Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 23

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 23


"Hemmm!" yang sebentar di sebelah utara, barat, pindah ke selatan dan timur.
"Baiklah?" disusul kemudian dengan suara itu yang
bicara dengan nada yang dingin "Aku ingin melihat apakah memang benar engkau
memiliki nyali macan dan hati biruang.
Membarengi dengan perkataan itu tampak melangkah keluar perlahan2 dari balik
belahan batu yang bergeser
dengan sendirinya. Batu itu yang semula tampaknya seperti dinding telah bergeser
dan merupakan pintu. Dari dalamnya melangkah keluar seorang laki-laki tua, mungkin usianya sudah
seratus tahun lebih, karena jenggotnya yang tumbuh sampai ujungnya menjuntai
ketanah. Tubuhnya kurus kering, jalannya pun telah lemah dan gontai sekali, tidak tegap.
Malah, tangannya memegang sepasang tongkat, Tongkat yang ditangan kiri lebih
pendek dari tongkat ditangan kanannya, Kedua tongkat itu terbuat dari ranting
pohon. Untuk jalan saja sudah sulit, bagaimana mungkin orang ini bisa memiliki
kepandaian yang tinggi yang begitu ditakuti oleh Thong Hok.
Akan tetapi mengingat bahwa orang tersebut memiliki sinkang yang tinggi, dimana
telah berhasil untuk memindah-mindahkan suaranya, yang sebentar terdengar di
sebelah timur, di barat, di utara dan di selatan, rupanya dia pun bukan seorang
yang mudah untuk dihadapi.
Kwang Tan berdiri dengan sikap bersiap sedia.
Orang tua itu tidak menyerang, dia hanya berdiri dengan matanya yang cekung
memancarkan sinar sangat tajam sekali mengawasi Kwang Tan, kemudian Mi Liang
Tojin, lalu Lian Ke Lin yang berada dalam gendong an Mi Liang Tojin.
"Hemmm, kalian memang benar-benar sudah bosan hidup!" katanya dingin. "Maaf kami
tidak bermusuhan dengan locianpwe, kami hanya kebetulan lewat disini ! Tapi
mengapa justeru locianpwe perintahkan Thong Locianpwe agar membunuh kami"!"
berani sekali Kwang Tan bertanya seperti itu
kepada orang tua tersebut.
Bola mata orang tua itu berputar. "Seumur hidupku, belum pernah ada orang yang
berani begitu lancang menegurku! Baiklah! Baiklah! jika memang
demikian, kami akan segera membereskan kau !" Dan setelah berkata begitu, orang
tua yang tampaknya seperti sudah mau masuk lobang kubur itu,menoleh kepada Thong
Hok katanya dengan suara yang dingin:
"Thong Hok!" -ooo0dw0ooo Jilid 37 THONG HOK waktu itu masih berlutut, tubuhnya menggigil keras sekali, dia benarbenar ketakutan. "Ya, ya, loya "!" sahutnya dengan suara yang menggigil. "Bereskan mereka ?"
"Loya "!" "Kau mulai pandai membangkang. Atau memang hukumanmu hendak ditambah ?" "Loya...
sungguh Loya, Thong Hok bukan seorang yang beruntung, sehingga tidak bisa
melakukan tugas yang diberikan Loya dengan sebaik-baiknya... ampunilah Loya,
bunuhlah Thong Hok !"
Bola mata orang tua itu memancarkan sinar yang tajam, kemudian telah mendengus
lagi, "Hemm!" dia baru kemudian bilang: "Kau tidak boleh mati !"
"Loya !" Thong Hok seperti hendak menangis
"Hmmm" kau tidak akan mati, Thong Hok..! kata orang tua itu tambah dingin nada
suaranya. Benar-benar Thong Hok ketakutan.
Semua orang yang melihat ini jadi bingung sekali, mengapa Thong Hok di bilang
tidak akan mati, malah dia jadi ketakutan hebat seperti itu "
Tengah semua orang merasa bingung dan heran, tampak Thong Hok tidak hentinya
mengangguk-anggukkan kepalanya membenturkan keningnya pada tanah.
"Ampunilah Loya.... Thong Hok rela dan ikhlas, sangat berterima kasih dan
bersyukur jika memang Loya mau menghukum mati kepada Thong Hok, tolonglah
Loya !" Tapi orang tua itu menggeleng.
"Jika engkau bisa menghadapi mereka, barulah di waktu itu kau akan mati, Thong
Hok !" kata orang tua itu.
Melihat permohonannya tidak dipenuhi juga, maka akhirnya Thong Hok jadi nekad.
"Baiklah Loya ! Thong Hok akan mencobanya !" katanya sambil bingung. Didalam
hatinya dia telah berpikir, jika dia di hukum
oleh orang tua yang dipanggilnya dengan sebutan Loya itu. tentu dia akan
menderita hebat sekali, maka dia lebih senang memilih mati.
Dan jika ia mencoba untuk membunuh Kwang Tan bertiga, kemungkinan besar ia pun
akan mati. Karena dari itu, akhirnya dia nekad, Dia menghampiri Kwang Tan.
"Maafkanlah !" katanya dengan suara yang serak. "Aku terpaksa harus membunuh
kalian !" Berbareng dengan perkataannya itu, dengan muka yang pucat seperti
mayat, tampak Thong Hok menggerakkan tangannya hendak menyerang Kwang Tan.
Sebagai seorang pemuda yang cerdas, seketika Kwang Tan menduga, didalam urusan
ini pasti terdapat urusan yang sangat hebat sekali yang telah membuat Thong Hok
jadi ketakutan bukan main kepada orang tua itu.
"Tahan !" berseru Kwang Tan.
Tapi Thong Hok telah menyerang terus kepadanya.
Kwang Tan menghindarkan serangan itu, dan kakinya segera menyepak, dia menendang
jalan darah Pu-ih-hiat dipundak Thong Hok, seketika Thong Hok mengeluh dan
terkulai rubuh bergulingan ditanah, dia tidak bisa bergerak lagi. pingsan tidak
sadarkan diri. Bukan main marahnya Kwang Tan. "Manusia iblis!" memaki Kwang Tan. "Kau memaksa
orang agar mati dengan cara seperti itu! Dia telah terluka didalam yang parah
sekali, kalau memang dia mempergunakan tenaga berlebihan, pasti dia akan menemui kematiannya!"
Bola mata orang tua itu berputar-putar, dengan bengis dia bilang: "Bagus !
sekarang kau memang harus berurusan langsung denganku ! Nah, kau terimalah ini!"
Sambil berkata begitu, tangan kirinya memindahkan tongkatnya ke tangan kanan
kiri itu merogoh sakunya, tahu2 ia mengeluarkan seuntai tambang yang dibuat dari
serat pohon. Kwang Tan tidak mengerti entah apa yang hendak dilakukan orang tua itu dengan
talinya. "Nah, kau terimalah !" kata orang tua itu sambil melontarkan tambangnya itu.
Tambang itu melesat melingkar-lingkar akan menjerat dan mengikat Kwang Tan.
Terkejut Kwang Tan dibuatnya. Segera ia menyadari tambang itu menyambar
kepadanya dengan disertai tenaga lwekang, segera juga, dengan sebat Kwang Tan
menghindar. Tapi tambang itu seperti memiliki mata, seperti seekor ular, telah meluncur
menyambarnya lagi. Dikala itu Kwang Tan melihat bahwa tambang itu tentunya
dikuasai oleh suatu mengempos semangatnya, dan
kekuatan ilmu hitam, ia tahu-tahu sebat sekali ia telah menangkap ujung tambang itu.
Tambang itu meronta kuat sekali.
Kwang Tan memegangnya sangat kuat, dia juga telah mencekal ujung lainnya lagi
tambang itu. Lama juga tambang dan manusia seperti berkutatan, mendadak tambang ditangan
Kwang Tan berobah, menjadi seekor ular! Licin sekali.
Hampir Kwang Tan mengeluarkan seruan kaget, dia hampir melepaskan cekalannya,
untung saja dia segera ingat, bahwa ini adalah semacam ilmu sihir belaka, maka
dia mencekal terus dengan kuat, kepala ular jadi2an dengan tangan kanannya,
sedangkan ekor ular jadi-jadian dengan tangannya yang lain.
Di waktu itu tampak Kwang Tan pun mengempos sinkangnya, dia kemudian melontarkan
ular jadi-jadian itu ketengah udara, lalu dia mengeluarkan ilmu Pukulan
Gunturnya. "Bukkk!" Ular itu kesambar Pukulan Guntur Kwang Tan. seketika tambang itu
menjadi hangus. Ular jadi-jadian itu lenyap dan berobah menjadi seutas tambang
yang telah hangus terbakar !
Orang tua itu membuka matanya lebar2.
"Hemmm, kau cukup lihay juga !" katanya. Dan katakatanya itu belum lagi selesai
dia telah mengibaskan tangannya. Tahu-tahu dari balik batu itu meraung seekor
harimau yang segera menerjang kepada Kwang Tan.
Diterkam harimau yang ganas seperti itu, yang tingginya setinggi manusia, Kwang
Tan cepat mencelat mengelakkan diri. Dia berulang kali mengelakkan diri, Dan
diwaktu itu, ia telah memegang leher harimau tersebut.
Akan tetapi harimau itu memiliki tenaga yang sangat kuat sekali, karena itu
Kwang Tan tidak kuat buat memegangi leher harimau tersebut terus menerus.
Tiba2 Kwang Tan menyambar sepasang kedua tangannya, Dia menariknya kuat-kuat.
Harimau itu meronta, tapi kepalanya terangkat naik keatas, maka membarengi
dengan itu, kepalan tangan kanan Kwang Tan menghantam telak sekali batok
kepalanya. Harimau itu meraung, batok kepalanya seketika hancur berantakan.
Tapi waktu Kwang Tan melepaskan harimau itu, sehingga bangkai harimau itu
menggeletak di tanah, dan bangkai binatang buas itu mengeluarkan asap yang
tebal. Seketika lenyap bangkai harimau, dan menjelma menjadi tumpukan jubah belaka.
Ternyata harimau itu merupakan harimau jadi2an juga, sehingga membuat Kwang Tan
benar2 jadi heran dan takjub, karena ia sama sekali tidak pernah menyangkanya
bahwa orang tua itu pandai sekali mempergunakan ilmu hitamnya.
Di waktu itu terlihat orang tua itu, yang dua kali gagal dengan makhluk makhluk
jadi2annya, jadi penasaran dan memperoleh akal. Tahu-tahu dia telinga binatang
buas itu dengan murka sekali, sekarang dia tidak mengeluarkan binatang
jadi2annya, sepasang tongkatnya bergerak dengan berbareng.
Kwang Tan yang di serang oleh sepasang tongkat itu kaget, karena datangnya
tongkat itu begitu cepat, membuat dia tidak bisa melihatnya dengan jelas, tahu2
dia merasakan berkesiuran angin yang dingin sekali, terpisah tidak jauh dari pundaknya.
Beruntung juga Kwang Tan memang telah memperoleh petunjuk langsung dari Thio Sam
Hong, sehingga tanpa melihat, ia pun bisa mengetahui dari arah mana menyambarnya senjata lawan.
Segera ia berkelit kesanakemari.
Tidak dapat dilihat dari tubuhnya yang lemah dan tampaknya begitu gontai tidak
bersemangat, ternyata orang tua itu benar-benar memiliki kepandaian yang
menakjubkan. Karena gagal dengan serangannya pertama, dia menyusuli dengan
serangan berikutnya. Dalam waktu yang sangat singkat dia telah menikam dan menabas dengan tongkatnya
pada Kwang Tan sebanyak sepuluh jurus.
Untung saja Kwang Tan bisa mengandalkan tajamnya pendengarannya, sehingga dia selalu bisa menghindarkan diri
dari setiap serangan itu.
Semakin lama orang tua itu jadi semakin penasaran, karena walaupun
bagaimana, baru kali ini ia bertemu dengan lawan yang tangguh, yang selalu dapat
menghindarkan serangannya dengan mudah.
Yang membuat dia penasaran, justeru lawannya itu adalah seorang pemuda yang
masih belia usianya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan sendiri mengeluh didalam hatinya, Ia merasakan jika berlarut-larut
terus diserang seperti itu, ia tidak akan sanggup menghadapi orang tua itu, yang
lihay sekali sepasang tongkatnya.
Mi Liang Tojin dan Lian Kie Lin berdua, yang menyaksikan betapa Kwang Tan selalu
menghindar dari tikaman dan tabasan kedua batang tongkat orang tua itu,
menyadari bahwa Kwang Tan walaupun memang tampaknya ia selalu bisa menghindarkan
diri dari setiap serangan lawannya, tokh kenyataannya Kwang Tan terdesak hebat.
Kalau memang sampai hal itu berlangsung seratus jurus, satu kali Kwang Tan gagal
menghindarkan diri, dia akan rubuh ditangan orang tua itu.
Kwang Tan sendiri bukannya tidak pernah mencoba buat menyerang orang tua itu
dengan pukulan Gunturnya, tapi ilmu pukulan Gunturnya seperti tidak memberikan
faedah apa-apa padanya, karena orang itu seperti tidak terpengaruh oleh panas
itu, dia bisa menghadapi ilmu pukulan Guntur itu dengan baik sekali.
Hal ini membuat Kwang Tan bingung, ia tidak menyangka kakek tua yang tampaknya
telah begitu tua, ternyata memang sangat lihay sekali.
Pantas saja Thong Hok jadi ketakutan bukan main. Dan di waktu itu Kwang Tan
mengempos semangatnya, dimana dia berusaha untuk menyerang semakin hebat.
Tapi orang tua itu bukannya terdesak, malah semakin ganas dengan serangannya,
karena setiap kali Kwang Tan menyerangnya, maka dia akan balas menyerang
bertambah hebat. Tenaga serangan mereka juga bertambah hebat, terutama sekali orang tua itu.
Kwang Tan sendiri merasakan betapa napasnya jadi sesak, dan dia sulit bernapas,
karena tongkat dari kakek tua itu yang menyerangnya demikian gencar.
Mi Liang Tojin telah memandang dengan berkuatir, karena ia merasa yakin
bahwa Kwang Tan akan dapat dirubuhkan oleh orang tua itu. Akhirnya ia jadi tidak
sabar lagi, karena ia menyadarinya tidak mungkin dia bisa berdiam diri terlebih
lama pula, ia segera bilang kepada Lian Kie Lin: "Kau diam dulu disitu, aku
ingin membantunya!" "Ya !" menyahuti Lian Kie Lin sambil mengangguk dan turun dari gendongan Mi
Liang Tojin, ia juga telah rebahkan diri dibawah sebatang pohon, dekat Thong
Hok, yang waktu itu hanya memandang dengan bola mata bergerak-gerak ketakutan,
tanpa bisa bergerak, karena
masih tertotok. Baru saja dia tersadar dari pingsannya.
Mi Liang Tojin tanpa membuang waktu segera melompat menyerang kepada orang tua
itu. Apa yang dilakukannya sangat cepat dan kuat sekali, karena ia bermaksud untuk
sekali menyerang bisa mendesak orang tua itu, guna memberikan kesempatan
bernapas kepada Kwang Tan.
Tapi bukan main kagetnya Mi Liang Tojin, sebab disaat itu tongkat ditangan kanan
orang tua itu mengibas. "Breeetttt !" baju di dada dari Mi Liang Tojin telah tergores robek,semangat
Tojin itu terasa terbang meninggalkan tubuhnya, ia kaget tidak kepalang.
Jika tadi ujung tongkat itu lebih dalam lagi menggores, bukankah kulit dadanya
telah tergores dan itu berarti dia sudah menemui ajalnya"
Karena berpikir seperti itu, Mi Liang To jin untuk sejenak lamanya telah berdiam
diri tertegun tanpa maju menyerang lagi.
Kwang Tan sendiri tetap di desak tidak hentinya oleh orang tua itu, Sudah lewat
dua puluh jurus lagi, tapi orang tua itu masih tidak bisa merubuhkan Kwang Tan.
Hal ini menambah perasaan mendongkol dan penasarannya, serangannya semakin lama
semakin hebat. Kwang Tan sendiri sudah mulai tidak bisa memberikan perlawanan,
beberapa kali dia hampir terserang, beruntung
dia masih bisa mengempos semangat dan tenaganya, sehingga dia tidak sampai
terserang. Diwaktu itu, Kwang Tan sendiri mengeluh didalam hatinya, dia yakin dalam
beberapa jurus lagi dia akan rubuh, semangatnya telah berkurang banyak,
sedangkan serangan orang toa itu secepat kilat dan sulit diikuti pandangan matanya. Itulah disebabkan selain
sinkang siorang tua itu telah mahir sekali, juga ilmu tongkatnya memang benarbenar sempurna. Orang tua itu mengeluarkan suara yang aneh, tahu2 sepasang tongkatnya telah
meluncur bertubi-tubi mendesak Kwang Tan.
Kali ini benar-benar Kwang Tan sudah tidak berdaya dan sulit menghindarkan diri.
Salah satu tongkat dari orang tua itu meluncur cepat sekali akan menikam
dadanya, pada jurusan jantungnya. Kwang Tan memang melihat serangan itu tapi dia
tengah dilibat oleh tongkat si kakek yang satunya, maka dia tidak berdaya dan
tidak memiliki kesempatan buat menghindar diri.
"Habislah aku." mengeluh Kwang Tan didalam hatinya, karena segera ia menyadari
sudah tidak ada harapan baginya untuk menghindarkan diri.
Mi Liang Tojin yang melihat ini jadi nekad. Tanpa memperdulikan keselamatan
dirinya, dia telah melompat menerjang tangannya.
Dalam sambil mengayunkan sepasang telapak keadaan seperti itu, di mana jiwa dan
keselamatan Kwang Tan terancam, tiba2 terdengar suara seruling yang lembut dan
perlahan namun terdengar jelas. Mendadak tubuh kakek tua itu seperti menjadi
kaku dan kejang, tongkatnya terhenti meluncur di tengah udara.
Kwang Tan mempergunakan kesempatan yang hanya beberapa detik itu buat melompat
mundur, Muka Kwang Tan agak pucat, dia memburu keras sekali pada pernapasannya,
dadanya juga tergoncang, nyaris ia disate oleh tongkat orang tua itu.
Dikala itu tampak orang tua tersebut seperti linglung, ia berdiri tertegun di
tempatnya mendengarkan suara seruling itu, yang terdengar semakin dekat.
Kwang Tan menghapus keringatnya, ia mengenali itulah suara serulingnya Ya Ya le.
Tapi mengapa orang tua ini jadi tertegun begitu, seperti orang linglung begitu
mendengar suara seruling Ya Ya le, wanita mesum dan cabul itu"
Tengah Kwang Tan terheran-heran, Mo Liang Tojin telah melompat menghampirinya.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Laote, apakah engkau tidak apa-apa"!" tanyanya dengan suara yang mengandung
kekuatiran. Kwang Tan menggeleng. "Tidak..." sahutnya pendek. karena Kwang Tan sendiri seperti masih dikuasai oleh
perasaan bingungnya. Suara seruling Ya Ya le terdengar semakin dekat juga,
sedangkan kakek tua yang lihay itu semakin bingung dan tampaknya semakin
linglung, sepasang tangannya lemas memegangi tongkatnya, tubuhnya keringat
mengucur keluar dari juga menggigil keras,
sekujur tubuhnya, ia memandang jelalatan kesana-kemari. bola matanya buas sekali memandang bingung
sekelilingnya. Tidak lama kemudian tampak muncul Ya Ya le, wanita yang bertelanjang itu dengan
meniup serulingnya, sikapnya agung dan cantik sekali, dengan rambutnya yang
panjang di biarkan tergerai turun dibahunya.
Kwang Tan berdiri dengan kepala tertunduk dalamdalam, dia tidak mau melihat
pemandangan yang memuakkan dan memalukan itu, karena wanita cantik yang
bertelanjang tidak tahu malu itu sama sekali tidak mau menyembunyikan apa yang
seharusnya tidak boleh dilihat orang lain.
Yang aneh sekali adalah kakek tua itu. Dia berdiri linglung dengan bola mata
bergerak-gerak, malah napasnya memburu keras sekali.
Ya Ya Ie telah datang mendekat, masih meniup serulingnya. Akhirnya, kakek tua
itu telah menekuk kedua lututnya, keringat dingin lelah mengucur keluar dari
sekujur tubuhnya. "Ampun . . . ampunilah aku, aku tidak sanggup!" bilang kakek tua yang tangguh
itu dengan suara yang serak dan juga tergagap.
Hal ini benar-benar membingungkan Kwang Tan dan yang lainnya. Kepandaian Ya Ya
le berada dibawah kepandaian kakek tua itu beberapa tingkat, Kwang Tan sendiri yang pernah
bertempur dengan Ya Ya le mengetahui bahwa Ya Ya le bukanlah lawan yang terlalu
tangguh baginya, sedangkan kakek tua itu malah memiliki kepandaian yang luar
biasa tangguhnya. Tapi mengapa justeru sekarang tampaknya kakek tua itu tidak berdaya terhadap Ya
Ya le, ia begitu kebingungan dan juga telah berlutut seperti itu"
Bukankah jika memang ia mau, tentu dengan mudah ia bisa merobohkan Ya Ya le"
Karena itu, Kwang Tan dan Mi Liang To jin jadi memandang dengan mata yang
terbuka lebar. Kakek tua tersebut telah berlutut dengan keringat dingin masih
mengucur deras. Disamping mukanya tampak pucat dan kebingungan.
Diwaktu itu, tampak kakek ini juga telah menganggukan kepalanya, "jika kau ingin
membunuhku, bunuhlah, tapi engkau jangan memaksa aku, aku tidak sanggup.
sungguh, aku tidak sanggup....!"
Suara kakek tua itu memelas sekali, seperti ingin menangis, bagaikan wanita
cantik yang bertelanjang ini sambil meniup seruling, adalah makhluk yang benar
benar tidak dapat dihadapinya, sehingga ia jadi kebingungan dan malah rela untuk
menerima kematian ditangan wanita tersebut!
Tentu saja hal ini menambah bingungnya Kwang Tan dan Mi Liang Tojin. Walau pun
bagaimana, tentu saja kakek tua itu dapat saja membunuh wanita itu, mengapa
tampaknya ia begitu tidak berdaya"
Ya Ya le melangkah perlahan-lahan sambil meniup serulingnya, dan ia pun memang
terus juga membawa sikap yang anggun dan menghampiri kakek tua tersebut, hanya
matanya yang tampak memancarkan sinar yang tajam.
Setelah menghampiri dekat, tampak Ya Ya le menurunkan serulingnya. ia berhenti
meniup serulingnya tersebut. Dengan suara yang nyaring ia bilang: "Dengan
demikian engkau lebih rela mati" Bukankah lebih baik kau memenuhi ke tiga
permintaanku itu?""
Kakek tua tersebut masih berlutut, tampak wajahnya memancarkan perasaannya yang
susah. "Dengarlah... aku... aku lebih rela mati...!" kata kakek tua tersebut,
"permintaanmu terlalu sulit buat kulaksanakan!"
Muka Ya memancarkan Ya le berobah, tapi itu hanya sejenak. kemarahan walaupun ia dalam
keadaan gusar dan marah, namun tetap saja wajahnya itu cantik sekali.
"Hemmm, engkau keras kepala! Jika demikian, baiklah! Untuk mati, hemmm,
kutegaskan di sini buat yang terakhir kali bagimu tidak mudah! Aku ingin
melihat, apakah dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, engkau tetap bisa menyebut dirimu
sebagai laki-laki." Mendengar perkataan Ya Ya Ie seperti itu, tampak kakek tua tersebut jadi gugup
dan juga bingung sekali, dimana ia telah berkata dengan tergagap:
"Jangan....oooh, apakah
engkau tidak berkasihan kepadaku" Apakah engkau hendak melihat aku menderita
terus?" Ya Ya le mendengus. "Engkau yang berkepala batu....aku telah memberikan kepadamu sendiri. Di
keringanan, tapi engkau mencari penyakit
samping itu memang engkau tidak mau memenuhi ketiga syaratku itu, padahal ketiga
permintaanku itu sangat mudah dilaksanakan... Rupanya engkau telah lupa untuk
masa2 manis kita...!"
Sambil berkata suara Ya Ya le semakin lama terdengar jadi semakin menyedihkan,
ia berkata2 seperti hendak menangis, suaranya juga semakin perlahan, serulingnya
per lahan2 diangkatnya didekatkan kepada mulutnya, bibirnya yang mungil dan
bagus bentuknya itu, mulai meniup serulingnya.
Kakek tua itu tambah gugup dan kebingungan, ia berseru: "Jangan....ooohhh
jangan... aku....aku....!" Tapi Ya Ya le tidak memperdulikan sikap kakek tua
tersebut, ia meniup terus serulingnya. Suara irama seruling itu mengalun
bagaikan tangisan seorang gadis yang tengah patah hati, begitu menyayatkan hati.
Perlahan, tapi memiliki kekuatan mistik. Benar-benar membuat kakek tua tersebut
jadi kelabakan dan kebingungan dan muram sekali, tubuhnya menggigil, ia merasa
lemas tidak berdaya, seperti ingin menangis, karena
semakin lama suara irama seruling itu mempengaruhinya, dimana irama seruling itu
seperti juga menyayat-nyayat hatinya.
Di waktu seperti itu suara irama seruling semakin sendhu, bagaikan seorang gadis
yang tengah merindukan kekasihnya, yang haus akan belai kasih sayang, juga yang
merindukan akan kejantanan seorang laki-laki.
Kakek tua tersebut telah berlutut dengan tubuh membungkuk ia sudah tidak bisa
menahan hatinya ia menangis. inilah luar biasa!
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin melihatnya. kakek tua tersebut memiliki lwekang
yang sangat tinggi, tentu saja ia bisa mempergunakan sinkangnya buat membendung
irama seruling itu agar tidak menguasai perasaan dan hatinya.
Namun, mengapa justeru sekarang yang terlihat malah
sebaliknya, irama seruling yang di tiup oleh Ya Ya le telah berhasil
menguasainya sehingga membuat kakek tua tersebut jadi berlutut dan menangis
begitu sedih. Yang membuat Kwang Tan dan Mi Liang Tojin tambah bingung dan heran, sambil
menangis dan berlutut seperti
itu, kakek tua itupun selalu berkata: "Aku tidak sanggup, sayang maafkanlah...
aku tidak sanggup ...ooohh, apa yang harus kulakukan... sungguh merupakan hal
yang sangat memalukan sekali, tapi sungguh aku tidak sanggup...aku tidak berdaya
sayang ...aduhhh, mengapa aku harus demikian lemah" Mengapa" Mengapa aku tidak
sanggup melakukannya...ooohh sayang, kau boleh melakukannya dengan orang lain, aku tidak
akan marah, aku rela kau melakukannya...ooohhh. aku tidak sanggup, aku tahu
engkau sangat membutuhkannya...aduhh. ohhh. janganlah memaksa aku."
Benar-benar Kwang Tan dan Mi Liang Tojin jadi bengong mengawasi sikap dan
kelakuan dari kakek tua tersebut, mereka sampai berdiri terpaku saja.
Ya Ya le masih terus meniup serulingnya dan irama seruling itu semakin lama
semakin sendu dan perlahan, menambah romantis irama seruling itu, juga
menyayatkan hati, seperti didalam nada yang begitu perlahan dan lembut, romantis
dan sendhu, terdapat juga penasaran, perasaan kecewa, perasaan merasa berang dan
juga berbagai macam perasaan lainnya, di samping memang perasaan akan kekecewaan
dari seorang wanita yang tidak terpenuhi hasratnya!
Kakek tua itu menangis semakin lama semakin hebat diliputi penyesalan yang bukan
main, suara tangisannya begitu memilukan, mengandung kekecewaan dan juga
penyesalan yang luar biasa.
Suara seruling sampai akhirnya Ya Ya le masih terus mengalunnya, setelah meniup beberapa saat
lagi serulingnya itu, Ya Ya le menurunkan serulingnya berhenti meniupnya.
"Apakah engkau tetap tidak mau memenuhi permintaanku" Hanya tiga permintaan
saja..."!" Tanya Ya Ya le dengan suara yang merdu dan wajah yang cantik sekali,
matanya memancarkan sinar yang sangat sendu dengan pancaran yang mesra sekali.
Justeru sikap yang diperlihatkan oleh Ya Ya Ie membuat kakek tua itu tambah
bingung dan ketakutan, malah ia pun telah berulang kali menggelengkan kepalanya,
sambil terus menangis, ia pun terus sesambatan: "Tidak dapat kulakukan . . . kau
bunuhlah! Bunuhlah " Aku tidak kuat menanggung ini semua . ."
Ya Ya Ie tertawa tawar. "Kau benar-benar keras kepala. Aku cuma meminta tidak banyak dari kau, hanya
tiga permintaan, tapi engkau benarbenar hendak bersengsara . . . !" Sambil
berkata begitu ia mengangkat kembali serulingnya, dimana ia hendak meniupnya
lagi. "Tahan . . !" mencegah kakek tua tersebut.
menyanggupi ketiga yang membuat aku Ya Ya Ie menahan serulingnya. "Apakah engkau
bersedia permintaanku itu" Hemm, siapa menjadi bertelanjang ini setiap hari" Kau ! Siapa
yang telah mengecewakan hatiku" Kau! Siapa yang telah menghancurkan
kebahagianku, telah membuat aku jadi manusia seperti ini, yang haus akan sek dan
ingin laki2 " Kau ! Karena itu, dosa kau terlalu berat ! sekarang buat menebus
segalanya dengan hanya memenuhi ketiga permintaanku saja engkau tidak mau !
inilah keterlaluan sekali. Baiklah, engkau akan mati per-lahan2, kau pasti akan mati, tapi dengan
demikian engkau harus melewati dulu masa penyesalan engkau !"
"Tapi.... kau tidak boleh mempersalahkan keseluruhannya kepadaku .... kau
tahu.... kau tentu tahu... bahwa aku telah berusia lanjut. kau tentu
mengerti.... aku sudah tua.... engkau tidak bisa mempersalahkan keseluruhannya
kepadaku....!" Menyedihkan sekali suara kakek tua tersebut.
Ya Ya Ie tertawa dingin. "Hemmm. kau hendak memungkiri akan kesalahanmu "!" tanyanya dengan suara yang
tawar. Kemudian Ya Ya Ie tertawa, suara tertawanya bukan suara tertawa
mengandung kemarahan melainkan tertawa yang merdu sekali, mesra dan lembut penuh
kasih sayang, dambaan seorang wanita terhadap kekasihnya.
Tubuh kakek tua tersebut menggigil, tampaknya ia terpengaruh oleh tertawa
tersebut, mukanya guram sekali memperlihatkan penyesalan yang bukan main.
Sedangkan Ya Ya le telah meneruskan perkataannya: "Hemm, dulu engkau yang
membujukku, engkau yang berusaha menguasai diriku! Tapi setelah menjadi milikmu,
aku disia2kan, bagaikan aku ini hanyalah barang yang sudah tidak berarti lagi...
engkau tidak berdaya untuk melakukan apapun juga.!"
Tubuh kakek tua itu tambah menggigil, sampai akhirnya ia bilang dengan suara
tersendat "Ya, aku yang bersalah... memang aku yang bersalah."
"Hemm, jadi kau sekarang mengakui akan kesalahanmu "!" tanya Ya Ya le dengan
suara yang dingin. Kakek tua tersebut mengangguk.
"Ya!" katanya lesu, tubuhnya masih menggigil. "Memang kuakui... memang kuakui.,
aku yang bersalah !" "Hemm, tentunya kau menyesal, bukan"!" tanya Ya Ya Ie,
sambil bertanya seperti itu, ia memasang aksi yang menggiurkan sekali buat
seorang laki-laki. "Ya... aku... aku menyesali mengapa aku justeru tidak berdaya termakan oleh usia
tua!" suara kakek tua itu mengandung penyesalan yang besar.
Di saat itu, tampak Ya Ya le tertawa dingin, katanya dengan suara yang tawar:
"Jika memang engkau menyesal, lalu mengapa engkau tidak mau memenuhi akan
permintaanku, hanya tiga permintaan itu "!"
Kakek tua tersebut menggigil lagi, dia menunduk tidak menyahuti pertanyaan Ya Ya
le. "Mengapa engkau diam saja.... katakanlah . mengapa engkau berdiam diri
saja "!" tanya Ya Ya le dengan sikap mendesak, matanya memandang tajam.
"Tentu saja... semua itu ... diluar dari kesanggupanku ... karena memang aku
tidak berdaya melawan usia tua..." menyahuti kakek tua tersebut pada akhirnya.
"Hemm, jika demikian, mengapa dulu, engkau
mengatakan bahwa engkau memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan yakin bahwa
engkaulah satu2nya laki2 yang paling tangguh" Kenyataannya" Engkau hanya seorang
laki2 tua yang telah mensia-siakan kehidupan dan penghidupanku yang sampai
terjadi demikian! Selama engkau belum memenuhi atas tiga permintaanku, sebelum
engkau menyesali sungguh-sungguh akan perbuatanmu,
biarlah aku tetap bertelanjang seperti ini...!"
Dan Ya Ya le mengabarkan suara seruan yang lirih, suara seruan itu terdengar
sangat panjang sekali, seperti suara tertawa, tapi bukannya tertawa, seperti
menangis tapi bukan menangis.
Begitu aneh suaranya, dan tubuh kakek tua itu menggigil sangat keras sekali.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin yang melihat kejadian ini, benar2 heran tidak
mengerti. "Hemm, tampaknya diantara mereka memang terdapat sesuatu hubungan pada
sebelumnya....:" menggumam Mi Liang Tojin dengan suara perlahan
Kwang Tang mengangguk. "Benar !" ia menyahuti dengan suara yang perlahan juga, "Jika tidak, tentu
dengan mudah kakek tua itu dapat saja merubuhkan Ya Ya Ie dan
membinasakannya..., tapi yang aneh sekali. tampaknya ia begitu ketakutan dan
benar2 tidak berdaya terhadap Ya Ya le.!"
Mi Liang Tojin menghela napas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentunya diantara mereka terdapat hubungan yang sangat memalukan.,.!" menggumam
tojin cebol tu. Waktu itu, tampak Ya Ya Ie telah bertanya dengan sikap yang
bengis, sikapnya juga jadi bersungguh2: "Sekarang engkau katakan, engkau
bersedia atau tidak memenuhi atas ketiga permintaanku itu "!"
Kakek tua itu berdiam diri saja. Diam, dengan kepala tertunduk dalam-dalam.
"Jika memang engkau tidak mau memenuhi ketiga permintaanku itu, engkau akan
menyesal seumur hidup, dan penyesalan itu tetap akan menghantui dirimu, aku akan
membuat dirimu mati per-lahan2 dengan segala penyesalanmu itu!" mengancam Ya Ya
le, yang kemudian memperdengarkan suara tertawa dingin.
Kakek tua itu mengangkat kepalanya, menatap Ya Ya Ie dengan sinar mata yang
guram. "Ketiga permintaanmu itu sangat berat sekali kupenuhi... karena semuanya
merupakan permintaan yang benar-benar sulit buat kulaksanakan !"
"Soal sulit atau tidak dilaksanakan itu terserah nanti
dalam pelaksananya.... yang terpenting, apakah dari hatimu terdapat kesungguhan
buat memenuhi ketiga permintaanku itu..." kata Ya Ya Ie dingin.
Kakek tua itu ragu-ragu. "Ketiga permintaanku itu tetap tidak akan berobah....!" kata Ya Ya Ie kemudian.
"Dan tidak ada sedikit perobahan pun juga pada ketiga.. Terserah kepadamu,
kukira waktu yang kuberikan, selama tiga tahun ini, telah lebih dari cukup untuk
kau memikirkan masak-masak ketiga permintaanku itu."
Kakek tua itu terdiam, sampai akhirnya ia menggumam, "Permintaan pertama adalah
mewarisi seluruh kepandaianku kepadamu" tidak boleh satu jurus pun yang
tertinggal !" "Tepat !" Ya Ya le kemudian dengan menganggukkan kepalanya, wajahnya berseriseri. "Memang begitulah bunyinya permintaanku yang pertama !"
"Permintaan yang kedua, aku kepadamu, seumur hidupku, harus pekerjaan atas
perintahmu, guna harus menghamba melakukan banyak
menguasai rimba persilatan. Satu patah pun aku tidak boleh membantah dan
harus dapat mendukung engkau sebagai pemimpin rimba persilatan !" kata kakek tua
itu, seperti menggumam dengan mata memandang jauh dan kosong bersinar guram.
"Tidak salah !" berseru Ya Ya Ie. "Itulah bunyinya permintaanku yang kedua. "Dan
juga, engkau pun mengetahui bahwa tidak ada sepatah kata pun yang berobah lagi, sebelum engkau
menyanggupi kesengsaraan hebat akan selalu membayangi dirimu...!"
Kakek tua itu menghela napas, Dia berdiam saja.
"Kau belum lagi menyebutkan tentang permintaanku yang ketiga...!" kata Ya Ya le
dengan suara yang dingin dan sikap yang tawar, mukanya yang cantik
memperlihatkan keangkuhan yang sangat.
Kakek tua itu mengangkat kepalanya, ia menghela napas dalam-dalam. "Mengenai
permintaanmu yang ketiga itu... inilah yang membuat aku sulit buat memenuhinya,
terlalu sulit..!" Suara kakek tua itu serak dan tubuhnya menggigil.
"MENGAPA sulit " Bukankah permintaan ku yang ketiga itu pun merupakan permintaan
yang sangat mudah " Hemmm, engkau saja yang terlalu jual lagak! Apa bunyinya
permintaanku yang ketiga itu sehingga engkau mengatakannya merupakan sesuatu
yang sulit buat engkau"!" Suara Ya Ya le terdengar meninggi.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek tua tersebut berdiam diri beberapa saat, dan ia pun tampak jadi canggung
sekali buat mengucapkannya. "Untuk menyebutkan saja pun permintaanku yang ketiga
itu engkau merasa sulit"!" tanya Ya Ya le dengan suara yang dingin.
Kakek tua tersebut menghela napas dalam-dalam, guram sekali wajahnya.
"Permintaanmu yang ketiga itu adalah... aku harus mencarikan sebanyak-banyaknya
pemuda gagah yang kuatkuat untuk dipersembahkan kepadamu.... untuk menjadi....
menjadi permainanmu !" akhirnya kakek tua tersebut menyahuti juga.
Ya Ya Ie tertawa, merdu sekali suara tertawanya itu. "Mudah saja kau
melakukannya bukan, karena engkau memiliki kepandaian yang tinggi dan pemuda
mana saja yang hendak kau tangkap untuk nanti dipersembahkan
kepadaku, sangat mudah sekali, bukan ?" Tawar suara dan sikap Ya Ya Ie.
Kakek tua tersebut menghela napas, ia tidak menyahuti. Ya Ya Ie tertawa dingin.
"Kau cemburu" Hemmm... memang kau yang sudah lemah, engkau tidak bisa melakukan
kewajibanmu... justeru engkau pun tidak bersedia untuk menutupi kesalahanmu itu
dengan mencarikan pemuda-pemuda tampan gagah buat penggantimu, untuk memuaskan
dan menyenangkan hatiku! Kau sudah tidak mampu untuk memuaskan aku, mengapa kau harus cemburu "
Bukankah itu merupakan permintaan yang sangat mudah dilakukan " Aku bukan
meminta jantungmu " Aku bukan meminta batok kepalamu " Aku bukannya hendak
membunuhmu, meminta engkau membunuh diri "!"
Kakek tua itu menghela napas lagi, kepalanya tertunduk dalam-dalam, tubuhnya
menggigil, tampaknya ia bergelisah dan bingung sekali, penyesalan yang hebat
menguasai dirinya. Kwang Tan dan Mi Liang Tojin juga mengawasi saja dengan hati agak berdebar oleh
peristiwa yang aneh dan membingungkan ini. Seorang yang berkepandaian tinggi
seperti kakek tua itu, ternyata begitu tunduk dan patuh terhadap seorang wanita
yang kepandaian berada dibawah kepandaiannya.
Ya Ya Ie tertawa dingin melihat kakek itu masih berdiam diri saja, tampaknya ia
jadi tidak sabar. "Hemm, permintaan pertama kau kepandaianmu
mendukungku permintaan kedua agar aku menjadi persilatan. Lalu permintaan ketiga, engkau harus
mencarikan pemuda-pemuda tampan gagah, untuk memuaskan aku! Hem, kukira ketiga2nya permintaanku itu tidak ada yang sulit buat kau melakukan dan
melaksanakannya !" Dingin sekali suara Ya Ya Ie.
Kakek itu berdiam diri saja.
Ya Ya Ie melirik kepada Lian Kie Lin yang masih rebah menyender dibatang pohon,
ia tertawa, manis sekali tertawanya, Sambil melangkah mendekati, Ya Ya Ie
bilang: "Baiklah jika memang engkau tidak mau memenuhi ketiga permintaanku itu,
aku akan memaksa engkau mewarisi seluruh engkau harus pemimpin rimba memperkosa
gadis itu! Aku ingin mengetahui, apakah sekarang engkau telah memiliki
kepandaian yang hebat untuk memperkuat dirimu, agar engkau masih bisa disebut
sebagai seorang laki2, walaupun usiamu telah lanjut !"
Terkejut bukan main Kwang Tan dan Mi Liang Tojin mendengar perkataan Ya Ya le,
sedangkan Thong Hok yang rebah tidak berdaya hanya mengawasi saja dengan mata
terbuka lebar-lebar, karena memakluminya bahwa apa yang terjadi seperti memang
tampaknya ini sudah seringkali disaksikannya,
kakek tua itu tidak berdaya jika berhadapan dengan Ya Ya Ie.
Karena itu, Thong Hok hanya mengharapkan agar kakek tua tersebut dapat memenuhi
ketiga permintaan dari Ya Ya le, sehingga ia lebih cepat dapat dibebaskan oleh
kakek itu. Dengan begitu pula, ia tentu tidak perlu terlalu lama menderita
seperti sekarang ini. Di kala itu, Lian Kie Lin tengah mengawasi Ya Ya Ie dengan sorot mata mengandung
kemarahan bercampur takut, Marah karena wanita itu sungguh2 tidak tahu malu, di
mana ia berdiri tengah melangkah tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
Kuatir dan takut, karena ia mengetahui kepandaian Ya Ya le sangat tinggi. juga
kakek tua itu, tentunya akan berdiri di pihak Ya Ya le, berarti Kwang Tan dan Mi
Liang Tojin sulit diharapkan bisa membantunya. Gadis ini jadi takut bukan main.
Ya Ya Ie dengan muka yang dingin, sikap yang angkuh, namun wajahnya sangat
cantik sekali, melangkah terus mendekati si gadis, sikapnya tidak memperlihatkan
sikap mengancam, ia tersenyum terus dengan sikap seperti juga hendak bersahabat
dengan Lian Kie Lin. Namun gadis ini mengetahui bahwa Ya Ya Ie adalah wanita yang seperti ular
berbisa, binatang jalang yang bisa membawa bencana hebat buat dirinya.
Apalagi memang tadi telah didengarnya betapa Ya Ya le ingin melihat kakek tua
itu memperkosa dirinya ! itulah ancaman yang sangat menakutkan karena kepandaian
kakek tua tersebut sangat tinggi, belum tentu Mi Liang Tojin dan Kwang Tan bisa
melindunginya dan menghadapi kakek tua tersebut.
Karena ketakutan, maka tampak muka Lian Kie Lin pucat pias, ia telah memandangi
Ya Ya le dengan sikap yang ketakutan dan sorot mata yang berkuatir sekali.
Ya Ya le telah menghampiri dekat, ia bilang: "Hemm, sesungguhnya aku tidak mau
mengorbankan dirimu, hanya saja, di sebabkan tingkah dari kakek tidak tahu diri
itu. yang mau jual lagak, biarlah aku akan mempergunakan engkau
buat mengujinya, sampai berapa jauh ia bisa memperlihatkan dirinya sebagai
seorang laki2 !" Sambil berkata begitu, tampak ia telah mendekati lagi dan mengulurkan tangannya,
karena ia hendak mencengkeram lengan Lian Kie Lin.
Kwang Tan mengetahuinya, bahwa ia tidak boleh membuang2 waktu lagi. Demikian
juga halnya dengan Mi Liang Tojin, segera mereka berdua dengan serentak telah
melesat dan menghampiri Ya Ya Ie.
Malah Kwang Tan, belum lagi sepasang kakinya menginjak tanah, ia telah
menghantam dengan beruntun dua kali mempergunakan ilmu Pukulan Guntur!
Tenaga pukulannya itu sangat kuat sekali dan menyambar dengan
menimbulkan angin serangan yang panas bukan main, Ya Ya le memang sudah
merasakan betapa tangguhnya Kwang Tan, ilmu pukulannya itu tidak boleh dipandang
remeh. Karenanya, ia tidak berani menyambutinya, segera ia berkelit kesamping.
Kesempatan seperti itu dipergunakan Mi Liang Tojin buat menyambar tubuh dari
Lian Kie Lin, ia melakukannya dengan cepat, Cuma saja, belum lagi sepasang
tangannya itu sempat buat memanggul tubuh sigadis, ia merasakan dari belakangnya menyambar
angin serangan yang dahsyat, ia terkejut, dan segera menarik pulang kedua
tangannya, ia membalikkan tubuhnya seraya menangkis kebelakang.
"Bukk!" Tangannya saling bentur dengan tangan penyerangnya, malah yang lebih
hebat lagi, tubuh Mi Liang Tojin cebol itu terpental sampai empat tombak lebih !
Beruntung memang Mi Liang Tojin memiliki ginkang dan sinkang yang tinggi, ia
bisa meringankan tubuhnya sehingga berjumpalitan ditengah udara, sambil ia
mengempos sinkangnya, untuk mengendalikan diri dan pernapasannya, agar ia tidak
terluka didalam. Dikala itu, ia juga melihat orang yang menyerangnya tidak lain adalah kakek tua
tersebut yang tadi tengah berlutut waktu berhadapan dengan Ya Ya Ie.
Ya Ya le sendiri tertawa setelah menghindarkan diri dari pukulan Kwan Tan. ia
berseru nyaring, "Hemm, pemuda yang pertama harus engkau bekuk adalah dia !"
katanya kepada sikakek dengan tangannya seraya menunjuk Kwang Tan.
Bukan main gusarnya Kwang Tan, ia telah menduga bahwa Ya Ya le memang benar2
wanita yang tidak tahu malu dan cabul, karena mendengar ketiga macam
permintaannya terhadap kakek tua itu, segera Kwang Tan bisa menerka, bahwa apa
yang diinginkan oleh Ya Ya le,
dan semuanya ketiga permintaan tersebut merupakan permintaan yang sangat
berbahaya, bisa mengancam rimba persilatan.
Diiringi dengan bentakannya yang nyaring tubuh Kwang Tan tampak melesat dengan
gesit sekali, sepasang tangannya bergerak dengan sebat, dan ia menyerang Ya Ya
le dengan mempergunakan ilmu pukulan Gunturnya pula.
Ya Ya le dapat menghindarkan setiap serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan, ia
berusaha meniup serulingnya, karena ia bermaksud hendak menguasai Kwang Tan
dengan mempengaruhinya mempergunakan suara serulingnya.
Tapi waktu suara seruling itu mengalun, justeru tidak ada akibat apa2 buat Kwang
Tan, ia telah membuka beberapa jalan darahnya dan menyalurkan sinkangnya pada
beberapa jalan darah tertentu, dengan demikian dia tidak sampai terpengaruh oleh
irama seruling Ya Ya Ie. Kakek tua itu tengah berdiri, ia berdiam diri sejenak, sampai akhirnya ia
berkata nyaring: "Ya Ya le, baiklah, aku memenuhi permintaanmu !"
Sambil berkata begitu, tubuhnya telah melesat dengan cepat sekali, ia menubruk
kepada Kwang Tan, dimana ia bermaksud hendak membekuk Kwang Tan.
Namun Kwang Tan bisa menghindarkannya, Tadi ia telah merasakan betapa tingginya
kepandaian kakek tua itu, yang tidak boleh diremehkan, sebab tadi saja waktu ia
bertempur dengan kakek tersebut, ia hampir saja dirubuhkan dan dibinasakan oleh tongkat kakek tua itu.
Sekarang kedua tangan kakek tua itu bergerak cepat, sepasang tongkat yang di
cekalnya men-deru2 menyerang hebat sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Kwang Tan dapat menghadapinya dengan sebaik-baiknya, di samping waspada
juga memang ia berhati2 sekali, nyaris tadi dia terbunuh ditangan kakek
tersebut. Karena itu, ia telah bertempur dengan seru sekali, setiap kali ia diserang oleh
kakek tersebut, ia telah melakukan perlawanan yang gigih.
Kakek tua itu dan rupanya telah melihatnya bahwa Kwang Tan tidak mudah
dirubuhkan. Cuma saja, ia memang menang tingkat dan juga berpengalaman maka ia
bisa mendesak semakin cepat dan ketat. la sama sekali tidak
memberikan membalas kesempatan kepada Kwang Tan buat
menyerang kepadanya, setiap kali ada kesempatan, tentu ia akan mendesak hebat
pemuda itu. Yang tengah bergirang di waktu itu adalah Ya Ya Ie. ia mendengar
perkataan kakek itu, yang menyanggupi akan permintaannya, karenanya wanita cabul
ini segera tertawa bergelak-gelak.
"Ya, engkau harus menangkap pemuda itu!" katanya kemudian, "Dialah korbanku yang
pertama, yang akan dapat menyenangkan dan memuaskan hatiku..!"
Sambil berkata begitu, ia pun segera melompat buat menyerang Mi Liang Tojin
dengan seruling ditangan kanannya meluncur akan menotok beberapa jalan darah di
tubuh Mi Liang Tojin. Mi Liang Tojin telah bertekad, walaupun bagaimana ia harus melindungi Lian Kie
Lin, gadis itu yang tengah tidak berdaya harus diusahakannya agar tidak terjatuh
kedalam tangan Ya Ya le. Kalau saja Lian Kie Lin terjatuh ke tangan Ya Ya le, niscaya nasib Lian Kie Lin
akan diliputi kesulitan dan penderitaan bencana hebat akan menimpa diri gadis
ini, karena Ya Ya Ie akan melakukan sesuatu yang aneh sekali, dimana dia juga
akan berusaha memperalat gadis itu, dengan menyuruh kakek tua tersebut buat
memperkosanya. Dengan mati2an Mi Liang Tojin menghadapi setiap serangan yang dilakukan oleh
lawannya, Ya Ya le semakin lama juga jadi semakin mendongkol dan murka, karena
ia menyadarinya, jika ia berlama-lama dan tidak merubuhkan Mi Liang Tojin, hal
mana akan buruk padanya, tentu si Kakek tua itu berhasil
berakibat semakin meremehkannya. sedangkan sekarang ini justeru kakek tua
itu telah menyanggupi akan berusaha menuruti semua permintaannya dan tengah
berusaha membekuk Kwang Tan.
Dikala itu Kwang Tan merasakan dirinya terdesak hebat, dia berada dalam tekanan
yang sangat hebat oleh setiap serangan yang dilakukan oleh kakek tua itu.
Mati2an Kwang Tan mengeluarkan seluruh kepandaiannya, ia pun berusaha
mempergunakan sinkang ajaran Thio Sam Hong, dikombinasi dengan ilmu Pukulan
Gunturnya. Namun, ia tetap saja terdesak oleh kakek tua tersebut.
Rupanya memang kakek tua itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali,
sinkangnya juga telah mencapai tingkat yang sukar di tembus oleh kepandaian yang
bagaimanapun juga. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi tentu saja Kwang Tan mengetahui
akan kehebatan tenaga dalam kakek tua itu, maka ia berseru nyaring dan segera ia
menyerang secepat mungkin untuk mendahului lawannya.
Sebagai seorang lihay, kakek itu juga menyadari biar sinkangnya tinggi, namun ia
merupakan seorang yang telah lanjut usia, jika bertempur seperti itu terlalu
lama, niscaya ia yang kalah ulet dan akhirnya dia yang akan tubuh dengan
sendirinya karena keletihan.
Dilihatnya Kwang Tan menyerangnya seperti itu, maka ia berpikir inilah suatu
kesempatan yang paling baik buat
dirinya, segera juga ia mengeluarkan bentakan dan mempergunakan ilmu andalannya.
Tenaga serangan yang dilakukannya merupakan serangan yang bisa menghancurkan
sebungkah batu gunung yang besar menjadi remuk, juga merupakan hantaman yang
bisa menghancurkan tubuh manusia!
Kwang Tan melihat sambutan dari kakek tua itu, ia mengerahkan seluruh sisa
tenaganya, karena ia yakin, kali ini ia akan memperoleh perlawanan yang benar2
tidak boleh di buat main2, karenanya, dia mempergunakan seluruh kekuatannya,
ilmu pukulan Guntur di kombinasi dengan sinkang Thio Sam Hong.
"Bukkk...!" hebat sekali tenaga mereka saling bentur, di mana tampak tenaga
sinkang dari kakek tua tersebut memang lebih kuat dibandingkan dengan Kwang Tan,
karena pemuda itu sambil mengeluarkan suara keluhan panjang telah terpental satu
tombak lebih jauhnya, sedangkan kakek tua tersebut cuma terhuyung dua langkah
kebelakang. Cuma saja, biarpun kakek tua tersebut tidak terpental, tokh dia berdiri dengan
napas yang tersengal-sengal dan mukanya pucat pias, ia memang berhasil untuk
mempertahankan kuda-kuda kedua kakinya, akan tetapi dia telah terluka didalam.
Hal ini disebabkan dia memang telah mempergunakan tenaga dalamnya itu diluar
dari ukurannya, dengan demikian telah membuatnya jadi terluka didalam yang tidak
ringan, karena tenaga dalam yang dipergunakan oleh Kwang Tan pun bukan tenaga
dalam sembarangan, yaitu ilmu pukulan Guntur yang dikombinasikan dengan sinkang
yang diperoleh dari Thio Sam Hong, cakal bakal dari Bu Tong Pay, sinkang yang
murni sekali. Cuma Saja, Kwang Tan memang masih kalah latihan dan pengalaman dibandingkan oleh
kakek itu. Kakek tersebut berdiri diam terus tanpa bergerak menyerang, sedangkan
Kwang Tan, setelah terpental satu tombak, hinggap ditanah, segera mengempos
semangatnya, dia telah dapat melesat lagi ketengah udara.
Karena Kwang Tan menyadarinya bahwa kali ini merupakan kesempatan yang paling
baik baginya, kalau saja dia tidak mempergunakan kesempatan ini, maka kelak ia
akan sulit sekali memperoleh kesempatan bagus seperti itu!
Melihat Kwang Tan melesat ketengah udara dan menerjang kepada dirinya lagi,
kakek tua tersebut telah mendelik, dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Dia penasaran dan murka karena telah terluka didalam, di tangan pemuda ini. Tapi
untuk kagetnya, ketika dia mengerahkan tenaga dalamnya, dirasakannya tenaga
dalamnya itu seperti jungkir balik di dalam perutnya dan tidak bisa dikerahkan
dengan pengertian yang lurus, sedangkan tenaga serangan dari Kwang Tan, yang
menyambar dengan hebat, telah dekat sekali.
Tapi sebagai seorang kakek yang memiliki kepandaian tinggi, biarpun tenaga
dalamnya itu tidak bisa dikerahkan menurut kehendak hatinya, namun ia segera
dapat menolong dirinya dengan melakukan gerakan yang lincah, yaitu dia berputar
dua kali, tubuhnya seperti berpusing dan
sekejap mata ia telah memisahkan diri dari Kwang Tan sejauh empat tombak lebih.
Serangan Kwang Tan jatuh di tempat kosong, terdengar suara menggelegar yang
sangat dahsyat sekali, disusul dengan tanah yang buyar tergempur hebat, terbang
naik ketengah udara bertaburan.
Di saat itu Kwang Tan dengan sengit segera memutar tubuhnya, ia membarengi
menyerang lagi, ia tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun pada kakek tua itu
untuk memulihkan tenaga dalamnya.
Apa yang dilakukan oleh Kwang Tan memang akhirnya telah membuat kakek tua itu
jadi kelabakan sendiri. Tanpa dapat mengerahkan tenaga dalamnya, jelas ia tidak
berhasil untuk mengadakan perlawanan terhadap serangan yang dilakukan oleh Kwang
Tan. Sedangkan Kwang Tan melihat kesempatan yang dimilikinya masih ada, dia tidak mau
mensia-siakannya. Dia telah berulang kali menyerang dan kakek tua itu berulang
kali pula menghindarkan diri dengan cara ber pusing2 dan mengelakkan diri dari
gempuran itu dengan sangat gesit sekali, dia selalu dapat memisahkan diri dalam
jarak pemisah yang cukup jauh, yaitu tiga atau empat
tombak. Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya, ketika suatu kali ia melihat cara kakek
tua itu mengelakkan diri dengan aneh, karena setiap kali serangannya hampir
mengenai dan berhasil, di waktu itu justeru kakek tua itu berpusing dan dia terhindar dengan
segera, bahkan telah terpisah sampai empat tombak!
Sambil menyerang lagi, Kwang Tan telah memutar otak untuk mencari jurus-jurus
yang sekiranya dapat dipergunakan buat mengikat kakek tua itu, agar tidak dapat
mempergunakan cara mengelak dengan memutar tubuhnya seperti itu.
Ya Ya le yang melihat keadaan kakek tua tersebut, jadi memandang dengan mata
terbeliak, ia tengah bertempur dengan Mi Liang Tojin, karena itu, dia tidak bisa
untuk segera melompat keluar dari kalangan pertempuran guna menolongi kakek tua
tersebut.

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mi Liang Tojin yang melihat Kwang Tan kali ini bisa mendesak kakek tua tersebut,
jadi girang, karena dia tahu itulah kesempatan yang paling baik buat Kwang Tan
merubuhkan lawannya. Jika Ya Ya le sempat untuk pergi menolongi kakek tua itu, niscaya kesempatan
Kwang Tan akan lenyap, agar dapat merubuhkan kakek tua tersebut.
Maka Mi Liang Tojin telah menyerang semakin hebat,
dia hendak melibat Ya Ya le, agar tidak dapat menolongi kakek tua itu.
Ya Ya le mengerti maksud penyerangan dari Mi Liang Tojin, dia jadi marah bukan
main, dan dia telah berkata dengan suara yang sengit.
"Hemm, lebih baik kau yang dimampusi dulu!" Sambil berkata begitu, tampak
serulingnya dengan segera meluncur dengan pesat berpencar seperti menjadi tiga
seruling, karena ia mengincar tiga bagian anggota tubuh Mi Liang Tojin yang bisa
mematikan. Mi Liang Tojin tertawa dingin, ia menghadapi serangan yang dilakukan oleh
lawannya sebaik mungkin. walaupun kepandaian Ya Ya le memang berada diatas
kepandaiannya, hanya saja disebabkan perasaan girang melihat Kwang Tan telah
berhasil mendesak kakek tua itu.
Ia secara mati-matian mengerahkan seluruh kepandaiannya, untuk memberikan
perlawanan dan juga ia sama sekali tidak mau memberikan kesempatan kepada Ya Ya
le untuk pergi menolongi kakek tua itu.
Dirinya dilibat seperti itu oleh Mi Liang Tojin, membuat Ya Ya le jadi agak
bingung, karena dilihatnya bahwa kakek
tua tersebut memang telah terdesak semakin hebat juga, dan setiap serangan dari
Kwang Tan belakangan ini telah membuat kakek tua itu sulit untuk menghindarkan
diri. Selalu saja Kwang Tan dapat mendesaknya, sedangkan cara menghindarkan diri yang
dilakukan oleh kakek tua tersebut yang berpusing2 berputar dengan gesit, sudah
tidak dapat diandalkan lagi, karena Kwang Tan rupanya telah berhasil menemukan
cara menyerang yang sebaik2nya buat mengatasi kelincahan kakek tua itu.
Luka di dalam tubuh kakek tua itu semakin parah juga, karena dalam keadaan
terluka berat di dalam tubuh, dia telah mempergunakan tenaga yang berlebihan,
dengan demikian lukanya itu jadi semakin berat juga.
Sedangkan saat itu, Kwang Tan pun telah berpikir didalam hatinya: "Hemm...
dengan lukamu seperti ini tanpa diobati, tentu kelak engkau akan mampus atau
sedikitnya engkau akan terluka parah dan bercacad!"
Setelah berpikir begitu, semangat bertempur Kwang Tan jadi terbangun, segera
juga dia memperhebat setiap
serangannya. Jurus2 yang dipergunakannya merupakan jurus-jurus yang sangat hebat, ilmu Pukulan
Guntur yang dicampur dengan sinkang murni Bu Tong Pay yang telah diperolehnya
itu berhasil untuk mendesak kakek tua itu semakin hebat dan terpojokkan, sama
sekali kakek tua itu tidak memiliki kesempatan lagi buat menghindar atau
mengelakkan diri, Dia dua kali telah kena di serang tubuhnya sampai terpental
keras. Pada kedua kalinya Kwang Tan berhasil itu menyerang kakek tua itu, membuat kakek
tua tersebut terpental dan ambruk di tanah menggeletak tidak bergerak, maka
Kwang Tan telah berhenti menyerang, dia tidak mendesak si kakek
tua tersebut lebih jauh, karena memang dia telah merasa iba juga untuk membunuh
lawannya yang sudah tidak berdaya itu.
Dia hanya mengawali dengan sorot mata yang tajam sekali. "Hemmm !" Mi Liang
Tojin yang menyaksikan hal ini telah mengejek dengan suara yang sinis. "Sekarang
giliranmu yang harus dirubuhkan!"
Setelah berkata begitu, tampak tubuh Mi Liang Tojin melesat kesana kemari, juga
sepasang tangannya telah bergerak-gerak menyerang.
Ya Ya Ie waktu itu tengah murka sekali melihat kakek tua itu telah dirubuhkan
dan dilukai oleh Kwang Tan cukup berat seperti itu, maka ia mengeluarkan
teriakan murka, tubuhnya segera menerjang Mi Liang Tojin.
Mi Liang Tojin jadi kaget sendirinya, ia tidak menyangka bahwa Ya Ya le masih
memiliki ilmu simpanan sehebat ini, maka iapun mati-matian mengerahkan seluruh
kepandaiannya untuk memberikan perlawanan.
Tadi ia memang sengaja untuk memancing kemarahan Ya Ya Ie dengan mengejeknya,
melihat kemenangan yang telah dicapai oleh Kwang Tan akan tetapi justeru disaat
seperti sekarang, di waktu Ya Ya Ie telah marah, keadaan Mi Liang Tojin mirip
seperti seorang yang menaiki
punggung harimau, turun salah, menaiki terus juga salah.
Dia jadi tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain mengadakan perlawanan
yang gigih dan mati-matian mempergunakan seluruh ilmu yang dimilikinya. Tapi
itupun telah membuat dia beberapa kali kena ditotok oleh seruling dari Ya Ya Ie.
Dalam keadaan seperti ini, Kwang Tan tidak tinggal diam, dengan gerakan yang
ringan sekali, ia melesat dan telah menghantam wanita itu, untuk menolongi Mi
Liang Tojin. Ya Ya Ie merasakan berkesiuran angin serangan yang sangat hebat sekali, itulah
serangan yang benar2 telah membuatnya jadi terpaksa melepaskan Mi Liang Tojin
yang saat itu dalam keadaan terdesak dan mungkin dalam satu dua jurus akan dapat
dirubuhkannya, untuk menghadapi serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan.
Serulingnya telah dipergunakan untuk menangkis
serangan yang dilakukan Kwang Tan. Tapi Kwang Tan tidak mau membiarkan
pergelangan tangannya dibentur oleh seruling lawannya, dia telah menarik
tangannya. Cepat sekali dia menyusuli dengan serangan lainnya pula.
Dengan demikian telah membuat Ya Ya le juga harus merobah cara bertempurnya,
tiga kali dia merobah jurusnya, tapi Kwang Tan selalu dapat menyerangnya lagi.
Dengan begitu, Ya Ya le terpaksa mencurahkan seluruh perhatiannya terhadap
memang sebelumnya hebatnya pemuda ini, dan telah membuat dia hampir saja terluka
parah ditangan Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan sendiri telah berseru kepada Mi Liang Tojin. "Cinjin, kau
pergi mengasoh. . . aturlah jalan pernapasan mu sebaik-baiknya!"
serangan Kwang Tan. Apalagi
dia pernah merasakan betapa Mi Liang Tojin mengerti, bahwa ia lelah terluka di dalam
yang cukup parah. Maka dari itu, dia telah mengiyakan dan segera pergi ke
tepian. Dia duduk bersila dan mengatur jalan pernapasannya.
Kwang Tan memang mahir ilmu pengobatan dimana dia telah memperoleh gelarnya
sebagai Tabib Dewa, sekali lihat saja segera ia mengetahui bahwa Mi Liang Tojin
tengah terluka didalam yang tidak ringan.
Karena itu segera juga ia perintahkan tojin itu agar mengatur jalan
pernapasannya, jika terlambat tentu akan merugikan tojin itu sendiri selain luka
didalam tubuhnya semakin parah, juga akan membuat dia bercacad oleh
akibat lukanya itu. Serangan2 Kwang Tan terhadap Ya Ya le tidak pula
kurang gencarnya, karena dia menyerang semakin lama semakin hebat dan juga
setiap jurus yang dipergunakannya merupakan jurus-jurus yang bisa mematikan.
Terhadap Ya Ya Ie, Kwang Tan tidak sungkan2 lagi dan tidak segan-segan buat
menurunkan tangan kejam, karena ia mengetahui bahwa wanita cabut ini seorang
yang berbahaya buat kaum rimba persilatan.
Dalam keadaan seperti itu, dimana Ya Ya le dan Kwang Tan tengah terlibat dalam
pertempuran yang seru sekali, si kakek tua yang telah terluka didalam yang parah
sekali, segera duduk bersila, dia telah mengatur jalan pernapasannya, berusaha
untuk meluruskan pernapasannya itu.
Berulang kali ia berusaha menyalurkan hawa murninya itu, tapi ia selalu gagal.
Dengan demikian, tetap saja kakek tua itu tidak berhasil menyembuhkan luka
didalam tubuhnya. Sedangkan waktu itu Kwang Tan telah memperhebat serangannya kepada Ya Ya Ie,
membuat siwanita cabul terdesak hebat.
Semula Ya Ya Ie hendak mengandalkan kakek tua itu, yang memang memiliki
kepandaian sangat tinggi, Siapa tahu kakek tua itu rubuh di tangan Kwang Tan.
Yang membuat Ya Ya le jadi heran, justeru ialah kakek tua yang lihay itu mengapa
bisa dirubuhkan oleh Kwang Tan.
Ya, mengapa kakek tua yang sangat lihay itu dapat dirubuhkan oleh Kwang Tan"
Ternyata tadi waktu Kwang Tan terdesak dan juga di saat ia telah menyerang
berulang kali namun kakek tua itu selain dapat menghindarkan diri dengan cara
berpusing2 tidak hentinya maka ia berpikir sesuatu.
Segera juga Kwang Tan mengerjakan apa yang di pikirkannya itu, ia telah
mengeluarkan obatnya, tahu2 dia telah mengeluarkannya.
Kakek tua itu segera juga mencium sesuatu yang harum, dan ia terkejut serta
tersadar telah terlambat karena begitu dia mencium bau harum tersebut, seketika
ia merasakan sekujur tubuhnya menjadi lemas tidak bertenaga.
Dia berusaha untuk menghantam pada Kwang Tan tapi telah didahului oleh Kwang
Tan. Itulah pukulan yang pertama mengenai sasaran di tubuh si kakek tua
tersebut, seterusnya kakek tua itu semakin lemah.
Benar sinkangnya tinggi, tapi ia terlalu letih dan juga iapun merasakan
tenaganya banyak berkurang, maka dia terdesak hebat. sedangkan pengerahan tenaga
dalamnya tidak menuruti kehendak hatinya.
Dengan cara demikian Kwang Tan telah berhasil merubuhkan kakek tua tersebut, Dan
dikala itu juga terlihat Kwang Tan mempergunakan seluruh kepandaiannya, tidak
terlalu mengherankan lagi jika seorang kakek tua itu, yang lihay bukan main,
telah dapat dirubuhkan Kwan Tan.
Sedangkan Kwang Tan yang tengah bertempur dengan Ya Ya le bermaksud secepatnya
dapat merubuhkan wanita cabul itu, karena iapun ingin segera cepat2 untuk
menolongi Mi Liang Tojin, Karena dari itu dia selalu memperhebat setiap
serangannya. Cuma saja Ya Ya le dasarnya memang bukan orang yang berkepandaian lemah, yang
ilmunya rendah dengan demikian ia pun bisa mempertahankan diri beberapa waktu
lamanya. Setelah lewat lagi beberapa saat, barulah tampak Ya Ya le terdesak tanpa
memiliki kesempatan lagi untuk mengadakan perlawanan.
Dikala itu tampak Kwang Tan dapat mencekal pergelangan tangan kiri lawannya, Ya
Ya le bermaksud hendak menarik pulang tangannya yang tadi dipergunakan buat
menangkis, tapi ia kalah cepat, dengan begitu ia telah
tercekal tangan kirinya, sedangkan tangan Kwang Tan yang satunya telah meluncur
untuk menghantam lagi. Ya Ya le cepat-cepat menotok kearah mata Kwang Tan dengan serulingnya. Dan juga
telah menotok kearah jalan darah kematian dipundak Kwang Tan.
Dalam satu kali penyerangan dia bisa menyerang dua arah dan dua tempat sasaran,
hal ini disebabkan serulingnya itu digetarkan sehingga seruling itu bisa
berpindah tempat dalam waktu yang hampir bersamaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Itu memang jurus ilmu menotok yang hebat
sekali dari Ya Ya Ie, karena jika serangannya menotok biji mata lawan gagal,
maka masih dapat dia meneruskan serangannya kepada pundak lawannya, pada jalan
darah kematian juga. Kwang Tan mengetahui itulah penyerangan yang sangat berbahaya untuk dirinya,
karena jika sampai ia terserang, niscaya akan menyebabkan dia terluka berat,
jika totokan itu mengenai matanya, niscaya dia akan buta akan tetapi kalau tokh
dia bisa menghindarkan totokan pada biji matanya, maka dia akan segera tertotok
pada pundaknya dan itu pun tidak kurang berbahayanya, karena totokan
pada pundaknya akan menotok jalan darah yang bisa mematikan dan membuat dia bercacad seumur hidup.
Maka Kwang Tan tidak berayal lagi segera juga bergerak dengan lincah, dia
berhasil untuk menghindarkan diri dari serangan seruling Ya Ya le
gerakan tubuh yang lincah menurunkan pundaknya, menghindarkan totokan itu. pada matanya, lalu
dengan sekali, dia berhasil juga sehingga dia dapat Dengan demikian telah
membuatnya jadi bergerak dua kali lebih cepat dari gerakan semula, dan malah
tangan kanannya dengan lincah dan sebat telah menyambar akan merebut seruling lawannya.
Di waktu itu, diantara berkesiuran angin serangan tersebut, terlihat Ya Ya le
dapat bergerak cepat dan berhasil menarik pulang serulingnya itu, untuk
menghindarkan dari rebutan tangan Kwang Tan.
Hampir saja ia terlambat untuk melindungi serulingnya itu, yang terkena getaran
namun tokh cengkeraman kosong.
dari jari tangan Kwang Tan,
Kwang Tan jatuh di tempat Sekali ini Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu,
ia berseru nyaring, dan tubuhnya tahu2 seperti juga telah berobah menjadi
puluhan orang, karena tubuhnya dengan cepat sekali telah berkelebat-kelebat
mengelilingi Ya Ya Ie. Setelah lewat beberapa jurus lagi. pandangan Ya Ya Ie jadi kabur ber kunang2,
dengan begitu telah membuatnya jadi berkuatir sekali.
Kalau saja pertempuran tersebut diteruskan, niscaya dia yang akan rubuh di
tangan Kwang Tan. Tapi ia pun tidak mau menyerah begitu saja.
Dengan diiringi suara bentakannya yang berulang kali, dia mengadakan perlawanan
sekuat tenaganya, mengeluarkan seluruh kepandaian yang di milikinya.
Cuma saja, rupanya Ya Ya Ie meleset perhitungannya, sebab di waktu itu juga
terlihat dengan tidak terduga sama
sekali, kaki kanan Kwang Tan, telah mendupak pinggulnya dan seketika itu juga
tubuh Ya Ya Ie terpental dan bergulingan ditanah.
Sedangkan Kwang Tan menyusuli lagi dengan telapak tangan kanannya menyerang
mempergunakan pukulan Guntur, sehingga angin terangan
mengancam akan menghancurkan
itu berkesiuran panas, sesuatu yang menjadi sasarannya dan menghanguskan.
Belum lagi angin serangan itu tiba, justeru Ya Ya Ie yang tengah bergulingan
ditanah sehingga tubuhnya yang putih mulus itu jadi kotor, merasakan sambaran
hawa yang sangat panas sekali, Mati2 an Ya Ya Ie berusaha menjauhi diri dari
tempat itu. Malah ia pun telah terpikir untuk melarikan diri dan tidak
memperdulikan lagi kakek tua itu..!
Kwang Tan sama sekali tidak mau memberikan kesempatan, ia telah menghantam
bertubi-tubi, sehingga membuat Ya Ya Ie tidak memiliki kesempatan melarikan
diri. Suatu kali, karena terlambat mengelakkan diri dari pukulan Kwang Tan, membuat
tubuh Ya Ya Ie terpental. Cuma saja, karena ia memang memiliki lwekang yang
tinggi dan juga ginkang yang kuat, dengan begitu telah membuatnya jadi tidak
hangus, dan meski masih dapat untuk membuatnya terhuyung mundur.
Kemudian dia memutar tubuhnya melarikan diri, diiringi dengan suara jeritannya,
jerit menyayatkan hati. Kwang Tan tidak mengejarnya, dia membiarkan Ya Ya Ie
pergi, Lalu ia menghampiri Mi Liang Tojin, kepadanya ia berikan dorongan tenaga
sinkang yang sangat kuat, untuk
membantu tojin itu menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Thong Hok yang rebah tidak berdaya, telah merintih perlahan, Keadaannya
semakin mengenaskan, karena diwaktu itu ia merasakan seluruh tubuhnya menderita
sakit. Sedangkan Lian Kie Lin masih rebah dibawah sebatang pohon, ia melihat Mi
Liang Tojin terluka dan Kwang Tan tengah berusaha menolongi Mi Liang Tojin,
dengan menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya.
Disaat seperti itu, Lian Kie Lin berdiam diri saja, karena ia menyadari tidak
dapat ia memecahkan perhatian Kwang Tan maupun Mi Liang Tojin, dia jadi rebah
terus dengan berdiam diri.
Dikala itu, tampak betapa pun juga Mi Liang Tojin memang telah memperoleh
kemajuan yang sangat pesat
dalam menyembuhkan dan meluruskan pernapasannya, ia berhasil untuk menyalurkan
tenaga murninya pada Tantian.
Dia, dibantu oleh sinkang Kwang Tan, membuatnya cepat sekali merasa segar dan
semangatnya pulih sebagaimana biasa.
Setelah lewat lagi beberapa saat, Mi Liang Tojin melompat berdiri, sambil
katanya: "Terima kasih! Terima kasih! Aku telah sehat kembali! Dan pinto memang
beruntung sekali berhasil untuk memperoleh bantuanmu, sehingga sekarang
sinkangku malah jauh lebih mudah disalurkan dari yang sebelumnya !"
Apa yang dikatakan oleh Mi Liang Tojin memang tidak salah, sebab dengan Kwang
Tan membantunya mengerahkan sinkangnya, telah membuatnya jadi dapat menyalurkan
lwekangnya itu dengan mudah sekali, jauh lebih leluasa dari yang sebelumnya.
Lian Kie Lin melihat mereka telah selesai dengan pengerahan sinkangnya, dimana
Mi Liang Tojin berhasil ditolong oleh Kwang Tan sehingga dia berhasil untuk
menyalurkan tenaga dalamnya itu dan pernapasannya
dengan baik, ia bermaksud hendak bangun berdiri.
Tapi Mi Liang Tojin segera berkata: "Kau masih belum boleh bergerak! Biar pinto
yang akan menggendongmu !" Sambil berkata begitu, Mi Liang Tojin menggendong
lagi Lian Kie Lin. Sedangkan Kwang Tan menoleh kepada
Thong Hok, lalu mereka melanjutkan perjalanan tanpa memperdulikan lagi Thong
Hok, yang rebah tidak berdaya dan merintih tidak hentinya.
Mereka memasuki terus lembah itu keadaannya yang semakin lebat oleh
pohon2 dan semak belukar dengan hutan2 yang lebat sekali dan juga dengan
keadaannya yang rimbun dan sulit untuk dilalui, tampaknya memang lembah ini


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak pernah didiami oleh manusia, selain jago-jago silat lihay, sebab jika
seorang yang melewati tempat ini dan tidak memiliki ginkang atau ilmu
meringankan tubuh yang sempurna. jangan harap melewati jalan ini.
Sambil berlari2 dengan mempergunakan ginkang, sehingga tubuh mereka
terbang melewati jalan tampak begitu ringan bagaikan
bersemak belukar yang lebat tersebut.
Mi Liang Tojin sempat bertanya kepada Kwang Tan. "Laute, mengapa kau tidak
memusnahkan saja kepandaian kakek tua itu "!"
"Biarlah, sayang jika kepandaian yang begitu tinggi dimusnahkan, bukannya mudah
kakek tua itu berlatih diri sampai memiliki kepandaian yang demikian tinggi."
"Tapi ia seorang manusia berhati busuk, jika memang ia dibiarkan bebas untuk
berkeliaran dengan kepandaian yang begitu tinggi, bukankah berbahaya sekali" Dan
juga, kemungkinan kelak setelah luka didalamnya sembuh, dia akan mencari kita
buat mengadakan perhitungan ?"
"Untuk urusan itu baru kita pikirkan lagi kelak jika memang si kakek benar-benar
mencari kita dan menimbulkan kesulitan. Kita barulah turunkan tangan yang lebih
keras padanya!" Mi Liang Tojin mengangguk.
Begitulah mereka terus juga semakin kedalam perjalanan banyaknya pohon-pohon
yang malang melintang dan juga semak belukar yang semakin lebat sekali.
Sedangkan Lian Kie Lin yang berada digendongan Mi Liang Tojin merasakan betapa
tubuhnya seperti juga memasuki lembah itu, semakin sulit, karena terbang
ditengah udara, karena begitu cepatnya Mi Liang Tojin menggendongnya dan membawa
lari bagaikan terbang. Setelah berlari2 sekian lama, dan tiba didalam lembah yang keadaannya
semakin lebat dan sulit untuk dilalui, mereka terhenti sejenak buat
beristirahat. Keadaan ditempat itu agak gelap, karena cahaya matahari tidak dapat menerobos
masuk kedalam lembah. Selain terlindung oleh tebing-tebing yang tinggi, juga
memang hutan dan semak belukar yang tumbuh sangat lebat sekali.
Mereka duduk disitu sambil bercakap2, sedangkan Mi Liang Tojin telah
mengeluarkan perbekalannya, mereka pun bersantap dengan per-lahan2, sambil
memikirkan cara yang paling baik guna memasuki lembah itu jauh lebih mudah.
Jika memang dengan cara menerobos seperti itu, tentu mereka harus bersusah payah
memasuki lembah itu, tapi Kwang Tan berusaha memperhatikan tempat itu, karena ia
bermaksud ingin yang memungkinkan mereka dapat memasuki lembah itu jauh lebih mudah.
keadaan sekitar mencari bagian2 -ooo0dw0ooo Jilid 38 KITA tinggalkan dulu Mi Liang Tojin, Lian Kie Lin dan Kwang Tan bertiga yang
tengah beristirahat sekarang marilah kita melihat dulu keadaan Ya Ya Ie.
Ia yang telah melarikan diri dengan tubuh yang berlepotan tanah dan debu, kotor
sekali, terus juga berlari dengan cepat, ia memasuki lembah itu, tapi berbeda
dengan arah yang di tempuh Kwang Tan bertiga, karena jika Kwang Tan berlari
mengambil kearah timur, justeru Ya Ya le mengambil arah ke barat, di mana
akhirnya ia tiba di tempatnya, yaitu se buah goa yang sangat dalam sekali.
Keadaan goa itu sangat bersih, karena terawat dengan baik, dan juga rupanya
memang Ya Ya le telah merombak keadaan di dalam goa itu menyerupai sebuah
ruangan yang cukup enak untuk di tinggali.
Segera juga Ya Ya le melompat naik ke atas pembaringan batu, yang berukuran cukup besar, dia duduk
bersila disitu, mengatur jalan pernapasannya. Ketika ia mengerahkan hawa murni,
dirasakannya betapa pada dadanya sebelah kanan sakit bukan main, Ya Ya le
terjengkit. Tapi kemudian ia mencoba lagi mengerahkan tenaga dalamnya.
Kembali dia merasakan sakit yang luar biasa, karena terlalu sakit Ya Ya le
sampai mengeluh. Diam2 hatinya jadi tercekat kaget, dia pun menyadari bahwa ia
terluka didalam yang bukan ringan, dan lukanya itu merupakan luka yang cukup
menguatirkan. Dia berusaha mengerahkan sinkangnya dan terus juga menyalurkan hawa murni di
dalam tubuhnya, dia berusaha membuka Tantiannya, agar dapat menyalurkan
sinkangnya lebih leluasa.
Per-lahan2, perasaan sakit didadanya memang berkurang, dan ia mulai lancar
mengerahkan tenaga dalamnya. Hanya saja, tetap saja ia tidak bisa membuka
Tantiannya, dimana merupakan hambatan yang tidak kecil buat sin kangnya yang
tengah disalurkannya dengan sekuat tenaganya, untuk menyembuhkan luka di dalam
tubuhnya, disamping itu juga untuk memperlancar pernapasannya.
Jika keadaannya seperti itu tidak segera disembuhkan dalam waktu beberapa hari,
niscaya lukanya itu akan semakin parah dan akhirnya bisa membuatnya jadi
bercacad. Dikala itu keadaan sudah mendekati malam, sekitar goa tersebut dingin sekali.
Tengah Ya Ya le berusaha memusatkan tenaga lwekangnya dan berulang kali gagal
untuk keinginannya guna melancarkan sinkangnya
mencapai tersebut, dalam kesunyian yang ada ditempat itu, mendadak sekali ia mendengar
suara langkah yang ringan.
Hati Ya Ya le tercekat. "Apakah setan cilik itu mengejarku "!" pikir Ya Ya le
kemudian. Dia pun segera berwaspada, karena dia mengerti, jika memang yang
tengah mendatangi itu Kwang
Tan adanya, berarti ia akan memperoleh kesulitan yang tidak kecil.
Sedangkan diwaktu itu, terdengar suara langkah kaki itu semakin dekat. Tapi yang
membuat Ya Ya le jadi jauh lebih tenang, didengarnya suara langkah kaki itu
hanya terdiri dari suara langkah kaki seorang saja.
"Hemmmm, jika memang benar dia yang datang mengejarku, aku akan mengadu jiwa
dengannya..." Begitulah pikir Ya Ya le didalam hatinya yang jadi nekad.
Sedangkan suara langkah kaki diluar goa semakin jelas terdengar, sampai akhirnya
orang diluar goa itu rupanya tidak melangkah lebih jauh dan tengah memperhatikan
keadaan disekitar goa tersebut.
"Ihhh....!" terdengar orang diluar goa itu mengeluarkan seruan tertahan.
Kemudian terdengar lagi suara langkah kakinya. Rupanya ia telah melihat goa
tempat tinggal Ya Ya Ie dan membuat dia heran, sampai dia mengeluarkan suara
seruan seperti itu. Dan ia pun telah memasuki goa itu.
Ya Ya Ie masih tetap duduk bersila dipembaringannya, ia mencekal serulingnya
kuat-kuat ditangannya, karena ia bersiap sedia, kalau memang yang masuk kedalam
goa itu adalah Kwang Tan, begitu pemuda tersebut muncul, dia akan segera
membarengi dengan serangannya. Karena itu, serulingnya juga telah disiapkan dan
melintang didepan dadanya.
Suara langkah kaki itu terdengar semakin dekat, akhirnya Ya Ya Ie melihat
sesosok tubuh yang lagi memasuki goa itu dengan langkah kaki yang perlahan.
Dan kemudian orang itu yang rupanya telah bisa melihat Ya Ya Ie yang duduk
bersila diatas pembaringannya, dalam keadaan bertelanjang tanpa sehelai
benangpun melekat ditubuhnya yang putih mulus agak kotor oleh tanah, hanya
wajahnya sangat cantik luar biasa, jadi tertegun.
"Ihhh... apakah ini sebuah patung "!" berpikir orang itu dengan mata terbeliak
lebar. Kemudian dia menghampiri lebih dekat, dia pun berseru agak nyaring: "Aku
datang kemari untuk menemui seseorang, apakah didalam goa ini ada orangnya "!"
Ya Ya Ie girang bukan main melihat orang itu, karena ia telah melihatnya orang
tersebut tidak lain dari seorang pemuda yang berparas sangat tampan.
Yang membuat Ya Ya Ie girang bukan karena ketampanan pemuda yang berusia antara
tiga puluh tahun itu, tetapi justeru karena melihat tubuh pemuda itu yang memang
tegap sekali dan tampaknya sangat kuat.
Sebagai seorang yang memang melatih diri dengan ilmu yang agak sesat, karenanya
ia pun membutuhkan bantuanbantuan dari sari-sari pemuda yang banyak sekali.
Dia telah berusaha untuk berdiam diri saja, dia menantikan sampai pemuda itu
datang dekat. Pemuda tersebut mengawali keadaan di sekitar tempat itu beberapa saat lagi,
kemudian dengan mata terbeliak lebar-lebar, dia mengawasi Ya Ya Ie.
"Ohh, sungguh seorang wanita yang cantik jelita "!" begitulah ia menggumam.
Dan ia menghampiri lebih dekat lagi, dimana ia pun telah memandangi tubuh Ya Ya
Ie yang begitu cantik dan elok, halus dan juga merupakan seorang wanita yang
benarbenar merangsang. Pemuda itu memang dasarnya seorang yang mata keranjang, sekarang melihat wanita
cantik dalam keadaan bertelanjang seperti itu, dengan sendirinya telah membuat
ia terangsang. Perlahan-lahan dia memegang tubuh
Ya menggumam: "Hemmm, tampaknya seperti manusia, tapi diam saja seperti
patung !" Ketika dia berkata begitu, dan disaat tangannya tengah terulurkan,
justeru di saat itulah terlihat tangan Ya Ya Ie dengan cepat sekali telah
menyambar, mencekal tangan pemuda itu.
mengulurkan tangannya buat
Ya le, sedangkan mulutnya "Ihhh..!" sipemuda terkejut, dia bermaksud hendak
menghindarkan tangannya dari cekalan lengan Yu Ya le, Namun gerakannya kalah
cepat dibandingkan dengan gerakan lengan Ya Ya le, karena di waktu itu segera
juga pergelangan tangannya telah kena di cekal oleh Ya Ya Ie. sehingga kakinya
biarpun pemuda itu bermaksud menjejakan
buat melompat kebelakang, dia tidak bergerak sedikitpun juga Saking kagetnya,
tangan si pemuda yang satunya telah meluncur menghantam, dengan maksud untuk
menolongi tangannya yang tercekal itu, dia menghantam dengan kuat
sekali, dia pun yakin, tentu wanita cantik ini akan kaget dan menghindar sambil
melepaskan cekalannya Akan tetapi Ya Ya Ie tetap mencekal tangannya, dan pemuda itu tidak berhasil
menghantam Ya Ya le, dengan gerakan tubuh yang sedikit kesamping kanan Ya Ya Ie
berhasil mengelakkan diri dari hantaman pemuda itu.
Sedangkan waktu itu Ya Ya Ie telah berkata dengan suara yang manis: "Kau jangan
menimbulkan kesulitan, aku tidak akan menganiaya dirimu !"
Pemuda itu tertegun. "Kalau.... kalau begitu kau bukan patung!?" katanya kemudian dengan suara serak.
Ya Ya Ie telah melompat turun dari pembaringan dan berdiri dihadapan pemuda itu,
tangannya masih tetap mencekal tangan sipemuda.
Pemuda itu bisa melihat keseluruhan bentuk tubuh Ya Ya le, yang memang benar2
seorang wanita yang sangat cantik dan tubuhnya memiliki bentuk yang elok bukan
main. Dia pun jadi terangsang, menahan air liurnya.
"Kau...kau...!" katanya dengan suara yang tidak lancar.
Sedangkan Ya Ya Ie tersenyum, ia mengerti akan arti pandangan mata pemuda itu,
karena ia mengetahui pemuda
ini pasti tidak akan menimbulkan kesulitan, karena ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memperoleh kenyataan pemuda itu adalah
seorang pemuda yang haus akan wanita-wanita cantik. Maka di lepaskannya cekalan
tangannya. "Kongcu, kau tentunya tengah iseng dan memiliki waktu yang cukup guna
menemaniku, bukan?" tanya Ya Ya Ie kemudian.
Pemuda itu membeliakkan matanya, "Maksudmu . . . . ?" tanyanya kemudian dengan
suara serak dan tubuh agak menggigil karena menahan desakan hawa birahinya.
Ya Ya Ie tidak menyahut, dia hanya merangkul pemuda itu.
Napas si pemuda terdengar memburu keras sekali, dan Ya Ya le telah melakukan
segala sesuatunya. Lama . . . lama sekali keadaan di goa itu sunyi dan sepi. Sampai akhirnya
terdengar suara sipemuda yang berkata: "Aku. . . aku sudah tidak sanggup
lagi . . . !" "Harus sanggup!" jawab Ya Ya le.
"Telah lima kali, .ohh..aku bisa mati!"
"Aku menghendakinya sepuluh kali!"
"Ampun . . . . aku bisa mati . . . !"
"Kau tidak akan mati, percayalah . . !"
"Ohh . . ." Suara keluhan sipemuda begitu lemah, seperti juga kehabisan tenaga.
Lama sekali pemuda itu berada di dalam goa Ya Ya le, dimana Ya Ya Ie telah
memperlakukannya seperti juga pemuda itu sebuah boneka.
Sampai akhirnya Ya Ya Ie merasakan ia bisa mengerahkan sinkangnya sebagaimana
biasanya, dan juga telah berhasil untuk memulihkan pernapasannya karena telah
memperoleh "bantuan" dari sari pemuda itu. Dia girang bukan main, dan dilepasnya
pemuda itu. "Nah, sekarang kau pergilah!" katanya kemudian dengan suara yang tawar.
Pemuda itu tidak menyahuti, dan ia telah berdiam diri dengan tubuhnya bergerak
hendak bangun. Tapi tenaganya seperti juga habis dan tubuhnya lemah sekali. Dia keluar dari goa
itu tidak bisa berjalan, hanya bisa merangkak perlahan-lahan, karena benar-benar
sudah tidak memiliki tenaga. Dan mukanya memperlihatkan ketakutan yang hebat.
"Benar-benar gila, aku telah bertemu dengan siluman!" berpikir pemuda tersebut
dengan hati ketakutan. Dan dia tidak percaya bahwa Ya Ya Ie adalah seorang
manusia karena ia menyangka bahwa Ya Ya Ie pasti siluman yang tengah menyamar,
untuk menghisap sari manusia.
Memang menurut dongeng-dongeng yang sejak kecil di ketahuinya, siluman wanita
senang sekali menghisap sari para pemuda, karena dari itu dia jadi ketakutan
bukan main. Sedangkan Ya Ya Ie kembali duduk bersila hanya tersenyum senang. Dia di atas
pembaringannya, dia mengerahkan sinkangnya dan juga telah berusaha untuk memusatkannya kepada Tantiannya, dia berhasil dengan baik.
Tubuhnya terasa jauh lebih segar dan juga dia merasakan pernapasannya itu lancar
kembali. Di saat itu, tengah si pemuda merangkak dengan tenaga
yang tidak ada sama sekali, waktu berada di luar goa, mendadak terdengar suara
tertawa dingin. "Hemm, kau telah memiliki kekasih baru?" begitulah tanya suara itu.
Muka Ya Ya Ie berobah seketika, tapi kemudian dia tersenyum dingin.
Si pemuda yang tengah merangkak itu, yang memang rupanya nasibnya tengah sial
telah mengangkat kepalanya dan dilihatnya di hadapannya berdiri seorang berusia
empat puluh tahun lebih memakai baju laki-laki
sebagai pelajar. Muka pelajar itu tampak dingin sekali. Dan belum lagi pemuda itu mengeluarkan
sepatah kata, dengan maksud ingin menganjurkan pelajar itu melarikan diri sebab
didalam itu ada "siluman", tahu-tahu tangan pelajar itu melayang menghantam
batok kepala pemuda tersebut.
"Plakkk!" kepala pemuda itu hancur berantakan. Itulah benar-benar nasib buruk
buat pemuda itu. Dia merupakan salah seorang mo-ni Kou Luo yang tersesat di
dalam lembab ini. Siapa tahu nasibnya benar2 gelap dan buruk, sehingga dia
mengalami peristiwa tersebut, dimana
akhirnya dia membuang jiwa dengan sangat percuma.
Sebenarnya, jika dalam keadaan biasa, tentunya dia bisa menghindarkan diri dari
tamparan telapak tangan pelajar itu pada kepalanya. Namun di waktu itu ia tengah
lemah sekali, tidak memiliki tenaga sedikitpun juga, membuatnya
jadi tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan juga telah menerima kematian dengan
kecewa .... Pelajar itu melangkah memasuki goa, dia memandangi Ya Ya le yang tenang-tenang
masih rebah di pembaringan. "Hemmm, kekasihmu yang baru telah ku mampusi!" kata
pelajar itu. "Tidak ada urusan denganku ! Telah ku-isap seluruhnya . . .!"
menyahut Ya Ya le dengan suara yang dingin- "Apa maksudmu datang kemari?"
"Biasa . . . !"
"Hemm, kau memang kelaparan !"
"Ya, karena engkau sangat cantik!"
"Hemmm . . . . ." lalu Ya Ya le melompat turun dari pembaringan, tapi pelajar
itu telah menubruk dan merangkulnya.
"Jangan sekarang, aku ada urusan penting."
"Hanya sebentar saja !"
Ya Ya le tidak menampik lagi, dia malah balas merangkul dan terdengar tertawa
senangnya. Keadaan didalam goa itu tampak sunyi dan sepi sekali. Dan tidak lama
kemudian tampak Ya Ya le keluar berendeng berdua dengan pelajar itu.
"Kim Siucai, walaupun bagaimana sekali ini engkau harus membantui aku, karena
aku tengah menghadapi lawan yang sangat berat sekali dan tangguh!" kata Ya Ya le
waktu tiba di mulut goa, dan memandang sinis pada mayat dari pemuda bekas
korbannya. Pelajar itu, yang di panggil dengan sebutan Kim Siucai, mengangguk.
"Tentu! Dengan senang hati aku bersedia membantumu!" katanya sambil tersenyum,
"Siapa musuhmu itu"!"


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nanti engkau akan mengetahuinya." menyahuti Ya Ya Ie. "Ayo ikut aku." Kim
Siucai itu mendengus, dia melihat Ya Ya le telah menjejakkan kedua kakinya,
tubuhnya melesat seperti terbang ditengah udara.
Kim Siucai juga menyusulnya. Ternyata Kim Siucai ginkang sangat tinggi,
kepandaian dari Ya Ya le, dia bisa mengejar Ya Ya le dengan cepat dan berlari
gesit seperti terbang. Memang Kim Siucai salah seorang tokoh rimba persilatan yang
tersebut sebagai mengambil sebagian tempat dilembah
tempat tinggalnya, karena dia tengah seorang pelajar yang memiliki tidak berada
disebelah bawah mengasingkan diri dan tengah melatih semacam ilmu yang luar biasa. Justeru untuk
melatih ilmunya itu, dia membutuhkan bantuan seorang wanita yang memiliki
kepandaian tinggi, untuk tenaga Yangnya itu dipertemukan dengan tenaga Im dari wanita tersebut,
sehingga dia bisa untuk mengerahkan tenaganya dan melatihnya dengan baik sekali.
Tapi disaat itu, justeru Ya Ya le tampaknya ingin memanfaatkan pemuda pelajar
tersebut, karenanya dia telah melayaninya, walaupun sebenarnya dia tahu, tenaga
Imnya bisa berkurang kalau dia melayani Kim Siu-cai.
Dia ingin meminta bantuan dari Kim Siu cai ini menghadapi Kwang Tan. Ya Ya le
yakin, jika memang dia dibantu oleh Kim Siucai, niscaya dia bisa menghadapi
Kwang Tan dengan baik, Kakek tua yang patuh padanya belum lagi diketahuinya,
entah bagaimana keadaannya sekarang ini. Ya Ya le menduga mungkin Kwang Tan
telah membunuh kakek tua tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, Ya Ya le mengajak Kim Siucai pertama-tama pergi ketempat dimana ia
pernah bertempur dengan Kwang Tan.
Ketika tiba disana, ternyata kakek tua itu dan Thong Hok masih juga berada di
situ. Keadaan mereka sangat mengenaskan sekali, Baik kakek tua itu, maupun Thong
Hok keduanya merintih tidak hentinya.
Mereka berdua dalam keadaan sikap duduk bersemedhi, tapi diwaktu itu mereka sama
sekali tidak bisa menyalurkan sinkang mereka dengan sebaik-baiknya, karena luka
didalam tubuh mereka sangat parah sekali.
Sedangkan Ya Ya Ie segera menghampiri kakek tua itu, katanya dengan suara yang
tawar: "Selama ini engkau beranggapan ilmumu yang tertinggi dari kami semua yang
berada didalam lembah ini, ternyata sekarang engkau tidak berdaya buat
menghadapi seorang pemuda saja! Sungguh
memalukan ! Mana itu mulut besarmu?"
Kakek tua itu walaupun tengah menderita kesakitan akibat luka didalam tubuhnya,
segera membuka matanya, dia melihat Ya Ya Ie datang didampingi oleh Kim Siucai,
mata si kakek jadi bersinar.
"Hemmm, aku bukan dirubuhkan oleh dia secara wajar! Justeru dia telah
mempergunakan semacam obat bius yang membuat aku tidak bisa mempergunakan
seluruh tenagaku . . . !"
"Itu salahmu, apapun alasanmu, tapi engkau telah dirubuhkan oleh pemuda itu !
Masih untung engkau tidak dibunuhnya!" kata Ya Ya Ie.
Kakek tua itu terdiam, tapi ketika melihat Ya Ya Ie ingin mengajak Kim Siucai
buat melanjutkan perjalanan mereka,
segera juga dia berkata: "sekarang kalian berdua tolongi aku dulu, bantu
mengerahkan tenaga dalam. Nanti aku benar2 akan berusaha memampusi bocah itu,
aku akan memenuhi janjiku untuk memenuhi ketiga syarat itu.
Ya Ya Ie merandek, dia terdiam sejenak, tampaknya dia ragu2, kemudian dia telah
berkata: "Baiklah! Jika memang demikian aku bersedia untuk membantumu!"
Setelah berkata begitu, segera dia menoleh kepada Kim Siucai, katanya: "Apakah
engkau pun bersedia untuk membantuinya."
Kim Siucai mengangguk. "Ya... dia merupakan pembantu yang sangat baik sekali, yang bisa kita
pergunakan..." dan setelah berkata begitu, segera juga Kim Siucai dengan cepat
sekali telah duduk dibelakang kakek tua tersebut, dia mengulurkan tangannya,
telapak tangannya telah diletakkannya pada punggung kakek tua itu, dia mulai mengerahkan tenaga
dalamnya, dimana dia mengemposnya dengan kuat. Sedangkan Ya Ya Ie duduk
berhadapan dengan kakek tua tersebut, dia pun telah mengerahkan tenaga dalamnya,
dengan mengulurkan tangannya, telapak tangannya itu
telah ditempelkannya pada dada kakek tersebut.
Dengan di bantu oleh kedua orang ini, maka kakek tua itu dapat mengerahkan
tenaga dalamnya. Dia berusaha menyembuhkan luka didalam tubuhnya dengan bantuan
dua kekuatan sinkang itu, digabung dengan kekuatan sin kangnya.
Di waktu itu tampak berangsur-angsur wajahnya mulai memerah karena dia mulai
dapat memulihkan pernapasannya dan mengerahkan tenaga dalamnya pada tan-tiannya,
dengan demikian dia leluasa untuk dapat
memusatkan kekuatan tenaga dalam itu buat menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Ya Ya Ie berdua dengan Kim Siucai pun bersungguh2 menolongi kakek itu, karena
merekapun hendak memperalat kakek tua itu.
Jika Ya Ya Ie ingin mempergunakan kakek tua tersebut buat menghadapi Kwang Tan,
maka lain pula dengan keinginan Kim Siucai, karena ia bermaksud hendak
memperalat kakek tua itu kelak membantunya melatih sin kangnya.
Dia akan menagih budinya dan memaksa kakek tua itu menyalurkan sinkangnya, di
saat dia tengah melatih ilmunya, Dengan begitu, atas budinya itu, tentu kakek
tua itu tidak akan menolak permintaannya.
Demikianlah, cepat sekali kakek tua itu dapat disembuhkan dari luka di dalam
tubuhnya, sinkangnya telah dapat dikerahkan dengan lancar dan juga diwaktu itu
pernapasannya sudah mulai lancar.
Dengan segera Ya Ya Ie dan Kim Siucai menambahkan kekuatan mereka,
menyalurkannya pula. Dan berakhirlah
bantuan mereka, karena kakek tua tersebut telah dapat menyalurkan kekuatan
tenaga dalamnya sendiri dengan lancar.
Lewat beberapa saat lagi, kakek tua itu telah berhasil sembuh dan seluruh
semangat dan tenaganya telah dapat
berkumpul kembali dia pun
segera melompat berdiri, katanya: "Mari kita pergi mencari pemuda kurang ajar
itu, kita harus memampusinya!"
Ya Ya Ie menggeleng. "Tunggu dulu, dia belum lagi ditolong!" Sambil berkata begitu Ya Ya Ie telah
menunjuk kepada Thong Hok. Thong Hok waktu itu tengah memandang mereka dengan
sinar mata memohon dan memelas sekali, karena dia memang mengharapkan sekali
kakek tua itu bersama dengan Ya Ya le dan Kim Siucai, menolongnya juga.
"Biar dia mampus saja!" kata kakek tua itu kemudian sambil hendak melangkah
meninggalkan tempat itu. Tapi Ya Ya le menahannya. "Tunggu dulu..!" katanya kemudian "Kita membutuhkan
tenaganya, dengan memperoleh seorang pembantu seperti dia, tidak kecil
manfaatnya buat kita."
Kakek tua itu tidak berani membantah, segera juga dia menghampiri Thong Hok. Dia
segera menyalurkan sinkangnya, dan dia telah berhasil membantu Thong Hok buat
mengerahkan sinkangnya itu.
Sedangkan Kim Siucai berdua dengan Ya Ya le hanya mengawasi saja, karena mereka
yakin bahwa Thong Hok dapat diohati oleh si kakek yang memiliki kepandaian
sangat tinggi dan sinkangnya telah pulih kembali.
Benar saja dalam waktu yang sangat singkat, Thong Hok berhasil menyalurkan
kembali tenaga dalamnya, dia pun merasakan pernapasannya telah berjalan dengan
lancar dan teratur. Dengan segera Thong Hok menggerakkan tubuhnya, Dia telah bisa menggerakkan
sepasang tangan dan kakinya. Di waktu itu, tampak Thong Hok memberi hormat
kepada Ya Ya le, si kakek dan juga Kim Siucai. "Terima kasih atas bantuan dan
pertolongan para Locianpwe!" katanya dengan suara dan sikap yang menghormat
sekali, walaupun dia berusia telah lanjut, tokh
dia menyebut ketiga orang itu dengan sebutan locianpwe,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buat menyatakan perasaan terima kasihnya yang telah ditolong lukanya oleh kakek
itu atas anjuran yang diberikan Ya Ya Ie.
Diwaktu itulah terlihat kakek tua itu sudah tidak sabar, dia bilang kepada Ya Ya
le: "Mari kita berangkat karena jika terlambat tentu bocah itu sudah pergi
meninggalkan tempat ini!"
Ya Ya le mengiyakan, dan bersama-sama mereka memasuki lembah itu.
ooooo)OdwO(ooooo KWANG TAN bertiga dengan Mi Liang To jin dan Lian Kie Lin waktu
itu telah merasa cukup beristirahat karena semangat mereka telah pulih dan
bermaksud hendak melanjutkan perjalanan mereka.
Malah Kwang Tan dalam kesempatan beristirahat itu telah memeriksa keadaan Lian
Kie Lin, dia telah memberikan semacam obat lagi kepada si gadis, dan diapun
telah menguruti beberapa jalan darah di tubuh si gadis.
Dengan demikian pernapasan si gadis dapat berjalan dengan lancar dan juga dia jauh lebih segar.
Ketika Kwang Tan telah selesai mengurutinya, si gadis ingin melompat berdiri.
"Jangan terlalu banyak bergerak dulu!" kata Kwang Tan memperingatinya.
Gadis itu tersenyum. "Semangatku telah pulih dan sinkangku telah terkumpul
kembali !" kata si gadis, "Juga pernapasanku telah berjalan dengan lancar
kembali !" Dan sigadis melompat berdiri, Dia menggerak-gerakkan sepasang kaki dan
tangannya. Tapi Kwang Tan telah perintahkan si gadis agar rebah lagi. "Jika
memang dalam keadaan baru sembuh sekarang ini engkau mempergunakan tenaga
terlalu banyak, tentu akan membahayakan jiwamu sendiri! Karena dari itu engkau harus rebah dulu, nona dan jika kita melanjutkan
perjalanan engkau lebih baik digendong dulu !"
Si gadis tidak berani membantah karena itu dia segera merebahkan tubuhnya.
Sedangkan Mi Liang Tojin telah bangun berdiri, dia bersiap-siap untuk
melanjutkan perjalanannya. "Biar aku yang menggendongnya !" kata Kwang Tan
ketika melihat Mi Liang Tojin hendak menggendong Lian Kie Lin.
Mi Liang Tojin mengangguk, dia menyadari ginkang atau ilmu meringankan tubuh
Kwang Tan jauh berada diatasnya, karena itu, jika saja Kwang Tan yang
menggendong sigadis tentunya akan jauh lebih cepat mereka bisa memasuki lembah
itu. Demikianlah setelah beristirahat beberapa saat lamanya, akhirnya mereka
melanjutkan perjalanan mereka.
Kwang Tan yang sejak tadi telah memperhatikan keadaan dilembah itu memperoleh
kenyataan tidak adanya jalan lain yang dipergunakan mereka, dan hanya jalan yang
satu itu, yang demikian sukar dipenuhi oleh semak belukar, yang ada dan bisa
mereka lalui. Maka terpaksa Kwang Tan bertiga dengan Mi Liang Tojin dan Lian Kie Lin telah
mengambil jalan itu, Dengan mempergunakan sin kang mereka, untuk membentur rubuh
batang-batang pohon yang melintang dan juga dengan ginkang atau ilmu meringankan
tubuh yang tinggi, mereka bisa melakukan perjalanan dengan cepat sekali.
Begitulah, dengan ringan mereka telah berlari-lari tidak hentinya. Mereka dalam
waktu yang sangat singkat sekali telah bisa melewati belasan tombak, Semakin
memasuki lembah itu, keadaan semakin sulit.
Tapi Kwang Tan telah membuka jalan, dan Mi Liang Tojin pun membantunya.
Begitulah, akhirnya mereka bisa melewati keadaan yang begitu sukar dilalui.
Mereka telah tiba di sebuah lapangan rumput yang cukup luas, Ditempat itu sudah
tidak terdapat hutan maupun juga semak belukar seperti tempat yang sebelumnya.
Mereka dapat melakukan perjalanan jauh lebih cepat, dan dalam waktu singkat
telah enam lie mereka lewati.
Keadaan lembah itu sunyi sekali, Tapi tiba-tiba Kwang Tan melihat sesuatu
terpisah di depannya mungkin belasan tombak.
Segera juga Kwang Tan sambil menggendong si gadis, telah melompat ketempat itu.
Dia melihat ternyata itulah sesosok tubuh yang menggeletak tidak bergerak,
sesosok mayat seorang laki-laki tua.
Lian Kie Lin yang berada didalam gendongan Kwang Tan ketika melihat jelas sosok
mayat itu, jadi mengeluarkan seruan tertahan dan melompat turun dari gendongan
Kwang Tan. "Ohhhh, suhu.... !" Dan dia telah menubruk menangis didada mayat itu.
Kwang Tan jadi memandang tertegun. Demikian juga dengan Mi Liang Tojin. Gadis
itu menangis terus, agak lama sampai akhirnya telah berhenti menangis, dia
menoleh kepada Kwang Tan, katanya: "lnilah suhuku, ternyata beliau telah di
binasakan disini !" "Hemmm, tentunya yang menurunkan tangan jahat seperti ini salah seorang dari
penghuni lembah itu!" menggerutu Mi Liang Tojin.
"Dan.... entah bagaimana dengan ayahku "!" mengeluh si gadis.
"Kita akan mencarinya terus !" kata Kwang Tan.
Tapi baru saja dia berkata begitu, terdengar suara rintihan. Segera juga mereka
menyelidiki dari arah mana datangnya suara rintihan itu.
Segera juga Kwang Tan melihat di balik rumput yang tebal, menggeletak sesosok
tubuh lainnya, dialah yang mengeluarkan suara rintihan, karena dia dalam keadaan
terluka parah sekali. Cepat-cepat Kwang Tan bertiga dengan Mi Liang Tojin dan Lian Kie Lin telah
melompat menghampiri. Dan mereka melihat orang itu adalah seorang laki2 berusia hampir enam puluh
tahun. Lian Kie Lin kembali mengeluarkan suara jeritan menyayatkan hati, dia menubruk
lagi tubuh itu. "Ayah.... ayah... siapa yang menganiaya dirimu seperti ini...."!" sesambatan
sigadis. Ternyata, sosok tubuh yang terluka itu tidak lain adalah ayah sigadis, Dan ia
masih bisa bicara dengan suara yang perlahan sekali, walaupun disaat itu ia
tengah terluka parah, dengan luka di sekujur tubuhnya dan darah yang membasahi
pakaiannya, juga dia tertotok pada beberapa bagian tubuhnya.
Kwang Tan biarpun memang memiliki ilmu pengobatan yang sangat tinggi, segera
mengetahui biarpun dia mempergunakan obat apa saja, tidak mungkin bisa menyelamatkan jiwa orang tua
itu. Dia hanya berdiam diri saja, karena dia mengetahui tidak lama lagi tentu orang
tua itu, akan segera menghembuskan napasnya.
Waktu itu suara siorang tua terdengar sangat perlahan sekali: "Dia,., dia...
Ya.. Ya...Ie..." berkata sampai disitu, matanya terbeliak dan napasnya segera
juga putus. Dengan demikian telah membuat tangis Lian Kie Lin meledak nyaring sekali.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin hanya menghela napas. Ternyata orang-orang yang
dicari oleh si gadis semuanya telah dibinasakan, dan segera juga Kwang Tan
mengajak Mi Liang Tojin untuk menggali tanah, guna mengubur kedua mayat orang
itu. Lian Kie Lin menangis terus dengan sedih sekali dan dia pun telah pingsan sampai
dua kali. Kwang Tan dan Mi Liang Tojin bekerja sangat cepat sekali, mereka telah
berhasil menggali sebuah lobang yang
sangat besar, kemudian mengubur kedua mayat itu menjadi satu.
Setelah menguruk lobang itu dengan tanah dan dirapatkan kembali, Kwang Tan
menghibur sigadis. "Semua orang yang kucintai telah tiada, bahkan guruku, yang mungkin bermaksud
hendak mencari ayahku itu, telah ikut terbinasa juga disisi. ohh, aku
selanjutnya hidup sebatang kara..!" Dan gadis itu menangis lagi dengan suara
yang menyayatkan hati. Sedangkan Kwang Tan dan Mi Liang Tojin menghiburnya, agar si gadis tidak terlalu
bersedih hati. Diwaktu itulah terlihat, betapa si gadis pingsan lagi tidak sadarkan diri. Hal
ini disebabkan dia terlalu berduka sekali dan hebatnya kedukaan di hati si gadis
membuat dia berulang kali jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Sedangkan Kwang Tan bekerja cepat, dia berusaha menyadari si gadis, dengan
memberikan juga obatnya membuat si gadis jauh lebih tenang.
Begitulah, setelah berdiam disitu beberapa saat dan setelah Lian Kie Lin
berlutut memberi hormat penghabisan buat guru dan ayahnya, merekapun berangkat
untuk meninggalkan lembah itu.
Hanya saja, belum lagi mereka berangkat untuk meninggalkan tempat itu, tiba2
sekali terdengar suara seruling, yang mengalun dengan irama yang halus dan merdu
sekali. Tapi irama seruling yang begitu merdu malah membuat Kwang Tan dan Mi Liang Tojin
berdua dengan Lian Kie Lin terkejut, karena mereka bertiga segera juga
mengenali, itulah suara serulingnya Ya Ya le.
"Dia telah terluka didalam yang tidak ringan, apakah begitu cepat dia bisa
menyembuhkan dirinya, sehingga sekarang dia tengah berusaha mencari urusan lagi
dengan kita "!" menggumam Mi Liang Tojin dengan suara yang tertahan.
Kwang Tan diam saja tidak menyahuti, dia telah mengawasi kearah dari mana


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datangnya suara seruling itu. Tidak lama kemudian tampak beberapa sosok tubuh
yang berkelebat gesit sekali. Salah seorang diantara mereka tampak si wanita
cabul dengan serulingnya yang mengeluarkan irama yang mengalun.
Di waktu itu juga tampak yang mengejutkan Kwang Tan, adalah kakek tua itu, yang
berada bersama2 dengan Ya Ya Ie. Juga terlihat Thong Hok.
Diantara mereka terdapat seorang lainnya yang tidak dikenal oleh Kwang Tan
bertiga yaitu seorang pemuda pelajar, yaitu Kim Siu-cai.
Kepandaian Kim Siucai itu tampaknya tidak berada dibawah kepandaian dari kakek
tua tersebut, karena dia bisa berlari dengan sangat cepat sekali dengan ringan.
Malah yang membuat Kwang Tan tidak mengerti, mereka tampaknya telah sehat
kembali dan tidak ada tandatanda bahwa mereka masih terluka didalam, karena
gerakan mereka yang begitu ringan, tubuh mereka yang begitu lincah dan tampaknya
demikian leluasa dengan gerakan masing-masing.
Tengah Kwang Tan bertiga mengawasi kepada keempat sosok tubuh itu, justeru Ya Ya
Ie berempat cepat sekali telah tiba di hadapan Kwang Tan bertiga.
Ya Ya Ie sambil tertawa dingin telah bilang: "Hemmm, sekarang engkau tidak
mungkin bisa meloloskan diri dari tanganku!"
Dan setelah berkata begitu, Ya Ya Ie melirik kepada Kim Siucai, katanya: "ltulah
orangnya !" Kim Siucai mengawasi Kwang Tan sejenak dengan sikap yang sinis sekali, kemudian
dia mengawasi Mi Liang Tojin, dan mendengus lagi, Barulah kemudian dia berkata
dengan suara yang tawar: "Hemmm, menurut penglihatanku ia tidak terlalu lihay dan mungkin engkau yang
terlalu melebih-lebihkan saja tentang pemuda ini . . . ."
Tapi Ya Ya Ie tertawa dingin. "Kau belum mencoba jangan memberi komentar dulu!
Nah, pergilah kau rubuhkan dulu dia, jika memang benar
benar engkau sanggup untuk merubuhkannya, diwaktu itu aku baru akan mempercayai
benar seluruh perkataanmu !"
Kim Siucai tampaknya tidak senang melihat Ya Ya le tidak mempercayai
perkataannya, malah didengar dari nada suara Ya Ya le, wanita cabul ini seperti
juga memandang ringan dan enteng kepadanya, yang diduga tidak mungkin bisa merubuhkan Kwang
Tan. Karena itu, tanpa mengatakan suatu apapun juga tubuh Kim Siucai telah melesat
dengan cepat, dia hinggap tepat dihadapan Kwang Tan.
Kwang Tan dan yang lainnya mengeluh, karena mereka melihat bahwa lawan-lawan
mereka terdiri dari orang-orang lihay dan juga sudah sembuh dari lukanya, karena
dapat bergerak begitu cepat.
Segera juga Kwang Tan mengibaskan tangannya waktu melihat sipelajar ini
menyerangnya. "Bukkk!" tenaga mereka saling bentur dan itulah benturan yang sangat kuat
sekali. Tubuh Kwang Tan terhuyung satu langkah sedangkan Kim Siucai sampai dua langkah.
Muka Kim Siucai berobah merah padam, dia kaget untuk lihaynya pemuda ini. Tapi
dia pun penasaran, dia tidak percaya bahwa Kwang Tan memiliki kepandaian berada
diatas nya. Karena itu, dengan suara yang mengerang sangat keras, diapun segera melompat
lagi dan menyerang dengan dahsyat
Kwang Tan melihat serangan yang menyambar datang pada waktu itu merupakan sangat
berbahaya, karenanya serangan yang benar-benar
dia tidak berayal, diapun mengerahkan sinkangnya, apa lagi tadi dalam satu
gebrakan saja dia telah mengetahui lawannya bukanlah lawan yang sembarangan yang memiliki
kepandaian sangat tinggi sekali!
Sekali ini Kwang Tan tidak menangkis dengan keras dilawan keras. Dia mengelak
dulu, baru dia membalas menyerang dan serangannya itu tidak kepalang tanggung, dimana Kwang Tan yakin,
untuk menghadapi Kim Siu-cai, dia harus cepat-cepat dapat merubuhkannya, karena
jika terlalu lama, akan membuat tenaganya habis terkuras, sedangkan di tempat
itu masih ada tiga orang lawan yang
berkepandaian tinggi lainnya, yaitu si kakek, Ya Ya le dan Thong Hok. yang
semuanya memiliki kepandaian tidak rendah.
Begitulah, serangan Kwang Tan membuat Kim Siucai kaget tidak terkira, dia
merasakan tubuhnya panas seperti
terbakar, segera juga dia bermaksud hendak menjauhi diri. Terlambat.
Karena Kwang Tan telah berhasil menghantam dengan pukulan Gunturnya.
Walaupun serangan itu tidak sampai mengenai telak kepada Kim Siucai, tokh telah
membuat Kim Siucai merasakan lengannya seperti kaku, tubuhnya seperti hangus
terbakar. Dia menjerit-jerit dan berusaha menjauhi diri.
Kemudian dengan muka pucat dia berdiri mengawasi kepada kedua tangannya, Agak
hangus kehitam2an. itulah keadaan yang benar-benar sangat mengejutkannya.
Sedangkan Kwang Tan telah berkata dengan suara yang dingin. "Kalian orang2 dari
tingkatan lebih tua tetapi tidak tahu malu dan ingin mengandalkan jumlah banyak
buat merubuhkan jumlah yang sedikit!"
Tapi Ya Ya Ie sudah tidak memperdulikan perkataan Kwang Tan, dia sendiri yang
telah melompat dengan gesit. Gerakan yang dilakukannya juga disertai dengan
tenaga dalam yang disalurkan kepada serulingnya. Dia telah berhasil memulihkan
sinkangnya dengan memperoleh sari dari pemuda yang dijadikan permainannya
didalam goa. Dan dengan sari itu ia pun telah berhasil untuk menambah kekuatannya lebih kuat
dari sebelumnya. Kwang Tan yang diserang seperti itu, diam-diam jadi kaget,
karena dilihatnya sekarang ini kepandaian Ya Ya Ie jauh lebih kuat dan lebih
hebat dibandingkan beberapa
waktu yang lalu. "Bukankah dia tambah lihay"!" diam2 Kwang Tan berpikir didalam hatinya dengan
perasaan tidak mengerti. Tapi Kwang Tan tidak sempat berpikir terlalu lama, Ya Ya Ie telah menyerangnya
dengan gencar sekali, setiap serangan yang dilakukannya merupakan serangan yang
bisa mematikan, Kwang Tan memberikan perlawanan yang gigih.
tadi terluka" Mengapa sekarang jadi
Tapi memang pada dasarnya kepandaian Ya Ya Ie berada dibawah kepandaian Kwang
Tan, maka ia tidak dapat mendesak Kwang Tan lebih hebat lagi.
Setelah lewat belasan jurus, justeru Ya Ya Ie sendiri yang berbalik kena
diserang oleh Kwang Tan. Melihat ini, kakek tua itu tidak mau berdiam diri, dengan mengerang menyeramkan,
karena dia sakit hati pada Kwang Tan yang pernah merubuhkannya, dia melompat
maju dan menyerang lagi. Hebat keadaan Kwang Tan, dia benar-benar terancam bahaya, maka mati-matian dia
mengeluarkan seluruh kepandaiannya buat menghadapi mereka.
Mi Liang Tojin melihat Kwang Tan dikeroyok seperti itu. segera melompat untuk
membantui kawannya itu, Namun Thong Hok telah melompat menghadangnya dan mereka
jadi bertempur seru. Lian Kie Lin hanya mengawasi saja tanpa bisa melakukan suatu apapun juga, karena
memang dia memiliki kepandaian yang tidak terlalu tinggi.
Pula luka didalam seluruhnya, membuat tubuhnya belum lagi sembuh gadis itu hanya
berdiri diam di tempatnya dengan berkuatir sekali.
Sedangkan Kim Siucai yang waktu itu telah berhasil menenangkan hatinya, ketika
melihat Kwang Tan tengah dikeroyok oleh si kakek tua dan Ya Ya le, dia tidak
membuang waktu ikut menerjang buat menyerang Kwang Tan.
Dia jadi penasaran telah dapat dibikin terpental seperti itu oleh Kwang Tan,
malah tangannya setengah hangus. Sekali ini dia menyerang sehebat2nya, terlebih
lagi memang Kwang Tan tengah dilibat oleh Ya Ya Ie dan juga si kakek tua, maka
Kim Siucai jauh lebih mudah untuk menyerang dan mendesak Kwang Tan.
Kwang Tan mengeluh didalam hatinya.
"Jika keadaannya seperti ini terus, niscaya akhirnya aku yang akan rubuh di
tangan mereka! walaupun bagaimana tingginya kepandaianku tapi dikeroyok oleh
tiga orang yang memiliki kepandaian tinggi seperti mereka, aku yang akan
menderita kerugian.... karena itu, aku harus berusaha merubuhkan mereka!"
Sambil berpikir begitu, Kwang Tan pun teringat kepada cara ia merubuhkan kakek
tua itu. Yaitu dengan mempergunakan obat biusnya.
Maka iapun bermaksud hendak mempergunakan obat biusnya lagi. Dia melayani ketiga
orang lawannya dengan mengerahkan seluruh
diam-diam lewat lagi kekuatan dan tangan kanannya kepandaiannya,
telah merogoh sedangkan sakunya. Setelah menyerang beberapa jurus, tahu2 dia
telah dengan mengibas, Dan tersiarlah harum semerbak di sekitar tempat itu.
Kakek tua itu terkejut ketika membaui harum semerbak itu, tapi terlambat. Dia
telah menciumnya dan harum semerbak itu telah ikut tersedot dalam pernapasannya.
Ya Ya le juga tidak keburu menutup pernapasannya, begitu pula dengan Kim Siucai,
yang tidak keburu lagi buat melompat mundur.
Karenanya mereka bertiga seketika merasakan tenaga mereka seperti lenyap
meninggalkan tubuh mereka, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga sepasang tangan mereka tidak mau menuruti lagi perintah hati mereka,
bergerak sangat lambat sekali.
Tengah mereka terkejut, Kwang Tan dengan hebat menghantam ketiga lawannya saling
susul. Ya Ya le dan si kakek tua yang mengenal bahaya untuk diri mereka, segera juga
Pohon Kramat 9 Joko Sableng 43 Karma Manusia Sesat Petualang Asmara 27

Cari Blog Ini