Budha Pedang Penyamun Terbang 1
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 1 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Karya Seno Gumira Naga Bumi II "Buddha, Pedang dan Penyamun Terbang" Text edit : Dewi KZ, Arief K, Niken L Ebook pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://kangzusi.info/ http://cerita-silat.co.cc/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ SINOPSIS: Mengikuti hasrat pengembaraan, Pendekar Tanpa Nama dari Javadvipa tiba di Tanah Kambuja pada tahun 796. Perjumpaan dengan seorang perempuan pendekar, membuat ia terlibat berbagai pertarungan maut yang setiap kali nyaris mencabut nyawanya. Bersama perempuan pendekar itu, ia bergabung dengan pasukan pemberontak An Nam yang melawan penjajahan, yang kemudian membuatnya wajib melakukan perjalanan rahasia ke Negeri Atap Langit untuk membongkar persekongkolan. Kesetiaan dan pengkhianatan, sihir dan nalar, silat dan filsafat, cinta dan birahi, mengharubiru petualangan Pendekar Tanpa Nama yang harus mengatasi tantangan alam luar biasa antara dongeng dan kenyataan. Mengapa ia terdampar di kampung pelarian Pemberontakan An-Shi" Bagaimana caranya Pendekar Tanpa Nama mengatasi gungfu Perguruan Shaolin" Apa yang membuat perjalanannya berbelok ke Shangri-La dan terpaksa menghadapi para penyamun terbang" Nagabumi, autobiografi Pendekar T anpa Nama, yang ketika menuliskannya selalu diganggu para pembunuh bayaran! (Oo-dwkz-oO) Adapun NagaBumi II terdiri dari 6 [enam] Kitab: Kitab 6: Asmara Para Pendekar Kitab 7: Darah Tumpah di Sungai Merah Kitab 8: Negeri Para Penyair TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kitab 9: Jaringan Rahasia Istana Kitab 10 : Antara Pedang Dan Cinta Diawali dengan Episode 101 sampai dengan Episode 200, berarti semuanya ada 100 episode. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ KITAB 6: ASMARA PARA PENDEKAR (Oo-dwkz-oO) Episode 101: [Orang yang Terasing] Pembaca yang budiman, kita harus kembali ke pertarunganku melawan Putri Khmer yang cantik jelita, menawan, dan memesona, dan sangat amat berbahya ini. Pagi pertama di tanah Khmer. Kudengar semuanya, tetes embun, semut berjalan di antara rumputan, cacing menggeliat dalam serbuan barisan semut api. Pagi masih dingin tetapi bunuh-membunuh sudah berlangsung sebagai bagian dari kewajaran alam. Kabut masih mengambang di atas sungai. Kapal-kapal saling bersentuhan karena arus sungai yang tersibak oleh kapal-kapal lain yang baru tiba dari pedalaman pada pagi yang sedikit demi sedikit menjadi semakin terang. Lawanku belum juga bergerak. Aku tak akan bergerak selama ia belum bergerak. Berapa lama pun ia tak bergerak aku juga harus tidak bergerak. SEANDAINYA pagi menjadi siang, siang menjadi sore, sore menjadi malam, dan malam menjadi gelap berkepanjangan sampai begitu gelap segelap-gelapnya malam, dengan atau tanpa rembulan, dengan atau tanpa burung hantu yang berkelebat di tengah hutan menyambar tikus bagaikan malam hanyalah siang karena bagi matanya kegelapan malam adalah terang seterang-terangnya siang, dengan atau tanpa ular yang menjulur diam-diam di pepohonan dan menyambar telor burung elang yang begitu siap menetas bahkan dari balik dinding telur sudah terlihat paruh kecil anak elang, dengan atau tanpa segala makhluk yang bergerak dalam kegelapan malam, aku harus tetap bertahan. Aku tak tahu sampai berapa lama perempuan itu akan bertahan tetapi ia tampak sungguh sakti dan menawan, paduan yang mendebarkan dan penuh dengan ancaman, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ karena setiap pesona adalah bahaya dalam pertarungan yang sangat membutuhkan ketenangan. Dalam pertarungan tanpa gerak ketenangan sangat dibutuhkan, dan hanya yang lebih tenang akan dapat memenangkan pertarungan. Persoalannya sekarang, dalam sebuah adu tatapan, tidaklah mungkin kuingkari pesonanya dengan menghindari pandangan, sebaliknya haruslah kuhadapi tatapan dengan segala pesona yang terdapat di dalamnya, karena jika tidak maka aku akan terkalahkan. Namun siapakah kiranya ia di dunia ini yang akan berdaya menghadapi pandangan penuh pesona seperti matanya yang maya" Kutahu betapa sekejap kukedipkan mata untuk menghindari tatapan maka pada kejap itulah leherku akan putus dengan sangat halus oleh pedang lentur itu, yang seolah begitu ringan tanpa daya tusuk tetapi kutahu betapa rambut pun bisa dibelah ketebalannya, bukan panjangnya, menjadi tujuh bagian. Memang benar betapa Jurus Penjerat Naga tiada akan mengizinkan penggunanya, betapapun, untuk menyerang lebih dulu, seberapa lemah dan tanpa dayanya sang lawan itu, tetapi s iapa yang bisa tahu bahwa perempuan pendekar ini sedang mengecohku" Bukankah merupakan siasat yang sangat tepat, bahwa ia mampu membuat aku mengira dirinya sedang menggunakan Jurus Penjerat Naga, sehingga betapapun aku tidak akan pernah menyerang" Tetapi apa pun kemungkinannya, aku tidak akan pernah menyerang, karena terhadap jurus yang bahkan tak bisa dikenal, Jurus Penjerat Naga semakin menekankan pentingnya menanti terbukanya kelengahan lawan. Maka aku pun harus tetap menatapnya, seperti yang telah kulakukan sepanjang malam sampai pagi terang begini. Tak dapat kuperiksa lagi s iapa saja yang telah datang berkerumun melihat kami. Tampaknya mereka semua mengenal putri istana ini, karena tampak seperti maklum saja tentang apa yang terjadi. Hanya setelah mendengar nada ucapan mereka yang meninggi dan dengan sudut mata meraba-raba apa yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terjadi, kuyakini betapa dirikulah perbincangan mereka yang seperti kicau burung itu, meski kicaunya tidak sama dengan bahasa orang-orang Negeri Atap Langit. Begitulah bahasa yang hanya terdengar seperti kicau burung itu memberiku perasaan yang sangat terasing. Siapakah aku di sini dan untuk apa aku di sini" Semangat pengembaraan kadang tercairkan oleh kesepian dan keterasingan. Tentu aku merasa terkejut ketika ternyata diriku dikenali, sampai kepada hal yang sangat pribadi. Bagaimana caranya kuterima diriku dikenali sebagai anak Sepasang Naga dari Celah Kledung, yang tiada pernah kusampaikan kepada siapa pun jua" Siapa pun dia, aku tidak mengenalinya, meski ia kemudian mengenaliku. Hanya satu penghubung yang membuatku terus menerus berpikir sepanjang malam: Jika ia memang menguasai Jurus Penjerat Naga, dari manakah ia telah mempelajarinya" Namun ia tidak mempelajari Jurus Penjerat Naga seperti yang kupelajari, karena jurusnya masih seperti jurus, bahkan jurus yang digambarkan hanya untuk disebutkan sebagai jurus yang tidak akan pernah digunakan oleh Pendekar Satu Jurus. Ada berapakah kitab yang menyimpan Jurus Penjerat Naga ini" Ketika aku menemukannya di dalam peti kayu, aku tidak tahu dengan pasti apakah pasangan pendekar yang mengasuhku itu sudah mempelajarinya, karena untuk menghadapi para naga, mereka telah menciptakan Ilmu Pedang Naga Kembar yang juga sudah kukuasai. Bahkan bukannya takmungkin kitab itu mereka baca bukan karena tertarik kepada ilmu silatnya, sebaliknya justru untuk mencari kelemahan Jurus Penjerat Naga itu. Mereka memang tidak memerlukan Jurus Penjerat Naga lagi, karena bahkan Pahoman Sembilan Naga telah meminta keduanya secara bersama menggenapinya sebagai naga kesepuluh, meskipun Sepasang Naga dari Celah Kledung itu menolaknya, dengan cara tidak memenuhi undangan Pahoman Sembilan Naga tersebut. Penolakan itu bisa menjadi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pertanda kerendahan hati, tetapi bisa juga keyakinan betapa mereka berada di atas segala naga. SEJAUH kukenali kedua orangtua asuhku itu, mungkin saja mereka tidak mempelajari Jurus Penjerat Naga, antara lain karena mereka juga tidak akan rnempelajari ilmu-ilmu silat yang dipelajari orang lain. Jadi benar, terdapat beberapa kitab Jurus Penjerat Naga yang ditulis Pendekar Satu Jurus, dan kini dua orang yang sama-sama mempelajari kitab itu berhadapan sebagai lawan. Bagaimanakah kitab itu dapat berlayar sampai ke tanah orang-orang Khmer ini" Aku memikirkan sesuatu, tetapi aku tidak boleh terlalu lama asyik dengan pikiranku, karena sekejap kelengahan saja akan menyebabkan tercerabutnya nyawaku. Kudengar suara-suara di sekelilingku tanpa memejamkan mata, karena jurus ini mewajibkan aku menatap matanya. Namun mata itu tidak bisa kutatap tanpa menimbulkan persoalan baru, yakni betapa aku tidak akan bisa melepaskan diri dari tatapan mata itu. Tanpa melepaskan pandangan kudengar segalanya di tanah yang asing bagiku ini. Kemudian kudengar suara Naga Laut dan anak buahnya. "Tidak mungkinkah ia berhenti daripada mematung terus menerus seperti itu?" Tidaklah terlalu jelas apa jawabannya, tetapi tampaknya ia kesal sekali. Barangkali karena ia memang ingin segera berangkat ke Indrapura. "Pertarungan ini bisa lama sekali," ujar Dhawa kepadanya, "jika salah satu berhenti begitu saja, saat itu pula nyawanya bisa melayang." "Sudah daku katakan kepadanya agar tidak terlibat dengan apa pun," TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kudengar lagi nakhoda berkata, "angkat sauh, kita berangkat sekarang!" Dhawa mungkin mengatakan sesuatu, tetapi nakhoda menukas. "Dia seorang pendekar pengembara, tidak penting benar baginya terus bersama kita atau tidak. Rencana perjalanan tidak perlu ditunda demi kepentingan satu orang saja. Anak muda tanpa nama itu akan mengerti." Kulepaskan pendengaranku dari percakapan itu dan menyelusuri khalayak yang berbisik-bisik takut mengganggu pertarungan. Apakah mereka mengerti sifat pertarungan ini" Aku sendiri hanya mengetahui dari pembacaan Riwayat Pendekar Satu Jurus, kini setelah kualam i sendiri, dan baru berlangsung semalam, lawanku masih juga bergeming, tak bergerak seperti patung. Ilmu yang dilatih dalam Jurus Penjerat Naga adalah jurus-jurus yang tidak seperti jurus, antara lain berdiri tanpa kuda-kuda apapun seperti memang hanya mau berdiri tanpa maksud lain lagi. Perempuan pendekar itu jelas menggelar sebuah jurus. Apakah pikiranku yang ingin diperma inkannya" Sekarang rambutnya berkibar ditiup angin pagi yang masih dingin. Maka ketiak yang semula tertutup rambut panjang hitam kelam, dengan jurus pembukaan mengangkat pedang seperti itu, tampak terbuka dengan segenap bulu-bulunya yang subur. Namun matahari yang merambat naik bagaikan muncul dari balik punggungnya, membuat cahaya dari balik seluruh tubuhnya melesat-lesat berkilauan. Kewaspadaanku sangat amat meninggi, karena kedudukannya yang membelakangi matahari pagi menguntungkan sekali. Ibarat kata aku hanya melihat sosok hitam dengan bayangan rambut melambai-lambai, dan begitu juga kain yang samar-samar memperlihatkan segala sesuatu di baliknya itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tidak me lihat apa pun akhirnya, hanya kesilauan cahaya luar biasa, kini kutahu apa yang dinantinya sepanjang malam! Kelengahan sekejap yang ditunggu adalah saat munculnya matahari itu, yang telah ia ketahui benar dengan kedudukannya yang sekarang ini. Ia berpikir sama seperti aku, seorang petarung yang tidak memanfaatkan keuntungan ini tidak akan mendapat kesempatan kedua. Ia melesat! Ini berarti ia tidak membaca dan tidak mengetahui Riwayat Pendekar Satu Jurus, karena siapa pun yang membacanya pasti tahu betapa Pendekar Lautan Tombak menemui ajalnya justru ketika menyerang di balik cahaya berkilatan yang menerpa pandangan Pendekar Satu Jurus. Itu hal pertama. Adapun hal kedua, kitab yang dibaca dan dipelajarinya mungkin adalah kitab yang telah dipalsukan dan sengaja dikelirukan, untuk menjaga seandainya saja kitab itu hilang dicuri orang. Dengan kata lain, puteri Khmer yang tubuhnya meruapkan aroma setanggi itu telah mempelajari Jurus Penjerat Naga dari sebuah kitab curian! Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Telah kuceritakan tentunya betapa pencurian kitab ilmu silat pada masa itu merupakan sesuatu yang jamak. Jika bukan karena seorang murid yang kurang sabar dan sangat bernafsu menguasai ilmu silat sang guru akan mencuri kitab pusaka perguruannya, tentunya dari seorang pencuri sakti yang mempertaruhkan hidupnya memang untuk mencuri kitab-kitab ilmu silat, baik untuk dipelajari sendiri, maupun diperjual belikan dengan harga yang tinggi. Bahkan para pencuri kitab ilmu silat ini berani menerima pesanan atas kitab-kitab tertentu, yakni kitab ilmu silat yang termasyhur tetapi belum pernah dilihat orang. Kiranya keadaan semacam inilah yang membuat kitab-kitab tertentu pula sengaja disalin untuk dikelirukan. SAYANG sekali puteri tercinta yang penuh pesona itu telah mempelajari kitab yang salah, karena sudah jelas Jurus Penjerat Naga tidak memiliki jurus yang masih seperti jurus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan apa pun yang terjadi Jurus Penjerat Naga tidak akan digunakan untuk menyerang. Dalam keadaan biasa serangan sang putri dari balik cahaya ini sudah pasti menelan korban, tetapi bagiku yang telah mempelajari Jurus Penjerat Naga yang sebenarnya, serangan itu tiada lebih dan tiada kurang merupakan kelengahan yang sangat terbuka. Maka dalam sekejap setelah putri itu me lesat, pedang lenturnya yang luar biasa itu sudah terpotong-potong menjadi sepuluh bagian, sementara tubuh putri itu sendiri terpaksa kusentuh dengan angin pukulan begitu rupa sehingga terpental dan melayang ke atas tanpa daya.... Tubuhnya menggeliat ketika terputar di atas, tampak begitu lambat dalam mataku, kain samar-samar itu tersibak, dan segalanya menjadi begitu jelas dalam cahaya keemasan. Semua ini berlangsung sangat cepat, melebihi kecepatan kilat, sehingga tidak seorang pun akan dapat melihatnya. Namun saat itu berkelebat sesosok bayangan menyambarnya sebelum aku menyangga tubuhnya. Kubiarkan dia menolongnya, karena meskipun kusadari kemudian cukup banyak orang dari wilayah Suvarnadvipa berkeliaran dari wilayah ini, apakah itu dari Mataram di bawah wangsa Syailendra, apakah itu dari kedatuan Sriv ijaya, tidak kukenal siapa pun dengan urusan apa pun di tanah orang-orang Khmer ini. Sosok itu berkepala gundul, dan tubuhnya dibalut jubah yang kumal sekali, yang karena hanya dikenakannya menyamping, maka dapat kulihat dengan jelas tubuhnya yang sangat kurus ibarat hanyalah tulang dibalut kulit, itu pun tampaknya bongkok pula. Ia memunggungi aku sembari membopong putri bangsawan yang tampaknya pingsan itu, kemudian berbicara dalam bahasa Sansekerta. "Amrita memang masih terlalu muda dan tidak mau mendengar kata-kata gurunya. Aku, paman gurunya, kebetulan lewat untuk mempelajari filsafat Hindu Sankara ajarah brahmana Siwasoma di kota ini . Apakah yang akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terjadi jika aku tidak kebetulan lewat di sini" Gurunya, Naga Bawah Tanah, kakak seperguruanku yang tidak pernah menampakkan diri, telah lama memperingatkan muridnya yang haus ilmu ini, betapa sangat berbahayanya belajar dari kitab curian tanpa kesahihan. Telah disampaikannya betapa ilmu-ilmu silat yang langka telah dilindungi dengan cara sebegitu rupa, sehingga banyak dibuat kitab palsu untuk mengelirukannya, karena pencurian ilmu-ilmu silat telah semakin jadi gejala. Namun Amrita bahkan bersedia membayar dengan apapun yang dimilikinya dan entah siapa pula telah menipunya. Kini ia harus membayar kenekatan melanggar peringatan gurunya. Datanglah ke Puncak Tiga Rembulan pada malam bulan purnama, wahai Pendekar Tanpa Nama dari Jawadwipa. Telah kami saksikan kedua pedang iblis yang telah membantai bangsa ini. Datanglah sekadar mencicipi ilmu silat yang sebenarnya dari tanah ini, semoga saat itu Amrita telah diizinkan gurunya keluar dari perguruan dan mengucapkan terima kasih bahwa dirimu tidak membunuhnya." Tubuh bongkok itu berkelebat menghilang, meninggalkan aroma setanggi dari tubuh perempuan yang dibopongnya. Pedang hitamku rupanya telah keluar masuk tanganku dengan sendirinya sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pertarungan yang kecepatannya melebihi kilat, setelah berdiri mematung semalaman, gerakan tubuh bahkan lebih cepat dari pikiran. Itulah yang telah berlangsung tanpa bisa diikuti mata, sehingga tanpa kusadari pedang lenturnya yang luar biasa tajam dan indahnya berantakan di tanah dalam sepuluh potongan. Aku tidak terlalu suka bertarung dengan senjata, tetapi kedua pedang hitam Raja Pembantai dari Selatan itu telah tertanam dalam kedua tanganku melalui rapalan ilmu sihir yang tidak kuketahui pemecahannya. Dalam ilmu sihir, setiap mantra memiliki mantra pemudarnya. Aku tak tahu apakah mantra semacam itu ikut diwariskan kepadaku. Selama kedua pedang hitam ini tak bisa kulepaskan dari diriku, aku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tak bisa menyebutkan diriku telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu persilatan, meski memang telah membuat diriku semakin sulit dikalahkan. (Oo-dwkz-oO) FU-NAN adalah kata yang diberikan para sejarawan Negeri Atap Langit kepada kata Khmer bnam yang artinya adalah gunung. Para penguasanya pada masa lalu disebut Raja Gunung. Meski daya tariknya sebagai bandar antarbangsa sudah dilumpuhkan semenjak armada Srivijaya menguasai jalur perdagangan antara Negeri Atap Langit dan Jambhudvipa, penduduk Fu-nan yang berasal dari berbagai bangsa masih mencerminkan kejayaannya pada masa lalu itu. DALAM perjalananku di wilayah itu, kusaksikan barangbarang asal Jambhudvipa yang bercampur dengan penemuanpenemuan masa lalu ketika manusia memanfaatkan bahan perunggu, tetapi dengan hasil yang sudah sangat maju sekali, meski sudah diketahui lagi asal-usul mereka yang membikinnya dahulu kala. Sebelum kapal-kapal dirakit dan candi-candi dibangun, agaknya manusia merupakan gerombolan yang mengembara dari tempat yang satu ke tempat lain tanpa pernah kembali lagi, yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Di sebuah tempat tersembunyi, kutemukan tulang belulang yang dari bentuknya mirip juga dengan tulang belulang manusia purba yang pernah ayahku perlihatkan kepadaku, ketika mengajakku mengarungi wilayah pegunungan kapur pada masa kecilku. Gerombolan manusia masa lalu mengarungi dunia dengan cara menyusuri pantai, dari pantai satu ke pantai yang lain, barangkali sambil menunjuk dan berkata dalam bahasa yang belum pernah dituliskan: "Mari kita ke sana, melihat apa yang ada di baliknya." Pernah kudengar teman-teman sekapal bercerita tentang tulang belulang yang sama di pantai-pantai sepanjang Semenanjung Melayu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dari apa yang kulihat di wilayah utara negeri itu, tempat kuduga terdapat pengaruh Mon-Khmer, kusaksikan Fu-nan semula dihuni penduduk dua lapisan yang berdampingan dan tak lama kemudian melebur dengan akrab satu sama lain. Orang-orang Fu-nan dianggap leluhur langsung raja-raja Kamboja yang berpusat di Angkor sekarang. Mereka telah berkenalan dengan budaya yang datang dari Jambhudvipa melalui pelabuhan, ketika para pelaut Jambhudvipa memperluas wilayah dagangnya ke mana-mana. Memang Funan merupakan tempat persinggahan yang terbaik untuk menuju Suvarnadvipa. Daerah itu dapat dicapai melalui jalan darat sepanjang pantai Birma, lalu Siam, atau dengan memotong jalan menyeberangi T eluk Benggala ke arah T anah Genting Kra, lalu dengan menyeberangi Teluk Siam; atau dengan mengitari Sumatra dari selatan untuk melintas di antara pulau tersebut dan Pulau Jawa. Dari pantai Fu-nan yang terlindung dari angin topan laut di selatan Negeri Atap Langit, setelah memuat perbekalan, dengan mudah orang dapat mencapai pantai timur sepanjang Khmer dan Champa melalui jalan sungai dan meluncur dengan dorongan angin musim yang menguntungkan ke arah Negeri Atap Langit, dan dengan demikian menghindari belokan yang panjang dan sulit di Tanjung Ca-mau. Di samping itu, Fu-nan terletak di pinggiran hutan Gunung-Gunung Kamboja yang kaya rempah-rempah dan dicari orang-orang Jambhudvipa dengan gigihnya. Fu-nan sendiri juga menghasilkan rempahrempah dan emas dapat ditemukan jika rajin mencari di sungai-sungainya. Kuduga seratus tahun yang lalu itu dengan cepat sekali pantainya menjadi sangat padat penduduk, sedangkan pantaipantai lain di Teluk Siam itu sangat jarang penduduknya atau sama sekali takberpenduduk. Tidak aneh jika para pedagang Jambhudvipa membuka pasar mereka di sana. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di sebuah kedai, kudengar cerita ini, yang baru kuketahui setelah seseorang menerjemahkannya ke dalam bahasa Sansekerta kepadaku. Dibimbing mimpi, seorang Brahmana berlayar ke pantai-pantai itu, tempat ia bertemu dan menikahi seorang puteri penguasa setempat, yakni suatu raja naga. Sebagai bekal perkawinan puterinya, penguasa itu minum air yang menggenangi negerinya, supaya anak-anaknya dapat bercocok tanam. Cerita ini dapat kutafsirkan sebagai berikut, karena cerita macam ini memang bukan semacam pengantar tidur, melainkan cara menerjemahkan hubungan Fu-nan dengan Jambhudvipa: Pada mulanya adalah pembukaan pemukiman untuk urusan dagang, kemudian berlangsung perkawinan dengan penduduk setempat; lantas berkat pelajaran para guru Jambhudvipa dan kerja bersama, dilakukanlah penggarapan delta-delta yang terendam sebagai suatu kerja besar yang ditangani bersama. Penduduk Fu-nan sudah terbiasa dengan adanya orangorang asing. Anak-anak kecil tidak lari jika melihat orang asing, seperti ketika mereka melihatku. Bahkan mendekat, melihat dari dekat seolah-olah aku makhluk aneh, adakalanya sambil memegang-megang pula. Namun selalu kubiarkan mereka. Berkat petunjuk orang-orang aku mengetahui arah menuju Puncak Tiga Rembulan. Ternyata perjalananku memang masih jauh, jika aku ingin memenuhi undangan itu. Bukan sekadar undangan sebetulnya, melainkan suatu tantangan, dan terhadap suatu tantangan seorang pendekar tidak boleh menghindarinya -jika memang masih ingin menjadi pendekar. Dalam perjalanan aku teringat para pencuri kitab. Bagaimana caranya mereka bekerja" Tentu sudah kudengar perihal para murid yang membunuh guru, tetapi bagiku yang lebih mengerikan adalah munculnya pencuri-pencuri bayaran TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang menjadi sangat mahir dengan tugasnya, memanfaatkan apa pun yang bisa dilakukannya untuk mencapai tujuannya. (Oo-dwkz-oO) Episode 102: [Para Pencuri Kitab] MENURUT cerita yang kudengar, peristiwa ini terjadi sebelum terdapatnya Pahoman Sembilan Naga, yang meski berkedudukan di Jawadwipa, berlaku sebagai wibawa yang memengaruhi seluruh wilayah Suvarnadvipa, yakni ketika kejayaan dan kegemilangan dalam dunia persilatan tergenggam di tangan tiga kakak beradik Harimau Putih, Harimau Hitam, dan Harimau Merah, yang mendapatkan ilmu silat dari ayah mereka, Harimau Kencana. Setelah ayah mereka meninggal dunia, menuruti wasiat ayahnya, kitab rahasia ilmu s ilat perguruan dibagi tiga di antara mereka untuk disimpan, dan masing-masing hanya diberi hak untuk menurunkan sepertiga dari ilmu silat yang mereka, sesuai dengan bagian kitab yang mereka miliki. Kebijakan ini akan membuat ketiganya tidak terkalahkan oleh siapa pun, karena ilmu silat Harimau Kencana saat itu hanya dapat dikalahkan oleh ilmu s ilat Harimau Kencana juga. Perguruan Harimau Kencana terletak di lereng Gunung Semeru di bagian timur Jawadwipa yang jarang didatangi manusia. Meskipun terletak di lereng, tidak berarti perguruan itu mudah dicari dan apabila sudah diketahui tempatnya akan mudah dicapai, karena letak perguruan itu seolah sengaja menyembunyikan diri di tengah hutan yang begitu lebat. Kelebatan hutan itu membuat orang mudah tersesat, dan tersesat maupun tidak tersesat binatang buas yang berkeliaran lebih banyak membuat manusia yang merambahi hutan tersebut tidak selamat. Mereka yang pandai mencari jalan ke arah yang sedikit tepat, biasanya akan menemukan tulang belulang manusia di sana-sini, yang masih utuh maupun sudah berserakan, karena jika pun manusia dapat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meloloskan diri dari sergapan binatang buas, apakah itu diterkam harimau atau ditelan ular hidup-hidup, maka ia masih harus menghadapi para Pengawal Harimau, yakni murid-murid Perguruan Harimau Kencana yang ditugaskan membunuh Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo siapa pun orangnya yang mendekati perguruan. Bermaksud baik atau tidak baik, bermaksud berguru maupun bertarung, selalu diberikan sambutan yang sama, itulah serangan memastikan kematian yang disebut pembunuhan. Kenapa demikian" Dalam dunia persilatan memang berlaku suatu kebiasaan, bahwa orang-orang yang menempuh jalan persilatan untuk menjadi seorang pendekar akan mencari guru terbaik yang ilmunya tidak pernah terkalahkan. Pada masa itu Harimau Kencana, sampai ajal menjemputnya, memang belum pernah kalah dalam pertarungan mana pun, dan demikian pula dengan ketiga anaknya yang kemudian membuka perguruan itu. Namun ternyata kebijakan yang dibuat tidaklah bertujuan membagi ilmu, melainkan sebaliknya, menguasai dunia persilatan. Dengan tujuan ini, apa yang berlangsung dalam kepekatan hutan rimba di lereng Gunung Semeru dapat dipahami sebagai berikut: Pertama, mereka yang lolos dari serangan mematikan para Pengawal Harimau maupun sergapan binatang buas boleh dianggap sebagai bakat-bakat terbaik dari dunia persilatan saat itu, karena sebagai tokohtokoh tidak terkalahkan mereka akan didatangi orang-orang yang menyoren pedang dari segala penjuru, baik untuk menjadi murid maupun menantang bertarung; kedua, siapa pun yang lolos dan berhak diterima sebagai murid, betapapun cerdas, berbakat, dan tekun orangnya, hanya akan mendapatkan sepertiga Ilmu Silat Harimau Kencana, karena setiap murid hanya boleh diajar oleh satu orang dari Harimau Putih, Harimau Hitam, dan Harimau Merah tersebut. Kedua perkara ini saja telah membuat Perguruan Harimau Kencana akan selalu berjaya, karena bahkan murid-muridnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang terbaik pun akan mati oleh calon murid yang lebih baik lagi, dan demikianlah seterusnya, sehingga kemungkinan pengkhianatan pun dengan sendirinya sudah ditepis. Sebegitu jauh, penantang mana pun yang sudah berhasil melewati hutan, menewaskan segala binatang buas yang menyergap maupun segenap Pengawal Harimau yang menyerang dengan tujuan mencabut nyawa, ketika akhirnya berhadapan dengan salah satu dari ketiga tokoh Perguruan Harimau Kencana, apalagi ketiganya sekaligus, hanyalah menemui ajal dalam keadaan mengenaskan. Bukankah Ilmu Silat Harimau Kencana sampai saat itu memang tidak terkalahkan" Kebijakan itu telah menghabiskan pendekar-pendekar terbaik dunia persilatan dari golongan putih maupun golongan merdeka, karena mereka semua memang akhirnya dikalahkan; orang-orang golongan hitam, yang selamanya licik, jahat, dan hanya mementingkan diri sendiri, tidak tertarik sama sekali menyabung nyawa atas nama kehormatan dan kesempurnaan, bahkan tidak juga kejantanan, yang biasanya sangat menyinggung perasaan, bukan sekadar karena kekalahan dan kematian bisa dipastikan, melainkan juga karena jalan menuju kematiannya yang sangat mengerikan. TULAH cara Perguruan Harimau Kencana menguasai dunia persilatan, karena akhirnya memang tersisa orang-orang yang datang hanya untuk menjadi murid, tiada lagi yang datang untuk menantang. Mereka yang datang dengan tujuan menimba ilmu ini sudah dapat dibatasi ilmunya dengan cara yang sudah kuceritakan tadi, sehingga jika memang bermaksud menantang gurunya, menurut perhitungan akan dapat diatasi. Pernah adakah seorang murid yang begitu nekat menantang ketiga guru ini" Memang pernah terjadi, seorang murid yang tidak menyadari bahwa keharusan untuk belajar kepada hanya satu guru dari Tiga Harimau itu maksudnya membagi ilmu, suatu ketika merasa cukup pantas untuk TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menantang gurunya sendiri untuk bertarung. Kebetulan ia menjadi murid Harimau Merah yang terkenal paling kejam di antara Tiga Harimau, meski yang disebut kurang daripada kejamnya Harimau Putih dan Harimau Hitam itu tiada lebih dan tiada kurang kejam jualah adanya. Memang tidak bisa dimengerti mengapa murid satu ini begitu berani menantang Harimau Merah yang tampangnya saja sudah begitu seram bukan buatan. Di antara ketiga anak Harimau Kencana, anak bungsu inilah yang wajahnya paling mendekati macan, terutama berkat bulu-bulu cambang nan kaku dan keras yang tumbuh kedua pipinya, sementara rambut panjangnya yang merah juga begitu tebal seperti singa. Mereka bertarung di halaman perguruan yang luas, disaksikan Harimau Putih dan Harimau Hitam yang sudah dipastikan akan turun tangan jika terjadi sesuatu dengan adik bungsu mereka itu, meski hal itu tidak mungkin terjadi -karena bukankah kepada murid mana pun hanya sepertiga ilmu silat Harimau Kencana yang diturunkan kepadanya" Harimau Merah berkacak pinggang di bawah bulan purnama menghadapi muridnya yang bersimpuh di hadapannya dengan sangat sopan, meski tetap menantang. "Hai murid! Mengapa dikau begitu nekat menantang daku, gurumu sendiri yang telah menurunkan kepadamu segala ilmu dengan sepenuh hati?" "Ampunilah muridmu yang lancang ini, duhai guruku yang sahaya junjung tinggi," ujarnya sembari membungkuk dalam sekali, "tiada lain hanyalah kehormatan dalam jalan persilatan yang sahaya butuhkan, betapa kematian yang terindah akan tercapai dalam puncak kesempurnaan seorang pendekar." "Hmm, jadi apa alasanmu bahwa gurumu yang harus dikau tantang sebagai balas budi segenap ilmu yang telah diturunkan kepadamu itu?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Maafkan sahaya guru, tetapi apalah artinya sahaya mengalahkan segala pendekar di seantero Yawabhumipala jika belum mengalahkan satu dari atau semuanya Tiga Harimau sekaligus" Sebaliknya, karena ilmu silat Harimau Kencana belum terkalahkan, maka cukuplah dengan menantang dan mengalahkan guru, maka itu berarti segenap ilmu silat yang lain akan dapat juga sahaya atasi." Harimau Merah meraung, benar-benar mirip raungan harimau yang memendam kemarahan bukan alang kepalang. "Kalau begitu bersiaplah untuk mati, wahai murid, untuk mendapatkan kehormatan yang dikau inginkan!" Sembari berkata begitu tangannya yang bercakar kukukuku macan menyentak ke depan, mengirim angin pukulan ke arah murid yang bersimpuh itu, yang segera melenting ke atas dengan ringan ke udara. Namun belum lagi turun ke bumi, Harimau Merah telah me leasat ke arahnya dengan dua cakar terkembang. Ilmu Silat Harimau Kencana sungguh dahsyat. Pertarungan guru murid itu segera tidak terlihat oleh pandangan mata orang biasa, meski bagi kedua kakak Harimau Merah bukanlah persoalan sama sekali. Segera terlihat oleh mereka berdua, betapa murid yang telah berani menantang gurunya ini memang memiliki bakat luar biasa, yang jika dikuasa inya Ilmu Silat Harimau Kencana secara utuh, bukan tidak mungkin taksatupun dari Tiga Harimau tersebut bisa menang terhadapnya. Terbukti perhitungan Harimau Kencana benar belaka. Dengan hanya memberikan sepertiga ilmu kepada murid manapun, Ilmu Silat Harimau Kencana terjamin dikuasai keturunan Harimau Kencana tanpa pernah terkalahkan, dan dengan begitu berarti merajai dunia persilatan. Seluruh Ilmu Silat Harimau Kencana hanya terdiri atas 30 jurus, tetapi gabungan jurus satu dengan jurus yang lain memungkinkan lahir ribuan jurus baru yang tidak pernah terduga dan tidak mungkin ditebak kapan munculnya, kecuali TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sering-sering bertarung dengan lawan yang sama, yang tidak mungkin terjadi, karena pertarungan silat selalu berakhir dengan kematian. Murid yang berbakat itu tentu mendapatkan hanya sepuluh jurus, tetapi yang dapat dikembangkan setidaknya menjadi 900 jurus baru, juga dengan ketentuan yang sama, yakni tidak pernah dapat diduga dan tidak dapat ditebak kapan munculnya. INI membuat sang murid untuk sementara bukan hanya dapat bertahan, melainkan menyerang dan mendesak Harimau Merah, bahkan mencakar dadanya dengan jurus Cakar Harimau Mengibas ke Selatan. "Arrrgghhhh!!!" Harimau Merah meraung dan merenggangkan rompi kulit harimaunya. Lima garis merah menyilang di dada, yang segera mengucurkan darah pula. Ia segera meraung. "Grrruuuiaahh! Murid! Bersiaplah menerima kematianmu!" Harimau Merah berkelebat ke arah muridnya yang baru saja mau membuka mulut untuk minta maaf. Harimau Putih dan Harimau Hitam yang mengikuti pertarungan itu mengerti, bahwa Harimau Merah kini menggunakan jurus-jurus dari sisa duapertiga Ilmu Silat Harimau Kencana yang tidak pernah diturunkan kepada siapa pun di luar diri mereka bertiga. Dengan segera terdengar suara-suara kain robek, kemudian kulit tersayat, lantas desah kesakitan tertahan-tahan. "Tahankanlah kesakitan ini murid! Seorang pendekar tidak menangis!" Namun agaknya Harimau Merah memang sengaja menyiksa muridnya itu dengan sengaja tidak segera membunuhnya. Murid berbakat ini agaknya segera tahu, betapa belum semua ilmu telah diturunkan kepadanya. Di tengah hujan cakar dan pukulan yang telah membuat tubuhnya merah penuh darah, murid penuh bakat yang belum berkesempatan membuat nama bagi dirinya itu, berujar dengan marah bercampur pilu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Guru tidak menurunkan segenap ilmu! Jurus-jurus ini tidak kukenal!" "Dasar tolol! Apa yang membuat dikau berpikir kami akan menurunkan semua ilmu kepada seseorang yang akhirnya akan menantang kami?" Dalam kelebat dua bayangan di tengah ma lam, Harimau Putih dan Harimau Hitam mendengar percakapan itu. "Apakah guru tidak bersedia mengakui s iapa pun yang lebih unggul daripada guru" Tidakkah seorang pendekar selalu siap mati dalam pertarungan secara ksatria" Tiga Harimau takut dikalahkan murid-muridnya sendiri, maka ilmu yang diturunkan sangat terbatas! Itu melanggar hubungan kepantasan guru dan murid, juga melanggar tata krama dunia persilatan!" Namun karena kekecewaannya yang mendalam ia yang sudah terdesak menjadi sangat kurang waspada. Cakar Harimau Merah dengan kuku-kuku macan sekuat baja melesak masuk ke dalam perutnya. "Ugh!" Ketika ditarik keluar, seluruh isinya bagaikan sudah tergenggam oleh cakar Harimau Merah. Murid berbakat yang telah berguru dan menantang dengan penuh kejujuran itu, demi jalan yang ingin ditempuhnya untuk mencari kesempurnaan, terguling di tanah dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Seluruh kulit tubuhnya bagaikan telah dicabik-cabik cakar harimau, masing-masing dengan lima garis sayatan, sehingga semuanya berjumlah 500 sayatan, karena Harimau Merah telah mengeluarkan Jurus Seratus Harimau Menari yang jelas tidak diajarkan kepada murid yang malang itu. Jurus Seratus Harimau Menari akan membuat lawannya merasa diserang oleh seratus harimau dari segala arah sekaligus, yang tentu saja tidak akan bisa dihindari tanpa mengetahui rahasia penangkalnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sebenarnya dengan mempertahankan lingkar penguasaan Ilmu Silat Harimau Kencana dengan penipuan terhadap murid seperti itu, terhadap T iga Harimau layak diambil tindakan atas pelanggaran tata nilai kependekaran, tetapi siapakah yang berada dalam kedudukan untuk menilai dan mengambil tindakan" Pada masa itu belum terdapat Pahoman Sembilan Naga yang memang terbentuk untuk menjaga ketertiban dan tata nilai dunia persilatan, selain menjadi cara berbagi kekuasaan, meski kesempatan memperebutkannya secara ksatria sangat terbuka. Lagipula dalam hal Perguruan Harimau Kencana, siapakah kiranya dapat mengetahui kebijakan mereka, jika di luar Tiga Harimau itu murid-muridnya selalu berganti karena setiap kali mati terbunuh oleh pendatang yang akan menggantikannya dan seterusnya" Para murid pun, sekali menjadi bagian perguruan, tak akan bisa lari dan menembus hutan untuk memberi kabar kepada dunia. Tiga Harimau itu selalu saja bisa mencium usaha pelarian, dan hukuman untuk itu jangan ditanya lagi, karena kesalahannya dianggap jauh lebih besar daripada menantang guru. Mereka yang dilumpuhkan akan digantung hidup-hidup dengan kaki di atas dan kepala di bawah dan setelah itu nasibnya diserahkan kepada seisi rimba raya.... Syahdan, suatu ketika seorang murid ma lang yang masih tergantung, dan satu-satunya yang beruntung, melihat seorang perempuan yang menyoren pedang sedang mencaricari jalan. Tentu perempuan pendekar itu dilihatnya dalam keadaan terbalik. Perempuan pendekar itu mengenakan kancut seperti lelaki, rambutnya digulung ke atas, dan sepasang payudaranya dibebat dengan kain yang melingkar ketat ke punggungnya. Di bahunya tergantung pedang menyilang dalam sarungnya dan di tangannya tergenggam sebuah kapak. Sepasang kakinya terlindungi kulit dengan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ikatan tali pada betisnya. Ia sangat cantik, kulitnya gelap karena sering terbakar matahari, tubuhnya tegap dan rambutnya kemerah-merahan. Alisnya yang tebal membuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tatapannya tambah tajam dalam kerimbunan hutan menjelang malam. Masih terlihat darah pada mata kapaknya dan tangan kirinya menggenggam potongan tubuh seekor ular. Mulutnya masih mengunyah daging ular mentah-mentah. Wajah orang yang digantung dengan kepala di bawah itu, dalam penderitaannya, menatap dengan pandangan bertanyatanya. ''Ular ini mau memakan daku hidup-hidup,'' katanya dengan mulut belepotan, ''tidak ada salahnya dia yang kumakan setelah daku membunuhnya. Apa yang terjadi pada dikau"'' ''Puan Pendekar,'' ujarnya dengan sisa tenaga, ''apakah Puan bermaksud mencari Perguruan Harimau Kencana"'' ''Mengapa jika iya dan mengapa jika tidak, wahai orang yang terikat"'' ''Jika iya, lepaskanlah sahaya, maka akan sahaya ceritakan segala sesuatu yang penting untuk Puan ketahui, untuk memutuskan berbalik arah maupun meneruskan perjalanan.'' Sekali tetak dengan kapak jatuhlah orang itu ke tanah, dan dengan sekali sabet lepaslah ikatan pada tangan maupun kakinya. Namun ketika ia mau berdiri, perempuan yang menyoren pedang dan masih mengunyah daging ular mentah itu menginjak dadanya. ''Ceritakanlah sekarang dan jangan membuat gerakan mencurigakan,'' katanya, ''aku sudah seminggu berputar-putar di hutan ini, dan aku sekarang sangat marah.'' Dengan dada terinjak, murid yang me larikan diri itu menceritakan semuanya. Terbayanglah segalanya dengan segera di mata perempuan pendekar yang memegang kapak berdarah itu. Segalanya sebelum dirinya sendiri tiba. Betapa setelah kerimbunan hutan ini nanti akan berhasil dilewatinya dan mendaki sebuah tebing maka akan dilihatnya bangunan kayu Perguruan Harimau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kencana yang megah, tiga bangunan yang mengelilingi sebuah lapangan. Bangunan di sebelah kiri ditinggali Harimau Hitam, bangunan di sebelah kanan ditinggali Harimau Merah, dan bangunan yang berhadapan dengan hutan menjadi tempat bersemayam Harimau Putih. Setiap bangunan ditinggali bersama murid mereka masing-masing, yang ruangannya mampu memuat seratus orang, karena memang merupakan rumah panjang dengan kayu serba pilihan. Di belakang bangunan Harimau Putih terdapat tebing curam yang jika siapa pun menatap ke arahnya maka akan terlihat puncak Gunung Semeru yang kadang-kadang mengepulkan asap. Kedudukan bangunan-bangunan yang lebih tinggi ini memang menguntungkan, karena membuat siapa pun yang keluar dari hutan tersebut dapat diawasi. Bangunan-bangunan besar yang saat ini tentunya sepi karena murid-muridnya makin lama makin habis terbunuh oleh para calon murid baru yang berhasil menembus hadangan, yang kemudian juga akan terbunuh lagi dan seterusnya, sampai tinggal satu orang yang akhirnya melarikan diri dan ditemukan olehnya itu. Sambil masih menjejak dada dan mengunyah daging ular mentah, dapat dibayangkannya betapa pada malam-malam yang telah menjadi larut, di bawah cahaya api yang remang, Tiga Harimau itu masing-masing menekuni sepertiga kitab yang menjadi bagian mereka. Namun saat itu ia tidak mengetahui bahwa masing-masing kitab itu hanyalah sepertiga dari keseluruhan Kitab Ilmu Silat Harimau Kencana, yang terbayangkan olehnya, seperti didengarnya dari murid yang bercerita, karena hanya yang menantang bertarung sajalah kiranya akan mengetahui terdapatnya jurus-jurus Ilmu Silat Harimau Kencana yang belum diturunkan kepada merekaotentu mereka hanya akan mengetahuinya menjelang ajal tiba. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Terbayangkan oleh perempuan pendekar yang memegang kapak itu betapa masing-masing dari Tiga Harimau itu akan mematangkan dan memperdalam ilmunya dari malam ke malam, setiap malam, karena memang tidak ada lagi yang akan dikerjakan siapa pun yang menempuh jalan persilatan selain menekuni ilmunya dengan semakin dalam. TERBAYANGKAN olehnya betapa seusai menekuni segala sesuatu dari Kitab Ilmu Silat Harimau, masing-masing dari Tiga Harimau itu akan meniup api dan ruangan mereka akan menggelap dan mereka akan merebahkan diri di atas tikar pandan di lantai kayu. Merebahkan diri dan tidur lurus, tanpa gerak sama sekali, dengan napas sangat teratur sampai ayam jantan berkokok karena melihat cahaya kemerah-merahan, dan hanya mereka yang dapat melihatnya, di ufuk timur yang jauh, nun di balik Gunung Semeru itu. Membayangkan kehidupan semacam itu, perempuan pendekar tersebut tersenyum. (Oo-dwkz-oO) Episode 103: [Murid yang Datang Pagi Hari] PEREMPUAN pendekar itu masih membutuhkan waktu sehari semalam untuk mencapai Perguruan Harimau Kencana, bukan saja karena binatang-binatang buas aneka rupa masih terus berusaha menyergapnya di dalam hutan gelap nan pekat apalagi kalau malam itu, tetapi karena setelah murid-muridnya habis terbunuh Tiga Harimau telah menempatkan Penjaga Bayangan yang diciptakan me lalui mantra sihir. Para Penjaga Bayangan akan berlaku seperti Pengawal Harimau, yakni mencegat dan menyerang setiap orang yang memasuki hutan dengan tujuan mencari jalan ke Perguruan Harimau Kencana. Sebagaimana layaknya ciptaan sihir, Penjaga Bayangan ini akan tampak dengan sendirinya dan langsung menyerang begitu wilayah penjagaannya dimasuki orang asing. Meski TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hanya ciptaan sihir dan disebut Penjaga Bayangan, mereka yang ilmu silatnya lebih rendah tetap akan terbunuh oleh senjata para Penjaga Bayangan. Sebaliknya, jika ilmu silat para perambah hutan lebih tinggi, pada saat kelemahan terbuka para Penjaga Bayangan menjadi sasaran, mereka akan lenyap begitu saja. Demikianlah perempuan pendekar ini telah berjalan dalam kegelapan dan kerapatan hutan semalaman sembari setiap kali memapaskan kedua senjatanya menghadapi para Penjaga Bayangan. Mereka menyerang satu persatu dari segala sudut dan segala penjuru dengan jurus-jurus mematikan yang semuanya dapat ditangkal sang perempuan pendekar. Sepanjang malam ia hanya berjalan ke satu arah, lurus dan mendaki, karena semua orang tahu Perguruan Harimau Kencana terletak di lereng gunung berapi. Ia berjalan, berjalan, dan berjalan sembari terus menyabet dan menghindar ke kiri dan ke kanan. Para Penjaga Bayangan begitu lincah karena memang hanya bayangan, tetapi ilmu silat perempuan pendekar ini tampaknya begitu tinggi, sehingga secepat apa pun para Penjaga Bayangan bergerak, perempuan pendekar itu berkelebat lebih cepat lagi. Dengan kecepatan seperti itu ia selalu lebih dulu mampu menyentuh titik lemah para Penjaga Bayangan, yang segera lenyap menguap tiada tentu rimbanya. Kadang pedangnya lebih dulu mencapai jantung, kadang kapaknya lebih dulu mencapai leher, semua itu dilakukannya sambil terus melangkah maju. Para Penjaga Bayangan hanyalah sosok-sosok hitam seperti orang, tetapi tiada berwajah sama sekali. Mungkinkah karena itu pula sang pendekar perempuan bertempur tanpa merasa perlu melihat wajah mereka sama sekali" Ia bergerak sangat amat cepat, yang hanya memancing secara terus-menerus para Penjaga Bayangan ini, karena setiap kali yang satu mati segera muncul yang lain lagi. Ketika pagi tiba, tidak kurang dari 3000 sosok Penjaga Bayangan yang telah dibunuhnya. Seandainya semua TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ itu manusia sesungguhnya, bisakah dibayangkan betapa darah akan bersimbah pada senjata dan sekujur tubuhnya" Sihir ada batasnya. Masing-masing dari Tiga Harimau itu telah menciptakan 1000 sosok Penjaga Bayangan yang semuanya telah dikalahkan. Maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi langkah perempuan pendekar ini. Matahari telah muncul dari balik Gunung Semeru ketika perempuan pendekar ini akhirnya muncul dari dalam hutan, melangkah ke tengah lapangan yang dikelilingi tiga rumah panjang itu. Dari dalam rumah-panjangnya masing-masing, Harimau Putih, Harimau Hitam, dan Harimau Merah yang baru saja membuka mata dari samadhi pagi menyaksikan seorang perempuan yang ditimpa cahaya. Dari ketiga sisi, cahaya menyepuh tubuh tembaga perempuan itu, yang telah mengatasi 3.000 sosok Penjaga Bayangan sepanjang malam, yang kini melangkah ke tengah lapangan dengan pedang di tangan kanan dan kapak tergantung di pinggang. Sampai di tengah lapangan ia lepaskan kedua senjatanya ke tanah sebagai tanda tak ingin bermusuhan, lantas duduk bersimpuh sebagai tanda permohonan untuk menjadi murid perguruan. Tiga Harimau menyadari betapa calon murid yang datang kali ini bukanlah sembarang orang yang menyoren pedang. "SEHARUSNYA ia datang untuk meminta pertarungan," pikir Harimau Putih, "bukan datang untuk berguru. Benarkah ia memang ingin berguru?" "Seorang perempuan yang telah menembus hutan dan mengalahkan 3.000 sosok Penjaga Bayangan adalah hal terbaik bagi sebuah perguruan di dalam hutan," pikir Harimau Hitam, yang merasa sangat berminat untuk memberi pelajaran. "Perempuan pendekar yang gagah perkasa dan menarik pula, semoga Kakak Harimau Putih menyerahkannya kepadaku, siapa tahu aku bisa menidurinya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Malang bagi Perguruan Harimau Kencana, karena calon murid yang datang pagi hari ini sebenarnya seorang pencuri kitab tingkat tinggi, yang demi pekerjaannya bersedia memberikan segala-galanya demi keberhasilan tugasnya. Betapa Tiga Harimau tidak akan mengangkatnya jadi murid, jika setelah tiga hari dan tiga malam perempuan berkulit tembaga ini masih juga bertahan dan bersimpuh di tempatnya dalam panas maupun hujan" "Jika dia masih tahan sehari lagi, aku sendiri yang akan mengambilnya sebagai murid," ujar Harimau Putih yang sangat terkesan kepada perempuan ini. Biasanya siapa pun yang muncul dari dalam hutan setelah mengalahkan para Pengawal Harimau langsung diterima sebagai murid, tetapi yang dikalahkan perempuan ini adalah 3.000 sosok Penjaga Bayangan, mungkin Harimau Putih merasa untuk orang hebat harus diberikan ujian yang lebih berat. Di antara Tiga Harimau, sebetulnya Harimau Putih adalah yang paling bijak dan paling hati-hati, tetapi rupanya ia telah jatuh hati. "Mungkin karena inilah perempuan pertama yang tiba di Perguruan Harimau Kencana," ujar pencerita di dalam kedai itu. Tidak kuingat apakah ia bercerita juga tentang perempuan yang melahirkan anak-anak Harimau Kencana. Demikianlah, karena perempuan itu masih juga bersimpuh tanpa bergerak sedikit pun di tengah lapangan setelah hujan semalaman, yang berarti telah dilampaui malam keempat, Harimau Putih menepati janji kepada dirinya sendiri. Apalagi perempuan itu memang rela melepaskan segenap ilmu silat yang telah dikuasa inya, yang merupakan syarat pembelajaran Ilmu Silat Harimau Kencana. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) SELAMA menjadi murid Harimau Putih, perempuan itu tinggal di rumah-panjang Harimau Putih pula yang menghadap langsung ke hutan. Seperti murid yang lain ia pun mendapat tugas untuk berlaku sebagai Pengawal Harimau, yakni menyergap dan menyerang siapa pun yang memasuki hutan dan mencari-cari jalan menuju ke perguruan. Kemampuannya yang tinggi telah membuat ia selalu berhasil dengan tugasnya. Meskipun sudah dilepaskannya ilmu pedang dan kapak yang dikuasainya sebelum menerima Ilmu Silat Harimau Kencana, apa pun yang telah dipelajarinya dengan cepat lebih dari cukup untuk mengalahkan dan menamatkan riwayat mereka yang sedang mencari jalan, sehingga untuk beberapa lama tiada lagi yang merambah hutan di lereng Gunung Semeru itu. Kepandaiannya yang tinggi sempat membuat Tiga Harimau waswas. Mereka pernah membicarakan masalah tersebut. "Kakak Harimau Putih, perempuan ini sangat pandai, dengan sangat cepat telah dikuasainya sepertiga ilmu yang Kakak turunkan. Mungkinkah ia seorang mata-mata yang sedang menipu kita?" Ini diucapkan Harimau Hitam, yang sebetulnya sangat tertarik mengangkatnya sebagai murid. "Adik Harimau Hitam sebaiknya bersikap tenang. Betapapun pandainya perempuan ini, ia hanya akan menguasai sepertiga kemampuan kita masing-masing. Bahkan jika ia ingin menikam kita dalam tidur pun, dalam keadaan tertidur itu kita masih dapat mengatasinya." "Bagaimana dengan ilmu silat yang dimiliki perempuan itu sebelumnya" Meski hanya sepertiga Ilmu Silat Harimau Kencana dikuasainya, jika ia mampu mengolah dan meleburkannya dengan jurus yang tidak kita kenal, tentu akan sangat berbahaya..." Harimau Putih menukas. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Adik Harimau Merah! Sejak kapan Ilmu Silat Harimau Kencana bisa dikalahkan" Kita telah menghapus ilmu silatnya yang lama dengan mantra, dan jika pun masih ada yang tersisa, peleburannya dengan sepertiga ilmu kita tetap belum cukup untuk mengatasi Ilmu Silat Harimau Kencana seutuhnya. Hanya yang mempelajari tiga bagian itu selengkapnya akan mampu mengalahkan salah satu dari kita. Ilmu Silat Harimau Kencana hanya dapat dikalahkan oleh Ilmu Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Silat Harimau Kencana!" HARIMAU Merah hanya manggut-manggut karena ia memang asal bicara. Semenjak perempuan yang datang untuk belajar silat itu menjadi murid Harimau Putih, pikirannya selalu terganggu dan jiwanya selalu gelisah, karena dari hari ke hari yang diinginkannya hanyalah meniduri perempuan itu saja. Namun tidak ada yang bisa dilakukannya, karena dalam hal tata susila, Perguruan Harimau Kencana mempunyai peraturan yang ketat. Jika menghendaki perempuan tersebut, ia hanya boleh langsung meminangnya, tetapi meskipun Harimau Merah tidak takut kepada siapapun di dunia ini, dalam hal pinangan ia sangat takut ditolak. Sebetulnya ia sama sekali tidak ingin menjadikan perempuan ini seorang istri, karena memang tidak memang tidak mencintainya. Ia hanya ingin meniduri seorang perempuan. Sudah bertahun-tahun ia membayangkan hal itu. Bayangan yang berkobar membara begitu perempuan itu memasuki lapangan pertarungan Perguruan Harimau Kencana. Maka yang sering dilakukannya adalah mengendap-endap ke rumah-panjang Harimau Putih untuk mengintip perempuan itu tidur. Perempuan itu ditempatkan pada sebuah bilik yang luas, tempat dahulu banyak murid bergelimpangan di atas tikar sebelum akhirnya habis tanpa sisa. Sehabis meronda dalam hutan yang juga dilakukannya lewat tengah malam, perempuan itu akan mencuci kakinya dengan air yang memancur dari saluran bambu sebelum tidur. Dari celah dinding kayu, dengan nafas tertahan akan ditatapnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perempuan itu membuka kain penutup payudaranya, melepaskan kancut lelakinya sebelum menggantikannya dengan kain, yang rupanya memang hanya dipakainya untuk tidur. Saat itu perempuan tersebut tidak akan tampak sebagai orang yang menyoren pedang di sungai telaga dunia persilatan, melainkan seperti perempuan impian yang didambakan setiap lelaki. Dalam cahaya api kemerahan, Harimau Merah masih akan terus menahan nafasnya menyaksikan di antara celah betapa perempuan itu me lepaskan ikatan rambutnya, sehingga rambutnya yang panjang dan tebal itu jatuh ke bahunya, juga payudaranya, yang akan disisirinya dengan jari-jari yang telah berkuku panjang karena mempelajari Ilmu Silat Harimau Kencana. Namun yang paling dinantikannya adalah ketika perempuan itu merebahkan diri ke atas tikar, tepat di hadapannya, ketika kedua kaki perempuan itu tidak selalu ikut terbaring lurus, melainkan centang perenang ke sana dan ke sini. Apabila hal itu terjadi, bisa dipastikan betapa malam akan sangat menyiksa bagi Harimau Merah. Esok paginya, apabila perempuan itu turun ke sungai untuk mandi, dapat dipastikan bahwa Harimau Merah telah siap mengintipnya pula. Harus dikatakan hal semacam ini sangat aneh, karena di luar perguruan, seperti di desa-desa di kaki gunung, ketelanjangan bukanlah sesuatu yang perlu diintipomelainkan terbuka tanpa harus menimbulkan getaran apa-apa. Mungkin karena banyak tabu susila di Perguruan Harimau Kencana, yang belum pernah terjalani karena tidak pernah menerima murid perempuan. Maka alangkah terkejutnya Harimau Merah, ketika pada suatu malam disaksikannya Harimau Putih telah berada di dalam bilik perempuan tersebut. Hanya sepintas adegan itu disaksikannya, tetapi cukup untuk memberitahukan keadaannya, bahwa tiada batas lagi antara Harimau Putih dengan perempuan itu. Hanya sepintas, tetapi gambaran mata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terpejam perempuan berambut panjang itu, yang tangannya menancap di punggung Harimau Putih, bagaikan akan bertahan selama-lamanya. Saat itu Harimau Merah langsung berkelebat tanpa suara. Tak diketahuinya mata yang tadi bagaikan terpejam tanpa kesadaran dengan mulut terbuka, kini terbuka dengan wajah menyungging senyuman pula. Senyum seseorang yang merasa pasti dirinya akan menang. (Oo-dwkz-oO) DI tengah hutan, ketika sedang meronda, perempuan itu tahu belaka betapa Harimau Merah mengikutinya. Meski Ilmu Silat Harimau Kencana yang dikuasa inya hanya sepertiga, lebih dari cukup untuk mengenali Jurus Harimau Melangkah di Atas Daun Teratai yang digunakan Harimau Merah untuk meringankan tubuhnya. Tanpa menoleh perempuan itu berkata. "Paman Guru Harimau Merah, apakah dia sedang menguji pendengaranku sehingga diperlukannya ilmu meringankan tubuh untuk mengikutiku?" Baru setelah itu ia menoleh sambil tersenyum. Harimau Merah melangkah maju dengan bibir bergetar. "Kakak Harimau Putih telah melanggar tabu perguruan yang telah ditentukannya sendiri, tiada lagi tabu bagiku untuk mendapatkan apa yang juga didapatkannya. Berikanlah juga kepadaku apa yang telah dikau berikan kepada Harimau Putih." NAMUN perempuan itu menjulurkan tangan dengan telapak ke depan. Tangan itu sudah berwarna kemerahan bagai besi yang sedang ditempa, tanda pengerahan tenaga dalam. "Tunggu dulu Paman Guru. Jangan terburu nafsu. Guruku Harimau Putih berhak atas apa yang didapatkan sebagai imbalan. Aku akan memberikan juga kepada Paman Guru, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebagai imbalan sepertiga Ilmu Silat Harimau Kencana yang paling dikuasa i Paman." Harimau Merah tertegun. Ia menyadari apa artinya melanggar sumpah perguruan. Namun ia hanya berpikir jika Harimau Putih yang paling tua dan kini memimpin perguruan pun telah melanggar tabu itu, maka baginya pun ikatan tabu itu kini tidak berlaku. "Berikanlah kepadaku apa yang dikau berikan kepada Kakak Harimau Putih, wahai murid, maka akan kuberikan kepadamu sepertiga dari Ilmu Silat Harimau Kencana yang kukuasai." Perempuan itu tersenyum. "Berikanlah dahulu apa yang dikuasa i Paman Guru, setelah itu Paman Guru boleh mendapatkan seluruh tubuhku," ujarnya dengan pandangan mata yang menggugurkan segenap daya pertimbangan Harimau Merah. Hutan lebat tanpa manusia itu pun kemudian menjadi saksi, bagaimana Harimau Merah memberikan kunci-kunci sepertiga bagian terakhir dari Ilmu Silat Harimau Kencana. Telah disebutkan bahwa meskipun Tiga Harimau itu mewarisi segenap ilmu warisan Harimau Kencana dengan sama baiknya, semenjak kitab ajaran ilmu silatnya dibagi tiga, masing-masing dari mereka dianjurkan memperdalam bagiannya. Apabila perempuan ini telah menguasai bagian pertama dari Harimau Putih, dan kini mempelajari bagian ketiga dari Harimau Merah, maka setelah menguasainya berarti ia tinggal mempelajari bagian tengah atau kedua yang diperdalam oleh Harimau Hitam untuk menguasai Ilmu Silat Harimau Kencana selengkapnya. "Kini ikutilah gerakanku," ujar Harimau Merah, "dikau telah mengetahui kuncinya dan kini seraplah gerakannya." Di tengah hutan, di sebuah petak agak lapang, perempuan itu memperdalam Jurus Seratus Harimau Menari yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengandalkan cakar maut sebagai penghancur lawan. Ilmu Silat Harimau Kencana mendasarkan gerakannya kepada segenap gerak harimau dalam pertarungan yang dikembangkan dengan segala kemungkinan gerak tubuh manusia. Maka segera terlihat bagaimana perempuan itu mengikuti terkaman dan cakaran, geliat dan lompatan, elakan dan raungan, yang dari jauh bagaikan tarian berpasangan, tetapi bukan tarian halus mulus mengesankan melainkan ganas kejam tangkas buas sembari terus menggeram-geram. Terlihat kemudian bagaimana kuku-kuku tangan keduanya menyala bagaikan besi membara yang sedang ditempa karena tenaga dalam yang dikerahkannya. Ilmu Silat Harimau Kencana memang sama sekali tidak mengandalkan senjata, tetapi kuku-kuku tangan mereka yang panjang menjadi sekuat baja dan sangat berbahaya. Adalah biasa bila pedang, tombak, panah, maupun trisula akan berkeping-keping disampoknya. Apabila kemudian Jurus Seratus Harimau Menari ini dibawakan dengan lambaran tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh, maka di dalam hutan yang remang memang hanya cahaya bara api dari kuku-kuku itu yang akan kelihatan, bergerak sesuai jurus-jurus cakaran tetapi orangnya tidak kelihatan. Usai mengikuti seluruh gerakan, berarti usai pula Jurus Seratus Harimau Menari diserapkan, dan Harimau Merah menatap perempuan itu dengan pandangan penuh tuntutan. Perempuan yang kini telah menguasai duapertiga Ilmu Silat Harimau Kencana itu mengerti dan paham sepenuhnya betapa kini Harimau Merah menuntut imbalan. Dengan senyuman penuh pengertian, tetapi terkandung juga sedikit ejekan, perempuan itu pun serta merta mengundang. Sembari melepaskan segenap kain di tubuhnya ia berkata. "Paman Guru yang perkasa, tidakkah Paman Guru kuasa i juga Jurus Harimau Bercinta di T engah Hutan?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tanpa membuang waktu lagi Harimau Merah menyergap perempuan yang kini menyeringai bagaikan harimau dalam berahi. Di atas pepohonan tinggi yang daun-daunnya menghalangi jalan cahaya matahari, burung-burung mencericit dan monyet-monyet mencerecek melihat sepasang manusia bercumbu seperti harimau bercumbu. Keduanya saling menggeram dan meraung, saling menyergap sampai tubuh mereka tersayat-sayat cakaran mesra. SEGENAP taring, misai, dan cakar berubah menjadi peralatan cinta. Bahkan harimau yang sesungguhnya pun tidak akan mempunyai gairah yang sama. Di antara dahan dan ranting terlihat sesosok bayangan hitam seperti harimau kumbang, bergerak lincah tanpa suara dari dahan ke dahan. Gerakan itu berhenti di sana, menatap adegan di bawahnya dan menyeringaikan mulutnya. Dilihatnya perempuan itu, sementara adiknya menyergap. Ketika raungan sepasang harimau itu menguak langit, sosok yang mengendap seperti harimau kumbang itu, yang ternyata adalah Harimau Hitam, berkelebat menghilang... (Oo-dwkz-oO) Episode 104: [Bercinta di Atas Pepohonan] KEMUDIAN hari-hari berlalu seperti biasa di Perguruan Harimau Kencana, bahkan Harimau Merah sudah tidak lagi mengendap-endap ke rumah-panjang Harimau Putih, karena apapun yang bisa didapatkan Harimau Putih dari perempuan itu sekarang bisa didapatkannya pula -dan perempuan itu tidak pernah memberikan apa yang dikehendaki keduanya begitu saja. Ia hanya memberikannya dengan imbalan atas pendalaman jurus-jurus tertentu. Sedemikian pentingnyakah ilmu silat, sehingga seorang perempuan bersedia memberikan tubuh, dan bersama itu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kehormatannya, demi penguasaan atas jurus-jurus pamungkas dan rahasia dari Ilmu Silat Harimau Kencana" Pertanyaan ini mendapat jawab, hanya bila telah diketahui bahwa perempuan itu ternyata adalah seorang pencuri kitab. Demikianlah dalam dunia persilatan, seperti kita kenal dari kehidupan Pendekar Mahasabdika, terdapat orang-orang yang menyoren pedang tetapi menguji kesempurnaan hidupnya dengan mencuri kitab-kitab ilmu silat. Setidaknya terdapat tiga jenis pencuri kitab ini: Pertama, yang mencuri demi penguasaan ilmu silat; kedua, yang mencuri untuk memperjual belikannya; ketiga, yang mencuri demi kepuasan dalam mencuri itu sendiri -semakin sulit sebuah kitab dicuri, semakin tertantang mereka untuk mencurinya. Tentu saja tujuan pencurian itu bisa menjadi satu, karena tanpa ilmu s ilat yang tinggi, mencuri kitab ilmu silat adalah tindakan bunuh diri. Bukankah kitab ilmu silat dianggap sebagai pusaka yang dijaga, karena sifatnya yang rahasia, dan apalagi kalau memang langka" Pencuri kitab dari jenis pertama adalah yang paling sering dipergoki, karena dengan pengutamaan kepentingannya terhadap ilmu silat, biasanya ilmu mencuri mereka lemah sekali, dan jika tertangkap nasibnya janganlah dipertanyakan lagi. Pencuri kitab dari jenis yang kedua, jelas menjadikan pencurian sebagai pekerjaan, sehingga ilmu mencuri mereka memang tinggi, tetapi minat untuk mempelajarinya tidak ada, karena tujuannya terutama adalah menjual kembali. Pencuri kitab dari jenis ketiga adalah yang paling diwaspadai, karena mereka menjadikan pekerjaan mencuri sebagai seni; mereka mencuri kitab bukan karena tujuan mencapai kesempurnaan dalam ilmu silat, melainkan kesempurnaan sebagai manusia melalui seni mencuri, dan untuk menjadikan pencurian sebagai sebagai seni yang tinggi, ilmu mencuri mereka mutlak harus tinggi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di dalam ilmu mencuri yang tinggi itu, ilmu silat yang juga tinggi adalah bagian dari persyaratannya, karena ilmu mencuri hanya diakui tinggi jika mampu dimanfaatkan untuk mencuri kitab-kitab ilmu silat tingkat tinggi. Sedangkan kitab-kitab itu tentu bukan saja disimpan di tempat tersembunyi, tetapi dikitari orang-orang berilmu tinggi. Tidak heran jika para pencuri jenis yang terakhir ini menjadi sangat tinggi ilmu Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo silatnya, tetapi yang mereka pelajari hanya untuk mendukung tujuan mencuri. Sehingga dengan ilmu silatnya mereka tidak akan pernah bercita-cita mencari dan menguji kesempurnaan sebagai manusia melalui pertarungan antara hidup dan mati. Sudah tentu ilmu silat yang tinggi itu sangat diperlukan jika jiwa mereka terancam dan karena itu harus membela diri. Perempuan pendekar yang datang setelah menempuh perjalanan dan ujian berat itu jelas memenuhi ukuran jenis yang pertama, bahwa dengan suatu cara ia telah mencuri kitab itu demi ilmu silatnya. Namun tentu saja ia juga memenuhi syarat bagi ukuran jenis yang ketiga, bahwa setidaknya ia telah menggunakan cara tertentu untuk mempelajari bagian kitab yang tidak diperuntukkan baginya, dan itu adalah seni mencuri namanya. Baginya tidak penting benar kehormatan atas tubuhnya, karena kehormatannya dipertaruhkan dalam keberhasilan mencuri. Itulah falsafah para pencuri kitab ilmu silat. MAKA setelah akhirnya ia mengetahui, betapa Harimau Hitam ternyata juga sering mengintip percumbuannya dengan Harimau Putih maupun Harimau Merah, ia biarkan saja anak kedua Harimau Kencana itu mengikutinya ke dalam hutan ketika meronda, hanya untuk memasang jebakan yang sama. Ia berkelebat dari dahan ke dahan dengan cepat menjauhi perguruan, dan Harimau Hitam pun berkelebat dengan sangat cepatnya. Hutan itu begitu luas, sehingga meskipun keduanya melesat luar biasa cepat, meronda ke segenap sudut hutan itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Berkelebat, artinya pergerakan mereka tidak terlihat. Namun bagi mereka yang mampu menyaksikannya karena bergerak secepat mereka, kecepatan itu menjadi gerak lambat yang mengesankan seperti keindahan. Hutan rimba hanyalah kelebat hijau tua, dengan garis-garis cahaya matahari yang menembus dedaunan, membuat pandangan Harimau Hitam menjadi nanar, karena cahaya kuning keemasan telah membuat rambut kemerahan perempuan itu berkilau-kilauan. Perempuan itu melirik, maksudnya memang mengundang, dan masih mereka melesat bergelantungan dari akar pohon yang satu ke akar pohon lain ketika dengan sengaja tetapi seolaholah tak sengaja ia lepaskan kain yang melibat erat dadanya. Kain itu melayang-layang turun dan belum sampai ke tanah ketika di atas sana sambil masih bergelantungan Harimau Hitam berkelebat memeluk perempuan yang seolah tidak memberi perlawanan itu. Memang perempuan itu tidak melawan, tetapi ternyata tetap menghindar dan berkelit jua. Seolah-olah diberinya kesempatan Harimau Hitam merasakan hangat tubuhnya dalam dingin hutan, tetapi dengan licin ia berputar melepaskan diri sambil melejit kembali ke akar pohon yang lain. Harimau Hitam mengejar sambil menggeram-geram. "Kedua saudaraku telah melanggar tabu, wahai murid Harimau Putih, daku berhak mendapatkan pula apa yang telah dikau berikan kepada mereka berdua," katanya sambil memburu perempuan itu. Dalam hutan yang kelam, dalam kilau seleret cahaya yang menembus dedaunan, kerlingan mata perempuan yang telah membuka pula ikatan rambut merahnya itu semakin membuat Harimau Hitam penasaran, sampai rasanya betapa ingin menubruk dan menyeretnya ke rerumputan. "Apa yang membuat Paman Guru berpikir daku memberikan semua itu tanpa imbalan" Berikanlah kepadaku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ apa yang telah mereka berikan, maka Paman Guru akan menerima dariku apa yang juga mereka dapatkan." Harimau Hitam menggeram-geram. "Katakan segera yang telah mereka berikan." Ketika perempuan itu sambil masih berayun-ayun menyebutkannya, Harimau Hitam yang mengikutinya tertegun. Bukan sekadar tabu perguruan tentang hubungan guru dan murid yang telah dilanggar, melainkan juga sumpah mereka sendiri kepada ayah dan guru mereka, bahwa tiada seorang murid pun dari perguruan mereka akan menerima lebih dari sepertiga bagian I lmu Silat Harimau Kencana. Semula ia bermaksud mengurungkan niatnya, tetapi cara berpikirnya telah dirusak oleh nafsunya. "Jika kedua saudaraku telah melanggar sumpah dan tabu perguruan untuk mendapatkan perempuan ini, mengapa pula aku tidak boleh melakukannya," pikir Harimau Hitam. Jadi bukan cara menyelamatkan amanat, bahwa Ilmu Silat Harimau Kencana jangan sampai dikuasai seutuhnya oleh siapa pun di luar garis keturunan, melainkan pembenaran atas kesalahan, agar dirinya bisa mendapatkan apa yang selama ini dibayangkannya sebagai puncak kenikmatan. "Berhentilah di atas dahan yang melintang di ujung itu, wahai murid Harimau Putih, agar dapat kuberikan kepadamu sepertiga bagian I lmu Silat Harimau Kencana yang dikuasakan kepada Harimau Hitam." Perempuan itu pun dengan ringan hinggap pada dahan yang sangat lebar itu. Menyusul kemudian Harimau Hitam pun hinggap di situ. "Ikutilah semua gerakanku," ujar Harimau Hitam. Maka perempuan itu pun mengikuti peragaan setiap jurus dalam bagian kedua Ilmu Silat Harimau Kencana di atas dahan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang sangat amat tinggi di atas hutan yang kelam. Ilmu Silat Harimau Kencana memang mengacu kepada gerak pertarungan macan, tetapi bagian kedua terutama memanfaatkan segala keistimewaan harimau kumbang, yang memang hitam, dan selalu mengendap tak terlihat di antara dahan. "JADI itulah ceritamu,'' ujar Harimau Putih sembari mengangguk-angguk, ''tidak penting benar bagiku ceritamu itu karangan atau bukan, karena sudah pasti aku akan membunuhmu.'' Keduanya berhadapan dengan kuda-kuda yang sama, yakni kedua kaki ditekuk, sebelah kiri di depan dan kanan di belakang dengan tubuh serong ke arah kanan. Kedua tangan terangkat dengan cakar terkembang, kuku-kukunya menyala seperti besi panas ditempa, penanda telah dikerahkannya tenaga dalam. Logam sekeras apapun berbenturan dengan kuku-kuku ini, niscaya meleleh karena panasnya yang tiada terkira. ''Ketahuilah Guru, jika berhasil daku kalahkan dirimu hari ini, berarti dikau mengalami tiga kekalahan: Pertama, bahwa Ilmu Silat Harimau Kencana berhasil dicuri seutuhnya; kedua, bahwa orang luar takdikenal mampu mengalahkan Tiga Harimau dengan ilmu mereka sendiri; ketiga, bahwa daku adalah anak ibuku yang kalian aniaya dengan jumawa dan kini daku membalaskan dendam ibuku.'' ''Hmmh! Orang luar" Tidakkah kamu adalah anak salah seorang dari kami berempat" Mana yang benar" Dikau anakku, keponakanku, atau adikku"'' Ucapan Harimau Putih itu jelas membuat darah perempuan ini menggelegak, meskipun ia memaksakan dirinya agar tetap berkepala dingin. Ia tahu Harimau Putih berusaha merusak pemusatan perhatiannya. Harimau Putih tahu ia telah membunuh Harimau Hitam dan Harimau Merah dan karena itu tentu akan mengeluarkan jurus yang mungkin saja belum TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diketahuinya. Tiga puluh jurus memang sudah dikuasainya, tetapi penggabungannya satu sama lain tidak terlalu mudah diduga. Namun begitu Harimau Putih selesai bicara, perempuan itu telah melesat ke arahnya, dan segera keduanya berubah menjadi gulungan bara menyala. Perguruan di lereng gunung itu masih tetap sunyi seperti biasa, tetapi tanah lapang yang biasanya lembab oleh hawa dingin kini mengepul bagaikan di atasnya telah berlangsung perkelahian dua harimau. Mereka yang bertarung memang tidak terlihat wujudnya, justru karena itu suara-suara yang terdengar seperti dua harimau yang bertarung antara hidup dan mati dengan geram dan raungan silih berganti. Pertarungan yang tidak bisa diikuti mata tentu menjanjikan kecepatan takterkira. Namun bagi kedua petarung yang bergerak sama cepatnya, gerakan masing-masing cukup lambat dalam pengamatan mata, meski jika kemudian kalah cepat, yang tampaknya lambat ternyata takbisa ditangkisnya pula. Itulah yang disaksikan Harimau Putih ketika cakar terkembang perempuan itu bagaikan sangat lambat menyambar lehernya, tetapi tangannya sendiri serasa begitu berat untuk diangkat guna menangkis cakar maut itu. Ia berusaha berkelit dengan mengundurkan lehernya, tetapi juga terasa berat bukan alang kepalang. Maka dengan sangat terpaksa disaksikannya sendiri betapa cakar yang menyala seperti besi membara sedang ditempa itu melesak ke dalam urat lehernya dari sebelah kiri, menancap sampai tembus ke kerongkongannya dan segala yang tergenggam ditarik keluar tanpa ampun. Harimau Putih merasakan pandangan matanya gelap, sehingga tak dapat dilihatnya lagi segenap busana kulit harimau loreng hitam putihnya menjadi merah semerah-merahnya merah karena pancuran darah. Ambruklah Harimau Putih, bersama dengan ambruknya Perguruan Harimau Kencana, yang ingin menguasai dunia persilatan dengan cara begitu rupa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Disebutkan betapa perempuan itu berteriak ke langit sambil mengembangkan kedua cakarnya ke langit. ''Ibu! Ibu! T elah kubalaskan dendam Ibu!'' Tidak ada yang mengenal nama asli perempuan itu, karena nama yang kemudian dikenal adalah Cakar Maut dari Timur. Konon, ia tidak pernah meninggalkan lagi lereng Gunung Semeru itu, bahkan membuka jalan dalam hutan agar siapa pun bisa datang kepadanya untuk mempelajari segala ilmu. Ia mengundang para penyalin kitab untuk menyalin kitab-kitab yang pernah dicurinya, lantas menyebarkannya, agar ilmu s ilat dan pengetahuan apa pun jua lebih mudah dipelajari semua orang. Seratus tahun kemudian, tempat itu menjadi tujuan mereka yang mencari kitab-kitab ilmu persilatan, ilmu pengobatan, maupun kesusastraan dan keagamaan, baik dengan membeli atau menyalinnya sendiri di tempat itu juga. Cakar Maut dari Timur meninggalkan dunia ini bukan sebagai pencuri kitab, melainkan penyebar pengetahuan. Untuk mendapatkan kitabkitabnya kemudian ia tak selalu mencuri, karena ada juga yang mengantarkan sendiri kitab-kitab perguruan mereka ke tempat itu, terutama apabila para pewaris tidak berminat lagi meneruskan perguruannya. Penyebaran kitab-kitab telah menyadarkan bahwa ilmu silat tidak seharusnya menjadi rahasia yang hanya dimiliki sedikit orang. Inilah yang juga terjadi dengan Kitab Ilmu Silat Harimau Kencana yang telah dibagi tiga itu. Perempuan yang kemudian dikenal sebagai Cakar Maut dari Timur itu kemudian menggabungkannya kembali menjadi satu, melakukan penyalinan, menjualnya kepada siapa pun yang berminat membeli salinan-salinan itu, sehingga kini di dunia awam tersebar ilmu silat harimau tanpa dikenali asa l-usulnya lagi, meski lebih banyak tanpa ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Keadaan semacam ini memberikan penggolongan dunia perkitaban, yakni terdapatnya kitab-kitab yang dengan mudah didapatkan dalam jangkauan, dan kitab-kitab langka yang memang isinya dirahasiakan dan hanya menjadi pengetahuan sedikit orang. Kitab dari golongan terakhir inilah yang membuat para pencuri kitab di sungai telaga persilatan masih penasaran. PEREMPUAN itu adalah anak seorang bekas prajurit dari Kerajaan Mataram di bawah wangsa Sanjaya. Ia mencari Harimau Kencana yang namanya tersohor di bagian timur Yawabhumipala. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang terawat membangkitkan niat jahat Harimau Kencana, yang sementara itu telah kehilangan istri yang menjadi ibu ketiga anaknya. Istrinya tersebut, juga pengelana di sungai telaga persilatan, Harimau Kuning namanya, telah dibunuhnya karena berselingkuh dengan seorang awam terpelajar yang pekerjaannya menerjemahkan kitab-kitab dari Jambhudvipa ke bahasa dan huruf Jawa di perpustakaan istana. Meskipun istri dan kekasihnya itu berhasil ia bunuh ketika memergokinya di sebuah penginapan, Harimau Kencana telah kehilangan rasa percaya terhadap cinta. Maka ia enggan membasmi golongan hitam, malas menyebarkan ilmu, bahkan merasakan suatu dendam kepada setiap perempuan. Malang nian nasib perempuan yang dari tempat sangat jauh datang untuk belajar ilmu silat tersebut. Ketika ia menunjukkan penolakan atas berahi Harimau Kencana sebagai ganti ilmu silat yang akan diajarkannya, ternyata Harimau Kencana justru memperkosanya, yang segera disusul oleh pemerkosaan oleh ketiga anaknya. Perempuan yang malang itu kemudian dibuang ke hutan, jauh dari gubuk mereka, dengan tujuan agar dimakan binatang, tetapi nasibnya ternyata belum menentukan demikian. Seorang tabib yang sedang mencari jamur, akar kayu, dan daun-daun tertentu untuk pengobatan, menemukan perempuan yang tergolek lemah tanpa daya itu dan menolongnya. Sembilan bulan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kemudian ia melahirkan seorang anak perempuan akibat pemerkosaan itu. Sepanjang sisa hidupnya perempuan yang semula ingin belajar ilmu silat itu sakit-sakitan, tetapi tidak Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo segera mati sebelum menceritakan riwayat hidupnya yang pahit kepada sang anak setelah dewasa. Anak perempuannya kemudian berguru kepada seorang perempuan pencuri kitab tingkat tinggi, yang tidak termasuk dalam ketiga jenis pencuri kitab yang telah disebutkan, karena tujuannya mencuri kitab yang dirahasiakan bukanlah untuk meningkatkan ilmu silat, memperjualbelikan, atau demi seni mencuri, melainkan untuk digandakan sebanyak-banyaknya agar bisa disebarkan seluas-luasnya. ''Kalau dalam setiap rumah terdapat setidaknya satu kitab ilmu silat, orang awam tidak usah tergantung kepada para pendekar untuk menghadapi para penjahat, karena dapat melindungi dirinya sendiri,'' ujar gurunya itu, yang sudah tentu sangat tinggi pula ilmu silatnya. ''Juga kaum perempuan,'' katanya lagi, ''bisa melawan jika lelaki memaksakan kehendak dengan kekuatan tenaganya.'' Kiranya anak perempuan itu, atas petunjuk tabib yang merawat ibunya, telah mendapatkan guru yang tepat untuk melaksanakan dendam ibunya, yang telah diwariskan menjadi dendamnya sendiri. Kini ia telah berhadapan dengan Harimau Putih, yang berbusana kulit harimau loreng hitam-putih yang diburunya di sebuah hutan di Jambhudvipa. Kuku-kuku keduanya sudah menyala seperti besi membara dalam tungku api. Harimau Putih menggeleng-gelengkan kepala. Selama perempuan itu tinggal bersamanya, tentu banyak hal telah diperiksa. Termasuk potongan kitabnya yang hanya sepertiga. Sebagai murid pencuri kitab tingkat tinggi, setiap tanda pada kitab dapat dibacanya, termasuk bahwa yang dilihatnya hanyalah sepertiga. Sebuah kitab yang dibagi-bagi sebagai warisan keluarga bukanlah sesuatu yang terlalu langka dalam dunia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ persilatan. Banyak dongeng beredar di kedai perihal kitab perguruan yang tidak utuh karena terbagi-bagi. (Oo-dwkz-oO) Episode 105: [Puncak Tiga Rembulan] PANTAI Fu-nan hanya memiliki dua pelabuhan alam i, yaitu muara-muaranya; selebihnya rendah dan berawa-rawa sehingga bukan tempat berlabuh yang bagus. Kota-kota tidak dapat dibangun di tanah yang lembab itu. Supaya para pengembara, penjelajah, dan pedagang-pedagang dapat hidup, bahan makanan mereka harus dibawa dari luar. Jadi dasar seluruh pengaturan dan kemudian perluasan Fu-nan adalah penataan daerah pedalaman negeri itu serta pemanfaatannya dalam pertanian. Mereka yang dianggap guru dalam pertanian didatangkan dari Jambhudvipa, tepatnya dari negeri Tamil di bawa wangsa Pallavas. Atas nasehat mereka orang-orang Fu-nan dapat menggunakan bidang-bidang tanah endapan antara Sungai Bassac dan pantai Teluk Siam. Dari sungai ke arah laut terdapat jaringan berbentuk bintang terdiri atas kanal-kanal yang serba lurus, saling berhubungan dan menuruti kerangka umum timur laut-barat daya. Kuperhatikan memang air laut dengan mudah masuk ke sungai me lalui muaranya yang lamban arusnya dan melapisi tanah dengan garam, sehingga akibatnya tidak dapat ditanami. Maka jaringan saluran-saluran di Funan itu digunakan untuk mengalirkan alur sungai ke arah laut dan sekaligus mencuci tanahnya, sambil membuang air asin dan dengan demikian memberi kemungkinan untuk bertanam padi terapung. Bersama dengan itu, saluran-saluran dibuka untuk angkutan melalui sungai yang melayani seluruh negeri; pokoknya kapal-kapal besar dapat langsung mencapai kotakota yang didirikan jauh di pedalaman, bahkan mungkin melalui Sungai Bassac dan Sungai Mekong mencapai pantaipantai di sebelah timur Tanjung Ca-Mau. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Di pusat-pusat jaringan yang rumit berdirilah kota-kota besar yang pada masa lalu menimbun seluruh kekayaan Funan. Kota-kota itu dikelilingi oleh beberapa benteng tanah dan parit, yang penuh dengan buaya. Kanal-kanal memasuki kota dan membagi-baginya dalam kampung-kampung kecil, tempat keberadaan rumah-rumah dan toko-toko panggung di samping deretan kapal-kapal, dan mereka semua berserikat sebagai anggota persekutuan dagang. Kini, meskipun Fu-nan telah ditaklukkan T chen-la, yang pada gilirannya ditaklukkan Angkor pula, masih dapat kubayangkan kebesaran kekuatan dagangnya dan bahwa masyarakatnya terpusat di kota-kota, yang menunjukkan pula betapa besar kekuasaannya. 2 Demikianlah aku memperhatikan dan mempelajari segala sesuatu, selama mencari dan menempuh perjalanan ke Puncak Tiga Rembulan. Perjalanan kemudian lebih sering kutempuh dengan kapal. Berhari-hari kapal berlayar tanpa henti dan perjalanan dengan kapal yang berkelak-kelok menyusuri sungai sering membuat aku melamun. Dalam lamunan itu kadang-kadang aku teringat kembali Amrita dengan jurus takterpakai dalam Jurus Penjerat Naga yang justru dipakainya, yang tidak pernah kuketahui apakah kiranya yang menjadi sebab, apakah ia sekadar mencoba-coba, ataukah memang mendapatkan salinan kitab yang salah. Merajalelanya pencurian kitab ilmu silat di mana-mana di Jawadwipa, telah membuat para penyalin melindungi kitabkitab langka dari pembelajaran yang tidak dikehendaki dengan cara penulisan rahasia, sehingga pembaca yang tidak mengenali kunci-kunci rahasia tersebut bukan hanya terkecoh, tetapi juga mempelajari dengan cara yang akan mencelakakan dirinya dalam saat-saat genting. Ada kalanya aku turun dari kapal dan melakukan perjalanan di daratan sebelum naik kembali ke sebuah kapal di pelabuhan lain, karena seorang pengembara sejati memang sebaiknya menyerap sebanyak-banyaknya, dengan memasang telinga serta membuka mata selebar-lebarnya, jika ingin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perjalanannya tidak terlalu sia-sia. Begitulah kupelajari bahwa tahun 503, raja yang bernama Kaundiya-Jayawarman mengirimkan sebuah arca Buddha dari batu karang dan sebuah stupa dari gading kepada maharaja Negeri Atap Langit, sedangkan seorang ratu Fu-nan mendirikan patungpatung dari perunggu yang dilapisi emas. Tentu juga menarik bagiku untuk me lihat berbagai benda yang berasal dari luar Fu-nan, tetapi telah mengembangkan kesenian Fu-nan, di samping menunjukkan masalalu Fu-nan sebagai tempat persinggahan dan pertemuan antarbangsa, dalam suatu kegiatan dagang yang sibuk. 4) Karya-karya dari Jambhudvipa misalnya, sebuah kepala arca Buddha gaya Gandhara di Bathe yang jelas tua, perhiasan emas, cincin-cincin yang dihiasi sapi berpunuk, atau juga cincin stempel yang ditulisi istilahistilah dagang dalam bahasa Sansekerta berabjad brahmi. BENDA-BENDA itu berasal dari masa 600 tahun sampai 200 tahun lalu, tulisannya terdapat pada batu yang keras, karena cara cukilan tampaknya pernah sangat digemari di wilayah itu. Dengan cara cukilan itu terbentuk juga gambar-gambar seperti seorang perempuan yang sedang mempersembahkan air suci di atas altar untuk memuja api atau sejumlah jimat dari timah, menunjukkan lambang ajaran Visnu atau Siva, sebagai tanda keberadaan igama-igama dari Jambhudvipa di Fu-nan. Selain benda-benda dari Jambhudvipa, juga kusaksikan benda-benda dari Negeri Atap Langit, seperti cermin dari perunggu semasa wangsa Han, patung-patung Buddha yang kecil, juga dari perunggu, tampaknya dari masa wangsa Wei; bahkan juga benda-benda dari suatu negeri jauh yang disebut Romawi, seperti medali emas cetakan tahun 152 dari Maharaja Antonius yang Saleh, maupun medali emas lain dari masa Maharaja Marcus-Aurelius. Tampak juga kemudian gambar cukilan pada batu seperti gambar ayam jago di atas kereta yang ditarik oleh tikus, dan kemudian gambar-gambar percumbuan, yang secara berturut-turut berasal dari masa 600 tahun sampai 400 tahun lalu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Tidak dapat kubayangkan betapa ramainya Fu-nan pada masa-masa itu, bahkan kulihat pula dari kejauhan di rumah seorang pejabat tinggi, sebentuk benda kaca biru memperlihatkan seorang tokoh kerajaan sedang mencium bunga, yang tampaknya berasal dari wangsa Sasan. Aku tidak perlu heran tentunya, jika sempat kulihat gerabah yang berasal dari sebuah negeri yang disebut Yunani di kapal Naga Laut waktu itu, yang katanya dibelinya di Semenanjung Melayu. Dhawa, yang telah meninggalkan aku karena mengikuti Naga Laut, pernah bercerita tentang lampu perunggu indah yang dihiasi Silenos dari masa Ptolemaus, maupun lampu-lampu dari gerabah dari Romawi, di sebuah tempat bernama Pong Tuk di Siam. Aku menghela nafas, dunia bagai terpampatkan di Fu-nan. Pada sebuah kapal, aku teringat Amrita. Bagaimanakah sebuah salinan dari Kitab Jurus Penjerat Naga sampai kepadanya" Kitab itu keterangan gambar-gambarnya ditulis dengan huruf Jawa, dalam bahasa Jawa pula. Pasti terdapat peranan seseorang yang berasal dari Jawadwipa dalam perjalanan kitab itu. Apakah itu seorang pencuri kitab" Dalam perjalanan di tanah Khmer ini aku mempelajari bahasanya sedikit demi sedikit, asal bisa untuk percakapan sehari-hari, sambil mempelajari aksaranya pula, dan tahu bahwa bahasa dan huruf Jawa bukan takdikenal di sana, setidaknya di kalangan mereka yang membaca dan menulis. Kuingat kembali poros jalur pelayaran yang hanya lurus saja dari Jawadwipa ke Teluk Siam. Sebenarnya aku tidak berada di sebuah negeri yang terlalu asing, tetapi seberapa banyak orang Jawa menjelajah masuk sampai ke pedalamannya" Aku teringat kembali gambar-gambar percumbuan itu, gambar-gambar yang tercukil pada batu itu dalam kepalaku sering bergerak dengan sosok Amrita sebagai gantinya. Kupertanyakan kepada diriku sendiri, apakah aku menjelajahi tanah Khmer ini untuk melayani tantangan adik seperguruan tokoh yang bernama Naga Bawah Tanah, ataukah karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kemungkinannya bertemu lagi dengan Amrita" Bagaimana jika ia berhasil memperbaiki kembali Jurus Penjerat Naga itu dan menantangku kembali" Perempuan muda seperti Amrita, kerasnya kepala mereka bukan pula perkara yang membuatku harus merasa asing pula. Entah kenapa aku teringat kedua orangtuaku, yang demi persiapan menghadapi naga yang manapun jua memilih untuk menciptakan Ilmu Pedang Naga Kembar daripada mempelajari dan menggunakan Jurus Penjerat Naga meskipun mereka memilikinya. Darimanakah kiranya mereka mendapatkan Kitab Jurus Penjerat Naga, yang semenjak sebelas tahun lalu kutinggalkan di Balinawang itu" Aku belum selesai dengan pertanyaan-pertanyaanku, ketika kapal merapat di sebuah pelabuhan di tepi sungai. "Dikau lihat tiga puncak itu" Berjalanlah lurus saja ke arahnya, maka akhirnya dikau akan tiba di Puncak Tiga Rembulan." BULAN purnama masih lima hari lagi, apakah Puncak Tiga Rembulan dapat kucapai dalam lima hari perjalanan" Berjalan lurus dalam hal ini tidak berarti terdapat jalan yang betul-betul lurus. Namun kuturuti saja langkah kakiku, selama langkah kakiku mengarah ke tiga puncak tersebut. Tiada lagi sungai yang bisa dilayari menuju ke sana, karena arahnya yang semakin mendaki dan berbatu-batu pula. Meninggalkan sawah dan pemukiman, aku memasuki hutan dan mencari sungai untuk menyusurinya sampai ke atas. Apakah sebaiknya aku menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit" Dalam salah satu kitab ilmu silat yang pernah kubaca, disebutkan bahwa semakin cepat kita kenali gelanggang pertarungan, semakin lama kita berada di dekatnya, akan semakin berkurang pula perasaan terasing kita, ketika harus berada di tempat tak dikenal, menghadapi orang yang juga belum dikenal, dengan ilmu s ilat yang bahkan belum pernah terlihat. Namun aku tetap saja berjalan seperti biasa, melangkahkan kaki satu persatu, sebentar tunduk sebentar terangkat, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tertatap ketiga tiang batu yang menjulang ke langit, yang kadang tertutup kabut sehingga tidak kelihatan sampai lama sekali, tetapi sebentar kemudian muncul kembali. Puncak Tiga Rembulan memang tampak anggun, dan begitu hidup ketika matahari yang naik di belakang ketiga puncak itu membuat ketiga tiang itu bagaikan bergerak-gerak. Kilatan cahaya bagaikan berdenting. Hutan berderak-derak. Aku melangkah di atas tumpukan daun-daun yang basah, sembari mempertahankan jarakku dari sungai, dengan perkiraan berdasarkan pendengaranku sahaja. Apabila kemudian tiada lagi jalan yang bisa kutempuh, karena di hadapanku hanya terdapat dinding lereng yang penuh dengan lumut serba licin, kuturuti saja jalan sungai itu, dengan segala dahan melintang dan lorong gua yang harus kulewati karena itu. Kukira hutan ini pun tidak pernah dirambah oleh orangorang Khmer. Ini bukan soal Jawa atau Khmer. Ini soal manusia dan hutan. Ada hutan yang memang dirambah manusia untuk berburu, mencari kayu, dan tumbuhtumbuhan; ada hutan ada kebudayaan, aku harus siap merasa kesepian dalam kesendirian di hutan tanpa jejak manusia selain jejak waktu yang menumbuhkan alam. Namun kapankah kiranya aku akan kesepian" Sudah kukatakan aku berjalan dengan kepala yang kadang tengadah dan kadang menunduk. Pada saat tengadah, tidak selalu terlihat Puncak Tiga Rembulan karena semakin rapatnya hutan itu, tetapi apabila aku berhasil merayap ke tempat yang lebih tinggi, dan melampaui ketinggian hutan, tampaklah kembali tiang-tiang raksasa yang seolah menembus mega itu. Di manakah adik seperguruan Naga Bawah Tanah itu menantangku bertarung" Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di bawah tiang atau di puncak tiang batu itu" Pada saat berjalan menunduk kulihat sebagian dari diriku sendiri. Sepasang kaki tanpa alas, kancut kumal yang tidak berwarna lagi, dan sekadar kain penahan dingin yang kuselempangkan menutup bagian atas tubuhku. Tidak bisa kulihat diriku sendiri, tetapi dapat kuraba wajah dan kepalaku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kukira wajahku sudah tidak bisa lagi dilihat secara langsung. Semenjak terapung-apung di laut bersama Puteri Asoka, aku belum pernah bersentuhan dengan pisau cukur sama sekali. Rambutku yang kasar kuikat dengan tali kulit seperti yang dikenakan awak kapal Naga Laut, tetapi karena sudah sangat panjang, ujung-ujungnya menjuntai di atas bahu, melebar liar bagaikan orang tidak beradab, yang tidak berkasta dan menjadi gelandangan di jalan-jalan kota. Betapapun harus kuceritakan bahwa diriku ini tetap mandi setiap hari. Masalahnya, di tanah orang-orang Khmer ini aku tidak mudah menemukan daun lidah buaya, atau daun lain yang bisa menggantikan lidah buaya tersebut. Dalam perjalanan tidak dapat kutanyakan hal itu di sembarang tempat, karena jika keberadaan diriku sebagai orang asing terlalu kentara, hanya akan memancing pemerasan dan perampokan. Memang aku tidak memiliki harta benda lagi, semenjak peristiwa pecahnya kapal Samudragni, tetapi penangkapan manusia tak dikenal untuk dijadikan budak sangatlah mungkin. Adapun aku selalu menghindari keributan dengan orang awam, apalagi orang awam di sebuah negeri tempat diriku adalah seorang as ing. Jadi tidak ingin kupersulit diriku dengan pertanyaan tentang daun pencuci rambut. Orang-orang asing hanya bebas di pelabuhan, penginapan, kedai, atau rumah-rumah pelacuran, yang semuanya berdekatan. Di luar pelabuhan, selama terdapat tempattempat tersebut, orang-orang asing tentu merasakan itu sebagai rumahnya. MESKIPUN orang Jawa meninggalkan luka dalam serangan mereka yang kejam, tidak berarti semua orang Jawa yang sebelum dan sesudahnya berada di sana dimusuhi, bahkan tak jarang kulihat pengaruh seni arca dan gaya bangunan candi wangsa Syailendra di sana. Pada gilirannya mereka berbaur dan beranak pinak, dan tidak melupakan asal usul mereka. Ini membuat orang-orang Jawa maupun Sriwijaya dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Samudradwipa yang mereka samakan begitu saja, termasuk di antara orang-orang asing yang tidak dianggap terlalu asing di tempat-tempat pertemuan antarbangsa tersebut. Masalahnya aku belum sempat tinggal terlalu lama di tempat-tempat itu selain untuk makan dan minum sekadarnya, antara lain karena aku terus-menerus memikirkan Amrita. Serasa masih terhirup olehku aroma yang meruap dari tubuhnya, dan meskipun sebagai pencari kesempurnaan di dunia persilatan seharusnya kupersiapkan diriku menghadapi adik seperguruan Naga Bawah Tanah, bahkan Naga Bawah Tanah itu sendiri, meski katanya tidak pernah menampakkan diri, aku hanya teringat kepada Amrita. Bukan dalam kedudukannya sebagai lawan dalam pertarungan yang belum usai, melainkan sebagai perempuan yang telah membuat diriku melupakan segala hal selain kembali merasakan punya tubuh. Setiap kali teringat Amrita dengan perasaan masygul aku teringat juga kepada Harini yang telah membacakan dan menguji coba Kama Sutra. Alangkah jauhnya kini terasa Balinawang! Namun kemudian, menjelang hari pertemuan, setelah merayapi sebuah jurang dengan ilmu cicak, karena tiada pijakan untuk kaki jika ingin melenting ringan dari batu ke batu maupun dari dahan ke dahan, bahkan bibir jurang itu melengkung begitu rupa sampai punggungku menghadap ke bumi, tibalah aku di Puncak Tiga Rembulan. Dalam desis angin dingin, aku menahan napas, mega-mega sedang berarak melewatinya. Begitu tinggikah tempat ini" Hanya mengandalkan kain yang bahkan tidak cukup untuk seluruh tubuhku, tentu saja aku bisa mati membeku. Hanya karena tenaga dalam yang kusalurkan melalui pernapasan ke seluruh tubuh sajalah, maka udara dingin ini bagaikan tiada berarti. Kulihat burung elang yang kelabu, melayang tanpa mengepakkan sayap mengelilingi Puncak Tiga Rembulan. Hari masih siang, tetapi cahaya matahari bagaikan diselaputi tabir, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sehingga hanya kekelabuan yang pekat, sepekat-pekatnya kelabu yang paling kelabu yang paling mungkin dari kekelabuan yang membuat tempat itu menjadi serbakelabu. Kukitari tempat itu dan kusadari betapa besar tiang-tiang raksasa yang membentuk Puncak Tiga Rembulan itu dan memanglah harus begitu besarnya karena dari zaman ke zaman tentu sempatlah suatu ketika gempa melewati dan menggoyangnya tetapi karena memang kokoh tiada terkira maka sampai hari ini kulihat tiang-tiang itu masih saja ada. Puncak Tiga Rembulan, bentuknya terjal, seluruh sisinya penuh batu-batu tajam menceruat, tetapi begitu curamnya dinding setiap tiang sehingga Puncak Tiga Rembulan benarbenar merupakan tiang yang menembus mega bagaikan menyangga langit. Hmm. Sementara ini aku merasa lebih tepat disebut Tiga Penyangga Langit. Aku mendekat dan meraba dindingnya, dalam dingin udara yang membekukan darah, kurasakan serpihan-serpihan batu itu tajam seperti pecahan gelas. Tanpa ilmu meringankan tubuh yang tinggi, kaki hanya akan melesak dalam ketajaman pisau. KUTATAP ke atas. Burung elang itu masih melingkar-lingkar di sekitar tiga tiang, kini bahkan sepasang. Mungkinkah di puncaknya terdapat sarang anak-anak mereka" Jika di atas sana terdapat sarang burung elang dan anak-anaknya, tidak mungkinlah adik seperguruan Naga Bawah Tanah itu mengajakku bertarung di atas sana" Di manakah kami akan bertarung" Apakah kiranya keuntungan yang akan didapatkan adik seperguruan Naga Bawah Tanah itu di tempat ini" Lantas malam tiba dan rembulan muncul. Kukelilingi tempat itu sekali lagi sebelum penantangku itu muncul, karena aku tidak tahu jenis ilmu silat macam apa kiranya yang akan kuhadapi. Gelar naga yang telah diterima Naga Bawah Tanah yang tak pernah muncul itu, kemungkinan karena tiada lagi tandingannya, menjelaskan kedigdayaannya. Jika ia mengaku sebagai adik seperguruan, tentu ilmunya tidak akan terpaut TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terlalu jauh. Adapun Amrita yang tentu ilmu silatnya masih berada di bawah paman gurunya saja sudah begitu saktinya, bagaimana pula harus kuhadapi paman gurunya ini" Begitulah aku me lamun sembari melangkah berkeliling di daerah berbatu-batu itu. Kabut datang dan pergi menutupi cahaya bulan purnama. Kuperhatikan serat kabut yang mengertap lemah dalam sepuhan lembut purnama itu. Kemudian ketika mendongak ke atas kumengerti makna nama Puncak Tiga Rembulan tersebut. Kukira inilah keajaiban dunia yang tersembunyi dari mata manusia. Jika kita mengelilingi tiga tiang sebesar bukit yang menjulang ke langit itu, terdapatlah suatu titik yang menempatkan ketiga tiang tersebut dalam satu garis lurus, dan dari sudut pandang tersebut tentu saja seolah-olah hanya terdapat satu tiang. Ketika bulan purnama tiba, maka dari sudut pandang ini akan terlihat pemandangan tiang menyangga rembulan. Betapapun indahnya pemandangan ini, di manakah kiranya keajaibannya" Aku masih harus berjalan terus, meninggalkan titik yang membuat ketiga tiang itu berada dalam satu garis lurus dan tampak bagaikan satu tiang menyangga sebuah rembulan dalam keadaan purnama. Saat kutinggalkan titik itu, yang semula tampak sebagai satu tiang segera menjadi tiga kembali, tetapi kali ini masing-masing menyangga sebuah rembulan di atasnya... (Oo-dwkz-oO) Episode 106: [Buddha dan Dua Pedang] SEKARANG aku tahu kenapa tempat ini disebut Puncak T iga Rembulan, entah gejala alam macam apa telah menggandakan rembulan yang purnama menjadi tiga, hanya pada malam bulan purnama, dan hanya setelah seseorang melihat ketiga tiang itu menjadi satu dari sebuah titik dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sudut pandang tertentu, yakni ketika tiga tiang tersebut berada dalam satu garis lurus. Namun, pada malam bulan purnama di Puncak Tiga Rembulan, bukan hanya rembulan yang tergandakan menjadi tiga. Pengetahuan atas perubahan yang dimungkinkan selama malam bulan purnama, telah dimanfaatkan adik seperguruan Naga Bawah Tanah yang ternyata disebut Pangeran Kelelawar itu, untuk menggandakan dirinya juga menjadi tiga. Ketika perasaan terpesonaku belum lagi hilang, tiga titik hitam melayang ke bawah, langsung ke arahku dengan kedua tangan terkembang. Sepasang pedang hitam muncul sendiri dari kedua tanganku. Sebentar kemudian, tiga titik hitam itu menjelma tiga sosok yang berkelebat cepat menyerangku tanpa pernah menyentuh permukaan bumi. "Pendekar Tanpa Nama," ujarnya dalam bahasa Sansekerta, "Pangeran Kelelawar menyambutmu dan memohon sedikit pelajaran." "Pangeran Kelelawar terlalu merendah," kataku, "daku yang tiada bernama tak mengenal peradaban, sepantasnya diberi sekadar pelajaran." Dalam kegelapan, ketiga sosok bergerak cepat, sangat cepat, terlalu cepat, karena bagai tak terlihat dalam bayangan malam. Karena hanya merupakan penggandaan, kedua sosok yang lain mengikuti saja gerakan Pangeran Kelelawar, meski wujud rupanya sungguh bagai pinang dibagi tiga, sehingga memang tiada jelas siapa yang mengikuti dan siapa yang diikuti. Begitulah aku menghadapi satu orang, tetapi yang telah tergandakan menjadi tiga orang dengan ilmu silat yang sama tingginya, ilmu silat yang aneh pula, yakni kemampuan untuk bertarung tanpa menyentuh tanah dalam dingin malam. Telah banyak kuhadapi pendekar silat dengan tingkat ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi, tetapi setinggi apapun ilmu meringankan tubuh seorang pendekar, tetap saja perlu menyentuh dan menjejak apa pun agar tubuhnya dapat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melenting kembali, sehingga dalam kecepatan tinggi ia akan terkesan terbang dan tidak menyentuh tanah meski kenyataannya tetap membutuhkan sesuatu untuk tetap melayang. Maka kutingkatkan kecepatanku agar dapat kusaksikan bagaimana caranya ketiga Pangeran Kelelawar ini terbang melayang dan selalu menyerangku dari atas kepala. Dengan menjadi sama cepat, bahkan lebih cepat, kusaksikan segala sesuatunya dengan lebih jelas. Setiap orang ternyata memiliki selaput kulit yang terpasang dari pergelangan tangan sampai ke pinggangnya, membentuk sayap yang membuatnya bisa terbang. Mereka bertarung dengan mata tertutup, bukan karena mengandalkan pendengaran, melainkan karena melalui telinganya mereka membaca ruang melalui getaran suara yang terpantul kembali sehingga dapat menandai benda di sekitarnya. Suara yang dikirimkan itu sendiri tidak terdengar, karena matranya di luar wilayah pendengaran manusia. Sembari menghindari serangan dari tiga jurusan di atas kepala, aku teringat Kitab I lmu Silat Kelelawar dari dalam peti kotak kayu yang pernah kubaca. Aku memang membaca dan memahaminya, tetapi tidak pernah kubayangkan Ilmu Silat Kelelawar akan mungkin dikuasai manusia, karena persyaratan berat yang mesti dilaluinya, antara lain bertapa menggantungkan diri dengan tubuh terbalik seperti kelelawar di atas pohon. Selama masa penggantungan terbalik itulah, berkat ramuan tertentu yang harus diminum, akan tumbuh selaput kulit di antara pergelangan tangan sampai pinggang, yang akan membuat seseorang memiliki sayap seperti kelelawar. Dengan ilmu meringankan tubuh dan sayap seperti itu manusia dapat memenuhi impiannya untuk terbangODalam hal pemilik Ilmu Silat Kelelawar itu bermukim di Puncak Tiga Rembulan, pada malam bulan purnama ia dapat menggandakan dirinya menjadi tiga dengan cara yang juga telah membuat bulan yang sedang purnama itu menjadi tiga. Kenapa ia menamakan diri atau dinamakan orang sebagai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pangeran" Teringat Amrita, dan kerajaan Fu-nan maupun Tchen-la yang sudah terhapuskan, kuduga mereka sisa-sisa Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo golongan darah biru dari kerajaan yang sudah hilang. Namun setelah mengingat lagi para pengawal yang mengiringi Amrita, tidak mungkin pula Amrita adalah bagian dari bangsawan yang sudah terhapuskan itu. Kuduga Amrita adalah puteri bangsawan Angkor, jika bukan putri raja yang berguru kepada para pendekar berdarah biru dari kerajaan yang tersingkir. Kerajaan boleh timbul tenggelam di tanah Khmer, tetapi persekutuan antarbangsawan membuat ilmu-ilmu silat langka hanya beredar di antara mereka saja. Dalam beberapa hal, ilmu s ilat juga menjadi syarat dalam pengukuhan kekuasaan. Aku berguling-guling di atas dataran batu untuk menghindari berbagai serangan di bagian atas tubuhku. Kuduga mereka akan kesulitan terbang rendah di atas tanah, tetapi bukan saja mereka mampu melakukannya, bahkan mereka mampu melakukannya dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Semula mereka mengandalkan cakar pada jari-jarinya, tetapi kini di kedua tangan masing-masing tergenggam belati panjang yang berkilatan dalam cahaya bulan purnama. Lentik api dari benturan logam berkilatan bagaikan pesta kembang dan suara dentingannya meruyak kebekuan Puncak Tiga Rembulan. Hmm. Jika yang mengaku adik seperguruannya saja sudah begitu sakti seperti ini, bagaimana pula jika Naga Bawah Tanah mengambil keputusan untuk menampakkan diri" "Pendekar Tanpa Nama, dikau sungguh sakti mandraguna, pantaslah Amrita tak berdaya!iiPangeran Kelelawar sungguh terlalu memuji! Hanya yang sakti mandraguna bisa terbang dan menggandakan dirinya menjadi tiga!iSebetulnya aku malas bertempur sambil berbicara, karena pemusatan pikiran bisa pecah dan titik lemah segera terbuka. Namun kali ini aku senang melayaninya, karena ingin kuketahui sosok yang asal dari ketiganya, sosok yang semula satu dan kini menjadi tiga. Begitu kuketahui sosok mana yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berbicara, dengan kecepatan kilat kuubah permainanku, dari Ilmu Pedang Cahaya Naga menjadi Ilmu Pedang Naga Kembar, dengan tujuan mendesak kedua sosok yang hanya bayangan itu dan menyelesaikannya. Ketergandaan tiga sosok kuhadapi dengan ketergandaan permainan pedang. Kedua pedang terasa bagaikan empat pedang, sehingga aku masih memiliki sebuah, yang bebas memilih dan menentukan korban. Empat belati panjang segera terlempar dari kedua sosok bayangan, tetapi ketika sembari masih berbaring kedua pedang hitamku melesak ke dalam jantung masing-masing dari keduanya, yang menyembur keluar adalah darah yang sebenarnya. Jadi keduanya bukanlah bayangan ciptaan sihir. Dengan segera pula kedua pedang hitam warisan Raja Pembantai dari Selatan itu telah mengurung Pangeran Kelelawar dengan kedua belati panjangnya. Jika kumasuki Jurus Dua Pedang Menulis Kematian sekarang juga, niscaya riwayatnya segera dapat kutamatkan. Namun kunantikan jurus-jurus pamungkasnya, agar dapat kuserap dengan jurus-jurus yang kelak akan terkenal sebagai Jurus Bayangan Cermin. Seperti yang kuduga, ia menyerang dengan memanfaatkan kedua sayapnya. Diriku bagaikan terkurung jala hitam dan kedua pedang yang kuayun untuk merobek selaput kulit yang menjadi sayap itu selalu luput mengenainya. Maka kugabungkan Jurus Bayangan Cermin dan Jurus Penjerat Naga. Dengan Jurus Bayangan Cermin terseraplah sudah segenap jurus dalam ilmunya, dan dengan Jurus Penjerat Naga meski aku tetap bergerak membuat ia mengira aku dalam kelemahan terbuka. Saat kedua belatinya bermaksud menggunting leherku, kedua pedangku malah masuk kembali dalam tanganku, karena aku hanya perlu menyorongkan tangan ke depan memberikan kepadanya pukulan Telapak Darah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia terlempar ke atas memuntahkan darah. Namun bukannya jatuh, ia mengepakkan sayapnya, terbang ke atas. Aku melesat ke atas dengan kedua pedang yang sudah muncul kembali dari dalam tanganku. Setiap kali sambaran pedangku ditangkisnya, kugunakan dorongan tenaganya sebagai daya melenting ke atas, dengan demikian Pangeran Kelelawar itu selalu bisa kukejar ke atas. Jadi sebetulnya pedangku tidak menyambar untuk membunuh, melainkan untuk ditangkis agar aku bisa melayang ke atas tanpa harus memijak sesuatu. Meski siasatku ini sebetulnya gampang dibaca, tetapi pukulan Telapak Darah telah membuatnya tidak bisa berpikir. Ia seperti menghindariku, seperti ada yang menunggunya di atas, meski dalam pertarungan tingkat tinggi seperti ini tentu aku tidak bisa berpikir terlalu panjang. Pada saat kedua tangannya terbuka kutusukkan pedang hitam yang kehitamannya disebabkan ramuan racun bercampur darah korban. Begitu kuat tusukan pedang di tangan kananku itu ke dadanya, sampai tembus ke punggung, dan menancap pada dinding tiang penyangga bulan. Lantas kutancapkan pula pedang di sebelah kiriku, sehingga ia tertancap makin di Tangan Berbisa 3 Gento Guyon 21 Sang Petaka Badai Awan Angin 33