Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 17
Ong, tentu ia tidak dapat mempergunakan nama sebenarnya, sebab ia hendak
menolong secara diam-diam.
Kedua orang mereka heran,
terdengar, dan seaneh itu.
itu jadi saling mengawasi, tampaknya
Karena nama Ouw Tan benar2 aneh baru kali ini mereka mendengar nama "Ohhhh, Ouw
Siauwhiap!" tapi Siang Bu berseru seperti itu sambil tertawa, "Didalam Ceng Kie
Pay, Siauwhiap memangku jabatan apa?"
Hati Kwang Tan tercekat, Mungkin orang ini salah mengenali orang. "Aku bukan
orang Ceng Kie Pay," ia memberitahukan "Aku berasal dari Kangsay dan hendak
pergi kekota raja, kebetulan saja aku lewat disini dan singgah, sebab aku
mendengar berita Bin Tayhiap hendak mengadakan pesta besar. Aku ingin sekali
menonton orang pibu."
"Ceng Kie Pay itu perkumpulan ternama. Apakah tuan2 hendak mencari salah seorang
anggotanya "!" Mendengar itu Siang Bu telah menoleh kepada Tan Go Sun dan tertawa lebar. "Apa
kataku "!" katanya, "Begitu aku melihat, aku yakin Ouw Siauwhiap bukan orang
sebangsa manusia itu! sekarang baru kau percaya aku, Laote "!"
Muka Tan Go Sun berobah merah.
"Ouw Siauwhiap, mari kami memperkenalkan diri!" berkata pula Siang Bu, yang
terus memberikan keterangannya tanpa diminta lagi sehingga sekarang Kwang Tan
mengetahui baik siapa adanya kedua orang tamunya ini.
Siang Bu berdua dengan Tan Go Sun terkenal sekali di Kwangwa, Mereka tinggal di
Utara Char har sebagai pemilik peternakan Char har. Selama belasan tahun, kuda
mereka berjumlah empat sampai lima puluh ribu ekor.
Siang Bu dan Tan Go Sun bersahabat erat dengan Bin Tian Ong, mereka undangan
sahabat undangan yang dikirim Bin Tian Ong.
Mereka juga segera menyewa segera berangkat mereka tersebut untuk memenuhi
begitu menerima kamar dirumah penginapan Kian in, Sudah tujuh hari mereka datang.
Secara diam2 mereka tengah memikirkan cara yang se baik2nya melakukan
penyelidikan gerak-gerik orang2 Ceng Kie Pay.
Baru saja mereka berpikir kembali ke Bin Ke Cung, mereka berkenalan dengan Kwang
Tan, yang mereka kenal bernama Ouw Tan.
"Jika siauwhiap bermaksud pergi ke Bio Ke Cung, mengapa kita tidak pergi
bersama"!" Siang Bu bertanya, mengajak. "Dengan begitu kita tidak usah kesepian
ditengah jalan. Kami pun mengharapkan sekali bantuan siaohiap!"
Kwang Tan berpikir, segera ia menerima baik ajakan tersebut.
"Hanya saja aku mohon, janganlah saudara2 terlalu tinggi mengangkat aku!"
mintanya sambil tertawa. "Justeru Siauwhiap yang terlalu merendah." kata Siang Bu tertawa juga, "Nanti
kami merapikan dulu pauwhek kami, selesai bersantap kita berangkat !"
Kwang Tan setuju, maka ia mengantar kedua sahabat baru itu pergi keluar, dikala
Siang Bu berdua masuk kekamarnya, ia terperanjat.
Didepan dia, dari sebuah kamar, dilihatnya muncul seorang gadis yang cantik
sekali. Alisnya lentik, matanya bersinar bening dan tajam, bibirnya kecil mungil
dengan hidungnya yang bangir, dua baris giginya putih dan rata.
Potongan mukanya ialah potongan kuaci, pakaiannya cekak dan singsat, ia pun
memakai ikat pinggang putih dimana tergantung sebatang pedang dengan ronce
hijau, sedangkan tangannya memegang sebatang cambuk, sepatunya berwarna hitam.
"Pasti ia tinggi tenaga dalamnya." Berpikir Kwang Tan didalam hatinya kagum
sekali. Gadis itu juga melihat pemuda itu memperhatikannya, ia acuh tak acuh, ia
tersenyum terus ia tertawa seraya berlalu dengan cepat.
Setelah berusia hampir dua puluh tahun, baru kali ini Kwang Tan melihat gadis
yang begitu cantik menawan hati, Saking kagumnya ia jadi berdiri tertegun
bagaikan patung, menjublek diam saja, ia bagaikan merasa kosong begitu cepat
sigadis lenyap dari pandangan matanya, lenyap dari
hadapannya. ia merasakan hatinya tidak keruan rasa ketika memasuki kamarnya.
Cepat sekali Siang Bu dan Tan Go Sun muncul lagi. Mereka sudah membawa buntalan
mereka. "Siauwhiap, urusan rumah penginapan telah kami selesaikan!" kata Siang Bu
tertawa, "Mari kita bersantap, agar kita cepat2 berangkat."
Pemuda itu bersiap cepat sekali, maka bertiga mereka pergi kerumah makan, untuk
sarapan, dengan demikian, dilain saat tampak mereka sudah mulai dengan
perjalanan mereka menuju ke Bin Ke Cung, yang letaknya lima puluh lie dari kota Khoyu,
Kedudukannya berdampingan dengan gunung dan sungai, gunungnya hijau, airnya
jernih, sekitarnya indah dan nyaman.
Penduduk Bin Ke Cung sejumlah lima ratus keluarga, hidup bertani dan mencari
kayu. Sedang rumah Bin Tiang Ong berada di tengah2. Besar gedungnya, lebar
pekarangannya. Dilihat rumah2 itu merupakan seperti separuh rumah dikurung air
yang lebarnya sepuluh tombak, dan dalam air setombak lebih.
sepintas lalu, dusun. Sekitar Terutama diwaktu itu memang tampak beberapa orang penjaga,
ditengah Lian bu-thia atau lapangan berlatih silat, berdiri sebuah luitai,
panggung untuk bertanding, yang dicat warna merah serta sepasang lian-nya
bertulisan huruf huruf dari emas, bunyi-nya:
"Yang datang, yang pergi, semua orang gagah" dan "Semuanya polos dan jujur,
tidak ada yang telengas dan palsu".
Luitai itu diberi nama Wan Yo Tai atau panggung burung Wan-yo, (Burung wan-yo
adalah bebek Mandarin, lambang suami isteri yang rukun).
Dikedua samping panggung terdapat gubuk2, atau tempat dengan perlengkapan kursi
meja, besar dan luas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. itulah tempat untuk orang berkumpul dan menyaksikan pibu atau
pertandingan. Ketika itu ditempat tersebut sudah berkumpul lebih dari lima puluh
orang tamu kawan tuan rumah. Kecuali banyak pengurus dan pelayan bekerja sibuk,
pula ada tamu yang membantu mengawasi orang Ceng Kie Pay untuk
membuyar mereka kalau mereka main selundup.
Sebagai tamu baru, Kwang Tan tidak memperoleh tugas apa-apa, maka dari itu,
leluasa ia melihat-lihat, terutama untuk memperhatikan sekitar keadaan Bin Ke
Cung, setelah mana seorang diri ia kembali dengan cepat Kho Yu, untuk
mencari Chiang Un, guna mengatur segala apa yang berhubungan dengan yang hendak
dikerjakannya. Setelah meninggalkan pesan nya, ia kembali pula ke Bin Ke Cung, ia senang
mendengar laporan dari Chiang Un, yang sudah mempersiapkan lebih dari enam puluh
anggota, bahkan diantaranya sudah ada yang turun tangan menghajar mata2nya Ceng Kie Pay,
yang bersembunyi ditujuh tempat diluar dusun.
Hari itu, lohor jam tiga lewat, dikala sang batara surya mulai doyong kebarat,
diantara pohon2 yang lebat dekat loteng Pek Cim Kok, bagian dalam dari rumah Bin
Tian Ong berkelebat sesosok bayangan dengan pakaian hitam, terus ia menyelusup
masuk ketaman bunga dan disitu ia dengan sebutir batu sebesar kacang, menimpuk
kearah loteng. Hasilnya ialah suasana tetap sunyi, ia jadi girang dengan berani ia menjejak
tanah, untuk melompat naik keatas loteng itu, segera dengan lidahnya ia
membasahkan kertas jendela untuk mengintai kedalam, itulah kamarnya nona Bin,
lalu ia membongkar jendela, dari sisinya ia mendengar
suara tertawa dingin perlahan sekali, ia terkejut, segera ia memutar tubuhnya.
Tapi ia tidak melihat siapapun juga, Tentu saja ia jadi heran, Tengah ia
memasang mata, mendadak pundaknya yang kanan terasa kaku, tanpa ia menghendaki
goloknya jatuh kelantai papan loteng, sehingga berisik.
terdengar suara Dengan gesit sekali tangan kirinya orang tersebut membacok kebelakang, terus ia
melompat turun, setibanya ditanah ia memasang kuda-kuda dengan goloknya
disiapkan. ia melihat kesekitarnya. Tapi ia tidak mendapatkan siapa pun juga
ditempat itu. Taman itu tetap saja sunyi bagaikan semula tadi, cuma pohon2 bunga bergoyang
sendiri karena sampokan angin halus, Dibelakangnya, ia melihat bayangan sendiri,
panjang dan kecil mirip gala.
"Apakah ini disebabkan hatiku terlalu bergelisah tidak keruan juntrungannya ?"
ia jadi berpikir didalam hatinya. Dia jadi ragu2. "Mula pertama kalinya
telingaku mendengar suara tertawa, lantas pundakku kaku, Apakah
ini bukan sebab gangguan syaraf ?" ia jadi tersenyum sendirinya.
Segera ia berpikir lagi: "Aku telah mendapat tugas, tidak dapat aku pulang
dengan tangan kosong, atau selain aku akan ditertawakan juga Khong Su, sipencuri
sakti, namaku yang terkenal semenjak puluhan tahun mana bisa
dipertahankan lagi "!"
Karena berpikir seperti itu, orang tersebut yang menyebut dirinya sebagai Khong
Su, telah menjejakkan kakinya lagi ditanah, untuk kembali melompat naik keatas
loteng. Kesunyian taman itu membuatnya berani sekali.
Kali ini belum lagi dia tiba di loteng, baru saja dia terpisah dari tanah kurang
lebih lima kaki, tiba-tiba sekali paha kirinya, dijalan darah dengkul sebelah
dalam, terasa terpagut sesuatu, nyerinya mendesak keulu hati, sehingga tidak
ampun lagi, bersamaan dengan keluhannya yang tertahan, ia rubuh terbanting
sampai debu mengepul naik kesekitarnya.
Bukan main kaget dan takutnya sejenak itu, tidak lain ingatannya hanya untuk
menyingkir diri. Paling dulu ia menggulingkan tubuhnya dalam gerakan si "Keledai
Malas Bergulingan" Kemudian dia menggelinding kegerombolan
pohon bunga, untuk menyembunyikan diri disana tanpa berkutik, tanpa berani
bersuara dan tidak berani bersuara dan tidak berani mengintai dulu.
Dari luar tempat ia bersembunyi Khong Su segera mendengar suara tertawa dingin
disusul ejekan tidak sedap untuk telinganya: "Bangsat dungu! Maling dungu!"
Untuk pendengarannnya, nada suara itu sangat menusuk hati, sehingga ia merasa
terganggu seperti juga kupingnya itu didengungkan suara nyamuk. Dia jadi kaget
berbareng takut. Baru sekarang ia menduga kepada seorang lihay yang
tengah mengawasi padanya, segera ia merayap untuk menyingkirkan diri.
Waktu sudah mendekati tembok, Khong Su berhenti dulu sambil mendekam, ia
memasang kupingnya baik2, ia ingin keluar dengan diam-diam, seperti tadi dia
masuk tanpa menemui orang, setelah merasa aman, per-lahan2 ia
bangkit untuk mengeluarkan kepalanya dari lebatnya gelombang daun pohon2
tersebut. "Ihhhh !" tiba2 Khong Su berseru tertahan, saking kagetnya tidak terkira,
Didepannya dilihatnya sepasang
kaki manusia, Tubuhnya menggidik tanpa terasa.
Waktu ia sudah mengawasi lebih jauh, ia melihat tubuh seorang yang yang tertutup
jubah abu2, dadanya lebar pinggangnya ceking, sepasang tangannya putih sedangkan
mukanya beda sekali dari muka kebanyakan orang, inilah muka dari sesosok mayat!
Biru gelap atau matang biru, wajahnya dingin, alisnya lanang, sebaliknya sinar
matanya yang tajam sekali mendatangkan rasa mengkirik yang sempat membangunkan
bulu kuduk-nya. Tidak bisa Khong Su mengangkat kepalanya lagi, hatinya jadi ciut.
"Tuan, tolonglah tuan membiarkan aku pergi pulang !" katanya dengan tubuh
gemetar. Orang itu tidak menyahuti, cuma sinar matanya yang memain bengis.
Khong Su bergidik, tubuhnya jadi menggigil keras karena ngeri.
"Jika tuan tidak ada keperluan lainnya, maafkanlah, tidak dapat aku berdiam
lama2 disini!" kata Khong Su dan dia terus jaga melesat dengan menjejakkan kedua
kakinya kuat-kuat pada tanah, bermaksud untuk melompat naik ketembok.
"Hemmm, tidak dapat kau pergi !" suara itu dingin sekali. Disaat ia melompat
tinggi tiga kaki, mendadak mereka merasakan kaki kanannya kena ditangkap,
sebelum ia mengetahui apa-apa, tubuhnya sudah terlempar tujuh tombak jauhnya, dimana ia
jatuh kepalanya pusing, matanya kabur
terbanting, sehingga dan ia hampir saja
pingsan. Disitu dia rebah terkulai bagaikan tenaganya habis, terasa sakit dan ngilu
sekujur tubuhnya sedangkan keningnya mengeluarkan keringat sebesar kacang
kedele. Dia terus merintih. Didepannya, dia melihat orang tadi berdiri diam dengan muka
tertawa dingin. Akan tetapi tidak
lama kemudian orang itu memutar tubuhnya, setelah tangannya dibawa kemukanya, Ketika ia memutar tubuhnya
kembali, sekarang tampaklah wajahnya muda dan tampan.
Kemudian ia melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat itu. Khong Su heran dan
berkuatir sekali, sedang biasanya ia tidak kenal takut, seperti kali ini dia
menyatroni Bin Ke Cung diwaktu lohor. Memang biasa setiap pencuri bekerja
diwaktu malam, tetapi ia justeru telah memikir yang lain, jika ia datang tepat
diwaktu malam, pasti penjagaannya diperingat kuat dan keras.
Karenanya ia bekerja siang, ia pandai menyelusup, tanpa menemui rintangan, ia
dapat masuk kedalam taman bunga, Dia percaya, andaikata ia dipergoki, pihak
penjaga akan menduga bahwa dia adalah ialah seorang tamu tuan rumah.
Sudah sejak beberapa hari banyak orang datang dan pergi, kawan dan lawan tak
diketahui, tak dikenali. Sampai sebegitu jauh dia tidak kepergok, sehingga
hatinya girang luar biasa.
Namun siapa sangka, diluar dugaannya, justeru disaat ia akan berhasil, dia rubuh
kecewa dan menderita sehingga runtuhlah nama besarnya!
Malam itu diruangan Cie Eng Thia dari rumah Bin Tiang Ong terang benderang mirip
siang hari, Tiang Ong tengah berada disitu melayani tamu2nya sambil bercakap2
gembira tertawa cerah. Disitupun hadir Kwang Tay bersama Siang Bu dan Tan Go San, serta sahabatnya dua
orang tersebut yang baru tiba pagi tadi. yaitu Lie Peng Hoat. Mereka berempat
berdiam dipojok kanan dimana mereka ber cakap-cakap perlahan sekali.
Tepat dikala orang tengah bicara dengan asyik, seorang centeng (penjaga) lari
masuk dengan tergopoh-gopoh, terus menghampiri Bin Tian Ong untuk melaporkan:
"Cungcu, penjaga keempat telah mendapatkan seorang terluka rebah
didekat loteng Pek Cio Kok, ia menyebutkan dirinya Khong Su."
Bin Tian Ong mengerutkan dahi, katanya. "Bawa dia kemari."
Tidak lama Khong Su telah digotong masuk, diletakkan dilantai, ia masih merintih
tidak hentinya dengan disertai keringat yang membanjiri keningnya, sedangkan
pakaiannya kuyup dengan keringatnya itu, tubuhnyapun gemetaran dan mukanya pucat
pias matanya guram tidak bersinar.
"Bin Tayhiap, berlakulah murah hati !" memohon sipencuri liehay yang telah
runtuh itu dengan suara lemah, "Tolong! membebaskan aku dari totokan, nanti aku
bicara terus terang !"
Tian Ong heran, ia mendekati sambil menduga2 apakah Khong Su datang dengan
maksud busuk dan ada orang yang telah memergoki dan sekalian merobohkannya ia
segera menotok bermaksud untuk membebaskan Khong Su dari totokan itu.
"Aduh! Aduhhh!" teriak Khong Su kesakitan, Dia bukannya bebas, malah dia
merasakan kesakitan yang luar biasa menyiksanya, mukanya semakin pucat seperti
secarik kertas putih belaka.
Tian Ong jadi berobah mukanya memerah, ia mengawasi melongo.
Dari antara rombongan tamu keluar seorang tua yang menghampiri Khong Su. ia
membalik tubuh orang tersebut untuk menotok punggungnya tiga kali disusul dengan
satu tepukan keras. Mendadak sipencuri menjerit keras, dari mulutnya menyembur reak, setelah itu ia
dapat bangun berdiri, hanya dia lesu sekali.
Orang tua itu menghela napas dan berkata. "Orang yang menotok itu liehay sekali,
kalau dia menotok lebih keras sedikit saja, jiwa orang ini akan terbang
melayang, inilah ilmu totok yang jarang ada, sudah ada beberapa puluh tahun aku
berusaha mempelajari aku tetap tidak berhasil. Apa yang bisa kuyakini cumalah
ilmu membebaskannya!"
Mendengar keterangan tersebut Tian Ong menghadapi orang tua itu sambil tertawa
ia bilang: "sebegitu jauh yang kuketahui, jarang sekali kau memuji orang, baru
sekarang aku mendengar Khiam Lo Ang berbicara demikian rupa!"
Ketika Kwang Tan mendengar orang tua itu adalah
Khiam Lo Ang, ia jadi memandang penuh perhatian karena Khiam Lo Ang merupakan
seorang rimba persilatan yang memiliki nama besar.
"Khong Gisu," Tian Ong waktu itu telah menanya pada Khong Su dengan sikap dan
suara yang keren. "Apa maksudmu datang ke-gedungku ini" Sukalah kau bicara terus
terang tidak nanti aku sembarangan bertindak terhadap dirimu!"
Khong Su menyeringai ia malu sekali,
"Aku telah dibebaskan dari totokan, tidak dapat aku tidak membalas budi,"
sahutnya. Segera ia memberikan keterangannya, mendengar mana para hadirin kaget bukan
main. Partai Bendera Hijau, Ceng Kie Pay, diketuai oleh Oey Tiam Su. Dialah
murid tunggal dari Shato-huoto, seorang pendeta dari Tibet, Shato-huoto terkenal
sekali sebagai
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang pendeta yang sangat telengas, sedangkan murid tunggalnya itu, Oey Tiam
Su telah berhasil mewarisi delapan bagian dari kepandaiannya.
Diapun cerdik sekali, usianya baru empat puluh tahun lebih, Ia membangun partai
baru enam tahun, namun justeru kemajuannya pesat sekali.
Pengaruhnya yang sudah meluas, ditiga propinsi Kangsouw, Aohui dan Ouwpak. Besar
cita2nya, karena ia ingin mementangkan pengaruhnya itu sampai disembilan
propinsi disepanjang sungai Tiangkang.
Selama dua tahun ini sudah mulai menelan beberapa partai kecil menghadap
disembilan tentangan propinsi tersebut. Kemudian dia keras, yang membuatnya
segera merobah siasat, dari keras menjadi lunak, ialah dengan mengambil hati orangorang gagah, untuk bekerja sama. Siapa tidak mau bekerja sama, dia coba membikin
celaka, dengan dibunuh secara menggelap atau difitnah, Demikian pula halnya
dengan Bin Tian Ong yang hendak diajaknya masuk kedalam partainya.
Karena cungcu dari Bin Ke Cung ini menantang, ia lantas mempergunakan siasat, ia
sendiri sebenarnya menganggap Tian Ong masih boleh dibiarkan saja, Yang
bersikeras menghendakinya agar diambil tindakan keras kepada Bin Tian Ong adalah
Hu Pangcu, yaitu wakil ketua yang bernama Yo Sian.
Ia beranggapan bahwa Bin Tian Ong berkepala besar. Disamping itu sebenarnya
tertentu lainnya ialah ia ia memiliki maksud-maksud mengincar sepasang pedang
mustika milik Tian Ong, atau sebatang salah satu diantara kedua pedang mustika
tersebut Kim Kiam atau Gin Kiam,
jika dapat dimilikinya tentu merupakan senjata yang ampuh dan bisa
diandalkannya, yang membuatnya semakin gagah.
Sedangkan Tian Ong pun tidak dapat ditindas dengan kekerasan, sebab Oey Tian Su
masih jeri, disaat pihak kerajaan lengah menghadapi pasukan Bengkauw, ia tidak
mau menimbulkan kerusuhan yang sekiranya bisa memancing perhatian kerajaan, yang
mungkin nanti Ceng Kie Pay akan disama ratakan dengan Bengkauw lalu disapu
bersih juga ! Juga memang Oey Tiam Su tidak mau bentrok dengan wakil ketuanya, maka ia mau
mengalah dan menyerahkan persoalan tersebut kepada wakilnya, agar mengatur
siasatnya sebaik mungkin.
Demikianlah, Kang Sun Beng dipergunakan sebagai alat saja untuk melamar nona Bin
Karena Tian Ong bertindak
hendak mengundurkan diri dan mengajukan syarat pibu guna mencari jodoh
puterinya, mau tidak mau Yo Sian, wakil ketua Ceng Kie Pay tersebut, melakukan
persiapan disamping diam-diam juga ingin mempergunakan kekerasan secara
jika saja K,ang Sun Beng gagal, ia mempersiapkan segalanya untuk penyerbuan.
Giok Cu hendak diculik, agar penyelesaian dapat dilakukan secara "lunak", Khong
Su telah ditugaskan untuk menculik Giok Cu. Menurut rencana Khong Su harus
bekerja pada satu hari dimuka pibu, yaitu diwaktu malam Giok Cu harus dibikin
pulas dengan asap bius, Kalau Khong Su berhasil, dia harus memberikan tanda,
nanti Bin Ke Cung hendak di ancam untuk diserbu.
Kalau semua orang Bin Ke Cung keluar untuk menangkis serbuan, Khong Su harus
bekerja terlebih jauh mencuri kedua pedang. Disaat kacau diduga gedung kosong
dan Khong Su bisa bekerja dengan leluasa.
Setelah berhasil pihak penyerbu akan cepat sekali mengundurkan diri. Untuk jadi
penyerbu ini dipilih musuh2 Tian Ong, agar Ceng Kie Pay dapat mencuci tangan.
Bahkan sebaliknya Ceng Kie Pay akan memberikan janjinya hendak membantu, dalam
waktu tiga bulan, sigadis akan dapat ditolong.
Tentu saja Kang Sun Beng sebagai penolong palsu, agar karena mengingat budinya,
Giok Cu mau menikah dengannya, Sun Beng memiliki wajah tidak dapat dicela, Akan
tetapi Khong Su bukannya bekerja diwaktu malam,
malah ia bekerja diwaktu siang, Apa lacur untuknya, ia kepergok dan kena
ditawan. Bahkan terpaksa dia harus membuka rahasia yang diketahuinya.
Semua orang kaget mendengar kebusukan Oey Tiam Su dengan Ceng Kie Paynya, yang
ingin mempergunakan akal muslihat keji itu. Syukur ada penolong tidak dikenal, sehingga usaha Khong Su
dapat digagalkan, dan sekarang rahasia Oey Tiam Su atau Ya Sian terbongkar.
"Sayang kau dirintangi, Khong Giesu !" kata Tian Ong kemudian, "Dapatkah kau
menjelaskan bagaimana wajah orang yang merubuhkanmu itu "!"
Dengan malu Khong Su menceritakan semua yang dialaminya beberapa waktu yang
lalu. Tian Ong heran, matanya menyapu semua hadirin dengan sinar mata bertanya-tanya.
"Siapakah kiranya sahabat itu "!" tanyanya bersenyum, "Apakah diantara saudarasaudara ada yang mengenal dia "!"
Semua orang saling mengawasi. Waktu itu Tan Go Sun mengawasi Kwang Tan. hatinya
berkata: "Mungkinkah dia" Tapi menurut Khong Su, orang itu liehay sekali, sedang
dia ini masih terlalu muda, siapakah dia itu "!"
Kwang Tan telah menyalin pakaian, ia menduga pengusaha ternak itu mencurigainya,
maka sambil tertawa dia bilang: "Saudara Tan, menurut Khong Su orang itu pasti
seorang gagah luar biasa, maka aku ingin sekali dapat berkenalan dengannya."
"Akupun sangat ingin sekali menemui dia!" kata Tan Go Sun. "Tapi dia orang luar
biasa, jika dia tidak memperlihatkan dirinya, walaupun kita bertemu dengannya,
sulit untuk mengenalinya !"
Setelah berkata begitu, orang she Tan tersebut tertawa lebar sambil memandang
penuh arti. Waktu itu Tian Ong memerintahkan kepada orangnya agar Khong Su
dikurung dalam kamar batu. Dia akan dibebaskan jika waktunya telah tiba.
Dilain pihak, ia perintahkan penjagaan diadakan lebih ketat dan keras lagi. Agar
semua penjaga juga berhati2 untuk menghadapi musuh yang berusaha menyelundup
masuk kedalam Bin Ke Cung.
Demikianlah malam itu lewat dengan aman. Tapi itu bukannya berarti tidak terjadi
sesuatu karena Khong Su tidak kembali Yo Sian mengirim tiga orang, untuk
menyelidiki. Celaka buat mereka itu, dihadang seorang bertopeng dan dirubuhkan dengan
totokan, terus mereka diantar pulang kemarkas mereka.
Ketika sang fajar tiba, Bin Ke Cung jadi ramai sekali, Tamu2 datang tidak
putusnya. Sibuk sekali tuan rumah mengadakan penyambutan dan melayani mereka
semua. Tetarap sebelah timur dipakai untuk tamu-tamu yang membantu pihak tuan rumah,
gubuk barat untuk semua tamu lainnya, yang terdiri dari orang berbagai golongan.
Dari pihak Ceng Kie Pay, Oey Tiam Su mengirim Yo Sian beserta belasan jagonya,
diantaranya terdapat Kang Sun Beng.
Bin Tian Ong dan puterinya duduk ditetarap timur, didampingi oleh Khiam Lo Ang.
Matanya tampak tajam mengawasi ketetarap timur. Diatas meja terletak sepasang
pedang yang sarungnya luar biasa dan gagangnya bertaburan batu merah, sedang
roncenya sutera kuning gading itulah pedang Kim Kiam dan Gin Kiam.
Kwang Tan duduk dibaris pertama di meja kedua, Bersama dia dalam satu rombongan
terdapat Siang Hi, Tan Go Sun dan Lie Peng Hoat.
Kwang Tan bertemu dengan Giok Cu, ia beranggapan gadis itu memang toapan dan
manis, benar ia tidak terlalu cantik, tapi tokh menarik sekali, sehingga ia
berpikir: "Entah bagaimana tabiatnya nona Bin ini...." ia baru
berpikir demikian, seketika pipinya jadi memerah dan dirasakan sangat panas.
Sedangkan Giok Cu sebaliknya, begitu ia melihat Kwang Tan sudah meresap kesannya
yang baik. Pemuda itu tampan, halus gerak-geriknya. Tapi ia tidak bisa memikirkan pemuda itu lebih
jauh. sekarang ia sudah tidak bebas lagi, ia akan jadi rebutan orang banyak.
Andaikata Kwang Tan ikut naik dipanggung, ia percaya pastilah dia tidak akan
sanggup melawan banyak iblis dan pemuda lainnya yang telengas dengan kepandaian
yang tinggi. Dikala Kwang Tan mengawasi ke tetarap barat, tiba2 hatinya terkejut, Disana ia
melihat sigadis baju merah yang lenyap dalam sekelebatan dirumah penginapannya
kemarin itu hampir saja ia menjerit sendirinya.
Gadis itu baru tiba, ia diantar masuk oleh pelayan, ia masih memegang cambuknya
yang hitam mengkilap, rupanya terbuat dari otot harimau atau otot binatang buas
lainnya, Begitu tiba matanya menyapu kesekelilingnya, barulah ia melangkah
ketetarap, langkah kakinya tetap.
Semua orang yang hadir, baik dari tetarap timur, maupun dari tetarap barat, ikut
tertarik hatinya, semua mengawasi sigadis baju merah itu. ia langsung
menghampiri Bin Tian Ong, untuk membisikkan sesuatu, untuk itu tuan rumah tampak
girang. Segera sigadis itu diundang duduk bersama dengan nona Bin yang belajar kenal
dengan Khiam Lo Ang beramai. "Ouw Siauwhiap, bagaimana kau lihat nona baju merah
itu?" tiba2 Kwang Tan mendengar pertanyaan dikala ia mengawasi sigadis,
dadu, tahulah dia ia terkejut, mukanya juga bersemu
yang ditegur oleh Siang Bu, karena perbuatannya dianggap kurang baik, mengawasi
seorang gadis sampai mendelong begitu.
"Dia tidak ada celanya, Siang tiangcu mengetahui siapa adanya gadis itu "!"
Siang Bu tertawa, tapi ia menggelengkan kepalanya perlahan.
Waktu itu tengah hari tepat, telah tiba waktunya pibu dimulai, maka terdengarlah
tanda, suara gembreng tiga kali, disusul dengan letusan petasan diluar kalangan.
Bin Tian Ong dan puterinya bangkit, untuk naik dipanggung Wan Yo Tai, Tian Ong
bersenyum, sedangkan sigadis mengenakan baju hijau, dipinggangnya tergantung
pedangnya, ia berdiri disisi ayah-nya.
Letusan petasan disusul tempik sorak, setelah suara mendengungnya berhenti,
sirap juga sorak sorai. Bin Cungcu mengenakan jubah sulam, kumis dan jenggotnya yang putih panjang
sampai didada, ia berdiri tegak, tampak keren, ia memberi hormat kearah timur
dan barat, terus ia berkata.
"Hari ini hari ulang tahunku yang keenam puluh, aku girang dan bersyukur sekali
atas kunjungan semua sahabatku, tidak dapat aku membalas budi, maka aku minta
sudilah saudara2 minum dan dahar sekedarnya!" kata2 itu disambut tampik sorak.
"Bersamaan dengan perayaan tak berarti ini, akupun membangun panggung Wan Yo
Tai." tuan rumah berkata lagi. "inilah untuk anakku, yang telah berusia dewasa,
Oleh karena aku keras sekali memilihnya, sekian lama aku belum mendapatkan
menantu yang cocok, maka itu setelah usiaku lanjut ini aku memikir mengadakan
pertandingan diatas panggung, guna mendapatkan jodoh anakku! Para hadirin siapa ingin bertanding
harap memperhatikan syaratku, Dia harus berusia tidak lebih tiga puluh tahun,
diapun masih belum beristri! Pertandingan dibataskan hanya sepuluh kali.
Karena inilah pertandingan persahabatan. Setiap calon harus bertanding hanya
saling sentuh saja, jangan sampai ada yang melewatkan batas sehingga melampaui
maksud suci dari pertandingan ini. Pula pertandingan diadakan cuma selama tiga hari,
selewatnya itu aku yang rendah hendak menyimpan pedangku, Maka, saudara2,
sudilah kiranya semua mengerti akan maksudku ini. Sekian, terima kasih."
Kembali gemuruh tempik sorak para hadirin.
Setelah suasana sirap, Tian Ong mengajak gadisnya turun, akan kembali kekursi
mereka ditetarap timur. Segera terlihat naiknya dua orang pemuda keatas panggang, dengan bersenjata
tombak dan golok pendek. Mereka terus bertanding, Mereka bukan orang2 pandai,
tapi orang2 senang untuk menyaksikan pertandingan mereka.
Di kedua tetarap, para pelayan mulai menyajikan barang hidangan serta araknya,
arak simpanan Tiok Yap Ceng yang sangat terkenal sekali, maka dilain saat, orang
sudah mulai bersantap sambil menonton pibu.
Umumnya kaum muda yang ingin bertanding, tidak tenang hatinya. Tidak mengerti
mereka, siapa akan dapat memenangkan sepuluh pertandingan.
Waktu tiga hari pun cukup lama Dihari pertama ini, orang tak bernafsu untuk
segera naik kepanggung. Maka sampai jam satu, belum ada pertandingan yang
berarti, Yang bertempur adalah pemuda2 Bin Ke Cung, seperti dua pemuda yang
pertama itu. Mereka hanya memulai untuk membantu meramaikan.
Akhirnya dari tetarap barat terdengar satu suara dalam: "Kenapa yang naik
kepanggung cuma tukang silat kembang saja, yang tidak sedap dipandang" Buat apa
mereka ini ditonjol-tonjolkan " Entah mereka murid siapa, tapi ada muridnya
tentu ada gurunya ! Ayo, kalian lekas turun, nanti aku lemparkan kalian satu
demi satu !" Mendengar itu, kawanan sesat ditetarap barat itu tertawa bergelak-gelak. Ditimur
ada orang yang menjadi mendongkol sekali, sehingga dia sudah menghadap kebarat
"Sahabat, kau kenyang, buat segera naik ke panggung untuk dan berkata dengan
menantang: sudah minum cukup, kau sudah gegares apa kau bersuara seperti seekor babi"
Mengapa kau tidak mau muncul saja "!"
Dialah Su Sian Lok, Tantangannya itu disambut oleh salah seorang dari barat,
yang muka dan kumisnya merah, kumisnya itu kaku, wajahnya bengis, matanya pun
besar. Ia berseru: "Binatang, hebat kau mencaci! Aku Siauw Cit liang bukan sembarang orang, maka
kau sebutkanlah namamu ?" Su Siau Lok terkejut, ia mengerti, orang she Siauw
tersebut merupakan begal tunggal terkenal diwilayah Siangkang, mahir ilmu tenaga
dalam dan luar. Kejam sifatnya.
Tapi ia tidak gentar, dia adalah murid dari Ngo Tay San, umurnya belum tiga
puluh tahun, namanya sudah terkenal, adanya juga terlalu tinggi.
Ia menyahuti sambil tertawa dingin: "Nama tuan besarmu adalah Su Sian Lok,
walaupun aku bukan orang berkenamaan didalam rimba persilatan, aku tidak dapat
membiarkan segala macam begal bertingkah!"
"Ohhhh, kiranya Su Sian Lok?" kata Siauw Cit Liang tertawa lebar, "Kau berani
menantang aku?" Mendadak menyusuli dengan perkataannya itu, ia menyerang dada
orang, mencari dua jalan darah Yuhun dan Leng tiong.
Ia memang murid dari seorang paderi sakti dibukit Lee Bo Nia di Selatan, yang
terkenal untuk ilmu silatnya Hian Im Ciang Lek, tangannya lihay. Siapa terkena
serangan ilmu tersebut diluar terlihat tidak terluka, lukanya yaitu bagian
dalam, patah dan pecah tulang iga dan ususnya.
Sian Lok gusar melihat serangan yang kejam dan telengas seperti itu, ia berkelit
kekiri, lalu meneruskan, ia menggeser tubuhnya lebih jauh kebelakang lawan, dari
sini barulah ia menyerang, dengan tipu silat "Kay Pay Ci" yang memiliki gerakan
sangat sebat sekali. Melihat orang demikian gesit, Siauw Cit liang memuji dalam hatinya, ia berkelit
kekiri. sambil berkelit, tangan kanannya menyerang, menghajar lengan kanan orang
she Lo itu. Sian Lok menolong tangannya dengan diturunkannya cepat sekali, ia tidak menarik
pulang, sebaliknya ia meneruskan menyerang ke perut, habis mana dengan melengak, kakinya menjejak, untuk melompat mundur.
Bagus gerakannya itu, bebas ia dari bahaya, akan tetapi ia segera juga
mengeluarkan keringat dingin, ia tahu bagaimana ia terancam bahaya tadi, bahaya
yang tidak kecil. Siauw Cit walaupun ia tertawa.
"Bocah, kau dapat lolos "!" katanya sambil terus maju menyerang pula, ia
melompat. Liang juga melompat mundur dua tindak tahu bahwa ia cuma digertak, segera ia
Sian Lok mengerti bahaya, ia tidak mau menangkis, ia berkelit Tapi segera juga
didesak, diserang saling susul, sehingga ia mundur kepinggir panggung. Disini
Siauw Cit Liang melompat lagi, sekali ini ia menyerang hebat sekali, itulah
lompatan "Harimau Melompat sembilan Gunung" atau Houw Yauw Kiu San.
Ditetarap timur para hadirin kaget sehingga ada yang berseru, Mereka menduga
Sian Lok akan terhajar gepeng. Kesudahannya itu, mencelat mundur mereka melihat
Siauw Cit Liang dua tindak, mukanya meringis,
tangannya memegang sesuatu barang mirip cabang pohon
sedangkan Sian Lok sendiri, dikala orang mundur, segera melompat turun dari
panggung. Siauw Cit Liang tidak ikut melompat turun, melainkan ia berkata dengan suara
yang mengandung kemarahan bukan main. "Tikus darimana yang melukai orang dengan
senjata gelap?" Dan dia memandang dengan tajam ke sekelilingnya, kemudian meneruskan
perkataannya lagi: "Tapi. sebatang sumpit bambu sukar mencelakai orang tuamu! jika kau laki2, kau
sempat menutup mulutnya, menyambar ke mulutnya, sehingga dua buah giginya copot dan mengeluarkan darah,
sampai ia harus membekap matanya memandang bengis kearah kedua mulutnya, tetarap.
Setelah rahasia, semua orang yang hadir jadi heran, Siapa penyerang yang demikian lihay" Bukankah
panggung terpisah dari mereka kurang lebih tiga belas tombak" Bukankah biasanya
orang menimpuk cuma tiga tombak atau paling tujuh enam tujuh tombak" Lebih jauh
dari itu, serangan senjata rahasia sudah tidak ada gunanya.
keluarlah!" Dia belum lagi mendadak sebatang sumpit
mengetahui Siauw Cit Liang terkena senjata Ketika Siang Bu melihat sumpit Kwang
Tan, diam2 ia terkejut Sumpit itu tinggal sepasang sumpit setengah potong! Maka
ia berkata didalam hatinya: "Pemuda ini tidak boleh dipandang ringan! Entah apa
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maksudnya dia,., dia demikian muda, dia liehay, diapun dapat menyembunyikan
dirinya dengan rapi sekali, inilah luar
biasa dan mengherankan...!"
Ketika itu dari tetarap barat melompat seorang pemuda dengan pakaian hitam,
dipunggungnya tampak tersoren sebatang pedang, sepasang matanya tajam, Dia
memberi hormat kepada Siauw Cit Liang, sambil tertawa ia berkata:
"Siauw Locianpwe, kau telah menang satu rintangan, silahkan mundur. Si penyerang gelap sebentar
lagi tentu akan dapat diketahui, maka dari itu, waktu masih belum lagi terlambat
untuk kau turun tangan! Aku yang rendah adalah Hui Tiauw, dengan ini memang sengaja datang buat
bertanding guna mendapatkan jodoh dan pedang, maka dari itu, maukah locianpwe
membantu menyempurnakan cita2ku ini."
Siauw Cit Liang memang tengah serba salah, maka datangnya pemuda ini kebetulan
sekali untuknya, ia bilang:
"Aku cuma main2 saudara Hui. silahkan kau menggantikan aku."
Setelah berkata begitu, ia lompat turun, kera bali ketetarap barat.
ooooo)odwo(ooooo TURUNNYA Siauw Cit Liang, segera juga Hui Tiauw bicara kepada
hadirin, menjelaskan bahwa ia ingin sekali mengambil bagian dalam pibu ini,
karena pertama memang ia belum lagi menikah dan kedua untuk sekalian mencari pengalaman dalam pibu
ini, kalau toh memang ia harus dirubuhkan. Dengan sikap tekebur ia menantang
siapa yang hendak me layaninya.
Ditetarap timur, hadirin umumnya bermaksud hanya membantu tuan rumah, tidak ada
maksud ikut pibu, ada juga yang tertarik hatinya, sayang sekali usianya sudah
lewat tiga-puluh atau anaknya sudah merentet.
Ada juga yang berpikir percuma saja bertempur untuk sekedar main2, karena jika
kesalahan tangan, permusuhan dapat tertanam karenanya. Maka dari itu, tidak ada
yang mau menyambut tantangan itu.
Tidak demikian dengan para tamu ditetarap barat, Mereka terdiri dari banyak
golongan. Disatu batas, mereka dapat bersatu, tapi mengenai soal perjodohan ini,
mereka memikirkan kepentingan masing2.
Ada juga diantara mereka yang ingin mengangkat nama saja, ada yang hendak
mendapatkan hadiah! Maka juga, majulah seorang pemuda, yang gerakannya sangat gesit, sayang untuknya
dalam beberapa jurus ia sudah kena dirubuhkan Hui Tiauw.
Segera naik pula seorang pemuda lain, terus ia bergebrak dengan Hui Tiauw, Dan
tengah mereka bertempur seru, seorang pelayan pengantar nasi datang kepada Kwang
Tan, Pemuda itu segera berkata kepadanya: "Tolong, kau ambilkan aku sumpit baru,
sumpitku jatuh dan kotor !"
"Baik,.Siauwya, nanti aku mengambilkannya !" kata si pelayan yang segera pergi
sambil tertawa. Siang Bu tersenyum. Dimata orang lain, biasa saja sumpit jatuh,
dan menjadi kotor karenanya sehingga perlu ditukar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kwang Tan dapat melihat sikap orang she
Siang, segera ia bilang perlahan: "Siang tiangcu, aku ingin bicara sebentar,
dapatkah "!" Siang Bu mengawasi tajam, tapinya ia tertawa sambil mengangguk.
"Mari !" katanya.
Mereka berdua pergi ketembok dibelakang tetarap itu, disebelah pojokan.
"Sebenarnya aku tidak memiliki urusan penting, hanya saja aku merasakan sesuatu,
sehingga aku anggap tidak dapat aku tidak memberitahukannya !" kata Kwang Tan.
"Siauwhiap tentu telah melihat sesuatu apa !" kata Siang Bu kemudian, "silahkan
bicara, aku bersedia mendengarkannya dengan sebaik-baiknya !"
Kwang Tan tersenyum, ia bilang perlahan "Hari ini jangan memberikan ijin kepada
orang ditetarap timur yang naik ke panggung guna pibu, karena aku telah
memperhatikannya ternyata pihak tetarap barat berjumlah jauh lebih banyak satu
lipat dari tetarap timur, umumnya mereka mengincar pedang, jodoh hanya yang
nomor dua. pula mereka umumnya merupakan orang-orang Ceng Kie Pay.
Aku menduga mereka tengah menantikan kesempatan dan waktu yang baik untuk turun
tangan, sekarang ini tidak dapat kita sembarangan menduga kekuatan mereka, Aku
pikir, kalau terpaksa, satu atau dua orang saja yang maju guna mencegah bahaya,
Yang mempersulitkan, aku duga ia orang Ceng Kie Pay yang bercampur baur dengan
penghuni Bin Ke Cung, sehingga mereka sulit dikenali.
Maka itu baiklah pedang mustika ditukar dengan yang palsu, ditaruh disuatu
tempat sebagai umpan. Di samping itu aku percaya pihak Ceng Kie Pay tentunya
tidak puas, mungkin mereka mengirim orang untuk menolongi Khong Su. Bagaimana
pendapat tiangcu?" Siang Bu mengangguk2. Bukan main kagumnya ia pada pemuda ini, selain gagah,
sangat tajam matanya dan juga pandangannya begitu jauh.
"Baiklah, nanti aku bicara dengan Bin Cungcu!" katanya kemudian, ia juga tertawa
dan menambahkannya: "Siauwhiap, tadi hebat sekali permainanmu mematahkan sumpit
menjadi panah tangan!"
Muka Kwang Tan jadi berobah merah, tapi ia tertawa. Sampai disitu, mereka telah
kembali ketetarap, duduk kembali ditempat mereka, sedangkan Siang Bu terus pergi
kepada tuan rumah dan Kwang Tan kemejanya.
Waktu itu Hui Tiauw sudah menang tiga kali beruntun, tampaknya ia sangat girang
dan puas, maka ia jadi angkuh dan congkak sekali, kejumawaannya semakin nyata,
Kwang Tan mengerutkan alisnya melihat lagak orang tersebut.
Dari tetarap barat terdengar suara kurang senang dan disusul dengan munculnya
seorang yang gerakan tubuhnya sangat lincah sekali hinggap diatas panggung
dengan indah sekali. Tidak ada suara sedikitpun juga waktu hinggap diatas panggung, dengan gerakan
"Naga Hitam Membalik Mega",
Maka ia dapat sambutan sorak-sorai yang sangat ramai sekali dari kedua tetarap.
Dialah seorang yang bertubuh sangat jangkung dengan kumis mirip kumis kambing
gunung. matanya tajam sekali sampai berkilauan.
Dia terus tertawa dingin dan berkata dengan tawar: "Sahabat, bagus sekali ilmu
silatmu! Hemmm, justeru sekarang aku ingin sekali belajar kenal dengan ilmumu itu! Aku bernama Bun Un
Sie." Kaget Hui Tiauw mendengar nama orang itu, sehingga dia mirip dengan ular berbisa
yang mengkerat, sampai dia mundur dua langkah kebelakang.
"Ban losu naik kemari, bukankah...?" katanya agak gugup. "Ngaco!" membentak Ban
Un Sie. "Usia ku sudah lanjut, mana aku berpikir yang tidak-tidak" Tadi tuan
rumah mengatakan pertandingan hanya terbatas kepada para
pemuda yang belum lagi usianya dari tiga puluh tahun, juga telah menyebutkan
bahwa pertempuran hanya terbatas pada saling sentuh saja, mengapa kau justeru
tadi menurunkan tangan begitu telengas kepada saudara angkatku, tanpa
memperdulikan pesan dari tuan rumah" Hemmmm, dari itu sahabat, ingin sekali aku
mencoba coba kepandaianmu !"
Hui Tiauw jeri, itulah bisa dimengerti. Selama tujuh atau delapan tahun
belakangan ini di Kwantiong telah muncul seorang jago yang dapat membuat orang
lain sakit kepala, Dialah Ban Un Sie.
Dia liehay, sepak terjangnya penuh rahasia, diapun telengas, tangannya kejam,
jika ia bekerja, biasa saja dia tidak meninggalkan korbannya masih hidup. Sulit
untuk mencari jejaknya. Maka didunia rimba persilatan menyebutkan dia sebagai Hantu, julukannya yang
lain Adalah siluman Aneh. "Ban Losu, kau keterlaluan!" kata Hui Tiauw pada
akhirnya, yang memaksakan diri tertawa dingin, ia memberanikan hatinya dan
membangunkan semangatnya, ia berpikir, jika ia kalah, tentu gurunya akan turun
tangan. Ia juga ingin mencoba sampai dimana kepandaian orang namanya sangat menggetarkan
itu yang katanya sangat lihay dan disegani. "Bukankah
Baiklah, biar pun kepandaianku
kita tengah bertanding"
rendah, mau aku akan melayani kau!"
Bun Un Sie tertawa bercahaya, Agaknya dia bergelak2, matanya berkilat jumawa
sekali dan tidak memandang sebelah mata kepada Hui Tiauw.
"Sahabat she Hui, kau ternyata berani bicara besar didepanku, dan inilah sama
saja engkau mencari kematian buat dirimu! Dan kukira sebelum bicara kurang ajar
seperti engkau harus mempertimbangkannya sebaik mungkin."
"Tentang itu biarlah, nanti kucoba dulu" Hui Tiauw bilang dengan sikap yang
dingin, karena iapun tidak mau kalah hawa dengan lawannya itu, dia telah berkata
lebih jauh: "Jika aku kalah, itulah disebabkan pelajaran ilmu silatku tidak sempurna, jadi
tidak usah kau berjumawa, Ban Losu, silahkan kau memberi pengajaran kepadaku!"
Bun Un Sie tertawa mengejek, tinjunya segera meluncur kakinya segera juga
digeser maju kedepan, itulah gerakan yang dinamakan: "Menginjak Pintu Hong Bun".
Hui Tiauw mendongkol sekali, Serangan semacam itu menandakan kecongkakan
lawannya, bahwa lawan yang diserang tidak dipandang mata sama sekali, Maka
dengan ilmunya Kim Na Cin, ilmu menangkap, Hui Tiauw segera menyambuti serangan !
awannya. Ban Un Sie benar2 liehay. Mudah sekali mengelakkan tangan lawannya, setelah mana
kakinya bergerak pula, sehingga segera juga ia bergerak lagi dari belakang
lawan. Tapi ia tidak menyerang, ketika Hui Tiauw memutar tubuh, ia melesat pula, jelas
ia hendak mengitari musuh, guna membikin musuh menjadi pusing, sehingga lawan
mirip kera yang tengah dipermainkan !
Banyak penonton yang bersorak sorai, juga ada yang tertawa sehingga mukanya Hui
Tiauw jadi merah padam, dia mendongkol, malu dan penasaran, tapi tanpa berdaya,
Jika ia tidak ikut memutar setiap waktu dia bisa dihajar musuh dengan mudah.
Kwang Tan mengetahui dan yakin bahwa Hui Tiauw akan kalah, ia tidak terus
memperhatikan jalannya pertandingan itu, ia lebih banyak memasang mata
keberbagai penjuru, terutama sekali terhadap si gadis berbaju merah.
Gadis itu mengawasi tajam keatas panggung, setiap kali dia bersenyum kecil,
sehingga tampak jelas sujennya atau dekiknya yang manis. Kedua tangannya dipakai
menunjang dagunya, Agaknya dia tertarik luar biasa oleh pertandingan itu.
"Gila kau!" diam2 Kwang Tan memaki dirinya sendiri didalam hati. "Tugas yang
diberikan Thio Kauwcu belum lagi bisa kuselesaikan, sekarang aku telah
memikirkan yang tidak-tidak mengenai soal wanita akh, aku adalah seorang pemuda
berhati rendah." Dan ia menyesali mengapa ia harus memikirkan hal-hal yang tidak kepada persoalan
sinona baju merah itu. Demikianlah, pemuda itu telah menegur dirinya sendiri,
setelah mana matanya diarahkan pula ketetarap barat, mengawasi Yo Sian dengan
rombongannya berada. Ketua muda dari partai Bendera Hijau itu setiap kali kasak-kusuk dengan
kawan2nya beberapa kali tangan nya menunjuk, juga kearah Bin Tian Ong.
"Walaupun mereka belum bergerak, tapi tentu mengandung maksud yang busuk!" pikir
Kwang Tan, "Jangan-jangan sebentar malam mereka akan mengulangi
lagi siasat mereka, Mereka telah dihajar kaum Kaypang, tanpa mereka menyadari
siapa Mereka menduga pihak Bin Ke yang menyerangnya.
Cung sendiri yang melakukan semua itu. peristiwa itu telah membuat mereka
bertambah benci kepada pihak Bin Ke Cung. Bin Tian Ong
pasti dipandang seperti jarum dimata mereka, Aku telah turun tangan buat
membantu, aku harus turun tangan terus, Tampaknya Chiang Un dapat bekerja dengan
baik !" Waktu itu pertempuran diatas panggung sudah berakhir, Hui Tiauw kena dihajar
pukulan "Mega Mendung Menutupi Rembulan", ia rubuh dipanggung dengan mulut
memuntahkan darah, sehingga beberapa orang dari tetarap barat keluar untuk
menolongnya. Ban Un Sie waktu itu tidak menantang, ia melompat turun untuk kembali
ketempatnya, Sejenak lamanya berisik
lah di tetarap barat itu dimana terdapat suara keras dari cacian. Suara baru
berhenti ketika melihat dua orang naik kepanggung, untuk bertempur.
Diwaktu itu Tan Go Sun kembali dengan tertawa-tawa bersama Siang Bu, malah Siang
Bu telah berkata kepada Kwang Tan: "Ouw Siauwhiap, aku telah bekerja menurut pesanmu Bin Tian Ong memuji
kau cerdik dan lihay. Dan ia menunjukkan ibu jarinya, setelah mana ia
menambahkan: "Aku siorang tua juga telah mewakilkan kau mencari keterangan! Nona baju merah
itu, akh, dia liehay ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silatnya, ia juga memiliki paras yang tidak bisa dicela. Aku siorang tuapun
kagum jika... akh, aku melantur saja, yang pasti gadis itu memang sangat
cantik !" Dan ia memandang Kwang Tan sambil senyum penuh arti.
Tan Go Sun pun tertawa. Kwang Tan tergugu juga karena malu.
"Siang tiangcu, kau bergurau !" katanya pula.
Siang Bu tertawa, Tapi segera ia berkata dengan sungguh-sungguh: "Dialah mutiara
tunggal kesayangannya Siangkoan Mu, yang ilmu silatnya sangat liehay, puterinya
itu bernama Lin Eng, juga memiliki kepandaian yang sama kosennya seperti
ayahnya, Siangkoan Lin Eng pun sangat lincah sekali, ia masih belum ada yang
punya. Maka dari itu, aku tadi telah bilang..." ia berhenti sejenak dan tertawa,
barulah kemudian melanjutkan perkataannya.
"Oow Siauwhiap, janganlah kau mengatakan aku situa gila basah dan senang
bergurau. Ingatlah itu kata2, suatu keluarga memiliki seorang gadis, seribu
keluarga lain meminang-nya, inilah saatnya kalian anak2 muda turun tangan! Aku
tahu, memang kaum muda selalu memiliki kulit yang tipis, bagaimana kalau aku
situa yang maju untuk mewakilkan kau bicara"!"
Kwang Tan likat sekali, dia tidak menyangka bahwa Siang Bu dapat menerka isi
hatinya ia jadi tidak enak duduk dan tidak enak berdiri. Mukanya jadi merah
sekali, sampai akhir nya ia paksakan dirinya buat tertawa dan berkata:
"Jika memang Siang Tiangcu berkata begitu, maka saja aku tidak menghargaimu,
karena nona itu baru saja kulihat sekarang dan seperti pemuda mata keranjang
yang telah segera memikirkan masalah jodoh. Belum tentu di antara kami berdua
terdapat kecocokan!"
Siang Bu dan Tan Go Sun tertawa mendengar perkataan sipemuda. Keadaan didalam
gedung Bin Tian Ong, kecuali ditempat adu silat yang memang ramai bagian bagian
yang lainnya semua sunyi senyap sekali, walaupun didalam taman dan setiap
lorong, maupun dikamar tulis dan centeng
semuanya ada penjaga. Dua atau tiga orang dengan berkelompok jalan meronda.
Khong Su di penjarakan dalam rumah batu di pojok barat kamar, kamar batu itu
berada disamping gunung2an palsu, li liong Su dijaga cukup ketat, segala
keperluannya tidak dialpakan, sehingga ia tidak kekurangan makan.
Cuma dia telah lenyap kebebasannya. Demikianlah, dikala semua orang berkumpul di
Hau-bu-thia, ia sendiri duduk menyender dipembaringannya, kedua tangannya
memegangi kepalanya, matanya memandang dari jendela
yang berjeruji besi. "Dasar aku yang malang!" dia pikir, "Biasanya aku bebas merdeka. biasa setiap
kali aku bekerja, aku bisa hidup tidur bangun selama tiga tahun, tapi sekarang,
karena aku mendengar kata2 sahabat, lantaran aku kemaruk akan harta
dan hadiah lima ribu tail perak. aku telah menjual jiwaku! Mengapa aku bisa
demikian bodoh" Akh, orang itu yang kuhadapi, dia lihay luar biasa, seumur
hidupku belum pernah aku berhadapan dengan orang lihay seperti dia. Boleh aku
merasa puas rubuh ditangannya."
Sudah umum, siapa lenyap kebebasannya, banyaklah waktunya yang luang untuk
berpikir, demikian juga halnya dengan raja pencuri ini. Dia segera ingat segala
perbuatannya dulu2. Benar dia selama melakukan kejahatan, tapi ada kalanya juga ia beramal kepada
orang-orang melarat. Hanya kurang lebih, kejahatannya masih lebih banyak.
sekarang ia bertanya, bagaimana selanjutnya" Agaknya dia menyesal, dia berduka,
tapi juga bimbang bukan main.
Diluar terali, senantiasa ada sepasang mata yang mengintai kedalam kamar, untuk
melihat apa masih ada atau tidak, atau dia tengah mengerjakan sesuatu apa,
Karena Khong Su berdiam diri saja, maka ia tidak diganggu tanpa disapa, ia
ditinggal pergi. Kecuali suara jauh di Lian-but-thian, taman sunyi sepi. Kadang2 saja terdengar
gembreng peronda atau tindakannya sipenjaga itu sendiri.
Tiba2 diatas kamar batu terdengar suara berkelisik. Suara itu tidak dapat
didengar kecuali orang yang ditelinganya lihay, Khong Su mendengar suara itu, ia
bergerak bagaikan orang-orang yang baru sadar.
Segera juga dia dia melihat munculnya kepala diluar terali, di susul dengan
suara bisikan perlahan: "Saudara Khong, atas nama Hu pangcu, aku datang untuk
menolongi kau !" Khong Su segera mengenali sahabatnya itu yaitu Souw Kong Bun, untuk sejenak ia
girang. Bukankah dia hendak ditolongi, Tapi dilain saat keningnya segera
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkerut, ia lantas menggoyangkan kepalanya.
"Tidak dapat kau menolongi aku, percayalah !" katanya dengan muka muram. "Disini
aku diperlakukan baik sekali, mereka telah berjanji, jika sudah tiba saatnya aku
akan dibebaskan. Pula, berbahaya untuk melarikan diri sekarang, penjagaan disini kuat
sekali. Bukan saja aku, kau sendiripun terancam bahaya! sekarang aku tidak
memiliki guna suatu apa, aku telah ditotok sehingga habislah tenagaku, Maka itu,
sementara, janganlah kau membahayakan dirimu
sendiri, cepat menyingkir. pepatah mengatakan, untuk pembalasan waktu sepuluh
tahun masih belum terlambat, maka dari itu biarlah kita lihat dibelakang hari
saja. Bukankah gunung hijau dan air mengalir tidak berobah "!"
Kong Bun tampak bimbang, ia berkata: "Tadi malam telah dikirim beberapa orang
kita yang dapat diandalkan untuk menolongi kau. saudara Khong, akan tetapi
sampai sekarang ini mereka masih belum kembali, Mungkinkah mereka itupun telah ditawan"
Saudara Khong, apakah kau dengar sesuatu tentang mereka itu."
Khong Su kaget dan heran.
"Begitu?" tanyanya, "Semenjak aku dikurung disini, putuslah sudah hubunganku
dengan dunia luar, maka aku tidak tahu apa2 sedikitpun juga. Jika begitu,
saudara Sauw, lekas kau menyingkir!" suara Khong Su tergetar.
Kong Bun melihat kesekitar tempat itu.
"Diluar tempat ini ada beberapa orang kawanku, mereka bersedia untuk menyambut!"
ia memberitahukan "Mana dapat aku berlalu dengan begini saja" Saudara Khong,
jangan kuatir, kau jangan kena ditakuti mereka! Bukankah Bin Ke Cung ini
bukannya sarang naga atau goanya
harimau" Dimataku tempat ini mirip tempat boneka ayam dan anjing! Marilah kita
segera meninggalkan tempat ini, aku akan membantumu aku akan menggendongmu!"
Setelah berkata begitu, Kong Bun memegang terali, untuk dipatahkan, ia berhasil.
Ternyata tenaga dalamnya sangat kuat sekali, Hanya saja, waktu ia mau mematahkan
besi terali yang kedua, mendadak ia mendengar teguran:
"Siapa disitu"!" ia terkejut, segera juga ia memutar tubuh, Goloknya dipakai
melindungi mukanya, ia tidak diserang, hanya didepannya, terpisah tiga kaki, ia
melihat dua orang berdiri mengawasi padanya, orang itu berpakaian serba hitam, sepasang matanya
tajam berpengaruh. "Kau siapa, tuan "!" salah seorang bertanya, suaranya keras, "Kau lancang masuk
ke-mari, jika bukannya pencuri tentunya perampok. Cepat kau serahkan diri. jika
kau tunggu sampai aku turun tangan, golok dan tombak tidak
ada matanya, nanti kau mati dengan menyesal!"
Kong Bun benar-benar berani.
"Aku Souw Kong Bun !" Dia malah memperkenalkan dirinya dengan temberang sekali:
"Aku mau bekerja, aku dapat datang kemana aku mau, tidak perduli istana Kaisar,
apa lagi hanya Bin Ke Cung yang kecil ini! Aku memberitahukan kepada kalian, Bin
Ke Cung akan segera hancur lebur, jika kalian semua ingin selamat maka kalian
harus tahu diri, tidak seperti mirip kura2 didalam karung. Perlu apa kalian
masih banyak lagak bersikap gagahgagahan seperti itu "!"
Orang itu tidak takut atau gusar, ia malah tersenyum dengan sikap tawar.
"Orang she Souw, justeru sekarang isi engkaulah si-kura2 dalam karung itu !"
katanya. "Apakah kau tidak percaya ! Kau lihat, dapatkah kau menyingkir dari
sini "!" Kong Bun terkejut, ia mundur matanya melirik kekiri dan kekanan.
"Anjing cilik, kau berani berjumawa didepan aku siorang she Souw ?" katanya
menyeringai "Baiklah, hari ini aku mengajar kenal pada kalian, tentang golokku
ini, yang sudah lama tidak menghirup darah segar !"
Dua orang itu adalah dua orang bersaudara, bernama Tan Kie yang tua dan Tan Hong
yang muda, Mereka memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, mereka pun juga
berani sekali, tidak kenal takut.
Mereka mengetahui bahwa Kong Bun adalah seorang penjahat di Yanin, mereka tidak
gentar. Tan Kie malah telah tertawa sambil berkata dengan tawar: "Orang she Souw, kau
biasa melakukan kejahatan di Yanin. dosamu merupakan dosa tak berampun, tuanmu
memang tengah menyelidiki engkau, kebetulan sekarang hari ini, engkau
mengantarkan dirimu, sekalian aku mewakili Thian menjalankan hukuman !"
Kata2 itu ditutup dengan serangan golok dengan jurus silat "Burung Hong
Mengangguk Tiga kali" atau Hong Hong Sam Tiam Tiauw."
Kong Bun tertawa dingin, sebat sekali ia menangkis. Sebagai kesudahannya,
senjata mereka bentrok. Tan Kie
mundur tiga tindak, goloknya
hampir terlepas, sebab tangannya kesemutan dan sakit sekali. Sekarang ia tahu,
musuhnya memang kuat sekali, maka tidak mau ia melayani dengan kekerasan.
Kong Bun segera mengenali ilmu golok si pemuda yang merupakan ilmu golok yang
terkenal didaerah Utara, karenanya ia juga berlaku hati2, ia melawan terus,
bahkan ia ingin cepat2 merebut kemenangan, maka ia mengeluarkan ilmu goloknya
yang dibanggakannya. Tan Hong menyaksikan saudaranya bertempur sampai lima puluh jurus tidak berhasil
mengalahkan musuh, sebaliknya malah terdesak, Maka dari itu, segera juga Tan
Hong menerjang maju buat membantui.
Khong Bun benar2 lihay, ia masih dapat mendesak dua orang lawan yang mengeroyok.
"Kalian masih tidak mau mundur, apa yang hendak kalian tunggu?" tiba2 sekali
terdengar suara teguran yang dingin, "Cepat mundur! Sampai kapan hendak
menyelesaikan pertempuran itu?"
Tan Kie dan Tan Hong melompat mundur, napas mereka memburu keras, dan mereka
tidak segera berkata2 karena napas mereka yang begitu memburu, mereka hanya
memandang heran. Berlainan dengan Khong Su didalam kurungannya, ia segera mengenalinya suara
orang yang telah membekuk dirinya.
Segera juga terdengar orang itu berkata kepada Kong Bun. "Kong Bun mengapa kau
tidak cepat2 meletakkan senjatamu untuk menyerah ditawan" Apakah kau kira Bin Ke
Cung dapat kau datangi sesuka hatimu?"
Kong Bun mundur tiga langkah dia mengawasi, Maka segera juga dia melihat seorang
dengan muka pucat tanpa darah, ia tidak jeri.
Ia hanya kaget sebentar, segera ia berkata nyaring: "Aku Souw Kong Bun! Aku
sudah masuk dalam dunia Kangouw
puluhan tahun, belum pernah ada orang berani kurang ajar terhadapku! Kau siapa"
Asal kau bisa melawan golokku, nanti aku ikat diriku!"
Orang dengan muka luar biasa itu tertawa bergelak2 nyaring sekali.
"Kau masih berani bertingkah?" katanya dengan suara yang dingin. "Begini saja,
jika kau bisa lolos dari tanganku, mau aku mengampuni jiwamu! Sebenarnya, orang
jahat seperti engkau, matipun masih belum cukup untuk menebus dosamu! Sekarang
kau boleh saja maju menyerangku,
jangan sungkan2, nanti kau yang menyesal sendirinya jika berlaku segan-segan."
-ooo0dw0ooo Jilid 28 SETELAH tertawa nyaring, orang yang mirip muka mayat itu menantikan serangan
dari Kong Bun dengan mata memancarkan sinarnya tajam sekali.
"Saudara Souw, cepat lari!" Khong Su berseru kuatir bukan main.
Justeru siraja pencuri berteriak seperti itu, Kong Bun menyerang kepada orang
yang matanya seperti mayat itu Begitu ia membacok, Kong Bun kehilangan musuhnya,
tahu2 orang itu sudah tertawa dingin dibelakangnya! ia
kaget, Tanpa menoleh lagi ia menjejak tanah untuk melompat ke depan, setelah
mana baru ia memutar tubuhnya dengan cepat, ia tidak dapat melihat musuhnya,
dikala ia melihat kekiri dan kanan, tiba-tiba ia mendengar pula tertawa dingin
dibelakangnya, ia menjadi kaget tidak terkira.
Tan Kie dan Tan Hong yang sudah dapat bernapas, ikut menjadi heran berdiri
dipinggiran, karena mereka melihat betapa lihaynya kepandaian orang dengan muka
seperti mayat itu. Dan Tan Kie maupun Tan Hong dapat melihat
sikap dari Kong Bun, wajahnya sekarang berubah memperlihatkan sikap berkuatir. Tapi Kong Bun
menggertak giginya, ia telah bergerak dengan nekad, karena ia memutar tubuh
sambil menyerang kebelakang, itulah gerakan "Pohon Tja Terbongkar
Akarnya" lagi-lagi ia membacok, dan sekali ini terulang pula bahwa ia telah
membacok tempat kosong. "Hahaha !" kembali terdengar suara tertawa mengejek yang dingin kebelakangnya.
"Hehehehehe !" Berkuatir dan penasaran Kong Bun menyerang pula kebelakangnya, kali ini ia
mengulangi, membacok sambil berputaran. Sia-sia belaka semua bacokannya itu,
bahkan tanpa terasa kakinya menjadi lemas, itulah pengalamannya yang pertama
kali, yang mengherankannya bukan main.
Karena itu, ia mendadak berhenti menyerang kepada lawannya, terus ia melompat
ketembok dengan maksud untuk segera angkat kaki menyelamatkan diri, Bertentangan
dengan kata katanya tadi, bahwa ia akan mengikat dirinya sendiri jika ia tidak
bisa membacok orang itu, justeru sekarang ini mereka tidak sudi mengikat dirinya
sendiri, ia ingin meloloskan diri, meninggalkan tempat itu secepat
mungkin menghindar dari musuhnya.
Belum lagi Kong Bun tiba ditembok, untuk melompat melewatinya, sesosok bayangan
sudah berkelebat sangat ringan sekali, dan disusul mendadak ia merasakan iganya
kesemutan, sehingga habislah tenaganya, diluar keinginannya, ia rubuh ngusruk sendirinya tanpa dapat
dicegah lagi. Bukan hanya Tan Kie dan Tan Hong yang heran, juga beberapa orang
lainnya, yang bersembunyi ditempat lain pada bagian taman itu, yang muncul
karena mendengar suara orang bicara, keras dan tertawa bengis.
Begitu Kong Bun rubuh, mereka segera juga jadi heran, Orang yang mukanya seperti
mayat itu terus melompat ketembok untuk menghilang dengan cepat sekali, tubuhnya
cuma berkelebat seperti sesosok bayangan tanpa bisa dilihat jelas.
Tan Kie dan Tan Hong lari menyusul, mereka lompat naik ketembok, Sia2 belaka,
orang itu. sebaliknya untuk mereka tidak melihat lagi kagetnya mereka, tampak
bergelimpangan beberapa sosok tubuh manusia dikaki tembok pekarangan disebelah
luar. Mereka tidak bisa berdiam melengak lama2, maka dengan bersiul mereka memanggil orang-orang
lainnya, para pengawal rumah Bin Cungcu ini.
Mereka telah menggusur Kong Bun kedalam rumah batu tempat Khong Su ditahan.
Setelah mana Tan Hong memesan kepada Tan Kie agar ia berjaga disitu dengan
waspada, ia sendiri segera pergi untuk melaporkan apa yang terjadi itu kepada
Tian Ong, Bin Cungcu. Kwang Tan pergi tidak lama, ia sudah kembali kemejanya, berbicara sambil
tertawa2 dengan Tan Go Sun dan Siang Bu sambil menemani beberapa orang kangouw
lainnya yang duduk didekat mereka.
Diatas panggung bergantian orang sudah bertempur, naik dan turun. Siapa yang
rubuh umumnya ia terluka parah, suatu bukti sicantik manis dan pedang mustikanya
memiliki pengaruh dan daya tarik yang sangat besar sekali.
Bin Tian Ong sendiri bersama-sama dengan Khiam Lo Ang, Siangkoan Lin Eng dan
puterinya, juga tengah bercakap-cakap dengan gembira.
Mereka seperti tidak memperhatikan jalannya pertandingan Sampai akhirnya telah
datang Tan Hong dengan laporannya. Semua jadi terkejut bukan main.
Selesai melaporkan segala sesuatunya, Tan Hong segera mengundurkan diri, buat
kembali ketaman, guna membantu kawan-kawannya mengadakan penjagaan yang ketat
disana. "Siapa dia?" kata Khiam Lo Ang kemudian. ia heran sekali. "ia bergerak sangat
gesit, sehingga tubuhnya seperti tidak terlihat Mengapa ia tak mau
memperlihatkan dirinya" ingin sekali aku menyerahkan gelaranku kepadanya! Bin
Laote, bukankah tepat aku menghadiahkannya."
Siangkoan Lim Eng sebaliknya tertawa, nyaring tetapi halus.
"ingin sekali aku melihat dia!" "Akhh, dia itu pastinya dia itu !" bersenyum
terus ia katanya kemudian, "Bagaimana nona Siangkoan?" tanya Khiam-Lo Ang. "Nona kenal dia itu " siapakah
dia "!" Siangkoan Lin Eng tersenyum, ia melirik kepada Kwang Tan.
"Tapi aku yang muda belum berani menentukannya dengan pasti! Karena aku berusaha
menduga saja! ia berada disekitar kita, tidak sulit untuk menyelidiki siapakah
dia sebenarnya !" menyahuti sigadis kemudian.
Tian Ong berpaling kepada Kwang Tan, agaknya ia heran sekali, ia ingat kata2
Siang Bu, bahwa pemuda itu pandai sekali membawa diri. ia bimbang. sekarangpun
ia masih bersangsi, tapi ia tokh memperhatikan pemuda itu.
Kwang Tan sendiri terus tersenyum, ia tidak memperdulikan segala apa yang
terjadi di depan matanya, ia bilang didalam hatinya "Mereka boleh mencurigai
aku. tetapi mereka pasti sulit buat membuktikannya...!"
Siangkoan Lin Eng mencurigai sebab pemuda itu meninggalkan mejanya, perginya
secara tenang, kembalinya ter-gesa2 dan cepat. ia merasa, pemuda itu tampan
seperti juga pemuda yang paling tampan didaratan Tionggoan, tubuhnya halus, cuma
gerak-geriknya sangat aneh.
Kedatangan Tan Hong tadi, yang telah menceritakan segala apa yang terjadi, telah
menambah tebalnya kecurigaannya
Waktu itu di lantai didepan panggung terdengar satu suara nyaring yang menarik
perhatian umum. Disana muncul seorang baru, yang berkata: "Bin Taihiap, aku
ingin sekali mengajukan pertanyaan. Entah Bin Taihiap mau
menjelaskannya atau tidak!"
Sambil berkata begitu, ia menunjuk kepada Siangkoan Lin Eng. kemudian meneruskan
lagi perkataannya. "Aku Mama Liang, ingin sekali mengetahui apakah nona itupun
menyerahkan diri untuk dipilihkan pasangannya dia atas luitai " Dapatkah setelah
aku menangkan sepuluh lintasan, aku memiliki dia "!"
Orang itu, Mama Liang, yang berusia kurang lebih tiga puluh tahun, tubuhnya
jangkung, pinggangnya bulat, punggungnya lebar. Kata-katanya itu membuat Tian
Ong tergoncang, sedangkan Siangkoan Lin Eng segera memperlihatkan wajah yang
guram mendongkol bukan main.
Sebenarnya, semenjak munculnya Siangkoan Lin Eng tadi, maka ia telah menarik
perhatian hadirin, terutama sekali bagi mereka yang mengambil tempat ditetarap
barat. Dengan munculnya Siangkoan Lin Eng, maka Bin Giok Cu segera kalah pamor, Pula
Siangkoan Lin Eng sendiri
sering-sering memandang ke
tetarap barat, tak jeri ia mengawasi banyak mata tajam yang tengah mengawasi
padanya. Demikianlah halnya dengan Mama Liang, ia telah melihat sigadis yang cantik
itu, ia memang memiliki kepandaian yang tinggi sehingga ia berani menanyakan hal
itu, sayang sekali dia memang memiliki tabiat yang buruk, gemar sekali ia
merusak kehormatan wanita.
Maka juga, melihat gadis she Siangkoan ini demikian cantik dan menarik, ia
segera naik ke panggung untuk mengajukan pertanyaan itu.
Ia memiliki beberapa orang kawan, ia telah kasak-kusuk dengan mereka, yang ikut
bantu menganjurkannya dan memberikan semangat padanya, sehingga bulatlah
tekadnya untuk mengajukan pertanyaan seperti itu.
Dan dia memang telah keluar
mengajukan pertanyaan serupa itu, Siangkoan Lin Eng tersinggung.
dari tempatnya, yang membuat Khiam Lo Ang mengerutkan alis dia bilang perlahan: "Dialah seorang
manusia telur busuk, ia harus diajar adat. Jika tidak, percuma kita menganggap
kita pembela-pembela keadilan dan pembenci kejahatan !"
Belum lagi berhenti suaranya Khiam Lo Ang, Siangkoan Lin Eng tampak sudah bangun
dari kursinya, untuk melangkah kedepan panggung, lantas cambuknya dikerjakan,
menyambar orang she Mama itu, yang begitu
kurang ajar, ujung cambuknya mencari jalan darah Yu hun.
"Eh budak cilik, ternyata kau sangat telengas sekali !" kata Mama Liang tertawa,
melesat, menjauhi diri dari tangan Mama Liang menyambar.
Lin Eng tahu akan maksud lawan, ia segera menarik pulang cambuknya itu yang
diputar untuk mengulangi lagi serangannya, guna sekarang menotok jalan darah
yang lihay. Mama Liang berkelit lagi, setelah itu ia melesat maju, untuk merangsek, sebelah
tangannya meluncur kekedua sedangkan tubuhnya telah ujung cambuk. Sebaliknya
pundak sigadis, Sedang dari mulutnya sambil tertawa terdengar kata-kata: "Budak
cilik, kau sangat telengas, kau seperti menghendaki tuanmu berlaku kejam."
"Jahanam!" sigadis membentak, ia berkelit, segera ia mencambuk pula, sehingga
tiga kali beruntun, karena yang pertama dan kedua kali, Mama Liang telah
berlompatan dengan tipu silatnya "Kim Lie To Coan Po" atau "Ikan Emas Lompat jumpalitan
Menembusi Gelombang" ia bergerak lincah sekali, celakanya, sigadis tidak
berhenti hanya dengan cambukan berantai tiga itu, lalu dilanjutkannya lagi, kali
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini malah beruntun sampai lima
kali cambuknya itu gencar menyambar dengan cepat sekali.
Mama Liang repot bukan main, walaupun memang benar ia sangat gesit dan lincah,
namun ia tetap saja kewalahan, ia lolos dari bahaya setelah berkelit dari
cambukan yang kelima yang terakhir. Karena marah bukan main ia bilang dengan
suara dan sikap yang bengis:
"Budak kecil, kau terlalu telengas!" Rupa nya memang sekali ini Mama Liang sudah
bertekad hendak merubuhkan gadis ini, yang telah mendesaknya begitu rupa,
membuat ia amat marah, "Kau rupanya hendak membikin aku Mama Liang berlaku kejam
!" Muka Siangkoan Lin Eng jadi guram, tan pa mengatakan apa-apa, ia menyerang.
Dalam mendongkolnya, ia menyerang berulang kali, yang satu tidak mengenai, yang
lain menyusul, ujung cambuknya itu pun berusaha menotok.
Sekarang ini Mama Liang tidak berani lagi memandang enteng, ia pun mengeluarkan
kepandaiannya yang istimewa, yaitu "Leng Wan Sip Pat Pian", delapan belas jurus
ilmu silat "Kera Sakti"
Ia mengutamakan sepuluh jari tangannya yang sangat kuat, inilah ilmu silat yang
telah mengangkat namanya, ia berkelebatan disekitar sigadis, seperti seekor
burung Walet gesitnya. maka tidaklah kecewa ia telah malang-melintang belakangan
ini didalam rimba persilatan dan memiliki nama besar, karena kepandaiannya
memang amat tinggi sekali.
Lewat sekian lama, Mama Liang dapat merapatkan diri. Siangkoan Lin Eng jadi
terdesak dan agak repot, karena cambuknya adalah alat untuk menyerang jauh.
Baru sekarang ia menyesal bukan main tadi ia sudah memandang tidak sebelah mata
kepada lawannya ini, sehingga ia tidak ingat untuk mempergunakan pedangnya.
Sekarang untuk menghunus pedangnya, ia sudah tidak diberi kesempatan sedikitpun
juga oleh Mama Liang. Mama Liang memperoleh kenyataan bahwa ia berhasil mendesak dan membuat gadis
yang menjadi lawannya itu sibuk bukan main ia sengaja tertawa nyaring.
Kwang Tan yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut, dengan setiap
tersenyum ketika ia melihat nona Siangkoan itu terdesak, diam2 ia mematahkan
sumpitnya ia melakukan hal itu dengan acuh tak acuh, ia membuat patahan setengah
dim. Siang Bu melihat kelakuan si pemuda, ia mengawasi sambil tersenyum, Kwang Tan
melihat sikap kawannya itu,
mukanya bersemu merah. Tanpa berkata apa2 ia mengawasi kegelanggang pertempuran, dua jari tangannya
menjepit patahan sumpit. Mendadak saja ia menyentil. Waktu itu Siangkoan Lin Eng
menghadapi serangan yang berbahaya, ia menyelamatkan diri dengan lompat
jumpalitan terpisah ke samping tiga kaki dari lawannya, ia
tidak cuma menghindarkan diri, Berbareng dengan itu juga ia membalas menyerang,
kepada Mama Liang. "Benar2 telengas." kata Mama Liang sambil berkelit, setelah itu ia merangsek,
dengan sepuluh jarinya ia menyambar kaki sigadis, ia percaya bahwa ia akan
berhasil, ia girang sampai ia lupa untuk bersiaga, ia tertawa lebar.
Tapi baru saja ia tertawa satu kali atau segera juga ia jadi kaget tidak
terkira, pinggangnya terasa sakit bukan main, sehingga dengan berseru tertahan
ia rubuh ketanah. Lin Eng segera dapat memperbaiki diri, ia melihat rubuhnya lawan, ia
menyangka orang adalah korban cambuknya, ia segera melangkah maju, dengan maksud
memberikan labrakan, ia mendongkol untuk kelakuan jumawa lawannya.
Tapi ia menyaksikan orang rebah diam saja. ia jadi heran, Segera juga dia
membalikkan tubuh orang. Dari heran ia jadi kaget, Cepat luar biasa napas Mama
liang sudah berhenti, dan tubuhnya mulai dingin.
"Heran !" pikirnya kemudian. "Aku menotok jalan darah Cigan, mestinya dia lemas
dengkulnya dan rubuh terkulai,
mengapa sekarang dia mati mendadak" Akh, mungkinkah ada orang membantui aku
secara diam-diam"!"
Gadis ini segera mengawasi tajam ketanah disekitar tubuh Mama Liang, ia melihat
patahan sumpit, cepat2 ia mengambil tangannya, kemejanya Kwang Tan, ia
menyerahkan potongan sumpit itu tanpa mengatakan sesuatu apapun juga, ia hanya
bersenyum. Ditetarap barat semua orang tahu Mama Liang sudah berlaku keterlaluan, dia
melanggar pantangan besar Rimba dan menggenggam itu didalam telapak lalu dengan
langkah perlahan ia menuju Persilatan, tidak ada yang mau mengajukan diri untuk
membelanya. Maka dari itu, sunyilah pihak mereka itu, sedangkan ditetarap timur, orang
memang menonton dengan tidak banyak bicara. Juga di atas panggung, karena
pertempuran ditanah itu, tidak ada yang bertanding terlebih jauh.
Bin Tian Ong segera perintahkan pada orang-orangnya menyingkirkan mayat, untuk
di rawat. Khiam Lo Ang memegang kepala sumpit dalam telapak tangan, ia
menggelengkan kepala sedangkan Siang Bu telah berkata dihatinya.
"pemuda ini liehay sekali, Luar biasa. Potongan sumpit demikian kecil, ia dapat
membikin selesai jiwa lawan dan juga dapat melontarkan potongan sumpit demikian
jauh. Sungguh kepandaian melepas
sekali dipelajari karena sama senjata rahasia yang sulit saja dengan melepaskan senjata rahasia terdiri
dari daun" jika demikian pastilah dia seorang yang luar biasa, orang yang
bekerja tadi malam diruangan belakang dan juga orang yang tadi bekerja diluar
taman !" Lin Eng sudah duduk kembali dikursinya, dengan tertawa perlahan ia melirik Kwang
Tan, segera ia bangkit dan berkata pada Bin Tian Ong dan Khiam Lo Ang: "Jiwi
locianpwe, maaf, boanpwe hendak mengundurkan diri."
Dilain pihak, didalam hati kecilnya ia berkata: "Kalau
benar dia sungguh bagus...!" Waktu itu ia berjalan sampai dipintu, ia menanya
sipenjaga: "Kamar tetamu dimana" Sudikah kau mengantarkan aku kesana ?"
Pengawal itu perintahkan seorang kawannya pergi mengantarkan sigadis.
Dikala berjalan, sigadis gadis, sekarang aku pergi memergoki, apa jadinya?" ia
jadi ragu2. Walaupun demikian, ia tanya pengiringnya, "dimana kamarnya Ouw Siauw-hiap?"
"Itulah kamar nomor tiga diatas loteng!" menyahut sipengantar tersebut sambil
menunjuk. Lin Eng mengucapkan terima kasih, terus ia naik keloteng, kekamar
nomor tiga yang di tunjukkan tadi oleh sipengiring, Ketika ia sudah
memperoleh kenyataan daun mengangkat tangannya, untuk menolak. Gampang saja daun pintu itu menjeblak
terbuka. Kamar itu sunyi, tidak ada penghuninya. Cuma saja di tiang pembaringan
menghampiri membukanya. tergantung pauwhoknya Kwang Tan. ia
untuk menurunkan pauwhok itu, terus ia telah berpikir: "Aku seorang kekamar orang,
jika orang sampai didepan kamar, ia pintu cuma dirapatkan ia Segera matanya melihat
sepotong baju panjang abu2. Bukankah tadi Tan Hong menyebutkan orang aneh itu
mengenakan baju abu-abu"
Baju itupun sedikit tebal, sigadis mengangkatnya, atau mendadak ada barang yang
jatuh kelantai, ia segera mengambilnya barang itu untuk diperhatikannya.
Untuk kagumnya ia mendapatkan topeng kulit yang bagus sekali, Sekian lama ia
mengawasi, mulutnya memperdengarkan tertawa yang perlahan dan halus.
Kemudian ia mencoba pakai topeng itu, dan bercermin dikaca tembaga, ia girang
sekali, Tampaknya ia sangat lucu. Segera ia duduk di sisi pembaringan otaknya
bekerja. Tapi tidak lama kemudian topeng ia bungkus dengan baju abu2 tadi, terus ia
letakkan didalam bungkusan, disusunan pertama, itulah tanda bahwa kekamar itu
ada orang yang datang dan menggeser bungkusan tersebut.
Diatas itu ia telah meletakkan sapu tangannya serta sebutir mutiara yang baru
saja ia keluarkan dari sakunya. ia tersenyum puas, setelah mana barulah ia
keluar meninggalkan kamar itu, setelah merapatkan daun pintu. ia pergi turun
dari loteng untuk kembali ke kamarnya sendiri.
Waktu magrib hampir menjelang datang, Bin Tiang Ong naik ke panggung Wan Yo Tai
untuk memberi hormat kepada para hadirin, memberi tahukan bahwa pibu ditunda
sampai besok, ia mengundang mereka bersantap malam.
"Besok pagi kita akan mulai lagi!" katanya sebagai kata penutup.
Maka dipalulah gembreng tiga kali. Dikedua tetarap para tamu bersorak riuh.
Sambil bersenyum, Bin Tian Ong turun dari panggung. Segera sibuklah para pelayan
untuk menyajikan barang hidangan, untuk melayani para tamu bersantap Sampai
kira2 jam sepuluh malam, barulah orang bubaran.
Ketika Kwang Tan tiba dikamarnya, ia segera melihat sesuatu apa yang tidak
beres. Kasurnya melesak, seperti bekas diduduki, lantas ia mengambil
bungkusannya, buat diperiksa.
Maka ia melihat baju hitamnya berada di sebelah atas dan mendapatkan sapu tangan
wanita, pula sebutir mutiara sebesar kacang, yang menyiarkan bau harum semerbak,
Diujung sapu itu ada sulaman huruf Siangkoan, yang berada diatas sulaman bunga
teratai, indah buatannya dan sangat halus, ia memegangi sapu tangan itu, segera
ia menduga kepada Siangkoan Lin Eng.
"Nona itu sangat cerdik!" pikirnya, "Dengan segera menduga aku, tadi pun ia
mengantarkan pulang ujung sumpitku, ia meninggalkan sapu tangan dan mutiara
disini, tentulah ini tanda terima kasihnya. Mana dapat aku
menerima ini" Tugasku untuk pergi ke kotaraja dan perjuangan Bengkauw belum lagi
selesai" Bagaimana aku dapat terganggu oleh wanita" Bisa2 tugasku jadi
terhalang..! Apakah tidak lebih baik aku pergi menemuinya dan menjelaskan duduk
persoalannya "!"
Bukan main ragu2nya Kwang Tan, dan ia pun jadi berdiri menjublek saja, sampai
akhirnya ia mendengar suara langkah kaki mendatangi kearah kamarnya dan
didengarnya daun pintu kamarnya diketuk seseorang.
Kwang Tan menyimpan kembali barang2 itu didalam pauwhoknya, kemudian dia membuka
pintu kamarnya. Berdiri Siang Bu bersama Tan Go Sun, malah tengah berjalan
mendatangi tampak Bin Tian Ong bersama Khiam Lo Ang.
"Ouw Siauwhiap, kau pandai sekali membawa diri, sehingga kau dapat menyimpan
kepandaianmu, Maka dari itu. Maafkanlah aku, karena mataku yang tidak awas !" ia
berkata sambil memberi hormat, dan Tan Go Sun meniru sikap Siang Bu, iapun ikut
memberi hormat. Kwang Tan mengulur tangannya, untuk mencegah, lantas Siang Bu merasakan tenaga
yang luar biasa, yang menolak tubuhnya, sehingga tidak dapat ia membungkukkan
tubuhnya. Demikian pula halnya dengan Tan Go Sun. Mereka kaget berbareng kagum bukan main
untuk hebatnya tenaga dalam pemuda ini.
Kwang Tan tertawa sambil katanya: "Tan dan Siang tiangcu, kita ada diantara
orang sendiri, harap kalian tidak mempergunakan adat peradatan, Aku juga tidak
mengerti, siapa lah yang kalian sebutkan itu?"
"Siauwhiap terlalu merendahkan diri !" kata pemilik peternakan itu tertawa, "Kau
lihay... kau tetap berlagak
pilon! Didalam rimba persilatan sungguh tidak banyak orang sebangsa kau
Siauwhiap, aku datang atas nama tuan rumah untuk meminta kau bersedia bercakapcakap." Waktu itu Bin Tian Ong bersama Khiam Lo Ang telah tiba. Mereka memberi hormat.
Malah Bin Tian Ong telah bilang: "Maafkan, karena mataku yang telah lamur
sehingga Siauwhiap sebaik2nya ! Kawanan tidak melayani
penjahat sudah mengacau dirumahku ini tapi aku tidak mengetahui syukur ada kau
yang telah menolong untuk menghindarkan kami
dari bahaya! Budimu ini tidak dapat aku balas. Tadi aku minta saudara Siang dan
Tan datang lebih dulu pada kau, aku minta maaf bahwa aku datang terlambat."
Lantas Bin Tian Ong membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
Kwang Tan cepat2 membalas hormat tuan rumah, iapun segera berkata: "Jangan,
jangan terima kasih!" katanya menampik dengan kikuk.
Khiam Lo Ang menghampiri sipemuda, untuk mencekal tangannya dengan keras, guna
menatap tajam wajahnya, Lantas ia tertawa bergelak-gelak.
"Sungguh seorang gagah asalnya ialah seorang pemuda!" katanya kemudian "Ouw
Siauwhiap, siapakah gurumu" Dapatkah memberi tahukannya?"
"Tidak tepat locianpwe memuji aku!" kata Kwang Tan kemudian, "Guruku seorang
yang tidak bernama dan juga, untuk sekarang ini, maafkanlah sulit buat boanpwe
menjelaskan segala sesuatunya! Maafkanlah!"
Justeru diwaktu itu, Khiam Lo Ang tertawa, ia bilang: "walaupun engkau tidak mau
menyebutkan siapa gurumu, hal itu tak menjadi persoalan, karena sekarang kami
sangat beruntung bisa seorang gagah seperti kau!"
yang terpenting bertemu dengan "Sesungguhnya aku hanya mempelajari melepas senjata rahasia serta
sedikit akal kecerdikan, dalam hal lainnya, aku tidak mengerti apa2. Tentang
pengacauan di Bin Ke Cung ini, ada orang yang telah membantu secara diam2,
perihal aku, kebetulan saja aku berada disini, Maka itu, tidak berani aku menerima
ucapan terima kasih !"
Khiam Lo Ang heran. "Siapakah orang itu yang membantu secara diam2 "!" tanyanya kemudian. "Siauwhiap
tentu mengetahui siapa dia "!"
Kwang Tan jadi berobah mukanya bersemu dadu, ia menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak dapat melihat tegas padanya, cuma gerakannya saja sangat gesit !" ia
menyahuti "teranglah dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali !"
Mendengar begitu, Khiam Lo Ang tertawa "Aku siorang tua mengetahui Siauwhiap
pandai sekali menyembunyikan diri !" katanya, "Sebenarnya dimana ada orang
seperti yang siauwhiap katakan itu "!"
Mengetahui orang tidak percaya akan ceritanya itu, Kwang Tan tidak berdaya, ia
bilang: "Jika memang locianpwe tidak mempercayainya, aku tidak dapat bilang
suatu apapun. Hanya dapat aku beritahukan dalam dua tiga
hari ini pasti akan terjadi sesuatu yang penting sehingga setelah itu, barulah
nanti locianpwe mempercayai aku !"
Khiam Lo Ang terus menatap. Ia merasa semakin lama ia semakin menyukai pemuda di
depannya ini, yang tampan dan halus gerak-geriknya.
Coba tidak Tan Heng menyatakan kepandaian orang sangat luar biasa, pasti ia
sudah menawarkan diri untuk menjadi gurunya, agar ia dapat mewarisi semua
kepandaiannya. Kemudian dia berkata:
"Baiklah, aku percaya atau tidak, sang waktu yang nanti memperlihatkan buktinya!
Cuma, jika kawanan bajingan benar2 berani datang mengacau pula, Hemm! Biarlah
mereka nanti merasakan liehaynya aku! Siauwhiap, mari kita pergi keluar untuk
menanti kawanan bajingan itu !"
Kwang Tan menurut, tapi ia masih berkata: "Ceng Kie Pay berani sekali, sebentar
malam haruslah kita berjaga-jaga !"
"Aku telah siap dengan penjagaanku!" Tian Ong memberitahukan. "Malam ini, kukira
tidak akan ada bahaya. Kalau Ceng Kie Pay mengirim orang, tentu untuk
menyelidiki saja keadaan kita, untuk persiapan menolong orangnya dan mendapatkan
pedang. Andaikata mereka mau menyerbu, itu pasti dilakukannya nanti setelah pibu
ditutup." Kwang Tan mengangguk, ia tidak bilang suatu apa. Dibelakangnya, kedua gadis itu
tampak kasak-kusuk, yaitu Lin Eng dan Giok Cu yang datang belakangan.
Mereka rupanya tengah membicarakan sesuatu dengan perlahan dan juga sekali2
terdengar mereka tertawa cekikikan sambil melirik kearah Kwang Tan.
Khiam Lo Ang melihat gerak-gerik gadis-gadis, ia bersenyum, kemudian memandang
kepala Kwang Tan, iapun tertawa. Hal itu membuat Kwang Tan jadi likat.
Tidak lama kemudian ramailah orang berbicara dan tertawa diruang besar dimana
mereka duduk berkumpul, Kwang Tan lah sebab utama dari kegembiraan mereka itu.
Namun Kwang Tan sendiri tetap bersikap tentang dan tidak banyak bicara.
Orang berkumpulan sampai sore, malah kemudian sampai sang puteri malam telah
muncul memperlihatkan diri menerangi bumi dengan sinarnya yang redup.
Angin halus membuat cabang2 pohon bergoyang2 dipermainkan oleh siliran angin
tersebut. Juga bayangan yang ditimbulkan dari batang2 maupun ranting pohon itu
memberikan kesan yang agak luar biasa, indah dan agak seram.
Tidak jauh dari tempatnya duduk, Kwang Tan melihat papan catur, ia menghampiri
dan mengambil biji2nya, untuk digenggam, kemudian diletakkannya pula, suaranya
berbunyi sangat nyaring sekali.
"Aku gemar main catur, entah locianpwe memiliki kegembiraan atau tidak?"
tanyanya kepada Khiam Lo Ang sambil memandang dengan tertawa kepada jago tua
itu. "Ohhh, kiranya Siauwhiap gemar main catur?" kata Khiam Lo Ang tertawa juga,
"Sudah enam puluh tahun aku siorang tua main catur. Selalu juga kalah! Tapi biar
sudah kalah tetap main terus. Siauwhiap sukalah kau mengalah !"
"Locianpwe, kau bergurau !" Kwang Tan bilang: "Aku baru saja belajar, bagaimana
dapat menang?" "Baiklah!" kata Khiam Lo Ang sungguh2 "Awas, jangan kau mengalahkan aku sehingga
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aku tidak tahu dimana harus menaruh muka!"
Kwang Tan tertawa manis, segera ia duduk menghadapi jendela,
Khiam Lo Ang menggulung tangan bajanya dengan tangan kirinya ia menguruti kumis
dan jenggotnya, lihat saja akan biji2nya dengan teliti dan penuh perhitungan.
Didepannya, Kwang Tan menjalankan biji2nya dengan cepat dan sebat, ia merangkak
ketengah, menduduki kotak2
yang baik, lalu menelan beberapa biji lawannya, sehingga ia lantas menang
unggul, Maka jago tua itu jadi mengerutkan alisnya untuk berpikir keras.
Giok Cu dan Lin Eng menonton dipinggiran, mereka mengeluarkan kata2 serta
tunjak-tunjuk, seperti biasanya orang luar yang tengah menyaksikan orang mengadu
otak itu. Dari bicara perlahan, suara mereka menjadi membisingkan telinga.
"Dasar kalian, anak2 kalian berisik saja!" kata Khiam Lo Ang kemudian. "Awas ya,
jangan kalian mengganggu aku, nanti siapa yang akan membantu kalian."
Lin Eng tertawa. "Locianpwe, kau yang kalah, kami yang muda yang disesalkan!" ia
bilang, "Memang-nya, siapa menghendaki bantuan locianpwe?"
Khiam Lo Ang tertawa lebar. "Anak, kau pandai bicara, ya?" katanya kemudian "Aku
mau lihat nanti, setelah tiba waktunya kau membangun rumah tangga, kau akan
mencari aku untuk memohon bantuanku atau tidak !"
Setelah berkata begitu, terus juga Khiam Lo Ang melirik kepada Kwang Tan,
sehingga muka Kwang Tan berobah merah, sedangkan muka Lin Eng juga bersemu dadu.
"Locianpwe, kau.!" kata Lin Eng tertahan. ia sudah cepat2 angkat kaki, tetapi
Giok Cu tetap diam saja disitu sambil menahan tertawanya.
Bin Tian Ong dan Tan Gi Sun juga ikut tertawa, Agaknya mereka gembira sekali,
sampai mereka seperti melupakan bahwa mereka mempunyai musuh-musuh gelap.
Khiam Lo Ang menahan napas dengan penasaran ia berpikir keras sekali dengan
sepasang alisnya mengkerut dalam2, ia bermaksud untuk memperbaiki kedudukannya,
Lama ia berdiam untuk berpikir.
Waktu itu Kwang Tan berdiam saja, tapi dikala
lawannya mengasah otak, tangan kanan nya mengambil lima biji putih, mulutnya
menghitung perlahan: "Satu dua tiga... empat, nah, ini yang kelima !"
Khiam Lo Ang heran ia mengawasi.
Kwang Tan terus berdiam, hanya kali ini ia tertawa perlahan, tangannya terus
menimpuk keluar. Gerakannya itu tampak perlahan tapi melesatnya biji2 catur
cepat sekali. Menyusul timpukan biji-biji catur itu, di luar terdengar suara seperti orang
menahan napas, disusul suara roboh barang berat yang menimbulkan suara tidak
terlalu keras. Khiam Lo Ang terkejut, ia segera melompat keluar jendela, Demikian juga dengan
Tan Go Sun dan Siang Bu. Kwang Tan duduk tenang, ia mengawasi papan catur,
seperti ia tengah memikirkan biji2 nya, Melihat demikian, mau atau tidak Bin
Tian Ong kagum bukan main.
Khiam Lo Ang yang telah kembali, pun menjadi kagum, ia sendiri tadi tidak
melihat jelas timpukan sepemuda itu. Waktu itu Lin Eng mengawasi sipemuda, ia
tidak memperdulikan suara diluar, seakan juga
seluruh perhatian nya untuk jadi memonyongkan mulutnya,
ia tengah memusatkan caturnya, ia permainan tangannya segera mengacaukan biji-biji catur itu. "Kalian si tua dan simuda, bagaimana
kalian masih bergembira seperti ini " Kenapa kalian tidak mau melihat keluar!?"
Khiam Lo Ang angkat papan catur, katanya: "Eh bocah nakal, kau jail sekali."
Tetapi ia tertawa "Aku menang, kau telah mengacaukan biji catur itu. Kau berat
sebelah tahu" Kalau kau disalahkan kau tentu berbalik mempersalahkan aku.
Justeru sekarang, disaat dia akan dikalahkan, kau sengaja mengacaukan biji
catur..." Dengan berkata "dia" yang dimaksudkan Khiam Lo Ang adalah Kwang Tan. "Tapi jika
ia yang memiliki kesempatan buat menang, maka kau akan pura2 pilon dan berdiam
diri saja tidak mengacaukan biji catur itu."
Lin Eng melotot kepada orang tua itu, sedangkan Giok Cu tertawa geli. karena ia
beranggapan, itulah kejadian yang sangat lucu sekali.
Justeru diwaktu itu Siang Bun dan Tan Go Sun telah kembali, mereka menenteng
tubuhnya lima orang yang diam tidak bergerak.
Khiam Lo Ang tertawa, ia bilang: "Kelima bangsat ini sudah ditanya terang,
merekalah orang-orang Ceng Kie Pay! Ouw Siauwhiap aku numpang tanya, apakah yang
hendak diperbuat atas diri mereka ini?"
"Segala apa terserah kepada Bin Cungcu" menyahuti si pemuda cepat. "Mana dapat
aku mewakilinya" Aku malu !" Tian Ong mengerti orang merendahkan diri, tapi ia
tidak mau memaksa, ia segera perintahkan penjaga membawa kelima orang tawanan
itu ke kamar batu, untuk dijadi
satukan dengan Khong Su semua, Kemudian sambil tertawa Tian Ong bilang: "Ouw Siauwhiap, luar biasa lihay
tanganmu! Kepandaian ini belum pernah kulihat, belum pernah aku mendengarnya!"
ia berhenti sejenak, lalu ia menambahkannya:
"Kami adalah orang2 yang mengerti silat, nama kami terkenal juga didalam Rimba
Persilatan, kami biasa melatih telinga dan mata, akan tetapi tadi kami tidak
mendengar dan tidak melihat waktu kelima penjahat itu datang dan naik keatas
pohon! sungguh kami malu !"
Kwang Tan jadi likat tapi ia segera mendengar Khiam Lo Ang tertawa. "Bin Laote,"
kata jago tua itu kepada si tuan rumah "Kita semua, si tua tak mau mampus, kita
sudah seharusnya pada mundur! Sekarang ini jamannya kalangan muda! Si anak
anak muda! Apakah kau tidak kenal pepatah yang mengatakan gelombang yang
dibelakang mendorong gelombang yang depan, dan orang baru menggantikan orang
lama" Lihat saja, selama beberapa hari ini telah terdengar beritanya akan halnya
orang2 muda yang gagah, kita telah sempat menyaksikan juga, betapa Ouw Siauwhiap
yang demikian hebat mengagumkan tangannya."
Kata2 Khiam Lo Ang telah menimbulkan tertawa yang ramai dari semua orang yang
berkumpul disitu. "Aku bicara benar, Ouw Siauwhiap." kata Khiam Lo Ang kepada si pemuda. "Aku
sudah berusia sembilan puluh tahun, tapi belum pernah aku menyaksikan kepandaian
seperti kau tadi, Bagaimana kalau sekarang kau mencoba aku di jarak sepuluh kaki
"!" Kwang Tan cepat2 menggoyangkan kedua tangannya, "Tidak, tidak bisa locianpwe...
tidak bisa!" katanya cepat "Jangan locianpwe
membuat aku memperlihatkan keburukanku, Apa yang aku bisa ialah menghajar benda
mati, kalau terhadap benda hidup, aku tidak berguna lagi." Tapi Khiam Lo Ang
tidak mau melompat sampai lima tombak lebih. "Ouw Siauwhiap, janganlah kau
bersungguh2. "Mari kita mencoba2, untuk berlatih! Kau boleh mempergunakan semua
kepandaianmu andaikata aku terluka, tidak apa2. jika kau mengalah, kau membuat
aku tidak puas !" Mengetahui tabiat orang, Kwang Tan tertawa, ia segera juga mengambil sepuluh
biji catur. "Locianpwe, maafkan aku yang muda!" kata2nya itu ditutup dengan
timpukannya, mengarah pundak kiri jago tua tersebut.
Khiam Lo Ang terkejut melihat datangnya biji catur itu. Segera ia mengibaskan
tangan kanannya, ia dapat membebaskan diri tetapi biji catur itu lewat dekat
diatas pundaknya. Justeru itu, Kwang Tan sudah menimpuk pula kali ini bukan satu atau dua biji,
hanya lima biji, dua didepan, lalu yang tiga dibelakang. Sehingga kelimanya
merupakan bunga Bwee. Tiga biji yang dibelakang itupun datangnya saling susul.
Melihat memukul mengerti, segera ia menolak" katanya datangnya berbareng serangan itu, Khiam Lo
Ang dengan kedua tangannya. la mempergunakan tipu silat Pek Khong Ciang "Pukulan Udara
Kosong." Biasanya hebat angin serangannya itu. Tapi sekali ini, kelima biji
catur tidak tersapu dengan segera. Sambil mengibas, jago tua itu berkelit.
Ditangan Kwang Tan masih ada sisa empat biji, semua itu segera saling susul
dipergunakan menyerang lagi, tentu saja, serangan yang terakhir ini cepat luar
biasa. Sebab ketika itu Khiam Lo Ang tengah menangkis dan berkelit Maka sibuklah dia
atas datangnya empat biji catur itu. Terpaksa ia berkelit pula, sambil
menjatuhkan diri. Ketika ia bangkit bangun, ia periksa tubuhnya, untuk memperoleh kepastian, dia
bebas atau tidak, Lalu hatinya jadi mencelos, mukanya jadi pucat.
Dia mendapat kenyataan, ujung bajunya yang kiri kena ditembusi sebuah biji catur
! "Tidak dapat aku sesalkan dia !" pikirnya. "Siapa suruh aku mendesak dia
mengeluarkan kepandaiannya" Jika dia bersungguh2, mungkin tubuhku mendapat
beberapa liang..!" Segera juga ia tertawa bergelak dan katanya: "Ouw Siauwhiap, hebat tanganmu, aku
siorang tua menyerah kalah !"
Memang jago tua ini harus menyerah kalah, Kecewa ia bergelar sebagai "Awan
Seribu Laksa", dari situ menunjukkan betapa cepatnya setiap gerakannya, karena
ginkangnya yang tinggi. Tetapi justeru sekarang, ginkangnya itu seperti juga tidak berguna lagi
dihadapan Kwang Tan, membuat ia sekali ini merasa telah runtuh.
Kwang Tan sendiri menyesal atas perbuatannya itu, ia merangkapkan kedua
tangannya memberi hormat, kemudian katanya dengan sikap yang menyesal selalu
"Benar tepat sekali julukan locianpwe, tadi sengaja saja locianpwe mengalah
terhadapku, jika locianpwe merangsek, apa yang aku bisa bikin"!"
Mendengar perkataan sipemuda, tampak Khiam Lo Ang jadi sangat bersyukur sekali.
Tapi ia bilang sambil tertawa "Buat apa kau masih melindungi mukaku, Ouw
Siauwhiap" Disini orang semuanya memiliki mata yang jeli! siapakah yang tidak
dapat melihatnya dengan jelas" Siauwhiap,
biasanya aku tidak mau menyerah kepada siapa saja, baru sekarang terhadap kau,
aku mengakuinya, aku menyerah!
Aku cuma kurang jelas mengenai satu hal. Aku memiliki tipu silat Taylek Kim Kong
Ciang, jika aku ini mempergunakan ilmu silat yang itu, setiap senjata rahasia
seharusnya kena tersampok balik, Tubuhku tidak dapat didekati. Tapi aneh sekali
biji caturmu itu, tidak dapat terpukul mundur semua, ada juga yang menerobos
maju terus ?" "Maaf, locianpwe, malu aku untuk menjelaskannya," berkata Kwang Tan, sambil
tersenyum jengah. "Aku hanya mempergunakan akal, Biji caturku itu dapat dipakai
menyerang secara berputar, jadi penolakan langsung tak dapat mencegahnya, tadi
biji catur itu menyambar dari samping !"
Alasan yang diberikan oleh pemuda ini memang masuk dalam akal. Tidak dapat orang
tidak mempercayainya. Hanya saja satu hal yang pasti, hanya Kwang Tan yang dapat
menyerang secara demikian, orang lain tidak akan sanggup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Entahlah jika yang diserang bukan Khiam
Lo Ang. Kwang Tan telah menyembunyikan satu hal, serangan itu menurut ilmu
menimpuk senjata rahasia yang bernama "Hiap Wan Sip Pat Kay."
Seperti yang lainnya juga, Giok Cu dan Lin Eng memuji sipemuda tidak hentinya,
yang mereka sangat kagumi tanpa
terasa mereka jadi mengawasi si pemuda dengan membuka mata mereka lebar2,
memandang mendelong dengan mulut terbuka lebar.
Bin Tian Ong melihat sikap dan kelakuan puterinya, itulah kelakuan yang dulu2
belum pernah disaksikannya, ia
jadi terharu sekali, ia merasa berkasihan kepada puterinya ini, yang telah tidak
memperoleh kasih sayang ibunya.
Biasanya sigadis pendiam, jarang sekali tertawa pada air mukanya menunjukkan
tentang sesuatu perasaannya. Tetapi ini, memang sangat lain dan berbeda sekali.
Pernah Tian Ong memujikan beberapa orang pemuda, yang tampan dan memiliki ilmu
silat yang baik, tetapi Giok Cu tidak perhatikan mereka, hatinya tidak pernah
tergerak. Baru sekarang ia tampak berobah, ia seperti bukan Giok Cu yang dulu
lagi... Sementara disitu, masih ada Siangkoan Lin Eng. Gadis itu menang jauh lebih
cantik, ilmu silatnya lebih tinggi, Gadis itupun lebih berani, lincah dan
periang, tampak jelas dia sangat memperhatikan Kwang Tan. Bagaimana sekarang"
Bukan main bingungnya Bin Tian Ong, Di lain pihak lagi, ia belum mengetahui
keadaan sipemuda, apakah masih bebas dan merdeka"
Masih ada satu hal lain, yang lebih penting, sekarang ini
bukan saatnya bicara perkara perjodohan. Mereka tengah terancam bahaya dari
rombongan Ceng Kie Pay dan anaknya sendiri tengah menghadapi pibu....
Lin Eng benar2 berani, sambil tertawa ia menghampiri Kwang Tan, kemudian dia
minta diajari ilmu melepas senjata rahasia ia bersikap tidak malu2 atau likat,
malah tampak nya ia bicara polos sekali.
Melihat orang demikian polos sikapnya, Kwang Tan malu hati buat menampik
permintaannya itu. "Nona hendak mempelajari ilmu melepas senjata rahasia, itulah memang sangat baik
sekali, aku juga tidak mau menyembunyikan sesuatu apapun yang aku mengerti dan
bisa!" katanya turut tertawa.
"Cuma saja aku hendak menjelaskan, senjata rahasia tidak dapat dipelajari hanya
dalam satu hari atau satu malam saja. Baiklah, kalau nanti urusan disini sudah
selesai, aku akan mengajari pokoknya dulu."
Baru saja sipemuda menutup mulutnya, atau Giok Cu telah maju.
"Siauwhiap," katanya dengan tertawa dan juga telah gembira sekali.
ilmu melepas "Aku juga ingin senjata rahasia, memperlihatkan sikap sekali mempelajari
Dapatkah?" Kwang Tan heran, sampai ia melengak, namun itu hanya sebentar, sebab segera ia
bisa tersenyum. "Dapat! Tentu saja dapat, nona !" katanya dengan tersipu karena likat, dimana
semua mata tengah memandangi kepada mereka, sehingga membuat Kwang Tan agak
likat dan kikuk. Siang Bu tertawa, Demikian juga yang lainnya.
Kwang Tan mendengar suara tertawa mereka, ia jadi tambah likat, ia merasa bahwa
semua orang tengah menertawakan dirinya, karena sikapnya yang canggung waktu
menjawab pertanyaan dan gadis she Bin tersebut.
"Nona Siangkoan, ilmu cambukmu tadi bagus sekali!" kata Kwang Tan kemudian
memuji, untuk menyimpangkan perhatian orang.
Lin Eng tersenyum girang.
"Oya," katanya kemudian agaknya dia kaget dan girang, "Aku lupa menghaturkan
terima kasih padamu !" Dan dia segera juga menjura memberi hormat.
"Jangan, nona, jangan !" Kwang Tan menampik, ia jadi gugup dan mengulurkan
tangannya untuk mencegah.
Siangkoan Lin Eng menarik tangannya, ia menatap kepada Kwang Tan.
Kembali Kwang Tan jadi jengah, tapi ia tertawa dan berkata: "Nona, ilmu cambukmu
lihay, cuma itu dapat dipakai menyerang dari jarak dekat, Aku memiliki satu akal
untuk menutup kekurangan itu."
Lin Eng cerdik, ia juga segera juga mengerti akan perkataan sipemuda, ia
tertarik sekali. "Benarkah begitu?" tanyanya. "Ohhh, kau ajarilah aku Lekas!"
"Mari nona pinjami cambukmu itu pada ku!" kata Kwang Tan yang masih belum sempat
menarik pulang tangannya, maka ia jadi dapat melonjorkan terus tangannya, "Mari
kita keluar nona, kau boleh memakai pedang, nanti aku mengajari kau dengan
mempergunakan cambuk!"
Lin Eng menyerahkan cambuknya, yang terbuat dari otot ular dan harimau, itulah
cambuk yang sangat disayanginya, yang tidak akan sembarangan diijinkannya untuk
dipegang oleh orang lain.
Merekapun segera pergi keluar dari ruangan tersebut, dimana cahaya rembulan
permai sekali. Lin Eng dan Kwang Tan lantas berdiri terpisah tujuh kaki, Sigadis meletakkan
pedangnya didadanya, melintang. "Silahkan menyerang nona!" kata Kwang Tan
kemudian. "Kau menyerang dengan sungguh-sungguh, jangan sungkan-sungkan."
Lin Eng tersenyum didalam hatinya ia berkata: "Kau nanti lihat ilmu pedang
ajaran ayahku ini tentu merupakan ilmu silat yang sangat hebat sekali dan telah
menggemparkan kalangan Kangouw! Ayah merupakan seorang akhli kiamhoat yang nomor wahid di dalam rimba
persilatan, tentu kau tidak akan dapat menandingi ilmu
melihat, apakah engkau sanggup pedang ini. Aku ingin melayani aku?"
Lantas juga sigadis hendak mulai menyerang !"
Mendadak sekali, ia telah menikam, gerakannya cepat bagaikan badai, menyambar
dengan berkesiutan nyaring. Gerakannya itu, tepat dan cocok dengan nama ilmu
pedang itu, yaitu Ciu Hong Lok Yap It Jie kiam Hoat atau ilmu
pedang "Daun Rontok Karena Angin Musim Rontok", serangan itu juga menuju ke
pundak kiri dengan tikaman yang sangat sulit buat dihindarkan lawan.
Kwang Tan tidak berkelit, ia juga tidak menangkis, hanya saja ia mendahului,
dengan sangat sebat, cambuk ditangannya bergerak, ujungnya mencari ujung pedang.
berkata perlahan: "Baiklah, aku
Lin Eng kaget tidak terhingga, Serangannya itu telah gagal, pedangnya seperti
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga tertindih barang berat, Dengan segera ia memutar pedangnya untuk
meloloskannya, terus dipakai untuk menyerang keiga kiri si pemuda.
Kembali Kwang Tan memperlihatkan kepandaiannya. Ujung cambuknya perlahan menekan
pula pedang sigadis. Sigadis sampai seperti tidak melihat bagaimana ia diserang,
dan bagaimana Kwang Tan menggerakan tangannya.
Lin Eng heran sekali, tetapi ia penasaran maka ia melepaskan diri
mempergunakan beraneka ragam. untuk menyerang terus, ia melanjuti ilmu silat itu, yang banyak jurusnya
Kwang Tan tetap bersilat seperti semula, ia main tekan ujung pedang lawannya
itu. Siangkoan Lin Eng bentrok, ia merasakan terkejut, ketika senjata mereka tangannya kesemutan, sampai pedangnya hampir
terlepas. Tapi sekarang ia mulai mengerti ilmu silat cambuk pemuda itu, Kwang
Tan dilihatnya memang lihay
disebabkan mahirnya tenaga dalamnya!
Dari tiga-puluh jurus mereka bertempur sampai lima puluh jurus, Gadis itu
tersentak, tapi sekarang ia dapat tersenyum dan gembira, ia melayani dengan
tenang. Ternyata sipemuda merobohkannya, hanya agar sigadis mengerti mempelajarinya
setiap jurus itu serta mengingatnya dengan sebaik mungkin.
"Kepandaian Ouw Siauwhiap memang hebat sekali!" berkata Bin Tian Ong kepada
Khiam Lo Ang, yang tengah memang tidak bermaksud memperlihatkan jurus2 tertentu
akan kelemahannya dan bisa menonton sekian lama jalannya pibu istimewa itu,
Khiam Lo Ang mengangguk. "Ya.... ia dapat bergerak lincah bagaikan naga dan ular, selanjutnya aku tidak
berani memandang enteng lagi kepada dunia !"
Bin Tian Ong dan Khiam Lo Ang menyaksikan terus, demikian juga halnya dengan
Siang Bu dan Tan Go Sun. Mereka kagum dan takjub, sehingga mereka merasakan
betapa kepandaian mereka hanyalah merupakan kepandaian yang tidak berarti kalau
dibandingkan dengan kepandaian yang dimiliki Kwang Tan.
Mereka jadi memuji tidak hentinya, karena memang mereka terlalu kagum sekali.
"Rupanya guru Ouw Siauwhiap bukan sembarangan orang !" cetus Bin Tian Ong lagi.
Giok Cu berdiam saja, tapi dengan berdiri diam begitu, dia memperhatikan setiap
gerakan cambuk ditangan Kwang Tan, tampak nya ia merasa puas.
"Nona Siangkoan, awas!" mendadak terdengar suara Kwang Tan. "inilah jurus
merampas jiwa untuk merebut kemenangan !"
Kata2 itu disusul ujung cambuk menyambar pundak kiri sipemudi dengan cepat
sekali. Lin Eng segera menyambut, untuk menangkis cambuk itu, ia bersilat dengan tipu
"Angin puyuh menghantam pohon yangliu," pedangnya membabat dari kanan kekiri,
sinarnya pedang berkelebat bercahaya keperak-perakan.
Tepat disaat cambuk hampir kena dibabat, mendadak Kwang Tan tertawa, tubuhnya
bergerak kekiri, tangannya
ikut bergerak membebaskan cambuk dari babatan, setelah mana cambuk itu menyambar
lagi kearah sigadis. "Lepaskan pedangmu!" berseru Kwang Tan sambil menarik dikagetkan.
Diluar keinginannya, tubuh Lin Eng maju empat tindak, telapak tangannya
dirasakan sakit dan pedih, tidak dapat ia memegang lebih lama lagi pedangnya,
karena pedang itu telah tertarik, terlempar jauhnya belasan tombak, jatuh diatas
tanah dengan menancap dan gagang pedang itu bergoyang-goyang menimbulkan suara
mendengungdengung. "Maafkan, nona aku tidak sempat menahan tanganku!" bilang Kwang Tan segera
sambil tertawa. Lin Eng mendelik mengawasi sipemuda, tetapi setelah itu ia malah tertawa
nyaring! Kwang Tan mengambilnya, setelah gesitnya ia melompat gerakannya, sehingga melompat kearah pedang, untuk
mana, dengan sama lincah dan balik kembali. Demikian lincah kembali ia telah
mendatangkan kekaguman dihati orang-orang yang telah menyaksikannya.
"Syukur pedang ini tidak rusak!" kata Kwang Tan waktu ia mengembalikan pedang
itu kepada sigadis. "Aku dapat mengembalikannya dalam keadaan baik!"
Lin Eng menyambuti pedangnya itu sambil tertawa. "Terima kasih!" katanya, Itulah
pernyataan terima kasih, bukan untuk pedang belaka, tetapi juga untuk pelajaran
yang diberikan.Karena pertandingan itu merupakan latihan pelajaran baru buat Lin
Eng. Setelah itu mereka keruang dalam, kecuali Giok Cu dan Lin Eng berdua. Sebab
mereka ini berdua segera juga berlatih diri, untuk dapat menjalankan dengan baik
ilmu cambuknya Kwang Tan tadi.
Berdua mereka saling mengajari dibagian2 yang mereka ragukan dan tidak mengerti,
dengan demikian mereka bisa berlatih dengan baik sekali.
"Siauwhiap, setelah urusan disini selesai kau hendak pergi kemana"!" tanya Khiam
Lo Ang, waktu mereka telah berada diruangan dalam pula.
"Aku ingin pergi ke Kota-raja, untuk melakukan sesuatu!" menjelaskan Kwang Tan,
ia memang sudah memutuskan buat menceritakan asal usulnya kepada semua jago2
ini, yang diketahuinya dan telah dilihatnya sebagai jago2 yang berdiri dijalan
lurus dan memiliki jiwa pendekar.
Maka ia menceritakan bahwa ia tengah melaksanakan perintah Thio Kauwcu dari
Bengkauw, untuk menyelidiki
keadaan di kota-raja. ia juga memberitahukan siapa dirinya sebenarnya.
Semua yang mendengar keterangan Kwang Tan jadi girang bukan main, sekarang
mereka pun sudah tidak memanggil dengan sebutan Ouw Siauwhiap lagi, karena Kwang
Tan telah memberitahukan namanya. Dengan demikian selanjutnya ia dipanggil
dengan sebutan Kwang Siauwhiap, juga mereka kaget dan girang, girang telah
mengetahui siapa sebenarnya Kwang Tan, kaget karena mengetahui Kwang Tan adalah
orang Bengkauw, yang memang mereka telah dengar tengah berjuang, mulai bergerak
mengadakan perlawanan kepada Cu Goan Ciang.
"Aku akan berdiri dipihak Bengkauw!"! itulah yang pertama2 kali diucapkan
Khiam Lo Ang dengan bersemangat. "Walaupun usiaku telah lanjut, kalian tidak
dapat menertawai aku, karena aku akan menyumbangkan sisa hidupku buat menegakkan
keadilan bersama Beng kauw !"
Tan Go Sun dan Siang Bu pun menyatakan mereka akan segera menghubungi Beng-kauw,
untuk menggabungkan diri dengan Beng kauw, sedangkan Bin Tian Ong telah berkata:
"Semula aku ingin mengundurkan diri, Tapi sekarang, aku bermaksud membatalkan
pedang, aku akan segera menghubungi Bengkauw, di mana kami akan menggabungkan
diri !" keinginanku menyimpan pergi bersama kawan2
Demikian juga dengan semangat yang meluap-luap mereka menyatakan hasrat mereka
ingin membantu Kwang Tan, kalau saja memang Kwang Tan memerlukannya, untuk
melakukan penyelidikan dikota raja.
Tapi, Kwang Tan menyatakan lebih leluasa jika ia dapat berangkat sendiri. Disana
memang berkumpul banyak sekali jago2nya Cu Goan Ciang yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, karena dari itu, ia tidak leluasa untuk melaksanakan tugasnya
kalau saja ia tidak sendiri.
Terlebih lagi memang kepergiannya kekota raja hanyalah sekedar untuk melakukan
penyelidikan belaka. Dan ia tidak lupa telah menyatakan terima kasihnya kepada
Bin Tian Ong berempat, bahwa mereka bermaksud untuk membantu Bengkauw.
Dengan demikian, tentu keempat jago tua rimba persilatan yang masing2 memang
memiliki kepandaian tinggi itu, dapat banyak membantu Bengkauw, mereka memiliki
banyak sahabat, sehingga mereka bisa bantu memberikan penjelasan kepada sahabat2
mereka dan juga akan mengajak para sahabatnya itu untuk ikut membantu Bengkauw !
Itulah suatu hasil yang menggembirakan Tan, ia bersyukur para
orang gagah ini hati Kwang bermaksud membantu Bengkauw, tentu Thio Bu Kie Kauwcu
akan gembira sekali menyambut mereka.
Dikala itu, Kwang Tan juga menjelaskan. Bengkauw telah berhasil merebut beberapa
kota. Dan kemungkinan besar pasukan Bengkauw akan maju terus guna merebut kota2
selanjutnya. Sedangkan Khiam Lo Ang mengatakan, ia memang telah mendengar perihal bergeraknya
Bengkauw, namun sejauh ini tak tertarik untuk mencampuri urusan politik.
Karenanya, ia hanya mendengar saja dan tidak tertarik untuk menghubungi. Tapi
sekarang, setelah bertemu dengan Kwang Tan, justeru ia jadi ingin sekali
membantu Bengkauw, ia malah hendak menyumbangkan sisa usia tuanya itu untuk
dapat menyumbang tenaganya untuk keperluan Bengkauw.
Dengan demikian juga, pasti ia sahabat2nya, semuanya akan menggabungkan demikian
akan akan mengerahkan di ajaknya buat diri dengan Beng kauw. Tentu dengan membuat mereka gembira
sekali, bisa melaksanakan tugas suci, berjuang untuk menumpas raja lalim dan juga membela
kepentingan rakyat jelata!
Bin Tian Ong sendiri, memang juga mengungkapkan jika sebelumnya ia akan
mengundurkan diri sebab tawar melihat para tentara kerajaan yang bertindak sewenang2, dan ia tawar juga- untuk ikut terjun dalam dunia persilatan, maka ia
ingin menyimpan senjata namun sekarang, justeru
semangatnya telah timbul lagi untuk membantu perjuangan Bengkauw.
Begitulah, dengan gembira sekali mereka bercakap2, semuanya telah memuji akan
kehebatan Kwang Tan. Mereka juga menyatakan perasaan kagum, karena mereka telah
lama sekali mendengar akan kehebatan Thio Bu Kie,
Kauwcu Bengkauw itu. Mereka ingin sekali bertemu dengan Kauwcu Bengkauw
Pertemuan Di Kotaraja 10 Pendekar Bayangan Sukma 19 Munculnya Si Pamungkas Menumpas Bergola Ijo 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama