Ceritasilat Novel Online

Sakit Hati Seorang Wanita 1

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sakit Hati Seorang Wanita Karya : Asmara man S Kho Ping Hoo Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 1 "NONA MANIS, hendak ke manakah?" Pemuda yang menegur itu bertubuh tinggi kurus berwajah tampan dan dari pakaiannya mudah diketahui bahwa dia seorang pemuda yang beruang. Usianya ha mpir tiga puluh tahun dan dari pandang matanya dan senyumnya, dapat pula diduga bahwa dia tentu seorang pria yang sudah biasa berhadapan dengan wanita. Dua orang laki-laki la in, agaknya pengikut-pengikutnya, yang usianya sebaya, tersenyum lebar me lihat betapa orang itu berlagak dan menegur gadis itu. Gadis itu tidak menjawab, me lirikpun tidak dan melanjutkan perjalanannya. Ia melangkah dengan cepat tanpa menoleh, me mbawa keranjangnya yang terisi seekor ayam dan sayursayuran yang baru saja dibelinya dari pasar. "Adik cantik, siapakah na ma mu!" Dara itu tetap berjalan tanpa meno leh. Ia seorang dara berusia lima belas dan ena m belas tahun, bagaikan setangkai bunga sedang mulai merekah, belum me kar sepenuhnya, namun dalam keadaan seperti itu ia me miliki daya tarik tersendiri yang amat kuat. Tubuhnya sedang, ramping dan padat. Langkahnya nampak le mah ge mulai na mun gesit dan bertenaga, lekuk lengkung tubuh mulai na mpak walaupun belum menonjol sekali. Dari kulit muka, leher dan tangannya dapat diketahui bahwa ia me miliki kulit yang putih kekuningan, halus mulus dan sehat kemerahan. Rambut kepalanya hita m, lebat dan panjang, dikuncir dua dan kuncirkuncir itu bergantungan di kanan kiri. Anak rambut yang berjuntai halus di sekitar dahi dan tengkuknya melingkar hangat. Sepasang alisnya hitam sekali seperti dipulas, kecil panjang me lengkung, me mbuat kulit pelupuk mata leb ih putih nampaknya daripada kedua pipi yang segar kemerahan itu. Sepasang matanya bersinar lembut, jeli dan jernih, agak lebar dan biasanya agak tajam akan tetapi saat itu sinar matanya menunduk, diliput i rasa takut dan malu. Hidungnya kecil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mancung, ujungnya agak berjungkit ke atas member i kesan lucu dan nakal. Akan tetapi mulutnya mungkin me miliki daya tarik paling kuat. Sepasang bibir merah tanpa gincu itu selalu nampak basah dan penuh, kulit bibirnya demikian tipis seolaholah hanya terisi darah dan kalau tergigit sedikit saja tentu akan muncrat darahnya, mulut yang me mbayangkan kegairahan dan menjanjikan kenikmatan yang tak terbatas. Deretan gigi kecil dan putih berkilau kadang-kadang na mpak, dan dalam kegelisahannya, kadang-kadang na mpak di ujung lidah yang kecil merah mencuat menjilat bibir. Dagunya meruncing dan ada tahi la lat kecil ha mpir tak na mpa k di dagu itu. Seorang perempuan yang cantik jelita, molek dan manis, yang belum matang benar, na mun jelas mudah dilihat bahwa ia adalah seorang calon pere mpuan yang sebentar lagi akan me kar sepenuhnya dengan segala keindahan dan keharumannya. "Nona man is, di ma nakah rumah mu?" Pertanyaan bertubi-tubi dari la ki-laki bersama dua orang temannya yang terus mengikut inya itu tak pernah dijawabnya, bahkan sa ma sekali tidak diperdulikan. Mulutnya yang indah itu kini agak ce mberut, akan tetapi tidak me ngurangi kemanisan wajahnya. Sepasang mata yang jeli itu, yang tadinya menunduk ma lu, kini mula i me lirik taja m dan mengandung kemarahan. "Adik man is, kau jalan sendirian, bolehkah kuantar pulang?" Ketika dara itu tidak menjawab dan bahkan me mpercepat langkahnya, seorang di antara dua pengikut itu terkekeh. "Aih, kongcu, jangan-jangan dia tidak bisa bicara!" Laki-laki yang disebut kongcu (tuan muda) itu juga terkekeh. "Heh-heh, masa" Sayang, ah, kalau seorang gadis yang begini cantik jelita seperti bidadari ternyata gagu. Tapi, biar gagu juga, aku tetap cinta, ha-ha!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah berkata demikian, orang itu me ngeluarkan suara "ah-ah-uh-uh" dan me mbuat gerakan-gerakan seperti orang gagu kalau hendak bicara, diketawai oleh dua orang temannya. Karena orang itu kini berjalan sa mbil mundur di depan gadis itu, menghadang dan me mbuat gerakan-gerakan seperti orang gagu, gadis itu men gerutkan alisnya dan berhenti me langkah. "Mau apakah engkau mengganggu orang d i tengah jalan ?" bentaknya dengan suara ketus. Laki-laki itu tersenyum menyeringai dan me masang aksi yang dianggapnya paling menguntungkan, yaitu lagak yang biasa dipasang di depan wanita-wanita yang dirayunya. Dia menjura dengan sopan dibuat-buat, lalu berkata dengan senyum ramah. "Maaf, nona, bukan maksudku untuk mengganggu, melainkan me lihat nona, hatiku terpikat dan ingin sekali aku berkena lan......" Pandang mata, senyum dan kata-kata merayu itu bukan menarik hati gadis re maja itu, bahkan mengejut kannya. "Tida k, aku tidak ingin berkenalan!" katanya dan iapun menyelinap hendak melewati orang yang menghadangnya itu. Akan tetapi, dua orang teman laki-laki itu sudah menghadang pula di depannya dan seorang di antaranya berkata dengan suara lantang, agaknya sengaja agar didengar oleh orangorang lain yang tertarik oleh peristiwa ini dan berhenti menonton. "Nona agaknya belu m tahu dengan siapa nona berhadapan. Pemuda yang mengajak berkenalan ini adalah tuan muda Pui Ki Cong, putera dari kepala jaksa yang baru di Thian-cin. Beliau ingin ber kenalan dengan nona, ini merupakan kehormatan besar bagi nona." "Aku tidak perduli dia s iapa dan anak siapa, aku tida k mau berkenalan!" kata dara itu dan iapun me langkah terus. Akan tetapi tiba-tiba yang diperkenalkan sebagai Pui Ki Cong putera Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepala jaksa yang baru itu sudah berdiri di depannya sambil tersenyum menyeringai seperti seekor kuda. "He-he, nona man is, jangan berlagak jual mahal!" katanya dan tangannya dengan sikap kurang ajar sekali mencolek ke arah dagu yang bertahi lalat kecil itu. "Dukk..... plakkk!!" Lengan kiri gadis itu menang kis tangan yang hendak mencolek dagunya dan tangan kanannya sudah menyambar ke depan dan mena mpar pipi itu dengan keras sekali. "Aduhhh.....!" Pui Ki Cong terhuyung ke be lakang, tangan kirinya mengusap-usap pipi yang menjad i bengkak dan matang biru sedangkan dari ujung bibirnya menga lir darah karena sebuah giginya hampir copot dan mengeluarkan darah. Gerakan gadis re maja itu cepat bukan main dan tenaga tamparan tangannya juga kuat, sama sekali di luar dugaan karena tidak sesuai dengan tangannya yang berkulit halus dan terbentuk kecil itu. "Eh, berani kau me mukul kongcu kami?" Dua orang te man putera jaksa itu marah sekali me lihat betapa majikan muda mereka dita mpar, dan mereka berdua lupa bahwa mereka berhadapan dengan seorang dara remaja. Mereka sudah langsung saja menyerang dan me mukul ke arah dada dan kepala gadis itu. Akan tetapi, akibatnya sungguh di luar dugaan dua orang itu. Dengan tenang gesit sekali dara itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berhasil menghindarkan diri dari serangan mereka dan ketika ia me mbalas dengan kecepatan kilat, tangan kirinya sudah mena mpar ke arah kepala dan kaki kirinya juga melayang dan menendang dada orang ke dua. Dua orang itu mengaduh dan terpelanting, yang seorang menjadi pening kepalanya dan menge luh kesakitan, sedangkan orang ke dua me megangi dada yang terasa nyeri dan sesak napasnya. Dara itu tidak me mandang lag i kepada mereka, cepat mengumpulkan sayur dan ayam yang tumpah dari dalam keranjang, kemudian me mbawa keranjangnya dan cepat pergi dari situ setengah berlari. "Kejar dara itu! Tangkap..... pukul....!" Pui Ki Cong berteriak-teriak dengan marah kepada dua orang temannya. Akan tetapi dua orang itu masih kesakitan. Banyak orang menonton peristiwa itu dan mereka mengenal siapa adanya pe muda tinggi kurus itu, seorang pemuda bangsawan, putera kepala jaksa yang baru tiba di Thian-cin dan biarpun masih baru tinggal di Thian-cin, namanya sudah terkenal sekali sebagai seorang pe muda yang amat nakal. Pui Ki Cong dikenal sebagai seorang pemuda yang suka berkeliaran, me mbawa tukang-tukang pukul, suka pelesir dan main pere mpuan sehingga terkenal sekali di semua komple ks pelacuran sebagai seorang kongcu hidung belang yang kantongnya padat dan royal. Akan tetapi dia juga terkenal sebagai seorang laki-laki yang suka mengganggu perempuan baik-baik, suka mengganggu gadis-gadis dan bahkan isteri-isteri orang. Karena itu, ketika banyak orang me lihat betapa kongcu itu ditampar dan dua orang tukang pukulnya dihajar oleh seorang gadis, dia m-dia m mereka merasa gembira sekali walaupun pada lah irnya, tak seorangpun berani me mper lihatkannya. Akan tetapi, selalu saja di antara banyak orang terdapat penjilat-penjilat. Pui Ki Cong adalah putera kepala ja ksa yang berkuasa-dan berpengaruh, juga kaya raya, maka tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kurang jumlahnya orang-orang yang suka menjilat dan bermuka-muka kepada keluarganya. Oleh karena itu, di antara banyak orang yang berkerumun itu ada pula yang cepat mengha mpiri tiga orang itu dan me mbantu mereka bangkit, dan seorang laki-laki tua yang mendekati Pu i Ki Cong berkata, "Kongcu, harap jangan dikejar. Gadis itu lihai dan juga saudara-saudara seperguruannya lihai." Pui Ki Cong terkejut mendengar ini. Dia me mandang orang tua itu dan bertanya, "Siapakah gadis itu" Dan tinggal di mana" " "Na manya Kim Cui Hong, kongcu. Ia puteri tunggal guru silat Kim Siok yang tinggal d i dusun di selatan kota Thian-cin, yaitu dusun Ang-ke-bun. Kim-kauwsu (guru s ilat Kim) liha i dan me mpunyai banyak murid yang lihai. Maka, kalau kongcu mengejarnya ke sana, akan berbahaya bagi keselamatan kongcu." Pui Ki Cong mendengus. "He mm, guru s ilat kampungan. Lihat saja pembalasanku nanti. Hayo kita pulang!" bentaknya kepada dua orang teman nya dan mereka segera kembali ke Thian-cin. Sementara itu, dengan jantung berdebar penuh rasa marah, ma lu dan tegang, gadis remaja itu berlari menuju ke dusun Ang-ke-bun yang sudah na mpak te mboknya. Wajahnya yang manis itu mas ih ce mberut dan marah sekali, bukan hanya merah karena panas tubuhnya dipakai berlari, me lainkan terutama sekali karena panas hatinya. Semenjak kecil, Kim Cui Hong ini hidup bersama ayahnya yang sudah menduda sejak ia berusia lima tahun, la dididik ilmu s ilat oleh ayahnya, bersama belasan orang murid ayahnya. Di antara murid ayahnya yang kesemuanya laki-la ki, hanya ada seorang saja yang dididik sejak kecil bersa ma-sama ia, yaitu Can Lu San yang tiga empat tahun lebih tua darinya, dan menjadi satu-satunya suhengnya. Yang lain, biarpun banyak di antaranya yang usianya lebih tua, termasuk para sutenya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ (adik seperguruannya). Cui Hong belum pernah diganggu lakilaki seperti yang dialaminya tadi. Memang, sejak satu dua tahun yang lalu se menjak ia me njadi re maja dan menjelang dewasa, semenjak masa kanak-kanaknya mulai ditinggalkannya, pandang mata kaum pria terhadap dirinya dirasakan lain, aneh dan me mbuatnya kadang-kadang gugup dan bingung. Akan tetapi, belum pernah ada orang laki-laki berani mengganggunya dengan kata-kata atau sikap yang kurang ajar. Bagaimanapun juga, di dusun Ang-ke-bun nama ayahnya sebagai seorang guru s ilat sudah dikenal orang, maka siapakah berani kurang ajar kepada isterinya" Bahkan kota Thian-cin yang besarpun sudah mengenal na ma Kim-kauwsu. Akan tetapi, sungguh tak disangkanya sama sekali, ketika Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pada pagi hari itu ia pergi berbelanja ke kota Thian-cin, ia diganggu orang yang kurang ajar! Hatinya memang merasa puas bahwa ia sudah dapat menampar muka pe muda jangkung itu, dan menghajar dua orang te mannya, akan tetapi tetap saja hatinya masih panas oleh kemarahan. Tidak biasanya Cui Hong marah-marah. Ia seorang gadis yang berwatak gembira, lincah, Jenaka dan jarang marah. Akan tetapi sekali ini, ada perasaan aneh yang mendatangkan bayangan mengerikan ketika ia diganggu tiga orang itu, yang me mbuatnya marah bukan main. Kalau saja ia tidak ingat akan pesan-pesan ayahnya bahwa ia tidak boleh me mpergunakan kepandaian silatnya untuk mence lakai orang, me lukai apalagi me mbunuh, agaknya ia tadi akan me mberi hajaran yang lebih keras kepada tiga orang itu! Terutama sekali kepada pemuda yang bernama Pui Ki Cong itu, yang katanya putera kepala jaksa! Ia tidak tahu benar apa arti kedudukan jaksa, yang diduganya hanyalah sebuah jabatan yang me mbuat orangnya menjad i kaya raya saja. Perasaan yang mengancam hatinya itu me mbuat ia me masu ki dusun tanpa menengok ke kanan kiri, bahkan ketika ia me masuki pekarangan ruma h ayahnya, ia tidak tahu bahwa seorang pe muda yang sedang me mbetulkan pagar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pekarangan itu yang rusak, memandangnya dengan sinar mata aneh. "Heii , sumoi, engkau seperti dikejar-kejar setan saja!" Pemuda itu bangkit, dan menegur, suaranya lantang dan sinar matanya berseri ketika dia me mandang wajah gadis yang segar kemerahan itu. Baru Cui Hong menengo k dan melihat pe muda itu dan iapun berhenti ber lari. Dengan sehe lai saputangan, diusapnya peluh dari dahi dan lehernya. "Uhhh, panasnya...," ia menge luh untuk menentra mkan hatinya. "Apakah terjadi sesuatu, sumoi?" tanya pula Can Lu San, pemuda Itu sa mbil me mandang dengan s inar mata me mbayangkan kekaguman. Senang hati Cui Hong melihat pandang mata itu. Sudah lama ia melihat sinar kekaguman itu me mancar dari mata Lu San kalau suheng itu me mandangnya. Ia tersenyum. "Tida k ada setan yang mengejarku, suheng. Hanya aku khawatir kesiangan dan ayam ini ribut saja sepanjang jalan." Lu San tertawa. Sikap sumoinya yang selalu periang itu mendatangkan kegembiraan kepada hatinya yang pendiam, seperti sinar matahari pagi menyinar i sudut-sudut yang kosong dan gelap. "Akan tetapi engkau berlari-lari sa mpai bermandi peluh dan lihat, muka mu sampai kemerahan seperti..... seperti....." "Seperti apa, suheng?" "Seperti buah tomat masak!" "Wah, celaka aku. Kalau mukaku seperti buah to mat, akan lucu dan jelek sekali. Bulat dan gendut." Mereka tertawa. "Sumoi, kenapa engkau sendiri yang berbelanja" Pagi tadi aku sudah mencar i suhu untuk menanyakan masakan apa yang dikehendaki agar dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kubelanjakan ke Thian-cin. Eh, tahu-tahu engkau sudah mendahului aku." "Me mang aku mendahuluimu, suheng. Tidak apakan sekalikali aku yang pergi berbe lanja." "Akan tetapi engkau kini sudah me njadi seorang gadis dewasa, sumoi. Dan kau tahu betapa tidak amannya sekarang ini bagi wanita dewasa untuk bepergian seorang diri." Cui Hong me njebikan bibirnya yang merah basah itu ke arah suhengnya. "Huh, aku dapat menjaga diri, suheng." "Aku tahu, akan tetapi kalau suhu mengetahui bahwa engkau sendiri yang pergi berbelanja, jangan-jangan aku disalahkan, disang kanya aku ma las dan menyuruh engkau." "Tida k, suheng. Sekali ini me mang aku ingin pergi, bukan hanya untuk melihat keramaian Thian-cin yang sudah beberapa pekan la manya tidak pernah kukunjungi. juga karena aku har i ini ingin masa k enak untuk ayahku." "Eh, ada keistime waan apakah har i ini?" "Hari ini adalah ulang tahun ayah." "Ahh! Kenapa suhu dia m saja?" "Sudah la ma ayah tidak pernah mau mengingat lagi hari lahirnya, akan tetapi aku pernah bertanya kepadanya dan aku mencatat hari lahirnya. Selalu aku yang menyediakan masakan atau hidangan istimewa pada hari ulang tahunnya." "Wah, engkau me mang seorang anak yang baik dan berbakti, sumoi." "Aihh, tak perlu me muji. Di ba lik pujian mu itu terkandung rasa girang karena engkaupun akan kebagian masakanku yang istimewa hari ini!" Gadis ini lalu lar i me masu ki rumah, men inggalkan Lu San yang me mandang sambil tertawa dan sinar mata penuh kagum. Sumoinya me mang hebat! Sejak kecil dia bergaul dengan sumoinya, sejak sumoinya berusia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lima tahun dan dia berusia se mbilan tahun. Dia seorang anak yatim piatu yang dia mbil murid oleh ayah Cui Hong dan dia berangkat besar bersama dengan Cu i Hong. Kinipun di dalam rumah itu hanya tinggal mereka bertiga. Murid-murid lain tidak ada yang tinggal di situ. Dan dia merasa gembira sekali karena biarpun suhunya belum pernah mengatakannya, namun dari sikap suhunya, dari kata-katanya, dia dapat menangkap maksud hati suhunya untuk menjodohkan puteri tunggal itu dengan dia! Dan baginya, tidak ada kebahagiaan melebihi bayangan ini. Hidupnya akan lengkap sepenuhnya kalau saja dia dapat menggandeng Cui Hong sebagai isterinya, untuk selama hidupnya. Pada masa itu, kekuasaan Kerajaan Beng sudah berada di ambang pintu kehancuran. Kaisar sendiri, yaitu Kaisar Cung Ceng, kaisar terakhir Dinasti Beng de mikian le mahnya dan berada dalam cengkeraman para Thai-kam (Pembesar Kebiri) yang menguasai istana. Kaisar menjad i boneka yang diper mainkan mereka. Menteri-menteri dan hulubalang tidak didengar nasehatnya dan kebanyakan dari mereka adalah koruptor-koruptor yang tidak peduli akan keadaan negara dan bangsa melainkan saling berlomba untuk menggendutkan perut sendiri. Pemberontakan terjadi di ma na- mana dan rakyat hidup sengsara, menderita dan tidak terjamin keamanannya karena setiap orang pembesar me mpergunakan kekuasaannya untuk bersimaharajalela, mengumbar nafsu menganda lkan kedudukan. Kepala jaksa Pui yang baru saja beberapa bulan la manya ditugaskan di Thian-cin, tidak ma u ketinggalan dengan rekanrekannya dalam hal bermumpung. Mumpung menduduki jabatan, mumpung me megang kekuasaan, dia pandai me mpergunakan kekuasaannya untuk kepentingan diri sendiri. Karena pengaruh uang sogokan yang amat besar jumlahnya, yang benar bisa saja dituntut dan dibikin salah, sebaliknya yang bersalah menjad i benar dan dilindungi. Perlindungan hukum hanya dikenal oleh orang berpangkat dan berduit. Bagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rakyat jelata yang miskin, jangan harap me mperoleh perlindungan hukum. Dengan seorang ayah seperti itu, tidaklah mengherankan kalau anak tunggalnya, Pui Ki Cong, bersikap sombong dan tinggi hati, suka mengganggu anak isteri orang mengandalkan kedudukan orang tuanya. Dia merupakan anak tungga l yang dimanja ayahnya. Setiap keinginannya pasti dipenuhi, dan hal ini tu mbuh menjadi penyakit yang berbahaya dalam batin Ki Cong. Sampai usianya hampir tiga puluh tahun, dia selalu berenang dalam kesenangan dan dia menuntut agar semua keinginannya terkabul. Karena suka berma in pere mpuan, berganti orang setiap ma la m, dia belum menikah dan hanya me mpunyai selir yang tak terhitung banyaknya. Di dalam gedungnya sudah penuh perempuan muda dan cam-yang menjad i selir. Kalau ada pelayan-pelayan baru yang masih gadis dan cantik, ha mpir tak pernah dia me mbiarkannya begitu saja dan dalam waktu beberapa hari saja, pelayan yang dipilihnya tentu naik pangkat menjadi selir. Belum lagi perempuan-pere mpuan yang dipilihnya di luar gedung, bahkan pelacur-pelacur tercantik di Thian-cin menjadi langganannya. Dengan kehidupan seperti itu, tidaklah mengherankan bahwa hatinya dibakar oleh kemarahan dan rasa penasaran karena dirinya telah ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis dusun puteri guru silat kampungan! Bukan hanya ditolak, bahkan p ipinya dita mpar sa mpai beng kaknya tiga hari baru kempis, dan dua orang pengikutnya juga dihajar oleh gadis ingusan itu! "Awas kau, kalau sa mpai terjatuh ke tanganku....!-" Berulang kali dia menganca m sa mbil mengepa l tinju dan rebah gelisah di atas pe mbaringan nya, tidak dapat senang hatinya walaupun beberapa orang selir tercinta mencoba untuk menghiburnya. Karena tidak melihat munculnya puteranya selama dua hari, Jaksa Pui lalu mengunjungi puteranya di dalam kamarnya dan melihat betapa puteranya itu rebah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan rambut kusut dan wajah mura m, dia merasa khawatir sekali. "Ki Cong, engkau kenapakah " Sejak kemarin aku t idak me lihat mu." Dengan sikap manja Ki Cong lalu berkata kepada ayahnya. "Ayah, aku merasa sangsi apakah benar dengan kedudukan ayah sebagai kepala jaksa di sini, orang-orang segan dan menghormat kepada ke luarga kita." Pembesar yang gendut perutnya itu bangkit berdiri lagi dan me mbe lalakkan matanya. "Tentu saja! Siapa yang berani tidak menghormat kepada kita" Aku berkuasa di sini. Aku yang memegang huku m, siapapun dapat kuhukum dan kutuntut dengan kekuasaanku!" "He mm, kalau benar begitu, kenapa dua hari yang lalu ada seorang gadis dusun, anak guru silat kampungan, berani menghinaku dan mena mpar mukaku?" "Apa" Kau dita mpar oleh seorang perempuan dusu n" Siapa orang itu" Biar kusuruh pasukan menangkapnya dan akan kuhukum berat pere mpuan keparat itu!" "Tapi..... aku bukan ber maksud menghukumnya, ayah. Aku..... aku cinta padanya." Tiba-tiba wajah yang bengis itu berubah dan tertawalah Jaksa Pui. "Ha-ha-ha! Begitukah kiranya" Ha-ha-ha, perempuan panas seperti itu me mang menarik sekali. Nah, apa sukarnya kalau kautarik ia dan jadikan selirmu" Ataukah engkau sudah ingin beristeri?" "Tida k, ayah. Akan tetapi aku ingin mendapatkannya. Hanya..... aku khawatir kalau ditolaknya, ma ka kuharap ayah....." "Ha-ha-ha, sungguh me ma lukan! Biasa nya dengan menggapai saja -setiap wanita katanya akan bertekuk lutut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan merangkak mengha mpirimu. Baru sekarang kau minta bantuanku. Seperti apa sih perempuan ini?" "Na manya Kim Cui Hong, puteri tunggal guru silat Kim Siok di dusun Nag ke-bun." "Baik, sekarang juga akan kukirim utusan untuk me minangnya menjadi selirmu. Jangan khawatir, pinanganku pasti diterimanya. Apalagi dia kan hanya guru silat, tentu dengan bangga dia akan menyerahkan puterinya kepadamu." Setelah berkata demikian, dengan mulut tersenyum dan hati penuh kepercayaan diri sendiri, pembesar itu meninggalkan kamar puteranya yang juga menjadi ge mbira dan penuh harapan. "Dapat kau sekarang.....!" Dia mengepal tinju, me mbayangkan betapa dia akan me mpermainkan dan men ikmati pere mpuan yang berani mena mparnya itu sepuas hatinya. Sudah dapat dipastikan bahwa orang yang menganda lkan kekuasaannya, dalam bentuk apapun juga kekuasaan itu, tentu berwatak sombong dan tinggi hati, suka me mandang rendah orang lain dan men ganggap bahwa dirinya sendiri yang paling berharga, paling penting dan paling tinggi kedudukannya di dunia ini. Orang seperti ini, kalau bertemu dengan orang lain yang lebih tinggi kedudukannya, yang tak dapat dibantah lagi kenyataan itu, misalnya bertemu dengan atasannya, maka tentu wataknya akan berubah lagi, menjadi seorang penjilat yang sudah tidak ketulungan lagi. Menjilat ke atas menginjak ke bawah, dua watak ini serangkai dan tak terpisahkan lag i. Dengan penuh kepercayaan, pembesar gendut Pui lalu mengirim utusan ke ru mah guru s ilat Kim S iok di dusun Angke-bun, untuk melamar puterinya yang bernama Kim Cui Hong menjad i selir putera tunggalnya. Dan dengan penuh kepercayaan akan hasil tugasnya dan membayangkan hadiah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang besar dari kanan kiri, comblang itupun berangkat dengan wajah gembira. Cui Hong bukan hanya tidak bercerita kepada suhengnya tentang peristiwa gangguan yang dilakukan Pui Ki Cong kepadanya, bahkan kepada ayahnyapun ia tidak menceritakan. Oleh karena itu, hati guru silat Kim Siok tidak menduga sesuatu ketika pada pagi hari itu dia kedatangan seorang tamu yang dikenalnya sebagai seorang comblang kenamaan di kota Thian-cin. Co mblang itu adalah seorang laki-la ki berusia lima puluh tahun leb ih, bertubuh tinggi kurus dan berkepala botak, berkumis kecil panjang turun berjuntai ke bawah me lalui tepi mulutnya dan bersambung dengan jenggotnya Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang jarang. Matanya sipit dan tajam, mulutnya mudah senyum. Comblang ini berna ma Gu Mo Sim dan terkenal sebagai perantara perjodohan yang pandai bicara sehingga banyak orang suka mengutusnya untuk me minang atau me mbicarakan tentang urusan perjodohan. Begitu disa mbut oleh tuan rumah, Gu Mo Sim segera me mber i hormat dengan tergopoh-gopoh dan mukanya dira maikan senyum gembira, sepasang mata yang sipit itu bersinar-sinar. "Kim-kauwsu, kionghi..... kionghi.....! Belum tahu apakah semalam kauwsu ber mimpi kejatuhan bulan" Heh-heh, sekali lagi kionghi (sela mat)!" Kim Siok adalah seorang guru silat dan semenjak kecil dia berkecimpung dengan seni o lah raga bela diri. Wataknya tidak suka akan hal yang bertele-tele. Dia menyukai sikap yang singkat padat, tegas dan jujur. Maka, sikap dan pe mbawaan comblang ini me mbuat ia muak, akan tetapi sebagai tuan rumah yang bija ksana, diapun menya mbut dengan senyum dan me mbalas penghormatan ta mu itu. "Saudara Gu, tiada hujan tiada angin mengapa kau me mber i selamat kepadaku" Aku tidak mengerti dan tidak dapat menerimanya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ha-ha-ha, sebentar lagi kau akan mengerti, Kim-kauwsu. Aku yang sudah tahu lebih dulu, saking gembiraku maka aku me mber i selamat. Biarkan a ku duduk me lepas lelah, dan aku akan menceritakan mengapa aku me mberi selamat. Tentu kauwsu semalam ber mimpi indah sekali." Kim Siok tidak mau menanggapi lag i ocehan ta munya. Dengan singkat dia me mpers ilakan ta munya duduk lalu bertanya, "Sebetulnya, keperluan apakah yang membawa saudara datang berkunjung?" Comblang itu menar ik napas panjang. "Aihhh..... apakah engkau tidak kasihan kepadaku, kauwsu" Tulang-tu langku yang sudah tua ini tidak sekuat tulang-tulangmu yang terlatih. Berilah a ku minum dulu sebelum aku menceritakan ber ita yang tentu akan amat mengejutkan dan juga a mat mengge mbirakan hatimu. Tuhan akan selalu me mberkahi orang yang baik hati, dan tentu engkau suka berbaik hati kepada seorang tamu yang kelelahan dan kehausan." Gemas se kali rasa hati Kim-kauwsu. mau rasanya dia menang kap leher baju orang ini dan melemparnya keluar lagi. Akan tetapi dia menahan kemarahannya, lalu menga mbil sendiri sebotol arak dan cawannya, menyuguhkannya kepada tamu yang cerewet itu. Tanpa sungkan-sungkan lag i, Gu Mo Sim la lu menuangkan arak ke dalam cawannya dan minum sampai tiga cawan arak. "He mmm..... segar rasanya. Arakmu enak se kali, kauwsu. Nah, sekarang barulah aku dapat bicara dengan leluasa. Kalau engkau tahu keper luan apa yang kubawa, tentu engkau akan menya mbutku dengan hidangan dua belas maca m! Ketahuilah, aku datang ini sebagai utusan kepala jaksa Thiancin, yaitu Pui Taijin." Dia m-dia m guru silat itu merasa terkejut dan juga heran sekali, akan tetapi dia menghibur hatinya bahwa tentu keperluan itu sa ma dengan keperluan para bangsawan dan hartawan di Thian-cin yang pernah menghubunginya. Tentu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jaksa inipun ingin dia me latih silat kepada puteranya. Hal ini banyak diminta para pembesar darinya dan tentu saja dia tidak dapat meno laknya walaupun dengan hati t idak begitu suka. Akan tetapi, dia sengaja member i latihan berat sehingga baru satu dua bulan saja anak-anak bangsawan itu sudah mundur dengan sendirinya, tidak tahan gemblengan keras dan sukar. "Keperluannya?" tanyanya dengan singkat, dengan wajah yang tidak beruban. Comblang itu mengangkat telunjuk kanannya sambil tersenyum. "Ha-ha, sampai bagaimanapun engkau takkan pernah dapat menerkanya, kauwsu. Engkau tentu bermimpi kejatuhan bulan sema la m." "Saudara Gu, harap segera katakan apa keperluan itu dan tidak me mutar- mutar pe mbicaraan!" tegurnya. "Aha, kiranya Kim-kauwsu seorang yang tidak sabaran menanti berita baik. Baiklah. Engkau me mpunyai seorang cian-kim s iocia (anak gadis terhormat), bukan" Berapa usianya sekarang, kauwsu?" Tiba-tiba saja Kim Siok merasa jantungnya berdebar kencang. Baru dia men duga ke arah mana perkacapan itu dan mengapa pula yang diutus seorang pe mbesar adalah seorang comblang. Kiranya mena ksir puterinya! "Apa hubungannya usia puteriku dengan tugas mu, saudara Gu?" "Hubungannya erat sekali. Ketahuilah bahwa aku diutus oleh Kepala Jaksa Pui untuk me minang puterimu untuk dijodohkan dengan putera tunggalnya, tuan muda Pui Ki Cong yang tampan, yang kaya raya, yang pandai dan terpelajar, yang bangsawan itu. Ha-ha, engkau terkejut, bukan" Aku sendiri terkejut ketika me nerima tugas. Tak kusang ka engkau me miliki nas ib yang begini baik, saudaraku! Kionghi, kionghi!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nanti du lu, saudara Gu! Maksudmu, anakku dila mar untuk menjad i isteri" "Bukan..... eh, menjadi selir tuan muda Pui Ki Cong....." Berubah wajah Kim Siok, menjadi merah karena dia marah sekali. "Selir" Bahkan isteripun bukan " Anakku dila mar untuk dijadikan selir....." Melihat perubahan muka itu, comblang Gu Mo Sim me njadi terkejut dan gugup. Dia lalu cepat berkata, "Ah, isteri juga... hanya isteri muda, begitulah istilahnya..." Kim Siok menahan kemarahannya. Puterinya, anak tunggalnya, dilamar menjadi selir dan comblang ini na mpak demikian ge mbira, seolah-olah yakin bahwa la maran itu tentu akan diterimanya. Kalau menurutkan keinginannya, la maran yang dianggapnya sebagai penghinaan itu akan langsung ditolaknya dan utusan itu akan dihajarnya. Akan tetapi guru silat ini bukan seorang bodoh yang se mbrono. Dia menahan dirinya, lalu bangkit dan me mberi hormat kepada ta mu itu. "Saudara Gu Mo Sim, harap sampaikan jawabanku kepada Pui Taijin, bahwa menyesal sekali aku terpaksa menolak pinangan ini. Aku merasa terhormat sekali, akan tetapi pinangan ini tidak mungkin dapat kuterima." Suara kekeh itu terhenti dan sepasang mata yang sipit itu mencoba untuk melebar, na mun tak berhasil sehingga na mpak lucu. Hampir Gu Mo Sim tidak me mpercayai telinganya sendiri. "Apa...." Mimpi burukkah aku atau.... kau yang sedang bermimpi buruk atau berubah ingatan" Kau tadi b ilang bahwa kau..... kau meno lak pinangan Pui Taijin yang berkuasa dan kaya raya?" "Tida k salah. Aku terpaksa menolak pinangan itu." "Tapi..... tapi, bagaimana ini" Kenapa ...." Aku tidak me lihat suatu alasan me ngapa kau sampai beran i meno lak.. ..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kim Siok maklum bahwa penolakannya tentu mengejutkan dan tanpa alasan yang kuat bahkan mungkin akan men imbulkan kemarahan di piha k pelamar. Maka dia-pun sejak tadi sudah menga mbil keputusan untuk mengajukan alasan yang memang sudah la ma menjadi keinginan hatinya. "Harap saudara Gu sampaikan ucapan terima kasih kami kepada Pui Taijin atas kehormatan yang dilimpahkan kepada keluarga kami. Akan tetapi terpaksa pinangan itu kami tolak karena anakku itu sudah terikat dalam pertunangan dengan Can Lu San, seorang muridku sendiri. Anakku tidak bebas lagi, me lainkan sudah me mpunyai seorang calon sua mi." Gu Mo Sim melongo. Hal ini sungguh sa ma sekali tak pernah disangkanya. Pui Taijin tidak pernah me ngatakan bahwa gadis yang dipinangnya itu sudah bertunangan dengan seorang pria lain. Tentu saja penolakan itu wajar dan dia tidak dapat membantah lagi. Bagaimanapun juga, dia seorang comblang yang terkenal dan bukan hanya dia akan kehilangan muka kalau sa mpa i pinangannya gagal, juga akan kehilangan hadiah besar. Dalam keadaan putus asa itu, diapun mencoba untuk me mbujuk. "Pertunangan itu masih belum terlambat untuk diputuskan, kan belum menikah" Apa artinya seorang murid dibandingkan putera Pui Taijin" Pula, hanya seorang murid, bukan kah murid itu seperti anak sendiri dan diputuskanpun tidak menjadi halangan...." "Cukup, saudara Gu Mo Sim!" Hampir habis kesabaran di dalam hati guru silat Kim itu. "Engkau hanya seorang utusan dan urusan pertunangan anakku tidak ada sangkut-pautnya denganmu! Engkau sudah menyampa ikan tugas mu dan aku sudah men jawab. Sampaikan saja jawaban ini kepada orang yang mengutus mu. Aku tidak banyak waktu untuk bercakapcakap denganmu!" Guru silat itu lalu bangkit dan dari suaranya jelas bahwa dia mengusir ta munya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan muka berubah merah Gu Mo Sim lalu bangkit, setelah me mandang beberapa ja m la manya, diapun menjura dan me mba likkan tubuhnya, pergi men inggalkan rumah guru silat Kim Siok dengan hati mendongkol dan kecewa bukan ma in. Sekali saja menjad i utusan Kepala jaksa Pui yang de mikian kaya dan berkuasa, dan ternyata dia gagal melaksanakan tugasnya dengan hasil baik. Karena hatinya kecewa, dia merasa sakit hati terhadap Kim Siok yang dianggapnya bersikap tidak baik dan merugikannya, maka begitu menghadap Pui Taijin, dia melapor sa mbil menje lek-jele kkan diri Kim-kauwsu. "Taijin, guru s ilat she Kim itu sungguh seorang manusia yang tak tahu diri sekali. Dia berani menolak pinangan taijin terhadap puterinya!" "Aihhh....!" Pembesar Pui yang gendut itu berseru marah dan alis matanya diangkat naik. "Keparat sombong! Berani dia meno lak" Apa alasannya?" "Anak pere mpuan itu sudah ditunangkan dengan muridnya yang bernama Can Lu San." "Aihhh....?" Kemarahan pe mbesar itu menurun. Bagaimanapun juga, dia mengerti pula aturan dan penolakan itu menjad i wajar. Bagaimana seorang gadis yang sudah me mpunyai calon suami dapat menerima pinangan orang lain" "Wah, kenapa Ki Cong tidak me mberi tahu" Celaka, kita menjad i ma lu, melamar gadis yang sudah mempunyai calon suami!" "Kalau Pu i-kongcu menghendaki se lir, biar selusin dan lebih cantik daripada anak guru silat kampungan itu, saya masih sanggup mencar ikan, Taijin. Harap hal itu jangan khawatir. Akan tetapi, guru silat itu harus dihajar. Adalah haknya untuk meno lak karena anaknya sudah bertunangan, akan tetapi dia tidak perlu marah- marah dan mengusir saya. Apakah dia tidak tahu bahwa ketika berhadapan dengan saya, maka saya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mewakili Pui Taijin dan kalau menghina saya, hal itu sama artinya dengan menghina Pui Taijin?" Akan tetapi Pui Taijin termenung. Kini dia mengerti mengapa puteranya dita mpar oleh gadis anak guru silat itu. Kiranya dia sudah bertunangan dan tentu Ki Cong menggodanya ma ka gadis itu marah dan mena mparnya. "Sudahlah, kalau dia marah tentu engkau tidak pandai me mbawa diri. Hal itu tidak per lu ribut. Yang lebih penting, coba kau hibur Ki Cong dan tawarkan gadis-gadis mu itu, agar dia tidak me mikirkan lagi anak tu kang silat itu." Melihat hasutannya tidak berhasil, Gu Mo Sim tidak berani mendesak. Dia me mperoleh kesempatan la in yang lebih ba ik untuk me la mpias kan rasa penasaran dan kecewa hatinya. Bergegas diapun pergi mene mui Pui Ki Cong dan di depan pemuda inilah dia me nghasut dengan kata-kata beracun. "Guru s ilat itu dan anak gadisnya a mat menghina mu, kongcu. Mereka bukan hanya menolak pinangan, bahkan berani me mburuk-burukkan kongcu, mengatakan kongcu tidak tahu aturan berani meminang seorang gadis yang sudah bertunangan dengan orang lain. Siapa yang tidak panas perutnya mendengar guru silat itu berkata bahwa biarpun kongcu putera jaksa atau putera raja sekalipun mereka tidak takut menolak! Pendeknya, gadis itu dan ayahnya dan tunangannya, bersikap menantang dan menghina sekali. Sayapun sebagai utusan Pui Taijin dihinanya dan diusirnya!" Wajah Pui Ki Cong sebentar merah' sebentar pucat. Perasaan di hatinya ber macam-maca m, akan tetapi yang paling kuat adalah kekecewaan dan kemarahan. Kecewa karena gadis yang me mbuatnya tergila-gila itu tidak jadi jatuh ke dalam pe lukannya dan marah karena selain ditolak la marannya, juga keluarga gadis itu berani menghinanya. Apalagi me lihat sikap pemuda bangsawan itu, Gu Mo Sim masih mena mbahkan minyak pada api yang berkobar itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mereka itu harus dihajar, kongcu. Kalau tidak tentu na ma besar kongcu dan Pui Taijin akan menjadi ce mar. Mari, kongcu, bawa sepuluh orang tukang pukul dan saya yang akan menjadi saks i. Kita serbu Ang-ke-bun dan kita hajar ayah dan anak dan calon mantunya itu, agar puas hati kita walaupun la maran dito lak!" Kebetulan ketika Gu Mo Sim menghadap, di situ terdapat dua orang kepala pengawal jagoan yang biasa membantu Puikongcu. Karena mereka berdua itu ditakuti orang, dan mereka me mang boleh dianda lkan, Pui Ki Cong lalu menarik dua orang kepala pengawal yang menjadi komandan pasukan pengawal ayahnya itu dan menjadi pe mbantu-pembantu pribadinya, me lakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada sangkutpautnya dengan tugas mereka berdua sebagai kepala pengawal. Ketika dua orang kepala pengawal ini mendengar laporan yang disampaikan Gu Mo Sim, mereka juga ikut Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menjad i marah. "Guru silat kampungan itu berani menolak pinangan kongcu, bahkan menghinanya" Keparat!" bentak komandan yang bernama Bhong Gun,, yang bertubuh pendek gemuk dan matanya bundar, mukanya licin seperti muka anak kec il. "Kita harus menghajarnya! Kongcu tak usah khawatir, kami berdua cukup untuk me nghajar guru silat itu!" bentak pula komandan ke dua, yang bertubuh tinggi besar dan mukanya penuh brewok menyeramkan. Orang ini berna ma Teng Ki dan terkenal me miliki tenaga besar, sedangkan kawannya yang bernama Bhong Gun tadi terkenal pula dengan gerakannya yang lincah dan cepat walaupun tubuhnya bundar. "Nah dengan adanya dua orang ciang-kun ini, tentu guru silat kampungan she Kim itu dapat dihajar sampai bertobat!" Gu Mo Sim mena mbah. "Akan tetapi harus diingat bahwa mereka itu dan murid, ayah dan anak semuanya adalah ahliahli silat." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ji-wi ciangkun (perw ira berdua) harap me mbawa pasukan belasan orang. Kita berangkat sekarang juga!" Tiba-tiba Pui Ki Cong yang sudah menjadi panas perutnya itu mengajak dua orang pembantunya. "Eh, kongcu mau ikut juga?" tanya Gu Mo Sim. "Kalau begitu, sayapun ikut. Ingin saya melihat guru silat kampungan itu dihajar babak be lur, ha-ha!" Demikianlah, dengan kemarahan meluap-luap, Pui Ki Cong tanpa setahu ayahnya, membawa dua belas orang pengawal termasuk Bhong Gun dan Teng Kui, tiga belas bersama Gu Mo Sim yang sudah berge mbira ingin nonton keramaian untuk me la mpiaskan rasa kecewa dan marahnya terhadap keluarga guru silat Kim Siok. Dua orang pengawal itu tentu saja pernah mendengar na ma guru silat Kim Siok, akan tetapi mereka tidak merasa gentar karena selain mereka berduapun ah li silat, juga mereka berdua adalah komandan pengawal dan kini mereka me mbawa sepuluh orang anak buah. Takut apa" 3uga kedudukan mereka sebagai kepala pengawa l jaksa Pui merupakan andalan yang cukup kuat. Bagaikan pasu kan yang hendak maju perang, empat belas orang itu menunggang kuda dan keluar dar i kota Thian-cin menuju ke selatan, ke dusun Ang-ke-bun. **d*w** Cui Hong menghadap ayahnya dengan alis berkerut dan hati diliput i ketegangan. Ia tadi tahu bahwa ayahnya kedatangan seorang tamu yang tidak dikenalnya. Akan tetapi ketika ta mu itu pulang, ayahnya nampak seperti orang marah dan me manggil dia bersama Lu San untuk menghadap. Kini ia duduk di atas bangku di depan ayahnya. Lu San juga datang dan murid ini menjatuhkan diri berlutut, akan tetapi Kim S iok minta kepada murid ini untuk bangkit dan duduk di atas bangku dekat Cui Hong, Kini mereka berdua duduk di atas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bangku menghadapi orang tua yang wajahnya nampak mura m itu. "Ayah, ada urusan apakah maka ayah kelihatan tidak gembira seperti biasanya, bahkan me manggil aku yang sedang sibuk me mbuat masakan istime wa untuk ayah?" Gadis ini mas ih ge mbira kalau mengingat beberapa hari yang la lu, kembali ia mengejutkan dan men ggembirakan hati ayahnya dengan masakan istime wa untuk merayakan hari ulang tahun ayahnya. Dan pagi ini iapun ingin me mbuat masakan istimewa untuk ayahnya, karena suheng-nya kemarin telah mendapatkan ja mur-jamur kuning yang enak dimakan dan yang mula i bertu mbuh di dalam hutan karena hujan sudah mulai turun. Akan tetapi, kegembiraan Cui Hong na mpaknya tidak dapat mene mbus awan kelabu yang menggelapkan wajah guru silat itu. Dia bahkan menarik napas panjang, lalu bertanya kepada puterinya sambil me natap tajam wajah yang manis itu, "Cui Hong, berapakah usia mu tahun ini?" "Eh." Aih, bagaimana sih ayah ini" Apakah ayah sudah lupa berapa usia anaknya sendiri, anak tunggal lag i?" "Aku tidak lupa, Hong-ji, hanya ingin mengingatkan. Berapa usia mu sekarang?" "Beberapa bulan lag i enam be las tahun, ayah." Ayahnya mengangguk-angguk. "Sudah dewasa, bukan anak-anak lag i. Sungguh bukan anak-anak lagi, Hong-ji." "Ayah, apa maksudmu...?" Cui Hong me mandang ayahnya, kini dengan serius dan sinar mata penuh selidik karena ia merasa benar akan perbedaan dalam sikap dan kata-kata ayahnya. "Maksudku, Hong-ji, bahwa seorang wanita yang sudah dewasa, akan kemana lagi kalau bukan me masu ki hidup baru, menjad i seorang isteri dan ratu ruma h tangga" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah, jangan bicara seperti teka-teki. Apa ma ksudmu?" "Hong-ji, keadaan negara sedang tidak aman. Kini bangsa Mancu sudah mulai menekan dari utara, sedangkan di manamana terjadi pemberontakan. Keadaan sebentar lagi akan kacau dan tidak aman oleh akibat perang. Karena itu, akan lebih tenanglah hatiku me lihat engkau sudah terikat dan sudah ada yang melindungi....." "Ayah, sekali lagi, apa ma ksudmu terhadap diriku?" "Engkau sudah dewasa, Hong-ji, sudah tiba waktunya bagimu untuk men ikah." "Ahhh.....!" Wajah itu berubah merah sekali dan hampir Cui Hong lari saking malunya. Ayahnya bicara soal pernikahan begitu saja, apalagi di depan suhengnya. Akan tetapi, ia seorang gadis yang lincah dan tabah, maka ia menekan batinnya yang diliputi perasaan malu dan ia me mbantah sesuai dengan suara hatinya. "Akan tetapi, ayah. Usiaku baru hampir ena m belas tahun! Aku..... aku belum ingin menikah, masih ingin me layani ayah. Dan dengan adanya ayah disa mpingku, ditambah lagi dengan kekuatanku sendiri, apa yang ayah khawatirkan" Aku ma mpu menjaga diri sendiri." "Me mang tadinya akupun berpikir de mikian, tidak akan tergesa-gesa, setidaknya menanti sampai engkau berusia tujuh belas atau delapan belas tahun. Akan tetapi kedatangan tamu tadi mengubah pikiranku....." "Ta mu siapakah, ayah" Orang yang tinggi kurus berkepala botak tadi" Siapakah dia dan apa hubungan kedatangannya dengan aku" Dengan.. ... maksud ayah?" "Dia ada lah comblang Gu Mo Sim dari Thian-cin dan kedatangannya tadi adalah untuk meminangmu, Hong-ji." "Ahh.....! Dan ayah..... ayah menerima pinangannya!" Gadis itu setengah berteriak saking kaget dan khawatirnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hati gadis itu lega karena ayahnya menggeleng kepalanya dengan cepat. "Dia datang sebagai utusan Kepala jaksa Pui Taijin, melamar engkau untuk puteranya yang bernama Pui Ki Cong....." "Ahhh...." Cui Hong berseru kaget. "Untuk menjadi.. selirnya. Aku menolaknya dengan keras." "Ahhh.....! Si keparat! Berani benar dia!" teriak Cui Hong dan me mbuat ayahnya menjadi heran mendengar ini. Juga Lu San yang sejak tadi hanya duduk dia m mendengarkan percakapan yang menegangkan hatinya ini, kini mengangkat muka me mandang wajah sumoinya. "Kau sudah mengenal dia?" "Tentu saja! Aku belum bercerita kepada ayah, juga kepada suheng aku tidak bicara apa-apa. Terjadinya pada hari ulang tahun ayah itu. Aku pergi ke pasar Thian-cin untuk berbelanja sayur dan ayam untuk me mbuatkan masakan istimewa untuk ayah. Ketika pulang dari pasar, seorang pemuda jangkung bersama dua orang kaki tangannya menghadang perjalananku dan bersikap kurang ajar kepadaku. Karena dia menggangguku, maka aku telah mena mpar mukanya. Dua orang kaki tangannya menyerangku dan kuhajar mere ka, lalu aku pulang dengan cepat....." "Ah, ketika itu engkau na mpak marah- marah dan mukamu merah pada m, sumoi. Kiranya terjadi hal itu?" kata Lu San yang teringat akan keadaan sumoinya pada beberapa hari yang lalu itu. "Benar, dan sekarang, dia berani menyuruh seorang untuk me minangku. Keparat benar orang itu! Kalau tahu begini, tentu aku akan men ghajarnya lebih keras lag i! "He mm..." ada kejadian seperti itu?" Guru silat Kim Siok mengerutkan alisnya dan berpikir keras. "Dia tertarik pada mu, mengganggumu dan kauta mpar dia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi dia malah menyuruh ayahnya mengirim utusan me la mar, dan melamar mu untuk menjadi selirnya. Sungguh terlalu!" Guru silat itu mengepal t inju. "Memang hatiku sudah merasa tidak enak sejak munculnya comblang keparat itu. Dan kini ceritamu lebih meyakinkan lagi hatiku. Engkau harus segera menikah, Hong-ji!" "Tapi, ayah! Engkau sudah menolak la marannya, dan akupun tidak sudi....." "Jangan bodoh, Hong-ji. Tentu saja akupun tidak rela me mbiarkan engkau menjadi selir keparat itu. Tidak, engkau bukan menjad i selir anak jaksa itu, me lainkan menjadi isteri dari suhengmu ini, Can Lu San." "Ahh.....!" Cui Hong berseru dan me nahan suaranya, menunduk dan tidak berani berkutik lagi saking malunya. Ingin ia lari akan tetapi mengingat akan pentingnya persoalan yang dibicarakan, ia menahan diri dan hanya menunduk. "Ahh....!" Can Lu San juga terkejut karena ucapan suhunya ini terlalu tiba-tiba datangnya, walaupun sudah sejak lama dia jatuh cinta kepada sumoinya dan sudah lama mengharapkan putusan suhunya ini. Diapun lalu menundukkan mukanya yang berwarna ke merahan. Melihat sikap kedua orang muda yang menundukkan muka dengan malu-ma lu itu, Kim Siok tersenyum. "Kurasa kalian merasa setuju dan dapat menerima keputusanku agar kalian berjodoh dan menjad i suami isteri." Dua orang muda itu tidak dapat menjawab dan kepala mereka se makin menunduk. Kim Siok mendapat akal. "Kalau ada di antara kalian merasa tidak setuju, harap menyatakan sekarang juga karena kalau dia m saja sudah kuanggap kalian tidak meno lak dan sudah merasa setuju. Bagaimana" " Can Lu San yang setuju seribu prosen itu tentu saja merasa lega dan diapun hanya menunduk, bahkan sema kin rendah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mukanya menunduk. Tiba-tiba Cui Hong mengangkat mukanya. "Ayah....." Hati ayah ini terperanjat. Apakah puterinya tidak setuju" Dengan was-was dia menatap wajah puterinya penuh selidik. "Ayah, perlukah pernikahan dilakukan tergesa-gesa" Kalau hanya ancaman dari keparat itu saja....." "Anakku, ketahuilah bahwa tadi aku terpaksa me mpergunakan alasan untuk meno lak pinangan dari Jaksa Pui, dan alasan yang kupergunakan adalah bahwa kau telah bertunangan dengan Lu San. Dan hatiku takkan merasa tenteram sebelum kalian benar-benar menjad i sua mi isteri sehingga tidak akan ada yang berani mengganggumu lagi karena- engkau sudah bersuami. Aku merencanakan untuk merayakan pernikahan itu dalam bulan ke sepuluh depan ini." "Bulan ke sepuluh" Kini sudah ke tujuh. Tinggal tiga bulan lagi," pikir Cui Hong dengan jantung berdebar tegang. "Bagaimana" Apakah kalian setuju" Ingat, kita sekeluarga hanya tiga orang, aku tidak dapat mengajak siapapun berunding kecuali kalian. Karena itu, keluarkan pendapat kalian. Apakah kalian setuju kalau pernikahan dila kukan dalam bulan ke sepuluh?" Tanpa mengangkat mukanya, Cui Hong berkata lirih, "Terserah kepada ayah....." Mendengar sumoinya menjawab, Lu San me mberanikan diri berkata pula, "Teecu hanya mentaati segala perintah suhu." "Nah, kalau begitu legalah hatiku." Akan tetapi baru saja guru silat itu merasa terlepas daripada himpitan kekhawatiran, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda yang berhenti di depan rumah mereka. Kim Siok saling pandang dengan puteri dan muridnya, dan ketiganya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lalu serentak meloncat bangun dan berlari keluar. Dan di pekarangan rumah mere ka itu telah berloncatan turun enam belas orang perajurit pengawal berpakaian seragam yang dikepala i dua orang perwira, dan yang dua orang lagi adalah Pui Ki Cong dan Gu Mo Sim! Melihat pe muda jangkung kurus itu, tentu saja Cui Hong sudah menjad i marah sekali dan tahu bahwa pemuda itu datang mencari gara-gara. Sedangkan Kim Siok send iri begitu me lihat hadirnya Gu Mo Sim di s itu, sudah dapat menduga apa artinya kedatangan rombongan perajurit ini. Tentu ber maksud kurang ba ik. "Hati-hati....." bisiknya kepada puteri dan muridnya. Akan tetapi Gu Mo Sim yang sudah me langkah maju dan orang ini me mperoleh keberanian karena mengandalkan pasukan itu, sudah menudingkan telunjuknya ke muka Kim Siok dan me ma ki, "Guru s ilat kampungan she Kim! Engkau sudah berani meno lak kehormatan dan ma ksud ba ik keluarga Pui yang mulia, bahkan berani pula mengusir aku yang menjad i utusannya. Agaknya engkau me mang sudah bosan hidup! Hayo cepat minta maaf kepada Pui-kongcu dan cepat menyerahkan nona Kim dengan ba ik-baik untuk menebus Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dosamu!" Bukan main marahnya hati Kim Siok mendengar ucapan ini. Biarpun dia tahu dar i cerita puterinya bahwa putera jaksa Pui itupun bukan seorang yang baik-baik, akan tetapi sedikit banyak comblang Gu Mo Sim ini me mpengaruhinya. "Mulut mu yang busuk itulah yang perlu dihajar!" katanya dan dia me langkah maju untuk mena mpar muka comblang itu. Melihat ini Gu Mo Sim lari bersembunyi di belakang Pui Kongcu. "Kaupun bukan manusia baik-ba ik. Mau apa datang ke sini" Mau minta dita mpar sampa i muka mu hancur?" bentak Cui Hong dan iapun sudah melangkah maju untuk mengha mpiri Pui Ki Cong. Akan tetapi, Bhong Gun dan Teng Kui sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cepat melangkah maju untuk menghadang ayah dan anak yang marah itu. "He mm, guru silat Kim Siok, berani engkau hendak me lawan yang berwajib" Hayo cepat kau berlutut dan menyerah!" bentak Bhong Gun dengan sikap gagah dan galak. Kim Siok memandang mereka berdua dan tersenyum mengejek. "Aha, bukankah kalian ini dua orang perwira keamanan di Thian-cin yang bertugas mengawal pembesar" Sebagai kepala pengawal, tugas kalian adalah menjaga keselamatan pe mbesar, bukan untuk berlagak menindas rakyat." "Kurang ajar! Tangkap dia!" Pui Ki Cong yang sudah tidak sabar lagi me lihat Cui Hong di situ dan ingin cepat-cepat menang kap dan me mbawa pulang gadis itu, sudah me mberi aba-aba. Mendengar aba-aba ini, dua orang perwira pengawal itu lalu menerjang maju. Bhong Gun yang gemuk pendek menerjang Kim Siok, sedangkan Teng Kui yang tinggi besar itu maju menyerang Cui Hong. Akan tetapi dengan cepat Lu San yang berdiri di belakang gadis itu meloncat ke depan menya mbut terjangan Teng Kui mewakili tunangannya atau sumoinya. Seperti juga Kim Siok yang sudah mulai berkelahi me lawan Bhong Gun, Lu San segera bertanding melawan Teng Kui dengan serunya. Sementara itu, melihat betapa ayahnya dan suhengnya sudah berkelahi, Cui Hong yang sudah marah sekali terhadap Pui Ki Cong, sudah menerjang ke depan untuk menyerang pemuda yang menjad i biang keladi se mua keributan ini. Akan tetapi, beberapa orang perajurit pengawal menyambutnya dengan senjata mereka dan sebentar saja Cui Hong sudah dikeroyok oleh belasan orang perajurit itu! yang sebagian me mbantu Bhong Gun yang nampaknya kewalahan menghadap i guru silat Kim Siok. Bhong Gun yang ge muk pendek itu, biarpun me miliki gerakan yang lincah dan cepat, ternyata bukan lawan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seimbang dari guru silat Kim. Mula- mula dia me mang menyerang dengan ganas, menggunakan kaki tangannya yang serba pendek namun cepat dan kuat itu, hendak mendesak lawan. Namun, Kim Siok adalah se orang ahli silat murid Siauw-lim-pai yang sudah me miliki ilmu s ilat yang matang. Ilmu itu sudah mendarah daging dalam gerakannya dan sebagai guru silat, tentu saja ia seringkali mengajar muridmuridnya dan hal ini sa ma saja dengan berlatih diri, maka gerakannya cekatan dan tepat. Mula-mula dia hanya me mbela diri, akan tetapi agaknya pihak lawan tidak tahu diri, tidak mau tahu bahwa dia banyak mengalah. Maka setelah lawan terus mendesaknya sampai dua puluh jurus leb ih, Kim Siok mulai me mbalas dan baru beberapa jurus saja dia me mbalas, sebuah kakinya berhasil mendarat dengan tendangan kilat ke arah perut Bhong Gun yang bundar dan gendut. "Bukkkk!" Bagaikan sebuah bola yang ditendang, tubuh Bhong Gun terlempar dan terbanting roboh sampai tergulingguling. Akan tetapi ternyata dia cukup lihai karena begitu terlempar, dia sengaja menggulingkan dirinya sehingga dia ma mpu cepat me lompat bangkit lag i. Kini dia mencabut keluar goloknya dan menyerang lagi, dibantu oleh e mpat orang perajurit yang melihat betapa komandan ini kewalahan menghadap i guru silat Kim. Karena Bhong Gun dan e mpat orang perajurit itu me mpergunakan senjata, Kim Siok juga segera melolos ikat pinggangnya yang merupakan senjata yang ampuh. Ikat pinggang ini terbuat daripada kain yang ulet, akan tetapi dikedua ujungnya diikatkan mata pisau bercabang tiga yang kecil namun cukup berat. Segera terjadi pengeroyokan yang lebih seru lag i. Perkelahian antara Lu San dan Teng Kui a mat rama i. Walaupun Teng Kui juga me mpergunakan goloknya dan Lu San hanya bertangan kosong, namun komandan pengawal itu tidak ma mpu mengimbangi kecepatan gerakan Lu San dan sudah beberapa kali dia terkena pukulan dan tendangan. Kalau saja tidak ada dua orang anak buahnya yang cepat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbantunya tentu dia sudah roboh dalam waktu kurang dari dua puluh jurus saja Dikeroyok tiga, Lu San yang gagah perkasa itu masih menga muk dan sama sekali tidak terdesak walaupun tiga orang pengeroyoknya mempergunakan senjata golok. Sisa enam orang anak buah pasukan pengawal itu mengeroyok Cui Hong. Namun, mereka yang bertangan kosong dan tidak beran i me mpergunakan senjata karena Pui Ki Cong melarang mereka me luka i gadis itu, sa ma sekali bukan lawan tangguh bagi Cu i Hong. Dara re maja ini berloncatan dengan lincah seperti seekor burung walet menghindarkan diri dari tangan-tangan yang hendak menang kapnya, dan me mbagi-bag i ta mparan dan tendangan yang cukup keras sehingga ena m orang itu jatuh bangun dan tiap kali terkena tamparan atau tendangan tentu terpelanting dan mengaduh. Dara itu sungguh lincah dan kecepatan gerakannya sama sekali t idak dapat diimbangi oleh ena m orang pengeroyok yang hanya memiliki tenaga otot yang besar dan keberanian karena mengeroyok itu. Perkelahian itu, walaupun t idak seimbang dalam jumlah, namun ternyata keadaannya sama sekali ber lawanan dengan jumlahnya karena keluarga guru s ilat yang hanya terdiri dari tiga orang itu ternyata ma mpu mendesak para pengeroyok yang jumlahnya empat belas orang! bahkan di antara para pengeroyok, terutama yang mengeroyok guru silat Kim, banyak yang sudah roboh dan tidak ma mpu melanjutkan pengeroyokan lagi. Melihat keadaan yang tidak menguntungkan pihaknya ini, Gu Mo Sim menjad i ketakutan. "Kongcu.....! Kongcu.....! Mari kita pergi. Cepat-cepat.....!" Comblang yang berwatak pengecut ini dengan ketakutan lalu lari mengha mpiri kudanya dan berusaha meloncat ke atas punggung kuda. Akan tetapi karena dia me mang bukan ah li menunggang kuda dan berada dalam keadaan panik, loncatannya tidak mencapai sasaran dan kakinya yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menginjak sanggurdi terpeleset sehingga diapun terjatuh. Ketika dia hendak bangun dia terkejut setengah mati melihat bahwa Kim Siok telah berdiri di dekatnya. "Celaka......!" serunya. "Manusia busuk!" Kim-kauwsu me ma ki dan sekali tangannya mena mpar, terdengar suara "krekk!" dan tulang pundak comblang itupun patah-patah. Manusia itu menjer itjerit, lebih karena takut dan ngeri daripada karena nyeri dan belum apa-apa diapun sudah terkulai le mas dan pingsan. Sementara itu, ketika mendengar teriakan Gu Mo Sim, Pui Ki Cong juga tahu akan bahaya. Tak disangkanya bahwa keluarga guru s ilat itu sedemikian lihainya. Maka diapun berpikir bahwa me larikan diri lebih aman dan diapun cepat lari dan me loncat ke atas punggung kudanya. Akan tetapi, baru saja tubuhnya tiba di atas sela di punggung kudanya, tahu-tahu ada bayangan berkelebat dan Cui Hong sudah berada di sampingnya. "Turun kau, pengacau busuk!" Dara re maja itu mendorongkan kedua tangannya dan tanpa dapat dihindarkan lagi, tubuh pemuda bangsawan itu terpelanting dari atas punggung kuda dan terbanting ke atas tanah sa mpai menge luarkan suara berdebuk. Pe muda bangsawan itu mengaduh, akan tetapi dia ketakutan dan memandang dengan muka pucat kepada dara re maja yang sudah melangkah mengha mpirinya dengan sikap menganca m. Saking takutnya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pui Ki Cong sampa i tidak ma mpu bangun dan celananya menjad i basah tanpa disadarinya! "Hong-ji, jangan.....!" Tiba-tiba Kim Siok berseru keras dan puterinya yang sudah siap me mberi hajaran keras kepada Pui Ci Kong mengurungkan niatnya dan meninggalkan pemuda yang masih rebah di atas tanah itu. Ternyata perkelahian itu sudah se lesai. Bhong Gun sudah roboh, demikian pula Teng Kui. Dari dua belas orang pengawal, yang delapan orang luka-luka dan kini yang e mpat orang tidak beran i lagi me lawan. "Kalian pergilah dan jangan mengganggu kami lagi!" kata guru silat Kim Siok. Dengan susah payah, dan saling bantu, enam belas orang itu lalu men inggalkan dusun Ang-ke-bun, menunggangi kuda mere ka perlahan-lahan karena sebagian besar dari mereka luka- luka. Setelah mereka pergi, Kim Siok ber kata kepada puterinya dan muridnya, "Kalian ber kemas. Kita harus pergi sekarang juga!" "Ke mana, ayah?" Cui Hong bertanya heran. "Ke selatan, makin jauh makin ba ik." "Ah, perlu apa kita melarikan diri. ayah" Maksud ayah, kita harus melarikan diri, bukan?" Guru silat itu menatap wajah puterinya dan juga wajah Lu San yang agaknya juga merasa penasaran mendengar bahwa mereka diharuskan melarikan diri dar i dusun tempat tinggal mereka. -ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 2 "AGAKNYA kalian belum dapat me mbayangkan akan bahaya besar yang mengancam kita. Apakah kalian tidak menyadari bahwa Pui Ki Cong itu adalah putera kepala jaksa di Thian-cin" Lihat saja sepak-terjangnya. Ditolak lamarannya, dia malah me mbawa pasukan pengawa l untuk menghukum kita. Untung bagi kita bahwa perhitungannya keliru. Kalau dia datang bersama pasukan besar yang jumlahnya puluhan atau ratusan orang, tentu kita tadi tidak akan mampu menyelamatkan diri dan entah bagaimana nasib kita. Oleh karena itu, sekarang juga kita harus pergi dari s ini sebelum pasukan yang lebih besar datang untuk menangkap atau me mbunuh kita." "Aku tida k takut!" Cu i Hong berteriak. "Mereka itu jahat dan aku akan me lawan mere ka, akan kuhajar mere ka!" "Cui Hong, jangan bicara seperti anak kecil," ayahnya menegur. "Keberanian tanpa perhitungan bukan merupakan kegagahan, melainkan suatu kebodohan. Hanya menganda lkan keberanian me lawan pasukan besar pemerintah dengan nekat, hal itu berarti bunuh diri. Ucapanmu itu menimbulkan keraguan apakah engkau ini me mang gagah atau bodoh." Cui Hong dapat melihat kebodohannya dan iapun tidak me mbantah lag i hanya mengepa l tinju karena marah sekali kepada Pui Ki Cong yang menjad i biang keladi semua ini. "Akan tetapi, suhu. Sudah jelas bahwa sumoi tidak bersalah, kita tadi hanyalah membela diri. Kalau kita tidak bersalah, kenapa kita harus pergi" Bukankah melarikan diri seperti juga menga ku bersalah" Kita tidak bersalah, dan pemerintah tentu dapat menilainya." Lu San juga me mbantah karena diapun merasa penasaran mengapa mere ka yang diganggu, malah kini mereka yang harus me larikan diri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gurunya menarik napas panjang. "Memang mendatangkan rasa penasaran sekali, Lu San. Akan tetapi engkau harus menyadari bahwa dalam keadaan pemerintah le mah seperti ini, kaisar tidak berwibawa sa ma sekali sehingga kita sendiri bingung siapa sebenarnya yang berkuasa. Oknum-oknum yang me megang jabatan itu ataukah hukum pe merintah. Dala m keadaan seperti sekarang ini, bisa saja kita dituduh Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebagai pemberontak dan dihadap kan kepada pasukan keamanan pe mer intah. Karena itu, satu-satunya jalan adalah menghindarkan bentrokan lebih lanjut dan melarikan diri sejauh mungkin dari s ini." Dengan hati penuh duka dan penasaran, terpaksa Cui Hong mentaati ayahnya dan mereka bertiga lalu berkemas. Kepada, beberapa orang murid yang rumahnya berdekatan dan sudah berdatangan mendengar keributan yang terjadi di rumah guru mereka, Kim Siok meninggalkan pesan agar mereka tidak menca mpuri urusan itu dan sebaiknya menjauhkan diri jangan sampai terlibat kalau pihak pe mbesar she Pui itu mencari gara-gara di antara murid-muridnya. Mereka bertiga hanya dapat me mbawa barang-barang kecil dan berangkatlah mereka meninggalkan Ang-ke-bun pada hari itu juga. Apa yang dikhawatirkan guru silat Kim Siok me mang tidak berselisih jauh dengan kenyataannya. Jaksa Pui menjadi marah bukan main ketika dia melihat puteranya babak belur dan kepalanya tumbuh benjolan besar ketika terjatuh dari atas kuda. Ada dua hal yang me mbuat pe mbesar itu marah. Pertama karena kelancangan puteranya yang membawa pasukan untuk bertindak sendiri. Ke dua karena puteranya telah dipukul dan dihina orang. "Ayah, kita akan kirim pasukan besar untuk menangkap dan menghukum mereka!" kata Pui Ki Cong yang merasa malu dan marah sekali. "Bodoh! Kau hendak menar ik perhatian orang seluruh Thian-cin" Memukul anjing tidak perlu menggunakan tongkat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terlalu besar. Akan memalukan saja kalau kita harus menggunakan pasukan. Apalagi, urusan ini adalah urusan pribadi, bukan urusan pemer intah." "Akan tetapi, apa sukarnya mengalihkannya menjadi urusan pemerintah, ayah" Bukankah mereka telah melabrak pasukan pengawal dan berarti mereka itu telah me mberontak" Anggap saja mereka pemberontak-pe mberontak dan ayah berhak untuk me mbas minya dengan pasukan, bukankah begitu?" "Bodoh! Mana ada pe mberontak hanya tiga orang dan alangkah me ma lukan kalau harus menundukkan tiga orang saja me mpergunakan pasukan besar. Tidak, suruh orang panggil ke s ini Thian-cin Bu tek Sa m-eng!" Pui Ki Cong terbelalak. "Bu-tek Sa m-eng" Tapi..... mana mereka mau me mbantu kita dan..... mereka bukan pembunuh-pembunuh bayaran." "He mm, kau tahu apa" Mereka itu haus a kan kedudukan dan kini aku akan me mberi kesempatan kepada mereka untuk meraih kedudukan. Kalau aku menjanjikan kedudukan dan me mper kenalkan mere ka ke kota raja, tentu mereka mau me mbe kuk tiga orang itu." "Bagus, kalau mereka yang maju, tentu tiga orang itu dapat dibekuk. Akan tetapi, jangan boleh me mbunuh mereka, ayah. Aku ingin me ndapatkan mereka hidup-hidup di tanganku!" Sang ayah yang sangat sayang kepada puteranya itu tersenyum dan mengangguk angguk. "Hayo cepat kirim utusan kepada mereka!" Pui Ki Cong lalu cepat mengutus pengawal me ngundang tiga orang jagoan itu dan pengawal itu tentu saja tahu ke mana harus mencar i mereka. Nama besar tiga orang jagoan itu amat terkenal. Baru julukannya saja Thian-cin Bu-tek Sa meng (Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tak la ma kemudian, tiga orang penunggang kuda me masu ki pekarangan yang luas dari rumah gedung pembesar Pui. Melihat laga k dan pa kaian saja, mudah diduga bahwa tiga orang penunggang kuda ini ada lah jago-jago silat. Mereka menunggang kuda dengan cara yang gagah, duduk dengan tegak di atas kuda mere ka yang tinggi besar. Siapakah tiga orang gagah ini dan mengapa mereka berani me mpergunakan julukan yang de mikian tekebur, yaitu Tiga Orang Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin" Seorang di antara mereka berna ma Gan Tek Un berusia kurang lebih tiga puluh lima tahun, berperawakan sedang, mukanya bersih dan termasuk tampan juga, akan tetapi wajah yang tampan bersih itu dingin sekali, jarang tersenyum dan matanya amat taja m men usuk. Pakaiannya indah, model pakaian pendekar yang serba ringkas. Sepasang pedang tergantung di punggungnya, bersilang dengan ronce-ronce merah dan kuning. Orang ke dua bernama Koo Cai Sun, usianya juga kurang lebih t iga puluh lima tahun. Tubuh orang ini agak ge muk, terutama di bagian perutnya yang gendut. Mukanya juga bersih karena dia berkulit put ih kuning, muka yang bulat karena gemuk. Sepasang matanya yang lincah mengerling ke kanan kiri itu, mulutnya yang bibirnya agak tebal dan selalu tersenyum-senyum ge mbira, menunjukkan dengan jelas bahwa dia seorang mata keranjang dan so mbong, pakaiannya pesolek, bahkan dari pakaian itu berha mburan bau minyak wangi me lebihi wanginya pakaian pe lacur di waktu ma la m. Rambutnya disisir licin bekas minyak. Di pinggangnya, secara menyolok sekali, tampak terselip sepasang to mbak pendek, yaitu senjata siang-kek, tombak cagak yang pendek, yang di kedua gagangnya dipasangi tali merah. Adapun orang ke tiga berna ma Louw Ti, usianya juga sebaya, kurang lebih tiga puluh lima tahun, la dapat dibilang buruk rupa di antara ketiganya. Hidungnya pesek dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tubuhnya pendek tegap na mpak kuat sekali. Mukanya hitam dan matanya menyeramkan. Dia tidak me mbawa senjata, akan tetapi di pinggangnya melingkar sebuah benda yang menarik. Itulah sebatang cambuk hitam yang ujungnya dipasangi kaitan baja! Tiga orang ini sebenarnya berasal dari aliran yang berbeda. Akan tetapi secara kebetulan, tiga orang ini sama-sama menjad i murid seorang pertapa tersesat, seorang tokoh sakti dari dunia hita m. Karena mereka seguru, maka mere ka la lu bersatu dan me mang tingkat kepandaian mereka sa ma. Mereka bertiga, dengan kepandaian mas ing-masing, sudah menjadi seorang jagoan yang sukar dilawan. Apalagi mereka bersatu dan saling bela, tentu saja kekuatan mereka menjad i berlipat ganda. Inilah sebabnya, mereka menjadi jumawa dan merasa tidak ada lagi yang ma mpu menand ingi mereka dan mereka berani me mpergunakan julukan Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin. Bukan hanya karena kepandaian mereka yang tinggi yang me mbuat mereka berani me makai julukan ini, juga terutama sekali karena mereka me mpunyai hubungan yang amat baik dan erat dengan kalangan atas, dengan pejabatpejabat tinggi yang berkuasa di Thian-cin. Inilah sebabnya maka para pendekar, walaupun merasa penasaran mendengar tentang julukan mereka yang amat tekebur itu, mereka segan untuk menentang mereka yang berlindung d i ba lik kekuasaan para pejabat dan membiarkan mereka mabo k dalam kejumawaan mereka. Tiga orang itu me makai julukan Sa m-eng (Tiga Jagoan atau Tiga Pende kar) karena me mang mereka merasa diri mereka sebagai pendekar-pendekar silat yang tangguh. Mereka me mang bukan penjahat, dalam arti kata tidak melakukan pekerjaan sebagai penjahat. Hal ini sa ma sekali bukan berarti bahwa mereka adalah pendekar-pendekar budiman yang suka meno long sesama hidup, menentang yang kuat menindas dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbe la kaum le mah tertindas. Sama sekali t idak. Bahkan kadang-kadang, di luar kesadaran mere ka sendiri, tiga orang ini, dalam kepongahan dan kemabokan mas ing-masing, suka me lakukan hal-ha l yang bertentangan dengan sikap seorang pendekar. Kadang-kadang mereka itu dipergunakan oleh para pejabat tinggi untuk me mbela kepentingan sang pejabat. Akan tetapi mereka bertiga ini terkenal sebagai jagoan-jagoan bayaran yang menuntut bayar-an tinggi. Demikianlah sedikit tentang keadaan tiga orang jagoan yang kini diundang oleh Pui Taijin itu. Mendengar undangan dari pejabat yang penting ini, tentu saja tiga orang jagoan yang tempat tinggalnya berpisah, akan tetapi ketiganya samasama tinggal di kota Thian-cin, cepat-cepat berkumpul dan segera datang berkunjung ke rumah gedung Pui Taijin. Pembesar gendut itu menya mbut mereka di dalam ruangan khusus yang biasa dia pergunakan untuk me mbicarakan urusan rahasia. Setelah pelayan mengeluarkan hidangan, mereka mula i dengan perundingan mere ka dan daun pintu dan jendela ditutup rapat, para pelayan tidak diperkenankan mende kat. Yang berada di dalam kamar itu hanyalah tiga orang jagoan itu bersama Pui Taijin dan Pui Ki Cong. Pertamatama Pui Taijin send iri mengucapkan selamat datang dengan secawan arak, mempersilakan mereka makan minum dan diapun menya mpaikan kehendaknya minta bantuan dar i tiga orang pendekar itu. "Keluarga Kim itu jelas menghina kami sekeluarga, berani menghina kami dan me lawan pasukan pengawal. Mereka itu jelas me mberontak, atau setidaknya memperlihatkan sikap me lawan alat negara dan memberontak. Akan tetapi karena jumlah mereka hanya bertiga, kami merasa malu kalau harus mengerahkan pasukan untuk menangkap mereka. Oleh karena itu, kami mengharap bantuan sam-wi untuk menangkap mereka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tapi harap sa m-wi jangan sekali-kali me mbunuh mereka, bahkan jangan melukai nona Kim. Tangkap mereka hiduphidup dan seret mereka ke sini." Pui Ki Cong mena mbahkan perintah ayahnya. Koo Cai Sun yang bermuka bulat dan selalu tersenyum itu me ma inkan biji matanya yang berminyak itu, menyumpit sepotong daging dan me masukkan daging itu ke mulutnya. Sambil mengunyah daging babi ber minyak itu dia berkata, "Aha, agaknya kongcu tertarik kepada nona Kim itu, sudah dapat dipastikan bahwa ia tentu a mat cantik je lita!" "Aihh, nona itulah yang menjadi gara-gara semua ini." Pui Taijin berkata gemas. "Dan anak yang kurang hati-hati ini. bernasib sial. Mula- mula dia berte mu dengan nona itu dan tertarik. Kami mengajukan pinangan. Pinangan ditolak, bahkan keluarga itu menghina kami. Dia me mbawa selosin pengawal untuk me mber i hajaran, akan tetapi malah dilabrak o leh guru silat Kim, puterinya dan calon mantunya." "Apakah yang taijin maksudkan dengan guru silat Kim itu adalah Kim Siok, guru silat dari Ang-ke-bun itu?" tiba-tiba Gan Tek Un yang sejak tadi dia m saja bertanya. "Benar, dialah orangnya, guru silat kampungan itu," kata Pui Ki Cong. Tiga orang jagoan itu saling pandang, "Hemm," kata Louw Ti yang ber muka hitam itu sa mbil me mandang wajah Pui Kongcu. "Guru silat kampungan" Dia ada lah murid S iauw-limpai yang cukup lihai ilmu silatnya." "Akan tetapi bagaimanapun juga aku tidak percaya kalau sam-wi takut me lawannya." kata Pui Ki Cong. Pemuda ini me mang cerd ik dan licik sekali. Ucapannya ini merupakan kesengajaan untuk me mbangkitkan ke marahan mereka karena harga diri mere ka dis inggung dan kegagahan mereka diragukan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Takut" Huh, setanpun kami tidak takut melawannya!" kata Louw Ti setengah me mbentak dan dia m-dia m Ki Cong merasa girang karena pancingannya mengena. "Ka mipun sudah tahu bahwa keluarga Kim itu me miliki kepandaian silat yang lihai sehingga pasukan pengawal kamipun dihajar oleh mereka. Karena itulah ma ka kami sengaja mengundang sa m-wi untuk minta bantuan sa m-wi, karena siapa lagi , kalau bukan sa m-wi yang akan ma mpu menyeret mereka bertiga ke sini." kata Pui Taijin dan ucapan ini cocok sekali dengan pancingan puteranya. Koo Cai Sun yang merupakan orang paling pandai dan paling suka bicara di antara mereka bertiga, kini mewa kili saudara-saudaranya berkata kepada Pui Taijin, "Harap taijin jangan khawatir. Memang Kim Kauwsu itu murid S iauw-lim-pai yang lihai, akan tetapi bag i kami dia itu bukan apa-apa. Kami tanggung dalam waktu singkat kami akan dapat menyeret mereka bertiga itu sebagai tawanan ke sini. Akan tetapi, kami mengharap agar taijin suka me mpertimbangkan per mintaan kami bertiga tempo hari yang sampai kini belum juga taijin penuhi." "Ahh, tentang kedudukan itu" Jangan khawatir. Kami sudah mencari-carikan di kota raja dan kami sudah mengadakan hubungan di sana. Kalau sam-wi berhasil me mbantu kami, kami akan menyerahkan surat perkenalan dan tanggungan agar sam-wi dapat diterima menjadi calon-calon perwira di kota raja. Kalau mungkin di istana, kalau tidak tentu di dalam pasukan pengawal para pejabat tinggi di sana." Tentu saja tiga orang jagoan itu merasa gembira bukan ma in. Hanya ada satu cita-cita mereka yang belum tercapai, yaitu kedudukan tinggi karena mereka tahu bahwa kedudukan tinggi mendatangkan kekuasaan yang jauh bedanya dari kekuasaan yang datang karena ilmu silat mereka. Kekuasaan yang didapat dari kedudukan atau jabatan jauh lebih besar pengaruhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah, taijin." kata Koo Cai Sun. "Sekarang juga kami akan menangkap keluarga Kim itu." "Mungkin mere ka me larikan diri dari Ang- ke-bun. Harap sam-wi mencarinya sampa i dapat kalau mereka telah me larikan diri," kata sang pe mbesar. "Tentu saja kami akan me lakukan pengejaran. Mereka takkan dapat lari jauh." jawab Gan Tek Un. "Akan tetapi saya mohon dengan sangat kepada sam-wi agar nona Kim jangan diluka i, dan jangan..... diganggu, ingat, ia itu milikku, calon selirku....." kata Pui Ki Cong sambil me mandang taja m wajah bulat Koo Cai Sun. Dia sudah mendengar tentang jagoan ini, seorang mata keranjang yang tidak me lewatkan wanita cantik begitu saja. Koo Cai Sun terkekeh dan matanya makin menyipit. "Haha-ha, kongcu aku masih tahu pere mpuan mana yang boleh kuja mah dan ma na yang tidak. Tentu saja a ku tidak akan mengganggu dara cantik yang me mbuat kongcu tergila-gila Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo itu, ha-ha!" Kim Kauwsu bersa ma puterinya dan muridnya men inggalkan Ang-ke-bun dan me larikan diri me nuju ke selatan kemudian me mbelok ke barat. Setelah melakukan perjalanan cepat selama tiga hari, sampailah mereka ke kaki Pegunungan Tai-hang-san dan mereka pada pagi hari ke empat berhenti di tepi sebuah sungai yang melintang dan menghadang perjalanan mereka. Banyak sudah bukit dan hutan mereka lalui, dusun-dusun kecil mereka lewati. Setelah berada di le mbah sungai di kaki Pegunungan Tai-hang-san yang indah itu, cuaca yang cerah dan suasana yang sunyi dan tenang me mbuat hati mereka merasa tenang pula. "Ayah, kita akan men uju ke manakah?" Cui Hong bertanya kepada ayahnya selagi mereka makan bekal makanan mereka yang kemar in mere ka beli dar i sebuah dusun. Mereka duduk di bawah sebatang pohon besar dan sinar matahari pagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menerobos di antara celah-celah daun pohon itu, menimpa tempat mereka beristirahat dengan sentuhan-sentuhan hangat dan halus. "Sebaiknya kita pergi ke kota Tai-goan. Di mana aku me mpunyai seorang sahabat baik. Tentu untuk se mentara waktu dia akan suka mena mpung kita, sementara kita berusaha mencari sumber penghasilan baru. Kita harus hidup baru di te mpat itu, dan sebaliknya kalau kita berganti na ma." Dara itu mengerutkan alisnya, juga Lu San merasa tidak setuju. Dua orang muda itu merasa betapa sikap orang tua itu terlalu ketakutan. Kalau menuruti hati mereka, lebih baik mereka tetap tinggal di dusun dan melawan mati-matian terhadap setiap pengganggu yang berani datang mengusik mereka. Agaknya guru silat itupun dapat menduga akan isi hati puterinya dan muridnya, maka diapun menarik napas panjang. "Cui Hong, dan Lu San, aku tahu bahwa kalian merasa tidak puas dengan sikapku yang melarikan diri seolah-olah takut menghadap i bahaya. Memang terus terang saja, aku merasa takut." "Ayah.....!" Ucapan ayahnya itu hebat sekali bagi Cui Hong yang sejak kecil menganggap ayahnya orang yang paling hebat, paling gagah dan tidak mengenal takut. Dan sekarang ayahnya begitu saja mengaku bahwa dia takut! Orang tua itu me megang tangan ana knya. "Aku me mang takut sekali, bukan takut kalau aku sa mpa i terkena celaka. Akan tetapi aku takut kalau-kalau engkau, Cui Hong, kalaukalau kalian berdua tertimpa malapetaka. Kalian tidak tahu betapa kejam dan jahatnya manusia-manusia di dunia ini. Aku ingin me lihat kalian terhindar dari bencana. Kalau aku sudah berhasil menyelamatkan kalian, kalau kalian sudah menjadi suami isteri, aku sendiri akan menggabungkan diri dengan para pemberontak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Suhu, apa maksud ucapan suhu ini?" Lu San terkejut mendengar ini. Belum pernah suhunya bicara seperti itu, apalagi menyatakan hendak bergabung dengan pe mberontak. "Ketahuilah kalian. Pada waktu ini, pemerintah amat le mah, Kaisar telah menjad i seperti boneka saja. Yang berkuasa adalah pejabat-pejabat setempat dan mereka yang me miliki kekuasaan. Kabarnya, di kota raja sekalipun yang berkuasa adalah pejabat-pejabat dan di istana yang berkuasa adalah pejabat-pejabat thai-kam. Kejahatan merajale la, perbuatanperbuatan tak patut dan tidak adil terjadi di mana- mana. Karena itu, orang-orang gagah yang berjiwa patriot me mberontak terhadap pemerintah yang dianggap tidak becus. Mereka me mberontak untuk me mbentuk pe mer intahan baru yang bijaksana dan adil. Sudah lama aku me mikirkan hal itu dan siapa kira har i ini kita sendiri ma lah menjad i korban keganasan seorang pejabat yang sewenang-wenang. Hal ini mendorong se mangatku untuk me mbantu para pemberontak, yaitu menggulingkan pemer intah lalim dan mendirikan pemerintah baru yang sehat. Dengan demikian, maka tidak akan sia-sialah aku menghabis kan sisa hidupku. Aku mendengar bahwa banyak sekali para pendekar gagah perkasa yang masuk menjadi pe mbantu suka rela dari pasukan pe mberontak yang disebut pejuang-pejuang rakyat." "Kalau begitu, teecu ikut, suhu!" kata Lu San penuh semangat. "Aku juga ikut, ayah!" sambung Cui Hong. Tiga orang itu terseret oleh semangat perjuangan yang timbul karena perhatian yang mereka alami akibat gangguan seorang pejabat. Demikian tersentuh rasa hati mereka oleh kegembiraan se mangat itu sehingga mereka tidak begitu me mperhatikan bunyi derap kaki kuda yang datang dari jauh. Setelah tiga orang penunggang kuda itu tiba di situ dan berloncatan turun, barulah Kim Kauwsu, puteri dan muridnya terkejut dan mereka pun me ngenal tiga orang itu. JagoanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ jagoan sombong yang menyebut diri Thian-cin Bu-tek Sa meng! Tiga orang itu dengan s ikap tenang mena mbatkan kuda mereka pada batang poho n dan mereka lalu melangkah maju mengha mpiri Kim Siok dan dua orang muda itu. Koo Cai Sun me mperhatikan dara remaja yang nampak berdiri dengan gagahnya itu dan tiba-tiba dia tertawa bergelak. hal 24-25 gak ada "orang juga." kata Koo Cai Sun, masih tersenyum mengejek dan pandang nyatanya seperti menggerayangi seluruh bagian tubuh yang ranum dar i remaja itu. Karena tidak me lihat cara lain untuk menghindarkan bentrokan, Kim Kauw-s u me mbentak dengan marah, "Ah, kalau begitu, benar ucapan anakku tadi bahwa kalian adalah tiga ekor anjing penjilat dan pe mburu dari ja ksa Pui?" "Ha-ha-ha, benar Benar! Kami adalah tiga ekor anjing pemburu yang mengejar-ngejar tiga ekor tikus yang melarikan diri, ha-ha!" kata Koo Cai Sun yang panda i bicara itu. "Ayah, menghadapi anjing perlu bertindak, bukan bicara!" Tiba-tiba Cui Hong sudah menerjang ke depan, mengirim tendangan yang amat keras dan cepat ke arah perut Koo Cai Sun yang gendut. Akan tetapi, orang ini sambil terkekeh sudah menge lak dengan menarik tubuh ke belakang, bahkan dia berusaha menyambar dengan tangannya untuk menangkap kaki Cui Hong yang menendang. Dara itu terkejut dan cepat menarik kemba li kakinya, kemudian menyerang lagi dengan kedua tangannya, mengirim pukulan-pukulan beruntun. "Aha, kuda betina liar ini sungguh menarik!" kata Koo Cai Sun dan dengan mudah dia menghindarkan diri dari semua serangan itu dengan elakan dan tangkisan. jelas bahwa dia hendak me mper ma inkan gadis itu karena dia tidak me mba las serangan-serangan itu, hanya me mbiarkan gadis itu menyerang terus yang semua dapat dihindarkannya dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mudah, bahkan da la m serangan jurus ke lima, sambil menge lak dia berhasil mengusap dagu runcing itu. "Aih, manisnya!" Tentu saja Cui Hong menjadi marah dan menyerang semakin dahsyat. Hal itu me mbuat Lu San juga marah sekali. "Manusia busuk!" bentaknya dan dia-pun terjun ke dalam perkelahian itu, hendak me mbantu sumoinya atau tunangannya. Akan tetapi, dari kanan menyambar tubuh Gan Tek Un yang sudah menghadangnya sehingga merekapun segera berkelahi dengan seru. Hati guru silat Kim S iok terkejut dan khawatir sekali ketika dia me lihat gerakan dua orang yang sudah berkelahi dengan anak perempuan dan muridnya. Tahulah dia bahwa tiga orang lawan ini bukan hanya berna ma kosong saja dan biarpun mereka menggunakan julukan yang terlalu so mbong, na mun Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin ini ternyata me mang lihai se kali. Tidak ada jalan lain baginya kecuali menyertai anak dari calon mantunya untuk me mbela diri dan me lawan mati-matian. Hanya Louw Ti seorang yang masih belum me mperoleh tanding, maka diapun tak mengeluarkan kata-kata lagi, langsung saja menyerang Louw Ti yang pendek tegap itu dengan pukulannya yang ampuh. Louw Ti menghadapi serangan itu dengan tenang. Pukulan itu bukan pukulan biasa, melainkan pukulan dari jurus Ilmu Silat Sin-ho-kun (Silat Bangau Sakti), dilakukan dengan sempurna dan didorong oleh tenaga sinkang yang a mat kuat. Namun Louw Ti tidak mengelak, sengaja tidak mengelak me lainkan me nyambutnya dengan tangkisan sa mbil mengerahkan tenaganya pula karena dia ingin menguji kekuatan piha k lawan. "Dukkk......!" Dua tenaga yang amat kuat bertemu melalui dua lengan itu dan akibatnya, tubuh Kim Siok terdorong ke belakang sa mpai dia terhuyung, sebaliknya, Louw Ti masih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berdiri tegak, matanya melotot lebar dan mulutnya bergerak ke arah senyum mengeje k. Dala m perte muan adu tenaga gebrak pertama ini, mereka berdua sudah ma klum akan kekuatan mas ing-masing dan dia m-dia m guru silat Kim terkejut bukan ma in karena dia tahu bahwa tenaganya masih kalah jauh dibandingkan dengan lawan yang bertubuh pendek tegap bermuka hita m ini. Dengan sudut matanya diapun me lihat betapa keadaan anak perempuan dan muridnya sudah payah, terdesak terus oleh pihak lawan dan mudah diduga bahwa mereka berdua itu pasti akan kalah. Maka, dengan menebalkan muka, de mi kepentingan puterinya, dia segera berkata dengan lantang. "Tahan dulu......!!" Tiga orang itu menahan serangan mereka dan me langkah mundur sa mbil me mandang dengan sikap me mandang rendah. Bagaimanapun juga, tentu akan lebih menyenangkan dan lebih mudah bagi mereka kalau t iga orang buruan ini menyerahkan diri dengan suka re la agar tidak s usah-susah lagi mere ka menggiring tawanan itu ke Thian-cin. Inilah sebabnya mengapa mereka me nahan serangan mereka ketika mendengar suara Kim Siok. "Bu-tek Sa m-eng, kalian bertiga adalah orang-orang gagah. Kalau me mang kami dianggap bersalah, biarlah se mua kesalahan itu aku sendiri yang akan menanggungnya. Kalian kasihanilah puteriku dan muridku yang tidak berdosa ini. Biarkan mereka berdua pergi dan aku yang akan menerima segala macam hukuman yang akan dijatuh kan kepada kami." "Ayah!" "Suhu.....!" Dua orang muda itu me mandang kepada Kim Siok dengan mata terbelalak dan alis berkerut. Tentu saja mereka merasa tidak setuju sa ma sekali dengan sikap Kim Kau wsu itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ha-ha-ha-ha! Kim Siok, untuk apa kami hanya me mbawa pulang seorang seperti engkau" Yang dibutuhkan adalah puterimu, dan engkau bersama muridmu ini harus ikut pula untuk mener ima hukuman!" kata Koo Cai Sun sambil tertawa mengejek. "Dar ipada kami harus menggunakan kekerasan dan bagaimanapun juga kalian takkan dapat menandingi kami, lebih baik ka lian bertiga lekas berlutut dan me nyerah saja." "Singgg....!" Nampa k sinar berkilat ketika Cui Hong sudah mencabut pedangnya. Karena mereka bertiga me larikan diri dari bahaya, maka dari rumah mere-ka telah me mpersiapkan senjata dan kini dara itu yang menjad i marah sekali mendengar ucapan Koo Cai Sun, sudah mencabut pedangnya. "Manusia so mbong, lihat pedang!" bentaknya dan iapun sudah menggerakkan pedangnya menyerang Koo Cai Sun dengan tusukan ke arah dada. "Heh-heh, liar dan panas!" Si perut gendut itu mengelak dengan cepatnya. Akan tetapi Cui Hong menyerang terus dengan tusukantusukan dan bacokan-bacokan bertubi-tubi dan berbahaya sekali. Melihat sumoinya sudah maju lag i, Lu San juga mencabut pedangnya dan tanpa banyak cakap diapun sudah menggerakkan pedang menyerang Gan Tek Un yang juga cepat mengelak dari serangan-serangan pedang yang cukup berbahaya itu. " Kim Siok menghela napas panjang. Usahanya gagal! Tidak ada jalan la in kecuali melawan mati-matian. Maka diapun me lolos sabuknya yang merupakan senjatanya yang ampuh dan dengan sabuk ini diapun menyerang Louw Ti. Louw Ti menge luarkan dengus mengejek dan tahu-tahu ca mbuk hitamnya yang disebut Toat beng-joan-pian (Cambuk Pencabut Nyawa ) sudah berada pula di tangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tar-tar-tarrr.....!" Cambuknya meledak-ledak me nyambut sambaran sabuk Kim Siok dan kedua orang ini segera berkelahi dengan seru. Nampak gulungan sinar putih dan hitam dari senjata mere ka menya mbar-nyambar. Perkelahian antara Cui Hong dan Koo Cai Sun terulang kembali, akan tetapi biarpun kini Cui Hong me nggunakan pedang, tetap saja keadaan mereka tidak seimbang. Koo Cai Sun juga me mpergunakan senjatanya, yaitu sepasang tombak pendek, akan tetapi sepasang senjata ini hanya dia pergunakan untuk me nangkis dan menganca m saja. Dia tidak bermaksud melukai gadis itu seperti yang telah dipesankan dengan sungguh-sungguh oleh Pui Ki Cong. Kalau dia Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menghendaki, dengan ilmu kepandaiannya yang jauh lebih tinggi, akan mudah bagi Koo Cai Sun untuk merobohkan gadis itu. Dia me mper mainkan sambil tertawa-tawa, dan hanya mena mbah tenaganya setiap kali menangkis sehingga beberapa kali ha mpir saja pedang di tangan Cui Hong terlempar lepas. Tidak banyak perbedaannya dengan keadaan Lu San. Pemuda ini menga muk dengan pedangnya, akan tetapi semua gerakan pedangnya itu mene mui jalan buntu dan kandas dalam gerakan sepasang pedang Gan Tek Un. Jagoan ini menggunakan sepasang pedang dan dengan pedang pasangan yang digerakkan secara hebat, sepasang pedang itu demikian ganasnya seperti sepasang naga terbang dan bermain-main di angkasa, sesuai dengan ilmu pedangnya, yaitu Siang-liong Kia m-sut (Ilmu Pedang Sepasang Naga). Lu San sungguh bukan lawan seimbang dari Gan Tek Un dan setelah me mper mainkan pe muda ini selama t iga puluh jurus lebih, tiba-tiba Gan Tek Un mengeluarkan bentakan keras dan tahu-tahu pedang di tangan Lu San terlepas dan pemuda itupun terpelanting roboh karena pundak kanannya tercium ujung pedang dan ada otot di pundaknya yang putus! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Robohnya Lu San disusul dengan robohnya Cui Hong. Dara ini dirobohkan oleh Koo Cai Sun yang merasa sudah cukup me mper ma inkannya. Tiba-tiba pedang di tangan dara itu tertangkap oleh kaitan senjata siang-kek di tangannya dan sekali me mbuat gerakan me mutar, pedang itupun patah dan karena tangannya terasa nyeri, terpaksa Cui Hong melepaskan gagang pedang. Sebelum dara ini ma mpu menjaga diri, tahutahu lawannya yang amat lihai telah menotoknya dan robohlah ia tanpa terluka, terkulai dala m keadaan lumpuh dan tak ma mpu bergerak lag i. Melihat betapa dua orang kawannya sudah merobohkan lawan, Louw Ti mengeluarkan suara me lengking nyaring sekali dan kini gerakan cambuknya berubah ganas bukan main. Guru silat Kim Siok terkejut. Dia sendiri adalah seorang ahli bermain senjata lemas seperti ca mbuk atau sabuknya, akan tetapi kini dia tahu bahwa dia telah bertemu dengan seorang yang tingkat kepandaiannya masih jauh lebih t inggi. Dia mencoba untuk mengerahkan seluruh tenaga dan me mutar senjata sabuknya itu dengan sebaik mungkin, me mainkan ilmu silat yang mendarah daging kepadanya. Sabuknya me mbuat gerakan menyambar-nyambar dan me mbentuk lingkaran cahaya putih. Akan tetapi, cambuk di tangan Louw Ti menge luarkan suara meledak-ledak, me mbuat gerakan me lecut-lecut secara aneh, kadang-kadang menyambarnyambar dari atas, bawah, kanan kiri dan depan belakang, sukar sekali untuk dibendung. Apalagi setiap lecutan itu mengandung tenaga yang amat kuat sehingga sabuk di tangan Kim Kauwsu kadang-kadang me mbalik ketika terbentur senjata lawan. Dia tidak tahu bahwa lawannya telah me ma inkan Ilmu Cambuk Pencabut Nyawa yang dahsyat sekali. Kim Siok terlalu la ma men inggalkan dunia persilatan. Semenjak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu, dia tidak pernah lagi menje lajah dunia pers ilatan dan tidak tahu bahwa di dunia kang-ouw, telah terjadi banyak perubahan dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ banyak bermunculan tokoh-tokoh yang lihai. Juga telah terjadi perkembangan yang luas dalam ilmu silat sendiri. Karena ini, biarpun dia setiap hari me latih diri dengan mengajarkan ilmu silat kepada murid-muridnya, namun sela ma dua puluh tahun dia tidak mena mbah pengetahuannya dalam ilmu silat. Maka, begitu bertemu tanding tangguh, yang me ma inkan ilmu silat baru yang sama se kali tidak dikenalnya, dia menjad i bingung. "Tar-tar-tarrr..... robohlah kamu!" terdengar Louw Ti me mbentak dan ujung ca mbuknya yang dipasangi mata pisau tajam itu menya mbar turun secara bertubi-tubi. Kim Siok terkejut mengelak dan me mutar sabuknya me lindungi dirinya, namun terlambat. "Crokkk.. aughhhh...." Dan robohlah guru silat itu, dari kaki kanannya di bagian lutut bercucuran darah karena sambungan lututnya hampir putus disa mbar mata pisau di ujung ca mbuk lawan tadi. Juga di pergelangan tangannya mengucurkan darah dan terpaksa dia me lepaskan sabu knya. Karena luka di lutut dan pergelangan tangan, guru silat itu tidak ma mpu me lakukan perlawanan lagi dan diapun roboh terguling tanpa dapat mengelak ketika Louw Ti mena mbahkan totokan yang me mbuat kaki tangannya lumpuh. "Ha-ha-ha, Kim Siok. Kiranya engkau dan puterimu beserta muridmu ini tidak seberapa hebat. Engkau me mang orang keras kepala dan tolol. Kalau saja kau-berikan puterimu kepada Pui-kongcu, tentu tidak akan begini jadinya dan engkau akan hidup terhormat dan makmur." "Bunuhlah aku, tapi bebaskan anakku berdua itu." Kim Siok masih mencoba untuk me mbujuk karena dia a mat mengkhawatirkan nas ib puterinya. Akan tetapi tiga orang itu hanya tertawa-tawa dan Koo Cai Sun lalu mengangkat tubuh Cui Hong yang sudah tak ma mpu bergerak, meletakkan tubuh itu melintang di atas punggung kudanya. Lalu dia send iri me loncat naik dan tubuh dara itu me lintang mene lungkup di depannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mari kita cepat bawa mereka!" katanya dan dua orang temannya juga segera me mbawa tawanan masing-mas ing. Kim Siok dan Lu San yang juga sudah tidak ma mpu bergerak karena ditotok, juga mereka dibelenggu kaki tangannya, diikat di atas punggung kuda. Lalu tiga orang jagoan itu me larikan kuda masing-masing me mbawa tawanan itu menuju ke Thiancin, me mbayangkan kedudukan terhormat yang akan mereka terima sebagai hadiah Pui Taijin. "Ha, nona manis, akhirnya engkau terjatuh ke dalam tanganku!" Cui Hong rebah di atas pe mbaringan dengan kaki tangan terikat. Tadi ia dile mparkan oleh Koo Cai Sun ke atas pembaringan di dala m kamar itu, dan sambil terkekeh Koo Cai Sun menyerahkannya kepada Pui Ki Cong. "He-heh-heh, Pui-kongcu. Nih, kuda betina liar itu. Ia panas dan liar, akan tetapi aku menepati janji, ia tidak kusentuh! Haha, me mang ia menarik sekali, tapi aku tidak menyentuhnya." Jagoan itu tertawa bergelak. "Terima kasih, Koo-enghiong, terima kasih." kata Pui Ki Cong dan setelah jagoan itu keluar dari kamar, dia cepat menutupkan daun pintu dan mengha mpiri pe mbaringan dengan mulut menyeringai. "Kim Cu i Hong, kalau engkau dahulu menerima pinanganku, tentu tidak perlu dilakukan kekerasan seperti ini. Akan tetapi sekarang masih belum terlambat, manis, aku sungguh cinta pada mu dan kalau engkau mau dengan suka rela menjad i isteriku, aku akan me mbujuk ayahku agar ayahmu tidak menerima hukuman berat." Pui Ki Cong duduk di tepi pe mbar ingan dan men gulur tangan untuk me mbelai dagu yang meruncing man is itu. Cui Hong menggera kkan kepalanya menge lak dari belaian itu. Totokan pada tubuhnya telah punah akan tetapi ikatan pada kaki tangannya kuat sekali, me mbuat ia tidak ma mpu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggerakkan kaki tangannya. "Tida k sudi aku! Lebih ba ik mati!" ia me mbentak dan melotot kepada pe muda itu. "Ah, nona man is, kenapa engkau berkeras hati" Ingatlah, engkau sudah tertawan, juga ayahmu dan muridnya itu. Betapa mudahnya menjatuhkan hukuman kepada kalian bertiga dengan dalih pe mberontak. Kalau engkau berkeras dan meno lak, aku dapat mendapatkan dirimu, kalau per lu dengan perkosaan. Apa kau lebih suka diperkosa dan melihat ayahmu dan muridnya itu mati tersiksa" Ataukah engkau lebih ba ik menyerahkan diri baik-baik kepadaku, menjadi isteriku, sedangkan ayahmu mungkin akan dibebaskan?" Ki Cong me mbujuk dan merayu. Dia ingin mendapatkan diri gadis ini dengan suka rela karena dia benar-benar tertarik oleh kemurnian dan kecantikan aseli dara puteri guru silat ini. Kalau harus me mperkosanya, sungguh kurang menyenangkan dan tidak akan me muaskan hatinya. Pula, hal ini menyinggung harga dirinya. Sebagai seorang perayu wanita yang tampan dan kaya, belum pernah ia harus me mperkosa wanita. Semua wanita yang digodanya dan dirayunya, satu demi satu pasti akan tunduk bertekuk lutut, menyerahkan diri dengan suka rela kepadanya. Memperkosa wanita, sama saja mengaku bahwa dia ditolak dan tida k dikehendaki wanita itu! Tiba-tiba terjadi perubahan pada wajah yang cantik manis dan dan agak pucat itu. Sepasang mata yang jeli itu menatap wajah Pui Ki Cong penuh selidik, kemudian bibir yang mungil dan walaupun dala m keadaan tegang dan lelah masih na mpak segar merah me mbasah itu, bergerak mengajukan pertanyaan lirih. "Be..... benarkan..... kau akan me mbebaskan ayahku kalau aku.... aku menyerahkan diri dengan suka rela pada mu?" Wajah pemuda bangsawan itu berseri gembira. "Tentu saja! Ha-ha, nona Kim yang baik, apakah kau belum percaya kepadaku" Apakah aku harus bersu mpah" Aku cinta padamu dan kalau kau mau mener ima cintaku, dengan suka rela, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ engkau akan menjadi seorang isteriku yang tercinta dan tentu saja aku akan me mbebaskan ayah mu yang menjad i ayah mertuaku!" "Kalau begitu.... demi keselamatan ayah.... akui... aku menyerah. Tapi..... harap bersikap sabar denganku, kongcu. Aku..., aku masih belum dewasa......" Wajah dara itu menjadi merah sekali dan ia tidak berani menentang pandang mata pe muda itu yang kini tersenyum penuh kegembiraan. "Tentu saja, manisku! Aku cinta pada mu, aku akan bersikap sabar.... ah, girang rasa hatiku kalau kau mau menyerahkan diri dengan s uka rela." Dan dia-pun merangkul hendak mencium mulut yang sejak pertama kali dilihatnya telah me mbuatnya tergila-g ila itu. "Aih, nanti dulu, kongcu....." Cui Hong miringkan mukanya menge lak. "Aku ..... tidak enak sekali terbelenggu seperti ini..... kenapa kau tidak melepaskan ikatan tangan kakiku" Aku sudah menyerah.... demi keselamatan ayah." "Ah, aku sampa i lupa! Maafkan, kekasihku, aku a kan cepat me lepaskan ikatan kaki tanganmu." Dengan penuh kegembiraan, sambil menggunakan jari-jari tangannya kadang-kadang mencolek sana-sini dengan sikap genit, Ki Cong lalu me mbuka ikatan tangan kaki Cui Hong. Dia sudah me mbayangkan betapa akan gembira dan nikmatnya kalau nanti gadis re maja ini me nyerahkan diri dengan hati terbuka kepadanya. Dengan kedua tangan ge metar karena gejolak hatinya, Ki Cong melepaskan ikatan-ikatan pada pergelangan kaki dan tangan Cui Hong dan me mbantu gadis itu bangkit duduk. Cui Hong mengurut-urut pergelangan kaki dan tangannya, yang terasa kaku dan nyeri setelah ikatannya dibuka. "Mari kuurut kakimu, manis." Ki Cong segera meraba kaki itu dengan tangan panas me mbelai, akan tetapi tiba-tiba dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terkejut setengah mati karena tengkuknya sudah dicengkeram dan gadis itu sekali meloncat sudah turun dari atas pembaringan dan tangan kirinya mencengkeram tengkuk, tangan kanannya siap me mukul kepala. "Jangan bergerak!" bentaknya. "Hayo cepat perintahkan agar ayahku dan suhengku dibebaskan!" Ki Cong terkejut bukan main, bergerak meronta hendak me lepaskan diri. "Akan tetapi, nona....." "Dia m dan jangan bergerak! Hemm, kalau tidak cepat kaubebaskan mereka, akan kuhancurkan kepala mu!" Dan ia me mper kuat cengkera mannya sehingga tengkuk Ki Cong rasanya seperti dijepit besi membuat pe muda itu gelagapan dan sesak napasnya. "Ba..... baik..... baik....., tapi..... mereka tidak ditahan di sini....." Pemuda itu merasa mendongkol, menyesal, marah akan tetapi juga ketakutan. Tak disang kanya sama sekali bahwa dara remaja itu dapat me mpergunakan siasat selicik itu. Sedikitpun tidak na mpak kepura-puraannya ketika tadi mau menyerahkan diri, nampak de mikian sungguh-sungguh. Dia sama sekali tidak tahu bahwa seorang manusia, dalam keadaan terhimpit, akan ma mpu me lakukan apa saja untuk menyelamatkan diri. Dala m hal ini, Cui Hong tidak hanya mengkhawatirkan diri sendiri, melainkan ia ingin sekali menyelamatkan ayahnya dan suhengnya. "Jangan bohong! Hayo panggil pengawalmu dan katakan bahwa ayahku dan suhengku harus dibebaskan dan dibawa ke sini. Cepat, atau akan kupatahkan batang lehermu!" Kemba li cekikannya pada tengkuk menguat dan Ki Cong dengan ketakutan lalu me manggil pengawalnya. Dua orang pengawal mengetuk daun pintu karena daun pintu itu tadi dikunci dari da la m oleh Ki Cong. "Apakah kongcu me manggil ka mi?" de mikian terdengar teriakan dari luar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat sebatang pedang me nghias dinding, sebatang pedang yang tidak begitu baik a kan tetapi indah ukirannya dan lebih menyerupai h iasan daripada! senjata, Cui Hong lalu menya mbar senjata itu, menghunusnya dan mene mpelkannya pada leher Ki Cong yang men jadi se ma kin ketakutan. "Cepat buka pintu dan perintahkan! dia agar cepat me mbawa ayahku dan suhengku ke sini. Cepat!" Dengan todongan pedang di tengkuknya, Ki Cong Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Misteri Kapal Layar Pancawarna 10 Pendekar Bayangan Sukma 26 Pertarungan Para Pendekar Misteri Arca Singa 1

Cari Blog Ini