Ceritasilat Novel Online

Pendekar Muka Buruk 14

Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id Bagian 14


kedudukan dengan jenis benda yang dipakai sebagai lencana yaitu emas, perak,
bambu dan kayu...." Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Cici, bagaimana jenazah ini?"
"Lemparkan saja kedalam jurang, biar dimakan anjing liar!"
"Memang pantas kalau jenazah bangsat ini menjadi santapan
anjing liar, tapi aku justru kuatir bila janazahnya sampai ketahuan rekan-rekannya sehingga mengganggu rencana, aku rasa lebih baik kita hancurkan saja...."
"Kalau toh kau sudah mempunyai keputusan, apa gunanya
ditanyakan lagi kepadaku?"
"Aku hanya ingin mengetahui sampai dimanakah perasaan cici terhadap mereka!"
"Huuh, sudahlah, kalau memang ingin dimusnahkan, ayo cepat dimusnakan, kita
harus selekasnya pergi meninggalkan tempat ini."
kangzusi.com Giam In kok segera membuang pedang sendiri kedalam hutan,
lalu dia mengambil pedang berbentuk ular milik Kon Seng jin
sebagai senjata andalan, lalu setalah menyimpan baik-baik lencana perak dan
lencana bambu hasil rampasan, katanya sambil tertaw:
"Selanjutnya kita harus meminjam tampang muka dari orang ini untuk mengelabuhi
orang lain." "Yaaa betul. sebagai si bocah ajaib bermuka seribu, kau memang tak memiliki muka
asli!" Giam In kok tertawa, dia segera mengayunkan telapak tangannya dan menghancur
leburkan batok kepala dari Kon Seng jin.
Kemudian setelah memercikkan bubuk penghancur tulang disekitar
mulut luka mayat itu, katanya lagi sambil tertawa:
"Cici, aku harap kau sudi menjelaskan kepadaku tentang asal usul, watak serta
kegemaran bajingan ini, sebab tanpa bekal
pengetahuan tersebut, sulit rasanya bagiku untuk menyaru sebagai dia!"
"Kalau soal itu mah gampang sekali!"
Ciu Li ya memang sudah beberapa kali bertemu Kon Seng jin, tak
heran kalau segala seluk beluk serta kebiasaan orang tersebut dapat dituturkan
olehnya rapi dan jelas. Ketika selesai memberi keterangan, tanpa terasa rembulan sudah
berada ditengah angkasa. Mendadak... "Sreeet.....!" Bergema suara desingan yang amat nyaring, tampak sesosok
bayangan manusia melesat lewat dari pucuk pepohonan dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir, manusia tadi langsung
meluncur kepuncak bukit sebelah barat.
Mendengar suara desingan tersebut, Giam In kok segera
kangzusi.com mendongakkan kepalanya sambil memperhatikan sekejap keadaan
cuaca, lalu serunya tertahan:
"Waah, rupanya Ik poo ku sekalian telah datang!"
Begitu selesai berkata, dia segeta bergerak lebih dulu mengejar kemuka dengan
kecepatan tinggi...... Sepasang muda mudi ini memang memiliki kepandaian silat yang
luar biasa, gerakan tubuh mereka enteng bagaikan daun kering, tak selang
beberapa saat kemudian selisih jarak mereka dengan orang itu tinggal sepuluh
kaki lagi. Dibawah pancaran sinar rambulan, dapat terlihat dengan jelas
bahwa orang itu memang seorang wanita.
Tak tahan lagi Giam In kok segera berteriak keras:
"Ik poo.....!" Secara tiba-tiba orang itu menghentikan larinya sambil berpaling, lalu serunya
tertahan: "Aaaaah...." Kedua belah pihak samasama menjerit keheranan lalu samasama tertegun.
Tapi Giam In kok segera tertawa lebar, serunya lagi:
"Nenek, anak Kok berada disini!"
Ternyata orang itu meski bukan Suto Hong, tapi dia tak lain
adalah si burung nuri tua.
Agaknya perempuan itu dibikin tertegun karena disebut nenek
oleh seorang pemuda bermuka jelek, dengan keheranan balik
tanyanya: "Sebenarnya siapa sih kau ini?"
"Nenek, masa kau lupa dengan aku" Aku kan In Kok hui"!"
"In kok hui" Mengapa tampang mukamu berubah menjadi begitu kangzusi.com
rupa...?" "Masa nenek lupa dengan julukan anak Kok?"
"Aaaah, betul...."
Si Nuri tua berteriak gembira, sambil merentangkan sepasang
tangannya ia segera maju kedepan untuk memeluk tubuh anak
muda tersebut.... Waktu itu Giam In kok telah menganggap orang tersebut sebagai
neneknya, gejolak perasaan yang tak terkendali membuat anak
muda ini ingin selekasnya berada didalam pelukan perempuan
tersebut serta menikmati belaian kasihnya.
Siapa tahu, setelah tubuhnya dipeluk perempuan tadi, tahu-tahu
pinggangnya terasa kesemutan dan kaku.
Tanpa terasa ia berseru tertahan:
"Aduh celaka...!"
Belum sempat ingatan kedua melintas lewat, ia sudah roboh tak
sadarkan diri. Siluman perempuan berhati kejam yang kebetulan berdiri
dibelakang anak muda tersebut segera menyaksikan kejanggalan
tersebut, serta merta dia mololoskan pedangnya lalu membentak:
"Hey nenek jahat, lepaskan pemuda itu!"
Sebagaimana diketahui, dia pernah bertarung mati-matian
melawan lima sesepuh dari Siau Lim pay, bahkan mampu
menghajar Pek In tiangloo sampai mencelat jauh, ilmu silat yang dimiliki
sesungguhnya telah mencapai puncak kesempurnaan.
Itulah sebabnya belum sampai sepuluh kaki perempuan tua itu
beranjak pergi sambil mengempit tubuh Giam In kok, jalan perginya telah
terhadang. Perempuan tua itu menjadi amat gusar, segera tegurnya dengan
suara tajam: "Nona, kau betul-betul seorang yang tak tahu diri, mengapa kau kangzusi.com
halangi jalan pergiku?"
"Sudah, tak usah banyak berbicara lagi, pokoknya kalau nona suruh kau melepaskan
orang itu, kau harus segera membebaskannya, kalau tidak... hmmmm"
"Dia adalah cucu luarku, apa urusanku denganmu, dan lagi siapa kau" Apa
hubunganmu dengannya?"
"Kau tak usah turut campur, pokoknya sekarang juga kau harus membebaskan orang
itu.?"Memamngnya kau adalah bininya?"
"Bini juga boleh, gundik juga tidak mengapa, kau tak usah turut campur, hayo
cepat bebaskan dia!"
"Huuuh... bocah perempuan yang tak tahu malu, mengucapkan
kata-kata semacam itu pun tidak merasa jengah, sudah pasti kau
adalah siluman perempuan!"
"Kurang ajar, pingin mampus rupanya...!"
Menyusul bentakan nyaring, ujung pedang Ciu Li ya langsung
disodokkan kebadan perempuan tua itu.
Namun perempuan tua tersebut cukup licik, dengan cekatan dia
mengigos kesamping, kemudian dia menggunakan tubuh Giam In
kok yang pingsan sebagai tameng untuk menerima datangnya
tusukan tersebut. Tentu saja Ciu Li ya menjadi sangat terperanjat, buru-buru dia
menarik kembali pedangnya sambil melepaskan bacokan dengan
telapak tangan kiri. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung
menggulung kedepan dan mengancam badan nenek itu...
Dalam keadaan membopong tubuh seseorang, rasanya mustahil
buat perempuan tua itu untuk menangkis datangnya ancaman,
terpaksa dia menundukkan kepalanya rendah-rendah sambil
melompat maju dua kaki dari posisi semula.
kangzusi.com Tapi Ciu Li ya tidak mau lepas tangan dengan begitu saja,
bagaikan bayangan setan tubuhnya membuntuti terus dari
belakang, diiringi suara bentakan nyaring, kembali mata pedangnya mengancam
badan nenek itu. Sekarang ia sudah merubah taktik bertahan-nya, telapak tangan
kiri digunakan untuk melancarkan serangkaian serangan gencar,
sementara pedang ditangan kanannya khusus mencari peluang
untuk menusuk titik kelemahan lawan.
Jangan dianggap nona itu lemah gemulai seperti tak punya
tenaga, namun kenyataannya setiap angin pukulan yang dihasilkan memiliki
kekuatan yang mampu menembusi sebatang pohon, lagi
pula ia bisa mengendalikan tenaga pukulannya sekehendak hati
sendiri, diri, hal mana membuat setiap gerakan silatnya menjadi lebih lincah dan
cekatan. Termakan oleh serangkaian serangannya yang gencar,
hakekatnya gerak-gerik nenek tersebut menjadi serba kerepotan
dan tidak selincah tadi. Tiba-tiba timbul niat jahat didalam hatinya, secara diam-diam dia salurkan hawa
murninya ketangan kiri lalu dihentakan kedalam
tubuh Giam In kok, setelah itu sambil tertawa ia melemparkan
tubuh pemuda tadi kehadapan Ciu Li ya.
Hampir pada saat yang bersamaan, sepasang telapak tangannya
dipergunakan bersama melancarkan serangkaian ancaman yang
dahsyat, angin pukulan yang menderu-deru pun segera menggulung
kemuka seperti amukan ombak ditengah topan dan langsung
menghajar tubuh Ciu Li ya.
Dalam keadaan seperti ini, andaikata Ciu Li ya berani menyambut tubuh Giam In
kok, niscaya dia akan menderita luka parah atau
bahkan tewas secara mengerikan di ujung telapak tangan nenek
tersebut. Untunglah disaat yang amat kritis dan berbahaya itu, timbul akal kangzusi.com
cerdik dalam benaknya, dengan tangan sebelah dia mengangkat
tubuh Giam In kok ketengah udara, sementara dia sendiri
menjatuhkan diri kebelakang.
Memanfatkan kesempatan tersebut, dengan jurus kaki sakti
terbang berganda dia tendang sepasang pergelangan tangan lawan.
Jurus serangan ini memang aneh, sakti dan luar biasa, bukan
saja dapat menyelamatkan diri sendiri serta orang yang dilemparkan kearahnya
dari ancaman pukulan musuh yang maha dahsyat,
lagipula bisa memaksa musuh untuk mengurungkan niatnya untuk
melanjutkan serangan berikut.
Mimpipun perempuan tua itu tak mengira dalam situasi yang
demikian kritis, tiba-tiba saja lawannya mengeluarkan jurus
tangguh itu, buru-buru dia mengigos kesamping untuk meloloskaa
diri. "Plaaaaak.....!"
Ditengah benturan nyaring, sikut kirinya sudah terhajar oleh
ujung sepatu lawan sehingga menyebabkan separuh lengannya
menjadi kaku dan kesemutan.
Ia segera membentak nyaring, tubuhnya berputar menyusul
gerak perputaran tangan, lalu lengan kanannya menekan kebawah
kuat-kuat. Akan tetapi waktu itu Ciu Li ya sudah keburu melambung
ketengah udara, Giam In kok yang berada dibawah ketiaknya turut dibawa
melambung, dari situ ia membaringkan sang pemuda diatas
dahan pohon besar. Setelah itu si nona baru menjengek sambil teartawa merdu:
"Nenek bajingan, bagaimana kalau kita bermain-main lagi?"
"Siluman perempuan, kau jangan keburu senang hati, untuk
sementara ini kau memang lebih unggul, tapi sayang bocah keparat itu sudah
termakan oleh ilmu pemutus ususku, dalam dua belas jam mendatang ia bakal
mampus, jadi biarpun kau berhasil
kangzusi.com menolongnya, paling banter juga hanya hidup menjanda!"
Agaknya perempuan tua itu sudah sadar kalau kepandaian
silatnya tak mampu menandingi musuhnya, apalagi ia berpendapat
bahwa Giam In kok telah terluka ditangannya, lalu apa artinya
beradu jiwa dengan orang lain"
Maka begitu selasai berkata, dia segera melompat keudara dan
didalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuhnya sudah
lenyap dibalik pepohonan sana.
Ciu Li ya tidak berhasrat melakukan pengejaran, sebab ia ingin
memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk menolong pemuda
tersebut, selain itu diapun tak percaya kalau di dunia ini terdapat ilmu yang
dinamakan ilmu pemutus usus.
Karenanya begitu melihat si nenek sudah pergi jauh, dia segera
membopong tubuh Giam In kok dan dibawa memasuki hutan yang
lebat, disitu ia berusaha untuk menguruti jalan darah Pek hwee hiatnya.
Alhasil, walaupun dia telah berusaha untuk menguruti jalan darah itu dengan
sepenuh tenaga, namun tidak memberikan hasil apa-apa, dalam keadaan begini
diapun melakukan pemeriksaan kembali
dengan seksama, dengan jepat gadis itu dibuat sangat terperanjat.
Ternyata apa yang diucapkan perempuan tua tadi memang
benar, dari enam buah nadi penting ditubuh Giam In kok, satu
diantaranya sudah diputuskan, bahkan yang putus pun nadi pada
pinggul. Menghadapi keadaan seperti ini, Ciu Li ya hanya bisa menghela
napas sedih. Tiba-tiba... "Siapa yang bersembunyi didalam hutan?" dari luar pepohonan terdengar seseorang
menegur dengan suara yang ramah.
Ciu Li ya tak berani menjawab, dia cuma membungkan diri dalam
seribu bahasa. Terdengar seorang lelaki setengah umur segera berkata:
kangzusi.com "Ayah, jago-jago lihay dari Siang san telah berkumpul semua pada malam ini, bisa
jadi pertarungan di puncak Ban Sui hong telah berkobar, lebih baik kita cepatcepat berangkat kesitu untuk
membantu Siauhiap." "Aku rasa tidak, sekarang baru mendekati kentongan ketiga, apalagi bocah ajaib
berwajah seribu memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya, mustahil dia
sudah kalah dalam pertarungan babak pertama, aku dengar suara helaan napas tadi
berasal dari seorang nona, mungkin ia sedang menemui kesulitan, kita wajib
memberi pertolongan kepadanya."
Ketika mendengar orang itu menyinggung tentang "Bocah ajaib berwajah seribu,"
Ciu Li ya segera merasakan hatinya bergetar keras, apa lagi setelah merasakan
bahwa kakek itu tidak berniat jahat, malah bermaksud menolong bocah ajaib
berwajah seribu, maka buru-buru serunya: "Lotiang yang berada diluar hutan, apakah kau mampu
mengobati penyakit?"
"Mengobati penyakit" Aku memang mengerti sedikit ilmu
pertabiban, dapatkah nona keluar dari situ?"
"Bagaimana kalau lotiang saja yang masuk ke dalam?"
"Ooooh.... nampaknya nona merasa kurang leluasa, baiklah, biar aku dan putraku
menuju kesitu." Terdengar suara langkah kaki bergema dari kejauhan sana,
makin lama semakin mendekat.
Dari balik tempat persembunyiannya, Ciu Li ya mengenali orang


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu sebagai seorang kakek berambut putih serta seorang lelaki kekar berusia
tiga, empat puluh tahunan, diatas bahu masing-masing
membawa sebuah cangkul obat.
Dengan cepat gadis itu munculkan diri seraya berseru:
"Lotiang, aku berada diatas!"
kangzusi.com Tak selang beberapa saat kemudian, kedua orang itu sudah
menemukan seorang gadis cantik jelita bak bidadari dari kahyangan sedang duduk
disamping seorang pemuda yang berwajah jelek
seperti setan. Pemuda itu berbaring tenang diatas tanah, tampaknya sudah
lama napasnya telah berhenti.
Kakek itu segera berkerut kening sambil katanya:
"Nona, sakit apakah engkoh cilik ini?"
"Silahkan lotiang memeriksa dulu denyut nadinya."
Kakak itu mendehem pelan, setelah menyerahkan cangkul
obatnya kepada lelaki kekar itu, dia berjongkok lalu memeriksa
denyut nadi anak muda tersebut.
Tapi hanya sebentar saja ia sudah berseru tertahan:
"Waaah, tidak beres."
Dari jeritan itu, Ciu Li ya segera tahu bahwa kakek itu telah
mengetahui sumber penyakitnya, buru-buru ia bertanya:
"Apakah dia masih tertolong?"
"Aaaai... harapan-nya tipis sekali, lagipula meski bisa
diselamatkan jiwanya, namun ia akan menjadi manusia yang tak
berguna! Nona, sebelum itu aku ingin bertanya dulu kepadamu,
siapa sih engkoh cilik ini" Bagaimana ceritanya sampai dia bisa dilukai orang
pada nadi dipinggangnya?"
"Dialah bocah ajaib yang lotiang bicarakan diluar hutan tadi..."
"Kau maksudkan dia.... dia adalah In Siauhiap?" seru si kakek sambil melompat
bangun saking kagetnya. "Yaaa, benar!" "Mengapa wajahnya bisa berubah menjadi begini rupa?"
"Ia telah merubah wajahnya dengan ilmu menyaru muka."
"Ooooh.... aku pernah mewariskan ilmu pertabiban kepadanya kangzusi.com
tempo hari." "Oya, lantas siapakah lotiang?"
"Aku bernama Gak Put liong, berdiam di bukit Lam san, sedang dia adalah putraku,
Gak Beng!" "Ooooh... jadi lotiang adalah tabib sakti dari Lam san?"
"Aaaaah... Itu cuma olok-olokan saja, aku tak punya kepandaian apa-apa..."
"Aaiii..." Ciu Li ya segera menghela napas panjang, "kali ini jiwanya pasti akan
tertolong." Tanpa terasa dua titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya yang halus. "Sebenarnya sulit untuk dibilang apakah luka ini dapat
disembuhkan atau tidak, coba harap nona miringkan kepalanya
kebawah, mari kita mencari tempat yang lebih tersembunyi sebelum kuusahakan
pengobatan atas lukanya itu."
Ciu Li ya kelihatan sangsi sebentar, tapi akhirnya ia membopong Giam In kok di
atas punggungnya seraya berkata:
"Kakek Gak, tahukah kau tempat agak tersembunyi disekitar
tempat ini?" "Tempat yang bisa ditemukan orang berarti tempat yang tak
tersembunyi, lihat saja bagaimana nanti, ayo jalan."
"Tapi pertemuan pada malam nanti...."
"Kita sudah tak punya waktu untuk mengurusi persoalan itu lagi, sebab bila nadi
dipinggul dibiarkan tetap terputus maka dalam dua belas jam kemudian pasti akan
mati, untung In Siauhiap pernah
meneguk cairan mustika dari buli-buli mustika, lalu akupun dengar dia menelan
sari sakti dari buah Liong Teng ko, atas dasar kekuatan tersebut, jiwanya masih
bisa dipertahankan selama tiga bulan, tapi untuk menyadarkan kembali sekarang,
aku membutuhkan waktu kangzusi.com selama tiga hari, coba bayangkan sendiri apakah kita mampu untuk mengurusi
pertemuan pada malam nanti?"
"Bagaimana kalau kuserahkan dia kepada lotiang, biar aku yang pergi memenuhi
pertemuan tersebut untuk mewakilinya?"
"Jangan! sekarang dia sudah menjadi musuh bersama umat
persilatan, baik dari golongan lurus maupun sesat, dengan
kemampuan kami berdua rasanya belum cukup untuk menjamin
keselamatannya, malah aku memerlukan bantuan dari beberapa
orang lagi untuk menjamin keamanan-nya selama masa
pengobatan!" "Baiklah, aku akan menemaninya...."
Ketika Giam In kok sadar dari pingsannya, ia menjumpai cahaya
mutiara menerangi seluruh ruangan, ternyata ia sudah berbaring
diatas lapisan selimut yang tebal, sementara Ciu Li ya sedang
menemaninya disamping. Sambil berseru tertahan, pemuda itu siap melompat bangun dari
atas pembaringan. "Jangan bergerak dulu!"
Ciu Li ya mendorong tubuhnya dengan lembut, sementara
sekulum senyuman menghiasi wajahnya yang murung dan sedih.
Giam In kok segera merasakan sekujur badannya kesemutan,
lemah dan hampir saja tak mampu bergerak, tanpa terasa ia
teringat kembali dengan peristiwa yang dialaminya dengan si nuri tua.
Dengan suara keheranan, pemuda itupun bertanya:
"Dimanakah aku berada sekarang" Mana nenek ku..?"
"Nenekmu" Ia sudah kuhajar sampai ngacir, tempat ini adalah kuburan kuno di Pak
Bong san!" "Hey, kenapa kau hajar nenek ku?"
"Bagaimana sih kamu ini" Huuuh, orang sepikun dan setolol
kangzusi.com dirimupun pantas disebut bocah ajaib" Coba kalau dia tidak kehajar sampai
ngacir, dan kau tidak diselamatkan oleh kakek Gak dengan ilmu pertabiban-nya,
mungkin nyawamu sudah berpulang kerumah
nenekmu....." "Tapi.... siapakah kakek Gak yang mengobati aku itu?"
"Dia adalah Tabib sakti dari Lam sam, Gak Put leng!"
"Oooh dia.... tapi dimanakah letak lukaku?"
"Kau telah dihajar oleh setan tua yang mengaku sebagai
nenekmu dengan ilmu pemutus usus sehingga nadi dipinggulmu
putus." "Aaaai.... tak aneh kalau tubuhku terasa begitu lelah, lemah dan sama sekali tak
bertenaga, mana kakek Gak?"
"Sekarang mereka ayah dan anak sedang pergi mencari obat
mustika guna menyambung nadimu yang putus, entah obat tersebut
dapat diperoleh atau tidak" Bila bisa ditemukan, oooh.... betapa bahagianya aku...."
Betapa terharunya Giam In kok setelah menyaksikan begitu besar
perhatian Ciu Li ya terhadap keselamatan jiwanya, apalagi butiran air mata yang
membasahi wajahnya, tanpa terasa dia berpikir:
"Ia mempunyai hati yang begitu mulia, mengapa orang lain
justru menyebutnya sebagai siluman perempuan berhati kejam?"
Sementara itu Ciu Li ya telah berkata lagi sambil tertawa paksa:
"Kau jangan pelototi aku melulu, cepat dengarkan baik-baik, akan kuceritakan
kejadian yang sebenarnya kepadamu!"
Ia mengira Giam In kok masih belum mau percaya, setelah
menceritakan keadaan keadaan yang sebenarnya secara ringkas,
akhirnya ia menambahkan: "Kakek Gak telah menusuk ketiga ratus enam puluh buah jalan darah mu dengan
tusukan jarum, menurut keterangannya, paling
tidak tiga hari kemudian kau baru bakal mendusin, ternyata apa
kangzusi.com yang dikatakan memang benar, tapi ada sepatah kata yang ku
harap tak pernah benar...."
"Perkataan apa?"
"Dia bilang kalau obat mustajab untuk menyambung nadimu
yang putus itu tak berhasil ditemukan, maka kau...."
Dari cucuran air mata yang membasahi pipi nona tersebut, Giam
In kok sudah memahami apa kelanjutan-nya, dengan sedih ia
menghela napas panjang lalu ujarnya:
"Mati hidup manusia telah ditentukan oleh takdir dan lagi, akupun tak akan
memikirkan tentang mati hidupku sendiri, cici, kau tak perlu kelewat merisaukan
persoalan ini...." Air mata semakin deras mengucur keluar dari mata Ciu Li ya,
tiba-tiba ia mendekam diatas badan pemuda itu dan menangis
tersedu-sedu, ujarnya: "Kau tak usah berkata lagi, Ciu Li ya tak lebih cuma seorang siluman perempuan
yang sering dimaki orang, aku tak ada harganya untuk kau pikirkan, andaikata
pada suatu hari benar-benar terjadi seperti apa yang diramaalkan, akupun akan
turut bersamamu....."
"Cici....." Hanya sepatah kata saja yang bisa diucapkan dan pemuda itu tak
sanggup untuk melanjutkan.
Kematian, sebenarnya bukan suatu peristiwa yang mengerikan
baginya, namun bila teringat nasib ibunya yang masih bergelut
ditengah lautan penderitaan, teringat dendam kesumatnya yang
belum terbalas, ia merasa tidak seharusnya mati dengan begitu
saja. Disamping itu, selama hidupnya dia selalu disia-siakan orang,
siapa tahu menjelang saat ajalnya, ternyata ada orang yang begitu memperhatikan
dirinya, membuat ia memperoleh kehangatan yang
luar biasa, tentu saja kesemuanya itu menambah kepedihan
hatinya. kangzusi.com Lama sekali sepasang muda mudi itu saling berpandangan tanpa
berbicara. Tiba-tiba satu ingatan melintas didalam benak Giam In kok,
cepat-cepat tanyanya: "Cici, aku masih bisa hidup berapa lama lagi?"
"Paling banter tiga bulan lagi, kenapa kau menanyakan tentang soal ini?"
"Tiga bulan" Bagus sekali, kalau begitu biar kucoba untuk
mengatur pernapasan lebih dulu."
"Tidak, kau tak boleh berbuat begitu, kakek Gak pernah bilang, bila kau berbuat
begitu maka....." Ia tak tega meneruskan perkataannya, dan saat itu pula
kedengaran seseorang memanggil namanya:
"Nona Ciu!" Sebelum Ciu Li ya sempat menjawab, Gak Beng telah berlari
mendekat, ketika melihat Giam In kok telah mendusin, kembali
serunya: "Oooh... lebih baik lagi bila Siauhiap telah mendusin, nona Ciu, cepat bopong dia
dan pergi dari sini, sebentar lagi musuh tangguh akan menyerang kemari!"
"Siapa yang telah datang?" tanya Ciu Li ya terkejut.
Belum sempat mendengar jawaban, dari kejauhan sana sudah
kedengaran seseorang berseru sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah... haaahh.... haaahh... kali ini kita tangkap ikan dalam jaring, jangan
sisakan seorangpun diantara mereka berhasil kabur!"
Begitu mendengar gelak tertawa orang itu, Ciu Li ya segera
mencabut pedangnya sambil berbisik:
"Gak toako, cepat sembunyikan dia kedalam peti mati, akan
kangzusi.com kubantai habis anjing-anjing keparat itu!"
Begitu selesai berkata, dia segera melompat kemuka dan
menerobos keluar dari dalam kuburan.
Menyaksikan kesemuanya itu, Giam In kok menghela napas
sedih, katanya: "Saudara Gak, pergilah tinggalkan tempat ini, aku sudah
mengenali suara orang itu sebagai si jago pedang beracun,
meskipun ilmu silatnya tak hebat, namun kedatangannya pasti
ditunjang oleh kekuatan sembilan partai dan tiga perkumpulan....."
Belum lagi perkataan tersebut selesai diutarakan, tiba-tiba dari lorong kuburan
situ kedengaran seseorang menjerit kaget, disusul kemudian terdengar si jago
pedang beracun mengumpat:
"Perempuan rendah, kau sungguh amat keji, hayo cepat
sebutkan siapa namamu?"
"Kentut busuk.... kau tak usah banyak bicara..."
"Criiiing....."
Menyusul suara bentrokan yang amat nyaring, terdengar
seseorang berseru lagi sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah... haaah... haaaah... kalau siluman perempuan berhati kejam sudah muncul
disini, sudah pasti bocah keparat itu
bersembunyi pula didalam sana."
Mendengar itu, dengan wajah berubah, Giam In kok kembali
berbisik lirih: "Saudara Gak, cepat kabur, orang itu adalah Kian In tiangloo...."
Tidak, aku tak akan kabur!" tampik Gak Beng, "lagi pula kami ayah dan anak "tidak mempunyai perselisihan apa-apa dengan pihak Siau Lim pay, aku percaya
mereka tak akan mengusik kami. Justru Siauhiap-lah yang harus menyembunyikan
diri secepatnya!" Tanpa membuang waktu lagi, ia membopong tubuh Giam In kok
dan dimasukkan kedalam sebuah peti mati tembaga besar yang
panjangnya sampai beberapa kaki.
kangzusi.com Dalam peti mati itu masih berbaring sesosok mayat dari
perempuan cantik yang mukanya masih kelihatan segar, sewaktu
penutup peti mati dibuka, terenduslah bau harum semerbak
memancar kemana-mana. Tiba-tiba saja Giam In kok merasakan hatinya terangsang hingga
tanpa sadar serunya tertahan:
"Aduh harumnya...."
"Harum" kenapa bau yang ku endus justru bau yang aneh
sekali?" bantah Gak Beng keheranan.
"Kalau begitu sungguh aneh sekali, jangan-jangan umurku sudah hampir berakhir
sehingga bau dari orang matipun kuanggap bau
harum?" "Biarlah masalah tersebut tak perlu kita ributkan dulu, sekarang harap Siauhiap
bersembunyi sebentar disitu, aku percaya dengan
kehadiran Siau Lim Tiangloo disini, pihak musuh tak akan mampu
berbuat apa-apa terhadap kami, begitu mereka angkat kaki,
Siauhiap akan segara kutolong kembali."
"Yaa, apa bole buat, baringkan aku didasar peti mati dan
tindihlah badanku dengan jenazah tersebut, lalu selimutkan kain hijau diatasnya,
dengan begitu pihak lawan tak melihat tempat
persembunyianku...."
"Kalau begitu terpaksa aku harus menyiksa Siauhiap" ucap Gak Beng kemudian.
Mula-mula dia mengeluarkan dulu jenazah perempuan tersebut,
setelah membaringkan badan Giam In kok kedasar peti mati, ia
membaringkan lagi jenazah perempuan tersebut diatas badannya
dan ditutup dengan selimut hijau, dan akhirnya dia merapatkan
kembali penutup peti mati yang besar itu.
Begitu penutup peti mati dirapatkan, Giam In kok tak dapat
mendengar suara pertarungan yang sedang berlangsung ditempat
luaran. kangzusi.com Sebaliknya bau harum yang menyebar di dalam peti mati itu
justru makin lama semakin menusuk hidung, setiap kali dia
mengendus bau harum tadi, dari arah pusarnya segera muncul
segulung aliran hawa panas yang menyebar kemana-mana dan
akhirnya membuat hatinya berdebar sehingga hampir saja ia tak


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sanggup mengendalikan diri.
"Kejadian ini benar-benar sangat aneh!", ia berpikir dalam hti kecilnya, "kenapa
bau seharum ini dibilang Gak beng bau mayat?"
Halaman 59-63 ga adaaaaaa :P alias hilang.
-ooo0dw0ooo - Jilid : 31 Waktu itu Ciu Li ya dengan mengandalkan ilmu pedangnya yang
maha sakti sedang bertarung melawan empat sesepuh dari Siau Lim pay serta
puluhan orang pendeta lainnya, dilihat dari gerak
serangannya yang nekat dan gencar, dapat diduga kalau ia sudah bertekad hendak
mempertahankan diri hingga titik darah
penghabisan. Diantara ketiga orang tersebut, kepandaian silat yang dimiliki Gak Beng paling
rendah, untuk menghadapi tiga panji Ban Sin toh kui ki yang mengencetnya dari
empat penjuru, ia sudah terdesak pada
posisi yang amat rawan, tampaknya sepuluh gebrakan kemudian ia
bakal mampus diujung senjata lawan.
Hanya Gak Put leng seorang tetap bertarung seimbang melawan
dua orang tosu tua berambut putih, padahal hal inipun disebabkan kedua orang
tosu itu sengaja bertindak mengalah, kalau tidak,
dengan kepandaian silat kedua orang tosu tersebut, mungkin ia
sudah dirobohkan juga sedari tadi.
kangzusi.com Melihat orang-orang dari Su Hay pang yang bersenjata panji Ban
siu ki, tanpa terasa Giam In kok teringat kembali dengan perkataan si iblis bumi
Suto Hong serta pengalaman dan bokongan yang
dialaminya beberapa waktu berselang, kontan saja hawa amarahnya meledak,
bentaknya keras-keras: "Tahan!" Sambil menerjang maju kemuka, telapak tangannya segera
diayunkan kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
"Duuuuuk, duuuuk....!"
Dua orang yang bersenjata Ban siu ki itu segera terhajar telak
hingga tubuhnya mencelat sejauh tiga kali lebih jauh dari posisi semula, sisanya
yang seorang tak banyak bicara lagi, tanpa
memperhatikan lagi paras muka penyerangnya, dia membalikkan
badan dan melarikan diri terbirit-birit.
Dengan ketajaman mata Ciu Li ya, dalam sekilas pandangan saja
ia telah mengenali wajah si pendatang, tanpa terasa serunya keras-keras:
"Engkoh In! rupanya kaupun telah datang....."
Dalam girangnya, tanpa terasa permainan pedangnya dipercepat,
bgaikan petir yang menyambar-nyambar dan deruan air hujan yang
melanda, jerit kesakitan bergema memekikkan telinga, ternyata Kian In tiangloo
sudah terbabat tubuhnya hingga kutung menjadi dua
bagian. Melihat rekannya tewas dalam keadaan mengerikan, para
tiangloo lainnya segera berteriak keras:
"Perempuan siluman, biarpun seluruh Siau Lim pay harus
tumpas, kami tetap akan beradu jiwa denganmu!"
"Bagus, kalau begitu biar siauya yang memenuhi pengharapan kalian semua!" jengek
Giam In kok sambil menerjang kemuka.
Dari kejauhan sana, dia melepaskan sebuah pukulan yang maha
kangzusi.com dahsyat, ditengah amukan dan sapuan angin serangan yang
menderu-deru, kawanan pendeta dari Siau Lim pay itu segera
terhajar sampai roboh berjumpalitan diatas tanah.
Tampaknya napsu membunuh telah membara pula dalam benak
Ciu Li ya, berhasil dengan serangannya tadi, kembali pedangnya digunakan untuk
membacok kesana-kemari. Diantara kilauan cahaya perak yang memancar keempat penjuru,
lagi-lagi dua butir batok kepala yang gundul licin berpisah dari badannya dan
bergulingan diatas tanah.
Tidak puas sampai disitu, si nona melejit kembali ke udara dan
menerjang kehadapan seorang pendeta tua yang lain.
Tabib sakti dari Lam san Gak Put leng yang terkepung oleh
serangan dua orang tua berupaya keras untuk melepaskan diri,
namun ia tak pernah berhasil, terpaksa teriaknya tiba-tiba:
"Berhenti!" Giam In kok segera menerjang kehadapannya begitu mendengar
teriakan tersebut, serunya:
"Jangan kuatir lotiang, aku akan membantumu!"
Sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dilontarkan kedepan
menyerang kedua orang tosu tersebut.
Angin pukulan itu menyambar kemuka dengan dahsyatnya,
tergopoh-gopoh dua orang tosu tua itu melompat beberapa kaki
kesamping untuk menghindarkan diri, lalu serunya hampir
berbareng: "Siapa kau?" Hanya didalam waktu yang relatif singkat, Giam In kok telah
melakukan penyerangan ketiga arah yang berlawanan, dan paling
tidak ada empat orang jago lihay yang menenui ajalnya gara-gara serangannya itu.
Dalam pada itu, Tabib sakti dari Lam san Gak Put leng pun
merasa agak tercengang oleh kemunculan sang pemuda yang tiba kangzusi.com tiba itu, segera teriaknya lagi:
"In siauhiap, nona Ciu, harap hentikan serangan untuk
sementara waktu!" Dengan suara gerakan kuda langit bergerak diangkasa, Ciu Li ya
melompat turun persis disamping Giam In kok, lalu dengan wajah
berseri karena gembira tegurnya:
"Engkoh In, apakah uratmu di pinggul telah tersambung
kembali...?" Setelah mengalami pertarungan yang amat seru ini, tampaknya
hubungan batin kedua orang ini bertambah erat, apalagi bila Giam In kok teringat
kembali dengan sikap mesra sang nona selama
lukanya belum sembuh tadi, dengan sikap terharu dan berterima
kasih, sahutnya: "Yaa, lukaku telah sembuh tanpa disengaja, terima kasih banyak atas perhatian
cici!" "Aaai.... kenapa sih mesti bersungkan-sungkan denganku" Coba kalau kau tidak
datang tepat pada saatnya, mungkin kau tak bakal bertemu lagi dengan adik Ya mu...
engkoh In, gerombolan keledai gundul itu amat jahat dan ganas sekali, seharusnya
kita bunuh lagi beberapa orang diantara mereka.... heran, kenapa kakek Gak justru
menyuruh kita untuk menghentikan penyerangan?"
Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak dari balik
kerumunan orang banyak terdengar seseoreng berseru keras:
"Hey cepat lihat, rupanya bocah bermuka jelek itu adalah Bocah ajaib bemuka
seribu!" "Yaa, kita mesti bekuk keempat orang itu bersamasama, tak usah pandang bulu
lagi!" sambung yang lain dengan suara keras pula.
Ditengah suasana yang hiruk pikuk, beberapa orang jago telah
bergerak membentuk barisan dan mengepung keempat orang itu
ditengah arena. kangzusi.com "Bebaskan tabib sakti ayah dan anak, kita bekuk saja bajingan muda mudi itu!"
teriak pula seseorang. Sebenarnya tabib sakti Gak Put leng berniat hendak merayu Giam
In kok agar jangan banyak membunuh orang, tapi teriakan yang
memusingkan membuat tabib inipun jadi pusing tujuh keliling, apa lagi melihat
sikap garang para pengeroyok, tiba-tiba saja timbul semangat dihati kecilnya.
Sesudah tertawa keras, sahutnya cepat:
"Biarlah maksud baik anda kuterima dalam hati, tapi sayang kami ayah dan anak
dari keluarga Gak bermaksud akan maju bersama
dengan siauhiap!" Sementara itu Giam In kok telah memperhatikan sekejap sekitar
arena dengan sorot matanya yang bengis, lalu sambil tertawa dingin ia berseru:
"Kalau toh kalian bertekad hendak mencari mampus, siauya pasti tidak membiarkan
kalian hidup terus, tapi siapakah diantara kalian yang bertindak sebagai
pimpinan" Beranikah berbicara lebih dulu dengan siauya?"
Sembari berkata, dengan sorot matanya yang tajam, dia
mengawasi kawanan pendeta tersebut.
"Omintohud!" Siu In tiangloo berseru memuji keagungan Buddha, lalu sambil tampil
kemuka, katanya dengan serius:
"Siau Lim pay bertindak sebagai pemimpin rombongan ini, entah persoalan apakah
yang hendak sicu tenyakan?"
"Hmmm, lagi-lagi kau si keledai gundul yang membuat ulah,
hmm! Aku ingin bertanya, bukankah pertemuan dimalam Tiong ciu
adalah pertemuan antara aku dengan pihak sembilan partai dan tiga perkumpulan
besar, mengapa kalian justru menyuruh seseorang
menyaru sebagai nenek ku untuk menotok putus nadi dipingulku?"
"Kurang ajar, bila nadi dipingulmu putus mengapa kau bisa
kangzusi.com melukai begitu banyak orang pada malam itu dan barusan
membunuh pula Kian In tiangloo dari perkumpulan kami?"
Giam In kok berpaling, segera dikenalinya si pembicara adalah
Khong Beng ya dari Su Hay pang, maka sambil tertawa dingin ia
mengejek sinis: "Anjing budukan, kau masih belum berhak untuk berbicara
dengan siauya, lebih baik tutup mulut anjingmu itu...."
Siu In tiangloo segera menanggapi, ujarnya:
"Peristiwa ini sungguh aneh sekali, tapi perbuatan siau sicu pada malam itu
sedikit kelewat kejam, kau dengan li sicu ini telah
melakukan pembantaian secara besar-besaran, toh korban dipihak
sembilan partai dan tiga perkumpulan besar pada malam itu
berjumlah seratus dua puluh delapan orang, bahkan sehabis
membasmi, kau dan Suto Liong kakak beradik berlalu dengan begitu saja?"
Giam In kok melongo, ia merasa tak pernah melakukan
pembantaian seperti apa yang dituduhkan, tapi ia segera tahu
bahwa ada orang telah memfitnahnya.
Pasti ada orang yang telah menyaru sebagai dia dan Ciu Li ya
untuk melakukan pembantaian secara besar-besaran, tapi
dimanakah letak maksud serta tujuan fitnahan keji itu"
Setahunya, kecuali Kho Yong dan Tang Seng song sekalian yang
beberapa kali telah menyaru sebagai dirinya, ia tak tahu apakah pihak lainpun
telah menggunakan cara ia yang sama untuk
memfitnah dan merusak nama baiknya"
Dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia harus mengendalikan
hawa amarahnya, sambil memutar biji matanya berpikir sejenak,
katanya kemudian: "Aku percaya apa yang taysu katakan merupakan kenyataan, tapi bersediakah kau
percaya bahwa urat nadi dipinggulku telah putus pula ditangan seseorang yang
menyaru sebagai nenek ku?"
kangzusi.com "Tentang soal ini... bila sicu bisa tunjukkan bukti yang nyata, tentu saja aku
percaya!" Tabib sakti dari Lam san Gak Put leng segera menimbrung:
"Akulah yang telah mengobati luka In siauhiap dengan tusukan jarum pada ketiga
ratus enam puluh buah jalan darahnya, bekas
tusukan jarum masih membekas diatas badannya, asal taysu mau
membuka pakaiannya dan diperiksa, bekas tusukan tersebut tentu akan segera
ditemukan...." "Hmmm, siapa tahu kau menusukkan jarum pada jalan darahnya karena ia sakit gigi
atau masuk angin..." kembali terdengar seseorang menjengek dengan sinis.
Ketika Giam In kok berpaling, ia segera menemukan si pembicara
adalah seorang kakek yang membawa panji Ban Siu ki, tak tahan
lagi segera bentaknya: "Sebenarnya apa maksud tujuan kalian orang-orang Su Hay pang menghasut serta
mengadu domba kami?"
"Apa tujuan kami" Tiada lain maksud kami yakni tak percaya dengan obrolan
setanmu!" "Coba kemukakan alasannya!"
"Setiap jago dari dunia persilatan telah menyaksikan bagaimana kau bersama
siluman perempuan itu, sepasang iblis dan burung nuri tua sekalian melakukan
pembantaian secara besar-besaran di
puncak Ban Siu hong, apakah cuma atas dasar bekas tusukan jarum maka semua
dosamu bisa dicuci bersih dengan begitu saja?"
Tak terlukskan rasa gusar Giam In kok setelah mendengar
perkataan itu, tubuhnya sampai gemetar keras karena menahan
gejolak emosi. Sambil tertawa dingin Ciu Li ya segera berseru:
"Hmmm, bajingan tua macam kau tak mungkin mampu menahan
sebuah tusukan pedang dari nonamu, mengapa saat itu kau tidak
kangzusi.com mampus?" Pertanyaan yang diajukan tanpa terduga itu seketika membuat si
kakek terbungkam dalam seribu bahasa, lama setelah tertegun, ia baru berkata
lagi dengan suara dingin:
"Kurang ajar betul, kau berani menghina kemampuanku" Akan
kubuktikan kepada mu bahwa aku sanggup menerima sepuluh jurus
serangan sekalipun....."
"Buat apa mesti sepuluh jurus, satu tusukanpun dapat mencabut nyawamu, kalau tak
percaya, mari kita buktikan bersama, asal nona menggunakan serangan yang kedua,
segera akan kugorok leher
sendiri dihadapan kalian!"
Sementara kakek itu makin terkesiap dibuatnya, Giam In kok
telah memperingatkan juga dengan cemas:
"Cici Ciu, kau tak boleh kelewat takabur!"
Ciu Li ya segera tertawa manis:
"Engkoh In tak perlu kuatir, percayalah, tua bangka celaka itu tak bakal tahan
menghadapi sebuah tusukan pedangku!"
Betapa mendongkolnya kakek tersebut setelah mendengar
hinaan si nona, apalagi setelah melihat sikap jumawanya yang
seolah-olah tak memandang sebelah matapun kepadanya, ia makin
naik pitam. Sambil membentak keras, tubuhnya segera menerjang maju
kedepan, teriaknya keras-keras:
"Perempuan sialan, hayo cepat tampilkan diri untuk menerima kematian!"
Sambil tertawa menghina, Ciu Li ya maju kedepan, lalu ujarnya
dingin: "Hmmm, bajingan tua! kematian sudah di depan mata, apakah
kau tak bermaksud meninggalkan pesan terakhirmu?"
kangzusi.com "Perempuan rendah, kau tak usah banyak cerewet terus, dasar perempuan bermulut
dua, hayo cepat lancarkan seranganmu!"
"Dasar anjing tua yang kurang ajar, bagus sekali, kalau toh kau tak mengerti
bahasa manusia yang sopan, lebih baik segera kukirim bangkai anjingmu itu
kedalam neraka..." Hinaan yang berulang kali membuat kakek itu tak bisa menahan
gejolak emosinya lagi, tanpa banyak berbicara lagi dia membentak keras, panji
Ban Siu ki-nya diputar kencang membentuk cahaya
tajam selebar satu kaki lebih, dalam waktu singkat gadis itu sudah terkurung
dibawah bayangan panji mautnya.
Ciu Li ya tertawa sinis, secara beruntun dia lepaskan dua buah
pukulan berantai, lalu memanfaatkan kesempatan disaat disaat
serangan panjinya belum mencapai sasaran, dengan jurus mencuri
suara dibawah daun, ia lancarkan sebuah tusukan pedang dengan
kecepatan seperti sambaran petir.
Mimpipun kakek dari Su Hay pang tersebut tidak mengira kalau
musuhnya bakal melepaskan tusukan sedemikian cepatnya tanpa
melihat ia menggerakkan badannya, menanti dirasakan munculnya


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

desingan hawa dingin yang menempel diatas tubuhnya, ia baru
kaget setengah mati. Tergopoh-gopoh senjata panji Ban Siu ki-nya diputar ke bawah
untuk membendung datangnya ancaman tersebut, sayang sekali
keadaan sudah terlambat...
Diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati, ia roboh seketika
keatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Dengan suatu gerakan cepat, Ciu Li ya menarik kembali
pedangnya sambil membentuk satu lingkaran cahaya perak, lalu
jengeknya sambil tertawa angkuh:
"Nah, apakah masih ada jago-jago Su Hay pang yang berani
mencoba tusukan pedangku?"
Hanya didalam waktu yang amat singkat, pihak Su Hay pang
kangzusi.com telah kehilangan dua orang tiangloo-nya, dalam keadaan begini,
siapa lagi yang berani berkoak-kaok"
Dengan wajah berubah merah, Siu In tiangloo segera berseru:
"Tindakan nona benar-benar teramat keji, jauh tak berbeda
dengan ulahmu sewaktu melakukan pembantaian pada malam
Tiong Ciu yang lalu...."
"Oya" Jadi aku keji" Mengapa kau si keledai gundul tidak
mampus diujung pedangku waktu itu?"
"Sekarang juga pinceng akan mencoba lagi kepandaianmu..."
seru Siu In tiangloo geram.
Tapi Giam In kok buru-buru mencegah, ujarnya:
"Harap taysu jangan kelewat terburu napsu, enci Ciu juga tak usah mendongkol,
aku merasa dibalik peristiwa yang terjadi hari ini terdapat hal-hal yang kurang
beres, kita tak bisa membiarkan pihak partai besar kehilangan jago-jago
lihaynya...." Lalu setelah berhenti sejenak, bentaknya kepada Khong Beng yu:
"Hey manusia she Khong dengarkan baik-baik, aku yakin semua pertumpahan darah
yang terjadi dalam dunia persilatan selama ini merupakan ulah dari Su Hay pang
kalian, ingat baik-baik, bila kau berani menggunakan tipu muslihat membolakbalikkan kembali duduknya persoalan, hari ini juga siauya akan membuat Su Hay
pang kalian terhapus sekali dari percaturan dunia persilatan!"
Setiap mahkluk yang mempunyai hidup rasanya pasti akan ngeri
bila malaikat elmaut telah menjelma dihadapannya, begitu pula
keadaan Khong Beng yu waktu itu, nyalinya pecah dan bulu
kuduknya pada bangun berdiri.
Namun berada dihadapan umum, dia enggan menunjukkan
kelemahannya, tentu saja karena kuatir kehilangan muka, terpaksa sambil
mengeraskan kepala, katanya:
"Jago lihay dari Su Hay pang tak terhitung jumlahnya, anak murid kami tersebar
sampai seantero jagad, kau jangan
memandang enteng kekuatan kami! Hmm, sekaipun aku orang she
kangzusi.com Khong bersedia untuk tidak mencampuri urusanmu, belum tentu
para orang gagah dari dunia persilatan mau mempercayai dirimu
dengan begitu saja."
Giam In kok mendengus dingin, melihat pihak Su Hay pang telah
dibikin keder oleh gertakan-nya, ia segera berpaling kearah Siu In tiangloo dan
berkata: "Kecuali orang-orang Su Hay pang, aku harap dari pihak partai yang lain
mengajukan seorang wakilnya untuk mengikuti aku orang she In masuk kedalam
kuburan, akan kubuktikan bagaimana caraku
untuk menyambung nadi dipinggulku yang patah."
Para jago segera berunding diantara mereka sendiri, akhirnya
lima belas orang terpilih sebagai wakil mereka.
Tapi sebelum para wakil masuk kedalam kuburan, tiba-tiba
terdengar Khong Beng yu berseru:
"Kita jangan mempercayai omongan bocah keparat itu dengan
begitu saja, kita mesti mencari seseorang untuk dijadikan
sandera...." Ciu Li ya segera berseru:
"Nona akan tetap tinggal disini, sedang kau... kau bajingan tua bukan manusia yang
bisa dipercayai, aku harus menjaga dirimu
secara baik-baik." Begitu selasai berkata, secepat kilat dia melejit ke udara dan
melayang turun persis dihadapan Khong Beng yu, jengeknya lagi
sambil tertawa dingin: "Heeeh... heeeh... heeeh... bajingan she Khong, bila kau tak pingin mampus, lebih baik
turuti saja perkataan nonamu, kalau
tidak... hmmmm!" "Kau hendak menyandera diriku?" teriak Khong Beng yu marah-marah.
"Hmmm, bukan cuma menyandera dirimu, bila sampai terjadi
kangzusi.com keonaran nanti, nona akan tebas kutung batok kepalamu lebih
dulu." "Kau seharusnya mencari sandera dari partai atau perkumpulan lain, mengapa
justru aku yang kau pilih?"
"Karena nona memang tertarik sekali dengan batok kepalamu
itu..." Dibawah pandangan orang banyak, tentu saja Khong Beng yu tak
mau unjukan kelemahannya, terpaksa dia harus mengikuti
tantangan si nona untuk tampilkan diri ketengah arena.
Siapa tahu, baru saja berjalan beberapa langkah, tahu-tahu
tengkuknya terasa dingin, rupanya pedang dari Ciu Li ya telah
ditempelkan diatas lehernya.
Tak terlukiskan rasa terperanjat jagoan itu, saking kagetnya ia sampai menjerit
dengan suara gemetar: "Hay, apa-apaan kamu ini?"
"Heeehh... heeeeh... heeeeh... siapa suruh kau si bajingan tua pintar menggunakan tipu
muslihat untuk membohongi orang,
sedang nona pun harus berjaga-jaga kalau sampai kau kabur. Nah, sekarang kau
jangan mencoba untuk bergerak lagi, asal mereka
sudah keluar dari liang kubur, pasti kubebaskan kembali dirimu!"
Giam In kok yang menyaksikan peristiwa tersebut segera berseru
memuji: "Cici, tindakanmu itu tepat sekali, tak usah kuatir, asal bajingan tua itu
berani sembarangan bergerak, kau tebas kutung saja batok kepalanya, urusan yang
lain tak perlu dipikirkan lagi."
"Yaa, tentu saja... memangnya aku harus membiarkan dia pergi dengan begitu saja?"
Sementara itu Giam In kok diikuti Gak Put leng sekalian delapan belas orang
berangkat memasuki liang kubur, dalam ruangan
tersebut, Gak Put leng segera memberi penjelasan panjang lebar, kangzusi.com
Giam In kok pun melepaskan pakaiannya dan perlihatkan bekas
tusukan jarum yang tersebar rata diseluruh badannya itu, hanya kali ini dia
membawa suatu perubahan yang lain dari pada yang lain, yakni badannya menyiarkan
bau harum yang aneh. Dengan rasa keheranan Gak Put leng segera bertanya:
"Ia siauhiap, kau telah menelan benda apa" Mengapa tubuhmu menyiarkan bau harum
yang aneh?" Secara singkat Giam In kok segera menceritakan apa yang
diperbuatnya sewaktu disembunyikan didalam peti mati.
Mendengar penuturan itu, dengan senyuman dikulum Gak Put
leng segera berkata: "Benar-benar suatu penemuan yang luar biasa, padahal kami
ayah dan anak telah menjelajahi seluruh tanah perbukitan dengan harapan bisa
memperoleh sari empedu birahi kambing yang berusia seribu tahun untuk
menyembuhkan lukamu itu, tak nyana kau justru telah menelan mutiara gadis Giok
It Li Cu, tak heran kalau urat nadi di pinggulmu bisa sembuh dalam waktu singkat
bahkan badanmu menyiarkan pula bau harum semerbak. Tapi dengan peristiwa ini,
kau tak usah kuatir ada orang lain menyaru sebagai dirimu lagi, sebab bau harum
yang tersiar dari badanmu itu tak mungkin bisa
dipalsukan orang lain."
"Apakah didunia ini tidak terdapat mutiara Giok It Li cu yang kedua?"
"Menurut apa yang pernah kubaca dari kitab ilmu pertabiban, dalam kolong langit
hanya terdapat sebutir saja, itupun hasil
peninggalan dari jaman Cun cui Cian kok dulu, konon mutiara Giok It Li cu bisa
mengawetkan jenazah biar tidak membusuk, itulah
sebabnya jenazah perempuan itu nampak segar dan hidup, tapi
setelah mutiara li cu tersebut kau ambil, maka jenazahnyapun tak bisa disimpan
lebih lama lagi." Secara bergantian kelima belas orang wakil dari perbagai partai besar itu
memeriksa keadaan peti mati serta jenazah wanita yang kangzusi.com
telanjang bulat itu, dengan bukti didepan mata, siapakah yang
masih tidak mempercayainya"
Siu In tiangloo segera berseru memuji keagungan sang Buddha,
lalu katanya dengan serius:
"Dosa, dosa....! Sekarang aku sudah percaya kalau pembantaian yang berlangsung
dipuncak Ban Siu hong tempo hari adalah hasil
perbuatan orang lain yang sengaja bermaksud menfitnah dan
merusak nama baik Siau sicu, mesti begitu, aku rasa nona Ciu
adalah seorang nona yang berhati terlalu keji, kau harus
membujuknya agar mengurangi kegemaran-nya membunuh orang."
Giam In kok mengiyakan berulang kali, kemudian baru ujarnya:
"Sebenarnya aku ingin berbicara dengan cianpwee sekalian
secara pribadi dan dimulai dari Siu In tiangloo, entah bersediakah kalian untuk
mengabulkan permintaanku ini?"
Ketika semua orang memberikan persetujuan-nya, maka dengan
suara lirih pun dia berbicara dengan kelima belas orang tersebut, apa yang
dibicarakan orang lain tak tahu, yang pasti ketika masing-masing orang
mengundurkan diri dari kuburan tersebut, paras muka mereka kelihatan serius
sekali. Sementara itu siapa jago yang berada diluar kuburan sedang
bergerombol membentuk kelompok sendiri sambil berbisik-bisik,
entah apa yang dibicarakan.
Ciu Li ya sendiri dengan pedang terhumus berdiri gagah ditengah arena. Khong
Beng yu yang berada dibawah ancaman pedangnya
boleh dibilang sudah menggulung diri macam kura kura saja,
keadaannya mengenaskan sekali.
Dengan susah payah akhirnya rombongan dari dalam kuburan
baru nampak muncul kembali, dengan cepat Khong Beng yu
berseru: "Hey budak rendah, kau harus segera membebaskan aku aku."
kangzusi.com Ciu Li ya tertawa merdu, dengan suatu gerakan cepat dia
menarik kembali pedangnya lalu mengundurkan diri kesamping
tubuh Giam In kok. "Omintohud!" bisik Siu In tiangloo kemudian, katanya dengan nyaring, "dalam
peristiwa yang terjadi pada hari ini, rupanya sudah terjadi kesalahan paham
diantara kita semua, sekarang mari kita kembali ke dulu perguruan masing-masing,
biar para saksi yang memberi keterangan kepada kalian nantinya...."
"Tidak bisa!" teriak Khong Beng yu tiba-tiba, "kalian harus menjelaskan
persoalan ini dihadapan umum, dan jangan harap
mengelabuhi kami orang-orang dari Su Hay pang!"
Melihat lagi-lagi Khong Beng yu membuat gara-gara, Giam In kok
menjadi sangat marah, segera bentaknya keras:
"Kau berani membantah?"
Sebuah pukulan dahsyat langsung dilontarkan kedepan.
Begitu melihat Giam In kok melancarkan serangannya, dengan
perasaan ketakutan bercampur ngeri, cepat-cepat Khong Beng yu
melompat mundur sejauh beberapa kaki dari posisi semula.
Siapa tahu Giam In kok justru bertepuk tangan sambil mengejek:
"Khong Beng yu, manusia penakut yang bernyali kecil macam
tikus seperti kau juga menjabat seorang tongcu bagian hukum"
Hmm, lebih baik sipat ekor dan menggelinding pulang kerumah saja, kau lebih enak
memeluk bini ketimbang berkeliaran ditempat
luaran." Sindiran tersebut kontan saja membuat paras muka Khong Beng
yu, tongcu bagian hukum dari perkumpulan Su Hay pang ini
berubah jadi merah padam seperti kepiting rebus, dengan penuh
kegusaran segera bentaknya:
"Bajingan keparat, biar aku mesti pertaruhkan selembar nyawaku pun, aku akan
beradu jiwa denganmu!"
Kembali Giam In kok tertawa terkekeh-kekeh:
kangzusi.com "Yaa... kalau didengar sih perkataanmu itu seperti sangat hebat, luar biasa, tapi
jangan kuatir, aku belum berniat mencabut nyawa anjingmu, sebab aku masih
membutuhkan bukti dan fakta, nah,
lebih baik kau rasakan gebukanku lebih dulu."
Khong Beng yu mendengus dingin, dengan cepat dia
mempersiapkan sepasang telapak tangannya, maksudnya, asal
serangan dari Giam In kok telah dilancarkan maka diapun akan
segera melancarkan serangan yang mematikan.
Ciu Li ya menjadi kegelian oleh sikap musuhnya itu, tiba-tiba
katanya dengan lembut: "Engkoh In, lukamu baru sembuh, lebih baik biar aku saja yang mewakilimu!"
Melihat anak muda tersebut manggut-manggut sambil
tersenyum, Ciu Li ya semakin gembira lagi, ia segera membalikkan tubuhnya lalu
membentak keras-keras: "Bajingan tua Khong, beranikah kau tampil kedepan" Nona akan memberi hadiah tiga
enam pukulan kepadamu!"
Ciu Li ya bisa termasyur sebagai perempuan siluman berhati
kejam karena dia memang keji dan tidak mengenal ampun, begitu
luar biasanya nona ini, pada hakekatnya setiap jago yang turut serta dalam
pertempuran dipuncak Ban Siu hong mengenalinya.
Tidak terkecuali bagi Khong Beng yu sendiri, diapun cukup
mengetahui akan kelihayan perempuan tersebut.
Karenanya begitu melihat siluman perempuan berhati kejam
menampakkan diri dihadapannya, ia menjadi amat terkesiap,
sambil tertawa paksa segera ujarnya:
"Seorang lelaki sejati tak akan bertarung melawan perempuan, apalagi aku lebih
tua beberapa puluh tahun, buat apa aku mesti
ribut dengan seorang bocah perempuan macam kau?"
Ciu Li ya tertawa cekikikan, dia segera melengos ke arah lain dan berlagak
memandang hina. kangzusi.com Tapi begitu dia memandang kearah lain, gadis tersebut segera
dibikin tertegun. Tampaknya jago-jago yang lainpun merasakan gelagat yang tak
beres, tanpa terasa mereka turut berpaling pula, ternyata dari
kejauhan sana tampak berpuluh-puluh sosok bayangan manusia
sedang berlari mendekat dengan kecepatan tinggi.
Rupanya orang-orang itu jago yang diundang datang oleh para
wakil partai dan perguruan setelah mereka mengikuti Giam In kok keluar dari
liang kubur tadi. Dalam waktu singkat kawanan jago persilatan yang mengurung
sekeliling tempat itu sudah satu kali lipat jumlahnya.
Dengan sorot matanya yang tajam, Giam In kok memperhatikan
sekejap sekelilingg tempat itu, lalu katanya kepada Siu In tiangloo:
"Saat ini kawanan jago lihay telah berkumpul semua disini, aku harap taysu dapat
mewakiliku untuk menghapuskan semua
kemungkinan bencana dimasa mendatang."
"Baiklah, akan kuusahakan." sahut hweesio tua itu cepat.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, para jago yang semula
berjaga-jaga disekitar kuburan maupun kawanan jago yang baru


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdatangan disana menjadi terkejut bercampur keheranan.
Mereka benar-benar tidak menyangka kalau seorang tiangloo dari
Siau Lim pay ternyata mau menurut perintah seorang pemuda jelek yang tampaknya
sangat lemah itu, tak kuasa mereka saling
berpandangan dengan wajah penuh tanda tanya.
Terdengar Siu In tiangloo berseru lagi dengan nyaring:
"Barusan, para wakil yang dikirim oleh pelbagai perguruan telah mengadakan
perundingan khusus dengan si bocah ajaib bermuka
seribu In siauhiap, sesungguhnya peristiwa pembantaian berdarah yang berlangsung
di puncak Ban Siu hong digunung Siong san
kangzusi.com hanya merupakan suatu kesalahan paham, karenanya aku hendak
mewakili para wakil dari perguruan lainnya untuk mengemukakan
kepada saudara sekalian bahwa persoalan ini untuk sementara
waktu dibekukan hingga terbongkarnya kasus ini dikemudian hari."
Baru saja Siu In tiangloo menyelesaikan perkataannya,
mendadak terdengar seseorang tertawa dingin.
Ketika para jago berpaling kearah sumber tertawa itu, tampak
seorang kakek berusia enam puluh tahunan, dengan sorot mata
yang tajam bagaikan sembilu sedang mengawasi Khong beng yu
sambil menegur: "Khong tongcu, tolong tanya, didalam peristiwa yang terjadi barusan, apakah
pihak perkumpulan kamipun termasuk
diantaranya?" "Lapor wakil ketua, dalam perwakilan para pengurus besar tadi, pihak kami sama
sekali tidak turut ambil bagian!"
Ciu Li ya yang mendengar perkataan tersebut kontan saja
tertawa dingin, sindirnya:
"Bajingan tua Khong, beranikah kau berbicara sejujurnya atas apa yang telah
terjadi tadi" Huuh, dasar manusia tak tahu malu, muka tebal...."
"Hey perempuan siluman!" teriak Khong Beng yu penasaran,
"apakah pihak kami telah mengirimkan wakilnya tadi?"
"Hmmm, bukankah kau si bajingan tua telah mewakili perguruan besar lainnya untuk
menjadi sandera dan duduk dalam penjara
dalam tanah?" Merah padam selembar wajah Khong Beng yu setelah mendengar
ucapan ini, untuk beberapa saat lamanya ia terbungkam dalam
seribu bahasa. Wakil ketua perkumpulan Su Hay pang dengan cepat
menanyakan duduk persoalan yang sebenarnya, begitu mengetahui
duduknya persoalan, dengan wajah berubah menjadi serius
kangzusi.com bentaknya: "Kalau toh ia berada dibawah ancaman ujung pedang, berarti kehendaknya itu
dilaksanakan secara paksa, aku tak bisa
menganggapnya masuk hitungan...."
Siu In tiangloo berkerut kening, selanya tiba-tiba:
"Pia sicu, kau toh baru datang dan belum mengetahui keadaan yang sebenarnya,
apalah artinya marah-marah seperti orang gila"
Ketahuilah, tujuanku dengan keputusan tersebut tak lain adalah
untuk menghindari para jago dari musibah besar."
"Aku tahu, taysu mempunyai pamor serta kedudukan yang
terhormat didalam dunia persilatan, tapi sayang sekali partai Siau Lim masih
belum berhak untuk mengurusi perkumpulan Su Hay
pang!" Ucapan dari wakli ketua perkumpulan Su Hay pang ini benar-benar amat pedas,
kontan saja Siu In tiangloo dibuat tertegun
kemudian membungkam diri dalam seribu bahasa.
Giam In kok segera tertawa nyaring, tiba-tiba ia berseru:
"Apabila Su Hay pang memang merasa tak puas, aku bisa
melayani kehendaknya sampai dimanapun!"
"Hmmm, bajingan keparat, kau jangan bersombong diri dulu, aku memang bermaksud
untuk menumpas dirimu serta membalaskan
dendam bagi kematian Kian tiangloo dari perkumpulan kami."
"Ooh... begitu" sayang sekali siauya hanya mempunyai selembar nyawa yang tak bakal
dijual murah, boleh saja dicoba, hanya kalian musti membayar dengan mahal!"
"Hmmm, kau si bocah keparat tak usah sombong dulu,
kepandaian silatmu masih belum terhitung seberapa...."
Sambil berkata, wakil ketua dari perkumpulan Su Hay pang itu
segera berkelebat dan terjun ketengah arena dari sisi pingangnya, ia
kangzusi.com mempersiapkan sebuah senjata yang berupa panji pencabut nyawa
Ban Siu Toh Hun ki, kemudian katanya dingin:
Hari ini, aku akan menyaksikan sampai dimanakah kehebatan?ilmu silat dari si bocah ajaib bermuka seribu, aku ingin tahu nama besarnya
selama ini hanya kosong belaka atau tidak...."
Sebagaimana diketahui, kawanan jago yang hadir didalam arena
sekarang kebanyakan adalah jago-jago pilihan dari berbagai
perguruan besar, dilihat dari gerakan tubuh wakil ketua
perkumpulan Su Hay pang yang bernama Pia Kong gwan ini, orang
sudah bisa menilai sampai dimanakah taraf kesempurnaan ilmu silat yang
dimilikinya. Ketika mengetahui dengan pasti, bila kepandaian semacam itu
harus dibandingkan dengan kepandaian silat si bocab ajaib
berwajah seribu, maka jelas dia masih ketinggalan jauh.
Bahkan dibandingkan dengan siluman perempuan berhati kejam
Ciu Li ya pun rasanya wakil ketua dari Su Hay pang itu belum
mampu mengunggulinya. Karena itu, ketika para jago melihat kenekatan-nya untuk
mencari mampus, diam-diam mereka mengucurkan peluh dingin
karena cemasnya. Buru-buru Siu In tiangloo beranjak masuk kedalam arena sambil
berseru keras: "Pia sicu, tentu saja kami tidak berhak untuk menghalangi niat anda untuk
membalaskan dendam bagi kematian tiangloo
perkumpulan kalian, tapi bagaimana kalau hal ini dilakukan setelah lewat hari
ini saja?" "Tidak, keputusanku sudah bulat, bagaimanapun juga hari ini aku hendak mencari
balas kepadanya!" Giam In kok yang menyaksikan kenekatan pihak lawanpun
menjadi mendongkol sekali, segera serunya:
kangzusi.com "Taysu, kenapa kau musti menghalanginya" kalau toh dia sudah ingin secepatnya
berangkat ke akherat....."
Dengan sedih Siu In tingloo berkata:
"Aaaiii.... nampaknya persoalan ini sudah tidak bisa diselesaikan secara damai,
yaa... aku tiada permintaan lain kecuali berharap kepada siauhiap agar memegang
janji atas perkatanmu tadi serta
kurangi melakukan pembunuhan...."
"Asal dia tak mencari jalan kematian buat diri sendiri, aku pasti akan memberi
jalan hidup kepadanya...."
Sementara itu, Pia Kong gwan sudah dibuat gusar sekali oleh
tanya jawab kedua orang itu, sedemikian marahnya dia, sampai
rambutnya yang putih kelihatan bergoncang keras sekalipun tidak terhembus angin,
bentaknya keras: "Bajingan keparat...."
Sambil memutar senjata panjinya, dia mulai bergerak maju
kedepan. Dipihak lain, Giam In kok telah selesai melakukan perundingan
dengan para wakil dari perguruan besar, dengan cekatan sekali dia menghindarkan
diri kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut, kemudian ujarnya
sambil tertawa: "Tahukah kau bahwa siauya mempunyai suatu kebiasaan?"
"Apa kebiasaanmu itu?"
"Mengalah tiga jurus untukmu...."
Wakil ketua dari perkumpulan Su Hay pang menjadi naik darah,
dia mengira musuhnya terlalu memandang rendah kemampuannya,
dengan amarah yang meluap-luap umpatnya:
"Bajingan cilik, kau jangan takabur dulu...."
"Kalau kau memang tak percaya, silahkan saja dibuktikan
sendiri..." kangzusi.com
Pia Kong gwan tidak banyak berbicara lagi, dia tahu musuhnya
benar-benar memiliki kepandaian silat yang amat tangguh, maka
begitu turun tangan melancarkan serangan, dia segera
mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya.
Dalam waktu singkat seluruh angkasa diselimuti bayangan panji
yang berlapis-lapis, angin pukulan menderu-deru kencang, kawasan seluas sepuluh
kaki disekitar sana tahu-tahu sudah dibungkus oleh deruan pasir dan batu yang
berterbangan. Giam In kok tertawa dingin, sambil mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya untuk berkelit kian kemari, jengeknya:
"Paling banter kau cuma bisa bertahan sebanyak setengah
gebrakan saja, baiklah, aku akan mengalah beberapa jurus lagi."
Amarah yang membara dada Pia Kong gwan telah mencapai
pada puncaknya, panji Ban Siu ki-nya diputar sedemikian rupa
hingga menimbulkan angin serangan yang memekikkan telinga,
sayang semua usahanya itu tidak mendatangkan hasil apa-apa, ia
masih tetap tak mampu berbuat banyak terhadap lawannya.
"Enam jurus...."
"Lima jurus...."
"Empat jurus..."
............ "Satu jurus..."
Giam In kok menghindarkan diri sambil berseru berulang kali
membacakan angka jurus serangan itu, ketika angka terakhir
diucapkan, sebuah serangan dahsyatpun segera dilancarkan.
"Sreeeettt....!"
Diiringi desingan suara yang memekikkan telinga, tahu-tahu
senjata panji Ban Siu ki lawan telah terjatuh ketangan Giam In kok, bukan begitu
saja, bahkan dada Pia Kong gwan pun kena tersambar sampai robek besar, ikat
celananya putus dan terlihatlah sebuah kangzusi.com
lencana perak berbentuk kecil terjatuh keatas tanah.
Dengan cepat Giam In kok melirik sekejap kearah lencana
tersebut, ternyata bentuknya memang tak jauh berbeda dengan
lencana yang diperolehnya dari Cin Song jiu tempo hari.
Melihat hal ini diapun berseru dihati:
"Ooooh.... rupanya begitu."
Rupanya antara perkumpulan Su Hay pang dengan si setan tua
berwajah seratus dan si tikus dari pecomberan sekalian telah saling mengadakan
kontak hubungan, sekalipun hal ini sudah di dalam
dugaan si bocah ajaib berwajah seribu jauh sebelumnya, namun
sekarang ia justru berlagak seakan-akan tidak melihat akan kejadian ini.
Sambil mundur sejauh beberapa kaki dari posisi semula dan
memutar senjata panji Ban Siu ki itu kencang-kencang, serunya
dengan keras: "Nah, dalam satu gebrakan saja Siauya telah berhasil merampas senjatamu, ini
berarti senjata Ban Siu ki ini sudah menjadi milik ku bukan?"
Pucat pias selembar wajah Pia Keng gwan setelah menghadapi
kejadian seperti ini, cepat-cepat ia memungut kembali lencana
perak itu dari atas tanah, lalu setelah membetulkan kembali tali celananya, ia
baru menerjang kembali kedepan sambil membentak:
"Bajingan keparat, aku akan beradu jiwa denganmu....!"
Tapi Giam In kok segara mengebaskan tangannya sambil
berkata: "Untuk membongkar suatu kasus yang terjadi dalam dunia
persilatan selama ini, biar kutitipkan batok kepala kalian untuk sementara
waktu, sekarang kalian boleh menggelinding pergi dari sini!"
Begitu ucapan tersebut selesai diucapkan, tubuh Pia Keng gwan
tanpa menimbulkan sedikit suarapun telah balik kembali kebelakang kangzusi.com
dan persis terjatuh dihadapan anak buahnya.
Wakil ketua dari perkumpulan Su Hay pang nyatanya berhasil
dilempar keluar dari arena oleh si bocah ajaib berwajah seribu
secara mudah, untuk sesaat para jago jadi berdiri termangu-mangu sambil bertukar
pandangan, namun merekapun mulai sadar bahwa
pemuda tersebut sudah pasti bukan iblis pembunuh manusia yang
telah melakukan pembantaian di puncak Ban Siu hong, dengan
sendirinya merekapun sudah mulai mengerti apa yang sebenarnya
telah terjadi. Sementara itu paras muka Pia Keng gwan telah berubah menjadi
pucat pasi seperti mayat, tiba-tiba teriaknya:
"Khong tongcu, ditempat ini sudah tiada bagian untuk kita
tancapkan kaki lagi, ayo kita pulang dulu!"
Dengan membawa perasaan kaget dan sedih, kawanan jago dari
Su Hay pang itu tidak berbicara lagi, tergopoh-gopoh mereka
memanggul jenazah rekannya dan cepat-cepat melarikan diri
meninggalkan tempat tersebut.
Mendadak Siu In tiangloo berseru kembali:
"Pia sicu, harap tunggu sebentar!"
Pia Keng gwan mendengus dingin, tanpa berpaling dia menjawab
dari kejahuan sana: "Perjanjian Kin Bun Loa ciam yang ditanda tangani sembilan partai dan tiga
perkumpulan besar pada masa lalu telah hancur dan berantakan ditangan Siau Lim
pay, kau tak usah banyak bicara lagi, kita lihat saja bagaimana perkembangan
selanjutnya....." Tiba-tiba saja Siu In tiangloo merasakan gawatnya persoalan ini, buru-buru
teriaknya lagi: "Pia sicu......"
Sambil berseru ia berusaha melakukan pengejaran.
Namun Pia Keng gwan, Khong Beng yu beserta kawanan angota
kangzusi.com Su Hay pangnya sama sekali tidak berpaling, malah mereka
mempercepat langkahnya meninggalkan tempat tersebut.
Sesungguhnya Siu In tiangloo berniat untuk memberi penjelasan
atas peristiwa tersebut, namun rupanya Pia Keng gwan merasa
harga dirinya telah ternoda, sehingga ia merasa tak punya muka lagi untuk
berdiam lebih lama disana, itulah sebabnya pula ia segera berlalu tanpa
berpaling kembali. Melihat kejadian ini, pendeta suci dari Siau lim si inipun cuma dapat menghela
napas sambil menghentikan langkahnya.
Giam In kok yang berada disisinya segera menegur sambil
tertawa: "Taysu, buat apa kau mesti menyesal atas kejadian ini" Dengan tidak turut
sertanya Su Hay pang didalam persekutuan ini, siapa tahu justru akan membuat
tentram para perguruan lainnya" Oya...
ada satu hal ingin kutanyakan pula, dalam peristiwa berdarah di puncak Ban sia
hong, berapa banyakkah jumlah korban yang
berjatuhan dari pihak Su Hay pang?"
Siu In tianglo seketika dibuat tertegun oleh pertanyaan tersebut, setelah
merenung sebentar, sahutnya dengan wajah serius:
"Siau Lim pay sebagai tuan rumah, malam itu telah jatuh korban empat puluh satu
orang terluka atau tewas!"
"Berapa orang dari pihak Su Hay pang?"
"Empat belas orang."
"Dari Khong Tong pay?"
"Enam orang...."
Setelah menjumblah semua korban yang jatuh dari pihak
pelbagai perguruan besar, Giam In kok segera berkata sambil
tertawa keras: "Bukankah malam itu ada seratus dua puluh delapan orang yang menjadi korban"
Padahal dari pelbagai perguruan jumblahnya telah kangzusi.com
mencapai seratus duapuluh tujuh orang, sisa yang seorangpun


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum tentu merupakan anggota perkumpulan Su Hay pang, dari
sini bisa disimpulkan bahwa dugaanku memang tidak salah. Su Hay pang memang
sengaja menghasut pelbagai perguruan besar agar
bermusuhan dengan iblis langit serta iblis bumi, bahkan
menjerumuskan diri ku dalam kemelut tersebut, sedangkan
pihaknya justru secara licik menghindarkan diri dari jatuhnya
korban, hal ini membuktikan betapa keji dan busuknya rencana
mereka. Tapi apa sebabnya mereka berbuat demikian" Hal ini masih perlu dilakukan
penyelidikan, karenanya kumohon kepada para wakil dari pelbagai perguruan besar
agar menyampaikan kepada ketua
masing-masing bahwa peristiwa ini tak lama lagi pasti akan
terungkap sama sekali."
Selesai berkata ia segera menjura kepada semua orang.
Kemudian sambil berpaling kearah Tabib sakti ayah beranak serta Ciu Li ya,
katanya lagi sambil tertawa:
"Kita harus pergi sekarang."
"Pergi ke mana?"
"Mencari Iblis langit, Iblis bumi serta nenekku."
Walaupun disekitar arena hadir beratus-ratus orang jago,
ternyata tak seorangpun menghalangi jalan perginya, malah kelima belas orang
yang terpilih sebagai wakil pelbagai perguruan besar itu menghantar
keberangkatan pemuda itu dengan sikap hormat.
Setelah meninggalkan para jago dikuburan itu, Giam In kok
sekalian melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Loi Yang.
**d*e** Sepanjang perjalanan, beberapa orang ini selalu berbincang-bincang sambil
bergurau, Giam In kok merasakan hatinya selalu
diganjal oleh sebuah masalah yang dirasakan pelik, hanya saja
masalah tersebut tidak sampai dikemukakan keluar. Ciu Li ya yang kangzusi.com
selalu mendampinginya sepanjang perjalanan, lagi pula menaruh
pererhatian khusus terhadapnya, dengan cepat mengetahui akan
kemurungan serta kekesalan pemuda itu, dengan kening berkerut ia segera menegur:
"Kenapa sih kau ini" Tampaknya banyak persoalan yang
menganjal dalam hatimu?"
"Aku sedang membayangkan keadaan nenekku sekalian, bisa jadi nasib mereka lebih
banyak jeleknya ketimbang rejeki."
"Bukankah sekarang kita sedang pergi mencari mereka?"
"Tapi kemanakah kita harus mencari?"
"Jadi kau sendiripun tidak tahu kemana harus mencari mereka?"
"Bila aku sudah mempunyai tujuan tertentu, tak mungkin
pikiranku begini risau dan bingung."
"Mungkinkah masih berada disekitar bukit Siong san?"
"Aaaai.... sulit untuk dibicarakan, kata Giam In kok sambil menghela napas, ?"bila Tiong Giok kian berniat memancingku untuk masuk perangkap, seharusnya ia
sengaja meninggalkan sedikit jejak agar aku dapat menelusuri jejaknya..."
Si Tabib sakti dari Lam san yang berjalan didepan tiba-tiba
menimbrung: "Arak yang dijual di kebun Kim Kok wan dalam kota Lok yang yang termashur
diseantero jagad, lagipula pelbagai jenis manusia suka minum arak disitu,
mengapa kita tidak berkunjung kesitu
sambil berusaha mencari kabar...."
Giam In kok berpikir sejenak, kemudian manggut-manggut,
katanya: "Baiklah, bagaimanapun juga kita memang tak ada tujuan
tertentu, ada baiknya mengadu nasib disana...."
Tiba-tiba Cia Li ya berseru:
"Hey, masa kau hendak berkunjung ke Kim Kok wan dengan
kangzusi.com macam semacam ini" Kau tidak kuatir Liok Cu akan menjadi
ketakutan melihatmu?"
Ternyata Kim Kok wan didirikan oleh Sik Tiong dari ahala Cing,
tempat itu khusus dibangun untuk selir kesayangan-nya yang
bernama Liok Cu. Sedangkan tampang muka Giam In kok saat ini
amat jelek, itulah sebabnya Ciu Li ya sengaja menyindirnya.
Mendengar itu, Giam In kok segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haaah... haaah... berbicara soal Liok Cu, entah
sukmanya kini sudah gentayangan sampai dimana, apa sangkut
pautnya dengan tampang mukaku" Tapi untuk maksud menemukan
kembali sanak keluargaku itu, memang seharusnya aku memulihkan
kembali wajah asliku."
Sambil berkata ia segera mengambil sebutir pil dan digosokan
keatas telapak tangannya, kemudian bubuk tersebut dioleskan di atas wajahnya,
tak lama kemudian obat penyaru muka yang
melekat diwajahnya mulai rontok dan berguguran keatas tanah.
Dalam waktu singkat, dari seorang pemuda yang berwajah jelek,
Giam In kok telah berubah menjadi pemuda tampan yang amat
menawan hati. Agaknya Ciu Li ya sama sekali tak menyangka kalau orang yang
dicintainya ternyata berwajah begitu tampan, hatinya kontan saja berdebar keras,
setelah lama sekali berdiri tertgun, katanya
kemudian kegirangan: "Kau betul-betul seorang manusia yang aneh, sebenarnya wajah yang mana sih yang
merupakan wajah aslimu?"
Kalau Giam In kok muncul kembali dengan wajah aslinya, maka
tabib sakti dari Lam san yang takut diketahui orang justru merubah wajahnya
menjadi tampang yang yang lain, begitu pula dengan
halnya Ciu Li ya, mereka telah berubah menjadi wajah lain.
Ketika tiba dikota Lok yang, senja baru saja menjelang tiba,
kangzusi.com suasana di Kim Kok wan tampak ramai sekali dengan pengunjung.
Ketika Giam In kok sekalian baru tiba digardu Cing liang tay,
mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara yang merdu:
"Piau ko, rupanya kaupun datang kemari!"
Cepat-cepat Giam In kok berpaling, ia menjumpai ada dua orang
pemuda tampan sedang duduk dimeja seberang, sementara
keempat biji mata mereka yang jeli sedang mengawasi kearahnya
tanpa berkedip. Namun Giam In kok tahu suara teguran tersebut berasal dari
Ciang Bong, maka tak diragukan lagi pemuda tampan yang lain
sudah pasti hasil penyaruan dari Ceng Yan.
"Aaah.... rupanya kalian pun berada disini!" sahut pemuda tersebut cepat-cepat.
Pertemuan secara tiba-tiba dengan kedua orang ini membuat
Giam In kok kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia
mengundang rekan-rekan-nya agar duduk menjadi satu meja,
setelah itu baru tegurnya:
"Mana nenek" Apakah tidak berada bersama kalian?"
"Sungguh aneh, bukankah ia berada bersamamu?" jawab Ciang Bong cepat-cepat.
Mendengar jawaban itu, Giam In kok menjadi kaget, segera
serunya tertahan: "Aduh celaka....."
Namun sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Ciang Bong
telah berseru lagi: "Tunggu dulu, mengapa kau tidak memperkenalkan rekan-rekanmu kepadaku?"
Walaupun dalam hati kecilnya merasa amat gelisah, terpaksa
Giam In kok harus memperkenalkan rekan-rekan-nya kepada
mereka, setelah itu dia baru bertanya lagi:
kangzusi.com "Mengapa kalian berdua bisa datang ke Lok yang?"
"Sebenarnya kami ingin mengikuti nenek dan kakek menuju
Siong san," kata Ceng Yan cepat, "siapa tahu baru saja tiba di An Ciu, tiba-tiba
beberapa orang tua itu sudah ngeloyor pergi sendiri dengan meningalkan aku serta
adik Cian, tapi menurut surat yang ditinggalkan buat kami, maka kami diharuskan
datang dulu ke Lek Yang..."
"Kalau begitu nenek hendak datang pula ke Lek Yang?" Giam In kok mencoba untuk
menegaskan. Tampaknya Ceng Yan makin keheranan, serunya cepat:
"Waaah.... kalau begitu sungguh aneh..."
-oo0dw0oo - Jilid : 32 "AAAI, padahal tiada yang aneh...." kata Giam In kok sambil menghela napas, maka
secara ringkas diapun menceritakan
pengalamannya sewaktu di bukit Siong san.
Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, dengan gelisah
Ciang Bong berseru: "Kalau begitu urusan bisa bertambah runyam, nenek ku telah bilang, bila tak
berhasil menemukan dirimu di bukit Siong san, ini berarti kau sedang terancam
bahaya, ternyata apa yang dikatakan memang benar."
"Lantas dimanakah bibi sekarang?" tanya Giam In kok lagi.
"Ibu dan ayahku semuanya berada dirumah penginapan Swan
Peng, hal ini telah dibicarakan dengan nenek tempo hari, maka
sering kali kami mencari mereka orang tua secara diam-diam."
"Aneh benar!" kata Giam In kok kemudian, "padahal barusan kamipun datang dari
penginapan Swan Peng, mengapa tidak
kangzusi.com bertemu dengan beliau berdua...?"
"Bagaimana sih kau ini" Rumah penginapan Swan Peng kan
terdiri dari puluhan buah kamar, kecuali kau mencari keterangan dari pelayan,
bagaimana mungkin kalian bisa saling bertemu?" sela Ciu Li ya sambil tertawa.
"Ya, perkataan nona Ciu memang benar..."
Ketika Ciang Bong melihat Giam In kok memuji Ciu Li ya, tiba-tiba ia tertawa
cekikikan dan cepat-cepat membuat muka setan
kearah Ceng Yan, akibatnya Ceng Yan menjadi gemas sambil
mendengus. Mendadak dari meja tetangga terdengar seseorang berbisik
dengan suara lirih: "Saudara Teng, coba kau lihat kedua orang betina itu, rupanya mereka sengaja
menyamar sebagai kaum lelaki, andaikata barusan
tidak mengerling genit, mungkin kita akan terkecoh sama sekali."
"Hati-hati kalau berbicara saudara Pit, aku lihat perempuan yang menyoren pedang
itu adalah siluman perempuan berhati keji,
bukankah ia dipanggil sebagai nona Ciu?"
"Yaa, aku paling muak dengan si tua keladi dan orang dusun disamping mereka
itu...." "Saudara Pit jangan bernyali kecil, apa kau lupa dengan bubuk penghilang sukma
andalan kita?" "Yaa, betul, betul...."
Rupanya pembicaraan itu berasal dari empat orang pemuda yang
duduk dimeja lain, tentu saja mereka amat bernyali, lagipula mereka berbicara
semaunya sendiri. Memang benar pembicaraan mereka dilangsungkan dengan
suara rendah, namun semua pembicaraan tersebut dapat didengar
oleh Giam In kok sekalian dengan jelas sekali.
Giam In kok yang duduk membelakangi orang-orang itu segera
melihat Gak Beng sudah berkerut kening dengan wajah gusar,
kangzusi.com karena takut ia tak bisa menahan emosi dan mencari gara-gara,
cepat-cepat ia memberi tanda kepadanya sambil berbisik:
"Jangan terburu napsu, bisa jadi mereka adalah murid orang yang sedang kita
cari." Karena takut lawannya ikut mendengarkan pembicaraan
tersebut, maka sambil mencelupkan jari tangannya kedalam cawan, ia segera
menulis kata "Kho Yang" diatas meja kemudian menghapusnya kembali.
"Siapakah orang itu?" Ceng Yan segera bertanya keheranan.
Giam In kok segera menulis kembali diatas meja:
"Orang itu adalah adik seperguruan si tikus dari pecomberan yang menyamar
sebagai setan tua berwajah seratus, kedua orang
itu pernah kubekuk namun akhirnya ditolong kembali oleh guru
mereka Tiong Giok kian."
Menyinggung kembali soal tikus dari pecomberan, paras muka
Ciang Bong segera berubah menjadi merah padam lagi, serunya
dengan gemas: "Mengapa kau tak menghajarnya sampai mampus" Asal telah
mampus, tentu tak dapat ditolong lagi."
"Wah, tak kusangka kau lebih ganas ketimbang aku," goda Ciu Li ya sambil
tertawa. Namun saat itu Giam In kok telah memasang telinga untuk
menyadap pembicaraan keempat orang pemuda tadi.
Terdengar seseorang diantaranya berkata:
"Sayang sekali Istana Koan Kui Kiong terletak berbeda tempat dengan Liong Yang
wan, kalau tidak...."
"Saudara Coat tak usah kuatir, kita kirim dulu mereka ke An lok wan diselatan
kota, aku rasa kita gilir selama beberapa haripun tak menjadi soal."
kangzusi.com "Andaikata diketahui olah Tongoa?"
"Asal kita minta maaf, masa...."
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar
seseorang berseru sambil tertawa tergelak:
"Saudaraku, keliru besar bila kalian berpendapat demikian, lebih baik kita pergi
ke Kwan San saja!" Gelak tertawa orang itu keras sekali sehingga menggetarkan
seluruh ruangan. Cepat-cepat Giam In kok berpaling, ia menjumpai seorang lelaki
bercambang sedang berbicara dengan suara keras sementara
dihadapannya duduk seorang perempuan cantik berusia tiga puluh tahunan.
Ketika melihat Giam In kok berpaling, perempuan itu segera
mengulumkan senyuman genit kearahnya.
Sementara itu dua orang lelaki setengah umur yang berada
disisinya berseru pula dengan nada marah:
"Seharusnya kita menghadap kebukit Kwan San selekasnya,
daripada membiarkan manusia liar itu mempunyai pikiran jelek."
Sambil berkata, serentak keempat orang itu bangkit berdiri, lelaki bercambang
tersebut segera melemparkan sekeping uang kemeja,
kemudian setelah memandang sekejap kearah keempat pemuda
tadi dengan dengan gerakan sengaja, ia mengandeng tangan
perempuan cantik tadi dan beranjak pergi dari tempat itu.
Dalam pada itu paras muka keempat orang pemuda tadi telah
berubah hebat, ketika Giam In kok mencoba untuk menyadap
pembicaraan mereka, terdengar pemuda dari marga Coat itu sedang berseru kaget:
"Jangan-jangan orang itu adalah tongcu cabang kota Lokyang yang disebut orang
sebagai manusia bercambang Kong Yo Cui?"
Diam-diam Giam In kok berpikir:
kangzusi.com "Kali ini pasti akan berlangsung suatu pertunjukan menarik, akan kulihat apa
yang bakal dilakukan beberapa orang manusia cabul
itu...." Tapi belum habis ingatan tersebut melintas lewat, terdengar
pemuda she Tong itu sudah berkata sambil mendengus:
"Kita kan bukan termasuk anggota cabang kota Lokyang,
Kongyo tongcu tidak berhak mengurusi kita, tapi si nenek Phoa
itu...." Mendadak..... Terdengar desingan angin menyambar lewat, tahu-tahu diatas
meja keempat pemuda tadi telah menancap sebuah panah yang
berbentuk segitiga. Cepat-cepat pemuda she Tong itu mencabut dan membaca isi
surat tersebut, namun paras mukanya seketika berubah menjadi
pucat pias, cepat-cepat ia melemparkan sekeping uang keatas meja, kemudian
mengajak teman-teman-nya meninggalkan tempat itu.
"Bagaimana kalau kita ikut menonton keramaian?" bisik Ciu Li ya kemudian sambil
tertawa. "Bukan hanya disitu saja yang ada keramaian," sahut Giam In kok cepat, "ayo


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

habiskan hidangan itu, yang penting kita harus pergi mencari bibi Ciang."
Siapa tahu belum selesai perkataan itu diucapkan, tahu-tahu
sebatang surat berpanah telah meluncur pula kehadapannya.
Ciu Li ya segera mengayunkan tangannya, panah bersurat yang
semula tertuju ke arah Giam In kok tadi tiba-tiba berubah arah di tengah jalan
dan terjatuh ketangannya.
Selesai membaca isi surat tersebut, gadis itu segera berkata
sambil tertawa terkekeh: "Kali ini kita bakal benar-benar menonton keramaian, ternyata ada orang datang
mencari gara-gara dengan kita!"
kangzusi.com Sebetulnya Ceng Yang serta Ciang Bong menaruh perasaan
cemburu terhadap Ciu Li ya, namun setelah gadis itu
mendemonstrasikan kelihayan-nya barusan, semua rasa cemburu
dan iri itu hilang lenyap tak berbekas.
Ciang Bong segera berseru sambil merampas surat tadi:
"Coba aku lihat....!
Sementara itu, Giam In kok yang bermata tajam telah selesai
pula membaca isi surat tadi tatkala Ciu Li ya membacanya, ternyata diatas surat
tersebut bertuliskan kata-kata yang berbunyi demikian:
"Ditujukan kepada Ciu lihiap, malam nanti kunantikan
kedatangan nona di Ku Pak kang!"
Dengan wajah tertegun pemuda itu segera bertanya:
"Dimana sih letak Ku Pak Kang itu?"
Gak Put leng menyela: "Aku sudah beberapa kali berkunjung ke Lek yang, tapi rasanya belum pernah
kudengar akan nama tersebut, tapi disekitar kuburan Kwan tee terdapat pohon
siong yang lebat sekali, selain itu jalanan disana merupakan jalanan yang harus
dilalui untuk menuju ke bukit Kwan san, aku lihat mungkin sekitar daerah sana
yang dimaksud." "Perduli amat benar atau tidak, yang penting kudatangi dulu kuburan Kwan tee,
bila disana tidak dijumpai manusia, biar kuobrak abrik kantor cabang mereka
dibukit Kwan san, akan kulihat kawanan iblis itu dapat bersembunyi lagi dimana!"
Agaknya Ciang Bong lupa dengan penyamaran-nya, ia segera
bertepuk tangan sambil berseru:
"Benar, akupun turut ambil bagian."
Tapi sementara semua orang masih berbincang-bincang dengan
gembira, mendadak ia menjumpai Giam In kok sedang bertopang
dagu sambil termenung, maka kembali tegurnya:
kangzusi.com "Hey, kenapa sih kau ini?"
"Lebih baik kita kembali dulu ke rumah penginapan Swan peng, aku rasa perjalanan
kita kali ini akan menjumpai bahaya besar."
"Hmm, belum apa-apa kau sudah takut dulu...."
"Bukannya takut, tapi aku merasa sorot mata dari perempuan setengah umur tadi
seperti amat kukenal, tapi entah dimanakah aku pernah bersua, kalau toh ia sudah
mengetahui kehadiran enci Ciu disini, bahkan masih berani mengirim surat untuk
menantang bertarung, bisa disimpulkan ia pasti mempunyai kekuatan yang bisa diandalkan."
"Yaa... setelah kau mengungkap soal ini, aku segera teringat kembali, bukankah
orang itu adalah nenekmu?" seru Ciu Li ya.
Ceng Yan sudah merasa mendongkol setelah mendengar Giam In
kok memuji-muji Ciu Li ya tadi, mendengar ucapan tersebut, dengan nada marah ia
segera menegur: "Bagaimana mungkin nenek ku bertampang macam dia?"
"Bukan nenekmu sungguhan, ia pasti orang yang telah menyaru sebagai nenekmu,
kalau tidak aku pasti tak akan merasa betapa
kukenalnya sorot mata tersebut namun wajahnya sama sekali tak
kukenal." Ceng Yan memang sedang gelisah karena kehilangan neneknya,
mendengar perkataan tersebut ia segera berseru:
"Kalau begitu biar kucari perempuan jahanam itu."
Sementara Giam In kok masih tertegun, Ceng Yan sudah
melompat turun dari gardu.
Giam In kok tahu gadis tersebut sudah pasti bukan tandingan
perempuan setengah umur tadi, buru-buru serunya:
"Eeeeeh.... tunggu aku dulu...."
Tapi baru saja ia bangkit berdiri, bayangan tubuh Ceng yan
sudah lenyap dari pandangan mata.
kangzusi.com Giam In kok jadi termangu-mangu, pikirnya kemudian
keheranan: "Masa enci piau ku ini sudah mendapat pendidikan dari kakeknya sehingga
kepandaian yang dimilikinya telah memperoleh kemajuan
yang begitu pesat?" Ia tak percaya kalau Ceng Yan bisa melenyapkan diri dalam
sekejap mata, dengan penasaran pemuda itu melompat naik keatas
pohon besar, dari situ ia saksikan sesosok bayangan manusia
sedang meluncur dengan kecepatan tinggi. Menyaksikan hal ini,
kembali Giam In kok berpikir:
"Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki nenek memang sudah
termashur diseantero dunia persilatan, tak heran kalau Piau-ci
memiliki ilmu gerakan tubuh sedemikian enteng dan cepatnya."
Dia mengira orang itu pasti Ceng Yan, karena takut nona itu
menyerempet bahaya seorang diri maka dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya pemuda itu melakukan pengejaran secara
ketat. Agaknya orang yang berada didepan sana telah merasakan
dirinya dikejar orang, bukannya menghentikan langkah, ia justru mempercepat
larinya menuju kedepan, dalam waktu singkat orang
itu sudah hampir memasuki hutan pohon siong.
Giam In kok menjadi sangat gelisah, segera teriaknya:
"Ceng piau ci....."
Tiba-tiba orang itu menghentikan larinya dan menegur sambil
tertawa: "Siapa sih yang menjadi Ceng piau ci mu?"
Dalam beberapa kali lompatan saja Giam In kok telah berhasil
mencapai dihadapan gadis itu, ternyata orang itu adalah seorang gadis berusia
enam-tujuh belas tahunan yang berwajah cantik,
namun diantara kerutan dahinya tampak jelas perasaan murung dan sedih yang
tebal. kangzusi.com Terpaksa sambil tertawa rikuh dia berkata:
"Ooh, maaf, kukira nona adalah Ceng piau ci ku, ternyata aku telah salah
melihat." "Apakah Ceng piau ci mu itu bukan nona?"
Pertanyaan ini kontan saja membuat Giam In kok jadi tertegun,
kembali sahutnya agak rikuh:
"Aku memang salah melihat, harap nona jangan marah."
Setelah menjura, dia bersiap untuk meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba terdengar nona itu menghela napas sedih dan berkata:
"Aku sudah tahu siapakah anda, apakah kau tak bersedia
menemani aku untuk berbincang-bincang sebentar saja?"
"Nona tahu siapakah aku?" Giam In kok balik bertanya dengan wajah agak tertegun.
"Kecuali bocah ajaib berwajah seribu, siapa lagi yang memiliki kepandaian
sehebat ini?" Dipuji oleh seorang gadis cantik, tentu saja Giam In kok merasa senang, tapi
dalam keadaan seperti ini diapun sedikit merasa
terkejut atas kejelian mata lawan, maka setelah tertawa getir
katanya: "Nona terlalu memuji, bolehkah aku tahu siapa nama nona?"
"Aku berasal dari marga Tiangsun bernama Bong."
"Oh, rupanya nona Tiangsun, entah urusan apakah yang hendak dibicarakan
denganku?" "Bukankah kau sedang mencari orang?"
"Haaaaahh...." "Apakah sepasang suami istri berusia pertengahan?"
"Bukan!" "Kalau begitu aneh sekali, barusan mereka telah menangkap
kangzusi.com sepasang suami istri setengah umur, konon mereka ada hubungannya denganmu."
"Punya hubungan denganku" Bagaimanakah tampang muka
mereka?" "Konon dari marga Ciang!"
"Haaah, jangan-jangan...."
Mendadak Giam In kok teringat kembali dengan orang tua Ciang
Bong, maka tanyanya lebih jauh:
"Apakah mereka berdandan seperti orang dusun?"
"Tidak, mereka berdandan seperti jago persilatan."
"Bersediakah nona mengajak ku pergi ke sana?"
Tiangsun Bong menggeleng, katanya:
"Aku kurang leluasa untuk kesitu....."
Tapi kemudian sambil menunjuk kearah timur, katanya lagi:
"Tengoklah sendiri dikuburan Kwan tee, ee... rekanmu telah datang, maaf aku harus
pergi dulu." Selesai berkata, ia segera melejit keudara dan menyelip masuk
kedalam hutan pohon siong.
Sewaktu Giam In kok berpaling, ia menjumpai Ciu Li ya telah
meluncur datang, terdengar gadis itu menegur sambil tertawa:
"Kenapa piau ci mu kabur lagi?"
"Enci Ciu salah paham, orang itu bukan piau ci ku tapi nona Tiangsun...."
"Nona Tiangsun" siapa namanya?"
"Tiangsun Bong!"
"Aaaah, dia adalah putri kandung siluman rase Phoa pocu...."
Tatkala terjadi pertarungan ditepi sungai Boan Ci hoo tempo hari, Giam In kok
sudah pernah bertemu dengan siluman rase tersebut,
kangzusi.com namun berhubung yang hadir waktu itu banyak sekali, lagipula
sudah terjadi pada lima-enam tahun berselang, maka ia tak dapat mengingatnya
kembali. Tapi setelah diungkap kembali oleh Ciu Li ya, ia segera berkata:
"Yaa, teringat aku sekarang, kalau begitu perempuan cantik yang kita jumpai di
Cing Liang tay barusan adalah siluman rase tersebut, tapi... kenapa putrinya
bersedia memberitahukan sebuah berita
kepadaku?" "Berita apa?" Giam In kok segera menceritakan apa yang didengarnya.
Mendengar itu, Ciu Li ya segera berseru:
"Perduli siapakah dia, yang penting kita harus selamatkan dulu orang itu!"
**d*e** Kuburan Kwan tee adalah sebuah tempat termashur dipinggiran
kota Lek Yang, tempat itu merupakan sebuah pekuburan yang
dikelilingi pepohonan siong, sehingga tak heran kalau tempat
tersebut gelap sekali. Waktu itu, diluar kuburan Kwan tee berdiri tegap empat orang
lelaki kekar berbaju ringkas, sementara diatas tiang terikat seorang lelaki
berusia tiga puluh tahunan, sedang diatas altar berbaring seorang perempuan
setengah tua yang berada dalam keadaan
telanjang bulat. Perempuan setengah umur itu berwajah cantik dan menarik,
meski jalan darahnya sudah tertotok, namun tidak mengurangi daya tariknya.
Sementara itu seorang sastrawan setengah umur sedang
menanggalkan seluruh pakaiannya dan berkata sambil tertawa
kangzusi.com culas: "Ciang lotoa, kau telah menikmati tubuh Song Cian hampir
belasan tahun lamanya, aku rasa itu sudah lebih dari cukup, maka kali ini adalah
giliran aku si Li tua untuk menikmati juga badanmu, nah coba kau saksikan
bagaimana aku mempraktekkan ilmu yang
diperoleh dari Goan tay pay poa...."
Kemudian sambil berpaling ke arah perempuan setengah umur
yang bugil itu, ia berkata lebih jauh:
"Oooh.... adik tua Song ciau, pinggangmu tampak ramping,
payudaramu tampak masih montok dan.... waaaah, gundukan bukit
bawahmu masih nampak begitu lebat dan segar.... coba lihat lubang surgamu yang
merah menantang..... waaaah, bikin hatiku tak tahan saja.... tapi kau tak usah
kuatir, setelah bermain cinta denganku nanti, pasti kau tak akan melupakan
kejantananku untuk selamanya...." Tapi belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar
seseorang tertawa dingin.
Sastrawan setengah umur itu menjadi terperanjat, buru-buru
bentaknya: "Saudara-saudaraku, cepat tahan pendatang itu!"
Dengan cepat ia menyambar tubuh perempuan telanjang tadi
dan berusaha melarikan diri dari situ.
Sayang sekali gerakan tubuh pendatang itu jauh lebih cepat,
tampak cahaya keperak-perakan berkelebat lewat, tahu-tahu
seorang gadis berpakaian ringkas warna hijau telah menghadang
dihadapannya. Dengan ujung pedang tertuju keatas tubuh lawan, gadis itu
membentak keras-keras: "Serahkan batok kepala anjingmu!"
Sastrawan setengah umur itu segera merasakan hatinya agak
kangzusi.com lega setelah mengetahui pendatang tersebut hanya seorang gadis
muda, segera katanya sambil tertawa tergelak:
"Haaaah... haaah... haaah... bila kau tahu bahwa orang yang berada dihadapanmu
sekarang adalah Sastrawan seratus racun,
mungkin kau tak akan berani berbuat begitu kurang ajar kepadaku."
"Hmmm, sayang sekali nonamu yang lebih beracun!"
Ternyata Ciu Li ya dan Giam In kok yang melakukan pemeriksaan
di kuburan Kwan tee, segera dapat menyaksikan adegan dalam
halaman kuburan itu, hanya saja berhubung suasana dikuburan tadi gelap, maka
kecuali ia melihat ada seorang perempuan telanjang
sedang berbaring diatas altar, pemuda kita tidak mengetahui
siapakah perempuan tersebut.
Giam In kok takut perempuan itu bakal malu bila melihat diapun
hadir disana, maka diapun minta kepada Ciu Li ya untuk turun
tangan melakukan penghadangan.
Sementara itu Ciu Li ya telah menggetarkan pedangnya
melancarkan sebuah serangan gencar keatas kening Sastrawan
seratus racun. Namun kepandaian silat yang dimiliki Sastrawan seratus
racunpun tidak lemah, sejak kekalahan-nya ditangan Giam In kok
tempo hari, ia telah melakukan latihan yang lebih tekun lagi
sehinagga kemajuan yang dicapaipun luar biasa.
Sambil menghindarkan diri beberapa kaki kesamping, ia segera
menegur dengan wajah tertegun:
"Sebenarnya siapakah kau?"
"Siluman perempuan berhati racun!" jawab Ciu Li ya sambil secara beruntun
melancarkan kembali serangkaian serangan gencar.
Tak terlukiskan rasa kaget Sastrawan seratus racun setelah
mengetahui bahwa nona yang berada dihadapannya sekarang
adalah siluman wanita berhati racun yang membunuh orang tanpa
berkedip, cepat-cepat dia berteriak kembali:
kangzusi.com "Keadaan kita ibaratnya air sungai tidak mengganggu air sumur, kenapa kau
menyusahan aku......"
Namun belum sampai perkataan itu selesai diucapkan, dari sudut


Pendekar Muka Buruk Pendekar Berwajah Seribu Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

halaman yang lain telah bergema suara benturan keras disusul
berkumandangnya suara jeritan ngeri yang menyayat hati.
Tampak empat sosok bayangan manusia terlempar ketengah
udara, lalu terbanting keras-keras diatas tanah dan tidak berkutik lagi.
Sastrawan seratus racun benar-benar terkesiap seketika, sambil
menarik muka ia membentak lagi:
"Jika kau tidak segera menyingkir dari sini, jangan salahkan kalau kubunuh
perempuan ini lebih dahulu."
"Haaah... haaah... haaah... tua bangka Li, sayang sekali
tindakanmu itu sudah terlambat satu langkah!"
Dengan cepat Sastrawan seratus racun berpaling, ia segera
mengenali si pendatang tersebut tak lain adalah bocah ajaib
berwajah seribu yang telah menghajarnya sampai mencelat sejauh
itu pada setahun berselang.
Rasa sakit hati dan dendam segera berkobar kembali didalam
hatinya, dengan wajah sedingin es, ia berseru sambil mendengus:
"Hmm, sebetulnya aku memang berniat mencarimu, tak disangka kau justru telah
datang menghantarkan diri sendiri."
Ternyata ketika Giam In kok mendekati gardu kuburan tadi, ia
segera mengenali orang yang diikat pada tiang adalah ayah Ciang Bong yang
bernama Ciang Cok cun tersebut, secara otomatis diapun dapat menduga siapa
gerangan perempuan bugil itu.
Amarahnya langsung saja berkobar, tanpa mengucapkan sepatah
katapun ia segera membunuh keempat orang lelaki tadi dan
membebaskan Ciang Cok cun dari belenggu, kemudian secepat kilat ia baru
menyelinap kebelakang Sastrawan seratus racun.
kangzusi.com Kini, setelah ia melihat Ciang Toanio yang bugil didekap kencang-kencang oleh
Sastrawan cabul itu, ia semakin tak banyak berbicara lagi, diiringi bentakan
keras, serangan demi serangan telah
dilontarkan secara beruntun.
Dalam waktu singkat seluruh tubuh Sastrawan seratus racun
telah terkurung dibawah bayangan telapak tangannya.
Hanya saja karena takut melukai Ciang Toanio, maka ia tak
berani melepaskan pukulan yang mematikan, sebaliknya dengan
mengandalkan ilmu jari, ia berusaha mengancam jalan darah lawan.
Sastrawan seratus racun yang harus bertarung sambil
membopong tubuh Ciang toanio, lama kelamaan merasakan gerak
geriknya menjadi tak leluasa, napsu membunuhnya segera
berkobar, bentaknya: "Akan kubunuh dulu....."
Siapa tahu belum habis perkataan itu diucapkan, segulung
desingan angin tajam telah menyusup kebelakang tubuhnya,
memaksa dia harus menghindar kesamping.
Disaat itu pula tahu-tahu Giam In kok menyambar tubuh Ciang
Toanio dari dekapan-nya dan melemparkan kearah Ciang Cok cun
yang berda dalam gardu. Tapi dengan manfaatkan kesempatan itulah Sastrawan seratus
racun mengebaskan ujung bajunya kedepan, segulung kabut kuning
dengan cepat menyelimuti angkasa dan mengancam Ciu Li ya.
"Bajingan, kau masih berani berbuat jahat?" bentak Giam In kok penuh amarah.
Secepat sambaran petir ia melepaskan sebuah pukulan yang
maha dahsyat kedepan. Gulungan angin serangan yang menderu-deru segera
menyambar kedepan dan membuyarkan kabut berwarna kuning itu,
tapi sebagai akibatnya, pepohonan yang tumbuh sepuluh kaki dari kangzusi.com
arena, tahu-tahu menjadi layu dan mengering dalam waktu singkat.
Dari sini dapat disimpulkan betapa jahat dan beracunnya bubuk
berwarna kuning itu. Sambil tertawa nyaring, Ciu Li ya segera berseru:
"Engkoh In, bagaimana kalau mahkluk tua beracun ini serahkan saja kepadaku?"
"Baik, siapa saja yang menghadapinya sama saja, cuma jangan keburu dihabisi
nyawanya." Sebenarnya Sastrawan seratus racun sudah merasa keder untuk
menghadapi Giam In kok, apalagi setelah menyaksikan kemampuannya dalam membunuh
keempat orang anak buahnya tadi.
Maka ia menjadi girang setelah melihat siluman perempuan
berhati keji yang berebut untuk menghadapinya, sambil tertawa
dingin ia segera berseru:
"Siluman perempuan, kau jangan keburu senang dulu, segera
akan kusuruh kau rasakan kelihayanku!"
Sambil berkata, ia segera mengerahkan tenaga dalamnya,
sehingga kabut kuning menyelimuti sekeliling tubuhnya.
Giam In kok menjadi sangat terkejut, buru-buru serunya:
"Enci Ciu, hati-hati dengan ilmu pukulan beracunnya!"
"Engkoh In tak usah kuatir, aku justru ingin menyaksikan sampai dimanakah
kehebatan ilmu racunnya..."
Sementara berbicara, gerak pedangnya sama sekali tidak
mengendor, secara beruntun dia berhasil menembusi lapisan kabut kuning sastrawan
tersebut dan mendesaknya sehingga harus
menghindarkan diri berulang kali.
Melihat adegan ini, diam-diam Giam In kok berpikir:
"Sesungguhnya semua sepak terjang enci Ciu tidak terhitung perbuatan keji, tapi
apa sebabnya ia rela disebut orang sebagai kangzusi.com
perempuan siluman?" Walaupun teka teki ini belum berhasil dipecahkan olehnya, tapi
terhadap kelakuan Ciu Li ya ia mulai menaruh kesan baik.
Pelan-pelan ia berpaling, maksudnya hendak mencari Ciang Cok
cun suami istri, siapa tahu disitu sudah tak nampak lagi bayangan tubuh kedua
orang itu. Giam In kok jadi tertegun, tapi dengan cepat ia mengerti
sebabnya, tentu Song Cian merasa malu karena tubuhnya berada
dalam keadaan bugil, maka ia mengajak suaminya menyembunyikan
diri. Karenanya ia berseru keras:
"Enci Ciu, cepat bekuk bajingan tua itu!"
"Hmm, jangan harap keinginan kalian ini bisa tercapai." jengek Sastrawan seratus
racun sambil tertawa dingin.
"Oya" memangnya kau hendak bunuh diri?"
"Budak sialan, coba kau saksikan ini...."
"Huuuh, kepandaian apa lagi yang hendak kau perlihatkan?"
jengek Ciu Li ya. Dia mengira lawannya akan mengeluarkan jurus maut yang
mematikan, maka sambil menyindir, ia bersiap-siap sambil
mengawasi gerak gerik lawannya tanpa berkedip.
Tiba-tiba terdengar Sastrawan seratus racun membentak keras,
sambil mengerahkan tenaganya keperut, tahu-tahu ia memutuskan
tali celana sendiri sehingga dalam waktu singkat "senjatanya" sudah nongol
keluar dalam keadaan tegang dan besar.
Ciu Li ya segera menjerit kaget, dengan tersipu-sipu dia
melompat mundur sejauh beberapa kaki sambil melengos kearah
lain. Tampaknya Giam In kok sendiripun tidak menyangka kalau
seorang jago kenamaan mampu melakukan perbuatan serendah itu,
kangzusi.com sambil membentak keras ia segera melepaskan sebuah pukulan
yang dahsyat kedepan. Walaupun serangan ini dilancarkan dalam keadaan tergesa-gesa,
namun karena takut Sastrawan seratus racun melarikan diri maka
bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan yang dilancarkan
dengan sepenuh tenaga ini.
Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan amukan
ombak disamudra segera meluncur kedepan dengan cepatnya
kemudian menghantam tubuh Sastrawan seratus racun yang sedang
melejit keudara. "Blaaaaammmm....."
Ditengah sura benturan keras, tubuh sastrawan seratus racun
terhajar sampai mencelat sejauh beberapa kaki kemudian bagaikan layang-layang
yang putus benang jatuh terhempas keatas tanah.
Jeritan ngeri yang memilukan hatipun kembali bergema
memecahkan keheningan, tak sempat mengucapkan sepatah
katapun, tewaslah Sastrawan seratus racun dalam keadaan yang
mengenaskan. Mengawasi mayat Sastrawan seratus racun yang terkapar
ditanah, Giam In kok menghela napas panjang, guman-nya:
"Sayang, sebenarnya aku tidak bermaksud untuk membunuhnya, tapi... yaa, siapa
suruh dia cari mampus?"
"Hmmm, manusia jahanam seperti itu memang pantas mampus!"
umpat Ciu Li ya masih mendongkol.
"Cici, kau tak mengerti maksudku, sebenarnya aku ingin tahu tempat dari Tiong
giok Kitsu yang dibuat sebagai tempat mesum
dari mulutnya...." "Manusia sebangsa dia tak sedikit jumlahnya, masa kau kuatir tidak akan
menjumpainya lagi?" "Hey coba lihat, benda apakah yang berada disakunya itu?"
kangzusi.com Ketika Giam In kok menggeledah saku sastrawan tersebut,
dengan cepat ditemukan sebuah lencana tengkorak yang terbuat
dari perak, pada permukaan yang lain tertera sebuah huruf "Yu".
Dengan wajah tertegun, pemuda itu segera berguman:
"Manusia sebangsa Sastrawan seratus racunpun baru mendapat kedudukan "Yu",
sebetulnya berapa banyak jago yang dimiliki bajingan tua she Ciu itu....?"
Sementara itu Ciu Li ya telah memburu kedepan dan membacok
mayat Sastrawan seratus racun hingga terbelah menjadi dua
bagian, setelah itu serunya sambil mendengus:
"Hmm, apa sih menariknya berbicara dengan mayat?"
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar suara
tertawa dingin berkumandang datang disusul munculnya empat
sosok bayangan manusia. Dalam sekilas pandangan saja Ciu Li ya telah mengenali mereka
sebagai keempat pemuda yang dijumpai di kebun Kim Kok wan tadi, tanpa terasa
serunya sambil tertawa cekikikan:
"Apakah kalian berempatpun ingin mendaftarkan diri?"
Pemuda she Coat itu melirik sekejap ke arah mayat yang
tergeletak ditanah, lalu dengan wajah serius katanya:
"Kami empat bersaudara mendapat perintah untuk mengundang
kalian berdua memenuhi janji di Ku pak kong, rupanya kalian
sedang melakukan pembunuhan disini, siapa yang terbunuh itu?"
"Pemegang lencana perak yang berhuruf "Yu"....!" sahut Giam In kok dingin.
"Benar-benar lencana perak?" pemuda she Coat itu berseru kaget.
Ciu Li ya tertawa dingin.
"Hmmm, kau sendiri tak lebih cuma memegang lencana tembaga kangzusi.com
bukan" Apa yang menakutkan?"
Dengan suara keras pemuda she Pit berteriak:
"Pemegang lencana tembaga, Ay, Gi, Lee dan Siu empat
bersaudara berada disini, sebenarnya siapakah kalian?"
"Siluman perempuan berhati racun!"
"Bocah ajaib berwajah seribu!"Begitu kedua nama itu diungkap, keempat orang pemuda itu
segera menjerit kaget dan mundur tiga langkah kebelakang.
Giam In kok jadi tertawa geli, segera katanya:
"Sekarang tiba giliran kalian untuk menerangkan asal usulmu, kalian sedang
melaksanakan perintah siapa?"
"Perintah pangcu!"
"Siapakah pangcu kalian?"
Keempat orang pemuda itu berpandangan sekejap, lalu pemuda
she Pit itu menjawab: "Pangcu yaa pangcu, tak usah banyak bicara lagi, ayo cepat ikuti kami berempat!"
"Kalau nonamu sengaja ingin tetap berada disini, mau apa
kalian?" jengek Ciu Li ya sinis.
"Kau jangan kelewat memojokan orang," teriak pemuda she Pit itu geram,
"ketahuilah, aku Pit Liong tak akan takut pada siapapun."
"Pit Liong" Huuh, berapa tahil perak nilaimu!"
Ditengah gelak tertawa keras, Ciu Li ya turun tangan secepat
kilat, dengan sekali ayunan tangan ia telah memapas kutung lengan kiri orang
tersebut. Pit Liong segera menjerit kesakitan, sambil bergulingan diatas
ceceran darah, dia meraung-raung, tapi tak lama kemudian pemuda tersebut sudah
jatuh pingsan karena kesakitan.
kangzusi.com Rekan-rekan lainnya menjadi naik pitam, dengan dipimpin oleh
pemuda she Coat itu, tiga bilah pedang serentak diloloskan dari sarungnya.
Ciu Li ya tertawa dingin, pedangnya segera diputar membentuk
segulung bunga pedang yang amat menyilaukan mata.
Tiba-tiba Giam In kok berseru:
"Enci Ciu, tinggalkan seorang untuk dikorek keterangannya."
"Bukankah diatas tanah sudah tergeletak separuh orang?"
Skandal Hantu Putih 1 Dewa Arak 96 Malaikat Tanpa Wajah Bende Mataram 37

Cari Blog Ini