Sejuknya Kampung Halaman 6
Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja Bagian 6 Demikianlah, ketika Wisesa melihat seseorang berjalan tergesa-gesa dan memberitahukan bahwa dua orang pengikut Wira Sabet datang lagi ke padukuhan mereka, maka Wisesapun telah memaksa dirinya untuk menemui keduanya. Kedua orang itu terkejut melihat seorang anak muda dengan sengaja menemuinya. Karena itu, maka kedua orang itupun segera mempersiapkan diri. Tetapi Wisesa sama sekali tidak menunjukkan niatnya untuk melakukan perlawanan. Bahkan masih berjarak beberapa langkah, Wisesa berhenti sambil membungkuk hormat. "Ampun Ki Sanak" berkata Wisesa "aku tidak bermaksud apa-apa" Kedua orang itu telah mengambil jarak. Seorang di antara mereka bertanya dengan suara serak "Kau mau apa?" "Ampun Ki Sanak. Aku ingin memberikan keterangan yang mungkin berarti bagi Ki Sanak" "Keterangan apa?" bertanya orang itu lagi. Wisesapun memandang keadaan di sekelilingnya. Sepi. Tidak ada orang yang turun ke jalan. "Ki Sanak" berkata Wisesa "aku ingin memberitahukan, bahwa ada yang tidak wajar pada Manggada dan Laksana" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua orang itu nampak terkejut. Bahkan seorang di antara mereka telah melangkah maju mendekati Wisesa. Sikap orang itu membuat Wisesa kelakuan. Karena itu, maka sambil terbungkuk-bungkuk hormat ia berkata "Ampun, Ki Sanak. A mpun. Aku bermaksud baik" "Katakan, apa yang tidak wajar itu" bentak orang itu. "Menurut ceritera orang, ketika Mangada, Laksana dan Sampurna berkuda berkeliling padukuhan itu dan bertemu dengan tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, mereka telah berselisih dan berkelahi" "Kau hanya menyebut namanya saja Wira Sabet dan Sura Gentong?" geram orang itu. "Maksudku, paman Wira Sabet dan paman Wira Gentong" Wisesa menjadi gagap. "Teruskan" desak orang itu. "Dalam perkelahian itu, Laksana sendiri dapat mengalahkan ketiga orang penakut paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong" Wisesa meneruskan. "Apa" Laksana mampu mengalahkan tiga orang kawan kami?" bertanya orang itu dengan nada tinggi. Wisesa menjadi ragu-ragu. Ia melihat seakan-akan ada nyala api di mata kedua orang itu. "Hanya menurut kata orang" jawab Wisesa dengan kaki gemetar. "Setan kau geram yang seorang lagi" berani benar kau mengatakan bahwa tiga orang kawan kami kalah oleh seorang anak muda. He, jika kau belum tahu, dengarlah, Laksana dan Manggada sekarang menjadi tawanan kami" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itulah yang ingin aku katakan" suara Wisesa menjadi terputus-putus. Namun ia berkata selanjutnya "justru karena Laksana memenangkan perkelahian itu, namun keduanya menjadi tawanan. Jika benar hal itu terjadi, bukankah berarti ada semacam permainan yang harus diperhatikan?" Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu termangu-mangu. Sementara Wisesa yang merasa sedikit mendapat angin meneruskan "Bukankah hal itu sangat tidak wajar, jika benar-benar telah terjadi?" "Kau lihat sendiri perkelahian itu?" bertanya salah seorang dari keduanya. "Tidak, Ki Sanak, tetapi demikian kata orang. Aku mohon Ki Sanak berhati-hati dengan kedua orang itu. Mereka benarbenar licik. Mungkin mereka mempergunakan uang atau benda-benda berharga lainnya untuk melakukan rencananya" Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Sementara Wisesa berkata pula "Selain daripada itu, ternyata Sampurna di padukuhan ini berhasil mempengaruhi beberapa orang anak muda. Meskipun sampai saat ini jumlahnya belum begitu banyak, tetapi semakin lama tentu akan menjadi semakin banyak. Karena itu, sebaiknya paman Wira Sabet dan paman Sura Gentong menjadi lebih berhati-hati" "Anak muda" salah seorang dari kedua orang itu menggeram sambil melangkah mendekat. Ketika orang itu kemudian memegangi baju Wisesa, maka rasa-rasanya jantung Wisesa terlepas dari tangkainya "Kau jangan mengigau. Apakah kau bermaksud menakut-nakuti kami?" "Tidak, Ki Sanak. Tidak" bukan saja suara Wisesa yang gemetar, tetapi juga tubuhnya "sudah aku katakan. Aku bermaksud baik. Aku berkata sebenarnya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kenapa kau sampai hati memberi tahukan kepada kami tentang hal seperti itu" Bukankah itu berarti satu pengkhianatan bagi kawan-kawanmu sendiri?" Pertanyaan itu sama sekali tidak diduganya. Wajah Wisesa menjadi pucat dan darahnya serasa berhenti mengalir. "Kenapa?" orang itu mengguncang tubuh Wisesa "apa yang kau kehendaki sebenarnya?" Wisesa tidak dapat berpikir lagi. Yang kemudian terlontar dari mulutnya adalah "Ampun. Aku tidak berkhianat. Tetapi aku tidak tahan mendengar gadis yang aku inginkan selalu mengagumi Manggada dan Laksana" "O. Jadi kau dengan licik ingin memenangkan persainganmu untuk memperebutkan seorang gadis" Kau telah memfitnah kawan-kawanmu itu, agar kami menghukumnya" berkata orang yang memegangi baju Wisesa itu. Sementara orang yang lain berkata "Kita bawa anak itu. Biar ia berbicara di hadapan Manggada dan Laksana." Wisesa menjadi semakin ketakutan. Kakinya serasa menjadi lemah, sehingga iapun telah jatuh berlutut sambil merengek "Ampun. Jangan bawa aku. Aku mohon ampun. Aku bermaksud baik" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baik buat siapa?" bentak orang itu. Wisesa benar-benar telah menangis. Orang yang tinggal di sebelah jalan, telah mendengar tangis Wisesa. Merekapun mendengar dua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong membentak-bentak meskipun mereka tidak dapat mendengar dengan jelas kata-kata yang diucapkan. Namun mereka mendengar orang-orang itu menyebut nama Manggada dan Laksana. Namun, apapun yang terjadi, orang-orang itu tidak dapat berbuat apa-apa. Tetapi akhirnya pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu melepaskan baju Wisesa. Ketika orang itu mendorong Wisesa, maka anak itupun telah jatuh terlentang. "Bangun anak cengeng" bentak orang itu. Dengan susah payah Wisesa berusaha untuk bangkit dan duduk di tanah, Kepalanya tunduk, sementara ia masih saja menangis ketakutan. "Baiklah anak cengeng" berkata orang itu "kami akan kembali ke tempat tinggal kami. Kami akan melihat kebenaran kata-katamu. Jika kau berkata sebenarnya, kami akan mengucapkan terima kasih kepadamu. Tetapi jika kau berbohong, maka kaulah yang akan dihukum" Seberkas harapan telah tumbuh lagi dihati Wisesa. ia berharap bahwa orang itu berhasil mengetahui rahasia Manggada dan Laksana, sehingga keduanya akan mendapat hukuman sehingga mereka kelak tidak akan lagi dikagumi oleh Tantri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejenak kemudian, maka kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itupun meninggalkan padukuhan Gemawang kembali ke barak mereka. Sementara itu, salah seorang yang tinggal di sebelah jalan ternyata telah memberanikan diri, merayap mendekati dinding rumahnya yang menghadap ke jalan. Ia berusaha untuk mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong itu dengan Wisesa. Meskipun tidak begitu jelas, tetapi keduanya dapat meraba, bahwa Wisesa telah mengadukan Manggada dan Laksana. "Gila anak itu" desis orang di sebelah jalan "ia tidak memikirkan akibatnya. Manggada dan Laksana yang telah melakukan tindakan yang aneh itu akan dapat mengalami perlakuan yang sangat buruk, karena mereka sengaja menyerahkan diri justru setelah Laksana memenangkan perkelahian melawan tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong" Orang itu justru menjadi gelisah. Tetapi ketakutan yang mencengkam jantungnya, membuatnya kebingungan. Apa yang harus dilakukannya. "Kenapa Wisesa itu memberitahukan hal itu kepada para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" pertanyaan itu telah membuat orang itu semakin gelisah. Dalam kegelisahan orang itu telah pergi ke rumah tetangganya dan menceriterakan apa yang didengarnya. Tetapi seperti dirinya sendiri, tetangganya itu juga tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Bahkan tetangganya itu berkata "Manggada dan Laksana juga gila. Kenapa ia menyerahkan dirinya jika Laksana telah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memenangkan perkelahian melawan ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong" Akhirnya keduanya memang tidak dapat berbuat apa-apa. Sementara itu, kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu langsung kembali ke baraknya. Pemberitahuan Wisesa itu telah menjadi bahan pembicaraan keduanya di sepanjang jalan kembali ke barak mereka itu. Ketika keduanya sampai di barak, maka keduanyapun segera melaporkan hasil pengamatan mereka atas padukuhan Gemawang. Namun keduanya masih belum melaporkan pengaduan Wisesa tentang Manggada dan Laksana. "Nampaknya segala sesuatunya masih tidak berubah" berkata salah seorang dari mereka. Wira Sabet dan Sura Gentong yang mendengarkan laporan itu mengangguk-angguk. Dengan nada keras Sura Gentong berkata "Setiap hari kita harus melihat perkembangan keadaan di padukuhan Gemawang. Aku sudah tidak sabar lagi. Kita tinggal menunggu Ki Sapa Aruh. Demikian ia datang, maka kita akan segera bertindak. Semakin banyak kita memberi kesempatan, maka Ki Jagabaya akan menjadi semakin berani. Ia tentu mengira bahwa kita hanya banyak berbicara saja tanpa berbuat apa-apa" Wira Sabet mengangguk-angguk. Katanya "Sebaiknya kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya lebih dahulu. Demikian Ki Sapa Aruh datang, maka kita sudah siap. Pagi, siang atau malam kita dapat segera berangkat" Kedua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu tidak lagi berkepentingan dengan pembicaraan tentang persiapan para penghuni barak itu. Mereka akan berbicara dengan saudara-saudara seperguruan mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena itu, maka keduanyapun segera minta diri, meninggalkan Wira Sabet dan Sura Gentong. Ternyata keduanyapun segera mencari Manggada dan Laksana, yang dipekerjakan di kandang kuda. Namun sebelumnya keduanya telah mengajak seorang kawannya lagi. Bertiga mereka menemui Manggada dan Laksana di kandang kuda. Namun sebelum mereka berbicara, orang tua yang disebut Sampar telah diminta oleh salah seorang di antara mereka mengambil air sambil membentak "Beginikah caranya kalian memberi makan kuda" Jika kalian memberinya rendeng dan dedak padi, maka airnya harus lebih banyak lagi agar kuda-kuda itu tidak terlalu sulit menelannya. Kecuali jika kalian memberi makan rumput segar, maka kalian tidak perlu air" Tetapi ketika Manggada memungut kelenting untuk mengambil air, maka orang itu membentak pula "Biar orang tua yang malas itu. Kalian akan mendapat tugas lain" Manggada dan Laksana termangu-mangu. Namun orang tua itulah yang kemudian mengambil kelenting itu dan membawanya ke sumur. Demikian orang tua itu pergi, maka salah seorang dari kedua orang yang kembali dari padukuhan Gemawang itu berkata "Manggada dan Laksana. Aku baru saja kembali dari Gemawang untuk melakukan tugas-tugasku sebagaimana biasa. Di Gemawang kami bertemu dengan seorang anak muda yang memberitahukan kepadaku, apa yang telah terjadi Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan kalian berdua. Anak muda itu tahu benar, bahwa kalian hanya berpura-pura saja menyerah dan kami bawa ke barak ini" "Siapa namanya?" bertanya Manggada. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kami tidak menanyakannya. Tetapi ia anak cengeng. Ia mengatakan bahwa ia tidak tahan mendengar seorang gadis yang ia inginkan mengagumi kalian berdua" "He?" Laksana dengan serta-merta bertanya "gadis yang mana yang kau maksud?" "Kami tidak tahu" Namun Laksanapun tertawa. Katanya "Tentu Wisesa" "Ia juga mengatakan bahwa Sampurna telah berhasil meyakinkan beberapa orang anak muda untuk membantunya" "Setan anak itu. Jadi apa yang akan kalian lakukan?" bertanya Manggada. "Aku akan membungkamnya. Untung ia melaporkannya kepadaku. Jika pada suatu saat ada kawan kami yang lain mendapat laporan pula, maka itu akan sangat berbahaya. Bukan saja bagi kami, tetapi juga bagi kalian" Manggada masih akan menjawab. Tetapi orang itu berdesis "Orang tua itu lelah kembali" Manggada menarik nafas. Katanya "Kau dapat menakutnakutinya agar ia tidak berbicara lagi dengan siapapun. Tetapi kau tidak usah menyakitinya" "Besok aku masih akan pergi ke padukuhan. Tetapi pada suatu saat, tentu orang lain yang akan pergi" berkata orang itu, orang yang pernah dikalahkan oleh Laksana, namun yang kemudian membawa Laksana dan Manggada. ke dalam barak itu. Orang itu mengangguk-angguk. Namun ketika orang tua itu mendekat, orang itu mulai membentak lagi "Cepat. Sebelum Pideksa melihat, kandang ini harus sudah bersih" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada dan Laksana tidak menjawab. Tetapi keduanyapun kemudian telah mengambil sapu lidi unluk membersihkan kandang yang sebenarnya sudah bersih. Beberapa saat kemudian, maka ketiga orang itupun segera meninggalkan kandang kuda itu, sementara Sampar tengah menuang air bersih pada kotak makanan kuda. "Aku sudah terbiasa memberi makan kuda dengan rendeng yang dipotong lembut dengan dedak. Aku sudah terbiasa dengan takaran air yang seharusnya. Tetapi tiba-tiba saja orang-orang dungu itu mencoba mengajariku" berkata orang tua itu. "Ki Carang Aking" desis Manggada "ternyata ada sesuatu yang dikatakan orang-orang itu kepada kami" "Apa?" bertanya orang tua yang di barak itu dipanggil Sampar. Manggada dan Laksanapun kemudian berceritera kepada orang tua itu, sebagaimana dikatakan oleh ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. Orang tua itu mengangguk-angguk. Katanya "Kalian memang harus berhati-hati terhadap anak itu. Sebaiknya kalian beritahukan kepada Ki Pandi, agar ia berhubungan dengan Sampurna" "Mudah-mudahan Ki Pandi datang malam nanti" Ketiganya kemudian berhenti berbicara ketika seorang saudara seperguruan Wira Sabet datang. Seorang yang berwajah tampan dengan senyum yang banyak nampak menghiasi bibirnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sambil menepuk bahu Manggada ia berkata "Kalian telah bekerja dengan rajin disini. Kau juga telah memelihara kudanya dengan baik. Terima kasih anak muda" Manggada mengangguk hormat sambil menjawab "Itu sudah kewajiban kami" Orang itu tertawa. Katanya "Aku akan pergi sebentar. Sediakan kudaku. Pasang pula pelananya" Manggada dan Laksanapun kemudian menjadi sibuk. Mereka segera mengeluarkan kuda orang ilu serta memasang pelananya pula. Namun demikian Laksana menuntun kuda itu mendekat, maka orang itu sambil tersenyum dan sekali lagi menepuk bahu Manggada berkata "Membungkuklah anak muda" Manggada menjadi bingung. Ia tidak tahu maksud orang itu. Sekali lagi orang itu berkata "Membungkuklah disini" Manggada tidak bertanya. Tanpa diketahui maksudnya, Manggadapun telah membungkuk di sebelah orang itu. Tetapi orang itu menekan punggung Manggada sambil berkata "Terlalu tinggi. Membungkuklah seperti orang yang merangkak" Manggada telah melakukannya pula meskipun dengan jantung yang berdebar-debar. Namun demikian Manggada melakukannya, maka ia merasa kaki orang itu menapak di punggungnya. Ternyata Manggada telah dipergunakannya alas untuk naik kepunggung kudanya. Manggada mengumpat di dalam hati. Hampir saja ia kehilangan kesabarannya. Namun ketika ia memandang wajah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Carang Aking serta kedip matanya, Manggada berusaha menahan hatinya. Namun ia masih terkejut lagi ketika orang itu tertawa sambil menggerakkan kendali kuda. Demikian kudanya mulai berlari, tangan orang itu telah mendorong kepala Manggada sehingga Manggada terhuyung-huyung beberapa langkah. Tetapi Manggada tidak jatuh terguling. Suara tertawa orang itu masih terdengar, sementara kudanya berlari di antara bangunan bambu di barak itu dan kemudian hilang di belakang sudutnya. "Orang gila" geram Manggada "hampir saja aku patahkan lehernya" "Kau masih harus menahan diri" berkata Ki Carang Aking. Manggada mengangguk-angguk. Sementara, Laksana bertanya kepada orang tua itu "Apakah benar bahwa yang nampaknya selalu tersenyum itu adalah orang yang paling garang di antara saudara-saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura Gentong?" Orang tua itu mengangguk. Katanya "Ya. Ia adalah orang yang paling kasar dan paling garang. Ujud lahiriahnya ternyata tidak menunjukkan sikap hatinya. Kita memang harus berhatihati terhadapnya" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka mulai merasakan sikap yang kasar dan sama sekali tidak menghargai orang lain itu. Namun mereka tidak dapat berbicara lebih banyak. Seorang lagi saudara seperguruan Wira Sabet telah datang ke kandang. Orang yang wajahnya nampak bengis dan kasar. Manggada dan Laksanapun kemudian telah sibuk mempersiapkan kuda orang itu. Sementara orang itu berdiri http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ saja tanpa berkata sepatah katapun. Tetapi iapun tidak berbuat apa-apa ketika Laksana menyerahkan kendali kudanya. Demikian orang itu menerima kendali kudanya, maka iapun segera meloncat naik dan meninggalkan kandang kuda itu. "Ia tidak banyak berbicara" berkata Sampar. "Seperti sebuah kedung yang airnya nampak diam. Tetapi tentu kedung yang dalam dan barangkali terdapat beberapa ekor buaya di dalamnya" berkata Laksana. Sampar tertawa. Katanya "Ya. Agaknya memang demikian" Sepeninggal orang itu, maka ketiganyapun lelah kembali ke dalam kerja. Membersihkan kandang dan sekitarnya. Mengisi kotak-kotak tempat makanan dan menyimpan rumput segar sebagai persediaan. Namun setelah beberapa hari di tempat itu, maka Manggada dan Laksanapun mengetahui pula, bahwa segerombolan orang yang dipimpin oleh Wira Sabet dan Sura Gentong itu memang segerombolan perampok yang bergerak di daerah yang luas. Sementara itu Ki Sapa Aruh agaknya telah menghubungkan kelompok itu dengan kelompokkelompok lain yang memiliki kegiatan yang sama. "Kita memang harus menghentikannya" berkata Ki Carang Aking yang sehari-harinya nampak tua dan lemah itu. Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun Laksanapun berkata "Tetapi apakah kita mempunyai cukup kekuatan untuk melakukannya?" "Nanti malam, mudah-mudahan Ki Pandi benar datang. Kita akan menghitung kekuatan kita agar kita tidak terjebak dalam kesulitan" berkata Ki Carang Aking. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada dan Laksana memang menanti datangnya malam dengan gelisah. Rasa-rasanya waktu berjalan sangat lamban. Apa saja sudah mereka kerjakan untuk melupakan kegelisahan mereka. Tetapi rasa-rasanya masih saja tersisa waktu yang panjang. Ketika senja turun, keduanya masih belum dapat beristirahat dengan tenang. Masih ada beberapa ekor kuda yang belum kembali ke kandangnya. Bahkan Pideksa dan pamannya, Sura Gentong yang pergi sejak fajar, masih juga belum kembali. Tetapi ternyata Ki Pandi tidak menunggu sampai semua kuda terkumpul. Ia memasuki barak tidak lama setelah malam turun. Menurut Ki Pandi, justru saat-saat yang paling aman, karena para peronda menganggap bahwa saat-saat seperu itu masih belum perlu diawasi dengan ketat. Tetapi baik Ki Pandi maupun Ki Carang Aking tidak menjadi cemas tentang orang-orang yang belum kembali. Mereka akan mendengar derap kaki kuda mendekati kandang sehingga mereka sempat keluar dari bilik mereka sementara Ki Pandi sempat bersembunyi di kolong amben jika perlu. Sebenarnyalah bahwa Ki Pandi dan Ki Carang Aking telah membuat perhitungan, apakah mereka akan dapat menghentikan segerombolan orang yang dipimpin oleh Wira Sabet dan Sura Gentong. "Di padukuhan ada beberapa orang yang dapat diperhitungkan" berkata Ki Pandi. "Berapa orang?" bertanya Ki Carang Aking. "Ki Kertasana, ayah Manggada. Ki Citrabawa, ayah Laksana dan sekaligus gurunya serta guru Manggada. Ki Jagabaya dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ anak-anaknya, Sampurna. Menurut beberapa keterangan sebenarnya juga Ki Bekel. Tetapi Ki Bekel telah dibayangi oleh seribu satu macam keraguan dan kecemasan. Kemudian Manggada dan Laksana sendiri" "Selain itu ada Ki Pandi" desis Ki Carang A king. "Dan Ki Carang Aking" sahut Ki Pandi. "Bagaimana dengan harimau-harimaumu itu?" bertanya Ki Carang Aking. "Bukankah keduanya dapat membantu menakut-nakuti para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong?" Sambung Ki Carang Aking dan yang kemudian berkata pula "Ada dua orang kemanakanku disini" "Kemanakan?" bertanya Ki Pandi. "Mereka juga menjadi budak disini sebagaimana kami" jawab Ki Pandi "tetapi aku berharap bahwa keduanya akan dapat membantu menghentikan kegiatan gerombolan ini" "Sejak kapan mereka ada disini?" bertanya Manggada. "Bersama dengan aku. Kami bertiga bersama-sama disekap di barak ini" jawab Ki Carang Aking. "Apakah aku pernah melihat mereka berdua?" bertanya Laksana ragu. "Tentunya sudah. Mereka adalah anak-anak yang mendapat tugas untuk menyabit rumput bagi kuda-kuda ini" "Yang mana?" bertanya Laksana sambil mengerutkan dahinya. Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Kalian memang jarang berhubungan langsung. Keduanya adalah anak-anak cacat. Seorang nampaknya seperti kehilangan kekuatan di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ separuh tubuhnya, sedang yang lain nampaknya memang agak kurang lengkap penalarannya" "O" Manggada dan Laksana hampir berbareng menyahut. Sementara itu Laksanapun berkata "Ternyata anak-anak muda itu. Kami memang jarang berhubungan langsung. Tetapi mereka nampak meyakinkan sekali" "Sebagaimana angger berdua" berkata Ki Carang Aking sambil tersenyum. Ki Pandipun tertawa pendek. Katanya "Jika demikian, kita mempunyai harapan" "Ya" jawab Ki Carang Aking "disini kekuatan yang kami ketahui adalah Wira Sabet dan Sura Gentong bersama empat orang saudara seperguruannya. Ki Sapa Aruh yang mudahmudahan tidak menyeret orang lain lagi di dalam barak ini" Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mudah-mudahan tidak. Aku kira ia juga tidak mau disaingi oleh orang lain yang memiliki kemampuan sejajar dengan kemampuannya" berkata Ki Pandi. Namun pembicaraan merekapun terhenti. Mereka mendengar derap kaki kuda. Lebih dari satu. "Tentu Sura Gentong dan Pideksa" berkata Ki Carang A king. Orang tua itupun kemudian keluar dari biliknya bersama Manggada dan Laksana, sementara Ki Pandi tetap berada di biliknya. Tetapi ia sudah siap untuk bersembunyi, apabila perlu. Namun agaknya Sura Gentong dan Pideksa itu tidak sempat berlama-lama di kandang. Nampaknya keduanya sangat letih, sehingga keduanya ingin segera beristirahat. Demikian Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana selesai menyimpan kedua ekor kuda itu serta memberinya minum dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ makan, maka keduanyapun segera kembali ke dalam bilik mereka untuk meneruskan pembicaraan mereka dengan Ki Pandi. Sebelum Ki Pandi kemudian meninggalkan bilik itu, Manggada dan Laksana sempat memberitahukan sebagaimana dikatakan oleh orang-orang yang bertemu Wisesa di padukuhan Gemawang. "Sampaikan kepada Sampurna, agar ia menjadi lebih berhati-hati" berkata Ki Carang Aking yang mengikuti pembicaraan itu. Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Untunglah bahwa orang yang mendapat pengaduan Wisesa adalah orang-orang yang pernah berhubungan dengan Manggada dan Laksana, sehingga pengaduan itu tidak langsung didengar oleh Wira Sabet dan Sura Gentong" meskipun demikian iapun berkata pula "tetapi bagaimanapun juga hal itu akan menjadi ancaman bagi persiapan yang dilakukan oleh orang-orang padukuhan Gemawang. Jika pengaduannya itu tidak segera mendapat tanggapan, mungkin Wisesa akan mengadu lagi. Kemungkinan buruk dapat terjadi karena Wisesa mungkin akan bertemu dan berbicara dengan orang lain" "Aku sudah berpesan, agar kedua orang itu besok menemui Wisesa dan mengancamnya untuk tidak berbicara lagi tentang hal itu. Mudah-mudahan mereka berhasil menakut-nakuti Wisesa yang hatinya memang tidak lebih besar dari biji sawi itu" Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun Sampurna memang harus mendapat peringatan agar menjadi lebih berhati-hati. Ki Pandi juga harus mengingat anak-anak muda yang sedang bersiap-siap untuk membantu Ki Jagabaya menenangkan padukuhan mereka dari kegelisahan yang berkepanjangan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandipun kemudian telah minta diri. Namun Manggada pun berpesan "Besok kami berharap Ki Pandi untuk datang lagi. Mungkin ada sesuatu yang dapat kami ceriterakan tentang barak ini" "Baiklah" berkata Ki Pandi "besok pada saat seperti ini aku akan datang lagi. Jika berbahaya, beri aku isyarat. Jika besok saat seperti ini pintu bilikmu ini terbuka lebar, berarti aku harus menunda beberapa saat" "Jadi kami harus menutup pintu bilik ini jika kami menganggap keadaan aman?" bertanya Ki Carang Aking. "Ya" jawab Ki Pandi. "Tetapi bagaimana kami dapat memberitahukan kepadamu, jika kebetulan seseorang ada di dalam bilikku dan minta agar bilik ini ditutup?" "Berbicaralah agak keras sehingga aku dapat mendengar apa yang kalian bicarakan. Kecuali jika kalian bertiga dicekik hantu disini" berkata Ki Pandi. Mereka yang ada di bilik itupun tertawa tertahan. Namun dalam pada itu, maka Ki Pandipun telah minta diri. Dengan sangat berhati-hati ia telah meninggalkan barak itu. Sepeninggal Ki Pandi, Manggada dan Laksana masih berbincang tentang berbagai kemungkinan sambil menunggu kedatangan beberapa orang penghuni barak itu dengan kudahttp://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kuda mereka. Sementara Ki Carang Aking berbaring sambil membayangkan apa yang dapat terjadi di kemudian. Apabila kegiatan Wira Sabet dan Sura Gentong itu tidak dihentikan, maka akibatnya akan parah bagi banyak pihak. Apalagi jika mereka berhasil menguasai padukuhan Gemawang dengan alasan yang telah direka-rekanya, dihubungkan dengan dendam mereka atas orang-orang padukuhan Gemawang. Seolah-olah mereka memang mempunyai hak yang sah untuk melepaskan dendam mereka. Namun mereka telah memperhitungkan kemungkinan yang lebih jauh dari sekedar menguasai padukuhan Gemawang dan bahkan kemudian Kademangan Kalegen. Dengan menguasai Kademangan itu, maka mereka mempunyai landasan yang sangat mapan bagi pekerjaan mereka yang kotor itu. Namun dalam pada itu, telah terdengar pula derap kaki kuda, sehingga mereka bertiga harus bangkit dan menerima kuda yang baru datang itu. Sedangkan untuk menunggu kuda berikutnya, maka bertiga mereka telah membagi waktu. Seorang dari mereka harus tetap terjaga. Jika seorang di antara saudara seperguruan Wira Sabet datang tanpa ada yang mengetahuinya, maka kemarahan mereka akan dapat berakibat sangat buruk bagi Sampar dan kemudian :edua orang anak muda yang membantunya itu. Baru setelah kuda terakhir datang, maka mereka dapat tidur dengan nyenyak sampai dini hari. Namun Manggada, Laksana dan Sampar telah mendapat kesan, bahwa barak itu menjadi sibuk. Sebelum matahari naik dua orang sudah meninggalkan barak itu dengan kudanya. Kemudian Wira Sabet dan Pideksa. Demikian matahari naik lebih tinggi, Sura Gentong dan saudara seperguruannya yang berwajah tampan itu telah pergi pula. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sampar yang tua, yang telah lebih lama berada di tempat itu, berdesis "Kesibukan ini memang mendebarkan" "Kenapa?" bertanya Manggada. "Kesibukan seperti ini adalah pertanda, bahwa mereka menemukan sasaran. Mereka nampaknya sedang meyakinkan, apakah malam nanti mereka dapat melakukannya" "Melakukan apa?" bertanya Laksana. "Perampokan" jawab orang tua itu. Manggada dan Laksana berpandangan sejenak. Namun keduanya tidak berbicara lagi. Mereka sudah mengerti, apa yang kira-kira akan terjadi malam nanti. Hari itu Sampar nampak gelisah. Menjelang tengah hari, maka kedua orang yang menyabit rumput telah datang ke kandang sambil membawa masing-masing sekeranjang rumput segar. Seorang di antara keduanya berjalan dengan sebelah kaki yang timpang. Bahkan tangan dan separuh tubuhnya nampak lemah. Sedangkan yang lain memandang dunia dengan penuh keheranan, meskipun umurnya sudah sepertiga abad. Sekali-kali ia nampak tersenyum-senyum melihat sekelilingnya. Namun kemudian wajahnya menjadi murung. "Inilah kedua kemanakanku itu" berkata Ki Carang Aking. Manggada dan Laksana tersenyum. Mereka yakin bahwa keduanya adalah murid Ki Carang Aking. Karena itu, maka Laksanapun telah mendekati orang yang nampaknya akan terganggu syarafnya itu sambil bertanya "Kau dapat juga menyabit rumput sekeranjang penuh?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang itu tertawa. Namun sebelum ia mengucapkan sepatah katapun, Ki Carang Akingpun berkata "Mereka sudah tahu, siapakah kalian" Orang yang tertawa itu tiba-tiba mengerutkan dahinya, sementara Ki Carang Aking berkata "Ia berada di tempat ini dengan tujuan yang sama sebagaimana kita disini. Mereka adalah anak-anak muda Gemawang. Bukankah kalian sudah mendengar nama mereka berdua?" Orang yang sehari-hari nampak seperti terganggu syarafnya itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Jika aku harus melakukan peranan ini sebulan lagi, maka aku benar-benar dapat menjadi gila" Manggada dan Laksana tertawa. Sementara Ki Carang Aking pun tersenyum sambil berkata "Kita sedang berusaha untuk secepatnya menyelesaikan tugas kita disini" Orang yang timpang itupun telah menjadi tegak pula sambil berkata "Aku sudah lelah. Setiap malam aku harus memijit kakiku yang timpang ini" "Kita semua berpura-pura disini" berkata Ki Carang A king. "Tetapi kedua anak muda ini lain, guru. Mereka tidak perlu menjadi cacat. Mungkin mereka hanya berpura-pura tunduk kepada segala perintah" berkata orang yang pura-pura cacad itu. "Semuanya akan segera kita selesaikan" jawab gurunya. Namun pembicaraan itupun segera terhenti. Mereka mendengar derap kaki kuda yang mendekat. Demikianlah, maka kedua orang yang cacat itupun segera meletakkan keranjang yang penuh rumput itu dan mengambil keranjang yang kosong. Mereka harus pergi lagi ke bagian http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belakang barak itu untuk menyabit rumput. Mereka harus melakukan pekerjaan itu sehari penuh. Mereka hanya berhenti di siang hari untuk makan. Hari itu memang terasa sibuk. Satu-satu para penghuni barak itupun kembali. Namun agaknya mereka masih harus berbicara panjang di antara mereka. Di sore hari, ketika Manggada dan Laksana baru saja selesai membersihkan kuda-kuda yang baru saja dipakai, tiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong telah datang menemui Manggada dan Laksana. Keduanya dipanggil ke sudut kandang untuk diberi keterangan tentang pertemuan mereka dengan Wisesa hari itu di padukuhan Gemawang. "Kami sudah menakut-nakutinya" berkata salah seorang dari mereka "kami mengatakan bahwa ia telah memfitnah. Bukan saja Manggada dan Laksana, tetapi terutama kawankawan kami yang dikatakan telah kalian kalahkan itu" "O" Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sambil tersenyum Laksana bertanya "Apa katanya?" "Anak itu memang menjadi ketakutan. Bahkan hampir pingsan. Kami memaksanya berjanji untuk tidak memfitnah lagi. Jika sekali lagi ia berbicara tentang kekalahan para pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong, maka kami akan mengoyakkan mulutnya. "Aku kira ia benar-benar akan diam" berkata Manggada kemudian, sementara Laksana menyambung "ia tidak akan mempunyai keberanian untuk memperbandingkan sikap kalian dengan kawan-kawan kalian yang lain" "Baiklah" berkata salah seorang dari ketiga orang itu "kami harus segera bersiap-siap untuk tugas khusus malam ini" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tugas khusus apa?" bertanya Manggada. "Kami mempunyai sasaran yang sangat baik malam ini" Manggada dan Laksanapun segera mengetahui maksud orang itu. Dengan nada datar Manggada bertanya "Dimana?" "Saudagar emas dan permata serta wesi aji. Tiga orang pedagang yang membawa dagangan cukup banyak. Mereka akan berada di rumah saudagar emas dan permata pula. Esok pagi mereka akan bersama-sama pergi ke pesisir Utara dengan membawa dagangannya itu. Ki Sapa Aruh telah memerintahkan kami untuk bergerak. Kami tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang jarang ada. Empat orang pedagang dengan dagangannya telah berkumpul. Seakanakan mereka memang menyediakan emas, permata dan yang tidak kalah nilainya adalah wesi aji itu" "Dimana rumah saudagar itu?" bertanya Manggada sambil lalu. Orang-orang itu sama sekali tidak mencemaskan keduanya, bahwa keduanya akan membocorkan rahasia itu, karena keduanya tidak akan dapat keluar dari tempat itu. Karena itu seorang di antara mereka berkata "Tidak terlalu jauh dari tempat ini. Saudagar itu tinggal di padukuhan Rejandani Kulon. Saudagar emas yang tinggal di Rejandani itu kebetulan anak Ki Demang Rejandani itu sendiri" "Kapan kalian akan berangkat?" bertanya Manggada. "Biasanya kami lakukan tugas itu pada tengah malam," jawab orang itu. Manggada dan Laksana tidak bertanya lebih banyak lagi. Sementara itu, ketiga orang itupun segera meninggalkan mereka sebelum orang lain memperhatikannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sepeninggal ketiga orang itu, maka Manggada dan Laksana segera menghubungi Ki Carang Aking dan menceriterakan apa yang mereka dengar dari ketiga orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong itu. "Menarik sekali" desis Ki Carang Aking "tetapi apa yang Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dapat kita lakukan karena kita berada disini?" "Kita akan menceriterakan kepada Ki Pandi jika ia benarbenar datang" desis Manggada. Ki Carang Aking mengangguk-angguk kecil. Katanya "Mudah-mudahan ada satu cara untuk membantu saudagarsaudagar itu" Dengan demikian, maka yang dapat mereka lakukan hanyalah menunggu. Namun mereka menyadari, bahwa tugas mereka akan menjadi berat. Mereka tentu akan mendapat perintah untuk menyiapkan tidak hanya lima atau enam ekor kuda. Tetapi tentu lebih dari itu. "Menjelang tengah malam, kuda-kuda itu tentu harus siap" berkata-Ki Carang A king. "Apakah kita dapat menyiapkan mulai sekarang?" bertanya Laksana. "Bagaimana mungkin" jawab Manggada "bukankah kita tidak tahu bahwa kuda-kuda itu akan dipergunakan malam nanti?" Laksana mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian tertawa kecil sambil berdesis "Ya. Alangkah bodohnya" Karena itu, tidak ada yang dapat mereka kerjakan mendahului perintah, karena hal itu akan dapat membuat para pemimpin barak itu menjadi curiga. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika kemudian senja lewat dan malam turun, mereka benar-benar menanti kedatangan Ki Pandi. "Sebagaimana pesan Ki Pandi, kita harus menutup pintu" berkata Laksana. Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Sementara itu merekapun duduk di dalam bilik itu sambil berbicara di antara mereka agar jika Ki Pandi berada di luar, ia dapat mendengar bahwa tidak ada orang lain di dalam bilik itu. Ki Pandi memang benar datang. Dari jauh ia sudah melihat pintu tertutup. Karena itu, maka iapun dengan sangat berhatihati mendekati pintu yang tertutup itu. Beberapa saat Ki Pandi memang berdiri di luar. Ia mendengarkan pembicaraan orang-orang yang ada di dalam. Baru ketika ia yakin bahwa tidak ada orang lain, maka iapun telah mengetuk pintu. Tidak terlalu keras, tetapi segera didengar oleh mereka yang ada di dalam bilik itu. Ketika kemudian Ki Pandi duduk di dalam bilik itu, serta pintu telah ditutup kembali, Manggada dan Laksanapun segera menceriterakan rencana para penghuni barak itu untuk merampok beberapa orang saudagar emas, permata serta wesi aji yang akan berkumpul di rumah anak Ki Demang Rejandani dan tinggal di Rejandani Kulon. Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Sebaiknya rencana itu kita gagalkan. Kita harus membantu para saudagar itu. Kita memang tidak bersangkutpaut dengan mereka. Jika kita tidak mendengar rencana ini, maka kita tidak akan merasa dibebani penyesalan jika esok kita mendengar berita tentang perampokan itu. Dan mungkin tindak kekerasan yang lain, karena aku yakin keempat orang saudagar itu tidak akan menyerahkan barang dagangan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka yang nilainya sangat tinggi begitu saja. Kitapun tahu bahwa saudagar keliling yang sering menempuh perjalanan jauh biasanya memiliki kepercayaan diri serta bekal kemampuan olah kanuragan" "Jadi bagaimana menurut Ki Pandi?" bertanya Ki Carang Aking. "Aku akan pergi ke Rejandani itu" berkata Ki Pandi. Lalu katanya "Aku menduga bahwa kekuatan yang dibawa oleh orang-orang dari barak ini cukup besar, sehingga keempat orang itu tidak akan mampu melawan" "Aku sependapat Ki Pandi. Tetapi sayang, bahwa aku tidak dapat membantu, justru sebentar lagi, aku tentu akan mendapat tugas untuk menyiapkan kuda-kuda ini" "Baiklah. Jika demikian aku minta diri. Aku akan pergi ke Rejandani" Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana tidak menahannya lebih lama. Kesempatannya tidak terlalu panjang, karena tengah malam nanti, Wira Sabet, Sura Gentong dan saudarasaudara seperguruannya, bahkan beberapa orang pengikutnya yang terpercaya akan merampok saudagar-saudagar itu. Dengan sedikit petunjuk dari Manggada yang sedikit banyak tahu arah Kademangan Rejandani, maka Ki Pandipun telah langsung menuju ke Kademangan itu. Tidak terlalu sulit menemukan rumah Ki Demang. Tetapi waktu menjadi semakin sempit Ketika Ki Pandi memasuki halaman Kademangan, maka Kademangan itu nampaknya sudah menjadi sepi. Tidak ada peronda di rumah itu. Tetapi ada gardu disimpang tiga, hanya beberapa puluh langkah saja dari rumah Ki Demang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi memang menjadi ragu-ragu. Ia berjalan dengan hati-hati mengelilingi rumah itu. Dari jarak yang agak jauh, Ki Pandi melihat beberapa ekor kuda berada di dalam kandang, sehingga ia percaya, bahwa di rumah itu memang sedang ada tamu, sehingga kandang kuda yang cukup besar itu terasa agak sempit bagi beberapa ekor kuda yang ada di dalamnya. Tetapi Ki Pandi sudah bertekad untuk memberitahukan rencana para perampok itu. Karena itulah, maka Ki Pandipun kemudian kembali ke halaman depan. Iapun naik ke pendapa dan melangkah ke pringgitan. Perlahan-lahan ia mengetuk pintu rumah Ki Demang. Sekali dua kali ketukan pintu itu tidak dijawab. Karena itu, maka Ki Pandipun mengetuk lebih keras lagi. Meskipun tidak ada jawaban, namun telinganya yang tajam mendengar langkah-langkah di ruang dalam rumah itu. Karena itu, maka iapun kemudian menunggu pintu itu dibuka. Tetapi Ki Pandi tidak mendengar langkah mendekati pintu. Beberapa saat kemudian, maka langkah-langkah itupun seakan-akan justru menjauh dan kemudian hilang dari pendengarannya. Tetapi tidak lama. Beberapa saat kemudian, ia justru mendengar pintu seketenglah yang terbuka. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Ia mengerti, bahwa pemilik rumah itu, atau bahkan mungkin tamu-tamunya, menjadi sangat berhati-hati. Sebenarnyalah Ki Pandipun kemudian melihat seorang yang muncul dari pintu seketeng. Sambil melangkah ke tangga http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pendapa orang itu bertanya "Siapakah kau Ki Sanak. Dan apakah keperluanmu malam-malam begini datang kemari?" Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Namun ia menyadari, bahwa dari seketeng sebelah yang lain, dua orang telah keluar pula dan turun ke halaman. Ki Pandi masih berdiri di muka pintu pringgitan. Katanya "Ada sesuatu yang penting dan segera harus aku beri tahukan kepada kalian. Tetapi siapakah di antara kalian putera Ki Demang Rejandani yang menjadi saudagar emas dan permata?" "Aku" jawab orang itu. Orang yang masih terhitung muda dengan kumis yang tebal di atas bibirnya. "Baiklah. Aku mohon kesempatan untuk berbicara sejenak. Maaf, jika aku harus melakukannya dengan cepat, karena waktunya sangat sempit" berkata Ki Pandi. "Siapa sebenarnya kau ini?" bertanya anak Ki Demang itu. "Itu tidak penting. Tetapi aku minta kata-kataku didengar" berkata Ki Pandi. "Apa yang ingin kau katakan?" Ki Pandi melangkah mendekati orang itu. Tetapi orang itu berkata "Berdiri sajalah disitu" "Tetapi yang ingin aku katakan ini penting bagi Ki Sanak, karena bukan saja menyangkut barang-barang dagangan Ki Sanak dan kawan-kawan Ki Sanak, tetapi juga keselamatan Ki Sanak sendiri bersama dengan kawan-kawan Ki Sanak" "Apa yang kau ketahui tentang kami" Kami tidak mempunyai barang-barang berharga. Aku memang mengaku anak Ki Demang. Tetapi bukan pedagang emas dan permata. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kenapa harus kau ingkari, Ki Sanak. Tetapi siapapun Ki Sanak, aku mohon Ki Sanak menyadari bahwa sekelompok perampok tengah dalam perjalanan kemari. Sebaiknya Ki Sanak membawa barang-barang berharga itu menyingkir dari rumah ini. Sebaiknya rumah ini dikosongkan, sementara satu dua orang pembantu di rumah ini harus diberi pesan, bagaimana mereka menjawab pertanyaan para perampok itu" "Ki Sanak. Jika kau sedang mengigau, sebaiknya kau tidak berada di rumahku. Pergilah" "Aku berkata sebenarnya Ki Sanak. Pembantu itu harus mengatakan bahwa di rumah ini tidak ada tamu. Ki Demang dan Nyi Demang sebaiknya juga meninggalkan rumah ini dan berada di banjar saja bersama para peronda. Pembantu itu dapat mengatakan bahwa Ki Demang dan Nyi Demang sedang pergi" "Ayah dan ibuku memang tidak sedang di rumah, Ki Sanak. Pamanku sedang menikahkan anaknya" "Jika demikian, silahkan kalian pergi. Meskipun aku melihat ada gardu di sebelah, namun kekuatan para perampok itu terlalu besar untuk ditandingi" Anak Ki Demang itu kemudian justru menggeram "Apakah kau salah seorang dari mereka dan berusaha untuk menakutnakuti kami, agar kami tidak memberikan perlawanan?" "Bukan sekedar tidak memberikan perlawanan. Tetapi aku mohon kalian menyingkir" "Pergilah, atau aku bahkan akan menangkapmu" Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Bahkan seorang yang berdiri di sisi lain dari pendapa itu menggeram "Orang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bongkok. Kau jangan mencoba mengganggu ketenangan kami" Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam Ternyata orang-orang itu tidak mempercayainya. Mungkin karena ujud lahiriahnya, maka ia dianggap orang yang kurang waras, yang tersesat di Kademangan Rejandani. "Pergilah" berkata anak Ki Demang itu "kami malam ini harus beristirahat sebaik-baiknya. Besok kami akan menempuh perjalanan panjang" "Aku mohon kalian mendengarkan kata-kataku" berkata Ki Pandi sekali lagi. "Kau orang aneh. Untuk apa sebenarnya permainan ini kau lakukan. Apakah kau memang sedang memancing persoalan, atau mencoba membuka kesempatan bagi gerombolanmu untuk masuk ke dalam rumahku" Dengar Ki Sanak, sekali lagi aku peringatkan kau agar pergi. Jika tidak, maka kami akan menangkapmu. Malam ini juga kami akan memerintahkan anak-anak muda untuk memanggil ayah dan mengadilimu" Ki Pandi kehilangan harapannya untuk memberi peringatan kepada orang-orang itu. Sebenarnya ia memang mempunyai pamrih. Jika ia berhasil menyelamatkan emas dan permata dan bahkan wesi aji dari saudagar-saudagar itu, maka pada kesempatan lain, ia akan dapat minta bantuan mereka untuk menyelamatkan padukuhan Gemawang, karena Kademangan Kalegen nampaknya ragu-ragu menghadapi Ki Sapa Aruh. Tetapi nampaknya usaha itu sia-sia. Dengan kecewa Ki Pandipun kemudian melangkah turun dari pendapa. Demikian ia berdiri di halaman, maka ia melihat empat orang yang berada didekat pintu seketeng sebelahmenyebelah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Wira Sabetdan Sura Gentong cukup teliti memperhitungkan sasarannya. Atau barangkali atas petunjuk Ki Sapa Aruh" berkata Ki Pandi di dalam hatinya. Dengan hati yang berat Ki Pandi melangkah keluar dari halaman rumah itu. Namun sebelum ia keluar dari regol halaman, ia pun masih berkata "Aku minta kalian mengingat peringatanku ini Ki Sanak. Jika terjadi sesuatu atas kalian, maka kalian jangan menyesal." Keempat orang itu tidak menjawab. Sementara itu, Ki Pandi yang kecewa itupun melangkah keluar lewat pintu regol halaman. "Ada juga orang gila datang malam-malam begini" berkata salah seorang dari mereka" "Lupakan" berkata anak Ki Demang yang berkumis itu "kita masih mempunyai waktu untuk tidur lagi" Tetapi seorang di antara mereka itupun berkata "Perasaanku menjadi tidak enak. Jika orang itu tidak mempunyai keterangan tentang yang dikatakannya itu, apakah sebenarnya tujuannya?" "Mungkin ia memang orang gila" desis yang lain "atau bahkan sedang menjajagi apakah kami menjadi ketakutan" "Sudahlah" berkata anak Ki Demang "Sudahlah. Kita tidur saja lagi" Sementara itu waktu bergulir semakin jauh. Walaupun menjadi semakin malam. Keempat orang itu sudah berada di dalam rumah lagi. Keempat orang itu memang sengaja tidur di ruang dalam bersama-sama. Ketiga orang tamu yang bermalam di rumah itu, tidak dipersilahkan tidur di gandok, karena mereka http://dewi-kz.info/ Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersama-sama menjaga barang-barang mereka yang nilainya tinggi. Sejenak kemudian, maka ketiga orang di antara mereka segera tertidur lagi. Yang seorang lagi masih saja merasa gelisah. Ia tidak menjadi ketakutan. Tetapi peringatan yang diberikan orang bongkok itu membuatnya berhati-hati. Ada perasaan tidak enak yang menggelitik jantungnya. Beberapa saat orang itu berbaring tanpa dapat memejamkan matanya. Karena itu maka iapun justru bangkit dan duduk di ruang dalam. Suara-suara malam di luar dinding rumah itu membuat malam menjadi semakin mencengkamnya. Sementara itu, ketiga orang kawannya, termasuk anak Ki Demang telah tertidur nyenyak. Seorang di antara mereka justru mendengkur seirama dengan tarikan nafasnya yang teratur. Orang itu mengerutkan dahinya ketika ia mendengar jauh dalam keheningan malam suara derap kaki kuda. Semakin lama menjadi semakin jelas. Tidak hanya satu dua. Tetapi di telinganya terdengar banyak sekali. Orang itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Bahkan ia sempat bertanya kepada diri sendiri "Apakah karena kegelisahanku, tiba-tiba saja telingaku seakan-akan mendengar derap kaki kuda sedemikian banyaknya?" Tetapi suara derap kaki kuda itu tidak segera lenyap. Bahkan semakin lama menjadi semakin jelas. Orang itu tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun segera membangunkan ketiga orang kawannya yang masih tidur nyenyak. "Ada apa?" bertanya anak Ki Demang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau dengar derap kaki kuda itu?" bertanya orang yang membangunkannya. "Kaki kuda apa?" anak Ki Demang itu memang bangkit dan bahkan duduk dibibir amben besar di ruang dalam "Dengarlah baik-baik" berkata orang itu. Kedua orang yang lainpun telah duduk pula. Seorang di antara mereka sempat berkata "Kau dibayangi oleh ceritera orang bongkok itu" Tetapi anak Ki Demang itu justru berdesis "Ya. Aku sudah mendengarnya" Akhirnya keempat orang itu menjadi yakin. Mereka mendengar derap kaki kuda. Dengan cepat keempatnya berloncatan menggapai senjata mereka masing-masing. Anak Ki Demang mengambil tombak di ploncongnya. Sementara seorang kawannya menjinjing pedang panjang. Seorang lagi bersenjata sepasang tongkat baja yang dihubungkan dengan seutas rantai yang agak panjang. Sedangkan seorang lagi menyelipkan kerisnya yang besar dan panjang melampaui ukuran keris kebanyakan di punggungnya. "Apakah orang bongkok itu tidak berbohong?" desis orang yang sejak semula sudah ragu-ragu itu. Ketiga orang kawannya hanya terdiam. Mereka menjadi tegang ketika suara derap kaki kuda itu menjadi semakin dekat. Anak Ki Demang itu menggeretakkan giginya ketika ia mendengar derap kaki kuda itu memasuki halaman rumahnya. "Setan. Orang bongkok itu tidak berbohong. Mungkin ia gila, tetapi ia berkata sebenarnya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kita harus bersiap menghadapinya" Sejenak kemudian maka merekapun mendengar orangorang di halaman itu berloncatan turun. Mereka mendengar langkah beberapa orang ke halaman samping, sedangkan beberapa orang yang lain naik ke pendapa. Sementara itu, tiga ekor kuda telah langsung berhenti di depan gardu. Ada lima anak muda yang sedang meronda. Namun ketika ketiga orang berkuda itu mengancam mereka, maka mereka tidak berani berbuat apa-apa. "Jika kalian mencoba melibatkan diri, maka kalian akan menyesal" berkata salah seorang dari ketiga orang berkuda itu. Kelima anak muda itu memang tidak akan dapat melawan mereka, sehingga mereka lebih baik berdiam diri saja di dalam gardu. Sementara itu, orang-orang yang berada di halaman rumah Ki Demang, telah mengawasi segala pintu keluar rumah itu. Bahkan sampai ke pintu dapur sekalipun. Empat orang kemudian telah berdiri di depan pintu pringgitan. Seorang di antara mereka adalah seorang yang umurnya sudah melampaui pertengahan abad. Namun badannya masih nampak, kuat, kekar dan tegar. Orang itulah yang mengetuk pintu pringgitan "Buka pintumu atau aku rusakkan. Kalian yang ada di dalam tidak mempunyai pilihan apapun kecuali mendengarkan dan melakukan segala perintah kami. Kami tahu, bahwa ada empat orang yang ada di dalam. Ki Demang dan Nyi Demang sedang pergi ke peralatan pernikahan kemanakannya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang-orang yang berada di dalam rumah itu menjadi semakin tegang. Tetapi tidak seorangpun yang membuka pintunya. Ternyata bukan hanya pintu pringgitan saja yang diketuk. Tetapi pintu butulan di gladri sebelah kanan juga diketuk. Justru lebih keras. Terdengar suara lantang "Buka pintu. Cepat" Tetapi keempat orang itu tidak membuka pintu. Karena itu, maka orang-orang yang berdiri di depan pintu pringgitan itu tidak sabar lagi. Mereka mulai menghentakhentak pintu itu semakin lama menjadi semakin keras. Orang yang sudah berumur lebih setengah abad itu menjadi semakin tidak sabar. Karena itu, maka dengan kekuatannya yang melampaui takaran kekuatan wajarnya, orang itu telah menghentakkan pintu itu, sehingga pintu dari dinding gebyog itu pecah dan roboh ke dalam, sehingga pintu itupun kemudian menjadi menganga. Namun nampaknya tidak diduga sebelumnya, bahwa dengan tiba-tiba empat orang yang ada di ruang dalam itupun telah meloncat menyerang, sehingga orang-orang yang berdiri di pintu itu berloncatan mundur. Dengan kecepatan yang tinggi, keempat orang itu berloncatan melintasi pendapa dan turun ke halaman. Agaknya mereka memilih bertempur di halaman daripada di pendapa. Karena di halaman mereka tidak akan terganggu oleh tiang-tiang yang berdiri tegak membeku. Tetapi demikian keempat orang itu berdiri di pendapa, maka beberapa orang telah menyusul mereka dan bahkan kemudian mengepung mereka. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang yang mengetuk dan kemudian merusakkan pintu itu pun telah melangkah dan kemudian berdiri di tangga pendapa sambil berkata "Ki Sanak. Aku tahu, kau adalah orang-orang yang berilmu. Tetapi akupun tahu bahwa ilmu kalian masih belum apa-apa bagiku dan bagi orang-orangku. Karena itu, maka sebaiknya kalian menyerah saja. Jika kalian menyerah, maka kalian akan kami perlakukan dengan baik. Tetapi jika kalian melawan, maka nasib kalian akan menjadi lebih buruk lagi" "Kau siapa?" bertanya anak Ki Demang. "Orang memanggilku Ki Sapa Aruh" jawab orang itu. Wajah anak Ki Demang itu menjadi tegang. Sementara itu Ki Sapa Aruh itupun berkata "Kau pernah mendengar namaku" Mungkin namaku memang belum terlalu banyak dikenal disini" Anak Ki Demang menggeram. Ternyata ia memang pernah mendengar nama Ki Sapa Aruh. Namun ketika tiba-tiba saja ia berhadapan, maka hatinya memang menjadi sangat berdebardebar. "Nah, Ki Sanak. Marilah kita menyelesaikan persoalan kita dengan baik. Kami bukan orang yang senang mempergunakan kekerasan untuk tujuan apapun. Kami juga bukan orang yang senang berselisih di antara sesama. Karena itu, marilah kita sama-sama mengekang diri agar tidak terjadi perselisihan" berkata Ki Sapa Aruh dengan nada yang lunak. "Apa maksudmu?" bertanya anak Ki Demang. "Aku datang dengan tujuan yang baik. Aku ingin meneruskan keinginan kawan-kawan kami yang sedang kekurangan untuk minta bantuan kalian untuk sedikit meringankan beban hidup mereka sehari-hari. Adalah tidak wajar jika mereka hidup dalam kekurangan dan bahkan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hampir kelaparan, sementara kalian dapat hidup dengan berlebihan" Wajah anak Ki Demang itu menjadi tegang. Dengan nada tinggi ia menyahut "Siapa yang hidup berlebihan?" "Tentu saja yang kami maksudkan adalah kalian. Juga para bebahu Kademangan ini dan para saudagar kaya. Dengan memeras orang-orang yang justru sedang membutuhkan pertolongan, kalian mendapatkan untung yang berlebihan" jawab Ki Sapa Aruh. "Itu tidak benar. Kami tidak hidup berlebihan. Kami memang mencari untung dengan pekerjaan kami. Tetapi bukankah itu wajar" Jika ada sedikit tersisa serta kesempatan untuk hidup kecukupan itu adalah hasil kerja keras kami. Juga para bebahu Kademangan. Sawah pelungguh yang mereka dapatkan di dasari oleh paugeran yang berlaku dan sah. Merekapun harus bekerja keras untuk dapat hidup dengan layak" Tetapi Ki Sapa Aruh tertawa. Katanya "Kau dapat berkata apa saja. Tetapi aku tahu, bahwa kalian telah mendatangi orang-orang yang terjepit oleh satu kebutuhan. Kalian memanfaatkan keterjepitan orang itu untuk dapat membeli perhiasan mereka, emas dan permata dengan harga murah. Kemudian kalian jual perhiasan itu dengan harga yang berlipat" "Ki Sanak" jawab anak Ki Demang "apa sebenarnya yang kalian maui. Kalian tidak perlu mengusik pekerjaan yang memang kami lakukan dengan wajar itu. Kami tidak pernh memaksakan kehendak kami untuk membeli atau menjual apapun kepada kami. Kamipun tidak pernah memaksakan harga kepada mereka yang menjual atau membeli barangbarang dagangan kami" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah. Apapun alasan kalian, tetapi bagi kami, kalian adalah sama jahatnya dengan lintah yang selalu menghisap darah. Sekarang sudah saatnya kami minta kembali darah yang telah kau hisap dan kau simpan sebagai harta kekayaan yang sangat besar. Nah, berikan emas, permata dan wesi aji yang kalian siapkan dan yang akan kalian bawa besok" "Tidak" jawab anak Ki Demang "kalian tidak dapat merampas milik kami. Hak kami, apapun alasannya" "Ki Sanak. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kami adalah orang-orang yang tidak suka kekerasan" Apalagi aku yang sudah menjadi semakin tua. Aku ingin dapat hidup tenang dan tenteram. Karena itu, aku minta kalian tidak membuat persoalan yang akan dapat menimbulkan perselisihan. "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu itu Ki Sapa Aruh. Tegasnya, aku tidak akan memberikan sebutir permatapun kepada kalian" geram anak Ki Demang itu. "Itulah yang tidak aku senangi. Ternyata kau adalah orang yang keras hati, yang mencoba memaksakan tindak kekerasan terjadi" nada suara Ki Sapa Aruhpun meninggi. "Kau jangan berbicara dengan memutar balikkan penalaran orang waras. Sekarang pergilah sebelum kami kehabisan kesabaran" berkata anak Ki Demang yang mulai menjadi pening mendengarkan kata-kata Ki Sapa Aruh. Tetapi Ki Sapa Aruh justru tertawa. Katanya "Orang-orang yang di kepalanya selalu dipenuhi dengan nafsu kekerasan, tentu sulit dapat mengerti keinginanku. Tetapi baiklah. Meskipun kami orang-orang yang tidak suka berselisih, namun kami juga tidak ingin melepaskan landasan hidup kami. Kami akan mewakili orang-orang miskin yang pernah kau cekik http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lehernya dan kau hisap darahnya sehingga kering. Berikan emas, permata dan wesi aji itu kepada kami" "Tidak" jawab anak Ki Demang. "Jika kau berkeras tidak mau memberikan emas, permata dan wesi aji itu kepada kami, maka dengan terpaksa sekali kami akan mengambilnya" "Kami akan mempertahankan hak kami" jawab anak Ki Demang. Ki Sapa Aruh itu mengerutkan dahinya. Ia sudah cukup Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo panjang berbicara, sehingga kemudian iapun telah memberikan isyarat kepada orang-orangnya untuk bersiap. Keempat orang pedagang emas, permata dan wesi aji itupun bersiap pula menghadapi segala kemungkinan. Namun mereka harus melihat kenyataan, bahwa lawan yang berdiri di sekitarnya terlalu banyak. Sementara itu, keempat orang itupun menyadari bahwa selain orang-orang yang ada di sekitarnya, masih ada yang lain di halaman samping bahkan di halaman belakang. Tetapi keempat orang itu tidak membiarkan miliknya dirampok apapun alasannya. Bahkan yang tidak dapat diikuti dengan nalarnya. Apa yang mereka miliki itu, menurut pendapat mereka adalah hasil kerja keras mereka. Bukan karena memeras, merampas atau menipu orang lain. Karena keempat orang itu tidak mau menyerahkan milik mereka, maka Ki Sapa Aruhpun kemudian telah memerintahkan orang-orangnya untuk segera menangkap keempat orang itu. "Kita akan memaksa mereka melakukan sebagaimana aku katakan" berkata Ki Sapa Aruh "mereka ternyata sama sekali http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak menghargai niat kita untuk menyelesaikan persoalan ini dengan baik-baik tanpa harus melakukan kekerasan" Keempat orang pedagang emas dan permata itu sudah tidak mau mendengar lagi. Justru merekalah yang lebih dahulu menyerang, karena jumlah lawan mereka terlalu banyak, sehingga keempat orang itu tidak ingin mendapat tekanan lebih dahulu. Dengan demikian, maka pertempuranpun segera terjadi. Dengan tangkasnya keempat orang pedagang emas dan permata itu berloncatan di halaman menghadapi lawan yang terlalu banyak. Namun dengan berani keempat orang itu bertempur. Senjata mereka terayun-ayun dengan cepatnya menebas dan mematuk. Ki Sapa Aruh sendiri tidak langsung turun ke arena. Bahkan Wira Sabet dan Sura Gentong yang ikut datang ke rumah itu masih berdiri di tangga pendapa, meskipun mereka sudah menggenggam senjata telanjang di tangan. Tetapi Pideksa sudah mulai terlibat dalam pertempuran itu bersama keempat orang saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura Gentong, disamping beberapa orang pengikutnya yang lain. Dalam pada itu, di atas sebatang pohon nangka yang besar, di halaman sebelah, Ki Pandi duduk melekat pada sebatang dahan yang besar. Oleh ketajaman penglihatannya ia dapat menyaksikan pertempuran yang terjadi di halaman rumah Ki Demang itu. Nyala lampu minyak di pendapa dapat sedikit membantunya, sehingga dengan tegang Ki Pandi melihat bahwa keempat orang saudagar itu mulai terdesak. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun dengan demikian Ki Pandi sempat melihat kemampuan para penghuni barak Wira Sabet dan Sura Gentong itu. Ki Pandipun melihat seberapa jauh tataran ilmu saudara-saudara seperguruan Wira Sabet dan Sura Gentong. Bahkan Ki Pandi juga dapat menilai kemampuan Pideksa, anak Wira Sabet itu. Untuk beberapa saat pertempuran itu berlangsung. Keempat orang saudagar itu masih bertempur dengan berani. Meskipun mereka mulai mengalami kesulitan, tetapi mereka sama sekali tidak menjadi gentar. Agaknya Ki Sapa Aruh menjadi tidak sabar Karena itu, maka iapun memberi isyarat agar Wira Sabet dan Sura Gentong bersama dirinya sendiri segera memasuki arena. "Kita tangkap keempat orang itu hidup-hidup. Kita memang bukan pembunuh-pembunuh yang tidak berjantung. Kita akan mengampuni mereka setelah kita mendapatkan apa yang kita cari" teriak Ki Sapa Aruh yang bersama Wira Sabet dan Sura Gentong telah menuruni arena pertempuran. Pertempuranpun menjadi semakin sengit. Tetapi keempat orang saudagar itu benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk mempertahankan diri. Sementara seisi rumah Ki Demang itu sudah terbangun. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Beberapa orang membentak dengan kasar dan mengancam akan membunuh siapapun yang berniat membantu keempat orang saudagar itu. Sebenarnyalah keempat orang saudagar itu menyadari, bahwa mereka tidak akan dapat minta pertolongan kepada siapapun juga. Sehingga karena itu .maka mereka harus menyadarkan diri kepada kemampuan mereka berempat http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi mereka memang tidak dapat mengingkari kenyataan. Semakin lama mereka menjadi semakin tidak berdaya. Apalagi setelah Ki Sapa Aruh sendiri, Wira Sabet dan Sura Gentong ikut dalam pertempuran. Dengan cepat kemampuan perlawanan keempat orang saudagar itupun menyusut Ki Pandi yang duduk di atas dahan pohon nangka menyaksikan pertempuran itu dengan sungguh-sungguh. Ia melihat bagaimana Ki Sapa Aruh sendiri turun di gelanggang. Ia sempat melihat unsur-unsur gerak yang dipergunakannya, meskipun Ki Pandi tahu, bahwa Ki Sapa Aruh dalam pertempuran itu tidak merasa perlu untuk menumpahkan segala macam kemampuannya. Namun dalam pada itu, Ki Pandi dapat menilai tataran kemampuan Wira Sabet dan Sura Gentong. Beberapa saat kemudian, maka keempat orang saudagar itu telah menjadi tidak berdaya. Senjata mereka tidak mampu lagi melindungi diri mereka dengan baik. Dalam pertempuran yang tidak terlalu lama itu, maka keempat orang saudagar itu semuanya telah terluka. Sementara itu, Ki Sapa Aruh dengan kemampuannya yang tinggi benar-benar mampu menguasai keempat orang itu bersama-sama dengan Wira Sabet Sura Gentong dan saudarasaudara seperguruannya. "Kita tidak akan membunuh mereka" berkata Ki Sapa Aruh. Pertempuran itupun kemudian telah terhenti. Sura Gentong dengan garangnya telah mendorong anak Ki Demang dengan kakinya, sehingga anak Ki Demang itu jatuh tertelungkup di hadapanKi Sapa Aruh. Tidak ada lagi yang dapat melawan. Senjata-senjata mereka pun telah dirampas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi yang menyaksikan berakhirnya pertempuran itu menjadi tegang. Seorang yang bertubuh sedang, dengan wajah yang tampan serta penampilan yang bersih serta wajah yang cerah ternyata telah memperlakukan keempat orang saudagar itu dengan kasar sebagaimana Sura Gentong. Sementara itu, seorang yang berwajah bengis justru hanya berdiri saja termangu-mangu menyaksikan sikap kawannya itu. "Ki Sanak" berkata Ki Sapa Aruh kemudian "kami memang bukan orang-orang yang haus darah. Sudah aku katakan, bahwa kami ingin menghindari setiap pertengkaran, apalagi kekerasan. Tetapi kalian telah memancing persoalan, sehingga kekerasan telah terjadi. Nah, sekarang, agar pekerjaan kami segera selesai, tunjukkan barang-barang simpanan kalian" Anak Ki Demang itu tidak segera menyahut Meskipun tubuhnya telah menjadi lemah, namun mereka masih mencoba bertahan. Tetapi Ki Pandi terkejut, sehingga debar jantungnya terasa menjadi semakin cepat, ketika ia melihat perlakuan orang yang berwajah tampan itu. Demikian kasarnya dan bahkan buas sekali. Jauh berbeda dengan kesan yang nampak pada ujud lahiriahnya. Ki Sapa Aruh ternyata tidak mencegah perlakuan itu. Bahkan sambil tertawa ia berkata "Nah, Ki Sanak. Aku tidak mempunyai banyak waktu. Jika kau tidak menunjukkan bendabenda berharga itu, maka kami dengan sangat menyesal akan berbuat lebih jauh lagi. Kami akan membakar rumah Ki Demang ini. Aku tidak tahu apakah nilai rumah dan isinya ini lebih besar atau lebih kecil dari benda-benda berharga yang kau pertahankan itu. Selebihnya, kalian akan mengalami perlakuan yang sangat buruk. Kami minta ampun atas http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kekhilafan kami memperlakukan Ki Sanak tidak sebagaimana seharusnya. Tetapi hal itu kami lakukan atas landasan kesetiaan kami kepada orang-orang yang telah kau peras selama ini" Akhirnya keempat orang itu memang tidak mempunyai pilihan lain. Jika rumah itu benar-benar dibakar, maka Ki Demang akan ikut memikul beban. Karena itu, maka seorang di antara keempat saudagar itu berkata kepada anak Ki Demang "Jangan libatkan Ki Demang dalam persoalan ini" "Maksudmu?" bertanya anak Ki Demang dengan suara parau. "Kita terpaksa menyerahkan apa yang mereka kehendaki, tetapi dengan janji, bahwa rumah ini tidak akan dibakar" "Satu pikiran yang bijaksana" desis Ki Sapa Aruh "seperti berulang kali aku katakan, kami bukan orang-orang yang tidak berjantung. Jika apa yang kami inginkan sudah berada di tangan kami, maka kami tidak akan berbuat lebih jauh lagi" Anak Ki Demang itu tidak dapat mengelak lagi. Ketiga orang kawannya memang sudah nampak terlalu letih dan kesakitan. Tubuh mereka telah terluka sebagaimana anak Ki Demang itu sendiri. Karena itu, maka iapun tidak dapat berbuat lain. Dengan suara yang bergetar ia berkata "Aku akan menunjukkan dimana dagangan kami itu kami simpan" "Katakan" berkata Ki Sapa Aruh. Anak Ki Demang itu berusaha untuk bangkit berdiri sambil berkata "Aku akan menunjukkan" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi di luar dugaan, bahwa sarung pedang orang yang berwajah tampan itu telah menghantam tengkuknya sehingga anak Ki Demang itu jatuh terduduk. Ki Sapa Aruh tertawa. Namun ia berkata "Biar ia mengatakannya. Sarung pedangmu dapat membuatnya pingsan" Anak Ki demang itu berdesah kesakitan. Sementara Ki Sapa Aruh berkata "Katakan saja. Kau tidak usah bersusah payah menunjukkan kepada kami. Aku tidak ingin merepotkan kau dan kawan-kawanmu. Kalian tentu letih dan perlu beristirahat" Hati keempat orang itu menjadi sangat sakit sebagaimana tubuh mereka. Tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu. Karena anak Ki Demang itu tidak segera mengatakan sebagaimana dikehendaki oleh Ki Sapa Aruh, maka Ki Sapa Aruh itupun melangkah mendekat sambil berdesis "Apakah kau sengaja mengulur waktu" Kau tidak dapat mengharap bantuan dari siapapun. Seandainya ada juga beberapa orang anak muda yang mencoba membantu kalian, maka akibatnya akan menjadi buruk sekali. Korban akan jatuh. Anak-anak muda itu akan terbunuh disini tanpa mengerti kenapa mereka harus mati. Keluarga merekalah kelak yang akan menyadari, bahwa mereka telah menjadi tumbal kekayaan kalian. Keluarga mereka tidak akan pernah mendapatkan imbalan apapun dari kalian meskipun mereka mati karena mereka mempertahankan harta-benda kalian itu" Anak Ki Demang itu menggeram. Tetapi ia memang tidak mempunyai pilihan. Karena itu, maka anak Ki Demang itupun berkata "Yang kalian cari ada di sentong sebelah kiri. Dibawah gledeg bambu tempat pakaianku" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Sapa Aruh tertawa. Sambil menepuk wajah anak Ki Demang ia berkata "Ternyata kau adalah seorang anak yang manis. Terima kasih. Aku akan melihatnya. Tetapi aku peringatkan, bahwa kau tidak boleh bohong. Jika kau berbohong, maka kau bukan lagi anak yang manis. Tetapi kau tentu anak yang nakal, yang pantas dicubit pantatnya" Anak Ki Demang tidak menjawab. Ia memang sudah berkata sebenarnya karena ia sama sekali tidak melihat peluang lagi. Ki Sapa Aruhpun kemudian telah mengajak Wira Sabet dan Sura Gentong untuk masuk ke dalam rumah itu. Sementara itu, saudara seperguruan Wira Sabet yang berwajah tampan itu tiba-tiba saja telah menekan punggung anak Ki Demang itu sehingga anak Ki Demang itu hampir saja jatuh terjerembab. Ki Pandi hanya dapat menyaksikan semua itu dari tempatnya bersembunyi. Ia tidak dapat berbuat sesuatu. Jika ia mencampuri persoalan itu, maka keadaannya akan menjadi semakin parah bagi keempat orang saudagar emas itu. Ia sendiri tentu akan terikat dalam pertempuran dengan Ki Sapa Aruh dan tentu beberapa orang akan membantu. Mungkin ia akan dapat meloloskan diri. Tetapi keempat orang itu justru akan menjadi sasaran kemarahan orang-orang itu. Karena itu, maka Ki Pandi hanya dapat menahan gejolak jantung di dalam dadanya. Sementara itu, Ki Sapa Aruh telah hilang di balik pintu pringgitan untuk melihat dan kemudian mengambil barangbarang yang nilainya tentu sangat tinggi. Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 0o-dw-o0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 6 BEBERAPA saat kemudian, maka Ki Sapa Aruh telah keluar pula lewat pintu pringgitan. Dengan wajah yang cerah ia telah memanggil Wira Sabet dan Sura Gentong. Ketiga orang itu berbicara sejenak di pintu pringgitan. Kemudian Wira Sabet memberi isyarat kepada saudara-saudara seperguruannya untuk ikut masuk ke dalam rumah itu. Namun Sura Gentong sempat berteriak kepada orang-orangnya "Jaga keempat orang itu agar mereka tidak melarikan diri" Ki Pandi hanya dapat melihat segala yang terjadi itu dengan jantung yang bergejolak. Ia melihat kekerasan terjadi. Tetapi ia tidak dapat berbuat sesuatu. Ki Sapa Aruh dan beberapa orang yang masuk ke dalam rumah itu segera telah keluar pula. Mereka membawa beberapa buah peti kecil yang isinya tentu barang dagangan yang nilainya sangat mahal. Tentu perhiasan emas dan berlian. Bahkan mungkin beberapa buah wesi aji. Mungkin keris dan mata tombak yang dianggap bertuah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anak Ki Demang dan ketiga orang kawannya yang telah terluka itu hanya dapat memandangi orang-orang yang telah membawa barang dagangan mereka tanpa dapat mencegahnya. Demikianlah, maka beberapa saat kemudian, Ki Sapa Aruh itupun berkata kepada anak Ki Demang dan ketiga orang kawannya "Terima kasih anak-anak. Ternyata kalian adalah anak-anak yang bijaksana. Yang tahu apa yang sebaiknya kalian lakukan. Sekali lagi kami minta maaf, jika ada tingkah laku kami yang tidak berkenan di hati kalian" Keempat orang itu hanya dapat menggeretakkan gigi tanpa dapat berbuat sesuatu. Sejenak kemudian, maka terdengar isyarat. Seorang di antara mereka telah bersuit nyaring. Getar suaranya menyusup pepohonan dan menggetarkan udara Kademangan itu. Isyarat itu ternyata telah disahut oleh pengikut-pengikut mereka yang berada di luar halaman rumah Ki Demang. Mereka yang berada di depan gardu, di simpang empat dan di tempat-tempat lain. Dengan demikian, maka sejenak kemudian, maka Ki Sapa Aruh dan semua pengikutnya telah berderap di atas punggung kuda meninggalkan tempat itu. Bahkan mereka telah membawa beberapa ekor kuda yang ada di rumah Ki Demang. empat di antaranya adalah kuda yang telah disiapkan oleh Ki Demang dan kawan-kawannya untuk dipergunakan di keesokan harinya. Sejenak kemudian, maka halaman rumah Ki Demang itu menjadi sepi. Namun hanya sebentar, karena sebentar kemudian, beberapa orang anak muda yang berada di http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gardupun telah berdatangan. Bahkan anak-anak muda yang tidak sedang meronda tetapi telah terbangun oleh derap kaki kuda yang berlari-lari di jalan-jalan padukuhan. Tetapi yang mereka temui adalah anak Ki Demang serta tiga orang kawannya yang lemah karena letih, sakit karena luka-luka di tubuhnya serta sakit di hatinya. Anak-anak muda itu telah membantu mereka naik ke pendapa. Memang hanya itulah yang dapat mereka lakukan. Orang-orang yang datang merampok rumah itu sudah pergi jauh. Bahkan seandainya masih berada di halaman itupun, anak-anak muda itu tentu tidak akan dapat mencegah mereka. Anak Ki Demang yang masih kesakitan itupun kemudian berkata kepada anak-anak muda itu "Terima kasih atas perhatian kalian. Sekarang, pulanglah. Yang bertugas ronda, kembalilah ke gardu-gardu perondan" "Bagaimana dengan kalian disini?" bertanya salah seorang di antara anak-anak muda itu. "Tidak apa-apa. Kami dapal merawat diri kami sendiri" Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Seorang di antara mereka berkata "Kami minta maaf, bahwa kami tidak dapat berbuat sesuatu pada saat yang gawat itu" Anak Ki Demang itu mencoba tersenyum. Katanya "Aku mengerti. Orang-orang itu benar-benar orang-orang yang keras dan kasar" Demikianlah, anak-anak muda itupun minta diri. Sebagian dari mereka kembali ke gardu-gardu perondaan. Yang lain pulang ke rumah masing-masing Sedang masih ada satu dua di antara mereka yang lelap berada di rumah Ki Demang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam pada itu. para pembantu rumah itu baru berani keluar ketika mereka yakin, bahwa para perampok telah tidak ada lagi di halaman rumah itu. "Tolong, sediakan air panas buat kami" berkata anak Ki Demang kepada seorang laki-laki separuh baya, pembantunya "kami harus mencuci luka-luka kami" Orang itu mengangguk sambil berdesis "Apa ada pesan yang lain?" "Tidak" jawab anak Ki Demang itu. Ketika pembantu rumah itu turun dari pendapa dan melangkah masuk lewat pintu seketeng, maka mereka yang ada di pendapa itu terkejut. Mereka melihat seorang yang bongkok berjalan dengan ragu-ragu ke arah mereka. Anak-anak muda yang masih berada di pendapa rumah itupun segera berloncatan bangkit untuk mempersiapkan diri. Namun anak Ki Demang itupun berkata "Biarlah orang itu naik" Ki Pandi memang menjadi ragu-ragu. Namun seorang anak muda telah menyongsongnya dan mempersilahkannya naik. Ki Pandipun kemudian duduk bersama anak Ki Demang, kawan-kawannya yang letih dan kesakitan serta beberapa orang anak muda yang masih berada di rumah itu. "Maaf, Ki Sanak" berkata Ki Pandi "aku melihat apa yang terjadi. Tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku memanjat pohon di halaman sebelah, sehingga aku dapat mendengarkan sebagian dari pembicaraan kalian dengan orang-orang yang merampok Ki Sanak berempat itu" Anak Ki Demang itu mengangguk-angguk kecil. Katanya "Akulah yang harus minta maaf, bahwa aku tidak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendengarkan petunjuk Kiai. Akhirnya aku harus mengalami keadaan seperti ini" "Ki Sanak" berkata Ki Pandi "apakah ada niat kalian untuk melacak benda-benda yang mereka rampok itu?" "Tentu saja niat itu ada, Kiai. Tetapi bagaimana kami dapat melakukannya. Kami tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa mereka terlalu kuat. Bahkan seandainya kami mengerahkan kekuatan se Kademangan, sulit bagi kami unluk dapat mengalahkan mereka. Korbanpun akan berjatuhan" jawab anak Ki Demang. Lalu katanya pula "Aku tidak dapat mengorbankan sedemikian banyaknya orang untuk kepentingan kami berempat. Bukan kepentingan Kademangan ini Kiai" Ki Pandi menarik nafas panjang. Katanya "Aku menghargai sikap Ki Sanak. Tetapi kita juga dibebani tugas untuk menghentikan perbuatan mereka, agar dihari mendatang tidak akan jatuh lagi korban perampokan dan mungkin kekerasan yang dapat menimbulkan kematian" Salah seorang di antara saudagar perluasan itu berkata "Tetapi apa yang dapat kami lakukan, Ki Sanak" Kematian akan berhamburan di antara anak-anak Kademangan Rejandani. Orang tua, saudara dan isteri yang kehilangan orang-orang yang dikasihi akan mengutuk kami berempat" Ki Pandi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata "Bagaimana pendapat kalian, jika kami, maksudku bukan hanya aku seorang diri, menawarkan kerja sama. Kami memang berniat untuk menghentikan perbuatan mereka. Kami memang tidak melihat kemungkinan lain kecuali dengan kekerasan. Jika hal ini harus dilakukan, bukan berarti bahwa kita adalah orang-orang yang tidak waras lagi, atau otak kita sudah dikotori dengan impian-impian tentang perang, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pembunuhan dan kekerasan-kekerasan serupa. Tetapi justru kami inginkan ketenangan dan ketenteraman" Anak Ki Demang itu mengangguk-angguk. Katanya "Tetapi bagaimanakah caranya?" "Jika Ki Sanak berniat, kita akan dapat membicarakan langkah-langkah yang dapat kita ambil" "Kami memerlukan penjelasan, Kiai" sahut anak Ki Demang. Ki Pandi menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya beberapa orang anak muda yang ada di pendapa itu. Baru kemudian ia berkata "Ki Sanak. Jika Ki sanak bersedia, kami akan menghubungi Ki Sanak kemudian. Tentu saja dalam waktu yang tidak terlalu lama" "Baiklah, Kiai. Kami akan menunggu. Tetapi sekali lagi kami nyatakan, bahwa kami berempat tidak ingin mengorbankan banyak orang hanya untuk memperoleh barang-barang kami itu kembali. Betapapun tinggi nilai barang dagangan kami, tetapi tentu tidak akan setinggi nilai nyawa seseorang" Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Aku sangat menghormati sikap Ki Sanak. Tetapi baiklah, sekarang aku minta diri. Jika Ki Sanak bertiga bersedia untuk sementara tinggal bersama disini, pada saat lain aku akan dapat menghubungi kalian utuh berempat. Tentu saja jika tidak ada keberatan apapun" "Baik Kiai" jawab salah semang kawan anak Ki Demang itu "kami akan tinggal disini. Tetapi tentu saja tidak untuk waktu yang terlalu lama" Ki Pandi mengangguk-angguk. Katanya "Tentu. Aku akan segera kembali jika segala sesuatunya sudah menjadi jelas" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Pandi yang bongkok itupun kemudian telah minta diri. Keempat orang saudagar itu memandanginya dari pendapa. Ketika mereka akan bangkit berdiri, Ki Pandi berkata "Sudahlah. Duduk sajalah. Kalian harus segera mengobati luka-luka kalian. Apakah kalian sudah mempunyai obatnya?" "Sudah Kiai" jawab anak Ki Demang "Ayah mempunyai persediaan beberapa jenis obat-obatan" Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun orang bongkok itupun segera melintasi halaman dan hilang di balik regol. Di sisa malam menjelang fajar, Ki Carang Aking yang dipanggil Sampar di barak itu, Manggada dan Laksana menjadi sibuk. Mereka harus menerima dan merawat kuda-kuda yang semalam dipergunakan untuk merampok di Kademangan Rejandani. Dua orang penyabit rumput dan bahkan beberapa orang kawannya telah diminta untuk membantunya. Terutama kuda-kuda para pemimpin barak itu. Wira Sabet, Sura Gentong, Pideksa dan saudara-saudara seperguruan Wira Sabet yang ada di barak itu. Namun ternyata di-antara mereka tidak terdapat Ki Sapa Aruh. Ternyata disisa malam itu Ki Sapa Aruh tidak ikut memasuki barak itu. Tetapi Ki Carang Aking, Manggada dan Laksana menjadi berdebar-debar ketika mereka melihat Wira Sabet, Sura Gentong dan Pideksa membawa beberapa peti kecil. Di antaranya agak panjang. Dengan demikian, maka mereka menduga, bahwa perampokan itu telah berhasil. Ketika mereka sempat berbicara, Manggada berdesis "Apakah Ki Pandi terlambat?" Ki Carang Aking mengangguk kecil. Katanya "Mungkin. Mungkin sekali Ki Pandi terlambat. Mudah-mudahan nanti http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ malam Ki Pandi datang kemari. Kita akan mendapatkan keterangan tentang perampokan itu" Betapapun keinginan Manggada dan Laksana mendesak, tetapi mereka memang harus menunggu untuk mendengar keterangan Ki Pandi secepatnya malam nanti. Tetapi mereka masih dapat mengharapkan ceritera dari Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong yang pernah dikalahkan oleh Laksana di padukuhan Gemawang. Sampai fajar, Manggada, Laksana, Ki Carang Aking serta beberapa orang penyabit rumput masih sibuk di kandang kuda. Baru ketika langit menjadi terang, mereka sempal duduk beristirahat. Tetapi mereka sudah tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke pembaringan. Namun yang mereka harapkan itupun datang, bahwa lebih cepat dari dugaan mereka. Tiga orang pengikut Wira Sabet yang pernah dikalahkan oleh Laksana itupun datang ke kandang. Seorang dari mereka berkata "Hari ini, dua orang di antara kami akan bertugas di Gemawang. Apakah kalian ada pesan untuk anak muda yang cengeng itu?" Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Manggada menggeleng sambil menjawab "Tidak. Tidak ada pesan khusus. Tetapi amati anak itu agar tidak berusaha menemui kawan-kawan kalian yang lain. Kalian harus selalu menakut-nakutinya agar anak itu benar-benar diam" Keduanya mengangguk. Tetapi yang seorang kemudian bertanya "Jika kami tidak menemuinya di jalan-jalan padukuhan?" Manggadapun kemudian memberikan ancar-ancar rumah Wisesa. Katanya "Jika perlu, cari anak itu di rumahnya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah" berkata orang itu sambil beranjak pergi. Tetapi Manggada sempat bertanya sambil lalu "Bagaimana tugas kalian semalam?" "Kami berhasil baik" jawab orang itu. "Apakah kalian semalam pergi bersama Ki Sapa Aruh?" bertanya Manggada. "Ya" jawab orang itu. "Apakah Ki Sapa Aruh tidak kembali ke barak ini?" bertanya Laksana. Orang itu menggeleng. Katanya "Tidak. Ki Sapa Aruh langsung pergi ke tempat lain. Ia masih mempunyai tugas penting yang harus dilakukan" "Kapan ia akan datang kemari?" bertanya Manggada pula. "Aku tidak tahu. Tetapi di pekan mendatang, nampaknya Ki Sapa Aruh akan lebih lama berada di tempat ini. Agaknya persoalan padukuhan Gemawang sudah akan di tanganinya dengan sungguh-sungguh. Apalagi mengingat perkembangan di padukuhan itu pada saat terakhir, yang agaknya sudah dilaporkan oleh Ki Wira Sabet dan Sura Gentong kepada Ki Sapa Aruh" "Jadi selama ini persoalannya masih belum di tangani dengan sungguh-sungguh?" "Belum. Selama ini Ki Sapa Aruh masih mempunyai persoalan penting yang harus diselesaikan. Nampaknya persoalan itu sudah selesai sekarang, sehingga menurut pembicaraannya dengan Wira Sabet dan Sura Gentong yang sempal aku dengar, Gemawang dan Kademangan Kalegen baru akan di tangani dengan sungguh-sungguh" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak. Sementara orang itu berkata "Bukankah selama ini kami baru berusaha menakut-nakuti dan mematangkan keadaan" Namun dalam suasana yang berkembang sebagaimana kami kehendaki, maka justru telah terjadi perubahan yang berlawanan dari kehendak kami. Sebelum keadaan itu berkembang lebih buruk, sementara Ki Sapa Aruh sudah mempunyai kesempatan, maka persoalan Gemawang dan Kalegen akan segera diselesaikan" Manggada tidak bertanya lagi. Demikian pula Laksana. Sementara Sampar pura-pura tidak mendengarkan pembicaraan itu. Ia masih menyibukkan diri dengan kuda-kuda di kandang. Terutama kuda putih, justru karena pemiliknya orang yang sangat keras dan kasar. Namun, sepeninggal orang-orang itu, maka Manggada dan Laksana telah duduk bersama Ki Carang Aking di belakang kuda. Ternyata mereka telah membicarakan keterangan ketiga, orang pengikut Wira Sabet itu. "Kita harus berbicara dengan Ki Pandi secepatnya" berkata Ki Carang Aking "mudah-mudahan nanti malam ia benar-benar datang. Persoalannya tidak dapat ditunda-tunda lagi" "Kita hanya dapat menunggu" sahut Manggada. Namun kemudian katanya "Tetapi menilik keberhasilan perampokan semalam, maka menurut pendapatku, Ki Pandi akan datang nanti malam. Ki Pandi tentu akan memberi penjelasan tentang usahanya yang gagal itu" Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Katanya "Banyak yang dapat kita ketahui disini. Tetapi ternyata gerak kami sangat terbatas. Rasa-rasanya aku ingin mengikuti Ki Pandi untuk dapat lebih banyak bergerak" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Carang Aking akan keluar dari barak ini?" bertanya Laksana. Ki Carang Aking mengerutkan dahinya. Namun kemudian sambil tersenyum ia berkata "Tidak. Untuk sementara aku akan tetap bersama disini" Dalam pada itu, Ki Pandi yang sudah berada di rumah Ki Kertasana menceriterakan apa yang telah dilakukannya semalam. Bahkan ia lelah gagal mencegah perampokan atas keempat orang saudagar perhiasan emas, berlian dan bahkan juga wesi aji. "Tetapi aku telah menawarkan kerja sama dengan mereka jika mereka ingin melacak perhiasan dan wesi aji yang berhasil dirampok itu" berkata Ki Pandi "Apakah mereka bersedia?" bertanya Ki Citrabawa. "Nampaknya mereka mempertimbangkannya. Yang tidak mereka inginkan adalah jika mereka harus mengorbankan orang lain untuk mengambil kembali barang dagangan mereka itu" Ki Kertasana dan Ki Citrabawa mengangguk-angguk. Dengan dahi yang berkerut Ki Kertasana bertanya "Apakah mereka bersedia melakukannya bersama kita. Kita bukan sekedar bersedia berkorban untuk mengambil perhiasan yang dirampas itu. Tetapi kita mempunyai kepentingan sendiri" "Itulah yang ingin aku tawarkan kepada mereka" jawab Ki Pandi. "Apakah mereka berempat memiliki bekal yang cukup untuk melakukannya?" bertanya Ki Citrabawa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Menurut pengamatanku, mereka mempunyai ilmu yang tinggi. Tetapi malam itu mereka menghadapi terlalu banyak lawan, sehingga mereka tidak dapat mempertahankan diri" "Jika demikian, sebaiknya kita segera menghubungi mereka untuk menyusun rencana selanjutnya" berkata Ki Citrabawa pula. "Kita hubungi Ki Jagabaya" berkata Ki Kertasana. Orang-orang padukuhan Gemawang itupun harus berpacu dengan waktu. Karena itu, maka Ki Kertasanapun segera menghubungi Ki Jagabaya untuk membuat rencana lebih jauh. "Baiklah Ki Kertasana" berkata Ki Jagabaya "kita memang harus segera berbuat sesuatu. Sementara kita sudah berhasil menghimpun beberapa orang anak muda. Memberikan sedikit bekal bagi mereka, jika mereka benar-benar akan memasuki barak Wira Sabet dan Sura Gentong" Sampurna yang ikut menemui Ki Kertasana itupun berkata "Kami sudah siap, Ki Kertasana. Sementara Manggada dan Laksana sudah berada di dalam barak itu. Jika kita terlalu lama menunggu, maka aku mencemaskan keadaan Manggada dan Laksana. Jika orang-orang di barak itu tahu, bahwa Manggada dan Laksana sengaja memasuki barak itu, maka keselamatan keduanya akan terancam" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah" berkata Ki Kerusana "jika kita menganggap bahwa keadaan sudah memungkinkan, maka kita akan dapat segera bergerak. Kita tidak akan menunggu mereka datang ke padukuhan ini karena dengan demikian keadaan padukuhan ini akan menjadi ajang pertempuran. Orang-orang Wira Sabet dan Sura Gentong itu mungkin akan menimbulkan kerusakan yang besar. Bukan saja atas bangunan-bangunan, tetapi mungkin juga atas para penghuni padukuhan ini. Apalagi jika mereka terdesak" Ki Jagabayapun mengangguk-angguk. Sementara itu, Ki Kertasana telah menceriterakan pula tentang keempat orang saudagar yang nampaknya akan bersedia bergabung dengan mereka. Demikianlah, maka mereka sependapat, bahwa mereka harus segera bertindak agar keadaan padukuhan mereka dan bahkan Kademangan mereka tidak menjadi semakin muram sehingga tata kehidupan tidak dapat dikendalikan dengan sewajarnya. Dalam pada itu, pada hari itu juga, dua orang pengikut Wira Sabet dan Sura Gentong telah dalang ke padukuhan. Kedatangan mereka seperti biasa menimbulkan kecemasan dan ketakutan. Beberapa orang yang berada di luar halaman, segera masuk dan menutup pintu regol halaman rumah mereka. Namun tidak diselarak sebagaimana selalu mereka lakukan. Kedua orang itu selain menyusuri jalan padukuhan, ternyata mereka sempat singgah pula di rumah Wisesa. Seperti pesan Manggada dan Laksana, maka keduanya berusaha untuk menakut-nakuti Wisesa, agar ia tidak lagi berusaha untuk mempersoalkan keberadaan Manggada dan Laksana di barak Wira Sabet dan Sura Gentong. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ternyata Wisesa benar-benar menjadi ketakutan, sehingga anak muda itu agaknya tidak akan mengucapkannya lagi kepada siapapun juga. Karena jika alasan keberadaan Manggada dan Laksana yang sebenarnya diketahui, yang akan mengalami bencana bukan saja Manggada dan Laksana, tetapi juga ketiga orang yang telah membawanya masuk. Sementara itu Ki Jagabaya dan Sampurna benar-benar telah mempersiapkan rencana untuk justru datang ke barak Wira Sabet dan Sura Gentong. Sampurna hari itu juga telah menghubungi anak-anak muda yang telah menyatakan kesediaannya untuk membantunya membebaskan padukuhan mereka dari bayangan kegarangan Wira Sabet dan Sura Gentong. Ketika kemudian malam turun, maka seperti yang diharapkan, maka Ki Pandi telah mengunjungi Manggada dan Laksana. Ki Carang Akingpun telah ikut terlibat pula dalam pembicaraan yang sungguh-sungguh tentang berbagai hal yang menyangkut rencana Ki Jagabaya untuk justru menyerang barak itu lebih dahulu. "Empat orang saudagar itu akan aku hubungi pula. Jika mereka menyatakan kesediaan mereka, maka kita akan segera mulai" "Nampaknya perhiasan dan wesi aji yang dirampas itu memang dibawa kemari" berkata Ki Carang Aking "dengan demikian, maka jika kita berhasil, maka keempai orang saudagar itu akan mendapatkan barang-barang mereka yang harganya sangat tinggi itu kembali" Namun dalam pada itu, Manggadapun telah mengatakannya pula, bahwa agaknya Ki Sapa Aruh telah berniat untuk dengan bersungguh-sungguh menangani persoalan padukuhan Gemawang dan Kademangan Kalegen. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nampaknya tugas-tugas yang lain akan dikesampingkan. Perkembangan terakhir di padukuhan Gemawang agaknya tidak sejalan dengan rencana Wira Sabet dan Sura Gentong. "Baiklah, Ki Pandi" berkata Ki Carang Aking "Ki Pandi agaknya harus semakin sering mengunjungi kami disini" "Bukankah hampir setiap malam aku datang kemari" "Lebih dari setiap malam" desis Ki Carang Aking. "Jadi maksudmu juga di siang hari?" bertanya Ki Pandi pula. "Tidak. Itu akan sulit dilakukan. Maksudku, jika perlu satu Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo malam dua kali. Mungkin tentang hasil sebuah pembicaraan harus segera kami dengar atau sebaliknya" berkata Ki Carang Aking. Ki Pandi termangu-mangu. Namun kemudian katanya "Jika saja aku masih semuda Manggada dan Laksana" Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Kenapa bukan aku yang mencoba membantu Ki Pandi keluar masuk barak ini" "Itu lebih berbahaya" Manggadalah yang menyahut "setiap saat orang-orang di barak ini memerlukan kita. Pagi, siang, malam dan kapan saja mereka kehendaki tanpa mengenal waktu. Saat mereka akan pergi dan saat mereka kembali" Ki Carang Aking mengangguk-angguk. Dengan nada rendah ia berdesis "Aku tidak terbiasa mengungkung diri seperti ini. Aku terbiasa terbang kesana kemari menuruti keinginan sepasang kakiku ini" Tetapi Ki Pandi segera menyahut "Siapa yang mengikatmu disini" Ki Sapa Aruh?" Ki Carang Aking tersenyum. Katanya "Ya. Ki Sapa Aruh" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau mengeluh karena kau telah membawa beban yang kau letakkan sendiri dipundakmu" berkata Ki Pandi. Ki Carang Aking bahkan tertawa. Katanya "Aku tidak mengira bahwa keterkaitanku akan menjadi berlama-lama seperti ini. Tetapi aku agaknya dapat mengharap, bahwa aku akan segera dapat meninggalkan penjara ini, setelah kalian datang" Ki Pandipun tersenyum keluar dari penjara ini "Demikianlah, maka sejak hari itu, Ki Jagabaya di Gemawang telah meningkatkan segala persiapan meskipun dengan diam-diam. Sementara Ki Pandi lelah menghubungi lagi anak Ki Demang Rejandani yang telah dirampok habis-habisan oleh Ki Sapa Aruh dan para pengikutnya. "Tidak akan ada korban yang sia-sia" berkata Ki Pandi "jika orang-orang Gemawang terlibat dalam hal ini, sama sekali tidak ada hubungannya dengan perhiasan dan wesi aji yang dirampok itu. Tetapi karena orang-orang Gemawang mempunyai kepentingan sendiri. Selama ini mereka berada dalam bayangan kekuatan orang-orang yang telah merampok kalian disini" Bukan saja anak Ki Demang Rejandani yang menemui Ki Pandi. Tetapi Ki Demang sendiri ikut menemuinya dan bahkan Ki Demang itulah yang menjawab "Ki Sanak. Kami akan bekerja sama dengan Ki Sanak. Persoalannya bukan sekedar mereka merampok anakku. Tetapi perampokan itu telah melanggar hak atas orang-orang Kademangan Rejandani. Karena itu, bukan saja anakku dan ketiga orang saudagar kawan-kawannya itu yang akan melibatkan diri. Tetapi aku dan beberapa orang terpilih dari Kademangan ini. Menurut keterangan anakku, kelompok perampok itu adalah kelompok yang sangat kuat. Karena itu, maka tanpa kerja sama dengan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pihak lain, Kademangan ini agaknya juga akan mengalami kesulitan" Namun Ki Pandipun telah berterus terang, bahwa orangorang padukuhan Gemawang dan bahkan Kademangan Kalegen dibayangi oleh ketakutan. Nampaknya terhadap orang-orang Gemawang dan Kalegen yang lebih berbicara adalah justru dendam diliati Wira Sabet dan Sura Gentong. "Kami sedang mencari sisa-sisa keberanian di hati anakanak mudanya" berkata Ki Pandi. Ki Demang Rejandani itu mengangguk-angguk. Katanya "Kami dapat mengerti, Ki Sanak. Jika setiap hari mereka selalu ditakuti dengan segala macam cara, maka lambat laun, mereka benar-benar kehilangan keberanian" "Beruntunglah bahwa kami masih menemukan kekuatan yang tersimpan di padukuhan Gemawang sehingga kami masih dapat merencanakan satu langkah yang mungkin sangat berbahaya" berkata Ki Pandi. Namun kemudian kalanya pula "Apalagi yang dihadapi adalah Ki Sapa Aruh" Ki Demang mengerutkan dahinya. Kalanya "Nama itu memang dapat menggelutkan jantung. Tidak ada orang yang dapat melawannya. Karena itu untuk membatasi kemampuannya, harus disiapkan beberapa orang yang khusus akan menghadapinya" "Ya" Ki Pandi mengangguk-angguk "kita akan membicarakannya dengan matang sebelum kita melangkah. Tetapi kesediaan Ki Demang telah membesarkan hati kami. Ki Jagabaya padukuhan Gemawang akan mengatur segalagalanya" "Baiklah" berkata Ki Demang Rejandani "bahwa mereka telah merampok di daerah kami, tentu menjadi kewajiban http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kami untuk mencegah hal itu terulang lagi. Adalah juga tugas kami untuk menemukan kembali barang-barang yang telah dirampok itu. Bukan karena sebagian daripadanya adalah milik anakku, tetapi siapapun yang mengalami, maka kami semuanya mempunyai tugas untuk mengambilnya kembali. Karena itu, sebelum penghuni Kademangan ini mengalami nasib seperti orang-orang Gemawang yang telah dicengkam oleh ketakutan karena keberhasilan para pengikut Sapa Aruh untuk menciptakan suasana seperti itu, maka kami harus bertindak lebih cepat" "Ya Ki Demang" berkata Ki Pandi "jika keadaan ini berlangsung terlalu lama, maka Gemawang dan bahkan Kademangan Kalegen benar-benar tidak akan mampu berbuat apa-apa lagi. Dengan demikian maka Gemawang tidak akan pernah dapat bangkit lagi, karena pimpinan padukuhan itu akan berada di tangan Ki Sapa Aruh, yang perlahan-lahan tetapi pasti juga akan menguasai Kademangan Kalegen seluruhnya. "Baiklah Ki Pandi" berkata Ki Demang Rejandani "kami menunggu saat untuk bertindak. Kapanpun, kami sudah siap. Tidak hanya keempat orang yang sudah dirampok itu. Aku sendiri dan beberapa orang terkuat di Kademangan ini akan ikut serta" Kesediaan Ki Demang itu membesarkan hati Ki Pandi. Kesediaan ini kemudian telah diteruskan kepada Ki Kertasana yang kemudian menyampaikannya kepada Ki Jagabaya. "Baiklah" berkata Ki Jagabaya "kita akan segera mulai. Tetapi sebaiknya kita bertemu langsung dan membuat rencana-rencana yang matang dengan Ki Demang, agar kita tidak terperosok ke dalam kesulitan karena salah paham" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sebenarnyalah Ki Jagabaya dan Ki Kertasana serta Ki Pandi telah pergi ke Kademangan Rejandani untuk menemui Ki Demang dan keempat saudagar perhiasan dan wesi aji itu. Akhirnya mereka menentukan, bahwa mereka dalam waktu dekat akan menyerang barak Wira Sabet dan Sura Gentong di sekitar pekan mendatang. "Kita mengalami kesulitan untuk menentukan, apakah kita akan menunggu kedatangan Ki Sapa Aruh atau tidak?" berkata Ki Pandi "jika kita menunggu, maka dapat terjadi kesulitan yang sulit di atasi oleh Manggada dan Laksana, karena sulit untuk mengetahui Ki Sapa Aruh. Tetapi jika tidak menunggu kehadirannya, maka ia akan tetap merupakan duri yang ada di dalam daging bagi ketenangan hidup khususnya di Gemawang" "Ki Pandi benar" berkata Ki Kertasana. Untuk hal itu, maka sebaiknya Ki Pandi berbicara langsung dengan anak-anak itu. Bukankah Ki Pandi dapat memasuki barak itu kapan saja?" "Hanya di waktu malam" jawab Ki Pandi. "Nah, jika demikian, maka nanti malam Ki Pandi dapat membicarakannya dengan Manggada dan Laksana" berkata Ki Kertasana yang selalu dibayangi kecemasan tentang anak dan kemanakannya itu. Ki Pandi mengangguk mengiakan. Katanya kemudian "Besok kita akan berbicara lagi" Demikianlah, maka Ki Jagabaya, Ki Kertasana dan Ki Pandi pun telah minta diri untuk kembali ke Gemawang. Malam itu, seperti biasanya, Ki Pandi mengunjungi Manggada dan Laksana. Ki Pandipun kemudian http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menceriterakan pertemuannya dengan Ki Jagabaya, Ki Kertasana dan Ki Demang Rejandani. "Aku sanggup menemui mereka esok dengan membawa laporan, bagaimana menurut pendapat kalian dan Ki Carang Aking?" "Memang rumit Ki Pandi. Kedua-duanya mengandung kemungkinan baik tetapi juga kemungkinan buruk" jawab Ki Carang Aking. Namun katanya kemudian "Tetapi aku condong untuk menunggu kedatangan Ki Sapa Aruh. Orang itu harus kita hancurkan sampai tuntas. Agaknya tidak akan terlalu lama lagi. Selebihnya, Ki Sapa Aruh tidak begitu memperhatikan keadaan budak-budaknya, sehingga ia tidak dapat mengenali budak-budak itu dengan baik. Karena itu maka kelebihan satu dua orang di barak itu tidak akan menarik perhatiannya" Ki Pandi mengangguk-angguk. Namun agaknya ia masih mencemaskan nasib Manggadadan Laksana. Karena itu, maka ia pun kemudian bertanya "Seandainya sengaja atau tidak sengaja Ki Sapa Aruh menemukan kalian disini?" "Jika hal itu terjadi, maka apaboleh buat. Jika hidupku harus berakhir disini. Tetapi jika aku mati, maka Ki Sapa Aruh tentu akan mati juga" jawab Ki Carang Aking. Ki Pandi masih mengangguk-angguk. Tetapi seandainya terjadi demikian, maka Manggada dan Laksana masih tetap berada dalam bahaya. Ki Carang Aking yang melihat keragu-raguan itu berkata "Untuk mengatasi kemungkinan itu, maka sebaiknya Ki Pandi segera mempersiapkan orang-orang yang bersedia melibatkan diri untuk melawan para penghuni barak itu. Ki Pandi akan membawa mereka secepat mungkin demikian diketahui Ki Sapa Aruh itu datang" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah. Meskipun tetap mengandung bahaya, tetapi aku akan menempuh jalan ini. Besok aku akan minta Ki Jagabaya mempersiapkan segala-galanya" berkata Ki Pandi. "Kami akan memberikan isyarat Ki Pandi" berkata Manggada kemudian "jika kami ketahui ia berada disini di siang hari, maka kami akan menaruh sebuah cemeti kuda di ujung senggol timba itu. Bukankah ujung senggot itu akan nampak dari luar dinding?" Sambil tersenyum Ki Pandi menjawab "Dari jarak berapa puluh langkah aku dapat berdiri paling dekat dengan barak ini" Apakah kira-kira mata tuaku masih dapat melihat ujung cemeti itu" Kecuali itu, apakah berarti siang dan malam aku harus menunggui barak ini?" Ki Carang Akingpun tertawa. Katanya "Tetapi aku sependapat bahwa isyarat itu akan ditaruh di ujung senggot timba itu. Jika cemeti itu terlalu kecil, maka kami akan menaruh apa saja di ujung senggot itu" "Bukankah ilu tidak perlu. Setiap malam aku datang kemari" berkata Ki Pandi. "Maksudku, jika Ki Sapa Aruh datang di pagi hari. Maka waktu yang sehari menunggu kedatangan Ki Pandi di malam hari, tentu terlalu lama. Mungkin Ki Sapa Aruh itu sudah sempat melakukan sesuatu disini. Sementara itu, Ki Pandi kami mohon untuk melihat-lihat meskipun dari kejauhan di siang hari." Ki Pandi tertawa. Katanya "Baiklah. Aku terima beban ini, karena agaknya memang hanya aku yang dapat melakukannya" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah, maka di tengah malam dengan hati-hati Ki Pandi pun telah keluar dari barak itu dengan meloncati dinding sebagaimana sering dilakukannya. Ternyata Ki Pandi yang meskipun sudah terhitung tua itu, adalah seorang penghubung yang baik, lagi-pagi ia sudah berbicara dengan Ki Kertasana dan Ki Cilrabawa. Ki Kertasana kemudian berbicara dengan Ki Jagabaya dan bersama-sama pergi ke rumah Ki Demang Rejandani dengan Ki Pandi pula. Merekapun kemudian telah mendapatkan kesempatan, bahwa menjelang pekan mendatang, Ki Demang, anaknya bersama tiga orang kawannya dan beberapa orang terkuat dari Kademangan Rejandani akan berada di hutan dekat barak Wira Sabet dan Sura Gentong. Ki Pandi yang sudah terbiasa berada di hutan itu akan mengatur tempat bagi mereka. Demikian pula orang-orang padukuhan Gemawang. Mereka juga akan berkemah di hutan itu pula. Namun dalam pada itu. Manggada dan Laksanapun berusaha untuk mengetahui kapan Ki Sapa Aruh akan datang ke barak itu. Justru sehari sebelum hitungan pekan itu sampai, Ki Sapa Sejuknya Kampung Halaman Seri Arya Manggada 4 Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aruh memang sudah berada di barak itu. Tetapi tidak sampai setengah hari. Nampaknya ia masih sangat sibuk sehingga sebelum matahari turun, ia sudah tidak ada lagi di barak. Tetapi pada hari itu juga Manggada dan Laksana mendengar dari orang-orang yang pernah dikalahkan oleh Laksana itu, bahwa Ki Sapa Aruh akan kembali lagi dalam dua hari mendatang. Mereka mengatakan bahwa segala sesuatu sudah dipersiapkan untuk menyelesaikan persoalan padukuhan Gemawang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dendam Ki Sura Gentong sudah sampai ke ubun-ubun" berkata salah seorang dari mereka. "Apakah ia juga mengatakan kepada para pengikutnya tentang dendam itu?" bertanya Laksana. "Ya" jawab orang itu "isterinya telah dibunuh oleh Ki Jagabaya. Karena itu, maka sebagai gantinya, maka ia akan mengambil anak Ki Jagabaya itu sebagai isterinya meskipun anak Ki Jagabaya itu masih terlalu muda" "Itu tidak boleh terjadi" desis Laksana. Tetapi sambil tersenyum Manggada bertanya "Yang mana yang tidak boleh terjadi" Pembalasan dendam itu atau rencana Sura Gentong untuk mengambil anak Ki Jagabaya?" "Kedua-duanya" jawab Laksana. Tetapi Laksana itupun tertawa pula. Demikianlah, maka keterangan itupun lelah disampaikan pula kepada Ki Pandi. Keterangan itulah yang dipergunakan sebagai ancar-ancar kehadiran Ki Sapa Aruh di barak itu. Dengan demikian, maka Ki Pandipun segera mempersiapkan kekuatan yang akan menyerang barak itu. Ki Jagabaya, Ki Kertasana, Ki Citrabawa bersama beberapa orang anak muda yang dipimpin Sampurna telah berkemah di dalam hutan bersama Ki Demang Rejandani, anaknya dan ketiga orang kawannya, bersama beberapa orang yang dianggap memiliki kelebihan dan keberanian di Kademangan Rejandani, Seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang pernah dikalahkan oleh Laksana, maka dua hari kemudian, Ki Sapa Aruh benar-benar telah berada di barak itu. Tetapi Ki Sapa Aruh tidak sendiri. Ia datang bersama seorang kawannya dan beberapa orang pengikutnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ki Carang Akingpun menjadi semakin berhati-hati. Ia telah memberitahukan kepada kedua orang muridnya yang juga berada di barak itu sebagai dua orang penyabit rumput. Sambil membersihkan kuda di kandang, maka Ki Carang Aking telah memberikan petunjuk-petunjuk kepada Manggada, Laksana dan dua orang muridnya yang sedang memotongmotong rumput bagi kuda-kuda yang sudah dibersihkan itu. Untunglah, bahwa sebentar kemudian matahari turun. Ki Sapa Aruh yang memang tidak banyak menaruh perhatian kepada budak-budak itu tidak sempat melihat kekuatankekuatan yang tersembunyi di sekitar kandang kuda itu. Malam itu, Ki Pandi telah datang pula ke kandang. Namun Ki Carang Aking telah memperingatkannya, bahwa malam itu Ki Sapa Aruh telah berada di barak. Kedele Maut 4 Sepasang Garuda Putih Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 5 Karya Kho Ping Hoo Geger Di Telaga Warna 2