Ceritasilat Novel Online

Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 2

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Bagian 2 pertarungan antara hidup dan mati. Danau Bita tampak biru muda dengan kabut tipis di atasnya yang kebiru-biruan pula, sementara Gunung Merah dan Gunung Salju Haga yang menjepitnya memberi latar biru tua di kejauhan sana. Permukaan danau memantulkan langit pagi yang lembut. Tapak sepatu para pendekar yang bertarung tidak menggoyangkan permukaan danau sama sekali, karena dengan ilmu meringankan tubuh, berat tubuh mereka tidak akan melebihi berat seekor anggang-anggang, serangga air yang bisa berjalan di atas permukaan air tanpa menggerakkannya sama sekali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan kematian Golok Karat, tiada terdapat ilmu silat yang perlu kusamarkan lagi. Aku berlari di atas danau dengan Jurus Naga Berlari di Atas Langit, yang kecepatannya kuatur sedemikian rupa sehingga sepuluh lawan terpancing mengejarku semua. Caranya adalah setiap orang kuserang sampai terdesak, dan kubiarkan menyerang asal tetap mengejarku. Permukaan danau bergeming, bahkan pencari ikan yang melemparkan jala dengan tenang itu tiada menyadari di dekatnya terdapat pertarungan antara hidup dan mati. Aku bertarung seperti menari, terbang jungkir balik dan berselancar di atas permukaan danau seperti anak kecil bermain di atas lantai yang licin. Kesepuluh lawan berkelebat satu per satu di depanku, menyerang dengan jurus mematikan, mungkin dengan pikiran untuk mempercepat pertarungan. Aku berputar-putar dua kali lebih cepat mengitari setiap lawan sembari mengirimkan pukulan-pukulan jarak jauh. Dengan Jurus Tangan Pedang setiap sentuhan menimbulkan patah tulang, sehingga gerakan mereka menjadi sangat lamban. DEMIKIANLAH satu per satu kuhabiskan lawan-lawanku. Seseorang yang menggunakan golok bertali kutangkap goloknya dan kutarik sehingga ia me luncur ke arahku di luar kendali, hanya untuk bertemu Jurus Kaki Kuda Menyepak ke Belakang. Jurus ini sebetulnya jurus pesilat awam, tetapi dalam ilmu silat sebenarnya tiada jurus tinggi dan jurus rendah, karena jurus yang mana pun hanya berdaya dalam rangkaian susunan penuh ketepatan. Itulah yang membuat tingginya ilmu silat seseorang tidak menjadi jaminan kemenangan dalam pertarungan, karena jurus yang terarah dengan tepat kepada setiap kelengahan, meski dilakukan pesilat awam, tetap saja akan mematikan. Maka demikianlah pendekar dengan golok bertali ini terdera kepalanya oleh tendanganku dan langsung tewas di udara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Saat tubuhnya ditelan danau tanpa suara, kutarik golok bertali itu dan segera kumainkan dengan Jurus Naga Gila Membagi Kematian yang memang dibuat untuk senjata semacam itu. Maka dengan sekali hentak golok bertali itu segera membabat dengan tali yang lurus terpentang dari udara dan bagai bermata langsung mengarah ke leher lawanlawannya. Tanpa ampun lagi delapan orang yang sedang meluncur dari delapan kedudukan penyerangan sekaligus tewas mengenaskan, ketika meski telah mereka ketahui golok bertali itu membabat tengkuk mereka dari udara, tiadalah sempat dan tiada dapat mereka ubah arahnya lagi. Mereka pun tewas di udara dan langsung tercemplung ke dalam danau tanpa suara sedikitpun, meninggalkan satu lawan yang masih berdiri di atas danau bersenjatakan toya. Lawan yang terakhir ini mampu menangkis kembali golok agar kembali me luncur ke arahku dengan Jurus Tongkat Pengemis Mengusir Anjing Buduk, yang tentu dipelajarinya dari seorang guru anggota Partai Pengemis. Namun ia sendiri tidak berbusana seperti seorang pengemis, bahkan busananya serba putih bersih, berlawanan dengan busana kaum pengemis yang compang-camping. Bersamaan dengan meluncurnya golok bertali itu kembali ke arahku, ia pun melesat menembus kabut yang kebiru-biruan dengan toya tertuju lurus kepadaku, di ujungnya telah terhunus sebilah pisau. Itulah juga ciri-ciri senjata tongkat kaum pengemis sebetulnya, bahwa di ujung tongkat pengembaraan mereka terdapatlah pisau beracun yang dapat muncul dari dalamnya. Aku pun berputar lebih cepat sehingga tiba-tiba berada di balik punggungnya. Golok bertali dan toya berpisau itu meluncur ke sasaran yang mendadak kosong. Kukibaskan pukulan Telapak Darah kepadanya, sehingga ia terbanting jatuh ke permukaan danau dengan bunyi yang keras sekali. Namun sungguh ia lebih tangguh, karena belum badanku selesai berputar sekali lagi, dan kakiku belum menyentuh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ permukaan danau sama sekali, ia justru menyeruak dari bawah permukaan air langsung kembali menyerang diriku! Aku berhasil mengelak dari ujung toyanya yang berpisau dengan berguling sekali lagi, tepat di permukaan danau, tetapi ia yang telah berada di udara segera turun kembali dengan kedua kaki tepat mengarah dadaku tanpa akan sempat kutangkis lagi! Maka aku pun lantas memberatkan tubuhku sedemikian rupa sehingga tenggelam ke dalam danau dengan sangat cepat, yang membuat desakan kedua kaki itu kehilangan pengaruhnya, bahkan kedua tanganku dengan cepat kemudian memegang kedua pergelangan kakinya. Tubuhnya segera ikut tenggelam bersamaku, bagaikan telah terikat kepada batu yang besar sekali. Aku memang telah menggunakan ilmu memberatkan badan, yang selama ini tidak kuketahui kapan bisa kugunakan. Kakinya berusaha berontak, tetapi aku telah menguncinya. Ia berusaha mengirimkan hawa panas ke pergelangan kakinya, tentu dengan pikiran telapak tanganku akan kepanasan dan melepaskannya, tetapi selain telah kusalurkan hawa dingin yang mudah kudapat di dalam danau yang sebagian permukaannya masih beku itu, mengerahkan hawa panas dengan sisa udara yang belum tentu pula sempat dihirupnya dari permukaan tadi, tidaklah berdaya cukup untuk membuat pergelangan kakinya cukup panas. Itulah memang perlawanan terakhirnya yang sia-sia, karena tubuhku yang beratnya telah menjadi beratus-ratus kati me luncur dengan deras ke dasar Danau Bita. Kubiarkan tubuhku terus meluncur dengan ilmu memberatkan tubuh, sampai kemudian berdebum menyentuh dasarnya dan lumpurnya beterbangan. Dasar danau itu gelap dan suny i dan karena itu memberikan perasaan yang rawan. Kulepaskan kedua pergelangan kaki lawanku, tetapi ia yang sudah menjadi mayat itu tidak langsung mengambang kembali ke permukaan, hanya diam saja dengan sedikit bergoyang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengikuti arus yang lemah di dalam danau, seperti enggan kembali ke atas tetapi tidak juga membenam. AKU menengok ke kiri dan ke kanan, mencari toya berpisau dan golok bertali yang terlepas dalam pergulatan tadi, tetapi belum lagi dapat kulihat kedua senjata itu, mendadak saja tubuhku sudah terlilit tali yang kukenali sebagai bagian dari golok bertali itu. Sesosok bayangan telah berkelebat begitu cepatnya di dalam air mengitari tubuhku bersama tali itu, sehingga tiada gerakan lain yang bisa kulakukan lagi selain berputar dan berputar agar lepas dari jeratan tali tersebut, tetapi ujung pisau pada toya yang bertubi-tubi berusaha merajam tubuhku mempersulit gerakan itu. Maka meskipun dapat menghindar, tubuhku tetap terikat dan sungguh kedudukanku sama sekali tidak aman. Namun kuketahui betapa pada ujung kakiku yang terikat, masih terdapatlah golok itu, yang jika dapat kuperlakukan seperti jika aku memegang talinya, sedikit banyak aku bisa memperlakukannya sebagai senjata. Aku pun memutar tubuhku dengan memperlakukan kepalaku sebagai poros yang menjadi pusat gerakan, dan kedua kaki yang terikat dengan golok di ujungnya berputar seperti baling-baling. Meski di dalam air, aku dapat bergerak secepat kilat dan dalam sekali putaran saja kurasakan golok yang tadi bergelantungan telah mengenai suatu sasaran. Sesosok bayangan berkelebat menghilang, dengan segera aku melesat ke atas, ke permukaan danau, meluncur seperti ikan lumba-lumba, yang memang mungkin saja dilakukan dalam keadaan terikat seperti ini. Sampai di atas, kupecahkan ketenangan danau dengan melejit seperti ikan dan berputar di udara setidaknya tiga kali, yang pertama untuk menguraikan tali yang menjerat tubuhku, yang kedua untuk mengeringkan baju, yang ketiga untuk mengembalikan kehangatan tubuhku. Namun belum lagi kaki menapak permukaan danau sudah terdengar teriakan dalam bahasa Tibet. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Awas!'' Itulah suara Mahaguru Kupu-kupu Hitam, karena rupanya aku memang muncul dan melejit ke permukaan, tepat di tengah arena pertarungan, tempat ia masih dikepung orang-orang golongan hitam dan para pendekar yang merelakan dirinya dibayar untuk melakukan pembunuhan. Sejumlah bola peledak berdesing langsung ke arahku. Jika kutangkis pasti meledak, tetapi jika tidak kutangkis dan meledak karena mengenai tubuhku pun diriku segera akan menjadi serpihan-serpihan daging berapi yang semburat di permukaan danau. Namun ternyata aku tertolong oleh serangan senjata lain pada saat bersamaan, yakni serangan sepasang palu cirit bintang yang bertali itu, yang dengan kecepatan melebihi kilat kutangkap dan kutarik seketika sehingga pemiliknya saat itu jugan terseret menggantikan tempatku sementara diriku berpindah ke tempatnya. Ledakan dahsyat mementalkan semua orang yang sedang bertarung. Serpihan daging-daging berapi berpencaran di udara, dan akan jatuh mengambang di atas danau dalam keadaan masih berapi pula. Namun daging-daging berapi itu masih berada di udara, ketika dengan sentuhan sebelah kakiku pada permukaan danau aku berkelebat ke delapan penjuru, nyaris dengan seketika, membagi-bagi maut dengan angin pukulan Telapak Darah yang langsung menamatkan riwayat orang-orang bayaran Golongan Murni ini, membuat mereka jatuh berdebur ke dalam danau lebih cepat dari jatuhnya serpihan daging-daging berapi kawan mereka yang malang tadi. Di tepi danau, kulihat banyak orang menunjuk ke arah kami. Kelebat gerakan dalam pertarungan memang tidak akan terlihat oleh mata awam, tetapi ledakan sekeras itu kukira akan mengundang perhatian cukup besar, meski para peziarah yang berduyun-duyun dan berbondong-bondong itu selama dalam perjalanan kulihat menjalani puasa membisunya dengan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tekun. Tentu saja mereka tidak terlarang untuk menjadi tertarik perhatiannya oleh sesuatu yang tidak biasa. Setidaktidaknya dari tempatku berdiri di atas permukaan danau ini, para peziarah yang biasanya sudah melanjutkan perjalanan tanpa berkata-kata itu, tampak berdesak-desak saling bertumbukan mencari tahu arah ledakan. Tepung beracun yang berhamburan karena ledakan sudah hilang terbawa angin. Namun kulihat juga ikan-ikan mati mengambang, penanda air danau itu sudah tercemar, dan aku hanya bisa berharap hanya di bagian ini sajalah pencemaran itu berlangsung, sebab jika tidak, tentu bukan hanya ikan, tetapi orang-orang juga akan mati mengambang. (Oo-dwkz-oO) Danau ini ditelan kesunyian kembali. Mayat para pendekar dan orang-orang golongan hitam yang tadi mengambang di antara ikan-ikan dengan pelahan tenggelam dan menghilang ke dasar danau. Dengan khawatir kupandang ke sekeliling. Ke manakah Mahaguru Kupu-kupu Hitam" DANAU ini luas dan sunyi, dalam suatu dunia yang segalanya tampak kebiru-biruan, seolah diriku berada di bawah tempurung langit yang lain, dan kabut yang juga kebiru-biruan sehingga membuat segalanya timbul dan tenggelam, memberikan kepadaku perasaan berada dalam suatu dunia tanpa tepi. Tiada terlihat lagi kehidupan di tepi danau tempat orang-orang menunjuk diriku yang berdiri di atas permukaan air. Aku melangkah pelan di atas permukaan danau mencari Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Apakah dia ternyata berhasil ditewaskan dan lantas tenggelam" Petunjuk ke arah ditemukannya Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanyalah dirinya. Jika aku gagal mendapatkan kitab itu, maka Yan Zi dan Elang Merah akan tewas di tangan Mahaguru Kupu-kupu dan seluruh perjalananku di wilayah T iga Sungai Sejajar yang berbatasan dengan Kerajaan Tibet ini akan sia-sia. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Semula memang kurencanakan untuk berterus terang saja kepadanya, selain karena aku tidak dapat memperkirakan berapa lamanya waktu yang kubutuhkan untuk dapat mencuri kitab itu, juga karena aku merasa yakin dirinya akan memberikan kitab itu jika aku memintanya. Jika tidak diberikan memang aku membayangkan diriku menempurnya, meski kusadari kemudian betapa itu merupakan kesalahan besar, karena jika kulakukan tentu kitab itu tidak akan pernah kudapatkan. Ledakan yang telah meruntuhkan bangunan tua dan membunuh Golok Karat itu mempercepat pendekatanku kepada Mahaguru Kupu-kupu Hitam, tanpa sempat mengungkap rencana pengepungan tersebut, karena aku telah melibatkan diri ke dalam pertarungan dengan berada di pihaknya. Namun dengan segala darah yang sudah ditumpahkan, ini pun akan menjadi kesia-siaan jika Mahaguru Kupu-kupu Hitam menghilang... Kemudian dari balik kabut yang kebiru-biruan itu muncullah kupu-kupu hitam. Satu, dua, lima, sepuluh, dua puluh, dan seterusnya. Kupu-kupu hitam itu tidak menyerangku dengan bubuk-bubuk beracun pada sayapnya, melainkan melewatiku Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sahaja, untuk kemudian me lebur dalam cahaya pagi. Aku tahu itu bukan kupu-kupu hitam dari kepompong, melainkan kupukupu hitam yang hanya dimungkinkan oleh keberadaan Ilmu Silat Kupup-kupu Hitam. Mengapa kupu-kupu hitam yang dimaksudkan membunuh lawan itu tidak menyerangku" Aku melangkah ke arah darimana puluhan kupu-kupu hitam itu datang. (Oo-dwkz-oO) Episode 206: [Warisan sang Mahaguru] Aku melayang pelan tanpa suara melawan arus kupu-kupu hitam yang di belakangku segera lenyap ditelan cahaya itu. Kupu-kupu hitam itu makin lama makin sedikit, tetapi masih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ saja ada, muncul dari balik kabut yang kebiru-biruan, mengepak tanpa suara sedikit pun jua, sesuai dengan keberadaannya sebagai impian dan bukan kenyataan. Ketika kemudian kutemukan di balik kabut Mahaguru Kupukupu Hitam terkapar lemah di atas sebuah rakit, masih kulihat kupu-kupu hitam itu ternyata keluar dari mulut dan kedua telinganya, bagaikan suatu ajian yang mesti dilepaskan untuk mempermudah kematian pemiliknya. Di atas rakit kupegang tangannya dan ia membuka mata. Wajahnya baru tampak jelas sekarang, dan ternyata ia sangat tampan meski tertutup brewok yang sudah memutih serta tidak terurus. Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu benar-benar bersimbah darah. Agaknya pada saat aku berada di dasar danau itulah pembantaian dapat dilakukan. Hanya karena diriku muncul mendadak ke permukaan danau itulah maka Mahaguru Kupu-kupu Hitam masih hidup sekarang, karena sisa delapan lawannya kutewaskan saat itu juga. Di sudut bibirnya terlihat darah, yang menandakan terdapatnya luka dalam karena pukulan. Di tempat lain keadaannya sangat mengenaskan. Bahu kanannya terkena bacokan, pada bahu kirinya terdapat pisau terbang menancap, bahkan kulihat perutnya luka parah karena yang telah menusuk dicabut kembali. Keadaannya memang sangat parah, tetapi ia belum mati. Hatiku rontok menyaksikan nasib seorang pendekar tua pada akhir hidupnya yang seperti ini. Memang kematian dalam pertarungan pada puncak kesempurnaan menjadi impian seorang pendekar, tetapi peristiwa ini menurutku bukanlah pertarungan penuh kehormatan seperti itu. Betapapun, para pengepung meraih kemenangan atas Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang sebelumnya tidak terkalahkan itu memang karena perhitungan matang. Mereka tampaknya telah mengamati Jurus Impian Kupu-kupu dalam berbagai pertarungan Mahaguru Kupu-kupu Hitam, dan boleh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kucurigai semua pertarungan itu dapat berlangsung memang demi agar dapat dilakukannya pengamatan. Artinya tentu ada orang-orang yang dengan sadar atau tidak disadarinya sengaja dikorbankan. Tentulah merupakan suatu pekerjaan dan perencanaan jangka panjang. Pengamatan cermat bukan hanya kepada segala gerakan dalam Jurus Impian Kupu-kupu, melainkan juga perbincangan tentang siapa saja pendekar dengan jurus andalan dan senjata yang paling tepat untuk menghadapinya. Pengamat ini tentu saja bukan sembarang pengamat, karena harus mengamati pertarungan yang tidak dapat diikuti mata orang biasa. Bahwa telah dikerahkan tak kurang dari dua puluh pendekar yang bersedia dibayar dan tokoh-tokoh golongan hitam untuk menjebaknya, menunjukkan betapa mendesaknya kepentingan untuk menyingkirkan Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Kuletakkan tangan kiriku di dadanya dan tangan kanan mencari-cari daya panas matahari untuk menyalurkan tenaga prana, meski kutahu tidak akan dapat memperpanjang hidupnya. Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu pun menggeleng lemah sambil menyingkirkan tanganku dari dadanya. ''Tidak ada gunanya...,'' ujarnya dalam bahasa Tibet, ''waktuku sudah tiba.'' Aku tertunduk di dekatnya. T idak tahu harus berbuat apa. Di satu pihak merasa hormat terhadap pendekar tua yang sedang menghadapi ajalnya, di lain pihak merasa gelisah tak bisa mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang menjadi tujuanku. Rakit bambu berputar di tempat, tetapi tidak pergi ke mana-mana. T erdengar siul burung yang seperti mengirimkan berita tertentu, tetapi berita apakah yang akan disampaikannya selain darah tumpah pada pagi cerah" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Anak...,'' kata Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang melihatku tertunduk, ''mengapa Anak mengotorkan tangan membantu daku" Mereka semua mati terbunuh oleh tangan Anak, sedangkan daku pun tidak dapat tertolong lagi. Nanti Anak akan diburu atas kematian orang-orang ini...'' Namun masalah diburu bukanlah persoalan bagiku. Kupikir sebaiknya aku berterus terang kepadanya mengapa diriku sampai berada di Danau Bita ini. Maka dengan bahasa Tibet yang terpatah-patah, kucoba menjelaskan dengan sesingkatsingkatnya dari awal sampai akhir, betapa diriku sangat membutuhkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam untuk menolong dua perempuan dalam ancaman kematian. ''Siapakah kedua perempuan ini"'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam bertanya. Kujelaskan sedikit tentang nama dan latar belakangnya. Tiba-tiba saja matanya yang sudah lemah mendadak berbinar kembali. ''Murid dari Angin Mendesau Berwajah Hijau kata Anak" Dan satunya lagi, Elang Merah dari Tibet" Haih! Tidak kusangka!'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam sebetulnyalah sudah lemah dan napasnya tinggal satu-satu, tetapi penjelasanku rupanya seperti membangkitkan hidupnya kembali. ''Angin Mendesau Berwajah Hijau itu, kami sempat bentrok sebelum akhirnya menjadi sahabat,'' katanya dengan lemah, tetapi penuh semangat hidup, ''ketika sama-sama masih muda, kami bertemu dan bertarung untuk saling menguji ilmu kami. Setelah beberapa ratus jurus tidak ada tanda-tanda siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah, maka kami pun akhirnya saling mengangkat saudara sebelum berpisah. Kini jika sebelum aku mati masih dapat kulakukan sesuatu yang bermakna bagi muridnya, biarlah diriku melakukannya...'' Aku tertunduk dengan gelisah, karena masih TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ belum kudapat juga petunjuk keberadaan peta itu. Hanya saja setelah menceritakan semuanya, kurasa tidak patutlah untuk mempertanyakannya lagi. Aku beranggapan, meski Mahaguru Kupu-kupu Hitam sudah berada pada akhir hidupnya, masih tetap berada di tangannyalah keputusan untuk memberikan kitab itu kepadaku atau tidak. ''Adapun Elang Merah itu.... Hhh....,'' katanya lagi, tersengal-sengal, ''mengapa segalanya serbakebetulan"'' Apa yang kebetulan" Namun aku tetap menahan diri untuk bertanya. Pada akhir hidupnya biarlah ia melakukan apa pun yang ingin dilakukannya, dan juga tidak melakukan apa pun yang tidak ingin dilakukannya. ''Anak...,'' ia menggamitku. Kurasakan, meski dengan sangat amat perlahan, rakit berputar, tetapi perhatianku tersita kepada Mahaguru Kupukupu Hitam. Aku mendekatkan telingaku untuk mendengarkan katakatanya. Agak sulit aku menuliskannya kembali kecuali menggunakan bahasaku sendiri. ''Kakakku itu telah memutarbalikkan semuanya,'' katanya, ''bukanlah dia yang mendapat warisan kitab itu, melainkan diriku, dan bukanlah diriku yang mencuri kitab tersebut melainkan dirinya. Dia mencuri Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan dialah yang belum selesai mempelajari Kitab I lmu Silat Kupu-kupu Hitam sebelum lari dengan kitab curiannya. Daku bermaksud mengejarnya, tetapi guruku me larang, karena beliau tidak menghendaki kami bersaudara saling bertempur. '''Dia akan menerima hukumannya sendiri nanti', kata guruku, 'dikalahkan oleh seseorang tidak bernama. Jika kita belajar ilmu silat terutama untuk mencari nama, dan bukan untuk berpihak kepada yang lemah dan menderita, kita sudah melakukan kesalahan sejak hari pertama, karena belajar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dengan rendah hati dan belajar demi ketinggian hati sangat berbeda. Seorang pendekar bisa saja sangat tinggi ilmunya, tetapi tanpa kerendahan hati sangat sulitlah mencapai ketenangan jiwa'.'' ''DEMIKIANLAH di antara kami berdua tidak ada yang menguasai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dengan sempurna, dan kakakku itu terus menerus menyebarkan berita di dunia persilatan bahwa diriku seorang pencuri. Sebenarnya daku tidaklah ingin peduli lagi, tetapi rupanya inilah suatu jalan. Dia telah menyandera mereka yang harus kubela, jadi bawalah Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu, Anak, kitab itu kusimpan di... ''Ugh!'' Kata-katanya terhenti. Itulah rupanya arti dari rakit yang dengan sangat perlahan bergerak memutar. Terdapat seseorang di bawahnya! Aku berkelebat masuk ke dalam air, dan segera melihat sesosok bayangan hitam berkelebat menghilang. Itulah bayangan hitam seperti yang telah menyerangku dan tampaknya bahkan sempat kulukai. Siapakah dia" Aku melesat seperti lumba-lumba ke arah dia menghilang, tetapi dari arah menghilangnya terlihatlah gumpalan hitam yang membuatku tidak mungkin melanjutkan pengejaran. Ia telah menggunakan ilmu cumi-cumi! Cairan hitam membuat diriku tidak bisa melihat apa pun, di dalam air sulitlah aku menggunakan ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang. Cairan mengambang sampai permukaan danau sehingga air menjadi hanya hitam sehitam tinta yang paling hitam. Aku berada dalam kedudukan yang sangat lemah! TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Benarlah aku ternyata dijerat begitu rupa sehingga tidak bisa bergerak. Tali temali bergerak bagaikan belalai gurita, menempel dan menjirat, sehingga tidak ada yang kulakukan lagi selain menahan napas. Aku merasakan diriku diseret ke dasar danau. Kulihat ke atas, permukaan danau tetap hitam. Kupikir bayangan hitam yang berkelebat dan kini menyeretku ini pasti bernafas dengan insang. Aku memusatkan perhatian menunggu kelengahannya. Setitik kelemahan pun harus kumanfaatkan segera, karena aku tidak bisa terlalu berada di dalam air dengan keadaan terikat seperti ini! Segeralah kututup segenap saluran udara yang keluar dari tubuhku dengan yoga, sehingga segala gerak tubuhku pun berhenti dan aku terseret bagaikan sudah mati. Hanya pemusatan perhatianku saja yang terarah semakin tajam. Bahwa jika tali temali yang lengket bagai belalai gurita ini terurai, dan tinta hitam pekat itu memudar, aku harus segera bergerak untuk melumpuhkan sosok hitam yang di dalam air pun bisa bergerak secepat kilat itu. Maka jika semula diriku bagaikan gumpalan yang selalu bergerak dan memberontak, kini kubuat diriku seperti mayat yang terseret-seret di antara tetumbuhan air dan menabrak batu-batu di dasar danau. Bahkan mataku pun terbuka, tetapi tanpa cahaya, karena lebih meyakinkan sebagai bentuk kematian di bawah permukaan air dalam keadaan terikat seperti ini. Untunglah aku masih selalu melatih yoga sanyama untuk memisahkan pikiran murni dan manusia nyata ini terus menerus. Kuingat ujaran seorang guru gung fu yang dikutip seseorang di sebuah kedai: kekuatan saja tak setara dengan pengetahuan dan pengetahuan tak setara dengan latihan tetapi dengan paduan pengetahuan dan latihan seseorang akan mendapatkan kekuatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kemudian kulihat betapa tinta hitam itu akhirnya memudar, meski keketatan jerat sama sekali tidak berkurang. Ternyata bahwa diriku telah diseret naik kembali menuju ke atas. Siapakah bayangan hitam, yang agaknya sudah cukup lama mengawasi pertarungan dari bawah air ini" Mengapa ia membunuh Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang sudah mendekati ajalnya, hanya karena nyaris menyebutkan tempat bisa kudapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam" Akhirnya kami tiba di permukaan. Aku bersikap seperti Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mayat mengambang. Ia berenang seperti seekor ikan, tetapi ketika sampai di tepian melompat berdiri dan menyeretku seperti karung. Aku diseret begitu saja melewati kerikil, pasir, dan batu-batu. Tampaknya aku memang dianggap sudah mati. Kepalaku terantuk atau badanku terbalik-balik baginya sama saja. Jika wajahku yang menghadap ke bawah, itulah yang berat, karena memang ia menyeretku pada kaki. Segala tanah, lumpur, dan kotoran memasuki mulut, hidung, dan bahkan mataku yang masih terbuka, tetapi aku sekarang dapat bernapas melalui pori-poriku. Aku masih hidup, tapi tidak bisa dibedakan dari orang mati karena jantungku berhenti. SETELAH melewati batu-batu besar yang dapat dijadikan tempat sembunyi, aku digeletakkan begitu saja, seperti menggeletakkan binatang hasil buruan, yang masih hidup maupun sudah mati. Seseorang telah menantinya di tempat itu. ''Kenapa" Sudah mati" Kenapa dikau membunuhnya"'' Suara seorang perempuan! Aku seperti mengenalnya! Mereka berbicara dalam bahasa Negeri Atap Langit, sehingga aku pun bisa mengikutinya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Tidak ada yang membunuhnya! Jika ia memang berilmu sangat tinggi seperti yang dikau katakan, tentu ia tidak perlu mati hanya karena diseret masuk ke dalam air!'' ''Kamu gila! Tidak semua orang bernapas dengan insang maupun paru-paru seperti kalian manusia-manusia ikan! T idak ada gunanya lagi kamu bawa mayat ini kepadaku!'' ''Oh, tentu saja perlu, Pedang Kilat! Untuk menjadi bukti agar kalian tetap membayarku!'' Pedang Kilat! Mungkinkah ia ternyata mengikutiku sejak berpisah dulu" Mungkinkah ia masih penasaran bahwa betapapun diriku adalah Pendekar Tanpa Nama" Namun percakapan itu tampaknya menunjukkan kepentingan yang lebih dari sekadar rasa penasaran tentang siapa diriku. ''Uang lagi! Uang lagi! Untuk apa pula kalian manusia-manusia ikan memerlukan uang! Kalian juga tidak bisa terlalu lama hidup di daratan!'' Dalam dunia persilatan, apa yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin. Aku pernah berjumpa dengan Naga Kecil yang malang itu, yang lidahnya bercabang, berbicara dengan daya batin, tubuhnya bersisik, dan hidup dalam gua di bawah air, sehingga keberadaan manusia ikan itu tidak terlalu mengejutkan aku. Namun tentu saja aku terkejut mendengar bahwa manusia ikan itu dijanjikan akan dibayar oleh Pedang Kilat jika berhasil menangkap diriku. Bahkan pembunuhan Mahaguru Kupu-kupu Hitam sebagai usaha menutupi petunjuk keberadaan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam mungkin juga bagian dari perjanjian itu. ''Urusankulah untuk apa kugunakan uang itu! Mahaguru Kupu-kupu Hitam sudah tidak bisa bicara lagi dan orang asing yang dikau sebut Pendekar Tanpa Nama itu juga sudah tidak berkutik. Jangan salahkan daku jika ilmunya ternyata tidak setinggi yang dikau katakan. Penuhilah janji dikau itu sekarang!'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kudengar Pedang Kilat merogoh sesuatu di balik bajunya. Terdengar dalam ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang, bunyi logam, seperti mata uang, di dalam kantong kain, yang segera dilemparkan Pedang Kilat ke arah sosok bayangan yang disebutnya sebagai manusia ikan itu. Itulah bayaran atas pembungkaman Mahaguru Kupu-kupu Hitam maupun penangkapan diriku, yang bagi Pedang Kilat mungkin dianggap gagal. Meski mataku terbuka, tetapi sebagai penyamaran atas terbukanya mata orang mati, sebetulnya indera penglihatanku tertutup, sehingga ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang bisa bekerja. Jadi kudengar kantong kain berisi mata uang itu melayang, tangan kanan sosok bayangan yang disebut manusia ikan itu bergerak ke atas menyambutnya, dan saat itu firasatku sungguh sangat buruk sekali. Benar juga kata Pedang Kilat. Untuk apa pula manusia ikan memerlukan uang" Kudengar Pedang Kilat mencabut pedangnya, dan dengan kemampuannya bergerak secepat kilat tewaslah manusia ikan yang malang itu dengan tubuh terbelah. Aku bisa mengetahuinya dari suara jatuhnya tubuh itu, yang bahkan tampaknya sama sekali tidak mengucurkan darah. Pedang Kilat memasukkan kembali pedang ke dalam sarung pedang di punggungnya. Ia membungkuk untuk mengambil kantong kain berisi mata uang, lantas dengan kakinya memeriksa tubuh manusia ikan itu. ''Ternyata dikau ikan yang mau jadi manusia, bukan manusia yang lama-lama menjadi ikan. Tubuhmu masih seperti ikan begini! Dikau tak tahu uang hanya menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan! Sekarang terima lah nasibmu sebagai akibat dari keserakahan!'' Lantas Pedang Kilat mendekati diriku, dan menggoyanggoyang tubuhku dengan kakinya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Hampir saja pengembara tidak bernama dari Ho-ling ini berhasil mengelabuiku,'' ujarnya dengan pikiran tiada seorang pun mendengarnya di sini, ''ternyata dialah Pendekar Tanpa Nama yang disebut-sebut di berbagai kedai itu, yang telah memusnahkan para penyamun dan menghabisi Perguruan Kupu-kupu. Sayang sekali dia mati jauh dari tanah airnya seperti ini. Dasar makhluk air yang bodoh! Semestinya bisa kupelajari ilmu silat dari Ho-ling yang sempat kulihat dasardasarnya itu! Namun setidaknya tiada penghalang lagi bagiku untuk mempelajari Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam...'' Lantas ia pun berkelebat pergi. Dengan segera kubuka mata, dan kuuraikan tali temali jerat gurita, yang dengan kematian makhluk air itu telah kehilangan dayanya sama sekali. Kusaksikan tubuhnya memang terbelah dua pada perutnya, dan pada irisannya memang kulihat bentuk tulang dan daging seperti seekor ikan yang terbelah! Namun aku tidak sempat berpikir terlalu lama, karena harus berkelebat membuntuti Pedang Kilat. Di atas permukaan air danau aku melesat dengan ilmu Naga Berlari di Atas Langit. Begitu cepat aku berkelebat, sehingga masih dapat kujejaki tapak sepatu yang ditinggalkan Pedang Kilat di atas permukaan air itu. Jika diperbandingkan, satu kali langkahku berarti sepuluh kali langkah Pedang Kilat. Aku melangkah dan melayang dengan ringan di antara kabut tipis kebiru-biruan, sampai terlihat Pedang Kilat melesat di bagian danau yang masih penuh dengan pecahan-pecahan es mengambang. Begitu dia terlihat aku segera menggunakan ilmu halimunan, masuk dan menyusup dalam kebeningan udara, sehingga jika Pedang Kilat menoleh ke belakang tentu saja tidak akan me lihat diriku meskipun jika sudah dekat sekali. Sebetulnya dengan berkelebat di balik cahaya pun Pedang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kilat tidak akan bisa melihatku, tetapi aku tidak dapat memastikan apakah tidak terdapat orang-orang sungai telaga lain di sekitar Danau Bita sekarang ini. Di tengah jalan kulihat orang-orang dalam beberapa perahu panjang sedang berdayung secepat mungkin menuju ke rakit tempat terdapatnya Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang sudah tewas. Agaknya di bagian itu kabut sudah memudar sama sekali, atau barangkali pemilik rakit itulah yang terkejut menemukan mayat Mahaguru Kupu-kupu Hitam pagi itu, lantas dengan panik memanggil-manggil siapapun yang berada di tepi danau. Kenapa tidak bukan" Bahkan tanpa harus ada seseorang yang memanggil-manggil pun, suara-suara ledakan dan jatuhnya para pendekar yang tewas telah memecahkan ketenangan wilayah perziarahan pada pagi Hari Magha Puja ini tentu sedikit banyak juga telah menarik perhatian. Barangkali sebentar lagi mereka pun akan segera menjumpai mayatmayat yang tadinya tenggelam kini sudah mengambang. (Oo-dwkz-oO) Pedang Kilat yang kujumpai pertama kali sebagai anak pemilik kedai di tengah jalan, lantas muncul dari balik angkasa untuk membasmi para penyamun terbang yang bermaksud meringkus diriku dan Golok Karat, mungkinkah berminat pula untuk memiliki K itab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam" Hanya itulah penalaran sederhana yang dapat kutarik sebagai alasan pembunuhan Mahaguru Kupu-kupu Hitam, yang sebenarnya juga sudah berada di ambang kematiannya. Pendekar tua itu terbunuh oleh suatu pukulan dari bawah rakit, yang ternyata dilakukan manusia ikan penghuni danau atas permintaan Pedang Kilat. Pembunuhan itu memang dilakukan tepat ketika Mahaguru Kupu-kupu Hitam akan menyampaikan tempat Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu dapat kuambil. Tidakkah Pedang Kilat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sendiri memerlukan juga nama tempat tersebut" Kukira, tiada lebih dan tiada kurang, Pedang Kilat sudah mengetahuinya. Kuingat juga betapa Mahaguru Kupu-kupu Hitam berkata tentang penyimpanan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang sama sekali tidak dirahasiakan, semua orang dapat menengok dan membacanya, asal jangan mencurinya. Aku mengerti, bagi Mahaguru Kupu-kupu Hitam tidak ada yang perlu dirahasiakan, karena Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam memang tidak mungkin dipelajari tanpa kitab Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Bahkan sebetulnya jika dicuri pun kitab itu tiada akan dapat dibaca seperti seharusnya dibaca, seperti yang telah dituduhkan kakak seperguruannya itu kepadanya. Aku hanya berpikir, jika kedua kakak beradik yang masingmasingnya mempelajari Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam secara tidak sempurna itu pun sudah begitu tinggi kepandaiannya, tidak terbayangkan ilmu silat setinggi apa lagi yang dapat dicapai jika seseorang mempelajarinya secara lengkap dengan dua kitab. Masalah ini merupakan rahasia perguruan yang belum terungkap, dan berarti hanya aku saja yang mengetahuinya, meski pengetahuan itu menjadi lurus hanya setelah kudengar dari kedua belah pihak. Artinya Pedang Kilat dan siapapun yang berminat mengambilnya sekarang, setelah kematian Mahaguru Kupukupu Hitam tersebar, tidak mengetahui betapa kitab itu justru akan membunuh siapapun yang mempelajarinya secara tidak lengkap. SEMULA ia menyelip di antara kerumunan seperti orangorang lain, tetapi kemudian dengan segera ia berkelebat begitu rupa di tengah orang banyak, sehingga meskipun tetap berdesak-desak tak dapat dilihat dengan mata awam lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sudah jelas betapa Pedang Kilat ini sangat pandai, karena jika aku mengikuti kecepatannya dengan juga berkelebat seperti dirinya sekarang, maka justru dirikulah yang akan tampak jelas olehnya di antara orang banyak yang nyaris tiada bergerak karena berdesak-desak. Apakah ia tahu dirinya dibuntuti" Agaknya ketika ia berkali-kali menoleh ke belakang saat aku membuntutinya tanpa bisa dilihat, ia te lah mengambil kesimpulan dan kini sedang melakukan pancingan. Maka aku pun bertahan untuk tidak bergerak sama sekali, tetapi dengan mataku tetap mengikutinya, karena betapapun bagiku dialah satu-satunya harapan untuk mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dalam waktu singkat. Meskipun telah diketahui betapa kediaman Mahaguru Kupu-kupu Hitam berada di Shangri-La, tetapi tentulah tidak dalam pengertian bahwa setiap orang di tempat itu mengetahuinya. Selama ia tidak membuka perguruan, maka itu berarti Mahaguru Kupukupu Hitam tidak berhubungan dengan orang awam sama sekali. Dalam dunia persilatan, pengertian tidak berhubungan dengan orang awam bisa berarti dua; pertama, bahwa ia memang menghindari dunia ramai dengan mengembara atau mengasingkan diri ke berbagai tempat terpencil; kedua, jika berada di tengah dunia ramai ia akan selalu menghindar untuk dikenal sebagai orang dunia persilatan atau seorang pendekar, karena memang menyembunyikan dirinya di balik kehidupan sehari-hari. Dalam hal Mahaguru Kupu-kupu Hitam, tentulah ia telah melakukan cara hidup yang terakhir itu, bahwa ia tinggal di Shangri-La tetapi tidak seorangpun penduduknya akan mengira betapa dialah Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang ternama. Maka, di Shangri-La, kita tidak dapat begitu saja bertanya di jalanan. ''Maafkan sahaya, Puan, di manakah kiranya kediaman Mahaguru Kupu-kupu Hitam"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perlu diingat kembali betapa nama Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu pun adalah yang diambilnya dari nama gurunya, bukan karena membuka perguruan seperti kakak kandung dan kakak seperguruan yang telah memutar balikkan kenyataan tersebut. Bukan Mahaguru Kupu-kupu Hitam mencuri Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, melainkan Mahaguru Kupu-kupu yang mencuri Kitab Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Memang tak dapat kupegang dan tak sempat kuselidiki pernyataan mana di antara keduanya yang paling benar, tetapi jelas bahwa adalah Mahaguru Kupu-kupu yang telah berlaku jahat kepadaku, dan tidak begitu yang kualami dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Adalah Mahaguru Kupu-kupu Hitam ini, yang ternyata bukan mengambil tetapi mendapat warisan nama yang sama dari gurunya, sedangkan Mahaguru Kupu-kupu takpernah berani menambahkan kata Hitam, tentu karena merasa belum menamatkan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Itulah kisah sedih warisan Mahaguru Kupu-kupu Hitam Tua, murid yang satu membawa lari Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam sebelum menamatkan pelajaran, murid yang lain menamatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam tanpa kitab pasangan yang menjamin ketepatan pembelajaran. Pedang Kilat berkelebat. Agaknya ia memang berusaha mengecoh, seandainya benar terdapat bayangan berkelebat yang sejak tadi mengikutinya. Tidak kuketahui apakah kini ia sudah yakin tiada yang mengikutinya lagi, tetapi tetap kupasang ilmu halimunan, yang membuat diriku dapat berkelebat di balik kebeningan. Perempuan pendekar yang menyoren pedang di punggungnya itu melayang lebih jauh lagi masuk ke dalam hutan. Ia melayang dengan indah dan ringan, tetapi bagi pencari kayu hanya akan tampak sebagai bayangan berkelebat di balik pepohonan. Aku membayanginya dengan ketat, tetapi tetap dengan suatu jarak, yang ternyata memang benar harus TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kulakukan, karena suatu bayangan lain kemudian berkelebat menyusulnya. Aku segera menahan lajuku, menyaksikan kedua sosok bayangan yang berkelebat itu melayang bersama bagaikan sepasang burung elang. Mereka melenting ringan ke atas pucuk-pucuk pepohonan, melenting lagi ke puncak tebing bersalju, lantas melesat secepat kilat ke arah barat laut, yang sejauh kuingat dari petunjuk Golok Karat dulu artinya langsung menuju Shangri-La. (Oo-dwkz-oO) Dalam laju perkelebatan mereka itu, keduanya kudengar bertukar kata dalam bahasa Negeri Atap Langit. Suara orang yang baru datang ini adalah suara seorang pria. ''Jadi benar dia yang disebut Pendekar Tanpa Nama"'' ''Dari kecepatan maupun caranya membunuh orang-orang bayaran Golongan Murni, sudah jelas sebelumnya ia berpurapura bodoh saja sebagai teman pesilat bernama Golok Karat. Aneh sekali dirinya tidak menyamar sebagai orang bernama saja!'' ''Memang aneh, sama-sama dari Ho-ling dan sama-sama tak bernama, sebetulnya itu terlalu kentara. Benar juga! Mengapa ia harus bertahan tanpa nama meski dalam penyamaran pula"'' ''Ia mengandalkan sikapnya yang berpura-pura bodoh dan memang meyakinkan pula, hampir saja daku ditipunya!'' ''Mendengar cerita dikau, daku memang curiga, untunglah dikau menurut kata-kataku dan mengerahkan jaringan matamata kita untuk mengikutinya.'' Ah! Jaringan mata-mata! Itulah agaknya yang menjadi jawaban dari banyak pertanyaanku! Mengapa aku sampai melupakannya" Namun kukira banyak jaringan rahasia saling bersilang dalam rangkaian peristiwa di wilayah Tiga Sungai Sejajar ini. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Diriku dan Golok Karat dua kali berhadapan dengan gerombolan penyamun terbang, dan dalam dua kali itu, termasuk yang dibantu pembantaiannya oleh Pedang Kilat, para penyamun yang mencegat kami habis tuntas tanpa sisa. Mengapa ketika kami diringkus saat sedang tidur, diketahui belaka keterlibatan kami dengan peristiwa itu" Aku kira harus mata-matalah jawabannya. Jika pada peristiwa pertama mungkin Pedang Kilat sendiri yang menyebarkan berita, pada peristiwa kedua sangat mungkin terdapat mata-mata di antara para peziarah. Mungkin juga seorang petugas rahasia yang tidak kami ketahui keberadaannya menyampaikan peristiwa itu, melalui mata rantai petugas rahasia yang menyusup di antara para peziarah, yang sepanjang jalan ke Danau Bita kami temui sepanjang malam. Juga setelah kami dibawa ke dalam bangunan tua itu, mengapa begitu cepat gerombolan penyamun lain menyusul dan membantai yang sebelumnya" Gerombolan penyamun pertama menghubungkan dirinya dengan Mahaguru Kupukupu Hitam sebelum dibantai, gerombolan penyamun kedua dibantai Mahaguru Kupu-kupu Hitam sendiri, sebelum orangorang bayaran Golongan Murni, baik para pendekar maupun golongan hitam, menyerang Mahaguru Kupu-kupu Hitam dengan bola-bola peledak yang akhirnya meruntuhkan bangunan tua itu. Jaringan petugas rahasia bekerja sama cepat seperti pendekar yang berkelebat, tanpa pernah terlihat keberadaannya. Maka segala perubahan dan perkembangan tersampaikan dengan segera. Masih kuikuti percakapan mereka sambil berlari di dalam angin dan me layang-layang di udara. ''Mahaguru Kupu-kupu Hitam sebetulnya bermaksud menjadi bhiksu dalam upacara Hari Magha Puja, dan para bhiksu siap mencukur rambutnya pagi ini, ketika suatu pesan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengarahkannya ke bangunan tua itu.'' ''Pesan apa" Dari siapa"'' Namun belum sempat kawannya yang belum kulihat wajahnya itu menjawab, keduanya mendadak saling menepukkan tangan, Pedang Kilat dengan tangan kiri dan kawannya dengan tangan kanan, sehingga keduanya terlontar ke kiri maupun ke kanan dengan cepat sekali, yang ternyata untuk menghindari ribuan jarum beracun dari depan! Akibatnya, ribuan jarum yang bersuit mengerikan itu langsung melesat ke arahku! Sekali jejak aku melenting ke atas. Ribuan jarum lewat di bawah kakiku dengan suara yang sebagian seperti mulut yang mengeluarkan embusan dan sebagian lagi masih bersuit-suit seolah setiap jarum yang tentu beracun itu memiliki kehendak yang hidup, yakni kehendak untuk menancapkan dirinya pada suatu sasaran... Aku masih berlindung di balik kebeningan, tetapi kini tampak jelas wajah kawan Pedang Kilat itu, ternyata dia adalah pemilik kedai tempat aku menginap bersama Golok Karat. Benar jugan dugaanku, kedai itu merupakan kedai mata-mata, tempat Pedang Kilat telah menyamar sebagai pelayan dan pemilik kedai itu sudah jelas hanya berpura-pura tidak mengerti bahasa Negeri Atap Langit. ''Jarum sihir,'' desisnya pula dengan bahasa Negeri Atap Langit, ''jarum-jarum itu tidak dilempar, melainkan dikendalikan dari jauh, dan tentunya bukan kita pula yang menjadi sasarannya, karena jika kita yang menjadi sasaran dan kita menghindar, jarum-jarum beracun itu akan berbelok atau bahkan berbalik mengikuti kita.'' TANPA ilmu yang tinggi, tidak mungkinlah ia mampu membaca suatu tindakan sihir dengan cara seperti itu bukan" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Jadi siapakah kiranya sasaran jarum-jarum yang ganas itu"'' Pedang Kilat bertanya dengan masih terengah-engah, tampaklah betapa dengan kemampuannya yang luar biasa itu, tingkat ilmunya masih berada di bawah lelaki paruh baya yang menyamar sebagai pemilik kedai tersebut. ''Tentulah lebih dari satu orang, dan pastilah berada di Danau Bita.'' ''Siapa saja"'' Itulah juga pertanyaanku. Siapa saja" ''Apakah masih penting siapa" Urusan kita sekarang adalah mengambil kitab itu. Kita harus cepat, karena berita kematian Mahaguru Kupu-kupu Hitam pasti akan segera tersebar, dan tiada jam inan bahwa tidak akan ada para pemburu kitab yang sudah lama mengincarnya untuk digandakan dan diperjualbelikan.'' Mereka pun segera berkelebat dan melayang kembali, yang meski bagiku tampak indah dan pelan, aku pun tahu sesungguhnyalah mereka melesat cepat sekali. Di balik kebeningan, aku juga me lesat dengan ilmu Naga Berlari di Atas Langit. Begitu cepatnya laju kelebat berdaya seribu naga ini, sehingga aku terpaksa melambatkan diri agar tidak menyalip mereka tanpa. Aku melayang sangat amat pelan dengan kecepatan sangat amat tinggi, sesungguhnyalah berada terlalu dekat di belakang mereka berdua, dan segala percakapannya masih juga serbaterdengar belaka. ''Jarum-jarum sihir itu tidakkah akan salah mengenai sasarannya"'' Pedang Kilat bertanya. ''Jika namanya saja jarum sihir, tentulah tidak akan bisa lebih tepat lagi.'' ''Tidakkah tadi pun kita nyaris dirajamnya"'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Mungkin saja, seharusnya jika pengirim jarum-jarum sihir ini ilmunya cukup tinggi, seperti peristiwa tadi, jarum-jarum itu bisa berbelok sendiri sebelum mengenai tubuh kita dan meneruskan perjalanannya, tetapi mungkin dibiarkannya saja jarum-jarum tadi itu merajam kita, tentu karena masih banyak lagi yang tetap meluncur ke sasarannya.'' ''Daku masih penasaran siapa, karena para mata-mata kita sebaiknya mengetahui segalanya yang terjadi di sana, Paman.'' Nah, ternyata orang itu dipanggilnya Paman, meski itu tentu bukan namanya, dan belum tentu pula memang pamannya. ''Bagaimana mungkin kita tahu siapa bermusuhan dengan siapa, apalagi jika berlangsung secara rahasia pula,'' sahut yang disebut Paman tersebut, ''lebih penting dikau ketahui bahwa yang mengirimkan jarum-jarum itu tentunya berada di Shangri-La.'' ''Hah"'' ''Dan tentu dia tahu kita sedang menuju ke sana, karena mata para penyihir berada bersama benda maupun makhluk kirimannya itu.'' ''Tahukah dia keberadaan kitab itu, dan tahukah dia tentang tujuan kita yang datang untuk mengambilnya"'' ''Itu yang belum dapat kita pastikan, karena belum tentu di sana orang mengenali Mahaguru Kupu-kupu Hitam.'' ''Paman, bagaimana kalau dia bukan hanya tahu, tetapi telah mengambil kitab itu lebih dulu"'' ''Tentu saja kita harus mencari dan menempurnya, kita tidak mengarahkan Golongan Murni agar dapat menjebak Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu tanpa hasil yang sudah kita rencanakan dengan matang.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Seperti diingatkan oleh sesuatu, mereka segera melaju dan menggebu dengan kecepatan tinggi, tak terhalangi kenyataan betapa angin bertiup kencang dari depan, dan dengan kecepatan yang menyamai kecepatan suara seperti itu maka di beberapa tempat menimbulkan buny i ledakan. Maka aku pun melaju dengan kecepatan yang sama, tetap berada di belakang mereka sambil melangkah dengan pelan, tetapi dengan kecepatan yang tinggi, tanpa harus menimbulkan suara ledakan, karena Jurus Naga Berlari di Atas Langit yang kugunakan memang memungkinkannya. Sedikit demi sedikit, dengan agak meraba-raba, mulai terbayang gambaran permainan kekuasaan yang berlangsung di wilayah Tiga Sungai Sejajar ini, yang secara berganti-ganti secara resmi dikuasai oleh Negeri Atap Langit dan Kerajaan Tibet. Namun kekuasaan manapun tidak pernah diakui oleh suku-suku terasing itu, seperti juga pemerintahan Wangsa Tang yang menguasai istana di Chang'an sekarang ini. ADAPUN karena pembangkangan seperti itu tidak bisa diterima, maka secara berkala maupun secara bersungguhsungguh dari waktu ke waktu dikerahkan pasukan untuk menundukkan Suku Lisu, Suku Naxi, Suku Han, Suku Y i, Suku Bai, Suku Nu, dan banyak lagi, sekitar duabelas suku, termasuk orang-orang Tibet sendiri di wilayah itu, yang tentu taksudi membayar pajak kepada Wangsa Tang. Telah diketahui betapa segala serangan itu selalu gagal, bahkan sebaliknya adalah pasukan pemerintah yang porak poranda dalam gempuran manusia-manusia terbang. Keadaan alam wilayah Tiga Sungai Sejajar dengan puncak Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo puncak bertebing curam itu tidak memungkinkan dikerahkannya pasukan berjumlah besar, sehingga kemudian lebih sering dikirim regu-regu penyusup kecil yang tentunya memang lebih mangkus dan sangkil untuk mengacaukan pemukiman suku-suku itu, untuk membunuh sejumlah pemimpin, membakar pondok, dan menyebarkan ketakutan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun, demikianlah disebutkan, berkat bimbingan Mahaguru Kupu-kupu Hitam, suku-suku yang terbiasa saling menyerang tetapi bersatu padu jika musuh datang itu, berhasil menangkal setiap serangan, bahkan tak jarang menangkap basah dan menghukum mati para penyusup itu. Maka pemerintah Wangsa Tang bagai telah menjadi maklum, betapa wilayah itu memang sulit ditundukkan, dan justru karena itu wilayahnya sengaja dibiarkan tetap terpencil. Golongan Murni, yang jaringannya semakin merambah ke mana-mana, dan mengetahui kebijakan ini, dengan segala keangkuhan yang dimilikinya tidak bisa menerima kekalahan ini, dan mengerahkan segala daya untuk membunuh Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Seperti telah kudengar, jaringan rahasia yang bekerja untuk Golongan Murni berusaha keras untuk memperdalam permusuhan empat suku utama di sana, yakni Han, Yi, Naxi, dan Lisu; memecah belah penyamun terbang menjadi beberapa kelompok yang tidak saling mendukung, karena bahkan penyamun terbang akan ikut berpihak kepada pemukim setempat bila diserang; antara lain dengan menghubungkan salah satu kelompoknya kepada Mahaguru Kupu-kupu, agar pendekar tua itu tercemar namanya dan dijauhi suku-suku itu. Namun Golongan Murni pun tidak dapat menguasai keadaan sepenuhnya, karena jaringan rahasia yang bekerja sama dengannya tidak bertugas atas dasar kesetiaan, melainkan sepenuhnya karena uang, selain juga berbagai kepentingan. Dari kata-kata lelaki paruh baya yang disebut oleh Pedang Kilat sebagai Paman itu, tampaknya mereka telah membantu rencana penjebakan Mahaguru Kupu-kupu Hitam, tetapi dengan tujuan meraih keuntungan bagi diri mereka sendiri, yakni mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ DARI jauh tampaklah Shangri-La yang penuh dengan stupa. Bahkan dari jauh pun terdengar mantra yang bagaikan terpantul dari langit. om mani padme hum Shangri-La bagaikan suatu wihara raksasa dengan ribuan bhiksu yang seperti sedang melakukan upacara, tetapi yang tidak dapat kucermati seperti apa karena kilauan cahaya berkeredap yang seperti nyaris membutakan mata. Segera kulepaskan ilmu halimunan, selain karena lapisan kebeningan justru semakin memantulkan cahaya yang membutakan itu, juga karena sudah berlimpah lapisan cahaya tempat aku bisa bersembunyi di baliknya. Cahaya berkilauan yang berkeredap di atas kota itu membuat segalanya bagaikan bergerak lebih cepat. Pedang Kilat masih dalam keadaan melayang ketika kulihat ia mencabut pedangnya yang berkilat itu dan segera terdengar suara logam beradu. ''Aaaakkh!'' Terdengar jerit kesakitan dan cipratan darah di udara. Rupanya senjata Pedang Kilat te lah membelah dada seseorang yang melesat takk alah cepat dalam serangannya yang sangat tiba-tiba. ''Aaaaakkkhgh!'' Terdengar lagi suara jeritan lain, dan darah menciprat semburat ke langit dari luka yang lebih parah. Tetesan darahnya jatuh ke bumi seperti hujan, dengan sangat amat pelahan, seperti memberi kesempatan kepada siapapun yang lewat ke bawah untuk berlari menghindarinya. Setelah itu barulah tubuh terbelah sang korban, tidak jelas lelaki atau perempuan, melayang turun perlahan-lahan, dengan mulut yang tampak seperti berterak kesakitan, tetapi tanpa suara sama sekali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Agaknya senjata lelaki paruh baya itu, sepasang belati panjang yang berkilat-kilat, telah pula menelan korban, dan ini sungguh bukan waktu untuk diam, karena dari bawah segera berkelebat penyerang baru, lebih dari satu, yang juga menyerang Pedang Kilat. "AHA! Rupanya Belati Sakti dari Gunung Merah turun gunung karena ingin memiliki Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam! Untuk siapakah kitab itu kiranya nanti" Untuk dirimu sendiri ataukah keponakanmu yang cantik itu" Huahahahahaha!" Namun tawa itu tak bisa terbahakkan terlalu lama, karena pemilik kedai yang rupanya pendekar bergelar Belati Sakti dari Gunung Merah itu telah menggulungnya dengan jurus-jurus mematikan dari kedua belati panjangnya yang berkilauan, sementara Pedang Kilat bahkan menghadapi dua lawan berpasangan yang masing-masing membawa dua golok, dan kini keempat-empat golok itu menggulung Pedang Kilat dari segala jurusan. Belati Sakti dari Gunung Merah dan Pedang Kilat sejak kedatangannya tadi belum menginjak bumi sama sekali, begitu juga dengan diriku yang mengikuti di belakangnya, yang setiap kali harus mengelak untuk tidak terlibas sosoksosok bayangan berlesatan, karena pertarungan perebutan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam agaknya sudah berlangsung. Dengan ilmu meringankan tubuh, setiap pendekar yang nyaris bersamaan tiba dari segala penjuru ini bisa tetap berada di udara melalui saling sentuhan dengan senjata-senjata lawannya. Ribuan bhiksu di bawahnya memberlangsungkan upacara Hari Magha Puja, tetapi berbeda dari para bhiksu di Kuil Shaolin yang mengerti ilmu s ilat, para bhiksu di bawah itu seperti tidak menyadari sama sekali betapa suatu pertarungan antara hidup dan mati, di antara banyak pihak yang saling menyerang satu sama lain sedang berlangsung Ribuan bhiksu tetap tenggelam dalam mantra suci. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ om mani padme hum Kuingat Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu berkata, betapa dia meletakkan kitab itu di tempat terbuka, yang membuat siapa pun bisa melihat bahkan membuka-bukanya. "Tetapi tidak berarti siapa pun boleh mencurinya." Itulah yang membuat Mahaguru Kupu-kupu Hitam diceritakan kembali dalam berbagai perbincangan di kedai, dan dimanfaatkan oleh Mahaguru Kupu-kupu ketika menceritakannya kembali kepadaku, bahwa ia suka membunuh siapa pun yang datang untuk berguru kepadanya. Adapun yang terjadi, siapa pun yang ditolaknya untuk berguru, selalu saja berusaha mencuri kitab itu, dan tampaknya memang selalu terbunuh. Agaknya yang datang memang bukan orang yang dengan jujur ingin berguru seperti Golok Karat, melainkan para pencuri kitab, yang akan mendapatkan keuntungan besar jika berhasil mencuri, menggandakan, dan memperdagangkannya. Aku bahkan pernah mendengar bahwa dalam perdagangan kitab-kitab ilmu silat curian ini, seseorang bisa menjualnya bukan sebagai ilmu silat yang utuh, melainkan dari jurus ke jurus. Adapun harga setiap jurus dalam lembaran terpisah itu pun bisa sangat mahal harganya. Tidaklah mengherankan jika berita kematian Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang segera tersebar dibawa angin, telah mengundang para pemburu kitab itu, yang juga datang menunggang angin dan begitu tiba langsung saling menyerang. Aku melesat jungkir balik ke atas menghindari berbagai bayangan yang berkelebat dalam pertarungan di antara kilau cahaya berkeredapan. Begitulah aku me layang-layang di antara para pendekar yang bertarung, dengan mata mencari tempat keberadaan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang menjadi sumber perkara itu. Di ruang begini luas dengan ribuan bhiksu berjubah merah dan kuning yang bergumam, di manakah kiranya terdapat sebuah kitab yang disebutkan terbuka untuk dilihat dan dibaca semua orang" om mani padme hum Dalam gumam mantra yang membubung, hanya kesilauan yang terpandang di antara dentang logam, darah bercipratan, dan kilau-kilau cahaya yang berkeredap membutakan. (Oo-dwkz-oO) Episode 207 : ga ada (Oo-dwkz-oO) Episode 208: [Impian dalam Perdebatan] Pertarungan yang sudah menjadi tidak terlalu jelas antara siapa melawan siapa, yang berlangsung tanpa pernah menyentuh bumi ini akhirnya bisa kulacak asal-usulnya, DI antara banyak bangunan di pelataran batu luas terbuka yang dipenuhi para bhiksu itu, terdapatlah suatu bangunan empat tiang tanpa dinding dengan lantai tinggi, seperti balai pertemuan tempat seorang guru memberi pelajaran. Namun tiada seorangpun berada di dalam bangunan itu sekarang, kecuali sebuah kitab kain gulungan, yang tiada lebih dan tiada kurang memang adalah Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang sedang diperebutkan semua orang dengan pertaruhan nyawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Itulah rupanya kitab yang menurut Mahaguru Kupu-kupu Hitam berada di tempat terbuka dan bebas untuk dibuka-buka dan dibaca siapapun jua yang berminat mempelajarinya, asal jangan mencurinya, karena pada saat kitab itu terangkat oleh siapapun yang berniat mencurinya, dapat dipastikan Mahaguru Kupu-kupu Hitam sendiri akan membunuhnya. Kini, ketika bahkan telah kusaksikan Mahaguru Kupu-kupu Hitam tewas secara mengenaskan oleh persekongkolan Golongan Murni dan dituntaskan oleh manusia ikan, tampaknya tetap berlangsung ketentuan serupa, bahwa siapapun yang bahkan masih bermaksud saja mengambil kitab itu langsung terancam nyawanya oleh seseorang yang lain. Agaknya di tengah gumam puja yang membubung ke udara, sesosok bayangan yang sebelumnya melenting dari genting ke genting di kota wihara Shangri-La telah berkelebat menukik ke bawah ke arah kitab yang tergeletak pada bangunan terbuka itu, tetapi yang sebelum masuk ke bawah atapnya telah disambar sesosok bayangan lain yang bermaksud membunuhnya sebelum mengambil kitab itu pula. Belum usai kedua sosok bayangan yang berkelebat itu bertarung tanpa bisa diikuti oleh mata orang biasa di antara keredap kilauan cahaya, telah berkelebat pula sesosok bayangan dari atas genting yang mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk menyambar kitab itu. Namun bukan saja kedua sosok bayangan yang sedang bertarung itu akan segera menghalanginya dengan hamburan jarum-jarum beracun dan lesatan pisau terbang, tetapi sesosok bayangan lain telah pula menyerang dan mencegahnya untuk mengambil kitab itu, agar dapat diambilnya sendiri pula -tetapi karena yang diserang bukan sembarang pendekar agaknya, maka bukan saja jarum-jarum beracun dan pisau terbang berbalik, tetapi juga penyerang baru yang terakhir itu tewas muntah darah, dan kedua sosok bayangan yang sedang bertarung itu diserangnya pula. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Begitulah keadaannya sebelum maupun sesudah Pedang Kilat dan Belati Sakti dari Gunung Merah tiba, karena empat sisi bangunan terbuka tempat kitab itu berada bagaikan memancing segala penyusup memasukinya, yang sekaligus berarti sesosok bayangan lain akan berkelebat menyerangnya pula. Demikianlah terus berlangsung di antara gumam ribuan bhiksu dan kilau cahaya yang berkeredapan, yang betapapun cukup bagiku untuk melakukan perhitungan ke belakang tentang bagaimana pertarungan saling bersilang yang sangat berbahaya dan tidak dapat diikuti mata ini berlangsung. Tentu bayangan berkelebat yang berdatangan itu bukan tiada habisnya, bahkan bagiku dengan jumlah yang berdatangan ini pun sudah terlalu banyak rasanya. Sangat mengherankan bagiku betapa cepat berita kematian Mahaguru Kupu-kupu Hitam di atas rakit di tengah Danau Bita itu tersebar, sehingga bahkan Pedang Kilat dan Belati Sakti dari Gunung Merah yang sangat tahu menahu, bahkan dapat dikatakan ikut membunuhnya pula, dapat didahului orang lain di tempat terdapatnya kitab yang menjadi tujuan pembunuhan rahasia mereka itu. Meskipun jaringan mata-mata merupakan dugaanku terbaikku, aku tidak membayangkan betapa Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo beritanya akan mencapai begini banyak orang sebelum pembunuhnya sendiri tiba di Shangri-La. Gumam mantra suci masih membubung dalam pradaksina para bhiksu yang terus berputar, berputar, dan berputar... om mani padme hum Pertarungan antara berbagai bayangan memang tidak kasat mata, tetapi ketika korban dengan dada tersayat dan darahnya menciprat ke udara berjatuhan, tetaplah akhirnya jatuh ke bumi, di atas genting untuk akhirnya menggelinding ke bawah; di tempat terbuka untuk diam selama-lamanya dengan pisau terbang menancap di tengkuknya; atau juga berdebum di antara para bhiksu yang sedang melakukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pradaksina. Namun para bhiksu itu agaknya tidak merasa perlu menjadi gempar, apalagi panik dengan jatuhnya orangorang yang menyoren pedang dari balik cahaya berkilauan itu, karena ternyata mereka terus memberlangsungkan upacaranya, dan arus pradaksina hanya menjadi tersibak karena tiada seorang bhiksu pun yang ingin melangkahi atau menginjak para pemburu kitab yang sudah perlaya itu. DEMIKIANLAH bagaikan dari langit melayang turun mayatmayat terakhir yang seringan kapas, yang ketika terjerembab menyentuh bumi pun melenting kembali bagaikan tubuhnya hanya berisi udara. Tubuhnya melenting, cipratan darahnya melenting, senjatanya pun melenting, seperti melawan tarikan bumi, meski akhirnya tetap saja terbujur kaku beku karena memang sudah tiada bernyawa lagi. Di antara keredap cahaya berkilauan aku tercenung, karena keadaan ternyata tidak merelakan diriku tenggelam dalam kemewahan untuk berpangku tangan. Dalam kemelut pertarungan saling bersilang penuh kelebat bayangan saling menyambar penuh ancaman, jika diriku tanpa sengaja terperangkap di tengahnya, karena taksempat menghindar terpaksalah kuberikan kepada siapa pun yang menyambarku kibasan kematian. Korbanku itulah yang mati melayang tanpa bobot, karena Jurus Kibasan Naga Menghampakan Udara yang akan keluar dengan sendirinya tanpa dipikirkan dalam desakan. Kemudian, hanyalah Pedang Kilat dan Belati Sakti dari Gunung Merah yang tetap bertahan. Mereka hinggap di puncak stupa yang berseberangan dan saling berpandangan. Tahukah mereka betapa seseorang yang tidak kelihatan, yakni diriku, telah ikut mengurangi jumlah lawan" Namun dapat kubaca dalam pandangan mereka dari balik kilauan, pikiran mereka hanya tertuju kepada Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam... TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka Pedang Kilat pun melayang turun langsung masuk ke dalam, sementara Belati Sakti dari Gunung Merah tetap berada di puncak stupa untuk menjaga kemungkinan. Aku mengerti, lelaki paro baya yang telah mengelabuiku sebagai pemilik kedai itu berjaga atas kedatangan bayangan berkelebat yang kiranya mungkin saja akan menyambar Pedang Kilat, seperti yang sudah berlangsung dalam pertarungan saling bersilang nan seru beberapa kejap mata sebelumnya. Belati Sakti dari Gunung Merah, yang telah kusaksikan kepiawaiannya memainkan sepasang belati panjang berkilauan, yang begitu cepat geraknya sehingga senjatanya dapat membabat tanpa ternoda oleh darah, tampak mengawasi arah lenyapnya Pedang Kilat ke balik atap dengan tajam. Siapa pun berusaha mengusik Pedang Kilat, pastilah akan segera tewas dengan luka sayatan mematikan. Aku masih menunggu dan harus menunggu, karena terhadap kitab itu pun diriku mempunyai kepentingan. Aku harus mendapatkannya karena merupakan syarat pembebasan Yan Zi dan Elang Merah seperti yang diajukan Mahaguru Kupu-kupu. Maka aku pun menyaksikan sesosok bayangan berkelebat. Ia berkelebat lebih cepat dari cepat sehingga tak sempat kulihat dengan jelas sosoknya, tetapi dengan cukup jelas kulihat ia menyentuh tengkuk Belati Sakti dari Gunung Merah yang ternyata tidak menyadari kehadiran bayangan ini sama sekali. Ketika Pedang Kilat me lenting ke puncak stupa sambil membawa kitab, Belati Sakti dari Gunung Merah memang masih berdiri dengan keseimbangan penuh, tetapi sudah tidak bernyawa lagi. Mungkin Pedang Kilat sempat heran karena tiada gerakan sama sekali dari Be lati Sakti, tetapi belum lagi kakinya hinggap TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ di atap stupa, kitab yang dipegangnya telah lenyap dari tangannya. Lantas terdengar ledakan tawa membahana. ''Huahahahahahaha! Kalian kira begitu mudah mengalahkan pemilik Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam" Huahahahahahaha!'' Pedang Kilat yang telah hinggap wajah cantiknya menjadi pucat pasi. Bukan saja karena saat itu Belati Sakti dari Gunung Merah ambruk dan menggelinding jatuh ke bumi, tetapi tentu karena di stupa di seberangnya telah hinggap pula Mahaguru Kupu-kupu Hitam! Ia memegang gulungan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. ''Cobalah kalian pikirkan,'' ujarnya, ''apakah pantas kitab ini dimiliki oleh pembunuh licik seperti kalian"'' Pedang Kilat melayang ke bawah, ke arah tubuh Belati Sakti dari Gunung Merah yang telah menyibakkan arus pradaksina para bhiksu, dan meratapinya. ''Paman!'' Namun lelaki paro baya yang disebutnya Paman itu telah pergi, tanpa sempat menikmati segenap rencana rinci yang semula tampaknya berhasil, bahkan tak disadarinya betapa rencana itu berakhir dengan kegagalan. Mahaguru Kupu-kupu Hitam sama sekali tidak mati. Pedang Kilat menangis tersedu-sedu di tengah bubungan mantra para bhiksu yang meski arusnya tersibak sama sekali tidak berhenti. om mani padme hum Mahaguru Kupu-kupu Hitam memandangi Pedang Kilat yang menangis tersedu-sedu. Takdapat kubaca makna pandangan pada wajah tokoh persilatan itu. Dalam dunia persilatan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tempat nyawa melayang tak dibicarakan lagi, masihkah perlu bersedih untuk kepergian satu nama lagi" Kulihat ia menghela napas panjang. Ya...kulihat ia menghela napas panjang ketika melihat Pedang Kilat dengan masih tersengguk-sengguk dan bersimbah airmata akhirnya mengangkat tubuh Belati Sakti dari Gunung Merah itu dan tanpa menoleh lagi berjalan pergi mengikuti arus para bhiksu. Sempat kulihat bahwa sebelum mengangkatnya, Pedang Kilat mengambil sepasang belati panjang berkilauan itu, dan menyelipkannya di pinggangnya sendiri. Ia berjalan membawa tubuh lelaki yang disebutnya Paman itu, mengikuti arus bhiksu yang masih terus menggumamkan mantra dan berputar mengikuti pradaksina. Apabila kemudian ia akan berada di balik stupa utama yang dikelilingi para bhiksu ini, kutahu belaka ia tidak akan muncul kembali, sampai tiba saat ia merasa mampu membalas dendam. Tinggal diriku di puncak stupa di balik cahaya berkilauan. Aku pun menggeser kedudukanku, keluar dari kilau kemilau menyilaukan itu dan memperlihatkan diri. Mahaguru Kupu-kupu Hitam masih menatap ke arah Pedang Kilat menghilang, membelakangi diriku, tetapi berbicara kepadaku. ''Bahkan mereka semua bicara tentang Ilmu Silat Kupukupu Hitam yang bersumber dari cerita tentang Zhuangzi, bahwa tidak dapat diketahui apakah Zhuangzi adalah kupukupu yang bermimpi jadi Zhuangzi, ataukah memang Zhuangzi yang bermimpi jadi kupu-kupu, yang dalam ilmu silat menjadi sulit dibedakan manakah sosok bayangan dan manakah sosok kenyataan, karena dalam Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam sosok bayangan adalah sama nyatanya dengan sosok dalam kenyataan.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku jelas sudah harus mengerti dengan sendirinya, bahwa Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang dikepung dan dikeroyok para pendekar maupun orang-orang golongan hitam, tetapi hanya terpastikan tewas oleh tangan manusia air ketika terkapar luka parah di atas rakit di Danau Bita itu, tiada lebih dan tiada kurang adalah sosok bayangan, sebagai dari Jurus Impian Kupu-kupu dalam Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Tidak heran betapa diriku pun sudah menaruh syak wasangka, seolah-olah Mahaguru Kupu-kupu Hitam saat itu terlalu cepat bisa dikalahkan. Tak dapat diragukan lagi kini, Mahaguru Kupu-kupu Hitam adalah seorang pendekar yang sakti mandraguna. Mungkinkah aku mengalahkannya" ''Namun tentunya Anak masih menghendaki kitab ini bukan"'' Begitulah Mahaguru Kupu-kupu Hitam bertanya sambil membalikkan badan dan menghadapiku. ''Ampunilah diriku yang tiada bernama ini wahai Sang Mahaguru yang kesaktiannya tiada terukur, betapapun kedatanganku memang untuk mengambil kitab itu.'' Barulah kini dapat kutatap sosoknya dengan jelas. Wajahnya sama belaka dengan Mahaguru Kupu-kupu kakaknya itu, tetapi tanpa unsur kejahatan sama sekali. Kurasakan betapa keji segala fitnah yang mengarahkan gambaran, betapa Mahaguru Kupu-kupu Hitam adalah seorang pembunuh kejam, yang bahkan begitu tega membunuh siapapun yang mengajukan diri untuk berguru. Dalam dunia persilatan, memang banyak mahaguru dari perguruan besar yang begitu angkuhnya, sehingga tidak akan sembarangan menerima murid dan akan melakukan penolakan dengan tegas, tetapi bahkan para guru golongan hitam tiada akan membunuh siapapun yang datang dengan tujuan menjadi murid. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mahaguru Kupu-kupu Hitam menghela napas panjang. Ia mengenakan jubah hitam yang menutup seluruh tubuhnya. Rambutnya sudah putih seluruhnya, lurus dan panjang, brewoknya juga seluruhnya putih. Mungkinkah dia berada di sini sekarang, sementara sosok yang sama belaka kini mungkin sedang diurus oleh penduduk di sekitar Danau Bita untuk disempurnakan dalam pembakaran" ''Daku hanya membunuh para pencuri, Anak, jadi daku tidak mungkin membunuh Anak yang telah memintanya dengan alasan yang sangat bisa diterima, tetapi diriku pun rasanya tidak mungkin melepaskan kitab itu begitu saja.'' Aku terkesiap, tetapi aku sungguh siap untuk bertarung merebutnya. ''Anak, betapapun daku hanya bisa melepaskan kitab ini kepada orang yang pantas.'' Aku sepenuhnya siap untuk bertarung, tetapi aku tetap bertanya juga ''Apakah kiranya yang dimaksudkan Sang Mahaguru"'' Ia tersenyum sejenak, tetapi segera menjadi sangat bersungguh-sungguh. ''Jika tidak, bahkan masih lebih baik bagiku jika kitab yang telah banyak menumpahkan darah ini kumusnahkan.'' Dadaku berdegup keras. Jika dihancurkannya kitab itu menjadi abu, akan lenyap kesempatanku menyelamatkan jiwa Yan Zi dan Elang Merah! BUKAN Golok Karat, melainkan Iblis Suci Peremuk Tulang pernah membicarakan ini dan untunglah aku masih mengingatnya. Kujawab hanya dengan satu kata. "De." "Dan dari manakah datangnya De itu?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Dao." "Apa hubungan De dan Dao?" Aku terpaksa mengambil napas dulu sebelum menjawab sambil mengingat-ingat apa saja yang dikatakan Iblis Suci Peremuk Tulang. "Asal mula segala sesuatu adalah Ketakberadaan, bahkan juga bukan Keberadaan maupun nama apa pun dan dari sanalah datangnya Yang Tunggal. Ketika Yang Tunggal ini mengada, terdapatlah Yang Tunggal, tetapi tanpa bentuk. Ketika segala sesuatu mengada, itu disebut De. "Jadi De kita yang membuat kita ada. Kita menjadi bahagia ketika De atau kemampuan alami kita berkembang secara penuh dan bebas." Tidaklah harus kusebut betapa peleburan diri dengan alam inilah yang menghubungkan De dengan Dao. "Apapun dari alam berada dalam diri dan apapun dari manusia berasal dari luar. Sapi dan kuda berkaki empat datangnya dari alam, tetapi tali kendali pada leher kuda dan hidung sapi datang dari manusia. Mengikuti segala sesuatu dari alam adalah sumber kebahagiaan dan kebaikan, sedangkan mengikuti segala sesuatu dari manusia adalah sumber penderitaan dan kejahatan." Mahaguru Kupu-kupu Hitam mengangguk-angguk. "Tentu, tentu, begitulah menurut Zhuangzi, tetapi mengapa disebutnya kebahagiaan itu nisbi?" "Secara alamiah segala sesuatunya begitu beragam, yang sama adalah kebahagiaan sepenuhnya didapat jika dialami dengan Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sepenuhnya bebas pula, sedangkan yang membedakan adalah kemampuan alamiahnya dalam keberagaman itu." "Anak, itu masih terlalu kabur bagiku." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Zhuangzi memberi contoh dengan burung besar dan burung kecil, kemampuan keduanya jelas berbeda; yang satu bisa terbang ribuan li, sementara yang lain hanya dari pohon yang satu ke pohon yang lain, tapi betapapun keduanya bahagia ketika dapat melakukan apa pun yang dapat dan senang mereka lakukan." "Hmm, burung-burung," ujar Mahaguru Kupu-kupu Hitam, "yang kudengar Zhuangzi bicara tentang bebek dan bangau." "Zhuangzi juga memberi contoh dengan bebek dan bangau," kali ini yang kuingat cerita Golok Karat, "kaki bebek pendek, tapi mereka akan menderita jika kita panjangkan, sedangkan kaki bangau panjang, dan tentu mereka akan menderita pula jika kita pendekkan. Kita tidak memotong yang secara alamiah panjang, dan tidak memanjangkan yang secara alamiah pendek." "Tetapi hukum, pemerintahan, dan filsafat juga tidak alamiah bukan?" "Memang, hukum, tata nilai, dan pemerintahan dibuat untuk menegakkan keseragaman dan menekan perbedaan, tetapi tujuan mulia ini membuat keadaan menyedihkan." "Anak, ini pun bagiku membingungkan." "Zhuangzi memberi contoh dengan sebuah cerita. Ketika seekor burung pantai hinggap di luar kotaraja Lu, seorang bangsawan menangkap dan memeliharanya, memberinya anggur di sebuah kuil, dan memainkan bebunyian chiu-shao untuk menghiburnya, bahkan menyembelih seekor lembu jantan untuk memberinya makan. Namun burung itu menjadi bingung dan terlalu takut untuk makan atau minum apa pun. Dalam tiga hari burung itu pun mati. "Ini cara memperlakukan burung seperti memperlakukan diri sendiri, bukan burung sebagai burung. Air adalah kehidupan bagi ikan, tetapi kematian bagi manusia kalau harus bernapas di dalamnya. Dibentuk secara berbeda, yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mereka sukai dan tak sukai pun haruslah menjadi berbeda. Maka para bijak masa awal tidak membuat kemampuan dan pekerjaan menjadi seragam. Saat bangsawan itu memperlakukan burung dengan cara yang dianggapnya paling terhormat, tentu ia bermaksud baik; tetapi hasilnya ternyata sebaliknya dari yang diharapkan. Inilah yang akan terjadi ketika peraturan hukum dan tatanilai dipaksakan oleh pemerintah dan khalayak kepada pribadi seseorang." "Jadi Zhuangzi menolak pemerintahan?" "Zhuangzi dengan keras menolak pemerintahan melalui balai pemerintah resmi, dan tetap menggantikannya dengan yang dianggap terbaik, yakni me lalui bukan-pemerintah. Zhuangzi berkata, 'Aku telah mendengar tentang membiarkan manusia bebas, tetapi bukanlah bebas memerintah manusia. Pembiaran timbul dari ketakutan bahwa manusia akan mencemari kealaman-dalamnya dan menyingkirkan De mereka. Jika manusia tidak mengotori kealaman-dalamnya dan tidak mengesampingkan De, masihkah dibutuhkan pemerintahan atas manusia"' ''Orang bijak akan bahagia mencapai kebahagiaan mutlak, karena ia mengatasi perbedaan antara diri dan dunia, antara 'aku' dan 'bukan aku'. Maka ia takpunya diri. Ia menyatu dengan Dao, sedangkan Dao tidak melakukan apapun tetapi tidak ada apapun yang belum dilakukan. Dao tak bernama dan orang bijak yang menyatu dengan Dao juga tak bernama.'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam tersenyum. ''Adakah dirimu bermaksud mengatakan dirimu bijak, Anak, karena dikau tak bernama"'' ''Tentu bukanlah nama dalam pengertian ini yang dimaksud Zhuangzi, wahai Sang Mahaguru, melainkan dalam kebahagiaan mutlak menyatu dengan Dao.'' ''Kebahagiaan mutlak. Hmm. Dikau telah bicara tentang cara mencapainya, tetapi bukankah Zhuangzi juga bicara TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tentang tiga hal terpenting untuk mencapai kesempurnaan"'' ''Ketiganya adalah Sudut Pandang Berhingga, Sudut Pandang yang Lebih Tinggi, dan Pengetahuan yang Lebih Tinggi.'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam tersenyum lagi, tetapi aku sungguh merasa sulit untuk menduga, apakah kiranya makna senyumannya itu. Apakah dia merasa senang karena jawabanku tidak terlalu keliru, ataukah merasa kasihan karena penguasaanku atas filsafat Zhuangzi hanya sebatas di permukaan" ''Nah, kalau begitu ceritakanlah kepadaku, Anak, tentang Sudut Pandang Berhingga,'' kata Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu kepadaku. Maka aku pun membicarakan Sudut Pandang Berhingga. ''Bagaimanakah caranya seseorang bisa menjadi manusia sempurna" Disebutkan terdapatnya dua tingkat kebahagiaan maupun dua tingkat pengetahuan. ''Pada mulanya Zhuangzi bicara tentang angin yang memberikan berbagai macam suara, masing-masing dengan ciri, apakah itu suara bumi, ataukah juga suara manusia. Suara bumi dan suara manusia bersama-sama membentuk suara langit. ''Suara manusia membentuk yen atau kata-kata yang terucapkan di dunia manusia. Itu berbeda dengan suara bumi seperti yang disebabkan oleh angin, karena ketika kata-kata yang terucap mengungkapkan kembali gagasan manusia. Suara manusia itu mengungkapkan kembali penegasan dan penyangkalan, maupun pendapat yang diajukan setiap orang dari sudut pandangnya sendiri yang berhingga -dan karena berhingga, tentu tidak mencakup semuanya. ''Apa yang bagi pengikut Kong Fuzi benar, bagi pengikut Mo Tzu pasti salah, dan sebaliknya. Masalahnya, jika Sang Mahaguru merasa benar dan mengatakan diriku salah, betulkah Sang Mahaguru benar dan diriku salah" Sebaliknya, jika diriku merasa benar dan mengatakan Sang Mahaguru TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ salah, betulkah Sang Mahaguru salah dan diriku benar" Betulkah salah satu di antara kita benar dan yang lain salah" Mungkinkah kita berdua benar dan kita berdua salah" Kita berdua sama-sama tidak tahu, dan bagi yang lain pun hanya terdapat kegelapan. ''Tentu kita berdua bisa bertanya kepada seseorang, tetapi jika ia sependapat dengan Sang Mahaguru, bagaimanakah kiranya ia bisa memutuskan" Begitu pula jika ia sependapat dengan diriku, bagaimana pula ia dapat memutuskan" Kita bisa juga bertanya kepada seseorang yang sependapat dengan kita berdua, tetapi karena ia sependapat dengan kita berdua, bagaimanakah ia akan mengambil keputusan" Kita akan bisa pula bertanya kepada seseorang yang tidak setuju dengan kita berdua, dan memiliki pendapatnya sendiri, tetapi jika demikian halnya, bagaimana pula ia akan mengambil keputusan" ''Semua pandangan ini adalah nisbi. Jika terdapat kehidupan, terdapatlah kematian; jika terdapat kematian, terdapatlah kehidupan. Jika terdapat kemungkinan, terdapatlah ketidak-mungkinan; jika terdapat ketidakmungkinan, terdapatlah kemungkinan. Karena ada yang benar maka ada yang salah, karena ada yang salah maka ada yang benar. Segala sesuatu bisa berubah dan memiliki banyak sisi. Betapapun, diyakini terdapat sesuatu yang lebih tinggi, sehingga tidak perlu lagi mencari yang salah dan benar. Perdebatan itu akan menjelaskan dirinya sendiri.'' Wajah Mahaguru Kupu-kupu Hitam kini tampak lebih bersungguh-sungguh. ''Baiklah, Anak, tetapi jelaskan pula bagaimana bisa terdapat sesuatu yang lebih tinggi"'' Aku baru saja mau membuka mulut untuk melanjutkan perbincangan tentang filsafat Zhuangzi yang merupakan tahap ketiga perkembangan Dao, setelah dimulai oleh Yang Chu, dan disempurnakan oleh Laozi melalui Dao Dejing yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ termasyhur itu, ketika lima bayangan berkelebat ke arah Mahaguru Kupu-kupu Hitam. AMUN Sang Mahaguru dalam waktu sekejap sempat mengibaskan lengan bajunya, dan dari dalamnya meluncurlah senjata rahasianya, yakni lima kupu-kupu hitam yang kali ini tidak mengepak sama sekali me lainkan langsung menancap pada dahi, bagaikan kupu-kupu hitam itu terbuat dari besi. Kelima penyerang itu saling menancapkan senjata tanpa nyawa lagi, karena setelah kelimanya tak dapat mengendalikan diri setelah nyawanya pergi, Mahaguru Kupukupu Hitam melesat ke atas dari tempatnya hinggap, sehingga dengan saling menancapkan senjata tajam seperti itu, golok, pedang, tombak, kelewang, dan kapak dua sisi, terkuncilah kelima tubuh itu di puncak stupa. Ketika Mahaguru Kupu-kupu Hitam turun lagi dari atas perlahan-lahan, cukup dengan sebelah kakinya ia hinggap pada ujung puncak stupa itu, dengan tangan kiri masih membawa gulungan kitab yang diperebutkan semua orang di dunia persilatan. Di dinding kubah tempat terdapatnya puncak stupa itu, mengalir darah dari luka kelima penyerang tersebut, sebagai harga yang harus dibayar atas keinginan untuk mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. ''Hmmh! Mereka yang terlambat rupanya...,'' ujar Mahaguru Kupu-kupu Hitam, yang lantas kembali memandangku, ''maafkan atas gangguan ini, Anak, sekarang jawablah pertanyaanku itu.'' Maka aku pun menjelaskan perihal Sudut Pandang yang Lebih T inggi. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 209: [Ujian Filsafat di Puncak Stupa] Filsafat Zhuangzi sebetulnya tidak bisa disebut begitu saja sebagai filsafat Zhuangzi, tetapi aku belum mempunyai kesempatan menjelaskannya karena Mahaguru Kupu-kupu Hitam dengan pertanyaannya terus-menerus mencecarku. Mantra ribuan bhiksu bagaikan senandung yang bergelombang menuju suatu cahaya di balik cakrawala, tetapi pikiranku terpaku kepada jawaban segala pertanyaan, karena aku tidak ingin Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu memiliki alasan apa pun untuk tidak menyerahkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu kepadaku. Aku mencoba berbicara secepat-cepatnya agar ia tidak sempat menyela dengan pertanyaan menyulitkan yang membuyarkan ingatan dan pemusatan perhatian. Maklumlah diriku sebenarnya bukan seorang pelajar filsafat yang fasih, karena aku terbiasa mempelajarinya sekadar untuk memenuhi kepentingan mempelajari ilmu s ilat. Demikianlah aku berbicara tentang Sudut Pandang yang Lebih Tinggi. ''Melihat segala sesuatu dari tempat yang lebih tinggi artinya melihat segala sesuatu dengan cahaya dari langit, yang berarti melihat segala sesuatu dari tempat yang melampaui sudut pandang terbatas, yang adalah Dao. ''Disebutkan, 'Yang ini adalah yang itu, yang itu adalah juga yang ini. Itu memiliki tata cara benar dan salah, ini juga memiliki tata cara benar dan salah. Adakah benar-benar terdapat perbedaan antara ini dan itu" Atau mungkinkah sebenarnya tiada perbedaan antara ini dan itu" ''Bahwa yang ini dan yang itu berhenti untuk menjadi berlawanan adalah inti Dao. Hanya inti inilah, poros yang menjadi pusat lingkaran yang menanggapi putaran yang melingkar tanpa akhir. Yang benar adalah lingkaran tanpa akhir, yang salah juga lingkaran tanpa akhir. Manusia yang berada di pusat lingkaran melihat semuanya, tetapi tidak terlibat di dalamnya. Ini bukan karena dia hanya diam dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengundurkan diri, melainkan karena melampaui yang berhingga dan me lihat segala sesuatu dari sudut pandang lebih tinggi. Zhuangzi memberi contoh, bahwa pandangan terbatas ibarat katak-sumur yang melihat langit, katak itu di dalam sumur hanya bisa melihat sebagian kecil langit, dan mengira hanya sebesar itulah langit. ''Dalam pandangan Dao, segala sesuatu adalah seperti apa adanya, juga dalam filsafat Zhuangzi disebutkan, eYang Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mungkin adalah mungkin, yang takmungkin adalah takmungkin. Dao membuat mereka semua seperti apa adanya. Apa yang bukan mereka" Mereka bukanlah yang bukan mereka. Segalanya adalah sesuatu dan adalah baik untuk sesuatu. Tiadalah yang bukan sesuatu atau tidak baik bagi sesuatu. Maka di sanalah terdapat penopang-atap dan tiangtiangnya, keburukan dan keindahan, yang ganjil dan yang istimewa. Semua ini dalam makna Dao adalah bersatu dan menyatu.i Meski segalanya berbeda, mereka semua serupa, dan mereka semua membentuk sesuatu dan adalah baik bagi sesuatu. Mereka semua setara datang dari Dao. Dalam pandangan Dao, segala sesuatu, meskipun berbeda-beda, bersatu dan menyatu. ''Disebutkan lagi, eMembuat perbedaan artinya membangun sesuatu, tetapi membangun sama dengan menghancurkan. Sesuatu sebagai keseluruhan bukan bangunan maupun kehancuran, melainkan sebaliknya bersatu dan menyatu.i Dicontohkan, jika sebuah meja terbuat dari kayu, dari sudut pandang meja, ini adalah tindakan membangun. Namun dari sudut pandang kayu atau pohon, ini suatu penghancuran. Pembangunan dan penghancuran dengan ini betapapun hanya terpandang dari sudut pandang yang berhingga. Dalam pandangan Dao, tidak ada pembangunan maupun penghancuran. Pembedaan ini adalah nisbi.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ MAHAGURU Kupu-kupu Hitam sudah tampak akan membuka mulut, tetapi aku berbicara terus. "Pembedaan 'aku' dan 'bukan-aku' juga nisbi. Dari sudut pandang Dao, 'aku' dan 'bukan-aku' adalah bersatu dan menyatu. Disebutkan, 'Tidak ada yang lebih besar di dalam dunia daripada seujung rambut, Gunung T'ai pun masih kecil. Tidak ada yang lebih tua daripada bayi mati, meski Peng Tsu tidak akan pernah mati. Langit dan Bumi dan Aku mengada bersama, dan segalanya bersamaku adalah satu."' Saat aku mengambil napas, Mahaguru Kupu-kupu Hitam menimpali dengan pernyataan Hui Shih. cintai segalanya dengan setara Langit dan Bumi adalah satu raga Aku hanya bisa mengangguk, karena tidak ada yang dapat kusampaikan lagi. Dengung dari gumam mantra para bhiksu mendayu-dayu dengan merdu. Darah masih terus mengalir dari kubah dan menetes ke bawah. Lima mayat yang saling mengunci pada stupa itu ternyata lukanya parah. Pantaslah darahnya dengan segera membuat kubah berwarna merah. Namun ribuan bhiksu yang mengalir dalam pradaksina di bawah itu seperti tidak melihatnya. Bahkan darah yang menetes ke bawah pun tak pernah mengenai mereka. Padahal ribuan bhiksu mengalir dengan begitu padatnya! "Anak, ceritakanlah kepadaku kini tentang Pengetahuan yang Lebih T inggi." Kukerahkan pengetahuan seadanya yang kudapatkan dari ruang pustaka Kuil Pengabdian Sejati dan hasil percakapan dari malam ke ma lam dengan Iblis Suci Peremuk Tulang, maupun apa yang kudengar dari Golok Karat yang dengan ini kematiannya ingin kuberi arti. "Pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan yang bukan pengetahuan." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mahaguru Kupu-kupu Hitam tampak tertegun, tapi aku terus menyodok sebelum pendekar tua itu bertanya lagi. "Hui Shih berkata, 'Yang terbesar tidak memiliki sesuatu pun di baliknya dan disebut sebagai Ketunggalan Besar,' tetapi Hui Shih mungkin lupa, bahwa karena tidak ada sesuatu di baliknya maka tidak mungkinlah bicara atau memikirkan sesuatu tentangnya. Pada apa pun yang bisa dipikirkan dan dibicarakan terdapat sesuatu di baliknya, yakni pemikiran dan perbincangan itu sendiri. Kaum Dao, sebaliknya menyadari bahwa 'yang satu' itu tak terpikirkan dan tak terungkapkan. "Disebutkan, perwujudan yang tak berhingga adalah perwujudan tempat kehidupan manusia yang sudah mencapai Dao. Manusia seperti itu takhanya mengetahui 'yang satu', tetapi juga mengalaminya. Pengalaman ini adalah pengalaman hidup di dalam perwujudan yang tak berhingga. Ia melupakan perbedaan segala sesuatu, bahkan mereka yang terlibat dalam hidupnya sendiri. Dalam pengalamannya hanya tinggal yang takterbedakan, dan di tengah-tengahnyalah ia hidup. Dalam bahasa puisi: ia yang berkereta kewajaran dalam semesta menunggangi perubahan enam bagian menjadikannya wisata menuju tak terhingga "Ia benar-benar seorang merdeka, kebahagiaannya mutlak. Di sini Zhuangzi mencapai pemecahan terakhir dari masalah asli Kaum Dao awal. Masalah itu adalah bagaimana menjaga kehidupan serta menghindari kerusakan dan bahaya, yang bagi orang bijak justru berhenti menjadi masalah. Dikatakan, eSemesta adalah kesatuan segalanya. Jika kita mencapai kesatuan dan menjadikan diri bagian daripadanya, maka anggota tubuh kita taklain selain debu dan kotoran, sementara hidup dan mati, awal dan akhir, tiada lain selain pergantian siang dan malam, yang takbisa mengganggu kedamaianTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam kita. Seberapa banyaklah untung-rugi, sial-beruntung, dari dunia ini yang bisa mengacaukan kita!i Jadi Zhuangzi mengatasi masalah awal Kaum Dao hanya dengan menghapusnya. Inilah cara filsafat mengatasi masalah. Filsafat tidak memberikan pernik keterangan tentang yang nyata, dan karenanya takbisa mengatasi masalah apapun yang bersifat benda. Misalnya saja tidak bisa membuat seseorang berumur panjang atau menghindari kematian, dan juga tidak bisa membuat seseorang menjadi kaya dan terhindar dari kemiskinan. ''KAUM Dao melihat pembedaan ini dengan jelas. Adalah penting bahwa mereka menggunakan istilah 'lupa' untuk mengungkapkan inti gagasan pendekatan mereka. Para bijak bukanlah pribadi yang tetap berada dalam keadaan dunguasali itu. Mereka pernah memiliki pengetahuan biasa dan melakukan pemilahan yang biasa pula, tetapi kemudian mereka melupakannya. Perbedaan para bijak dengan manusia yang aslinya dungu sama besarnya dengan manusia bernyali dan manusia yang tak takut hanya karena tak merasakan ketakutan. ''Namun terdapat juga Kaum Dao yang gagal melihat perbedaan itu. Mereka mengagumi keadaan yang paling alamiah dari khalayak dan pemikiran, dan membandingkan para bijak dengan kanak-kanak dan orang yang dungu. Kanakkanak dan orang dungu tidak memiliki pengetahuan, jadi tidak melakukan pembedaan, sehingga mereka tampaknya menjadi bagian dari yang tak terbedakan. Kepemilikan mereka atasnya, betapapun sepenuhnya tak sadar. Mereka berada dalam yang takterbedakan, tetapi mereka tidak menyadari keberadaannya. Mereka termasuk yang tidak memiliki pengetahuan, bukan yang memiliki bukan-pengetahuan. Adalah keadaan memenuhi syarat terakhir itulah, yang disebut Kaum Dao sebagai 'pengetahuan yang bukan-pengetahuan'.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sampai di sini Mahaguru Kupu-kupu Hitam terdiam. Aku pun tidak berkata-kata lagi, karena sudah kukatakan semua yang kuketahui tentang Zhuangzi, meski perbincangan filsafat Zhuangzi sendiri tentu tidak seringkas ini. Maklumlah, aku ini hanya seorang pengembara dengan pengetahuan dan kesempatan belajar sangat terbatas; setiap kali mendapat kesempatan belajar filsafat, hanyalah peduli dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu silat. Dalam hati sudah kutetapkan tekadku, jika baginya perbincangan ini hanya berarti diriku tak layak mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam maka aku akan tetap berusaha merebutnya, meski untuk itu aku terpaksa membunuhnya. ''Anak, bagaimanakah dikau akan menjelaskan filsafat Zhuangzi ini dalam hubungannya dengan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam"'' Kali ini aku tidak bisa mengutip siapa pun, karena jika seseorang dari sungai telaga bermaksud melakukan olah filsafat demi ilmu silatnya sendiri, terandaikan ia memiliki penafsirannya sendiri. Jadi kujawab saja dengan penafsiranku. ''Jurus Impian Kupu-kupu yang menjadi jurus utama Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam mengandalkan jurus bayangan yang bukan sekadar gerak tipu, melainkan sama nyatanya dengan kenyataan, sehingga ketika jurus bayangan itu dianggap bayangan yang bisa diabaikan, akan sama mematikan dan melumpuhkan seperti jurus yang nyata; sama juga seperti senjata rahasia kupu-kupu yang berkepak seperti kupu-kupu sebenarnya, tetapi yang jelas hanya bayangan meski membunuh dengan sangat nyata. ''Ketiadaan perbedaan antara bayangan dan kenyataan adalah pengembangan dari pertanyaan filsafat Zhuangzi yang terkenal: apakah Zhuangzi adalah Zhuangzi yang bermimpi menjadi kupu-kupu, ataukah kupu-kupu yang bermimpi menjadi Zhuangzi" Ketika tiada lagi perbedaan antara bayangan dan kenyataan, pada saat itulah manusia berada TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dalam Ketunggalan Agung yang tidak memisahkan bayangan maupun impian dengan kenyataan. Dengan pendekatan Dao, bahwa segala sesuatu bersatu dan menyatu, karena tiada ruang lain bagi semesta selain semesta itu sendiri, maka Jurus Impian Kupu-kupu akan menjadi impian nyata yang dalam kematangan bukan-pengetahuannya tak terkalahkan.'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam menghela napas panjang. Ia bertumpu hanya dengan satu kaki pada puncak stupa, mengelus-elus gulungan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam di tangannya. ''Nah, Anak,'' katanya, seperti segalanya sudah selesai, ''sekarang jawablah pertanyaan daku yang terakhir, yang tentu saja tidak akan keliru.'' Aku terkesiap, karena jika pertanyaan yang dianggap mudah itu jawabannya keliru, tamatlah sudah harapanku mendapatkan kitab itu dengan restu. ''Katakanlah kepadaku Anak, adakah Zhuangzi"'' Memang benar pertanyaan ini sangat menjebak. Namun langsung segera kujawab ''Ada dan tidak ada.'' Mahaguru Kupu-kupu Hitam tersenyum, tetapi wajahnya jelas menunggu lanjutan. Aku terpaksa menjelaskan semuanya. ''Masalah ini timbul karena terjadi kerancuan, jika disebut filsafat Zhuangzi maka itu memang ujaran Zhuangzi ataukah ujaran pemikir lain dalam Kitab Zhuangzi" Zhuangzi sendiri hidup sekitar enamratus tahun lalu, dan hanya diketahui berasal dari wilayah kecil Meng yang berada di perbatasan antara Shantung dan Honan, tempat ia hidup sebagai pendeta Dao, dan menjadi terkenal oleh gagasan maupun tulisannya. DISEBUTKAN, raja Wei dari Chu, setelah mendengar namanya, suatu hari mengirim utusan dengan pemberian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hadiah-hadiah, dan mengundangnya ke istana, dengan janji menjadikannya kepala menteri. Zhuangzi konon tertawa dan berkata, 'Pergilah, jangan mengotori diriku... Daku lebih suka menikmati kehendak bebasku sendiri... "Meskipun Zhuangzi hidup sezaman dengan Mengzi dan berkawan dengan Hui Shih, Kitab Zhuangzi yang dikenal sekarang disusun Kuo Hsiang, seorang pemikir besar abad ketiga. Jadi tidaklah harus berarti Kitab Zhuangzi ditulis oleh Zhuangzi sendiri. Sebenarnyalah itu merupakan kumpulan bermacam tulisan Kaum Dao, yang sebagian menghadirkan kembali tahap pertama dalam perkembangan Dao, sebagian lagi tahap kedua, dan sebagian lagi tahap ketiga yang barulah layak disebut sebagai pemikiran Zhuangzi. Namanya memang bias disebut mewakili tahap terakhir pemikiran Dao awal, tetapi tatapikirnya telah disusun kembali sepenuhnya oleh para pengikutnya. Sejumlah bab dalam Kitab Zhuangzi misalnya, berisi pendapat tentang Kung-sun Lung, yang jelas hidup lebih kemudian dari Zhuangzi." Kalimatku belum berakhir ketika Mahaguru Kupu-kupu Hitam tertawa terbahak-bahak. "Huahahahahahahaha! Pintar sekali! Tepat seperti tertulis di dalam Kitab Sejarah Aliran Dao! Huahahahaha!" Tentu saja aku tidak mengarang, aku mengutipnya tepat seperti yang kubaca di Kuil Pengabdian Sejati. Untunglah pada saat yang menentukan seperti ini diriku masih mengingat semuanya dengan nyaris tepat. Memang Iblis Suci Peremuk Tulang menganjurkan agar semua kitab filsafat yang Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berhubungan dengan ilmu silat, terutama yang terdapat dalam Kitab Ilmu-ilmu Silat Ajaib di Negeri Atap Langit kubaca semua, karena bukan takmungkin diriku akan bentrok dengan beberapa di antaranya. (Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Episode 210: [Memburu Kitab yang Meluncur di Udara] Mahaguru Kupu-kupu Hitam masih tertawa terbahak-bahak, sambil mengelus-elus kitab ilmu s ilat yang berwujud gulungan kain, yang masing-masing ujungnya dijepit oleh bambu. Siapkah kini ia berpisah dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu" om mani padme hum Dengan berhentinya perbincangan, mantra yang digumamkan ribuan bhiksu dalam pradaksina mengelilingi Shangri-La itu semakin menguasai langit, bahkan tawa terbahak-bahak Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu menjadi takterdengar sama sekali. Hanya wajah dan bahasa tubuhnya di puncak stupa tempat ia berdiri dengan satu kaki, menunjukkan betapa ia tertawa dengan geli, tetapi sungguh diriku tidak mendengar suara apapun. Aku menunggu pendekar tua itu mengatakan sesuatu kepadaku. Tidak ada lagi yang harus dilakukannya selain menyerahkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu. Ia tampak masih tertawa. Aku masih menunggu dengan waspada. Jika terdapat sedikit saja tanda bahwa kitab itu tidak akan diserahkannya, tiada jalan lain bagiku selain merebutnya, bahkan juga jika dengan itu aku harus menempur dan membunuhnya! Namun kemudian ia mengucapkan sesuatu yang katakatanya menembus senandung merdu gumam para bhiksu. "Anak dari Ho-ling yang tak bernama," katanya, "daku kira dikaulah tentunya Pendekar Tanpa Nama yang kudengar bersama Panglima Amrita Vighnesvara telah menghancurkan balatentara Negeri Atap Langit di Daerah Perlindungan An Nam. Daku pun telah mendengar, betapa hanya kelicikan yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telah menyelamatkan pusat pemerintahan Thang-long dari kepungan para pejuang Viet, dan tentu karena penghianatanlah maka perempuan panglima yang perkasa itu bisa ditewaskan. Berhati-hatilah terhadap segala kelicikan Anak, semoga Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam ini dapat membantu pemecahan segala persoalanmu. Terimalah dan selamat jalan!" Lantas tangannya bergerak melemparkan kitab itu, dengan gerakan seperti akan melemparkan kitab itu di depannya saja. Namun dengan gerak sederhana yang rupanya penuh tenaga dalam itu, kitab itu dalam keadaan masih tergulung meluncur ke arahku dengan kecepatan luar biasa! KITAB itu semakin jauh dariku, memberiku perasaan kehilangan yang sangat rawan, mengingat nyawa kedua perempuan yang menjadi pertaruhan. Gulungan kitab itu meluncur semakin jauh dan bagaikan akan menghilang di balik cahaya matahari pagi yang telah semakin tinggi. Namun aku tidak mau menyerah dan aku sedang mengerahkan segala kemampuan sedapatnya ketika dua pemburu kitab sudah berada di sebelah kiri dan kananku. Hah! Dengan kesal kudorongkan kedua tanganku ke kiri dan ke kanan meluncurkan angin pukulan T elapak Darah tetapi kali ini para pemburu kitab ini lebih baik dari sebelumnya, karena bukan saja keduanya berhasil menghindar, tetapi sete lah berkelit ke atas langsung turun kembali dengan bacokan kelewang, dari kiri dan kanan, yang begitu besarnya sehingga dapat membelah badan menjadi tiga bagian. Aku terpaksa menjatuhkan diri agar bacokan keduanya luput. Saat itulah justru keduanya menjejak udara dan melesat secepat kilat memburu kitab yang telah semakin jauh berkelebat. Aku segera melenting dan berputar-putar kembali ke atas dan segera mengerahkan segala daya. Kini akulah yang memburu para pemburu, menjejakkan kaki dan menggerakkan tubuh seperti ikan lumba-lumba seperti TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ segenap udara adalah air sahaja dan kukerahkan daya batinku mengatasi kemustahilan karena kesadaran atas kenyataan hanya akan menghempaskan aku kembali ke bumi. Demikianlah sedikit demi sedikit aku mendekati kedua pemburu kitab yang tiada pernah kuduga memiliki ilmu begitu tinggi. Mereka tidak menyadari betapa diriku sudah berada di belakang mereka, karena telah kugunakan ilmu halimunan yang membuatku sama sekali tidak terlihat, maupun ilmu peredam suara yang untuk kali pertama kugunakan mengingat apa yang menjadi pertaruhan. Mereka takmenyadari betapa diriku sebenarnya sudah berada di atas punggung mereka. Kuambil kedua kelewang yang tersoren di punggung mereka, tentu setelah dengan mendadak memperlihatkan diri, yang tentu saja membuat diri mereka terkejut bukan alang kepalang. ''Jangan!'' Salah seorang sempat berteriak. Namun tak dapat lagi kutarik ayunan kedua kelewang yang nyaris membelah tubuhku menjadi tiga bagian itu. (Oo-dwkz-oO) KINI kembali hanya diriku dan gulungan kitab yang meluncur itu. Sungai dan jurang hilang, mega-mega hilang, angkasa memudar, bumi dan langit lenyap, tinggal keheningan dalam kesunyian semesta. Hanya diriku dan kitab itu, sebuah titik nun di kejauhan itu. Hanya titik berkilauan karena jarak yang panjang. Kitab itu sudah jauh sekali. Benarkah ini berkat tenaga dalam luar biasa Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang telah me lemparnya seolah-olah tanpa tenaga sama sekali" Kitab itu kini meluncur sebagai titik cahaya berkilauan dengan daya yang seperti berasal dari dirinya sendiri. Titik yang berkilauan seperti intan berlian itu melesat begitu Tiga Dara Pendekar 21 Pedang Golok Yang Menggetarkan Pedang Penakluk Golok Pembasmi Ka Thian Kiam Coat To Thian Kiam Coat To Karya Wo Lung Shen Pendekar Patung Emas 3

Cari Blog Ini