Budha Pedang Penyamun Terbang 19
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira Bagian 19 Mengusir Anjing Kudisan, dima inkan sendiri-sendiri atau bersama-sama, setelah semburan mengenai sasaran, wajib langsung diikuti pemenggalan kepala untuk menghindarkan lawan dari penderitaan. Aku berkelebat di antara sambaran berbagai senjata dan semburan arak, betapapun harus jauh lebih cepat dari gerakan mereka, karena tanpa kecepatan yang lebih cepat dari cepat Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama tidak mungkin diberlangsungkan menghadapi mereka sekaligus, sementara mereka yang tampaknya bergerak lebih lambat dari lambat tetapi kecepatannya sebetulnya tiada terhingga dilayani oleh Jurus Naga Kembar Tujuh yang mengubah diriku jadi tujuh orang dengan seribu bayangan yang sama nyatanya dalam pertarungan, yang kini ganti mengepung lima ratus penyerbu dari Partai Pengemis tersebut. Penggabungan kedua jurus ini menghadapi irama yang sengaja diberagamkan hanya bisa terjadi karena sebuah kunci yang berasal dari Jurus Tanpa Bentuk, yang sebetulnya masih berada dalam pengolahan. Dengan kunci ini ruang dan waktu teratasi dan bisa kuhadapi Jurus Tongkat Pengemis Mengemis Anjing Kudisan yang ketika dima inkan bersama sungguh mengacaukan irama itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam sekejap waktu bumi orang-orang berbusana gembel ini menghilang ke balik kelam, meninggalkan mayat-mayat para pengemis yang bergelimpangan di dalam dan di luar tembok perguruan. Mereka yang sempat menjerat diriku dengan sabit-sabit bertali, dan siap merajamku ketika terbanting di bumi tadi, ternyata telah diselesaikan hidupnya oleh Elang Merah dan Yan Zi Si Walet yang memang tidak pernah memberi ampun. Setidaknya dua puluh lima orang penjiratku dan dua puluh lima orang lagi yang siap merajamku rupanya telah ditewaskan dalam waktu terlalu singkat oleh kedua perempuan, yang ketika ilmu pedangnya masingmasing digabungkan, akan sangat sulit mendapat tandingan. Namun suara dari arah hilangnya para pengemis itu masih juga mengejutkan. ''Pendekar Tanpa Nama! Siapa mengira dikau berada di daerah terpencil ini! Sayang sekali kami harus pergi, karena tugas telah diselesaikan! Semoga kita masih akan bertemu lagi untuk melanjutkan permainan ini!'' Kemudian yang tersisa hanyalah kesunyian. Elang Merah dan Yan Zi menatapku dengan pandangan tertentu. Pengertian bahwa tugas te lah diselesaikan tentu menimbulkan pertanyaan. Apakah sebetulnya tujuan penyerbuan mereka" Selain juga kenyataan bahwa suara yang jelas mengenalku itu adalah suara seorang perempuan... DALAM seni perang di Negeri Atap Langit sejak masa Wangsa Han, dikenal apa yang disebut Siasat Benteng Kosong: yang lemah memperlihatkan kelemahan dan menimbulkan keraguan pada lawan yang sudah lebih dulu meragukan jika ini masalah yang lemah melawan yang kuat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ akan memberi hasil yang hebat ''Ketika pertahanan kita tidak mencukupi, jika kita bersikap seperti tidak bisa bertahan sama sekali, maka kita bisa mengacaukan pertimbangan lawan. Siasat ini dianjurkan untuk dipakai ketika pasukan kita lebih lemah, dan akan mendapatkan hasil yang tidak terduga,'' kata Amrita suatu hari kepadaku. Pertimbangan siapakah kiranya yang terkacaukan dalam penyerbuan ini" Semula aku menerapkan siasat yang sama dengan memberikan diriku sebagai ganti rencana sergapan kepada Elang Merah dan Yan Zi, yang gabungan ilmu pedangnya seperti begitu sulit ditembus, tetapi sudah mereka temukan kunci kelemahannya. Dengan berhasil mendesak mereka mundur, siasat itu seperti berlaku untuk digunakan olehku, meski keputusanku sebetulnya diambil dalam sekejap. Namun kemudian pintu gerbang raksasa itu terbuka dengan sendirinya. Cahaya kekuningan lautan lilin menerobos keluar dan dalam cahaya kekuningan itulah sesosok bayangan bagaikan terbang langsung menujuku. ''Tubuh Penyangga Langit telah lenyap di depan mata kami yang buta,'' ujar sosok itu, yang ternyata Penjaga Langit sendiri. Aku sudah akan melesat ketika tangannya dengan lembut menggamitku. ''Pendekar Tanpa Nama sudah berbuat terlalu banyak untuk Perguruan Shaolin,'' katanya, ''janganlah ia mempermalukan kami lebih banyak.'' Lantas sekitar sepuluh orang bhiksu muncul di pintu gerbang. Mereka semua pamit menjura sebelum melesat ke arah menghilangnya orang-orang Partai Pengemis. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku merasa lemas, tujuan penyerbuan adalah mencuri tubuh Penyangga Langit! Siasat itu berlaku bagi mereka, yang telah mengacaukan pertimbangan kami, tepatnya pertimbanganku, yang mengira tugasku adalah memanfaatkan kelemahan mereka. Perkiraan yang harapannya mereka berikan, karena betapapun tujuannya bukan kemenangan, tetapi melakukan pencurian. Siasat mereka juga cocok dengan siasat lain, yang pernah kuperbincangkan, yakni Kacaukan Airnya, Ambil Ikannya, yang intinya membikin kekacauan di wilayah musuh dan mengambil keuntungan darinya. Adapun penjelasannya: mengikuti yang keras yang datang dan pergi melalui yang lembut ikuti gerak dengan nikmat terdapat tusukan dan kebenaran dan tiada penyalahan di bawah langit ikuti saatnya saat mengikuti jadi maknawi Aku ingin sekali melesat untuk menebus kesalahanku, yakni terlalu banyak berpikir. Barisan Partai Pengemis itu berhasil mengacaukan pertimbanganku karena aku terpancing untuk memikirkan siasat mereka, padahal kemunculanku pun tentunya tidak mereka duga, yang berarti mereka telah menyiapkan diri terhadap segala sesuatu apapun itu yang paling tidak terduga sekalipun. Artinya jika pun tadi kuputuskan untuk melumpuhkan mereka semua, pasti tubuh Penyangga Langit juga akan tetap hilang. ''Biarlah kami melakukan tugas yang menjadi kewajiban kami,'' katanya lagi, ''Pendekar Tanpa Nama biarlah sekadar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ beristirahat dahulu, memberi kami kesempatan menyambut tamu dengan ''semestinya. Dari suatu arah dalam kegelapan muncul Yan Zi dan Elang Merah. "KE arah mana pencuri itu diburu [removed][removed] ?" tanya Yan Zi. "Kami melihat bayangan berkelebat menyambar tubuh Penyangga Langit," sambung Elang Merah, "ia membawanya ke arah yang berbeda dari arah menghilangnya pengemispengemis busuk itu!" Jika Yan Zi dan Elang Merah pun tidak bisa mengejarnya, tidak dapat kubayangkan tingginya ilmu pencuri tubuh Penyangga Langit tersebut. Namun Penjaga Langit segera menjelaskan. "Partai Pengemis tidak dikenal menguasai ilmu penyusupan, jadi penyerbuan ini pasti merupakan kerjasama, tetapi yang belum jelas latar belakangnya. Pencuri tubuh itu mampu bersembunyi dan melebur dalam kegelapan. Banyak sekali kelompok penyusup menjual jasa di Negeri Atap Langit sekarang ini, akibat lemahnya pemerintahan Wangsa Tang." Aku tahu ilmu yang dimaksudnya. Yan Zi dan Elang Merah tidak mungkin kalah cepat oleh siapa pun dalam ilmu melesat dan berkelebat, tetapi mungkin keduanya kehilangan jejak ketika yang dikejarnya bersembunyi di dalam kelam. Dalam ilmu penyusupan, kekelaman bukanlah udara kosong, melainkan ruang yang dapat menjadi tempat persembunyian. Untuk menyusulnya ke sana harus memiliki ilmu yang sama. Namun bisa menembus masuk dalam kelam tidak berarti langsung dapat menangkapnya, bahkan jika lengah akan tewas pula di sana, karena kekelaman adalah sebuah dunia yang sama luasnya, bahkan berada di ruang yang sama dengan dunia itu sendiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 189: [Kung Sun] PAGI masih gelap ketika para bhiksu Shaolin itu sudah mulai berlatih kembali. Ketika langit mulai terang, kicau burung dari hutan meramaikan suasana, seperti baru kali ini saja aku mendengarnya. Kuperhatikan bagaimana mereka menerapkan Delapan Belas Latihan dengan sangat sungguh-sungguh, tentu karena semuanya ingin lulus dengan baik. Apalagi lulus dari Perguruan Shaolin disebutkan jauh lebih berat dari sebagian besar perguruan silat yang lain. Di sini seorang murid harus melewati tiga tahap ujian, dan ia menjadi tawanan bayangan yang tidak diizinkan melewati gerbang sebelum lulus. Pertama, terdapat ujian lisan yang sulit tentang sejarah seni dan pemikiran f ilsafat Negeri Atap Langit. Kedua, ia harus menang melawan teman-temannya sendiri dalam perlombaan sebenarnya. Ketiga, terdapat siksaan mengerikan yang melibatkan suatu ruangan penuh jebakan dan 108 orangorangan kayu. Begitu murid tersebut melalui ruangan, orang-orangan yang dipersenjatai pisau, tombak, dan pentungan, akan menyerangnya secara serabutan. Ini dilengkapi dengan sejumlah peralatan buatan sendiri di bawah lantai lorong, yang akan terpicu oleh berat tubuh murid itu sendiri. Para bhiksu, yang menciptakan alat-alat ini, sengaja merancangnya supaya tidak bisa diduga. Akibatnya, sangatlah mungkin yang terpicu adalah dua, tiga, empat, atau lebih orang-orangan pada saat bersamaan. Jika murid itu lolos melewati ruangan tersebut, ia akan berhadapan dengan pasu besar yang menghalangi jalan keluarnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pasu itu beratnya seperti batu sebesar kerbau. Secara alamiah, murid itu akan memindahkannya dengan cara merangkul pasu besar tersebut, sehingga lambang naga dan harimau akan membakar daging pada pundak depannya. Sekali dilewatinya ujian ini, ia dipersilakan pergi dengan bebas, dan bakaran pada pundaknya itu tiada henti-hentinya akan mengundang penghormatan ke mana pun dia pergi mengembara. Banyak murid yang gagal dalam ujian dengan peralatan ini dan tidak lulus. Terdapatlah cerita tentang seorang Hu Weich'uan, yang memasuki Kuil Shaolin sete lah dihajar babak belur oleh musuh-musuhnya. Ia tinggal selama lima belas tahun untuk melatih ilmu silatnya. Akhirnya ia lulus yang pertama dari dua ujian, tetapi dalam usahanya melewati ruangan yang penuh orang-orangan, ia tak pernah bisa lebih jauh dari orang-orangan yang ketiga puluh dua. PADA kali terakhir, ia dibawa keluar, dirawat tabib, dan dikembalikan ke biliknya. Merasa harus kembali pulang, ia mencoba menyelinap keluar dari kuil melalui saluran dalam selokan. Meskipun ia tidak lulus ujian karena ketidakmampuan, ia lebih dari mampu untuk membalas dendam, karena dengan caranya meloloskan diri itulah, justru ia menemukan kembali jurus-jurus Shaolin yang sebagian hilang catatannya dalam suatu penyerbuan yang menghancurkan kuil, yang kemudian disebut Jurus Tangan Berbunga, yang gerakannya rumit tetapi sangat anggun. Terdapat berbagai adat yang penting bagi mereka yang menempuh jalan persilatan. Pertama, busana persilatan dikenakan dengan benar. Warna hitam maupun warna mencolok. Lengan panjang. Biasanya terikat pada suatu simpul di sisi kiri bagi lelaki dan di s isi kanan bagi perempuan. Seorang suhu akan membuat simpul di tengah. Siapapun yang mengikatkannya di tengah dan bukan seorang suhu dianggap menantang serta bisa mendapat pukulan menyakitkan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kedua, penguasaan tatacara sangatlah penting ketika mengunjungi bangsal suhu lain. Jika seseorang ditawari minum teh oleh suhu, dan orang itu meminumnya, sang suhu akan merasa tantangan bertarungnya diterima. Meminum tehnya, seperti minum teh gurunya sendiri sebelum terdapat sambutan, adalah suatu penghinaan, kecuali, dalam hal ini, ia berpikir bahwa orang tersebut datang memang hanya untuk menantang. Ketiga, penghormatan gung fu adalah suatu tatacara penting lain, yang membuat orang-orang persilatan saling mengenali dan menghormati satu sama lainnya. Tidak menghormat, dalam beberapa hal juga dianggap penghinaan yang gawat. Penghormatan itu yang selama ini kusebut menjura atau bersoja. Diperlihatkan dengan menangkupkan kepalan tangan kanan kepada telapak tangan kiri setinggi dahi, dan bersama dengan itu menundukkan kepala dan batang tubuh bagian atas. Di bangsal seorang suhu, sebelum Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dan sesudah latihan, gambar maupun ruang suci suhu sebelumnya dihormati dengan cara ini. Meskipun memang banyak adat dan tatacara lain pada berbagai wilayah yang berbeda, tetapi ketiganya inilah yang berlaku bagi seluruh perguruan silat atau gung fu di Negeri Atap Langit. Pagi itu ketika langit mulai terang dan segala bhiksu masih tenggelam dalam latihan aku menghela napas karena terpesona oleh kerampakan gerak mereka yang indah mencengangkan. Namun bukan keindahan itu benar yang membuat diriku menghela napas panjang, melainkan kebersamaan begitu banyak orang dalam kesatuan. Para bhiksu mengasingkan diri di Perguruan Shaolin untuk memperdalam ilmu persilatan, tetapi kebersamaan mereka sebagai orang-orang sepaham membuat mereka sungguh jauh dari keterasingan. Alangkah berbeda dengan jalanku di dunia TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ persilatan, selama ini selalu sendiri dan sepertinya akan tetap selalu sendiri. Aku tidak pernah dan seperti tidak akan pernah bisa belajar di perguruan silat mana pun meski diriku menginginkannya, karena sejak awal bahkan hidupku pun sudah selalu berbeda. Jalan persilatanku adalah jalan yang sunyi dan sepi, bagai lorong panjang tanpa penghuni, tempat segala persoalan ilmu silat kudalami dan pertimbangkan seorang diri. Ditempa pasangan pendekar yang mengasuhku, meski aku lebih dari anak kandung bagi mereka, belajar ilmu silat tidak menjadikanku lebih nyaman. Sementara ketika melakukan pendalaman ruang dan waktu dalam ilmu silat, begitu rupa sehingga sepuluh tahun bagaikan sekejap, diriku tidak bisa lain selain hanya sendirian berada dalam gua yang gelap. Namun tanpa riwayat seperti itu, apakah diriku juga akan datang ke sebuah perguruan dan belajar ilmu silat" Pertanyaan ini melontarkan diriku kembali kepada suatu kekosongan yang membuat perasaanku menjadi rawan. Tanpa nama dan tanpa asal-usul takkukira bisa membuat begitu banyak perbedaan. Adapun di Negeri Atap Langit, seperti diceritakan Iblis Suci Peremuk Tulang kepadaku, iCalon murid, setelah memilihmilih aliran persilatan yang ingin dipelajarinya, akan menghadap seorang suhu dengan harapan akan diterima. Calon murid ini akan mendapat petunjuk untuk menunggu di luar pondok sang suhu, yang biasanya berada di dalam perguruan itu juga, pada saat menjelang fajar. "Saat kedatangannya, calon murid itu akan me lihat orangorang lain yang juga mengharapkan petunjuk. Semuanya dibiarkan menunggu sampai lama sekali, dan selama itu kesabaran dan perasaan mereka mengalami ujian pertama, dari banyak sekali ujian. AIR dan kotoran mungkin seperti tidak sengaja akan dilemparkan kepada mereka. Murid-murid akan menganggap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka tidak ada, atau berlaku kasar kepada mereka. Lantas setelah menunggu lama sekali, mereka akan diberi tahu ada penundaan, karena ada upacara penting yang harus dihadiri suhu. ''Akhirnya mereka bahkan diberitahu supaya pulang, karena suhu tidak akan bisa menerima mereka hari itu. Mereka yang terlihat marah atau tersinggung, langsung tidak diterima dan diberitahu untuk tidak usah datang lagi.'' Aku tersenyum teringat cerita itu. Namun menjadi sedih teringat cerita tentang Naga Dadu yang memanfaatkan keinginan Serigala Putih menjadi murid, dengan memberi syarat agar menculik diriku yang masih kecil. Serigala Putih tewas oleh pedang ayahku. Sekarang aku bertanya-tanya, jika Serigala Putih datang jauh-jauh dari tempat yang oleh penduduk Mataram disebut Tartar, yang kini kukira adalah wilayah pengembaraan suku Uighur, akhirnya tertarik untuk berguru kepada Naga Dadu, tidakkah Naga Dadu, yang berkelamin lelaki tetapi jelita melebihi wanita, memang sakti mandraguna" Memang kudengar pula cerita tentang betapa Serigala Putih mungkin mengalah dalam pertarungan melawan Naga Dadu, karena sebetulnya telah jatuh cinta kepada lelaki terindah di Javadvipa yang dalam sungai telaga dunia persilatan telah menggapai wibawa naga dan menjadi salah seorang dari Pahoman Sembilan Naga itu. Namun sementara kisah cinta itu sulit dibuktikan, bagiku semakin mengiang suara-suara yang menyatakan betapa sebenarnya Naga Dadu mengetahui sesuatu tentang masa laluku yang bagiku, bahkan bagi Sepasang Naga Celah Kledung yang mengasuhku, masih merupakan rahasia... ''Esok harinya,'' begitulah Iblis Suci Peremuk Tulang melanjutkan ceritanya, ''bagi mereka yang masih datang dan mengharapkan petunjuk, segala sesuatunya yang berlaku kemarin diulangi lagi. Sebagai tambahan dari usaha-usaha TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mempermalukan yang biasa dilakukan, para calon murid yang masih bertahan diawasi secara diam-diam untuk memastikan apakah mereka gugup, tegang, banyak bicara, atau saling bertengkar di antara mereka sendiri. ''Setelah berlangsung lama, mereka diminta berlutut dan suhu akan muncul sebentar. Ia tidak akan mengucapkan sepatah kata pun, selain me lihat mereka sepintas lalu. Jika ada calon murid yang datang kepadanya, atau berusaha bicara, mereka akan diminta pergi karena dianggap tidak menunjukkan hormat kepada yang lebih tua. ''Dengan merayapnya waktu, mereka yang telah terusmenerus dihina dan dipermalukan, terus-menerus juga ditanya apa yang mereka lakukan di sana dan akhirnya tetap disuruh pulang. Jika mereka tetap bertahan, mereka diberi pekerjaan kasar seperti menggosok lantai. Lantas, sebelum menyelesaikan pekerjaannya, sejumlah murid lama akan melewatinya dan dengan sengaja mengenakan sepatu penuh lumpur. Kesenangan lain murid-murid lama ini adalah juga memberitahu para calon bahwa ada tempat-tempat yang tidak boleh digosok lantainya. Adapun gunanya adalah untuk menjamin, bahwa setelah semua pekerjaan membersihkan selesai, masih ada tempat kotor yang harus mereka gosok lantainya lagi. Tentu masih dengan mata yang mengawasi, apakah perintah dituruti dengan penuh pengabdian atau penuh kejengkelan. ''Akhirnya, para calon murid dipersilakan sarapan bersama dengan para anggota perguruan. Pertama, setiap calon murid diberi roti kering, tetapi diberitahu agar jangan memakannya. Beberapa tetap memakannya, tetapi yang lebih bijak tidak melakukannya. Kemudian mereka diberi mangkuk kecil yang tanpa dasar, tetapi hanya pertanyaan bodoh atas pilihan aneh atas cara makan ini jika tetap dipertanyakan, karena setelah itu mereka diberi bubur. Mereka yang bertanya bagaimana cara makannya segera disuruh pergi dan dinyatakan gagal. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Semua calon murid yang pertanyaannya dianggap kurang cerdas dan kurang pengetahuan, tidak akan bisa dipercaya menyimpan rahasia perguruan. Mereka yang cukup bijak untuk bersabar dan tidak memakan roti keringnya, kini tahu bisa meletakkannya di dasar mangkuk. Ketika bubur itu tiba, mangkuk mereka sudah dapat digunakan. ''Mereka yang lulus dari ujian sarapan diberi tugas bekerja di dapur. Di sana kemampuan mereka diuji lebih jauh dengan melihat bagaimana masing-masing bekerja sama dengan yang lain dan bagaimana mereka bekerja ketika melakukan tugastugas yang sulit. Pada akhir penempatan di dapur, mereka diminta untuk membunuh dan mempersiapkan kelinci putih. Padahal kelinci putih dianggap sebagai hewan yang disucikan, dan memakannya adalah suatu kesalahan besar. Dalam hal ini tanggapan terbijak adalah lebih baik menerima pukulanpukulan daripada membunuh makhluk itu. "SELANJUTNYA, para calon diuji kejujurannya. Maka mereka diberi sejumlah uang untuk keperluan tertentu. Kemudian disampaikan kepadanya bahwa yang semula diperlukan sudah tidak dibutuhkan lagi dan ia diminta mengembalikannya. Setelah itu mereka diberi kembali sebagian uang itu, dengan alasan uang yang mereka kembalikan terlalu banyak. Jika sang calon murid menerima kelebihan uang itu, ia dipersilakan pergi. Suatu ujian yang mirip diulangi dengan berbagai macam manik-manik dan cinderamata, kecuali bahwa ketika mengembalikan segera dituduh jumlahnya kurang. Di sini calon akan dinilai kemampuannya menangani keadaan. "Mereka yang masih saja bertahan, lantas diberi ujian daya tahan. Calon murid diminta menunggangi kuda yang binal di bawah terik mentari tengah hari. Lebih lagi, ia harus tetap berada di atas punggung kuda, sampai sebatang hio yang panjang habis terbakar. Siapa pun yang tidak mampu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bertahan menerima derita dan ketaknyamanan, dianggap kurang jujur dan tidak cukup bersemangat menjadi murid. "Akhirnya, yang tersisa dipersilakan bertemu muka dengan suhu secara resmi. Di sini mereka diminta minum secangkir teh bersama suhu, untuk menjadi murid secara penuh. Suhu sendiri yang akan menuangkan teh, tetapi jika siapapun dari mereka meminumnya, akan langsung dipersilakan pergi. Adapun alasan dari pengusiran kasar ini, dengan membiarkan suhu melayani mereka, mereka telah merendahkan perannya hanya menjadi seorang pelayan, yang berarti mereka merasa lebih tahu dari sang suhu. "Tatacara dan sopan santun yang betul adalah mendekati meja abu para leluhur yang terdapat di setiap perguruan dan menuang teh dengan tiga ayunan pelahan, sambil berkata, 'Sahaya berikan penghormatan kepada para leluhur dan suhu di hadapan sahaya, dan para suhu yang tidak sahaya kenal tetapi yang telah menyumbangkan pengetahuan bagi umat manusia,'. Selanjutnya, ia harus mengisi kembali cangkirnya dan berkata, 'Setelah memberikan penghormatan kepada para suhu sebelum masa hidup sahaya, kini sahaya memberikan penghormatan kepada suhu yang berada di s ini, kepada s iapa diri sahaya berharap bahwa sahaya dianggap cukup berharga melayaninya.' "Jika suhu itu puas, ia akan meminum tehnya dan calon murid yang tersisa itu pun menjadi murid sepenuhnya." Gerak rampak jurus-jurus Shaolin yang dibawakan muridmurid terbaiknya itu menyentakkan diriku dari lamunan yang panjang. Memang terlalu indah Perguruan Shaolin ini bagiku, karena aku berada di bilik penginapan para tamu. Sebuah kolam di tengah taman tampak dari jendela tempat diriku melamun sekarang ini. Daun-daun teratai yang terbuka lebar dan bunganya yang seperti sengaja merekah ketika cahaya pertama menyentuhnya, tepat ketika aku sedang memandanginya. Burung-burung kecil dengan berbagai warna TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bulu yang sangat mencolok, sementara di kejauhan masih juga terdengar siulan angin yang tentunya bertiup kencang dari lembah ke lembah dari jurang ke jurang, seperti biasa, bagai membawakan cerita dan warta dari suatu tempat yang begitu jauh. Di sini kencangnya tiupan itu sudah jauh berkurang, tetapi masih juga menggugurkan beberapa helai daun, yang melayang-layang di udara dingin, dan akhirnya jatuh memendarkan permukaan kolam. Di atas sebuah batu yang menyeruak bagaikan pulau kecil di tengah kolam, kulihat seekor kura-kura termangu di atasnya. Aku teringat cerita Iblis Suci Peremuk Tulang tentang kehidupan perguruan silat di Negeri Atap Langit setelah para calon murid diterima sebagai murid. "Pada titik itu," ujarnya, "mereka seperti memasuki suatu keberadaan baru, begitu rupa sehingga mereka dianjurkan untuk melupakan masa lalu mereka. Bahkan bagi mereka biasanya diberikan nama baru yang akan menjadi nama sebagaimana mereka harus dikenal dalam keluarga orangorang jantan. "Adapun jantan di sini tidak mutlak menunjuk kelamin, melainkan s ikap hidup jantan yang selayaknya menjadi bagian takterpisahkan dalam kehidupan di sungai telaga. Disebut selayaknya, karena bukan takbanyak mereka yang berilmu silat sangat tinggi, ternyata bisa begitu licik dan culasnya, yang tidak memungkinkan untuk disebut sebagai jantan dari sudut pandang mana pun. "Perguruan kini menjadi keluarga para murid, dan terdapat susunan kedudukan serta peraturan keras yang harus dipatuhi semua orang. Guru para murid, karena suhu hanya mengajar murid-murid yang pelajarannya sudah lanjut, disebut Bapak Guru atau Bapak Pelatih. Jika Bapak Guru ini sudah menikah, isterinya akan dikenali sebagai Ibu Guru atau Ibu Pelatih. MURID yang telah lebih dulu masuk dari murid baru dikenali sebagai Saudara Tua, tidak peduli berapa umur yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sebenarnya. Begitu juga murid yang baru masuk dirujuk sebagai Saudara Muda. Guru lain pada tingkat pengajaran yang sama disebut Paman Guru dan murid itu menjadi para keponakannya. ''Kegiatan sehari-hari tidaklah sama di antara berbagai perguruan. Ada murid-murid yang tinggal di rumahnya masing-masing, ada yang wajib tinggal di perguruan, dan itu berarti jika yang satu wajib bekerja di halaman rumah atau dapur pondok sang suhu, maka yang lain cukup membayar iuran sahaja. Di Perguruan Shaolin, yang pada dasarnya adalah Kuil Shaolin, terdapat masa Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kerja, dhyana berkelompok, dhyana tunggal, tugas maupun upacara-upacara yang harus dihadiri. Jadi dengan perbedaan yang besar antara berbagai perguruan, untuk mencoba menggambarkannya dengan sesuatu yang mewakili semuanya adalah usaha kurang bertanggungjawab. ''Lebih aman menyatakan, setiap perguruan yang bersungguh-sungguh memiliki satu kesamaan: dimulai dari saat matahari terbit yang dirayakan dengan lagu puja atau tindak dhyana bersama, lantas barulah dibagi antara kerja, belajar, latihan, dan dhyana, yang berakhir ketika matahari tenggelam. Biasanya para murid mengkuti urutan kegiatan seperti ini selama kurang lebih sepuluh tahun, sebelum ia dipertimbangkan layak untuk mengajar sendiri. Putus di tengah jalan dari pembelajaran mahaberat ini adalah biasa dan sedikit yang diterima sebagai telah menyelesaikan pelajaran. ''Namun murid bisa meninggalkan perguruan karena a lasan berbeda, yang paling sering adalah menambah perbendaharaan aliran ilmu silat yang mereka kuasai. Akibatnya, memang tidak mengherankan jika terdapat murid yang telah belajar pada dua belas suhu, meski tidak berarti ia bisa disebut yang paling berpengetahuan. Rahasia sebenarnya ilmu silat biasa disimpan bertahun-tahun, sampai sang suhu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yakin bisa mempercayai seseorang, dan bahkan kemudian menyampaikannya hanya kepada sedikit murid pilihan.'' Para murid Shaolin telah menyelesaikan latihannya, dan mereka tidak kelihatan lagi, tetapi di dekat kolam baru kulihat sekarang para bhiksu kecil berkepala gundul masih menyelesaikan sisa-sisa latihannya. Tampak salah seorang anak terkilir, terjatuh, sehingga tak bisa melompat, menendang, dan memukul seperti yang lain. Bapak Guru mereka yang sudah tua sekali mendiamkannya saja, sampai ia menepi sambil merayap sendiri. Inilah anak-anak berbakat yang diburu Perguruan Shaolin ke berbagai penjuru Negeri Atap Langit, karena para suhu memang menghendaki bakat andalan bagi ilmu silat mereka yang tersohor. Bahkan para panglima perang merasa lebih tenang jika terdapat para bhiksu Shaolin dalam pasukannya untuk menghadapi pasukan asing. Sebagian anak-anak itulah yang kulihat berlatih ilmu meringankan tubuh dengan guru lain. Jika masih sekecil itu ilmu silat mereka sudah begitu tinggi, bagaimana pula jika mereka masih terus memperdalam ilmu silatnya sampai dewasa. Para bhiksu Shaolin dengan pendekatan chan dalam kebuddhaan tentu menempatkan ilmu silat sebagai cara penting menuju pencerahan. Ilmu silat untuk mendapatkan kesehatan badan, ilmu silat untuk mencapai ketenangan jiwa, dan ilmu silat untuk membela kebenaran. Pagi masih dingin dan berkabut, tetapi aku sudah menghela nafas panjang mengingat apa yang kukenal selama ini dalam dunia persilatan. Mengapa dalam pembelajaran di Kuil Shaolin tidak pernah disebut tentang kematian dalam puncak kesempurnaan manusia melalui pertarungan" Mungkinkah yang kukenal dalam pembelajaran ilmu silat selama ini salah" Para bhiksu cilik itu tertawa-tawa, salah seorang teman mereka basah kuyup ketika melakukan kesalahan gerak dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tercebur masuk ke dalam kolam. Aku tersenyum. Betapapun mereka itu masih kanak-kanak! (Oo-dwkz-oO) DI ruang minum teh, sebelum Penjaga Langit tiba untuk sarapan bersama, Yan Zi dan Elang Merah menyampaikan kepadaku sambil berbisik-bisik, bahwa sebenarnya telah melihat pencuri tubuh itu sebelum menghilang ke balik kelam. Setelah mendengar ciri-cirinya aku terhenyak. ''Ia bercaping lebar"'' ''Ya!'' ''Ia berambut lurus panjang sampai ke bahu"'' ''Ya!'' ''Ia menyoren dua pedang bersilang"'' ''Ya!'' AKU tidak bertanya apakah ia menunggang kuda Uighur, karena seseorang tidak akan mengambil tubuh Penyangga Langit dan berkelebat menghilang ke dalam kelam di atas seekor kuda, betapapun hebat kuda yang ditungganginya itu. Memang dari kedai ke kedai kadang kudengar cerita tentang pendekar berkuda yang begitu dahsyat, yang bersama kudanya dapat berkelebat seperti kilat. Namun janganlah terlalu percaya dengan sembarang cerita di sembarang kedai! ''Harimau Perang!'' Aku berbisik tetapi dengan nada meninggi, sehingga para bhiksu petinggi Perguruan Shaolin itu menoleh. Mereka kenalikah nama Harimau Perang" Di tempat terpencil seperti ini mungkin tidak, tetapi apakah kepentingan Harimau Perang dengan mencuri tubuh Penyangga Langit itu" Aku terkesiap, usaha pembunuhan kedua bhiksu kepala di dua kuil yang berbeda bukan tak ada hubungannya! Y a, nama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Harimau Perang kini terhubungkan dengan kedua tempat itu! Kini aku bisa membenarkan dugaan, usaha pembunuhan Bhiksu Kepala Pemangku Langit dari Kuil Pengabdian Sejati di Daerah Perlindungan An Nam, selain merupakan usaha pembersihan unsur-unsur penentang pendudukan Negeri Atap Langit, juga untuk mengalihkan perhatian atas perjalanan rahasianya yang penting. Sebegitu jauh, diketahui bahwa perjalanan itu dilakukan atas panggilan pihak istana di Chang'an, karena pencapaiannya yang sangat berhasil dalam mempertahankan Kota Thang-long, memukul mundur gabungan pasukan pemberontak, bahkan menewaskan Panglima Amrita Vighnesvara yang didatangkan dari Khmer untuk memimpin para pemberontak Viet yang gemar berperang. Mungkinkah bukan pihak istana Chang'an melainkan sebetulnya Golongan Murni yang berada di balik segenap penugasan Harimau Perang" Jaringan Partai Pengemis yang menyebar tanpa bisa dibatasi oleh negeri maupun pulau, mungkin telah memberi jasa agar perhatian teralihkan, bukan hanya dari tubuh Penyangga Langit, tetapi juga dari Golongan Murni itu sendiri. Jika benar, tentu masih belum jelas bagiku, dengan alasan apa Bhiksu Kepala Penyangga Langit harus dibunuh oleh Golongan Murni, karena betapapun selama ini Perguruan Shaolin bersedia membantu balatentara Negeri Atap Langit menghadapi pasukan mana pun yang melanggar perbatasan. (Oo-dwkz-oO) Episode 190: [Rahasia Penjaga Langit] SARAPAN bersama ini tampaknya juga dimaksudkan sebagai acara perpisahan, tetapi sekaligus menguji kemampuan, bukan demi maksud menantang, melainkan kebiasaan dunia persilatan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pertama, meskipun disebut makan bubur, mangkuk yang tiba di tanganku hanya berisi kuah beras yang cair tanpa sendok. Namun belum lagi aku membuka mulut, melesatlah sepasang sumpit dengan kecepatan kilat, langsung terarah ke jantungku! ''Ah, maaf! Kami lupa menyertakan sumpitnya!'' Terdengar teriakan bhiksu yang tadi membagi mangkuk. Tidak kuketahui kapan ia me lesatkan sumpit itu, yang berarti ilmu silatnya memang sangat tinggi, tetapi kedua sumpit ternyata bisa kutangkap juga. ''Terima kasih,'' kataku dengan tenang. Namun ketika akan kugunakan, kutahu itulah uji kemampuan kedua, karena tak mungkin menggunakan sumpit bagi kuah yang cair. Maka kusalurkan ch'i kepada mangkuk yang kupegang, sehingga kuah itu mengeras, bukan hanya seperti bubur, tetapi lebih keras lagi seperti nasi! ''Wah, rupanya di Perguruan Shaolin bubur bisa dikembalikan jadi nasi,'' kataku sambil makan nasi yang agak lengket itu dengan sumpit, yang nyaris tidak ada rasanya sama sekali. ''Tapi nasi itu hambar bukan" Silakan ambil garamnya!'' ujar sang bhiksu pula. Tanpa terlihat oleh mata orang awam dilemparkan segenggam garam ke arahku, yang segera semburat menyebar dengan kecepatan kilat. Tentulah ini tantangan untuk tidak membiarkan sebutir pun garam terbuang percuma. Maka aku pun melesat lebih cepat dari kilat, setelah menelan nasi yang tersisa aku melompat untuk menyambut dan menampung setiap butir garam itu dengan mangkukku, langsung mengembalikannya ke atas baki yang dipegang sang bhiksu, lengkap dengan sumpit berjajar rapi di atasnya. Tak lupa kutotok pula jalan darahnya sehingga ia hanya bisa berdiri mematung saja. Dengan kecepatan begitu tinggi, tak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seorang pun mengetahui urutan kejadian ini, tetapi mangkuk itu bagaikan tiba-tiba saja kembali ke baki. "TERLALU banyak garam ini, jadinya terlalu asin nanti, lagipula buburnya sudah tidak ada lagi, jadi tolong diterima kembali mangkuknya," kataku. Semua orang di bangsal itu terhenyak dan bergumam tertahan, Penjaga Langit menatap bhiksu yang masih kaku itu. Jika bhiksu itu sendiri maupun Penjaga Langit tak bisa melepaskan dirinya dari totokan, Perguruan Shaolin tentu akan mendapat malu dan peristiwa ini akan menjadi pembicaraan dari kedai ke kedai sebagai arang yang mencoreng di wajah. Pantaslah Penjaga Langit menjadi sangat tegang. Namun keadaan itu tentu juga tidak kuinginkan. Maka kujentikkan sebutir garam yang sengaja masih kusisakan untuk membuka totokan jalan darah itu. Bhiksu itu pun bergerak kembali tanpa seorang pun menyadari betapa ia sempat berdiri kaku seperti arca. "Sekali lagi terima kasih banyak," kataku. Bhiksu itu, yang mungkin belum mengalami perlakuan seperti itu, seperti mau melakukan sesuatu, tetapi Penjaga Langit sempat kulihat mencegahnya. Memang lebih baik begitu, karena basa-basi uji kemampuan ini sering kudengar berkembang menjadi pertarungan yang menumpahkan darah. "Yan Zi," ujar Penjaga Langit mengalihkan perhatian, "jadi bagaimana kabarnya dengan sahabatku Angin Mendesau Berwajah Hijau" Sudah lama ia tak pernah berkunjung kemari. Mau mencari ke tempatnya sama sekali tidak mungkin bukan?" Saat itu kurasa aku mengerutkan keningku. Dalam pengalihan perhatian itu tanpa disadarinya Penjaga Langit secara tidak langsung telah membuka rahasianya sendiri. Sangat penting bagiku untuk menyadari, Angin Mendesau Berwajah Hijau tidak mempercayai Penjaga Langit sama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sekali! Memang benar jalan masuk menuju Kampung Jembatan Gantung tidak dapat diberitahukan kepada sembarang orang, tetapi jika kepada seorang tokoh Perguruan Shaolin yang mengaku sebagai sahabat, bahkan perguruan itu bersedia menerima dan mendidik Yan Zi Si Walet sampai dua puluh tahun, pastilah terdapat bukan sembarang penyebab. Aku menduga tentunya Penyangga Langit yang dulu telah memutuskan untuk menerima Yan Zi, dan mungkin saja justru Penjaga Langit tidak sepenuhnya setuju, bukan karena Yan Zi seorang perempuan, melainkan karena Yan Zi adalah anak Wu Zetian dari An Lushan, yang pemberontakannya masih menyebabkan kesengsaraan dalam kemiskinan sampai hari ini. Selama Yan Zi berbasa basi aku terus berpikir-pikir, tidakkah para bhiksu ini, setidaknya Penjaga Langit sendiri, telah bersikap terlalu tenang dengan hilangnya tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit dengan cara seperti itu" Kuingat saat tubuh mereka masih mengambang saat tubuh itu menghilang. Apa yang sebenarnya telah terjadi" Dari sosok yang diceritakan Yan Zi dan Elang Merah, aku hampir yakin pencuri tubuh Penyangga Langit adalah Harimau Perang. Jadi perjalanan Harimau Perang sebetulnya memang sudah terencana arahnya, bahwa dalam perjalanan menuju Chang'an dia akan melewati Perguruan Shaolin. Betapapun, usaha pembunuhan Yang Mulia Bhiksu Kepala Pemangku Langit di Kuil Pengabdian Sejati bukannya tidak diketahui, tetapi sangat kuat dugaan merupakan bagian dari rencana Harimau Perang untuk menyamarkan perjalanan rahasianya. Apakah yang menjadi tujuan Harimau Perang kali ini" Namun pertanyaan yang lebih mengganggu bagiku, betapapun tingginya ilmu halimunan demi kepentingan penyusupan yang dimiliki Harimau Perang, mungkinkah para bhiksu Shaolin pilihan, yang bahkan mampu sembahyang dengan tubuh mengambang, tidak akan memergoki pencurian di depan mata seperti itu" Setidak-tidaknya ilmu silat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Penyangga Langit sendiri tentu begitu tingginya, terbukti aku pun tidak me lihat kedatangannya ketika berhadapan dengan Cadas Kembar. Sekarang aku mengerti kenapa pikiranku masih ruwet menjelang tidur semalam. Pikiranku tertutup oleh kepercayaan tanpa penalaran, menjadi kebenaran yang sulit dihapuskan. Bagai tidak ada gunanya telah kupelajari Nagasena maupun Nagarjuna. Bukankah Nagasena yang berkata: Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bentuk, o Raja! Tak dapat diuraikan oleh kiasan! Namun isinya bisa! Sementara Nagarjuna berujar: suatu akibat yang dibuat oleh keadaan atau bukan-keadaan bukanlah bukti karena ketidakhadiran akibat bagaimana mungkin keadaan atau bukan-keadaan menjadi bukti" Kedua pemikir itu berfilsafat tentang dunia sebagaimana manusia berusaha memberi makna, mengada dan menafsirkannya, di dalamnya. Kutahu mestinya memancing perbincangan yang jauh lebih rumit. Namun bagi kepentinganku sekarang, cukuplah aku melepaskan Shaolin dari Shaolin, melepaskan bhiksu dari bhiksu, dan sekaligus juga berarti melepaskan kebenaran dari kebenaran. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pertimbanganku tentang semua kejadian ini telah dibutakan oleh pemahamanku sendiri, seolah-olah aku mengetahui kebenaran. Padahal yang terjadi adalah diriku dipermainkan oleh kebenaran. Dengan menghapuskan ini, apa yang seharusnya memang mudah menjadi suatu kemudahan kembali. Jika Shaolin bukanlah Shaolin, bhiksu bukanlah bhiksu, dan kebenaran bukanlah kebenaran, aku bisa mempertimbangkan betapa Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit telah dibunuh dan tubuhnya dibawa pergi dengan sepengetahuan para bhiksu itu, termasuk Penjaga Langit yang merupakan tangan kanannya sendiri! Bahkan Perguruan Shaolin, sebagai benteng keagamaan dalam dunia persilatan, tidak luput dari jaringan rahasia kejahatan... (Oo-dwkz-oO) DARI Perguruan Shaolin kami berhasil mendapatkan seekor kuda bagi Elang Merah dan hari itu juga kami bertiga sudah melanjutkan perjalanan. Aku menatap dinding-dinding raksasa dengan air terjun gemuruh yang bintik-bintik airnya membiaskan cahaya pelangi. Di atasnya hutan lebat sampai ke kaki gunung batu berikutnya, tetapi daerah ini akan segera kami tinggalkan. Meskipun jalanan di sana-sini masih curam, dengan lambat tetapi pasti kami semakin mendekati peradaban, meski janganlah dahulu membayangkan betapa aku akan segera tiba di Chang'an. Aku berpikir keras tentang segala peristiwa yang kualami, sayang sekali nyaris tanpa segala bukti. Namun jika bukti bisa menipu dan membawa kita ke arah yang keliru, kepekaan naluri dan ketajaman pikiran menjadi sangat penting dan berarti. Betapapun, tidakkah dunia ini masih menarik hanya karena masih ada rahasia yang menantang dibuka" Bagi manusia tampaknya bahkan tidak terlalu penting suatu rahasia itu akan menjadi terbuka atau tidak terbuka, karena yang penting adalah usaha tanpa akhir untuk berusaha TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ membongkar rahasia itu, meski tiada jawaban yang akan bisa memuaskannya, seperti pertanyaan tentang kenapa dunia ini harus ada. Namun ini bukanlah rahasia filsafat, melainkan permainan kerahasiaan dalam pertarungan kekuasaan di dunia persilatan, kenegaraan, maupun keagamaan. Jadi kurasa aku harus mampu membukanya, karena secara samar-samar kulihat jaringan halus yang menghubungkannya. Perkara dua bhiksu kepala di Kuil Pengabdian Sejati dan Perguruan Shaolin misalnya, jelas terhubungkan oleh perjalanan rahasia Harimau Perang ke Chang'an. Sementara perjalananku untuk membuntuti Harimau Perang itu sendiri, tanpa disengaja telah membongkar banyak keterangan tentang jaringan rahasia di dalam istana, setidaknya seperti diperlihatkan jaringan orangorang kebiri. Mengingat jaringan orang kebiri ini berkait kelindan dan bersilang sengkarut di dalam istana Chang'an, yang juga menjadi tujuan Harimau Perang, jika keterangan jaringan mata-mata para bhiksu Kuil Pengabdian Sejati bukan keterangan palsu, maka tugas baruku untuk mengawal Y an Zi menyusup ke istana Chang'an guna mengambil kembali Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri, kuharap bukan menjauhkan tetapi justru mendekatkanku kepada kunci-kunci pemecahan masalah yang selama ini bagaikan serbagelap. Penjaga Langit itu, kenapa Angin Mendesau Berwajah Hijau tdak mempercayainya untuk masuk ke Kampung Jembatan Gantung" Maka aku pun bertanya kepada Yan Zi seandainya ia tahu sesuatu tentang hal itu. ''GURU Angin Mendesau Berwajah Hijau sebetulnya tidak bersahabat dengan Penjaga Langit, melainkan dengan Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit. Kepada beliaulah Guru berbicara tentang diriku, dan sesungguhnyalah waktu itu Penjaga Langit pun belum mendapat namanya. Hanya setelah latihan keras dan ketabahan menerima ujian-ujian Perguruan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Shaolin yang berat, selain penguasaannya atas segala sutra maka ia bisa menjadi orang kedua setelah Penyangga Langit di Perguruan Shaolin, dengan gelar Penjaga Langit. Seharusnya kedudukan orang kedua itu dipegang adik seperguruan Penyangga Langit, tetapi rupanya ia seorang bhiksu yang lebih suka mengembara, mula-mula mempelajari aliran Yogacara seperti diajarkan Dignaga, yang dianut sejumlah bhiksu di Nalanda, Jambhudvipa, lantas ia berlayar dari sana dan mendarat di Daerah Perlindungan An Nam, dan sampai sekarang takpernah kembali. ''Menurut Guru, Penjaga Langit selalu khawatir adik seperguruan Penyangga Langit itu kembali, karena jika demikian yang terjadi, maka Perguruan Shaolin tidak akan dipimpin olehnya setelah Penyangga Langit meninggal, melainkan oleh adik seperguruannya yang katanya telah mendirikan Kuil Pengabdian Sejati di Daerah Perlindungan An Nam dan bergelar Pemangku Langit. Kini setelah Penyangga Langit terbunuh, tentu Penjaga Langit yang akan memimpin Perguruan Shaolin, sesuai dengan cita-citanya. Penjaga Langit pada dasarnya bukan hanya ingin menjadi bhiksu kepala Perguruan Shaolin, tetapi memendam kehendak menjadi bhiksu kepala agung yang menguasai Kuil Shaolin di seluruh Negeri Atap Langit. ''Memang benar Penjaga Langit tinggi ilmu silatnya, karena jika tidak tak mungkinlah ia menjadi orang kedua sete lah Penyangga Langit di Perguruan Shaolin, tetapi Shaolin betapapun adalah tetap kuil keagamaan, tempat ukuran yang diterapkan bukan sekedar kekayaan pengetahuan tetapi justru kedalaman jiwa dalam penghayatan dan pencapaian pencerahannya. Dalam hal ini, meski sutra dan ilmu silat dikuasai Penjaga Langit, ia tidak mungkin mencapai tingkat kejiwaan yang tinggi jika tujuan hidupnya masih duniawi. Adapun yang dikhawatirkan, seperti pernah dibisikkan Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit kepada Angin Mendesau Berwajah Hijau, jika Perguruan Shaolin yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ merupakan pusat pendalaman ilmu silat para bhiksu terpilih dari berbagai penjuru Negeri Atap Langit, berada di bawah pimpinan Penjaga Langit, maka justru akan diarahkan berdasarkan kepentingan pribadinya sendiri. ''Dalam hal Kampung Jembatan Gantung, sebagai tetangga terdekat yang tersembunyi begitu rapi, dan berpenduduk keturunan pemberontak yang keselamatannya belum terjamin sama sekali, Penyangga Langit telah mempunyai suatu firasat dengan Penjaga Langit ketika diriku semula ditolaknya belajar di Perguruan Shaolin karena bukan bhiksuni. Ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Penyangga Langit menerima permintaan Guru untuk melatihku Ilmu Pedang Mata Cahaya yang rumit itu. Ia bahkan juga sangat tidak suka bahwa dalam kenyataannya hanya dirikulah yang akan menguasai ilmu pedang itu, karena memang hanya diriku yang memiliki Pedang Mata Cahaya, meski baru yang untuk tangan kanan. ''Penyangga Langit dengan sengaja tidak pernah bertanya kepada Guru Angin Mendesau Berwajah Hijau tentang letak Kampung Jembatan Gantung, karena jika dirinya tidak bertanya maka Penjaga Langit juga tidak dianggap perlu bertanya. Betapapun, dari Perguruan Shaolin inilah para bhiksu diminta membantu berbagai pertempuran di perbatasan, sehingga jika menyadari kampung itu menyembunyikan para pelarian dan keturunan pemberontak, sangat berbahaya jika rahasia persembunyiannya dibuka kepada sembarang orang. Penyangga Langit memiliki kebijakannya sendiri untuk membuka Perguruan Shaolin bagiku, tetapi Penjaga Langit sampai hari ini masih tidak bersedia membuka diri tentang apa yang dipikirkannya mengenai kebijakan itu.'' Setelah berjalan berhari-hari mencari jejak Harimau Perang aku semakin disadarkan betapa telah tertipunya diriku oleh penampilan para bhiksu, dengan jubah kuning, kepala gundul, dan dengung lebah dalam upacara mereka, maupun nama TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ besar Shaolin yang sudah lama kudengar, takmasuk di akalku bahwa kekuasaan bukanlah daya tarik yang tabu bagi siapapun. Dengan cara dan bahasanya sendiri, para bhiksu juga memiliki kepentingan untuk ikut meramaikan permainan kekuasaan. Pantaslah Penjaga Langit memberi kesan tidak mau dibantu, dan ingin agar urusan hilangnya tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit menjadi urusan mereka saja. AKU telah mengira alangkah sabar dan tenangnya para bhiksu, sejak aku diberitahu tentang tewasnya bhiksu kepala itu, diserang Partai Pengemis, dan akhirnya bahkan tubuh bhiksu kepala itu hilang. Ternyata perkiraanku sangat mungkin keliru. Sekarang ini apa salahnya jika kuperkirakan, betapa ketenangan itu bersumber dari kenyataan bahwa pembunuhan dan pelenyapan tubuh bhiksu kepala dilakukan sepengetahuan Penjaga Langit itu sendiri" "Itulah yang juga kupikirkan," ujar Elang Merah, "hanya tidak jelas mengapa tubuh itu harus dilenyapkan pula." Elang Merah setuju bahwa sejauh bisa diketahui berdasarkan pemikiran Penjaga Langit, bisa diterima bahwa Penjaga Langit berusaha menyingkirkan Penyangga Langit, karena cita-citanya atas kekuasaan itu; tetapi masih belum jelas kenapa tubuhnya harus juga disingkirkan. Elang Merah menegaskan, "Bahkan sangat mungkin orangorang Partai Pengemis itu sebetulnya diundang oleh Penjaga Langit, dan tidak mendapat perlawanan karena Penjaga Langit telah memengaruhi hampir semua bhiksu Perguruan Shaolin!" Aku masih ragu, apakah benar hampir semua, dan bukan hanya sebuah komplotan yang terlibat perebutan kekuasaan diam-diam ini" "Cadas Kembar!" Elang Merah berteriak tiba-tiba. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Mereka tentu tidak termasuk ke dalam komplotan! Bukankah mereka katanya sedang dihukum! Keduanya tampak seperti orang jujur!" "Ya, mereka orang jujur," kataku pula. "Mereka sengaja ditugaskan berjaga di luar dan rencananya dikorbankan jika barisan penyusup dari Partai Pengemis itu tiba, tetapi kita telah datang tanpa diduga dan mengacaukan rencana," Elang Merah terus berbicara, "memang mereka akhirnya tetap mati, tetapi tidak dibayangkan tentunya kehadiran kita saat itu, yang akhirnya mengorbankan ratusan pengemis juga. Pantas mereka tidak melakukan tindakan apaapa ketika barisan itu tiba. Kedatangan kita dan kejadian selanjutnya terlalu cepat untuk membuat mereka mengubah rencana! Partai Pengemis itu terlalu mudah masuk ke sana!' "Tidak banyak yang tahu," ujar Yan Zi menyambung, "Penyangga Langit menemukan Penjaga Langit sebagai bayi pengemis yang diletakkan di depan pintu Kuil Shaolin. Penyangga Langit masih sempat melihat sepasang pengemis yang meletakkannya berkelebat menghilang, ketika sebagai bhiksu muda Shaolin ia bertugas meronda kuil. Sedangkan pengemis yang bisa berkelebat seperti itu tentulah bukan pengemis sembarang pengemis, melainkan pengemis anggota Partai Pengemis. Kelakuan para pengemis itu sama saja, katanya mereka bergaul lebih buruk dari binatang, karena anaknya hampir selalu mereka buang. Meletakkan bayi di depan kuil tidak terlalu sering dilakukan, makanya Penyangga Langit berpikir betapa sepasang pengemis yang berkelebat itu masih memiliki harapan bagi anak mereka itu. "Sejak kecil Penjaga Langit sudah diberitahu asal-usulnya, yang membuatnya di segala kesempatan berusaha mencari manusia jantan dan manusia betina yang perilakunya telah membuat dirinya ada di dunia dengan cara seperti itu. Tampaknya ia tidak pernah menemukan manusia jantan dan manusia betina yang dimaksudnya, barangkali mereka bahkan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sudah mati bergelimpangan begitu saja, sebagai mayat-mayat terlantar yang dibakar. Namun pencariannya itu, sebagai bhiksu yang juga pernah mengalam i masa-masa harus selalu mengemis untuk makanannya hari itu, membuatnya terhubungkan dengan Partai Pengemis, yang karena juga akhirnya mengetahui riwayat Penjaga Langit maka menganggap sang bhiksu sebagai bagian, bahkan keluarga, dari Partai Pengemis." Dengan banyak keterangan tambahan. Memang yang semula kabur menjadi lebih jelas. Namun bukti tentu tetap diperlukan demi kepastian. Peristiwa bunuh dirinya orang kebiri Si Musang di Kampung Jembatan Gantung bisa dipastikan hanya karena terdapatnya bukti, bahwa ia telah minum teh beracun seperti yang telah ditemukan dalam kantong bajunya, dan bahwa racun semacam itu hanya mungkin didapat dari kalangan istana. Aku dan Yan Zi saling memandang, kami berpikir tentang perkara yang sama rupanya, bahwa seperti yang terjadi dengan Si Musang, kami hanya bisa mendapat kemajuan dalam penyelidikan jika sempat memeriksa tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit yang lenyap tersebut. Namun setidak-tidaknya kami tidak mungkin menyangkutkan masalah ini dengan orang kebiri Si Musang, karena kami betapapun masih menyembunyikan kematian Si Musang dari pengetahuan Elang Merah. NAMUN pemikiran Elang Merah ternyata tetap sejalan. "Jika kita bisa menemukan sosok yang dikau sebutkan sebagai Harimau Perang itu lebih dulu dari sepuluh murid Perguruan Shaolin yang mereka kirim, wahai Pendekar Tanpa Nama, tentu kita bisa menyidik dengan lebih baik," katanya, "artinya jika tubuh bhiksu kepala itu masih dibawanya." "Tapi kita sudah berjalan beberapa hari tanpa menemukan jejak apapun Elang Merah," kata Yan Zi, "apakah mungkin tubuh itu masih dibawanya terus?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Elang Merah tidak menjawab. Aku pun tidak. Kami kesal karena sempat bersikap betapa sebenarnya kejadian di Perguruan Shaolin itu bukan urusan kami, seperti terarahkan oleh pernyataan Penjaga Langit, bahwa masalah ini merupakan tanggungjawab mereka dan bukan kami. Bahkan aku pun sampai seperti melupakan, bahwa tujuan utama perjalananku sebetulnya adalah membuntuti Harimau Perang! Aku jadi merasa amat bersalah kepada Amrita! Adakah ini disebabkan karena diriku melakukan perjalanan bersama dua perempuan, yang dalam kenyataannya memang bukan sembarang perempuan" Namun janganlah dahulu keliru dengan apa yang kumaksudkan sebagai bukan sembarang perempuan. Sempat kuceritakan tentang sesuatu yang tidak kukenali pada diri Yan Zi Si Walet, dan itu secara samar baru kudapatkan jawabannya. Bukankah sudah kuceritakan pula betapa ketika Elang Merah masih menunggang kuda di belakang Yan Zi keduanya yang semula nyaris saling berbunuhan itu terlihat bercanda dengan akrab sambil berbisik-bisik takterdengar olehku" Bahwa dua perempuan yang bersahabat kalau berbicara tubuhnya bisa begitu berdekatan, sampai saling menempel, ketika berbisik-bisik seperti itu bukanlah pemandangan asing bagiku. Namun itu tidak berarti pandangan Yan Zi ketika Elang Merah berada di dekatku harus menjadi amat tajam seperti itu bukan" Kuingat pula usapan tangan Elang Merah di punggung tanganku waktu itu, yang meski sekilas, tetapi karena dalam waktu bersamaan terhirup pula olehku harum tubuhnya yang meruap, memberikan makna yang sedikit banyak berarti. Mengingat bagaimana pisau terbang bergurat gambar naga indah pada kedua sisi yang menyambar dengan maksud membunuhku dulu itu, kuhela napas panjang menyadari perubahan kedudukan dalam dunia persilatan, dari lawan yang nyaris saling berbunuhan, menjadi sepasang kekasih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ takterpisahkan --tetapi meskipun kurasa diriku dan Elang Merah bukan sepasang kekasih, pandangan Yan Zi Si Walet jelas menunjukkan pandangan seseorang yang takut kehilangan miliknya! Dalam perjalanan ini, setiap kali menemukan tempat bermalam, mereka berdua selalu tidur dalam satu selimut. Pengetahuanku tentang hubungan antarperempuan sangatlah kurang, jadi tentu saja bagiku semula kuanggap wajar jika dalam udara yang dingin itu keduanya saling berpelukan, bahkan juga bila terlihat begitu ketatnya bagai takbisa lagi dilepaskan. Dengan perjalanan mengarungi wilayah hutan dan masih saja kadang-kadang menyisir tepian jurang yang curam, dalam kelelahan waktu istirahat malam segala sesuatu tentang perilaku mereka tidaklah kuperhatikan. Namun suatu malam ketika mataku terbuka dan menghadap ke samping, hanya kulihat selimut itu bagaikan suatu gundukan yang bergerakgerak. Dari dalam selimut itulah kudengar suara-suara dari kedua perempuan pendekar tersebut. Suara-suara itu tidak membentuk kata, tetapi jelas meski bagiku agak aneh terdengar mesra. Kadang-kadang pula mereka saling menyebut nama. Pada malam sunyi seperti itu tentu saja terdengar jelas sekali. Aku baru mengerti bilamana kemudian kulihat busana mereka ternyata terserak di atas selimut. Aku segera membalikkan tubuh dan me lanjutkan tidurku dan pada malam-malam berikutnya menjadi semakin terbiasa dengan suara-suara seperti itu, meski apabila kemudian bertemu pandangan mata Elang Merah masih kurasakan bahasa tatapan yang sama. Pada suatu malam bahkan terjadi, ketika suara-suara di balik selimut itu telah usai, dan tanpa sengaja aku di bawah selimut juga memiringkan tubuh dan membuka mata ke arah mereka, ternyata Elang Merah sedang menatapku. Yan Zi memeluknya dengan erat dari belakang dengan mata yang sudah tertutup. Lengan Yan Zi tampak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terbuka merengkuh keluar selimut, sementara lengan Elang Merah yang juga terbuka tampak mendekapnya. Matanya menatapku dan aku pun menatapnya. Tanpa suara. Mungkinkah tatapan mata dibahasakan" Apakah yang dikatakannya kepadaku dan kata-kata apakah kiranya yang dibacanya dalam tatapanku" Yan Zi sendiri, meski kemudian tampak mengeratkan pelukannya, tidak pernah membuka matanya. Hanya lengannya yang bergerak sebentar, seperti memberi isyarat minta dielus, dan memang Elang Merah, perempuan pendekar dari Tibet itu, lantas mengelus-elus lengan putih yang memeluknya, sambil terus menatapku. CAHAYA bulan yang menembus kabut, memperlihatkan lengan putih kedua perempuan itu samar-samar bagaikan pualam, bahkan juga pundak kedua perempuan yang terbuka itu tampak dengan jelas, karena selimut hanya menutup mulai dari dada ke bawah. Memang baru kali ini kulihat lengan dan pundak keduanya dengan jelas, yang tampak lebih lemah gemulai seperti lengan penari daripada lengan seorang pendekar yang dengan pedangnya takterhitung lagi telah menamatkan riwayat berapa ratus orang. Elang Merah masih sempat kulihat tersenyum, bukan kepadaku, tetapi atas keadaanku yang tidak punya pilihan lain selain membalikkan tubuh dan masih mencoba meneruskan tidur itu. Perempuan dari Tibet itu, pikirku, mengapa tidak menolak Yan Zi padahal tampak menyambut tatapanku" (Oo-dwkz-oO) KE manakah mencari jejak Harimau Perang" Sejak dari Perguruan Shaolin arah yang kami ikuti adalah arah tempat Yan Zi dan Elang Merah telah melihat sosok yang kusimpulkan sebagai Harimau Perang itu menghilang ke balik kelam. Menurut Penjaga Langit waktu itu, sepuluh murid Shaolin terpilih yang mengejarnya ke arah yang lain, tentu akhirnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ juga akan memburu jejaknya di dalam kelam. Waktu itu pun aku sebetulnya sudah heran, karena dengan dugaan betapa pencuri tubuh itu ilmu silatnya tinggi sekali, semestinyalah yang mengejar adalah Penjaga Langit sendiri. Kiranya, seperti yang tidak kupaham i dengan pertunjukan tubuh mengambang mereka, ternyata itu semua memang patut dicurigai, apalagi jika setelah sebelumnya memintaku berjaga-jaga, kemudian mengambil alihnya sebagai urusan Shaolin sendiri. Rupanya perhatiankulah yang dialihkan, agar tubuh Penyangga Langit bisa dibawa pergi, sementara para bhiksu itu jika bukan sudah menjadi komplotan, mungkin sudah ditipu, yang belum kuketahui bagaimana caranya. Meski belum jelas bagaimana bisa dihubungkan, jejak pertama bagai memunculkan dirinya sendiri, tetapi betapa mengerikan! Kuda Yan Zi yang berjalan paling depan mendadak berhenti. Di depannya, seorang bhiksu Shaolin tergantung pada pohon yangliu dengan tali perlengkapan busana silatnya sendiri. Rupanya satu dari sepuluh bhiksu yang telah diperintahkan Penjaga Langit untuk mengejar Harimau Perang itu. Dari bawah pun sudah terlihat dengan jelas, dadanya merekah merah oleh sayatan bersilang, yang tentunya berasal dari sabetan dua pedang menyilang dengan kecepatan setan. Sudah jelas Harimau Perang ilmu s ilatnya tinggi sekali. Bahkan bhiksu terpilih ini belum memegang senjata ruyungnya sama sekali. Memang tidak mudah mengejar seseorang dari ke balik kelam seseorang siap menyergap siapapun yang mengejarnya dan belum siap sama sekali. Para bhiksu Shaolin itu agaknya masih terlalu lugu menghadapi ilmu halimunan yang digemari golongan hitam dan kaum penyusup seperti ini. Ketika kami melanjutkan perjalanan tanpa harus menurunkan mayat bhiksu itu, ternyata memang satu persatu kami jumpai mayat bhiksu Shaolin tergantung pada pohon yangliu. Tergantung dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bergoyang-goyang karena angin yang menderu dari celahcelah gunung batu, memperdengarkan suara bersiut-siut yang terasa pedih mengiringi nasib para bhiksu itu. Dada mereka semuanya tersayat sabetan pedang menyilang, merekah merah dan menetes-neteskan darah. (Oo-dwkz-oO) Episode 191: [Peti Mati yang Digantungkan] "APA perlunya mereka digantung" Tidakkah cukup membunuhnya dan meninggalkannya pergi jika ia ingin menghindari orang-orang ini" Mengapa harus menggantungnya?" Yan Zi Si Walet bertanya-tanya. Dapat kubayangkan bagaimana menggantung masingmasing dari sepuluh bhiksu itu merupakan pekerjaan tambahan. Namun kukira Harimau Perang me lakukannya karena bermaksud mengirim suatu pesan. "Sepuluh bhiksu itu mungkin menyerangnya satu persatu, karena mencarinya ke dalam kelam secara tersebar, dan setiap kali berhasil membunuhnya ia menggantung mayatnya, mungkin untuk memperingatkan yang lain," ujar Elang Merah, "tetapi bukannya para bhiksu menjadi takut, melainkan justru maju karena yang dicari oleh masing-masingnya telah ditemukan." Semula aku berpikir bahwa Elang Merah akan mengatakan para bhiksu bukannya mundur, melainkan maju untuk membalaskan dendam, tetapi rupanya sudah diterima sebagai kenyataan betapa seorang bhiksu tidak akan melakukan tindakan karena dendam. Maka Elang Merah menyebutkan, bahwa mayat-mayat para bhiksu yang tergantung bagi yang belum tewas dan menemukannya dimaknai sebagai jejak ke arah sang buronan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ KUKIRA Harimau Perang pun tahu, para bhiksu tidak akan mundur menyaksikan mayat-mayat kawannya yang tergantung, melainkan terpancing maju ke suatu arah, bukan karena dendam membara, melainkan sekadar sebagai petunjuk. Di sinilah justru dapat dikenali kecerdikan Harimau Perang yang mengesankan! Ia tidak bermaksud mengancam atau menakut-nakuti. Dari mayat ke mayat yang tergantung dari pohon yangliu yang satu ke pohon yangliu yang lain ia bermaksud menunjukkan arah, justru agar diikuti, padahal ia tentu sudah tidak berada di arah itu! Artinya para bhiksu Shaolin yang mengejarnya susul menyusul itu, bukanlah sasaran utama pesannya yang menyesatkan sebagai mayatmayat yang tergantung, melainkan siapa pun yang telah berusaha membuntutinya, agar ia mengira berada di arah yang tertunjukkan oleh urutan sepuluh penggantungan tersebut. Ia telah pergi ke arah lain! Ke mana" ''Jika memang pergi ke Chang'an, kita bisa mendahuluinya,'' kata Yan Zi setelah kusampaikan pendapatku, ''tapi siapa sekarang yang bertanggung jawab atas tubuh Yang Mulia Kepala Bhiksu Penyangga Langit"'' Aku telah mengambil simpulan, tubuh Penyangga Langit dilenyapkan untuk menghilangkan jejak racun di tubuhnya, yang akan menunjukkan kemungkinan segala cara dan asalusul pembunuhannya. Disebutkan bahwa kematiannya Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo disebabkan oleh asap beracun dari hio yang dipegangnya ketika memimpin upacara, dan kejadian itu telah mengorbankan pula sejumlah bhiksu yang berdiri di dekatnya, setidaknya bhiksu-bhiksu baris terdepanlah yang bergelimpangan ketika melakukan pradhaksina. Namun Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit seorang yang tewas. Karena hio diambil dari gudang perbekalan alat-alat sembahyang, tentu hio berasap racun yang dipegangnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diselundupkan dari luar, dan itu berarti terdapat kerja sama orang dalam, yang berarti juga terdapatnya suatu komplotan. Setelah mendengar cerita Yan Zi, kedudukannya mungkin terbalik, bukannya terdapat komplotan yang bekerja secara rahasia, melainkan terdapat sejumlah bhiksu saja yang tidak menyetujui pembunuhan bersama itu. Setidaknya terdapat para bhiksu yang pendapatnya tidak diketahui atau tidak terlalu jelas atau cukup meragukan, dan karenanya harus dilenyapkan. Sepasang Cadas Kembar yang lugu mungkin berterus terang, dan itulah sebetulnya alasan mereka ditempatkan di luar, bukan karena berewoknya. Sedangkan sepuluh bhiksu yang ditugaskan memburu Harimau Perang adalah mereka yang kemungkinan diragukan ketegasannya untuk mendukung rencana Penjaga Langit. Sepuluh bhiksu itu memang tinggi ilmu silatnya, yang tentu saja mendukung nyali yang mereka miliki untuk menghadapi barisan bhiksu di belakang Penjaga Langit, tetapi mereka terjebak oleh kesetiaan terhadap Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit. Tentu mereka segera berangkat tanpa berpikir dua kali ketika diperintahkan memburu pencuri tubuh tersebut, tidak tahu betapa tujuannya justru untuk melenyapkan diri mereka sendiri. Kubayangkan dengan ilmunya yang tinggi mereka menembus ke balik tabir dan memasuki dunia yang kelam, tetapi mereka belum paham betapa bisa licik dan curangnya ilmu-ilmu hitam dan itulah penyebab tumbangnya mereka satu persatu tanpa sempat mencabut senjata untuk menyerang dan memberikan perlawanan. ''Tubuh itu tidak akan dibawa tentunya,'' kataku, ''ia masih harus naik kuda ke Chang'an dengan segala urusannya.'' ''Apakah itu berarti dibuangnya begitu saja ke dalam jurang"'' Elang Merah menatapku. ''Daku tidak bisa memastikan, benarkah kalian lihat ia membawa tubuh keluar perguruan"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Itu pasti!'' Yan Zi yang menjawab sambil menghentakkan kaki, ''Menyesal juga daku, kenapa tidak sempat kita mencegatnya sebelum menghilang!'' ''Kalian beruntung tidak terus mengejarnya,'' kataku, ''karena ilmu halimunan memang sangat membingungkan.'' ''Jadi di manakah tubuh Penyangga Langit itu sekarang"'' Yan Zi bertanya-tanya sendiri. Seperti dikatakan Angin Mendesau Berwajah Hijau kepadaku, ia belum pernah pergi keluar dari Kampung Jembatan Gantung lebih jauh daripada Perguruan Shaolin. Jadi jalan ini pun tentu belum diketahuinya. Sementara Elang Merah datang dari Tibet dan juga belum pernah ke Chang'an. Artinya ia juga belum pernah melalui jalan ini. Adapun tentang diriku, sejak awal perjalanan telah diperhitungkan akan dapat mengandalkan Harimau Perang untuk dibuntuti, sebagai tujuan perjalananku ini sendiri. KINI terdapat dua pilihan, jika tidak tahu ke mana harus mencari Harimau Perang yang telah mencuri tubuh itu, kami kemungkinan akan menjumpainya lagi di Chang'an, yang menurut jaringan mata-mata para bhiksu di Thang-long, menjadi tujuan perjalanan rahasia Harimau Perang. Namun lantas bagaimanakah nasib tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit, yang jika diperiksa secara langsung mungkin saja memberikan beberapa petunjuk yang bisa mengungkap siapa pembunuhnya" Saat itulah di ujung jalan di belakang kami muncul seorang lelaki tua dengan setumpuk ranting dan dahan kayu di punggungnya. Ia menuruni jalan setapak pada tebing di atas kami yang sangat curam dan sangat sempit bagaikan melangkah di jalan mendatar, padahal kecuramannya membuat ia nyaris menapak dengan tumit sahaja. Jika lelaki tua itu tidak berjalan dengan cara seperti itu di sana, kukira aku pun tidak akan pernah tahu apakah di sana ada jalan setapak, karena bagi mataku dinding itu sungguh hanya licin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saja, licin dan hitam agak keabu-abuan dan hanya makhluk yang lahir dan hidup di gunung saja akan bisa menganggapnya sebagai jalan setapak. Sama seperti kambing-kambing gunung yang bisa lari dalam kecuraman dengan badan sejajar tebing itu sendiri. Manusia yang lahir dan hidup di gunung, tentunya bisa juga hidup sebagai makhluk gunung bukan" "Permisi," katanya seperti tidak terjadi sesuatu yang luar biasa dengan caranya menuruni tebing, "bolehkah kiranya orang tua ini lewat?" Masih di atas kuda, di jalan sesempit itu kami memang memenuhi jalanan, dan kami semua segera melompat turun, membiarkannya lewat dengan kayu bakar di punggungnya. Busananya bertambal-tambal dan sudah usang, bahkan alas kakinya yang disebut sepatu pun bertambal-tambal meski tampak kuat sekali. Ia tidak mengenakan fu tou di kepalanya, rambut putihnya digelung dan diikat di atas serta kumis dan janggutnya sudah putih. Sebagai orang tua, ia tampak tegap dan lincah. Kami saling berpandangan dengan pengertian yang sama. Di dekat tempat ini terdapat sebuah permukiman. Lelaki tua itu tertegun melihat bhiksu tergantung dalam tiupan angin. "Hah" Siapa yang tergantung ini?" "Itu para bhiksu dari Perguruan Shaolin, apakah Bapak berasal dari sekitar ini?" "Hah! Satu lagi?" Ia tidak langsung menjawab, "Beberapa hari yang lalu seseorang juga menyerahkan tubuh seorang bhiksu kepada kami, meminta kami menguburkannya sesuai adat di kampung kami." Tentu kami saling berpandangan lagi. "Di mana?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kampung kami, Kampung Orang Bo yang tak seberapa jauh lagi," katanya. "Orang Bo?" Yan Zi menyela, "Orang Bo yang menggantungkan peti mati di dinding tebing?" "Ya, dia juga meminta agar tubuh bhiksu yang dibawanya diletakkan di dalam peti seperti Orang Bo dan digantungkan di tempat yang tertinggi." Yan Zi mengangguk-angguk. "Kami diutus Perguruan Shaolin untuk mencari tubuh itu Bapak, kami harus membawanya kembali," katanya, "bersediakah Bapak menunjukkan tempatnya?" "Tapi tubuh bhiksu itu tabu untuk diambil kembali," jawab orang tua itu, "kami sudah mengadakan upacara untuk menguburkannya, dan mengambilnya kembali bisa dianggap menghina adat dan menimbulkan pertumpahan darah.' Aku tidak mengerti arah perbincangan ini. Namun Yan Zi terus mendesak. "Kami setidak-tidaknya harus memeriksa tubuh bhiksu itu, bahkan kami sebenarnya akan minta tolong untuk menyempurnakan tubuh yang tergantung ini bersama dengan sembilan tubuh lain sepanjang jalan ini. Bisakah?" Orang tua itu memandang Yan Zi, lantas Elang Merah, lantas diriku. Ketika memandangku matanya naik turun dari atas ke bawah. "Darimanakah asal Anak?" Aku tentu sebaiknya memberi jawaban singkat, sesingkatsingkatnya. "Dari Huang-tse, Bapak." "Itu hanya suatu arah, Anak." "Mungkinkah K'oun-loun lebih jelas?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Itu wilayah yang luas, Anak." "Bagaimana kalau Ho-ling?" "Ah! Ho-ling!" SEBENARNYA dia juga akan tahu jika kusebut Ho-ling sebagai Ka-ling. Antara 766 dan 779 catatan Wangsa Tang menyebutkan setidak-tidaknya tiga kali utusan dari Ka-ling tiba di Negeri Atap Langit. Namun aku tidak mengetahui apakah itu berarti sebagai utusan Rakai Panangkaran yang berkuasa di Mataram dari 746 sampai 784, dan sekarang telah digantikan oleh Rakai Panunggalan. ''Kami orang-orang Bo memang terasing dan terpencil,'' kata orang tua itu, ''tapi bukan berarti kami tidak mengikuti perkembangan.'' Orang-orang Bo" Siapakah mereka" Dari perbincangan Y an Zi dengan orang tua itu setidaknya aku mengetahui terdapatnya adat mereka untuk menggantung peti mati di dinding-dinding tebing. Agaknya betapapun Harimau Perang masih menghormati Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit dan karena itu tidak sembarang membuang tubuhnya agar dimakan binatang buas. Jika Yan Zi bisa mendapat perkenan kepala adat mereka untuk membuka peti dan menengok tubuh Penyangga Langit, barangkali kami bisa mendapatkan sesuatu, yang juga akan memutuskan kami tetap mencari jejak Harimau Perang atau langsung menuju Chang'an. ''Ikutilah saja Bapak,'' kata orang tua itu, ''kampung kami hanyalah beberapa gunung lagi. Nanti Bapak minta mereka yang masih muda mengambil tubuh tergantung para bhiksu ini kemari.'' Kami saling berpandangan. Beberapa gunung lagi" Apakah tidak terlalu jauh bagi seorang tua seperti itu mencari kayu bakar sampai ke tempat ini" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ketika ia mulai melangkah, aku pun berkata. ''Naiklah kudaku saja Bapak, supaya lebih cepat.'' ''Biarlah Bapak berjalan kaki saja, Anak, mudah-mudahan tidak akan terlalu menghambat.'' Lelaki tua yang memang tampak masih sigap itu segera berjalan dan kuda-kuda kami tanpa disuruh pun mengikutinya. Meskipun gunung-gunung batu telah menjadi lebih hijau, lebih banyak dataran berumput, banyak pepohonan, dan hutanhutan kecil, jalan sempit yang naik dan turun di tepi jurang nan curam masih juga tiada habisnya. Namun ternyata orang tua itu melangkah tidaklah selambat tampaknya. Bagi kakek tua dari Kampung Orang Bo itu jalan mendaki, menurun, maupun mendatar sama saja, dengan kecepatan yang membuat kamilah yang justru menghambat perjalanannya. Berkali-kali ia tampak dengan penuh pengertian harus menanti di berbagai tikungan, seperti takut kami tersesat dalam perjalanan. Bahkan juga di jalan mendatar, ketika kuda bisa dipacu laju, ia hanya tampak melangkah pelahan saja, agak terbungkuk karena beban kayu bakar di punggungnya, tetapi betapa tiada pernah kuda-kuda kami bisa menyusulnya. Kami saling berpandangan sekilas dan tahu bahwa tentu orang tua ini bukanlah sembarang orang tua dari sebuah kampung terasing yang menghabiskan sisa hidupnya dengan mencari kayu bakar. Apakah orang tua itu tertawa dalam hati" Sudah jelas ilmu meringankan tubuh yang dikuasainya sangat tinggi, karena dengan langkahnya yang pelan tetapi lebih cepat dari laju terpacu kuda kami, sebenarnya ia telah melangkah bagaikan tidak menginjak tanah sama sekali. Dalam dunia persilatan, memang sangat dimungkinkan seorang pendekar dari peringkat para suhu, muncul dari berbagai sudut yang tiada terduga. Betapapun, bagiku sudah bagus ia bersedia menunjukkan kampungnya untuk memeriksa tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Apabila kemudian kecepatan harus diturunkan karena jalan menyempit di tepi jurang curam, Yan Zi bercerita dengan ringkas tentang Orang-orang Bo, seperti yang pernah didengarnya ketika menjadi murid Perguruan Shaolin. ''Orang-orang Bo sebetulnya berasal dari wilayah Sichuan, dan hanya sampai ke daerah lautan kelabu gunung batu di wilayah Yunnan ini nyaris sama seperti yang lain, yakni sebagai pelarian yang dikejar-kejar untuk dimusnahkan hanya karena perbedaan. Dahulu kala para leluhurnya mendukung Wangsa Zhou Barat menggulingkan Wangsa Shang hampir 1800 tahun yang lalu. MEREKA telah mengembara dan berpindah-pindah tempat di Negeri Atap Langit ini, sejak sekitar 1500 tahun lalu di wilayah Tiga Ngarai yang terkenal semasa pemerintahan Wangsa Zhou Masa Musim Semi dan Musim Gugur. "Orang-orang Bo terutama berbeda dari suku lain dalam adat penguburan. Mereka menempatkan orang mati dalam peti mati kayu. Pada zaman purba cara seperti itu tersebar di seluruh barat lau Negeri Atap Langit yang memang takbertanah dan hanya bergunung batu, tetapi kini hanya dilakukan Orang-orang Bo saja yang rupa-rupanya memang memiliki alasannya sendiri. Peti mati yang digantungkan tinggi-tinggi dianggap mendatangkan tuah. Semakin tinggi peti mati itu semakin menguntungkan bagi yang mati. Adapun siapa pun yang peti matinya segera jatuh ke bawah dianggap lebih beruntung lagi. "Orang-orang Bo, meskipun masih bisa ditemukan sekarang ini, sebetulnya makin lama sudah semakin sedikit, karena bagi Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mereka yang berminat hidup berdampingan dengan suku lain akan pindah dari kampungnya, bahkan melebur antara lain dengan cara berganti nama. Jumlah mereka telah semakin berkurang." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Yan Zi bicara tanpa merasa harus memelankan suaranya, sehingga kurasa Orang Bo tua yang membawa kayu bakar itu mendengarnya. "Itulah yang menjadi masalah dengan kekuasaan, Anak," katanya, "segala sesuatu yang tidak sesuai dengan seleranya mesti dihapuskan, seperti dunia ini menjadi miliknya sendiri saja." Bagiku tidak menjadi aneh jika sejarah kekuasaan itu juga selalu berarti sejarah perlawanan terhadap kekuasaan itu, siapapun yang berkuasa dan apapun bentuk kekuasaannya. Bahkan juga jika kekuasaan itu begitu adil dan begitu berhasil memakmurkan penduduknya, karena betapapun perbedaan akan tetap ada. Dalam bentuknya yang purba perlawanan menjadi pemberontakan dan penindasan menjadi pembantaian. Meski berlangsung di kalangan beradab, menjadi biadab dalam tindakan bukanlah tabu dalam permainan kekuasaan. Apakah lagi yang bisa lebih mengerikan, jika pembunuhan hanyalah bagian dari suatu permainan, meskipun itu permainan kekuasaan" Kuselusuri lagi mayat-mayat bergelimpangan dalam permainan kekuasaan itu. Para pengawal rahasia istana yang dibunuh Harimau Perang, orang-orang kebiri termasuk yang terpotong-potong, pasukan kerajaan yang menyamar jadi penyamun, dan para anggota Golongan Murni yang melayang jatuh ke dalam jurang untuk ditelan gemuruh air terjun bergulung mengerikan. Bahkan para penyamun yang merupakan orang-orang tersingkir yang harus bersembunyi tujuh turunan, sebagai pihak yang kalah dalam pemberontakan. Tidakkah mereka semua hanyalah dikorbankan" Benarkah begitu" Aku tahu betapa diriku bukanlah orang yang terlalu layak untuk mengerti masalah ini, betapapun dalam kebisuan perjalanan aku mencoba merenungkannya, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan teringat ujaran Nagarjuna dalam suratnya kepada Raja Gautamiputra : janganlah berbuat dosa demi kepentingan brahmana, bhiksu, dewa, tamu, orangtua, anak, ratu, atau anakbuah karena takseorang pun akan berbagi hasil dari neraka ADA di manakah kami" Tempat-tempat tersembunyi seperti Kampung Jembatan Gantung maupun yang tidak terlalu disembunyikan, tetapi cukup terasing seperti Kampung Orangorang Bo boleh diandaikan tidak terdapat dalam peta mana pun. Bahkan seluruh lautan kelabu gunung batu yang penuh dengan sarang penyamun, permukiman tersembunyi, serta jalan-jalan rahasia, niscaya terhampar dalam gambar tanpa rincian apa pun jua. Namun kucoba mengurutkan kembali jalan resmi pemerintah yang hanya satu jalur dari Thang-long sampai Celah Dinding Berlian, untuk bercabang menjadi dua belas dan kutempuh salah satu lorong yang dimasuki Harimau Perang, yang kembali muncul di jurusan menuju Perguruan Shaolin setelah melewati wilayah Seribu Air Terjun. Dengan catatan Kampung Jembatan Gantung dirahasiakan, maka percabangan memang terdapat setelah Perguruan Shaolin dan ternyata Harimau Perang menuju Kampung Orang-orang Bo untuk menyerahkan tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit agar dimasukkan dalam peti mati dan digantungkan setinggi-tingginya di dinding tebing. Ini berarti kami berada di dekat Yuxi, tempat terdapat dua danau, yang tidak jauh lagi dari Kunming. Dari Kunming, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meski sudah jelas, tetapi masih panjang jalan ke Chang'an. Masalahnya, selain Harimau Perang bisa menghilang dalam penyamaran, itu pun melalui jalan mana pun, tentu saja kami masih harus menentukan ke mana kami akan me langkah, hanya setelah memeriksa tubuh, tepatnya penyebab kematian Penyangga Langit. Lelaki tua dengan kayu bakar di punggungnya itu ternyata berjalan sangat cepat, sehingga bahkan di tempat yang datar pun kuda-kuda kami takpernah bisa menyusulnya. Kami bertiga hanya bisa saling melirik tanpa kata-kata. Lelaki tua yang seolah-olah berjalan sangat lambat tetapi dalam kenyataanya cepat sekali itu seperti sedang mempermainkan kami, tetapi kami harus bertahan mengikutinya sampai Kampung Orang-orang Bo. Pemandangan sedikit berubah, tidak lagi begitu tandus dan kelabu, melainkan sudah semakin banyak pepohonan, bahkan hutan cemara, yang kami rayapi naik turun tanpa terlalu banyak lagi jurang. Dengan langkahnya yang cepat, aku takterlalu sempat menikmati pemandangan. Namun aku merasa puisi Li Bai tentang Puncak Xianglu di Gunung Lu di Jiangx i Utara, yang pernah kubaca di Kuil Pengabdian Sejati, meski tentang tempat lain, seperti menggambarkannya juga: matahari bersinar di Puncak Xianglu lantas mengendap kabut ungu dari jauh kami saksikan air terjun seperti sungai yang tergantung di tengah angkasa melayang tigaribu kaki sehingga daku ternganga tidakkah ini sungai semesta yang turun dari surga" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Memang tampak air terjun semacam itu, di kejauhan dan mungkin bukan arah yang akan kami lewati, karena mendekati Kampung Orang-orang Bo, jalanan kembali menjadi amat sangat sempit, bahkan segala pemandangan menghilang karena setelah mendaki suatu bukit, begitu menurun kami segera ditelan celah dengan dinding batu menjulang di kiri dan kanan yang hanya cukup untuk satu penunggang kuda, itu pun berakhir di sebuah terowongan yang gelap. Justru karena terowongan ini tidak terlalu panjang, siapa pun belum akan sempat menyesuaikan matanya ketika keluar lagi. Sebagai jalan masuk satu-satunya ke Kampung Orang-orang Bo, pihak manapun yang berusaha masuk dan menyerbu, akan terlalu mudah dibantai di terowongan tersebut. "Selamat datang di Kampung Orang-orang Bo!" Lelaki tua itu berbalik menghadap kami yang terpaksa turun dari kuda ketika merayap ke atas untuk keluar dari terowongan. Di belakangnya, di balik batu-batu besar sudah siap sekitar dua puluh orang muda, lelaki maupun perempuan, yang membidikkan panah dengan busur silangnya masingmasing. Aku telah mengenal kedahsyatan busur-busur silang itu ketika terlibat berbagai pertempuran di Daerah Perlindungan An Nam. JIKA panah yang dilepaskan busur biasa memang mampu menancap dalam-dalam di tempat yang tepat, maka panah yang dilepaskan busur silang takhanya akan menancap dalamdalam melainkan juga mematahkan tulang. Penunggang kuda yang berlari menjauh bisa patah tulang punggungnya apabila panah yang menancapnya diluncurkan oleh busur silang dari belakang. "Kakek! Darimana saja, Kakek" Seseorang telah mencuri tubuh bhiksu yang diserahkan kepada kita waktu itu!" Tentu saja ucapan itu seperti membuat kepala kami meledak. Apakah Harimau Perang yang kami sangka sudah pergi jauh ternyata kembali, dan mencuri lagi tubuh Yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit" Mungkinkah ternyata ia belum pergi ke mana pun dan membayangi kami sehingga didengarnya rencana kami untuk memeriksa tubuh bhiksu kepala itu" Kami semua telah berada di luar terowongan, dan segera kulihat ratusan peti mati yang bergelantungan pada dinding tebing. Belum kulihat sesuatu yang tampak seperti pemukiman, yang menandakan tempat ratusan peti mati yang tergantung adalah bagian terluar dari Kampung Orang-orang Bo tersebut. "Seseorang?" Orang tua yang dipanggil Kakek itu bertanya dengan kening berkerut. "Sebetulnya enam orang, Kek, tetapi yang lima orang berhasil kami bunuh." "Bunuh?" "Sebetulnya kami juga tidak ingin membunuhnya Kek, tetapi mereka ini sangat berbahaya, karena seperti bermaksud pula membunuh perempuan dan kanak-kanak. Mereka melesat dan melayang dari rumah ke rumah dengan cepat sekali. Kami harus membunuhnya sebelum mereka membacok bayi-bayi." Kakek tua itu manggut-manggut sambil mengelus janggut putihnya. Ia segera memberi perintah agar kuda-kuda kami diurus, dan juga menugaskan sepuluh orang untuk mengambil tubuh-tubuh para bhiksu Shaolin yang masih tergantung di pohon-pohon itu. (Oo-dwkz-oO) Episode 192: [Pengejaran dan Pertarungan] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Langit mulai temaram. Dinding-dinding curam menjadi bayangan hitam yang muram. Ratusan peti mati bergelantungan di dinding curam, mulai dari yang paling rendah, yang tingginya pun sudah sepuluh kali ukuran tubuhku, sampai yang tertinggi, yakni sepuluh kali ukuran tubuhku tadi diperpanjang sampai sebelas kali. Peti mati yang semula berisi tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit terletak di tempat teratas, dan berarti talinya paling pendek, karena peti mati ini memang diturunkan dari atas. Kami melenting-lenting di antara ratusan peti mati itu menuju ke atas, nyaris hanya dengan sentuhan tangan sekadarnya pada peti maupun tali, karena jika menjadikan peti mati itu sebagai injakan, tentu bisa dianggap sebagai penghinaan. Siapa pun cenderung lebih dihormati sete lah mati, kecuali jika selama hidupnya ia menyusahkan banyak orang. Kakek itu sudah tidak lagi membawa kayu bakar di punggungnya, dengan ilmu meringankan tubuhnya naik ke atas dengan langkah kaki seperti berjalan ke depan, padahal tubuhnya tidak maju ke depan melainkan naik ke atas. Itulah ilmu yang disebut Berjalan di Atas Rumput Sambil Mendaki Langit, yang sudah kutengarai sejak ia berjalan seperti melangkah pelan, tetapi bahkan kuda yang dipacu laju pun tiada pernah bisa menyusulnya. Yan Zi dan Elang Merah juga memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat berbeda wataknya. Sesuai namanya, gerakan Yan Zi seperti walet yang berkelebat lincah nyaris takterlihat, cukup mengandalkan sentuhan-sentuhan sekejap pada dinding, seperti juga burung-burung walet yang membangun sarang di tebing-tebing curam. Hampir seluruh Ilmu Silat Aliran Wa let pada dasarnya lebih mengandalkan ilmu meringankan tubuh daripada tenaga dalam, meski untuk meringankan tubuh itu sendiri pun sudah dibutuhkan tenaga dalam dari tingkatan yang sangat tinggi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sementara Elang Merah, sebaliknya dari Yan Zi, seperti pernah kusaksikan ketika untuk pertama kalinya mengarungi lautan kelabu gunung batu, melayang ke atas dengan anggun, nyaris tanpa gerak sama sekali. Tenaga dalamnya dihela oleh tujuan dalam pemusatan perhatiannya, seperti meluncur tapi bukan meluncur, seperti terbang tetapi bukan terbang, hanya tangannya seperti mengepak pelan, tetapi bukan mengepak, hanya sedikit bergerak, dan setiap kali tangannya bergerak tubuhnya membubung seperti terbangnya elang AKU sendiri, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan, meluncur ke atas dengan meliuk-liuk seperti berada di dalam air menuju ke permukaan, mencoba ilmu meringankan tubuh Naga Me liuk Menembus Awan, tempat liukan badan menjadi dorongan tenaga dalam untuk meluncur ke atas. Kami tiba di atas tebing dalam waktu bersamaan. Kejadiannya ternyata belum lama. Di sana masih tertelungkup lima mayat dengan panah-panah yang menembus tubuh dari belakang. Orang-orang yang berjaga di sana menyalakan obor agar kami bisa mengamati. Mereka mengatakan tidak mengira betapa tubuh bhiksu kepala itulah yang menjadi tujuannya, karena semula mereka memang seperti musuh yang menyerbu saja, yang meski belum jelas dari mana tetapi justru terhadap serbuan semacam itulah Orang-orang Bo selalu mempersiapkan Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dirinya. Maka ketika mereka melenting dari rumah ke rumah siap membantai siapapun yang tampak di luar rumah, suatu cara menangkal serangan yang paling mendadak pun sudah lama dilatih oleh Orang-orang Bo. Para penyerbu itu segera tersudut bagaikan ikan dalam bubu. Saat mereka terkepung, mereka sambar bayi dan perempuan untuk dijadikan sandera. Berbagai macam senjata mereka terhunus siap menggorok leher sandera-sandera tak berdosa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Pencuri mayat! Tolong! Pencuri mayat!" Terdengar teriakan seseorang dari tepi tebing di atas peti mati yang bergelantungan tersebut. Perhatian semua orang terpecah. Betapapun dengan cara penguburan yang susah payah seperti itu, bagi Orang-orang Bo agaknya orang mati sangat dihormati. Namun ternyata para penyerbu itulah yang melesat lebih dulu dengan sandera-sandera mereka, agaknya dengan maksud melindungi kawan mereka yang mencuri mayat tersebut. Mereka ini segera tewas oleh sambaran anak panah yang dilepaskan busur silang, tetapi pencuri mayat itu sudah berkelebat menghilang, setelah membungkam perempuan yang berteriak-teriak karena kebetulan me lihatnya itu dengan pisau terbang. Perempuan itu belum mati. Ketika Kakek tiba tangannya meraih-raih ke udara. Kakek mendekatkan telinganya. Perempuan berbisik sebentar lantas tewas. Kakek itu membalikkan tubuh dan menyingkap wajah mereka yang tertutup. Ia juga menyibak busana hitam para penyusup, dan terlihatlah rajah dua pedang bersilang. "Golongan Murni," kami mendesis hampir bersamaan. Kakek itu menggeleng-gelengkan kepala. "Akhirnya mereka temukan juga tempat ini," katanya, "apakah itu berarti kami harus berpindah lagi" Sudah ratusan tahun kami Orang-orang Bo selalu diburu seperti makhluk yang harus dimusnahkan. Kami tidak mengerti apakah yang bisa dianggap sebagai kesalahan kami. Orang-orang Bo selalu membantu pemerintah dari wangsa yang berkuasa, tetapi selalu saja ada orang-orang yang merasa dunia ini terlalu sempit dengan keberadaan kami, meskipun kam i memencilkan diri kami sejauh ini..." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tercekat. Di Negeri Atap Langit yang peradabannya tinggi dan cahayanya gemilang memancar ke seantero bumi, masih terdapat pemikiran sepicik Golongan Murni. Kakek itu meminta kami bertiga mendekat. "Tahukah Anak bertiga apa yang dikatakan perempuan malang itu, satu-satunya pencurian tubuh bhiksu tersebut"' Hanya lelaki tua itu yang mendengar bisikannya, jadi kami diam saja. "Pencurinya berkepala gundul, seorang bhiksu," katanya, "karena anak bertiga datang dari Perguruan Shaolin, mungkin mengerti siapa yang melakukannya. Kejarlah sekarang juga, cepat! Dia tentunya belum jauh dari s ini dan Anak bertiga bisa mengejarnya!" Kami bertiga segera menjura. "Baiklah jika ini merupakan tugas Bapak yang bijak, kami segera mengejarnya," kataku. Kami langsung melesat ke dalam kelam. Kali ini aku menggunakan Jurus Naga Berlari di Atas Langit yang hanya dengan beberapa sentuhan pada dinding tebing-tebing raksasa membuat dua tiga gunung segera terlampaui. Hari sudah gelap dan udara begitu dingin, aku melaju melawan angin dengan kecepatan sangat amat tinggi sehingga setiap kali terdengar ledakan demi ledakan sebelum akhirnya kutingkatkan kecepatanku yang sudah melebihi kecepatan suara itu menjadi lebih cepat dari cahaya. MENGARUNGI kegelapan yang terus berkelebat ke belakang, aku merasa lelaki tua tokoh Orang-orang Bo yang seperti ingin selalu berpura-pura bodoh itu sudah mengetahui siapakah kiranya pencuri mayat tersebut. Bukan tanpa alasan tentunya ia meminta kami bertiga mengejar pencuri tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit itu. Ia telah bisa membaca tingkat ilmu silat kami dari cara kami mengikutinya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ke atas tebing. Ia lebih tua, lebih berpengalaman, dan tinggi pula ilmunya, aku percaya saja atas keputusannya. Aku berlari pelan dan tenang menembus kelam, tetapi dengan kecepatan cahaya yang bahkan menghilangkanku dari segala pandangan. Melangkah di udara di atas hutan, dalam sekejap sepuluh gunung terlampaui. Aku melangkah pelahan tetapi dengan kecepatan luar biasa yang sudah begitu sulit diungkapkan. Melaju dengan kecepatan lebih cepat dari cepat membuat kekelaman lebih kelam dari kelam sehingga gunung hilang rimba hilang bintang hilang rembulan hilang langit hanya kegelapan meski bukan kegelapan yang hitam melainkan kegelapan yang meruang sesuai kecepatan tempat segala sesuatu dalam ruang terlihat jelas tanpa cahaya dan tetaplah akan selalu jelas sejelas-jelasnya kejelasan. Maka segera terlihatlah kepala gundul itu dari belakang membawa tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit, tetapi yang tepat pada saat kulihat langsung berbalik arah dan melesat ke arahku setelah melepaskan tubuh itu! Sepintas kulihat tubuh itu melayang mengambang bagaikan berada di ruang hampa. Ataukah udara telah menjadi hampa" Dalam ruang pikiran, udara dan benda-benda mengada dengan cara berbeda. Namun aku taksempat berpikir lagi, hanya memiringkan tubuh dan cahaya melesat hanya berjarak satu jari dari kulitku yang berarti terbakarlah kain bajuku yang sudah kumuh itu. Aku berputar-putar sejenak menjauhkan diri dengan Jurus Naga Meringkuk di Dalam Telur, tetapi yang segera berhenti untuk menerima serangan cahaya-cahaya berkilatan, dan hanya dengan melepaskan kepadatan tubuhku menjadi hanya bayangan yang sangat dimungkinkan oleh permainan kecepatan, maka cahaya-cahaya itu menembusinya tanpa menimbulkan akibat apapun. Namun ketika datang lagi suatu serangan cahaya, kukibaskan capingku yang telah menjadi lebih keras dari besi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ untuk mengembalikannya, yang rupanya ditangkisnya pula yang mengakibatkan terjadinya ledakan nan amat membahana mementalkan kami dengan jauhnya. Ia takmenunggu daya dorong ledakan itu selesai untuk segera melesat menyerang kembali. Ia berkelebat menyambar tanpa sempat kulihat sosok maupun wajahnya dengan tegas, karena kecepatan cahaya membuatnya menjadi cahaya, dan hanya kecepatan melebihi cahaya memungkinkan diriku sekadar melihatnya. Aku melesat menyambut serangannya. Dengan kecepatan takterkatakan kami bertukar pukulan beberapa kali. Dalam langit yang kelam cahaya berpijar-pijar dan meledak-ledak dalam kelebat pertarungan yang lebih cepat dari kilat. Setiap kali serangan kami saling berbenturan, kami terpental dan terpisah sampai ke ujung timur dan ujung barat tetapi tidak pernah menunggu titik henti untuk segera melesat dan saling menyerang kembali. Kecepatan dilawan dengan kecepatan, cahaya dilawan dengan cahaya, kejar mengejar berlangsung mengitari segenap semesta kegelapan, melesat-lesat, berkeredap, dan setiap kali peluang terbuka ia melepaskan senjata rahasia bola yang meledak dan mengembuskan bubuk beracun menerbangkan nyawa seketika. Namun aku melesat begitu cepat seperti pikiran sehingga bubuk beracun itu beterbangan di udara tanpa menelan korban. Di antara berbagai ledakan ia terus menerus menyerang dan melemparkan senjata rahasianya itu yang suatu kali kusapu dengan capingku diiringi pengerahan chii tingkat tinggi sehingga berbalik menyambarnya seketika itu juga. Duabelas bola peledak menancap di tubuhnya dan meledak sembari membakar tubuhnya dengan racun dan api, membuat tubuhnya itu berhamburan tidak kelihatan ujudnya lagi. Saat itulah Yan Zi dan Elang Merah tiba dan hanya melihat serpihan-serpihan daging tersebar dalam kegelapan dengan sisa api yang masih menyala. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Lihat!" Elang Merah menunjuk langit malam. Tabir kegelapan telah tersibak dan cahaya rembulan memperlihatkan lekuk pohon siong di puncak bukit batu. Melewati pohon siong itulah tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit yang tadi mengambang ternyata telah melayang semakin tinggi. ELANG Merah melesat ke atas bagaikan elang membubung, tetapi seperti tahu sedang diburu tubuh itu membubung lebih tinggi lagi dan tidak pernah berhenti. Ketika Elang Merah hinggap di puncak bukit batu, tubuh yang seperti tidur dengan tenang itu, dengan tangan saling menangkup di atas perut, masih terus membubung semakin tinggi, seperti mendekati rembulan, dan kemudian hilang di langit malam. Saat Elang Merah mengejar tubuh yang mengambang dan membubung itu, aku pun sudah tahu betapa memang tidak perlu dilakukan pengejaran, karena bhiksu itu telah menentukan sendiri ke mana ia mau pergi. Dalam Dhammapada dikatakan: ia yang sungguh kusebut brahmana yang dalam dunia telah melepaskan segala hasrat mengembara ke mana-mana tanpa rumah yang dalam dirinya segenap keinginan punah YANG Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit telah membuktikan kesuciannya. Ia moksa, pergi bersama tubuhnya. Tinggal kami di dunia ini, me lanjutkan perjalanan setelah menginap semalam di Kampung Orang-orang Bo. Yan Zi telah menandai bahwa bhiksu yang tubuhnya meledak oleh senjata rahasianya sendiri itu adalah Penjaga Langit, bukan hanya dari sisa kain jubah kuning yang lengket TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pada serpihan daging itu, melainkan dari sisa serbuk racun berdasarkan pelajaran yang didapatkannya dari Angin Mendesau Berwajah Hijau. "Racun ini berasal dari jamur yang telah membunuh Siddharta Gautama, sang Buddha, sehingga disebut Racun Pembunuh Buddha, tetapi juga disebut Racun Jamur Cunda, karena kejadiannya berlangsung di rumah Cunda Si Pandai Besi," kata Yan Zi. Aku pernah mendengar cerita itu dari masa kecil. Buddha yang telah mengabdi selama 45 tahun, dalam usia 80 tahun makan di rumah Cunda, pandai besi tersebut. Tanpa sengaja jamur beracun masuk ke dalam makanannya. Diriwayatkan betapa di ranjang kematiannya pun ia masih memikirkan Cunda yang merasa bersalah. "Sampaikanlah kepada Cunda," ujar Buddha sekitar 1246 tahun lalu itu, "hanya dua kali sepanjang hidupku makanan menjadi bertuah; yang pertama, makanan yang telah mencerahkan di bawah pohon Bo; yang kedua, makanan yang telah membukakan kepadaku pintu gerbang terakhir Nirvana." Namun dalam dunia persilatan, racun dari jamur itu dikembangkan sebagai senjata pembunuh yang mematikan, terutama di kalangan Partai Pengemis. Tidak jelas apakah ini ada hubungannya dengan kenyataan, bahwa para anggota Partai Pengemis biasanya menolak untuk beragama, tetapi untuk menghormati Buddha, racun dari jamur yang tanpa sengaja masuk ke dalam makanan yang disuguhkan Cunda itu merupakan tabu untuk digunakan sebagai racun senjata. "Maka para bhiksu Shaolin, yang hanya menggunakan racun sebagai pengobatan, tidak mungkin menggunakannya, kecuali mereka yang mengenalnya karena pergaulan erat dengan Partai Pengemis," ujar Yan Zi, lagi. Aku pun tidak bisa berpikir lain bahwa bhiksu itu memang Penjaga Langit. Satu-satunya bhiksu di Perguruan Shaolin TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ selain bhiksu kepala yang bisa masuk ke semua ruangan, termasuk ke dalam ruangan-ruangan yang paling terlarang dan dirahasiakan. Selain itu, memang Penjaga Langit itulah yang bertanggungjawab untuk mengawasi setiap persiapan upacara dan perlengkapannya. "Kita belum tahu, bagaimana Penjaga Langit bisa bekerja sama dengan Harimau Perang," kataku, "tetapi jika Harimau Perang dengan menggantung sepuluh bhiksu secara berurutan bermaksud menjauhkan kita darinya, Penjaga Langit mungkin tidak bermaksud seperti itu..." "Rencana semula mungkin saja seperti itu," sahut Elang Merah, "bahwa yang disebut Harimau Perang itu akan membunuh sepuluh bhiksu yang mengejarnya, lantas menyerahkan tubuh Penyangga Langit ke Kampung Orangorang Bo yang sangat menghormati orang mati itu, dan tidak kembali lagi." "Tapi kemunculan kita merusak rencana," sambung Yan Zi Si Walet, "Harimau Perang merasa harus menghindari pengejaran dikau, maka justru digunakannya tubuh sepuluh bhiksu itu untuk mengarahkan kita ke Kampung Orang-orang Bo, dengan pertimbangan adat menggantung peti mati itu sudah dikenal, sehingga kita akan terbawa juga ke sana. Penjaga Langit jelas minta Harimau Perang membunuh sepuluh bhiksu yang tidak akan mendukungnya itu, tetapi juga tanpa perkiraan bahwa pengejaran kita akan membuat Harimau Perang akan memperlakukan tubuh-tubuhnya seperti itu." "Namun ia khawatir kita akan tetap mencari tubuh itu sebelum mengejar Harimau Perang, sehingga diarahkannya Golongan Murni ke Kampung Orang-orang Bo untuk membuat Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi 2 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kekacauan, sementara ia mengambil lagi tubuh itu," kataku, "dan karena tidak segera tahu peti mana yang baru, perempuan itu sempat memergokinya." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kami telah berada di atas kuda kami dan langsung me laju ke arah Yuxi. Jalan sempit dan jalan setapak masih bercabang-cabang dengan begitu luar biasa, sehingga mestinya mustahil mengikuti Harimau Perang tanpa langsung membuntutinya. Namun untunglah jalan tidak lagi selalu berbatu, dan semakin lama semakin kurang berbatu, dan tak banyak orang berkuda melewati daerah ini, yang membuat jejak kuda Harimau Perang terlihat dengan jelas. Elang Merah sebagai petugas rahasia Kerajaan Tibet mampu membaca jejak seperti membaca kitab. "Dia sebetulnya bisa melangkah agak lebih hati-hati di atas batu-batu," katanya, "tetapi, rupanya seperti sudah kehabisan waktu." Aku teringat kuda Uighur yang ditungganginya, yang sebetulnya dicuri dariku. Kuda secerdas itu mestinya tanpa disuruh akan memilih untuk menapak di jalan berbatu agar tak meninggalkan jejak, setidak-tidaknya menguranginya jika terpaksa kelihatan juga. Namun di sini kuda itu justru seperti sengaja meninggalkan jejak! Mungkinkah kuda itu sempat mengetahui keberadaanku, atau mencium bau kehadiranku, ketika dalam seluruh perjalanan di wilayah lautan kelabu gunung batu ini ternyata memang takselalu kami berada di belakang dalam kedudukan membuntuti, melainkan justru Harimau Perang itu tampaknya pernah mengamati kami. Dalam peristiwa di Perguruan Shaolin misalnya, ketika mencuri tubuh Yang Mulia Bhiksu Kepala Penyangga Langit, tentu ia melihat kami ketika harus menghadapi serbuan Partai Pengemis, sementara para bhiksu hanya sibuk mengambang itu. Mungkin saja ia menambatkan kudanya di suatu tempat agar lebih leluasa berkelebat. Tentu pernah kujelaskan betapa para pendekar itu meski mampu berkelebat menghilang dan terbang, tidak akan mungkin melakukannya setiap saat, karena meskipun tubuh bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ diringankannya seperti kapas, daya yang dibutuhkan untuk haruslah menggunakan tenaga dalam. Jejak-jejak itu memang membawa kami ke arah Yuxi. Sebagai petugas rahasia yang telah menguasai keadaan, dan memang pernah melalui sehingga mengenal wilayah ini, Elang Merah bahkan kadang-kadang bisa mengambil jalan tembus di dalam hutan dan ketika bersambung kembali masih menemukan kembali jejak-jejak kuda Uighur yang ditunggangi Harimau Perang itu. (Oo-dwkz-oO) PEREMPUAN dari Tibet ini baru berumur 30 tahun. Belajar ilmu silat dari seorang mahaguru yang menurunkan Ilmu Pedang Cakar Elang, tetapi bersama mahaguru itu Elang Merah mendapat perlakuan yang buruk. Sebagai perempuan remaja ia diserahkan orangtuanya pada usia 15, sebetulnya sekadar untuk belajar ilmu beladiri seperti yang dibutuhkan perempuan untuk menghadapi usaha pemerkosaan. Dengan tujuan ini ia pun tentu tidak diserahkan langsung kepada sang mahaguru, yang memang tidak sembarang manusia dapat menemuinya, melainkan kepada seorang guru atau pelatih, seperti biasanya yang berlaku jika murid datang dari kalangan awam dengan kebutuhan yang juga awam. Adapun pelatih bagi murid-murid perempuan remaja ini juga masih muda, sekitar 20 tahun, yang ternyata kemudian saling jatuh cinta dengan murid perempuan remaja berusia 15 tahun itu. Namun kecantikan dan sinar mata yang memancar bagai bintang kejora ini ternyata tanpa sengaja menjerat birahi sang mahaguru, yang dalam usia 50 tahun bagaikan sedang berada di puncak kemasyhuran sebagai pemegang Ilmu Pedang Cakar Elang yang tidak terkalahkan. Dalam kedudukan seperti itu, Mahaguru Cakar Elang Perkasa, demikianlah gelarnya, merasa sangat berkuasa dan merasa berhak mengambil dan memiliki segala sesuatu di bawah kekuasaannya, termasuk perempuan remaja bermata TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bintang kejora itu, untuk dipetiknya sebagai bunga terindah yang telah melumpuhkan segala penalarannya. TENTU ia bukan tak tahu betapa Elang Muda, muridnya yang berbakat menjadi pendekar besar, telah saling memadu kasih dengan perempuan remaja tersebut. Maka dengan liciknya, ketika suatu tantangan bertarung dari seorang pendekar tiba, ditugaskannya Elang Muda untuk menghadapi lawan tangguh itu, yang diketahuinya pasti akan berhasil menewaskan sang murid. Pada saat Elang Muda tewas mengenaskan dalam pembantaian lawan yang hanya bisa dikalahkan oleh gurunya itu, perempuan remaja kekasihnya diundang Mahaguru Cakar Elang Perkasa tersebut untuk menghadap; dan dengan segenap pengawal yang berjaga di luar, perempuan remaja yang masih 15 tahun usianya itu diperkosa. Masih belum cukup, perempuan remaja ini harus melayani birahi sang guru yang selalu berhasil menguasainya itu sampai lima tahun berikutnya. Semula perempuan remaja itu dengan hati hancur hanya bermaksud pulang ke rumah orangtuanya setelah mengalami pemerkosaan tersebut. Namun serentak didengarnya bagaimana Elang Muda telah bertarung pada hari yang sama dan ditewaskan, tahulah ia tentang akal bulus mahaguru yang licik itu. Seketika itu juga hilanglah cahaya kemurnian perawan dari matanya yang bersinar bagaikan bintang kejora itu, berubah menjadi ketajaman mata seorang pembalas dendam. Apalagi ternyata Elang Muda dibunuh dengan cara yang sangat amat kejam, yakni dengan tubuh yang penuh pisau terbang, sampai 50 jumlahnya, bahkan kepalanya dipenggal dan dikirim dalam keranjang kepada mahaguru itu, untuk menunjukkan betapa Mahaguru Cakar Elang Perkasa dengan hanya mengirimkan murid mudanya itu untuk melayani tantangan, telah bertindak gegabah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perempuan remaja itu berhasil menyembunyikan kilatan dendam dari matanya, tetapi tidak sanggup mengembalikan cahaya kemurniannya sebagai remaja; sebaliknya, untuk menjebak mahaguru itu dilayaninya segala kehendak birahi dengan tatapan tajam mengundang. Mahaguru itu terjebak. Dalam waktu singkat perempuan remaja itu telah menjadi perempuan yang tahu benar bagaimana harus menggunakan tubuhnya untuk menguasai lelaki; dan dalam hal lelaki itu adalah Mahaguru Cakar Elang Perkasa, diserapnya Ilmu Pedang Cakar Elang yang diajarkan dengan lengkap kepadanya, termasuk jurus-jurus rahasia yang sebetulnya tabu diajarkan seorang guru silat untuk murid yang mana pun juga. Setelah lima tahun, pada usianya yang ke-20, ditantangnya mahaguru itu di hadapan seluruh murid perguruan untuk bertarung. Diungkapnya segenap rahasia memalukan, bahwa mahaguru itu telah memperkosanya, setelah dengan sengaja mengirim kekasihnya untuk mati. Diungkapnya juga siapa saja pengawal pribadi mahaguru itu yang berjaga di luar ketika pemerkosaan berlangsung, dan dikatakannya bahwa setelah usai dirinya membunuh mahaguru itu, ia juga akan bertarung melawan enam orang pengawal pribadi itu sekaligus, dan karena itu segenap murid perguruan harus mengepung mereka supaya tidak kabur. "Apa yang dikau lakukan dengan mahaguru cabul itu?" Yan Zi bertanya dengan geram, seolah peristiwa itu baru berlangsung kemarin saja. Namun Elang Merah memberi tanda agar kami yang sedang beristirahat di tepi sungai yang jernih dan kelihatan dasarnya diam dahulu, dan mendengarkan sesuatu di balik angin yang berdesir. (Oo-dwkz-oO) Episode 193: [Mahaguru Kupu-Kupu] TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ PENDENGARAN Elang Merah sungguh tajam. Kami berada di tepi sungai tiada jauh dari hutan cemara ketika matahari bersinar cerah. Angin berembus dari dalam hutan cemara itu dan bersama angin itulah agaknya Elang Merah telah menangkap gerakan seseorang yang melangkah dan melesat di dalam angin. Ini membuatku teringat kata-kata Zhuangzi: di antara mereka yang mencapai kebahagiaan orang seperti ini langka meskipun ia bisa berjalan tanpa kaki ia tetap harus tergantung kepada sesuatu sesuatu ini adalah angin dan karena tergantung kepada angin kebahagiaannya serba tergantung ADAPUN ingatan kepada Zhuangzi dengan filsafat kupukupunya membuatku teringat Pendekar Kupu-Kupu, dengan Jurus Impian Kupu-Kupu yang nyaris membunuhku jika tidak Jeratan Ilmu Iblis 2 Wiro Sableng 097 Liang Lahat Gajahmungkur Kekaisaran Rajawali Emas 5