Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 3
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Bagian 3 cepat menembus kabut menembus awan menembus mendung TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menembus hujan menembus kilatan halilintar yang berkeredapan sebentar gelap sebentar terang. Aku memusatkan daya dan perhatian ke arah titik berkilauan yang berasal dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam tersebut. Selama masih kutancap Jurus Naga Berlari di Atas Langit dan selama pemusatan perhatianku belum terpecahkan, aku masih akan bisa mengikuti ke mana pun titik berkilauan itu pergi. Namun bagaimana jika masih akan muncul para pemburu kitab yang terlambat dan sakti mandraguna" Gangguan para pemburu yang dapat kuatasi saja telah membuat jarakku dengan kitab itu begitu jauh, maka tidaklah kuharapkan gangguan lagi dalam perburuan kitab yang sudah sejauh ini, demi Elang Merah dan Yan Zi! Semesta ini luas, semesta ini sunyi, masih mungkinkah seseorang akan mencegatku lagi" Keheningan ini tidak layak menjadi tempat permusuhan, hanya tempat perenungan, untuk mencapai pencerahan. Namun pencerahan apalah yang bisa kudapatkan dari perburuan penuh kepanikan ini" Kupandang titik berkilauan itu. Kucoba memusatkan perhatian. Masih terngiang senandung merdu dari mantra para bhiksu. om mani padme hum Jurus Naga Berlari di Atas Langit hanya memerlukan sentuhan atas udara sebagai pijakan. Dalam tingkatan sempurna, bahkan mengembuskan napas pun cukup untuk melambungkan tubuh kita. Kukerahkan segenap daya batinku untuk tetap terarah kepada titik berkilauan itu. Betapapun titik berkilauan itu adalah sebuah kitab dengan suatu isi, tetapi bahkan dua murid utama Mahaguru Kupu-kupu Hitam Tua sampai hari tidak dapat mempelajarinya dengan sempurna. MATAKU masih menatap titik berkilauan yang melesat itu, dalam kecepatan yang lebih cepat dari cepat, ruang dan waktu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berubah, yang bagiku menjelmakan keheningan dalam penatapan noktah tersebut, yang makin lama makin membesar dan menelanku ke dalam keheningan abadi. om mani padme hum Mantra yang suaranya sudah tidak terdengar di telinga ini tetap mengiang dan mengada dalam batinku, meski bagiku lebih terdengar sebagai: ohm mah nee pahd may hum Namun kemudian yang kudengar ini perlahan-lahan berubah menjadi: ohm mah nee pe me hung Aku belum lupa cerita seorang bhiksu ketika bercakapcakap dengan pasangan pendekar yang mengasuhku, pada suatu malam di pondok kami di Celah Kledung, tentang mantra yang dari Jambhudvipa sesampainya ke Tibet diucapkan dengan cara yang berbeda itu. ''Dengarlah cerita ini,'' katanya, ''seorang pelajar yang sangat tekun mempelajari agama, setelah bertahun-tahun memusatkan perhatian kepada sejumlah mantra, pada suatu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ hari dianggap telah mencapai pengetahuan yang cukup mendalam untuk mulai mengajar. Kerendahhatian pelajar itu masih jauh dari sempurna, tetapi guru-gurunya di pertapaan itu tidak khawatir. ''Setelah bertahun-tahun meraih keberhasilan dalam pengajaran, pelajar ini merasa sudah tidak perlu lagi belajar dari s iapa pun. Namun ketika didengarnya bahwa ada seorang pertapa tua di dekat tempat tinggalnya, ia tak bisa menahan diri untuk melewatkan kesempatan menambah ilmu. ''Pertapa itu tinggal di sebuah pulau di tengah danau. Jadi pelajar ini menyewa perahu dan pendayungnya agar bisa sampai ke pulau tersebut. Pelajar ini sangat menghormati sang pertapa tua. Ketika dijamu minum teh segeralah pelajar ini bertanya tentang olah kejiwaan yang sang pertapa. Adapun orang tua itu berkata tidak melakukan olah kejiwaan apa pun, kecuali mengulang-ulang suatu mantra bagi dirinya sendiri. Sang pelajar merasa senang, karena pertapa itu menyebutkan mantra yang sering digumamkannya juga. Namun ketika pertapa tersebut mengucapkannya dengan keras, sang pelajar tampak sangat terkejut. '''Ada apa"' tanya pertapa itu. '''Sahaya tak tahu harus berkata apa. Sahaya takut Bapak telah menyia-nyiakan seluruh hidup Bapak! Mantra itu Bapak ucapkan dengan salah!' '''Ah! Betapa gawatnya! Bagaimana Bapak harus mengucapkannya"'' Pelajar agama itu lantas menyampaikan cara pengucapan yang benar, dan pertapa tua itu merasa sangat berterima kasih. Ia segera memohon dibiarkan sendiri agar bisa mulai belajar mengucapkannya. Dalam perjalanan pulang menyeberangi danau, pelajar ini yang merasa telah diresmikan layak sebagai guru, merenungkan nasib buruk pertapa tersebut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Alangkah beruntungnya diriku datang. Setidak-tidaknya ia punya waktu sebentar untuk melakukannya dengan benar sebelum meninggal dunia.'' Namun saat itu dilihatnya bahwa tukang perahu sangat terkejut, karena ternyata pertapa itu telah berada di dekat perahu, dengan berdiri di atas air! '''Maafkan, Bapak tidak enak mengganggu, tetapi Bapak lupa lagi cara pengucapan yang benar. Bolehkah kiranya diulangi lagi ''Bapak sudah jelas tidak membutuhkannya lagi,'' ujar sang pelajar tergagap-gagap, tetapi pertapa itu dengan sangat sopan terus memohon, sampai akhirnya pelajar itu merasa kasihan juga, dan mengucapkan kembali bagai-mana mantra itu harus diucapkan. ''Pertapa tua itu mengucapkan lagi mantra tersebut dengan sangat hati-hati, perlahan-lahan, berulang-ulang, sambil berjalan di atas air menyeberangi danau kembali ke pulau.'' (Oo-dwkz-oO) DALAM kekelaman semesta, hanya titik kemilau di ujung sana, mengarahkan pemusatan perhatianku kepada keberulangan mantra. om mani padme hum Memusatkan perhatian kepada mantra juga berarti mempertahankan pemusatan perhatian Jurus Naga Berlari di Atas Langit untuk selalu menjadi bagian dari cahaya berkilauan itu. Dalam pemahaman Buddha aliran Tibet, mantra itu diucapkan dengan keras maupun diucapkan dalam hati, memohonkan perhatian dan restu daya kebajikan Chenrezig yang merupakan perwujudan belas kasih. Memandang mantra itu secara tertulis pun disebutkan akan memberi akibat yang sama. Mantra itu sering terlihat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ terpahatkan pada batu, tertuliskan pada lembaran yang disebut kertas, bahkan pernah kulihat dari kejauhan tertorehkan dengan aksara raksasa pada dinding tebing curam menjulang. Memutar-mutar bentuk tertulis mantra sekitar putaran Mani atau putaran doa juga dipercaya memberikan hasil sama seperti mengucapkan mantranya. Putaran Mani, putaran tangan kecil, dan putaran besar dengan jutaan tiruan mantra di dalamnya, dapat ditemukan di mana pun di wilayah yang dipengaruhi Buddha aliran T ibet. Titik cahaya menjelmakan mantra, yang menggenggam segenap ajaran Buddha. Aku meluncur dengan begitu cepatnya, tetapi bagaikan tidak pergi ke mana-mana. Hanya aku dan cahaya, hanya aku dan titik cahaya kemilauan, hanya aku dan cahaya kemiluan, hanya cahaya kemilauan. T iada lagi kekelaman, tiada lagi kegelapan, tiada lagi diriku. Hanya cahaya. Bahkan ruang bagaikan menghilang. Hanya cahaya. Hanya kilauan. Lantas benderang. Terdengar ledakan ketika diriku mendadak telah meluncur kembali di bumi. Tubuhku masih bergerak seperti ikan lumbalumba di dalam lautan, tetapi yang setiap geraknya melesatkan diriku sampai tidak terlihat oleh mata telanjang, memburu titik cahaya yang dalam kebenderangan masih saja berkilauan. Dalam penyatuan dengan putaran mantra, titik cahaya yang melesat itu tidak pernah lepas lagi dari jangkauan Jurus Naga Berlari di Atas Langit. Semakin cepat titik cahaya berkiluan itu melesat, secepat itu pula Jurus Naga Berlari di Atas Langit me lesatkan diriku, bukan hanya dalam ketetapan jarak, tetapi bahkan semakin lama semakin dekat, sehingga TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ titik cahaya berkilauan itu semakin membesar dan memperlihatkan bentuk sesungguhnya, yakni seekor kupukupu hitam.... Bagaimanakah kiranya kupu-kupu hitam bisa tampak berkilau-kilauan, kiranya itulah yang merupakan keajaiban penyatuan dan penisbian dalam putaran mantra agung yang tetap bergumam dalam kesunyian. Antara kehitaman dan kekemilauan, antara kerapuhan dan kekuatan, antara kelambanan dan kecepatan, antara mendatangi dan meninggalkan, tiada lagi perbedaan. Sayap kupu-kupu hitam itu mengepak seperti biasanya kupu-kupu mengepak, tetapi kecepatannya belum juga terkejar oleh Jurus Naga Berlari di Atas Langit. Kemudian ternyatalah bahwa kepak sayap kupu-kupu itu adalah kepak sayap yang membuka pikiran. Kepak itu adalah kepak yang menjadi bagian semesta yang juga terus bergerak. Semakin terpaku mataku kepada gerakan kepak itu, semakin hilang diriku menyatu dengan langit dan menjadi bagian dari gerak itu sendiri. Kata Hui Hai: pikiran tidak berwarna seperti hijau atau kuning, merah atau putih; tidaklah panjang atau pendek; tidak menghilang atau menimbul; bebas dari kemurnian dan kekebalan; dan lamanya pun abadi pengucapannya diam begitulah kemudian bentuk pikiran sejati kita yang juga tubuh sejati kita Apakah kupu-kupu hitam itu memang kupu-kupu hitam ataukah sekadar gambaran penjelmaan isi dari K itab I lmu Silat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Kupu-kupu Hitam" Artinya dengan menghayati dan menyerap segenap gerak kepakan kupu-kupu yang meluncur sebagai titik cahaya berkilauan itu sama dengan mempelajari isi kitab tersebut. Apakah gerak dan apakah bukan gerak" Segalanya nisbi, dan dalam kenisbian segalanya bisa terjadi, sehingga yang hitam berkilauan, yang bergerak berdiam, dan yang melesat tiada pergi ke mana pun. Aku membaca segala kepak dan bukan kepak kupu-kupu hitam itu, dan bagaikan cara berpikir Nagarjuna, memecahkan persoalan antara kepak dan bukan kepak dengan bukan antara itu sendiri. Itukah juga kiranya yang diberitahukan dalam Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam" Betapapun dengan bersatunya diriku dalam semesta dan semesta dalam diriku, jika aku boleh merasa begitu, aku seperti telah menemukan sesuatu dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang sedang meluncur itu. Namun kini titik cahaya kemilau itu telah berubah menjadi gulungan kitab kembali. Mungkinkah karena aku telah menjadi lebih dekat, ataukah karena putaran yang melingkari dan menyelimutinya telah terpecahkan" Ke manakah kiranya kitab Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ini menuju dan kapankah kiranya keluncuran kitab ini berhenti" Dalam ruang dan waktu yang telah berubah masih mungkinkah diriku menanyakan kapan dan di mana sama sekali" Betapapun suara ledakan demi ledakan akhirnya menyadarkanku, betapa diriku telah kembali berada di ruang waktu bumiku yang terkasih, yang sama sekali belum habis kukembarai dalam usaha untuk mengerti. Begitulah aku meluncur, seperti terbang tetapi bukan terbang, karena Jurus Naga Berlari di Atas Langit bukanlah ilmu terbang. melainkan ilmu meringankan tubuh yang dalam kematangan penguasaannya membutuhkan sekadar jejakan agar dapat melesat dan berkelebat, meski itu hanyalah setitik debu di udara terbuka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ke manakah gulungan kitab ini akan pergi" Aku masih punya waktu beberapa belas hari untuk membebaskan Elang Merah dan Yan Zi, tetapi bagaimana jadinya jika kitab ini tiada pernah akan berhenti dan jaraknya denganku meski tiada menjadi lebih jauh juga tiada lebih dekat lagi" Dalam ukuran ruang dan waktu yang berganti-ganti, seperti yang seolah-olah hanya sekejap kujalani, tetapi ternyata melesat sepuluh tahun dalam samadhi, tiada kuinginkan waktu bumi terlampaui dan hanya kutemukan Elang Merah dan Yan Zi sudah mati. Lagipula, jika kemudian Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam ini memang dapat kuraih lagi, apakah Mahaguru Kupu-kupu yang menyandera Elang Merah dan Yan Zi masih berada di tempat diriku meninggalkan mereka untuk kembali lagi" Tidakkah Mahaguru Kupu-kupu waktu itu berkata justru dialah yang akan menemuiku" Jika dia telah mengarahkan diriku menuju wilayah Tiga Sungai Sejajar, tidakkah itu berarti dirinya tahu pasti di mana akan bisa mencariku, tetapi tanpa dugaan sama sekali betapa Mahaguru Kupu-kupu Hitam telah melempar kitab yang dikehendakinya tersebut dengan akibat seperti ini" Seperti telah kusebutkan, diriku sungguh taktahu pasti kini, apakah tenaga dalam luar biasa Mahaguru Kupu-kupu Hitam atau suatu daya dalam kitab ini sendiri, ataukah keduaduanya, atau juga bukan kedua-duanya yang telah membentuk peristiwa yang barangkali saja memang takperlu dipecahkan ini. Gulungan kitab itu meluncur dan meluncur seolah tanpa akan bisa kukejar, karena meskipun tampaknya Jurus Naga Berlari di Atas Langit bukan takmungkin sedikit demi sedikit memperpendek jarak, tetapi saat jaraknya berada dalam jangkauan dan peristiwa apalagi yang akan terjadi tiadalah dapat kuperkirakan. Demikianlah kitab ini meluncur dan meluncur sembari sesekali diiringi suara ledakan. Aku memusatkan daya batin dan segala pemusatan perhatian agar terus dapat mengikuti, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ meraih, dan memegangnya, karena dalam usaha inilah jiwa Yan Zi dan Elang Merah menjadi pertaruhan, sedangkan atas nama apa pun dalam hal ini diriku tidak bisa menerima kegagalan! (Oo-dwkz-oO) Episode 211: [Kitab yang Bermandi Darah] Hanya kemudian sete lah mengenal peta bumi dengan agak lebih baik, aku mengerti betapa kitab ini semula meluncur lurus dari Shangri-La langsung menuju Ceruk Sichuan. Apabila dari Y unnan aku telah memanfaatkan hembusan angin menuju barat daya menuju Shangri-La, kini dengan mengejar kitab yang meluncur lurus ke Ceruk Sichuan berarti diriku mengarah ke timur laut. Namun pada saat itu diriku sungguh menjadi pusing karena susah payah mengingat, bagaimana caranya kembali menuju tempat Yan Zi dan Elang Merah ditawan dan menjadi sandera Mahaguru Kupu-kupu. Memang benar dikatakannya betapa diriku akan mendapat pemberitahuan, tetapi bagaimana kalau tidak" Sepintas kilas aku teringat segala tujuan yang belum terselesaikan. Perasaan sedih menyelimutiku setiap kali menyadari betapa rasanya diriku telah menjadi semakin jauh dari tujuan semula untuk melakukan perjalanan di Negeri Atap Langit. Bukan saja Harimau Perang telah lepas dari pandangan, sehingga rasanya selimut rahasia kematian Amrita semakin jauh dari pembongkaran; tetapi tugas yang terbaru pun, melindungi dan membantu Yan Zi untuk mencuri Pedang Mata Cahaya bagi tangan kiri di istana Chang'an masih sangat jauh dari penyelesa ian, karena takdapat kulindungi Y an Zi dari jerat sihir Mahaguru Kupu-kupu. Perasaanku menjadi semakin rawan jika mengingat Elang Merah, yang telah menyatakan pengabdian jiwa dan hidupnya untuk mengikuti diriku ke mana pun aku menuju, hanya untuk mengalami nasib buruk disebabkan oleh masalahku, yang dengan sangat terpaksa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ telah membantai habis murid Perguruan Kupu-kupu. Alangkah sangat buruknya keadaanku, jika takmampu menanggapi siapapun yang nasibnya tergantung dan menggantungkan dirinya kepadaku dengan tindakan setara. Betapapun, sejauh ini diriku berusaha sekuat bisa. Kemudian kusaksikan gulungan kitab itu merendah, begitu cepatnya kitab itu merendah sehingga hampir saja diriku kehilangan jejak karena nyaris mendahuluinya. Kitab itu merendah mendekati bumi, meluncur di antara celah gunung, menyusur dan berkelak-kelok di atas permukaan sungai serta menyisiri jurang, seperti telah mempunyai suatu tujuan, yang membuat keinginanku untuk segera mengambilnya tertunda. Ke manakah kiranya kitab ini menuju" Namun meski kecepatan kitab itu tampak seperti menjadi lebih lambat, ternyata sama sekali tidak berarti menjadi lebih mudah diikuti. Bagaimana caranya mengikuti suatu benda yang bisa merendah dan menyelip-nyelip di dalam hutan seperti memiliki mata dan kehendak, melesat dan berkelebat di antara batang-batang pohon, menyelip di balik daun, bahkan mengendap dan meluncur begitu rendah sampai menyentuh pucuk-pucuk rerumputan dan sesampainya di Ceruk Sichuan melaju dan menggebu menuju sesuatu seperti sasaran" Keluar dari hutan diriku sudah berada di belakang kitab itu, tetapi yang gulungannya kini sudah terbuka dan terurai begitu rupa panjangnya, melesat dan melayang seperti naga. Pegangan bambu pada bagian luar bagaikan kepala naga dan pegangan bambu pada bagian dalam bagaikan menjadi ekornya, melayang dan melesat, melesat dan melayang, seperti pelan geraknya tetapi sangat amat cepat berkelebat dan dengan mendadak segera menukik ke kedalaman Ceruk Sichuan menyambar suatu sasaran! Mahaguru Kupu-kupu! Bagaikan seekor naga, kitab yang sudah terurai itu melibat tubuh Mahaguru Kupu-kupu dengan seketika. Lantas kedua TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pegangan bambu yang merupakan dua ujung terluar dari pelibatan ketat itu membuat gerak menusuk dada dari depan dan punggung dari belakang dengan daya dan kecepatan taktertahankan. Mahaguru Kupu-kupu yang namanya sangat ditakuti di wilayah lautan kelabu gunung batu itu tiada sempat mengaduh ketika dua batang bambu yang bahkan taktajam menembus badan, lengkap beserta kain kitab yang dijepitnya, seperti pelayanan atas usaha mendapatkan kitab, yang terpenuhi hanya sebagai bentuk hukuman. Ketika diriku tiba Mahaguru Kupu-kupu sudah menghembuskan nafas penghabisan. Terkulai mandi darah membasahi seluruh kitab yang melibatnya, sehingga tiada satu aksara dan tiada satu gambar pun bisa terbaca. Kejadiannya berlangsung terlalu cepat, sehingga tidak sepenuhnya dapat diceritakan kembali apa yang terjadi. Mataku sama sekali tiada sempat menatapnya. Aku terdiam dan menatap berkeliling. Apakah kiranya yang dilakukan Mahaguru Kupu-kupu itu di Ceruk Sichuan ini, jauh dari sarangnya di Perguruan Kupu-kupu yang kini terasa begitu jauh di lautan kelabu gunung batu yang berbatasan dengan Daerah Perlindungan An Nam" Dalam kedalaman mangkok raksasa Ceruk Sichuan, gerimis turun perlahan-lahan dan meski tiada salju di sini jangan dikira dinginnya tiada membekukan tulang. Dingin udara itulah yang segera membekukan darah sehingga kitab itu pun menjadi lengket dan tidak bisa dibuka lagi. AKU menengok ke kiri dan ke kanan dengan agak kebingungan, karena berharap bisa menemukan Elang Merah dan Yan Zi, tetapi tidak kulihat seorang pun di tengah hutan ini. Bagaimanakah kiranya nasib mereka" Ketika kutinggalkan, keduanya dijerat dan dilibat ular hidup dalam penguasaan mantra Mahaguru Kupu-kupu. Telah dijanjikan betapa keduanya akan dibebaskan, hanya jika Mahaguru Kupu-kupu mendapatkan kembali Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ setelah mempelajarinya bertarung melawanku. Siapa pun yang menang keduanya akan mendapat kebebasan. Mahaguru Kupu-kupu seharusnya telah memasang mantra itu lengkap dengan ketentuan bahwa setelah dirinya mati pun pada hari yang ditentukan akan memudar. Namun belumlah terlalu jelas bagiku, apakah kiranya yang mungkin terjadi jika Mahaguru Kupu-kupu tewas bukan dalam pertarungan dan jelas belum pernah menerima Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu" Ada mantra yang kunciannya akan memudar apabila perapalnya meninggal, tetapi ada pula mantra yang akan mengunci selamanya justru apabila perapalnya itu meninggalkan dunia ini, apalagi jika perapalnya memang sengaja membuatnya demikian. Mahaguru Kupu-kupu tampil kepadaku sebagai pihak yang jahat, jadi bagiku tentu angat mungkin ia melakukannya, sehingga pemikiran ini bagiku menimbulkan kepanikan baru! Kuperiksa mayatnya yang bersama darahnya pun segera membeku, berusaha mencari sesuatu yang barangkali saja bisa membantu. Tanganku masuk menembus darah maupun kitab yang kainnya kini menggulung Mahaguru Kupu-kupu, mencoba dengan perkiraan akan menemukan sesuatu di balik baju yang telah mengeras bagaikan kulit kayu. Suara retakan berderak-derak liat. Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu sebagian besar menjadi hancur. ''Inikah yang dikau cari, Anak"'' Dengan terkejut aku segera berbalik. Mahaguru Kupu-kupu Hitam telah berdiri di sana sambil memegang sebuah kitab gulungan yang lain. Bagaimana caranya ia sudah mendahuluiku berada di sini tanpa kuketahui" Namun tentu saja seharusnya diriku tidak perlu heran, jika mengingat apa yang telah kupelajari tentang Jurus Impian Kupu-kupu yang menegaskan betapa bayangan adalah sama nyatanya dengan kenyataan. Adapun ini tentu juga berarti sama dengan kemungkinan bahwa kenyataan itu dapat tergandakan. Ini TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berarti tidak penting benar apakah Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang berada di sini sekarang masih sama dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang tadi me lemparkan kitab, apalagi dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang mati terbunuh di Danau Bita. Kulihat ia memegang gulungan kitab. Memang, aku sebetulnya sedang mencari Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, karena kupikir di sanalah kemungkinan besar terdapat segala kunci pemecahan. Hmm. Apakah kiranya yang diinginkan Mahaguru Kupu-kupu Hitam itu sekarang" ''Maafkanlah orang tua ini, Anak, yang telah membuatmu kebingungan dan panik memikirkan nasib teman-teman seperjalananmu,'' katanya, ''janganlah khawatir, Anak, mereka berdua terhubungkan dengan sahabat-sahabatku pada masa lalu, dan tiada alasan sedikit pun bagiku untuk menyakiti kedua perempuan pendekar itu.'' Aku pun dengan segera merasa tenang, karena aku memang percaya kepada kata-kata sang pendekar tua, tetapi mengapa aku merasakan terdapatnya sesuatu yang belum dikatakannya juga dalam kalimatnya" Pertanyaanku ini segera terjawab. ''Namun sekali lagi maafkanlah orang tua yang tidak tahu diri ini, Anak, karena dalam usia setua ini masih saja diriku ingin meninggalkan dunia ini dengan cara sebaik-baiknya,'' katanya. Aku terkesiap, bersiap, dan menunggu. ''Sedangkan dalam dunia persilatan tiada kematian yang lebih baik selain kematian pada puncak kesempurnaan dalam pertarungan.'' Aku menghela nafas. Sejauh telah kupelajari dari dunia persilatan Negeri Atap Langit, pendirian seperti itu sebenarnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bukanlah satu-satunya pendapat, karena sering juga kudengar di sini betapa seorang pendekar yang baik itu tidak mencari musuh, bahkan pendekar terbaik sampai hari kematiannya mungkin tidak pernah bertarung, bukan karena tidak ada yang menantangnya, melainkan karena selalu Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berhasil menghindarinya. Jadi ketika di satu pihak seseorang mengarahkan hidupnya dari pertarungan yang satu menuju pertarungan lain, untuk menegaskan keberadaan dirinya sebagai seorang pendekar, di pihak lain justru seseorang dengan kemampuan pendekar menghindarkan diri dari segala sesuatu yang akan membuat dirinya disebut sebagai pendekar. Kong Fuzi berkata: manusia unggul tertekan oleh kehendak atas kemampuan ia tidak tertekan oleh ketidaktahuan orang atas dirinya Tiada cara lain menghadapi pendekar sesakti ini selain menggunakan Jurus Penjerat Naga dan berarti diriku sejak saat itu diam seribu bahasa tidak me lakukan apapun. Aku diam dalam tingkat kewaspadaan yang amat sangat tinggi. Bahkan dengan kedudukan berdiri tanpa kuda-kuda itu kutundukkan kepala dan kupejamkan mataku, yang jelas dianjurkan Zhuangzi sendiri yang filsafatnya ditimba menjadi Jurus Impian Kupu-kupu dalam Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. suatu usaha, yang tidak mencukupi pencapaian tujuan, untuk menghasilkan yang mencapai tujuan, hanya akan mencapai hasil tak sepadan suatu usaha, yang dengannya terdapat kepastian, untuk membuat yang takpasti menjadi kepastian akan tetap meninggalkan ketidakpastian TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ia yang hanya menggunakan pandangan mata bertindak atas dasar apa yang dilihatnya; adalah kepekaan sukma yang menjamin kepastiannya bahwa pandangan mata tidak setara dengan kepekaan sukma sudah diketahui sejak lama dan orang bodoh tetap saja bergantung kepada yang dilihatnya tidakkah ini menyedihkan kiranya" Maka dalam keterpejamanku segalanya menjadi jelas tanpa harus dipandang lagi. Tiada yang lebih sempurna daripada gabungan ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang dengan Jurus Penjerat Naga. Dalam keterpejaman tertegaskan kesemuan segala sesuatu yang tampak mengada hanya karena cahaya; dalam kesabaran penantian tertegaskan kepastian betapa setiap serangan adalah kelemahan terbuka. Diriku diam dalam kewaspadaan tinggi menantikan serangan. Siapapun orangnya, meskipun ilmu silatnya sangat tinggi seperti Mahaguru Kupu-kupu Hitam, berhadapan dengan Jurus Penjerat Naga tetap akan tewas pada saat menyerang. Pikiran ini membuatku tenang, karena juga teringat cerita tentang bagaimana Pendekar Lautan Tombak yang sangat tinggi ilmu silatnya telah dikalahkan Pendekar Satu Jurus, karena setelah berhadapan sehari semalam akhirnya tetap saja menyerang. Dengan demikian memang berlangsunglah adegan yang mengingatkan, bahwa terdapat kemungkinan Mahaguru Kupukupu Hitam akan bertahan sehari semalam, bahkan mungkin jauh lebih lama, sebelum akhirnya menyerang, tentu dalam pengertian hanya untuk kemudian dikalahkan. Angin dingin bertiup mengusir gerimis. Semerbak hutan memperjelas bau pohon cemara, dedaunan, dan rumput yang seluruhnya basah. Kudengar segala gerak dan bunyi serangga, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ yang tidak pernah peduli apakah di sekitar mereka darah telah tumpah dan membeku sementara dua manusia siap mengadu jiwa, dengan kepastian betapa salah satunya akan segera tiada. Sayup-sayup di kejauhan, begitu jauhnya sehingga amatlah sayup-sayupnya, kudengar aliran sungai yang berdesah pelan dan sabar menampar-nampar tepian, sementara ketika angin bertiup, permukaan sungai itu menjadi beriak-riak banyak seolah-olah begitu banyak ikan muncul ke permukaan dengan mulut menganga dan sisik mengertap berkeredapan, meskipun memang hanya angin dan hanya angin, bertiup dingin, tanpa hati untuk kematian. Aku dapat mendengar suara burung, bukan yang berkicaukicau dengan riuhnya seperti pagi hari, melainkan yang mengeluarkan suara-suara sunyi di tengah padang kelabu bisu di luar hutan ini. Kuperhatikan baik-baik suara angin yang bertiup melalui hutan dan tergambarkan dalam keterpejamanku segalanya yang bergerak-gerak pelan dalam hembusan yang juga amat pelahan-lahan. MUNGKIN masih lama Mahaguru Kupu-kupu Hitam akan melakukan gerakan. Ini belum sehari semalam, bahkan belum pula sehari, tetapi diriku tentu saja tetap harus berhati-hati. Tidak semua hal kuketahui dari segenap ilmu silat di atas bumi ini. Jurus Penjerat Naga memang diciptakan bagai nyaris dengan sendirinya akan mampu mengatasi setiap serangan, tetapi bagaimana kalau Mahaguru Kupu-kupu Hitam tidak menyerang sama sekali" Karena pertarungan belum berlangsung sehari semalam, bahkan belum pula sehari, sama sekali tiada dapat kupastikan apakah Mahaguru Kupu-kupu Hitam akan menyerang atau tidak menyerang. Kemampuanku untuk memperkirakan tergantung kemampuanku untuk memperkirakan gagasan kunci I lmu Silat Kupu-kupu Hitam. Kitab Ilmu Silat Jurus Penjerat Naga ditulis oleh Pendekar Satu Jurus untuk segala senjata maupun tangan kosong, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Sepasang Naga dari Celah Kledung telah mengembangkan sebagai jurus terakhir dalam Ilmu Pedang Naga Kembar, mungkin karena dibayangkan jika menghadapi pendekar pada tingkat naga pertarungan belum akan berakhir sebelum mencapai jurus-jurus terakhir. Mungkin bagi sepasang pendekar yang mengasuhku itu, adalah lebih baik mengalahkan lawan dengan Ilmu Pedang Naga Kembar yang mereka ciptakan sendiri, daripada Jurus Penjerat Naga yang terdapat dalam kitab ilmu silat yang ditulis Pendekar Satu Jurus itu. Betapapun Ilmu Pedang Naga Kembar memang tidak terkalahkan, sehingga mereka tidak pernah memanfaatkan Jurus Penjerat Naga. Sejak diriku menginjak Tanah Kambuja dan berhadapan dengan Amrita, bahkan sejak awal kami memasang Jurus Penjerat Naga, dan hanya karena Amrita rupanya belajar dari kitab curian yang salah, maka ia pun menyerang lebih dulu dengan akibat yang parah. Betapapun dari Kitab Riwayat Pendekar Satu Jurus kuketahui betapa Jurus Penjerat Naga dimaksudkan sebagai jurus yang digunakan sejak awal, yakni dengan cara tidak menyerang sama sekali, karena hanya pada saat lawan menyerang maka Jurus Penjerat Naga akan bergerak secepat kilat dan pasti mematikan. Belum pernah terpikirkan memang, apa yang harus dilakukan jika ketika seseorang berhadapan dengan Jurus Penjerat Naga, maka ia sama sekali tidak menyerang. Adapun yang kumaksudkan bukanlah jika dua pendekar yang samasama mengandalkan Jurus Penjerat Naga berhadapan, melainkan jika terdapat suatu ilmu silat lain yang mungkin saja memperhitungkan terdapatnya jurus semacam Jurus Penjerat Naga. Aku pun mempertimbangkan kembali Jurus Impian Kupukupu yang dikuasa i Mahaguru Kupu-kupu Hitam. Dalam keterpejaman kuketahui dirinya masih berdiri di sana dalam diam. Pengalamanku dengan Amrita membuatku TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ berpikir tentang peredaran kitab Jurus Penjerat Naga itu. Sangat mungkin waktu itu Amrita telah memesannya kepada suatu jaringan rahasia yang menghubungkan Tanah Kambuja dengan Javadvipa. Namun karena kitab aslinya berada di dalam peti kayu Sepasang Naga Celah Kledung bersama kitabkitab lain yang kuwarisi, maka sang pencuri membuatkan baginya yang palsu. Tampaknya pemalsuan ini dilakukan oleh mereka yang sedikit banyak mengerti ilmu s ilat, bahkan sudah biasa melakukan penipuan, sehingga ketika kitab ilmu silat itu berpindah dari tangan satu ke tangan lain, dalam jaringan rahasia dari Javadvipa sampai ke Vadyapura di Tanah Kambuja, tidak ada yang mencurigainya sebagai palsu. Untunglah Pangeran Kelelawar, paman gurunya, kemudian bisa menolongnya saat itu. Peristiwa itu sekarang membuatku berpikir, jika Kitab Jurus Penjerat Naga yang palsu bisa sampai ke Vadyapura, yang oleh para pedagang Negeri Atap Langit disebut Fu-nan, mengapa pula takbisa sampai ke Chang'an dan tersebar luas begitu rupa sampai terdengar oleh Mahaguru Kupu-kupu Hitam" Adapun yang kupikirkan bukanlah kemungkinan Jurus Penjerat Naga itulah yang sedang digunakan Mahaguru Kupukupu Hitam, melainkan apakah Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam bisa mengatasinya, karena memang dikembangkan untuk mengatasinya setelah mendengar berita dari kedai ke kedai tentang Jurus Penjerat Naga yang tiada terkalahkan. Itulah soalnya. Jika aku memiliki Jurus Impian Kupu-kupu dan berhadapan dengan seorang pendekar yang memiliki Jurus Penjerat Naga, apakah yang akan kulakukan" Aku mencoba berpikir dalam sudut pandang Jurus Impian Kupukupu, yang didasari oleh pemikiran Dao, baik dalam Kitab Zhuangzi maupun filsafat Zhuangzi sendiri. Dengan cepat segera kutemukan kuncinya, yang tidak lebih dan tidak kurang seperti pengalamanku dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam ini sebelumnya, sejak bagaimana ia bisa mati di Danau Bita sampai muncul di tempat ini. Jika hidup dan mati tidak bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dibedakan, seperti impian yang tidak bisa dibedakan dari kenyataan, maka Jurus Penjerat Naga memang bisa menerkam sasaran kosong. (Oo-dwkz-oO) Episode 212: [Duka Cerita Masa Lalu] CARA mematahkan Jurus Impian Kupu-kupu adalah dengan menggugurkan dasar filsafatnya. Jadi kupegang acuan filsafat yang mendasari Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, yakni filsafat Zhuangzi, yang kiranya berpendapat sesuai dengan pendekatan Dao, bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah menyatu, sehingga pemisahan antara kenyataan dan impian tidak berlaku. Sebenarnya yang dicakup oleh filsafat Zhuangzi, apakah itu yang selama ini diujarkan oleh Zhuangzi sendiri, ataukah yang terhimpun di dalam Kitab Zhuangzi, membahas begitu banyak persoalan, yang sebagian kecil telah kuungkapkan dalam pengujian Mahaguru Kupu-kupu Hitam ketika berusaha mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Namun demi kepentingan ilmu silat, yang sebagai gerakan memang menghindari perumitan, agaknya justru dongeng tentang impian kupu-kupu dalam riwayat Zhuangzi itulah yang dianggap paling cocok untuk dikembangkan menjadi suatu ilmu silat, tempat bayangan dan kenyataan sebenarnyalah tidak bisa dibedakan. Betapapun, dalam waktu singkat, dan dalam puncak ketegangan seperti ini, yang tampaknya sederhana tidaklah menjadi lebih mudah. Dao menyatukam segalanya, yang hanya dimungkinkan justru karena terdapatnya kesadaran, betapa segala sesuatunya telah dianggap terpisah-pisah. Artinya meskipun menyatu tetaplah terdapat keberpasangan, impian dan kenyataan, di luar dan di dalam, sehingga kita dapat menerima, betapa akhirnya semesta hanya bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tertampung dalam semesta. Mungkinkah pemikiran Dao yang tampak kokoh ini dibongkar" Kurasa tak mungkin membongkar perkara semesta bertempat dalam semesta yang terlalu benar adanya, dan justru oleh karenanya dapat kubongkar dan kupatahkan keberpasangan yang telah disebutkan meski hanya untuk menghapusnya, dengan apa yang kemudian telah dicapai pemikiran Nagarjuna dalam Filsafat Jalan Tengah. tiada yang ada, apa saja, yang jelas, di mana pun, yang muncul dari dirinya sendiri dari yang lain dari keduanya atau dari bukan penyebab Pernyataan Nagarjuna itu tidak menggugurkan kesemestaan semesta, tetapi jelas menghapus kemungkinan atas gagasan keberpasangan mana pun untuk mencapai tujuan yang sama, yang justru menjadi sumber gagasan yang ditimba dalam pembentukan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, terutama Jurus Impian Kupu-kupu. Nagarjuna bahkan juga berkata: sesuatu yang ada ditandai sebagai keberadaan tanpa dukungan atas keadaan yang sebenarnya; Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ketika sesuatu tanpa dukungan atas keadaan yang sebenarnya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ apa gunanya dukungan atas keadaan yang sebenarnya " Dengan ini perangkat keberpasangan filsafat Zhuangzi yang melandasi Jurus Impian Kupu-kupu tergugurkan, dan di atas segala kecepatan segeralah Jurus Tanpa Bentuk berkelebat tanpa diriku perlu bergerak sama sekali, sehingga juga takperlu kupejamkan mataku demi ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang untuk membaca segala gerakan di luar pandangan. Mahaguru Kupu-kupu Hitam tewas seketika tanpa luka, tubuhnya ambruk ke belakang tanpa nyawa dan aku pun melesat untuk menerima tubuhnya itu karena betapapun aku menghormatinya. Di tangannya masih tergenggam gulungan Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. (Oo-dwkz-oO) PENDEKAR tua itu telah meninggal dunia pada hari yang sama dengan kematian kakak seperguruannya yang juga kakak kandungnya, yang dapat dikatakan telah dibunuhnya sendiri pula. Kubaringkan tubuhnya perlahan-lahan di atas rumput yang tebal. Aku bermaksud mengambil tubuh Mahaguru Kupu-kupu, kakak kandungnya itu, dan meletakkannya di samping Mahaguru Kupu-kupu Hitam, agar keduanya dapat kusempurnakan bersama-sama. BETAPA cara kematian keduanya sungguh bertolak belakang. Jika Mahaguru Kupu-kupu Hitam tewas tanpa luka dan tanpa rasa sama sekali, maka Mahaguru Kupu-kupu jelas tewas dengan sangat mengenaskan. Kuharap setidak-tidaknya dalam perkabungan, kedua saudara yang bermusuhan itu mendapatkan penyucian yang mempersamakan dan memperdamaikan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun ketika bermaksud mengambil tubuh Mahaguru Kupu-kupu yang sudah beku tanpa nyawa lagi, aku menjadi sangat terkejut, karena tubuh itu meskipun masih tetap bergelimang darah yang juga membeku, ternyata sudah tidak berada dalam gulungan kain dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu lagi. Siapakah dan bagaimana bisa orang mengambilnya" Demikian niankah ketekunan para pencuri kitab sehingga akhirnya sampai juga membuntuti sampai kemari" Meskipun kemungkinan itu kuragukan, betapapun kitab itu memang hilang dicuri orang! Aku segera mempertajam kewaspadaan, karena siapa pun orangnya, dapat mengambil kitab yang sudah lengket dan menyatu dengan darah itu, yang menggulung tubuh Mahaguru Kupu-kupu dan ikut membeku, tanpa sempat kuketahui pasti bukanlah sembarang pencuri, dan mungkin pula bukan pencuri sama sekali. Satu kenyataan bagiku, siapa pun dia, ilmu s ilatnya pasti sangat tinggi. Maka segeralah kubawa tubuh Mahaguru Kupu-kupu menuju ke tempat tubuh Mahaguru Kupu-kupu Hitam terbaring, dan segera kuketahui betapa kini Pengantar dan Cara Membaca Kitab I lmu Silat Kupu-kupu Hitam yang semula masih dipegang itulah yang hilang. Aku terkesiap, pencuri kitab itu masih berada di sekitar tempat ini! Kupasang ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang yang dapat menunjukkan segala sesuatu yang tersembunyi di sekitarku. Tidak kudengar sesuatu pun yang seperti menunjukkan pencuri bersembunyi, tetapi kudengar suatu pesan yang dikirimkan melalui Ilmu B isikan Sukma, yang tentu saja hanya mungkin dilakukan seseorang yang berilmu tinggi. Suara itu terdengar dalam bahasa Negeri Atap Langit, tetapi yang jelas diucapkan seseorang yang lebih terbiasa berbahasa Tibet. Namun suara itu halus sekali, tenang dan sabar, datang mendayu bersama angin yang berlalu, seperti diucapkan oleh TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seorang perempuan yang berumur. ''Pendekar yang mengaku tidak bernama, jika dikau dengar suaraku ini, daku telah berada di tempat yang jauh sekali, janganlah membuang waktu untuk mengejarku, karena daku bukanlah pencuri. ''Kudengar dikau berasal dari Ho-ling, yang terletak jauh di seberang lautan, jauh di selatan, di sebuah pulau yang disebut Cho-po. Ada kalanya kudengar tentang kerajaan Buddha yang bangkit di se-la-tan itu, yang mengerahkan berpuluh ri-bu manusia untuk membangun mandala semesta jiwa. Tiadalah heran dari negeri seperti itu lahir ilmu s ilat tingkat naga, yang setara dengan ilmu s ilat mana pun di dunia persilatan. Kutahu terdapat pula sejumlah pendekar yang telah menginjakkan kakinya di sana, dan kembali dengan berbagai cerita mencengangkan tentang Wangsa Syailendra yang membangun Kamulan Bhumisambhara, maupun Pahoman Sembilan Naga yang menjaga dunia persilatan itu. ''Namun ilmu silatmu itu, Anak, tiadalah pernah kulihat sebelumnya. Itulah sebabnya kuambil dahulu kitab warisan leluhurku ini, agar dapat kupelajari dengan lebih baik, dan barangkali kuajarkan kepada seorang murid berbakat, yang sudah semestinyalah kelak memililki cukup semangat untuk mencarimu, dan meminta pelajaran darimu. Selamat tinggal anak muda, dan janganlah risau dengan kedua teman perempuanmu yang perkasa. Jika bukan karena sihir anakku yang sulung itu, kutahu tidaklah akan terlalu mudah keduanya dilumpuhkan. Kutitipkan kedua anakku yang malang itu kepadamu, Anak, sempurnakanlah mereka dan terima kasih atas segalanya...'' Kemudian hanya angin, yang tanpa kuketahui sebabnya terasa menjadi amat sangat dingin. Aku tercenung dengan sikap rendah hati perempuan pendekar yang tentunya sudah amat lanjut usianya ini. Jika kedua bersaudara ini saja sudah begitu tuanya, berapa pula usia perempuan pendekar yang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mampu meleburkan dirinya dengan angin dan mengirim pesan melalui Ilmu Bisikan Sukma ini" Ilmu ini sering dibicarakan dari kedai ke kedai, tetapi sangat jarang orang mengalami kenyataannya, dan sekarang inilah aku tahu bedanya, dengan suara yang dikirimkan lewat udara. Adapun pesan yang dikirimkan Ilmu Bisikan Sukma ini tidak perlu diucapkan dengan suara, melainkan cukup dipikirkan sahaja, maka kemudian akan terdengar bagaikan suara pengirim pesan itu terdengar di telinga. Tidakkah itu luar biasa" Namun kuketahui pula, bahwa dalam Ilmu Bisikan Sukma, terdapat kemungkinan bahwa pesan yang dipikirkan itu akan sampai bukan sebagai suara yang terdengar di telinga, melainkan langsung ke dalam pikiran. Jadi dalam penguasaan yang sempurna, semacam percakapan atau saling pengertian dapat dicapai tanpa mengucapkan atau mengeluarkan suara apa pun, meski dalam jarak yang amat sangat jauhnya. Tentu ini hanya berlangsung antara mereka yang penguasaan ilmunya sama tinggi, bukan sama rendah, atau sementara yang satu ilmunya tinggi maka yang lain ilmunya rendah, karena dalam keadaan demikian yang satu dapat menyampaikan pikiran, sedang-kan yang lain tidak dapat membalas. Aku masih memikirkan semua ini sambil mempersiapkan batang-batang kayu bagi pancaka pembakaran kedua mahaguru Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu, ketika dari dalam hutan muncul banyak sekali orang yang langsung mengepungku. Mereka menghunus bermacam-macam senjata, hampir seratus orang banyaknya, lelaki maupun perempuan. Tiada dapat kutebak, apakah mereka penyamun atau pemberontak, ataukah murid-murid suatu perguruan. Namun aku tetap meneruskan pekerjaanku membangun pancaka untuk membakar tubuh kedua mahaguru Perguruan Kupu-kupu itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Siapakah kalian,'' kataku dalam bahasa Negeri Atap Langit, ''jika kalian penyamun daku tidak membawa harta benda berharga, jika kalian pemberontak daku hanyalah seorang asing yang tidak terlibat persoalan negeri ini, jika kalian muridmurid suatu perguruan, daku tidak berasal dari perguruan manapun yang ba-rangkali saja bermusuhan dengan kalian. Jika kalian memiliki persoalan denganku seorang, izinkanlah daku terlebih dahulu dapat menyelesaikan upacara ini sebelum melayani kalian.'' Mereka saling berpandangan, seseorang kemudian maju dan berbicara. ''Pengembara! Memang benar kami mempunyai urusan dengan dikau, dan kami memang ingin segera menyelesaikannya, tetapi kami menghormati upacara yang akan dikau lakukan, karena itu biarkanlah kami membantumu wahai Pengembara, agar dikau segera selesai dan dapat memberikan waktu kepada urusan kami.'' Meskipun aku tetap meneruskan pekerjaanku dengan pancaka, sementara tanpa ditanya beberapa orang dari mereka segera membawa batang dan ranting sebagai kayu bakar, aku tertegun menyadari betapa seratus orang dengan senjata terhunus ini ternyata sangat bersungguh-sungguh. Mengingat kesediaannya menunggu dan membantu diriku, kukira aku harus berpikir bahwa mereka memang sungguh sopan dan beradab, ketika dengan masalah yang sama, meski belum kuketahui apa, orang-orang lain akan langsung membacok dan merajam tanpa bertanya-tanya lagi. Maka sembari mengerjakan persiapan upacara pembakaran bagi kedua mahaguru itu, kuawasi mereka yang juga mengawasiku. Busana mereka menunjukkan keberadaan mereka sebagai orang-orang desa yang tidak mengenal kemewahan. Senjata mereka bukanlah alat tempur atau pertarungan yang sesungguhnya, melainkan alat-alat berkebun atau berburu, tetapi yang betapapun tidaklah dapat TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kupandang rendah, karena di Negeri Atap Langit ilmu silat disebutkan dikenal dengan cukup merata. Bahkan cara mereka memetik batu api, yang apinya meletik dengan terarah dan pasti ke arah tumpukan kayu bakar, seharusnyalah membuat diriku waspada, karena dengan cara yang sama apinya pun bisa menyambar dan membakar manusia! Lantas api itu menyala, dalam penyempurnaan perjalanan hidup manusia, yang telah menyerahkan dirinya kepada ilmu silat demi pencarian makna. Sungguh beruntung kedua mahaguru itu karena di tempat sesunyi ini, keberangkatan mereka ke alam samar bagaikan diiringi doa seratus manusia, yang setelah menyimpan atau meletakkan senjatanya dengan khusyuk menundukkan kepala. Asap dari pancaka membubung ke langit, dan kulihat di langit itu seekor burung elang melayang dengan indah tanpa mengepakkan sayapnya sama sekali. Ketika upacara selesai, mereka telah memegang senjatanya kembali. Seseorang yang tadi berbicara ke-padaku maju ke muka. ''Pengembara! Kami berasal dari Desa Padang Angin yang terletak di balik hutan ini dan menjadi bagian wilayah Wanzhou! Seorang pengembara telah kami curigai mencuri bayi di desa kami dan kami telah memburu jejaknya sampai sehari semalam. Seseorang yang telah menunjukkan arah kemari menyatakan bahwa seseorang dengan ciri-ciri yang kami cari berada di sini. Katakanlah sekarang Pengembara, apakah dikau telah melihat orang yang kami cari atau tidakkah pencuri bayi itu tiada lain daripada dikau sendiri!'' Aku menggeleng-gelengkan ke-pala tidak mengerti. ''Semenjak tadi telah kukatakan betapa diriku adalah orang asing di sini. Masihlah kumaklumi jika dikau bertanya adakah seseorang dengan ciri-ciri tertentu telah melewati tempat ini TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ dan barangkali daku melihatnya, tetapi adakah dasarnya mengapa dikau katakan diriku ini sebagai pencuri bayi" Daku tidak pernah menginjakkan kaki di Wanzhou dan tidakkah kalian lihat apa yang sedang kulakukan di tempat ini dan tidakkah kalian saksikan juga betapa tidak ada satu bayi pun di tempat ini"!'' Tentu ia telah melesat dan berke-lebat ke arah ini, yang membuat seratus pengejar ini memburunya sampai kemari. Mungkin ia telah berlalu ketika gulungan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang terurai itu menukik, melibat, dan Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo membunuh Mahaguru Kupu-kupu. Namun jika tidak, yang berarti ia telah melihat semuanya dan bersembunyi, tentu ia masih berada di sekitar tempat ini! Apabila pencuri ini adalah seorang pencuri bayaran, tentu dikuasainya pula segenap ilmu bersembunyi! Aku ingin me lakukan penyeli-dikan, tetapi seratus orang yang me-ngepungku ini sangat memecah perhatianku. Betapapun aku tidak dapat meremehkan kemampuan orangorang desa. Dalam tingkat ilmu silat yang paling sederhana pun, chi seseorang dapat mencapai kesempurnaan dalam penghayatan dan pemusatan perhatian sepenuhnya. Seratus orang itu bergerak mende-kat, tetapi pemimpinnya memberi tanda agar menahan diri. ''Setidaknya dikau bisa membuktikan dirimu tak bersalah, wahai pengembara dari Yavabhumipala.'' Aku tidak perlu membuktikan apa pun. Setelah berbicara begitu panjang, aku bahkan tidak merasa berminat menjawab sama sekali. Kuambil sebatang kayu yang sejak semula memang ingin kujadikan tongkat pengembara tempat diriku bisa menggantungkan buntalan bekal, kupasang capingku dan melangkah. ''Daku hanya ingin melanjutkan pengembaraanku sekarang,'' kataku, ''terima kasih atas segala bantuannya dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ selamat tinggal.'' Tentang bayi itu, aku telah meng-ambil s impulan, betapa pada dasarnya pastilah terdapat suatu alasan dan persoalan yang kuat sehingga bayi itu harus dicuri. Jika dengan maksud baik aku mengikuti mereka ke Desa Padang Angin pun, kukira tiada jaminan persoalan akan selesa i, karena para saksi mata pun hanyalah melihat bayangan yang berkelebat. Meski aku tidak pernah menginjakkan kaki ke desa itu, sangatlah mungkin mereka justru akan mengira memang akulah pencuri bayi itu! Aku pun melangkah meski tak tahu arah. Ingin juga kutanyakan ke ma-nakah kiranya jalan ke Chang'an, tetapi kukira dalam keadaan seperti sekarang aku tidak akan mendapat jawaban. Untuk sejenak seratus orang Desa Padang Angin itu tertegun, tetapi sementara aku melangkah mereka pun menyerang. Saat itulah kugunakan Jurus Naga Bergeming di Dalam Badai, sehingga serangan seperti apa pun yang dilancarkan seratus orang ini secara sendiri-sendiri maupun bersa-maan, tidak dapat menghalangi lang-kahku sama sekali. Begitulah aku berjalan selangkah demi selangkah sambil mengenakan kembali capingku, melangkah perlahan-lahan dengan tangan memegang tongkat, karena belum ada kain buntalan bekal yang tergantung di s itu yang membuatku harus memanggulnya, ke arah yang kuperkirakan saja menuju Chang'an. Aku melangkah ke arah timur laut, berharap menjumpai seseorang yang kepadanya dapat aku bertanya di manakah kiranya letak kotaraja itu, sementara seratus orang yang masih terus menerus me-nyerangku ini tidak seujung rambut pun dapat menyentuhku. Jurus Naga Bergeming di Dalam Badai sesungguhnyalah merupakan pergerakan yang cepat sekali. Begitu cepatnya sehingga aku tampak seperti berjalan dan hanya berjalan selangkah demi selangkah, padahal sebenarnyalah telah selalu menghindar dan kembali lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dengan pergerakan yang sangat sulit dilakukan ini, Jurus Naga Ber-geming di Dalam Badai biasa digunakan untuk menggentarkan lawan agar dengan sendirinya mundur, karena tahu belaka betapa lawan yang tiada berminat untuk bertarung itu tiada mungkin dikalahkan. Dunia persilatan memang menghargai tinggi pertarungan, tetapi hanya jika dilakukan dalam kelayakan, bukan antara yang sangat amat kuat melawan yang sangat amat lemah, yang tentu saja merupakan kekonyolanlah adanya. Namun mereka yang berada di luar dunia persilatan, tentu sulit membaca pesan dalam tanda-tanda seperti ini. Maka mereka pun menyerangku terus karena tiada kunjung paham, mengapa diriku yang hanya berjalan selalu saja luput dari segala macam jurus serangan. Suatu ketika datanglah serangan dari delapan penjuru, serentak dan berturut-turut dalam waktu yang berdekatan, yang sebenarnyalah me-rupakan siasat yang tepat untuk meng-atasi penghindaran dengan kecepatan, meski yang satu ini masihlah terlalu lamban bagiku. Namun belum lagi serangan itu berada dalam kemungkinan menyentuhku, dua bayangan berkelebat membuyarkan dan mengacaukan kepungan itu. ''Pengecut! Seratus orang me-ngeroyok satu orang!'' ''Dasar orang desa bodoh! Hanya bisa menuduh sembarangan!'' Aku menghentikan langkahku, karena suara keduanya memang suara dua perempuan yang sangat kukenal! "ELANG Merah! Yan Zi!" Keduanya hanya tertawa dengan ceria, mengubah duniaku yang hampir saja kukira hanya berisi kemuraman. Dengan segera kuperingatkan mereka. "Jangan dibunuh!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Maka kusaksikan bagaimana kedua perempuan pendekar itu melayang-layang dengan gerakan menawan, selincah walet dan seanggun elang, menghajar seratus orang pengepung, lelaki maupun perempuan, yang segera saja bergelimpangan terpencar-pencar dan berkaparan. "Anjing-anjing buduk!" "Seharusnya kalian semua dibunuh!" Ternyatalah bahwa Yan Zi membawa bayi di dalam selempang kain gendongan yang melintang di punggungnya. Gilirankulah kini yang terbelalak tidak mengerti. "Bayi curian diambil kembali, orang lain dituduh mencuri!" Yan Zi dan Elang Merah telah me lumpuhkan seratus orang Desa Padang Angin itu dengan tangan kosong, tetapi kini keduanya mencabut pedang masing-masing. "Desa Padang Angin adalah kampung para pencuri bayi! Perempuan-perempuan ini menyamar sebagai orang yang mencari kerja, begitu ada kesempatan mereka curi bayi untuk dijual lagi dengan harga yang mahal sekali!" "Mereka semua layak untuk mati!" (Oo-dwkz-oO) Episode 213 :[Para Pencuri Bayi] MELIHAT Elang Merah dan Yan Zi yang telah mencabut pedangnya, aku terkesiap mengingat sifat keduanya yang bukan saja keras dan tegas sebagai pendekar, melainkan juga selalu mewujudkannya secara ganas. Mencuri bayi barangkali memang bukan pembunuhan, tetapi merenggut kehidupan dan masa depan seseorang dari keluarga dan lingkungannya bagaikan kejahatan yang layak dihukum mati juga, dan kutahu betapa darah akan segera kembali tumpah jika tidak dicegah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku segera melenting jungkir balik dan hinggap di hadapan kedua perempuan pendekar itu. "Tunggu!" Mereka saling berpandangan melihatku. "Elang Merah dan Yan Zi! Apakah yang telah terjadi" Janganlah terlalu cepat menambah jumlah mayat bergelimpangan di muka bumi ini! Mereka semua seratus orang banyaknya, benarkah semuanya harus mati?" Elang Merah maju ke depan. "Dikau adalah seorang pendekar, tetapi orang-orang Desa Padang Angin ini adalah anjing buduk!" Dengan cepat ia pun bercerita, bahwa ketika sedang melakukan perjalanan keduanya mendengar suara bayi yang menangis. Semula suara bayi itu hanya terdengar sayupsayup, tetapi kemudian semakin lama semakin keras, dan mereka pun lantas mencari sumber suara itu. Ternyata bayi itu berada dalam gendongan seorang lelaki yang tergeletak di bawah pohon. Orang itu mengenakan fu tou atau turban, tetapi di sampingnya tergeletak sebuah caping lebar. Ia mengenakan jubah yang sudah penuh dengan darah. Sejumlah pisau terbang menancap tidak terlalu tepat di dada dan punggungnya, sehingga ia tidak langsung mati, meskipun tampaknya ia memang akan segera mati. Napasnya sudah tersengal-sengal, tetapi ia masih bisa berkata-kata dengan lemah dan terbata-bata. Katanya dia diminta mengambil kembali bayi itu oleh kakak perempuannya, yang telah menangis terus menerus sepanjang siang dan ma lam, karena bayi lelakinya telah dicuri setelah suaminya dibunuh terlebih dahulu. Setelah menyelidik ke berbagai penjuru selama beberapa bulan ia pun menemukan jejak bayi itu. Ia dan kakak perempuannya tinggal di wilayah Yaian yang terletak di pegunungan sebelah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ selatan dari Kota Chengdu, tetapi pencuri bayi itu telah ia telusuri jejaknya sampai ke wilayah Wanzhou. "Desa Padang Angin adalah desa para pencuri bayi,"ujarnya dengan terputus-putus. Dari desa ini orang-orang berangkat ke berbagai penjuru untuk mencuri bay i, dan menjualnya kepada orang-orang kaya yang tidak mempunyai anak. Desa itu telah membentuk jaringan perdagangan bayi curian secara gelap ke segenap pelosok Negeri Atap Langit. Tampaknya saja mereka itu orang-orang desa yang sederhana, yang sehari-harinya pergi ke ladang dan memasang jerat bagi binatang layar, tetapi sebenarnya hanyalah mereka yang sudah tua tinggal di kampung, sedangkan orang-orang mudanya menyebar untuk mencari dan mencuri bayi ke berbagai penjuru negeri. BIASANYA kaum perempuan akan menjadi pembantu rumah tangga, atau pekerjaan apa pun yang membuatnya bisa bekerja di dalam rumah, lebih baik lagi jika menjadi perawat dan pengasuh, sementara yang lelaki akan bekerja di sekitar rumah itu, kalau perlu pekerjaan yang juga akan membuatnya keluar masuk rumah keluarga yang menjadi sasaran, mempersiapkan jalan demi kelancaran pencurian. Semua bayi akan dibawa dulu ke Desa Padang Angin, sebelum dikirim atau diambil dan dibawa menuju kepada para pemesan bayi itu. Para pemesan adalah keluarga tanpa anak di kota besar, sebagian besar adalah orang kaya, termasuk di antaranya adalah orang-orang kebiri, dan mereka tidak selalu tahu menahu betapa bayi yang mereka angkat sebagai anak adalah curian. Mereka hanya tahu dan ada kalanya memang mencari bayi tanpa ayah dan tanpa ibu. Di suatu dunia tempat pemberontakan dan peperangan selalu mewarnai sejarah negeri, bertebarannya bayi dan anak-anak tanpa ayah dan ibu bukanlah sesuatu yang baru. Namun bayi yang disalurkan lewat Desa Padang Angin semuanya adalah bayi curian, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ orang yang tergeletak di bawah pohon dengan bersimbah darah itu melalui segala daya telah berhasil melacak keponakannya, meski ketika berhasil mengambil dan membawanya lari ia sempat terpergok. Maka sejumlah pisau terbang kini menancap di dada dan punggungnya. ''Kuserahkan keponakanku ini kepadamu Puan Pendekar berdua,'' kata paman si bayi yang malang itu, ''carilah kakakku di Y a'an, kecil saja kota itu dan tidak semua orang kehilangan bayi di situ...'' Lantas ia pun sampai kepada akhir hayatnya. ''Apakah kita punya pilihan lain"'' Elang Merah bertanya setelah menyelesaikan cerita, yang sebetulnyalah dengan bahasa Negeri Atap Langit yang meluncur telah diceritakannya dengan lebih ringkas. Tentu aku sangat ingin mendengar apa saja yang telah terjadi, sejak mereka kutinggalkan dalam penyanderaan Mahaguru Kupu-kupu dan sekarang terbebaskan. Namun tentunya kami masih harus menunggu ruang dan waktu tersendiri untuk itu. Kulihat Y an Zi Si Walet yang sedang menengok bayi dalam kain gendongan tersebut. Agaknya mereka tidak langsung menuju Y aian untuk mengembalikan bayi itu, yang kemudian akan kuketahui berada di barat daya, melainkan menyeberangi Ceruk Sichuan untuk mencari Desa Padang Angin di balik hutan ini ke wilayah Wanzhou, tentu dengan maksud membasmi penduduknya yang dianggap terlibat pencurian bayi semua. Kulihat juga orang-orang Desa Padang Angin yang sebagian mulai merayap dan merangkak serta berusaha berdiri. Sadarkah mereka betapa setiap saat sekarang ini, bahwa nyawa masing-masing mereka bisa melayang" Aku bergidik mengingat Ilmu Pedang Mata Cahaya maupun Ilmu TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pedang Cakar Elang yang dalam penggabungannya akan menghabiskan seratus orang ini dalam sekejap mata. ''Daku justru ingin memberikan kepada mereka suatu pilihan yang menguntungkan,'' kataku ''Menguntungkan bagi s iapa"'' Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ''Bagi semuanya,'' kataku. Lantas aku pun berujar kepada mereka dengan lantang. ''Orang-orang Desa Padang Angin, dengarlah baik-baik apa yang akan kukatakan kepada kalian sekarang. Kebusukan kalian sudah terbongkar! Bukanlah diriku yang telah mencuri bayi, melainkan kampung kalian itulah yang rupa-rupanya telah menjadi pusat perdagangan gelap bayi curian! Orangorang Desa Padang Angin, apakah kalian bukan manusia" Daku dan kedua kawanku akan mengembalikan bayi ini kepada ibunya, yang suaminya telah kalian bunuh itu, lantas pergi ke Changian untuk menyampaikan semua ini, bahwa hilangnya bayi-bayi ini ternyata diatur dan direncanakan dari Desa Padang Angin! Janganlah heran jika tidak lama lagi pasukan kerajaan akan menyapu bersih kampung kalian!'' Para pencuri yang tampaknya memang belum pernah terpergok, tertangkap, apalagi diadili itu sedikit banyak agaknya terpengaruh oleh kata-kataku. Maka aku pun melanjutkan kata-kataku. ''Kita sudah tahu apa hukuman untuk pembunuh maupun hukuman untuk pencuri, tetapi daku sungguh belum mengerti hukuman untuk pencuri bayi! Apakah dihukum picis sampai mati, apakah dipotong anggota badannya, atau diletakkan dalam kurungan dan dipertontonkan keliling kota sebelum dilepas dengan leher dipasung seumur hidup, daku tidak tahu. Namun apapun hukumannya dapatlah daku pastikan berat, dan bila kalian melarikan diri atau bersembunyi, maka seumur hidup akan menjalani kehidupan sebagai seorang buronan, sehingga hidup kalian dan seluruh keturunan kalian tidak akan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ pernah tenang! Terserah kepada kalian apa yang akan menjadi pilihan!'' Mendengarkan kata-kata seperti ini, dengan tubuh yang sebelumnya telah terbanting dan biru lebam, ternyata mereka pun menjadi gentar. Mereka semua dengan susah payah lantas menyembah, mengetuk-etukkan dahi mereka ke tanah, dan pemimpinnya pun segera berkata. "Puan dan Tuan Pendekar! Ampuni kami! Mohon janganlah kami dibasmi! Mohon janganlah kampung kami dibakar, dan kami diarak dalam pasungan ke jalanan! Mohon ampun Puan dan Tuan! Bayi-bayi yang masih berada di kampung kami, akan kami kembalikan! Mohon ampun!" Mereka masih terus mengetuk tanah dengan dahi memohon pengampunan, seolah-olah kami memang memiliki kekuasaan untuk mengge-rakkan pasukan kerajaan. Tiada yang lebih me-ngerikan selain serbuan hukuman dari pasukan kerajaan, karena dalam penghukuman itu pembakaran, penjarahan, pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan bagaikan suatu keniscayaan. Maka tentunya jumlah uang atau harta benda yang mereka terima, tentulah besar sebagai imbalan bayi-bay i yang mereka dapatkan. Tentu bukan hanya besar, melainkan sangat besar, sehingga dapat membangun jaringan yang melibatkan banyak orang dalam kerahasiaan. Sebetulnya jika bukan karena paman dari bayi yang dibawa Yan Zi Si Walet, tentunya aku pun tidak dapat memperkirakan keberadaan para pencuri bay i itu sebagai suatu jaringan, yang kemudian memungkinkan diriku melakukan tipu daya gertakan. Elang Merah dan Yan Zi segera dapat membaca keadaan ini. "Enak saja kalian! Mengembalikan semua bayi dari kampung kalian saja, lantas mau menghindari hukuman! Itu tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ cukup, wahai anjing buduk, kalian harus mengambil kembali semua bayi yang pernah dijual oleh jaringan perdagangan bayi gelap kalian ini, dan mengembalikannya kepada orangtua mereka masing-masing!" Elang Merah bicara sambil menunjuk dengan pedangnya. Seratus orang itu saling berpandangan, lantas mereka bicara susul menyusul dengan ketakutan. "Bagaimana mungkin kami mengambilnya lagi Puan Pendekar" Bayi-bayi itu telah dibayar dengan harga mahal!" "Bahkan membelinya kembali pun tidak mungkin!" "Bayi-bayi itu banyak yang sudah besar!" "Sudah menyatu dengan keluarga besar dan lingkungan hidup orangtuanya!" "Dan sebagai anak orang kaya, bagaimana mungkin mau hidup bersama orang miskin?" "Itu semua pun hanya jika kam i mengetahui bayi-bayi yang kami curi menuju ke mana!" "Kami hanya menyerahkan bayi itu kepada para perantara!" "Matarantai para perantara, dari desa sampai ke kota-kota besar ini panjang sekali!" "Memang sengaja dibuat agar tidak terlacak lagi!" Demikianlah ternyata bahwa jaringan perdagangan gelap bayi-bayi curian ini sangat rapi. Segalanya dijaga agar jika terdapat seseorang yang mengkhianati, tiada bayi yang telah sampai kepada pembelinya tidak bisa kembali. Jika matarantai itu belum terputus, artinya semua pelakunya masih hidup dan jika masih hidup pun bisa ditemukan kembali di tengah negeri yang luas ini, mungkin saja satu dua bayi masih bisa dilacak asal-usulnya, tentu hanya jika dilakukan penyelidikan yang tekun sekali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Namun betapapun memang lebih bisa diterima akal bahwa hanya bayi-bayi yang belum keluar dari Desa Padang Angin itulah, sebagai matarantai pertama perdagangan gelap bayibayi curian, yang masih bisa diketahui darimana mereka dicuri. Meski Desa Padang Angin merupakan bagian penting terbentuknya sejarah perdagangan bayi gelap, peran mereka kini terbatasi kepada pencurian bayi itu saja, dan tidak tahu menahu ke mana saja serta kepada siapa kiranya bayi-bayi yang berhasil mereka curi itu disalurkan. Perdagangan gelap bayi curian telah merasuk begitu rupa, sehingga jaringannya melibatkan para pegawai maupun pejabat pemerintah pada balai kependudukan, yang membuat bayi-bayi curian itu dapat dilengkapi surat resmi yang berlaku, sebagai anak pungut maupun kalau perlu anak kandung, tergantung dari permintaan. Mereka yang sudah terlanjur bahagia bersama orangtua yang mengasuhnya, mestikah direnggut dan dilempar kembali ke dunia yang tidak dikenalnya, meski di tempat orangtua kandungnya sendiri" Namun bagaimana pula dengan pasangan yang telah kehilangan buah hati mereka, adilkah mereka terderitakan begitu rupa" Hampir serentak pedang Yan Zi dan Elang Merah menempel pada leher orang yang mengucapkan kalimat terakhir itu, yang seperti menghapuskan segala harapan agar orangtua yang kehilangan bayinya mendapatkan kembali kebahagiaan. "Orang-orang Desa Padang Angin! Tahukah kalian betapa layak kepala jahat kalian ini dipisahkan dari badan?" Dengan dua pedang di lehernya seperti itu, ia sama sekali tidak bisa bergerak, tetapi 99 anggota jaringan pencurian bayi yang lain bisa menyembah dan mengetuk-etukkan dahi mereka di atas tanah dan rerumputan basah. Mereka tidak TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ peduli lagi bahwa ketika diangkat dahi mereka menjadi penuh dengan bercak tanah. "Ampuni kami Puan Pendekar! Ampuni kami!" "Tidaklah mungkin kami temukan lagi bayi yang telah diserahkan kepada perantara dari pembeli!" "Kami akan kembalikan semua bayi yang berada di Desa Padang Angin! Kami bersumpah akan me-ngembalikannya lagi! Mohon ampun Puan Pendekar!" "Mohon jangan pisahkan kepala kami yang jahat ini dari badan kami!" Mendadak bayi dalam gendongan Yan Zi menangis, sungguh menambah kekeruhan suasana, seperti mengingatkan kembali nasib ayah dan paman itu. "Bayi bisa dikembalikan! Bagai-mana dengan nyawa yang terlanjur melayang" Kalian bukan cuma pencuri, kalian juga pembunuh!" Seusai mengucapkan kalimat ini, Elang Merah menendang orang yang berdiri di hadapannya, lantas berkelebat. Kurang dari sekejap, sekali lagi bergelimpanganlah seratus orang itu sambil mengeluarkan suara menge-rang-erang. "Aduh tolong tanganku patah!" "Aduh tolong kakiku patah!" "Hidungku remuk!" "Kepalaku rasanya mau pecah!" "Tulang-tulangku lepas!" "Hooeeekkk" Terdengar suara muntah, dan yang dimuntahkan adalah darah. Sementara yang lain, tiada peduli lelaki maupun TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ perempuan, dengan mulut yang juga berdarah memuntahkan gigi. Mereka semua mengalami cedera, yang betapapun parahnya tidak akan menyebabkan cacat badan mengenaskan, dan dalam kenyataannya mereka semua juga tetap hidup. Namun kurasa dengan tindakan Elang Merah tersebut, mereka akan menjadi sangat takut. Aku percaya mereka akan mengembalikan segenap bayi yang masih ada di Desa Padang Angin ke tempat mereka telah mencurinya, dan mereka memang tidak memiliki kekuasaan untuk mengambil atau bahkan membeli kembali bayi-bayi yang telah mereka jual, karena memang sudah tiada tentu rimbanya. Betapapun Yan Zi masih merasa perlu menambah tekanan. "Orang-orang Desa Padang Angin! Kalian tahu bagaimana kalian telah dijatuhkan! Ketahuilah bahwa dengan kecepatan yang sama kami akan melaju ke Chang"an dan langsung melaporkan, dengan bukti bayi ini, bahwa kampung kalian sungguh layak dimusnahkan dan diratakan dengan tanah. Jika pasukan kerajaan tiba kemari sebaiknyalah bayi-bayi itu telah kembali kepada yang berhak, dan pemerintah pasti akan segera mengirim mata-mata untuk memeriksa dari desa ke desa, apakah bayi-bay i mereka yang diculik telah kembali, karena jika tidak pastilah darah tumpah dan Desa Padang Angin le-nyap dari muka bumi." Dengan segala daya tersisa, orang-orang Desa Padang Angin ini berusaha keras menyembah-nyembah lagi, meski ternyata selalu gagal karena setiap kali mencoba bangkit selalu saja jatuh kembali. Tidak jelas mengapa, aku teringat ujaran Laozi: kata-kata yang benar tidaklah bagus kata-kata yang bagus tidak selalu benar Aku mengangguk kepada Elang Merah dan Yan Zi. Sekejap kemudian kami bertiga telah hilang lenyap dari pandangan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Oo-dwkz-oO) Episode 214: [ Di Tepi Sungai Yangtze] Pada suatu senja menjelang bulan Waisaka kami bertiga sudah berada di tepi Sungai Yangtze. Di atas punggung kuda, di tepi tebing, kupandang Tiga Ngarai Y angtze curam itu. Kami tertegun karena merasa seperti berada di dunia yang lain. Ngarai yang curam dan menjulang dengan latar belakang matahari yang begitu merah dan begitu membara, membuat tebing meng-hitam itu bagaikan bagian dari tubuh naga raksasa yang sedang bertapa. Angin menciptakan suatu gaung, tetapi arus sungai mendesis pelahan bagai membisikkan suatu pesan. Aku mencoba mendengarkan dan menerjemahkan pesan itu, tetapi kudapatkan puisi yang tetap tinggal sebagai puisi, yang hanya bisa dirasakan dan dialam i, dan seperti selalu menolak untuk dimengerti MAKA kuterima desisan sebagai desisan, dan bisikan sebagai bisikan, dan dengan cara demikian rupanya aku pun lantas paham tanpa pertanyaan, mengerti tanpa penalaran, karena segalanya kemudian memang menjadi jelas tanpa diterang-terangkan. Tiga bulan sebelumnya, yakni pada bulan Magha, ketika dalam satu hari kusaksikan kematian dua mahaguru dari Perguruan Kupu-kupu itu, Yan Zi Si Walet dan Elang Merah sebetulnya datang menunggang kuda, bahkan ternyata membawa seekor kuda untukku, sehingga aku dapat berkuda bersama-sama mereka menuju Y a'an. Di sana akhirnya dapat kami temukan ibu dari bayi yang telah dicuri, tetapi yang kemudian diambil kembali itu. Sulit kuceritakan kembali betapa mengharu birunya pertemuan ibu dan bayinya tersebut, ketika kegembiraan dan kebahagiaan yang menyeruak datang bersama dengan empasan gelombang TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kedukaan, atas terbunuhnya suami dan berita kematian adiknya yang terhunjam sejumlah pisau terbang dari depan maupun dari belakang. Dengan perasaan sedih, karena tidak dapat memberikan penghiburan yang cukup meringankan, kami tinggalkan Ya'an dan menyeberangi kembali Ceruk Sichuan, yang anginnya kali ini hampir selalu bertiup sambil membawa hujan dan bebauan bunga yang basah. Demikianlah kami selama tiga bulan, dari Ya'an menyusuri jalan yang menuju Leshan, Yongchuan, Hechuan, dan Fuling, mengarungi wilayah Chongqing, akhirnya sampai ke tepi Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sungai Yangtze, tempat diseberangnya terdapat Tiga Ngarai Yangtze tersebut. Dalam perjalanan itulah, Yan Zi dan Elang Merah, secara bergantian, menceritakan apa yang terjadi setelah aku meninggalkan mereka ke arah Tiga Sungai Sejajar untuk mengambil K itab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. ''Setelah dikau tinggalkan kami di sana, wahai Pendekar Tanpa Nama, ular yang telah diberi mantra agar mampu melibat dan mengikat kami itu ternyata mengendur, bahkan kemudian pergi dan merayap untuk menghilang, sehingga kami tiba-tiba saja telah bebas. Terlihat Mahaguru Kupu-kupu itu sedang memandang ke arah tempat dikau menghilang, dan kesempatan itu tentu saja tidak kami sia-siakan.'' ''Ya, kami segera menyerangnya, dan saat itulah kami mengerti, kenapa Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam menjadi rebutan.'' ''Meski telah kami dengar perbincangan dikau dengan Mahaguru Kupu-kupu, yang mengaku belum sempat mempelajarinya sampai tamat, tetapi karena ia menguasai kitab pasangannya, Petunjuk dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, maka menghadapi kepungan kami bagaikan tubuhnya menjadi berganda.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ ''Seperti senjata rahasia kupu-kupu hitamnya, begitu pula tubuhnya taksekadar menjadi dua, melainkan seolah dapat menjadi empat, delapan, maupun empat puluh, seberapa pun kebutuhan menuntutnya. Jadi bukanlah hanya sihir andalannya, melainkan juga ketergandaan dalam ilmu silat yang bagaikan dapat melayani segala kecepatan.'' ''Seberapa pun cepatnya Ilmu Pedang Mata Cahaya dan Ilmu Pedang Cakar Elang yang kami padukan dalam pengepungan, selalu saja kilatan Pedang Mata Cahaya itu hanya menembus bayangan, dan begitu pula terjadi dengan sergapan cakar elang yang dalam sekali gerak membelah badan lima bagian. Begitu banyak bayangan yang sekali menjadi kenyataan hanyalah berarti ancaman. Sebenarnyalah Mahaguru Kupu-kupu itu merupakan lawan yang mengerikan!'' ''Maka kedudukan pun berubah dari yang menyerang dengan gulungan jurus-jurus mematikan, menjadi pihak yang terancam dengan kemungkinan kembali tertawan. Tidaklah terbayangkan apa yang akan terjadi jika hal itu menjadi kepastian. Kami berdua kemudian hanya bisa beradu punggung, bertahan menghadapi seribu Mahaguru Kupu-kupu yang kadang tampak dan kadang menghilang dalam permainan bayangan. Antara impian dan kenyataan, betapa dapat menjadi sangat membingungkan!'' ''Begitulah, semula kami mengira, mungkin seperti dikau pernah perkirakan pula, betapa kami tidak akan begitu mudah ditaklukkan jika Mahaguru Kupu-kupu tidak menggunakan sihirnya, tetapi sesungguhnyalah Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam telah membuat sihir dan bukan sihir tiada bisa dibedakan pula, bahkan dapat bertukar-tukar dengan begitu cepatnya, sehingga tidak lagi dapat kami ketahui sedang menghadapi yang mana!'' ''Dalam keadaan seperti itulah, ketika angin pukulan sepasang tangan Mahaguru Kupu-kupu siap melumpuhkan kembali kami berdua, sesosok bayangan berkelebat, dan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ tanpa kami mengetahui apa yang dilakukannya, Mahaguru Kupu-kupu yang mahasakti itu terpental dan terguling-guling di tanah. Ternyatalah bahwa desau angin kedatangan sesosok bayangan ini pun telah membuat daun-daun berguguran.'' "MAHAGURU Kupu-kupu memang langsung melenting setelah terguling-guling bahkan terseret sehingga membentuk jejak panjang di atas rerumputan, hanya untuk menjadi sangat pucat wajahnya ketika menyaksikan siapa sebenarnya sesosok ba-yang-an, yang desau angin kedatangannya sahaja telah menggerak-gerakkan dahan dan ranting, sehingga daundaunnya pun berguguran itu..." "'Ibu...,' katanya kemudian tanpa wibawa sama sekali. "Sosok itu ternyata memang se-orang perempuan tua, tetapi yang meskipun jelas berambut putih di balik tu fou lelaki yang dikenakan, tidaklah menunjukkan tanda-tanda ketuaan seperti keriput dan bongkok sama sekali. Selain rambut, alisnya pun putih seluruhnya, tetapi pandangan tegasnya sangatlah muda, dan bukan hanya muda, melainkan juga sarat dengan wibawa yang menundukkan." "'Punya anak hanya dua,' ujarnya, tetapi lebih seperti kepada diri sendiri, 'saling bermusuhan sejak remaja, garagara ingin menguasai ilmu silat kekasihku, yang hatinya ternyata begitu culas karena mendekatiku hanya demi mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang dimiliki ayahku. Begitu pentingnyakah ilmu s ilat bagi manusia, sehingga bahkan cinta dengan tega dipalsukannya, demi suatu wibawa dalam dunia persilatan yang belum jelas apa gunanya. "'Ternyatalah betapa ayahku telah ditipunya, ketika setelah mengira mendapatkan menantu terbaik, diserahkannya kedua kitab itu kepadanya, hanya untuk suatu ketika terbunuh dari belakang karena tak pernah ber-pra-sangka, betapa seorang murid tunggal akan mengkhianatinya begitu rupa. Mung-kin sudah suratan semesta, ayah-ku, yang hanya disebut sebagai TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pen-dekar Kupu-kupu Hitam, sebenarnya hanya menyerahkan salinan kedua kitab itu, karena memang Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang asli memang menyebutkan perkara tersebut. "'Ya, disebutkan di situ, bahwa karena seorang murid terpercaya bisa saja berubah sifat maupun sikap setelah menguasai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, maka penyerahan kedua kitab berpasangan tersebut justru merupakan bagian penting dari pengujiannya. Salinan kedua kitab itu sebenarnyalah memang tidak utuh, karena penyerah-annya adalah ujian itu sendiri, yakni untuk me lihat apakah seorang murid terpercaya, setelah merasa menguasai Ilmu Silat Kupukupu Hitam, tidak ingin menguasai dunia persilatan." "Kemudian, setelah menghela napas, perempuan tua itu pun berkata lagi, eDalam kedua kitab disebutkan betapa puncak kesempurnaan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya bisa dikuasai oleh seseorang yang sangat berbakat, tetapi sekaligus juga tidak memiliki kepentingan apapun dalam permainan kekuasaan di dunia persilat-an sama sekali. Justru isi kedua kitab yang asli itu diturunkan kepadaku, tanpa diriku sendiri pernah menyadari-nya, karena aku mempelajarinya sekadar sebagai ilmu bela diri, itu pun diwajibkan oleh ayahku, tanpa mengetahuinya sebagai berasal dari kedua kitab tersebut, sehingga tidaklah kuketahui betapa ilmu silat yang diajarkan ayahku sejak kecil itu adalah Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam selengkapnya berdasarkan kedua kitab yang asli."' Sampai di sini aku teringat, perempuan pendekar tua yang berbicara kepadaku dengan Ilmu Bisikan Sukma itu. Kukira orangnya memang sama, tetapi mengapakah ia berbicara tentang hal yang sama dengan penjelasan yang berbeda" Jika Yan Zi dan Elang Merah mendengar bahwa ia telah mendapatkan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam asli yang sempurna, justru karena ia tidak memiliki kepentingan apapun di dunia persilatan, kenapa pula dalam bisikan sukma yang terdengar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ olehku, dia berkepentingan mempelajari kedua kitab yang mestinya kurang lengkap dibanding Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang telah dikuasainya" Bahkan setelah jelas Yan Zi dan Elang Merah hampir tewas di tangan Mahaguru Kupu-kupu, seperti diceritakan keduanya sendiri, mengapa pula harus dikatakan oleh perempuan tua itu betapa hanya karena sihirlah maka Mahaguru Kupu dapat melumpuhkan dan menyandera keduanya" Aku tidak mengerti, tetapi baiklah kudengarkan lanjutan mereka berdua. "Kemudian nada bicara perempuan itu meningkat, 'Bayangkanlah bagai-mana perasaanku dengan segenap perbuatan ayah kalian itu, ketika ayahku sendiri pernah berpesan bahwa Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya akan sempurna sebagai ilmu beladiri dan tidak akan pernah bisa menjadi sempurna, jika digunakan meski hanya sekali saja untuk membalas dendam. Bagai-kan ayahku itu sudah tahu, betapa suatu hari ia akan dikhianati ayah cucu-cucu-nya sendiri. Sekarang terbukti bagai-mana karmapala para pelakunya membuat Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu akan bisa terkalahkan. Begitu juga de-ngan dirimu itu wahai Sulung, yang karena ingin menguasai ilmu demi suatu kuasa wibawa di dunia persilatan telah bermusuhan dengan Si Bungsu. "MAHAGURU Kupu-kupu memang langsung melenting setelah terguling-guling bahkan terseret sehingga membentuk jejak panjang di atas rerumputan, hanya untuk menjadi sangat pucat wajahnya ketika menyaksikan siapa sebenarnya sesosok ba-yang-an, yang desau angin kedatangannya sahaja telah menggerak-gerakkan dahan dan ranting, sehingga daundaunnya pun berguguran itu..." "'Ibu...,' katanya kemudian tanpa wibawa sama sekali. "Sosok itu ternyata memang se-orang perempuan tua, tetapi yang meskipun jelas berambut putih di balik tu fou lelaki yang dikenakan, tidaklah menunjukkan tanda-tanda ketuaan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ seperti keriput dan bongkok sama sekali. Selain rambut, alisnya pun putih seluruhnya, tetapi pandangan tegasnya sangatlah muda, dan bukan hanya muda, melainkan juga sarat dengan wibawa yang menundukkan." "'Punya anak hanya dua,' ujarnya, tetapi lebih seperti kepada diri sendiri, 'saling bermusuhan sejak remaja, garagara ingin menguasai ilmu silat kekasihku, yang hatinya ternyata begitu culas karena mendekatiku hanya demi mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang dimiliki ayahku. Begitu pentingnyakah ilmu s ilat bagi manusia, sehingga bahkan cinta dengan tega dipalsukannya, demi suatu wibawa dalam dunia persilatan yang belum jelas apa gunanya. "'Ternyatalah betapa ayahku telah ditipunya, ketika setelah mengira mendapatkan menantu terbaik, diserahkannya kedua kitab itu kepadanya, hanya untuk suatu ketika terbunuh dari belakang karena tak pernah ber-pra-sangka, betapa seorang murid tunggal akan mengkhianatinya begitu rupa. Mung-kin sudah suratan semesta, ayah-ku, yang hanya disebut sebagai Pen-dekar Kupu-kupu Hitam, sebenarnya hanya menyerahkan salinan kedua kitab itu, karena memang Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang asli memang menyebutkan perkara tersebut. "'Ya, disebutkan di situ, bahwa karena seorang murid terpercaya bisa saja berubah sifat maupun sikap setelah menguasai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, maka penyerahan kedua kitab berpasangan tersebut justru merupakan bagian penting dari pengujiannya. Salinan kedua kitab itu sebenarnyalah memang tidak utuh, karena penyerah-annya adalah ujian itu sendiri, yakni untuk me lihat apakah seorang murid terpercaya, setelah merasa menguasai Ilmu Silat Kupukupu Hitam, tidak ingin menguasai dunia persilatan." "Kemudian, setelah menghela napas, perempuan tua itu pun berkata lagi, eDalam kedua kitab disebutkan betapa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ puncak kesempurnaan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya bisa dikuasai oleh seseorang yang sangat berbakat, tetapi sekaligus juga tidak memiliki kepentingan apapun dalam permainan kekuasaan di dunia persilat-an sama sekali. Justru isi kedua kitab yang asli itu diturunkan kepadaku, tanpa diriku sendiri pernah menyadari-nya, karena aku mempelajarinya sekadar sebagai ilmu bela diri, itu pun diwajibkan oleh ayahku, tanpa mengetahuinya sebagai berasal dari kedua kitab tersebut, sehingga tidaklah kuketahui betapa ilmu silat yang diajarkan ayahku sejak kecil itu adalah Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam selengkapnya berdasarkan kedua kitab yang asli."' Sampai di sini aku teringat, perempuan pendekar tua yang berbicara kepadaku dengan Ilmu Bisikan Sukma itu. Kukira orangnya memang sama, tetapi mengapakah ia berbicara tentang hal yang sama dengan penjelasan yang berbeda" Jika Yan Zi dan Elang Merah mendengar bahwa ia telah mendapatkan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam asli yang sempurna, justru karena ia tidak memiliki kepentingan apapun di dunia persilatan, kenapa pula dalam bisikan sukma yang terdengar olehku, dia berkepentingan mempelajari kedua kitab yang mestinya kurang lengkap dibanding Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang telah dikuasainya" Bahkan setelah jelas Yan Zi dan Elang Merah hampir tewas di tangan Mahaguru Kupu-kupu, seperti diceritakan keduanya sendiri, mengapa pula harus dikatakan oleh perempuan tua itu betapa hanya karena sihirlah maka Mahaguru Kupu dapat melumpuhkan dan menyandera keduanya" Aku tidak mengerti, tetapi baiklah kudengarkan lanjutan mereka berdua. "Kemudian nada bicara perempuan itu meningkat, 'Bayangkanlah bagai-mana perasaanku dengan segenap perbuatan ayah kalian itu, ketika ayahku sendiri pernah berpesan bahwa Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya akan sempurna sebagai ilmu beladiri dan tidak akan pernah bisa TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menjadi sempurna, jika digunakan meski hanya sekali saja untuk membalas dendam. Bagai-kan ayahku itu sudah tahu, betapa suatu hari ia akan dikhianati ayah cucu-cucu-nya sendiri. Sekarang terbukti bagai-mana karmapala para pelakunya membuat Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu akan bisa terkalahkan. Begitu juga de-ngan dirimu itu wahai Sulung, yang karena ingin menguasai ilmu demi suatu kuasa wibawa di dunia persilatan telah bermusuhan dengan Si Bungsu. DEMIKIANLAH kini kami berada di tepi sungai yang sangat lebar ini, begitu lebarnya bagaikan seluas laut, menghadapi Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiga Ngarai Yangtze yang dalam dirinya bagai menyimpan suatu wibawa, melalui gaung gemuruhnya yang berpadu dengan bisikan, dan kecipak tepiannya yang menyapa hati perlahan-lahan. Kami tidak bermaksud menyeberang, melainkan menyusuri tepian sungainya saja sampai ke dekat Chang'an, karena kami merasa jenuh dan tidak terlalu mangkus serta sangkil jika masih harus dalam garis lurus menyeberangi Pegunungan Qinling dan baru turun ke Changian. Di samping itu, kami juga ingin menyelami kehidupan lain di sepanjang tepi sungai daripada kehidupan serba terpencil di pegunungan batu. Jadi kami memang hanya akan memandangi saja Tiga Ngarai Y angtze itu, dan tidak bermaksud menyeberang sungai untuk mendatanginya. Kami sangat mengerti pepatah tentang keindahan gunung, yang menyatakan gunung itu hanya indah jika dipandang dari jauh, dan segalanya akan berubah takindah lagi ketika kita mendekatinya. Dalam latar cahaya senja keemasan yang membuat permukaan sungai berkilatan, kami bertiga meresapi segalanya yang tampak di hadapan mata, termasuk perahu yang berlalu lalang di sana dan di sini, dalam keluasan yang memang tidak terkatakan ini. Kemudian salah satu di antara perahu-perahu itu tampak didayung ke arah kami. Dalam keluasan dan pantulan cahaya permukaan, semula yang mendayung di atasnya hanya TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kadang tampak dan kadang tidak sebagai sesosok bayangan. Namun akhirnya tampaklah betapa ia memang semakin lama semakin mendekat. Kami bertiga tentu telah waspada atas kedatangannya. Elang Merah bahkan dengan perlahan berkata. ''Apa maksud orang ini datang kemari"'' (Oo-dwkz-oO) Episode 215: [Siapa Menunggu di Seberang Sungai] GERAK permukaan air membuat pantulan langit senja yang membentang di atasnya berkeredapan. Matahari seperti tibatiba saja membenam lebih cepat ke balik Tiga Ngarai Y angtze, yang meski terletak di kejauhan, karena begitu menjulang, sangat terasa kehadirannya yang mencekam. Perahu besarlah kiranya yang didayungnya itu, semacam perahu penyeberangan, tetapi bukan rakit, melainkan memang perahu kayu yang cukup besar untuk sepuluh orang dan sepuluh kuda, apakah kuda itu ditunggangi ataupun tidak ditunggangi. Jika orang itu mendayung dengan tenaga kasar, tiada dapat kuperkirakan besarnya tenaga yang digunakan untuk mendayung di sungai sebesar ini, yang meskipun permukaannya tampak tenang, tetapi arus di bawahnya jelas sangat kuat. Seperti juga Elang Merah, aku pun bertanya-tanya, apakah maksud orang ini datang kemari" Jika sedari tadi kami sama sekali tidak melihatnya, maka bagaimana caranya pula ia melihat kami" Tempat ini adalah tempat yang sangat luas dan sangat terbuka, siapa pun yang muncul di kejauhan, kami akan melihatnya. Namun ia telah muncul seperti begitu saja dari balik cahaya senja, dengan latar belakang Tiga Ngarai Yangtze yang tegak menjulang, yang dalam bentuk sosok TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ bayangan hitam, bagaikan seorang utusan berbentuk manusia dari istana para makhluk di balik dunia. Aku pun sudah siap untuk menerimanya sebagai bukan tukang perahu biasa. Kulihat orang-orang memancing dalam diam di atas perahu yang berhenti. Kulihat pula orang yang melemparkan jala. Juga tentu di antara berbagai perahu yang lalu lalang terdapatlah perahu penyeberangan, seperti bentuk perahu ini, karena memang kulihat perahu yang seperti itu selalu dipenuhi manusia, yang dipaksa berdiri berdempetdempetan, dan setelah itu barulah diseberangkan. Kadangkala terasa agak khawatir juga me lihat perahu penyeberangan yang penuh manusia itu di atas sungai, yang begitu luasnya, sehingga bila berada di tepi yang satu tidak akan bisa melihat tepi yang lain. Mereka berdiri berdempet-dempetan sampai ke pinggir perahu, seperti tidak ada kesempatan lagi mendapatkan perahu lain yang bisa membawa mereka ke seberang. Mungkinkah karena ini menjelang malam" Namun setidaknya melihat penuh sesaknya perahu yang lalu lalang, perahu penyeberangan maupun bukan penyeberangan, menunjukkan terdapatnya pemukiman yang ramai pada kedua sisi sungai. Sudah kukatakan betapa luasnya tempat ini, sehingga tempat penyeberangan di sisi tempat berdirinya kami pun tidak tampak sama sekali. Di bawah langit senja yang merah kejingga-jinggaan, perahu-perahu penyeberangan berpapasan, tetapi dalam jarak yang berjauh-jauhan. Agaknya bukan hanya sepasang pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan kedua s isi di tepian Sungai Yangtze di bagian ini, tetapi beberapa pasang, yang juga menandakan betapa kami selepas mengarungi hutan belantara dan gunung gemunung, telah memasuki dunia manusia yang ramai. KAMI mengerti, peradaban sebetulnya sama berbahayanya dengan alam yang perawan, karena meski tiada harimau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ kumbang siap menerkam dari atas dahan, niat jahat manusia yang penuh tipu daya bagaikan debu musim panas yang bertebaran. Maka kami pun sungguh waspada, ketika sosok yang berperahu dan jelas mengarah ke tempat kami berdiri di atas kuda itu mendekat. "Salam Puan dan Tuan," katanya dalam bahasa Negeri Atap Langit dengan pengucapan Sichuan, "apakah Tuan dan Puan sudah siap menyeberang?" Kami saling berpandangan. Dalam suasana senja yang sudah semakin suram, aku takdapat menangkap ungkapan wajahnya dengan jelas. Namun nada suaranya bagai tidak mengucapkan sesuatu yang salah. Namun aku menjawabnya juga. "Siapakah kiranya yang Bapak hendak jemput" Kami sama sekali tidak bermaksud menyeberang." Kami hanya bermaksud melakukan perjalanan di sepanjang tepi Sungai Yangtze sebelum berbelok kembali ke Chang'an melalui dataran di sekitar Dali atau Hancheng, karena kami memang menghindari perjalanan naik turun Pegunungan Qinling. "Sahaya mendapat permintaan untuk menjemput Puan dan Tuan bertiga, bahkan ongkosnya sudah dibayar," katanya, "apakah Puan dan Tuan bertiga adalah Elang Merah dari T ibet, Yan Zi Si Walet dari Kampung Jembatan Gantung, dan Pendekar Tanpa Nama dari Ho-ling?" Kami tentu saja sangat terkejut. Lelaki yang mendayung perahu ini tidak tampak seperti berbohong atau sedang mempermainkan kami, dan kurasa lelaki yang putih rambut maupun kumisnya ini memang adalah tukang perahu, yang tampaknya telah menjadi tukang perahu seumur hidupnya di wilayah ini, sehingga mengenal betul sifat Sungai Yangtze seperti mengenal dirinya sendiri. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Perkiraan ini kudapat dari kepercayaan pemesan penjemputan terhadap bapak tua tukang perahu tersebut, mengingat jalur yang ditempuhnya ini sangat tidak lazim. Kami berada di tepian yang sepi, tanpa manusia sama sekali, karena kami memang baru saja tiba dari Kaix ian setelah menembus hutan di sebelah barat Ceruk Sichuan maupun Wanzhou, dan belum bermaksud memasuki keramaian sebelum menyaksikan Tiga Ngarai Yangtze. "Atas permintaan siapakah penjemputan ini, Bapak?" "Itulah masalahnya Puan dan Tuan, permintaan ini disampaikan oleh seorang perantara, yang mendapat pesan dari seorang perantara pula, sehingga sahaya tentu tidak dapat mengatakannya siapa," katanya dengan terus terang dan bersungguh-sungguh, itetapi pesan permintaannya jelas, bahwa sahaya harus menjemput Puan dan Tuan bertiga di titik ini, yang disebut Batu Kera, bahkan bayarannya telah diberikan pula." Lantas tanpa ditanya, ia pun meneruskan. "Sahaya telah dibayar dengan uang emas! Ini bayaran terbesar yang pernah sahaya terima sebagai tukang perahu, dan sahaya tentu saja tidak mau melepaskan kesempatan untuk mendapatkan uang emas itu! Ayolah Puan dan Tuan, naiklah ke perahu sahaya, nanti sahaya antarkan sampai tujuan." Hampir serempak kami bertiga bertanya. "Ke manakah tujuannya?" Tukang perahu itu sampai terbelalak, tetapi menjawab juga. "Permintaannya memang aneh," katanya, "kemarin itu perantaranya menyampaikan, bahwa saya diminta untuk mengantarkan Puan dan Tuan hanya sampai ke sebuah titik di tengah sungai." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kemarin?" "Ya, kemarin!" "Di tengah sungai" Maksudnya?" "Memang hanya sampai ke tengah sungai itu, nanti di sana Puan dan Tuan harus pindah ke perahu yang lain." Kami bertiga tentu saja saling berpandangan dengan takjub. Siapakah kiranya dia yang mengetahui dengan tepat bahwa kami akan, sekali lagi akan, dan bukan telah tiba di tepi Sungai Yangtze, setelah perjalanan yang begitu panjang dan jauh dari tempat ini" Siapa pun dia orangnya, sudah jelas mengetahui lebih banyak tentang kami daripada kami mengetahui tentang dirinya. Bahkan dalam kenyataannya kami tidak mengetahui sesuatu pun tentang dirinya itu. Selain itu, tampak dengan jelas betapa penjemputan ini sebetulnya mengandung suatu kerahasiaan. Dengan cara penjemputan berantai seperti ini, para penjemput dalam setiap matarantai hanya mengetahui jalur penjemputan masing-masing hanya sepotong. Apakah sebenarnya yang telah terjadi" ''BAGAIMANA Puan dan Tuan, apakah kita berangkat sekarang" Sebaiknya kita berangkat sebelum hari menjadi gelap.'' Tukang perahu ini mengira seolah-olah sudah semestinyalah kami segera naik ke atas perahu, seperti kami sudah tahu bahwa memang akan dijemput. Namun betapapun keputusan tentu seharusnyalah berada di tangan kami. ''Kenapa kita harus ikuti begitu saja keinginan orang yang mengatur penjemputan ini,'' kata Yan Zi Si Walet, ''kita sudah sepakat tidak akan menyeberang, dan apapun yang akan kita te-mukan jika menurutinya tidaklah me-rupakan tujuan perjalanan ini.'' TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Memang Yan Zi benar, sudah terlalu lama perjalanan ini tersendat karena berbagai halangan di perjalanan, yang bukan sekadar menjadi halangan, melainkan nyaris menghentikan segala tujuan pula, seperti yang terjadi dengan masalah Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Namun aku berpikir, mungkin saja penjemputan ini justru menjadi bagian dari tujuan kami yang bermaksud mengambil kembali pedang mestika di dalam istana Chang'an. Kukatakan apa yang kupikirkan ini kepada kedua kawan seperjalananku. ''Jika terdapat niat jahat dalam penjemputan ini, tentu siapa pun ia tidak perlu menyibukkan diri begitu rupa,'' kataku, ''penjemputan ini pun sebetulnya lebih meminta kepercayaan kita daripada memaksa, tetapi jika kalian berdua tidak tertarik dan tidak berminat sama sekali, tiada masalah bagiku untuk meneruskan perjalanan seperti tujuan semula.'' Elang Merah pun angkat bicara. ''Daku juga melihat kepercayaan itu, bahwa sebetulnya tidak ada ke-mungkinan bagi s iapapun ia untuk memaksa kita. Sebaliknya, ini lebih merupakan permintaan agar kita percaya kepadanya, dan ini pun merupakan usaha yang besar, karena daku tidak melihat sesuatu yang membuat seseorang haruslah peduli begini rupa kepada kita.'' Aku melihat kepada Yan Zi. Perbedaan antara kedua perempuan pendekar itu kutakutkan akan berkembang menjadi pertentangan, apalagi kutahu betapa pikiran Yan Zi terpaku kepada Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang harus diambilnya di Istana Chang'an itu. Namun agaknya, seperti yang telah kusaksikan, memang telah terjadi perubahan dalam hubungan antara Yan Zi dan Elang Merah, terutama justru setelah keduanya melakukan perjalanan bersama tanpa diriku me-ngarungi alam yang berat itu. Betapapun kebersamaan pengalaman mereka tentu memiliki pengaruhnya. Lagipula, bukankah sebelum kedua-nya menjadi TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sandera Mahaguru Kupu-kupu, telah terjadi perubahan dari usa-ha saling membunuh menjadi hubungan penuh kemesraan" Aku menghela napas panjang jika mengingat rumitnya hubungan kami bertiga, yang tidak bisa dengan mudah diuraikan begitu saja. Kulihat ia pun menarik napas panjang sebelum akhirnya Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berbicara. ''Jika kalian berdua tertarik untuk me layani permintaan siapapun ia yang belum kita ketahui itu, kurasa daku pun tidak bisa menghalangi dan akan ikut bersama kalian. Lagipula, segala ma-cam kemungkinan yang belum dapat kita duga memang sebetulnya dapat kita anggap sebagai tantangan. Aku hanya berharap kita cukup siap, jika ini ternyata dimaksudkan sebagai jebakan untuk mencelakakan kita.'' Betapapun, meski aku yakin betapa takmungkin penjemputan ini tiada hubungannya dengan sesuatu yang dapat disangkut pautkan dengan urus-an kami, kemungkinan yang disebutkan Yan Zi itu tentu tidak dapat diabaikan pula. Lawan yang cerdik mempunyai kemungkinan untuk menjebak kita dengan dugaan-dugaan kita sen-diri. Maka mungkin memang harus kuingat kembali Sun Tzu: prajurit yang baik di masa lalu pertama-tama menempatkan diri dalam kemungkinan kalah lantas menunggu kesempatan untuk mengalahkan musuh menyelamatkan diri dari kekalahan tergantung diri kita sendiri tetapi kesempatan mengalahkan musuh diberikan oleh musuh itu sendiri Kami belum tahu apakah penjemputan ini dilakukan oleh lawan ataukah seorang kawan, tetapi jika ternyata dilakukan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ oleh siapa pun dia yang berniat jahat, kurasa tidak ada salahnya pula jika aku berpikir, bahwa segala sesuatunya akan lebih jelas jika kita turuti saja pancingan untuk masuk jebakan ini, karena betapapun kejelasan itu lebih baik dari kegelapan, dan dalam kejelasan itulah keberadaan lawan dapat kita pertimbangkan untuk dika-lahkan. KULIHAT Yan Zi Si Walet mata-nya tak berkedip menatap kelebat burung-burung walet yang nyaris tidak terlihat itu, sementara Elang Merah matanya menatap tajam ke atas memperhatikan sepasang elang itu me layang dengan anggun tetapi mengawasi ikan-ikan di balik permu-kaan sungai dengan tajam. Memang para pendekar mempertahankan dan mengembangkan ilmu silatnya, antara lain dengan selalu kembali kepada akar gagasan yang menjadi sumber ilmu silatnya. Pengamatan langsung atas gerakan walet atau elang ini memungkinkan keduanya menemukan sesuatu, yang akan membuat mereka lebih memahami ilmu s ilat mereka sendiri. Maka terlihatlah salah satu elang itu kemudian menukik ke bawah. Begitu tinggi semula ia melayang di atas sana, dan betapa terlihatnya ikan di bawah permukaan sungai itu dari atas sana. Elang itu menukik ke bawah dengan cepat sekali. Namun dari salah satu perahu yang berlalu lalang di depan, terlihatlah sebatang anak panah meluncur ke arah burung elang yang akan dapat menjadi malang itu. Bahkan melihat arah dan kecepatan anak panah yang melesat itu, dapat dipastikan betapa burung elang itu dadanya akan tertembus. Peristiwa ini berlangsung cepat sekali, kurasa orang-orang di atas perahu lain yang menyeberang pun belum menyadarinya. Membayangkan betapa dada elang itu akan ditembus panah membuat dadaku berdesir. Namun rupanya diriku bukanlah orang satu-satunya, karena sebentar kemudian Elang Merah yang duduk di dalam perahu di sebelahku telah melesat dan berkelebat. Di ujung sana tiba-tiba kulihat ia te lah TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ menebas anak panah tersebut dengan pedangnya, sehingga jatuh ke sungai dalam keadaan patah jadi dua, sementara burung elang itu mengangkasa dengan seekor ikan pada cakarnya. Terdengar nada makian dari arah perahu tempat seseorang telah melepaskan anak panah itu, tetapi mereka tidak melihat apapun. Terdengar suara orang tertawa-tawa, tampaknya menertawakan orang yang anak panahnya tidak mengenai sasaran, kemudian terdengar perteng-karan, karena tentunya orang yang melepaskan anak panah itu merasa sudah membidik dengan tepat. Mendengar suara pertengkaran itu, aku dan Elang Merah yang sudah kembali duduk di sebelahku saling berpandangan dan tersenyum. Aku sangat mengerti betapa Elang Merah tidak akan mungkin membiarkan burung elang itu tertembusi anak panah di depan matanya. Mataku masih melihat ke arah kejauhan itu, ketika kurasakan tangannya memegang tanganku, sebentar saja, karena kemudian ia me lepaskannya. Sebenarnyalah aku ingin tangannya memegang tanganku lebih lama, tetapi tidak sesuatu pun kulakukan sete lah ia melepaskan pegangannya. Di depan, Yan Zi tampak berdiri ketika perahu ini ternyata kemudian mendekati sebuah perahu yang sama besarnya, dan tampak sudah berputar-putar menanti sejak tadi. "Puan dan Tuan, hanya sampai di s ini saya bisa mengantar Puan dan Tuan, itulah perahu selanjutnya yang akan mengantar Puan dan Tuan sampai ke tujuan," kata tukang perahu itu. Di tengah sungai, perahu itu berdempetan ketika kami membawa kuda kami masing-masing pindah ke perahu yang tampaknya sudah cukup lama menanti. Setelah kedua tukang perahu itu bertukar salam, perjalanan pun segera dilanjutkan. Kulihat betapa tukang perahu paruh baya yang tadi menjemput itu menjauh dan menghilang ditelan perubahan TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ suasana yang telah semakin suram. Menyadari bahwa kami tidak akan bertemu lagi dengan tukang perahu itu, mengingat cara pertemuan yang tidak terlalu biasa seperti ini, tetapi yang baginya seperti dijalani sebagai tugas sehari-hari sahaja, bagiku memberikan perasaan yang aneh. Semacam perasaan kosong ketika menyadari bahwa setiap pertemuan dengan pasti akan berakhir dengan perpisahan dan kehidupan di dunia ini hanyalah sementaraO Sebentar kemudian kegelapan menelan kami. Tukang perahu yang sekarang ini mengenakan jin pada kepalanya seperti yang biasa dikenakan orang kebanyakan, tidak seperti bangsawan dan orang kaya, yang pastilah mengenakan guan, sementara pejabat pemerintah dan kaum terpelajar membedakan diri mereka dengan mengenakan fu tou atau putou, wushamao, si-fang pingding jin, atau sekadar fangjin dan Zhuangzi jin. Ia jauh lebih muda dari tukang perahu yang sebelumnya, dan berbicara dengan nada yang jauh lebih tegas. "Kita agak terlambat, Puan dan Tu-an, mungkin karena tadi terlalu la-ma diliputi keraguan. Barangkali Puan dan Tuan nanti akan terpaksa menempuh perjalanan dalam kegelap-an." MEMANG benar kami telah berada dalam kegelapan, tetapi memang benar juga betapa di arah terbenamnya matahari Senopati Pamungkas I 11 Seruling Gading Lanjutan Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bende Mataram 4