Playboy Dari Nanking 9
Playboy Dari Nanking Karya Batara Bagian 9 seperti ini?" Gadis itu mengguguk. Fang Fang mendengar percakapan itu dan pemuda ini tak enak bukan main. Kekhawatirannya mulai terbukti, Eng Eng sudah mencarinya dan entah bagaimana gadis itu tahu bahwa dia di kota raja. Dan ketika dia semakin tak enak dengan tangis Sylvia yang jelas kecewa dan amat marah kepadanya maka satu pukulan Bhi-kong-ciang akhirnya mengenai lehernya ketika dia meleng sejenak. "Dess!" Fang Fang terpelanting. Pemuda ini mengeluh namun untung sinkangnya kuat menahan, otomatis melindungi diri dan segera gadis itu mengejarnya. Cepat dan bertubi-tubi Eng Eng sudah menyerangnya kembali, pedang di tangan kanan juga menusuk dan menyambar-nyambar. Dan ketika Fang Fang pedih dan lengah lagi maka pundaknya tertusuk dan kali ini pedang menembus kulitnya. "Crep!" Fang Fang terhuyung. Sylvia tiba-tiba menjerit dan mendadak saja jeritan ini merupakan angin segar bagi pemuda itu. Jeritan itu jerit kekhawatiran dan Fang Fang gembira, bangga! Ah, itulah jerit tanda cinta kasih! Dan ketika pemuda ini berseri dan membentak ke arah Eng Eng maka Eng Eng melotot ketika tiba-tiba Fang Fang menampar pedangnya, membalas. "Eng Eng, urusan di antara kita sudah habis. Pergilah, atau aku terpaksa mengusirmu!" Gadis ini menjerit. Dia terhuyung dan nyaris terlepas kalau tadi pedangnya tidak dicekal erat-erat. Fang Fang mulai menamparnya dengan kuat dan memang sinkang atau tenaga sakti pemuda itu masih jauh di atasnya. Kalau mau, Fang Fang memang dapat merobohkannya. Dan ketika gadis ini melengking dan menyambar-nyambar lagi dengan serangannya untuk menyerang dan menerjang semakin hebat, panas oleh jeritan Sylvia tadi maka murid Dewi Kilat Biru ini membentak dan menyatakan siap mengadu jiwa. "Fang Fang, aku tak akan pergi. Hanya mayatku yang dapat kauterima!" "Hm, kau tak tahu diri. Kalau begitu baiklah, aku terpaksa mengusirmu!" dan ketika Fang Fang mengelak dan membiarkan pedang lewat di sisi telinganya, karena tadi Eng Eng menusuk dan menikam matanya maka pemuda ini menampar dan berteriaklah gadis baju hijau itu ketika pedangnya mencelat, terpental dan terlepas dari tangannya tapi Eng Eng membentak mengayun tangan kirinya. Pukulan Bhi-kong-ciang menyambar namun Fang Fang sudah waspada akan itu, karena begitu Eng Eng nekat dan mengayun tangan kiri menghantam dengan Bhi-kong-ciang tibatiba dia sudah melepas Pek-in-kang dan Bhi-kong-ciang milik lawan terlontar dan saat itu juga Fang Fang meneruskan pukulannya dengan sebuah totokan lihai. "Plak-bluk!" Eng Eng mengaduh tertahan. Gadis ini terlempar dan terbanting dengan tak berdaya lagi, pedangnya terlepas sementara bawah ketiaknyapun ngilu dan kesakitan oleh jari-jari Fang Fang. Tadi Fang Fang menotoknya tepat sekali di jalan darah Kiceng-hiat, lumpuh dan robohlah gadis ini tanpa dapat berbuat apa-apa lagi, kecuali menangis. Dan ketika Fang Fang bergerak dan menyambar tubuhnya, berkelebat pergi maka pemuda itu minta ijin pada Sylvia dan kakaknya untuk "membuang" gadis ini di luar kota raja. "Maaf, aku akan kembali lagi. Gadis ini hendak kulempar di luar tembok kota!" Sylvia dan kakaknya hanya mengamati saja tanpa berkedip. Pertandingan itu sudah berakhir dan Sylvia juga sudah tidak menangis lagi. Gadis ini hanya berkaca-kaca namun pandang matanya masih berapi. Dia kaget dan marah oleh kedatangan Eng Eng, terutama kata-katanya tadi bahwa dia menyerahkan tubuhnya kepada Fang Fang, hal yang memang pernah diminta pemuda itu namun dia menolak. Untung! Dan ketika Fang Fang lenyap membawa Eng Eng dan kakaknya melepas pelukan maka di sana Fang Fang sudah melempar dan membebaskan totokan Eng Eng setelah keluar dari kota raja. "Kau gadis tak tahu malu. Enyah dan pergilah!" Eng Eng tersedu-sedu. Dia melompat, bangun setelah kini Fang Fang membebaskan totokannya. Pedangnya tertinggal di sana namun gadis ini tak menyerang. Dia menyadari kekuatan sendiri bahwa dirinya memang masih bukan tandingan Fang Fang. Maka begitu dibebaskan dan meloncat bangun gadis ini berkata marah, penuh dendam. "Fang Fang, kau laki-laki tak berjantung. Setelah kau merenggut milikku enak saja kau mengusir aku. Awas, lain kali aku akan membalas dendam, Fang Fang. Tak akan sudah dan jaga pembalasanku!" "Hm, kau tak tahu diri," Fang Fang juga marah. "Siapa merenggut milik siapa, Eng Eng" Aku tak merenggut milikmu, dulu kita lakukan itu atas dasar suka sama suka!" "Tapi kau sekarang meninggalkan aku, menghina aku!" "Hm, aku tak meninggalkanmu. Kaulah yang pergi bersama subomu dan meninggalkan aku. Jangan diputar balik!" "Aku meninggalkanmu karena aku benci padamu. Kau bermain cinta dan bersenangsenang dengan gadis lain, murid terkutuk si Dewi Rambut Sakti itu! Siapa tak panas dan benci kalau melihat kau seperti itu" Sudahlah, aku tak akan melupakan kejadian ini, Fang Fang. Kelak satu hari aku pasti akan mencarimu lagi!" dan Eng Eng yang tersedu memutar tubuhnya lalu berlari pergi dan mengancam pemuda itu. Fang Fang tak mengejar dan hanya diam mengawasi. Pemuda ini marah tapi juga tak enak menghadapi yang terjadi itu, dia mulai dikejar-kejar hasil perbuatannya dulu dan menyesallah pemuda ini akan apa yang dia lakukan. Kalau saja dia tidak merasa jatuh hati benar-benar kepada puteri tuan Smith itu mungkin dia akan mengejar gadis ini, mengajak nya rujuk. Betapapun Eng Eng adalah wanita pertama yang dulu pernah dicumbu-nya. Kenangan manis itu tak mungkin dilupakan namun kini semua kenangan itu sudah terganti oleh bayangan Sylvia. Gadis kulit putih yang "tak gampangan" dan amat mempesona itu telah membetot sukmanya jauh lebih dalam daripada yang lain-lain. Fang Fang serasa tak sanggup lagi kalau harus putus dengan gadis ini. Maka ketika hari itu peristiwa pertama meng ganggu perasaannya tiba-tiba Fang Fang sudah berkelebat dan kembali ke tempat Sylvia. Tapi apa yang dihadapi" Muka yang gelap dan penuh kemarahan, juga dari James yang tampak tidak senang karena adiknya sudah menjadi korban hinaan yang tidak tanggung-tanggung dan amat memalukan. "Fang Fang, agaknya kau harus menjauhi adikku," James berkata ketika tiba-tiba Sylvia meloncat ke dalam, masuk dan menangis di kamarnya. "Kupikir peristiwa ini akan mengganggu hubungan kalian kecuali kalau gurumu datang dan sudah melamar adikku, menikah dan pergi saja ke Inggeris. Apakah kau tak dapat menyusul gurumu itu" Kalau adikku mendapat malu lagi tentu aku jadi semakin tak senang padamu, meskipun boleh jadi kau lihai dan mengagumkan!" "Hm, aku memang bersalah," Fang Fang menyatakan penyesalannya. "Tapi semua itu sudah kukatakan di muka, James. Jangan berkata seperti itu karena aku betulbetul mencintai adikmu. Aku akan menyusul suhu kalau itu memang diperlukan!" "Mengapa tidak" Aku juga tak ingin adikku menderita kalau putus cinta denganmu, tapi bersikaplah yang baik agar kebahagiaan itu kau rengkuh berdua!" "Baiklah, besok coba kutanya Cun-ong-ya agar aku boleh berangkat!" "Terima kasih," dan kejadian pagi itu yang berakhir dengan perasaan sakit di hati Sylvia lalu ingin diselesaikan pemuda ini dengan menyusul gurunya, bermaksud agar dia segera dinikahkan dan Fang Fang sudah bertekad untuk meninggalkan. Tiong-goan dan tinggal di Inggeris! Dia siap meninggalkan tanah leluhur untuk memulai sebuah kehidupan baru dengan kekasihnya, orang yang dicinta. Namun ketika dia menghadap Cun-ongya dan menyatakan maksudnya tiba-tiba pangeran itu menarik napas dalam. "Suhumu tak ada lagi di perbatasan, dua orang pemberontak itu telah tertangkap. Entahlah, ke mana gurumu itu sekarang, Fang Fang. Tapi kupikir tunggulah saja dia di sini karena pasti dia akan datang." "Ongya tahu dari mana?" "Hm, Bu-goanswe telah kembali, dan dari dialah aku mendapat laporannya." "Ongya tidak menipuku?" "Eh, untuk apa menipumu, Fang Fang. Kau jadi melantur dan bicara tak keruan. Cobalah menghadap Bu-goanswe dan ta-Niyakan saja kebenarannya. Atau, kalau kau tidak percaya boleh juga kau ke perbatasan, cari gurumu di sana!" "Maaf," Fang Fang menyadari kekeliruannya. "Hamba sedang bingung, ongya, mudah tertarik emosi. Baiklah, akan kucari Bu-goanswe itu dan kutanyakan di mana suhu, barangkali dia tahu'" Sang pangeran mengangguk. Dia sudah mendengar sepintas lalu kisah pemuda ini, senyuman aneh tersungging di mulut namun dia tidak marah. Tegurannya tadi kepada si pemuda hanya didorong rasa dongkol saja, bukan marah. Dan ketika Fang Fang menghadap Bu-goanswe, di gedungnya, ternyata informasi yang didapat pemuda ini sama saja. "Benar, gurumu memang tak ada di sana, entah ke mana. Ada apa kau mencarinya" Kau tak tahan dan ingin selalu berdekatan seperti anak kecil di pelukan ibunya?" Fang Fang merah mukanya. Jenderal bermuka persegi ini tertawa bergelak dan menyangka dia seperti anak ayam yang harus selalu berdekatan dengan induknya, pemuda ini menggeleng. Dan ketika Fang Fang berpikir sejenak apakah perlu dia memberitahukan maksudnya, karena jenderal ini diketahuinya sebagai orang yang jujur dan baik maka dia menarik napas dan sikapnya yang murung dan sungguhsungguh akhirnya membuat jenderal tinggi besar itu terkejut juga, tertarik. "Maaf, agaknya ada sesuatu yang serius, Fang Fang. Baiklah aku tak akan bersendau-gurau lagi kalau kau ingin menyatakan sesuatu. Barangkali ceritaku ini dapat menjadi bahan bagimu pula." "Cerita apa?" "Tentang gurumu itu." "Ada apa dengan suhu?" "Tak apa-apa, hanya.... hm, pertikaian lama dengan bekas isteri-isterinya dulu!" "Ah!" Fang Fang terkejut. "Bekas iste-ri-isterinya yang mana, goanswe" Siapa yang kaumaksudkan itu?" "H m, banyak, Fang Fang. Mereka adalah May-may dan Lin Lin serta nenek-nenek yang lain!" Bu-goanswe lalu menceritakan itu, didengar dan Fang Fang pun tertegun. Tak disangkanya gurunya bertemu dengan bekas isteri-isterinya di perbatasan, bahkan yang katanya membantu pemberontak. Dan ketika jenderal itu selesai bercerita dan Fang Fang bengong maka jenderal itu menutup. "Terakhir sekali gurumu telah mendapatkan kekasihnya yang terbaru, sekaligus yang termuda. Mien Nio namanya. Dan karena wanita inilah suhumu lalu menghajar nenek Lin Lin yang pingsan dibuatnya. Selebihnya aku tak tahu, Fang Fang, karena gurumu membawa kekasihnya itu. Tapi kukira pasti kembali juga ke sini." "Hm-hm...!" Fang Fang berkedip-kedip. "Jadi suhu bersama wanita itu, goanswe" Dan kau tak tahu di mana sekarang berada?" "Wah, mana tahu, anak muda. Gerakan suhumu seperti siluman menghilang!" "Ah, benar, aku lupa. Baiklah, terima kasih, goanswe. Barangkali lain kali aku perlu bantuanmu lagi." "He!" sang jenderal meloncat bangun. "Tunggu dan berhenti sebentar, Fang Fang Kalau kau ada sesuatu yang penting dan dapat kubantu biarlah kubantu. Aku sanggup!" Fang Fang merandek, tapi tersenyum dan memutar tubuhnya pemuda ini berkelebat pergi meninggalkan sang jenderal. Fang Fang melihat bahwa tak mungkin jenderal itu dapat membantunya, orang yang paling tepat adalah gurunya itu dan biarlah dia menunggu gurunya. Cun-ongya maupun Bu-goanswe benar, gurunya pasti kembali dan biarlah dia bersabar. Dan ketika hal itu dikatakan pada James dan pemuda kulit putih itu mengangkat bahu saja maka Fang Fang hanya mendapat komentar pendek. "Terserahlah, aku juga tak tahu apa-apa. Tapi sementara ini adikku belum mau menemuimu, Fang Fang. Sylvia masih terpukul dan sakit hati oleh kata-kata Eng Eng!" Fang Fang menyesal sekali. Dia menjadi gundah sekaligus gelisah. Sekarang kekasihnya tak mau ditemui dan percuma memaksa kekasihnya itu. Sylvia gadis yang keras dan teguh pendirian. Kalau dia memaksa dan salah langkah tentu fatal akibatnya. Maka ketika dia menunggu dan apa boleh buat harus bermurung sendiri tiba-tiba pada hari ketiga gangguan kedua muncul. Malam itu, ketika Fang Fang duduk bersamadhi dan siap mengheningkan cipta, menarik dan memusatkan diri pada alam siulian (konsentrasi) tiba-tiba saja di luar kamarnya terdengar ribut-ribut. Suara gedobrakan dan entah apalagi disusul oleh jerit dan pekik Sylvia. Kaget sekali pemuda ini. Dan ketika Fang Fang meloncat bangun dan siap mencelat keluar tiba-tiba jendela kamarnya didobrak orang dan Sylvia jatuh terguling-guling di lantai kamarnya, rupanya baru saja bertanding dan dilempar seseorang. "Aduh, keparat jahanam. Terkutuk!" Fang Fang kaget dan girang. Dia girang karena tanpa disangka-sangka mendadak saja kekasihnya ada di situ, padahal berhari-hari ini dia tak dapat jumpa. Tapi melihat kekasihnya dilempar seseorang dan rupanya kesakitan maka Fang Fang kaget dan cepat dia menyambar dan mengangkat bangun gadis itu. "Sylvia, kau bertempur dengan orang" Siapa" Dan mana jahanam itu" Ah, tenang lah di sini, kuhadapi dia!" dan Fang Fang yang girang serta melihat kekasihnya tidak apa-apa tiba-tiba lupa diri dan mencium kekasihnya itu. Rasa rindu tak. dapat ditahan dan pemuda ini langsung saja mendaratkan bibirnya di bibir sang gadis. Tapi ketika sesosok bayangan berkelebat memasuki kamar itu dan Sylvia merah padam tiba-tiba gadis ini meronta dan melepaskan diri dari ciuman pemuda itu. "Kau pemuda tak tahu malu, lepaskan ..... plak-plak!" Fang Fang bengap. Dia terhuyung dan saat itu melihat bayangan yang masuk ini, bayangan yang dari luar sudah mengeluarkan bentakan nyaring dan rupanya seorang wanita. Tapi ketika Fang Fang menoleh dan melihat siapa ini, tiba-tiba saja, seperti bayangan itu juga, kedua-duanya berseru kaget dan melangkah mundur. "Kau...?" Fang Fang pucat dan tertegun hampir tak dapat bicara. Bayangan atau wanita itu juga pucat tapi segera mukanya menjadi merah padam. Dia telah melihat ciuman Fang Fang tadi kepada Sylvia dan tiba-tiba terdengarlah jerit atau lengking dari mulutnya. Dan ketika Fang Fang masih tertegun dan menjublak kaget, tak menyangka, maka bayangan ini sudah bergerak dan rambut panjangnya tiba-tiba menjeletar dan sudah menghantam Fang Fang. "Kau... jahanam keparat! Kiranya betul apa yang kudengar.... plak-plak!" dan Fang Fang yang kembali mendapat serangan dan lecutan rambut tiba-tiba mengeluh dan terhuyung-huyung, tak dapat bicara dan sudah menerima makian atau bentakan wanita itu lagi. Sylvia menjerit-jerit dan kamar pemuda itu menjadi gaduh. Dan ketika Fang Fang terlempar dan mencelat oleh tendangan lawan maka wanita ini sudah mengejar dan bertubi-tubi melepas pukulan, mendarat dan Fang Fang ba-bakbelur. Fang Fang masih tak dapat bicara karena rasa kaget dan tertegunnya belum hilang. Itulah Ming Ming, gadis baju merah murid nenek sakti May-may, kekasihnya nomor dua setelah Eng Eng! Dan ketika Fang Fang tentu saja pucat dan diam saja menjadi bulan-bulanan pukulan maka Ming Ming atau gadis baju merah itu memakimaki tak keruan. "Jahanam! Iblis terkutuk! Bangsat! Kau sungguh seperti gurumu, Fang Fang. Kau mempermainkan wanita untuk mencari korban baru lagi. Terkutuk, bedebah keparat. Kubunuh kau.... des-dess!" dan Fang Fang yang terlempar keluar dari kamarnya akhirnya kesakitan oleh tandang dan hajaran Ming Ming ini, mendengar teriakan atau jeritan Sylvia agar dia menjawab atau mempertanggungjawabkan semuanya itu. Sylvia mulai tak percaya pada kata-katanya bahwa dia sudah putus dengan semua bekas kekasih-kekasihnya. Buktinya Ming Ming muncul di situ setelah Eng Eng! Semuanya berkata bahwa Fang Fang mempermainkan mereka dan ini menjadikan Sylvia ragu. Kalau Tang Fang benar sudah putus, kenapa dua gadis itu datang dan marahmarah di situ" Bohongkah Fang Fang" Dan ketika gadis ini mulai ragu dan menjerit memaki-maki Fang Fang, yang dikata tak jujur dan penipu maka Fang Fang mulai marah o-leh sikap dan kedatangan Ming Ming ini. Dia tak tahu-menahu lagi sejak gadis itu meninggalkannya, sama seperti Eng Eng. Maka ketika sebuah pukulan dan ledakan rambut menggores pipinya, melecut dan mencambuk sampai dia luka berdarah tiba-tiba Fang Fang menggeram dan meloncat bangun, sinkang di tubuhnya tiba-tiba bekerja. "Ming Ming, kau gadis tak tahu malu. Ada apa kau datang ke sini dan mencari-cari aku" Bukankah kau sudah meninggalkan aku dan tak mau bertemu lagi" Keparat, kau gadis terkutuk. Kau memalukan aku. Pergilah...!" dan tamparan pemuda ini yang menolak pukulan rambut akhirnya membuat Ming Ming mencak-men cak karena terpelanting. Gadis ini membentak dan marah menerjang lagi, memaki daTi mengutuk Fang Fang sebagai pemuda yang dikata tak tahu bertanggung jawab. Dia datang ke situ karena ingin menuntut tanggung jawab, lari karena dulu subonya yang mengajak, bukan atas kehendak sendiri. Dan ketika Sylvia di sana mengguguk dan mencaci-maki Fang Fang pula maka pemuda ini membentak dan tiba-tiba menangkap dan menyambar rambut lawan. (Oo-dwkz> Kisah Bangsa Petualang 5 Gento Guyon 17 Setan Sableng Pendekar Kelana 8