Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 9
Soal kepandaian merupakan urusan dan ilmu silat, sesungguhnya masih nomor dua,
tetapi yang terpenting adalah lurus dan jujur, dimana kalian benar2 harus menjaga
kebersihan nama baik Bu Tong Pay. Dan semua ini memerlukan kesadaran, Maka jika
kalian dapat menjadi murid Bu Tong Pay yang terpenting keadilan dan
perikemanusian, maka kalian jelas akan merupakan orang2 yang menjunjung nama
baik Bu Tong Pay. Sekali saja kalian menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, maka kalian akan
segera mengalami kesulitan tidak kecil, disamping nama baik Bu Tong Pay akan
ternoda, juga kalian harus saling menghormati dari tingkat demi tingkat sesama
saudara seperguruan. Dalam hal ini, peraturan yang ada dalam Bu Tong Pay harus
dipegang teguh....!"
Semua murid Bu Tong Pay menyatakan mereka akan memperhatikan nasehat guru besar
mereka itu. Banyak yang dikatakan Thio Sam Hong kepada cucu muridnya itu, dan akhirnya
perintahkan mereka untuk bubar. Hanya Jie Lian Cu yang diperintahkannya untuk
tetap berada disitu. Kepada Jie Lian Cu telah diberitahukan cara memimpin yang baik, juga dia telah
memberikan petunjuk terpenting dari latihan lwekang dan ilmu silat.
"Selanjutnya aku akan bersunyi diri, sampai detik terakhir dikamar semedhi!"
itulah yang dikatakan Thio Sam Hong.
Semua murid Bu Tong Pay jadi berduka sekali, karena mereka telah diberitahukan
bahwa guru besar mereka itu akan berangkat buat selamanya, dimana mereka tidak
akan dapat bertemu lagi, juga tidak dapat untuk bertanya dan meminta petunjuk
darinya. -oo0O0oo SUMA LIN LIANG yang berada dipuncak Himalaya telah berusaha melatih diri agar
memperoleh kepandaian yang lebih tinggi lagi, Diapun giat sekali melatih ilmu
Sam Cie Kong, kepandaian yang diperolehnya secara mujijat sekali. sedangkan
dalam keadaan seperti itu memang Suma Lin Liang dapat melatih diri dengan penuh
kesungguhan dan juga dia memperoleh sehingga pesat sekali dia
petunjuk Bu Kie lebih jauh, memperoleh kemajuan yang
diinginkannya. Kwang Tan juga telah ikut berlatih dibawah bimbingan Bu Kie. Anak
itu telah memperoleh kemajuan yang pesat, Hanya saja dia masih belum bisa
melatih tiga jurus ilmu pukulan Gunturnya, dimana dia telah berusaha untuk memecahkan ketiga jurus itu,
agar dapat melatihnya dengan sebaik2nya. juga Kwang Tan sangat berterima kasih
sekali pada Bu Kie karena Bu Kie tidak segan2 melatihnya dan juga mendidiknya,
memberitahukan cara2 terbaik untuk melatih kepandaiannya itu.
Hanya saja Bu Kie menolak untuk bantu memecahkan ketiga jurus ilmu "Pukulan
Guntur" milik Kwang Tan. Menurut Bu Kie, jika ia ikut memecahkan ilmu "Guntur"
tersebut, berarti sama saja dengan ia mempelajari
kepandaian tersebut, itulah yang tidak diinginkan oleh Bu Kie. Kepada Kwang Tan
dikatakannya, jika memang ia menemui kesukaran, dalam suatu hal, maka ia bisa
menanyakannya, tetapi tidak perlu Kwang Tan mengemukakan kauwhoat atau teori
dari ilmu pukulan "Guntur" itu.
Dalam keadaan seperti itu Kwang Tan pun tidak dapat memaksanya, karena ia
menyadari akan maksud Bu Kie, yang menginginkan ia sendiri yang memecahkan ilmu
pukulan itu. Thio Bo lain lagi. Selama berada dipuncak Himalaya, dia banyak bergaul dengan
tokoh-tokoh Bengkauw, sehingga ia memperoleh banyak pengalaman dengan
memperbincangkan ilmu silat mereka, sehingga Thio Bo bisa menarik kesimpulan
akan kehebatan silat. Secara tidak langsung iapun telah berbagai ilmu
berhasil untuk menemukan beberapa kelemahan nya.
Bu Kie yang tidak segan-segan telah membantu anggota Bengkau untuk mempelajari
ilmu silat yang jauh lebih tinggi itu, akhirnya telah bersedia juga memberikan
petunjuk kepada Thio Bo, sehingga membuat Thio Bo jadi girang bukan main, diapun
berlatih, dengan giat dimana dia
telah dapat meraih kemajuan yang pesat sekali. Dengan demikian telah membuat
Thio Bo semakin bersemangat berlatih diri.
Lwekang yang semula cukup tinggi dimiliki Thio Bo sekarang memperoleh kemajuan
yang kian pesat, Dalam keadaan seperti itu telah membuat Thio Bo semakin tekun
untuk memperdalam ilmu silatnya.
Menurut Thio Bo, bahwa ia banyak sekali memiliki kelemahan dan menanyakan kepada
Bu Kie bagaimana caranya untuk menutupi kelemahannya itu, Dan Bu Kie
bersedia untuk menjelaskannya, Bu Kie meminta pada Thio Bo agar bersilat di
hadapannya, dia memperhatikan cara bersilat Thio Bo, sehingga dilihatnya memang
benar banyak kelemahan yang dimiliki Thio Bo.
Segera Bu Kie memberikan keterangan yang terperinci kepada Thio Bo,
bagian jurus mana yang harus diperhatikannya, agar dia dapat mengadakan
pembelaan yang lebih rapat dan juga berusaha untuk mengurangi kesalahan yang
selalu dilakukan oleh Thio Bo dalam menggerakkan pundaknya, walaupun kesalahan
itu kecil sekali, namun dalam suatu pertempuran dapat membawa akibat yang sangat
berat. "Lihatlah, Thio Lopeh!" kata Bu Kie setelah Thio Bo selesai bersilat "Betapapun
juga punggungmu selalu bergerak menurun jika kau hendak mengganti dari jurus
yang satu kejurus yang lainnya!"
Thio Bo kurang yakin, dia telah bersilat lagi. Namun sekarang dia memperoleh
kenyataan memang punggungnya selalu bergerak menurun setiap kali dia merobah
dari jurus yang satu kejurus yang lainnya.
Tentu saja hal ini membuat dia jadi heran dan bertanya kepada Bu Kie apa akibat
dari kesalahan yang selalu dilakukannya, Bu Kie tidak segera menjelaskan hanya
meminta Thio Bo untuk bersilat pula,
Dan Thio Bo menuruti permintaan Bu Kie. Waktu dia bersilat pada jurus pertama,
dan akan merobah pada jurus kedua, justeru Bu Kie telah melompat dan mengulurkan
tangan kirinya akan menghantam dadanya.
Thio Bo kaget, dia menahan gerakan tangannya, sama sekali dia tidak berkelit.
Bu Kie tersenyum menahan tangannya, katanya dengan suara yang sabar "Thio Lopeh,
kau tangkislah atau elakan menurut pendapatmu sendiri, kita sedang berlatih, aku
akan memperlihatkan kepadamu cara yang paling mudah untuk menindih kelemahanmu
itu !" Thio Bo jadi girang, kembali dia meneruskan cara bersilatnya, Waktu dia hendak
merobah dari jurus kedua jurus yang ketiga, saat itulah Bu Kie tangannya
diulurkan untuk mencengkeram
Thio Bo segera merobah jurus ketiga bergerak lagi,
menjadi jurus keempat, dia berusaha berkelit.
Namun tahu2 tangan Bu Kie bergerak memutar, membarengi mana dia telah meneruskan
cengkeramannya, dan ia dapat menyentuh pundak Thio Bo. Kemudian cepat sekali Bu
Kie melompat mundur. "Nah, sekarang kau tentu telah dapat mengetahui kelemahanmu itu, bukan "!" kata
Bu Kie. "Jika Thio Lopeh berhadapan dengan lawan, dengan kelemahan tersebut
masih berada pada dirimu, tentu akan membuat engkau mudah sekali diserang,
dimana engkau akan kena di serobot lebih dulu untuk dicelakai. Memang itu
merupakan kelemahan yang tidak akan tampak jika tidak diperhatikan dengan
seksama, justeru kesalahan kecil itu memiliki arti
besar buat keselamatanmu! Jika engkau berhadapan dengan tokoh yang memiliki
kepandaian tinggi, kelemahanmu itu dapat dimanfaatkannya."
Thio Bo seperti tersadar.
"Ya, ya, aku mengerti!" katanya. "Tentunya dengan pundak yang turun sedikit
setiap kali merobah jurus, berarti aku membuka lowongan dibagian atas, gerakan
tangan kurang sempurna dan juga kurang tepat, bukankah begitu, Thio Kauwcu "!"
Bu Kie mengangguk "BENAR !" sahutnya segera. "Memang begitulah yang kumaksudkan."
"Jika demikian apakah dapat aku melenyapkan kelemahanku itu.,"!" tanya Thio Bo.
Bu Kie mengangguk "Benar." sahutnya. "Jika memang kau dapat melatihnya setiap
kali ingin merobah jurus tidak melakukan kesalahan itu, akhirnya kebiasaan
menurunkan pundak sedikit setiap kali hendak merobah jurus seranganmu akan
hilang dan kau akhirnya dapat menghapus kelemahan itu !!"
Thio Bo telah bersilat lagi, dia berusaha untuk merobah cara bersilatnya itu,
dengan mengendalikan pundaknya, agar dapat dikuasainya tidak sampai menurun
setiap kali dia merobah jurus2 yang akan dipergunakannya.
Tetapi pada hari itu Thio Bo tidak berhasil melenyapkan kebiasaannya itu,
setelah berlatih seminggu lamanya kelak. Maka Thio Bo berhasil juga, dan tentu
saja hal itu sangat menggembirakan hatinya.
Justeru yang paling pesat memperoleh kemajuan dalam latihan ilmu silatnya adalah
Suma Lin Liang, memang Suma Lin Liang sendiri pernah diberitahukan oleh Bu Kie,
ilmu tenaga dalam dari kitab Sam Cie Kong itu sebenarnya bukan terdiri dan kitab
ilmu silat yang lurus keseluruhannya, karena
meningkat pada puncak kelak jika latihan itu telah
tertinggi, maka akan menjurus kearah latihan tenaga dalam yang agak sesat.
Karena itu Bu Kie menganjurkan kepada Suma Lin Liang, jika memang dia hendak
melatih ilmu pukulan Sam Cie Kong, dia harus melatihnya dengan cermat sekali,
dimana jika dia telah mencapai tingkat ketiga atau keempat
dia sudah mulai harus melatih lwekang yang murni dengan berbareng, untuk
mengalihkan hawa sesat yang berada didalam ilmu silat Sam Cie Kong.
Suma Lin Liang memang menjatuhi nasehat Bu Kie, akan tetapi tidak urung, setelah
melatih diri sekian lama, akhirnya ia terbawa agak sesat juga, itulah pertahanlahan, karena adanya kekuatan tenaga dalam yang sesat juga dari gurunya, yaitu
Wie It Siauw, sikelelawar penghisap darah, membuat Suma Lin Liang sendiri yang
mulai terseret kesesatan mengalami ancaman tidak kecil.
Dan juga telah dilihatnya, betapapun juga ini
mempengaruhi ilmu silat Suma Lin Liang sehingga dia merasakan, semakin dia
mengadakan perlawanan dengan tenaga dalamnya. semakin terjerumus juga dia dalam
jurang yang menyebabkan, kemerosotan karena semangat.
kepandaiannya diwaktu itu dia seperti mengalami
seperti kehilangan Juga, ketika beberapa waktu yang lalu Suma Lin Liang sampai terluka dalam
beberapa kali pertempuran, waktu melakukan perjalanan kepuncak Himalaya, dia
juga terluka parah oleh pukul Seng Hwee leng-nya Iris dan Tamakochin.
Tetapi sekembalinya ke puncak Himalaya, justeru Bu Kie telah bisa melihat hawa
sesat pada diri pemuda ini sehingga Bu Kie telah menganjurkan agar Suma Lin
Liang sungguh2 melatih tenaga dalamnya dari aliran yang lurus, sementara
melepaskan ilmu Sam Cie Kong itu.
melatih lwekang Kie berasal dan bersumber dari Kiu-Yang-Cin-Keng karena itu. lwekang yang benar2 telah diakui
kelurusannya oleh seluruh akhli silat yang ada didaratan Tionggoan, membantu
banyak Suma Lin Liang untuk memulihkan tenaga dalamnya yang tergempur oleh tenaga dalam
Sam Cie Kong. Dan sekarang setelah lewat beberapa bulan, maka segera dia bisa memulihkan
keadaan dirinya, Tubuhnya lincah kembali, dapat juga melompat seringan seperti
waktu2 yang lalu, disamping itu juga ia telah berhasil untuk mendorong
Suma Lin Liang menurut, dia telah murni Bu Kie. Perlu diketahui, bahwa Lwekang
Bu desakan hawa sesat yang membuat dia jadi dapat memulihkan semangat murninya
itu. Bukan main girangnya Suma Lin Liang, rajin sekali dia telah berusaha untuk
melatih lwekang yang diajarkan oleh Bu Kie, dan setelah hawa sesat mulai dapat
disirnakan, Bu Kie telah memeriksanya dan menyatakan bahwa Suma Lin
liang telah berhasil mengusir hawa sesat pada dirinya. Dan Bu Kie menyatakan
bahwa ia telah diperbolehkan untuk mulai melatih Sam Cie Kong nya lagi.
Dan Suma Lin Liang mulai meneruskan latihan ilmu Sam Cie Kong itu, dia telah
dapat menguasai dirinya, agar
tidak terseret oleh kesesatan, Dan dia telah dapat untuk mendesak hawa sesat
itu, sambil tetap berlatih ilmu Sam Cie Kong.
Hanya saja yang membawa keuntungan buat Suma Lin Liang justeru memang ia
berlatih diri dibawah pengamatan Thio Kauwcu itu.
Dia telah dapat melatih sampai tingkat ke-enam, dan Bu Kie melihat sudah tidak
ada kesesatan lagi pada diri pemuda itu.
Begitulah Suma Lin Liang kini telah berobah menjadi pemuda yang tangguh,
memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dengan lwekang yang lurus dan bersih
dimana biarpun ia melatih Sam Cie Kong, tokh hawa kesesatannya tidak
mempengaruhinya lagi. ooooo)OdwO(ooooo Jilid14 PADA pagi itu tampak Bu Kie tengah berunding dengan Tio Beng, ia menyatakan
kepada Tio Beng, bahwa ia sangat rindu sekali kepada Tay-suhunya, Karena itu,
terkandung maksud dihati Bu Kie untuk mengajak isterinya itu kembali ke Bu Tong
Pay, guna menanyakan kepada Jie Lian Cu mengenai kabar dan berita Tay suhunya
itu. Dalam keadaan seperti itu sebenarnya Tio Beng tidak menyetujui keinginan Bu Kie,
ia telah menjelaskan, jika saja mereka meninggalkan puncak Himalaya disaat
orang2 Cu Goan Ciang berkeliaran dikaki gunung, dan juga jago2 Persia yang
kemungkinan besar bisa muncul disembarang waktu, pasti akan membuat mereka itu
mengalami kesulitan yang tidak kecil.
Tentu saja anggota Bengkauw yang hanya merasa beberapa orang saja diatas puncak
Himalaya itu akan menghadapi kesulitan tanpa adanya Thio Kauwcu mereka.
Bu Kie jadi ragu-ragu, Apa yang dikatakan isterinya memang beralasan, tetapi
perasaan rindunya kepada Thio Sam Hong, dan juga ia ingin sekali mengetahui
berita mengenai Tay-Suhunya itu, apakah telah kembali ke Bu Tong San atau belum.
"Kita lihat saja beberapa hari mendatang, jika keadaan memungkinkan, kita akan
berangkat!" kata Tio Beng, yang melihat keadaan suaminya, ia jadi tidak tega.
Sedangkan Bu Kie tengah berpikir keras, ia tidak menyahuti perkataan isterinya.
Diwaktu itu Bu Kie telah berpikir apakah ia pergi seorang diri saja" Atau memang
mengutus salah seorang anak buahnya untuk pergi ke Bu
Tong San, untuk menanyakan perihal berita Thio Sam Hong.
Akhirnya Bu Kie memutuskan untuk menempuh jalan kedua itu.
"Yang paling tepat tentunya Suma Lin Liang!" menggumam Bu Kie.
Tio Beng heran melihat sikap Bu Kie, dia menghampiri dan duduk didekat suaminya
di pegang bahu suaminya. "Bu Kie, apa yang tengah kau pikirkan." tanya Tio Beng
kemudian, "Kau tidak perlu menyesal karena sekarangsekarang belum dapat pergi
menjenguk Tay-suhu, tetapi begitu kita mempunyai kesempatan tentu kita akan
berangkat kesana. Tentu Tay-suhu dalam keadaan sehat wal"afiat, karena memang
beliau memiliki lwekang yang telah sempurna sekali, kau jangan terlalu kuatir!"
Bu Kie menggelengkan kepalanya, katanya "Bukan itu yang tengah kupikirkan,
karena aku tengah memikirkannya Beng-moay, apakah wakilku saja untuk lebih baik
aku mengutus seorang pergi ke Bu Tong San, guna menanyakan berita terakhir mengenai Tay-suhu?"
Muka Tio Beng berubah jadi berseri2, kemudian dia mengangguk. "Ya, mungkin itu
cara yang lebih baik!" kata Tio Beng kemudian, "Siapa sekiranya yang ingin
diperintahkan kau untuk pergi ke Bu Tong San?"
Bu Kie tidak segera menyahuti, dia berpikir keras, Namun akhirnya dia bilang:
"Justeru aku sendiri belum lagi mengetahui, siapa orang yang sekiranya cocok
untuk tugas itu." Mendengar itu Tio Beng tersenyum. "Bukankah tadi kau telah memikirkan seseorang
sebagai utusanmu?""
Bu Kie menoleh memandang heran kepada isterinya, kemudian tanyanya: "Siapa?"
"Bukankah kau telah menyebut Suma Lin Liang "!" kata Tio Beng. Bu Kie menghela
napas dalam2, dia menepuk lututnya, katanya, "Memang aku berpikir untuk
perintahkan dia pergi ke Bu Tong San. Kepandaiannya telah mengalami kemajuan
yang pesat." "Lalu mengapa harus ragu2 lagi" Bukankah dia bisa dipercaya tidak akan mengalami
rintangan dalam perjalanan ?" tanya Tio Beng
"Justeru memang aku tengah dibimbangkan kalau nanti dia mengalami kesesatan lagi
jika melatih ilmu Sam Cie Kong tanpa pengawasanku !"
"Kalau begitu, apakah untuk sementara Suma Lin Liang tidak bisa menghentikan
latihan ilmunya itu "!" tanya Tio Beng, "Nanti setelah kembali barulah dia
berlatih untuk tingkat lebih lanjut pula "!"
Muka Bu Kie tiba2 berseri2, dia berseru girang: "Benar ! Aku sendiri sampai
melupakannya ! Dengan cara seperti itu tentu dia bisa membatasi dulu kesempatan
berlatih, agar tidak terjerumus kedalam hawa sesat ilmu itu. Dengan demikian ia dapat
melaksanakan perintahku itu !?"
Tio Beng tersenyum sambil mengangguk. Bu Kie segera perintahkan seorang pelayan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
agar memanggil Suma Lin Liang menghadap keruang
perpustakaannya. Suma Lin Liang yang diberitahukan pelayan itu, cepat2 menghadap Bu Kie. Bu Kie
menjelaskan kepada Suma Lin Liang mengenai maksudnya yang ingin perintahkan Suma
Lin Liang pergi ke Bu Tong Pay guna mencari berita mengenai guru besar Bu Tong Pay itu, yaitu
Thio Sam Hong. Suma Lin Liang gembira menerima tugas tersebut ia menyanggupinya, malah Suma Lin
Liang menyatakan, ia bisa melatih ilmunya yang telah cukup dipelajarinya atas
petunjuk Bu Kie, walaupun belum keseluruhannya.
Mendengar pernyataan Suma Lio Liang itu, Bu Kie segera berkata: "Tetapi kau
ingat, kau tidak boleh melatih dengan jurus2 yang baru. Selama berada dalam
perjalanan kau tidak boleh melatih tingkat lebih tinggi dari ilmu
silatmu itu, karena jika memang engkau melatihnya, mungkin engkau akan terpengaruh oleh hawa sesat lagi,
sebab engkau tidak berada dalam pengawasanku !"
Suma Lin Liang mengiyakan, ia juga mengatakan apa yang dimaksudkan oleh Bu Kie
telah dimengertinya. "Nah, jika memang engkau kesepian melakukan perjalanan seorang diri, kau boleh
mengajak Kwang Tan, bersamanya tentu tidak akan merepotkan engkau, iapun
memiliki kepandaian yang cukup tinggi disamping ilmu pengobatannya yang
mengagumkan!" Suma Lin Liang tambah girang mendengar ijin dari Thio Kauwcu bahwa ia boleh
mengajak Kwang Tan. Setelah kembali ketempatnya Suma Lin Liang segera
memberitahukan kepada Kwang Tan.
Anak lelaki itupun, yang memang sudah bosan berdiam terus dipuncak Himalaya,
jadi girang bukan main mendengar dirinya ingin diajak Suma Lin Liang ke Bu Tong
San, iapun menyatakan ingin mengajak Thio Bo.
Akan tetapi waktu hal itu disampaikan kepada Thio Bo, ternyata lebih senang ia
berdiam dipuncak Himalaya buat
melatih ilmunya karena dia memang bermaksud hendak melatihnya lebih baik lagi
dibawah bimbingan Bu Kie.
Alasan lainnya memang Thio Bo Liang telah mengalami kemajuan kepandaiannya telah
lebih liehay dibandingkan dengan waktu2 yang lalu. Juga Kwang Tan pun telah
memiliki kemajuan yang pesat sekali.
melihat Suma Lin yang pesat sekali, Atas petunjuk Bu Kie, ia telah bisa menemui cara yang terbaik
buat melatih ilmu "pukulan "Guntur"nya itu. Karenanya ia yakin bahwa Suma Lin
Liang berdua Kwang Tan tidak akan menemui kesulitan.
Begitulah akhirnya Suma Lin Liang menentukan ia hanya akan berangkat didampingi
Kwang Tan saja, dan ia yakin dengan adanya Kwang Tan, ia tidak perlu kuatir lagi
akan dicurangi lawannya dengan mempergunakan racun dan sebagainya.
Dua hari kemudian, tampak Suma Lin Liang berdua dengan Kwang Tan telah
meninggalkan Himalaya, mereka diantar oleh Bu Kie, Tio Beng serta beberapa orang
anggota penting Bengkauw.
Dengan gembira Kwang Tan bernyanyi-nyanyi waktu menuruni puncak Himalaya. Suma
Lin Liang telah memperingatkan padanya, bahwa perjalanan yang akan mereka
lakukan bukanlah perjalanan yang mudah dan menggembirakan, karena untuk mencapai
Bu Tong San dari Himalaya harus menempuh perjalanan yang sangat jauh sekali.
Tetapi Kwang Tan menyatakan ia sangat gembira dan dibandingkan harus berdiam
terus di Himalaya, maka perjalanan ini benar2 membuat hatinya terbuka.
Malah nyanyinya jadi semakin keras, karena ia ingin menunjukkan kegembiraan
hatinya itu. Dua hari Kwang Tan dan Suma Lin Liang melakukan perjalanan dan baru
mereka tiba dikaki gunung Himalaya. Dan keadaan disana jauh lebih indah karena
jika dipuncak gunung Himalaya yang dingin dan sepanjang musim selalu
tertutup oleh salju yang telah membeku keras, maka di kaki gunung itu salju yang
menutupi sekitar tempat itu tidak setebal dan sebanyak dipuncak gunung Himalaya.
Karena dari itu, mereka telah melihat adanya pohonpohon yang sangat rindang
menghijau menambah keindahan alam disekitar tempat itu.
Kwang Tan tidak hentinya memuji akan keindahan ditempat itu, dan juga Suma Lin
Liang mengakui bahwa tempat itu demikian indah bagaikan tempat berdiamnya dewa
dan dewi, membuat Suma Lin Liang bersajak, ia
memuji akan keindahan disekitar tempat itu.
Selesai Suma Lin Liang membacakan sajaknya, Kwang Tan menepuk tangan berulang
kali. Namun, waktu mereka berdua bergirang hati, sambil bersajak dan tertawa2 karena
mengagumi akan keindahan tempat itu, tiba2 mereka telah melihat sesuatu yang
menarik perhatian mereka, bahkan mengejutkan.
Diatas tanah yang tertutup salju tidak begitu tebal, tampak menggeletak sesuatu
barang. Barang itu berbentuk Leng, dan setelah mereka menghampiri dan
memeriksanya, maka barang itu tidak lain dari Seng Hwee Leng.
Suma Lin Liang yang mengenali Seng Hwee Leng dan mengetahui bahwa benda itu
adalah pusaka dari Bengkauw, diam2 jadi heran dan telah memandangi beberapa saat
sampai akhirnya dia menghampiri dan mengulurkan tangannya, dia bermaksud
mengambil Seng Hwee Leng itu.
Namun Kwang Tan keburu mencekal lengannya. "Jangan !" cegahnya.
Suma Lin Liang memandang Kwang Tan dengan mata terbuka lebar.
"Kenapa "!" tanyanya heran. "Mungkin benda itu mengandung racun." menjelaskan
Kwang Tan. "Ohhh...!" berseru Suma Lin Liang seperti juga takjub, dan telah memandangi
benda sehingga dia melihatnya benda kuning agak gelap ke-biru2an. tersebut
beberapa saat itu memang berwarna Disaat itu Kwang Tan telah mengambil sebatang ranting
kering, dia telah mengorek benda itu dari tumpukan es dan kemudian berjongkok
untuk memeriksa keadaan benda itu.
Sama sekali Kwang Tan tidak berani memegang benda itu. Suma Lin Liang hanya
mengawasi dari samping saja.
Suma Lin Liang yang memang tidak mengerti perihal racun. Justeru Kwang Tan telah
bilang: "Coba Suma koko perhatikan salju tempat dimana benda itu tadi
menggeletak Suma Lin Lian menurut, dia telah memperhatikan tumpukan salju itu, dari mana
memancar sinar kebirubiruan:
"Suma Koko, tentunya engkau melihat sinar yang kebiru2an itu, bukan "!" tanya
Kwang Tan kemudian Suma Lin Liang berdiam diri sejenak, sampai akhirnya
mengangguk. "Ya !" sahutnya kemudian dengan sikap ragu2. "Apa artinya warna ke-biru2an
itu"!" Kwang Tan tersenyum tawar.
"Itulah sisa racun yang masih mengendap ditumpukan salju itu,tentu racun yang
berada di Seng Hwee Leng itu merupakan racun yang sangat ampuh sekali" kata
Kwang Tang menjelaskan. Suma Lin Liang termenung2 mengawasi tumpukan salju itu, sampai akhirnya dia
menghela napas. "Akh, aku kurang berhati2, hampir saja aku bercelaka, untung saja kau telah
memperingatkan aku!"
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Tentu ada orang yang sengaja meletakkan Seng Hwee Leng ini disini, dan sengaja
pula Seng Hwee Leng ini ditaburi racun, agar ada seseorang yang memegangnya dan
bercelaka!" Kwang Tan menjelaskan.
"Benar!" tiba2 terdengar suara orang menyahuti perkataan Kwang Tan, "Apa yang
dikatakan bocah cilik itu memang tepat! Aku kagum atas kecerdasannya!"
Dan setelah berkata begitu segera juga terlihat sesosok bayangan telah melompat
bangun berdiri dari tumpukan salju, salju itu bertebaran kemana-mana, rupanya
orang itu telah bersembunyi tidak dimana2. dia tidak berada jauh dari
tempat adanya Seng Hwe Leng itu dan telah mengubur dirinya didalam tumpukan
salju, begitu dia melompat berdiri, maka salju itu telah bertebaran.
Jika saja orang itu tidak bergerak atau bangun, tentu tidak mungkin ada orang
yang bisa mengetahui bahwa dibawah tumpukan sa"ju itu bisa ada seseorang yang
sengaja mengubur dirinya disitu.
Segera juga Suma Lin Liang melompat mendekatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapa kau " Apakah engkau yang telah
sengaja meletakan Seng Hwee Leng disitu dan sengaja menaburkan racun pada Seng
Hwee Leng itu "!" tanya Suma Lin Liang.
Orang itu mengangguk. "Benar...!" sahut orang itu sambil mengangguk, dia mengusap mukanya, segera juga
salju yang menutupi sebagian mukanya telah dapat dibersihkan. Dan juga waktu
itu, terlihat jelas muka orang itu, yang hidungnya mancung seperti burung betet,
juga matanya yang kebiru-biruan, dengan pakaiannya seperti orang Persia.
Rambutnya itu diikat, keatas menjadi dua konde, tampaknyapun dia sangat lucu
sekali, jika saja tidak ditambah dengan bentuk mukanya yang kurus dan
memperlihatkan kejantanannya, Suma Lin Liang melihat orang itu segera teringat
sesuatu, tanyanya: "Apakah.... ....apakah engkau ini salah seorang anggota Bengkauw dari Persia "!"
Orang itu mengangguk perlahan, dia telah membenarkan lagi.
"Lalu api maksudmu meletakkan Seng Hwee Leng disitu, bahkan sengaja telah
menaburkan racun pada Seng Hwee Leng itu "!" tanya Suma Lin Liang jadi tidak
senang. Orang asing itu, yang mengaku sebagai salah seorang anggota Bengkauw di Persia,
telah tertawa, suara tertawanya sangat demikian keras, semakin lama jadi
semakin meninggi dan juga bergelak2, menyebabkan tempat itu tergetar oleh suara
tertawanya tersebut. Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya karena segera anak ini menyadari bahwa
mempergunakan kekuatan menguasai dan mempengaruhi Suma Lin Liang dan dia. orang itu tengah berusaha
tenaga dalamnya buat Dimana dengan tertawa seperti itu, orang Persia itu
bermaksud hendak merubuhkan Suma Lin Liang berdua, karena suara tertawanya itu
mengandung lwekang tingkat tinggi, sehingga menggetarkan gendang telinga Suma
Lin Liang dan juga Kwang Tan.
Sedangkan Suma Lin Liang pun menyadari bahwa orang Persia ini bermaksud tidak
baik padanya, Karena itu, dia telah berusaha mengerahkan lwekangnya, Hanya saja
ia kaget sendirinya, semakin kuat Suma Lin Liang menyalurkan kekuatan tenaga
dalamnya, maka semakin hebat terjangan pengaruh suara tertawa itu, dimana Suma
Lin Liang merasakan darahnya seperti beredar lebih cepat. Dengan segera Suma Lin
Liang memperingatkan Kwang Tan : "Hati2. dia ingin mempengaruhi kita dengan
suara tertawanya itu."
"Ya, aku tahu, Suma Koko" kata Kwang Tan.
"Jika begitu, mari kita menerjang bersama-sama kepadanya!" kata Suma Lin Liang.
Namun belum lagi Kwang Tan menyahuti, orang Persia itu yang telah melihat Suma
Lin Liang dan Kwang Tan tidak bisa merubuhkan dengan pengaruh suara tertawanya
itu telah berhenti tertawa.
Diam-diam diapun kaget, karena sama sekali dia tidak menyangka bahwa Suma Lin
Liang dan Kwang Tan dapat bertahan diri dari pengaruh suara tertawanya itu. Dan
juga, yang membuatnya tambah heran adalah Kwang Tan, anak
lelaki yang berusia baru belasan tahun itu, tetapi telah dapat mempertahankan
diri dari pengaruh suara tertawanya itu.
"Siapa kalian" Apakah kalian anggota dari Bengkauw Tionggoan?" tanya orang
Persia. Suma Lin Liang segera mengangguk "Benar, aku anggota Bengkauw Tionggoan, dan
kini engko kecil ini bukan anggota Bengkauw, ia hanya sahabat dekat kami!"
menyahuti Suma Lin Liang.
"Lalu, engkau sebagai anggota Bengkauw Persia, yang tentunya merupakan orang
sendiri, mengapa pula hendak mencelakai kami?"
Mendengar pertanyaan Suma Lin Liang itu orang Persia itu telah membuka matanya
lebar-lebar mengawasi Suma Lin Liang dan Kwang Tan bergantian sampai akhirnya
dia bilang dengan suara yang tawar:
"Hemmm jadi engkau seorang anggota Bengkauw" Baik" Setelah engkau mengetahui
bahwa aku ini adalah utusan dari Persia, mengapa engkau tidak segera berlutut,
untuk menerima perintahku!" Suma Lin Liang memandang bengong kepada orang Persia
itu, namun dia segera menggelengkan kepalanya.
"Tidak ! Aku tidak mau berlutut memberi hormat kepada kau !" kata Suma Lin Liang
kemudian, "Karena kau tentu sama seperti ke dua orang kawanmu, merupakan
manusia2 tidak baik."
"Mengapa kau berani berlaku begitu lancang "!" tegur orang Persia itu dengan
sikap mendongkol. Matanya dibuka lebar2. dia telah mengawasinya dengan tajam.
"Hemm, jika memang engkau tidak bermaksud jelek pada kami, tentu engkau tidak
akan menyembunyikan diri dibawah tumpukan salju, juga engkau tidak akan
membiarkan Seng Hwie Leng menggeletak disini dengan ditaburkan racun !"
menyahuti Suma Lin Liang.
Tetapi pada waktu itu Kwang Tan tertawa, katanya: "Kau rupanya memang bermaksud
hendak mencari urusan dengan orang-orang Bengkauw Tionggoan, karena
tampaknya engkaupun tidak bermaksud baik kepada kami! Ke dua orang kawanmu,
beberapa waktu yang lalu justeru telah memanfaatkan kesempatan yang ada buat
mencelakai kawanku ini. Kawanku ini, Suma Koko, begitu taat dan patuh, begitu
melihat Seng Hwee Leng itu, segera juga ia berlutut untuk memberi hormat, tetapi
disaat ia berlutut dengan patuh seperti itu, justeru punggungnya telah
dihantam dengan kuat sekali oleh kedua orang Persia itu."
Mendengar perkataan Kwang Tan itu, bola mata orang Persia tersebut memain tidak
hentinya, kemudian katanya: "Lalu sekarang ini , dimana beradanya kedua kawanku
itu "!" "Mana kami tahu "!" menyahuti Kwang Tan segera, "Kami tidak mengetahui kemana
dia akan pergi, kami juga tidak bisa menahannya waktu mereka melarikan diri, dan
kamipun tidak perlu menanyakan kepada mereka kemana mereka hendak pergi."
Setelah berkata begitu, segera juga Kwang Tan menoleh kepada Suma Lin Liang,
katanya: "Dan kau Suma Koko, kukira engkau tidak perlu menghargai Seng Hwee Leng
dari Persia itu, bukankah Thio Kauwcu pun telah menjelaskan bahwa Bengkauw,
daratan Tionggoan akan memisahkan diri dari Bengkauw Persia"!"
Suma Lin Liang hanya mengangguk "Benar, aku anggota Bengkauw dari Tionggoan,
jadi bukan anggota Bengkauw Persia, karena itu, jika memang anggota Bengkauw
Persia tidak bermaksud baik kepada Bengkauw kami di
Tionggoan, dengan demikian akupun tidak perlu menghormati mereka." Mendengar sahutan seperti itu,
Kwang Tan mengangguk dan menimpali: "Jika memang kau hendak mencelakai kami
kiranya tidak perlu kau mempergunakan racun,
menaburkannya pada Seng-Hwee Leng itu..."
Sambil berkata begitu, Kwang Tan telah menunjuk kearah Seng Hwee Leng itu,
katanya "Nah, kau sendirilah yang mengambilnya, aku ingin melihatnya, apakah
engkaupun berani untuk berurusan dengan racun yang terdapat di Seng-Hwee Leng
itu!" Mendengar tantangan seperti itu, orang Persia tersebut tersenyum dingin,
kemudian melangkah dan menghampiri Seng Hwee Leng yang menggeletak ditumpukan
salju, dia telah mengambilnya dan segera mencekalnya.
"Siapa mengatakan Seng Hwee Leng ini beracun" Lihat aku telah memegangnya dan
tidak mengalami sesuatu apapun juga":" katanya.
Kwang Tan tersenyum. "Lalu apa maksudmu menggeletakkan Seng Hwee Leng itu diatas tumpukan salju "!"
tanya Kwang Tan lagi. "Justru aku ingin melihat, jika ada orang yang lewat
ditempat ini, kalau memang dia bukan orang Bengkauw, tentu dia tidak akan
tertarik oleh Seng Hwee Leng ini, namun jika saja ia tertarik, berarti ia
memiliki hubungan dengan Bengkauw Tionggoan, jelas "!"
Kwang Tan mengangguk. "Baiklah ! Kau mengatakan bahwa Seng Hwee Leng itu tidak
mengandung racun, tetapi aku yakin bahwa Seng Hwe Leng itu mengandung racun,
karena itu, maukah kau bertaruh?"
Mendengar tantangan seperti itu, orang Persia itu jadi tertegun mengawasi Kwang
Tan dan kemudian Suma Lin Liang, Dia memang telah melihatnya, walaupun usia Suma
Lin Liang jauh lebih besar dan dewasa dibandingkan Kwang Tan, tetapi jelas Suma
Lin tololan dan polos, dimana jelas
Liang agak ketololdia tidak memiliki pengetahuan tentang racun. Namun anak
lelaki kecil ini justeru demikian tenang sekali didalam te kanannya bahwa di
Seng Hwee Leng itu mengandung hawa racun, dia jadi ragu2.
Namun akhirnya dia berpikir, apa artinya seorang anak kecil seperti itu, tentu
dengan mudah dia dapat merubuhkannya. Justeru di hatinya dia berpikir, yang
perlu sekali diperhatikannya adalah Suma Lin Liang yang tampaknya memang
memiliki kepandaian yang tinggi, karena matanya saja bersinar begitu tajam.
Diwaktu itu tampak Kwang Tan telah berkata lagi: "Jika memang hanya untuk
memegang Seng Hwee Leng itu tanpa perlu terluka, hal itupun dapat kulakukan..."
Bola mata orang Persia itu yang membiru jadi bermain beberapa kali mencilak
kesana-kemari, tampaknya dia jadi girang. Diapun berpikir didalam hatinya.
"Bagus! Hemm, kau kira racun yang kupergunakan ini adalah racun yang daya
kerjanya lemah" Begitu engkau memegangnya, segera engkau akan terluka hebat dan
Juga akan membuat engkau menyesalpun tidak ada gunanya! inilah bagus sekali
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buatku karena dengan demikian tanpa
susah payah aku dapat membuat kau memegangnya."
Karena berpikir seperti itu, maka orang Persia itu mengangguk.
"Pertaruhan seperti apa yang engkau inginkan "!" tanyanya.
"Terserah kepadamu saja "!" menyahuti Kwang Tan, sikap anak ini senang sekali,
sedangkan Suma Lin Liang mengawasi Kwang Tak terheran2, karena Suma Lin Liang
tidak mengetahui entah apa yang ingin di lakukan oleh Kwang Tan.
"Baiklah, kita bertaruh begitu saja! jika aku yang kalah, dimana engkau memang
dapat mencekal Seng Hwee Leng itu tanpa terluka, maka aku akan segera berlutut
dihadapanmu sebanyak sepuluh kali anggukan, tetapi jika engkau yang kalah dalam
pertaruhan ini. engkau harus baik2 mematuhi setiap perintahku. Bagaimana, apakah
engkau menyetujuinya ?"
Kwang Tan tersenyum. "Ringan sekali pertaruhan itu dan tidak adil, jika aku
kalah, maka aku harus mematuhi semua Perintahmu, tetapi jika engkau kalah, cukup
engkau hanya berlutut dan
menganggukkan kepalamu sebanyak sepuluh kali saja, ini namanya tidak adil, kau
selain harus berlutut dan menganggukan kepala sepuluh kali, juga harus memanggil
aku "Yaya" sebanyak sepuluh kali !"
"Muka orang Persia itu berobat, karena bagi seorang tokoh rimba persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi, jika dia telah berlutut dan menganggukkan kepalanya
sepuluh kali, itupun bukan hal yang remeh, tetapi sangat memalukan sekali,
dimana namanya telah runtuh maka
sekarang mendengar Kwang Tan menuntutnya agar dia juga memanggil Kwang Tan
sebagai "Yaya" atau kakek, membuat dia jadi mendongkol sekali, akan tetapi
hatinya segera berpikir. "Hemm. usianya masih begitu muda, tidak mungkin dia bisa menghadapi racun yang
telah kutaburkan pada Seng
Hwee Leng itu, karena itu, dalam hal ini tentu akan membuat dia sia2 belaka,
biarpun bertaruh apa saja, maka biarlah aku menerimanya .!"
Karena berpikir begitu, segera juga orang Persia itu mengangguk.
"Baiklah ! Baiklah !" katanya kemudian. "Aku menerima syaratmu itu." Kwang Tan
girang. "Kemarikan Seng Hwee Leng itu..." katanya kemudian.
Orang Persia itu telah menyerahkan Seng Hwee Leng itu, yang disambuti oleh Kwang
Tan, yang mencekalnya dengan tenang, sama sekali Kwang Tan tidak memperlihatkan
dia kesakitan atau juga mengalami sesuatu yang tidak diinginkannya, diwaktu itu
dia telah melihatnya, Kwang Tan dengan tenang dan tersenyum-senyum, selain
mencekal Seng Hwee Leng itu dengan tangan kanannya, juga mempergunakan tangan
kanannya mengusap2 Seng Hwee Leng itu.
Mata orang Persia itu jadi terbuka lebar2, dilihatnya anak lelaki belasan tahun
itu benar2 sesuatu apapun juga, dia jadi berseru berkata dengan suara yang ragu2.
"Apakah... apakah engkau tidak mengalami heran, dan telah
memang dapat memegangnya...." Dia seperti juga tidak yakin apa yang dilihatnya.
Sedangkan Kwang Tan sambil tersenyum telah bilang: "Kau telah melihatnya
sendiri, bahwa aku bisa mencekal Seng Hwee Leng ini dan tidak mengalami sesuatu
apapun juga, aku tidak tercelaka, bukan "!"
Orang Persia itu telah memandang tertegun pada Kwang Tan, dia seakan juga tidak
bisa berkata2 dalam waktu sejenak itu.
Kwang Tan tersenyum lagi dan menoleh pada Suma Lin Liang katanya. "Suma Koko
akan ada orang yang memanggilku Yaya, sungguh menggelikan sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suma Lin Liang tertawa bergelak2, dan telah menekan2 perutnya, rupanya dia
girang, dan terlalu geli mendengar perkataan Kwang Tan.
Tertawa Suma Lin Liang membuat orang Persia itu tersadar, dia telah membentak
bengis: "Akal bulus apa yang kau pergunakan?"
Kwang Tan membuka matanya lebar2. "Ohhh, akal bulus apa?" tanyanya.
"Hemmm, engkau pergunakan penawar racun apa sehingga engkau dapat mencekal Seng
Hwee Leng itu tanpa terluka?" tanya orang Persia itu.
"Ohhh, jika engkau bertanya begitu tentunya Seng Hwee Leng ini benar2 mengandung
racun, sama seperti apa yang kukatakan tadi?"
Suma Lin Liang juga telah berseru: "Benar! Benar! Dia heran kau bisa mencekal
Seng Hwee Leng itu, jelas ia telah menaruhkan racun pada Seng Hwee Leng nya itu.
jika memang Seng Hwee Leng itu tidak beracun, dia tentu tidak perlu heran
melihat engkau mencekalnya tanpa bercelaka."
Muka orang Persia itu berobah memerah, dia rupanya jadi malu karena kedok telah
terbuka. "Hemm, baiklah! Kukatakan terus terang bahwa memang Seng Hwee Leng itu
beracun. Dan sekarang aku tidak mau berlutut atau memanggilmu Yaya, aku mau
melihat apa yang ingin engkau lakukan!"
"Jika memang engkau tidak mau berlutut, atau juga memanggil Yaya padaku, itu
terserah kepadamu, aku tidak akan memaksanya, Bukankah tadi engkau juga yang
bersedia bertaruh denganku?"
Mendengar pertanyaan Kwang Tan, muka orang tersebut jadi berobah memerah lagi.
Dia gusar sekali. "Kemarikan Seng Hwee Leng itu !" katanya.
"Ohh, mana mungkin?" kata Kwang Tan "Jika engkau berlutut atau memanggilku
dengan sebutan Yaya, maka Seng Hwee Leng ini akan kukembalikan. Tetapi jika
engkau mau membawa caramu, tidak akupun bisa membawa caraku mau menepati janjimu, sendiri. Aku dapat saja
mengatakan bahwa Seng Hwee Leng ini menarik sekali dan aku tidak ingin
mengembalikan. Sama seperti tadi, aku
tidak bisa mendesak dan memaksamu berlutut atau, memanggilku dengan sebutan Yaya, maka
engkaupun tidak bisa memaksaku buat mengembalikan lagi Seng Hwee Leng ini....dan
seperti yang tadi engkau bilang, maka akupun ingin sekali melihat, jika memang
aku tidak mengembalikan Seng Hwee Leng ini, apa yang bisa engkau perbuat ?"
Meluap kemarahan hati orang Persia itu. "Kurang ajar sekali mulutmu!" katanya
berbareng dengan bentakannya, tangan
bermaksud akan merampas kanan nya menjambret dia Seng Hwee Leng ditangan Kwang Tan.
Tetapi Kwang Tan yang sekarang bukan Kwang Tan beberapa waktu yang lalu. Dia
telah memperoleh penjelasan inti ilmu silat dari Bu Kie, karena itu, melihat
orang Persia tersebut hendak merampas Seng Hwee Leng dia telah berkelit
kesamping. "Ohhh, engkau mengerti ilmu silat yang lumayan juga, sehingga engkau besar
kepala!" kata orang Persia itu, yang jadi tambah gusar dia kembali melompat
kedekat Kwang Tan, tangannya tetap saja menjambret hendak merampas Seng Hwee
Leng itu. Namun Kwang Tan bermaksud hendak mempermainkan orang Persia itu. Dia telah
melompat ke samping, berkelit dengan gesit sekali. Seng Hwee Leng itu tetap
tidak ingin diserahkannya.
Disaat itu Suma Lin Liang tidak bisa tinggal diam melihat orang Persia itu
hendak merampas Seng Hwee
Leng dari tangannya Kwang Tan.
Dia melompat kedekat orang Persia itu, dan karena orang Persia itu tengah
mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Kwang Tan berdiri membelakangi Suma Lin
Liang, mudah saja Suma Lin Liang menggerakkan tangan kanannya menghantam kuat sekali punggung orang Persia
tersebut. Semula Suma Lin Liang, yang memukul dengan cepat dan kuat itu, menduga
bahwa ia akan berhasil dengan pukulannya itu. Namun buat kagetnya, ternyata
pukulannya itu gagal mengenai sasarannya, karena justeru orang Persia itu telah
dapat mengelakkan sedikit tubuhnya, dia telah mengibas dengan tangan kirinya.
Gerakannya tertangkis dan
menyusuli dengan pukulan lainnya.
Kwang Tan sambil tertawa telah bilang pada Suma Lin Liang: "Suma Koko, biarkan
dia berurusan denganku dulu, jika memang aku tidak dapat menghadapinya dengan
baik, barulah Suma Koko yang memberesinya..." teriak Kwang Tang dengan suara
nyaring. itu membuat tangan Suma Lin Liang membuat Suma Lin Liang tidak dapat
Sebenarnya Suma Lin Liang masih penasaran hendak menghantam lagi orang Persia
itu, akan tetapi mendengar teriakan Kwang Tan, Suma Lin Liang jadi membatalkan
maksudnya itu, dia tidak meneruskan hantamannya, malah
telah melompat dengan ringan ke belakang menjauhi diri dari orang Persia itu.
Orang Persia itu yang melihat Suma Lin Liang telah melompat menjauhi diri dari
dia, segera juga melompat kedekat Kwang Tan.
"Jika engkau tidak mau mengembalikan Seng Hwee Leng itu, sama saja engkau
menginginkan batang lehermu itu remuk oleh hantamanku."
Dan menyusuli dengan perkataannya itu, kedua tangan bergerak dengan jurus2 yang
sangat aneh dan cepat sekali,
dimana dia telah berusaha untuk mencengkeram atau menghantam Kwang Tan dengan
tenaga lwekang yang dahsyat.
Kwang Tan pun tidak tinggal diam, dia telah berseru beberapa kali, karena hampir
saja Seng Hwee Leng itu kena
dirampas oleh orang Persia itu, diam-diam Kwang Tan jadi kagum sekali karena
dilihatnya bahwa orang Persia ini memang benar2 memiliki kepandaian yang tinggi
sekali. Tetapi Kwang Tan tengah bergembira, ia bermaksud ingin mempermainkan orang
Persia itu, yang terpenting justeru ia ingin melihat, berapa jauh kemajuan
kepandaian yang telah dicapainya. Karena itu, dia telah melompat kesana kemari dengan
gerakan yang sangat lincah sekali.
Seng Hwee Leng itu sebenarnya memang mengandung racun, dan juga racun yang
dipergunakan oleh orang Persia
itu sangat dahsyat sekali, sejenis racun berasal dari Persia, maka jika
seseorang yang memegang Seng Hwee Leng tersebut, tanpa terlebih dulu telapak
tangan diborehkan penawar racun, tentu akan membuat orang tersebut seketika
hangus telapak tangannya, juga racun itu segera menjalar
naik kepundak, kemudian kejantung, paling lama hanya satu jam korban keracunan
itu kaku dan meninggal dengan tubuh yang membiru dan menghitam.
Sedangkan Kwang Tan bisa mencekal Seng Hwee Leng itu tanpa perlu tercelaka oleh
racun yang terdapat di Sang Hwee Leng karena sambil bertanya jawab dengan orang
Persia itu, diam2 Kwang Tan telah memasukan tangannya
kedalam sakunya, dia telah memborehkan telapak tangannya dengan penawar racun
yang telah dimilikinya. Obat penawar racun yang dimiliki Kwang Tan merupakan penawar racun yang sangat
mujarab. Tidak perduli bagaimana hebatnya racun yang
lawan, maka tentu dapat dipunahkannya. Kwang Tan telah dimasukkan kedalam
dipergunakan Dan tangan sakunya itu bergantian.
Dengan demikian Kwang Tan sudah tidak perlu merasa jeri lagi, walaupun dia
mengetahui Seng Hwee Leng itu mengandung racun, dia telah mencekalnya dengan
berani tanpa perlu takut keracunan lagi.
Sedangkan orang Persia tersebut sambil bertempur hatinya selalu diliputi tanda
tanya, karena dia sama sekali tidak mengerti, mengapa anak lelaki berusia
belasan tahun tersebut dapat menghadapi racunnya yang hebat.
"Sekarang perasaan herannya itu kian bertambah, karena Kwang Tan selalu bisa
mengelakkan diri dari terjangannya. Karena jengkelnya, tiba2 orang Persia itu
telah berhenti menyerang, dia berdiri tegak, dengan mata dipentang lebar2
mengawasi Kwang Tan, Kedua tangannya diangkatnya perlahan2 sampai ke atas
kepalanya. Kwang Tan jadi heran melihat apa yang dilakukan orang Persia itu, dia berdiam
diri saja, mengawasi bengong, karena Kwang Tan tidak mengetahui entah apa yang
hendak dilakukan oleh orang Persia itu. Karenanya diapun ingin menanyakannya:
"Apa yang tengah kau lakukan" Atau memang engkau hendak main-main dengan ilmu
sihir?" Tetapi orang Persia itu tidak menyahut dia telah berdiam diri saja, dengan kedua
tangannya masih teracung diatas kepalanya.
Diwaktu itu Suma Lin Liang melihat gerakan yang dilakukan orang Persia itu,
segera juga berkuatir dia menduga tentunya orang Persia itu bermaksud hendak
mempergunakan semacam ilmu yang sangat diandalkan dan tentunya sangat hebat,
Karena itu! segera dia ber seru: "Adik Tan hati2.. waspadalah.."
Kwang Tan baru saja mau menyahuti, tiba-2 sepasang tangan dari orang Persia itu
bergerak diiringi dengan suara
erangannya, dimana kedua tangannya itu telah dihantamkan kepada Kwang Tan.
Kwang Tan menduga tentunya orang Persia ini mengerang dengan mempergunakan
Iwekangnya yang ampuh dan kuat sekali, maka ia menanti sampai angin
pukulan itu hampiri mengenai dirinya, segera dia berkelit.
Tetapi tidak urung Kwang Tan merasakan berkesiuran angin yang sangat panas
sekali di samping tubuhnya, bukan main panasnya, sepanas api, diam2 membuat
Kwang Tan jadi kaget. "Entah ilmu siluman apa yang dipergunakannya "!" berpikir Kwang Tan. Karena
biasanya, jika seorang lawan menyerang, tentu angin yang santer dan dingin men
deru2 menyambar tetapi sekarang kedua telapak tangan dari orang Persia itu telah
mengeluarkan hawa yang begitu panas, membuat dia jadi kaget, jika saja hawa
panas itu mengenai dirinya, tentu dia tidak bisa bertahan.
Sedangkan waktu itu terlihat orang Persia itu telah menghantam terus, dengan
angin pukulan itu yang gagal mengenai Kwang Tan telah menghantam tumpukan salju.
Aneh dan luar biasa ! Tumpukan salju itu jadi mencair seketika seperti terkena sesuatu yang panas,
sama sekali tidak membuat salju itu membuyar atau muncrat, hal ini benar2 sangat
menakjubkan sekali. Sedangkan Suma Lin liang melihat cara penyerangan orang Persia itu, segera
melompat kedekat Kwang Tan, untuk melindunginya, jika saja orang Persia itu
bermaksud hendak menyerangnya lagi.
Saat itu, tampak Kwang Tan walaupun heran, sama
sekali tidak jeri, dia malah jadi girang, dan berkata dengan sikap gembira.
"Ayo.... ayo mari serang aku lagi. dan hitung2 engkau bantu mencairkan salju
itu, agar tanah ditempat ini jadi bersih !"
Mendengar ejekan Kwang Tan, darah orang Persia tersebut jadi tambah meluap dan
kemarahannya berlimpahlimpah.
"Disertai erangannya, dia melompat dan menghantam pula dengan kedua tangannya
mempergunakan cara seperti tadi, kembali segulung hawa panas menyambar kediri
Kwang Tan. Tetapi Kwang Tan dapat mengelakkan diri dengan beruntun, sampai akhirnya dia
telah melemparkan Seng Hwee Leng itu setelah satu kali lagi berkelit dari
hantaman kedua telapak tangan orang Persia itu.
"Nah, sekarang giliran Kwang Tan. Dari memang Kwang mempergunakan ilmu pukulan
"Guntur nya, dengan jurus yang pertama, dia menantikan sampai orang Persia itu
telah menghadapi dirinya lagi dan bersiap2 hendak menyerang,
disaat itulah Kwang Tan telah menggerakkan tangan kanannya.
"Wuttttt !" Angin pukulan Kwang Tan juga sangat panas sekali, dimana dia memang
"Guntur"nya itu, Kwang Tan
berkelit dari pukulan orang Persia itu, dia merasakan angin pukulan itu panas
sekali, dan diapun mau menduga apakah orang Persia itu mempergunakan pukulan
"Guntur" seperti yang dipergunakannya"
Karenanya, sekarang dia telah mencoba ilmu pukulan "guntur"nya itu, diwaktu
perbedaannya, jika orang aku untuk menyerang !" kata
Tan telah bersiap2 hendak
mempergunakan pukulan juga telah beberapa kali itulah dia telah memperoleh
Persia itu menyerangnya, dia harus mengangkat dulu tinggi2 kedua tangannya dan
baru kemudian menghantamnya dengan dahsyat sekaligus dengan kedua telapak
tangannya itu. Maka perbedaan ini
memperlihatkan bahwa itu bukanlah ilmu pukulan Guntur seperti yang. dimilikinya.
Orang Persia itu waktu memutar tubuhnya menghadapi Kwang Tan, dia menyerang
dengan pukulan yang lebih hebat, dengan maksud agar Kwang Tan tidak bisa
berkelit lagi. Sedangkan Kwang Tan lelah mempergunakan tangan kanannya lebih dulu menghantam,
Tetapi orang Persia itu tidak memandang sebelah mata karena dia beranggapan
tentunya pukulan itu hanya memiliki tenaga yang luar biasa saja.
Bukankah Kwang Tan baru berusia belasan tahun. Andaikata dia mempelajari ilmu
lwekang sejak satu tahun sekalipun tidak mungkin Iwekangnya itu terlalu
berbahaya. Karena sikapnya yang tidak memandang sebelah mata kepada Kwang Tan membuat orang
Persia itu telah berdiri dengan mengangkat kedua tangannya dia tidak bermaksud
mengelakkan hantaman Kwang Tan.
Tetapi waktu angin pukulan itu telah mendekat dia menjadi kaget sendirinya,
karena dia merasakan betapa angin pukulan itu sangat panas sekali.
Cepat orang Persia itu yang semula hendak menghantam dengan kedua telapak tangan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nya itu, jadi batal, dia telah berkelit.
Tumpukan salju yang kena dihantam oleh Kang Tao seketika jadi mencair, Dan juga
di waktu itu, tampak disekitar tempat itu menjadi hitam hangus.
Terkesiap hati orang Persia itu, dia menyaksikan apa yang tidak pernah
disangkanya. Diam2 dia bergidik, Dia membayangkan jika saja tadi dia kena
dihantam, niscaya akan membuat dirinya itu menjadi hangus.
Dalam keadaan seperti itu, orang Persia tersebut telah memandang tertegun kepada
Kwang Tan dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar.
Kwang Tan tertawa. "Bukan hanya engkau saja yang memiliki pukulan yang hebat, Akupun memiliki
pukulan yang bisa mengejutkan engkau bukan" Nah, itu baru jurus pertama, cobalah
jurus yang kedua ini!"
Berbareng dengan habis nya perkataan Kwang Tan tersebut, segera juga anak laki2
ini telah menghantam lagi. Sekali ini memang jauh lebih hebat. Gerakannya begitu
cepat, sehingga tahu2 orang Persia itu merasakan sambaran angin itu telah dekat
sekali dengannya, panas bukan main.
Mati2an orang Persia tersebut berkelit lagi, dan seketika ditempat tersebut
seperti terjadi ledakan, telah membuat salju yang terkena angin pukulan Kwang
Tan menjadi mencair dan tanah disekitar tempat itu jadi hangus,
Untung saja orang Persia itu masih sempat berkelit, cuma saja keheranan dan
keterkejutannya itu bertambah hebat. Dia tidak mengerti mengapa seorang anak
kecil seperti Kwang Tan bisa memiliki kepandaian yang begitu hebat.
Jika dilihat akibat pukulan Kwang Tan dengan pukulannya, masih jauh lebih hebat
ilmu pukulan Kwang Tan, karena jika ia menghantam, salju itu hanya mencair
belaka, tetapi pukulan Kwang Tan membuat salju mencair
dan juga tanah disekitarnya menjadi hitam hangus !
Orang Persia itu berdiri tertegun, namun dia cepat menentukan dengan segera
tindakan apa yang perlu dilakukannya, Dia segera juga menjejakkan kedua kakinya,
Tubuhnya telah mencelat ketengah angkasa, dia menggerakkan sepasang tangannya, menghantam hebat sekali
kepada Kwang Tan, semua itu telah diperhitungkan baik2 oleh orang Persia
tersebut. Kwang Tan memang tidak mau menyambuti serangan lawannya dengan kekerasan. Dia
berkelit dengan melompat kesamping.
Kesempatan itu dipergunakan oleh orang Persia itu meluncur ke arah dimana Seng
Hwee Leng itu berada. Waktu Kwang Tan berdiri tegak lagi, justeru Seng Hwee Leng itu telah berada
ditangan orang Persia itu. Kwang Tan segera menghantam dengan jurus ketiga.
Hebat angin pukulan itu, membuat orang Persia itu yang memang tidak mau melayani
pukulan tersebut, telah melompat kesamping,hanya tempat dimana tadi dia berada
telah meledak, bukan hanya tumpukan salju saja yang mencair, juga telah membuat
tanah jadi berbungkah dan berhamburan, menjadi hangus seperti telah terbakar.
Bukan main kagetnya orang Persia itu, jika ia terserang, tentu tubuhnya akan
hangus. "Hemm, baiklah, kukira pertemuan kali ini telah selesai sampai disini,
tetapi Riuhing tidak akan menyudahi urusan ini sampai disini saja, nanti Riuhing
akan datang kembali mencari kau, bocah setan...!"
Tanpa menantikan kata2nya itu habis diucapkannya dia telah melompat dan berlari
pesat sekali meninggalkan tempat itu.
Sebetulnya Kwang Tan tengah mempersiapkan pukulannya yang keempat. Namun melihat
orang Persia itu telah menyingkirkan diri dia membatalkan. Hanya saja diam2 dia
tertawa dan berkata dengan sikap yang girang: "Baik, nanti aku akan menantikan
kedatanganmu dengan senang hati, aku menantikan kedatanganmu lagi !"
Sedangkan orang Persia itu sudah tidak memperdulikan perkataan Kwang Tan, karena
dia telah berlari terus dalam waktu yang singkat telah lenyap dari pandangan
mata Kwang Tan dan Suma Lin Liang.
Waktu itu Suma Lin Liang telah melompat menghampiri Kwang Tan katanya: "Adik Tan
tampaknya kepandaian orang Persia itu lebih hebat dari kedua orang Persia yang pernah bertemu dengan
kita beberapa waktu yang lalu!?"
"Benar?" menyahut Kwang Tan sambil mengangguk "Memang tampaknya dia lebih
liehay. Tapi menurut khabar yang diberikan oleh Thio Kauwcu, bahwa kedua orang
Persia itu dalam keadaan terluka, jika memang mereka tidak dalam keadaan
terluka, pasti kepandaian mereka jauh lebih tinggi dan hebat lagi."
Suma Lin Liang menghela napas dalam2.
"Jika kita berkelana didalam rimba persilatan, maka kita dapat melihat bahwa
didalam rimba persilatan banyak sekali orang2 yang memiliki kepandaian luar
biasa... dan entah berapa banyak lagi orang2 yang memiliki kepandaian tinggi
yang akan kita jumpai nanti!"
Kwang Tan tersenyum. "Bukankah menggembirakan" Kita akan dapat melihat dan membuktikan, berapa jauh
kita telah melatih kepandaian kita?"
Suma Lin Liang mengangguk.
"Ya tetapi jika dapat, menurut pesan Thio Kauwcu, kita harus berusaha untuk
siapapun juga untuk menghindarkan bentrokan pada
mengurangi kesulitan buat kita, sehingga kita dapat tiba di Bu Tong San dalam
waktu yang tepat dan juga tidak menemui rintangan !"
"Tentu saja, kita tentu tidak akan usil mengurusi mereka, namun jika memang
keselamatan jiwa kita terancam, tentu saja kita harus berusaha mengadakan
perlawanan !" kata Kwang Tan.
Suma Lin Liang mengiyakan, dan iapun berkata lagi: "Menurut pesan Thio Kauwcu,
bahwa dikaki gunung Himalaya ini telah banyak sekali orang Cu Goan Ciang yang
berkeliaran, karena itu, kita selalu harus waspada, tadi saja kita tidak pernah
menyangka bahwa orang Persia itu, Riuhing bersembunyi dengan menumpukkan salju
pada tubuhnya . . jika kebetulan sekali kita menginjak tubuhnya, lalu tiba2 dia
menyerang, tentu kita akan menghadapi bahaya yang tidak kecil !"
Kwang Tan mengangguk. "Tetapi yang pasti perjalanan ini sangat menggembirakan
sekali, Suma Koko lihatlah, pemandangan itu, juga pohon itu, sangat indah luar
biasa, kau lihatlah Suma Koko.... batu
itu, yang bentuknya, seperti seorang yang tengah duduk, tertumpuk salju yang
cukup tebal. Menarik bukan main !"
"Ya, memang sangat menarik !" menimpali Suma Lin Liang, "Dan kukira, memang kita
dapat bergembira karena telah dapat menghalau pengacau yang mengganggu
ketenangan kita yang tengah menikmati pemandangan yang indah itu !"
Begitulah mereka berdua sambil bercakap2 telah melanjutkan perjalanan
mereka, dan akhirnya setelah berjalan beberapa puluh lie lagi, mereka melihat
didepan mereka sebuah perkampungan yang tidak begitu besar, hanya saja, orang2
yang berada didalam perkampungan tersebut umumnya merupakan penduduk biasa yang
pekerjaan sehari2nya berburu dan juga mengenakan baju yang tebal2 akibat hawa
udara yang sangat dingin.
Suma Lin Liang berdua Kwang Tan bermaksud beristirahat dikampung itu, mereka
melihat didekat pintu perkampungan tersebut ada sebuah kedai teh.
Segera mereka menghampiri kedai teh itu, dalam hawa udara demikian dingin, tentu
teh hangat akan banyak membantu untuk menghangat tubuh mereka, disamping juga
memang merekapun tentunya akan dapat menikmati harumnya teh itu.
Melihat kedua tamu ini, seorang pelayan teh menyambut dengan hormat, namun waktu
akan melangkah masuk, Kwang Tan dan Suma Lin Liang melihat disebelah kanan depan
pintu kedai teh itu tengah duduk bersimpuh dua
orang yang pakaiannya tidak keruan, mereka itu tengah mengawasi Kwang Tan dan
Suma Lin Liang, mata mereka memancarkan sinar menyelidiki.
Suma Lin Liang memberi isyarat kepada Kwang Tan, yang dimengerti oleh anak itu.
"Mereka tampaknya bukan orang baik-baik!" kata Kwang Tan dengan suara berbisik.
Suma Lin Liang mengangguk, dengan sikap seperti tidak memperhatikan kedua orang
itu, Suma Lin Liang berdua Kwang Tan memasuki kedai teh itu.
Dalam ruangan kedai teh tersebut terdapat beberapa orang pengunjung yang tengah
menikmati hangatnya teh, Kedatangan Suma Lin Liang dan Kwang Tan tidak terlalu
banyak menarik perhatian mereka, yang tengah asyik dengan teh mereka.
Sedangkan pelayan cepat sekali mempersiapkan pesanan Kwang Tan berdua, Tidak
lama kemudian kedua orang itu asyik meminum teh mereka, Waktu Suma Lin Liang
dalam suatu kesempatan melirik, dilihatnya kedua orang diluar kedai itu tengah
mengawasi terus pada mereka.
"Entah siapa kedua orang itu...pakaian mereka tidak keruan, tetapi mereka pasti
bukan dari golongan Kaypang, karena mereka bukan pengemis.".!" kata Suma Lin
Liang setelah menghirup tehnya.
"Benar...!" mengangguk Kwang Tan. "Tampaknya memang begitu, namun mereka selalu
mengawasi kita sikap mereka mencurigakan sekali."
"Biarkan saja dulu, kita tidak perdulikan dulu mereka itu, nanti kita bisa
memancingnya." kata Suma Lin Liang, yang kemudian meneguk lagi tehnya.
Sebagai seorang anak cerdas, Kwang Tan segera dapat menangkap maksud Suma Lin
Liang, iapun segera menghirup tehnya, dimana mereka telah bercakap-cakap gembira
sekali. Setelah cukup beristirahat mereka kemudian meninggalkan kedai teh itu. Waktu
lewat di depan pintu kedai itu, mereka melihat kedua orang itu masih tetap
mengawasi dengan sikap yang mencurigakan.
Malah setelah Kwang Tan dan Suma Lin Liang berjalan beberapa ratus tindak, waktu
Kwang Tan melirik kebelakang, dilihatnya kedua orang itu tengah mengikuti
mereka! "Kita harus membawa sikap seperti juga tidak memperhatikan mereka, kita pancing
mereka ketempat sepi" bisik Kwang Tan, yang disetujui oleh Suma Lin Liang.
Begitulah, setelah berjalan beberapa lie mereka meninggalkan kampung itu,
justeru kedua orang tersebut masih mengikuti mereka dari jarak yang cukup jauh.
"Apakah sekarang saja kita membekuk mereka "!" tanya Suma Lin Liang.
Kwan Tan tidak segera menyahuti, tetapi akhirnya ia mengangguk.
"Baik ! Tetapi kita harus memancing mereka agar datang mendekat !" Setelah
berkata begitu, Kwang Tang pura2 menekan perutnya, dia terbungkuk2, seperti juga
tengah kesakitan dan kemudian rubuh terguling diatas tumpukan salju, Sambil
rebah begitu, Kwang Tang pun berkata perlahan sekali kepada Suma Lin Liang:
"Suma Koko, kaupun pura2 sakit perutmu dan kemudian rubuh seperti aku !"
Suma Lin Liang tampaknya seperti tolol, tokh sesungguhnya dia seorang yang cukup
cerdas, karena itu, segera ia dapat mengerti apa yang diinginkan Kwang Tan,
sikap seperti Kwang Tan tadi, dan mengaduh2 meringis, lalu segera ia mengambil
memegang perutnya terjungkel rubuh pula.
Kedua orang yang pakaiannya tidak keruan itu, tampaknya terheran2 melihat kedua
orang yang mereka ikuti itu seperti menderita kesakitan, kemudian rubuh terguling, diam tidak bergerak lagi.
Mereka satu dengan yang lainnya saling pandang dan kemudian memutar tubuh,
meninggalkan tempat itu. Walaupun rebah ditumpukan salju, akan tetapi Kwang Tan tidak menutup matanya
terlalu rapat, dia bisa mengintai gerak-gerik kedua orang itu. Maka Kwang Tan
jadi heran karena melihat kedua orang itu bukannya menghampiri kearah mereka,
justeru telah memutar tubuh dan meninggalkan tempat itu dengan segera.
Suma Lin Liang sendiri sudah tidak sabar, segera melompat bangun, katanya,
"Mereka rupanya dua orang yang menjadi buaya darat dikampung ini yang semula
bermaksud hendak mengganggu kita."
Kwang Tan menggeleng. "Bukan !" kata Kwang Tan setelah berpikir sejenak. "Jika memang mereka buaya
darat, tentu mereka girang melihat kita rubuh dan segera akan berlari-lari
menghampiri kita, untuk mempereteli barang-barang kita ! Tetapi justeru mereda
itu telah meninggalkan tempat ini begitu melihat kita terguling rubuh!"
"Lalu, mengapa mereka mengikuti kita"!" tanya Suma Lin Liang masing diliputi
tanda tanya. "Justeru mereka bukan orang sembarangan, mereka tentu adalah
orang2nya Cu Goan Ciang yang tengah menyamar, mereka bermaksud hendak mengikuti
kita untuk mengetahui apa yang kita perbuat. Hanya saja yang belum lagi kuketahui mengapa
mereka telah meninggalkan tempat ini begitu melihat kita rubuh.
Hati Suma Lin Liang pun masih diliputi tanda tanya, Dia tidak bisa memecahkan
persoalan ini, Kwang Tan walaupun cerdas, tokh menghadapi sikap kedua orang itu, juga jadi terheranheran. Sedangkan keadaan ditempat itu sangat sunyi sekali, tidak terlihat seorang
manusiapun, Kwang Tan menganjurkan agar mereka melanjutkan pula perjalanan.
Disaat itu, Suma Lin Liang kebetulan menoleh ketempat dimana tadi kedua orang
yang mengikuti mereka itu berada dan akhirnya telah pergi meninggalkan tempat
ini begitu mereka tubuh terguling.
"Lihat..." tiba2 Suma Lin Liang berseru nyaring juga, sambil menunjuk kearah
itu, "Mereka datang lagi....malah bersama kawan-kawannya..."
Kwang Tan menoleh, mereka melihat kedua orang yang pakaiannya tidak karuan
itu tengah bergirang hati, Dibelakangnya tampak mengikuti empat orang, Dua orang
berpakaian biasa, yang seorang tua, mungkin berusia enam puluh tahun lebih
dengan jenggot yang cukup panjang, sedangkan dua orang lagi adalah orang yang
berpakaian seragam kemiliteran, sebagai tentara kerajaan.
"Hmmm, dugaanku tidak salah, bahwa mereka adalah kaki tangan Cu Goan Ciang!"
menggumam Kwang Tan. "Ya, rupanya mereka telah pergi memanggil kawan2 mereka
begitu melihat kita terguling rubuh !" kata Suma Lin Liang.
Sedangkan keempat orang itu dengan dua orang berpakaian tidak keruan itu telah
tiba di dekat mereka. Tampaknya kedua orang berpakaian tidak keruan itu
terheran-heran melihat Suma Lin Liang dan Kwang Tan telah berdiri segar bugar,
Salah seorang diantara mereka menunjuk2, dan mengucapkan sesuatu.
Kawannya, orang tua berjenggot panjang itu, telah melompat gesit, mendahului
kedekat Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
Kwang Tan melihat orang tua itu telah berada didekatnya segera bertanya:
"Tampaknya paman tengah
mencari sesuatu "!"
"Hemmm... kami ingin menangkap kalian!" begitulah kata orang tua itu, tanpa
banyak bicara pula dia telah menggerakkan tangannya hendak mencengkeram lengan
Suma Lin Liang. Mana mau Suma Lin Liang membiarkan dicengkeram, segera juga dia berkelit.
"Ihhh !" orang tua itu berseru perlahan lengannya kemudian memandang Suma Lin
Liang dengan senyum dingin
mengandung penasaran "Mengapa tidak hujan tidak angin paman menyerangku
?" tegur Suma Lin Liang dengan sikap tidak senang. "Kau harus kami tangkap !"
menyahuti orang tua itu, dan tanpa berkata apa2 lagi, telah mengulurkan
tangannya lagi, mengulangi untuk mencengkeram. Namun sekali lagi gagal, karena
Suma Lin Liang dapat mengelakkannya.
Diwaktu itu Kwang Tan tidak puas melihat kawannya diperlakukan seperti itu.
"Paman, mengapa kau menyerang orang tanpa bertanya sesuatu apapun juga, padahal
kami tidak kenal denganmu "!" tegur Kwang Tan.
Kawan siorang tua, yaitu orang yang berpakaian tidak karuan, sipemuda dan juga
kedua orang berpakaian seragam kerajaan itu, telah sampai disamping siorang tua.
Mereka rupanya sudah tidak sabar, segera juga mereka mengurung Suma Lin Liang
dan Kwang Tan. "Hemmnnn, mereka benar2 harus dicurigai, karena memiliki kepandaian silat yang
cukup tinggi !" kata orang tua itu kepada kawannya. Dan diapun telah mulai
menerjang lagi buat menangkap Kwang Tan, dan
kawan2nya telah melompat untuk bantu menangkap Suma Lin Liang.
Namun mereka mana bisa menangkap Kwang Tan dan Suma Lin Liang. Karena waktu
orang tua itu mengerahkan tangan kanannya, tangan itu telah disampok oleh Kwang
Tan, sehingga tubuhnya terhuyung2 hampir rubuh.
Suma Lin Liang yang dikepung oleh lawannya, tidak tinggal diam saja. Diapun
telah menghantam kepada salah seorang yang berpakaian tidak karuan, seketika
tubuh orang itu terpental dan bergulingan ditanah sambil menjerit
kesakitan, sedangkan Kwang Tan sendiri melompat kesamping Suma Lin Liang,
katanya: "Suma Koko, mari kita hajar mereka, kita periksa mereka, buat memaksa mereka
memberikan keterangan!" Suma Lin Liang mengiyakan.
Waktu itu lawan-lawan mereka telah melompat lagi buat menerjang kepada Kwang Tan
dan Suma Lin Liang dengan geram, namun Kwang Tan dan Suma Lin Liang berhasil
menghajar mereka terguling-guling jatuh bangun.
Setelah beberapa kali mereka jatuh bangun, diwaktu itulah tampak orang tua
berjenggot tersebut telah memutar tubuhnya, dia segera berseru: "Lari...,. cepat
tinggalkan tempat ini!"
Disaat itu, orang-orang yang semula hendak menerjang lagi dengan nekad,
mendengar seruan orang tua itu, jadi
membatalkan maksud mereka, dan segera telah memutar tubuh ikut melarikan diri,
buat meninggalkan tempat tersebut sedangkan Suma Lin Liang tidak mau membiarkan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka pergi begitu saja.
Segera ia menjejakkan kakinya, tangan kanannya meraih serangkum salju, diremas
dan di kepalnya menjadi bolabola, kemudian dia telah menimpuknya yang mengenai
dengan tepat sekali pada punggung salah seorang lawannya, yang seketika
terjungkel dalam keadaan tertotok.
Sebenarnya kawan-kawannya hendak menolonginya,
mereka ada yang telah menghentikan langkah kaki mereka, tetapi ketika melihat
Suma Lin Liang dan Kwang Tan tengah mengejar, mereka jadi batal berhenti dan
berlari terus. Waktu Suma Lin Liang dan Kwang Tan tiba didekat orang yang rubuh itu, maka
mereka melihatnya, itulah salah seorang dari kedua orang yang berpakaian tidak
karuan itu. Segera juga Suma Lin Liang telah membebaskan totokan pada diri orang
itu, segera bentaknya: "Siapa kau" Mengapa kalian hendak menangkap kami?"
"Kami. Ai kami....!" tetapi orang itu tidak meneruskan perkataannya. "Katakan,
apa maksud kalian ingin menangkap kami berdua" Dan juga siapa kalian
sebenarnya"!" bentak Suma Lin Liang lagi.
"Ini... aku...!" orang itu tidak meneruskan lagi perkataannya, dia mengawasi
Suma Lin Liang dan Kwang Tan dengan mata yang terpentang lebar-lebar.
"Katakan, atau memang jika perlu kami akan memeriksa kau dengan cara menyiksa!"
mengancam Suma Lin Liang dengan sikap yang tidak sabar.
Orang itu memang menyadari, jika tokh Kwang Tan berdua tidak diberikan
keterangan seperti yang mereka kehendaki tokh mereka itu pasti menyiksanya,
untuk mengorek keterangan dari mulutnya.
Karena itu, setelah berdiam diri sejenak, segera orang itu berkata: "Sebenarnya
kami bermaksud hendak merampok kalian berdua !"
"Hemm, aku tidak percaya!" kata Kwang Tan ketika mendengar perkataan dari orang
tersebut, Dia telah percaya bahwa orang ini tentu kaki tangan dari Cu Goan
Ciang, bukankah mereka itu datang dengan membawa dua orang tentara kerajaan"
Kwang Tan telah menghampiri, katanya: "Baiklah, jika memang demikian, kami akan
menyiksamu, aku tidak percaya bahwa kau tidak mau bicara!"
Diwaktu itu, terlihat Suma Lin Liang pun memperlihatkan sikap seperti sudah
tidak sabar dan hendak menyiksa orang tersebut.
Orang itu jadi ketakutan waktu tangannya dicekal oleh Suma Lin Liang, dia jadi
berseru 2: "Ampun,... jangan menyiksa aku... jangan menyiksa aku !"
"Jika engkau tidak mau bicara, maka kau akan kami siksa.... jika memang engkau
mau bicara dengan sejujurnya, kami tidak akan menyiksa dirimu....!" kata Suma
Lin Liang. "Aku.... aku akan bicara !" kata orang tersebut ketakutan. "Nah, bicaralah !"
desak Suma Liu Liang "Atau jika kesabaran kami telah habis, engkau akan disiksa
dan akhirnya tokh kau akan bicara juga."
Orang itu ketakutan, dia menghela napas, Dan katanya: "Didalam hal ini ...
aku.... aku sesungguhnya hanya menerima upah untuk mengawasi orang2 yang datang
kekampung ini.... maksudku orang2 yang bukan penduduk ini, jika memang ada yang
mencurigakan maka aku harus melaporkan dengan segera kepada... kepada...." orang
itu berhenti tidak meneruskan perkataannya.
"Melaporkan kepada siapa?" desak Suma Lin Liang. "Melaporkan kepada... kepada
Cin Taijin !" menyahuti orang itu terpaksa. "Aku tidak percaya dengan
keteranganmu karena engkau
tentu bicara berdusta! Aku akan menyiksa agar kau mau bicara dari hal yang
sesungguhnya!" mengancam Suma Lin Liang.
"Aku.... aku telah bicara dari hal yang sebenarnya, Cin Taijin telah membayarku
untuk mengamati semua orang yang keluar masuk perkampungan ini... tentara yang
baru saja tadi melarikan diri itu, merupakan anak buah Cin Taijin, Aku bicara dari
hal yang sebenarnya. Tidak perlu kalian menyiksaku aku akan membawa kalian
menemui Cin Taijin!"
Suma Lin Liang melepaskan cekalannya, dia tidak mengancam lebih jauh.
Sekarang dia yakin bahwa orang tersebut memang tidak berdusta. Karena itu, dia
telah bilang kepada Kwang Tan: "Apakah kita mesti pergi mencari Cin Taijin,
pembesar bebodoran itu"!"
Kwang Tan menggeleng. "Mengapa kita harus mengurusi orang seperti itu dan Cin
Taijin itu " Bukankah lebih baik kita meneruskan perjalanan kita, agar kita bisa
tiba di tempat tujuan lebih cepat lagi?" Mendengar perkataan Kwang Tan, Suma Lin
Liang mengangguk. "Ya, ya, mengapa kita harus melayani dia! Sudahlah, mari kita melanjutkan
perjalanan kita!" kata Suma Lin Liang yang kemudian mulai berlari2 meninggalkan
tempat itu. Kwang Tan juga mengikutinya, berlari meninggalkan tempat tersebut.
Orang itu setelah dilepaskan dari cekalan Suma Lin Liang, segera melompat bangun
dan melarikan diri sekuat tenaganya.
0oo0dw0oo0 Jilid15 SUMA LIN LIANG dan Kwang Tan melanjutkan perjalanan mereka, hanya saja menjadi
tanda tanya dihati mereka, apa maksud orang2 itu ingin menangkap mereka.
Namun akhirnya mereka tidak mau memikirkan lebih jauh, karena mereka lebih
senang menikmati pemandangan yang indah disekitar tempat itu.
Bu Tong Pay merupakan sebuah pintu perguruan yang sangat besar, disamping Siauw
Lim Sie. Kehebatan Bu Tong Pay telah diakui oleh orang2 rimba persilatan.
Sejak Thio Sam Hong secara resmi menyerahkan tampuk pimpinan Bu Tong Pay itu,
sebagai ciangbunjin terpilih resmi Jie Lian Cu.
Hanya saja Jie Lian Cu justeru masih ragu-ragu apakah ia akan sanggup untuk
memimpin Bu Tong Pay kepuncak kehebatan seperti yang telah dilakukan oleh guru
besar Thio Sam Hong, Justeru Jie Lian Cu kuatir, kalau-kalau ditangannya Bu Tong
Pay akan merosot dan mengalami kemunduran.
Memang diakui juga oleh Jie Lian Cu bahwa kepandaiannya walaupun tinggi. tetapi
belum bisa menembus puncak kesempurnaan seperti yang telah dicapai oleh Thio Sam
Hong. Hal inilah yang membuat Jie Lian Cu seringkali merasa masgul dan sedih, karena
memang ia tidak yakin bahwa ia akan sanggup meneruskan keangkeran Bu Tong Pay
ditangannya. Seringkali Jie Lian Cu termenung memikirkan tanggung
jawab yang begitu berat dan besar berada dipundaknya, Dan ia pun seringkali
berpikir untuk mengundurkan diri saja, agar suhunya dapat memilih murid lain
yang sekiranya lebih cocok.
Tetapi siapa " Sedangkan sekarang yang benar2 menjadi Thio Sam Hong adalah Jie Lian Cu, benar
Jie Lian Cu seringkali mengungkapkan dihadapan gurunya itu, bahwa ia ragu akan
dapat memimpin Bu Tong Pay tetap dengan kejayaannya karena mengingat kepandaian
yang dimilikinya belum begitu sempurna, dan dikuatirkan malah kelak ditangannya
Bu Tong Pay akan mengalami kemunduran.
Akan tetapi Thio Sam Hong selalu menekankan, bahwa seorang Ciang Bunjin bukan
berdasarkan dari kepandaiannya yang sempurna, dan bukan dengan mengandalkan ilmu
silatnya saja, Memang Thio Sam Hong
mengungkapkan bahwa ia sangat yakin ilmu silat dibutuhkan sekali buat membangun sebuah pintu perguruan
silat yang dapat mengembangkan pengaruhnya didalam rimba persilatan sebagai
pintu perguruan yang besar, Namun, itu bukan berarti mutlak kepandaian ilmu
silat saja yang memegang peranan,
Sebagai seorang ciangbunjin dibutuhkan sikap bijaksana, jujur dan lurus, Dengan
demikian, ditambah lagi dengan kepandaian yang tinggi, maka ciangbunjin itu
dapat memimpin partai persilatannya dengan baik.
Waktu itu, Thio Sam Hong pun telah memberitahukan kepada Jie Lian Cu, jika saja
Jie Lian Cu mau berlatih terus dengan tekun, ilmu silatnya tentu akan mengalami
kemajuan yang pesat sekali.
Dan kata2 maupun wejangan dari guru besar itu telah menghibur juga hati Jie Lian
Cu, membangunkan semangat
dan kepercayaan bahwa ia akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan kebesaran Bu
Tong Pay. Pernah juga dihadapan Thio Sam Hong. Jie Lian Cu membicarakan masalah diri Bu
Kie. Menurut Jie Lian Cu, jika Bu Kie yang memimpin Bu Tong Pay. tentu pintu
perguruan mereka akan mengalami kemajuan yang lebih pesat.
"Tidak !" kata Thio Sam Hong waktu itu.
"Tidak mungkin Bu Kie dapat memimpin dengan baik! ia memang memiliki kepandaian
yang tinggi sekali, mungkin juga atas bakatnya yang luar biasa, sekarang ilmu
silatnya berada diatas kepandaianmu, Lian Cu! Namun, Bu Kie tidak mungkin dapat
memimpin Bu Tong Pay dengan baik. membawa Bu Tong Pay ketingkat yang besar dan
dihormat oleh seluruh orang2 rimba persilatan !"
Mendengar perkataan Thio Sam Hong seperti itu, Jie Lian Cu terkejut, Karena dia
memang mengetahui benar bahwa Thio Sam Hong sangat sayang pada Bu Kie.
"Kenapa suhu ?" tanya Jie Lian Cu didesak oleh perasaan ingin tahunya.
Thio Sam Hong menghela napas dalam2, kemudian baru menjelaskan. "Sesungguhnya,
seperti engkau telah melihatnya, Bu Kie memang memiliki kepandaian yang tinggi,
Akupun memang menghendaki Kiejie dapat melatih diri dengan lebih baik lagi, guna
mencapai tingkat kesempurnaan! Tetapi tahukah engkau mengapa aku selalu
mengatakan dia tidak mungkin dapat memimpin Bu Tong Pay kita dengan baik?"
Jie Lian Cu menggeleng, Sesungguhnya, Bu Kie telah memimpin Bengkauw, yang
beranggota besar dan banyak sekali. dengan demikian, ia pemimpin besar, malah
juga sudah merupakan seorang
ikut berpolitik dalam hal penentuan kerajaan pada waktu2 yang telah lewat.
Dan kini Cu Goan Ciang telah berhasil duduk diatas takhta, dengan begitu timbul
permusuhan diantara Bu Kie dengan Cu Goan Ciang, Hal ini tidak baik jika Bu Kie
memimpin Bu Tong Pay, karena Cu Goan Ciang tidak akan memberikan kesempatan
kepada Kie-jie hidup tenang dengan selalu diganggu oleh Cu Goan Ciang maka Bu
Kie tidak mungkin dapat memimpin Bu Tong Pay dengan baik! itulah yang kumaksudkan!"
"Jika demikian, mengenai Kie-jie !" lalu bagaimana pendapat Suhu tanya Jie Lian
Cu menghendaki ketegasan dari gurunya. "Sebenarnya, seperti kau ketahui, aku sangat sayang sekali kepada Kie-jie, namun
aku harus dapat melihat dari segi lain, Pertama, Kie jie bukan murid resmi Bu
Tong Pay. Kedua, seorang ciangbunjin sebuah pintu perguruan silat
sudah harus mencurahkan seluruh jiwa, hati dan perasaannya buat pintu perguruan
silat yang dipimpinnya, karena itu, Bu Kie tidak mungkin bisa melakukannya, ia
telah memberikan hati dan perasaannya buat Bengkauw, jika sekarang ia memimpin
Bu Tong Pay, akan kacau dan juga ia tidak mungkin dapat membagi diri dalam hal
kedudukannya itu! Maka Lian Cu, jika saja engkau bertekad untuk menjadi ciangbunjin yang baik dan
berhasil, di samping engkau tekun melatih diri terus, dimana kelak niscaya
engkau akan memperoleh kemajuan yang pesat, engkau harus bertindak dan berbuat
sebijaksana mungkin..."
Dan mengingat akan nasehat-nasehat yang diberikan gurunya, Jie Lian Cu menghela
napas lagi beberapa kali, dia duduk termenung di ruangan kamarnya. ia benarbenar tidak habis pikir, bahwa ia yang akhirnya harus menerima tanggung jawab
yang demikian besar. Belakangan ini yang membuat Jie Lian Cu seringkali merasa berduka, justeru
memang ia melihat Thio Sam Hong sudah dekat pada usia akhirnya.
Sebagai seorang yang memiliki tingkat kepandaian dan lwekang sempurna seperti
Thio Sam Hong, ia akan mengetahui kapan tibanya usia akhirnya.
Karena dari itu, waktu ditahan dan dikurung oleh orang2 Pulau Es, Thio Sam Hong
yang sebenarnya masih memiliki banyak urusan dengan Kauwcu pulau Es itu yang
hendak dinasehatinya, dia sudah tidak mau membuang2 waktu dan kembali kedaratan
Tionggoan, karena ia menghendaki
dalam detik2 menutup mata, ia ingin berada didalam kuil yang pernah dibangunnya
dengan susah payah itu, ia hendak menutup mata dikuil Bu Tong Pay, karena memang
Thio Sam Hong hendak melewati detik2 terakhir disekeliling murid dan cucu
muridnya. Itulah sebabnya mengapa Thio Sam Hong sudah tidak memperdulikan urusan Tong Pay.
Hanya, Jie Lian Cu dekat juga akhir dari usia gurunya, kedukaan itu semakin
hebat. Demikian juga dengan murid2 Bu Tong Pay lainnya, namun mereka tidak
berdaya, mereka cuma mengetahui guru mereka tidak lama lagi meninggalkan mereka,
setelah itu akan berangkat meninggalkan mereka buat selama2nya. Dan selanjutnya
mereka tidak mungkin dapat berkumpul dengan guru besar itu.
Jie Lian Cu melihatnya juga, bahwa Thio Sam Hong masih memiliki beberapa urusan
yang sangat penting. Dan Jie Lian Cu pernah menanyakan kepada Thio Sam Hong,
jika saja gurunya itu memang masih memiliki persoalan lain yang mengganjal
hatinya, dimana dia belum keburu
lainnya, ia telah kembali ke Bu
yang merasakan kian lama kian
menyelesaikannya, agar mengemukakan kepada Jie Lian Cu, murid ini bersumpah,
bagaimanapun juga kelak tentu ia akan mengusahakannya agar dapat untuk
melaksanakan perintah terakhir gurunya.
Thio Sam Hong tersenyum pada waktu itu, dia hanya bilang: "Jika memang engkau
telah berhasil memimpin Bu Tong Pay tetap sebagai pintu perguruan yang murni dan
lurus, maka itu telah membuat aku senang dan puas.
Juga, terlebih pula kalau engkau dapat mengurus perdamaian didalam persilatan di
mana engkau dapat mengurus perkembangan didalam rimba persilatan, untuk menertibkan orang2 pulau
Es, Pulau Neraka, atau juga Lembah Mega Biru, itu lebih baik lagi...!"
Jie Lian Cu berjanji, bahwa ia akan berusaha untuk
menjaga selamanya nama baik pintu perguruan mereka, Juga ia akan segera mengurus
mengenai kemelut didalam rimba persilatan, terutama sekali terhadap orang-orang
Pulau Es, Pulau Neraka atau juga Lembah Mega Biru.
Waktu itu, Jie Lian Cu pun mengungkapkan kepada gurunya, ia bermaksud mengajak
Bu Kie untuk bekerja sama, karena Bu Kie memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan masih memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan Bu Tong Pay, karena itu Bu Kie bisa
diandalkan. Thio Sam Hong hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, katanya: "Itu dapat kau
atur sebaik-baiknya, ingat, sekarang aku bukan ciangbunjin Bu Tong Pay lagi, aku tidak dapat
mengeluarkan perintah pula.
Engkau yang sebagai ciangbunjin resmi Bu Tong Pay, harus memikirkan dan berusaha
agar dapat mengatur semua persoalan tersebut sebaik mungkin !"
Dan kata2 itu sebagai penutup, karena selanjutnya Thio Sam Hong selalu menolak
jika muridnya hendak membicarakan sesuatu, karena Thio Sam Hong telah menutup
diri di kamar semedhinya.
Rupanya Thio Sam Hong ingin melewati sisa hidupnya itu didalam kamar semedhinya
agar sampai kelak pada detik2 terakhir hidupnya itu.
Pagi itu, seperti biasa, setelah memeriksa keadaan Bu Tong, dimana Jie Lian Cu
mengelilingi sekitar gunung dengan berjalan per-lahan2 Bu Tong San, ia kembali
kekamar semedhinya. Sekarang memang dia telah resmi sebagai ciangbunjin Bu Tong Pay, Karena itu, ia
harus berusaha menjaga seluruh ketertiban digunung Bu Tong San. Untuk pekerjaan
itu, tidak pernah Jie Lian Cu memerintahkan orang lain buat memeriksa keadaan
gunung Bu Tong. Terutama sekali kuil dan keadaan biara tersebut bagianbagian yang telah rusak,
segera diperbaikinya, agar Bu Tong Pay merupakan sebuah pintu perguruan yang
selalu dengan kebesarannya.
Pagi itu, Jie Lian Cu sebaliknya dikamar semedhi nya, telah membaca Liamkeng.
Dia membaca Liamkeng perlahan2, karena jika memungkinkan iapun memutuskan untuk
mengambil jalan terang menjadi seorang tojin.
Kemungkinan untuk menjadi imam itulah membuat Jie Lian Cu memikirkannya sampai
setengah bulan lebih, ia belum lagi memperoleh keputusan yang pasti.
Sedangkan murid2 Bu Tong Pay lainnya, semuanya telah mengharapkan sekali, bahwa
Ciangbunjin mereka yang baru ini akan dapat mengikuti jejak Sucouw mereka, yaitu
Jie Lian Cu menjadi imam.
Bukankah jika ciangbunjin Bu Tong Pay yang baru ini masuk kepintu terang dan
menjadi tojin, maka hal itu banyak menolong perasaan hati dari murid2 Bu Tong
Pay, walaupun tidak lama lagi kakek guru mereka mangkat.
Dengan Jie Lian Cu menjadi imam, tentu ia akan dapat memancarkan kembali sinar
terang Thio Sam Hong sebagai seorang tojin.
Namun justeru Jie Lian Cu sendiri berat sekali terjun sebagai imam, dimana ia
harus mulai memasuki pintu terang, ia berat bukan merasa seperti terikat atau
setiap gerak dan sikapnya terbatas jika ia telah menjadi imam.
Justeru yang membuat Jie Lian Cu bimbang, kalau2 ia tidak sanggup hidup dengan
caranya yang baru itu, yaitu sebagai tojin. Karena Jie Lian Cu merupakan murid
Bu Tong Pay yang sangat patuh sekali pada nasehat2 yang selalu dikemukakan oleh
Thio Sam Hong mementingkan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kejujuran dan kelurusan hati, dengan demikian Jie Lian Cu tidak berani untuk
segera menyanggupi permintaan saudara seperguruannya agar ia masuk kejalan
terang menjadi imam. Jie Lian Cu justeru merasa bahwa ia belum lagi sanggup untuk memikul tanggung
jawab sebesar itu, sebagai seorang Ciangbunjin, juga harus menjadi imam.
Karenanya, lama sekali Jie Lian Cu tidak bisa memberikan keputusan.
Sedang Jie Lian Cu termenung seperti itu, justeru dari luar mendatangi seorang
totong pendeta kecil, yang melaporkan kepadanya bahwa diluar ada dua orang tamu
yang ingin menemuinya! "Siapa mereka?" tanya Jie Lian Cu kepada totong itu, karena ia hendak menduga
bahwa kedua tamu itu paling tidak berkunjung ke Bu Tong Pay untuk memohon agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka diijinkan bersembahyang didalam kuil Bu Tong Pay ini, seperti yang selalu
terjadi sebelumnya. "Menurut keterangan mereka, kedua orang itu urusan dari Thio
Bu Kie Kongcu, Kauw-cu Bengkauw!" menjelaskan Totong itu.
Bagaikan disengat kala, Jie Lian Cu melompat dari duduk bersemedhinya, bergegas
ke luar menyambut kedua tamunya itu.
Ternyata kedua tamu Jie Lian Cu tidak lain dari Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
Waktu itu Kwang Tan tengah mengawasi keindahan bangunan kuil itu, Suma Lin Liang
pun tengah menjelaskan beberapa arca yang terdapat diruangan itu.
Waktu itulah Jie Lian Cu telah muncul. Segera Suma Lin Liang dan Kwang Tan
memberi hormat kepadanya, sambil menjelaskan bahwa mereka dalang atas perintah
Thio Bu Kie yang menginginkan berita mengenai Taysuhunya Thio Sam Hong.
"Suhu dalam keadaan baik2 saja, mari masuk... mari masuk dulu!" kata Jie Lian Cu
mempersilahkan kedua tamunya itu.
Dua orang totong segera juga mempersiapkan minuman buat kedua tamu ciangbunjin
itu. Mereka lelah mengeluarkan beberapa macam makanan kering yang terbuat dari
terigu, karena dikuil tersebut tidak ada barang makanan berjiwa.
Suma Lin Liang menjelaskan terperinci mengenai maksud kedatangannya
menceritakan mengenai atas perintah Bu Kie, juga ia
perkembangan didalam rimba persilatan, seperti apa yang mereka lihat selama
dalam perjalanan. Jie Lian Cu akhirnya menghela napas "Memang Bu Kie tampaknya menghadapi
kesulitan tidak kecil. Apa yang dikatakan oleh suhu memang tidak meleset, karena
Bu Kie akan selalu diganggu oleh Cu Goan Ciang yang pasti akan mengerahkan
seluruh pahlawan2-nya yang pilihan dan gagah2 memiliki kepandaian yang tinggi!
Sedangkan, yang sangat mengherankan sekali bagi mereka, adalah orang2 Persia, yang seperti juga
menerjunkan dirinya, dalam kancah kemelut yang terjadi di dalam pergolakan ini.
Suma Lin Liang tersenyum, dia bilang: "sebenarnya hal itu tidak perlu dibuat
heran lagi, Jie Hongthio... memang
dalam hal ini terkandung maksud buruk dari Cu Goan Ciang yang berusaha membujuk
orang2 Persia itu, agar memusuhi Bengkauw Tionggoan maksud Cu Goan Ciang ingin
mengadu domba antara orang2 Bengkau Persia dengan orang2 Bengkauw Tionggoan.
Karena dari itu, jika dalam hal ini orang2 Persia itu dapat dipengaruhi oleh Cu
Goan Ciang, kami memang memperoleh kesulitan tidak kecil. Tapi, Thio Kauwcu
telah menjelaskan kepada kami, berapa jauh apa yang dilakukan oleh orang2
Bengkauw Persia itu, akan dapat dihadapi oleh kami sebaik-baiknya."
"Jika demikian. tentunya dalam hal ini membuat kalian pun terlibat dalam kemelut
itu"!" kata Jie Lian Cu. "Ya, ini memang harus kami terima dengan tangan
terbuka, demi keadilan, kami harus memperjuangkan
segalanya, karena Cu Goan Ciang bukan seorang Kaisar yang baik dan terpuji !"
menyahuti Suma Lin Liang.
Jie Lian Cu menghela napas dalam2, lalu katanya: "Hanya saja, yang perlu
diingatkan justeru kemelut ini tidak boleh menyebabkan sampai orang2 lain, yang
hanya sekedar terlibat dalam pergolakan itu menjadi korban....!"
"Ya " menyahuti Suma Lin Liang, sedangkan Kwang Tao selama itu hanya mengawasi
keadaan disekitar ruangan, ia merasa kagum sekali akan keadaan dikuil Bu Tong
Pay tersebut, karena dilihatnya bahwa Bu Tong Pay benar2 merupakan kuil yang
sangat megah, sesuai dengan kebesaran namanya didalam rimba persilatan.
Disaat Suma Lin liang tengah bercakap2 dengan Jie Lian Cu. Kwang Tan sering
mencuri pandang kepada ciangbunjin Bu Tong Pay yang baru ini, dilihatnya Jie
Lian Cu seorang yang memberikan kesan baik. ia seorang pemimpin yang baik
tentunya, karena selalu dia mengingat
akan kepentingan orang banyak, bahkan dari sikapnya jelas Jie Lian Cu selalu
berdiri tegak diatas keadilan, seperti apa yang pernah dilakukan oleh Thio Sam
Hong. Dalam percakapan itu Jie Lian Cu pun telah menanyakan kepada Suma Lin Liang soal
perkembangan dalam rimba persilatan, terutama sekali mengenai orang2 Pulau
Neraka, Pulau Es dan Lembah Mega Biru.
Tampaknya memang mereka itu dapat menemui titik percakapan yang cocok satu
dengan yang lainnya, Suma
Lin Liang dapat bercerita
banyak mengenai apa yang diketahuinya selama dalam perjalanan Dan Jie Lian Cu
juga telah banyak bertanya mengenai keadaan Bu Kie dan lainnya, setelah itu, Jie
Lian Cu menyatakan bahwa prihal kedatangan Suma Lin Liang akan dilaporkan kepada
Thio Sam Hong, karena tentu saja suhunya itu ingin sekali mendengar perihal
keadaan Bu Kie. Senang Suma Lin Liang dan Kwang Tan mendengar mereka akan dipertemukan dengan
Thio Sam Hong, guru besar dari Bu Tong Pay itu.
Jie Lian Cu menjanjikan pada mereka, malam ini ia akan mengusahakan untuk
mempertemukan Suma Lin Liang dan Kwang Tan dengan Thio Sam Hong, agar mereka
dapat bercakap2 lebih jauh dan Thio Sam Hong bersedia buat menerima kehadiran
mereka, agar mereka dapat menghadap kepada guru besar itu yang tengah menantikan
titik2 terakhir2 dan masa hidupnya.
Begitulah, Jie Lian Cu perintahkan seorang totong buat mengantar kedua tamu ini
ke kamar tamu, karena Jie Lian Cu menyatakan tentunya Suma Lin Liang dan Kwang
Tan sangat lelah sekali, mereka tentu bermaksud untuk beristirahat.
Waktu tengah rebah dipembaringan, Kwang Tan tidak hentinya memuji akan kebesaran
Bu Tong Pay. Suma Lin Liangpun tidak kurang kagumnya atas kebesaran Bu Tong Pay.
Sedangkan Kwang Tan pun banyak bertanya kepada Suma Lin Lian, mengenai riwayat
guru besar Thio Sam Hong, cakal bakal Bu Tong Pay itu.
Memang Suma Lin Liang telah cukup banyak mendengar dari Bu Kie dan tokoh2
Bengkauw lainnya maupun dari gurunya, mengenai kehebatan guru besar itu, juga ia
menceritakan bagaimana dulu Thio Sam Hong
berjuang sekuat tenaganya menyelamatkan jiwa Bu Kie waktu Thio Kauwcu itu masih
berusia kecil sekali, bahkan Thio Sam Hong rela diperhina oleh Siauw Lim Sie
demi keselamatan Bu Kie, padahal, jika memang ingin dibilang kedudukan Thio Sam
Hong saat itu telah sejajar dengan tingkat kedudukan ciangbunjin Siauw Lim Sie.
Bukan main kagumnya Kwang Tan mendengar perjuangan guru besar itu, sehingga ia
mendengarkan terpaku saja. Dan rasanya anak ini jadi tidak sabar ingin sekali
cepat2 bertemu dengan guru besar itu.
Waktu itu Suma Lin Liang menceritakan juga bahwa Bu Tong Cit-hiap pun termasuk
tujuh pendekar Bu Tong yang paling menonjol sekali dimasa lalu, dimana sepak
terjang dari ketujuh pendekar itu sangat dikagumi seluruh lapisan orang2 rimba
persilatan. Terutama sekali juga, memang Bu Tong Cit hiap selalu bernadakan demi keadilan,
bahkan mereka tidak akan memperdulikan keselamatan jiwa mereka, demi membela
kebenaran dan keadilan. Kwang Tan sampai menggumam perlahan waktu mendengar kegagahan
Bu Tong Cit-hiap dimasa lalu, dimana telah bergolak dengan kemelut orang2
tangguh dari berbagai kalangan, terutama sekali jaman In So So dengan Thio Ciu
San. "Hebat, sungguh hebat, seperti dalam dongeng saja !" "Ya, jika memang kita
memahaminya, serta tidak akan habis mengerti, bahwa Thio Cinjin, cakal bakal Bu
Tong Pay ini, semula ia sebagai seorang anak yang tidak mengerti apa2 di Siauw
Lim Sie, dimana ia hanya merupakan orang yang dipandang tidak akan memperoleh
kemajuan yang berarti dimasa depannya.
Siapa tahu justeru ia telah berhasil menciptakan ilmu silat dengan caranya
sendiri, yang akhirnya diakui oleh seluruh orang rimba persilatan sebagai ilmu
silat yang tangguh sekali.
Dan dia telah berhak sebagai mendirikan aliran sendiri, sehingga ia Ciangbunjin
pertama, sebagai cikal bakalnya, dan mengembangkan pintu perguruannya, seperti sekarang kau lihat,
hasilnya memang luar biasa.
Thio Cinjin sudah merupakan Guru Besar yang mungkin sudah tidak ada tandingannya
lagi. Bahkan menurut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterangan beberapa orang yang mengetahui hal ini, termasuk Thio Kauwcu, bahwa
kepandaian Thio Cinjin mungkin berada diatas kelihayan Hongthio Siauw Lim Sie !"
Apa yang diceritakan Suma Lin Liang, membuat Kwang Tan bertambah kagum saja
terhadap Thio Sam Hong, ia sangat menghormati sekali.
Waktu itu Thio Sam Hong pun telah diberitahukan oleh Jie Lian Cu mengenai
kedatangan utusan kedua orang yang kini tengah berada dikamar tamu, yang dikirim
oleh Bu Kie untuk mencari berita mengenai guru besar itu.
Karenanya, Thio Sam Hong segera ber siap2 hendak menerima kedua utusan itu,
karena Thio Sam Hong juga sangat ingin sekali mengetahui bagaimana keadaan Bu
Kie akhir-akhir ini. Malam itu, Thio Sam Hong perintahkan seorang tolong memanggil Jie menghadap.
"Panggillah Lian Cu, dan segera juga Jiu Lian Cu
kedua orang itu menghadap, aku akan menerimanya...!" kata Thio Sam Hong.
Mendengar perintah gurunya itu, Jie Lian Cu segera mengiyakan buat melaksanakan
perintah, diapun segera pergi kekamar tamu, buat memberitahukan kepada Suma Lin
Liang dan Kwang Tan bahwa mereka tengah dinantinantikan oleh Thio Sam Hong.
Suma Lin Liang dan Kwang Tan cepat2 bersiap mereka tidak berayal lagi segera
mengikuti Jie Lian Cu buat menghadap Thio Sam Hong.
Waktu berhadapan dengan guru besar itu, Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah
menekuk lutut mereka, berlutut memberi hormat. Mereka menyatakan sangat gembira
bisa diterima oleh Thio Sam Hong.
Memang jarang sekali orang yang berkunjung ke Bu Tong Pay dapat diterima oleh
Thio Sam Hong, dan sekarang dengan diterimanya mereka oleh Thio Sam Hong, Suma
Lin Liang maupun Kwang Tan beranggapan inilah
suatu penghormatan yang sangat besar buat mereka.
Tatkala itu, Jie Lian Cu telah memperkenalkan kedua tamu itu, ia menyebutkan
nama Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
Hanya saja, sejak kedua orang itu menghadap, Thio Sam Hong tidak hentinya
memperhatikan keadaan mengawasi Kwang Tan, dia
anak itu, seperti juga terdapat sesuatu yang aneh pada diri Kwang Tan, dia
seperti takjub dan telah menghela napas berulang kali, barulah kemudian
memerintahkan kedua tamu itu untuk berdiri agar tidak
menjalankan penghormatan lebih jauh.
Jie Lian Cu pun telah mengambil tempat duduk didekat Suma Lin Liang dan Kwang
Tan duduk sambil memperhatikan juga keadaan guru besar itu.
Dilihatnya Thio Sam Hong walaupun telah berusia telah sangat lanjut, namun
sikapnya gagah dan angker sekali, Matanya tampak bersinar sangat tajam.
Disamping itu, rambutnya yang telah memutih, bagaikan perak, tampak kemilau.
Dengan jenggotnya yang panjang, tampak terjuntai sampai kedada, Tenang dan sabar
sekali sikap dari guru besar tersebut.
Diam2 Kwang Tan merasa penghormatan yang lebih besar lagi dihatinya.
Thio Sam Hong setelah menghela napas lagi beberapa kali, barulah bertanya:
"Bagaimana keadaan Bu Kie "!" "Thio Kauwcu dalam keadaan sehat2 saja.
Locianpwe !" menjawab Suma Lin Liang, "Sesungguhnya, Thio Kauwcu ingin sekali
berkunjung sendiri kemari, akan tetapi ada suara urusan yang membuat Thio Kauwcu
tidak bisa meninggalkan Himalaya, harap Locianpwee mau memaafkannya... dan Thio
Kauwcu telah perintahkan kami agar menanyakan kesehatan Locianpwe..!"
Thio Sam Hong mengangguk-angguk beberapa kali, kemudian katanya dengan sabar:
"Ya, akupun memang dalam keadaan sehat, Lo to sebenarnya ingin sekali bertemu
untuk satu kali saja dengan Kiejie, buat
sesuatu, Tetapi memang manusia tidak
membicarakan dapat tercapai
seluruh keinginannya, dan juga tentu ada saja halangannya, seperti sekarang,
Loto memiliki waktu yang tidak banyak lagi, dan Kiejie pun tidak dapat kujumpai!
Namun dengan adanya kalian yang telah berkunjung kemari, maka dapat Loto
berpesan saja kepada kalian, agar menyampaikan
pesan Loto kepada Thio Kauwcu kalian itu !"
Suma Lin Liang dan Kwang Tan segera mengiyakan, bahwa mereka akan menyampaikan
pesan dari Thio Sam Hong kepada Kauwcu mereka.
Diwaktu itu, tampak Kwang Tan pun telah berkata kepada Thio Sam Hong:
"Sesungguhnya, jika dalam urusan ini mau Boanpwee sebutkan merupakan suatu
keberuntungan maka keberuntungan yang sangat membahagiakan sekali! Dan maukah
Locianpwee memberikan sedikit keterangan kepada Boanpwee "!"
"Keterangan apa"!" tanya Thio Sam Hong
"Yaitu mengenai keadaan Kauwcu, yang menurut keterangan yang dikatakan Thio Kauw
cu beberapa waktu yang lalu, Kaisar Cu Goan Ciang memusuhinya, dan menempatkan
orang orangnya dikaki gunung Himalaya, orang2 dari Persia, yang telah kena
dipengaruhi Cu Goan Ciang, mereka bekerja untuk Cu Goan Ciang, sesungguhnya
dalam persoalan ini, jika memang Thio Kauwcu menghimpun orang pula, untuk
mengadakan perlawanan yang gigih, apakah itu merupakan suatu perbuatan yang
melanggar dari kepantasan"!"
Thio Sim Hong tertegun sejenak mendengar pertanyaan Kwang Tan seperti itu, dia
telah memandang Kwang Tan beberapa saat, kemudian katanya: "Dalam persoalan ini
sebenarnya Loto sudah tidak mau mencampuri. tetapi jika memang dapat Thio Kauwcu
itu harus mengambil sikap yang bijaksana dimana ia harus mengambil sikap yang
bijaksana, dimana ia harus dapat membatasi diri agar tidak sampai jatuh korban
yang terlebih banyak!"
"Namun orang2 Persia itu, yang berkepandaian yang sangat tinggi, telah beberapa
kali menyatroni kami dipuncak
Himalaya, dengan begitu, kami terpaksa menghadapinya, jika saja terjatuh korban,
maka hal itu tentu tidak dapat dipersalahkan kepada Thio Kauwcu, Bukankah Thio
Kauwcu telah mengalah terlalu banyak dimana dia telah menyingkir sampai kepuncak
Himalaya, namun nyatanya,
pihak Cu Goan Ciang sama sekali tidak juga mau mengerti akan keadaan seperti
itu....!" Thio Sam Hong tidak segera memberi tanggapan, ia menghela napas pelan2, kemudian
baru katanya: "Dalam urusan ini sesungguhnya Loto tidak mau mencampurinya,
karena urusan ini adalah disebabkan resiko dari perjuangan,
dan memang demikianlah dalam suatu perjuangan, sekali saja orang telah
menerjunkan diri dalam sebuah perjuangan, tidak perduli perjuangan apapun juga,
ia akan menghadapi segala macam risiko. Berat atau ringannya resiko itu, tergantung dari
orang yang bersangkutan dalam mengatasi persoalannya itu dan dalam melakukan
perjuangannya tersebut."
Kwang Tan cepat mengerti apa yang dinamakan guru besar itu, Dan ia telah
mengangguk-angguk beberapa kali. Tetapi justeru Suma Lin Liang tidak mengerti
dia telah bertanya: "Sesungguhnya Locianpwe apa yang Locianpwe maksudkan itu?"
Thio Sam Hong menghela napas lagi dalam dalam, dalam hatinya berpikir: "Anak
lelaki ini walaupun usianya belasan tahun saja, tetapi sinar matanya itu luar
biasa, dia bukan seorang anak biasa, Tentu dia seorang sintong yang
telah memiliki dan kelebihan-kelebihan dari anak2 sebaya lainnya, dalam keadaan
seperti sekarang, sayang sekali aku memiliki kesempatan yang sedikit sekali,
jika tidak, aku tentu akan membuka bawah alam sadar anak ini, agar kelak
dia dapat melatih diri dengan mudah, agar dia berhasil dengan baik pada latihan
lwekangnya maupun juga agar kelak ia memiliki kepandaian yang tinggi dan bisa
melakukan perbuatan mulia dan pekerjaan besar !"
Waktu ia berpikir seperti itu, tampak Thio Sam Hong telah mengawasi kian lama
kepada Kwang Tan, barulah
kemudian dia menjawab pertanyaan Suma Lin Liang, katanya: "Dalam persoalan yang
tadi Loto katakan itu, bahwa risiko sebuah perjuangan memang harus ada, walaupun
dalam bentuk apa saja perjuangan itu. Tetapi jika memang perjuangan tersebut
memerlukan korban yang terlalu banyak, hal inilah yang membutuhkan kebijaksanaan dengan begitu pula,
tidak dapat kita mengatakan apa2. jika Bengkauw harus menghadapi resiko karena
yang terpenting adalah Bu yang terlalu besar,
Kie sendiri yang menentukan, akan mengajak kemanakah Bengkau yang dipimpinnya,
jika saja Bu Kie memimpinnya dengan penuh
kebijaksanaan, tentu ia akan dapat membawa Bengkauw ketempat yang mulia. Dalam
perjuangan kalah dan menang bukan menjadi persoalan, karena yang terpenting
adalah Bu Kie harus membawa ketempat yang mulia..."
Setelah berkata begitu, Thio Sam Hong menoleh kepada Kwang Tan, sedangkan Suma
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lin Liang menganggukangguk beberapa kali.
"Apakah engkau pernah mempelajari ilmu silat?" tanya Thio Sam Hong kepada Kwang
Tan. Kwang Tan mengangguk segera mengiyakan.
"Benar, Locianpwe." sahutnya. "Memang boanpwe telah mempelajari semacam ilmu
silat." "Nah, kau bawakanlah ilmu silat itu, agar aku dapat melihatnya, berapa
tinggi kepandaiannya dan dimana kelemahanmu." kata Thio Sam Hong.
Bukan main girangnya Kwang Tan mendengar Thio Sam Hong ingin memberikan petunjuk
padanya. Tanpa berayal lagi dia telah berdiri dari duduknya, dan segera bersilat
dengan jurus jurus ilmu silatnya.
Thio Sam Hong mengerutkan sepasang alis nya waktu melihat ilmu silat Kwang Tan
itu. "Ilmu silat itu sesungguhnya cukup bagus hanya saja latihanmu masih kurang
baik." kata Thio Sim Hong kemudian dengan suara perlahan.
"Lalu dimanakah kelemahan yang harus Boanpwee latih lebih baik, Locianpwee..."
tanya Kwang Tan. "Banyak, terlalu banyak." menjelaskan Thio Sam Hong. "Yang
terpenting kau harus melatih diri dengan tekun,
sampai kelak engkau dapat memperoleh kemajuan lebih baik pula, jika Loto lihat,
ilmu silatmu itu. jika dibawakan dengan mahir, itulah lima silat yang cukup
lumayan, ilmu pukulan tangan kosong yang sesungguhnya memiliki arti yang tidak
sedikit buat kau !" "Tetapi Locianpwee, masih ada semacam ilmu silat Boanpwe, hanya saja ilmu silat
itu agak ganas, jika dipergunakan sedikitnya dapat membuat orang bercacad atau
juga terbinasa !" menjelaskan Kwang Tan.
"ilmu silat apa "!" tanya Thio Sam Hong.
"Ilmu silat tangan kosong yang bernama "Guntur".
"Oh, sungguh dahsyat nama ilmu pukulan itu !" kata Thio Sam Hong, "Coba kau
pergunakan ilmu pukulan itu !" Kwang Tan ragu-ragu. "Dalam hal ini bukan Boanpwe
tidak mau mematuhi perintah Locianpwe, tetapi jika memang ilmu dipergunakan,
akan membuat sekali pukul menyebabkan
sesuatu benda yang akan menjadi hangus, jika manusia yang diserang tentu akan
terbinasa hangus juga, kalau saja pukulan itu mengenai tepat padanya."
Thio Sam Hong mengerut alisnya, dia telah bertanya ragu: "Sampai begitu hebatkah
kepandaian ilmu pukulan yang engkau sebutkan."
Thio Sam Hong bertanya seperti itu, karena dia tidak mempercayai sepenuhnya, dia
telah melihatnya bahwa ilmu silat Kwang Tan belum lagi terlatih baik, dan juga
lwekang anak itu belum terlatih mahir. Maka dari itu pukulannya
yang lain itu tidak mungkin dapat menghantam hangus sesuatu, sehingga dia jadi
ragu-ragu. Tetapi jelas Kwang Tan tidak berani membohongi dirinya, maka Thio
demikian baiklah, kepadaku....?" Sam Hong akhirnya berkata: "Jika kau pukulkanlah pukulanmu itu
Muka Kwang Tan berobah, demikian juga Suma Lin Liang, sedangkan Jie memang
mengetahui Lian Cu tenang2 saja, karena dia akan kehebatan tenaga dalam suhunya itu yang
pasti akan dapat menghadapi segala macam serangan yang bagaimana hebatpun juga
dari ilmu pukulan tangan kosong.
Diwaktu itu tampak Kwang Tan telah menggelengkan kepalanya, katanya dengan raguragu "Boanpwe tidak berani! Boanpwe tidak berani"
Thio Sam Hong tersenyum sabar. "Mengapa tidak berani" Bukankah Loto yang telah
meminta kepadamu agar engkau memukul, jika memang sampai Loto mengalami sesuatu,
engkau tak akan disesali... Ayohlah pukullah!"
Tetapi Kwang Tan, yang mengetahui betapa hebatnya ilmu pukulan "Gunturnya" itu
telah menggeleng lagi, katanya: "Maafkan Locianpwe, bukan Boanpwe tidak mau
mematuhi perintah Locianpwe, karena memang sebenarnya Boanpwe tidak bisa
melakukannya."."
"Ini perintah dari Loto, dan kau harus melakukannya,
jika tidak bagaimana mungkin Loto bisa melihat sampai berapa tinggi kepandaian
yang engkau miliki itu."
Kwang Tan masih ragu2, dia menoleh kepada Jie Lian Cu, dilihatnya ciangbunjin Bu
Tong Pay itu tengah mengawasi padanya dengan tersenyum, dan waktu itu dia
melihat kepada Jie Lian Cu, justeru ketua Bu Tong Pay itu mengangguk perlahan,
seperti juga Jie Lian Cu menganjurkan kepadanya, agar dia menuruti dan menjatuhi
perintah dari guru besar itu.
Hilanglah keragu2an Kwang Tan, Segera juga dia bilang: "Baiklah
Locianpwe....Boanpwe akan segera mengeluarkan jurus2 itu,harap Locianpwe mau
memberikan petunjuk yang berharga kepada Boanpwe !"
Thio Sam Hong mengangguk, dan telah memandang tersenyum kepada Kwang Tan, dan
anak lelaki itu telah mengerahkan tenaga dalamnya dan bersiap-siap akan
pertama dari ilmu pukulan mempergunakan jurus Gunturnya itu.
Diwaktu itu tampak Suma Lin Liang pun tengah memandang dengan hati yang tegang,
karena dia kuatir jika Kwang Tan nanti menyerang terlalu hebat dan guru besar
itu mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, karena Suma
Lin Liang telah mengetahui berapa hebatnya tenaga Lwekang dari ilmu pukulan
Guntur yang dapat menghanguskan itu.
Kwan Tang telah mengempos semangatnya dia mulai menggerakkan tangannya,
menyerang jurus pertama, tenaga pukulan itu telah menyambar kepada Thio Sam Hong
dengan menimbulkan hawa yang sangat panas sekali.
Jie Lian Cu yang duduk tidak begitu jauh dari gurunya, jadi kaget juga waktu
merasakan panasnya angin serangan telapak tangan Kwang Tan, diami dia berpikir:
"Benar2 luar biasa pukulan ini..!"
Thio Sam Hong sendiri tidak menyangka bahwa cara memukul Kwang Tan berbeda
sekali dengan apa yang telah diperlihatkannya beberapa waktu yang lalu.
Kali ini angin pukulan Kwang Tan disamping hebat, panasnya seperti juga bara
api, yang bisa menghanguskan. Diam2 Thio Sam Hong jadi heran juga: "Mengapa ia
bisa berobah mempergunakan ilmu silatnya ini" Tadi dia bersilat dengan lwekang
yang tidak begitu mahir dan juga ilmu silatnya walaupun hebat, tetapi biasa2
saja, mengapa justeru Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk jurus yang sekali ini, tampaknya pukulan ini luar biasa sekali !" Tetapi
Thio Sam Hong tetap duduk ditempatnya tanpa bergerak, dia telah mengangkat
tangan kiri didekatnya pada dadanya, dengan tangan menghadap kedepan, dia telah
menyambut pukulan yang dilakukan oleh Kwang Tan.
Kwang Tan sendiri melihat Thio Sam Hong tidak berusaha berkelit, diam2 jadi
kaget dia berkuatir sekali kalau2 guru besar itu akan mengalami sesuatu yang
tidak diinginkan. Tetapi baru saja dia hendak mengurangi tenaga pukulannya dan
juga menarik pulang pukulannya itu, Thio Sam Hong justeru telah berkata:
"Kau teruskan pukulanmu dengan sepenuh tenaga, aku ingin melihatnya sampai
berapa jauh kemajuan yang telah engkau peroleh!" Dan setelah berkata begitu,
Thio Sam Hong justeru telah menangkis pukulan Kwang Tan, yang telah tiba.
Kwang Tan semula ragu2, tetapi akhirnya jadi heran juga. Karena dia memperoleh
kenyataan Thio Sam Hong tidak menjadi hangus atau mengalami cidera apa2, karena
telapak tangannya itu seperti telah dapat menerima pukulan
Kwang Tan, dan yang membuat Kwang Tan lebih kaget lagi.
Thio Sam Hong seperti juga dapat menghisap tenaga serangannya membuat serangan
Kwang Tan dengan ilmu pukulan Gunturnya itu sudah tidak memiliki arti apa2 lagi,
jangankan membuat Thio-Sam Hong hangus atau terluka sedangkan saja dari
tempatnya berada tidak bergeming satu dim pun juga.
Diam2 Kwang Tan jadi kagum dia kaget, dia telah melompat kebelakang sambit
berseru: "Hebat sekali kau,
Locianpwe!" Thio Sam Hong menghela napas dalam2, katanya: "Ilmu pukulan itu memang merupakan
ilmu pukulan yang sangat dahsyat dan berbahaya, sekali saja orang terkena
pukulan itu maka akan membuat orang yang terserang itu terbinasa dalam keadaan
hangus! Tetapi dalam ilmu pukulan itu, disamping kehebatannya, tidak terdapat
kesesatannya, engkau boleh berlatih terus, Berapa jurus jumlah dan ilmu pukulan itu ?"
"Ada tujuh jurus dan jurus penutupnya merupakan jurus kedelapan !" menjelaskan
Kwang Tan. Thio Sam Hong mengangguk mengerti.
"Siapa yang telah mengajarkan ilmu itu?" tanya Thio Sam Hong lagi.
"Mendiang guruku !" sahut Kwang Tun. Thio Sam Hong mengangguk berapa kali, "Aku
yakin bahwa gurumu itu seorang liehay yang memiliki kepandaian sangat tinggi
sekali, karena ia telah berhasil menciptakan ilmu yang sehebat ini. Tentu
maksudnya dengan menciptakan ilmu silat ini, ia bukan hendak mempergunakannya
untuk suatu kejahatan, hanya untuk
Iblis Pulau Neraka 2 Pendekar Gila 39 Ajian Canda Birawa Riwayat Lie Bouw Pek 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama