Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long Bagian 9
penjelasan beliau itu telah terjadi satu peristiwa lucu."
"Peristiwa lucu apa?" tanya Jit-jit.
"Yaitu kalian berdua...."
"Memangnya kenapa kami berdua?"
Ong Ling-hoa tertawa. "Waktu Nona dan Si Kucing masih
berada di luar, jejak kalian sudah ketahuan, semula ibu
hendak berpura-pura tak tahu, akan dibiarkan kalian berjalanjalan sesukamu, tapi Sim-heng ingin memberi kejutan kepada
kalian agar kalian mundur teratur, maka ketika di bawah
jendela...." Teringat pada suara yang mereka dengar di bawah jendela,
seketika merah muka Jit-jit, teriaknya, "Sudahlah, jangan
diteruskan...." lalu dia menerjang ke depan Sim Long,
teriaknya dengan suara serak, "Jawab pertanyaanku, dalam
hal apa aku berbuat salah padamu, ken... kenapa kau bersikap
begitu kepadaku, kenapa tidak kau biarkan aku kemari, tapi
mengapa menakuti aku?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Soalnya urusan belum jelas," jawab Sim Long dengan
menyesal. "Kukhawatir kedatanganmu akan membuat onar
dan membikin gusar Ong-lohujin, kau pun bisa menggagalkan
rencana kerja. Kedua...."
Sampai di sini dia melirik Ong Ling-hoa sekejap, lalu bungkam
dengan tertawa. Maka Ong Ling-hoa berkata, "Kedua, waktu itu belum jelas
persoalannya, lawan atau kawan tidak jelas, Sim-heng
khawatir kau menempuh bahaya, sedangkan dia tidak leluasa
memberi penjelasan kepadamu di hadapan ibu dan aku, maka
terpaksa dia menggunakan caranya itu, membuatmu kaget
dan mundur teratur... betul tidak Sim-heng?"
"Ya, begitulah," sahut Sim Long.
"Dari sini dapat disimpulkan bahwa Sim-heng bermaksud
baik...." "Maksud baik apa, persetan.... Yang jelas dia sengaja hendak
mempermainkan aku, supaya aku ketakutan dan mendapat
malu, dan dia sendiri senang, demikian juga kau," mendadak
dia membalik ke arah Si Kucing, "Kau kucing mampus, kucing
busuk, kucing malas, kucing keparat.... Ayo jawab, bukankah
kau tahu akan semua urusan itu?"
Si Kucing menyengir, katanya tergegap, "Aku... aku...."
Dengan tertawa Ong Ling-hoa melanjutkan, "Lewat tengah
hari tadi, hal ini memang sudah kami jelaskan kepada Si
Kucing...." Jit-jit menuding Si Kucing, dampratnya, "Nah, betul tidak"
Mereka kan sudah memberitahukan kepadamu lebih dulu?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Rasanya memang demikian," sahut Si Kucing dengan
bersungut. Beringas Jit-jit, "Jadi kalian saling mencekok arak tadi hanya
untuk permainan belaka?"
"Arak itu memang enak... huk, huk...." Si Kucing terbatuk.
"Hm, jangan pura-pura batuk. Jawab lagi, kau pura-pura
mabuk dan membuat onar, semua itu juga disengaja bukan?"
"Kepalaku memang rada pening, tapi... tapi tidak mabuk
betul." "Kenapa kau dustai aku sehingga aku malu, jawab, kenapa"
Kenapa?" selangkah demi selangkah Jit-jit mendekati Si
Kucing. Selangkah demi selangkah Si Kucing menyurut mundur.
Selesai Jit-jit bicara, Si Kucing sudah mundur mepet dinding,
mendadak dia melompat dan bersembunyi di belakang Sim
Long, serunya sambil menyengir, "Sim-heng, lekas kau beri
penjelasan." Mendelik Cu Jit-jit, semprotnya, "Penjelasan apa" Untuk apa
penjelasan?" "Dalam hal ini Si Kucing tidak boleh disalahkan," ujar Sim
Long. "Bukan salahnya, lalu salah siapa?" seru Jit-jit.
Sim Long termenung sejenak, katanya, "Apakah kau
perhatikan sehari ini ada seorang tidak pernah kelihatan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Memangnya kenapa kalau tidak kelihatan, aku tidak.... He,
iya, Kim Bu-bong telah hilang, ke mana dia" Mungkinkah dia...
dia...." "Mana mungkin kami bertindak padanya," tukas Sim Long,
"sejak pagi dia sudah menghilang, kapan dia pergi dan ke
mana, kami juga tidak tahu."
Jit-jit tertegun sekian lamanya, tiba-tiba dia membanting kaki
seraya berteriak, "Dia pergi atau tidak apa hubungannya
dengan kalian menipu diriku?"
"Kukhawatir dia mendadak pulang, atau secara diam-diam
mengawasi gerak-gerik kita, maka tak leluasa kujelaskan
rahasia persoalan ini.... Ai, walau dia seorang lelaki gagah,
betapa pun dia adalah anak buah Koay-lok-ong."
"Kau tidak menjelaskan rahasia ini kepadaku, kenapa kau
jelaskan kepada kucing mampus itu?"
"Si Kucing pasti takkan membocorkan rahasia ini, sebaliknya
kau...." "Aku kenapa" Memangnya aku perempuan cerewet,
perempuan bawel?" "Walau kau tidak bawel, tapi kau tak bisa menyimpan rahasia,
jika Kim Bu-bong mengintip gerak-gerik kita secara diamdiam, umpama kau tidak membocorkan rahasia ini, dari tindak
tandukmu pasti akan kentara."
"Bebal, watakku memang tulus lurus, tidak tahan sabar lagi,
tidak selicin kalian yang pandai mengatur muslihat, tapi...."
suara Jit-jit menjadi serak, matanya merah, setelah kucekkucek mata dia melanjutkan, "Tapi umpama kalian tidak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
menjelaskan rahasia ini kepadaku, apakah pantas kalian
mempermainkan aku." "Soalnya...." mendadak Sim Long berpaling ke arah Si Kucing.
Si Kucing tertawa, katanya, "Soalnya... hatiku lagi riang
setelah minum arak, aku ingin bercanda dengan kau,
sebetulnya tak ada maksud jahat apa pun, buat apa kau
marah." "Hati riang setelah minum arak" Buat apa marah" Kau...
tahukah kau betapa hatiku gelisah dan khawatir akan
keselamatanmu" Tahukah kau dengan mempertaruhkan jiwa
aku menerjang masuk kemari demi menolong dirimu?"
Si Kucing melenggong, tanpa terasa ia menunduk, sungguh ia
menyesal, terharu dan terima kasih, dan entah bagaimana lagi
perasaannya. Jit-jit berkata pula, "Aku tahu kalian adalah orang-orang
pintar, kalian bersekongkol untuk mempermainkan aku si
pandir ini, tapi pernahkah kalian pikirkan untuk apa dan siapa
perbuatan si pandir ini, memangnya demi diriku sendiri?"
Sim Long dan Ong Ling-hoa saling pandang dan tak mampu
bersuara. Jit-jit tertawa dingin, katanya pula, "Kalian orang-orang pandai
ini, kalian kira perbuatan demikian tidak menjadi soal, palingpaling hanya menggoda dan bercanda saja denganku, toh aku
tidak akan mati atau cedera, bila kejadian sudah lalu,
semuanya tertawa dan selesai, dari sini terbukti lagi betapa
cerdik pandai kalian."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Dengan mengertak gigi dan menahan air mata Jit-jit
meneruskan dengan suara tersendat, "Tapi kalian tidak pernah
berpikir, betapa kalian telah melukai hatiku?"
"Sebetulnya ini...."
"Tutup mulutmu," bentak Jit-jit menghentikan ucapan Sim
Long, "Tak ingin kudengar obrolanmu, selanjutnya aku tak
mau lagi percaya pada kalian, aku... aku... tak mau lagi
melihat tampang kalian."
Ia menyurut mundur, suaranya tambah serak, "Sekarang, aku
akan pergi dan takkan kembali selamanya, jika di antara kalian
berani mengejar atau merintangiku, biar aku segera mati di
hadapan." Belum habis bicaranya mendadak dia putar tubuh terus lari
tanpa menoleh seperti kesetanan.
Si Kucing berteriak, "Nona Cu, tunggu!"
Dia melompat maju hendak mengejar, namun Sim Long
keburu menahannya. Keruan Si Kucing gugup, serunya, "Kau... kau tega
membiarkan dia pergi?"
Sim Long menghela napas, katanya, "Memangnya mau apa
kalau tidak membiarkan dia pergi" Wataknya berangasan,
siapa bisa merintanginya" Apalagi, biasanya dia berani bilang
berani berbuat, kalau kau mengejarnya keluar, mungkin dia
betul-betul bunuh diri di depanmu."
"Tapi... dengan wataknya itu, seorang diri bukankah bakal
menimbulkan bencana?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tersenyum, "Untuk ini jangan kau khawatir, dia tidak
akan pergi jauh dari sini."
"Tidak jauh" Kenapa?" tanya Si Kucing heran.
"Karena masih banyak persoalan yang mengganjal hatinya,
sebelum ditanyakan sampai jelas, mungkin dia tidak bisa
nyenyak tidur, tadi karena emosi dia lupa mengajukan
pertanyaan, tapi bila pikirannya tenang, pasti dia akan balik ke
sini untuk mengajukan pertanyaan lagi," Ong Ling-hoa
menimbrung dengan tertawa. "Betapa mendalam pengertian
Sim-heng terhadap Nona Cu, kuyakin apa yang diucapkan
Sim-heng pasti tidak salah."
Terpaksa Si Kucing mengangguk, "Tidak salah, ya, semoga
tidak salah!" Dengan nanar dia menatap keluar pintu, dengan harapan
semoga Cu Jit-jit lekas kembali.
Malam makin larut, salju mulai turun pula dengan lebat.
Cu Jit-jit terus berlari dengan cepat, entah berapa lama dia
berlari, tahu-tahu di depan ada tembok tinggi, ternyata tanpa
sadar dia berlari ke arah tembok kota. Padahal pintu kota
belum dibuka. Lekas Jit-jit menghentikan langkah, tak kuat dia
mengendalikan tubuhnya lagi, dia jatuh terduduk dan tidak
mau bangun lagi, ia bersandar di kaki tembok kota dan
menangis. Entah berapa lama dia menangis, suaranya mencolok di
tengah malam gelap hingga terdengar sampai jauh, untung
penjaga pintu kota sudah terkapar mabuk, kalau tidak tentu
akan memburu kemari memeriksanya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tapi biarpun ada orang datang, Jit-jit tidak juga peduli. Segala
urusan seperti tak mau diurus lagi, ia hanya memikirkan rasa
penasaran hatinya, ingin melampiaskan perasaannya dengan
menangis. Jit-jit sudah biasa manja dan disanjung puji di rumah, kini
setelah banyak mengalami pukulan lahir batin, baru diketahui
betapa kejamnya dunia ini. Memang inilah dunianya yang kuat
makan yang lemah, orang yang jujur dan baik hati memang
ditakdirkan harus menderita dan menjadi korban.
Angin malam yang dingin dengan cepat menenteramkan
gejolak hatinya. Mendadak teringat olehnya banyak persoalan
yang belum sempat dia pikirkan.
Setelah berbicara panjang lebar dengan Sim Long, lalu ke
manakah Ong-lohujin" Kenapa tadi tidak muncul
menemuinya" Apa sebabnya" Thi Hoat-ho berada di loteng
itu, lalu di mana Can Ing-siong dan Pui Jian-li serta yang lain"
Apa betul mereka juga sudah dibebaskan" Kalau sudah
dibebaskan, kenapa tidak kelihatan bayangan mereka?"
Dan lagi, kalau Ong-lohujin pernah pergi ke makam kuno itu,
apakah hilangnya Hwe-hay-ji (Si Anak Merah) ada sangkut
pautnya dengan dia" Jika betul ada sangkut pautnya, ke mana
dia membawa bocah itu"
Persoalan ini ingin diketahuinya, terutama nasib adiknya, Si
Anak Merah itu, tak pernah dia melupakan keselamatan adik
kandungnya itu. Walau tadi sudah timbul rasa kecewa dan
putus asa akan segala persoalan yang dihadapinya, tapi
sekarang dia baru sadar sementara persoalan tak mungkin
diabaikan begitu saja. Cepat dia berdiri dan putar badan
hendak lari ke arah datangnya tadi. Tapi setelah berdiri dia
lantas tertegun, terbayang senyuman sinis Sim Long yang
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
mencemooh dirinya, seolah-olah mengiang perkataan Sim
Long yang menyindir, "Kutahu akhirnya kau pasti kembali...."
Saat itu Jit-jit sangat benci pada Sim Long, sambil
membanting kaki dia mendesis dengan geram, "Aku justru tak
mau berbuat seperti apa yang diduganya, aku tak mau
kembali ke sana...."
Tapi bagaimana kalau dia tidak kembali" Malam makin larut,
hujan dan dingin pula, mau ke mana dia" Bagaimana mungkin
ia menyelidiki semua persoalan yang ingin diketahuinya itu"
Tak tahan dia menjatuhkan diri pula di atas salju, air mata
bercucuran lagi. Mendadak sebuah tangan yang dingin memegang pundak Jitjit. Keruan nona itu berjingkat kaget sambil putar badan,
teriaknya, "Siapa?"
Di tengah remang malam, di antara bunga salju yang
bertebaran, tertampak berdiri sesosok bayangan orang,
rambut panjang terurai semrawut, mukanya dingin kaku,
hanya jubahnya saja yang melambai tertiup angin.
Melihat bayangan ini, Jit-jit menjerit tertahan, "Kim Bu-bong,
kiranya kau!" Kim Bu-bong berdiri kaku seperti mayat dan tidak menjawab,
pertanyaan Jit-jit memang tidak perlu dijawab.
Rasa kaget dan heran menyelimuti sanubari Cu Jit-jit, tak
tahan dia bertanya pula, "Bukankah kau sudah pergi" Kenapa
kembali lagi?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Di tengah malam gelap dan sepi, kudengar isak tangis yang
menusuk telinga, maka aku datang kemari."
"Kau... ke mana kau pergi semalam?"
Kim Bu-bong menggeleng, tidak menjawab.
Jit-jit tahu bila orang tidak mau menjawab, siapa pun tak
dapat memaksanya menjawab maka ia pun tak banyak bicara
lagi. Kim Bu-bong berdiri kaku tak bergerak dan menunduk
mengawasinya. Lekas Jit-jit menunduk juga.
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Agak lama kemudian baru Kim Bu-bong bertanya, "Apa yang
kau tangisi?" "Tidak apa-apa," sahut Jit-jit sambil menggeleng.
"Pasti ada urusan yang menyedihkan hatimu," kata Bu-bong,
meski suaranya kaku dingin, namun nadanya sedikit banyak
mengandung rasa simpatik, manusia seperti Kim Bu-bong
dapat melontarkan pertanyaan seperti ini, sungguh jarang
terjadi. Ternyata pertanyaannya justru menyentuh rasa sedih Cu Jitjit, tak tahan lagi dia mendekap muka dan terisak pula.
Lama Kim Bu-bong mengawasinya, mendadak dia menghela
napas, "O, anak perempuan yang kasihan...."
Serentak Jit-jit berbalik, teriaknya, "Siapa kasihan" Dalam hal
apa aku harus dikasihani" Justru kau yang kasihan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Makin kau tak mengaku, makin besar kasihanku kepadamu."
Jit-jit jadi melenggong, tapi mendadak dia terkial-kial,
"Hahaha, dalam hal apa aku kasihan... aku punya duit, aku
cantik, aku masih muda, aku pandai menulis, pintar kungfu,
yang bilang aku kasihan pasti orang gila."
"Lahirnya kau kelihatan gembira dan bahagia, padahal dalam
hatimu menderita, lahirnya kau memiliki segala apa yang kau
inginkan, namun kau tidak dapat memperoleh apa yang kau
harap." Kembali Jit-jit melenggong, lalu menggeleng kepala, teriaknya,
"Tidak, salah, seribu kali salah."
Kim Bu-bong mengawasinya lekat-lekat, "Lahirnya kau keras,
padahal hatimu lembut, lahirnya kau bersikap kasar dan galak
kepada orang, padahal kau seorang nona baik hati terhadap
siapa pun. Hanya sayang... jarang ada manusia di dunia ini
yang bisa menyelami jiwamu, dan kau... anak perempuan
yang kasihan, kau justru suka melakukan hal-hal yang
membuang tenaga dan hasilnya bertolak belakang."
Dengan tercengang Cu Jit-jit mengawasinya, tanpa terasa dia
terkesima. Sungguh tak pernah terpikir olehnya bahwa masih
ada orang yang bersimpati kepadanya dan mau menyelami
perasaannya.... Akan tetapi orang yang bisa menyelami jiwa
dan simpati kepadanya ini justru manusia yang dingin kaku ini.
Sungguh tak terpikir olehnya setelah Sim Long, Si Kucing, dan
lain-lain bersikap kejam padanya, sekarang laki-laki yang kaku
dingin dan pendiam ini justru memberi kehangatan
kepadanya. Waktu dia angkat kepala, terasa orang aneh yang
dingin jelek ini sebetulnya tidak sejelek seperti apa yang
pernah dipikirnya, di balik tampang yang busuk orang ini
memiliki hati yang mulia dan bajik.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Terasa sorot matanya yang tajam ternyata mengandung
pengertian yang mendalam terhadap sesama umat manusia.
Dalam sedetik ini terasa oleh Jit-jit hanya orang yang berdiri di
depannya inilah lelaki sejati satu-satunya yang pernah
dilihatnya. Entah kenapa darahnya lantas bergolak, mendadak ia
menubruk dan memeluk pundak Kim Bu-bong yang keras
bagai baja, katanya dengan serak, "Orang lain tiada yang
memahami penderitaanku, hanya engkau saja yang bisa
menyelami jiwaku." Memang beginilah watak Cu Jit-jit, ingin berbuat apa segera
dilakukannya, keruan perbuatannya membuat Kim Bu-bong
melongo kaget. Terasa air mata Jit-jit menetes juga meresap
ke dalam bajunya yang tipis.
Lama dan lama sekali baru Kim Bu-bong menarik napas,
katanya, "Selama hidupku sebetulnya tidak ingin diriku
dipahami orang lain, aku senang karena tiada orang mau
mengerti akan keadaanku, tapi sekarang... ai, seorang anak
perempuan memang mendambakan pengertian orang lain."
Perlahan Jit-jit melepaskan pelukan dan mundur, dengan
nanar dia mengawasinya, air mata masih berlinang, tapi
mendadak dia tertawa, "Dulu memang tiada orang memahami
diriku, tapi sejak kini, ada engkau yang dekat di dampingku,
walau tiada orang lain mau memahami diriku, namun aku
cukup puas karena engkau mau mengerti akan diriku."
Kim Bu-bong melengos, tak berani beradu pandang dengan si
nona, gumamnya, "Apa betul kau bisa menyelami diriku?"
"Ya pasti dapat," lalu ditariknya tangan Kim Bu-bong dan
diajak lari ke pintu kota, meski pintu kota masih tertutup, tapi
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
di bawah pintu mereka bisa berteduh dari hamburan bunga
salju. Dia tarik tangan Kim Bu-bong dan diajak berduduk
bersandar pintu, katanya, "Sejak kini aku kan memahami
dirimu sepenuhnya, aku ingin tahu seluk-belukmu, sekarang
juga ingin tahu riwayat hidupmu masa lalu... sudikah engkau
menceritakan perihal dirimu kepadaku?"
Kim Bu-bong menatap jauh ke sana, menghela napas sambil
gelang kepala. "Katakan, ceritakanlah! Kalau tidak kau ceritakan aku akan
marah lho." Mendadak sorot mata Kim Bu-bong gemerdep setajam ujung
golok, berkilau menakutkan.
Tapi Jit-jit tidak kenal takut, juga tidak kenal menyingkir, ia
malah mendesak, "Katakanlah, katakanlah!"
"Betul, kau ingin tahu?" Kim Bu-bong menegas.
"Sudah tentu betul, kalau tidak buat apa kutanya."
"Selama hidupku, yang paling kubenci adalah perempuan,
setiap kali bertemu dengan gadis cantik, tanpa menghiraukan
segala akibatnya aku terus membelejeti pakaiannya dan
memerkosanya. Semakin mereka takut padaku, makin besar
hasratku ingin memerkosa dia, sejak berumur lima belas
sampai sekarang entah sudah berapa banyak gadis yang telah
kuperkosa." Tanpa terasa menggigil tubuh Cu Jit-jit, seketika dia
mengkeret mundur. Kim Bu-bong menyeringai, katanya pula, "Walau biasanya aku
bersikap alim, pendiam, tapi di tengah malam dingin begini,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
tiada orang lain di sekitar sini, bila bertemu dengan seorang
perempuan maka aku akan menerkamnya dan
mempermainkannya sampai puas...."
Ngeri Jit-jit, dengan menggigil takut kembali dia menyurut
mundur. Tapi di belakangnya ada tembok, mundur juga tidak
bisa lagi. Tambah menakutkan Kim Bu-bong menyeringai, katanya,
"Bukankah kau sendiri yang ingin tahu kisah hidupku" Kenapa
setelah kuceritakan kau jadi takut".... Apa sekarang kau ingin
lari" Haha... hahaha...." mendadak dia mendongak dan
terbahak-bahak. Mendadak Cu Jit-jit membusungkan dada sambil mendesak
maju, teriaknya, "Kenapa aku takut" Kenapa aku perlu lari?"
Kim Bu-bong tertegun malah, dia berhenti tertawa, tanyanya,
"Kau tidak takut?"
"Biarpun dulu kau pernah berbuat jahat seperti apa yang kau
ceritakan, hal itu disebabkan perempuan itu takut melihat
tampangmu, mereka hanya melihat luar saja, mereka tidak
melihat di balik tampangmu yang jelek ada sebuah hati yang
bajik, mereka takut dan menyingkir bila melihat kau, tentu
saja kau tersinggung dan menderita lahir batinmu, maka
timbul keinginanmu menuntut balas, ini tidak dapat
menyalahkan dirimu, kalau orang lain tidak adil terhadap
dirimu, kenapa engkau tidak boleh memperlakukan jelek
kepada mereka" Kenapa engkau tidak boleh menuntut balas?"
Ia tersenyum, lalu menyambung, "Apalagi, jika sekarang
engkau bercerita demikian padaku jelas semua itu tidak betul
terjadi dan lebih-lebih takkan kau lakukan terhadapku."
"Dari mana kau tahu takkan kulakukan?" tanya Kim Bu-bong.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Berkedip mata Jit-jit, katanya dengan tertawa, "Umpama betul
kau pernah melakukan kejahatan, aku pun tak perlu takut,
kalau tidak percaya, boleh kau coba diriku."
Bukan cuma membusung dada saja, ia terus mendesak maju.
Kim Bu-bong berbalik berjingkat kaget dan mundur selangkah,
dengan melongo dia menatapnya dan entah bagaimana
perasaannya. Jit-jit berkeplok, katanya dengan tertawa, "Engkau hanya
hendak menggertak saja, betul tidak" Siapa tahu tak berhasil
kau gertak malah berbalik kena kugertak, apakah tidak lucu?"
Kim Bu-bong menyengir, katanya, "Memang aku hanya
menggertakmu...." "Kau tak mau mengisahkan pengalaman hidupmu, niscaya kau
pernah mengalami suatu peristiwa yang membuat hatimu
terluka dan sedih, maka selanjutnya aku takkan tanya
kepadamu lagi," ditariknya tangan Kim Bu-bong, katanya lebih
lanjut, "Tapi engkau harus menjelaskan kepadaku, kenapa
semalam kau pergi tanpa pamit.... Sebetulnya ke mana kau
pergi secara diam-diam?"
"Pergi tanpa pamit?" Kim Bu-bong balas bertanya.
"Ya, kan kabur semalam, kenapa?"
"Semalam Sim Long menyuruh aku melakukan sesuatu tugas,
apakah dia tidak memberitahukan kepadamu?"
Kini giliran Jit-jit yang melenggong. Sesaat kemudian baru dia
bertanya, "Jadi Sim Long yang menyuruhmu pergi.... Tugas
apa yang harus kau lakukan?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Mengejar dan menyelidiki jejak serombongan orang."
"Kenapa dia sendiri tidak pergi" Kenapa engkau yang diberi
tugas?" "Waktu itu dia sendiri tidak sempat, tugas ini pun cocok
bagiku, hubunganku dengan dia seperti saudara kandung,
kalau dia minta bantuanku, sudah tentu dengan senang hati
kulakukan." "Hm, dengan senang hati apa, sungguh penurut kau ini,
kenapa setiap orang harus turut perintahnya sungguh aku
tidak mengerti." Lalu diraihnya secomot salju dan dibantingnya dengan gemas.
Kim Bu-bong mengawasinya lekat-lekat dengan mengulum
senyum. Jit-jit mengentak kaki, katanya, "Buat apa kau
mengawasi aku, lekas ceritakan, apa yang harus kau
laksanakan" Urusan apa yang harus kau selidiki" Apa kau pun
ingin mengelabui diriku?"
Lama Kim Bu-bong bimbang, katanya kemudian, "Apakah
sudah kau lupakan perjanjian Sim Long dengan majikan Jin-giceng?" "O, ya, batas waktu yang dijanjikan sudah tiba...."
"Batas waktunya adalah kemarin malam."
"Jadi mewakili dia menepati janjinya itu" Tapi... dari mana kau
tahu seluk-beluk persoalannya" Bagaimana kau memberi
pertanggungan jawab kepada majikan Jin-gi-ceng?"
"Yang mewakili dia menepati janji bukan aku, aku hanya
ditugaskan mengawasi orang yang mewakili dia itu."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Aku tak mengerti apa yang kau katakan, lalu siapakah yang
ditugaskan mewakili dia?"
"Can Ing-siong, Pui Jian-li, dan lain-lain...."
"O, mereka. Ya, benar, bila mereka pergi ke Jin-gi-ceng,
segala persoalan akan beres, Sim Long hadir atau tidak
memang tidak menjadi soal," mendadak dia tanya pula, "Tapi
kalau mereka sudah mewakili Sim Long, kenapa harus
diawasi?" "Apa sebabnya aku tidak tahu, dia hanya menyuruh aku
mengawasi jejak mereka, bila urusan sudah jelas segera balik
memberitahukan kepadanya."
"Jadi kalian sudah berjanji sebelumnya," hal ini kembali dia
dikelabui oleh Sim Long, keruan bukan main mendongkol
hatinya, namun kali ini dia dapat menahan emosinya.
"Ya, betul," sahut Kim Bu-bong mengangguk.
"Kapan dia berjanji bertemu dengan kau?"
"Sekarang." Jit-jit celingukan sambil menggigit bibir, katanya, "Di mana
kalian akan bertemu?"
"Di sini," sahut Kim Bu-bong.
Jawaban yang sama diucapkan dua suara sekaligus, keruan
Jit-jit berjingkat seraya menoleh, tertampak seorang
tersenyum simpul di belakangnya, senyum yang gagah dan
menarik, siapa lagi kalau bukan Sim Long.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kejut, gugup, marah, dan girang meliputi hati Cu Jit-jit,
serunya sambil mengentak kaki, "Engkau setan alas, kau...
kapan kau datang?" "Begitu Kim-heng mengedip aku lantas datang."
"Kebetulan kau datang, ingin kutanya, setiap persoalan
kenapa selalu kau sembunyikan kepadaku, apa maksudmu
menyuruh dia mengikuti jejak Can Ing-siong dan lain-lain?"
"Amat panjang ceritanya."
"Panjang juga harus kau jelaskan."
"Setelah aku bertemu dengan Ong-hujin, setelah berbincang
semalaman maka dia membebaskan Can Ing-siong, Thi Hoatho, Pui Jian-li, dan lain-lain, di samping khawatir Can Ingsiong dan Pui Jian-li masih dendam kepadamu, apalagi janjiku
kepada pihak Jin-gi-ceng juga sudah mendesak, maka kuminta
Can, Pui dan segera menuju ke Jin-gi-ceng, seluk-beluk
persoalan ini biar mereka jelaskan kepada pihak Jin-giceng...." "Ya, aku maklum, tapi kenapa masih harus kau awasi gerakgerik mereka?" "Karena sejak mula aku yakin kejadian ini agak ganjil, ada
sesuatu yang belum bisa kupecahkan."
"Ya, memang agak ganjil, aku pun tahu."
"Syukurlah kalau kau tahu, tak perlu kujelaskan."
Jit-jit melengak, "Tidak, aku justru ingin kau katakan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sim Long tersenyum, "Coba pikir, kalau Ong-hujin punya
iktikad baik terhadap Can Ing-siong dan lain-lain, kenapa perlu
menunggu setelah bertemu dengan aku baru dia
membebaskan mereka?"
Berkilat mata Cu Jit-jit, katanya, "Ya, kenapa begitu?"
"Setelah kejadian tentu dapat kau terka."
"Kau kira aku bodoh, baik, biar kujelaskan, dalam urusan ini
dia pasti ada intrik tertentu, karena rahasianya sudah kau
bongkar, terpaksa dia pura-pura baik hati dan membebaskan
orang-orang itu...."
Sim Long mengangguk, pujinya, "Anak pintar, memang betul
demikian. Tapi setelah dia membebaskan Can Ing-siong dan
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia bilang ada urusan harus pergi ke Ui-san, lalu buru-buru dia
berangkat." "Maka kau khawatir di tengah jalan dia mencegat dan
membunuh Can Ing-siong dan rombongannya, apalagi
resminya kau sudah berdiri di pihaknya, kalau Kim... Kim-heng
berada di sana juga kurang leluasa maka diam-diam kau suruh
dia pergi." "Kau memang tambah pintar," ucap Sim Long. "Sebenarnya
aku tak bermaksud mengelabui dirimu, tapi di hadapan Ong
Ling-hoa, mana mungkin aku menjelaskan kepadamu.... Ai,
syukur kau bertemu dengan Kim-heng di sini, kalau tidak...."
Bercahaya mata Cu Jit-jit, katanya, "Kalau tidak kenapa?"
"Kalau tidak tentu akan membuatku khawatir," ujar Sim Long.
Sesaat Jit-jit terkesima, "Kau khawatirkan diriku" Hanya setan
percaya...." belum habis bicara, dekik di pipinya sudah
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
kelihatan, tak tahan dia tertawa senang, rasa sedih, risau,
jengkel, seketika lenyap sama sekali setelah mendengar
pernyataan Sim Long itu. Mengawasi sikap mesra kedua muda-mudi ini, maka Kim Bubong kembali kaku dingin, ia berdehem, lalu berkata dengan
suara tertahan, "Sepanjang jalan rombongan Can Ing-siong
tidak mengalami apa-apa hingga tiba di Jin-gi-ceng,
kusaksikan sendiri mereka masuk ke perkampungan itu baru
kembali ke sini." "Aneh kalau begitu...." ujar Sim Long sambil termenung, tibatiba ia tertawa riang, katanya, "Terima kasih Kim-heng...."
"Rasanya tak perlu kau bilang terima kasih kepadaku."
"Betul, terlalu berlebihan."
"Bahwa Ong-hujin tidak bertindak sesuatu terhadap Can Ingsiong dan rombongannya, lalu bagaimana tindakanmu
selanjutnya?" Sejenak Sim Long berpikir, lalu balas bertanya, "Bagaimana
pula langkah Kim-heng?"
Kim Bu-bong mendongak sambil menghela napas, katanya,
"Perjanjian dengan Jin-gi-ceng sudah selesai, keselamatan
Can Ing-siong dan lain-lain juga tak kurang sesuatu apa,
urusan ini boleh dikatakan sudah selesai, aku... aku akan
pulang saja." "Pulang?" Sim Long menegas.
"Betul. Meski Ca Giok-koan jahat dan buas, tapi budi
kebaikannya terhadapku amat besar, selama hayat masih
dikandung badan aku takkan mengingkari dia...." tiba-tiba Kim
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Bu-bong menatap Sim Long, katanya perlahan, "Entah Simheng sudi kiranya membebaskanku pulang?"
"Orang telah menghargaiku sebagai pahlawan, sebagai
pahlawan akan pula kubalas kebaikan orang... terhadap Ca
Giok-koan boleh dikatakan Kim-heng sudah menunaikan
kewajiban dengan baik, kenapa aku harus menjadi manusia
rendah dan merintangi keberangkatanmu?"
Kim Bu-bong menarik napas panjang, gumamnya, "Orang
menghargaiku sebagai pahlawan, sebagai pahlawan aku balas
kebaikan orang, tapi...." waktu dia angkat kepalanya lagi,
sekian saat dia menatap Sim Long lekat-lekat, lalu katanya
dengan beringas, "Selanjutnya bila kita bertemu lagi, kau
adalah musuhku, saat mana aku tak peduli lagi siapa kau dan
akan kurenggut jiwamu, hari ini kau bebaskan aku, kelak
jangan kau menyesal."
Sim Long tertawa pedih, katanya, "Setiap orang punya citacitanya sendiri, siapa pun tak dapat memaksanya, kelak meski
kau adalah musuhku, tapi dapat bergebrak dengan musuh
seperti dirimu, sungguh menyenangkan juga."
"Baiklah kalau begitu," perlahan Kim Bu-bong mengangguk.
Lama mereka berdiri berhadapan dan saling pandang.
Mendadak keduanya bersuara bersama, "Selamat berpisah...."
Mereka bersuara bersama dan tutup mulut bersama pula,
sama mengulum senyum getir, sementara itu Jit-jit tak kuat
menahan air matanya. Darah seperti bergolak dalam rongga
dadanya, dia mengentak kaki, serunya, "Mau pergi lekas pergi,
buat apa banyak omong. Tak tersangka kaum laki-laki kalian
juga suka bertele-tele begini."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul," ujar Kim Bu-bong, "sudah saatnya harus berangkat,
kehidupan Kangouw serbabahaya, orang-orang jahat selalu
berada di sekelilingmu, hendaknya Sim-heng...."
"Kim-heng jangan khawatir," tukas Sim Long, "kubisa menjaga
diriku, malah Kim-heng sendiri...."
Kim Bu-bong mendongak sambil tertawa panjang, "Darah
mengalir bagi sahabat sejati, biar mati juga tidak menjadi
soal...." sambil mengulapkan tangan segera dia melangkah
pergi tanpa menoleh lagi.
Dengan berlinang air mata Cu Jit-jit mengawasi bayangan
orang semakin jauh dan hampir menghilang di tengah
hamburan bunga salju, mendadak dia berteriak keras,
"Tunggu... berhenti!"
Kim Bu-bong berhenti di kejauhan, tapi tidak menoleh,
tanyanya dingin, "Kau mau omong apa lagi?"
Jit-jit menggigit bibir, katanya sambil memandang Sim Long
sekejap, "Aku... aku ingin ikut kau."
Kim Bu-bong seperti terpantek di tanah tanpa bergerak, juga
tidak menoleh dan tak bersuara pula, agaknya dia tidak tahu
apa yang harus dikatakannya.
Alis Sim Long terangkat, wajahnya menampilkan rasa kejut
dan heran. Jit-jit tidak memandangnya lagi, teriaknya, "Hanya engkau
seorang di dunia ini yang simpati dan memahami diriku, hanya
kaulah satu-satunya lelaki sejati di dunia ini, kalau aku tidak
ikut kau, ikut siapa?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong seperti ingin menoleh, tapi lantas bergelak tawa
sambil menengadah, cepat ia melangkah pula ke depan, sukar
meraba makna gelak tertawanya itu.
"Nanti dulu, tunggu aku...." sambil berteriak Cu Jit-jit lantas
memburu dengan kencang. Sim Long bermaksud menariknya, tapi pikirannya tergerak, dia
urungkan niatnya, ia mengawasi bayangan punggung Cu Jit-jit
yang makin menjauh, timbul senyuman pada ujung mulutnya.
Setelah puluhan langkah Jit-jit coba melirik ke belakang, Sim
Long yang kejam dan tega hati ini ternyata tidak
menyusulnya, waktu dia menatap ke depan pula, bayangan
Kim Bu-bong juga sudah tidak kelihatan.
Bunga salju beterbangan menyampuk mukanya, seluas mata
memandang yang terlihat hanya kabut putih, hatinya sedih,
dongkol, dan kecewa. Tak tahan dia menangis lagi. Sambil
menangis dia berlari terus ke depan, air mati menghalangi
pandangannya hingga dia tidak bisa membedakan arah namun
masih terus lari seperti dikejar setan.
Hakikatnya dia tidak tahu ke mana dirinya harus pergi,
umpama bisa menentukan arah juga tiada gunanya"
Tetesan air matanya hampir membeku menjadi butiran es.
Dengan lengan baju dia menyeka air mata, gumamnya,
"Baiklah, Sim Long, kau tidak menarikku, bila aku mampus,
apakah kau tidak akan menyesal, tapi... kenapa aku tidak mati
saja...." Waktu dia mengusap air mata pula, mendadak dia menubruk
seseorang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Saking keras dia berlari hingga tubuhnya terpental balik duatiga langkah baru dapat berdiri tegak, selagi dia hendak
memaki, begitu dia angkat kepala, orang yang berdiri di
depannya ternyata Kim Bu-bong adanya, lelaki yang kaku
dingin seperti batu ini. Dalam keadaan seperti Cu Jit-jit sekarang, mendadak melihat
Kim Bu-bong lagi, ia seperti bertemu dengan sanak kandung
yang terdekat, entah duka, entah girang, segera dia menjerit
terus menubruk ke dalam pelukan Kim Bu-bong dan
merangkulnya kencang-kencang.
Kepala dan pundak Kim Bu-bong sudah dilapisi salju, demikian
pula kulit mukanya seperti dilumasi es, namun kedua matanya
terasa menyala hangat. Lama sekali baru Kim Bu-bong menghela napas, katanya, "Kau
benar-benar menyusul... buat apa kau menyusulku?"
Jit-jit membenamkan kepalanya di dada orang, sambil
menangis campur tertawa katanya, "Aku memang ingin ikut
kau.... Selanjutnya kau tidak akan kesepian, apakah... apakah
kau tidak senang?" "Selamanya kau ikut aku?"
"Ehm, ikut kau selamanya dan takkan berpisah, umpama kau
mengusirku, aku pun takkan pergi.... Tapi engkau takkan
mengusirku bukan?" Kim Bu-bong tertawa getir, "Ai, anak yang kasihan...."
"Tidak, tidak, tidak kasihan, aku tidak mau dikasihani. Ada
engkau di sampingku, kenapa aku harus dikasihani"
Selanjutnya kularang kau mengatakan kasihan."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Namun mulut Kim Bu-bong masih bergumam, "Kasihan anak
ini...." Jit-jit merengek sambil membenamkan kepalanya. "Nah, kau
bilang lagi, coba katakan, dalam hal apa aku perlu dikasihani?"
"Hanya untuk membuat jengkel Sim Long kau ikut padaku"
Buat apa...." "Bukan karena Sim Long, dengan sukarela kuikut kau."
"Tapi bila Sim Long menyusulmu dan mengajakmu pulang,
bagaimana?" "Peduli apa dengan dia" Takkan kugubris."
"Apa betul?" "Betul, seribu kali betul!"
Untuk sejenak Kim Bu-bong diam saja, mendadak dia berkata,
"Coba lihat, Sim Long menyusul kemari!"
Tergetar tubuh Cu Jit-jit, teriaknya girang, "Di mana?"
Segera dia melompat mundur membalik badan, salju masih
beterbangan, mana ada bayangan Sim Long, bayangan setan
pun tidak ada. Waktu dia berpaling, dia melihat Kim Bu-bong menampilkan
senyum seorang yang sudah kenyang mengenyam
perikehidupan, senyum pengertian, namun juga senyum yang
rada mengejek, kontan merah muka Cu Jit-jit, namun dia
berusaha menutupi rasa malunya, katanya, "Dia datang juga
aku tidak peduli, aku...aku...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong geleng kepala, katanya, "Nak, isi hatimu mana
bisa mengelabui aku, lekas kau pulang ke sana saja."
"Tidak mau, mati pun aku tidak mau pulang."
"Mana boleh kau ikut aku."
"Kalau kau melarang aku ikut, biar aku mati di depanmu."
Kim Bu-bong menyengir, sesaat kemudian baru berkata
dengan perlahan, "Ikut aku juga bolehlah, cepat atau lambat
Sim Long pasti juga akan menyusul kemari, bahwa dia
membiarkan Nona Cu ikut aku, mungkin juga untuk
memudahkan mengikuti jejakku.... Meski tidak secara
gamblang dia paksa aku untuk membawanya mencari Ca Giokkoan, hal ini berarti dia sudah baik terhadapku, jika dia
menguntitku secara diam-diam juga pantas, mana boleh aku
menyalahkan dia." Dia bicara sendiri seperti sedang menganalisis bagi dirinya
sendiri, tapi juga seperti memberi penjelasan bagi Sim Long,
padahal suaranya lirih, kecuali dia sendiri tak terdengar siapa
pun. "Apa katamu?" tanya Cu Jit-jit.
"Aku bilang... kalau kau mau ikut aku, ayolah berangkat!"
Setengah hari itu kedua orang menempuh perjalanan secara
cepat, menjelang tengah hari mereka sudah tiba di Say-kok.
Say-kok adalah sebuah kota kecil di sebelah barat Kota Sin-an,
walau kota kecil, tapi cukup ramai, ke timur menuju Lokyang,
ke utara harus menyeberang sungai besar, tidak sedikit kaum
pedagang yang seberang-menyeberang di kota ini, maka
kehidupan penduduk kota kecil ini cukup makmur.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sepanjang jalan Jit-jit memegangi tangan Kim Bu-bong,
masuk kota pun tidak dilepaskan, dia tidak peduli bagaimana
pandangan orang lain terhadapnya.
Dengan sendirinya orang-orang di jalan sama heran, kagum
dan pesona akan kecantikannya, tapi bila mereka melihat
wajah Kim Bu-bong, seketika mereka melengos.
Jit-jit berkata perlahan, "Coba lihat, semua orang takut
kepadamu, betapa senang dan bangga hatiku."
"Kenapa kau senang dan bangga?" tanya Kim Bu-bong.
"Kuharap orang takut kepadaku, tapi mereka justru tidak
takut, kini aku ikut bersamamu, seperti kucing ikut harimau,
akan dapat membonceng supaya orang sama takut padaku,
betapa hatiku tidak senang, cuma... cuma perutku mulai lapar,
ingin berlagak juga tidak bisa."
Kim Bu-bong tertawa, "Apa sekarang juga kau mau makan?"
"Aku bukan anak perempuan yang suka murung, hanya
menghadapi sedikit persoalan lantas tak nafsu makan
minum.... Segala persoalan dengan cepat dapat kulupakan,
maka aku bisa makan seperti biasa. Makanya kakakku kelima
pernah bilang, kelak aku bisa jadi gendut."
Kembali Kim Bu-bong tertawa, katanya, "Memangnya kenapa
kalau gendut" Mari kita makan sepuasnya."
Entah kenapa, orang aneh yang biasanya dingin kaku, kini
seperti bergairah. Sepanjang jalan raya mereka tidak menemukan restoran,
mendadak Kim Bu-bong seperti teringat sesuatu, dia bertanya,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Apakah kakakmu itu yang terkenal dipanggil Cu-gokongcu di
kalangan Kangouw?" Jit-jit menghela napas, "Betul, engkohku kelima itu memang
makhluk aneh, kejayaan keluargaku seperti tertumplak
seluruhnya di atas tubuhnya, ke mana saja dia pergi, selalu
dia mendapat sambutan hangat, dia memang pandai bergaul,
aku sendiri heran kenapa bisa begitu?"
Kim Bu-bong berkata, "Sudah lama kudengar nama Cugokongcu yang harum, semua bilang dia seorang pemuda
cakap yang jarang ada bandingannya, sayang sampai
sekarang aku belum pernah melihatnya."
"Jangankan kau tak bisa bertemu dengan dia, kami beberapa
saudara sendiri juga sukar melihatnya, dua-tiga tahun baru
bertemu satu kali. Hidupnya memang seperti arwah
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gentayangan. Hah, sudah sampai."
Yang dimaksudkan sampai adalah mereka sudah berada di
depan sebuah warung nasi. Lima buah meja kecil yang cukup
bersih, bau arak dan bau masakan seperti menyongsong
kedatangan mereka, sayang lima meja sudah penuh diduduki
orang. "Ramai betul pengunjung warung makan ini," kata Kim Bubong. "Rumah makan yang banyak dikunjungi orang, hidangannya
tentu lumayan." "Sayang tidak ada tempat kosong."
"Tidak jadi soal, ikut aku saja," ujar Jit-jit. Kim Bu-bong
ditariknya masuk mendekati sebuah meja di pojok sana, dua
orang pedagang sedang makan dengan lahap di meja ini,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
mendadak mereka angkat kepala, melihat muka Kim Bu-bong,
seketika mereka bergidik, cepat mereka menunduk kepala,
nafsu makan pun segera lenyap.
Jit-jit tetap pegang tangan Kim Bu-bong, berdiri diam tak
bergerak, kedua orang itu memegangi sumpit dengan
gemetar, bergegas mereka berbangkit terus membayar
rekening. Maka Cu Jit-jit dan Kim Bu-bong lantas menduduki meja itu.
Kim Bu-bong geleng kepala, katanya, "Kau memang pandai
mencari akal." "Ini namanya main gertak."
Kim Bu-bong bergelak tertawa, namun setengah jalan
mendadak dia berhenti tertawa.
"Kenapa kau berhenti tertawa," tanya Jit-jit, "aku senang
melihat cara tertawamu."
Kim Bu-bong diam sejenak, lalu katanya, "Setengah hari ini
aku sudah tertawa lebih banyak daripada tertawaku beberapa
tahun yang lampau." Jit-jit mengawasinya hingga lama dan tak bicara, entah
hatinya merasa kecut, manis, atau getir" Dia tidak tahu.
Untung hidangan sudah disuguhkan, maka Jit-jit makan
minum dengan lahap. Kim Bu-bong justru sebaliknya, sukar menelan hidangan di
depannya, Jit-jit menyumpit makanan ke dalam mangkuknya.
Orang-orang di sekitarnya tidak berani menoleh ke arah
mereka, tapi tak sedikit yang melirik secara diam-diam.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Maklum kedua orang ini teramat aneh, lelaki jelek, yang
perempuan cantik, kelihatannya mesra, tapi juga seperti tak
kenal-mengenal sebelumnya, entah pernah hubungan apa
antara kedua orang ini, sungguh sukar menebaknya.
Jit-jit tidak peduli tingkah laku orang-orang di sekitarnya,
katanya tertawa, "Sepotong daging ini harus kau makan, perut
kosong mana boleh minum arak... perutmu bisa terbakar lho."
Ia menyumpit sepotong daging dan diangsurkan pula ke
mangkuk Kim Bu-bong. Tapi mendadak tubuhnya bergetar,
daging yang tersumpit jatuh kecemplung ke mangkuk kuah di
depannya, ia terbelalak ke arah jendela dengan wajah pucat.
"Ada apa?" tanya Kim Bu-bong kaget.
Dengan sumpit Jit-jit menuding jendela di belakang Kim Bubong, katanya, "Oo...." suaranya bukan saja gemetar, lidahnya
juga kelu, sumpit pun beradu karena tubuhnya menggigil.
Berubah air muka Kim Bu-bong, lekas dia berpaling, namun
jendela kosong tak ada apa-apa, keruan dia heran, tanyanya,
"Kau melihat apa?"
Sahut Jit-jit gemetar, "Ada... ada orang di luar jendela."
"Mana ada orang, mungkin pandanganmu kabur?"
"Barusan ada, begitu kau berpaling lantas lenyap."
"Siapa?" "Iblis... iblis laknat itulah, iblis yang membikin aku lumpuh dan
bisu itu." "Apa kau melihat dengan jelas?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Aku melihat dengan jelas sekali, selama hidupku takkan
kulupakan wajahnya."
Berubah kelam air muka Kim Bu-bong, kedua alisnya bertaut,
ia tunduk kepala berpikir tanpa bicara.
"Apa kau mau mengejarnya?"
"Biar kukejar sekarang juga takkan tersusul."
"Lalu... lalu bagaimana baiknya" Begitu melihat dia, aku tiada
selera makan lagi, tidur pun tak bisa nyenyak, seolah-olah dia
selalu mengintil di belakangku dan mau mencelakai aku, bila
kupejamkan mata lantas terbayang dia lagi menyeringai
kepadaku...." mendadak dia letakkan sumpit terus mendekap
muka dan hampir menangis.
Kim Bu-bong berpikir sejenak, mendadak dia berbangkit,
sepotong uang perak dilemparkannya di meja, tangan Jit-jit
ditariknya sambil mendesis, "Mari ikut aku!"
"Ke... ke mana?" tanya Jit-jit.
Hijau kelam muka Kim Bu-bong, tanpa menjawab dia tarik Cu
Jit-jit terus melangkah keluar, ia celingukan sekejap
menentukan arah terus berlari keluar kota menuju ke tempat
yang sepi. Heran dan takut Jit-jit, nyalinya sudah pecah bila terbayang
kepada iblis itu, padahal biasanya tiada yang ditakutinya di
dunia ini, tapi terhadap "iblis" yang satu ini dia justru
ketakutan setengah mati. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Makin jauh Kim Bu-bong melangkah ke tempat yang sepi,
padahal saat itu cahaya mentari sudah menembus gumpalan
mega, namun Jit-jit masih menggigil kedinginan.
Tanpa terasa kedua tangannya memeluk pundak Kim Bu-bong
dan tubuhnya pun menggelendot di bahunya. Dipandang dari
belakang seolah-olah seorang lelaki kekar berjalan berpelukan
dengan seorang gadis, seperti sepasang kekasih yang lagi
bermesraan, siapa yang melihatnya pasti iri, tapi bila orang
mendahului dan memandang dari depan, yang perempuan
cantik bak bidadari, berpelukan dengan lelaki jelek yang
mengerikan, siapa pun akan geleng kepala.
Walau pundaknya diganduli, langkah Kim Bu-bong tetap cepat
dan gesit. Tak tahan Jit-jit bertanya, "Tempat apa di sebelah depan."
"Aku tidak tahu."
Gusar Jit-jit, serunya, "Habis untuk apa kau... kau...."
"Apa yang kulakukan segera kau akan tahu," ujar Kim Bubong, mendadak dia merendahkan suaranya, "Nah, itu dia
datang." Berdiri bulu kuduk Cu Jit-jit, ia menahan napas dan pasang
kuping, memang di belakang didengarnya ada suara desir
pakaian melambai, gerakan orang di belakang amat cepat,
namun Kim Bu-bong tidak menghentikan langkahnya juga
tidak menoleh. Dengan sendirinya Jit-jit juga tidak berani menoleh, namun
dalam hati dia bertanya-tanya, "Siapakah yang datang"
Jangan-jangan dia?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Didengarnya lambaian pakaian orang itu sudah berada di
belakang mereka, gerakannya lantas diperlambat, dalam jarak
yang sama terus mengikuti langkah mereka, tidak menyusul
ke depan dan juga tidak ketinggalan.
Rasa seram menjalari punggung Jit-jit, sungguh ia ingin
menoleh untuk melihatnya, tapi dapat ditahan perasaannya
ini, rangkulannya bertambah erat.
Bila Kim Bu-bong mempercepat langkahnya, orang di belakang
ikut cepat, bila Kim Bu-bong lambat orang itu pun
memperlambat langkahnya. Kini Jit-jit yakin orang di belakang ini pasti iblis laknat itu, baru
sekarang dia sadar Kim Bu-bong sengaja menuju ke tempat
yang sepi, tujuannya juga untuk memancing dia. Tapi sukar
dia menebak kenapa Kim Bu-bong berbuat demikian, apa
tujuannya" Jika ingin membunuhnya, sekarang sudah boleh
turun tangan, kalau tidak ingin melenyapkan dia, pantasnya
sekarang sudah bertindak pula.
Makin lama langkah Kim Bu-bong makin cepat, akhirnya hanya
berputar kayun di dataran bersalju ini, orang itu ternyata
mengintil terus ikut berputar.
Cu Jit-jit tidak tahan dan ingin mengajukan pertanyaan namun
sebelum dia bersuara, kupingnya lantas menangkap suara Kim
Bu-bong yang bicara dengan ilmu gelombang suara, "Kungfu
orang ini tidak lemah, tapi tenaga dalamnya kurang kuat,
sekarang sengaja kukuras tenaganya, bila lwekang sudah
lemah dan kehabisan tenaga baru akan kupancing dia turun
tangan, kuyakin dapat mencabut nyawanya."
Kejut dan girang hati rasanya ingin dia peluk leher Kim Bubong serta mencium pipinya sekali sebagai tanda rasa senang,
haru dan kagumnya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mendadak Kim Bu-bong mendongak sambil bergelak tertawa,
serunya, "Haha, bagus... bagus!"
Orang itu juga tertawa serak dan berseru, "Haha, bagus...
bagus!" "Kutahu kau pasti datang!" ucap Kim Bu-bong.
"Kutahu kau pasti datang!" orang itu menirukan bicaranya.
"Setelah datang, kenapa kau tidak bicara?" tanya Kim Bubong. Orang itu juga bertanya, "Setelah datang, kenapa kau tidak
bicara?" Kim Bu-bong gusar, dampratnya, "Apa sengaja kau
permainkan aku" Meski kita pernah seperguruan, namun
hubungan kita sudah putus, tahukah kau kenapa kupancing
kau ke sini" Sebab akan kucabut nyawamu!"
Orang itu seperti bersuara kaget, tapi segera menirukan pula,
"Apa sengaja kau permainkan aku" Meski...."
"Siapa kau?" mendadak Kim Bu-bong menghardik sambil seret
Jit-jit dan membalik badan.
Orang itu sedang lari, hampir saja ia menubruk mereka,
syukur satu kaki di depan mereka dia berhasil mengerem
langkahnya. Wajahnya yang jelek dan kotor itu tepat berhenti
di depan mata Cu Jit-jit, tapi bukan wajah "iblis" yang mereka
duga semula, orang ini ternyata adalah Kim Put-hoan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Perubahan yang tak terduga ini bukan saja membuat Cu Jit-jit
kaget, juga di luar dugaan Kim Bu-bong. Bukan rase yang
mereka pancing ke sini sebaliknya terpancing serigala.
"Kiranya... kau!" pekik Jit-jit.
"Rupanya kau," bentak Kim Bu-bong dengan gusar.
"Ya, aku...." Kim Put-hoan tertawa terkekeh. "Agaknya kalian
tidak menduga." "Kenapa kau buntuti kami sejauh ini" Apa kehendakmu?" seru
Jit-jit. Kim Put-hoan memicingkan matanya, katanya dengan tertawa,
"Aku hanya ingin menyaksikan betapa mesranya kalian
berpelukan, untuk apa pergi ke tempat sepi seperti ini" Di sini
kan bukan tempat untuk berpacaran?"
"Tutup mulutmu!" bentak Kim Bu-bong.
"Baik, tutup mulut. Toako suruh aku tutup mulut, segera
kututup mulut!" dia mendongak dan tertawa aneh, "Baru
sekarang kutahu, Toako kita ini ternyata cukup lihai juga
dalam hal memikat perempuan, hanya beberapa patah kata
dengan mudah dapat merebut nona ayu ini dari tangan Sim
Long." Jelalatan mata Kim Bu-bong, wajah diliputi nafsu membunuh.
Jit-jit tidak tahan, ia memaki, "Kau kentut busuk apa?"
Kim Put-hoan menyengir, "Aduh galaknya.... Eh, mau tidak
kuberi tahu rahasia toakoku ini" Dia kelihatan jujur, padahal...
hahahaha...." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Padahal apa?" tanya Jit-jit.
"Padahal toakoku ini laki-laki perayu, seorang hidung belang,
sejak umur lima belas, entah betapa banyak gadis yang
dibuatnya sakit rindu, kemudian...."
Kim Bu-bong menatapnya dengan dingin dan mendengarkan
ocehannya tanpa mencegah atau menyetopnya, tapi Kim Puthoan sengaja berhenti sambil meliriknya.
"Belakangan bagaimana?" tak tahan Jit-jit bertanya pula.
Kim Put-hoan sengaja berdehem, "Aku tak berani
mengatakan." Kim Put-hoan menyengir, "Banyak nona cantik
mengerumuninya hingga toakoku ini tak sempat berlatih
kungfu, saking jengkel toakoku ini lantas merusak wajah
sendiri yang tampan ini."
"Oo...." Jit-jit menjerit kaget.
"Dia sendiri yang merusak mukanya tapi setelah wajahnya
rusak, tabiatnya ikut berubah, bukan saja dia amat membenci
perempuan, terhadap orang laki-laki juga bersikap dingin dan
tak acuh." Cu Jit-jit termenung sekian lama, katanya kemudian, "Jadi
begitulah kejadiannya... kiranya tempo hari kau menipuku."
"Menipumu... kapan aku menipumu...." seru Kim Put-hoan.
"Cuh," Jit-jit berludah, "siapa bicara dengan kau."
Kim Put-hoan mengawasinya, lalu melirik Kim Bu-bong,
katanya dengan tertawa licik, "Ah, aku mengerti, aku
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
mengerti.... Agaknya kau bicara dengan dia. Jadi Toako
pernah dustai kau, tanpa sengaja aku membongkar
rahasianya." Kim Put-hoan tertawa dan berkata pula, "Wah, baru sekarang
aku bertemu dengan istri Toako, tidak diberi hadiah malah
dicaci maki." "Baik, kuberi hadiah," damprat Cu Jit-jit. Tangan kanan
terayun terus menggampar muka Kim Put-hoan.
"Plang", Kim Put-hoan tidak berkelit menghindar, gamparan
Jit-jit telak mengenai pipinya, ternyata dia tidak marah
sebaliknya malah tertawa sambil mengelus pipi, katanya,
"Terima kasih, kuterima hadiahmu dengan senang hati. Jarijemari halus dan runcing rasanya enak juga bila mengelus
pipi. Toako, rezekimu memang tidak kecil."
Mendadak Kim Bu-bong mendengus, "Sudah habis kau
bicara?" "Ya, sudah habis."
"Hubungan persaudaraan kita sudah putus, tapi mengingat
kau tumbuh dewasa bersamaku dulu, hari ini kuampuni sekali
lagi...." mendadak Kim Bu-bong membentak bengis, "Nah,
ayoh, lekas menggelinding, jangan tunggu aku berubah
pikiran."
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kim Put-hoan tenang-tenang saja, katanya dengan tertawa,
"Toako suruh aku enyah, tentu segera kupergi. Tapi masih
ada pertanyaan yang ingin kuajukan kepada Toako," tanpa
menunggu jawaban Kim Bu-bong dia meneruskan, "Toako
tahu tidak di mana Sim Long sekarang?"
Jit-jit heran, tanyanya, "Untuk apa kau cari Sim Long?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Put-hoan tertawa lebar, katanya, "Banyak orang ingin
mencari Sim Long, bukan cuma aku."
Jit-jit makin tertarik, tanyanya lagi, "Siapa pula yang
mencarinya?" "Tiga cianpwe dari Jin-gi-ceng, Toan-hong Totiang, Thian-hoat
Taysu, Hiong-say Kiau Ngo, dan... aku juga, walau aku tidak
becus, orang-orang itu bukan tokoh sembarang tokoh."
"Untuk apa orang-orang itu mencarinya?" tanya Jit-jit
khawatir. "Tidak apa-apa, hanya ingin menggorok lehernya," sahut Kim
Put-hoan. Berjingkat Jit-jit, serunya, "Ken... kenapa?"
"Karena dia ingkar janji, karena dia berbuat jahat, lahirnya
bajik, padahal kejam, karena.... Ai, tak perlu kujelaskan lagi,
tentunya kau tahu sendiri."
Melotot mata Cu Jit-jit, serunya tergagap, "Bukankah...
bukankah Sim Long sudah mengantar Can Ing-siong, Pui Jianli, dan lain-lain pergi ke Jin-gi-ceng, bukankah mereka bisa
memberi penjelasan."
"Apa benar Sim Long yang mengantar Can Ing-siong dan lainlain?" tanya Kim Put-hoan, suaranya bernada menyindir.
Tapi Jit-jit tidak memerhatikan, sahutnya, "Betul, Sim Long
sendiri yang mengantar mereka," lalu ia menoleh ke arah Kim
Bu-bong, katanya pula, "Kau bisa jadi saksi bukan?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Terunjuk rasa heran pada wajah Kim Bu-bong, katanya
dengan mengangguk, "Betul, aku melihat sendiri mereka
sudah masuk ke Jin-gi-ceng."
"Memangnya ada kesalahan apa yang terjadi?" tanya Jit-jit.
Kim Put-hoan menyeringai, "Betul, mereka memang sudah
masuk ke perkampungan sana."
Jit-jit menghela napas, "Nah, kan sudah beres...."
"Tapi setelah masuk kampung, sebelum sempat bicara mereka
sudah putus nyawanya. Hm... mati secara mutlak, tiada satu
pun yang ketinggalan."
Belum Kim Put-hoan selesai bicara, Jit-jit sudah menjerit
kaget. Kim Bu-bong juga terbeliak, katanya, "Cara... cara bagaimana
mereka mati?" "Begitu masuk perkampungan mereka lantas roboh bersama
pada saat itu juga dan jiwa melayang seketika, sekujur badan
tidak terluka, mungkin mereka mati karena racun yang bekerja
dalam tubuh mereka. Padahal tidak sedikit tokoh-tokoh kosen
di dalam Jin-gi-ceng, tapi tiada satu pun yang tahu mereka
keracunan apa," Kata Put-hoan tertawa riang sambil
mendongak, "Membunuh dengan racun tidak perlu
diherankan, anehnya waktu yang diperhitungkan ternyata
begitu tepat.... Hehehe... sungguh cara lihai, kepandaian
hebat, sayang teramat keji."
Kim Bu-bong merinding mendengar perkataan Kim Put-hoan
itu, Cu Jit-jit juga gemetar, katanya, "Aku yakin pasti bukan
perbuatan Sim Long."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Sim Long yang mengantar mereka, kalau bukan dia siapa lagi
yang pandai main racun?"
"Pasti dia... perempuan itu?" kata Jit-jit.
"Dia siapa" Siapa perempuan itu?" tanya Kim Put-hoan.
"Meski kujelaskan juga percuma," segera Jit-jit tarik tangan
Kim Bu-bong, serunya, "Ayo kita sampaikan berita ini kepada
Sim Long." "Kalian tidak perlu susah payah," ucap Kim Put-hoan sambil
menyeringai, "sudah ada orang mencari dia, toh tidak bakal
melarikan diri. Mengenai kalian... ai, sekarang kalian juga tak
bisa pergi." "Berani kau rintangiku?" damprat Kim Bu-bong.
Seperti tertawa tapi tidak tertawa, Kim Put-hoan berkata sinis,
"Mana aku berani... tapi mereka...." bola matanya jelalatan ke
empat penjuru, Kim Bu-bong dan Cu Jit-jit lantas mengikuti
pandangannya ke sana kemari.
Di tengah dataran salju itu, dari arah timur, selatan, barat,
dan utara masing-masing muncul bayangan seorang, dengan
perlahan melangkah ke arah mereka.
Kelihatannya mereka bergerak lamban, namun tahu-tahu
sudah dekat. Yang datang dari timur berjenggot panjang
menyentuh dada, pakaiannya melambai tertiup angin seperti
dewa, namun wajahnya yang putih bersih tampak kaku dironai
nafsu membunuh, dia bukan lain adalah Put-pay-sin-kiam Li
Tiang-ceng, kepala Jin-gi-ceng.
Orang yang datang dari selatan berperawakan tinggi besar,
sedikitnya delapan kaki, cambang bauk melebati mukanya,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
sorot matanya juga memancarkan nafsu membunuh, dia juga
salah satu dari Jin-gi-sam-lo yaitu Khi-tun-to-gu Lian Thianhun. Orang yang datang dari barat berperawakan agak kurus dan
lemah, setiap dua langkah lantas terbatuk-batuk, dia adalah
toako dari ketiga Leng bersaudara.
Yang datang dari utara sikapnya kelihatan paling garang,
wajahnya beringas kejam, siapa kalau bukan Thian-hoat Taysu
dari Ngo-tay, tokoh silat nomor satu aliran Buddha yang
disegani. Sebelum keempat orang ini mendekat, Kim Put-hoan
mendadak melompat mundur, lalu serunya lantang, "Apakah
kalian sudah mendengar percakapan kami?"
"Sudah mendengar jelas," seru Lian Thian-hun yang
berangasan. "Aku tidak salah omong bukan, orang-orang itu memang
diantar oleh Sim Long," Kim Put-hoan membakar kemarahan
mereka. "Memang benar, kau keparat ini bicara dengan betul, Sim
Long si anjing itu tak dapat diampuni," demikian damprat Lian
Thian-hun, meski usianya sudah lanjut, waktu marah sikapnya
menjadi kasar dan tutur katanya juga kotor.
"Perlu juga kalian ketahui, di sini ada seorang yang lebih
hebat daripada Sim Long. Hehehe, kalian memang lagi mujur,
tanpa sengaja bertemu dengan dia di sini."
"Siapa?" bentak Li Tiang-ceng.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Padahal pandangan keempat orang itu sudah menatap Kim
Bu-bong. Meski Kim Bu-bong berdiri tegak tanpa bergerak,
diam-diam hatinya menjadi gelisah.
Terdengar Kim Put-hoan berkata lantang, "Harap kalian
perhatikan, inilah Kim Bu-bong, Duta Harta, salah satu duta
besar Koay-lok-ong, tentu sudah lama kalian mendengar
kebesaran namanya." Belum habis dia bicara, serentak Li Tiang-ceng berempat
melompat maju mengepung Cu Jit-jit dan Kim Bu-bong,
setajam golok mereka menatap Kim Bu-bong.
Perlahan Cu Jit-jit makin merapat di samping Kim Bu-bong.
Kalau keempat orang itu menatap Kim Bu-bong, sebaliknya
Kim Bu-bong juga balas menatap mereka, tiada yang bicara,
dalam keadaan seperti ini, bicara memang berlebihan.
Tanpa tanya juga Kim Bu-bong tahu maksud kedatangan
keempat orang ini, keempat orang itu juga tahu jika pihaknya
mengajukan pertanyaan, lawan jelas takkan memberi
jawaban, maka lebih baik tidak tanya.
Berhadapan secara diam begini tentu saja menambah
tegangnya suasana, sinar matahari seakan mulai guram,
cuaca remang-remang, deru angin seperti pekikan di medan
perang. Cu Jit-jit tidak tahan lagi, serunya, "Kalian mau apa?"
Keempat orang itu melirik sekejap, hanya sekejap lalu
menatap Kim Bu-bong pula, hakikatnya seperti tak sudi
memandangnya, apalagi menjawab pertanyaannya.
"Apa pun persoalannya harus dibicarakan dulu dengan jelas,
memangnya apaan cara begini?" teriak Jit-jit pula.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kali ini orang-orang itu melirik pun tidak.
Dengan nekat Jit-jit berteriak, "Mereka tidak mau bicara, mari
kita pergi." Kim Put-hoan yang berdiri di samping mendadak tertawa
latah, serunya, "Kalian dengar, merdu sekali ucapan budak
ini." Teriak Jit-jit dengan gusar, "Kalian tak mau bicara, ayolah
turun tangan, jika tidak turun tangan, maka kami mau pergi,
memangnya harus ikut berdiri seumur hidup di sini."
Li Tiang-ceng menghela napas, ujarnya, "Masa kau minta kami
turun tangan?" Meski dia bersuara, tapi ucapannya bukan ditujukan kepada
Cu Jit-jit, melainkan kepada Kim Bu-bong.
"Betul," Kim Put-hoan ikut bersuara. "Apa kau ingin kami turun
tangan" Kalau kau tahu diri menyerah saja biar kami
belenggu, setiap pertanyaan harus kau jawab, daripada
tersiksa." Kim Bu-bong hanya menyeringai saja tanpa bersuara.
Tapi Jit-jit tambah tidak tahan, makinya, "Kentut, kau...."
Mendadak Lian Thian-hun meraung, "Buat apa banyak
cincong, pukul roboh mereka dan ringkus saja, masa mereka
takkan bicara nanti?"
Mendadak Kim Bu-bong menengadah dan terbahak-bahak,
"Haha, sungguh gagah, sungguh gagah, orang she Kim
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
memang lagi menunggu kalian para pahlawan ini, silakan
turun tangan bersama."
Berputar bola mata Cu Jit-jit, mendadak ia pun tertawa,
serunya, "Sungguh kasihan, sungguh sayang... orang gagah
terkenal macam kalian hanya pandai main keroyok...."
"Budak busuk," damprat Lian Thian-hun, "tutup bacotmu,
boleh kau saksikan apakah tuan besarmu ini main keroyok
atau tidak" Silakan kalian mundur selangkah, biar kubekuk
keparat ini." Li Tiang-ceng berkerut kening, namun Lian Thian-hun, lantas
melompat maju. Kim Bu-bong bertanya, "Apa betul kau berani melawanku
seorang diri?" "Hanya cucu kura-kura yang tidak berani," sahut Lian Thianhun dengan gusar. "Kukira lebih baik kau mundur saja, kungfu Khi-tun-to-gu Lian
Thian-hun dulu memang tinggi, tapi sejak tragedi di Heng-san
kungfunya sekarang tinggal tiga bagian saja, mana boleh kau
bergebrak denganku?"
Lian Thian-hun menjadi gusar, kedua tinjunya beruntun
menggenjot seraya membentak, "Siapa berani membantuku,
Lian Thian-hun akan mengadu jiwa dulu dengan dia."
Perlahan Kim Bu-bong mendorong Cu Jit-jit ke samping,
"Awas!" Sambil bicara ia menghindari dua kali jotosan Lian Thian-hun.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Li Tiang-ceng seorang tokoh besar, melihat gerak tubuh
lawan, segera ia tahu lawan memiliki kungfu tinggi, segera dia
mundur beberapa langkah dan memberi tanda kedipan mata
kepada Leng Toa. Leng Toa segera melompat ke dekatnya, tanyanya, "Ada
apa?" Li Tiang-ceng berkata dengan suara tertahan, "Betapa tinggi
kepandaian orang ini sukar diukur, dalam empat puluh jurus
Samte mungkin takkan kalah, tapi empat puluh jurus
kemudian, bila kehabisan tenaga pasti kalah."
"Ya, kukira juga demikian."
"Belakangan ini bagaimana dengan latihan lwekangmu?"
Leng Toa tersenyum, sahutnya, "Lumayan."
"Tapi batukmu...."
"Supaya tidak batuk juga bisa."
Berputar mata Li Tiang-ceng, dilihatnya Kim Put-hoan
menonton di pinggir sambil tersenyum, Thian-hoat Taysu
kelihatan menggosok-golok kepalan dan getol ikut turun
gelanggang, namun karena peringatan Lian Thian-hun tadi,
maka dia bimbang. Seperti sengaja dan tidak sengaja, kedua
orang ini mencegat jalan pergi Cu Jit-jit di kanan-kiri.
Segera Li Tiang-ceng mendesis lagi, "Biasanya Kim Put-hoan
jarang turun tangan, luka dalam Thian-hoat mungkin belum
sembuh, sementara aku, ai, pendek kata, melihat situasi hari
ini hanya kaulah yang bisa diharapkan, apakah kau yakin
dapat mengalahkan dia?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Boleh kucoba!"
"Bagus, tapi sekarang kau tak boleh turun tangan, kau tahu
watak Losam, maka harus kau tunggu bila dia melontarkan
jurus andalannya itu baru kau terjun.... Sekarang sudah lebih
dua puluh jurus, belasan jurus lagi Losam pasti akan
melancarkan jurus itu, paham?"
"Tahu!" sahut Leng Toa, walau bicaranya lebih banyak
daripada adiknya, tapi jawabannya tetap singkat saja.
Pukulan Thian-hun secepat angin, dalam sekejap dia sudah
menyerang dua puluhan jurus bagai gugur gunung
dahsyatnya, siapa pun yang menyaksikan pukulannya akan
pecah nyalinya. Di tengah deru angin pukulan, bunga salju
beterbangan. Bunga salju yang berhamburan bila hinggap di muka orang
akan meninggalkan bercak merah di muka orang, sudah ada
tiga-empat bercak merah di muka Cu Jit-jit.
Jilid 14 Menyaksikan pertarungan ini, Jit-jit jadi ngeri dan khawatir,
batinnya, "Siapa bilang kungfu Lian Thian-hun sudah susut"
Jika lwekangnya sekarang cuma tiga bagian daripada
kemampuannya dulu, bukankah sekali pukulannya bisa
menewaskan seorang kosen.... Mungkin Kim Bu-bong percaya
omongan orang dan salah tafsir, kalau satu lawan saja tak
mampu dikalahkan dia, belum lagi empat orang yang
menunggu giliran." Maklum, watak Cu Jit-jit memang agak ekstrem, maka sering
dia melakukan perbuatan tak dapat dilakukan orang lain, apa
itu adat istiadat, apa itu peraturan, dia tidak peduli. Jika dia
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
baik dengan seorang, maka dia harap orang itu akan menang,
tentang benar atau salah, baik atau jahat sama sekali tidak
dipikirnya. Demikian pula sekarang, tentu saja dia harap Kim Bu-bong
dapat memukul mampus Lian Thian-hun, soal Lian Thian-hun
orang baik atau jahat, hakikatnya tak terpikir olehnya.
Tapi Kim Bu-bong justru terdesak di bawah angin, keruan Jitjit gelisah. Dia tidak tahu bahwa lwekang Lian Thian-hun sudah jauh
berkurang, kekuatannya sekarang paling-paling hanya tiga
bagian saja dari kepandaiannya waktu puncaknya dulu. Dasar
Lian Thian-hun berwatak berangasan, sekali bergebrak, dia
keluarkan seluruh sisa tenaganya itu tanpa pikirkan
keselamatan sendiri. Betapa luas dan pengalaman tempur Kim Bu-bong, sejak mula
dia sudah melihat titik kelemahan lawan, maka dia tidak mau
adu jiwa, tujuannya hanya menguras tenaga lawan.
Beberapa jurus lagi, serangan Lian Thian-hun mulai kendur.
Keringat sudah membasahi jidatnya. Sebaliknya serangan Kim
Bu-bong semakin kuat, lambat laun dia mulai berada di atas
angin. Mendadak kedua kepalan Lian Thian-hun menghantam
sekaligus, jurus ini dinamakan Ciak-boh-thian-king (Batu
Pecah Langit Terkejut), dengan dahsyat menghantam dada
Kim Bu-bong. Pada saat itulah Li Tiang-ceng berkata perlahan, "Inilah jurus
ketiga delapan." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Leng Toa mengangguk, seluruh perhatian tercurah ke tengah
kalangan pertempuran. Tertampak Kim Bu-bong menyurut
mundur miring, agaknya dia tidak mau melawan kekerasan
serangan Lian Thian-hun, meski kaki melangkah mundur, tapi
dia masih menyimpan tenaga susulan untuk menanti pukulan
Lian Thian-hun selanjutnya.
Tak terduga Lian Thian-hun juga mundur selangkah dan
berdiri tegak di tengah, bentaknya, "Berhenti!"
Bentakan menggelegar ini membuat kuping Cu Jit-jit
mendengung, untuk sekian lama dia tak bisa mendengar suara
apa pun. Kim Bu-bong langsung mengalami akibatnya, terasa seperti
ada arus hawa yang memukul dadanya, tanpa kuasa tubuhnya
tergeliat, tapi sedapatnya ia bertahan pada posisinya dan siap
serang lagi. Pada saat itulah sesosok bayangan kurus meluncur tiba dan
menyelinap di tengah mereka berdua.
Kiranya bentakan Lian Thian-hun tadi adalah salah satu ilmu
simpanannya yang lihai, yaitu Ci-te-tui (Palu Bawah Lidah)
yang kuat tapi tak berbentuk.
Lian Thian-hun bergelar Khi-tun-to-gu (Bila Marah Menelan
Jagat), ini menunjukkan khikangnya teramat hebat, waktu
kekuatannya masih utuh dulu sekali dia menghardik dengan
Ci-te-tui lawan bisa tergetar putus urat sarafnya dan menjadi
linglung. Sayang sekali khikangnya sekarang tidak sekuat dulu, maka
Kim Bu-bong hanya terkejut tak tidak terpengaruh oleh
gertakannya. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Lian Thian-hun juga tahu kekuatan Ci-te-tui sekarang jauh
lebih lemah dibanding dulu, namun wataknya tidak mau kalah,
bila terdesak dan keadaan cukup gawat tanpa sadar dia lantas
melancarkan ilmu ini. Li Tiang-ceng adalah saudara angkatnya sejak muda, sudah
diduganya Lian Thian-hun pasti akan melancarkan ilmunya ini.
Maka begitu dia menggertak dengan Ci-te-tui, segera Leng
Toa menyelinap masuk arena.
Lian Thian-hun membentak gusar, "Minggir, siapa suruh kau
turut campur?" Leng Toa tersenyum, katanya, "Sudah kau suruh orang
berhenti, tentunya aku boleh turun tangan."
Lian Thian-hun melengak, lekas Li Tiang-ceng menyeretnya ke
pinggir. Kim Put-hoan tertawa lebar, katanya, "Haha, lucu, sungguh
lucu." Thian-hoat Taysu juga berkata, "Biar ku...."
"Kenapa Taysu tergesa-gesa" Keparat itu takkan bisa lolos,
kenapa Taysu tidak lihat dulu bagaimana kungfu Leng-kehsam-hengte (Tiga Saudara dari Keluarga Leng) hebat dan
yang jarang dipamerkan di depan umum?" demikian bujuk Kim
Put-hoan. Sejenak Thian-hoat Taysu termenung dan urung melangkah
maju. Kiranya kedudukan ketiga saudara keluarga Leng di dunia
persilatan agak aneh, mereka adalah kaum budak di Jin-giceng, namun kungfu mereka termasuk tokoh kelas tinggi.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Mereka tidak mengejar nama, tidak mencari keuntungan
pribadi, juga tak pernah berkecimpung di Kangouw atau ikut
campur urusan orang lain, kecuali ada orang mengancam Jingi-ceng, mereka tidak sembarangan turun tangan.
Tapi bila mereka sudah turun tangan, lawan mereka jarang
ada yang bisa pulang dengan selamat, maka jarang ada kaum
persilatan yang tahu asal usul kungfu mereka.
Riwayat hidup mereka merupakan teka-teki pula, mereka tidak
pernah menyinggung atau membicarakan perihal pribadi
mereka dengan orang lain, umpama ada orang tanya juga
mereka tak mau menjawab, kepada siapa pun sukar mencari
tahu seluk-beluk mereka. Kungfu yang misterius, riwayat hidup yang terahasia,
ditambah tabiat mereka yang aneh sehingga ketiga
bersaudara ini dipandang sebagai tokoh aneh dunia Kangouw.
Sekarang sampai Lian Thian-hun juga ingin menyaksikan
saudara tertua keluarga Leng ini memiliki kejutan apa dalam
ilmu silatnya. Sementara Leng Toa sedang terbatuk-batuk tak berhentihenti, maka Cu Jit-jit lantas bertanya, "Kau sedang sakit, apa
masih sanggup bergebrak?"
Leng Toa angkat kepala dan tertawa padanya, katanya,
"Terima kasih atas perhatianmu."
Habis bicara dia batuk lagi lebih gencar.
Jit-jit menghela napas, katanya, "Masih banyak orang di sini,
kenapa kau yang disuruh maju" Kim... Kim-toako, biarlah dia
mundur saja, gantikan orang lain."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Bu-bong hanya tertawa dingin tanpa bicara.
Kim Put-hoan justru menanggapinya dengan sinis, "Nona Cu,
kau khawatir dia sakit dan tak sanggup berkelahi" Hehehe,
nanti bila dia bikin kau menjadi janda, baru kau tahu betapa
lihainya." Beringas muka Jit-jit, hampir dia mengumbar adatnya lagi.
Dasar usil, Kim Put-hoan bermaksud meledek lagi, mendadak
Leng Toa membentak gusar, "Tutup mulutmu."
Kim Put-hoan melenggong, "Kau suruh aku tutup mulut?"
"Ya, kau harus tutup mulut," seru Leng Toa.
"Apa... apakah kau tak bisa membedakan siapa musuh dan
siapa kawan?" "Aku lebih senang punya musuh seperti dia daripada punya
teman seperti tampangmu," jawab Leng Toa. Perkataannya itu
berarti "teman yang hina dina jauh lebih menakutkan daripada
musuh yang jujur". Mau tak mau Kim Put-hoan merasa malu, dia menoleh ke arah
Li Tiang-ceng, maksudnya seperti ingin bilang, "Kacungmu
bersikap kurang ajar padaku, kenapa kau tidak menegurnya."
Ternyata Li Tiang-ceng diam saja tanpa memberi reaksi,
seakan-akan dia tidak mendengar atau memang sengaja tidak
peduli akan percakapan Kim Put-hoan dengan Leng Toa.
Waktu Kim Put-hoan berpaling lagi, tampak mata Leng Toa
setajam pisau tengah menatapnya dengan gusar, lekas ia
ganti sikap, katanya dengan cengar-cengir, "Agaknya tepukan
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
pantat keliru kutepuk pada paha kuda. Baiklah, aku takkan
bicara lagi, silakan Leng-heng turun tangan."
Leng Toa mendengus, sikapnya merasa jijik dan menghina,
lalu dia berpaling ke arah Kim Bu-bong, katanya, "Silakan!"
Cu Jit-jit tidak bersuara lagi, dia menduga Leng Toa yang
berpenyakitan ini pasti punya bekal kungfu yang tinggi, kalau
tidak Kim Put-hoan yang suka menindas yang lemah dan takut
kepada yang kuat ini tidak nanti bersikap begitu takut
kepadanya. Dengan mata terbelalak dia menunggu
pertempuran yang akan berlangsung.
Tapi Kim Bu-bong dan Leng Toa ternyata belum bergebrak.
Kedua orang berdiri berhadapan, tidak ambil posisi, tidak
pasang kuda-kuda, namun keduanya sama tahu tidak boleh
sembarangan menyerang, kalau bergerak secara gegabah
mungkin akan mengalami akibat yang fatal.
Maklum, bagi penyerang yang ingin mendahului pasti
menggunakan serangan keji dan dahsyat, padahal permainan
silat di dunia ini bila mengutamakan serangan pasti ada
peluang pada pertahanannya.
Bilamana serangan pertama gagal, lawan pasti balas
mengincar titik lemahnya dan melancarkan serangan balasan
maut. Sebab itulah sejak Leng Toa bilang "silakan" tubuh kedua
orang tiada yang bergerak, mata pun tak berkedip.
Li Tiang-ceng, Kim Put-hoan, Thian-hoat Taysu adalah jago
kosen, sudah tentu mereka tahu kenapa sejauh ini kedua
orang diam saja tak mau menyerang lebih dulu. Suasana
tegang mencekam, semua orang menahan napas, tak berani
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
berisik, khawatir membuyarkan konsentrasi kedua jago yang
siap saling labrak itu. Akhirnya Cu Jit-jit juga merasakan keadaan kedua jago yang
berhadapan itu, mati-hidup mereka hanya bergantung pada
sekejap saja, maka dengan tajam dia mengawasi kedua orang
yang tegak seperti patung, suasana tegang ini jauh lebih
menakutkan daripada pertempuran yang pernah
disaksikannya. Angin dingin mengembus kencang, namun mereka tidak
merasa dingin lagi. Entah berapa lama sudah lalu.
Leng Toa merasakan tenaganya seperti sedang terkuras
keluar, padahal dia belum menggerakkan seujung jari pun,
tapi energi yang terbuang dalam ketegangan justru lebih
besar dibanding tatkala bertempur sengit.
Keringat terasa mengalir di jidatnya, meleleh dan membasahi
pipi, seperti ulat-ulat kecil yang merambat di mukanya, gatal
dan geli. Tapi dia bertahan dengan mengertak gigi. Sebab dia tahu
pertempuran ini akan menentukan mati-hidup mereka, juga
merupakan ujian tinggi-rendah kungfu mereka, yang lebih
penting lagi juga menguji keteguhan ketahanan mereka
berdua. Dia insaf meski dirinya sekarang menderita, lawan
pun pasti dalam keadaan serupa.
Entah berapa lama telah berlalu pula.
Bukan saja Leng Toa dan Kim Bu-bong mengeluh dalam hati,
Li Tiang-ceng, Thian-hoat Taysu yang menonton di pinggir
juga kehilangan sabar, keringat juga membasahi jidat mereka,
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
seolah-olah mereka sendiri baru mengalami pertempuran
sengit. Diam-diam Kim Put-hoan menarik lengan baju Li Tiang-ceng.
Mereka saling pandang sekejap, lalu mundur jauh ke sana.
Kim Put-hoan berkata dengan berbisik, "Li-heng, menurut
pendapatmu, siapa bakal menang dalam pertempuran ini?"
"Kukira kedua orang ini setanding dan sama kuat," jawab Li
Tiang-ceng setelah berpikir sejenak.
"Ya, mereka terhitung tokoh top dunia Kangouw, tujuh jago
kosen bu-lim seperti kami ini bila dibandingkan mereka
sungguh harus merasa malu."
"Dalam segalanya Leng Toa tidak lebih asor daripada Kim Bubong, tapi ketahanan fisiknya... penyakit tebesenya terakhir ini
semakin parah karena terlalu banyak minum arak, kalau
keadaan tegang begini berlangsung lebih lama, tenaga Leng
Toa pasti tak kuat bertahan, bukan mustahil akibatnya fatal
baginya." "Wah, lalu bagaimana baiknya," ujar Kim Put-hoan. "Padahal
kutahu betapa tekun orang ini menggembleng diri, sukar
mencari orang kedua yang bisa menandingi dia. Apalagi
biasanya dia tidak suka campur dengan orang perempuan,
bicara tentang ketahanan tenaganya, selama aku
berkecimpung di dunia Kangouw belum pernah kulihat orang
yang lebih unggul daripada dia. Dahulu pernah dia bertempur
melawan belasan orang secara bergilir, setelah belasan babak,
ternyata wajahnya tetap tak berubah dan tenaga tak
berkurang." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Kalau betul demikian, tanpa bertempur pun jelas aku juga
bukan tandingannya, mungkin...."
"Mungkin Thian-hoat Taysu juga bukan tandingannya,
begitu?" tanya Kim Put-hoan.
Li Tiang-ceng diam saja. "Jadi kita berlima tiada seorang pun yang kuat melawannya,
apakah kita manda saja dipukul roboh satu per satu olehnya?"
"Sudah tentu tidak, kecuali... kecuali...." Li Tiang-ceng tak
berani meneruskan. "Kecuali bagaimana?" tanya Kim Put-hoan.
"Kecuali kau turun tangan bersamaku."
Tujuan Kim Put-hoan ajak orang bicara memang ingin
memaksa pernyataannya ini, segera dia bertepuk tangan,
serunya, "Ya, memang harus demikian, menghadapi iblis jahat
ini tak perlu kita mematuhi aturan Kangouw segala, daripada
kita berkorban, biarlah kita turun tangan bersama saja."
Waktu Li Tiang-ceng memandang ke sana, dalam beberapa
kejap percakapannya dengan Kim Put-hoan ini, dilihatnya
keadaan Leng Toa semakin payah, jelas dia tidak kuat
bertahan lebih lama, sebaliknya sorot mata Kim Bu-bong
makin mencorong. "Bagaimana...." Kim Put-hoan mendesak.
Li Tiang-ceng mengertak gigi, katanya dengan suara tertahan,
"Baiklah."
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Belum habis dia bicara Kim Put-hoan menyeringai, katanya,
"Kalau begitu, Kim Bu-bong harus menyerahkan jiwanya."
Di tengah gelak tertawanya, beberapa bintik sinar dingin
melesat ke sana langsung menyerang dada Kim Bu-bong,
serangan cepat lagi ganas, jelas dia sudah siapkan senjata
rahasianya sejak tadi. Kim Bu-bong sedang tumplak seluruh perhatiannya, sedikit
pun tidak boleh lena, kini mendadak diserang, dia dapat
berkelit, jelas dia pasti celaka.
Cu Jit-jit menjerit, mau menolong pun terlambat.
Di luar dugaan Kim Bu-bong ternyata mampu menghindar,
sekali berjumpalitan, belasan bintik kemilau itu meluncur lewat
di bawah kakinya. Di tengah udara Kim Bu-bong berputar dan turun di samping
Cu Jit-jit, ia membentak bengis, "Kim Put-hoan, sudah kuduga
kau akan membokong diriku, maka sejak tadi memang sudah
kuperhatikan gerak-gerikmu. Hm, kau ingin mencelakai aku,
belajarlah sepuluh tahun lagi."
Sudah tentu hadirin kaget mendengar pertanyaannya. Kim
Put-hoan membentak gusar, "Ayo maju semua, ganyang saja
kedua orang ini!" Meski suaranya lantang, namun dia tidak berani turun tangan
lebih dulu. Thian-hoat Taysu melirik ke arah Li Tiang-ceng, terlihat Li
Tiang-ceng mengangguk, tanpa bicara lagi dari kiri-kanan
lantas menubruk maju, dalam sekejap mereka sudah
menyerang tiga jurus. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Begitu Kim Put-hoan turun tangan, Leng Toa malah mundur
beberapa langkah, hanya Lian Thian-hun masih berdiri di
tempatnya sambil menunduk seperti sedang memikirkan
sesuatu. Sambil menarik Cu Jit-jit, Kim Bu-bong menangkis ke kiri dan
menghindar ke kanan, beruntun dia layani tiga jurus serangan
lawan, mendadak dia menjengek, "Li Tiang-ceng, coba kau
lihat keadaan Lian Thian-hun."
Kim Put-hoan membentak, "Jangan tertipu!"
Sebetulnya Li Tiang-ceng juga berpikir demikian, namun
perhatiannya teramat besar atas keselamatan saudara
angkatnya ini, akhirnya dia tak tahan dan menoleh. Seketika
dia kaget dan berubah air mukanya.
Ternyata Lian Thian-hun sedang menunduk dengan
memejamkan mata, wajahnya pucat pasi, mulut mengeluarkan
buih, kelihatan amat mengerikan.
Kaget dan gusar Li Tiang-ceng, bentaknya, "Kau... kau apakah
dia?" Kaki tangan Kim Bu-bong tidak berhenti, berbareng juga
menjengek, "Waktu bergebrak denganku tadi dia sudah
terkena obat biusku yang beracun, tanpa obat penawar
perguruanku, dalam dua jam racun akan bekerja dan jiwa pun
melayang." "Bangsat, apa... apa kehendakmu?" bentak Li Tiang-ceng
khawatir. "Dengan jiwanya kuminta ganti jiwa orang lain," seru Kim Bubong. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Kim Put-hoan memaki, "Kau kira kami akan melepaskan kau"
Hehe, jangan mimpi!"
Kembali dia serang tiga kali dengan lebih keji, sungguh dia
ingin sekali hantam mampuskan Kim Bu-bong.
Sambil tertawa ejek Kim Bu-bong menghindarkan serangan
lawan, jengeknya, "Hm, kau mimpi"!"
"Dalam sekejap kami dapat membekuk dirimu, memangnya
takkan kau serahkan obat penawarnya?" kata Kim Put-hoan.
"Ya, memang demikian," seru Li Tiang-ceng, kembali dia
terjun ke arena, serangannya tambah gencar dan ganas,
dalam keadaan begini, demi menolong jiwa Lian Thian-hun,
terpaksa Leng Toa ikut mengeroyok.
Diam-diam Cu Jit-jit cemas, pikirnya, "Dengan demikian bisa
celaka dia." Siapa tahu mendadak Kim Bu-bong bergelak tertawa latah
malah. "Kau tertawa apa" Masih bisa kau tertawa?" damprat Kim Puthoan. "Coba kau lihat apakah ini?" seru Kim Bu-bong, mendadak
tangan terayun, selarik bintik hitam menyambar dari
tangannya. Orang banyak menyangka dia balas menyerang dengan am-gi
atau senjata rahasia, ternyata delapan bintik hitam itu bukan
menyerang lawan, tapi sebaliknya menyerang dirinya sendiri.
Tertampak dia membuka mulut dan menyedot, sekaligus
delapan bintik hitam itu tersedot ke dalam mulutnya.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Sudah tentu semua orang terbelalak heran, beramai mereka
tanya, "Apakah itu?"
"Inilah obat penawarnya," sahut Kim Bu-bong, agaknya dia
belum telan bintik hitam itu ke dalam perut melainkan hanya
dikumur di mulut saja, maka suara bicaranya tidak begitu
jelas, tapi semua orang tahu dan maklum akan maksudnya.
"Obat penawar," terkesiap Li Tiang-ceng. "Hendak... hendak
kau telan?" "Kalau kalian menyerang lagi, obat penawar akan segera
kutelan, obat penawar ini tinggal beberapa biji saja di dunia
ini, jika kutelan seluruhnya.... Hehehe, umpama dewa juga
jangan harap akan dapat menyelamatkan jiwa Lian Thianhun." Belum habis dia bicara, Li Tiang-ceng dan Leng Toa serentak
mengendurkan serangan, lalu berhenti dan mundur. Thianhoat Taysu ikut berhenti, jika Kim Put-hoan tidak berhenti,
seorang diri mana dia mampu melawan Kim Bu-bong.
Dengan mata jelalatan Kim Put-hoan berkata, "Kim Bu-bong,
terus terang kuberi tahu kepadamu, bila ingin kau tuntut kami
membebaskan dirimu, lalu akan kau serahkan obat
penawarnya, jangan harap kami akan menerima tuntutanmu.
Tapi kalau kau tinggalkan obat penawarnya baru kami akan
membebaskanmu, namun belum tentu kau mau, betul tidak"
Lalu apa maksudmu sebenarnya" Lekas katakan saja!"
Kim Bu-bong masih pegang lengan Cu Jit-jit, katanya dengan
tertawa dingin, "Mau datang boleh datang, ingin pergi pun
tiada yang dapat menahanku, kenapa perlu kau lepaskanku
pergi segala?" KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ucapan Kim Bu-bong ini kembali di luar dugaan.
"Lalu kehendakmu?" tanya Kim Put-hoan.
"Kalian harus membebaskan dia," kata Kim Bu-bong.
"Dia"... nona ini?" Li Tiang-ceng menegas.
"Ya, bebaskan Nona Cu ini," kata Kim Bu-bong. "Dia tidak ada
sangkut pautnya dengan urusan ini, asalkan bebaskan dia,
sesudah dia pergi jauh, segera kuberikan obat penawar."
Diam-diam Li Tiang-ceng menghela napas lega, namun di
mulut ia berkata, "Tapi... tapi cara bagaimana dapat
kupercayaimu?" "Percaya atau tidak terserah padamu," jengek Kim Bu-bong.
Li Tiang-ceng termenung sejenak, katanya kemudian,
"Baiklah." Ia pandang Thian-hoat Taysu, padri itu mengangguk perlahan.
Sebaliknya Kim Put-hoan merasa penasaran, namun dilihatnya
Leng Toa dan Li Tiang-ceng sama melotot padanya, biarpun ia
menyatakan tidak setuju juga tidak ada gunanya.
Terpaksa ia pun mengangguk, bahkan tertawa dan berseru,
"Aha, kiranya permintaanmu hanya pembebasan Nona Cu,
haha, bagus sekali. Padahal tanpa kau minta juga takkan kami
ganggu dia." Kim Bu-bong mendengus dan melepaskan pegangannya,
katanya kepada Cu Jit-jit, "Lekas kau pergi saja."
Merah basah mata Jit-jit, ucapnya dengan menunduk, "Jadi
benar kau suruh kupergi?"
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Jika tidak pergi, engkau berbalik akan menambah bebanku,"
kata Kim Bu-bong dengan dingin, meski sikap dan ucapannya
dingin, tapi dadanya berombak, jelas ia pun dirangsang emosi.
Dalam keadaan demikian, bila gadis lain tentu akan menangis
dan banyak tingkah, namun sekali ini Cu Jit-jit justru bertindak
kebalikannya, walaupun hati terharu dan berterima kasih, tapi
ia tahu tiada gunanya bicara lagi.
Segera ia mengentak kaki dan berseru, "Baik, kupergi! Jika
engkau hidup tentu akan kutemukan kau lagi, bila engkau
mati akan kutuntut balas bagimu."
Dengan menahan perasaannya segera ia berlari pergi dengan
cepat. Sampai lama sesudah bayangan punggung si nona
menghilang di kejauhan Kim Bu-bong masih berdiri termangu
tanpa bergerak. Mendadak Kim Put-hoan mengejek, "Ai, kasihan, nona ini
ternyata tidak tahu budi atas kebaikan Kim-lotoa kami, sekali
bilang pergi segera pergi tanpa menoleh...."
"Binatang! Cuhh!" semprot Kim Bu-bong, sekaligus delapan
bintik hitam menyambar ke sana.
Kim Put-hoan sedang mengoceh dengan gembira dan tidak
berjaga-jaga, keruan bintik hitam itu semua hinggap di
mukanya. Wajahnya memang buruk serupa siluman, ditambah lagi
hiasan bintik-bintik hitam ini, keruan tampangnya tambah lucu
dan menakutkan, juga memuakkan.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Karena muka sakit pedas, Kim Put-hoan menjadi gusar, selagi
tangannya hendak mengusap muka, baru tangan terangkat
segera dipegang oleh Leng Toa.
"Hm, yang menempel di mukamu itu adalah obat penawar
penyelamat jiwa Lian-samya, jika berani sembarangan kau
usap, segera kubinasakan kau," jengek Leng Toa.
Baru sekarang Kim Put-hoan ingat yang disemburkan Kim Bubong itu adalah obat penawar yang terkulum di mulutnya tadi,
terpaksa ia berdiri diam saja dan membiarkan Leng Toa
membersihkan obat penawar itu sebiji demi sebiji. Ludah Kim
Bu-bong yang menghiasi muka Kim Put-hoan itu akhirnya
kering. Kim Bu-bong lantas menengadah dan bersuit nyaring,
serunya, "Nah, obat penawar sudah kalian dapatkan, bila mau
turun tangan, ayolah mulai!"
Belum lenyap suaranya, serentak dua sosok bayangan lantas
menerjang maju. ***** Dalam pada itu tanpa menoleh Cu Jit-jit terus berlari ke
depan, sampai sekian jauhnya, air mata tak tertahankan lagi
dan bercucuran, semakin dipikir makin berduka, akhirnya ia
menangis tergerung-gerung.
Entah menangis berapa lama lagi, tiba-tiba diketahui dirinya
berada di bawah sebatang pohon kering, entah kapan dia
berhenti di situ juga tidak dirasakannya.
Hari masih siang, namun cuaca remang-remang seakan-akan
petang. KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Ia mengusap air matanya dan tidak menangis lagi, ia
mengingatkan dirinya sendiri, "Jangan menangis lagi, Cu Jitjit! Kim Bu-bong takkan mati, untuk apa kau tangisi"
Mungkin... mungkin saat ini Kim Bu-bong sudah kabur."
Tapi segera ia mengomeli diri sendiri, "Omong kosong, siapa
bilang Kim Bu-bong tak bisa mati" Siapa bilang Kim Bu-bong
akan kabur" Keempat orang itu pasti bukan tandingannya jika
satu lawan satu, tapi... tapi satu lawan empat, betapa pun
sulit.... Namun dia dapat lari.... Ah, juga tidak betul, dia
terkepung empat orang, umpama mau lari juga sukar...."
Begitulah sebentar dia menggerundel, sebentar mengomel,
lain saat menghibur lagi diri sendiri, akhirnya ia berbangkit, ia
mengertak gigi, setelah membedakan arah, segera ia
berangkat ke depan. Sembari berjalan ia bergumam pula, "Kepergianku ini bukan
untuk mencari Sim Long, dia bersikap kasar padaku, mati pun
aku tidak mau mencari dia, aku akan cari Thio Sam atau Li Si
dan orang lain, siapa pun dapat kumintai bantuan untuk
menolong Kim Bu-bong."
Padahal ia tahu apa yang dikatakannya itu tidak dapat
dipercaya, namun dia tetap omong begitu. Kebanyakan anak
perempuan di dunia ini memang ada satu kelebihan daripada
kaum lelaki, yaitu suka dusta pada dirinya sendiri.
Begitulah sembari berjalan sambil berpikir, tanpa terasa Jit-jit
sampai lagi di kota kecil tempat mereka makan pagi itu,
rumah makan kecil itu kelihatan di depan.
Entah mengapa, tanpa terasa ia masuk lagi ke rumah makan
itu. Dia memang lelah, pikiran kusut, ia perlu mencari suatu
tempat istirahat untuk menenangkan pikiran.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Pelayan masih mengenali si nona, cepat ia mendekat dan
menyapa, "Nona ingin makan apa, tuan tadi tidak ikut datang
lagi" Apakah segera menyusul" Biarkan hamba menyiapkan
dua pasang sumpit, boleh?"
Mendadak Jit-jit menggebrak meja dan membentak, "Jangan
cerewet!" Keruan pelayan itu berjingkat kaget dan melongo.
"Sediakan Ang-sio-hi-sit dan pauhi, ham masak madu, tim
tapak beruang dan...."
"Wah, mana... mana ada santapan kelas tinggi itu di tempat
kecil ini?" ucap si pelayan dengan kelabakan.
"Habis apa yang tersedia di sini?" teriak Jit-jit.
"Paling-paling cuma nasi dan mi saja, kalau mi ada beberapa
macam, pangsit mi, ti-te-mi, mi babat, loh-mi, dan...."
"Baikan, bawakan satu porsi pangsit mi," kata Jit-jit,
ditambahkan pula, "Cepat!"
Pelayan mengiakan, diam-diam ia menggerutu, minta ini dan
itu, akhirnya pangsit mi juga mau.
Dengan cepat juga pangsit mi lantas diantarkan. Namun
pangsit mi yang mengepul panas ini akhirnya menjadi dingin
dan tetap tidak disentuh oleh sumpit Cu Jit-jit. Maklum, kalau
pikiran lagi kusut, biarpun disediakan hidangan yang paling
enak juga sukar ditelannya.
Pada saat itulah mendadak ada orang berteriak-teriak di luar,
"Tolong.... Tolong...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Segera seorang berlari masuk dengan wajah berlumuran
darah, dari dandanan dan perawakannya jelas bukan
sebangsa orang Kangouw. Jit-jit hanya memandangnya sekejap saja dan malas untuk
melihatnya lagi. Tapi pelayan dan tetamu lain sama terkejut
dan beramai-ramai mengerumuni orang itu sambil bertanya,
"He, terjadi apa, Juragan Ong?"
"Siapa yang menganiaya Juragan Ong kita, biar kuadu jiwa
dengan dia!" teriak lagi seorang.
Kiranya yang mengalami pukulan ini adalah pemilik rumah
makan ini. "Tadi aku mengobrol iseng bersama Li gemuk di tempat
penjualan daging babi sana," demikian tutur Juragan Ong,
"kukatakan menjelang tengah hari tadi tempat kita ini
kedatangan dua tetamu aneh, yang perempuan cantik molek,
yang lelaki buruk rupa dan lebih mirip setan, kubilang
pasangan itu seperti setangkai bunga menghiasi seonggok
kotoran kerbau. Li gemuk tertawa, aku juga tertawa, siapa
tahu pada saat itu juga mendadak menerjang tiba seorang
lelaki liar dan menghajar diriku, aku...."
Belum habis penuturannya, tiba-tiba dilihatnya nona cantik
yang dibicarakannya itu sudah berdiri di depannya dengan
wajah bersungut. Keruan Juragan Ong jadi melongo dan tidak dapat bicara lagi.
Jit-jit lantas mendekati mereka, sekali tangannya menyiah,
beberapa orang lantas tertolak sempoyongan ke kanan dan ke
kiri, semuanya terkejut dan melongo.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ayo, teruskan!" kata Jit-jit sambil memandang Juragan Ong
dengan dingin. "Ya, aku... aku akan berce... bercerita lagi...." Juragan Ong
gelagapan. "Tadi kau bilang siapa mirip setan?" segera Jit-jit menjambret
leher baju orang. Dengan keringat memenuhi dahinya Juragan Ong menjawab,
"O, ku... kubilang diriku sendiri...."
"Bagaimana bentuk orang yang menghajar dirimu tadi?" tanya
Jit-jit pula. "Alis tebal, mata besar dan...."
Belum habis penuturan Juragan Ong, sekali tolak Jit-jit
membuat orang terlempar ke atas meja sana, lalu dia
melayang pergi, tertampak di kedua tepi jalan berkerumun
orang yang ingin melihat keramaian.
Dilihatnya di kejauhan sana sedang berjalan seorang lelaki
dengan sebelah tangan membawa buli-buli arak.
Kejut dan girang Jit-jit, teriaknya, "Hai, Him Miau-ji... Si
Kucing!...." Cepat orang itu berpaling, tertampak jelas alisnya yang tebal
dengan matanya yang besar, dada bajunya terbuka, siapa lagi
dia kalau bukan Si Kucing.
Si Kucing juga terkejut dan bergirang dapat bertemu dengan
Cu Jit-jit, dengan langkah lebar ia menyongsong kedatangan
nona itu, kedua orang saling mencengkeram bahu masingKANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
masing serupa dua orang yang sudah berpisah selama
berpuluh tahun. Mereka tidak menghiraukan orang berlalu-lalang. Air mata Jitjit hampir saja bercucuran pula, bertemu dengan Him Miau-ji
di sini, sungguh serupa bertemu dengan seorang yang paling
berdekatan dengan dia. Ia pegang bahu Si Kucing dengan erat
dan berkata padanya dengan suara rada gemetar, "Sungguh
baik sekali... baik sekali dapat bertemu denganmu di sini."
"Ya, bagus sekali kita dapat bertemu di sini," Si Kucing juga
memegang pundak si nona dengan tertawa.
"Tapi... tapi mengapa kau datang ke sini?" tanya Jit-jit.
"Men... mencari dirimu," jawab Si Kucing. "Dan kau?"
"Aku pun datang ke sini mencarimu," jawab nona.
Dan kedua orang lantas tertawa bersama, "Ayo, harus kita
rayakan dengan minum arak!"
Tertawa mereka sangat gembira, sambil berpegangan tangan
mereka masuk lagi ke rumah makan tadi. Karena gembiranya,
kedua orang sudah melupakan adat istiadat yang membatasi
pergaulan antara lelaki dan perempuan.
Sebaliknya orang lain sama menganggap seperti bertemu
dengan malaikat elmaut, semua orang sama menyingkir jauh,
Juragan Ong itu juga entah lari ke mana.
Si Kucing dan Jit-jit juga tidak ambil pusing, mereka duduk di
rumah makan itu, tidak ada yang melayani mereka, segera
mereka minum arak yang dibawa Si Kucing.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Tak tersangka engkau masih memikirkan diriku dan mau
datang ke sini mencariku," ujar Jit-jit dengan tertawa.
"Kupikirkan dirimu".... Oya, hampir gila saking cemasku,
kucari sepanjang jalan dan tidak tahu apakah dapat
menemukan dirimu atau tidak?"
"Aku pun gelisah dan entah dapat menemukan dirimu atau
tidak, kudengar ada orang dihajar di sini, dari keterangannya
segera dapat kuduga yang menghajarnya pasti kau."
"Hahaha! Kudengar keparat itu bicara tidak sopan, dapat
kuterka yang dibicarakannya pastilah dirimu, aku tidak tahan,
biarpun setan alas juga akan kuberi hajaran setimpal."
Dan keduanya lantas bergelak tertawa pula, akhirnya suara
tertawa mereka mulai mereda.
Jit-jit tidak tahan, ucapnya, "Entah Si...." ia mengertak gigi,
kata "Sim Long" ditelannya kembali mentah-mentah.
Tapi Him Miau-ji sudah dapat menduga apa yang ingin
diucapkan si nona, tanyanya, "Kau ingin tanya Sim Long
bukan?" "Siapa tanya dia" Setan yang tanya dia," jawab Jit-jit.
Si Kucing menghela napas, katanya, "Tidak lama kau pergi,
Sim Long juga pergi. Kutahu dia hendak mencari dirimu, siapa
tahu meski sudah kutunggu sampai sekian lama belum juga
kelihatan bayangannya."
"Orang busuk begitu, untuk apa kau tunggu dia," ujar Jit-jit
dengan gemas. "Aku tidak menunggu dia, tapi menunggumu," kata Si Kucing.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Betul"!" Jit-jit menegas sambil berkedip-kedip.
"Tentu saja betul," jawab Si Kucing. "Gelisah kutunggu
kedatanganmu, sedangkan Ong Ling-hoa tiada hentinya
bertanya padaku tentang kungfu Sim Long, perguruan, dan
asal usulnya, dia tanya juga cara bagaimana kukenal Sim
Long." "Sebal kau kenal dia," gerutu Jit-jit.
"Meski Ong Ling-hoa bertanya macam-macam, tapi aku malas
menggubrisnya, dia tetap berada di situ, tidak enak bagiku
untuk meninggalkan dia, untung pada saat itulah datang
bintang penolong...."
"O, apakah Sim... siapa dia?"
Si Kucing tampak menyesal dan berkata pula, "Pendatang itu
bukan Sim Long." "Aku kan tidak tanya apakah dia, setan yang mau tanya dia."
"Kau tanya dia juga pantas," ujar Si Kucing dengan tertawa,
"Buat apa...." "Ssst," perlahan Jit-jit memberi tanda, "selanjutnya takkan
kusinggung dia lagi. Sungguh! Percayalah padaku, seterusnya
aku cuma memerhatikan orang yang baik padaku."
Si Kucing memegang tangan Jit-jit dan memandangnya
dengan terkesima, sampai lama belum lagi bicara.
Jit-jit mengikik, katanya, "Hei, siapa pendatang itu, lekas
ceritakan." KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing menenangkan pikiran, lalu bertutur, "Orang itu
bermuka buruk, dari caranya berjalan kelihatan tidak lemah
ginkangnya, tapi dia justru berdandan sebagai seorang
saudagar." "Kau kenal dia?" tanya Jit-jit.
"Sama sekali tidak kukenal dia," Si Kucing menggeleng.
"Begitu datang, dia lantas kasak-kusuk membisiki Ong Linghoa, seketika air muka Ong Ling-hoa berubah dan buru-buru
mohon diri padaku, lalu pergi bersama orang itu dengan
tergesa-gesa dan rada gugup juga."
"Apa yang dibicarakan orang itu, apakah kau dengar?" tanya
Jit-jit. "Seorang lelaki sejati mana dapat kucuri dengar pembicaraan
orang lain," ujar Si Kucing. Tiba-tiba ia tertawa dan
menyambung pula, "Padahal aku memang ingin
mendengarkan, cuma sayang tidak sepatah kata pun
terdengar." Jit-jit tertawa, "Ai, di sinilah letak cirimu yang menarik, engkau
tidak munafik...." mendadak ia berkerut kening dan
termenung sejenak, lalu menyambung, "kelakuan Ong Linghoa selalu misterius, apa yang diucapkannya juga selalu sukar
dipercaya." "Orang itu memang misterius," ujar Si Kucing. "Dahulu tidak
begitu kurasakan, tapi setelah lebih sering berhubungan
dengan dia, semakin kurasakan tindak tanduknya yang sukar
diduga." "Setiap orang yang suka main kasak-kusuk selalu begitu,
bukankah Sim... Sim Long juga begitu?" mendadak muka Jit-jit
menjadi merah, ia menunduk dan menambahkan, "Aku tidak
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
lagi memikirkan dia, aku cuma menggunakan dia sebagai
perumpamaan saja." "Ya, aku... aku setuju," kata Si Kucing.
"Hubungan kalian dengan Sim Long belum lama dan tidak
terasakan apa-apa," ujar Jit-jit. "Bagiku, kemisteriusan tindak
tanduknya kurasakan lebih aneh daripada Ong Ling-hoa."
Si Kucing berpikir sejenak, katanya kemudian dengan gegetun,
"Ya, memang betul juga. Tindak tanduknya sungguh sukar
diraba, misalnya sekali ini dia mengadu kecerdasan dengan
Ong Ling-hoa.... Ai, kedua orang memang mempunyai caranya
sendiri, kini kedua orang kelihatannya bersatu padu, kutahu
banyak rahasia yang disembunyikan oleh mereka."
"Siapa bilang tidak," tukas Jit-jit. "Semula kusangka Sim Long
telah sama sekali memercayai Ong Ling-hoa, siapa tahu
sikapnya itu cuma sengaja diperlihatkan kepada orang lain
saja." "Jika begitu, bukankah selain Ong Ling-hoa, kita juga dikelabui
olehnya," ujar Si Kucing. "Sungguh aku tidak mengerti,
sesungguhnya siapa dia, apa pula maksud tujuan
perbuatannya itu?" "Bukan cuma kau saja yang tidak mengerti, aku pun tidak
paham," ujar Jit-jit. "Segala sesuatu mengenai orang ini
seolah-olah tertutup seluruhnya di dalam sebuah rumah, pintu
rumah ini tidak dibukanya untuk siapa pun."
"Apakah kau tahu apa sebabnya?" tanya Si Kucing.
"Setan yang tahu," jawab Jit-jit. Ia berkedip-kedip, lalu
menyambung lagi, "Sungguh aku tidak paham, mengapa di
dunia ada manusia seperti dia, seperti tidak percaya kepada
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
siapa pun. Alangkah baiknya bila manusia di dunia ini suka
terus terang dan terbuka seperti engkau dan aku."
"Tapi jika serupa engkau dan aku, dunia mungkin juga akan
selalu kacau," ujar Si Kucing dengan tertawa.
Mendadak ia berhenti tertawa dan berucap dengan murung,
"Suka berterus terang adalah sifat terpuji, tapi ada sementara
orang menanggung susah di dalam hati, pada bahunya
terdapat beban yang berat, cara bagaimana akan kau suruh
dia bicara terus terang?"
Jit-jit termenung-menung, katanya kemudian, "Engkau sangat
baik, masih bicara baginya...."
Mendadak ia merasa orang yang berduduk di depannya, lelaki
yang berbau liar, ternyata jauh lebih menyenangkan daripada
lelaki mana pun. Walaupun beberapa saat sebelum ini dia merasa sikap dingin
Kim Bu-bong, keteguhan dan ketenangannya, sifat pendiam
dan suka memahami perasaan orang itu adalah watak yang
disukainya. Tapi sekarang dirasakan pula watak Him Miau-ji
yang suka terus terang, simpatik, agak liar dan sukar
ditundukkan inilah adalah sifat khas kaum lelaki.
Dia termangu dan berpikir pula, "Jika ada seorang lagi yang
dapat menggantikan kedudukan Sim Long dalam hatiku, maka
orang itu ialah Si Kucing ini. Jika dia sedemikian mencintaiku,
untuk apa kupikirkan lagi Sim Long?"
Waktu ia menengadah, dilihatnya Si Kucing juga sedang
melamun, entah apa yang dipikirnya. Alisnya yang tebal
tampak agak terkejut sehingga menambah murung wajahnya
yang cerah itu, serupa anak liar yang lelah bermain telah
diseret pulang oleh sang ibu.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Tiba-tiba timbul semacam perasaan kasih lembut seorang ibu,
rasa hangat meliputi sekujur badannya, perlahan ia tanya,
"Apa yang kau pikirkan?"
"Memikirkan dirimu," jawab Si Kucing.
Jit-jit tertawa manis, perlahan ia membelai rambut Si Kucing
dan tangan yang lain memegang telapak tangannya, ucapnya
dengan lembut, "Aku berada di sampingmu, untuk apa kau
pikirkan diriku?" "Kupikir, apa yang kau lakukan seharian ini" Apakah
kesepian?" lalu dia pandang Jit-jit lekat-lekat, si nona juga
menatapnya. "Aku... aku tidak kesepian, kan ada seorang menemaniku...."
belum lanjut ucapannya, mendadak Jit-jit melonjak bangun
dan berseru, "Wah, celaka!"
Dalam keadaan mesra begitu mendadak dia melonjak, tentu
saja Si Kucing terkejut, heran dan juga rada kecewa. "Ada
apa?" tanyanya. "Sehari suntuk Kim Bu-bong terus mendampingiku," tutur Jitjit. "Tapi sekarang dia terkepung oleh Kim Put-hoan dan
begundalnya, kita harus lekas pergi menolongnya."
Namun Si Kucing tetap berduduk tanpa bergerak.
"Hei, kau dengar tidak" Lekaslah berangkat!" omel si nona.
"Ah, kiranya dia selalu mendampingimu, pantas kau pikirkan
dia meski berada bersamaku. Baiklah, anggap aku salah
taksir," kecut suara Si Kucing, bernada cemburu.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Padahal gadis manakah di dunia ini yang tidak suka lelaki
cemburu baginya" Seketika omelan Jit-jit berubah menjadi tersenyum lembut, ia
Pendekar Baja Wu Lin Wai Shi Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membelai lagi rambut Si Kucing dan berucap, "Ai, anak bodoh,
justru lantaran kelewat gembira bertemu denganmu, makanya
kulupakan urusan lain. Tapi... tapi dia sedang menghadapi
kesulitan, adalah pantas kalau kita menolongnya."
"Betul kau gembira melihatku?" tanya Si Kucing.
"Betul, tentu saja betul," sahut Jit-jit.
Mendadak Si Kucing melompat bangun sambil berseru, "Ayo,
berangkat!" Segera ia tertarik Jit-jit dan diajak lari keluar.
Jit-jit menggeleng kepala dan tertawa, "Sungguh seperti anak
kecil...." Begitulah dengan bergandengan tangan keduanya terus
berlari cepat ke depan menurut petunjuk Jit-jit.
Dataran bersalju itu jarang dijelajahi manusia, bekas tapak
kaki Cu Jit-jit dan Kim Bu-bong tadi masih tertinggal di atas
tanah bersalju. Bekas kaki Kim Bu-bong lebih cetek,
sedangkan bekas kaki Cu Jit-jit lebih dalam.
Setiba di tempat sepi mendadak bertambah lagi bekas kaki
ketiga, itulah bekas kaki Kim Put-hoan yang mengintil di
belakang mereka waktu itu.
Setelah sekian lama berlari mengikuti arah bekas kaki itu,
mendadak Si Kucing berhenti dan berkata, "Ah, tidak betul."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Apa yang tidak betul?" tanya Jit-jit.
"Bekas kaki ini jelas cuma berputar-putar di sini, mungkin
kalian...." "Betul, sebab...." dengan ringkas Jit-jit lantas menceritakan
pengalamannya tadi. Tentu saja Him Miau-ji terheran-heran,
sembari bicara mereka terus maju ke depan.
Tiba-tiba tertampak bekas kaki di atas tanah salju itu kacaubalau. "Nah, di sinilah," kata Jit-jit.
"Di sini kalian dicegat!" tanya Si Kucing.
"Betul, tapi... tapi sekarang mereka sudah pergi, janganjangan Kim Bu-bong telah... telah tertawan oleh mereka...."
Mendadak Si Kucing berseru kaget, "Hei, lihat itu!"
Waktu Jit-jit memandang ke sana, seketika air mukanya
berubah, dilihatnya di atas tanah salju dengan bekas kaki
yang semrawut itu terdapat pula darah segar.
Darah sudah meresap ke dalam salju dan buyar sehingga
warnanya sudah hambar, ditambah lagi sudah terinjak-injak,
kalau tidak diperiksa dengan teliti memang sulit ketahuan.
Cepat mereka memburu ke sana, Si Kucing mencomot
segumpal salju berdarah dan diciumnya, seketika alisnya yang
tebal bekernyit, ucapnya dengan suara berat, "Betul, memang
darah." "Jika... jika demikian, jangan-jangan dia mengalami
sesuatu...." suara Jit-jit rada gembira.
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Si Kucing tidak bicara lagi, ia berjongkok memeriksa bekas
kaki di tanah. Cara memeriksanya sangat cermat dan teliti, Jitjit tidak berani mengganggunya, selang sekian lama, ia tidak
tahan dan coba bertanya, "Hai, adakah sesuatu yang kau
temukan?" "Bekas kaki ini sekilas pandang seperti sama, tapi bila
diperiksa dengan cermat, terlihat banyak perbedaan di
antaranya," kata Si Kucing.
Meski merasa khawatir dan sedih, timbul juga rasa ingin tahu
Cu Jit-jit, ia pun berjongkok dan coba memeriksanya, tapi
sampai sekian lama ia pandang tetap tidak menemukan
sesuatu yang aneh. Semakin tidak menemukan apa-apa, semakin tertarik dia dan
ingin tahu sesungguhnya ada apa, karena tetap tidak melihat
sesuatu yang mencurigakan, akhirnya ia bertanya,
"Tampaknya tidak ada perbedaan apa-apa, apakah betul kau
temukan sesuatu yang aneh?"
"Masa tidak kau lihat?" ucap Si Kucing.
"Seperti... seperti...." betapa pun Jit-jit tidak mau mengaku
bodoh, ia berharap Si Kucing akan menjelaskan.
Siapa tahu Si Kucing hanya memandangnya dengan
tersenyum tanpa bersuara.
Terpaksa Jit-jit berdiri dan mengentak kaki, "Ya, aku mengaku
kalah, aku tidak menemukan sesuatu."
"Hendaknya kau periksa lebih teliti, soalnya belum kau kuasai
cara memeriksa sesuatu benda...."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ya, ya, kau pintar, kau hebat, lekas katakan saja," si nona
ngambek. Si Kucing lantas menunjuk sebuah bekas kaki, katanya, "Coba
lihat, bekas kaki ini paling besar, dapat dibayangkan
perawakan orang ini pasti sangat tegap, dan di antara
beberapa orang itu yang berperawakan paling tegap ialah...."
"Betul, inilah bekas kaki Lian Thian-hun," tukas Jit-jit.
Lalu Si Kucing menunjuk bekas kaki yang lain, "Bentuk bekas
kaki ini tidak sama dengan yang lain, sebab sepatu yang
dipakai orang ini adalah sepatu anyaman rami dengan daun
telinga banyak, biasanya orang yang bersepatu jenis ini adalah
kaum hwesio...." "Betul, itulah Thian-hoat Taysu," seru Jit-jit pula.
Segera ia juga menuding salah sebuah bekas kaki dan
berucap, "Ini bekas sepatu rumput, pada musim dingin pakai
sepatu begini, hanya kaum pengemis saja.... Aha, Kim Puthoan, inilah bekas kakimu."
Dengan gemas ia lantas menginjak-injak bekas kaki itu.
Si Kucing tertawa, "Diberi tahu satu lantas paham tiga, selain
menarik, kau pun sangat pintar."
"Tapi masih ada bekas kaki yang lain yang tidak kuketahui,"
ujar Jit-jit. "Ketiga bekas kaki yang lain ini tampaknya tiada sesuatu yang
istimewa dan memang sukar dibedakan, tapi... coba kau lihat
ini, tentu dapat kau bedakan lagi."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
Yang ditunjuk adalah dua buah bekas kaki yang lebih dalam
dan jelas, dua pasang bekas kaki berjarak agak jauh, lekukan
yang cukup dalam itu seperti diukir dengan pisau.
Jit-jit berkeplok dan berseru, "Aha, betul, inilah bekas kaki Kim
Bu-bong dan Leng Toa waktu keduanya bertanding. Waktu itu
mereka berdiri saling melotot tanpa bergerak, kelihatan
tegang dan mengerahkan tenaga, dengan sendirinya bekas
kaki mereka sangat dalam."
"Dan Leng Toa kalah, jelas bekas kaki yang paling dalam ini
adalah bekas kakinya."
"Betul, betul," seru Jit-jit.
Padahal ia tahu biarpun dapat mengenali bekas kaki setiap
orang juga tidak ada gunanya, tapi dapat memahami sesuatu,
betapa pun ia merasa girang.
Dia suka bilang orang lain seperti anak kecil padahal ia sendiri
yang benar-benar serupa anak kecil.
"Ada lagi satu hal," tutur Si Kucing pula, "sepanjang tahun
Leng Toa tidak keluar rumah, sebab itulah bekas kakinya
terdapat garis sol sepatunya, sebaliknya selama ini Kim Bubong berkelana kian-kemari, sol sepatunya tentu sudah
halus." Gembira dan kagum Jit-jit serunya, "Betul, tepat...."
"Setelah bekas kaki masing-masing sudah dikenali, sisanya
jelas adalah bekas kaki Li Tiang-ceng, sebab bekas kakimu
terlebih gampang dikenali."
KANG ZUSI at http://cerita-silat.co.cc/
"Ai, kau kucing cilik ini tambah lama tambah cerdas," ujar Jit Misteri Rumah Berdarah 5 Pendekar Naga Geni 15 Pendekar Gagak Cemani Ronggeng Dukuh Paruk 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama