Bayangan Berdarah 15
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 15 berjalan keluar disusul Suma Kan dan terakhir Siauw Ling! Setelah melewati kebun bunga yang lebat, sampailah mereka disebuah ruangan yang luas dan megah. Diatas pintu masuk tergantung sebuah papan naman dengan empat tulisan besar berwarna emas tulisan itu berbunyi Peremuan Besar Para Enghiong, Ruangan ini dibangun secara darurat, tingginya dua tombak dengan luas tujuh delapan depa persegi tikar hijau menutupi atap dengan lapisan kain putih, empat puluh delapan tonggak besar menahan bangunan darurat tersebut dengan kokohnya. Dalam ruangan arak dan sayur telah dihidangkan sebagian besar undangan sudah harid ditempatnya masing-masing. Seorang dayang berbaju hijau dengan sulaman bunga merah didepan dadanya segera menyambut kedatangan mereka. "Tolong tanya siapa nama anda?" ia bertanya lirih. "Be Boen Hwie!" "Ooouw kiranya Be Toa-ya. Be Cong Piauw Pacu yang menguasai propinsi Hoo lam, Auw-Pak serta Kiang Si." seru dayang berbaju hijau itu sambil tertawa. sinar matanya beralih ke atas wajah Hong Coe tiba-tiba ia tertegun "Aaah.... enci Hong Coe?" "Benar aku adanya!" "Buat apa enci datang kemari?" "Mengikuti Be Toa-ya sama2 menghadiri pertemuan ini" jawab Hong Coe sambi tertawa getir. Sepasang alis gadis berbaju hijau itu berkerut wajahnya kelihatan bimbang dan ragu, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia membungkam. putar badan dan membawa jalan. Sambil berjalan masuk ke dalam ruangan sinar mata Siauw Ling berputar tajam kesekeliling tempat itu ia tidak temukan Tiong Chiu Siang Ku serta Kiem Lan berada disana tapi teringat bahwa kemungkinan besar mereka telah menyaru maka iapun tidak berpikir lebih jauh. Gadis berbaju hijau itu membawa Be Boen Hwie sekalian menuju kemeja perjamuan nomor dua dari kiri dan berkata lirih, "Disinilah tempat duduk Be-ya!" "Terima kasih nona!" Be Boen Hwie berjalan kedepan dan ambil tempat duduk. Setelah menjura gadis berbaju hijau itu segera mengundurkan diri. Suma Kan serta Siauw Lingpun secara berpisah ambil tempat duduk hanya Hong Coe seorang kelihatan ragu2, ia ingin ikut duduk namun tidak berani melaksanakan niatnya. "Nona tak usah takut, cepat ambil tempat duduk" bisik Be Boen Hwie lirih. Hong Coe pejam mata dan segera ambil tempat duduk. "Budak ada satu persoalan ingin mohon bantuan kalian bertiga!" katanya kemudian. "Urusan apa?" "Seandainya jejak budak diketahui Shen Toa Cungcu harap cuwi sekalian jangan membiarkan ia berhasil menawan diriku dalam keadaan hidup2. Aaai seandainya sampai terjadi hal ini mungkin kekuatan untu bunuh diripun tak punya lagi harap kalian bertiga suka membantu diriku" "Bantu kau mencari mati?" Suma Kan menegaskan. "Benar, bantu aku agar cepat-cepat mati daripada kena ditangkap dan merasakan siksaan dari orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung...." Sementara perkataannya belum selesai diutarakan dalam ruangan terjadi kegaduhan yang segera memotong ucapan dari Hong Coe. Ketika semua orang angkat kepala tampaklah Shen Bok Hong dengan kenakan pakaian ala siucay bertindak masuk ke dalam ruangan. tiada hentinya ia memberi hormat kepada hadirin. Badannya yang bongkok sama sekali tidak mengurangi wibawa Shen Bok Hong terhadap orang lain langkahnya tetap mantap dan gagah. Cioe Cau Liong mengikuti dari belakang shen Bok Hong tiada hentinya pula ia menjura ke arah para hadirin. "Cuwi sekalian suka memberi muka kepada kami banyak2 terima kasih" serunya berulang kali. Beruntung Kiem Hoa Hujien serta Tok Chiu Yok Ong pun munculkan diri dari dalam ruangan rombongan tersebut ditututp dengan munculnya seorang pemuda tampan yang menyoren pedang dipunggungnya. "Tentulah orang ini yang menyaru sebagai diriku...." Siauw Ling segera berpikir dalam hatinya. Dalam pada itu Shen Bok Hong telah ambil tempat duduk dikursi utama disusul Kiem Hoa Hujien sekalian duduk disisinya. Perlahan-lahan ia angkat cawan arak, lalu kepada para jago yang hadir dalam ruangan itu ujarnya "Cuwi sekalian sudai memberi muka kepada orang she shen, siauwte merasa amat berterima kasih harap kalian suka meneguk habis secawan arak ini sebagai rasa terima kasihku." Habis berkata sekali teguk ia habiskan isi cawan tersebut. Para jago yang hadir dalam ruangan sama2 angkat cawan araknya masing-masing, namun yang benar2 meneguk arak tersebut sampai habis hanya sedikit sekali. sebagian besar cuma menempelkan cawan tadi diatas bibir pura2 menunjukkan gerakan seseorang yang lagi meneguk arak, namun dengan cepat arak itu diletakkan kembali ke atas meja. Haruslah diketahui sebelum Shen Bok Hong mengasingkan diri di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, nama kejinya sudah tersohor di seluruh kolong langit, baik orang2 dari kalangan Hekto maupun dari kalangan Pekro, swtiap kali mengungkap nama sibayangan berdarah Shen Bok Hong tentu merasa pusing kepala dan mengalah tiga bagian kepadanya. Dengan matanya yang tajam Shen Bok Hong menyapu wajah para jago yang hadir dalam ruangan ketika menyeksikan cuma ada tiga lima orang belaka yang benar2 meneguk habis isi cawan tersebut ia lantas tersenyum. "Harap kalian suka makan dan minum dengan hati lega sebelum cuwi sekalian meneguk arak sampai mabok dan sayur belum dihidangkan sampai bermacam lima aku Shen Bok Hong tidak akan melepaskan racun di dalam sayur serta arak tersebut" Maksud ucapannya setelah arak dan hidangan dipersembahkan maka ia akan mulai melepaskan racun. "Ooouw.... jadi maksudh Shen-heng kita cuma boleh mencicipi sayuran serta arak wangi ini belaka dan tidak boleh bersantap dengan se-puas2nya?" tegur seseorang dengan suara berat. Siauw Ling berpaling, ia temukan orang yang barusan bicara adalah seorang lelaki berjubah ungu berjenggot putih dan berdiri sambil mencekal cawan arak dengan gagahnya. Shen Bok Hong tertawa hambar. "Hal ini harus ditinjau dulu orang itu anggap aku orang she Shen sebagai sahabat atau sebagai musuh?" "Sudah dua puluh tahun lamanya aku tak pernah menginjakkan kakinya dalam dunia persilatan, kali ini aku hadir atas undanganmu sedikit banyak aku telah memeberi muka kepadamu...." "Terima kasih, terima kasih. Gan-heng ada petunjuk apa" silahkan diutarakan secara terus terang." Siauw Ling yang ikut mendengar merasa harinya rada bergerak, segera pikirnya. "Shen Bok Hong benar2 congkak dan tinggi hati, dalam setiap perkataannya selalu tak mau berlaku sungkan kepada orang lain. tetapi terhadap kakek tua berjenggot putih berjubah ungu dan seh Gan ini ia bersikap hormat, tentu orang ini adalah seorang jago yangluar biasa." Terdengar kakek berjubah ungu itu berkata "Seandainya dalam sayur dan arak sudah dicampuri dengan racun, apakah racun itu pu bisa membedakan mana sahabat maana musuh?" "Haaa.... haaa.... maksud Ganheng apakah ingin memaksa siauwte untuk membeberkan siasat serta rencana yang terkandung dalam hatiku kepada seluruh jago gagah dikolong langit?" "Dalam bekerja Shen-heng selalu bersiap sedia terhadap segala bencana yang kemungkinan terjadi meski kau bongkar rahasia tersebut aku rasa belum tentu akan mencelakai semua orang." "Haaaa.... haa.... Gan-heng benar2 kau memahami watakku?" Orang she Shen itu merandek sejenak kemudian ujarnya "Seandainya orang itu bersahabat dengan aku orang she Shen maka tidak sepantasya kalau ia menaruh curiga apakah dalam arak serta sayur itu beracun atau tidak meski ada racun sepantasnya ia percaya atas kemampuan aku orang she Shen untuk mengobatinya, lalu apa halanannya kalau sampai benar keracunan?" "Kalau orang itu berpihak sebagai musuh!" "Tidak sedikit orang kangouw yang memahami akan cara menggunakan racun, kalau dia adalah musuh dari aku orang she Shen, maka sepantasnya kalau ia bersiap siaga terhadap segala kemungkinan. Lalu apakah dalam arak serta sayuran yang dihidangkan saat ini telah dicampuri racun." "Harap Gan-heng berlega hati, dalam arak serta sayur dihidangkan saat ini akubelum perintahkan untuk dicampuri dengan racun. silahkan Gan-heng meneguk dengan hati lega." Tiba-tiba si kakek berbaju ungu itu mendongak dan meneguk habis isi cawan tersebut kemudian duduk kembali dan membungkam. Siauw Ling secara diam2 mengawasi situasi dalam ruangan dapat temukan bahwa sebagian besar jago yang hadir dalam ruangan itu pada menaruh rasa sikap hormat dan kagum kepada kakek berjenggot putih tadi, tanpa terasa ia lantas berpikir, "Entah siapakah si kakek berjubah ungu berjenggot putih ini" didengar dari ucapannya mungkin keududkan orang ini hampir seimbang dengan kedudukan Shen Bok Hong dalam kalangan persilatan, Tiba-tiba sebuah tangan menongol datang dari balik meja menangkap tangan kiri Siauw Ling "Siauw-heng" tersengar orang itu menegur lirih "Jangan takut?" Siauw Ling berpaling, tampak olehnya sinar matanya Shen Bok Hong tajam-tajam sedang menatap wajah Hong Coe tajam2, dari sikap maupun perubahan air mukanya menunjukkan suatu wibawa yang luar biasa. Meski Hong Coe telah menghindarkan diri dari bentrokan mata dengan Shen Bok Hong namun tangan kirinya yang mencekal Siauw Ling gemertar keras tiada hentinya jelas ia merasa teramat takut sekali. "Apakah disana Hong Coe" terdengar suara Shen Bok Hong menegur dengan suara serak. "Jangan perdulikan dirinya. tunjukkan sikap se-olah2 berlagak pilon dan tidak tahu" bisik Siauw Ling cepat, Siapa sangka secara tiba-tiba Hong Coe melepaskan diri dari cekalan Siauw Ling lalu lambat2 meninggalkan tempat duduk dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San cung itu. "Budak benar adalah Hong Coe!" kepalanya ditundukkan rendah2 dan tak berani diangkat kembali "Kau sibudak ingusan mau apa datang kemari?" tegur Shen Bok Hong sambi tertawa hambar "Budak, budak...." untuk sesaat Hong Coe dibikin gelagapan, setengah harian lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, "Ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini kalau kau tetap berada disini bukankah para enghiong dari seluruh kolong langit akan mentertawakan kita dari perkampungan Pek Hoa San Cung sama sekali tidak kenal peraturan?" Hong Coe mengiakan, per-lahan-lahan ia bangun berdiri melirik sekejap ke arah Be Boen Hwie dan melangkah keluar dari ruangan. Menyaksikan hal tersebut diatas Be Boen Hwie kerutkan dahi segera ia berpikir, "Tak kusangka nyali budak ini demikian kecil dan tak berguna, sekalipun ingin melindungi dirinya sulit bagiku untuk mencari alasan yang tepat...." Tampak dayang itu berjalan dua langkah kedepan lalu berhenti, putar badan dan kembali jatuhkan diri berlutut. "Budak ada satu persoalan ingin dilaporkan kepada cungcu!" katanya, "Sudah pergilah dulu!" tukas Shen Bok Hong sambil ulapkan tangannya. "Ada laporan sampaikan saja dikemudian hari!" "Budak telah menerima perhatian dari Be-ya dimana beliau sudi menerima diriku harap Cungcu suka mengabulkan permintaannya ini" Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera berpaling menatap wajah Be Boen Hwie tajam2. "Be-heng benarkah perkataan dari budak ini?" Merah padam selembar wajah Be Boen Hwie, lama sekali ia tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Haruslah diketahui apabila ia mengaku persoalan ini dihadapan para enghiong maka perbuatannya sama artinya telah mengakui dosa2 sendiri menggaet dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung untuk berhianat dengan majikannya. Ia ada maksud menampik tetapi menyaksikan wajah Hong Coe yang sedih dan mengenaskan itu ia jadi bungkam. Sementara itu Shen Bok Hong telah mendongak tertawa ter-bahak2. "Be Cong Piauw Pacu bukanmanusia sembarangan mana ia sudi kesemsem dengan seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung kami, sudahlah kau tak usah pikirkan yang bukan2, ayoh cepat undurkan diri dari ruangan ini" "Tapi Toa Cungcu telah berjanji...." "Tidak salah aku memang berkata apabila diantara orang gagah yang kuundang kali ini ada yang tertarik dengan salah satu diantara kalian. maka kalian boleh langsung meminangkepada aku Shen Bok Hong bagaimana juga hal ini harus tergantung pula apakah orang lian tertarik kepadamu Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo atau tidak, apakah kau suruhpun cung cu jadi mak comblang" kini Be Cong Piauw Pacu sama sekali tidak bicara Hm" tentu kau sendirilah yang mengarang cerita bohong ini, ayoh segera undurkan diri." Perlahan-lahan Hong Coe bangun berdiri, sementara siap putar badan meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar Be Boen Hwie berseru lantang. "Nona tunggu sebentar." Sinar mata para jago sama2 dialihkan ke arah Be bOen Hwie agaknya semua orang ingin melihat bagaimana caranya ia selesaikan situasi yang serba runyam ini. Pada waktu itu selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah padam tetapi ia keraskan kepala bangun berdiri juga, kepada Shen Bok Hong sambi menjura katanya. "Apabila Toa Cungcu sudi menghadiahkan nona Hong kepada cayhe, siauwte merasa sangat berterima kasih?" Shen Bok Hong tersenyum! "Budak sadar bukan pasangan yang setimpal bagi Be-ya" buru-buru Hong Coe menukas. "Budak rela jadi gundik." Shen Bok Hong tidak menggubris ucapannya, ia menatap wajah Be Boen Hwie dan bertanya. "Seandainya Be-heng mencintai dayang ini seharusnya sejak semula kau sampaikan niatmu ini kepada aku orang she Shen." Ia mendongak dan tertawa terbahak2. "Haaa.... haaa.... apabila ia sudah jadi nyonya Be Cong Piauw Pacu aku Shen Bok Hong pun tidak boleh memandang dirinya sebagai seorang dayang lagi." Sindiran serta ejekan ini benar2 tajam, bagaikan sebilah pisau belati menusuk ke dalam hati Be Boen Hwie, lelaki ini bungkam dalam seibu bahasa, namun ia cukup sabar meski dihina tetap tenang. Suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, seakan2 pikiran para jago sedang dicurahkan untuk mempertimbangkan peristiwa ini! Selembar wajah Be Boen Hwie telah berubah merah padam, sinar matanya menyapu sekejap keseluruh hadirin lalu berpikir, "Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong yang dihormati segala lapisan golongan dalam dunia persilatan mana boleh pinang seorang dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung sebagai istri. Seandainya peristiwa ini sampai tersiar ke dalam dunia kangouw bukankah aku akan diolok2 dan ditertawakan orang banyak...." Kembali ia akan menampik tapi wajah Hong Coe yang murung dan mengenaskan membuat hatinya tidak tega untuk berbuat demikian. Terdengar Shen Bok Hong melanjutkan kata2nya, "Be-heng adalah seorang jago ternama dalam dunia persilatan, perkataannya berat bagaikan bukit Thay-san aku percaya ia tidak akan membohongi seorang dayangku. Hmm! tentu dayang ini sendirilah yang bicara sembarangan dan ada maksud menghina nama baik Be-heng, jiwanya tak boleh diampuni lagi." Ujung baju kanannya dikebaskan keluar segulung tenaga pukulan yang amat dahsyat segera meluncur keluar. "Aku Be Boen Hwie adalah seorang enghiong hoohan, seorang lelaki sejati tidak sepantasnya sebagai seorang lelaki sejati hanya berpeluk tangan belaka menyaksikan seorang nona cilik terancam mara bahaya" pikir orang she Be itu kembali. Segera ia membentak keras, "Tunggu sebentar!" telapaknya didorong iapun melancarkan sebuah pukulan untuk menghalau datangnya ancaman tersebut. Tenaga dalam Shen Bok Hong telah mencapai puncak kesempurnaan mau menyerang atau menarik kembali tenaganya telah berjalan sesuai dengan kemauan hatinya. Mendengar bentakan itu pergelangan kanannya segera ditarik ke belakang menarik balik tenaga serangannya mentah2. "Be-heng ada petunjuk apa?" tanyanya sambil tertawa. "Mewakili nona Hong, cayhe mohonkan ampun dari Shen Toa Cungcu!" "Be-heng apakah kau tidak merasa agak keterlaluan mencampuri urusanku?" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa hambar. "Budak itu adalah dayang dari perkampungan Pek Hoa San Cung kami, hendak kuhukum dengan cara apapun bukan urusanmu. Be-heng tak usah banyak bertanya...." Ia merandek lalu tertawa terbahak2, tambahnya, "Tentu saja apabila Be-heng ada maksud memperistri dirinya cayhe bisa bersikap lain!" "Berada dihadapan para enghiong Hoohan dari kolong langit, apabila aku sanggupi persoalan ini maka aku harus memperistri dirinya" pikir Be Boen Hwie "Kalau kutolak kemungkinan besar jiwa Hong Coe tak tertolong lagi" Untuk sesaat ia merasa serba salah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sementara itu air mata telah jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Hong Coe, terdengar ia berkata dengan nada sedih, "Aku hanya seorang perempuan rendah yang tak berguna, tidak seimbang kalau dijodohkan dengan Be-ya. Be Toa-ya harap kau tak usah mengurusi diriku lagi!" Dia adalah seorang nona cilik yang berusia enam tujuh belasan tetapi dikatakan dirinya adalah seorang perempuan rendah ucapan ini benar2 mengejutkan para hadirin, sinar mata para jago segera dialihkan semua ke arahnya. Hong Coe yang lemah lembut tiba-tiba jadi gagah dan pemberani, dengan semangat menyala2 ia angkat kepala, menuding ke arah Shen Bok HOng dan mulai memaki, "Shen Bok Hong! hukuman paling berat dalam perkampungan Pek Hoa San Cung tidak lebih adalah kematian belaka" "Budak cilik kau sudah edan!" bentak Shen Bok Hong. Ditengah bentakan itu tangan kirinya diayun kedepan melancarkan sebuah totokan dahsyat. Sejak semula Suma Kan telah bersiap sedia menyaksikan Shwn Bok Hong melancarkan serangan, iapun segera mengirim sebuah pukulan menghalau datangnya serangan tersebut. "Mengapa tidak membiarkan dia selesaikan dulu perkataannya?" ia berseru. "Urusan rumah tangga perkampungan Pek HOa San Cung tak perlu dicampuri orang luar!" "Hm! seluruh jago dari kolong langit pada berkumpul semua ditempat ini meski cayhe tidak ikut campur mungkin orang lai akan turun tangan juga" Agaknya penghianatan dari Hong Coe benar2 merupakan suatu kejadian diluar dugaan Shen Bok Hong meski dia adalah seorang cerdik dan banyak akal kali ini ia tak dapat tenangkan diri. Ia sadar apabila membiarkan Hong Coe bicara lebih lanjut maka satu2nya jalan hanya membinasakan dayang tersebut. Tanpa menggubris diri Suma Kan lagi ujung bajunya segera dikebas keluar, dua rentetan cahaya kebiru2an segera meluncur ke arah tubuh Hong Coe. Suma Kan merasa amat cepat ia sambar sebuah teko arak dan buru-buru dilempar kedepan sementara tubuhnya pun ikut bergerak menyambar ke arah Hong Coe! Disaat Suma Kan melemparkan teko arak tadi ketengah udara, tiba-tiba muncul dua rentetan cahaya berkilat menyambar keluar menyambut dua rentetan cahaya biru tersebut. "Traaaaang traaang....!"ditengah suara berdentingan keras empat batang senjata rahasia sama2 jatuh rontok didepan tubuh Hong Coe. Keempat batang senjata rahasia itu bukan lain adalah dua batang teratai perak kecil serta dua batang jarum beracun yang panjangnya dua coen lebih, yang lebih hebat lagi jarum tadi berhasil menancap di dalam teratai perak tersebut. Menyaksikan kehebatan itu para jago sama2 terkesiap pikir mereka hampir berbareng, "Kekuatan Shen Bok Hong betul2 luar biasa ternyata ia berhasil menembusi teratai perak tersebut dengan dua batang jarum beracun" "Braaak" ketika itulah teko arak yang dilempar Suma Kan menyambar lewat dari hadapan Hong Coe. Menantikan Suma Kan tiba-tiba disisi badan gadis tersebut dua batang jarum beracun dari Shen BOk Hong telah dipukul rontok maka ia enjotkan badan meloncat balik ketempat duduknya semula. Sepasang mata Shen Bok Hong berkilat, ia menengok kekanan kekiri dengan seksama, agaknya ia sedang mencari siapakah jago yang melepaskan serangan teratai perak tersebut. "Sungguh tidak lemah kepandaian orang itu" pikir Be Boen Hwie "Ia bisa melepaskan dua batang teratai perak tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, kemudian menyampok rontok jarum beracun dari Shen Bok Hong entah siapakah dia." Sementara ia masih melamun, tiba-tiba terasa desingan angin tajan menyambar datang, tahu2 serentetan cahaya putih telah mengancam dihadapannya. Ternyata teko arak yang dilempar Suma Kan tadi, entah terhantam oleh kekuatan siapa, saat ini mental balik dan menerjang ke arah Be Boen Hwie. Kipas ditangan orang she Be itu segera dipentangkan lebar2 dengan salurkan hawa murni ia sampok teko tadi. Teko arak yang sedang melayang datang secara tiba-tiba terhadang oleh selapis tenaga yang amat dahsyat benda itu segera berputar ditengah udara lalu berputar arah dan melayang ke arah Shen Bok Hong. Agaknya Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung telah dibikin gusar oleh tingkah laku tetamunya, ia segera berseru, "Saudara yang melepaskan teratai perak tadi benar2 membuat siauwte merasa kagum, hanya sayang ia bertindak sembunyi2 tidak mirip perbuatan seorang enghiong hoohan!" Sembari berkata dengan suatu gerakan yang ringan ia kebas teko arak yang sedang mengancam ke arahnya. Termakan sampokan tersebut, teko tadi berputar kembali ke udara sebanyak dua kali lalu meluncur kedepan menyambar tujuh, delapan meja perjamuan dengan membawa desiran angin tajam. JILID 21 Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa lantang dan berseru, "Ada teko arak tiada cawan, apakah kejadian ini tidak merusak pemandangan?" Tangan kirinya didorong kedepan, teko arak yang sedang melayang datang tiba-tiba berhenti di tengah udara lalu berbelok kekanan dan meluncur kembali kemuka. Mengikuti gerakan tersebut tangan kanan orang itu pun diayun kedepan dua buah cawan arak segera mengikuti dibelakang teko arak tadi melayang kedepan. Antara cawan dan teko tetap terpaut suatu jarak tertentu walau sudah melayang sejauh tiga empat tombak, jaraknya sama sekali tidak berubah. Ketika Be Boen Hwie berpaling maka ia kenali orang itu adalah seorang pengemis berperawakan kecil kurus dan berpakaian dekil, dia bukan lain adalah Sun Put Shia seorang Tiang loo partai Kay-pang yang sudah lenyap hampir puluhan tahun lamanya. Menjumpai orang itu, Be Boen Hwie kegirangan, segera ia berpikir. "Tak nyana si orang tua ini masih hidup dikolong langit bahkan menghadiri pula pertemuan orang gagah yang diselenggarakan hari ini dengan hadirnya ini maka kekuatan dipihakku akan bertambah kuat, dua puluh tahun lamanya tak pernah berjumpa dengan dia, tak disangka wajah maupun tingkah lakunya masih tetap seperti sedia kala, aku rasa tenaga dalamnya tentu peroleh kemajuan yang amat pesat. Dalam pada itu Shen Bok HOng telah mendehem berat dan menegur. "Tak disangka Sun-heng pun turut hadir dalam pertemuanku ini, hal ini benar2 menambah pamor siauwte." Sembari bicara dari tempat jauh ia menjura. Siauw Ling mengenali watak Shen Bok Hong yang angkuh dan tinggi hati dalam pandangannya, siapapun sebagai manusia tapi sekarang bersikap begitu hormat kepada orang itu tak kuasa ia memperhatikan diri Sun Put Shia beberapa kejap lebih banyak. Terdengar Sun Put Shia tertawa ter-bahak2 "Haaa.... haaa.... bagaimana" apakah kau merasa tidak senang karena usia aku sipengemis tua terlalu panjang?" tegurnya. "Sun-heng, pantasnya sejak dua puluh tahun berselang kau sudah modar...." "Haaa.... haaa selamanya aku sipengemis tua paling tidak suka mengikuti kemauan orang. kau pingin aku sipengemis tua cepat-cepat modar justru aku pingin hidup dua tiga ratus tahun lagi untuk kau lihat!" "Aku takut Sun-heng tidak punya usia sepanjang itu...." "Kita semua adalah pengemis yang minta2 sela seseorang dengan suara yang tinggi keras secara mendadak. "Aku lihat.... eei.... sisetan mabok! kau harus membantu diriku" Siauw Ling segera alihkan sinar matanya ia temukan orang itu bukan lain adalah si Pengemis kelaparan sedang orang yang duduk dihadapannya bukan lain adalah sipendeta pemabok. "Eeei pengemis kelaparan yang rudin mengapa sih kau suka campuri urusan orang melulu?" tegur sipendeta pemabok sambil memicingkan matanya yang sipit. "Aku sihweesio paling benci kalau suruh mendengarkan perkataanmu" Seraya berkata ujung tangan kanannya dikebaskan langsung berjalan keluar, segulung tenaga dalam telah memutar teko arak tadi sehingga berpindah arah. Sipengemis kelaparanpun melepaskan sebuah pukulan. dua buah cawan arak yang membuntuti dibelakang teko arak tadipun segera berputar arah namun selisih jaraknya sejauh dua depa tetap dipertahankan seperti sedia kala. Sebagian besar jago-jago yang hadir dalam ruangan itu merupakan jago-jago kangouw kenamaan, bagi mereka tidak susah untuk salurkan hawa lweekangnya agar teko arak berputar arah dan tetap meluncur tetapi apabila bertambah dengan dua buah cawan arak tersebut maka pekerjaan ini Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bukan setiap orang dapat melakukannya kecuali memiliki tenaga lweekang yang amat sempurnya atau mempunyai keyakinan siapapun tidak berani mencoba secara gegabah. setelah teko arak dan cawan arak itu melayang sejauh empat lima tombak tak ada orang melepaskan serangan lagi. benda2 itupun dengan cepat meluncur kebawah. Pada saat itulah tiba-tiba Kiem Hoa Hujien kebaskan ujung baju sebelah kanannya. teko arak yang sudah kehilangan kendali dan sedang meluncur kebawah itu mendadak mencelat kembali ketengah udara dan meluncur ketangan nyonya cantik itu Tidak sampai disana saja tindakan Kiem Hoa Hujien, ujung telapak kiri pun segera menyusul melepaskan sebuah pukulan, dua cawan arak yang berada satu tombak jauhnya segera ikut mencelat pula dibelakang teko arak semula dan terjatuh ketangan Kiem Hoa Hujien. Jarang sekali ia munculkan diri dihadapan para jago Tionggoan, sebagian besar jago yang hadir dalam ruangan itu tidak kenal dengan dirinya namun meski demikian diam2 mereka semua kaget dan kagum atas kehebatan tenaga dalam yang dimiliki perempuan cantik itu. shen Bok Hong tertawa terbahak ujarnya. "Haa.... haaa.... diantara cuwi sekalian tentu ada sebagian besar yang tidak kenal dengan kesatria perempuan ini bukan?" serunya lantang. dia adalah jago nomor dua dari wilayah Biauw, Kiem Hoa Hujien adanya, tentu saudara sekalian pernah mendengar nama besarnya bukan?" "Ilmu silat yang berasal dari pinggiran perbatasan bukan ilmu silat yang gemilap harap cuwi sekalian suka banyak memberi petunjuk" sambung Kiem Hoa Hujien segera sambil tertawa. Tangan kanannya menyungging teko arak itu kemudian menambahkan, "Seteko arak wangi sayang bukan kalau sampai tumpah begitu saja, aku yang rendah akan memetik bunga menyembah Budha dan menghormati Sun-heng dengan secawan arak" Setelah menerima cawan arak itu ia penuhi cawan tersebut dengan arak lalu jari tengah serta jari telunjuknya menyentil cawan dengan penuh arak itu segera meluncur ke arah Sun Put Shia. "Haa.... haa.... rejeki aku sipengemis tua benar2 tidak tipis ternyata bisa peroleh perhatian khusus dari wanita secantik ini" seru Sun Put Shia sambi tertawa tergelak. "Kalau memang Hujien tidak memandang rendah kejelekan aku sipengemis tua akan kuterima penghormatan dengan senang hati" Tangannya lantas menyambar kedepan menerima cawan arak yang meluncur datang itu. Kiem Hoa Hujien tertawa hambar.kembali ia penuhi cawan kedua, sinar matanya berputar menyapu empat penjuru setelah itu sambil tertawa katanya, Cawan arak kedua sepantasnya kau persembahkan buat Be Cong Piauw Pacu! Telapak kiri didorong kedepan, cawan penuh dengan arak itu segera meluncur ke arah Be Boen Hwie. Walaupun selisih jarak antara kedua orang itu rada dekat namun gerakan cawan arak itu pun lambat sekali, setelah berputar2 diangkasa seperti rangkak siput sedikit demi sedikit meluncur kemuka. "Terima kasih atas pemberian Hujien" seru Be bOen Hwie seraya mengerahkan tenaga dalamnya secara diam2, tangannya segera bergerak kedepan menerima pemberian tersebut. Ketika cawan arak itu tiba diatas tangan Be Boen Hwie, tidak langsung melayang ketangannya tadi berputar dahulu sebanyak dua lingkaran kemudian baru berhenti. "Sungguh amat dahsyat tenaga lweekang yang dimilikinya" seru Be Boen Hwie di dalam hati dengan hati terperanjat. Dalam pada itu Kiem Hoa Hujien sudah angkat cawan arak sendiri dan berkata sambil tertawa nyaring. "Silahkan kalian berdua menghabiskan isi cawan tersebut, aku yang rendah akan mengiringi dengan secawan arak pula." Sekali teguk ia menghabiskan dahulu isi cawannya. Para jago serta orang gagah yang hadir dalam ruangan tersebut, walaupun sebagian besar belum pernah berjumpa dengan Kiem Hoa Hujien namun sudah lama mengetahui nama besarnya, terutama sekali kelihayan orang suku Biauw dalam melepaskan racun keji sudah lama terkenal dalam dunia persilatan, sebagai jago sakti nomor dua dalam wilayah Biauw tentu saja kemampuan Kiem Hoa Hujien dalam melepaskan racun keji luar biasa sekali, maka dari itulah meski Sun Put Shia lihay dan punya kedudukan tinggi dalam dunia persilatan, ia merasa ragu2 untuk meneguk habis isi cawan yang diangsurkan kepadanya tadi. Menanti Kiem Hoa Hujien selesai meneguk habis isi cawannya dan menyaksikan Sun Put Shia serta Be Boen Hwie masih tetap mencekal cawan arak itu tanpa berani menghabiskannya, tak tahan lagi ia tertawa terkekeh2. Kena diejek oleh perempuan cantik itu mendadak Sun Put shia membentak keras, "Waduuh.... waaduuuh.... celaka, dalam arak ini tentu sudah dicampuri racun keji" Tanpa banyak cingcong ia segera banting cawan arak itu ke atas tanah. Pengetahuannya amat luas tentu saja ia tak mau terpancing oleh hasutan Kiem Hoa Hujien yang mengejeknya dengan kata2 tajam. tetapi teringat bahwasanya mencekal cawan arak tersebut dalam waktu lama bukan suatu tindakan yang tepat maka sengaja dicarinya satu alasan yang cukup masuk diakal kemudian membanting cawan arak tadi ke atas tanah. Kemampuan Kiem Hoa Hujien untuk melepaskan racun keji sudah diketahui setiap orang dan sebagian besar para jago pada jeri kepadanya, apabila dituduhkan ia melepaskan racun keji dalam arak tersebut tentu saja tak ada orang yang merasa tidak percaya. Braak....! cawan arak itu hancur ber-keping2 arak muncrat keempat penjuru membasahi seluruh lantai. Pada saat itu sinar mata semua jago yang hadir dalam ruangan sama2 dialikan ke atas lantai dimana cawan arak tadi terbanting hancur. Tampaklah diantara hancuran cawan tersebut mendadak mencelat sebatang benda yang halus bagaikan jarum, panjangnya cuma beberapa coen ditengah udara binatang cilik itu berputar dan menggeliat tiada hentinya. Menyaksikan kejadian itu Sun Put Shia merasakan hatinya tergetar keras diam2 pikirnya. "Kiem Hoa Hujien benar2 lihay tidak salah lagi ia sudah main setan dalam cawan arak itu seandainya aku sipengemis tua menerima hasutan serta ejekannya yang memanaskan hati tadi, lalu meneguk habis arak yang ada dalam cawan ini bukankah aku bakal berabe?" Ketika ia membanting cawan arak itu ke atas tanah tadi pengemis tua ini sama sekali tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan di dalam cawan arak tersebut, siapa sangka setelah cawan tadi hancur berkeping2 maka muncullah seekor ulat kecil didalamnya. Setiap orang yang menghadiri pertemuan para enghiong yang diselenggarakan ketika itu maka manusia gagah, setiap orang memiliki ketajaman mata yang melebihi orang lain, meskipun ulat putih itu sangat lembut lagi kecil namun setiap jago dapat menyaksikan dengan jelas. Siapapun diantara para jago sudah tahu kalau Kiem Hoa Hujien adalah jago ahli nomor wahid dikolong langit, setiap orang menaruh curiga terhadap tingkah lakunya.namun setelah menyaksikan ulat lembut itu tak urung mereka dibuat terperanjat juga sehingga hatinya terasa berdebar keras. Dalam pada itu Be Boen Hwie sedang merasa serba salah, menyaksikan dalam cawan arak Sun Put Shia terdapat ulat kecil berwarna putih iapun ambil kesempatan itu untuk turun dari keadaan yang serba runyam, tangan kanannya diayun dan iapun membanting hancur cawan arak tersebut guna diperiksa perubahan selanjutnya. Siapa sangka peristiwa yang terjadi kali ini jauh ada diluar dugaan para jago. dalam cawan arak itu sama sekali tidak terjadi perubahan apapun. Mendadak Kiem Hoa Hujien meninggalkan tempat duduknya, dengan langkah yang genit dan mempesonakan ia berjalan menuju kehadapan Sun Put Shia. Terhadap Kiem Hoa Hujien yang cantik molek namun berhati keji bagaikan seekor ular berbisa ini setiap jago menaruh rasa takut sebesar tiga bagian kepadanya, menyaksikan ia berjalan mendekat setiap orang segera salurkan hawa murninya untuk bikin persiapan. Gerak gerik Kiem Hoa Hujien kelihatan lambat sekali padahal gerakan tubuhnya amat cepat dalam sekejap mata ia sudah berada ditempat kejadian, dari balik kepingan cawan arak itu tangannya segera menyambar dan menangkap kembali ulat kecil berwarna putih itu kemudian dimasukkannya ke dalam mulut dan ditelannya mentah2. Setelah itu sambil tertawa nyaring katanya, "Sayang .... sayang...." "Sayang aku sipengemis tua tidak terjebak oleh perangkap Hujien bukankah begitu?" "Sayang sekali binatang yang mustajab dan sangat ternilai ini sudah dilepaskan begitu saja" Beberapa patah kata ini boleh dikata merupakan suatu keluhan tapi kecuali ia sendiri serta Tok-chiu-Yok-Ong siapa yang mau percaya akan ucapannya" "Bagaimana rasanya ulat kecil itu?" ejek Sun Put Shia. "Luar biasa lezatnya dikolong langit tak ada makanan yang lebih lezat daripada ulat tersebut sahut Kiem Hoa Hujien sambil tertawa. ia lantas putar badan dan balik ketempat semula. Para jago sama2 bergidik, mereka tidak menyangka perempuan cantik itu berani menelan seekor ulat kecil dalam keadaan hidup2 bahkan memuji akan kelezatannya. Sementara itu Be Boen Hwie merasa tercengang setelah menyaksikan dari kepingan cawan arak itu tidak dijumpai keadaan yang mencurigakan, ia lantas berpikir. "Aaaah benar, hubungannya dengan Siauw Ling adalah sahabat kental yang luar biasa sekali, memandang diatas wajah Siauw Ling ia telah melepaskan diriku...." Setelah terjadinya kegaduhan tersebut, maka segera mendatangkan banyak kerepotan serta kekesalan bagi Shen Bok Hong yang sudah punya rencana matang ini. ia sudah mempersiapkan diri dengan segala macam siasat nemun sama sekali tidak menyangka kalau Sun Put Shia serta simanusia berjubah merah itu dapat ikut serta pula dalam perjamuan para enghiong yang ia selenggarakan ini, ilmu silat yang dimiliki kedua orang itu sangat lihay sekali, kemungkinan besar rencananya harus mengalami perubahan sama sekali disamping harus menghadapi tidnak tanduk kedua orang itu. Watak Shen Bok Hong dingin dan kaku, sekalipun menjumpai peristiwa yang menyulitkan dirinya ia dapat tetap mempertahankan ketenangan hatinya. segera sambil ulapkan tangannya ia berkata kepada Hong Coe seraya tertawa, "Janganlah dikarenakan persoalan seorang dayang macam kau sehingga merusak pertemuan para enghiong yang sedang kuadakan, kau mengundurkan diri lebih dahulu, setelah perjamuan ini kita bicarakan lagi persoalan tersebut. Selama ini Hong Coe hanya mengawasi segala perubahan dengan hati tenang, setealah menyaksikan diantara para jago yang hadir dalam ruangan itu ternyata begitu banyak orang berani menentang serta memusuhi Shen Bok Hong, nyalinya semakin bertambah besar, segera serunya kembali, "Budak telah menghilangkan kewibawaan Toa Cungcu dihadapan para jago, dosa dosa tersebut amat besar dan hanya bisa ditebus dengan suatu kematian belakak, tetapi sebelum budak menemui ajalnya aku ingin membeberkan seluruh perbuatan maksiat yang dilakukan Toa Cungcu setiap harinya kepada seluruh umat jago yang ada dikolong langit meskipun setelah kuutarakan keluar rahasia ini maka budak harus mati seketika budakpun akan mati dengan mata meram" Ucapan ini sangat menggusarkan Shen Bok Hong meski ia naik pitam namun iapun sadar bahwa Hong coe pada saat ini merupakan pusat perhatian para jago yang hadir dalam ruangan tersebut apabila ia turun tangan melukai dirinya tentu saja ada banyak jago yang akan turun tangan melindungi keselamatannya kecuali kalau ia turn tangan dengan segenap tenaga dan tidak sayang untuk bentrok dengan para jago rasanya sulit untuk melukai dayang tersebut. Tentu saja Shen Bok Hong tidak mau karena disebabkan seorang dayang cilik sampai menggagalkan rencana besarnya maka ia tidak bertindak sesuatu dan dengan keraskan kepala menantikan perubahan selanjutnya. Terdengar Hong Coe dengan suara lantang melanjutkan, "Semua gadis serta dayang yang ada dalam perkampungan asal paras mukanya rada cantik telah kau gunakan semua secara paksa, kau telah merampas keperawanannya." "Haaaa.... haaa dayang yang tidak tahu malu, ucapan semacam inipun berani kau utarakan pada keadaan seperti ini" seru Shen Bok Hong sambil tertawa tergelak. "Apakah kau tidak tahu bahwa cuwi sekalian yang hadir dalam ruangan dewasa ini adalah jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan, apakah kau anggap mereka suka percaya begitu saja dengan segala tuduhan serta fitnahanmu itu?" Hong Coe tidak menggubris, ia melanjutkan. "Dan aku adalah salah satu korban yang telah dinodai olehnya." "Pun Cungcu selamanya bertindak baik hati kepadamu dan tidak pernah mengawasi secara ketat kepadamu, sungguh tak nyana karena tindakan tersebut telah mengakibatkan kejadian seperti ini. kau benar2 adalah seorang dayang yang tak kenal budi." "Mengapa kau tidak mengatakan tindakan ini sebagai sudatu pembalasan" "Budak busuk, entah kau sudah kena dibohongi oleh siapa sehingga kesadaranmu sirna mari kita tak usah menggubris dirinya lagi." Sinar matanya berputar dan dialihkan ke arah seorang pemuda ganteng yang duduk disisinya. setelah itu sambungnya lebih jauh. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tujuan siauwte untuk mengundang cuwi sekalian menghadiri pertemuan besar ini bukan lain pertama, ingin memperkenalkan saudaraku ini kepada seluruh enghiong hoohan yang ada dikolong langit...." Dalam ruangan terjadi kegaduhan, ada orang yang memperhatikan dengan seksama, ada pula yang ber bisik2 merundingkan persoalan itu mereka semua sama2 menebak siapakah orang itu. Terdengar Shen Bok Hong dengan suara keras melanjutkan, "Diantara cuwi sekalian mungkin ada diantaranya yang pernah bertemu dengan saudaraku ini, tapi sebagian besar tentu merasa asing bukan, siauwte percaya kalian semua tentu pernah mendengar nama besarnya yang telah menggetarkan sungai telaga. Suasana dalam ruangan seketika itu juga jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Shen Bok Hong tersenyum "Meskipun tidak panjang masanya untuk berkelana dalam dunia persilatan tapi nama besarnya benar2 sudah menggetarkan seluruh jagad...." sambungnya. "Apakah dia Siauw Ling?" tanya seseorang secara tiba-tiba, disusul oleh pertanyaan2 orang lain. "Tidak salah dia adalah Siauw Ling, pada saat ini...." "Dia bukan Siauw Ling" mendadak Hong Coe menjerit lengking. Dengan wajah berubah Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Hong Coe namun ia tidak ambil gubris, sambungnya lebih lanjut, "Siauw Ling yang hadir pada saat ini telah menjadi Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung dari siauw-te, dikemudian hari apabila cuwi sekalian bertemu dengan dirinya dalam dunia persilatan harap saudara sekalian suka menjaga dirinya baik2...." Ketika menyaksikan seluruh jago yang hadir dalam ruangan itu agaknya sebagian besar telah mempercayai obrolan dari shen Bok Hong itu. Hong Coe jadi amat gelisah kembali ia berteriak, "Dia benar2 bukan Siauw Ling, harap cuwi sekalian jangan sampai tertipu oleh obrolannya" "Budak cilik, pandai benar kau mengobrol dan mengaco belo yang bukan2" tegur Shen Bok Hong sambil tertawa ramah. "Jelas kau sudah keracunan hebat sehingga tak tertolong lagi Samte, bunuh saja dirinya, dari pada ia selalu melanggar peraturan dari perkampungan Pek Hoa Sancung kita." Pemuda tampan itu mengiakan mendadak ia bangun berdiri, sepasang matanya yang tajam mengawasi tubuh Hong 'Coe tak berkedip kemudian perlahan-lahan tangannya bergerak meraba gagang pedang. Nama besar Siauw Ling sudah menggetarkan seluruh jagad, tapi para jago yang hadir dalam kalangan dewasa ini sebagian besar belum pernah menyaksikan ilmu silat yang dimilikinya, tetapi ditinjau dari sinar mata tajam yang sedang menatap Hong Coe, serta gerakannya untuk meraba gagang pedang, mereka percaya bahwa pemuda ini mempunyai ilmu yang amat dahsyat dalam menggunakan pedang. Ditinjau dari sikapnya yang lama sekali tidak mencabut pedang, siapapun berani menduga dalam gerakan mencabut pedang nanti ia pasti melaksanakannya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Pada saat ini keberanian Hong Coe tidak berkurang ia malah semakin gagah, jeritnya lengking, "Sekalipun in ihari aku Hong Coe harus mati dibawah ujung pedangnya, akan kubongkar dahulu tindak tanduk Shen Bok Hong yang terkutuk ini dihadapan para enghiong hoohan sekalipun mati aku rela!" Dalam pada itu selembar wajah Siauw Ling gadungan itu sudah berubah jadi merah, selapis napsu membunuh berkobar dalam wajahnya, sepasang mata bersinar tajam dan pedang panjangnya sudah diloloskan sepanjang setengah depa dari dalam sarung. Be Boen Hwie menggetarkan kipasnya yang mana secara tiba-tiba membuka separuh. telapak kiri disilangkan didepan dada lalu menarik napas panjang, sepasang matanya dengan tajam mengawasi terus tangan kanan dari Siauw Ling gadungan itu, jelas ia pun menyaksikan keadaan tidak menguntungkan maka ia bersipa sedia menahan datangnya serangan tersebut dengan segenap tenaga. Tiba-tiba Suma Kan menyingkap bajunya lalu mengambil keluar sepasang roda emasnya dari saku setelah dicekal dalam tangannya iapun siap sedia melakukan pertarungan. Suasana dalam ruangan itu seketika itu juga berubah jadi hening, sunyi dan tak kedengaran sedikit suarapun begitu sunyi suasananya sehingga napas setiap orang dapat terdengar nyata. Siauw Ling pun tidak tinggal diam, tangan kanannya segera merogoh sakunya lalu diam2 mengenakan sarung tangan kulit ularnya, iapun bersiap sedia melakukan pertolongan di-saat2 perlu. Shen Bok Hong tidak ketinggalan. sepasang matanya yang tajam mengawasi Be Boen Hwie serta Suma Kan tajam2. paras mukanya tenang membuat orang sukar untuk membedakan ia sedang gembira atau gusar. Bukan begitu saja sinar mata setiap jago yang hadir dalam ruangan itu telah dicurahkan ke atas tubuh pemuda ganteng tadi serta Be Boen Hwie sekalian, jelas etiap orang menguatirkan menang kalah yang akan diraih oleh masingmasing pihak. Mendadak Siauw Ling gadungan itu menggerakkan pergelangan kanannya tiba-tiba pedangnya sudah dicabut keluar dari dalam sarung. Dalam sekejap mata hawa pedang berkelebat memenuhi angkasa, cahaya tajam pedangnya langsung menyerang ke atas tubuh Hong Coe yang berdiri tidak gentar. Be Boen Hwie putar kipasnya menciptakan selapis bayangan kipas dan sekali berkelebat ia bendung datangnya rentetan cahaya pedang itu. Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh ruangan terdengar suara bentrokan nyaring menggema dengan kerasnya, bayangan kipas memenuhi angkasa itu mendadak sirap dan lenyap tak berbekas. Diikuti cahaya emas berkelebat dan meluncurlah selapis kabut kuning menghadang cahaya pedang yang berhasi menerobosi bayangan kipas itu. Traang.... traang.... baik cahaya pedang maupun kabut kuning ber-sama2 lenyap tak berbekas. Orang luar hanya menyaksikan bayangan kipas cahaya roda serta hawa pedang dalam sekilas pandang telah lenyap tak berbekas, siapapun tidak pernah menyangka dalam bentrokan barusan telah terjadi duel sengit yang menentukan antara mati dan hidup. Menanti semua orang alihkan kembali sinar matanya ketengah kalangan maka tampaklah cahaya merah yang semula menyelubungi wajah Siauw Ling gadungan itu sudah lenyap dan buyar saat ini wajahnya berubah jadi pucat pias bagaikan susu kambing. Wajah Be Boen Hwie pun ke-hijau2an, tangan kanannya mencekal kipas sedang darah segar telah membasahi separuh bagian bajunya dan ketika itu masih menetes ke atas lantai. Sebaliknya Suma Kan silangkan sepasang roda emasnya didepan dada napasnya tersengkal2 dan keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Situasi yang terbentang ditengah kalangan sudah jelas sekali, di dalam membendung serangan pemuda ganteng tersebut baik Suma Kan maupun Be Boen Hwie telah mengerahkan segenap kemampuannya, seumpama dalam serangan pedangnya orang itu menambahi dengan beberapa bagian tenaga saja, walaupun kedua orang itu telah kerahkan segenap tenaga yang dimiliki belum tentu bisa menghadang serangan pedang yang ditujukan ke arah Hong Coe itu. Dalam pada itu mereka bertiga sama2 berdiri ditengah kalangan tak berkutik siapapun berusaha merebut waktu sebanyak2 untuk mengatur pernapasan dan memulihkan kembali tenaga dalamnya. Begitu mendesak waktu yang mereka butuhkan sampai sampai Be Boen Hwie tiada kesempatan sama sekali untuk membalut luka diatas lengannya. Ketenangan yang terjadi saat ini merupakan suatu ketenangan yang paling hening menjelang terjadinya suatu hujan badai yang maha dahsyat serangan berikutnya yang jauh lebih dahsyat segera akan berlangsung. Di dalam serangan berikutnya mungkin daya serangan tidak terlalu besar namun setiap oang sadar dalam serangan itulah setiap orang akan menentukan matai hidupnya masingmasing. Tampak cahaya merah selapis demi selapis telah menyelimuti kembali wajah pemuda ganteng itu, dari tawar warna tersebut semakin menebal. Keringat yang membasahi kening Suma Kan pun telah mengering. napas yang ter-sengkal2 tidak kedengaran lagi. Siauw Ling asli yang duduk disisi kalangan pun tidak ketinggalan, diam2 ia tinjau situasi ketika itu ia tahu Suma Kan serta Be Boen Hwie tidak akan kuat menahan satu serangan lagi dari lawannya, ia harus cepat-cepat mencari satu akal untuk membantu secara diam2. Tetapi dibawah pengawasan para jago, tidak gampang baginya untuk menunjukkan kepandaian saktinya tanpa menimbulkan jejak yang dapat mencurigakan orang. Ilmu silat yang dimiliki pemuda ganteng itu benar2 sudah menggetarkan seluruh kalangan, sebagian besar para jago yan gbelum pernah bertemu dengan Siauw Ling mulai mempercayai apabila orang ini bukan lain adalah Siauw Ling yang sebenarnya. Sebab tidak lama Siauw Ling berkelana dalam dunia persilatan, namun paras mukanya yang ganteng serta kecepatan pedangnya telah menggetarkan seluruh sungai telaga, dan pemuda yang ada dihadapan mereka saat ini persis seperti apa yang dilukiskan. Seandainya mereka memperhatikan lebih seksama lagi, mungkin pikiran itu segera akan berubah sayang tak seorangpun yang memperhatikan akan diri pemuda itu. meski ada yang memperhatikan jumlahnya amat keci. Tampak hawa merah yang menyelimuti wajah pemuda itu makin lama semakin menebal. sinar mata yang memancar keluar dari sepasang mata pun semakin bening jeli dan cemerlang hal ini membuktikan apabila suatu pertempuran yang menentukan antara mati dan hidup segera akan berlangsung. Setelah melewati pengaturan napas selama beberapa saat rasa lelah telah lenyap dari tubuh Be Boen Hwie, darah segar yang mengucur keluar lewat mulut lukapun telah berhasil ditahan oleh hawa murninya, ia mulai putar otak untuk mencari akal guna menghadapi sitauasi yang terbentang dihadapannya saat ini, diam2 pikirnya. "Apabila pertarungan ini bisa dilangsungkan dengan pengaturan jarak dekat, siapa menang siapa kalah masih susah diduga. tapi jelas dalam bentrokan tenaga dalam tadi aku masih kalah setingkat dari kepandaiannya." Satu2nya harapan baginya untuk merebut kemenangan adalah melancarkan serangan secepat mungkin setelah bentrokan senjata dengan dirinya, kemudian sejurus demi sejurus meneternya habis2an, tapi ia membutuhkan persiapan untuk melakukan pertarungan semacam ini. Sewaktu ia tahu setelah melakukan pertarungan itu maka ia akan kecapaian sekali dan susah melanjutkan pertarungan lebih jauh. Sementara otaknya masih berputar, pemuda ganteng itu sudah mulai bergerak kembali, pedangnya digetarkan cahay tajam berkilat dan sekali lagi meluncur ke arah tubuh Hong Coe. Disaat pemuda itu bergerak, Suma Kan serta Siauw Ling pun turun tangan pula serentak. Suma Kan menggetarkan sepasang roda emas ditangannya menyerang dari samping dan menyambut datangnya cahaya tajam yang sedang meluncur kedepan itu. Sedangkan Siauw Ling secara diam2 melepaskan ilmu jari Siuw-Loo-Ci-Kangnya yang hebat serentetan deseiran tajam segera meluncur kedepan. Duuusss! serangan pedang pemuda itu termakan oleh sentilan jari Siuw-Loo-Ci-Kang yang dilepaskan Siauw Ling, tenaganya segera banyak berkurang, apalagi termakan oleh tangkisan roda emas yang digerakkan Suma Kan, diiringi suara dentingan nyaring seketika itu juga serangan pedang itu terbendung sama sekali. Suma Kan hanya merasakan dalam bentrokannya dengan pedang pemuda tersebut untuk kedua kalinya tenaga serangan lawan sama sekali berkurang, dengan mudah dan gampang serangan itu berhasil ia punahkan. Kiranya Siauw Ling gadungan itu diam2 menderita kerugian yang amat besar. Kiranya Siauw Ling takut serangan pedangnya amat lihay dan sulit ditangkis maka dalam sentilan ilmu jari Siuw-Loo-CiKangnya tadi ia telah menggunakan tenaga sebesar delapan bagian, begitu dahsyat tenaga desiran yang tak berwujud itu sehingga pemuda ganteng itu merasakan pedang ditangan kanannya se-akan2 terhajar oleh segulung tenaga yang amat besar sekali begitu hebat serangan itu hampir2 saja pedangnya tak sanggup dikuasai dan lepas dari tangan. Tidaklah aneh kalau pedang itu seketika berhasil dipunahkan sama sekali oleh sepasang roda emas Suma Kan tanpa buang tenaga banyak Tiba-tiba Be Boen Hwie maju dua langkah kedepan sambil menjura sapanya, "Ilmu pedang yang heng-thay miliki benar2 luar biasa, cayhe ingin sekali menjajal ilmu pedang terbang dari Heng-thay, harap Heng-thay suka memberi petunjuk" Walaupun diluaran ia bicara amat sopan tapi dalam tindakan sama sekali tidak memberi kesempatan bagi pemuda itu untukmenjawab, kipas ditangannya berputar kencang, dengan juru "Siauw-Ci-Thian-Lam" atau Sambil Tertawa Menuding Langit Selatan kipasnya dirapatkan lurus langsung menotok kemuka. Saat itu cahaya merah yang menyelimuti wajah pemuda itu sudah buyar dan muncullah selembar wajah yang pucat pias bagaikan mayat. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tampak ia angkat pedangnya untuk menangkis serangan kipas Be Boen Hwie namun sama sekali tidak melancarkan serangan balasan. "Haaa haaa.... Heng-thay, mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan" apakah kau sudah lelah dan kehabisan tenaga sehingga tak dapat bergebrak lagi?" jengek Be Boen Hwie sambil tertawa terbahak2. Ditengah bentakan keras, kipasnya berkelebat melancarkan serentetan serangan gencar yang cepat dan dahsyat sebentar kipasnya ditutup untuk melancarkan totokan, sebentar lagi dibentangkan untuk membabat, sebuah kipas dalam sekejap mata telah berubah jadi golok pedang serta Poan-koan pit untuk menotok jalan darah. Agaknya setelahmelepaskan dua kali ilmu pedang terbangnya pemuda ganteng itu sudah kehabisan tenaga, dalam menangkis setiap serangan kipas yang dilepaskan Be Boen Hwie ia keihatan payah dan ngotot sekali. Tidak sampai sepuluh gebrakan kemudian pemuda ganteng itu sudah kalang kabut dan terdesak hebat, ia mulai keteter dan tidak sanggup mempertahankan diri. Shen Bok Hong dapat menyaksikan situasi yang sangat tidak menguntungkan dirinya, ia sadar apabila pertarungan ini dilanjutkan lebih jauh maka tidak sampai dua puluh jurus Siauw Ling gadungan itu pasti akan terluka dibawah sambaran kipas yang dilancarkan Be Boen Hwie, hatinya jadi amat gelisah. "Tahan!" segera bentaknya. Pemuda tampan itu siap menarik kembali pedangnya untukmengundurkan diri setelah mendengar bentakan itu namun Be Boen Hwie tidak mau lepas tangan begitu saja kipasnya berputar semakin kencang dan pemuda itupun kontan terkurung dibawah lapisan bayangan kipas yang amat rapat dan dahsyat. Menyaksikan bentakannya tidak diambil gubris Shen Bok Hong naik pitam, pikirnya, "Kurang ajar.... Be Boen Hwie benar2 menjengkelkan hati, aku harus kasih sedikit pelajaran kepadanya...." Karena berpikir demikian tangannya segera diangkat lalu menyentil kedepan setelah itu perlahan-lahan duduk kembali. Dari meja perjamuan sebelah kiri mendadak menggema suara tertawa dingin diikuti meluncurlah kata2 ejekan, Hmm" andalkan jumlah banyak untuk merebut kemenangan, macam enghiong apakah kau orang?" Ditengah bentakan keras, sebuah cambuk lemas berwarna merah telah meluncur ke arah tubuh Be Boen Hwie. Merasakan datangnya serangan Be Boen Hwie putar kipas menangkis, ambil kesempatan itulah pemuda tampan itu tarik kembali pedangnya sambil meloncat mundur. Cambuk lemas berwarna merah yang meluncur datang itu entah terbuat dari bahan apa, lunak dan keras setelah tertangkis oleh kipas Be Boen Hwie benda tadi seketika ditarik kembali ke belakang. Agaknya ia sama sekali tiada bergebrak melawan Be Boen Hwie, dan maksudnya hanya menolong pemuda tampan itu melepaskan diri dari mara bahaya. Dalam pada itu pemuda yang menjadi Siauw Ling gadungan itu segera mengundurkan diri sejauh lima depa ke belakang, ia tidak kembali kekursiya semula tapi berdiri tegak disisi kalangan sambil mengatur pernapasan, Dalam hati Be Boen Hwie mengerti, ilmu silat serta jurus pedang yang dimiliki orang itu tidak berada dibawahnya, barusan ia berhasil terkurung dibawah kipasnya hal ini disebabkan tenaga dalamnya telah berkurang setelah dua kali melepaskan ilmu pedang terbang yang maha dahsyat, apabila ia biarkan orang itu atur pernapasan lebih dahulu kemudian menyerang lagi ia tahu dia pasti bukan tandingannya. Dalam kenyataan, setelah Be Boen Hwie melakukan pertarungan sengit sambil menahan rasa sakit, mulut luka semakin melebar darah segar mengucur keluar tiada hentinya membasahi hampir seluruh baju yang dikenakan. Siauw Ling diam2 mengawasi situasi dalam ruangan, ia dapat membedakan bahwa dalam ruangan tersebut telah terpisah jadi dua rombongan, hanya kedua belah pihak tidak mengetahui situasi serta keadaan lawannya untuk sementara tetap bersabar. Ia sadar bahwa dari antara dua golongan itu hanya ia serta Be boen Hwie bertiga saja yang secara terang2an berani memusuhi orang2 perkampungan Pek Hoa Sancung keadaan ini sangat tidak menguntungkan posisi mereka, maka dengan ilmu menyampaikan suara segera pesannya "Suma-heng, harap kau suka menasehati Be Cong Piauw Pacu untuk sementara waktu bersabar dahulu, dewasa ini saatnya belummatang janganlah bikin keonaran lebih jauh" Terhadap Siauw Ling, dalam hati Suma Kan merasa amat kagum maka setelah menerima pesannya ia lantas tertawa ter-bahak2. "Be-heng mari kita kembali kekursi perjamuan lebih dahulu" ajaknya. Be Boen Hwie tahu dibalik ucapannya pasti mengandung maksud tertentu, dalam kenyataan iapun sudah lemas setelah kehilangan banyak darah. apalagi harus mengalami pula pertarungan sengit, sinar matanya lantas menyapu sekejap ke arah Hong Coe dan katanya lirih, "Nona Hong harap kaupun segera mengundurkan diri kemeja perjamuan!" Demikianlah beberapa orang itu segera mengundurkan diri kemeja perjamuan dan ambil tempat duduk kembali. Setelah itulah sinar mata Be boen Hwie baru menyapu ke arah seorang kakek tua berbaju hitam yang duduk dimeja perjamuan nomor dua katanya lirih, "Suma-heng, kenalkah kau dengan orang itu?" "Tidak kenal" "Dia bukan jago Bu-lim dari daratan Tionggoan" Ingatan Siauw Ling amat tajam. sekilas pandang ia kenali kedua orang itu adalah sepasang Hek-pek-Jie-Loo yang datang dari luar perbatasan, kemarin malam dalam perjamuan yang diselenggarakan dalam kebun si orang tua berbaju hitam itu pernah menangkis kipas dari Be Boen Hwie. Sedang si kakek berbaju putih itu punya usia sebaya dengan sihitam maka mereka duga orang itu adalah Pek-Loo. Sementara itu pemuda tampan tadi telah menyelesaikan semedinya. hawa merah yang amat tebal telah menyelimuti kembali wajahnya. Melihat kelihayan orang Suma Kan jadi terperanjat. "Sungguh amat sempurna tenaga dalam yang dimiliki keparat cilik itu" pikirnya. Tampak ia ayunkan pedangnya dan berkata dengan suara dingin, "Aku orang she Siauw masih ingin mohon petunjuk dari ilmu silat yang dimiliki Be Cong Piauw Pacu" Suatu tantangan yang dilakukan secara blak2an meski Be Boen Hwie sadar kepandaiannya bukan tandingan lawan namun ia pun tidak ingin menunjukkan kelemahan dihadapan musuh segera dirobeknya secarik kain untuk membungkus mulut lukanya setelah itu sambil tertawa manggut. "Pasti akan kulayani kemauanmu" sahutnya. Tapi sebelum Be Boen Hwie bertindak Suma Kan telah mendahului dirinya dan meninggalkan meja perjamuan.... "Be Cong Piauw Pacu, kedudukanmu sangat tinggi dan terhormat bagaimana kalau biarkan cayhe yang melayani dirinya lebih dahulu?" serunya. "Hmm! kalau kau ingin mewakili dirinya mati, nah cepatlah cabut keluar senjata tajammu" jengek pemuda itu dingin. pedangnya segera digetarkan dan muncullah empat kuntum bunga2 pedang. Suma Kan sadar ilmu pedang terbang yang dimiliki pemuda itu amat lihay sekali, dengan andalkan kepandaian ia seorang diri belum tentu dapat menandinginya tetapi setelah ia menyatakan kesanggupan terpaksa sambil keraskan kepala segera munculkan diri ketengah kalangan dari dalam saku sepasang roda emasnya diambil keluar dan dicekal dalam genggamannya. Dari hawa merah yang begitu tebal menyelimuti wajah pemuda tampan itu Siauw Ling mulai men-duga2, ilmu silat apakah yang telah dipelajari orang itu, ia rasa ilmu silatnya pasti berasal dari ilmu sesat, dimana setiap kali setelah selesai menggunakan kepandaiannya tenaga dalam yang punah dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala, ia tahu meski ilmu silat yang dimiliki Suma Kan sangat lihay, mungkin ia masih bukan tandingannya, sianak muda ini putar otak untuk mencari akal guna membantu dirinya. Sementara ia masih berpikir pemuda tampan itu sudah menggetarkan pedangnya menusuk ke depan. Kali ini ternyata ia tidak menggunakan ilmu pedang terbangnya lagi. Yang paling ditakuti Suma Kan adalah ilmu pedang terbangnya menyaksikan ia menyerang dengan jurus pedang biasa hatinya jadi girang. Roda emas ditangan kirinya segera menangkis datangnya serangan itu dengan jurus "Wan-TeHuan-Im" atau didasar pergelangan membalik Awan melancarkan serangan Pemuda tampan itu tidak lemah, ia keluarkan jurus "HiatNio-Hua-Sah" atau burung merah menggurat pasir. Traang....! ditengah bentrokan keras ia berhasil memunahkan roda emas lawan diikuti melancarkan tiga buah serangan berantai. Suma Kan putar roda emasnya, dengan jurus2 keras lawan keras ia terima seluruh serangan lawan. Kiranya ia takut pihak lawan menggunakan ilmu pedang terbangnya lagi maka begitu turun tangan dengan seluruh tenaga ia meneter musuhnya habis2an. Dalam sekejap mata cahaya roda bayangan pedang bercampur baur jadi satu dan berlangsunglah suatu pertarungan yang maha sengit. Sepanjang pertarungan itu berlangsung Siauw Ling pentang matanya mengawasi setiap perubahan yang terjadi dalam kalangan, disamping itu iapun selalu mengawasi setiap gerak gerik dari Shen Bok Hong. Tampaklah jurus serangan dari Suma Kan amat dahsyat dan gencar. setelah bergebrak sebanyak dua puluh jurus boleh dikata ia telah menguasai seluruh kalangan. Pada saat itulah Shen Bok Hong kerutkan alisnya bibir tampak komat kamit disusul Cioe Cau Liong tiba-tiba meninggalkan tempat duduknya. Siauw Ling tahu Shen Bok Hong telah menggunakan ilmu menyampaikan suara untuk memberi petunjuk kepada Cioe Cau Liong guna bkin persiapan tetapi ia tidak tahu rencana apakah yang sedang mereka persiapkan. Kedudukannya pada saat ini hanya seorang pelayan meski ia temukan suatu peristiwa tidak leluasa baginya untuk memperingatkan para jago yang ada dalam ruangan, maka buru-buru dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya kepada Be Boen Hwie, "Be-heng harap kau suka memperhatikan gerak gerik dari Cioe Cau Liong?" Waktu itu Be Boen Hwie sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk mengawasi pertarungan anatar Suma Kan melawan pemuda tampan itu mendengar peringatan ini ia jadi terperanjat dan segera berpaling sedikitpun tidak tampaklah Cioe Cau Liong secara diam2 telah meninggalkan meja perjamuan. Ketika itu boleh dikata seluruh perhatian para jago sedang tercurahkan ketengah kalangan dimana sedang berlangsung pertarungan sengit antara Siauw Ling gadungan melawan Suma Kan sedikit sekali diantara para jago yang menyaksikan Cioe Cau Liong meninggalkan tempat duduknya. Dikala Be Boen Hwie cabangkan perhatiannya untuk mengawasi gerak geriknya Cioe Cau Liong itulah pertempuran sengit yang sedang berlangsung ditengah kalangan telah terjadi perubahan hebat. Kiranya setelah Suma Kan melangsungkan pertarungan sengit sebanyak dua puluh jurus melawan Siauw Ling gadungan itu, ia telah berhasil menguasai jalannya jurus pedang lawan, tiba-tiba roda emas ditangan kirinya mengeluarkan jurus "Im Hong Ngo Ih" atau Awan Gelap Menutup Lima Gunung. dengan suatu tindakan menempuh bahaya ia babat gerakan pedang lawan disebelah kiri. Suma Lan adalah seorang manusia yang teliti apabila ia tidak punya keyakinan berhasil menguasai musuh, tidak nanti ia melakukan perbuatan yang menempuh bahaya sebab tindakan tersebut sama artinya telah melanggar pandangan Bu lim. Seandainya gerakan pedang pemuda tampan itu mendadak menyerang dari sebelah kanan separuh badan Suma Kan yang tidak terjaga akan terjatuh dibawah ancaman musuh, meski tidak terluka sedikit banyak ia akan dibikin kerepotan oleh gencetan lawan. Siapa sangka gerakan pedang musuh tepat seperti apa yang diduga. tidak salah lagi ujung pedang lawan datang dari arah sebelah kiri. Suma Kan jadi kegirangan setengah mati, roda emas ditangan kanannya segera menghajar dada lawan dengan jurus "Hwie-Pa-hong-Tiong" atau Pacul Terbang membentur genta. Pemuda tampan itu buru-buru mengempos tenaga dan meloncat dua langkah ke belakang untuk menghindari hantaman roda emas dari Suma Kan itu. Siapa tahu pada saat itulah Suma Kan telah ayunkan tangannya. roda emasi itu tiba-tiba meluncur dari tangannya laksana sambaran kilat melayang kedepan. Ilmu roda terbang merupakan suatu jurus paling ampuh dalam jurus roda emas yang dikuasahi Suma Kan pemuda tampan itu sama sekali tidak menduga akan datangnya serangan tersebut, dadanya seketika terhajar oleh roda emas tadi dan segera mendengus berat, darah segar segera muncrat keluar dari mulutnya dan tubuh orang itupun roboh terjengkang ke atas tanah. Menyaksikan peristiwa itu para enghiong hoohan yang ada dalam ruangan bersorak memuji, diam2 mereka merasa kagum atas kelihayan ilmu roda terbang dari Suma Kan. Tampak Shen Bok Hong per-lahan-lahan bangun berdiri, tubuhnya yang tinggi besar dan bongkok itu langsung berjalan menuju ke arah mana Suma Kan berdiri. Siauw Ling jadi terperanjat, segera pikirnya, "Ilmu silat Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang dimiiliki Shen Bok Hong amat lihay, dalam menggerakkan tangannya saja ia dapat melukai orang, mungkin Suma Kan tidak akan kuat terhadap sebuah serangannya...." Menanti ia awasi orang itu lebih jauh tampaklah Shen Bok Hong menghampiri Siauw Ling gadungan itu kemudian bongkokkan badan dan memeriksa keadaan lukanya, tiba-tiba ia ulapkan tangannya. Dua orang pemuda berbaju singsat warna hijau muncul sambil membawa sebuah usungan, setelah membaringkan tubuh Siauw Ling gadungan tadi diatas usungan buru-buru berlalu pula dari ruangan. Sinar mata para jago sekarang sama2 ditujukan ke atas tubuh Shen Bok Hong, mereka duga ia pasti akan merasa sedih dengan robohnya Siauw Ling dan tak bisa dihindari lagi suatu serangan yang maha dahsyat akan dilepaskan terhadap diri Suma kan. Siapa sangka peristiwa yang terjadi berikutnya sama sekali diluar dugaan para jago, menanti dua orang pemuda berbaju hijau tadi telah berlalu ber-sama2 Siauw Ling gadungan, bukannya menghadapi Suma Kan sebaliknya Shen Bok Hong malah balik kemeja perjamuannya. Mendadak seorang lelaki tertawa lantang begitu nyaring suaranya sampai seluruh kalangan bergetar keras, diikuti ia berseru, "Haa.... haa.... sungguh tak nyana Siauw Ling yang punya nama tersohor tidak lebih hanya gentong nasi yang tak berguna sama sekali terhadap serangan orangpun tidak sanggup mempertahankan diri. agaknya kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan tak boleh dipercaya seratus persen" Be Boen Hwie berpaling ia temukan orang yang barusan berbicara adalah seorang lelaki berjubah warna merah, tinggi kurus dan berwajah kuning pucat ketika menyelesaikan kata2 tersebut ia kembali tertawa ter-bahak2. "Entah siapakah jago ini?" pikir Be Boen Hwie di dalam hati. Ketika mendengar ejekan itu Shen Bok Hong seera alihkan sinar matanya ke arah orang itu, kemudian tertawa dingin tiada hentinya. "Siapakah heng-thay?" ia menegur. "Heee.... heee.... siauwte hanya seorang prajurit tak bernama, lebih baik tak usah kusebutkan namaku!" Shen Bok Hong benar2 seorang yang beriman tebal, ia hanya melirik sekejap ke arah orang itu kemudian bersabar diri, sinar matanya lantas menyapu keseluruh kalangan dan berkata. "Walaupun saudara cayhe telah terluka parah ditangan orang lain, hal ini harus disalahkan ilmu silatnya tidak sempurna. sekalipun mati juga tak perlu disesalkan." Ia merandek sejenak, lalu sambungnya. "Setiap orang yang diundang untuk menghadiri pertemuan dalam perkampungan Pek Hoa San Cung ini hari adalah sahabat dari aku orang she Shen. aku duga banyak sekali diantara jago lihay Bulim yang secara diam2 telah menyusup masuk ke dalam perkampungan ini, bahkan sengaja hendak mencari satroni dengan diriku, tentang soal ini walaupun siauwte sudah bersabar dan berlaku bijaksana mungkin, namun lama kelamaan tidak dapat menahan diri pula. Sinar matanya menyapu seluruh kalangan tak seorangpun yang memberi komentar suasana amat sunyi. Shen Bok Hong tertawa hambar ujarnya kembali. "Berbicara sebenarnya, aku orang she Shen merasa amat berterima kasih sekali atas kesudian saudara yang menyusup ke dalam perkampunganku ini untuk menghadapi pertemuan tersebut meski kalian masuk secara tidak wajar namun aku akan menerimanya dengan senang hati serta melayani sebaik mungkin, tapi aku hendak peringatkan apabila kalian hendak bikin keonaran di sini maka janganlah salahkan diriku kalau bertindak kurang sopan, untuk menghindari kejadian itu dan carikan suatu akal yang tepat maka siauwte telah mendapatkan suatu cara yang rasanya sangat tepat, entah sudikah kiranya cuwi sekalian menyetujuinya?" "Orang ini licik, keji dan berbahaya. entah siasat apa lagi yang sedang dipersiapkan olehnya?" pikir Siauw Ling dalam hati. Terdengar diantara para jago yang hadir dalam ruangan ada pula yang berteriak, "Bagaimanakah usul dari Toa Cungcu itu" silahkan diutarakan. kami sekalian akan mendengarkannya dengan telinga terbuka." "Cara tersebut amat sederhana sekali" sahut Shen Bok Hong sambil tertawa hambar. "Asalkan aku mencoba kesetiaan hati kalian maka hal ini akan segera diketahui, sebelum itu aku ingin bertanya Cuwi sekalian adalah sahabat karib aku orang she Shen atau musuhku....?" Tiba-tiba ia pertinggi suaranya. "Apabila kalian suka bersahabat dengan aku orang she Shen silahkan Cuwi sekalian bangun berdiri dan memasuki tenda yang ada dibelakang aku orang she Shen, disana telah tersedia sayur dan arak bagus untuk menjamu kalian semua apabila kalian tidak ingin bersahabat denganku orang she Shen tapi tidak ingin memusuhi diriku harap saudara2 suka berpindah kemeja perjamuan sebelah kiri...." Bicara sampai disitu suaranya berubah rendah sekali. "Apabila saudara termasuk golongan yang ingin memusuhi aku orang maka segera berpindahlah kemeja pertemuan sebelah kanan, Cuwi sekalian adalah jago-jago kangouw kenamaan, aku rasa tentu kalian tidak akan bertindak pengecut dengan mencampur baurkan antara mush dan sahabat bukan" Begitu Shen Bok Hong menyelesaikan kata2nya suasana dalam ruangan tersebut jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, lama sekali tiba-tiba dua orang kakek tua hitam dan putih itu berdiri lebih dahulu dan langsung menuju ke belakang Shen Bok Hong. Setelah berlalunya dua orang ini maka para jago lainpun mengikuti jejeak mereka, dalam sekejap mata sudah ada separuh bagian para jago yang berkumpul dari ruangan itu telah berlalu ke belakang Shen Bok Hong dan lenyap dibalik tenda. Para jago yang ada disebelah kanan perjamuan sebagian besar bangun berdiri dan berpindah ke meja perjamuan sebelah kiri. Menyaksikan kejadian itu Siauw Ling merasa hatinya bergerak, pikirnya, "Sepintas lalu cara ini kelihatannya amat sederhana dan tiada keistimewaan, padahal amat keji dan telengas sekali, ia hendak membedakan antara pihak musuh dengan pihak sahabat dengan andalkan kepercayaan orang2 Bu-lim setealh itu ia akan kumpulkan segenap tenaga yang dimilikinya untuk menghadapi musuh cara ini benar2 luar biasa sekali...." Ketika itu jago yang ada dimeja perjamuan sebelah kanan tinggal beberapa orang belaka, kecuali Be Boen Hwie, Suma Kan sekalian yang terduduk dalam semeja masih ada Sun Put Shia erta beberapa orang manusia asing yang tidak dikenal olehnya. "Satu hal yang paling membingungkan Siauw Ling adalah Tong Loo Thay-Thay saat ini dari meja perjamuan sebelah kanan telah berpindah kemeja perjamuan sebelah kiri. perubahan yang terjadi dalam semalaman saja ternyata berbeda bagaikan langit dan bumi. Diam2 Be Boen Hwie mulai menghitung jumlah orang yang ada dimeja perjamuan sebelah kanan semuanya hanya berjumlah belasan orang belaka hatinya jadi terkesiap pikirnya, "Ketika para jago sama2 berkumpul jadi satu ruangan, hal ini masih tidak terasa seberapa, tapi sekarang setelah pihak musuh dan pihak sahabat dipisahkan jumlah pihak sini jadi begitu sedikit...." Dalam pada itu terdengar Hong Coe telah berkata dengan suara lirih, "Shen Bok Hong telah berubah maksud, agaknya berhubung terlukanya Siauw Ling gadungan,maka cara membokong telah diubah jadi suatu perang total secara terbuka" "Tidak salah" Be Boen Hwie mengangguk. "Per-tama2 pihak yang akan diserang serta dihancurkan pastilah rombongan kita!" Diam2 Siauw Ling pun bikin perhitungan, setelah itu pikirnya, "Apabila Shen Bok Hong terang2an hendak mengajak perang tanding secara terbuka, kemudian mendesak terus menerus, terpaksa kedudukanku sebagai seorang pelayan tidak akan tertahan lebih jauh...." Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang amat nyaring berkumandang datang dari ujung ruangan, "Shen Cung-cu, selama ini aku sipengemis duduk disebelah kiri tapi akupun tidak ingin bersahabat dengan diri Shen Cung-cu, entah bagaimana enaknya?" Siauw Ling alihkan sinar matanya ke arah mana berasalnya suara tadi, ia jumpai orang itu adalah sipengemis kelaparan. Shen Bok Hong tertawa hambar. "Apabila kau ingin bermusuhan dengan aku Shen Bok Hong silahkan segera pindah kemeja perjamuan sebelah kanan" serunya. "Waah.... sungguh merepotkan sekali" gerutu sipengemis kelaparan dengan suara dingin. Ia bangun berdiri dan segera berpindah kemeja perjamuan sebelah kanan. Sipaderi pemabok mementang matanya yang sipit lalu ikut bangun berdiri pula, katanya, "Bagus, bagus sekali. Selamanya antara sipengemis kelaparan dengan padri Pemabok selalu tak pernah berpisah satu dengan lainnya apabila sipengemis kelaparan memang kepingin cari mati terpaksa mau tak mau aku sihweesio gede harus mengiringinya." Iapun mengikuti sipengemis kelaparan, bangun berdiri dan bergerak menuju kemeja perjamuan sebelah kanan. Walaupun cuma sipengemis kelaparan serta si padri pemabok dua orang, tambahan ini cukup menghibur hati Be Boen Hwie tanpa terasa semangatnya berkobar kembali. Tampak dari meja perjamuan sebelah kiri mendadak berdiri tujuh delapan orang tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka pindah kemeja perjamuan sebelah kanan. Be Boen Hwie segera mengawasi orang2 itu namun ia tidak kenal dengan orang2 itu. Sepasang alis Shen Bok Hong langsung berkerut dan tertawa terbahak2. "Haaa.... haa.... apakah masih ada orang yang hendak memusuhi aku orang she Shen!" ayoh cepat pindah kemeja perjamuan sebelah kanan" serunya. Terdengar seseorang berteriak keras. "Mati dan hidup telah ditentukan takdir sekalipun bersahabat dengan Shen Bok Hong belum tentu akan peroleh kebaikan?" Mengikuti teriakan tersebut kembali ada dua orang lelaki kekar berusia lima puluh tahunan berpindah kemeja perjamuan sebelah kanan. Kedua orang ini dikenal oleh Be Boen Hwie. mereka adalah dua harimau dari gunung Thay-san dua bersaudara she Song. Shen Bok Hong melirik sekejap para jago yang ada dimeja perjamuan sebelah kiri lalu tertawa tergelak kembali. "Menurut dugaan siauw-te, dari meja perjamuan sebelah kiri mungkin masih ada beberapa orang yang ingin memusuhi diri siauw-te mengapa tidak segera pindah kemeja perjamuan sebelah kanan?" jengeknya. Tidak salah lagi, dari meja perjamuan sebelah kiri segera terdengar dengusan serta tertawa dingin. "Hmm! Shen Toa Cung-cu yang gagah ternyata tiada maksud mengikat tali persahabatan dengan kita, buat apa kita harus menyanjung dirinya" bukankah jauh lebih baik mati daripada menanggung malu?" "Ucapan toako sedikitpun tidak salah" sahut orang kedua. "Kepala boleh putus darah boleh mengalir, tidak akan lebih hanya kata kematian belaka, daripada hidup menanggung malu lebih baik kita mati secara gagah, dengan demikian kitapun bisa mewujudkan kegagahan seorang enghiong" Selesai berkata kembali ada empat orang lelaki kekar pindah kemeja perjamuan sebelah kanan. "Aaaai agaknya dalam pikiran setiap orang telah tertera nyata sekali apabila seseorang berani memusuhi Shen Bok Hong maka seratus persen ia pasti akan mati, setelah mengetahui keadaannya yang terdesak orang2 ini masih punya keberanian untuk melakukan perlawanan tindakan mereka betul2 terpuji aku harus cari suatu cara untuk menerangkan kepada mereka bahwa memusuhi Shen Bok HOng belum tentu bakal mati" pikir Siauw Ling. Tampak wajah Shen Bok Hong berubah. "Apakah masih ada?" tanyanya lambat2. Pertanyaan ini diulangi sampai beberpa kali namun dari meja perjamuan sebelah kiri tidak nampak seorangpun yang pindah tempat. Diam2 Siauw Ling mengawasi terus tingkah laku manusia berjubah merah itu, tampai ia duduk tenang tak berkutik, hatinya jadi keheranan, kembali pikirnya, Seandainya dia adalah sahabat dari Shen Bok Hong maka seharusnya masuk ke dalam tenda dibelakang orang she Shen itu, seandainya dia adalah musuh orang she Shen itu semestinya pindah kemeja perjamuan sebelah kanan dengan kedudukannya apakah ia tak dapat menentukan sebenarnya sahabat atau musuh?" Tampak Shen Bok Hong tertawa ia lantas berpaling ke arah para jago yang ada disebelah kanan ujarnya. "Cuwi sekalian hendak memusuhi aku Shen Bok Hong, dapatkah kalian utarakan apa alasan kalian sehingga harus memusuhi diriku?" "Selama puluhan tahun sudah banyak kejahatan yang telah anda lakukan, banyak korban yang berjatuhan ditanganmu" seru Be Boen Hwie sambil bangun berdiri. "Dewasa ini bukan saja setiap perguruan memusuhi dirimu, bahkan setiap manusia membenci dirimu hingga merasuk ketulang. buat apa kau banyak bertanya lagi?" - - - - - - - 36 Sebagai contohnya Be-heng sendiri, apa sebabnya kau hendak memusuhi diri siauw-te" "Karena dendam perguruan!" Shen Bok Hong tersenyum. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apabila Be-heng hendak menuntut balas bagi saudara seperguruanmu maka aku orang Shen Bok Hong pasti akan memberi kesempatan bagimu untuk menuntut balas, aku cuma takut justru Be-heng tak sanggup membalaskan dendam perguruanmu sebaliknya malah mengorbankan jiwamu sendiri". "Soal ini tak usah Shen Toa Cungcu kuatirkan" Shen Bok Hong lantas alihkan sinar matanya ke arah para jago yang duduk dimeja perjamuan sebelah kiri, katanya pula, "Walaupun cuwi sekalian tiak mau bersahabat dengan aku orang she Shen tapi kalianpun tidak suka memusuhi diriku, hal ini membuat aku orang she Shen merasa amat berterima kasih...." Ia merandek sejenak kemudian sambungnya "Kini setelah masing-masing pihak menyatakan suara hatinya maka keadaan kitapun bagaikan air dan api, kita bersumpah tidak akan hidup bersama...." "Shen Toa Cungcu, kau tak usah mengucapkan pelbagai alasan yang tak berguna" tukas si padri pemabok dengan suara keras. "Aku sihweesio gede sudah kepingin cepat mati, aku tidak sabaran lagi, harap Shen Toa Cungcu cepat-cepat bantu aku sihweesio gede untuk pulang kedunia Barat dan menikmati kesenangan disana" Setiap hari padri ini berada dalam keadaan mabok. apa yang diucapkan tak pernah di-aling2i maka pada hari2 biasa semua orang menganggap apa yang diucapkan sebagai kata2 mabok padahal dalam kenyataan orang ini sangat teliti, secaradiam2 ia sudah memperhatikan gerak gerik Shen Bok Hong dikala ia memecahkan perhatiannya semua para jago padahal secara diam2 telah siap melakukan suatu perbuatan. Terdengar sipengemis kelaparan tertawa dingin dan menyambung. "Shen Toa Cungcu kaupun tak usah lain di mulut lain dihati. bicaralah blak2an kita hendak bertanding satu lawan satu ataukan bermain kerubutan sampai ludas semua?" "Agaknya kalian berdua sudah tidak sabar menunggu." "Shen Toa Cungcu sudah terkenal akan kelicikan serta akal setannya. mau tak mau kita harus ber-jaga2. "Baik Cuwi sekalian adalah tamu2 yang datang dari kejauhan bagaimana kita hendak bertanding harap cuwi sekalian yang ajukan asal usul, mau adu Boen mau adu Boe telapak kepalan golok atau senjata tajam silahkan kalian utarakan aku orang she Shen pasti akan mengiringi kehendak kalian?" Sun Put Shia yang selama ini bungkam terus mendadak menyela. "Aku sipengemis tua punya usul. "Silahkan diutarakan" "Pepatah kuno mengatakan naga sakti tidak akan memeras kepala ular, Shen Toa Cungcu mengadakan pertemuan para enghiong dan mengundang kami semua untuk ikut serta dalam pertemuan ini apakah...." "Menurut ingatanku agaknya aku tidak undang kau sipengemis tua" tukas Shen Bok Hong sambil tertawa hambar. Sun Put Shia mendehem. lalu tertawa dan berkata kembali, "Perduli kau undang aku sipengemis tua atau tidak pokoknya aku sipengemis tua masih ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung kalian dengan membawa kartu undangan" "Sun-heng pandai dan berpengetahuan luas. siauw-te merasa amat kagum!" "Haa.... haa.... kalau Shen Toa Cungcu yang muji maka kata2 tersebut tentu muncul dari hati sanubari, aku sipengemis tua merasa girang hati untuk mendengarkan...." Sinar matanya menyapu sekejap ke arah para jago yang ada dimeja perjamuan sebelah kanan ketika menyaksikan beberapa gelintir orang itu ia tersenyum dan menyambung, "Jumlah orang diantara pihak mu dan pihak kami agaknya terpaut jauh sekali, boleh dikata kekuatan kita tidak seimbang. apabila menghadapi pertarungan masal jumlah kami tentu kalah banyak Shen Toa Cungcu adalah seorang enghiong gagah bagaimana kalau kita tentukan siapa menang siapa kalah?" "Taruhan semacam ini selamanya tidak sudi siauwte lakukan, harap Sun-heng suka memaafkan diriku kalau tak bisa menerima usul tersebut?" tolak Shen Bok Hong sambil menggeleng. "Kalau begitu menurut maksud Shen Toa Cungcu kau ingin mencari kemenangan dengan andalkan jumlah banyak?" ejeknya. "Sekalipun orang2 perkampungan kami ada maksud demikian, siauwte tidak akan ijinkan mereka berbuat begitu." "Shen Toa Cungcu dimulut kau pandai bicara manis, padahal siapa tahu rencana busuk apa yang disiapkan dalam hati, sungguh membuat orang sukar menduga. kalau memang usul kami tak dapat diterima apa gunanya kau bertanya kepada kami" bukankah sama2 Kau Shen Bok Hong yang akhirnya ambil keputusan?" Meskipun disindir air muka Shen Bok Hong sama sekali tidak berubah jadi merah, se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu peristiwa ia tertawa hambar. Maksud siauw-te, kita menjadi adilnya saja. jumlah para jago yang hadir dalam pertemuan kali ini berjumlah ratusan orang. Kalau cuma dibatas dalam tiga buah pertandingan sama untuk menentukan siapa menang siapa kalah, bukankah hal ini rada keterlaluan, entah berapa banyak bakat bagus yang harus terpendam oleh sarat itu, menurut maksud siauwte beberapa orang diantaranya kalian boleh maju untuk melakukan pertarungan dengan mati, siapa mati dia kalah siapa hidup dialah yang menang" Sun Put Shia tahu Shen Bok Hong hendak membinasakan seluruh musuhnya dalam pertarungan itu sekalipun tidak berhasil memusnahkan seluruhnya namun sedikit banyak ia bisa lenyapkan separuh diantaranya. Untuk beberapa saat ia tak sanggup menjawab dan membungkam dalam seribu bahasa. Haruslah diketahui bukan saja Sun Put Shia adalah seorang Tiang-loo yang amat kosen dalam perkumpulan Kay-Pang, iapun merupakan manusia yang sangat dihormati dalam dunia persilatan. Tetapi para jago yang hadir dalam pertemuan kali ini berasal dari pelbagai daerah, maukah mereka mendengarkan keputusannya masih sukar diduga, maka iapun tidak berani mengambil komentar apapun. Sinar mata Shen Bok Hong berputar lalu berkata kembali. "Termasuk Sun-heng sendiri pihak kalian berjumlah lima belas orang, bagaimana kalau kita tetapkan lima belas babak saja!" "Tentang soal ini aku sipengemis tua tak berani ambil keputusan! sahut Sun Put Shia sambil menyapu sekejap ke arah para jago. Tiba-tiba terdengar Thay san Jie Hauw dua macan dari gunung Tahy-san berseru. "Kami dukung Sun Loo cianpwee sebagai pemimpin kami." Ucapan tersebut segera disambut oleh para jago lainnya dengan persetujuan masing-masing. Melihat para jago mendukung dirinya Sun Put Shia tertawa terbahak2. "Baiklah aku sipengemis tua akan menerima usul kalian dengan senang hati...." Sinar matanya lantas dialihkan kembali ke atas tubuh Shen Bok Hong, katanya, "Jumlah dari pihak anda lebih banyak, apakah bertarung cara begini termasuk suatu pertarungan yang adil?" "Lalu bagaimana maksud Sun-heng?" "Jumlah kami amat minim, apabila ada yang terluka atau mati maka jumlah kamipun akan semakin kecil, berbeda dengan para jago Bu-lim yang memenuhi perkampungan Pek Hoa San Cung kalian. sekalipun binasa dua puluh orangpun bukan suatu kejadian" "Lalu bagaimana maksud Sun-heng" cepat ambil keputusan, siauwte sudah tidak sabar menunggu lagi" tukas Shen Bok Hong. "Bagus sekali! bagaimana dengan penjagaan diempat penjuru perkampungan Pek Hoa San Cung mu ini?" "Walaupun tidak dapat dikatakan tembok tembaga dinding baja tapi boleh dibilang termasuk suatu daerah dengan penjagaan yang amat ketat" "Bila kita tak boleh menentukan kemenangan dengan tiga pertandingan bagaimana kalau kita lakukan pertarungan massal saja?" "Pertarungan massal?" tanya Shen Bok Hong denagn alis berkerut. "Benar. maksudnya kami hendak berusaha untuk terjang keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung mu ini" "Aku takut cuwi sekalian gampang datang kemari tapi sukar untuk meninggalkannya" jengek sang Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung ini sambil tertawa dingin. "Aku sipengemis tua per-tama2 yang tidak percaya dengan ucapanmu itu!" Sembari berseru Sun Put Shia segera bangun berdiri dan berlalu lebih dahulu keluar ruangan. Diam2 Siauw Ling putar otaknya ia berpikir, "Sarung tangan kulit ular ini akan kukenakan secara diam2 akan kulindungi para jago" JILID 22 Dalam pada itu Shen Bok HOng telah bersuit nyaring, serunya, "Cuwi sekalian mengatakan hendak pergi, lantas pergi. Hmm! tindakan kalian ini benar2 sudah pandang aku orang she Shen!" Baru saja ucapan tersebut diutarakan, dari pintu masuk serta empat penjuru ruangan itu secara tiba-tiba muncul berpuluh2 orang boesu berbaju hitam dengan senjata terhunus. dalam sekejap mata para jago telah terkurung rapat2. Sinar mata Sun Put Shia menyapu sekejap ke arah sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan kemudian pintanya, "Harap saudara berdua suka mengikuti aku sipengemis tua sebagai pelopor pembuka jalan" Si padri pemabok tidak pernah bicara serius walau menghadapi situasi kritis yang mengancam jiwanyapun tak pernah bicara serius namun terhadap Sun Put Shia ia bersikap amat hormat. Mendengar perintah itu ia segera bangun berdiri dan menyahut, "Silahkan Loo cianpwee menyusul dari belakang, aku sihweesio serta sikuali besi akan bertanding lebih duluan" Kiranya sipengemis kelaparan itu walaupun memakai baju compang camping namun ia tiada hubungan sama sekali dengan pihak Kay-pang, sepanjang tahun kemanapun ia pergi kuali besinya yang besar selalu dibawa untuk menanak nasi, se-olah2 sepanjang tahun ia merasa tak pernah kenyang bersantap. orang lain mengira berhubung napsu makannya yang besar maka kuali besi itu dibawa untuk memenuhi kebutuhannya belaka setiap wakut. Mendengar ajakan rekannya sipengemis kelaparan segera mengiakan, ber-sama2 sipadri pemabok mereka lantas meluncur dihadapan Sun Put shia dan berjalan lebih dahulu keluar ruangan. Siauw Ling diam-diam memperhatikan situasi sekeliling tempat itu ia tahu suatu pertarungan sengit segera akan dilangsungkan, agaknya Shen Bok Hong telah mengubah rencana semula dan siap adu kepandaian dengan kekerasan dengan terjadinya hal tersebut maka rencananya semula dengan Be Boen Hwie pun tidak bisa digunakan lagi. Dalam keadaan yang serba kalut dengan ilmu menyampaikan suara ia lantas berbisik, "Be-heng, situasi telah berubah hebat, agaknya sudah hampir melampaui batas waktu yang telah kita duga semula" "Tidak salah, ditinjau dari situasi ini agaknya kita tak mungkin menunggu sampai besok malam, sungguh aneh sekali dimanakah Tiong Chiu Siang Ku" dan dimana pula Peng Im Siang Hwie sekalian" mengapa mereka tidak unjukkan diri?" "Mungkin mereka belum berhasil menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung" "Tiong Chiu Siang Ku bukan manusia sembarangan, lebih2 sipencuri sakti Siang Hwie, dia adalah seorang manusia cerdik yang punya banyak akal kalau dikatakan mereka tak sanggup menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung hal ini benar2 membuat orang sukar percaya" "Tapi kalau ditinjau situasi yang terbentang saat ini. agaknya tak mungkin bagi kita untuk menanti lebih lanjut apabila kita tidak gunakan kesempatan ini untuk turun tangan, mungkin tidak ada kesempatan lagi bagi kita untuk bertindak" kata Siauw Ling. "Menurut pendapat siauwte lebh baik janganlah bertindak gegabah, bagaimanapun juga lebih baik kita berhubungan dahulu dengan siang Hwie sekalian kemudian baru berbicara lagi." Saat ini pikiran Siauw Ling amat kalut. ia tak dapat ambil keputusan maka iapun tak tahu apa yang harus dilakukan. Menanti ia angkat kepala tampaklah sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan sudah makin mendekati pintu ruang tengah, cahaya senjata berkilauan diluar ruangan. boesu berbaju hitam sudah memenuhi sekeliling tempat itu. Berhenti!" tiba-tiba Sun Put Shia berseru dan segera berhenti. Ketika itu si Padri pemabok sudah melangkah keluar dari pintu, sedang sipengemis kelaparan pun telah melepaskan kuali besinya siap turun tangan, mendengar seruan Sun Put Shia mereka segera berhenti. Ketika mereka berpaling maka tampaklah para jago yang duduk dimeja perjamuan sebelah kanan sedang saling berunding dengan suara lirih, kecuali mereka bertiga boleh dikata sebagian besar para jago masih duduk ditempat semula. Menyaksikan keadaan itu diam2 si padri pemabok menghela napas panjang. pikirnya, "Aaaai.... agaknya orang2 ini sudad dibikin keder oleh kewibawaan Shen Bok Hong sehingga daya serangan serta semangat gagahpun lenyap tak berbekas...." Tampak diatas wajah Sun Put Shia yang kurus hitam terlihat sekilas cahaya tajam, sepasang matanya per-lahanlahan Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menyapu wajah para jago yang ada dalam ruangan lalu katanya, "Apabila cuwi sekalian mengikuti aku sipengemis tua untuk berlalu dari sini maka paling sedikit kalian masih punya beberapa bagian kesempatan untuk hidup, apabila menunggu sampai aku sipengemis tua telah berlalu kemudian cuwi sekalian baru ingin keluar dari kepungan, mungkin kalian akan menemui banyak kesulitan" Sedikitpun tidak salah, ucapan ini segera memberikan reaksi, dari meja perjamuan sebelah kanan tiba-tiba berdiri lagi tiga orang dan dengan langkah lebar berjalan ketengah kalangan. Siauw Ling semakin ragu2. haruskah ia turun tangan saat itu juga atau jangan" tetapi menyaksikan nyali para jago yang ada dalam ruangan it sudah dibikin keder oleh Shen Bok Hong, semangat jantannya berkobar kembali segera bisiknya lirih. "Be-heng, mari kita bergabung saja dengan sun Put Shia." "Dengan nama besar serta kedudukan Sun Put shia yang amat tersohor dalam dunia persilatan ternyata gagal untuk membangkitkan semangat juang para jago Bulim untuk menentang Shen Bok HOng. hal ini menunjukkan apabila kewibawaan Shen Bok Hong benar2 luar biasa sekali. jumlah dari pihak kita paling banter cuma belasan orang tetapi cuma ada enam orang yang berani menerjang keluar. kalau tidak kita bantu maka sun Put Shia benar2 akan menjadi malu" kata Be Boen Hwie ia lantas bangun berdiri Suma Kan mengangguk dan bergumam seorang diri "Penyakitnya pasti terjadi pada kemarin malam"!" Ia singkap bajunya dan ambil keluar roda emasnya. Melihat para jago sudah bangkit berdiri Hong Coe lantas berkata dengan suara lirih. "Walaupun budak yang rendah merasa bahwa kepandaianku tidak seberapa, namun aku tidak ingin duduk sambil menanti kematian" "Bagus, kuberi sesuatu benda" seru Be Boen Hwie sambil tertawa tangan kanannya mengambil keluar dua bilah pisau belati yang tajam dan diserahkan kepadanya. Setelah menerima pemberian pisau belati itu Hong Coe tertawa. "Be ya, cinta kasihmu terhadap diriku benar2 amat tebal. dalam penitipan budak kemudian hari aku rela jadi anjing jadi kuda untuk membalas budi kebaikan ini" katanya "Nona Hong terlalu rendah!!!" Suma Kan segera rentangkan roda emasnya ketengah udara. lalu berseru lantang, "Takut golok menghindari pedang dan ingin cari kehidupan untuk beberapa saat, aku takut tindakan ini akan mengakibatkan penyesalan sepanjang masa, dari pada jadi budak jadi pelayan seumur hidup bukankah lebih baik mati dengan gagah" sungguh menggelikan sekali. ternyata dalam dunia persilatanpun terdapat begitu banyak kmanusia yang takut mati dan jadi manusia pengecut!" Walaupun ucapan itu diutarakan secara bergumam, namun suaranya lantang dan nyaring hingga dapat didengar oleh setiap orang. Seketika itu juga sebagian para jago yang duduk, dimeja perjamuan sebelah kiri jadi malu dan sama2 tundukkan kepalanya. Dalam pada itu Be Boen Hwie telah meninggalkan tempat duduknya, dengan busungkan dada ia langsung berjalan menuju keluar ruangan. Siauw Ling dengan kencang mengikuti dibelakang Be Boen Hwie, Hong Coe ada dibelakang Siauw Ling dan Suma Kan sambil mencekal roda emas berada dibarisan paling belakang. Menjumpai para jago sudah bangkit semula kembali Sun Put Shia tertawa ter-bahak2. "Haaa.... haaa.... haaa.... kita cuma berjumlah sepuluh orang tapi lawan kita dari perkampungan Pek Hoa San Cung ada ratusan orang jago lihay perduli menang atau kalah dalam pertempuran ini, kegagahan kita cukup menggemparkan seluruh dunia persilatan" Shen Bok Hong tertawa. "Dengan kemampuan dari su-heng, mungkin perkampungan Pek Hoa San Cung dari aku orang she shen tak sanggup untuk menahan dirimu" katanya. Pada saat itulah terdengar seseorang berseru keras, "Seorang lelaki sejati harus bertindak tegas, meskipun harus mati, kematian inipun patut diraih secara gagah perkasa. apakah dikolong langit masih ada persoalan yang lebih sulit dari kematian" cayhe ikut ambil bagian." Dari meja perjamuan sebelah kanan kembali muncul seorang lelaki yang seraya maju kedepan. Dengan adanya kejadian ini segera membangkitkan semangat gagah para jago tujuh delapan orang sisanya yang masih ada dimeja perjamuan sebelah kiri sama2 bangkit berdiri. meloloskan senjata dan maju ketengah kalangan. Sampai disitulah Sun Put Shia lantas menghitung jumlah orang dipihaknya semua berjumlah delapan belas orang. ia lantas tertawa gelak. "Apabila ini hari kita dapat menerjang keluar dari perkampungan Pek Hoa San cung maka nama besar delapan belas orang enghiong akan menggetarkan seluruh dunia persilatan, apabila tidak beruntung harus mati binasa ditempat ini maka dalam dunia kangouw sepanjang masa akan meninggalkan delapan belas nama patriot gagah" Walaupun ucapan itu sederhana sekali, namun mengandung semangat untuk membangkitkan kegagahan orang seketika itu juga semangat juang tiap jago berkobar. Dengan suara berat Be Boen Hwie lantas berkata. "Sun Loo sianpwee adalah seorang jago yang berhati luhur dan berkedudukan tinggi, silahkan cianpwee suka pegang pucuk pimpinan dalam perjuangan ini." "Aku sipengemis tua tidak menampik...." ia merandek sejenak lalu terusnya "Diantara delapan belas orang kita ada yang berilmu silat lihay ada pula yang berkepandaian rendah, hanya andalkan penelitian dari luar sulit bagi aku sipengemis tua untuk memperbedakan mana yang mampu dan mana yang tidak, untung dalam pertarungan nanti mutiara mana yang asli segera akan diketahui, kelihayan cuwi sekalian segera akan diketahui dengan nyata sekali." "Kami semua akan menantikan petunjuk dari cianpwee dan siapapun tidak akan menampik. "Jumlah musuh amat banyak, kita tak dapat berduel secara sendiri2 dengan mereka dan boleh juga berduel secara keras lawan keras maka dari itu aku sipengemis tua telah memikirkan satu cara untuk membendung serangan musuh secara serentak, kita berjumlah delapan belas orang, dengan dua orang sebagai poros untuk menyambut setiap serangan yang datang dari delapan penjuru empat arah Timur Barat Utara dan Selatan, masing-masing dua orang membentuk satu group sehingga jumlahnya delapan orang sedang delapan orang sisanya bergabung di dalam barisan dan setiap saat mengisi kekosongan disetiap arah" "Suatu cara yang bagus, inilah yang dinamakan barisan roda berputar, suatu barisan yang paling cocok untuk diterapkan pada situasi macam hari ini" puji Suma Kan. Sun Put Shia amelirik sekejap ke arah Suma Kan lantas ujarnya, "Kalau begitu merepotkan anda suka memimpin pada barisan sayap kiri!" "Cayhe akan berjuang dengan segenap tenaga". Sun Put Shia mengangguk dan lantas berpaling kepada Be Boen Hwie, lanjutnya, "Sudah lama aku dengar Be Cong Piauw Pacu adalah seorang jago angkatan muda yang amat tersohor, setelah berjumpa hari ini aku merasa amat kagum, ternyata apa yang diberitakan sedikitpun tidak salah" "Loo cianpwee terlalu memuji!" "Bagaimana keadaan luka yang diderita Be Cong Piauw Pacu?" "Tidak mengapa" "Baik kalau begitu merepotkan Be Cong Piauw Pacu untuk memimpin pada barisan sayap kanan". "siap menjalani perintahh!" Setelah itu sinar mata Sun Put Shia dialihkan ke arah si Padri Pemabok serta sipengemis kelaparan. "Kalian berdua silahkan memimpin barisan terdepan dan bertindak sebagai panglima pelopor pembuka jalan" katanya. "Siap menjalani perintah" jawab sang Padri pemabok serta sipengemis Kelaparan serentak. "Sedang aku sipengemis tua dengan nona Hong akan menduduki posisi tengah untuk siap menolong saudara sekalian setiap saat." Suma Kan melirik sekejap ke arah Siauw Ling sementara dalam hati berpikir, "Aaah.... mungkinkan sang Tiangloo dari Kay Pang yang amat tersohor ini matanya sudah melamur" kenapa terhadap manusia yang begitu kosen dan lihaynya luar biasa sama sekali tidak melihat dan menemukan....?" Haruslah diketahui pada saat ini Siauw Ling sedang menyaru sebagai pembantu Be Boen Hwie untuk mengimbangi dengan penyaruannya maka ia tidak berani perlihatkan cahaya matanya yang tajam, sepanjang waktu ia selalu tunduk dengan mata sayu tidak aneh kalau Sun Put Shia meskipun seorang jago kangouw kawakan namun tidak menemukan akan kelihayan ilmu silatnya. Saat itu Sun Put Shia sedang alihkan sinar matanya ke arah dua orang lelaki yang punya perawakan tinggi kekar lalu ujarnya, "Merepotkan kalian berdua suka memimpin pada barisan paling belakang!" Kedua orang itu mengiakan. menabut keluar senjatanya dan segera ambil posisi. Dari sepuluh orang sisanya Sun Put Shia memilih dua orang yang berilmu silat agak lihay untuk diperbantukan pada sayap kanan serta sayap kiri setelah itu dengan suara lancar serunya, "Bagi para jago yang tidak terpilih untuk menduduki posisi tertentu aku sipengemis tua mohon agar kalian suka membagi diri jadi empat kelompok. dua orang membentuk satu kelompok dan menyebar keempat penjuru, apabila pada barisan luar ada yang terluka atau binasa segera bergeraklah secara otomatis untuk mengisi kekosongan tersebut". Selama ini shen Bok Hong hanya menyaksikan perbuatan sun Put Shia memilih jago sambil membentuk suatu barisan untuk menghadapi serangan musuh dalam jumlah yang banyak meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun namun dalam hati merasa amat kagum, pujinya di dalam hati, "Sungguh luar biasa. bukan saja sipengemis tua ini memiliki ilmu silat yang luar biasa bahkan otaknya cerdas dan banyak pengetahuan, untung ia bisa mendapatkan suatu cara yaitu dengan barisan roda berputar untuk menghadapi orang2ku dengan demikian bagi orang2 dengan kepandaikan yang lemah bisa mengimbangi mereka2 yang berkepandaian tinggi.... cara ini memang merupakan suatu cara yang paling tepat. Sementara itu seluruh barusan Loen-Coan Thay telah terbentuk, para jago yang menduduki posisi2 tertentu pun telah mempersiapkan senjata tajamnya siap menerjang keluar. Siauw Ling memeriksa lebih dahulu keadaan diempat penjuru, setelah itu ia bergerak menuju kebarisan belakang untuk berdiri disana. Dalam pikirannya Sun Put Shia masih sanggup untuk melayani sayap kiri serta sayap kanan maka posisi yang paling lemah dalam barisan itu adalah barisan belakang, bukan saja ia lebih gampang mencari kesempatan untuk turun tangan bahkan mungkin sekali masih bisa pertahankan kedudukan serta rahasia penyaruannya. Siapa tahu ketika ia bergeser kebarisan belakang seorang lelaki yang semula berdiri pada posisi tersebut mendadak bergeser ke arah sebelah kiri. agaknya orang itu tidak ingin berdiri sekelompok dengan dirinya. entah hali ini disebabkan karena orang itu merasa ilmu silatnya terlalu rendah sehingga tak mau berdiri berbareng ataukan merasa karena kedudukannya terlalu rendah sehingga orang itu tak mau bekerja dengan dirinya. Siauw Ling melirik sekejap ke arah orang itu perlahan-lahan ia tunduk kepala dan pura2 tidak melihat. Suma Kan yang ikut menyaksikan kejadian itu diam2 memaki dalam hatinya "Keparat cilik ini benar2 punya mata tak berbiji sudah benar ia berdiri pada posisi yang aman malahan sengaja cari kematian buat diri sendiri...." pikirnya. Segera ia berbisik kepada salah seorang lelaki kekar yang berada disisinya, "Heng-thay, bagaimana kalau anda segera bergeser kebarisan belakang untuk menempati posisi yang masih kosong?" Orang itu punya watak jujur dan mulia meskipun dalam hati tidak mau namun terpaksa ia bergeser pula untuk berdiri dalam satu kelompok dengan Siauw Ling. Menanti para jago telah menempati kedudukan masingmasing, Sun Put Shia lantas berteriak keras. "Dalam pertempuran yang bakal terjadi kali ini bukan saja menyangkut soal nama baik serta kedudukan kita bahkan terpaut pula akan mati hidup kita semua harap cuwi sekalian suka berjuang dengan sepenuh tenaga...." Tangan kanannya diulapkan, ia kirim dahulu sebuah pukulan kedepan diikuti serunya, "Seluruh barisan per-lahanlahan bergerak kedepan dan terjang keluar dari ruangan ini". Angin pukulan yang dilancarkan men-deru2 langsung meluncur kedepan. seorang boe-su berbaju hitam yang berdiri didepan pintu seketika menemui bencana, termakan oleh angin pukulan yang dilepaskan Sun Put Shia itu ia menjerit ngeri muntahkan darah segar dan roboh terjengkang ke atas tanah. Agaknya pengemis tua itu ada maksud menguasai keadaan dengan kelihayannya, maka begitu turun tangan ia bergerak cepat serangan yang dilancarkan pun telah menggunakan tenaga sebesar delapan bagian, tidak aneh kalau orang itu kuat menahan diri. Si Padri pemabok pun segera ayunkan bajunya melancarkan pula sebuah sapuan kedepan. Sementara itu sipengemis kelaparan telah melepaskan kuali besinya, senjata itu didorong kemuka. diiringi secara berdentingan yang amat nyaring berpuluh2 senjata tajam Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang mengancam tubuh padri pemabok segera ditangkis dan dihalau sama sekali. Si Padri pemabok segera memutar sepasang telapaknya melancarkan delapan buah serangan berantai musuh terdesak mundur dan terbukalah sebuah jalan untuk menerjang dari ruangan itu. Dalam pada itu para Boesu berbaju hitam yang berkumpul diluar ruangan kecuali membentuk selapis cahaya golok serta bayangan pedang untuk menghalangi serbuan sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan sekalian, ada pula sekelompok yang menyerang dari kedua belah sisi. Suma Kan segera putar roda emasnya bertahan disaya pkiri, ia tidak mencari kemenangan namun mengutamakan pertahanan. Be Boen Hwie yang bertahan disayap sebelah kananpun lebih mengutamakan pertahanan daripada penyerangan, ia berusaha keras untuk memantapkan barisan itu. Dua orang lelaki yang bertahan dibarisan paling belakang, meskipun ilmu silat yang mereka miliki rada cetek namun susah payah mereka masih sanggup untuk mempertahankan diri. Sun Put Shia obral tenaga dalamnya kesana kemari dibawah sorotan sinar matanya yang tajam ia memperhatikan selalu posisi bagian mana yang kelihatan terdesak apabila keadaan tidak menguntungkan ia segera membantu posisi yang keteter itu. Para jago yang ada dalam barisan sebagian besar telah mencurahkan segenap perhatiannya untuk menghadapi musuh, hanya Siauw Ling seorang saja yang bersikap tenang bagaikan tidak mengalami sesuatu kejadian sepasang matanya selalu memperhatikan perubahan yang terjadi diempat penjuru. Dalam penelitiannya ini ia segera menemukan keadaan yang sedikit tidak beres. para boe-su berbaju hitam yang mengepung diempat penjuru itu agaknya sama sekali tidak menyerang dengan sungguh hati sambil bertarung mereka mengundurkan diri terus jelas mereka ada maksud memancing pihak musuh untuk masuk perangkap. Setelah menyaksikan kejadian ini hatinya jadi amat gelisah dengan ilmu menyampaikan suaranya ia berseru ; "Sun Loo cianpwee agaknya situasi sedikit kurang beresm agaknya pihak lawan ada maksud memancing kita masuk ke dalam perangkap, kita tak boleh lolos mengikuti kehendak mereka sehingga masuk ke dalam perangkap dan mengalami kehancuran total" Sun Put Shia segera waspada, ia mendongak dan memeriksa keadaan disekelilingnya tidak salah lagi ia temukan para boe-su berbaju hitam itu agaknya ada maksud memancing para jago untuk bergeser kesebelah timur dan memasuki sebuah hutan bunga ia jadi amat terperanjat, pikirnya ; "Apabila tak ada peringatan dari orang ini, tanpa terasa aku sipengemis tua telah terjebak dalam siasat licik Shen Bok Hong.... untung.... untung...." Berpikir sampai disitu tanpa terasa lagi ia berpaling dan melirik sekejap ke arah Siauw Ling. Waktu itu Siauw Ling telah curahkan segenap perhatiannya ke dalam pertarungan sengit se-olah2 ia berlagak bahwa orang yang memberi peringatan tadi bukanlah dirinya melainkan orang lain. Saat ini Sun Put Shia telah sadar bahwa diantara rombongannya terdapat manusia ampuh, dengan sepasang mata yang memancarkan cahaya tajam ia awasi Siauw Ling tak berkedip kemudian pikirnya, "Sungguh menyesal ternyata aku sama sekali tidak merasa kalau dalam rombongan ini terdapat seorang jago yan gmemiliki kepandaian begitu lihay...." Terdengar suitan nyaring berkumandang datang, mendadak para boe-su berbaju hitam yang ada diempat penjuru perketat serangannya, golok pedang simpang siur diangkasa laksana gulungan ombak Samudra segulung demi segulung menghantam datang. Sepasang mata Siauw Ling berputar ia temukan boe-su berbaju hitam yang mengurung sekeliling barisan mereka berlapis2 dan jumlahnya tidak berada dalam dua ratue orang diam2 iapun terkesiap, pikirnya, "Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak lemah entah bagaimana caranya Shen Bok Hong melatih begini banyak Boe-su berbaju hitam yang memiliki ilmu silat lihay"...." Tapak kanan Sun Put Shia melancarkan serangan berulang kali seraya membendung serangan lawan pada sayap kiri serunya dengan suara berat, "Segera putar kesebelah Barat dan terjang ke situ!" Agaknya sipadri pemabok serta pengemis kelaparan pun telah merasakan keadaan tidak beres, mereka membentak berbareng, samping putarkan barisan tersebut mereka balas menerjang ke arah sebelah Barat. Kuali besi ditangan sipengemis kelaparan berputar kencang, laksana selapis awan gelap terdengar suara dentingan nyaring yang memekikkan telinga berkumandang tiada hentinya, barisan golok serta pedang yang mendesak datang berhasil disapu semua olehnya. Telapak tangan yang dilancarkan sipadri pemabok pun tak kalah hebatnya, bekerja sama dengan kuali besi dari sipengemis kelaparan ia melancarkan serangan dahsyat secara beruntun. Walaupun serangan dari kedua orang itu amat dahsyat, namun ilmu silat yang dimiliki boe-su berbaju hitam itu pun tidak lemah, mereka nekad menerjang terus kedepan, walaupun si padri pemabok serta pengemis kelaparan telah melukai tiga orang namun mereka gagal untuk menerjang maju barang selangkahpun. Pada saat itulah dua sayap barisan serta barisan bagian belakang secara serentak mendapat serbuan kalap dari boesu berbaju hitam itu, Suma Kan serta Be Boen Hwie segera kerahkan segenap kemampuannya dengan andalkan hantaman roda emas serta babatan kipas mempertahankan posisi barisan itu. Namun dua harimau dari gunung Thay-san yang bertahan pada barisan belakang sudah tidak mampu menghadapi serangan musuh mereka sama2 terbabat senjata lawan dan terluka. Namun kedua orang itu sambil menahan rasa sakit melakukan pertempuran terus mati2an, mereka nekad mempertahankan posisi tersbut sampai titik darah penghabisan. Pada saat itulah dari dalam barisan muncul seorang lelaki siap menggantikan posisinya sambil memutar senjata ia bergerak ke belakang membantu dua harimau dari gunung Thay-san yang terdesak hebat itu. Barisan roda berputar ini meskipun merupakan barisan Riwayat Lie Bouw Pek 12 Siluman Ular Putih 17 Maling Tanpa Bayangan Malaikat Gerbang Neraka 1