Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 3
itu tak lain adalah pamannya, Ong It sin merasa sepssang kakinya bertambah
lemas, seandainya ia tidak dipegang secara paksa oleh kedua orang itu, mungkin
sebelum tiba didepan batu besar tubuhnya sudah terjerembab.
Ong It sin mencoba untuk mengerling sekejap sekeliling tempat itu, ia lihat
kecuali ke dua orang itu, masih ada empat lima orang lagi yang berada disana,
cuma mereka terluka semua.
"Aiii pamanku telah mati .... " Bagaimana...bagaimana matinya...?" dengan
gelagapan dia bertanya. "Sudah, kau tak usah banyak bicara lagi" tukas seseorang dengan suara keras,
"hayo cepat berlutut dan menyembah beberapa kali, selesai mengubur jenasah
cengcu, kamipun akan meninggalkan tempat ini"
Sambil berpegangan pada sisi batu besar, Ong It sin merangkak bangun, ia lihat
paras muka Li Liong masih tetap segar, meskipun perasaan kaget, marah dan ngeri
masih jelas tertera di atas wajahnya.
Ketika sakujur badannya diperiksa pula, ternyata juga tidak ditemukan tanda luka
barang sedikitpun juga, tanpa terasa Ong It sin menjulurkan, tangannya dan
menyentuh lengan pamannya .
Tapi dengan cepat la menemukan kalau tangan itu sudah dingin, jelas ia sudah
mati lama. Ong It sin semakin tertegun. dia tak dapat membayangkan peristiwa apa yang
sebenarnya telah berlangsung disitu dikala ia berada di dalam gua tadi.
Bukankah sebelum tubuhnya terlempar masuk kedalam gua oleh angin pukulan
pamannya berdua, jelas terlihat kalau posisi Li Liong berada diatas angin"
Mengapa secara tiba tiba ia berubah menjadi begitu"
"Apa ..... apa gerangan yang sebenarnya terjadi?" kembali dia bertanya dengan
suara gemetar, "bagaimana mungkin pamanku bisa mati ....." Katakanlah
Katakanlah, apa yang menyebabkan kematian pamanku?"
Tapi pertanyaan itu tak pernah dijawab oleh siapapun, malah seorang diantara
jago-jago lihay maju menghampirinya dan menekan pemuda itu ketanah. "Hayo cepat
menyembah, kami tak punya waktu banyak" bentaknya
Tanpa bisa dikuasai lagi Ong It sin berlutut dan menyembah beberapa kali
dihadapan jenasah pamannya.
Sambil menyembah, tiada hentinya dia bertanya siapa yang telah membunuh
pamannya" Jago lihay dari mana lagi yang telah berkunjung ke perkampungan itu"
Tapi tak seorangpun yang menjawab pertanyaannya, malah ketika dia selesai
menyembah, seseorang segera mendorong tubuhnya ke belakang hingga terlempar
beberapa tombak jauhnya dan jatuh terguling.
Dikala ia dapat merangkak bangun lagi, dua orang telah menggotong jenasah Li
Liong dan dimasukkan kedalam liang lahat yang sebelumnya telah dipersiapkan,
kemudian dengan sebuah batu cadas yang amat besar, liang itu ditutup,
Begitu batu sudah menutup liang kuburan, mereka bersama enam tujuh orang lainnya
yang terluka sama sama memberi bormat dimuka kuburannya, tak seorang manusiapun
yang berbicara, begitu ucapan selesai, mereka pun menggerakkan tubuh masingmasing dan berlalu dari tempat itu .......
Setelah semua orang berlalu dan disitu tinggal dia seorang diri, Ong It sin baru
merangkak bangun dan lari kedepan batu cadas itu.
Ia mencoba untuk mendorong batu tersebut, dia ingin bertemu lagi dengan
pamannya, tapi batu itu terlampau berat, yang tak mungkin digeserkan dengan
kemampuan yang dimilikinya. sudah beberapa kali dia mencoba tapi hasilnya tetap
nihil, akhirnya dia hanya bisa berdiri didepan batu cadas itu dengan termangu.
Yaa, kejadian tersebut memang diluar dugaan siapapun, pamannya yang sehari
sebelumnya masih dielu-elukan, masih disanjung sanjung dan dihormati orang,
sekarang telah bersemayam untuk selamanya dibawah tindihan sebilah batu cadas,
sedang perkampungan keluarga Li yang begitu termashur, begitu mentereng dan
kokoh, kini sudah tinggal puing puing yang berserakan.
Hari semakin kelam, angin berhembus kencang memandang mayat yang menggeletak
dimana mana Ong It sin mulai bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri Akhirnya
dia menghela napas dan bergumam:
"Paman oh paman... bukannya aku tak ingin menemanimu, tapi sekarang aku sudah
mengetahui siapakah pembunuh ayahku, mau tak mau aku harus pergi beradu jiwa,
maka aku minta agar kau jangan menyalahkan diriku . "
Berita kematian dari pamannya hanya ditanggapi dengan perasaan kaget, tertegun
dan tindak tanduk yang kaku, boleh dibilang dia tak tahu apa artinya kesedihan.
Tapi sekarang sesudah dia bergumam sekian lama dihadapan kuburan pamannya, rasa
sedih baru timbul dari dasar hatinya, ia tak tahan lagi dan menangis tersedusedu. Begitu tangisannya meledak. segenap perasaan sedih yang selama ini mencekam
perasaannya terlampiaskan keluar, begitu sedihnya dia memeras air mata sehingga
entah berapa lama sudah dilewatkan tanpa terasa.
Sudah setengah jam lebih pemuda itu menangis terus, tapi tak kunjung hentinya
air mata bercucuran. "Maknya, apa yang telah terjadi?" tiba-tiba dari belakang terdengar seseorang
berteriak tersebut. Waktu itu udara sudah gelap gulita, sekeliling tempat penuh dengan mayat
manusia, dikala sedang menangis sedih Ong It sin tidak begitu merasa takut. Tapi
setelah ada orang berbicara secara tiba-tiba dari belakangnya, dia jadi amat
terkejut hingga badannya menjadi merinding, cepat-cepat dia palingkan kepalanya.
Sesosok bayangan manusia berdiri dibelakangnya, orang itu cukup dikenal olehnya,
sebab dia bukan lain adalah manusia aneh berkepala besar berbadan pendek dan
berambut emas itu. Dengan wajah keheranan manusia aneh itu celingukan kesana kemari, lalu serunya
lagi tertahan "Heran Heran Apa yang telah terjadi disini?"
Ong It sin tak bisa menjawab, dia cuma dapat memandang manusia aneh itu dengan
mata terbelalak. karena terus terangnya saja, dia sendiri juga tak tahu apa yang
telah terjadi detempat itu.
Selangkah demi selangkah manusia aneh itu maju kedepan, setelah tiba
dihadapannya diapun menegur:
"Mana Li cengcu?"
"Dia .....dia sudah mati" jawab on it sin tergagap.
"Aaah.... Kalau begitu kedatanganku terlambat, kedatangamku sangat terlambat"
"Yaa, pamanku sudah mati, kau mau datang atau tidak juga tak menjadi
soal ........" Pikiran maupun perasaan Ong It sin ketika itu amat kalut, apa yang dibicarakan
juga ngawur dan tidak menentu, dia tak mau tahu bagaimanakah reaksi orang lain
sesudah mendengar perkataannya .
Orang aneh berkepala besar mendepakkan kakinya ke tanah sambil menghela napas
tak hentinya. "Pamanmu sudah mati, tentunya para jago yang berkumpul dalam perkampungan ini
ikut bubar bukan?" katanya lagi.
"Yaa, yang mati sudah mati, yang bubar sudah bubar, bahkan aku ..... aku
sendiripun tak dapat menemani pamanku"
"Eng kau hendak kemana?" tanya manusia aneh itu keheranan
Ong It sin adalah pemuda tanpa pendirian, manusia semacam ini paling jujur dan
tak bisa menyimpan rahasia. Baginya apa yang terpikir dalam hati boleh
diberitahukan kepada siapapun, sebab baginya tidak berlaku kata yang bernama
"rahasia" itu. "Aku hendak kebukit Tiong lam san, aku hendak membalaskan dendam bagi kematian
ayahku" demikian katanya.
Begitu mendengar nama "Tiong lam san", siluman aneh berkepala besar melompat ke
udara saking kagetnya, dia menjerit keras dan berkaok-kaok .......
Ong It sin tak tahu apa sebabnya dia berbuat demikian, pemuda itu hanya bisa
memandangnya dengan mata terbelalak lebar. "Kau hendak pergi ke Tiong lam san?"
teriak orang aneh itu lagi.
"Benar, ayahku terbunuh oleh anggota perguruan tersebut, maka aku harus membalas
dendam, aku harus beradu jiwa dengan bajingan itu"
"siapa nama ayahmu?" Ong It sin menghela napas panjang.
"Aaaai . . . menyinggung dia orang tua, sebetulnya avahku juga seorang ternama,
dia adalah Kwan tong tayhiap. Kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan) ong
Tang thian" orang aneh itu manggut manggut berulang kali.
"Ehmmm Memang terhitung mempunyai nama, tapi belum pantas mendapat predikat "tay
hiap", apalagi julukannya "Kim to bu tek" itu hahaha . . . . terlalu
menggelikan, kalau dia memang tiada tandingan, kenapa bisa mati ditangan orang
lain?" Ong It sin mendongkol sekali, matanya mendelik besar, terutama setelah mendengar
bahwa manusia aneh itu memandang rendah kehebatan ayahnya, meski begitu, diapun
merasa kalau perkataan orang ada benarnya juga, itu menyebabkan dia tak dapat
membantah. Kembali manusia aneh barkepala besar berkata lagi:
"Huuh .... Ayahmu yang kau katakan lihay saja sudah mampus dibunuh orang,
apalagi kau" Masa kau dapat membalaskan dendam bagi kematiannya . ?"
Ong It sin cuma melotot besar, sekali lagi dia tak mampu menjawab perkataan
orang. "Aku lihat misimu untuk membalas dendam jelas akan gagal, percaya tidak" pasti
gagal total" manusia aneh itu menandaskan.
Tiba-tiba paras muka Ong It sin berubah menjadi merah membara, dia berteriak:
"Omong kosong, sekalipun dendam tak dapat kubalas, aku tetap akan pergi beradu
jiwa. Kau tak usah menghalangi niatku, sekali aku bilang pergi, sekalipun harus
mati juga pergi Hayo menyingkir, hayo cepat menyingkir dari hadapanku.."
Manusia aneh berkepala besar itu tidak berbicara lagi, dia cuma mencibirkan
bibirnya sambil mengejek.
"Baik, akan kulihat kau mengantarkan jiwa kerdilmu Hayo sana, kenapa belum juga
berangkat?" Tanpa banyak berbicara lagi, dia putar badan dan berlalu dari tempat itu.
Ong It sin tidak menggubris pula orang aneh itu, dia meninggalkan tempat
tersebut dengan langkah lebar, siang malam berjalan terus tiada hentinya, ketika
fajar menyingsing keesokan harinya, dia sudah berada lima enam puluh li dari
tempat semula. Selama hidup belum pernah ia mengunjungi bukit Tiong lam san diapun tak tahu
bagaimana caranya untuk mencapai tempat itu, ketika fajar telah menyingsing, dia
mulai bertanya tanya kepada orang dan melanjutkan perjalanan kembali.
Beberapa hari kemudian, ia sudah tiba disekitar bukit tersebut, banyak pesiarah
yang naik ke atas gunung untuk bersembahyang, maka dia membaurkan diri dengan
para peziarah untuk meneruskan perjalanan mendaki bukit.
Kurang lebih sepuluh li dari puncak bukit, muncul banyak gardu batu disepanjang
jalan. Diantara gardu gardu batu ada empat buah diantaranya yang paling besar, gardu
itu terbuat dari batu cadas yang berwarna putih salju, bangunannya kokoh dan
mentereng. Diatas gardu-gardu batu masing-masing terukir sebuah huruf besar yang terdiri
dari susunan batu, tulisan itu dicat merah darah hingga kelihatan menyolok
sekali. Terbaca dari gardu kiri ke kanan, masing-masing tertera sebuah buruf besar yang
berbunyi: "THIAN", "PEK", "CIOK" dan "TIAN".
Dalam gardu batu lain banyak yang beristirahat disitu, hanya empat buah gardu
besar itu saja yang sepi, kecuali dua orang yang duduk. hanya seorang laki laki
berbaju ringkas yang sedang menjura sambil mengucapkan selamat berpisah, lakilaki bercambang menyoren golok emas dipinggangnya, tubuhnya tinggi kekar,
siapapun akan tahu kalau dia adalah seorang jago persilatan.
Sudah sekian lama Ong It sin memperhatikan keempat buah gardu besar itu, tapi ia
belum tahu juga apa manfaatnya, dia mulai berpikir:
"semua orang beristirahat disini, kenapa aku juga tidak ikut beristirahat" Yaa,
mereka suka berdesak-desak menjadi satu dalam gardu kecil, kenapa aku tidak
beristirahat dalam gardu besar saja" orang orang itu memang goblok, ada gardu
besar yang sedikit orangnya mereka tak mau yang dipilih justru gardu kecil yang
pesuh sesak .... Huuh. dasar bego"
Sesudah mengambil keputusan diapun berjalan menuju ke salah satu gardu, baru
saja kakinya melangkah naik, dua orang yang duduk dalam gardu tersebut serentak
bangkit berdiri dan memberi hormat kepada anak muda itu. Ong It sin tertegun,
segera pikirnya: "Aneh, sejak kapan aku kenal dengan kedua orang itu" Kenapa dia menyapaku" Waah
Jangan . . jangan salah melihat?"
Dua orang itu kembali diperhatikan secara seksama, mereka telah berusia empat
puluh tahunan, dan sudah pasti tak dikenalnya. Tapi lantaran orang sudah memberi
hormat, terpaksa diapun harus membalas hormat.
"Ada urusan apa sobat berkunjung ke bukit Tiong lam san ini?" tanya salah
seorang diantara dua laki-laki tersebut.
Ong It sin melangkah masuk kedalam gardu dan duduk disebuah bangku batu,
mendengar pertanyaan itu dia menyahut:
"Aku datang ke bukit Tiong lam san ini untuk mencari orang"
Kedua orang itu saling berpandangan sekejap lalu tertawa.
"Engkau sudah naik ke atas gardu ini, tentu saja datang karena ada urusan dengan
partai kami. Kami cuma ingin tahu, siapakah yang hendak kau cari ?"
"ooooh, jadi setelah naik ke atas gardu ini berarti aku datang karena ada urusan
dengan partai kalian?" seru Ong It sin tertegun,
"tolong tanya kalian dari partai mana" Masa kalian adalah orang orang Tiong lam
pay?" Sekali lagi kedua orang itu saling berpandangan sekejap. kemudian dengan membesi
serunya: "Hmmm .... Rupanya engkau adalah seorang bocah kemarin sore yang baru terjun
kedalam dunia persilatan, ketahuilah ke empat gardu batu ini khusus disediakan
partai Tiong lam pay untuk menyambut tamu tamunya, jika engkau merasa dirimu
bukan orang persilatan, lebih baik tinggalkan tempat ini secepat cepatnya"
Hawa amarah Ong It sin segera berkobar begitu mengetahui bahwa kedua orang
tersebut adalah anggota partai Tiong lam, pikirnya:
"oooh,jadi mereka adalah orang Tiong lam pay, yaa, siapa tahu kalau diaatara
mereka terdapat pembunuh ayahku?" Maka dengan mata melotot dia berseru: "Dari
mana kau bisa tahu kalau aku bukan orang persilatan?"
"Kalau memang begitu, mau apa kau datang kemari:" seru kedua orang hampir berbareng.
"Hei, rupanya telinga kalian memang sedikit congek" teriak Ong It-sin cepat,
"kan sudah kuterangkan, aku datang kemari untuk mencari orang"
"siapa yang kau cari?" Di wajah kedua orang, itu terlintas pula hawa amarah yang
berkobar 000dw000 YANG kucari adalah musuh besar pembunuh ayahku, aku tidak tahu siapa namanya,
pokoknya ayahku. mati ditangan orang itu dan orang itu adalah anggota Tiong lam
pay kalian" Pada hakekatnya apa yang diucapkan Ong It sin merupakan perkataan yang
sejujurnya, tapi bagi pendengaran orang lain, tak ubahnya ucapan tadi seperti
ocehan seorang sinting yang sudah tak waras otaknya.
Dua orang itu segera mendengus dan tidak berbicara apa-apa lagi, malah salah
seorang diantaranya segera mengebaskan ujung bajunya kemuka.
Segulung hembusan angin tajam langsung menyambar keluar dan menerjang keatas
tubuh Ong It sin Termakan oleh pukulan angin tajam yang sangat kuat, tak bisa ditahan lagi badan
Ong It siu terhuyung mundur ke luar, bukan begitu saja, bahkan dia baru berhasil
menghentikan gerakan badannya setelah berada dalam semak belukar ditepi jalan
sana. Gelak tertawa keras segera, berkumandang dari sekeliling gardu peristirahatan.
rupanya orang orang yang sedang mengasoh disekitar gardu menjadi geli setelah
melihat Ong It sin terlempar kebelakang.
Namun Ong It sin tidak jera, begitu ia berhasil menjaga keseimbangan badannya,
dengan cepat dia menerjang kembali ke muka sambil berteriak penuh kemarahan.
"Bangsat keparat dari Tiong lam pay setelah membunuh orang kalian masih berani
main kasar" Aku akan beradu jiwa dengan dirimu"
Sambil berkata, dia lari ke arah gardu batu itu dan menerjang masak dengan
garangnya. Akan tetapi, baru saja ia berada tujuh delapan depa dari gardu batu,
kembali dua orang yang ada dalam gardu tersebut melancarkan dua buah pukulan
dahsyat. Ong It sin segera merasakan timbulnya kembali selapis tenaga pukulan yang sangat
kuat menghadang jalan perginya, sedemikian hebatnya kekuatan tersebuat membuat
dia tak mampu maju ke depan walau setengah langkahpun.
Tentu saja Ong It sin tidak menyerah dengan begitu saja, sambil berkaok kaok
gusar, dia tetap ngotot untuk menerjang ke muka, kaki tangannya bergerak-gerak
seperti orang gila, keadaaanya semakin kocak membuat orang orang disekitar sana
bertambah geli dan tertawa berderai derai.
Setengah harian lamanya Ong It sin berbuat sepcrti orang gila, akhirnya sewaktu
usahanya untuk menerjang ke depan masih tetap mengalami kegagalan, diapun
berteriak keras:
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hei, kalau berani hayo kita bergebrak saja, apa gunanya menggunakan permainan
setan untuk menghadapi aku?"
Serba salah kedua orang itu dibuatnya oleh sikap musuhnya yang tolol, keadaan
mereka benar benar mengenaskan sekali, sebab mau tertawa tak bisa mau marahpun
tak dapat. "Pergi" bentaknya kemudian berbareng,
Tiba-tiba mereka memperbesar tenaga serangannya, seketika itu juga tubuh Ong It
sin terlempar ke udara oleh sapuan itu lalu menggelinding kearah luar.
Masih mendingan kalau badannya bergulingan ditanah, saat itu Ong It sin
bergulingan ditengah udara, bayangkan saja betapa mengerikannya keadaan
tersebut. Saking kaget dan takutnya, untuk beberapa saat lamanya pemuda itu tak mampu
mengucapkan sepatah katapun, pikirnya:
"Celaka Aduh celaka ..... kalau aku sampai terbanting ke tanah, sudah pasti
badanku akan remuk jadi perkedel"
Karena takut, tak tahan lagi dia berteriak-teriak seperti babi mau disembelih
ditengah udara, keadaannya bertambah kocak. membuat para penonton yang
menyaksikan keadaan tersebut semakin tergelak saking lucu dan gelinya.
Setelah melambung setinggi dua tiga kaki ditengah udara, tubuh Ong It sin mulai
meluncur ke bawah, begitu cepatnya daya luncur tersebut membuat anak muda itu
merasakan angin tajam menyambar lewat dari sisi telinganya, dunia jadi berpusing
dan matanya menjadi berkunang kunang.
Pemuda itu mulai membayangkan bagaimana akibatnya bila dia sampai terbanting ke
tanah, niscaya, badannya akan menjadi perkedel makin dipikir hatinya makin
ketakutan, diapun berteriak-teriak keras:
"Tolong .... tolong aku bisa mampus kalau terbanting"
Diantara sekian banyak orang yang hadir disekitar gardu, bukannya tiada jago
persilatan yang ikut berada disana, seandainya salah seorang saja diantara
mereka bersedia menyelamatkan jiwanya, untuk menolong Ong It sin bebas dari
bencana bukanlah suatu perbuatan yang sulit ......
Tapi tak seorangpun diantara mereka berani berbuat demikian, sebab begitu sampai
ditempat sini Ong It sin telah berkaok kaok dengan mengatakan akan membalas
dendam bagi kematian ayahnya.
Bayangkan saja kalau dia tidak memiliki ilmu silat yang tinggi, beranikah pemuda
itu berkata demikian"
Kalau toh dia memang memiliki ilmu silat yang lihay, masa tubuhnya akan dib
iarkan terbanting ke tanah tanpa berusaha menyelamatkan jiwa sendiri"
Sudah barang tentu mereka tidak menduga kalau Ong It sin pada hakekatnya adalah
seorang manusia tolol yang sama sekali tidak memiliki ilmu silat apa apa, dia
dapat berkunjung ke Tiong lam san tak lain karena terdorong oleh semangat
setelah mengetahui babwa ayahnya mati terbunuh oleh anggota perguruan tersebut.
Bagi si pemuda, dia hanya tahu membalaskan dendam bagi ayahnya tiitik, mengenai
soal lain seperti mampukah dia melaksanakan keinginannya itu" Punyakah
kepandaian silat sebagai bekal dari misinya itu" tak pernah dibayangkan sama
sekali. Kelihatan tubuhnya sudah tinggal dua kaki dari permukaan tanah, makin panik dia
menggerakkan tubuhnya makin cepat gerak luncurnya ke bawah, menanti badannya
sudah tinggal dua tiga depa dari permukaan tanah orang baru merasa bahwa
keadaannya sedikit tidak beres.
Tapi keadaan sudah terlampau mendesak. untuk menyelamatkan jiwa, orang dalam
keadaan sepcrti ini bukankah suatu pekerjaan yang terlalu gampang.
Diam diam mereka jadi kaget bercampur tercengang, mereka mulai menduga duga
orang gilakah pemuda itu"
Dalam pada itu dua orang jago Tiong lam pay yang berada dalam gardu juga sedang
berseru tertahan, mereka merasa tercengang dan tidak habis mengerti mengapa
pemuda itu tidak melakukan perlawanan sama sekali setelah tubuhnya terlempar ke
udara, bahkan yang lebih aneh lagi tubuhnya langsung meluncur lurus kebawah
seperti orang yang sedang terjun bebas ......
Pada detik-detik terakhir yang mendebarkan itulah, mendadak terjadi suatu
perubahan yang berada diluar dugaan
Ketika tubuh Ong It sin yang meluncur kebawah tinggal beberapa depa saja dari
permukaan tanah dan tampaknya benturan yang segera akan terjadi akan
mengakibatkan tulang badan pemuda itu hancur berantakan, tiba-tiba muncul
segulung tenaga yang amat besar menggulung lewat dari atas permukaan tanah.
Gulungan tenaga besar itu muncul tepat pada saatnya, dalam waktu singkat
kekuatan itu sudah berada tepat dibawah badan Ong It sin.
Dengan tibanya angin pukulan itu, otomatis daya luncur badan Ong It sin yang
amat cepat segera tertahan, dari meluncur kini tubuhnya melayang kebawah dengan
enteng dan lambat. Seandainya Ong It sin adalah seorang pemuda yang cekatan, maka ketika badannya
tersentuh oleh gulungan tenaga yang amat besar itu dia akan manfaatkan kekuatar
tadi untuk melompat turun.
Sayang Ong It sin sudah ketakutan setengah mati sehingga pikirannya menjadi
buta, jangankan berpikir sampai ke situ, kekuatan untuk berteriak minta
tolongpun sudah tak mampu lagi dilakukan ........
Lantaran itu, ketika secara tiba tiba muncul segulung kekuatan lembek yang
menahan badannya, yang mana membuat badannya seperti terjatuh diatas tumpukan
kapas yang empuk, Ong It-sin menjadi tertegun dan tak berkutik malah.
Daya luncur badannya ke bawah sudah tertahan oleh kekuatan besar, kini badannya
juga tak berkutik, serta merta badannya menjadi terhenti sama sekali ditengah
udara, itupun masih selisih beberapa depa dari permukaan tanah.
Baik tangan, kaki maupun badannya sama sekali tidak menyentuh tanah, sedang
diantara badan dengan permukaan tanahpun hanya ada lapisan kekuatan besar yang
tak bewujud dan tak diketahui oleh siapapun, jadi dengan begitu dalam pandangan
orang lain seolah olah pemuda itulah yang secara sengaja telah menghentikan
badannya di tengah udara.
Adegan ini luar biasa, dalam waktu singkat semua suara manusia tersirap dari
udara, suasana ini begitu hening, begitu sepi, tak kedengaran sedikit suarapun
semua orang memandang kearah Ong It sin dengan sinar mata kaget bercampur
keheranan Ong It sin masih belum merasa kalau perhatian semua orang tertuju kearahnya,
dengan keheranan dan celingukan kesana kemari, lain teriaknya tertahan.
"Wouw . Hening amat tempat ini ."
Yaa, meskipun begitu banyak manusia yang hadir disekitar gardu tersebut, namun
suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun . ....
Dengan begitu, yang terdengar sekarang hanya suara dari Ong It sin seorang,
setiap manusia yang berada disekitarnya dapat mendengar suara itu dengan jelas.
Tiba tiba Ong It sin merasakan sesuatu yang aneh, dan merasa badannya sedang
berbaring disuatu tempat yang lembek. jelas bukan berbaring di atas permukaan
tanah, ini membuat pemuda tersebut lantas berpaling dengan perasaan ingin tahu.
Tapi begitu diketahui kalau badannya masih "melayang" ditengah udara, dan
selisihnya dengan permukaan tanah masih ada beberapa depa, jantungnya nyaris
berhenti berdetak saking terperanjatnya, dia menjerit sejadinya.
Karena dia menjerit sambil meronta. daya tanah yang menyangga badannya menjadi
berlipat lipat kali lebih besar.
Seketika itu juga Ong It sin merasakan munculnya suatu daya kekuatan yang sangat
besar mendorong badannya keatas, badan yang pada dasarnya memang melayang
diudara itu segera melambung tiga empat depa lebih keatas.
Dengan terjadinya peristiwa ini, bukan saja Ong It sin sendiri menjadi terkejut,
seluruh penonton yang hadir disekitar sana juga ikut menjadi gempar. sebagaimana
diketahui, sebagian besar manusia yang berada dibukit itu adalah para peziarah
yang datang ke Tiong lam san untuk bersembahyang, mereka merupakan kelompok
rakyat biasa yang belum pernah menyaksikan ilmu "melayang diudara" seperti apa
yang disaksikan sekarang.
Serta merta mereka semua pada berlutut sambil menyembah-nyembah, malah ada pula
yang berteriak dengan menyebut pemuda itu sebagai pou sat hidup, dewa hidup dan
lain sebagainya ...... Sementara itu Ong It sin yang terlempar kembali keudara setinggi tiga empat
depa, dengan gugup dan gelagapan meronta ke sana kemari untunglah ia berhasil
mencapai tanah dengan selamat. Dengan tibanya pemuda itu diatas tanah, tenaga
yang menyangga tubuhnya pun ikut menjadi lenyap tak berbekas.
Kemudian dengan sikap yang ketolol tololan dan celingukan kesana kemari, dan
ikut mencari dimanakah dewa hidup yang dimaksudkan orang orang itu berada, tentu
saja tak pernah disangka olehnya bahwa dialah yang telah dianggap dewa hidup
oleh orang-orang itu. Suatu demonstrasi kepandaian yang luar biasa, paras muka orang orang Tiong-lam
pay yang berada dalam keempat buah gardu kontan berubah hebat.
Mereka semua terhitung jago jago persilatan kelas satu, baik pengetahuan maupun
kepandaian silat yang mereka miliki terhitung sangat hebat, sudah tentu mereka
tidak akan berpandangan seperti orang-orang lain yang mengangggap pemuda itu
sebagai dewa hidup, Tapi kenyataan telah tertera didepan mata, dari ketinggian tiga kaki bukan saja
pemuda itu tak sampai terbanting ke tanah, bahkan sebelum mencapai permukaan
tanah tubuhnya dapat melambung kembali tinggi ke atas, sejak terjun ke dunia
persilatan, belum pernah mereka saksikan ataupun mendengar tentang kepandaian
sehebat ini. Sekarang mereka baru mulai berpikir bahwa Ong It sin, pemuda kebodoh bodohan
yang berada dihadapan mereka pada hakekatnya adalah seorang jago persilatan yang
berilmu sangat lihai. Paras muka mereka berubah semakln hebat.
Terutama dua jago yang melemparkan tubuh Ong It sin ke udara tadi, perubahan
wajah mereka amat mengenaskan, setelah saling berpandangan sekejap, dua orang
itu buru-buru memberi hormat.
"Saudara" demiklan katanya, "kehebatan tenaga dalammu serta kesempurnaan ilmu
meringankan tubuh mu sungguh luar biasa sekali, baru kali ini sepasang mata kami
benar benar terbuka lebar"
Agaknya dua orang itu tak bisa melukiskan kepandaian apakah yang telah
didemonstrasikan Ong It sin tadi, maka mereka berdua hanya bisa mengatakan
sebagai tenaga dalam yang hebat dan ilmu meringankan tubuh yang sempurna.
Ong It sin masih berdebar jantungnya setelah kejadian barusan, rasa kaget dan
ngeri yang mencekam perasaannya belum hilang, ketika mendengar pujian itu, dia
malah menjadi tertegun. "Tenaga dalam yang hebat, ilmu meringankan tubuh yang sempurna" Kepandaian apa
yang telah kugunakan barusan?"
Sambil berkata selangkah demi selangkah dia maju kedepan menghampiri lagi gardu
itu. Padahal apa yang dikatakan pemuda itu sangat jujur, sepotongpun tak ada yang
merupakan kata-kata bohong, akan tetapi justru ucapan tersebut dinilai lain oleh
orang orang dalam keadaan seperti ini, mereka semakin yakin kalau ilmu silat
yang dimiliki Ong It sin benar benar sudah mencapai tingkatan yang tak
terhingga. Suasana menjadi tegang kembali ketika orang-orang dalam gardu menyaksikan Ong It
sin menghampiri mereka, dengan cekatan mereka memisahkan diri ke kiri dan ke
kanan lalu sepasang telapak tangannya disilangkan didepan dada. mereka telah
bersiap sedia merghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Ong It sin yang tolol masih belum merasakan betapa seriusnya keadaan waktu itu,
dia masih saja menerjang masuk ke dalam gardu dengan langkah lebar.
"Hei, aku ingin bertanya" demikian teriaknya, "sebetulnya antara Tiong lam pay
dengan diriku mempunyai dendam apa" Kenapa kalian bunuh ayahku" Hayo sekarang
kalian musti membayar kerugian atas tewasnya ayahku ditangan kalian semua"
Orang orang Tiong lam pay menyangka Ong It sin sedang menantang mereka untuk
bertempur, karena mengira musuhnya berilmu tinggi, orang-orang tak berani
gegabah, serentak enam orang yang berada di gardu-gardu lain ikut memburu ke
gelanggang. Dengan demikian, jumlah mereka menjadi delapan orang. Dengan kepungan yang ketat
mereka melingkari gelanggang dan mengepung Ong It sin di tengahnya, meski
demikian, tak seorangpun yang berani turun tangan lebih dahulu.
Sementara itu, seorang laki-laki berusia lima puluh tahunan telah tampil
kedepan, lalu katanya dengan wajah serius:
"saudara, sebenarnya siapa yang kau cari dari partai Tiong lam pay kami" Tidak
mungkln bukan kalau kami semua anggota Tiong lam pay adalah musuh besar pembunuh
ayahmu" Hmmm, Hmmm, aku lihat rupanya kau memang sengaja datang untuk mencari
gara-gara" Ong It sin kembali celingukan kesana kemari seperti oraag kebingungan, sedang
dalam hatinya dia berpikir:
"Waah ..... aku tidak tahu siapa nama pembunuh itu, Bwe yau berdua juga tidak
menerangkan sampai disitu, mereka cuma bilang pembunuh ayahku adalah orang Tiong
lam pay, yaa, gimana sekarang" Apa yang orang itu katakan barusan juga masuk
diakal, kalau aku tak bisa menyebutkan namanya. akankah dendam sakit hati ayahku
tak dapat dibalas?" Berpikir sampai disitu, saking cemas dan gelisahnya hampir
saja dia menangis. Tapi ingatan lain dengan cepat melintas dalam benaknya, dla
berpikir begini: "orang bilang, ilmu silat yang ayahku lihay sekali, berarti hanya orang yang
berilmu tinggi saja yang dapat membinasakan ayahku...,.yaa, benar Pasti jago
paling lihay dari Tiong lam pay yang melakukan perbuatan itu" Dengan mata
melotot besar dia lantas bertanya:
"Aku ingintanya, siapakah diantara jago jago dalam Tiong lam pay yang memiliki
ilmu silat paling tinggi?"
"Empat jago lihay dari Tiong lam pay sudah termashur dimana mana, tentu saja
mereka yang paling hebat" jawab orang itu, " mereka adalah It lwe sangjin, ketua
partai kami, lalu Ho hoa siancu (dewi bunga teratai) Liok Lui, Tui im kiam kek
(jago pedang pengejar angin) Gi Hui serta Toa tue (si bungkuk) Go lang"
Ong It sin yang berdaya ingat rendah tak mampu menghapalkan semua nama itu
sekaligus, dia berteriak kembali:
"Lantas, siapa kah diantara keempat orang itu yang memiliki ilmu silat paling
tinggi?" "Tentu saji ciangbunjin kami yang mempunyai ilmu silat paling paling tinggi ?"
Ong It sin segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . nah, itulah dia" serunya, "orang yang
hendak kucari adalah ciangbunjin kalian"
Sekali lagi paras muka kedelapan orang itu berubah hebat, kali ini mereka malah
menunjukkan sikap yang kurang sabar.
"Jadi kau hendak bertemu dengan ciangbunjin kami It lwe sangjin?" tanya orang
itu. "Betul" Ong It sin mengangguk. "aku hendak bertemu dengannya untuk membalaskan
dendam bagi kematian ayahku, hayo cepat bawa aku untuk menjumpainya"
Perlu diterangkan disini bahwasanya kedelapan orang itu terhitung jago yang
sangat lihay lantaran mereka adalah murid murid kesayangan dari ke empat tokoh
paling sakti dari Tiong lam pay. Dan keempat orang tokoh yang menjadi guru
mereka merupakan jago jago yang sudah top dalam dunia persilatan, mereka sudah
lama tak pernah mengembara atau munculkan diri dihadapan umum.
Maka ketika delapan orang jago yang termashur pula namanya dalam dunia
persilatan mendengar bahwa Ong It sin hendak bertemu dengan ketuanya, serta
merta mereka mengalihkan perhatiannya ke wajah pemuda itu ......
Dalam pandangan mereka, Ong It sin pada hakekatnya adalah seorang pemuda yang
tolol dan tak punya kemampuan apa apa, mereka sangat meragukan kemampuan
lawannya dalam soal ilmu silat.
Tapi prasangkanya terpaksa harus dihapus dari dalam benaknya dengan begitu saja,
karena dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana Ong It sin
menahan tubuhnya yang sedang meluncur ke bawah setelah terlempar ke udara, untuk
kemudian melejit kembali ke angkasa dengan gerakan yang indah.
Mereka percaya kalau musuhnya tidak memiliki tenaga dalam yang sempurna serta
ilmu meringankan tubuh yang sempurna, tak mungkin dan bisa mendemonstrasikan
kehebatan tersebut. Atas pertimbangan alasan, meski beberapa kali mereka hendak turun tangan, niat
tersebut dengan cepat ditekan kembali secara paksa .......
"Baik" kata orang itu kemudian dengan suara dalam, "jika engkau hendak bertemu
dengan ciangbunjin kami, mari ikutilah kami berdua".
Sehabis berkata, bersama seorang lelaki jangkung dan berkelebat keluar dari
gardu dan melayang hampir tiga kaki jauhnya dari tempat semula .......
"Berhenti" cepat cepat oag It sin membentak nyaring.
Karena dibentak, kedua orang itu segera menghentikan gerakan tubuhnya sambil
berpaling. "Bukankah saudara hendak bertemu dengan ciangbunjin kami?" katanya berbareng,
"kenapa tidak ikuti kami berdua?" Ong It sin segera mendengus dingin:
"Hmmm . . . Jika engkau memang bermaksud untuk mengajak aku menemui ketua
kalian, kenapa begitu cepat kalian berlarian" Yaa, kalau kalian berjalan begitu
cepat aku pasti tak bisa menyusul, oooh atau mungkin kamu berdua hendak
mempersiapkan siasat busuk untuk mencelakai ?"
Bahwasanya Ong It sin itu goblok bisa terlihat dari gerak-gerik maupun caranya
berbicara, tapi justru sekarang dia pura pura berlagak pintar, dan menyangka
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rencana busuk lawannya berhasil dibongkar olehnya, maka sehabis berkata, dengan
bangganya dia melangkah keluar dari dalam gardu dengan tindakan lebar.
Dua orang jago Thong lam pay itu cuma bisa melongo, sikap maupun tindakan dari
Ong It sin telah membuat mereka menangis tak bisa tertawapun sungkan.
Dalam sangkaan mereka, ilmu silat yang dimiliki Ong It sinjauh diatas kemampuan
mereka, dan perbuatannya tersebut adalah suatu kesengajaan untuk mempermainkan
mereka, maka dua orang jago itu tak berani banyak berbicara lagi.
"Jika saudara merasa perjalanan kami terlampau cepat, baiklah, maka kita
berjalan pelan pelan saja " demikian katanya .
Dengan langkah yang lebih lambat tapi tetap gagah, kedua orang itu meneruskan
langkahnya menuju keatas bukit.
Ong It sin kuatir kedua orang itu menggunakan siasat lagi untuk menjebaknya,
cepat cepat dia mengikuti di belakangnya.
Selama berada dalam perkampungan keluarga Li, dia memang sudah terbiasa
melakukan perjalanan gunung yang sukar dan banyak naik turunnya. tapi sekarang
setelah harus melakukan perjalanan dengan cepat, tak urung terengah-engah juga
napasnya, dengan demikian terlihatlah dengan jelas bahwa pemuda itu sebetulnya
tidak memiliki kepandaian apa-apa .......
Setelah berjalan sejauh dua li melalui jalanan yang lebar, tiba-tiba kedua orang
itu berbelok memasuki sebuah jalan kecil yang kedua belah sisinya penuh dengan
pepohonan besar. Jalan kecil itu lebarnya cuma tiga empat depa dan paling banter hanya bisa
dilewati oleh dua orang yang berjalan bersanding. Dimulut lorong kecil itu
terpancang sebuah tugu batu besar. diatas tugu batu itu tertera beberapa huruf
yang berbunyi demikian: "Dengan ilmu silat mencari kawan, dengan kebajikan
mengatur dunia". Ditinjau dari arti tulisannya, dapat diketabui bahwa selewatnya jalan kecil itu
merupakan daerah terlarang partai Tiong lam, bila para peziarah biasa yang
membaca tulisan itu, tentu saja mereka akan segera mengundurkan diri.
Demikianlah, setelah Ong It sin masuk kedalam jalan kecil mengikuti dua orang
jaga tersebut, suasana menjadi sepi dan hening, kecUali kicaUan burung dan
hembusan angin, hampir tak kedengaran sedikit suarapun .....
Beberapa li kemudian, sampailah mereka disebuah tanah lapang yang sangat luas,
diatas tanah lapang terdapat empat buah lonceng tembaga yang amat besar, keempat
lonceng itu masing-masing digantung diatas sebuah pohon, dua orang jago duduk
dibawah setiap pohon. Ketika Ong It sin bertiga tiba ditanah lapang, serentak delapan orang yang duduk
dibawah pohon bangkit berdiri
Dua orang yang mengiringi kedatangan Ong It sin tersebut, segera berseru dengan
lantang: "Ada tamu dari jauh yang sengaja datang untuk menjumpai ciangbunjin, harap
saudara bersedia membunyikan lonceng untuk memberitahukan kepada dia orang tua
atas kedatangannya "
Dua diantara delapan orang maju kedepan, lalu mengamati sekejap wajah Ong It
sin, setelah itu katanya:
"sudah lama ciangbunjin tidak menerima tamu, ada urusan apa saudara kemari"
Harap diutarakan saja agar diselesaikan ditempat ini juga...."
Dari nada perkataan tersebut, sudah terang mereka tak pandang sebelah matapun
terhadap Ong It sin, mereka anggap kedatangan sipemuda paling-paling juga hendak
memohon sesuatu dari Tiong lam pay. maka dalam anggapan mereka, kalau cuma
permintaan saja maka merekapun dapat memberi keputusan.
Betapa gusarnya Ong It sin mendengar perkataannya, segera bentaknya:
"Ngaco belo siapa yang memohon sesuatu" Aku datang untuk membalaskan dendam bagi
kematian ayahku, Pokoknya aku tak mau urusanku diselesaikan disini, aku harus
bertemu sendiri dengan ketua kalian Baiklah,jika kau merasa keberatan untuk
membunyikan lonceng, biar aku yang membunyikan sendiri"
Sambil mengomel tangannya menuding kesana kemari seperti orang edan, malah
badannya ikut menerjang kemuka.
Pada saat itulah, empat buah lonceng besar yang tergantung diatas pohon berbunyi
dengan sendirinya. "Taang . . . Taaang. . . Taaang. . . Taaang" sedemikian keras dan nyaringnya
suara dentingan itu membuat telinga menjadi sakit bukan Ong It sin saja yang
kaget, malah semua orang yang hadir disitu ikut terperanjat.
Sudah barang tentu Ong It in tidak akan bisa menjawab bila ditanyai kenapa
lonceng itu bisa berbunyi dengan sendirinya, tapi kecuali dia, orang lain
mengira berbunyinya loceng lonceng itu adalah hasil perbuatan dari Ong It sin.
Mereka menyangka ketika Ong It sin menggerakkan tangannya untuk menuding kesana
kemari tadi secara diam diam ia telah mengerahkan hawa murninya untuk
membunyikan ke empat buah lonceng tersebut, maka empat buah lonceng itu dapat
berbunyi sendiri Empat buah lonceng mempunyai bobot yang berbeda, dengan bobot yang tak sama
serta merta menghasilkan pula suara yang tak sama, karena itu dari bunyi suara
lonceng yang bergema dibawah bukit, orang yang ada di atas gunung akan
mengetahui siapakah yang dicari oleh pendatang tersebut.
-000dw000- Jilid 5 KENDATIPUN demikian, diantara ke empat buah lonceng, yang paling entengpun
mencapai bobot tiga ratus tujuh puluh kati, bila seseorang tidak memiliki tenaga
dalam yang sempurna, tak mungkin lonceng itu bisa dibunyikan tanpa menggunakan
alat pemukul. Tapi sekarang, Lonceng itu dapat berbunyi sedemikian nyaringnya, jauh lebih
nyaring daripada dipukul dengan alat pemukul, kontan saja beberapa orang jago
Tiong lam pay itu merasa terperanjat mereka tak berani lagi memandang enteng Ong
It sin. Dengan air muka berubah hebat mereka berkata:
"Kalau toh kau sudah membunyikan sendiri lonceng tersebut, baiklah hayo ikut
kami, empat jago dari Tiong lam pasti akan menyambut kedatanganmu" Ong It sin
tertegun. "Empat jago dari Tiong lam akan menyambut kedatanganku?" pikirnya keheranan.
Pemuda itu tak menyangka kalau bunyi lonceng itu menandakan salah satu dari ke
empat jago lihay tersebut, dan sekarang empat buah lonceng berbunyi berbareng,
tentu saja ke empat orang jago dari Tiong lam pay itu akan menyambut bersama.
sesudah termenung beberapa saat anak muda itu berpikir kembali:
"Walaupun It lwe sangjin terhitung jago paling lihay dalam Tiong lam pay, belum
tentu dia adalah pembunuh ayahku, memang lebih baik kalau ke empat orang itu
menemui aku bersama, sebab toh salah seorang diantara mereka berempat adalah
musuh besarku" Pemuda ini terlalu polos pikirannya, dia tidak memikirkan bahwa Tiong lam pay
bisa mempunyai sejarah selama puluhun tahun dalam dunia persilatan tentu, saja
kepandaian yang mereka miliki cukup tangguh.
"Itu lebih bagus lagi jika mereka mau muncul bersama" serunya kegirangan malah.
Dengan demikian maka dari dua orang yang membawa jalan, sekarang berubah menjadi
sepuluh orang yang mengiringi si pemuda, Ong It sin mengikuti sendirian di
belakang. Tak lama kemudian mereka sudah tiba didepan sebuah bukit, sebuah jalan bukit
membujur jauh ke atas, dari atas bukit itulah kedengaran suara manusia yang
bersahut sahutan. Diantara suara suara yang terdengar, ada yang bernada tinggi, ada yang bernada
rendah, ada yang bernada tajam dan ada pula yang bernada berat dan penuh
bertenaga. Ucapannya sama semua yakni:
"Bila kedatangan saudara tak bisa disambut dari jauh, harap sudi dimaafkan"
Ucapan itu datang dari atas bukit dan mendengung keempat penjuru, untuk sesaat
Ong It sin merasa telinganya mendengung keras, hampir saja kemampuan untuk
berdiripun tak ada, apa lagi untuk membalas ucapan tersebut.
Perkataan itu dipancarkan oleh empat orang jago Tiong lam pay, waktu itu mereka
masih berada dipunggung bukit, jadi masih jauh sekali jaraknya dari tempat Ong
It sin berada sekarang. Ketika empat buah lonceng berbunyi berbareng tadi, empat orang jago tersebut
mengira ada jago persilatan yang sangat lihay telah berkunjung ke bukit mereka,
maka begitu muncul, mereka lantas mengirim beberapa patah katanya dengan hawa
sakti Than gi cin khi. Dalam anggapan mereka, bila perkataan tersebut sudah diutarakan, maka baik kawan
atau lawan yang datang, mereka pasti akan memberi jawaban, dan dari jawaban
itulah mereka ingin mengetahui lebih dahulu siapa gerangan yang telah datang.
Sayang mereka harus menghadapi Ong It sin yang tolol. jangankan memberi jawaban,
sewaktu menangkap ucapan yang dipancarkan dengan hawa murni Thian gi cin khi
saja ia sudah hampir tertelungkup.
Semisalnya pemuda itu masih sanggup untuk memberi jawaban, walau tenggorokannya
sampai pecah, suaranya belum tentu bisa mencapai ke punggung bukit, apa lagi
mencapai pendengaran ke empat orang jago lihay tersebut ......
Karena itu ketika empat jago Tiong lam pay yang menunggu jawaban belum juga
mendengar sesuatu mereka mulai keheranan, tak tahu siapa yang telah datang,
merekapun tidak mengerti apa sebabnya orang itu tidak bersuara.
Bukan keempat jago lihay itu saja yang tercengang, sepuluh orang yang mengiringi
Ong It sin naik gunung juga tertegun oleb sikap tamunya, mereka saling
berpandangan sekejap dengan perasaan tanda tanya, kejadian itu benar benar
diluar dugaan siapapun. Ketika mereka mencoba untuk berpaling ke belakang terlihat Ong It sin masih
mengikuti dibelakang mereka dengan tenang.
Lama kemudian mereka sudah tiba diujung dari undak undak batu setelah melewati
sebuah batu besar, didepan mata, terbentanglah sebuah tanah lapang yang luas.
Diatas tanah datar hanya terdapat tujuh delapan batang pohon siong tua dibawah
pohon siong yang penuh berakar besar itu terdapat batu batu persegi yang
merupakan bangku alam. Setibanya diatas tanah datar itu, Ong It sin segera melibat ada empat orang
duduk dibawah pohon siong Itu.
Serentak ke sepuluh orang yang mengiringi Ong It sin memberi hormat kepada empat
orang tadi, setelah itu mereka mundur ke belakang dan berdiri disamping dengan
sikap yang amat menghormat.
Dari sikap orang-orang itu, Ong It sin pun lantas menduga bahwa ke empat orang
yang berada di hadapannya sekarang tak lain adalah empat jago paling lihay dari
Tiong lam pay. Setelah berdiri tegak. dengan matanya yang jeli dia memeriksa orang-orang itu,
diujung paling kiri adalah seorang kakek berambut putih yang mempunyai perawakan
tinggi besar, orangnya gagah seperti malaikat, terutama sepasang matanya yang
memancarkan sinar bagaikan sembilu.
Disamping sang kakek adalah seorang perempuan yang berusia lima puluh tahunan,
mukanya pucat kekuning-kuningan, tapi keren dan berwibawa, membuat siapapun
enggan untuk terlalu lama melihatnya.
Disamping perempuan itu adalah seorang lelaki setengah umur yang berdandan
sebagai seorang sastrawan, dia menyoreng pedang dan berjubah amat sederhana.
Akhirnya disamping sastrawan tadi ada seorang lelaki setengah umur yang gemuk
pendek. kepalanya botak dan wajahnya kocak. membuat siapapun menjadi geli
setelah melihat wajahnya.
Setelah berada diatas tanah lapang, Ong It sin mengawasi empat orang lawannya
tanpa berkedip. sebaliknya keempat orang itu juga mengawasi Ong It sin tanpa
berkedip. Empat jago lihay dari Tiong lam pay bukan manusia sembarangan, kalau Ong It sin
dapat mengelabuhi jago-jago lain. Dengan peristiwa yang dia sendiripun tidak
memahami, maka tak mungkin baginya untuk mengelabuhi keempat orang jago ini.
Hanya cukup dalam sekali pandangan saja, It-lwe sangjin sekalian sudah tahu
kalau ilmu silat yang dimiliki Ong It sin hanya biasa-biasa saja, kalau tidak
dikatakan hampir tak ada artinya.
Pada mulanya mereka masih belum percaya, keempat orang itu mengira mereka sudah
salah melihat, sebab tak mungkin seseorang yang tak memiliki ilmu silat dapat
membunyikan lonceng sekaligus tanpa dihalangi oleh murid-muridnya.
Akan tetapi walaupun mereka berempat sudah memperhatikan sekian lama. hasilnya
toh tetap sama. Ong It sin sama sekali tak mempunyai dasar silat yang kuat, itu
berarti juga bahwa pemuda itu tak mungkin bisa melakukan hal hal yang luar
biasa. Akhirnya dengan perasaan tercengang ke empat orang mengalihkan sinar matanya ke
arah sepuluh orang muridnya:
Dewi bunga teratai Liok Lui yang paling berangasan segera menegur dengan suara
dingin: "Apa apaan kalian ini?"
Salah seorang diantara sepuluh jago itu segera menjawab:
"Ji susiok, ilmu silat yang dimiliki sahabat ini lihay sekali, beberapa macam
kepandaian yang dia demonstrasikan tak sanggup kami atasi, bahkan tecu sekalian
tak tahu namanya, maka ketika dia bersikeras hendak menghadap susiok berempat,
terpaksa kami harus menuruti keinginannya"
Liok Lui si Dewi bunga teratai malah tertegun dibuatnya, cepat dia berpikir:
"oh, apa yang terjadi" Kenapa bisa begitu?"
Ong It sin sendiri juga termangu mangu, dia tak menyangka kalau dirinya dianggap
lihay oleh orang orang itu.
Lama lama sekali, ahkirnya diapun barteriak keras:
"Hei, diantara kalian berempat, siapakah yang merupakan ciangbunjin dari Tiong
lam pay?" "Lohu lah orangnya" jawab It lwe sangjin "Kau ......."
Hanya sepotong kata yang sempat meluncur ke luar, cepat pemuda itu membungkam
kembali, sebab sulit baginya untuk melanjutkan kata katanya.
Rupanya ketika mengucapkan kata-katanya, tanpa sadar dia telah menatap wajah It
lwe sangjin tapi begitu matanya saling membentur sorot mata orang yang tajam
seperti pisau, dia menjadi terkejut tanpa sadar badannya terhuyung mundur dan
apa yang hendak diucapkan ikut tertelan kembali keperut.
Lima langkah kemudian Ong It sin baru dapat berdiri kembali dengan tegap. walau
begitu mukanya sempat berubah menjadi pucat: It lwe sangjin segera tertawa
katanya: "saudara, kalau toh engkau sudah tiba disini apa lagi yang harus ditakuti"
Hayolah, utarakan apa yang ingin kau katakan?"
Selembar wajah Ong It sin berubah menjadi merah padam dan terasa agak panas,
jengah sekali rupanya. setelah menarik napas panjang, dia bertanya: "Benarkah
kau telah membunuh ayahku?"
"Apa maksud dengan perkataan tersebut?" tegur It lwe sangjin sambil
mengernyitkan alis matanya yang putih.
Menyinggung tentang kematian ayahnya, hawa amarah kembali berkobar didada Ong It
sin, nyalinya juga ikut bertambah besar, dengan suara yang jauh lebih keras dia
berseru: "Ayahku telah mati ditangan orang orang Tiong lam pay, maka kali ini aku datang
untuk mencari musuh besar serta membalaskan dendam bagi kematian ayahku itu"
Setelah mendengar perkataannya, suara It lwe sangjin malah berubah semakin
lembut dan halus. "Siapakah ayahmu?" tanyanya kemudian.
"Ayahku adalah Kwan gwa tayhiap" jawab Ong It sin sambil membusungkan dada, "dia
lebih dikenal orang sebagai Kim to bu tek. Golok emas tanpa tandingan ong Tang
thian" Begitu nama tersebut diutarakan, tiba-tiba terdengar dewi bunga teratai Liok Lui
membentak keras, suaranya tinggi melengking dan amat menusuk pendengaran.
Ong It sin merasakan telinganya mendengung keras, matanya menjadi berkunangkunang dan kepalanya menjadi pusing.
Setelah membentak nyaring, Dewi bunga teratai Liok Lui melompat bangun, ujung
bajunya segera dikebutkan ke depan ........
"Weeess " segulung tenaga serangan yang amat dahsyat menyapu tubuh Ong It sin
dan membuatnya terlempar ke tengah udara.
Pada hakekatnya Ong It sin masib belum mengetahui apa yang telah menimpa
dirinya, tahu tahu dia sudah terlempar ketengah udara dan tampaknya tubuh itu
akan terjatuh kedalam jurang "
"Ji moay jangan" mendadak It lwe sangjin membentak.
Tubuhnya ikut melayang ke depan dan menerjang ketubuh anak muda itu .....
Hampir pada saat yang bersamaan, Tui im kiam khek (jago pedang pengejar angin)
Gi Hui yang berdandan sastrawan ikut melayang pula ketengah udara
Sungguh cepat gerakan tubuh dua orang itu, yang satu dari kiri yang lain dari
kanan, dalam waktu singkat mereka sudah tiba disisi tubuh Ong It-sin lalu masing
masing mencengkeram sebuah lengannya.
Waktu itu tubuh Ong It sin sudah jauh meninggalkan tanah lapang dan sedang
melucur ke dalam jurang yang dalamnya ratusan kaki itu, untung It lwe sangjin
dan Hui im kiam khek bertindak cepat, sehingga selebar jiwanya dapat
diselamatkan dari cengkeraman maut.
Begitu tangan Ong It sin berhasil dicengkeram, mereka segera melemparkan tubuh
anak muda itu kearah tanah daratan, setelah itu kedua orang tersebut baru
menarik napas dan melambung lima enam depa di udara, kemudian sesudah
berjumpalitan, dengan entengnya mereka melayang balik ke atas tanah berbatu itu.
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ong It sin sendiri cuma merasakan tubuhnya digulung oleh sebuah tenaga yang maha
besar, menyusul kemudian badannya kena dicengkeram dan dilempar keatas tanah,
ketika kakinya dapat menyentuh bumi kembali, mimpipun tak pernah terlintas dalam
benaknya bahwa nyawanya baru saja lolos dari pintu neraka.
Buru buru dia celingukan kesana kemari, ditemukan disamping kiri maupun kanannya
masing-masing berdiri seorang.
Kedua orang itu bukan lain adalah It lwe Sangjin dan Tui im kiam khek Gi Hui
yang baru saja menyelamatkan jiwanya.
Ong It sin, bocah dungu yang tak tahu diri, sekalipun nyawanya sudah
diselamatkan, dia masih tidak mengerti, malah dengan suara yang lantang dia
berteriak: "Eeh .. ... sebenarnya siapakah diantara kalian yang telah
membinasakan ayahku?"
Dewi bunga teratai Liok Lui yang berangasan segera menjawab: "Anak jadah cilik,
akulah yang membunub ayahmu, kau mau apa?"
Merah membara sepasang mata Ong It sin sesudah mendengar perkataan itu, seperti
harimau yang terluka dia membentak. sepasang kakinya menutul tanah dan langsung
menerkam ke depan. Dewi bunga teratai Liok Lui tak berkutik barang sedikitpun juga, ditunggunya
setelah Ong It-sin berada lima enam depa dari hadapannya, dia baru bertindak.
Anak muda itu segera merasakan badannya seperti membentur selapis dinding baja
yang sangat kuat,jangankan melukai perempuan itu, untuk menjawil ujung bajunya
saja tak mampu. Ong It sin berkaok kaok makin gusar, dia menerjang semakin nekad, segenap tenaga
yang dimilikinya dikerahkan.
Semakin besar dia mendesak ke muka, semakin besar pula tenaga yang menggetar
balik badannya, setelah adu otot sekian lama, akhirnya untuk kedua kalinya Ong
It sin terpental ke udara.
Untungnya kali ini dia tak sampai terlempar kearah jurang, beberapa kaki
dilingkaran tanah lapang badannya meluncur jatuh kembali, dasar pemuda itu
berotak kuda, bagitu kakinya menyentuh bumi, sekali lagi dia menubruk perempuan
itu. It lwe sangjin segera bertindak, dia menghalangi gerak maju sang pemuda lalu
katanya dengan suara dalam:
"sobat, dibalik kematian Ong tayhiap sebenarnya terkandung banyak liku-liku yang
tak mudah dimengerti, sebelum mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, kenapa
kau bertindak ngawur seenaknya sendiri"
"Apa ....apa" Mau mungkir" Mau mungkir?" teriak Ong It sin semakin kalap. "Hmm
Aku datang untuk mencari musuh besar pembunuh ayahku, dan . . . .dan nenek
bajingan ini sudah mengakui, apa lagi yang harus kupikirkan" Liku-liku apa lagi
yang harus kuperdulikan" "
"Tutup mulut" bentak It lwe sangjin, "kau tak boleh ngaco belo dan bicara tak
karuan" Ong It sin tidak puas, dia ikutan membentak:
"Kamu siapa" Jangan kau anggap setelah membentak bentak lantas aku menjadi takut
kepadamu" "Ngaco belo Kamu harus tahu, dengan kepandaian yang kau miliki sekarang masih
belum pantas untuk mencari gara gara disini. Hayo cepat turun gunung, kami tak
mau bersitegang dengan dirimu, jika masih juga tak tahu diri Hmm Jangan salahkan
kalau kami akan memberi pelajaran yang setimpal untukmu"
Perasaan Ong It sin sekarang yaa gelisah yaa marah, tiba tiba ia menundukkan
kepalanya dan menumbuk tubuh It Lwe sangjin
"Blaang ..... " tumbukan itu mengena telak didada It lwe sangjin, tapi bukan
badan yang empuk yang diterjang kepala Ong it sin, melainkan sebuah tubuh yang
lebih keras diri pada batu cadas
Kontan saja pandangan matanya menjadi gelap. seluruh bumi terasa berputar
dan..."Bluk" badannya terkapar di tanah tak sadarkan diri.. Entah betapa lama
sudah lewat, pelan pelan dia sadar kembali dari pingsannya.
Ketika matanya dapat melihat lagi keadaan disekelilingnya, yang terlihat hanya
kegelapan yang mencekam, lamat lamat kepalanya masih terasa sakit sekali.
Dengan cepat dia berusaha menenangkan perasaannya dan mengenang kembali kejadian
yang dialaminya sebelumjatuh pingsan........
Akhirnya dia dapat memastikan dimanakah dia berada, yaa, tak salah lagi dia
sedang berada di sebuah kereta kuda yang lagi melakukan perjalanan
0000d0w0000 SETELAH yakin bahwa dugaannya tak keliru, pemuda itu melompat bangun dan
berteriak keras. "Hei, berhenti Berhenti siapa yang sedang melarikan kereta ini" Hayo cepat
berhenti" Tidak berteriak saja, kakinya juga mulai menyepak pintu kereta itu serta
bersusah untuk menjebolnya.
Langit diluar kereta gelap gulita, rupanya tengah malam sudah tiba, dia berusaha
mengamati pula si kusir kereta itu, ternyata dia adalah seorang laki laki yang
berperawakan pendek. sampai serak dia berteriak orang itu tetap tidak ambil
perduli. Akhirnya Ong It sin mendengus.
"Hmm . . . . Jangan kira tanpa menghentikan kereta, aku lantas tak berani keluar
dari kereta ini. Lihat saja, aku berani melompat ke bawah atau tidak" "
Sambil memegangi kepalanya dia bangkit berdiri dan melompat turun dari kereta
itu, kemudian sesudah berguling beberapa kali ditanah, kembati dia melompat
bangun. Begitu dia melompat turun dari kereta, begitu pula kereta itu berhenti berlalu.
Sang kusir lantas pusing kepalanya memandang ke arah Ong It sin, melihat tampang
orang itu, pemuda kita menjali tertegun.
Ditengab kegelapan, dia menyaksikan selembar wajah yang hijau menyeramkan,
tampaknya mengerikan sekali dan yang pasti semenjak keluar dari rahim ibunya,
belum pernah dia menjumpai orang seseram itu.
"Wah pasti orang ini adalah anteknya Tiong lam pay" demikian dia berpikir,
"pastilah aku sedang diboyong turun dari bukit mereka setelah aku dibikin
pingsan oleh manusia yang It lwe Sangjin tersebut ......"
Karena berpendapat demikian, dia lantas menuding orang itu dan memakinya:
"Bajingan, orang orang Tiong lam pay memang keterlaluan, jangan dianggap aku
bisa dipermainkan seenaknya, kalau bisa kugigit hidungmu nanti ....... "
"Hmm. Siapa yang merupakan orang Tiong-lam pay?" tukas orang ketus, "hayo tak
usah banyak cerewet, cepat naik keatas kereta"
"Lhoo ... jadi kamu bukan orang Tiong lam-pay?" Ong It sin malah tertegun,
"kalau begiitu aku sudah salah memaki dirimu. Lantas siapa kamu" Kenapa membawa
aku naik kereta?" "Aaah, kamu tak usah cerewet terus"
Ong It sin melototkan matanya lalu mencoba untuk memandang sekitar sana, tapi
yang tampak hanya kegelapan yang mendekam, dia sendiripun tak tahu berada
dimanakah dirinya sekarang dan berapa jauh jaraknya dengan bukit Tiong lam.
Sekarang dia sudah tahu bahwa musuh besar pembunuh ayahnya adalah salah seorang
diantara empat tokoh bukit Tiong lam, si dewi bunga teratai Liok Lui, hal
semakin membesar niatnya untuk membalas dendam, maka kembali tanyanya:
"Hei, sebetuinya aku ini berada dimana" Masih berapa jauh letaknya dengan bukit
Tiong-Lam?" "Aaah, aku toh suruh kau jangan cerewet, siapa suruh kau ngoceh terus?" teriak,
orang itu tak sabar, "kalau berani banyak bicara lagi, kutotok jalan darahmu dan
kuseret kau keatas kereta Hayo cepat naik"
"Ngaco belo" teriak Ong It sin, "siapa kau.."
Belum sampai habis perkataan itu diucapkan orang itu secara tiba-tiba menerkam
datang, lalu tangannya diayun ke depan untuk mencengkeram erat anak muda itu.
Dengan ketakutan cepat cepat Ong It sin menyusutkan badanya ke belakang,
kemudian berkelit menyembunyikan diri ke belakang.
Siapa tau orang itu memang lihay sekali, tiba-tiba persendian tulangnya berbunyi
gemerutukan yang nyaring, dan tahu tahu seperti terbuat dari karet saja, tangan
itu memanjang beberapa inci dari keadaan semula.
Sesungguhnya dalam anggapan Ong It sin asal dia jempalitan ke belakang maka
orang itu jangan mimpi bisa membekuknya, siapa yang menduga kalau tangan itu
secara tiba tiba bisa mulur makin panjang dari keadaan semula"
Ketika tangan itu mulur lebih panjang, Ong It sin menjadi tertegun dan pada saat
ia termangu itulah dadanya menjadi kencang dan tahu tahu dia sudah diangkat ke
atas dan seperti burung elang yang menyambar anak ayam, tubuhnya langsung di
lempar ke dalam kereta. "Bluuk .... " pantatnya beradu dengan lantai kereta menyebabkan pemuda itu
berkaok kaok kesakitan. Tak terlukiskan rasa marah Ong It sin diperlakukan sekasar itu oleh orang lain,
kontan saja ia mencaci maki.
"Bajingan dari Tiong lam pay, jangan kau anggap setelah menganiaya diriku lantas
kuanggap kalian sebagai jagoan " Huuh. . Jagoan brengsek. muka kadal Hati hati
kalian, suatu hari pasti akan kusikat kamu semua sehingga remuk macam perkedel "
"Heeh. . . . heeehhh. . . . heeehhh. . . . merdu benar nyanyianmu " ejek orang
itu sambil tertawa terkekeh-kekeh, "ayo maki terus. . . . ayo nyanyi terus, maki
sampai tua" Sekalipun orang itu telah menyangkal bahwa dia bukan orang dari Tiong lam pay,
tapi Ong It sin masih belum percaya, maka dia berusaha untuk mencaci maki habis
habisan. Tapi kenyataannya, bukan saja orang itu tidak marah, bahkan malah terkekeh-kekeh
kesenangan, Segoblok-goblokan Ong It sin, akhirnya dia menyadari juga kalau orang bukan
anggota Tiong lam pay. Terpaksa ia musti mengerem caci makinya, sesudah termenung sebentar kembali
tanyanya: "Lantas siapakah kau"
"Taarr" orang itu mengayun cambuknya ke udara, kereta itupun melanjutkan kembali
perjalanannya ke depan. Diantara suara derap kaki kuda yang beraturan kedengaran orang itu berkata:
"siapakah aku lebih baik tak usah kau gubris, sebab walaupun kukatakan kepadamu,
belum tentu kau akan mengerti."
"Lantas kautemukan aku dimana" sekarang mau bawa aku pergi kemana. . . . ?"
"Kau dipukul pingsan oleh tenaga dalam yang dipancarkan it lwe sangjin, ketua
dari Tiong lam pay, dan aku yang menarikmu masuk ke dalam kereta ini, sekarang
hendak kubawa dirimu untuk menjumpai nenekmu"
Begitu habis ucapan tersebut, kontan saja Ong It sin meras akan sekujur tubuhnya
menggigil keras, sebab perkataan mengantarmu menjumpai nenekmu" bagi orang
persilatan sama artinya dengan mengantar nyawanya pulang kealam baka.
Tertegun Ong It sin untuk sesaat lamanya, lalu dengan wajah kaget dan marah
teriaknya: "Hei, aku tak punya dendam apa apa denganmu, akupun tak pernah hutang apa apa
kepadamu bahkan klta tak pernah saling mengenal, kenapa nyawaku hendak kau
renggut dari tubuh ku?"
"Apa kau bilang" teriaknya kemudian.
Tapi sejenak kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya lagi:
"Haaahhh .... haaahhh. . . haaahhh . . . semua orang mengatakan kau bodoh
sekali, tampaknya bodoh mu memang sudah kelewat batas, sampai tai kerbau pun
dianggap kueh lapis ....haaahhh....haaahh..haaahhh.... sungguh lucu sungguh
menyenangkan" "Bukankah kau sendiri yaug mengatakan hendak mengantarkan menemui nenek . ?"
seru Ong It sin dengan gelisah, "kenapa kau katakan pula aku goblok?"
Sekalipun pemuda ini gubloknya tak ketulungan, dia paling pantang mendengar
orang memakinya si bego, maka setiap kali ada yang mengejeknya goblok, ia pasti
akan bersitegang dengan orang itu, bahkan bila perlu adu ototpun jadilah. Maka
keadaannya pada saat inipun tak jauh berbeda.
Siapa tahu, justru Ong It sin mencak mencak marah, orang itu semakin kegirangan
dan gelak tertawanya pun semakin menjadi.
Dengan muka merah karena mendongkol, Ong It sin melompat keluar dari ruang
kereta, lalu sambil bertolak pinggang bentaknya:
"Mengapa yang kau tertawakan kunyuk" Bukankah kau sendiri yang berkata
demikian". saking gelinya orang itu tertawa, sampai sampai air matapun ikut
jatuh bercucuran. "Benar. Aku memang berkata demikian, aku bilang hendak menghantarmu untuk
menjumpai nenekmu, tapi yang kumaksudkan nenekmu adalah nenekmu yang masih
hidup, bukan nenekmu yang ada di sorga "
Dengan sinar mata keheranan Ong It-sin mengamati orang itu dari atas kepala
sampai ke ujung kakinya, lalu sambil gelengkan kepalanya berulang kali ia
bergumam: "ciss .... anggap saja aku lagi sial tujuh bekas keturunan, sehingga tanpa angin
tanpa hujan harus bertemu dergan orang sinting macam kau ..... orang segar
dibilang edan, tak punya nenek dibilang punya nenek. kenapa tidak katakan saja
kalau aku hendak diajak menjumpai nenekmu ...." sialan "
Rupanya orang itu dibuat naik darah juga oleh perkataan tersebut, kontan saja
makinya: "Tutup mulumu, sampai kapan kau haru berhenti memaki orang" Aku she Li bernama
Ji, panggil aku dengan sebutan paman Li Ji siok juga masih pantas, hmmm... tak
kusangka kalau kau begitu bernyali untuk mencaci makiku .... anak kunyuk cucu
kura kura. " "cucu kura kura" adalah makian khas dari orang orang Zunchuan.
Ong It sin cukup lama berdiam di wilayah Zuchuan tentu saja diapun memahami
kata- kata makian tersebut. Dengan mata melotot besar segera katanya:
"Aku mau bertanya lagi padamu, kenapa kau maki aku tolol" Kenapa kau bilang aku
punya nenek" Darimana datangnya nenek itu bagiku" Dan sejak kapan aku punya
nenek?" orang itu tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh ....haaahhh....haaahhh....bagus, anggap saja kau memang tak punya
nenek, tapi aku ingin tahu tanpa nenek dari mana datangnya ibumu" Tanpa ibumu
darimana pula kau menongol keluar" "
Ong It sin terbelalak lebar, saking tertegunnya sepatah katapun tak sanggup
dijawab. Memang sangat masuk diakal perkataan itu, siapapun di dunia ini pasti mempunyai
nenek, tapi sayangnya dihati Ong It sin jangankan kesan tentang neneknya bahkan
kesan tentang ibunyapun dia tak punya.
Semenjak ia tahu urusan, ia hanya tahu kalau ibunya sudah lama meninggal.
Dikala ayahnya ketimpa bencana dan tewas orang baru mengantarnya ke Zuchuan,
saat itulah dia baru tahu kalau masih mempunyi seorang paman yang tinggal
disana. Kalau dihitung kembali, maka ibunya seharusnya adalah adik perempuin Gin sin (si
dewa perak ) Li Liong, diapun berulang kali menanyakan soal ibunya kepada Li
Liong, tapi sayangnya setiap kali ia bertanya, Li Liong melototkan matanya
sambil marah marah, karena itulah ia tak berani banyak bertanya lagi.
Tak heran kalau ia menjadi tertegun dan berdiri keheranan setelah mendengar
perkataan orang itu. "Hei, goblok jangan melamun terus hayo cepat naik kedalam kereta .....?" seru Li
Ji kemudian sambil mengayunkan Cambuknya
"Goblok ...." Siapa yang Goblok" Bukankah nenekku yang kau maksudkan adalah ibu
dari pamanku" bantah Ong It sin cepat meski pelbagai kecurigaan masih
menyelimuti benaknya. "Anak manis... Pintar benar kau ini, anak siapa kamu?" goda orang itu sambil
tertawa tergelak, "tak kusangka kalau kau tahu bila nenekmu itu adalah ibunya
pamanmu?" Merah padam selembar wajah Ong It sin karena jengah. "Hei, tahukah kau kalau
pamanku juga sudah mati?" katanya tiba tiba.
Sejak tadi sampai sekarang Li Ji tergelak terus tiada hentlnya, akan tetapi
setelah mendengar perkataan itu paras mukanya mendadak berubah menjadi suram, ia
menghela napas panjang. "Yaa, aku tahu ...." Sahutnya, "aku terlambat satu langkah ketika sampai di
perkampungan Li keh ceng, seluruh perkampungan itu sudah porak poranda tinggal
puing puing yang berserakan, kalau aku tidak bertemu dengan dua orang muridnya
Seng hong tianglo, aku masih tidak tahu kalau kau telah mendatangi bukit Tiong
lam san untuk menghantar kematian"
Ong It sin mendengarkan perkataan itu dengan pandangan terbodoh bodoh, menunggu
Li Ji telah menyelesaikan pekataannya, ia baru berkata dengan nada keheranan.
"Kedua orang muridnya Seng hong Tianglo?"
Sambil berbisik, tanpa terasa dalam benaknya terbayang kembali wajah Lau Hui
serta Bwe Yau dua orang bersaudara seperguruan itu.
Bila bayangan Lau Hui melintas dalam sekejap mata, maka raut wajah Bwe Yau
dengan sepasang matanya yang jeli, mukanya yang bulat telur serta kecantikan
wajahnya yang masih membawa sifat kekanak kanakan itu selalu terbayang didepan
matanya, sehingga apa yang diucapkan Li Ji selanjutnya tidak terdengar olehnya..
sampai Li Ji membentak keras, ia baru mendongakkan kepalanya dengan kaget.
"Haah...." Seng hong tianglo ...." Apakah kau maksudkan manusia nomor wahid dari
luar perbatasan" "Kau keliru besar kalau mengatakan dia adalah jago nomor wahid dari luar
perbatasan, sebab seng hong Tianglo hanya terhitung manusia nomor dua saja di
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
luar perbatasan" Buru baru Ong It sin menganggukan kepalanya.
"Yaa, memang Dia memang cuma nomor dua di luar perbatasan, sebab manusia nomor
wahid di dunia ini adalah ayahku, Kim toa bu tek si golok emas tanpa
tandingan" . "Haaahhh .... haaahhh . . . haaahhh ...... ayahmu" dia cuma bica dianggap
sebagai jagoan nomer tiga" kata Li Ji sembil tertawa terbahak-bahak.
"Lantas siapa yarg kau anggap sebagai jago nomer wahit di luar perbatasan" "
tanya Ong It sin kemudian.
"Goblok. Dungu, dari tadi sampai sekarang jadi kau masih belum juga mengerti"
Tentu saja manusia nomer wahid di luar perbatasan adalah paman Li Ji siok mu"
Mula-mula Ong It sin agak tertegun, kemudia sambil menengadah ia tertawa
terbahak bahak. Selama masih mengikuti ayahnya diluar perbatasan lalu, entah sudah berapa kali
ia mendengar orang menyebut nama besar seng hong tianglo, tapi Li Ji yang berada
dihadapannya sekarang, jangan kata dibicarakan orang, disinggung satu kalipun
tak pernah, namun ia bersikeras mengatakan bahwa adalah manusia nomer wahid
diluar perbatasan, sudah barang tentu pemuda itu kegelian.
Melihat ia ditertawakan, Li Ji membentak keras suaranya nyaring seperti sambaran
geledek, menyusul kemudian cambuk kudanya diayun ke depan, cambuk yang semula
lemas itu dalam getarannya mendadak berubah menjadi kaku dan tegak seperti
sebatang toya. Digunakannya cambuk yang mengeras itu bagaikan sebatang tombak, tiba-toba ia
menusuk sebatang pohon besar didepannya.
"Craaaass" cambuk itu menembus batang pohon dan menimbulkan sebuah lubang yang
besar sekali. Terbelalak lebar, sepasang mata Ong It sin, selain kaget dia pun tercengang,
sampai-sampai dia lupa untuk mengedipkan matanya.
"Hayo bilang sudah, kau lihat belum kepandaianku ini?" teriak Li Ji dengan
penasaran. Ong It sin membungkam, dia lupa untuk memberi jawaban. Menyaksikan
sikap anak muda, itu kembali Li Ji berkata:
"Coba kau bilang, apakah tenaga dalam yang dimiliki ayahmu semasa hidupnya sudah
mencapai taraf sedemikian tinggi?"
Cambuk adalah sebuah benda lunak, akan tetapi Li Ji dapat mempergunakan benda
selunak itu untuk menembusi batang pohon dan menciptakan sebuah lubang besar,
bila dihilang tenaga dalamnya belum mencapai taraf yang amat sempurna, mustahil
ia dapat melakukan perbuatan seperti itu.
Ong It sin masih juga berdiri tertegun ......
"Hei, kenapa diam saja?" tegur Li Ji, "Hayo cepat jawab, apakah semasa hidup
ayahmu, kepandaian silatnya telah mencapai taraf setinggi ini . ?"
"Tentu saja tidak ...." sambut Ong It sin segera .
Tapi dengan cepat dia membungkam, kemudian selang sesaat kemudian katanya lagi:
"Kau adalah manusia nomor wahid di luar perbatasan, tentunya kenal bukan dengan
ayahku?" Tiba tiba Li Ji menghela napas panjang.
"Aaaai....bukan kenal saja" katanya, "kita adalah sepasang sahabat karib"
Paras muka Ong It sin berubah menjadi amat tak sedap. katanya kemudian setelah
membungkam sejenak: "Kalau kau memang sahabat karib ayahku, lantas kenapa tidak kau bantu dirinya
ketika ayahku dikejar kejar oleh musuh besarnya?"
Li Ji tidak menyangka kalau bocah yang ketolol-tololan itu bisa mengajukan
pertanyaan semaCam ini untuk sesaat ia menjadi tertegun dan tak tahu bagaimana
harus menjawab. Ketika Li Ji mendemonstrasikan kelihayan ilmu silatnya dengan menembusi batang
pohon memakai cambuk kuda, sesungguhnya Ong It sin merasa kagum sekali atas
kelihayannya itu. Tapi sekarang, setelah ditegur oleh Ong It sin ternyata ia membungkam dalam
seribu basa dengan wajah merah padam, sikap memandang hina muncul diatas
wajahnya bahkan pemuda itu tertawa dingin.
Selang beberapa saat kemudian, Li Ji dengan wajah yang masih merah pedam berkata
dengan gelagapan. "Waktu itu...waktu itu. . . aku sedang melakukan perjalanan jauh, ketika aku
kembali peristiwa itu sudah berlangsung, yaaa .....apa boleh buat" Aku pun tak
bisa berbuat banyak?"
Jangan dilihat Ong It sin itu bodoh orangnya. padahal dia mengetahui kalau Li Ji
sedang berbohong, cuma kebohongan tersebut tak sampai dia umbar-umbarkan.
Agaknya Li Ji tak ingin terlalu banyak membicarakan itu buru-buru katanya lagi:
"Hayo cepat naik kereta, nenekmu memberi batas waktu kepadaku untuk membawamu
menjumpainya kalau sampai terlambat dia tentu marah besar
"Jadi kalau begitu, ilmu silat yang dimiliki nenekku jauh diatas kepandaianmu
sendiri?" tanya Ong It sin tercengang.
Li Ji tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya mendesak Ong It sin agar cepatcepat naik kereta. Meskipun Ong It sin, orangnya bodoh akan tetapi ketika ia mengetahui bahwa
didunia lebar ini masih terdapat seorang sanak yang bisa dijumpai, pemuda itu
menjadi amat bernapsu ingin cepat- cepat menjumpainya karena itu dia pun tidak
berbicara lagi dan segera naik kedalam kereta .....
Derap kaki kuda berkumandang memecahkan kesunyian, kereta itu melanjutkan
kembali perjalanannya dengan lebih cepat lagi.
Sepanjang jalan, Ong It sin tak pernah bertanya kepada Li Ji dimanakah neneknya
berdiam, ia pasrah dan membiarkan orang itu mengangkutnya pergi.
Kereta bergerak menuju kearah barat semakin jauh keadaan semakin sunyi dan
gersang, yang ditemui hanya batu batu yang berserakan, jangankan manusia,
tumbuhanpun tak tampak. Dua puluh hari kemudian Ong It sin mulai curiga, berulangkali ia bertanya kepada
Li Ji dimana kediaman neneknya, tapi Li Ji selalu membungkam seribu bahasa.
Diam diam Ong It sin mengeluh, ia mulai menyadari bahwa kemungkinan besar
dirinya sudah tertipu oleh orang itu.
Tapi sesudah dipikir lebih lanjut, ia merasa hal ini tak mungkin, sebab dengan
kepandaian silat yang dimiliki Li Ji, apabila ingin mencelakai jiwanya hal ini
bisa dilakukan dengan secara mudah, buat apa diboyongrya dia ke tempat sejauh
ini" . Karena itu, tak mungkin kalau ia sedang diculik untuk dibunuh.
Suatu senja, ketika kereta mereka sedang lewat disebuah selat sempit, Ong It sin
yang berada dalam ruang kereta tiba tiba seperti tidak mendengar suara apapun,
suasana begitu hening dan sepi hingga terasa sedikit mengerikan.
Ia mencoba untuk melongok keluar, angin dingin terasa berhembus kencang, bunga
salju turun dengan derasnya melapisi permukaan tanah dengan lapisan es berwarna
putih, belum sampai setengah jam hujan salju berderai, permukaan sudah dilapisi
salju yang tebal. Bukan saja semua benda telah tertutup oleh salju, bahkan suara
roda yang berputar serta derap kaki kuda kedengaran lebih lirih karena diserap
oleh salju yang lebat. Tiba-tiba Li Ji menayunkan cambuknya ke udara ..... "Taaar" kuda yang sedang
lari itupun berhenti secara mendadak.
Menanti kereta itu sudah sama sekali berhenti, suasana di sekeliling mereka
menjadi bertambah sepi. sehingga setitik suara pun tak ada.
Dengan tenang Li Ji duduk diatas keretanya tanpa bergerak barang sedikitpun
juga, kalau dilihat dari keadaannya itu seakan akan dia sedang menikmati
pemandangan salju yang terbentang di hadapannya.
Tentu saja sikap itu sangat mencengangkan hati Ong It sin, tiba tiba tanyanya:
"Li Ji siok, bukankah kau mengatakan kalau nenekku memberi batas waktu kepadamu"
Kenapa kau berhenti secara mendadak?" Li Ji tetap membungkam tanpa menjawab.
Setelah Ong It-sin mengulangi pertanyaannya sampai beberapa kali Li Ji baru
menghela napas: "saudara Tang thian wahai saudara Tang thian ketika kau terbunuh waktunya juga
senja seperti ini, salju turun dengan derasnya......"
Ong It sin tertegun, dia tak tahu apa secara tiba-tiba Li Ji memanggil nama
ayahnya sambil mengucapkan kata kata semacam itu.
Untuk sesaat lamanya, seolah-olah menyaksikan ayahnya Kim to bu tek (golok emas
tanpa tandingan) ong Tang thian dengan menggunakan golok emasnya sedang
melangsungkan pertarungan berdarah ditengah hujan salju, akan tetapi lantaran
dia hanya seorang diri akhirnya ayahnya roboh di atas permukaan tanah dengan
bermandikan darah segar. permukaan salju yang putihpun berubah menjadi merah,
suatu pandangan yang mengenaskan. Tiba tiba Ong It sin memejamkan matanya sambil
beteriak keras. "Tutup mulut Tutup mulut"
Pada saat itulah ia merasa bahunya amat sakit, ketika ia membuka matanya kembali
tampaklah tangan Li Ji yang kuat seperti japitan besi sedang mencengkeram
bahunya. Raut wajah Li Ji yang menyeramkan hanya terpaut setengah depa dari hadapan
mukanya, yang lebih menyeramkan lagi adalah sepasang matanya yang merah membara.
"Li Ji siok, mau apa kau?" teriak Ong It sin dengan perasaan terperanjat.
Raut wajah Li Ji mengejang keras dan tampak sedikit gemetar, ketika bunga bunga
salju menimpa diatas kepala dan bahunya salju itu mencair menjadi air dan
membasahi wajahnya. "Hei, Li Ji siok Kenapa mencengkeram diriku" teriak Ong It sin lagi dengan wajah
penasaran. "Aku sedang berbohong, aku sedang menipu dirimu, ketika ayahmu terbunuh aku
tidak berada ditempatjauh, aku ... aku berada sangat dekat dengannya...."
Justru karena perkataannya itu pandang hina yang semula tertanam dihati Ong It
sin malah jauh lebih tawar, sebaliknya ia menjadi iba dan kasihan oleh keadaan
orang itu. "Tidak apa apa Li Ji siok" katanya kemudian sambil tertawa tawa, "bukankah
sahabat ayahku hanya kau seorang yang setiap orang tak ada yang berani
menampilkan diri, tapi hanya kau seorang bermain mendampinginya, ini sudah lebih
dari cukup sebab aku tahu sekalipun kau membantu ayahku, paling paling cuma
mengantar nyawa dengan percuma "peluh sebesar kacang kedelai telah membasahi
jidat Li Ji, tapi ia masih membungkam seribu basa.
Waktu itu salju turun dengan derasnya, udara terasa sangat dingin, peluh yang
bercucuran keluar dari jidatnya itu ketika menetes di wajahnya segera membeku
menjadi butiran salju rontok ke tanah, kemudian ia mencengkeram lagi tubuh Ong
It sin, akhirnya cengkeraman itu dilepaskan tanpa mengucapkan sepatah katapun ia
memutar tubuhnya. Bagaimanapun juga Ong It sin, adalah seorang yang berhati baik, ia tak tega
melihat keadaan orang itu, kembali katanya:
"Li Ji siok, Kau benar benar jangan bersedih hati, sebab hanya kau seorang yang
tak mau membantu ayahku "
"Tapi hanya aku seorang yang menyaksikan ia melangsungkan pertarungan sengit dan
mati terkapar di atas permukaan salju" jerit Li Ji dengan suara yang aneh.
Ong It sin merasakan darah panas dalam dadanya bergolok keras. hampir saja ia
tak dapat menguasai diri Napas Li Ji terengah-engah, suaranya yang semula keras
kini berubah menjadi lemah tak bertenaga, katanya:
"Walaupun sahabat ayahmu sangat banyak, tapi sahabat yang sehidup semati hanya
aku seorang, tapi aku ternyata tak berani menampilkan diri .. Aku tak
berani ......." Berbicara sampai disitu, tak tahan lagi dia menghantam kepala sendiri keras
keras, sambil memukul teriaknya lagi:
"Aku tidak berani . . . aku penakut. . . aku adalah setan bernyali kerdil, aku
ada biruang busuk, aku adalah pengecut nomor satu dari luar perbatasan."
Ong It sin hanya membungkam diri, menanti ia sudah menyelesaikan teriakannya,
barulah katanya: "Kalau memang demikian keadaannya, maka kaulah yang salah, padahal berbicara
dari ilmu silat yang kau miliki, sekalipun ke empat jago tangguh dari Tiong lam
pay itu bersatu padu, tidak seharusnya kau merasa begitu ketakutan". Mendengar
perkataan itu, tiba tiba Li Ji memutar badannya. "Apa" Empat jago tangguh dari
Tiong lam pay" Apa maksudmu?"
"Akupun tahu, pembunuh ayahku adalah Liok Lui salah satu dari empat jago Tiong
lam-pai, tentu saja akupun tahu paling banter hanya mereka ber empat yang telah
mendatangi luar perbatasan bersama sama."
Sekali lagi Li Ji tertegun dibuatnya, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa lengking. "Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . benar, aku adalah setan bernyali kecil,
tapi jangan terlalu rendah kau nilai diriku, bila empat jago dari Tiong lam pay
yang datang, tak mungkin aku mendekam diatas permukaan tanah tanpa berani
berkutik" Pucat pias wajah Ong It sin.
"Jadi kalau begitu, mereka berempat telah mengundang jago-jago lihay yang lebih
banyak lagi?" katanya.
"Tidak. bukan keempat orang itu, peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan
mereka." "siapa bilang" Kau jangan memutar balikkan keadaan yang sebenarnya ...." teriak
Ong It sin sambil marah marah.
Mungkin saking marahnya, sehingga pemuda itu hanya dapat mengucapkan kata-kata
itu saja. "Aku katakan, urusan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan ke empat
jago dari Tiong lam pay"
"omong kosong" teriak Ong It sing semakin marah, "Ho hoa siancu Liok Lui telah
mengaku sendiri, buat apa kau menutup, nutupi perbuatannya itu?" Li Ji menghela
napas panjang. "Aaaai... seluk beluk yang sesungguhnya bukan apa yang kau ketahui sekarang."
Tapi sebelum ia menyelesaikan kata katanya Ong It sin telah melompat turun dari
kereta nya dan berdiri diatas permukaan salju dengan wajah merah membara,
teriaknya: "Kentut busuk Kentut busuk Kau sedang terkentut-kentut."
Li Ji berpaling dan menatap Ong It sin tajam tajam, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu kepada anak muda ini tapi secara tiba tiba paras mukanya
menjadi berubah hebat, sinar matanya memancarkan cahaya ngeri dan ketakutan yang
luar biasa. Ong It sin segera mendengus dingin.
"Hmm Permainan setan apa lagi yang hendak kau lakukan" Mau menutup, nutupi
perbuatan dari Tiong lampay bukan Hmm. . bilangnya saja tidak takut dengan
keempat jago tangguh dari Tiong lampay huuuh .....sungguh menggelikan"
Tapi Li Ji tidak menggubris bahkan seakan akan tidak mendengar sindiran
tersebut, malah sebaliknya rasa takutnya kian lama kian menjadi, akhirnya sambil
memutar badannya dia ayun cambuknya.
Kuda penghela kereta itu menjadi amat terkejut, sambil meringkik panjang
binatang itu segera kabur ke depan dengan cepatnya.
Beberapa kaki kemudian, Li Ji melayang ke tempat kusir dan hinggap dipunggung
kuda bersamaan itu pula cambuknya diayun ke belakang tali-tali yang mengikat
kereta dengan kudapun putus menjadi dua. Dengan terlepasnya dari beban kereta,
kuda itu dengan membawa Li Ji kabur semakin cepat, dalam sekejap mata ia sudah
lenyap dari pandangan mata.
Perubahan ini terjadi diluar dugaan semua orang untuk sesaat lamanya Ong It sin
menjadi tertegun dan berdiri menjublak dengan mata terbelalak.
Ong It sin baru tersentak kaget ketika kereta yang meluncur diatas permukaan
salju tanpa kemudi itu terbalik dan menimbulkan suara nyaring, segera teriaknya:
"Paman Li Ji siok. kemana kaupergi" oh, tunggu sebentar"
Tentu saja teriakan tersebut tak ada gunanya, sebab pada saat itu Li Ji beserta
kudanya sudah berada sangat jauh dari sana.
Perasaan gelisah dan marah menyelimuti benak Ong It sin, ia tak tahu berada
dimanakah dia saat ini, ketika menyaksikan cuaca makin gelap dan salju turun
dengan derasnya pemuda itu mulai bingung kemana kah dan harus pergi.
Lama sekali pemuda itu berdiri termangu mangu, sampai akhirnya hari benar-benar
sudah gelap dan suasana disekelilingnya sukar dilihat dengan jelas lagi,
sementara bunga salju memenuhi tubuhnya, ia baru menghela napas dan membersihkan
tubuhnya dari timbunan bunga salju. Pikirnya kemudian:
"sewaktu naik gunug tadi, aku melihat ada sebuah gua disebelah sana, kenapa aku
tidak mencari sebuah gua untuk berteduh dulu " Bila fajar telah menyingsing
besok dan salju telah berhenti, aku baru berusaha lagi untuk meninggalkan tempat
ini?" Berpikir sampai disitu dia lantas memutar badan untuk siap siap berlalu
dari sana. Entah sedari kapan kurang lebih beberapa tombak dihadapannya telah berdiri
sesosok manusia. Sebetulnya Ong It sin mengira matanya sudah kabur sehingga salah melihat, karena
ditempat terpencil ini dan lagi salju sedang jatuh dengan derasnya, kecuali dia
sendiri siapa lagi yang mau datang ke tempat seperti itu . "
Buru buru ia mengucak-ucak matanya lalu diperhatikan kembali bayangan tersebut,
ternyata benar, dan memang seorang manusia yang memakai baju hitam, tak heran
kalau ditengah kegelapan cuaca sulit baginya untuk membedakan dengan jelas.
Yang mengejutkan hati Ong It sin adalah orang itu tak berkutik sama sekali, tapi
yang aneh meski bunga salju membasahi tubuhnya diatas tubuh manusia berbaju
hitam itu sedikitpun tidak dijumpai noda- noda salju.
Sayang Ong It sin tak dapat melihat jelas raut wajah orang itu, karena cuacaa
mat gelap dan tiada sinar di sekitarnya. sesungguhnya dia ingin maju beberapa
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
langkah ke depau dan melihat jelas raut wajah orang itu, tapi lantaran orang
tersebut berdiri diatas permukaan salju dengan sikap yang sangat aneh, hal ini
membuat si anak muda itu tak berani berjalan mendekatinya.
"si .... siapakah kau" " akhirnya dia berteriak.
Begitu ia menegur, orang itupun ikut buka suara dengan nadanya yang aneh dan tak
sedap didengar. "Kau adalah putranya ong Tang thian?" ia bertanya dengan suara yang rendah,
berat dan sangat aneh. Ong It sin dapat membedakan suara seorang nenek tua, cepat pikirnya.. "Jangan
jangan orang ini adalah nenekku ?"
Mungkin karena berpendapat demikian, iapun mengangguk. "Betul, aku bemama Ong It
sin dan kau . . ... .."
Perkataan itu belum habis diucapkan ketika orang itu beranjak dari tempatnya
semula, bagaikan sesosok bayangan yang sedang melayang diatas permukaan salju,
tanpa menimbulkan sedikit suarapun tahu-tahu ia sudah tiba dihadapannya.
sekarang Ong It sin sudah dapat melihat raut wajah orang itu.
Betul juga dugaannya semula, orang itu adalah nenek tua yang berambut ubanan dan
berwajah penuh keriput, sepintas lalu wajahnya tampak ramah dan baik hati
sedikitpun tidak mirip orang jahat yang berhati busuk.
Setibanya dihadapan Ong It sin, nenek itu mengamati pemuda tersebut dari atas
sampai ke bawah, kemudian katanya:
"Mau kemana kau sekarang" Bukankah kusir yang mengendalikan kudamu tadi adalah
Li Ji si manusia busuk itu?"
"Betul dia memang paman Li Ji siok, dia ...." Tiba tiba satu ingatan melintas
didalam benaknya, ia berpikir:
"Aaah .... jangan-jangan semenjak tadi nenek tua ini memang sudah berdiri
dibelakangku" Kalau dilihat dari gerakan tubuhnya yang cepat dan sama sekali
tidak menimbulkan suara, sekalipun ia sudah tahu semenjak tadi belum tentu aku
tahu .... ?" Kemudian ia berpikip lebih jauh:
"Paman Li Ji siok pasti mengetahui akan hal ini, sebab paman Li Ji siok berdiri
dihadapanku, tentu saja ia tahu pula akan kehadiran nenek ini, aaah... janganjangan ia lari ketakutan karena takut dengan nenek tua ini" Wah, kalau begitu
sudah jelas nenek ini bukan nenekku"
Ong It sin adalah seorang pemuda dengan pikiran yang sederhana, ketika berpikir
sampai disitu ia sudah merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan tak sanggup
berpikir lebih lanjut. Terpaksa setelah termenung sebentar tanyanya lagi: "Kalau kau bukan nenekku,
lantas siapa?" Tiba tiba nenek itu tertawa terkekeh.
"Heeehhh.. .. heeehhh. . . heeehh...jadi kau akan pergi menjumpai nenekmu?"
teriaknya. "Eeeh.. lihay betul kau " jerit Ong It sin agak tertegun, "aku tak pernah
memberitahukan soal ini kepadamu, darimana kau bisa tahu?"
Kembali nenek itu tertawa, malah wajahnya kelih atan sangat ramah dan, baik
katanya: "Kalau begitu ikutlah aku, ada banyak persoalan yang hendak kubicarakan
dengan mu" Pada waktu itu Ong It sin sedang murung karena tak tahu mesti kemana, dengan
perasaan apa boleh buat ia pun bertanya: "Kau tinggal dimana nyonya tua?"
"Itu Didepan sana" kata nenek itu sambil menuding ke bukit sebelah depannya.
Kemudian tanpa menunggu jawaban orang, disambarnya tangan Ong It sin kemudian
ditariknya meninggalkan tempat itu.
oood0wooo ONG IT SIN merasa angin dingin yang amat tajam menerpa diatas wajahnya, saking
cepatnya gerakan tubuh nenek itu, ia merasa bunga salju yang menampar wajahnya
meninggalkan bekas-bekas yang linu dan sakit.
Beberapa kali dia ingin menjerit, tapi setiap kali mulutnya dipentangkan angin
dingin segera memenuhi mulutnya membuat ia tak sanggup mengeluarkan sedikit
suarapun, diapun tak sanggup menyaksikan pemandangan di sekelilingnya. hal ini
membuat pemuda itu tak tahu sedang berada dimana.
Ketika dadanya mulai sesak dan kepalanya mulai pening, tiba-tiba pandangan
matanya serasa terang, angin dingin sirap dan lenyap menyusul kemudian tubuhnya
ikut berhenti. Buru-buru Ong It sin membuka matanya, ia saksikan dirinya sudah berada dalam sebuah
ruangan batu, segala perabot dalam ruangan itu amat sederhana kecuali beberapa
bangku terbuat dari batu. . hanya sebuah meja besar, ketika itu ada dua orang
duduk disana. Tercengang Ong It sin setelah mengetahui siapakah kedua orang itu, ternyata
mereka tak lain adalah kedua orang murid Seng hong Tianglo, yakni Lau Hui dan
Bwe Yau yang jauh jauh dari luar perbatasan masuk ke wilayah Zuchuan untuk
mencarinya. Paras muka Bwe Yau dan Lau Hui tak sedap dilihat, mereka hanya duduk
tanpa berkutik. Ong It sin yang bego sudah barang tentu tak tahu kenapa mereka cuma duduk
melulu, tapi diapun tidak menggubris Lau Hui, kepada Bwe Yau sapanya sambil
tertawa: "Hei nona Bwe, rupanya kaupun berada disini, kenapa tidak pulang ke luar
perbatasan?" Bwe Yau tidak menjawab, bahkan tubuhnya bergerak sedikitpun tidak hanya sepasang
matanya yang berkedip-kedip.
Ong It sin semakin keheranan, baru saja dia akan bertanya, nenek itu sudah
berseru lebih dulu: "Kalau ingin bercakap cakap. duduklah lebih dulu"
Ong It sin tidak hanya berbicara, ia melangkah maju dan duduk disebuah kursi
batu. Nenek itu ikut duduk. lalu tangannya diayupkan ke arah Bwe Yau dan Lau Hui yang
masih mematung itu "criiit . " diantara desiran angin tajam, dua orang muda muda
itu masing-masing menghembuskan napas panjang.
Dari kejadian yang berlangsung di depan matanya, Ong It sin baru menyadari atas
apa yang telah terjadi serunya tertahan: "oooh. . . . rupanya jalan darah kalian
berdua telah ditotok"
"Hmm . . . apalagi kalau bukan gara gara kau" teriak Lau Hui dengan marah, "kini
kau sudah datang, itu berarti kami sudah tak ada urusan lagi..."
Gerutuan yang datangnya tanpa ujung pangkal ini membuat Ong It sin tertegun, ia
tak tahu bagaimana baiknya, maka sesudah termangu beberapa saat lamanya ia
berkata: "Nona Bwe, apa gerangan yang telah terjadi" Kesalahan apa yang telah kulakukan
terhadap kalian?" Bwe Yau tidak menjawab dia hanya menghela napas panjang.
"Kedua orang ini adalah muridnya Seng hong Tianglo" kata nenek bersuara dalam,
"dari luar perbatasan mereka mencarimu, bukankah ada sesuatu benda yang telah
mereka serahkan kepadamu?"
Ong It sin tidak melihat kalau Bwe Yau sedang mengerling dan memberi tanda
kepadanya, karena ia pernah merasa menerima benda tersebut maka jawabnya
sejujurnya: "Yaa, betul "
"Bagus. kau mau mengakui berarti kau memang orang jujur, nah sekarang serahkan
benda itu kepadaku" Sekalipun Ong It sin tidak tahu apa kegunaan kotak kemala yang diserahkan Bwe
Yau kepadanya, diapun tak tahu apa akibatnya bila ia membawa kotak kemala itu
menuju ke bukit Toa soat san dan menjumpai seorang di Lembah Cing cu kok, akan
tetapi ia merasa tak sudi menyeramkan kotak kemala itu kepada siapapun juga.
Sebab kotak kemala itu adalah barang peninggalan ayahnya, bahkan boleh dibilang
itulah satu-satunya benda yang ditinggalkan ayahnya ......
Sudah barang tentu Ong It sing tak dapat memberikan benda milik ayahnya kepada
orang lain Maka dengan cepat dia menggelengkan kepalanya:
"Aku tidak pernah merasa kenal denganmu, apa lagi benda ini milik ayahku, kenapa
harus kuserahkan kepadamu?"
Mendengar perkataan tersebut, paras muka si nenek berubah hebat, bahkan wajahnya
nampak menjadi bengis. Namun sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu Lau Hui telah melompat bangun sambil
berkata: "cianpwe, kotak kumala itu berada dalam sakunya, bila ia tak mau menyerahkan
benda itu kepadamu, lebih baik cianwpe menghadiahkan sedikit kelihayan buatnya"
"suko, kenapa kau mengucapkan kata kata itu?" seru Bwe Yau dengan perasaan tidak
puas, jelas ia tak senang dengan sikap dari kakak seperguruannya. Dengan mata
melotot buas nenek itu berpaling dan hardiknya kepada Lau Hui: "Kau tak usah
cerewet, duduk disana "
Karena ketanggor batunya, dengan wajah tersipu-sipu Lau Hui duduk kembali
ditempatnya semula. Setelah pemuda itu duduk kembali, si nenek baru berkata lebih jauh:
"Memang benar, benda itu milik ayahmu, tapi lantaran benda inilah ayahmu harus
mengorbankan selembar jiwanya, mengertikah kau akan kejadian ini?"
Ketika ayah Ong It sin meninggal dunia, usia anak muda itu masih sangat kecil,
apalagi dia memang sudah goblok semenjak dulu, sudah barang tentu dia tak tahu
apa sebabnya ayahnya sampai tewas dibunuh orang.
Tak heran kalau ia menjadi tertegun setelah mendengar perkataan dari nenek itu,
tanpa sadar dia merogoh kesakunya dan meraba kotak kemala tersebut.
"Kenapa ayahku tewas lantaran benda ini?" tanyanya tercengang.
"Tentang soal ini kau tak perlu banyak bertanya, tapi bila kau bisa tidak ingin
mengikuti jejak ayahmu, lebih baik serahkan saja kotak kemala itu kepadaku"
Ong It sin tertegun, tapi kembali ia gelengkan kepalanya.
"Tidak. bagaimanapun juga kotak ini adalah benda waris ayahku tak akan
memberikannya kepada orang lain" serunya.
"Kau ngotot tak mau menyerahkan kepadaku?" bentak si nenek sambil tertawa
dingin- "Tidak " Pelan pelan nenek itu menganyunkan telapak tangannya siap melancarkan serangan.
Tiba tiba Bwe Yau menjerit lengking:
"Sahabat Ong serahkan dulu kotak tersebut kepada locianpwe ini" ketika
mengucapkan kata kata tersebut wajahnya tampak menunjukkan sinar ngeri dan
ketakutan. Ayunan telapak tangan nenek itupun berhenti ditengah jalan, sambil menatap
pemuda itu kembali tanyanya:
"Bagaimana?" "Tidak sekali sudah kukatakan tidak. selamanya tetap tidak. buat apa kau banyak
bertanya ?" seru Ong It sin dengan perasaan tak sabar.
Dengan geramnya nenek itu mengayunkan telapak tangannya ke udara. kelima jari
tangannya dipentangkan lebar-lebar, dalam sekejap mata desingan angin tajam
memenuhi seluruh ruanganOng It sin merasaka munculnya desingan angin tajam yang menerpa tubuhnya,
sedemikian dahsyatnya daya tekanan tersebut membuatnya hampir tak bisa bernapas.
Sementara ia masih tertegun, mendadak dari samping tubuhnya berkumandang suara
desingan tajam yang disertai dengan ledakan dahsyat, apa yang terjadi" Ternyata
bangku yang barusan didudukinya itu sudah terhajar hingga hancur berkepingkeping. Saking ngerinya untuk sesaat Ong It sin tak mampu berkata-kata, apa lagi
memandang hancuran bangku terbuat dari batu yang berserakan ditanah, peluh
sebesar kacang kedelai membasahi seluruh jidatnya, hampir saja ia tak percaya
kalau didunia, ini terdapat orang yang memiliki kepandaian silat setinggi itu.
"Bagaimana bocah muda?" bentak nenek itu, "sudah kau saksikan bukan kehebatanku"
serahkan tidak kotak itu kepadaku?"
Ong It sin masih memandang hancuran bangku itu dengan wajah termangu, jangankan
menjawab apa yang diucapkan nenek itupun tak terdengar sama sekali olehnya,
sudah barang tentu diapun tak mampu menjawab.
Dalam hati kecilnya ia sedang berpikir dengan kesengsem, dia pikir, andaikata
suatu hari kepandaian silatnya dapat mencapai ke tingkat setinggi itu, niscaya
ia tak perlu takut lagi terhadap empat jagoan dari Tiong lam pay.
Tapi, mungkinkah kepandaian silatnya masih mempunyai harapan untuk mencapai
ketingkat seperti itu. Terbayang sampai disini, dia hanya dapat menggelengkan kepalanya berulang kali,
ia merasa pada hakekatnya hal ini tak mungkin terjadi.
Ketika ia sedang menggeleng karena berpikir akan ketidak mampuannya itu maka
secara kebetulan nenek itu sedang mempernatikan ke arahnya, salah sangkalah si
nenek tadi, dia mengira pemuda itu tak bersedia menyerahkan kotak itu kepadanya.
Sehebat hebatnya nenek itu dalam hal ilmu silat, dia bukan dewa yang bisa
menebak jalan pikiran manusia ketika dilihatnya Ong It-sin menggeleng, gelengan
tersebut dianggap sebagai suatu penolakan
Dengan geramnya nenek itu melancarkan kembali sebuah pukulan dahsyat, sedemikian
dahsyatnya pukulan itu membuat bangku batu yang lain ikut terhajar hancur.
Lau Hui dan Bwe Yau menjadi terkejut, untuk sesaat mereka hanya bisa terbelalak
dengan wajah memucat. Semula mereka mengira Ong It sin pasti akan menyerahkan kotak tersebut kepada si
nenek, maka dikala pemuda itu menggelengkan kepalanya, muda mudi itupun ikut
tertegun- "Kurang ajar" teriak nenek itu sambil tertawa dingin, " tampaknya watakmu memang
tak jauh berbeda dengan bapakmu yang telah mampus "
"Kau ....kau... kenal dengan ayahku?" tanya Ong It sin tercengang, seakan akan
ia tidak percaya kalau nenek itu bisa kenal dengan ayahnya. Nenek itu
mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak.
"Hmmm. . . bukan cuma kenal, kami adalah . . . ."
Kata- kata itu tidak dilanjutkan, sebab secara tiba tiba ia seperti teringat
akan sesuatu. Setelah terhenti sejenak, tiba-tiba katanya lagi:
"Bocah keparat, camkan kata kataku ini, pokoknya kalau kotak kemala itu tidak
kau serahkan kepadaku jangan menyesal bila nyawamu ikut melayang disini"
"Sebelum membicarakan soal lain, beritahu kepadaku apakah ke empat jago tangguh
dari Tiong lam pay yang berusaha merampas kotak tersebut dari tangan ayahku
dulu?" desak si pemuda.
Setajam Sembilu pancaran Sinar mata si nenek, paras mukanya berubah hijau
membesi dengan sikap yang menggidikkan hati ia menukas:
"Kau tak usah banyak bicara, jawab secara singkat kotak itu hendak kauserahkan
kepadaku atau tidak?"
Ong It sin hanya termenung tidak menjawab setelah mengalami pelbagai peristiwa,
ia dapat menarik kesimpulan aneh yang dihadapinya sekarang.
Berbicara dari kepandaian silat yang dimiliki nenek itu, untuk merampas sebuah
kotak kemala dari sakunya hampir boleh dibilang gampang seperti membalikkan
telapak tangan sendiri, padahal nenek itupun tahu jika kotak mustika itu berada
dalam sakunya, tapi anehnya kenapa ia tidak merampasnya sendiri " Tapi minta
kepadanya untuk menyerahkan benda tersebut kepadanya"
Ia mencoba untuk mengerdipkan matanya lalu berkata:
"Tak mungkin kuserahkan benda itu kepadanya, sebab kotak itu barang peninggalan
ayahku, untuk melindungi benda ini ayahku telah mempertaruhkan jiwa raganya, itu
berarti tak ternilai harga dari kotak ini, kenapa aku harus menyerahkannya
kepadamu" Paras muka si nenek kembali mengalami perubahan hebat malah akhirnya paras
mukanya berubah menjadi hijau membesi hingga tampak mengerikan sekali.
Pada saat itulah Lau Hui melompat bangun, lalu katanya: "Locianpwe, apa yang kau
tanyakan kepada kami telah kami jawab sejujurnya, sekarang aku boleh mohon diri
bukan?" Nenek itu masih tidak menjawab bahkan menggubrispun tidak, sepasang matanya yang
memancarkan sinar tajam mengamati wajah Ong It sin tanpa berkedip. Karena tidak
memperoleh jawaban, Lau Hui merasa tidak puas, meskipun demikian diapun tak
berani pergi meninggalkan tempat itu, Bwe Yau seperti merasa tidak setuju untuk
meninggalkan tempat tersebut dalam keadaan seperti ini, namun ia tak berani
memberi komentar apa-apa, hanya ditatapnya kakak seperguruannya itu dengan sorot
mata mendongkol dan tak puas.
Ong It sin yang menyaksikan nenek itu marah-marah segera goyangkan tangannya
berulang kali. "Nenek tua, kau tak usah marah-marah, aku tahu ilmu silatmu sangat tinggi,
sedang kotak kemala itu berada dalam sakuku, kenapa kau tidak merampasnya
sendiri" Aku tak punya ilmu apa apa, tak mungkin aku bisa menandingi ilmumu,
asal kau mau merampasnya sendiri, aku paling banter cuma bisa melihat benda itu
kau rampas dengan begitu saja, hayo, kenapa tidak kau coba?"
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara yang penuh kepedihan, seakan-akan
ia memang tak bisa berbuat lain kecuali pasrah.
Mula mula nenek itu agak tertegun, muncul kemudian sekulum senyuman menyungging
diujung bibirnya. Ketika Lau Hui menyaksikan nenek itu sudah, tersenyum, buru buru katanya pula.
"cianpwe, kita boleh pergi dari sini bukan?"
Nenek itu berpaling dan mengangguk kearah Lau Hui.
"Asal kau bersedia melakukan sebuah pekerjaan untukku, kau boleh segera
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggalkan tempat ini" katanya.
"cianpwe suruh aku berbuat apa" Semua perintahmu akan kulakukan tanpa membantah"
cepat cepat Lau Hui menimpali.
"Hmm... kau tak usah menjilat pantat" jengek si nenek sambil mendengus, "aku tak
akan menyuruh kau melakukan sesuatu yang membahayakan jiwamu, aku hanya suruh
kau merampas kotak yang berada dalam saku bajingan cilik itu . . . bisa kau
lakukan?" Kena disindir dengan kata katanya tadi, Lau Hui merasa malu sekali sehingga
wajahnya berubah jadi merah padam, akan tetapi setelah mengetahui bahwa tugas
yang diperintahkan sang nenek kepadanya hanya suatu tugas yang kecil, ia merasa
hatinya menjadi lega. "Bisa bisa...." jawab terburu buru. sambil berkata dia lantas melangkah maju ke
depan Tapi baru beberapa langkah dia maju Bwe Yau telah menyambar ujung bajunya sambil
berseru: "suko kotak kemala itu adalah benda yang kita bawa dari ribuan li jauhnya untuk
diserahkan kepadanya, tidak sepantasnya kalau kita merampasnya kembali dari
tangannya" "Aaaah... kamu ini tahu apa?" teriak Lau Hui dengan suara, "bila tidak kuturuti
perintahnya mana mungkin kita bisa meloloskan diri dari tempat ini?"
"sekalipun tak bisa lolos tidak sepantasnya kalau kita lakukan perbuatan seperti
ini" "Kentut busuk" bentak Lau Hui dengan gusar.
Tiba-tiba ia mengebaskan lengannya keras keras sehingga terlepas dari genggaman
gadis itu Bwe Yau tidak menyangka kalau Lau Hui akan berbuat sekasar itu kepadanya, karena
tidak menduga badannya terjerembab ke depan, untung di situ ada Ong It sin
sehingga badannya tak sampai terlempar mencium tanah.
Cepat Cepat gadis itu memutar badannya melindungi Ong It sin, lalu katanya:
"suko, sekalipun suhu berada disini, tak nanti beliau akan mengijinkan dirimu
untuk melakukan perbuatan yang tidak menguntungkan bagi Sahabat Ong"
"omong kosong" bentak Lau Hui dengan wajah membesi, "kau ini tahu apa " sebelum
berangkat bukankah suhu telah berpesan bahwa semua urusan akulah yang berhak
memutuskannya" "
Merah padam selembar wajah Bwe Yau..
"Yaa.... karena ... karena....dia masih belum mengetahui watakmu yang
sesungguhnya." "Cepat kau menyingkir" bentak Lau Hui, "siapa benar siapa salah, setelah sampai
dirumah baru kita bicarakan lagi dengan suhu...."
Sepasang mata Bwe Yau berkaca-kaca, butiran air mata menembang dalam kelopak
matanya dan hampir saja menetes keluar, tampaknya ia merasa amat tersiksa oleh
keadaan kakak seperguruannya itu.
Betapa terharunya Ong It sin setelah menyaksikan keadaan gadis itu, apa lagi
setelah mengetahui bahwa dara itu selalu berusaha untuk membelainya.
O000dw000O Jilid 6 DILIRIKNYA sekejap kearah nenek itu ia jumpai nenek itu meski berdiri dengan
sekulum senyuman menghiasi bibirnya, namun senyuman itu kelihatan sangat aneh,
membuat siapapun yang menyaksikan hal ini merasakan bulu kuduknya pada bangun
berdiri. Pemuda itu lantas berpikir.
"Nona Bwe begini baiknya kepadaku, mana boleh kubiarkan dia terkurung dalam
ruang batu ini sehingga harus mengalami perasaan kaget dan takut."
Berpikir sampai disitu, buru-buru katanya:
"Nona Bwe, kau sudi membantuku aku merasa amat berterima kasih, tapi akupun tahu
tanpa kotak kemala ini tak mungkin kalian bisa meninggalkan ruangan ini, maka
aku... aku akan serahkan kotak ini untukmu..."
Sambil berkata ia merogoh sakunya dan mengeluarkan kotak kemala tersebut,
Sesungguhnya kesan tentang ayahnya sudah tinggal kenangan, kenangan lama yang
menyedihkan hati. Tapi sekarang setelah diketahuinya bahwa kotak kemala itu benda peninggalan
ayahnya, setiap kali memandang kotak itu wajah ayahnya yang gagah perkasa serasa
muncul kembali dihadapannya, ia merasa matanya menjadi basah, ia merasa berat
hati untuk melepaskan satu-satunya benda peninggalan ayahnya ini.
Tapi kini, demi membalas budinya, kepada Bwe Yau, dia harus menyerahkan kotak
itu dengan perasaan berat.
Pelan-pelan kotak itu diambil keluar, kemudian diletakkan diatas meja batu
Manusia Penyebar Kutuk 2 Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta Hantu Tangan Empat 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama