Mentari Senja 3
Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja Bagian 3 kebumi untuk mengusap seluruh tubuhku yang dihangatkan oleh api yang berbau mayat itu." Wajah Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles menjadi tegang. Kengerian yang pernah dibayangkan sebelumnya itu rasarasanya semakin nampak menerawang di kepala mereka. Namun Kiai Banyu Bening itu masih saja tertawa berkepanjangan. Bahkan kemudian katanya "Laki-laki yang telah membawa isteriku itu dan bahkan isteriku itu sendiri harus mati didalam nyala api. Mereka telah membunuh anakku. A nakku bagiku adalah segala-galanya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suara tertawa laki-laki itu terdiam. Ketika Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles memandang wajahnya, mereka terkejut. Di wajah itu tidak lagi membayang tawa dan senyum. Tetapi yang nampak adalah nyala api neraka disorot matanya. Tiba-tiba saja orang itu menggeram "pergilah. Kau sudah terlalu banyak mengetahui tentang isi padepokan ini, yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh orang lain. Jangan kembali lagi. Kau telah melanggar paugeran padepokan kami." Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles tidak menjawab. Keduanya telah melangkah ke kuda mereka. Kemudian keduanya telah menuntun kuda mereka ke pintu gerbang Pintu gerbang itupun terbuka. Orang yang berwajah garang, bermata tajam dan berkumis tebal itu berdiri dengan tegang di sebelah pintu. Beberapa orang dengan senjata telanjang tegak mematung memandangi Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang lewat sambi! menuntun kudanya. Demikianlah, maka sejenak kemudian keduanya telah berpacu meninggalkan padepokan yang menyimpan seribu macam pertanyaan itu. Sambil melarikan kuda mereka, untuk keduanya menjauhi padepokan itu, Ki Sambi Pitu itupun berkata "Ternyata kita masih beruntung dapat keluar dari padepokan itu." "Yang kita cemaskan itu ternyata tinggal menunggu waktu saja." berkata Ki Lemah Teles. "Mengerikan sekali" sahut Ki Sambi Pitu. "Kita memang harus menghentikannya" desis Ki Sambi Pitu kemudian. "Nampaknya Kiai Banyu Bening itu menderita semacam penyakit yang sangat berbahaya" berkata Ki Lemah Teles kemudian. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Penyakit apa?""bertanya Ki Sambi Pitu. "Hatinya telah dicengkam oleh dendam yang membara. Kematian anaknya tidak pernah diikhlaskannya, sehingga hidupnya menjadi sangat gersang. Ia ingin menuntut kematian anaknya dengan kematian dan kematian." "Itulah yang membayangi upacara hitam yang dilakukan oleh para pengikutnya" berkata Ki Sambi Pitu "apa yang terjadi sekarang, adalah semacam pemanasan. Pada saatnya, maka bayi-bayilah yang akan menjadi korban. Orang gila itu akan merasa sangat berbahagia mendengar jerit tangis bayi yang dikorbankannya, sebagaimana dikatakannya, seperti kidung yang didendangkan oleh peri-peri yang cantik, tetapi tidak dilangit. Peri-peri itu bangkit dari pusat bumi yang kelam yang membawakan lagu-lagu kematian." Ki Sambi Pitu berhenti sejenak. Namun kemudian ia berkata "Tetapi sayang, bahwa Kiai Banyu Bening tidak menantang orang-orang yang terlibat kematian bayinya dengan perang tanding." "Aku bungkam mulutmu jika kau masih saja mengigau tentang perang tanding." geram Ki Lemah Teles. Ki Sambi Pitu tertawa. Namun ia menjauhkan kudanya dari kuda Ki Lemah Teles yang menggeram. Namun kedua orang itu terkejut ketika mendengar derap kaki kuda. Ketika mereka berpaling, mereka melihat ampat ekor kuda yang berpacu seperti di kejar hantu. "Siapa mereka?" bertanya Ki Lemah Teles. "Berhati-hatilah. Kiai Banyu Bening menganggap kita terlalu banyak tahu." "Setan itu melepaskan kita dari padepokan, tetapi kemudian memerintahkan orang-orangnya memburu kita." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keduanya justru memperlambat derap kaki kuda mereka, seakan-akan mereka justru sengaja menunggu keempat orang berkuda itu. "Kita belum tahu siapa mereka dan untuk apa mereka memburu kita. Tetapi sebaiknya kita tidak berprasangka buruk lebih da-: hulu. Mungkin mereka bukan dari padepokan Kiai Banyu Bening." berkata Ki Sambi Pitu kemudian. Dalam pada itu, keempat orang berkuda itu memacu kudanya . semakin cepat. Ketika mereka berhasil menyusul Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang memang memperlambat derap lari kudanya, maka dua orang diantara mereka justru mendahului. Kemudian setelah keduanya berada di depan, maka mereka memberi isyarat, agar Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itu berhenti. Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles yang sudah bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan itupun menarik kendali kuda mereka sehingga sejenak kemudian, merekapun telah berhenti. "Turunlah" perintah salah seorang diantara kedua orang yang mendahului Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles. Ternyata orang itu adalah orang yang berwajah garang, bermata tajam dan berkumis tebal, yang berada dipintu gerbang padepokan Kiai Banyu Bening itu. Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian meloncat turun dari kuda mereka. Dengan tenang keduanya telah mengikat kuda mereka pada sebatang pohon perdu. Demikian pula keempat orang yang memburu mereka. Keempat-empatnyapun telah meloncat turun serta mengikat kuda-kuda mereka pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki Sanak" berkata orang berkumis tebal itu. Suaranya mengguntur menggetarkan selaput telinga "ternyata kalian terlalu banyak bertanya, sehingga kalianpun mengetahui banyak tentang padepokan kami." '"Tetapi bukankah Kiai Banyu Bening menjawab pertanyaan-pertanyaanku" sahut Ki Sambi JPitu. "Kiai Banjar Bening kadangkadang memang kehilangan kendali. Jika seseorang memancing dengan pertanyaan-pertanyaan, maka diluar sadarnya, iapun selalu menjawabnya." "Jadi?" bertanya Ki Lemah Teles. "Pengertianmu yang banyak tentang padepokan kami akan sangat membahayakan kami. Karena itu, maka kalian tidak boleh menyebarkan apa yang telah kalian ketahui itu kepada orang lain." berkata orang berkumis tebal itu. Ki Sambi Pitu mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Kami berjanji untuk tidak menyebar-luaskan pengertian kami tentang padepokan Kiai Banyu Bening." "Sekedar janji sebagaimana kau katakan itu, tidak cukup Ki Sanak." berkata orang berkumis tebal itu pula. "Jadi apa yang harus aku lakukan?" "Kau harus diam untuk selama-lamanya" jawab orang itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Maksudmu?" desak Ki Lemah Teles. "Kalian harus dibunuh." Kedua orang itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian Ki Lemah Telespun berkata "Jika kau akan membunuhku, maka kau akan aku bunuh lebih dahulu." Wajah orang itu menjadi tegang. Tetapi kemudian iapun tertawa. Suaranya meledak-ledak seperti petir yang menyambar-nyambar dilangit. "He" bentak Ki Lemah Teles "kenapa kau tiba-tiba menjadi gila?" Orang itu tiba-tiba saja terdiam. Matanya menyala seakanakan memancarkan api. "Kaulah yang benar-benar gila. Kau tidak tahu dengan siapa kau berhadapan" "Tentu saja aku tahu. Kau adalah budak-budak kecil di padepokan orang yang berbangga dengan sebutan Kiai Banyu Bening. He, apakah kau tahu artinya Banyu Bening?" "Cukup" orang itu berteriak "sebaiknya kau sebut nama ayah dan ibumu. Sebentar lagi kau akan mati." "Sudah aku katakan, kau yang akan mati. Apakah kau tuli" Ki Lemah Telespun berteriak pula. Namun Ki Sambi Pitu berkata dengan nada yang lebih rendah "Apa sebenarnya yang terjadi dengan Kiai Banyu Bening" Apakah yang aku ketahui tentang padepokan itu cukup menjadi alasan baginya untuk membunuh?" "Setiap orang yang tidak dikehendki oleh Kiai Banyu Bening akan mati." jawab orang itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki Sanak" berkata Ki Sambi Pitu "agaknya peristiwa yang terjadi atas bayi Kiai Banyu Bening itu telah menghantuinya sepanjang hidupnya, sehingga nalar budinya tidak lagi dapat menilai baik dan buruk. Jangankan kehilangan bayinya dengan cara yang sangat mengerikan, sedangkan orang yang merasa kesepian dihari-hari tuanya dapat kehilangan akal pula." "Gila kau Sambi Pitu" geram Ki Lemah Telcs. Namun Ki Sambi Pitu itu tidak menghiraukannya.Dengan nada rendah ia berkata selanjutnya "Apakah Kiai Banyu Bening tidak dapat menemukan isteri serta laki-laki yang mengajaknya pergi itu?" "Kiai Banyu Bening tidak membutuhkannya lagi." "Mereka yang harus bertanggung jawab atas kematian bayi itu. Kiai Banyu Bening tidak seharusnya mencari korban untuk melepaskan kemarahan dan kekecewaannya." "Kau tidak usah mengguruinya. Jika keduanya dapat diketemukan, maka ia tentu sudah menuntut tanggung jawab itu. Tetapi keduanya telah menghilang setelah mereka mengetahui bahwa Kiai Banyu Bening masih tetap hidup. Apalagi peristiwa itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu sebelum perguruan Kiai Banyu Bening berdiri." "Kau tahu, siapakah nama laki-laki itu?" bertanya Ki Sambi Pitu. Orang itu menggeleng. Katanya "Tidak. Seandainya aku tahu, tidak ada perlunya aku menyebut dihadapanmu." "Baiklah, Ki Sanak. Kau telah melengkapi pengenalanku atas Kiai Banyu Bening. Sekarang perkenankan aku melanjutkan perjalanan" berkata Ki Sambi Bitu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak" tiba-tiba orang itu membentak "kalian berdua tidak akan pernah keluar dari lingkungan dan kuasa kami. Kalian berdua akan mati." "Aku bunuh kau" geram Ki Lemah Teles "kemudian aku tantang Kiai Banyu Bening untuk berperang tanding." "Agaknya kau benar-benar gila. Kau kira siapa Kiai Banyu Bening itu, he. Sehingga kau berani menantangnya untuk berperang tanding?" geram orang berkumis tebal itu "menyebut namanya saja kau harus mendapat ijin dan palilahnya." Ki Lemah Teles tertawa. Suaranya meledak-ledak tidak kalah dari suara tertawa orang berkumis tebal itu. Katanya "Apakah kau kira Kiai Banyu Bening itu memiliki kelebihan" Jika ia benar-benar memerintahkan membunuhku, aku benarbenar akan datang kepadanya dan menantangnya berperang tanding seperti yang aku katakan itu." "Kau tidak akan sempat melakukannya. Kau akan mati sekarang juga." "Jangan membantah. Kau yang akan mati sekarang. Sayang, kau tidak sempat melihat aku membantai Kiai Banyu Keruh itu besok atau lusa karena kau akan mati. Karena itu, pergilah. Kembalilah kepada Kiaimu itu. Katakan bahwa kau masih ingin hidup untuk melihat bagaimana aku membunuh Banyu Bening yang gila itu." Ki Lemah Teles berteriak semakin keras. Wajah orang berkumis tebal itu bagaikan tersentuh api. Karena itu tanpa menjawb lagi, iapun segera memberi isyarat kepada kawan-kawannya. Ketika keempat orang itu bergerak mengepung Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles, maka Ki Lemah Teles itu masih http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berteriak"kalian benar-benar gila. Jika kalian mati, jangan salahkan aku." Orang berkumis tebal dan berwajah garang itu tidak menjawab lagi. Dengan serta merta, maka ia mulai menyerang Ki Lemah Teles. Sedangkan kawan-kawannyapun mulai bergerak pula mendekati salah seorang dari kedua orang yang telah datang ke padepokan mereka itu. Sejenak kemudian, pertempuranpun telah berlangsung Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan sengitnya. Orang berkumis tebal yang marah itu segera mengerahkan kemampuannya. Ia benar-benar ingin segera membunuh Ki Lemah Teles yang telah berani menghina pemimpin padepokannya yang sangat dihormatinya. Agaknya orang berwajah garang dan berkumis tebal itu termasuk salah seorang kepercayaan Kiai Banyu Bening. Karena itu, maka dengan hentakan-hentakan ilmunya ia mampu mengejutkan Ki Lemah Teles. Apalagi seorang kawannya telah membantunya. Seorang yang juga bukan orang kebanyakan. Sementara itu, dua orang yang lain telah bertempur melawan Ki Sambi Pitu. Keduanya berusaha nrmecah perhatian Ki Sambi Pitu dengan menyerang dari arah yang berlawanan. Tetapi Ki Sambi Pitu adalah seorang yang berilmu tinggi. Karena itu, maka ia tidak menjadi bingung meskipun dua orang lawannya itu justru berdiri diarah yang bertentangan. Orang berkumis tebal itu tidak menduga bahwa orang yang mengaku pedagang yang mencari barang-barang dagangan itu un tuk beberapa lama mampu mengimbangi ilmunya. Bahkan Ki Lemah Teies itu sekali-sekali justru telah mendesak lawannya meskipun mereka berdua. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bahkan dengan lantang Ki Lemah Teles itupun berkata "Nah, sekarang kita akan bertaruh, siapa yang akan terbunuh di pertempuran ini." Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Namun Ki Lemah Teles itupun berkata "Marilah kita letakkan taruhan kita lebih dahulu. Uang, pendok keris atau timang, tetapi harus dari emas seperti timang yang aku pakai ini. Siapa yang tetap hidup boleh memiliki taruhan itu." "Setan kau" geram yang berwajah garang dan berkumis tebal itu. Matanya yang tajam bagaikan menyala memandang Ki Lemah Teles yang menantangnya bertaruh itu. "Baiklah jika kau menolak" berkata Ki Lemah Teles. "nampaknya kau menyadari bahwa kau tidak akan dapat menang meskipun kau dibantu oleh seorang kawanmu." Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Tetapi seranganserangannya datang semakin cepat. Seorang kawannyapun berusaha untuk mengimbangi kecepatan gerak orang berkumis tebal itu. Namun pertahanan Ki Lemah Teles sama sekali tidak terguncang karenanya. Bahkan Ki Lemah Teles yang berilmu tinggi itu semakin lama justru semakin mendesak lawan-lawannya. Dengan tangkasnya Ki Lemah Teles telah meloncat menghindar ketika orang berkumis tebal itu melenting dengan cepat sambil menjulurkan kakinya menyamping. Namun dalam pada itu, lawannya yang lain telah memutar tubuhnya sambil mengayunkan kakinya mengarah kening. Ki Lemah Teles dengan cepat bergeser kesamping. Tetapi demikian kaki lawannya yang berputar itu hampir menyambar keningnya, maka iapun segera menjatuhkan diri. Tetapi justru kakinya dengan cepat serta dilambari dengan tenaganya yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ besar, menyapu menebas kaki lawannya yang dipergunakannya sebagai tempat bertumpu. Dengan derasnya, kaki itu bergeser. Justru karena itu, maka orang itu benar benar lelah kehilangan keseimbangannya. Karena itu, maka dengan keras ia telah terbanting jatuh ditanah. Namun dengan cepat pula orang itu melenting berdiri. Tetapi Ki Lemah Teles bergerak lebih cepat. Ki Lemah Teles justru telah bersiap sepenuhnya. Demikian orang itu bangkit, maka kakinya telah menyambar dada. Orang itu terdorong beberapa langkah surut. Namun ketika Ki Lemah Teles siap memburunya, maka lawannya yang seorang lagi telah menyerangnya. Sambil meloncat maju, maka tangannya yang kuat telah terayun kearah pelipisnya. Namun Ki Lemah Teles bergerak lebih cepat. Dengan loncatan kesamping, maka pukulan tangan itu tidak menyinggung tubuhnya sama sekali. Dengan demikian, maka kedua orang lawan Ki Lemah Teles itu telah semakin meningkatkan ilmu mereka sampai ke puncak. Tetapi memang tidak mudah bagi mereka untuk mengalahkan dan kemudian membunuh orang itu. Dalam pada itu, Ki Sambi Pitupun telah bertempur melawan dua orang lawannya pula. Dua orang yang memiliki kemampuan untuk bertempur cukup tinggi. Namun keduanya telah benar-benar berada didalam genggaman tangan Ki Banyu Bening. Jadi apa yang dikatakan oleh Ki Banyu Bening bagi mereka adalah paugeran. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena itu, mereka sama sekali tidak sempat mempergunakan akal mereka. Ketika Kiai Banyu Bening memerintahkan mereka untuk membunuh, maka merekapun telah menjalankan perintah itu dengan sebaik-baiknya. Tetapi lawan yang mereka hadapi adalah Ki Sambi Pitu. Seorang yang benar-benar berilmu tinggi. Karena itu, maka kedua orang itupun segera mengalami kesulitan. Betapapun mereka berusaha, tetapi seranganserangan mereka tidak pernah menyentuh sasaran. Bahkan kemudian ternyata bahwa serangan Ki Sambi Pitupun yang justru lebih dahulu mengenai tubuh lawannya. Seorang dari kedua lawannya itu telah terpelanting ketika tangan Ki Sambi Pitu terayun tepat mengenai tengkuknya. Orang itu jatuh tersungkur dengan kerasnya. Wajahnya yang terjerembab telah terluka oleh goresan-goresan kerikil yang terserak di jalan. Debu.dan tanah yang melekat membuat wajahnya menjadi kotor dan berdarah. . Tetapi orang itu masih bangkit sambil menggeram. Diusapnya wajahnya dengan tangannya. Sementara mulutnya yang juga berdarah itu mengumpat-umpat. Ki Sambi Pitu sempat tertawa melihat wajah orang itu. Bahkan sambil bergeser menghindari serangan lawannya yang seorang lagi, ia berkata "He, darimana kau mendapatkan topeng yang menarik itu?" "Aku koyak mulutmu" geram orang itu. Ki Sambi Pitu tertawa semakin keras. Katanya "Jangan terlalu garang. Jagalah agar luka-lukamu tidak terlalu mengeluarkan darah." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemarahan orang itu serasa membakar ubun-ubunnya. Karena itu, maka iapun telah meloncat menyerang dengan garangnya. Sementara kawannya yang seorang lagi telah meloncat menyerang pula. Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Tetapi kedua lawan Ki Sambi Pitu semakin lama menjadi semakin tidak berdaya. Tetapi keduanya tidak segera menyerah. Hampir berbareng keduanya telah menarik keris mereka dari wrangkanya yang terselip dipunggung. Ki Sambi Pitu melihat kedua ujung keris itu dengan dada yang berdebar-debar. Setapak ia melangkah surut, sementara lawannya yang wajah tersuruk kedalam tanah itu menggeram "Kau harus menebus kesombonganmu dengan nyawamu." "Kalian telah mendahului mempergunakan senjata" berkata Ki Sambi Pitu. "Kau mulai menyesali tingkah lakumu." geram lawannya yang lain. Ki Sambi Pitu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Jika kalian tergores ujung kerisku, itu bukan salahku." Kedua orang itu justru tertegun melihat Ki Sambi Pitu juga menarik kerisnya. Sebuah keris luk sebelas yang manis buatannya. Pamornya nampak berkeredipan seakan-akan menyalakan cahaya yang kehijau-hijauan. Tetapi kedua orang itu tidak sempat merenungi senjata lawannya. Ketika keris itu mulai berputar, maka merekapun http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ segera menyadari, bahwa mereka benar-benar akan bertempur habis-habisan. Dalam pada itu, Ki Lemah Telespun telah bertempur dengan garangnya. Kedua lawannya memang tidak banyak mempunyai kesempatan. Beberapa kali serangannya telah mengenai tubuh lawan-lawannya. Meskipun sekali-sekali tubuhnya juga tersentuh serangan lawannya, tetapi serangan itu tidak menggoyahkan pertahanannya. Orang yang berkumis tebal itu setiap kali harus berdesis menahan sakit. Wajahnya seakan-akan telah menjadi lembab. Beberapa kali tangan Ki Lemah Teles telah mengenai wajahnya, seakan-akan Ki Lemah Teles sengaja menampar mulutnya sehingga berdarah. Ketika orang berkumis lebat itu melihat kawan-kawannya yang bertempur melawan Ki Sambi Pitu telah menggenggam kerisnya, maka iapun telah menarik senjatanya pula. Bukan sebilah keris seperti yang lain, tetapi sebilah parang yang besar, sedangkan kawannya memang bersenjata keris sebagaimana yang lain. Ki Lemah Teles yang melihat lawan-lawannya bersenjata, maka iapun telah menggenggam senjatanya pula. Seperti senjata Ki Sambi Pitu, maka Ki Lemah Teles telah menggenggam sebilah keris, tetapi lurus dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari kebanyakan keris. Dengan demikian, maka pertempuran itupun telah benarbenar sampai kepuncaknya. Serangan-serangan yang akan berhasil menyentuh lawan tidak lagi sekedar membuat tubuh menjadi biru lembab. Tetapi goresan-goresan luka itu akan dapat menitikkan darah. Bahkan jika senjata itu menukik di dada dan menyentuh jantung, maka senjata-senjata itu akan dapat membunuh. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun mereka yang bertempur tidak menghiraukannya. Mereka telah mengayun-ayunkan senjata mereka. Orang berkumis tebal itupun telah mengayun-ayunkan parangnya pula. Tetapi Ki Lemah Teles adalah seorang yang tangkas. Ia mampu dengari cepat menghindari serangan-serangan lawannya. Namun tiba-tiba saja ia meloncat menyerang dengan ujung kerisnya. Serangan yang datang beruntun dari kedua lawannya membuat Ki Lemah Teles berkeringat. Namun sejalan dengan itu, kemarahannyapun semakin menggigit jantung. Karena itu, maka kcrisnyapun menjadi semakin cepat menyambarnyambar. Ternyata orang yang berkumis lebat itu, mengalami banyak kesulitan menghadapi Ki Lemah Teles yang mampu bergerak dengan cepatnya. Sementara kerisnya bergerak melampaui kecepatan geraknya. Karena itu, maka sambil berteriak marah sekali, orang itu meloncat mundur mengambil jarak. Namun ujung keris lawannya telah tergores dilambungnya. Goresan itu memang tidak begitu dalam. Sementara itu ikat pinggang orang berkumis lebat yang terbuat dari kulit yang tebal dan lebar itupun sempat ikut menahan ujung keris Ki Lemah Teles, sehingga goresan itu tidak terlalu panjang dan dalam. Meskipun demikian, darah sudah mulai tertumpah. Titik-titik darah itu sudah membasahi lereng Gunung Lawu. Namun pertempuran masih berlangsung terus. Orang berkumis tebal itu tidak berniat menghentikan pertempuran apapun yang terjadi. Sebagai murid kepercayaan Kiai Banyu Bening, maka orang itu tidak akan mundur setapakpun juga. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Lemah Teles menyadari sepenuhnya akan hal itu. Karena itu ia tidak berniat untuk menawarkan kesempatan agar lawannya menyerahkan diri. Karena itu, maka pertempuranpun segera mencapai puncaknya. Orang berkumis tebal itu telah mengayun-ayunkan parangnya. Seorang kawannya yang bertempur bersamanya juga telah berusaha untuk menggapai tubuh Ki Lemah Teles dengan ujung kerisnya. Tetapi bukan tubuh Ki Lemah Teles yang kemudian tergores senjata. Justru tubuh orang berkumis lebat dan kawannya itulah yang menjadi basah oleh darah. Ki Lemah Teles telah menyelesaikan pertempurannya lebih dahulu. Orang berkumis tebal itu kehilangan kesempatan untuk melawannya ketika keris Ki Lemah Teles mengoyak pangkal paha kanannya. Orang itu seakan-akan tidak mempunyai kekuatan lagi untuk berdiri dan apalagi bertempur. Jika Ki Lemah Teles bergeser, maka orang berkumis tebal itu Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tidak lagi mampu berbuat sesuatu. Bahkan jika ia berusaha menapak dengan kaki kanannya, maka orang itu justru tidak dapat mempertahankan keseimbangannya. Sedangkan yang seorang lagi telah terbaring sambil mengerang kesakitan. Keris Ki Lemah Teles telah menggores dadanya menyilang. Tetapi luka itu tidak menghunjam sampai ke jantung. Ki Sambi Pitu masih bertempur untuk beberapa saat. Tetapi bahwa orang berkumis tebal itu sudah tidak mampu bertempur lagi, maka kedua orang lawan Ki Sambi Pitupun kehilangan ketegarannya. Merekapun kemudian telah terluka sebagaimana kedua kawannya yang lain, sehingga keduanya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak lagi mampu untuk bertempur. Seorang tubuhnya terbaring diatas tanggul parit, sedang seorang lagi terkapar dipinggir jalan. "Kenapa tidak kau bunuh aku?" teriak orang berwajah garang bermata tajam dan berkumis tebal itu. "Apakah kematianmu ada artinya bagiku?" bertanya Ki Lemah Teles. "Kau akan menyesal, karena pada kesempatan lain, akulah yang akan membunuhmu" geram orang itu. "Kalau kau mampu membunuhku, tentu sudah kau lakukan sekarang ini, justru kau bertempur bersama dengan seorang kawanmu." "Lain kali aku akan membawa sepuluh orang kawan jika kau tidak membunuh aku sekarang?" Ki Lemah Teles tertawa. Katanya "Kau kira aku tidak mempunyai kawan" Diseberang hutan Jatimalang kawanku ada sepa-dang rumput yang luas menunggu aku. Jika pada kesempatan lain kau akan membawa sepuluh orang kawanmu, maka aku akan membawa pasukan segelar-sepapan." Orang berkumis tebal itu menggeram. Tetapi ia memang sudah tidak berdaya. Bahkan untuk berdiripun rasa-rasanya tidak lagi dapat tegak. Namun Ki Lemah Teles dan Ki Sambi Pitu ternyata benarbenar tidak ingin membunuh lawannya. Bahkan Ki Sambi Pitu itu-pun kemudian berkata "Aku akan memberi isyarat kepada kawan-kawanmu agar datang menjemputmu." "Setan kau. Kau sudah menghina aku dan padepokanku" geram orang berkumis lebat itu. Tetapi ia memang menjadi semakin lemah, sehingga ia tidak lagi bergerak terlalu banyak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Apalagi setiap gerakan seakan-akan telah menekan darahnya sehingga mengalir semakin banyak dari lukanya. Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles itupun kemudian telah melepaskan keempat ekor kuda yang semula dipergunakan oleh orang berkumis itu bersama kawan-kawannya. Kuda itupun kemudian dihadapkan kearah padepokan Kiai Banyu Bening. Seekor demi seekor kuda itu dilecut sehingga berlari kencang menuju ke padepokan. "Nah" berkata Ki Lemah Teles "kawan-kawanmu, dan barangkali juga Kiai Banyu Bening akan melihat kedatangan keempat" ekor kuda tanpa penunggang itu, sehingga mereka akan segera mencarimu. Aku berharap bahwa mereka tidak datang terlambat, sehingga jiwa kalian dapat tertolong. Bukankah jarak ini masih belum terlalu jauh dari padepokanmu?" Orang berkumis tebal itu tidak menjawab. Tetapi sorot matanya memancarkan dendam yang tidak ada taranya. Demikianlah, sejenak kemudian Ki Sambi Pitu danKi Lemah Teles itu sudah meloncat ke punggung kuda mereka. Sejenak kemudian keduanya telah melarikan kuda mereka meninggalkan ampat orang yang terluka itu. Jalan menuju ke padepokan itu memang jalan yang jarang dilewati orang. Sawah yang terbentang disebelah-menyebelah jalan itupun sebagian telah dikuasai oleh Kiai Banyu Bening pula. Sementara beberapa bagian yang lain masih terbentang padang ilalang dan padang perdu yang luas sampai kebatas hutan lereng gunung yang lebat. Kedatangan Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles di rumah Ki Ajar Pangukan telah disambut dengan berbagai macam pertanyaan. Pakaian mereka yang terpercik darah telah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menunjukkan, bahwa keduanya telah bertempur dan bahkan melukai lawan-lawan mereka. "Aku tidak bermaksud menantang untuk berperang tanding" berkata Ki Lemah Teles mendahului Ki Sambi Pitu, sehingga Ki Sambi Pitu itupun tertawa. Sementara Ki Lemah Telespun kemudian berceritera tentang apa yang telah dialaminya. Ki Ajar Pangukan menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Dengan demikian, maka kita sudah membuka permusuhan dengan padepokan itu." "Tetapi bukan maksud kami" berkata Ki Lemah Teles "kami dihadapkan pada satu keadaan tanpa pilihan. Orang berkumis lebat itu benar-benar akan membunuh kami atas perintah Kiai Ganda wira yang ternyata lebih senang disebut Kiai Banyu Bening meskipun kesannya seperti air yang sangat keruh." Ki Ajar Pangukan, Ki Jagaprana dan Ki Pandi menganggukangguk mendengar ceritera itu. Bahkan dengan nada berat Ki Ajar Pangukan itu berkata "Orang-orang yang perlu dikasihani." "Siapa yang perlu dikasihani?" bertanya Ki Lemah Teles. "Orang yang lebih senang disebut Kiai Banyu Bening itu." "Yang lain?" desak Ki Lemah Teles. Ki Ajar Pangukan mengerutkan dahinya. Tetapi iapun menjawab "Maksudku, Kiai Banyu Bening itu saja." "Tetapi Ki Ajar menyebutnya seakan-akan lebih dari satu. Ki Ajar menyebutnya orang-orang. Bukankah itu lebih dari seorang." berkata Ki Lemah Teles kemudian. "Tidak. Ternyata aku salah ucap. Maksudku, Kiai Banyu Bening itu adalah orang yang pantas dikasihani. Bukankah ia telah kehilangan isterinya yang ternyata telah pergi bersama http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seorang laki-laki. Kemudian justru laki-laki yang membawa isterinya itu bersama kawari-kawannya telah menyerang dan berusaha membunuh Kiai Banyu Bening. Dan yang terjadi kemudian adalah, bahwa rumahnya telah terbakar dan yang paling parah adalah bayinya, satu-satunya miliknya yang tinggal, ikut terbakar pula.". "Ya" Ki Sambi Pitu menyambung "kesan yang terburuk yang terpahat di dinding hatinya adalah suara tangis bayi itu. Bayi itu menangis melengking-lengking disaat rumahnya terbakar. Namun Kiai Banyu Bening itupun segera pingsan." Manggada dan Laksana juga mendengar keterangan itu. Rasa-rasanya mereka ingin menutup telinga mereka. Namun merekapun ingin mendengar kelanjutan dari ceritera itu. Tetapi Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles ternyata tidak jelas sejak kapan Kiai Banyu Bening itu mendirikan sebuah perguruan. Kapan pula ia membuat semacam tetenger bagi bayinya dihadapan sebuah tempat pemujaan untuk menyerahkan korban-korbannya. Namun Ki Ajar Pangukanpun kemudian berkata "Jadi yang kita hadapi sekarang berbeda dengan Panembahan Lebdagati. Panembahan Lebdagati adalah seorang yang benar-benar mengabdikan dirinya menurut satu keyakinan hitam. Panembahan Lebdagati ingin mempunyai sipat kandel yang paling baik di muka bumi, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjadi orang yang tidak terkalahkan. Tetapi yang dilakukan oleh Kiai Banyu Bening adalah semata-mata pancaran dendam, kebencian dan kekecewaan yang membakar jantungnya." "Tetapi akibatnya juga sangat mengerikan. Ungkapan dari dendam, kebencian dan kekecewaan itu tidak kalah kejinya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan upacara-upacara yang dilandasi dengan kepercayaan hitam Panembahan Lebdagati." berkata Ki Pandi. Yang lain mengangguk-angguk. Sementara itu hampir diluar sadarnya Manggada yang juga mendengarkan pembicaraan itu berkata "Bahwa Kiai Banyu Bening memilih tempat di kaki Gunung Lawu inipun nampaknya tidak sekedar kebetulan bahwa disini Panembahan Lebdagati pernah mendirikan sebuah padepokan pula." Orang-orang tua yang mendengar kata-kata Manggada yang seakan-akan meluncur begitu saja itupun menganggukangguk pula. Ki Jagapranapun segera menyahut "Ya. Agaknya ada hubungannya, kenapa Kiai Banyu Bening memilih tempat ini untuk mendirikan padepokan dan perguruan di tempat ini." "Kita akan mencarinya" desis Ki Ajar Pangukan "tetapi yang penting, kita harus menjadi lebih berhati-hati setelah Kiai Banyu Bening mengambil sikap yang kasar itu." "Tetapi, apakah di padepokan itu nampak banyak orang" Maksudku, apakah padepokan dan perguruan Kiai Banyu Bening itu termasuk perguruan yang mempunyai banyak murid dan pengikut?" bertanya Ki Pandi kemudian. "Agaknya cukup banyak. Tetapi selain didalam padepokan itu, Kiai Banyu Bening telah menyebarkan pengaruhnya diluar dinding padepokannya. Perguruan Kiai Banyu Bening tentu menjanjikan sesuatu kepada para pengikut diluar padukuhan. Dengan menyerahkan korban-korban yang mengerikan itu, maka orang-orang yang berada dibawah pengaruh Kiai Banyu Bening itu tentu mengharapkan sesuatu. Tentu bukan sekedar kewadagan." jawab Ki Sambi Pitu. "Kita memang harus melengkapi bahan-bahan pengenalan kita atas padepokan itu." desis Ki Pandi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tetapi kita harus menjadi lebih berhati-hati" Ki Ajar Pangukan mengulangi. Orang-orang yang sedang berkumpul itu menganggukangguk. Sementara Ki Pandipun berkata "Aku akan mulai dari sebuah padukuhan yang tidak terlalu jauh dari padepokan itu." Dengan demikian, maka sekelompok orang yang tinggal untuk sementara dirumah Ki Ajar Pangukan itu menjadi semakin tertarik untuk mengetahui, apa yang akan terjadi kemudian. Upacara-uoacara yang dilakukan dibeberapa padukuhan sudah berkembang. Anak-anak binatang yang dikorbankan itu tidak lagi ditusuk sampai mati. tetapi anakanak binatang itu harus dibakar hidup-hidup. Namun yang tidak kalah menariknya adalah burung-burung elang yang kadang-kadang nampak berterbangan diatas padepokan itu. Bahkan sekali-sekali burung-burung itu menyambar-nyambar seakan-akan ingin melihat dan meyakini apa yang ada didalam padepokan itu. Sebuah padepokan yang belum banyak diketahui bentuk dan isinya, yang berusaha menyebarkan pengaruhnya di bekas lingkungan pengaruh Panembahan Lebdagati. Sementara menurut penglihatan yang masih harus dikaji kebenarannya, padepokan itu isinya berbeda dan sama sekali bukan kelanjutan dari padepokan Panembahan Lebdagati. Tetapi untuk mengetahui hubungan antara padepokan dan burung elang itu, masih diperlukan waktu dan pengamatan yang cermat dan berhati-hati. Namun dalam pada itu. Ki Pandi masih saja sering bertemu dengan Delima. Untuk mencegah kemungkinan buruk serta prasangka yang tidak baik atas gadis itu jika kebetulan ada orang yang melihat, maka Ki Pandi tidak selalu datang bersama Manggada dan Laksana. Kadang-kadang Ki Pandi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memang datang bersama kedua anak muda itu. Tetapi kadang-kadang anak-anak muda itu ditinggalkannya diseberang sungai. Tetapi Ki Pandi sendiri kemudian menjadi semakin akrab dengan Delima. Delima tidak saja menunggu Ki Pandi di pinggir sungai, tetapi kadang-kadang juga di sawah atau pategalan. Gadis itu senang mendengar ceritera Ki Pandi tentang daerah diseberang hutan Jatimalang. Tentang padukuhanpadukuhan yang ramai dan tidak dicengkam oleh kengerian. Ki Pandi juga bercerita tentang kota-kota yang pernah dikunjungi. Namun sebenamyalah bahwa Delima menjadi gembira jika Manggada dan Laksana juga datang bersama Ki Pandi. Namun pertemuan-pertemuannya dengan Ki Pandi serta Manggada dan Laksana, membuat gadis itu semakin jauh dari kepercayaan yang mulai mencengkam padukuhannya. Jika malam-malam yang ditentukan tiba, dua kali dalam sepekan, gadis itu harus ikut bersama kedua orang tuanya mendengarkan pamannya yang tinggal di padepokan itu menguraikan tentang jalan kehidupan sebagaimana dianutnya, maka hatinya menjadi terguncang-guncang. Tetapi gadis itu tidak berani berterus-terang menolak keyakinan pamannya itu. Setiap kali terbayang korban yang diserahkan hidup-hidup dengan perantaraan api itu. Apalagi jika bayangannya mengembara ke masa-masa mendatang serta kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi. Tetapi Ki Pandi sama sekali tidak mengatakan apa yang pernah didengar oleh Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles tentang Kiai Gandawira yang lebih senang disebut Kiai Banyu http://dewi-kz.info/ Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bening, sehingga bayangan-bayangan yang mengerikan itu memang akan dapat terjadi. Ketika Ki Pandi sempat berbicara dengan Delima di pategalannya yang di tanami jagung diantara beberapa batang pohon buah-buahan dan batang pohon kelapa, maka Ki Pandipun bertanya "Bagaimana tanggapan kawan-kawanmu, Delima. Maksudku, gadis-gadis di padukuhanmu?" "Entahlah, kek" jawab Delima "kami tidak pernah memperbincangkan tentang upacara-upacara yang pernah diselenggarakan di padukuhan kami. Sejak korban yang diserahkan itu belum dibakar, tidak seorangpun yang berani menyebutnya. Apalagi mengatakan bahwa mereka menjadi ngeri melihatnya. Aku sendiri, yang menjadi sangat ngeri dan ketakutan tidak berani mengatakan kepada ayah dan ibu. Aku hanya dapat mengatakannya kepada kakek. Namun justru karena itu aku merasa beban perasaanku menjadi berkurang." Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi kemudian iapun berkata "Delima. Cobalah kau bertanya kepada kawankawanmu jika kau mendapat, kesempatan. Tentu saja dengan sangat berhati-hati. Sementara itu seperti yang aku katakan, aku ingin berbicara dengan ayah dan ibumu." "Tetapi jika kakek ingin berbicara tentang keyakinan yang mengerikan itu, maka kakek akan dapat menyinggung perasaan ayah dan ibuku." "Akupun akan berhati-hati ngger. Tetapi aku tentu harus mempunyai alasan untuk datang kepada ayah dan ibumu" berkata Ki Pandi kemudian. Gadis itu mengangguk-angguk. Tetapi iapun kemudian berkata "Ayah dan ibu memang jarang sekali atau bahkan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak pernah berhubungan dengan orang asing seperti kakek ini." "Tetapi aku akan mencoba, ngger. Justru karena cacadku ini." berkata Ki Pandi Kemudian. "Apa yang akan kakek lakukan?" "Aku akan menjual belas kasihan. He, aku akan menjadi orang yang kelaparan di depan rumahmu. Kau tahu maksudku?" Delima mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun tersenyum. Sehari kemudian, Ki Pandi seorang diri pula datang ke padukuhan tempat Delima tinggal. Ia tahu dimana letak rumah Delima. Karena itu, maka ia tahu, dimana ia harus terduduk kelelahan dengan keringat yang membasahi seluruh pakaiannya. Nafas tersengal-sengal dan mata yang hampir terpejam. Delima yang melihat orang bongkok itu dalam keadaan yang sulit, segera memanggil ayah dan ibunya. "Ayah, bawa orang itu masuk ia memerlukan pertolongan" minta Delima. "Tetapi orang ini orang asing" berkata ayahnya. "Siapapun juga orang itu, tetapi bukankah kita wajib menolongnya?" berkata Delima kemudian. Ternyata ibunya Juga tidak berkeberatan, sehingga mereka telah menuntun Ki Pandi.yang bongkok itu ke serambi depan rumahnya. Rumah keluarga Delima memang bukan rumah yang baik dan tidak besar pula. Rumah berdinding bambu itu berdiri di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tengah-tengah sebidang tanah yang memang agak luas. Dibagian depan hampir tidak terdapat tanaman apapun. Halaman itu nampak bersih. Sementara itu dihalaman samping nampak beberapa batang pohon buah-buahan. Di kebun belakang nampak beberapa batang pohon pula dan rumpun bambu yang subur. Ki Pandi duduk disebuah amben bambu. Delima memberinya semangkuk minuman hangat. Ibunya telah memberikan beberapa potong ketela rebus. Ketika keadaan Ki Pandi sudah menjadi semakin baik, maka ayah Delima yang kemudian duduk disebelahnya, mulai bertanya "Kau siapa, Ki Sanak. Dari mana dan akan pergi ke mana?" Ki Pandi yang letih itu menjawab "Aku seorang pengembara Ki Sanak Aku tidak datang dari mana-mana dan aku tidak menuju kemana-mana. Aku berjalan saja mengikuti langkah kakiku." "Apakah kau tidak tahu, kau berada dimana sekarang?" "Ya, Ki Sanak. A ku tahu. Aku berada di kaki Gunung Lawu." Ayah Delima itu mengangguk-angguk. Sementara Ki Pandi berkata selanjutnya "Aku semula tidak sengaja pergi ke tempat ini. Tetapi ketika aku melihat jalan menembus hutan Jatimalang yang nampaknya belum terlalu lama dibuat, maka akupun telah menyuruh masuk sehingga aku sampai ditempat ini." Ayah Delima itu mengangguk-angguk. Sementara keadaan Ki Pandi sudah nampak menjadi lebih baik. "Makanlah." ayah Delima itu mempersilahkannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah cukup Ki Sanak. Terima kasih. Aku sudah makan cukup banyak" jawab Ki Pandi yang kemudian berkata "sebaiknya aku akan meneruskan perjalanan." "Kenapa tergesa-gesa. Beristirahatlah disini sampai keadaanmu benar-benar menjadi baik, Ki Sanak He, siapa namamu?" "Namaku Ki Pandi, Ki Sanak. Tetapi orang-orang yang mengenal aku memanggilku Bongkok Buruk. Tetapi itu tidak apa-apa. Aku memang bongkok dan buruk" Ki Pandi berhenti sejenak Namun iapun kemudian bertanya "Bagaimana aku memanggil Ki Sanak?" "Namaku Krawangan" jawab ayah Delima itu. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga ini Ki Krawangan. Aku sekarang minta diri untuk melanjutkan perjalanan yang tidak menentu ini. Aku akan melihat-lihat lingkungan df kaki Gunung Lawu itu." "Kau perlu beristirahat Ki Pandi." "Terima kasih, Ki Krawangan. Aku sudah rukup beristirahat, Tetapi pada kesempatan lain, aku akan singgah dirumah Ki Krawangan ini." berkata Ki Pandi kemudian. Tetapi tiba-tiba saja Ki Pandi itu bertanya "tetapi bukankah aku dapat mohon untuk bermalam di banjar padukuhan ini?" "Tentu" jawab Ki Krawangan "siapapun boleh bermalam di banjar. Tentu saja mereka yang kemalaman dalam perjalanan." "Tetapi apakah padukuhan ini baru akan membuat banjar atau justru, membuat yang, baru?" bertanya Ki Pandi. "Maksud Ki Sanak?" bertanya Ki Krawangan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku melihat bangaunan diluar dinding padukuhan" jawab Ki Pandi "jika padukuhan ini sudah mempunyai banjar, apakah banjar itu sudah tidak memenuhi kebutuhan sehingga harus dibuat banjar yang baru lagi?" Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menggeleng "Tidak Ki Pandi. Kami tidak membuat banjar yang baru. Bangunan diluar dinding padukuhan itu gunanya lain sama sekali. Bukan untuk kegiatan sehari-hari padukuhan ini. Tetapi bangunan itu adalah bangunan untuk pemujaan." "Pemujaan?" "Kau tidak mengetahui apa-apa tentang pemujaan yang kami lakukan dengan menyerahkan korban kepada penguasa api." jawab Ki Krawangan. "Penguasa api?" bertanya Ki Pandi. "Ya. Apakah kau tertarik" Api adalah segala-galanya. Panasnya api juga karena menyalanya maha api di langit. Hidup kita memang tergantung kepada api. Tetapi jika api itu murka, maka segala-galanya akan dimusnahkan." Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara orang itu berkata "Jika kau tertarik, kau dapat datang esok lusa. Dua hari lagi kakakku akan datang ke padukuhan ini untuk memberikan petunjuk-petunjuk, bagaimana kita mengabdikan diri kepada api. Api yang perkasa yang memancar disiang hari serta api yang lembut penuh kedamaian yang memancar dimalam hari." "Maksud Ki Krawangan,. matahari dan bulan?" "Ya" jawab Ki Krawangan. "Di bulan purnama kami menyerahkan korban itu" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi mengangguk. Katanya "Apakah aku boleh datang dua hari lagi?" "Boleh Ki Pandi. Kau dapat ikut mendengarkan sesorah itu." "Dimana sesorah itu diselenggarakan?" bertanya Ki Pandi. "Di sanggar pamujan itu, Ki Pandi. Di bangunan yang kau sangka untuk memperbaharui banjar itu." KiPandi mengangguk "Ki Krawangan. Aku tentu merasa takut untuk memasuki banjar itu sendiri. Karena itu aku mohon, apakah aku diperkenankan datang kemari dan kemudian mengikuti Ki Krawangan masuk kedalam sanggar pamujan itu?" "Baik Ki Pandi. Aku tentu tidak merasa berkeberatan. Datanglah kemari setelah senja turun. Kita akan pergi bersama-sama ke sanggar. Penguasa api itu tidak menolak siapapun yang datang untuk memohon perlindungan bagi kesejahteraan hidupnya." "Terima kasih, Ki Krawangan. Besok lusa aku akan datang" berkata Ki Pandi kemudian. Demikianlah, maka Ki Pandi meninggalkan rumah Krawangan. Ketika ia sampai dipintu regol dan berpaling, dilihatnya Delima dengan seorang gadis yang iebih kecil daripadanya. Agaknya gadis kecil itu adalah adiknya. Dihari berikutnya, Ki Pandi sempat bertemu lagi dengan Delima di pategalan. Dari Delima Ki Pandi mengetahui, bahwa gadis kecil itu memang adiknya. Kenanga. "Pamanlah yang memberikan sesorah di sanggar" berkata Delima. "Aku ingin mendengar isi sesorah itu" berkata Ki Pandi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hati-hatilah kek" pesan Delima "paman adalah seorang yang keras hati. Bahkan tidak segan-segan menghukum orang yang dianggapnya bersalah." "Aku akan berhati-hati Delima." Ketika rencana itu disampaikan kepada Manggada dan Laksana, maka keduanya menyatakan ingin ikut serta. Tetapi Ki Pandi berkata "Ingat. Aku hanya seorang pengembara yang sendiri. Aku tidak datang dari mana-mana dan tidak pergi ke mana-mana. Karena itu, maka aku tidak akan datang bersama siapa-siapa." Manggada dan Laksana dapat mengerti keterangan Ki Pandi itu, Karena itu, maka mereka tidak memaksanya untuk ikut bersamanya. Hari melompat ke hari. Waktu yang ditentukan itupun mendekat. Ki Pandi segera bersiap-siap untuk mengikuti pertemuan yang diselenggarakan setiap pekan dua kali itu untuk mendengarkan sesorah orang-orang yang dikirim dari padepokan. "Hati-hatilah Ki Pandi" pesan Ki A jar Pangukan. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Mudah-mudahan aku tidak terjebak dalam kesulitan seperti Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teks." "Mudah-mudahan. Tetapi kemungkinan itu harus kau pikirkan." berkata Ki Jagaprana "orang-orang padepokan itu tentu akan menjadi curiga kepada semua orang yang tidak mereka kenal sebelumnya." Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Aku mengerti. Apa yang terjadi karena kehadiran Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles di padepokan, serta kegagalan para pengikutnya akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membuat orang-orang padepokan itu menjadi semakin berhati-hati." Meskipun demikian, Ki Pandi itupun pergi juga kerumah Ki Krawangan menjelang senja turun. Tetapi Ki Pandi tidak datang dari arah bawah kaki Gunung Lawu, tetapi ia memberikan kesan, bahwa ia baru saja turun dari lereng yang lebih tinggi. Senja itu, maka Ki Krawangan sekeluarga lelah bersiap untuk pergi ke tempat yang disebutnya sebagai sanggar pamujan. Satu bangunan khusus yang dipagari dengan batang pohon kelapa utuh yang ditanam berjajar rapat. Pagar itu cukup tinggi sehingga tidak mudah untuk melihat apa yang sedang berlangsung didalamnya. Ki Krawangan, isteri dan kedua orang anak gadisnya di lepas senja telah berangkat bersama Ki Pandi ke tempat yang disebut sanggar itu. Beberapa orang tetangganya juga pergi bersama keluarga mereka untuk mendengarkan sesorah tentang penguasa api serta laku yang harus dijalani para pemujanya. Ketika-orang-orang itu memasuki sanggar, maka iangitpun sudah mulai menjadi gelap. Di regol sanggar itu telah dipasang dua buah oncor yang cukup terang. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, orang-orang padukuhan itu melihat bukan saja kakak Ki Krawangan yang akan memberikan sesorah itu yang sudah ada di sanggar. Tetapi mereka telah melihat beberapa orang yang sebelumnya jarang kelihatan di sanggar itu. Mereka tentu orang-orang dari Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo padepokan sebagaimana kakak Ki Krawangan itu. Ki Pandi memang tidak mengetahui perbedaan itu, karena ia belum pernah menghadirinya sebelumnya. Ketika mereka http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berjalan memasuki regol sanggar itu, maka setiap orang tibatiba saja telah berubah. Mereka tidak lagi berbicara yang satu dengan yang lain. Tetapi mereka berjalan saja dengan wajah yang menatap ke depan. Matanya seakan-akan tidak berkedip sementara mulut mereka terkatub rapat-rapat. Hanya orang-orang tertentu sajalah yang nampaknya dapat bebas bergerak tanpa batasan-batasan. Dan ternyata orang itu bukan orang padukuhan. Delimalah yang berbisik lirih di telinga Ki Pandi "Orang-orang itu belum pernah hadir sebelumnya. Tetapi agaknya mereka orangorang padepokan. Kawan-kawan pamanku." Ki Pandi mengangguk-angguk. Tetapi jantungnya menjadi berdebar-debar. Beberapa saat kemudian, orang-orang padukuhan itu telah berdiri dalam beberapa deret. Mereka tidak lagi berdiri diantara keluarga mereka masing-masing. Tetapi anak-anak muda dan gadis-gadis berdiri didepan, dibelakang deretan anak-anak. Baru kemudian orang-orang yang lebih tua dan paling belakang adalah orang-orang tua. Ki Pandi yang tidak tahu dimana ia harus berdiri, mengikut saja petunjuk Ki Krawangan Sambil menunduk Ki Pandi berdiri di belakang Ki Krawangan dan isterinya. Sementara itu Delima dan Kenanga berada didepan bersama anak-anak muda dan gadis-gadis yang lain. Suasanapun masih tetap mencengkam. Tidak seorangpun yang berbicara. Mereka memandang kedepan dengan wajah yang kosong. Sementara itu, yang akan sesorah masih belum nampak di-hadapan orang-orang yang sudah bersiap-siap untuk mendengarkan itu, meskipun orang itu sudah ada diantara mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bahkan kakak Ki Krawangan itu masih sibuk berbicara dengan beberapa orang kawan-kawannya dan bahkan berjalan hilir-mudik tidak seperti biasanya. Beberapa saat kemudian, orang-orang yang sudah ada didalam sanggar itu mulai menjadi gelisah. Meskipun mereka masih tetap tidak berbicara apapun, namun sikap mereka menunjukkan kegelisahan mereka. Beberapa orang mulai memandang berkeliling. Mencari dimana kakak Ki Krawangan itu berdiri. Ki Pandi berdiri dengan jantung yang berdebar-debar. Justru pada saat ia memasuki sanggar itu, terjadi sesuatu yang tidak seperti biasanya. Delima sebelum memisahkan diri sempat berbisik ditelinganya sehingga Ki Pandi menduga-duga apakah yang terjadi. Dadanya menjadi semakin berdebar ketika ia merasa, dua orang selalu mengawasinya. "Apa yang akan terjadi?" pertanyaan itu semakin keras bergema didalam hatinya. Tetapi Ki Pandi sudah terlanjur ada didalam sanggar itu. Apapun yang akan terjadi, harus dihadapinya. Orang-orang yang gelisah itu menjadi semakin gelisah. Mereka mulai saling bertanya, apa yang telah terjadi. Namun sejenak kemudian, kakak Ki Krawangan itu naik ke tangga bangunan batu yang ada didalam sanggar itu. Sambil berdiri di tangga, maka ia memberi isyarat agar orang-orang yang ada di sanggar itu memperhatikannya. Suasananya memang terasa agak berbeda. Meskipun Ki Pandi masih belum pernah mengunjungi pertemuan serupa http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu, namun ia merasakan, bahwa biasanya suasananya tentu tidak seperti saat itu. Demikian kakak Ki Krawangan itu mengangkat tangannya, maka suasanapun menjadi semakin bening. Orang-orang yang ada di sanggar itu berdiri tegak tanpa bergerak sama sekali. Bahkan sampai keujung jari kakinya sekalipun. Kakak Ki Krawangan itupun kemudian memandang berkeliling. Dengan lantang iapun mulai berbicara "Saudarasaudaraku, Aku agak terlambat mulai berbicara dihadapan saudara-saudaraku." Orang itu memandangi orang-orang yang ada di sanggar itu semakin tajam, seakan-akan ingin menilik langsung kedalam hati mereka masing-masing. Baru kemudian ia berkata selanjutnya "Keadaan ini terjadi karena ada sesuatu hal yang juga berbeda dari biasanya. Selama ini aku yakin bahwa saudara-saudaraku dengan sepenuh hati mengikuti upacaraj-upacara yang telah kami selenggarakan. Saudara-saudaraku juga selalu datang ke banjar jika ada sesorah dari salah seorang yang mewakili Ki Banyu Bening. Yang bertugas disini biasanya memang aku sendiri. Tetapi dalam keadaan khusus memang dapat terjadi orang lain." Orang itu berhenti sejenak. Sementara Ki Pandi menjadi semakin berdebar-debar. Ketaatan orang-orang padukuhan itu terhadap peraturan di sanggar itu sangat mengagumkan. Apalagi dalam upacara korban yang sebenarnya. Dalam pada itu, kakak Ki Krawangan itupun berkata pula "Tetapi kali ini kita tidak saja menerima saudara-saudara kami dari padukuhan. Malam ini kita menerima seorang tamu yang ingin melihat dan mendengarkan sesorah yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diselenggarakan didalam .sanggar ini. Sebenarnya hal seperti itu bukan masalah jika kami yakin bahwa orang itu memiliki keyakinan dan kepercayaan yang mantap." Jika saja orang-orang yang ada di sanggar itu tidak dilarang berbicara, maka mereka tentu akan saling bertanya, siapakah yang telah disebut sebagai seorang yang meragukan itu" Namun orang-orang yang telah melihat kehadiran orang bongkok itupun segera menduga bahwa yang disebut itu adalah orang bongkok yang datang bersama Ki Krawangan itu. Kakak Ki Krawangan yang berdiri ditangga bangunan tempat menyerahkan korban itu berkata selanjutnya "Nah, aku persilahkan KiSanak yang baru datang itu bersedia untuk mendekat. Aku inga berbicara dengan Ki Sanak." Ki Pandi menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia segera menyadari, bahwa memang dirinyalah yang dimaksud. Sejenak Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian dua orang datang mendekatinya. Sambil memegangi kedua lengannya dari dua sisi, maka orang itu telah menarik Ki Pandi maju kedepan menghadap kakak Ki Krawangan itu. Ki Pandi sama sekali tidak berniat menolak. Iapun menurut saja. melangkah di antara orang-orang padukuhan yang kemudian menyibak. Delima yang melihat Ki Pandi dibawa oleh dua orang kawan pamannya itu kedepan menjadi gelisah. Jantung berdetak semakin cepat. -oo0o0dw0o0oo- http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seri Arya Manggada V Mentari Senja Oleh : SH MINTARDJA Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo http://cersilindonesia.wordpress.com/ Convert, edit, ebook : MCH & Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/ http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 3 KI PANDI memang tidak dapat mengelak. Iapun berjalan di antara dua orang yang memegangi kedua lengannya. Semua mata memandang kearahnya. Seorang bongkok yang berjalan tertatih-tatih. Namun di wajahnya, betapa orang bongkok itu menjadi sangat cemas. Delima menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Rasa-rasanya, ia ingin berteriak, bahwa orang bongkok itu adalah sahabatnya. Ia bukan orang jahat Tetapi jangankan berteriak, berbisikpun mereka dilarang. Sejenak kemudian, diapit oleh dua orang laki-laki bertubuh tegap. Ki Pandi berdiri dihadapan kakak Ki Krawangan yang masih berada ditangga. "Siapa kau he?" bertanya kakak Ki Krawangan itu. Ki Pandi menjadi bimbang. Ia tahu bahwa tidak seorangpun boleh berbicara. Karena itu, ia menduga bahwa pertanyaan itu memang merupakan satu pancingan agar ia melanggar ketentuan yang berlaku didalam sanggar itu. "Kau siapa orang bongkok?" kakak Ki Krawangan itu mulai membentak. Tetapi Ki Pandi masih belum menjawab, sehingga kakak Ki Krawangan itu berteriak "He, apakah kau tuli?" Ki Pandi mengerutkan dahinya. Tetapi kemudian Ki Pandi memberi isyarat dengan gerak tangannya, apakah ia dapat membuka mulutnya. Kakak Krawangan itu termangu-mangu sejenak. Ia memang agak ragu. Namun kemudian iapun berkata "Jawablah. Kau telah mendapat ijin untuk berbicara." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi menarik nafas panjang. Dengan gagap iapun berkata "Aku ingin mendengarkan sesorah di sanggar ini. Selama ini aku tidak mempunyai pegangan hidup menghadapi hari-hari tua yang tidak dapat aku elakkan. Aku ingin mendapatkan ketenangan di hari-hariku yang terakhir. Karena itu, aku datang kemari. Jika di-sini aku menemukan ketenangan, maka aku akan menyatakan diri dengan saudarasaudaraku disini." "Omong kosong" geram kakak Ki Krawangan "di hari-hari terakhir daerah ini telah didatangi oleh orang-orang asing yang mengganggu ketenangan hidup kami. Di padepokan, dua orang yang mengaku pedagang telah merusak suasana kehidupan damai di padepokan. Sekarang kau datang kemari dengan cara yang lain. Tetapi kami yakin bahwa kedatanganmu ada hubungannya dengan kedatangan kedua pedagang, itu" "Aku tidak mengerti yang Ki Sanak katakan itu "desis Ki Pandi "Aku adalah pengembara yang mengembara tanpa tujuan. Jika disini aku mendapatkan kedamaian hati, maka pengembaraanku akan berakhir disini. Aku akan tinggal disini meskipun aku harus menjadi budak dan bekerja apa saja" "Kau tidak dapat membohongi kami sebagaimana kedua orang yang mengaku pedagang itu. Ketika aku mendengar bahwa ada orang asing yang ingin ikut serta dalam keperpayaan kami, aku segera menjadi curiga justru barusaja-dua orang yang mengaku pedagang telah datang di padepokan." "Tetapi aku bukan pedagang" "Baik" berkata kakak Ki Krawangan "karena kau orang asing disini, maka untuk menerimamu sebagai anggota dari kehidupan yang damai dan tentang disini, maka kau harus http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diuji. Besok malam kita akan berkumpul disini seperti sekarang ini. Kau harus menunjukkan kejujuranmu, bahwa kau benarbenar akan menjadi satu dengan lingkungan hidup di padukuhan ini dengan setia." "Apa yang harus aku lakukan" " bertanya Ki Pandi. "Meskipun besok malam bulan belum penuh, tetapi kita akan menyerahkan korban. Kau yang harus mengumpulkan dahan-dahan kering besok siang. Kau yang harus mencari bahan persembahan. Kau pula yang harus membakarnya hidup-hidup diatas batu rias persembahan ini." Kerut kening Ki Pandi menjadi semakin dalam. Dengan suara yang bergetar ia bertanya "Kemana aku harus mencari bahan persembahan" A ku hanya seorang pengembara." "Terserah kepadamu. Jika kau tidak mendapatkan seekor binatang, maka kau akan dianggap sebagai anggauta yang paling terhormat jika kau dapat mempersembahkan yang lain." "Maksud Ki Sanak" "bertanya Ki Pandi. "Itu tergantung pada tingkat kesungguhanmu untuk bergabung dengan kami" jawab kakak Ki Krawangan. "Barangkali padi, jagung atau buah-buahan?" bertanya Ki Pandi Wajah kakak Ki Krawangan menjadi tegang. Namun kemudian ia menjawab "Sudah aku katakan. Nilai persembahanmu akan berbanding lurus dengan nilai kesetiaanmu kepada kepercayaan ini. Kami akan menentukan, apakah kau akan dapat diterima, dikukuhkan menjadi yang terbaik atau justru kau akan kami lemparkan menjadi-korban diatas batu alas persembahan kami itu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sepercik cahaya memancar dari mata Ki Pandi. Namun kemudian iapun menunduk dalam-dalam. Sementara itu, kakak Ki Krawangarpun berkata "Hari ini tidak ada sesbrah. Besok, kita akan berkumpul lagi disini. Kita akan menyaksikan, persembahan apakah yang akan diserahkan oleh orang bongkokini. Kita bersama-sama menilainya dan kita akan memutuskan, apakah ia dapat diterima atari tidak." Suasana didalam sanggar itu menjadi tegang. Kakak Ki Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Krawangan masih berdiri tegak di tangga. Dipandanginya orang-orang yang berdiri disekitarnya. Cahaya mata kakak Ki Krawangan itu bagaikan memancarkan pengaruh yang mencengkam semua jantung. Demikianlah maka sejenak kemudian orang itupun berkata. "Sekarang kalian dapat meninggalkan sanggar ini. Besok kita aaan bertemu lagi." Orang-orang yang berada di sanggar itu mulai bergerak. Mereka mengalir keluar dari sangar itu. Anak-anak dan remaja segera mencari orang tua masing-masing dan pulang dalam kelompok-kelompok kecil. Ki Pandipun pulang bersama keluarga Ki Krawangan. Dengan nada berat Ki Krawangan berkata "Aku tidak tahu bahwa masih harus ada syaratnya bagi Ki Pandi untuk diterima menjadi keluarga didalam lingkungan kepercayaan kami." "Tetapi apa yang harus aku korbankan?" bertanya Ki Pandi. "Aku juga tidak tahu, Ki Pandi." jawab Ki Krawangan. Delima berjalan disebelah Ki Pandi sambil berdesis "Tinggalkan saja padukuhan ini, kek." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Namun tiba-tiba ia berkata "Aku akan memberikan korban buah-buahan. Jika korbanku diterima, maka akan menjadi kebiasaan yang lebih baik daripada mengorbankan seekor anak binatang." "Ya" sahut Delima "kakek dapat mencobanya." Tetapi Ki Krawangan memotong "Ki Pandi. Apakah jenis korban itu dapat ditawar-tawar seperti itu" Jika tadi kakang mengatakan terserah kepada Ki Pandi, itu tentu semacam pendadaran bagi Ki Pandi. Jika Ki Pandi mengorbankan buahbuahan, maka aku kira Ki Pandi tidak akan dapat diterima." "Tetapi darimana aku mendapat seekor anak binatang." Ki Krawangan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menjawab dengan nada berat "Ki Pandi. Aku masih mempunyai seekor anak kambing. Jika Ki Pandi memerlukan, biarlah anak kambing itu kita korbankan. Semakin banyak korban yang kita berikan, maka janji kesejahteraan tentu akan menjadi semakin dekat bagi kita sekeluarga. Tentu juga bagi Ki Pandi." "Kesejahteraan apa yang Ki Krawangan maksudkan?" bertanya Ki Pandi. "Kesejahteraan lahir dan batin. Sawah kita akan menjadi subur. Dijauhkan dari segala macam hama. Sementara hidup kita akan tenang dan damai sepanjang jaman, lebih dari itu, kita akan mendapatkan tataran tertinggi di alam kematian." Ki Pandi mengangguk-angguk. Sementara Ki Krawangan berkata selanjutnya "Karena itu, maka sejak sekarang sudah mulai dianjurkan, meskipun masih belum terjadi, untuk memberikan korban yang derajadnya lebih tinggi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah yang derajadnya lebih tinggi dari seekor binatang" " bertanya Ki Pandi. Ki Krawangan terdiam sejenak. Sementara itu kaki mereka melangkah terus mendekati rumah Ki Krawangan. Beberapa orang berjalan lebih cepat dan mendahului Ki Krawangan sekeluarga yang berjalan perlahan-lahan sambil berbincang. "Ki Pandi" berkata Ki Krawangan kemudian, "maksudku, bahwa korban seekor anak kambing mempunyai derajad lebih tinggi daripada korban seekor anak kucing misalnya atau anak ayam atau anak itik yang menetas darr sebutir telur." Ki Pandi tidak segera menjawab. Tetapi bulu-bulu tengkuk Delima meremang. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya Delima menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya. "Delima. Kau kenapa" " bertanya ibuanya. Delima tidak segera menjawab. Namun ketika ibunya memegangi pundaknya, gadis itu menjawab dengan suara parau "Malam ini terasa dingin ibu." "O " ibunya berdesis. Tetapi Kenanga tiba-tiba berkata "Aku justru berkeringat kak Delima. Aku kira udara terasa panas." "Tentu tidak. Angin yang basah membuat udara malam ini dingin sekali." "Sudahlah" berkata ibunya "jangan bertengkar." Namun dalam pada itu, Ki Pandi itupun kemudian berkata "Biarlah aku mencoba untuk menyerahkan korban buahbuahan. Mudah-mudahan justru akan membuka kebiasaan baru yang lebih baik dari kepercayaan ini." Ki Krawangan masih saja ragu-ragu. Katanya "Sebaiknya Ki Pandi jangan mencoba-coba. Besok merupakan hari pendadaran bagi Ki Pandi. Jika Ki Pandi dianggap melakukan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kesalahan, maka akibatnya dapat menyulitkan Ki Pandi sendiri." Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Tetapi aku akan berdoa semalam suntuk, agar yang aku lakukan itu justru dapat diterima dengan baik." Ki Krawangan memang tidak menjawab lagi. Segala sesuatunya memang terserah kepada Ki Pandi. Tetapi ia sudah menawarkan sesuatu yang terbaik bagi Ki Pandi. Seekor anak kambing. Malam itu, Ki Pandi ternyata tidak bermalam dirumah Ki Krawangan meskipun Ki Krawangan mempersilahkan. Ki Pandi ternyata telah minta diri untuk memenuhi kewajibannya. menyediakan korban yang akan dibakar esok malam. Tetapi malam itu, Ki Pandi telah menghubungi Ki Ajar Pangukan dan orang-orang yang ada dirumah terpencil itu. Diberitahukannya, apa yang telah terjadi. "Lalu, apa yang akan kau lakukafr?" bertanya Ki Ajar Pangukan dengan dahi yang berkerut. "Aku akan membawa pisang setandan. Aku akan mengorbankan pisang itu jika diterima." "Jika tidak?" bertanya Ki Ajar. "Nasibku akan menjadi sangat buruk" jawab Ki Pandi. Ki Ajar dan orang-orang lain yang mendengarnya tertawa. Ki Jagapranapun berdesis "Jangan merajuk begitu Ki Pandi." Ki Pandipun tertawa pula. Sementara Manggada dengan ragu-ragu berkata "Ki Pandi. Malam nanti aku akan berada didekat sanggar itu. Aku akan mengikuti, apa yang akan terjadi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Sambi Pitu tersenyum sambil menepuk bahu Manggada "jangan cemas anak muda. Kami semua juga akan berada di tempat itu. Kami tentu tidak akan sampai hati mendengar Ki Pandi merajuk dengan nada sedih, bahwa nasibnya menjadi sangat buruk." Suara tertawa orang-orang tua itu menjadi semakin berkepanjangan. Bahkan Ki Pandipun tidak dapat menahan tertawanya pula. Dihari berikutnya, menjelang tengah hari, Ki Pandi sudah berada di sanggar sambil membawa setandan pisang raja yang besar. Dengan ragu-ragu ia memasuki sanggar yang kosong itu. Diletakkannya pisang itu diatas alas penyerahan korban. Namun Ki Pandi masih harus mencari kayu kering untuk menyalakan api saat korban diserahkan. Selagi Ki Pandi menyusun dahan dan ranting kayu kering yang dikumpulkannya, maka iapun mendengar lembut mendekatinya. "Kek" terdengar suara Delima. Ki Pandi berpaling. Dilihatnya Delima yang ragu-ragu berdiri beberapa langkah dibelakangnya. "Nah, Delirna" berkata Ki Pandi "korbanku sudah siap." Tetapi wajah Delima masih saja suram. Bahkan dengan nada dalam ia berkata "Pamanku tadi menemui ayah, kek." "O" Ki Pandi mengangguk-angguk "apa ada hubungannya dengan aku" ". "Ya, kek. Paman memperingatkan ayah, agar ayah tidak berhubungan dengan kakek. " http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Sementara Delima berkata selanjutnya "Ketika ayah mengatakan bahwa kakek akan ikut ke sanggar, paman tidak berkeberatan. Tetapi ternyata bahwa semalam paman tidak sendiri. Mereka bersikap kasar kepada kakek. Menurut pendengaranku, orangorang padepokan itu telah mencurigai semua orang yang dianggap asing, karena dua orang yang datang ke padepokan telah mengacaukan ketenangan padepokan itu." Ki Pandi termangu-mangu, sementara Delima berkata selanjutnya "Paman baru tahu tentang dua orang asing yang mengacaukan padepokan itu kemudian. Bahkan kemudian padepokan itu telah mengambil sikap khusus kepada kakek" "Apa hubungannya kedua orang yang mengacaukan padepokan itu dengan aku, Delima?" "Aku tidak tahu, kek. Tetapi orang-orang padepokan itu menjadi semakin berhati-hati. Kedua orang asing yang datang di padepokan itu telah melukai beberapa orang padepokan. Bahkan ada yang parah." "Kemudian aku menjadi sasaran dendam mereka?" "Entahlah, kek. Tetapi sebaiknya kakek meninggalkan tempat ini. Nanti malam kakek tidak usah datang, karena kedatangan kakek akan dapat mencelakakan diri kakek sendiri." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi tersenyum sambil melangkah mendekati Delima. Ditepuknya pundak Delima sambil berkata "Terima kasih atas peringatanmu Delima. Tetapi biarlah aku lebih banyak mengetahui tentang kepercayaan yang aneh ini. Jangan cemaskan aku." "Tetapi......." wajah Delima menjadi muram. Sementara Ki Pandi berkata "Aku akan berusaha menjaga diriku sendiri, Delima. Pulanglah dengan tenang." Delima termangu-mangu sejenak. Namun kemudian Delima-itu telah meninggalkan sanggar. Di pintu ia berpaling dan berhenti sejenak. Namun kemudian iapun telah melangkah lagi meninggalkan Ki Pandi yang menyiapkan korban yang akan diserahkannya. Hari itu Ki Pandi tidak pergi ke rumah Ki Krawangan. Bukan karena ia mencurigainya. Tetapi Ki Pandi justru menjaga agar Ki Krawangan tidak mengalami kesulitan justru karena sikapnya. Sebenarnyalah bahwa dirumah Ki Krawangan telah hadir dua orang cantrik dari padepokan untuk mengawasi hubungan antara Ki Pandi dan Ki Krawangan. Kakak Ki Krawangan sendiri mencurigai seakan-akan ada hubungan khusus antara orang bongkok itu dengan Ki Krawangan. Namun justru karena Ki Pandi tidak datang ke rumah Ki Krawangan, maka kecurigaan itupun menjadi berkurang. Mereka mempercayai ceritera Ki Krawangan, bahwa orang bongkok itu datang kerumahnya dalam keadaan kelaparan dan kehausan. Sesudah minum dan makan, orang itupun telah pergi. Ia datang untuk bersamasama pergi ke sanggar. Sesudah itu, ia telah pergi lagi. "Baiklah" berkata salah seorang cantrik yang bertugas di rumah Ki Krawangan itu. "Namun karena itu, maka Ki http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Krawangan jangan berusaha membantunya jika padepokan mengambil sikap tertentu kepada orang bongkok itu." Ketika kemudian senja turun, maka seperti yang dikatakan oleh kakak Ki Krawangan di sanggar semalam, bahwa malam itu, orang-orang padukuhan itu harus berkumpul kembali di sanggar. Ki Krawangan dan keluarganya, memenuhi perintah itu, malam itu juga pergi ke sanggar. Namun disepanjang jalan, Ki Krawangan dengan nada ragu berbicara pula tentang Ki Pandi. "Apakah orang bongkok itu meninggalkan padukuhan?" desis Ki Krawangan. Tidak seorangpun yang menjawab. Namun kemudian dengan ragu-ragu pula isteri Ki Krawangan berkata hampir kepada diri sendiri "Sebaiknya ia memang meninggalkan padukuhan ini." Ki Krawangan terkejut mendengar kata-kata isterinya. Bahkan Nyi Krawangan sendiri juga terkejut mendengar katakatanya itu. Sedangkan Delima menjadi tegang. Hanya Kenanga yang tidak begitu memahami perasaan kedua orang tuanya dan kakaknya. Selama itu, tidak ada orang padukuhan yang bersikap lain dari sikap orang-orang padepokan, termasuk kakak Ki Krawangan. Jika orang-orang padepokan menghendaki orang bongkok itu datang dengan persembahan korban, maka yang lain harus bersikap demikian pula. Karena itu, sikap Nyi Krawangan terasa menjadi asing. Seakan-akan Nyi Krawangan itu berusaha untuk melindungi orang bongkok yang justru sedang dicurigai itu. Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun kemudian Ki Krawangan sendiri berdesis "Ya. Memang sebaiknya orang bongkok itu meninggalkan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ padukuhan ini. Betapapun ia ingin mencari kedamaian hati, tetapi pada saat kakinya mulai meiangkah masuk, ia sudah terantuk batu." Delima menarik nafas dalam-dalam. Ternyata sikap batinnya tidak berbeda dengan sikap batin ayah dan ibunya, meskipun dengan demikian menjadi berbeda dengan sikap orang-orang padukuhan itu yang tentu ingin melihat apa yang akan dibawa Ki Pandi ke sanggar. Bagaimana puia keputusan orang-orang padepokan tentang korban yang akan dipersembahkan oleh orang bongkok itu. Namun demikian orang-orang padukuhan itu memasuki sanggar, maka merekapun segera dicengkam oleh suasana yang tegang. Demikian mereka melihat setandan pisang yang diletakkan diatas seonggok kayu kering di atas batu persembahan, maka merekapun segera menduga, bahwa sesuatu akan terjadi di sanggar itu. Ketika Ki Krawangan dan keluarganya memasuki sanggar, mereka melihat Ki Pandi berdiri diapit oleh dua orang cantrik dari padepokan. Sedangkan kakak Ki Krawangan rasa-rasanya tidak sabar menunggu orang-orang padukuhan itu berkumpul. Namun akhirnya, orang-orang padukuhan itu sudah berdiri pada deret-deret sebagaimana biasanya. Delima benar-benar gelisah melihat Ki Pandi yang nampaknya sudah tidak berdaya lagi untuk menyelamatkan diri. Beberapa saat kemudian, maka suasanapun menjadi semakin tegang. Kakak Ki Krawangan sudah berdiri ditangga bangunan batu alas meletakkan korban itu. Orang-orang padukuhan yang berdiri dalam deretanderetan, itupun menjadi semakin tegang. Tidak seorangpun http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang bergerak. Bahkan mata merekapun seakan-akan tidak berkedip lagi. Kakak Ki Krawangan yang berdiri ditangga itupun kemudian berkata "Saudara-saudaraku. Disini sekarang ada orang yang lebih tua dari aku dalam tataran kedudukan kami di padepokan. Karena itu, biarlah saudaraku yang lebih tua itu mengambil keputusan tentang orang bongkok itu." Orang-orang padukuhan itu menjadi semakin berdebardebar. Mereka tidak tahu, perasaan apakah yang sebenarnya bergejolak didalam hati mereka. Sepercik kegelisahan menyala didada orang-orang itu. Mereka merasa iba melihat orang bongkok yang berdiri diapit oleh dua orang cantrik yang masih muda serta bertubuh tegap kekar. Mereka yakin bahwa orang bongkok itu akan mendapatkan hukuman, karena ia telah berani membawa persembahan yang tidak memadai. Namun sementara itu, orang-orang itu juga merasa tersinggung. Orang bongkok itu seakan-akan dengan sengaja merendahkan derajat kepercayaan mereka. Seakan-akan orang bongkok itu dengan sengaja menjajagi tatanan yang berlaku di antara mereka." Sementara itu, kakak Ki Krawangan itupun bergeser menepi. Sedangkan seorang yang lain, seorang yang bertubuh raksasa telah naik dan berdiri disebelah kakak Ki Krawangan. Ki Pandi mengeratkan dahinya. Ia teringat ceritera Ki Sambi Pita dan Ki Lemah Teles tentang orang yang mula-mula melihat keduanya dari lubang di pintu gerbang padepokan. Tetapi Ki Pandi, bahwa orang itu bukan yang dimaksud oleh Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles. Orang yang bertubuh raksasa dan berdiri di tangga itupun kemudian berkata "Aku akan mengambil alih tugas saudaraku. Persoalannya memang tidak sederhana. Bukan sekedar http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seseorang yang ingin mencari kesejahteraan hidup lahir dan batin. Serta bukan orang yang mencari ketentraman sejati dibawah naungan kuasa api yang menghembuskan kehidupan serta memancarkan kesejukan dan kedamaian hati di malam hari." Orang-orang yang mendengarkan sesorah itu menjadi semakin tegang. Mereka semakin yakin bahwa sesuatu yang tidak diharapkan akan terjadi malam itu di sanggar mereka. Dalam pada itu, orang bertubuh raksasa itupun berkata "Ternyata orang bongkok yang datang ke sanggar ini tidak berbeda dengan kedua orang asing yang telah mendatangi padepokan. Mereka bukan saja telah menghina kepercayaan yang kita junjung tinggi, tetapi mereka telah menyerang dan melukai saudara-saudara kita yang justru ingin menolong mereka, menunjukkan jalan keluar dari lingkungan ini. Saudara-saudara kita yang sama sekali tidak menduga itu tidak sempat membela diri." Ki Pandi yang telah mendengsr ceritera Ki Sambi Pitu dan Ki Lemah Teles, segera menghubungkan dengan ceritera orang bertubuh raksasa itu, meskipun ceritera itu sudah diputarbalikkannya. Namun Ki Pandi sama sekali tidak mengatakan sesuatu. Orang bertubuh raksasa itupun berkata selanjutnya "Nah, bukankah orang bongkok ini juga telah menghina kita semuanya. Lihat, apa yang dipersiapkannya diatas alas persembahan kita. Selama ini kita selalu mempersembahkan korban yang bernyawa. Tetapi orang bongkok itu telah membawa setandan pisang kemari" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang itu terdiam sejanak. Ketika ia memandang Ki Pandi yang berdiri termangu-inangu, maka semua orang telah memandang Ki Pandi pula. "Apakah kita akan membiarkan pengalaman ini terjadi atas kita" Kita tentu akan memaafkan orang-orang yang menghina kita sendiri. Tetapi tidak menghina penguasa Maha Api di langit yang memancarkan nafas kehidupan atas bumi ini." Suara orang bertubuh raksasa itu semakin menggelegar. Lalu katanya pula "Nah, siapakah diantara kita yang membiarkan penghinaan ini terjadi " Siapa?" Semua orang yang ada di sanggar itu tetap terdiam diri. Dalam keadaan yang biasa, jika mereka datang untuk mendengarkan sesorah, mereka sudah harus berdiam diri. Apalagi dalam keadaan yang sangat tegang itu. Dalam pada itu, orang itupun kemudian berteriak "Kita akan membunuh orang yang telah menghina penguasa kehidupan ini dan membebankan tanggung jawab di pundaknya. Jika tidak, maka kemarahan yang akan menimpa kita semua akan berakibat sangat buruk bagi kita dan bagi kehidupan di bumi." Orang-orang yang ada di sanggar itu menjadi semakin tegang. Jantung mereka serasa berdetak semakin cepat. Rasarasanya mereka sudah dijalari kekecewaan dan kemarahan pula terhadap orang bongkok yang hanya membawa setandan pisang itu. Delima juga menjadi semakin tegang. Bukan karena merasa terhina oleh korban yang terletak diatas seonggok kayu itu. Tetapi Delima mencemaskan nasib Ki Pandi yang terasa menjadi semakin dekat dan akrab itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Ki Pandi masih saja berdiri diam. Bahkan nampaknya justru menjadi semakin tenang, meskipun kepalanya masih tetap menunduk. Namun dalam pada itu, orang bertubuh raksasa itupun berkata dengan lantang "Nah, kita tentu tidak akan membiarkan penguasa Maha Api itu akan murka kepada kita. Kita tidak mau menerima akibaj buruk karena orang bongkok itu telah menghina Maha Api di langit. Karena itu, maka kita harus menyerahkan penebusan dari penghinaan ini sekarang. Meskipun saat ini bukan saatnya menyerahkan persembahan sebagaimana biasanya. Tetapi kita harus membersihkan noda yang telah terpercik di sanggar ini." Orang itu berhenti sejenak. Wajah-wajah menjadi bertambah tegang. Lebih-lebih Delima dan bahkan juga ayah dan ibunya. Kenanga yang berdiri di antara gadis-gadis remaja yang lain, tidak begitu mengerti, apa yang akan terjadi. "Nah" berkata orang bertubuh raksasa itu "sekarang juga kita harus mendapatkan persembahan dari mahluk yang bernyawa uniuk menebus penghinaan itu. Jika tidak, maka mungkin besok, bhkan mungkin nanti atau kapanpun dapat terjadi, kemarahan iti. akan menimpa kita." Suara orang itu terputus ketika tiba-tiba saja mereka melihat cahaya merah dilangit. Mereka melihat asap yang membubung, kemudian mereka juga melihat lidah api yang menjilat. Tidak terlalu jauh. "Ampun kami ya Maha Api" teriak orang bertubuh raksasa itu "murkamu telah datang menimpa kami." Orang-orang yang ada di sanggar itu menjadi gelisah. Meieka sadar sesadar-sadarnya bahwa telah terjadi kebakaran di padukuhan mereka. Sementara itu, semua orang tidak ada http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ di padukuhan, tetapi mereka berada di sanggar, sehingga tidak seorangpun yang akan dapat memendamkan api itu. Yang tinggal di padukuhan hanyalah orang-orang tua, orangorang sakit dan bayi-bayi" Namun.orang bertubuh raksasa itu berteriak "Kita tidak akan mampu melawan kemurkaan itu. Agaknya telah terjadi kebakaran. Tetapi tentu bukan kebakaran biasa. Disini seseor?ng telah menghina Sang Maha Api. Dan dengan serta merta murkanya telah menimpa kita. Jika penghinaan ini tidak segera ditebus, murka itu tentu akan semakin menjalar. Mungkin akibatnya akan menimpa, seluruh padukuhan dan mungkin seluruh negeri dan bahkan mungkin seluruh bumi." Kegelisaan semakin mencengkam. Tetapi orang itu berkata "Jangan tinggalkan tempat ini. Orang yang telah menghina itu harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Diatas alas tempat kita menyerahkan korban itu harus ada korban mahluk bernyawa sekarang juga." Dalam pada itu selagi suasana disanggar itu menjadi semakin tegang maka seseorang berjalan tertatih-tatih ke pintu, gerbang sanggar. Tetapi orang itu berhenti sebelum ia melangkah masuk. Ia sadar, bahwa ia tidak boleh berbicara jika ia berada didalam sanggar. Karena itu, selagi ia masih berada diluar, maka iapun telah berteriak "Banjar padukuhan kita terbakar." semua orang berpaling dan memandang ke pintu gerbang. Mereka melihat seorang tua yang berdiri gemetar laki tua yang sedang sakit. Orang-orang yang berada di dalam sanggar itu menjadi semakin tegang. Dua orang cantrik telah berlari kearah orang tua itu. Ketika orang tua itu hampir saja terjatuh karena http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tubuhnya yang sakit itu menjadi lemah serta letih, maka kedua orang cantrik itu sempat menolongnya. "Banjar padukuhan itu terbakar" orang itu berdesis lagi. Seorang dari kedua cantrik itu telah melangkah masuk kedalam sanggar. Dengan lantang ia berkata "Banjar padukuhan itu telah terbakar. Murka Sang Maha Api telah menimpa kita." Orang bertubuh raksasa yang berdiri ditangga bangunan batu sebagai alas persembahan itu berkata "Kita harus cepatcepat menyerahkan korban agar kemarahan itu mereda." Orang-orang yang berdiri di sanggar itu telah dicengkam oleh suasana yang tidak menentu. Mereka menjadi sangat ketakutan melihat bahwa api telah mulai menelan korban dipadukuhan mereka. Banjar padukuhan mereka tiba-tiba saja telah terbakar. Dalam ketegangan itu, maka orang bertubuh raksasa itupun berteriak nyaring "Ya, Sang Maha Api. Hentikan murkamu atas kami. Sekarang kami akan menyerahkan korban untuk menebus kesalahan kami, karena kami teiah berani menghina kuasa Sang Maha Api. Meskipun korban yang kami serahkan kali ini, bukan korban dibawah wajah purnama yang lembut, serta bukan pula korban yang kehadirannya diatas bumi ini berada dibawah percikan cahaya api damaimu, namun kami mohon, korban yang kami serahkan ini dapat menebus kesalahan yang pernah dilakukannya sendiri karena ia telah menghina kuasamu yang tidak terbatas." Semua orang terkejut mendengarnya. Seorang laki-laki kurus menjadi gemetar. Sementara Ki Krawangan menjadi gelisah. Delima berusaha untuk tidak menjadi pingsan, karena ia tahu maksud orang bertubuh raksasa itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandilah yang akan dikorbankan. Sebenarnyalah sesaat kemudian orang-orang padepokan yang berada di sanggar itu telah mengerumuni Ki Pandi. termasuk kakak Ki Krawangan dan orang bertubuh raksasa itu. Dengan paksa maka Ki Pandipun telah dibawa naik keatas alas tempat penyerahan korban itu. Diatas tempat itu telah tersedia seonggok kayu untuk membakar setandan pisang yang diletakkan oleh Ki Pandi. Namun kayu itu tidak cukup banyak. Karena itu, maka orang bertubuh raksasa itupun berkata "Agar korban yang kita serahkan sempurna, maka semua orang laki-laki harus keluar dari sanggar dengan cepat untuk mencari kayu bakar. Siapa yang tidak melakukannya, maka ia akan dikutuk oleh Sang Maha Api itu." Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Demikian, maka setiap orang laki-laki telah menghambur keluar untuk mencari kayu bakar. Laki-laki tua yang sedang sakit dan kelelahan itu duduk bersandar dinding sanggar. Tetapi-ia terada diluar sanggar. Para cantrik yang menolongnya telah masuk kedalam sanggar pula, dan membiarkannya duduk sendiri. " Namun orang' itu menjadi heran ketika dua orang anak muda mendekatinya sementara orang-orang disanggar itu sedang ribut untuk mencari kayu bakar. "Duduk sajalah kek" desis seorang diantar a mereka. "Siapakah kalian anak-anak muda ?" bertanya orang itu. "Kami bukan siapa-siapa kek. Kami hanya ingin melihat apa yang terjadi." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang tua itu tidak berdaya lagi, sementara kedua orang anak muda itu masih berjongkok disebelah-menyebelahnya. Orang-orang laki-laki yang mencari kayu bakar sambil berlari itu tidak menghiraukan kedua orang anak muda iiu. Mereka mengira bahwa keduanya adalah saudara-saudara mereka yang sedang menolong orang tua yang sakit itu. Namun beberapa saat kemudian, suasana mulai meniadi sepi. Orang-orang padukuhan itu telah berdiri ditempatnya di sanggar, sementara seonggok kayu bakar telah tertimbun di alas tempat menyerahkan Kurban itu. Dalam pada itu, maka cahaya merah dilangupun sudah mereda. Nampaknya Banjar padukuhan itu telah hampir seluruhnya menjadi abu. Untunglah bahwa halaman Banjar itu cukup luas sehingga diharapkan api tidak menjalar kemanamana. Apalagi malam itu angin tidak begitu kencang bertiup. Tidak pula pepohonan disekitar Banjar padukuhan itu. Dalam pada itu, Ki Pandi telah berada ditangan orang-orang padepokan. Orang yang bertubuh raksasa itu telah berada ditangga pula sambil berkata "Nah, nampaknya persembahan kami berkenan dihati Sang Maha Api. Sebelum persembahan kami ini kami serahkan, api yang membakar Banjar padukuhan kami telah mereda. Satu pertanda yang baik bagi kita. Karena itu, maka persembahan kami ini akan segera kami serahkan dengan perantaraan api pula." Darah Delima bagaikan mengalir. Namun Delima tidak pingsan. Ia melihat orang bongkok itu didorong untuk naik keatas bangunan batu sebagai alas persembahan itu. Delima dan orang-orang yang. hadir di sanggar itu menjadi heran. Ia tidak melihat orang bongkok itu menjadi gelisah, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ketakutan atau bahkan meronta. Ia sama sekali tidak melawan. Namun ketika orang-orang padepokan itu akan mengikatnya, orang bongkok itu berkata "Aku tak perlu diikat. Aku akan berbaring diatas api." Orang-orang padepokan itu termangu-mangu sejenak. Namun orang bertubuh raksasa itu berkata "Ikat orang itu. Jika api menjilat tubuhnya, ia akan meronta atau bahkan berusaha melarikan diri." Tetapi orang bongkok itu menyahut "Sudah aku katakan, aku tidak mau diikat. "Persetan" geram orang bertubuh raksasa itu "ikat orang itu. Cepat." Para cantrik mulai memegangi tangan Ki Pandi. Seorang yang membawa tali yang dibuat dari sabut telah mulai melingkarkan tali itu ditubuh Ki Pandi. Namun yang lidak diduga telah terjadi. Cantrik yang membawa tali itu telah terlempar. Kepalanya membentur bangunan batu yang dipergunakan sebagai alas penyerahan persembahan itu. Demikian kerasnya, sehingga cantrik itu langsung menjadi pingsan. Sebelum orang-orang padepokan itu menyadari apa yang telah terjadi, seorang lagi cantrik yang memegangi tangan Ki Pandi itu pingsan pula. Pukulan yang keras mengenai ulu hatinya, sehingga cantrik itu terbongkok kesakitan. Namun kemudian sisi telapak tangan Ki Pandi telah mengenai tengkuk cantrik itu sehingga ia jatuh tersungkur. Giliran berikutnya adalah cantrik seorang lagi yang memegangi tangan Ki Pandi yang lain. Ayunan tangan yang keras telah menampar keningnya. Nyala api encor di sanggar itupun menjadi semakin http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kuning dan akhirnya menjadi semakin kabur. Ketika sebuah pukulan lagi mengenai pangkal lehernya, maka Semuanya menjadr gelap. Yang terjadi demikian cepatnya, sehingga orang-orang padepokan yang lain, yang kedudukannya lebih tua dari para cantrik itu tidak sempat menolongnya. Namun kakak Ki Krawangan, orang bertubuh raksasa dan orang-orang padepokan yang lain dengan cepat menyadari keadaan. Karena itu, maka merekapun segera mempersiapkan diri Orang bertubuh raksasa itu sempat berteriak "Orang bongkok itu menjadi gila. Tangkap orang itu agar kita tak kehilangan bahan korban yang akan kita serahkan, yang justru sudah berkenan dihati Sang Maha Api." Tetapi orang-orang padukuhan itu tidak segera berbuat sesuatu jantung mereka justru terasa terguncang. Apalagi ketika kemudian Ki Pandi meloncat naik keatas bangunan batu sebagai alas untuk menyerahkan persembahan itu. "Saudara-saudaraku" berkata Ki Pandi "kalian harus segera menyadari, bahwa aliran hitam ini akan merusak tata kehidupan kalian. Orang-orang ini telah membawa kalian dan bahkan kewadagan kalian. Orang-orang ini telah membawa kalian ke jalan sesat, mengingkari kuasa Yang Maha Agung yang telah mencipta-kan langit dan bumi. Termasuk matahari dan bulan. Karena itu, tidak sewajarnya kalian menyembah matahari dan bulan yang disebut dengan nama apapun juga." Ki Pandi tidak sempat berbicara lebih panjang. Orang yang bertubuh raksasa itu meloncat menyusulnya dan langsung menyerangnya. Bahkan dua orang yang lainpun Kini datang membantunya pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keributanpun tidak dapat dihindari lagi. Orang-orang padepokan telah berkerumun disekitar bangunan batu untuk menyerahkan persembahan itu. Mereka berusaha untuk menangkap orang bongkok yang akan dijadikan bahan persembahan bagi Sang Maha Api. Namun dalam pada itu, keributan itupun telah menjalar. Tiba-tiba saja dua orang anak muda telah melibatkan diri, menyerang orang-orang yang berkerumun mengepung orang bongkok itu. Delima tiba-tiba saja melonjak kegirangan. Dua orang anak muda itu dikenalnya pula. Mereka adalah anak-anak muda yang sering datang bersama orang bongkok itu. Perkelahianpun segera terpecah. Manggada dan Laksana telah mengambil tempatnya sendiri. Mereka telah bersiap menghadapi orang-orang padepokan yang ada di sanggar itu. Orang-orang padukuhan yang berada di sanggar itu menjadi ketakutan. Tetapi mereka tidak berani meninggalkan sanggar itu. Mereka hanya bergeser menjauh dan berdiri berdesakan melekat dinding sanggar. Ternyata yang kemudian bertempur melawan orang-orang padepokan itu tidak hanya orang bongkok dan dua orang anak muda saja. Tetapi ada orang lain yang telah melibatkan diri pula diantara mereka. Beberapa saai kemudian, sanggar itu benar-benar menjadi kacau ketika oncor-oncor yang menerangi sanggar itu padam satu demi satu. Keributan itupun tidak tertahankan lagi. Orang-orang padukuhan telah berlari-larian tidix tentu arah. Mereka menjadi kebingungan. Sementara itu agaknya ada orang yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan sengaja telah mengacaukan mereka. Orang yang berlari-larian menyusup diantara orang-orang padukuhan itu. Dalam kekacauan itu tiba-tiba mereka melihat dua oncor yang menyala. Dua oncor yang berada disebelah menyebelah pintu gerbang sanggar terbuka itu. Arus orang-orang yang kebingungan itu tidak tertahankan lagi. Mereka berlari-larian keluar dari sanggar melalui pintu gerbang yang tiba-tiba telah terbuka selebar-lebarnya. Terdengar anak-anak berteriak-teriak ketakutan. Bahkan kemudian suara tangispun melengking dimana-mana. Namun beberapa saat kemudian beberapa buah oncor telah menyala kembali disekitar pintu gerbang. Dua, tiga kemudian empat buah. Dalam kekisruhan itu terdengar seseorang berteriak. "Jangan berdesakan. He, hati-hati. Berjalanlah dengan tertib. Sebaiknya orang laki-laki tidak ikut berdesakan dipintu gerbang. Biarlah perempuan dan anak-anak berjalan lebih dahulu. Orang-orang laki-laki sebaiknya justru ikut mengatur agar tidak terjadi kecelakaan." Tidak seorangpun diantara orang-orang padukuhan yang mengetahui, siapakah yang telah berteriak itu. Namun beberapa orang laki-laki telah tergugah hatinya. Mereka segera menepi dan mulai ikut mengatur arus keluar orangorang padukuhan itu. Empat orang laki-laki yang memegang oncor justru bingung sendiri. Mereka tidak tahu siapakah yang telah meletakkan oncor di tangan mereka. Tiba-tiba saja mereka merasa bahwa mereka telah memegang oncor. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Beberapa saat kemudian, maka sanggar itu telah menjadi kosong. Orang-orang padukuhan sudah berada diluarnya. Namun masih ada satu dua orang anak-anak yang menangis karena mereka belum menemukan orang tua mereka. Tetapi dalam waktu singkat, karena orang-orang padukuhan itu sudah saling mengenal, anak-anak itupun telah berada ditangan ayah dan ibunya. Namun dalam pada itu, didalam sanggar, pertempuran masih berlangsung. Orang-orang padepokan yang berada di sanggar itu telah bertempur dengan orang-orang yang tidak meraka kenal selain orang bongkok itu. Delima juga sudah berada diluar, masih saja berdebardebar, la tidak tahu apa yang terjadi didalam sanggar itu. tetapi Delima dan orang-orang padukuhan masih mendengar keributan didalam sanggar. Sementara itu, keempat orang yang memegang obor telah berada diluar sanggar pula. Namun orang-orang padukuhan itu tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Karena itu, maka mereka hanya berkumpul saja di sekitar sanggar mereka. Sementara didalam sanggar itu masih terjadi pertempuran. Didalam sanggar itu, Ki Pandi bersama Manggada, Laksana dan beberapa orang tua yang lain telah bertempur melawan orang-orang padepokan. Ternyata mereka tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Beberapa saat kemudian, maka pertempuran itupun segera berakhir. Tetapi orang-orang yang berada diluar sanggar tidak segera mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi di sanggar itu. Ketika kemudian tidak lagi terdengar suara apapun didalam sanggar, mereka justru semakin ragu-ragu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Delima yang gelisah berdiri didepan pintu gerbang. Ki Krawangan yang melihat Delima berdiri didepan pintu segera menariknya sambil berkata "Delima, apa yang kau cari " Kau tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang, tidak kita mengerti." Delima tidak membantah. Iapun kemudian bergeser menjauhi pintu gerbang. Namun suasana didalam sanggar itu masih sepi. Angin malam berhembus semakin dingin. Sekali-sekali masih terdengar anak-anak merengek. Namun dengan susah payah ibunya telah menenangkannya. Empat orang laki-laki masih tetap memegang obor dan berdiri tidak jauh dari pintu gerbang yang masih terbuka lebar. Namun orang-orang yang berada diluar tidak segera dapat melihat, apa yang telah terjadi dalam kegelapan." Akhirnya, orang-orang yang memegang oncor itu sepakat untuk melihat, apa yang terjadi didalam sanggar. Dengan hati-hati keempat orang itu melangkah masuk. Ketika mereka melihat sebuah oncor yang masih terpancang ditempatnya. maka oncor itupun telah dinyalakannya pula. Demikian pula beberapa buah oncor yang lain. Namun keempat orang itu terkejut bukan buatan. Orangorang padepokan yang ada disanggar itu telah terbaring diam diantara mereka nampak terluka. Darah mengalir dari luka yang menganga itu. Ketika keempat orang itu mendekat, maka mereka menyadari bahwa adat diantara mereka masih bernafas. Karena itu, maka, dua diantara keempat orang itu pun Segera berlari keluar memanggil kawan-kawannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kita harus menolong mereka" berkata orang itu diluar sanggar!" "Kenapa ?" bertanya-beberapa orang bersama-sama "Mereka terluka." jawab orang yang bertubuh-tinggi. "Kenapa ?" bertanya Orang-orang yang menjadi semakin kebingungan. Mentari Senja Seri Arya Manggada V Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Entahlah, kita bawa saja mereka keluar. Kita akan mencoba menolong mereka." Beberapa orang laki-laki segera berlari memasuki sanggar. Tanpa mengatakan sesuatu lagi, merekapun telah membawa orang-orang padepokan yang terbaring diam.Ada diantara mereka yang terluka. Tetapi ada yang ditubuhnya sama sekali tidak terdapat segores kecil lukapun, namun orang itu telah pingsan atau bahkan mati. Demikianlah, maka orang-orang yang terbaring diam itu telah dibawa keluar dari sanggar. Diluar sanggar orang-orang padukuhan itu berbicara dengan leluasa. Sedangkan didalam sanggar, meskipun bukan saatnya upacara atau mendengarkan sesorah, namun rasa-rasanya segan juga untuk berbicara. Beberapa orang telah mencari air, sedangkan yang lain sibuk mengusap kening dan dahi. Orang bertubuh raksasa itu, terluka dilambungnya. Tidak oleh goresan senjata. Tetapi luka itu cukup dalam. Tiga goresan nampak menyilang, seakan-akan goresan tiga buah jari tangan tangan berkuku tajam. Kakak Ki Krawangan justru sama sekali tidak terluka. Namun ia juga telah menjadi pingsan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Beberapa saat kemudian, setelah orang-orang padukuhan itu menjadi sibuk satu dua orang mulai sadar. Kakak Ki Krawangan itupuh menggeliat, sementara orang bertubuh raksasa itu mulai mengerang kesakitan. Ketika orang bertubuh raksasa itu mulai bergerak, maka darah yang mengalir sernakin banyak mengalir dari lukanya. Tetapi. orang itu ternyata membawa obat untuk mengurangi arus darahnya. Ia minta seseorang menaburkan semacam serbuk dari 'sebuah bumbung kecil dialas lukanya itu. . Terasa luka itu menjadi pedih sekali. Tetapi darahnyapun menjadi semakin sedikit mengalir dari luka itu. Beberapa orang lain yang terluka juga telah mendapat pengobatan yang sama, sementara kakak Ki Krawangan setelah diberi air beberapa tetes di bibirhyapun telah menjadi sadar pula. "Iblis bongkok" geram kakak Ki Krawangan "Apa yang telah terjadi, kakang?" bertanya Ki Krawangan yang berjongkok disebelah kakaknya. "Orang yang pernah kau tolong itu ternyata tidak kurang dari sosok iblis yang paling jahat." "Aku tidak mengira kakang. Ia tampak lemah dan sakit pada waktu itu." jawab Ki Krawangan. "Ia datang bersama beberapa orang kawannya untuk mengacaukan upacara persembahan itu." berkata kakak Ki Krawangan itu pula. "Tetapi apa maksud orang bongkok itu?" bertanya Ki Krawangan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ia berniat mengacaukan upacara ini. Bahkan mengacaukan akal kita sehingga kepercayaan kita menjadi menipis, ia datang dengan membawa kepercayaan baru untuk menyesatkan jalan hidup kita menuju ke kesejahteraan lahir dan batin." Delima yang mendengar keterangan pamannya itu hampir saja tidak dapat menahan hati. Menurut pendapatnya, kepercayaan yang diajarkan oleh pamannya itulah yang sesat. Sebenarnyalah Ki Krawangan juga ragu. Setelah hutan lebat yang seakan-akan memagari lingkungan yang luas dibawah kaki Gunung Lawu itu terbuka, maka para penghuninya mempunyai hubungan yang lebih luas dengan orang-orang dari seberang hutan. Tetapi Ki Krawangan tidak menjawab. Demikian pula Delima yang merasa lebih baik diam saja daripada membuka persoalan ,baru dengan orang-orang padepokan. Dalam pada itu, selagi ketegangan mencengkam orangorang yang berada di sekitar sanggar itu, telah terdengar suara dari dalam kegelapan. Suara yang tidak jelas sumbernya. Seakan-akan melingkar-lingkar di udara yang kelam. Suara tertawa yang berkepanjangan. Disela-sela suara tertawa itu terdengar kata-kata "He, kalian orang-orang sesat Apa sebenarnya yang kalian cari dengan cara yang tidak pantas itu" Kalian telah digiring oleh seorang yang menjadi gila karena kehilangan anak bayinya. Orang yang gila karena keluarganya yang pecah dan menjadi berkeping-keping. Mungkin juga karena salahnya sendiri. Namun kemudian, ia telah mencari sasaran untuk menimpakan kesalahan itu. Ia membenci semua bayi. Ia ingin semua bayi mati seperti anaknya. Dalam api..." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suara itu berhenti sejenak. Sementara kakak Ki Krawangan yang telah sadar sepenuhnya itu berteriak pula "He, pengecut. Nampakkan dirimu. Jangan memfitnah sambil bersembunyi." "Aku telah mengalahkan kau" terdengar lagi suara dari kegelapan "sekarang sadarilah. Jika sementara ini kalian harus mengorbankan seekor anak binatang di bawah purnama, maka beberapa saat lagi kalian akan digiring untuk mengorbankan anak manusia. Bayangkan, setiap bulan seorang bayi akan mati. Gila. Bahkan tidak hanya di padukuhan ini saja. Apakah kalian akan melakukan upacara yang gila itu" Hari ini orang-orang padepokan itu sudah berniat mengorbankan seseorang sebagai langkah awal niat mereka menggiring kalian untuk mengorbankan bayi disetiap bulan purnama, karena orang yang kalian anggap pemimpin padepokan itu telah terganggu penalarannya." "Cukup, fitnah itu sama sekali tidak benat." Teriak kakak Ki Krawangan. Tetapi suara tertawa itu masih berkepanjangan. Kata-kata di sela-sela derai tertawa itu masih terdengar. "Nah, kalian yang waras, yang masih mempunyai daya penalaran yang utuh, apakah kalian justru akan jatuh di bawah pengaruh orang gila" Orang yang terganggu kesadarannya oleh dendam kebencian?" "Cukup, cukup" bukan hanya kakak Ki Krawangan saja yang berteriak, tetapi seorang cantrik yang telah sadar sepenuhnya berteriak pula, sementara orang yang bertubuh raksasa itu menggeram. Ia tidak berani berteriak, agar darah di lukanya tidak memancar lagi. Namun suara itu masih terdengar, "Selamat malam saudara-saudaraku. Selama padepokan itu masih ada, maka kita masih akan sering berjumpa dimanapun. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gila. He orang-orang gila. Aku bunuh kalian pada saatnya. Tetapi suara itu menjawab "Jika kami ingin membunuhmu, maka kami tentu sudah melakukannya. Tetapi kami bukan orang-orang yang menjadi mata gelap, kehilangan pegangan dan membunuh sasaran yang tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan yang sebenarnya terjadi. Nah, tolong, sampaikan kepada Kiai Banyu Bening, jika ia masih tidak menghentikan perbuatan gilanya, maka kami benar-benar akan memperlakukannya seperti orang gila. "Diam, diam, diam," teriak kakak Ki Krawangan. Suara tertawa itu masih bergema. Semakin lama terdengar semakin jauh, sehingga akhirnya hilang sama sekali. Malam kembali menjadi sepi. Ketegangan masih mencengkam setiap jantung. Orang-orang padepokan yang masih lemah itu dicengkam oleh kemarahan, kebencian, dendam tetapi juga kekhawatiran. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka tidak dapat memburu orang-orang yang telah menghinakan mereka dan bahkan menyebut nama Kiai Banyu Bening. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun sejenak kemudian, maka orang yang bertubuh raksasa itu berkata "Biarlah orang-orang padukuhan itu pergi. Kita akan membuat perhitungan dengan mereka kelak, karena mereka tidak mau membantu kita, disaat kita dalam kesulitan." Kakak Ki Krawangan tidak menyahut. Tetapi bagaimanapun juga ia merasa cemas tentang adiknya. Orang-orang padepokan dapat menyangka, bahwa adiknya benar-benar telah berhubungan dengan orang bongkok itu. "Besok aku harus berbicara dengan Krawangan," berkata orang itu di dalam hatinya. Dalam pada itu, maka orang-orang padukuhan itupun segera pulang ke rumah mereka masing-masing ketika mereka sudah mendapat ijin dari orang-orang padepokan. Namun ancaman orang bertubuh raksasa itu didengar oleh salah seorang padukuhan itu, sehingga ia menjadi ketakutan. Ternyata perasaan takut itu kemudian telah menjalar pula ke setiap orang yang mendapat berita tentang ancaman itu. Namun sebelum orang-orang itu memasuki gerbang padukuhan, maka seseorang telah berlari-lari keluar dari regol padukuhan. Justru orang yang belum mereka kenal. "Siapa yang terikat di halaman banjar" Siapa?" teriak orang itu "Siapa" Siapa?" setiap onng pun telah bertanya pula. Namun karena itu, maka orang-orang itu tidak jadi langsung pulang ke rumah. Tetapi mereka berduyun-duyun pergi ke banjar. Sebenarnyalah dua orang terikat pada dua batang pohon yang tumbuh di halaman banjar. Orang yang juga belum http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka kenal. Kedua orang itu agaknya telah pingsan meskipun keduanya masih hidup. Agaknya keduanya telah menjadi kepanasan oleh lidah api yang menelan banjar padukuhan mereka. Banjar yang mereka dirikan dengan susah payah itu telah menjadi abu diterpa oleh kemarahan Sang Maha Api karena pokal orang bongkok itu. Kedua orang itu tubuhnya basah oleh keringat. Sementara udara di halaman banjar itu masih terasa panas, meskipun api sebagian besar sudah padam. Seorang penghuni padukuhan yang sudah separo baya berkata, "Ambil air. Kita harus segera mendinginkan mereka." Seseorangpun telah berlari-lari ke sumur. Dengan upih orang itu membawa air yang kemudian telah disiramkan ke wajah kedua orang yang pingsan itu. Kedua orang itu mulai menggeliat. Bahkan kemudian keduanya mulai menggelengkan kepalanya serta membuka matanya. Namun adalah diluar dugaan ketika tiba-tiba sesosok tubuh yang hanya nampak hitam di kelamnya malam muncul dari Dewa Sinting 1 Pendekar Slebor 14 Bayang-bayang Gaib Sesajen Atap Langit 2