Pendekar Bego Karya Can Id Bagian 2
berhamburan keluar . aduh mak. aku bisa konyol Hayo cepat bangun Hayo cepat
bangun" Membayangkan betapa ngerinya kalau badan sampai dibelah jadi dua bagian, tanpa
sadar Ong It-sin menekan pula ujung hidung orang berbaju putih itu.
Ketika ujung hidungnya tertekan beberapa kali, otomatis jalan darah yang
tertotokpun bebas dengan sendirinya, orang berbaju putih itu segera melompat
bangun. Ong It sin jadi girang sekali menyaksikan kejadian itu cepat-cepat ia putar
badannya sambil berteriak:
"Coba lihat, coba lihat, begitu kumaki dirinya dia ....."
Belum habis kata-kata itu diucapkap. tiba-tiba orang berbaju putih yang lain
melompat ke belakangnya dan sekali dia tendang, tepat diatas pantat pemuda itu.
Ong It sin menjerit aneh, termakan oleh tendangan itu tubuhnya mencelat keudara,
begitu tinggi tubuhnya melambung hingga mencapai dua kaki lebih.
Dari atas memandang kebawah, pemuda itu merasa segala sesuatunya berubah jadi
kecil, dia jadi ngeri sampai-sampai sukmanya terasa melayang tinggalkan raganya.
Pada dasarnya memang dia tak pandai ilmu meringankan tubuh, ketika tubuhnya
mulai meluncur kebawah, hatinya semakin gugup hingga menjeritlah anak muda itu
seperti babi mau disembelih.
Tiba-tiba dua orang berbaju putih itu bergerak ke bawahnya, ketika tubuh Ong It
Sin sudah berada tujuh delapan kaki dari permukaan tanah, kedua orang itu masing
masing menyambar sebuah kaki anak muda itu.
Dari balik mata kedua orang itu masing-masing memancarkan sinar buas yang
menyeramkan, begitu kaki Ong It sin tertangkap. masing-masing lantas bergerak ke
arah yang berlawanan. Seandainya hal ini sampai terjadi, niscaya tubuh si anak muda itu akan terbelah
jadi dua bagian. Tapi.. .. baru saja kedua orang itu bergerak mundur kearah yang berlawanan tibatiba mereka merasakan dibawah iga kirinya kesemutan.
Keadaan tersebut persis seperti keadaan yang mereka alami ketika bertarung
melawan Coa Thian-tam, waktu kemenangan sudah di depan mata, tahu-tahu iganya
jadi kesemutan. Dengan perasaan yang kaget dan gusar cepat kedua orang itu mengerahkan hawa
murninya, sayang keadaan sudah terlambat, tahu-tahu badannya sudah menjadi kaku
dan tak mampu berkutik lagi.
0dw0 DENGAN kakunya tubuh kedua orang itu, maka Ong It sin jadi tergantung diudara
dengan kepala dibawah kaki diatas.
Cepat-cepat tangannya menekan permukaan tanah, lalu sepasang kakinya meronta
dengan sekuat tenaga. Begitu terlepas dari cengkeraman dia segera jumpalitan
diudara dan turun keatas bumi.
"Alhamdullilah, untung kalian menyambut badanku dari bawah" serunya sambil
menghembuskan napas lega,"Kalau tidak. waah Pasti tubuhku akan terjatuh ke tanah
dan kepalaku paling sedikit akan bertambah dengan beberapa bisul besar"
Yaa, dasar tolol, ternyata pemuda itu tidak mengetahui kalau sedetik sebelumnya
ia sudah berada di ambang kematian.
Ketika pemuda itu menengadah kembali dan dilihatnya kedua orang itu masih
berdiri kaku dihadapannya, dia jadi keheran heranan.
"Hei. permainan apa lagi yang sedang kalian lakukan?" tegurnya kemudian.
Rasa gusar yang berkobar dalam dada dua orang berbaju putih itu sukar dilukiskan
dengan kata-kata, sayang mereka tak bisa bersuara, maka matanya saja yang
mendelik besar. Ong It sin berjalan kehadapan mereka berdua, setelah diamatinya sekejap kedua
orang itu, dia lantas berseru:
"Hei, apakah kamu berdua berpura-pura mampus lagi?"
Ia dorong bahu kedua orang itu, "Bluukk Bluuukk" tahu-tahu dua orang itu roboh
terjengkang ke tanah dengan posisi tetap kaku, bukan saja tidak berkutik,
merekapun tidak bersuara.
Ong It sin sebera tertawa terbahak bahak.
"Haaaahhh. . . .haaahhh. . . . haaahhh. . . .tampaknya kalian memang sengaja
menyerahkan diri untuk diberi hukuman?"
Jari tangannya sudah hampir menekan ujung hidung kedua orang berbaju putih itu
ketika secara tiba-tiba ia teringat akan sesuatu.
"Tidak. mereka tidak bisa dilepaskan Waktu kubebaskan jalau darah mereka tadi,
yang satu telah menendang pantatku dan yang lain mengebutkan ujung bajunya
mengakibatkan aku terlempar jauh. Kalau sekarang kubebaskan pula totokan mereka,
padahal mereka dalam posisi duduk. waah ....penderitaan yang kualami pasti lebih
hebat lagi. Lebih baik tunggu sampai bertemu dulu dengan paman"
Begitu keputusan diambil, dia lantas mengempit kedua orang itu dan meneruskan
perjalanannya ke depan. Meskipun ilmu silatnya cetek. tenaga kasar masih dimilikinya, maka tanpa
membuang banyak tenaga kedua orang itu dapat diangkut pergi.
Beberapa li kemudian, tibalah anak muda itu di sebuah tikungan bukit, dari
kejauhan tampak asap hitam yang tebal masih membumbung ke angkasa, sementara
para anggota perkampungan sudah tercerai berai kemana-mana, ada yang
menyelamatkan diri ada pula yang mengungsi ketempat lain
Yang masih tetap tinggal diperkampungan Li-keh ceng saat itu rata-rata adalah
jagoan berilmu tinggi, mereka semua dengan wajah marah sedang memperbincangkan
kebakaran tersebut, malah ada pula yang masih mencaci maki tiada habisnya.
Tentu saja tak seorangpun yang memperhatikan Ong It sin, ketika anak muda itu
muncul sambil membawa dua orang.
Melihat semua orang tidak menggubris dirinya, Ong It sin segera berteriak keras:
"Hei, pamanku ada dimana" Kalian tahu tidak. pamanku sekarang berada dimana?"
sambil berteriak, ia berkeliaran diantara kerumunan orang banyak.
Seorang laki-laki bercambang segera mendorong pemuda itu sambil menegur:
"Heh .... apa yang kau kaok-kaokkan" Hati-hati kalau dimaki oleh cengcu . . . ."
Kena didorong oleh laki laki bercambang itu, Ong It sin maju dengan sempoyongan,
hampir saja ia jatuh terjerembab.
Cepat-cepat ia menjaga keseimbangan badannya, begitu dapat berdiri tegak segera
sahutnya: "Paman tidak akan memaki aku lagi, coba kau lihat, siapakah dua orang yang
kubawa ini?" Sekarang semua orang baru memperhatikan dua orang manusia yang dibawa oleh Ong
It sin itu, dari potongan badan mareka yang berbaju putih, tentu saja semua
orang tahu bahwa kedua orang itu bukan manusia sembarangan.
Tapi semua orang juga tahu hebatnya kungfu pemuda itu, pikir mereka jika dua
orang berbijuputih itupun bisa jatuh ke tangan Ong It Sin, berarti juga kalau
kedua orang itu bukan manusia lihay seperti yang disangka semula.
Sebab itu, paras muka semua orang tidak menunjukan rasa heran, malah sebiliknya
sambil menyengir sinis mereka balik bertanya: "siapa sih kedua orang itu"
"Aku bukan sedang menakuti, tapi terus terang nya saja mereka adalah dua
diantara empat manusia sesaat dari Ciong lay"
Begitu perkataan itu diutarakan, gelak tertawa yang amat riuh berkumandang dari
segala penjuru tempat. "Hei, apa yang kalian tertawakan?" seru Ong It sin keheranan.
"Tak usah melepaskan kentut anjing disini"sela laki laki bercabang itu, "barusan
ceng cu sendiri berhasil menawan seorang diantara Ciong lay sushia setelah
melangsungkan pertarungan yang sengit sekarang kau mengaku menangkap dua
orang....... Huuuh Memangnya ilmu silatmu jauh lebih hebat daripada cengcu?"
Ong It sin jadi orang paling jujur, selama hidup boleh dibilang tak pernah
bohong, diapun paling benci terhadap orang yang suka berbohong, maka ketika
dilihatnya semua orang tidak percaya dengan perkataannya, ia jadi sangat
gelisah. Dengan muka yang bewarna merah membara teriaknya:
"Hei, mereka benar benar adalah dua orang di antara empat sesat Ciong lay su
shia Kalau kalian tidak percaya akupun tak akan banyak berbicara, segera kutemui
paman untuk menyerahkan sendiri kedua orang ini kepadanya." sambil berkata ia
lantas putar badan dan siap siap berlalu dari sana .......
Gelak tertawa kembali berkumandang memecahkan keheningan, tiba tiba seorang laki
laki bermuka segi tiga tampil ke muka, lalu kakinya dilintangkan ke muka untuk
menggaet kaki Ong It sin yang sedang melangkah.
Ong It sin tak menyangka kalau kakinya bakal di gaet orang, ia sedang maju
dengan langkah lebar ketika kakinya tergaet tak ampun lagi keseimbangan badannya
jadi hilang dan ....."Bluuuk" ia terjerembab keatas tanah dengan muka mencium
tanah. Melihat pemuda itu tak dapat menghindarkan diri dari gaetan orang hingga ia
jatuh mencium tanah, tapi mulutnya berani bicara sesumbar dengan mengatakan dia
berhasil menangkap dua orang diantara Ciong lay su shia, tak tahan lagi semua
orang kembali tertawa terbahak bahak.
Tapi gelak tertawa itu hanya berlangsung tengah jalan, lalu secara tiba-tiba
berhenti dan suasana diliputi keheningan yang menyeramkan ......
Apa yang terjadi" Ternyata pada saat itulah dalam gelanggang telah terjadi suatu
perubahan yang sama sekali diluar dugaan.
Kiranya sewaktu Ong It sin terjerembab jatuh ketanah tadi, gerakan pertama yang
dia lakukan adalah menahan permukaan tanah dengan sepasang tangannya.
Ketika tangannya menahan permukaan tanah, secara otomatis lengannya terpentang
lebar dan dua orang manusia berbaju putih yang ada dalam kempitanpun terjatuh
ketanah. "Bluuuk Bluuuk" ketika jatuh ketanah, secara kebetulan pula muka kedua orang
manusia berbaju putih itu menghadap ke bawah dengan punggung menghadap keatas,
maka sewaktu mencium tanah, ujung hidungnya itu menumbuk permukaan tanah pula
keras-keras. Dengan demikian, jalan darah mereka yang tertotok pun segera
menjadi bebas kembali. Seperti telah diketahui, dua orang manusia berbaju putih itu berwatak buas, hati
mereka sudah dibikin gusar setelah dua kali berturut turut jalan darah mereka
tertotok tanpa sebab. Maka dikala hawa murni mereka dapat mengalir kembali dengan lancar, mendengar
pula gelak tertawa orang banyak disekelilingnya, kegusaran mereka semakin
memuncak. Sambil meraung keras, tiba-tiba dua orang itu melompat bangun, yang seorang
segera menyambar kaki laki laki bercambang itu, sedang yang lain menyambar kaki
si laki laki bermuka segi tiga yang menjegal kaki Ong It sin tadi.
Padahal waktu itu semua orang sedang bertepuk. tangan sambil tertawa tergelak.
sudah tentu tak ada yang akan menduga kaluu secara tiba-tiba mereka bakal
disergap orang. Menanti kedua orang itu merasa kalau kakinya di tangkap orang dan menyadari
kalau gelagat tidak menguntungkan, keadaan sudah terlambat.
Bersamaan dengan berdirinya dua orang manusia berbaju putih itu, lengan mereka
segera digetarkan untuk mengangkat tubuh ke dua orang itu ke udara.
"Praaak" batok kepala dua orang laki laki itu segera beradu dengan kerasnya di
udara. Ketika dua orang manusia berbaju putih itu mengangkat korbannya ke udara tadi,
gelak tertawa semua orang sudah terhenti.
Menyusul kemudian, sewaktu batok kepala dua orang itu saling beradu jerit kaget
berkumandang silih berganti.
Tapi keadaan kembali sudah berubah, diiringi suara benturan keras.
Dua orang itu bisa jadi jagoan lihay dalam perkampungan Li keh ceng tentu saja
ilmu silat mereka tidak masuk golongan yang berilmu rendah, tapi peristiwa itu
benar benar terjadi diluar dugaan siapapun, jangankan untuk menghindarkan diri,
untuk mengeluarkan ilmu silat mereka yang lihaypun tak sempat, tahu tahu nyawa
mereka sudah keluar lenyap. semua orang yang hadir disana tak ada yang berkutik
semua orang berhenti tertawa.
Mereka tak tahu apa yang harus dilakukan, semua orang hanya berdiri dengan mulut
melongo. Dua orang manusia berbaju putih itu tertawa seram, mereka putar badan dan
berbareng meleset ke arah muka.
Sambil menerjang maju ke depan, sepasang tangan mereka sama sekali tidak berdiam
diri dan ...."Plak Plak Plak Plak" empat orang jago yang kebetulan berada
disekitar mereka segera termakan oleh pukulan yang maha dahsyat itu hingga
terpental kebelakang Pukulan itu betut-betul disertai dengan tenaga serangan yang maha dahayat,
ketika keempat orang itu terhajar hingga mencelat ke udara, mereka menjerit
kesakitan, darah kental muncrat keluar dari mulutnya, hal ini menunjukkan babwa
ke empat orang itu kalau bukan mati, paling sedikit juga sudah menderita luka
yang parah. Seandainya pada waktu itu si Dewa perak Li Liong berada disana, maka dibawah
komandonya keadaan pasti tak akan sekalut itu, tapi sekarang Li Liong tidak
berada disitu, meskipun jumlah jago lihay yang berkumpul disatu banyak sekali,
ular yang tak berkepala tak bisa jalan, demikian pula keadaannya dengan jagojago itu. Kecuali itu, yang jelas semua orang sudah dibikin keder lebih dulu oleh
perbuatan dua orang manusia berbaju putih itu, melihat dua orang rekannya sudah
terbunuh dan empat orang rekan lainnya terluka parah, nyali semua orang jadi
ciut. Mereka bukan saja tak berani maju untuk mengurung dua orang manusia berbaju
putih itu, malah sebaliknya dengan wajah ketakutan masing-masing mengundurkan
diri untuk mencari selamatnya sendiri
Diantara sekian banyak orang yang mundur ke belakang, tiba-tiba muncul sesosok
bayangan manusia yang justru menyerbu kedepan dan langsung menghampiri dua orang
manusia berbaju putih itu.
Orang itu bukan lain adalah Ong It-sin
Ketika anak muda itu berhasil merangkak bangun dari tanah, peristiwa telah
berlangsung lebih jauh, bukan saja dua orang jago mati terbunuh, empat jago
terluka parah, semua orang malah mundur dengan ketakutan.
Pemuda yang tolol ini masih belum menyadari kalau keadaan sudah berubah jadi
gawat, ketika dilihatnya dua orang manusia berbaju putih itu berusaha lari ke
depan menjauhinya, dia lantas menyangka kalau tawanannya itu hendak kabur
menggunakan kesempatan itu.
Dengan hati yang gelisah cepat cepat dia menerobos keluar dari kerumunan orang
banyak, lalu sambil menyongsong ke dua orang itu teriaknya keras keras: "Hei,
kalian berdua jangan kabur dulu. ayoh ikut aku menghadap pamanku ."
Sebenarnya suasana pada saat itu diliputi jeritan kaget yang ramai, tapi setelah
Ong It sin tampil ke depan, seketika itu juga suasana berubah jadi hening, semua
orang dibuat tertegun saking kaget dan herannya .......
Ong It sin sering kali bergaul dengan kawanan jago yang berdiam di perkampungan
Li keh ceng tersebut, boleh dibilang semua orang tahu kalau ilmu silatnya cetek
sekali. Dan kini, semua orang juga tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki dua orang
manusia berbaju putih itu hebatnya bukan kepalang, bahkan mereka merupakan
manusia buas yang tak berperikemanusiaan.
Maka ketika semua Oraug melihat Ong It sin menampilkan diri untuk menyongsong
dua orang tersebut, rata-rata semua orang menyumpah dalam hati kecilnya:
"Sialan bocah dungu itu, kami saja takut untuk menghadapi kedua orang itu, kau
malah maju menghampirinya. Hmm Bukankah keadaan ini ibaratnya domba yang
menyongsong harimau" Menghantar kematian sendiri dengan cuma-cuma?"
Ong It sin meski dungu, semua jago dari Li keh ceng meski gemar menggodanya.
tapi kebanyakan tidak menaruh perasaan jahat kepadanya, maka ketika mereka
saksikan pemuda itu menghantarkan diri kemulut harimau, seketika itu juga ada
tujuh delapan orang diantaranya berteriak dengan perasaan kuatir:
"Hei cepat kembali Cepat kembali"
Ong It sin sama sekali tidak menggubris teriakan itu, selangkah demi selangkah
dia maju terus hingga sampai tepat dihadapan dua orang manusia berbaju putih
itu. Selama anak muda itu maju ke depan, dua orang manusia berbaju putih itupun tidak
melakukan gerakan apa-apa, mereka hanya mengawasi pemuda itu dengan pandangan
dingin. Begitu sampai dihadapan musuhnya, Ong It sin segera berteriak keras:
"Hmm ..... Belum cukup membakar perkampungan Li keh ceng, kalian bunuh orang
lagi disini, perbuatan semacam ini betul-betul berbuatan yang pantas dijatuhi
hukuman mati Hayo cepat menyerahkan diri dan ikut aku menghadappaman. Perbuatan
kalian hanya bisa ditebus setelah dijatuhi hukuman yang setimpal oleh paman"
Dikala Ong It sin mengucapkan kata-kata tersebat, kawanan jago lihay
perkampungan Li keh-ceng yang berada dibelakangnya cuma bisa saling
berpandangan, hampir saja mereka anggap si anak muda itu sudah sinting, maka ia
dapat mengucapkan kata-kata sinting seperti itu.
Dua orang manusia berbaju putih itu juga tak tahu asal usul dari Ong It sin,
sekalipun dengan sangat mudah anak muda itu berhasil mereka robohkan, tapi
dihadapannya juga jalan darahnya berulang kali kena ditotok .......
Dalam keadaan demikian, sulitlah bagi kedua orang manusia berbaju putih itu
untuk menentukan apakah musuhnya itu betul betul tolol atau cuma pura pura tolol
belaka. Hening sesaat kemudian, mereka saling berpandangan sekejap kemudian
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tegurnya: "Siapa pamanmu?"
"Kamu belum kenal dengan pamanku" Dia tak lain adalah Gan sin Li Liong, cengcu
dari perkampungan Li keh ceng yang amat tersohor itu"
Mendengar jawaban tersebut, dua orang manusia berbaju putih itu terkesiap.
"oooh. . .jadi orang iri keponakannya Li Liong" pikir mereka kemudian, "wah,
kalau begitu ilmu silatnya tentu hebat sekali, dan lagaknya yang ketolol totolan
itupun cuma lagak yang disengaja"
Berpendapat demikian, serentak mereka membentak keras, sambil menerjang ke muka,
lengan mereka menyambar kemuka mencengkeram bahu si anak muda itu. Ong It sin
berseru tertahan, tubuhnya bergerak kebelakang siap menghindarkan diri.
Tapi gerakan tubuh orang itu sesungguhnya cepat luar biasa, baru saja pemuda itu
bergerak mundur ujung jari tengah mereka sudah menempel di atas bahunya dan
menyentil satu kali. Termakan oleh sentilan tajam tadi, sekujur badan Ong It sin jadi kaku dan
kesemutan, jangankan berkelit, untuk bergerakpun sukar rasanya.
Menyusul kemudian, dua orang manusia berbaju putih itu menerjang maju makin
kedepan, lima jari mereka yang terpentang lebar langsung mencengkeram bahu anak
muda itu. Ong It sin menjerit keras: "Hei, kamu berdua ...."
Teriakan itu baru diutarakan sampai tengah jalan, ketika secara tiba-tiba ia
saksikan paras muka kedua orang musuhnya berubah hebat, sambil melepaskan
cengkeramannya buru-buru mereka mundur ke belakang.
Begitu merasakan bahunya dilepaskan dan melihat juga kedua orang itu memandang
kearahnya sambil mundur kebelakang berulang kali, Ong It-sin merasa punya
kesempatan untuk menyerang balik, sepasang tangannya laptas diayun ke depan
balas mencengkeram bahu kedua orang laki-laki itu.
Seandainya bukan manusia setolol Ong It sin yang menghadapi keadaan seperti itu,
mereka pasti tahu kalau dua orang manusia berbaju putih itu sudah tertotok jalan
darahnya, karena sepasang mata mereka terbelalak lebar dengan tubuh yang kaku.
Tapi sayang yang menghadapi keadaan itu justru adalah manusia setolol Ong It
sin, dengan dasar ilmu silatnya yang amat cetek, sudah barang tentu ia tak tahu
kalau kedua orang itu sudah tertotok dia malah mengira musuhnya takut ditangkap
olehnya maka mundur dengan ketakutan.
Dengan muka yang sengaja dibengis bengiskan dia menyerobot maju ke depan
kemudian dengan menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya, ia cengkeram bahu
mereka berdua. Dalam keadaan tertotok jalan darahnya, sudah tentu dua orang manusia berbaju
putih itu tak mampu menghindarkan diri dari cengkeraman Ong It sin, tak ampun
lagi dada mereka sudah cengkeram erat erat:
"Hmm . . . Akan kulihat kamu berdua mau kabur ke mana lagi" bentaknya keras
keras. Sejak Ong It sin menerobos keluar dari kerumunan orang banyak. sampai ia
berhasil menangkap dua orang manusia berbaju putih itu, waktu yang digunakan
hanya sekejap mata. Menanti anak muda itu berhasil mencengkeram dada ke dua orang musuhnya, lalu
berpaling kawanan jago yang berada disekeliling tempat itu hanya bisa
membelalakkan matanya lebar lebar dengan mulut melongo, semua orang merasa baru
saja sadar dari suatu impian yang aneh.
Ong It sin yang tolol sudah tentu tidak mengerti apa sebabnya itu, bahkan ia tak
pernah berpikir sampai kesitu, dengan suara yang keras dia segera berteriak
lantang: "Hei, pamanku berada dimana" Aku hendak membawa dua orang manusia sesat ini
menjumpai pamanku" 00000dw00000 Jilid 3 SEKARANG tak ada orang yang merasa sangsi lagi kalau ada orang manusia berbaju
putih itu adalah dua diantara empat manusia sesat dari Ciong lay, karena begitu
turun tangan tadi, dua orang manusia berbaju putih itu sanggup melukai empat
orang dan membunuh dua orang dalam waktu singkat.
Semua orang mengakui bahwa ilmu silat yang dimiliki dua orang manusia sesat itu
luar biasa sekali dan kepandaian mereka tak mungkin bisa menandingi mereka.
Ong It sin sudah mengulangi pertanyaan-nya sampai beberapa kali, tapi suasana
tetap hening, tak seorangpun diantara kawanan jago itu yang menjawab
pertanyaannya. Yaa, pada hakekatnya kawan jago itu sudah di buat tertegun, bahkan tercengang
oleh kehebatan Ong It sin siapapun tak menyangka kalau pemuda yang selama ini
dianggap tolol dan tak berilmu itu sanggup menaklukkan dua orang manusia sesat
yang begitu lihay, bahkan dua orang sesat itu kelihatan ketakutan ketika pemuda
tersebut menghampirinya. Sudah tentu mereka tak tahu kalau kedua orang berbaju putih sudah tertotok lebih
dulu jalan darahnya sebelum kena ditangkap oleh Ong It sin, mereka malah
menyangka Ong It sin yang ketolol tololan itu sebetulnya adalah seorang jago
silat yang berilmu tinggi.
Untuk sesaat lamanya, semua orang jadi teringat kembali akan perbuatan-perbuatan
mereka diwaktu lampau dimana mereka sering kali mempermainkan pemuda itu.
Bagi mereka yang menggoda saja, saat ini hanya merasakan hatinya bingung dan tak
tahu apa yang musti diperbuat, tapi bagi mereka yang pernah bersikap keras dan
berbuat jahat kepada pemuda itu sekarang jadi ketakutan setengah mati sampai
sampai peluh dinginpun mengucur keluar membasahi tubuhnya.
Selang sesaat kemudian, dua orang laki-laki berusia lima puluh tahunan munculkan
diri dengan sikap ketakut-takutan, begitu sampai dihadapan Ong It sin, dengan
munduk munduk mereka berkata:
"Ong kongcu, kau betul-betul seorang jago lihay yang pandai menyimpan diri,
sehingga kami sekawanan jago silat kasaran pun kena di kelabuhi semua"
Selama hidup diperkampungan Li keh ceng, Ong It sin sudah terbiasa dipanggil
dengan sebutan "bocah kunyuk" atau "si tolol" kalau tidak juga dipanggil tanpa
sebutan nama tapi hanya "has haa hei hei" belaka, belum pernah ia dipanggil
orang dengan sebutan "kongcu".
Dan sekarang, muncul dua orang yang membahasai dirinya dengan sebutan "ong
kongcu" Ong It sin lantas mengira kalau mereka bukan sedang berbicara dengan
dirinya, maka diapun ikut berpaling ke belakang.
Tapi ketika matanya memandang ke belakang, ternyata disitu tak ada orang lain,
ini membuat anak muda itu jadi keheranan.
Sementara itu dua orang yang mengajak dia berbicara itu segera berprasangka
kalau Ong It sin tak senang hati dan tak sudi memaafkan perbuatan mereka dimasa
lalu, maka dia pura pura berpaling kebelakang. Paras muka mereka berubah hebat,
cepat serunya lagi: "Ong kongcu, dahulu meski kami sering menggoda engkau, itupun cuma bersifat
gurauan belaka, masa engkau tak sudi memaafkan kekhilafan kami semua?"
Ong It sin berpaling kembali, sekarang dia baru tahu kalau dua orang laki lak
berusia lima puluh tahunan itu sedang mengajak dia berbicara, tapi pemuda itu
tidak terlalu memperhatikan isi pembicaraan lawan, hanya dengan wajah kaget
bercampur keheranan dia bertanya:
"Kalian. . . . kalian sebut aku dengan panggilan apa?" Dua orang itu semakin
tersipu sipu. "Ong kongcu bagaimanapun juga engkau adalah sanak keluarga dari Li cengcu,
sekali pun kami membahasai engkau dengan sebutan kongcu, rasanya hal itu juga
pantas, apa lagi yang perlu kau herankan?"
"Kongcu . . . " Kongcu . . . ?" ulang Ong It sin sampai beberapa kali, tiba tiba
wajahnya berseri. "Aaaah Kalian semua memang terlalu sungkan sungkan, oya pamanku sekarang ada
dimana?" "Cengcu berada didalam lembah kecil sebelah depan sana" buru-buru semua orang
berebut memberi keterangan, "ia sedang memeriksa perempuan berambut panjang itu,
harap kongcu segera kesitu"
Malah ada juga yang segera berseru: "Biar kami yang membawa jalan untuk kongcu"
Untuk sesaat suasana jadi kacau hiruk pikuk penuh suara manusia, semua orang
berusaha membaiki Ong It sin, semua orang berusaha mencari muka, melihat ini
membuat si anak muda itujadi gelagapan sendiri
"Eeehh eeh. . . kalian tak usah repot-repot, biar aku pergi sendiri saja Biar
aku pergi sendiri saja"
Sambil mengempit dua orang tawanannya, pemuda itu sebagai seorang jagoan yang
berilmu sangat tinggi maka dikala Ong It sin menolak semua orang mengikuti di
belakangnya maka tak seorang pun yang mengikutinya.
Kurang lebih sepuluh kaki kemudian, pemuda itu mendengar suara bentakan bentakan
dari Li Liong berkumandang datang diri depan sana.
Cepat cepat Ong It sin menuju ke tempat berasalnya suara itu, setelah menikung
disebuah selat yang sempit, akhirnya pemuda itu saksikan perempuan berambut
panjang tadi diikat disebuah batu cadas dengan rotan-rotan yang berduri.
Sementara Li Liong serta beberapa orang jago andalannya sedang membentak-bentak
dihadapannya, tapi perempuan berambut panjang itu cuma membungkam dalam seribu
bahasa. Begitu masuk kedalam lembah, Ong It sin segera berteriak keras:
"Paman Paman, aku telah datang"
Tanpa berpaling Li Liong membentak marah.
"Mau apa kamu kesini Enyah cepat-cepat dari hadapanku"
Ong It sin rada tertegun, tapi dengan cepat serunya kembali:
"Tapi Coa tayhiap suruh aku membawa kedua orang ini ke sini, kedua orang itu
adalah orang orang dari Ciong Lay su-shia"
Li Liong melengak lalu berpaling, diliriknya sekejap dua orang manusia yang ada
dikempitan Ong It sin, kemudian sekali lompat kedepan, dua orang itu sudah
dirampasnya. "Coa tayhiap ada dimana?" tegurnya lagi.
"Coa tayhiap terkena pukulan beracun yang di lepaskan dua orang itu, dia sudah
pergi merawat lukanya"
"Ehmm Cepat kau pergi dari sini, jangan pergi ke sembarangan tempat"
"Tapi kedua orang itu. ... "
Belum hasil dia berkata, Li Liong kembali sudah membentak:
"Tak usah banyak bicara, cepat pergi dari sini. Di tempat ini sudah tak ada
urusanmu" Ong It sin sangat tersinggung oleh bentakan pamannya, ia makan hati, tapi tak
berani berkata apa apa terpaksa dengan wajah murung dia mengundurkan diri ke
depan mulut lembah sempit tersebut.
Sementara itu Li Liong sudah membentak dengan suara lantang:
"Aku harap satu diantara kalian bertiga mau buka untuk berbicara terus terang
kau tidak .... Hmm Jangan salahkan kalau kukubur kalian begitu dalam keadaan
hidup hidup," Begitu mendengar bentakan dari pamannya itu tiba tiba Ong It Sin berhenti,
kemudian sambil berpaling ia berseru:
"Paman, kau tak bisa menyalahkan mereka bertiga"
Kemarahan yang berkorban dalam benak Li Liong ketika itu sudah hampir tak
terkendalikan, ia jadi semakin naik darah begitu mendengar Ong It sin ikut
menimbrung dari samping. "Enyah kau dari sini" jeritnya, "kalau tidak. jangan salahkan kalau kutendang
dirimu sampai ke luar kuning telurnya"
Seandainya Ong It Sin agak pintar, waktu itu dia pasti sudah mengambil langkah
seribu. Tapi pada dasarnya ia memang goblok lagipula tololnya tak ketulungan, pemuda itu
merasa kalau ucapan yang tersimpan dalam hatinya tidak di utarakan keluar maka
rasanya kata-kata tersebut merupakan tulang yang mengganjal dalam tenggorokkan,
tak enak rasanya sebelum diutarakan keluar.
Maka sekalipun badannya mundur lagi beberapa langkah dari situ, mulutnya tetap
berseru: "Paman, kalau jalan darah mereka belum dibebaskan, bagaimana mungkin mereka bisa
berbicara" Dan mana boleh kau salahkan ketiga orang itu?"
Sewaktu dilihatnya Ong It Sin masih juga ngebacot tiada habisnya, dengan penuh
kemarahan Li Liong benar-benar hendak mengejar pemuda itu untuk menyepaknya
keluar dari selat tersebut.
Tapi setelah mendengar seruan tersebut dan ia merasa perkataan itu ada benarnya
juga, serta merta jagoan dari Li keh ceng ini jadi termangu.
Sejak perkampungan Li keh ceng yang dibangunnya dengan susah payah dibakar
orang, kemarahan yang berkobar dalam dada Li Liong hampir saja membuat jago itu
jadi kalap. Untung dia adalah seorang jago kawakan yang berpengalaman luas, kemarahan
tersebut sedikit demi sedikit dapat dikendalikan kembali, hingga pikirnya juga
sampaijadi kalut. Sejak membelenggu perempuan berambut panjang itu diatas batu cadas, ia telah
menggunakan pelbagai cara untuk membebaskan jalan darah si perempuan berambut
panjang yang tertotok itu dia ingin mengorek pelbagai keterangan dari perempuan
itu agar mengetahui siapa dalang yang berada dibelakang mereka.
Tapi hasilnya ternyata nihil, perempuan berambut panjang itu tetap membungkam
dalam seribu bahasa. Sudah tentu Li Liong juga dapat menduga kalau hal ini kemungkinan besar
disebabkan jalan darahnya belum dibebaskan, tapi setelah berpikir lebih jauh, ia
merasa hal ini hanya disebabkan oleh satu alasan yakni pihak lawan pura pura
berlagak mampus. Maka ketika mendengar perkataan dari Ong It Sin itu, hatinya jadi tergerak.
dengan mata melotot segera bentaknya: "Darimana kau bisa tahu?"
Ong It Sin sudah terbiasa dibuat ketakutan menghadapi pamannya, melihat Li Liong
mendelik, saking takutnya dia malah tak mampu mengucapkan sepatah katapun. "Hayo
bicara" bentak Li Liong lagi.
"Eeh. . . eeh. . . untuk untuk membebaskan jalan darah kedua orang ini, kita
harus menuding hidungnya sambil memaki maki, kalau dia sudah kenyang kita maki,
tentu jalan darahnya akan bebas dengan sendirinya ......."
Sudah puluhan tahun Li Liong berkelana dalam dunia persilatan, pelbagai kejadian
aneh dan berita aneh pernah dia alami, tapi belum pernah menjumpai kejadian
seaneh yang dialaminya hari ini.
"Kentut busuk bapakmu" kontan saja dia memaki dengan dahi yang berkerut kencang.
"Tidak paman, benar benar bukan kentut busuk bapakku, kalau tidak percaya boleh
dicoba" ngotot Ong It sin.
Sekali lagi Li Liong terbelalak keheranan. Yaa terlalu banyak kejadian aneh yang
dialaminya hari ini. Pertama, tiga orang yang mengaku bernama Ciong Lay su shia mencatut nama empat
iblis sesat yang telah mati lama.
Kedua, tanpa sebab musabab yang jelas mereka membakar perkampungan keluarga Li.
Dan ketiga, dalam usaha pengejarannya atas perempuan berambut panjang, tiba tiba
jalan darahnya ditotok orang, meski dia sudah berusaha dengan segala kemampuan
yang dimilikinya bukan saja tidak diketahui siapa pembantunya itu, diapun gagal
membebaskan jalan darahnya.
Atas dasar beberapa kejadian aneh itu, siapa duga kalau perkataan dari Ong It
Sin bukan cuma bualan belaka"
Berpikir sampai disitu, dia lantas mengangkat si laki laki baja putih yang
berada ditangan kanannya.
"Kalau begitu, kau boleh membebaskan dulu jalan darah orang ini" perintahnya
kemudian. Ong It sin tak berani membantah, dia maju ke muka, lalu sambil menuding ujung
hidung orang berbaju putih, dia, mulai melontarkan kata kata makiannya.
"Monyet jelek. kalau cuma membakar perkampungan keluarga Li mah terhitung dosa
yang enteng, barusan ketika ada dilembah keluarga Li, kenapa kau bunuh Thio
samya dan Hi toako, Kenapa kau lukai juga empat orang jago lihay dan
perkampungan kami" Monyet jelek. dosamu sudah bertumpuk tumpuk, jiwamu tak boleh
diampuni lagi" Sementara itu Li Liong agak tertegun ketika mendengar ucapan tersebut.
"Peristiwa itu kapan terjadinya?" dia lantas bertanya.
"Barusan saja" Kembali Li Liong menengok sekejap pada dua orang manusia berbaju putih itu, dia
lihat bukan saja sinar matanya tajam, lagi pula kedua keningnya menonjol ini
membuktikan kalau mereka adalah jago jago lihay yang mempunyai tenaga dalam amat
sempurna. Tentu saja dengan dasar tenaga dalam sesempurna itu, bukan mustahil jika jagojago perkampungannya dibantai mereka, tapi segera timbul pula suata kecurigaan
dihati kecil Li Liong. "Andaikata jago jago perkampungannya benar-benar dibantai mereka, lantas siapa
pula yang berhasil membekuk kembali dua orang manusia berbaju putih ini?" Dengan
perasaan ingin tahu dia lantas bertanya:
"Lalu siapa yang kemudian membekuk mereka lagi?", Ong It sin tertawa jengah.
"Heeehhh ..... .heeehhh. . . heeehhh. . . siapa lagi paman" sudah tentu aku.
Begitu aku maju ke depan, mereka lantas kubekuk batang lehernya."
Mendengar jawaban itu, Li Liong merasa yaa geli, yaa dongkol, dia cuma bisa
gelengkan kepalhanya sambil mengeluh.
"Ong-It sin. . . wahai Ong It sin . . . sebetulnya kau tidak terhitung orarg
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sama sekali tak berguna, sebab jelek jelek begini kau masih termasuk orang
yang jujur. Tapi sekarang, ....oh, rupanya kau mulai pandai membual, mendingan
kalau bualannya masuk diakal, ibaratnya tong kosong bunyinya nyaring, kau memang
mirip sekali dengan katak buduk dalam sumur, tak tahu diri"
"Paman, Aku tidak bohong" teriak Ong It sin sambil mencak mencak karena gelisah,
"sungguh, Aku tidak bohong, pokoknya kalau aku sampai bohong, biar anak
keturunanku ditumpas"
"Telur busuk bapakmu" bentak Li Llong jengkel.
Ong It Sin makin gelisah, apalagi ketika mengetahui kalau pamannya tidak
percaya, maka kepada orang berbaju putih itu dia berteriak:
"Hei, katakan kepada pamanku, bukankah aku yang menangkap kalian, berdua ....."
sambil berkata ditonjoknya ujung hidung orang berbaju putih itu keras keras:
Dengan ditonjoknya ujung hidung tersebut, secara otomatis jalan darah si laki
laki baju putih yang tertotokpun menjadi bebas kembali, bagitu merasa aliran
darahnya berjalan lancar kembali, serta merta orang itu meronta dengan sepenuh
tenaga. Waktu itu Li Liong baru saja akan mencaci maki kebodohan Ong It sin, ketika
merasakan timbulnya tenaga yang amat besar menerjang telapak tangan kirinya, dia
jadi kaget, apalagi tenaga rontaan itu sedemikian kuatnya sehingga hampir saja
kelima jari tangannya terlepas dari cengkeraman.
Sambil membantak keras Li Liong memperkencang cengkeramannya, lalu lututnya
disodok keatas tepat menghantam jalan darah Wi kiu hiat di tubuh lawan.
Padahal waktu meronta dari cekalan orang tadi laki laki berbaju putih sudah
menyiapkan sebuah pukulan dahsyat, untung sodokan Li Liong menghantam jalan
darah Wi kiu hiatnya lebih dahulu, sehingga dengan begitu hawa murninya kembali
menjadi buyar, meski akhirnya pukulan itu sempat mampir dibadan Li Liong,
pukulan itu sudah tidak berarti lagi .....
Kejut dan kagum Li Liong melihat kelihayan lawannya, dan tak menyangka kalau
orang masih sanggup melepaskan serangan dahsyat kendatipun bahunya sudah
dicengkeram. Setelah musuh tak berkutik, dia membaringkan pula laki laki berbaju putih itu
yang ada ditangan kirinya, lalu punggung orang itu diinjak dengan kaki.
Bersamaan itu juga dan melepaskan kembali sebuah totokan yang tepat menghantam
dijalan darah Leng tay hiat.
Dalam keadaan begini, orang berbaju putih itu benar benar mati kutunya, dan tak
mampu berkutik lagi. "Bajingan keparat" hardik Li Liong kemudian "siapakah kalian" Siapa yang
menitahkan kalian membuat keonaran disini?"
"Heeehhh ..... heeehhh. . . hheeehhh. . . kami adalah Ciong lay su shia, empat
manusia sesat dari bukit Ciong lay ....... Li cengcu Masa kau tidak tahu?" seru
laki laki berbaju putih sambil memperdengarkan suara tertawanya yang
menggidikkan hati. "Huuh, Ciong lay su shia sudah mampus sejak dulu, dari mana munculaya Ciong lay
su shia lagi?" Meski sudah terjatuh ditangan lawan, ternyata orang berbaju putih tak mau kalah
bersilat lidah, kembali dia berkata.
"Yang mampus memang tak bisa bangkit lagi dari liang kuburnya, tapi kau jangan
salah sangka, Ciong- Lay su shia yang kau hadapi sekarang adalah Ciong lay sushia kelompok baru, ilmu silat kami justru jauh lebih hebat dari pada Ciong lay
su-ahia yang sudah koit, tahukah kau?" Li Liong tertawa dingin.
"Heee. . . heeehhh. . . heeehhh. . . apa gunanya ilmu silat yang hebat" Toh
akhirnya jatuh pula ke tanganku" ejeknya.
"Memangnya kau yang berhasil menangkap kami?" dengus orang berbaju putih itu.
Tertegun Li Liong setelah mendengar perkataan itu, yaa, jangankan dua orang
manusia berbaju putih itu, bahkan si perempuan berambut panjangpun bukan hasil
tangkapannya sendiri. Li Liong masih termangu, manusia berbaju putih itu telah berkata lagi:
"Lebih baik lepaskanlah kami bertiga selekas mungkin, dengan begitu selembar
jiwamu akan selamat, kalau sampai guruku mendapat tahu dan menyusul kemari, aku
kuatir kau sendiripun akan turut mampus" Kembali Li Liong merasakan hatinya
tergetar keras. "Siapakah guru kalian?" Ia bertanya kemudian Manusia berbaju putih itu tertawa
seram. "Heeehhh. . . . heeehhh. . . heeehhh. . . . siapakah gurunya Ciong lay su shia"
Li cengcu, kau toh bukan anak kemarin sore yang tak punya pengetahuan apa apa,
masa soal ini saja tidak tahu dan harus ditanyakan kepada kami?"
"Jadi say siujin mo (manusia iblis berkepala singa) si makhluk tua itu masih
hidup didunia ini?" pekik Li Liong saking terkejutnya.
Sekali lagi manusia aneh berbaju putih memperdengarkan suara tertawa anehnya
yang menggidikkan hati. "Heeehhh. . . heeeehhh. . . heeehhhh. . . kecuali dia, siapa lagi yang pantas
menjadi guru kami?" Perasaan bergidik gelombang menerpa perasaan jago tua dari perkampungan keluarga
Li ini, kendatipun ilmu silat yang dimilikinya cukup lihay, kedudukannya
terhormat, pergaulannya luas dan dia bukan seorang manusia yang takut urusan,
tetapi mendengar nama say siujin mo disinggung, entah apa sebabnya perasaan
takut yang luar biasa hebatnya menyelimuti seluruh benak dan perasaannya.
Tentu saja hal ini sebagian besar disebabkan karena kepandaian silat dari Say
siu jin-mo terlampau tinggi, tindak tanduknya terlampau buas dan cara kerjanya
demikian menakutkan. Yaa, meskipun pada beberapa tahun berselang say siu jin mo sudah dikerubuti
begitu banyak jago lihay dari pelbagai perguruan sehingga tubuhnya terjatuh ke
dalam jurang, meskipun lebih banyak nasib buruk daripada nasib baik, tapi
mayatnya tak pernah ditemukan oleh siapapun, dan peristiwa itu membuat banyak
orang persilatan tidak tenang.
Selama beberapa tahun belakangan ini, orang masih berusaha menemukan mayat say
siu jin mo di sekitar jurang, semua orang ingin membuktikan apakah dia benar
benar sudah mati atau belum.
Tapi kini, jawabannya sudah muncul dengan sendirinya, bukan saja say-siujin mo
belum mati malah sudah menerima empat orang murid untuk mengacau dunia
persilatan. Lama sekali Li Liong berdiri tertegun, dia tak tahu bagaimana harus
menyelesaikan persoalan ini, melepaskan manusia manusia baju putih itukah" Atau
tidak melepaskan mereka. Dengan perasaan bimbang dia lantas, bertanya lagi:
"Mengapa kalian memilih perkampungan keluarga Li sebagai sasaran yang pertama?"
Manusia berbaju putih itu tertawa dingin.
"Heeehhh.... heeehhh.. heeehhh... nama besar perkampungan keluarga Li sudah
tersohor sampai dimana mana, kalau kita basmi perkampungan ini, maka tidak
sampai tiga lima hari kemunculan suhu kami dalam dunia persilatan pasti akan
diketahui oleh setiap umat persilatan di dunia ini .... "
Keadaan Li Liong ketika itu sungguh amat sulit, bukan saja ia merasa serba
salah, pikirannya juga teramat kalut.
Seandainya dia hendak membinasakan ketiga orang itu, pada hakekatnya hal
tersebut bisa dilakukan segampang membalikkan telapak tangan ......
Tapi jika ketiga orang itu dibunuh, niscaya say siujin mo tak akan berpeluk
tangan, iblis itu pasti akan berdaya upaya untuk membalaskan dendam bagi
kematian murid-muridn Hingga kini jago-jago persilatan masih belum tahu akan kemunculan makhluk tua
itu, tentu saja Li Liong tidak tahu bagaimanakah sikap khalayak ramai terhadap
makhluk tua tersebut. Seandainya semua orang berhasrat untuk bekerja sama guna melenyapkan makhluk tua
itu, sudah barang tentu Li Liong juga tak akan takut untuk membinasakan ketiga
orang itu. Tapi hati manusia lebih dalam dari samudra, siapa tahu Kalau jiwa orang
persilatan jaman sekarang adalah jiwa tempe, kalau mereka pada takut terhadap
iblis tua itu lantas mengambil sikap mencuci tangan dari urusan orang lain"
Yaa, kalau semua orang mencari selamatnya buat diri sendiri, sudah tentu dia
harus bertarung sendiri melawan iblis lihay tersebut Dan inilah yang paling
dikuatirkan Li Liong. Rupanya maausia berbaju putih itu dapat menebak suara hati Li Liong, dia
berkata: "Li cengcu, kemunculan suhuku pada kali ini berbeda jauh dengan keadaannya dulu,
sebab beliau telah berhasil menguasahi ilmu Kiu thian to-sou kang (ilmu sembilan
langit kekuatan sakti) suatu kepandaian kaum sesat yang paling tinggi"
"Kiu thian to sou kang" Bukankah ..... bukankah. . . . ilmu sesat itu sudah lama
lenyap dari peredaran dunia persilatan?" bisik Li Liong setelah tertegun
sejenak. Manusia berbaju putih itu tertawa dingin.
"Mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, pokoknya kami hanya ingin
tahu, sebenarnya kau hendak melepaskan kami atau tidak" Jawab saja terus terang"
Li Liong menjadi ragu ragu, untuk sesaat lamanya dia tak tahu bagaimana harus
mengatasi keadaan tersebut.
Ong It Sin kembali berlagak sok pintar, tiba tiba, ia menyela dari samping:
"Paman, siperempuan rambut panjang dan dua orang manusia berbaju putih itu sudah
membantai orang orang kita, bagaimanapun juga mereka tak boleh dilepaskan, sebab
kalau sampai mereka dibiarkan pergi, jago jago dalam perkampungan keluarga Li
kita tentu akan ikut ludas"
Jangan dianggap Ong It sin itu bodoh, ternyata apa yang diucapkan memang cukup
beralasan. Seperti yang dia katakan barusan, seandainya Li Liong sampai melepaskan ketiga
orang itu, bukan saja nama baik perkampungan keluarga Li akan ternoda dan tak
sanggup tancapkan kaki lagi dalam dunia persilatan, sekalipun para jagonya juga
bakal buyar dan tak sudi mengikuti dirinya lagi.
Li Liong menjadi semakin tertegun, akhirnya sambil menggigit bibir dia menyahut:
"Apa yang kau ucapkan memang benar"
Selama berhadapan dengan pamannya, Ong It-sin hanya tahu dimaki dan disalahkan
belum pernah ia mendengar kata-kata semacam ini, maka setelah mendengar
perkataannya saking gembiranya ia sampai mencak mencak seperti orang edan.
Tiba tiba dari arah belakang berkumandang suara langkah kaki manusia yang berat.
Ong It sin segera berpaling, dijumpainya seseorang sedang memasuki lembah
tersebut dengan langkah yang lambat.
Tapi begitu diketahui siapa gerangan orang itu, kontan saja Ong It sin berdiri
terbelalak. untuk sesaat lamanya hampir saja ia tidak percaya dengan pandangan
mata sendiri, sedang orang itu lambat laun semakin mendekat kehadapannya.
Kekagetan dan ketertegunan Ong It sin bukan lantaran orang itu mempunyai bentuk
wajah yang aneh, bukan orang itu malah memiliki muka yang cukup keren, berwibawa
dan masih setengah umur lagi.
Akan tetapi Ong It sin masih teringat cukup jelas, ia pernah berjumpa dengan orang itu jadi kali ini adalah untuk kedua kalinya mereka bertemu.
Hanya, pertemuan yang pertama kali dulu, pemuda itu merasa orang bukan manusia
sungguhan, dia menganggapnya sebagai si patung pemujaan dalam kuil bobrok.
Yaa, tak salah lagi orang itu memang patung pemujaan dalam kuil bobrok yang
pernah digunakan untuk berteduh dari curahan hujan ketika dia dalam perjalanan,
pulang ke perkampungan keluarga Li belum lama berselang .........
Waktu itu, ketika dia bertemu dengan patung pemujaan tersebut, memang pernah
timbul perasaan heran pada Ong It Sin, dia merasa patung itu mirip manusia
hidup, akan tetapi, oleh karena patung itu sama sekali tak bergerak. anak muda
itupun tidak melakukan pameriksaan dengan lebih seksama.
Dan kini, secara tiba-tiba ia berhadapan dengan sesosok "patung" yang secara
mendadak berubah menjadi manusia hidup, malah berjalan menuju kearahnya pula,
bagaimana mungkin hatinya tidak kaget" Bagaimana mungkin hatinya tidak tercekat"
Kalau Ong It sin melulu heran saja karena menganggap patung pemujaan dapat
berjalan sendiri, maka lain halnya dengan Li Liong, ia terkejut bercampur ngeri,
ditatapnya kemunculan orang itu dengan mata melotot.
Bayangkan saja, langkah orang itu kendatipun tampaknya sangat lambat dalam
kenyataan enteng dan penuh berisi kekuatan, siapapun sebagai ahli silat akan
segera mengetahui bahwa orang itu adalah seorang jago tangguh yang memiliki
tenaga luar maupun tenaga dalam yang sempurna, apalagi Li Liong memang
memperhatikan secara bersungguh-sungguh.
Selain daripada itu, raut wajah laki laki setengah baya itu cukup keren dan
berwibawa, sama sekali tidak mengandung hawa kesesatan, timbul kesan baik Li
Liong terhadapnya. Maka sambil memberi hormat dia menyapa: "siapa saudara?"
Waktu Li Liong menyapa, laki- laki setengah umur itu sudah berhenti kurang lebih
beberapa kaki dihadapan lawannya, lalu menjawab. "Namaku tiada artinya bagimu,
lebih baik tak usah disinggung"
"Kalau begitu apa maksud kedatangan saudara .... "
"Aku datang dengan membawa satu pengharapan dari saudara" tukas laki laki itu
sebelum pihak lawan menyelesaikan kata katanya.
Li Liong agak tertegun, ia masih belum paham maksud kedatangan laki laki
setengah umur itu, maka tergelaklah jago dari keluarga Li ini.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . kalau memang mempunyai suatu
pengharapan, apa salahnya kalau diutarakan keluar?"
"Ketiga orang ini adalah sahabat sahabatku" kata laki-laki setengah umur itu
kemudian sambil menuding ke arah dua orang lelaki berbaju putih dan perempuan
berambut panjang itu, "sekalipun mereka telah berbuat kesalahan hingga di
tangkap Li cengcu, toh kesalahan yang mereka lakukan tidak terlampau berat,
karena itu aku minta agar Li cengcu bersedia membebaskan mereka"
Sekalipun nadanya bersifat mintakan ampun, tapi cara mengungkapkan kata katanya
cukup ketus dan kasar, sedikitpun tidak berniat untuk minta secara baik baik,
Dikala laki-laki itu menyinggung tentang "ke tiga orang itu", paras muka dewa
perak Li Liong yang putih keperak perakan sudah agak berubah, apalagi setelah
mendengar perkataan yang sifatnya setengah memaksa kontan saja ia tertawa dingin
tiada hentinya. "oooh..Jadi kalau begitu, engkaupun salah seorang diantara Ciong lay su shia?"
ejeknya. "Benar" orang itu mengangguk.
"Dengan cara yang brutal kalian berempat telah membakar perkampungan keluarga Li
hingga hancur berantakan, Heeehhh ....heeeehhh...heeehh. . . memangnya kau
anggap peristiwa tersebut dapat kusudahi dengan begitu saja hanya berdasarkan
beberapa patah katamu itu?"
Dalam perkiraan Li Liong dampratan yang cukup pedas dan terang-terangan ini
paling sedikit akan membuat pihak tawan gelagapan dan tak mampu menjawab, siapa
tahu laki-laki setengah umur itu malah tertawa tergelak.
"Haaahhh .... haahhh. . . haaahhh. . . Li cengcu" demikian serunya, "kendatipun
kami telah membakar perkampungan keluarga Li, toh nyawamu telah kami ampuni, hal
ini sudah merupakan suatu kehormatan bagimu .......apalagi yang kau
harapkan .....?" Sebaik-baiknya watak Li Liong, setebal-tebalnya iman jago tersebut, meledak juga
hawa amarahnya sesudah mendengar perkataannya, dia membentak keras, sepasang
telapak tangangnya segera ditepukkan satu sama lainnya keras keras ......
"Criiiing " Bagaikan ada dua batang besi baja yang saling membentur, serentetan
suara nyaring berkumandang memekikkan telinga, menyusul kemudian telapak
tangannya didorong berbareng ke depan.
Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat segera, menyapu ke tubuh lawan
ibaratnya amukan ombak samudra dilanda angin puyuh.
Pada dasarnya kaki Li Llong memang menginjak diatas dada dua orang laki laki
berbaju putih itu, dengan dikerahkannya tenaga untuk melancarkan serangan
tersebut, secara otomatis tenaga injakannya pada dada kedua orang itupun
bertambah berat. Padahal kedua orang lelaki berbaju putih itu tergeletak dengan jalan darah yang
masih tertotok. untuk saja mereka tak sanggup untuk membendung datangnya daya
tekanan yang maha dahsyat itu dengan mengerahkan tenaga dalamnya, tak ampun,
lagi isi perut mereka terluka dan darah kental segera menyembur keluar dari
mulutnya. Rasa dendam Li Liong terhadap keempat orang ita sudah merasuk hingga ketulang
sumsum, meskipun dia tahu bahwa injakan yang berkelanjutan akan mengakibatkan
hilangnya nyawa dua orang lelaki berbaju putih itu, tapi dalam keadaan seperti
ini, tak sempat lagi si Dewa perak Li Liong untuk memikirkan soal ikatan dendam
itu, apa yang dipikirkan kini hanya bagaimana caranya menaklukkan lawan.
Setelah serangan yang pertama dilancarkan, secara beruntun dia melancarkan
kembali tiga buah pukulan berantai, pukulan demi pukulan dilancarkan dengan
kekuatan yang besar. Berubah hebat paras muka laki-laki setengah umur itu ketika dilihatnya dua orang
lelaki berbaju putih muntah darah, dengan tubuh yang tetap menegak mendadak dia
melambung keatas udara. Tubuhnya meluncur setinggi tujuh delapan depa ke udara, dengan gerakan itu
terhindarlah dia dari serangan gelombang pertama yang dilancarkan Li Liong.
Tapi jagoan dari perkampungan keluarga Li ini bukan orang bodoh, serentak
serangannya gelombang kedua diarahkan ke atas.
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Padahal tubuh laki laki setengah umur itu masih berada ditengah udara, dengan
tibanya gulungan angin pukulan yang maha dahsyat dari Li Liong ini, semestinya
sulit bagi orang itu untuk menghindarkan diri
Li Liong lantas beranggapan bahwa serangan ke dua yang dilancarkan ini niscaya
akan berhasil mendesak turun musuhnya, atau paling sedikit memaksanya berada di
bawah angin. Laki laki setengah timur itu memang teramat hebat, bukan saja gerakan tubuhnya
secepat sambaran petir, anehnya bukan kepalang, d ika la pukulan dari Li Liong
menghantam ke atas, mendadak ia menarik hawa murninya sambil memberosot turun,
seperti batu yang dijatuhkan dari tengah udara, tubuhnya langsung meluncur ke
bawah. Waktu melambung ke udara gerakannya sudah terhitung cepat, apalagi waktu
meluncur ke bawah kecepatannya semakin luar biasa.
"Blaaaaaang....." tahu-tahu tubuhnya sudah mencapai permukaan tanah, dengan
demikian serangan gelombang kedua dari Li Liong kembali mengenai sasaran yang
kosong. Perubahan tersebut sungguh diluar dugaan Li Liong, cepat-cepat arah serangannya
dirubah kembaki ke bawah, sayang gerakannya terlambat satu tindak.
Laki-laki setengah umur itu tidak berpeluk tangan belaka, begitu badannya
mencapai permukaan tanah, kedua jari tangan kanannya serentak menyentil kedepan
melancarkan dua totokan udara kosong.
"sreeet sreeet " setajam bacokan golok, desingan angin jari itu menyerang jalan
darah Wi tiong hiat. Berada dalam posisi yang sulit, apalagi ancaman musuh berada didepan mata, mau
tak mau terpaksa Li Liong harus mundur ke belakang, begitu tubuhnya berkelit
kesamping, ia menggeser dua langkah, dengan demikian semakin jauhlah dia
tinggalkan dua orang lelaki berbaju putih.
Tampaknya serangan maut yang dilancarkan lelaki berusia setengah umur itu cuma
bermaksud untuk memaksa mundur Li Liong dan menyelamatkan jiwa kedua orang
rekannya dapat dilihat dari gerakan selanjutnya yang dilakukan orang itu.
Dikala Li Liong mundur, dia maju sambil mengebutkan ujung bajunya, segulung
tenaga pukulan yang lembut segera menyapu tubuh laki laki berbaju putih dan
melemparkan mereka beberapa kaki jauhnya dari tempat semula.
Begitu selesai mengebaskan pukulannya, sambil sedikit miringkan badan dia
melancarkan kembali sebuah pukulan untuk menyambut datangnya ancaman.
Kebetulan pada waktu itu Li Liong sedang melepaskan pukulan dahsyat gelombang ke
tiganya. Dengan selisih jarak tujuh sampai delapan depa antara dua orang yang
sedang bermusuhan itu, tak mungkin sepasang telapak mereka saling beradu satu
sama lainnya. Tapi kekuatan serangan yang dilakukan kedua orang itu memang terlampau dahsyat,
buktinya ketika kedua gulung angin pukulan itu mencapai tengah jalan, suatu
benturan dahsyat tak terhindarkan lagi .
"Blaang" diiringi ledakan keras yang memekikkan telinga, himpunan tenaga pukulan
membuyarjadi beberapa jalur serangan, seketika itu juga timbul sapuan angin
taupan yang menyebar ke delapan penjuru.
Baik Dewa Li Liong maupun lelaki setengah umur, kedua-duanya merupakan tokoh
persilatan kelas satu dalam dunia persilatan, tentu saja tenaga pukulan yang
dilakukan mereka dalam bentrokan tersebut tak kalah hebatnya.
Pertama-tama Ong It sin yang tak tahan, dengan sempoyongan dia mundur sampai
beberapa langkah, bahkan delapan belas langkah kemudian belum juga henti,
sebaliknya Li Liong maupun lelaki setengah umur cuma tergetar sedikit saja untuk
kemudian masing-masing pihak terlibat kembali dalam pertarungan yang seru.
Dalam pada itu Ong It sin sudah mundur dua tiga puluh langkah lebih, ia sudah
berada didalam sebuah gua sebelum gerakan mundurnya betul betul terhenti.
Tapi sebelum berdiri tegak. badannya kembali menjadi gontai, dan "Bluuk" ia
jatuh terduduk. Ong It Sin melongo, kemudian pikirnya: "Aduuh mak, hebat benar pukulan
itu ....." Dia berusaha untuk merangkak bangun, sebelum maksudnya kesampaian, tiba-tiba
dari belakang terdengar seseorang tertawa cekikikan. "Waduh, ada emas lantakan
segede gajah" Serunya dengan suara yang lembut dan merdu, jelas suara seorang gadis.
Sekalipun sudah biasa digoda dan dipermainkan orang, tak urung merah padam juga
wajah Ong It sin karena jengah, buru-buru dia merangkak bangun sambil berpaling
ke belakang. Tapi setelah dia menoleh kebalik gua tersebut, kembali sianak muda tertegun.
Barusan dengan jelasnya dia mendengar ada orang mentertawakan dirinya, malah
mencemooh lagi, tapi setelah dia berpaling kearah berasalnya suara itu, ternyata
tak kelihatan seorang manusia pun.
Gua itu memang sangat dalam, gelap gulita lagi, sudah tentu bagi manusia semacam
Ong It sin yang berilmu cetek tak dapat melihat jauh lebih ke dalam, jadi adakah
seseorang dibalik gua, dia sendiripun tidak tahu.
Dalam keadaan begini, Ong It sin cuma bisa meringis simbil menyengir kuda,
"sobat, jangan mentertawakan aku dong" keluhnya, "sekalipun aku jatuh terduduk.
tapi .......heeehhh. . . . heeehhh. . . heeehhh. . . . pantatku kan tidak sampai
sakit" Sekali tolol selamanya tetap tolol, demikian halnya dengan Ong It sin.
Seandainya dia tidak memberi pembelaan, keadaannya masih mendingan, tapi begitu
dia membela diri ketahuanlah ketolol tololannya.
Kontan saja gelak tertawa cekikikan kembali berkumandang dari balik gua.
Menyusul tertawa cekkikan tadi, kedengaran seorang gadis berkata dengan suara
yang lembut: "suko, coba lihat orang itu, menarik sekali Haaahhh .... hhhaaahhh. . . .
haaahhh. . . rupanya sebelum pohon besi dapat berbunga, dia tak akan merasa
puas" "Huuuh. Apanya yang menarik dengan orang tolol seperti itu?" jengek laki laki
muda lainnya setengah menghina, "lebih baik tak usah gubris"
0-dw-0 "SUKO, coba kau lihat mimik wajahnya, Hiiihhh. . . hiiihhh. . . hiiihhh. . . "
Tiba-tiba gadis itu tertawa cekikikan lagi sebingga perkataannya kembali
terpotong. Ong It sin melongo seperti orang tolot, dia mencoba untuk meraba wajahnya,
meraba bibirnya yang tebal, hidungnya yang "mekar", lalu melongo-longo lagi, dia
tak tahu keanehan apakah yang terdapat diatas wajahnya sehingga menimbulkan
gelak tertawa si nona. Makin panik anak muda itu makin keras gelak tertawa si nona, sebab tingkah laku
Ong It sin ketika itu tak ubahnya seperti monyet kena terasi, yaa, bayangkan
sendiri kalau seseorang bertampang jelek tiba-tiba panik dihadapan anak muda,
keadaannya pasti runyam. Akan tetapi, Ong It sin tidak merasakan gelak tertawanya itu sebagai suatu
cemoohan atau penghinaan haginya, sebab tertawa si nona begitu merdu, begitu
menawan hati, ibaratnya keliningan berbunyi nyaring. Akhirnya anak muda itu
malah tertawa sendiri sapanya: "Eeeh, siapa kalian" Kenapa bersembunyi di dalam
gua?" Baru saja ia menyelesaikan kata katanya, tiba-tiba gelak tertawa si nona
berhenti, menyusul kemudian Ong It-sin merasakan tibanya segulung hembusan angin
tajam yang menerpa wajahnya, tahu-tahu dihadapannya telah bertambah dengau
sesosok manusia. Ong It sin kaget sebab secara tiba-tiba muncul seseorang yang berdiri sedemikian
dekat dengan dirinya, tanpa sadar serta merta dia mundur ke belakang.
Tapi, baru saja tubuhnya akan bergerak mundur, tahu-tahu bagian dadanya sudah
dicengkeram orang. Padahal Ong It sin belum sempat menyaksikan bagaimanakah raut wajah orang itu,
merasa dadanya dicengkeram orang, dia berkaok-kaok sambil mencaci maki.
Baru sampai ditengah jalan caci makinya, kembali bahunya terasa kaku, ternyata
jalan darah Ciao keng hiatnya sudah tertotok pula.
Dengan tertotoknya jalan darah itu, praktis 0ng It sin tak mampu berkutik, apa
yang bisa di lakukan sekarang hanya pasrah, pasrah pada nasib dan membiarkan
badannya diseret orang masuk ke dalam gua.
Beberapa kaki setelah berada dibalik gua, sipemuda merasakan pandangan matanya
menjadi gelap. jangankan benda di sekelilingnya untuk melihat kelima jari,
tangan sendiri saja sukarnya bukan kepalang.
Di tengah kegelapan, tiba-tiba ia mendengar suara gadis itu berkumandang lagi:
"suko, buat apa kau bekuk sitolol itu?"
"Hmmm." pemuda itu mendengus, "tempat persembunyian kita sudah diketahui si
tolol ini, kalau tidak kita bekuk batang lehernya, rahasia ini pasti dia uarkan
ditempat luaran" Mendengar perkataan itu, Ong It Sin lantas membatin:
"Oooh ..... rupanya kalian berdua takut tempat persembunyiannya ketahuan orang,
yaa, kata paman siapa yang suka bermain sembunyi-sembunyian dia pasti bukan
orang baik" Waktu dia masih melamun, kembali kedengaran si nona berkata lagi:
"suko, aku lihat orang ini cukup jujur, asal kita minta kepadanya agar jangan
menguarkan rahasia kepada orang lain, dan dia bersedia mengabulkannya niscaya
rahasia kita tak akan diberitahukan olehnya kepada siapapun"
Bungah juga hati Ong It sin sehabis mendengar perkataan itu, rasa gembiraya
bukan kepalang tanggung sampai sampai rasa sakit ditubuhnya yang membentur sudut
guapun tidak dirasakan lagi, segera pikirnya:
"Nona itu baik sekali, dia dapat mendalami perasaanku, itu berarti dia memang
cocok dengan jiwaku, bagaimanapun juga aku harus berkenalan dengannya, bila
perlu akupun harus bersahabat karib dengannya."
Sepanjang hidupnya baru pertama ini terlintas dalam benaknya niat untuk
bersahabat dengan seorang nona, seketika itu juga muncullah suatu perasaan yang
aneh dalam hatinya. Dalam pada itu pemuda tadi sudah berkata lagi:
"sumoay, kau itu tahu apa" Ketahuilah orang persilatan paling licik dan
berbahaya, banyak diantara mereka yang berpura pura sok jujur, padahal dia
adalah manusia munafik yang buas, licik dan banyak tipu muslihatnya, jadi kita
tak boleh terlalu mempercayai orang dengan begitu saja"
Perasaan antipati segera timbul dihati kecil Ong It sin, pikirnya:
"sialan orang ini dia terlalu menghina diriku, tapi sayang dia mempunyai seorang
sumoay yang begitu manis dan menawan hati"
Padahal suasana dalam gua gelap gulita, darimana Ong It sin bisa membayangkan
bentuk rupa si nona" Bulatkah" Gepengkah" Cantikkah" Buruk kah" Dia tak dapat
membayangkan. Tiba-tiba sebercak sinar obor memancar dibalik gua, suasana disekeliling tempat
itu jadi terang benderang, dan dia saksikan seorang pemuda tampan yang bertubuh
jangkung beralis mata lentik, bermata jeli dengan pakaian ringkas serta pedang
tersoreng dipinggang berdiri dihadapannya dengan muka gusar.
Seorang nona cantik berbaju kuning telur dengan rambut yang dikepang menjadi dua
berdiri dibelakangnya dia membawa sebuah obor.
Ong It sin sangat berharap agar si nona berpaling kearahnya sehingga dia dapat
menyaksikan raut wajah yang sebenarnya.
Waktu yang sesungguhnya dibutuhkan untuk membakar sampai habis sebuah obor pada
hakekatnya relatif singkat, tapi dalam perasaan Ong It Sin ketika itu rasanya
lama sekali, bahkan dia mulai gelisah, dia mengira si nona tak bakal palingkan
wajahnya. Ketika dia masih gelisah, kedengaran sianak muda itu berkata kembali:
"Huuuh ..... sumoay, bisa-bisanya kau mengatakan bocah keparat itu adalah pemuda
yang jujur, coba lihat sepasang mata bangsatnya melotot kearahmu tanpa berkedip
barang sedikitpun" Gadis itu putar badannya, ketika menyaksikan paras muka sinona, untuk kesekian
kalinya Ong It sin termangu.
Sejak jebrol dari rahim ibunya sampai segede ini belum pernah ia jumpai gadis
muda seayu ini, sekalipun dia tidak bergincu, tidak memakai bedak dandanannya
sederhana. tapi dibawah pancaran sinar obor kelihatan betapa menawannya sepasang
pipinya yang merah seperti buah apel itu, terutama matanya yang bulat jeli,
hidungnya yang mancung, bibirnya yang kecil mungil dan senyumannya yang menawan
hati, kecantikannya sanggup merontokkan sukma orang.
Nona itu melirik sekejap ke arah Ong It sin, lalu tersenyum lagi. "suko, kau
telah salah menuduh orang" katanya.
"Hmmm omong kosong, kenapa aku bisa salah menuduh dirinya ?" sangkal sang
pemuda. "Jalan darahnya sudah kau totok, badannya tak mampu berkutik lagi, otomatis dia
cuma bisa menengok ke arahku saja"
Ong It Sin lebih terharu lagi setelah mendengar pembelaan dari si nona, dia
masih termangu tiba tiba sebutir kerikil menyambit ke atas bahunya, oleh
benturan tadi, jalan darahnya yang tertotok segera berjalan lancar kembali.
Begitu merasa dapat bergerak. dia merangkak bangun dari tanah, lalu serunya:
"Tidak. tidak. sekalipun jalan darah tidak tertotok aku pun .....yaa aku pun
akan memperhatikan diri nona, sungguh Aku berbicara sejujurnya, aku tidak
berbohong" Oleh karena dia mendengar gadis tersebut sengaja membelai dirinya, Ong It sin
merasa tidak sepantasnya kalau gadis itu sampai berbohong lantaran dia, maka
sengaja dia menerangkan keadaannya yang sebenarnya.
Gadis itu tertegun malah diapun berpikir:
"Tolol amat orang ini, manusia segoblok ini tak mungkin bisa berpura-pura,
suheng memang telah salah menduga dirinya." Maka sambil tertawa kembali dia
menegur: "Kenapa kau memperhatikan diriku?"
Baru sepatah kata yang sempat diucapkan ketika anak muda itu tahu tahu maju
sambil mendorong gadis tersebut hingga mundur beberapa langkah dari tempat
semula. "Tak usah banyak mulut sumoay, biar aku yang memeriksa bocah keparat ini"
demikian katanya. Karena didorong sampai mundur beberapa langkah, gadis itu mencibirkan bibirnya
dan membungkam dalam seribu bahasa.
Pada hakekatnya Ong It sin memang tidak menaruh kesan baik terhadap si anak
muda, betapa mendongkolnya dia waktu menyaksikan tindakan kasar dari sang pemuda
terhadap gadis itu. Timbul perasaan tidak terimanya, seperti api yang bertemu minyak, amarahnya
kontan meluap. "Eeh ..... apa apaan kamu ini" teriaknya dengan mata melotot, "kalau mau
berbicara, bicaralah secara baik baik, kenapa kau main mendorong-dorong segala?"
Ucapan tersebut kedengarannya memang aneh, bukan saja anak muda itu jadi
melongo, gadis cantik itu sendiripun ikut tertegun oleh sikap Ong It sin yang
luar biasa ini. Kemudian dengan perasaan, yaa mendongkol yaa geli, pemuda itu
menjawab lantang. "Mau kudorong dia kek. atau ku banting dirinya, apa sangkut
pautnya dengan dirimu?"
"Tidak boleh" bentak Ong It Sin sambil melompat bangun, gagah nian gayanya,
seperti harimau yang siap menerkam mangsanya.
Dengan gampangnya si pemuda maju kemuka dan mencengkeram dada Ong It Sin, lalu
diangkatnya keatas, Dengan gelagapan Ong It sin mencoba untuk melawan, tangannya meronta seperti
orang sedang menari, kakinya menyepak-nyepak seperti kuda betina sedang birahi,
sekalipun dia sudah berusaha dengan segala kemampuan, jangankan melukai
lawannya, untuk menyentuh tubuh sianak muda itupun susah.
Dikala pemuda itu maju lima enam langkah, terpaksa Ong It sin terdesak pula lima
enam langkah ke belakang. setelah mundur sampai di depan dinding dia baru
berteriak: "Heeh . . . ehhh. . . salah tak ada jalan mundur lagi bagiku, kenapa kau masih
mendorong diriku terus menerus?"
Pemuda itu mendengus, kembali dia mendorong Ong It sin ke belakang sehingga anak
muda itu mundur sempoyongan, lalu badannya digoncang goncang pula sehingga
kepalanya membentur diatas dinding karang .......
"Duukk Duuukk Duukk" kepalanya yang menbentur keras diatas dinding menimbulkan
suara nyaring. kontan saja kulit kepalanya berubah menjadi sembab merah lagi
bengkak. saking sakitnya air mata sampai bercucuran membasahi pipi Ong It Sin,
untung dia tak sampai borkaok kaok .......
Rupanya pemuda itu tidak puas sampai disitu saja kembali dia hendak mengguncangguncangkan tubuh lawannya. untung gadis itu cepat bertindak sambil maju kemuka
serunya: "suko, jangan kau hajar dirinya lagi"
"Hmm Bajingan ini berani kurang ajar kepadaku, apa salahnya kalau kita beri
sedikit pelajaran yang setimpal kepadanya?"
"Tapi, bagaimanapun juga dia berbuat demikian kan untuk membelai aku....." seru
sang nona sambil mencibirkan bibirnya, "kalau dia kau gebuki lagi, kan sama
artinya dengan kau tidak sudi memberi muka kepadaku ?" Pemuda itu jadi tertegun.
"Eeeh sumoay, buat apa kau ucapkan kata-kata semacam itu" Masa kau hendak
membelai dia?" tegurnya.
"Aku tidak membelai siapapun, aku hanya ingin memberitahukan kepadamu bahwa ilmu
silat yang dimiliki orang ini terlampau rendah sekalipun kau tangkap dia lalu
kau gebuki setengah mati, dia juga tak mampu memberikan perlawanan apa-apa,
otomatis kau pun tak bisa mempamerkan kehebatanmu itu, lantas apa gunanya?"
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si pemuda tersudut dan tak mampu berkata apa-apa lagi, tapi hawa amarah masih
menyelimuti wajahnya, ia mendengus lalu melepaskan cengkeramannya.
Mendingan kalau dia lepas tangan dengan begitu saja, dikala jari-jari tangannya
mengendorkan cengkeraman pada tubuh Ong It Sin, secara diam-diam dia kerahkan
pula tenaga dalamnya untuk menghajar dada lawan, Ong It sin tak menyangka kalau
musuhnya sekeji itu, dia merasa dadanya seperti ditekan oleh tenaga yang maha
dahsyat, tubuhnya terjengkang hingga punggungnya menumbuk diatas dinding karang
keras keras ....... "Bluuuk...." saking sakitnya, Ong It sin merasa dadanya sesak sukar untuk
bernapas, matanya berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, tak
kuasa lagi ia jatuh terduduk keatas tanah.
Cepat cepat si gadis maju ke depan dan membangunkan Ong It sin dari tanah.
"Kau tidak akan berhasil menangkan suko kau jangan mengacau belo lagi daripada
mendatangkan kerugian bagi diri sendiri". demikian katanya
Selama hidupnya Ong It sin akan merah padam mukanya bila bertemu dengan gadis
cantik, apalagi dengan tampang wajahnya yang jelek serta memuakkan, kebanyakan
wanita hanya bermaksud menggoda atau mentertawakan dirinya, belum pernah ada
gadis yang begitu baik kepadanya seperti apa yang dialaminya hari ini.
Lebih lebih lagi ada gadis yang bersedia berdiri disampingnya dalam jarak
sedekat sekarang ini, tak heran kalau Ong It sin rada gelagapan menghadapi gadis
cantik yang menghibur serta membimbing bangun dirinya itu......
Pada dasarnya dia memang sudah menaruh kesan baik terhadap gadis itu, maka
keadaan demikian ini membuat Ong It sin seakan-akan dalam buaian impian, dia
melongo- longo tanpa berbicara.
Selang tak lama kemudian, dia baru manggut berulang kali. "Yaa, yaa.... aku tak
akan banyak berbicara lagi"janjinya.
"Sudah dapat berdiri sendiri?" kembali si nona bertanya.
Setelah ditegur, Ong It sin baru merasa kalau tubuhnya masih berada dalam
bimbingan si gadis, paras mukanya berubah semakin merah hingga mirip dengan babi
panggang. "Dapat, dapat" sahutnya gelagapan, "aku bisa berdiri sendiri, aku bisa berdiri
sendiri" Karena sigadis mendengar kalau pemuda tersebut sudah dapat berdiri sendiri,
diapun lepas tangan dan mundur dua tiga langkah kebelakang.
Padahal tumbukan terakhir yang diterima Ong It sin barusan cukup berat, bukan
saja kepalanya menjadi pusing tujuh keliling, dadanya juga sesak sukar untuk
bernapas, sekujur badannya lemas tak bertenaga dan pada hakekatnya dia tak mampu
untuk berdiri sendiri Tidak heran kalau badannya menjadi gontai setelah nona itu melepaskan
bimbingannya. baru saja sang nona mundur kebelakang, seluruh tubuhnya roboh
keatas tanah keras-keras.
"Blaaang " terkapar ditanah, pemuda itu gelengkan kepalanya sambil menyengir
kuda. Akhirnya setelah sekian lama berbaring, ia baru menengadah sambil berkata:
"Aku .... aku salah bicara nona, tadinya aku mengira aku bisa berdiri sendiri,
tak tahunya ..... memang sialan sepasang kakiku ini, dia tak mau menuruti
perintahku, masa aku suruh dia berdiri saja, dia malah roboh .. heeehhh. . . .
heeehhh, apa boleh buat, akupun tak mampu berdiri dan ... . roboh ke tanah"
Pada mulanya sinona tertegun, tapi menyusul kemudian ia tak bisa menahan rasa
gelinya lagi, gadis itu tercekikikan sampai terpingkal-pingkal, nyaris napasnya
jadi sesak. Melihat perkataannya dapat menimbulkan kegembiraan bagi nona itu, Ong It Sin
ikut gembira, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan tertawa bodoh.
Hanya si anak muda yang berkerut kening, sudah terang ia tak puas dengan keadaan
dihadapannya. Dengan gemas dia maju kemuka, lalu dengan ujung tumitnya menggaet badan Ong It
sin kemudian dilontarkan ke atas, disana tangannya sudah bersiap sedia, sekali
pelintir tahu-tahu bahunya sudah kena dicengkeram kembali.
"Hei, kamu tak usah berlagak pilon lagi" demikian bentaknya, "hayo jawab
sejujurnya, siapa kau?"
"Heeh. . . . heehh. . . kamu ini kok aneh betul, masa sebelum ku ajukan
pertanyaan tersebut kepadamu, kau malah mendahului mengajukan pertanyaan
tersebut kepadaku. Kan lucu" Hayo sekarang kau yang musti menjawab lebih dulu,
mau apa kalian bersembunyi disekitar lembah Li hu kok?"
"Hmmm ..... Apa maksudmu" Masa kau juga anggota lembah Li hu kok .....?" ejek
sang pemuda dengan alis mata berkerut.
"Tentu saja, rumahnya memang berada dilembah Li hu kok tepatnya perkampungan
keluarga Li, cuma ..... sayang perkampungan keluarga Li sudah ludas dimakan api"
Dengan cepat sang nona ikut maju kedepan, tatkala mendengar kalau perkampungan
keluarga Li sudah habis dimakan api, mereka jadi tertegun seperti kaget.
"Aaah Jadi perkampungan keluarga Li sudah ludas termakan api?" seru gadis itu
tertahan. Dengan rada mendongkol pemuda itu melotot sekejap kearah sumoaynya, kemudian
berkata: "Lebih baik kau tak usah banyak berbicara, segala sesuatunya biar aku sendiri
yang mengatasi" "Tidak boleh yaa tidak boleh, siapa yang kepingin?" sahut sang nona jengkel.
Menyaksikan kekasaran pemuda itu, Ong It Sin kembali akan bersilat lidah
dengannya, tapi begitu teringat dengan peringatan dari sang nona barusan, ucapan
yang sudah hampir meluncur, sebera ditelan kembali .....
"Oooh,jadi engkau berdiam di perkampungan keluarga Li" kata pemuda itu lagi,
"bagus, bagus sekali, justru kami memang sengaja datang ke mari untuk mencari
seorang anggota perkampungan keluarga Li, coba kutanyakan kepadamu, mungkin kau
kenal?" "Siapa yang kau cari, jangan kuatir, dari yang tua sampai yang muda, pokoknya
kalau dia adalah anggota perkampungan keluarga Li. aku pasti mengenalinya, coba
kau sebutkan saja siapa namanya?"
Ong It sin tak pernah membual apalagi membohongi orang, pada hakekatnya apa yang
dia katakan memang benar.
Bayangkan saja, dia begitu ketelol tololan, jadi orang polos lagi jujur, bukan
saja orang tua suka menggodanya, bocah berusia tigapun gemar menggangu anak muda
ini, ditambah lagi setiap hari kerjanya cuma mondar mandir dalam perkampungan,
tak heran kalau setiap anggota perkampungan dikenalinya semua. Pemuda itu
berpikir sebentar, lalu jawabnya.
"Orang yang hendak kami ciri bernama Ong It-sin ,It dari kata "It, ji" atau satu
dua, sin dari kata sia ciu (baru lama), kau kenal dengan orang itu?"
Ong It sin tertegun dan berdiri terbelalak. mimpipun dia tak menyangka kalau
kedatangan kedua orang itu adalah untuk mencarinya, tapi bukankah dia tidak
kenal dengan mereka berdua" Mau apa mereka datang mencarinya" Yaa, jika dirinya
yang memang dicari, itu berarti tersedia kesempatan yang lebih luas baginya
untuk bermesrahan dengan nona itu, tapi kalau bukan dia yang dicari melainkan
seseorang yang mempunyai nama dan nama marga yang sama"
Pemuda itu jadi bingung dan tak tahu bagaimana musti menjawab untuk sesaat dia
hanya berdiri termangu seperti orang kehilangan ingatan.
Pemuda tersebut menjadi tak sabar karena yang ditunggu-tunggu belum menjawab
juga, dia lantas sodok iga orang sambil menegur: "Hei kenapa kau diam saja?"
Kebetulan Ong It sin jadi orang memang takut geli, karena iganya disodok, ia
jadi kegelian dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . .jangan disodok. jangan disodok. Aku
bicara.. Aku bicara"
Sang pemuda itu betul-betul mati kutunya dibikin oleh ketololan orang, dengan
perasaan apa boleh buat dia berkata: "Kalau begitu, cepatlah kau katakan"
"Dalam perkampungan keluarga Li memang terdapat seseorang yang bernama Ong It
Sin, cuma kukuatirkan orang itu bukan orang yang sedang kalian cari"
"Sobat dari mana kau bisa tahu kalau Ong It sin yang kau maksudkan bukan orang
yang kami cari?" tanya sinona tercengang. Ong It sin menyengir kuda.
"Heeehhh .... heeehhh. . . heeehhh. . . tak usah kaget yaa nona, sebab akupun
bernama Ong It sin, It dari kata situ dua, sin dari kata baru lama.. Coba
sekarang, masa orang yang kalian cari adalah aku?"
Baik si anak muda itu matipun sang nona, kedua duanya berseru tertahan setelah
mendengar ucapan itu. "Oooh Jadi kau adalah. . . . ."
Cuma kata-kata itu saja yang dapat diucapkan untuk selanjutnya dengan mulut
membungkam mereka awasi Ong It sin dari ujung rambut sampan ujung kakinya,
seakan-akan mereka tidak percaya kalau orang yang berada dihadapan mereka adalah
Ong It sin. "Eeeh. . . bagaimana sih kalian ini?" teriak Ong It sin kemudian, "aku inilah
Ong It sin yang tulen, cuma ..... yaa siapa tahu kalau orang yang kalian cari
memang bukan aku, melainkan orang lain yang kebetulan juga bernama Ong It-sin"
"Kalau begitu, apakah dalam perkampungan keluarga Li masih ada orang lain yang
bernama Ong-It sin?" tanya pemuda itu selanjutnya.
"Tidak ada Tidak ada Cuma aku si Ong It sia yang tulen doang" jawabnya sambil
menggeleng. "Sahabat Ong, boleh aku tahu siapa nama ayah mu?" tiba-tiba si nona menyela dari
samping. Ketika nama ayahnya secara tiba tiba disinggung mendadak sepasang mata Ong It
Sin jadi merah, rasa sedih melanda seluruh perasaannya, dia menghela napas
panjang. "Aaaai aaaai, lebih baik jangan kita singgung saja, daripada tangisnya meledakledak" "Apakah ayahmu yang telah mati itu bernama Kwang tong tayhiap, Kim to bu koan
(golok emas yang tak pernah kalut) ong Tang thian?" sambung nona itu lebih jauh.
Ong It sin berteriak kaget.
"Heei, nona Darimana kau bisa mengetahui nama mendiang ayahku ?" teriaknya.
Nona itu tidak menjawab pertanyaan dari Ong It sin, sebaliknya berpaling dan
berkata kepada suhengnya:
"Suheng, tak salah bukan, dari ribuan li bersusah payah kita datang kemari
ternyata orang yang kita cari-cari tak lain tak bukan adalah Sahabat Ong ini"
"Huuuh .... Tak kusangka kalau keturunan dari Kwang tong ong tayhiap adalah
manusia bodoh yang tak ada gunanya seperti ini" jengek pemuda tersebut dengan
wajah menghina, "sungguh menggelikan sekali, bersusah payah dari ribuan li
jauhnya kita datang kemari, akhirnya perjalanan kita hanya sia sia belaka"
Pada dasarnya Ong It Sin memang tak pernah menganggap dirinya sebagai seorang
enghiong hohan, dia tahu betapa bodoh dirinya, jangankan untuk mempelajari ilmu
silat tingkat tinggi, gerakan dasar yang paling gampang pun sukar dipahami
olehnya. Karena itu kendatipun dia dicernooh dan dihina habis habisan oleh sipemuda, Ong
It sin hanya membungkam diri dengan wajah yang bersemu merah lantaran jengah.
Pemuda itu kembali tertawa dingin tiada hentinya, tiba tiba dia menarik tangan
samoaynya sam bil berseru: "sumoay, mari kita pergi"
"Kita akan pergi ke mana?"
"Tentu saja ke luar perbatasan"
"Suheng, bersusah payah kita menempuh perjalanan sejauh ribuan li datang kemari,
tujuannya bukan lain adalah untuk mencari Sahabat Ong, dan kini setelah berjerih
payah sekian waktu akhirnya orang itu berhasil kita temukan, kenapa sekarang
kita malah akan pergi meninggalkan dirinya sebelum meninggalkan pesan apa apa?"
"Sumoay, masih ingatkah kau dengan pesan suhu sebelum kita pergi?" Apakah kau
sudah melupakannya" "
"Pesan suhu tentu saja tak akan kulupakan, kata suhu, jika keturunan ong tayhiap
tidak becus, maka kita harus segera pergi meninggalkan dirinya, sepatah katapun
jangan disinggung" "Dan kini, terbukti sudah kalau bocah keparat ini sama sekali tak ada gunanya"
kata si pemuda sambil menuding ke arah Ong It Sin, "kalau kita tidak pulang,
lalu apa yang harus kita tunggu lagi?"
Gadis itu memandang sekejap wajah Ong It sin kemudian ujarnya kembali:
"Suko, suhu tidak mengartikan demikian, maksud suhu seandainya watak dan
karakter keturunan dari Ong tayhiap tidak baik, maka kita tak boleh mengatakan
apa-apa kepadanya " "Lantas kau anggap wataknya cukup baik?" tukas pemuda sebelum sang nona
menyelesaikan kata-katanya.
"Yaa, watak sobat Ong memang tidak jelek. dia melulu tak punya kepandaian silat
saja" Selama perdebatan berlangsung, Ong It sin cuma berdiri disamping sambil melongoongo, dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dibicarakan kedua orang itu.
Tapi sewaktu mendengar nora itu memuji-muji dirinya, Ong It sin menjadi sangat
gembira, buru buru teriaknya:
"Aaah .... nona memang suka memuji. padahal aku, aku heeehh heeehhh. . . paling
banter yaa cuma begitu saja"
Padahai perdebatan antara muda mudi itu sudah mencapai pada puncaknya, tentu
saja tindakan Ong It sin yang menimbrung secara tiba-tiba, apalagi mengucapkan
kata kata yang lucu, cukup bikin hati orang menjadi geli.
Hanya sebentar pemuda itu menahan rasa gelinya, dengan cepat paras mukanya telah
berubah menjadi serius kembali, katanya:
"Sumoay, suhu berkata persoalan ini luar biasa besarnya, kita tak boleh sekalikali berbuat keliru, suhupun berpesan agar kau menuruti semua perkataanku kenapa
kau melupakan semuanya itu?" sang nona segera mencibirkan bibirnya.
"sekalipun urusan ini menyangkut masalah yang luar biasa, tapi benda itu kan
sudah merupakan hak milik sobat Ong, kita tidak lebih hanya menyampaikannya
belaka. Aku mengatakan dia orangnya baik, tapi kau bersikeras mengatakan
orangnya jahat, bagaimana kalau kita membawanya saja menghadap suhu dan biar
suhu sendiri yang menentukan apakah dia itu orangnya baik atau jahat,
bagaimana?" "Yaa, sudah, sudahlah ....."akhirnya pemuda itu berseru dengan jengkel. "siapa
yang kesudian melakukan perjalanan bersama-sama seorang bocah busuk seperti dia
untuk menempuh jarak sejauh tiga lima ribu li ......"
"Kalau memang begitu, sudah sepantasnya kalau kita sampaikan apa yang harus kita
sampaikan kepada sobat Ong ini"
Tampaknya pemuda itu sudah dibuat kehabisan akal oleh adik seperguruannya,
setelah melototi kembali Ong It sin beberapa kejap, diapua berkata:
"Bocah busuk. aku rasa engkau juga tak punya rejeki untuk menikmatinya, tapi
bagaimanapun juga kita datang dalam rangka melaksanakan perintah suhu, karena
itu mau tak mau terpaksa aku harus berbicara sejujurnya dengan dirimu"
Sejak awal sampai akhir Ong It sin cuma melongo-longo saja, dia tak tahu apa
yang harus dikatakan, dengan mata terbelalak diamatinya sepasang muda mudi itu,
akhirnya diapun berkata: -000-dw-000- Jilid 4 "EEEH . . . EEH . . . sebenarnya apa sedang kalian bicarakan" Aku tidak
mengerti" "Sesaat sebelum ayahmu ong tayhiap dicelakai oleh musuh musuh tangguhnya, ia
telah mendatangi guru kami dan mohon bantuan dari suhu kami, perlu diketahui
guru kami adalah sahabat karib ayahmu, tapi disebabkan pelbagai alasan dan sebab
musabab, beliau tak dapat memberikan bantuannya ."
Baru saja sang pemuda barbicara sampai disitu, dengan gusar Ong It sin segera
menukas. "Hmmm" Ditengah keadaan yang kritis dan berbahaya, bukannya memberi bala bantuan
malah berpeluk tangan belaka sahabat karib macam apaan itu" Huuh ..... Aku rasa
suhu kalian tidak lebih cuma seorang siau jin yang tak tahu malu " Paras muka
pemuda itu berubah hebat.
"Kurang ajar" teriaknya, "besar amat nyalimu kau berani mencaci maki aku?"
"Hmmm .... Ayahku mati secara mengerikan ditangan musuh musuhnya, tapi kawanan
sahabat telur busuknya semasa hidup, ternyata tak seorangpun yang datang
membantu, coba pikirkan sendiri Telur telur busuk semacam itu apa pantas disebut
seorang kuncu?" Makin memaki kata kata yang digunakan Ong It sin semakin tak sedap
kedengarannya, paras muka si pemuda berubah hebat, sebentar hijau membesi
sebentar lagi pucat pasi seperti mayat, keadaannya mengerikan sekali.
"Sumoay" tiba tiba ia berpaling sambil tertawa dingin, "dengarkan sendiri kata
kata dari bajingan tersebut, Hmm Apakah kita harus melanjutkan kata katanya
lebih lanjut?" si nona hanya menghela napas panjang, dia tidak memberikan
komentar apa apa. Terhadap si nona sebenarnya Ong It sin tidak mempunyai kesan jelek, malah dia
amat berterima kasih kepadanya karena nona itu selalu membantu dirinya.
Akan tetapi perasaannya kini sedang sedih, kesal dan jengkel, apalagi dia memang
orang yang polos, apa yang dipikir segera diutarakan secara berterus terang.
Karenanya ketika nona itu cuma menghela napas saja tanpa berbicara, tak tahan
lagi dia berteriak: "Hei, kenapa kau menghela napas melulu" Kalau kudengar dari nada pembicaraan
kalian, tampak tampaknya, guru kalian adalah sahabat karib ayahku, tapi kenapa
dikala ayahku berjumpa musuh tangguh, guru kalian malah .....hmmm, hmm... .aku
lihat." Sebelum kata kata yang lebih tak sedap di utarakan keluar, dengan pelan
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemarahan pemuda itu telah membentak: "Tutup mulut"
Bentakan itu ibaratnya halilintar yang membelah bumi ditengah bari bolong,
saking kagetnya Ong It sin sampai melompat ke udara, otomatis ucapan yang sudah
siap diutarakan juga ikut tertelan kembali.
Hanya sebentar rasa kaget itu menyelimuti benaknya, selang sesaat kemudian dia
melanjutkan kembali kata-katanya, sebab ia merasa bila perkataan tersebut tidak
diutarakan, maka kata kata tadi terasa seperti tulang yang mengganjal dalam
tenggorokannya . Sebab itulah sesudah tertegun sesaat, ia berkata lagi: "Aku rasa kalian memang .
. . ." Sebetulnya dia ingin mencaci maki kedua orang itu habis habisan, tentu saja
dengan menggunakan perkataan yang paling tak sedap, kebetulan sepasang mata sang
nona yang jeli sedang menatap ke arahnya, begitu lembut dan halusnya pandangan
tersebut membuat Ong It sin menjadi tak tega.
Maki makian yang telah dipersiapkan segera tertelan kembali, sasudah berhenti
sebentar dia hanya berkata:
"Aku rasa kalian memang .... bukan. . . bukan orang baik baik"
"sumoay, hayo kita pergi saja" teriak pemuda itu dengan wajah penuh kegusaran,
"apa gunanya kita banyak berbicara dtngan orang gila seperti dia itu?" Dengan
cepat gadiss itu mengulapkan tangannya.
"Tunggu sebentar, aku masih ada perkataan yang hendak kusampaikan kepadanya
lebih dulu" "sumoay" bentak pemuda itu semakin marah, "suhu memerintahkan kepadamu untuk
mendengar kan semua perkataanku dalam menghadapi persoalan apapun, dan kini
sudah berulang kali aku suruh kau pergi, tapi kau tetap keras kepala, sebetulnya
apa maksudmu?" Nona itu tertegun.
"suko" katanya kemudian, "dalam rangka melaksanakan perintah suhu, sepanjang
perjalanan kita harus menempuh perjalanan dengan hati yang berdebar, baik siang
ataupun malam kita harus melanjutkan perjalanan dengan cara yang paling hatihati, aku ingin bertanya kepadamu, buat apa kita berbuat kesemuanya itu" Dengan
susah payah akhirnya kita berhasil menemukan orang yang hendak kita cari, tapi
sebelum mengucapkan sesuatu kita lantas mau pergi meninggalkannya, lalu apa
artinya jerih payah kita selama ini?"
Ong It sin semakin keheranan setelah mendengar perkataan itu, pikirnya kemudian:
"Kalau maksud kedatangan mereka berdua ke perkampungan keluarga Li adalah untuk
mencari aku, toh kedatangan mereka bisa dilakukan secara terang-terangan, kenapa
harus dilakukan secara sembunyi sembunyi macam pencuri ayam?" sementara itu
pemuda tadi sudah berkata lagi.
"Perkataan apa lagi yang dapat kita sampaikan kepada orang tolol seperti dia"
Hmm Kalau kita utarakan, bukan Kebaikan yang diperoleh malah jiwanya ikut
melayang.... Heeehhhh..... heeehhh....heeehhh.... memangnya kau anggap dia
mempunyai harapan untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahnya?"
Paras muka Ong It sin yang pada dasarnya sudah memerah, seketika itu juga
berubah semakin merah padam hingga mirip kepiting rebus.
Dasar mukanya sudah buruk dan jeleknya macam congor babi, ditambah warna merah
padam tersebut maka wajah Ong It sin sekarang ibaratnya babi panggang yang siap
dijual diwarung Pada hakekatnya Ong It sin itu orangnya cuma polos dan kelewat jujur, bukan
berarti dia itu gobloknya sampai segala urusanpun tidak dipahami.
Dia cukup memahami betapa mengenaskannya nasib ayahnya menjelang saat saat
kematian, dikala mara bahaya mengancam tiba, tak seorang sahabatnya yang memberi
pertolongan, setelah mati tak seorang sahabatpun yang mengenali dirinya lagi,
hanya pamannya seorang yang bersedia memeliharanya dalam perkampungan keluarga
Li, itupun dengan syarat dia tak boleh menyinggung soal pembalasan dendam,
selain itu dia sendiri juga tidak tahu siapa gerangan musuh-musuh besarnya.
Seandainya dia cerdik atau paling tidak berkepandaian silat, mungkin keadaannya
masih ada mendingan, apa mau dikata bukan saja otaknya dogol, ilmu silat juga
tidak dimiliki, setiap kali teringat akan dendam sakit hati ayahnya yang
tenggelam ke dasar samudra, pemuda itu merasa hatinya perih seperti disayat
dengan pisau, kalau boleh dia lebih suka mati daripada hidup menanggung derita.
Untungnya anggota perkampungan keluarga Li hanya tahu kalau dia itu seorang
pemuda yang ketolol-tololan, sekalipun masih termasuk keponakan sang cengcu tapi
tidak begitu disukai oleh sang cengcu sendiri
Tentu saja diapun tak ada yang tahu kalau dibalik ketolol-tololon si anak muda
itu, sebenarnya tersimpan suatu duka nestapa yang sangat mengenaskan.
Biar orang lain mencemooh atau menggoda bahkan mempermainkan dirinya, Ong It sin
yang polos dan jujur tak pernah memperdulikan.
Dan sekarang, secara tiba tiba pemuda itu menghina dirinya yang dikatakan tak
mampu membalas dendam, ucapan itu dirasakan sebagai suatu penghinaan yang amat
menyentuh perasaan halusnya, kontan saja air muka Ong It sin berubah menjadi
merah membara, sepasang matanya melotot keluar diawasinya pemuda itu tanpa
berkedip. Sudah barang tentu pemuda itu cukup mengetahui bahwa Ong It sin pada hakekatnya
berilmu biasa saja, kalau mau, sekali jotos saja dia dapat dirobohkan.
Tapi entah apa sebabnya, ketika ia menjumpai keadaan Ong It sin yang menyeringai
sangat mengerikan itu timbul suatu perasaan bergidik dihati kecilnya, tanpa
disadari dia sudah mundur selangkah ke belakang.
Keadaan Ong It sin ketika itu memang cukup mengerikan, bukan saja mukanya merah
padam seperti api yang menganga, otot hijau diatas keningnya pada menongol
keluar semua. "Darimana kau bisa tahu kalian aku tak mampu membalas dendam?" terdengar ia
berteriak keras, "hayo jawab, darimana kau bisa tahu kalau aku tak mampu
mambalas dendam" Hmm, bila kuketahui dimana musuh musuhku bersembunyi, kalau aku
tahu siapa nama nama mereka, aku bersumpah akan mencarinya sampai ketemu dan
akan kubalas sakit hati ini"
Pemuda itu tertawa dingin, dengan nada yang amat menghina dia mengejek lagi:
"Monyet goblok juga berani membual Huuuh tak tahu diri Aku tidak percaya kalau
gentong nasi seperti kau juga berani mengadu jiwa dengan orang . Hmm, Cuma kalau
kau ingin mengetahuinya, apa salahnya kalau kuberitahukan kepadamu" orang yang
membinasakan ayahmu tak lain adalah ..... .."
Belum sempat pemuda itu menyinggung nama pembunuhnya, si nona telah menukas:
"Suko, bagaimana sih kamu ini" Apakah saat ini pun boleh kau ocehkan seenaknya
sendiri?" Seperti baru sadar dari kesilafannya, begitu ditegur oleh sang nona, pemuda itu
la mas membungkam dan tidak melanjutkan kembali kata-katanya.
"Perasaan Ong It Sin detik itu penuh diliputi rasa sedih marah, mendongkol dan
jengkel, tanpa berpikir panjang dia berteriak lagi:
"Hayo cepat katakan, kalau aku tak berani beradu jiwa setelah kau katakan, aku
adalah anjing budukan, aku adalah anak jadah. Tapi kalau kau tidak berani
mengatakannya, engkaulah anjing budukan, kaulah si anak jadah"
"Kentut busuk bapakmu" teriak pemuda itu sangat murka, "baik, kalau kau sendiri
yang pingin menghantarkan nyawamu, jangan sangkut pautlah dengan diriku.
Pembunuh ayahmu berada tak jauh lagi dari tempat ini, kenapa tidak kau datangi
orang itu dan hantarkan jiwamu?"
"Suko, kau tak boleh mengatakannya, kau tak boleh mengatakannya" jerit si nona
lagi. Tapi Ong It sin berteriak pula:
"Siapa orangnya" Kalau kau tidak berkata maka kaulah si telur busuk bau anak
jadah ....." Rupanya si anak muda itu sudah tak dapat menggendalikan perasaan marahnya lagi,
tiba-tiba ia ikut berteriak:
"Sumoay, kau tak usah mengurusi aku lagi. Bocah busuk, kalau kau ingin menemukan
pembunuh ayahmu, kenapa tidak mendatangi saja bukit Tiong lam san?"
Dengan terjadinya percekcokan tersebut, suasana dalam gua itu berubah menjadi
ramai sekali, tapi setelah pemuda tersebut mengutarakan kata-katanya yang
terakhir, tiba-tiba saja suasana dalam gua itu berubah menjadi hening, sepi dan
tak terdengar sedikit suarapunOng It sin merasakan telinganya seperti mendengung keras, matanya menjadi
berkunang-kunang dan benaknya terasa menjadi kosong tak ada isinya. dalam
keadaan seperti ini dia tak memikirkan soal yang lain lagi, hanya satu ingatan
yang memenuhi seluruh benaknya yakni musuh besarnya berada diatas bukit Tiong
lam san, itu berarti musuhnya sudah pasti merupakan anggota perguruan itu.
Ong It sin segera mengambil keputusan, dia harus mendatangi bukit Tiong lam san
dan beradu jiwa 0odwo0 Partai Tiong lam adalah suatu partai besar yang kedudukannya seimbang dengan
partai siam lim, partai Bu tong dam lain-lainnya, bukan saja perguruan itu
sangat tersohor, jago-jago silat yang menghuni diatas bukit tersebut juga tak
terhitung banyaknya, terutama pemimpin-pemimpin mereka, boleh dikata ilmunya
sudah mencapai tingkat kesampurnaan yang luar biasa.
Padahal Ong It sin itu pemuda apa" Dia cuma seorang pemuda tak berilmu yang rada
ketolol tololan, bila manusia seperti dia mau mencari gara-gara di bukit Thong
lam san, maka hal ini tak ubahnya seperti belalang yang ingin menahan
pedati.jangankan pemimpin mereka, asal pihak Tiong lam pay mengutus seorang
muridnya yang paling tak becuspun sudah cukup untuk mengusirnya turun gunung.
Tapi buat Ong It sin, hal ini tak pernah dia bayangkan, dia cuma tahu bahwa
musuh besarnya berada dibukit Tiong lam san, itu berarti dia harus mendatangi
perguruan tersebut, menemukan pembunuh ayahnya dan membalas dendam.
Keheningan yang mencekam seluruh gua akhirnya dipecahkan oleh helaan napas nona
itu.. "sobat Ong" demikian dia berkata, "sekarang kau telah memahami duduknya
persoalan, yaa pada hakekatnya kami mempunyai kesulitan yang tak terutarakan
dalam kejadian dimasa itu, kesulitan yang membuat kami tak mampu berkutik itu
harus kau maklumi, aaai . . . aku. . . aku kuatir kau belum juga mau mengerti."
Sambil berkata nona itu mengawasi wajah Ong It sin tanpa berkedip.
Sementara itu warna merah yang menghiasi wajah Ong It sin sudah makin luntur,
dia hanya berdiri kaku sambil menggigit bibir, apa yang diucapkan nona tersebut
boleh dibilang tak terdengar sama sekali olehnya, tentu saja ia lebih-lebih tak
dapat memahami kesulitan yang dihadapi guru nona itu di masa lampau.
Karena tiada jawaban, nona itu menghampiri oug It sin dan menepuk bahunya.
"Sahabat Ong" kembali dia berkata, "suhengku cuma mengumbar emosinya saja, kau
tak perlu mempercayai perkataannya. Berjanjilah, jangan mencari urusan di bukit
Tiong lam" Tiba tiba Ong It sin menengadah lalu tertawa terbahak-bahak, suaranya
mengenaskan sekali. "Haaahhh. . . haaahh. . . haaahhh. . .jangan mencari urusan di bukit Tiang lam
san?" Dengan gemas si nona melotot sekejip kearah sukonya, lalu gerutunya:
"suko, coba lihat, urusan kau bikin kacau sehingga berubah jadi begini rupa,
kalau suhu sampai tahu dan menegur kita, bagaimana kita harus mempertanggung
jawabkan diri"^ "Aaaai... perduli amat, pokoknya selesai kita menyampaikan apa yang harus
disampaikan, kita pergi saja meninggalkan tempat ini, perduli amat apa yang
hendak dia lakukan?"
Nona itu memandang sekejap wajah kakak seperguruannya, kemud ian berkata lagi:
"suko, tak pernah kusangka kalau kau..... ternyata kau tidak menaruh perhatian
sama sekali terhadap keselamatan orang lain, tahukah kau bahwa perbuatanmu itu
berarti telah mencelakai jiwanya "
Pemuda itu masih berdiri dengan wajah gusar, tapi tampaknya dia memang merasa
kalau bersalah. Karenanya sewaktu di tegur, dia tidak membantah atau memperdulikan sumoaynya,
sebaliknya berpaling ke arah lain.
Nona itu kembali menghela napas, sebelum dia mengetahui apa yang harus
dilakukan, tiba-tiba terlihat olehnya kalau Ong It sin sudah putar badan dan
keluar dari gua dengan langkah lebar.
Cepat Cpat nona itu melompat maju dan menghadang dihadapan Ong It sin,
teriaknya: "Sahabat Ong, kau hendak kemana?"
"Pergi ke bukit Tiong lam untuk beradu jiwa" jawab Ong It sin dengan suara
lantang. "sobat Ong, kau tak boleh ke sana, sebab kalau ke situ berarti kau cuma
menghantar nyawa saja"
"Aku tahu perkataanmu itu benar, tapi sekalipun harus menghantar nyawa aku juga
akan pergi." Nona itu mengetahui kalau Ong It sin adalah seorang pemuda yang keras kepala,
sekalipun di nasehati juga tak ada gunanya, terpaksa ia berkata:
"Dengan susah payah kami mencari dirimu, selain memberitahukan rahasia itu,
masih ada suatu benda yang hendak kami berikan juga kepadamu. Nah, suko bawa
kemari benda itu" Masih dalam posisi membelakangi gadis itu, pemuda tersebut melemparkan sebuah
benda ke belakang. Dengan cepat gadis itu memungutnya dari atas tanah dan diangsurkan kehadapan Ong
It sin. "Terima dulu benda ini" katanya.
Ong It sin coba memperhatikan benda apakah itu, ternyata cuma sebuah lencana
yang terbuat dari bambu, lencana itu lebarnya beberapa inci dengan panjang tiga
inci, pada permukaannya terukir pemandangan alam yang sangat indah.
"Barang mainan apa ini?" seru Ong It sin kemudian dengan mata melotot "apa
gunanya benda itu bagiku" Aku tidak membutuhkannya"
"sobat Ong, benda ini penting sekali artinya bagimu" gadis itu menerangkan,
"sebelum ayahmu beradu jiwa dengan musuh tangguh, ia telah mendatangi guru kami
dan menyerahkan lencana bambu ini agar disimpan oleh suhu. Ayahmu berpesan agar
delapan tahun kemudian benda ini baru diserahkan kepadamu. Ayahmu pun berpesan
agar kau berangkat ke barat setelah mendapatkan lencana bambu ini, kau harus
berkunjung kelembah Cong cu kok (lembah penyimpanan mutiara) di gunung Tay soat
san" Ong It sin tidak tahu dimana letak bukit "Tay-Soat san" tersebut, apalagi selat
yang disebut Cong cu kok, boleh dibilang mendengar namanya belum pernah.
"Tidak. aku tidak akan kesana" serunya kemudian sambil gelengkan kepalanga. "aku
tak akan ke Tay soat san, aku hendak mengunjungi bukit Thong lam san"
"Tapi inilah pesan terakhir dari ong tayhiap. masa kau segan untuk menurutinya?"
teriak gadis itu sambil mendepak-depakkan kakinya ketanah lantaran jengkel.
"pesan terakhir dari ayahku?" Ong It sin tertegun, "baik kalau begitu akan
kukunjungi bukit Thong lam san lebih dulu, kemudian baru pergi ke mana" Bukit
apa" oya bukit Tay soat san lembah Cong cu kok ...." sambil ngerocos terus, dia
menerima lencana bambu itu dan tanpa diperiksa lagi segera dimasukkan ke dalam
saku. Dari sikapnya itu, boleh dibilang dia tak menaruh perhatian sama sekali
terhadap pesan dari mendiang ayahnya.
Gadis tersebut memandang sekejap wajah Ong It sin lalu berkata kembali:
"Sahabat Ong, aku tak bisa membantu apa-apa lagi demi kepentinganntu, sebab kami
harus berangkat ke luarperbatasan, baik baiklah menjaga dirimu"
"Jangan berkata begitu nona" buru buru Ong It sin berseru, "terlalu banyak sudah
bantuan yang kau berikan kepadaku. sekalipun sukomu rada kasar dan mau menangnya
sendiri, tapi aku tetap berterima kasih kepadanya sebab ia bersedia
memberitahukan siapakah musuh besar pembunuh ayahku"
Gadis itu mengeluh dihati, pikirnya:
"Aaaai .... tak kusangka didunia ini masih terdapat orang jujur seperti dia,
sayang bila ia berani mendatangi bukit Tiong lam san, sebab lebih banyak
bahayanya dari pada untung"
Semakin dipikir ia merasa semakin tak tega, dan hatinya semakin tak tenang,
akhirnya dia hanya bisa berdiri termangu.
"sumoay" tiba tiba pemuda itu menegur "sudah selesai belum persoalanmu" Kita
harus berangkat" Baru sekarang Ong It sin teringat untuk menanyakan nama orang-orang itu, cepat
dia berkata: "Nona siapa nama mu" siapa pula gurumu?"
"Aku bernama Bwe Yau, suko ku bernama Lau Hui, sedang nama guruku tak bisa
dikatakan sebab hal ini merupakan rahasia. Tentunya saudara ong bisa memaklumi
bukan?" Ong It-sin seorang pemuda yang tak pandai menggunakan otaknya untuk berpikir,
sudah tentu jalan pikiranya tak dapat mencapai sejauh itu, maka dia gelengkan
kembali kepalanya. "Maklum apa" Aku tidak tahu" sahutnya.
Bwe Yau seperti hendak mengatakan sesuatu lagi, tapi kakak seperguruannya keburu
menarik lengannya dan diajak pergi.
"Hayo berangkat, kita jangan memperdulikan orang goblok itu lagi" serunya.
Rupanya si gadis tak berani membantah perintah dari kakak seperguruannya lagi,
mereka segera berkelebat dari gua, sekejap kemudian tubuh mereka sudah keluar
dari dalam gua. Kembali Ong It sin berdiri termangu selama sesaat dalam gua itu, lalu baru
teringat bahwa dia bisa terdorong masuk ke gua itu hiagga berjumpa dengan Bwe
Pendekar Bego Karya Can Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yau serta suhengnya, tak lain karena didesak oleh angin pukulan akibat bentrokan
antara pamannya melawan seorang laki laki setengah umur.
Tapi aneh, kenapa suasana diluar gua begitu hening, tak kedengaran sedikit
suarapun" Siapa yang berhasil memenangkan pertarungan itu"
Dengan pcrasaan gelisah buru buru dia keluar dari gua tersebut dengan langkah
lebar, dalam waktu singkat dia sudah berada diluar gua, tapi apa yang tertampak
kembali membuat anak muda itu tertegun.
Disana tak ada orang, suasana amat sepi, bukan saja si Dewa perak Li Liong dan
laki laki setengah umur tak tampak lagi, malah dua orang lelaki berbaju putih
dan perempuan berambut panjangpun tak nampak batang hidungnya lagi.
Tadi perempuan berambut panjang terikat diatas sebuah tiang batu karang yang
kuat, tapi sekarang tiang batu itu sudah patah menjadi dua bagian.
Suatu firasat tak enak sempat menyelinap dalam hati kecilnya, meskipun ia belum
tahu apa yang telah terjadi disitu, tapi secara lamat lamat ia sudah merasa
bahwa keadaan pasti tidak menguntungkan bagi pihaknya.
Maka sesudah termangu sejenak. dia lantas kabur menuju keluar lembah ........
Baru saja ia diluar lembab, tampak dua orang lari menyongsong kedatangannya,
ketika bertemu dengan Ong It sin, mereka lantas berseru:
"Beres, beres, sekarang beres sudah, dengan hadirnya Ong It sin, maka akhirnya
ada juga orang yang mengiringi pamannya masuk ke liang lahat".
Perkataan itu ibaratnya guntur yang membelah bumi disiang hari belong, Ong It
sin tertegun dan untuk sesaat lamanya tak mampu mengucap sepatah katapun, kedua
orang itu bukannya dia tak kenal, mereka adalah jago jago lihay dari
perkampungannya, dihari hari biasa mereka selalu serius dan jarang bergurau, itu
berarti perkataannya sekarangpun bukan cuma gurauan belaka.
Lantas .... benarkah pamannya telah tiada" benarkah pamannya telah tewas"
0000d.w0000 ONG IT SIN masih berdiri termangu, kedua orang itu sudah menghampirinya, mereka
menekan bahunya seorang sebelah dan berkata.
"Perkampungan sudah terbakar habis, cengcu juga sudah pulang ke alam baka,
mereka telah bubar, yang mati telah mati, beberapa orang murid cengcu juga sudah
mampus semua, hayo cepat memberi hormat untuk jenasah cengcu, kalau mau menangis
dulu, kami harus mengebumikan jenasahnya secepat mungkin"
Sekujur badan Ong It sin gemetar keras, sampai dua baris giginya saling
bergemerutukan, dia ingin berbicara tapi tak sepatah katapun yang mampu
diutarakan keluar.... Perlu diketahul disini, meskipun kejadian yang berlangsungnya secara tiba-tiba
ini menimpa diri seorang yang cerdas dan berotak normal, toh orang itu tetap
akan kaget, gugup dan kelabakan, apalagipada dasarnya Ong It sin adalah seorang
pemuda yang tidak mempunyai pendirian.
Sambil menghela napas panjang, kedua orang itu mendorong Ong It sin maju ke
depan. Kurang lebih lima kaki kemudian, setelah membelok pada suatu tikungan bukit,
tampaklah mayat bergelimpangan diatas tanah, mayat-mayat itu jumlahnya mencapai
tiga sampai lima puluhan orang, diatas sebuah batu besar berbaring pula sesosok
tubuh. Meskipun masih jauh, Ong It sin dapat mengenali orang yang berbaring diatas batu
Naga Dari Selatan 1 Dewi Ular 48 Perempuan Penghisap Darah Kereta Berdarah 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama