Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 7
Anak buahnya baru saja bersorak girang ketika melihat si
Kucing berhasil meluputkan diri dari serangan berbahaya
lawan, kini melihat pemimpin mereka terancam bahaya pula,
semuanya menjerit kaget dan khawatir.
Pada detik yang menentukan itulah, buli-buli arak di tangan si
Kucing mendadak berputar, puluhan bintik sinar kemilau yang
berkembang di udara itu laksana rombongan lebah sekaligus
meluncur ke dalam sarangnya, seluruhnya tersedot oleh bulibuli itu. Nyonya baju hijau terperanjat, sebaliknya anak buah si Kucing
berkeplok girang. Si Kucing menegakkan badan sambil bergelak tertawa,
katanya, "Senjata rahasia keji, tangan yang ganas, untung
berhadapan dengan si Kucing, kakek moyangnya ahli
antiberbagai am-gi dari segenap perguruan di dunia ini."
Gemetar suara si nyonya baju hijau, "Kau ... dari mana kau
peroleh buli-buli ini?"
Si Kucing tertawa, katanya, "Tidak perlu kau urus, sambutlah
sejurus seranganku!"
Di tengah gelak tertawanya, buli-buli mendadak menghantam
dengan dahsyatnya. Cepat si nyonya baju hijau menyurut mundur beberapa
langkah dan tidak balas menyerang.
Si Kucing tertawa, "Eh, kenapa berhenti, ayolah serang pula."
Mendelik benci si nyonya baju hijau, desisnya sambil
mengertak gigi, "Tak nyana hari ini aku bertemu dengan kau
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
.... Buli-bulimu itu ...." setelah mengentak kaki ia
menambahkan, "Sudahlah."
Segera dia berputar hendak lari.
"Masa mau pergi begitu saja," si Kucing mencemooh, sinar
kemilau berkelebat, golok pendek tercabut dari pinggangnya,
cahaya lembayung mendadak mencegat jalan pergi si nyonya
baju hijau. Merah mata si nyonya baju hijau, mendadak dia angkat Pek
Fifi yang dikempitnya terus diangsurkan ke arah golok. Keruan
si Kucing terkejut, lekas dia menarik golok dan menangkap
tubuh Pek Fifi, dalam sekejap itu si nyonya berbaju hijau
sudah melesat pergi beberapa tombak jauhnya, sekali melejit
pula, bayangannya lantas lenyap.
***** Go-losi sedang mengayun langkah menyusuri jalan, mendadak
dilihatnya kedua "kambing gemuk" yang banyak uang kertas
itu sedang tanya ini-itu kepada seorang lelaki di bawah pohon
sana. Wajah orang yang lebih tua itu tampak kaku dingin, wajahnya
aneh dan seram, sepintas pandang bentuknya seperti mayat
hidup, siapa pun yang melihatnya pasti mengirik.
Sementara yang lebih muda bersikap ramah santai dan gagah,
ujung mulutnya mengulum senyum, berhadapan dengan dia
siapa pun akan merasa sejuk seperti melihat bunga mekar di
musim semi, ingin rasanya berkenalan dan bersahabat dengan
dia. Tergerak hati Go-losi, pikirnya, "Him-toako sedang mencari
mereka, mungkin mereka juga sedang mencari Him-toako,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
sungguh kebetulan, sayang orang yang ditanya bukan saudara
anggota kita." Segera dia menghampiri dengan langkah lebar, sapanya
dengan tertawa, "Apakah kalian sedang mencari orang?"
Orang yang sedang bertanya pada lelaki di bawah pohon
memang betul Kim Bu-bong dan Sim Long, sesaat mereka
mengawasi Go-losi, sorot mata Sim Long tampak cerah,
katanya dengan tertawa, "Orang yang kami cari, apakah
Saudara mengenalnya?"
"Coba kalian jelaskan siapa yang kalian cari?" tanya Go-losi.
Kucing kemala segera dikeluarkan oleh Sim Long dan
diangsurkan ke depan Go-losi, katanya dengan tertawa,
"Orang yang memiliki mainan kucing ini."
Go-losi tertawa, segera dia ulur tangan hendak mengambil
kucing kemala itu, tapi Sim Long lantas menarik tangannya,
Go-losi jadi menyengir katanya, "Kalau kalian mencari orang
lain, mungkin Siaute tidak mengenalnya, tapi pemilik kucing
kemala ini ...." "Kau kenal dia" Di mana dia sekarang?" tanya Sim Long.
"Silakan ikut padaku," kata Go-losi, ia putar tubuh terus
melangkah pergi. ***** Musim dingin siang lebih pendek, malam datang lebih cepat.
Api unggun dalam kuil bobrok itu tampak berkobar, di atas
dinding menyala pula lima batang obor, kuil bobrok yang
terpencil ini jadi terasa hangat.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing sedang duduk di atas sebuah kasur bundar sambil
bertopang dagu mengawasi kedua perempuan buruk rupa
yang berada di samping api unggun. Terasa olehnya ada
sesuatu yang kurang beres pada kedua perempuan ini, walau
sejauh ini dia belum menyadari bahwa kedua perempuan
buruk ini telah diproses sedemikian rupa oleh tangan seorang
ahli hingga bentuk wajahnya berubah sama sekali dari aslinya.
Ilmu rias keluarga Suto memang hebat luar biasa.
Terasa pula oleh si Kucing kedua perempuan ini seperti ingin
melimpahkan banyak persoalan yang mengganjal hatinya, tapi
tak mampu buka suara, maka sorot matanya saja yang
berbicara, sorot mata mereka tampak gelisah, mendesak
namun juga malu-malu di samping senang pula.
Tak terpikir oleh Cu Jit-jit bahwa nasib manusia memang
serbaaneh, orang yang menolong dan membebaskan dia dari
belenggu iblis ternyata adalah pemuda bajingan yang pernah
dibencinya, sedangkan Sim Long ... ai, entah di mana Sim
Long sekarang. Buli-buli arak yang serbaguna itu ternyata berada dekat lutut
si Kucing, di sekitar perut buli-buli yang gendut itu penuh
menemplek jarum lembut yang runcing mengilap seperti dilem
saja lengket di atasnya, di bawah pancaran cahaya api, jarumjarum itu tampak berkilau biru.
Pandangan si Kucing beralih ke arah buli-buli araknya, lalu
dengan sepotong kayu kecil dia cungkil sebatang jarum serta
diperiksanya dengan saksama, mendadak air mukanya
berubah kelam. Pada saat itulah Go-losi menerobos masuk seraya berseru,
"Toako, Siaute membawa tamu untukmu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa?" tanya si Kucing dengan berkerut kening. Sembari
bicara dia membalik badan, maka dilihatnya Kim Bu-bong dan
Sim Long melangkah masuk. Wajah Kim Bu-bong tetap kaku
masam, sedang Sim Long tetap tersenyum ramah.
Sim Long angsurkan batu kemala itu dengan kedua tangan, si
Kucing menerima dengan kedua tangan pula, sepatah kata
pun kedua orang ini tidak berucap, hanya sama tersenyum
saja, namun segala perasaan hati masing-masing sudah
terjalin dalam senyum persahabatan ini.
Sim Long keluarkan pula batu mainan kalung.
Melihat Sim Long muncul, jantung Cu Jit-jit terasa berhenti
berdetak, begitu melihat mainan kalung bundar itu, seketika
pipi terasa panas jengah.
Dilihatnya si Kucing ulur tangan hendak menerima mainan
kalung itu, tapi Sim Long tidak memberikannya.
Si Kucing tertawa, katanya, "Kalau tidak salah, mainan kalung
ini juga milikku bukan?"
Sim Long tersenyum, ucapnya, "Apakah Saudara sudah
periksa ukiran dua huruf di atas mainan kalung ini?"
"Sudah tentu sudah, dua huruf ukiran itu berbunyi 'Sim Long'."
"Apakah Saudara tahu apa arti kedua huruf ini?"
Berkedip mata si Kucing, katanya, "Sudah tentu tahu, Sim
Long adalah nama seorang gadis kenalan baikku, untuk
mengenangnya, maka kuukir namanya di atas mainan kalung
itu supaya tak terlupakan seumur hidup."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sudah tentu Cu Jit-jit merasa geli mendengar percakapan
mereka itu dan juga mendongkol, batinnya, "Pemuda ini
memang bajingan tengik, untuk mengangkangi mainan
kalung, tak segan-segan dia membual, ceritanya seperti
benar-benar terjadi."
Sim Long juga tertawa geli, katanya, "Kalau demikian, aku
inilah gadis pacarmu itu."
Keruan si Kucing melongo, katanya, "Hah, apa ... apa artinya
ini?" "Kedua huruf Sim Long itu sebenarnya adalah namaku."
Sesaat si Kucing berdiri melenggong, mukanya agak merah,
tapi kejap lain dia tertawa keras, katanya, "Bagus, bagus,
main copet aku kalah, menipu aku pun asor, baiklah, aku
mengaku kalah, boleh tidak?"
Terasa oleh Sim Long, meski pemuda ini bajingan tengik, tapi
sifatnya yang polos dan jenaka, tutur katanya yang lucu
sungguh menyenangkan. Setelah reda gelak tawa si Kucing, tiba-tiba ia berkerut kening,
katanya, "Tapi menurut apa yang kuketahui, mainan kalung ini
juga bukan milikmu, mana mungkin mainan kalung ini berukir
namamu" Mungkin ... mungkinkah nona itu adalah ... adalah
kau punya ...." "Betul," tukas Sim Long cepat, "nona itu memang teman
baikku, kedatanganku ini juga untuk mencarinya, mohon
Saudara sudi memberitahukan di mana jejaknya."
Si Kucing tidak segera menjawab, lama dia menatap Sim
Long, mulutnya bergumam, "Bahwa nona itu mengukir
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
namamu di atas mainan kalung yang selalu dipakainya, dia
pasti amat mencintaimu .... Ah, bagus sekali ... ai."
Mengerling bola mata Sim Long, sebagai pemuda yang
berpengalaman, sekali pandang dia tahu pemuda ini pasti juga
jatuh hati kepada Cu Jit-jit yang binal itu sehingga sikapnya
sekarang kelihatan linglung. Karena itu tambah besar
keyakinannya bahwa pemuda ini pasti tahu jejak Cu Jit-jit,
maka dia berdehem perlahan, lalu bertanya pula, "Nona itu
...." Si Kucing tersentak, katanya dengan menyengir, "O, aku
sendiri hanya sekali melihat nona itu, mainan kalung ini juga
kutemukan pada waktu itu, sejak itu aku tidak pernah
melihatnya lagi." Setelah menghela napas, lalu ia menyambung, "Bicara terus
terang, selama beberapa hari ini aku mondar-mandir sibuk
mencari jejaknya pula, tapi agaknya dia menghilang, ada
orang bilang dia diculik Toan-hong-cu."
Sim Long menatapnya lekat-lekat, terasa apa yang
diucapkannya memang tidak bohong, sumber penyelidikannya
akan jejak Cu Jit-jit jadi terputus pula. Sambil menunduk dia
menghela napas. Tentu saja Jit-jit yang berada di samping api unggun gelisah
setengah mati. Ingin rasanya dia berteriak, "Tolol! Kalian
semua lelaki tolol, aku berada di sini, memangnya kalian buta
semuanya?" Pek Fifi yang berada di sampingnya malah kelihatan tenang
dan adem ayem saja. Sejak masuk tadi pandangan Kim Bu-bong lantas tertuju ke
arah buli-buli arak, diamati sedemikian teliti, sorot matanya
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
terunjuk rasa heran dan kaget, kini mendadak dia bertanya,
"Buli-buli arak ini kau peroleh dari mana?"
Senyum misterius menghias mulut si Kucing, ia tidak
menjawab, tapi balas bertanya, "Apakah tahu asal usul bulibuli arak ini?" Kim Bu-bong mendengus, "Kalau tidak tahu buat apa tanya."
"Kalau tahu asal usulnya, maka sepantasnya tidak perlu kau
tanya." Kembali Kim Bu-bong mendengus, tapi tidak tanya lebih
lanjut. Mendengar tanya-jawab kedua orang seperti main teka-teki,
tertarik juga perhatian Sim Long, sorot matanya pun beralih
pada buli-buli itu, hanya beberapa kejap, sorot matanya
mendadak mencorong terang.
Kim Bu-bong bertanya pula, "Apakah kau pernah bergebrak
dengan seorang nyonya berbaju hijau?"
Si Kucing tetap tidak menjawab, malah balas bertanya, "Kau
mengenalnya?" Kim Bu-bong gusar, serunya, "Sebenarnya aku yang tanya
padamu atau kau yang tanya padaku?"
Si Kucing bergelak, katanya, "Memang tidak pantas aku tanya
hal ini. Jika kau tidak kenal dia buat apa kau tanya padaku"
Benar, aku memang sudah bergebrak dengan dia."
Ia menatap tajam Kim Bu-bong, katanya pula, "Bukan saja
aku sudah bergebrak dengan dia, malah aku pun tahu dia
adalah keturunan keluarga Suto. Kedua ... kedua gadis di
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
samping api unggun itu berhasil kurebut dari dia, demikian
pula am-gi yang lengket pada buli-buli arakku itu adalah am-gi
khas keluarga Suto."
Berubah air muka Kim Bu-bong, dia memburu ke samping api
unggun, lalu membungkuk dan memeriksa. Pek Fifi ngeri
melihat wajahnya, sebaliknya Cu Jit-jit balas menatapnya
dengan tajam. "Kecuali kepandaian am-gi," demikian ujar si Kucing, "ilmu rias
keluarga Suto juga merajai dunia Kangouw, tapi aku tidak bisa
membedakan apakah kedua orang ini pernah dirias atau tidak
...." Kim Bu-bong menjengek, "Kalau dapat kau bedakan,
memangnya ilmu rias macam apa jadinya."
Tergerak hati Sim Long, katanya mendadak, "Saudara memiliki
buli-buli besi sembrani 'Kian-kun-it-tay-ceng' yang terbuat dari
baja murni Laut Timur, khusus untuk mematahkan serangan
berbagai am-gi, tentunya kau pun pernah mempelajari cara
memudarkan ilmu rias keluarga Suto, entah sudi kiranya
Saudara menunjukkan keahlianmu untuk memulihkan wajah
asli kedua nona itu."
Si Kucing tertawa, katanya, "Ternyata kau pun tahu Kian-kunit-tay-ceng segala, sayang sekali aku tidak mempunyai
keahlian seperti apa yang Saudara harapkan. Umpama betul
kedua nona ini berwajah secantik bidadari juga kita takkan
punya kesempatan untuk melihat wajah asli mereka."
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba Go-losi menyeletuk, "Kenapa susah-susah
memudarkan rias orang" Akan kuambilkan air untuk mencuci
mukanya, kalau tidak bisa hilang, masih bisa dikerik dengan
pisau, kan beres." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing tertawa geli, katanya, "Kalau urusan semudah apa
yang kau bilang, bukankah ilmu rias keluarga Suto akan mirip
make-up para pemain sandiwara di atas panggung. Padahal
ilmu rias keluarga Suto tersohor di seluruh jagat, masa kau
anggap sepele saja dan bisa dikerik dengan pisau segala, jika
kulit muka mereka sampai tergores luka, lalu siapa akan
bertanggung jawab?" Go-losi menyengir dan tidak berani bersuara lagi.
Sebaliknya Cu Jit-jit yang mendengar percakapan mereka
menjadi gelisah dan jengkel pula. Ingin rasanya dia
menggembor, "Boleh kalian mengerik mukaku dengan pisau,
umpama kulit mukaku rusak juga tidak menjadi soal ...."
Kim Bu-bong menatap mata Jit-jit, katanya kemudian, "Bukan
saja wajah nona ini sudah dioperasi, malah ia pun dicekoki
obat bisu dan lumpuh oleh Suto Pian, kulihat banyak
persoalan yang ingin dia katakan, sayang mulutnya tidak bisa
bersuara ...." Mendadak si Kucing lari ke sana dan mendapatkan sebuah
baskom pecah, diisi dengan abu, lalu ditaruh di depan Cu Jitjit, dicarinya pula sepotong kayu dan disisipkan pada tangan
Jit-jit. Seketika mata Cu Jit-jit memancarkan rasa gembira.
Si Kucing berkata, "Tentu kau dengar pembicaraan kami,
maka apa yang ingin kau katakan boleh kau tulis di atas abu
dengan kayu ini ...."
Tanpa menunggu selesai bicaranya, dengan tangan gemetar
Jit-jit siap menulis, ia pikir siksa derita segera akan berakhir,
betapa senang dan haru hatinya dapatlah dibayangkan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Siapa tahu tenaga untuk menulis saja tidak ada, semula dia
hendak menulis nama sendiri, ternyata ranting kecil itu hanya
mengoret-oret tak keruan di permukaan abu, huruf apa yang
ditulis tidak bisa dibaca. Lebih celaka lagi ranting kayu yang
dipegang itu akhirnya pun terlepas, keruan hati Jit-jit keki,
dongkol, dan gugup setengah mati, ingin rasanya ia tebas
kutung saja tangan sendiri.
Dia ingin mencakar wajah sendiri, tapi tidak bertenaga, ingin
dia menggigit putus lidah sendiri juga tidak mampu
menggigitnya, dia ingin menjadi gila namun bagaimana
caranya menjadi gila ia pun tidak tahu. Sampai ingin menangis
tergerung-gerung juga tidak mampu, terpaksa dia hanya bisa
membiarkan air mata meleleh di pipinya.
Sim Long, Kim Bu-bong, dan si Kucing saling pandang,
akhirnya mereka menghela napas panjang, demikian pula
anak buah si Kucing yang menyaksikan juga ikut terharu dan
gegetun. Kata si Kucing setelah menghela napas, "Akan kucoba yang
satu ini ...." Pek Fifi juga tidak mampu bersuara, namun badannya tidak
lunglai, maklum, dia dianggap gadis lemah yang tidak tahan
embusan angin kencang, maka si nyonya baju hijau tidak
mencekoki obat bisu dan melumpuhkan badannya.
Begitu si Kucing taruh baskom abu di depannya dia lantas
menulis perlahan: "Aku bernama Pek Fifi, gadis sebatang kara
yang hidup menderita, entah mengapa nyonya galak dan sadis
itu menculikku dan menyiksaku begini rupa."
Si Kucing manggut-manggut dan berkedip-kedip, tanyanya
mendadak, "Apakah sebelum ini kau berparas cantik?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sorot mata Pek Fifi mengunjuk rasa malu, ranting kayu
digerakkan, tapi tak mampu menulis lagi.
Si Kucing tertawa, katanya, "Kalau demikian, dugaanku pasti
tidak salah lagi. Nona yang senasib dengan kau ini, apakah dia
juga cantik jelita" Siapa namanya?"
Pek Fifi menulis: "Aku tidak mengenalnya, juga belum pernah
melihat wajah aslinya."
Si Kucing termenung sejenak, katanya, "Kalau begitu, dia
tersiksa lebih dulu daripadamu?"
Pek Fifi menulis pula; "Betul, semula aku pun kasihan
padanya, tak tahunya aku ...." dia tidak meneruskan
tulisannya, tapi orang lain sudah tahu maksudnya. Tampak air
matanya berlinang, tak tertahan akhirnya dia menangis juga.
Si Kucing menoleh dan berkata, "Sekarang baru kutahu
nyonya jahat itu akan menculik gadis-gadis cantik ini ke suatu
tempat yang jauh, khawatir di tengah jalan kurang leluasa,
maka mereka dipermak menjadi sejelek ini."
Sim Long menghela napas sambil mengangguk, batinnya,
"Selain cekatan, daya tangkap dan pikiran pemuda ini juga
dapat bekerja cepat."
Si Kucing berkata lebih lanjut, "Asalnya mereka adalah gadis
jelita, kita tidak boleh berpeluk tangan melihat nasib mereka
yang jelek ini, apa pun kita harus berdaya untuk memulihkan
wajah asli mereka." Kim Bu-bong diam saja tanpa komentar.
"Apa daya?" ucap Sim Long sambil menghela napas. "Kecuali
kita bekuk murid keluarga Suto itu ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sejenak si Kucing berpikir, lalu katanya dengan tertawa, "Di
kota Lokyang ada seorang temanku, walau usianya masih
muda, tapi bun-bu-siang-coan (serbamahir ilmu sastra dan
ilmu silat), juga mahir pengobatan dan berbagai kepandaian
yang aneh, kalau kita mencarinya dan minta tolong, mungkin
dia bisa membantu." Sim Long tertawa, katanya, "Kalau betul ada orang sepandai
itu, aku ingin menemuinya, kebetulan aku juga akan
menyelesaikan suatu urusan di kota Lokyang, cuma ... apakah
Saudara ada hubungan baik dengan dia?"
"Orang itu selain pemabukan, juga gemar paras ayu, sifatnya
cocok dengan aku, bila kita pergi mencarinya, kuyakin dia
pasti banyak mengeluarkan biaya."
Tidak kepalang sedih hati Cu Jit-jit, ia tidak lagi memerhatikan
percakapan mereka lebih lanjut, dia cuma merasakan dirinya
diangkut ke atas kereta, dia tidak tahu ke mana dirinya akan
dibawa oleh orang-orang ini.
Di dalam kereta ada seorang bocah yang dikenalnya, namun
bocah ini tidak mengenalnya lagi, duduknya juga menyingkir
jauh ke sana dan tidak mau berdekatan dengan dia.
Dengan sepotong kain si Kucing menutup kabin kereta, kuda
penarik kereta dipecut supaya lari lebih kencang menuju ke
kota Lokyang. Tengah malam buta kereta kuda ini menempuh
perjalanan, setiba di Lokyang hari pun menjelang fajar.
Mereka harus menunggu kira-kira satu jam baru pintu kota
terbuka. Kim Bu-bong menjalankan keretanya masuk ke kota.
"Masih sepagi ini, apa enak mengganggu orang?" ujar Sim
Long. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing tertawa, katanya, "Di kota Lokyang ini, aku masih
punya teman lain, pintu besar rumahnya sepanjang tahun
tidak pernah tertutup, siapa pun dan kapan pun datang ke
rumahnya tanggung takkan kelaparan dan kedinginan."
"Apa betul ada orang sebaik itu?" ujar Sim Long.
Si Kucing berkeplok dan berseru, "Orang ini she Auyang dan
bernama Hi, hobi satu-satunya adalah berkenalan dengan
orang-orang gagah di seluruh jagat, nanti kalian akan
membuktikan sendiri."
Mendadak Kim Bu-bong menyeletuk, "Banyak juga kawanmu!"
Si Kucing tidak bicara lagi dia rebut cemeti terus sabet kuda
dan membedal kereta lebih kencang. Hari masih pagi, jalan
raya sangat sepi, maka si Kucing berani melarikan kereta itu
sekencang angin. Mendadak mereka tiba di sebuah persimpangan jalan, suasana
di sini ternyata ramai sekali, bau harum bunga semerbak
merangsang hidung. Si Kucing angkat cemetinya seraya berkata, "Inilah pasar
bunga yang terkenal di kota Lokyang, banyak penggemar
bunga datang dari tempat ribuan li jauhnya, terutama bunga
botan (peoni) dari kota Lokyang terkenal di seluruh jagat."
Sim Long tertawa, katanya, "Sudah lama kudengar pasar
bunga di kota Lokyang yang terkenal ini, hari ini kebetulan
berada di sini, pantasnya kubeli beberapa kuntum bunga
segar, sayang ... ada maksudku membeli bunga tapi kepada
siapa akan kupersembahkan bunga itu" Biar kutunggu sampai
kesempatan lain saja."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kedua orang ini bergelak dan saling pandang, sementara Cu
Jit-jit yang berada di dalam kereta mendengarkan dengan
kesima. Kalau sekarang dia bisa di samping Sim Long, lalu Sim Long
turun membeli bunga serta menyelipkan bunga itu di atas
sanggulnya, umpama segera dia disuruh mati juga rela.
Padahal dia juga tahu kereta mereka kini sedang lewat pasar
bunga, tidak jauh ke depan akan tiba di sarang iblis, di mana
Pui Jian-li, Thi Hoat-ho, dan lain-lain tersekap, meski dalam
benaknya banyak rahasia yang ingin dibeberkan kepada orang
banyak, namun tidak mampu diutarakannya.
Pada saat itulah mendadak dua kereta harum yang ditarik dua
ekor kuda putih datang dari depan, langsung dilarikan ke
dalam pasar bunga. Lentera perunggu yang terpasang di
depan kereta tampak mengilap, terdengar suara merdu
percakapan nona jelita laksana kicau burung, terkadang
tampak wajah cantik mengintip di balik tabir.
Kebetulan angin berembus dan menyingkap tabir, tanpa
sengaja Cu Jit-jit melirik ke sana, seketika jantungnya
berdetak, kereta yang ditarik kuda putih itu bukankah kereta
iblis yang hari itu memuat Thi Hoat-ho dan lain-lain masuk ke
kota ini. Terdengar Him Miau-ji atau si Kucing bergelak tertawa dan
berseru, "Haha, cantik molek berkereta harum, entah siapa
gerangan yang akan tergiur, tampaknya hasratku terpaksa
akan hanyut terbawa arus."
"Ah, janganlah Anda bicara demikian, apakah si cantik takkan
marah bila mendengar celotehmu?" ucap Sim Long dengan
tertawa. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau tahu, meski indah bunga ini, apa mau dikata tumbuhnya
di dinding tepi jalan, asalkan Anda sudi membayar, dapatlah
kupetik bunga itu bagimu, memangnya Anda berminat?"
"Wah, kiranya engkau sudah cukup berpengalaman," ujar Sim
Long. Dan kedua orang lantas saling pandang bergelak tertawa pula.
Cu Jit-jit terkesiap mendengar percakapan mereka.
Apakah mungkin sarang hantu yang banyak mengurung kaum
kesatria itu adalah tempat pelesir begituan dari kalangan atas"
Dan para gadis penggembala berbaju putih dan
berkepandaian tinggi itu adalah perempuan penghibur di
tempat pelesir itu" Sungguh hal ini sukar dipercaya oleh Jit-jit.
Kereta itu akhirnya tiba di depan pintu gedung yang tak
pernah tertutup sepanjang tahun, melihat kedatangan si
Kucing, sudah tentu Auyang Hi amat girang, segera ia siapkan
meja perjamuan menyambut kedatangannya. Tak lupa si
Kucing memperkenalkan Sim Long dan Kim Bu-bong, lalu ia
sibuk dengan araknya sendiri.
Auyang Hi tertawa, katanya, "Kau kucing binal ini tampaknya
semakin liar, sepanjang tahun sukar melihatmu, hari ini kau
datang kemari, kecuali ingin makan, memangnya ada
persoalan lain?" Si Kucing tertawa, omelnya, "Memangnya kau kira aku kemari
hendak makan gratis melulu" Hehe, daging masam dan arak
kecut yang kau hidangkan ini kau kira dapat menarik selera
kucing liar macam diriku?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kalau kau pergi ke rumah orang lain, mustahil kau tidak
diusir," Auyang Hi berolok dengan tertawa.
Si Kucing taruh cawan araknya, katanya, "Marilah bicara
sesungguhnya, kedatanganku hari ini memang lantaran satu
hal, aku ingin bertemu dengan Ong Ling-hoa, apakah
belakangan ini dia berada di kota?"
"Beruntung kau, kebetulan dia belum meninggalkan Lokyang,"
sahut Auyang Hi. "Bicara tentang dia, aku jadi ingat satu
lelucon." "Ong Ling-hoa memang banyak bikin lelucon, coba ceritakan
apa yang membuatmu geli."
Auyang Hi bercerita, "Beberapa hari yang lalu waktu Lengjisiansing jual-beli di sini, mendadak muncul seorang gadis
jelita dari keluarga kaya raya. Ong-kongcu kita itu tentu saja
menggunakan rayuannya untuk memikat nona itu, tak
tahunya ...." Sampai di sini dia sengaja berhenti.
Si Kucing tidak tahan, tanyanya, "Tak tahunya bagaimana?"
Auyang Hi tertawa, katanya, "Begitu melihat dia, nona itu
seperti melihat setan, tanpa menoleh terus lari terbirit-birit.
Hal ini mungkin belum pernah terjadi selama hidupnya, Kehpak-bwe yang beruntung, semula dia sudah jual seorang
pelayan kepada nona itu, karena si nona lari, dalam keadaan
kacau Keh-pak-bwe membawa lari pula pelayan itu."
Si Kucing bergelak tertawa, baru dia ingin tanya siapakah
nona itu, ternyata Sim Long sudah mendahului bertanya,
"Leng-jisiansing tersebut apakah ada hubungan dengan Jin-giceng?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Benar," ujar Auyang Hi dengan menghela napas, "demi
mempertahankan berdirinya Jin-gi-ceng, Leng-jisiansing boleh
dikatakan telah bekerja mati-matian, memangnya siapa orang
Kangouw yang tidak tahu cara berdagang Leng-jisiansing tiada
keduanya di dunia ini. Dalam setahun entah berapa banyak
keuntungan yang berhasil dikeduknya, namun seluruh
keuntungan itu dia serahkan kepada Jin-gi-ceng, awak sendiri
hidup sederhana, kapan dia pernah berpakaian perlente dan
makan enak, sepanjang tahun dia selalu mengenakan jubah
biru, bagi yang tidak mengenalnya pasti menyangka dia
seorang siucay rudin."
Sim Long kagum, katanya dengan hormat, "Siapa nyana Leng
bersaudara adalah kesatria gagah yang patut dibuat teladan."
Belum habis dia bicara, dari luar pekarangan mendadak
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkumandang gelak tertawa seorang.
Terdengar suara seorang pemuda berkata, "Auyang-heng,
terlalu kacungmu, aku sedang mendengkur, dia bilang ada
seekor kucing menerobos ke sini dan minta aku mengusirnya,
kau tahu aku mampu menundukkan naga dan membekuk
harimau, tapi setiap kali melihat kucing kepalaku lantas
pusing." Seorang pemuda berpakaian perlente tampak masuk sambil
tertawa riang. Mendadak si Kucing membentak sambil melayang maju dan
turun di depan si pemuda, dia jambret baju orang seraya
memaki dengan tertawa, "Pembual macam dirimu, kecuali
main sambar sini dan comot sana (maksudnya main
perempuan) apa pula kemahiranmu, berani mengaku pandai
menundukkan naga dan membekuk harimau segala."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Wah, celaka," ujar pemuda itu tertawa, "kucing ini semakin
liar." Si Kucing bersuara lantang, "Belakangan ini berapa banyak
pula cewek yang berhasil kau gaet" Ayo lekas mengaku."
Pemuda itu masih ingin balas berolok, sekilas dilihatnya Kim
Bu-bong dan Sim Long, segera dia menghampirinya dengan
langkah lebar, katanya dengan tertawa sambil menjura,
"Kedua Saudara ini jelas bukan orang biasa. Auyang-heng,
kenapa tidak lekas kau perkenalkan mereka kepadaku."
Agaknya Auyang Hi kelupaan karena mendengarkan
selorohnya dengan si Kucing hingga tidak ingat lagi nama Sim
Long dan Kim Bu-bong, terpaksa dia berkata, "Inilah Kimtayhiap dan Sim-siangkong, Saudara ini adalah Ong Ling-hoa,
Ong-kongcu, kalian bertiga seperti naga di antara manusia,
selanjutnya silakan bersahabat."
Kim Bu-bong hanya mendengus, sedang Sim Long balas
menghormat dengan tertawa. Maka semua orang lantas
menempati kursinya masing-masing, kembali senda gurau
terjadi. Auyang Hi berkata pula, "Ong-heng, kucing liar ini sebetulnya
ingin mencarimu tapi tidak mau bilang untuk urusan apa,
sekarang boleh kau tanya dia."
Ong Ling-hoa tertawa, "Bila dicari kucing liar biasanya tidak
pernah ada urusan enak, tak heran beberapa hari ini burung
gagak selalu berkaok di luar jendelaku, pepatah memang
benar, kalau badan lagi apes, menutup pintu duduk dalam
rumah, bencana tetap menimpa dari langit."
Him Miau-ji alias si Kucing tertawa, katanya, "Kali ini kau salah
terka. Kedatanganku ini bukan untuk minta uang atau ingin
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
minum arak, tapi kuantar dua gadis jelita kemari supaya kau
lihat dan menilainya."
Diam-diam Sim Long tertawa dan membatin, "Si Kucing ini
kelihatan kasar, tapi cara kerjanya ternyata cukup rapi dan
memakai otak, lebih dulu ia gelitik hati orang, kemudian baru
memancingnya." Ong Ling-hoa lagi tertawa, katanya, "Masa ada urusan baik
kau mau mencari aku, gorok leher pun aku tidak percaya,
kedua cewek jelita itu boleh kau pandang sendiri saja, terima
kasih atas kebaikanmu."
"Dasar manusia rendah," maki si Kucing dengan tertawa,
"masa menilai diriku dengan hati busukmu, kini kedua cewek
jelita sudah kubawa kemari, mau-tidak-mau kau harus
memeriksanya, cuma ...."
Ia berkedip-kedip dan tidak melanjutkan ucapannya.
"Aku tahu setiap kali matamu melek-merem pasti sedang
merangkai akal bulus, agaknya akal bulusmu sudah berhasil
memancing hasratku, hendaklah kau lanjutkan uraianmu
supaya orang lain tidak gelisah menunggu."
Sim Long dan Auyang Hi tertawa geli.
Si Kucing lantas berkata, "Cuma untuk melihat kedua cewek
menggiurkan ini, kau perlu menggunakan keahlianmu."
"Dengan keahlian apa baru aku bisa melihatnya?" tanya Ong
Ling-hoa. "Coba jelaskan dulu, kecuali main golok dan memutar tombak,
menggosok tinta dan menggerakkan pensil, meniup seruling,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
bernyanyi, meramal dan menujum serta memberi obat pada
orang yang sakit perut, apa pula keahlianmu?"
"Memangnya semua itu belum cukup?" tanya Ong Ling-hoa
dengan tertawa. "Belum cukup, malah ketinggalan jauh," ujar si Kucing.
Ong Ling-hoa menggeleng kepala, katanya, "Kau ini memang
bajingan, sayang aku tidak tahu bagaimana tampang
bapakmu, kalau tidak, tentu aku akan menyamar menjadi
beliau untuk menghajar adat kepada putra kurang ajar macam
dirimu ini." "Nah, itulah yang kumaksudkan?" seru si Kucing mendadak
sambil menggebrak meja. "Itu apa?" Ong Ling-hoa dan Auyang Hi sama melengak.
"Bukankah kau pun mahir ilmu rias, betul tidak?" tanya si
Kucing. "Hehe, jangan geleng kepala, barusan kau sudah
omong sendiri, mau mungkir juga sudah kasip."
"Memangnya kenapa?" tanya Ong Ling-hoa sambil menyengir.
Si Kucing menjelaskan, "Kedua nona ini telah dipermak
sedemikian rupa oleh seorang sehingga wajah aslinya yang
jelita menjadi seburuk setan, jika kau mampu mengembalikan
wajah asli mereka, aku baru betul-betul menyerah
kepadamu." "Siapa sih kedua nona itu?" tanya Ong Ling-hoa.
"Wah, aku sendiri kurang jelas," ucap si Kucing sambil garuk
kepala, "aku hanya tahu satu di antaranya she Pek."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Cahaya mata Ong Ling-hoa seketika guram seperti menghela
napas secara diam-diam, gumamnya, "Kiranya she Pek ...."
mendadak dia tertawa pula, katanya, "Terus terang, merias
aku hanya mahir sekadarnya saja, kalau aku diharuskan
mengubah rupa seorang mungkin aku tidak mampu, tapi
untuk mencuci samaran seorang aku dapat mencobanya."
"Itu sudah cukup," seru si Kucing girang, "lekas ikut padaku."
***** Cu Jit-jit dan Pek Fifi sudah dibawa masuk sebuah kamar yang
besar, si Kucing menarik Ong Ling-hoa ke kamar itu, Sim Long
dan lain-lain ikut dari belakang.
Begitu melihat Ong Ling-hoa, jantung Cu Jit-jit hampir
melompat keluar, sungguh mimpi pun tak terbayang olehnya
bahwa si Kucing bakal membawa datang iblis laknat yang
menakutkan ini. Setelah terjatuh ke tangan si nyonya berbaju hijau, ia merasa
pemuda ini tidak lebih menakutkan daripada si nyonya berbaju
hijau. Namun sekarang ia baru lolos dari cengkeraman iblis, kini
mendadak bertemu lagi dengan pemuda bajul ini, berbagai
kejadian yang mengerikan dahulu itu seketika terbayang pula
olehnya, terpaksa dia menatap tajam ke arah Sim Long, hanya
menatap Sim Long baru rasa takutnya sedikit berkurang,
sayang Sim Long tidak balas menatapnya.
Terdengar Kucing berkata, "Lekas kau periksa, apakah wajah
mereka ini bisa dicuci bersih?"
Ong Ling-hoa lantas mendekatinya dengan saksama ia
memeriksa muka mereka. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit amat ngeri tapi juga terharu dan senang, karena ia yakin
Ong Ling-hoa pasti punya kepandaian untuk memulihkan
wajah aslinya. Tapi tak terpikir olehnya bahwa takdir telah
mengatur nasib seorang secara ajaib, ternyata pemuda bajul
ini yang harus menolong dirinya, diam-diam dia mengertak
gigi, batinnya, "Terima kasih kepada Yang Mahakuasa yang
telah mengatur secara aneh ini, nanti, bila aku bisa bersuara,
segera akan kubongkar rahasianya, coba saja bagaimana
reaksinya?" Khawatir Ong Ling-hoa melihat perasaannya lewat sorot
matanya, lekas dia memejamkan mata.
Cukup lama Ong Ling-hoa memeriksa wajah kedua gadis itu
dengan teliti, si Kucing dan lain-lain pun menunggu dengan
sabar sambil menahan napas.
Akhirnya Ong Ling-hoa menegakkan badan sambil menghela
napas, ucapnya, "Hebat sekali, sungguh karya yang bagus ...."
"Bagaimana?" lekas si Kucing tanya. "Dapat kau tolong
mereka?" Ong Ling-hoa tidak segera menjawab, dia malah berkata,
"Dinilai dari cara operasi wajahnya ini, kelihatannya mirip
kepandaian khas keluarga Suto yang jarang diajarkan ...."
Si Kucing tepuk paha, serunya senang, "Aha, betul, agaknya
kau memang boleh ... kalau kau tahu asal-usul ilmu riasnya,
tentu kau mampu menghapusnya."
"Aku memang dapat mencobanya, tapi ...." setelah menghela
napas, ia menyambung, "orang yang mengoperasi wajah
kedua nona ini boleh dikatakan sudah mempraktikkan segala
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kemampuannya, kedua wajah yang dipermaknya ini sungguh
amat bagus, sedikit pun tidak kelihatan cirinya ...."
"Memangnya kenapa kalau begitu?" tanya si Kucing.
"Dalam pandangan kalian wajah mereka tentu amat buruk
bagai setan, tapi menurut penilaianku justru kedua wajah ini
merupakan hasil karya seni terbesar dan terpuji, serupa
lukisan antik yang tak ternilai harganya, sungguh aku tidak
tega untuk merusak karya seni yang bagus ini."
Sesaat si Kucing melenggong bingung, akhirnya dia tertawa
dan memaki, "Kentut anjing, kentut melulu!"
Ong Ling-hoa menggeleng kepala dan menghela napas,
katanya, "Kau ini orang kasar, mana kau bisa menilai karya
seni." Si Kucing segera meraihnya, "Karya seni atau kentut anjing
aku tidak peduli, aku hanya menuntut supaya kau segera
memulihkan wajah asli kedua nona ini, coba katakan, mau
tidak?" "Berhadapan dengan kucing liar macammu ini, sungguh
serbarunyam, tapi lepaskan dulu tanganmu."
Si Kucing tertawa sambil melepaskan pegangannya, katanya,
"Masih ada, kedua orang ini terbius hingga lumpuh dan bisu,
bahwa kau pun ahli pengobatan, kuyakin kau pun bisa
menyembuhkan mereka."
Ong Ling-hoa berpikir sejenak, katanya, "Wah ... baiklah akan
kucoba, bahwa aku harus memeras keringat, kalian pun
jangan menganggur, bila aku minta bantuan kalian, siapa pun
tidak boleh menolak."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sembari bicara seperti tidak sengaja ia mengerling Sim Long
sekejap. Sim Long tertawa, katanya, "Bila diperlukan tenagaku, silakan
bicara saja." Ong Ling-hoa tertawa, "Baiklah, kuterima janji kalian."
Lalu sorot matanya tertuju Auyang Hi.
Auyang Hi tertawa geli, katanya, "Wah, giliranku yang kau
incar, baiklah Ong-toakongcu yang terhormat, apa
kehendakmu" Katakan saja."
"Bagus," ujar Ong Ling-hoa. "Nah, perhatikan ... cuka hitam
kualitas terbaik empat gentong, arak lama terbaik empat
gentong, garam murni sepuluh kati, kain kaci putih halus
empat blok ...." "Wah, wah, memangnya kau mau jadi dukun beranak atau
mau membuka toko kelontong?" seru Auyang Hi.
Ong Ling-hoa tidak pedulikan ocehannya, katanya lebih lanjut,
"Dua baskom tembaga yang baru, minta ukuran yang paling
besar, dua gunting baru, dua pisau kecil baru, empat anglo,
cerek tembaga empat, semua juga ukuran yang paling gede,
dua ratus kati batu bara yang bersih ... dan lekas suruh orangorangmu memotong dan menjahit dua jubah panjang putih
untuk aku dan Sim-siangkong ini, ingat, dalam waktu
setengah jam jubah harus selesai, tidak perlu bagus
jahitannya asal bersih."
Yang hadir melongo dan bingung mendengar sekian banyak
barang yang diminta dan harus disiapkan dalam waktu
singkat. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing tertawa, katanya, "Barang-barang yang kau minta ini
seperti mau buka toko serbaada saja, memangnya kau ini
ingin jadi dukun bayi, atau mau buka rumah makan gelap
yang menghidangkan daging manusia dari tubuh kedua gadis
montok ini?" "Wah celaka tiga belas, aku yang repot," ujar Auyang Hi
tertawa, "dalam waktu setengah jam harus menyiapkan
barang-barang tetek bengek, susah ...."
Mulutnya mengeluh, namun wajahnya tetap berseri, sebab ia
maklum kalau Ong Ling-hoa menuntut barang-barang yang
serbabaru itu, pasti dia akan melakukan sesuatu yang
mengejutkan. Soal ilmu rias atau kemahiran mengubah rupa sudah sering
didengar namun praktik atau pelaksanaan yang bersangkutan
dengan "operasi muka" ini baru sekarang dapat dilihat oleh
Auyang Hi, maka bergegas dia keluar menyiapkan apa yang
diperlukan. Belum setengah jam Auyang Hi sudah menyiapkan seluruh
barang yang diperlukan, batu bara sudah menyala di tungku,
cerek tembaga besar pun sudah berisi air dan tengah digodok,
sebentar lagi pasti mendidih.
Ong Ling-hoa menyerahkan seperangkat jubah panjang warna
putih kepada Sim Long, katanya dengan tertawa, "Tolong Simheng juga pakai jubah ini, harap sudi menjadi pembantuku?"
"Dengan senang hati ...." ucap Sim Long.
"Dan aku?" si Kucing bertanya tidak sabar. "Apa yang harus
kulakukan?" "Kau keluar saja, tunggulah di luar dan jangan berisik."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing melongo, serunya, "Keluar" Apa kami tidak boleh
menonton?" Auyang Hi tertawa, "Kalau dia suruh kau keluar, lekas kau
keluar saja, kita ...."
"Kau pun harus keluar," tukas Ong Ling-hoa.
Auyang Hi melengak. "Apa" .... Aku pun tak boleh menonton?"
Dengan serius Ong Ling-hoa berkata, "Dalam melaksanakan
tugas aku perlu ketenangan dan harus konsentrasi pikiran,
siapa pun tak boleh mengganggu, sebab bila sedikit lena dan
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menimbulkan sesuatu cacat di wajah kedua nona ini, umpama
obat dewa juga takkan bisa menyembuhkannya, karena itulah
kalian harus keluar, Kim-tayhiap ini pun harap menyingkir
sementara waktu." Auyang Hi dan si Kucing saling pandang, sikap mereka tampak
kecewa. Kim Bu-bong cuma mendengus, ia putar tubuh terus
keluar. Apa boleh buat, terpaksa Auyang Hi dan si Kucing juga keluar.
Pintu jendela segera ditutup rapat oleh Ong Ling-hoa, kain
gorden juga diturunkan sehingga penerangan dalam kamar
menjadi guram, suasana dalam kamar seketika terasa seperti
mengandung sesuatu yang gaib. Demikian pula bara api
dalam tungku yang menyala seperti menambah suasana
misterius ini. Sim Long berdiri diam dan mengawasi orang tanpa bersuara,
air dalam cerek di atas tungku sudah mendidih, mengepulkan
asap dan bersuara mendesis.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak Ong Ling-hoa membalik badan, dia menatap Sim
Long, lalu katanya, "Kusuruh mereka menyingkir karena aku
tidak ingin rahasia operasi muka ini diketahui mereka,
tentunya Sim-heng maklum akan hal ini."
Sim Long tersenyum dan mengiakan.
"Padahal Auyang Hi dan si Kucing sudah lama bersahabat
denganku, sebaliknya kau dan aku baru bertemu pertama kali
ini, bahwa aku tidak ingin membocorkan rahasia ini kepada
mereka, sebaliknya minta bantuanmu, dalam hal ini pasti ada
sebabnya, Saudara tentu merasa heran bukan?"
Sim Long tetap tersenyum, katanya, "Mohon keterangan."
"Soalnya meski kita baru berkenalan, tapi kegagahan Saudara
sungguh belum pernah kulihat selama ini, sungguh sangat
mengagumkan." "Terima kasih akan pujianmu, meski Cayhe banyak bergaul,
tapi bicara tentang sifat kepribadian, Him-heng itulah yang
patut dipuji. Tapi bicara tentang kecerdikan, terpelajar, kurasa
Saudaralah yang nomor satu di dunia ini."
Dia merandek, sinar matanya gemerdep, lalu meneruskan,
"Kecuali itu, tentu Saudara punya urusan lain, kalau tidak, tak
mungkin ...." Ong Ling-hoa menukas, "Betul, Siaute memang ada maksud
lain, maka aku lebih akrab terhadap Saudara."
"Sebabnya tentu amat menarik."
"Ya, memang amat menarik."
"Kalau demikian, coba jelaskan, aku ingin mendengarnya."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa berpikir sejenak, katanya kemudian, "Waktu
Auyang Hi memperkenalkan engkau tadi, dia tidak menyebut
nama besarmu, betul tidak?"
"Mungkin Auyang-heng sendiri tidak tahu jelas nama
lengkapku, atau mungkin sudah lupa, hal ini pun jamak dalam
pergaulan umumnya." "Tapi nama Saudara dapat kutebak."
"Ah, masa Saudara punya kepandaian demikian."
Ong Ling-hoa tersenyum, "Bukankah nama besar Saudara
adalah Sim Long?" Terunjuk rasa kaget dan heran di wajah Sim Long, katanya,
"Betul, bagaimana bisa kau tebak namaku, mungkin ...
seorang pernah menyinggung aku di hadapanmu."
Kalau kedua orang ini asyik bicara, Cu Jit-jit yang
mendengarkan di samping menjadi gelisah malu tapi juga
senang, dia tidak ingin Ong Ling-hoa menyebut nama Sim
Long, namun juga berharap dia akan mengatakan nama Sim
Long, bukan saja tidak rela kalau Ong Ling-hoa turun tangan
kepada Sim Long, tapi juga berharap sekali genjot Sim Long
membinasakan Ong Ling-hoa.
Maka dia membuka lebar kedua matanya dan mengawasi Ong
Ling-hoa, ingin tahu cara bagaimana pemuda bajul ini hendak
menghadapi Sim Long, apa pula yang hendak dikatakannya"
Didengarnya Ong Ling-hoa berkata, "Kalau Saudara ingin tahu
bagaimana kutahu nama besarmu, ini ... kelak engkau akan
tahu sendiri." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lalu dia mulai membuka tutup gentong cuka, tidak
memandang pula kepada Sim Long, tapi tangannya kelihatan
rada gemetar. Diam-diam lega hati Jit-jit, entah kecewa atau merasa
bersyukur" Betapa pikirannya sekarang sukar dijelaskan.
Ong Ling-hoa angkat sebuah cerek tembaga dan
mengarahkan corong cerek ke muka Pek Fifi, kepulan asap
panas dari dalam cerek segera menyembur muka Pek Fifi,
terpaksa Pek Fifi memejamkan mata.
Selang sejenak, Ong Ling-hoa berkata, "Tolong Sim-heng buka
tutup cerek." Sim Long mengiakan dengan tersenyum, ia membuka tutup
cerek tembaga, padahal tutup cerek tembaga itu terpanggang
di atas tungku yang membara, panasnya bukan main, tapi Sim
Long memegangnya seperti tidak terasa panas sedikit pun.
Sikap Ong Ling-hoa seperti tidak menaruh perhatian, namun
air mukanya sedikit berubah, entah kaget, heran, memuji, iri,
atau kagum. Setelah tutup cerek terbuka, Ong Ling-hoa menuang cuka ke
dalam cerek, segera uap yang menyembur keluar dari cerek
mengandung bau asam, uap panas asam menyembur ke muka
Pak Fifi semakin keras hingga matanya terpejam rapat.
Hal ini berlangsung sekian lama pula, setengah gentong cuka
sudah menguap di dalam cerek, kulit daging di ujung mulut
Pek Fifi yang mengeras kelihatan mulai lunak dan bergerak,
malah kelihatan mengiler.
Ong Ling-hoa menurunkan gentong cuka, ganti angkat
gentong arak dan arak dituang ke dalam cerek pula, maka uap
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
asam yang kental berubah menjadi bau arak yang pedas,
hanya sekejap air mata tampak bercucuran dari mata Pek Fifi.
Asap makin tebal memenuhi kamar, jidat Ong Ling-hoa dan
Sim Long sudah berkeringat, dua baskom tembaga raksasa
yang tersedia diisi arak oleh Ong Ling-hoa, cuka dan air putih
dituang pula lalu berkata, "Sim-heng, tolong bukakan pakaian
nona ini dan masukkan dia ke baskom besar ini."
Sim Long melengak, "Apakah pakaiannya harus dibuka."
"Benar, pori-pori sekujur badannya sekarang tersumbat oleh
obat rias, tanpa melucuti pakaiannya mana bisa
menolongnya?" Sembari bicara Ong Ling-hoa mengeluarkan tiga botol kecil
yang terbuat dari kayu, dari botol-botol itu dia tuang sedikit
puyer ke dalam kedua baskom besar, lalu berkata dengan
tertawa, "Seorang laki-laki sejati, memangnya tidak berani
membuka pakaian seorang perempuan?"
Waktu Sim Long menoleh ke sana, dilihatnya air mata Pek Fifi
berlinang, sorot matanya cemas, malu, dan minta belas
kasihan. Sim Long menghela napas, katanya, "Urusan mendesak,
terpaksa aku memberanikan diri, harap Nona maklum dan
maaf akan kelancanganku."
Perlahan dia membuka pakaian Pek Fifi.
Di luar pintu si Kucing dan Auyang Hi berjalan mondar-mandir,
yang satu menggendong tangan, yang lain mengepal tinju,
wajah mereka tampak gelisah dan tidak sabar, sikap mereka
lebih mirip seorang suami yang gelisah menunggu istrinya
yang hendak melahirkan. Sementara Kim Bu-bong duduk diam
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
di pojok sana, tapi sorot matanya kehilangan ketenangan
biasanya. Terdengar suara mendesis air mendidih serta percikan api
batu bara yang menyala besar, air dituang, bau arak dan cuka
bersama asap tebal merembes keluar, terdengar pula suara
gunting bekerja dan pisau mengiris, lalu terdengar pula suara
orang lagi mandi. Tiba-tiba si Kucing tertawa geli, katanya, "Mendengar
suaranya, mereka berdua seperti lagi menyembelih babi atau
memotong kambing, entah bagaimana kedua nona itu dijagal
...." Auyang Hi berkata, "Kalau aku boleh masuk melihatnya, suruh
aku menyembah tiga kali aku mau."
"Siapa bilang tidak," ucap si Kucing sambil menghela napas.
"Cuma sayang ...."
Mendadak berkumandang suara kaget dan bentakan perlahan,
itulah suara Sim Long. Kim Bu-bong melompat bangun dan hendak menerjang
masuk, tapi si Kucing segera menariknya mundur.
"Kau mau apa?" bentak Kim Bu-bong gusar.
Si Kucing tertawa, katanya, "Kenapa Saudara begini tegang,
betapa gagah perwiranya Saudara Sim kita, memangnya kau
khawatir dia" Bila Kim-heng main terobos ke dalam hingga
Ong Ling-hoa gusar, bukan mustahil tugasnya yang belum
selesai akan ditinggal pergi, lantas bagaimana urusan
selanjutnya, bukankah kedua nona itu tidak bisa lagi hidup di
muka umum." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong termangu sejenak, akhirnya ia mendengus
sambil mengipratkan tangan si Kucing, dengan langkah lebar
ia kembali ke tempat duduknya semula. Dia juga maklum
manusia seperti Sim Long tak mungkin mengalami sesuatu.
Tapi pada saat itulah di dalam kamar terdengar suara telapak
tangan saling tepuk, suaranya keras dan kerap seperti
rentetan mercon saja, kembali Kim Bu-bong berubah air
mukanya, dia berdiri pula.
Auyang Hi juga berkerut kening, katanya, "Suara apa itu?"
Si Kucing berpikir, katanya kemudian, "Mungkin suara Ong
Ling-hoa sedang mengurut dan memijat kedua nona itu."
Auyang Hi manggut-manggut, katanya, "Ya, mungkin
demikian ...." Walau diam saja, namun dalam hati Kim Bu-bong menerima
pendapat si Kucing, tapi baru saja ia berduduk, dari dalam
kamar terdengar pula jeritan kaget pula. Yang menjerit kali ini
ternyata Ong Ling-hoa. Berubah air muka Auyang Hi, ia pun
hendak menerjang masuk ke sana, tapi si Kucing kembali
menariknya mundur. "Ong-heng biasanya tenang dan tabah," kata Auyang Hi, "bila
dia sampai menjerit, mungkin ...."
"Mungkin kenapa?" tukas si Kucing. "Ong Ling-hoa sedang
sibuk menolong kedua nona itu, memangnya kau kira Simheng akan bertindak sesuatu kepadanya, apalagi mereka baru
saja kenal, belum pernah bermusuhan, malah saling kagum
dan memuji .... Hehe, kukira lantaran kau ingin masuk, maka
sengaja kau cari alasan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Auyang Hi tertawa geli dan keki, katanya, "Kucing rakus, apa
kau tidak merasa jeritan itu agak ganjil?"
"Mungkin mereka terpesona oleh kecantikan kedua nona itu,
hingga tak tahan dan menjerit kaget, terutama Ong Ling-hoa
si iblis perayu itu, mungkin tulangnya sekarang sudah lemas
lunglai," kata si Kucing.
Auyang Hi menggeleng, "Umpama dugaanmu benar juga
hanya mereka berdua saja yang kebagian rezeki, tidak perlu
kau ikut ribut." Pintu tertutup rapat, kecuali suara keras atau jeritan
melengking, percakapan Sim Long dengan Ong Ling-hoa tidak
terdengar dari luar. Auyang Hi melongok cuaca luar rumah, mentari sudah
semakin tinggi, hampir dia tidak tahan sabar, ia garuk kepala
dan membanting kaki, sering bergumam, "Kenapa mereka
belum keluar, mungkin ... mungkin terjadi ...."
***** Ketika Sim Long membuka kancing pertama baju Pek Fifi,
nona itu memejamkan kedua matanya, kaki tangan
berkeringat dingin dan gemetar. Walau rupanya sudah
berubah buruk, tapi waktu dia memejamkan mata, kerlingan
mata yang mengandung rasa malu sungguh menggiurkan.
Sifat malu-malu seorang gadis jelita semacam ini justru tidak
dimiliki oleh Cu Jit-jit.
Walau gadis itu sudah memejamkan mata, agaknya Sim Long
tidak berani menatap mukanya, dengan perlahan dan hati-hati
Sim Long melucuti pakaiannya, ujung jari pun tidak
menyentuh badan orang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ternyata Pek Fifi tidak mengenakan pakaian dalam, begitu
baju luar tersingkap, maka badannya yang mulus seketika
terpampang di depan mata.
Bentuk tubuh yang elok, mulus, kenyal, dan halus terpampang
di depan mata Sim Long. Badan yang polos ini tidak
merangsang nafsu tapi menimbulkan rasa kasih sayang
terhadap gadis yang lemah lembut, daya tarik gadis suci yang
khas, yang sukar dilukiskan.
Untuk melengos tidak sempat lagi, sekali pandang seketika
Sim Long rada terkesima, dia lupa untuk melengos, dia
terpesona oleh kemulusan tubuh gadis telanjang di depan
mata ini. Biarpun dia seorang enghiong (kesatria), dia tetap
seorang lelaki. Ketika mendengar Sim Long disuruh membuka pakaian Pek
Fifi, Cu Jit-jit lantas mendelik mengawasi gerak-geriknya, kini
melihat sikap kesima Sim Long itu, sorot mata Jit-jit seketika
memancarkan rasa keki dan iri. Dia membatin, "Sim Long,
wahai Sim Long, ternyata kau pun laki-laki mata keranjang,
betapa besar cintaku kepadamu, lelaki lain tiada yang
terpandang olehku, tapi melihat perempuan lain, kau pun
melotot semacam ini, ai, sia-sia aku mencintaimu."
Waktu dia melirik ke sana, Ong Ling-hoa berdiri membelakangi
Sim Long dan Pek Fifi, melirik pun tidak ke arah sini.
Setelah berdehem, Ong Ling-hoa bersuara, "Pakaiannya sudah
dibuka belum" Sekarang silakan Sim-heng masukkan dia ke
dalam baskom besar, gunakan kain putih yang baru kupotong,
cuci atas kepala sampai kaki dan digosok dua kali, gunakan
dulu air baskom sebelah kiri, lalu dibilas dengan air baskom
sebelah kanan, sekali-kali jangan keliru."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long menoleh, katanya gugup, "Tapi ... kenapa Saudara
tidak turun tangan sendiri?"
Ong Ling-hoa tetap tidak berpaling, katanya dengan tertawa,
"Betapa terhormat badan suci seorang anak perawan, hanya
lantaran keadaan mendesak, terpaksa harus dikerjakan, lebih
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
baik kalau hanya seorang lelaki saja yang menjamah
badannya, betul tidak pendapat Sim-heng .... Selanjutnya dia
sudah menjadi orang Sim-heng, maka terpaksa mohon Simheng melanjutkan kerja sampai selesai."
Sim Long menjadi gugup, serunya, "Dia ... dia sudah menjadi
orangku apa?" Ong Ling-hoa tertawa, katanya tanpa menjawab
pertanyaannya, "Khasiat obat dalam air sebentar akan hilang
bila air mulai dingin, kenapa Sim-heng tidak lekas turun
tangan?" Sim Long melongo sejenak, apa boleh buat, sambil menghela
napas dia angkat Pek Fifi dan diturunkan ke dalam baskom,
lalu diambilnya setumpuk kain kaci putih.
Ong Ling-hoa berdiri sambil berpeluk tangan, katanya, "Kedua
nona ini pasti berwajah cantik laksana bidadari, hari ini
sungguh Sim-heng amat beruntung."
Kelihatan gusar pada wajah Sim Long, katanya keki, "Saudara
bicara demikian, memangnya kau anggap aku ini orang apa?"
"Ah, Siaute hanya berkelakar saja, harap Saudara jangan
marah, tapi ...." "Tapi apa?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau yang membawa kemari kedua nona ini, kesucian tubuh
mereka juga sudah kau pandang dan kau jamah, maka
selanjutnya kuharap engkau tidak telantarkan mereka, bila
Saudara berjiwa pendekar, maka masa depan kedua gadis ini
harus kau pandang sebagai kewajibanmu, sekali-kali tidak
boleh naksir pada gadis yang ketiga."
Sudah tentu kaget dan gusar Sim Long, tapi apa yang
diucapkan Ong Ling-hoa juga terasa jujur dan tegas, seketika
Sim Long jadi bungkam dan tak mampu mendebat.
Dalam persoalan ini sudah tentu hanya Cu Jit-jit saja yang
tahu makna dari ucapan Ong Ling-hoa itu, sebab kecuali dia
sendiri siapa pun tidak tahu bahwa dia adalah Cu Jit-jit.
Maksud tujuan Ong Ling-hoa adalah hendak mengikat Sim
Long dengan kata-katanya, supaya kedua gadis ini benarbenar membelenggu Sim Long sehingga dia tidak bisa bebas
dari tanggung jawab, untuk ini Ong Ling-hoa akan mengatur
tipu daya sehingga kedua gadis ini selanjutnya akan mengikat
Sim Long, apalagi menurut tradisi zaman itu, bila tubuh suci
seorang gadis sampai terlihat, apalagi terjamah oleh seorang
laki-laki, maka selama hidup dia tidak akan kawin kecuali
dengan lelaki itu apalagi Sim Long adalah tipe lelaki gagah
yang disukai anak gadis. Bila Sim Long sudah terikat oleh kedua gadis ini, sudah tentu
dia tidak boleh jatuh cinta kepada gadis lain. Gadis ketiga
yang dimaksud Ong Ling-hoa sudah tentu adalah Cu Jit-jit.
Langkah yang dimainkan Ong Ling-hoa memang lihai, namun
betapa rapi perhitungannya, terjadi juga kekhilafan, tak
pernah terbayang olehnya bahwa satu di antara kedua gadis
ini adalah Cu Jit-jit, dengan susah payah ia mengatur tipu
dayanya akhirnya justru merugikan diri sendiri.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tidak bicara lagi, ujung mulutnya kembali mengulum
senyum. Ong Ling-hoa berkata, "Apakah Sim-heng sudah selesai
memandikan dia" Baiklah, silakan Sim-heng menggosok kering
badannya .... Bagus, selanjutnya dengan tenaga hangat Simheng boleh kau urut ke-46 hiat-to di sekitar perutnya, bila
Sim-heng merasa malu, boleh kenakan dulu pakaian nona ini."
Belum habis dia bicara, didengarnya suara keresek kain baju,
kejap lain terdengar suara tepukan enteng telapak tangan,
napas Sim Long lambat laun terdengar berat, Pek Fifi juga
mengeluarkan suara keluhan dan napas tersengal, keluhan
yang menggetar sukma. Perlu dimaklumi tempat yang ditepuk dan diurut oleh Sim
Long sekarang adalah bagian yang peka di tubuh seorang
gadis, apalagi kini yang mengurut adalah telapak tangan
lawan jenis, betapa nikmat rasanya dapat dibayangkan.
Cu Jit-jit melotot gusar mengawasi tangan Sim Long yang
bergerak di atas badan Pek Fifi, tiba-tiba terbayang olehnya
waktu dirinya diurut dan dipijat oleh Ong Ling-hoa tempo hari,
bukankah rasanya juga nikmat memabukkan. Seketika terasa
adanya aliran hangat yang menyusuri seluruh badannya,
hatinya seperti dibakar nafsu.
Mata Pek Fifi masih terpejam, napasnya makin memburu,
badan bergeliat dan gemetar.
Perlahan Ong Ling-hoa membalik tubuh, ia ambil gunting dan
dimasukkan ke dalam cuka yang mendidih, dengan tersenyum
ia menyaksikan Sim Long mengerjai Pek Fifi, katanya, "Jangan
Sim-heng berhentikan kerja kedua tanganmu, tak peduli apa
pula yang kau lihat atau dengar, sekejap pun tidak boleh
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
berhenti, kalau tidak, akan sia-sia usahamu, dan kau sendiri
harus bertanggung jawab."
Sim Long tersenyum, katanya, "Jangan khawatir, selama
hidupku belum pernah melakukan sesuatu yang
mengecewakan orang."
Bukan dia tidak merasakan reaksi Pek Fifi, ia sendiri juga mulai
terpengaruh oleh reaksi yang menggelitik ini. Tapi lahirnya
tetap kelihatan tenang dan wajar, seperti yakin dan penuh
kepercayaan pada diri sendiri bahwa segala apa yang akan
terjadi, dia sudah siap menghadapinya.
Ong Ling-hoa mendekati Pek Fifi, katanya, "Obat rias di muka
nona ini karena tersembur uap arak dan cuka dan terserang
suhu panas badannya yang berkeringat kini sudah mulai
lunak." Sembari bicara kedua tangannya mulai meremas muka Pek
Fifi, "kulit" muka Fifi yang serupa asli itu sudah mulai berkerut
oleh remasan-remasan tangannya, begitu bentuknya berubah,
sungguh tambah mengerikan roman mukanya.
Segera Ong Ling-hoa keluarkan obat dan dijejalkan ke mulut
Fifi, katanya, "Aliran darah dan napasnya sudah berjalan
lancar, mulutnya juga sudah bisa bicara, cuma ...." tiba-tiba
dia tertawa tertahan, lalu menyambung, "cuma karena rabaan
tangan Sim-heng, sekujur badannya menjadi lunglai, untuk
bicara saja ogah buka suara."
Kalau orang lain yang mendengar perkataannya ini, mana
sanggup lagi bergerak lagi kedua tangannya, tapi Sim Long
anggap tidak mendengar ocehannya, kedua tangannya masih
terus bekerja. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Bagus!" Ong Ling-hoa memuji, dengan dua jari mendadak dia
cubit kulit mata Pek Fifi, tangan kanan yang sejak tadi pegang
gunting lantas bekerja, "kres", kontan dia mengguntingnya.
Kulit kelopak mata Fifi diguntingnya secuil, walau Fifi tetap
diam seperti tidak merasa sakit, tapi Sim Long dan Cu Jit-jit
sama kaget. Ong Ling-hoa lempar hasil guntingannya ke dalam ember
garam, lalu pisau kecil ditusukkan ke kulit mata yang barusan
diguntingnya. Kembali Sim Long kaget, tapi dilihatnya Pek Fifi diam saja
seperti tidak merasakan apa-apa. Dilihatnya kedua tangan
Ong Ling-hoa terus bekerja, pisau kecil mengiris pergi-datang,
lapisan kulit muka Pek Fifi terkelupas sekeping demi sekeping,
kulit mukanya yang memang jelek kini kelihatan lebih buruk
lagi. Walau tahu kulit palsu itu buatan obat rias yang membeku,
jantung Sim Long berdegup juga.
Mendadak sinar dingin berkelebat, pisau kecil di tangan Ong
Ling-hoa tiba-tiba mengiris ke muka Sim Long.
Jit-jit melihat jelas kejadian ini, sungguh tidak kepalang
kagetnya. Sim Long lagi tumplak seluruh perhatiannya, jelas dia tidak
mampu menghindari sambaran pisau kecil ini.
Siapa tahu mendadak Sim Long berteriak kaget, menyusul
lantas membentak pula, kaki tidak bergerak, badan bagian
atas menyurut mundur beberapa senti, pisau kecil menyambar
lewat pipinya, tidak sampai melukai kulit dagingnya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tanpa terasa keringat dingin membasahi tubuh Cu Jit-jit, ia
mengkhawatirkan keselamatan Sim Long tapi kedua tangan
Sim Long tetap bekerja, tidak berhenti juga tidak tertunda,
masih terus mengurut, hanya sorot matanya tampak gusar,
katanya, "Apa maksud tindakanmu ini?"
Ong Ling-hoa berlagak seperti tidak terjadi apa-apa, katanya
dengan tersenyum, "Siaute hanya menguji ketenangan Simheng apa benar dalam keadaan bagaimanapun kedua
tanganmu tidak akan berhenti bekerja."
Sim Long tersenyum, katanya, "O, begitu?"
Ia bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa, serangan
pisau barusan tidak disinggungnya pula.
Cukup lama Ong Ling-hoa menatapnya, sorot matanya
menampilkan rasa kagum tapi juga iri, tiba-tiba ia menghela
napas, katanya, "Selama hidupmu, apakah tidak pernah
pikirkan urusan apa pun?"
"Sudah tentu ada," sahut Sim Long tertawa. "Cuma orang lain
tidak tahu saja." Cara bicaranya tetap tenang dan kalem, namun dalam
pendengaran Ong Ling-hoa entah kenapa tiba-tiba timbul rasa
dingin dalam hati, pikirnya, "Ada manusia seperti dia di dunia
ini, apa artinya hidup bagiku ...."
Sembari berpikir tangannya juga tetap bekerja, kulit imitasi di
muka Pek Fifi telah dipotong-potong lagi dan dilemparkan ke
dalam ember. "Gerak tangan bagus ...." Sim Long memuji dengan tertawa.
Tapi begitu melihat wajah Pek Fifi, perkataannya terhenti,
sekian lama dia melongo. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tampak pipi Pek Fifi putih bersemu merah laksana mawar,
bulu matanya yang panjang tampak menghiasi pelupuk
matanya yang terpejam, hidungnya mancung, napas tersengal
.... Tadi Sim Long sudah melihat tubuhnya yang mulus, jarinya
sempat menyentuh kulitnya yang halus, namun perasaannya
masih terkendali, kini setelah melihat raut wajahnya yang
molek memesona, entah mengapa timbul semacam perasaan
aneh, tangannya tak berani lagi menyentuh tubuhnya.
Betapa pun Sim Long adalah seorang lelaki, lelaki mana pun
takkan terhindar dari perasaan demikian.
Ong Ling-hoa juga terbeliak, lama dia termenung baru
menarik napas panjang, katanya dengan gegetun, "Ternyata
memang cantik tiada bandingan ...."
Melihat betapa sikap kedua lelaki itu mengawasi wajah Fifi,
sungguh dongkol dan gemas bukan main perasaan Cu Jit-jit,
dalam hati dia mengumpat, "Lelaki, dasar lelaki, tiada lelaki
baik di dunia ini." Walau hati mendongkol, tapi kedua lelaki di hadapannya ini,
yang seorang adalah pengagum dirinya, kalau tidak mau
dikatakan kasmaran terhadapnya, seorang lagi justru pemuda
pujaannya, sekarang terlihat mereka kesengsem kepada orang
lain, dengan sendirinya timbul rasa cemburunya.
Betapa pun Jit-jit adalah orang perempuan, perempuan mana
pun di dunia ini pasti tak terhindar dari rasa cemburu.
Tanpa sengaja Cu Jit-jit mengerling Ong Ling-hoa, dilihatnya
Ong Ling-hoa lagi menatap Sim Long, sorot matanya penuh
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
nafsu membunuh, Cu Jit-jit kaget, teriaknya dalam hati,
"Celaka ...." Tengah mengeluh dalam hati, dilihatnya kedua tangan Ong
Ling-hoa menghantam ke arah Sim Long dengan cepat.
Serangan ini pun dilancarkan secara mendadak, cepat, dan
ganas pula. Di luar dugaan, meski Sim Long lagi menatap wajah si cantik,
padahal setiap gerak-gerik orang tidak lepas dari pengawasan
Sim Long, baru saja telapak tangannya bergerak, kedua
telapak tangan Sim Long lantas memapak ke depan. Empat
telapak tangan beradu dan menimbulkan serentetan suara
serupa seperti bunyi mercon, setelah belasan jurus adu
pukulan, Sim Long tampak masih berdiri bergeming, Ong Linghoa justru menjerit dan tergetar mundur.
"Apa pula maksud perbuatanmu ini?" tanya Sim Long.
Ong Ling-hoa tergetar mundur dekat dinding baru dapat
berdiri tegak lagi, ia tepuk-tepuk jubah putih yang baru itu,
sikapnya tetap tenang dan wajar seperti tidak terjadi sesuatu,
katanya dengan tertawa, "Siaute hanya ingin menjajal, setelah
mengurut dan menepuk tadi, apakah tenaga dalammu tidak
berkurang?" Setelah menatapnya lekat-lekat, akhirnya Sim Long
tersenyum, katanya, "O, apa betul" Banyak terima kasih atas
perhatianmu." Sikapnya tetap santai seperti tidak terjadi apa-apa.
Mendelik mata Cu Jit-jit, sambil mengertak gigi diam-diam ia
mengumpat, "Sim Long, dungu kau, dia minta kau menjadi
pembantunya adalah untuk mencari kesempatan akan
membunuhmu, masa kau tidak tahu" Kau goblok, kau tidak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
punya liangsim, adakalanya, sungguh ingin kulihat kau
dibunuh orang saja."
Ternyata diam-diam Pek Fifi juga memicingkan mata dan
mencuri lihat ke arah Sim Long, wajahnya masih kelihatan
jengah, entah bagaimana perasaannya terhadap Sim Long,
entah malu atau cinta dan kagum, yang jelas, kecuali Sim
Long, matanya tidak memandang orang lain lagi.
Ong Ling-hoa mengulang apa yang pernah dilakukan tadi
terhadap Cu Jit-jit, mukanya disembur dengan uap cuka yang
mendidih. Air mata dan ingus mengalir dari mata dan hidung Jit-jit, dia
ingin menjerit dan meronta karena tidak tahan, tapi bila
teringat sebentar lagi dirinya akan bebas dari siksa derita,
maka jantungnya berdegup lebih cepat, rasa sakit kulit
mukanya tidak dirasakan lagi sebagai derita yang luar biasa,
dia mengertak gigi dan bertahan.
Ke dalam baskom besar itu Ong Ling-hoa mengisi pula air
arak, cuka, dan obat-obatan, kali ini obat yang dia gunakan
lebih banyak, ia berkata kepada Sim Long dengan tertawa,
"Untuk memulihkan keadaan nona yang satu ini jauh lebih
sukar daripada yang pertama tadi, karena itu Sim-heng harus
banyak menguras tenaga juga."
Habis bicara dia mundur ke sana dan berdiri menghadap
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dinding. Sim Long tertawa getir, katanya, "Apa sama seperti cara tadi?"
Terhadap setiap permohonan orang agaknya tak pernah dia
menolak, segalanya diterima dengan baik.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Betul, seperti tadi, mohon
Sim-heng juga rendam tubuh nona itu di dalam kedua baskom
itu secara bergantian ...."
Melihat jari Sim Long sudah menyentuh kancing bajunya,
jantung Jit-jit berdebar, ingin rasanya dia menjerit. Terpaksa
dia memejamkan mata, tubuh terasa dingin, menyusul
terangkat lalu terendam di dalam air hangat dalam baskom,
tubuhnya meringkuk, terdengar suara napas dan keluh yang
merangsang nafsu, dalam hati tadi dia pernah memaki Pek
Fifi, namun suara napas dan keluh kepuasan sekarang ini
justru dia sendiri yang mengeluarkannya.
Dia seperti mabuk, seperti terbuai dalam impian, entah berapa
lama kemudian, akhirnya terasa tubuh terangkat pula,
dikeringkan dengan kain dan mengenakan pakaian, kini rasa
kaku tubuhnya sudah berangsur hilang, lambat laun
perasaannya mulai pulih. Lalu dia merasakan jari-jari yang hangat mulai mengurut dan
memijat tubuhnya, tanpa terasa napasnya mulai memburu
lagi, suara keluhannya semakin keras.
Tanpa disadarinya dia bersuara, hal ini sepantasnya dibuat
girang, dia pernah bersumpah bila dirinya dapat bersuara,
maka segera dia akan membongkar tipu muslihat keji Ong
Ling-hoa, ia pun pernah bersumpah akan mencaci maki Sim
Long, namun kini perasaannya seperti mabuk dan lupa
daratan, ia lupa dirinya sudah bisa bersuara dan bicara.
Pek Fifi meringkuk di ujung ranjang, sesekali dia mengintip ke
arah Sim Long, sementara Ong Ling-hoa masih berdiri
menghadap dinding tanpa bergerak, seperti sedang
termenung. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Cukup lama Ong Ling-hoa berdiri diam, akhirnya dia membalik
badan, gunting baru dipegangnya terus mencubit kelopak
mata Cu Jit-jit, tapi gunting tidak segera bekerja, entah apa
yang menyebabkan dia bimbang, sesaat dia memandang Sim
Long dengan terkesima. Tak tahan Sim Long bertanya, "Kenapa Saudara tidak lekas
turun tangan?" "Pikiranku sekarang tidak tenteram dan sukar
dikonsentrasikan, jika bekerja sembarangan, mungkin bisa
merusak wajah nona ini."
"Kenapa pikiranmu mendadak kalut?"
Ong Ling-hoa tersenyum, "Kupikir, setelah kusembuhkan dan
memulihkan wajah kedua nona ini, entah bagaimana sikapmu
terhadapku?" "Tentu kuanggap sebagai sahabat, kenapa Saudara curiga?"
"Tadi dua kali aku menjajalmu, apakah tidak kau curiga bahwa
sengaja hendak kulukai atau membunuhmu?"
"Aku tidak bermusuhan dan tidak pernah berbuat salah apa
pun terhadapmu, untuk apa kau membunuhku?"
Ong Ling-hoa tersenyum, katanya, "Kalau demikian, legalah
hatiku, semoga Saudara tidak lupa akan apa yang kau katakan
ini, selamanya anggap aku sebagai sahabat."
"Sudah tentu, asal Saudara sudi, tak nanti kulupakan."
"Bagus!" seru Ong Ling-hoa tertawa, mendadak dia taruh
gunting terus melangkah ke sana.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kenapa Saudara tidak turun tangan sekarang?" tanya Sim
Long pula. "Bahwa Saudara sudi bersahabat denganku, sepantasnya aku
menyuguh tiga cawan kepadamu," diambilnya dua cawan dan
diisi arak dari gentong. "Tapi ... tapi nona ini ...."
"Tak perlu gelisah, aku bertanggung jawab memulihkan
bentuk wajah asli nona ini, sekarang boleh berhenti
sementara, kujamin tak terjadi apa-apa."
Salah satu cawan arak itu disodorkan, terpaksa Sim Long
berhenti bekerja dan menerima cawan arak itu.
Sambil angkat cawan Ong Ling-hoa tertawa, katanya,
"Secawan arak ini semoga Saudara banyak rezeki dan panjang
umur, semoga pula selanjutnya Saudara sudi menganggap
diriku sebagai sahabat kental, ringan sama dijinjing, berat
sama dipikul." Sim Long juga angkat cawannya, katanya dengan tertawa,
"Terima kasih ...."
Saat mana keadaan Cu Jit-jit sudah berangsur pulih,
kesadarannya mulai jernih, tanpa sengaja dia melirik ke sana,
dilihatnya Sim Long sedang angkat cawan arak yang diterima
dari Ong Ling-hoa dan akan diminum. Walau tadi dia keki
terhadap Sim Long, meski ia pun tahu bila dirinya bersuara,
kemungkinan Ong Ling-hoa tidak akan mau melanjutkan
operasinya, dan kemungkinan besar selamanya mukanya akan
tetap buruk, namun melihat Sim Long hendak minum arak
pemberian Ong Ling-hoa, apa pun dia tidak pikir lagi,
mendadak dia berteriak sekuatnya, "Lepaskan ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jilid 11 Mungkin sudah terlalu lama dia tidak bicara, kini mendadak
bisa bersuara, suaranya menjadi kurang jelas.
Ong Ling-hoa dan Sim Long sama terkejut, Sim Long berpaling
dan bertanya, "Apa kau bilang, Nona?"
Sebetulnya Cu Jit-jit ingin bilang, "Lepaskan cawan arak,
araknya beracun." Sungguh tak terpikir olehnya mendadak dirinya bisa bicara.
Setelah sekian lama jadi orang bisu, kini dapat bicara lagi,
betapa senang hatinya sukar dilukiskan.
Setelah tercetus perkataan "lepaskan", ia sendiri pun kaget
dan melongo, sampai lama ia tak mampu menyambung
ucapannya. Jelalatan bola mata Ong Ling-hoa, mendadak dia memburu
maju dan menepuk hiat-to bisu si nona, maka Jit-jit tidak
mampu bersuara lagi, ia cemas dan penasaran hingga keringat
dingin bercucuran. Sim Long mengerut alis, "Kenapa Ong-heng tidak membiarkan
nona ini bicara?""
Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Nona ini terlampau lelah dan
mengalami pukulan batin, pikiran belum tenang, setelah dapat
bicara dan dapat bergerak, bukan mustahil dia akan
melakukan sesuatu yang mengerikan, tadi hampir saja
kulupakan hal ini, kini biarlah dia istirahat dulu."
Sejenak kemudian ia angkat cangkirnya pula, "Mari minum!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long agak bimbang, namun melihat Ling-hoa sudah
menghabiskan isi cangkirnya, terpaksa ia pun tenggak
araknya. Sudah tentu Cu Jit-jit yang berada di samping jadi
gugup dan khawatir setengah mati, air mata pun meleleh.
Ong Ling-hoa mengisi secangkir penuh pula, katanya dengan
tertawa, "Secangkir ini kudoakan saudara ...." dia memang
pandai bicara, tutur katanya ramah dan sopan, tanpa sadar
Sim Long mengiringi dia menghabiskan tiga cangkir.
Sekujur badan Cu Jit-jit berkeringat dingin, kata-kata Ong
Ling-hoa di penjara bawah tanah tempo hari kini seperti
mengiang kembali di telinganya, "Sim Long ... Sim Long ...
Bagus, ingin kubuktikan orang macam apa dia sebenarnya ...
aku justru akan bikin dia mati di depanku."
Seolah-olah terbayang oleh Jit-jit darah hitam meleleh dari
tujuh lubang indra Sim Long, lalu jatuh berkelejatan meregang
jiwa. Sungguh ia ingin minum ketiga cangkir arak beracun tadi
dan bukan Sim Long. ***** Bulan semakin tinggi, kini Si Kucing pun merasa rada heran.
Auyang Hi tetap mengentak kaki, katanya, "Kenapa belum lagi
keluar?" Kini dalam kamar tidak terdengar suara berisik apa pun,
tenang dan sepi, hal ini mempertebal rasa curiga mereka,
akhirnya Si Kucing menghela napas, katanya, "Sungguh
terlebih sulit daripada menunggu orang melahirkan anak."
Makan malam sudah disiapkan di atas meja, tapi ketiga orang
ini tiada nafsu makan. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Pasti terjadi sesuatu, ya, pasti terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan ..." demikian gumam Auyang Hi. Lalu dia
melirik Si Kucing, tanyanya, "Bagaimana" Perlu tunggu lagi?"
"Tunggu sebentar lagi ... sebentar lagi," sahut Si Kucing.
Mendadak Kim Bu-bong berkata, "Tunggu lagi sebentar, kalau
terjadi sesuatu, kau yang harus bertanggung jawab."
"Aku yang bertanggung jawab?" Si Kucing menegas. "Kenapa
aku yang harus bertanggung jawab?"
"Kalau kau tidak berani bertanggung jawab, biar sekarang aku
menerjang ke dalam," jengek Kim Bu-bong. Mendadak dia
berbangkit, tapi Si Kucing telah mengadang di depan pintu.
"Apa pula kehendakmu?" tanya Kim Bu-bong dengan gusar.
"Umpama ingin masuk juga harus memberi tanda lebih dulu,"
ujar Si Kucing. Auyang Hi segera mengetuk pintu, serunya, "Apa kami boleh
masuk?" Terdengar suara Ong Ling-hoa berkumandang dari dalam,
"Kenapa terburu-buru" Tunggu sebentar lagi, hampir selesai."
"Nah, bagaimana?" ucap Si Kucing dengan tertawa. "Apa
salahnya tunggu sebentar lagi."
Mendengar ketukan pintu di luar, hati Cu Jit-jit amat girang,
dia ingin berteriak supaya Si Kucing, Kim Bu-bong, dan lainlain terjang masuk, apa pun juga, pasti masih sempat
menolong jiwa Sim Long. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi setelah mendapat jawaban Ong Ling-hoa, keadaan di luar
kembali sunyi. Keruan di samping cemas Cu Jit-jit pun amat
kecewa dan sedih, dengan sedih ia melihat Sim Long sekejap,
sebetulnya dia tidak berani melihatnya lagi, namun tak
tertahan dia menoleh ke sana juga.
Tertampak Sim Long masih berdiri tegak di tempatnya, ujung
mulutnya masih mengulum senyuman khas yang santai dan
gagah, sedikit pun tidak kelihatan keracunan.
Keruan Jit-jit melongo, entah kaget, heran atau gembira,
bahwa arak itu tidak beracun, sungguh di luar dugaannya,
mimpi pun tak terduga. Didengarnya Ong Ling-hoa lagi berkata, "Tugas terakhir ini
aku tidak perlu dibantu lagi, Sim-heng telah bekerja cukup
berat, tentunya lelah, silakan duduk dan istirahat saja."
Sim Long tertawa, katanya, "Kalau demikian, tolong saudara
kerjakan sendiri." Kelihatannya dia memang sangat lelah, begitu duduk lantas
memejamkan mata, tubuhnya juga lemas. Senyum di ujung
mulutnya juga sirna, badan yang lemas akhirnya terkulai di
kursi, entah tertidur pulas atau jatuh pingsan.
Baru saja hati Jit-jit merasa lega, melihat keadaan Sim Long,
kembali air matanya meleleh saking cemasnya, sayang dia
tidak mampu bersuara dan menangis tergerung-gerung.
Akhirnya Sim Long terperangkap juga oleh muslihat keji Ong
Ling-hoa, ternyata dugaannya tadi tidak keliru, ketiga cangkir
arak tadi mengandung racun.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan dingin Ong Ling-hoa mengawasi Sim Long, ia
tersenyum, senyuman misterius, dengan senyuman ini ia
menghampiri Jit-jit, lalu menunduk dan mengawasinya.
Seperti mau menyemburkan bara sorot mata Cu Jit-jit, saking
gemasnya ingin rasanya matanya benar-benar bisa
menyemburkan api dan membakar mampus manusia keji ini.
Tapi sorot mata Ong Ling-hoa sebaliknya begitu lembut penuh
kasih sayang, dengan tangan kiri dia membuka hiat-to di
tubuh Cu Jit-jit, tapi tangan kanan tetap menekan hiat-to
bisunya. Dengan demikian, meski Jit-jit bisa bersuara, namun napasnya
belum lancar, bersuara juga tidak bisa keras. Jit-jit tahu
keadaan sendiri, maka ia pun segan buka suara.
Dengan tersenyum ramah Ong Ling-hoa lantas berkata, "Nona
Cu, kau ingin bicara, kenapa tidak katakan saja?"
Mata Pek Fifi mendadak terbelalak, dia bergerak seperti
hendak merangkak bangun, tapi sekali Ong Ling-hoa kebaskan
lengan bajunya pada hiat-to penidurnya, seketika gadis itu
tertidur pulas. Jit-jit tambah kaget lagi, dengan suara gemetar katanya, "Da
... dari mana kau tahu aku adalah ... adalah ...."
"Mendengar suara rintihanmu tadi, segera dapat kutebak siapa
dirimu," jawab Ong Ling-hoa, "karena rintihanmu itu terasa
sudah pernah kudengar, pada saat itulah aku jadi menyesal
kenapa baru sekarang teringat padamu, kenapa aku
menyerahkan dirimu kepada Sim Long, perangkap yang
kurencanakan kini malah menjerat diriku sendiri."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Malu tapi juga benci Jit-jit, ia tahu iblis ini pernah mendengar
rintihannya itu, adegan tidak senonoh iblis laknat ini di dalam
penjara bawah tanah tempo hari sampai mati pun takkan
dilupakannya. Ong Ling-hoa berkata pula dengan tertawa, "Sayang Simsiangkongmu belum pernah mendengar suara keluhanmu
yang menggetar sukma itu, maka mimpi pun dia tidak
menyangka akan dirimu ...."
"Kau iblis laknat ... kau ...." damprat Jit-jit dengan suara
parau. Ong Ling-hoa tidak menghiraukan caci makinya, dia berkata
sendiri, "Karena mimpi pun dia tidak menduga akan dirimu,
maka umpama tadi kau berteriak sekeras-kerasnya juga belum
tentu dia mengenali suaramu, sebaliknya akulah justru
mengenal suaramu." Jit-jit menggereget, "Kau ... binatang!"
Ong Ling-hoa kelihatan semakin senang, katanya, "Betul, aku
ini binatang, tapi binatang macamku ini tanggung lebih kuat
dan lebih bergairah daripada pahlawan pujaanmu itu, hal ini
pernah kukemukakan kepadamu tempo hari, walau waktu itu
kau tidak percaya, tapi asal kau mau melihat keadaannya
sekarang, tentu kau akan tahu seribu Sim Long juga tak dapat
dibandingkan seorang Ong Ling-hoa."
Jit-jit mendesis gemas, "Mencelakai orang secara keji dan
kotor, masih berani mengagulkan diri di hadapanku" Huh,
bikin malu seluruh lelaki di dunia saja ... jika dengan
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepandaian sejati kau bunuh dia, aku pun akan menyerah
padamu, tapi perbuatanmu yang rendah dan kotor seperti ini,
aku ... menjadi setan pun takkan mengampuni jiwamu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa tertawa, "Sayang sekarang kau masih hidup,
masih segar bugar, ingin menjadi setan juga tidak bisa."
Teriak Jit-jit dengan suara serak, "Jika dia mati, segera aku
pun akan menyusulnya ke alam baka."
"Dia mati" Siapa bilang dia mati?"
Jit-jit melengak, suaranya gemetar, "Kau ... kau tidak
membunuhnya?" Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Jika aku membunuhnya,
bukankah seumur hidup kau akan membenciku" Kau adalah
gadis pujaanku satu-satunya selama hidup ini, mana boleh
kubikin kau membenciku?"
Kejut dan senang hati Jit-jit, katanya, "Tapi dia ... dia kini ...."
"Sekarang dia hanya terbius oleh obatku dan tidur pulas, tidak
perlu kau khawatir, daya kerja obatku itu sangat mustajab,
sedikit pun tidak menimbulkan efek sampingan yang
merugikan, malah bila dia siuman nanti, dia takkan menduga
bahwa barusan dia telah terbius olehku, rasanya seperti
mengantuk dan pulas sekejap di atas kursi."
"Kau, kenapa kau lakukan hal ini ...."
"Aku berbuat demikian hanya supaya kau tahu betapa pun aku
lebih kuat daripada dia, jika dia betul-betul pintar seperti apa
yang pernah kau katakan, mana mungkin dia tertipu olehku?"
"Dia adalah seorang kuncu tulen, seorang lelaki sejati, sudah
tentu takkan berpikir dan menjaga diri terhadap muslihat keji
seorang siaujin (manusia rendah)," kata Jit-jit.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa tertawa keras, katanya, "Betul, dia adalah kuncu
dan aku ini siaujin, tapi kau ini juga siaujin. Siaujin sama
siaujin, kebetulan adalah pasangan setimpal, akan datang
suatu ketika kau akan tahu hanya aku saja yang benar-benar
setimpal menjadi pasanganmu. Suatu hari kau akan kembali
ke sampingku, ini mungkin karena pada hakikatnya engkau
memang bukan pasangannya, kenapa kau harus menunggu
dan menunggu dengan sia-sia, kuanjurkan lebih baik sekarang
kau ikut aku saja, supaya kelak kau tidak berduka dan
menangis." "Kentut, kentut busuk! ..." maki Jit-jit dengan gusar. "Aku
lebih suka kawin dengan anjing dan babi, tidak sudi diperistri
binatang yang lebih rendah daripada babi seperti dirimu ini."
"Sekarang boleh kau benci padaku, boleh kau maki diriku
sesuka hatimu, tapi jangan kau lupakan apa yang kukatakan
kepadamu barusan ini."
"Sudah tentu aku tidak akan lupa, mati pun aku tidak lupa.
Jika kau seorang pandai, sekarang juga harus kau bunuh aku
dan Sim Long." "Kenapa harus kubunuhmu" Mana aku tega membunuhmu?"
"Bila kau tidak membunuhku, nanti kalau Sim Long siuman,
tentu akan kubongkar muslihatmu, kubongkar rahasiamu.
Akan kusuruh Sim Long membunuhmu."
Ong Ling-hoa tertawa, "Justru itulah keinginanku, kalau tidak,
buat apa aku melepasmu tempo hari" Kalau tidak, untuk apa
sekarang aku bicara panjang lebar denganmu?"
Melihat betapa senang orang tertawa, mau tak mau Cu Jit-jit
menjadi ragu dan heran, serunya, "Kau tidak takut?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Setelah kau katakan nanti baru akan tahu apakah aku takut
atau tidak ...." Tiba-tiba terdengar Sim Long yang pulas di atas kursi itu
mengeluarkan sedikit suara gerakan. Ucapan Ong Ling-hoa
seketika terhenti, telapak tangan yang menekan hiat-to di
tubuh Cu Jit-jit juga dilepaskan, kembali ia tarik kelopak mata
Cu Jit-jit terus diguntingnya. Gerak-geriknya cekatan dan ahli
benar. Walau sekarang Jit-jit mampu berteriak, namun cinta pada
kecantikan adalah pembawaan setiap anak perempuan,
betapa pun dia khawatir bila dirinya bergembar-gembor,
gunting dan pisau di tangan Ong Ling-hoa bukan mustahil bisa
mengiris kulit daging mukanya, itu berarti wajahnya yang ayu
jelita akan cacat seumur hidup. Terpaksa dia menahan diri
sambil mengertak gigi. Didengarnya Sim Long menarik napas panjang, agaknya telah
berbangkit, lalu seperti berdiri melenggong, akhirnya tertawa
dan berkata, "Apakah saudara belum rampung bekerja"
Sungguh menggelikan, aku pulas di atas kursi."
Ong Ling-hoa tidak menghentikan kedua tangannya,
jawabnya, "Sim-heng hanya mengantuk sekejap ... Hampir
selesai pekerjaanku, boleh saudara kemari melihatnya."
Sim Long tertawa, katanya, "Aku memang ingin tahu siapa
sebenarnya nona ini?"
"Jika nona itu begitu cantik molek, nona ini tentu juga bukan
gadis sembarangan ... Nah, silakan Sim-heng pentang lebar
matamu, tunggu dan lihat sendiri."
Mulut bicara sementara gunting bekerja, lapisan luar kulit
muka Cu Jit-jit telah digunting dan dikupasnya tidak keruan,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kini dia tinggal mengusapnya saja dan wajah asli Cu Jit-jit
lantas terpampang di depan mata Sim Long.
Betapa pun tabah dan tenang hati Sim Long, tak urung
menjerit kaget juga. Suara kaget ini terdengar di luar, Kim Bu-bong tidak tahan
lagi, cepat ia memburu maju, sekali pukul, "blang", daun pintu
jebol dan orangnya pun menerobos ke dalam. Sudah kasip Si
Kucing mau merintangi, lekas ia pun ikut menerobos masuk,
setiba di depan ranjang, begitu melihat Cu Jit-jit, tak tahan ia
pun menjerit kaget. "Cu Jit-jit ... bagaimana mungkin kau ...." Sim Long tergegap.
Si Kucing juga mematung, gumamnya, "Jadi ... kiranya engkau
...." Kedua orang ini memang tidak pernah membayangkan bahwa
Cu Jit-jit yang dicarinya ubek-ubekan sekian lamanya, ternyata
berada di sampingnya sendiri.
Pada saat itulah mendadak Jit-jit membalik badan, kedua
tangan bergerak sekaligus, ia menyerang jian-kin-hiat di dada
kiri, dan dua hiat-to mematikan di tubuh Ong Ling-hoa.
Sudah tentu Ong Ling-hoa telah menduga akan serangan ini,
mana bisa dia kecundang semudah ini, sedikit berputar,
dengan enteng dia menghindarkan diri. Sebaliknya Si Kucing
dan Sim Long kaget sekali, keduanya bergerak berbareng,
kedua tangan Cu Jit-jit telah dipegang mereka.
Sim Long menggenggam pergelangan tangan kanan si nona,
katanya dengan suara tertahan, "Jit-jit, apa kau gila" Mana
boleh kau serang Ong-kongcu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kedua pergelangan tangan Cu Jit-jit seperti terjepit tanggam,
mana mampu meronta lepas, dia gugup dan gelisah hingga
mukanya merah padam, kedua kakinya mencak-mencak,
teriaknya serak, "Lepaskan! Kalian berdua babi goblok, kenapa
memegangiku" Lekas lepaskan, biar aku mengupas kulit
bangsat keparat ini!"
Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Coba kalian lihat, susah
payah kutolong nona ini hingga bebas diri penderitaan, tapi
nona ini malah mau mengupas kulitku ... Wah, terhitung apa
ini?" Sim Long berkata, "Mungkin lantaran pikirannya belum jernih,
maka ...." Jit-jit mengentak kaki, makinya, "Kentut, kau tahu apa,
pikiranku belum pernah sejernih sekarang, kau ... kau inilah
babi goblok." Ong Ling-hoa tertawa, "Kalau Nona berpikiran jernih, kenapa
kebaikanku kau balas dengan jahat?"
"Kau masih berpura-pura" Kalau bukan gara-garamu, mana
bisa aku mengalami nasib seperti ini" Aku ... aku ... apa pun
aku akan membuat perhitungan denganmu."
Ong Ling-hoa menyengir, ujarnya, "Apa yang dikatakan nona
ini sungguh aku tidak mengerti. Sim-heng, Auyang-heng, dan
Si Kucing manis, apa kalian tahu apa maksudnya?"
"Aku tidak mengerti," ujar Si Kucing, "Nona Cu, kau ...."
"Tutup mulutmu," bentak Cu Jit-jit.
Sim Long menghela napas, katanya, "Kaulah yang harus tutup
mulut!" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Manusia mampus, kau ini orang mampus," pekik Cu Jit-jit.
"Masa kau tidak tahu bahwa Ong Ling-hoa inilah iblis yang
menculik Thi Hoat-hou, Can Ing-siong, dan lain-lain itu."
Sim Long terperanjat, dengan alis bekernyit dia menoleh ke
arah Ong Ling-hoa. Ong Ling-hoa malah tertawa, katanya, "Nona Cu, apa kau
perlu makan obat lagi" Selama ini tidak kukenal Nona, kenapa
Nona memfitnahku?" "Selama ini belum kenal" Aku memfitnahmu" Kau, kau
bangsat keparat, binatang, perbuatan yang pernah kau
lakukan kenapa tidak berani kau akui?"
"Aku pernah berbuat apa?" ujar Ong Ling-hoa dengan lagak
bingung, "Aku telah menolongmu, memangnya apa salahku"
Sim-heng, tolong kau beri keadilan!"
Sim Long menghela napas, katanya, "Sudah tentu Ong-heng
tidak salah, mungkin dia ...."
Hampir gila rasanya Cu Jit-jit, ia memandang kian-kemari
tanpa menghiraukan betisnya yang mulus menongol keluar
dari balik bajunya. Terpaksa Sim Long menutuk hiat-to bagian bawah tubuh si
nona, katanya dengan menghela napas, "Tenanglah."
Setelah menutuk hiat-tonya, hatinya menjadi tidak enak,
segera ia berkata pula, "Kau tahu, tindakanku ini demi
kebaikanmu." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau orang mampus, kenapa Ong Ling-hoa tadi tidak
menusukmu mampus saja supaya matamu melek dan biar kau
tahu siapa sebetulnya yang salah, siapa pula yang gila."
"Ong-heng mana bisa membunuhku, kau ...." Sim Long
menyengir. "Masih omong lagi ... babi goblok, ingin kugigitmu,
menggigitmu sampai mampus ...." mulutnya segera terbuka
dan hendak menggigit Sim Long, sudah ia tentu tak mampu
menggigitnya. Agaknya Auyang Hi tidak tega, katanya, "Umpama benar ada
persoalan, Nona harus bicara dengan tenang dan secara baikbaik ...." "Aku emoh bicara baik-baik, aku ... mau gila ... kalian bunuh
aku saja, aku tidak mau hidup lagi ...."
Apa yang dikatakan ada benarnya, kejadian sesungguhnya,
orang lain justru menganggap dia gila, keruan ia gugup,
mangkel dan penasaran, mana dia kuat menahan
perasaannya, akhirnya dia menangis tergerung-gerung.
Orang banyak saling pandang, sesaat lamanya mereka
melenggong dan tiada yang bersuara.
Pek Fifi datang menghampiri, katanya dengan lembut, "Nona
... Siocia, jangan menangis lagi, kumohon sukalah kau bicara
dengan baik-baik. Dengan caramu ini kau sendiri yang rugi
...." "Peduli apa dengan kau, aku rugi adalah urusanku," bentak
Jit-jit dengan gusar. "Kau ... enyah, aku tak mau melihatmu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Fifi menunduk, seperti anak kecil yang penasaran dimarahi dia
menyingkir ke pinggir. Sim Long menghela napas, katanya, "Dia bermaksud baik,
kenapa kau sekasar ini terhadapnya?"
Dengan sesenggukan Jit-jit masih ribut, "Biar, kau mau apa"
Dia orang baik, aku ... aku orang gila, pergi kau merawatnya,
jangan pedulikan aku."
Akhirnya Pek Fifi juga tidak tahan, dia menjatuhkan diri di
lantai dan menangis keras-keras.
Ong Ling-hoa keluarkan sebutir pil, katanya, "Kukira keadaan
Nona ini kurang sehat, obat ini dapat menenangkan
pikirannya, silakan Sim-heng beri minum padanya."
Sim Long menatap Jit-jit, dilihatnya kedua bola matanya
merah rambutnya kusut masai, keadaannya memang seperti
orang yang kurang waras, terpaksa dia terima pil itu, katanya,
"Terima kasih ...."
Kontan Jit-jit meratap dan berteriak, "Aku emoh ... emoh
minum obat ... obat itu pasti obat bius, bila kumakan obat itu
ingin mati pun tak bisa."
Sim Long tidak menghiraukan, pil itu diangsurkan ke depan
mulutnya, katanya, "Turut omonganku, jangan bandel ...
telanlah pil ini ...."
Sekuatnya Jit-jit menggeleng kepala, suaranya serak, "Tidak
mau, tidak mau, mati pun tidak mau. O, tolong ... tolonglah
aku, kumohon jangan kau paksa aku minum obat ini, bila
kumakan obat ini, selamanya tak bisa lagi membongkar
rahasianya." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long bimbang, katanya sambil menghela napas, "Kalau
kau mau tenang dan bicara dengan baik, aku tidak akan paksa
kau, kalau tidak ...."
"Baiklah, aku akan bicara dengan tenang, asal kau tidak paksa
aku minum obat itu. Apa yang kau minta kulakukan tentu
akan kulakukan." Sebenarnyalah dia sudah ngeri, maka menyerah dengan
menderita. "Apa benar pil ini beracun?" kata Ong Ling-hoa. Dia tertawa
dingin dan ambil pil itu dari tangan Sim Long terus
dimasukkan ke mulut sendiri serta ditelan, sambil mendongak
katanya, "Kalau pil ini beracun, biar aku yang mati
keracunan." Sim Long menghela napas, katanya sambil menggeleng, "Jitjit, apa pula yang dapat kau katakan?"
Bercucuran air mata Jit-jit, katanya, "Dengarkan, jangan kau
percaya padanya, setiap langkahnya pasti mengandung
muslihat keji, dia ... dia manusia paling jahat di dunia ini."
Ong Ling-hoa menyeringai, "Nona Cu, sebetulnya ada
permusuhan apa antara kau dengan aku, kenapa kau
fitnahku?" "Sim Long, dengarkan penjelasanku, setelah aku berpisah
dengan kau tempo hari, kebetulan aku bertemu dengan
rombongan Can Ing-siong, kulihat keadaan mereka seperti
orang linglung, gerak-geriknya lamban ...." sambil
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesenggukan Jit-jit ceritakan bagaimana dia memergoki gadisgadis berbaju putih mengiring kawanan mayat hidup,
bagaimana dia sembunyi di bawah kereta hingga ikut terbawa
ke dalam taman yang serbaaneh, bagaimana dia kepergok
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa, lalu ditawan oleh nyonya jelita yang misterius
itu, akhirnya dia disekap di penjara bawah tanah, secara
ringkas dan jelas diceritakan seluruhnya.
Kisahnya memang nyata, umpama Sim Long kurang yakin
akan ceritanya terpaksa juga harus percaya.
Ong Ling-hoa tertawa dingin, katanya, "Sungguh kisah yang
menarik, apakah Sim-heng percaya?"
Walau tidak menjawab, sorot mata Sim Long yang menatap
muka orang dengan tajam jelas memancarkan rasa curiga.
"Apakah Sim-heng tidak berpikir, jika kisahnya itu benar,
urusan begitu penting dan begitu rahasia, mungkinkah
kulepaskan harimau pulang ke gunung, membebaskan dia
begitu saja?" Auyang Hi ikut menimbrung, "Benar, dalam keadaan seperti
itu, sudah tentu Ong-heng takut rahasia bocor dari mulut
Nona Cu, jelas tidak mungkin membebaskan dia."
Sim Long tetap tidak bersuara, sorot matanya yang masih
curiga beralih menatap Jit-jit.
Nona itu menunduk, katanya, "Dalam hal ini memang ada
sebabnya, soalnya ...." walau watak Jit-jit kasar dan keras,
tapi untuk menjelaskan kejadian di dalam penjara bawah
tanah itu yang menyangkut kasih yang khusyuk masyuk itu,
betapa pun sukar diceritakannya.
Tapi Sim Long justru mendesak lagi, "Soal apa, katakanlah."
Jit-jit mengertak gigi, mendadak dia angkat kepala dan
berseru, "Baik, kukatakan, soalnya orang she Ong ini
mencintai aku, tapi aku justru kasmaran terhadap orang she
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim, karena tak tahan pancinganku, dia tantang kubawa Sim
Long padanya, maka aku dibebaskannya."
Bahwa seorang gadis belia berani bicara soal asmara di
hadapan umum secara blakblakan, Auyang Hi dan lain-lain
berdiri terkesima, sorot mata Si Kucing pun menampilkan rasa
derita dan kecewa. Ong Ling-hoa malah bergelak tertawa, katanya, "Tutur kata
Nona Cu sungguh mengasyikkan ... Umpama Nona Cu jelmaan
bidadari, masakah perlu aku tergila-gila seperti itu kepadamu."
"Masih berani mungkir?" teriak Jit-jit serak. "Berulang kali kau
hendak mencelakai Sim Long, bukankah lantaran soal ini,
barusan juga kau bilang kepadaku bahwa aku adalah
perempuan satu-satunya yang paling kau cintai ...."
"Barusan aku bilang begitu?" tukas Ong Ling-hoa dengan
tertawa lebar. "Sim-heng, apakah kau dengar?"
Sim Long menghela napas, katanya, "Aku tidak mendengar."
"Jelas dia bilang begitu, tadi ... kau tadi terbius pulas oleh
arak obatnya, saat itulah dia bicara padaku."
Ong Ling-hoa gelang-geleng kepala, katanya, "Nona bilang
tadi aku berulang kali hendak mencelakai Sim-heng, kini kau
bilang dia terbius pula hingga tidur pulas ... Sim-heng, bila
benar aku hendak mencelakai kau, kenapa tidak mumpung
kau terbius kubunuhmu ... Saudara-saudara, coba perhatikan,
apa benar ada manusia tolol seperti itu di dunia ini?"
Hadirin diam saja dan saling pandang.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit berteriak, "Kau membiusnya untuk berbicara denganku
karena waktu itu kau tahu siapa diriku, kau takut selama hidup
aku membencimu, maka kau tidak berani membunuhnya."
"Waktu itu Sim-heng sendiri pun belum mengenali dirimu,
bagaimana aku bisa mengetahui akan dirimu. Apalagi,
umpama benar aku sudah mengenalimu, tapi bila kutahu kau
bakal membongkar rahasiaku, kenapa aku mau menolongmu,
sekarang kuberi pula kesempatan bicara padamu, memangnya
aku sudah gila" Mungkinkah aku mencelakai jiwaku sendiri?"
Pembelaan masuk di akal, sudah tentu orang banyak tiada
yang mau percaya pada cerita Cu Jit-jit.
Melihat sikap ragu orang banyak, saking gugupnya hampir gila
Jit-jit, teriaknya dengan kalap, "Kau iblis laknat, mana kutahu
muslihat yang kau rancang?"
"Tentu saja kau tidak tahu, karena apa yang kau ceritakan itu
kau alami dalam mimpi, omong kosong belaka, namun impian
yang menyenangkan juga rupanya," demikian Ong Ling-hoa
berolok-olok. Setiap patah kata Jit-jit adalah kejadian sesungguhnya,
peristiwa nyata, namun tiada seorang pun yang mau percaya
padanya, betapa rasa penasarannya sungguh sukar dilukiskan.
Dengan serak dia berteriak pula, "Apakah kalian tiada yang
percaya pada perkataanku?"
Tiada yang menjawab, namun sikap hadirin sudah memberi
jawaban. Bola mata Cu Jit-jit menyapu pandang wajah mereka
satu per satu, akhirnya dia tak tahan isak tangisnya pula,
walau tangisnya amat sedih, namun tiada seorang pun yang
mau menghiburnya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tiba-tiba Si Kucing berkata, "Untuk membuktikan kebenaran
kisah Nona Cu, kurasa ada satu cara dapat kita tempuh."
"Kau kucing ini ada akal aneh apa?" tanya Auyang Hi.
"Bila kisah Nona Cu benar, pasti dia bisa membawa kita ke
tempat yang diceritakan ...."
Jit-jit berhenti menangis, serunya dengan terbelalak girang,
"Betul, itulah cara yang tepat! Tadi sudah kukatakan, aku akan
bawa kalian ke tempat itu, orang she Ong jangan boleh pergi,
setiba di tempat itu, coba apa yang bisa dia katakan."
Sim Long menghela napas, katanya, "Sebetulnya soal ini tidak
perlu dibuktikan, namun supaya dia tidak membuat ribut
terpaksa kita gunakan cara ini, entah Ong-heng sudi tidak
menyertai kami?" "Tak perlu Sim-heng omong pasti juga kuikut, aku pun ingin
tahu, cara bagaimana Nona Cu hendak membuktikan
kisahnya. Kalau tak terbukti coba apa yang akan
diucapkannya." ***** Waktu itu sudah tengah hari, Lokyang termasuk kota besar di
Tionggoan, sudah tentu amat ramai, jalan raya penuh orang
berlalu-lalang. Rombongan Cu Jit-jit sudah tentu menarik perhatian orang.
Air mata Jit-jit sudah kering, matanya masih merah, dia
berjalan paling depan, liku-liku jalan di kota besar ini sudah
tentu dia belum hafal, setelah putar kayun sekian lama, belum
juga dia menemukan tempat tujuannya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Auyang Hi boleh dikatakan adalah rajanya kota Lokyang,
orang paling berkuasa di kota kuno ini, ada Auyang Hi di
dalam rombongan ini, siapa berani bertingkah, bahkan melirik
pun tidak berani kepada mereka.
Sim Long dan Si Kucing berjalan di kanan-kiri mengapit Jit-jit,
ternyata Pek Fifi juga mengintil di belakang, berjalan sambil
menunduk, sikapnya yang lembut dan jinak sungguh harus
dikasihani. Setelah putar kayun setengah hari, Auyang Hi mengerut
kening, katanya, "Agaknya Nona Cu tidak hafal jalan di sini,
coba katakan saja di mana atau apa nama tempat itu, aku ini
penduduk tua di kota ini, biar aku menunjukkan jalannya."
Jit-jit cemberut, katanya, "Tak perlu kau menunjukkan jalan,
juga tak perlu kau beri komentar."
Setelah putar satu lingkaran pula, mendadak mereka
membelok ke sebuah jalan panjang, di kanan-kiri jalan
terdapat lima-enam buah warung kecil, bau makanan yang
harum merangsang hidung. Perut Jit-jit sudah kelaparan, mencium bau masakan lezat,
seketika tergerak hatinya, mendadak dia teringat waktu
dirinya melarikan diri dari toko peti mati, perutnya juga
sedang kelaparan, saat itu ia pun mencium bau masakan yang
lezat seperti ini. Waktu dia mendongak dan celingukan, merek toko dan nama
warung sekitar tempat ini rasanya seperti pernah dikenalnya.
Jit-jit terbelalak girang, mendadak dia berlari ke depan, begitu
angkat kepala, terlihatlah tiga huruf "ONG SOM KI" yang besar
di sebuah pigura. Pigura berwarna dasar hitam dengan tulisan
huruf emas ini betapa pun tidak salah lagi, apalagi di kedua
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
pintu samping tergantung juga dua papan panjang yang
berukir syair yang hafal baginya.
Waktu dia melongok ke dalam, di belakang pintu terdapat
sebuah panggung tinggi, di atas lemari terdapat dua
timbangan, dua kuli, seorang sumbing bibirnya, yang lain
burik, sedang menimbang uang perak. Keadaan toko ini masih
persis seperti waktu dirinya melarikan diri tempo hari.
Tak tertahan Jit-jit berteriak girang, "Nah, ini dia di sini!"
"Di toko peti ini?" Sim Long mengerut kening.
"Ya, dalam toko peti mati ini, tanggung tidak salah."
Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Toko peti mati ini memang
milikku, bila anggota keluarga Nona Cu ada yang meninggal
dan mau pakai peti mati, ukuran apa dan kualitas terbaik juga
dapat kusumbang beberapa buah."
Jit-jit diam saja tidak menanggapi, langsung dia menerjang
masuk lebih dulu. Kedua pegawai itu hendak mengadang, begitu melihat Ong
Ling-hoa, segera mereka menjura dan munduk-munduk,
sapanya dengar cengar-cengir, "Siauya, kau telah datang,
tumben Siauya datang kemari, biarlah hamba menyeduhkan
teh wangi." Ong Ling-hoa mempersilakan para tamunya masuk, Sim Long
bersama Si Kucing ikut menerjang masuk di belakang Cu Jitjit. Toko peti mati ini memiliki ruang pamer yang amat besar,
peti-peti mati yang sudah siap dipasarkan dan yang belum jadi
atau belum dipelitur tersebar di mana-mana, di sebelah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
belakang tukang-tukang kayu yang bertelanjang dada sedang
sibuk bekerja, makan siang telah usai, banyak di antaranya
sedang duduk di atas peti mati dan mengobrol sambil
menikmati teh panas, mengisap pipa tembakau, melihat Ong
Ling-hoa masuk membawa tamu, serempak mereka berdiri
menyambut. Pasah, gergaji, pahat, dan segala macam peralatan tukang
kayu berserakan, serbuk gergaji bertumpuk, pasahan kayu
berserakan, tapi Cu Jit-jit tidak pedulikan kotoran di
sekelilingnya, dia maju ke samping kiri, dia memeriksa lantai
di sekitarnya, maka ditemukan sebuah papan batu di sebelah
kiri ada tanda-tanda pernah dijugil. Seketika wajahnya
tersenyum senang, inilah senyuman pertama selama beberapa
hari ini, khawatir Ong Ling-hoa mencegah atau merintangi
tindakannya, dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa,
langsung dia mendekat beberapa langkah, akhirnya dia tidak
kuat menahan sabar, mendadak dia melompat ke atas papan
batu itu, ia berpaling kepada Ong Ling-hoa dan berkata, "Nah,
sekarang apa pula yang hendak kau katakan?"
Ong Ling-hoa seperti bingung, katanya sambil mengerut alis,
"Ada apa?" Jit-jit tertawa, katanya, "Masih pura-pura pikun" Jelas kau
tahu di bawah batu ini adalah mulut gua di bawah tanah yang
terahasia itu, dari lubang inilah hari itu aku melarikan diri."
Urusan sudah sejauh ini, mau tak mau orang setenang dan
sedingin Kim Bu-bong pun ikut terbeliak, sorot matanya
tampak beringas menatap Ong Ling-hoa, tak tahunya Ong
Ling-hoa malah tertawa, katanya, "Bagus, bagus sekali!"
"Apanya yang bagus?" jengek Jit-jit. "Masa kau masih bisa
tertawa?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kalau di bawah batu ada lubang gua, kenapa Nona tidak
membongkar papan batu itu?"
"Sudah tentu harus kubongkar untuk bukti."
"Biar aku?" seru Si Kucing sambil melompat maju.
Jit-jit mendelik, katanya, "Akulah yang menemukan tempat ini,
siapa pun dilarang menggangguku."
Di sana terdapat palu besar, linggis dan sekop, Jit-jit
mengambil sekop terus menggali tanah di pinggir papan batu,
lalu menjugil batu itu perlahan.
Kejap lain batu itu sudah terangkat ke atas dan terbalik ke
sebelah samping, tapi semua orang saling pandang dengan air
muka berubah, Jit-jit juga menjerit kaget sambil menyurut
mundur. Di bawah papan batu ternyata adalah tanah padat,
mana ada lubang gua segala.
Mendadak Ong Ling-hoa tertawa terkial-kial, suaranya
terdengar puas dan gembira.
Dengan kening bekernyit Sim Long awasi Jit-jit, sementara Si
Kucing, Auyang Hi menggeleng kepala, hanya Kim Bu-bong
yang berdiri diam tanpa menunjukkan reaksi apa-apa, Pek Fifi
mencucurkan air mata. Lama Jit-jit berdiri kesima, mendadak seperti gila dia ambil
sekop dan membongkar jubin sekitarnya, orang banyak
menyingkir jauh, menonton dengan berpeluk tangan, tiada
yang membantu atau mencegah, jubin seluas dua tombak
hampir terjugil semua oleh sekop Jit-jit, tapi di bawah jubin
jelas adalah tanah yang rata dan padat, tiada tanda-tanda
pernah digali atau ditimbun.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Nona Cu," ujar Ong Ling-hoa penuh kemenangan, "apa
abamu sekarang?" Cu Jit-jit basah kuyup keringat, pakaiannya berlumpur, kaki
tangan pun kotor, makinya sengit, "Kau bangsat keparat, kau
... pasti sebelumnya kau tahu kami akan kemari, maka siangsiang kau sumbat lubang gua itu."
Sim Long tertawa getir, timbrungnya, "Tanah yang kau
bongkar tiada tanda pernah digali atau ditimbun, orang awam
pun tahu tempat ini tidak pernah dibongkar ... Jit-jit, Nona Cu,
kuminta jangan membual lagi, sia-sia kita semua berputar
kayun dan membuang tenaga belaka."
Jit-jit geregetan, teriaknya dengan air mata bercucuran, "Sim
Long, aku bicara sebenarnya, semua kejadian nyata, kumohon
padamu, percayalah kepadaku, selama hidupku kapan pernah
kudustaimu?" "Tapi kali ini" Kali ini ...."
Mendadak Ong Ling-hoa menyela, "Jika Nona Cu masih
penasaran, boleh kusuruh orang membongkar tanah sekitar
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
supaya dia periksa dengan teliti hingga persoalan menjadi
jelas." "Kenapa Ong-heng berbuat demikian ...." ujar Sim Long.
"Tidak apa, kalau urusan tidak dibikin beres, aku pun malu ..."
lalu dia memanggil tukang-tukang kayu itu dan berkata, "lekas
kalian gali tanah di sekitar sini."
Sebelum magrib, tanah di dalam ruang itu sudah digali
sedalam beberapa kaki hingga menjadi sebuah kolam, bagian
bawah tanah adalah fondasi yang keras, setiap orang yang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
bermata dapat melihat dengan jelas. Maka Sim Long dan lainlain hanya menggeleng kepala dan menghela napas.
"Bagaimana Nona Cu?" tanya Ong Ling-hoa dengan tertawa.
"Bluk", akhirnya Jit-jit jatuh terduduk dengan lemas, mukanya
pucat, matanya mendelong seperti orang linglung.
"Ong Ling-hoa hanya memiliki toko peti mati satu ini di kota
Lokyang, jadi tiada cabang lain, jika kalian tidak percaya,
boleh silakan mencari tahu kepada penduduk dalam kota."
Urusan sudah telanjur sejauh ini, siapa pula yang tidak
percaya kepadanya" Umpama sekarang dia bilang peti mati
buatan tokonya semua bulat, mungkin tiada orang yang berani
bilang tidak percaya. Sim Long berkata, "Kecuali minta maaf, terus terang tidak
tahu apa yang harus kukatakan, semoga Ong-heng mengingat
dia adalah seorang gadis hijau, jangan pikirkan persoalan ini
dalam hatimu." "Mendengar pernyataan Sim-heng, umpama seluruh tokoku ini
harus dibongkar juga kurela," kata Ong Ling-hoa. "Bagaimana
kalau Sim-heng mampir dulu di kediamanku?"
"Mana berani aku mengganggu lagi, lebih baik ...."
Mendadak Cu Jit-jit melompat bangun, serunya, "Kau tidak
mau, biar aku ikut pergi."
"Kau mau ke mana?" tanya Sim Long.
Jit-jit mengucek mata, katanya, "Ke rumahnya."
"Kapan Ong-kongcu mengundang kau ke rumahnya?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Dia mengundang kau, maka aku ikut, aku ... aku harus
memeriksa rumahnya."
"Betul," ucap Ong Ling-hoa dengan tertawa, "betapa pun aku
pasti juga mengundang Nona Cu, apa pun Nona Cu harus
memeriksa persoalan ini secara tuntas."
***** Kekayaan Ong Ling-hoa merajai kota Lokyang, rumahnya
megah pekarangan luas, bentuk bangunannya sudah tentu
sangat hebat. Begitu masuk pintu, bola mata Cu Jit-jit lantas
jelalatan, celingukan ke sana-sini.
Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Walau rumahku ini agak
sempit, tapi di belakang terdapat taman yang indah permai,
sayang Siaute tidak pandai mengatur tanaman dan bangunan
sehingga keadaan morat-marit, mohon Sim-heng nanti
memeriksa ke sana dan sudilah memberi petunjuk."
Sebelum Sim Long buka suara, Jit-jit menjengek, "Kita
memang harus memeriksa ke taman di belakang."
Sim Long tertawa getir, katanya, "Ong-heng memang ingin
kau periksa ke sana supaya selanjutnya tidak ribut lagi ...."
"Hanya manusia yang licin suka bicara secara terbalik, meski
kutahu ucapannya juga sengaja pura-pura tidak tahu."
Segera dia mendahului melangkah ke dalam.
Jit-jit berjalan tanpa menentukan arah, melihat jalan lantas
menerobos, sedikit pun tidak sungkan, serupa masuk ke
rumah sendiri saja. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long mengikut di belakangnya, sering tertawa sambil
menggeleng kepala. Pepohonan di sini serbahijau dan tumbuh subur terpelihara
baik, di sana loteng, di sini gerai pemandangan, letaknya
diperhitungkan dengan tepat, jelas hasil tangan seorang yang
ahli bangunan dan tata taman, berada di taman ini rasanya
Bara Diatas Singgasana 19 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Pendekar Bodoh 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama