Sakit Hati Seorang Wanita 2
Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 2 me mbuka daun pintu dan dua orang pengawal itu terbelalak me lihat betapa majikan mereka ditodong pedang oleh gadis yang menjadi tawanannya. Tentu saja mereka terheran-heran. Tadi, di luar pintu di mana mereka ditugaskan men jaga keamanan, mereka kasak-kusuk dan terkekeh-kekeh me mbicarakan dan me mbayangkan betapa majikan muda mereka tentu tengah me mper mainkan gadis tawanan itu yang mereka na makan sebagai "me metik bunga" atau "menyembelih ayam". Siapa kira, kini maj ikan muda mereka itu sama sekali tidak men ikmati tawanannya, bahkan ditodong oleh tawanan itu, mukanya pucat tubuhnya gemetar seperti orang r-serang dema m. "Cepat..... pergi ke te mpat tahanan.... dan bawa dua tawanan itu ke sini......." "Siapa, kongcu" Tawanan yang mana" " Dua orang pengawal itu masih bingung dan gugup. "Guru s ilat Kim Siok dan muridnya yang tertawan. Bebaskan dan bawa mereka ke sini, atau.... aku akan me mengga l leher kongcu kalian ini. Cepat!" bentak Cui Hong dan ujung pedang itu ia te mpelkan pada tengkuk Ki Cong sehingga terluka sedikit dan berdarah. "Cepat...... lakukan perintah itu, cepat.....!" Ki Cong berkata dan dua orang pengawa l itu kini maklum apa yang terjadi. Ternyata tawanan ini, dara yang mereka sudah dengar pandai ilmu s ilat ini, telah berhasil me loloskan diri sehingga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keadaannya menjadi terbalik, kongcu mereka kini menjadi tawanan. Mereka mengangguk dan bergegas pergi dari situ untuk melaksanakan per intah. Tempat tahanan berada di belakang gedung besar. Setelah dua orang pengawal itu pergi, Cui Hong menotok jalan darah tawanannya dan Ki Cong roboh dengan le mas. Cepat dara itu mempergunakan tali yang tadi dipakai untuk mengikatnya, kini ia me mpergunakannya untuk mengikat kaki tangan Ki Cong dengan erat. Ia tahu bahwa ia berada di dalam guha singa dan kalau tiga orang jagoan yang pernah menang kap ia dan ayahnya itu muncul, berarti keselamatannya terancam. Akan tetapi ia mempunyai tawanan penting dan dengan adanya pemuda ini di dalam kekuasaannya, tiga orang jagoan itu tidak akan mampu mengganggunya. Ia bertekad untuk me mbebaskan ayahnya dan suheng-nya, dengan jalan menjadikan Ki Cong sebagai sandera yang amat berharga. Ia harus berlaku hati-hati sekali dan karenanya, ia baru merasa tenang setelah pemuda itu dibelenggu kaki tangannya dan membiarkan pe muda itu roboh di atas lantai, sedangkan ia sendiri lalu duduk di atas bangku, siap dengan pedang di tangan menodong ke arah pe muda itu dan menghadap ke arah pintu. Seperti dapat diduga oleh dara perkasa itu, perbuatannya me mbuat gedung menjad i ge mpar! Tentu saja pembesar Pui merasa bingung dan khawatir sekali. Memang mudah mengerahkan pasukan pengawal untuk mengeroyok gadis itu, akan tetapi bagaimana dengan keselamatan nyawa puteranya" Untung masih ada Thian-cin Bu-tek Sa m-eng yang sedang dijamu dengan hidangan mewah oleh pembesar itu. Tiga orang jagoan inilah yang bersikap tenang dan merekalah yang mengatur s iasat untuk menghadapi kenekatan Cui Hong. Hampir habis kesabaran Cui Hong menanti di da la m kamar itu dengan daun pintunya terbuka dan pedang siap di tangan. Pui Ki Cong mengeluh per lahan-lahan, akan tetapi pemuda itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terlampau ketakutan untuk dapat bicara atau banyak bergerak. Pandang mata Cui Hong ditujukan ke luar kamar dan ia melihat betapa keadaan di luar kamar itu sunyi saja, tidak na mpak ada gerakan apa-apa. Akhirnya dua orang pengawal itu muncul di depan pintu dan Cui Hong cepat mene mpe lkan ujung pedangnya di dada Ki Cong. "Mana mereka?" bentaknya kepada dua orang pengawal itu. "Awas kalau kalian menipuku, dada kong-cu kalian ini akan kurobek-robek!" "Tolol kalian! Mana tawanan itu?" Ki Cong juga berseru dengan ketakutan melihat betapa dua orang pengawal itu kembali dengan tangan kosong. "Ampun, kongcu, a mpunkan kami." kata seorang di antara mereka sedangkan orang ke dua hanya me mandang dengan muka pucat. "Para penjaga di kamar tahanan tidak percaya kepada kami dan tidak mau menyerahkan dua tawanan itu. Mereka minta agar kongcu sendiri yang datang ke sana, baru mereka ma u percaya." "Keparat....!" Makian ini keluar dari mulut Cui Hong dan kembali ujung pedangnya mene mbus baju dan me lukai kulit dada Ki Cong yang menjer it kesakitan, atau lebih lag i, karena ketakutan. "Ampun." dia meratap, "biarlah aku sendiri..... yang me mbebaskan mereka...." Cui Hong me mutar otaknya. Kalau dibiarkan berlarut-larut dan ayah serta suhengnya tidak cepat dibebaskan, pihak musuh akan dapat mengatur siasat. Memang leb ih ba ik kalau pemuda ini yang me mbebaskan sendiri dua tawanan itu. Kalau ia terus menodongnya, pihak lawan tidak a kan ma mpu mengganggunya dan terpaksa harus me menuhi tuntutannya. "Baik, mar i kita bebaskan mereka!" katanya dan dengan pedangnya ia me mbabat tali pengikat kedua kaki Ki Cong, lalu ia me mbebaskan totokannya dari tubuh pemuda itu. Pemuda Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu dapat bergerak lagi dan dengan susah payah karena kedua pergelangan tangannya masih dibelenggu, dia bangkit berdiri, dibantu dengan sepakan kaki oleh Cui Hong. Dengan tangan kiri me ncengkera m ra mbut kepala, tangan kanan menodongkan pedang yang dite mpelkan d i leher pe muda itu, Cui Hong lalu me nodongnya keluar dar i kamar, didahului oleh dua orang pengawal, yang bersikap ketakutan dan menjadi petunjuk jalan menuju ke kamar tahanan yang berada di belakang gedung. Hati Cui Hong diliputi penuh kecurigaan dan ia bers ikap hati-hati sekali, tak pernah melepaskan kewaspadaan dan dengan keras mencengkeram ra mbut kepada Ki Cong dan terus mene mpelkan pedangnya di leher orang itu. Ia merasa lega ketika t iba di ruang tahanan, me lihat bahwa di s itu tidak nampak penjaga-penjaga yang siap mengeroyoknya, bahkan para penjaga nampak menyingkir dan berdiri di tepi yang aman. Dan hatinya girang sekali ketika t iba di sebuah tikungan sempit, dari jauh ia me lihat ayah dan suhengnya di dalam sebuah kamar kerangkeng, terbelenggu dan duduk di atas lantai dalam keadaan selamat. "Ayah....!" Tak tertahankan lagi keharuan hatinya dan ia berteriak me manggil. Tiba-tiba ayahnya berseru, "Hong-ji, hati.. hati......!" Akan tetapi terlambat. Karena pada saat itu, perhatian Cui Hong tertarik kepada ayah dan suhengnya sehingga ia tidak me lihat betapa tiba-tiba ada sebuah tubuh menubruknya dari kanan. Tentu saja ia cepat menggerakkan pedangnya menya mbut tubrukan orang itu tanpa melepaskan ja mbakan tangan kirinya dari ra mbut kepala Ki Cong. "Crokkkk........!" Perut orang yang menubruknya itu terbacok dan darah muncrat- muncrat ke Cui Hong. Tentu saja gadis ini merasa terkejut dan ngeri. Biarpun sejak kecil ia belajar ilmu silat, akan tetapi belum pernah ia me mbunuh orang, apalagi me mbacok perut sampai muncrat-muncrat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ darahnya seperti itu. Tak disangkanya sama sekali bahwa orang yang menubruknya itu ternyata tidak menubruk, me lainkan dilontarkan orang dan orang itu sa ma sekali tidak ma mpu men gelak atau menang kis ketika dibaco knya. Karena kaget dan ngeri, otomatis me lepaskan ja mbakan ra mbut Ki Cong dan melompat ke belakang agar tidak terkena darah. Dan pada saat itu, muncullah Koo Cai Sun dan Gan Tek Un. Gan Tek Un menyambar tubuh Ki Cong dan Koo Cai Sun sudah menyerang Cui Hong dengan kedua tangannya. Gadis ini berusaha me mbela d iri, akan tetapi ia me mang kalah jauh, dan juga sudah lelah sehingga sebuah tendangan yang mengenai lututnya me mbuat ia terpelanting dan sebelum ia dapat bangkit berdiri, Kuo Cai Sun sudah me nubruknya dan beberapa orang pengawal maju dan me mbelenggu kaki tangannya! Cui Hong meronta-ronta dan me maki-ma ki, akan tetapi siasia saja dan di lain saat ia sudah tidak ma mpu bergerak, kaki tangannya ditelikung dengan a mat kuat. Tiba-tiba Pui Ki Cong tertawa. "Ha-ha-ha-ha, bocah liar. Engkau me mang tidak boleh disayang! Engkau me mang ingin disiksa, diperkosa, dan dihina. Aku akan me mpermainkan engkau sa mpa i meratapratap minta a mpun, sampai engkau me nyesal pernah dilah irkan oleh ibumu!" Setelah berkata demikian, dalam kemarahannya Ki Cong mengayun tangannya mena mpar muka gadis yang sudah tak berdaya rebah di atas lantai itu. "Plak! Plak!" Dua kali tangannya mena mpar, sampai panas rasanya mengenai kedua pipi gadis itu saking kerasnya. Kedua pipi gadis itu menjadi merah sekali, akan tetapi sepasang matanya tetap melotot penuh kebencian. Melihat ini, kemba li Pui Ki Cong tertawa mengejek. Dia merasa amat penasaran dan marah. Beberapa kali dia mengalami penghinaan gadis ini dan kemarahannya me mbuat dia lupa diri bahwa di situ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terdapat tiga orang jagoan itu, dua orang tawanan dan beberapa orang pengawal yang menjadi penonton. "Ha-ha-ha, setelah ditampar engkau berta mbah cantik!" Setelah berkata demikian, tiba-tiba dia merangkul leher Cui Hong dan mencium mulut yang dikaguminya itu. Dia mencium dengan rakus, seperti orang kehausan memperoleh minuman segar yang diteguknya dengan ln-hap. "Aaughhhh.......!!" Tiba-tiba Ki Cong menjer it dan merontaronta, akan tetapi deretan gigi putih kecil-kecil yang amat kuat itu tidak mau melepaskannya, karena seperti seekor singa menggigil korbannya. Ki Cong meronta-ronta dan mengaduhaduh, darah bercucuran dari mulutnya. Melihat ini, Koo Cai Sun cepat menotok jalan darah di leher Cui Hong dan gadis itu terkulai, gigitannya terlepas. "Aduhhhh..... iblis betina..... aduhhhh" Ki Cong bangkit dan menutupi mulutnya yang bercucuran darah. Bibirnya yang bawah hampir putus oleh gigitan Cui Hong, gigitan yang dilakukan penuh kebencian tadi. Mulut gadis itupun juga berlepotan darah yang keluar dari luka di bibir Ki Cong dan gadis itu, biarpun sudah tertotok le mas, masih ma mpu me ludahkan darah yang menodai mulutnya. Koo Cai Sun tertawa. "Ain, kongcu, tidak per lu tergesagesa. Sudah kukatakan bahwa d ia ini seekor kuda betina liar, ganas dan panas. Kalau engkau ma mpu menjinakkannya, wah, dia akan hebat sekali. Akan tetapi sebaliknya, ia dapat me mbawa kau terjun ke jurang, ha-ha!" Pui Ki Cong menjadi se makin penasaran dan marah. Dengan kasar dia lalu menggunakan sehelai saputangan untuk diikatkan di depan mulut Cui Hong, kemudian ia me mondong tubuh gadis itu dan dibawanya kembali ke dalam kamarnya, diikuti suara ketawa ketiga orang jagoan itu. Dapat dibayangkan betapa hancur rasa hati Kim Siok dan Lu San menyaksikan semua. Mereka tidak berdaya, dibelenggu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan kuat. Timbul tekad dalam hati mereka untuk mencari kesempatan, me mberontak dan kalau per lu me mpertaruhkan nyawa untuk mencoba menyelamatkan Cu i Hong. -oo0dw0oo- "Tar! Tar! Tarr.....!!" Berulang kali ca mbuk itu melecut dan men impa tubuh Cui Hong. Gadis itu terlentang di atas pembaringan dengan tangan dan kaki terpentang dan terikat pada kaki pembaringan. Cambuk itu diayun oleh Ki Cong dan me lecut tubuhnya, menggigiti kulitnya melalui robekan baju. Pakaian gadis itu koyak-koyak oleh lecutan ca mbuk dan bahkan kulitnya yang putih mulus itu mulai penuh dengan garis-garis merah, ada pula yang mengeluarkan darah. Namun tida k satu kalipun terdengar keluhan dari mulut Cui Hong. Ia merapatkan bibirnya, bahkan kalau terlalu nyeri, digigitnya bibir sendiri dan matanya tetap melotot menatap wajah penyiksanya. Habis koyak-koyak seluruh pa kaiannya dan yang tinggal hanyalah belenggu pada mas ing-masing tangan dan kakinya. Kadang-kadang datang pula perasaan takut dan ngeri yang bergelombang dan ha mpir menenggelamkan kesadarannya, rasa takut yang jauh lebih hebat dan lebih besar daripada rasa nyeri karena siksaan ca mbuk itu. la berharap agar orang itu menca mbukinya terus sampai ia mati. Tida k, ia tidak takut mati. Kalau ia mati, ia akan terbebas dari siksaan ini, terutama sekali s iksaan rasa takut yang mengerikan. Hanya satu hal yang me mbuat ia penasaran kalau ia mati, yaitu ia tidak akan Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lagi ma mpu me mbalas dendam kepada keparat ini. "Bunuhlah aku, bunuhlah, hanya demikian bisik suara hatinya ketika akhirnya Ki Cong menghentikan siksaannya. Dia me le mparkan ca mbuk yang berlepotan darah itu, dan mengusap peluh yang me mbasah i tubuhnya. Matanya liar menatap seluruh tubuh yang ditinggalkan pa kaian yang sudah koyak-koyak dan kulit I putih mulus yang dihiasi garis-garis merah. Memandang dengan penuh gairah nafsu dan Ki Cong Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lalu duduk di tepi pe mbaringan, kedua tangannya mengusapusap seperti hendak mengobati atau mengusir semua rasa nyeri. Berdebar jantung Cui Hong dan seluruh tubuhnya terasa menggigil. Rasa ngeri dan takut menyerangnya dan ketika Ki Cong mendekapnya dan menciuminya, iapun terkulai dan roboh pingsan. Ia tidak tahu apa-apa lagi, tidak merasakan apa-apa lagi seperti orang pulas atau mati. Nafsu birahi timbul karena gambaran pikiran. Tanpa adanya pikiran yang mengga mbarkan hal-ha l yang ada hubungannya dengan nafsu berahi, maka nafsu itu t idak akan timbul begitu saja. Dan menurutkan nafsu birah i, tanpa dikendalikan kebijaksanaan dan kesadaran akan me mbuat seseorang menjad i ha mba nafsu berahi. Dan celakalah badan dan batin kalau orang sudah menjad i hamba nafsu. Nafsu apa saja, termasuk nafsu berahi. Dala m cengkera man nafsu, orang akan lupa diri dan sanggup melakukan apa saja, bahkan kadangkadang me lakukan hal-hal yang me langgar segala hukum kemanusiaan atau kesusilaan, kadang-kadang malah mengarah kepada perbuatan keji dan kejam sekali, tanpa me mperdulikan keadaan orang lain, yang terpenting adalah me menuhi dorongan hasrat untuk me muaskan nafsu sendiri yang mendesak-desak. Dendam me mbuat seseorang dapat melakukan kekeja man yang luar biasa. Dendam adalah nafsu kebencian, dan seperti juga nafsu berahi, sekali orang dicengkera m, ma ka orang itu akan menjad i boneka, menjadi ha mba dar ipada nafsunya sendiri. Pui Ki Cong menaruh denda m kebencian yang cukup menda la m terhadap Cui Hong. Mula- mula karena dia kecewa bahwa hasrat hatinya tidak mendapat sa mbutan. Kemudian dia merasa dihina oleh gadis itu, dan terutama sekali merasa tersinggung rasa harga dirinya oleh semua penolakan dan penghinaan itu. Apalagi setelah berkali-kali dia gagal, bahkan hampir celaka di tangan Cui Hong. Rasa suka karena dorongan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ birahi berubah men jadi kebencian, denda m kebencian yang amat besar. Kebencian men imbulkan hasrat ia melihat orang yang dibencinya itu menderita sehebat-hebatnya. Dendam kebencian hanya dapat dipuaskan kalau me lihat orang yang dibencinya itu menderita hebat. Karena dirinya dicengkeram dua maca m nafsu yang amat berbahaya itu, nafsu birahi dan nafsu kebencian, maka perbuatan Ki Cong terhadap diri Cui Hong sungguh d i luar batas perike manusiaan. Segalanya tidak dipantangnya untuk dilakukan terhadap Cui Hong, untuk dapat menghina sehebat-hebatnya, untuk dapat memuaskan hasrat hatinya sedalam-dalamnya. Begitu siuma n dari pingsannya dan mendapatkan dirinya ternoda, tanpa mengeluh atau menangis, Cui Hong pingsan lagi. Berulang kali ia sadar dan pingsan lag i, dan akhirnya ia hanya rebah terlentang seperti mayat, pandang matanya kosong ditujukan ke langit-langit kamar itu dan ia sama sekali tidak perduli lag i akan dirinya, sama sekali tidak menghiraukan lagi apa yang a kan terjadi dengan dirinya. Bahkan ia hanya me mandang kosong ketika Ki Cong men ggodanya dengan kata-kata, dengan perbuatan, seolah-olah semua itu hanya terjadi dalam mimpi buruk. Ia hanya menanti datangnya saat terbangun dari tidur agar mimpi buruk itu dapat terhenti. Akan tetapi mimpi buruk itu berkelanjutan dan tak pernah terhenti, baru berhenti kalau ia tenggelam kembali ke dalam ketidaksadaran! Wajah Ki Cong terukir di dalam lubuk hatinya, tanpa disadarinya. Wajah seorang laki-laki yang kemerahan, penuh peluh, yang matanya kemerahan, hidungnya kembangkempis, mulutnya dengan bibir pecah menjendol itu terengahengah. Ia takkan pernah me lupakan wajah itu! Cui Hong lupa segala. Lupa akan waktu. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia tersiksa di dalam kamar itu. Ia tidak ingat apa-apa lagi t idak tahu bahwa sudah sehari se ma la m ia tersiksa secara me la mpaui batas itu. Ki Cong juga lupa diri. Hanya berhenti menyiksa gadis itu untuk makan dan minum, yang diantarkan oleh seorang pengawal. Kini hatinya tenteram Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan dia boleh me lakukan apa saja tanpa gangguan karena tiga orang jagoan itu berada tak jauh dari kamarnya. Di kamar sebelah, selalu siap melindunginya. Ki Cong agak mabok, terlalu banyak minum arak. Diha mpirinya gadis itu dan dituangkannya arak dari cawan ke mulut Cui Hong yang setengah terbuka. Gadis itu menelannya dan tersedak. "Heh-heh-heh, Cui Hong, manisku. Bagaimana, apakah sekarang engkau sudah tunduk dan takluk kepadaku" Ha-ha-ha.....!" Dia me nunduk untuk mencium dengan buas. "Brakkk......!!" Tiba-tiba daun pintu jebol dan dua laki-laki berloncatan masuk. Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Ki Cong ketika dia melihat bahwa yang menjebo l daun pintu itu adalah guru silat Kim Siok dan Lu San! "Tolooonggg......! Toloooongggg....!!" Dia berteriak-teriak ketakutan. Pada saat itu, tiga bayangan orang berloncatan masuk sebelum Kim Siok dan muridnya terbelalak me mandang ke arah dipan di mana Cu i Hong rebah seperti mayat itu dapat me lakukan sesuatu, tiga orang jagoan itu telah menerjang mereka. Kim Siok dan Lu San tadi berhasil melepaskan diri dari ikatan kaki tangan mere ka dengan susah payah, meroboh kan enam orang penjaga dan lari ke kamar itu. Sekarang, melihat tiga orang tangguh itu menerjang, mereka menga muk dan sekali ini mereka berkelah i seperti dua ekor harimau terluka. Mereka marah, benci dan sakit hati melihat keadaan Cui Hong sehingga mereka menjadi nekat, tidak me mperdulikan nyawa sendiri dan menerjang dengan ganas dan dahsyat. -ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 3 BIARPUN tingkat kepandaian tiga orang jagoan itu leb ih tinggi, akan tetapi menghadapi amukan dua orang yang sudah nekad tanpa me mperdulikan keselamatan nyawa sendiri Nitu Bu-tek Sa m-eng menjad i kewalahan dan terpaksa mereka lalu menge luarkan senjata mas ing-masing dan akhirnya senjatasenjata mereka dapat merobohkan Kim Siok dan Lu San. Guru silat dan murid itu roboh dengan luka-luka parah dan pada saat itu Cui Hong yang selalu berada dalam keadaan setengah pingsan itu siuman dan melihat ayah dan suhengnya roboh mandi darah, ia me njerit. "Ayaaaahhhh......!." Dan gadis itupun menang is. Baru sekarang ia menangis, menangis karena me lihat ayahnya, bukan menang isi dirinya sendiri. Guncangan batin yang men impa dirinya lebih mendalam daripada tangis. Ia tidak lagi dapat menangisi diri sendiri, karena di dalam batinnya, sebagai akibat ma lapetaka yang menimpa dirinya, hanya terdapat dendam dan seka li lagi denda m! Ki Cong yang kembali terlepas dari anca man maut itu, berdiri dengan muka pucat dan dia me mandang kepada Cui Hong, kepada Kim Siok dan Lu San dengan mata mengandung kemarahan besar. Dia me mang berhas il me mbalas denda m kepada gadis itu, berhasil memper mainkannya dan me mper kosanya sesuka hatinya. Akan tetapi dia sama sekali tidak men ikmati kepuasan dari pengalaman itu, bahkan semakin dia me maksakan kehendaknya, semakin terasa olehnya betapa gadis itu menolaknya sehingga dia terpaksa harus me mperkosanya. Dia merasa bosan harus memper kosa terus, sedangkan keadaan gadis itu lebih banyak mati daripada hidup, lebih sering pingsan daripada sadar. "Phuhh! Keluarga setan!" Dia mengome l. "Sa m-wi enghiong, kuserahkan gadis itu kepada kalian. Ambillah, aku tidak sudi lagi!" katanya dan diapun men inggalkan kamar itu untuk pergi ke ka marnya sendiri di gedung besar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Koo Cai Sun tertawa girang. "Ha-ha-ha, sungguh beruntung. Aku me mang kagum sekali kepada gadis ini!" "Pui-kongcu menyerahkan kepada kita bertiga bukan, bukan kepada seorang!" tiba-tiba Gan Tek Un ber kata dan matanya yang tajam itu menya mbar dingin. Koo Cai Sun tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, jangan khawatir, kawan. Gadis ini me mang menarik sekali dan amat tabah. Baiklah, kita bagi rasa. Engkau dan Louw toako boleh mendapat giliran leb ih dulu, biar aku yang terakhir, ha-ha-ha!" Gan Tek Un dan Louw Ti me mang tidak se mata keranjang Koo Cai Sun, akan tetapi merekapun bukan laki-laki yang alim. Melihat Cui Hong yang demikian muda dan demikian cantik man is, juga melihat sikap gadis itu yang amat tabah dan keras hati, mereka berduapun merasa tertarik sekali. Dan tiga orang jagoan ini me mang sudah biasa bersenang-senang bertiga, maka kini tanpa malu-malu lagi, tanpa banyak cakap lagi, Gan Tek Un la lu mengha mpiri pe mbaringan di mana Cui Hong masih terbelenggu kaki tangannya. Dengan jari-jari tangannya yang kuat, Gan Tek Un membikin putus belenggu-belenggu itu dan diapun merangkul dengan penuh nafsu. Ketika merasa betapa kaki tangannya terbebas dari belenggu, Cui Hong la lu bergerak me mukul. Akan tetapi dengan mudah Gan Tek Un menangkap pergelangan kedua tangan gadis yang sudah lemas karena menderita lahir batin, juga sudah tiga hari tidak pernah ma u makan. Dan kemba li Cui Hong tidak ingat apa-apa lagi ketika Gan Tek Un mulai mende kapnya. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan hati Kim Siok dan Lu San menyaksikan betapa Cui Hong diperkosa orang di depan mata mereka. Biarpun mere ka berdua sudah terluka parah, akan tetapi kemarahan dan sakit hati me mbuat mereka ma mpu bergerak lagi dan mereka lalu meloncat ke atas, bangkit berdiri dan dengan tubuh berlumuran darah, dengan mata terbelalak penuh kebencian, merekapun menerjang ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ arah manusia berhati binatang yang sedang memper ma inkan tubuh Cui Hong di atas pe mbaringan itu. Akan tetapi sambil tertawa, Koo Cai Sun dan Louw Ti menyambut mereka dan dengan tendangan-tendangan tubuh Kim Siok dan Lu San terjengkang dan terbanting jatuh kemba li ke atas lantai. Mereka berusaha bangkit, akan tetapi kemba li dua orang jagoan itu menyusulkan tendangan-tendangan yang me mbuat mereka jatuh kembali. Koo Cai Sun, Louw Ti tertawa-tawa, berdiri dan setiap kali dua orang yang sudah luka-luka itu hendak bangkit berdiri, mereka meroboh kannya ke mbali dengan tendangan-tendangan. Gan Tek Un me loncat turun kembali dari pe mbar ingan. Wajahnya keruh karena ia merasa terganggu oleh dua orang yang sudah luka-luka itu. "Mereka lebih baik dibunuh saja agar kelak tidak mendatangkan banyak urusan," katanya dan kedua tangannya bergerak menyambar sepasang pedangnya. Nampa k sinar pedang berkelebat. Pada saat itu Cui Hong sudah siuman dan dia se mpat melihat betapa sepasang pedang itu menyambar dan mene mbus dada ayahnya dan suhengnya. "Ayaaahhh......! Suhengggg......!" Dan iapun jatuh pingsan lagi. Cui Hong t idak ingat apa-apa lagi, tidak tahu betapa tiga orang itu me mper mainkannya secara bergantian. Setiap kali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sadar dari pingsannya, yang tampak hanyalah bayangan ayahnya dan Lu San yang mandi darah. Jaksa Pui mendengar akan semua peristiwa itu. Setelah dua jenazah Kim Siok dan Lu San disingkirkan, jaksa Pui lalu me mbujuk t iga orang jagoan itu agar segera berangkat ke kota raja, me mbawa suratnya yang memperkenalkan mereka ke kota raja kepada seorang rekannya yang berpengaruh di sana. "Sebaiknya kalau sa m-wi segera berangkat. Kini keadaan kota raja sedang kalut, dan membutuhkan bantuan tenagatenaga yang boleh dipercaya seperti sam-wi. Dan jangan lupa, kalau sam-wi pergi, bawa perempuan itu bersama sam-wi. Kalau ia ditinggalkan di s ini, ia hanya akan me mbikin pusing saja. " Tiga orang jagoan itu mener ima hadiah-hadiah berupa masing-masing sekantung e mas, dan merekapun menerima masing-masing seekor kuda terbaik. Setelah menyimpan surat dari 3aksa Pui itu, Koo Cai Sun me mbawa Cui Hong yang le mas itu ke atas kudanya, dan diikuti oleh dua orang Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo temannya, diapun berangkat pada pagi hari sekali menuju ke kota raja di utara. Koo Cai Sun ternyata jatuh cinta atau me mpunyai rasa sayang kepada Cui Hong, maka ia tidak keberatan membawa gadis itu ke kota raja. Akan tetapi ketika mereka t iba di sebuah hutan, dan berhenti beristirahat di bawah pohon dalam hutan, Gan Tek Un me ncelanya. "Koo-toako, sungguh tidak baik seka li kalau me mbawa pere mpuan ini ke kota raja. Ia hanya akan menimbulkan kesukaran saja. Lihat, pandang matanya penuh dendam. Ia takkan pernah mau menyerah kepada kita dan di sana hanya akan men imbulkan kecurigaan orang banyak saja. " "Benar, ia kelak hanya akan men jadi musuh bagi kita. Di kota raja tentu banyak perempuan yang lebih cantik dan lebih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ baik daripadanya. Mengapa susah-susah membawa calon mayat ini ke kota raja saja?" Dibujuk oleh dua orang rekannya, Koo Cai Sun me njadi bimbang. Ia menoleh dan me mandang kepada gadis yang duduk bersandarkan pada pohon itu. Dia telah me notok gadis itu dan mendudukkannya di sana. Gadis itu merupakan pandangan yang tidak me narik sa ma sekali. Seorang wanita muda yang kotor. Rambutnya kusut masai. Mukanya pucat, bibirnya yang masih na mpa k indah bentuknya itu-pun kehilangan warna merahnya, bahkan nampak pucat. Sepasang matanya menger ikan, seperti mata mayat, sama sekali tidak bercahaya lagi, akan tetapi ketika pandang mata itu ditujukan kepada mereka bertiga, seperti ada api me mbara di man ik matanya. Pakaiannya awut-awutan. Koo Cai Sun menghela napas panjang. Seorang gadis yang keras hati dan tak pernah mau tunduk walaupun segalagalanya telah dipatahkan dengan paksa. Betapa akan mengge mbirakan ka lau saja seorang wanita seperti ini ma mpu mencurahkan kasih sayang. Seorang wanita yang panas me mbara, penuh se mangat. Akan tetapi sayang, penuh pula dengan dendam kebencian. Diapun hanya akan dapat menguasai gadis itu dengan cara me mperkosanya. "Baiklah, ia akan kutinggalkan saja di s ini." a khirnya dia berkata dengan suara bernada menyesal dalam hati. "Bunuh saja, agar kelak tidak mendatangkan kepusingan." kata Gan Tek Un. "Benar, me mbas mi tanaman beracun harus sa mpa i ke akarakarnya." sambung Louw Ti. Akan tetapi, hati Koo Cai Sun yang mempunyai rasa sayang kepada Cui Hong, merasa tidak tega. "Apakah kalian merasa takut kepadanya" Lihat, ia hanya seorang gadis yang tidak berdaya. Mau bisa apakah ia terhadap kita" Biarlah, biarkan ia di sini dan kita lanjutkan perjalanan kita." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tapi, ke lak.. ...." Louw Ti me mbantah. "Louw-toako, tidak kita bunuh juga ia akan mati sendiri. Hutan ini penuh dengan binatang buas. Biarlah ia mati dimakan b inatang buas. Terus terang saja, setelah men ikmati dirinya, aku tidak tega melihat ia terbunuh." jawab Koo Cai Sun. "Mari kita berangkat!" Tiga orang jagoan itu lalu berangkat meninggalkan tempat itu, meninggalkan Cui Hong yang masih le mas bersandar pohon. Mereka tidak tahu bahwa biarpun kelihatan seperti orang setengah mati, yang seperti kehilangan se mangatnya, namun sesungguhnya, semangat Cui Hong masih menyalanyala. Bahkan kekerasan hatinya menekan penderitaannya yang dialami tubuh dan batinnya, yang kadang-kadang me mbuat ia ingin mati saja. Kekerasan hatinya yang menentang ini. Ia harus hidup! Ia harus hidup terus agar kelak ia dapat membalaskan se muanya ini! Ia harus hidup, biarpun semata-mata untuk dendamnya! Ia tidak mau mati sebelum dapat me mbalas denda m kebencian hatinya terhadap e mpat orang, yaitu Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, Gan Tek Un, dan Louw Ti! Ia harus hidup, dan kalau ia sudah memiliki kesempatan, ia akan mengejar e mpat orang itu, biar sa mpai ke neraka sekalipun! Karena itu, Cui Hong tahu dan sadar betapa tiga orang itu berbantah dan kemudian men inggalkannya. Senyum kemenangan mulai menghias bibirnya yang pucat dan berdarah. Ia berdarah di mana- mana. Bahkan bibirnya lukaluka bekas gigitan, juga lehernya, dadanya, mereka itu telah bertindak melebihi binatang-binatang buas terhadap dirinya! Setelah tiga orang itu pergi menunggang kuda, terjadilah ketegangan luar biasa da la m hati Cui Hong. Bagaimana kalau mereka itu mengubah p ikiran dan mereka kembali lagi" Setiap ada suara, hatinya terguncang keras, takut kalau-kalau mereka bertiga, atau seorang di antara mereka, ke mbali lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jalan darahnya mulai norma l kembali dan lewat dua tiga jam ke mudian, totok-an pada tubuhnya mencair dan ia dapat bergerak kembali. Pertama-ta ma yang dikerjakannya adalah bangkit berdiri, me mandang ke kanan kiri dan ber indap-indap pergi dari tempat itu secepat mungkin, untuk menye mbunyikan diri karena khawatir kalau-kalau tiga orang itu akan datang kembali. Setelah ia berhasil menyusup-nyusup me lalui pohon-pohon dan semak-sema k belukar, akhirnya ia menjatuhkan diri ke atas rumput tebal d i balik se mak be lukar. Dipegang-pegangnya kaki tangannya, kepalanya, tubuhnya, ia masih hidup dan inilah yang terpenting. Ia masih hidup! Tapi ayahnya dan suhengnya sudah mati. "Ayahhh...............! Suheng..........!" Ia mengeluh dan menang islah Cui Hong. Teringat ia akan ayahnya dan bahwa kini ia hidup sebatangkara, seorang diri, dalam keadaan seperti itu. Ayahnya dibunuh orang, suhengnya atau tunangannya juga dibunuh orang. Dan ia dinodai, diper mainkan dan dihina me la mpaui batas perike manusiaan. Cui Hong menang is, mengguguk a kan tetapi ia masih berusaha agar tangisnya tidak mengeluarkan suara. Ia harus dapat menyelamatkan diri. la harus hidup terus demi dendam! Ia harus dapat membalas se mua ini! Rasa duka yang amat berat menindih perasaannya dan membuat ia merasa lelah bu kan main. Dan iapun terkula i dan roboh pulas, tertidur di balik se mak-semak be lukar. Tidur da la m arti yang sesungguhnya karena kelegaan hati terlepas dari cengkeraman musuh, karena kedukaan yang menghimpit. Tidur yang amat dibutuhkan badan dan batinnya, karena hanya tidurlah yang dapat menghapus segala duka. 0dw0 Kalau orang tidak me miliki batin yang kuat, apalagi seorang dara remaja seperti Cui Hong, setelah mengalami segala penderitaan lahir batin yang merupakan malapetaka amat hebatnya itu, mungkin saja orang itu akan menjadi gila. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Penderitaan badan masih dapat dipertahankan, akan tetapi penderitaan batin seperti yang dialami Cui Hong itu terlalu hebat untuk dapat ditahan perasaan. Ayahnya dan tunangannya walaupun ia belum me miliki perasaan cinta kasih terhadap tunangannya itu, dibunuh orang di depan matanya. Dan ia sendiri diperkosa di depan mereka, diper mainkan dan dihina oleh e mpat orang yang kejam seperti iblis. Dan kini, ia berada seorang diri di dalam hutan, kehilangan segalagalanya, keluarganya, harta benda, kehormatannya. Selama kurang lebih sepekan ia berkeliaran di dalam hutan. Rasa lapar di perutnya mendorongnya untuk mencari makanan. Buah-buahan, daun-daun muda, dan binatang kelinci dan ayam hutan menjad i makanannya. Akan tetapi yang amat parah menindih hatinya adalah perasaan dendam yang me mbuatnya putus asa. Bagaimana itu mungkin dapat me mba las sakit hati kepada e mpat orang itu" Pui Ki Cong adalah putera seorang jaksa, putera seorang pembesar yang dilindungi pasu kan pengawal. Dan tiga orang musuh besar lainnya adalah Thian-cin Bu-tek Sa m-eng, tiga orang jagoan yang me miliki ilmu kepandaian silat tinggi. Apalagi ia sendiri, bahkan ayahnyapun tidak ma mpu menand ingi mereka. Bayangan inilah yang me mbuatnya putus asa. Dendam sakit hati amat mendidih, akan tetapi ia sadar bahwa ia tidak akan dapat membalas semua denda m itu. Kenyataan ini merupakan siksaan batin baginya dan ber kali-kali ia menangis karena ini. Betapa kita hidup ini terombang-a mbing oleh pikiran yang me lahirkan keinginan-ke inginan, diper mainkan antara harapan dan keputusan, suka duka, cinta benci dan sebagainya. Apakah kita semua dilahirkan hanya untuk menjadi per mainan antara terang dan gelap ini" Tida kkah kita yang dilah irkan bukan atas kehendak kita sendiri ini berhak untuk men ikmati kehidupan ini" Mengapa kehidupan selalu penuh dengan duka dan hanya sedikit saja datang suka" Mengapa selalu datang kekecewaan yang mendatangkan duka" Kenapa kita selalu diganggu oleh keresahan, kemurungan, kemarahan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ men imbulkan kebencian" Mengapa terhadap segala pertentangan dan permusuhan dengan orang lain" Mengapa ketenteraman, kedamaian dan kebahagiaan hanya merupakan cahaya khayali yang menggapa i dari jauh tak pernah menjadi kenyataan" Kita selalu lupa bahwa segalanya itu harapan dan keputusasaan, suka dan duka, cinta dan benci, kemarahan, kebencian dan sikap ber musuhan, kesemuanya itu tidaklah terpisah daripada batin kita sendiri. Kalau kita marah, maka kemarahan itulah kita! Segala maca m perasaan itu adalah d iri kita sendiri. Suka duka bukan datang dari luar walaupun dinyalakan dari keadaan luar. Suka duka adalah suatu keadaan diri kita sendiri, yang kita buat sendiri! Segala macam kebencian, kemarahan, segala maca m perasaan datang dari pikiran, datang dari "aku" yang selalu me mperhatikan dengan dasar rugi untung. Kalau se mua datang dar i ingatan, dari pikiran, apakah kita lalu menghentikan pe mikiran itu dan melupakan segala yang terpikir dan yang menimbulkan duka" Hal ini jelas tidak mungkin. Bagaimana kita bisa melarikan diri dari diri send iri" Melarikan diri dar i duka, dengan kewaspadaan, tanpa me muji atau mencela, tanpa me mbela atau menentangnya, maka kita telah me masuki dime nsi lain. Pagi itu Cui Hong berkeliaran sa mpai jauh dari hutan di mana ia biasa tinggal semenja k ia terlepas dari cengkeraman tiga jagoan. Kalau ma la m tiba ia naik ke atas pohon dan tidur dengan aman di atas pohon, jauh dari jangkauan binatang buas. Pagi itu ia keluar dari h utan besar dan me masu ki hutan lain yang berada di lereng bukit. Hatinya diliputi kedukaan dan putus asa. Ingin ia mati saja, karena semakin dipikir, sema kin hilang harapannya untuk dapat me mbalas denda mnya terhadap empat orang musuh besarnya. Beberapa kali malam tadi ia melepas ikat pinggangnya. Betapa mudahnya mengikatkan ujung yang satu dari ikat pinggangnya pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dahan pohon yang didudukinya dan mengikatkan ujung yang lain pada lehernya lalu me loncat turun. Betapa mudahnya menghabiskan riwayatnya yang penuh duka itu. Namun, suara lain dari hatinya selalu menentang perbuatan itu. Sejak kecil ia dige mbleng kegagahan oleh ayahnya dan ia merasa betapa perbuatan itu amat pengecut sehingga ia merasa malu send iri untuk me lakukannya. Pagi itu ia berkeliaran dengan tubuh le mas, dengan langkah gontai tanpa tujuan. Kalau ada orang mengenal Cui Hong sebelum malapetaka itu, tentu dia akan terkejut dan sukar baginya untuk mengenal kembali gadis ini. Dulu, Cui Hong adalah seorang dara remaja berusia lima belas tahun lebih yang manis, lincah ge mbira, dengan sepasang mata me mancarkan ga irah hidup penuh se mangat, dan sebuah mulut yang selalu tersenyum cerah, seorang dara yang me miliki lenggang tegap dan mengga irahkan. Akan tetapi sekarang, perempuan yang berkeliaran di hutan itu sungguh merupakan pe mandangan yang menyedihkan. Kemudaannya tidak na mpak lag i, bagaikan setangkai bunga yang layu karena kekeringan. Rambutnya yang hitam panjang itu kusut masai, sebagian menutupi mukanya yang amat pucat. Sepasang mata yang biasanya penuh gairah hidup itu kini na mpa k sayu tidak bercahaya, seperti lampu yang kehabisan minyak, kadangkadang me mandang kosong ke tempat jauh mene mbus pohon dan kadang-kadang seperti mata orang yang mengantuk. Mata yang biasanya jeli itu kini agak kemerahan, dan mulut yang biasanya segar kemerahan penuh senyum itu kini kepucatan dan me mbayangkan kepedihan hati. Tubuhnya yang bagaikan bunga baru mulai mekar itu nampak kurus dan layu. Selagi Cui Hong melangkah tanpa tujuan, dengan hati kosong dan penuh duka, tiba-tiba mendengar suara orang bernyanyi. Otomatis langkah kakinya terhenti dan ia menyelinap di balik sebatang pohon besar, mengintai ke depan. Tidak nampak ada orang, akan tetapi suara laki-laki itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bernyanyi itu terdengar jelas dari depan. Mungkin orangnya berada di balik se ma k-semak be lukar yang menghadang di Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo depan. Cui Hong me mperhatikan kata-kata orang itu yang terdengar lantang dan jelas. "aku bebas , tak ingin tak harap tak duka tak suka tak lebih tak kurang tak kiri - tak kanan......... apa ke marin sudah lalu mengapa sesal - mengapa kecewa tiada guna..... sekarang sadar - sekarang ubah sekarang baru - sekarang benar sekarang bebas......... apa ke mudian - hanya akibat bukan urusanku sekarang benar - esokpun benar mengapa harap - mengapa ingin apa la munan - apa impian tiada guna...... sekarang insaf - sekarang bebas aku bahagia karena bebas! tak sudi a ku terkurung - terbelenggu biar kurung e mas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ biar belenggu intan lebih baik bebas lepas di udara terbang melayang arah tertentu sabar - yakin - waspada takkan tersesat karena bebas!" Mendengar kata-kata dalam nyanyian yang lantang dan jelas itu, Cui Hong tersenyu m. Lama sudah suara itu terhenti, namun ia masih tertegun. Suara nyanyian itu seolah-olah ditujukan kepadanya. Bebas! Terlepas dari segala sesuatu! Terlepas dari perasaan duka ini, dari kehancuran hati dan dari keputusasaan. Kenapa hidup macam ini harus dipertahankan lagi" Hanya akan menderita siksa batin setiap hari saja. "Aku ingin bebas... ..." bibirnya mengguma m dan tangannya menangga lkan kain ikat pinggang yang panjang dan seperti dalam mimpi saja, Cui Hong lalu meloncat ke atas dahan terendah, mengikatkan ujung kain itu pada dahan pohon, kemudian mengikatkan ujung yang lain ke lehernya. Tanpa ragu sedikitpun, setelah ujung kain ke dua mengikat lehernya, ia berbisik, "aku ingin bebas...." dan iapun meloncat turun dari atas dahan. "Brukkk....!" Tubuhnya jatuh menimpa tanah. Cui Hong terkejut dan merasa heran, cepat ia bangkit dan me mandang ke atas. Kiranya ujung tali yang mengikat dahan tadi terlepas! "Tolol.....!" Ia me maki diri sendiri dengan lantang. Betapa bodohnya. Mengikatkan ujung kain itu saja ke dahan sampai begitu ceroboh dan kurang kuat. Kalau ada orang melihat tentu akan mentertawakannya, mengira ia me mang takut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbunuh diri ma ka mengikatkan ujung kain pinggang itu dengan kendur. Dengan gemas ia me loncat lagi ke atas dahan, me mbawa ikat pinggangnya dan sekali ini ia mengikatkan ujungnya dengan kuat sampai dua kali. Barulah ia menga lungkan ikatan pada ujung lain pada lehernya dan kembali ia berbisik, "aku ingin bebas...." dan iapun me loncat ke bawah. "Brukkk.....!" Kembali tubuhnya meluncur dan jatuh ke bawah. Cui Hong me mbelalakkan matanya dan cepat bangkit, akan tetapi pinggulnya agak sakit ketika terbanting yang kedua kalinya itu, pinggulnya terbanting agak keras juga. Dan ternyata tali ikat pinggang yang tadi diikatnya dengan a mat kuat itu telah terlepas pula! Cui Hong meno leh ke kanan kiri dan ia merasa betapa bulu tengkuknya mere mang ketika pikirannya me mbayangkan bahwa yang me lakukan perbuatan jahil seperti ini tentulah sebangsa setan penunggu hutan itu. Celaka, pikirnya, sungguh sial nasibnya. Baru ingin bebas saja sudah dihalangi oleh setan! Akan tetapi bagaimana ia dapat me lawan setan yang tidak nampak" Seratus kali berusaha menggantung diri, tentu seratus kali pula setan itu dapat me lepaskan tali ikat pinggangnya dari dahan pohon dan ia akan terbanting-banting seperti tadi. "Ah, tolol me mang, sungguh tolol seka li.....!" Cui Hong cepat menengok di belakangnya telah berdiri seorang kakek bongkok yang entah dari mana datangnya. Kakek itu sudah a mat tua, sukar ditaksir berapa banyak usianya, tentu sudah tujuh puluh tahun lebih. Mukanya hitam keriputan dan a mat kurus. Kulit muka itu ber lipatan pada pipi dan kedua matanya, menyembunyikan sepasang mata yang kecil dan a mat hitam mencorong. Mulutnya menyeringai dan nampak di balik bibir itu tidak ada sebuahpun giginya lagi. Pakaiannya serba hita m dan kepalanya botak, hanya ada sisa rambut putih di sekeliling kepala bagian bawah. Tubuh yang kurus itu berdiri bengkok karena di punggungnya, di bawah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tengkuk, terdapat tonjolan daging sebesar kepala anak kecil. Pakaiannya yang serba hitam itu kedodoran, seperti kain dibelit-be litkan begitu saja pada tubuhnya, juga sepatunya berwarna hitam. Melihat kake k buruk dan serba hita m ini, Cui Hong merasa jantungnya berdebar keras dan bulu tengkuknya makin tegak berdiri. Setan, pikirnya! Akan tetapi ia melirik ke arah kedua kaki kakek itu dan me lihat bahwa sepasang sepatu itu menginjak tanah. Padahal, menurut dongeng, setan-setan itu kakinya tidak me nyentuh tanah, kira-kira sejeng kal di atas tanah. "Kau..... ssee..... tankah kau....?" Dengan suara gemetar karena merasa serem dara itu bertanya, telunjuknya menuding ke arah muka keriputan itu. "Heh-heh-heh-heh!" bibir yang hitam itu bergerak-gerak dan mulut itu terbuka seperti sebuah guha kecil yang gelap. "Engkau lah yang hampir menjad i setan penasaran, nona. Setan perempuan yang tolol sekali! Aku seorang manusia hidup, masih men ikmati kehidupan ini, tidak seperti kau anak to lol yang mau mengakhiri hidup beg itu saja, seolah-olah engkaulah pengatur hidup dan mati. Huh!" Lenyap seketika semua keseraman dari hati Cui Hong. Terganti oleh ke marahan yang membuat wajahnya yang pucat itu menjad i kemerahan, sepasang mata yang sayu dan layu itu menjad i hidup dan berse mangat kembali. "Jadi engkaukah yang tadi melepaskan tali gantungan ku sampai dua kali?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Heh-heh-heh, kalau bukan aku, la lu s iapa?" "Manusia jahil!" Cui Hong sudah cepat menyerang dengan pukulan tangannya ke arah dada kakek itu. Kemarahan me mbuat tubuhnya tiba-tiba menjad i gesit dan pukulan tangannya kuat sekali. "Wuuuttt.... heh-heh...!" Pukulan itu luput dan ternyata kakek itu ma mpu menghindarkan pukulan dengan tanpa menggeser kaki, hanya menarik tubuhnya bagian dada itu ke belakang saja. "Setan....!" Cui Hong menyerang lagi, kini dengan tendangan kakinya yang menyambar dari bawah ke arah perut orang "Ehhh?" Kembali kakek itu hanya menarik bagian tubuh yang ditendang dan serangan itupun luput. Cui Hong men jadi se makin marah. Kakek itu menge lak sambil terkekeh dan me mbuat gerakan-gerakan yang mengejek se kali. Ia lalu men gerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, menyerang kalang-kabut dan me mbabi buta, kedua tangan dan kedua kakinya menyambar-nyambar dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Namun, terjadilah hal yang lucu dan aneh. Kake k bongkok itu meliukliukkan tubuhnya seperti seekor ular, mengelak ke kanan kiri, hanya dengan cara menarik tubuh ke belakang atau ke depan, ke atas atau ke bawah tanpa menggeser kedua kakinya dan semua serangan itu selalu mengena i te mpat kosong! Cui Hong sedang dilanda kedukaan, putus asa, dan kemarahan yang me muncak seh ingga ia kehilangan kecerdikannya. Kalau tidak dikuasai perasaan yang me mabukkan itu, tentu ia sudah cepat dapat melihat kenyataan bahwa kakek yang menjad i lawannya itu me miliki kepandaian yang jauh lebih tinggi darinya. Akan tetapi ia tidak menginsyafi hal itu dan terus saja menyerang semakin ganas, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan penuh nafsu, bahkan ia lalu berseru keras, "Kubunuh kau.!" "Heh-heh-heh, me mbunuh diri send iri saja tidak becus, mau me mbunuh orang lain. Wah, jahat sekali kau!" Dan kakek itu mengangkat tongkatnya. Dia me mang me megang sebuah tongkat kayu butut berwarna hitam yang sejak tadi dikempitnya saja ketika dara itu menyerangnya kalang kabut. "Tukkk.....!" Kepala Cui Hong kena dipukul tong kat. Nyeri sekali rasanya dan oto matis tangan gadis itu meraba kepala yang terpukul. Betapa gemas hatinya ketika meraba kepalanya dan mendapatkan benjolan sebesar telur ayam pada kepala yang terpukul. Rasa berdenyut-denyut nyeri mena mbah kemarahannya. "Kurang ajar kau!" Ia berteriak dan menubruk ke depan, hendak merampas tong kat itu. Dan..... ternyata tongkat itu dengan mudah dapat dira mpasnya! Akan tetapi sebelum Cui Hong sempat me mpergunakan tongkat itu, baru diayunnya untuk me mukul, tahu-tahu tongkat itu seperti bersayap saja, "terbang" dan kembali ke tangan pe miliknya. "Bukkk!" Tahu-tahu tongkat itu telah menggebuk pinggul Cui Hong, cukup keras seh ingga terasa nyeri bukan ma in dan Cui Hong jatuh terpelanting. Dara itu meringis dan mengusapusap pinggulnya. Seolah-olah pecah-pecah rasa kulit pinggulnya dan baru lega hatinya ketika ia meraba pinggulnya, di situ tidak ada tanda luka, hanya terasa ngilu saja. Sambil menggosok-gosok pinggul Cui Hong bangkit dan me mandang kakek yang ter-senyum-senyum tanpa gigi di depannya itu, seperti seorang anak kecil kegirangan. Tiba-tiba Cui Hong teringat akan sesuatu dan ketika kemarahannya lenyap. "Kakek, engkaukah yang bernyanyi tadi" Bernyanyi lagu Bebas?" "Heh-heh-heh, kalau benar begitu, mengapa" Kau marahmarah karena nyanyianku tadi?" Kakek itu ba las bertanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sambil men ga mang-a mangkan tong katnya. "Kalau marahmarah, boleh maju, akan kuhajar lag i. Anak nakal perlu dihajar sa mpai jera!" Cui Hong mengge leng kepalanya. "Aku tidak ingin digebuk lagi. Akan tetapi engkau adalah seorang yang berhati palsu, kek." "Lho! Palsu" Eh, bocah bengal. Kapan engkau menjenguk hatiku" Bagaimana engkau bisa mengatakan hatiku pa lsu?" "Orang yang lain tindakannya dari ucapannya, dia berhati palsu. Nyanyianmu tadi menyatakan satu hal, akan tetapi perbuatanmu terhadap diriku mer upakan lain ha l yang sama sekali bertentangan." "Eh, kok begitu" Apanya yang berlainan" Kau bocah tolol, tiada hujan tiada angin mau gantung diri. Apa yang bermimpi bahwa kau telah menjadi Gia m Lo Ong Si Raja Akhirat" Hal itu sama sekali tidak boleh, maka aku terpaksa menggunakan tongkat saktiku untuk menggagalkan perbuatan mu yang tolol dan pengecut." "Nah, perbuatanmu itulah yang palsu! Engkau tadi bernyanyi tentang kebebasan, dan nyanyianmu menggugah hatiku. Aku ingin bebas dari kehidupan yang penuh derita ini. Aku ingin bebas dar i kesengsaraan lahir batin, dari duka, dari dendam yang tak mungkin dapat dibalas, dari keputusasaan. Aku ingin bebas dan menga khiri ini se mua. Akan tetapi engkau begitu jahil untuk menggagalkan keinginanku untuk bebas. Bukankah perbuatan mu itu berlawanan dengan nyanyianmu di mana engkau mengatakan bahwa engkau ingin bebas pula?" "Ho-ho-ha-ha, wah ngawur! Bebas bukan berarti lalu me mbunuh diri agar terlepas dari semua kesengsaraan lahir batin. Siapa bilang ka lau sudah mat i itu la lu dapat bebas dari kesengsaraan lahir batin" Heh-heh, anak bengal, mari kita duduk dan bicara. Tubuhku yang tua ini tidak enak kalau harus bicara sa mbil berdiri la ma-lama." Dan kakek itu dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ santainya menjatuhkan diri begitu saja di atas tanah "berumput tebal. Sampai kaget hati Cui Hong dan ha mpir ia turun tangan menyambut tubuh kakek yang agaknya terpelanting jatuh itu. Akan tetapi ia teringat bahwa kake k itu bukan orang sembarangan, maka ia menahan diri dan benar saja. Biarpun tadi kelihatan terguling, kakek itu ternyata dapat mendarat dengan lunak, duduk bersila di atas tanah. Cui Hong menarik napas panjang. Orang ini aneh dan sakti seperti setan. Ada-ada saja peristiwa yang dihadapinya dalam hidup ini. Entah perkembangan apa yang akan menimpa dirinya, Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bertemu dengan man usia luar biasa ini. Iapun tidak peduli lagi. Mati pun bukan apa-apa lagi baginya, apalagi menghadap i malapetaka lain. Tidak akan ada malapetaka yang lebih hebat daripada yang pernah dialaminya. Ia pun duduk di depan kakek itu, me mandang penuh perhatian dan kembali merasa seram. Wajah kakek itu memang menyeramkan sekali. Tiba-tiba kakek serta hitam itu lalu me nggerakkan bibirnya me mbaca sajak sambil me mukul-mukulkan tongkatnya ke atas sebuah batu sehingga terdengar suara "tak-tok-tak-tok" berirama. Mula- mula hanya suara tak-tok-tak-tok berirama itulah yang terdengar, kemudian disusul suara kake k itu yang terdengar lembut dan lirih na mun amat jelas me masu ki telinga Cui Hong, seolah-olah kakek itu berb isik di de kat telinganya. Dan Cui Hong yang sejak kecil pernah menerima pe lajaran sastera dari mendiang ayahnya, kini me ndengar kata-kata dalam nyanyian itu yang t idak as ing baginya. "Tida k condong itulah Tiong (tegak lurus) tidak berubah itulah Yong (seimbang) Tiong adalah Jalan Kebenaran Yong ada lah hukum alam." Mendengar kata-kata itu, Cui Hong lalu berkata, "Kakek yang aneh apa maksudmu mengutip kata-kata dari Sang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Budiman Beng Cu itu" Bukankah itu merupakan penje lasan tentang kitab Tiong Yong?" Kini kakek itu yang mencoba untuk melebarkan sepasang matanya yang sipit dan dia kelihatan lucu, seperti orang mengantuk yang berusaha me mbuka mata lebar-lebar me mandang dara itu. "Eh, eh....! Kau tahu tentang Tiong Yong?" Tiong Yong adalah satu di antara kitab-kitab suci pelajaran Agama Khong Kauw. "Aku pernah me mbaca kitab suci itu walaupun su kar untuk mengerti maksudnya." jawab Cui Hong dengan jujur. Kakek itu na mpa k girang sekali, terkekeh senang mendengar bahwa dara itu pernah membaca kitab Tiong Yong. Dia tidak tahu bahwa mendiang ayah dara ini adalah seorang penggemar pelajaran Khong Kauw, bahkan banyak pula me mbaca kitab-kitab Too Kauw sehingga ketika me mberi pelajaran me mbaca kepada puterinya, dia menyuruh puterinya me mbaca kitab-kitab itu. Memang pada ja man itu, belajar me mbaca didasarkan kepada pe mbacaan kitab-kitab agama atau filsafat yang tinggi-tinggi seh ingga anak-anak itu hanya ma mpu men ghafal huruf-huruf itu tanpa mengerti artinya secara mendalam. "Kalau beg itu dengarkan ini: Hi Nouw Ai Lok Ci Bi Hoat, Wi Ci Tiongl" "Ah, aku ingat!" seru Cui Hong, terseret oleh kegembiraan kakek itu yang mengingatkan dia akan masa kecilnya ketika me mpe lajari se mua ujar-ujar itu. "Itulah bagian ke empat dari kitab Tiong Yong dan artinya Sebelum timbul perasaan Senang, Marah, Duka dan Girang, keadaan itu disebut Tiong (tegak lurus tidak miring)!" "Heh-heh, bagus, bagus! Atau dengan lain kata-kata, keadaan itulah yang dinamakan Kosong atau Bebas! Aku selalu rindu a kan keadaan itu." seru ka kek serba hita m dengan girang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tapi kau tadi bernyanyi bahwa kau rindu akan kebebasan. Aku yang terhimpit kekecewaan ingin bebas dari semua kesenangan dengan jalan mengakhiri hidup, akan tetapi engkau menghalangiku. Bebas yang bagaimana yang kaumaksudkan, kek?" "Dengarkan ini Lima warna me mbutakan mata, Lima nada menulikan telinga, Lima ke lezatan menumpulkan rasa." "Wah, itu kitab Tao-tek-keng....!" seru Cui Hong. Kakek itu menjad i semakin g irang. "Bagus! Engkau seorang anak perempuan aneh. Hafal akan ujar-ujar dalam kitab Tiong Yong dan Tao-tek-keng, akan tetapi hendak me mbunuh diri. Bebas yang kaumaksudkan bukan melarikan diri dari kenyataan, betapapun pahit kenyataan itu terasa oleh kita, me lainkan bebas dari se mua pengaruh panca indranya, bebas dari pengaruh perasaan dan pikiran. Eh, anak baik, siapakah engkau dan me ngapa engkau seorang diri berada di tempat ini dan ingin membunuh diri?" Dia berhenti sebentar, me mukulmukulkan tong katnya ke atas tanah lalu berkata lagi, "Sungguh pun engkau pernah me mpelajari ilmu silat, akan tetapi kepandaianmu itu mas ih terlampau rendah untuk dapat kau pakai me mbe la diri, padahal di dunia ini penuh dengan kekerasan." Setelah semua perasaan kecewa, dendam dan keputusasaan meninggalkan batinnya untuk saat itu karena pikirannya dipenuhi dengan pertemuan aneh itu, maka kecerdikan Cui Hong pun timbul kembali. Ia me mang seorang gadis yang cerdik dan kini ia melihat jelas terbukanya suatu kesempatan yang amat baik baginya. Kakek inilah yang akan dapat menolongnya! Kakek ini adalah seorang sakti, hal itu tak dapat diragukannya lagi dan kalau ia bisa mewarisi ilmu-ilmu kesaktian dari kake k ini, tentu bukan hal mustahil lagi baginya untuk kelak me mbalas denda m terhadap empat orang musuh besarnya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cui Hong lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu. "Locianpwe, saya adalah seorang yang menderita ma lapetaka. Ayah dan suheng saya dibunuh orang, sehingga sekarang saya hidup sebatangkara di dunia ini. Karena putus asa, tadi saya bermaksud mengakhiri penderitaan ini dengan bunuh diri. Akan tetapi, setelah bertemu dengan locianpwe, baru saya sadari betapa kelirunya niat saya tadi. Saya akan merasa beruntung sekali kalau locianpwe sudi menerima saya sebagai murid locianpwe....." "Heh-heh-heh, aku harus tertawa agar tidak menang is. Di pelosok manapun di dunia ini selalu kute mui kebencian, kekerasan, permusuhan, bunuh-me mbunuh di antara manusia. Tidak mudah untuk menjadi muridku, karena selamanya aku tak pernah menerima murid. Akan tetapi.... engkau ini anak pere mpuan yang aneh, hapal akan kitab-kitab suci akan tetapi mau bunuh diri, he mm, siapakah na ma mu?" "Na ma saya Kim Cui Hong." "Kenapa ayahmu dan suhengmu dibunuh orang?" "Mula- mula putera jaksa di Thian-cin me minang saya. Karena saya sudah ditunangkan dengan suheng, maka pinangan itu dito lak oleh ayah. Hal ini me mbuat marah putera jaksa itu dan dia hendak menggunakan kekerasan. Kami me lawan dan akhirnya kami ditangkap, ayah dan suheng dibunuh dan saya..... saya mengalami penghinaan- penghinaan, akan tetapi tidak dibunuh dan dibuang di dalam hutan ini....." "Aihhh.....! Sungguh benar sekali para bijaksana mengatakan bahwa kecantikan, kekayaan, kedudukan, kepandaian lebih banyak mendatangkan sengketa dan permusuhan dar ipada kedamaian dan persahabatan. Kim Cui Hong, jadi sekarang engkau hidup sebatangkara, tanpa sanakkadang, tanpa rumah tinggal?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar, locianpwe, saya tidak me miliki apa-apa lag i dan karena itu mohon sudilah locianpwe menerima saya sebagai murid." "He mmm, selamanya aku belum pernah mener ima murid, dalam usia setua ini muncul engkau. Inikah yang dina makan nasib, jodoh atau kebetulan saja" Agaknya aku harus men inggalkan se mua yang pernah kupe lajari kepada seseorang, akan tetapi bagaimana kalau kelak kepandaian itu dipergunakan untuk kejahatan?" Cui Hong yang mendengarkan kakek itu bicara seperti bicara kepada diri send iri, cepat menjawab, "Saya bersumpah tidak akan me mpergunakan ilmu yang saya terima dari suhu untuk kejahatan. Saya akan mentaati semua pesan dan perintah suhu!" Dengan cerd iknya ia langsung menyebut "suhu" kepada kake k itu untuk melenyapkan sa ma sekali keraguan yang masih me mbayang pada suara kakek itu. "Suhu..... aih, sungguh enak sebutan itu, agaknya sama dengan sebutan ayah yang belum pernah kurasakan. Suhu..... heh-heh-heh, anak baik, aku suka menjadi suhumu." Bukan main girangnya hati Cui Hong dan iapun segera me mber i hormat sambil berlutut. "Suhu, teecu (murid) Kim Cui Hong siap menerima petunjuk dan per intah suhu yang akan teecu taati dengan taruhan nyawa." "Heh-heh-heh, bangkit dan duduklah, Cui Hong. Kuharap saja engkau akan menjad i murid yang baik. Akan tetapi ketahuilah bahwa tidak enak menjadi murid orang seperti aku, tidak enak dan tidak mudah. Melihat tingkat kepandaian- mu, sedikitnya engkau harus berlatih dengan penuh se mangat dan tekun selama lima tahun, baru boleh diharapkan engkau akan me mpero leh ke majuan." "Teecu berjanji akan ber latih dengan tekun dan biarpun sampai lima tahun leb ih teecu tidak akan mengendurkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ semangat dan akan selalu mentaati petunjuk dan perintah suhu." "Bagus, dan sekarang sebagai tugas pertama, engkau harus bersu mpah bahwa kepandaian yang kau pe lajari dariku tidak akan kau pergunakan untuk me mbunuh! Engkau tidak boleh me mbunuh!" Mendengar ini, Cui Hong terkejut bukan main sa mpai mukanya berubah agak pucat dan kedua matanya terbelalak. Tidak boleh me mbunuh" Dan ia ingin be lajar silat yang tinggi hanya dengan satu tujuan, yaitu me mbalas denda m dan me mbunuh musuh-musuhnya! "Cui Hong, aku bertemu denganmu ketika engkau hendak me mbunuh diri. Karena itu, aku ingin menghapus semua keinginan me mbunuh dar i dalam lubuk hatimu. Engkau tidak boleh me mbunuh, baik me mbunuh diri sendiri maupun orang lain! Engkau me mpunyai musuh-musuh dan denda m kebencian me mbayang di wajahmu, karena itu lah ma ka aku minta kau bersumpah bahwa engkau tidak akan menggunakan kepandaian dariku untuk me mbunuh!" Biarpun ia terkejut dan kecewa mendengar larangan me mbunuh ini, na mun Cui Hong yang mendapatkan kemba li kecerdikannya, cepat me mutar otaknya dan iapun lalu tanpa ragu-ragu lagi bersu mpah, "Baiklah, suhu. Teecu bersu mpah bahwa teecu tidak akan menggunakan kepandaian dari suhu untuk me mbunuh orang." Ia me mbayangkan bahwa untuk me mba las dendam kepada musuh-musuhnya, tidak perlu me mbunuh! Masih banyak jalan lain kecuali me mbunuh untuk me la mpiaskan denda mnya. Kakek ini menarik napas panjang. "Bagus, Cui Hong. Aku percaya engkau akan me megang teguh sumpahmu. Ketahuilah, mengapa aku menyuruh eng kau bersu mpah untuk pantang me mbunuh" Tiada lain karena aku sudah terlalu banyak me mbunuh orang! Dan aku tida k ingin muridku, selain mewarisi ilmu-ilmu-ku, juga mewarisi pula kesenanganku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mbunuh orang." Dia mengangkat tongkat hitamnya dan mencium tong kat itu. "Dengan kaki tanganku, terutama dengan tongkat ini, entah sudah berapa ratus atau ribu nyawa orang kurenggut dari tubuhnya. Gurumu ini pernah dijuluki orang Toat-beng Hek-mo (Iblis Hita m Merenggut Nyawa) karena paling suka me mbunuh orang tanpa pilih bulu! Aku diperha mba nafsu-nafsuku sendiri, karena itu lah aku me larikan diri ke hutan-hutan, ke gunung-gunung, tidak mau bertemu manusia dan aku selalu men cari kebebasan, bebas dari nafsunafsuku sendiri. Aih, betapa tersiksanya batinku, betapa kuatnya ikatan-ikatan ini. Karena itu, aku tidak ingin melihat engkau terbelenggu oleh denda m, diperha mba nafsu sendiri. Aku tidak ingin me lihat muridku menderita seperti aku." Cui Hong tidak mengerti, akan tetapi t idak membantah. Ia tidak peduli a kan semua masalah gurunya. Yang penting baginya me mpelajari ilmu agar dapat me mbalas denda m kepada musuh-musuhnya. Dan ia sudah bersu mpah takkan me mbunuh, maka iapun tidak akan me mbunuh musuhmusuhnya, akan tetapi mem balas denda m, itu harus dan merupakan tujuan tungga l hidupnya! Ia tidak sama dengan gurunya. Gurunya suka me mbunuh orang tanpa pilih bulu. Ia tidak, sama sekali tidak! Dendamnya hanya kepada empat orang saja. "Teecu akan menaati se mua petunjuk dan perintah suhu," katanya lagi untuk melegakan hati kakek itu. Suhunya dijuluki Toat-beng Hek-mo, tentu saja me miliki kesaktian luar biasa, pikirnya dengan girang. Tidak peduli apakah gurunya itu seorang datuk sesat, seperti julukannya, yang penting ia dapat me mpe lajari ilmu silat tinggi dari kake k itu untuk kelak menghadap i Thian-cin Bu-tek Sa m-eng! Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Engkau tidak akan menyesal telah bertemu dengan aku yang menggagalkan niat mu me mbunuh diri tadi, Cui Hong. Kalau engkau sudah mewarisi ilmu-ilmu-ku, maka engkau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan ma mpu menjelajahi dunia ini tanpa khawatir diganggu lagi. Engkau akan sukar mene mukan tandingan!" "Terima kasih, suhu." "Akan tetapi, jangan dikira menjad i muridku itu enak, Cui Hong. Aku orang mis kin, tidak punya apa-apa, rumah pun tidak punya. Aku sudah tua, untuk mencari ma kan sehari-hari pun sukar. Kalau kau menjadi muridku harus mencarikan makan setiap hari untukku dan untukmu sendiri, kalau perlu menge mis, atau mencuri." "Teecu sanggup!" kata Cui Hong. "Masih ada satu hal lagi." kata kakek itu, mula i ge mbira me lihat betapa dara itu me mang keras hati dan besar semangat, tidak pantang mundur menghadap i segala maca m kesukaran. "Selama engkau belajar s ilat, kita akan tinggal di puncak gunung yang sunyi terpencil dan selama itu, engkau hanya boleh turun ke dusun kalau kehabisan bumbu masak dan keperluan lain, dan itu pun harus kaulakukan dengan singkat, sama sekali engkau tidak boleh me libatkan diri dengan urusan dan pertikaian dengan orang lain, tidak boleh menca mpuri urusan orang lain. Sanggup kati?" "Teecu (murid) sanggup!" kata pula Cui Hong. Apa pun syarat-syarat gurunya akan disanggupinya karena me mang tujuannya hanya satu, ialah me mpelajari ilmu silat dari kakek ini. Demikianlah, mulai hari itu Cui Hong menjad i murid kakek yang berjuluk Toat-beng Hek-mo, seorang kakek yang sudah puluhan tahun la manya tidak pernah lagi muncul di dunia kang-ouw, yang mengasingkan diri berperang dengan batin sendiri mencar i kebebasan, seorang kakek yang me miliki ilmu kepandaian silat tinggi akan tetapi yang memiliki pengetahuan tentang filsafat hidup melalui ayat-ayat kitab suci yang hanya diketahui kulitnya saja, dengan penafsiran isinya yang kacau balau. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kebebasan, dalam arti kata bebas lahir batin, tidak mungkin bisa didapatkan dengan jalan mencari dan mengejar. Kebebasan, seperti juga kebahagiaan, adalah satu keadaan, bukan merupakan suatu hasil dari pengejaran atau usaha. Kebebasan yang sudah didapatkan me lalui usaha bukan merupakan kebebasan lagi, me lainkan merupa kan kebebasan semu yang terbelenggu oleh KEINGINAN UNTUK BEBAS. Dan di mana ada keinginan, dalam bentuk apapun juga, maka takkan mungkin ada kebebasan. Kebebasan adalah suatu keadaan di mana tidak ada lagi aku yang ingin ini dan itu, tidak ada lag i aku yang sarat dengan nafsu-nafsu yang me mbe lenggu. Kebebasan bukan se kedar bebas dari ikatan dengan manusia lain atau dengan benda, sehingga tidak mungkin didapatkan melalui pengasingan diri jauh dari manusia dan harta benda. Sebaliknya, orang dapat berada dalam keadaan bebas walaupun hidup di tengah-tengah masyarakat ramai. Batin yang tidak me miliki apa-apa walaupun lah irnya me mpunyai banyak benda, batin yang sama sekali tidak terbelenggu walaupun badannya me mpunyai ikatan, dengan pekerjaan, dengan keluarga, dengan kewajiban-kewajiban dan sebagainya. Memang leb ih mudah dibicarakan tentang kebebasan, namun se mua pe mbicaraan itu hanya teori belaka. Kebebasan bukan untuk dibicarakan, melainkan untuk dihayati dalam kehidupan ini karena tanpa adanya kebebasan, takkan mungkin ada cinta kasih, takkan mungkin ada kebahagiaan. Hidup kita ini sudah de mikian sarat dengan beban, demikian ruwet penuh ikatan-ikatan sehingga is inya hanyalah permainan e mosi belaka karena sang aku sudah terlanjur merajalela diper mainkan oleh Im dan Yang (Positif dan Negatif). 0odwo0 Semenjak me ngikuti gurunya ke puncak yang amat sunyi, sebuah di antara puncak-puncak yang tinggi dar i Pegunungan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lu-Iiang-san di sebelah barat kota raja, Cui Hong mulai suka akan warna pilihan gurunya, yaitu warna hitam. Ia menyukai warna hita m karena untuk menyusup-nyusup ke dalam hutan dan semak-semak belukar, warna ini paling a man, tidak cepat kotor. Dan setelah beberapa bulan la manya ikut gurunya, berlatih ilmu s ilat setiap hari sa mbil mengurus kepentingan gurunya dan diri sendiri, mencuci, mencar i air, me masak dan sebagainya, mulai pulih kembali keadaan badan Cui Hong. Kedua pipinya menjadi kemerahan lag i, wajahnya nampak segar berseri, sepasang matanya menjadi hidup dan lincah. Agaknya sisa-sisa peristiwa hebat itu, bekas-bekas malapetaka yang menimpanya, tidak lagi meninggalkan bekas di tubuhnya, walaupun jauh di dalam hatinya, bekas-bekas itu tak mungkin dapat dihapus begitu saja biarpun Cui Hong tidak pernah me mbicarakannya dengan suhunya. Dendam yang amat hebat itu disimpannya di dalam hati sebagai suatu rahasia pribadi yang takkan diungkap kan kepada siapa pun juga, kepada gurunya pun tidak. Apalagi karena ia melihat sikap gurunya yang tidak setuju dengan peme liharaan denda m itu. Kakek yang berjuluk Toat-beng Hok-mo itu ternyata me mang seorang yang sakti. Ilmu kepandaiannya tinggi sekali dan hal ini dirasakan benar oleh Cui Hong. Dari hari pertama saja ia sudah menerima latihan sinkang yang luar bisa. Kakek itu bahkan me mbantunya dengan kedua tangannya diletakkan di punggung dara itu, me mbantunya agar dapat dengan cepat menghimpun tenaga sakti, me mpergunakannya di seluruh tubuh dan berlatih samadhi untuk me mperkuat sinkang di dalam tubuhnya. Setelah berlatih selama hampir dua tahun, barulah ia dianggap mula i me miliki sinkang yang cukup kuat untuk me mpe lajari ilmu silat kakek itu. Dan Toat-beng Hek-mo juga tidak mengajarkan banyak ilmu s ilat, hanya satu maca m saja! Akan tetapi ilmu s ilat ini dapat dima inkan dengan tangan kosong maupun dengan senjata tongkat. Nama ilmu s ilat ini menyeramkan, sama dengan nama julukannya, yaitu ToatTiraikasih Website http://kangzusi.com/ beng-kun (Ilmu Silat Mencabut Nyawa)! Kalau dima inkan dengan tongkat maka na ma ilmu itu me njadi Toat-beng Koaitung (Tongkat Aneh Mencabut Nyawa ). Dan biarpun hanya satu maca m, ternyata ilmu silat ini sede mikian sukar, aneh dan dahsyat sehingga untuk melatihnya sampai se mpurnya, dibutuhkan waktu ha mpir lima tahun! Dapat dibayangkan betapa kesepian rasanya harus hidup sampai bertahun-tahun di te mpat sunyi dan dingin itu. Hanya berte man seorang kakek tua renta yang buruk, dan yang jarang sekali bicara karena kakek itu leb ih banyak bersa madhi dan hanya bicara kalau sedang me mberi petunjuk dalam pe lajaran ilmu silat. Bahkan di waktu makan pun Toat-beng Hek-mo jarang mengajak bicara muridnya. Waktu yang seolah-olah merayap itu merupakan latihan yang paling berat bagi Cui Hong. Hampir ia kehilangan kesabaran dan beberapa kali ada dorongan kuat dalam hatinya untuk melarikan diri, turun gunung dan mencari musuh-musuhnya. Apalagi setelah ia merasa bahwa kepandaiannya telah meningkat dengan cepat. Namun, dendam yang amat mendalam itu me mbuat ia cerdik dan tidak mau bertindak lancang dan tanpa perhitungan. Ia teringat akan keliha ian Thian-cin Bu-tek Sa m-eng. Kalau ia sekali turun tangan me mbalas denda m, ia tidak boleh gagal! Kegagalan berarti me mbuat musuh-musuhnya menjadi kuat, berjaga dan akan sema kin sukarlah kela k baginya untuk mengulangi usahanya me mbalas dendam. Ia harus berhasil dengan sekali pukul dan untuk dapat me mperoleh keyakinan da la m hal ini, ia harus tekun belajar sampai gurunya menyatakan bahwa pelajarannya sudah tamat. Cui Hong adalah seorang gadis yang masih muda, dan me miliki pembawaan lincah ge mbira. Biarpun ia pernah mender ita ma lapetaka hebat hampir saja me mbuatnya putus asa dan membunuh diri, namun setelah tinggal di puncak gunung itu dan menyibukkan diri dengan pekerjaan sehari-hari dan latihan-latihan, kesegarannya pulih kembali bagaikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ setangkai bunga yang pernah layu kini hidup dan segar kembali mendapatkan air dan embun. Bahkan kini, setelah lewat kurang lebih ena m tahun, Cui Hong telah berubah, dari seorang dara remaja yang masih me miliki sifat kekanakkanakan, menjadi seorang gadis yang bagaikan bunga sedang me kar semerbak. Tubuhnya ramping dan padat, keindahan bentuk tubuhnya yang tidak dapat disembunyikan oleh pakaian sederhana berwarna hita m itu. Bahkan pakaian serba hitam itu me mbuat kulitnya yang putih kuning dan halus nampak se makin menyolok. Cui Hong telah menjadi seorang gadis dewasa yang amat cantik, seorang perempuan yang penuh daya tarik. Pada suatu pagi, seperti biasa dila kukannya satu dua kali setiap bulan, ia berpa mit kepada suhunya untuk me mbe li bumbu dan sedikit kain untuk me mbuat pakaian baru di sebuah dusun di kaki gunung. Untuk me mperoleh uang guna berbelanja, Cui Hong me mbawa sekarung dendeng yang dibuatnya. Di hutan yang terletak di balik puncak terdapat banyak binatang hutan. Cui Hong banyak berburu binatang ini, dagingnya didendeng dan kulitnya dije mur, ke mudian kulit dan dendeng ini dibawanya ke dusun, dijualnya atau ditukarnya dengan bumbu-bumbu dapur, pakaian dan keperluan lain. Karena selama enam tahun lebih ini sudah seringka li ia berkunjung ke dusun itu, maka se mua orang dusun mengenalnya sebagai nona penghuni puncak yang cantik man is. Melihat betapa nona berpakaian serba hitam itu me mbawa beban berat dan turun dari puncak, semua orang dapat menduga bahwa tentu nona cant ik ini seorang yang me miliki ilmu kepandaian tinggi, maka tak seorang pun berani mengganggunya. Akan tetapi pada pagi hari itu, setelah menjual dendeng sekarung dan me mbeli bumbu masa kan, kain hita m dan lain keperluan, seperti minyak, lilin dan lain-lain, terjadi keributan yang sama sekali tidak dikehendakinya. Sejak terjadi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ma lapetaka yang menimpa dirinya, Cui Hong merasa tidak senang kalau me lihat mata laki-laki me mandangnya penuh gairah. Ingin ia marah- marah dan menghajar orang le laki yang berani me mandangnya seperti itu, namun ia mas ih harus menahan kesabarannya selama ini. la teringat akan pesan suhunya, bahwa ia tidak boleh mencari keributan, permusuhan dan tidak boleh meca mpuri urusan orang la in. Maka, karena pandang mata itu tak mungkin d ianggap sebagai gangguan, ia pun pura-pura tidak me lihatnya saja walaupun hatinya merasa mendongkol. Agaknya, perbuatan empat orang musuh besarnya terhadap dirinya menumbuhkan semaca m perasaan benci di da la m hatinya terhadap pria pada umumnya, apalagi kalau pria itu me mandangnya dengan sinar mata kagum dan me mbayangkan gairah birahi. Hal itu dianggapnya kurang ajar, dianggapnya bahwa pria yang me mandangnya itu tiada bedanya dengan empat orang musuh besarnya, dan kalau me mpunyai kesempatan tentu akan me lakukan kekejian yang sama seperti yang pernah dilakukan e mpat orang musuh besarnya itu terhadap dirinya. Ketika Cui Hong selesai berbelanja dan berjalan perlahanlahan hendak men inggalkan dusun itu, me mbawa buntalan terisi barang-barang belanjaannya, tiba-tiba terdengar suara laki-laki di belakangnya, "Nona, bolehkah aku me ne manimu?" Cui Hong terkejut dan seketika mukanya berubah merah. Ia me lirik sa mbil meno leh dan melihat bahwa yang menegurnya itu seorang laki-laki berus ia tiga puluhan tahun yang bertubuh besar dan perutnya agak gendut, matanya sipit dan sinar matanya penuh gairah, mulutnya menyeringai dan sikapnya jelas menunjukkan bahwa orang ini kagum kepadanya dan berniat menggodanya. Cui Hong me mbuang muka dan tidak me layaninya, tidak menjawabnya, melainkan berjalan terus tanpa me mperdulikan orang itu. "Aih, nona, mengapa dia m saja" Aku sudah tahu bahwa nona tinggal di puncak gunung. Siapakah nama nona dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan siapakah nona tinggal di puncak" Kasihan sekali, seorang perempuan cantik jelita tinggal di tempat yang begitu tinggi, dingin dan sunyi." Cui Hong ha mpir tak dapat menahan lag i kemarahannya. Tanpa menoleh ia me mbentak lirih dan ketus, "Pergilah kau dan jangan ganggu aku!" Akan tetapi, orang itu bahkan me mperlebar langkahnya sehingga kini dia berjalan di sa mping Cui Hong. Ketika Cui Hong melirik, dilihatnya orang itu menyeringai dan muka yang agak bulat putih itu me ngingatkan ia akan muka seorang di antara musuh-musuh besarnya yang paling dibencinya, yaitu Koo Cai Sun. Akan tetapi jelas bukan karena orang ini masih muda, baru tiga puluh tahun usianya, sedangkan musuh besarnya itu sekarang sudah leb ih dar i empat puluh tahun. "Wahai, nona, kenapa marah" Aku ber ma ksud baik, ingin berkenalan denganmu. Marilah kute mani kau naik ke puncak dan biarlah barang-barangmu yang berat itu kubantu kubawakan." laki-laki itu kembali berkata dengan suara mengandung rayuan. Dia bukan penduduk dusun itu, me lainkan pendatang dari kota lain yang datang ke dusun itu untuk berdagang kain. Ketika dia tadi melihat Cui Hong, hatinya segera tertarik sekali. Dia me mang seorang yang mata keranjang dan melihat ada seorang dusun demikian cantik man isnya, dia merasa ge mbira dan ingin sekali memetik bunga dusun itu. Apalagi ketika dia bertanya dan mendapat keterangan bahwa wanita serba hitam yang manis itu tinggal di puncak gunung, dan tak seorang pun mengenal na manya, agaknya merupakan seorang wanita penuh rahasia, hatinya menjad i se makin kagum. Dibereskannya dagangan-nya, dititipkan kepada seorang kenalannya dan diapun cepat Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengikut i Cui Hong dan menegur di tengah jalan. "Aku tidak mau berkenalan dan tidak mau dibantu. Pergilah kau!" kata pula Cui Hong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Laki-laki itu terkekeh. Mereka t iba di pinggir dusun, di mana keadaan sepi sehingga laki-laki itu menjad i se makin berani. Dia tahu, menurut pengalamannya, bahwa jika seorang wanita berkata tidak dengan mulutnya, hal itu besar kemungkinan berarti ya di dalam hatinya. Pengetahuan ini me mbuat ia semakin berani melihat betapa wanita cantik yang menarik hatinya ini "pura-pura" tidak mau. "Nona man is, tidak usah malu-malu. Aku adalah pedagang kain. Nanti kuberi segulung kain yang paling baik, sutera halus yang mahal. Mari kute mani, mau bukan?" Dan tiba-tiba saja, sungguh di luar dugaan Cui Hong, laki-la ki itu menggunakan tangan kirinya untuk meraba dan mencubit pinggulnya! Meledak kemarahan di hati Cui Hong dan sekali me mbalikkan tubuhnya dan mencengkeram, punggung baju baju orang itu sudah dicengkeramnya dan sekali ia berseru, tubuh la ki-laki itu sudah diangkatnya ke atas. Buntalannya dilepaskan begitu saja dan kini tangan kirinya sudah diangkat hendak memukul remuk kepala orang yang berani kurang ajar kepadanya itu! Laki-laki itu terkejut, meronta namun tidak ma mpu me lepaskan diri. Tangan kiri Cui Hong sudah diangkat dan sudah ber isi tenaga sinkang sepenuhnya, akan tetapi mendadak ia teringat akan sumpahnya kepada suhunya. Dilarang me mbunuh! Maka, ketika tangannya meluncur turun, ia mengubah serangannya, bukan kepala orang itu melainkan tangan kirinya yang menjadi serangan tangan Cui Hong yang meluncur ke depan. "Krekkk.....I" Pergelangan tangan laki-laki itu remuk tulangtulangnya dan dia pun menjerit-jerit kesakitan. Cui Hong me lontarkan tubuh itu jauh ke depan. "Brukkkk....!" Tubuh itu terbanting ke atas tanah dan tidak ma mpu bergerak lagi karena saking nyerinya laki-la ki cer iwis itu jatuh pingsan ketika tubuhnya terbanting. Cui Hong tidak menengok lag i kepada laki-laki itu, menga mbil buntalannya kemudian perg i dari situ dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cepat. Setelah tidak ada orang melihatnya, ia lalu mengerahkan tenaganya dan menggunakan ilmu berlari cepat mendaki puncak. Wajahnya masih merah sekali, sepasang matanya menge luarkan sinar berapi. Marah sekali ia. Kalau menurut kan hatinya, ingin ia menghancurkan kepala orang tadi, menginjak-injak dadanya sa mpai patah-patah semua tulang iganya! Orang itu baginya tadi seolah-olah menjadi pengganti empat orang musuh besarnya dan semua dendam dan kebencian ia tu mpahkan kepada orang itu. Akan tetapi ia sudah bersumpah tidak akan me mbunuh dan bagaimanapun juga, ia tidak boleh me langgar sumpahnya sendiri. 0oo-dw-oo0 Jilid 4 KETIKA tiba di depan pondok kayu kasar yang menjadi tempat tinggal mereka, Cui Hong melihat suhunya sudah duduk bersila di depan rumah, tidak seperti biasanya karena pada saat seperti itu biasanya gurunya itu masih bersamadhi di depan kamarnya dan baru akan keluar kalau ia sudah me mber itahukan bahwa ma kanan siang telah tersedia. Dan gurunya itu me mandang kepadanya dengan matanya yang kecil mencorong itu dengan sinar aneh. Agaknya gurunya me lihat perubahan pada wajahnya yang kemerahan, pada sinar matanya yang berapi itu. "Cui Hong, apakah yang telah terjadi?" "Suhu, teecu seperti yang telah teecu katakan ketika berpamit pagi tadi, pergi menjual ikan kering dan me mbe li bumbu-bumbu dan kain hitam untuk pakaian kita. Sayang benang hitamnya habis dan tidak ada yang menjual, suhu, terpaksa nanti teecu menjahit dengan benang merah." "Bukan itu ma ksudku. Engkau penuh dengan se mangat berapi, penuh kemarahan. Apakah engkau telah me mbunuh orang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cui Hong terkejut. "Tidak, suhu. Mana berani teecu me langgar sumpah teecu sendiri" Teecu tidak me mbunuh orang, hanya..... teecu menghajar seorang laki-laki yang kurang ajar terhadap teecu." "Apa yang dia lakukan dan apa pula yang telah kaulakukan?" "Dia kurang ajar terhadap teecu, tidak teecu layani, akan tetapi dia berani meraba tubuh teecu. Teecu mematahkan tangan itu dan melemparkannya akan tetapi tidak me mbunuhnya, lalu teecu pulang." Kakek itu mengangguk-angguk, me mandang muridnya dan berkata, "Cui Hong, sudah berapa la ma engkau menjadi muridku?" "Teecu tidak dapat menghitung tepat, akan tetapi kurang lebih tujuh tahun." "Nah, bersiaplah, mari kau hadapi serangan-seranganku. Ini merupakan latihan terakhir, kalau lulus engkau boleh pergi, kalau tidak lulus engkau harus mene mani aku sa mpai aku mati." Tiba-tiba kakek itu bangkit berdiri. Dia m-dia m Cui Hong terkejut mendengar ini. Suhunya sering mengajak latihan dan kadang-kadang menyerangnya dengan sungguh-sungguh, akan tetapi dalam batas-batas latihan. Kini, suhunya ingin men gujinya, sebagai latihan terakhir dan yang mengejut kan hatinya adalah kalimat terakhir itu. Kalau ia lulus, ia boleh perg i, kalau tidak lulus, ia harus mene man i suhunya itu sampai suhunya mati! Jantungnya berdebar keras, inilah saat yang dinanti-nantikannya selama ini, yang ditunggunya dengan menyabarkan hatinya. Agaknya pelajarannya sudah tiba di saat terakhir, sudah ta mat! "Teecu menaati per intah suhu." katanya dan ia pun menyingkirkan buntalan itu, lalu berdiri tegak, menghadap suhunya, kedua tangan lurus ke bawah di kanan kiri tubuh, kedua kaki rapat. Inilah kuda-kuda yang aneh dari Toat-bengTiraikasih Website http://kangzusi.com/ kun! Gurunya juga me masang kuda-kuda yang sama. Mereka berdua itu saling berhadapan dengan berdiri tegak seperti patung, dengan kedua tangan merapat di kanan kiri dan kedua kaki juga merapat. Pasangan kuda-kuda yang lucu sekali, akan tetapi jangan dikira bahwa kuda- kuda seperti ini le mah! Biarpun pe masangan kuda-kuda itu de mikian kaku, akan tetapi kaki dan tangan ini dapat bergerak setiap saat ke segala jurusan, baik ketika menghadap i serangan maupun ketika menyerang. Keistimewaan kuda-kuda ini ada lah sukar bagi lawan untuk me nduga ke arah mana kaki dan tangan akan bergerak dalam serangan pertama. "Lihat serangan!" tiba-tiba kakek itu berseru dan mula ilah dia menyerang dengan cepat, kuat dan dahsyat sekali. Namun, Cui Hong sudah siap s iaga dan ke manapun gurunya menyerang, ia selalu dapat mengelak atau menang kis dengan tepat sekali. Dan gadis itu pun tidak sungkan-sungkan lagi, hal yang diperbolehkan dalam latihan itu, dan ia pun me mba las serangan gurunya setiap kali terbuka kesempatan baginya. Terjadilah serang-menyerang antara guru dan murid itu. Kakek itu tidak ma in-main, me lainkan me ngeluarkan se mua keahliannya dan mengerahkan se mua tenaganya. Juga Cui Hong tidak bersikap sungkan dan gurunya itu dianggap seorang lawan yang harus dilawannya mati-matian. Dia mdia m Toat-beng Hek-mo merasa kagum, bangga dan girang sekali. Tidak percuma selama tujuh tahun mengge mbleng muridnya ini. Biarpun d ia ber kelahi sungguh-sungguh, na mun dia sama sekali tidak ma mpu mendesak muridnya dan setelah mereka bertanding selama seratus jurus, napasnya sendiri mulai terengah-engah sedangkan muridnya mas ih segar bugar. "Haiiiitttt....." Tiba-tiba kakek itu berseru keras dan tahutahu tongkat hitam sudah berada di tangannya. Dia menyerang dengan tongkatnya, memukul ke arah kepala Cui Hong. Gadis ini cepat mengelak dengan melempar diri ke kiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tongkat itu menyambar, dekat sekali dengannya dan agak la mbat sehingga me mikat orang untuk menang kap dan mencoba merebutnya. Namun Cui Hong tida k mau melakukan ini. Ia tahu bahwa itulah satu di antara keampuhan Ilmu Tongkat Toat-beng Koai-tung. Nampak begitu mudah dira mpas, akan tetapi sekali lawan mera mpasnya, tentu dia akan terkena hantaman tongkat itu sendiri. Tongkat itu menya mbar ke bawah, me mbabat kedua kakinya. Cui Hong me lompat ke atas dan berjungkir balik ke belakang. Akan tetapi tongkat itu terus mengejar-sehingga terpaksa ia me mbuat jungkir ba lik berkali-ka li ma kin me ndekati pohon yang berada di sebelah kanan pondok. Ketika tongkat itu masih terus mengejar, Cui Hong tiba-tiba melempar tubuh ke belakang dan bergulingan di atas tanah, menuju ke pohon. Ketika tiba di bawah pohon, tiba-tiba ia mengeluarkan suara me lengking dan tangannya bergerak. Segenggam pasir dan tanah menyambar ke depan, ke arah muka Toat-beng Hekmo. Kakek ini tentu saja tidak mau kalau mata atau hidungnya kena sa mbaran pasir dan tanah. Dia me loncat ke sa mping menghindarkan diri. Akan tetapi pada saat itu, Cui Hong sudah me loncat ke atas, menyambar sebatang dahan pohon sebesar lengannya. Terdengar dahan patah dan ketika meloncat turun kembali, gadis itu sudah me megang tongkat dari dahan pohon yang masih ada daunnya pada ranting-ranting kecil. "Haii ttt....!" Cui Hong berteriak, menggerakkan tongkatnya dan berhamburanlah ranting dan daun-daun itu sehingga dahan itu kini gundul dan berubah menjadi sebatang tongkat yang menjad i senjatanya. "Bagus!" Gurunya me muji kagum dan menyerang lagi. Cui Hong menangkis dan balas menyerang. Kembali guru dan murid itu saling serang dan kedua tongkat mereka berkali-ka li saling bertemu mengeluarkan bunyi tak - tuk - tak - tuk. Keduanya bergerak cepat sehingga tubuh mereka lenyap terbungkus sinar kedua senjata itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kembali seratus jurus telah lewat dan Toat-beng Hek-mo sudah merasa lelah. Tiba-tiba dia meloncat jauh ke belakang dan berseru, "Cui Hong, kau lulus!" Cui Hong girang bukan ma in, me mbuang tong katnya dan cepat menjatuhkan diri berlutut di depan ka ki gurunya. "Su-he, teecu menghaturkan terima kasih atas segala budi suhu yang telah me mbimbing teecu selama tujuh tahun ini. Teecu tidak akan ma mpu me mba las budi kebaikan suhu." "He mm, akupun t idak mengharapkan ba lasan, Cui Hong. Asal saja engkau me megang teguh sumpahmu, tidak me lakukan pe mbunuhan, berarti engkau telah me mbalas b udi itu." "Teecu pasti a kan me megang teguh sumpah teecu." "Bagus, kalau begitu kau perg ilah turun gunung, muridku." "Tapi, suhu. Suhu sudah tua, bagaimana teecu tega men inggalkan suhu hidup sendirian di s ini" Siapa yang akan menanak nasi untuk suhu, me mbuatkan minuman hangat, siapa yang akan merawat suhu?" Kakek itu menyeringai dan mulutnya menjadi sebuah guha kecil menghita m. "Heh-heh, engkau ini me mbuat diriku menjad i manja saja. Sebelum ada engkau, aku pun hidup sendirian dan ma mpu merawat diri send iri. Pula, setelah engkau pergi, aku pun hendak pergi dari sini. Sudah bosan aku terlalu la ma tinggal di sini. Pergilah dengan tenang, muridku, engkau berhak untuk men ikmat i hidup di dunia ramai." Cui Hong me mber i hormat lag i la lu mengusir keharuan hatinya yang tiba-tiba saja muncul. Ia tidak pernah merasa cinta kepada gurunya ini dan ia bahkan ingin menguasai ilmu silat tinggi. Akan tetapi setelah secara tiba-tiba gurunya menga mbil keputusan bahwa ia telah selesai be lajar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ me mperbo lehkan turun gunung, setelah secara tiba-tiba mereka hendak saling berpisah, timbul juga keharuan itu di dalam hatinya. Baru terasa olehnya betapa selama tujuh tahun ini, tanpa mengenal lelah, kake k ini me latihnya dengan ilmu silat yang hebat dan biarpun tak pernah memperlihatkan sikap kasih sayang, namun dari ketekunan kake k itu saja ia pun kini dapat melihat dengan jelas bahwa kakek itu a mat sayang kepadanya! Dan selama hidup bersa ma tujuh tahun itu, Toatbeng Hek-mo yang sudah me lepas budi, me mberikan ilmunya yang tinggi, sebaliknya ia tidak pernah me mberi apa-apa. "Suhu, teecu akan selalu ingat kebaikan-keba ikan suhu dan tidak akan melanggar sumpah teecu. Selamat tinggal, suhu, harap suhu menjaga diri baik-baik." "Selamat jalan, muridku. Engkaulah yang harus menjaga diri baik-ba ik dan ingatlah bahwa ilmu s ilat ada batasnya dan betapapun tinggi ilmu kepandaian mu, mas ih ada orang-orang lain yang leb ih liha i lag i. Karena itu, jangan terlalu menganda lkan ilmu silat. Kecerdikan dan kewaspadaan selalu lebih berguna daripada se kedar kekerasan ilmu silat." Cui Hong lalu turun dari puncak, me mbawa buntalan terisi dua stel pakaian hitamnya, dan juga me mbawa bekal daging kering dan roti yang tadi dibe linya di dusun. Sebagian belanjaannya ditinggalkan untuk suhunya. Hanya sebentar saja rasa keharuan karena berpisah dari gurunya itu menyelubungi hatinya. Setelah ia tiba di lereng gunung, melihat ke bawah, melihat dunia yang luas terbentang di bawah kakinya me mbayangkan betapa ia mulai sekarang hidup seorang diri, bebas lepas seperti seekor burung di udara, hatinya berdebar penuh ketegangan dan kegembiraan, la sudah bebas, berarti boleh berbuat apa saja sesuka hatinya sendiri. Dan tentu saja ia harus pergi mencari musuh-musuhnya. Itulah tujuannya me mpelajari ilmu s ilat! Bahkan itu lah tujuan hidupnya, karena kalau bukan untuk me mba las dendam, tentu ia sudah mati me mbunuh diri. Untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ apa hidup me nanggung a ib, malu dan penghinaan yang sedemikian hebatnya, menderita kesengsaraan yang demikian Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menda la m" Ia harus membalas dendam! Tanpa disadarinya, ia berjalan sambil mengepal kedua tangannya dan bibirnya bergerak-gerak, akan tetapi suaranya hanya terdengar oleh dirinya sendiri, karena hanya hatinya yang berbisik melalui gerak bibirnya, "Jahanam keparat Pui Ki Cong, Gan Tek Un, Koo Cai Sun, dan Louw Ti, tunggulah pembalasanku!" Kemudian gadis ini pun me mpercepat langkahnya, dengan penuh semangat ia lalu turun gunung menuju ke kota Thiancin. Kalau dibandingkan dengan tujuh tahun yang la lu, sukarlah mengenal dara re maja puteri gur u silat Kim Siok itu. Kim Cui Hong kini bukan seorang gadis re maja lagi, bukan setangkai bunga yang sedang mulai me kar kuncupnya. Ia kini seorang gadis yang dewasa, berusia dua puluh dua tahun lebih seorang gadis bertubuh ra mping dan padat, ma kin menonjol lekuk lengkung tubuhnya oleh pakaian serba "hitam yang ketat dan ringkas itu. Di dagunya masih na mpak tahi lalat kecil yang me mbuat dagu itu nampak manis sekali. Sepasang matanya lebar dan je li, bahkan kini me mancarkan sinar yang mencorong taja m. Mulutnya bahkan lebih indah daripada dahulu, kini mulut itu na mpa k selalu segar basah kemerahan, dengan bibir yang dapat bergerak secara hidup dan mengge maskan, seakan-akan menantang dan menjanjikan kegairahan yang penuh nikmat. Mulutnya itu merupakan bagian yang paling manis dan indah dari wajah gadis ini. Selain buntalan d igendong d i punggungnya, ia tidak me mbawa apa-apa lagi. Tidak ada apa pun padanya yang me mbayangkan bahwa ia adalah seorang gad is yang me miliki ilmu silat tinggi! Ia tidak akan menarik perhatian orang sebagai seorang ahli silat, akan tetapi jelas bahwa seorang gadis seperti Cui Hong akan selalu menarik perhatian kaum pria karena gadis itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cantik jelita dan man is sekali. Justru pakaiannya yang serba hitam dan a mat sederhana itulah yang me mbuat kecantikannya menonjol, kemulusan kulit yang putih kuning itu nampa k jelas dan me mbuat ia berbeda daripada wanita lain. Akan tetapi tentu saja Cui Hong tidak menyadari hal ini sebelum ia terjun dalam dunia ramai. 0odwo0 Perubahan besar terjadi di mana-mana, juga di Thian-cin semenjak ditinggalkan selama tujuh tahun oleh Cui Hong. Dala m waktu tujuh tahun itu telah terjadi banyak sekali peristiwa penting. Bukan hanya diri Cui Hong yang berubah banyak sekali, akan tetapi juga keadaan dalam negeri telah menga la mi perubahan. Karena lemahnya kaisar Beng-tiauw terakhir, yaitu Kaisar Cung Cen, yang menjad i seperti boneka di tangan para pembesar thai-ka m (kebiri), pemerintahan yang penuh dengan para pejabat korup itu men imbulkan kekacauan dan pemberontakan di mana- mana. Mereka yang merasa kecewa dengan pemer intah yang le mah dan korup itu me mberontak dan yang paling terkenal adalah pemberontakan- pemberontakan yang dipimpin oleh Lee Cu Seng dan Bu Sa m Kwi. Sementara itu, kekuasaan bangsa Mancu se makin berkembang dan pasukan-pasukan telah menerobos ke selatan, menguasai banyak wilayah di utara dan timur. Pada waktu itu, bangsa Mancu yang berhasil menaklukkan banyak suku bangsa liar di utara, dan sudah mulai melebarkan sayapnya ke selatan dan mendesak pe mer intah Beng yang mulai sura m, segera mendirikan suatu wangsa baru yang mereka na makan Kerajaan Ceng-tiauw. Yang menjadi kaisar pada waktu itu adalah Kaisar Tha i Cung yang di waktu mudanya berna ma Pangeran Huang Thai Ci, seorang pe muda yang gagah perkasa dan ta mpan, juga a mat terkenal sebagai seorang penakluk wanita. Dan seperti tercatat dalam sejarah, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ di dalam kekuasaan Kaisar Thai Cung dari Kerajaan baru Mancu yang disebut Kerajaan Ceng itu, permaisurinya me mpunyai jasa yang amat menonjol. Per maisuri dar i Kaisar Thai Cung ini berasal dari puteri seorang kepala suku bangsa liar, dan namanya Ta Giok (Ke ma la Besar). la amat dicinta oleh Kaisar Tha i Cung karena me mang sejak muda, di antara mereka telah terjadi suatu ja linan cinta yang mesra. Ketika Kaisar Thai Cung masih muda dan masih disebut Pangeran Huang Thai Ci, di perbatasan Mancuria sebelah selatan terdapat sekelompok suku bangsa yang masih belum takluk kepada bangsa Mancu, penakluk oleh kepa la suku yang gagah perkasa. Kepala suku ini me mpunyai dua orang puteri yang sudah menjelang dewasa. Yang perta ma diberi na ma Kema la Besar atau Ta Giok, sedangkan yang ke dua diberi nama Siauw Giok atau Kema la Kecil. Keduanya merupakan dara-dara remaja yang cantik sekali, terutama Ta Giok yang amat jelita dan manis. Sebagai puteri kepa la suku, dua orang dara ini sejak kecil sudah pandai berburu binatang buas, pandai menunggang kuda, pandai melepas anak panah, me ma inkan senjata dan me mbe la diri. Suku bangsa Mancu me mang lebih besar, dan me mbiar kan wanita-wanita mereka bekerja seperti laki-laki, terbiasa dengan hidup yang serba keras dan sukar karena mereka adalah bangsa Nomad, yaitu bangsa yang suka berpindah-pindah dalam kelompok, mencari daerah baru yang lebih mencukupi kebutuhan hidup mereka. Suku bangsa yang dipimpin o leh ayah Ta Giok ini merupakan suku bangsa yang gagah perkasa dan dengan gigih mereka me mpertahankan kedaulatan mereka, tidak mau tunduk kepada bangsa lain, juga tidak mau tunduk kepada bangsa Mancu yang mulai ber kembang kuat itu. Mereka juga tidak peduli akan lahirnya kerajaan baru, yaitu Kerajaan Ceng-tiauw yang didirikan oleh bangsa Mancu yang mulai menguasai wilayah luas di sebelah selatan Tembok Besar. Dan agaknya, mengingat bahwa kelompok ini hanya merupakan sekelompok suku bangsa pe mburu yang kecil jumlahnya, Kerajaan CengTiraikasih Website http://kangzusi.com/ tiauw yang baru ini pun tidak mengganggu mereka, apalagi kerajaan yang baru ini ingin menar ik para kepala suku bangsa yang kecil-kecil itu sebagai se kutu, ma ka kebebasan suku bangsa ini pun tidak mereka ganggu. Bangsa Mancu tidak mau mengganggu wilayah suku bangsa ini yang tidak begitu luas, dan menghindarkan setiap kesalah-pahaman atau bentrokan kecil antara perajurit mereka. Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah sungai kecil yang menga lir di tepi hutan, terdengar dua orang gadis bersendagurau. Mereka mandi di sungai yang jernih airnya itu, berenang ke sana ke mar i, saling siram, tertawa-tawa dan me mbuat suara berirama dengan menepuk-nepukkan telapak tangan ke permukaan air. Memang sejuk dan segar sekali mandi di a ir sungai itu, ditimpa sinar matahari pagi yang hangat. Suasana amat gembira dan meriah, apalagi karena tempat itu sunyi sekali. Dua orang gadis itu adalah Ta Giok dan Siauw Giok. Karena tempat itu sunyi dan tidak ada manusia la in kecuali mereka maka dua gadis itu ma ndi bertelanjang bulat tanpa malu-ma lu lagi. Mereka menangga lkan pakaian mereka di tepi sungai, ditumpuk di atas batu kering dan baga ikan dua ekor ikan yang aneh mereka masu k ke dalam air. Tubuh mereka yang berkulit mulus dan agak coklat karena sering kali tertimpa matahari itu nampak kee masan. Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan dua orang dara remaja itu terkejut bu kan main. Tak mereka sang ka bahwa di tempat itu akan ada orang lewat! Mereka tentu saja cepat mende kam ke dalam air dan hanya nampak kepala mereka saja, dengan dua pasang mata yang lebar jernih itu terbelalak mereka me mandang ke arah jalan d i tepi hutan, tak jauh dari tempat mereka mandi. Tak la ma kemudian, muncullah lima orang pria muda yang menunggang kuda. Mereka itu adalah lima orang muda, berusia antara dua puluh sampa i tiga puluh tahun, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kesemuanya na mpak gagah dan bertubuh tegap, dengan pakaian indah dan kuda mereka merupakan kuda pilihan Mereka itu adalah seorang perwira dan empat orang pembantunya, perajurit-perajurit Kerajaan Ceng, orang-orang muda Mancu yang pandai menunggang kuda. Ketika mereka me lihat dua wajah cantik tersembul di atas permukaan air sungai, mereka pun tertegun dan menahan kuda mereka. "Aihhh.... ada dua orang bidadari d i sana....!" kata perwira itu dan mereka berlima segera mengajukan kuda dan mengha mpiri sungai itu ke tepinya. Di situ mereka me mandang dengan penuh kagum. Melihat ini, Ta Giok yang tadi sudah me mbis iki adiknya, tiba-tiba bangkit berdiri sehingga tampaklah tubuhnya dari pusar ke atas, telanjang sama sekali, diikut i adiknya. Tentu saja penglihatan ini me mbuat lima orang pria itu melongo, mata terbelalak dan mulut ternganga saking kagumnya menyaksikan segala keindahan di depan mata mereka itu. Akan tetapi, sebelum mereka se mpat melompat turun untuk men uruti dorongan hati mereka, tiba-tiba dua orang dara remaja itu menggerakkan kedua tangan mereka bergantian dan hujan batu kerikil menyerang lima orang itu. Tiba-tiba lima ekor kuda itu mer ingkik kesakitan lalu meloncat dan kabur! Kiranya, dua orang dara itu memiliki kepandaian menya mbit dengan baik sekali sehingga mereka berhasil menya mbit dengan jitu dan kerikil-kerikil mereka me ngenai mata lima ekor kuda itu. Binatang-binatang itu menjadi ketakutan sekali dan mereka kabur tanpa dapat dikendalikan lagi. Saking kuatnya mereka me lompat dan mengangkat kedua kaki ke atas, dua di antara lima orang pria itu terlempar dari atas punggung kuda, dan karena kaki mereka masih terlibat, mereka pun terseret sampai beberapa mil jauhnya sebelum kuda mereka dapat ditenangkan dan mereka dapat me mbebaskan diri, dengan tubuh penuh luka dan babak belur! Tentu saja mereka menjad i marah sekali dan setelah mereka ma mpu menguasai kuda mereka, lima orang itu kembali ke tepi sungai, akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tetapi dua orang dara yang cantik jelita dan bengal itu sudah tidak na mpak lag i batang hidungnya. Berita tentang peristiwa itu tersiar di kalangan perajurit dalam pasu kan pe merintah Ceng dan lima orang itu menjadi bahan tertawaan mereka. Akan tetapi, ketika Pangeran Huang Thai Ci men dengar tentang dua orang dara itu, hatinya tertarik bukan main. Dia adalah seorang pria yang suka sekali mende kati wanita cantik, seorang mata keranjang dan penakluk wanita yang terkenal karena me mang dia gagah perkasa, berwajah tampan dan bertubuh tegap. Kenyataan bahwa dua orang dara itu termasuk keluarga suku yang tidak bersahabat, yang tentu akan menyerang setiap orang asing yang me masuki wilayah mereka, tidak me mbuat pangeran mata keranjang dan petualang as mara ini menjadi gentar. Pangeran Huang Thai C i ingin sekali berkenalan dengan dua orang dara itu. Dia lalu mengutus pembantupembantunya yang cerdik dan pandai untuk melakukan penyelidikan, siapa adanya dua orang dara itu dan kapan kiranya ia dapat bertemu dan berkenalan dengan mereka bertiga saja. Petugas itu me lakukan penyelidikan dan segera me laporkan bahwa dua orang dara itu bernama Ta Giok dan Siauw G iok, dua orang puteri kepala suku itu dan melaporkan pula kebiasaan dua orang dara itu berburu b inatang di dalam hutan dala m wa ktu-waktu tertentu. Mendengar laporan ini, sang pangeran lalu berangkat seorang diri. Dengan penuh keberanian dan menyembunyikan kudanya di dalam sebuah guha di tepi hutan di mana dua orang gadis itu akan datang berburu, dan diapun mengenakan kulit harimau yang sudah dipersiapkannya, dan menunggu di tengah jalan. Tak lama ia menunggu. Sesuai dengan laporan yang diterimanya, terdengar derap kaki kuda dan tak la ma kemudian dua orang dara itu nampak menunggang kuda perlahan-lahan, me mbawa belasan ekor kelinci dan ayam hutan hasil buruan mereka, dan mereka lewat sa mbil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bercakap-cakap dan bersendau-gurau penuh kegembiraan. Pangeran Huang Thai C i me mpersiapkan diri di balik se mak Senopati Pamungkas I 2 Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Sumpah Palapa 4