Budha Pedang Penyamun Terbang 18
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 18 Golongan Murni yang berpikiran sempit dan kerdil dalam kebangsaan ini, karena beranggapan hanya warga Negeri Atap Langit berhak hidup di Negeri Atap Langit, begitu membencinya. "Orang-orang bodoh! Tak pantas kalian hidup di bawah langit!" Bersama dengan jawabannya, pedang Elang Merah pun menelan jiwa. Para korbannya melayang jatuh mengikuti air TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terjun tanpa suara. Dari atas masih terus berjatuhan sosoksosok yang semula menempel pada atap tebing, berjatuhan untuk menyerang dan mencabut nyawa. Namun tidak selalu kami berhasil membuat mereka meneruskan perjalanannya ke dalam jurang tanpa nyawa, karena sesungguhnyalah ilmu s ilat orang-orang Golongan Murni ini sangatlah tinggi. Seperti yang pernah kualami menghadapi para pembunuh Golongan Murni ini di tepi Sungai Merah pada malam berhujan di antara gubuk-gubuk pengungsi banjir yang dibakar, mereka sangat piawai bertarung dengan keluar masuk bayang kehitaman dalam kelam. Dalam kekelaman di bawah atap tebing dengan suara gemuruh air terjun, mereka juga mampu keluar masuk segala bayangan sehingga kadang tampak kadang menghilang. Maka kami bertiga pun mengerahkan kecepatan yang sangat tinggi, dalam hal diriku bahkan lebih cepat dari pikiran. Jika tidak begitu, apakah masih mungkin diriku mengejar siapa pun yang sosoknya ketika dibabat pedang bisa menghilang ke balik tabir air terjun hanya untuk muncul lagi dan berkelebat menyerang kembali" Dengan bergerak lebih cepat dari pikiran artinya kuleburkan tubuhku dengan alam, sehingga ketika pikiran me lesat lebih cepat dari cepat, maka tubuh tidak menjadi penghalang bagi pikiran lagi. Maka bukan hanya bisa kususul, melainkan dapat kudahului setelah mereka kutendang dan terlontar ke balik tabir air terjun. Jika semula mereka bisa menghilang ke balik tabir tanpa terseret ke bawah sama sekali karena telah melepaskan ketubuhannya, aku pun bisa melakukannya sehingga di balik tabir itu, yang ternyata berarti di dalam air terjun sebagai bayangan tanpa tubuh, tetaplah berlangsung pertarungan antara hidup dan mati. Setiap kali pisau terbang bergagang gading itu menancap tepat di jantungnya, saat itulah ketubuhannya serentak kembali dan air terjun yang deras dan gemuruh menyeretnya tanpa ampun lagi. Senjata mereka bermacam-macam, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pedang, golok, kelewang, kapak dua sisi, dan ruyung. Di dalam air segenap senjata itu tak terhalangi untuk membabat dan diobat-abitkan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Namun di dalam air terjun yang tiada mampu menyeret diriku tanpa ketubuhanku aku cukup bergeser ke kiri dan ke kanan dengan tenang, tetapi dengan amat sangat cepatnya menancapkan pisau bergagang gading ke jantung dan mencabutnya lagi tanpa sempat disadari. Aku masih sempat menikmati kedirianku tanpa ketubuhan sejenak, merasakan bagaimana tersiram tanpa menjadi basah, sebelum akhirnya keluar dari balik tabir air terjun, dan menyaksikan bagaimana pantulan cahaya yang berkilat-kilat dari Pedang Mata Cahaya melingkar-lingkar menghabisi para penyerbu Golongan Murni itu, yang meskipun berilmu sangat tinggi, bagaimana mungkin menghadapi Ilmu Pedang Mata Cahaya yang tiada duanya ini" Lawan Elang Merah tinggal satu dan ia tidak membunuhnya. Pedangnya bergerak cepat sekali. Pedang lawannya segera terpental, ujung pedangnya sendiri sudah menempel di bawah dagunya. Tangan kirinya mencabut fu tou dari kepala orang itu, dan tampaklah rajah Mata Ketiga di dahinya. Elang Merah yang cantik itu meludah dengan jijik. "Mata Ketiga! Setiap orang yang ditahbiskan sebagai anggota Golongan Murni mendapat rajah Mata Ketiga di dahinya! Karena mereka merasa tahu segalanya sebagai manusia dengan aliran darah terunggul dalam dirinya!" Lantas ia me ludah untuk kedua kalinya. Ludahnya melayang masuk jurang. Dalam gemuruh air terjun ia berteriak lantang. "Kalian berbelas-belas orang yang mengeroyokku dikalahkan seorang perempuan Tubo! Apa katamu!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ORANG itu menelan ludah dan siap menerima kematian. Aku juga melihat rajah di dahi orang yang berilmu silat tinggi tetapi terkalahkan itu. Benarkah ia rela mati demi kepercayaan Golongan Murni, bahwa bangsa Negeri Atap Langit harus dijaga kemurnian darahnya, antara lain dengan cara membunuhi orang-orang asing yang melampaui perbatasan" Aku meragukannya. Seperti juga yang terjadi dengan perkumpulan rahasia di Javadvipa, apa pun yang semula dilakukan demi pengabdian, kemudian dilakukan hanya demi uang. Bahkan demi uang seseorang bersedia mendapatkan rajah di dahinya dan melakukan pembunuhan, karena sejak berlangsungnya Pemberontakan An Lushan, kesejahteraan yang pernah bisa dinikmati banyak orang seperti tidak akan pernah kembali lagi. Pernah kudengar betapa Golongan Murni membayar mahal kepada siapa pun yang bersedia dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka. Elang Merah sudah siap menusukkan pedangnya menembus leher, ketika aku berkata, "Elang Merah yang perkasa, tidak mungkinkah kita membiarkannya hidup agar kita mendapatkan sedikit pengetahuan darinya" Mereka telah menunggu kita di tempat ini. Sahaya pikir ini bukan sekadar kebetulan sahaja." Tanpa menjawab, Elang Merah langsung menyambar tengkuk orang itu, mendorongnya seperti akan menjerumuskannya ke jurang, tetapi dengan sebat menangkap kakinya, sehingga orang itu tergantung dengan kepala di bawah dengan wajah merah karena darah yang mengalir turun. Tentu dilihatnya jurang tanpa dasar itu, tempat air terjun telah menggulung segenap anggota Golongan Murni yang terpental ke sana. (Oo-dwkz-oO) Episode 184: [Golongan Murni] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ SUARA air terjun begitu gemuruh, tetapi masih kudengar suara Elang Merah yang lantang. "Bicara! Atau kulempar setelah kupotong kepalamu yang bermata tiga itu!" Elang Merah tampak sungguh-sungguh dengan ancamannya, dan dugaanku betapa tidak semua pasukan Golongan Murni bertugas dengan semangat pengabdian terbukti. "Jangan bunuh sahaya! Tolong! Jangan bunuh sahaya!" "Kamu akan bicara?" "Ya, ya, ya! Akan sahaya sampaikan semua yang sahaya tahu!" Demikianlah Elang Merah menyendal kaki orang Golongan Murni itu sehingga ia tersentak ke atas dan membentur tebing batu. Sebelum ia terpental ke jurang segera Elang Merah mendorongnya kembali. Perempuan pendekar itu seperti akan menghajarnya lagi, tetapi aku berkelebat menempatkan diriku di antara keduanya, sehingga Elang Merah menahan kaki bersepatu merah yang siap menendang itu. "Sabarlah pendekar," kataku, "biarkanlah dia berbicara tanpa perasaan tertindas, daripada dia menutup mulutnya dan memilih kematian." Kulirik Yan Zi mendengus dengan kesal, tak bisa dimengertinya tentu, bagaimana Elang Merah yang semula bermaksud membunuhku kini menjadi sekubu karena menghadapi musuh bersama. Kutepuk bahu orang itu, sambil menyalurkan tenaga prana supaya ia mendapatkan ketenangannya. "Jangan takut," kataku, "dikau aman sekarang, ceritakanlah apa yang dikau ketahui." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dia pun mulai bercerita. Namun untuk menyingkat yang panjang menjadi pendek, lebih baik kuceritakan kembali seperti berikut. Dia mengaku sebagai guru silat di Chang'an yang melatih anak-anak kecil dengan bayaran sukarela. Suatu hari seseorang menawarinya pekerjaan sebagai anggota suatu pasukan dengan bayaran tinggi, dengan syarat harus merahasiakan segala kegiatannya. Dia mengaku menerimanya karena tergiur dengan bayaran tail emas yang tinggi. Baginya tidaklah terlalu berat merahasiakan segenap kegiatannya kepada keluarganya, karena sejak lama selain melatih silat pekerjaannya hanyalah bertarung, sehingga mereka memang tidak pernah bertanya-tanya lagi. Dijelaskan kepadanya bahwa tugas ini datang dari kelompok pembela negara yang disebut Golongan Murni. Membela negara maksudnya adalah menjaga keutuhan bangsa Negeri Atap Langit dari rongrongan unsur-unsur as ing, sehingga segala sesuatu yang berbau asing dianggap berbahaya, dan karena itu harus segera dimusnahkan begitu ditemukan. Adapun tugas yang diberikannya selama ini adalah memusnahkan unsur-unsur asing tersebut, yang apabila berwujud manusia maka harus dibunuhnya. Pembunuhan itu sendiri bukanlah tujuan Golongan Murni, melainkan cara untuk menyebarkan ketakutan agar banyak orang menjadi sadar, bahwa kejayaan bangsa Negeri Atap Langit demi bangsa Negeri Atap Langit itu sendirilah yang merupakan keadaan terbaik. Demi tujuan semacam ini, tindak penghilangan nyawa orang-orang yang pikirannya dianggap membahayakan dibenarkan. SEMULA dia mengira bahwa Golongan Murni dibentuk secara resmi oleh pihak istana, tetapi kemudian dia mengetahui betapa ternyata tidak ada yang besifat resmi, serba ditutupi, meskipun memang melibatkan sejumlah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bangsawan, pejabat tinggi, panglima pasukan, maupun pedagang besar sebagai sumber keuangan mereka. Dia berkata bahwa segenap tugasnya selama ini dirahasiakan, dan sebagai anggota pasukan pembunuh pilihan, mereka dianggap tidak perlu tahu latar belakang tugasnya. Mereka hanya perlu melakukan pembunuhan itu tanpa perlu mempertanyakan apapun. Dia tidak mengingkari, bahwa memang banyak di antara anggota pasukan yang menjalankan tugas karena pengabdian, tetapi dengan bayaran yang besar tidaklah menjadi jelas lagi baginya siapa yang bekerja demi tujuan Golongan Murni dan siapa yang bekerja hanya demi uang seperti dirinya. Selama ini ia menyembunyikan pikirannya sendiri yang sebetulnya tidak sejalan dengan begitu rapat, sehingga lolos dari para pengawas pikiran, dan kemungkinan terdapat pula anggota pasukan lain yang berlaku serupa dengan dirinya itu. Namun setelah bekerja cukup lama, kemudian diketahuinya pula siapa saja yang berpikiran seperti dirinya meski samasama belum terbuka, karena setiap penyelewengan pikiran hanyalah hukuman mati bayarannya. Adapun tugasnya yang terakhir ini, meskipun juga sangat dirahasiakan, ia ketahui pula seluk beluk persoalannya, meski ia tak tahu pasti bagaimana harus mempertimbangkannya. Begitulah didengarnya bahwa mereka sedang melaksanakan tugas besar, sehubungan dengan lolosnya seorang kebiri yang memiliki jabatan tinggi di istana Chang'an. Lolosnya orang kebiri yang memegang rahasia negara ini adalah yang kedua, setelah menghilangnya orang kebiri lain beberapa hari sebelumnya, yang juga menggelisahkan banyak orang karena banyaknya rahasia di benaknya. "Seorang kebiri lain yang menyamar sebagai tukang kedai seharusnya bertemu dengan masing-masing orang kebiri itu, bahkan mempertemukan keduanya untuk menggabungkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tiga rahasia," kata anggota Golongan Murni dengan rajah Mata Ketiga di dahinya itu. "Tiga rahasia?" Elang Merah tampak seperti tidak mengerti, tetapi mataku yang justru terbuka. Yan Zi memberi tanda agar diriku mendekatinya. Ia berbisik ke telingaku. "Serigala Merah dan Serigala Hitam memberitahu daku sebelum berangkat, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa lelaki tua berbaju ungu itu adalah orang kebiri. Mungkin dialah yang sedang mereka kejar, tetapi yang dikejar menghilang bersama dikau ke Kampung Jembatan Gantung yang tersembunyi. Tidak jelas dengan dua orang kebiri lainnya itu." Namun terdapat sesuatu yang makin jelas bagiku! "Tiga rahasia apa" Lekas katakan!" Elang Merah yang sebagai orang Tibet tampak begitu jauh dari persoalan ini sudah sangat tidak sabar. Namun segala sesuatu yang gelap menjadi berpijar bagiku sebetulnya hanya karena kebetulan. "Sahaya juga tidak terlalu memahaminya Puan Pendekar," Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jawab bekas guru silat untuk anak kecil ini pula, "tetapi rahasia itu baru akan berbuny i jika setiap rahasia yang diketahui oleh setiap orang kebiri ini digabungkan." "Rahasia tentang apakah ini" Ilmu silat" Senjata mestika" Pengkhianatan" Penyerbuan" Jaringan mata-mata?" "Sahaya tidak mengetahuinya Puan Pendekar, sahaya telah mengatakan segalanya yang saya ketahui sehubungan dengan perburuan orang kebiri ini." Elang Merah kembali menekankan ujung pedangnya ke leher anggota pasukan pembunuh Golongan Murni itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Jadi kenapa dengan tugas memburu orang kebiri kalian justru berusaha membunuh kami hah"!" Ujung pedang itu menekan bagian bawah dagu begitu rupa sehingga orang ini susah menggerakkan mulutnya. "Bagaimana kamu akan membuatnya bicara Elang Merah, jika pedangmu membuatnya tidak bisa bicara!" Y an Zi berujar dengan kesal. Elang Merah menoleh ke arah Yan Zi dengan tatapan menusuk. Aku tersadar Yan Zi dalam bahasa Negeri Atap Langit menyebutnya kamu dan bukan dikau, untuk mereka yang baru bertarung dengan semangat saling membunuh, perbedaan itu bisa bermakna banyak. Serangan Golongan Murni telah membuat keduanya berada di pihak yang sama, bahkan Elang Merah menyebut kata kami, tetapi ucapan Yan Zi Si Walet telah membuat kami itu saling berjarak kembali. Elang Merah masih menatap Si Wa let ketika menurunkan ujung pedangnya. BICARALAH...'' katanya sambil tetap menatap Yan Zi. Aku terkesiap melihat permusuhan mereka yang mendadak kembali meruncing. Namun orang bayaran Golongan Murni itu bicara. ''Selain memburu orang kebiri yang disebut Si Musang itu sebagai tugas utama, kami juga mendapat tugas sampingan menyerang dan membunuh Pendekar Elang Merah di mana pun kami berjumpa.'' Setelah kata-kata ini, dengan secepat kilat Elang Merah menusukkan pedangnya ke dada orang Golongan Murni itu, tetapi aku bergerak lebih cepat dari kilat untuk memegang lengannya, sehingga tusukannya terhenti. Ujung pedangnya hanya menggores sedikit kulit dada orang itu, yang sudah tampak menyeringai siap menerima kematian. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku masih memegang lengannya ketika kukatakan kepadanya. ''Janganlah pendekar yang gagah membunuh mereka yang sudah lemah dan tidak berdaya, meskipun semula mereka bermaksud membunuh kita.'' Elang Merah menatapku dengan tajam. Ada sesuatu dalam pandangan matanya itu yang tak dapat kubahasakan sekarang ini, tetapi dapat kusebutkan betapa hatiku berdesir ketika kurasakan tangan kirinya mengelus punggung tanganku yang memegang lengannya itu. Sentuhan itu, meski sekejap mata, terasa segenap tekanannya, terbaca sebagai suatu pesan dan kehendak, tetapi yang belum dapat kubahasakan juga. Hanya saja, ketika melepaskan lengannya, aku seperti merasa bersalah kepada Amrita. ''Aku masih ingin bertanya,'' kataku di antara gemuruh air terjun yang seperti baru terdengar kembali. Di jalan setapak seperti ini, di bawah atap tebing yang mengalirkan air terjun, sebetulnya sangat sulit melakukan tanya jawab untuk menggali keterangan dengan tenang, tetapi peristiwa demi peristiwa yang kualam i selama menjelajahi lautan kelabu gunung batu memberiku pelajaran betapa segala kepentingan sebaiknya dilakukan tanpa harus ditunda-tunda lagi. Maut bertebaran di dunia persilatan tanpa pandang bulu, dan membungkam rahasia dengan pembunuhan sama sekali bukanlah tabu. Dengan pisau terbang bergagang gading yang masih saja kupegang ini kusingkapkan bajunya di dada sebelah kiri, dan memang terlihat rajah dua pedang bersilang, tanda keanggotaan Golongan Murni yang lain selain Mata Ketiga. ''Dikau memiliki dua tanda, sedangkan yang kutemui di Thang-long hanya satu,'' kataku, ''apakah karena ilmu silatmu lebih tinggi dari yang tidak berajah Mata Ketiga"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Rajah Mata Ketiga di dahi memang diberikan kepada mereka yang berilmu tinggi, tetapi kepadaku tidak diberikan karena itu.'' ''Jadi kenapa mereka memberikannya kepada dikau"'' ''Karena daku juga melatih para anggota baru. Aku tersentak mendengar kenyataan seperti ini. Golongan Murni tidak lagi sekadar ingin membeli pengabdian dengan uangnya, melainkan mencetak para pengabdi, yang tentu akan menjadi lebih mengerikan karena disuapi pikiran-pikiran tidak bersahabat sejak kanak-kanak dan remaja. Orang ini memberi pelajaran ilmu silat, tetapi diakuinya pula bahwa terdapat juga guru-guru yang berbagai pelajaran ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu perang, ilmu sastra, ilmu pemerintahan, dan ilmu filsafat. Perihal ketiga ilmu yang lain, kutahu merupakan bagian dari usaha mendapatkan kedudukan dalam jaringan kekuasaan. Namun tentang ilmu filsafat, dalam hal pendidikan Golongan Murni kuyakini bukanlah ilmu pengetahuan untuk membuka pemikiran dalam usaha mengembangkan kebijaksanaan, melainkan sebaliknya menutup dan mengunci segala pemikiran, hanya kepada pembenaran tujuan Golongan Murni sahaja. Itulah menurutku suatu peracunan pikiran yang menjijikkan dan sangat memuakkan, terutama karena diarahkan kepada kanak-kanak dan remaja yang masih terbata-bata mempelajari dunia dan kehidupan, sehingga belum mampu menyusun penalaran untuk membangun perbantahan. Sebagai usaha memperkuat barisan hal itu memang dibutuhkan Golongan Murni, karena mengandalkan uang untuk mencapai tujuan betapapun terlalu rapuh dalam perjuangan panjang. Seperti terjadi dengan guru silat ini, yang sama sekali tidak sudi mati demi mempertahankan keyakinan. Aku masih menggali sejumlah keterangan lain, sampai kuketahui jika orang kebiri berbaju ungu yang membunuh dirinya sendiri itu disebut sebagai Si Musang, maka orang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kebiri lain yang kiranya sudah tewas terpotong-potong dalam karung itu disebut Si Tupai, sedang orang kebiri yang menyamar sebagai tukang kedai adalah Si Cerpelai. MEREKA yang memburu orang kebiri ini tidak mengetahui betapa ketiganya sudah tewas, sementara diriku yang tidak berkepentingan sama sekali terhadap rahasia yang terbagi tiga itu tanpa sengaja telah bertemu dengan ketiganya. Namun aku juga tidak mengendus rahasia apap un kecuali sejumlah tanda tanya. Aku hanyalah orang asing di Negeri Atap Langit ini, penguasaan bahasaku masih sangat terbatabata, sehingga jangankan yang bersifat rahasia, melainkan yang terbuka sahaja tiadalah dengan mudah dapat kuterima sejelas maksudnya. Betapapun menjadi terbuka bagiku sekarang, bapak kedai yang telah menyelamatkan jiwaku adalah Si Cerpelai yang dimaksudkan itu, sedangkan orang kebiri yang terpotongpotong itu adalah Si Tupai. Apakah yang terjadi sehingga ia tiba di kedai di tengah-tengah lautan kelabu gunung batu sudah dalam keadaan terpotong-potong mengenaskan seperti itu" Aku menduga-duga akan terdapatnya suatu pertarungan rahasia yang amat sangat sengitnya. Anggota Golongan Murni ini mendengar, artinya suatu rahasia sudah bocor, bahwa Si Tupai dan Si Musang akan menemui Si Cerpelai di lautan kelabu gunung batu untuk menggabungkan ketiga rahasia yang mereka ketahui. Masuk akal bagiku jika Si Tupai dan Si Musang saling mengenal, sebagai sesama orang kebiri yang bekerja di istana, tetapi tidaklah dapat kupastikan apakah masing-masing saling mengetahui bahwa mereka sama-sama menyimpan rahasia negara. Namun ternyata ada pihak lain yang mengetahuinya. Maka Si Tupai dibunuh dan dicincang, mungkin karena rahasianya sudah berhasil dibongkar; sementara Si Musang hanya dipotong lidahnya dan tidak dibunuh, supaya rahasia tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ disampaikan kepada sembarang orang, tetapi masih bisa tersampaikan kepada yang berkepentingan. Namun jika diperhatikan, bahwa sebelum Golongan Murni bisa menyusul Si Musang, pasukan pemerintah telah lebih dulu nyaris membunuhnya, maka ternyata lebih dari satu pihak pula yang berkepentingan agar dalam keadaan yang terburuk rahasia itu tetap tinggal rahasia, dengan cara membunuhnya. Akan halnya bapak kedai yang disebut sebagai Si Cerpelai, menjadi terjawab mengapa ia begitu peduli kepada mayat terpotong-potong yang ternyata memang orang kebiri, karena sangat mungkin ia memang sedang menunggu Si Tupai itu. Setidaknya ia tahu, dirinya sendiri menyimpan sepertiga rahasia, yang baru mungkin terungkap jika terhubungkan dengan duapertiga rahasia lain. Mengingat betapa sudah lama Si Cerpelai tinggal bersama kedainya di lautan kelabu gunung batu, aku menduga selama itu pula rahasia tersebut berada bersamanya. Memang dia orang yang setia, tetapi setia kepada siapa" Apakah ini rahasia di antara orang kebiri" Dari ceritanya maupun gulungan kitab yang diberikan kepadaku, sampailah suatu pengetahuan betapa jaringan orang kebiri ini sangat erat, tertutup, dan sangat sulit ditembus; kecuali justru oleh sesama orang kebiri itu sendiri. Dari riwayat orang-orang kebiri tersebut, meskipun dari luar tampaknya orang-orang kebiri itu merupakan suatu kesatuan, ternyata di dalamnya pun terdapat berbagai bentuk perpecahan, apakah itu antarpribadi ataukah antarkelompok, karena permainan kekuasaan rupanya memang merupakan kecenderungan manusia, untuk menguasai maupun menolak dikuasai, di mana pun ia berada. Telah diketahui betapa tertutupnya jaringan orang-orang kebiri, sehingga kukira memang hanya sesama orang kebirilah yang berani membunuh orang kebiri lain di dalam istana, memotong-motongnya, dan menyelundupkannya keluar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melalui jalur resmi pula. Aku berusaha mengingat segala barang untuk menyamarkan keberadaan mayat tersebut. Tembikar serba halus dan mahal hasil pembakaran tungkutungku tercanggih di Hunan, yang biasanya dikirim melalui laut dari pelabuhan Guangzhou, bukan jalan sempit berbatubatu yang sebentar mendaki dan sebentar menurun ke arah Daerah Perlindungan An Nam ini. Apakah sepertiga rahasia itu hilang bersama kematiannya yang mengenaskan, ataukah menjadi bagian dari barang-barang yang datang bersamanya itu" Jika rahasia ini bentuknya kata-kata, aku teringat sekarung kertas bertulisan yang penuh kutipan puisi-puisi para penyair seperti Li Ba i, Du Fu, Wang Wei, dan banyak lagi, yang sangat sulit ditandai bagaimana puisi yang satu dapat menjadi bagian dari bahasa sandi, sedangkan yang lain tidak. Aku menggelengkan kepalaku, seperti mengusir segala kemungkinan yang mendadak saja seperti meruyak. Kuingat, bahkan ada piring yang juga bertuliskan sebuah puisi. Sayang sekali saat itu aku menganggapnya bukan sesuatu yang menjadi urusanku, padahal sudah jelas bapak kedai yang benar juga bukan sekadar tukang kedai, melainkan Si Cerpelai berilmu silat sangat tinggi, seperti berusaha membuat urusan tersebut menjadi urusanku. Dengan kenyataan betapa ia te lah mengorbankan dirinya sendiri, untuk menyelamatkan jiwaku, seolah-olah memang sudah menjadi kewajibanku untuk memenuhi permintaannya itu. ''APA yang harus kita lakukan dengan manusia ini sekarang"'' Elang Merah bertanya dengan pedang yang masih terhunus. Kupikir persoalanku dengannya juga belum jelas. Apakah cukup kuat alasan untuk membunuhku, hanya karena seperti katanya, bahwa pisau terbangnya yang ia lempar sendiri ke arahku dan bukannya kucuri, belum kukembalikan" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Tidakkah orang ini bebas untuk pergi, wahai pendekar yang gagah"'' Sengaja kuucapkan kata-kata yang meninggikannya, agar tanpa kesulitan segeralah dilepaskannya orang ini, tetapi rupanya ia tersinggung dan membabatku secepat kilat dengan pedangnya. ''Gagah! Sudah beberapa kali kata itu ditujukan kepadaku! Apakah diriku memang tampak seperti lelaki"!'' Apakah karena ini pun Elang Merah bermaksud membunuhku" Dalam sekejap pedangnya telah menetak leherku seratus kali. Ia sangat cepat! Namun untuk menyelamatkan nyawa aku bergerak lebih cepat dari kilat. Sehingga bukan hanya diriku bisa tiba-tiba saja sudah melayang jungkir balik ke atas, melainkan juga dapat kumasukkan pisau terbang yang kupegang ke balik bajunya tanpa diketahuinya. Aku hinggap di atap tebing yang menjorok itu, punggungku menempel di sana dengan ilmu cicak. ''Maafkan daku pendekar yang cantik! Apakah dikau Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bersungguh-sungguh betapa diriku harus mati karena salah ucap seperti itu" Maafkan hina kelana tiada bernama ini, bukanlah maksud daku menganggap dirimu seorang lelaki.'' Elang Merah ternyata sudah melesat pula ke atas menyerangku! Saat itu kudengar teriakan Y an Zi yang mengatasi gemuruh air terjun. ''Awaaaaassss!!'' Ternyata anggota Golongan Murni itu telah melemparkan pisau terbang ke punggung Elang Merah! Dalam keadaan melesat ke atas dengan pemusatan perhatian ke arahku seperti ini, tidak mungkinlah bagi Elang Merah berkelit apalagi berbalik menangkis pisau terbang yang melesat dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kecepatan pikiran itu. Maka akulah yang berkelebat lebih cepat dari pikiran menampel kembali pisau terbang ke arah pelemparnya. Pada saat yang sama, kaki Yan Zi yang melayang dengan tendangan maut telah mengenai tengkuk orang itu, tepat ketika pisau terbangnya sendiri telah tertancap tepat pada Mata Ketiga di dahinya saat memandang ke atas. Ia terpental ke atas tanpa suara, dengan darah terciprat dari mulutnya, ke arah air terjun yang bagai telah menantikannya dengan bergemuruh. Namun peristiwa ini belum berakhir, karena suatu bayangan merah berkelebat pula membabatkan pedang, yang membuat orang itu terseret air terjun ke bawah dengan kepala yang sudah terlepas dari badannya. (Oo-dwkz-oO) Episode 185: [Perguruan Shaolin] DARI jauh terlihat Perguruan Shaolin itu bagaikan benteng yang kokoh. Tembok perguruan itu seperti tumbuh dari bebatuan yang mendukungnya sampai begitu menjulang. Gerbang raksasanya tertutup, dan bagaikan hanya tenaga seratus gajah saja yang mampu membuka dan menutupnya kembali. Di belakang benteng itu hanyalah gunung batu, tetapi dengan pepohonan yang tumbuh di sela bebatuan yang membuat Perguruan Shaolin itu menjadi tampak rimbun. Tidak seorangpun tampak di luar tembok. Tentu, para bhiksu maupun murid-murid perguruan itu sedang melakukan segala kegiatannya di balik tembok raksasa tersebut, yang barangkali dimaksudkan agar terlindungi dari segenap ketergodaan duniawi. Jika sesekali kusebut istilah Kuil Shaolin dan lain kali Perguruan Shaolin, maka memang maksudnya tidaklah sama. Di Kuil Shaolin, berkumpul para bhiksu dan bhiksuni yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ amat mahir bersilat, dan silat menjadi keistimewaan mereka, tetapi tidak lebih dari itu, karena betapapun tingginya ilmu silat yang dimiliki seorang bhiksu atau bhiksuni, pada awal dan akhirnya mereka adalah tetap bhiksu atau bhiksuni, bukan seorang pendekar. Adapun di Perguruan Shaolin, meski upacara keagamaan tidak pernah menjadi takpenting, ilmu silat menjadi tujuan berdirinya perguruan, karena ke sinilah para bhiksu dan bhiksuni yang berdasarkan bakatnya dikirim untuk mempelajari ilmu s ilat, dan setelah masa belajarnya usai ditempatkan di Kuil Shaolin. DENGAN kata lain, Perguruan Shaolin adalah tempat ilmu silat dihimpun, diteliti, dan diuji, untuk kemudian diterapkan dan disebarkan, tetapi hanya di antara para bhiksu dan bhiksuni dari Kuil Shaolin. Namun karena di Perguruan Shaolin upacara keagamaan yang harus dijalani para bhiksu dan bhiksuni sama sekali tiada berkurang, maka sepintas lalu pembedaan ini tidak ada artinya. Sementara itu, meski sejak tadi disebutkan bhiksu dan bhiksuni, pada dasarnya kuil mereka terpisah dan hanya sedikit dari para bhiksuni yang mengerti ilmu silat; tetapi justru dari yang sedikit itulah terdapat para bhiksuni yang ilmu s ilatnya tidak terkalahkan. Kuil para bhiksu dan bhiksuni terpisah, artinya para bhiksu takbisa memasuki kuil para bhiksuni dan sebaliknya, tetapi di Perguruan Shaolin kedua-duanya ada. Yan Zi dapat belajar ilmu silat di Perguruan Shaolin, padahal tidak saja Yan Zi bukan seorang bhiksuni, ia juga bukan seorang lelaki. Sudah kuceritakan betapa Yan Zi dapat diterima belajar di sana karena alasan tertentu. Lagipula, meskipun di Negeri Atap Langit perbedaan lelaki dan perempuan sangat ditegaskan dalam perilaku dan ungkapan kebudayaan, dalam dunia persilatan justru perbedaan itu tidak menjadi penghalang apapun untuk mencapai ilmu yang tinggi. Seperti yang telah kualami sendiri, bahkan ketika baru menjelajahi wilayah perbatasannya saja, perempuan-perempuan pendekar Negeri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Atap Langit yang bersimpang jalan denganku ilmu silatnya luar biasa tinggi. Setelah meninggalnya Ta Mo pada 557, ilmu silat atau gung fu Shaolin mulai berkembang menjadi seni pertarungan dengan cirinya sendiri. Iblis Suci Peremuk Tulang pernah bercerita kepadaku, bahwa sejak awal berdirinya Wangsa Tang pada 705, para bhiksu Kuil Shaolin diminta ikut serta dalam berbagai pertempuran. Tugas ini dijalankan dengan sangat baik, sehingga mereka mendadak sontak menjadi tersohor karena kemampuan bertarungnya di seluruh Negeri Atap Langit. Seorang bhiksu, Sze Hungpey, menemukan jurus Pukulan Pura-pura yang mengenalkan seni gerak tipu dalam gung fu Shaolin. Bentuk tipudaya penglihatan itu semakin mengangkat jurus-jurus Shaolin, membuatnya jadi yang paling menonjol di Negeri Atap Langit. Dengan segala cerita itu, tentu aku menjadi penasaran untuk melihat sendiri seperti apa kehidupan di dalam Kuil Shaolin, yang tampaknya juga sangat dimaklumi oleh Yan Zi. "Mungkin kita juga bisa membeli kuda di sana," kata Yan Zi. Meskipun hidup dipandang sebagai perjalanan jiwa, para bhiksu ini bukan tidak mengerti bagaimana memperlakukan raga, bahkan melalui gung fu yang menyehatkan dan membugarkan badanlah maka pencapaian kejiwaan diandaikan sebagai sesuatu yang pasti. Dengan kata lain, kehidupan duniawi bukanlah tabu bagi para bhiksu, termasuk beternak dan mengembangkan kuda, lantas menjualnya. Dengan kuil merangkap perguruan di tengah hutan seperti ini, tiada khalayak yang bisa mereka datangi untuk mengemis. Maka tentu saja mereka harus mampu menghidupi diri mereka sendiri, dengan berkebun dan beternak, meski memang ada kalanya datang juga kiriman perbekalan dari pemerintah, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tetapi yang tidak bisa dipastikan kedatangannya karena tempat mereka yang sangat terpencil itu. Kami sudah dua hari dalam perjalanan dan masih melalui banyak air terjun, besar maupun kecil, sampai Perguruan Shaolin itu semakin lama semakin dekat. Perjalanan menjadi lebih lambat, karena kuda putih Yan Zi ditunggangi dua orang, Yan Zi dan Elang Merah. Harus kuceritakan betapa segala peristiwa yang telah berlangsung, bahwa Elang Merah telah beberapa kali menyerangku dengan maksud membunuh, tetapi beberapa kali pula diriku telah memperpanjang masa hidupnya, telah membuat Elang Merah bertekad mengikuti jejakku ke mana pun aku melangkah. "Hanya itulah tebusan terbaik atas semua kesalahan daku, wahai Tuan Pendekar, mulai saat ini daku akan mengabdikan sisa hidupku kepada Tuan Pendekar, mengikuti diri Tuan Pendekar ke mana pun kaki T uan Pendekar pergi." Aku tertegun ketika Elang Merah menyatakan hal itu. Jika ia menyerangku sama seperti Pendekar Kupu-Kupu atau dahulu Pendekar Cahaya Senja juga menyerangku, yakni serangan seperti yang berlaku dalam dunia sungai telaga, tempat pencapaian kesempurnaan diuji dengan pertaruhan kematian, maka sebetulnya serangan dengan tujuan membunuh itu bukanlah kebersalahan yang memerlukan penebusan. Namun masalah yang dibawa Elang Merah rupanya memang lebih dari itu. PUAN Pendekar, itu bukanlah sesuatu yang Puan Pendekar harus lakukan kepada pengembara yang bahkan sekadar nama pun tidak memilikinya. Ikutilah jalan Puan Pendekar yang semula, jalan seorang pendekar yang dibutuhkan orangorang tertindas. Mengikutiku adalah kesia-siaan belaka, karena daku hidup hanya untuk diriku sendiri sahaja," kataku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kupikirkan betapa tugasku sendiri rasanya sudah begitu mustahil. Selain membongkar masalah kematian Amrita, yang membuatku harus membuntuti Harimau Perang sampai ke Negeri Atap Langit, kini ditambah kewajiban membantu dan melindungi Y an Zi ketika menyusup ke dalam istana Changian mengambil Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri. Harimau Perang melakukan perjalanan panjang juga karena panggilan istana, tetapi kukira urusan Harimau Perang dan Yan Zi Si Walet berbeda, masihkah harus ditambah dengan masalah Elang Merah pula" "Hanya kematianlah kiranya yang dapat membuat daku tidak mengikuti dikau Tuan Pendekar, dikau harus membunuhku jika tidak ingin daku mengikuti dikau, dan jika dikau tetap tidak bersedia diriku mengikuti ke mana pun, daku tidak akan merasa terlalu bersalah menyelesaikan riwayat hidupku sendiri." Dengan kalimat seperti itu, Elang Merah mungkin saja hanya mencari jalan untuk mencapai tujuannya, tetapi aku dapat dibuatnya merasa terlalu angkuh jika tetap juga menolaknya. Lagipula, aku belum merasa diriku begitu layak menolak permintaan yang bagi seorang perempuan pendekar perkasa seperti Elang Merah adalah mengiba-iba. Jadi tiada jalan lain bagiku selain mengikuti kemauannya, meski barangkali ini memang siasatnya sahaja. Namun aku juga sebetulnya masih penasaran, benarkah Elang Merah muncul tiba-tiba seperti terjadi di jalan setapak di bawah atap tebing yang menjorok dan dilalui air terjun di atasnya itu, hanya karena bermaksud meminta kembali pisau terbang atau memang sedang gentayangan mencari lawan" "Keduanya tidak," ujar Elang Merah, "aku sebenarnya ditugaskan Kerajaan Tibet untuk menemui ketiga orang kebiri itu, justru pada saat mereka bertemu, karena rahasia yang akan terungkap dari penggabungan ketiga potongan rahasia itu disebut berhubungan dengan kepentingan Kerajaan Tibet." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Elang Merah bercerita, bahwa ia memasuki Negeri Atap Langit dari Kerajaan Tibet yang juga disebut Tufan itu, dan mencari-cari ketiga orang kebiri di sepanjang wilayah yang berbatasan dengan Daerah Perlindungan An Nam, melalui Terusan Shu dan T erusan Do Khel, lantas dari sana ia menuju wilayah lautan kelabu gunung batu di perbatasan ini dengan mengikuti Sungai Nu yang berbatasan dengan wilayah orangorang Pagan, menyusuri tempat-tempat yang paling terpencil dari Negeri Atap Langit, seperti Wull, Bingzhongluo, Gongshan, Fugong, Chenggan, Lushui, dan Liuku, sebelum berbelok ke Baoshan dan menyeberangi Celah Dinding Berlian, sehingga aku pun me lihatnya bentrok dengan seorang pendekar yang dibunuhnya di udara saat itu. "Dia bukan seorang pendekar," kisah Elang Merah, "melainkan petugas rahasia istana Chang'an yang ditugaskan mencari dan menyuap daku, agar rahasia yang kudapat nanti disampaikan kepada Kerajaan Tibet dengan isi yang menyesatkan. Jaringan mata-mata Negeri Atap Langit di Kerajaan Tibet agaknya telah mengendus tugasku tidak lama setelah perkara terdapatnya suatu rahasia yang terbagi di antara ketiga orang kebiri ini terlacak. Para petinggi istana yang sudah hampir putus asa dengan rahasia yang sulit dibongkar ini, mencoba dengan segala cara, melalui sumber apa pun, untuk berusaha mendapatkannya. "Agaknya petugas rahasia yang ilmu silatnya sangat tinggi dan diambil dari pasukan pengawal rahasia istana ini juga mendapat perintah, bahwa jika diriku tidak dapat disuap, maka ia harus membunuh daku. Tentu mereka berpikir, jika mereka gagal membongkar, maka siapapun juga tidak boleh mengetahuinya, karena memang belum dapat dipastikan jenis bahaya macam apa yang akan datang, jika rahasia ini terungkap ke pihak siapapun yang berkepentingan dengan runtuhnya Kemaharajaan Negeri Atap Langit. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Daku datang hanya dengan pengetahuan mengenai orang kebiri yang menjadi tukang kedai, yang kedainya disebut akan menjadi tempat pertemuan. Rupanya daku telah melewatinya, karena daku tidak menggunakan kuda dan juga tidak berjalan kaki, melainkan melayang di udara dengan ilmu meringankan tubuh Elang Melayang Tanpa Gerakan. Namun dengan kabut seperti itu, dan ketajaman mata yang tidak sebanding dengan ketajaman mata elang, rupanya aku telah me layang terlalu jauh, ketika petugas rahasia yang ternyata mampu melacak jejak di udara itu menyusulku. MAKA setelah membunuhnya, pikiranku hanyalah terarah kepada kedai tersebut, tidak kupedulikan betapa seharusnya pisau terbang itu hanyalah dilemparkan untuk mematikan, karena jika tertangkap seperti dikau lakukan, sebetulnya terdapat jurus lanjutan yang akan membuat penangkap pisau terbang itu dapat dilumpuhkan. Demikianlah, karena masih terus melayang, diriku tersesat kian kemari, sembari masih harus melayani tantangan para pendekar yang setiap saat menyambar-nyambar tanpa sesumbar, maka kedai itu tidak dapat segera kutemukan. Apalagi kemudian memang tiada cara lain selain berjalan kaki, menyusuri jalan sempit sepanjang dinding tebing yang berkelak-kelok itu, untuk mendapat kepastian tempat kedai mata-mata tersebut, karena disebutkan terletak pada satu-satunya jalan menuju Celah Dinding Berlian dari selatan. "Barangkali dikau dapat menebaknya wahai Pendekar Tanpa Nama, ketika daku akhirnya sampai ke kedai itu, orang kebiri tukang kedai yang bernama sandi Si Cerpelai itu sudah Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hilang lenyap tidak tentu rimbanya. Adapun orang kebiri dari istana Chang'an yang disebut Si Tupai, ternyata bukan hanya sudah tiba dengan tubuh terpotong-potong, melainkan saat daku tiba sudah dibakarlah tubuhnya yang terpotong-potong itu, yang dibakar bersama delapan mayat lagi yang baru saja ditewaskan Pendekar Kupu-Kupu, juga bersama mayat Pendekar Kupu-kupu itu sendiri. Semua ini kudapatkan dari TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pengintaian atas perbincangan, karena sebagai anak buah Si Cerpelai daku yakin mereka tidak akan bercerita jika kutanya. "Dari perbincangan mereka pula kudengar sepak terjang seorang pendekar yang jurus-jurusnya sama sekali tidak dikenal, bahkan seperti tidak mungkin dilihat sama sekali. Mereka selalu menyebutkannya sebagai orang asing yang tidak jelas namanya. Lantas daku teringat tentang pisau terbangku, dan kupikir mungkin saja orang itu dirimu. Nah, sepak terjang semacam itu pula yang dapat kubaca dari jejakjejak pertarungan di tempat dikau berhadapan dengan para pemanah pemerintah yang menyamar sebagai orang-orang biasa itu, dan daku tiada punya dugaan lain yang lebih baik selain bahwa mereka tentunya memburu seseorang yang sangat penting, sepenting orang kebiri seperti Si Musang yang sampai perlu dipotong lidahnya tetapi tidak dibunuh itu, karena mengetahui rahasia negara yang rupanya amat sangat penting. "Siapa yang tidak akan kesal jika jejak sedekat ini ternyata kemudian hilang lenyap bagaikan menguap begitu saja" Maafkanlah daku telah menumpahkan kekesalan dengan langsung menyerangmu Tuan Pendekar Tanpa Nama. Pencarian tanpa kepastian telah membuat jiwaku lelah..." Kupandang Elang Merah yang duduk di atas kuda di belakang Yan Zi. Dua perempuan yang sebelumnya nyaris saling berbunuhan ini kini lengket di atas satu kuda. Apakah yang bisa kuceritakan dari sini" Yan Zi yang telah lama mendengar sepak terjang Elang Merah, karena meski tersembunyi Kampung Jembatan Gantung tidaklah terasing dari perkembangan di luarnya, semula memang tampaknya sangat membencinya karena perempuan pendekar dari T ibet itu menyerangku dengan jurus mematikan bagai tanpa alasan. Namun perkembangan peristiwa membuktikan, adalah Yan Zi jua yang menyentuhkan tendangan mautnya kepada anggota Golongan Murni itu, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ketika melemparkan pisau terbang ke arah Elang Merah dari belakang. Segenap cerita Elang Merah agaknya mengena di hati Yan Zi, dan ketika kami melanjutkan perjalanan, memang seperti tidak ada kemungkinan lain bahwa Elang Merah akan berada di punggung kuda yang sama dengan Yan Zi. "Dikau bersamaku saja Elang Merah," katanya, "sampai kita mendapatkan kuda untukmu." Sepanjang perjalanan kedua perempuan pendekar itu bercakap-cakap di atas kuda dengan akrab. Kuda tidak berlari karena jalanan semakin sempit menyelusuri tepian tebing, tetapi pemandangan semakin lama memang semakin indah, meski keduanya seperti hanya peduli kepada diri mereka sendiri. Dari belakang, bisa kulihat tangan Yan Zi bergerak ke belakang meraih tangan Elang Merah agar memeluknya, dan Elang Merah menurut saja, meski setiap kali ada kesempatan tampaknya ia selalu mencuri pandang atau melirikku. Memandang Elang Merah membuatku berpikir, jika ia telah menyatakan bertekad untuk mengikuti diriku ke mana pun aku pergi, bagaimanakah caranya ia menjalankan tugas Kerajaan Tibet yang telah dibebankan kepadanya itu" Apakah ia dengan begitu telah melepaskan tugas membongkar rahasia yang disebutkan terbagi di antara ketiga orang kebiri" Sebegitu jauh, Elang Merah hanya tahu bahwa Si Tupai memang telah tewas terpotong-potong, tetapi ia belum mengetahui betapa Si Cerpelai yang menyamar sebagai tukang kedai juga sudah meninggalkan dunia ini, bahkan juga bahwa Si Musang membunuh dirinya dengan racun. MESKIPUN Yan Zi kini tampak sangat menyukai Elang Merah, dengan saling menatap saja kami sudah saling mengerti, betapa pendekar dari T ibet itu sebaiknya tidak diberi tahu. Pengakuannya yang terus terang tentang tugas membongkar rahasia mungkin saja memang jujur, tetapi Yan Zi yang dibesarkan dalam kerahasiaan keturunan para TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pemberontak di Kampung Jembatan Gantung tentu juga mengerti, tiada rahasia yang akan dibagi begitu saja tanpa mengharapkan suatu keuntungan di baliknya. Maka dalam hati aku pun menghela napas panjang, mengingat dunia persilatan yang begitu penuh dengan tuntutan kewaspadaan. Kuingat nasihat yang kubawa dari Yavabhumipala, bahwa hanya perlu titik lemah sebesar ujung jarum dan kelengahan sekejap untuk membuat nyawa kita terpisah dari badan. Namun kedua perempuan pendekar itu berpelukan jika bermalam di gua dengan tirai air terjun di luarnya, dan kini mereka saling berbisik dan tertawa-tawa, tanpa kuketahui apa pun yang sedang dibicarakannya. Bahkan kadang-kadang mereka tertawa-tawa kecil sambil menutupi mulutnya, meski tidak juga terlalu menyembunyikan suara tawanya, tetapi sembari menoleh ke belakang melihat kepadaku dengan sekilas pula. Mereka berbicara dengan bahasa Negeri Atap Langit yang selain terdengar sangat lemah karena berbisikbisik, juga diucapkan dengan luar biasa cepat, sedangkan kemampuanku dengan bahasa itu memang masih sangat terbatas, sehingga di kepalaku hilir mudik berbagai dugaan yang tidak dapat kupastikan. Yan Zi meskipun sepintas lalu berwajah seperti gadis remaja sudah berumur 41 tahun, dan Elang Merah kuduga berusia 35 tahun. Apakah kiranya yang dibicarakan dua perempuan dengan usia seperti itu, sambil memandang lelaki 26 tahun seperti diriku sambil tertawa-tawa" Aku berusaha untuk tidak memikirkannya. (Oo-dwkz-oO) PERGURUAN Shaolin itu akhirnya berada di hadapan mata. Hari telah senja dan kami telah berada di luar wilayah Seribu Air Terjun. Setelah dekat barulah menjadi jelas terdapatnya petak-petak perkebunan yang cukup luas di sekeliling tembok perguruan yang tampak kokoh tersebut. Disebut luas bukan karena lebarnya, melainkan karena sangat panjang mengikuti TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sisi tebing batu, antara lain karena memang hanya itulah tanah subur yang bisa diolah dan ditanami di situ. Pintu gerbang kokoh yang seolah-olah hanya bisa digerakkan jika ditarik atau didorong seratus gajah itu memang luar biasa tinggi dan tampak berat. Di luarnya dua bhiksu tinggi besar berjubah kuning yang gundul dan berewokan tampak berjaga dengan penggada di tangannya. Mereka tidak duduk, tidak berdiri dengan diam seperti arca penjaga, dan tentu tidak pula tidur-tiduran dengan mata terpejam, melainkan terus berjalan saling bersilang di depan gerbang tanpa henti-hentinya seperti kera di dalam kurungan. Di jalan setapak yang menurun ke arah Perguruan Shaolin itu Yan Zi tertegun. ''Ini tidak seperti biasanya,'' ujar Yan Zi, ''tapi sebaiknya kita tenang saja, karena sudah kukenal mereka semua.'' Kedua bhiksu yang mondar-mandir saling bersilang itu langsung berhenti ketika Yan Zi muncul di atas kuda yang ditungganginya berdua dengan Elang Merah, dan mereka tampak semakin waspada melihat diriku yang menunggang kuda Uighur di belakangnya. ''Yan Zi Si Walet!'' ujar salah satu bhiksu yang tiada bisa kubedakan itu, yang ternyata memang kembar adanya, ''lama sekali dikau tiada pernah muncul, sekarang tiba-tiba datang dengan orang-orang asing! Darima na mereka"'' ''Cadas Kembar! Janganlah memandang kami dengan curiga! Daku datang bersama para sahabat yang datang dari jauh hanya untuk berkenalan dengan para bhiksu Perguruan Shaolin dan mempelajari gung fu Shaolin yang terkenal di seluruh dunia.'' Dengan memuji-muji seperti itu, tampaknya Yan Zi ingin jalan masuknya dipermudah, tetapi meskipun sepasang bhiksu Cadas Kembar itu memang mengenali Yan Zi, mereka merasa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ lebih baik curiga kepada siapa pun yang tidak mereka kenali dengan pasti. ''Hmmh! Bisa kukenali perempuan berwajah Tubo yang bersamamu itu,i ujar salah seorang dari Cadas Kembar, itetapi siapakah anak muda di atas kuda Uighur itu"'' Tampaknya Yan Zi memang terus mencari akal, bukan hanya agar kami diperbolehkan masuk ke dalam, tetapi juga agar dapat membeli kuda bagi Elang Merah yang sangat kami butuhkan. Cadas Kembar! Apakah kalian belum pernah mendengar nama perempuan pendekar Elang Merah dari Tibet , yang sejak dulu sampai sekarang belum terkalahkan oleh pendekar Negeri Atap Langit mana pun" Adapun sahabatku yang muda itu tiada bernama, tetapi semenjak datang jauh-jauh dari wilayah Kioun-loun telah mendapatkan gelar Pendekar Tanpa Nama karena ketinggian ilmunya." "Hmm, Yan Zi, sejak kapan dikau belajar menggunakan bahasa murahan seperti itu" Apakah dikau lupa bahwa bahasa terbaik dalam dunia persilatan adalah penerapan jurus-jurus itu sendiri" Jadi janganlah berkata ingin mengenal jurus-jurus Shaolin tanpa siap bertarung me lawan jurus-jurus Shaolin itu sendiri!" Yan Zi tersenyum, karena tampaknya justru tantangan seperti itu yang diharapkannya agar pintu terbuka bagi kami. Si Walet tidak akan mengeluarkan kata-kata semacam itu, jika tidak diketahuinya apakah diriku dan Elang Merah bisa mengalahkan kedua bhiksu yang disebutnya Cadas Kembar tersebut. Namun tampaknya ia masih penasaran untuk mengetahui, apakah kiranya yang telah membuat Cadas Kembar mondar-mandir saling bersilang tanpa henti-hentinya di depan gerbang perguruan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Tidak biasanya gerbang seberat itu harus dijaga," bisiknya, ilebih baik kita mengetahuinya dahulu sebelum masuk ke dalam sana ." Maka ia pun melompat turun dari kuda, sementara Elang Merah dan diriku mengikutinya pula. "Jadi katakanlah wahai Cadas Kembar, sebelum kalian bersenang-senang dengan kedua sahabatku ini, mengapa kalian harus menjaga pintu gerbang perguruan silat yang paling diakui di Negeri Atap Langit ini?" Salah seorang Cadas Kembar itu menjawab dengan wajah yang tiba-tiba sedih. "Justru itulah sebabnya kami berjaga di sini, bhiksu kepala telah dibunuh ketika sedang memimpin sembahyang bersama kemarin," jawabnya, yang tentu saja membuat kami terkejut, mengingat betapa besar nama Shaolin dari negeri ke negeri. "Hio yang dipegangnya ternyata beracun," sambung Cadas Kembar yang lain, iasapnya menyebarkan bebauan yang sama, tetapi itulah racun yang terhisap masuk ke dalam paruparu. Bhiksu tabib kami tidak dapat mengenali jenis racun tersebut, jadi datangnya pasti dari luar wilayah Negeri Atap Langit." "Karena kami berada di wilayah perbatasan, jadi kami harus meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap segala sesuatu yang datang dari luar perbatasan," Cadas Kembar yang lain menyambung pula, imeskipun pembunuhan ini bisa saja dilakukan melalui tangan orang dalam." Aku tahu, mereka semua tidak terbiasa dengan ketegangan. Berpuluh-puluh tahun hidup tenang di tempat terpencil, dengan samadi yang bagaikan tidak mungkin mengalami gangguan, tiba-tiba saja berlangsung pembunuhan. Memang dapat dikatakan gung fu para bhiksu Shaolin setinggi langit, tetapi belum tentu berarti dapat mengatasi seluk beluk tipu daya kejahatan golongan hitam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Lantas tiba-tiba mereka berdua mengangkat gadanya. "Ayolah perkenalan ini kita lakukan sekarang, agar kami berdua pun bisa belajar bagaimana anak muda yang dikau sebut datang dari Kioun-loun ini memainkan gung fu," kata salah seorang, itapi ingat, hanya jika kami kalah maka anak muda yang juga dikau sebut takbernama ini boleh memasuki kuil." Memang inilah Perguruan Shaolin, tempat para bhiksu terpilih dilatih gung fu, tetapi memang juga benar bahwa di tempat ini pula berlangsung segala kegiatan seperti di sebuah kuil. "Nah, bagaimana dengan Puan Elang Merah dari Tibet itu" Apakah di T ibet juga ada gung fu ?" Tentu saja ucapan Cadas Kembar yang lainnya itu setengah menghina, karena meskipun Kemaharajaan Negeri Atap Langit di bawah kepemimpinan Maharaja Dezong telah membuat perjanjian damai dan persekutuan dengan Kerajaan Tibet, kebiasaan untuk menganggap orang Tibet sebagai musuh bebuyutan masih belum terhapuskan, meskipun juga telah menjadi bhiksu seperti Cadas Kembar ini. Namun jawaban Elang Merah sungguh luar biasa. Begitu Cadas Kembar itu menutup mulutnya, ia berkelebat lebih cepat dari kilat. Namun aku masih dapat melihat betapa dengan pedangnya ia te lah mencongkel gada dari genggaman bhiksu berewokan itu ke udara, dan sebelum hilang rasa terkejut bhiksu tersebut, kedua jari tangan kiri Elang Merah telah menotok jalan darah di kaki, pinggang,maupun tengkuknya, sehingga bhiksu itu tetap saja berdiri seperti arca. ADAPUN ketika gada itu akhirnya turun kembali disambutnya dengan pembabatan, bagai juru masak piawai mengiris bawang, yang membuat gada itu berantakan di tanah menjadi dua belas bagian. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Cadas Kembar satunya tertegun. Aku pun tersenyum Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo senyum. Dengan begitu saja kukira ia sudah tergentar. Namun aku sungguh ingin mengenal yang disebut gung fu Shaolin itu. Maka aku pun berkata kepadanya. ''Sahaya hanya seorang pengembara tak bernama dari sebuah wilayah K'oun-loun yang di Negeri Atap Langit ini disebut Ka-ling, meski ada yang lebih tepat menyebutnya Japa. Tidak sedikit warga Negeri Atap Langit yang mengembara ke sana, memasuki sungai jauh sampai pedalaman, dan penduduk Kerajaan Mataram di Yavabhumipala menyambutnya dengan baik, wahai Tuan Bhiksu yang Mulia; dan mereka peragakan pula gung fu di sana, yang membuat sahaya ingin belajar langsung di lingkungan alam aslinya.'' Ia tertegun dengan penjelasan yang barangkali takpernah didengarnya. Para bhiksu memang mampu membaca, tetapi tentu yang dibacanya adalah sutra, sementara bidang pengabdian bhiksu Shaolin adalah ilmu silat atau gung fu dan bukannya ilmu pengetahuan tentang kota dan negeri di bumi yang di Negeri Atap Langit ini juga terdapat para bhiksu yang ahli. Namun siapakah mereka yang begitu rela kekurangannya terbuka" Dengan gadanya ia segera menyerbuku seperti angin puting beliung, dan aku pun menyambutnya dengan gembira. Sudah jelas aku akan melayaninya dengan Jurus Bayangan Cermin untuk menyerap jurus-jurusnya. Cadas Kembar yang kuhadapi ini pasti tenaganya kuat luar biasa, dan itu menjelaskan pilihan senjatanya yang berat, yakni penggada yang begitu siap menghancurleburkan tubuhku. Aku juga tidak membayangkan betapa penggada bisa menjadi senjata gung fu yang jurus-jurusnya terungkap sebagai seni permainan yang indah, tetapi Cadas Kembar ini telah melakukannya. Senjata gada yang selama ini seperti hanya mampu digunakan untuk perkelahian yang purba, yakni hanya menggebuk sekeras-kerasnya demi penghancuran tulang atau tengkorak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kepala, ternyata dalam jurus-jurus Shaolin menjadi sangat tertata. Sejauh kuketahui, gung fu Shaolin menjadikan senjata sebagai perpanjangan tangan, bahkan latihan bagi gerakangerakan tangan itu sendiri, sehingga tentu saja gada yang berat ini sesuai bagi sang bhiksu raksasa yang bertenaga sangat besar, membuat gada ini bagaikan mainan yang ringan saja baginya. Padahal gada ini terbuat dari besi padat yang mampu menghancurkan apapun yang menghalanginya. Bahkan batu gunung pun langsung menjadi tepung jika digebuknya. Dengan senjata seberat itu, gerakan Cadas Kembar tidak menjadi lamban, melainkan begitu cepatnya sampai tidak terlihat. Dalam gung fu di Negeri Atap Langit pada umumnya, latihan dengan berbagai macam senjata selalu diwajibkan oleh perguruan-perguruan ternama. Kewajiban ini alasannya bermacam-macam, sebagaimana sejarah Negeri Atap Langit itu sendiri. Dalam ketentaraan misalnya, kemampuan memainkan senjata jelas diperlukan untuk kenaikan pangkat, selain tentu saja untuk tetap bertahan hidupodan karena setiap orang dari jenis kelam in jantan diwajibkan bergabung dengan ketentaraan setidaknya dua tahun, lelaki yang telah, sedang, maupun belum bergabung seperti mewajibkan dirinya menguasai setidaknya jurus-jurus dasar memainkan senjata. Di sebuah negeri tempat kekerasan selalu terjadi, tidak memiliki kemampuan dengan senjata akan membuat seseorang tidak dihargai. Penyamun dan perompak di Negeri Atap Langit sebetulnya tidak hanya berada di tempat-tempat sepi, mereka berada di mana pun untuk melanggar hukum, selama masih ada rombongan pedagang gemuk dan petani kaya untuk dijarah. Para pemangsa ini bersenjata bahkan sampai kepada gigigiginya, sehingga para pendekar yang hanya mengandalkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tangan kosong, jika bukan seorang suhu atau guru terkemuka pastilah orang yang kurang menggunakan otaknya. DEMIKIANLAH para murid perguruan gung fu ini memanfaatkan masa-masa yang penuh bahaya demi kemajuan mereka sendiri. Dengan disewa sebagai pengawal rombongan pedagang maupun petani, mereka tidak hanya bisa hidup dengan penghasilan cukup, tetapi juga tetap bisa mengasah keterampilan bersenjata dan menggali jurus-jurus baru. Adapun para suhu, dalam hal persenjataan dalam gung fu, akan menghadapi masalah yang lain lagi, karena setiap saat ia harus siap me layani tantangan untuk bertarung. Tantangan tentu berdatangan dari para pendekar muda yang ingin mencari nama, tetapi yang harus dihadapi dengan perhatian penuh justru tantangan suhu lain, yang biasanya ingin membuktikan betapa gung fu perguruannya lebih unggul. Jika penantang ini menang, tidak saja namanya akan semakin tersohor, melainkan akan menjadi semakin kaya karena muridmurid perguruan lawan yang dikalahkan berpindah ke perguruannya. Demikianlah segala tantangan dalam persaingan maupun kecemburuan sering berlangsung, dan pertaruhannya yang tinggi membuat kemampuan memainkan senjata menjadi mutlak, karena menghadapi lawan bersenjata dengan tangan kosong berarti harus siap menerima kekalahan. Senjata bagi gung fu Negeri Atap Langit memang hanya alat untuk melatih kekuatan tangan demi jurus-jurus tangan kosong, tetapi tidak bisa dimungkiri betapa permainan senjata itu juga berkembang sebagai seni gung fu tersendiri. Tak kurang dari Kong Fuzi sekitar 1200 tahun lalu menganjurkan murid-muridnya belajar memanah, sementara penyair Li Bai yang menjadi kebanggaan Wangsa Tang mengaku, dirinya tekun dan giat bermain pedang pada usia 15 tahun. Bahkan Du Fu, penyair semasanya, disebut sangat pandai memanah, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan pernah menulis puisi tentang permainan pedang perempuan pendekar Kung Sun yang begitu indahnya. Langit telah menjadi semakin gelap. Dalam keremangan tidaklah mudah melihat Cadas Kembar yang bergerak secepatcepatnya, bahkan lebih cepat dari cepat, sehingga tiada jalan lain selain mengimbanginya dengan kecepatan yang sama. Maka dengan segera pusaran angin puting beliung sebagai akibatnya pun menerbangkan segala-galanya. Setiap kali gebukan gada Cadas Kembar luput, terdengar suara berdebum dari batu yang meledak dan hancur menjadi tepung, yang segera buyar dan ikut berpudar dalam pusaran angin yang terbentuk oleh pertarungan kami. Jika Elang Merah telah menyelesaikan pertarungan secepatcepatnya, maka aku justru perlu bertarung selama mungkin, karena Jurus Bayangan Cermin yang sedang kuterapkan menuntut jaminan bahwa segala jurus lawan telah dikeluarkan sebelum akhirnya nanti dikembalikan dalam bentuk serbaterbalik, sehingga lawan yang menjadi sumber jurusjurus itu pun tidak mengenalinya lagi. (Oo-dwkz-oO) Episode 186: [Siapa Membunuh Bhiksu Kepala"] Senja semakin menggelap, tanpa harus bertarung dengan kecepatan tinggi pun segala sesuatunya telah menjadi sulit dilihat dengan tegas. Namun sembari berkelebat dalam Jurus Bayangan Cermin yang serbamemancing, dengan sendirinya telah kuserap jurus-jurus dasar Shaolin yang terlacak dari jurus-jurus yang dimainkan Cadas Kembar. Pada tingkat gung fu yang dikuasa i Cadas Kembar lawanku ini, dalam kecepatan tinggi telah dikeluarkannya 360 jurus yang umum dikuasai pendekar Negeri Atap Langit seperti pernah kubaca di Kuil Pengabdian Sejati, sehingga yang belum kukenal tentulah merupakan jurus-jurus Shaolin. Setiap aliran TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ di sungai telaga dunia persilatan mengembangkan jurusjurusnya sendiri dan merahasiakannya, tetapi dengan Jurus Bayangan Cermin, tanpa harus berguru, jurus-jurus rahasia macam apapun selama diterapkan untuk menghadapiku akan dapat kuserap sekaligus kuma inkan tanpa perlu latihan lagi. Delapanbelas Latihan yang diwariskan Ta Mo sebagai bagian dasar yang termainkan secara tidak langsung dalam serangan Cadas Kembar, mengalir ke dalam diriku seperti air dari talang bambu memasuki pasu. JURUS Bayangan Cermin menyerap ilmu silat lawan bukan seperti meniru jurus-jurusnya, melainkan mencerap kuncikuncinya, dan karena yang kukuasai adalah kunci-kuncinya itulah maka diriku dapat mengembangkannya, sampai ke bentuk jurus-jurusnya yang serbaterbalik, sehingga membingungkan lawan yang menghadapiku. Dari gerak dalam Delapan Belas Latihan warisan Ta Mo, kupilih Latihan Kelima, Angsa Liar Mengepakkan Sayap untuk kukembangkan dan kuputarbalikkan untuk menghadapi Cadas Kembar, karena watak cara latihan yang tenang dan justru mengistirahatkan tubuh ini meredam ch'i atau tenaga dalam, sehingga tidak akan mencelakakan Cadas Kembar. "Hah?" Terdengar nada terkejut Cadas Kembar, karena jika dikenalinya gerak dasar Angsa Liar Mengepakkan Sayap, tentu itu dikenalinya sebagai gerak latihan olah kesehatan, berbentuk perapatan tangan pada kaki untuk menarik tenaga dari ketiak, pundak rata seperti sayap angsa liar terbuka, sementara tumit naik turun bersama terbuka dan tertutupnya lengan. Jika gerak yang sama berkembang menjadi jurus serangan tanpa bisa ditangkisnya, wajarlah jika dianggapnya sangat mengejutkan. Aku berkelebat dengan gerak angsa terbang berputar balik, seolah terbangnya mundur, tetapi dengan kecepatan yang melebihi pusaran angin puting beliung Cadas Kembar itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Jurus yang dikuasa i Cadas Kembar, meski seluruhnya berlandaskan gung fu Shaolin murni, tertitik beratkan kepada Latihan Ketiga, Mendorong Gunung, yang terdiri dari empat gerakan, merenggangkan jarak antara kaki, mendorongkan telapak tangan ke depan, sehingga tenaga terpusatkan ke pusat telapak tangan dan chii tenggelam ke pusar. Tampaknya karena Cadas Kembar memang cenderung mengandalkan kekuatan tenaga daripada kelincahan gerakan. Padahal dalam perkembangan gung fu keduanya semakin terleburkan, seperti yang kulakukan. Setiap kali pertahanannya kutembus, aku hanya menyentuhnya. Pada punggung, dada, pinggang, bahu, lengan. Kadang bahkan memijitnya agak keras sampai Cadas Kembar berteriak keras-keras. "Aaaaaahh!" Seperti itu pula yang terjadi ketika gadanya terlepas, kusambar, dan bersama dengan itu kutotok beberapa bagian tubuhnya. Seperti saudara kembarnya, Cadas Kembar yang ini pun berdiri mematung seperti arca. Yan Zi tertawa menutupi mulutnya. "Hihihihihihi! Sekarang betul-betul mereka jadi Cadas Kembar, pantas ditaruh di samping kanan pintu gerbang!" Namun tentu saja aku tidak setuju terhadap lawan terkalahkan dilakukan penghinaan seperti itu. Baik Elang Merah maupun diriku hanya menotok keduanya agar takbergerak-gerak hanya sepenanakan nasi lamanya. Seperti muncul begitu saja dari balik kelam, tiba-tiba sudah muncul seorang bhiksu berjubah kuning yang langsung menjura. "Tidak heran jika Yan Zi Si Walet berteman seperjalanan dengan para pendekar perkasa seperti Puan dan Tuan, tiada lagi yang lebih menggembirakan selain mempelajari ilmu-ilmu silat dari tempat yang jauh, dari Kerajaan Tibet maupun Suvarnadvipa, tempat segala pembelajar agama maupun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ persilatan dari Negeri Atap Langit juga telah menuntut ilmu. Siapakah kiranya yang bisa memainkan Ilmu Pedang Cakar Elang dengan sempurna, selain Pendekar Elang Merah yang namanya telah dibawa angin dari lembah ke lembah sepanjang Negeri Atap Langit karena ilmu silatnya yang mengagumkan" Siapa pula yang tiada lain hanya bisa disebut hebat, jika segenap geraknya mampu menyerap segenap jurus yang dimiliki lawan, dan mengembalikannya dalam segala cara kebalikan berdasarkan kunci-kunci jurus lawan itu sendiri, meski mengaku bahkan tiada memiliki meski hanya sebuah nama" Sahaya mewakili para bhiksu Perguruan Shaolin mengucapkan selamat datang dan mohon maaf atas penyambutan yang tidak semestinya ini," katanya sepanjang ini sambil menjura lagi berkali-kali. Meskipun penguasaan bahasaku sangat terbatas, kurasa kalimatnya yang panjang itu dapat kutangkap. Aku tertegun karena meskipun tampaknya merendahkan diri, ilmu silat bhiksu ini pasti tinggi sekali. Tidak sembarang manusia di muka bumi ini apat membaca terdapatnya Jurus Bayangan Cermin, lengkap dengan cara bekerja seperti yang telah dikatakannya. Aku pun segera menjura. "Pengembara rendah dan hina yang tidak memiliki nama ini telah disanjung, tetapi semakin merasa rendah diri ketika mengetahui seseorang yang sangat tinggi ilmunya telah dapat membaca segenap gerakannya yang terlalu sederhana, sehingga ia tidak lagi memiliki jurus rahasia yang bisa diandalkan melawan siapapun dalam peringkat seperti itu. Pengembara rendah dari wilayah yang di Negeri Atap Langit Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo disebut sebagai K'oun-loun mohon maaf untuk menjadi semakin tidak tahu diri, dengan memohon agar diperkenankan serba sedikit mempelajari ilmu Shaolin supaya matanya yang selama ini buta agak sedikit bisa melihat secercah cahaya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ DALAM keremangan, sebetulnya bhiksu itu tidak dapat kulihat dengan jelas, tetapi suara tertawanya memastikan betapa dirinya seorang yang ramah. ''Huahahahahahaha! Yan Zi! Bagaimana bisa kau dapatkan makhluk yang pandai bermain kata-kata seperti ini" Dengan jurus seperti itu tahukah dikau betapa setidak-tidaknya sepertiga gung fu Shaolin telah diserapnya"'' Yan Zi dan Elang Merah sepintas saling berpandangan. Lantas ia kembali menjura, kini kepada kami semua. ''Perguruan Shaolin terbuka bagi semua pengembara yang membutuhkan sekadar air untuk minum atau selembar tikar untuk tidur, maafkanlah sambutan kedua bhiksu yang memang sedang kami hukum untuk terus berjaga di luar itu, semoga sudilah kiranya Puan-puan dan Tuan memaklumi, betapa kami sedang berkabung dengan meninggalnya bhiksu kepala kami, karena seseorang telah membunuhnya secara licik dan kejam sekali, sehingga kini segala sesuatu dengan terpaksa kami curigai. Selain bhiksu kepala, beberapa bhiksu dengan jabatan penting di Perguruan Shaolin kini masih terbaring karena ikut menghisap dan terkena asap hio tersebut. Mohon maklum, silakan masuk, dan selamat datang!'' Dengan begitu upacara selesai. Kukira bahwa kami datang bersama Yan Zi sangat menjadi pertimbangannya, karena Yan Zi tidak akan membawa siapa pun yang tak bisa dipastikan dapat dipercayainya ke Perguruan Shaolin yang telah bersedia mendidiknya dalam kerahasiaan pula. Ia memberi tanda agar kami mengikutinya, tetapi sebelum itu ia membungkuk dan mengambil kerikil dari tanah, untuk segera dijentikkannya masing-masing ke arah sepasang Cadas Kembar yang berdiri kaku seperti arca. Itulah cara sang bhiksu membebaskan keduanya dari totokan jalan darah. Cadas Kembar pun langsung berlutut dan tangannya menjura. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Maafkan Cadas Kembar yang bodoh ini, wahai Penjaga Langit, kami menantikan hukuman!'' Lantas mereka mengetuk-ngetukkan kepalanya ke bumi tiga kali. Bhiksu yang disebut Penjaga Langit itu menoleh pun tidak ketika melangkah ke gerbang sambil menjawab. ''Cukur saja berewok kalian,'' katanya, ''sampai licin tandas tanpa sisa!'' Cadas Kembar kembali mengetuk-ngetukkan kepalanya ke bumi. ''Terima kasih, Penjaga Langit! Terima kasih! Terima kasih! Terima kasih!'' Sebelum mengikuti langkah Penjaga Langit, kukembalikan juga gada yang tadi kupegang, yang diterima Cadas Kembar dengan kepala tertunduk. Dalam hati aku merasa iba, dan mengerti artinya mengapa seorang pendekar memilih mati daripada hidup dalam kekalahan. Pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya ketika Penjaga Langit yang melangkah naik tangga tiba di hadapannya. Dari balik pintu yang tebal dan berat itu rupanya terdapat cara untuk mengawasi apa pun yang terjadi di luarnya. Segera kulihat bhiksu-bhiksu remaja berkepala gundul yang menarik pintu itu beramai-ramai, dan segera kulihat betapa di balik tembok tinggi ini suatu kehidupan jiwa dapat diwujudkan. (Oo-dwkz-oO) LAUTAN lilin dan dengung para bhiksu yang berdoa mengingatkan diriku kepada Kuil Pengabdian Sejati, ketika bhiksu kepala yang diserang anggota Golongan Murni itu berpura-pura mati dalam yoga langit yang membuatnya dapat bernapas melalui pori-pori. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya saat itu" Kuraba rambutku yang mulai memenuhi kepala, dan juga segala bulu wajah yang mengubah wajahku sepenuhnya. Sebetulnya belum lama aku meninggalkan Kuil Pengabdian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sejati, bahkan tujuan keberangkatanku dari sana sama sekali belum tercapai, tetapi rasanya sudah begitu lama diriku berada dalam perjalanan. Mungkinkah karena banyaknya peristiwa yang kualami ketika menyeberangi perbatasan ini" Ribuan lilin bergerak-gerak seperti menari, bagaikan makhluk hidup yang menanggapi puja para bhiksu yang membubung ke langit. Lilin tidak hanya menyala di balairung tempat bhiksu kepala yang terbunuh oleh hio racun itu disemayamkan, melainkan menyala di mana-mana. Jika di luar gelap telah turun sepenuhnya, di dalam ini tembok mengurung cahaya lilin, sehingga dunia yang remang menjadi serba kekuning-kuningan. Cahaya ribuan lilin yang bergerakgerak serempak sesuai arah angin yang tiada pernah berhasil mematikan api, menjadi latar yang tidak bisa lebih sesuai lagi bagi para bhiksu yang berdoa bersama-sama. Dengung ratusan bhiksu memberikan gambaran perahu melayari lautan lilin dengan bhiksu kepala yang terbaring tenang di atasnya. Jubah para bhiksu yang kuning membiaskan cahaya lilin yang kuning, kekuningan jubah dan kekuningan lilin melebur menyatu dalam kekuningan yang remang, muram, dan tampaknya sungguh begitu rawan... KUIL Shaolin ini adalah kuil perguruan, tempat para bhiksu dikirim dari berbagai Kuil Shaolin di seluruh Negeri Atap Langit, dan itu berarti bhiksu yang dikirim justru merupakan bhiksu pilihan yang tertinggi ilmu silatnya di antara bhiksubhiksu lain di sebuah Kuil Shaolin. Jika mereka semua berkumpul di Perguruan Shaolin ini, yang penghuninya merupakan para suhu ilmu s ilat Shaolin terhebat di bidangnya masing-masing, tidak terbayangkan nyali macam apa dan ketinggian ilmu silat seperti apa yang dibutuhkan untuk menembus kepekaan dan kewaspadaan tingkat tinggi para suhu ini. Aku jadi mengerti, jika seorang penyusup mengira sete lah melumpuhkan penjaga gerbang seperti Cadas Kembar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ segalanya akan menjadi lebih mudah, artinya ia te lah terkecoh dan akan segera terperangkap, karena dugaan itu cenderung akan membuatnya gegabah. Mungkin ia akan terbang begitu saja melewati tembok dan begitu melayang turun sudah pasti penyusup itu tidak akan pernah keluar lagi. Jika kini seseorang telah menyelundupkan hio beracun, tidak ada kemungkinan lain betapa seorang pembunuh berada di antara para bhiksu ini. Pantaslah di antara wajah-wajah muram dan kepala tertunduk itu, terkadang menyambar pandangan mata menusuk tajam penuh kecurigaan. Kepada Penjaga Langit kuceritakan apa yang terjadi di Kuil Pengabdian Sejati, meski tidaklah kubuka rahasia bahwa bhiksu kepala di sana hanyalah berpura-pura saja mati, karena bagiku persamaan incaran korbannya barangkali mengungkapkan sesuatu. Saat itu Penjaga Langit telah memerintahkan seorang bhiksu pengurus kuda membawa kuda kami, dan seorang bhiksu membawa Elang Merah dan Yan Zi ke tempat tersembunyi, karena meskipun Perguruan Shaolin melatih pula para bhiksuni, menerima perempuan awam dalam kuil tanpa alasan mendesak tidak dibenarkan. Elang Merah dan Yan Zi adalah perempuan pendekar, tetapi dalam keagamaan tentu keduanya dianggap awam. Aku menceritakannya ketika Penjaga Langit sendiri akan menunjukkan sendiri bilik tempatku bisa beristirahat. Ia sangat terkejut. ''Maksud Anak, bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati di Thang-long"'' Di luar tadi aku dipanggil Tuan, itulah sebutan menghormat tapi berjarak, dengan menyebut Anak, artinya kehadiranku diterima oleh Perguruan Shaolin yang berisi sekitar 500 bhiksu terpilih ini. ''Begitulah Bapak,'' kataku. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Jadi Pemangku Langit sudah pergi,'' ia mendesis, seperti berbicara untuk dirinya sendiri. Aku sendiri baru tahu sekarang nama bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati adalah Pemangku Langit. Dengan keterbatasan bahasa Viet yang kukuasai saat itu, segala penjelasan tentang Kuil Pengabdian Sejati nyaris hanya kudapatkan dari Iblis Suci Peremuk Tulang. Jika ia tidak menyampaikan apa pun tentang sesuatu kepadaku, aku pun tidak akan mengetahui apa pun tentang sesuatu itu. Api ribuan cahaya lilin bagai bersujud ke arah yang sama. Penjaga Langit kuduga berusia sekitar 50 tahun, dan tentu saja terlatih menahan perasaan. Namun dalam remang kekuningan kulihat matanya berkaca-kaca. ''Pemangku Langit mengajariku banyak hal,'' katanya, ''kami pernah berada di kuil yang sama, ketika belajar di Nalanda.'' Ah, jadi nama yang sejenis, Pemangku Langit dan Penjaga Langit, mungkinkah mewakili pembelajaran Mahayana dengan penafsiran tertentu, mengingat kuil yang sama itu" Sejauh kuingat dari berbagai percakapan yang kudengar sewaktu kecil, ketika sepasang pendekar yang mengasuhku berbincang dengan guru-guru agama, dalam Kitab Sang Hyang Kamahayanikan disebutkan nama Dignaga, yang mengembangkan pemikiran dalam aliran Yogacara, dan ajaran disebarkan juga di Nalanda, kuil pembelajaran Mahayana terkenal di Jambhudvipa, tepatnya di bagian wilayah Teluk Benggala. Setidaknya terdapat tiga garis ajaran Yogacara selain garis Dignaga, karena masih terdapat nama tokoh-tokoh lain seperti Agotra dan Dharmapala. Adapun Dharmapala, sepertiu juga nama Dharmakirti, bahkan pernah juga mengajar di Suvarnadvipa. Disebutkan, betapa Silabadhra dan muridnya, Hiuen T sang, juga menuntut ilmu di Nalanda. Namun bukanlah karena masuk akalnya Penjaga Langit bertemu Pemangku Langit di Nalanda yang menjadi tujuan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pertimbanganku. Melainkan karena mungkin saja sesama sasaran pembunuhan ini mempelajari garis ajaran yang sama! Apakah aku perlu menyampaikan kepadanya bahwa Pemangku Langit sebetulnya masih hidup" Namun kuingat kata-kata yang dibisikkan Pemangku Langit, bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati itu, sementara korban yang jatuh di Perguruan Shaolin adalah juga bhiksu yang menjabat sebagai kepala kuil. ADAKAH hubungan antara pembunuhan gelap bhiksu kepala pada kedua kuil ini" Meskipun saat itu tersidik bahwa pelaku pembunuhan berasa l dari Golongan Murni, tetapi sebagian dari pesan yang dibisikkan Pemangku Langit adalah kecurigaan bahwa sebetulnya terdapat peranan orang dalam. Akhir cerita di Kuil Pengabdian Sejati tidak kuketahui, karena aku harus segera meninggalkan kuil itu untuk mendahului rombongan Harimau Perang ke perbatasan. Kini seorang bhiksu kepala juga terbunuh. Peristiwa yang bermiripan seperti ini tidak mungkin tak mengundang siapa pun untuk menghubungkannya. "Golongan Murni itu ada di mana-mana sekarang," keluh Penjaga Langit sambil menggeleng-gelengkan kepala, "jumlah mereka tidak banyak, tetapi pikiran yang mereka sebarkan sangat berbahaya. Jika pesannya dituruti, Negeri Atap Langit akan terkucil dari pergaulan dunia. Ini sangat mengerikan, karena pikiran ini juga sudah merasuki kalangan istana. Jika maharaja sampai terpengaruh, pelabuhan dan perbatasan akan ditutup, sementara orang-orang asing mungkin saja akan dibunuh. Negeri Atap Langit akan hidup sebagai bangsa dengan kebudayaan yang kerdil." Itulah memang yang pernah kudengar dari Amrita. Dengan pengaruh yang merasuk di kalangan istana, dan para pejabat dapat mengumpulkan biaya dari uang suap, akan sangat cukup untuk menyewa para pembunuh bayaran dari perkumpulan rahasia untuk melenyapkan siapa pun yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menghalangi jalan mereka. Masalah menjadi lebih rumit, karena selain orang-orang bayaran yang tidak akan bergerak tanpa kepingan emas, ternyata lebih banyak lagi orang-orang sungai telaga yang melaksanakan permintaan menyusup dan membunuh dengan suka rela, karena setuju dengan gagasan Golongan Murni, bahwa bangsa mereka yang sempurna harus dilindungi kemurniannya dari racun kebodohan bangsa-bangsa lain di dunia. "Pikiran mereka sungguh beracun," kata Penjaga Langit lagi, "jika tidak bisa disadarkan, justru mereka itulah yang harus dibasmi." Angin yang bertiup pelahan mengubah arah tertunduknya api. Aku terkejut mendengar kata-kata itu, yang tidak seperti tampil dari seorang bhiksu. Tentu saja jalan untuk menjadi Bodhisattva bukanlah jalan yang mudah Seorang Bodhisattva mencoba alihkan tiga jenis perasaan menjadi rasa iba terhadap semua makhluk perasaan direnungkan dengan hasil dua memupuk rasa iba mendalam dan meningkatkan kepribadian melalui pengalihan raga, dvesa, dan moha perenungan atas perasaan dimanfaatkan mencapai tujuan yang tertinggi dalam perjalanan seorang Bodhisattva Saat itu seorang bhiksu muda mendekat, memberitahukan akan segera berlangsungnya upacara yang harus dipimpinnya. Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tinggallah di sini sebentar, Anak, barangkali Anak bisa melihat sesuatu," ujarnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku terkesiap, tidakkah segenap bhiksu di s ini memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, begitu rupa sehingga penyusupan ke Perguruan Shaolin ini merupakan kemustahilan" Namun dengan begitu aku pun segera mengerti, Penjaga Langit tidak mempercayai siapa pun di dalam kuil! Memang benar hio yang asapnya beracun itu datang dari luar, tetapi bahwa yang beracun hanya terdapat di tangan bhiksu kepala, tentu bukanlah peristiwa kebetulan. Ia lebih mempercayaiku sebagai orang yang tidak memiliki kepentingan sama sekali, tetapi yang baginya kebetulan menyaksikan peristiwa terbunuhnya Pemangku Langit. AKU dapat mengerti jika Penjaga Langit berpikir begitu, karena sebagai bhiksu terpelajar dalam ilmu agama maupun sebagai suhu di Perguruan Shaolin yang pernah menuntut ilmu di Nalanda, tentu dipelajarinya pula Arthasastra yang menyatakan bahwa jaringan mata-mata melibatkan udhasita atau pendeta yang ingkar, tapasa atau pertapa suci, satri yang merupakan petugas rahasia itu sendiri, maupun rasada sang pemberi racun. Dalam diri seorang pembunuh bayaran yang disebut tikshna, semua itu bukan tak mungkin menjadi satu. Tentang racun itu sendiri, yang berhubungan dengan asap, tak bisa lain selain kuingat bagian Arthasastra yang dalam hal peracunan menyatakan: arang yang dibakar oleh petir atau nyala yang disebabkannya ditangkap dan diberi kayu yang dibakar petir api ini dengan sajian yang dibuat ke dalamnya di bawah Krttika atau Brharani dalam upacara penghormatan Rudra membakar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bila ditujukan kepada musuh tanpa ada obatnya Meskipun cara-cara pembunuhan rahasia itu berada di alam Hindu, sangat mudah mengalihkannya ke alam Mahayana bukan" Penjaga Langit adalah wakil bhiksu kepala, sedangkan bhiksu kepala yang tewas itu disebut Penyangga Langit. Ilmu silat Penjaga Langit tentu lebih tinggi daripada yang telah kuduga, karena sejak kami tiba di luar tembok perguruan, segala sesuatu tidak lepas dari perhatiannya, padahal ia sedang memimpin doa bersama! Ketika Penjaga Langit menghilang karena mendengar Cadas Kembar bicara keras, para bhiksu yang waspada tidak merasa perlu menjadi gempar dan tetap melanjutkan doa mereka yang mendengung seperti lebah itu, sementara Penjaga Langit dapat mengawasi pertarungan kami bahkan tanpa kuketahui. Kini Penjaga Langit sudah kembali berada di depan, tenggelam dalam dengungan gumam yang kudengar sebagai pengalihan tangisan, membuat nyala ribuan lilin terlihat suram. Aku berada di barisan paling belakang, tenggelam dalam gelombang jubah kuning di bawah cahaya lilin yang bergerakgerak pelan dengan kepala-kepala licin gundul di permukaannya. Siapa mengira para bhiksu yang tiada lain memang para pendeta Mahayana ini adalah juga para pendekar terpilih yang serbatinggi ilmu silatnya" Namun betapa di antara para bhiksu ini juga terdapat seorang pembunuh, dan aku terkesiap menyadari betapa mungkin saja bukan hanya seorang, melainkan beberapa pembunuh bersekongkol untuk menghabisi riwayat Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit! Diriku sama sekali tidak bisa menyatu dalam perkabungan ini, karena tanggung jawab yang dengan begitu mendadak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dibebankan telah membuat aku sibuk berpikir dan mengawasi. Pikiranku juga terpecah belah antara pemusatan perhatian kepada masalah Harimau Perang, masalah Yan Zi, Si Walet, dan kini masalah para pembunuh yang di balik keremangan Perguruan Shaolin. Dalam keremangan diriku berpikir, jika berdasarkan kemiripan gelar Pemangku Langit dan Penjaga Langit, maka boleh kusimpulkan bahwa Penyangga Langit juga belajar di Nalanda, dan setidaknya mereka bertiga pernah berkenalan dengan garis ajaran Y ogacara. Namun jika kuingat bagaimana Pemangku Langit mengembalikan jarum-jarum beracun yang diluncurkan penyusup anggota Golongan Murni itu, tentunya kebuddhaan mereka lebih memberi kepada pencapaian kejiwaan me lalui latihan raga, yang di Negeri Atap Langit dikenal sebagai Chan. Bagiku ini membingungkan, karena jika kebuddhaan dalam pendekatan Chan, dengan pengaruh Dao, percaya betapa pencerahan dapat tercapai melalui pengalaman langsung atas kenyataan ; maka aliran Yogacara menekankan pentingnya ketenangan dan penglihatan dalam dhyana sebagai jalan ke arah pencerahan itu, dan ini tentu saja sangat berbeda. APAKAH mesti kusingkirkan unsur Nalanda di sini" Betapapun aku tidak memiliki bukti apapun bahwa ketiga bhiksu itu menganut garis ajaran Yogacara. Apakah usaha pembunuhan masing-masing tidak berhubungan sama sekali" Betapapun sangat mungkin ketiganya pernah belajar bersama di Nalanda. Mungkinkah justru urusan di luar agama yang menjadi sumber masalahnya" (Oo-dwkz-oO) Episode 187: [Ch'i] DEMIKIANLAH lima ratus bhiksu ini mendengung dan dalam dengungannya kupelajari tenaga dalam seperti yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka pelajari, yakni yang disebut ch'i. Jika para pendekar bisa mengukur tinggi rendahnya ilmu silat seseorang hanya dari caranya melangkah, dan hanya karena itu bisa langsung berkelebat dan bertarung, melalui ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dapat kujejaki olah pernapasan semacam apa yang selama ini dilakukan para bhiksu Shaolin. Banyak aliran di Negeri Atap Langit mengajarkan bentuk lembut ilmu silat. Semuanya dimulai dan ditutup dengan ch'i atau tenaga dari dalam. Cara menguasai tenaga ini seperti menembus ketidaktahuan, dan mencapai keadaan saat hidup dan mati melepaskan bobot ketakutannya. Apabila keadaan ini tercapai, suatu ancaman tidak akan mengganggu dan pancingan apapun tidak akan menarik perhatian. Seseorang akan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Terdapat dua sisi ch'i. Pertama seseorang mesti mengolah, kemudian melatihnya. Ketika tenaga diolah berlangsung keseimbangan dalam tubuh, sehingga jiwa terheningkan dan setiap gerak menjadi anggun dan sesuai. Apabila ini tercapai, barulah seseorang bisa bicara tentang menghadapi lawan. Kong Fuzi menekankan pentingnya ch'i, ketika tiada lain selain mengalahkan lawan yang dapat dilakukan ilmu silat. Ch'i diolah tanpa usaha yang sadar. Dengan kesadaran, pernapasan dilatih dalam penghirupan dan pelepasan. Semula akan berlangsung dari lembut ke keras, tetapi kemudian harus dibalik dari keras ke lembut. Ilmu silat yang berhasil dengan pendekatan ini menggabungkan yang lembut dan yang keras. Sangat penting untuk menjadi lembut bersama yang lemah dan menjadi keras bersama yang kuat. Ketika lembut di sisi kanan haruslah menjadi keras di s isi kiri. Pernah disampaikan oleh Yan Zi kepadaku. ''Kekuatan berbalik dari lembut menuju keras dan ch'i menjadi kuat karena pengolahan. Kekuatan berasal dari chii dan bertindak begitu ch'i tenggelam. Tanpa ch'i tiada kekuatan. Seorang pesilat tukang jual obat gerakannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tampak ganas, tetapi tanpa kekuatan yang benar dalam pukulannya. Pesilat sejati tidak terlalu cemerlang gerakannya, tetapi sentuhan seberat gunung. Melalui pembelajaran yang panjang segenap ch'i dapat terpusatkan pada titik serangan. Kehendak memerintahkan ch'i yang bisa dipusatkan ke titik manapun dengan seketika,'' katanya. Dalam melatih ch'i, sebelumnya seseorang harus lebih dulu memantapkan kuda-kudanya. Ia harus berdiri dengan kaki seperti menunggang kuda, yang akan memungkinkannya naik atau turun dengan cepat, sehingga pinggang dan kakinya bertahan lama, serta seluruh tubuhnya kukuh. Dengan begini siapa pun akan tetap berdiri teguh meski berada di tepi jurang yang curam. Setelah mencapai kedudukan seperti ini, ia harus mengarahkan chii ke bawah batang tubuh, dan menjaganya agar tidak mengalir ke dada, karena jika terjadi maka bagian atas akan menjadi lebih berat dan ia tak akan bisa mengakarkan kakinya ke bumi. Banyak yang jatuh meski hanya didorong tanpa pengerahan tenaga, karena tidak pernah berlatih bagaimana harus berdiri. Yan Zi pun saat itu mengutip sebuah pepatah Negeri Atap Langit. sebelum kamu belajar mengalahkan yang lain kamu harus lebih dulu belajar berdiri Hanya dengan menahan ch'i berada di bawah pusar, maka seseorang akan kukuh kuda-kudanya pada saat apapun dan di mana pun ia berada. ''Setelah itu barulah seseorang dianggap siap belajar ilmu silat,'' ujar Yan Zi, lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ia berkisah bagaimana di Perguruan Shaolin ini masalah kuda-kuda dianggap sangat penting, karena seorang murid dari hari ke hari diwajibkan berdiri dengan kuda-kuda yang telah diajarkan, dengan waktu yang setiap kali harus bertambah lama. MESKIPUN semula dirasakan berat, karena kaki menjadi sakit sekali, mereka harus tetap berdiri setiap hari sampai kesakitan itu hilang dengan sendirinya, yang berarti ch'i telah membenam ke bawah pusar dan menguatkan kaki. Saat itulah di tepi tebing, di puncak gunung, maupun di bawah air terjun, tangan akan bergerak, setelah ch'i diarahkan turun dari ketiak ke ujung jari. Lantas seluruh kekuatan tubuh diarahkan menuju dan melalui tangan. Maka tubuh, kaki, dan tangan akan menari dengan serasi. Urat dan otot akan terhidupkan dan aliran darah menjadi lebih lancar. Tubuh akan menanggapi dengan sempurna bahkan atas permintaan yang paling ringan. Dengung lebah yang berasal dari gumam doa para bhiksu naik turun seperti gelombang tenang mengarungi lautan. Dari suara itulah, melalui ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, bisa kujejaki bagaimana paru-paru menjadi tempat penyimpanan udara, sedangkan udara merupakan tuan dari kekuatan. Siapapun yang bicara tentang kekuatan harus mengenal udara, ini merupakan kebenaran semesta. Paruparu yang baik sama dengan kekuatan berdaya, lemah paruparu tak berdaya pula kekuatannya. Seorang pesilat belajar bernapas dengan pantas. Yan Zi sempat bercerita dalam perjalanan, bahwa dalam dunia persilatan Negeri Atap Langit di bagian utara pernapasan merupakan prasyarat pertama untuk menimba daya raga. Terbukti betapa para bhiksu yang tampaknya kurus kering mampu mengangkat batu gunung sebesar kerbau. Pernapasan membawa kekuatan bagi tangan. Sementara itu, dunia persilatan Negeri Atap Langit di bagian se latan, terbiasa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ melatih kuda-kuda sebagai prasyarat pertama daripada melatih pernapasan. Ini disebabkan oleh pemahaman bahwa anggota tubuh bagian bisa rusak karena kesalahan pernapasan. Namun Perguruan Shaolin di tepi hutan ini, yang juga berada di bagian selatan, tentu merupakan perkecualian. Kudengar langsung cara mereka bernapas dalam doa berdengung lebah itu, yang terjejaki menghindari empat tabu. Pertama, tidak melakukan perputaran menghirup dan mengeluarkan napas lebih dari seratus kali, bahkan kudengar banyak yang cukup 49 kali. Kedua, bahwa jika mereka melatih pernapasan mereka pagi hari, itu dilakukan di tempat yang terlindungi dengan baik, agar tak bernapas dalam debu, dan seperti sekarang, latihan malam berlangsung di luar. Ketiga, mulut tidak digunakan untuk bernapas, kecuali ketika mengawalinya, menghirup dan menghembuskan napas sampai tiga kali, karena akan membersihkan perut dari udara basi, selebihnya pernapasan harus melalui hidung. Keempat, sekali memberlangsungkan perputaran ch'i dan darah, tidaklah dibenarkan pikiran sendiri mengganggu, pikiran mesti terpusatkan dalam latihan, karena jika tidak maka tidak akan pernah sampai pada kemajuan. ''Empat tabu itu harus dihindari,'' kata Yan Zi, ''karena dengan kemajuan yang dicapai urat dan otot, akan didapat kelenturan dan seluruh tubuh akan menjadi lebih kuat. Ch'i dan darah akan mengalir dalam keserasian sempurna bersama pernapasan. Lantas ch'i akan bisa diarahkan ke bagian tubuh manapun dalam waktu yang nyaris seketika. Kehendak mengarahkan ch'i bersama dengan kekuatan. Lantas, hanya sebuah sentuhan kepada lawan akan berakibat gawat. Ch'i memang tak terjelaskan dan dahsyat takterduga!'' Betapapun, bahkan diriku yang mampu menepuk batu menjadi abu, tidak pernah mendapat penjelasan tentang tenaga dalam yang di Negeri Atap Langit disebut ch'i sebaik itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seorang suhu disebutkan pernah berkata, bahwa ch'i dapat menjadi pelindung di sekujur bagian tubuh manapun. Seorang pesilat dapat mengarahkan chii ke kepala, dada, perut, bahkan pukulan gada besi ke bagian-bagian tubuh itu tidak akan menyakitkan sama sekali. Yan Zi telah memberitahu bahwa di Negeri Atap Langit bagian utara terdapart dua aliran pernapasan, yakni aliran Hsichiang dan Honan. Rahasia dasar mereka terletak pada penerapan yang menekankan hembusan napas panjang dan penghirupan napas pendek. Intinya dimulai dari berdiri tegak lurus dan menghembuskan napas tiga kali melalui mulut. Lantas sang pesilat menekuk pinggangnya dan memanjangkan lengannya ke bawah, kemudian menepukkan tangannya dan mengangkatnya seperti mengangkat batu gunung sebesar kerbau. Selama bergerak, ia mengarahkan ch'i ke pusar dan ketiaknya dengan menghirup napas. Berdiri tegak lurus, ia memukulkan tangan kiri dan lantas kanan dengan telapak terbuka ke depan, menghentakkan napas keluar melalui mulut, untuk menghindari akibat sampingan. AKU masih terus mendengar dan membaca riwayat pernapasan yang tergurat dalam dengungan lebah itu. Jika semua bhiksu ini telah menerapkan semuanya, setiap orang tentu akan memukulkan tangannya ke atas atau ke samping kiri dan kanan, dengan tujuan selalu untuk mendorong peredaran ch'i. Ketika memukul ke atas, ia merasakan ch'i menuju ketiak dan turun ke setiap ujung jari. Ketika menuju ke samping maka pusarnya penuh dengan ch'i. Ketika membawa kembali lengan ke samping kiri dan kanan tubuhnya, ia menutupkan tangan dan menariknya bagai terdapat beban yang berat. ''Ketekunan merupakan kata kunci di sini,'' kata Yan Zi, ''peningkatan datang bersama kesabaran.'' Aku masih membaca guratan jejak napas pada suara, ketika ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ memberitahukan kepadaku, betapa di balik suara dengung ribuan lebah ini, di luar tembok terdengar suara ratusan langkah mengendap-endap! Kini aku mengerti, kenapa Penjaga Langit meminta aku tetap tinggal, karena betapapun tingginya ilmu silat para bhiksu Shaolin, tenggelamnya perhatian kepada berlangsungnya upacara dalam suasana perkabungan yang mendalam, sedikit banyak juga akan menurunkan tingkat kewaspadaan. Meski hanya sedikit, dan hanya sebentar, seperti kata ibuku, hanya perlu titik kelemahan seujung jarum dan saat kelengahan kurang dari sekejap, untuk membuat seorang pendekar tak terkalahkan sekalipun mendadak pindah dari dunia ini ke dunia lain. Maka kukirimkan pesan kepada Penjaga Langit melalui dengung lebah yang mengambang di udara itu. Aku menggerak-gerakkan mulut mengucapkan kata-kata tanpa suara, yang menggurat udara dan merayapi dengungan sampai ke telinga Penjaga, yang dengan ketinggian ilmunya tentu mampu menguraikan getaran yang terbentuk gerakan mulut dan lidahku menjadi suara berbahasa. Sehabis mengirim pesan aku pun berkelebat dan melenting ke balik tembok. Siapapun mereka yang datang ini, selama datangnya dengan cara mengendap-endap, tidak berlebihan kiranya dicurigai sebagai tidak bermaksud baik. Aku telah berpesan kepada Penjaga Langit agar diteruskannya saja memimpin upacara dan biarlah diriku menyambut kedatangan tamu-tamu yang tidak diundang ini. Aku memang tidak menunggu jawaban Penjaga Langit, karena siapapun yang mengerahkan banyak orang ke Perguruan Shaolin untuk maksud yang kurang berkenan bagi para bhiksu itu, tentu tidak akan begitu bodohnya mengirim orang-orang berilmu rendah. Siapapun yang ingin mencapai keberhasilan dalam tujuannya mengerahkan orang-orang ini, setidaknya akan mengirim orang-orang dari rimba hijau, yang jika tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ setara tentu lebih tinggi ilmunya dibanding para bhiksu Perguruan Shaolin ini. Itulah yang membuatku tidak menunggu jawaban lagi dan segera melayang ke atas menembus kegelapan. Telah kusebutkan betapa tembok Perguruan Shaolin itu tinggi dan megah bagaikan benteng. Perguruan itu bagai menempel pada tebing gunung batu di belakangnya, menjadikannya sebagai pertahanan yang kuat menghadapi serbuan pasukan sebesar apapun. Namun cerita menjadi lain jika yang menyerbu bukanlah pasukan tentara, melainkan para penyusup yang sangat tinggi ilmu silatnya, mungkin orangorang golongan hitam, bahkan bisa melibatkan beberapa pendekar yang berganti haluan, dan menjual jiwanya demi bayaran. Dengan mengerahkan orang-orang rimba hijau dan sungai telaga yang sangat tinggi ilmu silatnya di antara barisan para penyusup, penyerbuan malam ini menjadi sangat berbahaya, dan keadaan para bhiksu sebetulnya sangat terancam! Perkiraan ini terbukti ketika diriku tiba di atas tembok, ketika belum lagi hinggap aku sudah harus melenting jungkir balik, menghindari sambaran sabit-sabit bertali yang bagaikan memiliki mata itu. Dengan mengarahkan ch'i seperti yang biasa kulakukan, tetapi baru kudapat kejelasannya dalam penyelusuran dengung lebah para bhiksu, aku bisa berjungkir balik lagi menghindari sambaran sabit-sabit bertali berikutnya. Begitulah dengan mengarahkan ch'i ke s isi tubuh bagian yang kukehendaki, aku bisa bertahan mengambang di udara, miring ke kanan atau miring ke kiri, berputar balik dan balik berputar lagi, karena serangan memang bertubi-tubi dan bertingkat tinggi. Sambil berputar balik itulah kulihat seluruh bagian atas tembok sudah dikuasai para penyusup yang berbusana seperti gembel, sehingga kini tiada lagi tempatku berpijak jika masih mau hinggap. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Partai Pengemis!'' Aku berteriak dalam hati. Ini sangat mengherankan, karena tempat ini sangat jauh dari kota, bahkan kota yang paling terpencil sekalipun, yang membuat mereka bisa menjalankan perannya secara mantap sebagai pengemis, yang bisa muncul dan menghilang di berbagai tempat persembunyian bawah tanah dalam keramaian kota. BELUM habis sabit-sabit bertali yang lain lagi berusaha menjiratku, jarum-jarum beracun melesat dari segala penjuru, sehingga sambil masih mengambang seperti itu, aku bukan saja mesti miring ke kanan dan ke kiri, tetapi juga membuat tubuhku telentang dan telungkup dengan cepat, untuk segera berputar-putar dengan memeluk lutut dalam Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur, agar segala serangan termentahkan dengan seketika pula. Dari atas, nyala api lautan lilin tampak indah sekali. Limaratus bhiksu itu tidak mungkin tidak mendengar jarumjarum beracun yang berjatuhan di belakangnya. Angin memang mendadak bertiup kencang, tetapi jika nyala lilin pun tidak mati, kenapa pula jarum-jarum beracun harus beterbangan entah ke mana. Jarum-jarum yang gagal mencapai sasarannya memang tidak jatuh berdenting-denting, tetapi tetap saja bagi telinga yang tajam karena ch'i yang terolah dengan matang, bunyi-buny i terhalus dari jarum-jarum beracun yang jatuh baginya akan terdengar berdentang sangat jelas. Mereka tetap mendengung di sana, tetapi sampai berapa lama" Dengan Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur aku masih berputar-putar dan melayang-layang ke sana dan kemari dicecar berbagai macam senjata bagai tiada habishabisnya. Namun aku merasa harus bergerak lebih cepat, begitu rupa sehingga tidak mungkin sama sekali terlihat, dan tiada lain selain bergerak dalam pikiran dan menyerang pikiranlah yang harus kulakukan. Saat untuk berada di luar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ gerak dan menentukan keadaan hanya dengan pikiran, yang meskipun belum kuanggap terlalu matang, tetapi sudah dapat kuterapkan. Suatu awal dari Jurus T anpa Bentuk. Hanya dengan memikirkannya saja rontoklah dua puluh gelandangan dan pengemis gembel dari atas tembok, melayang kembali ke bawah di luar tembok perguruan, karena kubayangkan perguruan Shaolin yang merupakan kuil suci nan tak boleh dinodai. Maka aku pun dapat hinggap di atas tembok dan menatap ke bawah, saat ketika berkelebat bayangan kuning nyaris menabrak diriku. Satu bayangan kuning, dan satu lagi, keduanya berturut-turut nyaris menabrakku, dan kutahu jika membenturku kekuatannya sama dengan batu gunung selaksa kati yang jatuh ke jurang dari tebing yang tinggi. Ternyata merekalah Cadas Kembar yang tewas dan dilemparkan dengan tenaga luar biasa, sehingga bahkan mataku hanya menangkapnya sebagai kelebat bayangan kuning yang nyaris menabrakku, dan kini melayang jatuh ke arah para bhiksu yang sebenarnyalah tiada ingin perkabungannya terganggu. Segalanya berlangsung amat sangat cepat seperti kilatan petir. Tubuh kedua Cadas Kembar yang tampaknya meluncur ke bawah cepat sekali dan akan jatuh di tengah para bhiksu yang sedang mendengungkan suara lebah itu tiba-tiba lenyap disambar kelebat bayangan merah dan bayangan putih, sehingga tidak terjadi kekacauan apa pun di bawah itu, jika memang kekacauan adalah maksud dilemparkan kedua tubuh Cadas Kembar yang sudah tewas tersebut. Nyala api ribuan lilin masih menari-nari mengikuti angin yang berputar dari barat ke utara maupun dari selatan ke timur. Dengung lebah belum terputus, seolah para bhiksu tidak mengetahui apa saja yang telah terjadi. Sekarang aku berpikir betapa kematian bhiksu kepala Penyangga Langit, sebenarnyalah merupakan bagian dari penyerbuan ini! Apakah urusannya sehingga Partai Pengemis TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ datang dari jauh ke tempat yang tidak memungkinkan mereka mengemis" Namun diriku tidak bisa memikirkan lebih jauh, ketika begitu banyak sabit bertali tiba-tiba saja telah berputar secepat kilat menjeratku, dan langsung menyentakku ke bawah sehingga aku melayang jatuh ke luar tembok dengan begitu banyak tali menjirat tubuhku. Meskipun begitu pikiranku masih jelas ketika aku memutar tubuhku untuk melihat apa yang berlangsung di belakangku, dan ternyata dari puncak tebing batu di belakang perguruan itu beterjunan ratusan sosok berbusana gembel dengan senjata terhunus, langsung ke arah para bhiksu yang sedang tenggelam dalam doa bersama! Tubuhku masih ditarik ke bawah ketika para pengemis yang terjun dengan senjata terhunus itu menghilang ke balik tembok. Menyadari pembantaian yang akan berlangsung, kugunakan Jurus Naga Meliuk Sambil Berjoged yang membuat tubuhku begitu saja lolos dari jeratan tali-tali itu, tepat pada saat terbanting di bumi. Tubuhku terpantul kembali ke atas tanpa jeratan tali-tali itu lagi. Aku langsung menjejak udara dan meluncur ke atas untuk masuk ke balik tembok perguruan lagi. (Oo-dwkz-oO) Episode 188: [Para Bhiksu Mengambang di Udara] AKU turun tidak sampai menginjak tanah, cukup menapak di atas api di lilin, lantas melesat kembali ke atas menyambut gelombang serangan kedua pasukan cadangan Partai Pengemis. Disebut pasukan cadangan, tetapi jelas merupakan orang-orang pilihan, yang setidak-tidaknya secara bersama tentu diandaikan akan mampu mengatasi pasangan Yan Zi dan Elang Merah yang perpaduan ilmu pedangnya sungguh tak terduga dan tak bisa dibendung. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sempat kusaksikan para gelandangan dan pengemis yang tewas bergelimpangan di sela-sela deretan para bhiksu yang masih mendengung lebah dan berdoa itu. Meskipun tampak hanya bersila dan berdoa, sekujur tubuh para bhiksu bagaikan dilumuri lapisan tenaga pelindung, membuat tubuh para penyerbu yang tewas dibantai Ilmu Pedang Mata Cahaya maupun Ilmu Pedang Cakar Elang ketika menimpa para bhiksu itu akan terpeleset atau terpental, sehingga para bhiksu yang berdoa tetap bergeming. Dengan mayat-mayat tewas bergelimpangan dan terkapar bersimbah darah di depan para bhiksu, mereka sepintas lalu bagaikan berdoa bagi para pengemis yang menyerbu perguruan ini! Maka dalam sekejap itu alangkah tercekatnya diriku, melihat betapa lima ratus bhiksu yang sedang berdoa itu dengan tetap bersila tubuhnya terangkat dan mengambang di atas tanah selutut tingginya! Seolah upacara penyucian jiwa bagi yang mereka doakan akan ternoda jika berada satu dataran dengan mayat para pengemis itu... Pemandangan nyala api ribuan lilin, dengan lima ratus bhiksu berjubah kuning yang mengambang, dengan dengung lebah yang bertambah tinggi nadanya itu, memberikan suatu perasaan yang aneh. Namun aku tidak punya waktu lagi merenungkannya, dan berkelebat menghadapi barisan Partai Pengemis itu dengan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama yang kugabungkan dengan Jurus Naga Kembar Tujuh. Aku berkelebat lebih cepat dari kilat, karena harus kuhadapi lima ratus penyusup berbusana gembel sekaligus yang beterjunan dari atas tebing dengan kecepatan terkendali. Ada yang cepat sekali dan ada yang lambat sekali, karena memang sengaja dimaksudkan untuk membingungkan Elang Merah dan Yan Zi. Dalam pertarungan tingkat tinggi, salah satu kunci menghadapi lawan adalah penguasaan irama dalam jurusjurus serangan, agar dapat diputuskan bagaimana kiranya akan menanggapinya, sama cepat ataukah lebih cepat, karena TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ permainan irama itulah yang akan menentukan terbuka atau tidaknya kelengahan lawan. Maka jelas keberagaman irama serangan ini, dari yang lebih cepat dari cepat sampai yang lebih lambat dari lambat, dimaksud untuk mengacaukan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perpaduan Ilmu Pedang Mata Cahaya dan Ilmu Pedang Cakar Elang yang seperti tidak mungkin ditembus itu. Demikianlah para pengemis itu berkelebatan dan sebagian melenting dari batu ke batu semakin dekat, sementara mereka yang turunnya lambat sempat kulihat dengan santai mengambil penyimpan arak dari balik baju dan meminumnya sambil me layang. Dalam dunia persilatan telah menjadi pengetahuan setiap penyoren pedang, apabila seorang anggota Partai Pengemis sudah minum arak sebelum pertarungan, maka akan keluarlah jurus-jurusnya yang sangat berbahaya dan membingungkan , karena memang aneh dan berada di luar dugaan. Namun meski tampak serabutan, sebetulnyalah dalam keberagaman itu dapat kubaca jurus pertempuran andalan mereka jika bergabung dalam satu pasukan, yakni Jurus Tongkat Pengemis Mengusir Anjing Kudisan. Tidak salah tentunya jika kugabungkan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama dengan Jurus Naga Kembar Tujuh, karena jika yang pertama memang digunakan untuk menghadapi gelar perang suatu pasukan dalam pertempuran, maka yang kedua untuk menghadapi banyak orang juga, tetapi yang bergabung tidak sebagai kesatuan, melainkan keberagaman dalam kelebihan setiap orang. Jurus Tongkat Pengemis Mengusir Anjing Kudisan menggabungkan kedua siasat yang memang seharusnya dihadapi dengan kedua jurusku itu, maka akupun mengedarkan chii ke seluruh tubuh dan berkelebat naik menghadapi lima ratus pengemis yang melesat-lesat dengan bau arak dari mulutnya. Aku hanya bertangan kosong. Dengan pukulan Telapak Darah aku bermaksud sekadar mendesak setiap orang agar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mundur, sementara dengan ch'i yang terhimpun pada sentuhan tangan, hanya senjata merekalah yang ingin kutepuk menjadi tepung. Betapapun, penyerbuan Partai Pengemis ke sebuah Perguruan Shaolin ini bagiku menyimpan banyak pertanyaan yang harus dijawab, dan tiada jawaban yang akan memuaskan jika para pengemis yang menyerang ini semua mati berkalang tanah. SEKALI kibas sepuluh pengemis terpental, tetapi mereka tidak akan mati karena aku masih berharap mereka berpikir untuk mengundurkan diri. Demikianlah dengan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama maka kedudukan pasukan Partai Pengemis hanya bertahan, dan dengan Jurus Naga Kembar Tujuh setiap pengemis memiliki lawan sesuai ilmu silatnya. Aku bergerak begitu cepat sehingga tampak sebagai lima ratus orang, tetapi yang setiap orangnya memiliki tujuh bayangan, yang setiap kali dianggap sebagai bayangan ternyata bukan bayangan, dengan kesadaran yang tentunya datang terlambat, yakni saat senjata-senjata mereka hancur lebur karena tiba-tiba buyar menjadi tepung, dan saat mereka terjerembab ke balik tembok dengan gambar telapak tangan merah di dada hasil pukulan Telapak Darah. Aku bertarung tanpa mengeluarkan kata-kata, hanya bergerak dan berkelebat, yang setiap saat memakan korban. Para bhiksu masih mengambang. Panjang lilin bahkan sama sekali bagai belum berkurang. Namun barisan Partai Pengemis dengan segera sudah terpukul mundur. Kejadian ini hanya berlangsung memang kurang dari sekejap mata, tetapi aku ingin menjelaskan betapa Partai Pengem is ini betapapun tidak terdiri atas orang-orang sembarangan. Jurus-jurus mereka aneh, tidak seperti bersilat melainkan seperti seorang widu yang dengan terampil mempertunjukkan gerakan-gerakan musykil. Ketika menyerang mereka tidak seperti sedang menyerang, ketika bertahan mereka tidak seperti sedang bertahan, dan meski dalam kenyataannya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bersilat tetapi memang tidak seperti sedang bersilat. Dapat kubayangkan bagaimana lawan akan terbingungkan, dan tanpa disadarinya nyawa sudah melayang. Maka aku harus memusatkan perhatian dengan sepenuhpenuhnya, bukan hanya dengan senjata mereka yang kadangkala begitu sederhana seperti alat pengusir lalat, alat penggaruk punggung, tongkat pengorek sampah, atau sepasang sumpit, tetapi juga bahwa tiba-tiba dari mulutnya menyembur arak panas yang bisa membakar wajah. Disebutkan dalam Kitab Perbendaharaan Ilmu-ilmu Silat Ajaib dari Negeri Atap Langit betapa wajah itu langsung akan menyala karena api, sehingga dalam Jurus Tongkat Pengemis Si Kumbang Merah 2 Dewa Arak 41 Macan-macan Betina Kupu Kupu Iblis 3