening berkerut ia segera menegur:
"Hei, sejak kapan kalian berdua datang kemari" Mengapa
kami tidak mengetahuinya?"
"Kami datang kemari dengan begini saja, tiada orang
yang menghalangi kepergian kami," sahut Si Han cepat.
"Ooh, jadi lantaran perhatian semua orang sedang
ditunjukkan ke tubuh nona Siau hong, maka tiada orang
yang memperhatikan kalian?"
"Benar, kalian semua telah mencabangkan perhatiannya,
maka tiada orang yang memperhatikan kehadiran kami
berdua." Sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Namun, kami pun benar-benar tidak tahu kalau orang
yang tak diundang tak boleh mengikuti pertemuan kali ini.
Orang kuno bilang : siapa tak tahu dia tak salah kalau toh
memang kurang leluasa, biarlah kami mohon diri lebih
dahulu." Dia bangkit bediri, menjura dan membalikkan badan dan
berlalu dari situ. Tampaknya semua jago merasa agak kurang senang atas
kehadiran dua bersaudara Si itu tanpa diundang kecuali itu
perasaan mana tak sampai diutarakan secara terangterangan
namun nampak sekali pada perubahan mimik
wajah mereka semua. Oleh sebab itu terhadap kepergian dua bersaudara Si
tersebut, semua orang pun tidak menunjukkan sikap untuk
menghalanginya. Mendadak Cu Siau hong bangkit berdiri
kemudian serunya: "Harap kalian berdua suka berhenti!"
Waktu itu Si Han sudah maju dua langkah, dia lantas
membalikkan badan sambil menegur:
"Saudara Cu, kau ada petunjuk apa?"
"Kalau toh sudah datang, lebih baik berdiamlah disini,
sekarang kamu berdua sudah banyak mendengar tentang
rahasia ini, pergi atau tidak sudah bukan masalah lagi."
"Oooh, lantas apa maksud saudara Cu?"
"Kalian berdua datang agak terlambat, tentunya belum
mengetahui kalau kami mempunyai satu peraturan bukan?"
sambung Cu Siau hong cepat.
Setelah mendengar perkataan yang terakhir ini para jago
baru mengerti kalau Cu Siau hong sengaja hendak menahan
dua bersaudara Si itu lantaran ada maksud tertentu.
"Peraturan" Peraturan apa?" tanya Si Han.
Cu Siau hong bangkit berdiri dan pelan-pelan berjalan
menghampiri Si Han, kemudian ujarnya:
"Peraturan kami menentukan, barang siapa yang telah
menghampiri pertemuan disini, maka dia harus memegang
teguh setiap aturan yang telah ditetapkan, sebab rahasia ini
menyangkut beratus-ratus jiwa manusia, suatu kesalahan
yang diakibatkan dari perbuatan kami sudah cukup untuk
menentukan mati hidup mereka."
---------oooooooo-----------Bagian 64 "Saudara Cu, walaupun kau telah berbicara setengah
harian lamanya, tapi aku rasa belum menjelaskan duduk
pesoalan yang sesungguhnya..." tukas Si Han.
"Sekarang juga akan kukatakan, peraturan yang harus
kita pegang teguh adalah, pertama, barang siapa mengikuti
pertemuan ini, dia harus seorang pemimpin dunia persilatan
dan orang itu dilarang meninggalkan tempat ini."
"Masih ada yang kedua?"
"Kedua, kedua belah pihak harus berhadapan dengan
blak-blakan, berjiwa terbuka, tak boleh merahasiakan
sesuatu atau berpura-pura dalam tindakan."
Si Han segera tertawa. "Bagus sekali, masih ada yang ketiga?" dia bertanya.
"Asal dua syarat pertama bisa dikerjakan, aku pikir kita
sudah cukup untuk saling percaya mempercayai."
"Benar juga ucapanmu itu, kedua peraturan ini memang
bagus sekali, dan cukup untuk mengatasi banyak
kemunafikan dari dunia persilatan, cuma dalam peraturan
yang pertama, kami rasa kami dua bersaudara tidak berhak
untuk berdiam lebih lama lagi disini."
"Jadi kalian berdua ingin pergi?"
Si Ih nio menengok kearah Si Han, kemudian menengok
pula kearah Cu Siau hong, setelah itu serunya:
"Koko, kau!" Si Han mengulapkan tangan dan mencegah Si Ih nio
untuk berbicara lebih jauh, kemudian sambungnya:
"Adikku, kau tak usah banyak berbicara, dunia bukan
selebar daun kelor, kemana pun kita berdua masih bisa
pergi, mengapa harus berlindung dibawah ketiak orang
lain?" Penampilannya ini cukup tajam, gagah dan bernada
memelas, gampang sekali menimbulkan perasaan simpatik
orang lain. Walaupun kebanyakan orang yang hadir di arena
sekarang cukup mengetahui akan perangai Cu Siau hong,
namun mereka pun merasa tidak puas oleh kehadiran dua


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersaudara Si tanpa diundang, maka tanpa terasa semua
orang memandang sekejap ke arah Cu Siau hong.
Sambil tertawa Cu Siau hong segera berkata:
"Saudara Si, bukan saja kau pandai menggunakan cara
yang keji, lagi pula pandai sekali berbicara, namun saying
saudara Si telah salah sasaran..."
"Sasaran yang bagaimanakah yang dikatakan salah?"
tanya Si Han keheranan. "Semua orang yang berada disini berkumpul karena
suatu ketidaksengajaan, di hari-hari biasa, sebagian besar
dari kami tidak saling mengenal, tapi untuk melindungi
keselamatan sendiri, mau tak mau tiada orang yang
mengartikan perlindungan ini sebagai suatu kejadian yang
kau maksudkan sebagai berlindung dibawah ketiak orang,
jadi aku rasa sia-sia saja usaha saudara Si untuk mengadu
domba diantara kami semua."
"Apa maksud perkataanmu itu?"
"Berbicara dari pengalaman saudara Si di dalam dunia
persilatan, tentunya tak mungkin kau tidak mengetahui
tentang peraturan dunia persilatan yang paling sederhana
bukan?" "Maksudmu..?" "Aku bilang dengan pengalaman saudara Si yang begitu
luas, mustahil kau akan menghadiri pertemuan ini tanpa
diundang." "Jadi saudara Cu maksudkan kami dua bersaudara tidak
seharusnya datang kemari?" seru Si Han dengan suara
dingin. "Yaa, memang tidak seharusnya datang."
"Baik! Kalau toh begitu, kami akan segera memohondiri."
"Tunggu sebentar saudara Si! Sebenarnya kau tidak
seharusnya dating, tapi kalau toh sudah dating, apalagi
sudah mendengar pembicaraan kami, kau tidak seharusnya
pergi meninggalkan tempat ini.."
"Saudara Cu, perkataanmu makin lama semakin
membingungkan saja, apa maksudmu" Apakah ingin
menahan kami berdua disini?"
"Kami tak akan menahan kalian dua bersaudara dengan
kekerasan, tapi bila saudara Si ingin menghindarkan diri
dari segala kecurigaan orang, paling baik bila tetap tinggal
disini." "Bila aku bersikeras hendak pergi?" tantang Si Han
ketus, Buru-buru Si ih nio berseru:
"Koko, mengapa" Mengapa kau bersikeras hendak
pergi?" "Adikku, tetap tinggal disini atau pergi meninggalkan
tempat ini bagi kita berdua bukanlah suatu kejadian yang
teramat penting.." "Koko, apa sebabnya kau tetap tinggal disini saja?"
"Tidak bisa, adikku, kita orang-orang dari keluarga Si tak
boleh sampai kehilangan muka didepan orang banyak, kita
boleh saja tetap tinggal disini, namun tidak tinggal dalam
keadaan seperti ini."
"Ooooh..." "Didalam keadaan yang bagaimanakah kalian bersedia
untuk tetap tinggal disini?" seru Cu Siau hong kemudian.
Paras muka Si Han berubah menjadi dingin dan serius,
sahutnya: "Saudara Cu, aku tidak mengetahui siapakah kau, tapi
aku dapat melihat kalau engkau memiliki kekuasaan yang
cukup besar diantara kelompok manusia-manusia tersebut,
oleh sebab itu ucapanmu tak pernah bisa direm dan
ngerocos terus menerus."
"Saudara Si, kita tak usah bersilat lidah lagi untuk
membicarakan persoalan yang sama sekali tak ada gunanya
itu." "Akupun dapat merasakan bahwa sikap saudara Cu
sewaktu berbicara denganku sama sekali tidak kompromi,
melainkan suatu paksaan yang bila perlu hendak kau
gunakan dengan kekerasan."
"Oooh, kalau begitu siaute telah melakukan kesalahan
terhadap dirimu.." "Betul, apabila siaute masih mempunyai harga diri, maka
siaute sudah pasti akan merasa tak puas oleh sikap
ketusmu itu" "Seharusnya masih ada satu cara bukan, yang bisa
menahan saudara Si di tempat ini."
"Hanya ada satu cara, gunakan ilmu silatmu dan
usahakan untuk menahan aku disini"
"Saudara Si, cara ini merupakan cara yang paling jelek,
lebih baik kita tukar dengan cara yang lain saja."
"Tidak bisa" seru Si Han dingin.
Kian Hui seng turut berkerut kening, selanya:
"Saudara Si, lebih baik janganlah bikin urusan menjadi
semakin runyam." "Jadi Kian tayhiap bersiap sedia hendak turun tangan
sendiri?" Cu Siau hong segera menggoyangkan tangannya
mencegah Kian Hui seng mencampuri urusan ini, kemudian
sambil tertawa hambar katanya:
"Kecuali cara yang diatas tadi, apakah saudara Si masih
bisa mengajukan suatu cara yang lain?"
"Aku tak bisa memikirkan cara lain, bila saudara Cu
mempunyai cara yang lebih hebat, aku mah bersedia untuk
mendengarkannya" "Siaute rasa saudara Si toh tidak ada urusan yang amat
penting sifatnya, lebih baik bila kau tetap tinggal disini
saja." "Tetap tinggal disini" Mau apa?"
"Saudara Si, mungkin didalam persoalan ini aku tak bisa
mengutarakan alasan yang jauh lebih besar, namu tetap
tinggal disini, paling tidak bisa membuktikan akan
kebersihan saudara Si."
"Ooh, jadi apabila aku menampik untuk tinggal disini,
berarti aku tidak bersih?"
Tiba-tiba Thian Pak liat ikut menimbrung dari samping.
"Betul, apabila saudara Si terburu napsu hendak pergi
meninggalkan tempat ini, berate kau ada sesuatu perbuatan
yang perlu dicurigai.."
Mendadak terdengar Tham Ki wan berteriak keras:
"Nona Siau hong...nona Siau hong..."
Sepasang mata Cu Siau hong menatap wajah Si Han
lekat-lekat, sementara mulutnya berseru:
"Saudara Tham, bagaimana keadaan Siau hong?"
Dimulut dia menanyakan soal iau hong, semetara
orangnya menghadap kearah Si Han sambil melakukan
persiapan guna menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. "Sudah mati!" jawab Tham Ki wan singkat.
Dengan suara rendah Cu Siau hong segera berseru:
"Harap saudara sekalian sudi mundur sedikit lebih ke
belakang." Sementara dia sendiri maju selangkah kedepan dan
tangan kanannya menggenggam gagang pedangnya
kencang-kencang, serunya lebih jauh:
"Si Han, apakah kau yang telah membunuh nona Siau
hong?" "Omong kosong, mengapa aku harus membunuhnya?"
"Kau terburu-buru hendak pergi meninggalkan tempat
ini, karena kau telah membunuh nona Siau hong" seru
Tham Ki wan cepat. "Yaa, karena kau bukan Si Han!" Cu Siau hong
menambahkan. Ucapan yang terakhir ini sangat menggemparkan semua
jago yang hadir, sehingga untuk beberapa saat lamanya,
mereka sama-sama berdiri tertegun dengan wajah
tercengang. Si Han segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak. "Haaahh...haaahh..haaahh..kalau aku bukan Si Han,
siapakah aku?" Benar-benar suatu berita yang lucu dan
amat menggelikan" Sementara itu, Tan Heng, Ong Peng, Seng Hong dan Hoa
Wan telah berdatangan kesitu, meskipun beberapa orang
itu berdiri agak jauh dari arena, namun masing-masing
pihak telah menghadang jalan pergi diri Si Han.
"Siapakah kau?" seru Cu Siau hong lagi, "Meski sampai
sekarang aku masih belum tahu, tapi yang pasti kau bukan
Si Han yang sesungguhnya"
"Kalau aku bukan Si Han, apakah di pun bukan Si Ih
nio?" bantah Si Han cepat.
Sementara itu, Si Ih nio telah menatap wajah Si Han
lekat-lekat, kemudian menegur:
"Koko, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Sambil menuding kea rah Cu Siau hong, Si Han berkata
lebih jauh: "Apa yang telah terjadi" Bocah keparat ini hendak sok
pintar dan ingin membuat beberapa kejutan saja, dia
menuduh aku bukan Si Han yang asli"
Mendengar ucapan mana, Si Ih nio segera menghela
napas panjang: "Aaai,.orang ini pun terhitung cukup aneh, mana boleh
dia menuduh orang semaunya sendiri?"
Si Han tersenyum, serunya cepat:
"Sekarang mungkin termasuk kau sendiri pun ikut
dicurigai mereka, mungkin mereka menganggap kau bukan
Si Ih nio." "Jika aku bukan Si Ih nio, siapakah yang bernama Si Ih
nio?" "Waah, ini mesti ditanyakan kepada Cu Siau hong ini, dia
berlagak sok pintar, mungkin orang lain tak akan
memahaminya." "Koko, aku lihat kita harus lebih bersabar lagi..."
Sesudah memandang sekejap kearah sekeliling tempat
itu, sambungnya lebih jauh:
"Koko, jumlah mereka terlalu banyak"
"Adikku, sebagai keturunan keluarga Si, sekalipun harus
mati di medan pertempuran, kitga tak boleh sampai
menghilangkan muka keluarga Si"
"Koko, apakah kau bersiap sedia untuk melangsungkan
pertarungan mati-matian dengan mereka?"
"Benar, kita tak dapat menyerah kalah dengan begitu
saja" Mendadak Si Ih nio melompat ke samping dan melayang
turun di sisi Cu Siau hong.
"Adikku, kau..."
Jari tangan kanannya segera menuding kea rah Si Ih nio.
Mendadak Cu Siau hong mencabut keluar pedangnya,
kemudian diayunkan ke depan menciptakan selapis cahaya
tajam. Menanti dia menarik kembali serangannya, dari ujung
pedangnya telah rontok puluhan batang jarum perak yang
lembut seperti bulu kerbau.
Senjata rahasia selembut itu sudah jelas merupakan
semacam senjata pembunuh yang sukar dilihat dengan
mata telanjang. Sembari menghembuskan napas panjang, Cu Siau hong
berseru: "Tampaknya Siau hong tewas diujung jarummu"
"Senjata rahasia tersebut bukan senjata rahasia dari
keluarga Si kami.." teriak Si Ih nio cepat.
"Bocah keparat, siapakah kau sebenarnya?" seru Kian
Hui seng. Golok panjangnya segera diayunkan kedepan dan
tubuhnya menerjang dengan kecepatan luar biasa.
Dengan suara keras Cu Siau hong segera berteriak:
"Toako, jangan terlalu menyerempet bahaya, bila berada
tujuh depa di sekelilingnya, siapa pun tak akan mampu
untuk menghindarkan diri dari serangan jarum beracunnya.
Dengan cepat Kian Hui seng menarik kembali gerakan
tubuhnya yang sedang menerjang kedepan itu.
Kembali Cu Siau hong berseru:
"Kita harus menggunakan cara yang sama untuk
memberi pelajaran kepadanya, kita hadapi dia dengan
senjata rahasia" Begitu seruan tersebut diutarakan, serentak semua jago
mengeluarkan senjata rahasianya.
Dalam waktu singkat, pisau terbang, piau emas,
semuanya sudah dipersiapkan didalam genggaman.
Sambil tertawa Thian Pak liat segera berseru:
"Senjata rahasia dari kau si bocah keparat memang
cukup beracun, Cuma sayangnya hanya bisa digunakan
terhadap orang yang berada tujuh depa disekelilingmu,
sedang mereka yang berada di tempat jauh, sukar kau
capai, sekarang, kamipun akan gunakan senjata rahasia
untuk menghadapimu, akan kulihat apa yang bisa kau
lakukan." Selesai berkata, dia lantas mengayunkan tangan serta
kakinya hamper bersamaan waktu.
Tampak cahaya berhamburan kemana-mana, dua bilah
pisau terbang, sebatang peluru perak ditambah lagi dengan
dua batang panah pendek dalam waktu singkat telah
berhamburan kedepan. "Rasain juga Hui hong piau ku ini!!" bentak Tham Ki wan
pula. Baru saja Si Han berhasil menghindarkan diri dari
serangan kelima macam senjata rahasia, piau belalang
terbang dari Tham Ki wan sudah meluncur tiba.
Diapun terhitung seorang ahli senjata rahasia, begitu
tubuhnya menjatuhkan diri di atas tanah, persis sekali dia
berhasil meloloskan diri dari sambaran Hui hong piau
tersebut. "Sreeet..." desingan angina tajam menyambar lewat disisi
telinganya, hamper saja sebutir peluru besi menghajar
tubuhnya. "Tahan!" teriak Si Han dengan suara keren.
"Harap saudara sekalian menarik kembali senjata rahasia
masing-masing.." seru Cu Siau hong cepat.
Kemudian sambil menatap tajam wajah Si Han,


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lanjutnya: "Apa lagi yang hendak kau katakana?"
"Aku hendak menantangmu untuk berduel" seru Si Han
dengan suara yang dingin.
"Baik, akan kulayani."
Si Ih nio yang berada disisinya cepat-cepat
memperingatkan: "Hati-hati dengan jarum beracunnya, senjata itu sangat
lihay, sewaktu dipancarkan sama sekali tak berwujud dan
tidak menimbulkan sedikit suara pun"
"Adik!" tegur Si Han dingin, "Cepat benar kau berubah
hati, aaai..dasar perempuan! Benar-benar menakutkan"
"Kau bukan kakakku, kau pada hakekatnya bukan anak
keturunan dari keluarga Si," teriak Si Ih nio dingin.
Si Han segera tertawa sesudah mendengar perkataan itu.
"Apa" Kau mengatakan aku bukan Si Han"
"Kau bukan,..hmmm..bila terbayang bagaimana selama
beberapa hari ini aku selalu menganggapmu sebagai
kakakku, sungguh membuat hati orang menjadi mual!"
Si Han segera tertawa terbahak-bahak.
"Haah...haah..haah..adikku, kalau aku bukan kakakmu,
lantas aku adalah apamu?"
"Kau adalah setan, kau siluman! Pokoknya kau bukan
manusia." "Budakj busuk!" Si Han menjadi marah, "Tahu begini,
sejak dua malam berselang kulahap dirimu, sungguh tak
kusangka gara-gara belas kasihanku, hari ini malah
meninggalkan bibit bencana bagi diriku sendiri."
"Semenjak dua malam berselang, semestinya aku sudah
menyadari akan hal ini, tapi aku malah mempercayai
banyolanmu, aku percaya kalau kau sedang mabuk"
"Huuh, untung penampilanmu pada malam itu amat
bersungguh-sungguh dan suci bersih, sehingga
menimbulkan perasaan iba dan kasihan dalam hatiku,
sehingga membiarkan kau lolos dari bencana"
"Hei, sebenarnya siapakah kau" Kau telah apakan
kakakku?" "Apakah kau ingin tahu?"
Si Ih nio segera menghela napas panjang:
"Apakah kau telah membunuhnya?"
"Tidak, sekarang dia masih hidup dalam keadaan baikbaik,
Cuma saja setiap saat kemungkinan besar dia bisa
mati." "Nona," ujar Cu Siau hong kemudian, "Sudah beberapa
hari lamanya kau berada bersamanya" Apakah kau sama
sekali tidak tahu kalau dia bukan kakak kandungmu?"
Si Ih nio menghela napas panjang:
"Aaaai..penyaruannya kelewat mirip, bahkan suara
maupun tingkah lakunya seperti sama sekali tak berbeda,
tentu saja ada hal-hal kecil yang bisa menimbulkan
kecurigaanku tapi dengan cepatnya kecurigaan tersebut
berhasil dikelabuhi olehnya"
"Nona Si, untung sekali kau tidak sampai membongkar
penyaruannya kalau tidak, kemungkinan besar kau bisa
kehilangan kehormatanmu, atau bisa kehilangan nyawamu."
"Bagaimanapun juga Thian telah melindungi diriku, tapi
kakak kandungku telah mati dibunuh mereka."
"Sungguh lihay" pekik Oh Hong cun pula, "Ilmu menyaru
muka yang dimiliki orang ini memang hebat sekali, sampai
adik kandung sendiri pun sukar untuk membedakannya
secara jelas, benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang
tidak gampang, jago lihay ilmu menyaru muka semacam ini
tidak banyak jumlahnya didalam dunia persilatan,
sebenarnya siapakah kau?"
"Sekarang aku masih tetap Si Han, kau panggil saja Si
Han kepada diriku" "Kejadian telah berkembang menjadi begini, apakah kau
masih belum berani untuk menyebut nama aslimu" Apakah
kau tidak merasa kelewat kecil nyalimu itu?" ejek Cu Siau
hong. "Mengapa aku harus memberitahukan kepada kalian
siapa diriku ini?" "Kau tidak berani mengatakannya?"
"Aku tidak bersedia!"
"Padahal, sekalipun tidak kau katakan, toh kami juga
sudah tahu siapakah dirimu"
"Aaah, masa iya" Coba kau katakana siapakah diriku?"
"Yu Sam khi, pemilik pesanggrahan tabib Thong pak..'
Si Han segera tertegun sesudah mendengar perkataan
itu. Terdengar Cu Siau hong berkata lebih jauh:
"Ditinjau dari tindakan yang kau ambil sendiri untuk
membunuh Siau hong hal ini menunjukkan betapa
pentingnya gadis tersebut bagimu, cuma kau pun jangan
terburu napsu merasa bergembira atas keberhasilan
sendiri." "Mengapa?" "Kau mengetahui rahasia tentang organisasi rahasia
tersebut jauh lebih banyak daripadanya, kedudukanmu juga
jauh lebih penting, asal kami berhasil menahanmu disini
maka mereka pun sudah pasti akan mengutus jagoan yang
lebih banyak untuk membunuhmu.."
"Omong kosong, memangnya kalian benar-benar
sanggup untuk menahan diri ku disini?"
"Benar, kami tak segan-segan mengorbankan segala apa
pun untuk menahanmu disini sampai waktunya, kau bisa
menguatirkan keselamtanmu sendiri."
"Mengapa?" "Seperti juga mereka hendak membunuh Siau hong,
maka merekapun akan berusaha untuk membunuhnya."
Sesudah menghembuskan napas panjang, sambungnya
lebih jauh: "Kau sangat takut mati, maka kau tak akan bunuh diri
meskipun Siau hong belum sempat mengungkapkan semua
rahasia hatinya tapi asal ada satu, tidak sulit untuk berpikir
apa dari rahasia yang sudah diungkapkan darinya, tidak
sulit bagi kita untuk memikirkan persoalan yang lebih
banyak. Aku lihat kau pun tak usah kelewat menilai tinggi
diri sendiri, toh kedudukanmu tidak lebih hanyalah
sebangsa kelas tiga"
"Omong kosong..."
Cu Siau hong tertawa, sambungnya lebih jauh:
"Nama besar pesanggrahan tabib Thong pak tidak begitu
termashur didalam dunia persilatan, oleh sebab itu tiada
orang yang akan menduga tempat tersebut tapi seandainya
terdapat beberapa orang jago persilatan yang bermunculan
disana pun kemunculan mereka tak akan sampai
menimbulkan kecurigaan orang, itulah sebabnya mengapa
mereka memanfaatkan pesanggrahan tabib Thong pak milik
kalian" "Kalau didengar dari nada pembicaraanmu itu, sepertinya
masih ada alasan yang kedua?" pelan-pelan Si Han berkata.
"dari hal ini tebukti sudah kalau kau bukan Si Han"
"Kalau aku bukan Si Han, siapakah diriku ini?"
"Yu Sam khi" "Kau begitu yakin?"
"Benar!" "Baik, anggap saja aku Yu Sam khi! Bila aku bukan Si
Han, siapakah diriku juga bukan masalah penting, cuma
kami berharap untuk mengetahui apakah alasanmu yang
kedua itu?" "Kau sangat menaruh perhatian terhadap persoalan ini,
hal mana membuktikan kalau kau adalah Yu Sam khi."
"Mengapa?" "Sebab hanya Yu Sam khi seorang yang akan menaruh
perhatian khusus terhadap persoalan ini."
"Anggap saja aku memang Yu Sam khi."
Cu Siau hong tersenyum. "Kecuali ilmu pengobatan kalian, bisa jadikan sebagai
kedok luar mereka, sudah pasti masih terdapat suatu alasan
lain yang jauh lebih penting yang membuat mereka memilih
tempat tersebut." "Apa sebabnya?"
Cu Siau hong termenung sambil berpikir sebentar
kemudian balik bertanya: "Rupanya kau sedang mencoba kepandaianku"
Yu Sam khi segera tertawa hambar.
"Aku ingin mengetahui, sampai dimanakah kau
memahami akan persoalan ini?"
"Ilmu pertabiban dari keluarga Yu kalian mungkin saja
memiliki suatu keistimewaan tertentu, namu kalau
berbicara mengenai seluruh dunia persilatan, maka
pesanggrahan tabib Thong pak masih belum bisa terhitung
suatu keluarga persilatan yang ternama, juga tiada
kepandaian hebat yang bisa menjagoi seluruh kolong langit.
Mereka bisa memilih tempat tersebut, hal ini mungkin
disebabkan soal tanah disekitar sana yang memiliki suatu
keistimewaan tertentu."
"Cu Siau hongm, dengan usiamu yang begitu muda,
ternyata bisa mengetahui begitu banyak persoalan, bagimu
pribadi, hal tersebut bukanlah suatu perbuatan yang
kelewat baik" "Oya.." "Seandainya aku berhasil meninggalkan tempat ini
dengan selamat, sesudah aku berhasil membunuh Siau
hong tadi, mungkin kalian masih ada beberapa bagian
harapan untuk melanjutkan hidup, sangat tidak beruntung
kalian telah mengetahui perbuatanku ini."
"Lantas apa pulan yang bakal terjadi?"
"Bila aku tak dapat meninggalkan tempat ini, maka
mereka akan melancarkan serangan dengan sekuat tenaga,
tiga puluh enam orang jago pembunuhn kelas satu akan
berbondong-bondong datang kemari, dengan cepatnya
mereka akan saling berhadapan muka dengan kalian."
"Yu Sam khi, sebelum kehadiranmu disini kami sudah
kelewatan banyak menjumpai pembunuh-pembunuh yang
kalian kirim kemari dan kami pun sudah banya mengalami
pelbagai pengalaman yang mengerikan, kesemuanya itu
masih belum cukup menciptakan suatu ancaman bagi kami,
cuma ada satu hal yang ingin sekali kutanyakan hingga
jelas.." "Oooh, kaupun mempunyai persoalan yang belum kau
pahami" " tukas Yu Sam khi, "Katakan saja, siapa tahu aku
bisa memberi penjelasan bagimu!"
"Aku memang ingin mohon petunjuk darimu."
"katakana saja!"
"Mengapa kalian harus memilih saat-saat seperti ini?"
"Kau maksudkan disaat munculnya Pena Wasiat?"
"Benar, setiap umat persilatan menaruh hormat
kepadanya, akan tetapi kalian...."
"Kami justru tidak memandang sebelah matapun
terhadap mereka." Cu Siau hong segera manggut-manggut, katanya lagi:
"Jadi sengaja menantangnya untuk berduel?"
"Itupun tidak ada gunanya, kami tak akan
menghamburkan waktu untuk menghadapi persoalan yang
sama sekali tiada kegunaannya."
"Benar, orang yang memimpin organisasi kalian itu,
sungguh merupakan seseorang yang pandai sekali
mengatasi segala masalah"
"Asal kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi,
sekarang, apakah aku sudah boleh meninggalkan tempat
ini?" "Kau tidak menguatirkan keselamatan jiwamu sendiri?"
"Aku...aku.." "Yu Sam khi, kami bersedia meninggalkan dirimu, tapi
mereka tak akan melepaskan kau dengan begitu saja."
"Cu Siau hong, kau maksudkan mereka dapat
membunuhku?" "Apakah akan membunuhmu atau tidak, aku rasa dalam
hati kecilmu sudah tahu sendiri."
Yu Sam khi tertawa hambar.
"Terima kasih banyak atas petunjukmu sekarang apakah
aku sudah boleh pergi dari sini?"
Kian Hui seng yang selama ini membungkam segera
tertawa dingin selanya: "Setelah membunuh orang kau anggap bisa pergi dengan
begini saja dari sini?"
Yu Sam khi tertawa. "Cu Siau hong, apakah aku boleh meninggalkan tempat
ini dengan aman tenteram?"
"Boleh" jawab Cu Siau hong cepat, "Namun kami pun
sudah sepantasnya mendapat sedikit balas jasanya"
"Aku mengerti" Mendadak dia mengangkat sepasang tangannya tinggitinggi
ketengah udara, sementara kesepuluh jari tangannya
dirapatkan antara yang satu dengan lainnya, kemudian
berseru sambil tertawa: "Cu Siau hong, kemarilah! Aku akan memberitahukan
kepadamu" Cu Siau hong memasukkan kembali pedangnya kedalam
sarung, kemudian pelan-pelan berjalan mendekat.
Apa yang kemudian diucapkan oleh Yu Sam khi
diutarakan dengan suara yang amat rendah, sedemikian
rendahnya sehingga hanya Cu Siau hong seorang yang
dapat mendengar. Tidak banyak yang mereka bicarakan, paling banter
hanya tiga empat patah kata saja.
Kemudian tampak Cu Siau hong manggut-manggut
sembari berkata: "Silahkan saudara Yu!"
Kian Hui seng yang menyaksikan kesemuanya itu segera
berkerut kening, tiba-tiba tegurnya:
"Saudaraku, apakah kau akan melepaskan dia pergi
dengan begitu saja?"
"Ia telah membayar balas jasanya, tentu saja ia boleh
pergi dari tempat ini."
Diantara sekian banyak orang yang hadir, sudah sejak
lama Cu Siau hong sudah menanamkan kewibawaan yang
besar, apalagi Kian Hui seng sendiri juga tak mampu untuk


Pena Wasiat Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghalanginya, tentu saja orang-orang yang lain cukup
tahu diri, siapa pun tahu bahwa mereka tak mampu
dibandingkan dengan Kian Hui seng.
Memandang bayangan punggung Yu Sam khi yang pelanpelan
pergi menjauh, Cu Siau hong berteriak lagi:
"Saudara Yu, bila kau berhasil meloloskan diri dari
kematian, dengan senang hati kami akan menyambut
kedatanganmu." Yu Sam khi berpaling dan tertawa sahutnya:
"Aku pikir mereka sudah mempunyai alasan yang cukup
baik untuk membunuhku, cuma aku ingin mempertaruhkan
dugaanku sendiri." Selesai berkata, dia segera mempercepat langkahnya
berlalu dari tempat tersebut.
Sepeninggalnya orang itu, Kian Hui seng segera
memburu kesisi Cu Siau hong dan tegurnya:
"Saudaraku, mengapa kau lepaskan dia?"
"Betul" sambung Thian Pak liat cepat, banyak sudah
orang kita yang tewas, bahkan orang yang kita lindungi pun
turut terbunuh." "Siau hong pribadi sama sekali tidak berharga untuk
dilindungi, yang perlu kita lindungi adalah rahasia didalam
benaknya" "Paling tidak, dia toh ada maksud untuk kembali ke jalan
yang benar, tapi kita tak berhasil menyelamatkan jiwanya."
"Tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri, kita telah
berusaha dengan segala kemampuan yang kita miliki.
Buktinya ilmu menyaru muka dari Yu Sam khi dapat
mengelabui nona Si, tentu saja sulit buat kita untuk
berjaga-jaga." "Saudara Cu, sekalipun bukan lantaran kematian Siau
hong, kitapun tidak seharusnya melepaskan dia pergi"
"Kematian Siau hong pun tak lebih hanya sempat
mengutarakan sebagian dari rahasia yang tersimpan
didalam dadanya, rahasia tersebut tidak banyak membantu
untuk kita, sedang apa yang kita ketahui tentang organisasi
rahasia tersebut pun tidak akan menjadi lebih banyak, oleh
sebab itu kita harus memperhatikan Yu Sam khi."
"Saudara Cu, apa yang berhasil kau peroleh dari
mulutnya?" tiba-tiba Oh Hong cun bertanya.
"Tidak banyak yang dia katakan, namun penting sekali
artinya" -----------------------ooo-----------------------Bagian 65 "Baiklah, Cu lote, harap kau sudi mengungkapkan latar
belakangnya kepada kami semua" pinta Oh Hong cun lagi.
"OH tua, harap kau sudi memaafkan, aku tak dapat
mengungkapkan rahasia tersebut kepada kalian"
"Mengapa demikian?"
"Saudara Cu" seru Tham Ki wan pula dengan suara
dingin,"Dalam keadaan dan situasi seperti ini, kami sudah
menjadi orang dalam satu aliran, mengapa kita belum boleh
mengetahui?" "Aku telah bersedia untuk merahasiakan hal ini selama
tiga hari, tiga hari kemudian, bukan saja aku akan
memberitahukan kepada orang yang lebih banyak lagi, akan
kubeberkan hal tersebut kepada seluruh umat persilatan
yang ada di dunia ini"
"Dengan kedudukan dan posisinya waktu itu tentunya dia
tak akan mengajak saudara Cu untuk bertukar syarat
bukan?" tanya Si Eng.
"Bukannya bertukar syarat, aku hanya lagi membuktikan
akan satu persoalan"
"Membuktikan soal apa?"
"Membuktikan kedudukannya di dalam organisasi
tersebut" "Bagaimana caranya untuk membuktikan hal ini?"
"Apabila kedudukannya dalam organisasi rahasia
tersebut sangat tinggi, maka dia tak akan memperoleh
hukuman atau ganjalan disebabkan karena persoalan ini itu
berarti apa yang dia beritahukan kepadaku tentu
merupakan suatu kenyataan."
Oh Hong cun manggut-manggut tanda mengerti sehabis
mendengar perkataan itu. "Sebaliknya apabila kedudukannya kurang tinggi, sudah
pasti dia akan menerima hukuman yang cukup berat karena
peristiwa ini." "Sekalipun dia memperoleh hukuman yang berat,
bagaimana mungkin kita bisa mengetahuinya?" seru Oh
Hong cun. "Apabila mereka telah membunuh Yu Sam khi, sudah
pasti mereka akan berusaha untuk memeperlihatkan
jenasahnya kepada kami"
"Lote, sekarang apa yang harus kita lakukan?"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Musuh kita dewasa ini masih tetap menyembunyikan diri
dibalik kegelapan, kembali mempertinggi kewaspadaan
sendiri serta meningkatkan kesiap siagaan dalam
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, aku
rasa tiada cara lain yang bisa kita lakukan lagi."
"Kalau begitu, kita harus duduk saja sambil menantikan
datangnya musuh?" seru Thian Pak liat.
"Yaa, seandainya mereka tidak menampilkan diri lagi,
apa pula yang harus kita lakukan?" sambung Tham Ki wan.
"Soal ini mah tak usah kalian kuatirkan, berbicara
menurut keadaan pada saat ini mereka sudah pasti akan
berusaha untuk menghalang-halangi kita"
"Apakah organisasi rahasia ini benar-benar ada sangkut
pautnya dengan Pena Wasiat?" seru Pek Bi taysu sambil
berkerut kening. "Taysu, kedudukanmu didalam dunia persilatan amat
tinggi, terhadap masalah Pena Wasiat, seharusnya
mempunyai..." Pek bi taysu manggut-manggut katanya:
"Peristiwa ini terjadi pada lima tahun berselang
hongtiang kuil kami telah mengumpulkan segenap anak
murid perguruan kami untuk bersama-sama merundingkan
persoalan ini, pada waktu itu didalam kuil kami terdapat
seorang tianglo yang berotak amat cerdas dia
mengemukakan kecurigaannya terhadap persoalan ini
hanya saja dia tak bisa mengungkapkan sesuatu yang jelas
tentang kecurigaannya itu."
"Aaah, masa ada kejadian seperti ini?" seru Oh Hong
cun, "Agaknya tidak hanya jago persilatan yang mengetahui
akan hal ini." "Benar, perundingan tersebut hanyalah merupakan suatu
perundingan antara sesama anggota partai saja, yang hadir
pun merupakan murid-murid partai yang sudah mempunyai
kedudukan tinggi, apa lagi Pena Wasiat sedang termashur
Satria Terkutuk Kaki Tunggal 2 Tujuh Pembunuh Qi Sha Shou Karya Gu Long Kemelut Di Majapahit 13

Cari Blog Ini