Ceritasilat Novel Online

Bayangan Berdarah 10

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 10 tersembunyi anak murid partai Sin Hong Pang, tapi kenapa orang2 itu tidak mau unjukan muka?" "Ehmmm! benar, hal ini memang sedikit mengherankan...." Sewaktu kedua oran gitu sedang kasak kusuk membicarakan soal mereka sendiri mendadak Sin Hong Paytju buka suara dan berkata "Baiklah aku menyetujui usul kalian, jiwa Kiem Tjoa Lengtju akan kutukar denganjiwa bocah perempuan itu;" "Bagus sekali kita tetapkan dengan perkataan ini, sebelum sang surya lenyap diufuk Barat cayhe pasti membawa Kiem Tjoa Lengtju datang kemari." Situasi yang tegang diantara kedua belah pihak segera melunak kembali dengan sepatah dua patah kata dari Sin Hong Paytju ini. "Sebenarnya dalam sekejap mata aku bisa mencabut jiwa kalian berdua dengan sangat gampang" kata Sin Hong Paytju kembali, "Tapi setelah kupikir bolak balik, niatku ini kubatalkan kembali, sekarang kalian berdua boleh pergi!" Dalam hati Siauw Ling merasa sangat tidak puas, bibirnya bergerak hendak mengejek, tapi niatnya kena dicegah oleh kerdipan mata Sang Pat. Demikianlah mereka berdua segera berlalu dari ruangan dan keluar dari kuil itu. Beberapa saat mereka berlari, ditengah jalan Sang Pat berpaling ke belakang ketika dilihatnya tak ada orang yang melakukan pengejaran barulah ujarnya kepada sang pemuda dengan nada lirih. "Toako! tahukah kau mengapa siauwte melarang kau banyak bicara...." "Demi meredakan suasana dan menghindarkan diri dari banyak ribut, setelah ia setuju untuk menyerahkan nona Giok Lan kepada kita, tentu saja tiada berguna lagi untuk mencari gara2 dengan banyak ribut!" "Soal ini sih tidak sedemikian!" "Lalu karena apa?" "Sacara mendadak siauwte teringat akan kabar berita yang tersiar di dalam dunia persilatan, banyak orang mengatakan bahwa Sin Hong Pay tju bisa mencabut nyawa kita tanpa menimbulkan sedikit suarapun apa yang ia ancam terhadap kita barusan kemungkinan besar bukan gertak sambal belaka, Haaa.... sewaktu siauw te teringat akan kabar berita yang tersiar dalam Bu-lim ini hatiku merasa amat gelisah, teringat mungkin sekali urusan ini akan menyeret Toako ke dalam keadaan yang mengerikan hatiku semakin cemas lagi, Tidak nyana ia suka berubah niat dan setuju untuk menukar jiwa Giok Lan dengan jiwa Kiem Tjoa Leng-tju, hal ini sungguh membuat aku merasa bingung dan sama sekali tidak paham" "Kau teringat urusan apa lagi?" "Di dalam dunia persilatan tersiar kabar berita pula yang mengatakan sewaktu sin Hong Pay tju hendak menghukum lawannya asal ia berdiri tepat dihadapan patung arca itu maka dalam waktu yang singkat hukuman akan segera menimpa diatas tubuh siterhukum; kalau kita dengar berita ini sang hati memang akan dibikin keheranan, padahal kalau kita berpikir lebih cermat lagi dibalik peristiwa tersebut sebenarnya tersembunyi suatu rahasia yang sangat besar" "Rahasia apakah itu?" "Jikalau di dalam patung berwajah bengis itu disembunyikan alat2 rahasia atau senjata2 rahasia, dengan andalkan kepandaian silat yang kita miliki tak perlu terlalu jeri kepadanya, tapi jikalau yang ia sembunyikan adalah semacam obat pemabok yang tak berwarna tak berasa dan tanpa menimbulkan suara maupun gerak gerik yang mencurigakan tahu2 menyembur ke arah kita, bukankah tanpa disadari racun tersebut telah bersarang ditubuh kita...." Sebelum ia sempat menyelesaikan kata2nya mendadak terdengar suara langkah kaki yang ramai dan ribut berkumandang datang dari arah belakang. Mereka segera berpaling tampaklah Kiem Liong Lengcu dengan langkah cepat sedang bergerak mendekat, dibelakangnya menguntil beberapa orang yang diantaranya merupakan Giok Lan sidayang cantik itu. "Eeei.... mungkinkah Sin Hong Paycu berubah niat?" tanya Siauw Ling keheranan. "Ehm.... urusan memang rada sedikit mencurigakan!" Ditengah pembicaraan, Kiem Lion Lengtju telah tiba dihadapan mereka, seraya menjura ujarnya, "Paytju kamiberkata bahwa Tiong Cho Siang Ku adalha manusia yang boleh dipercaya dalam dunia persilatan, selamanya berwatak baik dan pegang janji setelah menyanggupi untuk bertukar orang tak akan ingkari janji maka dari itu Paytju kami membiarkan kalian membawa pergi sang bocah perempuan ini terlebih dulu setelah itu barulah kalian melepaskan Kiem Tjoa Lengtju kami...." "Aah! tidak kusangka paytju kalian bisa berlapang dada macam begini! jengek Siauw Ling dari samping. "Hmmm! paytju kami selamanya jadi orang ramah dan berlapang dada...." sambung Kiem Liong Lengtju dengan nada dingin. Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke arah Giok Lan dan terusnya, "Sekarang kau boleh menyeberang kesana" "Tunggu sebentar!" tiba-tiba Sang Pat berseru, "Kenapa?" Sambil memandang tajam wajah Giok Lan, tanya Sang Pat dengan wajah serius. "Nona apakah pikiranmu betul2 sadar?" Selamanya kalau bicara si sie poa emas tentu tak lupa dengan suara tertawa haha hihinya tapi sekarang setelah bersikap serius wajahnya benar2 mengerikan.... "Aku sangat baik!" sahut Giok Lan mengangguk. "Apakah mereka sudah membebaskan jalan darah diatas sepasang lenganmu yang tertotok?" "Sudah!" jawab Giok Lan kembali sambil angkat sepasang tangannya ketengah udara. "Kalau begitu sangat bagus sekali, benda yang tadi berada dalam saku nona apakah sekarang masih ada?" "Entah mereka meletakkan benda apa didepan dadaku, sewaktu mereka ambil pergi barang tersebut tadi jalan darahku ditotok terlebih dahulu jadi aku sama sekali tidak merasa" Ditengah pembicaraan yang sedang berlangsung, secara diam2 Sang Pat memperhatikan semua gerak gerik gadis tersebut, setelah ditemuinya tak ada hal yang mencurigakan barulah ia ulapkan tangannya ke arah Kiem Liong Lengcu. "Tolong beritahu kepada Paycu kalian untuk perhatian darinya kami merasa sangat berterima kasih sekali" "Kalian berdua silahkan berlalu, maaf cayhe tidak mengantar lebih jauh! Siauw Ling, Sang Pat dengan membawa Giok Lan buruburu putar badan dan berlalu dari sana kembali ke dalam gubuk mereka. Secara diam2 Sang Pat memperhatikan terus seluruh gerak gerik dari Giok Lan melihat kepandaian silatnya sama sekali tidak mengalami gangguan apapun hatinya semakin curiga lagi, menanti ia benar2 yakin kalau Giok Lan tidak ada persoalan barulah sigemuk ini menghela napas panjang tanyanya. "Nona Giok Lan mengapa Sin Hong Paycu menaruh rasa simpatik kepadamu" mengapa secara sukarela ia suka melepaskan dirimu" Giok Lan adalah seorang gadis yang cerdik sejak tadi ia sudah merasa bahwa secara diam2 Sang Pat terus menerus memperhatikan dan mengawasi gerak geriknya, hanya saja ia tidak ingin banyak bicara dan tetap mempertahankan ketenangannya. Menanti si sie poa emas buka mulut mengajukan pertanyaan, diam2 ia baru menghembuskan napas panjang. "Aku sendiripun tidak paham!" sahutnya lirih. Sang Pat segera alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling, dan tanyanya, "Toako! apakah secara diam2 kau telah turun tangan memberi peringatan kepada diri Sin Hong Pay-tju dan memaksa ia menuruti kehendakmu?" "Tidak! aku sama sekali tidak pernah mencampuri urusan orang lain" "Kalau begitu urusan sedikit mengherankan seru Sang Pat diiringi suatu senyuman getir "Watak serta tingkah laku dari Sin Hong Pay tju ini sungguh membuat orang keheranan, ragu2 dan merasa tidak paham." JILID 14 Selama ini ia menganggap tindaka Sin Hong Paytju secara tiba-tiba mengirim Giok Lan kepada mereka pasti disebabkan alasan2 tertentu dan alasan ini kalau bukan muncul dari dirinya tentu disebabkan karena Siauw Ling. Siapa nyana dugaanya sama sekali meleset Mereka bertiga melakukan perjalanan cepat tidak selang beberapa saat kemudian mereka telah tiba dirumah gubuk tersebut. Waktu itu denan perasaan tidak tenteram Kiem Lan sedang menanti diluar rumah, setelah dilihatnya Giok Lan kembali tanpa membawa sedikit ciderapun, dengan hati kegirangan ia menyambut kedatangannya dan mencekal tangan gadis itu erat2. "Kau tidak tersiksa bukan" tanyanya penuh kuatir. "Masih baikan!" jawab yang ditanya sembari bersama2 melangkah masuk ke dalam ruangan, Mendadak sinar matanya berbentur dengan tubuh Peng Im yang duduk bersila disudut ruangan, buru-buru ia maju menghampiri, tanyanya lirih "Peng-heng, parahkah lukamu?" Mendengar pertanyaan itu perlahan-lahan Peng Im membuka matanya dan tertawa hambar "Walaupun luka yang kuderita tidak ringan setelah mendapat bantuan dari Siauw thayhiap seua rasa sakit telah hilang dan kesehatanku mulai pulih kembali. asal beristirahat sebentar lagi maka kekuatan akan kembali seperti sedia kala." aai ....! Peng-heng kalau bukan karena ingin menoong diriku kau tak bakal menderita luka separah ini!" kata Giok Lan dengan wajah sedih. Tindakanku ini merupakan kebiasaan yang dilakukan setiap anggota Kay pang, semua orang akan bersikap macam aku Peng Im. jadi nona tak usah berterimakasih kepadaku lagi. "Aaai.... sudah lama kudengar akan kebajikan serta semangat kependekaran dan orang2 kay pang yang dikatakan sebagai enghiong hoohan.... " "Noan tak usah memuji kami setinggi langit tukas Peng Im cepat-cepat. "Inilah syarat utama yang harus dilakukan oelh orang2 Kay pang sehingga dapat mempertahankan nama harum perkumpulan kami." Sementara itu dengan suara lirih Siauw Ling bertanya pada diri Tu Kioe, "Bagaimana keadaan luka Peng Im?" "Obat yang diberikan mendatangkan kemanjuran yang tak terduga, saat ini seluruh jalan darah diatas tubuhnya sudah lancar. aku pikir dalam waktu singkat kesehatannya bisa pulih kembali seperti sedia kala!.... Tulang2 serta isi perutnya apakah ikut terluka?" "Keadaan isi perut normal, sedang tulangnya ada sediit terluka hanya tidak terlalu membahayakan" "Kalau begitu bagus sekali!!!" Tampak Peng Im lambat2 pejamkan matanya kembali dan mulai mengatur pernapasan. Jelas dalam keadaan terpaksa ia mebutuhkan banyak waktu untuk menatur pernapasan pulihkan kembali kekuatannya. Giok Lan pun tidak mengganggu lagi perlahan-lahan ia bangun berdiri dan mengundurkan diri kesamping. Siauw Ling melongok keluar jendela memeriksa keadaan cuaca, lalu dengan nada lirih bisiknya kepada Kiem Lan. Setengah harian lamanya mereka harus berlari dan berjuang, perut tentu sudah lapar semua, kalau ada bahan makanan tolong nona suka pamerkan sedikit kepandaian memasak...." "Siangkong turunkan perintah saja mengapa kau bersikap begitu sungkan2?" bisik Kiem Lan lirih. Siauw Ling tersenyum, ia membungkam. "Ayoh berangkat! seru Giok Lan kemudian sambil bangkit berdiri. Enci Kiem Lan, mari aku bantu kau membuat nasi dapur!" "Tidak bisa jadi, kau barusan pulang dan lukamu belum sembuh, mana boleh bekerja keras?" "Tidak mengapa!" Dengan mengikuti dibelakang Kiem Lan gadis Giok Lan segera berlalu kedapur Menanti kedua orang dayang itu sudah berlalu, Siauw Ling baru berkata kepada diri Sang Pat serta Tu Kioe. "Beberapa kali Siauw-heng mengunungi kuil bobrok itu, setiap kali pula aku menjumpai peristiwa aneh yang tak terduga .... " Segera ia menuturkan semua kisah aneh yang pernah dijumpainya selama beberapa waktu ini. Tiong Cho Siang Ku yang mendengarkan kisah tersebut dibikin berdiri terbelalak dengan mulut melongo, lama .... lama sekali Sang Pat baru berkata. "Malam itu siauwte berdua telah berjumpa dengan seorang sahabat karib yang sudah lama tidak berjumpa, karena minum arak terlalu banyak dengan membawa mabok kami berangkat kekuil itu, siapa sangka ditengah jalan telah berjumpa dengan majikan perpustakaan Sian khie Su Lu dari kota Siang Yang Peng keresidenganCi Kiang serta "Pek So Suseng" atau si Sastrawan Bertangan Seratus Jan Ing mengerti waktu sudah terdesak siauwte berdua ada maksud menghindar tapi terlambat demikianlah ditengah jalan kami ber-cakap2 sampai lama sekali, menanti Siauw-te hendak mohon diri pada waktu itu, kembali telah berjumpa dengan Tong Loo-thay dari keluarga Tong keresidengan Su Tzuan yang datang kesitu dengan membawa menantu serta empat orang dayang perempuan, demikianlah waktu kembali terbuang dalam percakapan, menanti siauwte tiba dalam kuil itu dan meninggalkan surat segera dengan menempuh bahaya menyelundup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa San Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cung dengan harapan bisa mendapatkan sedikit berita tentang Toako, siapa sangka hampir2 saja nyawa siauwte berdua lenyap di dalam perkampungan Pek Hoa San cung, dengan sendirinya tak bisa menemukan jejak Toako lagi" "Takdir sudah menentukan demikian, hal ini mana boleh salahkan kalian berdua?" "Toako, alismu berkerut, wajahmu murung, apakah aku sedang merisaukan keselamatan dua orang tuamu?" tanya Sang Pat sudah berapa kali aku berpikir keras, rasanya kecuali dengan menempuh bahaya kembali keperkampungan Pek Hoa Sancung rasanya tak ada cara lain yang lebih bagus lagi, bahkan kalau mau pergi harus segera berangkat kita harus melakukan suatu tindakan diluar dugaan mereka Sang Pat termenung berpikir beberapa saat lamanya kemudian ujarnya "Soal menolong kedua orang tua itu lolos dari mara bahaya tentu lebih cepat diselesaikan lebih baik, dan menyelundup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa sancung gampang yang sulit bagaimana caranya membuat mereka tidak merasa" "Aku berdiam di dalam perkampungan Pek Hoa sancung bukan hanya sehari dua hari saja, walaupun tak bisa diaktakan semua rahasia dapat kuketahui, tapi mengetahui jjuga bebeapa tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi, yagn jadi persoalan sekarang adalah secara bagaimana kita hendak meyelundup masuk ke dalam perkampungan tanpa diketahui mereka" "Dengan andalkan kita bertiga" ujar Tu Kioe memberi pendapatnya. "Sekalipun berhasil menolong kedua orang tua itu lolos dari kurungan, rasanya rada sulit juga buat kita untuk menghantar mereka keluar dari perkampungan Pek hoa Sancung" "Kalau dibicarakan dari kekuatan jago lihay yang ada di dalam perkampungan Pek Hoa Sancung, kekuatan kita bertiga memang rada lemah." Pada saat itu Kiem Lan serta Giok Lan kebetulan sedang membawa air teh menuju ke ruang tengah, mendengar beberpa orang itu sedang merencanakan hendak pulang keperkampungan Pek oa Sancung, air muka mereka berdua segera berubah hebat, seelah meletakkan air teh ke atas meja mereka buru-buru mengundurkan diri ke belakang. Sejak kecil kedua orang ini dibesarkan di bawah pimpinan Jen Bok Hong, karena itu asal menyebut nama oang ini timbulkan rasa jeri dihati kecil mereka. Terdengar Peng Im yang sedang duduk mengatur pernapasan berkata menyambung pembicaraan mereka. "Pengaruh serta kekuatan perkampungan Pek Hoa Sancung pada saat ini amat luas dengan kekuatan Tjuwi bertiga kendati kepandaian silat yang kalian miliki lebih lihay pun niscaya akan menderita kekalahan total ditangan mereka. menurut apa yang aku sipengemis kecil ketahui kecuali delapan Tiang-loo dari partai kami dengan masing-masing orang membawa sepuluh orang anak murid mereka, Tjong Piauw Patju dari empat keresidegnan besar dengan membawa delapan belas orang jago lihay telah berangkat datang masih ada lagi sipanah sakti Yong yen Khie. Sipeluru sakti Loj Joei Tjang beserta jago lihay dari Ih Heng Bun, Tong Kong Djen, Sak Hong Sian dari Thay-kheh Pay aliran selatan serta jagojago sembilan partai besar telah bergerak datang semua, orang2 ini bukan semuanya ada ikatan permusuhan dengan Djen Bok Hong, kedatangan mereka kebanyakan atas undangan kawan2 karib mereka, jikalau kalian bertiga bisa mengadakan pertemuan dengan Be Boen Hwie dan saling bantu membantu, kemungkinan besar kekuatan kita cukup kuat untuk melawan kekuatan perkampungan Pek hoa Sancung"> "Ehmm .... aku si Sang Loa-toa memang pernah dengar orang berkata bahwa di daratan Tionggoan telah muncul seorang yang bernama Be Boen Hwie" kata Sang Pat sambil mengangguk. "Baik kepandaian, maupun kecerdasannya melebihi siapapun, belum lama terjunkan diri ke dalam dunia persilatan, namanya sudah tersohor dan ia sendiri berhasil merebut kursi pimpinan". "Sungguh sayang luka yang aku pengemis cilik derita belum sembuh betul2" ujar Peng Im sambil menghela napas panjang. "Kalau tidak cayhe pasti akan mengiringi Tjuwi untuk berhubungan dengan para jago dan bekerja sama dengan mereka." Mendadak Sang Pat teringat akan satu persoalan, buruburu ujarnya kepada Tu Kioe. "Loo jie, cepat kau lepaskan Kiem Tjoa Leng tju, siauwheng telah mengadakan pertukaran syarat dengan Sin Hong Paytju, kita tak boleh mengingkari janji." Tu Kioe mengiakan, ia segera bangun berdiri dan berlalu, setelah Tu Kioe berlalu, Sang Pat kembali berpaling ke arah Siauw Ling ujarnya. "Pada saat ini sepuluh li disekeliling perkampungan Pek Hoa San-tjung telah berkumpul berpuluh2 orang jago lihay peristiwa munculnya kembali Jen Bok Hong telah menggemparkan seluruh dunia persilatan, menurut hasil penyelidikan yang Siauwte lakukan situasi pada saat ini amat kacau dan ruwet, diantara para jago yang berkumpul disini walaupun ada diantaranya karena hendak menegakkah keadilandidalma Bu Lim, tapi ada pula diantaranya sengaja datang dengan membawa maksud2 tertentu. Aaai .... kepentingan umum telah dicampur adukkan dengan kepentingan pribadi, sungguh membuat ornag merasa silau dan tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi". Siauw Ling menghela napas panjang ujarnya pula. Orang berkata dunia persilatan banyak persoalan, aku rasa ucapkan ini sedikitpun tidak salah". Sang Pat perlahatn lahan mengalihkan sinar matanya ke arah Peng Im. Sudah lama cayhe mendengar akan kemanapun orang2 Kay pang. katanya perlahan Peng heng! kenapa saat ini kau tidak mempamerkan sedikit kepandaian untuk kita lihat" "Kalau pada hari hari biasa, anak murid partai kami benar benar mempunyai kemampuan untuk menyampaikan berita sejauh ribuan li dalam sehari saja, tapi situasi disekitar kota Koei Cho pada saat ini amat kacau dan luar biasa, gerak gerik anak murid kami mendapat banyak ikatan2 yang membuat mereka kurang leluasa untuk bergerak, jikalau tidak sangat penting mereka dilarang bergerak ditempat luaran, tapi aku sipengemis cilik rela mengadakan percobaan satu kali" Sembari berkata ia meronta bangun dan dengan langkah lebar berjalan keluar ruangan. "Pang-heng kau hendak kemana?" tanya Siauw Ling keheranan. "Ia hendak mengadakan hubungan rahasia dengan orang2 partainya untuk mencari berita" sambung Sang Pat yang berada disisinya. "Luka yang ia derita belum sembuh, tidak leluasa baginya untuk bergebrak melawan orang lain, secara diam2 kita harus melindungi dirinya" "Cara orang2 Kay-pang mengadakan hubungan berita sudah tersohor selama ratusan tahun di dalam dunia persilatan, selamanya rahasia ini tak pernah bocor, jikalau kita bermaksud hendak melindungi dirinya mungkin ia malah menaruh curiga kepada kami hendak mencuri tahu rahasia pertai mereka ...." "Ooouw .... kiranya begitu!" Seperminum teh kemudian Peng Im yang keluar telah balik kembali, ujarnya, "Pada saat ini situasi disekitar tempat ini penuh mara bahaya, aku tidak berani mengambil kesimpulan secara gegabah." "Seadanya sajalah, luka Peng-heng belum sembuh benar2 kau tak usah terlalu repot2 dan banyak buang tenaga" kata Siauw Ling menasehati. "Terima kasih atas nasehatmu!" Pengemis itu pejamkan matanya dan mengatur pernapasan kembali Kembali beberapa saat lewat dengan cepatnya, tiba-tiba muncul Tu Kioe dengan langkah terburu-buru Agaknya Sang Pat dapat melihat keadaan sedikit kurang beres, segera tanyanya penuh kecemasan. "Apakah diri Kiem Tjoa Lengtju telah terjadi sesuatu peristiwa diluar dugaan" "Kiem Tjoa Lengtju telah siauwte lepas hanya saja dua setan pembuka jalan entah telah ditolong oleh siapa" untung sekali Siauwte telah menyembunyikan mereka secara terpisah." "Asalkan kita sudah membebaskan Kiem Tjoa Lengtju berarti tidak ada hutang lagi dengan Sin Hong Pay-tju" tukas Sang Pat cepat "dua setang pembuka jalan benarkah ditolong atau tidak itu soal yang tidak terlalu penting" Ditengah pembicaraan yang sedang berlangsung, dua orang dayang telah menyiapkan sayur serta nasi; "Ditengah gubuk yang terpencil tak ada bahan yang bagus, silahkan Tjuwi menangsal perut seadanya" kata Kiem Lan. Sang Pat yang melihat diantara sayur yang dihidangkan terdapat daging dan ayam, ia segera tertawa terbahak2. "Hahaha .... nona berdua tak usah terlalu sungkan2" Ia gerakan sumpit terlebih dahulu untuk bersantap, Sinar mata Giok Lan berputar ketika dilihatnya Peng Im masih duduk bersemedi diujung ruangan dan teringat bahwa lukanya diderita gara2 dirinya, segera ia berjalan mendekati sambil berkata, "Peng-heng, apakah lukamu rada baikan?" Sejak kecil Peng Im telah berkelana di dalam dunia persilatan dengan mengikuti gurunya saat ini boleh dikata dia adalah seorang jagoan yang sudah kenyang makan asam garam dunia persilatan, pengetahuannya luas dan pengalamannya banyak, mungkin diantara orang yang hadir sekarang hanya Tiong Cho Siang Ku yang bisa memadahi dirinya. Sekalipun begitu, kena dipanggil Giok Lan dengan ucapan Peng-heng, tak urung selembar wajahnya berubah jedi merah padam juga buru-buru jawabnya. "Tak usah nona merasa kuatir, luka aku si pengemis sudah rada baikan ...." Giok Lan tersenyum. "Perutmu tentu sangat lapar, mari bersantap dulu kemudian baru mengatur pernapasan lagi." Peng Im ternyata sangat penurut, ia mengiakan dan berjalan kemeja makan sambil ujarnya kepada Tiong Cho Siang Ku. "Tauke berdua, aku rasa kalian belum pernah bersantap dengan ditemani pengemis bukan?" Perduli dia adalah seorang jago macam apa pun terhadap orang lian bisa berbicara seenaknya saja tanpa terikat macam adat tapi begitu berjumpa dengan Giok Lan ia jadi malu dan ter-sipu2. Terdengar Sang Pat tertawa tergelak. "Kita sebagai kaum pedagang selamanya hanya tahu cari untuk se=banyak2nya, soal itu sih kami tidak terlalu memperhatikan" Agaknya secara mendadak Tu Kioe teringat akan satu persoalan, ia menghentikan sumpitnya dan berkata. "Eeei .... pengemis dalam hati aku Tu Loo djie punya urusan yang kurang mengena dihati, entah bolehkah kuutarakan keluar" Sambil mengunyah sekerat daging dan meneguk secawan arak jawab Peng Im cepat. "Djie Tauke ada urusan apa hendak ditanyakan?" silahkan diutarakan, hal ini merupakan suatu kebanggaan buat siauwte!" "Sudah, tak usah banyak bicara yang tak berguna, aku takut kaupun sama pula dengan aku si Tu Loo-djie kurang paham terhadap soal ini!" "Ooouw .... tentang soal ini sih susah dikatakan, coba kau katakan selengkapnya, mungkin aku sipengemis bisa bantu kau untuk memunahkan beberapa persoalan sulit yang mengeram dalam hatimu" "Pernahkah kau mendengar tentang si hwee sio pemabok serta sipengemis kelaparan?" "Terhadap sahabat karib aku sipengemis cilik, tentu saja tak akan kulupakan, Bagaimana" Apakah kau ingin menanyakan sesuatu tentang diri mereka berdua?" "Kalau sihweesio pemabok jelas menunjukkan kepada gundulnya adalah kepala gundul seorang paderi dan tak usah kita bicarakan lagi, sebaliknya sipengemis kelaparan agaknya mempunyai hubungan yang erat dengan perkumpulan kalian. apakah dia termasuk anggota perkumpulan Kay-pang" Peng Im menyikat sekerat daging ayam sambil mengunyah jawabnya tertawa. "Semua pengemis yang ada dikolong langit berasal dari satu keluarga, walaupun dia bukan termasuk anggota perkumpulan Kay-pang kami tapi dia mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan perkumpulan Kay Pang jikalau kau ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya maka pertama kau harus mengundang aku sipengemis ciilk minum arak sepoci dahulu." "Seorang lelaki sejati tidak pantas untuk mencari tahu rahasia pribadi orang lain, aku hanya ingin tahu saja, asal dia bukan orang2 anggota Kay Pang itu sudah lebih dari cukup" "Sungguh lihay." seru Peng Im sambil gelengkan kepalanya berulang kai. "Kita si pengemis sudah pernah mencicipi masakan dari empat penjru, tapi dalam soal kehebatan belum bisa menangkan juga dari kaum pedagang. Tauke! perhitungan mu betul2 cermat dan teliti ternyata kali ini kau sudah menghemat uang sepoci arak" Santapan kali ini diselesaikan ditengah percakapan serta gelak tertawa yang amat ramai. Kiem Lan, Giok Lan membereskan mangkok sumpit yang telah dipakai, belum sempat beberapa orang itu melakukan sesuatu mendadak tampak dua orang pengemis berusia setengah baya dengan langkah lebar telah berjalan masuk ke dalam ruangan. "Perkumpulan Kay Pang selama ratusan tahun ini selalu disebut sebagai partai terbesar didunia persilatan" bisik Sang Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pat dengan suara lirih. "Kelihatannya nama besar ini bukan nama kosong belaka" dalam situasi macam begini ternyata mereka masih bisa berhubungan hanya membutuhkan waktu sepertanak nasi saja" Tampak Peng Im dengan langkah lebar berjalan menghampiri kedua orang itu dan berbisik mengucapkan sepatah dua patah kata, kedua orang penemis berusia setengah baya itu kelihatan mengangguk kemudian buru-buru berlalu. menanti bayangan punggung kedua orang itu sudah meninggalkan pintu pagar Peng Im baru putar badan berjalan masuk ke dalam ruangan, air mukanya serius dan murung seperti lagi memikirkan sesuatu persoalan. Sang Pat segera mendongak tertawa ter-bahak2, ujarnya. "Shen Pangcu dari partai Kay Pang terkenal sebagai seorang yang periang dan banyak ketawa, tidak kusangka murid hasil didikannya adalah seorang bocah yang selalu berwajah murung dan mahal tertawa ...." "Toa tauke! kau tidak tahu selama dua hari ini anak murid mata2 kami yang dilepaskan banyak yang menderita luka atau menemui ajalnya, mungkinkah karena berhasil menyampaikan berita Siauw Thayhiap ketangan Be Boen wie masih menjadi suatu persoalan yang besar!" "Apakah mereka terluka dan mati terbunuh ditangan orang2 perkampungan Pek Hoa Sancung?" tanya Siauw Ling. "Pada saat ini daerah sekitar kota Koei Cho sudah berkumpul ber-puluh2 bahkan ber-ratus2 orang jago Bu lim dari segala penjuru dunia dengan asal usul yang campur aduk, bahkan ada pula diantara jago-jago Bu lim yang menyaru dengan menutupi wajah mereka yang sebenarnya, anak murid partai kami terluka ditangan siapa hingga saat ini masih sukar untuk diselidiki". "Dan Shen Pangcu suhumu apakah sudah datang kemari?" mendadak Sang Pat menimbrung. "Suhuku sih pasti datang, hanya kapan ia baru tiba disini masih sukar untuk diduga" Dalam hati Sang Pat mengerti, sejak pertarungan seru yang terjadi dalam tubuh Kay Pang sendiri pada dua puluh tahun berselang, dimana ber-puluh2 orang Tiong loo berkepandaian silat lihay menemui ajalnya secara konyol hal ini telah mematahkan kekuatan anti dari partai tersebut. Saat ini walaupun jumlah anggota Kay Pang sangat banyak tapi kecuali Shen Pangcu serta tiga, lima orang Tiang loo yang menduduki kursi sebagai pelindung Hukum serta Pelaksanaan Hukum jago lihay mereka hanya beberapa gelintir saja. Satu2nya hal yang masih bisa mereka pertahankan secara merata hingga kini adalah semangat jantan serta tidak jeri terhadap kematian. suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak kedengaaran sedikit suarapun agaknya para jago dapat merasakah apabila setiap saat mereka bakal berjumpa dengan musuh tangguh dan suatu pertarungan sengit tak akan terhindar maka menggunakan waktu sesingkat ini mereka hendak coba atur pernapasan simpanan tenaga, satu hari berlalu dengan cepatnya, setelah para jago beristirahat selama dua jam sang suryapun telah lenyap dibalik gunung. Peng Im sekalian mulai merasa gelisah, kalau diperhitungkan waktunya seharusnya saat ini sudah ada jawaban yang masuk. Pada saat itulah mendadak pintu pagar terhentak keras seperti ditendang seseorang dari tempat luaran, seorang lelaki berbaju kumal dan penuh tambalan menerjang masuk kedalam. Sekali pandang Peng Im dapat mengenali orang itu sebagai salah seorang anak murid perkumpulannya, dengan cepat ia lari menyambut kedatangannya. Orang itu langsung menerjang masuk ke dalam ruangan belum sempat mengucapkan sesuatu darah segar telah muncrat dari mulutnya, sang badanpun ikut roboh ke atas tanah. Dengan cepat Siauw Ling meloncat kedepan, tangannya cepat menyambar badan lelaki itu dan menahannya sehingg tidak sampai roboh ke atas tanah. Dari dalam saku Sang Pat mengambil keluar sebuah botol porselen dan mengambil keluar sebutir pil berwarna merah, tangan kiri mencekap kepala orang itu dengan paksa ia membuka mulutnya untuk memasukkan pil tadi ke dalam mulut orang tadi. Tu Kioe puntidak ambil diam, tangan kanannya laksana kilat ditempelkan diatas jalan darah "Ming Bun Hiat" pada punggungnya lelaki itu, segulung hawa murni yang hangat dengan tiada berputusan mengalir masuk ke dalam badannya. setelah memperoleh bantuan serempak dari para jago mendadak semangat orang itu menjadi pulih kembali, sepasang matanya dibuka lebar2 dan ujarnya. "Dari sini berangkat menuju ke Barat laur, kurang lebih dua puluh li diluar dusun Hoo Kia Pau tepi telaga Kioe Ci Than ...." Mendadak napasnya ter-engah2, sekali lagi ia muntahkan darah segar, sepasang mata terpejam dan napasnya kempas kempes. "Isi perutnya menderita luka yang amat parah" kata Sang Pat dengan suara lirih. "Bukan begitu saja, iapun harus melakukan perjalanan jauh dengan ter-buru-buru, satu2nya hawa murni terakhir yang melindungi badannya telah buyar, aku takut selembar jiwanya sukar diselamatkan lagi...." Tu ioe mengepos napas menyalurkan kembali segulung hawa murni yang maha dahsyat ke dalam tubuh orang itumenahan jangan sampai jantungnya berhenti berdetak. Sedikitpun tidak salah, per-lahan-lahan orang itu membuka kembali sepasang matanya memandang ke arah Peng Im tajam2, sambungnya lebih lanjut. "Disekitar lima li disebelah Barat laut, aku telah meninggalkan tanda-tanda rahasia perkumpulan Kay Pang kita, kalian berangkatlah mengikuti petunjuk tersebut...." Mendadak muntah darah kental berwarna ke-hitam2an, sepasang matanya terpejam badan mengencang dan akhirnya menghembuskan napas penghabisan. Dengan sedih Siauw Ling menghela napas panjang, ujarnya lirih. "Kebajikan serta semangat jantan orang2 Kay Pang benar2 patut dipuji, patut dikagumi" Sembari berkata ia merangkap tangannya menjura. Tiong Cho Siang Ku pun menarik kembali wajah mereka yang penuh senyuman kedua orang itu ber-sama2 menjura. Kiem Lan serta Giok Lan semakin sedih lagi, air mata jatuh bercucuran membasahi wajah kedua orang itu. Peng Im gertak giginya kencang2, sambil menahan kucuran air mata ia bopong jenasah lelaki itu lambat2 berjalan keluar. Sang Pat melirik sekeja[ ke arah tu Kioe, kedua orang itu dengan mulut membungkam berjalan mengikuti dari belakang Peng Im diam2 melindungi keselamatannya. Siauw Ling, Giok Lan serta Kiem lan pun tanpa terasa ikut berjalan keluar dari ruangan tersebut. Tampak Peng Im sambil membopong jenasah lelaki itu berjalan keluar menuju kesebuah lapangan tanah rumput disisi rumah, ia berhenti disana jatuhkan diri berlutut dan menjura ke arah jenasah tersebut, kemudian sepasang tangannya bergerak menggali sebuah liang besar untuk mengubur mayat orang tersebut. Siauw Ling serta Sang Pat sekalian walaupun ada maksud turun tangan membantu, karena mereka tidak tahu bagaimanakah peraturan dari partai tersebut terpaksa berpangkutangan dan memandang sipengemis itu bekerja seorang diri dari tempat kejauhan. Setelah selesai mengubur jenasah lelaki tadi kembali Peng Im mengambil tujuh batang ranting kering ditaruh dibagian kepala kuburan itu. Serentak cahaya sang surya menjelang senja menyoroti tanah lapang serta tanah kubur baru yang jelek dan sederhana, pemandangan pada saat mana sungguh mengenaskan sekali. Siauw Ling merasa amat terharu, tanpa terasa lagi dengan sikap serius dan penuh rasa hormat ia berjalan maju kedepan, terhadap gundukan tanah baru dihadapannya ia memberikan penghormatannya yang terakhir. "Siauw Thay-hiap, kami tak berani menerima penghormatanmu yang sebesar ini" kata Peng Im sambil menyeka titik-titik air mata dengan ujung bajunya. "Kami sebagai orang2 Bu lim paling mengutamakan menghormati orang2 yang setia dan berjasa, apa salahnya aku memberi hormat kepada jenasah pahlawan ini?" Peng Im kembali menghela napas panjang. "Bagi perkumpulan Kay Pang kami kejadian yagn menyedihkan macam begini sudah amat sering terjadi...." "Partai kalian bisa lama sekali mempertahankan nama harumnya dalam Bu-lim selama ratusan tahun, ternyata alasannya cukup kuat!" Ucapan ini dikeluarkan se-mata2 ia menaruh rasa kagum terhadap partai Kay Pang yang besar dan banyak terdapat patriot2 gagah. "Aai.... waktu sudah tidak pagi lagi" seru Peng Im kemudian setelah memandang keadaan cuaca. "Kita harus segera berangkat ketelaga Kioe Tji Than diluar dusun Hoo Kie Phu untuk melihat keadaan!" "Tapi luka Peng-heng...." "Luka dari aku sipengemis cilik sudah sembuh dan tak usah Tjuwi kuatirkan, saat ini sang surya telah lenyap dari jagat senjapun menjelang datang. Mengambil remang2nya suasana kita harus cepat melakukan perjalanan, mari biar aku sipengemis cilik membawa jalan" Tanpa menunggu jawaban lagi dari Siauw Ling sekalian, Peng Im putar badan dan berlalu, Terpaksa para jago mengikuti dari belakang tubuhnya. Dalam sekejap mata Peng Im telah melakukan perjalanan sejauh lima li dan tiba disebuah persimpangan jalan mendadak ia berhenti sambil berkata. "Jikalau saudara dari partai kami tadi meninggalkan tanda rahasia, maka tanda tersebut seharusnya ada disekitar sini. harap Tjuwi tunggu sebentar!" Ia bongkokan badan melakukan pemeriksaan disekitar daerah persimpangan tersebut kemudian serunya "Oooouw.... disebelah sana" Dengan mengikuti sebuah jalan raya ia lari menuju kedepan! Tanda rahasia yang ditinggalkan perkumpulan Kay Pang benar2 amat rahasia dengan sepasang mata Siauw Ling yang ikut memperhatikan dengan cermat setiap jengkal tanah disekitar tempat itu tidak berhasil juga menemukan sesuatu yang mencurigakan Pada saat ini cuaca sudah berubah sangat gelap tapi bagaikan seekor kuda saja Peng Im lari terus kedepan tiada hentinya. Agaknya Siauw Ling sekalian menaruh kepercayaan penuh terhadap diri Peng Im mereka mengikuti terus dibelakang sipengemis cilik ini tanpa banyak bertanya barang sepatah katapun. Perjalanan dilakukan selama sepertanak nasi lamanya, ditengah malam buta secara lapat2 mereka menemukan beberapa titik cahaya lampu menyorot keluar dari balik hutan, agaknya lampu2 itu berasal dari sebuah dusun. Peng Im berhenti berlari dan ujarnya "Dusun disebelah depan adalah dusun Hoo Kia Phu, harap kalian menanti sebentar disini aku akan pergi menyelidiki dimana letak telaga Kioe Chi Than tersebut." "Pada saat ini suasana penuh diliputi oleh bahaya pembunuhan pikir Siauw Ling dalam hati. "Setiap saat besar kemungkinan untuk terjadi hal2 yang berada diluar dugaan, lukanya belum sembuh kalau semisalnya menjumpai musuh tangguh bukankah akan menerima kerugian besar?" Karena berpikir demikian segera ujarnya. "Peng-heng, tunggu sebentar bagaimana kalau siauwte melakukan perjalanan bersama2 dirimu?" "Urusan ini tak perlu merepotkan Toako, biarlah siauwte yang menemani dirinya" sambung Tu Kioe tiba-tiba sambil berjalan menghampiri. "Baiklah! kami beberapa orang akan menanti kehadiran kalian disini!" Peng Im segera ulapkan tangannya, bersama tu Kioe ia berkelebat kedepan dan sebentar saja sudah lenyap ditengah kegelapan. "Telaga Kioe Ci Than tentu adalah tempat dimana para jago mengadakan pertemuan" bisik Sang Pat sepeninggalnya kedua orang itu, "Daripada kita menanti disisi jalanan lebih baik sembunyi ditempat kegelapan mungkin dengan berbuat demikian kita bisa menjumpai beberapa hal yang penting." Belum habis ia berkata, mendadak terdengar suara derapan kami kuda berkumandang datang .... Siauw Ling dengan sebat menarik tangan Kiem Lan serta Giok Lan untuk bersembunyi dibalik sebuah pohon besar ditepi jalan. Sedangkan si sie poa emas mengepos hawa murninya meloncat ketengah udara dan bersembunyi dibalik dedaunan disebuah pohon besar. Belum lama beberapa orang menyembunyikan diri, dua ekor kuda dengan cepatnya telah berlari mendekat dan sama2 berhenti didekat tempat beberapa orang itu bersembunyi. Dengan ketajaman mata Siauw Ling walaupun berada ditengah kegelapan ia masih bisa melihat jelas wajah kedua orang itu sebagai Kiam Bun Siang Ing yaitu si "Tui Hong Kiam" atau sijago pedang pengejar angin Pei Pek Li serta "Boe Im Kiam" atau sijago pedang tanpa bayangan Than Tong. Diam2 hatinya sangat terperanjat, pikinya. Walaupun kedua orang ini bukan anggota perkampungan Pek Hoa Sancung, tapi mereka ada hubungan dengan pihak perkampungan Pek Hoa Sancung. ditengah malam buta begini entah karena urusan apa mereka datang kesini" apakah dari perkampungan Pek Hoa Sancung telah tahu bahwa para jago Bu-lim sedang Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengadakan pertemuan disini?" Sewaktu ia masih berpikir terdengar Thao Tong telah berkata, "Loo-toa, terbayang sewaktu kita masih berada dalam Kiam Bun bisa bergerak bebas merdeka tanpa ada yang berani mengikat kebebasan kita, sekarang setiap tindakan setiap gerak gerik harus mendengarkan perkataan dari jen Bok Hong, kalau di-banding2kan sungguh jauh berbeda bagaikan langat dan bumi ...." "Ssttt.... perlahan dikit kalau bicara" buru-buru Pei Pek Li menekan jarinya ke atas bibir. Setelah memeriksa keadaan disekeliling tempat itu beberapa saat, ia baru menghela napas panjang dan menyambung, "Selama beberapa waktu ini Liauw-heng pun merasa tidak betah" "Jikalau Toako memang merasakan pula begini, mengapa tidak ambil kesempatan yang sangat baik ini kita kabur balik ke Kiam Bun "Balik ke Kiam Bun?" seru Pei Pek Li."Aaai ....!!! saudaraku apakah kau tidak merasa caramu berpikir keliwat baik" kau tahu Jen Bok Hong adalah manusia macam apa" dengan wataknya yang keji dan telengas mungkinkah ia suka melepaskan kita" "Kolong langit luas tiada ujung pangkalnya gunung dan hutan lebat susah diteliti satu per satu. dimanapun juga kita masih bisa menyembunyikan diri untuk melanjutkan hidup." Kembali Pei Pek Li menghela napas panjang. "Aaai.... walaupun apa yang kau ucapkan sedikitpun tidak salah, tapi mata Jen Bok Hong tersebar dimana2, asalkan ia berhasil mendapatkan kabar berita ini maka dengan kencang ia akan mengirim pengejar untuk menangkap dan hukum mati kita berdua," "Sekalipun kita harus melarikan diri untuk menyelamatkan jiwa dari setiap ancaman rasanya jauh lebih baik dari pada kita tetap tinggal disini sebagai budak2 anjing perkampungan Pek hoa San-tjung...." Bicara sampai disitu than Hong menghembuskan napas panjang, terusnya. "Jen Bok Hong memandang kita dua bersaudara sebagai bawahannya setiap saat kita di-perintah2 seperti buda, Hm perbuatannya patut dibenci, tapi Tjau Tjioe Liong dengan sengaja mengikat persahabatan kita dan memancing kita orang terperosok masuk ke dalam perkampungan Pek hoa Santjung perbuatannya semakin patut dibenci, asalkan dikemudian hari ada kesempatan kita harus membunuh mati babi ini untuk melampiaskan rasa dendam kita!" "Tidak salah, perbuatan rendah dari Tjioe Tjau Liong kalau dibandingkan dengan Jen Bok Hong semakin patut dibenci. akupun membenci dirinya sehingga merasuk ketulang sumsum...." Bicara sampai disitu ia merandek sejenak, kemudian terusnya, "Tidak leluasa buat kita untuk terlalu lama bediam disini, karena Jen Bok Hong adalah manusia yang banyak menaruh curig. mungkin sekail ia telah mengirim orang untuk membuntuti kita orang jikalau kita berdiam disini terlalu lama mungkin akan menimbulkan rasa curiga dalam hatinya!" Selesai berkata ia sentak tali les kuda dan kabur dari sana. Than Tong pun menyentak tali les kudanya mengejar, dalam sekejap mata kedua ekor kuda itu sudah lenyap tak berbekas. Menanti kedua orang itu sudah lenyap dari pandangan Siauw Ling baru berbisik kepada Kiem Lan serta Giok Lan dengan suara lirih. "Aku lihat hari kiamat bagi Djen Bok Hong sudah tidak jauh lagi, banyak anggota perkampungan Pek Hoa Santjung mulai menaruh maksud meninggalkan dirinya!" "Walaupun di dalam perkampungan Pek hoa Sancung banyak orang yang menaruh rasa benci terhadap Djen Bok Hong" kata Kiem Lan "Tapi tidak banyak yang berani mengkhianati dirinya!" "Bukankah Kiam Bun Siang Ing adalah suatu contoh yang sangat baik?" "Kiam Bun Siang Ing berkedudukan sebagai tetamu dalam perkampungan Pek Hoa Santjung" jawab Giok Lan dengan cepat. "Sikap Djen Bok Hong terhadap mereka masih rada sungkan2, semisalnya Kiam Bun Siang Ing adalah anggota perkumpulan Pek hoa Santjung maka nyali mereka tak akan sebesar ini!" Mendadak Siauw Ling tersenyum. "Tapi bukankah kalian berdua adalah anggota perkampungan Pek Hoa Santjung yang mengkhianati Djen Bok Hong?" serunya. "Kalau bukan ada Siangkong yang menanggung kami berdua mungkin budak sekalianpun tak akan punya nyali sebesar ini untuk mengkhianati Djen Bok Hong!" "Sebetulnya dibagian mana toh letak hal yang paling menakutkan dari Djen bok Hong" agaknya begitu banyak orang menaruh rasa jeri terhadap dirinya!" "Siangkong kau tidak tahu, asalkan Djen bok Hong menemukan ada orang diantara yanggotanya bermaksud hendak mengkhianati perkampungan maka ia akan memaksa orang itu untuk menelan semacam obat, berhubung banyaknya aneka ragam obat itu susah bagi orang untuk mengetahui macam apakah obat racun yang telah diberikan kepada mereka. Menurut apa yang budak ketahui ada semacam obet setelah ditelan maka dalam jangka waktu tertentu harus mendapat pbat pemunahnya kalau batas waktu itu dilewati maka daya kerja racun tersebut akan mulai bekerja...." "Oooouw.... suatu cara yang amat keji" "Budak masih pernah mendengar ada semacam obat yang lebih dahsyat lagi...." sambung Giok Lan lebih jauh. "Setiap orang yang menelan obat itu maka kesadarannya akan mulai punah sehingga akhirnya lupa pada diri sendiri, kecuali mendengar perintah dari Jen bok Hong, dikolong langit tak ada orang yang dikenalinya lagi" "Ada kejadian seperti ini?" seru Siauw Ling tercengang. "Budak masih pernah mendengar orang berkata bahwa Jen Bok Hong memiliki suatu ilmu silat yang luar biasa dimana khusus melukai urat nadi serta isi perut pihak lawannya, asalkan terluka oleh serangan tersebut maka selama hidup orang itu akan mendengarkan perintahnya...." "Aku rasa kepandaian terebut bukan lain adalah suatu ilmu menotok yang dinamakan menggunting urat memutuskan syaraf, kepandaian semacam ini tak perlu diherankan lagi!" Sepasang mata Giok Lan kontan terbelalak lebar2, sambil memandang tajam wajah Siauw Ling serunya, "Jadi kalau begitu kaupun bisa menggunakan kepandaian silat macam ini "Bukannya begitu, apa yang barusan kuucapkan tidak lebih hanya merupakan dugaanku belaka, sebelum menjumpai orang yang pernah terluka oleh ilmu tersebut aku belum berani memastikan...." "Ada orang datang!" mendadak terdengar Sang Pat berseru dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara. Siauw Ling segera menghentikan ucapan yang belum habis diutarakan, ia berpaling dan ditemukan ada dua sosok bayangan manusia sedang meluncur datang. Gerakan kedua sosok bayangan manusia itu cepat laksana kilat, di dalam sekejap mata mereka telah tiba dibawah pohon dimana beberapa orang itu bersembunyi, mereka bukan lain adalah si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe serta sisegulung angin Peng Im. Sang Pat segera melayang turun dari tempat persembunyiannya. "Apakah kalian berhasil menemukan letak telaga Kioe Tji Than tersebut?" tanyanya lirih. Beruntung tidak sampai me-nyia2kan harapan kami. Siauw Ling pun berjalan keluar dari balik pohon, ujarnya. "Pihak perkampungan Pek Hoa Santjung telah mengutus Kiam Bun Siang Ing datang kemari, apakah kalian berdua menumpainiya?" "Kau maksudkan kedua orang penunggang kuda itu?" tanya Peng Im. "Benar!" "Kedua orang itu sudah dipancing pergi ke arah yang lain oleh para peronda malam, sekarang kita harus cepat-cepat menuju kesana aku sipengemis cilik telah menitahkan dua orang anak murid perkumpulan kami untuk menyambut kedatangan kita ditengah jalan," "Peng-heng!" tiba-tiba Sang Pat bertanya. "Siapakah ketua penyelenggaraan pertemuan para jago yang diselenggarakan kali ini!" "Tentang soal ini aku sipengemis cilik kurang paham, tapi menurut dugaanku kalau bukan Be Boen Hwe tentu guruku yang belum tiba. Sang Pat lantas tersenyum, "Kalau gurumu datang sendiri untuk menyelenggarakan pertemuan rahasia seluruh jago Bulim ini, urusan tentu akan mendapat kepastian yang cemerlang dan bagus" serunya. "Selama banyak tahun guruku selalu sibuk dengan urusan dalam partainya sendiri dan jarang berkenalan dengan persoalan yang menyangkut urusan Bulim tapi beberapa hari berselang aku sipengemis cilik telah mendapat pesan dari guruku yang mengatakan beliau akan tiba ditempat ini dengan membawa serta para jago lihay dari perkumpulan Kay Pang, hanya saja sudahkah mereka tiba hingga kini susah diduga, waktu pada saat ini sangat berharga bagaikan emas, kita tak boleh berdiam terlalu lama lagi disini mari biar aku sipengemis cilik membawa jalan untuk kalian." Selesai berkata ia berjalan terlebih dahulu dipaling depan. Siauw Ling, Sang Pat sekalian secara beruntun mengikuti dari belakang Peng Im melakukan perjalanan kemuka. Dengan memimpin para jago Peng Im berjalan putar kekanan berbelok kuran lebih sejauh empat lima li dan berhenti disisi sebuah hutan lebat, tiba-tiba ujarnya. "Silahkan Tjuwi menanti sebentar disini aku sipengemis cilik akan pergi memeriksa apakah mereka sudah datang atau belum. Badannya segera berkelebat masuk ke dalam hutan. Beberapa saat kemudian ia muncul kembali seraya berkata. "Dua orang anak murid partai kami telah menanti, silahkan Tjuwi sekalian masuk kehutan dan naik perahu...." "Naik perahu?" tanya Siang Ing tercengang Terhadap Siauw Ling agaknya Peng Im menaruh rasa hormat yang bukan kepalang buru buru jawabnya, "Akh.... aku sipengemis cilik telah lupa memberi keterangan kepada kalian, di dalam hutan ini terdapat seuah sungai yang menghubungkan tempat ini dengan telaga Kioe Tji Than," Dengan merendahkan badanya ia berlalu terlebih dahulu, Setelah melewati sebuah hutan lebat sejauh beberapa tombak sampailah mereka ditepi sebuah sungai kecil yang luasnya tidak lebih hanya beberapa tombak. Sebuah perahu sampan telah menanti ditepi sungai, dua orang anggota pengemis yang berpakaian dengkil telah menanti kedatanganmereka diujung perahu, Peng Im per-tama2 meloncat dulu ke atas perahu sampan itu disusul kemudian oleh Siauw Ling serta Sang Pat sekalian. Kedua orang Kay Pang tadi tanpa banyak cakap segera menjalankan perahunya mengikuti aliran sungai setelah dilihatnya para jago telah berada diatas perahu semua. Walaupun sungai kecil itu tidak lebar tapi dasar sungai amat dalam, kepandaian mengemudi perahu dari kedua orang anggota Kay Pang ini sangat mahir sekali, dengan mengikuti tikungan2 dari sungai tersebut mereka jalankan perahu tersebut makin lama semakin cepat. "Ooooouw.... kiranya telaga Kioe Ci Than ini dinamakan karena banyaknya tikungan yang terdapat disini" pikir Siauw Ling di dalam hati. Perahu tersebut bergerak kurang lebih sepertanak nasi lamanya, mendadak pemandangan yang tertera didepan mata berubah. Tampak luas sungai bertambah lebar dan susah kelihatan tepian, disebelah kanan sungai penuh ditumbuhi dengan tumbuhan gelaga yang rapat dan lebat. Kedua orang anggota Kay Pang tadi mendadak putar haluan dan menjalankan perahu mereka menerobosi hutan gelaga tersebut. Melihat pemandangan itu Siauw Ling kembali berpikir dalam hatinya. "Hutan gelaga ini sangat lebat dan tebal mana mungkin perahu tersebut bisa bergerak disana?" Tampak kedua orang anggota Kay Pang tadi dengan sangat mahir memutar perahu sampan itu sebentar kekanan sebentar kekiri dengan laju dan lancar mereka menerobosi hutan gelaga tadi. Jelas diantara hutan gelaga itu terdapat sebuah jaln air yang sangat rahasia denganluas tidak sampai lima depa, tepat dpat dilalui sebuah perahu sampan. Jelas tertera perahu mereka tanpa menjumpai kesulitan bisa bergerak maju kedepan melewati jalan rahasia tadi menembusi hutan gelaga. Dengan pandangan yang cermat Siauw Ling memperhatikan tumbuhan gelaga yang tumbuh disekitar tempat itu, ia menemukan bekas2 babatan baru yang tertinggal disana, jelas hal ini membuktikan kalau jalan rahasia itu belum lama dibikin, dalam hati segera berpikir. "Tempat ini memang benar2 sangat rahasia letaknya, empat penjuru adalah air dan merupakan tempat yang paling mudah dikontrol, tapi untuk melebarkan jalan rahasia ini sungguh bukan suatu hasil pekerjaan yang amat gampang...." Kembali sampan kecil itu ber-putar2 sebanyak beberapa kali, mendadak dari balik tumbuhan gelaga terdengar suara bentakan keras berkumandang keluar, "Berhenti!!!" Dari kedua belah tumbuhan gelaga muncul sebatang gala panjang berwarna merah yang menghadang jalan pergi mereka. Kedua orang anggota Kay Pang yang sedang mendayung perahu mereka secepat kilat menggerakkan dayungnya menghentikan lajunya perahu tersebut kedepan. Dari arah sebelah kiri hutan gelaga tersebut segera Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo terdengar suara seruan keras, "Tong Poei ia Ih Bok!" Anak murid Kay Pang yang berada disebelah kanan sampan tadi dengan cepat menyahut, "Si Poei Ken Sim Kiem!!!" Dari hutang gelaga sebelah kanan segera muncul kembali suara seruan yang lantang "Thian Sang Djier Gwat Seng!" Anak murid Kay Pang yang ada disebelah kiri perahu dengan cepat menyambung "Teh He Hwee Swie Toh!" Dua batang tongkat bambu warna merah yang disilangkan didepan perahu tadi segera ditarik kembali ke belakang disusul suara teguran orang itu. "Siapa yang ada diatas perahu?" Kedua orang Kay Pang itu saling bertukar pandangan sekejap kemudian berpaling ke arah Peng Im, mereka tetap membungkam dalam seibu bahasa. "Peng Im dari perkumpulan Kay Pang serta Tiong cho Siang Ku!" jawab Peng Im beberapa saat kemudian. "Lalu siapakah kedua orang tamu perempuan itu?" tanya orang yang ada disebelah kanan hutan gelaga dengan suara nyaring. "Mereka adalah sahabat karib aku Peng Im" Suasana untuk beberapa saat lamanya berubah jadi sunyi senyap, akhirnya orang itu berkata kembali. "Kami percaya kepada kalian silahkan melanjutkan perjalanan!" Setelah mendapat persetujuan dari orang2 itu, kedua orang anggota Kay Pang tadi baru menjalankan perahu sampannya melanjutkan perjalanan mereka kedepan. Setelah itu meninggalkan pos penjagaan tadi Tu Kioe mendehem ringan ujarnya. "Pejagaan disekitar tempat ini tidak kusangka bisa seketat ini!" "Bagi orang2 perkampungan Pek Hoa Santjung tak ada lubang yang tak bisa ditembusi kalau kita tidak melakukan penjagaan seketat ini dari mana bisa menahan selundupan dari pihak mereka?" "Aai .... malam ini kalau bukan ada Peng-heng yang membawa jalan serta pihak anggota Kay Pang yang menyambut mungkin sekalipun kita orang tahu akan nama telaga Kioe Tji Than ini belum tentu berhasil menemukan tempat ini" kata Siauw Ling perlahan. Peng Im membungkam, sekalipun dalam hati ia berpikir, "Sekalipun kau berhasil menemui tempat ini, kalau tak mendapat undangan mana bisa masuk justru semua jasa ini terletak pada pundak kedua orang anggota Kay Pang yang bersedia menghantar serta penjemput kalian...." Perahu sampan itu bergerak beberapa saat lagi, mendadak mereka berhenti dan terdengar suara salah seorang anggota Kay Pang itu berkata "Kita sudah ditempat yang dituju, silahkan tjuwi turun perahu dan mendarat!" Mendengar perkataan itu Siauw Ling mendongak meneliti keadaan disekitar tempat itu, sewaktu ditemukan daerah sana hanya terdiri dari hutan gelaga belaka dalam hati lantas berpikir, "Sekitar tempat ini sama sekali tidak kelihatan ada daratan, apakah mereka suruh kami berjalan diatas permukaan air?" Pada saat itu Peng Im telah selesai mengucapkan beberapa patah kata terhadap salah seorang anggota Kay Pang yang ada disisinya mendadak dengan suara berat serunya "Silahkan tjuwi mengikuti diriku!" Setelah mengarah tepat arah yang dituju, ia meloncat kedepan. Siauw Ling selama ini mengikuti terus arah yang dituju Peng Im, tampak olehnya tempat pijakan tersebut terletak disuatu tempat kurang lebih terpaut delapan, sembilan depa dari sampan kecil mereka, ia sadar dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang dayang tersebut tak mungkin mereka bisa mencapai daratan dengan selamat. Oleh sebab itu ujarnya, "Giok Lan, Kiem lan kalian meloncat terlebih dulu?" Giok Lan mengiakan, ia pertama2 meloncat terlebih dahulu menubruk ke arah mana Peng Im sedang berdiri menanti. Bersamaan dengan saat gadis itu melayang kedepan dengan kumpulan hawa murninya Siauw Ling siap mendorong telapak kanannya kedepan membantu dayang itu setiap saat. Siapa nyana tenaga loncatan dari Giok Lan jauh melebihi apa yang diduga dalam hati bukan saja ia dapat mencapai tempat pijak tersebut bahkan langsung menubruk ke arah tubuh Peng Im. Buru-buru Peng Im mundur empat langkah ke belakang untuk menghindar. dengan berbuat demikian ia baru berhasil meloloskan diri dari tenaga tubrukan Giok Lan. Kiem Lan pun segera menyusul dibelakang Giok Lan meloncat ke arah depan. Setelah itu berturut2 menyusul Siauw Ling Sang Pat serta Tu Kioe melayang pula ke arah mana Peng Im berdiri menanti. Ketika semua orang telah tiba ditempat yang dituju dan menunduk waktu itulah semua orang baru tahu dimana mereka berpijak bukan lain adalah sebuah papan kayu seluas dua depa yang ditrapkan diantara tumbuhan gelaga. Melihat semua persiapan yang sempurna sekali Siauw Ling berpikir, "Jika kutinjau dari tempat persembunyian mereka yang demikian terpencil dan terahasia guna tempat berkumpul, aku rasa persiapan bukan dilakukan dalam sehari dua hari belaka, jelas sejak dahulu mereka sudah memiliki suatu rencana tertentu!" Kedua orang anggota Kay Pang yang bertugas menghantar mereka, menanti orang2 itu sudah pada mendarat mereka putar haluan dan berlalu dari situ. "Silahkan Tjuwi berjalan mengikuti dibelakangku" kata Peng Im kemudian dengan nada yang lirih. "Semisalnya mejumpai sesuatu gerakan yang tak terduga, aku harap kalian jangan turun tangan secara gegabah" Selesai mengucapkan perkataan tersebut ia berjalna terlebih dulu ke arah depan. Papan2 kayu yang ditrapkan sebagai jalanan rahasia tersebut dibangun dengan menempel diatas permukaan air, setelah ber-belok2 mereka menembusi hutan gelaga semakin ke dalam lagi. Kembali mereka melakukan perjalanan sejauh empat belas, lima belas tombak jauhnya mendadak jalanan berputar kekanan disusul cahaya lampu secara lapat2 menyorot keluar dari balik hutan gelaga yang amat lebat itu. "Siapa?" terdengar suara teguran nyaring. Dari kedua belah sisi hutan gelaga secara tiba-tiba meloncat keluar dua orang lelaki kekar berbaju singsat bersenjata golok menghadang perjalanan mereka. Peng Im buru-buru merangkap tangannya menjura. "Aku sipengemis cilik di dalam perkumpulan Kay Pang disebut Peng Im!" katanya memperkenalkan diri. Empat buah sinar mata yang tajam dari kedua orang lelaki kekar itu ber-sama2 dialihkan ke atas tubuh Giok Lan serta Kiem Lan kemudian tegurnya kembali. "Siapakah beberapa orang yang berada dibelakang saudara!" "Tiong Cho Siangku yang sudah tersohor di kolong langit" "Dan siapakah kedua orang nona itu" sambung sang lelaki kekar yang ada disebelah kiri, "Kawan karib dari aku sipengemis cilik" "Nama besar Peng-heng tersohor diseantero jagad" kata silelaki kekar yang ada disebelah kanan, "Sudah lama kami mendengar akan kebesaran nama saudara, tentu saja tak usah kami minta tanda kepercayaan darimu, sebaliknya beebrapa orang saudara yang ada dibelakangmu entah membawakah suatu tanda pengenal khusus?" "Kami Tiong Cho Siang Ku selamanya pergi datang sesuka hati, tidak pernah tunduk pada suatu ikatan" seru Tu Kioe dengan nada dingin. "Beberapa orang saudara ini adalah jago jago lihay yang aku sipengemis cilik khusu undang untuk membantu pihak kita" kata Peng Im buru-buru menyambung. "Jikalau ada hal yang tidak beres, biarlah nanti aku sipengemis cilik yang tanggung" Kedua orang lelaki kekar itu saling bertukar pandangan sekejap, kemudian katanya. "Urusan ini menyangkut suatu masalah yang sangat besar, kami dua berasudara tidak sanggup memikul tanggung jawab seberat ini, harap Tjuwi menanti sebentar, biarlah siauwte masuk untuk memberi laporan terlebih dahulu...." - - - - - - - 31 Apanya yang perlu dilaporkan telebih dahulu?" seru Tu Kioe dengan gusar. "Jikalau kalian berdua tidak mau menyingkir untuk memberi jalan, jangan salahkan kami segera akan menerjang masuk kedalam." Karena takut urusan gagal ditengah jalan, Siauw Ling buruburu menjawil ujung baju Tu Kioe mencegah dia melanjutkan kata2nya ujarnya ramah. "Baiklah, merepotkan kalian berdua harus melapor dulu?" Mungkin kedua orang lelaki kekar itu merasa agak gentar dengan nama besar Tiong Cho Siang Ku dalam dunia persilatan walaupun menerima sindiran pedas dari Tu Kioe mereka tetap bersabar. Demikian orang yang ada disebelah kiri tetap tinggal diasana untuk ber-jaga2 sedangkan orang yang ada disebelah kanan segera putar badan lari masuk untuk memberi laporan. Kurang lebih seperminum teh kemudian, lelaki kekar itu muncul disana ber-sama2 seorang pemuda yang membawa kipas ditangan. Dengan sepasang mata Siauw Ling yang tajam, sekali pandangan ia dapat mengenali kembali pemuda terebut sebagai Be Boen Hwie itu sang Cong Piauw Pacu dari keresidenan Ih, Ouw, Siang, Kan. Mendadak Be Boen Hwie mempercepat langkahnya berebut dihadapan lelaki kekar itu sembari menjura serunya, "Saudara Peng, cepat kenalkan aku dengan diri Tiong Cho Siang Ku...." Sinar matanya berputar, mendadak ia menemukan Siauw Ling pun ada disana sikapnya segera agak melengak. "Eeeei.... Siauw-heng pun ikut datang?" sambungnya. Be-heng tidak pernah menyangka bukan!" sahut Siauw Ling sambil tersenyum. Ia segera menuding ke arah Sang Pat sambil berkata lebih lanjut, "Mari .... mari .... biar aku yang perkenalkan Tiong Cho Siang Ku kepada diri Be-heng, saudara ini adalah Sang Pat sedang yang satu ini adalah Tu Kioe!" Be Boen Hwie buru-buru mejura. "Telah lama kami kagumi nama besar saudara berdua beruntung ini hari kita bisa saling berjumpa!" Sang Pat mendongak tertawa ter-bahak2. "Haa.... haa...., kemi bersaudara adalah kaum pedagang yang sangat jarang mengadakan hubungan dengan saudara2 Bu-lim, tadi kami sedikit mengganggu keagungan serta kecemerlangan nama besar Be Tjong Piauw Patju harap kau suka memaafkan!" "Anak buahku tidak tahu dan berbicara rada kasar, siauwte berharap kalian berdua suka memandang diatas wajahku jangan mengganggu mereka lagi!" Bicara sampai disitu ia lantas menjura. Dengan cepat Sang Pat balas memberi hormat. "Tanpa pegangan semua urusan gagal, Be Tjong Piauwpacu bisa memimpin kawan2 Bulim dari empat keresidenan besar ehmm....! kiranya kau benar2 punya bakat dan memiliki kewajiban yang sukar ditandingi orang lain" "Terima kasih atas pujianmu, siauw-te tak sanggup untuk menerimanya. Dalam barak di tengah hutan gelaga sana telah tersedia sayur dan arak bagaimana kalau Cu-wi bersantap danminum arak terlebih dahulu?" "kami sengaja datang untuk menyambangi dirimu, tentu saja akan kutonton kehebatan serta pengaruh dari Be-heng" kata Siauw Ling sambil tertawa. Be Boen Hwie segera menjura dengan wajah serius. "Cu-wi silahkan masuk!" Dengan dipimpin Peng Im beberapa orang itu melanjutkan perjalanan kedepan, Tiong Cho Siang Ku berjalan mengikuti dibelakang pengemis itu sedang kedua orang dayang Giok Lan dan Kiem Lan mengiringi dengan kencang disisi Siauw Ling. Kepada diri kedua orang dayang itu Be Boen Hwie menjura lalu menegur sambil tertawa, "Nona berdua, agaknya kalian tidak pernah berpisah dengan Siauw Thay-hiap barang setengah jengkalpun" Kedua orang dayang itu tersenyum, mereka membungkam. Setelah berjalan sejauh lima tombak mendadak suasana disekeliling tempat itu berubah, tampaklah di dalam sebuah barak yang terbuat dari kayu dan bambu serta sorotan sinar lilin duduk ber-puluh2 orang jago Bu-lim. Dalam sekali pandangan Siauw Ling dapat menaksir kira2 orang yang berkumpul disitu ada dua puluh orang banyaknya. Dua batang lilin merah besar terpancang di depan pintu masuk, suasana disekitar sana terang benderang bagaikan disiang hari bolong, oleh karena itu setelah Siauw Ling sekalian masuk ke dalam barak itu semua jago yang hadir dalam kalangan bisa melihat wajah mereka dengan sangat jelas. Sang Pat mendongak memandang ke atas barak itu, ia termukan diantara kayu2 sebagai penjaga maka sebagai atapnya digunakan secarik kain hitam yang amat lebar dan panjang, jelas mereka takut cahaya lampu menyorot keluar sehingga diketahui pihak lawan, tak terasa lagi di dalam hati ia memuji pikirnya, "Otak Be Boen Hwie ternyata amat cermat, ia betul2 seorang jagoan berbakat...." Mendadak terdengar suara desiran angin tajam menembusi angkasa menyambar datang ke arah mereka. si Sie-poa emas Sang Pat adalah seorang jago kawakan yang banyak pengalaman. begitu mendengar suara desiran angin tajam tadi ia segera dapat membedakan sebagai serangan semjata rahasia. Buru-buru ia berpaling ke arah mana berasalnya suara tadi. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tampaklah ditangan kiri Siauw Ling telah menangkap sebatang senjata rahasia peluru perak, dimulutnya menggigit sebatang anak panah pendek dan ditangan kanannya menggenggam senjata rahasia Kiem Lian hoa atau bunga teratai emas. Dalam sekejap mata, tangan serta mulut sama2 bekerja untuk menangkap datangnya bokongan tida batang senjata rahasia. kecepatan gerak serta ketepatan menangkap benar2 sangat mengagumkan membuat para jago yang hadir dikalangan rata2 diikin terkesiap. Air muka Be Boen Hwie berubah hebat, denganlantang segera teriaknya, "Siapa yang barusan melancarkan serangan bokongan" silahkan berdiri untuk memberi keterangan!!!" Siauw Ling ayunkan tangannya melemparkansejata rahasia yang ada ditangan ke atas tanah kemudian sambil tertawa hambar katanya "Sudahlah, mungkin orang itu sengaja hendak mengajak siauwte bergurau, Be-heng tak perlu terlalu memandang serius akan soal ini" Sinar mata Be Boen Hwie dengan tajam dialihkan ke arah ujung barak dimana duduk dua orang jago, yang satu adalah seorang kakek tua berambut putih sedang yang lain adalah dara berbaju hitam dengan wajah kere. ujarnya kemudian. "Siauw Sam Tjung-tju berlapang dada. siauwtepun terpaksa meurut saja atas kemauanmu" Mendengar dirinya disebut sebagai Sam Tjung-tju dihadapan para jago, Siauw Ling segera kerutkan dahinya, bibir bergerak seperti mau bicara tapi akhirnya niat tersebut dibatalkan. "Usia orang ini tidak begitu besar, tapi semua pekerjaan serta tindak tanduknya cukup berpengalaman dan tajam" pikir Sang Pat dalam hati. "Dalam ucapan yang pertama ia bocorkan dahulu asal usulnya Toako agar hati para jago diliputi kecurigaan setelah itu menimpahkan kebaikan hati Toako yang tidak suka mencari banyak urusan ke atas badannya dengan demikian para jago lainnya tak akan salahkan dia orang.... orang ini betul2 lihay, dalam sepatah dua patah kata ia telah memberi peringatan kepada para jago dan meloloskan diri dari berbagai macam kesulitan" Mengambil kesempatan tadi, Peng Im alihkan sinar matanya menyapu keadaan disekeliling ruangan sewaktu tidak dijumpai para tokoh Kay Pang yang hadir dalam pertemuan tersebut ia jadi tercengang dan keheranan, pikirnya. "Tugas berat seperti menyeberangkan para jago, penjaga keamanan serta tugas2 bahaya lainnya dipikul oleh kami pihak Kay Pang, kenapa dalam pertemuan besar yang sangat penting justru dari pihak Kay Pang tak seorangpun yang ikut hadir" sungguh aneh dan patut dicurigai...." "Sam Cungcu!" terdengar Be Boen Hwie berkata kembali seraya menjura penuh rasa hormat. "Setelah kau berhasil menemukan tempat kami, hal ini menandakan apabila pendengaran serta penglihatan kalian sangat tajam. Hati siauwte benar2 merasa amat kagum setelah tiba disini bagaimana kalau Sam Tjungtju duduk2 sebentar sambil minum secawan arak?" Mendengar ucapan itu Siauw Ling mengerti apabila Be Boen Hwie telah menaruh salah paham terhadap dirinya, selagi ia ada maksud memberi penjelasan Tu Kioe dengan suara dingin telah menimbrung. "Be Tjiong Piauw patju sikapmu yang kasar terhadap para tetamu apakah mereasa tiak sedikit keterlaluan" Be Boen Hwie kontan tertawa dingin tiada hentinya. "Heee...., heee...., terhadap nama besar Tiong cho Siang Ku sudah lama siauwte merasa kagum, tidak nyana dengan kedudukan kailan berdua yang begitu tinggi dan terhormat ternyata sudi mengabungkan diri dengan pihak perkampungan Pek Hoa San-tjung" Mendengar dirinya dituduh bersekongkol dengan Jen Bok Hong, Tu Kioe jadi amat gusar. "Be Boen Hwie!" teriaknya keras2. "Kalau bicara harap kau sediki berhati2!" Mendadak para jago yang hadir dalam kalangan ber-sama bangun berdiri senjata tajam dicabut keluar dari sarungnya siap melakukan penyerangan, kalau dilihat situasinya mungkin asalkan Be Boen Hwie memberi komando maka semua jago akan melancarkan serbuan secara berbareng. Situasi segera berubah hebat, suasana penuh diliputi ketegangan serta kecemasan, setiap saat suatu pertumpahan darah akan terjadi di sana. Pada saat itulah Sang Pat tertawa terbahak2 "Haa.... haa.... Cuwi sekalian bersikap demikian tegang dan cemas apakah ingin mempersiapkan suatu pertarungan bodoh yang tiada tujuan" selamanya siauwte mengutamakan keuntungan dalam setiap perdagangan, kalau ada tanda-tanda harus membayar ganti rugi tak akan kulakukan, jikalau kami ada maksud membantu pihak perkampungan Pek Hoa Sancung apa gunanay datang kesarang macan gua naga dengan tanpa persiapan sama sekali?" Peng Im pun kelihatan sangat cemas dengan situasi yang tertera didepan matanya, teriaknya penuh kegelisahan. "Be-heng harap kau suka dengarkan dulu sepatah dua patah kata dari aku sipengemis cilik" Mendadak dari antara gerombolan para jago terdengar seseorang berteriak dengan suar lantang "Anak murid perkumpulan Kay Pang rata2 mengutamakan kesetiaan, serta kebajikan, sisegulung angin Peng Im terkenal pula sebagai seorang pendekar yang dihormati sesama kawanan Bu-lim dalam dunia persilatan, tidak disangka kau adalah seorang manusia kecil yang takut mati, demi keselamatan sendiri dengan tiada sayangnya telah menjual keadilan Bu-lim kepada pihak musuh, hal ini sugnguh menyayangkan jerih payah Shen Pangcu yang sudah mendidik kau selama banyak tahun. Hmm! tak nyana muridnya tidak lebih adalah seorang manusia tidak punya semangat!" JILID 15 Mendengar makian itu Peng Im berpaling, dilihatnya orang yang barusan memaki dirinya habis2an adalah seorang pemuda berusia dua puluh tahunan, saat itu pemuda tadi telah meloloskan pedangnya dari dalam sarung dan dicekal ditangan siap melancarkan terjangan. Peng Im tidak kenal dengan orang ini, tapi disisinya berdiri seorang kakek tua bertongkat yang bukan lain adalah sipendekar pincang Tjang Toa Hay, terang pemuda itu adalah muridnya. Selagi ia hendak mengucapkan beberapa kata bantahan, mendadak terdengar lagi suara ucapan seseorang dengan nada yang nyaring dan dingin berkumandang datang. "Cuwi sianpwee sekalian, sewaktu berada di atas sebuah loteng rumah makan dikota Koei Cho, boanpwee pernah berusaha membinasakan Cioe Cau Liong dengan senjata rahasia tapi usahaku ini digagalkan oleh orang tersebut karena hadangannya ditengah jalan, karena hal dendam sakithati ayahku selama tujuh tahun gagal kutuntut balas, malam ini ia berhasil meneylundup masuk ke dalam markas pertemuan kita, orang ini tak boleh dilepaskan lagi ia menyaru nama besar Siauw Thayhiap untuk mengacau Bulim dan menimbulkan huru-hara saja harap para paman sekalian jangan sampai tertipu dan mendengarkan bujuk rayunya yang manis. Oleh ucapan itu berpuluh2 pasang mata para jago yang hadir dalam kalangan bersama2 dialihkan ke atas wajah Siauw Ling sinar mata mereka penuh diliputi rasa benci, mendendam serta gusar yang susah dikendalikan. Melihat para jago telah dibakar oleh suasana sehingga sukar dipertahankan lagi. Sang Pat merasa terkesiap, pikirnya. "Para jago yang hadir dalam kalangan pada saat ini rata2 merupakan jago Bulim bersamaan yang memiliki kepandaian silat luar biasa, bagaimanakah akhir dari pertumpahan darah ini darah segar dan tumpukan mayat pasti akan bergelimpangan memenuhi permukaan, pemandangan saat itu pasti sangat mengerikan!" Siauw Ling semakin gelisah lagi, banyak persoalan yang hendak diutarakan keluar tapi untuk sesaat tak sanggup baginya untuk memulai ucapan itu, melihat pula para jago dengan senjata telanjang mulai mendekati dirinya semakin cemas lagi. Ia tahu dalam menghadapi situasi macam ini asal salah seorang saja mulai turun tanganmelancarkan serangan maka para jago lainnya secara berbareng akan turun tangan secara bersama2. situasi waktu itu susah ditolong lagi dan suatu pertarungan tak akan terhindar. Apalagi kekuatan Kiem Lan serta Giok Lan yang berjaga2 dikedua belah sisinya hanya terbatas, tak mungkin bagi mereka berdua untuk menahan gempuran yang datang dari empat penjuru. Karena itu segera bisiknya lirih "Giok Lan, Kiem Lan cepat mundur kelbelakang tubuhku!" Kedua orang dayangpun itu mengerti dengan kepandaian silat yang mereka miliki tak akan sanggup menahan seranganlawan karenanyamereka menurut dan mundur ke belakang tubuh Siauw Ling. Tiong Cho Siang Ku sebagai jago kawakan yang banyak pengalaman, setelah meninjau situasi didepan mata tanpa berisik dan menimbulkan banyak suara segera mundur dan memencar kedua belah sisi Siauw Ling melindungi pemuda itu dari dua sayap kiri dan kanan. Dengan demikian pertahanan mereka berubah menjadi posisi segi tiga. Si Segulung angin Penge Im berdiri kurang lebih tujuh delapan depa dihadapan Siauw Ling kalau dibicarakan sesungguhnya maka dialah yang akan bentrok dengan para jago terlebih dahulu. Tapi kedudukan Shen Pangcu dari Kay Pang di dalam Bulim sangat terhormat dan mendapat rasa kagum dan setiap insan Bu-lim kebanyakan dan para jago tidak ingin mencari gara2 dengan pengemis cilik ini. Pikir mereka kendati pengemis cilik ini sudah menjual para jago kepada pihak perkampungan Pek Hoa Sancung, dikemudian hari Shen Pangcu dari Kay Pang bisa turun tangan sendiri memberi hukuman kepadanya, dengan pengeruh Kay Pang yang besar mereka tidak ingin mengikat permusuhkan dengan perkumpulan tersebut. Karena itu para jago rata2 pada menghindari bentrokan dengan Peng Im, mereka mengitari dari sisinya melanjutkan terjangan kedepan. Ketika itu semua jago yang ada di dalam barak sudah mulai bergerak secara berbareng kepungan berlapis dan maju selangkah demi selangkah kedepan. Serbuan yang datang dari depan pada menghindari bentrokan maju mendesak terus, dengan demikian situasi memaksa Peng Im harus bersiap sedia, karena ia tidak berani memastikan apakah ada orang yang ada dibelakangnya itu akan turun tangan terhadap dirinya atau tidak. Selama ini Be Boen Hwie berdiri dengan tenang disisi kalangan, ia tidak turun tangan mencegah pun tidak turun tangan memberi petunjuk kepada para jago untuk menyerang. Suasana dalam barak sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, tapi ditengah keheningan terasalah suasana penuh ketegangan yang menyesakkan pernapasan. Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat, seorang gadis berbaju hijau meloncat ketengah udara menubruk Siauw Ling. telapak tangannya berputar mengirim serangan dahsyat. Siauw Ling sedikit menggerakkan badannya menyingkir kesamping, ia berkelit dari tangannya serangan tadi mengancam dada bagian depan sebagai tempat penting dan menerima hantaman tadi dengan pundak kananya. serangan dengan telak bersarang ditubuh pemuda itu membuat seluruh badan Siauw Ling bergetar tiada hentinya. Tu Kioe tertawa dingin teriaknya, "Budai cilik. nyalimu sungguh tidak kecil!" Telapak kanannya bergetar dihantamkan kedepan. Tapi Siauw Ling keburu menggerakkan tangannya menghadang serangan Tu Kioe yang mengarah sang gadis, ujarnya sambil tertawa hambar, "Nona, kau telah menghantam satu kali diri cayhe, rasanya seluruh hawa mangkel serta dendam yang mengeram dihatimu sudah punah semua bukan!" Diatas selembar wajah sang dara berbaju hijau yang diliputi keseriusan mendadak terlintas suatu perasaan bimbang dan kosong. "Mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan?" tanyanya bengong. "Tempo dulu cayhe telah turun tangan menghadang tindakan nona untuk membalas dendam walaupun perbuatanku itu dilakukan tanpa maksud tapi dalam hati kecil nona selalu mengingatnya sebagai suatu sakit hati yang sangat mendalam. Eeeei....! padahal, sekalipun waktu itu cayhe tidak turun tangan mencegah, senjata rahasia yang nona lepaskan belum tentu bisa melukai diri Cioe Cau Liong" Ketika itu Tu Kioe siap turun tangan tadi para jago yang ada diempat penjuru telah meloncat siap melancarkan kerubutan, tapi berhubung Siauw Ling keburu turun tangan menghalangi serangan yang hendak dilancarkan Tu Kioe maka dalam keadaan diluar dugaan para jagopun ber-sama2 menghentikan gerakannya. Terdengar si dara berbaju hijau itu dengan suara dingin berkata kembali, "Cioe Cau Liong telah membinasakan ayahku memaksa ibuku bunuh diri, dendam berdarah sedalam lautan ini apakah aku tidak patut menuntut balas ....?" "Dendam membunuh orang tua memang berat seberat gunung Thay-san dan dalam sedalam samudra, kau seharusnya menuntut balas atas sakithati ini" "Tapi kau telah menghalangi kesempatan yang sudah lama ku-tunggu2, apakah aku tidak patut mengalihkan rasa gusar, kecewa dan benciku ini ke atas badanmu?" Sikap Siauw Ling tetap tenang bagaikan tenangnya air telaga, ujarnya lambat2, "Nona, harap kau teliti kembali situasi yang tertera pada hari itu, sekalipun Cayhe tidak turun tangan mencegah, mungkinkah kau berhasil melukai diri Cioe Cau Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Liong?" si dara cantik berbaju hijau itu termenung berpikir sebentar akirnya ia mengeleng. "Aku tidak tahu .... aku tidak tahu ...." yang kuingat selalu adalah kau telah turun tangan menghadang meksudku untukmenuntut balas" "Eeeei.... bocah, apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak salah" tiba-tiba tersengar suara seseorang yang serak dan penuh kesedihan menimbrung dari samping. "Sekalipun ia tidak turun tangan mencegah senjata rahasia yang kau lepaskan tak bakal berhasil melukai diri Cioe Cau Ling" Orang yang barusan bicara adalah seorang lelkai berwajah persegi empat. bermata bulat besar dan seorang akhli melepaskan senjata rahasia. Dia bukan lain adalah "Pat so Sin Liong" atau sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Tjeng. Mendadak terdengar suara dengusan berat berkumandang memecah kesunyian yang mencekam disekitar barak tersebut, kemudian diikuti robohnya badan seorang lelaki kekar ke atas tanah. Air muka Siauw Lig amat serius, ia berpaling memandangn sekejap ke arah lelaki itu kemudian tarik napas panjang2 dan muntahkan darah segar dari bibirnya. Ternyata lelaki kekar itu setelah melihat Siauw Ling kena dihantam tapi tidak mau turun tangan membalas dalam hati lantas berpikiran lain, ia berpikir. "Tenaga pukulan orang perempuan bagaimanapun sangat lemah, dalam hal tenaga pun ada batasnya, tidak aneh kalau serangannya tadi tidak berhasil melukai dirinya, kalau aku berhasil membinasakan dirinya dalam sekali hantaman atau melukai dirinya bukankah namaku akan cemerlang dan menerima penghormatan dari kawan2 Bulim ....?" Karena berpikir demikian maka secara diam2 ia kumpulkan tenaga pukulan Thiat san Ciang nya dan perlahan-lahan maju mendekat seraya mengirim sebuah pukulan bokongan. Ia tidak pernah berpikir bahwa Siauw Ling seorang jago yang sangat lihay, ketajaman pendengaran serta penglihatannya melebihi orang lain. Sewaktu ia mendekati punggungnya Siauw Ling telah merasakan tindakannya itu hanya saja karena mengingat situasi yang tidak menguntungkan dirinya, ia takut sedikit salah bertindak dan menimbulkan suatu pertumpahan darah yang tidak diinginkan maka setelah mengerahkan tenaga untuk melindungi badan ia pura2 tidak tahu, Tapi ia tidak mengira kalau lelaki itu berhasil melatih ilmu pukulan Thiat Sah Tjiang yang terkenal akan keampuhannya. Walaupun Sang Pat pun dapat melihat kejadian ini, tapi karena ia menduga Siauw Ling berhasil memiliki tenaga Khiekang pelindung badan ingin melihat orang yang berbuat tidak senonoh ini mendapat ganjaran yang setimpal iapun pura2 tidak melihat. Ketika lelaki itu merasa Siauw Ling sama sekali tidak merasa kendati serangan sudah dipersiapkan, ia jadi kegirangan setengah mati pikirnya lagi dalam hati "Kali ini nama besarku akan terangkat beberapa kali lipat dalam sekali serangan namaku ikut menanjak!" Dengan menambahi dengan dua bagian tenaga pukulan, dengan sekuat tenaga ia menghantam kedepan. Tapi ketika serangannya mengenai ujung badan Siauw Ling ia mulai merasakan keadaan yang tidak beres. Terasa olehnya segulung tenaga pantulan yang maha dahsyat memental kembali menghantam dadanya, darah segar terasa bergolak di dalam rongga dada tak tertahan lagi ia mendengus berat dan jatuh tidak sadarkan diri diatas tanah. Hawa Khie-kang pelindung badan yang berhasil dimiliki Siauw Ling pun masih cetek tarafnya, apalagi serangan yang digunakan pihak lawan adalah tenaga pukulan Thiat Sah Tjian yang dapat menghancurkan batu nisan, ia segera merasa jalan darah bergolak cepat, isi perut mendapat getaran keras dan tak kuasa darah segar muncrat keluar dari ujung bibirnya. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini seketika menggetarkan suasana diseluruh ruangan Giok Lan, Kiem Lan berbareng menjerit tertahan "Siangkong!" Mereka ber-sama2 maju kedepan memayang badan Siauw Ling. Pemuda she-Siauw buru-buru atur pernapasan menekan golakan darah segar dalam rongga dadanya, sambil tertawa hambar ia menggeleng. "Aku tidak mengapa, cepat lepaskan diriku!" Karena tidak menemukan tanda yang aneh diatas wajahnya, kedua orang dayang itu tidak berani terlalu memaksa, mereka menurut dan lepas tangan. Dari dalam sakunya Siauw Ling mengambil keluar secarik sapu tangan dan tiba-tiba dilemparkan ke arah dara berbaju hijau itu. "Maaf telah menodai baju nona!" katanya lirih. Ternyata sewaktu Siauw Ling tak sanggup menahan golakan darah dalam perutnya dan darah segar menyembur keluar tadi dengan tanpa sengaja noda darah telah mengotori baju dibadan dara berbaju hijau itu. Dara berbaju hijau tadi tetap ter-mangu2, dengan mata mendelong ia memperhatikan tubuh silelaki kekar yang mengeletak diatas tanah. Ia kenali lelai ini sebagai sipenghancur batu nisan Ong Ih yang tersohor akan kehebatan ilmu Thiat Sah Ciangnya. Dalam hati ia terkesiap kaget pikirnya. "Terang2an ia ada maksud mengalah padaku tadi, sewaktu aku menghantam dirinya tak terasa olehku akan tenaga pantulan yang muncul dari badannya, sedang tenaga pukulan Ong Ih berpuluh2 lipat lebih dahsyat dari seranganku, ternyata ia menderita luka semakin parah. Kepala tertunduk memandang noda darah yang melekat diatas bajunya, mendadak timbul perasaan tidak tenteram dalam hatinya, kepala tertunduk semakin rendah dan tidak berbentrokan mata lagi dengan Siauw Ling. "Tidak mengapa" jawabnya lirih. "Siangkong tak usah pikirkan di dalam hati!" Diam2 ia mengundurkan diri ke belakang dan kembali kesisi tubuh sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Ceng. Be Boen Hwie pada waktu itu telah berjalan kesisi Ong Ih sekalian mencengkeram badannya ke atas. "Ong-heng parahkan lukamu yang kau derita!" tanyanya lirih. Dari lubang hidng telinga bibir serta mata Ong Ih mengucurkan darah berwarna kehitam2an, hal ini menunjukan bahwa isi perutnya telah bergeser dan semua urat nadinya telah terputus, kendati ada obat mujarabpun tidak bakal sanggup menolong selembar jiwanya. Tiba-tiba Ong Ih membuka matanya sembari berseru. "Dia memiliki hawa Khie-kang pelindung badan...." Bicara sampai disitu badannya berkerut agaknya dengan menggunakan sisa tenaga yang ada ia coba mempertahankan diri, tapi pada detik berikutnya ia telah menghembuskan napasnya yang penghabisan.... Perlahan-lahan Be Boen Hwie meletakkan jenasah Ong Ih ke atas tanah lalu sambil ulapkan tangannya ke arah para jago katanya. "Harap Cuwi sekalian untuksementara waktu kembali ketempat duduknya masing-masing! Kematian dari sijago penghancur batu nisan Ong Ih membuat golakan dalam hati para jago jauh lebih tenang lagi, setelah mendengar teguran Be Boen Hwie mereka masingmasing kembali ketempatnya semula. Kini Be Boen Hwie alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling dan tegurnya dengan nada dingin, "Kedatangan Siauw heng kemari entah ada petunjuk apa?" "Siauw-te telah lepaskan diri dari ikatan perkampungan Pek Hoa San-cung...." "Menurut apa yang cayhe ketahui" tukasi Be Boen Hwie dengan wajah agak gusar. "Saat ini Jen Bok Hoang sedang mengirim utusan untuk mengundang seluruh pentolan serta jagoan Bu-lim untuk menghadiri perayaan yang diselenggarakan mereka dalam rangka ikut sertanya Siauwheng dalam perkampungan Pek Hoa Sancung mereka, belum pernah kami tangkap berita tentang lepasnya hubungan Siauw-heng dengan pihak perkampungan Pek Hoa San-cung. "Ooouw.... ada kejadian seperti ini?" seru Siauw Ling dengan sepasang alis berkerut. "Semua jago yang hadir dalam kalangan pada tahu akan soal ini, Siauw-te mana berani bicara sembarangan?" Siauw Ling jadi serba salah, pikirnya dalam hati, "Kalau aku ceritakan keadaanku yang sesungguhnya, walaupun bisa dudapatkan kepercayaan dari semua para jago dan mereka akan memahami kesulitanku, tapi dengan demikian keselamatn kedua orang tuaku yang terkurung di dalam perkampungan Pek Hoa Santjung akan terancam...." Untuk beberapa saat lamanya ia jadi kebingungan apa yang harus dilakukan pada saat ini. "Be-heng!" tiba-tiba si sie poa emas Sang Pat menimbrung dari samping. "Aku rasa ada suatu rahasia hendak disampaikan kepadamu secara pribadi, entah dapatkah kita menghindar sebentar dari hadapan umum?" Be Boen Hwie termenung sebentar, akhirnya ia putar badan dan berjalan menuju keujung barak. Dengan langkah lebar Sang Pat mengikuti dari belakang, dan mereka berdua kasak kusuk beberapa saat lamanya. Sesaat kekmudian dengan wajah serius Be Boen Hwie muncul kembali ditengah kalangan sembari berseru lirih. "Siauw heng silahkan!" Tangan kirinya diulapkan mempersilahkan Siauw Ling ambil tempat duduk diujung sebelah Timur barak. Siauw Ling sendiri tidak tahu apa yang telah diucapkan Sang Pat kepada diri Be Boen Hwie, terpaksa ia menurut dan melangkah kedepan. Tempat dimana Siauw Ling duduk saat ini adalah bagian barak yang paling sepi dan tak ada jago yang duduk disana. Entah dikarenakan kepandaian silat Siauw Ling yang lihay telah menggetarkan hati para jago ataukah sikapnya yang gagah telah menundukkan mereka, mendadak suasana jadi tenang dan masing-masing jago duduk kembali ketempatnya masing-masing. Perlahan-lahan sinar mata Be Boen Hwie menyapu sekejap ke arah para jago yang ada diempat penjuru, kemudian ujarnya lirih. "Tadi cayhe kurang paham terhadap maksud kedatangan Siauw heng yang sebenarnya, harap kau suka memaapkan semua kesalahan yang telah kulakukan ...." "Siauwte hadir tanpa diundaing, hal ini tak bisa disalahkan timbul kecurigaan diantara Be-heng serta para jago dalam soal ini tak bisa salahkan diri Be-heng." "Walaupun malam ini atas anjuran para jago siauwte bertindak sebagai ketua pertemuan tapi dalam kenyataan keputusan terakhir tetap berada ditangan para jago, Siauwte rela membantu Siauw-heng dalam menanggulangi persoalan yang maha berat ini, tapi aku rasa dalam beberapa waktu masih sulit untuk menundukkan hati para jago." "Be-heng, kau hendak menyampaikan soal apa silahkan diutarakan sejujurnya, asalkan siauwte bisa melakukan tanpa membantah. "Pada saat itu di dalam perkampungan Pek Hoa San-cung sedang diadakan persiapan untuk merayakan Siauwheng yang telah menggabungkan diri dengan pihak perkampungan Pek Hoa San cung, dalam hubungan soal ini aku rasa semua jago telah mengetahuinya dalam situasi seeprti ini sekaliun siauwte akan gunakan semua tenaga untuk menjelaskan keadaan Siauw heng yang sebetulnya juga percuma saja oleh karena itu dapatkah untuk sementara waktu Siauw heng mengundurkan lebih dahulu dari sini. setelah siauwte berhasil memperoleh kepercayaan dari para jago baru kirim orang lagi untuk menyambut kedatanan Siauw heng dengan penuh kehormatan...." Maksud kedatangan Siauw Ling ketempat itu adalah ingin minta bantuan para jago untukmenolong orang tuanya lolos dari orang2 perkampunan Pek Hoa Santjung. Tapi karena telah melihat situasi tidak menungtungkan baginya untuk tetap tinggal disana, ia segera bangkit berdiri. "Jikalau siauwte tak bisa memperoleh kepercayaan dari saudara2 seklian terpaksa aku mohon diri terlebih dahulu!" Setelah menjura it putar badan berlalu. Sang Pat, Tu Kioe, Giok Lan serta Kiem Lan pun segera ikut bangkit dan berlalu mengikuti dari belakang Siauw Ling. Mendadak Peng Im meloncat bangun dan menghadang jalan pergi Siauw Ling, serunya cepat-cepat "Siauw Thay-hiap kau hendak pergi kemana?" "Siauwte tidak berhasil mendapat kepercayaan dari para jago dan tidak dapat pula ikut menghadiri pertemuan rahasia ini, lebih baik untuk sementara waktu mengundurkan diri terlebih dulu" Aku sipengemis cilik tak becus dan tidak dapat merebut kepercayaan dari para jago aku pun tidak punya muka lagi untuk ikut menghadiri pertemuan itu ...." "Peng-heng kau jangan salah sangka" tukas Be Boen Hwie ter-buru-buru. "Dengan nama harum Peng-heng dalam dunia persilatan, tak seorang jago yang hadir dalam kalangan inipun yang tidak menaruh rasa hormat kepadamu sedangkan mengenai masalah Siauw Thay-hiap sebelum kami berhasil memastikan kebersihan asal usulnya sungguh mati tak dapat kami biarkan ia ikut hadir dalam pertemuan ini. Sekarang suhumu belum tiba dan saat ini hanya Peng-heng seorang yang dapat mewakili pihak Kay-pang, kalau Peng-heng hendak mengundurkan diri dari pertemuan ini bukankah dari pihak Kay Pang tidak ada wakil yang ikut menghadiri pertemuan ini" urusan menyangkut masalah yang besar, aku harap Pengheng suka berpikir tiga kali sebelummengambil tindakan". "Apa yang diucapkan Be Cong Piauw Pacu sedikitpun tidak salah" sambung Siauw Ling pula. "Peng-heng, kau jangan mencampuri suatu urusan persoalan yang kecil menghancurkan masalah besar, harap kau lebih mementingkan urusan lebih penting. Peng Im termenung berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Berhubung pada saat ini sikap para jago terhadap pihak perkampungan Pek Hoa San cung penuh diliputi oleh perasaan jeri dan takut, hal ini mengaibatkan timbulnya suasana yang kaku, nama Siauwte kecil tak berpengaruh dan tidak berhasil membuat para jago menaruh kepercayaan terhadap diri Siauw heng, kalau dibicarakan sungguh memalukan. "Tebal salju tiga dim, kejadian ini hanya berlangsung selama musim dingin, Pengheng harap baik2 berjaga diri dan siauwte mohon diri terlebih dulu." Tanpa berpaling lagi dengan langkah lebar ia berlalu. "Aku sipengemis cilik akan menghantar kalian sampai diperahu." Tanpa menunggu apakah Be Boen Hwie mengijinkan atau tidak, dengan langkah lebar Peng Im ikut berlalu mengikuti rombongan Siauw Ling. Setibanya diujung papan kayu yang dirapikan sebagai sebuah lorong kecil, ternyata disitu tidak dijumpai adanya perahu sampan yang digunakan untuk menghantar mereka ketepian. Tu Kioe tak dapat menahan rasa gusar yang terpendam dalam hatinya lagi, ia mulai memaki kalang kabut. "Bangsat cilik itu sungguh kurang ajar sekali kalau tidak ijinkan kita orang ikut hadir dalam pertemuan tersebut seharusnya disini disediakan perahu untuk memuat kita ketepian, masa perahu saja tidak ada.... bangsat! keparat! entah apa maksud yang sebenarnya?" "Aku rasa ia sudah mengatur segala keperluan untuk kita, saudara Tu tak usah gelisah!" Tu Kioe masih marah2 hanya saja ia tak berani memaki lagi karena barusan ditegur oleh Siauw Ling, sinar matanya dialihkan ke arah Sang Pat dan ujarnya kembali. "Sang Loo-toa apa yang telah kau ucapkan terhadap bangsat keparat itu" kalau kita harus mundur karena gertak sambal seorang bocah cilik macam dia, bukankah tindakan ini akan mempengaruhi merek mas Tiong Cho Siang Ku kita?" Mendengar ucapan itu Sang Pat lantas tersenyum "Jangan kuatir, jangan kuatir, selamanya siauwte paling tidak suka melakukan perdagangan yang rugi, tentang soal ini kau boleh berlega hati" "Orang2 yang bertugas mendayung perahu kebanyakan adalah anggota Kay Pang kami" ujar Peng Im. "Biarlah aku sipengemis cilik menggunakan kedudukanku di dalam Kay Pang untuk memerintahkan mereka mengirim perahu datang kemari" "Peng-heng jangan bertindak gegabah, aku rasa Be Boen Hwie tentu sudah melakukan persiapan2 lebih baik kita menanti sejenak lagi" Baru saja mereka ber-cakap2 sampai disitu mendadak terdengar suara dayung memecah ombak berkumandang datang.... "Nah! coba kalian lihat bukankah perahu sudah datang?" seru Siauw Ling segera. Ketika semua orang berpaling, tampaklah sebuah perahu sampan dengan cepat sedang meluncur datang. Dalam waktu singkat perahu kecil tadi sudah mendekati beberapa orang itu. Sedikitpun tidak salah para pendayungnya adalah dua orang anggota Kay Pang. Diam2 Peng Im mengirim kode rahasia dari perkumpulannya untuk menunjukkan kedudukannya dalam partai. kedua orang anak murid Kay Pang tadi segera merangkap tangannya menjura. "Kalian berdua harus baik2 menghantarkan beberapa orang ini tiba ditepian, kemudian cepat kembali memberi laporan." Kedua orang anak murid Kay Pang itu saling bertukar pandangan sekejap. terdengar orang yang ada disebelah kiri berkata. "Tecu sekalian mendapat perintah dari Be Cong Piauw Pacu untuk segera mendayung perahu datang kemari dan semua perintah diturunkan oleh Gien Pay Toocu, entah apakah kami harus melapor pula pada diri Be Cong Piauw Pacu...." "Kali ini teristimewa" jawab Peng Im setelah termenung sejenak. "Setelah kalian memberi laporan kepada diriku kemudian baru kembali kepos kalian untuk mendapat perintah selanjutnya dari Be Boen Hwie!" "Tecu sekalian turut perintah," "Cuwi sekalian silahkan naik ke atas perahu" kata Peng Im selanjutnya dengan nada sedih. "Setelah aku sipengemis cilik kembali kebarak pertemuan tentu akan kuusahakan sedapat mungkin membereskan persoalan dari Siauw heng dan memaksa Be Boen Hwie berangkat sendiri untuk mengundang kehadiran Siauw-heng!" "Aai soal ini tak bisa disalahkan kepada orang lain, hal ini harus menyalahkan siauwte bertindak gegabah dan salah melangkah menimbulkan sesal dikemudian hari, sekali telah salah terjun kepihak perkampungan Pek Hoa Santjung, tak boleh kita timpahkan kesalahan tersebut ketangan orang lain" Sembari berkata pemuda she Siauw ini meloncat naik ke atas perahu. Tiong Cho Siang Ku, Kiem Lan serta Giok Lan pun secara beruntun naik ke atas perahu. Kedua orang anak murid Kay Pang tadi segera menggerakkan dayung menjalankan perahunya menembus jalan rahasia diantara hutan gelaga. Gerak gerik kedua orang ini sangat sebat dan terlatih, dalam waktu singkat mereka telah meninggalkan hutan gelaga tersebut. "Cuwi sekalian hendak mendarat dimana?" tiba-tiba tanya murid Kay Pang yang ada disebelah kiri. "Perduli dimanapun boleh saja lebih cepat mendarat lebih baik," jawab Siauw Ling. Kedua orang murid Kay Pang itu tak banyak bertanya lagi, mereka belokkan perahu sampan tersebut ke arah Timur dan dalam waktu singkat telah merapat ditepian. Tempat dimana mereka menepi adalah sebuah hutan yang amat lebat. Berturut2 Siauw Ling sekalian meloncat ke daratan, setelah itu kedua orang murid Kay Pang tadi menggerakkan perahunya berlalu. "Toako, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Sang Pat sambil melirik sekejap ke arah Siauw Ling sepeninggalnya kedua orang anggota Kay Pang tadi. "Memohon orang lebih baik memohon diri sendiri, setelah aku tidak berhasil meyakinkan para jago untuk menolong diriku, terpaksa sekarang kita harus berusaha sendiri menolong orang tuaku lolos dari mara bahaya!" "Tidak bisa jadi, orang2 perkampungan Pek Hoa San-cung rata pada kenali dirimu itu, sebelum kau tiba didepan pintu perkampungan Pek Hoa Santjung, jejakmu sudah bakal diketahui mereka!" seru giok Lan memberikan pendapatnya. "Bukankah aku bisa pergi kesana dengan menyaru!" "Orang2 perkampungan Pek Hoa Santjung rata2 berpenglihatan tajam, penjagaan mereka dilakukan sangat ketat, kalau cuma ilmu menyaru biasa rasanya tidak gampang untuk mengelabui penglihatan mereka" "Kalau cuma menyaru saja sih bukan suatu persoalan yang terlalu sulit...." tiba-tiba si Pit besi berwajah dingin Tu Kioe menyela. "Dalam saku cayhe memiliki obat menyaru yang sangat bagus sekali, rasanya tidak sulit bagi kita untuk menyelundup masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa Santjung...." Mendadak sepasang sinar mata Sang Pat dialihkan ke atas badan Giok Lan, ujarnya lambat2 "Kalau dugaan cayhe tidak salah, nona Giok Lan tentu mempunyai suatu rencana yang sangat bagus" "Rencana sih memang ada satu, hanya entah bisa berhasil atau tidak?" "Apa rencanamu! cepat utarakan keluar!" seru Siauw Ling tidak sabaran. "Menurut apa yang budak ketahui, disebelah Timur laut perkampungan Pek Hoa Sancung terdapat sebuah pintu pribadi yang kebanyakan digunakan masuk keluar oleh para koki serta babu tua. aku rasa hanya ditempat itulah merupakan satu2nya lubang dalam perkampungan Pek Hoa San cung yang bisa digunakan untuk menyelundup masuk." "Bagus sekali!" seru Sang Pat kegirangan. "Saudara Tu, kita bisa menyaru sebagai koki perkampungan dan menyelundup masuk melalui pintu samping tersebut" "Bagaimana dengan aku" tanya Siauw Ling cepat. "Siauwte telah pikirkan suatu rencana yang bagus buat Toako, kau serta Giok Lan bisa menyaru sebagai kacung atau pembantu para jago lihay yang diundang masuk ke dalam perkampungan Pek Hoa San cung, dengan berbuat demikian bukankah kalian bisa menyelusup kedalam!" "Bagaimana kau bisa tahu kalau di dalam perkampungan Pek Hoa San cung telah berkumpul jago-jago lihay. "Untuk merayakan diri Toako yang menggabungkan diri dengan pihak perkampungan Pek Hoa San-cung, Jen Bok Hong telah mengirim utusan untuk mengundang para jago dari kalangan hitam untuk menghadiri pertemuan enghiong ini, diluaran mereka menggunakan alasan hendak merayakan dirimu, dan mengambil kesempatan ini mepopulerkan namamu dalam dunia persilatan, padahal yang benar dibalik kesemuanya ini tersusun suatu rencana yang busuk, ia hendak menggunakan siasat yang paling licik untuk menarik semua jago lihay untuk membantu usahanya menguasai salah seorang yang diundang!!!" "Ouuuw.... jadi maksudmu kau ingin aku menyaru sebagai pembantu Be Boen Hwie dan menyelundup masuk ke dalam perkampungan |Pek Hoa San-cung?" "Siauw-te mengambil keputusan sendiri, harap toako suka memaafkan dosa atas kelancanganku ini". Siauw Ling tertama. "Demi diriku kau sudah banyak mengorbankan tenaga serta pikiran, untuk mengutarakan rasa terima kasihpun sudah tidak sempat, apalagi menyalahkan dirimu!!!" "Aku sudah mengadakan perjanjian dengan Be Boen Hwie untuk bertemu besok pagi pada kentongan pertama, keesokan harinya ia akan masuk ke dalam perkampungan". Per-lahan-lahan Siauw Ling mendongak memeriksa keadaan cuaca, setelah itu katanya, "Dari saat ini hingga besok malam pada kentongan pertama masih terpaut suatu jangka waktu yang sangat panjang, kita punya waktu yang cukup untukmengadakan persiapan!" Sang Pat tertawa. Kedua ekor anjing harimau yang siauw-heng bawa walaupun sudah memiliki kecerdikan yang tiada bandingan, tak bisa juga aku tinggalkan dalam jangka waktu yang lama, aku hendak pergi mengaturnya, harap Toako serta nona berdua mencari tempat disekitar hutan untuk beristirahat, Siauw-te akan pergi sebentar dan segera akan kembali!!!" "Baik! kita akan menanti disini!!!" "Paling lama dua jam paling cepat satu jam siauw-te pasti sudah kembali lagi disini!!!" Selesai mengucapkan perkataan tersebut bersama Tu Kioe ia segera berlalu. Sejak Siauw Ling munculkan diri dalam dunia persilatan, ia sudah terlibat ketengah masalah bentrokan pihak kalangan lurus dengan golongan hitam, ditambah pula tanpa ia ketahui pemuda ini sudah salah melangkah masuk ke dalam pihak Pek Hoa Santjung sehingga menimbulkan kesalah pahaman para jago terhadap dirinya. Kini baginya sulit untukmembersihkan diri dari segala macam tuduhan, terutama sekali orang tuanya telah ditawan sebagai barang jaminan hal ini menimbulkan ketegangan antara dia dengan perkampungan Pek Hoa Santjung. Dalam hal mengadu kecerdikan serta mengadu kekuatan ini, ia jadi seorang jago yang berada dalam posisi serba salah. Hubungan orang tua erat melebihi rentetan pegunungan, dengan adanya kejadian ini tanpa disadari telah mendatangkan suatu belenggu dalam semangat serta pikirannya, teringat akan penderitaan yang dialami kedua orang tuanya sang hati jadi amat murung. Memandang bayangan punggung Tiong Cho Siang Ku yang pergimenjauh, dengan sedih ia menghela napas panjang, dua titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Siapa bilang seorang lelaki sejati tak pernah mengucurkan air mata" asal menjumpai kejadian yang menyedihkan atau menyinggung hati kecilnya ia pasti akan menangis. Bagi Kiem Lan serta Giok Lan untuk pertama kali ini mereka menemukan pemuda berhati kokoh dan memiliki kepandaian silat sangat lihay ini mengucurkan air mata penuh kesedihan. Dari dalam sakunya Kiem Lan mengambil keluar secarik sapu tangan untuk mengusap kering air mata yang menodai pipinya. "Siangkong!" hiburnya dengan suara halus. "Kau memikul beban yang sangat berat, baik2 lah menjaga kesehatan badan!" Giok Lan pun berusaha menekan rasa sedih di dalam hati, ujarnya pula dengan suara halus. "Barusan Siangkong menerima dua kali serangan tanpa berkelit, aku rasa luka yang kau derita tidak ringan walaupun tenaga lweekang dari siangkong amat sempurna. lebih baikjangan bertindak ceroboh, Harap siangkong suka mengatur pernapasan untuk menjaga kondisi badan, jangan sampai karena kurang perhatian luka yang kecil menimbulkan sakit yang parah dan mengganggu kesehatan badan. Dengan wajah sedih Siauw Ling berpaling ke arah kedua orang dayangnya, kemudian sambi lmenghela napas, katanya, "Sebagai putra manusia tak bisa berbakti untuk orang tua sudah merupakan suatu dosa yang berat, apalagi membuat orang tua menderita.... aku sebagai putra mana punya muka untuk tancapkan kaki dikolong langit ini...." "Urusan sudah jadi begitu gelisah pun tidak berguna, kedua orang tua yang ada dalam perkampungan Pek Hoa San-cung pun aku rasa tidak jelek kondisinya karena orang budiman selalu dilindungi Thian. Siangkong kau harus ingat dapatkah mereka bebas dari belenggu atau tidak semua tugas ini telah terjatuh diatas pundakmu, jikalau kau sampai terganggu kesehatannya bukankah semua akan menemui kegagalan!" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Aai terima kasih atas nasehat nona berdua" kata Siauw Ling. Ia segera duduk bersila untuk mengatur pernapasan. Kiranya setelah ia terhantam oleh pukulan Thiat Sah Ciang, walaupun ada hawa khie-kang yang melindungi badannya tapi berhubung kesempurnaan yang belum mencapai taraf paling atas membuat isi perutnya masih juga menderita luka. Kini setelah menerima peringatan dari kedua orang dayangnya ia baru sadar kembali, segera pikirnya, "Orang2 Bu-lim yang ada dikolong langit walaupun tidak sedikit menaruh rasa benci terhadap Jen Bok Hong, tapi kenyataan dalam hati kecil mereka menaruh rasa jeri yang tiada terhingga kepada orang itu, tugas menolong orang tuaku lolos dari mara bahaya aku rasa harus tergantung diatas pundak aku Siauw Ling sendiri, kalau tidak kujaga lagi kesehatanku sehingga luka yang semula kecil dalam isi perut bertambah memburuk sehingga akhirnya membuat badan jadi cacad, siapa yang bisa bantukan aku menolong kedua orang tua itu lolos dari bahaya...." Dia adalah seorang pemuda berotak cerdik, setelah berpikir sampai disitu tanpa bicara lagi segera duduk bersila mengatur pernapasan. Kiem Lan, Giok Lan merupakan jago-jago berpengalaman, mereka tahu seseorang yang memiliki tenaga lweekang amat sempurna dalam saat mengatur pernapasan tidak boleh sesekali mendapat gangguan dari luar. Mereka berdua lalu saling bertukar pandangan dan sambil mengempos semangat melakukan penjagaan disekelilingnya. Kurang lebih dua pertanak nasi kemudian, mendadak terdengar suara langkah manusia berkumandang datang. Dengan cepat Giok Lan dapat menangkap suara tersebut, pedangnya segera diloloskan dari sarung bisiknya pada diri Kiem Lan dengan nada lirih. "Cici, harap kau berjaga disisi siangkong, biarlah aku pergi tengok siapakah yang datang, jikalau yang datang bukan kawan tapi lawan, aku akan berusaha untuk memancing ia pergi dari sini enci harus baik2 melindungi keselamatan siangkong dan tidak usah merisaukan keselamatanku lagi!" Beberapa patah kata yang diucapkan secara terburu-buru ini meninggalkan kesan yang sangat besar dihati yang mendengar. Tampak Kiem Lan dengan air mata mengucur keluar membasahi wajahnya mencekal tangan Giok Lan erat2, ujarnya. "Urusan memancing pergi lawan biarkan aku yang melakukan! kecerdikan enci melebihi orang lain dan sering menerima pujian dari siangkong, ada kau yang berada disisinya mungkin setiap saat bisa membantu dirinya Siauwmoay tidak becus dalam hal ilmu silat untuk membantu siangkong dan tidak becus dalam soal Boea untuk melebihi kecerdikan cici...." "Justru karena kecerdikanmu tak bisa melebihi aku inilah maka kau tak bisa memikul tugas berat ini" tukas Giok Lan tiba-tiba sambil meronta lepas dari cekelan Kiem Lan. Kiem Lan jadi tertegun sebelum ia sempat memberi jawaban Giok Lan telah melayang pergi. Ketika ia berpaling maka dilihatnya Siauw Ling sedang mencapai taraf yang paling penting dalam semedinya, dibawah sorotan sinar rembulan yang remang2 dapat dilihat dari atas batok kepala pemuda itu mengepul selapis asap berwarna putih. Dalam sekejap mata itulah bayangan tubuh Giok Lan sudah lenyap tak berbekas. Kembali Kiem Lan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu kemudian melayang dan bersembunyi dibelakang sebuah pohon besar, ia bersiap sedia asalkan ada orang datang kesitu maka tanpa perduli apa yang terjadi ia akan melancarkan serangan bokongan untuk membinasakan orang itu. Sewaktu ia meneliti suara tadi, suara langkah manusia tersebut sudah tidak kedengaran entah oran gitu berhasi lterpancing pergi oleh Giok Lan atau memang telah berputar ke arah lain. Waktu berlalu dengan cepat ditengah suasana ketegangan yang mencekam disekeliling tempat itu, selama seperminum teh lamanya tak kedengaran sedikit suarapun. Ketenangan yang diluar dugaan ini sebaliknya malah mendatangkan rasa jeri dihati kecil Kiem Lan, otaknya mulai diliputi dengan pikiran yang tidak genah. "Mungkinkah orang itu berhasil membinasakan Giok Lan" mungkinkah orang itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun telah tiba dibelakang tubuhku...." Dengan hati berdebar ia mendongak memeriksa keadaan disekitar tempat itu, terasa olehnya ditengah malam yang buta disetiap pohon besar bagaikan tersembunyi seseorang. Suasana yang amat tegang ini hampir2 saja membuat Kiem Lan tak dapat bernapas, matanya melotot bulat2 dan telinga dipasang secermat2nya. Mendadak.... Suara tertawa dingin berkumandang datang dari belakang tubuhnya. Suara tertawa dingin itu amat perlahan tapi cukup membuat Kiem Lan terkesiap sehingga hampi2 jatuh tidak sadarkan diri, dengan cepat ia berpaling ke belakang. Kurang lebih delapan depa dibawah bayanan pohon yang rindang berdiri sesosok bayangan manusia yang kurus kecil berbaju hitam. Ditengah malam buta bayangan manusia tersebut bagaikan selapis roh yang muncul secara tiba-tiba saja. Buru-buru Kiem Lan tenangkan hatinya sambil menyeka keringat dingin yang mengucur keluar membasahi wajah, ia menegur. "Siapa?" "Aku!" jawab bayangan manusia itu sambil secara mendadak putar badan, serentetan cahaya mata yang tajam segera memancar datang menggidikkan hati yang melihat. Mendadak ia melangkah mendekati tubuh Siauw Ling. Kiem Lan jadi gelisah, sambil putar pedang ia meloncat kedepan menghadang jalan pergi orang itu. "Berhenti!" bentaknya keras2. Mendadak orang berbaju hitam itu berhenti dan menengok kesejap ke arah Kiem Lan. "Orang yang sedang duduk bersemedi itu bukankah Siauw Ling?" Kiem Lan terkesiap setelah melihat jelas siapakah orang itu, pedang yang dicekal ditangan jadi lemas dan terjatuh kebawah. "Kau.... kau.... Tok So Yok Ong?" "Tidak salah loohu adanya! eei.... aku sedang bertanya kepadamu orang yang sedang duduk bersemedi itu bukankah Siauw Ling?" "Kepandaian silat yang dimiliki Tok So Yoh Ong sangat lihay, aku bukan tandingannya" pikir Kiem Lan dihati. "Tapi asalkan aku bisa lebih banyak menerima serangannya ini berarti Siauw siangkong punya satu bagian kesempatan untuk melanjutkan hidup, aku Kiem Lan sudah banyak menerima budi dari Siauw Siangkong, inilah saat yang bagus bagiku untuk membalas budi kebaikan tersebut.... sekalipun mati juga tak perlu disesalkan!" Setelah tidak merisaukan soal mati hidup sendiri, semangat gadis ini makin bertambah besar tegurnya dingin " "Yok Ong! bukannya kau berdiam dalam perkumpulan Pek Hoa San-cung, apa maksudmu datang kemari?" Melihat pertanyaannya tidak dijawan malahan dirinya ditegur Tok So Yok Ong jadi amat gusar. "Eeeeei.... Loohu sedang bertanya apakah orang ini Siauw Ling atau bukan, kau sudah dengar belum?" "Ouuuw.... kiranya Thian tidak me-nyia2kan harapanku, akhirnya looku berhasilmenemukan kembali dirinya" gumam si raja pbat bertangan keji ini seorang diri. "Siauw Siangkong sedang mendapat tugas dari Jen Toa Badai Di Lembah Tangkar 1 Wiro Sableng 152 Petaka Patung Kamasutra Undangan Berdarah 1

Cari Blog Ini