Ceritasilat Novel Online

Petualangan Manusia Harimau 4

Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Bagian 4 muslihat. "Sebaiknya Letnan catat saja apa yang mereka ceritakan. Kita harus menyelidikinya secara teliti," kata Siregar kepada Masduki. "Tapi apakah itu mungkin Kap?" tanya Masduki ingin suatu kepastian. "Segalanya mungkin. Kalau Anda ada waktu nanti malam kita ngomong-ngomong. Mau datang ke rumahku?" tanya Sahata Siregar. Tanpa pikir, Masduki menerima tawaran Siregar dengan senang hati. Sahata orang Tapanuli dari Sipirok. Dia tentu banyak tahu tentang manusia-manusia harimau yang sudah dua kali menghebohgemparkan Jakarta. Apa lagi di antara anggota Polisi juga ada yang jadi korbannya. Anehnya, makhluk itu hanya memilih polisi-polisi yang menyakiti dirinya. Tidak pernah kedengaran mengganggu orang yang tidak bersalah padanya. MASDUKI datang ke rumah Kapten Polisi Sahata Siregar seorang diri. Dengan kendaraan Dinas. Atas permintaan tuan rumah yang menerimanya sebagai kawan, bukan sebagai bawahan, ia mengulangi apa yang diceritakan oleh Bu Beng Kiam, supir taksi dan kemudian diperkuat lagi oleh Nyonya Bu setelah ia siuman dari pingsannya. Siregar teringat pada peristiwa baru beberapa hari yang http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lalu ketika ia melakukan pemeriksaan atas terluka beratnya Maskun dan kemenakannya Jufri di rumah mereka sendiri oleh cakaran kuku yang diduga keras kuku harimau dewasa. Waktu itu Juariah yang istri Maskun dan Amalia yang anak mereka tidak melihat terjadinya penyerangan. Mereka tidak melihat siapa atau apa yang dilakukannya. Mereka juga tidak menceritakan, bahwa Amalia baru sembuh dari penyakit gila karena guna-guna dan yang mengobati lalu menyembuhkannya adalah seorang dukun muda bernama Erwin. Jadi Siregar belum mengetahui seluruh duduk permasalahan sampai terjadinya bencana atas Maskun dan Jufri. Tetapi Kapten Polisi itu mengikuti kejadian setelahnya, yaitu penculikan kedua korban dari rumah sakit oleh tiga orang yang termasuk dalam daftar hitam Polisi, tetapi belum dapat ditahan karena tidak cukup alasan untuk itu. Barulah pada malam penculikan itu mereka ditangkap. Itu pun atas pemberitahuan seseorang yang tak mau menyebutkan namanya kepada Polisi bahwa pada malam tersebut akan terjadi suatu kejahatan berupa penculikan pasien. Siregar sendiri minta turut memeriksa perkara tersebut. Tetapi ketiga penculik David, Mudakir dan Masto tidak mau menerangkan siapa yang memerintahkan penculikan. Mereka lebih suka ditembak mati saja daripada harus menerangkan siapa yang memerintah. "Kalian takut pembalasan dendam dari anggota komplotan yang memerintah?" tanya Siregar memancing. "Keselamatan kalian kami jamin. Bantulah kami dalam soal ini. Selagi mereka berkeliaran, masyarakat akan selalu terancam." "Kami tidak pernah takut pada sindikat mana pun," kata Masto karena tidak suka diduga takut pada sesama manusia. Sama-sama terdiri dari daging, darah dan tulang-tulang, mengapa mesti takut pada sesama manusia, begitulah pendirian Masto. Dan begitu pula pendirian David dan Mudakir. "Jadi kenapa takut menyebutkan nama-nama mereka atau pemimpinmu, kalau kalian diperintah oleh sindikat kalian sendiri!" pancing Siregar lagi. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sudahlah Pak. Kami sudah mengaku salah, dua pasien. Cukup alasan untuk menyeret kami ke Pengadilan. Kami akan terima hukuman Pak Hakim tanpa naik banding. Apa lagi. Sudah cukup, bukan?" kata David. Siregar jadi curiga. Tidak takut pada manusia mana pun, tetapi tidak mau menyebut siapa yang memerintah penculikan. Apakah yang memberi perintah bukan manusia" la ingat pada peristiwa perobekan muka Maskun dan Jufri. Apakah si manusia harimau yang diketahui sedang bertindak di sana sini pegang peranan" Bulu kuduk Siregar berdiri. Persis seperti ketika ia memeriksa Maskun dan Jufri yang dicakar oleh harimau atau manusia harimau. MELIHAT kekerasan hati ketiga penculik itu disertai dengan perasaan aneh yang kembali menjalari dirinya, Sahata Siregar tidak meneruskan pertanyaan atau desakan. Beberapa bawahannya mengusulkan supaya pemeriksaan diserahkan kepada mereka dengan jaminan bahwa ketiga penjahat itu pasti menjawab semua pertanyaan. "Mereka pasti akan mengaku Pak," kata Tirto yang sudah sersan polisi. Dia dikenal sebagai petugas yang tegas dan keras. Dia tahu ada larangan penggunaan kekerasan terhadap para tersangka, tetapi dia sangat tahu, bahwa pada orang-orang tertentu kekerasan harus dipergunakan, kalau diyakini bahwa mereka memang pasti bersalah. Apa ooleh buat. Kebenaran kadang-kadang harus dikorek melalui kekerasan. Memang benar, kekerasan yang salah tempat bisa menyebabkan pengakuan dosa yang sama sekali tidak pernah dilakukan oleh tersangka. "Jangan Tirto," kata Kapten Siregar. "Saya hargai maksud baikmu. Tetapi kurasa kasus ini bukan kejahatan biasa!" "Maksud - Bapak penculikan politik?" tanya Tirto. "Bukan, bukan. Aku cuma merasa bahwa perkara ini bukan seperti yang biasa kita hadapi! Aku tidak dapat menerangkan. Aku hanya merasakannya," kata Siregar. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tirto dan kawan-kawannya tidak menjawab. Kapten Pol Siregar pergi. Setengah jam kemudian Tirto dengan dua orang kawannya Sukarna dan Do dy memeriksa ketiga penculik yang bandel itu. *** SETELAH mendengar seluruh cerita Letnan Masduki dan mengingat kembali pemeriksaan yang dilakukannya atas tiga penculik yang merahasiakan orang yang memberinya perintah. Kapten Siregar bertanya apakah Masduki percaya pada apa yang diceritakan suami istri Bu Beng Kiam dan supir Taksi. "Tidak ada sebab bagi mereka untuk berbohong," kata Masduki. "Walaupun saya tidak melihat makhluk itu, tetapi saya percaya mereka berkata benar. Apa lagi kalau memang ada wanita-wanita yang bisa jadi harimau, seperti manusia harimau yang sekarang mengganas lagi. Mungkin Pak Regar dapat menambah pengetahuan saya dalam hal-hal yang amat aneh ini." "Saya belum dengar tentang adanya wanita harimau di Jakarta. Tetapi di Sumatera memang ada daerah, namanya Kerinci, di mana ada laki-laki dan ada wanita yang kadang-kadang jadi harimau. Di sana dinamakan cindaku. Ciri-cirinya, tiada parit di bawah hidungnya. Tetapi kalau sedang mengharimau, maka seluruh dirinya jadi harimau. Bukan berkepala manusia!" jawab Siregar. "Tapi yang mereka lihat ini wanita cantik dengan badan harimau," ujar Masduki. la amat tertarik dengan cerita Sahata Siregar. "Kalau begitu, wanita itu manusia harimau. Apakah dia kadangkadang jadi harimau seluruhnya tentu kita tidak tahu. Ada Anda tanyakan alamat wanita dan orang yang membawanya pulang itu?" "Tidak, saya tidak tahu mengapa tidak saya tanyakan. Saya sama sekali tidak ingat untuk me nanyakannya, karena pada waktu itu saya masih bingung bercampur jengkel. Apa yang dikatakan ketiga orang itu tidak tersua dalam kenyataan. Tetapi setelah saya timbang-timbang, saya jadi percaya bahwa mereka tidak bohong!" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siregar bertanya tentang laki-laki yang datang menjemput wanita aneh itu. Masduki hanya dapat menerangkan, bahwa menurut pengakuannya wanita yang dapat kecelakaan itu adalah calon istrinya. Kalau apa yang diceritakan ketiga pelapor kepada Polisi benar, maka sungguh tidak masuk akal bahwa seorang laki-laki muda gagah dan kaya akan kawin dengan makhluk yang begitu menakutkan. Tetapi, kata Masduki kepada Siregar, bukan tidak mungkin laki-laki itu tidak mengetahui keadaan sebenarnya atau rahasia hidup wanita cantik itu. "Bisa jadi," kata Siregar menanggapi. "Calon suaminya itu tidak mengetahui keadaan wanita yar.q akan diperistrinya. Wanita cindaku atau wanita harimau hanya sekali-sekali saja menjadi harimau. Tidak saban hari. Kadang-kadang berbulan-bulan ia tidak berubah. Seperti manusia biasa saja." Masduki mengajukan banyak pertanyaan tentang manusia harimau yang menurut cerita masih berkeliaran di Sumatera. Sahata Siregar membetulkan istilah berkeliaran, yang sama sekali tidak benar. Manusia harimau tidak berkeliaran, tetapi masih ada di beberapa banyak kota kecil atau dusun. Termasuk di dalamnya Muara Sipongi, Penyangek, Rao, Panti dan desa-desa di sekitarnya. Juga ada di Panyabungan konon masih ada yang hidup. Begitu pula di Pai Sabolas (sebelas) yang letaknya di antara Sipirok dan Padangsidempuan. Mendadak bulu roma Sireyar berdiri pula. Tidak akan terjadi begitu kalau tiada sebab karenanya, la bertanya di dalam hati apakah yang akan terjadi. Tetapi Masduki yang juga merasa suatu kelainan melanda dirinya tak dapat menahan diri dari ber tanya: "Ada apa Pak Siregar" Bulu-bulu romaku pada berdiri dan badanku terasa dingin sekali!" "Ah tidak apa-apa. Mungkin ada nenek atau datu-datu lewat. Kalau tidak punya salah, tidak perlu takut," kata Siregar menenangkan hati tamunya. Kemudian terdengar suara mendengus. Disusul oleh suara menggeram. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Masduki tak dapat menyembunyikan rasa takutnya. "Apa yang Pak Regar tanyakan?" Kapten Sahata Siregar yang sudah tahu suara apa yang baru kedengaran itu, menjawab: "Tenang-tenang sajalah. Barangkali ompung mau datang!" "Ompung" Apa itu?" tanya Masduki. "Ompung itu bahasa Tapanuli. Artinya nenek atau kakek!" Pada saat itulah Masduki untuk pertama kali selama hidupnya melihat suatu makhluk yang amat menakutkan. Badan harimau dengan muka manusia. Muka itu tua tetapi gagah. Sebab yang datang ke ruangan Siregar tak lain daripada Dja Lubuk, ayah Erwin yang amat cinta pada anaknya. Oleh terkejut dan sangat takutnya manusia yang sudah perwira polisi itu tidak dapat membuka mulut, la bagaikan terpaku. Sahata Siregar sendiri pun terkejut bukan kepalang. Tetapi rasa takutnya tidak sehebat Masduki. la mengetahui lumayan banyak tentang pende-dar-pendekar Mandailing yang memelihara harimau. Ada yang sampai tujuh ekor. Harimau-harimau biasa yang tunduk pada perintah yang menguasainya, la masih ingat nama Baginda na Poso (artinya tuan yang muda) yang tinggal di Arase. Tatkala ia sudah berusia sembilan puluh tahun, gerak langkahnya masih seperti anak muda saja. Berbagai macam ilmu kuno dikuasainya. Semua orang tahu, ia mempunya sembilan harimau, lima jantan empat betina, yang hidup di hutan-hutan lebat antara Arse sampai ke Liang yang berudara dingin oleh letaknya yang cukup tinggi. Binatang-binatang buas milik baginda na Poso tidak pernah mengganggu manusia mana pun, kecuali laki-laki atau perempuan yang melakukan hubungan zinah. la mempergunakan semua piaraannya untuk menjaga ladang dan kebun terhadap gangguan babi-babi hutan yang amat ganas dan cerdik. Tidak pernah masuk perangkap. "Horas Ompung," ujar Sahata Siregar lembut. Masduki menelan ludah, merasa tambah takjub, seperti tidak percaya pada apa yang dilihat dan didengarnya. Tapi rasa takutnya menurun sedikit, karena Sahata bicara pada makhluk itu. Apakah ini kakeknya Kapten Sahata http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Siregar. Tadi ia mengatakan, bahwa ompung itu artinya kakek. Kalau perkataan "horas" sudah selalu didengar Masduki. Artinya "selamat." "Horas Kapten," balas Dja Lubuk Masduki tambah tercengang. Dari mana makhluk ini tahu, bahwa atasannya itu berpangkat kapten" Barangkali memang ada hubungan famili antara Sahata Siregar dengan si harimau bermuka manusia dan ini bukan kunjungannya yang pertama. "Letnan tak usah takut padaku. Aku tahu kau orang baik. Aku tidak pernah menyakiti makhluk yang tak bersalah, baik manusia maupun hewan. Begitu juga anakku!" kata Dja lubuk. "Terima kasih Ompung," kata Masduki. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Rasa takut Masduki semakin turun. "Tapi ada orang-orang kepolisian yang jahat. Yang sangat kejam juga ada. Merasa senang menyiksa orang-orang yang disangka jahat. Tapi kalian tahu, yang dipukuli, ditendang, diinjak atau disulut dengan api rokok itu hanya penjahat-penjahat kecil yang bekerja kasar. Penjahat halus tidak pernah disiksa. Malah ada kawan-kawan kalian yang mau jadi pesuruh orang tahanan, kalau dia punya uang untuk membayar! Hina sekali, ya!" Kapten Pol Sahata Siregar dan Lettu Pol Masduki merasa amat malu. Memang ada rekan-rekan mereka yang punya sifat sadis. Sayang, hanya terhadap si kecil. "Sebetulnya aku datang kemari untuk melaporkan sesuatu," kata Dja Lubuk. "Aku tadi terpaksa bertindak. Si Sersan Tirtomu itu!" Darah Sahata Siregar tersirap. Sersan Tirto adalah salah satu bawahannya yang minta memeriksa ketiga penculik Maskun dan Jufri yang sedang ditahan, la mau bertanya kepada Dja Lubuk apa yang dilakukan Tirto, tetapi manusia harimau itu sudah raib. Sahata memandang Masduki yang juga terkejut mendengar manusia harimau itu tadi menyebut nama Sersan Tirto. Sedang mereka dihantui tanda tanya itu telepon berdering. Sahata segera mengangkatnya dan mendengarkan. Mukanya berubah, tangannya http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ agak gemetar. Letda Pol Wagimin melaporkan kepadanya, bahwa Tirto, Dody dan Sukarna dalam keadaan luka-luka berat. "Diserang ketiga penculik itu?" tanya Siregar. "Bukan Pak, mereka sama sekali tidak melawan. Mereka juga dalam keadaan parahi" "Aku jadi tidak mengerti!" kata Kapten Siregar. "Ketiga penculik itu setengah mati dihajar Tirto dan dua petugas lagi. Tapi kemudian terdengar mereka menjerit-jerit minta tolong. Seperti dibantingbanting, kemudian tubuh mereka dirobek-robek. Yang amat membuat kami takut, yang membanting dan mengoyak-ngoyak tubuh mereka sama sekali tidak kelihatan. Tentunya hantu atau jin piaraan ketiga atau salah seorang dari penculik itu. Dia marah karena majikannya dipukuli sampai hampir mati. Apakah Bapak dapat menolong kami" Kami semua tak tahu mau berbuat apa. Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Semua meja, kursi dan lemari juga diobrak-abrik oleh hantu yang tidak kelihatan itu. Mengerikan sekali Pak!" Kapten Siregar memberitahu bahwa ia segera berangkat untuk melihat musibah yang menimpa Tirto dan kedua rekannya. Masduki menyertai Siregar. Dia mau lihat apa yang telah terjadi. Dia semakin ingin tahu, karena bukankah dia telah beruntung dapat bertemu dengan si manusia harimau. Kini dia merasa dirinya lebih hebat daripada biasa. Keadaan di kantor Polisi itu menimbulkan kesan, seolah-olah di sana baru terjadi perkelahian besar. Tidak seorang pun di antara petugas-petugas keamanan itu bermuka cerah. Bagaimana mau ceran, semuanya sudah jadi pucat. Kapten Siregar langsung masuk ke kamar yang tadi dijadikan tempat untuk memeras jawaban dari ketiga penculik. David masih pingsan dengan muka yang sudah divermaak. Kedua kawannya Masto dan Mudakir sudah duduk. Dengan tubuh yang terasa sakit seluruhnya. Hampir bertumpuk kelihatan tiga sosok tubuh bergelimpang darah. Ketiga-tiganya anggota Polisi pemeriksa. Mereka tadi http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menggunakan kekerasan terhadap tiga penjahat yang tidak mau menerangkan siapa yang memerintah mereka menculik Maskun dan Jufri dari rumah sakit. Mereka tidak mau membawa-bawa Erwin, yaitu orang yang menugaskan mereka menculik. Mereka sudah lihat sendiri, bahwa manusia Erwin ini merangkap kehidupan sebagai harimau. Mereka bersyukur, si manusia harimau masih begitu baik hati untuk membiarkan mereka hidup. Itulah sebabnya mereka tidak mau membawa-bawa namanya ke kantor Polisi. Mereka lebih bersedia dipukuli daripada membongkar rahasia itu. Ketika Tirto dengan dua kawannya telah melampaui batas, Dja Lubuk datang. Bagaimanapun jahatnya ketiga penculik yang biasanya menerima upah untuk membunuh itu, tetapi mereka telah membuktikan bahwa mereka berani menerima kematian untuk menyimpan rahasia Erwin. Yang melihat kedatangan manusia harimau tua itu hanya ketiga polisi yang merusak diri tiga orang yang mereka periksa. Polisi-polisi lainnya tidak melihat apa pun. Begitu juga Masto dan Mudakir. Mereka jadi heran ketika Tirto dan kedua kawannya berteriak-teriak minta ampun dan kemudian dibanting-banting oleh tenaga yang tidak kelihatan. Tidak hanya sampai di situ. Tubuh ketiga orang ini dirobek-robek. Setelah ketiga polisi itu tak berdaya dan si hantu mengobrakabrik kursi, meja dan lemari, terdengar suara datar penuh wibawa: "Kapolri sendiri sudah melarang kalian melakukan penganiayaan atas orang-orang yang ditahan. Tapi kalian tidak menghiraukannya. Sama saja seperti kalian mengentuti perintah atasan kalian. Sudah lumayan banyak orang binase dalam tahanan. Belum tentu bersalah. Aku heran, ada di antara kalian yang haus darah. Dengan mengandalkan pistol yang tergantung di pinggang, kalian berbuat apa saja yang kalian suka terhadap sementara tahanan. Seolah-olah mereka bukan manusia. Kalian perlakukan lebih buruk daripada perlakuan terhadap hewan. Seolah-olah bagi mereka tidak berlaku kemanusiaan dalam Pancasila. Bila perlu aku akan datang lagi!" Kemudian sepi. TIRTO dan Dody masih hidup. Sukarna sudah tidak bernyawa. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ambulans baru tiba. Bersamaan dengan kedatangan seorang Letkol Polisi Hermanto namanya. Bertubuh tegap, wajah dan potongan ganteng. Hermanto minta diceritakan apa yang telah terjadi. Setelah Letda Polisi Wagimin selesai melapor, Hermanto berkata: "Mana ada hantu. Tentu ada kawan-kawan si penculik tadi masuk dan merobohkan Tirto dan kedua rekannya. Dan kalian tidak berani melawan mereka. Pengecut." Hermanto berkacak pinggang. Dia marah. KAPTEN Pol. Sahata Siregar tidak senang mendengar ucapan Hermanto. Sombong dan sok. Sudah sifatnya barangkali. Tetapi karena ia atasan, maka Siregar tidak menanggapi. Dia tidak tahu dengan apa atau siapa dia berhadapan. Sebenarnya Hermanto ini terkenal berani dan penuh tanggung jawab. Para bandit dan rekanrekan segan, menaruh respek atas dirinya. "Apakah ketiga bajingan itu masih belum mau memberi tahu siapa majikan mereka?" tanya Hermanto. "Belum Pak. Mereka lebih suka ditembak daripada mengatakan siapa yang memerintah mereka!" jawab Letda Pol Wagimin. "Apa iyaa," kata Hermanto sinis. "Saya kepingin lihat." Dia bergerak hendak ke ruangan pemeriksaan. Tetapi mendadak dia terjengkang ke belakang. Terduduk. Tidak ada yang menolak dirinya. Hermanto sebenarnya kaget dan malu. Tetapi dia bukan orang yang mau kehilangan muka. Apalagi bawahan. Dia segera bangkit. "Sudah dua hari ini saya darah rendah," katanya menolong dirinya. Padahal dia merasa bahwa tadi ada satu tenaga mendorong dia, sehingga dia terjungkal. Tenaga tanpa ada orang yang mengeluarkan tenaga itu. Untuk menjaga harga diri, Hermanto melangkah lagi. Kini tidak ada lagi dorongan. Kapten Siregar dan Lettu Masduki mengiringkan. Juga Letda Wagimin. Mereka tiba di ruangan tertutup yang bisa bercerita banyak sekali, kalau sekiranya dinding dan lantainya bisa http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bicara. Di sana masih tergeletak David dan terduduk lesu Masto dan Mudakir. Mayat anggota Polisi dan dua lainnya yang luka berat sudah diangkut ke rumah sakit. "Kalian yang tidak mau mengatakan siapa yang memerintah kalian, hah! Bodoh. Dia senang-senang, kalian yang jadi korban. Kalau kalian beritahu siapa yang menyuruh kalian menculik orang sakit, maka sekarang juga kami akan menangkapnya supaya dia menerima ganjaran yang setimpal. Kalian tidak perlu takut, walaupun yang memberi perintah itu jin atau setan dari neraka," kata Letkol Pol Hermanto. Tetapi begitu dia selesai dengan kalimatnya, ia merasa kedua bahunya dipegang "orang" dari belakang. Bukan pegangan biasa. Dia mau menoleh, ingin tahu siapa yang begitu kurang ajar berani memperlakukan dia begitu. Tetapi ia tak kuasa memutar lehernya. Kedua tangan itu menekan lebih kuat, sehingga terasa amat berat oleh Hermanto. Bukan hanya berat. Dia kini merasa sakit. Kuku kedua tangan itu ditekankan ke daging di bahunya. Kian lama kian kuat. Kemudian dirasanya bahu itu menge luarkan cairan. Darah! Apa pula lagi selain da^ah. Hermanto yang beberapa menit yang lalu masih begitu gagah, kini tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tangan dan kuku yang menekan kedua bahunya terus kian berat dan dalam. Tanpa daya untuk bertahan, tubuh besar itu pelan-pelan roboh sehingga berlutut. Semua bawahannya yang mempersaksikan kejadian yang tidak bisa dijelaskan itu menjadi amat takut, tetapi tidak berani berbuat apaapa. Dan memang tidak ada apa pun yang dapat mereka buat. Mau melawan" Mau menembak" Siapa yang dilawan, siapa yang ditembak" Kedua bahu Hermanto mengucurkan darah segar. "Kau lihat dan percaya sekarang, bahwa aku ada?" kata satu suara. Masduki dan Siregar telah mengenal suara itu. Suara Dja Lubuk si manusia harimau. Ayah Erwin selalu berbuat kebajikan tetapi selalu dijahili manusia. Letkol Pol Hermanto tunduk. Kesombongannya hilang sudah. Baiknya dia mau mengakui kenyataan. Dengan suara pelan ia http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkata: "Sekarang aku percaya! Maafkan kebodohanku." Sekarang semua petugas keamanan mempunyai dugaan dan kepercayaan yang sama, yaitu bahwa Dja Lubuk lah yang memerintah ketiga penjahat untuk menculik Maskun dan Jufri. Tetapi untuk apa" Ini masih tanda tanya. Kalau mau jawabnya harus diselidiki. Beranikah mereka menyelidikinya" PENAHANAN ketiga onung yang kepergok melakukan penculikan itu kini menjadi masalah yang memusingkan. Terus ditahan karena terang bersalah, kemudian diajukan ke pengadilan" Mestinya begitu. Tetapi yang menyuruh mereka ini bukan kepala bandit, bukan manusia dengan kekuatan luar biasa. Melainkan satu makhluk yang bukan manusia, bukan pula harimau sebagaimana harimau yang sesungguhnya, la berpaduan dari manusia dan harimau, sehingga mempunyai otak untuk berpikir dan berbuat sebagai manusia dengan tenaga dan kemampuan sebagai harimau. Letkol Polisi Hermanto tidak menghiraukan luka-luka di bahunya, tetapi lebih jauh daripada itu. la kuatir akan bahaya yang lebih besar. Kini dia benar-benar takut dan penuh kebimbangan atas kemampuannya sendiri. Dia bukan Hermanto yang kemarin, bahkan bukan Hermanto yang beberapa saat yang lalu masih berkacak pinggang dengan mengeluarkan kalimat-kalimat yang sinis. Dja Lubuk benar-benar telah meru bah orang yang tadinya hebat ini menjadi seorang laki-laki yang tidak percaya pada dirinya sendiri. "Kupikir ketiga orang itu sudah sewajarnya dibebaskan saja. Kita sudah melihat sendiri. Mereka itu diperintah oleh suatu kekuatan yang tidak bisa dihadapi dengan kekuatan biasa. Barangkali mereka famili dari tenaga gaib yang selalu hadir tanpa memperlihatkan diri," kata Letkol Pol Hermanto. Tanpa menyatakan keberatan, semua perwira yang bawahannya setuju. Terlalu besar resikonya menghadapi kekuatan gaib. Maka di bebaskanlah David, Masto dan Mudakir dengan mendapat bekal uang lumayan dari Hermanto untuk berobat. Itu suatu kenyataan yang tidak pernah mereka duga dan bahkan tidak http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pernah mereka harap- walaupun tiap orang mencintai kebebasan. Mereka menculik, tetapi dibebaskan. Mereka sudah banyak"~k~ali membunuh karena dibayar untuk menghabiskan nyawa orang lain yang sama sekali mereka tidak kenal. Untuk itu pun mereka belum pernah menerima hukuman. MALAM itu ketiga penculik yang baru dibebaskan itu menginap di sebuah hotel di daerah Ancol. Hati mereka masih dihantui ketakutan dan keraguan. Apakah sudah habis urusan mereka dengan si manusia harimau" Ataukah apa yang mereka alami baru permulaannya saja" Apakah seterusnya mereka harus melaksanakan tugas-tugas untuk makhluk ajaib yang serba mampu itu" Sedang mereka berbincang-bincang, pintu kamar diketuk. Masto bertanya, siapa. Yang di luar menjawab "Erwin." Ketiga jagoan itu saling pandang. Erwin! Yang mulanya mau mereka bunuh, tetapi kemudian memerintah mereka untuk menculik Maskun dan Jufri. Si manusia harimau. Dia tidak akan datang kalau tidak ada urusan. Urusan apa pula sekarang" Ketiga pembunuh bayaran itu mempersilakannya masuk. Dan sebagai digerakkan oleh keharusan, mereka mencium tangan Erwin. Dukun yang manusia harimau itu membiarkan, walaupun sebenarnya ia tidak suka dihormati secara itu. "Tuan terlalu baik terhadap kami, orang-orang yang sebenarnya hanya pantas dinarru n sampah masyarakat!" kata Masto. "Sampah besar sekali artinya di daia ehidupan kita. Memberi pekerjaan pada mereka ng harus membersihkannya. Kalau pandai met nfaatkan, banyak sekali gunanya," kata Erwin. Sebenarnya ketiga orang itu tak habis pikir, bagaimana Erwin yang sekarang sebaga manusia biasa, kadangkala bisa berubah jadi harimau sebagaimana yang mereka persaksikan sendiri beberapa hari yang lalu di gubugnya. Apakah dia sebentar lagi akan bertukar ujud pula" Berbadan harimau lagi dengan hanya kepalanya saja yang manusia" "Tidak, mudah-mudahan tidak," kata Erwin, membuat ketiga http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pembunuh bayaran itu jadi malu dan tercengang. "Aku tidak selalu berubah rupa." "Tuan beruntung sekali bisa begitu!" kata Mudakir. "Huh, kau keliru. Apanya yang beruntung" Aku hidup penuh penderitaan. Selalu jadi buronan. Dan itulah yang memaksa aku membela diri. Bukan mauku hidup begini. Tetapi aku harus menerimanya dan keadaan ini harus kumanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemanusiaan." "Kami tidak tahu cara bagaimana kami harus menunjukkan terima kasih atas semua kebaikan dan bantuan Tuan. Kalau Tuan tak datang tadi, tentu kami akan disiksa lagi. Kini kami bebas, tetapi tidak merasa aman," kata Mudakir. "Mau kalian berbuat sesuatu untukku dan untuk kalian sendiri?" tanya Erwin. "Apa pun kami mau lakukan. Kalau boleh, kami mau jadi pengikut Tuan saja." "Jangan! Aku bukan orang untuk diikuti. Lagi pula aku bukan manusia semacam kalian. Tapi aku punya permintaan pada kalian. Jangan lagi kalian melakukan kejahatan. Apalagi pembunuhan. Kalau kalian turut nasehatku ini, mudah-mudahan kalian akan selamat. Tetapi kalau kalian coba berbuat kekejaman lagi, maka kalian akan binasa. Tidak akan ada ampun lagi. Ingatlah itu baikbaik." Masto telah memesan minuman dan makanan kecil. Mereka minum dan makan bersama-sama. Tiga manusia yang biasa jadi pembunuh bayaran dengan seorang atau satu manusia harimau dari Mandailing. Masto dan kedua kawannya berjanji untuk tidak lagi mengulangi kejahatan. Mereka akan hidup secara jujur, betapapun beratnya. "Pergilah ke kota lain. Di sini kalian akan dikejar terus oleh bekas rekan-rekan kalian untuk dihilangkan dari dunia ini," kata Erwin. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Erwin mohon diri. Ketiga bekas penjahat merasa sedih. Padahal tadinya mereka tidak tahu apa artinya sedih. "Bagaimana caranya kalau kami ingin berjumpa dengan Tuan?" tanya Mudakir. "Aku akan merasakannya dan aku akan datang. Nah aku pergi sekarang. Hati-hatilah, maut sedang mengintai kalian," kata Erwin mengulurkan tangan lalu pergi. Perasaan ketiga orang yang pernah tak kenal takut itu menjadi sangat gelisah. Semula Macto berkata begitu. David dan Mudakir juga punya perasaan yang sama. "Apa maksud Tuan Erwin tadi" Maut mengintai kita?" Kira-kira setengah jam kemudian pintu kamar mereka kembali diketuk orang. Apa lagi ini! Bukankah tidak ada orang yang tahu bahwa mereka menginap di situ" "Dave," terdengar suara wanita di luar. Suara yang tidak asing bagi David. Juga bagi kedua sahabatnya. Sebab suara itu selalu mereka dengar. Orang yang punya suara itu selalu ngomong ngomong dengan mereka, terutama sekali dengan David. Girangnya David bukan main. Yolanda datang. Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pintu segera dibuka, Yolanda masuk. Tetapi tidak hanya seorang diri. Ada dua orang lagi. Sahabat mereka juga. Maruzar dan Jusman. Masto baru bertanyakan kabar pada Maruzar. Jawabannya muntahan peluru dari senjata laras pendek yang memakai peredam suara. Tiga peluru beruntun untuk tiga sahabat mereka yang baru saja keluar dari tahanan. Semua tepat ke sasaran. Masto dan David menerima di jantung., Mudakir di antara kedua matanya. Aneh, biasanya Masto dan David kebal peluru. Maruzar dan Jusman telah ditugaskan untuk memperhatikan tempat tahanan ketiga rekan mereka supaya mengetahui perkembangan selanjutnya. Sesudah tahu, bahwa mereka kemudian dibebaskan dan pergi ke sebuah penginapan di Ancol, mereka http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mencari Yolanda yang juga mereka kenal sebagai pacar David. Wanita ini dipergunakan untuk mencegah kemungkinan . kecurigaan kawan-kawan mereka. Dan semua berjalan sesuai dengan rencana dan harapan. Masto, David dan Mudakir mereka anggap sudah tidak berguna. Mungkin mereka dibebaskan sesudah menyebut nama komplotannya. Jadi harus ditiadakan. Langkah selanjutnya tidak bisa lain. Menyingkirkan Yolanda. Karena ia cinta setengah mati pada David. la bisa berbahaya. Daripada jadi pikiran, lebih baiklah mengambil jalan singkat. Satu jam setelah kematian David dan kawan kawan, Yolanda menyusul. Begitulah salah satu hukum tak tertulis di dalam komplot-komplot gelap yang membidangi pembunuhan, perampokan, penculikan atau semua kejahatan itu sekaligus. TEROR misterius di hotel cukup terkenal itu memenuhi halaman-halaman depan surat kabar. Erwin pun segera mengetahuinya. Kapten Sahata Siregar, Lettu Pol Masduki dan Letda Pol Wagimin mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan peristiwa itu karena merekalah yang paling banyak mengetahui awal mula dan berbagai kejahatan gaib selama mereka ditahan. Ada manusia harimau turut campur bahkan pegang peranan sehingga menewaskan seorang anggota Polisi dan melukai berat dua lainnya. Ini suatu perkara teramat pelik yang pernah mereka jumpai selama mereka jadi penegak keamanan. Pembunuhan atas ketiga tahanan yang baru dibebaskan itu tentu oleh manusia biasa. Dan mereka sudah dapat memperkirakan bahwa yang melakukannya tentu kawan-kawan mereka sendiri. Yang jadi pertanyaan dan harus dipecahkan: Siapa atau siapa-siapakah mereka" LETKOL Pol Hermanto tidak turut membicarakan atau mencari pemecahan pembunuhan itu. mengetahui pun dia tidak, walaupun di rumahnya ada koran-koran yang memuat berita itu. Sepulang dari Kantor Polisi ia seperti kehilangan ingatan. Atau benar-benar http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kehilangan ingatan. Tidak bisa berpikir, bahkan tidak mau bicara. Mungkin karena terlalu terkejut oleh pengalamannya ditekan oleh tenaga yang tidak kelihatan, sehingga bahunya mengeluarkan banyak darah oleh tikaman kuku-kuku yang amat kuat dan tajam. Kuku harimau! Hermanto memang perwira Polisi, tetapi dia juga manusia biasa. Apa yang bisa menimpa manusia biasa, juga bisa menimpa dirinya. Inilah suatu kenyataan, la tergeletak di ranjang, kelihatan bodoh dan loyo. *** MENGHADAPI keanehan mencemaskan itu keluarga Hermanto jadi gugup dan panik. Dokter yang diminta datang mengatakan, bahwa tidak ada tanda-tanda penyakit pada diri perwira polisi itu. Tetapi keadaan Hermanto sangat serius dan aneh sekali, la menduga bahwa yang demikian hanya bisa terjadi oleh gangguan jiwa berat secara mendadak yang tak terpikul oleh kekuatan batin Hermanto. Dan gangguan itulah jadi penyebab kelesuan dan hilangnya seluruh kegairahan. Hermanto tidak bisa menerangkan mengenai luka-luka pada kedua bahunya. Bagaimana pula hendak menerangkan. Sejak tiba di rumah dia tidak bicara apa-apa, bagaikan orang yang mendadak jadi bisu. Pertanyaan kepada Letda Pol Wagimin hanya dijawab dengan mengatakan, bahwa mereka - beberapa orang mengetahui adanya luka-luka di bahu tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan, sebab tidak terjadi serangan dari siapa pun terhadap Hermanto. la mendadak saja tidak kuat berdiri, lalu roboh atas kedua lututnya. Mendengar musibah yang menimpa diri dan keluarga Hermanto, beberapa rekannya datang melihat. Juga Kapten Pol Sahata Siregar dan Lettu Pol Masduki. Atas desakan keluarga Hermanto bagaimana asal mula seluruh kejadian yang aneh itu, Masduki menceritakan tentang tiga tahanan yang disiksa oleh tiga petugas Polisi. Bukan karena kekejaman, tetapi karena ingin mengetahui kepala komplotan penculik untuk bisa ditumpas guna menenteramkan masyarakat. Sampailah kepada ucapan-ucapan Hermanto yang http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bernada sombong sambil berkacak pinggang. Makhluk yang tidak dipercaya oleh Hermanto datang ke kantor Polisi dan menyatakan kehadirannya tanpa memperlihatkan diri. Bagaimanapun sukarnya cerita ini diterima akal orang-orang modern, tetapi kalau sudah semua hadirin di ruangan itu bercerita sama, bagaimana" Masih tidak mau percaya" Petugas-petugas keamanan yang datang ke rumah Hermanto tak luput dari membicarakan pembunuhan misterius atas ketiga tahanan yang baru dibebaskan. Dan kejadian ini membuat Polisi harus bekerja keras mencari si pembunuh yang tentu anggota dari suatu komplotan yang terorganisir. Sedang ramai-ramainya orang di rumah Hermanto itulah datang seorang wanita yang masih famili istri Hermanto. Juariah yang istri Maskun dan ibu Amaiia. Karena adanya hubungan famili inilah makanya Hermanto - di samping tugas - sangat ingin tahu siapakah yang telah menyuruh culik Maskun, suami saudara perempuannya. Nyonya Hermanto menceritakan kembali bagaimana suaminya mendadak tidak bisa bicara dan menjadi loyo. Matanya hampir tak pernah berkedip, la berpendapat bahwa penyakit ini bukan penyakit biasa. Seperti penyakit Amalia, kata Nyonya Hermanto. Bikinan orang. "Saya percaya yang begituan," kata nyonya perwira Polri itu. Dia lalu telah sembuh berkat pertolongan seorang dukun. Serta merta Nyonya Hermanto lalu ingin minta bantuan dukun itu. Dimufakatkan dengan famili yang lain. Mereka umumnya tidak setuju. Mereka yakin dokter akan mampu menyembuhkan Hermanto. Masa iya dukun lebih pintar dari dokter yang menuntut ilmu bertahun-tahun. Maka dimintalah bantuan beberapa dokter. Bergantian. Semuanya merasa menghadapi penyakit aneh. Dan semuanya sependapat bahwa penyakit ini ada hubungan dengan gangguan jiwa. Cerita mengenai tekanan atas diri Hermanto oleh tenaga yang tidak kelihatan tetapi menyebabkan kedua bahu perwira polisi itu http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ luka-luka oleh tikaman kuku kuat dan tajam, sukar diterima akal para dokter. Rekan-rekan Hermanto mengatakan, bahwa bagi mereka yang melihat, hal itu merupakan kenyataan. Tetapi dokterdokter yang mendengar cerita tidak bisa menerima, karena bertentangan dengan hukum akal. Dalam hati, Sahata dan Masduki berharap agar makhluk ajaib itu menunjukkan sesuatu untuk menguatkan cerita mereka, tetapi Dja Lubuk tidak datang. Juariah menceritakan, bahwa dukun yang mengobati Amalia masih muda. Tidak mengharapkan upah. Orangnya baik. Miskin. Tidak dikatakannya, bahwa anaknya sudah tergila-gila setengah mati pada Erwin. Juga tidak dikatakannya bahwa ada seorang wanita bernama Sabrina yang mengatakan, bahwa dukun itu kadang-kadang berubah jadi harimau dan suka pada darah manusia. Dia sendiri tidak sepenuhnya percaya pada cerita Sabrina yang kata Amalia menyukai Erwin. Orang yang cemburu bisa saja menceritakan yang buruk-buruk mengenai seorang laki-laki, agar orang lain menjauhkan diri dari padanya. Dengan begitu dia bisa memonopoli laki-laki yang diingininya. Apa lagi Amalia, dia sama sekali tidak per caya. Barangkali ayahnya atau kakeknya. Itulah makanya ayah atau kakeknya itu marah dan meng-goncanggoncang rumah disebabkan cerita Sabrina. Nyonya Hermanto mengambil keputusan untuk meminta bantuan dukun Erwin, kalau dalam lima hari tak ada dokter yang berhasil. Dan setelah lima hari ternyata tidak ada satu dokter pun dapat menyembuhkan Hermanto. Bukannya berkurang, tambah parah malah. Yang pergi ke rumah Erwin tak kurang dari Juariah dan Nyonya Hermanto sendiri. Ibu Amalia jadi tambah heran, bagaimana orang semacam Erwin yang hanya tinggal di gubug dan tidak punya apaapa, tidak mencari uang melalui kebolehannya. Apakah yang dicarinya di dalam hidup" Tapi dia juga kagum, ada orang semacam ini di tengah-tengah masyarakat yang hampir semuanya berlomba dengan berbagai cara, halal atau haram memperkaya diri. Sehingga mereka mencapai taraf keserakahan. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sebenarnya penyakit Pak Hermanto itu hanya karena terkejut. Pengaruhnya jadi besar sekali, karena tadinya ia tidak percaya akan adanya kekuatan-kekuatan yang tidak dapat diterangkan secara hukum akal. Hanya itu," kata Erwin sebelum kedua wanita itu menceritakan maksud kedatangan mereka. "Tetapi keadaannya terus tambah parah. Kami takut Tuan dukun," kata Nyonya Hermanto. "Memang dia lain dari saya. Saya percaya pada kekuatan gaib." "Tolonglah kami Tuan Erwin," kata Juariah menyertai pembicaraan Nyonya Hermanto. Dia lupa bahwa tempo hari Erwin sudah meminta kepadanya untuk tidak menyebut dirinya dengan "tuan." Erwin berjanji akan datang. Nyonya Hermanto memberinya alamat rumah. Dalam perjalanan pulang, kedua wanita membicarakan kehebatan Erwin yang sudah mengetahui maksud kedatangan mereka dan tahu pula penyakit yang menimpa diri Hermanto. *** KETIKA Erwin tiba di rumah si sakit, kebetulan Kapten Pol Sahata Siregar juga sedang di sana. Untuk kesekian kalinya sejak atasannya itu sakit. Dia ingin sekali mengikuti perkembangannya. Sebab penyakit itu diawali dengan peristiwa yang sangat aneh. Dokter Kartolo yang ada di sana memandang remeh segala pada Erwin. Biasa! Dari koran-koran ia sering membaca tentang dukundukun penipu, cabul dan palsu. Kalau sekiranya Erwin bergelar dokter barangkali dia tidak akan pernah ragu-ragu bahwa kawan seprofesinya itu mungkin dokter palsu. Walaupun di koran juga ada berita-berita tentang dokter gadungan. Dokter Kartolo dan Kapten Polisi Siregar turut memperhatikan apa yang akan dikatakan atau diperbuat Erwin. Si dokter dengan bibir sedikit mencibir sedangkan si perwira polisi dengan penuh perhatian. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Erwin minta izin kepada Nyonya Hermanto untuk menjamah bagian-bagian tubuh suaminya yang dianggapnya perlu. Nyonya itu tidak keberatan. Bagaimanapun cara Erwin ini amat simpatik. Tahu sopan santun. Tapi si Dokter menganggap itu hanya taktik murahan dari orang yang ingin menarik perhatian. Erwin memegang jari kanan Hermanto, memperhatikan semua kukunya. Lalu tangan kiri. Juga begitu. Dibukanya pula kelopak mata kiri dan kanan, yang memang tidak berkedip. "Bapak ini kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, la melihat suatu kenyataan dari apa yang biasanya diremehkannya!" kata Erwin. Sang dokter mendehem. Bukan dehem biasa. Katakanlah dehem mengejek. "Saya ini orang dusun Nyonya," kata Erwin. "Apa yang saya lakukan ini hanya usaha. Selebihnya terserah kepada Tuhan." la merendahkan diri, seperti biasa saja kalau ia mengobati seseorang. "Ya, Pak Dukun," kata Nyonya Hermanto, yang sebagaimana orang lain juga sudah ketularan kebudayaan "bapak." "Saya memerlukan tujuh butir telur ayam," kata Erwin. Dokter Kartolo tertawa di dalam hati. Jadi tidak ada yang mendengar. Biasanya, dukun minta telur, kain putih, jarum, pisau kecil, jeruk purut, kemenyan. "Apa lagi pak?" tanya Nyonya Hermanto. "Hanya itu!" jawab Erwin. Si dokter ingin campur untuk menghibur dirinya: "Mateng atau setengah mateng?" Kuping Erwin memerah mendengar ejekan ini. Tapi dia bisa menahan diri. "Yang mentah saja Nyonya. Dan telur ayam kampung!" kata Erwin lagi. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Lebih baik telur ayam negeri. Lebih besar dan tak ada yang busuk. Telur ayam kampung kecil dan selalu busuk," tambah dokter Kartolo. Erwin tidak menanggapi. Tetapi si dokter merasakan sesuatu. Yang mengherankan orang-orang lain yang ada di kamar si sakit. Dia merasa ada dua tangan menekan kedua bahunya. Persis seperti yang dirasakan Hermanto di kantor Polisi beberapa hari yang lalu. Mukanya pucat. Apa ini" Khayalannya saja" Tidak, ia benar-benar merasa ditekan. Dan ia tidak dapat melawan tekanan itu. Lututnya lemas dan akhirnya ia bertahan atas kedua lututnya saja. Semua yang hadir di sana heran melihat. Bagi Siregar, ini pemandangan yang kedua kalinya. Bedanya cuma satu. Dari bahunya tidak keluar darah. Si penakan yang tidak kelihatan itu tidak mempergunakan kukunya. "Kenapa dok?" tanya Nyonya Hermanto. Dokter itu tidak menjawab. Bukan tidak mau, tetapi tidak bisa. Dia tidak kuasa membuka mulut. Suasana yang mencekam jadi tambah panik. Tetapi telur ayam kampung sudah tersedia. Erwin meman-terainya, memberikan kepada Nyonya Hermanto dengan pesan agar pada malam itu diletakkan di pojok dalam kamar itu. Kina dukun muda itu meminta semangkuk air bersih. Seolah-olah tidak terjadi suatu apa pun atas diri salah seorang hadirin. Dia tidak mau konsentrasi pikirannya terganggu. Dalam hati Nyonya Hermanto jengkel juga pada Dr. Kartolo. Kalau mau sakit kenapa mesti di rumahnya. Bukannya menolong, malahan menambah kacau keadaan saja. Hanya Kapten Pol Sahata Siregar yang menduga, bahwa tekanan atas bahu Dr. Kartolo tentu dilakukan oleh Dja Lubuk, ayah dukun Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo muda yang sedang mengobati atasannya. Kenapa" Dokter ini tidak mengejek atau berkata sombong terhadap Dja Lubuk. Tapi, pikir Siregar, kalimat-kalimatnya tadi bernada mengejek dukun muda Erwin. Tentang telur ayam negeri yang lebih besar dan mau telur matang atau setengah matang! http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Air putih dijampi-jampi pula o!eh Erwin. Jampi hanya syarat, permohonan kepada Tuhan. Jampi apa pun tidak akan ada kekuatannya kalau Tuhan tidak mengizinkan. Makanya jadi dukun atau apa pun, orang jangan tak bu r. Air putih disapu-sapukan ke seluruh muka Letkol Pol Hermanto. la mohon kepada ayahnya. Orang mana pun bisa membuat kesalahan atau kesilapan. Yang hadir, kecuali Dr. Kartolo yang sudah, diangkat dan direbahkan di kursi panjang, seperti terkesima melihat Hermanto menggerakkan kepalanya yang sudah lima hari seperti kejang dengan mata terbelalak tak pernah berkedip. Nyonya Hermanto yang sayang sekali pada suaminya, yang diketahuinya merupakan teman hidup yang amat baik dan ayah yang selalu sayang pada dua orang anak mereka, mencium tangan Erwin karena sangat girang dan berterima kasih. Erwin cepat-cepat melepaskan tangannya dan berkata: "Jangan nyonya. Itu tak baik. Tak baik buat saya dan juga tak baik buat nyonya. Bersyukurlah kepada Tuhan." Letkol Polisi yang dalam menjalankan pekerjaan selalu tegas dan berani itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Suami dan kedua anaknya yang selalu dekat di ranjang ayah mereka turut meneteskan air mata. Mengapa ayah mereka menangis. "Aku sadar telah membuat suatu kesalahan. Aku tidak pernah percaya pada kekuatan yang tidak kelihatan. Tetapi kejadian hari itu telah membuktikan bahwa kekuatan gaib memang ada. Akulah yang bodoh dan kebodohan itu telah membuat aku sombong. Bagaimana nasib ketiga orang yang kita bebaskan itu?" tanyanya. Tidak ada jawaban. "Tidak ada jawaban. "Sudah meninggal semua Pak. Dibunuhi oleh bekas kawan-kawan mereka sendiri," jawab Siregar," Hermanto diam, seperti membayangkan wajah ketiga bekas tahanan itu. "Kasihan," katanya. Kini ia memandangi Erwin dan bertanya "Siapa orang muda ini?" "Dia yang mengobati Mas," kata Nyonya Hermanto. Sudah enam http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dokter tidak berhasil." Perwira Polisi itu terus memandanginya. Kekaguman terbayang pada sinar matanya. Dan rasa terima kasih yang tidak diucapkan. "Lima hari lima malam Mas tidak pernah bicara," kata istrinya lagi. "Ya, aku punya salah. Aku tidak akan mengulanginya. Aku mau minta maaf. Apakah Kapten tahu caranya" tanya Hermanto. Oleh kegirangan, belum ada di antara mereka yang ingat pada Dr. Kartolo. *** PERWIRA Polisi itu duduk tanpa dibantu lalu bertanya kepada orang muda yang mengobatinya dengan kepala ditundukkan, apakah ada sesuatu yang dapat dilakukannya untuk tanda terima kasih. Pada waktu itulah Kapten Siregar teringat bahwa masih ada seorang lagi yang barangkali dapat ditolong Erwin. Dr. Kartolo yang terbaring di kursi panjang. Tetapi ia menantikan jawab dukun itu atas pertanyaan Hermanto. "Saya senang Tuan telah menunjukkan tanda-tanda akan sembuh," kata Erwin. "Tuan tidak perlu berbuat suatu apa pun untukku." "Tetapi," kata Hermanto yang lalu diputus oleh Erwin: "Tuan ingin mengatakan, bahwa Tuan merasa harus berbuat sesuatu. Kalau tidak, tuan akan selalu merasa berhutang budi, begitu?" Perwira Polisi itu mengiyakan. "Baiklah. Jadilah pejabat yang baik untuk jadi contoh bagi bawahan Tuan dan barangkali bisa menggerakkan hati atasan Tuan untuk lebih baik lagi dari Tuan. Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang baik. Saya rasa itulah yang sangat kurang di negara ini," kata Erwin. Sebagaimana pasien-pasien terhormat Erwin di masa lalu, Hermanto pun jadi heran, bagaimana seorang dukun yang begitu sederhana dapat bicara seperti itu. Dengan kalimat-kalimatnya ia mengeritik keadaan yang rupanya diketahui oleh masyarakat. Cuma saja, masyarakat itu tidak dapat berbuat sesuatu untuk merubah keadaan yang amat http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merugikan itu. Masih tertunduk, Hermanto berjanji untuk menjadi orang yang diharapkan dukun muda itu. Sekarang baru Kapten Siregar mengatakan, bahwa Dr. Kartolo perlu ditolong dan semua mata memandang Erwin. Tanpa menahan diri Siregar berkata: "Begitu juga yang dialami Pak Hermanto di kantor tempo hari." Dalam hati Siregar menduga, bahkan yakin bahwa peringatan atau hukuman itu tentu datangnya dari Dja Lubuk yang tidak mau anaknya diejeknya, walaupun oleh seorang dokter. Bagi orang seperti Dja Lubuk, meskipun hanya makhluk kampung yang barangkali dianggap bodoh, semua manusia punya martabat sama. Bahkan barangkali orang-orang kampung itulah seringkah lebih tinggi nilai mentalnya daripada sementara orang-orang pintar dan terkemuka di kota-kota. Erwin memandang sang dokter yang terbaring di sana tanpa bicara dan dengan muka orang menyerah pada nasib. Huh, betapa besar perbedaannya dengan mukanya yang sombong dan merasa dirinya paling pintar tadi. Kini segala kesombongan itu telah sirna. Manusia, kasian, cuma sebegitu saja! Erwin, memang benar manusia harimau. Tetapi jikalau tidak sedang mengharimau, ia juga manusia biasa. Dalam menghadapi orang-orang yang memerlukan dirinya ia selalu merendah. Tetapi kali ini ia agak lain. Melihat dokter Kartolo terbaring bodoh tanpa mampu bicara ia mencibir, sebagaimana ahli penyakit itu tadi mencibir ketika ia mau mengobati Hermanto. la ingat kalimatkalimat orang terpelajar yang sarjana itu. "Orang ini dokter," kata Erwin. "Saya rasa sebaiknya diminta salah seorang rekannya menolong dia. Ini tentunya penyakit ringan saja." Cara ia mengucapkan kata-katanya menunjukkan bahwa ia merasa tidak senang terhadap orang ini. Dan semua yang hadir jadi ingat bagaimana tadi dokter Kartolo mengejek Erwin dengan "telur setengah mateng" dan "lebih baik telur ayam negeri, lebih besar." Mendadak Erwin jadi ingin orang-orang itu tahu, bahwa dia juga http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bisa marah. Bahwa dia bukan terbuat dari kayu atau batu. Bahwa ia punya perasaan dan harga diri. Maka katanya: "Nyonya Hermanto, barangkali dokter ini perlu telur ayam negeri setengah mateng!" Mendengar itu Nyonya Hermanto tunduk! Begitu pula Siregar, walaupun ia juga seorang Tapanuli, sama seperti Erwin. Tak ada seorang pun buka suara. Mereka tahu dukun itu marah. Rupanya marah satu Erwin bisa membuat orang-orang penting dan kaya jadi takut. Rupanya orang sederhana dan miskin semacam Erwin ini sewaktu-waktu bisa lebih dari orang lain. la ingin menimbulkan pemikiran pada orang-orang itu bahwa siapa pun di dunia ini jangan suka meremehkan orang lain. "Maafkanlah dia," kata Sahata Siregar pelan dalam bahasa daerah. Agak lama baru Erwin menjawab: "Aku sudah selalu dihina dan diejek oleh orang-orang semacam ini." Mendengar itu Hermanto jadi malu. Bukankah ia juga orang yang pernah mengejek" Erwin sengaja tidak menjawab Sahata dalam bahasa Tapanuli. "Banyak orang semacam ini, pintar dan kaya memandang hina sekali pada orang miskin. Apalagi kalau mendengar dukun. Terus menyangka, bahwa orang yang dukun itu pasti penipu. Dokter ini tadi juga menduga bahwa aku ke mari untuk menipu." Sahata Siregar tahu, bahwa Erwin marah sekali. Dan tahu, bahwa dukun ini anak Dja Lubuk yang manusia harimau. Dan barangkali Erwin ini juga manusia harimau. Tatkala Siregar berpikir begitu, Erwin menoleh padanya dan berkata: "Ya, memang betul apa yang kau pikir itu Siregar." Dan Kapten Polisi yang asal Sipirok itu jadi pucat. "Maafkan aku," kata Siregar. "Tidak apa-apa, wajar kau berpikir begitu. Ompungku juga seperti ayahku," kata Erwin. Orang-orang itu tidak tahu apa masalah yang dibicarakan kedua orang itu, karena mereka tidak tahu apa yang dipikirkan Siregar tadi. "Panggillah dokter untuk menolong bapak yang sakit itu," kata http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Erwin. Tapi, nasib baik, ada orang datang hendak melihat Hermanto. Sahabatnya, kebetulan dokter, namanya Syaiful. la heran melihat Hermanto sudah sembuh. Dia tidak menyangka akan secepat itu. Tetapi tentu dia senang dengan kesembuhan sahabatnya itu. Dia mengulurkan tangan ucapan selamat kepada Hermanto. Dia jadi heran dan kaget melihat ada orang terbaring di atas bangku panjang. Terlebih heran lagi, karena orang itu tak lain daripada rekannya serumah sakit, Dr. Kartolo. "Barangkali dokter dapat menolong," kata Kapten Siregar. Dr. Syaiful segera mendapatkan dokter yang mendadak sakit itu. Mengajukan pertanyaan, yang tak dijawab, karena si sakit tidak bisa ngomong. Syaiful memandang pada Hermanto, seakan-akan mengatakan atau bertanya sesuatu. "Ya, hampir sama dengan penyakit Pak Hermanto," kata Siregar menegaskan. "Apakah wabah penyakit baru," kata Dr. Syaiful pada dirinya sendiri. "Saya tidak mengerti," kata dokter itu kemudian. "Siapa yang menyembuhkan Pak Hermanto?" tanyanya. Tak ada jawaban. Semua mata memandang ke Erwin. Dukun, pikir Dr. Syaiful. Untunglah dia tidak seperti Dr. Kartolo. Dia termasuk dokter yang percaya, bahwa ada penyakit yang harus ditangani oleh dukun dengan ilmu mereka. Pengetahuan yang tidak pernah diajarkan di fakultas kedokteran. "Terus terang," kata Dr. Syaiful. "Saya tidak sanggup. Penyakit begini tidak dapat diterangkan dengan ilmu pengetahuan biasa." la memandang Erwin sambil mengulurkan tangan. "Saya turut berterima kasih pada bapak, karena sudah menolong Pak Hermanto." "Saya hanya berikhtiar Dok, yang menyembuhkan Tuhan,"' kata Erwin seperti biasa. Dia senang pada Dr. Syaiful yang rendah hati ini. Dan dokter itu jadi senang mendengar ucapan Erwin. Tapi dia http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tidak berani meminta padanya untuk menolong Dr. Kartolo. "Saya mohon diri," kata Erwin. Dia betul-betul tidak ingin coba Mengobati Dr. Kartolo. Kali ini ia benar-benar marah. "Kasihan dia Pak Dukun," kata Nyonya Hermanto. "Maafkanlah kesombongannya. Dia tidak akan bisa sembuh tanpa pertolongan Bapak." Dr. Syaiful jadi memandang Nyonya Hermanto, lalu memandang Erwin. la mulai mengerti persoalan. Rupanya rekannya ini tadi telah memperlihatkan sikap sombong yang tidak bisa diterima oleh dukun muda itu. "Maafkanlah dia Pak Erwin," kata Syaiful. Serendah rendah hati seseorang, kalau sudah dihina secara keterlaluan, orang tersinggung juga. Syaiful tahu betul sifat sejumlah orang kaya atau pintar, apalagi kaya dan pintar. Erwin tidak jadi pergi. Semua orang yakin u.nwa akhirnya dia tidak sampai hati. Padahal mereka tahu, bahwa ada rumah sakit dengan dokter-dokternya yang menolak pasien dalam keadaan gawat sekali pun, kalau tidak punya uang cukup untuk membayar porsekot. Nyawa dinilai murah sekali, kalau tidak didampingi dengan uang. Seperti tadi Erwin meminta telur ayam tujuh butir. Telur dijampinya Ya, bagaimana lagi. Begitulah memang cara dukun. Primitip sekali. Lalu air di mangkuk putih. Juga dimanterainya. Tetapi waktu mau menyadarkan Dr. Kartolo, timbul pikiran kepadanya untuk memberi pelajaran sedikit kepada dokter ini. Semoga ayah dan ompungnya tidak marah. Begitu juga hendaknya Datuk nan Kuniang. Juga Siti Hawa yang menurunkan ilmu penyembuh penyakit kepadanya. Berbeda dengan pada Hermanto, air dalam mangkuk itu diguyurkan Erwin pada muka, baju dan celana Kartolo. Semua isinya. Sehingga dokter itu cukup basah. Dan benarlah, pelan-pelan ia menutup matanya yang tak http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berkedip-kedip lalu membukanya kembali. Tampak jelas, bahwa ia lemas sekali. Kini Erwin benar-benar pergi setelah lebih dulu berpesan, supaya telur yang tujuh butir, diletakkan di sudut kamar tidur Dr. Kartolo. Kalau dia mau, kata Erwin. Kalau tidak, juga tidak apa-apa, ujarnya lagi. Tetapi Kapten Sahata Siregar memburunya. Di halaman rumah dengan suara pelan ia mohon kepada Erwin, agar orang Mandailing itu mau menerimanya ngomong ngomong. Erwin menyetujuinya, kalau perwira Polisi itu mau datang ke gubugnya. Erwin memberi alamatnya. Siregar masuk lagi. Melihat Dr. Kartolo menangis seperti anak kecil. Tanpa malu-malu ia berkati: "Rupanya aku selama ini bermimpi. Selalu kupikir bahwa aku orang hebat. Hari ini aku ketahui, bahwa aku belum apa-apa. Aku malu sekali," katanya. MALAM itu Kapten Pol Siregar mengunjungi Erwin di gubugnya. la terkesan sekali melihat keadaan Erwin. Masih ada orang seperti ini. Sama sekali tidak terpengaruh oleh gemerlapannya hidup duniawi. Sahata Siregar secara terus terang mohon bantuan Erwin. Mengenai kemungkinan adanya wanita yang kadang-kadang menjadi harimau. Seluruhnya atau hanya tubuhnya. Erwin bertanya, mengapa orang kepolisian itu bertanyakan itu. Karena Siregar mengetahui kemampuan Erwin untuk membaca pikiran orang lain, maka ia menceritakan apa yang didengarnya dari Masduki. Tentang wanita di belakang setir yang oleh tiga saksi dikatakan bertubuh harimau. Dengan wajah yang cantik sekali, kata Siregar. Erwin langsung saja teringat pada Sabrina. Si cindaku yang berparas cantik. "Wanita yang begitu memang ada. Di Kerinci, di Mandailing dan di Jambi. Entahlah di Sipirok," kata Erwin. "Bagaimana dengan Baginda na Poso?" tanya Erwin yang mengetahui bahwa di Arase ada orang yang menguasai sembilan harimau. "Kurasa masih ada," jawab Siregar. la1 be. pikir, bahwa tiap http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ manusia harimau barangkali mengetahui di mana ada orang yang menguasai harimau ataupun manusia harimau seperti dirinya. "Wanita harimau itu, apakah ada juga di Jakarta?" tanya Siregar. "Kalau ada aku belum mengetahuinya. Barangkali tidak ada," kata Erwin. Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku pernah mendengar cerita tentang bayi yang nyaris mati karena darahnya dihisap cindaku. Kabarnya parasnya cantik," kata Siregar. "Sayang sekali aku belum mendengar/' kata Erwin. Dia mau menyembunyikan Sabrina. Dia tidak tega membuka rahasia gadis yang tidak tentu pendirian itu. "Kalau benar cerita tentang bayi itu, bukan tidak mungkin ada kaitannya dengan wanita yang mengemudikan mobil masuk parit itu," kata Siregar. Sebenarnya Erwin sudah yakin, bahwa wanita di belakang setir itu tentunya Sabrina. la belum tahu, bahwa Sabrina telah mendatangi Amalia dan ibunya, menceritakan segala yang buruk mengenai dirinya. Erwin mengetahui banyak, tetapi dia pun tidak mengetahui segala-galanya. Begitu juga Dja Lubuk dan Raja Tigor. "Sudah diketahui Polisi siapa atau siapa-siapa yang membunuh tiga penculik yang baru dibebaskan dari tahanan itu?" tanya Erwin mengalihkan cerita. "Belum, tapi kami akan melacaknya sampai dapat. Kami yakin, yang membunuh tentu kawan-kawan mereka sendiri. Tapi kami sudah mengetahui bahwa wanita yang dibunuh setelah ketiga orang itu adalah pacar David, satu di antara ketiga orang yang menculik pasien," kata Siregar. Dia tidak menceritakan kenapa ketiga orang penculik itu dibebaskan. Erwin juga tidak bertanya. Keduanya sama-sama tahu duduk kejadian sejak mulanya dan sependapat untuk tidak mengusik soal itu. Kapten Siregar pamitan setelah Erwin berjanji tanpa diminta, bahwa ia akan membantu di mana mungkin. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ SABRINA gelisah. Jiwanya amat tergoncang. Membuat pikirannya tidak menentu. Kalau tadi ia memutuskan untuk tidak lagi mengganggu Amalia yang dianggapnya sebagai saingan dan ia akan pasrah saja menjadi istri Sabaruddin, maka kini ia bertekad untuk merebut Erwin kembali, "la sama dengan aku, sama-sama bukan manusia seperti orang lain/' katanya. Dan pada saat itu datang suatu niat jahat di dalam hatinya. Kalau biasanya ia takut jadi harimau, maka pada saat itu mohon untuk meru bah ujud supaya ia dapat melaksanakan niatnya. Biar dirasakannya, pikir Sabrina. KETIKA Sabrina dengan konsentrasi sepenuhnya mohon agar ia dijadikan harimau untuk melaksanakan rencananya, tanpa didugaduga pintu dibuka dan Sabaruddin masuk. Wanita itu terkejut, karena ia tidak menyangka akan terganggu, la menyesal, mengapa ia sampai lupa mengunci pintu. Oleh kedatangan calon suaminya itu, maka buyarlah pikiran yang sudah dipusatkan pada suatu permintaan tadi. Namun Sabrina berusaha untuk menyembunyikan kekesalan hatinya. "Hai, belum tidur?" tanya Sabrina. "Sukar memejamkan mata. Aku ingin di dekatmu I na," kata Sabaruddin. "Aneh, kenapa keinginan kita sama. Aku pun ingin di dekatmu Sab, cuma aku malu mendatangi-mu," jawab Sabrina menyesuaikan diri. Sebagai biasa mereka bercumbu mesra. Dalam saat-saat yang demikian, Sabaruddin lupa, bahwa kekasihnya itu sesekali bisa berubah menjadi harimau, la sudah teramat sayang pada wanita itu dan yakin, setelah menziarahi kuburan ayahnya Sabrina akan bebas dari warisan yang diturunkan kepadanya. "Lusa kita berangkat sayang," kata Sabaruddin. "Ya, dari Tabing kita langsung saja ke kampungku," kata Sabrina. "Tetapi kau jangan terkejut nanti. Kampungku itu kecil dan sepi. Orang akan berkerumun menonton dirimu. Juga diriku tentu." http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Biarlah," ujar Sabaruddin. "Kita bawa oleh-oleh untuk anak-anak di sekitar rumahmu. Appel, anggur dan gula-gula. Yang impor. Biji appel dan anggur tentu akan mereka tanam. Siapa tahu bisa hidup dan berbuah." Mendengar rencana Sabaruddin, hati Sabrina jadi tergugah dan bimbang. Betapa baiknya laki 'laki ini. Mengapa ia datang sehingga menimbulkan keragu-raguan di dalam hatinya" Akan dibatalkannyakah niat yang sudah menjadi keputusan tadi" "Sudah berapa lama kau tidak melihat kampung halamanmu Ina?" Wanita itu agak terkejut tetapi segera menjawab: "Lama juga. Ada tujuh tahun barangkali." "Setelah ziarah, kita adakan selamatan. Semua orang kampung kita undang," kata Sabaruddin. "Semua?" tanya Sabrina. "Ya, biar adil!" kata Sabaruddin. "Tetapi banyak di antara mereka membunuh ayahku. Ayahku yang tidak berdosa, tetapi bernasib malang. Kami semua bernasib buruk," kata Sabrina. la lalu teringat pada perbuatan sejumlah orang kampungnya sendiri. Hampir sepuluh tahun yang lalu, betapa kejamnya mereka! Sabaruddin diam. la bisa mengerti betapa sakit hati Sabrina mengingat peristiwa itu. Walaupun telah berlalu sekian banyak tahun. Pada saat ia terkenang pada peristiwa yang amat menyedihkan itulah ia merasakannya. Bahwa ia akan berubah menjadi setengah harimau. Permintaannya tadi terkabul. Dan pada saat itu pula ia menguatkan hati untuk melaksanakan apa yang sudah terniat di hatinya. Persetan sama kemanusiaan, la toh bukan manusia yang sempurna. Dia kadang-kadang setengah hewan buas. Jadi wajar kalau ia melakukan tindak kehewanan. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sabaruddin melihat perubahan pada diri wanita yang dicintainya itu. Tetapi ia sudah mulai terbiasa. Tidak takut lagi. Toh hanya sebentar. "Aku akan jadi harimau Sabaruddin/' kata Sabrina dengan suara datar. "Biarlah sayang, kan hanya sebentar. Sepulang dari Kerinci nanti akan sembuh. Aku akan me nungguimu di sini," kata laki-laki Bugis itu. "Kau tidak takut?" "Tidak, mengapa mesti takut pada orang yang kucintai!" Sabrina tidak menanggapi dan perubahan pada dirinya berjalan terus. Setelah perubahannya sempurna, Sabrina diam. Seperti sedang berpikir. "Kau tahu Sab," tanyanya sejenak kemudian, "Aku ini bukan manusia seperti engkau. Lihatlah diriku. Bukan hanya berubah. Kadangkala aku ingin darah. Dan manakala keinginan itu datang, aku tidak dapat melawannya. Kau ingat, beberapa waktu yang lalu kau sangat takut padaku. Sampai kau lari meninggalkan aku." "Jangan lagi diungkap ungkap masa lalu Ina. Tidak baik untuk kita. Bukankah kau dan aku sekarang menerima apa adanya dan kita cukup bahagia dengan kenyataan?" Sabrina, harimau dengan wajah wanita teramat cantik itu bergerak ke arah pintu. Dikuncinya. Melihat ini darah Sabar, ddin tersirap. Mengapa" Tadi dia menenangkan diri. Ah, Sabrina kuatir kalau-kalau ada orang masuk sewaktu ia dalam keadaan seperti itu. Wanita harimau itu memandangi laki-laki yang pernah mengambil perawannya. Pukan rampas. Tidak dengan kekerasan, la pun memang menghendaki dan merelakannya. Tetapi kini datang suatu keinginan lain dalam dirinya, la ingin membunuh laki-laki yang tidak sejenis dengan dirinya itu. Mustahil ia akan setia selama-lamanya. Pada suatu hari Pasti Sabaruddin akan meninggalkannya. Permohonan pada arwah ayahnya di Sungai Penuh tidak akan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berhasil. Buat apa ke sana. Akan jadi pergunjingan orang saja nanti. Sabrina mendekati Sabaruddin. Duduk di hadapannya. "Mestinya kau jangan kemari tadi Sab," kata Sabrina. "Mengapa" Kau tak suka kukawani" Kau ingin aku pergi?" Sabrina menggelengkan kepala. Kemudian ia berdiri atas kedua kaki belakangnya, sementara kedua kaki depan di letakkannya atas bahu Sabaruddin. Terasa berat juga oleh laki-laki itu. "Kau tahu apa yang kuingini Sab?" tanya wanita harimau itu. "Ya, agar kau bebas dari warisan ini." Sabrina menggeleng lagi. Lalu katanya tenang: "Aku akan membunuhmu Sabaruddin. Inilah jalan terbaik untuk menghindari diriku dari suatu kesedihan yang akan datang." Sabaruddin tidak terlalu terkejut, walaupun ia merasa agak heran. Sabrina tentunya hanya berolok-olok, mau menguji dirinya. "Aku bukan bergurau Sab," dan seiring dengan itu kedua tangannya yang tadi di bahu sudah merupakan lingkaran pada leher Sabaruddin. "Sungguh, aku akan membunuhmu. Jangan berteriak," ia memperketat cekikan. Sabaruddin ingin minta tolong, tetapi suaranya sudah tersumbat di kerongkongan. Sabrina tidak segera menghabisi nyawanya. Dibiarkannya laki-laki itu merasa tercekik tanpa bisa bersuara. Dilihatnya tenang-tenang bagaimana Sabaruddin menjadi sangat takut dan putus asa. Dan wanita itu tersenyum. Memperlihatkan kepuasan, la tenang-tenang menikmati pembunuhan itu. Sabaruddin kehilangan tenaga, lemas. Oleh rasa takut yang luar biasa dan oleh cekikan yang mengerat. Tapi ia belum mati. Sabrina melonggarkan cekikan. Sabaruddin bernapas lagi. Wanita harimau itu senang melihat. Perlahan-lahan laki-laki itu membuka matanya kembali. Baru ia sadar bahwa ia belum mati. Tadi ia menyangka bahwa ia tentu mati di tangan orang atau makhluk yang dicintainya. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau takut?" tanya Sabrina. Matanya bagaikan memancarkan api. "Kau tidak mati kan" Pandangi-lah aku!" ujar Sabrina pelan-pelan. Sabaruddin minta dikasihani. Kentara dari pandangan matanya. Lalu katanya pelan: "Mengapa kau perlakukan aku begini Ina." Suaranya serak. "Karena kau manusia dan aku hanya setengah manusia. Mana mungkin sifat dan perasaan kita serupa. Pada suatu hari kau akan pergi meninggalkan aku." "Tidak Ina, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku berjanji!" "Huh, janji manusia. Orang sekarang sudah terlalu mudah berjanji. Sama sumpah pun orang sudah tidak takut." "Tidak Ina, aku sayang padamu." "Bohong. Yang benar, kau saat ini sedang sangat takut padaku. Dan kau minta dikasihani. Bukankah begitu?" "Aku tidak mengerti mengapa kau jadi begini, Ina." "Cobalah mengerti. Aku wanita harimau. Cindaku. Aku kadangkadang haus darah. Dan kalau keinginan darah sudah datang, aku mengisapnya dari bayi. Kehausan itu membuat kemanusiaanku yang hanya setengah dikalahkan oleh kehewanan yang sama kuatnya. Seperti sekarang ini. Keinginan membunuh menguasai diriku. Dan aku tidak akan berusaha menumpas keinginan ini. Yang akan kubunuh kau Sabaruddin. Aku punya alasan untuk itu." "Jangan Ina, jangan. Tidak pantas aku jadi sasaran!" "Mengapa pula tidak, baulah sasaran yang paling tepat." "Ina, sadarlah. Bukankah kita sudah terikat satu sama lain. Kita sudah pernah," Sabaruddin tidak meneruskan. Sabrina memotongnya bicara: "Kita sudah pernah bersetubuh, ya aku tahu. Jadi kau sudah pernah merasakannya. Si Sabrina yang cindaku!" "Ampuni aku Ina," Sabaruddin tidak ingin mati. "Jangan jadi pengecut. Bersiaplah untuk mati. Semua orang pada http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ suatu hari akan mati. Cuma caranya yang berlainan. Aku haus Sabaruddin," dan bersamaan dengan itu Sabrina menanamkan kukunya ke dalam leher laki-laki dari Ujungpandang itu. Sedikit saja. Hanya supaya darahnya keluar. Sabaruddin kini meronta-ronta, la rasa darah segarnya keluar. Sabrina melepaskan cekikan. Kini mulutnya pindah ke luka yang mengeluarkan darah itu. la mengisapnya, la melepaskan dahaga. Laki-laki itu masih terus meronta dan nampaknya cindaku itu senang dengan perjuangan mangsanya untuk melepaskan diri. la kian kuat menyedot, semakin banyak darah Sabaruddin hilang. Pelan-pelan ia jadi lemas, terkulai. Perubahan Sabrina menjadi manusia kembali berlangsung ketika mulutnya masih mengisap darah mangsanya. Pikiran warasnya pun bekerja semula, la seperti tak percaya pada apa yang telah dilakukannya. Sabaruddin tanpa nyawa dan mulutnya ber lepotan darah. Padahal ia sendiri tadi yang merencanakan pembunuhan ini, sewaktu kehewanan menguasai dirinya. Dipandanginya mayat Sabaruddin yang masih hangat ketika memegang tangan laki-laki itu. Untuk pertama kali ia jadi pembunuh orang dewasa. Matanya memandang liar ke sekitarnya. Apakah ini awal dari kebuasan yang akan mewarnai hidupnya di masa-masa yang akan datang" Apa yang terbaik dilakukannya sekarang" Melarikan diri tentu. Polisi nanti akan datang memeriksa mayat Sabaruddin dan akan mengetahui bahwa ia dibunuh makhluk yang sedang berkeliaran. Apakah dirinya yang akan dituduh" Tipis sekali kemungkinan. Yang diketahui Polisi adalah manusia harimau yang telah mengganas di berbagai tempat. Antara lain juga di kantor Polisi. Dirinya pernah mengharimau di dalam mobil. Ada beberapa orang melihat dan melaporkan kepada Polisi. Tetapi ketika Polisi datang untuk mempersaksikan sendiri, ia telah menjadi manusia kembali. Polisi tentu tidak percaya, kalau dia yang begitu cantik, sebenarnya mempunyai kehidupan rangkap. Sebagai manusia dan sebagai wanita harimau. Yang akan dituduh tentu Erwin sang dukun atau ayahnya, Dja Lubuk. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sabrina berpikir, akan melarikan diri atau tetap saja tinggal di situ" Kalau dia menjadi harimau ket*ka Polisi datang memeriksa, bagaimana" Yang begitu bukan mustahil. Dia berpikir sebentar, mencari akal. Dibuatnya sepucuk surat untuk Sabaruddin. Diletakkan di depan kaca riasnya. Guna menghilangkan jejak untuk menyesatkan analisa Polisi. la mengemasi beberapa potong pakaian, tidak lupa membawa perhiasannya yang lumay n banyak. Akan besar faedahnya di perjalanan, la menelepon kendaraan. Tujuan" Nanti saja dipik. n. Yang perlu meninggalkan rumah itu. TIGA jam kemudian, ketika pembantu baru Sabaruddin masuk kamar Sabrina, jerit ketakutan memenuhi rumah itu. Untunglah ia tidak mati tegang seperti yang dialami pembantu yang digantikannya beberapa waktu yang lalu. Ijah waktu itu mati lemas ketika melihat makhluk aneh yang amat menakutkan. Harimau dengan kepala manusia. Satu jantan satu betina. Polisi segera datang memeriksa. Juga dokter. Peristiwa ini mengingatkan mereka pada bencana yang menimpa Letkol Pol Hermanto. Maka dipinta lah Kapten Pol Sahata Siregar datang. Juga Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lettu Pol Masduki. Letnan ini terkejut dan berkata: "Inilah laki-laki yang datang menjemput wanita yang menurut tiga saksi terbaring dengan tubuh harimau di dalam mobilnya." la menghubungkan kematian Sabaruddin dengan cerita Bu Beng Kiam, istrinya dan supir taksi. Orang ini tempo hari mengatakan, bahwa wanita itu calon istrinya. Wanita itu ternyata tidak ada di rumah. Siregar melihat surat di meja rias. Untuk Sabaruddin. Dibukanya. Dari Sabrina. Tentunya gadis yang akan jadi istrinya itu. Surat itu tidak panjang. Mengatakan, bahwa ia tidak yakin mereka akan dapat hidup tenteram, karena terlalu banyak pertentangan dan kelainan keinginan di antara mereka. Oleh karenanya ia pergi. Membawa untung menurutkan kata hati. Dia http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ doakan kebahagiaan untuk Sabaruddin. "APAKAH ini perbuatan makhluk tak kelihatan yang membunuh Sabaruddin dan melukai Tirto dan Dody?" tanya Letda Pol Wagimin yang juga diminta datang ke tempat terjadinya pembunuhan misterius itu. Kapten Siregar ingat pada Erwin yang pernah mengatakan mau membantu di mana mungkin. Mungkin dukun muda itu tahu, siapa yang melakukan pembunuhan ini. MARNI, pembantu baru di rumah itu menggantikan Ijah yang tewas terkejut beberapa waktu yang silam, dimintai keterangan, la yang mula pertama mengetahui kematian majikannya. Besar kemungkinan ia dapat membantu banyak dalam memudahkan usaha Polisi menemukan pembunuhnya. Tetapi, sesuai dengan yang sebenarnya. Mami tidak dapat memberi banyak keterangan. "Selama kau bekerja di sini tidakkah pernah kau melihat kelainan pada diri mereka?" tanya Kapten Siregar. "Kelainan apa. Pak" Mereka saling mencintai dan saya pernah melihat tuan dan nyonya bermesraan, ketika saya masuk kamar untuk mengantarkan minuman sore. Mereka sama sekali tidak menghiraukan saya. Terus saja berpeluk dan berciuman," kata Marni berterus terang, la tergolong orang yang masih sangat takut kepada manusia yang dinamakan Polisi. Takut ditangkap dan dimasukkan bui! Jadi pada Polisi harus ngomong yang sebenarnya. "Bukan itu. Maksud saya yang aneh-aneh/' kata Siregar. "Aneh-aneh bagaimana. Saya lihat mereka biasa-biasa saja. Yang laki-laki ganteng dan yang wanita cakep sekalr!" "Apakah kau pernah mendengar mereka bertengkar?" "Tidak pernah. Sepanjang tau saya, mereka saling menyayangi." "Kau perhatikan tamu-tamu yang datang kemari?" "Perhatikan sih tidak. Tapi memang pernah lihat tamu-tamu tuan Sabaruddin." http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ada yang kelihatan mengerikan atau mencurigakan?" "Saya rasa tidak ada. Semua tamu tuan adalah orang-orang baik." "Kelihatannya semua orang kaya?" "Tentang kayanya saya tidak tau. Tapi kalau dilihat dari pakaian mereka saya taksir mereka semuanya orang kaya," lalu ia diam sebentar untuk kemudian meneruskan: "Kecuali seorang!" "Menakutkan" Matanya liar?" tanya Siregar. "Ah tidak. Orangnya malah pendiam dan kelihatannya ramah dan baik sekali. Cuma pakaiannya menunjukkan bahwa dia bukan orang mampu seperti kenalan tuan dan nyonya yang lainnya!" "Namanya, kau tahu?" ' Tidak Pak!" . "Wanita yang di sini, yang kau bilang cakep, apakah dia juga biasa-biasa saja?" tanya Siregar. Dia masih mengharapkan suatu keterangan yang bisa menyingkatkan jalan ke pengungkapan pembunuhan ini atau setidak-tidaknya memudahkan penyelidikan. "O, iya, nyonya baik sekali. Saya selalu diper-senin. Kalau pulang dari jalanjalan saya kadang-kadang dibawakan kue. Enak kerja di sini!" kata Marni sejujurnya. Pembantu ini tidak pernah sangsi bahwa kedua orang itu, Sabrina dan Sabaruddin adalah sepasang suami istri yang bahagia. Dia tidak pernah mengetahui bahwa di sana pernah ada orang mati, yaitu pembantu yang digantikannya. Bukan hanya Marni. Selain Sabrina, Sabaruddin dan Erwin tidak ada yang tahu bahwa Ijah mati di sana. Mayatnya dibawa pergi oleh Sutan Rimbogadang, yang ayah Sabrina. "Kau sama sekali tidak mendengar ribut-ribut atau jerit seseorang minta tolong dari kamar ini?" "Tidak. Kalau ada tentu saya buru-buru kemari dan barangkali masih bisa mengetahui siapa yang membunuh Tuan saya!" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kau yakin betul Mas, bahwa inilah orang yang menjemput mobil dengan wanita aneh di dalamnya itu?" tanya Siregar kepada Masduki. "Saya tidak mungkin keliru. Inilah orangnya. Dia malah mengatakan, bahwa wanita itu calon istrinya," jawab Masduki pasti. Tanpa diduga oleh siapa pun pada saat genting dan penuh tanda tanya itulah Erwin datang, la terkejut melihat sahabatnya telah mati. Inilah yang menyebabkan ia tadi merasa seperti didorong untuk kemari" Dia tidak mendengar apa-apa, tetapi dalam dirinya seperti ada suatu perintah untuk segera ke rumah Sabaruddin. "Bapak kenal sama orang ini?" tanya Kapten Siregar, melihat Erwin berair mata dan memegang dahi korban. Erwin mengatakan bahwa korban adalah sahabat akrabnya. Meskipun ia seorang yang tabah, ia tak dapat menahan isak yang tersendat-sendat. Siregar tidak sangsi bahwa dukun muda itu berkata benar dan tidaklah mungkin dia terlibat di dalam pembunuhan ini. Ketika ia melihat darah di leher Sabaruddin tadi dan memeriksa lukanya ia lantas tau, bahwa yang membunuhnya tak lain dari pada Sabrina, wanita yang pernah direbut sahabatnya itu dari tangannya. "Sayang, mayat tak dapat bicara," kata Erwin setelah ia agak reda dari shock yang menerpa dirinya. Siregar ragu-ragu menafsirkan ucapan Erwin. Apakah ia tidak tahu siapa yang melakukan pembunuhan ini ataukah ia hendak mengatakan bahwa ia tahu tetapi sayang mayat itu tidak dapat memperkuat apa yang diketahuinya. "Pak dukun mau menolong kami?" tanya Siregar. "Saya sudah pernah menjanjikannya. Dalam hal yang mungkin!" jawab Erwin. "Dalam hal yang kita hadapi, maksud saya," kata Kapten Siregar. "Ini cara membunuh yang aneh sekali," kata dokter pemeriksa http://ceritasilat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mayat. "Menurut pendapat saya buat sementara, korban bukan mati karena cekikan, tetapi karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Dan keluarnya bukan karena luka-luka di leher tetapi karena dihisap. Di sekitar salah satu luka ada bekas gigi, tidak dalam, la bukan digigit tetapi dari luka itu si pembunuh telah mengisap banyak darah." Dokter Asikin sudah terkenal keahliannya dalam memeriksa mayat serta mencari sebab-sebab kematian korban, la merupakan seorang dokter Polisi yang banyak jasa. "Dihisap. Pembunuh mengisap darah korban ini?" tanya Siregar. Bulu romanya berdiri, begitu juga Lettu Pol Masduki dan Letda Pol Wagimin. Hanya Erwin yang tidak. Dia sejak tadi sudah melihat bekas gigi di sekitar salah sebuah luka dan telah mengetahui bahwa Sabrina mengisap darah orang yang pernah sangat dicintainya dan barangkali pun masih amat dicintainya pada saat itu membunuhnya. Tentang ini Erwin tidak tahu dengan pasti. Dokter Asikin menerangkan lagi, bahwa korban baru sekitar tiga jam yang lalu menghembuskan napasnya yang terakhir. Ketika sedang dihisap, ia masih dapat meronta-ronta sebentar, kelihatan dari bekas gigi dan darah yang tersembur ke beberapa tempat di sekitar mayat. "Kalau begitu pembunuhnya belum jauh," kata Erwin. "Bisa masih di Jakarta, bisa sedang di angkasa, bisa juga sudah di Surabaya," kata Kapten Siregar. Erwin sulit mengambil keputusan. la tahu siapa yang membunuh, siapa yang harus dicari Polisi dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Cara yang wajar, ialah menyampaikan apa yang diketahuinya kepada Polisi. Itu sebenarnya suatu kemestian. Dari segi hukum dan moral. Tidak menyampaikannya berarti menyembunyikan penjahat dan itu sudah salah menurut hukum, la harus membantu Polisi dalam melaksanakan tugas. Tetapi suatu kenyataan mengganjel dalam benaknya. Membantu Polisi menangkap seorang penjahat bisa juga berarti menyebabkan http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seseorang yang harus diadili untuk dihukum kalau terbukti bersalah, mati atau tiga perempat mati sebelum sampai ke pengadilan. Lagi pula, dia tahu betul cukup banyak polisi yang suka memeras orang yang sebenarnya harus dibantu. Orang kehilangan malah dimintai uang kalau ingin barangnya kembali. Untuk ongkos-ongkos operasi, katanya. Itu pun masih nasib-nasiban. Aneh memang, kalau Polisi tidak punya biaya untuk operasi tetapi ada uang yang bisa dikorup oleh oknum Polisi juga sampai bermilyar. Pikiran ini memenuhi benak Erwin. Padahal di hadapannya terbaring sahabatnya yang sudah tidak bernyawa. Akhirnya ia mengambil ke-putusan untuk tidak membantu, walaupun ia pernah berjanji untuk membantu kalau bisa. "Dokter," kata Kapten Siregar, "kuku apakah yang melukai leher korban?" "Tadi sudah saya katakan, kuku binatang. Beruang atau macan. Tetapi sukar masuk akal. Jadi hanya dugaan saya saja." sebenarnya dokter ini yakin bahwa kuku itu kepunyaan harimau, tetapi ia terlalu hati-hati. Tidak mau jadi bahan tertawaan rekan-rekan atau Polisi. Kapten Siregar mohon kepada dokter Asikirt dan kedua rekannya yang lebih rendah pangkat untuk pergi ke ruangan lain bersama Erwin. Mereka yang tinggal tidak ragu-ragu bahwa yang dibicarakan berdua itu tentunya soal pembunuhan ini. Tak mungkin masalah lain. Jika begitu, orang ini tentu penting dalam perkara ini. Mengetahui sedikit dan mungkin banyak, atau dianggap bisa memberi nase-hat. Kalau mungkin tentu ia akan membantu karena yang jadi korban sahabat akrabnya. "Pak Erwin, bantulah kami. Siapa atau apa pun yang melakukan pembunuhan ini tentunya sangat berbahaya, la akan mengulangi dan mengulangi lagi pembunuhan karena ia peminum darah," kata Kapten Siregar. "Ya, begitulah juga pendapatku," kata Erwin. "Apakah mungkin benar apa yang dikatakan Masduki?" "Apa katanya?" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bahwa korban ini mempunyai calon istri yang bisa jadi harimau?" "Dia melihat?" "Tidak. Menurut cerita tiga orang saksi mata!" "Masuk akalkah itu" Mana mungkin korban yang sekaya dan segagah ini mau beristrikan wanita yang bisa mengharimau. Dia tentu tahu, bahwa itu amat berbahaya. Jangankan kawin, berdekatan saja orang sudah takut. Apakah Kapten kira kir ~iau pacaran dengan orang cantik yang kadang-kadang berubah jadi harimau dengan sifat dan selera harimau" Maaf, saya hanya bertanya untuk memperoleh perbandingan!" "Ya, kalau saya tentu tidak!" kata Kapten Siregar terus terang. "Ya, apalah bedanya dengan sahabatku ini." Siregar memperlihatkan surat yang ditinggalkan Sabrina di atas meja rias dan sudah berpindah ke sakunya. Setelah membacanya, Erwin mengetahui bahwa Sabrina benar-benar licik, la pintar menghilangkan jejak. "Saya kira isi surat ini mungkin benar. Tidak ada kecocokan, si wanita pergi. Lebih baik baginya dan juga bagi Sabaruddin," kata Erwin. "Apakah ini bukan suatu cara untuk menyesatkan penyelidikian Polisi?" "Oh, itu bisa saja. Kalau Kapten percaya bahwa wanita itu bisa jadi harimau. Tetapi kita terbentur pada teori tadi. Kapten tidak mau pacaran dengan wanita yang bisa mengharimau walaupun ia cantik luar biasa. Begitu juga tentu sahabatku!" jawab Erwin membela atau sedikitnya menyembunyikan kemungkinan Sabrina terlibat di dalam kejahatan ini. "Jadi maksud Pak Erwin, pembunuhan ini dilakukan oleh manusia harimau lain?" pancing Kapten Siregar. "Saya memandang pembunuhan ini menggunakan cara yang aneh sekali! Tentang orang mengisap darah manusia bukan baru http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekali ini terjadi. Orang yang sangat dendam pada seorang musuh bisa mengisap darah musuhnya itu kalau sampai ditewaskan nya. Dan yang mengisap itu sebenarnya sudah bukan manusia yang sadar, tetapi manusia yang dimasuki iblis. Manusia biasa tidak akan mau mengisap darah. Ada lagi pengisapan darah dengan cara lain. Misalnya cindaku atau palasik. Mereka biasanya hanya menghendaki darah bayi. Mengisap darah mangsanya cukup dengan memandangi saja. Darah bayi itu akan kering dan insan-insan kecil tak berdosa itu menemui ajalnya kalau tidak segera ketolongan oleh dukun yang luar biasa, kata Erwin menjelaskan pendapatnya. Kapten Siregar punya keyakinan bahwa Erwin mengetahui lebih banyak dari pada apa yang diterangkannya. Tetapi ia tidak dapat memaksanya untuk menceritakan. Kalau penjahat bisa mengaku melalui siksaan. Polisi pasti akan binasa kalau mempergunakan cara itu terhadap Erwin, walaupun ia sedang manusia biasa. Ayahnya dan kakeknya yang juga manusia harimau akan datang membalas dendam. Atau menyelamatkan Erwin pada waktu ia dipukuli. Si tukang pukul atau injak tidak akan berkacak pinggang melainkan akan mati konyol dengan muka robek atau leher berlubang. Kalau nasib lebih buruk, isi perut pun akan berhamburan. Seperti yang dialami petugas Polisi kejam ketika pulang dengan bermotor di Jalan Letjan S. Parman kira-kira setahun yang lalu. Kedua orang itu kembali ke ruang tempat mayat Sabaruddin. Siregar memandang ke sekitarnya. Mencari photo Sabrina. Tidak ada. Biasanya seorang wanita cantik senang memajang photonya di kamar tidur atau bahkan sampai di ruang tamu. Suatu kesenangan biasa. Barangkali tanpa tujuan, tetapi barangkali juga untuk dapat dinikmati oleh para pendatang. Lebih-lebih kalau dia sedang tidak ada ataupun ketika tidak turut hadir bersama tamu-tamunya. MARNI menerangkan, bahwa tadinya ada beberapa photo nyonyanya dipajang di kamar itu, juga di ruangan-ruangan lain. Ketika dicari semua sudah tidak ada. Jadi Sabrina pergi dengan mengemasi segala sesuatu yang dirasanya patut dibawa atau sekurang-kurangnya tidak perlu ada di rumah itu. Mungkin dia http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudah lama sekali pada korban. Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah pemeriksaan dirasa selesai, mayat dibawa ke rumah sakit untuk dibuatkan keterangan penyebab kematiannya. Erwin lebih dulu mohon diri. la bermaksud mencari sendiri perempuan cantik yang pada waktu tertentu bisa seganas harimau lapar, la akan membunuhnya untuk menyelamatkan masyarakat dari kekejamannya. Tangannya sendiri yang akan mencabut nyawa Sabrina yang pernah amat dicintainya. SEBELUM memulai pelacakan terhadap Sabrina, Erwin memerlukan pergi ke rumah Amalia yang tidak diketahuinya telah dihasut oleh Sabrina untuk menjauhkan diri dari Erwin karena ia manusia harimau yang pada suatu saat akan membunuh siapa pun untuk mengisap darahnya, termasuk orang yang paling dicintainya. Ibu gadis yang tergila-gila itu langsung percaya pada cerita Sabrina, menyebabkan ia jadi takut pada Erwin yang sewaktu-waktu bisa jadi pembunuh dirinya dan anaknya. Lain halnya dengan Amalia. la tidak mudah percaya, la anggap cerita itu sebagai suatu fitnah Sabrina, yang diduganya pasti juga ingin memiliki Erwin. Adanya dia di gubug Erwin pada hari itu tentu dipandang Sabrina sebagai saingan yang berat. Apalagi di sana ada koper Amalia. Cara menyingkirkan saingan ada macam-macam, satu di antaranya dengan jalan memfitnah. Ibu dan anak kebetulan ada di rumah. Kedatangan Erwin disambut dengan dua macam perasaan. Juariah dengan darah tersirap lalu digerayangi rasa takut. Amalia merasa senang, Erwin tidak melupakannya. "Kukira kau tak kan mau lagi ke mari Er," katanya. "Tak ada sebab untuk itu," jawab Erwin. Si ibu hanya memandang dan mendengarkan tanpa turut bicara, la merasa kekakuannya tetapi ia juga tidak dapat berbuat lain untuk menutupi kegugupan. "Nyonya baik-baik saja?" tanya Erwin mengajak Juariah bicara. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Ya, baik, terima kasih," jawabnya terbata-bata. "Kelihatannya Nyonya gugup, kenapa?" tanya Erwin. "Ah tidak, saya biasa-biasa saja," jawab Juariah. Tetapi Amalia berkata: "Memang ibu gugup, karena ada yang menceritakan, bahwa kau manusia harimau. Senyampang menjadi harimau, lalu ingin mengisap darah manusia." la tertawa menunjukkan tidak percaya dan bahwa cerita itu benar-benar suatu lelucon. Tapi Erwin tidak tertawa, la memandang serius. "Kau tidak merasa lucu Er?" tanya Amalia. "Tidak! Apanya yang lucu. Aku memang manusia harimau! Kau tidak takut Amalia?" Tawa Amalia semakin kuat. Pengakuan Erwin dianggapnya sebagai suatu pelengkap untuk membuat lelucon itu menjadi lebih menggelikan. "Siapa yang membuka rahasiaku itu Lia?" tanya Erwin. "Orang yang mencintaimu dan cemburu melihat aku hari itu ada di rumahmu." Sabrina, maksudmu?" "Ya, pacarmu itulah. Siapa lagi. Mengapa kau mengambil seorang tukang fitnah sebagai kekasih?" "Dia bukan kekasihku. Kukatakan hari itu, ia akan nikah dengan sahabat akrabku. Tetapi apa yang dikatakannya itu memang benar. Aku bukan berkelakar!" "Kau benar-benar pemain watak Er. Kapan mereka akan menikah?" "Tidak akan mungkin lagi!" kata Erwin. "Mengapa" Karena dia meninggalkan kekasih^ nya dan memilih kau sebagai gantinya?" kata Amalia mengejek sambil menebak. "Tidak L ia. Kau salah terka. Kawanku itu telah tiada!" "Maksudmu?" http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "la telah meninggal tadi. Aku sedih sekali Lia!" "Meninggal mendadak" Jantung?" tanya Amalia turut merasakan kehilangan Erwin. "Bukan Lia. Sahabatku itu dibunuh di kamar Sabrina." "Yang membunuhnya?" "Sedang diselidiki." "Apa keterangan Sabrina?" "Dia tidak ada. Hanya meninggalkan sepucuk surat, mengatakan ia mau membawa untungnya sendiri karena merasa banyak ketidak serasian antaranya dengan sahabatku itu." Mendengar ini hati wanita Amalia berdetak. Tidak sesuai dengan Sabaruddin dan ia menghendaki Erwin. Sudah jelas, begitu menurut jalan pikiran Amalia. "Sahabatmu itu, ditembak atau ditikam oleh si pembunuh?" "Dia dicekik, kemudian darahnya dihisap! Kehabisan darah itu yang menyebabkan kematiannya." Ibu Amalia yang masih hadir di sana, lemas. Apakah si Erwin ini yang membunuh" Bukankah dia manusia harimau yang menyukai darah segar manusia" la mau menghilangkan jejak, belagak sedih dan tak tahu siapa yang membunuh. Huuu, yang begini akan jadi menantu lalu serumah dengan dia" Untuk pada suatu hari ia sendiri juga mengalami nasib sial seperti Sabaruddin" Amalia sendiri pun mulai cenderung berpikir seperti ibunya. Bukankah Sabrina menceritakan, bahwa Erwin kadang-kadang haus darah dan pada saat yang demikian ia tidak pilih darah siapa. Orang yang dicintai pun akan diterkamnya. Tentu juga termasuk sahabat. Bagaimanapun karibnya. Amalia tidak lagi menanggapi cerita Erwin. Hanya rasa takutnya yang masih dapat disembunyikannya. Apakah Erwin datang untuk mengisap darahnya dan ibunya" Dia berdoa, janganlah sampai terjadi! Dan diam-diam dia berharap agar Erwin segera pergi. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hati-hati Lia, pembunuh Sabaruddin bukan tidak mungkin akan datang kemari untuk menambah jumlah korbannya," kata Erwin. Membuat Amalia dan ibunya semakin keras menduga, bahwa Erwin inilah yang membunuh dan bermaksud untuk mengambil korban baru. Pura-pura saja ia memperingatkan guna menenangkan Amalia dan ibunya pula. "Kau kira siapa kira-kira yang membunuh sahabatmu itu?" tanya Amalia menyindir. "Bukankah kau sendiri, menurut pengakuanmu, juga manusia harimau. Kalau bukan kau, tentu seharusnya kau tahu siapa yang melakukannya." Erwin merasa dituduh. Dan dia rasakan perubahan pada diri Amalia yang semula tadi begitu manis dan tidak percaya sama sekali bahwa dirinya manusia harimau. Apakah dia telah melakukan suatu kebodohan dengan mengaku sendiri, bahwa apa yang dikatakan Sabrina itu benar semua" "Kalau kau mengira aku yang membunuh, tentu kau menyangka bahwa peringatan yang kuberikan tadi suatu muslihat belaka. Bahkan suatu cara untuk menipu dirimu dan mamamu " Mama Amalia dan dia sendiri mendadak jadi menyesal mengapa tidak bisa menahan diri. Kini bukan tidak boleh jadi Erwin jadi marah sekali dan akan menerkam mereka sebagai pembalas sakit hatinya, la memandang Amalia membuat gadis itu menunduk karena hatinya goncang, penuh dengan teka-teki yang menakutkan. Kemudian Erwin berpaling. "Manusia harimau tidak berhak lamalama di sini. Hanya menyebabkan rasa takut. Aku mohon diri." Sedih dan sakit hati Erwin bukan main. la tidak menyangka, bahwa Amalia dan ibunya akan menimpakan tuduhan sekeji itu terhadap dirinya. Memang buruk sekali nasibnya. Mau menyelamatkan orang pun bisa disangka malah mau membunuh. Kini amarahnya terhadap Sabrina jadi semakin meluap, la yang menyebabkan jatuhnya tuduhan terhadap dirinya. Kini Erwin mempunyai sebab yang lebih besar untuk membinasakan Sabrina. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ GADIS itu bukan telah berada di Surabaya atau di luar kota seperti yang diperkirakan Kapten Siregar, tetap masih enak-enak istirahat di rumah sahabat akrabnya Marini. Malamnya dia masih nonton di Jakarta Theater dengan sahabatnya itu, pacar Marini dan seorang anak muda lain. Berempat. Pulang nonton mereka masih ke sebuah rumah makan mahal. Semua mereka girang sekali Azwar yang kawan pacar Marini banyak kali mengerling Sabrina, yang bukan saja termasuk kelas "boleh/' tetapi sungguh-sungguh cantik. Tetapi Sabrina tidak menunjukkan perhatian besar padanya. Sampai keesokan harinya tidak terjadi apa-apa. Malam kedua Sabrina dan Marini masih meneruskan cari hiburan. Malam itu ke sebuah nite elu b terkenal. Pada pagi ketiga, mendadak Sabrina dimasuki keinginan untuk membunuh Amalia guna menyingkirkan saingannya, lyiulanya ia sudah berniat untuk tidak mengganggunya tetapi kini keinginan menang dan meniadakan saingan mendadak bangkit kembali dalam hatinya. Tanpa banyak pikir ia pergi ke rumah Amalia yang sudah diketahuinya, la berdandan rapi sekali. Sayang, Amalia tidak ada. Hanya ibunya. Nyonya Juariah. Perempuan ini sama sekali tidak menyangka, bahwa ia sedang berhadapan dengan pembunuh Sabaruddin yang diceritakan Erwin tiga hari yang lalu. "Ke mana Amalia Bu, saya ingin mengajaknya ialan-jalan," kata Sabrina. "Nanti sore baru pulang. Ke tempat keluarga yang mengkhitankan anak hari ini. Ina mau menyusul ke sana" Boleh ibu beri alamatnya!" jawab ibu Amalia. "Tak usah bu." Nyonya Juariah lalu menceritakan tentang kedatangan Erwin yang mengatakan bahwa sahabat akrabnya Sabaruddin telah meninggal. Tersirap darah Sabrina. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dia tidak dapat menerka siapa pembunuhnya?" tanya Sabrina. "Tidak, dia hanya memperingatkan kami bahwa pembunuh Sabaruddin mungkin ke mari!" "Ke rumah ibu ini?" "Ya, betapa gilanya!" ujar ibu Amalia. "Siapa tahu, mungkin Erwin berkata benar!" "Mana mungkin. Barangkali dia mau membunuh kami. Dia lebih dulu mau mengalihkan pikiran. Bukankah dia manusia harimau?" "Ya, dia manusia harimau," kata Sabrina dan ia tertawa-tawa kecil sambil memandang nyonya rumah. "Tetapi anak ibu kan cinta padanya!" "Tadinya. Ketika dia masih di bawah pengaruh ilmu hitam Erwin. Sekarang sudah tidak lagi!" "Mungkinkah dia sendiri yang membunuh sahabatnya itu?" tanya ibu Amalia. "Entahlah, siapa tahu, tetapi firasat saya kuat mengatakan, bahwa tidak dalam semua hal ia harus terlibat!" kata Sabrina. "Maksud Ina?" "Barangkali ada manusia harimau lain!" "Ah, mana bisa. Setan yang begitu kan jarang ada di dunia ini!" "Apakah manusia harimau itu setan Bu" Katanya setan tidak kelihatan!" "Buat ibu, yang begituan sih namanya setan juga." "Tapi saya yakin dalam soal Sabaruddin, Erwin tidak tersangkut. Dia tidak selalu jahat. Ada kalanya baik sekali. Kalau tidak salah, Amalia disembuhkan dari penyakit gilanya oleh si manusia harimau itu. Bukankah begitu?" tanya Sabrina. Menyebabkan nyonya Juariah tertunduk. Malu juga dia. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sabrina, ibu rasa Ina benar. Tidak mesti dalam tiap kejahatan Erwin terlibat. Ibu rasa tuduhan ibu ini hanya oleh pengaruh cerita tentang dirinya. Apalagi dia manusia harimau, kata Ina. Kalau tidak diceritakan begitu tentu ibu juga tidak tahu dan tidak akan curiga apa-apa padanya." "Ya memang saya salah juga. Tetapi apa yang saya katakan itu semua benar. Yaitu bahwa Erwin itu manusia harimau!" kata Sabrina. Mendadak terdengar suara auman, singkat. Membuat nyonya Juariah dan Sabrina terkejut. "Itu ayahnya. Dulu hampir jadi mertua saya!' kata Sabrina. Kelihatan jelas nyonya rumah jadi kaget dan memandang penuh tanda tanya dan tak percaya pada tamunya. "Saya yang salah. Saya terpengaruh oleh sahabatnya si Sabaruddin. Padahal laki-laki ini tidak cocok untuk saya!" "Bukankah dia orang baik?" "Saya tidak mengatakan dia orang jahat. Cuma tidak cocok untuk saya. Saya ini sebenarnya lebih cocok dengan Erwin. Itulah makanya saya sakit hati ketika Amalia jatuh cinta setengah mati padanya. Saya percaya, dia tidak berbuat apa-apa terhadap Amalia. Anak nyonya sendiri yang memang benar-benar jatuh cinta. Itulah makanya saya buka rahasia Erwin. Supaya Amalia menjauhinya." Nyonya Juariah memandangi Sabrina. Kini ia takut pada Sabrina. "Kalau begitu Ina sudah berhasil," kata ibu Amalia ingin menyudahi percakapan. Agar Sabrina segera pergi."Kini ibu Amalia benci dan takut sekali padanya." "Belum tentu. Cinta selalu datang berulang. Hari ini ia padam, besok menyala lagi! Ibu kan tahu!" kata Sabrina. "Sayang dia tidak ada di rumah! Aku mau kemenangan yang pasti!" Permintaannya terkabul. Pelan-pelan ia berubah rupa. Semua di hadapan nyonya Juariah yang sudah amat ketakutan itu. "Tak ada Amalia, ibunya pun jadilah. Tenanglah ibu, tenang. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jangan berteriak. Aku tak izinkan ibu berteriak. Lalu ia melangkah. Masih sempat terlintas di otak Juariah, bahwa Sabrinalah yang manusia harimau, bukan Erwin. Kemudian ia tidak ingat apa-apa lagi. Si cantik yang mengharimau memandangi korbannya. la memikirkan cara menamatkan korbannya. Tetapi darah, dia ingin darah, la dapat melampiaskan dahaganya. Tetapi bagaimana kalau tiba-tiba ada orang datang" -ooo0dw0ooo- 3 SI CINDAKU itu rupanya sudah berselera sekali. Air liurnya menitik menimpa muka ibu Amalia, tetapi ia sudah tidak merasakannya. Otak manusianya berpikir waras. Bahkan lebih dari itu. Cerdik dan lihay. la tidak boleh meninggalkan jejak. Kematian perempuan ini akan membuka rahasianya kalau ia salah cara. Paling sedikit akan membuat dia lebih mudah disangka. Jadi, kematian korban baru itu tidak bofeh seperti kematian Sabaruddin. la tidak akan mencekik. Kukunya tidak boleh melukai leher Juariah. Itu akan menimbulkan tanda-tanda yang sama. polisi lantas dengan mudah mengambil kesimpulan, t bahwa yang membunuh orang yang sama. Polisi lantas dengan mudah mengambil kesimpulan, bahwa yang membunuh orang ini tentu pembunuh Sabaruddin juga. No, pikiran begitu harus dihindarkan, kata Sabrina di dalam hati. Tidak ada kesulitan. Juariah sudah tidak sadarkan diri. Diciumi Sabrina leher yang akan menyemburkan darah itu. Hmmmmh, sedapnya. Tiada minuman mengatasi kenikmatan darah segar. Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Punya perempuan lagi. Sabrina meletakkan kepala itu menyamping, tangan kiri memegang kepala, yang kanan memegang bahu. Muka cantik itu menyeringai. Kalau anda lihat, anda akan ngerti juga, walau betapa pun cantik wajah itu. Kemudian diletakkan gigi-giginya, direnggangkan, lalu dikatupkan, merupakan sebuah gigitan yang tak http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ akan lepas walaupun petir menyambar mengejutkan semua makhluk dan insan. Darah menyembur bersamaan dengan sentakan tubuh Juariah, sehingga gigitan bertambah kuat dan sentakan badan beberapa kali lagi. Ooh, memang teramat lezat. Darah itu tidak seluruhnya langsung tertelan oleh Sabrina. Ada juga yang melelehleleh dari mulutnya. Sesudah kenyang, dilepaskannya. la seka mulutnya. Sampai bersih, la sudah tahu betul bagaimana cara-cara yang harus dilakukan selanjutnya. Pembunuhan ini memang direncanakan, walaupun yang menjadi tujuan utama tadi adalah Amalia. Dari tasnya Sabrina mengeluarkan satu mosqui to spray, penyemprot nyamuk, la semprotkan isinya sampai habis di kamar itu. Untuk menghilangkan jejak. Bau parfum yang dipakainya. Sabrina keluar, tenang, setenang ia masuk tadi. Memang dia sedang bernasib baik. Yang tinggal di rumah, hanya Juariah dan seorang pembantu laki-laki yang mengurusi kebun dan halaman, la tidak melihat Sabrina masuk. Saat itu ia sedang di belakang, la pun tidak melihat tamu itu keluar. Pembantu yang seorang lagi, seorang wanita tukang masak merangkap cuci pakaian mengikut Amalia untuk membantu di rumah famili yang mengadakan hajatan. Ketika Amalia petang hari pulang, barulah ia mengetahui dengan amat terkejut sehingga jatuh pingsan, bahwa ibunya telah tiada. Polisi segera diberitahu, begitu pula dokter. Dari pemeriksaan segera diketahui, bahwa Juariah dibunuh dengan dilukai lehernya. Kemudian jelas bahwa ia digigit dan darahnya dihisap. Seperti pembunuhan atas diri Sabaruddin. Hampir sama. Hanya pada Juariah tidak meninggalkan bekas luka oleh kuku, tetapi bekas gigitan. Dan gigi itu, gigi-gigi manusia. Dra-cula" Tidak biasa terdengar di Jakarta. Kalau manusia harimau ada. Tetapi ini bukan. Ini manusia dibunuh oleh manusia yang suka minum atau mengisap darah. http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Karena Kapten Pol. Sahata Siregar sedang menangani .perkara mirip ini, maka ia pun diminta datang untuk memberikan pendapatnya. Perwira asal Sipirok itu segera mengetahui bahwa antara pembunuhan ini dengan kematian Sabaruddin aoa persarrJaan. Bahkan banyak persamaan. Lukanya sama-?ama di leher. Menurut dokter banyak darahnya yang disedot. Hanya sedikit sekali yang tumpah, dan kehabisan darah inilah penyebab utama kematian nya. Cuma pada leher Sabaruddin ada luka bekas kuku harimau, yang ini tidak. Apakah ini menunjukkan kelainan si pembunuh" Ataukah ini suatu muslihat dari pembunuh yang sama untuk menutupi jejaknya. Dalam hal yang demikian pembunuh ini mesti manusia. Setidak-tidaknya punya otak manusia. Hanya manusia yang mungkin mempunyai akal secerdik itu. Beruang atau harimau tidak mungkin akan berpikir seterpencil itu. Karena di dalam kota memang sedang berkeliaran manusia harimau, paling sedikit satu atau bahkan lebih, maka bolehlah dugaan dijatuhkan atas manusia yang harimau itu. "Hei, apa ini?" tany~ Kapten Pol Siregar mengambil sesuatu yang hampir tak kelihatan, la memperlihatkannya kepada dokter dan dua reserse yang ada di sana. Mereka saling pandang. "Bulu harimau," kata Siregar. "Tidak salah, ini pasti bulu harimau. Saya pernah memegang harimau yang baru ditembak oleh pemburu di kampung saya." "Mungkin bapak benar, tetapi apakah tidak boleh jadi si pembunuh sengaja membawanya dan meletakkannya di sini untuk menimbulkan kesan seolah-olah yang membunuh seekor harimau" Saya rasa dia tidak terlalu cerdik. Mana ada harimau berkeliaran!" Sebagai biasa pada saat itu ia suka memperdengarkan suaranya. Dan terdengarlah suara auman yang keras di dalam rumah itu. Semua orang terkejut dan takut tidak tanggung-tanggung. Betullah harimau yang membunuh. Dan dia masih ada di rumah itu. si reserse yang mengatakan, bahwa itu hanya akal busuk dan licik si manusia pembunuh, memegang tempat ritsluiting celananya. Celana http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu berwarna hijau menjadi hampir hitam karena basah. Dan basahnya bukan karena tersiram air dari bak. Lebih celaka lagi, si reserse yang bernama Bintang tidak bisa menahan getar badannya. Benar-benar dalam keadaan parah dia. Tetapi apalah heran, reserse juga manusia. Ini hari dia bisa menangkap atau menembak, besok dia ditembak atau terkencing-kencing dan gemetaran seperti si Bintang. Begitu juga dukun. Ini hari dia menjahili orang yang tak berdosa. Besok dia dihajar sampai mata terbelalak oleh dukun yang lebih kampiun dari dia. Bukan terbatas pada reserse dan dukun. Pada manusia mana saja pun sama. Tidak pandang profesi atau kedudukan. Walaupun duduknya setinggi pohon kelapa kalau ada kursi setinggi itu. Menteri" Ah, ini hari dia menteri Dia boleh bikin aturan sebaik atau sekonyol apa pun. Dan itu harus ditaati. Bukan karena dia bernama si Polan, tetapi karena dia sedang menteri. Besok, kalau dia sudah habis masa jabatan atau terjungkel, dia akan tahu bahwa dia toh sama dengan orang lain. Barangkali pada saat begitu dia sadar diri. Dia akan pandangi dirinya di cermin yang besar. Barangkali dia akan mengakui, bahwa rupanya banyak kebodohan ataupun jasa yang telah dilakukannya. Mempersatukan rakyat yang harus dipersatukan. Memberi ketenangan dan ketenteraman kepada rakyat yang memang amat memerlukannya. Ataukah dia selama ini justru merobek-robek persatuan dan menimbulkan keresahan serta kebingungan oleh ucapan-ucapan atau perbuatannya yang keliru sama sekali. "Pergilah ke belakang," kata Kapten Siregar kepada anak buahnya. "Tidak," kata Bintang sambil menggeleng. Nga-pain ke belakang. Mau mati konyol di dapur" Kalau mesti mati lebih baik ramai-ramai. Dia yakin, sang harimau masih ada. Dan sekarang dia ingat, nama harimau jangan dimainkan. Kalau sedang di hutan, ia tidak boleh disebut dengan harimau. Harus dengan nenek! Sebagaimana lazimnya, mayat Juariah pun dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Kapten Siregar merasakan adanya bahaya yang tak kelihatan. Mengancam di mana-mana dan bisa http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merenggut nyawa di mana ia suka. Setelah Amalia sadarkan diri dan perlahan lahan merasa normal ialah yang meminta untuk memberi keterangan sejelasjelasnya kepada Polisi, la bahkan mengatakan bahwa ia sudah tahu siapa pembunuhnya. Erwin orang yang dukun dan pernah mengobati dirinya beberapa waktu yang lalu. la menceritakan, bagaimana Sabrina membuka rahasia laki-laki harimau itu. "Setelah Sabaruddin yang katanya kawan karibnya mati, ia datang kemari," kata Amalia. Hah, bajingan itu memberi ingat kepada kami agar berhati-hati, karena bukan tidak boleh jadi pembunuh Sabaruddin datang ke sini untuk membunuh kami. Pada waktu itu kami sudah menaruh curiga pada dirinya. Bahwa dialah yang mencabut nyawa kami. Barangkali dia pun tahu bahwa kami mencurigainya, la menahan amarah, lalu pergi. Pada waktu itu saya sudah menduga, bahwa mungkin ia dendam kepada kami dan pada suatu hari akan datang membalas. Patutlah hati saya selalu gelisah Tujuh Pedang Tiga Ruyung 4 Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis Pendekar Sadis 20

Cari Blog Ini