Bayangan Berdarah 17
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 17 senjata yang sukar digunakan, jurus maupun cara penggunaannya berbeda jauh dengan jurus senjata biasa. Dalam dunia persilatan jarang ada orang yang menggunakan senjata semacam ini. Dan ternyata beberapa orang itu bisa menggunakan senjata tameng yang sukar dipelajari, tentu saja ia tak berani pandang enteng pihak lawan, ditambah pula senjata rahasia beracun yang ada di dalam tabung, ia sadar bahwa kedelapan belas orang itu merupakan jago-jago yang tangguh. Menanti ia berpaling ke belakang, tampaklah para jago berdiri dengan wajah serius, agaknya semua orang telah merasa bahwa mereka sudah berjumpa dengan musuh tangguh. "Shen Bok Hong telah mengerahkan be-ratus2 prang Boesu nya untu kmelawan kami, walaupun korban berjatuhan sangat banyak namun mereka menerjang terus tiada hentinya, hal ini sudah cukup melelahkan para jago, kini apabila semangat bertempur mereka kena dirontokkan lebih dahulu oleh keangkeran musuh, maka kita bakal runyam...." Karena berpikir demikian, ia lantas mendongak dan tertawa ter-bahak2, serunya, "Be Cong Piauw Pacu, ucapanmu sedikitpun tidak salah, ratusan orang Boesu pun tak bisa mengurung kita, masa cuma delapan belas orang belaka bisa meng-apa2kan kita, harap cuwi sekalian berjaga ditempat semula, biarlah aku sipengemis tua menjajal lebih dahulu kekuatan mereka." Walaupun diluaran ia bicara seenaknya se=olah2 tidak pandang sebelah matapun terhadap lawan, tapi dalam kenyataan ia berpikiran panjang ia tidak ingin para jago menempuh bahaya lebih dahulu. Sipencuri sakti Siang Hwie mendadak menyambung, "Nama besar Sun Loocianpwee sudah lama tersohor dikolong langit, ilmu silatnya lihay dan kami percaya dengan kepandaian cianpwee masih sanggup untuk menghadapi orang2 ini, namun menurut penglihatan aku sipencuri tua, untuk menghadapi manusia2 semacam mereka ada baiknya kalau Loo cianpwee menggunakan senjata tajam" "Haaa.... haaa.... ucapan Siang-heng tepat sekali sinar matanya berputar, tiba-tiba ia lihta adanya sebatang pohon besar kurang lebih empat lima depa dihadapannya, dengan langkah lebar ia segera berjalan kesisi pohon, kemudian memeluk batang pohon itu dan diiringi bentakan keras, pohon tadi dicabut keluar se-akar2nya. Kiem Lan meloncat kesisi Sun Put Shia pedangnya bergerak cepat membabat ranting disekeliling pohon tersebut, dalam sekejap mata pohon tadi tinggal sebuah batang pohon yang gundul. Sun Put Shia segera angkat batang pohon yang panjangnya satu tombak dua depat itu lalu berjalan mendekati delapan belas Kiem Kong yang sudah bersiap2 sejak tadi. Siauw Ling selama ini berdiri dibelakang pepohonan, ia awasi boesu itu dengan pandangan mendelong, agaknya sianak muda ini sedang mencari akal untuk menghadapi musuh2nya. Sun Put Shia segera tertawa tergelak. "Loote harap kau mundur, biarlah aku sipengemis tua coba2 dahulu kekuatan mereka, apabila aku sipengemis tua tidak sanggup barulah kau bantu diriku" serunya. Setelah menyaksikan Siauw Ling memiliki ilmu silat yang lihay dan merupakan seorang jago muda yang belum pernah dittemui dalam kolong langit, maka timbullah rasa kagumnya terhadap sianak muda ini, tentu saja dalam pembicaraan maupun sikap, ia jauh lebih sungkan. "Mana, mana, ilmu silat loo cianpwee sangat lihay, cayhe percaya kau pasti berhasil menghancurkan mereka dan rebut kemenangan" jawab Siauw Ling cepat. Sementara mereka masih berbicara, Sun Put Shia telah berdiri dihadapan kawanan boesu tersebut dengan wajah serius, hawa murninya segera disalurkan ketelapak siap menghadapi segala kemungkinan. Para boesu bersenjata tameng itupun telah membentuk sebuat barisan berbentuk kipas, sebelum mereka sempat melancarkan sertangan lebih dahulu Sun Put Shia telah mendahului mereka menyambut kedatangannya. Dalam pada itu dibelakang boesu2 bersenjata tameng tersebut berdiri berpuluh2 batang obor yang memancarkan cahaya tajam, beberapa tombak disekeliling kalangan terang benderang laksana disiang hari. Siauw Ling awasi sejenak sitauasi dalam kalangan tersebut, ia merasa agaknya barisan itu yang sedang dibentuk boesu bersenjata tameng itu belum siap sama sekali, buru-buru ia kirim suara kepada Sun Put Shia dengan ilmu menyampaikan suara, "Cianpwee, mumpung barisan yang hendak mereka bentuk belum siap, serang dan hancurkan dahulu posisi mereka". Sun Put Shia menurut, ia membentak keras, batang pohonnya dengan jurus "Ci-to-Oei-Liong" atau Naga Kuning Tegak Memanggut langsung disapu ke arah kawanan Boesu bersenjata tamen yang berada disekitarnya. Agaknya boesu2 itu tahu kelihayannya, mereka tak berani menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras, buru-buru tubuhnya melengos dan melinduni badanya dengan tameng. Menyaksikan serangannya tidak mengenai sasaran, Sun Put Shia siap putar badan menyerang kembali, siapa sangka pada saat itulah terasa cahaya tajam berkelebat, dua orang boesu bersenjata tameng telah melancarkan serangan bokongan dari samping dengan kecepatan laksana kilat. Sun Put Shia terperanjat, segera pikirnya, "Sungguh cepat gerakan tubuh mereka, agaknya kepandaian yang mereka miliki tidak kalah dengan jago Bu-lim kelas wahid!" Pikirannya berputar, tangannya tidak berhenti sekuat tenaga ia putar batang kayu itu kemudian menyapu keluar bagaikan sebatang toya. Dua orang boesu yang melancarkan bokongan ini agaknya tidak menyangka kalau sun Put Shia bisa menggunakan batang pohon yang besar dan berat itu tidak kalah lincahnya dengan senjata biasa, boesu yang ada disebelah kanan tidak sempat menyingkir lagi, tamengnya segera didorong kedepan untuk menangkis datangnya serangan dengan keras lawan keras. "Bluumm....! Boesu itu kena terhajar pental sampai sejauh tujuh delanan depa dalam bentrokan itu, untuk beberapa saat ia tak sanggup bangun kembali. sungguh tajam pisau yang ada diatas tameng tersebut, walaupun Sun Put shia berhasil mementalkan tubuh boesu tersebut namun batang pohon nya pun kena terbabat sepanjang dua depa oleh pisau lawan. "Aku rasa boesu2 bersenjata tameng ini merupakan jago paling ampuh di dalam perkampungan Pek Hoa San-cung, apabila sun Put shia menderita kekalahan ditangan mereka, mungkin dengan kekuatanku seorang tak bakal bisa menangkan mereka, ada baiknya aku turun tangan berbareng dan sama2 menghadapi musuh!" Berpikir sampai disitu, ia lantas meloncat ke depan dan melayang ke arah Boesu berbaju hitam yang kena dirobohkan oleh Sun Put Shia itu. Gerakan tubuhnya sangat cepat, dalam sekali loncatan ia sudah menendang tubuh Boesu itu sampai mencelat jauh dan merampas tamengnya. Namun sayang sekali, pedang diatas tameng itu patah dua bilah oleh gerakan batang kayu yang digunakan sun Put shia untuk menghantam Boesu tadi. Ketika Siauw Ling merampas tameng itulah, seorang boesu telahdari boesu telah melompat kedepan menolong rekannya. Baru saja Siauw Ling mencekal tameng tersebut, serangan dari boesu berbaju hitam itu sudah mendekat, tamengnya segera didorong kedepan untuk menangkis. Laksana kilat Siauw Ling mundur lima depa ke belakang dengan tameng ditangan kanannya dan melancarkan dengan telapak rangan kiri bersama2 ia bendung datangnya serangan musuh, kemudian badannya melayang delapan depa ke samping dan menyongsong ke arah boesu lain. Ternyata di dalam sekejap mata, ada empat orang boesu telah menyerang Sun Put Shia dari empat penjuru. Ilmu silat yang dimiliki boesu bersenjata tameng itu lihay semua. kalau dibandingkan dengan boesu berbaju hitam ilmu silat mereka terlihat lebih dahsyat, meskipun Sun Put Shia mencekal batang pohon namun bukan pekerjaan gampang baginya untuk menghadapi serangan yang datang dari empat penjuru itu. Terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, dengan tamengnya Siauw Ling berhasil paksa mundur seorang boesu yang mengancam Sun Put Shoa dari belakang sehingga terdesak dua langkah ke belakang. Sun Put Shia tidak mau unjukkan kelemahan. dengan suatu gerakan yang amat cepat ia putar batang pohon memukul mundur musuh yang datang dari kedua belah sayap. kemudian mengirim pula satu tendangan menghajar boesu yang datang dari depan, dalam sekali serangan ia mengancam tiga musuh yang berbeda. Walaupun begitu Sun Put Shia sudah tiada berkemampuan lagi untuk menghadapi serangan dari belakang. seandainya Siauw Ling tidak turun tangan tepat pada waktunya, niscaya pengemis itu sudah terluka dalam serangan tadi. Setelah bergebrak sebanyak beberapa jurus, Sun Put Shia mulai merasa bahwa ia sudah berjumpa dengan musuh tangguh, ditambah pula serangan2 dari senjata aneh itu, ia merasa semakin kepayahan. Tiba-tiba terdengar Siauw Ling berseru dengan ilmu menyampaikan suara, "Mari kita ber-sama2 menghadapi serangan musuh dengan punggung menempel punggung!" Sun Put Shia putar batang kayu itu dengan jurus "HongcianJan-Im" atau Angin puyuh menyapu awan, ia paksa mundur musuh dari depan serta sayap kiri kemudian serunya pula dengan suara berat, "Hati2 dengan jarum beracun yang ada ditangan kanan mereka.... Belum selesai ia berseru, pihak lawan sudah mulai turun tangan, Boesu yang ada disebelah Timur tiba-tiba mengayunkan tangan kanannya, serentetan cahaya keperak2an segera meluncur ke depan. Siauw Ling putar tamengnya membentuk serentetan cahaya tajam, seluruh jarum beracun yang mengancam datang berhasil ia rontokkan semua. Dalam pada itu batang pohon yang berada di tangan Sun Put Shia telah terbabat hingga tinggal separuh setelah beberapa kali bentrok dengan senjata lawan. tidak mungkin senjata tersebut digunakan lagi, apabila ia ingin bergebrak lebih lanjut melawan delapan belas Kiem Kong, maka pengemis itu harus berganti senjata lagi. Senjata yang paling baik tentu saja tameng yang berhasil dirampas dari tangan musuh, bukan saja digunakan untuk menghadapi serangan jarum beracun itu, Otaknya berputar dan sang badan segera mendesak kedepan, tiba-tiba batang kayu ditangannya menyodok ke atas menangkis datangnya serangan tameng dari samping. sedang tangan kanannya tiba-tiba berkelebat keluar, laksana kilat mencengkeram pergelangan orang itu. Menyaksikan datangnya ancaman dari lawan, lagipula tamengnya kena ditangkis senjata lawan maka tak mungkin lagi bagi orang itu untuk menghindar, terpaksa ia loncat kesamping. Siapa sangka Sun Put Shia tidak meneruskan serangannya. tiba-tiba ia melancarkan sebuah semacam sentilan jari. Serentetan desiran tajam segera meluncur ke depan dan tepat menghajar pergelangan orang itu, tak kuasa lagi kelima jarinya mengendor dan senjata tameng itupun terjatuh ke atas tanah. Selama pertarungan berlangsung, Siauw Ling selalu mengawasi situasi disekelilingnya, melihat Sun Put Shia melancarkan serangan dengan segenap tenaga untuk merampas tameng lawan, semangatnya pun berkobar, ia segera menghalau pergi datangnya ancaman dari kedua belah sayap serta dari arah belakang. Terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang tiada hentinya, Sun Put Shia yang berhasil merobohkan pihak lawan dengan cepat merampas senjata tamengnya. Kini setelah senjata itu ada ditangan, semangatnya makin berkobar. Senjata tameng itu diputar kesana kemari melancarkan serangan2 hebat. Pertarungan kemudian berlangsung amat seru sekali, walaupun dalam genggaman boesu2 itu membawa jarum beracun, namun berada dalam situasi macam begitu mereka tak berani sembarangan melancarkan serangan sebab takut melukai sahabat sendiri. Sementara itu Siauw Ling berdiri dalam posisi punggung menempel punggung dengan Sun Put Shia sembari memutar tameng untuk menghadapi serangan dari empat penjutu, mereka merundingkan siasat untuk menghadapi musuh dengan ilmu menyampaikan suara. Terdengar Sun Put Shia berkata, "Loo-te, ilmu silat yang dimiliki beberapa orang ini benar2 jauh lebih dahsyat dari boesu berbaju hitam, apabila kita bertarung lebih jauh dengan mereka mungkin sitauasi tidak menguntungkan bagi kita, lebih baik kita turun tangan bergabung dan melukai dahulu beberapa orang diantara mereka, entah bagaimana menurut maksudmu?" "Yang paling cayhe kuatirkan adalah jarum beracun diatangan mereka, apabila ada tiga empat orang turun tangan berbareng dan senjata rahasia dilepaskan dari delapan penjuru meski kita punya senjata tameng untuk melindungi badan rasanya sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman ini". "Namun kalau kita teruskan pertarungan ini, hanya akan merugikan posisi kita belaka...." seru Sun Put Shia seraya menghalau serangan yang datang dari sayap kiri dan sayap kanan. Se-konyong2 terdengar suara tambur bergema dengan Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo cepasnya, mengikuti suara tambur tersebut para boesu melancarkan serangan kilat, mereka membagi diri jadi dua bagian dan menyerang datang laksana gelombang ditengah samudra. Setiap boesu yang datang menyerang, hanya melepaskan tiga buah serangan untuk kemudian secara otomatis mengundurkan diri. Siauw Ling merasa bahwa bertarung dengan cara bergilir ini sangat merugikan pihak mereka, agaknya pihak musuh dengan andalkan jumlahnya yang banyak hendak melelahkan Siauw Ling berdua lebih dahulu kemudian baru membinasakan mereka. Setelah melakukan bentrokan beberapa kali, baik Siauw Ling maupun Sun Put shia sama2 merasa bahwa Boe-su yang disebut delapan belas Kiem Kong dari perkampungan Pek Hoa san Cung ini benar2 merupakan jago Bulim yang maha dahsyat, tenaga lweekang yang mereka miliki amat sempurna. Sun Put Shia sendiri merasa kaget, tercengang bercampur keder sehabis menerima tujuh kali serangan berantai yang berarti ia sudah kekerasan sebanyak tiga kali tujuh dua puluh satu jurus buru-buru serunya dengan ilmu menyampaikan suara, "Loo-te, boesu2 itu memiliki senjata tajam namun mereka tidak menggunakan senjata sebaliknya mengajak kita adu kekerasan, aku duga mereka pasti ada rencana busuk tertentu." Siauw Ling sadar, iapun tahu apabila pertarungan semacam ini diteruskan lebih jauh maka keselamatan orang tuanya bakal terancam, segera sahutnya, "Tidak aneh, apakah loo cianpwee mempunyai cara bagus untuk menghadapi pihak lawan?" "Maksud loohu, bilamana kita bertempur terus dengan cara begini maka tenaga kita akan terbuang dengan percuma, maka aku ingin melancarkan serangan dengan menempuh bahaya, kita lukai dahulu satu dua orang diantaranya! ....bagaimana menurut pendapat loo-te?" "Cayhe pun punya maksud berbuat demikian, namun lebih baik kalau kita turun tangan secara serentak". "Dalam hati aku sipengemis tua mempunyai suatu urusan yang sangat mencurigakan sekali, maka aku tidak ingin melukai pihak mereka lebih dahulu". "Urusan apa yang mencurigai dirimu?" "Aku sipengemis tua merasakan bahwa para boesu bersenjata tameng ini mempunyai tenaga lweekang yang amat sempurna sekali, apabila ditinjau dari keadaan pada umumnya orang2 semacam ini seharusnya memiliki kesempurnaan tenaga dalam bagaikan hasil latihan selama tiga puluh tahun, tidak mungkin kehebatan orang itu bisa dididik oleh shen Bok Hong dalam beberapa puluh tahun yang isngkat. "Aaaa.... benar" pikir Siauw Ling di dalam hati. "Kalau dibicarakan dari ilmu silat yang dimiliki orang2 itu, agaknya mereka tak berada dibawah kepandaian Tiong-Chiu-Siang-Ku, namun apa sebabnya mereka suka jadi antek Shen Bok Hong?" Segera sahutnya, "Cayhe pun merasa ilmu silat serta kesempurnaan tenaga lweekang yang dimiliki para boesu itu jauh diatas kepandaian jago-jago Bu-lim biasa!" Begitulah sambil bercakap2 dengangunakan ilmu menyampaikan suara, merekapun merubah cara berkelahi melawan delapan belas Kiem Kong tersebut. "Loo-te, apakah kau berhasil menemukan dari ilmu silat yang digunakan mereka?" kembali Sun Put shia bertanya. "Pengalaman maupun pengetahuan cayhe cetek sekali, aku tak berhasil mengetahui asal usul ilmu silat mereka." "Agaknya loohu berhasil meraba jalannya jurus serangan dari orang2 itu, aku rasa jurus serangan mereka mirip dengan ilmu silat partai siauw-lim, maka dari itulah timbul kecurigaan dalam hatiku dan tidak ingin melukai mereka sebab mengikat tali permusuhan dengan pihak Siauw-lim merupakan suatu peristiwa yang sangat tidak kuharapkan" Siauw Ling merasakan bahwa serangan2 yang dilancarkan delapan belas Kiem Kong itu makin lama semakin aneh dan tenaganya makin lama semakin kuat, ia amat terperanjat segera ujarnya, "Sekalipun mereka adalah anak murid dari partai Siauw-lim, namun terbukti pada saat ini mereka berbakti bagi pihak perkampungan Pek Hoa San Cung, seandainya kita ampuni jiwanya maka ia akan melukai kita dan kitapun jangan harap bisa menerjang keluar dari tempat ini" Sun Put Shia termenung sejenak lalu berkata, "Keadaan mendesak sekali, kendati dugaan aku sipengemis tua tidak melesetpun rasanya tak ada cara lain daripada kita turun tangan terhadap mereka...." Ia membentak keras kemudian menerjang kedepan. Tenaga serangan yang memancar keluar dari tamengnya makin menghebat, setiap boesu yang bersentuhan dengan senjatanya niscaya terpental ke belakang sampai ber-puluh2 langkah jauhnya, Siauw Ling berpaling, tatkala ia lihat Sun Put Shia sudah mulai melancarkan serangan iapun segera turun tangan. Dengan tangan kanannya ia putar senjata tameng untuk membendung serangan musuh tangan kirinya melancarkan ilmu totok Siauw-Loo-Sin-Cie untuk merobohkan lawan. Ilmu jari Siuw-Loo-ci merupakan ilmu andalan Liuw-Sian-cu dikala berkelana dalam dunia persilatan tempo dulu, kehebatannya sungguh tak terkirakan, barang siapa yang termakan serangan tadi seketika roboh ke atas tanah Dalam sekejap mata ada empat orang musuh yang telah terluka dan roboh diatas tanah termakan oleh ilmu jari saktinya itu. Menyaksikan kedahsyatan Siauw Ling dimana dalam beberapa saat tekah berhasil merobohkan beberapa orang, sedangkan ia sendiri tidak berhasil melukai barang seorang musuhpun, Sun Put Shia merasa malu bercampur menyesal, senjata tamengnya segera diperketat dan melancarkan serangan dengan segenap tenaga. Hawa lweekangnya amat sempurna, serangan yang dilancarkan amat dahsyat apalagi setelah ia menyerang dengan segenap tenaga, tameng dalam genggamannya laksana gulungan ombak ditengah samudra meluncur dan menghantam keluar dengan hebatnya hingga memaksa orang2 berbaju hitam itu terdesak mundur ke belakang. Dalam pada itu sipencuri sakti Siang Hwie serta Sie-poa emas Sang Pat ketika menyaksikan dua orang rekan mereka belum berhasil juga menjebolkan kepungan musuh kendati sudah bergebrak sangat lama, buru-buru maju membantu sebab mereka takut kedua orang rekannya terluka. Tampaklah Sun Put shia menunjukkan kesaktiannya, senjata tameng ditangannya berputar laksana kitiran, para penyerang segera terdesak munduk ke dalam hutan bunga. "Tidak aneh Shen Bok Hong berani pandang enteng para jago yang ada dikolong langit" bisik Siang Hwie. "Ternyata perkampungan Pek Hoa San Cung benar2 merupakan sarang naga goa macan, kecuali delapan belas Kiem Kong entah masih ada jago lihay apa lagi yang ia miliki?" "Sejak Shen Bok Hong menderita kekalahan ditangan para jago dari kolong langit tempo dulu semestinya kita lakukan pencarian besar2an dan melenyapkan dia dari muka bumi, kini sayapnya telah melebar, tidak gampang bagi kita semua untuk memusnahkan kekuatan yang ia miliki!" "Benar. menurut penglihatan aku sipencuri tua sekalipun para jago dari partai besar bersatu padu untuk melawan dirinya pun belum tentu bisa menghadapi Shen Bok Hong gembong iblis itu." Ia merandek sejenak kemudian menambahkan, "Tiang-loo dari partai Kay-Pang Sun Put Shia ternyata masih hidup dikolong langit bahkan mendatangi perkampungan Pek Hoa San Cung; bagaimanapun juga kehadirannya jauh diluar dugaan siapapun, si orang tua ini boleh dikata merupakan salah satu musuh tangguh Shen Bok Hong. Sebenarnya kedatangan kedua orang itu adalah bermaksud membantu Siauw Ling berdua untuk bertempur, setelah menyaksikan kedua tokoh itu mulai melancarkan serangan balasan dan boesu2 yang terluka semakin banyak, merekapun segera mengundurkan diri ke belakang pohon dan membicarakan soal masalah dunia kangouw. Terdengar sie-poa emas Sang Pat berkata, "Menurut pendapat siauw-te, Siauw-toako kita inilah baru merupakan bintang penolong dari dunia persilatan, sejak kini cuma dia seorang yang bisa menandingi Shen Bok Hong dan cuma dia seorang pula yang dapat menghalangi ambisinya untuk menguasahi kolong langit." Dalam hati Siang Hwie mereasa tidak puas. ia ada maksud membantah ucapan tersebut. tiba tiba dilihatnya Siauw Ling membuang tameng tersebut dengan tangan kanannya, dalam sebuah tendangan kilat ia sudah robohkan boesu tadi dan menotok jalan darahnya. Cara bertarung macam ini kontan saja membuat sipencuri sakti Siang Hwie berdiri tertegun. segera tanyanya kepada Sang Pat, dengan suara lirih "Ilmu silat apakah yang berhasil dilatih oleh Siauw-toako mu yang masih muda belia itu?" Dalam kenyataan Sie-poa emas Sang Pat sendiripun dibikin tertegun ketika menyaksikan Siauw Ling merampas pisau yang tajam diatas tameng dengan tangan kosong, kini mendengar pertanyaan dari Siang Hwie ia jadi melongo dan tak sanggup bicara, lama sekali ia baru berkata, "Lion-Tau toako kami ini punya kepandaian yang luar biasa, ilmu silatnya dari pelbagai partai serta perguruan ia pahami semua, boleh dikata tak ada kepandaian silat dikolong langit yang tak ia kenal". "Dengan tangan kosong merampas pedang, sedang tangannya tidak terluka, sudah hidup separuh abad aku sipencuri tua namun baru kali ini aku saksikan kehebatan semacam ini". "Kalau begitu saksikanlah kehebatan toako kami ini". Ia tak tahu kalau Siauw Ling memakai sarung tangan berkulit ular yang tidak mempan senjata. maka sebagai jawabannya ia oceh saja sekenanya. Siauw Ling benar2 tunjukkan kelihayannya, hawa murni disalurkan melindungi badan, kemudian dengan ilmu jari SiuwLoo-Cie melukai musuh dalam sekejap mata kembali delapan orang roboh terluka. Sun Put Shia tak mau tunjukkan kelemahannya seluruh hawa murni yang ia miliki disalurkan ke atas tameng lalu berputar dan menghajar senjata lawan dengan keras lawan keras, para boesu yang termakan hantaman tamengnya pasti tergetar mundur ke belakang dengan sempoyongan. Beberapa saat kembali berlalu, sepuluh dari jumlah delapan belas Kiem Kong itu sudah ada separuh roboh binasa atau terluka, sisanya kalau bukan pergelangan jadi pecah dan darah mengucur tentulah sudah kehabisan tenaga, dalam gencetan Siauw Ling sera Sun Put Shia mereka semakin kepayahan. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara gembrengan dibunyikan bertalu2, kobaran api obor pun segera padam semua. Delapan belas Kiem Kong yang dijagokan perkampungan Pek Hoa San Cung saat ini sudah tak bisa dikatakan sebagai suatu kekuatan lagi mereka sudah hancur tercerai berai oleh hajaran Siauw Ling serta Sun Put Shia. Mendadak.... suasana disekeliling hutan bunga jadi gelap gulita, semuanya hitam pekat dan apapun tak kelihatan. Menggunakan kesempatan dikala kegelapan melanda seluruh jagad, delapan belas Kiem Kong yang tidak terluka segera melarikan diri ter-birit2 dari medan pertempuran. "Kalau kita tidak berlalu saat ini, mau tunggu sampai kapan lagi?" seru Be Boen Hwie dengan cepat. Ia segera pimpin para jago untuk bergabung dengan Siauw Ling sekalian kemudian menerjang keluar. Siauw Ling berpaling, tiba-tiba ia menemukan Sun Put Shia berjalan sambil memegang perut sendiri, hatinya jadi terperanjat. "Loocianpwee, kenapa kau!" tegurnya. "Aaah, tidak mengapa" sahut sun Put Shia hambar dan melepaskan tangannya, kemudian melewati para jago dan berjalan paling depan. Agaknya pihak perkampungan Pek-Hoa-San-Cung menduga asal mereka kirim delapan belas Kiem Kong maka para jago tentu akan terhadang, siapa sangka Sun Put Shia serta Siauw Ling amat lihay, semua jago mereka kena diobrak abrik maka dalam perjalanan selanjutnya mereka tidak temukan hadangan2 lagi. Sipencuri sakti Siang Hwie mempercepat langkahnya, setelah berada disisi Siauw Ling ia berbisik, "Agaknya Sun Loocianpwee rada sedikit kurang beres, kita harus bertindak lebih hati2" Siauw Ling mengangguk, ia membuntuti dibelakang Sun Put Shia dan secara diam2 mengawasi gerak geriknya. Beberapa saat kemudian para jago telah meninggalkan perkampungan Pek Hoa San Cung. Setelah melangkah keluar dari perkampungan para jago sama2 menghempaskan napas panjang. ketegangan yang menyelimuti wajah merekapun seketika mengendor. Giok Lan yang menggendong Siauw Hujien tiba-tiba percepat langkahnya mendekati Siauw Ling kemudian berkata, "Siangkong, cepat berputar ke arah sebelah utara, tempat ini adalah sebuah tanah gersang...." Belum habis ia berkata, tiba-tiba terdengar suitan panjang berkumandang datang disusul dari hadapan para jago muncul lima buah lentera berwarna merah. Diatas setiap lentera berwarna merah itu bertuliskan kata2 "Hwie-Pit" atau Menghindar dari tulisan warna putih. Tulisan putih diatas bendera merah, tampak nyata sekali huruf2 tersebut. Menyaksikan munculnya lentera tersebut, Giok Lan mendepakkan kakinya ke atas tanah dengan hati cemas lalu menghela napas panjang. "Aaai.... sedikitpun tidak salah, mereka sudah mengatur barisan Ngo-Liong-Toa-Tin". Sewaktu para jago mendengar Giok Lan mengeluh akan kelihayan delapan belas Kiem Kong dalam kenyataan apa yang ia katakan memang benar, seandainya tiada Sun Put Shia Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo serta Siauw Ling yang berhasil mengobrak abrik kedelapan belas jago lihay itu mungkin para jago sudah hancur remuk ditangan kedelapan belas Kiem Kong. Kini menyaksikan pula ketegangan yang menyelimuti wajah Giok Lan, para jago jadi tertegun. "Apakah yang dimaksudkan dengan barisan Ngo-Lion-ToaTin itu?" tanya Siang Hwie dengan suara lirih. - - - - - - - 38 Shen Bok Hong punya ambisi besar untuk bangkit kembali didunia persilatan dan menjagoi kolong langit, oleh sebab itu setelah menyembunyikan diri ke dalam perkampungan Pek Hoa San-cung, ia curahkan segenap perhatiannya untuk melakukan persiapan. dibawah didikan serta jerih payahnya ia berhasil membentuk tiga kelompok kekuatan yang dapat membinasakan para jago dikolong langit, ketiga kelompok kekuatan itu terdiri dari delapan bayangan berdarah, delapan belas Kiem Kong serta barisan Ngo-Liong-Toa-Tin ini!" "Bagaimanakah barisan Ngo-Liong-Toa-Tin ini apabila dibandingkan dengan Delapan belas Kiem Kong?" tiba-tiba Sun Put Shia bertanya seraya berpaling. "Menurut apa yang budak ketahui, barisan Ngo Liong Toa Tin merupakan keberhasilannya yang paling top dari Shen Bok Hong sepanjang usahanya untuk membentuk kekuatan baru, bagaimanakah keadaan sebenarnya meski budak kurang tahu, namun sudah jadi kenyataan bahwa barisan Ngo-Liong-ToaTin jauh lebih dahsyat daripada delapan belas Kiem Kong." Mendengar jawaban itu, Sun Put shia yang tak pernah pandang tinggi jago kangouw pun tiba-tiba menghela napas panjang. "Aaaai....! seandainya barisan Ngo-Liong-Toa-Tin benar2 lebih hebat dari delapan belas Kiem Kong...." Suara getaran yang amat dahsyat berkumandang memenuhi angkasa memotong ucapan Sun Put Shia yang belum selesai. Meskipun sipengemis tua itu tidak melanjutkan kata2nya, namun para jago mengerti apa yang dimaksudkan, jelas ia sedang mengartikan bilamana barisan Lima Negara benar2 dahsyat dari Delapan Belas Kiem Kong maka sulitlah bagi mereka semua untuk meloloskan diri dari sana dalam keadaan selamat. Diam2 Siauw Ling memeriksa keadaan sekitar sana, ia tahu Sun Put Shia sudah menderita luka dalam yang sangat parah, berhubung tenaga dalamnya amat sempurna maka ia masih sanggup menahan luka itu sehingga tidak sampai kambuh. Menengok pula ke arah kalangan, ia lihat disisi lima buah lentera merah itu masing-masing berdiri seorang manusia aneh yang kukoay sekali bentuknya. Suma Kan mendengus dingin, lalu berkata, "Sekalipun dandanan mereka jauh lebih anehpun, tidak bakalan bisa mengederkan hati orang itu!" Kiranya manusia aneh yang berdiri dibawah lima buah lentera merah itu punya wajah yang mengerikan sekali, seluruh tubuh mereaka berwarna merah, rambut merah terurai sampai ke bahu, dibawah leher penuh dengan sisik berwarna merah sehingga mirip sekali dengan seekor ikan sepasang tangannya amat panjang dengan kuku sepasang tiga coen, wajahnya berselimutkan selapis cairan berwarna merah pula dan tinggal sepasang matanya yang tajam serta memancarkan cahaya ke-biru2an. Per-lahan-lahan Siauw Ling cabut keluar pedang panjang dari sisi pinggang Giok Lan, kemudian berkata dengan suara berat, "Harap cuwi sekalian suka berdiri ditempat dan jangan bergerak cayhe akan pergi menjajal kekuatan mereka". Sambil mencekal pedang ia lantas maju kedepan. Kelihayan ilmu silat yang dimiliki sianak muda ini sudah menimbulkan rasa kagum dihati tiap jago, semua orang mengetahui bilamana iapun tak sanggup menghadapi kelima orang manusia kukoay itu, niscaya keadaan mereka lebih banyak celaka dari pada selamat. "Siangkong, aku ikut dirimu" tiba-tiba Kiem Lan berseru. "Buat apa kau ikuti diriku?" "Budak menguasai kata2 sandi dari perkampungan PekHoa-San-Cung, mungkin saja dapat membantu siangkong". "Tak usah, aku hendak menjajal sebentar...." "Bagaimana kalau aku sipengemis tua yang mengiringi dirimu?" seru Sun Put Shia sambil tampil kedepan. "Jangan. Loocianpwee...." Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa loocianpwee sudah terluka dalam, mana bisa bertempur lagi, tetapi teringat akan nama besarnya buru-buru serunya, "Loocianpwee, kau harus memimpin para jago lebih baik jaga diri sambil membantu para jago, biarlah cayhe menjajal lebih dahulu, kemungkinan sekali dari pertarungan ini loocianpwee akan menemukan cara untuk menghancurkan barisan ini". "Aaai....! kalau begitu ber-hati2lah dalam setiap tindakan". "Tak usah cianpwee risaukan!" Dengan langkah lebar Siauw Ling segera maju kedepanm ia pilih lampu lentera yang ada ditengah, kemudian hawa murni disalurkan keseluruh badan dan maju menghampiri. Sejak selesai bertarung melawan delapan belas Kiem Kong, Siauw Ling menyadari akan kelihayan orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung maka ia tak berani pandang rendah pihak lawan. Kurang lebih lima enam depa dari manusia2 aneh berbaju merah itu ia berhenti, lalu mengobat abitkan pedangnya menciptakan dua kuntum bunga pedang setelah itu tegurnya dengan suara dingin ; "Anda sekalian mengira setelah memakai baju serta dandanan kukoay lantas bisa mengejutkan hati orang dan membuat kami keder?" Orang yang aneh berbaju merah itu tetap membungkam dalam seribu bahasa, hanya sepasang matanya yang tajam mengawasi wajah Siauw Ling tak berkedip. Maksud Siauw Ling dalam mengutarakan ucapan tersebut tidak lain untuk memancing kegusaran orang2 berbaju merah itu, agar mereka turun tangan terlabih dahulu kemudian mencari tahu asal usul dari ilmu silat yang mereka miliki. Dalam genggaman manusia2 berbaju merah itu tidak mencekal senjata tajam, namun memelihara kuku yang sangat panjang, jelas senjata utama meraka adalah sepasang telapaknya dan serangan yang dilancarkan pasti lihay dan aneh. Maka Siauw Ling pun bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan, siapa sangka orang2 berbaju merah itu tetap membungkam dalam seribu bahasa, mereka tidak menyerang juga tak berkutik, hanya dengan sepasang matanya mengawasi wajah Siauw Ling. Kedua belah pihak saling berpandangan kurang lebih seperminum teh lamanya, lama kelamaan Siauw Ling tak dapat menahan sabar lagi sepasang matanya mengawasi sekejap ke arah orang2 berbaju merah itu, setelah dirasakan tiada jebakan disitu maka ia maju kedepan sambil membentak, "Lihat pedang!" Cahaya tajam berkelebat menembusi angkasa laksana kilat ia tusuk dada orang berbaju merah itu. Sreeet....! ujung pedang menusuk telak diatas dada manusia aneh berbaju merah itu, namun senjata tersebut tak bisa menembusi tubuhnya, se-akan2 ujung pedang tadi sudah menutul diatas selembar kepingan baja yang keras. Kiranya orang berbaju merah itu mengenakan pakaian lapis baja yang bersisik, entah terbuat dari bahan apakah pakaian itu sehingga tusukan pedang pun tedak mempan. Meskipun ujung pedang Siauw Ling tak berhasil menembusi tubuhnya, namun daya serangan yang terpancar keluar tidak lemah, tubuh orang berbaju merah itu seketika terpukul sampai mundur tiga empat langkah ke belakang. Siauw Ling tarik kembali serangannya dan berpikir, "Agaknya berjumpa muka jauh lebih baik daripada mendengar nama besarnya belaka, Kiem Lan serta Giok Lan memuji lima naga berbaju merah ini setinggi langit, tak tahunya cuma manusia tak berguna yang tak sanggup menerima sebuah seranganpun." Sementara ia masih berpikir, tiba-tiba tubuh manusia berbaju merah itu bergoyang keras kemudian roboh ke atas tanah. Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini membuat Siauw Ling serta para jago yang hadir dalam kalangan jadi tertegun dan mengawasi orang yang berbaju merah yang roboh diatas tanah itu dengan mata mendelong. "Apa yang terjadi?" tanya sipencuri sakti Siang Hwie sambil menghampiri Siauw Ling dengan langkah lebar. "Entahlah, aku cuma menusuk dadanya satu kali tahu2 ia mundur sempoyongan dan roboh terjengkang ke atas tanah!" "Aaaah, sungguh aneh sekali, mungkin masih ada alasan tertentu dibalik kejadian ini?" "Aku sendiripun merasa rada tercengang, tetapi kenyataan membuktikan kalau mereka sudah roboh, mari kita terjang keluar dengan menggunakan kesempatan baik ini! "Tidak salah! berangkatlah lebih dahulu untuk membuka jalan, aku sipencuri tua akan panggil mereka semua!" Ia putar badan lari balik kemudian menggape para jago untuk sama2 melarikan diri. Baris Ngo-Liong-Hwie-Tin yang dipuji setinggi langit oleh Giok Lan serta Kiem Lan ternyata cuma biasa saja, bahkan tak sanggup menghadapi sebuah serangan dari Siauw Ling. Orang berbaju merah yang kena dihajar roboh tadi masih tetap berbaring dengan tenang diatas tanah, sewaktu para jago berjalan lewat disisinya tidak tampak ada reaksi apapun dari antara mereka. Dalam sekejap mata para jago sudah lari keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung dan ternyata sepanjang perjalanan mereka tidak berjumpa lagi dengan hadangan2. "Sungguh aneh sekali" terdengar Suma Kan berkaok. "Lima orang manusia berbaju merah itu bukan saja berdandan kukoay bahkan posisi yang ditempati mengandung barus yang luar biasa, tapi apa sebabnya mereka tak sanggup menghadapi sebuah serangan?" Setelah keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cimg, rasa tegang diwajah para jagopun mengendor, teringat pertempuran sengit yang baru saja berlangsung, mereka merasa sangat beruntung dapat keluar dari sarang naga gua macan dengan selamat. Be Boen Hwie berpaling memandang sekejap ke arah Kiem Lan lalu bertanya dengan suara lirih, "Shen Bok Hong adalah seorang manusia licik yang berakal banyak, mungkinkah sengaja ia mengatur siasat untuk menjebak kita?" "Tidak mungkin!" Kiem Lan menggeleng. "Walaupun budak kurang begitu menguasai akan keadaan sebenarnya dari barisan lima naga tersebut namun kalau ditinjau dari pakaian yang dikenakan beberapa orang itu agaknya bukan lain adalah sisik naga yang dibuat Shen Bok Hong dengan susah payah...." "Manusia hendak membuat "Liong-Ka" sisik naga" aaah, pekerjaan ini luar biasa sekali" seru siang Hwie. "Semestinya kita harus mencopot sisik naga itu dari tubuh mereka tadi!" Mendengar ucapan ini diam2 para jago merasa geli, pikirnya, "Waduuh.... waduuh.... agaknya watak mencuri sudah mendarah daging pada tubuh kakek tua ini!" "Besar kecil dari sisik naga itu dibuat dan dibikin sesuai dengan potongan badan lima naga" kata Kiem Lain sambil tertawa hambar. "Seandainya orang lain yang mengenakannya tentu saja tidak cocok!" "Nona, tahukah kau Liong-Ka tersebut terbuat dari apa?" sela Be Boen Hwie. "Darimanakah Shen Bok Hong berhasil mendapatkan sisik2 tersebut budak kurang tahu, tetapi yang jelas sisik2 itu terdiri dari benang2 serat yang dikumpulkan jadi satu dengan daya pantul yang besar, bacokan golok serta pedang sukar untuk melukainya...." Dayang itu berpaling memandang sekejap ke arah Siauw Ling,menyaksikan sianak muda itu mendengarkan dengan seksama ia melanjutkan kembali, "Untuk membuat lima stel pakaian Liong-Ka ini, Shen Bok Hong telah mengutus jagojago kampungnya untuk mengumpulkan ber-puluh2 orang tukang jahit tersohor dan bekerja selama tiga tahun baru berhasil merampungkan lima stel pakaian tersebut, dari hal ini bisa disimpulkan kalau barisan Lima Naga itu sangat diandalkan sekali!" "Sungguh aneh sekali, mengapa orang2 itu tidak kuat menahan sebuah seranganpun?" timbrung Siang Hwie. "Disinilah letak kesulitan budak untuk memberi jawaban!" "Orang itu tak kuat menahan sebuah seranganpun, meski hal ini mengherankan namun lebih mencengangkan lagi adalah tak berkutiknya empat orang aneh yang lain. apa sebabnya mereka berpeluk tangan belaka membiarkan rekannya terhajar?" sambung Giok Lan. "Siauw-heng sebenarnya jurus pedang apakah yang kau gunakan?" akhirnya Be Boen Hwie bertanya. Kelihayan ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sudah cukup menggetarkan hati para jago, karena dalam pertarungan melawan musuh makin lihat lawannya semakin lihay pula ilmu silat yang diperlihatkan hal inilah yang membuat para jago menaruh curiga, mungkinkah secara tiba-tiba Siauw Ling memperlihatkan kelihayannya. "Benarkah kau she Siauw?" mendadak Suma Kan berseru. Teringat barntuan yang diberikan orang asing ini sepanjang pertempuran yang barusan terjadi sianak muda itu merasa tidak pantas kalau ia merahasiakan namanya lebih jauh, maka ia manggut. "Cayhe adalah Siauw Ling!" katanya "Dan dia adalah Siauw Ling yang cia dan tulen!" sambung Be Boen Hwie. Sun Put Shia yang selama ini membungkam dalam seribu bahasa tiba-tiba putar kepala memandang Siauw Ling, lalu menegur, "Apakah kau bernama Siauw Ling?" "Tidak salah!" "Tatkala Loohu turun dari gunung, nama besarmu sudah kudengar dan ternyata kelihayanmu benar2 bukan nama kosong belaka!" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Siauw Ling tahu yang dimaksudkan pastilah Siauw Ling gadungan alias Lan Giok Tong namun iapun sadar masalah ini tidak gampang untuk dijelaskan maka iapun bungkam dalam seribu bahasa. "Ayoh kita cepat berangkat...." tiba-tiba Sie-poa emas Sang Pat berseru. "Kenapa?" tanya Suma Kan tercengang. "Sudah tiba saatnya Shen Bok Hong menyelesaikan latihannya, sewaktu ia mengetahui bahwa kita berhasil lolos dari perkampungan Pek Hoa San Cung, gembong iblis itu pasti akan melakukan pengejaran" Belum selesai ia berkata terdengar suitan tajam berkumandang datang dari kejauhan disusul suara derap kaki kuda bergema semakin mendekat. Para jago yang hadir disana kebanyakan merupakan jagojago kawakan, belasan ekor kuda banyaknya, jelas pasukan pengejar dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung sudah melakukan pengejaran. Be Boen Hwie angkat kepala memandang sekejap keadaan disekelilingnya, lalu berseru, "Mari kita bergeser ke arah Timur-laut!" Tanpa banyak bicara ia memimpin jalan dan bergerak dengan cepatnya. Siauw Ling tahu, perbuatan orang she Be itu tentu mengandung maksud tertentu, tanpa bertanya lagi ia tarik tangan Sang Pat dan berkata, "Mari kita berada dipaling belakang untuk menyambut kedatangan mereka" "Bagus!" jawab Sang Pat sambil tertawa, "Orang yang bergabung dengan pihak musuh kebaynyakan merupakan jago-jago berhati keji, kita tak usah ajak mereka membicarakan soal peraturan Bu-lim lagi". Siauw Ling tidak paham dengan maksud ucapannya, terpaksa ia membungkam dalam seribu bahasa. Terdengar suara derap kaki kuda makin lama semakin mendekat, dibawah cahaya bintang secara lapat2 tampaklah kuda2 jempolan bergerak mendekat dengan cepatnya. Siauw Ling segera berjongkok dan memungut dua buah batu gunung siap disambit keluar. Sedangkan Sang Pat merogoh ke dalam sakunya ambil keluar sebuah kotak kumala, membuka kotak tadi dan menebarkan isi kotak tersebut ke atas tanah. "saudaraku, apakah isi dari kotak itu?" tanya Siauw Ling. "Ooouw....! hanya suatu permainan kecil, harap toako jangan mentertawakan!...." "Menggunakan tentara tidak akan melupakan siasat, terhadap manusia2 rendah macam mereka sudah tentu kita tak perlu menggunakan cara yang jujur!" "Isi kotak kumala ini...." Mendadak orang she Sang itu membungkam. Siauw Ling angkat kepala, tampaklah dua ekor kuda jempolan melampaui rombongan mereka dan mendesak tiga empat tombak lebih ke depan, jelas Sang Pat tidak ingin rahasianya diketahui musuh maka ia putus ucapannya ditengah jalan. Dalam pada itu, dua ekor kuda jempolan tersebut sudah berlari diatas benda yang disebarkan Sang Pat diatas tanah itu. Tampak percikan cahaya api berkelebat disusul serentetan suara ringkikkan kuda berkumandang memenuhi angkasa. Ketika Siauw Ling menengok ke arah api, tampaklah cahaya api berwarna ke-hijau2an sedang membakar kaki kuda itu. Sewaktu orang yang ada dibelakangnya menyaksikan rekan didepannya mengalami celaka buru-buru ia putar kudanya siap melarikan diri namun terlambat.... Terlihat cahaya api berkilauan memenuhi angkasa, seluruh tubuh kuda itu seketika terbakar dengan hebatnya. Dua orang jago yang menunggang diatas kuda jempolan itu buru-buru meninggalkan kuda tunggangannya, mereka mencelat dua tombak jauhnya dari tempat kejadian dan melanjutkan pengejaran dengan berlarian. Suara ringkikkan yang memanjang bergema memecahkan kesunyian, kedua ekor kuda itu meloncat2 kesakitan. Ditengah malam yang gelap terlihatlah kobaran api berwarna hijau itu makin lama berkobar semakin besar, dalam waktu singkat dua ekor kuda itu sudah terbakar mati. Kuda2 pengejar dibelakang yang menyaksikan peristiwa ini sama2 tarik les kudanya kemudian berputar dan melanjutkan pengejaran. "SUngguh sayang, sungguh sayang," seru Sang Pat "Orang2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung benar2 sangat licik, seandainya mereka mengejar berbareng niscaya semua pasukan akan terbakar habis." Dalam pada itu dua orang lelaki kekar yang kudanya terbakar tadi sudah mengejar hampir dekat dengan Siauw Ling berdua. Sianak muda itu segera ayun pergelangan kanannya, dua butir batu melesat keluar diiringi desiran tajam langsung menghajar ke arah dua orang itu. Ditengah kegelapan yang mencekam tak mungkin bagi kedua orang itu untuk menghindar, mereka terhajar telak terkena dan roboh. Untung dalam kegelapan yang mencekam sulit bagi Siauw Ling untuk mengarah tepat jalan darah, dengan demikian meski serangan bersarang ditubuh musuh namun bukan tempat berbahaya. Walaupun begitu kekuatan serangan Siauw Ling amat dahsyat sekalipun bukan tempat bahaya yang terhajar, namun cukup membuat mereka kesakitan dan pengejaranpun segera terhenti. Kuda2 pengejar dari arah belakang dengan cepat menyusul mereka berdua dan meneruskan pengejaran ke arah depan. Sepasang mata Siauw Ling mengawasi sekejap keadaan disekeliling tempat itu lalu kepada Sang Pat bisiknya, "Dewasa ini kita semua sudah lapar, dahaga dan lelah, sukar untuk melangsungkan pertarungan lagi, ditinjau dari gerak gerik pengejar2 itu rasanya ilmu silat yang mereka miliki tidak lemah, seandainya kita bisa memilih suatu posisi yang baik dan sempit, dengan kekuatan kita berdua rasanya tidak sulit untuk menghalangi jalan pergi mereka. Terlihatlah kuda2 itu laksana terbang sudah semakin mendekat, Siauw Ling berdua pun dengan cepat kena disusul. "Jangan melibatkan diri dalam suatu pertarungan sengit" seru Siauw Ling memperingatkan. "Cukup kita halangi perjalanan mereka dan jangan sampai merkea berhasil melampaui kita, itu sudah cukup". "Tidak salah, tidak salah ucapanmu itu!" sahut sie-poa emas Sang Pat sambil ambil keluar senjatanya dari dalam saku. Dari jawaban tersebut secara lapat2 Siauw Ling dapat mendengar bahwa napasnya ter-sengkal2, segera ia berpikir di dalam hati, "Seandainya kami berdua sampai terkurung kembali oleh boesu2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung ini, niscaya dalam pertarungan sengit yang kemudian berlangsung banyak jago-jago diantara kami bakal roboh terluka ataupun binasa...." Sementara ia masih berpikir, mendadak terdengar suara Be Boen Hwie berkumandang datang; "Siauw-heng, harap jangan bertempur lebih jauh" Siauw Ling segera loncat ketengah jalan menghalangi perjalanan para pengejar lalu bentaknya "Saudata Sang Pat, cepat mundurlah lebih dahulu!" Sang Pat tahu ilmu silatnya sangat lihay, iapun tidak sungkan2 dan mengundurkan diri lebih dahulu. Dalam waktu singkat seekor kuda pengejar telah menerjang tiba, Siauw Ling ayun telapaknya melancarkan sebuah babatan. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur kedepan, melihat datangnya serangan orang yang ada diatas kudapun mendorong pula sepasang telapaknya menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras. Daya serangan dari Siauw Ling amat dahsyat dalam suatu bentrokan yang maha dahsyat orang itu terpental dan jatuh terbanting dari atas pelana kudanya. Namun orang itu tidak lemah, ketika tubuhnya menempel diatas tanah ia segera melejit dan melancarkan tubrukan kembali ke arah Siauw Ling. Orang ini benar2 bandel dan tidak takut mati meskipun sudah terpental jatuh dari atas pelana oleh serangan Siauw Ling, namun hatinya sama sekali tidak keder bahkan berani melancarkan serangan kembali. Dikala lelaki itu sedang menubruk ke arah Siauw Ling kembali ada dua orang penunggang kuda menerjang tiba sepasang pedangnya langsung menyerang tubuh sianak muda itu. Bukan mundur sebaliknya Siauw Ling maju ke depan, mendadak ia menerjang dua langkah ke muka meloloskan diri dari datangnya ancaman pedang yang muncul dari kiri dan kanan, setelah itu dengan telapaknya ia sambut datangnya serangan lelaki itu. Kali ini hawa murninya sudah disalurkan ke atas telapak, ,menanti sepasang telapak saling membentur hawa murnipun segera meluncur keluar dengan dahsyatnya. Terdengar lelaki itu mendengus berat, badannya mundur enam tujuh langkah ke belakang dan roboh ke atas tanah. Luka dalam yang ia derita kali ini parah sekali, untuk beberapa saat lelaki itu tak sanggup bangun berdiri. Walaupun Siauw Ling berhasil melukai seorang musuh, namun dengan adanya kejadian ini maka empat lima orang pengejar telah keburu tiba. Tampak cahaya golok berkilauan, hawa pedang memenuhi angkasa, dua bilah golok dan dua bilah pedang secara serentak menyerang tiba. Siauw Ling segera kirim telapak kirinya kedepan menggetar mundur musuh yang ada disebelah kiri, sedangkan tangan kanannya berkelebat mencengkeram sebilah pedang yang menuduk tiba, mentah2 ia seret orang itu jatuh dari atas kuda kemudian diiringi sebuah tendangan kilat dari sianak muda itu, orang tadi mencelat dan roboh terjengkang ke atas tanah. Walaupun ilmu silat yang dimiliki sianak muda ini sangat lihay namun setelah mengalami pertempuran sengit beberapa waktu lamanya, tak urung iapun merasa kecapaian, ketika perhatiannya sedang dipusatkan untuk merampas senjata musuh, tiba-tiba punggungnya terasa amat sakit, sebuah tusukan telah bersarang ditubuhnya. Sebetulnya Siauw Ling mempunyai hawa khiekang yang melindungi tubuhnya, tak mungkin serangan bokongan bisa melukai tubuhnya, tetapi karena tenaganya sudah berkurang setelah melangsungkan pertarungan seru, kedua ia lupa menyalurkan hawa khie-kangnya, maka tusukan ini membuat ia menderita luka yang tidak ringan. Siauw Ling segera putar pedangnya menyapu keluar. Triiing.... triing.... triiing.... diiringi suara dentingan yang amat nyaring, empat bilah pedang berhasil ia sampok lepas semua. Suara bentakan2 keras berkumandang dari arah depan, agaknya rombongan para jagopun sudah berlangsung suatu pertarungan sengit. Dalam keadaan seperti ini Siauw Ling tak bisa memikirkan luka diatas punggungnya lagi, buru-buru ia salurkan haw murninya untuk mencegah lebih banyak darah mengalir keluar. pedangnya berkelebat membentuk selapis bunga pedang, ditengah jeritan ngeri seorang musuh roboh binasa. Ia mulai melancarkan serangan kilat untuk cari kemenangan, serangan2 yang dilancarkanpun mengugnakan jurus yang aneh dan sakti. Suara rintihan berkumandang saling susul menyusul, dalam sekejap mata kembali Siauw Ling sudah melukai lima orang dan berhasil lolos dari kepungan. Ia paling menguatirkan keselamatan orang tuanya, maka tiada kegembiraan sama sekali untuk bergebrak lebih jauh, sambil mengempos tenaga tubuhnya lari ke arah depan. Setelah berlarian beberapa waktu dan melewati sebuah tikungan, sianak muda itu melihat banyak sekali sahabat2 kangouw dengan senjata terhunus sedang melangsungkan pertarungan sengit melawan para pengejar dari perkampungan Pek Hoa San Cung. Dalam sekilas pandang, Siauw Ling kenali diantara para jago iBu-lim terdapat Pat-Chiu-Sin-Liong sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Cheng serta gadis berbaju hijau yang cantik namun serius, disamping itu terdapat pula sipendekar pincang Ciang Toa Hay beserta dua orang muridnya. Lima orang itu berdiri berjejer didepan menghadang musuh yang mengejar datang. Dibelakang mereka berdiri pula seorang jagoan berbaju merah dan bersenjata Hwee-Lion-Pang dia bukan lain adalah Sam-Yang-Sin-Tan sipeluru sakti Liong Koei Cang. Sejak semula Be Boen Hwie sudah menanti disisi kalangan, sewaktu melihat Siauw Ling berlari mendekat buru-buru serunya ; "Cepat lari kemari, makanlah sedikit dan segera beristirahat!" Siauw Ling lari ke arah depan, Toan Bok Ceng segera menyingkir kesamping memberi jalan buat sianak muda itu untuk menerjang masuh kedalam. Buru-buru Be Boen Hwie membawa Siauw Ling berputar ke dalam sebuah tikungan sambil berkata ; "Cepatlah beristirahat dan makan...." Mendadak ia menemukan darah membasahi tubuh sianak muda itu, segera serunya tercengang; "Kau terluka?" Ia tahu ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihay, dalam pertarungan sengit yang terjadi di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung pun ia tidak terluka, tentu saja menghadapi para pengejar yang tidak lihay, tak mungkin ia bisa terluka. Mula2 ia anggap darah diatas tubuhnya merupakan darah musuh yang mengotori bajunya namun setelah dilihat lebih jauh ia merasa keadaan tidak beres, ia temukan diatas punggung sianak muda itu terdapat sebuah mulut luka dan Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo darah mengucur keluar tiada hentinya dari sana. Siauw Ling merasakan sepasang kakinya jadi lemas, buruburu ia gunakan pedang untuk menahan tubuhnya, dan perlahanlahan duduk ke atas tanah. Ternyata setelah Be Boen Hwie mengungkap soal luka, Siauw Ling baru sadar bahwa darahnya sudah banyak yang mengalir keluar, maka setelah ketegangan mengendor pertahanan badanpun jadi lemah. Pada waktu itu para jago sama2 beristirahat sambil bersantap mereka berharap kesehatan serta kekuatan mereka cepat pulih kembali seperti sedia kala sehingga daya tempur didapatkan kembali. Berita terlukanya Siauw Ling dengan cepat tersiar keluar, mula2 Kiem Lan yang datang menghampiri sambil bertanya dengan nada cemas ; "Beratkah lukamu?" "Aah tidak mengapa!" "Siangkong, kau harus menanggung keselamatan kami semua, maka kau harus baik2 menjaga kesehatan badan, dimanakah letak mulut lukamu" cepat bawa kemari, biarlah kubalut dan beri obat!" "Kalau begitu aku harus merepotkan dirimu" seru Siauw Ling sambil per-lahan-lahan putar badan. Menyaksikan mulut luka yang terbentang diatas punggungnya sangat dalam, Kiem Lan semakin kuatir, diam2 ia berdoa ; "Semoga saja jangan sampai melukai jantung atau tulangnya...." Dengan sapu tangan ia segera membalut mulut luka itu dengan teliti dan seksama. Dalam pada itu para jago yang sedang beristirahat sama2 menghampiri sianak muda itu tatkala mereka mendengar berita tersebut. Menyaksikan kekuatiran semua orang, Siauw Ling malahan merasa kurang tenteram, ia segera berseru ; "Pada saat ini waktu berharga bagaikan emas, setiap saat kemungkinan besar kita akan bergebrak melawan para jago dari perkampungan Pek Hoa San Cung, luka yang cayhe derita lirih sekali dan tak perlu cuwi kuatirkan...." Tiba-tiba ia tidak menemukan Sun Put Shia ada diantara para jago, wajahnya nampak tertegun. Menyaksikan perubahan air muka Siauw Ling, Kiem Lan tercengang. "Siangkong, bagian mana yang kurang beres?" segera tegurnya. "Apakah cuwi sekalian tidak berjumpa dengan Sun Put Shia Loocianpwee"...." tanya sianak muda itu seraya putar sinar matanya ke atas wajah Be Boen Hwie. Para jago tertegun dan saling berpandangan dengan mulut melongo. Ternyata di dalam keadaan lapar, dahaga dan lelah para jago tiada berkesempatan untuk memikirkan orang lain, maka mereka tidak tahu sejak kapan Sun Put Shia melenyapkan diri. "Ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini lihay sekali" ujar Suma Kan cepat, "Aku rasa tak mungkin ia jumpai mara bahaya. cuwi sekalian tak perlu terlalu menguatirkan keselamatannya!" "Aaaai.... namun luka dalam yang ia derita sangat parah!" Terdengar jeritan ngeri berkumandang datang seorang lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan dengan tangan kanan mencekal pedang, seluruh badan berlepotan darah buru-buru lari mendekat, Sang Pat segera loncat bangun, tangan kanannya berkelebat cepat menotok dua buah jalan darah dibahu kiri orang itu. Siauw Ling berpaing, ia segera kenali orang itu sebagai murid pendekar pincang Ciang Toa Hay. ketika itu sebuah lengan kirinya sudah dibabat orang sampai putus dua bagian, meskipun Sang Pat telah menotok dua buah jalan darahnya untuk menghentikan darah yang mengalir keluar namun darah segar masih mengucur keluar tiada hentinya. Dengan pedangnya orang itu menahan sang tubuh yang hendak roboh ke atas tanah, lalu ujarnya. "Suhu memerintahkan cayhe untuk beri kabar kepada cuwi sekalian, harap kalian segera berangkat sebab bala bantuan dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung makin lama datang semakin banyak, walaupun suhu serta Toan Bok Loocianpwee telah mempertahankan kedudukan dengan segenap tenaga, namun disebabkan lebih lama, harap cuwi sekalian cepat-cepat berangkat...." Sehabis mengucapkan kata2 itu, ia tak kuat menahan diri dan segera roboh ke atas tanah. Para jago adalah tokoh2 Bulim nomor wahid, selesai bersantap dan beristirahat sejenak, semangat serta tenaga merekapun telah pulih kembali seperti sedia kala. Be Boen Hwie tampil kedepan membopong lelaki itu kemudian berseru ; "Siapakah diantara cuwi sekalian membawa obat luar luka yang mujarab?" "Aku sipencuri tua punya obat tersebut" jawab Sipencuri Sakti Siang Hwie sambil maju kedepan dengan langkah lebar, dari sakunya ia ambil keluar obat luka luar, merobek secarik kain lalu membalutkan luka orang itu. Jago-jago yang hadir ketika itu, sebagian besar merupakan pentolan2 Bulim satu daerah, pada hari2 biasa mereka berwatak tinggi hati dan sombong, jangan harap mereka suka mengobati luka orang dengan turun tangan sendiri. Namun situasi pada saat ini jauh berbeda, hal mana membuat manusia nagkuh itu punya perasaan menanggulangi bencana bersama, mereka sudah melupakan soal nama, kedudukan serta tabiatnya yang angkuh. Tampak Hong Coe menghampiri seraya berkata ; "Be-ya, serahkan saja orang menderita luka parah ini kepada budak!" Menyaksikan kekompakan serta rasa gotong royong dari para jago Be Boen Hwie segera mendongak dan tertawa terbahak2. "Haaaa.... haaa.... seandainya para jago dikolong langit bisa bersatu padu dan bekerja sama semacam kita ini hari, sekalipun silat Shen Bok Hong sepuluh kali lipat lebih hebatpun tak usah kita takuti lagi!" Suma Kan yang selama ini membungkam disisi kalangan tiba-tiba ambil keluar senjata gelang emasnya dan berseru ; "Siapakah diantara cuwi sekalian suka mengikuti siauw-te untuk pergi menghadang datangnya bala bantuan dari pihak musuh?" "Aku sipencuri tua akan mengiringi kehendakmu!" sahut Siang Hwie. Mereka berdua segera enjotkan badan dan berlalu untuk membantu para jago bertempur melawan musuh. Sepeninggalnya kedua orang itu Be Boen Hwie angkat kepala memandang sekejap situasi disekeliling tempat itu, lalu ujarnya. "Kurang lebih lima li didepan sana, cayhe telah mengatur persiapan jebakan kedua, asal kita bisa melanjutkan perjalanan sejauh lima li lagi maka kita bakal bertemu dengan para jago yang telah dipersiapkan di pos kedua itu...." JILID 25 Bala bantuan dari perkampungan Pek Hoa San Cung mengalir datang tiada hentinya, sela Sang Pat. "Meskipun Toan Bok Cheng sinaga sakti berlengan delapan serta Ciang Toa Hay sipendekar pincang sekalian telah dibatnu oleh Suma Kan serta Siang Hwie, rasanya merekapun tak bisa bertahan terlalu lama". "Tentang soal ini cayhe sudah bikin persiapan entah bagaimana keadaan luka Siauw-heng" apakah sudah dapat berjalan?" "Aaah, tidak mengapa" Kiem Lan nyeletuk, "Seandainya ia tak sanggup berjalan sendiri, biarlah kugendong...." "Tak usah merepotkan dirimu" seru Siauw Ling sambil meloncat bangun dari atas tanah. "Luka kecil diluar kulit ini tidak terhitung seberapa!" "Siauw-heng, kau harus berjaga diri demi keselamatan seluruh umat Bu-lim dikolong langit, jangan terlalu memaksa...." kata Be Boen Hwie memperingatkan. "Tidak perlu dikuatirkan!" dengan langkah lebar ia lantas maju kedepan. Sang Pat serta Kiem Lan dengan cepat membuntuti disisi kiri dan sisi kanan sianak muda itu. Suara bentakan keras serta jeritan ngeri berkumandang datang tiada hentinya, jelas pertarungan sengit yang berlangsung antara kedua belah pihak berjalan dengan amat serunya. Walaupun Siauw Ling ada maksud untuk putar badan memberi bantuan kepada para jago, namun luka dipunggungnya terasa amat sakit sekali, sadarlah sianak muda ini bahwa ia tak punya tenaga untuk bertempur lebih jauh, tak terasa sambil menghela napas panjang lambat2 melanjutkan perjalanan ke arah depan. Dalam sekejap mata lima li sudah dilewati, dihadapan mereka terbentang sebuah jalan raya yang melintasi sebuah selat sempit dijepit oleh dua buah bukit yang menjulang tinggi keangkasa didepan mulut selat berdiri seorang lelaki kekar bercambang. Siauw Ling kenali orang itu sebagai Lam-Ih Poh Thian Seng. "Poh-heng, apakah semua persiapan telah selesai?" tegur Be Boen Hwie sambil maju kedepan dan menjura. "Semua persiapan telah selesai, silahkan Be-heng serta cuwi sekalian beristirahat ditikungan bukit sana, kami telah siapkan makanan buat cuwi semua serta kuda2 jempolan sebagai ganti kaki". "Aaah, ternyata mereka sudah bikin persiapan yang cermat" pikir Siauw Ling diam2. "Entah rencana siapa ini....". Sementara masih berpikir, para jagopun telah melewati dua buah bukit yang tinggi dan menembusi selat sempit tersebut, setelah melewati selat tadi pemandangan secara tiba-tiba berubah. Tampaklah dihadapan mereka terbentang sebuah tanah rumput yang sangat luas, ringkikan kuda berkumandang tiada hentinya. Tidak salah lagi disitu benar2 sudah tersedia puluhan ekor kuda jempolan lengkap dengan pelananya. "Silahkan Siauw-heng serta cuwi sekalian beristirahat sebentar ditempat ini" bisik Be Boen Hwie lirih. "Siauw-te akan menyambut para jago yang sedang mengundurkan diri dari pos pertama". "Setelah beritirahat beberapa waktu, siauw-te merasa kesehatan badanku telah pulih kembali, aku siap mengikuti Be-heng berangkat kesitu" sambung Siauw Ling. "Kami telah siapkan tanda yang saling berhubungan tak usah kita lari balik lagi kesana, siauwte tidak berani merepotkan diri Siauw-heng" "Aaaai.... demi aku Siauw Ling cuwi sekalian harus bertempur mati2an, mana boleh aku tetap berpeluk tangan belaka?" "Tetapi luka Siauw-heng...." "Tak usah kau kuatirkan!" Be Boen Hwie merasa kurang leluasa untuk menghalangi niatnya lagi, terpaksa ia menyahut ; "Boleh, boleh saja kalau Siauw-heng ingin turun melihat keadaan, namun lebih baik jangan turun tangan." "Cayhe akan ikut berangkat guna melindungi toako" seru Sang Pat sambil bangun berdiri. Sebetulnya Siauw Ling ingin mencegah, namun menyaksikan ketulusan hatinya terpaksa ia membungkam. Demikian tiga orang itu segera lari kemulut selat, dimana situasi-pun telah berubah sama sekali. Ketika itu dimulut selat telah bertambah dengan empat lima orang jago bersejatakan terhunus. Sekilas memandang para jago disana, Siauw Ling segera kenali hampur separuh dari antara mereka. Pemuda ganteng berpakaian berkabung yang ada dipaling kiri mencekal sebilah pedang yang panjangnya tidak sampai dua depa, dia bukan lain adalah putra dari ciangbunjien ThayKhek-Boen aliran Selatan yang tersohor akan ilmu pedang Hwee-Hong-Cap-Pwee-Kiam, Sak Hong Sian adanya. Disisi Sak Hong Sian berdiri seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang berdiri dengan angker, dia bukan lain adalah Tiam Koen dari perguruan Thay-Kek-Boen aliran selatan pula. Kemudian adalah seorang kakek berbaju yang menyoren pedang, secara lapat2 Siauw Ling kenali orang itu sebagai Tang Kong Seng dari perguruan It-Heng-Boen. Orang yang paling kiri dan berdiri disisi Poh Thian Seng punya perawakan tinggi besar, wajahnya merah dan dipinggangnya tersoren palu berantai perak. membawa gendewa serta anak panah, dia bukan lain adalah sin-CiamCeng-Kan-Koen, sipanah sakti yang menggetarkan jagad Tong Goan Khie. Kecuali lima orang jago yang menghadang di depan selat, dibalik batu karang sisi bukit tampak bayangan manusia berkelebat kesana kemari jelas disanapun sudah siap jagojago lihay. Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siauw Ling pikirnya ; Kiranya mereka bersembunyi dibalik semak belukar dibelakang dinding bukit itu tidak aneh kalau aku tak berhasil menemukan jejak mereka. Tong-heng silahkan melepaskan tanda rahasia dan panggil mereka agar segera mengundurkan diri" seru Be Boen Hwie. Tong Goan Khie mengiakan ia ambil keluar anak panah lalu dipasang diatas gendewa kemudian melepaskan panah bersuara tersebut ketengah angkasa. Bluumm....! tatkala anak panah tadi meluncur keangkasa mendadak meledak dan menciptakan segulung asap berwarna putih. Orang perkampungan Pek Hoa San Cung bertempur dengan cara mengerubut, harap cuwi sekalian tak usah sungkan2 dan turun tangan keji terhadap mereka, bisa membunuh seorang binasakan orang2 itu!" seru Be Boen Hwie lagi dengan suara berat. Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ehmm, aku tahu," Poh Thian Seng mengangguk. "sialhkan Be-heng beristirahat, persoalan ditempat ini tak perlu anda kuatirkan akan kami selesaikan sekuat tenaga." "Baiklah siauwte hanya akan menonton dari balik batu karang pokoknya aku tidak bakal turun tangan!" "Kalau begitu silahkan mengikuti Siauwte?" Tiba-tiba orang she Poh itu angakat tangannya ke atas kepala dan membuat kode satu lingkaran. Para jago yang sedang menhadang ditengah jalan dengan cepat menggeserkan tubuhnya masing-masing bersembunyi dibalik semak belukar dibelakang batu karang itu. Siauw Ling serta Sang Pat mengikuti dibelakang Be Boen hwie, dibawah petujuk Poh Thian Seng langsung menuju ke belakang batu karang di sebelah kanan bukit. Kiri kanan serta muka belakang batu karang itu penuh tumbuh rumput lebat sehingga tempat tersebut amat rahasia dan tertutup, lagi pula medan penglihatan dari atas sangat luas. Baru saja beberapa orang itu menyembunyikan diri tampaklah empat ekor kuda laksana kilat berlari mendekat. "Aaah mereka telah berhasil menerobos hadangan2 yang kita pasang pada pos pertama...." seru Be Boen Hwie dengan suara lirih. "Kalau begitu bagaimana kalau kita lukai dahulu beberapa orang diantara mereka agar orang itu tahu rasa?" Ia pertinggi suaranya dan melanjutkan. "Tong-heng orang2 yang ada diatas kuda merupakan boesu dari pekampungan Pek Hoa San Cung harap Tong-heng tak usah sungkan2 dalam melancarkan serangan." Dari situasi yang dihadapinya ini, Siauw Ling mengerti dalam kelompok Bu-lim lapisan kedua ini Poh Thian Seng-lah pemimpinnya. Sementara ia berpikir, desiran anak panah menderu2, boesu yang berada dikuda pertama mendadak menjerit ngeri dan roboh ke atas tanah "Gelar sipanah sakti dari Tong Goan Khie benar2 bukan nama kosong belaka" puji Siauw Ling dalam hati. "Jarak sejauh inipun masih bisa dicapai dengan anak panahnya begitu hebat. Desiran tajam berkumandang tiada hentinya, kembali beberapa batang anak panah menembusi angkasa meluncur kedepan. Agaknya para boesu diatas kuda itu sudah waspada, mereka segera menyebarkan diri dan menerjang kedepan. Kendati reaksi mereka cukup cepat dalam menghadapi situasi tersebut, tak urung mereka terlambat juga selangkah, kembali seorang lelaki kekar roboh terjengkang dari atas kuda termakan anak panah itu. Dua orang penunggang terakhir dari perkampungan Pek Hoa San Cung itu sama sekali tidak dibikin gentar karena menyaksikan rekannya terluka, bukannya mundur mereka malah melarikan kudanya semakin kencang untuk menerjang datang. "Be-heng, harap kau suka menonton jalannya pertarungan dari sini, siauw-te akan turun tangan menghadang musuh itu" bisik Poh Thian Seng. "Poh-heng, silahkan melaksanakan tugasmu!" Poh Thian Seng tersenyum, ia loncat turun dari tempat persembunyiannya dan langsung menuju kemulut selat. Dalam pada itu dari balik semak belukar di belakang batu cadas secara beruntun para jago munculkan diri dan menghadang jalan pergi boesu2 tersebut. Sak Hong Sian ciangbunjien dari pergurunan Thay-KhekBun aliran selatan turun tangan lebih dahulu pedang pendeknya dikebaskan langsung menyerang seseorang yang ada disebelah kiri. Serangannya dilancarkan cepat laksana kilat cahaya pedang berkelebat memenuhi angkasa. Orang yang ada diatas kuda adalah seorang lelaki berbaju serba hijau, melihat datangnya serangan dia tarik kudanya untuk menghindar, kemudian ambil kesempatan itu dia cabut keluar golok Yan Ling-to yang tersoren di punggungnya. Serangan pertama mengenai sasaran kosong Sak Hongsian melancarkan serangan yang kedua. Ternyata ilmu silat yang dimiliki lelaki berbaju hijau itu tidak lemah goloknya segera disabet ke luar sehingga membawa deruan angin tajam terjadilah suatu pertarungan yang seru melawan Sak Hong Sian. Pemuda she Sak itu melancarkan babatan berulang kali namun mereka tetap mempertahankan posisi sama kuat hal ini membuat hatinya sangat gelisah pedangnya diputar semakin kencang. Terdengar Tiam Koen berbisik lirih, Ilmu silat aliran Thay Kheh Bun kami mengutamakan tenang menghadapi gerak apabila Ciangbunjien bernapsu dan mengikuti emosi maka hal ini merupakan suatu pelanggaran besar terhadap pantangan perguruan kami. Tidak salah lagi setalah Sak Hong-sian menjadi tenang dan bertarung dengan hati mantap serangan pedangnya tampak semakin dahsyata dan semakin membahayakan. Beberapa kali lelaki berbaju hijau itu ingin turun dari kudanya namun setiap kali kena dipaksa oleh ujung pedang Sak Hong-sian sehingga tak mungkin baginya untuk turun. Dikala Sak Hong-sian untuk turun tangan Tang Kong-seng dari It-Heng-bun pun ikut turun tangan menyerang lelaki lain dari perkampungan Pek Hoa San Cung itu. Tang Kong-seng seorang jago kawakan yang punya banyak pengalaman dalam menghadapi serangan musuh serangan2 yang dilontarkan mengandung kekerasan diantara kelembutan inilah letak keistimewaan dari ilmu silat perguruan It-Heng Boen. Setelah bergebrak puluhan gebrakan dua orang lelaki berbaju hijau itu mulai tak sanggup mempertahankan diri Sak Hong-sian mendapat hasil lebih dahulu, sekali tusuk ia lukai kuda jempolah milik lawannya. Kuda itu terluka dan meringkik panjang sepasang kaki depan pun segera diangkat ke atas. Lelaki berbaju hijau itu babat goloknya dengan jurus Lek Peng Thian Lam atau mendobrak hancur langit selatan, ia tutup tubuh sendiri rapat2 kemudian loncat turun dari atas kuda. Tentu saja Sak Hong Sian tidak akan membiarkan dia meloloskan diri, badannya maju mendesak, pedangnya menangkis miring babatan golok lawan kemudian telapak kirinya diayun kemuka. Serangan ini datangnya tepat pada saatnya, baru saja lelaki itu meloncat turun dari atas kuda dan belum mencapai permukaan tanah, serangan sianak muda itu sudah meluncur tiba. Bruuk.... dengan telah serangan tadi bersarang diatas punggung sebelah kiri lelaki itu. Terdengar orang itu mendengus berat, tak kuasa badannya roboh kedepan. Sak Hong Sian meloncat kedepan mengirim sebuah tusukan, ujung pedangnnya segera menembusi dadanya, darah segar mengucur keluar dengan derasnya membasahi lantai, suatu tendangan susulan membuat mayat lelaki tadi mencelah jauh dari sisi kalangan. Pada saat itu Tang Kong Seng telah mengeluarkan jurus ampuh perguruan It Heng Bun-nya yaitu jurus "Cion-LangTiap-Poo" atau ombak menggulung riak membuih, cahaya pedang berlapis-lapis menyilaukan mata seketika itu maka ia membelah tubuh lelaki jadi dua bagian. Beberaoa orang itu mempunyai dendam sakit hati sedalam lautan dengan Shen Bok Hong, maka dari itu terhadap setiap anggota perkampungan Pek Hoa San Bung merekapun membenci sampai merasuk ke tulang, setiap serangan dilancarkan pasti keji dan telengas. Ketika kedua orang itu berhasil membinasakan musuh2nya, dari atas jalan raya melayang datang enam tujuh sosok bayangan manusia dengan cepatnya. Dibelakang bayangan manusia itu dengan kencang mengikuti puluhan orang Boesu berbaju hitam. Orang yang melarikan diri paling depan tiada hentinya melepaskan senjata rahasia untuk menghadang pengejaran boesu2 berbaju hitam itu. Tong Goan Khie segera pentang gendewa melepaskan anak panah, dalam sekejap mata tiga orang Boesu berbaju hitam telah roboh binasa termakan anak panah tersebut. Beberapa saat kemudian, para jago telah makin mendekati mulut selat pos kedua. Siauw Ling yang bersembunyi dibelakang batu dapat melihat Ciang Toa Hay serta Toan Bok Cheng telah berubah jadi manusia darah, Sam-Yang-Sin-Tan sipeluru sakti Liok Koei Cang dengan tangan kanan membawa senjata Hwie-Liong Pang, lengan kirinya telah basah oleh darah, agaknya iapun menderita luka yang sangat parah. Dalam keadaan terluka sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Cheng masih melepaskan juga senjata rahasianya untuk menghadang jalan maju musuh2 itu. Sigadis berbaju hijau yang berwajah dingin dan agung itu, saat ini keadaannya mengerikan, rambut panjangnya terurai dan seluruh badannya penuh berlepotan darah. Disamping itu terdapat pula seorang pemuda berusia dua puluh tahunan yang bersenjatakan pedang, agaknya pahanya terluka sehingga sewaktu berlari lagaknya mirip sedang melompat2. Suma Kan serta Siang Hwie berada dibarisan paling belakang, sambil bertempur mereka mundur terus ke belakang. Cukup ditinjau dari keadaan beberapa orang itu, jelaslah sudah bahwa pertempuran yang barusan berlangsung tentu amat mengerikan. Poh Thian Seng menyingkir kesamping memberi jalan lewat buat Ciang Toa Hay sreta Toan Bok Cheng sekalian lewat, kemudian membentak keras dan lintangkan badannya menghadang jalan pergi boesu2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung itu. Empat lima orang boesu yang sedang melakukan pengejaran segera berhenti mereka terperanjat tatkala menyaksikan dihadapan mereka kembali muncul hadangan para jago-jago tangguh. Poh Thian Seng mendongak, ia temukan boesu berbaju hitam yang berkumpul disitu makin lama semakin banyak, dalam sekejap mata puluhan orang sudah berkumpul disitu, dari tempat kejauhan pun debu mengepul, agaknya terdapat ber-puluh2 ekor kuda sedang berlari mendatang. Dalam pada itu Tong Goan Khie sudah masukkan kembali gendewa serta anak panahnya, ia lepaskan senjata bandulan berantainya siap menghadapi musuh. Sak Hong Sian, Tang Kong Seng, Tiam Koen sekalian berlima berdiri berjajar ditengah jalan, dengan begitu selat yang lebarnya cuma beberapa tombak tadi seketika tersumbat sama sekali. Dalam waktu singkat empat lima puluh orang Boesu berbaju hitam telah berkumpul disana dengan senjata terhunus, semua aneh sekali, mereka tidak segera melancarkan serangan se-akan2 sedang menantikan sesuatu. Siauw Ling yang dapat menyaksikan keampuhan serta pengaruh perkampungan Pek Hoa San Cung diam2 menghela napas panjang pikirnya, "Shen Bok Hong betul2 seorang manusia yang luar biasa, cukup ditinjau dari keberhasilannya mendidik boesu begitu banyak apabila tidak memiliki kecerdikan serta kewibawaan yang besar, mungkin sulit untuk melaksanakannya...." Siauw Ling pernah bergebrak melawan boesu2 tersebut, walaupun ilmu silat mereka ada yang lihay namun ada pula yang cetek, tapi kalau ditarik kesimpulan mereka semua boleh terhitung sebagai jago-jago kangouw kelas wahid. Terlihatlah sewaktu Ciang Toa Hay serta Toan Bok Cheng berhasil melewati pertarungan para jago dan berjalan doa tombak lebih kedepan tiba-tiba mereka roboh terjengkang ke atas tanah. Kiranya setelah melangsungkan pertarungan sengit beberapa saat lamanya dan menderita luka parah dipelbagai tempat, sebetulnya mereka berdua sudah tidak tahan, namun dengan andalkan tenaga dalam hasil latihan sepuluh tahun dengan paksakan diri mereka masih sanggup mempertahankan diri, tetapi setelah lewat dari medan yang penuh dengan bahaya, ketegangan merekapun semakin mengendor, dalam keadaan seperti ini hawa murni segera buyar dan merekapun roboh ke atas tanah. "Aaaai.... sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Cheng serta sipendekar pincang Ciang Toa Hay merupakan jago-jago kelas satu dalam dunia persilatan yang punya nama terkenal, sungguh tak nyana saat ini harus menderita luka seperah itu" ujar Sang Pat sambil menghela napas panjang. Sementara ia ada maksud bangun berdiri dan membopong kedua orang itu menyingkir dari sana, tiba-tiba dari balik semak disisi selat muncul dua orang lelaki kekar yang segera membopong kedua orang tua itu masuk ke dalam rerumputan. Dalam pada itu Sipadri pemabok serta pengemis kelaparan yang bersemedi dibelakang bukit telah selesai dengan latihannya, namun sewaktu menyaksikan luka yang diderita Toan Bok Ceng mereka saling berpandangan dan menghela napas sedih. "Luka yang diderita Siauw Ling tidak enteng" kata Sipengemis kelaparan kemudian dengan suara lirih ; "Apabila ia harus turun tangan lagi mungkin mulut lukanya akan pecah, sejak pertarungan yang berlangsung barusan ini secara lapat2 kita bisa merasakan bahwa dia adalah satu satunya lawan paling tangguh dari Shen Bok Hong, demi kesel' amatan umat Bulim dikemudian hari, kita tak boleh membiarkan dia sampai menderita lagi. "Tidak salah!" Sipadri pemabok manggut sambil bangun berdiri. "Kita harus pergi kesitu dan menasehati dirinya agar jangan turun tangan lagi...." Ia merandek lalu tertawa getir dan menyambung ; "Aku rasa luka yang diderita Sun Put Shia. Tiang-loo dari Kay Pang tidak enteng, cuma dikarenakan ia malu memperlihatkan luka tersebut dihadapan para jago maka ia Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berlalu seorang diri. Aai....! semoga saja ia pandai menyembunyian diri sehingga jejaknya tidak sampai ditemukan oleh orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung". Sepanjang hidupnya entah sudah berapa banyak pengalaman seram yang mereka jumpai, boleh dikata mereka adalah jago kawakan yang banyak pengalaman, namun hati mereka dibikin keder juga setelah mengalami pertempuran sengit di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung. Sipengemis kelaparan berpaling memandang sekejap ke arah Giok Lan sekalian, lalu ia berseru ; "Nona, harap kau suka baik2 merawat luka yang diderita oleh dua orang itu!" Habis berkata ia bangkit berdiri dan berlalu ber-sama2 sipadri pemabok. Sementara itu situasi diluar mulut selatpun kembali terjadi perubahan, para bow-su berbaju hitam yang datang dari perkampungan Pek Hoa San cUng telah membentuk sebuah barisan didepan sana, namun barisan itu tidak segera melancarkan serbuan sebaliknya se-akan2 sedang menunggu kedatangan seseorang. Siauw Ling berpaling sekejap ke arah Be Boen Hwie lalu ujarnya. "Be-heng, jumlah musuh jauh lebih besar daripada kekuatan kita, tidak pantas kalau kita melawan dengan kekerasan, lebih baik kita mencari sebuah akal bagus untuk mengundurkan musuh tangguh itu?" "Aaai....! kecuali anak murid Kay-pang serta partai Siauwlim yang dapat mengimbangi kekuatan dari perkampungan Pek Hoa San Cung mungkin partai lain tidak mempunyai begitu banyak murid yang bisa memberi perlawanan terhadap serangan2 mereka" bisik Be Boen Hwie sembil menghela napas panjang. Maksud dari ucapan tersebut sudah jelas sekali, ia sudah tidak punya keyakinan untuk kmerebut kemenangan dari pertarungan yang bakal berlangsung nanti. Teringat betapa ngeri dan berbahayanya situasi mereka sewaktu bertempur setengah malaman dalam perkampungan Pek Hoa San Cung diam2 Siauw Ling bergidik dia sadar apabila Soen Put Shia tidak membantu dirinya niscaya lebih banyak jago yang akan gugur dalam perkampungan tersebut ia lantas menghela napas panjang. Apabila Beheng dapat berusaha untuk menghubungi partai2 besar dan ajak mereka untuk bekeraja sama Sembilan partai besar memang bersumber dari satu aliran namun pendapat tiap perguruan masing masing berbeda" tukas Be Boen Hwie sambil menggeleng. Lagipula belum sampai beberapa tahun Siauw-te berkelana dalam dunia persilatan. Sembilan partai besar tidak akan pandang sebelah matapun terhadap diri Siauw-te. Sementara mereka masih berbicara, tiba-tiba dari balik bukit melayang datang dua sosok bayangan manusia. Dengan ketajaman mata Siauw Ling sekilas pandang ia segera kenali orang itu sebagai Chan Yap Cheng dari partai Bu-tong ia kenakan pakaian ringkas dengan sebilah pedang tersoren di pinggang. Di samping kanan Chan Yap Ceng adalah seorang lelaki kekar bercambang, bermata gede, berwajah persegi dan sangat berwibawa, dia adalah pendekar kedua dari Tiong-Lam siang-HIap Theng It Loei adanya. "Siauw-heng, sudah kau lihat lelaki bercambang itu?" bisik Be Boen hwie lirih. "Orang itu adlaah Theng It Loei pendekar kedua dari TiongLam-Siang-Hiap, sedangkan sianak muda yang jalan disisinya pun bukan manusia sembarangan, diapun seorang pendekar sejati" "Entah siapakah orang itu" apakah kau kenal?" "Kenal, dia adalah sute dari Boe-Wie Tootiang Chan Yap Cheng adanya!" "Ooouw....! kiranya Chan thayhiap, sudah lama suaiwte mendengar nama besarnya". "Kedatangan mereka berdua tentu hendak membantu kita untuk menghadapi serangan musuh". "Aku dengar antara partai Bu-tong dengan pihak perkampungan Pek Hoa san Cung pernah mengikat tali permusuhan?" "Tidak salah" "Perduli kedatangannya untuk membantu atau cuma menonton, sudah sepantasnya kalau kita sambut kedatangannya". "Tidak salah, memang seharusnya begitu". Be Boen Hwie segera bangkit berdiri dan menyambut kedatangan kedua orang itu dengan langkah lebar, setelah menjura segera tegurnya. "Theng ji-hiap, selama berpisah apakah kau dalam keadaan sehat saja" masih kenalkan dengan cayhe Be Boen Hwie?" Theng It Loei balas memberi hormat lalu menjawab ; "PErbuatan Be-heng masuh ke dalam perkampungan Pek Hoa San cung, dewasa ini sudah tersiar keseluruh dunia persilatan, keberanian serta kegagahanmu sungguh membuat cayhe merasa kagum" "Aaai....! apabila dibicarakan sungguh menyesal sekali...." "Haa.... haa.... haa.... orang lain mungkin tidak tahu akan kelihayan perkampungan Pek Hoa San Cung, namun siauwte mengetahui jelas akan hal ini. Be-heng dapat keluar dari perkampungan Pek Hoa San cung dalam keadaan selamat dan aman tenteram, bukan saja keberanian dan pengetahuan, ilmu silatmu pun punya kehebatan melebihi orang". "Aaai.... siauwte dapat keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung dengan selamat, hal ini...." "Haaa.... haa.... perduli dengan cara apapun Be-heng berhasil meloloskan diri, yang jelas keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung bukanlah suatu pekerjaan gampang" kembali Theng It Loei menukas sambil tertawa tergelak. Ia berpaling memandang ke arah Shan Yap Cheng lalu menambahkan. "Saudara ini adalah adik seperguruan dari Boe Wie Tootiang, ciangbunjien dari Bu-tonh-pay dewasa ini, Chan Yap Cheng...." "Sudah lama cayhe mendengar nama besar Chang-heng sungguh beruntung ini hari kita bisa saling berjumpa" Be BOen Hwie segera menjura. "Sudah lama pula siauwte mendengar nama besar serta kecerdikan dari Be Cong Piauw Pacu yang memimpin propinsi Hoo-lam, Auw Pak, Auw Lam serta Kiang-sie, sudah lama pula cayhe merasa kagum ; "Terima kasih, terima kasih." Tiba-tiba suitan panjang yang berkumandang dari belakang tubuh mereka memotong ucapan Be Boen Hwie yang belum selesai diutarakan. Ketika berpaling, tampaklah para boesu berbaju hitam berkumpul dimulut selat sama2 memisahkan diri jadi dua bagian dan berdiri dengan wajah serius. Tiga ekor kuda jempolan lambat2 berjalan melewati kawanan Boe-su itu dan mendekati Poh Thian Seng sekalian. Menyaksikan orang yang ada diatas kuda, Be Boen Hwie sangat terperanjat sehingga tanpa sadar ia berseru ; "Aaaah! Shen Bok Hong telah tiba...." "Kami datang untuk membantu, biarlah pertempuran babak pertama serahkan kepadaku" buru-buru Thang It Loei menyambung, selesai berkata maju kedepan dengan langkah lebar. "Gerakan Be-heng memasuki perkampungan Pek Hoa San Cung telah menggetarkan seluruh dunia persilatan," bisik Chan Yap Ceng lirih. "Su-hengku beserta beberapa orang jago dari partai Siauw-lim sebentar lagi akan tiba disini, harap Be-heng jangan putus asa dan patah semangat!" Tanpa menunggu jawaban dari Be Boen Hwie lagi ia segera berlalu mengikuti dibelakang Theng It Loei. Mendengar kabar berita orang she be inipun berlega hati, pikirnya, "Seandainya pihak Bu-tong serta Siauw-lim telah kirim orang datang kemari, maka posisiku pun semakin kuat, tak usah menguatirkan kekuatan musuh lagi...." Pada waktu itu Chan Yap Ceng serta Theng It Loei telah menggabungkan diri dengan rombongan Poh Thian Seng sekalian, sejata dihunus dan menghadang ditengah jalan. Be Boen Hwie segera lari masuk ke dalam barisan para jago, dan bersiap sedia pula menghadapi segala kemungkinan. Tampaklah Shen Bok Hong yang berperawakan tinggi besar namun bongkok itu duduk diatas sebuah kuda berwarna putih salju, sepasang matanya yang tajam per-lahan-lahan menyapu sekejap para jago kemudian menegur, "Apakah Sun Put Shia sipengemis tua itu berada disini?" Para jago yang hadir dalam kalangan ini sebagian besar tidak ikut bertempur di dalam perkampungan Pek Hoa San CUng, maka tak seorangpun dapat menjawab pertanyaan itu. Be Boen Hwie tertawa dingin. "Kau menanyakan tentang Sun Loo cianpwee?" jengeknya. "Karena ada urusan ia sudah pergi, apabila Shen cungcu ada urusan katakan saja kepada diri cayhe". Sinar matanya menyapu ke arah dua orang jago yang ada dibelalkang Shen Bok Hong, mereka adalah si kakek hitam dan si kakek putih atau bukan lain adalah sepasang kakek hitam putih dari gunung Tiang-pek-san yang ada dipropinsi Kwangtong. Nama besar Hek-Pek-Jie-Loo sudah tersohor diluar perbatasan, ilmu silatnya sangat lihay dan disegani orang, namun bagi jago kangouw jarang ada kenal akan mereka, kecuali Be Boen Hwie yang pernah berjumpa dengan mereka sewaktu ada di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung. "Kau bukan tandinganku" dengus Shen Bok Hong sambil tertawa dingin. "Aku hendak cari pengemis tua itu untuk bikin perhitungan". Mendadak Poh Thian Seng cabut keluar senjatanya dan membentak, "Perduli siapapun yang hendak kau cari, jangan harap bisa melewati tempat ini sebelum melangkahi mayatku". "Dengan andalkan kekuatan cuwi sekalian, kamu ingin menghalangi jalan pergi aku orang she Shen?" ejek Shen Bok Hong sambil tertawa sinis. "Shen Bok Hong, jangan sombong dulu, walaupun ilmu silatmu lihay belum tentu semua orang jeri kepadamu" hardik Theng It Loei dengan gusarnya. "Tiam Jie-hiap usiamu benar2 amat panjang" jengek Shen Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Tiam It Loei. Diluaran meski Tiam It Loei bicara ketus namun dalam hati iapun paham bahwasanya Shen bOk Hong memiliki ilmu silat yangluar biasa dahsyatnya seandainya ia disuruh satu lawan satu maka tidak sampai sepuluh gebrakan mungkin ia sudah keok.... Tidak menanti orang she Tiam itu buka suara sinar mata Shen Bok Hong telah dialihkan ke atas wajah Be Boen Hwie dan berkata lebih jauh, Aku orang she Shen dengar, pertarungan sengit yang telah terjadi di dalam perkampungan Pek Hoa San Cung kali ini adalah muncul dari rencana kau orang she Be entah benarkah kabar berita yang tersiar luas ini. "Kalua benar kenapa?" Shen BOk Hong tertawa hambar. Walaupun berita yang tersiar diluaran mengatakan demikian namun aku orang she Shen merasa rada sangsi...." sahutnya. Ia tertawa nyaring, dan sambungnya lebih jauh. Bukannya aku orang she Shen terlalu pandang rendah kau Be Boen Hwie tapi aku percaya Be Thay-hiap tidak bakal memiliki kemampuan sedahsyat itu coba bayangkan saja Soen Put Shia pun tidak mampu kalau dugaan aku orang she Shen tidak salah pengemis tua itu semestinya sudah menderita luka parah. Ucapan ini membuat Be Boen Hwie terperanjat diam2 pikirnya ; Orang ini sungguh lihay apa yang diduga ternyata tepat sekali. Terdengar Shen Bok Hong tertawa panjang dengan nada yang amat dingin, lalu sambungnya lagi, Aku tahu diantara kalian semua pasti ada seorang jago yang memiliki ilmu silat sangat lihay bukan saja cuwi sekalian bukan tandingannya bahkan Soen Put Shia pun jeri tiga bagian terhadap dirinya kedatangan aku orang she Shen bukan lain adalah ingin menjumpai jago tersebut. Poh Thin-seng sekalian belum tahu bagaimana ngeri dan seramnya pertarungan yang terjadi dalam perkampungan Pek Hoa San Cung tapi tatkala mereka dengar bahwasanya Soen Put Shia si Tiangloo dari Kay pang yang sudah lama mengundurkan diri dari dunia persilatanpun ikut serta di dalam pertempuran tersebut, hati mereka sudah dibikin terkejut kini mendengar pula bahwa ada seseorang memiliki ilmu silat jauh diatas Sun Put Shia, hati mereka semakin terperanjat lagi dibuatnya. Tampak Be Boen Hwie termenung sejenak lalu bertanya ; "Shen toa cungcu, dapatkah kau menebak siapakah orang itu?" Ucapan ini sama artinya telah mengakui kebenaran dari ucapan Shen Bok Hong tadi, maka para jago sama2 jadi melengak. "Benarkah terdapat seorang jagoan yang demikian lihaynya?" pikir mereka hampir berbareng. "Walaupun cayhe tidak tahu nama dari orang itu, tapi aku duga ia telah menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung kami dengan jalan menyaru!" jawab Shen Bok Hong dingin. "Heeh.... heeh.... aku tidak percaya kalau Shen Toa Cungcu benar2 tidak tahu". "Tahu atau tidak rasanya bukanlah suatu persoalan yang penting, masalah yang paling pentig pada saat ini adalah menyuruh orang itu segera munculkan diri untuk menemui aku orang she Shen". "Apabila Shen Toa Cungcu tahu tapi tak mau utarakan keluar, aku lihat lebih baik tak usah menemui dia lagi!" Shen Bok Hong tersenyum mengejak, ia sapu sekejap wajah para jago yang berbaris rapi dihadapannya lalu berkata! "Apakah cuwi sekalian benar2 ada maksud untuk bergebrak melawan aku orang she Shen?" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Seandainya Shen Toa Cungcu tidak dengarkan nasehat kami, terpaksa kami harus melakukan kesalahan!" timbrung Chen Yap Cing tiba-tiba. Sinar mata Shen Bok Hong berkilat, ia sapu sekejap wajah jago Bu Tong Pay itu lalu menegur, "Suhengmu Boe Wie Tootiang apakah ikut datang kemari?" Ucapan tersebut diam2 membuat Ceng Yap Cing kagum, batinnya. "Sungguh tajam pandangan mata orang ini ia betul2 manusia luar biasa hanya sekali bertemu dengan aku ternyata sampai sekarang ia masih ingat asal usulku!" Sementara otaknya masih berputar, tiba-tiba terdengar suara pujian kepada Budha berkumandang datang. Dalam sekejap mata tampaklah seorang tootiang menggembol pedang dengan diiringi dua orang hweesio berjubah warna putih berjalan mendekat dengan langkah lebar. Toojien itu berwajah angker dan gagah, dia bukan lain adalah jie suheng dari Cheng Yap Cing, yaitu Im Yang-cu adanya. Sedang dua orang padri yang mengikuti dibelakang adalah seorang kakek tua serta seorang lelaki berusia empat puluh tahunan. Sang padri berusia empat puluh tahunan itu memanggul sebuah poo-thung dan berjalan dengan langkah gagah, sedang sang hweesio yang sudah berusia lanjut dengan pejamkan sepasang matanya serta merangkap tangannya didepan dada berjalan dibelakang Im Yang-cu. Sungguh cepat langkah kaki dari dua orang padri serta seorang toojien itu, dalam sekejap mata mereka sudah tiba di dalam barisan para jago. Terlihatlah padri tua itu mengedipkan matanya lalu menghardik dengan nada berat ; "Shen Toa cuncu. masih ingatkah kau dengan seorang sahabat lama yang pernah kau temui dua puluh tahun berselang?" Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah padri tua itu, mendadak wajahnya berubah hebat. "Kau belum mati?" serunya tertahan. "Omintohud, kali ini pinceng telah membuat kecewa harapan Shen Toa Cungcu". Walaupun dengan peristiwa lampau terpaut dua puluh tahun lamanya tapi aku orang she Shen percaya pada saat ini masih punya kemampuan untuk mencabut jiwamu". Dua puluh tahun berselang loolap nyaris lolos dari cengkeraman mautmu apabila dua puluh tahun kemudian loolap harus mati juga ditanganmu maka akan kuanggap hal ini sebagai takdir. Shen Bok Hong tertawa dingin mendadak dia berpaling ke arah Hek Pek Jie-loo dan membisikkan sesuatu dengan nada lirih. Ucapan itu dikirim dengan ilmu menyampaikan suara oleh karena itu para jago cuma melihat Hek Pek Jie-loo mengangguk tiada hentinya namun tak mendengar apa yang diucapkan Shen Bok Hong kepada mereka. Dalam pada itu Be Boen Hwie pun segera diam2 memeriksa keadaan situasi ditempat itu berhubung dengan hadirnya rombongan Cheng Yap Cing serta Im Yang-cu sekalian maka kekuatan dipihak para jago semakin bertambah kuat ia sadar bahwa dengan ekuatan yang mereka punyai sekarang sudah mampu untuk membendung serbuan dari Shen Bok Hong maka hatinya para jago jadi lega. Kini pihak Bu-tong serta Siauw-lim telah terjunkan diri ke dalam kancah ini pikirnya di dalam hati. "Aku rasa partai2 besar lainnya sudah mulai sadar dengan keadaan situasi yang mereka hadapi sekarang, seandainya sembilan partai besar dapat bersatu padu dan melawan Shen Bok Hong dengan segenap tenaga, meski perkampungan Pek Hoa San Cung penuh dengan manusia pandai, rasanya kamipun tak usah jeri...." Pada saat itulah, mendadak dari tempat kerjauhan berkumandang datang dua buah suitan nyaring yang tinggi melengking menembusi angkasa disusul suara gembrengan yang dipukul ber-talu2 memecahkan kesunyian. Ditengah siang hari bolong, suara suitan serta gembrengan itu kedengaran bagitu ngeri dan menyeramkan.... Dalam pada itu Siauw Ling yang bersembunyi ditempat yang tinggi dapat menyaksikan seluruh perubahan dalam kalangan dengan jelas, iapun segera berpikir ; "Seandainya dua orang padri itu bisa membendung Shen Bok HOng dan Im Yang-cu serta Tiam It Loei bisa membendung Hek Pek Jie-loo dari luar perbatasan, rasanya dengan kekuatan para jago yang dibantu Cheng Yap Cing masih cukup mampu untuk membendung boesu2 berbaju hitam itu...." Mendadak suara suitan serta gembrengan kembali berkumandang datang. Si Sie-poa emas Sang Pat yang selama ini selalu mendampingi Siauw Ling segera berbisik lirih, "Sungguh aneh sekali, perkumpulan Sin Hong Pay yang selamanya bergerak dikala malam telah tiba, kenapa kali ini munculkan diri ditengah siang hari bolong?" Tatkala mereka berpaling, terlihatlah empat lelaki kikar sambil menggotong sebuah patung arca yang tinggi besar dan berwajah bengis telah muncul disana. Didepan patung arca berwajah bengis itu berjalan empat orang lelaki berbaju hitam yang masing-masing orang membawa sebuah gembrengan itu tiada hentinya. Suara gembrengan itu panjang dan berat mendatangkan perasaan sedih dan tidak tentram bagi yang mendengarkan. Sinar mata Siauw Ling dialihkan ke arah belakang patung arca berwajah bengis itu, tampaklah dibelakang patung tersebut mengikuti ber-puluh2 orang jago yang tinggi pendek itu. Seumpama pihak Sin-Hong Pay punya suatu gerakan yang harus dikerjakan disiang hari bolong biasanya mereka hanya mengutus muridnya untuk menyelesaikan masalah tersebut, tapi kini pemimpin mereka muncul sendiri hal ini membuktikan kalau pergerakan tersebut luar biasa sekali. apa maksud kedatangannya. Terasa suatu ingatan berkelebat di dalam benaknya kepada Sang Pat segera bisiknya ; "Cepat turun kebawah dan beritahu kepada Be Cong Piauw Pacu untuk menasehati para jago menyingkir kesamping dan memberi jalan lewat buat mereka, biarlah partai Sin Hong Pay bentrok lebih dahulu dengan Shen Bok Hong kemudian kita baru ambil langkah2 berikutnya." Sang Pat mengiakan, ia segera turun kebawah dan lari kesisi Be Boen Hwie bisiknya. "Cayhe datang dengan membawa perintah dari toako!" "Apa pesannya" cepat katakan" sahut Be BOen Hwie cepat, kini ia sudah merasa amat kagun terhadap Siauw Ling maka setiap ucapannya dituruti dengan seksama. "Harap Be-heng suka menasehati para jago agar menyingkir saja kesamping, jangan se-kali2 terbitkan keonaran dengan orang2 Sin Hong Pay...." Be Boen Hwie termenung sejenak kemudian mengangguk. "Ehm, aku tahu," Setelah merandek sejenak sambungnya lebih jauh. Nama besar Sang-heng maupun kedudukanmu jauh diatas aku orang she Be. ucapanmu berat bagaikan bukit, bagaimana kalau saat ini kau munculkan diri dan menasehati para jago?" "Tak perlu nama serta kedudukan Be-heng sedang menanjak2nya, saat ini kau mendapat penghargaan tinggi dari para jago, lebih baik kau saja yang tampil kedepan. Selesai bicara ia berkelebat kesisi batu karang dan balik kembali kesisi Siauw Ling. Pembicaraan kedua orang itu dilakukan dengan suara lirih, lagi pula Sang Pat telah menyaru maka Im Yang-cu sekalian mengira dia cuma seorang bawahan dari Be Boen Hwie maka tak seorangpun yang ambil perhatian. Dalam pada itu empat orang lelaki kekar yang menggotong patung arca tersebut sudah berada dua tombak dibelakang para jago. Meskipun para jago dari partai Sin Hong Pay pun menyaksikan senjata terhunus ditangan para jago dan pertarungan hampir meledak diantara orang2 itu, namun mereka berlagak pilon dengan langkah lebar orang2 itu masih juga teruskan langkahnya kedepan. "Cepat menyingkir kesamping dan buka jalan" Be Boen Hwie segera menghardik keras. Keadaan terlalu memaksa membuat ia tiada kesempatan lagi untuk mengajak para jago berunding, maka tanpa berpikir panjang lagi ia segera menghardik para jago. Im Yang-cu beserta dua orang padri itu segera menyingkir kesamping lebih dahulu. Disusul Cheng Yap Cing, Tiam It Loei sekalian para jago pun mengikuti jejak rekannya menyingkir kesamping. Tanpa mengucap rasa terima kasih orang2 partai Sin Hong Pay dengan busungkan dada segera berjalan lewat. Empat orang lelaki yang membawa gembrengan besar dan berjalan dipaling depan itu langsung menuju ke arah Shen Bok Hong. Menjumpai datangnya kekuatan lain, Shen Bok Hong tetap berdiri dengan angkernya, sepasang matanya yang tajam menatap patung arca tersebut dengan tak berkedip, sedang terhadap lelaki pembawa gembrengan yang makin mendekati tubuhnya ia sama sekali tidak ambil gubris. Sejak partai Sin Hong Pay munculkan diri di dalam dunia persilatan, mereka hanya terkenal yang akan kekejiannya belaka, namun tak seorang menjumpai wajah sebenarnya dari pay-cu mereka, semua orang hanya tahu bahwa semua perintah partai muncul dari balik sebuah patung arca yang tinggi besar dan berwajah bengis. Meski Shen Bok Hong sendiripun sudah menyusupkan mata2nya ke dalam tubuh Sin Hong Pay namun orang itupun tidak sanggup menerangkan keadaan dari partai itu dengan seksama. Se-olah2 dalam partai Sin Hong Pay, setiap tingkat setiap jabatan diliputi oleh kabut misteri. Sementara itu empat orang lelaki pembawa gembrengan sudah makin mendekati tubuh Shen Bok Hong, namun toa cungcu dari Perkampungan Pek Hoa San cung itu tetap berdiri tak berkutik. Asal empat orang lelaki itu maju selangkah lebih kedepan, niscaya mereka akan menubruk tubuh shen Bok Hong dan mengakibatkan terjadinya bentrokan kekerasan. Namun keempat orang lelaki itu tidak berbuat demikian, mendadak mereka berhenti berbunyi berkumandanglah irama musik yang merdu merayu namun hanya sebentar saja irama musik itupun sirap dan lenyap dari angkasa. Serentetan suara suitan lengking yang aneh berkumandang keluar dari balik patung arca yang tinggi besar itu. Empat orang lelaki pembawa gembrengan tersebut segera mundur ke belakang, kiranya irama merdu tadi merupakan berita yang menghubungkan tempat luaran dengan orang yang ada di dalam patung arca tersebut. Walaupun para jago tidak mengerti suara suitan tersebut mengeartikan apa, namun mereka tahu pastilah dengan suara tersebut orang yang ada di dalam patung arca menitahkan langkah2 selanjutnya dari beberapa orang lelaki kekar itu. Shen Bok Hong tetap berdiri ditengah jalan dengan wajah dingin dan serius, sinar matanya menatap patung arcat ersebut tajam2. Suara suitan yang berkumandang keluar dari balik patung arca itu makin lama makin lirih dan akhirnya sirap, suasana disekeliling tempat itupun pulih kembali dalam kesunyian serta keheningan yang mencekam.... Dalam pada itu Tiam It Loei serta Cheng Yap Cing sekalian ada maksud menyaksikan kelihayan dari Sin Hong Paycu, maka mereka dengan membawa para jago sama2 mengundurkan diri lima depa ke belakang. Sesuai denagn kebiasaan dalam dunia persilatan sikap para jago ini mengartikan bahwa pihak mereka tidak akan mencampuri urusan yang terjadi diantara kedua belah pihak yang saling berhadapan itu. Walaupun nada ucapannya tidak sungkan namun suara tersebut amat mempesonakan hati sehingga membuat orang terasa terbuai ke dalam alam impian. Diam2 Shen Bok Hong mengempos tenaga murninya lalu tertawa dingin dan menyahut, Sedikitpun tidak salah cayhe adalah orang she Shen entah Pay-cu ada urusan apa?" Dia adalah seorang manusia cerdik tatkala mendengar suara yang amat mempesonakan hati tadi dengan cepat hatinya merasakan ketidak beresan dari suara tersebut. Ia merasakan dibalik suara yang merdu dan empuk itu terkandung sesuatu kekuatan yang cukup untuk membetot sukma manusia maka dengan cepat hawa murninya disalurkan melindungi badan. Ooouw...." kembali suara yang amat merdu itu berkumandang keluar dari balik patung "Sudah lama aku dengar nama besar dari Shen Toa CUngcu sungguh beruntung ini hari kita dapat saling berjumpa." "Hmm! jelas ada seorang gadis ingusan bersembunyi dibalik patung arca yang tinggi besar dan menyeramkan" pikir Shen Bok Hong "Dia cuma kepingin meminjam keseraman wajah dari patung tersebut untuk menguasahi anak buahnya, entah patung tersebut terbuat dari apa" seandainya terbuat dari kayu, dalam sekali hajar pasti patung itu bakal hancur dan kemisteriusan dari partai sin Hong Pay pun dengan cepat akan tersingkap" Belum habis ia berpikir suara merdu merayu kembali berkumandang keluar dari balik patung arca itu ; "Shen Bok Hong rencana busuk apa yang sedang kau pikirkan?" Tidak nanti orang she Shen itu buka suara kembali ia berkata lebih jauh ; "Shen Bok Hong, pada saat ini cuma ada dua jalan bagimu dan kau boleh pilih salah satu diantaranya." "Silahkan diterangkan!" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kita boleh bekerja sama untuk membasmi habis para jago yang menghalangi perjalananmu, bisa digunakan" kita gunakan, dan bagi mereka yang tak bisa dipakai kita musnahkan ilmu silatnya" Sebagai manusia yang berwatak banyak curiga, Shen Bok Hong jadi tercengang mendapat tawaran tersebut, pikirnya ; "Sin Hong Pay-cu ini tidak saling kenal mengenal dengan diriku, di-hari2 biasapun antara partai Sin Hong Pay dengan perkampungan Pek Hoa San Cung tak pernah terjalin hubungan, kenapa sin Hong Pay-cu ajukan tawaran untuk bekerja sama di dalam perjumpaannya yang pertama ini"...." Ia merasa banyak hal yang mencurigakan menyelimuti tawaran tersebut, dengan kecerdikannya ternyata Shen Bok Hong gagal untuk menebak maksud hati Sin Hong Pay-cu maka untuk sesaat ia tak berani ambil pusing keputusan. Terdengar sin Hong Pay-cu melanjutkan kembali katanya, "Jalan yang kedua adalah kita melakukan pertarungan sengit saat ini juga...." "Hal ini sungguh aneh sekali" tukas Shen Bok Hong. "Antara partai anda dengan perkampungan kami belum pernah terjalin hubungan apa2 di hari2 biasa, kita tak dapat dikatakan sebagai sahabat maupun musuh, apakah kau tidak merasa ucapanmu itu rada keterlaluan?" Shen Bok Hong kau harus tahu bahwa diantara dua jago tak boleh hidup berbareng disatu jagad yang sama menurut pengamatanku selama ini maksud dan tujuan kita hampir bersamaan dan cara berpikirpun hampir sama maka bilamana kau tidak ingin bermusuhan mari kita bekerja sama lebih baik sekarang juga kita tetapkan hubungan kita sebagai musuh atau sahabat. Haruslah diketahui pembicaraan yang dilangsungkan kedua orang pemimpin tersebut semuanya dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara orang lain cuma meyaksikan bibir shen Bok Hong berkemak kemik namun tidak mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Kendati Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang cerdik tak urung ia dibikin kebingungan juga oleh sikap Sin Hong Pay-cu ini merasa orang itu terlalu lucu dan bersipat kekanak2kan sedikitpun tiada rasa was2 atau prasangka. Namun kalau ditinjau kembali dari nama besar serta kemisteriusan partai tersebut di dalam dunia persilatan ia merasa tidak mungkin Sin Hong Pay-cu adalah seorang manusia yang tak berotak. Tetapi bagaimanapun juga Shen Bok Hong adalah seorang manusia yang licik, banyak akal dan keji, setelah termenung sejenak akhirnya ia mendapatkan pula suatu akal untuk menghadapi masalah tersebut, ujarnya, "Seandainya partai anda ada maksud bekerja sama dengan perkampungan kami, dengan senang hati cayhe sambut baik maksud baik anda, hanya saja kita berdua tidak pernah saling kenal lagipula kejadian ini muncul secara mendadak maka sebagai manusia yang tak ingin melakukan perbuatan yang menempuh bahaya, sukalah paycu kasih waktu buat diriku untuk berpikir, seandainya paycu memang benar2 ada maksud bekerja sama dengan cayhe, semestinya paycu bertemu dengan aku dalam wajah yang sebenarnya". "Baik! kalau memang demikian adanya harap anda suka menyingkir memberi jalan, malam ini pada kentongan ketiga aku menantikan kehadiranmu dalam kuil Loe-Couw Bio kurang lebih lima belas li disebelah selatan kota Koei Chiu". "Baik kita tetapkan dengan sepatah kata ini". Selesai mengucapkan kata2 tersebut Shen Bok Hong segera menyingkir kesamping sambil ulapkan tangannya. Para boesu berbaju hitam yang ada dibelakangya sama2 menyingkir kekedua belah samping sisi jalan dan membuka sebuah jalan lewat buat orang2 sin Hong Pay. terdengar suara gembrengan dibunyikan kembali, empat orang lelaki kekar itu segera menggotong kembali patung arca tersebut dibawah pengawalan ber-puluh2 orang lelaki kekar mereka berlalu dari sana. Di dalam dugaan Cheng Yap Cing sekalian, perkumpulan sin Hong Pay pasti akan melakukan pertarungan melawan Shen Bok Hong sekalian siapa sangka perubahan yang terjadi diluar dugaan mereka, ternyata Shen Bok Hong suka menyingir memberi jalan dan pihak Sin Hong Pay tanpa banyak ribut berlalu dari situ. "Waah.... agaknya usaha kita barusan adalah sia2 belaka...." bisik Be Boen Hwie kepada Im Yang-cu. "Tujuan kita adalah menghalangi Shen Bok Hong, walaupun kita gagal memancing mereka untuk saling membunuh, namun dengan adanya kejadian ini pihak kitapun tidak usah kehilangan banyak korban karena harus bentrok dengan pihak Sin Hong Pay" Per-lahan-lahan Be Boen Hwie angkat kepalanya ia lihat para boesu berbaju hitam yang ada dibelakang Shen Bok Hong kira2 berjumlah empat lima puluh orang. dengan kekuatan yang mereka miliki saat ini masih sanggup untuk membendung serangan musuh. Satu2nya masalah yan gpaling rumit pada saat ini adalah siapakah yang mampu menghadapi Shen Bok Hong" Setelah berpikir sejenak kembali bisiknya kepada Im Yangcu ; "Menurut apa yang cayhe ketahui, musuh yang paling tangguh pada saat ini hanya seorang, asal ada seseorang bisa menghadapi Shen Bok Hong rasanya sisa kekuatan lainnya tak perlu kita takuti". Im Yang-cu berpikir sejenak kemudian ia menjawab ; "Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong sangat lihay sekali, apabila kita harus hadapi dirinya seorang lawan seorang rasanya tak seorangpun yang mampu berbuat demikian". "Maksud Tootiang, kita harus menghadapi dirinya dengan cara bergilir?" "Rasanya dewsa ini cuma cara itu yang paling bagus!" "Apakah Tootiang punya keyakinan bisa membendung serangannya?" "Pinto ada maksud menghadapi Shen Bok Hong bersama2 kedua orang thaysu itu" "Bagus sekali, asalkan Shen Bok Hong sudah terbendung maka sisanya tidak sulit untuk dihadapi." Sementara itu para boesu berbaju hitam yang ada dibelakang Shen Bok Hong telah memecah diri jadi beberapa regu, senjata tajam segera diloloskan dari sarungnya, hawa membunuh menyelimuti seluruh angkasa. Agaknya asal Shen Bok Hong turunkan perintah maka Boesu2 berbaju hitam itu segera akan menyerang para jago dari pelbagai arah. - - - - - - - 39 agaknya secara tiba-tiba Cheng Yap Cing teringat akan suatu masalah yang penting lambat lambat ia berjalan menghampiri Be Boen Hwie dan berkata ; Be-heng cayhe mempunyai satu persoalan yang mana ingin ditanyakan kepada diri Be-heng. Asal siauw-te tahu pasti akan kukatakan" Dalam tanya jawab antara Be-heng dengan Shen Bok Hong tadi agaknya pernah menyinggung seorang tokoh sakti yang punya ilmu silat amat lihay entah benarkah ucapan tersebut?" Memang ada kejadian semacam ini" sahut Be Boen Hwie setelah termenung sejenak. Hanya saja pada saat ini orang itu merasa kurang leluasa untuk munculkan diri maka menanti setelah mara bahaya ini sudah berlalu cayhe tentu akan aturkan pertemuan ini. Sepasang alis Cheng Yap Cin melentik, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud tersebut dibatalkan. Sementara itu Siauw Ling yang bersembunyi dibalik batu cadas dapat menyaksikan situasi dibawah dengan amat jelas, membicarakan dari keadaan pada saat ini ia merasa bahwa Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 7 Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang Kisah Si Rase Terbang 3