Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 33
Rupanya kata-kata Kok Siauw Hong hanya ingin mengadu-domba musuh. Dengan demikian sekali serang dua sasaran diperolehnya.
Jen Thian Ngo dan Chu Kiu Sek hanya mampu
menahan serangan Bu Su Tun seorang. Setelah ada bantuan dari anakanak muda, merekamulai kewalahan juga.
Melihat See-bun Souw Ya kabur, Chu Kiu Sek jadi cemas. Tiba-tiba dia muntah darah. Sesudah menyerang Bu Su Tun, dia menggunakan Thian-mo-kay-tee-hoat, yakni melukai diri agar bertambah tenaganya. Padahal lama-lama pun dia akan kehabisan tenaga. Ketika datang serangan Chu Kiu Sek, Bu Su Tun menyambut pukulan Chu Kiu Sek dengan sama hebatnya.
"Braak!" Tubuh Chu Kiu Sek terlempar ke atas seperti bola, sedang Bu Su Tun tubuhnya bergetar hingga mundur dengan tubuh sempoyongan dan menggigil kedinginan.
Pada saat yang sama, saking gelisah Jen Thian Ngo tertotok seruling Lie Tiong Chu, hingga menjerit kesakitan.
Segera dia membalikkan tubuhnya dan kabur. Tetapi tibatiba Jen Thian Ngo jatuh dan terguling ke bawah bukit. Saat 2361
Ho Leng Wie menoleh, dia lihat wajah Bu Su Tun kelihatan kebiru-biruan.
"Suhu, kenapa kau?" kata Ho Leng Wie.
Bu Su Tun mengelah napas panjang, dan berkata, "Tidak apa-apa, Siu-lo-im-sat-kang orang she Chu sudah kumusnahkan!"
Tiba-tiba terdengar Lie Tiong-Chu berseru: "He, di sana masih ada seseorang!"
Dari semak-semak terlihat seseorang merangkak keluar dengan wajah pucat. Ketika dia berusaha berdiri, orang itu menggeliat dua kali, lalu menjerit dan roboh lagi. Ie Hoa Liong yang bersembunyi di semak-semak bermaksud melarikan diri saat ada kesempatan baik, tak diduga dia terserang oleh tenaga pukulan Bu Su Tun dan Siu-lo-im-satkang sangat dingin yang dilontarkan Chu Kiu Sek Meskipun jaraknya jauh, tapi Ie Hoa Liong tidak tahan dan membuat darahnya beku.
"Bagus, rupanya kau, hai keparat!" bentak Kok Siauw Hong.
Dia mendekati Ie Hoa Liong. Melihat Kok Siauw Hong, bukan main takut dan kagetnya Ie Hoa Liong. Ditambah lagi dia terluka dalam. Saat Kok Siauw Hong sampai ternyata Ie Hoa Liong telah mati karena ketakutan.
"Hai, saudara Kok, bagaimana kau bisa sampai secepat ini?" kata Ho Leng Wie.
"Karena kalian tidak pulang, kami keluar jalan-jalan mencari kabar kalian," kata Kok Siauw Hong. "Tak diduga dari lereng bukit kami melihat panah api, lalu kami memburu ke sini."
2362 "Padahal panah api itu dilepaskan Ie Hoa Liong untuk minta bala-bantuan. Tapi nyatanya senjata makan tuan, yang datang malah kalian sedang dia sendiri mati," kata Lie Tiong Chu.
"Kita berhasil memusnahkan ilmu berbisa Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya, juga membunuh Ie Hoa Liong yang mati ketakutan, tetapi sayang Jen Thian Ngo berhasil kabur," kata Kok Siauw Hong.
Tiba-tiba Bu Su Tun berkata pada Lie Tiong Chu.
"Saudara Lie, sungguh kau tidak malu menjadi murid kesayangan Tam Tay-hiap, totokanmu tadi sangat hebat.
Cuma kau sengaja memberi kelonggaran pada Jen Thian Ngo, kan?"
Muka Lie Tiong Chu berubah merah.
"Penglihatan Paman Bu tepat sekali, karena......"
"Saudara Lie ini teman baik Piauw-moay sejak kecil,"
kata Kok Siauw Hong mewakili memberikan penjelasan,
"sekalipun ayahnya sesat, tapi Piauw-moay ini berharap pada suatu hari ayahnya akan sadar kembali."
Memang benar Lie Tiong Chu sengaja memberi
kelonggaran agar Jen Thian Ngo sadar pada kesalahannya.
Ditambah lagi Lie Tiong Chu menyukai nona Jen Ang Siauw, putri Jen Thian Ngo tersebut.
-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0o2363 BAB 89 Tam Yu Cong Berbincang Dengan Raja
Kim; Ciu Tiong Gak Bertarnung Melawan An Tak cs
Mendengar ayahnya tadi ada di tempat itu, Jen Ang Siauw kaget dan cemas. Wajahnya pucat-pasi, sebab dia yakin ayahnya pasti dilukai kawan-kawannya.
"Bagaimana keadaan Ayahku?" kata Jen Ang Siauw lagi.
"Dia tidak terluka parah," kata Lie Tiong Chu. "Semoga dia bisa segera sembuh dan sadar mau kembali ke jalan yang benar."
Lie Tiong Chu menceritakan apa yang terjadi tadi.
Sesudah itu mereka bergegas kembali ke rumah Ho Leng Wie. Ayah Ho Leng Wie girang melihat Bu Su Tun ikut datang, terutama setelah mendengar pengalaman Ho Leng Wie dan kawankawannya di kotaraja. Tapi mereka juga masih kuatir jika anak buah Wan-yen Tiang Cie mencari jejak mereka. Ayah Ho Leng Wie lalu berkata.
"Tempat ini sulit ditemukan. Lagipula di sini ada sebuah jalan bawah tanah, jika dalam keadaan gawat kita bisa meloloskan diri lewat belakang bukit ini. Sungguh aku tidak mengira kau akan bertemu dengan gurumu di tempat Wanyen Tiang Cie, dan bertemu dengan Bu-lim-thian-kiauw.
Kini yang aku kuatirkan, Tam Tayhiap yang pergi ke istana.
Mungkin dia akan terjebak oleh kelicikan Wan-yen Tiang Cie.
Semoga saja dia bisa kembali dengan selamat." kata ayah Ho Leng Wie.
"Dia sudah memperhitungkan semua kemungkinan yang bakal dihadapinya. Bahkan dia cukup yakin atas usahanya.
Andaikata dia gagal, untuk meloloskan diri rasanya tidak sulit," kata Bu Su Tun. "Jika tidak terjadi hal yang luar biasa, dalam dua tiga hari ini pasti dia sudah kembali ke 2364
sini. Aku pun sudah memberitahu alamat ini. Cuma yang harus kita waspadai jika musuh datang lebih dulu."
Malam itu tiada terjadi apa-apa, malam itu mereka bisa tidur dengan tenang. Esok harinya menjelang tengah hari, tiba-tiba terdengar suara suitan keras melengking tinggi.
"Itu pasti Bu-lim-thian-kiauw, dia sudah pulang!" kata Bu Su Tun. "Cepat sekali dia kembali, semula aku kira dia akan tinggal satu dua hari di istana."
Bu Su Tun bersuit untuk menjawab suitan tadi. Tak lama tampak sesosok bayangan muncul di depan pintu, orang itu langsung masuk sambil tertawa, terbahak-bahak. Dia adalah Bu-lim-thian-kiauw Tam Yu Cong.
Saat itu sekujur tubuh Tam Yu Cong terlihat berlumuran darah. Tapi semangatnya tinggi, sedikitpun tidak ada tandatanda dia terluka.
Dengan hati lega Bu Su Tun bertanya.
"Saudara Tam, cepat sekali kau kembali. Bila melihat noda darah di tubuhmu pasti kau bertarung seru. Dengan siapa kau bertempur?" kata Bu Su Tan.
Ketika itu mereka berada di ruangan tengah setelah masing-masing duduk, pelayan membawakan air teh. Tak lama Bu-lim-thian-kiauw mulai menceritakan
pengalamannya. "Ketika Maliha kuancam dan kupaksa agar dia membawaku menghadap Raja. Wan-yen Yong ke
kantornya. Saat itu raja Kim itu sedang membaca laporan panglima penjaga perbatasan yang melaporkan gerakan militer bangsa Mongol yang akan menyerang ke Selatan.
Saat itu Wan-yen Yong sedang berduka menerima laporan gawat itu. Tapi ketika mendengar ada suara dari 2365
belakangnya, dia menoleh dan melihat Maliha berlutut di lantai dan aku berdiri di sampingnya. Maliha seorang thaykam kepercayaan raja, dia bisa bebas keluar-masuk istana Penjaga pintu pun tidak ada yang berani mencegah mereka masuk ke kantor raja. Ketika itu bukan main kagetnya Wan-yen Yong. Tanpa disadarinya laporan yang ada di tangan Wan-yen Yong terjatuh ke lantai. Saat dia akan menegur Maliha, aku mendahuluinya bicara.
'Semua ini bukan salah Maliha,' kataku. 'Karena ada berita penting, terpaksa kuminta agar dia mengantarkan aku menemui Tuanku. HarapHong-siang tidak gusar!'
Sambil berbicara kupungut laporan yang terjatuh itu, lalu mengembalikannya pada Wan-yen Yong. Dari isi berkas yang terbuka, sekilas telah kubaca sebagian hingga aku mengetahuinya bahwa itu sebuah laporan yang sangat gawat.
Sekalipun Wan-yen Yong sangsi dan tidak tentram berhadapan denganku dan begitu mendadak, tapi karena dia tahu aku jago nomor satu atau nomor dua negeri Kim, dia tidak berani memangil penjaga, sebab itu tidak akan ada gunanya. Sekalipun sekarang dia dikelilingi para pengawal pun sulit untuk menghadapi aku. Dengan terpaksa Wan-yen Yong harus mempercayai kata-kataku."
'Tam Pwee-cu, kenapa dulu kau tinggalkan negara Kim, padahal kau berjasa padaku! Aku bisa naik tahta karena jasamu! Selama ini aku memang memikirkanmu, sekarang kebetulan kau datang. Ada masalah apa silakan kau katakan saja.' kata Wan-yen Yong.
'Yang akan kulaporkan mengenai rahasia penting itu hanya boleh didengar oleh Hong-siang saja,' kataku.
Wan-yen Yong yang mengerti apa maksud ucapanku itu, segera dia memerintahkan Maliha mengundurkan diri.
2366 'Perintahkan agar penjagaan di luar diperkuat, siapapun dilarang masuk ke tempat Tim!' kata Wan-yen Yong.
Sesudah Maliha keluar, aku mulai bicara.
'Aku baru dari tempat Wan-yen Tiang Cie,' kataku.
'Jadi kau dari sana" Aku memang pernah berpesan kepadanya agar dia membantuku mencarimu,' kata Wanyen Yong.
'Kedatanganku bukan karena aku bertemu dengan Wanyen Tiang Cie,' kataku sambil tersenyum. 'Tapi sebaliknya aku akan menyampaikan tentang pribadi Wan-yen Tiang Cie. Maaf, sebelum aku melanjutkan, lebih dulu mohon Hong-siang bersedia menjelaskan apa yang pernah dikatakan Wan-yen Tiang Cie tentang diriku"'
'Beberapa hari yang lalu dia memang membicarakan tentang kau. Dia mengakui bahwa kau seorang yang berbakat,' kata Wan-yen Yong.
'Yang aku maksud hal-hal buruk apa yang pernah dikatakannya tentang diriku,' kataku.
Wan-yen Yong tidak bodoh, sejak dia naik tahta, dia sudah merasa bahwa kekuasaan Wan-yen Tiang Cie terlalu banyak. Sebenarnya dalam batinnya dia kurang senang walau pada lahirnya dia berpura-pura senang hingga di menurut saja apa kemauan Wan-yen Tiang Cie. Sekarang jika aku membantunya, dengan senang dia bersedia bergabung denganku menghadapi Wan-yen Tiang Cie.
'Sesungguhnya dia... .dia tidak memburukkan dirimu, hanya sayang kau........'
'Sayang kenapa"' kataku.
'Kau pangeran kerajaan Kim, tapi kau tidak mau bekerja untuk kerajaan Kim, sebaliknya malah bergaul dengan 2367
bangsa Han yang memusuhi kerajaan kita,' kata Wan-yen Yong. 'Tapi bagaimana juga aku tidak percaya kepada ocehan Wan-yen Tiang Cie!'
'Ocehannya itu benar,' kataku.
Wajah Wan-yen Yong berubah seketika, untuk sejenak dia bingung, tidak tahu apa yang harus dikatakan.
'Aku harap Hong-siang mengatakan sejujurnya, saat menghadapi situasi seperti sekarang ini, mana musuh negara kita yang utama, bangsa Han atau bangsa Mongol"'
kataku. 'Menurut situasi sekarang, musuh kita ya bangsa Mongol!' kata Wan-yen Yong. 'Tapi ingat bangsa Han pun banyak, suatu saat mereka pasti akan merebut kembali tanah airnya dari kita!'
'Tuanku harus membedakan mana yang penting dan yang tak penting, itu yang harus didahulukan. Masalah bangsa Han yang kelak meminta kembali tanah airnya, itu soal nanti. Tapi yang jelas musuh kita sekarang adalah bangsa Mongol!' kataku.
'Ya,' kata Wan-yen Yong terpaksa membenarkannya.
'Nah, jika demikian akan kulaporkan pada Hong-siang mengenai muslihat Wan-yen Tiang Cie. Sebenarnya secara diam-diam dia bersekongkol dengan bangsa Mongol untuk mengadakan pemberontakan merebut kekuasaan Hong-siang.'
'Apa benar begitu"' kata Wan-yen Yong kaget..
'Benar, bahkan telah kuhimpun tentang semua rencana jahatnya,' kataku.
Sesudah itu kuceritakan apa yang kudengar bersama Bu Su Tun tentang rencana busuk Wan-yen Tiang Cie. Tetapi 2368
Wan-yen Yong belum mau percayai sepenuhnya pada laporanku, sekalipun dia paling takut tahtanya direbut orang. Padahal dia mencurigai Wan-yen Tiang Cie yang kekuasaannya terlalu besar. Namun, sekalipun sangsi hati raja Kim itu cemas juga.
Pada saat itu di luar istana terdengar suara orang bicara perlahan. Wan-yen Yong memang tidak mendengarnya, tapi aku mengetahui ada orang bicara di luar dan ternyata itu suara Wan-yen Tiang Cie.
Saat itu Wan-yen Tiang Cie minta agar pengawal istana melaporkan kedatangannya, dan dia ingin menghadap pada raja. Tapi permintaannya ditolak oleh pengawal dengan alasan raja sedang bicara denganku dan baru akan menerima Wan-yen Tiang Cie bila aku sudah pergi.
Terpaksa Wan-yen Tiang Cie mengatakan ingin mencari Maliha lalu pergi.
Aku tahu kedatangan Wan-yen Tiang Cie ke istana lalu mengatur tipu-muslihat untuk menjebaknya.
'Menurutmu bagaimana baiknya, padahal dia
sepenuhnya memegang kekuasaan militer.' kata Wan-yen Yong.
'Hong-siang jangan takut,' kataku. 'Anggap saja tidak terjadi apa-apa sampai hari yang menentukan. Jika Wanyen Tiang Cie berniat menangkap semua orang yang setia pada Hong-siang, saat itulah Hong-siang harus menggunakan cara dan menangkap mereka seluruhnya.'
'Pastikah akan berhasil"' kata Wan-yen Yong.
'Hamba tak yakin, tapi maukah Hong-siang mengikuti usulku"' kataku.
2369 'Katakan saja, jika usulmu baik pasti akan kuturuti! Tapi jangan sampai diketahui Wan-yen Tiang Cie bahwa kita sedang berusaha menghadapinya.' kata Wan-yen Yong.
'Justru itu yang mau kukatakan. Sebentar lagi pasti Wanyen Tiang Cie menghadap pada Hong-siang. Hong-siang boleh berpura-pura percaya penuh kepadanya dan tidak mempercayaiku. Jika dia meminta agar Hong-siang mengusirku atau meminta agar Hong-siang membunuhku, sanggupi saja.' kataku.
'Apa" Jika meminta agar aku membunuhmu boleh kusanggupi" Kau setuju begitu"' tanya Wan-yen Yong tercengang.
'Ini cuma sandiwara saja. Nanti pada saat Hong-siang benar-benar hendak membunuhku, sudah pasti aku punya akal untuk meloloskan diri. Asalkan Hong-siang menugaskan yang membunuhku harus pengawal
kepercayaan Hong-siang!' 'Ya, aku mengerti, coba teruskan!' kata Wan-yen Yong.
'Sementara ini Hong-siang tidak boleh mengirim pasukan untuk menggempur laskar rakyat Han. Sepengetahuanku, tidak lama lagi Wan-yen Tiang Cie berniat akan menyerang ke Kim-kee-leng, betul tidak"'
"Benar" jawab Wan-yen Yong'Tapi tidakkah laskar rakyat Han itu, suatu ancaman bagiku."
'Aku kira ancaman mereka tidak terlalu berbahaya dibandingkan ancaman dari bangsa Mongol, bukan"'
kataku. 'Yang aku pikirkan sekarang adalah kepentingan Hong-siang. Sedang musuh yang harus dihadapi lebih dulu ialah orang Mongol yang sudah siap menyerbu ke sini. Hal itu terbukti dari laporan yang baru Hong-siang terima itu.
Laporan itu bisa Hong-siang gunakan sebagai alasan untuk 2370
menarik pasukan yang telah disiapkan Wan-yen Tiang Cie untuk menggempur Kim-kee-leng. Kemudian mereka pindahkan ke perbatasan untuk menghadapi bangsa Mongol. Bukankah itu sangat baik, sekali kerja dua tujuan.'
'Sekali kerja dua tujuan tercapai" Ah, sekarang aku tahu maksudmu, kiranya dengan kesempatan ini kekuasaan Wan-yen Taiang-Cie bisa dikurangi!' kata Wan-yen Yong.
'Benar, apalagi Wan-yen Tiang Cie sudah bersekongkol dengan bangsa Mongol secara sangat rahasia. Jika Hong-siang memerintahkan agar perbatasan diberi bantuan, rasanya dia tidak akan berani membangkang. Dengan demikian pasukan kita bisa dikerahkan untuk melawan musuh yang menyerbu, berbareng dengan itu bisa mengurangi kekuatan Wan-yen Tiang Cie, maka untuk menghadapi muslihatnya kelak jadi lebih mudah.'
'Ya, bagus, sungguh akal yang bagus, hanya...'
'Apa yang Hong-siang sangsikan lagi"'
'Tapi jika serbuan Mongol dibantu laskar rakyat Han yang akan mengacau lalu bagaimana"'
'Tidak mungkin, bangsa Han pasti tidak akan bersedia berserikat dengan bangsa Mongol, mungkin sebaliknya mereka akan bangkit melawan kita. Tapi hal itu tak perlu Hong-siang kuatirkan.'
'Dari mana kau tahu, apa kau bisa menjamin hal ini"'
'Tentu saja, sebab pimpinan laskar di Kim-kee-leng aku kenal. Malah boleh dikatakan bisa kuwakilkan Hong-siang untuk berunding dengan mereka.' kataku.
'Dari mana kau tahu mereka akan menerima usulmu itu"'
kata Wan-yen Yong. 2371 'Masalah ini sangat sederhana. Daerah inikan negeri bangsa Han. Jika mereka tidak bersedia diduduki bangsa Kim apalagi dijajah oleh orang Mongol. Jika sampai pasukan Mongol menyerbu ke sini, bukan cuma negeri Hong-siang saja yang hilang, tapi yang jadi korban paling besar justru rakyat jelata bangsa Han. Dengan demikian apakah laskar Han bisa tinggal diam" Sebab meski aku tak berani menjamin mereka akan tunduk kepada Hong-siang, tapi sedikitnya aku bisa menjamin mereka pasti akan ikut menghadapi orang Mongol apabila pasukan Mongol menyerbu ke Selatan.'
Wan-yen Yong, raja Kim yang punya pandangan jauh ke depan. Maka itu, setelah berpikir sejenak, dia merasa uraianku masuk akal, akhirnya dia berkata, 'Baiklah, malah yang paling penting sekarang untuk menghadapi ancaman bangsa Mongol. Semoga saja semua bisa berjalan seperti yang kau katakan. Tetapi kau perlu ketahui, sebab pasukan pengawal kerajaan masih berada di bawah pimpinan Wanyen Tiang Cie.'
'Tapi tidak seluruh pasukan pengawal tunduk kepadanya, kan"' kataku. "Hong-siang tenang saja. Nanti setelah diatur dan harinya telah tiba, pasti kita bisa bergerak lebih dulu untuk mengatasi Wan-yen Tiang Cie.'
Sesudah itu aku menjelaskan rencana yang telah disusun itu. Rasa sangsi Wan-yen Yong hilang juga. Apalagi setelah mengetahui rencana kerjaku yang baik dan rapih itu.
Ternyata dugaanku tidak salah, sebab setelah alu mengundurkan diri, Wan-yen Tiang Cie datang menghadap Wan-yen Yong. Kedatangan Wan-yen Tiang Cie bukan hanya menghasut Wan-yen Yong, dia pun sudah mengatur perangkap ingin mencelakakan aku. Malam itu aku bermalam di istana. Menjelang tengah malam, tiba-tiba terdengar suara berisik. Ketika aku keluar, istana tempat 2372
tinggal Wan-yen Yong penuh oleh bayangan orang yang berteriak-teriak akan menangkap pembunuh.
Melihat hal itu kukira mungkin Wan-yen Tiang Cie telah turun tangan lebih dulu dan mengirim pembunuh gelap untuk membunuh Wan-yen Yong. Tapi tiba-tiba terlihat rombongan jago silat istana yang mengepung ke arahnya di bawah pimpinan Wan-yen Tiang Cie.
'Tam Pwee-cu, Hong-siang sangat baik padamu, kenapa kau berbalik ingin membunuh Hong-siang "' kata Wan-yen Tiang Cie.
Aku sadar Wan-yen Tiang Cie ingin memfitnahnya.
Langsung aku membalas dan membentak.
'Jangan banyak bicara. Mari kita temui Hong-siang!'
kataku. Tiba-tiba Maliha maju ke depan menyampaikan titah raja.
"Hong-siang melihat sendiri pembunuh itu adalah kau.
Apa kau masih berani membantah" Maka itu Hong-siang memberi perintah, siapa yang bisa menangkapmu akan diberi hadiah dan dinaikkan pangkatnya tiga tingkat serta emas murni seribu tail."
Kata-kata Maliha membuat aku lega. Karena aku tahu rencanaku yang telah dirundingkan dengan Wan-yen Yong nerhasil. Dengan cara demikian Raja Kim itu sengaja memfitnahku sebagai pembunuh gelap agar Wan-yen Tiang Cie tidak curiga Tetapi sekarang karena Wan-yen Tiang Cie datang juga, maka rencana itu tidak seluruhnya berjalan menurut rencanaku. Ternyata dari hanya sebuah sandiwara lalu berubah menjadi sesungguhnya"
Semua orang mengikuti cerita Tam Yu Cong ikut berdebar.
2373 "Lalu bagaimana Suhu bisa meloloskan diri?" tanya Lie Tiong Chu tak sabar ingin tahu cerita itu.
"Sebagian jago kepercayaan Wan-yen Yong berlagak bertempur mati-matian, padahal sebenarnya mereka sudah dipesan oleh Wan-yen Yong. Maka itu mereka hanya bermain sandiwara saja. Sedang Wan-yen Tiang Cie dan beberapa perwira yang di bawa benar-benar ingin membunuhku. Untung aku berhasil melukai beberapa perwira itu. Karena Wan-yen Tiang Cie tidak berani adu jiwa denganku, akhirnya aku bisa meloloskan diri ke sini."
"Mengapa Wan-yen Tiang Cie tidak berani membunuh Wanyen Yong?" tanya Ho Leng Wie.
"Karena Wan-yen Tiang Cie dilarang membawa pengikut ke istana, dia paling banyak boleh membawa pengiringnya hanya tiga sampai empat orang saja Sebaliknya jago istana cukup tangguh, sebelum yakin akan berhasil, mana berani Wan-yen Tiang Cie turun tangan?"
"Kemarin kami juga bertarung," kata Bu Su Tun.
Ketika Bu Su Tun akan menceritakan pengalamannya sambil tertawa Tam Yu Cong berkata
"Aku sudah tahu!" kata Tam Yu Cong.
"Kau sudah tahu" Oh, kalau begitu kau juga bertemu dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya?" kata Bu Su Tun.
"Ya saat itu mereka bersama lima jago Kim. Tetapi jangan kuaur kelima jago Kim itu sudah kubunuh semuanya Walau kedua iblis tua itu jiwanya kuampuni.
Bukankah ilmu mereka telah kalian musnahkan, bukan?"
kata Tam Yu Cong. 2374 "Karena sudah kehilangan sebagian besar ilmunya aku kira mereka malu untuk pulang ke tempat Wan-yen Tiang Cie," kata Bu Su Tun sambil tertawa "Pantas semalam tidak terjadi apa-apa, kiranya anak buah Wan-yen Tiang Cie yang dikirim ke sini telah kau bunuh semuanya Nah, Ho Toa-ko, kau tidak perlu kuatir lagi."
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara tawa orang berkumandang dari lereng gunung. Suaranya melengking, tapi hanya sekejap dan seolah dekat sekali.
Ayah Ho Leng Wie kaget, dia mengira seorang jago kelas tinggi datang dikirim oleh Wan-yen Tiang Cie.
"Jangan cemas Ho Toa-ko, itu suara kawan sendiri!" kata Tam Yu Cong.
Tak lama kelihatan seseorang yang berpakaian pelajar, usianya kurang lebih limapuluh tahun. Dia tertawa sambil berkata.
"Maaf Tuan Ho, aku tamu tak diundang. Ternyata saudara Tam dan Bu juga ada di sini! Sudah lama kita tidak pernah bertemu," kata orang itu.
"Ho Toa-ko, mari aku perkenalkan padamu, ini Hoa Kok Han, Hoa Tay-hiap," kata Tam Yu Cong.
Ternyata orang itu Hoa Kok Han bergelar Siauw-go-kiankun, dia suami Hong-lay-mo-li Lie Ceng Yauw. Ayah Ho Leng Wie menyambut kedatangan tamunya.
"Bagaimana kau bisa menemukan tempat terpencil ini?"
kata Tam Yu Cong. "Aku bertemu dengan Liok Pang-cu, dia yang memintaku datang ke mari menemui Saudara Bu. Tidak kusangka saudara Tam juga ada di sini!" kata Hoa Kok Han. "Mengenai kau ke Tay-toh aku juga sudah tahu."
2375 "Kenapa kau datang juga ke Tay-toh?" kata Tam Yu Cong.
"Karena kau ke sini, kenapa aku tak datang menemuimu?" kata Hoa Kok Han.
Sesudah dipersilakan duduk Hoa Kok Han
diperkenalkan pada Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng yang sudah dikenalnya. Demikian juga dengan Ho Leng Wie, Lie Tiong Chu dan Jen Ang Siauw yang baru dikenalnya.
"Aku kagum dan iri kepada saudara Bu dan saudara Tam yang berhasil mendapatkan murid yang baik. Aku dengar kalian hendak melaksanakan pekerjaan besar di Tay-toh, apa pelaksanaannya sudah dimulai?"
"Ceritanya panjang sekali," kata Tam Yu Cong. "Lebih baik kau ceritakan dulu pengalamanmu."
"Kau kan tak percaya bahwa aku sengaja mencarimu, bukan?" kata Hoa Kok Han sambil tertawa "Terus-terang kukatakan, sebelum sampai ke Tay-toh aku sudah mendapat berita tentang kepulanganmu itu."
"Dari siapa kau mengetahuinya?" tanya Tam Yu Cong heran.
"Aku bertemu dengan Siang-koan Hok yang baru pulang dari Mongol," jawab Siauw-go-kian-kun Hoa Kok Han.
Keterangan ini diluar dugaan Bu-lim-thian-kiauw.
"Oh, dia juga sudah pulang" Sekarang ada di mana dia?"
kata Tam Yu Cong. "Dia ingin ke Lok-yang dulu, dari sana baru ke sini."
"Saudara Hoa, apakah kedatanganmu ke Tay-toh ada urusan lain?" tanya Bu Su Tun.
2376 "Ya, aku ingin membunuh Su Thian Tek, Ciong Bu Pa dan Kiauw Sek Kiang!" kata HOa Kok Han.
"Apa benar ketiga manusia busuk itu kabur ke Tay-toh?"
kata Kok Siauw Hong heran. "Sebulan yang lalu aku dan Bengshia-to-cu pernah bertemu mereka di kota Uh-seng."
Karena Tam Yu Cong, Bu Su Tun dan yang lainnya belum tahu peristiwa di Uh-seng, Kok Siauw Hong menceritakannya secara singkat.
"Saat iu seharusnya Wan To-cu tidak memberi ampun pada mereka," kata Kok Siauw Hong. "Tetapi karena putri dan menantunya ada di tangan mereka, terpaksa Wan Ceng Liong mengadakan tukar-menukar tawanan dengan mereka. Ketika itu Kiong Cauw Bun bersama ketiga bangsat itu. Sedangkan putri Kiong Cauw Bun calon istri Kong-sun Po. Jadi untuk kepentingan anak-anak muda itu, terpaksa Wan Ceng Liong mengikat janji tukar-menukar dengan Kiong Cauw Bun."
"Kong-sun Po sudah kembali ke Kim-kee-leng. Karena mendengar kabar itulah maka aku memburu kawanan bangsat itu. Tapi aku malah bertemu dengan Kiong Cauw Bun," kata Kok Han.
"Jadi Kiong Cauw Bun masih ada di Tiong-goan"
Padahal dia berjanji akan pulang ke Hek-hong-to sesudah putrinya ditemukan," kata Kok Siauw Hong.
"Ketika kutemui, dia hendak berpisah dengan ketiga bangsat itu," kata Hoa Kok Han. "Saat itu mereka malah sedang bertengkar. Tapi sayang, karena tak tahu Kiong Cauw Bun sudah insaf, malah dia yang kuhajar. Setelah bertarung lama baru aku mampu mengalahkannya. Sedang ketiga bangsat itu sempat kabur!"
2377 "Apa kau sudah tahu jejak ketiga bangsat itu?" kata Bu Su Tun
"Aku selalu mengikuti jejak mereka sampai ke Tay-toh.
Setahuku mereka bersembunyi di tempat Wan-yen Tiang Cie, ini memang di luar dugaanku," kata Hoa Kok Han.
"Padahal setahu kita, ketiga bangsat itu antek bangsa Mongol, sedang sekarang hubungan Mongol dengan Kim saat ini sedang tegang!"
"Kalau begitu kau belum tahu bahwa Wan-yen Tiang Cie bersekongkol dengan pihak Mongol karena ingin merebut tahta kerajaan Kim. Jika ketiga bangsat itu kabur dan mencari perlindungan pada Tiang Cie, bukankah itu wajar-wajar saja!" kata Tam Yu Cong.
Sesudah itu Tam Yu Cong menceritakan pengalamannya saat berada di Tay-toh.
"Baik, kalau begitu kedua masalah ini bisa kita bereskan sekaligus," kata Hoa Kok Han. "Karena pasukan Kim tak akan menyerang Kim-kee-leng, untuk sementara aku bisa tinggal di sini. Sebaiknya ada orang yang ke Kim-kee-leng untuk memberitahu, untuk ini........."
"Aku memang mau pulang ke sana. Jadi biar aku dan Pwee Eng yang melaporkan masalah ini," kata Kok Siauw Hong.
"Ya, Kong-sun Po memang sedang memikirkan kalian, sebaiknya kalian pulang," kata Hoa Kok Han.
"Suhu, aku...." sela Lie Tiong Chu.
"Ada apa?" kata Tam Yu Cong. "Ya, aku tahu, kau ingin pergi bersama Kok Siauw Hong untuk mencari pengalaman bukan" Baik, aku kira nona Jen pun boleh sekalian ikut."
2378 Mendengar ucapan itu, semua orang mengerti bahwa sang guru mengetahui hubungan erat muridnya dengan Jen Ang Siauw. Tanpa terasa mereka memandang ke arah muda-mudi itu sambil tertawa hingga Lie Tiong Chu dan Ang Siauw jadi malu.
Setelah semua diatur baik, esok harinya Kok Siauw Hong cs berangkat ke Kim-kee-leng. Di sepanjang jalan tidak terjadi apa-apa, hingga mereka sampai di kota Im-peng di Propinsi Soa-tang. Im-peng sebuah kota Kabupaten yang berbatasan dengan
Propinsi Hoo-pak. Karena kota itu kecil, di sana hanya terdapat dua buah penginapan saja, Siauw Hong berempat mencari penginapan yang agak besar.
Sesudah mendapatkan penginapan dan selesai makan malam, tiba-tiba penginapan itu kedatangan enam orang perwira bangsa Kim. Begitu sampai rombongan perwira Kim itu langsung berteriak minta disediakan tiga buah kamar kelas satu.
Kok Siauw Hong berempat menempati dua buah kamar, saat itu mereka sedang berkumpul di kamar Kok Siauw Hong untuk berbincang-bincang. Ketika mendengar suara ribut, mereka mencoba mengintai ke luar. Tapi betapa terkejutnya mereka ketika mengenali keenam perwira itu.
Ternyata mereka itu Tan-sie-ngo-long (Lima Srigala Keluarga Tan) dan si Rase Liar, An Tak. Ingat pada peristiwa pembegalan yang dilakukan oleh Tan-sie-ngo-long dulu, Han Pwee Eng jadi gusar.
"Bagus, kebetulan kita bertemu mereka di sini, kawanan srigala dan rase ini tidak akan lolos dari tanganku." kata nona Han.
"Mereka itu jadi antek Wan-yen Tiang Cie, tapi anehnya mengapa mereka malah keluyuran di sini?" bisik Siauw 2379
Hong. "Jika adik Eng ingin membereskan mereka sebaiknya dilakukan di luar penginapan agar tidak mengganggu pemilik penginapan!"
Suara ribut di luar bertambah keras. Rupanya penginapan itu sudah penuh, jangankan mencari tiga kamar, sebuah kamar pun tak ada. An Tak yang gusar mengangkat cambuk kuda dan pura-pura menyabet sekali ke arah pemilik penginapan sambil membentak.
"Kami sengaja datang ke penginapanmu ini berarti itu suatu kehormatan bagimu, kau tahu tidak" Nah, boleh kau suruh semua tamu pergi dari sini!"
Pemilik penginapan gemetar ketakutan.
"Harap.. .jangan gusar, Tuan. Biar hamba berusaha, kamar pasti ada!" kata pemilik penginapan.
Saat itu dua orang saudagar sudah mau mengosongkan sebuah kamar mereka, karena ketakutan. Untuk sebuah kamar lagi, pemilikpenginapan berunding dengan Kok Siauw Hong agar bersedia mengalah dan memberikan sebuah kamarnya me-ngingat mereka masih kakak beradik.
Kok Siauw Hong berpikir sejenak.
"Baiklah, tolong ambilkan buntal an mereka ke sini!
Karena aku kira tidak baik jika kedua adik perempuanku keluar sendiri." kata Kok Siauw Hong.
Pemilik penginapan yang mengira Han Pwee Eng dan Ang Siauw takut dilihat oleh para perwira itu, segera menuruti permintaan Kok Siauw Hong dan memindahkan bekal mereka ke kamar Siauw Hong. Pemilik penginapan itu dengan dua kamar itu mengira persoalan itu akan selesai. Tetapi tak disangka "Srigala Tua' Tan Piauw tetap tidak puas.
2380 "Kami minta tiga kamar, kenapa cuma ada dua" Baiklah, supaya masalah ini beres, para tamu harus keluar dan ke sini, mereka akan kami periksa satu per satu."
"Tapi.....Tapi para tamu kami orang baik-baik semuanya, Tay-jin, aku mohonTuan sudi memberi kelonggaran, tentang ......uang sewa kamar dan makan aku tak berani minta bayaran dari Tuan-tuan dan......." kata pemilik penginapan memohon dengan sangat, sebab biasanya para petugas sering menggunakan alasan ingin memeriksa tamu, dengan tujuan untuk memeras tamu.
Saat itu "Srigala Kuning", Tan Teng, putra kedua Tan Piauw ikut bicara.
"Huh, siapa yang ingin bermalam dan makan tanpa bayar" Kau bicara yang betul! Kau bilang tamu di sini orang baik-baik semua, apa kau berani mernjamin kebenarannya"
Coba kaujawab dulu, apa di antara tamu itu ada seorang kakek berjenggot putih dan seorang nona cilik ata tidak?"
"Oh, tidak! Tidak ada!" jawab pemilik penginapan dengan cepat.
"Sekarang tidak ada, tapi nanti bakal ada!" kata seorang lelaki menyela
Lelaki itu baru melangkah masuk ke penginapan itu, lagaknya sangat tengik.
"Eh, kau sudah dapat kabar?" tanya Tan Piauw.
"Mereka sudah masuk ke dalam kota, sekarang mereka sedang makan di sebuah rumah makan. Nanti sesudah makan mereka pasti akan mencari penginapan," kata orang yang baru masuk itu. "Di kota ini hanya ada dua buah penginapan, sedang ini yang paling besar. Mungkin mereka akan ke sini."
2381 "Kalau begitu kita istarahat sambil menunggu di sini!"
kata Tan Piauw sambil tertawa. "Tapi bagaimana kalau mereka bermalam di penginapan lain, lekas kau cari kabar lebih lanjut."
"Baik," kata orang itu.
Tak lama Tan Piauw minta disediakan makanan lezat Karena takut pemilik penginapan itu mengiakan dengan hormat serta membawa mereka ke kamar yang telah disediakan. Ternyata orang tadi menyelinap mencari pemilik penginapan.
"Tadi kau telah kuselamatkan, seharusnya kau tahu sendiri...." kata orang itu.
Pemilik penginapan itu memberi sepotong uang perak ke tangan orang itu.
"Ya, aku pun tahu. Harap kau terima sedikit uang perak ini dengan baik," kata pemilik penginapan.
Setelah menerima uang sogokan, barulah bangsat itu pergi.
Karena rombongan Tan Piauw menganggap sebuah penginapan di kota kecil, maka tak perlu takut apa-apa.
Mereka jadi berani bicara tanpa aturan lagi. Ternyata mereka lupa kata pribahasa : "Siapa tahu ada telinga di balik dinding?"
Kini Kok Siauw Hong berempat baru yakin bahwa maksud rombongan Tan Piauw yang ingin memeriksa tamu bukan alasan untuk memeras, tapi benar-benar ingin mencari buronan.
"Entah siapa kakek dan nona cilik yang ingin mereka cari itu?" kata Han Pwee Eng.
2382 "Lawan orang jahat pasti orang baik," kata Jen Ang Siauw sambil tertawa
"Benar, secara kebetulan kita bertemu mereka di sini.
Jadi bagaimana pun kita harus ikut campur," kata Han Pwee Eng.
Untuk menyenangkan hati tamunya, pemilik penginapan otu membuatkan makanan lezat ditambah seguci arak wangi untuk rombongan Tan Piauw.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sehabis makan dan kenyang minum sambil menepuk perutnya An Tak berkata, "Seharian menempuh perjalanan secara terus-menerus, kita sampai lupa makan dan minum.
Tidak nyana makanan di penginapan ini ternyata lumayan juga"
"Sebaiknya kau tidak terlalu banyak minum, sebentar lagi kita harus banyak menggunakan tenaga," kata Tan Piauw.
"Takut apa" Masa kita berenam tidak mampu membereskan seorang tua dan seorang anak perempuan ingusan?" kata An Tak acuh tak acuh. "Jika perlu, sendirian juga aku sanggup membereskan mereka. Apalagi gadis itu terhitung lumayan walau tidak secantik Ci Giok Hian dan Han Pwee Eng. He..he..he. Saudara Giok, aku harap kau tidak berebut perempuan denganku nanti," kata An Tak.
Kata-kata itu ditujukan pada putra Tan Piauw yang bungsu, yaitu Srigala Putih Tan Giok.
"An Toa-siok," kata Tan Giok sambil tertawa, "nona yang kau setujui mana berani kusentuh! Tetapi perlu kuperingatkan agar kau berhati-hati, jangan terjadi seperti peristiwa dulu, nona manis gagal direbut, kau malah kehilangan matamu!"
2383 Yang dimaksud Tan Giok itu kejadian saat hendak membegal Han Pwee Eng dulu, hingga sebelah mata An Tak berhasil dicungkil nona Han. Mendengar ejekan itu, serentak ketiga saudara Tan Giok tertawa terbahak-bahak.
Dengan cepat Tan Piauw membentak.
"Hus, kalian sudah mabuk barangkali, hingga bicara sembarangan! Masa kalian bergurau dengan Paman An segala!" kata Tan Piauw. Pada umumnya, manusia palingjengkeljika boroknya diungkit-ungkit orang, begitu juga An Tak. Dalam seketika dia jadi naik pitam, lalu memaki sambil menggebrak meja
"Hm! Emangnya kalian kira aku takut pada bocah liar she Han itu" Sayang dia tidak bertemu aku di Tay-toh!" kata An Tak.
"Jika ketemu memang kau bisa apa?" kata Tan Giok.
"Kalian kira aku tidak punya kawan" Apalagi anak buah Siauw Ong-ya banyak. Jika mereka berhasil membekuk nona Han, aku akan memohon agar anak liar itu diserahkan padaku untuk kujadikan selirku?" kata An Tak sambil tertawa
"Hm! Enak saja kau bicara! Jika nona Han tertangkap, memangnya Siauw Ong-ya tidak ingin memilikinya"
Kenapa dia harus diberikan padamu?" ejek Tan Giok.
Mendengar ocehan mereka yang menyinggung dirinya Han Pwee Eng murka dan bermaksud melabrak mereka syukur Kok Siauw Hong bisa mencegahnya dan meminta agar si nona mau bersabar agar tidak membuat keributan di penginapan.
Tak lama terdengar Tan Piauw mendamprat putranya dan minta maaf kepada An Tak.
2384 "Sudahlah, An Lauw-te, jangan gubris ocehan anak muda seperti mereka itu Aku harap kau juga jangan terlalu banyak minum, sebab kita masih punya tugas penting.
Sebelum surat Ong-ya sampai ke Kun-ciu, jangan membuat gara-gara."
Ketika An Tak mau bicara, tiba-tiba bangsat itu muncul lagi dan memberi laporan bahwa si kakek dan cucu perempuannya yang ditunggu-tunggu sudah bermalam di penginapan lain.
"Baik, sekarang mari kita pergi ke sana" kata An Tak sambil membanting cawan araknya ke meja.
Saat itu pemilik penginapan sedang bersembunyi dengan perasaan takut di sebuah sudut ketika menyaksikan kepergian mereka. Mendadak dia lihat Kok Siauw Hong berempat juga mau keluar. Kok Siauw Hong menyerahkan serenceng uang perak kepada pemilik penginapan sambil berkata, "Ini uang sewa kamar kami. Jangan kuatir, kawanan bangsat itu pasti tak akan kembali lagi ke sini."
Rombongan An Tak sudah sampai di penginapan yang dituju. Ternyata letaknya tidak jauh dari penginapan yang pertama. Kemudian dengan berjajar di depan An Tak lantas berteriak, "Kakek Ciu, jika tahu gelagat, lekas kau keluar!
Mengingat cucu perempuanmu pasti kami tak akan membuat susah padamu, bahkan aku bersedia memanggil Kakek padamu!"
Belum lenyap suara An Tak, tahu-tahu di atas wuwungan penginapan muncul dua orang, siapa lagi kalau bukan si kakek she Ciu dan cucu perempuannya.
"Bangsat cabul, rasakan seranganku ini!" damprat nona itu sambil menyambitkan sebuah pisau.
2385 Walaupun cukup banyak minum arak, tapi kepandaian An Tak tidak jadi berkurang. Kipasnya bergerak perlahan, sekali angkat, tahu-tahu pisau itu telah jatuh di permukaan kipasnya, hingga dengan mudah dia tangkap. Dengan memicingkan matanya yang tinggal satu An Tak berkata sambil tertawa,
"Wah bagus amat senjatamu ini, nona Ciu Hong! Boleh aku anggap sebagai mas kawin yang kau berikan padaku!"
Nona Ciu yang gusar bermaksud melompat turun untuk melabrak An Tak, tapi kakeknya mencegahnya sambil berkata pada sang cucu.
"Mulut anjing itu tak bisa tumbuh menjadi gading, jangan hiraukan dia Hong!"
Sambil berkata dia menghamburkan segenggam senjata rahasia Kim-ci-piauw (mata uang emas) dan berbareng dengan itu dia tarik cucu perempuannya dan melayang ke wuwungan rumah sebelahnya. Dengan Gin-kang mereka terus lari ke depan.
Senjata rahasia si kakek ternyata jauh lebih lihay dibanding piauw si nona. Maka itu dengan terpaksa Tan Piauw dan An Tak harus memutar senjata mereka untuk menyambut kian ke mari untuk menjatuhkan berpuluh mata uang yang tajam itu.
Sedangkan si kakek dan cucu perempuannya sudah kabur sampai di jalan
"Kejar!" seru An Tak. Dia langsung melompat dan naik ke atas kuda mendahului mengejar, disusul oleh Tan Piauw dan keempat putranya.
Ketika Kok Siauw Hong berempat keluar dari
penginapan, kebetulan mereka masih sempat melihat larinya si kakek dan gadis cilik itu. Tapi karena jaraknya 2386
cukup jauh, An Tak dan kawan-kawannya tidak melihat munculnya rombongan Kok Siauw Hong.
"Hei, kiranya Ciu Lo-ya dan cucu perempuannya, ah, kenapa aku tidak ingat pada mereka?" kata Han Pwee Eng terkejut.
Si kakek bernama Ciu Tiong Gak, kepala rumah tangga keluarga Ci di Pek-hoa-kok, sedang cucu perempuannya, Ciu Hong. Sejak kecil dia dibesarkan bersama Ci Giok Hian sehingga keduanya seperti saudara kandung saja.Dulu ketika Han Pwee Eng dibegal dalam perjalanan ke Yangciu, Ciu Tiong Gak dan Ciu Hong ada di sana.
Melihat hal itu Kok Siauw Hong berempat segera memburu. Im-peng sebuah kota kecil, sedang yang menjaga pintu benteng hanya dua prajurit. Karena tembok benteng itu rendah, dengan mudah mereka melintasi pagar tembok kota. Sedang Tan-sie-ngo-long dan An Tak yang menunggang kuda, terpaksa membentak penjaga agar membukakan pintu. Karena mereka berseragam perwira Kim, penjaga itu ketakutan, Mereka segera membukakan pintu. Namun, sebelum pintu benteng ditutup kembali, Kok Siauw Hong berempat sudah menyusul menerobos keluar.
Setelah di luar mereka segera mengejarnya. Tidak lama tampak enam ekor kuda terlepas di tepi jalan sedang makan rumput. Rupanya karena Ciu Tiong Gak dan Ciu Hong lari masuk ke hutan, An Tak berenam segera menyusul dan meninggalkan kuda-kuda mereka akan mencari jejak buronannya. Namun, ketika Kok Siauw Hong tiba, Ciu Tiong Gak dan Ciu Hong sedang terkepung musuh.
Keadaan mereka pun sangat gawat. Saat itu terdengar An Tak mengejek sambil tertawa.
2387 "Kakek Ciu, sesungguhnya hatiku ingin menjadi cucu menantumu. Asal kau mengangguk setuju segera kita dapat berdamai dan menjadi orang sendiri."
"Kentut busuk!" damprat Ciu Tiong Gak.
Ciu Tiong Gak sadar mungkin sulit untuk lolos dari kepungan musuh, dia jadi nekad. Mendadak dia terjang musuhnya. Sebelah kakinya langsung melayang ke arah An Tak. Rupanya dia sudah bertekad, jika harus mati dia akan mati bersama musuhnya!
"Aya, Ciu Lo-ya-cu, kenapa kau keji amat" Emangnya kau ingin cucumu jadi janda?" kata An Tak mengolok-olok.
Sambil bicara dia berkelit ke samping. Namun, segera terdengar suara keras.
"Bruuk!" Salah seorang kawannya terjungkal. Yang tertendang adalah putra ketiga Tan Piauw, yaitu Tan Su. Di antara keluarga Tan, memang dialah yang paling lemah.
Tendangan Ciu Tiong Gak ternyata tidak ringan, Tan Su menjerit dan terpental sejauh dua tiga meter. Tubuhnya tergeletak tak bisa bergerak lagi entah masih hidup atau sudah mati. Senjata Tan Piauw sebuah cangklong tembakau yang panjang. Sedang tadi dia melayani musuh sambil mengisap cang-klongnya. Sekarang dia jadi kaget dan gusar melihat putranya ditendang terjungkal oleh Ciu Tiong Gak.
Maka tanpa sungkan-sungkan lagi Tan Piauw melancarkan serangan maut ke arah kakek Ciu. Pertama-tama Tan Piauw menyemburkan asap tembakau dari cangklongnya.
Karena saat itu Ciu Tiong Gak belum berdiri tegak, sebelah kakinya digunakan untuk menendang. Tapi diajadi kelabakan terkena semburan asap tembakau, belum lagi menyusul perutnya tertikam oleh ujung cangklong hingga mengeluarkan darah. Sambil tertawa terbahak-bahak An 2388
Tak segera menerkam maju untuk menangkap Ciu Hong.
Di luar dugaan tiba-tiba terdengar bentakan seseorang.
"Bangsat cabul, kali ini jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!"
Setelah suara itu lenyap, tampak seseorang muncul, dia adalah Han Pwee Eng. Saking kagetnya An Tak yang kaget serasa rohnya telah meninggalkan badan kasarnya. Cepat luar biasa pedang Han Pwee Eng menyambar dan menyerang An Tak. Tak lama Kok Siauw Hong muncul bertiga, lalu menerjang maju, masing-masing mencari lawannya.
"Nona Ciu Hong! Kau rawat Kakekmu. Serahkan saja srigala-srigala ini pada kami. Satu pun tak akan ada yang bisa lolos," kata Han Pwee Eng.
Bukan main girangnya Ciu Hong.
"Nona Han, terima kasih," kata Ciu Hong.
Kemudian dia bawa kakeknya agar bisa beristirahat.
Untung dia membawa obat luka, dia segera mengobati luka kakeknya dengan obat itu.
-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 90 Rombongan Kok Siauw Hong Bertemu Ciu
Tiong Gak; Seng Liong Sen Bersama Khie Kie
Menuju Ke Kim-kee-leng Sementara itu Kok Siauw Hong langsung melabrak Tan Piauw, sedang Lie Tiong Chu menghadapi ketiga srigala yang lain dengan gagah sekali.
2389 "Lie Toa-ko, serahkan satu padaku!" teriak Jen Ang Siauw, berbareng dengan itu nona Jen menerjang ke arah Tan Giok dengan sepasang goloknya.
Tan Piauw yang saat itu sedang dalam keadaan gawat, jadi nekat dan menyerang secara mati-matian. Ternyata dia tidak mampu menghadapi Kok Siauw Hong yang gagah berani itu. Tidak berapa lama, dengan gerakan memancing Kok Siauw Hong berhasil melukainya, Tan Piauw langsung roboh tak berkutik lagi.
Keadaan An Tak lebih parah lagi. Karena benci Han Pwee Eng menyerang tanpa kenal ampun sedikitpun, dia selalu mengincar tempat berbahaya di tubuh musuh. Tak lama An Tak kewalahan juga. Melihat keadaan sangat gawat An Tak dengan segala upaya mencari jalan untuk kabur. Tetapi karena serangan Han Pwee Eng terlalu kuat dan ketat, sedikitpun dia tidak punya peluang untuk kabur.
Suatu ketika, Han Pwee Eng berhasil menusuk sebanyak tiga kali, hingga An Tak menjerit mengerikan. Ternyata mata kanannya tertusuk pedang nona Han hingga buta.
Malah tulang bahunya pun tertebas putus bahkan dua gigi depannya rontok.
Serangan berantai Han Pwee Eng tidak hanya membuat An Tak buta, tapi ilmu silatnya pun musnah. Sesudah itu Han Pwee Eng membentak.
"Nah, bangsat tidak tahu malu, selanjutnya masih bisakah kau berbuat jahat lagi" Tapi jika kau kubinasakan itu hanya akan mengotorkan tanganku saja. Lekas kau enyah dari sini!" kata Han Pwee Eng.
Sambil mendekap wajahnya yang berlumuran darah, laksana anjing habis dipukul, An Tak berjalan sempoyongan lalu kabur sambil merintih kesakitan.
2390 Lie Tiong Chu sedang menghadapi Tan Giok dan Tan Teng berdua. Ternyata karena kedua orang itu bukan tandingan Lie Tiong Chu, dengan mudah mereka didesak.
Suatu ketika karena Tan Teng nekat, gadanya segera memukul sekerasnya ke arah kepala Lie Tiong Chu.
Akan tetapi seruling Lie Tiong Chu sempat memukulnya dengan perlahan dia terus nenariknya. Kemudian dengan meminjam tenaga pukulan lawan, Lie Tiong Chu menyeretnya ke depan hingga gada-nya berbalik tepat mengenai batok kepala saudaranya sendiri. Kepala Tan Gouw segera hancur berantakan, Tan Teng pun terhuyung dan akhirnya jatuh terjerembab, di atas tubuh Tan Gouw.
Tan Teng segera merangkak bangun, dia jadi kalap dan berniat mengadu jiwa dengan Lie Tiong Chu. Tak lama gadanya terangkat tinggi. Tapi bukan menghantam Lie Tiong Chu, sebaliknya memukul ke arah kepalanya sendiri.
Rupanya saking gusar dan sedihnya karena telah salah membunuh saudaranya sendiri, Tan Teng jadi putus asa dan bermaksud bunuh diri. Di antara keluarga Tan ternyata Tan Tenglah yang paling keras adatnya tapi polos. Melihat dia mau bunuh diri, Lie Tiong Chu jadi tak tega, segera dia tangkis gada Tan Teng hingga terlepas dari tangannya. Tak lama Lie Tiong Chu pun berteriak.
"Kau kuampuni, silakan pergi!" kata Lie Tiong Chu.
Tapi Tan Teng kelihatan masih penasaran, maka itu dia tidak mau segera pergi. Tiba-tiba Tan Piauw yang tergeletak tak berdaya berteriak pada Tan Teng dengan keras.
"Selama gunung masih tetap hijau, kenapa kau takut kehabisan kayu bakar" Apa kau tak berniat membalas dendam ayah dan saudaramu, lekas kau pergi!" kata Tan Piauw.
2391 Mendengar ucapan ayahnya Tan Teng baru berjalan pergi dengan perasaan lesu, sekarang tinggal Tan Giok yang menghadapi Jen Ang Siauw. Ilmu silat Tan Giok cuma sedikit di bawah kepandaian Tan Piauw ayahnya, walau lebih tinggi dibandingkan ketiga saudaranya. Maka itu sekalipun kepandaian Jen Ang Siauw tidak terlalu tinggi, tapi Tan Giok sulit mengalahkannya.
Melihat pihaknya menderita kekalahan telak, Tan Giok lalu berpikir, "Lebih baik aku menyelamatkan diriku dulu!"
sesudah itu dia melakukan serangan hebat. Saat lawannya mengelak dia melompat kabur.
Melihat musuhnya kabur Jen Ang Siauw yang hatinya baik tak mengejarnya, dia merasa kasihan karena dua saudara Tan telah binasa. Maka berakhirlah pertarungan seru itu. Dari saku Tan Piauw, Kok Siauw Hong menemukan surat rahasia Wan-yen Tiang Cie yang ditujukan kepada Bupati di kota Kun-ciu.
"Aku lihat, apa isi surat itu," kata nona Han.
Kok Siauw Hong menyerahkan surat itu pada nona Han, lalu dia berkata pada Tan Piauw.
"Sebenarnya kau tak bisa kuberi ampun. Baiklah, aku hanya akan memusnahkan ilmu silatmu. Sebab sekalipun kau cacat, tapi kau masih bisa menjadi orang berguna!" kata Kok Siauw Hong.
Namun sebelum Kok Siauw Hong melaksanakan
maksudnya, Tan Piauw menjerit lalu dari mulut dan hidungnya keluar darah segar.
"Sayang, dia bunuh diri!" kata Han Pwee Eng.
Rupanya Tan Piauw sadar, jika ilmu silatnya dimusnahkan dia akan mendapat kesulitan besar. Karena selama hidupnya dia banyak berbuat jahat, musuhnya pasti 2392
banyak sekali. Jika sampai ilmunya dimusnahkan oleh Kok Siauw Hong, pasti musuh-musuh itu akan bermunculan untuk menyiksa dia. Maka itu daripada tersiksa dia lebih memilih bunuh diri saja!
"Sayang dia sudah mati, padahal kita bisa menanyai dia.
Karena dari isi surat ini terdapat tanda-tanda bahwa di Kimkee-leng ada mata-mata musuh yang menyelinap di sana, ah sayang!" kata Han Pwee Eng.
Dari surat itu jelas tertulis bahwa Wan-yen Tiang Cie meminta agar ada yang mengawasi gerak-gerik tentara di Kim-kee-leng. Dia juga mengisyaratkan agar Bupati Kun-ciu berhubungan dengan "orang yang ada di Kim-kee-leng".
Tapi sayangnya nama orang itu tak disebut-sebut.
"Sayang sekali, hal ini akan merepotkan sekali! Walau kawan kita di Kim-kee-leng berjumlah banyak, tapi siapa mata-mata musuh itu" Untung kita menemukan surat ini.
Nanti sesampai di Kim-kee-leng akan kita bicarakan masalah ini dengan Liu Beng-cu!" kata Kok Siauw Hong setelah berpikir sejenak.
Sementara itu Ciu Hong sudah mengobati Ciu Tiong Gak dan membalut lukanya. Tak lama Kok Siauw Hong bersama kawannya menghampiri mereka Tentu saja Ciu Tiong Gak sangat berterima kasih atas pertolongan mereka.
"Tak kuduga kita bisa bertemu di sini," kata nona Han.
"Memangnya selama ini kalian berada di mana?"
"Sejak Tuan Ci dan Nona Ci meninggalkan kami, semua famili berpencar. Maka itu kami tak pernah ke Pek-hoa-kok lagi," kata Ciu Tiong Gak. "Ternyata kalian sudah berkumpul lagi, kami senang sekali. Kami pun baru pulang dari Souw-ciu. Kini Ciu Hong sudah mendapat jodoh!"
Ciu Hong tampak malu-malu.
2393 "Eh kakek, kita kan baru bertemu, tapi kenapa kakek bicara begitu pada nona Han?" kata Ciu Hong.
"Selamat adik Ciu Hong," kata Han Pwee Eng."Keluarga siapa yang berbahagia?"
"Keluarga Yo di Souw-ciu," kata Ciu Tiong Gak. "Dia keponakan Yo Gan Seng, murid luar Kheng Ciauw. Hal ini akan kami katakan pada Siocia Ci dan sesudah itu baru menentukan tanggal pernikahan mereka!"
"Kalau begitu kalian jangan ke Pek-hoa-kok, karena Kak Giok Hian ada di Kim-kee-leng!" kata Han Pwee Eng.
"Ada yang akan kutanyakan padamu Han Sio-cia" kata Ciu Hong.
"Katakan saja!" kata Han Pwee Eng.
'Aku dengar Ci Sio-cia sudah mendapat jodoh, apa benar" Benarkah nama suaminya Seng Liong Sen?" kata Ciu Hong.
"Benar," kata Pwee Eng. "Tapi nasib manusia memang tak terduga sekarang mereka sudah berpisah lagi..."
"Kasihan," kata Ciu Hong. "Pantas jika demikian..."
"Apa yang pantas?" tanya Pwee Eng.
"Dua hari lalu kami bertemu dengan Seng Liong Sen, dia sedang berjalan dengan seorang nona cantik," kata Ciu Hong. "Aku memang tak kenal Liong Sen, tapi kakek kenal.
Semula aku kira dia main serong tanpa sepengetahuan Ci Sio-cia!"
"Nona itu pasti Khie Kie," kata Han Pwee Eng.
"Siapa dia?" tanya Ciu Hong.
"Dia putri Khie Wie yang duapuluh tahun lalu terkenal namanya," kata Han Pwee Eng.
2394 "Khie Lo-cian-pwee bukan orang yang buruk seperti diduga orang. Tapi dia jago di antara yang baik dan jahat.
Apa yang Paman Ciu bicarakan dengannya saat bertemu.
Aku sangat ingin tahu keadaan mereka," kata Kok Siauw Hong.
"Aku kenal pada Seng Liong Sen, tapi dia tak kenal aku.
Maka itu aku tak bicara dengannya," kata Ciu Tiong Gak.
"Aku mengenal saat dia baru berguru pada Bun Tay-hiap, dia angkuh. Mana mungkin dia mau kenal pada budak sepertiku?"
"Dulu dia memang begitu, tapi akhir-akhir ini sifatnya jadi baik," kata Kok Siauw Hong.
"Aku hampir tak mengenalinya, dulu dia ganteng sekali, sedang sekarang wajahnya buruk. Tetapi setelah kuperhatikan baru kukenali, dialah murid Bun Tay-hiap!"
kata Ciu Tong Gak. "Jika Paman Ciu bertemu dengannya setahun yang lalu, wajahnya lebih buruk lagi. Tapi mertuanya bisa mencarikan obat untuknya hingga wajahnya bisa diobati," kata Siauw Hong.
"Kau benar, jika tak ada orang yang membicarakan dia, mungkin aku tak kenal dia," kata Ciu Tiong Gak.
'Siapa orang itu, apa yang dibicarakannya tentang dia?"
kata Siauw Hong. Ciu Tiong Gak berpikir sejenak. Walau bagaimana Seng Liong Sen itu sahabat Siauw Hong, maka itu dia akan menjelaskan apa yang didengarnya.
"Mereka dua perwira Mongol yang mengenakan pakaian bangsa Kim!" kata Ciu Tiong Gak.
2395 "Dari mana Paman tahu mereka jago bangsa Mongol?"
kata Siauw Hong kaget. "Ketika masih muda aku pernah jadi pedagang kuda di Mongol, maka itu aku mengerti bahasa Mongol." kata Ciu Tiong Gak. "Dari percakapan kedua orang itu, agaknya mereka ditugaskan mengikuti Seng Liong Sen. Tapi sayang aku hanya mendengar sebagian saja ucapan mereka. Selain itu mereka juga membicarakan tentang Seng Cap-si Kouw!"
"Benarkah setelah kupunahkan ilmu silatnya bersama Siauw Hong, Seng Cap-si Kouw berada di Mongol?" pikir nona Han.
"Siapa lagi tokoh lain yang disebut-sebut itu?" kata Kok Siauw Hong.
"Aku tak kenal Siang-koan Hok dan Khie Wie, walau dulu dia terkenal sekali. Kabarnya dia lari ke Mongol, di sana dia menjadi pembantu utama Liong-siang Hoat-ong!"
kata Ciu Tiong Gak. "Bagaimana kedua jago Mongol itu membicarakan Siangkoan Hok?" kata Kok Siauw Hong.
"Mereka tak mengira Seng Liong Sen itu keponakan Seng Cap-si Kouw dan menantu Khie Wie. Jika mereka tak bisa menangkap Siang-koan Hok, sebagai gantinya mereka akan menangkap Seng Liong Sen untuk mendapatkan hadiah dari Wan-yen Tiang Cie. Begitu menurut mereka!"
kata Ciu Tiong Gak. "Saat Kakek menceritakan hal itu padaku, aku juga heran," kata Ciu Hong.
"Pasti kau kesal karena Seng Liong Sen jadi menantu Khie Wie, kan?" kata nona Han.
2396 "Itu salah satunya," kata Ciu Hong jujur. "Selain itu, Siangkoan Hok yang kata kakek jadi pembantu utama Liong-siang Hoat-ong, baru kudengar dari mulut kedua bu-su Mongol itu. Kata mereka Seng Liong Sen dan Siangkoan Hok seolah sejalan pikirannya. Anehnya kalau benar demikian, kenapa mereka mau menangkap Seng Liong Sen?"
"Aku juga bingung," kata Ciu Tiong Gak.
"Baik, akan kujelaskan," kata Kok Siauw Hong. "Semula Siang-koan Hok itu seorang pejuang bangsa Liao yang negaranya diambil alih oleh bangsa Kim. Saat itu dia berusaha akan membangun kembali Kerajaan Liao. Maka itu dia sengaja merahasiakan asal-usulnya dan bersembunyi di daerah Mongol. Tiga tahun yang lalu, setelah rahasia dirinya ketahuan oleh Liong-siang Hoa-ong, dia kabur ke Ho-lin. Karena dia sahabat baik ayah nona Han, dan pernah membantu tentara Han, hingga saat ini dia masih dicari oleh pihak Mongol!"
"Jadi begitu, mungkin aku kurang pengalaman," kata Ciu Tiong Gak.
"Setahuku soal ini hanya Tam Yu Cong, Liok Kun Lun, Hoa Kok Han dan Hong-lay-mo-li saja yang tahu," kata Siauw Hong. "Kukira Seng Liong Sen pun tak tahu soal ini.
Tapi yang mengherankan kenapa kedua bu-su itu menghubungkan nama Siangkoan Hok dengan Seng Liong Sen?"
"Paman Ciu, kapan dan di mana kau bertemu dengan kedua bu-su itu?" kata Han Pwee Eng.
"Tengah hari kemarin aku bertemu dengan mereka sedang bersama nona Khie," kata Ciu Tiong Gak. "Selang dua jam baru kupergoki kedua bu-su Mongol itu di Ouw-ciok-kang!"
2397 "Hu-lie-cip dan Ouw-ciok-kang berada satu arah, hanya jalannya berbeda," kata Kok Siauw Hong.
"Benar, di simpang tiga jalan itu aku lihat Seng Liong Sen, dia mengambil jalan lain dari jalan yang kami lalui, sekalipun arahnya sama. Sedangkan kedua bu-su Mongol itu jalannya sama dengan jalan yang kami lalui. Sayang kuda mereka sangat cepat, mungkin sekarang sudah sejauh 100 li di depan sana!" kata Ciu Tiong Gak.
"Barangkali kedua bu-su itu salah jalan saat mereka mengejar Seng Liong Sen," kata Han Pwee Eng.
"Mereka harus melewati Ouw-ciok-kang jika ingin ke Kimkee-leng, maka itu mereka menyusul ke sana!" kata Kok Siauw Hong. "Tetapi heran sekali, kenapa Liong Sen mengambil jalan lain, apa karena dia tahu ada yang mengikutinya?"
"Aku kira karena dia tahu Ci Sio-cia ada di Kim-keeleng, mana berani dia menemuinya!" kata Ciu Hong.
"Tetapi setahuku Ci Sio-ciamu dengan Seng Liong Sen sudah baikan," kata Kok Siauw Hong.
"Aku mengerti kau memihak pada sio-ciamu," kata Han Pwee Eng sambil tersenyum. "Mari kita jalan, bagaimana keadaanmu Paman Ciu?"
"Tak apa-apa, jika hanya sekedar untuk naik kuda aku bisa," kata Ciu Tiong Gak.
Beruntung kuda-kuda yang ditinggalkan oleh Tan Piauw dan An Tak berjumlah enam ekor, hingga kuda-kuda itulah yang mereka pakai.
"Mari kita ke Ouw-ciok-kang dulu, kita ikuti kedua busu Mongol itu," kata Kok Siauw Hong.
2398 "Ya, mereka mengejar Seng Liong Sen, dan kita mengikuti mereka," kata Han Pwee Eng. "Aku kira Seng Liong Sen mengambil jalan lain, pasti mereka tak akan menemukannya. Sedang kitta pasti akan bertemu dengan busu itu. Jika kita mengalahkannya, ini akan sama dengan bantuan kita pada Tam Tay-hiap!"
"Memang apa hubungan Tam Tay-hiap dengan kedua busu itu?" tanya Tiong Gak.
"Tam Tay-hiap ingin melakukan suatu rencana besar, beliau akan dibantu oleh Siang-koan Hok. Sekarang Tam Tay-hiap sudah menunggu di Tay-toh!" kata Kok Siauw Hong. "Aku yakin Siang-koan Hok tak takut pada kedua busu Mongol itu. Tapi jika kita bisa membunuh mereka, itu artinya kita meringankan tugas Siang-koan Hok!"
"Jalan yang kita tempuh ini ke Kim-kee-leng, kalau di sana ada sio-ciaku, ini kebetulan," kata Ciu Hong.
Dikisahkan Seng Liong Sen dan Khie Kie sedang berjalan berdua. Sambil berjalan Khie Kie terlihat sedang merenung.
"Adik, ada apa denganmu" Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Liong Sen.
"Kakak Liong, apa perempuan tadi itu kenalanmu?"
"Apa yang kau maksud perempuan yang berjalan dengan seorang kakek itu?" kata Seng Liong Sen agak kaget.
"Ya, dia! Aku rasa kakeknya pun kenal padamu" kata Khie Kie sambil menatap Liong Sen.
"Aku tidak kenal mereka," kata Liong Sen.
"Aneh" Kenapa nona itu mengawasimu dengan tajam, demikian juga kakeknya." kata Khie Kie.
2399 "Mana kutahu kenapa mereka memperhatikan aku?"
jawab Liong Sen. "Aku lihat mata nona itu melirik padaku," kata Khie Kie,
"kelihatannya dia benci sekali padaku! Aku merasakan dari sorot matanya itu!"
"Ah, dik! Kau terlalu bercuriga! Sekalipun dulu aku ini jahat, tapi tak pernah kulakukan perbuatan yang tak layak.
Maka itu apa yang kutakutkan, karena tak ada yang kurahasiakan padamu" Semuanya sudah kuceritakan padamu!" kata Liong Sen dengan harapan Khie Kie mau mengerti.
"Kakak Liong kau salah paham, aku tidak mencurigaimu. Tetapi yang aku heran, jika dia tak kenal padamu, kenapa dia mengawasimu begitu serius"
"Oleh karena banyak orang yang datang ke tempat Suhu, mungkin saja dia mengenaliku tetapi aku tak kenal padanya," kata Seng Liong Sen.
Walaupun dia berkata begitu Seng Liong Sen heran mendengar ucapan Khie Kie.
"Jika benar kakek itu sahabat Guruku, kenapa dia tak menegurku?" pikir Seng Liong Sen.
"Aku percaya padamu! Tetapi yang aku heran kenapa kau tidak mau ke Kim-kee-leng?" kata Khie Kie.
Wajah Seng Liong Sen berubah merah.
"Untuk sementara aku tak ingin bertemu dengan temanteman lamaku," kata Seng Liong Sen.
"Aku tahu, kau kan takut bertemu dengan Cici Giok Hian," kata Khie Kie. "Benar tidak?"
Seng Liong Sen diam seribu bahasa.
2400 "Cintamu padaku tak akan berubah, kan?" kata Khie Kie.
"Apa perlu hatiku kukorek untuk kutunjukkan padamu?"
kata Seng Liong Sen. "Memang untuk sementara aku tak ingin bertemu dengan Giok Hian, karena.... Ah, bagaimana aku harus menjelaskannya?"
"Tak perlu kaujelaskan, apalagi mengorek hatimu," kata nona Khie. "Aku hanya ingin tahu kalau cinta kita tak akan berubah karena apapun. Lalu kenapa harus takut bertemu dengan Cici Giok Hian" Terus-terang aku ingin bertemu dengannya"
"Bukan aku takut, tapi.... Ah aku hanya..." Seng Liong Sen tak bisa meneruskan kata-katanya.
"Kau takut aku cemburu, kan" Padahal sedikitpun tak ada ganjalan di hatiku, aku yakin begitu juga di hati Cici Giok Hian. Walau baru sekali aku bertemu dengannya, tapi aku yakin dia tak akan iri lepadaku..." kata Khie Kie.
"Aku yakin begitu," kata Liong Sen. "Tapi kesalahanku dulu bukan cuma kebetulan, maka...."
"Kau sudah insaf lama sekali, bahkan kawan-kawanmu di Kim-kee-leng pun sudah tahu itu!" kata Khie Kie.
"Kau benar, tapi aku malu!" kata Liong Sen.
"Sifatmu yang buruk karena kau terlalu tinggi hati," kata Khie Kie. "Kau terlalu kuatir dipandang rendah, sehingga kau melakukan sesuatu untukmendapat pujian! Padahal jika hanya sendiri tenagamu terbatas. Jika kau ingin berbuat sesuatu seharusnya dikerjakan bersama-sama. Hal itu aku dengar dari Paman Siang-koan Hok. Walau kepandaian beliau tinggi tetapi dia berjuang untuk kebersamaan. Dulu aku memang tak tahu itu, tapi sesudah banyak bergaul, akhirnya aku paham masalah itu!"
2401 Mendengar nasihat itu Seng Liong Sen mengubah pendiriannya
"Baik, kita balik lagi dan pergi ke Kim-kee-leng. Tapi entah Paman Siang-koan Hok sudah sampai di sana atau belum" Aku tak mengira kalau Paman Siang-koan sahabat baik ayahmu!" kata Seng Liong Sen.
"Dia sudah pergi tiga hari yang lalu, aku kira dia sudah ada di sana," kata Khie Kie. "Aku juga baru mengenalnya, Ayahku tak pernah cerita tentang dia!"
"Adik Khie, kita pasangan sehidup-semati tak terpisahkan," kata Seng Long Sen.
Khie Kie tersenyum. "Ayahmu menyuruh kita ke Kim-kee-leng, tetapi kenapa dia tak ke sana?" kata Seng Liong Sen.
"Ayah akan ke tempat lain mencari kawan, mungkin ada urusan lain yang lebih penting," kata Khie Kie.
"Kepandaian ayahmu tinggi, malam tadi dia terluka, syukur lukanya tidak parah," kata Seng Liong Sen.
"Pertarungan sengit seperti malam itu belum pernah kualami sebelumnya."
"Ya, jika diingat sampai sekarang hatiku masih berdebardebar," jawab Khie Kie.
Pertarungan yang diceritakan oleh Seng Liong Sen itu terjadi seminggu yang lalu di Sun-keng-san atau tempat tinggal Khie Wie. Ketika Siang-koan Hok datang, kebetulan Seng Liong Sen baru pulang. Dia menemui Siang-koan Hok. Seng Liong Sen belum kenal pada Siang-koan Hok, maka itu dia bertanya dengan teliti sekali, apa maksud kedatangan tamu itu. Tapi Siang-koan Hok yang belum kenal pemuda itu, tak berterus terang pada Seng Liong Sen.
2402 "Sebenarnya anda ini siapa?" tanya Siang-koan Hok.
Maka itu keduanya jadi salah paham. Seng Liong Sen mengira Siang-koan Hok musuh mertuanya, sedang Siangkoan Hok mengira Khie Wie telah pindah rumah.
Maka itu keduanya bertengkar dan bertarung. Tetapi karena Seng Liong Sen menggunakan tiga macam ilmu silat dari berbagai golongan, Siang-koan Hok tak bisa menerka siapa pemuda itu" Saat itu Seng Liong Sen sedikit lengah, dia ditarik oleh Siang-koan Hok dan terlontar tinggi. Seng Liong Sen mencoba berakrobat agar tubuhnya tidak jatuh terbanting. Untung tibatiba muncul seseorang yang menangkap jatuhnya tubuh Seng Liong Sen. Orang itu Khie Wie adanya. Khie Wie memeriksa nadi menantunya, dia lega. Ternyata Siang-koan Hok tak berniat melukainya.
Kemudian Khie Wie tertawa sambil berkata.
"Ah, kiranya kau sahabat lamaku!" kata Khie Wie.
"Siapa pemuda ini?" tanya Siang-koan Hok.
"Dia menantuku, Seng Liong Sen namanya!" kata Khie Wie.
"Jadi dia menantumu, pantas lihay," kata Siang-koan Hok.
"Dia belajar dari bibinya Seng Yu Ih, resminya murid Bun Tay-hiap. Ayo beri hormat pada Paman Siang-koan,"
kata Khie Wie pada Seng Liong Sen.
Keduanya sama-sama kaget Siang-koan Hok tak mengira pemuda itu keponakan Seng Cap-si Kouw, sedang Seng Liong
Sen tak mengira kalau tamu itu bernama Siang-koan Hok.
2403 "Pasti kau sudah tahu tentang diriku," kata Siang-koan Hok. "Saat ini di kalangan kang-ouw, aku ini si manusia paling busuk. Untung mertuamu tidak menganggapku begitu!"
"Delapanbelas tahun yang lalu aku sudah berjanji tak akan membocorkan rahasiamu, maka itu mungkin saja dia tak tahu siapa kau," kata Khie Kie.
Dulu saat berpisah Khie Wie pergi menyepi di pegunungan, sedangkan Siang-koan Hok pergi ke Mongol.
Sekarang mereka baru bertemu lagi. Tak lama mereka sudah asyik berbincang. Sungguh di luar dugaan malam itu tempat itu didatangi tiga orang tak diundang. Salah seorang pendeta Lham dari Tibet. Pendeta itu berjubah merah, dia bernama Bu-bong Siang-jin. Dia kakak seperguruan Wanyen Tiang Cie, yang seorang lagi pembantu utama Wan-yen Tiang Cie bernama Cian Tiang Cun. Sedangkan orang yang ketiga bernama Uh Bong, murid Liongsiang Hoat-ong.
Uh Bong orang Mongol dan dialah penghubung Wanyen Tiang Cie sehingga mereka bisa bersekongkol dengan bangsa Mongol, tepatnya dengan Liong-siang Hoat-ong.
Begitu sampai mereka langsung menyerang. Dengan demikian pertarungan hebat segera terjadi. Seng Liong Sen menghadapi Uh Bong, sedangkan Khie Wie berhadapan dengan Bu-bong Siang-jin. Siang-koan Hok melawan Cian Tiang Cun. Akhirnya Khie Wie dan kawan-kawannya berhasil mengalahkan mereka, walau Khie Wie terluka tapi untung lukanya ringan.
"Rupanya Liong-siang Hoat-ong tak pernah melupakan aku," kata Siang-koan Hok. "Mungkin saja akan datang lagi jago-jago yang menyusul ke mari! Saudara Khie sekarang tempatmu tak aman lagi, aku menyesal telah
menyusahkanmu...." 2404
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jangan berkata begitu, kau kan kawan lamaku.
Sekalipun mereka berdatangan kita hadapi mereka. Tapi entah Liongsiang Hoat-ong datang ke mari atau tidak?" kata Khie Wie.
"Menurutku dia tak akan datang sendiri, mungkin dengan jago-jagonya. Aku yakin Liong-siang Hoat-ong masih di Taytoh," kata Siang-koan Hok.
"Untunglah, jadi aku masih bisa tinggal di sini beberapa hari lagi sampai lukaku sembuh, jika mereka datang pasti akan makan waktu beberapa hari," kata Khie Wie.
"Memangnya kau mau ke mana?" tanya Siang-koan Hok.
"Entahlah, tapi kau jangan mencemaskan diriku! Jika kau punya masalah penting, silakan kau berangkat lebih dulu," kata Khie Wie.
Mengingat Siang-koan Hok sudah berjanji dengan Tam Yu Cong dia berkata begini.
"Benar, aku akan ke Kim-kee-leng menemui Hong-laymo-li, sesudah itu akan kutemui Tam Yu Cong. Bagaimana kalau kau ke Kim-kee-leng saja?" kata Siang-koan Hok.
"Terima kasih," kata Khie Wie. "Untuk sementara aku tak akab ke sana dulu, aku sudah biasa hidup berkelana.
Sekarang di Kim-kee-leng sudah berkumpul para patriot, sedang aku malah dikenal sebagai gembong penjahat besar!"
"Apa kau lupa dulu Hong-lay-mo-lipun seperti kau, bahkan sangat ditakuti," kata Siang-koan Hok. "Biar akan kuberitahu mereka, aku rasa tak ada masalah untukmu."
"Suami-istri itu orang-orang gagah, aku memang ingin menemui mereka," kata Khie Wie.
2405 "Ya, baiklah kalau begitu, aku akan segera pergi," kata Siang-koan Hok
Ketika Siang-koan Hok akan pergi, Khie Wie
menahannya. 'Tunggu dulu!"
"Ada apa?" tanya Siang-koan Hok.
"Aku tak ikut dengan kau, tapi puteri dan menantuku akan kutitipkan padamu merekalah yang akan pergi bersama-sama ke Kim-kee-leng!" kata Khie Wie.
"Bagus," kata Siang-koan Hok.
"Silakan Paman Siang-koan berangkat lebih dulu, aku akan mengobati luka mertuaku sampai sembuh," kata Seng Liong Sen memberi alasan.
Sebenarnya dia menolak pergi dengan Siang-koan Hok, karena tak ingin ke Kim-kee-leng. Tetapi setelah dipaksa oleh mertuanya, akhirnya mereka pergi juga Seng Liong Sen menilai ucapan istrinya benar juga. Mau tak mau mereka akan bertemu dengan Ci Giok Hian.
"Ah, kenapa aku harus takut bertemu dengan Ci Giok Hian?" pikir Seng Liong Sen. "Jika niatku baik dan sifatku sudah berubah, siapa yang akan membenciku?"
Seng Liong Sen berjalan dengan langkah tetap. Sambil berjalan dia menunduk seolah-olah sedang berpikir keras.
"Seng Toa-ko, apa yang kau pikirkan?" tanya Khie Kie.
Saat itu mereka telah melewati Ouw-ciok-kang.
Mendengar teguran itu Seng Liong Sen sadar dari lamunannya.
"Oh, aku sedang berpikir, apakah Paman Siang-koan sudah ada di sana atau belum?" kata Seng Liong Sen. "Dia sudah berangkat tiga hari yang lalu."
2406 "Jika dia tak ada di sana, tapi Kok Siauw Hong, Han Pwee Eng dan Cici Giok Hian ada di sana! Apa kau masih takut menemui mereka?" kata Khie Kie.
"Ah, jika aku bersamamu, apa yang aku takutkan?" kata Seng Liong Sen.
Wajah Khie Kie berubah merah, hatinya bahagia.
"Kalau begitu, mari kita jalan lebih cepat!" kata Khie Kie. "Lihat langit sudah mulai gelap sebentar lagi mungkin akan turun hujan! Jika kita bisa lebih cepat mencapai kota kecil di depan kita, kita tak akan kehujanan!"
Ternyata walau mereka berjalan dengan cepat, akhirnya gagal mencapai kota kecil itu. Karena hujan sudah keburu turun, hingga merekapun harus basah kuyup kehujanan.
"Kita gagal mencapai kota kecil di depan kita!" kata Seng Liong Sen. "Mari kita cari tempat untuk meneduh!"
Tak lama hujanpun mulai reda Walaupun cuaca masih tetap gelap. Tiba-tiba mereka mendengar suara debur air, Seng Liong Sen tersentak kaget.
"Ah, celaka kita salah jalan! Di depan kita sungai!" kata Seng Liong Sen.
"Memang seharusnya kita menyeberangi sungai Tay-bunhoo untuk sampai di Kim-kee-leng!" kata Khie Kie.
"Benar, tapi di tempat seperti ini, di mana kita bisa mencari tempat untuk berteduh?" kata Seng Liong Sen.
Saat kilat menyambar Khie Kie melihat sesuatu.
"Lihat!" kata si nona. "Di sana ada sebuah bangunan!"
"Ya aku malah mendengar suara orang, barangkali di sanapun sudah ada orang yang meneduh," jawab Seng Liong Sen.
2407 Sesudah dekat dengan bangunan itu, baru mereka tahu, bahwa bangunan itu tempat menyimpan kayu. Ternyata para pedagang kayu menggunakan air sungai untuk mengangkuti kayu-kayu yang akan mereka jual di kota.
Tetapi kayu-kayu itu sudah tinggal setumpuk saja. Mereka masuk ke dalam gudang kayu itu. Di sana terlihat belasan orang sedang mengerumuni api unggun untuk
menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan.
"Maaf, kami datang mengganggu Tuan-tuan," kata Seng Liong Sen. "Kami salah jalan dan ingin numpang meneduh..."
"Jangan see-ji, ini pun bukan gudang milik kami.
Silakan. Wah pakaian kalian basah-kuyup. Mari hangatkan tubuh kalian di sini!" kata seorang dengan ramah sekali.
Sambil bicara orang itu menepi memberi tempat untuk dua orang agar bisa berada di depan api unggun yang hangat. Sesudah berada di depan api unggun akhirnya mereka asyik bicara. Ternyata di antara mereka ada pedagang obat, karena air sungai mulai pasang, mereka tak bisa menemukan perahu untuk menyeberang. Akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam di situ. Nama tukang obat itu An To Seng, dia mengajak empat orang pegawainya untuk memikul barangbarangnya.
"Kami dari Keng-ciu membeli bahan obat dan akan ke Kuiciu!" kata An To Seng.
"Margaku Sin," kata Seng Liong Sen berbohong.
"Apa nona itu keluargamu?" kata An To Seng. Semula Seng Liong Sen akan mengaku bahwa mereka kakakberadik, tapi dia takut orang curiga padanya. Maka itu dia menjawab sejujurnya
"Dia istriku!" kata Seng Liong Sen.
2408 "Ah, mungkin saja kalian baru menikah, ya?"
"Ah, terkaan Tuan tepat sekali, Tuan An!" kata Seng Liong Sen berpura-pura kaget.
"Aku lihat istrimu malu-malu, biasanya pengantin baru memang suka malu-malu," kata An To Seng. "Ayo maju agar pakaianmu bisa segera kering! Jangan sampai kalian masuk angin."
Mereka berbincang semakin asyik.
"Kalian mau ke mana?" tanya An To Seng.
"Aku akan menemui kawan baikku untuk minta pekerjaan di Kui-ciu!" jawab Seng Liong Sen.
"Di Kui-ciu ada bukit bernama Kim-kee-leng, di sana ada kelompok penjahat yang dipimpin seorang perempuan, apa saudara Sin tak takut bertemu dengan mereka?" kata An To Seng.
"Kami bukan orang kaya karena itu kami tidak membawa barang berharga," kata Seng Liong Sen.
"Kamipun tak takut dibegal. Malah aku dengar mereka juga tak sembarangan membegal orang!"
"Kau benar, jika mereka ganas masakan aku berani lewat sini," kata An To Seng.
Lama-lama mereka saling curiga dan mengira
masingmasing sedang memancing. Maka itu merekajadi kaku dalam berbincang. Saat itu masuk dua orang yang berumur belasan tahun ikut meneduh di situ. Salah seorang berpakaian bagus seperti putra hartawan dan seorang lagi bertubuh kekar. Mungkin orang bertubuh kekar itu pengiring anak muda yang berdandan rapih itu. Begitu masuk, orang yang berbadan kekar itu langsung bicara dengan suara keras.
2409 "Harap beri tempat pada Kong-cu kami. Dia ingin menghangatkan tubuhnya." kata si kekar.
-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 91 Bertemu Han Hie Sun Di Gudang Kayu;
Pertarungan Hebat Di Gudang Kayu
Sementara itu di luar hujan mulai reda, kedua orang yang baru datang itu membawa payung. Tapi karena kehujanan, pakaian mereka tetap basah-kuyup. Melihat kedatangan kedua orang itu, yang paling terkejut Seng Liong Sen. Kong-cu yang dipanggil oleh lelaki kekar itu dia ternyata putra kedua Perdana Menteri Kerajaan Song Selatan yang bernama Han To Yu. Anak muda itu bernama Han Hie Sun. Sedangkan lelaki kekar itu, pelatih silat istana Perdana Menteri. Dia bernama Su Hong. Merasa perlakuan orang kekar itu kasar, An To Seng gusar.
"Hm! Kau tahu sopan-santun atau tidak" Api unggun ini kami yang buat! Jika kalian ingin ikut berdiang di sini, harus permisi dulu kepada kami. Kenapa kau berteriakteriak semaumu" Memangnya kau kira ini di rumah majikanmu, hingga kau boleh sembarangan main bentak?"
kata An To Seng. "Hm! Jika Kong-cu kami mau berdiang bersama kalian, itu pun sudah sebuah kehormatan besar bagi kalian!
Beraninya kau, menyuruh Kong-cu kami minta izin padamu?" kata Su Hong.
"Hm! Dia majikanmu, bukan majikanku! Kenapa aku harus hormat kepadanya?" kata An To Seng bersikeras."
Seharusnya kau bicara sedikit sopan. Dengan demkian barangkali aku bisa kasihan pada kalian aku mengijinkan kalian berdiang di sini!"
2410 Di antara kawan si pedagang obat itu ada juga yang dongkol mendengar kata-kata Su Hong yang kasar itu. Seng Liong Sen dan Khie Kie diam saja. Kebetulan Seng Liong Sen pun pernah mewakili gurunya berunding dengan Han To Yu mengenai masalah perlawanan terhadap penyerbuan pasukan Kim. Maka itu dia kenal siapa Han Hie Sun itu, malah dia pernah tinggal di istana Perdana Menteri Han To Yu beberapa hari lamanya.
Han Hie Sun mengawasi ke arah An To Seng, tapi tak lama dia mulai bergeser ke arah Seng Liong Sen. Mungkin karena dia merasa sudah kenal pada orang bermuka buruk ini, walaupun dia tak ingat di mana. Salah seorang pembantu An To Seng sengaja melonjorkan kakinya, dengan demikian tak ada tempat bagi Han Hie Sun.
"Entah dari mana datangnya kerbau gila itu, lebih baik tempat ini diberikan pada orang yang sopan daripada kepada seekor kerbau gila!" kata kuli itu.
Su Hong yang gusar, balas memaki.
"Apa katamu" Kau anggap aku ini kerbau gila?" kata Su Hong geram bukan main.
Sambil bicara dia dorong kuli itu. An To Seng segera menangkis dorongan Su Hong sambil berkata keras.
"Eh, kau ingin berkelahi ya?" kata An To Seng.
Ketika tangan keduanya beradu, ternyata mereka samasama kuat. Tadi An To Seng menangkis dorongan Su Hong sambil duduk, jelas kekuatannya masih setingkat lebih tinggi dari Su Hong.
Seng Liong Sen baru sadar kalau An To Seng itu ternyata bisa silat. Dia sudah tahu sampai di mana kepandaian Su Hong. Sekalipun tidak istimewa, dia terhitung seorang jago.
2411 Namun kepandaian An To Seng lebih lihay dan bukan orang sembarangan. Tiba-tiba Seng Liong Sen berkata.
"Dengan sesama orang dalam perjalanan, sebisa mungkin harus saling tolong-menolong. Asal kalian bersikap sedikit ramah, pasti Tuan An bersedia membantu kalian." kata Seng Liong Sen.
Sambil bicara dia dan Khie Kie bangun, lalu berkata lagi.
"Biar kuberikan tempat duduk kami dan jangan bertengkar!" kata Seng Liong Sen.
Rupanya pemuda itu tak ingin terjadi perkelahian antara Han Hie Sun dan An To Seng. Menurut pendapatnya Su Hong memang tak perlu ditakutkan, tetapi Han Hie Sun murid Thio Tay Thian atau si pengemis yang mahir Kengsin-cie-hoat, An To Seng tak akan sanggup melawan Han Hie Sun. Walau An To Seng mampu mengalahkan Su Hong. Lagipula jika pertandingan itu diteruskan, maka mau tak mau dia akan terlibat juga. Padahal dia tak ingin dikenali. Itu sebabnya dia coba mencegah perkelahian itu.
Han Hie Sun melirik sekejap ke arah Seng Liong Sen, lalu berkata sambil tertawa.
"Kata-kata saudara ini benar. Su Hong kau bicara kasar, kau harus minta maaf kepada Tuan itu. Eh, Tuan kau she apa" Apa Tuan-tuan bersedia memberi tempat untuk kami?"
kata Hie Sun. "Jika sejak tadi kau berkata begitu, semua masalah akan beres," kata An To Seng.
Dia persilakan Han Hie Sun dan Su Hong duduk dan memberi tahu she dan nama serta usahanya. Kuli An To Seng merasa penasaran pada kedua tamu itu, mereka menggerutu.
2412 "Hm! Baiklah, tapi kami mengalah atas kehendak majikan dan Tuan Sin, jangan kau kira kami takut pada kalian!" gerutu kuli itu kurang puas.
Sebenarnya Su Hong sangat dongkol mendengar gerutuan itu, tapi karena majikannya memberi perintah, terpaksa dia minta maaf kepada An To Seng dan tidak menghiraukan kulikuli itu. Dia heran, kenapa tiba-tiba majikannya berubah jadi penakut pada beberapa orang kasar itu. Sedang Han Hie Sun agak tertarik hatinya, mendengar kuli itu menyebut she "Sin" untuk pemuda yang mau mengalah itu.
"Dia mengaku she Sin, tapi kelihatannya dia mirip dengan murid Bun Tay-hiap. Lagipula aku dengar Seng Liong Sen sudah mati, dulu dia tampan. Apa wajahnya sekarang telah berubah?" pikir Han Hie Sun
"Heran, kenapa putra Han To Yu ada di tempat ini, mau apa dia" pikir Seng Liong Sen. "Padahal ini kan wilayah Kerajaan Kim!"
Melihat majikannya mengawasi ke arah Seng Liong Sen dan Khie Kie, Su Hong mengira majikannya tertarik pada nona di samping orang yang diawasinya itu. Maka itu Su Hong berkata begini.
"Saudara Sin, siapa nona di sampingmu itu" Apakah dia adikmu" Dan apa pekerjaanmu?" kata Su Hong.
"Aku pengembara biasa," sahut Seng Liong Sen tanpa menjawab pertanyaan yang lainnya.
"Oh, jadi kau pengembara miskin," kata Su Hong sambil tertawa. "Mudah saja jika kau ingin mencari sesuap nasi, Kong-cu kami bersedia memberimu makan, asal kau dan adik perempuanmu ikut Kong-cu kami. Mengingat adikmu itu cukup cantik juga he..he...he....."
2413 Belum selesai ucapan Su Hong, tiba-tiba An To Seng sudah membentak dengan nyaring.
"Kau jangan sembarangan bicara orang she Su! Mereka itu suami istri, tahu?" kata An To Seng.
"Ah, suami istri rupanya. Jika suami istri, kenapa?" kata Su Hong. "Ah, sayang istrinya cantik sekali sedangkan suaminya jelek sekali! Nona cantik itu tak ubahnya seperti bunga mawar tumbuh di atas kotoran kerbau."
Khie Kie gusar dia bermaksud memberi pelajaran pada Su Hong, tapi diam-diam Seng Liong Sen mencegahnya.
An To Seng tidak tahan lagi, segera dia memaki.
"Tutup mulutmu! Sin Toa-ko ini sahabatku, jika kau sembarangan bicara lagi, jangan kau salahkan aku!."
"Memang kata-kataku itu salah" Dia memang buruk, itu kenyataan, kenapa kau tidak senang" Apa kau ingin berkelahi denganku?" kata Su Hong.
Tiba-tiba Seng Liong Sen bicara.
"Tuan An, kau jangan marah, ucapan tuan Su ada benarnya juga. Memang wajahku ini buruk, apa mau dikata?" kata Seng Liong Sen merendah.
"Nah, bocah ini saja sudah mengaku, apa kata-kataku tadi salah?" kata Su Hong sambil tertawa terbahak-bahak.
"Dia lebih tahu keadaan dibanding dengan kau! Apa kau bersedia ikut Kong-cu kami" Aku jamin kau akan kenyang makan dan senang!"
"Terima kasih," kata Seng Liong Sen.
Kebetulan Seng Liong Sen duduk di depan Su Hong, maka itu dengan sedikit membungkuk dia memberi hormat dan merangkapkan sepasang tangannya di depan dadanya.
2414 "Jangan sungkan, jangan sungkan. Istrimu ini........." kata Su Hong.
Belum habis ucapan Su Hong mendadak dia terlentang, sedangkan sebelah kakinya mengenai tumpukan api unggun. Dia berteriak-teriak kesakitan karena kakinya terbakar. Rupanya ketika itu Seng Liong Sen menggunakan gerakan 'Tong-cu-pay-koan-im' (Anak kecil menyembah Dewi Koan-im) sambil mengerahkan tenaga dalamnya menghantam lutut Su Hong. Menyaksikan kejadian itu Han Hie Sun terkejut. An To Seng kaget dan girang. Diam-diam dia bersyukur bisa mengikat persahabatan dengan Seng Liong Sen. Sambil tertawa An To Seng berolok-olok.
"Hei orang she Su, mulutmu itu tidak bersih, pantas jika mendapat ganjaran yang setimpal. Lekas bangun, nanti api unggunnya padam!" kata An To Seng.
Su Hong segera merangkak bangun. Sebenarnya dia hendak mengumbar perasaan dongkolnya, tapi Han Hie Sun keburu melotot padanya dan berkata.
"Kau selalu membuat malu saja, jangan ngaco!" kata Han Hie Sun. "Sin Toa-ko, ternyata kau lihay sekali.
Maafkan aku kurang hormat padamu. Jika kau lak keberatan mari kita bersahabat!"
Han Hie Sun langsung mengulurkan tangannya ingin berjabatan tangan dengan Seng Liong Sen.
"Ah, mana aku berani," sahut Liong Sen merendah.
Tapi karena sadar dia tak bisa menghindari ajakan Han Hie Sun itu, terpaksa dia mengulurkan tangannya untuk mengadu tenaga dengan lawan. Begitu tangan mereka saling menggenggam, serentak kedua pihak sama-sama bergetar.
2415 Diam-diam Seng Liong Sen mengakui tenaga dalam lawan jauh lebih hebat dibanding dulu. Sebaliknya Han Hie Sun pun terkejut, karena tenaga dalam lawannya sangat aneh, entah berasal dari aliran mana"
Seng Liong Sen yang kuatir dikenali, sengaja menggunakan tenaga dalam ajaran Khie Wie hingga membuat Han Hie Sun ragu-ragu. Saat Han Hie Sun hendak mengerahkan tenaga Keng-sin-cie-hoat, tiba-tiba dia merasa terdorong oleh semacam tenaga yang sangat kuat hingga membuat dia sesak napas. Dia terkejut dan cepat melepaskan tangannya agar tidak terluka oleh tenaga dalam lawan yang aneh itu.
Menyaksikan kejadian itu, An To Seng terkejut. Semula dia mengira Han Hie Sun hanya putra seorang hartawan biasa dan Su Hong tukang pukulnya. Tapi kini sudah diketahui bahwa kepandaian "putra hartawan" itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Su Hong.
Han Hie Sun jadi sangsi dan sulit menduga asal-usul Seng Liong Sen. Ketika hendak bicara lagi untuk memancing jawaban dari Seng Liong Sen, tiba-tiba terdengar suara gelak tawa di luar gudang. Hampir bersamaan orang yang tertawa itu sudah melangkah masuk ke gudang kayu. Kedua pendatang baru ini terdiri dari seorang lelaki tinggi besar dan seorang bertubuh pendek kecil. Senjata yang tergantung pada pinggang kedua orang ini sama bentuknya, golok panjang.
"Ah, kita tidak salah, ini tempat baik untuk berteduh. Di samping itu ada api unggun yang bisa kita gunakan untuk memanggang daging," terdengar lelaki kekar itu berkata.
Kawannya yang pendek menanggapinya.
"Benar, bahkan di sini tak sedikit sahabat kita, jadi tidak kesepian." katanya
2416 Sambil bicara lelaki kekar itu menanggalkan mantel yang dipakainya lalu dia mengibaskan sekuatnya sehingga air muncrat mengenai muka orang-orang yang sedang berkerumun di sekeliling api unggun itu. Rombongan pedagang obat itu sangat dongkol atas kejadian itu. Dengan mata mendelik mereka bermaksud mendamprat, tapi An To Seng keburu memberi tanda pada mereka agar jangan mencari gara-gara. Tak lama lelaki pendek berseru.
"Hei, para sahabat, mengapa kalian tidak menyapa tamu yang baru datang dan mengundang kami memanaskan badan?" kata si pendek.
Sambil berkata begitu dia melangkah maju, mendadak sebelah kakinya menendang sebuah keranjang obat hingga terbalik.
Sebenarnya keranjang obat itu ditaruh di pinggir dan tidak menghalangi jalan, jadi mudah diduga si pendek memang sengaja menendang keranjang itu.
"Kurangajar! Keranjang sampah apa ini" Sembarangan ditaruh di sini, hampir saja aku tersandung!" kata si pendek.
Kemudian dia menghunus goloknya dan langsung menusuk keranjang yang sudah terbalik itu. Karena terguling isi keranjang yang terdiri dari macam-macam obat itu langsung tercecer berantakan. Sekarang ditusuk dengan golok, tentu saja isi bungkusan itu berserakan hingga kelihatan apa jenisnya
"Ah, sungguh hebat, ada Kolesom, Sia-hio, Tong-kui, Hosiuh-oh, dan sebagainya, semua barang mahal dan sukar dicari!" kata lelaki pendek itu sambil tertawa.
Sedang sebagian dari bahan obat itu berbentuk bubuk, karena bungkusnya pecah obatnya jadi berserakan di lantai gudang hingga sulit dikumpulkan lagi. Tentu saja hal ini 2417
sangat menyedihkan bahkan menimbulkan rasa gusar kawankawan pedagang obat itu. Tapi An To Seng memberi tanda agar anak buahnya menahan diri, sedang dia langsung berdiri dan membentak.
"Sebenarnya apa mau kedua sahabat ini?" kata An To Seng.
"Tuan An, setahuku kau ini sudah berpengalaman. Tapi kau tidak tahu sudah dua hari kami menguntit jejakmu.
Kenapa kau harus bertanya lagi?" jawab lelaki kekar itu.
"Hm! Jadi tujuan kedatangan kalian ke sini untuk menemuiku," ejek An To Seng. "Jika demikian, ayo bicara terus-terang, kenapa kau rusak barang kami?"
"Baiklah, jika kau ingin berunding," kata orang itu.
"Obatobat yang kau bawa sangat kami perlukan. Tapi untuk Tuan An kami bisa beri kelonggaran. Kami hanya minta separuhnya saja. Nah, kalian boleh kumpulkan lagi untuk dibagi rata menjadi dua, aku percaya padamu. Besok pagi-pagi segera kami berangkat, untuk itu kami minta beberapa tenaga kuli darimu untuk mengangkut obat itu."
"Huh, enak saja kau bicara!" kata An To Seng.
"Memang kau anggap permintaan kami terlalu banyak?"
kata lelaki pendek kecil itu. "Padahal harga yang kami ajukan cukup pantas dan ditanggung bersaing."
"Tuan An, sebenarnya apa maumu" Apakah kau menginginkan agar barang ini dibagi empat banding enam atau tiga banding tujuh" Silakan bicara saja," kata lelaki kekar itu.
"Aku tidak ingin cara yang mana pun, dan yang aku inginkan kalian enyah dari sini sekarang juga!" kata An To Seng geram.
2418 "He, he, he, sekali kami sudah datang, mana bisa kami pergi begitu saja!" jawab lelaki pendek itu. "Wah, mendengar ucapanmu itu, tampaknya kau tak bisa diajak berunding?"
"Benar," jawab An To Seng tegas. "Jika kalian tidak mau pergi, biar aku usir dengan aturan kaum Kang-ouw!"
"Baik, coba katakan bagaimana caramu itu?" kata lelaki kekar itu.
"Kau ingin main kerubut atau satu lawan satu, silakan?"
kata An To Seng. "Sebelum mulai, mari kita bicara lebih dulu agar jelas,"
kata lelaki kekar itu. Dia mengawasi ke sekeliling ruangan, lalu berkata sambil tertawa.
"Hai, pantas Tuan An tidak gentar sedikitpun pada kami, karena kau sudah mengundang bala-bantuan ke mari. Eh, yang ini bukankah Su Hong?"
"Jadi kau masih kenal padaku, Pa Lo-toa," jawab Su Hong. "Tapi kau salah duga, seburuk-buruknya orang she Su tidak akan membantu pedagang obat itu!"
"Ya, sudah lama kudengar Su Toa-ko mendapat Cu-kong, pasti kau tidak perlu melakukan pekerjaan tanpa modal lagi. Selama ini kau pasti hidup makmur dan kau tinggal di mana sekarang"''
"Tajam benar sumber informasimu," kata Su Hong. "Han Kong-cu ini, majikan mudaku. He..he, rasanya Tuan An belum cocok untuk jadi sahabat Kong-cu kami."
"Hm! Sekalipun orang she An ini kaum keroco, dia tidak sudi bergaul dengan kaum pengkhianat," ejek An To Seng.
2419 "Tampaknya kalian sudah kenal lama dengan mereka! Nah, boleh jika kalian mau mengeroyok kami."
Han Hie Sun mengibaskan kipasnya. Kemudian pemuda she Han itu berkata.
"Kalian ribut sendiri, memang ada sangkut-paut apa denganku?" kata Han Hie Sun.
Dengan sikap angkuh pertengkaran orang Kang-ouw ini tidak berharga baginya. Sambil tertawa Su Hong menyambung kata-katanya.
"Tuan An, kau tidak perlu kuatir, Kong-cu kami tidak mau ikut campur urusan kalian. Maka itu akupun tidak akan membantu pihak manapun. Nah, Pa Lo-toa dan Han Lo-ji, kepandaian kalian masih cukup berlebihan untuk membereskan tukang obat ini, bukan?"
"Terima kasih atas kesediaan Kong-cu kalian yang tidak sudi ikut campur. Bagi Su Toa-ko pasti kami tahu diri dan ada komisinya," kata lelaki kekar itu sambil tertawa.
Setelah mendengar she kedua penjahat yang disebutsebut oleh Su Hong, An To Seng ingat pada kedua penjahat yang terkenal dengan ilmu golok kilatnya, yaitu Pa Thian Hok dan Han Thian Siu. Kedua penjahat itu saudara seperguruan yang cukup terkenal di kalangan hitam belasan tahun lamanya, karena itu An To Seng belum pernah bertemu dengan mereka. Sorot mata Han Thian Siu beralih ke arah Seng Liong Sen, lalu berkata.
"Bagaimana dengan sahabat ini?" kata Han Thian Siu.
Saat Seng Liong Sen mau bicara, tiba-tiba An To Seng mendahului bicara,
"Mereka suami istri yang kebetulan ikut berteduh di sini karena kehujanan. Aku pikir tidak perlu kita melibatkan 2420
mereka, karena tak ada sangkut-pautnya dengan urusan kita." kata An To Seng.
"Baik, karena itu aku tak peduli kalian berapa orang, yang pasti kami siap menghadapi kalian," ujar lelaki kekar yang bernama Pa Thian Hok. "Nah, sekarang Tuan An ingin satu lawan satu, itu juga boleh."
"Bagus, harus kau pegang ucapanmu itu! Akan kuhadapi kau untuk menentukan kalah dan menang," jawab An To Seng.
"Tapi jika Tuan An kalah, maka barang yang kau bawa ini tidak hanya separuhnya saja yang kami inginkan," kata Pa Thian Hok sambil tertawa.
"Ya, jika aku kalah, semua barangku boleh kau ambil, bahkan aku berikan juga kepalaku," jawab An To Seng dengan gusar. "Bagaimana jika kalian yang kalah?"
"Bagaimana keinginanmu saja?" kata Pa Thian Hok.
"Aku tidak perlu kepalamu, cukup asal kalian segera enyah dari sini!"jawab An To Seng.
"Baik!" kata Pa Thian Hok. "Nah, Han Su-tee, kau awasi mereka!"
"Baik," jawab Han Thian Siu. "Asal mereka tidak bergerak pasti aku tidak perlu turun tangan."
"Baik, maju sekarang!" bentak An To Seng sambil bersiap.
"Sudah lama aku tahu tentang 72 jurus Kim-na-jiu-hoat Tuan An yang sangat lihay, biarlah sekarang aku belajar kenal dengan kepandaianmu itu. Awas!" kata Pa Thian Hok.
Bersamaan dengan itu goloknya langsung menebas lawan.
2421 "Golok kilat" Pa Thian Hok memang bukan cuma nama kosong, dalam sekejap semua orang yang menyaksikan pertarungan itu merasa silau terkena sinar golok yang berkeredep di tengah berkelebatnya bayangan orang.
Dengan tenang An To Seng menghadapi lawannya itu, dia menerobos kian kemari di antara sinar golok yang menyambar dengan cepat. Jika Pa Thian Hok mendesak maju, An To Seng mencengkram bagian yang mematikan di tubuh lawan, hingga terpaksa Pa Thian Hok melompat menghindarinya Sekarang Pa Thian Hok memainkan 36
jurus goloknya tapi sama sekali tak bisa mengenai sasaran.
Sebaliknya beberapa kali dia hampir dicengkram oleh tangan An To Seng yang lihay.
Melihat pertarungan itu, Seng Liong Sen lega juga, sebab dia yakin akhirnya Tuan An yang akan jadi pemenangnya meskipun sekarang tampaknya Pa Thian Hok menyerang dengan ganas.
Tapi di luar dugaan Pa Thian Hok, ternyata permainan tangan kosong An To Seng sangat lihay. Diam-diam dia mengeluh, apalagi pihak lawan masih punya temannya yang lain. Walaupun sudah berjanji satu lawan satu, terpaksa dia memberi isyarat pada Han Thian Siu agar mencari kesempatan untuk membantunya
Han Thian Siu yang memang sudah mengetahui keadaan Su-hengnya yang tidak menguntungkan, begitu mendapat tanda segera dia mencari gara-gara. Sengaja dia menendang sebuah keranjang obat sehingga isinya tumpah berantakan.
Bukan main gusarnya kuli-kuli An To Seng melihat kejadian itu. Mereka langsung mendamprat, langsung dibalas Han Thian Siu balas. Malah dia ludahi salah satu pegawai An To Seng. Mau tak mau anak buah An To Seng 2422
maju mengerubuti dia. Memang ini yang dia inginkan agar dia bisa ikut bertarung.
Tapi kuli-kuli itu bukan tandingan Han Thian Siu yang lihay. Maka itu beberapa orang itu sudah langsung terluka oleh golok Han Thian Siu. Ketika golok Han Thian Siu terayun ke arah seorang kuli, An To Seng yang kuatir kuli itu celaka, dia melompat ke arah pembantunya itu. Dia langsung menggunakan jarinya menusuk mata Han Thian Siu. Jika saja Han Thian Siu memaksa membacok, maka kedua matanya akan buta!
Han Thian Siu yang tak mau ambil risiko, terpaksa menengadah ke belakang untuk menghindari serangan itu sambil menarik kembali goloknya untuk menyerang ke arah An To Seng. Setelah menyelamatkan anak buahnya, An To Seng berseru.
"Lekas kalian berangkat bawa barang-barang kita, biar akan kuhadapi penjahat-penjahat ini!" kata An To Seng,.
Tetapi para pembantu An To Seng menolak.
"Kami tak mau meninggalkanmu, An Toa-ko! Mati dan hidup kita akan bersama-sama!" kata mereka.
An To Seng tahu anak buahnya setia, mereka tidak mau meninggalkan dia dalam bahaya. Sementara itu golok Pa Thian Hok menyambar lagi dari belakang, terpaksa An To Seng mengertakan giginya bertempur mati-matian.
Sebenarnya An To Seng cukup kuat jika melawan Han Thian Siu atau Pa Thian Hok satu lawan satu. Tapi karena kedua saudara seperguruan itu bergabung dan menggunakan ilmu golok mereka yang bisa bekerja sama, An To Seng kesulitan juga. Ditambah lagi dia harus mengawasi keselamatan anak buahnya. Tentu saja keadaan diajadi semakin gawat saja.
2423 "Ah, rupanya komisiku hampir pasti aku peroleh!" kata Su Hong sambil tertawa.
Han Hie Sun sambil mengipas dia bicara.
"Seru juga, tapi tidak menarik!" kata Han Hie Sun.
Melihat hal itu Seng Liong Sen pun mengira semua tukang obat itu bisa celaka jika dia tidak segera turun tangan. Tapi jika dia ikut campur, pasti Han Hie Sun maju.
Sedang kekuatan lawan masih lebih kuat dibanding kekuatan pihaknya Tapi dalam keadaan yang sangat gawat itu, terpaksa dia bertindak juga. Saat Seng Liong Sen mau turun tangan, tibatiba terdengar suara kaki kuda mendatangi dan mendadak berhenti di depan gudang kayu itu. Karena hujan sudah berhenti, tampak jelas pendatang baru itu tiga orang penunggang kuda
"Entah siapa yang datang ini, syukur kalau kawan Tuan An," pikir Seng Liong Sen.
Ketika orang yang baru datang itu telah melangkah masuk, seketika Seng Liong Sen terkejut. Ternyata itu dua orang busu bangsa Mongol dan seorang perwira kerajaan Kim.
"Berhenti semua!" bentak perwira Kim. Tapi pertarungan yang sedang berlangsung sengit itu sulit dihentikan dalam seketika. Maka itu perwira itu berteriak lagi.
"Kalian tidak menuruti perintahku, baik! Biar kalian tahu rasa!" kata perwira Kim itu.
Di tengah suaranya yang mengguntur itu, tiba-tiba muncul sinar perak berkelebat, disusul suara gemerincing nyaring. Tiba-tiba golok yang dipegang Han Thian Siu dan Pa Thian Hok terpotong menjadi dua Lengan baju An To Sengpun robek, pikulan kuli obat juga tertebas putus, belum terhitung senjata yang lain. Hanya satu jurus ilmu pedang 2424
saja, perwira Kim itu sudah mampu menjatuhkan senjata sebanyak itu hingga orang melongo kaget. Mau tak mau semua berhenti bertempur.
Seng Liong Senpun terkejut, dia ingat cerita gurunya bahwa Wan-yen Tiang Cie mempunyai seorang pembantu yang terkenal sebagai ahli pedang, namanya Kim Kong Yan.
"Apa mungkin orang ini dia?" pikir Liong Sen. Tak lama terdengar salah seorang bu-su Mongol itu berkata sambil tertawa
"Kim Tay-jin, ilmu pedangmu sungguh lihay dan bukan bualan!" kata si bu-su.
"Mereka tidak berharga dibereskan oleh kalian, maka terpaksa aku yang turun tangan," kata Kim Kong Yan sambil tertawa riang.
Tak lama dia berpaling dan membentak pada para tukang obat itu.
"Kalian berdiri di tempat dan jangan bergerak, tunggu akan kuperiksa kalian semuanya!" kata Kim Kong Yan lagi.
Seng Liong Sen yang tidak ingin dikenali, terpaksa ikut berdiri. Dia duga pihaknya pasti bukan tandingan mereka.
Begitu juga Su Hong. Hanya Han Hie Sun yang masih tetap duduk angkuh.
"Siapa kau" Beraninya kau......"
Belum habis kata-kata Kim Kong Yan, tiba-tiba Han Hie Sun membentangkan kipasnya yang bersepuh emas, sambil mengibas perlahan dia menjawab dengan sikap angkuh.
"Kau perwira kerajaan Kim, bukan" Pasti kau kenal kipas ini?" kata Han Hie Sun.
Setelah mengamati sekejap, Kim Kong Yan terkejut.
2425 "Oh, ternyata kau sahabat Siauw Ong-ya kami, maafkan!" kata Kim Kong Yan.
Kipas milik Han Hie Sun memang pemberian Wan-yen Hoo. Ditambah lagi di kipas itu terdapat tulisan tangan Wan-yen Hoo. Kim Kong Yan kenal tulisan tangan Wanyen Hoo. Dengan lagak tuan besar Han Hie Sun berkata nyaring.
"Tidak apa, karena kau tidak tahu, aku tidak menghalangi tugasmu, boleh kau periksa mereka."
Mendadak kedua bu-su Mongol itu mendekati Han Hie Sun dan Su Hong. Setelah mengawasi sejenak, seorang di antaranya berkata, "Oh, jadi kau ini sahabat Wan-yen Hoo, kau dari mana?" kata kedua bu-su Mongol itu.
"Dari Kang-lam," jawab Han Hie Sun tanpa berpikir.
"Oh, jadi kalian dari Kang-lam" Siapa namamu?" tanya busu Mongol itu pula.
Dengan cepat Kim Kong Yan mengedipi Han Hie Sun lalu mewakili Hai Hie Sun menjawab.
"Dia she Kim, dia mendapat perintah dari Siauw Ong-ya kami untuk mencari berita keadaan musuh di Kang-lam, dia bukan orang Song." kata Kim Kong Yan.
Baru Han Hie Sun sadar pada kekeliruan jawabannya tadi. Seharusnya dia tidak boleh berterus-terang kepada busu Mongol itu. Sebaliknya Seng Liong Sen seketika bingung mendengar tanya-jawab mereka itu. Dia tidak mengerti kenapa Kim Kong Yan sengaja menutupi asal-usul Han Hie Sun" Ternyata busu Mongol itu curiga, dia berkata pada Kim Kong Yan perlahan.
"Tadi kau tidak kenal dia, kenapa sekarang kau tahu dia she Kim?" kata bu-su Mongol itu.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
2426 "Aku pernah mendengar dari Siauw Ong-ya, ketika dia memperlihatkan kipasnya tadi, segera aku ingat siapa dia,"
jawab Kim Kong Yan. "Benarkah dia she Kim" Aku rasa itu bukan!" kata busu Mongol itu.
Berbareng dengan itu pergelangan tangan Han Hie Sun dia cengkram. Seorang yang memiliki ilmu silat tinggi, jika mendadak mendapat serangan, secara reflek dia akan mengeluarkan kepandaiannya untuk melawan. Begitu juga Han Hie Sun yang terkejut, dia putarkan tangannya Berbareng dengan itu jarinya balas menotok tangan lawan.
Dengan keras bu-su Mongol itu mengibaskan tangannya, hingga Han Hie Sun tergentak mundur dua tiga langkah ke belakang. Tapi segera terdengar suara gedubrakan. Ternyata Su Hong jatuh terjengkang. Dia maju hendak membantu majikannya Akibatnya dia sendiri terbanting roboh oleh bu-su Mongol yang lainnya. Bu-su yang menghadapi Han Hie Sun, langsung berkata sambil tertawa.
"Aku tahu, kau she Han dan putra Han To Yu, betul tidak?" kata si busu Mongol.
Buru-buru Han Hie Sun menjawab. "Oh, bukan!
Aku......aku......" Belum selesai dia bicara mendadak bu-su Mongol itu mengeluarkan kepandaian khas orang Mongol, yaitu ilmu gulat sejenis judo dari Jepang. Dengan sekali pegang dia tarik Han Hie Sun ke atas bahunya dan langsung dibanting ke belakang. Dalam keadaan terdesak, Han Hie Sun menotok bahu lawan dengan jurus Keng-sin-cie-hoat yang lihay. Jelas Kim Kong Yan jadi kelabakan, cepat dia berseru.
2427 "Harap kalian menghormati Siauw Ong-ya kami, orang ini benar-benar mendapat tugas ke Kang-lam atas perintah Siauw Ong-ya!" kata Kim Kong Yan.
Belum selesai ucapan itu, terdengar suara keras.
"Brett!" Pakaian Han Hie Sun robek, sepucuk surat telah berpindah tangan ke bu-su Mongol itu. Han Hie Sun pun roboh terkulai. Kejadian itu terjadi tiba-tiba, tidak hanya Kim Kong Yan yang terkejut, Seng Liong Senpun melongo kaget. Tadi dia kuatir keselamatan An To Seng dan kawankawannya. Tidak diduga korban pertama yang roboh oleh bu-su Mongol, justru Han Hie Sun. Padahal kepandaian Han Hie Sun tidak lemah, mengapa hanya sekali gebrak langsung terbanting oleh lawan"
"Hei, mari! Coba kau baca surat ini, apa yang tertulis di surat ini! Apa surat ini berasal dari Kerajaan Song?" kata bu-su Mongol itu memanggil Seng Liong Sen.
Sudah tentu Seng Liong Sen tidak mau membantu orang Mongol itu, sekalipun Han Hie Sun bukan manusia baikbaik.
"Maaf, aku tidak sekolah, aku buta huruf," jawab Liong Sen.
Kelihatan bu-su Mongol itu dongkol dan mau
mendamprat, tapi mendadak tangannya terasa gemetar.
Surat yang dipegangnya mendadak jatuh ke lantai.
Rupanya tadi dia tertotok jurus Keng-sin-cie-hoat yang digunakan Han Hie Sun, Meskipun tenaga dalamnya cukup lihay dan tidak cedera, namun Keng-sin-cie-hoat memang hebat. Tangan bu-su Mongol itu gemetar maka surat yang dipegangnya terjatuh.
2428 Kesempatan itu segera digunakan oleh Han Hie Sun, sebelah kakinya menyapu surat itu masuk ke dalam api unggun. Dalam sekejap surat itu sudah terbakar habis.
Bu-su Mongol itu gusar, segera dia angkat Han Hie Sun dan dia banting ke api unggun. Syukur Kim Kong Yan keburu melompat maju untuk memegangi tubuh Han Hie Sun.
"Harap ingat pada Ong-ya kami dan suka mengampuni orang ini." kata Kim Kong Yan pada bu-su Mongol.
Bu-su Mongol itu berkata kesal.
"Ong-ya kalian memang ingin bersekutu dengan kami untuk membasmi Kerajaan Song, tapi diam-diam Siauw Ongyamu juga berkomplot dengan pihak Song! Pasti kalian bermaksud jahat terhadap bangsa Mongol. Hm! Masa Ongya dan Siauw Ong-yamu bertindak sendiri-sendiri, aku kira ini suatu tipu-muslihat Ong-ya kalian, bukan?" kata bu-su Mongol itu.
Sekarang Seng Liong Sen tahu jalan pikiran mereka.
Rupanya Wan-yen Tiang Cie bersekongkol dengan bangsa Mongol dan bermaksud merebut tahta Kerajaan Kim.
Sedangkan Han To Yu dan putranya bersekongkol, karena ingin menjual negara demi kedudukan sendiri.
"Harap Tuan jangan terlalu curiga, sebab mana mungkin Ong-ya kami berbuat begitu?" kata Kim Kong Yan sambil tertawa. "Jika Ong-ya kami bermaksud buruk, lalu mana mungkin dia mengutusku ikut membantu kalian?"
Saat itu Han Hie Sunpun marah, sebagai putra Perdana Menteri Song, belum pernah dihina begitu. Maka itu sesudah dilepaskan oleh Kim Kong Yan, dia mendelik segera dia menyerang ke arah bu-su Mongol itu.
2429 "Hei, rupanya kau ingin berkelahi lagi, ya?" bentak bu-su Mongol yang memegang sebuah gada, Begitu bergerak, serentak ujung gada itu mengancam tiga jalan darah di tubuh Han Hie Sun.
Ternyata ilmu totok bu-su Mongol itu aneh dan lihay luar biasa. Maka itu sekalipun Han Hie Sun terhitung ahli Tiamhiat, dia tidak mampu menghindari serangan itu. Tibatiba salah satu jalan darah Han Hie Sun tertotok. Dia langsung roboh lagi. Kali ini tidak sanggup merangkak bangun lagi.
Bu-su Mongol yang pertama itu bernama Sipatoh, dia terhitung jago pilihan yang jarang tandingannya. Di negeri Mongol kepandaiannya hanya di bawah Liong-siang Hoatong. Sedangkan kepandaiannya yang khas, yaitu ilmu gulat gaya Mongol, Hal itu bisa dikatakan terhitung nomor satu di Mongol. Jika berkelahi secara wajar Han Hie Sun mungkin bisa bertahan beberapa jurus. Dia roboh karena tidak menduga, tahu-tahu dia dibanting menggunakan ilmu gulat Mongol itu.
Bu-su Mongol yang menotok Han Hie Sun dengan gada bernama Uh-bun Hoa-kip, dia murid ketiga Liong-siang Hoatong. Meskipun murid ketiga, tapi kepandaiannya terhitung nomor satu di antara sesama saudara seperguruannya, terutama Tiam-hiatnya menjadi kebanggaan. Cara menotok yang khas ajaran Liong-siang Hoat-ong itu sulit bagi Han Hie Sun untuk membukanya.
Meskipun dia sendiri ahli Tiam-hiat juga. Tak lama Sipatoh lantas berkata:
"Baiklah, untuk sementara kau kuampuni," kata Sipatoh.
"Nanti setelah urusan beres kita bawa kau pulang untuk diperiksa lebih teliti lagi."
2430 Kim Kong Yan berpikir jika sudah pulang ke Tay-toh, pasti Wan-yen Tiang Cie bisa menyelamatkan Han Hie Sun, maka itu dia tidak banyak bicara lagi. Dia berpaling dan bertanya pada An To Seng dan yang lainnya.
"Siapa kalian, mengapa berkelahi di sini?" kata Kim Kong Yan dengan teliti.
"Kami pedagang obat," kata An To Seng, "sedang mereka ini para penjahat yang mau merampas obat milik kami!"
Cepat Pa Thian Hok membantah.
"Lapor Tay-jin, kami mau merampas barang mereka, cukup beralasan!" kata Pa Thian Hok.
"Oh, apa alasanmu?" tanya Kim Kong Yan.
"Orang she An ini bersekongkol dengan kawanan penjahat di Kim-kee-leng. Sedang bahan obat yang mereka angkut ini pun mau diserahkan pada para penjahat di sana,"
kata Pa Thian Hok. "Ngaco!" damprat An To Seng. "Kalian yang penjahat, berani memfitnah orang lain?"
Mendengar An To Seng bersekongkol dengan penjahat di Kim-kee-leng, hati Kim Kong Yan kaget. Tak lama dia tanya Pa Thian Hok.
"Kau bilang mereka berkomplot dengan penjahat di Kimkee-leng, apa kau punya bukti?" kata Kim Kong Yan.
"Buktinya memang tidak ada, tapi itu betul kami ketahui," jawab Pa Thian Hok.
"Agar Tay-jin yakin pada keterangan kami, baik kami katakan. Houw Yan Hoa yang sekarang mengabdi pada Wan-yen Ong-ya, kenalan baik kami," kata Han Thian Siu ikut bicara.
2431 "Oh, jadi kalian kenal pada Houw Yan Hoa," kata Kim Kong Yan. "Baiklah, tentang masalahmu ini sementara tak perlu kutanya lagi. Aku hanya ingin tahu, apa kalian pernah melihat dua orang tua. Dia bernama Siang-koan Hok dan Khie Wie. Juga seorang bernama Seng Liong Sen......"
Dia melukis wajah orang-orang yang dimaksudnya itu.
Karena Pa Thian Hok mengaku tidak tahu tentang orang itu, Sipatoh jadi tidak sabaran.
"Buat apa banyak bicara dengan mereka, suruh mereka pergi dari sini!" kata Sipatoh.
Sesudah itu dia segera menarik salah seorang anak buah An To Seng yang dia lemparkan ke pojokan. Dia gunakan cara pegulat Mongol. Karena orang itu tidak mampu melawan, dia terbanting dan tak bisa berkutik lagi. Kim Kong Yan segera menghunus pedangnya, secara berturutturut jalan darah Pa Thian Hok dan Han Thian Siu ditusuk sehingga terjungkal. Uh-bun Hoa-kip mengincar jalan darah An To Seng dengan gadanya sehingga roboh terkulai. Anak buah An To Seng yang lain maju, tapi dengan mudah mereka dipegang dan dilemparkan ke sudut mangan, setelah jalan darah mereka ditotok. Dalam waktu singkat belasan orang itu bertimbun jadi tumpukan cukup tinggi.
Kisah Bangsa Petualang 10 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Nurseta Satria Karang Tirta 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama