Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 8
seperti di surga. Taman seluas ini keadaan sepi lengang, tiada suara atau
bayangan orang, kicau burung juga tidak terdengar, hanya
jangkrik atau sebangsa serangga saja yang bernyanyi di
tempat gelap. Bergejolak perasaan Cu Jit-jit, batinnya, "Ke mana laki-laki
kekar berbaju hitam serta kawanan gadis penggiring mayat
hidup itu?" Meski binal dan galak, betapa pun dia sungkan main geledah
di rumah orang. Di ujung taman terdapat beberapa rumah berloteng kecil, di
samping sana terdapat istal kuda, suara ringkik kuda
terdengar terbawa embusan angin. Semua ini jelas bukan
pemandangan yang pernah dilihat Jit-jit hari itu. Akhirnya dia
menghentikan langkahnya dan berkata, "Rumahmu bukan di
sini." Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Masa rumahku sendiri tidak
kukenal lagi dan Nona Cu lebih mengenalnya malah" Kalau
benar omonganmu, bukankah aku ini orang pikun?"
"Jelas ini bukan rumahmu," teriak Jit-jit, "hendak kau tipu
diriku?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Auyang Hi tidak tahan, dia menyela, "Sudah puluhan tahun
Ong-kongcu tinggal di sini, aku berani menjadi saksi dan pasti
tidak salah, jika Nona Cu tetap tidak percaya, Nona boleh
tanya pula kepada orang lain ...."
"Kalau demikian ... dia pasti punya rumah yang lain."
"Cayhe belum menikah, kurasa tidak perlu rumah lain untuk
menyimpan si cantik."
"Keparat," mendadak Jit-jit menjerit, "bisa mati gemas aku!"
Mendadak dia berjingkrak, tangannya meraih secomot salju di
atap gardu terus dijejal ke mulut serta dikunyahnya dengan
bernafsu, giginya sampai berkeriut, orang lain menyaksikan
dengan merinding, muka Jit-jit tampak merah padam seperti
membara, saking gugup, gelisah dan gusar, badannya seakan
terbakar, ingin rasanya bergulingan di atas salju.
Sim Long menyengir, katanya, "Buat apa kau menyiksa diri
...." "Jangan kau urus aku," bentak Jit-jit, "pergi ..." mendadak dia
menerjang ke depan Ong Ling-hoa, "aku ingin tanya,
bukankah kau punya seorang ibu?"
"Kalau Cayhe tidak punya ibu, memangnya aku dilahirkan dari
celah-celah batu" Kenapa Nona tanya hal ini, apa kau sendiri
tidak punya ibu?" Jit-jit anggap tidak mendengar ocehannya, bentaknya, "Di
mana sekarang ibumu?"
"Jadi Nona ingin bertemu dengan ibuku?"
"Betul, bawa aku kepadanya."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Baiklah, memang aku ingin memperkenalkan Sim-heng
kepada ibuku ...." "Ong-heng, jangan kau turuti kehendaknya, mana berani aku
mengganggu ketenangan ibumu," kata Sim Long.
"Tidak apa, walau sudah lanjut usia, tapi ibuku paling suka
menerima tamu muda yang gagah, jika Sim-heng tidak
percaya, ini, Auyang-heng boleh menjadi saksi."
"Ya, betul," ujar Auyang Hi. "Bukan, saja aku sering bertemu
dengan ibunya, pernah pula Siaute disuguh kuah jinsom
masakan beliau sendiri, sungguh seorang tua yang welas
asih." ***** Waktu itu Ong-lohujin baru saja bangun tidur siang,
rambutnya sudah ubanan seluruhnya, namun tersisir rapi dan
berduduk di tengah ruang besar, dengan tertawa dia sambut
kedatangan putranya yang membawa beberapa tamu. Raut
wajahnya yang penuh keriput tampak berseri tawa, sambil
bicara dan berkelakar dia berpesan kepada putranya supaya
lekas menyiapkan perjamuan, jangan kurang adat terhadap
tamu. Orang banyak saling pandang sekejap, dalam hati sama
berpikir, "Memang seorang tua yang welas asih."
Tapi setelah berhadapan dengan nyonya tua welas asih ini, Jitjit justru tambah gelisah dan hampir gila. Sebetulnya dia
hendak membentak gusar, "Dia bukan ibumu!" Syukur dia
belum gila benar-benar, dia tidak berani melontarkan kata
demikian, dalam keadaan seperti ini, dia insaf dirinya terpaksa
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
harus menahan emosi, maka dia hanya berpeluk tangan dan
melancarkan gerakan tutup mulut.
Benaknya rasanya seperti butek dan pening, apa yang
dipercakapkan orang lain sepatah pun tidak didengarnya, apa
yang dilakukan orang lain juga tidak dilihatnya.
Untunglah hidangan sudah disuguhkan, setelah makan, Onghujin pamit masuk kamar, perjamuan usai, Sim Long mohon
diri. Dengan tertawa Ong Ling-hoa berkata, "Nona Cu ...."
"Ada apa berteriak-teriak?" bentak Jit-jit.
"Pintu rumahku selalu terbuka menyambut kedatangan Nona
Cu, kalau dalam hati masih curiga atau ada sesuatu yang
kurang jelas, sembarang waktu boleh kau datang kemari."
Jit-jit hanya melotot saja dengan mendongkol tanpa balas
berolok. Ong Ling-hoa lantas berkata lebih lanjut, "Kenapa Nona Cu
tidak bicara lagi?" Cu Jit-jit mengentak kaki terus menerobos keluar lebih dulu.
Sim Long tertawa getir, katanya, "Begini sikap Ong-heng
padanya, apa yang bisa dia katakan pula."
***** Malam dingin, salju berhamburan. Sim Long tidak lagi minta
meninggalkan kota, maka rombongan kembali ke rumah
Auyang Hi, hingga malam ketika perjamuan diadakan pula, Cu
Jit-jit tetap tutup mulut. Alisnya terkerut, kepala tertunduk,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
entah apa yang sedang dipikirkan. Siapa pun mengajak bicara
juga tidak dipedulikan, seperti tidak mendengar.
Akhirnya Auyang Hi menghela napas, katanya, "Ong Ling-hoa
memang bukan seorang kuncu, tapi kuyakin dia juga bukan
lelaki seperti apa yang dikisahkan oleh Nona Cu, kurasa dalam
persoalan ini pasti ada salah paham, Sim-heng, kau ...."
"Tanpa kau katakan juga kutahu," tukas Sim Long.
"Apa lagi, meski dia bun-bu-siang-coan (serbamahir ilmu silat
dan sastra), tapi belum pernah dia pamer di depan umum,
kecuali dua-tiga orang tua seangkatanku, penduduk Lokyang
hanya tahu dia seorang pemuda kaya yang suka pelesir, siapa
pun tidak tahu dia pandai kungfu, terhadap seluk-beluk dunia
Kangouw dia lebih-lebih tidak pernah ikut campur."
"Hal itu juga sudah kuketahui," kata Sim Long dengan
tertawa. Mendadak Cu Jit-jit menggebrak meja, teriaknya, "Kau tahu
kentut!" Sim Long mengerut kening, katanya, "Urusan sudah sejauh
ini, kau masih ingin membuat ribut, kau memfitnah orang, jika
Ong-kongcu kurang bijaksana dan ramah tamah, mana dia
mau mengampuni kau."
"Dia tidak mengampuni aku?" jengek Jit-jit penuh kebencian.
"Hm, justru aku yang tidak akan mengampuni dia."
"Apa pula yang hendak kau lakukan?" tanya Sim Long.
Turun-naik dada Jit-jit saking gemas, akhirnya dia menghela
napas dan berkata, "Aku mau tidur."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tertawa, katanya, "Memangnya sejak tadi kau perlu
tidur ...." Sejak tadi Pek Fifi duduk di samping Cu Jit-jit, segera ia
berdiri, katanya, "Biar kulayani Nona beristirahat!"
Sambil menunduk dia ikut maju melangkah ke sana.
Mendadak Jit-jit membalik dan membentak, "Siapa minta
dilayani" Enyahlah yang jauh."
Suara Fifi gemetar, katanya, "Tapi ... tapi budi pertolongan
Nona ...." "Orang she Sim itu yang menolong kau dan bukan aku, boleh
kau ladeni dia saja," sambil mendorong ke belakang Jit-jit
lantas berlalu. Sudah tentu Fifi tidak kuat menahan tolakan itu, tubuh yang
lemah itu terhuyung dan air mata bercucuran.
Cepat Sim Long memapahnya, katanya, "Begitulah tabiatnya,
jangan kau berkecil hati, sebenarnya ... sebenarnya ... Ai,
lahirnya dia kelihatan galak, padahal hatinya tidak demikian."
Berlinang air mata Fifi, ia mengangguk, suaranya masih
gemetar, "Budi kebaikan Nona Cu terhadapku setinggi
gunung, selama hidupku ini sudah menjadi miliknya,
bagaimanapun sikapnya terhadapku adalah pantas ...."
Lama Sim Long menatapnya, wajahnya yang tenang
mendadak memperlihatkan perasaan haru, sesaat baru dia
menghela napas, ujarnya, "Cuma ... terlalu menyusahkan
kau." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Fifi tertawa pedih, katanya, "Aku memang bernasib jelek,
derita apa pun sudah biasa kualami, apa lagi ... apalagi para
Kongcu bersikap sedemikian baik kepadaku ... inilah ... inilah
hari-hari kehidupanku yang paling bahagia ...."
Tangannya tidak berhenti menyeka air mata, tapi air mata
justru tidak berhenti mengalir.
Agak lama Sim Long termenung, akhirnya dia menghela
napas, "Pergilah tidur."
"Terima kasih, Kongcu," ucap Fifi, lalu dia memberi hormat
dan melangkah pergi. Auyang Hi menghela napas, katanya, "Perempuan seperti dia
baru terhitung perempuan tulen, lelaki mana bila dapat
mempersunting gadis seperti dia, sungguh bahagia selama
hidupnya." Si Kucing mendebat, "Kau berkata demikian, memangnya
Nona Cu itu bukan perempuan tulen dan gadis idaman?"
"Nona Cu" ... Kurasa ... oh ...." Auyang Hi terbatuk-batuk
untuk menghilangkan rasa canggungnya.
"Rase tua, tidak mau bicara, buat apa pura-pura batuk?"
berolok Si Kucing. "Yang benar, meski Nona Pek sehalus sutra,
secantik bunga, tapi Nona Cu juga tidak kalah dibandingkan
dia." "Nona Cu memang sangat cantik, cuma tabiatnya ...."
"Kau tahu apa" Dia mengumbar nafsu karena dalam hati
sedang dirangsang emosi, lelaki mana yang membuatnya
kasmaran baru benar-benar bahagia hidupnya."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Auyang Hi tertawa, katanya, "Apakah betul bahagia, untuk ini
kurasa harus tanya Sim-heng."
Sim Long tertawa tanpa memberi jawaban. Saat mana hujan
salju makin lebat di luar, hawa dalam kamar justru masih
hangat. Sim Long menatap keluar jendela, mendadak dia
bergumam, "Malam sedingin ini, mengapa ada juga orang
yang keluar di bawah hujan lebat?"
Auyang Hi tidak jelas, dia tanya, "Apa yang kau katakan, Simheng?" "O, tidak apa-apa ... marilah, Him-heng, temani aku minum
secangkir." Setelah beberapa cangkir arak masuk ke perut, mendadak Si
Kucing mendorong cangkir dan katanya dengan tertawa lebar,
"Siaute sudah tidak kuat minum lagi, aku mau tidur ... haha."
Di tengah gelak tertawanya, "blang", dia menumbuk kursi
hingga terbalik terus melangkah dengan sempoyongan keluar
pintu. Sim Long berkata, "Pertemuan meriah begini kenapa kau pergi
lebih dulu?" "Biarkan kucing itu pergi, mari kita minum tiga ratus cangkir,"
agaknya Auyang Hi mulai sinting.
***** Setelah berada di luar, mata Si Kucing menjelajah sekitarnya,
setelah yakin tiada bayangan orang lain, dengan langkah
sempoyongan dia berjalan beberapa langkah lagi, tapi
mendadak dia melompat ke balik pohon sana, gerak-geriknya
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
tampak lincah, cekatan dan mantap, sorot matanya yang
semula seperti mabuk kini berkilat terang.
Dia meluncur seperti bermain ski saja, meluncur ke samping
sana dan melewati serambi, ia melayang ke sana di bawah
hujan salju, lalu melompat ke wuwungan yang tertimbun salju.
Hujan salju yang hebat, suasana remang-remang. Sedikit
merandek, setelah menentukan arah, Si Kucing melesat
kencang ke depan. Embusan angin mengiris muka setajam
pisau, dinginnya meresap tulang sumsum, namun dia tidak
mengerut kening, dada baju malah disingkap terlebih lebar.
Beruntun dia melompat naik-turun delapan kali, kini dia sudah
berada puluhan tombak jauhnya, dari kejauhan sempat dia
melihat sesosok bayangan orang yang bergerak di wuwungan
rumah di sebelah depan, segera ia berjongkok, menentukan
arah dan meneliti sekitarnya. Tanpa mengeluarkan suara Si
Kucing merunduk maju ke sana, langkahnya ternyata tidak
meninggalkan jejak dan tanpa mengeluarkan suara. Dalam
sekejap dia sudah melejit turun di belakang orang itu dan
berdiri tegak dengan diam.
Didengarnya orang itu sedang bergumam sendiri,
"Menyebalkan, kenapa turun hujan selebat ini" Pantas
kebanyakan maling yang berpengalaman suka bilang 'mencuri
jangan pada waktu hujan salju', agaknya beroperasi pada saat
seperti ini memang tidak leluasa."
Si Kucing tertawa, katanya tiba-tiba, "Apa yang kau curi?"
Orang itu berjingkat kaget dan membalik tubuh seraya
mengayun tangga dan memukul dada Si Kucing, tanpa peduli
siapa lawannya, dia menyerang secara keji.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Wah, celaka!" seru Si Kucing. Belum lenyap suaranya,
orangnya sudah roboh. Orang itu berpakaian ketat dan berkerudung kepala, setelah
merobohkan orang, dia berdiri bingung malah, bentaknya,
"Siapa kau?" Si Kucing telentang kaku sambil merintih-rintih.
Orang itu bergumam, "Ginkang orang ini tidak rendah, kenapa
kungfunya tidak becus ...." karena ingin tahu, segera dia
melompat maju serta jongkok untuk memeriksa siapa
gerangan korbannya ini.
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di bawah refleksi cahaya salju, dilihatnya mata Si Kucing
terpejam, mukanya pucat. Begitu melihat wajah Si Kucing, orang itu mendadak berseru
kaget, gumamnya pula, "Kiranya dia ... Wah, ba ... bagaimana
baiknya?" Agaknya dia gugup dan juga menyesal hingga suaranya
gemetar, akhirnya dia raih tubuh Si Kucing dan berkata, "He,
kau kenapa" ... Ayo bicara ... kau ... kau ... kenapa tak
berguna, sekali pukul lantas sekarat begini."
Dia tidak tahu bahwa Si Kucing sedang memicingkan mata dan
mengintip kelakuannya, ujung mulut malah menyungging
senyum geli. Mendadak tangannya bergerak menarik kain
kerudung yang menutupi muka orang itu.
Orang itu kaget, saking gugupnya berlinang air matanya, siapa
lagi dia kalau bukan Cu Jit-jit.
Si Kucing tertawa, katanya, "Ternyata kau, memang sudah
kuduga akan dirimu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Terangkat alis Cu Jit-jit, namun segera ia pun tertawa, "Oo,
apa benar?" "Tapi tak kuduga sebelumnya, melihat aku roboh terpukul, kau
kelihatan khawatir, aku ... aku ...."
"Kau senang sekali, begitu?" tukas Jit-jit.
"Kau bersikap sebaik ini kepadaku, tak sia-sia aku
memerhatikan dirimu."
"Memang selama ini aku amat baik terhadapmu, masa kau
tidak tahu?" "Aku ... aku tahu, kau ...."
"Aku menghendaki kau ... kau mampus," mendadak Jit-jit
ayun tangan menggampar beberapa kali muka Si Kucing,
ditambah sekali tendangan pula hingga Si Kucing jatuh
terjungkal. Si Kucing tertegun ketika mukanya digampar, "bluk", dengan
keras dia jatuh terbanting pula di atas salju, pantat seperti
mau pecah, kepala pusing dan mata berkunang-kunang.
Dilihatnya Cu Jit-jit bertolak pinggang, memaki sambil
membungkuk badan ke arahnya, "Kau kucing mampus, kucing
malas, kucing busuk, memangnya nonamu sudah buta, kau
sendiri yang mabuk kepayang, kau ... kau lekas mampus
saja." Sambil memaki dia mencomot salju terus ditimpukkan ke
badan Si Kucing, lalu berlari pergi tanpa menoleh lagi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekujur badan Si Kucing bertaburan salju, baru saja dia
hendak memanggil, ternyata penghuni rumah terjaga bangun
karena keributan ini, beberapa orang tampak lari keluar sambil
membawa pentung dan menerjang ke arahnya, tanpa bicara
terus menghajar Si Kucing dengan bernafsu.
Si Kucing tidak membalas, tapi berteriak-teriak, "Tahan,
berhenti ...." Tapi beberapa orang itu mencaci dengan gusar, "Maling
keparat, ganyang saja, ayo dibunuh!"
Setelah terkena beberapa kali gebukan pentung baru Si Kucing
berhasil menerjang keluar terus melompat ke atas genting dan
melarikan diri, hatinya dongkol tapi juga geli.
Sejak dia berkecimpung di dunia Kangouw, kapan pernah
digebuk orang, apalagi harus melarikan diri dalam keadaan
runyam, waktu dia celingukan, bayangan Cu Jit-jit sudah tidak
kelihatan. Setelah mengejar beberapa saat lamanya, tak tahan
dia mengentak kaki dan mengomel, "Budak busuk, budak
setan, seorang diri berkeliaran, entah apa yang dilakukannya,
bikin orang lain khawatir bagimu."
Mendadak didengarnya cekikik tawa geli di tempat gelap,
katanya, "Untuk siapa kau bergelisah begini?"
Sambil membetulkan sanggulnya, Cu Jit-jit tampak muncul
dari tempat gelap, tubuhnya yang semampai dan menggiurkan
menambah cemerlang cahaya salju yang putih perak.
Si Kucing terpesona mengawasinya, katanya tergegap,
"Untukmu ... tentu saja demi kau."
Jit-jit tertawa, "Jadi budak setan juga memaki diriku?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Selangkah demi selangkah dia menghampiri, Si Kucing juga
menyurut mundur, dengan tertawa merdu Jit-jit berkata
lembut, "Jangan khawatir, walau kau memakiku, aku tidak
marah." "Baiklah ... bagus sekali ...." padahal jawaban yang tidak
genah, di mana letak baiknya dan mana yang bagus dia tidak
tahu, akhirnya Si Kucing tertawa geli sendiri.
"Coba lihat, sekujur badanmu berlepotan salju, mukamu juga
bengep seperti dipukul orang, bocah segede ini, memangnya
kau tidak tahu menjaga dirimu sendiri?" tutur kata Jit-jit
lembut penuh kasih sayang, kejadian yang baru menimpa Si
Kucing seperti tiada sangkut pautnya dengan dirinya.
Si Kucing jadi menyengir, katanya, "Nona ...."
Jit-jit keluarkan saputangan sutra, katanya, "Lekas kemari,
biar kubersihkan wajahmu ...."
Si Kucing malah mundur sambil menggoyang tangan, katanya,
"Terima kasih, terima kasih, maksud baik Nona tak berani
kuterima, selanjutnya asal Nona tidak main kaki dan tangan,
Cayhe akan berterima kasih kepadamu."
"Tadi aku hanya berkelakar denganmu, apakah kau sesalkan
perbuatanku?" "Aku ...." "Kau ini memang masih bocah, kukira ... lebih baik kau
anggap aku sebagai taci saja, supaya kelak Taci bisa selalu
membela dirimu." Mendadak Si Kucing terbahak-bahak.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit melotot, "Kenapa tertawa?"
Dengan tertawa Si Kucing bertanya, "Sebetulnya ada urusan
apa yang perlu kukerjakan, lekas katakan saja, tak perlu
bermuka-muka, jika aku punya taci seperti dirimu, dalam tiga
hari saja tulang badanku bisa terhajar remuk."
Merah muka Jit-jit, mendadak tinjunya menjotos secepat kilat.
Tapi kali ini Si Kucing sudah siaga, mana mampu dia
memukulnya. Jit-jit mengertak gigi, makinya dengar geregetan, "Kucing
mampus, kucing keparat, kau ... kau."
Si Kucing berkata, "Jangan khawatir, apa saja boleh kau
katakan, pasti kukerjakan."
Dia bicara sambil tertawa, namun sorot matanya menunjukkan
ketulusan hatinya. Jit-jit tak mampu memakinya lagi, katanya, "Apa kau bicara
setulus hati?" "Aku tidak suka ngecap, ucapanku pasti dapat dipercaya."
"Tapi ... tapi kenapa kau bersikap demikian?"
"Aku ... aku ..." mendadak Si Kucing mengentak kaki, katanya,
"jangan peduli kenapa aku bersikap demikian, pendek kata ...
apa yang pernah kuucapkan pasti takkan kujilat kembali, ada
persoalan apa yang kau minta kulakukan, katakan saja."
Jit-jit menghela napas, "Apakah kau hafal jalan di kota
Lokyang ini?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jika kau ingin cari penunjuk jalan, tepat sekali kau cari diriku,
jalan raya dan gang sempit di seluruh pelosok kota Lokyang
ini serupa rumahku sendiri, dengan mata tertutup juga aku
bisa menemukan tempatnya."
"Baiklah, bawalah aku ke pasar bunga kota ini."
***** Tengah malam musim dingin, pasar bunga kota Lokyang yang
biasanya ramai sekarang jadi sepi lengang, penjual kembang
yang rajin bekerja sama datang pagi-pagi, tapi tengah malam
tak mungkin mereka berada di pasar. Cu Jit-jit keluyuran ke
sana kemari, Si Kucing mengintil di belakangnya.
Jit-jit bergumam, "Apakah kota Lokyang hanya ada pasar
kembang satu ini?" "Ya, hanya ada di sini, tiada cabang di tempat lain, kalau Nona
ingin membeli bunga, sekarang masih teramat pagi."
"Aku bukan ingin beli bunga."
"Tidak ingin beli bunga, tapi berkeluyuran di pasar bunga,
memangnya kau ingin makan angin malam yang dingin?"
Pandangan Jit-jit menatap ke tempat jauh, mulutnya berkata
lirih, "Dalam hal ini ada rahasianya."
"Rahasia apa?" "Kalau kau ingin tahu, boleh kuceritakan kepadamu, tapi ..."
mendadak dia menoleh dan mengawasi Si Kucing, katanya
pula dengan serius, "sebelum kubeberkan rahasia ini, ingin
kutanya padamu." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing tertawa, "Sejak kapan kau sungkan padaku" ...
Tanya saja." "Ceritaku ini menyangkut Ong Ling-hoa, kau percaya tidak?"
Berkedip mata Si Kucing, gumamnya, "Ong Ling-hoa keparat
itu adakalanya memang tampak plinplan, kalau orang tanya
asal usul ilmu silatnya, sepatah kata pun dia tak mau memberi
keterangan. Coba katakan apa saja yang pernah dilakukannya,
aku tidak akan kaget atau heran."
"Ya, pasti tidak salah lagi. Hari itu aku sembunyi di bawah
kereta, waktu masuk kota Lokyang pernah lewat dan mampir
di pasar bunga ini, gadis-gadis di atas kereta turun sejenak
membeli bunga segar."
"Maka sekarang kau ingin menelusuri kejadian hari itu mulai
dari pasar bunga ini untuk menemukan tempat di mana kau
pernah disekap, begitu?"
"Kau memang pintar," puji Jit-jit tertawa.
"Syukurlah kalau tidak bodoh," ujar Si Kucing dengan jenaka.
"Bagus, orang pintar, pergilah cari sebuah kereta dan bawa
kemari." Mata Si Kucing terbelalak, tanyanya heran, "Cari kereta untuk
apa?" Jit-jit menggeleng, katanya, "Baru saja bilang kau pandai,
kenapa berubah bodoh pula. Hari itu aku sembunyi di bawah
kereta, tiada yang bisa kulihat, terpaksa diam-diam aku
mengingat arah kereta berjalan, maka sekarang aku harus
mengulang dengan sebuah kereta ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul, kali ini memang akulah yang bodoh, kenapa hal sepele
begini tidak kupahami. Tapi tengah malam buta begini, ke
mana dapat kucari kereta?"
"Laki-laki macam dirimu, persoalan apa yang pernah
menyulitkan kau" Jangankan hanya sebuah kereta, sepuluh
kereta juga dapat kau bawa kemari, betul tidak?"
Si Kucing garuk-garuk kepala, "Tapi ... tapi ...."
"Aku minta tolong, ya ... aku minta tolong, usahakan!" pinta
Jit-jit. Si Kucing menghela napas. "Baiklah, aku akan berusaha."
Jit-jit tertawa lebar, katanya, "Nah, memang kau anak
penurut, lekas pergi dan lekas pulang, aku menunggumu ..."
lalu dirabanya wajah orang dan berbisik di pinggir telinganya,
"harus berhasil dan lekas bawa kemari, jangan membuatku
kecewa." Si Kucing bersungut-sungut, menggeleng kepala dan
melangkah pergi. Kira-kira sepemasakan air, terdengar derap kuda lari di bawah
embusan angin dan taburan salju, tampak Si Kucing
membawa datang sebuah kereta besar, wajahnya tampak
puas dan bangga. Jit-jit menyambut kedatangannya sambil berkeplok senang,
serunya, "Bagus, engkau memang pintar, dari mana kau
peroleh kereta besar ini" Di mana kusirnya" Apakah kau curi
kereta ini?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Mencuri atau merampas sama saja, pendek kata aku sudah
menunaikan tugas dengan baik, memangnya kau belum puas"
Untuk apa kau tanya asal usul kereta ini?"
Jit-jit cekikikan, lalu ia hendak menyelinap ke bawah kereta.
"He, kau mau apa?" tanya Si Kucing.
"Goblok, berapa kali kukatakan padamu" Hari itu aku
sembunyi di bawah kereta, maka sekarang aku ...."
Mendadak Si Kucing bergelak tertawa, "Betul, betul, aku
memang goblok!" "Memangnya kau tidak goblok" Apa yang kau tertawakan?"
Si Kucing menahan gelinya, katanya, "Nona manis, hari itu
karena khawatir kepergok orang, maka kau sembunyi di
bawah kereta, tapi sekarang untuk apa kau sembunyi di
bawah kereta pula" Untuk meneliti arah dan tujuan, apa
bedanya duduk saja di depan kereta, kenapa harus meringkal
di bawah kereta?" Merah muka Jit-jit, sesaat kemudian dia berkata sambil
bersungut, "Hm, anggap alasanmu kali ini betul, tapi juga
alasan biasa, kenapa bangga" Orang bodoh adakalanya juga
bisa pintar." Si Kucing melongo, gumamnya kemudian, "Pantas Sim Long
tidak berani bercuit di depanmu, nona segalak dan sebinal ini,
orang gelandangan seperti diriku ini juga mati kutu."
"Apa katamu?" bentak Jit-jit mendelik.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak apa-apa," sahut Si Kucing gelagapan, "Nona baik, Nona
manis, lekas naik kereta." Segera Si Kucing ayun cemeti, "tar",
kereta berkuda itu segera berlari ke depan.
Jit-jit duduk di sampingnya, memejamkan mata dan mulut
mulai menghitung, "Satu, dua, tiga ... tiga puluh ... empat
puluh ..." sampai hitungan empat puluh tujuh mendadak dia
membuka mata dan berseru, "keliru, keliru!"
"Apanya yang keliru?"
"Kereta ini terlalu lambat, dibandingkan laju kereta hari itu
jauh lebih lambat, lekas putar balik dan ulangi lagi dari depan
pasar bunga." Si Kucing menghela napas dan mengiakan, kereta diputar balik
dan diulang. Kembali Jit-jit menghitung, "Satu, dua, tiga ..." waktu hitung
sampai empat puluh tujuh, kembali dia membuka mata dan
berteriak, "salah, salah lagi, kali ini terlalu cepat."
Si Kucing tak sabar, katanya dengan mendongkol, "Apakah
kau tidak bisa tahu lebih dini bila salah" Kenapa setelah
sejauh ini baru ...."
Jit-jit mendekap mulut orang, katanya dengan lembut dan
tertawa, "Hanya sekali lagi, ya, sekali saja, apa kau tidak sudi
membantuku?" Sesaat Si Kucing menatapnya dengan kesima, akhirnya dia
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tertawa getir, katanya, "Di hadapanmu, aku benar-benar tak
berdaya lagi, jangankan hanya sekali, sepuluh kali juga
kulakukan." Sembari bicara kereta dia putar balik.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kau memang anak baik," puji Jit-jit dengan tertawa.
Waktu kereta dilarikan lagi, kecepatannya kali ini tepat, Jit-jit
terus menghitung sampai 90, lalu berkata, "Belok kanan, lalu
belok ke kiri." Si Kucing memang melihat ada simpang jalan ke kanan. Maka
kereta lantas dibelokkan ke kanan, di sebelah depan benar
juga ada jalan yang membelok ke kanan, bilang belok kiri juga
betul ada jalan membelok ke kiri, meski hitungan jaraknya ada
sedikit berselisih, tapi kebanyakan tepat, mau tidak mau Si
Kucing memuji dalam hati, "Daya ingat budak ini memang
hebat, apa yang dikatakannya agaknya bukan bualan."
Tengah Si Kucing membatin, mendadak didengarnya Cu Jit-jit
berseru dengan tertawa, "Sudah sampai, pasti di sini!"
Lekas Si Kucing tarik tali kendali dan menghentikan kereta,
tanyanya heran, "Di sini?"
Waktu Jit-jit membuka mata, dilihatnya jalan raya di sini
dilapisi balok-balok batu besar, diapit dinding tinggi, di depan
sana terdapat sebuah pintu besar bercat merah, undakan batu
tampak bersih dan rata, lampion terpasang benderang, di
kedua samping undakan terdapat jalan samping yang bisa
buat lewat kuda dan kereta, sekilas pandang, seketika dia
berseru girang, "Ini dia, pintu itulah!"
Si Kucing tampak heran dan kaget, katanya, "Maksudmu pintu
di sana itu?" "Betul." "Kali ini mungkin kau keliru."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak salah, tidak keliru, pasti tidak keliru."
"Aku justru bilang keliru, karena penghuni rumah ini sudah
kukenal." Jit-jit kaget dan terbelalak, katanya, "Kau kenal" Apa betul
rumah Ong Ling-hoa?"
"Memang Ong Ling-hoa sering kemari, tapi pasti bukan
rumahnya." "Lalu ... tempat apakah sebetulnya?"
Si Kucing menyengir, katanya sambil menggeleng, "Tak dapat
kukatakan ...." "Kenapa tak dapat kau katakan, aku justru ingin kau bicara ...
Ayo katakan, lekas!"
Karena terdesak, Si Kucing ragu-ragu, ucapnya, "Baiklah,
kukatakan, tapi setelah dengar, jangan merah mukamu."
"Mukaku merah" Memangnya begitu gampang?"
"Baiklah, biar kujelaskan, itulah tempat lampu merah."
"Tempat lampu merah" artinya sarang pelacur, tapi Cu Jit-jit
tidak tahu, setelah melenggong sekian saat, lalu diliriknya
beberapa kali, katanya, "Pintu besar itu diterangi lampion
sebesar itu, mana ada lampu merah?"
Si Kucing melongo, katanya dengan tertawa getir, "Maksudku
penghuni di rumah ini adalah kaum bidadari."
"Penghuni rumah itu jelas kawanan iblis, kau justru bilang
bidadari, memangnya kau juga sehaluan dengan mereka?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dongkol hati Si Kucing, dengan tawa tertahan dia berkata,
"Nona manis, apakah benar kau tidak tahu apa-apa?"
"Apa pun aku tahu, kau ... kau memang sehaluan dengan
mereka, kau ... kalian memang ingin menggoda aku," akhir
katanya suaranya sudah setengah terisak.
"Nona manis, Nona ayu, jangan menangis ... jangan menangis
...." Jit-jit melengos sambil mengentak kaki, "Kentut, siapa
menangis" ... Lekas katakan, tempat apakah itu, lekas
katakan!" Si Kucing menghela napas, "Baiklah, kujelaskan, bidadari
adalah ... adalah nona-nona yang kerjanya tidak senonoh."
Khawatir Jit-jit curang paham, segera dia menambahkan
dengan blakblakan, "Tempat itu adalah sarang pelacur,
penghuninya semua pelacur."
Sudah tentu malu Jit-jit, ia menunduk dan memainkan ujung
baju, mendadak dia membalik tubuh dan melotot kepada Si
Kucing, teriaknya, "Sarang pelacur" Mana mungkin sarang
pelacur" Kau tipu aku."
"Kalau tidak percaya, kenapa tidak kau masuk memeriksanya."
"Masuk ya masuk, memangnya aku takut?" segera dia
melompat turun terus berlari ke sana, tangan diangkat dan
hendak menggedor pintu. Tapi tangan yang sudah terangkat itu terhenti di udara,
mendadak dia membalik dan lari kembali.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan tertawa Si Kucing mengawasi tingkah lakunya tanpa
bicara. Didengarnya Jit-jit bergumam, "Sarang pelacur, ya, mungkin
saja tempat ini sarang pelacur. Pek-hun-bok-li itu adalah ...
adalah bidadari, sarang pelacur, digunakan sebagai tempat
operasi untuk menyembunyikan perbuatan mereka, memang
akal yang bagus, siapa yang menduga orang-orang gagah
yang biasa malang melintang di dunia persilatan bisa menjadi
tawanan kawanan pelacur, lalu digusur dan disekap dalam
sarang pelacur?" Si Kucing masih mengawasi tanpa bicara, namun kedua
alisnya tampak bekernyit, senyum pun lenyap, kini kelihatan
prihatin. Jit-jit menarik lengan bajunya, katanya perlahan,
"Bagaimanapun aku sudah berada di sini, apa pun harus
kuselidiki hingga jelas duduknya perkara."
"Ya, memang harus demikian, lekas Nona masuk saja."
Jit-jit melenggong, "Kau ... kau suruh aku masuk sendiri?"
Si Kucing berkedip-kedip, katanya, "Apa Nona minta kutemani
masuk?" Jit-jit gigit bibir dengan mendongkol, "Hm, memangnya kau
ingin kumohon padamu ... Huh, jangan harap, kau kira aku
tidak pernah masuk ke sana, memangnya apa yang perlu
ditakuti?" Lahirnya bilang tidak takut, padahal dalam hatinya takut
sekali, adegan di dalam kamar bawah tanah, betapa tinggi
kungfu si nyonya setengah baya yang cantik itu, betapa jahat
dan culas hatinya, semua itu cukup membuatnya ngeri dan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
bergidik. Kejadian itu betul-betul membuatnya takut, seorang
diri betapa pun dia tak berani masuk ke sana.
Akhirnya Jit-jit bersuara, "Kau ...kau ...."
"Aku kenapa?" tanya Si Kucing.
"Apa kau tidak ingin masuk ke sana?"
"Untuk masuk ke tempat ini aku harus menunggu bila hari
sudah mulai gelap, kantongku penuh berisi, dengan langkah
lebar dan membusung dada kumasuk melalui pintu besar,
mana boleh menyelundup masuk di tengah malam buta?"
Jilid 12 Lama Jit-jit menatapnya dengan mendelik, mendadak dia
putar tubuh, sekali loncat ia hinggap di atas pagar tembok dan
langsung melompat ke dalam.
Sudah tentu si Kucing terperanjat, segera dia ikut melompat
dan melayang, ke balik tembok.
Siapa tahu, baru saja dia hinggap di tanah, segera dilihatnya
Cu Jit-jit berdiri di kaki tembok sambil mengawasinya dengan
tertawa ejek, katanya, "Kutahu kau pasti tidak tega
membiarkan aku masuk sendirian."
Dongkol, gemas juga geli si Kucing, katanya sambil
menggeleng, "Baiklah, aku betul-betul takluk padamu."
"Kalau sudah takluk padaku, maka kau harus patuh pada
perintahku." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak si Kucing berkata serius, "Bila tempat ini betul
tempat yang kau maksud, maka jelas di sinilah sarang naga
dan gua harimau, di sekeliling kita pasti terpasang berbagai
perangkap." "Ya, betul," sahut Jit-jit.
"Karena itulah penyelidikanmu kali ini harus dilakukan dengan
hati-hati, sedikit pun tidak boleh salah langkah, sedikit lena
mungkin takkan bisa keluar dari sini."
"Aku tahu ... ikuti aku," sembari bicara Jit-jit lantas melayang
ke depan. Sebelum tengah malam tempat ini biasanya masih riuh ramai,
gelak tertawa dan cekikikan genit, namun sekarang sunyi
senyap, sinar lampu pun tidak kelihatan.
Di bawah pantulan salju Cu Jit-jit berusaha membedakan arah,
namun dalam keadaan remang-remang sukar baginya
memastikan apakah dia pernah datang ke sini.
Si Kucing menyusul di belakangnya, katanya, "Hati-hati,
jangan meninggalkan bekas kaki di permukaan salju."
"Jangan khawatir, aku tahu."
"Apa pun untuk jadi maling jelas kau bukan tandinganku, biar
aku yang menunjukkan jalan saja," tanpa menunggu jawaban
Cu Jit-jit si Kucing lantas mendahului melayang ke depan.
Satu di depan yang lain di belakang, mereka merunduk ke
taman belakang, sepanjang jalan bukan saja tidak terdengar
suara orang, juga tidak menemukan rintangan atau
perangkap. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kesunyian yang agak ganjil, membuat orang tegang dan
khawatir. Cu Jit-jit merasakan jantung berdebar cepat dan
keras. Mendadak kakinya menyentuh sesuatu yang lunak, saking
tegang dan kaget hampir saja Jit-jit menjerit. Untung si Kucing
keburu mendekap mulutnya, desisnya, "Ssst, ada apa?"
Jit-jit tergegap, lidah terasa kelu, dia hanya menuding ke
sana. Waktu si Kucing memandang ke arah yang ditunjuk,
tertampak di bawah pohon kering meringkuk dua orang
berbaju hitam tanpa bergerak, entah masih hidup atau sudah
mati. Keruan berubah air muka mereka, keduanya menyurut
mundur setindak. Kedua orang yang rebah di atas salju itu
tetap tidak bergerak. "Mungkin ... mungkin sudah mati?" ucap Jit-jit gemetar.
Si Kucing menunggu beberapa kejap pula, lalu mendekat dan
berjongkok membalik tubuh salah seorang berbaju hitam itu,
kedua orang ini kelihatan melotot, mulut terbuka lebar,
mukanya berlepotan salju, kulit daging sudah kaku dan pucat
karena kedinginan, namun hidungnya masih bernapas lemah,
dadanya pun masih hangat. Kedua orang ini jelas belum mati.
Setelah memeriksa sekian lamanya, akhirnya si Kucing
berkata, "Kedua orang ini tertutuk hiat-tonya."
Mengepal tinju Jit-jit, katanya tegang, "Dilihat dari dandanan
kedua orang ini, jelas tukang pukul atau penjaga pekarangan
ini, mereka penjaga di sini ...."
"Ya, pasti demikian," kata si Kucing.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tapi ... siapakah yang menutuk hiat-to kedua orang ini?"
"Kau tanya, padaku, aku tanya siapa?"
Jit-jit gelisah, katanya, "Masa tak dapat kau buka hiat-to
mereka dan tanyai mereka?"
Si Kucing menggeleng kepala, "Bukan saja lwekang penutuk
itu amat tinggi, cara yang digunakan juga khas, kecuali ajaran
perguruannya, siapa pun takkan mampu memusnahkan
tutukan hiat-to mereka."
"Lalu ... siapakah gerangan penutuk itu?"
"Melihat gelagatnya, ada seorang kosen secara diam-diam
telah datang lebih dahulu, jejak kita bukan mustahil sudah di
bawah pengawasannya ...."
"Lalu bagaimana baiknya?"
Si Kucing berdiri, "Mari kita pulang saja."
"Pulang" Setelah datang kau bilang harus pulang" Umpama
benar ada orang mendahului kita, tapi dia menutuk hiat-to
kedua budak ini, jelas dia berada di pihak kita, bukankah
berarti kita mendapat bantuannya, maka jangan pulang, apa
pun kejadian ini harus diselidiki sampai jelas."
Si Kucing berpikir sejenak, memang beralasan si nona, dia
lantas berkata dengan menghela napas, "Baiklah, terserah."
Maka kedua orang ini merunduk maju lebih lanjut, langkah
mereka lebih hati-hati. Mendadak tampak di hutan bambu tak
jauh di sana ada sinar lampu.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tidak masuk sarang harimau mana bisa menangkap anak
harimau, mari kita ke sana," ucap Jit-jit.
Urusan sudah telanjur, si Kucing tak bisa menolak, maka dia
iringi Cu Jit-jit menerobos ke dalam hutan bambu.
Di dalam hutan bambu terdapat tiga atau lima petak rumah
mungil, sinar lampu menyorot keluar dari jendela. Cahayanya
remang-remang, terasa mengandung kegaiban.
Si Kucing jadi tertarik, dengan tabah dia menyelinap ke bawah
jendela, mereka mendekam tak bergerak di bawah jendela
dengan menahan napas dan pasang kuping.
Sesaat kemudian terdengar suara rintihan seorang
perempuan. Si Kucing dan Cu Jit-jit saling pandang sekejap
dan merasa tegang. Diam-diam Jit-jit membatin, "Jangan-jangan ada Pek-hun-bokli yang berbuat salah dan sedang menjalani hukuman?"
Tapi anehnya, setelah mendengarkan sekian lama, bukan saja
suara rintihan itu tidak seperti orang kesakitan, malah agak ...
agak ... entah agak apa Cu Jit-jit sendiri tak bisa
menerangkan. Menyusul terdengar dengus napas seorang lelaki.
Kontan air muka si Kucing berubah, berubah aneh dan lucu,
segera dia tarik lengan baju Cu Jit-jit, maksudnya
mengajaknya pergi. Tapi Jit-jit sedang keheranan dan ketarik oleh suara keluhan
itu, mana dia mau pergi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Didengarnya suara laki-laki itu berkata di tengah sengal
napasnya yang berat, "Bagaimana ... nikmat" ...."
Suara genit seorang perempuan menjawab setengah merintih,
"O, sayang ... aku ... aku tidak tahan ... tidak tahan lagi ...."
Betapa pun hijaunya, akhirnya Jit-jit tahu juga apa yang
tengah berlangsung di dalam kamar, seketika merah
mukanya, diam-diam dia berludah.
Si Kucing juga serbakikuk, keduanya melenggong dan tak
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergerak, hingga tanpa sadar sesosok bayangan berkelebat
lewat di atas kepala mereka. Cepat mereka pun berdiri dan lari
ke luar hutan. Setelah jauh, Jit-jit berkata dengan mendongkol, "Tidak tahu
malu ... menyebalkan!"
"Dari sini dapat disimpulkan bahwa di tempat ini tak terjadi
sesuatu yang ganjil, kalau tidak masakah di dalam ada laki-laki
iseng yang bermain dengan pelacur."
Dengan wajah merah Jit-jit berkata, "Dari mana kau tahu lakilaki itu iseng, bukan mustahil dia ... dia adalah temannya?"
Diam-diam si Kucing tertawa geli, batinnya, "Keluhan nikmat
perempuan itu memang disengaja untuk menyenangkan
setiap lelaki iseng, orang seperti diriku mana bisa dikelabui?"
Sudah tentu hal ini tidak dijelaskannya. Waktu dia angkat
kepala dan menoleh, tiba-tiba dia bertanya kaget, "He, apa
yang berada di atas kepalamu?"
"Ada apa ...." sahut Cu Jit-jit, waktu dia angkat kepala, ia pun
menjerit kaget, "Hei, apa yang berada di atas kepalamu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berbareng mereka meraba kepala, dari atas kepala mereka
masing-masing menjamah sebuah mahkota yang dirangkai
dari ranting kayu kering, di atas mahkota ranting kayu itu
masing-masing terselip secarik kertas. Mereka tarik kertas itu,
di bawah keremangan mereka melihat tulisan di atas kertas itu
berbunyi: "Ratu Tolol", sedangkan kertas si Kucing tertulis:
"Raja Goblok". Siapakah yang menaruh mahkota ranting kering di atas kepala
mereka" Kapan ditaruhnya" Ternyata si Kucing dan Cu Jit-jit
tidak tahu dan tidak menyadari sama sekali.
Keruan tidak kepalang kaget mereka, namun setelah
membaca tulisan itu di samping mendongkol mereka pun
geregetan, Jit-jit menggerutu, "Kentut, kentut anjing busuk.
Huh, ratu ... apa, kalau dapat kutangkap bajingan itu, awas,
akan kubeset kulitnya."
Si Kucing tertawa getir katanya, "Orang menaruh ranting di
atas kepalamu saja tidak kau ketahui, cara bagaimana mampu
kau tangkap dia, bayangan saja tak dapat melihatnya."
Betapa tinggi kungfu orang, ginkangnya yang lihai dan gerakgeriknya yang cekatan dan tangkas, ngeri Jit-jit
membayangkannya, bila yang ditaruh di atas kepala mereka
bukan ranting kayu tapi senjata rahasia beracun yang bisa
membuat luka kepala mereka, lalu apa jadinya, keruan ia
berkeringat dingin. Si Kucing bergumam, "Pasti orang itulah yang menutuk hiat-to
kedua orang berbaju hitam tadi, tapi ... siapakah dia
sebenarnya" Tokoh mana dalam dunia ini yang berkepandaian
setinggi ini?" "Peduli siapa dia," ucap Jit-jit, "lebih baik kita ...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kita pulang saja," tukas si Kucing.
"Pulang, pulang, kau hanya tahu pulang saja," omel Jit-jit
mendongkol. Si Kucing menghela napas, katanya, "Orang itu jelas tak
bermaksud jahat terhadap kita, kalau mau, dengan mudah dia
dapat mencabut jiwamu, tapi perbuatannya ini jelas cuma
ingin memperingatkan, supaya kita tidak terlalu lama berada
di sini." "Kenapa ... kenapa ...."
Si Kucing memandang sekitarnya, lalu katanya, "Dalam
kegelapan di sekitar kita ini pasti banyak alat perangkap yang
tak kelihatan, khawatir kita terjebak, maka orang itu
menganjurkan kita pulang saja."
"Kalau dia suruh kau pulang, kau lantas pulang" Kau begitu
patuh kepadanya?" "Betapa pun orang bermaksud baik ...."
"Aku justru tak mau terima kebaikannya, aku justru ingin tahu
lebih jelas," belum habis bicara segera orangnya melompat ke
depan. Si Kucing sudah kenyang berkelana di dunia Kangouw,
pengalaman luas, banyak tipu akalnya, gesit, dan cekatan,
siapa saja yang bermusuhan dengan dia pasti pusing tujuh
keliling, tapi menghadapi Cu Jit-jit, justru dia sendiri yang
kewalahan. Cu Jit-jit sudah berlari ke depan, terpaksa dia mengikut di
belakangnya. Dengan kebat-kebit, mereka maju lagi beberapa
puluh tombak jauhnya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sekonyong-konyong berkumandanglah bunyi keleningan,
meski ringan suaranya, tapi di tengah malam gelap dan sunyi,
suaranya sungguh mengejutkan.
Menyusul tampak cahaya api menyala di sebelah depan.
Betapa besar nyali Cu Jit-jit kaget juga dia dan menghentikan
langkah, terdengar suara bentakan keras di sana, "Siapa itu"
.... Berhenti! .... Tangkap maling!"
Berubah air muka si Kucing, "Wah, celaka ... lekas mundur
...." Belum lenyap suaranya, tampak sesosok bayangan orang
melesat keluar dari arah cahaya api sana, gerakannya secepat
kilat dan menubruk ke arah Cu Jit-jit dan si Kucing
bersembunyi. Gerak-geriknya sungguh amat cepat, walau melesat dari
depan, tapi Jit-jit dan si Kucing hanya melihat bayangannya
saja, hakikatnya sukar melihat raut wajah dan bentuk
perawakan orang. Tatkala melesat lewat di samping tubuh
mereka, bayangan itu membentak lirih, "Ikuti aku!"
Sementara itu tampak bayangan orang banyak disertai
langkah ramai sama memburu ke arah Cu Jit-jit dan si Kucing,
bentakan dan teriakan bertambah keras.
Dalam keadaan terdesak begini, terpaksa Jit-jit putar tubuh
dan melompat keluar, untung jalan mundur mereka belum
tercegat, dengan cepat mereka melayang keluar pagar
tembok. Setiba mereka di luar pagar tembok, bayangan misterius tadi
tidak kelihatan lagi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit mengentak kaki, omelnya, "Maling mampus, bangsat
goblok, dia sendiri lebih setimpal dianugerahi julukan raja
goblok, jejaknya yang konangan orang, kita ikut susah."
"Kukira dia sengaja berbuat demikian," ujar si Kucing setelah
berpikir. "Maksudmu dia sengaja memperlihatkan jejaknya"
Memangnya dia sudah gila?"
"Sudah berulang kali dia memberi peringatan, namun kita
tetap bandel, terpaksa jejaknya sengaja diperlihatkan supaya
kita pun mau tidak mau ikut kabur ...."
Jit-jit melenggong, katanya kemudian dengan gemas, "Apa
sangkut paut urusan kita dengan dia" Kenapa dia
mempermainkan kita?"
Mulut bicara, kaki tidak berhenti, cepat sekali sudah melewati
dua jalan raya. Pada saat itulah mendadak Jit-jit berhenti.
"Kau mau apa pula?" tanya si Kucing.
"Aku ingin kembali ke sana."
"He, apa kau sudah gila?"
"Siapa bilang aku gila, aku sangat sadar, setelah gagal
menangkap maling, mereka tentu tidur lagi, kenapa aku tidak
boleh kembali ke sana?"
Si Kucing menghela napas, katanya, "O, nonaku yang manis,
memangnya tak kau pikir, setelah kejadian ini penjagaan tentu
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
diperketat, kalau kau kembali ke sana, pasti masuk perangkap
mereka." Jit-jit mengertak gigi, desisnya, "Mungkin betul ucapanmu,
namun aku tambah yakin tempat itu adalah sarang iblis, kalau
aku tidak memeriksanya pula ke sana, mana hatiku bisa
tenteram?" "Berdasarkan apa kau begitu yakin?"
"Coba jawab, kalau sarang pelacur biasa mana mungkin dijaga
sekian banyak orang" Apalagi berulang kali orang itu memberi
peringatan kepada kita, pasti dia tahu dalam taman itu banyak
dipasang jebakan. Nah, coba jawab lagi, sarang pelacur biasa
mana mungkin terdapat jebakan dan perangkap?"
Lama si Kucing terdiam, akhirnya menghela napas, katanya,
"Aku selalu kalah berdebat dengan kau."
"Kalau mengaku kalah, ayolah ikut aku pula."
"Baiklah, aku ikut."
"Betul?" seru Jit-jit girang.
"Sudah tentu betul, tapi bukan malam ini, sekarang kita
pulang dulu, besok kita rancang dulu langkah kita, betapa pun
sarang pelacur ini harus diselidiki sampai jelas."
Jit-jit bimbang sejenak, tanyanya, "Apakah omonganmu dapat
dipercaya?" "Setiap patah kataku laksana paku yang menancap di dinding,
satu paku satu mata."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Baiklah, kali ini aku terima saranmu, besok kita lanjutkan
penyelidikan ini." ***** Setiba mereka di rumah keluarga Auyang, penghuni rumah
besar itu sudah tidur semua, agaknya tiada orang tahu apa
yang dilakukan kedua orang ini setengah malaman ini, segera
mereka kembali ke kamar masing-masing.
Di musim dingin, malam pendek siang panjang, Jit-jit hanya
tidur sebentar di atas ranjang, waktu dia membuka mata
mentari sudah memancarkan cahayanya ke dalam kamar.
Cukup lama dia duduk termenung di atas ranjang, makin
dipikir terasa makin mencurigakan, mendadak dia menyingkap
selimut terus berpakaian langsung dia pergi ke kamar Sim
Long. Pintu kamar masih tertutup rapat, segera ia hendak
menggedor, tapi urung, sejenak ia berpikir, lalu berputar ke
arah jendela dan pasang kuping mendengarkan, didengarnya
Sim Long masih mendengkur dengan teratur, jelas tidurnya
sangat nyenyak. Mendadak di belakangnya seorang menyapa perlahan,
"Selamat pagi, Nona!"
Cepat Jit-jit membalik, yang berdiri di belakangnya dengan
meluruskan tangan ternyata Pek Fifi.
Secara diam-diam dia berdiri di luar jendela kamar orang lelaki
dan mencuri dengar, kini kepergok, keruan ia malu. Seketika
dia menarik muka, baru saja dia hendak mengumbar adat,
mendadak pikirannya berubah, dengan tertawa dia berkata
perlahan, "Kau pun pagi, apa semalam enak tidurmu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dua hari ini setiap melihat tampang Pek Fifi selalu dia jengkel,
kini sikapnya mendadak berubah ramah, sudah tentu Pek Fifi
merasa di luar dugaan, ia jadi kebat-kebit malah, sahutnya
dengan hormat, "Terima kasih atas perhatian Nona, aku ...
aku tidur dengan nyenyak."
"Angkat kepalamu, biar kulihat mukamu."
Fifi mengiakan dan perlahan angkat kepalanya.
Hujan salju sudah berhenti, mentari yang baru menyingsing
memancarkan cahaya keemasan menyinari wajah Pek Fifi.
Jit-jit menghela napas, ujarnya, "Memang cantik, melihatmu
aku pun ketarik, apalagi kaum lelaki hidung belang itu, sudah
tentu tergila-gila ...."
Fifi kira rasa cemburu orang mulai angot lagi, maka dengan
gugup dia berkata, "Mana hamba berani dibandingkan dengan
Nona ...." "Tak usah sungkan, tapi ... jangan kau bohongi aku."
Fifi berjingkat kaget, katanya, "Mana berani hamba bohongi
Nona." "Apa betul kau tidak bohong" Baik, jawab pertanyaanku, kau
bilang semalam tidur nyenyak, kenapa kedua matamu tampak
merah bengul?" Wajah Fifi yang semula pucat seketika merah, katanya dengan
tergegap, "Aku ... hamba ...."
Khawatir dimaki Cu Jit-jit, saking takutnya sampai tak mampu
bicara. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit malah tertawa, katanya, "Kalau semalam kau tidak tidur,
aku ingin tanya padamu, kamarmu di sebelah kamar Simsiangkong, apa kau tahu semalam Sim-siangkong keluar dari
kamarnya tidak?" Lega hati Fifi, katanya, "Semalam Sim-siangkong pulang ke
kamar dengan mabuk, begitu rebah di ranjang lantas tidur
pulas, dari kamar hamba pun mendengar suara
dengkurannya." Sesaat Jit-jit menimbang-nimbang, lalu berkerut alis dan
bergumam, "Kalau demikian, mungkin bukan dia ...."
"Bukan dia siapa?" tiba-tiba seorang bertanya dengan tertawa.
Entah kapan Sim Long sudah membuka pintu dan melangkah
keluar. Merah muka Jit-jit, katanya, "O, tidak ... tidak apa-apa."
Sikapnya di hadapan Sim Long serupa Pek Fifi di hadapannya
tadi, muka merah dan menunduk kepala, tergegap tak mampu
bicara. Sambil menunduk diam-diam Fifi mengundurkan diri.
Sim Long menatap Jit-jit, cahaya mentari yang keemasan
menyinari wajah Cu Jit-jit, wajahnya kelihatan cantik, siapa
pun melihatnya pasti merasa sayang.
Mendadak Sim Long menghela napas, katanya, "Wajahmu bak
bunga mekar, lebih cantik dari ...."
"Siapa maksudmu?" tukas Jit-jit.
"Sudah tentu kau, masa orang lain."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Muka merah Jit-jit, belum pernah dia dengar Sim Long memuji
kecantikannya, entah kejut entah senang, dia menunduk dan
berkata, "Apakah kau bicara setulus hatimu?"
"Sudah tentu setulus hati .... Angin pagi dingin di luar, marilah
duduk di dalam kamar."
Tanpa diminta lagi Jit-jit mendahului melangkah masuk dan
duduk di dalam kamar, terasa Sim Long masih terus
mengawasi dirinya dengan saksama.
Ia menjadi rikuh, duduk tak tenang, berdiri juga tak enak,
akhirnya dia mengomel dengan tertahan, "Apa yang kau
pandang" Bukankah aku serupa, beratus kali telah kau
pandangku, dipandang lagi juga takkan tumbuh sekuntum
bunga di mukaku." Sim Long tersenyum, katanya, "Aku sedang berpikir,
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan secantik kau bila mengenakan mahkota di atas
kepala pasti mirip seorang ratu."
Terkesiap hati Jit-jit, "Ratu ... ratu apa?"
Sim Long bergelak tertawa, "Sudah tentu ratu kecantikan.
Memangnya ada ratu lain."
Tak tahan Jit-jit, ia mengawasi orang dengan saksama.
Sim Long tertawa, katanya, "Udara dingin bumi beku, keluar
malam gampang masuk angin, bila nanti malam kau ingin
keluar, lebih baik mengenakan baju kapas ...."
Jit-jit berjingkrak, serunya, "Siapa bilang nanti malam aku mau
keluar?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa bilang kau mau keluar, aku hanya bilang umpama kau
ingin keluar," mendadak Sim Long menoleh, lalu menyambung
dengan tertawa, "Him-heng, kenapa berdiri di luar jendela,
silakan masuk"!"
Si Kucing berdehem, lalu melangkah masuk perlahan dan
menyapa, "Pagi benar Sim-heng bangun."
"Sebetulnya tidak pagi lagi, bagi orang yang malam hari suka
keluyuran menjadi maling, semalam suntuk tidak tidur, tapi
sekarang sudah bangun, dia baru dapat dikatakan bangun
pagi-pagi betul tidak Him-heng?"
Si Kucing menyengir, sahutnya, "Ya ... ya ...."
"Barusan kubilang ada seorang mirip ratu, kini kulihat
tampang Him-heng, haha, cara Him-heng melangkah bagai
harimau lapar, gagah perkasa, bila mengenakan mahkota
juga, kau pasti mirip seorang raja."
Melotot si Kucing mengawasi Sim Long, sampai sekian lama
terkesima dan tak mampu bersuara.
Mendadak Sim Long berdiri, katanya, dengan tertawa, "Silakan
kalian duduk di sini, aku akan keluar melihat-lihat dulu."
"Melihat ... melihat apa?" tanya Jit-jit.
"Ingin kulihat apakah semalam ada maling datang mencuri
barang, mungkin gagal mencuri malah kehilangan segenggam
beras, kereta kuda yang ditumpangi juga tertinggal di luar."
Dengan tertawa segera dia berlari keluar.
Jit-jit dan si Kucing saling pandang dengan melenggong dan
tak mampu bicara. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sesaat kemudian si Kucing tak tahan, ia buka suara,
"Semalam pasti dia."
"Ya, pasti dia," ucap Jit-jit.
Si Kucing menghela napas, katanya, "Sepak terjangnya
sungguh menakjubkan, gerak-geriknya laksana setan, tingkah
kita ternyata tak mampu mengelabui dia .... Ai, sungguh
kungfu hebat." Tiba-tiba Jit-jit tertawa, katanya, "Banyak terima kasih."
Si Kucing heran, "Kau terima kasih apa?"
Manis tawa Jit-jit, katanya, "Kau memuji dia, berarti memujiku
pula, mendengar pujianmu sungguh aku sangat senang, maka
aku mengucapkan terima kasih, jika kau maki dia, pasti
kuhajarmu." Si Kucing melongo sejenak, akhirnya menghela napas,
katanya, "Semalam dia mempermalukan dirimu dan kau tidak
marah?" "Siapa bilang dia mempermainkan aku, maksud dia kan baik,
ini ... ini kan kau sendiri yang bilang demikian" Kan pantas
kita berterima kasih kepadanya, kenapa mesti marah?"
Kembali si Kucing melenggong, katanya kemudian, "Tapi aku
justru marah." "Kau marah apa?" tanya Jit-jit.
Si Kucing tidak menjawab, mendadak ia berterus melangkah
pergi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit tidak mencegah, hanya katanya keras, "Hanya marah
saja apa gunanya" Kalau malam nanti kau dapat
membebaskan diri dari pengawasannya baru terbukti kau
punya kepandaian tinggi, laki-laki yang serbapintar pasti akan
disukai gadis." Si Kucing sudah pergi dengan langkah lebar, mendadak dia
kembali dengan langkah lebar pula, katanya, "Kau kira aku tak
mampu membebaskan diri dari pengawasannya?"
Dengan tertawa Jit-jit mengawasinya, katanya, "Apa kau
mampu?" "Mampu saja, boleh kau buktikan," seru si Kucing keras.
Setelah mengentak kaki, kembali dia melangkah pergi.
Mengawasi bayangan orang yang lenyap di luar pintu, Jit-jit
tertawa senang, gumamnya, "Kau si Kucing ini pernah bilang
selamanya tak pernah terpancing orang" Sekarang kenapa
terpancing juga olehku" .... Tampaknya laki-laki di dunia ini
sama saja, tiada satu pun yang tahan dihasut oleh orang
perempuan .... Hanya ... kecuali Sim Long saja ...."
Terbayang akan watak Sim Long yang tidak kenal kompromi,
tidak doyan halus maupun keras, sering berlagak bisu dan tuli
lagi, sungguh ia gemas dan geregetan, rasanya ingin
menggigitnya. Tapi ... ia hanya menggigitnya perlahan, sebab
khawatir menyakitkan dia.
***** Dengan sendirinya Auyang Hi berusaha menahan tetamunya
supaya tinggal lebih lama, Jit-jit juga tidak berniat pergi, maka
kebetulan orang banyak lantas tinggal lebih lama di rumah
Auyang Hi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Malamnya diadakan pula perjamuan besar. Setelah minum
tiga cawan, si Kucing mendadak berkata, "Eh, tiba-tiba
teringat olehku suatu persoalan menarik."
"Soal apa?" tanya Auyang Hi.
"Bila kita berempat bertanding minum arak entah siapa yang
akan ambruk lebih dulu?"
"Wah ...." Auyang Hi jadi bingung, ia menoleh ke arah Sim
Long, lalu memandang Ong Ling-hoa pula.
Sim Long diam saja, Ong Ling-hoa juga tidak memberi
tanggapan. Setiap orang yang gemar minum pasti tidak mau mengaku
takaran minumnya sedikit dan akan mabuk lebih dulu.
Auyang Hi bergelak tertawa, katanya, "Persoalanmu memang
menarik, namun sukar mendapatkan jawabannya."
"Kenapa sukar," ujar si Kucing, "asal Auyang-heng mau
sediakan arak, hari ini juga kita bisa menentukan kalahmenang." Belum habis orang bicara Auyang Hi lantas berkeplok,
serunya, "Bagus! .... Ayo keluarkan empat guci arak!"
Cepat sekali empat guci arak yang diminta sudah diusung
keluar. Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Begini saja, satu orang satu
guci, siapa pun tak dirugikan."
Sim Long tersenyum, "Jika habis satu guci dan belum mabuk,
lalu bagaimana?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Bila empat guci belum mabuk, keluarkan lagi delapan guci,"
kata Ong Ling-hoa. "Kalau belum juga mabuk?" tanya Sim Long.
Ong Ling-hoa tertawa, "Jika masih juga belum ada yang
mabuk, apa salahnya kita teruskan adu minum sampai tiga
hari?" Si Kucing tepuk tangan, serunya dengan bergelak tertawa,
"Haha, bagus! Tapi, masih ada ...."
"Masih ada apa?" tanya Auyang Hi.
"Cepat atau lambatnya cara minum juga harus diatur ...." ujar
si Kucing. "Betapa cepat kau kucing ini dapat minum kami pasti akan
mengiringimu sama cepatnya."
"Baik ...." seru si Kucing girang, segera diangkatnya satu guci
dengan kepala mendongak, arak terus dituang ke dalam
perut, sekaligus dia habiskan setengah guci.
Ketika mendengar si Kucing ribut urusan minum arak, Jit-jit
lantas tahu maksud si Kucing hendak mencekok mabuk ketiga
orang ini, bila Sim Long juga mabuk, maka dia takkan bisa
menguntit gerak-gerik mereka malam ini. Dalam hati dia
tertawa geli dan bersorak akan akal si Kucing. Maka dia hanya
menonton saja di samping tanpa memberi komentar.
Empat orang ini memang jago minum, hanya sekejap saja isi
empat guci sudah terminum habis, segera Auyang Hi tepuk
tangan dan menyuruh keluarkan empat guci arak lagi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ketika empat guci ini habis diminum dan minta tambah empat
guci, keadaan keempat orang ini sudah mulai tak genah, mulai
sinting, cara bicara juga ngelantur.
Jit-jit sangat tertarik, ia ingin menyaksikan siapa di antara
keempat orang ini yang mabuk dan ambruk lebih dulu. Tapi
setelah berpikir pula, ia jadi tidak tertarik lagi. Pikirnya,
"Takaran minum keempat orang ini agaknya seimbang, jika si
Kucing tak mampu mencekoki Sim Long hingga mabuk, malah
dia sendiri yang mabuk lebih dulu, lalu bagaimana baiknya?"
Mendadak terlihat Sim Long berdiri dan berseru lantang,
"Kucing tetap kucing, habis tiga guci arak jatuh melingkar
seperti kerbau." Mendadak ia roboh perlahan dan tak bangun lagi.
"Haha, ambruk satu ...." teriak si Kucing dengan tertawa.
Ong Ling-hoa mengedip mata, katanya, "Jangan-jangan dia
pura-pura mabuk." Meski ingin mencekoki Sim Long sampai mabuk, tapi melihat
keadaannya benar-benar mabuk, Jit-jit menjadi gugup pula,
dengan penuh perhatian dia berjongkok memapah Sim Long,
katanya, "Dia tidak pura-pura, tapi betul-betul mabuk, kalau
tidak masa dia mengoceh tak keruan."
Ong Ling-hoa tertawa, "Tak nyana orang lain ambruk lebih
dulu, bagus, bagus! Biarlah kuminum lagi tiga cawan."
Lalu dia habiskan tiga cawan arak, namun sebelum cawan
ditaruh di atas meja, orangnya mendadak tak kelihatan,
kiranya dia telah merosot ke bawah meja dan tak mampu
bangun lagi. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing tertawa, cawan didorongnya serta berbangkit, tapi
sebelum sirap suara tertawanya, ia pun ambruk telentang.
Auyang Hi bergelak, serunya, "Bagus ... bagus! Bicara soal
kungfu memang berbeda satu dengan yang lain, tapi soal
kekuatan arak akulah yang paling jempol ...."
Ia pegang cawan dengan langkah sempoyongan dan keluar
pintu. Sesaat kemudian terdengar cangkir jatuh berantakan
menyusul "bluk" yang keras, lalu suara Auyang Hi tak
terdengar lagi. Dengan terkesima Jit-jit mengawasi mereka satu per satu,
namun sesaat kemudian mendadak si Kucing melompat
bangun, katanya sambil mengawasi Cu Jit-jit, "Nah,
bagaimana, bukankah sekarang aku dapat melepaskan diri
dari mereka." "Ya, anggaplah kau memang lihai, tapi ... tapi tak pantas kau
mencekokinya sampai begini," apa pun Jit-jit tetap membela
Sim Long. Si Kucing melenggong sejenak, katanya dengan menghela
napas, "O, perempuan ... sudah kubela dia, dia malah
membela orang lain ...."
Jit-jit angkat Sim Long ke atas ranjang dan menyelimutinya,
habis itu baru dia ikut si Kucing melesat keluar pekarangan.
Kedua orang sama memikirkan persoalannya sendiri, maka
tiada yang buka suara. Setiba di luar tembok rumah itu baru Jit-jit menoleh dan
berkata, "Malam ini Sim Long tidak akan memberi petunjuk
dan perlindungan lagi, maka kita harus lebih hati-hati."
"Hmk!" si Kucing hanya mendengus saja.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit tertawa, "Kau minum arak sebanyak itu dan tidak
mabuk, jangan-jangan kau mabuk minum cuka (cemburu)."
Dengan enteng mereka melompati tembok, keadaan gelap
gulita sekelilingnya sepi seperti tiada penjagaan, ronda malam
juga tidak kelihatan. Mereka maju terus tanpa rintangan.
Entah berapa lama mereka sudah memasuki pekarangan
besar ini, waktu diteliti agaknya mereka sudah berada di
taman belakang, pemandangan sekelilingnya memang mirip
seperti "sarang iblis" yang pernah dilihat Cu Jit-jit dulu.
Hutan cemara, hutan bambu, gardu pemandangan, loteng
bersusun, gunung-gunungan dan empang ....
Jalan kecil berkerikil sudah bertabur salju, empang teratai
yang sudah membeku. Makin pandang makin mirip, namun
makin dipandang hatinya juga semakin tegang, meski di
musim dingin telapak tangan dan jidatnya ternyata
berkeringat. Mendadak si Kucing bergelak tertawa, "Haha, arak bagus, arak
bagus, lagi sepoci ...."
Saking kaget jantung Cu Jit-jit seperti mau melompat keluar
dari rongga dadanya, cepat dia membalik dan menarik si
Kucing terus diajak menggelinding ke tempat gelap.
Ditunggu sesaat lamanya, keadaan tetap sunyi senyap, gelak
tawa si Kucing ternyata tidak mengejutkan penjaga atau ronda
malam di taman ini. Jit-jit merasa lega, ia tarik lengan baju si Kucing dan
mengomel, "Sudah gila kau?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing menyengir, "Sudah gila, ya sudah gila, lebih baik
minum arak ...." "Celaka, kau ... kau mabuk?"
Mendadak si Kucing menarik muka, "Siapa mabuk, aku hanya
ingin coba apakah di sini ada orang atau tidak."
"Caramu mencoba ini apakah tidak akan membikin jiwa
melayang?" omel Jit-jit.
Mendadak si Kucing berkata keras pula, "Baiklah, jika kau
minta jangan kucoba, aku pun tidak akan mencoba."
Tubuh Jit-jit berkeringat dingin, lekas dia memberi tanda dan
mendesis, "Sssst, jangan bicara."
Mendadak si Kucing juga mendekap mulut dan berkata,
"Sssst, jangan bicara."
Khawatir dan gusar, serbasalah pula Jit-jit, ia tak tahu apa
yang harus dilakukan lagi, sekarang baru dia tahu, tadi si
Kucing memang pura-pura mabuk, tapi setelah badan kena
angin malam, arak dalam perut berontak hingga betul-betul
jadi mabuk. Kalau tadi betul-betul mabuk masih mending, di
tempat seperti ini dia baru mabuk, keruan Jit-jit gugup
setengah mati. Tak terduga mendadak si Kucing berdiri, dengan hati-hati dia
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menuju ke sana, gerak-geriknya kelihatan lincah dan cekatan,
Jit-jit tak berhasil menariknya, terpaksa dia ikuti saja langkah
orang. Setelah sekian jauhnya, langkah si Kucing betul-betul seringan
kucing merunduk tikus, enteng tak mengeluarkan suara, lega
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
hati Cu Jit-jit, pikirnya, "Semoga dia tidak mabuk, kalau tidak
...." Baru melamun, mendadak si Kucing berlari ke arah sepucuk
pohon cemara, kaki tangan bekerja sekaligus, beruntun dia
memukul dan menendang pohon itu sambil berteriak-teriak,
"Bagus, kau bilang aku mabuk, kuhajar kau ... kuhajar kau
sampai mampus." Di samping kaget, dongkol juga Jit-jit, segera dia memburu
maju dan menekan tubuh si Kucing pada batang pohon itu.
"Plak-plok", belasan kali dia gampar mukanya.
Si Kucing tidak meronta, juga tidak melawan, dia malah
menyengir lucu. Dengan gemas Jit-jit memaki, "Kucing goblok, kucing mabuk,
akulah yang akan menghajarmu sampai mampus!"
Kucing meratap, "Nona yang baik, jangan menghajarku
sampai mampus, cukup setengah mati saja."
Walau gusar, Jit-jit merasa geli pula, namun saat itu dia sadar
bahaya selalu mengelilinginya, yang menemani dirinya justru
kucing mabuk, dia bisa tertawa.
Keadaan taman tetap sunyi senyap dan tak kelihatan orang
mengejar. Dengan menahan suara Jit-jit berkata dengan geregetan,
"Kucing mabuk, dengarkan, sekali lagi kau bikin ribut, segera
kututuk hiat-tomu dan kubuang ke semak-semak, biar
badanmu dicincang orang, kau tahu tidak?"
Si Kucing manggut-manggut, "Ya, aku tahu, aku tahu!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Masih berani kau bikin ribut?"
"Tidak, tidak berani lagi."
Lega hati Jit-jit, katanya, "Baik, ikuti aku dan jangan berisik,
berani bersuara sedikit saja segera kucabut nyawamu."
"Baik, ikuti kau perlahan, asal mengeluarkan suara, kau akan
merenggut nyawaku." Diam-diam Jit-jit membatin, "Walau dia mabuk, pikirannya
ternyata masih jernih. Agaknya nasibku masih mujur, tadi dia
ribut sekeras itu, ternyata tidak mengejutkan orang."
Maka kedua orang lantas maju lebih lanjut.
Si Kucing sudah mabuk hingga mengoceh tak keruan, seorang
lagi gadis yang hijau dan cetek pengalaman, betapa keras
keributan yang dilakukan si Kucing tadi, umpama orang mati
pun akan terkejut bangun. Apalagi orang di sini pasti tidak
mati. Tapi keadaan tetap sunyi, dalam hal ini pasti ada sebab
musababnya, namun bukan saja Jit-jit tidak pikirkan hal ini,
dia malah merasa senang dan menganggap dirinya bernasib
mujur. ***** Dugaan Cu Jit-jit memang tidak salah, "sarang pelacur" ini
memang betul adalah sarang iblis yang tempo hari pernah
membuat dirinya ketakutan setengah mati itu. Maju beberapa
langkah lagi lantas terlihat loteng kecil itu.
Walau keadaan sekelilingnya gelap gulita, namun sudah
terbayang olehnya akan wajah si nyonya setengah baya yang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
cantik dan berdandan seperti permaisuri itu tengah berdiri di
langkan dan melambaikan tangan kepadanya.
Rasa ngeri seketika menjalari benaknya, cepat dia tarik si
Kucing terus menyelinap ke belakang sepucuk pohon.
"Ken ...." baru si Kucing bersuara, mulutnya lantas didekap Cu
Jit-jit. Tangan Jit-jit yang lain menuding loteng kecil itu,
katanya, "Di ... di sana itulah."
Si Kucing bersuara dalam kerongkongan sambil manggutmanggut. Jit-jit berbisik pula, "Setiba di sini, jangan bersuara apa pun,
perempuan yang tinggal di atas loteng itu lebih menakutkan
daripada setan, bila mengeluarkan suara dan didengar
olehnya, jang ... jangan harap bisa pulang, tahu tidak?"
Si Kucing manggut-manggut, selanjutnya bernapas pun dia
tak berani terlalu keras.
Jit-jit segera lepaskan dekapan atas mulut orang, katanya
perlahan, "Walau kita sudah temukan tempat ini, tapi aku
tidak tahu bagaimana baiknya" Perlukah kita memeriksanya ke
atas" Atau pulang dulu mengajak Sim Long kemari?"
Dengan berbisik si Kucing berkata, "Kita periksa lebih dulu."
Jit-jit menghela napas, katanya, "Diperiksa dulu juga boleh,
tapi tak dapat kau bayangkan betapa menakutkan perempuan
di atas loteng itu, apalagi kau sedang mabuk ...."
"Tak jadi soal," kata si Kucing tegas. Belum lenyap suaranya
dia lantas melompat jauh ke depan, meluncur secepat anak
panah. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit tak berhasil meraihnya, ingin berteriak tidak berani,
saking khawatir berubah air mukanya, sebetulnya dia ingin
menyusul, sayang kedua kaki terasa lemas.
Dilihatnya si Kucing berlari langsung ke arah loteng, di mana
kakinya melayang, dia depak daun pintu bagian bawah,
menerjang masuk dengan langkah tegap seperti masuk
rumahnya sendiri. Tendangan si Kucing itu rasanya seperti menendang hulu hati
Cu Jit-jit, seketika kepala pusing, jantung pun serasa berhenti
berdenyut. Dia ambruk di tanah, kaki-tangan terasa dingin dan
basah keringat, ia bersuara perlahan, "Wah, celaka ... habis
...." Dia yakin setelah si Kucing menerjang masuk ke sana, jiwanya
pasti amblas dan takkan keluar lagi dengan hidup, sebetulnya
timbul niatnya akan ikut menerjang masuk sebagai tanda setia
kawannya, sayang, kakinya terasa lemas dan tak mampu
berdiri. Dia membatin sambil mengertak gigi, "Salahmu sendiri minum
sebanyak itu hingga mabuk, kau ... kau mampus juga pantas,
buat apa aku kasihan ...."
Walau demikian pikirannya, tapi entah kenapa, air mata lantas
bercucuran. Didengarnya si Kucing lagi mengamuk di dalam loteng,
teriaknya, "Perempuan setan, iblis perempuan, ayo keluar,
kalau berani ayolah berhantam dengan pendekar besar ini,
coba kau yang mampus atau aku yang hidup, memangnya kau
kira si Kucing takut padamu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Menyusul terdengar suara "blang-blung" yang ramai disertai
caci maki si Kucing, agaknya telah terjadi baku hantam yang
seru di dalam loteng. Kalau betul terjadi pertarungan sengit, meski kepandaian si
Kucing amat tinggi, apa pun dia bukan tandingan si
perempuan setengah baya yang menghuni loteng kecil itu,
apalagi saat itu si Kucing lagi mabuk.
Jit-jit tak tahan membendung air matanya, sambil menangis
terisak dia berkata sendiri, "Peduli kau mabuk atau tidak,
kalau bukan lantaran aku, tentu kau ... kau tidak akan mabuk
dan takkan berada di sini .... Akulah yang membuatmu celaka
... aku yang membuatmu celaka, tapi aku malah duduk saja di
sini, tak menyertai kau mengadu jiwa ... aku memang patut
mampus ... pantas mati ...."
Tangan diangkatnya, mendadak dia gigit lengan sendiri, begitu
jengkelnya hingga lengannya digigitnya sampai berdarah.
Sementara itu tak terdengar lagi suara si Kucing di dalam
loteng. Suasana menjadi sepi, keadaan sunyi yang aneh dan
mencekam lebih mengerikan dari kegaduhan, dengan khawatir
Cu Jit-jit angkat kepalanya, air mata masih berkaca-kaca di
pelupuk matanya, ia pandang ke sana dengan bingung.
Di tengah kesunyian yang mencekam perasaan ini, loteng kecil
itu tetap menegak di tengah kegelapan, tiada suara, tak
terlihat sinar lampu, apalagi bayangan manusia ....
Di samping khawatir dia juga heran, batinnya, "Apakah yang
terjadi .... Mengapa jadi begini .... Mungkinkah dia ... dia
menemui ajalnya" Tapi umpama dia gugur, sedikitnya
terdengar jeritannya."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Loteng kecil yang tak bernyawa itu dalam pandangan Jit-jit
sekarang berubah seperti iblis jahat. Pintu yang terpentang
oleh tendangan si Kucing tadi seperti mulut iblis raksasa yang
ternganga menunggu mangsanya, seperti juga menantang
dan mencemoohkan Cu Jit-jit, "Apa kau berani masuk?"
Bergidik Jit-jit. Tubuhnya memang sudah basah oleh salju, kini
celananya juga basah dan kotor, namun dia seperti tidak
menyadari, matanya tetap mengawasi bangunan loteng itu,
persoalan lain seperti tak dipedulikan lagi. Daun pintu yang
terpentang bergerak-gerak tertiup angin, seperti lagi
mengejek Cu Jit-jit, juga seperti sedang menantang.
Dengan mengertak gigi Jit-jit meronta berdiri, diam-diam ia
maki dirinya sendiri, "Kenapa aku jadi penakut, mati saja tak
takut, apa yang harus kutakuti?"
Ia tidak menyadari "rasa takut" adalah titik lemah manusia,
kelemahan yang sudah dibawa sejak lahir, kecuali orangnya
mati, pingsan atau mati rasa, kalau normal, siapa pun pasti
punya rasa takut. Meski tak kuasa menghentikan rasa takutnya, namun akhirnya
Jit-jit berdiri. Walau dia seorang gadis, tidak punya jiwa
keperwiraan, namun wataknya suka menang dan keras
kepala, dia juga memiliki hati yang bajik, dia sudah
bersumpah demi kesejahteraan umat persilatan, dia harus
membongkar rahasia ini, rahasia yang menakutkan ini.
Setindak demi setindak dia melangkah ke arah loteng. Pintu
masih terbuka lebar. Tapi keadaan di dalam pintu lebih gelap
daripada di luar, dengan ketajaman matanya tetap sukar
melihat keadaan di dalam rumah.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jantungnya seperti hendak melompat keluar, rasa takut makin
menjadi. Tapi sambil mengertak gigi dia tetap melangkah
masuk, tidak menoleh dan tidak berhenti.
Dari tempat dia jatuh terduduk tadi ke pintu loteng jaraknya
tidak jauh, namun jarak sedekat ini terasa betapa jauh dan
lama perjalanan ini. Akhirnya dia berada di pintu, untuk sampai ke situ rasanya dia
sudah mengerahkan seluruh tenaganya, kalau saat itu ada
orang menerjang keluar dari balik pintu, sekali tonjok pasti
dapat membunuhnya. "Blang", mendadak daun pintu tertutup. Hampir saja Jit-jit
menjerit. Padahal angin yang bikin gara-gara.
Jit-jit menggigit bibir, tangan kiri meraba dada tangan kanan
mendorong daun pintu Perlahan daun pintu terbuka, di dalam
tiada orang, juga tak ada reaksi apa-apa.
Dengan menabahkan hati dia melangkah masuk. Meski masih
ngeri, namun kaki-tangannya kini sudah penuh tenaga,
sekujur badan bersiap siaga, setiap saat dia siap tempur
menghadapi sergapan. Namun setelah beranjak beberapa langkah, ternyata tiada
kejadian apa pun yang dialaminya. Saking gelap kelima jari
tangan sendiri pun tak terlihat, tiada suara apa pula, hening
lelap, kecuali detak jantung sendiri.
Keadaan ini membuat Jit-jit jadi bingung dan heran, kesunyian
yang ganjil ini malah membuatnya terkejut, sukar untuk
dimengerti sebenarnya apa yang terjadi" Perangkap apa yang
terpasang di loteng kecil ini" Muslihat apa pula yang
direncanakan musuh" Ke manakah si Kucing" Mati atau hidup"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kenapa penghuni loteng ini tidak segera menyergap dirinya"
Apa pula yang mereka tunggu"
Urusan sudah telanjur sejauh ini, terpaksa Jit-jit mengeraskan
kepala dan melangkah maju lebih lanjut. Dia tahu setelah
berada di dalam rumah ingin mundur juga kepalang tanggung,
peduli ada perangkap atau muslihat apa, biarlah pasrah nasib.
Selangkah demi selangkah ia maju terus, telapak tangan
sudah basah keringat dingin, keadaan sekarang boleh
diibaratkan seorang buta menunggang kuda lamur dan tengah
malam berada di tepi jurang.
Secara membabi buta dia terjang ke depan, setiap saat bukan
mustahil dia akan jatuh ke dalam perangkap dan mengalami
bahaya, kecuali nona bandel ini mungkin tak ada yang berani.
Tiba-tiba kakinya terasa menginjak sesuatu yang empuk,
rasanya seperti kaki orang, waktu tubuhnya tersungkur ke
depan, kembali ia membentur sesuatu yang lunak. Benda itu
bukan saja basah juga lunak, terendus pula bau khas orang
yang kasar, itulah bau arak dan bau keringat, bercampur
dengan bau sepatu yang bacin.
Saking kaget Jit-jit melompat mundur, bentaknya, "Siapa?"
Keadaan tetap hening, tiada reaksi apa-apa, tapi mendadak
berkumandang gelak tertawa orang.
Dengan suara serak Jit-jit berteriak, "Siapa kau sebenarnya"
Kau ...." Belum habis dia bicara, sinar lampu mendadak menyala di
empat penjuru hingga keadaan ruangan itu terang benderang.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sudah sekian lama dalam kegelapan, mendadak melihat sinar
lampu, tentu mata Jit-jit terasa silau, cepat ia pejamkan mata
sambil menyurut mundur. Mendadak punggungnya menumbuk benda lunak pula, seperti
badan laki-laki, saking kaget dia menerjang maju lagi. Tak
tersangka sepasang tangan segera menangkap pundaknya.
Dia ingin meronta, namun didengarnya seorang laki-laki bicara
perlahan di sampingnya, "Berdiri yang tegak, jangan terjatuh."
Suara yang sudah amat dikenalnya, seperti suara Sim Long.
Saking kaget segera dia membuka mata.
Mendingan kalau dia tidak membuka mata, seketika dia
terbelalak tertegun, mulut ternganga, sepatah kata pun tak
mampu bicara. Di bawah sinar lampu yang benderang, meja kursi di dalam
rumah lengkap dan rapi, mana ada bekas orang bertarung
sengit" Seorang berduduk menghadap pintu sambil tertawa
lebar, siapa lagi kalau bukan Ong Ling-hoa.
Di tempat ini mendadak melihat Ong Ling-hoa, hal ini sudah
cukup membuatnya kaget, ternyata seorang yang duduk di
sebelah Ong Ling-hoa dengan tersenyum adalah Sim Long.
Bahwa mendadak dia melihat Sim Long di sini masih bisa
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dimaklumi, tapi mimpi pun dia tidak percaya bahwa seorang
lagi yang duduk santai di sebelah Sim Long ternyata bukan
lain adalah si Kucing yang mabuk dan mengoceh tak keruan
hingga membuatnya takut dan menangis tadi.
Melihat ketiga orang ini sekaligus berkumpul di sini, meski
cukup mengejutkan, tapi yang lebih mengejutkan lagi setelah
dia melihat seorang lain yang duduk di sebelah si Kucing.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tulang pipi orang ini menonjol, sorot matanya tajam berkilat,
mulutnya lebar, dia inilah Thi Hoat-ho yang sudah sekian
lamanya hilang tak keruan parannya itu.
Keempat orang ini sekaligus berada di sini, padahal semula
keempat orang ini adalah lawan dan bukan kawan, tapi
sekarang mereka duduk bersama di sini, mengawasi dirinya
dengan senyum geli, satu sama lain seperti tiada permusuhan.
Sebetulnya apa yang terjadi Jit-jit tidak habis mengerti.
Tiba-tiba keempat orang itu berdiri. Ong Ling-hoa bersuara
lebih dulu sambil menjura, "Kagum, sungguh kagum,
keberanian Nona Cu memang mengejutkan, sungguh
jantannya kaum wanita, Cayhe betul-betul kagum lahir batin."
Thi Hoat-ho juga menjura, katanya dengan tertawa, "Demi
keselamatan kami, Nona tak segan menempuh bahaya dan
berusaha membongkar peristiwa ini, entah betapa derita yang
kau alami, sungguh Cayhe sangat berterima kasih, seumur
hidup takkan kulupakan."
Dengan tersenyum Sim Long juga berkata, "Setelah
mengalami peristiwa ini, baik pengalaman maupun
keberanianmu telah bertambah tidak sedikit, bila kau
mengalami derita juga setimpal."
Si Kucing juga tertawa, katanya, "Kalian bilang dia belum
tentu berani menerobos kemari, tapi aku justru bilang dia
pasti berani, aku ...."
Mendadak Cu Jit-jit berjingkrak, bentaknya, "Tutup mulut,
tutup mulut semua." Dia menubruk ke depan Sim Long dan
menjambret leher bajunya, teriaknya, "Sebetulnya apa yang
terjadi" Lekas katakan, katakan! Aku hampir gila!"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing maju mendekat dan membujuk, "Nona, bicaralah
baik-baik, kenapa ...."
"Plak", belum habis dia bicara mendadak mukanya digampar
oleh Jit-jit. Seketika si Kucing melenggong di tempatnya,
tangan mendekap pipi yang pedas dan sakit, tak tahu apa
yang harus diucapkan lagi.
Jit-jit menghadapinya sambil bertolak pinggang, serunya,
"Bicara baik-baik, bicara kentut. Ayo jawab, bukankah kau
mabuk, kenapa sekarang mendadak segar bugar, bukankah
tadi kau pura-pura mabuk?"
Si Kucing menyengir, katanya, "Aku ... aku ...."
Mendadak Cu Jit-jit menjerit di dekat kuping orang, "Kau tipu
aku, kenapa kau tipu aku?"
Hampir pecah genderang telinga si Kucing, dia melompat
mundur, serunya tergegap, "Ini ... ini ...."
Si Kucing biasanya pandai bicara, sekarang gelagapan, si
Kucing sekarang hanya melirik Ong Ling-hoa dan mohon belas
kasihan. Ong Ling-hoa berdehem, katanya, "Urusan ini memang
banyak liku-likunya, cuma ...."
Sim Long menukas, "Cuma kami tiada bermaksud jahat
terhadapmu." "Tidak bermaksud jahat apa, masih berani kau bilang tak
bermaksud jahat," damprat Jit-jit. "Coba jawab pertanyaanku,
kenapa dia menipuku" Kenapa kau pun menipu aku" Kalian
laki-laki setan ini kenapa dusta padaku?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dia berteriak dengan suara setengah tersendat.
"Rahasia urusan ini mestinya hendak kami jelaskan kepadamu
...." "Lantas kenapa tidak kalian jelaskan?" Jit-jit meraung.
Sim Long menghela napas, katanya, "Kau bicara seperti ini,
cara bagaimana kami dapat menjelaskan kepadamu."
Jit-jit berjingkrak pula, serunya, "Seperti ini apa" Berani kau
salahkan diriku, kalian menipuku, memangnya begitu masuk
kemari aku harus berlutut dan minta maaf kepada kalian?"
Ong Ling-hoa tertawa, "Tapi Nona harus dengarkan dulu
penjelasanku baru boleh marah lagi."
"Ya, seharusnya begitu," timbrung Sim Long, "Nah, duduklah,
dengarkan penjelasan kami."
"Aku justru tak mau duduk, kau mau apa?" bantah Jit-jit, dia
mundur beberapa langkah dan menarik sebuah kursi, lalu
duduk. Entah kenapa, setiap saran Sim Long, meski lahirnya
dia membantah, tapi selalu diturutinya, perkataan Sim Long
seperti mengandung tenaga gaib, terpaksa dia harus tunduk
dan menurut. Sim Long menghela napas lega, katanya, "Baiklah. Urusan ini
amat panjang untuk diceritakan, silakan Ong-heng saja yang
bicara dari permulaan."
Ong Ling-hoa juga menghela napas lega, tuturnya, "Soal ini
memang ruwet dan berliku-liku, aku sendiri bingung, entah
harus mulai dari mana?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Hampir saja Jit-jit berjingkrak pula, teriaknya, "Kalau tidak
tahu mulai bicara dari mana, apa tak jadi bercerita?"
"Ah, sudah tentu harus kuceritakan, tapi ...."
"Tapi apa?" mendelik Jit-jit.
"Karena tidak tahu caranya mulai bicara, maka lebih baik Nona
saja yang mengajukan pertanyaan, apa saja boleh tanya dan
pasti kujawab tanpa rahasia."
"Baik, biar aku tanya," ujar Jit-jit, namun dia lantas
melenggong, kejadian yang dialami memang berbelit-belit dan
sukar dimengerti, hakikatnya dia sendiri juga bingung soal apa
yang perlu diungkap lebih dulu. Ia menunduk, lalu angkat
kepala pula, benaknya bekerja, biji matanya berputar,
mendadak dilihatnya di atas dinding depan tergantung sebuah
lukisan raksasa. Entah sebab apa, sorot matanya segera tertarik pada lukisan
besar itu hingga gejolak perasaannya seketika terhenti.
Itulah sebuah lukisan cat air, melukiskan keadaan tengah
malam. Di bawah cahaya rembulan yang sunyi sebuah jalan kecil yang
berliku-liku menjurus dari pojok kiri bawah terus menuju ke
tengah lukisan dan lenyap di balik keremangan malam, seperti
ingin melukiskan perasaan "tak tahu datang dari mana dan tak
tahu pergi ke mana".
Kedua tepi jalan kecil itu dipagari tebing curam, pepohonan
tumbuh subur memenuhi lereng gunung, bagian bawah
adalah tanah dan batu padas berwarna cokelat kelabu. Di
belakang batu padas, sebelah kanan menjorok keluar pagar
tembok warna merah, di atas tembok kelihatan payon rumah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
yang bentuknya seperti kuil kuno dan perkampungan misterius
di pegunungan sunyi. Di balik tebing kanan menongol setengah badan bayangan
orang, rambutnya hitam panjang, bola matanya jeli bening,
itulah lukisan seorang gadis rupawan, seperti sedang
sembunyi, tapi juga seperti sedang mengintip.
Di bawah payon juga ada seorang perempuan, sama
cantiknya, masih muda pula, tubuhnya setengah berputar,
seperti hendak melangkah keluar, juga seperti mau masuk ke
dalam. Perempuan ketiga berdiri di jalan berliku itu, kepalanya miring
hingga cuma sebagian wajahnya saja kelihatan, seperti ingin
menoleh dengan lirikannya, seperti juga hendak menghindari
tatapan perempuan di bawah payon itu.
Tiga perempuan dalam lukisan sama-sama cantik jelita,
namun alis lentik mereka tampak terkerut seperti dirundung
persoalan yang merisaukan hati mereka, seperti duka, tapi
juga mirip dendam. Seperti lagi menghindar tapi juga seperti
menantikan. Apakah yang mereka nantikan" Kedatangan siapa yang
mereka harapkan" Atau menantikan sesuatu yang bakal
terjadi" Meski sebuah lukisan mati, namun apa yang terlukis itu justru
serupa hidup. Tiga perempuan yang terlukis dalam gambar itu menampilkan
watak masing-masing yang menonjol, setiap orang seperti
siap melakukan sesuatu atau sedang melakukan sesuatu yang
khas. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Orang yang melihat lukisan ini memang tak tahu apa yang
hendak dilakukan ketiga perempuan itu, namun bila menatap
lukisan ini sekian lamanya, dari relung hati akan timbul
semacam perasaan ngeri, seolah-olah apa yang akan
dilakukan mereka adalah peristiwa yang membuat orang
bergidik. Diterangi cahaya rembulan yang remang-remang sehingga
lukisan itu bertambah gaib dan misterius, seperti ada sesuatu
yang akan terjadi, namun belum terjadi.
Lukisan yang sederhana dengan goresan biasa, namun hidup
dan indah, sekaligus menggambarkan berbagai makna dan
perasaan yang berbeda-beda. Jelas membuktikan pelukis ini
punya perasaan yang kuat yang tertuang ke dalam lukisannya
ini, keadaan lukisan ini seolah-olah menggambarkan
pengalaman hidupnya sendiri.
Hanya pengalaman nyata saja dapat melimpahkan perasaan
yang kuat dan menonjol, dan perasaan yang paling kuat
dalam hati manusia adalah cinta dan benci.
Tapi yang menarik perhatian Cu Jit-jit sekarang bukan
perasaan cinta dan benci yang meliputi lukisan itu melainkan
tokoh dalam lukisan. Kini dia sedang menatap perempuan
yang berdiri di tengah jalan dalam lukisan itu, sorot matanya
menampilkan rasa kaget dan takut.
Walau hanya kelihatan sebagian wajahnya, namun Jit-jit
segera dapat mengenali perempuan dalam gambar itu bukan
lain adalah perempuan setengah baya yang cantik tapi berhati
keji di atas loteng itu. Akhirnya Jit-jit berkata, "Baik, aku ingin tanya, siapakah orang
ini?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Guruku ...." jawab Ong Ling-hoa.
"Bohong," bentak Jit-jit, "jelas kudengar kau panggil ibu
padanya." Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Karena guruku teramat
sayang kepada anaknya, sejak kecil anaknya hilang tak keruan
parannya, maka aku dipungut menjadi muridnya, beliau
anggap aku sebagai putra sendiri, dengan sendirinya aku
memanggilnya ibu." "Oo," Jit-jit bersuara dalam mulut, agaknya dia menerima
penjelasan ini, tapi kejap lain dia bertanya pula dengan suara
bengis, "Kalau begitu jadi kau mengakui aku pernah
melihatnya di sini."
"Tidak salah," sahut Ong Ling-hoa dengan tertawa sambil
mengangguk. "Jadi Can Ing-siong, Pui Jian-li, dan lain-lain juga betul digusur
kemari dan disekap dalam penjara bawah tanah. Kau pun
pernah mengurung aku dalam kamar di bawah loteng ini, kau
bebaskan aku, dan aku pun betul-betul lari keluar dari toko
peti mati itu?" "Betul, betul," sahut Ong Ling-hoa tertawa.
Makin beringas sikap Jit-jit, pertanyaannya pun makin
mendesak, namun semua diakui oleh Ong Ling-hoa, malah
sikapnya tenang, wajahnya selalu mengulum senyum.
Tak tahan Jit-jit berjingkrak pula, serunya gusar, "Bagus!
Sekarang kau baru mengaku terus terang, kenapa waktu itu
kau mungkir, celakanya orang sama anggap aku ini membual,
mengira aku ini orang gila."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan tertawa Ong Ling-hoa menjelaskannya, "Soalnya
waktu itu aku belum tahu Sim-heng kawan atau lawan" Sudah
tentu aku menyangkal segala tuduhanmu, tapi sekarang ...."
"Sekarang kenapa, memangnya sekarang Sim Long sudah
sehaluan dengan kau?"
"Ya, sekarang kutahu, Sim Long dan Cayhe sehaluan
menghadapi satu musuh yang sama, maka terhadap persoalan
apa pun sekarang tidak perlu kututupi lagi."
Bergetar badan Cu Jit-jit, saking kaget dia menjublek.
Dengan mata kepala sendiri Jit-jit saksikan Ong Ling-hoa
bersama ibunya melakukan berbagai perbuatan aneh dan
rahasia, setiap urusan pasti mencelakai jiwa orang, malah
menyangkut keamanan kaum persilatan umumnya, sungguh
dia tidak percaya Sim Long mau berdiri di pihak mereka,
mimpi pun dia tidak percaya Sim Long yang berjiwa pendekar
sudi melakukan hal demikian.
Maka dia lantas berteriak, "Sim Long, lekas katakan, betulkah
apa yang dikatakan?"
Sim Long tersenyum, sahutnya perlahan, "Apa yang diuraikan
Ong-heng memang betul."
Jit-jit terkesiap pula, teriaknya serak, "Aku tidak percaya ...
aku tidak percaya!" Segera dia memburu ke depan Sim Long, dengan air mata
berlinang dia berkata, "Aku tak percaya kau sekomplotan
dengan mereka, aku tak percaya kau ikut dalam komplotan
mereka yang kotor dan jahat."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long menggeleng kepala, katanya sambil menghela
napas, "Kau keliru...."
"Bluk", Jit-jit jatuh terduduk di lantai, dengan mendongak dia
mengawasi Sim Long, sorot matanya menunjukkan rasa kaget
dan gusar, curiga, tapi juga berduka, ratapnya, "Masa ... masa
kau pun serendah itu?"
"Kau lebih keliru lagi," ucap Sim Long.
Dengan tangan memukul lantai Jit-jit meratap terlebih keras,
"Sebetulnya apakah yang terjadi" Apa yang terjadi" Aku tidak
tahu ... aku tidak paham ... aku semakin bingung."
"Biar kujelaskan," ucap Sim Long, "terhadap segala persoalan,
jangan dinilai dari luarnya saja, padahal penilaianmu hanya
dari luar persoalan ini, maka bukan saja tidak paham, kau pun
salah paham." Rambut Jit-jit semrawut, wajahnya basah air mata, "Salah
paham ...." serunya sambil mendongak.
"Betul, salah paham," sahut Sim Long, "Ong-kongcu juga
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan iblis jahat seperti apa yang kau bayangkan, demikian
pula sepak terjang Ong-lohujin juga tidak seperti yang apa
kalian sangka ...." "Tapi kejadian itu semua kusaksikan sendiri," tukas Jit-jit
sengit. Sim Long menghela napas, katanya, "Apa yang kau saksikan
memang betul. Thi-tayhiap, Pui-tayhiap, dan Can-piauthau
serta yang lain memang ditolong keluar dari makam kuno itu
oleh Ong-lohujin. Sebelumnya beliau sudah menyusup ke
dalam kuburan itu, pada waktu kau dan aku bermain petak
dengan Kim Put-hoan dan Ji Yok-gi, sementara itu dia orang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
tua sudah menolong Can-piauthau dan lain-lain keluar dari situ
dan menyuruh orang membawanya kemari, tujuannya boleh
dikatakan baik dan tak bermaksud jahat."
"Kalau tidak bermaksud jahat, kenapa tingkah lakunya
serbamisterius, malah membius kesadaran mereka, lalu
menyuruh gadis-gadis berbaju putih itu menggiringnya
kemari" Jika betul dia berjiwa pendekar, setelah berhasil
ditolong keluar, sepantasnya segera dibebaskan dan suruh
mereka pulang." "Soalnya Ong-lohujin tahu yang menjadi biang keladi intrik
jahat ini adalah seorang iblis laknat yang amat kejam, baik
kungfu maupun akal muslihatnya tak mampu dilawan oleh
Can-piauthau dan lain-lain, bila waktu itu juga mereka
dibebaskan, orang-orang itu bukan mustahil akan jatuh lagi ke
tangan iblis laknat itu, betul tidak?"
Jit-jit mendengus tanpa menjawab.
Lebih lanjut Sim Long berkata, "Menolong orang harus sampai
tuntas, terpaksa beliau menahan mereka sementara di sini,
melindungi jiwa mereka, hanya di tempat ini saja mereka akan
selamat dari gangguan tangan jahat musuh."
"Umpama betul demikian, tidak pantas dia menggiring mereka
ke sini seperti hewan."
"Kalau dia pakai cara biasa mengantar mereka kemari, dalam
jarak seratus li pasti konangan orang, jika iblis laknat itu
mencegat di tengah jalan, bukankah usahanya akan sia-sia
belaka?" Lama Jit-jit mencerna penjelasan Sim Long, akhirnya dia
mendengus lagi sebagai jawaban, namun masih uring-uringan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Apalagi keadaan waktu itu amat mendesak, hakikatnya Onglohujin tidak sempat memberi penjelasan seluk-beluk
persoalan ini, umpama dijelaskan juga belum tentu mereka
mau mendengar nasihatnya, demi keselamatan mereka di
sepanjang perjalanan, juga untuk memburu waktu, terpaksa
digunakan cara luar biasa dan menggiring mereka ke sini. Hal
ini harus dimaklumi karena keadaan yang cukup gawat itu,
lawan yang harus dihadapi juga luar biasa, maka beliau
menggunakan cara yang luar biasa pula .... Justru karena
caranya yang luar biasa itulah sehingga menimbulkan salah
paham." "Tapi ... tapi ... aku ikut kemari, kenapa dia memperlakukan
diriku begitu rupa?" omel Jit-jit.
Sim Long tersenyum, katanya, "Waktu itu beliau tidak tahu
siapa kau" Kan pantas kau dicurigai sebagai kaki tangan iblis
laknat itu" Adalah logis kalau beliau bersikap demikian
kepadamu." "Tapi ... tapi ...." tapi bagaimana Cu Jit-jit tidak dapat
menjelaskan. Walau dirasakan penjelasan Sim Long agak
dipaksakan, namun kedengarannya juga masuk akal, hingga
sukar menemukan lubang kelemahan penjelasannya itu.
Agak lama kemudian baru dia berkata pula, "Kau tahu sejelas
ini, cara ... cara bagaimana kau bisa tahu sejelas ini?"
"Sudah tentu Ong-heng yang menjelaskan persoalan ini
kepadaku," sahut Sim Long.
"Dia yang menjelaskan kepadamu" Mana mungkin dia
memberitahukan kepadamu" Kenapa tidak dijelaskannya
kepadaku?" "Wah, ini ...." Sim Long jadi gelagapan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ong Ling-hoa segera menyambung, "Soalnya hingga malam
kemarin baru terpaksa kuberi penjelasan kepada Sim-heng."
"Malam kemarin?" teriak Jit-jit, "kenapa baru malam kemarin
terpaksa kau jelaskan kepadanya?"
Ong Ling-hoa tertawa, "Karena banyak persoalan meski dapat
kukelabui Nona, tapi tak bisa mengelabui Sim-heng, jadi
daripada dikatakan kujelaskan kepada Sim-heng, lebih tepat
adalah karena Sim-heng sendiri yang telah membongkar
persoalannya." "Tidak paham, aku tidak mengerti," teriak Jit-jit.
"Sejak Nona membawa Sim-heng ke toko peti mati itu, Simheng telah menemukan banyak kejadian ganjil, namun Nona
sendiri malah tidak menyadarinya."
Jit-jit menoleh ke arah Sim Long, katanya, "Keganjilan apa
yang kau temukan, kenapa aku tidak melihatnya?"
Sim Long tersenyum, katanya, "Padahal kejadian itu amat
mencolok, siapa pun asal sedikit memerhatikan pasti akan
melihat keganjilannya, sayang saat itu hatimu gundah dan
pikiran tidak tenang ...."
"Memangnya ada keganjilan apa" Lekas katakan."
"Apakah kau lihat merek toko yang tergantung di atas pintu
dan papan syair di kanan-kiri pintu ...."
"Memangnya aku buta, sudah tentu melihatnya, itulah papan
merek yang dicat hitam yang sudah luntur, hurufnya berbunyi
...." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tulisan apa tidak perlu dibaca."
"Dibaca atau tidak sama saja. Pendek kata, bukan saja aku
melihat jelas, juga masih ingat betul, sudah kuperhatikan,
papan merek itu tidak ada keganjilan apa-apa?"
"Tapi apakah kau perhatikan papan syair panjang di kanan-kiri
pintu itu" Papannya sudah lapuk, catnya juga sudah ngelotok,
umurnya sedikitnya sudah hampir sepuluh tahun."
"Tokonya sudah tua, adalah jamak kalau papan mereknya
juga sudah lapuk, apanya yang ganjil?"
"Anehnya, toko yang sudah tua, juga papan mereknya,
demikian pula meja kursi dan alat perabot lain dalam toko
juga serbalama, hanya meja kasir yang tinggi tertutup itulah
kelihatan baru dipindah ke sana, bukan saja catnya belum
kering, malah dibuat secara kasar, jika dibandingkan papan
merek dan meja kursi dalam toko jelas amat mencolok
perbedaannya." Jit-jit melengak, katanya, "Ya ... hal ini tidak kuperhatikan,
tapi ...." ia merandek sejenak, lalu berteriak, "Tapi apa pula
sangkut pautnya?" "Di situlah letak persoalannya, kalau hari itu sudah kau lihat
adanya meja kasir besar itu, kenapa meja kasir yang sekarang
justru ditaruh di sana secara tergesa-gesa dan baru lagi?"
Jit-jit melenggong pula, katanya kemudian, "Iya ... kenapa?"
"Masih ada, setiap toko peti mati mana pun, di dalam toko
pasti ada bau khusus yang tidak ada di tempat lain, Ong-somki adalah toko tua, seharusnya bau khusus itu cukup tebal."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ya, bau peti mati memang tidak enak rasanya, bau itu ...
bukan bau kayu melulu, tapi seram, bau apak seperti bau
orang mati." "Itu betul, tapi waktu aku berada di Ong-som-ki tempo hari,
bau yang kurasakan tidak seperti bau orang mati, sebaliknya
bau sejenis lilin wangi."
Jit-jit menepuk paha, serunya, "Iya ... dan kenapa begitu?"
"Masih ada lagi, toko peti mana pun, yang selalu diperhatikan
dan dihindari adalah api, sebab seluruh isi toko adalah bahan
yang mudah terbakar."
Jit-jit mendengarkan dengan terkesima, tanpa terasa ia hanya
mengiakan saja. "Tapi di toko Ong-som-ki hari itu, pekarangan di belakang
yang membuat peti mati, kutemukan banyak permukaan
dinding dan sudut tembok hitam hangus oleh asap api,"
dengan tersenyum Sim Long meneruskan, "pada saat kalian
tidak memerhatikan, perlahan aku meraba dinding, jari
tanganku lantas hitam berminyak, dari sini terbukti bukan saja
tempat itu sudah sering tersembur asap api, malah dalam
beberapa hari ini juga masih disembur asap ...."
Tak tahan Jit-jit bertanya, "Aku kurang paham penjelasanmu
ini, coba uraikan terlebih jelas."
"Kau tahu, untuk membuat hangus dinding putih diperlukan
waktu yang cukup panjang."
"Betul, waktu kecil pernah kucuri makanan dapur, dinding di
dapur seluruhnya terbakar hangus, dinding dapur itu
sedikitnya sudah puluhan tahun terkena asap."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tertawa, "Tapi waktu aku merabanya, hangus
berminyak yang mengotori jari tanganku ternyata masih baru,
ini membuktikan bahwa selama bertahun-tahun, tempat itu
selalu disembur asap api ...."
"Ya, paham aku sekarang ...." mendadak Jit-jit berkedip dan
berkata pula, "Tapi aku juga tidak mengerti, apa pula sangkut
pautnya dengan persoalan ini?"
"Ada dua hal penting menyangkut persoalan ini."
"Orang mampus, lekas katakan!"
"Pertama, tempat pembuat peti mati pantasnya menyingkiri
api dan asap, tapi dinding sekitar tempat pembuatan peti mati
justru hangus oleh semburan asap, bukankah janggal?"
"Betul, memang aneh ...dan yang kedua?"
"Kedua, setelah berani kupastikan tempat itu sering kena
asap, namun tak kulihat di sana ada sepotong lilin pun,
bukankah hal ini pun janggal?"
Jit-jit berpikir sekian lama, katanya, "Iya, kenapa begitu?"
Sim Long tertawa, "Waktu itu dalam hatiku sudah mulai coba
meraba hal ini, namun belum dapat dibuktikan, maka tak
berani kupastikan, setelah keluar dari toko itu baru dapat
kupastikan seluruhnya."
Jit-jit heran, katanya, "Setelah keluar dari toko lantas kau
yakin dugaanmu betul" Berdasar apa kau berani memastikan
kebenaran dugaanmu?"
"Kulihat sebelah toko peti mati itu adalah toko lilin dan hio
serta pelengkap sembahyang."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit makin heran, "Toko lilin dibuka di sebelah toko peti mati,
tiada bedanya pegadaian dibuka di sebelah rumah judi, kukira
ini sangat umum, berdasarkan hal ini lantas kau yakin
kebenaranmu?" "Aku yakin beberapa hari yang lalu toko peti mati itu
sebetulnya adalah toko lilin, toko lilin sebelah itu sebetulnya
adalah toko peti mati, jadi dalam jangka waktu dua-tiga hari
kedua toko itu telah saling tukar tempat."
"Tukar tempat ...."
"Ya, tukar tempat, di pekarangan belakang toko peti mati
semula adalah tempat pembuatan lilin adalah logis kalau
dindingnya menjadi hitam oleh hangus ...." melihat Jit-jit
masih bingung, maka Sim Long melanjutkan, "Karena mereka
tukar tempat secara tergesa-gesa, segala benda apa pun yang
bisa bergerak cepat dipindah, tapi meja kasir besar yang
terpendam di lantai tak mungkin dipindah, maka toko peti
mati itu harus membuat ruang kasir yang serupa dengan
semula ... meja kasir yang dibuat secara tergesa-gesa dengan
sendirinya kasar dan jelek, betul tidak?"
"Betul, betul ... betul!" dua kata "betul" yang diucap duluan
sebenarnya masih dirundung rasa bingung, namun pada
ucapan "betul" yang ketiga, mendadak Jit-jit melonjak
bangun. Tampak wajahnya berseri girang dan haru, teriaknya,
"Ya, aku tahu ... aku paham ...."
"Nah, coba sekarang kau uraikan, apa saja yang kau ketahui?"
tanya Sim Long. "Toko peti mati yang semula ada lorong bawah tanah, namun
toko lilin yang semula tidak ada, Ong Ling-hoa sudah
memperhitungkan aku pasti akan kembali ke toko peti mati
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
dan mencari lorong gelap itu, maka dia tukar tempat kedua
toko itu, waktu aku datang lagi, sudah tentu tidak menemukan
apa-apa." "Bagus, akhirnya kau paham juga," kata Sim Long.
"Bentuk bangunan deretan toko sepanjang jalan itu sama,
jelas seluruhnya milik keluarga Ong Ling-hoa, kalau sang
pemilik sendiri ingin pindah ke sana-sini, sudah tentu tinggal
memberi perintah saja," demikian kata Jit-jit pula.
Ong Ling-hoa tertawa, "Tidak sederhana seperti apa yang kau
kira, mereka juga bekerja berat."
Jit-jit tidak menghiraukan ucapannya, katanya pula, "Kedua
toko saling tukar tempat, penduduk sekitarnya dan para
langganan sudah tentu merasa heran, tapi aku sendiri tidak
paham seluk-beluk keadaan setempat, dengan sendirinya
tidak memerhatikan hal-hal itu."
Sim Long tertawa, "Justru di situlah kepintaran Ong-heng
mengatur tipu dayanya, dia memperalat titik kelemahan sifat
manusia, terhadap sesuatu yang mudah dan sering terlihat,
biasanya orang tidak menaruh perhatian."
Ong Ling-hoa tertawa, katanya, "Akalku itu memang bagus,
namun tak bisa mengelabui Sim-heng .... Sungguh tak kuduga
bahwa daya pengamatan Sim-heng teramat tajam, soal-soal
sekecil itu pun tak lepas dari pengamatanmu."
"Sebenarnya hal-hal itu cukup mencolok mata, cuma orang
lain tidak memerhatikan, kuyakin banyak rahasia di dunia ini
sering terbongkar dari sesuatu yang terlihat jelas, karena
itulah cara pengamatanku berbeda daripada orang lain."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing menghela napas, katanya, "Untuk berlatih daya
pengamatan setajam Sim-heng, kurasa bukan pekerjaan yang
mudah, padahal manusia sama mempunyai dua mata, kenapa
Sim-heng bisa melihat dan menemukan kelemahan itu,
sebaliknya kita tidak."
Jilid 13 Jit-jit menukas, "Kedua mata setannya memang jauh lebih
lihai dari mata orang lain," lalu ia melototi Sim Long, katanya
dengan gemas, "Coba katakan, setelah tahu ada keganjilan
itu, kenapa tidak kau beri tahukan padaku, bagaimanapun
terbongkarnya rahasia ini kan juga lantaran diriku."
Sim Long tertawa, katanya, "Karena kutahu betapa
berangasan watakmu, tidak tahan sabar, bila waktu itu kumat
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebandelanmu, bisa jadi seluruh rencanaku akan berantakan."
"Baik, kau pandai... kau sabar, kau... kau punya rencana setan
apa?" Jit-jit mengomel panjang-pendek.
Ong Ling-hoa tertawa, ujarnya, "Waktu itu Sim-heng diamdiam saja, maka aku juga tidak tahu rahasiaku telah diketahui
olehnya, tapi setelah malam tiba...."
Dengan tertawa dia mengawasi Si Kucing dan Jit-jit, lalu
melanjutkan, "Waktu bayangan Nona berkelebat di luar
jendela kami segera melihatnya, tapi hanya Si Kucing saja
yang mengejar keluar, semula aku juga ingin mengejar, tapi
Sim-heng menahanku," lalu dia bergelak tertawa. "Hahaha,
maka malam itu juga timbul niatku untuk mencekok Sim-heng
hingga mabuk, takaran minum arakku di Kota Lokyang belum
pernah menemukan tandingan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Jit-jit mencibir, katanya, "Caramu membual juga pasti belum
ada tandingan." Ong Ling-hoa berlagak tidak mendengar, katanya lagi, "Siapa
tahu, ingin kucekoki Sim-heng, ia pun ingin mencekokiku kami
terus saling tenggak, entah berapa cawan sudah kami
habiskan, Sim-heng belum mabuk, aku malah merasa pening
kepala." "Setan arak cilik berhadapan dengan setan arak besar, sudah
tentu yang kecil akan kewalahan," demikian Jit-jit berolok.
Ong Ling-hoa tertawa, "Aku mendekap meja dan terlena
sekejap, waktu aku tersentak sadar bayangan Sim-heng sudah
tidak kelihatan, kutahu mengejar juga takkan tersusul
terpaksa aku mendahului lari ke taman ini."
"Sim Long," sela Jit-jit, "bicaralah terus terang, waktu itu kau
ke mana?" Ong Ling-hoa menyela, "Sim-heng memburu ke toko lilin ini di
luar tahu siapa pun, seluruh pegawai toko dia tutuk hiattonya, di taman belakang sana dia menemukan mulut lorong
bawah tanah ini." Mendadak Cu Jit-jit berteriak, "He, bukankah di mulut lorong
itu dijaga seorang raksasa, Sim Long, masa kau... kau mampu
melawannya?" Meski lahirnya dia memaki Sim Long, tapi batinnya sangat
memerhatikan keselamatan anak muda itu.
Sim Long tertawa, katanya, "Raksasa itu memang memiliki
tenaga luar biasa, begitu aku masuk lorong lantas berhadapan
dengan dia, untung lorong itu sempit, gerak-gerik orang itu
lambat dan tidak leluasa, untung lagi dia bisu-tuli, tidak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
mampu berteriak minta tolong, kalau tidak, tentu sukar
menerobos penjagaannya."
"Kau... kau membunuhnya?" tanya Jit-jit.
Sim Long menggeleng. "Aku hanya menutuk hiat-tonya.... Ai,
kalau diceritakan memang cukup mengejutkan, seluruhnya
kututuk dua belas hiat-to di tubuhnya baru dia roboh
tersungkur." Jit-jit menghela napas lega, katanya, "Hm, lebih baik kau mati
diremas olehnya daripada hidup mendustai orang."
Ong Ling-hoa berkata, "Kecuali penjaga raksasa itu, sepanjang
lorong banyak dipasang alat jebakan, orang biasa jangan
harap bisa bergerak leluasa di dalam lorong itu."
Setelah menghela napas, ia menambahkan, "Tapi Sim-heng
bukan saja dapat lolos dari perangkap, tiga puluh enam
penjaga di dalam lorong itu ada dua puluh satu yang tertutuk
roboh oleh Sim-heng, lima belas orang yang lain ternyata tidak
melihat kehadiran Sim-heng di lorong itu, segala alat
perangkap itu dianggap seperti permainan anak kecil saja oleh
Sim-heng." "He, Sim Long," seru Jit-jit tak sabar, "bagaimana sesudah kau
keluar dari lorong bawah tanah itu?"
"Memang banyak perangkap keji dalam lorong itu, setiap
langkah menghadapi bahaya, beruntung aku selamat keluar
dari lorong itu, namun jejakku ternyata sudah ketahuan Onglohujin." Tanpa terasa Jit-jit menjerit kaget, "Apa yang dia lakukan
terhadapmu?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Agaknya beliau sudah memperhitungkan bahwa aku pasti
akan datang, maka dia duduk di mulut lorong menungguku,
tentu saja aku pun kaget dan mengira bakal terjadi
pertempuran sengit."
"Jadi baku hantam tidak" Dan siapa yang menang?" tanya Jitjit. "Tak tahunya beliau malah bersikap ramah dan tiada maksud
bergebrak denganku, dengan tersenyum dia menyambut dan
mempersilakan aku duduk. Betapa cerdik pandai beliau, besar
wibawa dan gayanya yang anggun, sungguh jarang kulihat
selama hidupku." Jit-jit mendengus sambil melirik Ong Ling-hoa, syukur tidak
tercetus kata makiannya, namun sorot matanya sudah cukup
berbicara. Ong Ling-hoa lantas bercerita, "Malam itu aku langsung
pulang kemari dan kujelaskan persoalannya kepada ibunda,
kubicarakan juga tentang Sim-heng.... Ibu amat tertarik pada
Sim-heng, beruntun dia tanya bentuk, asal-usul dan perguruan
Sim-heng, mendadak ibu turun dari loteng dan duduk di mulut
lorong, semula aku heran, mendadak Sim-heng muncul dari
dalam lorong.... Ai, betapa tepat analisis ibu terhadap segala
persoalan, sungguh jarang ada bandingannya."
Kembali Jit-jit mendengus, katanya kepada Sim Long, "Apa
saja yang dia bicarakan padamu?"
"Beliau menjelaskan seluk-beluk persoalan ini, baru kutahu
rencana kerjanya itu adalah untuk menghadapi Koay-lok-ong.
Walau kaki Koay-lok-ong kini belum masuk Tionggoan, namun
orang ini sudah dipandang sebagai bibit bencana oleh kaum
persilatan umumnya, jika usahanya berhasil, maka huru-hara
dan bencana bakal menimpa kaum persilatan, kaum persilatan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kita tak bisa lagi hidup tenteram," setelah menghela napas
Sim Long meneruskan, "Sesudah mendengar penjelasannya,
kecuali mohon maaf akan kecerobohanku yang main terobos,
malah kuminta beliau melanjutkan mengatur siasat
menghadapi persoalan ini, meski aku tak berguna, sedikit
banyak juga akan membantu...."
Dengan tertawa Ong Ling-hoa menyambung, "Karena itulah
mulai sekarang Sim-heng adalah kawan seperjuanganku,
kesalahan paham sebelum ini siapa pun jangan
mengungkapnya lagi."
Tiba-tiba Sim Long tertawa pula, katanya, "Tapi sebelum
Kisah Bangsa Petualang 14 Pedang Sinar Emas Kim Kong Kiam Karya Kho Ping Hoo Perjalanan Yang Berbahaya 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama