Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 19

Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 19


"Aku bersiap siap untuk beradu jiwa dengan kau lelaki yang tak berperasaan, cuma
aku harus menyerahkan dulu pesan pesan terakhirku kepada mereka, tentunya kau
tidak keberatan bukan?"
Ong It sin masih tetap mempertahankan ketenangan serta kegagahannya, dia
menjawab: "Pergilah tapi jangan membuang waktu terlalu lama!"
Setelah mengundurkan diri dari atas panggung, Be Siau soh segera mengundang
datang ketiga orang wakil ketuanya dan membisikkan sesuatu.
Kemudian menanti Sangkoan Bu cing, Seng Meh cu dan Siau Mi lek telah beranjak
pergi sambil manggut manggut, dia baru melompat kembali ke hadapan Ong It sin
seraya berseru dengan suara pedih:
"Pepatah mengatakan, dua jago tak mungkin bisa berdiri bersama, aku Be Siau soh
tidak mau mengaku kalah dengan begitu saja, aku bertekad hendak mengadu jiwa
denganmu" "Betul betul ucapan yang luar biasa, aku pasti akan pertaruhkan nyawaku untuk
mengiringi keinginanmu itu," jawab Ong It sin sambil tertawa hambar.
Be Siau soh tidak banyak berbicara lagi dan segera menggerakkan pedang mestika
Hu si ku kiam miliknya dan sekali lagi melancarkan serangan dengan gencar.
Perempuan ini memang selain licik, gagah dan kejam.
Siapa berani mengusiknya sama halnya dengan mengusik sarang lebah saja.
Walaupun Ong It sin termasuk pemuda yang pemberani, tak urung dia dibikin
bergidik juga. Dalam waktu singkat sepuluh jurus sudah lewat.
Kemudian lima puluh juruspun berlalu.
Ketika pertarungan sudah meningkat sampai seratus jurus, menang kalah masih
sukar untuk ditentukan. Tanpa terasa semua orang segera memusatkan perhatiannya keseluruh arena
pertarungan. Dalam keadaan demikian, mereka sama sekali tidak menyadari kalau para jago dari
pihak Ki thian kau telah mengundurkan diri secara diam diam.
Dalam pada itu, semakin bertarung Ong It sin nampak semakin kosen, angin
pukulannya menderu deru sampai keseluruh arena, pedang Kim liong kiam yang
berada ditangannya juga menyambar kesana kemari tanpa ampun.
Menyaksikan kejadian itu, Kim liong lojin segera bergumam:
"Wahai pedang mustikaku, akhirnya kau telah menemukan majikan yang paling tepat"
Seratus gebrakan kembali sudah lewat ketika Ong It sin mencoba untuk mengamati
pihak lawan, tampak butiran air keringat telah membasahi jidat perempuan itu.
Cuma tenaga dalam yang dimiliki lawannya memang amat sempurna, sehingga untuk
sesaat lamanya sukar untuk ditaklukkan.
Paling tidak sekalipun harus bertarung seratus jurus lagi pun belum tentu menang
kalah bisa ditentukan. Sementara dia masih termenung sambil mencari jalan untuk mengalahkan musuhnya
mendadak Be Siau soh mengerahkan tenaganya sambil secara beruntun melancarkan
beberapa bacokan, begitu kabut pedang menyelimuti seluruh angkasa, dia segera
membalikkan badan dan melarikan diri dari tempat itu.
Tampak perempuan itu berlarian dengan kecepatan luar biasa, dalam dua tiga kali
lompatan saja ia telah tiba ditepi hutan.
Ong It sin segera berpikir:
"Sebelum sampai menderita kekalahan total, kenapa secara tiba tiba melarikan
diri" Jangan jangan dibalik kesemuanya itu terdapat siasat busuk lainnya"
Sementara dia masih ragu ragu, Be Siau soh telah menyusup masuk kedalam hutan.
Menanti Ong It sin menyusul kesana bayangan tubuh orang itu sudah lenyap tak
berbekas. Ketika mereka mencoba untuk memeriksa para anggota Ki thian kau ternyata tak
seorang manusiapun yang masih tertinggal di sana, semuanya telah meninggalkan
tempat itu. Si Dewa cebol Cu Lian ci segera berseru dengan mendongkol:
"Kawanan cucu kura kura itu cepat betul kaburnya"
"Mungkin pihak lawan telah mempersiapkan suatu rencana busuk menunggu kita masuk
perangkap" kata Leng mong sinceng kemudian.
"Mungkin mereka telah menanam bahan peledak didalam tanah sekitar tempat ini!"
seru Cing hoa loni tiba tiba.
Ucapan tersebut dengan cepat menyadarkan kembali semua orang.
Seketika itu juga semua orang menjadi gugup dan berusaha hendak menyelamatkan
diri sendiri. Dengan cepat Biau si sinni berseru:
"Harap kalian jangan gugup dan melarikan diri secara gegabah, terutama sekali
tempat tempat yang tampaknya seperti bisa dipakai untuk menyembunyikan diri,
tempat semacam itu lebih berbahaya lagi, cara yang terbaik adalah secepatnya
mengundurkan diri dari lembah Jit hwee kok ini!"
Begitu mendengar ucapan tersebut, tidak menunggu komando lagi, serentak semua
orang berlarian menyusuri jalan semula.
Lembah Jit hwe kok ini letaknya berliku liku, sekalipun tidak luas namun untuk
menelusurinya memakan waktu yang cukup lama.
Belum lagi tiba di mulut lembah, dari atas puncak tebing telah terdengar
seseorang berseru dengan genit:
"Dengarkan baik baik para enghiong hohan yang berkumpul disini, sekarang kalian
sudah terperangkap oleh siasatku, ibaratnya ikan dalam jaring, katak dalam
keranjang, jangan harap kalian bisa meloloskan diri lagi dari tempat ini, tapi
bila kalian bersedia untuk menyerahkan diri, akupun tak akan merenggut jiwa
kalian" Ketika Ong It sin mendengar orang yang berbicara itu adalah Be Siau soh, cepat
dia berseru: "Andaikata kami menampik permintaanmu itu?"
"Ooh kekasihku yang manis" ujar Be Siau soh cepat, "Aku kuatir kalau kau akan
berubah menjadi seekor itik panggang!"
"Aku benar benar menyesal telah memberi sebuah kesempatan kepadamu untuk hidup
kembali" seru Ong It sin dengan gusar.
Kembali Be Siau soh tertawa, katanya:
"Perasaan welas macam perempuan begitu justru merupakan titik kelemahan bagi
kaum pendekar macam kalian, aku mah enggan menerima kebaikanmu itu!"
"Apakah kau yakin bisa membakar mati diriku?"
"Kalau senjata api biasa mungkin masih bisa ada harapan baginya untuk melarikan
diri, tapi hari ini kau telah berjumpa dengan seorang ahli dalam ilmu senjata
api, aku yakin kau pasti mati!"
"Maksudmu, kau telah mengundang kedatangan Ciok yong li sin Ouwyang Yan hun?"
"Kau memang bukan seorang pemuda pikun yang bodoh, sekali tembak lantas benar
sayang sekali walaupun kau memiliki kepandaian yang lihay namun tak akan lolos
dari kematian yang mengenaskan, cuma... bila kau sampai mati nanti, putraku Siau
poh pasti akan menyembah didepan layonmu..."
00ooood00woooo00 Jilid 33 TAMAT ONG It sin segera tertawa terbahak bahak.
"Kau tak usah membohongi orang Ciok yong li sin selamanya tinggal dalam lembah
Hwe yan kok, mana mungkin dia mau diperalat olehmu?"
Be Siau soh segera tertawa cekikikan.
"Betul betul menggelikan sekali, rupanya ketajaman pendengaran kalian kurang
baik ketahuilah Ciok yong li sin sudah lama menggabungkan diri dengan
perkumpulan kami, malah dia bersedia untuk turun tangan sendiri menghadapi
kalian" "Aku tidak percaya"
"Kalau tidak percaya, mengapa tidak kau tengok kesana?" seru Be Siau soh sambil
menunjuk kearah tebing seberang.
Ong It sin dan para jago menengok ke depan, betul juga seorang perempuan tua
berbaju merah sedang berdiri tegak disitu.
oooodOwoooo Perempuan tua itu rambutnya telah memutih semua, dipunggungnya menggembol sebuah
buli buli besar, sedang dibawah pinggangnya terdapat beberapa kantung kulit.
Dia memang tak lain adalah Ciok yong li sin.
"Kau benar benar hendak membunuh para jago dengan senjata berapimu itu...?" Ong
It sin segera mendongakkan kepalanya menegur.
Mencorong sinar bengis dan dendam dari balik wajah Ciok yong li sin, dengan
wajah menyeringai seram dan mata melotot penuh rasa dendam dia berteriak:
"Bocah keparat lebih baik kau tak usah berlagak lagi dihadapanku. Hmmm...
ketahuilah, hari ini aku sengaja datang kemari untuk membalaskan dendam bagi
kematian muridku, hayo jawab, mengapa kau bunuh murid kesayanganku itu?"
Mula mula Ong It sin agak tertegun, rupanya ia tidak mengerti apa yang
dimaksudkan lawannya, tapi setelah berpikir sekian lama, mendadak satu ingatan
melintas didalam benaknya, dia lantas berseru dengan suara lantang:
"Oooh... rupanya kau maksudkan Tho bin yau hu (siluman rase berwajah tho)..."
Jadi kau sengaja hadir disini untuk membalas dendam atas kematian perempuan
siluman itu?" Sebagaimana diketahui, Tho bin yau hu adalah gundik kesayangan Thian tok tay
ong. Selain sebagai gundik kesayangan dari gembong iblis tersebut, sesungguhnya dia
adalah murid kesayangan dari Ciok yong li sin.
Bulan berselang, ketika Ong It sin menghancurkan kota ular berbisa, pemuda ini
merasa benci sekali atas kekejian lawannya yang telah menggunakan senjata
rahasia berapi untuk menghadapinya dalam pertarungan tersebut akhirnya dia
berhasil membunuh musuhnya itu.
Betul betul diluar dugaan, ternyata kematian dari Tho bin yau hu tersebut justru
mengakibatkan munculnya gembong iblis tua ini untuk membantu pihak Ki thian kau.
Sementara itu, Ciok yong li sin telah naik pitam, dengan wajah merah membara dia
berseru: "Kau tak usah banyak berbicara lagi, seandainya lonio tidak bermaksud untuk
membalaskan dendam bagi kematian muridku, memangnya kau anggap aku khusus datang
kemari hanya untuk berterima kasih atau bersalam salaman dengan dirimu?"
Berkerut kening Ong It sin setelah mendengar perkataan itu, dia merasa ucapan
itu amat tak sedap didengar.
Setelah termenung sesaat, diapun berkata lagi:
"Oooh... jadi kalau begitu, kehadiranmu disini hanya bertujuan untuk mencari aku
dan membalaskan dendam bagi kematian muridmu itu" Bagus, bagus sekali, memang
paling baik kalau urusan ini kita selesaikan secara pribadi kita sendiri, sebab
kebetulan sekali aku memang telah berhasil menguasahi semacam ilmu sakti yang
tak mempan direndam dalam air, tak hangus dibakar dengan api, tentunya kau tidak
keberatan untuk melayani diriku satu lawan satu bukan?"
Ciok yong li sin merasa geram sekali, kalau bisa dia ingin menerjang anak muda
itu serta mencincang tubuhnya menjadi berkeping keping.
Begitu mendengar tantangan tersebut, tanpa berpikir panjang lagi dia menyahut:
"Baik, kululuskan permintaanmu itu! Hmmm, jangan kau anggap aku jeri untuk
berduel melawanmu" Menyaksikan lawannya sudah termakan oleh bandingannya yang memang bertujuan
untuk memanaskan hati lawan itu, Ong It sin tidak menyia nyiakan kesempatan baik
itu dengan begitu saja, dengan cepat dia berkata lebih lanjut:
"Ucapan seorang Kongcu, ibaratnya kuda yang dicambuk, sekali ucapan terlepas
keluar, sampai matipun tak akan menyesal. Sebelum pertarungan dilangsungkan, aku
ingin mengajukan satu syarat, dan aku harap kau bersedia menerima syaratku ini"
"Apa syaratmu itu" Cepat katakan saja berterus terang..." seru perempuan tua itu
cepat. "Permintaanku sederhana sekali, yakni sebelum pertarungan kita berakhir dan
sebelum menang kalah diantara kita berdua berhasil ditentukan, aku minta kau
jangan sembarangan menggunakan senjata rahasia berapimu untuk mencelakai para
jago yang hadir disini, tentunya permintaanku ini tidak terlampau merugikan
dirimu bukan?" Ciok yong Li sin tidak langsung menjawab, dia termenung beberapa saat lamanya,
setelah itu pelan pelan baru mengangguk.
"Baiklah, untuk membuktikan kalau aku memang tidak takut kepadamu, kukabulkan
permintaanmu itu" Melihat pihak lawan telah menyepakati permintaannya, paling tidak Ong It sin
merasa agak lega, sebab bagaimanapun juga untuk sementara waktu dia tak perlu
menguatirkan keselamatan dari para jago yang hadir disana lagi.
Sorot matanya segera dialihkan memandang sekejap sekeliling tempat itu,
dilihatlah empat penjuru tempat itu berupa bukit bukit terjal yang menjulang
tinggi ke angkasa. Hanya jauh dibawah tebing diseberang sana tampak ada sebuah tanah lapang yang
cukup luas, paling tidak luas tanah lapang itu mencapai beberapa ban...
Menyusul kemudian, dibelakang tanah lapang tadi terbentang sebuah hutan yang
cukup lebat. Menyaksikan keadaan medan yang terbentang disekeliling tempat itu, dengan cepat
Ong It sin menyusun suatu rencana yang sempurna guna menanggulangi ancaman
lawan. Setelah termenung sejenak, dia baru berseru:
"Bagaimana kalau kita langsungkan saja pertarungan ini ditengah tanah lapang
sana agar jangan sampai pertarungan tersebut mengakibatkan kerugian atau cedera
pihak mereka yang tidak tersangkut dalam persoalan ini..."
Ciok yong li sin mendongakkan kepalanya memandang sekejap tanah lapang didepan
sana, kemudian manggut manggut.
"Baik, kita boleh bertarung ditempat itu."
Pelan pelan Ong It sin beranjak dan menuju ketanah lapang tersebut kemudian
setelah duduk bersila sambil mempersiapkan diri, diapun berkata dengan tenang.
"Nah, aku telah mempersiapkan diri sebaik baiknya, bila kau telah siap, silahkan
kau lancarkan seranganmu itu"
Sebagaimana diketahui, ilmu senjata rahasia berapi yang dimiliki Ciok yong li
sin sudah amat termashur namanya diseluruh kolong langit, semua orang tahu bahwa
senjata rahasia tersebut sanggup menghancur lumatkan tubuh manusia.
Maka ketika dilihatnya Ong It sin bermaksud untuk menggunakan tubuhnya
menghadapi serangan senjata api lawannya, sedikit banyak para jago dibuat
terkesiap juga sehingga tanpa terasa peluh dingin diam diam bercucuran membasahi
tubuh mereka. Selain daripada itu, mereka semua juga tahu kalau Ong It sin berbuat demikian
tak lain bertujuan untuk menyelamatkan semua orang dari bencana yang tak
diinginkan. Kebesaran jiwa dan semangat juang yang diperlihatkan anak muda itu, dengan cepat
mengharukan setiap orang, diam diam para jago tersebut merasa semakin kagum lagi
terhadap kegagahan dan kebesaran jiwa anak muda itu.
Kontan saja ada beberapa orang yang terpengaruh oleh dorongan emosi meluap dalam
dada mereka, mendadak melompat kedepan dan siap mendekati si anak muda itu.
Ih lwee ji seng (Dua malaikat dari kolong langit) yakni Leng mong sinceng
gurunya Ong It sin dan Biau Tam sinni gurunya Bwe Leng soat beserta dewa cebol
menjadi terperanjat sekali.
Buru buru mereka memencarkan diri dengan niat untuk menghalangi, setelah
menjamin kalau tiada mara bahaya yang mengancam, barulah perasaan mereka menjadi
tenang kembali. Sementara dipihak sini sedang ribut ribut, dari atas puncak bukit karang itu
kedengaran Ciok yong li sin sedang berseru dengan suara yang keras seperti
geledek: "Bocah keparat, kau tak usah tekebur dan tidak memandang sebelah matapun kepada
orang lain, coba kau rasakan dahulu beberapa butir peluru pek lek siau gi tan
milikku ini, lihatlah sampai dimanakah enaknya peluru peluruku itu!"
Berbareng dengan selesaikan perkataan tersebut, tampaklah bayangan hitam dari
beberapa butir peluru itu segera berhamburan ke bawah dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Ong It sin hanya duduk tenang tenang saja dibawah pohon siong, terhadap
datangnya ancaman mana dia tidak ambil peduli, seakan akan serangan tersebut
bukan suatu ancaman yang bisa membahayakan jiwanya.
Tapi begitu peluru peluru sakti tersebut sudah hampir menyentuh permukaan tanah,
mendadak ujung bajunya dikebaskan ke depan, lalu disambar ke samping dan tahu
tahu peluru peluru tadi sudah berpindah ke dalam sakunya tanpa meledak.
Menyaksikan demonstrasi yang amat mengagumkan itu, serentak para jago bersorak
sorai kegirangan, teriaknya berulang kali.
"Benar benar kepandaian yang hebat! Benar benar suatu kepandaian yang luar
biasa!" Ciok yong li sin mendengus dingin ia merasa penasaran sekali menyaksikan
kelihayan lawannya itu: "Hmmm...! Aku masih mengira bocah keparat ini punya kepandaian yang amat luar
biasa, rupanya hanya mengandalkan ilmu silat untuk menyambut sambitan senjata
rahasia... sialan, tampaknya kau memang benar benar sudah bosan hidup," serunya.
Begitu selesai berkata, secara beruntun dia lantas mengayunkan tangannya
berulang kali melepaskan dua puluhan biji peluru peledak ke arah bawah bukit.


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaikan hujan gerimis, peluru peluru sakti itu segera bertaburan keatas tanah.
Tapi sekali lagi Ong It sin mengayunkan ujung bajunya, betul betul aneh sekali,
peluru peluru peledak yang semula berhamburan seperti hujan gerimis itu tahu
tahu membentuk dua garis lurus dan masuk kedalam bajunya tanpa meledak.
Ibarat batu yang dilemparkan kedalam samudera luas, seketika itu juga lenyap tak
berbekas. Itulah kepandaian Ban liu kui tiong yang maha dahsyat dari aliran kuil Sian gwan
si. Sekali lagi terdengar suara tempik sorak yang gegap gempita memecahkan
keheningan, semua jago bersorak memuji kehebatan anak muda itu.
Lama kelamaan Ciok yong li sin berkerut kening juga, apalagi serangan yang
dilancarkan berulang kali mengalami kegagalan total.
Setelah termenung beberapa saat lamanya sambil menggigit bibir menahan emosi,
dia lantas berteriak dengan penuh kegusaran:
"Bocah keparat, tidak heran kalau kau jumawa angkuh dan tekebur bukan buatan,
rupanya kepandaian yang kau miliki terhitung hebat juga. Heeehh... heeehh...
heeehh... cuma kau jangan anggap lo nio sudah kau bikin keok sehingga kehabisan
akal dan tak bisa berbuat apa apa lagi... hmm bila kau sampai berpendapat
demikian, maka perhitungan swiepoamu itu keliru besar sekali"
Seraya berkata tangan kirinya segera merogoh kedalam saku kulit macan tutulnya
dan mengeluarkan tujuh butir benda berbentuk burung yang besar masing masing
benda itu sekepalan tangan.
Burung burungan itu berwarna merah darah dan mempunyai sepasang sayap yang
dipentangkan lebar lebar.
Begitu perempuan tersebut mengeluarkan benda benda tersebut, Be Ji nio yang
berada disisinya menjadi keheranan, dengan perasaan tidak habis mengerti dia
lantas bertanya: "Hei, Ouyang Seng coan, benda apakah itu?"
Dengan sikap hormat Ciok yong li sin segera menjura, kemudian sahutnya pelan:
"Menjawab pertanyaan dari Tay sang kaucu, benda ini merupakan sebuah benda
ciptaan mendiang guruku dimasa tuanya dulu, benda itu bernama Liat hwee sin yaa
(gagak sakti menyembur api), apabila dia terbang terhembus angin maka segera
akan timbul kobaran api yang besar sekali, benda apa saja yang kena disambar
olehnya segera akan terbakar sangat hebat, barang siapa terkena api itu maka
tubuhnya akan hancur menjadi arang, hmmm... aku akan menggunakan benda ini untuk
menghadapi keparat tersebut, ingin kulihat dengan cara apakah dia hendak
menanggulangi ancamanku kali ini...?"
Sambil berkata dia lantas persiapkan benda itu, kemudian dengan mempergunakan
suatu kepandaian yang aneh dan luar biasa ia menyambit ketujuh ekor gagak sakti
penyembur api itu ke bawah tebing dan menyambar ke arah pepohonan dimana Ong It
sin berada sekarang. Benar juga, begitu ketujuh ekor burung gagak sakti penyembur api tersebut
dilepaskan ke bawah, dengan cepat mereka menukik sedalam tiga depa ke bawah
jurang, setelah itu dari sekujur badannya menyembur keluar jilatan api yang amat
dahsyat dan mengerikan. Dengan membentuk satu gerakan busur yang tajam, burung burung gagak sakti itu
menukik ke bawah dan langsung menyambar ke arah pepohonan siong yang tumbuh di
sana. Menyaksikan kedahsyatan dari senjata rahasia tersebut, serentak semua jago
menjadi tercekat dan berdiri termangu dengan mata terbelalak besar dan mulut
melongo. Ong It sin sama sekali tidak gentar menghadapi ancaman tersebut, dia masih tetap
duduk tenang dibawah pohon seperti tak pernah terjadi apa apa...
Menanti ancaman lawan sudah semakin mendekat, dia baru mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... gagak api wahai gagak api, janganlah kalian
hanya berhenti saja ditengah angkasa mari ke mari... datang saja kemari!"
Sepasang tangannya segera digape ke atas, seperti tujuh ekor burung gagak yang
sudah memperoleh latihan yang matang saja, mendadak mereka pentangkan sayapnya
dan meluncur kearah tangannya
Tapi begitu menukik ke bawah, benda benda itu segera hancur menjadi abu dan
berguguran ke atas tanah.
Apa yang sebenarnya telah terjadi" Ternyata tak seorang manusiapun yang melihat
jelas. Ciok yong li sin baru merasa amat terperanjat setelah menyaksikan serangan
burung gagak berapi yang selama ini paling diandalkan pun mengalami kegagalan
total, tanpa terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri dan peluh dingin jatuh
bercucuran membasahi tubuhnya.
Mimpipun dia tidak menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki pihak lawan
telah mencapai ketingkatan yang begitu hebat.
Diam diam dia lantas berpikir:
"Sudah puluhan tahun lamanya aku malang melintang dalam dunia persilatan, selama
ini belum pernah ada seorang manusiapun yang sanggup meloloskan diri dari
serangan dua macam senjata rahasia apiku dalam keadaan selamat, apalagi hidup
segar bugar, tapi heran bocah keparat she Ong ini sama sekali tidak terpengaruh
oleh serangan seranganku ini, benarkah ilmu silat yang dimilikinya telah
mencapai puncak yang luar biasa sekali sehingga senjata rahasia apiku sama
sekali tidak mempan terhadap dirinya" Aaai... sudah tahu begini, kenapa aku
musti menghamburkan senjata rahasia apiku dengan percuma?"
Berpikir sampai disitu dia lantas memutuskan untuk menghadapi si anak muda itu
dengan mempergunakan senjata yang jauh lebih tangguh lagi.
Tangannya segera merogoh ke dalam kantong kulit yang berada disebelah kanan,
dalam kantong kulit itu berisikan dua belas batang anak panah Siau thian hwee
siam (panah api membakar langit).
Yang dimaksudkan sebagai panah api membakar langit adalah semacam senjata api
yang mempunyai daya bakar sangat tinggi, asal benda itu sudah dibidikkan maka
sekalipun batu karang atau tanahpun akan terbakar hangus bila tersentuh.
Meski demikian, perempuan itu juga tahu kalau Ong It sin selain memiliki ilmu
Ban liu kiu tiong yang bisa dipergunakan untuk menyambut datangnya ancaman
senjata rahasia, diapun memiliki kekuatan sakti untuk menggiring serangan kearah
lain. itu berarti setiap serangan yang dilancarkan olehnya bila tidak kena
ditangkap, maka kena digiring ke tempat lain dan meledak jauh dari posisi
tubuhnya, dengan sendirinya semua kegunaan dan kehebatannya jadi tak berguna
sama sekali. Menyadari akan kelihayan musuhnya serta keistimewaan yang dimilikinya, Ciok yong
li sin memutuskan untuk mempergunakan kedua belas batang panah api membakar
langit itu dengan sebaik baiknya
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya:
"Aah... benar, bukankah keparat itu telah berhasil menyambut dua puluh biji
peluru Liat hwee pek lek tan milikku" Betul peluru tersebut baru akan meledak
bila sampai tersentuh atau membentur suatu benda, tapi bukankah itupun tak tahan
menghadapi suhu yang terlalu panas" Yaa, kenapa tidak kugunakan panah berapi itu
untuk menyerangnya" Asal suhu udara disana menjadi tinggi, bukankah peluru
peluru yang telah disambutnya tadi akan meledak semua?"
Berpendapat demikian, dia lantas bertindak cepat.
Enam batang panah berapi yang maha dahsyat tadi dengan cepat dibidikkan
kesekeliling tempat duduk Ong It sin.
Panah panah berapi itu memang luar biasa dahsyatnya, begitu menyentuh tanah,
kobaran api segera membakar semua benda yang dijumpainya.
Hanya didalam waktu singkat, sekeliling tubuh Ong It sin sudah dikurung oleh api
yang makin lama semakin membara itu.
Pada mulanya Ong It sin masih belum memahami maksud dan tujuan dari lawannya
ini, akan tetapi ketika tangannya menyentuh kedua puluhan biji peluru Pek lek
tan yang belum meledak dan masih berada dalam sakunya itu, dengan cepat dia
menjadi paham, apa gerangan yang sebenarnya diharapkan oleh pihak lawan.
Diam diam Ong It sin menjadi amat geli pikirnya:
"Oooh... rupanya kau mengandung maksud jahat kepadaku" Kau anggap peluru peluru
yang berada dalam sakuku ini akan meledak bila tersentuh oleh udara panas yang
sengaja kau ciptakan disini" Haaahh... haaahh... haaahh... percuma saja semua
perbuatanmu itu kau tak pernah akan menyangka kalau didalam sakuku aku menyimpan
bola inti es yang tak terlukiskan dinginnya"
Setelah berhenti sebentar, kembali dia berpikir lebih jauh,
"Sebetulnya santai saja untuk bertarung adu kemampuan dengannya tapi...
seandainya pihak lawan sampai naik pitam lantaran malu kemudian mengingkari
janji dan menyerang kawanan jago yang berkumpul disitu, bukankah suatu
pertumpahan darah yang mengerikan akan segera terjadi disana" Yaa, aku tak boleh
tidak harus sedia payung sebelum hujan, kalau terjadi apa apa dengan mereka,
akulah yang bakal menanggung dosanya"
Karena berpendapat demikian, sepasang matanya segera diputar memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian dengan suatu gerakan yang cepat mempergunakan
ilmu Ciu sui bu liang (air sejuk tanpa riak) dia menyelinap ke arah hutan
belukar di samping arena pertarungan itu.
Sebelum meninggalkan tempat itu, dia pun sengaja meninggalkan beberapa butir
peluru Pek lek tan yang maha dahsyat itu ke atas tanah, dengan demikian bila dia
sudah meninggalkan tempat itu, maka peluru peluru mana akan meledak keras,
seolah olah dirinya yang terjebak.
Betul juga, belum lama dia melompat pergi meninggalkan tempat itu, mendadak
terdengarlah suara ledakan keras yang amat memekikkan telinga bergema memecahkan
keheningan. Untuk memberikan kesan seakan akan peristiwa itu benar benar terjadi, bersamaan
dengan menggemanya suara ledakan itu, dia segera menjerit ngeri seakan akan
menderita luka yang parah.
Dengan terjadinya keadaan itu, kontan saja semua jago menjadi terperanjat sekali
dibuatnya, semua orang mengira si anak muda itu benar benar sudah tewas oleh
ledakan yang luar biasa tadi
Terutama Bwe Leng soat dan Bwe Yau mereka menyangka pemuda kekasihnya telah
tewas ditengah ledakan, isak tangis yang memilukan hati segera berkumandang
memecahkan keheningan. Tapi pada saat itulah, mendadak mereka dengar ada seorang berbisik dengan suara
lirih: "Adik Soat adik Yau, kalian tak usah bersedih hati, aku tidak mati sungguhan,
aku hanya bermaksud untuk membohongi pihak lawan belaka... tapi, tak ada
salahnya bila kalian hendak berlagak seakan akan bersedih hati, agar pihak musuh
mengira aku betul betul menemui ajalnya... dalam keadaan demikian Ciok yong li
sin pasti akan mengendorkan kewaspadaannya nah menggunakan kesempatan yang amat
baik itulah aku akan berusaha untuk membekuknya. Sebab bila aku tidak berbuat
demikian maka keadaan kita semua akan berbahaya sekali!"
Setelah mendengar bisikan itu, dua orang gadis cantik itu baru merasa lega.
Seperti apa yang diminta Ong It sin dengan berlagak sedih, mereka sengaja
menuding ke arah Ciok yong li sin sambil mencaci maki:
"Siluman perempuan tua yang berhati hitam bertangan kejam... kau perempuan
laknat perempuan sialan, tak tahu malu... kalau berani hayo bertarung secara
jagoan... kau telah membakar engkoh Sin dengan cara yang rendah dan terkutuk,
ingat saja dendam sakit hati ini, suatu ketika aku pasti akan membalas dendam
akan kucincang tubuhnya menjadi hancur berkeping keping."
Ciok yong li sin tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau anggap aku si nenek adalah seorang yang
takut urusan" Hmm, bila aku takut urusan, sudah sejak lama aku hidup
mengasingkan diri dan tak pernah keluar dari rumah lagi... Ong It sin saja
mampus ditanganku, apalagi kalian... haaahhh... haaahhh... memangnya kalian bisa
berbuat apa kepada diriku...?"
Sementara itu dari arah tebing seberang sana, terdengar ketua dari perkumpulan
Ki thian kau, Be Siau soh sedang berseru sambil menyampaikan selamat:
"Ciok yong li sin kau memang hebat dan berjasa besar sekali buat perkumpulan
kita kiong hi, kiong hi! Atas jasamu itu, pun kaucu memberi kedudukan yang
paling mulia dalam perkumpulan untukmu, selain akan menerima pula keinginanmu,
semua kebutuhan serta rasa hormat dari segenap perkumpulan kami!"
Mendengar ucapan tersebut, diatas wajah Ciok yong li sin yang penuh keriput
terlintas rasa bangga yang amat tebal, sambil tertawa sahutnya cepat:
"Kuucapkan banyak banyak terima kasih lebih dulu atas kebaikan hati kaucu itu"
"Terhadap kawanan manusia berotak udang berkepala baja dalam lembah itu, apakah
kaupun mempunyai suatu cara yang baik untuk menyelesaikannya?" kembali Be Siau
soh bertanya dengan suara lantang:
Ciok yong li sin segera menepuk buli buli besar yang berada dipunggungnya
kemudian menjawab: "Soal itu tak usah kau murungkan benda ini merupakan senjata api yang paling
lihay didalam lembah Hwee gan kok kami yang disebut Ngo lui liat hwee biau
(bibit api lima geledek), hanya cukup dengan setitik cahaya api saja, seluruh
padang rumput bisa terbakar sampai musnah, apalagi kalau kusiramkan lebih banyak
bibir api lagi, niscaya seluruh lembah Jit hwee kok ini akan berubah menjadi
larutan api, jangankan manusia, semut yang berada didalam tanahpun akan turut
musnah pula menjadi abu dan arang...
Dengan suara lantang Be Siau soh segera berseru kembali dari tebing seberang
sana. "Ciok yong li sin, kenapa tidak kau demonstrasikan kelihayanmu itu, agar semua
anggota perkumpulan kita bisa membuka matanya lebar lebar serta menambah
pengetahuan serta pengalaman mereka."
Dengan penuh kegembiraan Ciok yong li sin segera menyahut:
"Jangan kuatir kaucu, hamba memang ada maksud untuk membasmi kawanan manusia
yang menganggap dirinya sebagai jagoan golongan lurus dan kaum pendekar dari
golongan putih ini menjadi abu, tak perlu kaucu perintahkan lagi!"
Setelah berkata sampai disitu, wajahnya segera menunjukkan sikap buas, kejam dan
menyeringai mengerikan, pelan pelan dia menurunkan buli buli besarnya dari atas
punggung, kemudian sambil menghadapkan moncong buli bulinya itu kehadapan
kawanan jago, dia mengejek dingin:
"Hari ini jangan harap kalian semua dapat meninggalkan tempat ini dalam keadaan
selamat..." Baru saja ia hendak membuka penutup buli buli besarnya itu, mendadak...
"Aku rasa belum tentu demikian!" seorang mengejek sinis dari belakang tubuhnya
diiringi suara tertawa dingin yang mendirikan bulu roma.
Dengan cepat dia berpaling ke belakang begitu mengetahui siapa yang berada
dihadapan itu, kontan saja sekujur badannya gemetar keras, serunya agak
tergagap: "Kau... kau adalah sukma gentayangan dari Giok bin sin liong... kau belum mati?"
Giok bin sin liong (naga sakti berwajah kemala) Ong It sin segera tertawa
dingin, dengan suatu gerakan yang cepat dia merampas buli buli besar itu dari
tangannya, kemudian mengejek dingin:
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau hatimu sebenarnya begitu busuk dan
kejam... Hmmm! manusia terkutuk macam kau tak boleh dibiarkan hidup lagi didunia
ini, sebab kau hanya akan menyebarkan dosa belaka bagi umat manusia, nah
sekarang, kaupun tak usah hidup terlalu lama lagi, sana, turun saja ke bawah!"
Sebuah pukulan yang amat dahsyat segera diayunkan kedepan dan tepat menghajar
punggung Ciok yong li sin.
Seketika itu juga perempuan berhati kejam itu menjerit lengking dengan suara
yang memilukan hati, darah kental muncrat keluar dari mulutnya, sementara
seluruh tubuhnya terpental ke udara dan jatuh ke dalam jurang dibawah sana.
Mungkin karena perbuatan jahat yang dilakukan sudah kelewat banyak, maka ketika
terjatuh ke bawah tadi, persis tubuhnya terjatuh ke dalam arena yang sedang
terjilat api. Seketika itu juga seluruh tubuhnya terbakar hebat, diiringi jeritan jeritan yang
memilukan hati dia berguling ke sana kemari
Tapi api bukannya padam malahan berkobar makin dahsyat, akhirnya hancurlah
perempuan kejam itu menjadi abu arang
Si kelabang hitam Be Ji nio yang menyaksikan adegan seram itu menjadi ketakutan
setengah mati, dia merasa bulu kuduknya berdiri semua sementara badannya gemetar
keras tanpa banyak pikir lagi dia membalikkan badan dan segera melarikan diri
terbirit birit Ong It sin tertawa dingin.
"Heeehhh... heee... heeehhh... kau ingin kabur?" jengeknya, "manusia macam kau
lebih lebih tak boleh dibiarkan kabur, nah, roboh saja kamu disitu!"
Sebuah totokan segera dilancarkan kedepan.
Desingan angin serangan yang maha dahsyat dengan cepat meluncur kedepan dan
menghajar telak ditubuh lawan.
Seketika itu juga si Kelabang hitam Be Ji nio merasakan jalan darahnya menjadi
kaku, tubuhnya tergeletak dan tak mampu berkutik lagi tapi mulutnya masih bisa
bersuara dia berseru: "Bocah keparat Lo nio merasa menyesal sekali mengapa tidak kubunuh dirimu ketika
aku datang kelembah keluarga Li dulu"
"Itulah yang dinamakan perhitungan manusia tak bisa menangkan perhitungan
takdir, memang beginilah takdir yang akan menentukan nasibmu..."


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu, empat orang toa huhoat dari perkumpulan Ki thian kau, yakni Say
siu jin mo, Tee leng kun, Tee lwe siong mo menyaksikan Ciok yong li sin tewas
dalam keadaan mengerikan sedang Tay sang pangcu mereka sudah terjatuh ketangan
lawan, serentak berbondong bondong maju kedepan untuk memberi pertolongan.
Ong It sin segera mempersiapkan sebutir peluru Pek lek tan sambil mengancam:
"Siapa berani bergerak secara sembarangan, akan segera kuperseni sebutir peluru
peledak untuknya!" Ancaman ini segera menggetarkan hati keempat orang iblis itu tanpa banyak
berbicara lagi mereka berpekik nyaring kemudian bersama sama melarikan diri
kebelakang. Menanti musuhnya sudah pergi, Ong It sin baru mengempit tubuh kelabang hitam Be
Ji nio menuju keatas bukit karang itu, tanpa membuang waktu lagi dia segera
turun tangan membasmi kawanan pemanah yang berada disana
Dimana cahaya emas berkelebat lewat, kepala manusia bergelindingan keatas tanah,
kejadian ini membuat musuh musuh lainnya menjadi ketakutan dan segera melarikan
diri terbirit birit. Dalam waktu singkat, seluruh bagian diatas tebing karang sebelah sini telah
bersih dari musuh. Ketika Ki thian kaucu yakni Be Siau soh yang berada dibukit seberang menjadi
terkejut sekali menghadapi serentetan perubahan situasi yang sama sekali tak
diduga olehnya itu. Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau segala persiapan yang telah diaturnya
dengan rapi dan matang ini, akhirnya harus berantakan tak karuan lagi bentuknya.
Padahal kemenangan seharusnya sudah berada dipihaknya, tapi kenyataannya
sekarang bukan saja jago jago andalannya banyak yang tewas, bahkan dari pihak
yang menang sekarang dia terdesak hebat.
Yang lebih payah lagi adalah ibunya berhasil ditawan musuh dan anak buahnya
dijagal dia hanya bisa menyaksikan semua peristiwa itu berlangsung tanpa sanggup
memberi pertolongan, untuk sesaat menjadi gelagapan dan tak tahu apa yang musti
dilakukan. Akhirnya dengan sorot mata memancarkan sinar kegusaran, dia bersumpah dalam
hatinya: "Bangsat, tunggu saja tanggal mainnya, aku akan menggunakan gigi untuk membalas
dengan gigi" Sesungguhnya didalam lembah Jit hwe kok tersebut sudah ia persiapkan bahan
peledak yang ditanam dalam lembah tersebut.
Tapi setelah para jago mengambil tindakan lebih baik berdiri ditanah lapang
daripada menyembunyikan diri ditempat yang tersembunyi, sehingga sebagian besar
diantara mereka tidak berada dalam lingkaran tanah yang ditanami bahan peledak,
maka pertama dia tak ingin "memukul rumput mengejutkan ular" kedua dia percaya
dengan kemampuan Ciok yong li sin, akhirnya langkah itu tidak dipersiapkan lebih
jauh. Siapa tahu usaha Ciok yong li sin mengalami kegagalan total, bukan keuntungan
yang berhasil diraih malah sebaliknya Ong It sin berhasil menyelundup keatas
bukit diseberang sana dan menghabisi semua orang orangnya yang dipersiapkan di
sana. Dalam keadaan yang sangat terdesak ini, akhirnya ia turunkan perintah untuk
melancarkan serangan. Dalam waktu singkat dari atas bukit berjatuhan batu batu cadas dan kayu kayu
balok yang amat besar, selain itu dicampuri pula hujan panah dan senjata api
yang berhamburan keseluruh lembah.
Tentu saja bahan peledak yang ditanam dalam bumi yang diledakkan sekaligus.
Suara gemuruh yang memekikkan telinga diikuti goncangan gempa yang dahsyat
seketika itu juga membuat suasana dalam lembah itu menjadi kacau balau tak
karuan. Menghadapi ancaman semacam ini, Giok bin sin liong Ong It sin segera berpekik
nyaring dan melejit ketengah udara dan segera melesat kedepan sana.
Dalam waktu singkat dia sudah berhasil menembusi beberapa bukit karang itu
mencapai tepian seberang.
Pedang naga emasnya segera bekerja keras, tidak mengenal ampun lagi ia tebas
segenap musuh musuhnya yang dijumpai sepanjang jalan.
Jeritan jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema memecahkan keheningan,
darah segar berhamburan membasahi seluruh permukaan bumi, kutungan badan, kaki,
tangan berserakan disana sini, tumpukan mayat membukit, darah menganak sungai,
pemandangan ditempat itu benar benar mengerikan sekali.
Menyaksikan keganasan dari si anak muda itu, siapa lagi yang berani menentang
maut untuk membendung serbuannya" Apalagi setelah menyaksikan rekan rekan mereka
yang berada di bukit seberang terbasmi tak terampunkan lagi kontan saja semua
orang lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri sendiri.
Dalam keadaan demikian, peduli amat dengan tugas, yang penting adalah
menyelamatkan selembar jiwa sendiri...
Dengan meredanya serangan dari kawanan iblis perkumpulan Ki thian kau, keadaan
para jago yang terjebak dalam lembah Jit hwe kok baru agak mendingan, mereka
bisa bernafas lega dan beristirahat sebentar untuk menghimpun tenaga baru.
"Lebih baik manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk mengundurkan diri
dari lembah ini" kata Biau tam nikou mengusulkan.
"Benar!" sahut Leng mong sinceng pula, "biarlah sebagai panglima pembuka
jalannya adalah lolap sendiri"
"Kalau begitu, pinni akan berada pada barisan yang terbelakang..." kata tam
nikou lagi. Diiringi teriakan yang menggetarkan udara, puluhan orang jago lihay dari dunia
persilatan itu serentak maju ke depan dan menyerbu ke mulut lembah itu.
Kawanan iblis dari perkumpulan Ki thian kau yang ditugaskan menjaga mulut lembah
itu tentu saja bukan tandingan dari Leng mong sinceng sekalian, keadaan mereka
sekarang ibaratnya domba yang bertemu dengan harimau, dalam waktu singkat korban
berjatuhan tiada hentinya.
Betul Leng mong Sinceng berwelas kasih dan tak ingin membunuh umatnya terlampau
banyak, sehingga selama pertarungan berlangsung, dia hanya mengandalkan ilmu
menotok jalan darah untuk merobohkan kawanan anggota perkumpulan Ki thian kau.
Berbeda sekali dengan para jago dunia persilatan yang baru saja terjebak dalam
lembah dan harus menghadapi ketegangan serta ancaman jiwa, mereka tidak berbelas
kasihan lagi. Setiap musuh yang dijumpainya segera dibunuh secara keji, tak seorangpun yang
sudi memberi ampun kepada lawannya, sehingga dalam waktu singkat mayat
menggeletak membukit, darah segar menganak sungai, jeritan ngeri demi jeritan
ngeri yang menyayatkan hati bergema saling susul menyusul dan tiada hentinya.
Tiba tiba si dewa cebol Cu Lian ci berseru kepada Say siu hud sim yang berada
disampingnya: "Hei, buat apa kita musti ikut meramaikan suasana disini" Mari ke atas puncak
tebing saja untuk membantu It sin lote"
Belum lagi Say siu hud sim menjawab, Thian hiang siancu Bwe Leng soat telah
melompat mendekat sambil berseru:
"Betul! memang itulah atraksi yang paling menarik untuk kita. Hmmm... bagus
sekali, rupanya kalian ingin diam diam ngeloyor ke situ" Kenapa sampai melupakan
nonamu?" "Nona, kalau kau ingin turut, hayolah kita berangkat bersama sekarang juga" seru
si Dewa cebol Cu Lian ci kemudian.
Tiga sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat segera
meluncur ke depan sana dan melambung ke atas puncak bukit.
Baru tiba di punggung bukit, mereka telah bersua lebih dulu dengan empat orang
iblis yang tergabung sebagai para pelindung hukum perkumpulan Ki thian kau.
Dalam suatu pertarungan yang kemudian berlangsung, Say siu hud sim berhasil
mengalahkan Tee leng kun setelah melewati suatu pertarungan yang cukup seru,
dengan cepat kepandaian silat yang dimiliki gembong iblis itu dipunahkan.
Menyusul kemudian si Dewa cebol Cu Lian ci pun berhasil membekuk batang leher
Say siu jin mo. Sebaliknya Thian hiang siancu Bwe Leng soat yang bertarung sendirian melawan Tee
lwee siang mo berhasil pula memenggal batok kepala kedua orang iblis itu dengan
jurus Hui pau nu to (air terjun berombak dahsyat) yang luar biasa.
Tatkala mereka mencapai atas puncak, maka tampaklah Giok bin sin liong Ong It
sin sedang ditakuti oleh Be Siau soh ketua dari perkumpulan Ki thian kau
kemudian ketua pertama Sangkoan Bu cing wakil kedua Seng Meh cu wakil ketua
ketiga Siau mi lek Thian tok tau ong Ang yan tongcu yakni Ang hun lo sat Hoa
Long jin Ui kiok tongcu yakni Hong liu kua hu Sin Cing ciu serta Pek bwe tongcu
si dewi berdarah dingin Lau Yan hoa sekalian berdelapan.
Empat lelaki dan empat perempuan maju menyerang bersama dengan kedahsyatan yang
mengerikan. Betul Ong It sin memiliki kepandaian silat yang luar biasa, diapun bertarung
dengan gagah perkasa namun delapan orang iblis yang mengerubutinya merupakan
kelompok iblis yang paling top dalam golongan kaum hitam tak heran kalau mereka
bukanlah manusia sembarangan.
Terutama sekali Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing yang telah berhasil mempelajari
ilmu Hu si jit si yang maha dahsyat itu, kekuatan mereka betul betul diluar
dugaan. Baru untuk pertama kali ini Ong It sin harus bertempur dengan sangat berhati
hati dan penuh kewaspadaan.
Seandainya kedelapan orang itu bekerja sama terus menerus untuk mengurung dan
mengerubutinya, andaikata bala bantuan dari luar tidak segera datang tepat pada
waktunya tak bisa disangkal lagi pemuda itu pasti akan menghadapi sesuatu
ancaman bahaya maut. Untunglah disaat yang serba tidak menguntungkan itu, dia saksikan si dewa cebol
Cu Lian ci, Say siu hud sim dan Thian hiang siancu Bwe Leng soat berdatangan
dengan langkah cepat. Menjumpai musuhnya memperoleh bala bantuan, Be Siau soh makin kalap, dia
menyerang Ong It sin secara membabi buta, pedang mestika Hu si ku kiam yang
berada ditangannya diayunkan kesana kemari, dengan disertai sambaran angin tajam
Bwe Leng soat yang menjumpai keadaan itu menjadi naik pitam, dengan cepat dia
membentak keras sambil bersiap siap untuk maju kedepan membantu anak muda itu.
Tiba tiba Si Dewa cebol Cu Lian ci membentak dengan suara dalam dan berat:
"Jangan bertindak secara gegabah, lebih baik kita rundingkan dulu taktiknya
dalam menghadapi kerubutan mereka sebelum turun tangan melancarkan serangan"
"Bagaimanakah menurut pendapat Ay sian didalam menghadapi situasi semacam ini?"
tanya Say siu hud sim kemudian.
"Aku rasa lebih baik nona Bwe khusus bertarung melawan Sangkoan Bu cing, sedang
lohu akan bertarung melawan Seng Meh cu dan Siau Mi lek, sebaliknya ketiga orang
tongcu yang cabul dan genit itu kuserahkan kepada saudara Kwik untuk
menghadapinya, aku percaya tak sampai sepuluh gebrakan kemudian, Be Siau soh
sudah pasti akan menderita kekalahan total ditangan Ong lote. Begitu pentolan
mereka keok dan keteter hebat, situasi ini pasti akan mempengaruhi pula anak
buahnya. nah, pada saat itulah semangat tempur mereka pasti akan bertambah
kendor, pikiran mereka tentu kalut tak karuan dan perasaannya kacau dan
kebingungan itulah saat yang terbaik buat kita untuk bertindak dan menyikat
mereka sampai ludas..."
Mendengar sampai disitu, Thian hiang siancu Bwe Leng soat segera berseru keras:
"Bagus, bagus sekali, cara ini memang paling baik untuk kita laksanakan..."
Begitu selesai berkata, dia lantas menggerakkan pedangnya dan langsung menyergap
Sangkoan Bu cing, kemudian serangkaian serangan berantai yang paling dahsyat
dilontarkan secara bertubi tubi.
Dengki dan cemburu dengan cepat menyelimuti perasaan Sangkoan Bu cing begitu
diketahuinya Bwe Leng soat yang menyerang dia, kontan saja dia mencaci maki
kalang kabut: "Perempuan rendah, perempuan sialan yang tak tahu malu, tak kusangka kalau kau
pun rela menjual nyawa untuk dirinya...!"
"Kalau aku rela menjual nyawa kepadanya apa urusannya dengan dirimu" Kau iri"
Kau dengki" Siapa suruh tampangmu macam monyet dan tingkah lakumu macam harimau
buas sehingga bapak sendiripun dibunuh..." Hmmm, manusia biadab seperti kau
lebih baik dienyahkan saja dari muka bumi!"
Walaupun dimulut dia memaki, tangannya sama sekali tidak berhenti bergerak.
Sreet sreeet! Secara beruntun dia lancarkan sembilan buah pukulan ditambah tujuh
belas buah tusukan dan bacokan.
Demikian dahsyat dan rapatnya ancaman itu, membuat Sangkoan Bu cing menjadi
kelabakan setengah mati. Dalam pada itu, si Dewa cebol Cu Lian ci telah menemukan pula incarannya dan
melibatkan diri dalam suatu pertarungan seru melawan Seng Meh cu dan Siau mi
lek. Sedangkan Say siu hud sim pun tidak menganggur belaka, dengan cepat dia
melibatkan diri dalam suatu pertarungan yang sengit pula melawan tiga orang
perempuan jalang. Ketiga perempuan jalang itu tak lain adalah Ang hun lo sat Hoa long jin, Hong
liu kua hu Sin Cing hiu serta Leng hian sian ku Lau Yan hoa.
Dengan terbaginya kelompok iblis itu untuk menghadapi tiga medan pertarungan
sekaligus, maka situasi diarena pertarungan pun segera mengalami perubahan
besar. Sebab dengan berlalunya enam orang jago yang harus bertarung melawan tiga lawan
kini hanya tinggal dua gelintir manusia saja yang bertempur melawan Giok bin sin
liong Ong It sin, mereka tak lain adalah Be Siau soh, ketua dari perkumpulan Ki
thian kau serta Thian tok tay ong Hek lian Jin.
Begitu daya tekanan yang menghimpit tubuhnya berkurang banyak, semangat tempur
Ong It sin semakin berkobar, tidak sampai tiga gebrakan kemudian, sebuah bacokan
pedangnya yang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat berhasil
menebas kutung lengan kiri dari Thian tok tay ong Hek lian Jin.
Sambil menjerit kesakitan dan darah segar jatuh bercucuran membasahi seluruh
tubuhnya, iblis tua beracun itu buru buru mundur kebelakang dengan wajah memucat
dan tubuh sempoyongan. Rupanya meski sudah terluka dia tak mau menyerah dengan begitu saja, tangan
kanannya yang masih utuh dengan cepat diayunkan pula kedepan secepat kilat.
Seekor ular bergaris merah yang memiliki sayap pada bagian perutnya, segera
meluncur keangkasa dan menyambar ketubuh Ong It sin.
Ular aneh itu memang amat lihay sekali, tiba tiba binatang tersebut berpekik
aneh, kemudian sambil melejit ke udara dia melancarkan sebuah pagutan maut.
Buru buru Ong It sin menarik tangannya, sambil menyapu ke bawah dengan kekuatan
penuh. Tampaknya ular aneh itu cukup mengetahui akan kelihayan musuhnya, menghadapi
sambaran tajam mana, buru buru dia melesat ke udara secepat hembusan asap,
kemudian menyergap kembali ke bawah.
Dengan terjadinya peristiwa ini, Be Siau soh jadi memperoleh kesempatan baik
untuk menolong posisinya yang amat terdesak itu, pedangnya segera digerakkan
dengan kecepatan luar biasa dan menghujani lawannya dengan titiran sambaran
pedang. Ong It sin cukup mengetahui kelihayan manusia dan ular tersebut, ia sama sekali
tak berani bertindak gegabah, dengan suatu ingatan cepat dia berpikir:
"Ternyata, dia hendak mengajakku untuk melangsungkan pertarungan mati matian..."
Begitu ingatan mana berkelebat lewat didalam benaknya, mendadak ia mendongakkan
kepalanya sambil berpekik nyaring, bagaikan harimau kelaparan dia menerkam ke
depan, lalu pedang emasnya dengan menciptakan selingkaran cahaya tajam langsung
membabat ke bawah. Bersamaan itu pula, jari tangannya disodok ke depan sambil membentak keras:
"Kena!" Segulung desingan angin tajam segera menyembur keluar lewat ujung jari
tangannya. Ular aneh bersayap itu sesungguhnya masih terhitung sejenis raja ular yang
sangat lihay, akan tetapi bagaimana mungkin dia bisa tahan menghadapi serangan
jari tangan yang batu cadaspun bisa ditembusi itu"
"Kraaakk...!" belum sempat berpekik keras, ular itu sudah terhajar serangan tadi
dan mampus. Thian tok tay ong Hek lian Jin baru merasa amat terperanjat setelah menyaksikan
ularnya dibunuh, dengan penuh kegusaran bentaknya keras keras.
"Ong It sin, lohu akan beradu jiwa denganmu!"
Pada saat ini dia tidak mempedulikan luka pada lengan kirinya yang kutung lagi.
sambil menggertak gigi menahan diri, makinya:
"Selama kau masih hidup didunia ini, berarti kami orang orang dari golongan
hitam tak mungkin akan turut hidup!"
Berkenyit sepasang alis mata Ong It sin menghadapi ucapan lawannya itu, dengan
cepat dia berkata: "Perbedaan antara golongan putih dan golongan hitam berarti perbedaan pula
antara yang lurus dan yang sesat, padahal baik atau busuk hanya tergantung pada
jalan pikiran masing masing pihak, apakah mulai sekarang kau bisa bertobat dan
tidak melakukan kejahatan lagi?"
Thian tok tay ong segera tertawa dingin.
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... kau tak usah mencoba untuk membujuk aku lagi,


Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketahuilah bumi bila berubah, watak lohu akan tetap begini untuk selamanya"
"Perkataan dari saudara Hek lian memang tepat sekali" sambung Bwe Siau soh cepat
cepat, "kalau kau merasa punya kepandaian, hayo datanglah kemari dan bunuhlah
aku, cuma... kau pun jangan harap bisa mengecap ketenangan dalam waktu yang
lama" Ong It sin mendengus dingin, serunya kemudian:
"Jadi kau anggap aku tak mampu...?"
"Sekalipun kau mampu untuk melakukannya, itupun harus dibayar dengan harga yang
sangat mahal" Sembari berkata diam diam dia mencoba pasang telinga untuk memperhatikan
sekeliling tempat itu, namun hasilnya, kecuali pertarungan yang sedang
berlangsung ditempat ini, tempat yang lain agaknya sudah sepi dan tak kedengaran
lagi suaranya. Dengan perasaan tercekat dia lantas berpikir:
"Jangan jangan mereka semua sudah berhasil dihancurkan lawan" Kalau tidak,
kenapa sampai sekarang tidak kudengar suara pertarungan mereka" Aaah, masa hal
ini akan terjadi?" Semakin dipikir dia merasa hatinya semakin ketakutan, sehingga tanpa terasa bulu
kuduknya pada bangun berdiri, dia benar benar merasa ketakutan setengah mati.
Tapi untuk memperbesar nyali sendiri sengaja serunya kepada Thian tok tay ong
........ ==halaman ga ada== ... keadaan begini ia tidak mempedulikan soal gengsi lagi, tanpa banyak berbicara
dia membalikkan badan dan segera melarikan diri terbirit birit...
Ong It sin membencinya karena pemuda itu telah membantai ayah kandung sendiri
sebuah pukulan dahsyat segera mementalkan tubuhnya sehingga balik ketempat
semula. Kebetulan sekali Bwe Leng soat sedang menyerang dengan jurus Po lan Ciong heng
(gulungan ombak menyapu rata), tak ampun pinggangnya segera tertabas hingga
putus menjadi dua bagian.
Dengan matinya pentolan pentolan dari Ki thian kau, kontan saja Ang hun lo sat
Hoa Long jin, Hong liu kua hu Sin Cing ciu dan Leng hiat sian cu Lau Yan hoa
menjadi ketakutan setengah mati, buru buru mereka membuang senjata masing masing
dan menyerahkan diri. Dengan demikian tinggal Seng Meh cu dan Siau mi lek berdua yang masih hidup.
Waktu itu kerja sama dua orang gembong iblis tersebut telah berhasil meraih
posisi diatas angin, tapi setelah menyaksikan kematian dari Be Siau soh dan
Sangkoan Bu cing kemudian melihat pula ketiga orang tongcu tersebut menyerah
kalah mereka menjadi gugup pula.
"Kalau tidak kabur akan menunggu sampai kapan lagi?" demikian pikir mereka.
Tiba tiba kedua orang itu melejit keudara dan secepat sambaran kilat melarikan
diri dari tempat itu. Tentu saja Ong It sin tak akan membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja,
dengan cepat dia memburu kebelakang sambil melepaskan sebuah pukulan keatas
punggung masing masing. "Kematian boleh mereka hindari, tapi hukuman hidup jangan harap bisa terlepas"
katanya, "nah, tinggalkan ilmu silatmu disini, lalu enyah sejauh jauhnya dari
hadapanku" Seng Meh cu dan Siau Mi lek sama sama merasakan tubuhnya bergidik, lalu punahlah
semua kepandaian mereka, akhirnya dengan penuh rasa dendam mereka berjalan
menuruni bukit dan pelan pelan berlalu dari sana.
Menanti Ong It sin sekalian dengan membawa Kelabang hitam Be Ji nio dan Say siu
jin mo turun dari bukit itu, markas besar Ki thian kau sudah terbakar hancur
sehingga tinggal puing puing yang berserakan
Sambil menghela napas panjang Ong It sin lantas berkata:
"Sayang sekali pemimpin dari Lam huang pay yau yakni Kim san sia kiam Thio Pin
dan Tiang bi Lo yau dari Jit sia cap si yau ditambah Ik tianglo dari benteng
Khek poo berhasil melarikan diri, padahal mereka adalah musuh musuh besar
pembunuh ayahku, entah sampai kapan dendam ayahku itu baru dapat dibalas?"
Belum habis dia berkata, mendadak dari jalan bukit didepan sana telah muncul
belasan sosok bayangan manusia, mereka adalah Coa Thian yan, Pek lek to To hu
Hiong, Seng hong tianglo, Li ji, serta Tiong lam su hiap yang terdiri dari Ih
lwee sangjin, Ho hoa siancu, Tui im kiam khek Ih Hui dan Toa tou Go Eng.
Selain itu merekapun membawa serta tiga orang.
Ternyata ketiga orang itu tak lain adalah ikan ikan yang lolos dari jaring.
Ong It sin menjadi girang sekali menyaksikan kejadian itu, buru buru dia
mengucapkan terima kasihnya kepada para jago.
Menanti mereka pulang kembali kerumah Kang Tang liu, tampak tuan rumah telah
menanti kedatangannya didepan pintu.
Begitu anak muda muncul, dia lantas berseru:
"Ong lote, selamat atas keberhasilanmu membalas dendam, kini gurumu sedang
menantikan kedatanganmu dalam ruangan!"
Mengetahui kalau gurunya sedang menanti, buru buru Ong It sin lari masuk
kedalam. Baru saja dia memberi hormat sambil memanggil "Suhu", Leng mong sinceng telah
berkata: "Persoalanmu telah kuketahui semua, walaupun dalam perjalanan menuju kekota Im
kui tempo hari kau terkena obat perangsang milik Gi hay jin yau Toan Cing hun
lebih dulu, namun hal ini merupakan takdir, Lo lap telah membicarakan hal ini
dengan Biau tam sinni, Kim liong lojin serta Seng hong totiang, dan kini
memutuskan akan menjodohkan Bwe Leng soat dan Bwe Yau kepadamu, besok kalian
harus melangsungkan upacara perkawinan didepan para jago"
Sepanjang jalan Ong It sin memang sedang mencari akal untuk secara bagaimana
melaporkan kejadian ini kepada gurunya setelah mengetahui kalau semua orang
telah mengetahui hal ini, diapun tidak banyak berbicara lagi.
"Tecu akan turut perintah!" katanya kemudian dengan sikap yang amat menghormat.
Setelah hening sejenak, tiba tiba Leng mong sin ceng mengeluarkan semacam benda
yang segera diserahkan kepadanya.
Ketika Ong It sin menerima benda itu, ternyata benda tadi tak lain adalah sarung
pedang Cian nian liong siau beserta Hu si ku kiam, hal ini segera membuatnya
tertegun. Dengan wajah serius Leng mong sinceng segera berkata:
"Anak Sin, walaupun kau telah membunuh Be Siau soh dan Sangkoan Bu cing dua
orang gembong iblis ini tapi kau telah berbuat keteledoran dengan tidak menarik
kembali pedang ini seandainya pedang tersebut sampai ditemukan kembali oleh
perempuan macam Be Siau soh dan berhasil menguasai ilmu pedang Hu si jit si yang
maha dahsyat tersebut, bayangkan saja apa jadinya?"
Buru buru Ong It sin menjatuhkan diri berlutut seraya berseru:
"Tecu mengaku telah teledor, harap suhu sudi memaafkan"
"Sudahlah, aku harap setelah perkawinan kalian, kau musti baik baik menjaga
keamanan dalam dunia persilatan, terutama menegakkan selalu keadilan dan
kebenaran bagi umatnya. Nah, suhu akan pergi dulu..."
Begitu selesai berkata, dia lantas berkelebat pergi dan lenyap dari pandangan
mata. Menyaksikan kepergian gurunya, Ong It sin mengalihkan sorot matanya ke atas
pedang Hu si ku kiam dan sarung Cian nian liong siau tersebut, kemudian dengan
termangu mangu dia mengawasi kedua benda itu tak berkedip.
Sampai lama kemudian, dia baru mendongakkan kepalanya memandang awan di angkasa
sambil bergumam: "Oooh pedang... wahai pedang...! Sesungguhnya kau akan mendatangkan bencana atau
rejeki kah bagiku?" Dan sampai disini pula kisah "Pendekar bego" ini, sampai jumpa dilain cerita.
TAMAT Patung Emas Kaki Tunggal 3 Pendekar Hina Kelana 33 Teror Si Pedang Kilat Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 1

Cari Blog Ini