Bayangan Berdarah 13
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 13 Karena itu sewaktu ia mendengar suara Suma Kan membicarakan tentang ilmu meramal dan berhasil menghitung mara bahaya tersebut dari kepandaian tersebut tak tertahan ia menyambung. "Cayhe pernah mendengar keterangan tentang ilmu meramal, yan gkuketahui perduli ilmu meramal macam apapun rasanya sulit untuk menerangkan kejadian yang bakal berlangsung dengan seksama, Suma-heng bisa andalkan ilmu meramalnya untu kmengetahui rencana Shen Bok Hong dalam pelepasan racun keji, hal ini membuat siauw-te merasa sangat kagum sekali" Suma Kan kelihatan tertegun. kemudian serunya berulang kali. "Pendapat yang tinggi, pendapat yang tinggi, agaknya lain kali kaupun bisa jadi seorang tokoh ilmu meramal yang lihay" "Tentang soal ini sih siauw-te tak bisa" Siauw Ling menggeleng. suma Kan tersenyum. "Heng-thay pasti bukan orang bawahan entah dapatkah kau memberitahukan namamu yang sebenarnya?" "Suma-heng jantan dan mengutamakan keadilan, berhati pendekar dan berpikiran bijaksana tidak seharusnya siauw-te mengelabuhi dirimu namun soal nama harap kau suka memaafkan, untuk sementara waktu tak bisa kuutarakan" Kembali Suma Kan tertawa. "Bukan saja ilmu silat Heng-thay amat lihay, pengetahuan yang kau milikipun mungkin tidak berada dibawah siauw-te. Tidak salah! perduli ilmu meramal bagaimanapun juga hanya bisa menghitung bencana atau rejekinya suatu peristiwa sedangkan mengenai perubahan dari bencana serta rejeki tersebut harus dihitung dengan andalkan kecerdasan sang peramal serta pengalaman dan pengetahuan yang luas" Ia berpaling sekejap ketengah kalangan menjumpai tak ada perubahan degnan ilmu menyampaikan suara kembali ia menyambung, "Siauwte berhasil melihat terjadinya perubahan ditengah mara bahaya, dalam hatiku segera sadar dalam perjamuan yang diadakan shen Bok Hong malam ini, ia pasti akan memperlihatkan suatu siasat licik yang berada diluar dugaan demi menjaga keselamatan siauwte sendiri dan demi membuktikan kebenaran ramalanku, maka aku berusaha dengan sekuta tenaga untuk menyelidiki rencana Shen Bok Hong ini. terus terang saja kukatakan demi menyelidiki peristiwa ini aku telah menggunakan suatu tindakan yang aneh dan belum pernah dilakukan orang sampai saat ini...." - - - - - - - 34 Bicara sampai disitu dalam tengah kalangan telah terjadi perubahan, seketika ia membungkam dalam seribu bahasa. Ketika semua orang menengok ketengah kalangan tampaklah ditengah kegelapan yang mencekam lapangan perjamuan tibatiba muncul beberapa titik cahaya tajam yang bergerak kesana kemari bagaikan kunang2. "Hati2!" bisik Suma Kan lirih. "Inilah cara pelepasan racun keji dengan disertai tenaga lweekang dahsyat, orang yang melepaskan racun tersebut tentu seorang manusia lihay" Beberapa titik cahaya tajam itu berkedip beberapa waktu, tibatiba benda tersebut lenyap tak berbekas. Pada saat ini, Be Boen Hwie .... anggap Suma Kan sebagai seorang .... memiliki ilmu silat amat hebat. melihat .... tadi ia lantas bertanya. "Mengapa cahaya racun yang dilepaskan .... tiba-tiba lenyap tak berbekas?" "Mungkin orang .... menemui .... jago yang ada .... dari radius yang .... tadi karena itu ia menarik .... dengan persiapan untuk .... lain...." Belum selesai ia berbicara tiba-tiba cahaya tajam yang lenyap tadi kini muncul kembali. bahkan berjumlah lebih besar. tidak berada dibawah ratusan buah titik. Air muka Suma Kan berubah hebat, ia cekal tangan kiri Siauw Ling erat2 dan berseru dengan wajah penuh rasa terkejut. "Sungguh lihay orang yang melepaskan racun itu. mungkin para jago yang hadir dalam pertemuan malam ini sedikit sekali yang dapat lolos dari bencana. Dari pegangan tangannya Siauw Ling merasa kelima jari tangannya gemetar telapak jadi .... tarik kesimpulan orang .... merasa ketakutan .... sangat menakutkan?" ia .... .... diundang dalam .... sebagian besar telah .... barisan bunga, kalau Suma .... menemukan begitu lihaynya racun-racun keji itu mengapa kau tidak memberitahukan kepada rekan2 Bu-lim yang bersemunyi dalam barisan bunga untuk melarikan diri" kata Be Boen Hwie. "Sekarang?" "Tentu saja sekarang!" "Cara melepaskan racun keji yang .... saat ini merupakan jenis yang terlihay diantara tiga belas cara pelepasan racun dari daerah Biauw, bilamana saat ini mereka bergerak maka racun keji tadi akan menguntit mereka kemana saja pergi, malah jauh lebih baik kalau biarkan mereka bersembunyi disana" Melihat bagaimana ngerinya Suma Kan .... Be Boen Hwie merasa .... .... Suma Kan tidak takut langit, tidak .... tetapi tehadap racunracun keji ulat emas .... takut sungguh membuat orang .... percaya...." Tampak puluhan titik-titik cahaya tajam .... tiada hentinya sekeliling meja .... kurang lebih seperminum .... kedua kalinya titik-titik cahaya .... berbekas. Barulah Suma Kan bisa menghembuskan napas panjang, setelah cahaya tadi lenyap, serunya cepat-cepat, "Sekarang kalian boleh memberitahukan kepada mereka untuk melarikan diri?" Selama ini pembicaraan antara ketiga orang itu dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara walaupun disekeliling mereka bersembunyi jago-jago Bulim namun mereka tak dapat turut mendengar apa yang sedang dibicarakan. Sewaktu Be Boen Hwie bermaksud memberi tahukan kepada para jago untuk melarikan diri, tiba-tiba cahaya api berkelebat dari atas loteng Wang Hoa Loo lambat2 muncul seorang wanita berbaju merah yang berambut panjang dan membawa sebuah lentera terbuat dari emas. Lentera emas itu tingginya beberapa depa memancarkan cahaya ke-biru2an setinggi dua coen, ditengah hembusan angin malam yang bergoyang tiada hentinya. Langkah kakinya sangat lambat, air muka perempuan itu menunjukkan keseriusan yang menegang. "Ay.... benar, orang inilah yang melepaskan racun keji tersebut" bisik Siauw Ling lirih. "Siapakah perempuan ini?" tanya Suma Kan "Kiem Hoa Hujien dari daerah Biauw!" "Sudah lama kudengar nama besar orang ini sebagai tokoh nomor wahid daerah Biauw!" kata Be Boen Hwie dengan alis berkerut. Sepasang mata Suma Kan terbelalak bulat2. dengan wajah tegang ia mengawasi Kiem Hoa Hujien tak berkedip. Tampak Kiem Hoa Hujien dengan membawa lampu emas itu selangkah demi selangkah berjalan mendaki barisan bunga itu. Seluruh tubuh Suma Kan mulai gemetar keras, tiba-tiba bisiknya lirih kepada Be Boen Hwie serta Siauw Ling. "Aduuh celaka, ia sudah temukan kalau disini ada orang, ia berjalan menghampiri kita" "Kalau begitu cepat kita melarikan diri!" sahut Be Boen Hwie. "Aaai.... sudah terlambat" "Apakah kita akan menanti kekonyolan dengan berpeluk tangan?" seru Be Tjong Piauw Pacu ini dengan tertegun. "Aai menurut perhitungan ramalanku, seharusnya kita tidak menjumpai mara bahaya ini tak disangka perhitungan ramalanku kali ini kehilangan daya manjurnya" Sementara mereka masih ber-cakap2, Kiem Hoa Hujien sudah berada dua, tiga tombak di hadapan mereka dan berhenti. Tampak Kiem Hoa Hujien melototkan sepasang matanya bulat2, sambil memandang cahaya biru yang berkedip dalam lampu emas itu wajahnya memancarkan hawa napsu membunuh. Per-lahan-lahan ia mengalihkan lampu emas itu ketangan kanan, kemudian jari tangan kirinya dimasukkan ke dalam mulut. "Aduh celaka," kembali Suma Kan berseru. "Ia akan menggunakan cara melepaskan racun Hiat Kuang Yu Ku untuk menghadapi kita, malam ini tak bakal seorangpun yang bisa lolos dari bencana ini." Tampak jari tangan yang telah dimasukkan ke dalam mulut Kiem Hoa Hujien itu mendadak dikeluarkan kembali kemudian lambat putar badan. Ia datang bagaikan sukma gentayangan pergi laksana hembusan angin dalam beberapa kelebatan saja ia sudah lenyap tak berbekas. "Ah sungguh aneh, sungguh aneh?" kembali Suma Kan berseru sambil menyeka keringat, "Apanya yang aneh?" "Ia hendak menggunakan ilmu Hiat Kuang Yu Ku tapi entah apa sebabnya tiba-tiba berubah niat" "Mungkin ia tahu ilmu tersebut tak bisa melukai kita, maka ia lantas mengundurkan diri. "Bukan begitu, bukan begitu, dibalik kesemuanya ini pasti terjadi sesuatu," orang se Suma ini lantas berpaling. tampak Siauw Ling berdiri dibelakang mereka tersenyum. Setelah memandang pemuda itu beberapa saat, Suma Kan baru bergumam. "Kembali Heng-thay menunjukkan kesaktianmu!" Selamanya ia selalu tahu, namun sekarang pikirannya betul2 kebingungan seperti berada di-awang2, dengan wajah kosong ia memandang Siauw Ling dangan pandangan melompong. "Walaupun ia sudah mengundurkan diri, namun entah racun kejinya tetap ditinggalkan disini atau tidak?" Siauw Ling bertanya. "Tidak mungkin, menurut apa yang cayhe ketahui, racun-racun keji ulat emas yang dipelihara Kiem Hoa Hujien sudah mencapai taraf terkendali, selamanya bergerak menurut kemauan hatinya, setelah ia mengundurkan diri, racun-racun ulat emas itupun tak akan tertinggal disini" Terhadap pengetahuannya yang luas, timbul rasa kagum dalam hati Siauw Ling. "Kalau begitu rencana keji yang disusun Shen Bok Hong kembali menjumpai kegagalan toal?" tanyanya. Suma Kan tidak menjawab mendadak dari sakunya ia ambil keluar mata uang untuk meramal kemudian ujarnya. "Mari kita hitung kembali apa yang bakal terjadi!" Be Boen Hwie maupun Siauw Ling sudah pernah kenal dengan ramalannya dan terbukti manjur sekali, karena itu tak seorangpun yang mencegah perbuatannya. Tampak Suma Kan memasukkan tiga biji mata uang ke dalam sebuah kotak kemudian dikocok beberapa kali, sementara mau disebarkan ketas tanah tiba-tiba terasa cahaya api berkelebat. seluruh lampu lentera serta obor yang semula padam kini terang benderang kembali. Dari atas loteng Wang Hoa Loo segera berkumandang datang suara seseorang yang berat dan serak. "Cu-wi sekalian sudah terkena racun keji ulat emas dan tak mungkin bisa memusuhi aku orang she Shen lagi dewasa ini waktu sudah tidak pagi lagi, silahkan kalian semua beristirahat dikamar masih2, baik2lah berpikir semalaman, masih mau memusuhi aku orang she Shen ataukah bersahabat?" Suma Kan segera menyimpan kotak serta mata uangnya, lalu diam2 menyalurkan hawa murninya setelah itu berseru lirih. "Sungguh aneh sekali." "Apanya yang aneh?" "Kita semua sehat walafiat, mengapa Shen Bok Hong mengatakan kita sudah keracunan semua!" "Menurut apa yang cayhe ketahui" sela Be Boen Hwie "Seseorang setelah terkena racun keji maka reaksinya tidak segera terasai" Dalam pada itu puluhan orang dayang cantik dengan membawa lampu lentera berjalan masuk ke dalam kalangan sambil mengangkat lampu lenteranya tinggi mereka berseru. "Budak sekalian mendapat perintah untuk menghantar kalian semua pulang kekamar untuk beristirahat perjamuan malam ini sudah bubar dan Tjuwi masih menjadi tamu perkampungan Seratus bunga kami, Ditengah bentakan, sebagian besar para jago yang bersembunyi dalam barisan bunga telah berjalan keluar, "Apakah kitapun akan keluar?" tanya Siauw Ling lirih. "Kita tak mungkin bermalam semalam dalam kebun bunga semacam ini, tentu saja harus keluar" jawab Suma Kan tegas, "Be-ya....!" pada saat itulah Hong Tju dengan mengangkat lampu lenteranya tinggi2 berlari mendatang. "Nona Hong sungguh tajam sepasang matamu" "Aku akan membawa Be-ya kembali kekamar" "Nah merepotkan nona!" Dayang2 cantik dari perkampungan Seratus Bunga ini betul2 lihay, tampak mereka mencari majikannya masing-masing dan tak seorangpun yang salah, semuanya berhasil temukan sasarannya. Demikianlah Be Boen Hwie mengikuti dibelakang Hong-tju kembali kepesanggrahan bambu hijau. Setelah membawa kedua orang itu kembali ke dalam kamar. Hong Tjoe menurunkan lampu lenteranya dan bertanya sambil tertawa. "Apakah Be-ya mau bersantap sedikit?" "Entah dalam makananpun dibubuhi dengan racun keji atau tidak?" goda Be Boen Hwie sambil tertawa. "Harap Be-ya berlega hati, budak akan bersantap lebih dahulu sebelum Be-ya mulai mendahar!" "Baik, kalau begitu harus merepotkan nona untuk mempersiapkan santapan buat kami!" Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan seratus bunga sudah mendapat didikan yang ketat, mereka menonjolkan keayuan serta kegenitannya disertai peraturan yang ketat hanya saja terhadap menang kalah yang dialami perkampungan mereka sama sekali tidak menggubris, Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo senyuman ramah selalu menghiasi bibirnya. Memandang bayangan Hong Tjoe telah berlalu Be Boen Hwie baru berbisik lirih kepada diri Siauw Ling. "Apakah Siauw-heng menemukan sedikit tanda-tanda yang mencurigakan?" "Persoalan apa?" "Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan Seratus Bunga ini menaruh rasa permusuhan terhadap diri Shen Bok Hong" "Tidak salah" Siauw Ling mengangguk. "Cay he pun punya perasaan yang sama, namun mereka mendapat didikan serta pengawasan yang ketat, lagi pula dibawah tekanan Shen Bok Hong, hal ini menimbulkan rasa takut yang tak terhingga dalam hati setiap orang...." Mendadak ia membungkam dan pasang telinga dengan seksama. Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak. "Ada orang datang?" tanyanya lirih. Baru saja ia selesai bicara dari luar ruangan berkumandang datang suara langkah manusia disusul munculnya Suma Kan disana. Be Boen Hwie segera bangun berdiri seraya menjura. "Suma-heng!" sapanya. Suma Kan balas memberi hormat kemudian sepasang matanya berputar tajam disekeliling ruangan. "Apakah Suma-heng berhasil menemukan sesuatu?" tanya Be Boen Hwie cepat. "Dimanakah dayang yang melayani kalian berdua?" "Ia pergi mempersiapkan barang santapan" Suma Kan kelihatan tertegun kemudian berkata. "Makanan mereka jangan disantap, jangan disantap, dayang2 ini hanya diluarnya saja melayani kita, padahal sedang mengawasi setiap gerak gerik kalian berdua, kita tak boleh mendahar santapannya" "Sore tadi bukan Suma-heng bersantap kenyang dalam perjamuan tersebut?" "Lain tadi lain sekarang, waktu itu Shen Bok Hong masih belum tahu keadaan asal usul aku orang she Suma. karena belum saling kenal tentu saja tidak terikat oleh segala dendam atau sakit hati. dengan sendirinya ia tidak ada maksud untuk mencelakai diriku namun sekarang ia sudah mendendam kepadaku setiap saat kemudian besar akan mencabut jiwaku." Walaupun perkataan Suma-heng tidak salah namun kita masih harus tinggal dalam perkampungan Seratus bunga ini selama beberapa hari lagi" apakah selama ini kita tak akan bersantap?" "Jadi Be-heng tidak mempersiapkan bekal?" "Bekal ransum sih ada. namun barang2 itu tak dibawa setiap waktu disaku. kalau mereka bisa melepaskan racun dalam makanan kita, apakah tidak mungkin mereka melepaskan racun pula dalam rangsum yang kita bawa?" "Ehmm perkataanmu memang sangat cengli." "Sepasang gading ini. sumpit perak adalah hadiah seorang sahabat dari Thian Lam, ia minta aku selal menggembolnya dalam saku, perduli dalam arak atau sayur dimasuki racun asal dicoba segera akan tahu ada racunnya atau tidak, silahkan Suma-heng membawa sebatang." Suma Kan tidak sungkan2 ia segera menerima pemberian itu dan dimasukkan ke dalam saku. "Kedatangan siauwte kemari adalah dikarenakan untuk menanyakan satu persoalan." Walaupun ia berbicara kepada Be Boen Hwie namun sepasang matanya selalu mengawasi Siauw Ling tak berkedip. "Urusan apa?" tanya Siauw Ling. "Siauwte tidak mengerti secara bagaimana Heng-thay bisa mencegah Kiem Hoa Hujien membatalkan niatnya untuk melepaskan racun keji?" Terus terang kuberitahukan kepada Suma-heng" ujar Siauw Ling sambil tersenyum. "Siauw-te sudah kenal sejak semula, dengan Kiem Hoa Hujien, karena melihat dia hendak mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji ulat emas, maka dengan ilmu menyampaikan suara aku nasehati dirinya jangan bertindak kejam...." "Hanya berdasarkan sepatah kata saja Kiem Hoa Hujien benar2 membatalkan niatnya untuk melepaskan racun?" "Hal ini disebabkan ia memberi muka kepada siauw-te." "Kalau begitu hubungan Heng-thay dengan Kiem Hoa Hujien bukan sembarangan." Berkenalan belum lama, hanya berkat ia suka memandang diatas mukaku belaka." "Oouw kiranya begitu" Suma Kan mengangguk "Tidak aneh kalau siauwte tak berhasil memahami seorang diri. "Ditinjau dari keadaan ini. maka malam nanti tak usah kita risaukan lagi!" "Apa yang sebetulnya kau risaukan?" Siauw Ling agak bingung. "Siauwte masih kuatir karena kegagalan Kiem Hoa Hujien dalam melepaskan racun, mala nanti ia akan ulangi kembali maksudnya. tetapi setelah aku tahu bahwa Heng-thay kenal dengan dirinya maka situasi jadi jauh berbeda" "Tentang soal ini. sulit untuk dibicarakan, cayhepun tidak brani tanggung musti begitu" "Suma-heng, bagaimana kau bisa tahu kalau mereka hendak melepaskan racun?" tiba-tiba Be Boen Hwie menyela. "Siauw-te pandai dalam hal ilmu menyaru setelah kutemukan adanya mara bahaya dalam ramalanku maka dengan hati tidak tenteram...." "Oouw, jadi Suma heng dengan menyaru menempuh bahaya keloteng Wang Hoa Loh dan mencari tahu rahasia in i?" Suma Kan tersenyum, ujarnya. "Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, penjagaan diatas loteng Wang Hoa Loo pun amat ketat, sekalipun siauwte pandai ilmu menyaru belum tentu bisa menyelonong masuk ke dalam markas besar perkampungan Seratus Bunga ini dengan mudah" "Waah.... aku jadi bingung bagaimana caranya kau bisa mencari tahu rahasia besar ini?" "Aku menyaru sebagai Tjioe Jie Cungcu, dengan kata2 kosong aku berhasil memperoleh rahasia besar ini, kalau dibicarakan memang kedengaran amat gampang namun dalam pelaksanaan sulitnya luar biasa hanya persoalan amat kecil tak perlu sampai diherankan" "Ooouw.... kiranya begitu...." seru Be Boen Hwie setelah termenung sejenak. Ia merandek lalu terusnya. "Besok siang adalah saat dibukanya pertemuan enghiong dalam Perkampungan Seratus Bunga, rencana keji Shen bok Hong dalam melepaskan racun menemui kegagalan total, aku rasa ia tak akan berpeluk tangan sampai disitu saja, menurut dugaanku malam nanti ia pasti akan melakukan suatu rencana keji lagi" "Tentang soal ini siauw-tepun mempunyai perasaan yang sama. namun yang paling siauwte risaukan adalah pelepasan racun oleh Kiem hoa Hujien. Kecuali cara ini, sekalipun Shen Bok Hong memiliki cara lain dlam melepaskan racunpun rasanya lebih mudah dihadapi" "Setelah terjadinya perubahan hebat dalam perjamuan malam tadi, para jago sudah menaruh kewaspadaan yang tinggi, hanya sayang masing-masing pihak tak dapat saling berhubungan kekuatan kita jadi tersebar. Seandainya Shen Bok Hong mengirim jago-jagonya untuk menyerbu dalam waktu berbareng maka kita akan menemui kesulitan dalam menghadapi situasi" "Lalu, apakah Be-heng berhasil mendapatkan satu akal bagus?" "Kedatangan Suma heng tepat sakali, seandainya kau tidak datang siauw-te pun akan pergi menjumpai dirimu. Kecerdikan Suma-heng luar biasa, aku rasa kau pasti telah mendapatkan cara bagus untuk menanggulangi persoalan ini" Sambil pejamkan mata suma Kan termenung sejenak, kemudian jawabnya. "Cayhe sih memang benar telah memperoleh satu cara. hanya saja kita sulit untuk bergerak, sekali kita bergerak seluruh perkampungan Seratus Bunga pasti gempar" "Tentang soal ini Suma-heng pun tak perlu risaukan lagi, mungkin saja gerak gerik kita semua sudah berada dibawah pengawasan Shen Bok Hong...." Mendadak terdengar suara langkah manusia bergema datang, Hong Tju dengan membawa baki kayu berjalan masuk kedalam. Diatas baki terletak empat piring sayur, dua buah kue besar serta sepoci arak hangat. Sambil meletakkan baki itu ke atas meja ujar Hong Tju. "Be-ya, apakah perlu budak mencicipi sayuran ini satu persatu?" "Tentu saja harus merepotkan nona untuk berbuat demikian" Hong Tju tersenyum. ia mencicipi dahulu keempat macam sayur tersebut. kemudian meneguk secawan arak, setelah itu sambil tertawa tanyanya. "Beya. sekarang kau berlega hati bukan?" "Ehmm....! bagus sekali" Be Boen Hwie mengangguk, "Tempat ini tak usah dilayani nona lagi. kaupun seharusnya pergi beristirahat." Hong Tju berpaling sekejap ke arah Suma Kan kemudian lambat2 berjalan keluar dari ruangan. Menanti dayang itu sudah berlalu Be Boen Hwie baru angkat cawan araknya dan berkata dengan suara lirih. "Suma-heng, coba kau periksa apakah dalam arak ada racunnya atau tidak?" "Tentang soal ini siauwte tidak berhasil melihatnya. Perlahan-lahan Be boen Hwie letakkan kembali cawan itu ke atas meja. kemudian dari dalam saku ambil keluar sumpit gading tadi dimasukkan ke dalam arak. Ketika gading tadi tercelup ke dalam arak, warnyanya dengan cepat berubah. dalam sekejap mata gading yang berwarna kekuning2an itu telah berubah jadi hijau tua. Be Boen Hwie segera tertawa dingin. "Lidah budak ini sungguh manis keji lihay sekali, sungguh lihay sekali" serunya Melihat arak itu beracun, dengan cepat Suma Kan mengambil poci tadi dan diperiksanya dengan seksama dari atas sampai bawah. Mungkin di dalam posi kecil ini tersembunyi alat rahasia" katanya. Tangannya berputar dan meraba seluruh poci tadi namun gagal menjumpai hal yang aneh terpaksa ia letakkan kembali poci tersebut ke atas meja. "Sungguh aneh sekali, sungguh aneh sekali" Kembali Be Boen Hwie berseru "Terang2an dalam arak itu berisi racun namun mengapa budak itu sudah berpengaruh sekali" apakah sebelumnya ia sudah menelan dahulu obat pemunahnya?" "Kemungkinan besar bisa terjadi." "Mari kita cari dayang itu dan kita korek keterangan dari mulutnya. Suma Kan pejamkan matanya berpikir sebentar kemudian ujarnya. "Be-heng kalau kita bisa memaksa dayang itu untuk menolong kita biarlah malam ini ia melakukan suatu pembalasan." "Bagaimanakah cara pembalasan tersebut?" "Siauw-tepun akan melakukan suatu permainan untuk mengacau pendengaran Shen Bok Hong" Be Boen Hwie sudah tahu kalau ia memiliki ilmu silat lihay, namun berhubung orang itu tak mau terangkan lebih jelas maka iapun tidak banyak bertanya. Pada saat ini walaupun kedudukan Siauw Ling masih merupakan pelayan dari Be Boen Hwie namun rasa hormat Suma Kan terhadap dirinya boleh dikata melebihi rasa hormatnya terhadap Be Boen Hwie, di dalam persoalannya bukan saja Siauw Ling memiliki ilmu silat yang maha dahsyat bahkan kecerdikannya tiada tandingan. Mungkin dialah satu2nya pemimpin yang paling sesuai dalam menentang kekuasaan Perkampungan Seratus Bunga. Pada saat itulah Siauw Ling lansung bangun berdiri sambil berseru. "Biarlah cayhe pergi mencari dayang tersebut!" "Tentang soal ini tak berani merepotkan Heng-thay" buru-buru Suma Kan ikut bangun berdiri. Siauw Ling tersenyum, dengan langkah lebar ia berjalan keluar dari ruangan. Tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah masuk kembali ber-sama2 Hong Tju pelayan cantik itu. "Nona apakah kau baik2 saja?" tanya Be Boen Hwie sambil memandang cawan arak di atas meja. "Budak baik sekali!" "Hmm, budak ini tetap berlagak pilon" pikir Be Boen Hwie "Kalau tidak kubongkar kedoknya mungkin ia tak mau mengaku...." Segera ujarnya, "Dalam arak itu terdapat racun, setelah nona meneguk arak beracun apakah tidak merasa adanya tanda-tanda keracunan," "Budak persiapkan sendiri arak dan sayur didapur. mana mungkin bisa ada racunnya." "Kemungkinan sekali dalam sayur dan arak itu sudah terdapat racun keji dan nona tak tahu keadaan sebenarnya." Hong Tju termenung sebentar, setelah itu ujarnya, "Beya bisa berkata demikian tentu berdasarkan butki yang nyata, namun budak benar benar tidak merasa adanya tandatanda keracunan." "Seumpama nona menelan obat pemunah terlebih dahulu, tentu saja kendati dalam arak terdapat racun nonapun takkan terpengaruh" jengek Suma Kan. Hong Tju tertawa hambar. "Kalau begitu kendati budak banyak bicara pun tak berguna, sebab tak akan bisa membersihkan diri dari segala tuduhan" "Baik!" tiba-tiba Suma Kan bangun berdiri. "Akan cayhe cobakan buat diri nona!" Tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan kanan Hong Tju. Agaknya Hong Tju ingin berkelit tetapi segera ia berubah pikiran, ia berdiri tak berkutik dan biarkan Suma Kan mencengkeram urat nadi diatas pergelanannya. Setelah mencengkeram pergelangan gadis itu Suma Kan Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo salurkan hawa murninya kelima jari tangannya merapat kemudian sambil tertawa serunya. "Selamanya orang2 perkampungan Seratus Bunga hanya tahu menggunakan akal licik, siasat keji untuk menjebak orang, seumpama cayhe ajak nona bicarakan tentang kebajikan serta kewelas asihanpun hanya sia2 belaka" Tangan kirinya bergerak menotok jalan darah "Thian-tu-hiat" ditubuh Hong Tju. Urat nadi Hong Tju tercekal, separuh badannya kaku. walaupun melihat serangan jari Suma Kan mengancam datang namun ia tak mampu berkelit. Setelah Suma Kan menotok jalan darah Thian-tu-hiat pada tubuh Hong Tju, tangan kirinya berputar menotok pula Hong Hu hiat dibatok kepala gadis tersebut, setelah itu ia baru melepaskan cekalannya pada urat nadi pergelangan dayang itu. "Nona tahukah kau jalan darah apa yang kutotok?" ia bertanya! "Thian tu serta Hong Hu semuanya merupakan jalan darah mematikan ditubuh seseorang" jawab Hong Tju dingin, "Tentang soal ini nona boleh berlega hati, cayhe turun tangan sangat ringan. tidak akan kucelakai jiwa nona," Siauw Ling yang ada disana walaupun merasakan tindakan Suma Kan tidak jantan dan memalukan, namun teringat akan kekejian Shen Bok Hong serta meninjau situasi yang membahayakan dewasa ini ia tak bisa menyalahkan Suma Kan terpaksa harus menggunakan racun untuk melawan racun. "Kau sudah menotok dua badan jalan darahku, bahkan caramu menotok tidak ringan pun tidak berat aku pikir tindakanmu ini pasti bermaksud hendak memaksa aku berbuat sesuatu untuk kalian bukan!" "Nona benar2 pintar. tahukah nona jalan darah Thian tu serta Hong-hu termasuk urat yang mana?" "Tidak tahu." "Kalau tidak tahu tanyalah padaku...." Suma Kan tersenyum. kemudian terusnya. "Jalan darah Thian-tu-hiat termasuk urat Jien meh sedang jalan darah Hong Hu hiat termasuk urat Tok meh di dalam satu jam kemudian kedua jalan darah itu akan kumat dan nona bakal merasakan seluruh badannya lemas susah berkutik. Air muka Hong Tju berubah bibirnya bergerak seperti mau mengutarakan sesuatu namun akhirnya maksud tadi dibatalkan. Jelas hatinya merasa sangat terperanjat, namun ia tetap bersabar menahan diri tidak mau banyak bertanya. Suma Kan tertawa hambar katanya. "Seandainya nona mau menyanggupi untuk membantu cayhe akan segera bebaskan totokan jalan darah dikedua belah tempat itu" "Membantu apa?" "Gampang sekali asalkan nona kirim beberapa macam barang kecil kebawah loteng Wang Hoa Loo." "Tidak bisa!" Hong Tju gelengkan kepala, "Sekeliling lima tombak dari loteng Wang Hoa Loo merupakan daerah terlarang, kecuali mendapat perintah atau panggilan khusus dari Toa Cungcu walaupun anggota perkampungan sendiripun tak dapat mendekati tempat itu. "Cayhe pikir tentu nona punya cara bukan?" "Aku lebih rela badanku lemas daripada menempuh bahaya maut seperti ini." Suma Kan berpaling memandang sekejap ke arah Be Boen Hwie, kemudian katanya, "Peraturan dalam perkampungan Seratus Bunga memang amat ketat." Ia merandek sejenak. "Seandainya nona suka bekerja sama dengan cayhe, maka cayhe akan gunakan segenap tenaga serta kemampuan yang kumiliki untuk menolong nona tinggalkan perkampungan Seratus Bunga ini." "Cungcu kami bersikap amat baik dan banyak melepaskan budi kepadaku...." Tiba-tiba ia memperendah suaranya menyambung. "Bahkan kalian pun akan sukar melepaskan diri dari perkampungan Seratus Bunga mana bisa menolong diriku?" "Sejak kecil nona dibesarkan di dalam perkampungan seratus bunga" kata Suma Kan sambil tertawa. "Dibawah kekuasaan mutlak Shen Bok Hong kalian sudah merupakan kambing2 sembelihan yang setiap saat dapat dikorbankan. Haruslah kau ketahui dunia tidak selebar daun kelor diatas langit masih ada langit. asalkan cayhe ambil contoh satu persoalan maka nona tidak sulit untuk memahaminya" "Persoalan apakah itu?" tanya Hong Tju dengan sepasang mata berkedip. "Coba kau bayangkan betapa rahasia dan cermatnya rencana yang diatur Shen Bok Hong dalam perjamuan malam tadi tapi akhirnya ada beberapa orang diantara jago yang berhasil ia lukai" racun keji ulat emas adalah racun paling dahsyat tapi siapakah diantara kita semua yang keracunan" harap nona suka berpikir tiga kali lebih dahulu terhadap ucapan cayhe sebelum jatuhkan keputusan!" Hong Tju termenung beberapa saat, kemudian baru berkata. "Apakah kau memiliki obat racun yang punya daya kerja amat cepat?" sekali ditelan seseorang lantas bisa mati?" "Apa perlunya nona menginginkan racun berdaya kerja cepat itu?" "Seandainya aku sanggupi permintaan kalian untuk menyelinap keloteng Wang Hoa Loo maka delapan, sembilan puluh persen jejakku bakal konangan, waktu itu aku bisa menelan obat racun tadi dan mati, daripada kalau kena ditawan nantinya bakal menjalani siksaan hebat ditangan Toa Cungcu kami" "Baik!" Suma Kan tersenyum dari sakunya ia ambil keluar sebuah botol porselen kemudian mengeluarkan sebutir pil warna hijau, katanya. "Pil ini asalkan ditelan maka dalam sekejap mata seseorang akan menemui ajalnya, kalau tidak terpaksa jangan ditelan" Setelah menerima pil tadi Hong Tju bertanya. "Kau minta aku menghantar barang apa?" "Beberapa macam permainan kecil, kau boleh sembunyikan dimanapun, tapi nona harus ber-hati2, jangan sampai ketahuan orang lain" Sembari berbicara dari sakunya ia ambil keluar sebuah tabung berbentuk panjang serta sebuah kotak warna hitam dan diserahkan kepada nona itu, tambahnya "Asalkan nona mencabut penutup tabung ini kemudian lepaskan kesekitar loteng Wang Hoa Loo sudahlah cukup" "Bagaimana dengan kotak hitam ini" apakah perlu dibuka penutupnya?" "Tidak salah!" Hong Tju memeriksa dahulu keadaan cuaca, kemudian mengangguk. "Baik! aku akan pergi mencobanya " "Nona kau jangan lupa, jalan darah Thian-tu-hiat serta HongHu-hiat mu masih tertotok, dalam satu jam kemudian akan mulai kambuh, setelah melepaskan tbung besi serta kotak tadi cepatlah balik kemari, cayhepun akan segera membebaskan jalan darah nona yang tertotok itu " "Aku bukan seorang manusia yang takut mati kau jangan kira aku mau berbuat demikian karena terpaksa menuruti kemauanmu " jawab Hong Tju dingin. "Baik, kalu begitu cayhe akan menanti kabar berita dari nona " Hong Tju tertawa getir. "Seandainya di dalam satu jam kemudian aku masih belum kembali itu berarti aku sudah mati dibawah loteng Wang Hoa Loo" katanya. "Nona bukan seorang manusia berumur pendek silahkan berangkat dengan hati lega" Hong Tju telah berjalan beberapa langkah kedepan mendadak ia balik kembali seraya bertanya, "Apakah isi dari tabung panjang serta kotak hitam ini" dapatkah kau memberitahukan kepadaku?" "Suatu permainan kecil yang tidak menarik hati, bahkan benda itu jarang dijumpai dalam daerah Tionggoan, sekalipun cayhe beritahukan kepada nonapun, nona tak bakal tahu...." Setelah merandek sejenak terusnya, "Saat ini merupakan waktu yang paling bagus. Nah cepat-cepatlah pergi nona! cayhe sekalian tidak akan menanti keberhasilanmu dengan berdiam diri, kami akan berbuat sedikit jasa untuk nona" "Berbuat jasa untukku?" "Kami sekalian akan menyambut kedatangan nona asalkan nona bisa lolos dari barisan bunga itu, sekalipun ada tentara yang mengejarpun tak usah jeri" Hong Tju tertawa hambar, lambat2 ia keluar dari ruangan. Menanti Hong Tju sidayang itu sudah lenyap dari pandangan, tak tertahan Siauw ing berbisik lirih. "Suma-heng menurut penglihatanmu apakah ia bisa bekerja menurut rencana?" Aku lihat ia pasti akan melaksanakan rencana kita ini." "Bagaimana kau bisa tahu" tanya Be Boen Hwie. "Menurut penglihatan cayhe Hong Tju bukanlah seorang manusia berusia pendek, oleh sebab itu aku duga malam ini dia tak akan menjumpai persoalan. Kiranya begitu" Siauw Ling merandek sejenak, lalu tambahnya. Setelah kita menyanggupi untuk menyambut kedatangannya maka kita jangan sampai mengingkari janji. "Hal ini tentu saja, diantara kita bertiga dua orang pergi menyambut kedatangannya dan seorang tetap berjaga dirumah. Maaf kalau siauwte banyak bicara ujar Be Boen Hwie sambil tersenyum "Dapatkah Suma-heng menerangkan sebenarnya apa isi dari tabung besi serta kotak hitam itu" "Benda itu merupakan dua makhluk aneh yang berhasil siauwte dapatkan dipulau San-to belajar silat tempo dulu Shen Bok Hong berhati keji dan tidak mengenal peri kemanusiaan, terhadap kamipun ia melepaskan racun keji maka dengan taruhan kehilangan dua macam makhluk aneh akan kubiarkan dia terkurung dan merasakan hatinya tidak tenang. "Suma-heng sudah berbicara setengah harian lamanya belum juga terangkan apa isi dari kotak tersebut." "Dalam kotak itu berisi beberapa ekor kelabang bersayap yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan sedangkan tabung besi ersebut berisi seekor ulat kecil yang amat berbisa. seandainya aku terangkan jelas2 mungkin dayang itu tak berani pergi menghantarnya. "Cuma seekor ulat kecil serta beberapa ekor kelaang mana bisa mengacau loteng Wang Hoa Loo?" tanya Siauw Ling tertegun. "Kedua ekor mahluk itu tidak akan akur seandaiinya dilepaskan berbareng kalau tidak terjadi pertarungan sengit maka ke-dua2nya akan melarikan diri. Walaupun ular kecil itu panjangnya cuma beberapa coen tetapi gerak geriknya gesit dan cepat. racunnya luar biasa, seandainya tergigit kalau bukan menelan obat pemunah yang khusus kubuat, sulit untuk selamat. sedangkan beberapa ekor kelabang bersayap tadi, walaupun terbangnya tidak begitu jauh tetapi gerakan merekapun cepat dan sebat, sewaktu terbang membawa suara dengungan yang nyaring sekalipun tak dapat menimbulkan kesalah pahaman antara Shen Bok Hong dengan Kiem Hoa Hujien, paling sedikit Shen Bok Hong akan salah menduga Kiem Hoa Hujien sedang melepaskan racun dari atas loteng Wang Hoa Loo" "Tidak salah, siauwte pernah dengar orang berkata bahwa bentuk racun keji dari daerah Biauw ini berbentuk seperti ulat kecil" "Apa yang kubentangkan hanya merupakan dugaan siauw-te belaka, manjur atau tidak saat ini masih sulit untuk diduga...." ujar Suma Kan sambil tertawa. Setelah merandek sejenak tambahnya, "Mari, sudah seharusnya kita pergi menyambut kedatangan dayang tersebut" "Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, aku pikir dibalik barisan bunga tentu sudah diatur jebakan2" "Bukan jebakan belaka bahkan seluruh perkampungan Seratus Bunga ini merupakan sebuah barisan Ngo Heng Ting yang hidup. halaman serta pepohongan tersebut tanpa kau sadari merupakan sebuah barisan kecil, dari barisan yang bersambungan itulah tercipta sbuah barisan besar Shen Bok Hong memang seorang manusia aneh. Cuma saja kendati bagaimanakah perubahan barisan ini tidak akan berhasil mengurung diri siauw-te" "Menurut apa yang cayhe ketahui" Siauw Ling pun angkat bicara. "Disakitar barisan bunga itu dijaga ketat oleh jago-jago perkampungn seratus bunga, lagi pula para jago sudah berkumpul disini aku pikir penjagaannya pasti lebih ketat" "Asal kita tangkap dua orang peronda kemudian memakai bajunya bukankah gerak gerik kita bakal lebih leluasa?" jawab Suma Kan sambil tertawa. Mendengar jawaban itu Siauw Ling lantas berpikir, "Perduli tindakan ini akan menempuh bahaya atau tidak setelah menyanggupi dayang tersebut kita tak boleh ingkar janji...." Karena berpikir demikian ia berpaling sekejap ke arah Be Boen Hwie dan berkata, "Tjong Piauw Pacu pergilah ber-sama2 Suma heng! cayhe akan tetap tinggal dirumah saja" Waktu itu Be Boen Hwie sudah mengagumi Siauw Ling, ia lantas tersenyum. "Aku lihat lebih baik kau saja pergi!" serunya, Suma Kan pun tahu Siauw Ling memiliki ilmu silat yang sangat lihay, perduli pemuda itu mau atau tidak, ia segera menyambung. "Kalau begitu harus merepotkan Tjong Piauw Pacu harus jaga rumah" "Kalian berdua harus hati2 kalau bisa hindarilah bentrokan secara langsung jangan sampai bikin kehebohan." "Terima kasih atas perhatianmu" Suma Kan tersenyum, ia lantas bertindak keluar dari ruangan. "Harap Heng-thay suka mengikuti dibelakang siauwte" bisik Suma Kan lirih sekeluarnya dari pesanggrahan dengan langkah lebar ia langsung menerobos ke dalam barisan bunga itu. Siauw Ling mengikuti kencang dibelakangnya tampak Suma Kan yang membawa jalan sebentar berputar kekiri sebentar lagi kekanan gerkannya sangat cepat seakan2 sudah sangat hapal dengan daerah sekitar tempat itu. Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di tepi loteng Wang Hoa Loo. Kedua orang itu menerobosi beberapa kali hutan buatan, namun selama ini tidak menjumpai adanya orang yang menghadang jalan pergi mereka. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tampak dari atas loteng Wang Hoa Loo yang menjulang tinggi keangkasa masih terpecik cahaya lampu, jelas orang yang ada disana masih belum beristirahat. Suma Kan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya lirih. "Seandainya dugaan cayhe tidak salah, seharusnya dayang itu akan balik kembali dengan mengambil arah kemari." Sebelum ia selesai berbicara, mendadak tampak sesosok bayangan muncul dari balik loteng Wang Hoa Loo dan meluncur ke dalam hutan dimana kedua orang itu sedang menyembunyikan diri. "Entah orang itu adalah dayang tersebut tau bukan?" "Aku rasa ia tidak akan mejumpai bencana." Tampak orang itu bergerak sangat lambat, langkahnya tenang dan air matanya tidak menunjukkan rasa kaget atau gugup. Cahaya lampu diatas loteng Wang Hoa Loo tiba-tiba padam kecuali tinggal cahaya lampu yang memancar keluar dari tingkat paling atas. Siauw Ling tahu tempat itu adalah tempat tinggal Shen Bok Hong, ditengah malam seperti ini belum beristirahat ia tentu sedang merundingkan siasat berikutnya untuk membalas kegagalan serta kekalahannya malam tadi. Memandang loteng yang tinggi menulang ke angkasa ditengah malam buta, pemuda she Siauw ini teringat kembali akan orang tuanya yang terkurung, rasa sedih segera menyerang benaknya. Sementara itu Suma Kan telah mengerahkan tenaga lweekangnya bersiap sedia, ia memperhatikan terus bayangan manusia yang makin mendekati tempat persembunyian mereka itu. Setelah terjadinya pertarungan dalam perjamuan tadi baik Siauw Ling maupun Suma Kan sudah merasa orang2 dalam perkampungan seratus bunga kendati seorang dayangpun memiliki ilmu silat yang hebat, mereka tak berani bertindak gegabah. Tampak bayangan manusia itu makin lama semakin dekat dan akhirnya sudah hampir mendekati tempat persembunyian mereka berdua. Suma Kan memandang tajam kedepan sedikitpun tidak salah orang itu adalah Hong Tju, ia segera menjawil ujung baju Siauw Ling dan berkata dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara. "Sedikitpun tidak salah dayang itu pulang dengan aman tenteram" Siauw Ling tersadar kembali dari kesedihan yang mencekam hatinya. iapun memandang sekejap ke arah orang itu. tiba-tiba rasa curiga menyelimuti hatinya ia berpikir, "Dibawah loteng Wang Hoa Lo tersembunyi suatu penjagaan yang maha ketat sedangkan dayang itu tidak lebih cuma seorang dayang secara bagaimana bisa masuk keluar tanpa diketahui oleh mereka...." Tampak Hong Tju lambat2 berjalan masuk ke dalam barisan bunga kemudian langsung menuju kepesanggrahan bambu hijau. "Air muka dayang ini rada aneh" bisik Suma Kan lirih, "Mari kita ikuti dirinya" Sementara itu lampu lentera yang masih terang benderang diloteng paling atas tiba-tiba padam seluruh perkampungan seratus bunga terlelap ditengah kegelapan. Kedua orang itu membuntuti Hong Tju langsung kembali kepesanggrahan bambu hijau. Tampak Hong Tju mendorong pintu dan langsung masuk kedalam. Tiba-tiba Suma Kan mengempos napas bagaikan kilat ia ikuti Hong Tju masuk ke dalam ruangan. Waktu itu Be Boen Hwie sedang menanti di tengah ruangan. melihat Hong Tju mendorong pintu berjalan masuk ke dalam ruangan ia segera bangun berdiri, tetapi belum sempat ia buka suara, Suma Kan laksana kilat telah menerobos masuk ke dalam ruangan sembari berseru cemas. "Be-heng hati2 air muka itu sedikit kurang beres" Be Boen Hwie bukan manusia sembarangan, sekalipun suma Kan tidak berserupun ia cukup waspada. hawa murninya sudah disalurkan mengelilingi seluruh badan. Tampak air muka Hong Tju berubah hijau membesi, setelah tiba disebuah kursi mendadak ia duduk sepasang matanya memancarkan rasa sakit yang bukan alang kepalang. setelah tertawa ia berseru. "Budak...." Agaknya ia berusaha keras untuk bicara namun baru mengutarakan dua patah kata ia sudah tak tahan dan menghembuskan napas penghabisan dengan bersandar diatas kursi. Tangan kanan Be Boen Hwie bergerak cepat mencengkeram bahu Hong tju, serunya cemas. "Nona hong...." Suma Kan pun segera mengayunkan tangan kanannya kedepan segulung angin pukulan menghadang tindakan be Boen Hwie tersebut. "Jangan gegabah" serunya memberi peringatan. Se-akan2 sadar dari lamunan, dengan cepat Be Boen hwie mundur dua langkah ke belakang dan memandang myat Hong Tju yang bersandar dia atas kursi dengan mata emndelong. Badan Hong Tju mulai mendingin dan kaku jelas ia sudah menemui ajalnya. "Aaaa.... akulah yang sudah mencelakai dirinya gumam Suma Kan sambil goyangkan kepalanya berulang kali. Siauw Ling pun menghembuskan napas panjang. "Aaaaai.... seharusnya sejak semula cayhe harus menasehati kalian jangan bertindak gegabah seperti ini." Mendadak ia membungkam dan pasang telinga tajam2. Suma Kan kerutkan alisnya rapat2 bisiknya lirih. "Kalau pihak lawan sudah bertindak begini keji kitapun tak usah berwelas asih lagi habiskan mereka secara kejam pula." Baru saja ia selesai bicara, mendadak didepan pintu ruangan telah berdiri seorang perempuan yang sangat cantik memakai baju putih dengan sebuah sulaman bunga emas didepan dadanya Suma Kan sudah ayun tangan kanannya siap membabat, namun segera dihadang oleh Siauw Ling. Air muka perempuan cantik itu amat keren dan serius, sepasang matanya melotot bulat2 sedang memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan, ia menyapu sekejap wajah ketiga orang itu kemudian serunya. "Laporkan nama2 kalian?" Sementara itu suma Kan serta Be Boen Hwie dapat melihat orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang melepaskan racun keji ulat emas tersebut. tanpa terasa timbul kewaspadaan dalam hatinya. Suma Kan berpaling melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju. kemudian mendehem dan menegur. Apakah anda yang disebut Kiem Hoa Hujien. "Tidak salah!" jawan Kiem Hoa Hujien dingin, "Siapakah anda" "Peramal sakti dari lautan Timur Suma Kan" "Belum pernah mendengar nama ini...." sinar matanya segera beralih ke atas wajah Be Boen Hwie serunya, "Siapa namau?" "Be Boen Hwie?" jawab orang tua sehe Be dengan alis berkerut. "Oooouw Cong Piauw Pacu dari propinsi Hoo lam, Auw pak Auw-lam serta Kiang si!" Hanya nama kosong belaka harap Hujien jangan mentertawakan." Perlahan-lahan Kiem Hoa Hujien alihkan sinar matanya ke atas wajah Siauw Ling. setelah dipandangnya beberapa saat ia bertanya. "Siapa namamu!" "Be Seng...." Air muka Kiem Hoa Hujien yang serius dan keren tiba-tiba terlintas usatu senyuman manis serunya "Eeeeei saudaraku yang baik, seharusnya kau bicara dengan pencet hidungmu walaupun suaramu kurang bagus namun masih dapat mengelabui mata orang lain. kalau tidak perhatikan lebih seksama sulit untuk temukan kejanggalan yang ada. namun suaramu sedikitpun tidak berubah." Sembari bicara, ia tertawa dan menyincing gaun bertindak masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?" tanya Siauw Ling. Sinar mata iem Hoa Hujien berputar ia melirik sekejap jenasah Hong Tju kemudian jawabnya. "Budak inilah yang membawa jalan buatku!" "Berdasarkan apa kau bisa mengatakan hal ini ada sangkut pautnya dengan diriku?" Orang lain tidak akan bernyali begitu besar berani mengirim seorang dayang yang dididik dan dipelihara sejak kecil dala mperkampungan Seratus Bunga untuk mengacau diloteng Wang Hoa Loo Walaupun Suma Kan mengerti kedudukan Siauw Ling tidak rendah, namun ia masih belum tahu siapakah namanya, segera ia menyambung. "Dayang ini akulah yang mengirim dia pergi. persoalan tersebut tiada sangkut pautnya dengan Heng-thay ini." Kiem Hoa Hujien berdiam diri, mendadak tangan kanannya merogoh keluar seekor ular kecil berwarna merah dan dilemparkan kedepan. "Hanya ular kecil ini saja?" serunya. Tangan kirinya pun mengambil keluar sebuah kotak hitam in imasih terdapat beberapa ekor kelabang. aku lihat lebih baik kau tarik kembali semuanya ini!" Pergelangan diayun, ia sudah melemparkan ular beracun serta kotak itu ke arah Suma Kan. Sang peramal sakti dari lautan Timur ini hanya berani menyambut kotak tersebut, sedang ular beracun tidak berani diterima dengan tangan. Be Boen Hwie takut ular beracun itu melukai orang, kipasnya segera berkelebat kedepan menghantam binatang kecil tersebut. "Tidak usah takut. ular berbisa itu sudah mati" seru Kiem Hoa Hujien dengan suara dingin. Gerakan Be Boen Hwie dalam menayunkan kipasnya sangat cepat bagaikan sambaran kilat, barusan saja ucapan Kiem Hoa Hujien meluncur keluar kipas Be Boen Hwie sudah bersarang di atas tubuh ular tadi dengan telak, darahnya segera muncrat keempat penuru sehingga ular tadi terbabat putus jadi dua. Mungkin Suma Kan malu atas kemampuan binatang2 berbisanya yang kalah jauh dari Kiem Hoa Hujien. setelah menerima kotak tadi ia membungkam dalam seribu bahasa. Siauw Ling melirik sekejap ke arah Kiem Hoa Hujien, kemudian ujarnya. "Kau bisa datang kemari, aku pikir orang lain pun kemungkinan sekali bisa datang kemari pula?" "Jangan kuatir" jawab Kiem Hoa Hujien sambil tertawa. "Diluar ruangan aku sudah menyebar sarang laba2 beracun, seandainya ada orang yang menguntil aku kemari, ini berarti mencari kematian buat diri sendiri" Siauw ing melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju lalu tanyanya lagi, "Kau berhasil mendapatkan ular beracun serta kelabangnya aku rasa ia pasti menemui ajalnya pula ditanganmu?" "Bukan, ia tidak mati ditanganku" Kiem Hoa Hujien gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku cuma merampas binatang beracunnya sedang yang melukai dia bukan aku!" "Lalu siapakah yang membinasakan dirinya?" tanya Be Boen Hwie. Kiem Hoa Hujien menuding ke arah Suma Kan kemudian jawabnya, "Seharusnya dia terhitung pembunuh pertama" "Aku...." seru Suma Kan tertegun. "Tidak salah kaulah pembunuh pertama. Kau serahkan ular beracun itu kepadanya namun tidak memberitahukan bagaimana caranya melepaskan ular tersebut, sehingga ia terpagut oleh ular itu sendiri dan keracunan bukankah ia mati ditanganmu" "Kalau begitu cayhe terhitung pembunuh nona ini?" "Kalau bukan penjaga loteng memerseni sebuah hantaman kepadanya iapun sudah berhasil melepaskan ular berbisa itu dan tidak sampai terpagut oleh ular sendiri maka dari itu penjaga loteng Wang Hoa Loo adalah pembunuh kedua" "Ada pembunuh pertama, ada pembunuh kedua seharusnya ada pembunuh yang ketiga bukan" sambung Suma Kan. "Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan "Kalau pembunuhnya cuma dua orang ia tidak akan mati dengan begini tenteram" "Hujien perkataanmu mengandung maksud yang dalam, dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?" Be Boen Hwie memohon. "Persoalan ini sederhana sekali, ilmu silat yang dimiliki dayang ini tidak lemah sayang kurang cerdas seandainya ia tidak melancarkan serangan balasan mungkin masih bisa selamatkan jiwanya, siapa sangka dalam keadaan cemas ia telah balik mengirim sebuah pukulan, hal ini membuktikan kalau ia ada maksud berkhianat sementara itu ular berbisa ditangannya sudah terlepas separuh, tiba-tiba binatang itu membalik dan memagut pergelangannya satu kali" "Jadi ia mati keracunan?" sela Siauw Ling. Kiem Hoa Hujien tersenyum. "Setelah tangannya terpagut ular sikap budak ini tiba-tiba berubah tenang dan mantap ia sadar jiwanya tak tertolong lagi maka setelah kuambil ular beracun serta kelabang beracun dari tangannya ia lantas putar badan meninggalkan loteng Wang Hoa Loo. Pada saat itulah penjaga loteng hendak melancarkan serangan bokongan ke arahnya tetapi berhasil kucegah semua" Sewaktu berbicara dengan Be Boen Hwie serta suma Kan sikap perempuan ini dingin dan hambar sebaliknya terhadap Siauw Ling ia tunjukkan wajah yang cerah, ramah dan penuh senyum manis. "Suma-heng!" dalam pada itu Be Boen Hwie telah berkata. "Nona Hong mati karena keracunan apakah Suma-heng memiliki obat pemunah racun tersebut?" "Aku lihat ia bukan lantaran terpagut ular belaka" sahut Suma Kan seraya geleng kepala. "Tidak salah!" Kiem Hoa Hujien membenarkan. "Setelah keluar dari loteng penengok bunga kembali ia terhantam oleh Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jago silat yang diluar loteng. Luka dalam ditambah dengan racun ular yang bekerja berbareng membuat ajalnya makin cepat, meski ada obat mujarab belum tentu bisa menyelamatkan jiwanya" "Setelah kau menghalangi niat jahat penjaga loteng kenapa kau tak mau membantu untu kedua kalinya dan selamatkan jiwa gadis itu?" Siauw Ling bertanya. "Orang itu bersembunyi dibalik kegelapan diluar loteng, tibatiba ia loncat keluar sambil menyerang dalam keadaan tidak siap sulit bagiku untuk menolong" "Setelah ia terluka ditambah pula hawa murninya tak bisa disalurkan berhubung daya kerja racun ular itu maka ia tak berani jalan terlalu cepat selangkah demi selangkah budak tersebut berjalan kembali keruang bambu hijau...." Bersambung ke jilid 20 JILID 20 Ia merandek sejenak lalu terusnya, "Kalian anggap diri sendiri amat cerdik, kau anggap setelah dalam kebun tak ada yang menghalangi kalian lantas tingkah lakumu tidak diketahui" bicara terus terang semua gerak gerikmu diawasi orang secara diam2, semua perbuatan kalian dengan cepat telah sampai diatas loteng Wang Hoa Loo" "Jadi kedatangan Hujien ketempat inipun tak akan lolos dari pengawasan mereka?" tanya Suma Kan. "Dalam perjamuan yang diadakan malam tadi agaknya Shen Bok Hong mendapat pahit getir yang susah diutarakan keluar, sekembalinya diatas loteng Wang Hoa Loo ia termenung terus sepatah katapun tidak bicara, mungkin pada saat ini ia masih belum thau keadaan sejelasnya. Orang ini ganas dan licik, sebelum memahami duduknya perkara tidak nanti melakukan tindakan secara smbarangan kedatanganku kesini tentu saja tidak akan lolos dari pengawasan orang2 Perkampungan seratus unga meski demikian mereka tidak akan bsia membuntuti diriku dan mengawasi semua gerak gerikku" "Sekalipun ia belum tahu duduk perkara sebenarnya, tetapi kedatangan Hujien ketempat ini pasti akan menimbulkan perhatian khususnya terhadap dirimu" sela Be Boen Hwie. "Maka dari itu janganlah kalian bertindak secara gegabah...." Tiba-tiba perempuan itu tutup mulut, wajahnya berubah hebat hardiknya dingin, "Siapa?" Dengusan berat berkumandang datang dari tempat luaran tetapi dengan cepat suasana pulih kembali dalam keheningan. "Hm! akan kusuruh dia rasakan penderitaan yang paling hebat" jengek Kiem Hoa Hujien sambil tertawa dingin. Mendadak se-olah2 teringat satu masalah penting terusnya, "Membicarakan dari watak Shen Bok Hong malam ini ia pasti sedang mencari akal untuk menghadapi kalian. aku tidak leluasa berdiam terlalu lama disini apalagi membantu kalian" Diatas wajahnya yang ayu terlintas segumpil senyuman pedih tambahnya, "Harap kalian bertiga baik2 menjaga diri." Mendadak ia putar badan dan berlalu, Bibir Siauw Ling bergetar ingin mengucapkan sesuatu, namun niatnya segera dibatalkan, Gerakan tubuh Kiem Hoa Hujien amat cepat. dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Seperginya perempuan suku Biauw itu, Siauw Ling berpaling memandang jenasah Hong Tju yang berbaring dilantai tiba-tiba ia menghela napas panjang katanya. "Aku lihat perhitungan mengenai nasib tak boleh dipercaya seratus persen." "Oooouw maksud ucapan Heng thay barusan seakan2 sedang menegur diri siauwte" Suma Kan segera menyela. "Suma-heng mengatakan raut muka nona Hong bukan raut muka seorang yangberumur pendek teapi bagaimana kenyataannya"! ia mati karena terpagut ular beracun." Sepasang alis Suma Kan langsung berkerut, "Ditinjau dari raut mukanya dia memang tidak bernasib jelek apalagi berumur pendek?" cobanya membela diri. "Kita menggunakan nyawa seorang nona kecil untuk menempuh bahaya tindakan ini bukan merupakan suatu tindakan seorang enghiong Ho-han!" kata Be Boen Hwie ikut memberikan pendapatnya. "Jadi menurut pendapat Be-heng?" "Maksud siauwte setiap perbuatan dari umat manusia ikuti saja takdir, kalau benar dalam saku Suma-heng membawa obat pemunah dari racun ular tersebut berikan dulu dua butir kepada sang nona agar racun ular yang mengeram dalam tubuhnya bisa punah kemudian kita baru berusaha menyembuhkan luka dalamua. Seumpama kita tetap berpeluk tangan dan biarkan nona ini menemui ajalnya begitu saja, siapa yang bisa tenteram melihatnya" Suma Kan melirik sekejap ke arah Hong coe kemudian mengangguk. "Baiklah!" Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah botol porselen dan ambil keluar tiga butir pil berwarna merah ia menelan sebutir lalu serahkan dua butir lainnya kepada Be Boen Hwie serta Siauw Ling, ujarnya, "Kalianpun telanlah dahulu sebutir pil pemunah agar jangan sampai terkena racun ular tersebut!" Siauw Ling serta Be Boen Hwie segera menerima obat pemunah tadi dan menelannya. Suma Kan tarik napas panjang, seluruh jalan ditubuhnya ditutup rapat kemudian baru maju membimbing bangun batok kepala Hong Tju. Siauw Ling yang ada disamping mengawasi dengan seksama, ia temukan wajah Hong Tju telah dilapisi oleh hawa hijau yang tebal jelas ia sudah keracunan hebat" Dari dalam botol porselen tadi, kembali Suma Kan ambil keluar dua butir pil pemunah tangan kiri mengerahkan tenaga untuk paksa membuka rahang Hong Tju kemudian memasukkan kedua butir pil tadi ke dalam mulutnya. Dalam pada itu seluruh tubuh Hong Tju telah mendingin dan kaku, napasnya telah berhenti, meski obat tersebut telah masuk ke dalam mulut namun sukar ditelan ke dalam perut. Siauw Ling segera maju kedepan, tangannya menekan dada Hong Tju dan merasakan detak jantung gadis ini telah lama berhenti, tak kuasa ia hela napas panjang. "Aaaai....! napasnya telah berhenti jantungpun telah berhenti berdetak, ucapan Kiem Hoa Hujien sedikitpun tidak salah meski ada obat mujarab tidak akan bisa menghidupkan dirinya kembali" bisik pemuda itu lirih. "Siapa yang bilang jiwa budak ini tak tertolong lagi?" tiba-tiba dari tempat luaran berkumandang datang suara teguran yang amat dingin. Be Boen Hwie terkesiap pikirannya. "Betapa sempurnanya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini, mengapa tindak tanduknya sama sekali tidak menimbulkan suara?" Ketiga orang itu sudah menyadari bahwa ucapan Kiem Hoa Hujien tidak bakal salah, malam ini terlalu sulit bagi mereka untuk melewatinya dengan aman tetapi urusan sudah jadi begini mereka terpaksa duduk sambil menanti kedatangan musuh. Maka dari itu meski mereka sedang berusaha menolong Hong Tju, sepasang mata dan telinganya telah dipentangkan mengawasi situasi diluar ruangan. Ketika semua orang angkat kepala, terlihatlah seorang manusia aneh berperawakan kurus kering dengan memakai baju serba hitam berdiri didepan pintu. kulit wajahnya kaku dan kasar persis seperti sesosok mayat hidup Menjumpai orang itu Siauw Ling terkesiap. hampir2 saja ia menyebut nama Tok Chiu Toa Ong si Raja Obat Tangan beracun. Sementara itu dengan alis berkerut Be Boen Hwie telah menegur. "Anda adalah?" "Seluruh umat Bu-lim yang ada dikolong langit rada takuti benda2 beracun dari Kiem Hoa Hujien namun Loohu sama sekali tidak jeri" "Lalu siapakah kau?" tanya Suma Kan seraya secepat kilat masukkan kembali botol porselen tadi ke dalam saku. "Loohu adalah Tok-Chiu-Yoa-Ong Si Raja Obat bertangan keji, terang2an bocah ini masih bisa tertolong, siapa yang bilang ia tak tertolong lagi?" Walaupun diluaran ia bicara dengan Suma Kan sepasang matanya dengan tajam mengawasi Siauw Ling dari atas hingga kebawah. Diam2 Siauw Ling terperanjat segera ia berpikir, "Apakah dia sudah tahu akan wajahku yang sebenarnya?" Buru-buru sinar matanya ditarik kembali dan berdiri dengan mulut membungkam. "Hm! sungguh besar omonganmu" jengek Suma Kan. "Hendak kau buktikan bagaimana cara Loohu menyelamatkan jiwanya?" "Sudah lama kudengar akan kelihayan ilmu pertabiban orang ini" pikir Be Boen Hwie. "Hanya sayang tabiatnya kukoay meski memiliki kepandaian seperti Hia Tuo namun tak sudi menolong harus menggantungkan apakah ia senang atau tidak, ditambah pula ilmu silatnya luar biasa, sebagian besar orang Bulim pada menaruh tiga bagian rasa jeri kepadanya sekarang Hong Tju sudah mati. tetapi ia bilang masih bisa tertolong kenapa aku tidak bisa panasi hatinya dengan akta2" kalau jiwanya bisa tertolong itulah yang dicari, kalau tidak tertolong kita pun tak bisa berbuat lain." Karena punya pikiran demikian dengan nada dingin segera ia mengejek. "Ia sudah putus nyawa dan mati. Hm meski anda memiliki ilmu pertabiban yang amat lihay aku kira belum tentu bisa selamatkan jiwanya dan hidupkan kembali nona ini." "Seandainya loohu bisa menghidupkan kembali bocah perempuan ini lalu bagaimana?" Be Boen Hwie tertegun. "Menolong jiwa orangpun masih di-embe2li dengan syarat! tidak aneh kalau diatas gelar si Raja Obatnya masih ditambahi pula dengan gelar Bertangan keji," pikirnya. Segera ia menjawab "Menolong selembar jiwa manusia jauh lebih menangkan berbuat kebajikan banyak tahun meski cayhe sekalian bukan anggota perkampungan Pek Hoa San Cung, namun tidak tega melihat seseorang mati dengan begitu saja tanpa ditolong." Orang yang menderita sakit parah dan hampir mati dikolong langit detik ini berjumlah puluhan ribu orang meski Loohu dilahirkan dengan delapan lenganpun tidak akan bisa menyelamatkan seluruh umat dunia" sambung Tok Chiu Yok Ong cepat. Teringat akan kegagahan serta kebaktian Hong Tju yang rela mati demi kebenaran, Be Boen Hwie segera berkata. "Baiklah" katakan, dengan syarat apakah kau hendak menyelamatkan jiwa nona ini?" "Siapakah orang itu?" tanya Si Raja Obat itu sambil menuding ke arah Siauw Ling. Be Boen Hwie melirik sekejap ke arah Siauw Ling melihat pemuda itu membungkam segera sahutnya. "Dia adalah pembantu cayhe?" Dari nada ucapan si raja obat barusan Siauw Ling tahu bahwa penyaruannya tidak diketahui olehnya iapun berlega hati. "Benda apa yang kau inginkan?" kembali orang she Be itu bertanya. "Aku menginginkan darah ditubuhnya...." "Apa?" Be Boen Hwie terkesiap. "Buat apa kau inginkan darah segar ditubuhnya?" "Untuk menolong orang, menolong seseorang yang hampir menemui ajalnya!" sewaktu berbicara jelas tampak sekali wajah si raja obat ini diliputi rasa berduka. "Menolong jiwa orang kenapa harus memakai darah segar" pikir orang she Be itu "Tetapi ilmu pertabiban si raja obat bertangan keji amat lihay tidak mungkin ia bisa tanpa sebab2 tertentu...." Haruslah diketahui pada jaman itu masih jarang orang menggunakan darah untuk penyembuhan suatu penyakit tentu saja berita tersebut cukup mengejutkan bagi yang mendengar. Si raja obat bertangan Keji melirik sekejap ke arah Hong Coe lalu berkata kembali. "Kalau orang ini dibiarkan ber-larut2 loohu pun tidak akan bisa menolong lagi sanggup atau tidak dengan permintaanku tadi" harap Be-heng segera ambil keputusan" Wataknya dingin sombong dan suka menyendiri, hal ini sudah diketahui umum. tetapi pada saat ini nada ucapannya halus dan lunak jelas menunjukkan bahwa hatinya sedang merasa cemas. "Pembantu dari siauwte ini meski pernah belajar silat, tetapi badannya lemah sekali, bagaimana kalau siauwte yang rela menyumbangkan darah ditubuhku!" "Tidak bisa. tidak bisa." dengan cepat si raja obat menggeleng, "Loohu sudah mengarungi seluruh pelosok dunia selama ini hanya temukan darah dua orang saja yang bisa digunakan?" "Siapa kedua orang itu?" "Seorang adalah Siauw Ling Sam CUngcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung, sedangkan yang lain adalah pembantu dari Be-heng ini. Aaaai pembantu dari Be-heng benar2 memiliki tulang yang bagus dan tidak kalah dengan Siauw Ling, hanya sayang ia tidak punya rejeki seperti Siauw Ling sebaliknya hanya berhasil jadi pembantu Be-heng belaka," Mendengar ucapan itu Be Boen Hwie terkesiap kembali ia berpikir. "Agaknya ketepatan menduga ditinjau dari ilmu pertabiban jauh lebih tepat dari ilmu meramal" Dalam pada itu dengan sengaja menyerakkan suaranya Siauw Ling bertanya. "Berapa banyak darah segar yang kau butuhkan dari badanku!" "Aaaaai seandainya kau sudi menyumbangkan seluruh darah segar yang ada di dalam tubuhmu bukan saja untuk sementara bisa selamatkan jiwa orang itu bahkan memberikan pula harapannya untuk sehat kembali seperti sedia kala" "Siapakah orang itu" kok mendapat perhatian begitu besar dari Yok-Ong?" "Loohu tidak ingin membohongi kalian, orang itu bukan lain adalah putriku sendiri" "Ooouw kiranya begitu" batin orang she Be. "Meski keji Si raja obat bertangan Keji masih menyayangi putrinya sendiri dengan begitu tebal sungguh suatu kejadian yang tak Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo disangka...." Kembali terdengar Tok-Chiu-Yok-Ong bergumam seorang diri, "Seandainya Be-heng sudimemerintahkan pelayanmu untuk hadiahkan seluruh darah segar di tubuhnya sehingga jiwa siauw-li tertolong loohu rela mengikuti Be-heng selama sepuluh tahun sebagai pembantu setil, perintah keair aku akan keair, perintah keapi akan kuterjang lautan api!" Dengan cepat Be Boen Hwie geleng kepala. "Walaupun ia mengikuti siauw-te namun menghadapi masalah besar yang menyangkut keselamatnnya cayhe tidak berani ambil keputusan sendiri" katanya. "Siauw-jien dengan Yok-Ong tidak bisa dikatakan punya ikatan sahabat" sambung Siauw Ling. "Semakin tidak bisa dikatakan lagi kalau siauw-jien harus menolong selembar jiwa putrimu tetapi dengan dasar hati yang welas dan iklas diri siauw-jien sendiri aku rela menghadiahkan darah segarku hanya tidak kuketahui berapa banyak yang dibutuhkan YokOng?" Memandang dua cawan air teh yang terletak diatas meja TokChiu-Yok-Ong menjawab, "Secawan darah segar ditambah dengan obat mujarab yang kubuat bisa menyelamatkan jiwa siauw-li selama satu bulan" "Baik! siauw-jien akan hadiahkan secawan darah segar untuk anda.... sinar matanya berputar pemuda itu memandang sekejap ke arah Hong Coe lalu menambahkan, "Tetapi YokOng harus menyelamatkan dahulu jiwa gadis ini!" "Soal ini tidak sulit!" Tiba-tiba si raja obat itu melangkah maju dekati tubuh Hong Coe, tangan kanannya bergerak berulang kali kemudian baru berhenti. Ketika semua orang alihkan sinar matanya tampaklah diatas dada serta pundak Hong Coe telah tertancap enam batang jarum perak. Keenam batang jarum perak tadi menembusi enam buah jalan darah penting yang saling bersambungan. kena rangsangan yang datang secara tiba-tiba dari keenam buah jalan darah tersebut darah yang semula telah berhenti tiba-tiba bergolak kembali. golakan tersebut menghasilkan goncangan pula di dalam jantung yang mengakibatkan jantung mulai berdetak kembali bibirnya bergetar membuat obat pemunah dari Suma Kan segera tertelan ke dalam perut. Menyaksikan Hong Tju yang telah mati jadi hidup kembali setealh keenam batang jarum perak tadi ditusukkan ke dalam badan, Be Boen Hwie merasa terkejut bercampur keheranan pikirnya. "Nama besar Tok Chiu Yok Ong benar2 bukan nama kosong belaka ia memang betul2 hebat." Sepasang mata Tok Chiu Yok Ong dengan tajam mengawasi tubuh Hong Tju ketika melihat tangan kakinya mulai bergerak tiba-tiba ia turun tangan mencabut jarum perak itu, kemudian tangan kanannya bergerak menotok kesana menabuk kemari dengan cepatnya. Gerakan tangannya amat cepat begitu cepat sampai Be Boen Hwie tak dapat melihat jalan darah apa saja yang ditotok dan ditabok olehnya. Terdengar Hong Coe menghembuskan napas panjang lalu membuka sepasang matanya kembali. Tok-Chiu-Yok-Ong segera berhenti bekerja, mundur dua langkah ke belakang, ambil keluar dua butir pil dan diserahkan ketangan Be Boen Hwie sambil berpesan, "Berikan pil ini kepadanya lalu biarkan dia tidur selama empat jam setelah keringat racun mengucur keluar kesehatannya akan sembuh dengan cepat" "Terima kasih Yok ong" Sepasang mata Hong Coe berputar ketika menjumpai Tok Chiu Yok Ong ada disana buru-buru ia bangun dan jatuhkan diri berlutut. "Terima kasih atas pertolongan Yok Ong!" "Hmm tak usah berterima kasih kepadaku terima kasihlah kepada orang yang menolong dirimu itu" Seraya berkata si raja obat ini menuding ke arah Siauw Ling. Hong Coe segera berpaling ke arah pemuda itu ia tercengang dan keheranan namun gadis itu menjura pula dalam2 sambil berkata, "Terima kasih atas pertolongan anda!" Karena tidak tahu ia harus menyebut Siauw Ling dengan sebutan apa maka ia bicara sekenanya. "Nona tak usah banyak adat" Siauw Ling balas menjura. "Lukamu baru saja sembuh,lebih baik masuklah ke dalam kamar untuk atur pernapasan dan tenangkan diri. Hong Coe berpaling ke arah Be Boen Hwie serta Suma Kan, sikapnya gugup dan gelagapan. "Ucapannya sedikitpun tidak salah" Tok Chiu Yok Ong membenarkan dengan suara dingin "Kau memang seharusnya cepat-cepat atur pernapasan kenapa masih saja berdiri termangu2 disini" "Biar cayhe yang antar nona duduk bersemedi di dalam kamar" Be Boen Hwie bertindak cepat mencekal tangan kanan Hong Coe dan memayang masuk ke dalam ruangan. Dalam hati Hong Coe masih merasa ragu tetapi Be Boen Hwie sebagai seorang majikan ternyata membimbing dirinya masuk ke dalam jelas perkataan tersebut tak bakal salah lagi, maka sambil melangkah ke dalam ruang belakang ia berkata. "Tempat ini adalah kamar istirahat Beya, budak tidak berani menggunakannya" "Nona adalah seorang pendekar gagah, cayhe merasa sangat kagum bersemedilah di dalam kamar ini dan tak usah cabangkan pikiran yang bukan2, perduli kau dengar suara apapun diluar tak usah keluar menengok, tetaplah berada disini mengatur pernapasan." "Budak turut perintah!" "Nah baik2lah beristirahat" Sehabis bicara ia tutup pintu kamar dan mengundurkan diri. Menanti berada diluar tampaklah pada waktu itu tangan kanan Siauw Ling mencekal sebuah cawan, ujung baju tangan kiri sudah digulung tinggi, sementara Tok Chiu Yok Ong sedang siap mencengkeram lengan pemuda itu. "Tunggu sebentar!" segera serunya. Gerakan Siauw Ling sangat cepat, mendengar suara itu ia tarik kembali lengannya. "Bagaimana" kau menyesal tegur si raja obat bertangan keji sambil menyapu wajah Be Boen Hwie dengan pandangan dingin. "Semua urusan yang telah cayhe setujui tidak pernah disesali kembali" "Lalu mengapa kau halangi aku mengeluarkan darah dari tubuh pembantumu?" "Bagaimana kalau cayhe yang wakili Yok-Ong untuk mengeluarkan darah dari tubuhnya?" "Apakah kau tahu bagaimana cara mengambil darah?" "Tentang soal ini terpaksa menanti petunjuk dari Loocianpwee!" Agaknya Tok-Chiu-Yok-Ong ingin mengumbar hawa amarahnya tapi ditahan kembali per-lahan-lahan ia ambil keluar sebuah tabung tembaga yang runcing ujungnya sambil menyerahkan benda tadi ujarnya, "Tusuk ke atas urat nadi dilengan kirinya lalu kerahkan sedikit tenaga, darah segar segera akan mengucur keluar" "Harap Loocianpwee suka mundur dua langkah ke belakang" perintah Be Boen Hwie sambil menerima tabung tembaga itu. Kiranya Be Boen Hwie takur si orang tua ini turun tangan keji terhadap Siauw Ling sewaktu melepaskan darah maka ia bersikeras untuk dilakukan sendiri pekerjaan itu. Tok-Chiu-Yok-Ong turut perintah dan mundur ke belakang berjaga didepan pintu ia berseru, "Cepat turun tangan loohu akan menjaga keamanan diluar ruangan!" Be Boen Hwie tidak langsung bekerja ia periksa dulu tabung tembaga itu setelah dirasakan benda tersebut tiada beracun maka ia cekal lengan kiri Siauw Ling dan tusuk urat nadi permuda itu sementara tangan kanannya mengerahkan tenaga dalam menekan dipunggungnya, hawa murni yang menerjang ke dalam badan membuat darah segar mengucur keluar dengan derasnya. Tidak selang beberapa saat kemudian cawan tersebut telah penuh dengan darah segar. Be Boen Hwie segera lepaskan tabung lalu diangsurkan bersama2 cawan berisi darah itu. "Yok Ong silahkan terima benda ini" Tok Chiu Yok Ong menerima tabung tembaga tadi ,memandang ke arah darah segar tadi ia segera mengawasi wajah Siauw Ling seraya berkata. "Dikemudian hari bila loohu berhasil menyelamatkan jiwamu maka akan kupinjam seluruh darah segar yang ada di dalam tubuhmu." "Urusan dikemudian hari lebih baik dibicarakan nanti sama." "Hm" sampai waktunya kau suka meminjamkan itu lebih bagus, tidak mau dipinjamkanpun kau harus pinjamkan tak akan kubiarkan kau bertingkah." habis bicara ia putar badan dan berlalu dengan langkah lebar. Menanti si Raja Obat bertanga keji telah berlalu, Be Boen Hwie baru menghela napas panjang. "Aaaai bagaimana pesanmu?" "Hanya secawan darah, tidak terhitung seberapa?" Ia berpaling ke arah Suma Kan dan melanjutkan "Agaknya perhitungan bintang Suma sianseng harus dipercayai juga kebenarannya!" "Aaai! liku2nya persoalan ini sungguh berada diluar dugaan, siauw-te sendiripun tak pernah menyangka" Mendadak.... se-akan2 teringat satu masalah besar Be Boen Hwie segera berkata dengan alis berkerut, "Secara beruntun Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong telah tiba disini aku rasa kejadian ini tak akan bisa mengelabuhi ketajaman mata Shen Bok Hong Keadaan kita malam ini benar2 bahaya dan setiap saat bakal terancam. kita harus bikin persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan. "Kalau begitu biarlah malam ini siauw-te pun berdiam disini mungkin bisa membantu diri kalian dalam menghadapi segala kemungkinan" Sinar matanya lantas dialihkan ke arah Siauw Ling dan bertanya "Setelah Heng-thay kehilangan darah, apakah merasakan sesuatu yang tidak beres?" "Aaah tidak mengapa" "Kalau begitu bagus sekali. mari kita padamkan semua lampu sembari atur pernapasan kita tunggu kehadiran musuh" "Tunggu sebentar,jangan padamkan dahulu lampu itu" tiba-tiba Be Boen Hwie mencegah. "Apakah Be-heng ada usul?" "Meskipun Shen Bok Hong berwatak keji dan bahaya tetapi dewasa ini para jago dari seluruh kolong langit sedang berkumpul di perkampungan Pek Hoa San Cung aku rasa ia tidak akan turunkan derajat sendiri dengan melakukan penyerangan secara besar2an, menurut maksud cayhe justru kebalikan dari usul Suma-heng "Silahkan kau menerangkan usulmu itu!" "Menurut siauwte, dari pada kita menanti kedatangan musuh dengan padamkan semua lampu jauh lebih baik kita pasang obor disekeliling ruangan kita sehingga suasana jadi terang benderang Pertama kita bisa pinjam cahaya obor tersebut untukmengawasi pihak lawan yang hendak menyerang datang. Kedua, kitapun bisa memancing perhatian para jago lainnya jikalau Shen Bok Hong berani mengutus anak buahnya untuk melancarkan serangan secara besar2an bukankah tindakannya ini sama halnya dengan membuka rahasia sendiri dihadapan umum?" "Sedikitpun tidak salah" seru Suma Kan sambilmengangguk, "Seandainya mereka berani melancarkan serangan secara besar2an, kemungkinan besar kita malah bisa mengundang pembantu yang jauh lebih banyak." Setelah merandek sejenak ujarnya kembali. "Hanya saja untuk menerangi sekeliling ruangan kita, paling sedikit kita membutuhkan enam buah obor. lagipula obor harus dijaga jangan sampai padam ditengah malam, darimana kita dapatkan obor2 tersebut! "Aaaai! sayang sekali beberapa orang sahabat cayhe belum tiba semua ditempat ini" kata Siauw Ling "Kalau mereka berada disini tentu ada akal bagus yang bermunculan." "Kau maksudkan Tiong Chiu Siang Ku" tanya Be Boen Hwie. "Terutama Sang Pat, ia miliki otak yang cerdas serta akal yang banyak, pengetahuannyapun amat luas, jarang sekali ada persoalan yang berhasil mengelabuhi dirnya. Be BOen Hwie tersenyum. "Sejak tadi siauwte telah awasi keadaan disekeliling tempat itu, dalam pepohonan yang lebat sana terdapat beberapa batang obor bahkan memiliki persediaan minyak yang cukup untuk menerangi semalam suntuk, biar aku pergi ambil enam buah" Seraya berkata ia melangkah keluar "Bagaimana kalau cayhe temani Cong Piauw Pacu?" "Tidak usah, lebih baik kau banyak beristirahat!" Dalam beberapa kali loncatan, Be Boen Hwie telah lenyap dibalik kegelapan. Tidak selang seperminum teh kemudian tampak orang she Be itu sudah balik sambil membawa enam buah obor, langkahnya ter-gesa2. Suma Kan yang berdiri disisinya dapat mendengar napasnya ter-sengkal2, agaknya baru saja orang she Be itu melangsungkan suatu pertarungan sengit, segera ia terima obor tersebut sambil berbisik, "Apakah kau jumpai hadangan yang ketat?" "Walaupun tidak dihadang namun empat penjuru penuh denganjago tangguh dalam keadaan gelisah beruntun siauw-te melancarkan serangan mematikan dan melukai dua orang diantaranya setelah berhasil merampas enam buah obor aku segera balik" "Berulang kali kita musuhi orang orang perkampungan Pek Hoa San CUng lama kelamaan Shen Bok Hong tidak akan bisa menahan diri, kemungkinan besar ia sedang kumpulkan anak buahnya untuk mempersiapkan suatu serangan balasan yang dahsyat, urusan tak boleh terlambat lagi ayoh cepat kita pasang obor2 tersebut. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambil membawa obor2 tersebut Suma Kan segera melangkah keluar dengan langkah lebar. Agaknya sejak tadi ia sudah mengukur jarak dari ruangan dengan pepohonan, dengan cepat keenam buah obor tadi sudah dipasang disekeliling ruangan, dengan demikian tiga tombak dari ruangan segera terang benderang bermandikan cahaya sinar. Setelah menyaksikan jilatan api obor mencapai satu depa tingginya kecuali menjumpai angin puyuh serta hujan deras tak bakal padam, Be Boen Hwie segera padamkan lampu dikamar. "Sialhkan kalian berdua duduk semedi dahulu" katanya sambil tertawa.... "Biar siauw-te berjaga lebih duluan" Suma Kan tersenyum. "Saat ini kentongan sudah berlalu, malam yang panjangpun tinggal dua jam lagi, aku rasa kesempatan bagi Shen Bok Hong untuk melancarkan serangan balasan hanya tinggal satu jam belaka" Demikianlah ketiga orang itu secara bergilir melakukan penjagaan sedikitpun tidak berani teledor. Siapa sangka kejadian benar2 berada diluar dugaan ketiga orang itu, hingga fajar menyingsing dan menyinari seluruh jagad tidak pernah terjadi suatu peristiwa apapun Menyaksikan sinar sang surya telah menerangi seluruh permukaan, Suma Kan segera melangkah keluar dari ruangan dan memadamkan obor2 tersebut. - - - - - - - 35 Siauw Ling serta Be Boen Hwie menguatirkan keadaan luka Hong Coe, mereka segera melangkah masuk ke dalam ruangan, tampak Hong Coe tidur dengan nyenyak diatas pembaringan, napasnya teratur dan wajahnya mulai memerah dadu sedikitpun tidak menunjukkan kalau ia baru sembuh dari sakit. Menyaksikan keadaan itu Be Boen Hwie menghembuskan napas panjang ujarnya. "Aaaai agaknya racun ular yang mengeram ditubuhnya telah punah. Tok Chiu Yok Ong benar2 memiliki kepandaian untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati." "Seandainya orang ini dapat tinggalkan jalan sesat kembali kejalan yang benar suka menolong umat manusia entah berapa banyak orang yang berhasil diselamatkan. Sayang seribu kali sayang wataknya angkuh tinggi hati dan tidak suka menolong manusia. sehingga me-nyia2kan kepandaian pertabibannya yang lihay," Sementara ber-cakap2, Suma Kan pun telah berjalan masuk terdengar ia menyambung. "Kesempatan hidup gadis ini sudah pulih kembali. kalian berdua tak usah menguatirkan keselamatannya lagi, saat ini tinggal dua jam mendekati perjamuan siang nanti kita harus menggunakan kesempatan yang baik ini untuk beristirahat sebentar, kemungkinan besar di dalam perjamuan orang gagah yang diadakan siang nanti bakal terjadi suatu pertarungan sengit." "Tidak salah" Be Boen Hwie membenarkan, "Setelah Shen Bok Hong lepaskan kesempatan untuk menyerang kemarin malam, aku rasa disiang hari bolong macam begini tidak akan ia utus orang untuk melancarkan serangan kepada kita." Ketiga orang itu segera mengundurkan diri dari ruangan menutup pintu dan duduk bersemedi diruang tengah. Tenaga lweekang Siauw Ling amat sempurna, tidak selang satu jam kemudian ia sudah segar kembali dan selesai bersemedi. Ketika buka mata ia menjumpai kedua orang rekannya masih bersemedi agaknya sedang mencapai puncak terakhir, ia tidak ingin mengganggu mereka berdua maka badannya segera bangun berdiri. Tiba-tiba tersengar langkah kaki manusia berkumandang datang ia cukup waspada. Pemuda itu kembali duduk ke atas tanah, pejam mata dan duduk tak berkutik. Tampak Hong Coe dengan langkah yang menggiurkan lambat2 berjalan keluar dari ruangan, setibanya diruang tengah matanya mengawasi ketiga orang itu dengan mendelong kemudian menunduk dan termenung agaknya ia sedang mempertimbangkan suatu masalah besar. Menyaksikan tingkah laku gadis itu hati Siauw Ling rada bergerak segera pikirnya, "Kemarin ia rela menempuh bahaya karena dipaksa oleh keadaan maka dengan pertaruhkan keselamatannya ia hantar kedua macam binatang berbisa itu ke dalam loteng Wang Hoa Loo setelah berada dibawah pengawasan Shen Bok Hong selama banyak tahun aku rasa kesadarannya sudah dikuasai, meski punya niat berhianat ia tak berani bertindak secara gegabah. Benarkah ia ada maksud tinggalkan jalan sesat kembali kejalan yang benar masih sulit diduga, ditinjau dari air mukanya jelas ia sedang merencanakan sesuatu, aku harus bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan...." Karena berpikir demikian maka pemuda Siauw Ling tetap duduk tak berkutik sementara hawa murninya telah dipersiapkan diseluruh tubuh. Beberapa saat lamanya Hong Coe berpikir tiba-tiba ia menghela napas dan berjalan ke arah Suma Kan, "Aaaah, kebiasaan lama memang sukar dirubah. kiranya manusia macam Giok Lan dan Kiem Lan jarang sekali ditemui dikolong langit," Ilmu jari Siauw Loo Sin Ci nya segera dipersiapkan asalkan Hong Coe memperlihatkan suatu tindakan yang tidak beres, ia akan melancarkan suatu serangan mematikan yang amat dahsyat. Tetapi Hong Coe tidak berbuat apa2, ia mengitari tubuh Suma Kan dan berjalan keluar dari ruangan. "Hendak berbuat apakah budak ini?" kembali Siauw Ling berpikir dengan sepasang alis berkerut. Karena gadis itu tiada maksud mencelakai Be Boen Hwie serta Suma Kan maka Siauw Ling pun tidak melakukan suatu tindakan, menanti dayang itu sudah keluar dari pintu ia baru mengempos napas meloncat bangun dan melayang ke belakang ruangan dimana pemuda itu mengintip keluar. Agaknya Hong Coe merasa ketakutan sekali, tingkah lakunya amat ber-hati2 sambil berjalan kedepan tiada hentinya ia menengok kekanan kekiri. Siauw Ling semakin keheranan ditinjau dari keadaannya jelas gadis itu bukan berlalu karena hendak menghianati mereka tapi semestinya ia sadar betapa bahayanya keadaan sendiri apa gunanya menempuh bahaya dengan percuma" Sementara ia masih termenung Hong Coe sudah masuk ke dalam barisan bunga dan lenyap dari pandangan. "Aduuh celaka entah dayang ini sedang merencanakan siasat apa?" Ia segera alihkan sinar matanya kedepatn, tampak diantara pepohonan bayangan manusia bergerak kian kemari. pakaian mereka ber-corak2, ada yang memakai pakaian ringkas ada pula yang memakai jubah panjang bahkan banyak diantara mereka menggembol senjata hatinya seketika lega segera pikirnya, "Pertemuan para enghiong yang diadakan siang ini sudah hampir tiba para enghiong hoohan dari pelbagai tempat mungkin sudah berkumpul semua orang2 macam ini paling sulit diatur tidak mungkin paksakan mereka untuk ikuti peraturan Tidak mungkin Shen Bok Hong melakukan suatu tindakan terhadap Hong Coe dihadapan orang banyak...." Kurang lebih seperempat jam kemudian tiba-tiba nampak Hong Coe muncul kembali dari balik pepohonan dengan langkah tergesa2 ditangannya membawa baki kayu. Kali ini langkahnya amat cepat boleh dikata gadis itu sudah berada didepan pintu. Buru-buru Siauw Ling berkelebat mundur lima langkah ke belakang. ilmu meringankan tubuhnya amat sempurna dalam setiap gerak gerik sama sekali tidak membawa suar. Hong Coe ter-buru-buru balik ke dalam kamar dengan hati kuatir dikejar orang setelah masuk ke dalam ruangan ia baru temukan Siauw Ling sedang berdiri empat depa dihadapannya. segera ia mengangguk dan tertawa. "Be-heng apakah kau sudah lama mendusin?" tanyanya lirih. "Oouw baru saja ketika nona hendak meninggalkan ruangan ini cayhe baru saja mendusin" "Selembar jiwa Budak sebenarnya sudah mati terima kasih atas kesediaan cuwi sekalian menolong selembar jiwaku" "Daripada mengatakan ia ditolong oleh Tok Chiu Yok Ong sehingga membuat hatinya tidak tenteram lebih baik peristiwa ini jangan diceritakan" pikir Siauw Ling dalam hati. Maka ia lantas berkata, "Nona terluka karena harus menghantar binatang beracun tersebut seandainya kita gagal menolong jiwamu inilah baru terhitung peristiwa besar yang patut disesalkan" Sinar matanya per-lahan-lahan dialihkan ke atas baki tersebut tampak diatas baki tersebut sudah tersedia empat macam sayur serta sepiring bakpao. Hong Coe pun melirik sekejap ke atas baki kemudian ujarnya dengan suara lirih, "Menurut apa yang budak ketahui dalam pertemuan para enghiong yang diadakan siang nanti Shen Bok Hong telah mempersiapkan tujuh macam siasat untuk melukai para jago, kedudukan budak terlalu rendah aku cuma tahu salah satu diantaranya yaitu melepaskan racun secara diam2...." Ia berpaling memeriksa sekejap keluar ruangan kemudian terusnya " "Shen Bok Hong punya seorang sahabat karib ia telah mempersiapkan semacam obat beracun yang tidak berwarna maupun berbau. katanya racun tersebut merupakan semacam racun yang amat ganas." Dayang itu merandek sejenak untuk tukar napas lalu tambahnya. "Katanya meski bubuk beracun itu ditelah seseorang, sang korban sama sekali tidak akan merasa tujuh hari kemudian racun tersebut baru mulai menunjukkan tanda-tanda bekerjanya secara lambat...." "Apakah bubuk beracun itu dicampurkan ke dalam arak serta hidangan" "Bagaimana cara mereka menyebarkan bubuk beracun itu dan bubuk beracun itu hendak disebarkan dimana budak tidak mendengar maka tidak berani bicara sembarangan. tetapi aku rasa tidak bakal lain dicampur dalam arak serta sayur. oleh karena itu budak mencuri dahulu sedikit sayur agar cuwi sekalian bersantap dahulu sampai kenyang, dengan demikian siang nanti tak usah ikut bersanatp sehingga bisa terhindar dari keracunan." Sementara kedua orang itu bercakap2 Be Boen Hwie serta Suma Kan telah selesai bersemedi. pertama2 Suma Kan meloncat bangun lebih dahulu sambil berkata. "Nona darimana kau bisa tahu kalau makanan yang berhasil kau curi ini tidak beracun?" "Tentang soal ini budak tidak tahu tetapi menurut dugaanku mereka tidak akan melepaskan racun pada saat ini." "Pada saat ini siauwte memang merasa rada lapar!" ujar Be BOen Hwie "Kalau dalam makanan ini memang tidak beracun, mari kita bersantap dahulu untu menangsal perut." Perlahan-lahan HOng Coe letakkan baki itu ke atas meja, lalu berkata. "Setelah budak bangkit hidup kembali dari kematian perasaan jeriku terhadap suatu kematian sudah jah sekarang, tetapi terhadap Shen Toa Cungcu aku masih merasa amat takut sekali." "Kiem Lan, Giok Lan pun demikian adanya...." seru Siaw Ling tapi ia segera sadar dan cepat membungkam. "Apa" saudara Be juga kenal dengan enci Kiem Lan serta enci Giok Lan?" tanya Hong Coe cepat. "Berada dalam keadaan seperti ini, kalau aku tutup mulut ia pasti curiga, kini sudah terlanjur bicara lebih baik diteruskan saja...." Karena berpikir demikian Siauw Ling lantas mendehem dan menyahut, "Tidak salah, kedua orang nona itu sering berada sama2 cayhe!" "Setelah kedua orang nona itu meninggalkan perkampungan Pek Hoa San Cung apakah kedudukan mereka masih tetap sebagai seorang dayang?" "Aduuuh celaka" kembali Siauw Ling berpikir. "Kalau bicara lagi rahasia ini akan terbongkar karena ia lihat kedudukanku adalah seorang pelayan maka dianggapnya Giok Lan serta Kiem Lan tentu pula sebagai seorang dayang karena sering berkumpul dengan aku" Agaknya Be Boen Hwie mengerti kesulitan dari Siauw Ling, dengan cepat ia menimbrung, "Walaupun kedua orang nona itu selalu merendahkan diri dengan menyebut diri sebagai dayang namun kami semua anggap mereka sebagai saudara sekandung" "Mungkinkah kedua orang nona Lan itu ikut serta menghadiri pertemuan orang gagah yang akan dibuka ini hari?" "Mereka tidak mungkin datang" sahut Siauw Ling cepat. "Sayang.... sayang sekali!" "Apa yang patut disayangkan?" Be Boen Hwie keheranan. "Diantara rombongan dayang yang berada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung nama mereka berdua paling terkenal, ilmu silatnyapun paling lihay dalam seratus orang saudara senasib setiap orang menaruh rasa hormat kepadanya, kalau kedua orang nona Lan itu ikut datang maka gerak gerik kita bakal leluasa" "Oouw tidak kusangka Kiem Lan serta Giok Lan mempunyai kegunaan sebegitu besar?" pikir Siauw Ling Dalam pada itu Hong Coe telah melanjutkan kembali kata2nya, "Seandainya nona Kiem Lan serta Giok Lan berseru mengajak kita berontak maka diantara seratus orang dayang ada separuh bagian akan ikuti dirinya" Walaupun Siauw Ling dan Be Boen Hwie bekerja sama menghadapi musuh sebenarnya dalam hati kecil masingmasing mempunyai rencana yang tersendiri. Tetapi setelah mengalami peristiwa besar dalam perjamuan kemarin malam masing masing pihak malah rada was was walaupun kerangkengan belum terhapus sama sekali, namun rencana mereka tidak berani diutarakan secara gegabah dalam keadaan seperti ini. Sinar mata Hong Coe berputar ia menatap wajah Be Boen Hwie tajam2. kembali tanyanya "Kiem Lan dan Giok Lan sekarang berada di mana?" Selama ini ia selalu mengira Siauw Ling hanya seorang Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pelayan belaka, sulit baginya untuk mengetahui persoalan ini maka ia tidak bertanya secara langsung kepada pemuda itu. Pertama Be Boen Hwie tertegun lebih dahulu kemudian tertawa hambar. "Tempat persembunyian dari kedua orang nona ini sulit bagiku untuk mengutarakan keluar. harap nona Hong suka memaafkan diriku." Dari dalam saku ia ambil keluar sebuah sumpit terbuat dari gading, setelah dicobakan ke atas makanan yang dibawa Hong Coe dan membuktikan bahwa makanan tadi benar2 tidak beracun mereka bertiga barulah mulai bersantap. Setengah harian lewat dengan cepatnya, dalam sekejap mata siang hari telah menjelang datang. Saat inilah pertemuan orang gagah yang diselenggarakan Shen Bok Hong akan dibuka. Dari atas loteng Wang Hoa Loo terdengar suara genta dipukul bertalu2 seorang lelaki berbaju ringkas warna hijau muncul secara tergesa2, orang itu berhentikurang lebih empat lima langkah dari pintu, sambi lmenjura serunya "Apakah Beya ada?" "Ada urusan apa" tanya Be Boen Hwie sambil melangkah keluar dari ruangan. "Hamba mendapat perintah untuk mengundang Be Toa ya, Be Cong Piauw Pacu yang menguasahi propinsi Hoo-lam, Auwpak Auw Lam serta Kiang-si untuk...." "Cayhelah orangnya...." "Dalam ruangan seratus bunga telah disediakan kursi buat Beya, hamba mendapat perintah untuk mengundang Be-ya menghadiri perjamuan" "Emm sudah tahu," Orang berbaju itu segera menjura putar badan dan berlalu. Sepeninggalnya orang itu Be Boen Hwie melirik sekejap ke arah Hong Coe lantas bertanya. "Nona hendak menghadiri perjamuan bersama kami" ataukah tetap menanti dalam ruangan ini" Tiba-tiba Hong Coe jatuhkan diri berlutut diatas tanah seraya menganggukkan kepalanya ia berkata, "Mendapat kasih sayang dari Be-ya budak merasa amat berterima kasih "Ada perkataan silahkan diutarakan sambil berdiri" kata Be Boen Hwie sambil balas memberi hormat. "Harap nona segera bangun penghormatan sebesar ini tak berani cayhe terima" Per-lahan-lahan Hong Coe bangun berdiri lalu berkata, "Sekalipun semasa hidup budak tak bisa mengikuti disisi Be-ya dan mendengarkan perintahmu semoga setelah mati aku bisa selalu berada disisi Be-ya...." "Bukankah nona berada dalam keadaan baik2" mengapa mengucapkan kata2 macam itu?" Hong Coe tertawa getir "Perduli budak mengikuti Be-ya menghadiri perjamuan atau tetap berdiam disini, aku tiak akan lolos dari kematian, tetapi sebelum budak menemui ajalnya rahasia hatiku bisa kuutarakan meski harus mati aku akan mati dengan mata meram" "Bagaimana akhir dari pertemuan orang gagah yang diselenggarakan hari ini aku sendiripun tak berani memastikan mengapa nona ucapkan kata2 semacam itu" sudahlah jangan pikirkan yangbukan2 lebih dahulu" "Seandainya nona benar2 ada maksud tinggalkan jalan sesat kembali kejalan yang benar harap kau suka mengikuti kami sekalian menghadiri pertemuan orang gagah ini" tiba-tiba Suma Kan menimbrung dari samping. "Meski akhirnya mati kita mati dalam keadaan yang terhormat" "Ketika untuk pertama kali Kiem Lan serta Giok Lan hendak melepaskan diri dari perkampuangn Pek Hoa San Cung ia bersikap seperti nona saat ini" sambung Siauw Ling "Tetapi bukankah sampai sekarang mereka masih tetap hidup dengan sehat walafiat" "Aai...." Hong Coe menghela napas panjang. "Cuwi sekalian menaruh perhatian besar buat keselamatan budak hal ini membuat aku merasa sangat terharu sekali" "Nona kau tak usah takut2 ikutilah kami menghadiri pertemuan itu dengan nyali besar" kata Suma Kan penuh semangat. Hong Coe termenung sejenak akhirnya sambil menggertak gigi ia mengangguk. "Paling batner kita tak akan lolos dari kata mati, baiklah, akan kupertaruhkan selembar jiwaku untuk mengikuti kalian." Suma Kan tertawa, "Tiak bakal terjadi sesuatu, raut muka nona bukan raut muka seorang manusia yang berumur pendek, cayhe berani menjamin bahwa kau tidak akan menjumpai bahaya kecuali terkejut" Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang samtar berkumandang datang. seorang lelaki berbaju hijau telah muncul didepan pintu. dan berteriak lantang. "Perjamuan segera dibuka harap Be Cong Piauw Pacu segera menghadiri pertemuanini!" Mari kita segera berangkat!" ajak Be Boen Hwie sambil tertawa. ia segera melangkah keluar lebih dulu. "Silahkan nona mengikuti dibelakang Be Cong Piauw Pacu, cayhe akan melindungi dirimu dari belakang" ujarnya Suma Kan menambahkan, Kena dibakar hatinya oleh beberapa orang itu nyali Hong Coe jadi besar ia segera mengikuti dibelakang Be Boen Hwie berjalan keluar disusul Suma Kan dan terakhir Siauw Ling! Setelah melewati kebun bunga yang lebat, sampailah mereka disebuah ruangan yang luas dan megah. Diatas pintu masuk tergantung sebuah papan naman dengan empat tulisan besar berwarna emas tulisan itu berbunyi Peremuan Besar Para Enghiong, Ruangan ini dibangun secara darurat, tingginya dua tombak dengan luas tujuh delapan depa persegi tikar hijau menutupi atap dengan lapisan kain putih, empat puluh delapan tonggak besar menahan bangunan darurat tersebut dengan kokohnya. Dalam ruangan arak dan sayur telah dihidangkan sebagian besar undangan sudah harid ditempatnya masing-masing. Seorang dayang berbaju hijau dengan sulaman bunga merah didepan dadanya segera menyambut kedatangan mereka. "Tolong tanya siapa nama anda?" ia bertanya lirih. "Be Boen Hwie!" "Ooouw kiranya Be Toa-ya. Be Cong Piauw Pacu yang menguasai propinsi Hoo lam, Auw-Pak serta Kiang Si." seru dayang berbaju hijau itu sambil tertawa. sinar matanya beralih ke atas wajah Hong Coe tiba-tiba ia tertegun "Aaah.... enci Hong Coe?" "Benar aku adanya!" "Buat apa enci datang kemari?" "Mengikuti Be Toa-ya sama2 menghadiri pertemuan ini" jawab Hong Coe sambi tertawa getir. Sepasang alis gadis berbaju hijau itu berkerut wajahnya kelihatan bimbang dan ragu, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia membungkam. putar badan dan membawa jalan. Sambil berjalan masuk ke dalam ruangan sinar mata Siauw Ling berputar tajam kesekeliling tempat itu ia tidak temukan Tiong Chiu Siang Ku serta Kiem Lan berada disana tapi teringat bahwa kemungkinan besar mereka telah menyaru maka iapun tidak berpikir lebih jauh. Gadis berbaju hijau itu membawa Be Boen Hwie sekalian menuju kemeja perjamuan nomor dua dari kiri dan berkata lirih, "Disinilah tempat duduk Be-ya!" "Terima kasih nona!" Be Boen Hwie berjalan kedepan dan ambil tempat duduk. Setelah menjura gadis berbaju hijau itu segera mengundurkan diri. Suma Kan serta Siauw Lingpun secara berpisah ambil tempat duduk hanya Hong Coe seorang kelihatan ragu2, ia ingin ikut duduk namun tidak berani melaksanakan niatnya. "Nona tak usah takut, cepat ambil tempat duduk" bisik Be Boen Hwie lirih. Hong Coe pejam mata dan segera ambil tempat duduk. "Budak ada satu persoalan ingin mohon bantuan kalian bertiga!" katanya kemudian. "Urusan apa?" "Seandainya jejak budak diketahui Shen Toa Cungcu harap cuwi sekalian jangan membiarkan ia berhasil menawan diriku dalam keadaan hidup2. Aaai seandainya sampai terjadi hal ini mungkin kekuatan untu bunuh diripun tak punya lagi harap kalian bertiga suka membantu diriku" "Bantu kau mencari mati?" Suma Kan menegaskan. "Benar, bantu aku agar cepat-cepat mati daripada kena ditangkap dan merasakan siksaan dari orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung...." Sementara perkataannya belum selesai diutarakan dalam ruangan terjadi kegaduhan yang segera memotong ucapan dari Hong Coe. Ketika semua orang angkat kepala tampaklah Shen Bok Hong dengan kenakan pakaian ala siucay bertindak masuk ke dalam ruangan. tiada hentinya ia memberi hormat kepada hadirin. Badannya yang bongkok sama sekali tidak mengurangi wibawa Shen Bok Hong terhadap orang lain langkahnya tetap mantap dan gagah. Cioe Cau Liong mengikuti dari belakang shen Bok Hong tiada hentinya pula ia menjura ke arah para hadirin. "Cuwi sekalian suka memberi muka kepada kami banyak2 terima kasih" serunya berulang kali. Beruntung Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong pun munculkan diri dari dalam ruangan rombongan tersebut ditututp dengan munculnya seorang pemuda tampan yang menyoren pedang dipunggungnya. "Tentulah orang ini yang menyaru sebagai diriku...." Siauw Ling segera berpikir dalam hatinya. Dalam pada itu Shen Bok Hong telah ambil tempat duduk dikursi utama disusul Kiem Hoa Hujien sekalian duduk disisinya. Perlahan-lahan ia angkat cawan arak, lalu kepada para jago yang hadir dalam ruangan itu ujarnya "Cuwi sekalian sudai memberi muka kepada orang she shen, siauwte merasa amat berterima kasih harap kalian suka meneguk habis secawan arak ini sebagai rasa terima kasihku." Habis berkata sekali teguk ia habiskan isi cawan tersebut. Para jago yang hadir dalam ruangan sama2 angkat cawan araknya masing-masing, namun yang benar2 meneguk arak tersebut sampai habis hanya sedikit sekali. sebagian besar cuma menempelkan cawan tadi diatas bibir pura2 menunjukkan gerakan seseorang yang lagi meneguk arak, namun dengan cepat arak itu diletakkan kembali ke atas meja. Haruslah diketahui sebelum Shen Bok Hong mengasingkan diri di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, nama kejinya sudah tersohor di seluruh kolong langit, baik orang2 dari kalangan Hekto maupun dari kalangan Pekro, swtiap kali mengungkap nama sibayangan berdarah Shen Bok Hong tentu merasa pusing kepala dan mengalah tiga bagian kepadanya. Dengan matanya yang tajam Shen Bok Hong menyapu wajah para jago yang hadir dalam ruangan ketika menyeksikan cuma ada tiga lima orang belaka yang benar2 meneguk habis isi cawan tersebut ia lantas tersenyum. "Harap kalian suka makan dan minum dengan hati lega sebelum cuwi sekalian meneguk arak sampai mabok dan sayur belum dihidangkan sampai bermacam lima aku Shen Bok Hong tidak akan melepaskan racun di dalam sayur serta arak tersebut" Maksud ucapannya setelah arak dan hidangan dipersembahkan maka ia akan mulai melepaskan racun. "Ooouw.... jadi maksudh Shen-heng kita cuma boleh mencicipi sayuran serta arak wangi ini belaka dan tidak boleh bersantap dengan se-puas2nya?" tegur seseorang dengan suara berat. Siauw Ling berpaling, ia temukan orang yang barusan bicara adalah seorang lelaki berjubah ungu berjenggot putih dan berdiri sambil mencekal cawan arak dengan gagahnya. Shen Bok Hong tertawa hambar. "Hal ini harus ditinjau dulu orang itu anggap aku orang she Shen sebagai sahabat atau sebagai musuh?" "Sudah dua puluh tahun lamanya aku tak pernah menginjakkan kakinya dalam dunia persilatan, kali ini aku hadir atas undanganmu sedikit banyak aku telah memeberi muka kepadamu...." "Terima kasih, terima kasih. Gan-heng ada petunjuk apa" silahkan diutarakan secara terus terang." Siauw Ling yang ikut mendengar merasa harinya rada bergerak, segera pikirnya. "Shen Bok Hong benar2 congkak dan tinggi hati, dalam setiap perkataannya selalu tak mau berlaku sungkan kepada orang lain. tetapi terhadap kakek tua berjenggot putih berjubah ungu dan seh Gan ini ia bersikap hormat, tentu orang ini adalah seorang jago yangluar biasa." Terdengar kakek berjubah ungu itu berkata "Seandainya dalam sayur dan arak sudah dicampuri dengan racun, apakah racun itu pu bisa membedakan mana sahabat maana musuh?" "Haaa.... haaa.... maksud Ganheng apakah ingin memaksa siauwte untuk membeberkan siasat serta rencana yang terkandung dalam hatiku kepada seluruh jago gagah dikolong langit?" "Dalam bekerja Shen-heng selalu bersiap sedia terhadap segala bencana yang kemungkinan terjadi meski kau bongkar rahasia tersebut aku rasa belum tentu akan mencelakai semua orang." "Haaaa.... haa.... Gan-heng benar2 kau memahami watakku?" Orang she Shen itu merandek sejenak kemudian ujarnya "Seandainya orang itu bersahabat dengan aku orang she Shen maka tidak sepantasya kalau ia menaruh curiga apakah dalam arak serta sayur itu beracun atau tidak meski ada racun sepantasnya ia percaya atas kemampuan aku orang she Shen untuk mengobatinya, lalu apa halanannya kalau sampai benar keracunan?" "Kalau orang itu berpihak sebagai musuh!" "Tidak sedikit orang kangouw yang memahami akan cara menggunakan racun, kalau dia adalah musuh dari aku orang she Shen, maka sepantasnya kalau ia bersiap siaga terhadap segala kemungkinan. Lalu apakah dalam arak serta sayuran yang dihidangkan saat ini telah dicampuri racun." Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Harap Gan-heng berlega hati, dalam arak serta sayur dihidangkan saat ini akubelum perintahkan untuk dicampuri dengan racun. silahkan Gan-heng meneguk dengan hati lega." Tiba-tiba si kakek berbaju ungu itu mendongak dan meneguk habis isi cawan tersebut kemudian duduk kembali dan membungkam. Siauw Ling secara diam2 mengawasi situasi dalam ruangan dapat temukan bahwa sebagian besar jago yang hadir dalam ruangan itu pada menaruh rasa sikap hormat dan kagum kepada kakek berjenggot putih tadi, tanpa terasa ia lantas berpikir, "Entah siapakah si kakek berjubah ungu berjenggot putih ini" didengar dari ucapannya mungkin keududkan orang ini hampir seimbang dengan kedudukan Shen Bok Hong dalam kalangan persilatan, Tiba-tiba sebuah tangan menongol datang dari balik meja menangkap tangan kiri Siauw Ling "Siauw-heng" tersengar orang itu menegur lirih "Jangan takut?" Siauw Ling berpaling, tampak olehnya sinar matanya Shen Bok Hong tajam-tajam sedang menatap wajah Hong Coe tajam2, dari sikap maupun perubahan air mukanya menunjukkan suatu wibawa yang luar biasa. Meski Hong Coe telah menghindarkan diri dari bentrokan mata dengan Shen Bok Hong namun tangan kirinya yang mencekal Siauw Ling gemertar keras tiada hentinya jelas ia merasa teramat takut sekali. "Apakah disana Hong Coe" terdengar suara Shen Bok Hong menegur dengan suara serak. "Jangan perdulikan dirinya. tunjukkan sikap se-olah2 berlagak pilon dan tidak tahu" bisik Siauw Ling cepat, Siapa sangka secara tiba-tiba Hong Coe melepaskan diri dari cekalan Siauw Ling lalu lambat2 meninggalkan tempat duduk dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San cung itu. "Budak benar adalah Hong Coe!" kepalanya ditundukkan rendah2 dan tak berani diangkat kembali "Kau sibudak ingusan mau apa datang kemari?" tegur Shen Bok Hong sambi tertawa hambar "Budak, budak...." untuk sesaat Hong Coe dibikin gelagapan, setengah harian lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, "Ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini kalau kau tetap berada disini bukankah para enghiong dari seluruh kolong langit akan mentertawakan kita dari perkampungan Pek Hoa San Cung sama sekali tidak kenal peraturan?" Hong Coe mengiakan, per-lahan-lahan ia bangun berdiri melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie dan melangkah keluar dari ruangan. Menyaksikan hal tersebut diatas Be Boen Hwie kerutkan dahi segera ia berpikir, "Tak kusangka nyali budak ini demikian kecil dan tak berguna, sekalipun ingin melindungi dirinya sulit bagiku untuk mencari alasan yang tepat...." Tampak dayang itu berjalan dua langkah kedepan lalu berhenti, putar badan dan kembali jatuhkan diri berlutut. "Budak ada satu persoalan ingin dilaporkan kepada cungcu!" katanya, "Sudah pergilah dulu!" tukas Shen Bok Hong sambil ulapkan tangannya. "Ada laporan sampaikan saja dikemudian hari!" "Budak telah menerima perhatian dari Be-ya dimana beliau sudi menerima diriku harap Cungcu suka mengabulkan permintaannya ini" Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera berpaling menatap wajah Be Boen Hwie tajam2. "Be-heng benarkah perkataan dari budak ini?" Merah padam selembar wajah Be Boen Hwie, lama sekali ia tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Haruslah diketahui apabila ia mengaku persoalan ini dihadapan para enghiong maka perbuatannya sama artinya telah mengakui dosa2 sendiri menggaet dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung untuk berhianat dengan majikannya. Ia ada maksud menampik tetapi menyaksikan wajah Hong Coe yang sedih dan mengenaskan itu ia jadi bungkam. Sementara itu Shen Bok Hong telah mendongak tertawa terbahak2. "Be Cong Piauw Pacu bukanmanusia sembarangan mana ia sudi kesemsem dengan seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung kami, sudahlah kau tak usah pikirkan yang bukan2, ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini" "Tapi Toa Cungcu telah berjanji...." "Tidak salah aku memang berkata apabila diantara orang gagah yang kuundang kali ini ada yang tertarik dengan salah satu diantara kalian. maka kalian boleh langsung meminangkepada aku Shen Bok Hong bagaimana juga hal ini harus tergantung pula apakah orang lian tertarik kepadamu atau tidak, apakah kau suruhpun cung cu jadi mak comblang" kini Be Cong Piauw Pacu sama sekali tidak bicara Hm" tentu kau sendirilah yang mengarang cerita bohong ini, ayoh segera undurkan diri." Perlahan-lahan Hong Coe bangun berdiri, sementara siap putar badan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar Be Boen Hwie berseru lantang. "Nona tunggu sebentar." Sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arah Be bOen Hwie agaknya semua orang ingin melihat bagaimana caranya ia selesaikan situasi yang serba runyam ini. Pada waktu itu selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah padam tetapi ia keraskan kepala bangun berdiri juga, kepada Shen Bok Hong sambi menjura katanya. "Apabila Toa Cungcu sudi menghadiahkan nona Hong kepada cayhe, siauwte merasa sangat berterima kasih?" Shen Bok Hong tersenyum! "Budak sadar bukan pasangan yang setimpal bagi Be-ya" buruburu Hong Coe menukas. "Budak rela jadi gundik." Shen Bok Hong tidak menggubris ucapannya, ia menatap wajah Be Boen Hwie dan bertanya. "Seandainya Be-heng mencintai dayang ini seharusnya sejak semula kau sampaikan niatmu ini kepada aku orang she Shen." Ia mendongak dan tertawa terbahak2. "Haaa.... haaa.... apabila ia sudah jadi nyonya Be Cong Piauw Pacu aku Shen Bok Hong pun tidak boleh memandang dirinya sebagai seorang dayang lagi." Sindiran serta ejekan ini benar2 tajam, bagaikan sebilah pisau belati menusuk ke dalam hati Be Boen Hwie, lelaki ini bungkam dalam seibu bahasa, namun ia cukup sabar meski dihina tetap tenang. Suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, seakan2 pikiran para jago sedang dicurahkan untuk mempertimbangkan peristiwa ini! Selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah padam, sinar matanya menyapu sekejap keseluruh hadirin lalu berpikir, "Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong yang dihormati segala lapisan golongan dalam dunia persilatan mana boleh pinang seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung sebagai istri. Seandainya peristiwa ini sampai tersiar ke dalam dunia kangouw bukankah aku akan diolok2 dan ditertawakan orang banyak...." Kembali ia akan menampik tapi wajah Hong Coe yang murung dan mengenaskan membuat hatinya tidak tega untuk berbuat demikian. Terdengar Shen Bok Hong melanjutkan kata2nya, "Be-heng adalah seorang jago ternama dalam dunia persilatan, perkataannya berat bagaikan bukit Thay-san aku percaya ia tidak akan membohongi seorang dayangku. Hmm! tentu dayang ini sendirilah yang bicara sembarangan dan ada maksud menghina nama baik Be-heng, jiwanya tak boleh diampuni lagi." Ujung baju kanannya dikebaskan keluar segulung tenaga pukulan yang amat dahsyat segera meluncur keluar. "Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong hoohan, seorang lelaki sejati tidak sepantasnya sebagai seorang lelaki sejati hanya berpeluk tangan belaka menyaksikan seorang nona cilik terancam mara bahaya" pikir orang she Be itu kembali. Segera ia membentak keras, "Tunggu sebentar!" telapaknya didorong iapun melancarkan sebuah pukulan untuk menghalau datangnya ancaman tersebut. Tenaga dalam Shen Bok Hong telah mencapai puncak kesempurnaan mau menyerang atau menarik kembali tenaganya telah berjalan sesuai dengan kemauan hatinya. Mendengar bentakan itu pergelangan kanannya segera ditarik ke belakang menarik balik tenaga serangannya mentah2. "Be-heng ada petunjuk apa?" tanyanya sambil tertawa. "Mewakili nona Hong, cayhe mohonkan ampun dari Shen Toa Cungcu!" "Be-heng apakah kau tidak merasa agak keterlaluan mencampuri urusanku?" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa hambar. "Budak itu adalah dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung kami, hendak kuhukum dengan cara apapun bukan urusanmu. Be-heng tak usah banyak bertanya...." Pedang Keadilan 20 Rajawali Emas 10 Mata Malaikat Bayi Satu Suro 1