Ceritasilat Novel Online

Sakit Hati Seorang Wanita 5

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 5 diri, Toako. Akan tetapi, di rumah Hwa- moi ini aku a man, harap jangan khawatir dan lapor kan saja kepada Pui-kongcu bahwa aku sedang bersenang-senang di dalam rumah sahabat baruku." "Tida k, Koo-te, engkau harus kembali, demikianlah perintah Pui-kongcu." bantah Su Lok Bu dengan suara tegas. Cai Sun ragu-ragu untuk me mbantah lagi. Dia tahu bahwa di dalam keluarga Pui, dia masih kalah berkuasa dibandingkan orang tinggi besar ini, dan pula, dia tahu bahwa kepandaiannya pun masih belum ma mpu menandingi kepandaian Su Lok Bu. "Akan tetapi..... mengapa aku tidak boleh bersenangsenang?" "Tida k ada yang melarangmu bersenang-senang, akan tetapi tidak boleh men inggalkan gedung keluarga Pui terlalu jauh. Kenapa tidak kaubawa saja sahabatmu ini ke sana?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wajah Cai Sun nampak berseri. "Ya, kenapa tidak demikian" Hwa- moi, mari ikut dengan aku ke gedung keluarga Pui, engkau akan senang di sana!" Tentu saja Cui Hong tidak sudi dibawa ke rumah keluarga Pui, karena se lain hal itu amat berbahaya baginya, ia pun tidak sudi diper mainkan untuk kedua kalinya! "Tidak, aku..... aku tinggal saja di sini....." "Eh, kenapa, Hwa-moi" Bukankah kita telah bersahabat baik" Aku ingin menyenangkan hatimu, percayalah, di sana engkau akan ge mbira sekali. Rumahnya indah dan mewah, tidak seperti di sini dan....." "Terima kasih, akan tetapi, aku malu ..... apa akan kata orang" Melihat penolakan itu, Cai Sun men jadi kecewa dan marah. Kesenangan yang sudah dibayangkan sejak tadi, akan gagal. Seolah-olah makanan lezat yang sudah berada di depan bibir, kini akan terlepas. Tentu saja dia t idak re la melepaskannya. "Hwa-moi, engkau tidak boleh menolak lag i. Engkau harus ikut denganku. Harus kubilang tadi, mengerti?" berkata demikian, Cai Sun hendak menangkap lengan tangan Cui Hong, akan tetapi wanita itu sudah melangkah mundur sehingga tangkapannya tadi luput. "He mm, lag i-lag i ada la ki-laki hendak me ma ksakan kehendaknya kepada seorang wanita baik-ba ik! Apakah di kota raja ini seperti di dalam hutan rimba?" Ucapan itu mengejutkan se mua orang dan mere ka meno leh ke luar. Kiranya dari luar muncul seorang pe muda yang me mandang kepada Cai Sun dengan alis berkerut dan pandang mata marah. Melihat pe muda itu, Cui Hong terkejut se kali. "Tan-toako, harap jangan menca mpuri ....." Ia khawatir sekali karena ia tahu betapa lihainya Cai Sun, apalagi di situ terdapat pasukan pengawal yang dipimpin oleh Su Lok Bu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang ia sudah dengar memiliki kepandaian tinggi itu. Sekali ini Tan Siong tentu akan celaka. "Biar lah, Hwa-moi. Siapa pun akan kuhadapi kalau ia berani mengganggu dan menghina mu!" kata Tan Siong dengan sikap tenang dan tabah sekali. Sementara itu, ketika melihat bahwa pe muda yang muncul ini adalah pe muda petani yang pernah ribut di dalam rumah makan menghadapi e mpat orang pria yang mengganggu wanita itu, bangkit lah kemarahannya dan sekali loncat, Cai Sun sudah berada di depan pe muda itu. "Petani dusun busuk! Mau apa kau" Apakah sudah bosan hidup" Hayo menggelinding perg i!" Berkata demikian, tangan kanannya mena mpar. Tamparan yang kuat sekali karena dia sengaja mengerahkan tenaga dan kalau pe muda tani itu terkena tamparan tadi yang mengarah kepalanya, tentu dia akan roboh dan mungkin a kan terluka berat atau bahkan tewas. Cui Hong terkejut bukan ma in dan ia sudah s iap untuk me lindungi Tan S iong ketika tiba-tiba ia me lihat hal yang luar biasa, hal yang terjadi di luar dugaan sama sekali. Dengan gerakan yang amat lincah dan ringan, dan dengan amat mudahnya, Tan Siong telah menggeser kakinya dan mengelak! "Sudah mengganggu wanita baik-baik masih memukul orang tanpa dosa lagi. Wah, sungguh jahat sekali kau ini!" kata Tan Siong, menudingkan telunjuknya ke arah hidung Cai Sun yang bentuknya merupaan ciri khas hidung laki-laki mata keranjang. Melihat betapa tamparannya dapat dielakkan oleh pemuda tani itu, Cai Sun menjadi marah bukan main. "Jahanam busuk, engkau sudah bosan hidup!" Dan dia pun menerjang maju, sekali ini bukan sekedar ta mparan saja, melainkan serangan dengan jurus ilmu silatnya yang ampuh. Dengan gerakan yang cepat walaupun tubuhnya bundar dengan perut gendut, dia mengirim pukulan dengan tangan kanan ke arah ulu hati lawan, sedangkan pukulan ini disusul dengan tendangan kaki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kirinya mengarah se langkangan. Hebat serangan ini karena merupakan serangan dari Ilmu Silat Thian-te Sin-kun yang menjad i kebanggaannya. Sesuai dengan namanya, Ilmu Silat Thian-te Sin-kun (Silat Sakti Bumi Langit) mendasarkan gerakan kombinasi atas dan bawah dan dia menyerang dengan jurus Kilat Mengguncang Bumi Langit. Senyum kagum me mbayang di bibir Cui Hong ketika dia me lihat sikap Tan Siong menghadapi serangan itu. Kalau tadi ia masih khawatir dan juga terheran-heran, kini hatinya mulai merasa tenang dan bahkan kagum. Melihat sikap pe muda itu" yang amat tenang, ia percaya bahwa pemuda yang disangkanya petani dusun sederhana itu ternyata adalah seorang pendekar yang memiliki kepandaian silat tinggi! Kalau tidak tinggi t ingkat kepandaiannya, tidak mungkin sikapnya demikian santai dan tenang menghadapi serangan Cai Sun yang dahsyat. "Wuuuutttt....!" Tan Siong mengelak ke kiri me mbiarkan pukulan tangan lawan ke arah ulu hatinya lewat, dan ketika tendangan susulan menyambar, dia me mutar lengan kanannya ke bawah untuk menang kis. "Dukk....!" Kaki yang menendang itu tertangkis dan terpental, bahkan Cai Sun menyeringai karena merasa betapa tulang keringnya nyeri, tanda bahwa pemuda petani itu me miliki tenaga yang amat kuat! Tahulah dia bahwa pemuda yang kelihatannya bodoh itu sebenarnya adalah seorang yang me miliki kepandaian silat tinggi, maka dengan marah sekali Cai Sun mencabut sepasang senjata tombak pendeknya. Nampa k sinar berkilauan ketika sepasang senjata itu digerakkan, dan dua gulungan sinar segera menyerang ke arah Tan Siong. Pemuda itu cepat meloncat ke belakang dan ketika Cai Sun menerjang lagi, dia sudah mencabut sebatang pedang yang tadi dipergunakan sebagai ikat pinggang. Sebatang pedang yang lemas dan lentur sekali, tipis akan tetapi juga tajam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkilauan ketika tercabut dari sarungnya yang me lingkari pinggang. Terdengar suara berdenting berkali-kali dan Cai Sun segera menjadi s ilau karena gulungan s inar pedang itu me mbuat sepasang to mbaknya seperti mati langkah. "Hwa-moi, larilah cepat.....pergilah...!" Tan Siong yang tahu bahwa lawannya amat tangguh, berteriak kepada Cui Hong yang masih berdiri dengan bengong. Mendengar ini, Cui Hong la lu berlari masu k ke dalam rumahnya, untuk melarikan diri dari pintu belakang. Tentu saja ia tidak merasa takut, akan tetapi sebagai Ok Cin Hwa, tentu saja ia harus berpura-pura takut dan melarikan diri selagi Cai Sun terlibat dalam perkelahian melawan Tan Siong. Lega rasa hati Tan Siong melihat gadis itu sudah melarikan diri. Dia melawan dengan penuh semangat dan tak la ma kemudian, Koo Cai Sun mula i terdesak. Jagoan ini juga me lihat betapa wanita yang diinginkan nya itu lari maka dia cepat berteriak, "Apakah kalian dia m saja terus" Hayo bantu aku menghadapi bocah ini! " Enam orang perajurit pengawal itu segera bergerak mengepung Tan Siong me mbantu Cai Sun, akan tetapi Su Lok Bu masih berd iri saja menonton. Jagoan ini merasa sungkan untuk melawan pengeroyokan, dan juga dia kagum terhadap pemuda itu. Nampaknya seorang pemuda sederhana, pemuda petani dusun yang bodoh, akan tetapi ternyata pemuda berpakaian kuning itu adalah seorang ahli silat yang amat pandai, dan lebih dari itu, dia mengenal gerakan ilmu pedang itu sebagai ilmu pedang dari Kun-lun-pa i yang besar dan amat terkenal! Pemuda ini seorang murid Kun-lun-pai yang pandai dan hal inilah yang me mbuat hati Su Lok Bu merasa tidak enak. Dia sendiri adalah murid Siau w-lim-pai dan di antara kedua perkumpulan itu, biarpun Siauw-lim-pai dipimpin oleh para hwesio beragama Buddha sedangkan Kun-lun-pai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dipimpin oleh para tosu beragama To, na mun terdapat persahabatan yang baik. Biarpun kini dikeroyok oleh Cai Sun dan ena m orang pengawal, ternyata Tan Siong ma mpu menand ingi mereka, bahkan ketika dia me mpercepat gerakan pedangnya, dua orang pengawal terpaksa melom pat mundur karena yang seorang terluka pundaknya, seorang lagi terluka pahanya yang robek berdarah. Empat orang penga wal lainnya menjadi gentar juga menghadapi kegagahan pe muda itu, dan kini Tan Siong me mpercepat serangannya untuk merobohkan Cai Sun. Si mata keranjang yang gendut perutnya ini men jadi s ibuk sekali. Dia pun mengerahkan seluruh tenaganya dan menge luarkan se mua ilmu silatnya untuk melawan, namun tetap saja dia terdesak hebat. Kembali dua orang pengawal roboh oleh tendangan kaki Tan Siong seh ingga kini t inggal dua orang, tiga bersama Cai Sun yang mengepungnya. Melihat ini, hati Su Lok Bu merasa tidak enak. Bagaimanapun juga, Cai Sun adalah rekannya yang sama-sama melindungi Pui Ki Cong, dan kini bahkan e mpat orang pengawal telah kalah dan tidak dapat maju lagi. Dia mencabut sepasang pedangnya dan me loncat ke dala m kalangan perkelahian sambil me mbentak, "Tahan dulu!" Melihat ber kelebatnya dua sinar pedang yang panjang dan kuat, Tan Siong meloncat mundur dan perke lahian itu terhenti. "Orang muda, siapakah engkau dan mengapa engkau berani me lawan kami yang bertugas sebagai pengawal-pengawal bangsawan di kota raja?" Tan Siong me mandang kepada orang tinggi besar ber muka hitam yang na mpak gagah dan kuat ini. "Na maku Tan Siong dan semua orang tahu bahwa bukan a ku yang mencari perkara. Aku hanya kebetulan lewat dan melihat perlakuan sewenang-wenang terhadap seorang wanita baik-baik, maka aku pun menegur." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "He mm, engkau telah lancang tangan melukai pengawalpengawal, bagaimana fyp p ta' '' (fasBjjaiaw suara dosa ----- yang harus dihukum. Menyerahlah untuk kami tangkap dan kami hadapkan kepada majikan kami." Su Lok Bu masih berusaha agar tidak usah berkelahi melawan pe muda itu dan kalau pe muda itu menyerah, dia akan menjaga agar Cai Sun tidak ber tindak sewenang-wenang, dan agar pe muda itu diadili secara baik-baik. "Aku harus menyerah?" Tan Siong me mbentak penasaran. "Kawan mu inilah yang harus dihukum, bukan aku!" "Berani engkau melawan" Nah, sambutlah pedangku ini!" Su Lok Bu menyerang dengan sepasang pedangnya. Diamdia m terkejutlah hati Tan S iong menyaksikan gerakan pedang itu, yang demikian cepat dan juga kuat. Serangan yang a mat dahsyat dilakukan Su Lok Bu, dengan sepasang pedang me lakukan gerakan meng dari kanan kiri "Trang-tranggg.....!" Nampak bunga api berpijar dan Tan Siong berhasil men ghalau dua pedang yang mengguntingnya dengan tangkisan beruntun ke kanan kiri. Su Lok Bu menge luarkan seruan me muji, lalu menyerang lagi dengan lebih dahsyat. Melihat gerakan pedang Su Lok Bu, Tan Siong merasa semakin kaget. Dia pun mengenal gerakan ilmu pedang Siauw-lim-pai, ma ka sambil meloncat jauh ke belakang dia berseru, "Tahan senjata!" Tan Siong mengangkat kedua tangan ke depan dada me mber i hormat kepada Su Lok Bu sa mbil berkata, "Kiranya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bertemu dengan seorang gagah dari S iauw-lim-pai. Terimalah hormat seorang murid Kun-lun-pai, sahabat, dan maafkan kalau aku kesalahan tangan." Su Lok Bu mengerut kan alisnya. Kalau pertikaian ini merupakan urusan pribadinya, tentu dia pun akan merendah dan mengalah terhadap murid Kun-lun-pai seperti s ikap pemuda itu. Akan tetapi, pada saat ini dia adalah seorang petugas yang harus me mbela rekan-rekan nya. Dia harus me mbantu Cai Sun, dan dia pun harus me mbantu para pengawal yang sudah menderita kerugian dengan kalahnya empat orang itu. Dala m urusan ini, Kun-lun-pai dan Siauw-lim-pai tidak ada sangkut-pautnya, dan ia pun melihat yang ada hanyalah seorang pemuda yang telah melukai para perajurit pengawal dan aku sebagai seorang kepala pengawal. "Menyerahlah untuk kutangkap dan aku pun tidak akan me mpergunakan senjata terhadap dirimu." Tan Siong me ngangguk. "Baiklah, ini urusan pribadi dan tidak ada sangkut-pautnya dengan Siauw-lim-pai maupun Kun-lun-pai. Akan tetapi aku tidak merasa bersalah, maka terpaksa aku menolak untuk menyerah dan ditangkap." "Su-toako, pemuda ini so mbong sekali. Kalau tidak diberi hajaran tentu akan memandang rendah kepada kita!" teriak Cai Sun marah karena dia merasa khawatir kalau-kalau rekannya itu akan berda mai dan tidak me lanjutkan perkelahian melawan pe muda itu. Dia sendiri sudah menggerakkan pedang di tangannya melakukan serangan dahsyat yang disambut oleh Tan Siong dengan tenang. Melihat ini, terpaksa Su Lok Bu maj u lagi me lakukan serangan dengan sepasang pedangnya. Juga dua orang pengawal Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo me mbantu dengan pedang mere ka. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki pendek berkulit putih dan berperut gendut, dengan rambut dan jenggot putih se mua. "Penjahat muda yang nekat, lihat golok besarku!" bentak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang itu dan begitu tiba di s itu, dia me mbentak dan menggerakkan sebatang golok besar dan berat dengan gerakan yang amat dahsyat. Suara golok itu se ma kin berdesing-desing dan menya mbar-nyambar ganas menyerang Tan Siong. Tentu saja Tan Siong terkejut bukan main karena golok itu tidak kalah bahayanya dengan sepasang pedang di tangan Su Lok Bu! Orang yang baru datang ini adalah Cia Kok Han yang menyusul re kannya dan begitu melihat rekan-rekannya mengeroyok seorang pemuda yang amat liha i dan me lihat ada empat orang pengawal yang terluka, dia pun segera maju mengeroyok. Kini Tan Siong kewalahan sekali, apa lagi karena dia tahu bahwa yang baru datang ini tentulah seorang Bu-tong-pai hatinya merasa semakin ragu dan khawatir. Karena itu, gerakan pedangnya agak terlambat dan tiba-tiba saja sebuah bacokan pedang kiri Su Lok Bu mencium pangkal lengan kirinya sehingga bajunya yang kuning terobek ber ikut kulit dan sedikit dagingnya. Untung luka itu tidak terlalu dalam benar, tidak sa mpai mengena i tulangnya. Namun rasa nyeri, perih dan panas membuat dia terhuyung dan cepat me mutar pedang dan berloncatan ke sana-sini untuk menghindarkan diri dari hujan serangan yang dilancarkan para pengeroyoknya, terutama sekali Cai Sun, Cia Kok Han, dan Su Lok Bu. Dia m-dia m dia menge luh karena rasanya akan sukar untuk dapat meloloskan diri dari kepungan tiga orang yang lihai ini. Akan tetapi tiba-tiba tiga orang lawannya me mper la mbat gerakan mereka, bahkan mereka seperti tertahan oleh sesuatu dan tidak mendesaknya lagi. Kesempatan ini dipergunakan oleh Tan Siong u ntuk melompat jauh ke luar pintu depan pekarangan rumah itu dan dia pun terus berlompatan dan melarikan diri. Tiga orang jagoan itu t idak me lakukan pengejaran, bahkan mereka bertiga la lu me mandang ke kanan kiri seperti orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang merasa gentar. Ketika tadi mereka mendesak Tan S iong dan pedang kiri Su Lok Bu berhasil me luka i pangkal lengan pemuda itu, dan mereka bertiga sudah siap untuk meroboh kannya tiba-tiba saja ketiganya terkejut karena berturut-turut ada sepotong batu kerikil yang menyambar dan mengenai tubuh mere ka. Hanya batu-batu kerikil kecil saja, akan tetapi datangnya demikian kuat dan hampir mengenai jalan darah sehingga terasa nyeri dan bagian yang kena menjad i kesemutan hampir lumpuh. Hal inilah yang mengejutkan mereka dan sebagai ahli-ahli silat tinggi mereka maklum bahwa pe muda itu telah diarn-dia m dibantu oleh seorang yang berilmu tinggi! Maka, ketika Tan Siong me larikan diri, mereka tidak melakukan pengejaran, melainkan menanti munculnya orang yang telah menya mbit mereka dengan kerikil-kerikil kecil tadi. Akan tetapi, tidak ada orang muncul sampai bayangan pemuda itu lenyap. "Ke mana perginya Cin Hwa" Ialah yang men jadi biang keladinya!" Tiba-tiba Cai Sun berseru ketika dia me ncari-cari wanita itu dengan pandang matanya. "Biar kubawa wanita itu!" Diapun lalu masu k ke dalam rumah. Akan tetapi, di dalam rumah itu tidak ada seorang pun juga. Ok Cin Hwa telah lenyap, dan tidak nampak bayangan seorang pun pelayan. Selain itu, Cai Sun melihat bahwa peralatan dalam rumah itu sederhana sekali. "Ah, tentu ia melarikan d iri karena ketakutan." kata Cai Sun dengan hati menyesal sekali. "Aku akan mencarinya, tentu ia tidak lar i jauh." Akan tetapi Su Lok Bu yang merasa marah karena garagara Cai Sun yang keluyuran sa mpai mereka berte mu dan berkelahi melawan orang pandai, berkata dengan suara ketus, "Kita pulang se karang, dan harap kau jangan mencari garagara lagi, Koo-te!" Melihat sikap rekannya itu, Cai Sun tidak berani me mbantah lagi dan berangkatlah mereka meninggalkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tempat itu, kembali ke gedung keluarga Pui. Pui Ki Cong juga menegur Cai Sun yang dikatakan sembrono sekali dan me larang teman dan pe mbantu itu untuk pergi jauh tanpa kawan. 0oodwoo0 Jilid 8 TAN SIONG yang mengalami luka bahunya, tidak berani langsung kembali ke te mpat perse mbunyiannya di kuil tua, me lainkan berputar-putar di tempat-tempat sunyi. Setelah matahari turun ke barat dan cuaca menjadi re mang-re mang, barulah dia menyelinap di antara gedung-gedung, melalui lorong-lorong menuju ke kuil tua. Akan tetapi tiba-tiba dia dikejutkan oleh teriakan banyak orang bahwa ada terjadi kebakaran. Dia segera menuju ke tempat itu menyelinap di antara orang banyak. Dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika me lihat bekas lawannya tadi, yaitu Koo Cai Sun, bersama dua orang rekannya yang lihai, berada pula di te mpat itu dan mendengar dari orang-orang yang menonton bahwa yang terbakar itu adalah toko milik laki-la ki berperut gendut yang tadi merayu Ok Cin Hwa! Huh, manusia jahat tentu akhirnya akan mengalami musibah dan ma lapetaka, pikir Tan Siong dan diapun tidak perduli lagi, la lu menyelinap di antara banyak orang dan pergi dari situ. Dia me masuki kuil tua yang gelap itu, menuju ke ruangan belakang yang untuk se mentara menjadi te mpat dia bersembunyi. Gelap sekali ruangan itu. Dia meraba-raba untuk mencari lilin yang ditaruh di sudut ruangan. Akan tetapi tangannya tidak mene mukan sesuatu. "Engkau mencari lilin, Toako?" Tiba-tiba terdengar suara halus. Tan Siong terkejut, akan tetapi girang mendengar bahwa itu adalah suara O k Cin Hwa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lilin itu dinyalakan oleh wanita yang ternyata adalah Cui Hong itu. Tentu para pembaca dapat menduga bahwa orang sakti yang diam-dia m me mbantu Tan Siong tadi bukan lain adalah Cui Hong sendiri, la tidak lari jauh, melainkan bersembunyi dan menonton perkelahian itu. la merasa terkejut, heran dan kagum sekali karena ternyata pemuda itu me miliki ilmu kepandaian silat yang cukup t inggi, tidak terlalu banyak selisihnya dengan tingkat kepandaiannya sendiri! Ia me lihat dengan kagum betapa dengan mudah Tan Siong menghadap i pengeroyokan Cai Sun yang dibantu ena m orang perajurit, kemudian datang pu la me mbantu dua orang jagoan yang amat lihai itu. Juga dia tahu bahwa pemuda itu adalah seorang murid Kun-lun-pai, seorang pendekar yang gagah perkasa. Akan tetapi, kekagumannya berubah menjadi kekhawatiran ketika ia me lihat betapa Tan Siong mulai terdesak payah dan bahkan menderita luka pada bahunya. Cepat ia me mbantu dar i te mpat persem-bunyiannya, menya mbitkan batu-batu kerikil yang mengenai tubuh tiga orang lihai itu sehingga mereka terkejut dan menghentikan serangan mereka terhadap diri Tan Siong yang sudah terdesak. Kesempatan itu, seperti yang diharapkan, dipergunakan dengan ba ik oleh Tan Siong yang berhasil me loloskan diri. la lalu mendah ului pe muda itu me masu ki ruangan belakang kuil tua dan menanti di situ sa mpa i ge lap. Kini mereka dapat saling pandang di bawah sinar lilin yang remang-re mang. Tan Siong menye mbunyikan kegirangannya me lihat Cui Hong berada di situ dengan duduk bersila di atas lantai. "Syukur engkau dapat me loloskan diri, Hwa-moi." "Berkat pertolonganmu, Tan-ko. Karena tidak tahu harus lari ke mana, aku teringat akan tempat ini dan bersembunyi di sini." "Engkau benar, di sini kita aman karena mereka tentu tidak menyangka bahwa kita berada di sini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tan-ko, sungguh aku kagum sekali karena engkau ternyata bukan seorang petani dusun biasa, melainkan seorang pendekar yang amat lihai sehingga engkau berhasil menyelamatkan aku dan menand ingi orang-orang jahat yang mengeroyokmu." "Ah, jangan me muji, Hwa- moi. Bagaimana aku dapat disebut lihai kalau ha mpir saja aku tewas di tangan mere ka?" Dia meraba luka di bahu kirinya dan menggigit bibir menahan rasa nyeri ketika dia mencoba untuk me mbuka baju di bagian bahu yang robe k dan melekat pada lukanya karena darah yang menger ing. "Aih, engkau terluka parah, Tan-ko" Mari, biar aku yang merawatnya. Luka itu perlu dibersihkan." kata Cui Hong yang segera menghampiri lalu berlutut di dekat pemuda itu. Dengan cekatan jari-jari tangannya yang halus me mbuka bagian baju yang terobek itu lebih besar sehingga luka itu na mpak. Biarpun t idak berbahaya dan tidak sa mpai mengenai tulang, namun luka itu cukup lebar dan na mpak mengerikan, dan ia tahu bahwa luka itu tentu terasa nyeri, pedih dan panas sekali. "Aku butuh air panas untuk mencuci luka ini sebelum diobati, Tan-ko. Aku akan mencari air panas dan obat keluar sebentar." "Jangan, Hwa-moi, berbahaya kalau engkau keluar sekarang. Ini ada arak, cucilah saja dengan arak ini, kemudian berikan obat ini la lu balut. Aku me mang selalu menyediakan obat untuk merawat luka." kata Tan Siong. Tentu saja Cui Hong juga tahu akan cara pengobatan luka, maka ia lalu mencuci luka itu dengan arak. Pedih perih rasanya dan Tan Siong menggigit bibir menahan rasa nyeri. Tidak sedikit pun keluar keluhan dari mulutnya, padahal Cui Hong ma klum betapa nyerinya luka yang dibakar oleh arak itu. Setelah me mbersihkan luka itu, ia lalu menggunakan obat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bubuk putih yang diberikan Tan Siong, setelah itu ia membalut bahu itu dengan me mpergunakan sobekan ikat pinggangnya yang berwarna putih bersih. Selama perawatan ini, Cui Hong berlutut dekat sekali dengan Tan Siong seh ingga kadangkadang, tanpa disengaja, ada bagian tubuh mereka yang saling bersentuhan. Hal ini me mbuat Tan Siong ha mpir tak berani berkutik. Bau khas wanita yang keluar dari tubuh dan rambut Cui Hong, sentuhan jari-jari tangan yang seperti me mbe lai bahunya, geseran-geseran halus antara bagian tubuh mereka yang saling bersentuhan, mendatangkan getara dalam diri Tan Siong dan me mbuat jantungnya berdebar keras. Dia tidak tahu bahwa keadaan wanita itu pun tidak jauh bedanya dengan dirinya. Belum pernah selama hidupnya Cui Hong berada dalam keadaan seperti itu, de mikian de kat dengan seorang pria. Pengalamannya tujuh tahun yang lalu dengan empat orang pria yang me mperkosanya merupakan hal yang lain sa ma sekali karena di situ t idak terdapat kemesraan, yang ada hanya rasa takut, duka, dan kebencian. Akan tetapi sekarang, ia merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang amat mesra, yang membuat jantungnya berdebar keras dan jari-jari tangannya kadang-kadang agak gemetar. Untuk menghibur ketegangan aneh ini, Cui Hong lalu bertanya. "Siong-toako, engkau adalah seorang pendekar yang berkepandaian tinggi. Kenapa engkau de mikian baik kepadaku, me mbelaku sampa i mati-matian sehingga engkau mender ita luka parah begini?" Tan Siong menarik napas panjang. "Mula- mula hanya kebetulan saja kita saling jumpa di dalam rumah makan itu, Hwa- moi. Tentu saja aku tidak suka melihat orang-orang kasar itu mengganggumu seh ingga a ku menegur mereka." "Akan tetapi ketika meja itu dibalikkan oleh Si Muka Bopeng, kenapa engkau dia m saja sehingga pa kaian mu tersiram kuwah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ketika itu aku tidak ingin menonjolkan diri, tidak ingin diketahui orang bahwa a ku me miliki kepandaian silat. Untung pada waktu itu t idak terjadi apa-apa, akan tetapi kemunculan Si Muka Babi itu...." "Si Muka Babi...?" Cui Hong bertanya sambil mengangkat alis matanya karena heran. "Itu, laki-la ki perut gendut bermuka bulat yang me mbawa senjata siang-kek..." "Ahh, dia....!" Cui Hong menahan ketawanya. "Dia bernama Koo Cai Sun." "Ke munculannya mendatangkan perasaan tidak enak di hatiku, karena itu aku mengajakmu lar i ke sini te mpo hari. Melihat pandang matanya dan sikapnya, aku dapat menduga bahwa dia itu selain lebih lihai daripada e mpat orang kasar itu, juga lebih jahat. Dan setelah kita berpisah di dekat rumah penginapan, hatiku tetap merasa gelisah dan aku a mat mengkhawatirkan keselamatan mu. Lebih ge lisah lag i hatiku ketika aku tidak melihatmu di rumah penginapan itu dan aku mendengar dari para pengurus bahwa engkau tidak pernah bermalam di sana." "Maaf, Toako. Aku me mang sengaja me mbohong te mpo hari kepadamu, karena aku tidak ingin engkau mengetahui tempat tinggalku." "Kenapa, Hwa- moi" Kenapa" Bukankah kita sudah saling berkenalan?" "Aku ingin merahasiakan diriku dan tempat tinggalku, Toako." "Tapi kenapa?" Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Cui Hong menarik napas panjang, menceritakan ha l itu sama saja dengan me mbuka rahasia dirinya. Ia menggeleng kepala. "Sekali lag i maaf, itu merupakan rahasia besar bagiku dan belum waktunya kuceritakan kepadamu, Toako. Akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tetapi, lanjutkanlah ceritamu." la me mandang wajah pe muda itu. "Bagaimana engkau dapat muncul lag i dalam peristiwa tadi?" "Ke mbali suatu hal yang kebetulan saja, Hwa- moi. Aku sedang berjalan-jalan, seperti biasa mencar i pa manku yang sampai sekarang belum juga kute mukan, juga untuk mencarimu karena hatiku masih merasa penasaran karena tidak dapat menemukan engkau di ru mah penginapan itu. Dan kebetulan aku me lihat engkau berjalan-jalan bersa ma Koo Cai Sun itu... ah, benar, lupa aku me mberitahukan. Tadi, menje lang senja, aku melihat kebakaran dan ternyata yang terbakar habis adalah toko dan rumah milik Si Muka Babi itu!" Tentu saja Cui Hong tidak merasa heran mendengar ini karena kebakaran itu adalah hasil pekerjaannya. Dalam kekecewaannya karena Cai Sun terlepas dari cengkeramannya di rumah yang disewanya karena kemunculan pengawalpengawal keluarga Pui, ia lalu pergi ke toko dan rumah musuhnya itu dan me mbakarnya habis karena sebelum me mba kar, ia menyira mkan minyak ke dala m toko dan ru mah itu. Karena ia me mpergunakan kepandaiannya yang tinggi untuk menyelinap masuk dan keluar lagi, tidak ada orang yang me lihatnya ketika ia me lakukan hal itu, dan karena ruma h itu pun kosong, ditinggal perg i oleh keluarga Koo Cai Sun yang mengungsi ke rumah gedung Pui Ki Cong. "Bagus! Aku merasa senang mendengar itu. Memang dia jahat dan kurang ajar, sudah sepatutnya dia mengalami nasib buruk seperti itu!" "Hwa-moi, aku merasa heran ketika melihat engkau dan dia jalan bersama, kemudian masuk ke dalam rumah yang sunyi itu. Apakah sebenarnya yang telah terjadi?" Kembali Cui Hong menarik napas panjang. Ia harus pandai me mbuat cer ita yang lain karena tidak mungkin ia dapat me mbuka rahasianya sel-ma tugasnya me mbalas denda m belum selesai dengan lengkap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku bertemu di jalan dengan dia, Toako. Dan mengingat bahwa dia pernah meno longku terlepas dari tangan orang kali tidak me mbayangkan kekurangajaran sehingga tidak me mbikin ia marah. Sebaliknya, ia ma lah merasa girang sekali!" "Toako, apa sih yang me mbuat aku menarik di hatimu?" la me mancing pujian yang lebih terperinci. Pemuda itu me natap tajam wajah Cui Hong, lalu berkata dengan jujur, "Tentu saja pada permulaannya ketika engkau muncul di rumah makan, yang menar ik hatiku adalah kepribadianmu, kecantikanmu...." Cui Hong tertawa, lirih. "Aihh, Toako, di kota raja ini gudangnya wanita cantik, di setiap tempat engkau dapat mene mukan wanita yang cantik-cantik, kenapa justru tertarik kepadaku, seorang wanita biasa saja?" "Me mang banyak wanita cantik, Hwa- moi, akan tetapi hanya ada engkau seorang saja! Engkau bukan hanya cantik man is, akan tetapi ada sesuatu dalam s inar mata mu, dalam senyummu, gerak-gerikmu, yang menarik hatiku. Apalagi setelah aku melihat sikap mu yang tabah menghadap i bahaya, dan yang lebih dari itu lagi, ada sesuatu keanehan dalam dirimu yang me mbuat aku tertarik seka li." "Apanya yang aneh....?" Otomatis Cui Hong me lirik ke arah tubuhnya yang dapat dilihat, takut kalau-kalau ada sesuatu yang tidak beres sehingga ia disebut aneh oleh pemuda itu. "Hwa-moi, engkau seorang gadis yang begini cantik hidup sebatangkara dan yatim piatu na mun kaya-raya, dan tidak seperti gadis lain yang akan tinggal di ruma h dan hidup serba kecukupan, engkau malah merantau sendirian, kadang-kadang hidup serba sulit, me mbiar kan dirimu terjun ke dalam kehidupan yang penuh dengan bahaya yang menganca m keselamatan mu. Tidakkah ini amat aneh?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Toako, kita bukan kanak-kanak lag i, kita sudah cukup dewasa untuk bicara secara terbuka dan terang-terangan." Tiba-tiba Cui Hong berkata karena mendadak ia ingin me mpero leh kepastian tentang isi hati pemuda itu, karena ia sendiri merasa betapa hatinya terpikat dan merasa suka sekali kepada Tan Siong. "Apakah hanya karena semua itu maka engkau lalu mencari-cari aku, begitu me mperhatikan aku dan me mbelaku mati-matian sehingga engkau bentrok dengan orang-orang yang amat liha i dan engkau me nderita luka, bahkan me mpertaruhkan nyawa untukku?" Sa mbil ber kata demikian, sepasang mata Cui Hong seperti mencorong dan me mandang penuh selidik. Ditanya demikian, wajah Tan Siong na mpak tegang dan bingung, sebentar pucat sebentar merah. "Aku.... aku..." Dia tergagap, lalu menarik napas panjang untuk menenangkan hatinya, kemudian me lanjutkan, "Aku minta maaf sebelumnya, Hwa- moi. Memang engkau benar, kita bukan kanak-kanak lagi, sudah cukup dewasa dan seyogyanya kalau kita bicara jujur dan terus terang. Aku memang tertarik sekali kepadamu, terutama melihat persamaan antara kita, sama-sama yatim piatu dan hidup sebatangkara. Terus terang saja, sejak kita bertemu perta ma kali, hatiku tertarik dan a ku kemudian merasa yakin bahwa aku.... telah jatuh cinta pada mu, Hwamoi. Maafkan aku.... yang lancang mulut...." Pernyataan ini demikian tegas dan jujur sehingga me mbuat Cui Hong, yang memang sudah bersiap-siap, tetap saja tertegun dan terbelalak, kemudian ia menunduk, alisnya berkerut. Kalau saja ia bukan Cui Hong yang sudah dige mbleng oleh pengalaman-penga la man mengerikan sehingga air matanya sudah sejak dahulu habis terkuras, tentu akan ada air mata bercucuran dari matanya. Namun ia hanya termenung dan me mbisu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat keadaan gadis itu yang na mpa knya berduka, Tan Siong berkata lagi. "Maafkanlah aku, Hwa-moi, kalau aku menyinggung perasaanmu. Kita baru saja berkenalan dan dalam keadaan seperti ini aku berani berlancang mulut, akan tetapi aku ingin berterus terang, Hwa-moi, agar perasaan ini tidak menyiksaku. Padahal aku pun tahu bahwa sepatutnyalah kalau engkau menolak cintaku, karena aku hanya seorang pemuda yatim piatu yang miskin dan bodoh. Bisa ku hanya bermain s ilat dan mencangkul menggarap sawah, tidak ada harapan hidup senang di sa mping seorang s ua mi seperti a ku, jadi.... maafkanlah aku." "Tida k! Bukan begitu, toako, akan tetapi kalau engkau tahu.... ah, kalau engkau mengena l siapa a ku...." "Aku sudah mengenalmu. Engkau seorang gadis yang cantik manis, tenang dan tabah, menentang kejahatan dan mengenal budi...." "Tida k, engkau tidak mengenal siapa aku sebenarnya!" Tiba-tiba Cu i Hong bangkit berd iri dan menya mbar buntalan pakaiannya karena pada saat itu terdengar langkah kaki orang. Seorang jembel tua berd iri di a mbang pintu dan berkata lirih, "Ssttt, ada dua orang mencari-cari orang she Tan. Apakah engkau she Tan?" Mendengar ini, Tan S iong cepat meniup lilin itu pada m dan dia mendengar suara kaki Cui Hong lari ke be lakang. "Hwamoi, engkau bersembunyilah." kata nya dan dia sendiri pun lalu menyambar pedang yang tadi ditaruh di sudut, juga menya mbar buntalan pakaiannya dan dia meloncat ke depan, me lewati je mbel tua yang menjadi bingung dan ketakutan. Benar seperti yang dikhawatirkan Tan Siong, ketika dia tiba di depan kuil tua, di bawah penerangan la mpu gantung tua yang dipasang oleh para jembel yang kini menyelinap pergi cerai-berai ketakutan, berdiri dua orang yang bukan lain Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ adalah Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang jagoan dari Butong-pai dan Siauw-lim pai itu! Karena bahunya mas ih terluka dan karena maklum betapa liha inya dua orang ini, pula karena dia tidak me mpunyai per musuhan pribadi dengan mereka, ingin Tan Siong melarikan diri saja di dalam gelap. Akan tetapi dia teringat akan gadis yang bersembunyi di belakang kuil. Siapa akan me lindunginya kalau ia me larikan diri. Maka, dengan sikap hormat, sambil menalikan buntalan pakaian di punggungnya, dia bertanya. "Kiranya Ji-wi Lo-enghiong (Dua Orang Tua Gagah) yang datang berkunjung ke tempat yang buruk ini. Apakah memang kini para murid perkumpulan-perkumpulan besar suka mendesak orang yang sudah terluka dan yang tidak me mpunyai per musuhan pribad i sedikit pun dengan mereka?" "Orang muda she Tan, hendaknya engkau tidak menduga buruk secara sembarangan saja. Engkau adalah murid Kunlun-pai dan kami dua orang murid-murid Bu-tong-pai dan Siauw-lim-pai tidak me mpunyai per musuhan apa-apa denganmu. Kalau siang tadi kita bertemu sebagai lawan hanyalah karena kedudukan dan keadaan kita yang me maksa. Akan tetapi kedatangan kami yang mencarimu ini adalah karena kami me mbawa tugas yang diberikan maj ikan kami, yaitu Pui-kong-cu. Dia me ndengar tentang kegagahanmu, maka mengutus kami untuk mencar imu dan mengajakmu menghadap Pui-kongcu karena dia ingin sekali me mpergunakan tenagamu untuk me mbantunya." kata Cia Kok Han yang pendek gendut, tokoh Bu-tong-pai itu. Tentu saja Tan Siong merasa heran karena sekali mendengar ucapan itu. "Aku tidak mengenal s iapa itu Puikongcu, dan aku pun tidak berniat bekerja sebagai tukang pukul orang kaya atau bangsawan." Mendengar ucapan yang nadanya menyindir itu, Su Lok Bu berkata, "Tan Siong, tidak perlu engkau menyindir dan mengejek kami! Kami adalah bekas perwira terhormat dan kini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kami bekerja dengan ha lal, menjadi kepala pengawal, bukan tukang pukul! Pui-kongcu sedang terancam bahaya oleh musuhnya yang amat kejam dan lihai, maka ingin mengumpulkan orang-orang yang pandai untuk me mbantunya menghadap i musuh itu. Engkau akan diangkat menjadi rekan kami dan menerima imbalan upah yang besar." Tan Siong mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala. "Maaf, akan tetapi aku tidak berniat untuk bekerja pada waktu ini, karena aku me mpunyai tugas send iri yang penting. Harap ji-wi maafkan dan sa mpaikan kepada Pui-kongcu bahwa aku tidak dapat menerima pena-warannya. " "Bocah she Tan!" Tiba-tiba Cia Kok Han berseru marah. "Engkau sungguh besar kepala dan sombong. Engkau bersikap seolah-olah tidak me mpunyai kesalahan. Engkau telah melukai beberapa orang pengawal dan untuk itu saja engkau sudah sepatutnya ditangkap dan ditahan. Akan tetapi Pui-kongcu me maafkan kesalahanmu, bahkan menawarkan kedudukan baik dan ingin bersahabat denganmu. Namun, engkau meno laknya dengan angkuh. Kalau begitu, terpaksa kami harus menang kapmu dan menyeretmu ke depan Pui-kongcu, biar dia sendiri yang menga mbil keputusan atas dirimu!" "Lebih ba ik engkau dengan suka rela ikut bersama kami agar kami tidak perlu me mpergunakan kekerasan." kata pula Su Lok Bu. Dua orang jagoan itu sudah mengeluarkan senjata masing-masing. Cia Kok Han men cabut golok besarnya, sedangkan Su Lok Bu mengeluarkan siang-kia mnya (sepasang pedang). Tan Siong tersenyum mengejek. "He mm, bagaimanapun alasan ji-wi, tetap saja ji-wi adalah orang-orang yang suka me ma ksakan kehendak dan menganda lkan kekuatan dan kekerasan. Dan aku mempe lajari ilmu justeru untuk menentang penindasan dan kela liman. Aku tetap meno lak!" Berkata demikian, Tan Siong menggerakkan tangan kanannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan sudah melolos pedang tipis yang dipergunakan sebagai sabuk dengan sarung kulit yang kuat. "Bagus, engkau me mang murid Kun-lun-pai yang besar kepala!" kata Cia Kok Han yang sudah me nyerang dengan goloknya. Su Lok Bu juga menggerakkan sepasang pedangnya dan dua orang itu sudah mengurung Tan Siong dengan serangan-serangan dahsyat. Pemuda ini terpaksa me mutar pedangnya dan mengerahkan seluruh tenaganya, walapun dia harus menahan rasa nyeri bahu kirinya ketika tubuhnya dipakai untuk bersilat Berkali-kali terdengar suara berdencing nyaring ketika pedangnya menang kis i tiga buah senjata lawan yang amat kuat itu, dan sebentar saja Tan S iong yang sudah terluka itu terdesak hebat. Akan tetapi tiba-tiba berkelebat bayangan hitam dan begitu tiba di situ, bayangan hita m ini menggerakkan sebatang ranting di tangannya untuk terjun ke dalam perkelahian itu dan segera menyerang Su Lok Bu dengan gerakan-gerakan aneh. Begitu ranting meluncur, senjata sederhana ini sudah menyelinap di antara dua gulungan s inar pedang Su Lok Bu dan meluncur, menotok ke arah jalan darah di pundak kanan. "Eh....!," Su Lok Bu terkejut bukan main karena nyaris pundaknya tertotok kalau saja dia tidak meloncat jauh ke belakang. Ketika dia dan Cia Kok Han me mandang, ternyata yang menyerang itu adalah seorang yang berpakaian serba Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hitam, dan mukanya juga ditutup kedok hitam dengan dua buah lubang untuk sepasang mata yang jeli dan tajam sinarnya, dan nampak pula dagunya di ma na terdapat sebuah bintik, yaitu sebuah tahi lalat hitam! Melihat tahi la lat di dagu itu dan melihat bentuk tubuh yang mudah diduga dimiliki seorang wanita, Cia Kok Han dan Su Lok Bu terkejut bukan ma in. Mereka belum pernah berte mu dengan musuh besar Pui-kongcu, wanita iblis yang kabarnya sedang berusaha untuk me mbunuh Pui-kongcu dan Koo Cai Sun, akan tetapi dari kedua orang itu yang mengingat-ingat wajah wanita yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjad i musuh mereka, yang teringat oleh mereka hanyalah bahwa wanita itu me miliki tanda tahi lalat hitam di dagunya. Dan wanita ber kedok ini pun me mi-liki tahi lalat di dagunya. Maka tanpa banyak cakap lagi Su Lok Bu dan Cia Kok Han menerjang wanita berkedok itu yang hanya memegang sebatang ranting kayu sederhana. Melihat ini, tentu saja Tan Siong cepat menggerakkan pedangnya menyambut Cia Kok Han. Dia pun merasa heran me lihat munculnya wanita berkedok dan berpakaian hitam ini, akan tetapi yang jelas wanita ini tadi telah menolongnya, me mbantunya menghadapi dua orang pengeroyoknya yang lihai, maka kini melihat betapa dua orang pengeroyok itu berbalik me nyerang si wanita berkedok, yang hanya bersenjata sebatang ranting, tentu saja dia pun cepat me mbantunya dan me mutar pedangnya. Kini perkelah ian terjadi lebih ra ma i dan seru lag i, di bawah penerangan lampu gantung yang remang-re mang, Tan Siong me mutar pedangnya yang- tipis melawan C ia Kok Han yang me megang golok besar dan berat sedangkan wanita berkedok itu melawan Su Lok Bu yang me megang sepasang pedang dengan meng gunakan sebatang ranting kecil saja. Dan setelah kini me lawan Cia Kok Han seorang, biarpun punda k di sekitar pangkal lengan kiri masih terasa nyeri, Tan Siong dapat mengimbangi permainan lawan. Untung bahwa senjatanya adalah sebatang pedang yang tipis dan ringan, maka dia dapat bergerak lebih cepat daripada lawannya. Dia tidak pernah mau menang kis karena senjata lawan amat berat, namun dengan kecepatan gerak pedangnya, dia me mbuat Cia Kok Han menjad i repot juga. Yang lebih hebat adalah wanita itu. Biarpun senjatanya hanya sebatang ranting kecil, namun ternyata gerakan rantingnya itu ma mpu me mbuat Su Lok Bu menjad i mati langkah! Sepasang pedangnya bahkan hanya sibuk menang kis saja karena ranting itu bergerak secara aneh dan cepat, juga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berbahaya karena ujungnya selalu me luncur ke arah jalan darah yang berbahaya. Lewat lima puluh jurus, Su Lok Bu me ngeluarkan seruan kaget dan dia pun me loncat jauh ke belakang. Bajunya robek dan hampir saja pedang kirinya terlepas dari genggaman karena tiba-tiba tangan kirinya menjad i setengah lumpuh terkena totokan pada pundak kirinya. Mendengar temannya berseru mengeluh dan meloncat ke belakang, Cia Kok Han yang juga terdesak hebat itu melompat pula ke belakang. Mereka ma klum bahwa tanpa bantuan, mereka tidak akan ma mpu menang, maka tanpa dikomando lag i, keduanya lalu me larikan diri untuk menga mbil balabantuan. Akan tetapi ketika bala bantuan tiba dan mereka datang kembali bersa ma Koo Cai Sun dan dua puluh lebih pasukan pengawal, kuil tua itu telah kosong. Tak seorang pun jembel yang biasanya me menuhi kuli itu mere ka te mukan, apalagi dua orang bekas lawan tadi. Koo Cai Sun dan Pui Ki Cong bergidik mendengar penuturan dua orang jagoan itu bahwa telah muncul seorang wanita berpakaian serba hitam, berkedok dan dagunya bertahi lalat yang lihai sekali. Biarpun mulut mereka dia m saja, namun di dalam hati, mereka menduga-duga bahwa besar sekali kemungkinan wanita berkedok itu adalah Kim Cu i Hong yang mereka takuti! Dugaan mereka me mang tepat. Wanita berkedok itu adalah Kim Cui Hong. Ketika Cui Hong mendengar bahwa ada dua orang mencar i Tan Siong, ia pun cepat pura-pura lari ke belakang kuil. Di dalam ge lap ia cepat mengenakan pakaian hitam dan kedoknya, lalu keluar lagi dan me mbantu Tan Siong yang sedang terdesak. Dan setelah dua orang lawan itu me larikan diri, ia pun cepat meloncat ke dalam kegelapan ma la m dan me nghilang. Tan Siong yang berterima kasih itu berusaha mengejar, namun dia kehilangan jejak wanita berkedok itu yang telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lenyap dan terutama sekali pakaian hita mnya me mbuat ia sukar dicari atau dikejar. Tan Siong masih merasa penasaran dan sampa i pagi dia berkejaran di sekitar tempat itu, mencari wanita berkedok dan juga mencari Ok Cin Hwa yang me larikan diri tadi, Setelah matahari mengusir kegelapan ma la m, dia tiba di dekat tembok kota raja dan di tempat yang sunyi, di bawah sebatang pohon, dia melihat Cin Hwa berdiri sambil me mbawa buntalan pakaiannya. "Hwa-moi....!" katanya girang dan cepat dia berlari mengha mpiri gadis Itu. Gadis itu me mandangnya dan mengeluh, "Ah, agaknya tidak ada tempat a man lagi di kota raja bagiku, Tan-toa-ko. Aku ingin pergi saja dar i kota raja." Sejenak Tan Siong menga mati gadis itu, dari kepala sampai ke kakinya, kemudian berkata, "Pergi ke manakah, Hwa- moi" Kemana pun sa ma saja bagimu, di mana- mana tentu terdapat orang orang jahat, akan tetapi perlu apa engkau takut" Takkan ada yang dapat mengganggumu." Cui Hong mengerutkan a lisnya dan me ma ndang taja m. "Apa maksudmu....?" "Tida k apa-apa.... eh, Hwa-moi, lehermu itu terkena apakah?" Dan dia maju me ndekat. "Ada apa?" Cui Hong meraba-raba lehernya dan tidak mene mukan sesuatu. "Leher mu seperti kena noda, maaf, biar kubersihkan!" Dengan gerakan cepat sekali Tan Siong me ngulur tangannya ke arah leher gadis itu. Kalau saja Cui Hong tidak hendak menye mbunyikan kepandaiannya, tentu dengan mudah ia menge lak atau menang kis. Akan tetapi ia harus menye mbunyikan rahasianya dan ia pun ingin sekali tahu di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lehernya ada apa karena ia percaya bahwa pe muda itu bersungguh-sungguh. Akan tetapi sebelum jari-jari tangan Tan Siong menyentuh lehernya, jari-jari itu me mba lik ke arah dagunya dan sekali menowe l, lecet dan hapuslah bedak tebal yang menutupi dan menye mbunyikan sebuah tahi lalat di dagu dan na mpaklah kini tahi lalat itu! "Nona, terima kasih atas bantuanmu sema la m sehingga aku dapat melawan dua orang yang tangguh itu!" kata Tan Siong sa mbil menjura ke arah Cui Hong. "Leher mu seperti kena noda, maaf biar kubersihkan!" Dengan gerakan cepat sekali Tan Siong me ngulur tangannya ke arah leher gadis itu. "Tan-toako, kenapa sikapmu seperti ini" Memanggil Nona padaku...." Tan Siong menjura dan tersenyum. "Tentu na ma mu b ukan pula Ok Cin Hwa....." Cui Hong meraba dagunya dan tahu bahwa tidak ada gunanya menyembunyikan rahasianya lagi. Ia pun menarik napas panjang menga mbil tempat bedak dari buntalan pakaiannya, juga sebuah cermin dan cepat ia menutupi lagi tahi lalat di dagunya. "Aku harus menutupi lagi ciri yang me mbuat a ku dikenal ini..." "Akan tetapi, mengapa engkau bersikap begini" Apa artinya penyamaran ini, berpura-pura sebagai seorang gadis yang le mah?" Tan Siong bertanya penasaran. "Kau pun tadinya bersikap sebagai seorang pe muda petani yang lemah, Toako aku sengaja menyamar karena memang ada sebabnya yang teramat penting. Akan tetapi sekarang aku ingin tahu lebih dulu. Bagaimana engkau bisa menduga bahwa aku adalah wanita berkedok se malam?" Tan Siong tersenyum, senyu m pah it. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah terlanjur aku menga ku kepadamu, Nona. Aku tertarik dan.... cinta padamu, tentu saja segalanya yang ada padamu tidak akan pernah dapat kulupakan. Matamu di balik kedok itu, dan juga sepatumu yang agaknya tergesa-gesa belum sempat kauganti pagi ini, menjelaskan segalanya. Karena masih ragu, aku sengaja menghapus penutup tahi lalat di dagumu itu." "Dan dengan adanya kenyataan ini, apakah engkau masih tetap memiliki perasaan itu terhadap aku, Tan-toako?" Cui Hong bertanya, me mandang taja m penuh selidik. Yang dipandang balas me mandang dengan taja m. Kemudian Tan Siong berkata,, suaranya tegas, "Nona, apakah cinta harus berubah-ubah" Semenjak perta ma kali, aku telah jatuh cinta kepadamu, dan bagiku, cinta takkan pernah berubah sela ma aku hidup." Cui Hong menarik napas panjang. "He mm, aku sungguh sangsi apakah pendirian mu itu masih akan sa ma kalau engkau sudah mendengar riwayat dan keadaanku, Toako." Ia merasa sedih me mbayangkan betapa pemuda yang dikaguminya ini akan me mandang rendah kepadanya nanti kalau ia me mbuka rahasia dirinya. "Ceritakanlah, nona. Aku pun ingin se kali tahu tentang dirimu yang diliputi penuh rahasia itu. Siapakah sebenarnya engkau dan mengapa engkau menya mar sebagai seorang gadis la in yang le mah" Apa artinya se mua ini?" Cui Hong lalu duduk di atas sebuah batu di tepi jalan, dan Tan Siong juga menga mbil tempat duduk di atas akar pohon yang menonjol di atas tanah. Mereka duduk berhadapan dan pemuda itu me ma ndang wajah Cu i Hong penuh perhatian, hatinya tertarik sekali karena dia dapat menduga bahwa tentu gadis ini me mpunyai riwayat yang amat hebat sehingga selain me miliki ilmu silat yang tinggi, juga me nyimpan rahasia dan menya mar sebagai gadis la in yang le mah. Sebaliknya, Cui Hong tadinya ragu-ragu, akan tetapi karena Tan Siong adalah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seorang pemuda yang selama ini se lalu me mbe lanya, dan karena Tan Siong telah dapat menyingkap rahasianya bahwa ia seorang gadis yang menya mar, tidak ada jalan lain baginya kecuali me mbuat pengakuan. "Tan-toako, aku bukanlah seorang gadis seperti yang kausangka, bukan seorang O k Cin Hwa yang terhormat dan bersih. Na maku yang sesungguhnya adalah Kim Cui Hong...." "He mm, na ma yang indah dan gagah... ..." Tan Siong me motong, bukan pujian yang kosong melainkan pujian yang me mang sengaja dilakukan untuk mendorong gadis itu agar lebih lancar bercerita. Cui Hong tersenyum. "Engkau se lalu me mujiku, Toako. Betapa pedih me mbayangkan bahwa pujian mu itu sebentar lagi a kan menjad i celaan dan cacian." "Teruskanlah, Nona Kim yang gagah perkasa, aku ingin sekali me ndengar cerita mu." "Tan-toako, aku hanyalah seorang wanita yang penuh dengan aib dan penghinaan, seorang sisa manusia yang hanya me mpunyai satu tujuan hidup, yaitu me mbalas denda m kepada musuh-musuhku." Tan Siong men gerutkan alisnya. Tak enak rasa hatinya mendengar bahwa gadis ini menyimpan denda m kebencian yang amat besar di dalam hatinya. "Apakah yang terjadi dengan dirimu, Nona Kim?" "Aku.... aku bukan seorang gadis suci lagi, bukan seorang perawan seperti yang kausangka, Toako. Aku menjadi korban kekejian e mpat orang laki-laki yang telah menawan ku, me mper kosaku dan me mper mainkan, secara biadab. Aku sudah hampir mati, namun agaknya Tuhan sengaja me mbiarkan aku hidup sehingga aku dapat me mpelajari ilmu dan kini aku dapat melakukan balas dendam terhadap empat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang musuh besarku itu. Dan Tuhan a kan me mberkahi aku yang telah mener ima aib yang amat hebat." "Nona, dendam adalah racun yang hanya akan merusak batin sendiri...." "Biarpun de mikian, aku tetap akan me mba las dendam!" "Denda m kebencian merupakan suatu kejahatan, Nona, karena hal itu a kan melahirkan perbuatan yang kejam dan jahat." "Tak perduli, aku tetap akan me mbalas dendam!" "Denda m kebencian adalah api yang akan memba kar diri sendiri, karena itu, harap engkau dapat menyadarinya, Nona. Tuhan tidak akan me mber kahi orang yang menaruh denda m." Sekali lagi Tan Siong me mbujuk. "Tida k! Tuhan pasti akan me mberkahi ku dan me mbantuku untuk menghuku m mereka yang lebih jahat daripada binatang yang paling buas itu. Mereka harus merasakan penghinaan seperti yang pernah kualami, merasakan kesakitan seperti yang pernah kuderita. Dan itulah satu-satunya tujuan hidupku. Dan untuk me laksanakan pe mbalasan denda mku itu, terpaksa aku menyamar sebagai Ok Cin Hwa yang lemah. Hanya kepadamu seoranglah aku me mbuka rahasiaku ini, toako dan aku percaya bahwa toako tentu akan menyimpan rahasia ini dari orang lain." Tan Siong mengangguk. "Aku tidak akan me mbuka rahasiamu kepada siapa pun juga, Nona Kim Cui Hong. Akan tetapi, sekali lagi aku me mperingatkan, mengingat akan persahabatan antara kita, hendaknya engkau menyadari bahwa dendam kebencian a matlah tidak baik bagi dirimu sendiri. Karena itu, sebelum terlambat, hapuskan saja kebencian itu dari lubuk hatimu." Cui Hong mengerutkan alisnya. "Hem, enak saja engkau bicara de mikian, Tan-toako, karena engkau tidak menga la mi Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sendiri penderitaan lah ir batin seperti yang kualami. Aku yang pada waktu itu seorang gadis yang le mah, hanya me miliki sedikit ilmu silat, telah ditawan orang orang jahat. Ayahku dan seorang suheng-ku yang hendak menolongku, mereka bunuh di depan mataku, kemudian aku mereka perkosa dan permainkan sa mpai nyaris tewas. Mereka me mbuang tubuhku begitu saja di dalam hutan. Akan tetapi. Tuhan agaknya me mang sengaja me mbiarkan a ku hidup untuk dapat menuntut balas dan sekarang engkau, yang kuanggap sebagai seorang sahabatku yang baik, me mberi nasihat agar aku tidak me mba las dendam dan me mbiarkan iblis- iblis berwajah manusia itu berkeliaran?" "Nona, sudah menjad i tugas dan kewajiban kita yang sejak kecil me mpe lajari ilmu silat dengan susah payah, untuk kemudian me mpergunakan ilmu itu dalam perjuangan me lawan kejahatan dan membe la orang-orang yang lemah tertindas. Akan tetapi, ada garis pemisah yang a mat besar antara membela kebenaran dan keadilan, dan pemba lasan dendam! Kalau engkau menentang perbuatan-perbuatan jahat dari empat orang itu, andaikan mereka sekarang masih me lakukannya, tentu saja aku tidak akan me-nyalahkanmu. Akan tetapi kalau engkau mencari dan menentang mereka hanya karena dendam pribadi, sungguh hal itu amat tidak baik, Nona. Dendam menjad i satu ikatan yang akan menciptakan karma, denda m-mendenda m dan ba las- me mba las. Memang, tak dapat disangkal bahwa perbuatan empat orang itu terhadap dirimu amatlah jahatnya, amatlah kejamnya. Akan tetapi, kalau engkau kini mencar i dan me mbunuh mere ka, bukankah perbuatanmu itu sa ma kejam dan jahatnya" Lalu mana letak perbedaan antara yang benar dan yang tidak benar, yang baik dan yang jahat?" Cui Hong tersenyum, akan tetapi senyumnya masa m dan mengejek. Kemarahan menyelinap di da la m hatinya karena ia merasa bahwa pemuda yang dikaguminya ini agaknya hendak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengha langi nya me mba las denda m. Padahal, pemuda ini mengaku cinta padanya. "Sudahlah, toako. Agaknya dalam hal ini tidak ada kecocokan pikiran di antara kita. Engkau send iri, apakah yang kaucari di sini?" "Riwayatku tidak seburuk riwayatmu, Nona, walaupun tak dapat dibilang menyenangkan. Sejak berusia tiga belas tahun, aku dibawa oleh seorang tosu Kun-lun-pai ke Pegunungan Kun-lun-san untuk belajar ilmu s ilat. Setelah belajar be lasan tahun la manya dan tamat belajar, aku turun gunung dan pulang ke dusun te mpat tinggal orang tuaku. Akan tetapi aku tidak me lihat lagi ayah dan ibuku dan menurut penuturan penduduk yang menjad i tetangga kami, ayah dan ibuku sudah la ma men inggalkan dusun itu. Seluruh harta kekayaan orang tuaku telah dikuasai oleh pa man ku, adik ibuku, yang menipu mereka. Orang tuaku meninggalkan dusun sebagai orang miskin dan akhirnya meninggal dunia entah di mana. Karena itu, sekarang aku sedang berusaha mencari pa man ku itu." "Ah! Tentu untuk me mbalas denda m atas kematian orang tuamu kepada pa man mu!" seru Cui Hong penuh harap. Akan tetapi pemuda itu menggeleng kepala sebagai jawaban. "Tidak, Nona. Aku sama sekali tidak ingin me mba las dendam kepada pa manku." "Aku mencar inya hanya untuk bertanya di mana kuburan ayah ibuku. Itu saja." "Ahhh!" Cui Hong merasa kecewa mendengar penjelasan ini. Keduanya diam sejenak, tenggelam dalam la munan masing-masing. Cui Hong merasa bahwa setelah mendengar keadaan dirinya, tentu pemuda itu me mandang kepadanya dengan hati mere mehkan. Ia hanya seorang gadis yang telah terhina! Diam-dia m ia merasa sedih, akan tetapi kesedihannya ditutupinya dengan sikap acuh. Ia tidak perduli lagi. Biarlah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tan Siong mence moohkan nya, biarlah me mbencinya. Memang agaknya hidupnya hanya bergelimang dengan kebenciankebencian, baik dibenci maupun me mbenci. Se mua ini bahkan menyuburkan denda mnya dan ia pasti berhasil! Sementara itu, Tan Siong juga tenggelam da la m kesedihan. Kiranya gadis itu bukanlah seorang wanita sembarangan, melainkan seorang gadis yang gagah perkasa dan berkepandaian tinggi. Akan tetapi juga seorang gadis yang penuh dengan denda m kebencian. Jelaslah bahwa dia sama sekali tidak pantas mengharapkan seorang gadis perkasa seperti itu, dan yang nampaknya juga kaya raya, dapat menerima uluran cinta kasihnya, cinta kasih seorang pemuda mis kin yang selain tidak me miliki apa-apa, juga keturunan petani biasa saja. Di samping itu, juga d ia berbeda paha m dengan gadis itu. Gadis yang batinnya penuh dengan racun dan api dendam kebencian! Dia merasa bersedih mengingat akan hal itu. Ingin dia mengingatkan gadis itu, mencegahnya melanjutkan dendam kebencian yang hanya akan meracuni hidupnya sendiri. Akhirnya yang me mbuka percakapan dan me mecahkan kesunyian itu adalah Cui Hong, karena gadis ini makin la ma semakin merasa tidak enak saja. "Tan-toako, setelah mendengar riwayatku, tentu engkau akan me mandang rendah kepadaku..." "Ah, mengapa begitu, Nona" Sama sekali tidak, hanya aku.... aku merasa bersedih kalau mengingat bahwa engkau sedang merusak kehidupanmu dengan dendam itu. Sekali lagi, aku minta dengan sangat, sukalah engkau menghapus saja dendam kebencian yang hanya akan meracuni batinmu sendiri itu." Cui Hong mengerutkan alisnya. "Tan-toako, engkau tidak berhak menca mpuri urusan pribad iku!" Pemuda itu menar ik napas panjang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maaf, aku bukan bermaksud menca mpuri hanya aku merasa kas ihan kepadamu, Nona." "Kasihan.. ..?" "Ya, aku merasa kasihan karena racun dendam kebencian itu akan me mbuat mu mender ita sendiri." Makin tak senang rasa hati Cui Hong. "Biarlah, aku yang mender ita, bukan engkau, Toako. Nah, selamat tinggal dan terima kasih atas segala bantuanmu yang kau lakukan kepada Ok Cin Hwa." Gadis itu me mbalikkan tubuh dan henda k perg i. "Nona Kim...!" Tan Siong berseru dan Cui Hong berhenti me langkah, me mbalik dan me mandang dengan alis ber kerut akan tetapi pandang mata penuh harapan. Tak sedap rasa hatinya harus berpisah dari pemuda yang dikaguminya ini dalam keadaan berbeda paham. "Sekali lagi kuminta kepadamu, Nona, hapuskanlah dendam itu...." Hampir saja Cui Hong marah- marah dan me maki pe muda itu, kalau saja ia t idak ingat betapa beberapa kali pe muda itu telah me mbelanya mati-matian. "Sudahlah, jangan menca mpuri urusan pribadiku, selamat tinggal!" katanya dan ia meloncat jauh lalu lari secepatnya meninggalkan pemuda itu. Tan Siong berdiri termangu-ma ngu, hatinya penuh penyesalan. Dia tahu bahwa dia mencinta Cui Hong. Cintanya tidak berubah walaupun dia mendengar bahwa gadis itu ternyata bukan seorang perawan lagi, melainkan seorang gadis yang pernah diperkosa oleh e mpat orang penjahat. Bahkan dia merasa rendah diri kalau dia mengingat bahwa perempuan yang bernama Ok C m Hwa itu, yang tadinya disangkanya seorang perempuan yang le mah tak berdaya dan me mbutuhkan per lindungan, ternyata adalah seorang wanita Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perkasa yang tingkat kepandaiannya mungkin tidak berada di sebelah bawah tingkatnya sendiri, seorang wanita lihai yang agaknya kaya-raya pula. Dan dia merasa berduka melihat kenyataan pada diri wanita itu yang penuh dendam kebencian. Orang yang diracuni denda m kebencian seperti itu, mana mungkin dapat mencinta" Sementara itu, Cui Hong mempergunakan ilmunya berlari cepat, dengan tubuh ringan seperti seekor kijang ia berlompatan dan berlarian cepat sekali. Sebentar saja ia sudah men inggalkan Tan Siong jauh sekali dan akhirnya ia berhenti di tepi sebuah anak sungai yang airnya mengalir dengan le mbut di antara batu-batu yang membuat air itu menjadi jernih dan menimbulkan suara berteriak tiada hentinya. Cui Hong duduk di tepi sungai itu, di atas rumput hijau yang tebal. Ia tidak perduli pakaiannya menjadi agak basah karena rumput itu segar dan basah. Hatinya terasa berat. Kosong dan sepi. Ia merasa seperti kehilangan seorang sahabat yang dikagumi dan amat disukainya. Bahkan ia hampir merasa yakin bahwa ia telah jatuh cinta kepada Tan Siong. Pria itu sa ma sekali berbeda dengan pria-pria la in yang pernah dijumpa inya. Di da la m pandang matanya, sama sekali tidak nampa k bayangan tidak sopan atau kurang ajar, me lainkan suatu kemesraan yang mendalam. Juga sikapnya amat baik, le mbut dan kuat. Dan betapa gagahnya pria itu ketika me mbela dan melindunginya ketika ia mas ih menjadi seorang wanita lemah. Pe mbelaan yang tanpa pamrih! Tan Siong adalah seorang pendekar budiman yang me ngagumkan hatinya dan betapa akan mudah baginya untuk jatuh cinta kepada seorang pria seperti itu. Sebelum bertemu dengan Tan Siong, dibakar dendamnya, ia selalu me ma ndang pria sebagai mah luk yang tidak sopan dan kurang ajar, yang menganggap wanita sebagai barang per mainan belaka. Akan tetapi, anggapan itu me mbuyar ketika ia berte mu dengan Tan Siong. Ia jatuh cinta kepada pe muda murid Kun-lun-pai itu! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tida k!" tiba-tiba Cui Hong me mbantah suara hatinya sendiri, la tidak boleh jatuh cinta, sedikitnya untuk se mentara ini ia tidak boleh me ngikatkan diri dengan siapapun juga, apalagi dengan ikatan cinta. Ia harus me musatkan perhatiannya kepada musuh-musuhnya. Masih ada dua orang musuh yang belum dibalasnya. Dan dia maklum bahwa kini tidak akan mudah lagi bag inya untuk dapat berhadapan dengan Cai Sun dan Ki Cong. Semenjak per kelahian itu, ketika ia muncul dengan berkedok tentu dua orang musuhnya itu akan menjadi se ma kin hati-hati dan tidak se mbarangan keluar rumah tanpa pengawalan yang ketat. Ia harus mencari akal. Ia cukup bersabar untuk menyusun s iasat. Sudah bertahun-tahun ia menahan kesabarannya dalam denda m. Kalau sekarang hanya menghadap i hambatan selama beberapa hari atau beberapa bulan saja, tidak ada artinya baginya. Sekali waktu, pasti ia akan melihat lubang dan kesempatan untuk dapat berhadapan berdua saja dengan musuh-musuhnya dan me mbalas dendam sepuasnya, seperti yang telah dilakukan terhadap Louw Ti. Ia cukup sabar. Dugaan Cui Hong me mang benar. Bukan saja Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun menjad i terkejut dan ketakutan dengan kemunculan Cui Hong dengan kedoknya sehingga mereka selalu tinggal di dalam gedung keluarga Pui yang dijaga dengan lebih ketat lagi, akan tetapi juga Ki Cong mengerahkan orang-orangnya untuk mencari wanita yang menganca m keselamatannya itu. Dia mendatangkan jagoanjagoan dan menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang ma mpu menangkap atau me mbunuh wanita berna ma Kim Cui Hong yang me mpunyai tanda tahi lalat di dagunya. Hampir setiap hari dan ma la m kedua orang itu berbincangbincang dan selalu yang menjadi bahan percakapan mereka adalah Kim Cui Hong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hayaaa, sungguh celaka!" Pada suatu malam Ki Cong menge luh kepada Cai Sun yang duduk di depannya. Mereka selalu hanya berdua saja kalau me mbicarakan Cui Hong karena bagaimanapun juga, apa yang pernah mereka la kukan terhadap gadis itu merupakan rahasia pribadi mereka. "Menghadapi seorang perempuan saja, kita menjad i begini tak berdaya. Untuk keluar saja tidak berani. Koo-toako, apakah selamanya kita akan begini saja, bersembunyi di dalam rumah sendiri seperti tikus-tikus yang takut keluar karena ada kucing yang siap menerkam" Kalau perempuan iblis itu belum dapat kita bekuk, maka hidup akan menjad i penderitaan besar bagi kita!" Bangsawan yang kaya-raya itu mengepal tinju dan mukanya menjadi merah pada m karena menahan kemarahannya. "Pui-kongcu, kami sudah berusaha sekuat tenaga, menyebar orang-orang untuk me lakukan penyelidikan. Akan tetapi ibiis itu agaknya pandai menghiiang karena biarpun semua te mpat telah diperiksa, tidak ada yang mene mukan jejaknya." kata Cai Sun. "He mm, lalu, apakah kita harus tetap begini saja" Bagaimana kalau manusia-manusia tolol itu tidak ma mpu mene mukan jejaknya untuk selamanya" Apakah selamanya kita lalu menjadi orang-orang huku man di rumah sendiri?" tanya Pui Ki Cong dengan jengkel. "Jangan khawatir, Kongcu. Saya me mpunyai akal baik yang segera saya suruh mereka me laksanakan, tentu dalam waktu singkat iblis pere mpuan itu akan dapat kita ketahui te mpat sembunyinya." Wajah Pui Ki Cong yang tampan pesolek itu, yang selama beberapa pekan ini selalu muram, kini na mpak agak berseri dan dia menatap wajah bulat tukang pukulnya itu dengan Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo penuh harapan. "Apakah akalmu itu, Koo-toako" Lekas beritahukan padaku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Begini, kongcu. Untuk me ncari jeja k siluman itu, me mang tidak mudah karena ia me miliki iimu kepandaian yang tinggi. Akan tetapi, saya kira tidak akan begitu sukar untuk mencari jejak perempuan yang berna ma Ok Cin Hwa itu. Kita tangkap dulu wanita itu...." "Huh, dasar engkau paling gila perempuan! Dala m keadaan begini engkau masih me mikirkan wanita itu" Gila! Untuk apa menang kap pere mpuan itu, Toa-ko?" "Kongcu, Ok Cin Hwa itu selalu dilindungi oleh pe muda yang bernama Tan Siong itu, ma ka besar sekali kemungkinannya ia mengetahui di mana Tan Siong bersembunyi. Dan mengingat bahwa ketika Tan Siong dikeroyok oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dia dibe la oleh siluman itu, ma ka kalau kita sudah dapat menangkap Tan Siong, tentu dapat pula mengetahui di mana adanya Kim Cui Hong. Bahkan mungkin juga Ok Cin Hwa tahu dan mengenal siluman itu." Pui Ki Cong men gangguk-angguk dan wajahnya berseri penuh kegirangan dan harapan. "Bagus sekali kalau begitu! Cepat panggil Cia-enghiong dan Su-enghiong, kita atur dan rencanakan siasat itu. Ok Cin Hwa harus dapat ditemukan dan ditangkap!" Tak la ma kemudian, dua orang jagoan itu datang menghadap dan mereka bere mpat lalu mengatur siasat untuk menyebar orang-orang, sekali ini bukan mencari Kim Cui Hong me lainkan mencari seorang wanita berna ma Ok Cin Hwa. Semua anak buah yang bertugas mencar i wanita ini dibekali keterangan lengkap tentang ciri-ciri Ok Cin Hwa dan mula ilah para penyelidik itu bertebaran di seluruh kota pada hari itu untuk mencari Ok Cin Hwa. Tentu saja hal ini segera didengar oleh Cui Hong dan gadis perkasa ini me lihat munculnya suatu kesempatan yang amat baik bag inya. Ia pun cepat menyamar sebagai Ok Cin Hwa dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sengaja me mper lihatkan dirinya di pasar. Selagi ia me milih buah-buahan di pasar, empat orang laki-laki mengha mpirinya dan mengurungnya. "Nona Ok C in Hwa?" tanya seorang di antara mere ka yang tinggi kurus dan ber mata juling. "Ya.?"" Cui Hong berlagak kaget dan heran menghent ikan kesibukannya me milih buah. "Mari kau ikut dengan kami. Koo-toako ingin berte mu denganmu." kata pula si mata juling. Kembali Cui Hong berlagak. Sambil mengerutkan a lisnya ia menjawab, suaranya tak senang. "Harap kalian jangan bersikap tidak sopan. Aku tidak mengena l siapa itu Koo-toako. Pergilah dan jangan mengganggu." Empat orang laki-laki itu saling pandang. "Nona Ok, Kootoako adalah kenalan mu yang baik, dia adalah penolongmu dan dia minta kepada kami untuk mencar imu. Dia adalah jagoan yang pernah menyelamatkanmu di rumah makan... Si mata juling men iru kata-kata Cai Sun yang sudah me mesan kepada para anak buah itu kalau-kalau bertemu dengan Ok Cin Hwa dan wan ita itu menanyakan dirinya. "Ahhh....dia....?" Cui Hong me mperlihatkan s ikap ge mbira. "Tapi.... kenapa bukan dia sendiri yang datang mencariku?" "Dia sedang sibuk sekali, dan kami disuruhnya menje mputmu, Nona. Kami sudah menyiapkan sebuah kereta di luar pasar. Marilah, Koo-toako ingin sekali me mbicarakan urusan yang amat penting denganmu." "Akan tetapi...." Cui Hong berlagak meragu seperti pantasnya seorang wanita baik-baik yang diundang mengunjungi seorang pria, "....eh, baiklah kalau begitu." Ia lalu me mbereskan pakaiannya yang cukup bersih dan indah, lalu tangannya meraba sanggul dan dengan diiringkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ empat orang itu, ia pun keluar dar i pasar. Dengan sebuah kereta, ia lalu diajak pergi ke ru mah gedung keluarga Pui. Hati para anak buah itu merasa lega sekali karena ternyata mereka dapat me mbawa Nona Ok Cin Hwa sede mikian mudahnya. Mereka sudah khawatir kalau-kalau muncul pria yang bernama Tan Siong, yang biasanya melindungi wanita ini dan kabarnya Tan Siong itu lihai se kali. Ternyata mereka dapat mene mukan dan mengajak Ok Cin Hwa ke gedung keluarga Pui tanpa halangan apa pun dan tidak ada orang muncul mengganggu kelancaran tugas mereka. Dengan hati bangga karena tentu mereka akan menerima hadiah, empat orang itu mengawal Ok Cin Hwa memasuki gedung. Tentu saja hati Cai Sun menjadi girang bukan main me lihat Ok Cin Hwa dapat didatangkan ke da la m gedung itu. Bukan hanya girang karena mengharapkan dapat mene mukan tempat persembunyian musuh besarnya dari wanita ini, akan tetapi juga mengharapkan untuk dapat me miliki wanita yang telah me mbuatnya tergila-gila itu. "Moi-moi.... Akhirnya engkau datang juga....!" serunya dengan gembira sekali sa mbil men ge mbangkan kedua lengannya, kemudian me megang lengan janda itu, tanpa me mperdulikan sopan santun dan seperti lupa bahwa Pui Ki Cong juga berada di situ. Cui Hong me ngambil sikap malu-malu dan dengan halus ia me lepaskan lengannya dari pegangan Cai Sun sa mbil me lirik ke arah Pui Ki Cong, dia m-dia m menekan perasaannya yang terguncang penuh kebencian. "Aih, ln-kong.. .! Saya dipanggil ke sini, ada keperluan apakah?" "Ha-ha, engkau masih menyebutku ln-kong" Moi-moi, bukankah kita sudah berjanji bahwa engkau selanjutnya akan menyebut Koko (Kanda) kepadaku" Ha-ha-ha!" Karena merasa di tempat a man, kumat kemba li s ifat Cai Sun yang mata keranjang dan perayu wanita. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Koo-inkong, mana saya berani" Saya hanyalah seorang janda yang hidup sebatangkara.... " Cui Hong me mper ma inkan senyumnya dan mengerling tajam ke arah Pui Ki Cong yang sejak tadi menatap dengan taja m penuh perhatian. Dala m hal kegemaran terhadap wanita, tingkat Pui Ki Cong tidak kalah oleh Koo Cai Sun. Maka, melihat sikap Cui Hong yang beberapa kali tersenyum dan melirik ke arahnya, dia pun menduga bahwa tidak akan sukar baginya untuk mendekati wanita ini. Sikap wanita ini menunjukkan bahwa ia "ada perhatian" terhadap dirinya. Dan Ki Cong percaya bahwa dalam segala hal, kecuali ilmu silat, dia me miliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pe mbantunya itu. Dia lebih muda beberapa tahun, juga dia lebih kaya, dengan kedudukan yang me mbuatnya menjadi seorang bangsawan. Dala m hal wajar, dia merasa yakin bahwa dia lebih ta mpan. Cai Sun me mpunyai muka yang bulat dan bersih, pandai merayu, suka bergurau dan banyak ketawa, akan tetapi tidak dapat dibilang tampan atau gagah. Perutnya gendut dan tubuh yang kegemukan itu tentu tidak menarik hati wanita. Sebaliknya, dia berwajah tampan,., jantan dan tubuhnya pun tidak gendut, bahkan agak tinggi. Jantungnya berdebar juga me lihat kecantikan wanita berna ma Ok Cin Hwa yang janda muda ini. Akan tetapi, me lihat sikap yang akrab dari Cai Sun, dia mengerutkan alisnya dan ingin me mper lihatkan kekuasaannya di atas pe mbantunya itu kepada Ok Cin Hwa. "Koo-toako, bukan tempatnya kita bicara di luar. Mari, ajak Nona ini masu k ke dalam agar kita dapat bicara dengan tenang dan aman. Marilah, Nona Ok, silakan masu k ke dala m rumah ku." Cut ftorrg tersenyum mana, rmttum bahwa Pui Ki Cong mulai me mper lihatkan sikap bersaing dengan Cai Sun, dan hal ini menandakan bahwa pancingannya berhasil. Ia telah berhasil menarik perhatian musuh utamanya itu! Sa mbil tersenyum manis, ia lalu bangkit. "Kiranya Kongcu yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjad i tuan rumah" Koo-inkong, siapakah Kongcu ini dan mengapa saya diajak ke rumahnya ini?" Dia m-dia m Cai Sun mendongkol juga. Percakapan antara Ok Cin Hwa dan Pui Ki Cong itu dirasakannya seperti menyeretnya turun harga! "Marilah kita masu k dan kita bicara di dalam!" katanya singkat dan mereka pun masu k ke dalam gedung besar itu. Biarpun di dalam batinnya, Cui Hong sa ma se kali tidak tertarik akan kemewahan dan kekayaan berlimpah yang berada di dalam gedung, namun ia me maksa diri me mper lihatkan kekaguman dan berkali-kali me ngeluarkan seruan kagum seh ingga Pu i Ki Cong merasa girang dan bangga, sebaliknya Cai Sun se ma kin mura m wajahnya. Dia teringat betapa hatta keVayaannya habis ketika tokonya dibakar orang, dan dia dapat wietujurga bahwa pembakarnya tentulah musuh besar yang kini sedang ditakutinya. Cui Hong diajak masu k ke ruangan dalam dan Cai Sun segera disuruh me manggil dua orang jagoan yang mengepalai pasukan pengawal keluarga Pui, yaitu Cla Kok Han dan Su Lok Bu. Melihat dua orang ini, dia m-dia m ada juga rasa khawatir di dalam hati Cui Hong. Dua orang ini liha i, kalau sa mpai rahasianya ketahuan, ia tentu akan celaka. Ia berada di dalam kepungan musuh-musuh yang lihai! Akan tetapi sikapnya nampak tenang-tenang saja, agak malu-ma lu seperti sikap seorang wanita yang berada di antara beberapa orang laki-laki asing. Empat orang laki-laki itu kini duduk berhadapan dengan Cui Hong dan dengan suara tetap halus, dengan pandang mata berseri dan senyum menyeringai seperti biasa laga k Cai Sun terhadap wanita, Cai Sun berkata, "Adik Ok Cin Hwa, kami sengaja mengundangmu karena kami me mbutuhkan bantuanmu. Mau kah engkau me mbantu kami?" Cui Hong me mandang dengan a lis dikerutkan dan mulut tersenyum keheranan. "Ah, harap jangan main-main, KooTiraikasih Website http://kangzusi.com/ inkong. Seorang seperti a ku ini, dapat me mbantu apakah kepada Cu-wi (Anda Sekalian)?" "Nona, kami me mbutuhkan bantuanmu berupa keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya." Ki Cong berkata. "Aih, kalau cuma keterangan yang sebenarnya, tentu saja saya mau me lakukannya dengan segala senang hati, Kongcu." kata Cui Hong sambil mengarahkan pandang mata jeli dan mesra kepada Pui Ki Cong. Melihat ini, Cai Sun kemba li merasa tak senang karena cemburu. Dia merasa mendapatkan saingan berat dalam diri Ki Cong terhadap wanita cantik ini. "Adik Ok C in Hwa, beliau ini adalah seorang pejabat tinggi, maka sepatutnya engkau menyebut Tai-jin (Pembesar) dan bukan Kongcu (Tuan Muda)." kata-kata Cai Sun ini me mbuat alis Ki Cong berkerut. Tadi ia sudah merasa girang karena sebutan kongcu itu berarti bahwa nona man is ini menganggapnya masih seorang muda! Padahal usianya sudah tidak muda lagi, ha mpir e mpat puluh tahun. Dan kini Cai Sun merusak "suasana" yang menyenangkan hatinya itu. "Ah, maafkan saya, karena saya tidak tahu, Taijin!" kata Cui Hong sa mbil cepat menjura dengan hormat ke arah Ki Cong. Hal ini menghapus kekecewaan hati Ki Cong dan dengan sikap berwibawa dia menggerakkan tangan menyuruh wanita itu duduk ke mbali. "Nona, kami sedang mencari dua orang dan kiranya hanya engkaulah yang dapat me mbantu kami dan menunjukkan di mana adanya dua orang itu." Ki Cong melanjutkan katakatanya. "Yang seorang adalah laki-laki berna ma Tan Siong itu, yang sering membelamu. Sedangkan yang ke dua adalah seorang wanita yang muncul dengan muka ber kedok dan me mpunyai tahi lalat di dagunya. Nah, kami mengharapkan keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya darimu. Di manakah kedua orang itu?" O00o-dw-o00O Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 9 CUI HONG mengangguk-angguk. "Saya akan member ikan keterangan yang sejujurnya, Taijin. Laki-la ki yang bernama Tan Siong itu baru saja kenal ketika dia muncul di rumah makan itu dan melindungi saya dari gangguan beberapa orang laki-laki kurang ajar, bahkan kemudian muncul Koo-inkong ini yang menolong saya. Ada pun wanita berkedokitu saya kenal ketika ia muncul di malam hari itu." "Yang kami butuhkan ada lah keterangan di mana adanya mereka?" desak pula Pui Ki Cong. Sejak tadi Cui Hong me mutar otak mencari siasat terbaik de mi keuntungannya. "Sesungguhnya, saya tidak pernah mereka ber i tahu di mana mere ka tinggal. Setahu saya, Tan Siong tadinya tinggal di dalam kuil tua itu, akan tetapi entah sekarang, saya sendiri tidak tahu, apalagi tempat tinggal wanita berkedokitu, saya tidak pernah diberi tahu." Empat orang itu saling pandang. "Mengakulah saja kalau engkau tidak ingin kami paksa!" Tiba-tiba Su Lok Bu yang Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berkulit hitam dan bertubuh tinggi besar itu menggertak. Cui Hong me mperlihatkan wajah ketakutan dan melihat ini, Pui Ki Cong yang sudah mulai tertarik kepada wanita cantikini cepat berkata. "Kita tidak perlu me nggunakan kekerasan, Su-enghiong!" Kemudian dia me ma ndang wajah Cu i Hong dan berkata ramah, "Aku percaya, Nona ini pasti akan dapat me mberi petunjuk bagaimana kita akan dapat bertemu dengan kedua orang itu. Benarkah begitu, Nona" Kuharap saja kepercayaanku kepadamu takkan sia-sia belaka." Cui Hong menggeser duduknya mendekat ke arah Pui Ki Cong yang duduk di sebelah kanannya sa mbil me lirik ketakutan kepada Su Lok Bu. Kemudian, ia me mandang Ki Cong dan berkata dengan merdu dan bernada sungguhTiraikasih Website http://kangzusi.com/ sungguh. "Taijin, seorang pere mpuan seperti saya ini, mana berani berbohong kepada Taijin" Saya berkata dengan sesungguhnya ketika mengatakan bahwa saya tidak tahu di mana mereka tinggal. Akan tetapi, seperti yang Taijin katakan tadi, kalau me mang Taijin ingin bertemu dengan mereka atau seorang di antara mereka, agaknya saya dapat memberi petunjuk..." "Ah, Nona manis!" Ki Cong berseru gembira sekali. "Itulah yang kuharapkan! Dapatkah engkau member i petunjuk agar kami dapat bertemu dengan wanita berkedokitu?" "Dapat, Taijin.... karena memang ia telah.... ah, akan tetapi ini rahasia! Kenapa sih Taijin ingin berte mu dengan wanita aneh yang selalu berkedokitu" Saya sendiri ngeri dan takut terhadap dirinya yang penuh rahasia." Su Lok Bu sudah hendak menghardik lag i untuk me maksa wanita itu cepat bercerita di mana tempat sembunyi wanita berkedok, akan tetapi Ki Cong me mber i tanda dan berkedip kepadanya sehingga jagoan ini terdia m. Kemudian Ki Cong berkata lagi kepada wanita itu, nada suaranya membujuk. "Ketahuilah, Nona O k. Wanita berkedokitu dan la ki-laki yang bernama Tan Siong, mereka adalah penjahat-penjahat kejam, pembunuh-pembunuh keji. Mereka sedang kami cari-cari untuk ditangkap dan dihukum karena kalau mereka tidak ditangkap, tentu mereka akan melakukan lebih banyak pembunuhan lagi atas diri orang-orang yang tidak berdosa. Nah, sekarang katakan bagaimana agar kami dapat menang kap mereka?" "Ihhh....! Mengerikan! Memang saya sudah merasa takut terhadap mereka. Akan tetapi kalau saya me mbuka rahasia ini, tentu mereka akan marah kepada saya dan bagaimana kalau saya dibunuh?" la menggigil dan mukanya berubah pucat. "Ha-ha, jangan takut, Adik man is. Di sini ada Kakanda Cai Sun yang akan me lindungi!" kata Cai Sun, ge mbira bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ternyata dugaannya benar dan siasatnya berhasil baik karena wanita ini agaknya akan menjad i kunci pe mbuka te mpat persembunyian dua orang musuh itu, terutama tempat persembunyian Kim Cui Hong yang menganca m nyawanya. "Ka mi akan melindungimu!" kata Ki Cong tak mau kalah. "Nah, bagaimana ka mi dapat menangkap mereka?" "Dalam pertemuan terakhir antara kami, wanita berkedokitu me mbawa saya lari ke sebuah pondok kecil di tengah hutan. Kemudian wanita itu berpesan bahwa kalau saya memer lukan bantuannya, saya disuruh ke pondokitu dan menanti sampai la datang." "Ah! Di mana pondokitu" Di hutan ma na?" "Tapi..... tapi saya takut..... Taijin." "Jangan takut, kami akan melindungimu. Katakan saja di mana pondokitu?" "Di sebelah timur pintu gerbang kota, ada sebuah bukit sunyi dan pondokitu berada di tengah hutan, di lereng bukit itu. Hutan yang a mat sunyi, penuh pohon ce mara. " "Ah, di hutan cemara bukit itu?" Koo Cai Sun berseru, girang. "Ya, sebuah pondok kosong di tengah hutan. Sunyi sekali. Saya..... saya takut untuk pergi ke sana, Taijin." "Dan pere mpuan berkedokitu tinggal di sana?" kini Cia Kok Han yang bertanya. Cui Hong menoleh dan beradu pandang dengan sepasang mata yang sipit sekali na mun yang sinar matanya mencorong menakutkan. "Saya tidak tahu, ia hanya mengatakan bahwa saya disuruh datang ke sana dan menunggu kedatangannya. " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah ia mengaku siapa na manya?" Koo Cai Sun ingin kepastian. Cui Hong menggeleng kepala, "la hanya mengaku bahwa ia she Kim." Itu saja sudah cukup bagi Cai Sun dan Ki Cong. Kim Cui Hong, musuh besar mereka! Gadis puteri g uru s ilat Kim yang kini datang sebagai siluman yang hendak me mbalas denda m kepada mereka. Harus didahului sebelum mereka celaka di tangan siluman itu. Bergidik mereka me ngingat akan nasib yang diderita Louw Ti. "Biar kan Nona ini perg i ke sana malam ini. Kita mengepung tempat itu dan menyergapnya ketika ia me masuki pondok." kata Cia Kok Han dan rekannya, Su Lok Bu men gangguk menyetujui. "Ah, ah..... saya tidak berani....." Cui Hong berkata seperti mau me nangis dan wajahnya menjadi pucat. "Ia tentu akan me mbunuhku, setelah tahu aku me ngkhianatinya tidak, saya tidak berani.!" "Mau atau tidak, engkau harus me mbantu kami agar kami dapat menangkapnya!" kata pula Cia Kok Han tegas. "Ahh..... tapi apakah tidak dapat dia mbil jalan lain yang lebih tepat" Ia bukan seorang bodoh, tentu ia akan menaruh curiga dan kalau sudah begitu, selain Cu-w i (Anda Sekalian) tak dapat menang kapnya karena ia tidak akan muncul, juga saya pasti akan dibunuhnya. Lalu apa artinya segala jerih payah ini?" "Adik yang man is, apakah engkau me mpunyai siasat lain yang lebih baik?" Cai Sun bertanya karena kata-kata gadis itu me mang masuk di a kal. Kalau sa mpai gagal, dan wanita itu terbunuh secara sia-sia, sungguh sayang sekali. "Ia harus dapat dipancing dengan umpan yang menar ik tanpa menimbulkan kecurigaan padanya. Kalau saja Cu-wi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengetahui apa yang menjad i keinginan hatinya yang paling besar, yang akan me maksanya keluar dari te mpat persembunyiannya dan datang ke pondokitu....." "He mm, keinginannya yang paling besar adalah membunuh kami....." Cai Sun terlanjur b icara dan isarat dari Ki Cong siasia saja. Pui Ki Cong menar ik napas panjang. "Karena Koo-toako sudah terlanjur mengatakan kepadamu, Nona, biarlah kuceritakan saja dengan terus terang. Kami sudah percaya kepadamu dan kami mengharapkan bantuan untuk menang kap siluma n betina yang amat jahat ini. la telah menganca m untuk me mbunuh aku dan Koo-toako ini.. ..." "Ihhh.....! Jahatnya....!" Cui Hong berseru dengan wajah kaget dan ngeri, me mandang bergantian kepada Ki Cong dan Cai Sun, seolah-olah t idak percaya bahwa dua orang yang demikian baiknya akan dibunuh orang. "Me mang s iluman itu jahat sekali, karena itu kami akan menang kap atau me mbunuhnya, " kata pula Pui Ki Cong. "Kalau begitu, Ji-wi saja yang datang ke pondokitu, tentu ia akan muncul! Sementara itu, dipersiapkan orang-orang untuk mengepung dan me nangkapnya," kata Cui Hong me mberi saran. "Ah, itu berbahaya sekali!" kata Cai Sun, bergidik me mbayangkan betapa dia dan Ki Cong berada di pondok sunyi dalam hutan ke mudian muncul musuh besarnya itul "Heh, engkau takut" Bukankah ada kami dan pasukan yang telah mengepung pondokitu?" Su Lok Bu me ncela. "Sejak kapan Koo Cai Sun yang terkenal itu me njadi seorang penakut?" Cia Kok Han juga mengeje k. Koo Cai Sun merasa disudutkan. Dia tidak ma mpu menge lak lagi, dan teringat bahwa yang diusulkan oleh Ok Cin Hwa adalah dia dan Ki Cong. Kalau ada Ki Cong, tentu akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkurang rasa takutnya. "Aku tidak takut, hanya aku khawatir Pui-kongcu yang tidak berani bersama aku pergi ke pondokitu." Berkata demikian, Cai Sun memandang Ki Cong sambil me nyeringai. Pui Ki Cong mengerutkan a lisnya. Dia me mang menghendaki dengan sangat agar musuh besar yang berbahaya itu secepat mungkin dapat terbunuh agar dia dapat tidur dengan nyenyak, akan tetapi kalau dia harus ke tempat berbahaya itu, sungguh me mbuat dia merasa ngeri. "He mm, perlukah a ku ke sana sendiri" Tidak cukup engkau saja, Koo-toako" Dengan engkau menjadi umpan, sudah cukup untuk me mancing ia datang, atau setidaknya laki-laki she Tan itu." katanya meragu. "Aih, Kongcu. Kita takut apakah" Selain ada kita berdua, masih ada lag i Cia dan Su-enghiong, dan kalau kita siapkan seratus orang perajurit mengepung te mpat itu, me mbuat barisan pendam, apa yang akan dapat dila kukan o leh siluman itu" Sebelum ia sempat menyerang kita berdua, tentu ia sudah lebih dulu disergap dan ma mpus! Selain itu perlu apa takut kalau di sa mping kita ada nona yang begini manis dan hangat?" Berkata demikian, dengan ceriwis sekali tangan kiri Cai Sun menge lus pipi Cui Hong. Wanita ini pura-pura malu dan mengerling tajam ke arah Ki Cong, menepiskan tangan Cia Sun dengan berkata. "lhhh.... Koo-inkong harap jangan nakal...!" Dan ia tersenyum dan mengerling dengan daya tarik yang a mat kuat ke arah Ki Cong, me mbuat orang mata keranjang ini menelan ludah. Di dalam pondok bersama wanita cantikini! Menarik sekali, dan pula, kalau ada pasukan seratus orang yang dipimpin oleh dua orang pe mbantunya yang lihai, me mang tidak ada yang perlu ditakuti. Pula, Cai Sun di sa mpingnya juga merupakan seorang pengawa l yang cukup tangguh. "Baiklah, aku akan I kut ke sana. Kita semua harus bekerja sama untuk dapat me mbekuk siluman itu secepatnya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akhirnya dia menga mbil keputusan setelah me lihat betapa mata kiri Cui Hong berkedip le mbut me mberi isyarat kepadanya yang hanya dapat dilihatnya sendiri! Kedipan mata yang merupakan janji yang Cai Sun dan suaranya terdengar gemetar. Cai Sun mengangkat kedua pundaknya dan me noleh kepada Ok Cin Hwa. "Bagaimana pendapatmu, Adik manis" Akan berhasilkah pancingan kita ini?" Suaranya lirih sekali seolah-olah dia takut kalau- kalau suaranya akan terdengar musuh. "Saya tidak tahu, akan tetapi mudah-mudahan berhasil, la hanya mengatakan bahwa kalau saya perlu sesuatu darinya, saya disuruh datang ke sini dan menanti, tentu ia akan datang." "Bagaimana kalau ia tiba-tiba muncul di da la m pondokini, Toako?" Ki Cong bertanya dan jelas nampa k betapa dia menggigil ketakutan. "Ha-ha-ha!" Cai Sun tertawa, walaupun dia menahan suara ketawanya agar jangan terdengar terlalu keras. "Bagaimana mungkin" Sebelum ia tiba di pintu, ia akan disergap seratus orangl Kita di sini a man seperti di ruma h sendiri, Kong-cu, harap jangan khawatir." "Saya pun tidak merasa takut, karena bukankah di luar sana ada seratus orang pasukan yang berjaga" Apalagi di s ini ada dua orang gagah perkasa yang menemani saya. Kooinkong dan Pui-taijin, saya mau beristirahat dulu di kamar yang kiri itu. Sila kan Ji-wi ber istirahat pula di kamar kanan kalau Ji-wi tidak sedang ketakutan." Cui Hong tersenyum dan me le mpar kerling genit se kali dan ia pun bangkit berdiri, langkahnya dibuat semenar ik mungkin ketika ia melenggang dan me masuki ka mar yang sebelah kiri, tahu bahwa dua orang pria itu mengikuti nya dengan pandang mata kehausan. Dua pasang bukit pinggulnya sengaja dibuat menari-nari ketika ia me lenggang tadi. Dan hasilnya memang baik sekali, dua orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pria itu me mandang dengan mata melotot, bahkan Cai Sun tak dapat menahan dirinya untuk tidak mene lan ludah. "Kongcu, saya akan meneman i nona itu, silakan kalau Kongcu mau beristirahat di kamar kanan. Selamat malam, Kongcu....!" Dia pun bangkit dan hendak segera menyusul wanita itu, akan tetapi Pul Ki Cong cepat menegurnya. "Koo-toako, engkau hendak me mandang rendah kepadaku?" "Ehh" Apa maksud Kongcu....?" Cai Sun menahan langkah dan me mbalikkan tubuhnya. Pui Ki Cong sudah bangkit berdiri dan mukanya berubah merah. "Sudah sejakia ditangkap, la me mberi isyarat-isyarat Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kepadaku. Akulah yang akan mene man inya!" "Tapi, saya yang telah mengenalnya leb ih dulu, Kongcu!" Cai Sun me mbantah dengan mata melotot dan merasa penasaran. Tak disangkanya bahwa majikan nya ini ternyata tertarik kepada Ok Cin Hwa dan hendak mera mpas daging gemukitu dari depan mulutnya. Pui ki Cong mengerutkan alisnya dengan marah. '"Koo Cai Sun! Apakah engkau hendak me nentang aku?" bentaknya. Cai Sun terkejut dan sadar bahwa orang she Pui ini bukan hanya tertarik, melainkan sudah tergila-gila kepada Ok Cin Hwa sehingga bersikap de mikian kasar keji, Tentu saja dia tidak berani menentang orang Itu. Perpecahan akan amat merugikan dirinya, apalagi kalau hanya karena me mperebutkan seorang wanita, seorang janda saja. Kalau Pui Ki Cong mengusirnya, dia bisa mati konyol di dalam tangan iblis wanita itu. Maka dia pun cepat menjur.i dan tertawa lebar. "Aha, mengapa kita harus bertengkar karena seorang perempuan saja" Maaf, Pui-kongcu. Tida k kusangka bahwa Kongcu de mikian bergairah terhadap dirinya. Kita tidak perlu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berebut karena seorang janda muda seperti wanita itu tentu tidak akan kewalahan me layani dua orang seperti kita. Nah, silahkan Kongtu lebih dulu, baru nanti saya yang menggantikan Kongcu." Pui Ki Cong juga teringat dan dia pun tersenyum. me mang tidak se mestinya dalam keadaan nyawanya terancam seperti itu me mperebutkan seorang janda yang belum tentu akan me muas kan hatinya, walaupun wajahnya, bentuk badan dan sikap janda itu de mikian mengga irahkan. Sudah banyak dia menga la mi kekecewaan dari wanita-wanita yang tadinya nampak cantik dan me nawan hati. "Maaf, Toako, tadi aku telah lupa diri. Baiklah, aku akan ma in-main dengannya lebih dulu, dan biar nanti kusuruh ia keluar mene mani dan me layanimu." Dengan langkah lebar Pui Ki Cong mengha mpiri kamar yang sebelah kiri, me mbuka daun pintunya, masuk dan menutupkan lag i daun pintu kamar itu dari dalam. Sambil menyeringai Cai Sun kembali duduk di atas kursi, matanya me mandang ke arah kamar itu seolah-olah ingin mene mbus dinding untuk mengintai apa yang terjadi di dalamnya. Dia mendengar suara Pul Ki Cong bicara, lalu disusul suara ketawanya lirih dan suara ketawa Ok Cin Hwa. Bahkan terdengar suara wanita itu cukup je las, "Aihhh.... Taijin, jangan begitu " Cai Sun terkekeh, me mbayangkan per mainan cinta mereka dan dia pun mendengar suara dipan berderit diduduki mereka. Suasana lalu menjad i sepi di kamar itu dan Cai Sun me mper lebar senyumnya. Kalau wanita itu pandai, sebentar saja tentu Pui Ki Cong kalah dan dia memperoleh giliran! Dia akan mengajak wanita itu ke kamar sebelah. Agaknya tidak me leset dugaan dan harapan Cai Sun. Tak la ma kemudian, daun pintu ka mar itu terbuka dan Ok Cin Hwa nampak keluar setelah menutupkan lag i daun pintu dari luar. Pakaian dan rambutnya kusut, bahkan kancing-kancing Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bajunya hanya tertutup sebagian sehingga Cai Sun dapat me lihat sebagian kulit dan dada yang kuning mulus. Wanita itu mengha mpirinya sambil tersenyum man is seka li. Cai Sun bangkit berdiri me nyambut dengan pujian. "Wah, engkau hebat sekali, Adik manis. Mana Pui-taijin?" "Dia kelelahan dan tidur, harap jangan diganggu." bisik wanita itu dengan muka merah dan na mpak tersipu. "Ha-ha, engkau sungguh hebat, menga lahkannya dalam waktu singkat, tidak ada seperempat jam. Ha-ha, lawannya yang seimbang adalah a ku, ha-ha!" Cai Sun la lu maju merangkul wanita itu yang mandah saja ditarik sambil dirangkul, me masuki ka mar yang di sebelah kanan. Tadi ketika dia mendengarkan dari luar di antara kesunyian dalam kamar sebelah kiri, dia mendengar suara dipan berderit dan Pui-kongcu terengah-engah, maka sudah bangkitlah berahinya sampai ke ubun-ubun. Maka, begitu dia me masu ki kamar yang kosong itu, dia me mpererat rangkulannya dan mende katkan mukanya mencium mulut Ok Cin Hwa. Yang dicium ma ndah saja sehingga Cai Sun mencium mulut itu penuh nafsu. Akan tetapi pada saat dia mengecup bibir perempuan itu, tiba-tiba tengkuknya dihantam oleh tangan miring yang amat kuat. "Kekkk....!" Tubuh Cai Sun menjadi le mas dan dia pun pingsan seketika! Untuk mencegah agar robohnya Cai Sun tidak menimbulkan suara, Cui Hong sudah menja mbak rambutnya dan menyeretnya keluar kamar, merebahkannya di atas lantai. Ia bekerja dengan cepat sekali. Ia tadi tidak berani menotok Cai Sun untuk meroboh kannya seperti yang dilakukannya pada Ki Cong karena ia tahu bahwa Cai Sun lihai. Kalau sampa i totokannya meleset tentu Cai Sun akan berteriak dan rencananya dapat menjadi gagal. Maka, ia me mpergunakan pukulan dengan tangan miring pada saat Cai Sun mencium tadi sehingga ia yakin takkan gagal. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cui Hong me ludah dan mengusap bibirnya dengan ujung lengan baju. Muak rasanya teringat akan ciuman tadi. Ia me ludah ke arah muka Cai Sun, kemudian me ngeluarkan borgol dari ra mai besi yang sudah dipersiapkan untuk keperluan itu. Diborgolnya kedua tangan Cai Sun itu ke belakang tubuhnya, kemudian ia menotok beberapa jalan darah untuk me mbuat orang itu t idak dapat bergerak atau menge luarkan suara kalau s iuman dari p ingsan nanti. Setelah itu, ia pun me masuki kamar sebelah kiri. Ternyata Pui Ki Cong juga sudah menggeletak di atas lantai dalam keadaan tertotok, tak mampu bergerak atau bersuara, hanya matanya saja yang bergerak-gerak me mandang kepada Cui Hong dengan ketakutan. Kiranya ketika tadi Ki Cong masuk dan mengha mpirinya, ia melayani orang itu bercakap-cakap dan bergurau. Akan tetapi ketika tangan Ki Cong mulai meraba-raba dan hendak menciumnya, secepat kilat tangan kiri Cui Hong menotok jalan darah dan Ki Cong roboh seketika tanpa ma mpu berteriak. Cui Hong lalu me mbuat dipan bergerak-gerak, dan kakinya menginjak-injak perut Ki Cong sehingga orang itu menge luarkan suara terengah-engah seperti yang didengarkan oleh Cai Sun tadi. Kini Cui Hong juga me mborgol kedua tangan Ki Cong, dan menyeret tubuhnya dengan cara menja mba k dan menar ik ra mbutnya. Ki Cong hanya terbelalak ketakutan dan kedua matanya mengeluarkan air mata, bahkan kini celananya menjad i basah saking takutnya. Cai Sun juga sudah siuman dan dia teringat akan segala yang dialaminya tadi. Mula- mula dia terheran dan merasa seperti mimpi. Kedua tangannya diborgol, bahkan dia tidak ma mpu menggerakkan kaki tangan, tidak ma mpu menge luarkan suara. Ketika pintu kamar kiri terbuka dan muncul Ok Cin Hwa yang menyeret tubuh Pui Ki Cong, barulah dia tahu bahwa semua itu bukanlah mimpi buruk, melainkan kenyataan! Dan dia pun me ngeluarkan keringat dingin dan matanya terbelalak ketakutan. Akan tetapi, Cui Hong kini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah menja mbak ra mbut kepalanya dan menyeret dua tubuh itu menuju ke ruangan kecil di antara kedua kamar itu. Dilepas kannya papan lantai dan ternyata di tempat itu terdapat lubang yang bergaris tengah satu meter, la menyeret tubuh dua orang musuhnya itu ke dalam lubang, lalu ditutupnya kemba li papan lantai itu dengan rapi dari bawah. Ternyata lubang itu merupakan sebuah terowongan yang mene mbus ke dasar jurang di belakang pondok! Memang selama ini Cui Hong tidak tinggal dia m menganggur. Ia telah me mpersiapkan segala-galanya sehingga ketika muncul kesempatan yang amat baikitu, yaitu ketika anak buah musuh-musuhnya mulai mencari wanita bernama Ok Cin Hwa, semua telah dipersiapkan nya, dari tempat jebakan sampai terowongan untuk melarikan diri tanpa diketahui oleh seratus pasukan yang mengepung pondokitu! Tak seorang pun akan menyangka bahwa ia dapat me larikan dua orang musuhnya itu dari dalam pondok tanpa diketahui orang! Dan s iapa pula yang menduga bahwa Ok Cin Hwa, perempuan yang dianggapnya me mbantu komplotan itu untuk menjebak Kim Cui Hong, ternyata adalah musuh itu sendiri! Cia Kok Han dan Su Lok Bu bersama seratus orang anak buahnya berjaga di tempat masing-mas ing dengan hati diliputi ketegangan. Mereka sudah me mpersiapkan senjata untuk menyergap, begitu ada orang masuk ke hutan mendekati pondok. Akan tetapi, sampa i lewat tengah ma la m, tidak nampak ada orang datang. Juga tidak ada gerakan sesuatu di dalam pondok. "He mm, sialan! Kita kedinginan dan dikeroyok nyamuk di sini, akan tetapi mereka berdua tentu kini sedang men iduri perempuan itu!" Su Lok Bu men gomel, karena dia mengenal baik orang-orang maca m apa adanya Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun. Dua orang laki-laki mata keranjang, tukang main perempuan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kini sema la m suntuk berada di sebuah pondok kosong, bersama seorang janda muda yang manis. Mudah saja diduga apa yang akan mereka lakukan. "Terkutuk me mang iblis betina itu. Kenapa ia tidak juga muncul?" Cia Kok Han juga mengomel. Memang berat tugas mereka saat itu. Malam begitu dingin dan di hutan itu terdapat banyak nyamuk yang mengeroyok mereka. Akan tetapi mereka tidak berani me mbuat api unggun dan terpaksa harus menahan se mua derita. Untuk mengha mpiri pondok dan me lihat ke dalam, mereka pun t idak berani. Hal itu akan merugikan karena siapa tahu perempuan iblis itu kini sedang mengintai dan kalau me lihat bahwa pondoknya dikepung banyak musuh, tentu perempuan itu tidak berani mende kat. Dua orang jagoan itu bersama seratus orang anak buahnya, melewatkan malam yang menyiksa di hutan itu. Mereka harus tetap dalam persembunyian mereka, tidak berani menge luarkan suara, tidak berani keluar. Mereka sudah menyumpah-nyu mpah di dalam hati. Baru setelah terdengar ayam berkokok dan burung-burung pagi berkicau tanda bahwa fajar mulai menyingsing, Cia Kok Han dan Su Lok Bu yang sudah tidak sabar lag i, meloncat ke luar dari te mpat perse mbunyian mereka dan mengha mpiri pondok. Siasat mere ka telah gagal! Ikan yang dipancing tidak mau menyambar umpan! Hasilnya hanya kulit muka mereka merah- merah dan gatal-gatal, juga seluruh send i tu lang linu dan pegal. Keduanya mendorong pintu pondok terbuka dan mereka me longo. Kosong pondokitu. Keduanya meloncat ke arah dua buah kamar itu, mendorong daun pintu kamar terbuka. Kosong pula! "Heii ....! Ke mana mereka?" Cia Kok Han berseru heran. "Tak mungkin mere ka bertiga menghilang begitu saja!" kata Su Lok Bu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tentu saja dua orang jagoan itu menjad i terkejut, terheran kemudian panik karena setelah mereka me mer iksa seluruh pondok, jelaslah bahwa Pui Ki Cong, Koo Cai Sun dan O k Cin Hwa me mang benar telah lenyap tanpa men inggalkan jejak. Wajah kedua orang jagoan ini menjad i pucat sekali. "Tak masuk akal!" kata Cia Kok Han sambil me mbanting kakinya. "Bagaimana mungkin mereka lenyap dari tempat yang terkepung ketat itu" Dan siapa pula yang dapat datang ke pondok ini tanpa kita ketahui" Sungguh aneh sekali!"' Su Lok Bu yang sejak tadi termenung, kini berkata, "Datang secara berterang rasanya tidak mungkin. Akan tetapi bagaimana kalau datangnya itu secara rahasia?" "Secara rahasia" Kalau begitu ada jalan rahasianya di s ini." kata Cia Kok Han, terkejut. "Hanya, itulah satu-satunya kemungkinan. Mari kita mencarinya." Dua orang jagoan ini la lu me manggil anak buah mereka dan pondok itu pun penuh dengan perajurit yang s ibuk mencari jalan rahasia. Tidak s ukar untuk dite mukan karena Perawan Lembah Wilis 8 Keajaiban Negeri Es Karya Khu Lung Racun Kelabang Putih 1

Cari Blog Ini