Pendekar Tanpa Tanding 8
Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera Bagian 8 Silmujugtundaghata (Menukik ke bawah) berhasil menghantam salah seorang lawan. Ia membuka jalan menuju Geni, tetapi tiga lawan lainnya menghalangi dengan serangan serentak. Apalagi saat itu Sekar sedang dalam bahaya, membuat Wulan terpaksa menolongnya. Pada saat berbarengan, hanya dengan satu gebrakan Lembu Agra berhasil menghajar Wisang Geni yang tenaga dalamnya belum pulih. Geni terjengkang dengan muntah darah. Dadanya sakit. Dua isterinya, menggeram marah, ingin membantu suarninya, namun tiga lawannya tidak memberi kesempatan. Setelah menaklukkan Wisang Geni dengan tawa puas Lembu Agra menghampiri pertarungan. Tiba-tiba ia menerobos masuk dan menyerang Sekar, sementara tiga anak buahnya tetap mengeroyok Wulan. "Jangan kalian lukai dia," seru Agra. Beberapa jurus berlangsung, Lembu Agra berhasil menotok titik lemah Sekar yang langsung jatuh terduduk. Setelah itu ia menyerang Wulan dengan jurus dari Pitu Sopakara. Dikeroyok banyak orang, Wulan akhirnya tak berdaya ketika pukulan Agra membuat dia terjungkal. Tubuhnya lemas tak bertenaga karena urat besarnya ditotok, ia lumpuh untuk sementara. "Kau bunuh saja kami, jangan melakukan penghinaan ini." Lembu Agra tertawa sinis. "Aku senang melakukan ini, pertama aku akan memerkosa Sekar, berikutnya nanti giliranmu, dan semua ini disaksikan kekasihmu Wisang Geni yang tak berdaya itu!" Berkata demikian, Lembu Agra menghampiri Sekar yang ketakutan. Sekar tak berdaya, membayangkan yang akan dia alami membuatnya pucat pasi ketakutan. Dia gemetar ketakutan ketika tangan Lembu Agra meraba pinggul dan bokongnya, merobek baju di dadanya. Melihat payudarayang montok, dia mengelusnya. "Kamu sungguh montok, pantas Geni tergila-gila padamu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sekar menangis, "Jangan lakukan itu, lebih baik kamu bunuh aku saja!" Wisang Geni berseru, "Lembu Agra, ini urusan kamu dengan aku, selesaikan sekarang, bunuh aku, tetapi sebagai pendekar kamu tak pantas memperlakukan perempuan dengan caramu yang hina." "Aku gembira dan menikmati permainan ini, kamu saksikan kehebatanku." Lembu Agra memegang lengan Sekar yang terbaring di tanah. Ia berupaya mencium leher dan mulut Sekar namun gadis ini menggeleng kepalanya menghindar. Agra memegang kepala Sekar. Geni menutup mata, darahnya bergolak, tetapi ia tak berdaya. Tenaga Wiwaha masih tak beraturan, tak bisa dihimpun. Sekar menangis. Pada saat Lembu Agra hampir mencium Sekar, tiba-tiba saja ada bayangan berkelebat. Lembu Agra terlempar. Ia bereaksi cepat, tubuhnya melenting bangkit. Namun bayangan itu yang ternyata nenek tua bungkuk sudah berada di dekatnya. Tanpa bisa dikelit, tangan si nenek menampar pipi Lembu Agra, enam kali. Pipi itu bengkak, beberapa giginya rontok. Semua di ruangan itu terperanjat. Siapa nenek tua yang memegang tongkat sapu lidi itu" Betapa hebat ilmu silatnya, ia bisa menampar Lembu Agra berulang kali, tanpa lelaki itu bisa menangkis atau mengelak. Empat orang begundal Lembu Agra maju menyerang, tetapi nenek itu memutar tongkat sapu lidinya, dalam tiga gebrakan cmpat lawan itu tci jengkang. Baju ili bagian dada robek, kulit dada ikut tersayat, darah mengucur. Nenek itu mengambil tabung kecil dari saku kebayanya, ia bergerak cepat, sangat pesat. Ia menuang beberapa tetes cairan dari tabung, mengoles ke luka di dada lawan. Empat lelaki menjerit lengking mengerikan. Luka itu perih dan bertambah menganga lebar. Mereka melompat-lompat untuk mengurangi rasa perih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lembu Agra mencabut keris panjang, berseru, "Siapa kamu?" Nenek tua itu tertawa terkekeh. "Kamu goblok!" Ia bergerak lebih cepat dari serangan Agra. Tangannya menampar pipi, telinga lalu menggaruk dada Lembu Agra dengan tongkat sapu lidi. Setelah itu ia mengolesnya dengan cairan. Semua dilakukan dengan cepat tanpa Lembu Agra mampu menghindar atau menyerang balik. Saat berikut Lembu Agra menjerit kesakitan. Melihat mudahnya ia menghajar Lembu Agra dan empat anak buahnya, jelas nenek tua itu memiliki ilmu s ilat tingkat tinggi yang sulit diukur. "Kamu laki-laki binatang! Gadis itu cucuku! Beraninya kamu mau memperkosa dia, seharusnya kubunuh kamu Beruntung kamu, hari ini aku pantang membunuh. Tetapi luka di dada kalian tak mungkin akan sembuh, cacat itu tanda-mata atas kejahatan kalian yang mau memperkosa cucuku. Camkan bangsat-bangsat busuk, suatu waktu jika kalian berani mengganggu cucuku ini, ke mana kamu pergi akan kukejar. Dan tak ada orang yang bisa menolong kalian dari hajaranku! Sekarang pergi, sebelum aku berubah pikiran." Lembu Agra dan begundalnya pergi dengan menanggung malu. Nenek itu menghampiri Sekar. Menepuk pundak dan punggung, membebaskan Sekar dari totokan. "Terimakasih nenek, tetapi tadi nenek katakan aku cucumu, kamu salah, sebenarnya aku sudah punya nenek sendiri, namanya Dewi Obat, aku tak punya nenek lain." "Dengar nduk, kamu memang cucuku, waktu berusia empat tahun, kamu kena penyakit cacar, aku titipkan kamu pada Kunti" Hebat dia bisa menyembuhkan burik di tubuhmu, kamu kini cantik luar biasa. Tetapi dia patut kuhajar karena bersalah membiarkan kamu jalan sendirian padahal ilmu silatmu masih sangat cetek!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nenekku tak bersalah, aku saja yang malas berlatih. Hai Nek, kamu tahu persis nama kecil nenekku padahal tidak banyak orang mengetahui nama itu." Nenek tua itu menolong Walang Wulan dan Wisang Geni. "Sekar bocah goblok kamu itu cucuku, Dewi Obat atau si Kunti itu adik perguruanku. Tetapi dia lebih suka mempelajari pengobatan. Itu sebab ilmu silatnya rendah, maka ilmu silatmu juga rendah. Kamu memang cucuku, kamu anak putraku, orangtuamu mati muda, itu sebab kamu dipelihara si Kunti. Mana dia si Kunti?" "Jadi aku harus bagaimana, memanggilmu apa?" "Bocah goblok, ya panggil aku nenek. Jadi kamu punya dua nenek sekarang," ia tertawa geli, membuat Sekar ikut ketawa. "Tetapi kamu harus ikut aku, belajar ilmu silat dari aku. Sini kamu bocah bodoh!" Sekar menghampiri neneknya. Wajah neneknya tampak tua, tetapi tidak banyak keriput, masih tampak bekas kecantikan masa muda. Rambutnya putih semua, persis kapas. Tubuhnya bungkuk namun masih tampak segar. Kulitnya kuning. Mereka saling rangkul. "Kamu harus ikut aku, akan aku ajari ilmu s ilat paling dahsyat, supaya tak ada orang lagi yang berani menghinamu" "Nek, tidak bisa, aku sudah punya suami, aku harus tinggal bersama suamiku." Nenek tua terkejut. Ia menoleh memandang Wisang Geni. "Diakah suamimu?" Ia bertanya pada Geni. "Kamu murid siapa?" "Aku murid Padeksa dari Lemah Tulis." "Hah" Lemah Tulis" Eh kamu tahu di mana Suryajagad sembunyi, aku sudah belasan tahun mengejar kakek genit itu. Lantas perempuan ini siapa?" sambil ia menunjuk Wulan. Wulan menjawab, "Aku juga isterinya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nenek tua itu tertawa. "Kurang ajar memang Suryajagad. Bukan cuma ilmu silat saja yang ia wariskan pada muridmuridnya, sampai pada cara memelet perempuan pun diwariskan. Sekarang ini kamu luka parah, benar?" Nenek tua itu kemudian membantu Wisang Geni. Ia menotok, mengurut dan menepuk beberapa titik di punggung, dada dan perut kemudian menyalurkan tenaga dalam. Geni merasa suatu tenaga besar menerobos dan merambah ke seputar tubuhnya. Ia takjub, nenek tua ini memiliki tenaga dalam sangat tinggi Sepenanakan nasi kemudian si nenek menyudahi pertolongannya. Wisang Geni merasa segar, ia berusaha mengerahkan tenaga dalam. Ternyata tenaga Wiwaha langsung bereaksi. Ia gembira dan cepat mengucapkan terimakasih. "Kau tahu di mana kakek gurumu Suryajagad sembunyi?" Geni menggeleng kepala. "Nenek kenal Eyang Sepuh?" Nenek itu tersenyum, seperti seorang gadis yang senang dipuji kekasihnya. "Kami saling kasmaran, bercinta sampai tahunan. Kami kawin. Ketika putra kami mati, ia putus asa lantas menghilang bagai ditelan bumi, puluhan tahun ia lenyap. Aku ditinggalkan begitu saja, kurang ajar dia tapi meskipun demikian aku tak bisa melupakan dia." Ia menoleh menatap Geni dengan tajam, ia mengepal tangannya dan mengacungkan di depan wajah Geni. "Awas kamu Geni, jangan perlakukan cucuku seperti itu, awas, akan kuhajar babak belur kamu! Eh apa kamu sungguh-sungguh mencintai Sekar?" Geni mengangguk. Nenek tua memegang lengan Sekar. "Kamu harus ikut nenekmu, aku akan melatihmu jadi pendekar wanita nomor satu seperti aku, sudah puluhan tahun aku tak punya tandingan. Hanya suamiku seorang yang mampu mengalahkanku. Dan ilmu silatku ini harus ada yang mewarisi sebelum aku mati!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nek, tunggu dulu, biar aku pamit pada suamiku!" Sekar berlari ke dalam pelukan kekasihnya. Ia tak merasa sungkan, mencium mulut Geni dengan bernafsu. Tiba-tiba ia menggigit pundak dekat leher Geni. Keras. Geni terkejut, ingin berteriak saking sakitnya namun ditahannya. Sekar menjilati darah di bibirnya, berbisik, "Mas, aku sudah mengisap darahmu, darahmu manis, darahmu sudah campur dalam darahku, itu tanda aku tak akan lupa padamu, tak akan ada laki-laki lain dalam hidupku. Dan luka bekas gigitanku itu jangan kamu obati, supaya kamu tidak lupa padaku. Geni, suamiku, aku tak mau kehilangan kamu." Memeluk erat isterinya, Geni merasa berat untuk berpisah. Ia sadar sekarang, ternyata ia sangat mencintai Sekar. "Aku tak akan lupa padamu, aku akan mencarimu." Geni menoleh pada nenek tua, "Nek, berapa lama kau bawa isteriku" Dan di mana tempatmu, biar nanti aku menyusul ke sana." "Duabelas purnama, tidak lama anak muda! Sekarang ini aku ke Lembah Cemara setelah itu aku pergi ke suatu tempat, lalu kembali lagi ke Lembah Cemara. Duabelas purnama, aku sempurnakan ilmu silat isterimu. Setelah duabelas purnama, kamu jemput isterimu di Lembah Cemara, awas jika kamu ingkar janji!" Sekar pamitan pada Wulan. Mereka berpelukan. "Mbakyu, kamu jaga suami kita, awasi dia. Sedikit alpa saja, dia akan lari dengan gadis lain." Wulan mencium pipi Sekar. "Ilmu silat nenekmu itu tidak terukur tingginya, Sekar kamu berlatih yang rajin supaya menjadi pendekar wanita nomor satu. Aku akan menjaga Wisang Geni, dan mengingatkan dia selalu bahwa isterinya yang bernama Sekar adalah perempuan cantik yang setia. Aku jamin dia tak akan lupa padamu, dan setelah duabelas purnama aku bersama suami kita akan menjemputmu di Lembah Cemara. Dan hari itu kamu akan berduaan dengan dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sehari semalam, bahkan jika perlu dua hari dua malam, asal kamu tahan, adikku." Sekar tertawa cekikikan. "Gila, mbak. Bisa mati aku. Mbakyu Wulan, kamu salah seorang yang paling kusayang di dunia, jangan lupa padaku, mbak. Sekarang aku pergi." Sekar memeluk erat Wulan, menciumi pipi dan lehernya. Dia menangis. Wulan memeluk dan memandangi wajah Sekar yang cantik. "Aku juga sangat menyayangimu, adikku. Jangan menangis, Sekar adikku, pergilah." Sekar memandang Wulan, dia mencoba senyum. Kemudian tanpa menoleh lagi dia berlari pergi sambil menangis. ---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wulan dan Sekar Hari itu, pertengahan bulan Kartika tahun 1248, tiga belas purnama setelah kepergian Sekar mengikuti nenek Tongkat Sapu Lidi. Wisang Geni dan Wulan sesuai janji menjemput Sekar di Lembah Cemara. Tetapi mereka hanya menemukan Dewi Obat sendiri. Tidak ada Sekar. Bahkan Dewi Obat pun tidak tahu mengapa Sekar belum juga datang. Geni masih ingat janji nenek Tongkat Sapu Lidi saat membawa pergi Sekar. "Nanti duabelas purnama kamu jemput isterimu di Lembah Cemara." Sekarang sudah lewat duabelas purnama, bahkan sudah lebih dari tigabelas bulan Sekar belum juga pulang ke Lembah Cemara Apa yang terjadi" Geni penasaran. Ia menanyakan di mana kediaman nenek tua sakti itu. Dewi Obat menggeleng kepala "Kakak perguruanku itu tak punya kediaman tetap, ia selalu berpindah tempat. Bertahun-tahun ia memburu suaminya Ia tak pernah berhenti mencari suaminya" Pada kesempatan itu Dewi Obat memeriksa Wulan yang hamil memasuki masa tiga bulan. Pertumbuhan janin tidak sehat. Dewi Obat memberi ramuan khusus. Namun ia berpesan agar Geni cepat mencari bunga talasari guna Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memperkuat kandungan dan juga perkembangan si bayi Bunga itu hanya ada di Lembah Bunga di kaki gunung Bromo. "Jangan sampai melewati batas tiga bulan masa hamil," pesannya Dalam perjalanan pulang keduanya tiba di desa Gadang yang letaknya di tepi kali Bangu. Seperti biasa desa itu selalu ramai. Para pedagang singgah bermalam lalu melanjutkan perjalanan esok harinya. Di desa terdapat banyak warung makan dan rumah penginapan. Dan warung makan yang paling laris adalah warung Mbok Lemu. Siang itu warung dipenuhi pengunjung. Di pojokan dekat jendela, Wisang Geni Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan isterinya sedang menikmati makanan. Tampak sekali wajah dua insan itu kecewa terutama Wisang Geni yang tampak murung. "Kau ingat Geni, dulu kita sedang makan di meja ini lalu muncul Waning Hyun yang dikejar Tambapreto." Melihat suaminya diam, Wulan melanjutkan upaya menghibur. "Waktu itu kita masih bersembunyi di balik nama Ambara dan Sari. Kita juga tidak mengenal gadis itu, belakangan baru tahu dia Waning Hyun putri keraton, bahkan dia murid paman Gajah Watu." Dia menatap suaminya yang tetap diam "Suamiku, aku tahu kamu gelisah memikirkan Sekar, aku prihatin. Dari sini ke Lemah Tulis hanya dua hari perjalanan, kamu antar aku pulang, kemudian kau pergi mencari Sekar. Sebenarnya aku bisa pulang sendiri, tetapi entah mengapa tiba-tiba saja aku merasa takut." "Tidak, kamu tak boleh pulang sendirian, aku akan mengantar kamu pulang, setelah itu baru aku pergi mencari Sekar. Aku pikir itu jalan terbaik." "Geni, aku tahu kamu sangat mencintai Sekar, aku bahkan merasa kamu lebih mencintai Sekar ketimbang mencintai aku, benar kan?" Wisang Geni tak pernah menyangka akan datang pertanyaan seperti itu. Sesaat dia gugup dan terdiam. "Aku tidak cemburu, aku berupaya jujur pada diriku. Aku tahu tidak ada laki-laki yang bisa mencintai dua wanita sekaligus dengan sama besarnya, harus ada yang lebih. Dan kamu pantas memberi Sekar cinta yang lebih besar. Sungguh aku belum ketemu perempuan secantik Sekar selama ini. Dia punya segala persyaratan untuk mendapatkan cintamu, aku legowo Geni." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wulan menatap Geni dengan pandangan penuh cinta. "Kamu memperlakukan aku dengan baik, kamu mencintai aku meski cintamu lebih besar kepada Sekar, itu sudah cukup bagiku, aku bahagia menjadi isterimu." Terdengar suara gaduh. Beberapa orang bergegas meninggalkan warung dengan bersungut-sungut. Wulan yang duduk menghadap ke bagian dalam, melihat dengan jelas. Serombongan orang datang. Bangku yang tersedia tidak cukup, karenanya mereka mengusir beberapa tamu. Sikap dan tingkah laku mereka kasar. Wajah Wulan berubah ketika dia bertatap mata dengan salah seorang di antaranya. Wulan berbisik. "Geni, rombongan yang baru datang itu duduk dekat jendela di pojok. Aku melihat Lembu Agra di antara mereka." Wisang Geni tidak menoleh ke arah yang dimaksud isterinya. Dia memerhatikan wajah Wulan yang agak pucat. "Oh si pengkhianat, apakah dia melihat kita" Kau jangan khawatir, berapa orang jumlahnya?" "Aku yakin Lembu Agra telah mengenal kita." Wulan menghitung. "Semuanya sepuluh orang." Dia memandang suaminya dengan perasaan yang sulit dilukiskan. Ada sedih, bahagia dan cinta yang sangat dalam. "Entah mengapa, saat ini perasaanku agak lain, aku merasa takut kehilangan kamu" "Kamu benar, aku memang sangat menyintai Sekar, tetapi aku juga menyintaimu Dulu ketika kau lari meninggalkan aku, rasanya aku hampir gila, aku tak tahu apa yang harus kuperbuat tanpa engkau di sisiku." "Hidup tidak selamanya nyaman, orang tidak selalu memperoleh mimpinya. Dalam hidup ada pertemuan ada juga perpisahan, suatu waktu jika terjadi perpisahan di antara kita, kamu harus terus hidup. Tanpa aku di sisimu kamu tetap harus hidup." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Wulan, kita tak akan pernah berpisah, kecuali dipisahkan ajal." "Ya kecuali ajal memisahkan kita." "Tapi buat apa bicara hal yang tak masuk akal, kau masih akan hidup panjang ilmur, kita hidup bersama, berkumpul dengan anak-anak kita." Geni berpikir mungkin isterinya takut melahirkan, dia menghibur." Kau tak perlu takut berlebihan, banyak perempuan yang berhasil melahirkan dengan baikbaik." "Kau benar, tetapi mendadak saja aku punya firasat buruk saat ketemu Lembu Agra tadi. Dia jahat, sangat jahat dan orang-orang yang bersamanya pasti jahat semuanya." "Selama aku di sampingmu tidak akan ada seorang pun yang bisa mencelakaimu." "Memang dengan ilmu silat yang kau miliki sekarang ini, rasanya tak ada orang bisa menandingimu. Tetapi Geni di atas langit masih ada langit yang lebih tinggi, lagipula kini aku tak sekuat biasanya, hamil ini membuat sebagian tenagaku hilang, bahkan rasa-rasanya aku makin malas dan selalu ingin tidur." Geni memegang tangan isterinya. "Aku akan melindungimu" "Sebaiknya kita pergi dari s ini, bukannya takut, tetapi saat ini lebih baik menghindari perkelahian, ayo pergi" Geni diam sesaat, kemudian merogoh saku, mengeluarkan sekeping uang, meletakkan di meja, lalu memegang tangan isterinya. "Baiklah, kita pergi." Ketika melangkah keluar warung, Geni sempat memerhatikan rombongan yang diceritakan Wulan. Dia melihat Lembu Agra. Tetapi lelaki itu, barangkah sengaja berpura-pura tidak melihat Geni. Persis yang dikatakan Wulan, mereka berjumlah sepuluh orang. Geni memegang tangan isterinya. Dingin dan basah. "Tidak biasanya dia gentar, mungkin lantaran hamil," pikir Geni. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Esok harinya Geni dan Wulan tiba di desa Tumbas. Dari desa itu menuju ke perdikan Lemah Tulis hanya satu hari perjalanan. Keduanya istirahat di sebuah warung makan. Selepas makan siang, pasangan pendekar itu melanjutkan perjalanan. Keduanya tiba di hutan yang sepi dan lengang. Terik cahaya mentari tak seluruhnya bisa menerobos kerimbunan pepohonan. Di antara pepohonan, Wulan melihat samar-samar bayangan beberapa orang bergerak mendekat. Dia menggenggam erat tangan suaminya. Geni merasa tapak tangan isterinya, dingin dan basah. Bayangan itu ternyata Lembu Agra bersama sembilan orang temannya. Mereka menghadang di depan pasangan suami isteri itu. Lembu Agra tertawa sinis sambil merentang dua tangan seperti menyambut sahabat lama. "Ha... ha., kita jumpa lagi. Ini dia, ketua Lemah Tulis yang kesohor Wisang Geni pendekar nomor satu tanah Jawa, dan perempuan itu isterinya, Walang Wulan, dulu pernah menjadi kekasihku dan calon isteriku tetapi dia mengkhianatiku. Kalian berdua hari ini aku perkenalkan dengan seorang terhormat dari keraton Kediri, Ki Lembu Ampai pembantu utama Sri Baginda Raja Tohjaya" Wisang Geni menatap lelaki separuh baya yang diperkenalkan sebagai Lembu Ampai Tinggi kurus, kumisnya tipis, pelipisnya menonjol dan mengkilat, mulurnya lebar, mata agak sipit. Yang luar biasa dari orang ini adalah sinar matanya yang tajam, berkilat dengan tatapan yang dingin. Wajah Lembu Ampai tak memperlihatkan ekspresi ketika ia merangkap tangan memberi hormat. "Sudah lama aku mendengar nama besar Wisang Geni, ilmu silat sampean saat mengalahkan jago-jago daratan Cina telah menggegerkan tanah Jawa Tanganku ini gatal, aku ingin menguji kepandaianmu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Memerhatikan Wisang Geni dengan seksama, Lembu Ampai hampir tak percaya bahwa orang muda berusia sekitar tigapuluh lima yang berdiri di depannya adalah pendekat nomor satu tanah Jawa, yang namanya telah mengguncang dunia persilatan dua tahun belakangan ini. Wisang Geni memang tidak istimewa, tingginya sedang, tubuhnya ramping berotot. Wajahnya tampan dengan mulut lebar dan bibir tipis. Yang mencolok dari sosoknya adalah rambutnya putih beruban. Gondrong dan beruban. Sinar matanya bening dan sangat tajam, pertanda memiliki tenaga dalam cukup tinggi. "Ki Geni, sampean masih muda tapi rambut sampean seluruhnya beruban, konon cerita orang hanya dalam satu hari uban itu tumbuh disebabkan sampean menciptakan jurus s ilat tingkat tinggi, boleh aku tahu benarkah itu?" kata pendekar keraton Kediri itu. Wisang Geni balas memberi hormat "Cerita tentang diriku terlalu dilebih-lebihkan orang, tentang uban ini memang sudah maunya tumbuh sendiri, tak ada hubungan dengan jurus silat" Ia lalu menyambung dengan tegas. "Tetapi kalau boleh aku bertanya, sampean sebagai pendekar terhormat keraton Kediri mengapa menghadang perjalananku...?" Dia menjawab dengan jumawa, "Aku punya dua maksud. Pertama ingin menjajal kepandaian pendekar utama tanah Jawa. Kedua mengajak sampean bergabung dengan keraton Kediri karena Paduka Raja Tohjaya sedang mencari pendekar handal untuk dijadikan punggawa pembantunya." Meraih dan menggenggam tangan isterinya, Wisang Geni berbisik dengan ilmu pendam suara. Ilmu itu hanya bisa didengar Wulan seorang. "Wulan, jangan jauh-jauh dariku." Ia menatap kesepuluh orang itu. Ia melihat Lembu Ampai menggerak-gerakan otot tubuh "Ki Lembu Ampai, aku sedang tak punya waktu untuk mengadu jurus silat, lain kali saja. Tentang maksud kedua, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ aku merasa mendapat kehormatan tetapi aku butuh waktu untuk berpikir." Mendadak punggawa di samping Lembu Ampai membentak. "Tidak bisa! Apa yang diminta Paduka Patih adalah sabda raja, tidak boleh ditolak!" "Maaf aku bukan orang keraton, jadi aku tidak terikat aturan keraton, sampean pasti orang penting maaf kalau aku tidak kenal." Lembu Ampai tertawa. "Ki Wisang Geni, orang seperti sampan tidak perlu mengenal orang karena semua orang mengenal siapa sampean si Pendekar Tanah Jawa. Baik, aku perkenalkan tujuh orang ini adalah punggawa Patlikur Sinelir keraton Kediri dan dua lainnya pasti sampean sudah kenal, Ki Lembu Agra dan murid keponakannya Ki Wirotama." Sambil menggandeng isterinya, Geni melangkah. Tetapi dia dihadang serangan. Punggawa itu menyerang dengan dua tangan mencengkram, jurus Cakar Elang. Serangan itu menguarkan bau bacin. Geni melihat jari-jari tangan lawan, kukunya berwarna hitam. Pasti racun ganas. Geni tidak menghentikan langkahnya. Tangan kirinya menggenggam tangan Wulan, tangan kanannya mengibas ke arah lawan. Pukulan Geni membawa angin keras berhawa dingin. Itulah jurus Bahni Anempuh Toya dari ilmu Bang Bang Alum Alum. Punggawa Sinelir itu terkejut, tak menyangka kalau tenaga dalam Geni sebesar itu. Sesaat dia menggigil. Apa lacur, kejadian sudah sampai di situ, dia tak boleh mundur. Dia mengelak dengan mendekam dilanjutkan serangan mengarah selangkangan Geni. Wisang Geni memainkan jurusnya yang paling handal. Dia bergerak sambil tetap menggandeng isterinya. Geni dan Wulan sama menggunakan Waringin Sungsang ilmu ringan tubuh yang paling handal. Gerakan Geni bagaikan siluman, sesaat dia seperti menghilang, pindah tempat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Punggawa Sinelir kehilangan lawan. Sebelum sadar apa yang terjadi, mendadak ia diterjang angin keras yang panas. Ia memutar tubuh sambil memukul dengan tenaga panas. Tampaknya dia terpaksa adu tenaga dalam Pada saat-saat akhir, tenaga panas Geni berubah dingin, sangat dingin. Punggawa itu terkejut, tak pernah menyangka ada orang yang sanggup menukar tenaga panas dan dingin dalam sekejap dan di tengah-tengah suatu gerak serangan. Geni tak mau berlama-lama, ingin pertarungan cepat selesai agar segera bisa meloloskan diri. Itu sebab dia menyerang dengan menggunakan tenaga Wiwaha dalam jurus Sanakanilamatra (Sebesar angin yang terkecil) jurus kedua dari tujuh jurus Garudamukha Prasidha. Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pada saat bersamaan tiga bayangan berkelebat ke arah Geni. Tiga punggawa Sinelir bermaksud menolong rekannya. Terlambat. Tenaga Wiwaha Geni mengena dan menerobos tubuh punggawa itu yang terlempar ke belakang. Ia menggigil hebat Darahnya beku, sesaat kemudian tubuhnya kejang, mati. Suara Geni perlahan namun tajam dan dingin. "Hmmm, main keroyok, begini rupanya tata cara orang-orang keraton Kediri...." Tak cuma bicara. Geni bergerak terus, melepas tangan isterinya, memutar dua tangan menerapkan jurus Makanjaran (Menari dengan lengan terkembang) dari Garudamukha. Gerakan itu bersinambung dengan Prasada Atishasha (Menara tinggi bukan main) dari jurus Garudamukha disalurkan dengan tenaga Wiwaha dan perasaan Prabhawa (Kekuasaan). Itulah Jurus Penakluk Raja. Gerakan itu sangat indah dalam rangkaian Asi yang mulus. Namun tenaga yang keluar sangat menakjubkan. Lembu Ampai yang berdiri di luar gelanggang merasakan desir angin dingin berganti panas. Ia terkejut, tak pernah menyangka ada orang yang memiliki tenaga istimewa seperti yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diperlihatkan Geni. Tidak menanti lagi, Lembu Ampai ikut menerjang. Dia berniat menolong anak buahnya. Tubuhnya seperti terbang. Dia juga memiliki ilmu ringan tubuh yang sangat unggul. "Kalian mundur semua...!" Tetapi peringatan itu terlambat Tiga punggawa itu meski telah mengerahkan tenaga penuh, tetap tak mampu menandingi tenaga Geni. Terjadi benturan tenaga di udara. Geni tetap tegar, dia tertawa sinis. Tiga punggawa itu terpental, jatuh di tanah dengan kuda-kuda limbung. Ketiganya berusaha menenangkan diri, tetapi tenaganya seperti terkuras, ada tenaga dingin yang menerobos membuat mereka menggigil. Untuk mengatasi luka dalam ketiganya duduk bersila mengerahkan tenaga inti mengusir rasa dingin. Saat itu Lembu Ampai menerjang dengan dua tangan berputar macam kitiran menebar angin keras dan panas. Geni mendorong isterinya dengan bahu agar menjauh. Ia tahu tenaga Lembu Ampai sangat ampuh. "Orang ini memiliki kepandaian tinggi, aku tak boleh memandang enteng...." Berpikir demikian, Geni mengerahkan tenaga Wiwaha dalam sikap empat Pethuk A/i Golong Pikir (Bersatunya hati, pikiran dan tekad) menggunakan jurus berturutan Warayangungas (Anak panah tembus) dan Sbuhdrawa (Hancur luluh) yakni jurus ke-sepuluh dan keempat dari ilmu Gantdamukba. Lembu Ampai mengerahkan seantero tenaganya, angin panas menerjang Geni. Tak terhindarkan angin pukulan itu bentrok di udara. Suara keras membahana. Dua pendekar itu sepertinya hendak menguji tenaga dalam masing-masing. Keduanya melanjutkan adu pukulan, beruntun. Pukulan Geni makin lama makin keras, tenaga Wiwaha semakin dibentur semakin bertenaga. Adu pukulan berlangsung cepat, tak ada selang istirahat meski sesaat pun. Pada pukulan kesepuluh, wajah Lembu Ampai merah macam kepiting direbus. Geni biasa-biasa saja bahkan masih bisa memerhatikan isterinya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang berdiri tak jauh dari arena. Pada benturan kesebelas Iembu Ampai semakin terdesak, dia mundur sampai lima langkah. Jika adu pukulan diteruskan dia pasti akan luka parah. Pada saat itu lima bayangan bergerak serentak ke dalam arena. Lembu Agra, Witotarna dan tiga pendekar Sinelir. Kelimanya bergerak serentak menolong Lembu Ampai. Mereka menyerang dengan jurus ganas andalan masing-masing. Berganti Geni yang terancam. Saat itu ia sedang konsentrasi pada pukulan keduabelas. Lembu Ampai juga sudah siap melanjutkan adu pukulan, meski agak terpaksa. Ternyata datangnya serangan lima orang itu membuat pertarungan menjadi ricuh. Saat bersamaan terdengar teriakan Walang Wulan. "Curang, kalian bajingan kotor!" Serangan Wulan diarahkan kepada Lembu Agra, yang menurutnya adalah lawan paling berbahaya, ganas dan licik. Wulan bergerak dengan ringan tubuh Waringin Sungsang dan melancarkan dua pukulan dari dua aliran berbeda, Garudamukha Prasidha dari Lemah Tulis dan Na^/wjw warisan ayahnya, pendekar Nagapasa. Dua pukulan telengas yang tak kenal ampun. Lembu Agra melihat datangnya serangan Wulan. Batal menerjang Geni, dia membalik tubuh menangkis serangan Wulan. Keduanya terlibat pertarungan cepat Dalam beberapa jurus terlihat Lembu Agra masih lebih unggul dari Walang Wulan. Pada saat yang sama Wisang Geni batal memukul Lembu Ampai. Ia menggeser kuda-kuda dan mengalihkan serangan dahsyat itu ke lima lawan baru. Namun takut pukulannya tampias mengena isterinya, maka dia menujukan serangannya kepada dua lawan yang paling jauh dari posisi Wulan. Lembu Ampai melihat peluang. Pertahanan Geni terbuka lebar. Sesaat ia bimbang. Menyerang Geni saat itu sama Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan laku seorang pengecut rendah. Namun hanya dengan cara ini dia bisa memenangkan tarung. Dia menerjang dengan pukulan paling dahsyat, jurus ampuh dari Gelap Ngampar. Geni sudah memperhitungkan kemungkinan ini, bahwa lawan akan menyerang dengan curang, itu sebab dia telah mempersiapkan diri dengan menggeser kuda-kuda. Dua punggawa Sinelir lainnya merasa gembira mengira serangannya akan mengena sasaran. Demikian juga pikiran Lembu Ampai, pukulan Gelap Ngampar]ika mengena pasti Geni akan luka parah. Dalam posisi terdesak Geni memperlihatkan kehebatannya. Sekali lagi dia menggeser kuda-kuda. Tangan kanannya tetap meneruskan memukul dua lawan sekaligus, Wirotama dan seorang punggawa. Ia menggunakan tenaga dingin. Tangan kirinya memainkan jurus Sikepdehak (T angkap, dorong) dan Dekungpulir (Bengkok, putar) dengan mengerahkan tenaga panas Wiwaha sepenuhnya. Iangau kanan dengan tenaga dingin, tangan kiri dengan tenaga panas. Akibatnya luar biasa. Dua lawan yang diserang Geni, menggigil diterpa angin dingin. Keduanya terdorong mundur empat langkah. Sementara dua punggawa Sinelir lainn ya merasa tenaganya memasuki pusaran kekuatan panas yang misterius. Keduanya tersedot dan terpental ke arah datangnya pukulan Lembu Ampai. Dua orang itu berteriak. "Celaka...." Wisang Geni memainkan Jurus Penakluk Raja, memukul melukai Wirotama dan seorang punggawa Sinelir, menyedot dan menghimpun tenaga dua lawan lain kemudian mendorongnya ke arah Lembu, Ampai. Lembu Ampai terkesiap. Tak pernah menyangka akan menemukan kejadian seperti itu. Kedua pihak tak bisa menghindar. Terjadi bentrok pukulan Tenaga Lembu Ampai membentur tenaga dua anak buahnya. Dia merasa dadanya sesak. Tenaganya sudah terkuras setelah sebelas kali adu pukul dengan Geni. Benturan dengan tenaga pukulan dua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ anak buahnya ini membuat tenaga dalamnya kacau dan tidak terkendalikan. Keadaan dua punggawa Sinelir lebih parah. Tenaga dalam mereka satu tingkat di bawah tenaga Lembu Ampai. Keduanya terdorong mundur empat langkah, dan mulutnya muntah darah segar. Wisang Geni tahu pertarungan ini antara hidup atau mati Dia hanya berdua Wulan, di pihak lawan jumlahnya sepuluh. Seorang sudah mati, sisa sembilan. Dia harus secepat mungkin mengurangi jumlah musuh. Tak boleh ada rasa kasihan. Berpikir demikian, Geni memburu Wirotama dan punggawa yang seorang, dengan pukulan keras, dingin dan panas lewat jurus Agniwisa dan Prasidha. Dua orang itu yang sudah terluka sebelumnya, tidak punya cukup tenaga untuk menangkis. Keduanya kena telak, terlempar dan mati sebelum tubuhnya menyentuh tanah. Pertarungan itu sangat singkat. Pada awalnya seorang punggawa Sinelir mati Lalu W irotama dan satu punggawa lainnya mati Lima punggawa lainnya semedi memulihkan tenaga. Juga Lembu Ampai sedang menata kembali tenaga dalamnya. Saat itu tiga punggawa Sinelir lainnya telah pulih. Dua lainnya yang berbentur tenaga dengan Lembu Ampai juga mulai pulih. Kelimanya berdiri s iaga di samping Lembu Ampai. Pertarungan Wulan dan Lembu Agra berlangsung berat sebelah. Dari perbendaharaan ilmu Lemah Tulis, Lembu Agra sebagai kakak sc|xi guru.m jelas lebih menguasai. Tapi Wulan dengan menggunakan jurus-jurus Garudamukha Prasidha, ilmu Lemah Tulis yang belum sempat dipelajari Agra dan jurus-jurus Nagapasa masih bisa bertahan meskipun dalam keadaan terdesak. Lembu Agra tanpa rasa kasihan menggelar jurus andalannya Pitu Sopakara dengan tujuan membunuh. Sambil bertempur Lembu Agra memerhatikan sepak-terjang Geni. Dia melihat kehebatan Geni dan menyadari keadaan tak menguntungkan pihaknya. Ia cepat menetapkan keputusan. Ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ harus cepat menyelesaikan tarung dengan Wulan agar bisa membantu mengeroyok Wisang Geni. Ia juga tak peduli apakah jurusnya nanti akan membunuh Wulan, adik seperguruan yang dicintainya. Tak kenal kasihan ia menggelar Sambartaka (Rusak, kiamat) dan Sarwakrura (Perbuatan yang buas) dua jurus ganas Pitu Sopakara. Pada saat itu Geni baru menyelesaikan serangan yang membunuh Wirotama dan satu punggawa. Dia berada agak jauh dari isterinya dan melihat ancaman terhadap isterinya. Geni bergerak pesat menolong. Namun di tengah jalan dia mendengar suara mendesis. Beberapa pisau terbang menuju dirinya. Lembu Ampai menyambit dengan lima pisau terbang. Geni tak berani menangkis, khawatir pisau melejit ke arah isterinya. Ia berkelit yang menyebabkan gerakan menolong Wulan, jadi terhambat Tidak cuma itu Lembu Ampai juga menerjang dengan keris terhunus. Ia merasa tak mampu mengimbangi Geni dengan tangan kosong, tanpa malu lagi ia menyerang dengan senjata keris, menggunakan jurus Keris Tujuh Kembang. Lima punggawa Sinelir juga menggunakan senjata, dua orang menerjang dengan pedang, seorang lainnya dengan golok panjang dan dua lainnya dengan keris. Serangan lawan ini membuat Geni tak bisa mendekati dan menolong isterinya. Terpisah dari W isang Geni sekitar sepuluh tombak, Lembu Agra menyerang gencar Walang Wulan sambil berseru, "Kau membuat keputusan keliru, mencampakkan aku dan memilih Wisang Geni, kau membuat aku hampir gila memikirkan dirimu, kau perempuan jalang, pengkhianat cinta." Lembu Agra menyerang sambil memaki. Wulan tak bisa membuka mulut. Setiap hendak mencaci maki lawannya, dadanya sesak ditekan tenaga Lembu Agra sehingga tak bisa bersuara. Geni sibuk menghadapi serangan gencar Lembu Ampai bersama lima punggawa Sinelir. Ia tak bisa menolong Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ isterinya, hanya bisa menyaksikan dari jauh. Geni khawatir keselamatan isterinya. Lembu Agra menyerang gencar. "Aku tadinya hendak menculik membawa lari dan memerkosamu. Tetapi daya tarikmu sudah hilang. Kamu harus tahu bahwa apa yang sudah menjadi milikku tak boleh direbut orang. Aku mencintaimu, itu artinya kau sudah menjadi milikku, karena itu kau tak boleh menjadi milik orang lain. Kau benar-benar perempuan jalang." Geni tahu isterinya dalam keadaan terancam, kritis. Tetapi dia tak bisa menolong, serangan enam lawannya makin gencar, tak ada ruang sedikit pun untuk lolos. Geni cuma bisa menyaksikan ketika dua pukulan beruntun menerpa pundak dan lambung isterinya. Wulan menjerit lirih. Semangat Geni terbang. Mendadak Geni merasa tenaga Wiwaha membakar tubuhnya. Kecintaannya terhadap Wulan, melihat isterinya dilukai tanpa dia sanggup menolong telah membangkitkan tenaga dalam Wiwaha merambah ke seluruh tubuhnya, utuh dan sempurna. Tenaga Geni menjadi berlipat ganda dari sebelumnya. Munculnya tenaga istimewa Whvaha ini tanpa melalui suatu proses lagi, muncul secara mendadak, menghasilkan tenaga Wiwaha yang dahsyat. Reaksi spontan Geni yang paling awal adalah teriakan keras disertai bentakan. Itulah pelampiasan dari kemarahan yang amat sangat. Amarah membakar dirinya dilampiaskan lewat bentakan dengan tenaga Wiwaha yang dahsyat membuat Lembu Ampai dan lima punggawa terperanjat. Mereka merasa otot-otot dalam tubuh serasa kejang, gendang telinga seakan pecah. Berbarengan Geni mainkan jurus Prasada Atishasha (Menara sangat tinggi) dari Prasidha dengan rasa Hayu (Keselamatan). Dia memikirkan keselamatan isterinya. Inilah Jurus Penakluk Raja, ilmu dari segala ilmu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gebrakan Geni kali ini tidak memerlukan jurus yang khusus. Jurus apa pun yang digunakan Geni akan menjadi dahsyat. Jurus paling sederhana pun menjadi jurus serangan ampuh. Apalagi Geni menggelar jurus dari Garudamukha Prasidha, sehingga kibasan tangan dan gerak kaki Geni yang tegar dan pegas, membuat enam lawannya terpental. Lembu Ampai meski seorang pendekar kelas satu tetap saja merasa tangannya tergetar. Keris di tangannya terlempar. Sadar jiwanya dalam bahaya, Lembu Ampai melompat ke belakang. Dia selamat, lolos dari bahaya maut. "Gila... ilmu Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo apa ini?" gerutunya. Dua punggawa Sinelir melepas senjata di tangan, mengikuti dorongan gelombang tenaga Geni, melempar diri ke belakang. Keduanya selamat. T iga punggawa lainnya yang menghadang di depan Geni menerima akibat paling parah. Geni yang menerjang membuka jalan ke arah isterinya menerkam tiga lawannya itu. Geni tidak mengelak dari tebasan senjata lawan. Dia yakin tubuhnya tak mungkin dilukai senjata. Geni menghantam sekerasnya disertai bentakan keras. Tanpa ampun tiga punggawa itu terlempar, mati dengan dada remuk Lembu Agra melihat sepak terjang Geni yang kesurupan, bersiap. Geni tiba secepat angin, pukulannya melanda. Lembu Agra menangkis dengan jurus Panahuraninghulun (Pembalasan) dan Pitu Sopakara tingkat lima. Dua tenaga bentrok hebat, debu mengepul. Laju gerak Geni tak terhenti oleh benturan itu. Lembu Agra terpental sambil mendesah. Dia limbung, pijakannya goyah. Lembu Agra sempoyongan diikuti dengan muntah darah. Ia terluka. Ia melompat mundur, berdiri di samping Lembu Ampai. Geni tertawa sinis. "Huh cuma sebegini saja hebatnya jurus Pitu Sopakara, bangsat pengkhianat hari ini kau kuantar bertemu nenek moyangmu di neraka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pada saat hendak menyerang Lembu Agra, saat bersamaan Geni mendengar Wulan mengeluh kesakitan. Ia sadar Wulan terluka. Ia melihat isterinya limbung sempoyongan. Sesaat ia bimbang, hendak menyerang Lembu Agra atau menolong isterinya. Lembu Agra dan Lembu Ampai berdiri agak jauh bersama dua punggawa Sinelir yang masih hidup. Keempatnya memasang kuda-kuda mengerahkan tenaga dalam, bersiap untuk pertarungan akhir dengan taruhan hidup atau mati Dia memutuskan menolong isterinya. Saat itu Wulan jatuh, tapi sebelum tubuhnya menyentuh tanah, Geni dengan Waringin Sungsang seperti terbang berhasil memeluk tubuh isterinya. Lembu Agra tertawa sinis. "Kau membuat keputusan bagus, kau masih punya sedikit waktu untuk bicara dengan perempuan jalang itu, karena tak lama lagi dia akan mati dan kau akan merasakan bagaimana pedihnya ditinggal mati oleh kerabat dekatmu Kau jangan mimpi bisa menolong perempuan itu, dia tak tertolong, itu ilmu Pitu Sopakara tingkat lima, orang yang kena pukulan itu sudah pasti akan mati" Geni tak mempedulikan ocehan lawan. Ia menahan marah dan berusaha mengendalikan tenaga serta pikirannya. Telapak tangan menempel di punggung isterinya, ia menyalurkan tenaga dalam Lembu Agra tertawa. "Isterimu akan mati, dan kau akan terbakar rasa dendam, kau pasti ingin membunuhku, tapi kuberitahu kau Geni, bahwa kau tak perlu mencari aku, sebab aku juga akan mencarimuu, hutang Lemah Tulis yang membabat habis keluargaku masih harus kau bayar. Kau masih ada waktu untuk hidup sampai aku menyelesaikan Pitu Sopakara tingkat tujuh, saat itu baru kau bisa merasakan hebatnya Pitu Sopakara... ha... ha... ha...." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wisang Geni yang memeluk isterinya, hanya bisa memandang empat lawannya menghilang di kejauhan. Geni merasa tubuh isterinya dingin berkeringat. Darah merembes dari mulut dan kemaluan isterinya. Geni terkesiap. Parah. Isterinya luka parah. Muntah darah artinya paru-paru dan jantung terluka. Isterinya juga mengalami keguguran, perut dan seisinya terluka berat Nafas Geni seakan terhenti. Terkejut. Dia mengerti ilmu pengobatan, meraba denyut nadi isterinya. Kacau tak beraturan. Sinar mata yang biasanya gemerlap, kini redup. Nafasnya tak teratur, kadang bunyikeras, kadang tak terdengar. Geni tahu luka isterinya sangat parah. Peluang hidup isterinya sangat tipis. Tetapi Geni tak peduli, ia tetap mengirim tenaga dalam ke tubuh Wulan. Jika masih ada peluang hidup, mungkin tenaga Wiwaha masih bisa menolong. Wulan membuka matanya. "Geni, suamiku, tak ada gunanya. Pukulan Pitu Sopakara sangat ganas, telah merusak bagian dalam tubuhku, tak ada obatnya Geni, jangan membuang waktu dan tenagamu... sekarang aku ingin manfaatkan sisa waktuku, cium aku, peluk aku...." Geni dengan berlinang air mata menciumi seluruh wajah dan mulut isterinya. Memeluk erat tubuh isterinya. "Geni, aku menyintaimu." "Aku juga sangat menyintaimu." "Geni, aku menyesal anakmu ikut mati, jangan salahkan dewa. Yang bersalah Lembu Agra. Kau harus balas dendam tetapi hati-hati dia jahat, telengas dan sangat licik" Wulan berhenti, nafasnya sesak, tersendat-sendat. Geni memeluk terus. "Wulan, aku tak tahu harus bagaimana, selama ini kita tak pernah berpisah meski satu hari pun." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Geni, aku sudah puas hidup bersamamu selama ini. Kau tahu apa kata Dewi Obat, katanya anak kita itu perempuan cuma sayang dia ikut mati" "Dia pasti akan secantik ibunya." 'Ya kalau dia hidup, dia memang akan cantik kasihan kamu Geni, hari ini kamu kehilangan dua orang sekaligus, isterimu dan anakmu. Kau harus membalas hutang darah ini." "Aku pasti akan menagih hutang darah ini, Lembu Agra dan Lembu Ampai akan menanggung akibatnya. Aku akan mencari dan memburu mereka ke mana pun, sampai ke neraka pun." Dia merasakan tubuh Wulan semakin dingin. Dia memeluk tubuh isterinya, merapatkan dada dengan dada kemudian menyalurkan tenaga dalam. Wulan menatap suaminya dengan sinar mata menyinta. "Geni sepeninggalku kau harus mencari Sekar. Entah berada di mana si Sekar, dia sangat mencintaimu Kau tak boleh sedih berlebihan, sudah takdir dewa, aku harus mati. Tapi kau harus hidup terus, cepat temukan Sekar, kau membutuhkan dia." "Wulan, aku akan menemukan Sekar, tapi kamu tak boleh mati." "Tidak Geni, aku tak tertolong. Dengar Geni, waktuku tak banyak lagi. Masih ada seorang gadis yang pantas menjadi isterimu, kau mengenalnya, Prawesti, cucu kakang Gubar Baleman, ia masih muda, sangat cantik dan dia pasti akan setia melayanimu" Geni diam, memandang isterinya dengan sinar mata menyinta. "Oh suamiku, pandanganku gelap, tubuhku dingin. Geni peluk aku lebih erat, ajalku sudah dekat, selamat tinggal suamiku, cium aku Geni. Peluk dan cium aku." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dia memeluk isterinya, serasa ingin menyatu dengan tubuh molek itu. Tapi tubuh itu makin dingin. Geni mencium mulut isterinya. Tadinya mulut itu hangat. Bibir itu dulunya lembut dan hangat, penuh birahi. Kini dingin. Makin lama makin dingin. Tubuh itu sudah dingin. Geni sadar isterinya mati. Tetapi perasaannya mengatakan Wulan masih hidup. Dia tak percaya isterinya sudah mati Dia memandangi wajah yang cantik itu. Tak ada tanda-tanda hidup. Airmata membasahi pipi Geni. "Istriku yang malang. Tapi tak mungkin kamu mati, tak mungkin. Wulan masih hidup." Tiba-tiba ada suara merdu di telinganya. Geni merasa ada sentuhan tangan yang lembut di pundaknya. "Kangmas Geni, relakan dia pergi. Dia sudah mati" Geni menoleh. Seorang gadis, muda dan cantik berdiri di sampingnya. Tangannya menepuk pundak Geni. "Kau siapa, kenapa ada di sini" Apakah kau datang untuk menolong isteriku, kau bisa menolong isteriku?" Perempuan itu memandang dengan airmuka yang sedih. Dia menggeleng kepala. "Maaf Kangmas, namaku Rahayu, panggil saja Ayu, aku murid Mahameru, aku kebetulan lewat di s ini, maaf Kangmas, isterimu sudah mati, kamu harus rela." Geni mengawasi perempuan muda itu dengan curiga. "Kau murid siapa, murid pendeta Macukunda?" "Bukan. Aku cucu muridnya. Guruku adalah Nyi Minasih, murid paman sepuh Macukunda." Geni kembali menatap tubuh isterinya. Meraba wajah Wulan. "Kenapa isteriku harus mati, kenapa mereka membunuh isteriku, kenapa, apa salah isteriku?" Rahayu melihat mayat berserakan. Pasti sudah terjadi pertarungan hebat. Enam mayat itu pasti mati di tangan Wisang Geni. Rahayu pernah mengenal W isang Geni dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Walang Wulan di Mahameru saat diadakan pertarungan memilih lima pendekar tanah Jawa. Waktu itu sepak terjang Geni sangat luar biasa. Dari seorang tak dikenal, dia melejit menjadi pendekar kelas utama. Ilmu silatnya dikagumi orang ketika membunuh tokoh hitam Sempani, dan Kalayawana berserta tiga muridnya. Sejak saat itu, Rahayu tak pernah melupakan Geni. Sekarang, tanpa rencana, ia bertemu Wisang Geni di hutan ini dalam situasi yang sangat berbeda. Tadi siang Ayu bersama tiga saudara seperguruannya dalam perjalanan pulang ke Mahameru Di tengah jalan Ayu terpisah. Ketika ia sedang bingung mencari-cari saudaranya, ia mendengar suara bentakan orang yang sedang bertarung. Dia tiba pada saat Wisang Geni baru saja menghantam mati tiga punggawa Sinelir keraton. Dia menyaksikan ketika Lembu Agra terpental oleh hantaman Geni. Dia melihat dan mendengar semua kejadian sejak itu. Dia mendengar katakata Lembu Agra. Dia menyaksikan kaburnya Lembu Agra dan tiga rekannya. Rahayu meski pernah menyaksikan kehebatan Geni, namun tetap saja kagum. Pertarungan singkat tadi memperlihatkan tingkat kelihaian Geni yang sulit diukur tingginya. Dia menyaksikan pemandangan mengharukan saat maut merenggut nyawa Wulan. Juga mendengar pembicaraan suami isteri itu yang mesra penuh rasa cinta. Rahayu makin teng gelam dan larut dalam kesedihan. Tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Dia bisa memaklumi betapa batin Geni terpukul dan goncang dan merasa berkewajiban menolong. "Mas, mari aku bantu kubur." "Sssssshhhh, jangan, isteriku belum mati Aku masih harus menolongnya, masih ada harapan." Rahayu melihat sinar mata Geni yang ngambang. "Kangmas, isterimu sudah mati, relakan dia pergi, Mas." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni menggoyang-goyang tubuh Wulan. "Aku masih bisa mengobatinya, ayo Wulan bangun, jangan mati Oh Wulan jangan mati, jangan tinggalkan aku...." Hutan itu masih sepi. Wisang Geni meratapi kematian isterinya. Rahayu bingung, tak tahu harus berbuat apa. Mendadak ia teringat sesuatu. "Kangmas Geni, lebih baik kita antar Mbakyu Wulan ke Lemah Tulis, di sana mungkin ada yang bisa menolongmu." Sepasang mata Geni memandang tajam gadis di depannya. "Ya kau benar, kita bawa dia ke Lemah Tulis, ayo kamu ikut." Hanya sesaat Rahayu bimbang. "Baik. Aku ikut." Perjalanan dilakukan dengan cepat. Wisang Geni sambil memeluk tubuh isterinya, berlari menggunakan ilmu Waringin Sungsang yang tentu saja membuat Rahayu kedodoran mengejarnya. Geni mengendurkan lari. "Kamu kurang cepat, mari kubantu." Tangan kanan Geni menggendong Wulan, tangan kiri memegang tangan Rahayu. Gadis itu merasa sekujur tubuhnya dirasuki tenaga hangat yang berasal dari tangan Geni. Gerak langkah Ayu menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat. Malam tiba. Hutan gelap. Samar-samar sinar rembulan menerobos pepohonan tapi tidak cukup menerangi jalan, apalagi untuk menentukan arah. Geni dan Rahayu terpaksa istirahat. Geni masih memeluk jenazah isterinya. Malam itu Rahayu berhasil meyakinkan lelaki itu bahwa Wulan sudah mati dan tak mungkin hidup kembali. Perlahan namun pasti, Wisang Geni menemukan kembali kesadarannya. Walang Wulan isterinya sudah mati, tak mungkin hidup kembali. Kini yang bisa ia lakukan adalah membawa jenazah Wulan ke perdikan Lemah Tulis dan menguburnya di sana. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni berterimakasih kepada gadis itu. Malam itu Geni tidak tidur. Dia menjaga jenazah isterinya dan Rahayu yang tidur pulas. Esok paginyakokok ayam dan kicau burung mewarnai suasana sejuk hutan. Rahayu terbangun. Dia melihat Geni yang sedang duduk bersila di dekat jenazah Wulan. Lama Rahayu menatap wajah pendekar yang dikaguminya itu. Di Mahameru, dia tak punya kesempatan berkenalan. Namun meski hanya mengenal dari jauh, Rahayu sangat terkesan. Geni tidak tergolong lelaki tampan, tetapi punya daya tarik kelaki-lakian yang membuat Ayu tak pernah bisa melupakannya. Tiba-tiba Geni terjaga. Rahayu gugup ketika matanya bertatapan. "Kamu sudah bangun Ayu" "Aku, aku baru saja bangun." Sinar mentari pagi menyinari wajah Rahayu. Geni melihat seorang gadis yang cantik dan matang. Rahayu berusia duapuluhan. Kulit sawo matang, bersih dan mulus. Rambut lurus sebatas pundak. Hidungnya agak pesek dengan mulut yang indah. Bibirnya tebal membentuk busur gandewa. Sepasang matanya berbinar, agak nakal. Mata itu tak menyembunyikan rasa kagum pada lelaki di hadapannya. Kemarin Geni tidak memerhatikan kehadiran gadis Mahameru itu. Tetapi setelah semalaman bersemedi dan menghimpun tenaga Wiwaha, kesadaran Geni sudah kembali Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seperti sediakala. Dia sedih kehilangan isterinyayang sangat dicintainya. Tetapi dia masih harus menjalani hidup. Dia adalah ketua Lemah Tulis. Kehormatannya sebagai ketua Lemah Tulis, sebagai suami Walang Wulan, sebagai pendekar yang disegani orang di tanah Jawa, telah diinjak-injak oleh Lembu Agra dan orang-orang keraton Kediri. Isteri dan anaknya, mati Dendam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ini harus diperhitungkan. Hutang darah, bayar darah. Hutang nyawa bayar nyawa. Pagi itu Rahayu melihat Geni yang berbeda dengan Geni yang kemarin. Geni dengan rendah hati mengucap terimakasih atas bantuan Rahayu yang menyadarkan dirinya dari kesedihan. Perjalanan dilanjutkan. Geni membopong jenazah Wulan, Rahayu berjalan di sampingnya. Siang hari keduanya tiba di Lemah Tulis. Kontan saja, suasana perdikan diliputi duka yang amat sangat, di sana sini terdengar isak tangis para wanita. Hampir semua murid Lemah Tulis mengenal dan menyayangi Walang Wulan. Mereka tak pernah menyangka Walang Wulan yang cantik dan ramah itu akan mengalami kematian mengenaskan. Padeksa dan Gajah Watu, dua tokoh sepuh dari Lemah Tulis menghibur dan menenangkan Geni Siang itu Walang Wulan dikubur di pekuburan Lemah Tulis. Semua orang larut dalam duka. Semua murid Lemah Tulis mengutuk kejahatan Lembu Agra, murid pengkhianat itu. Esok harinya Rahayu pamit dan kembali ke Mahameru. Semua murid Lemah Tulis sepakat akan membalas dendam, Lembu Agra harus mati Semua murid menunggu perintah. Tetapi ketua Lemah Tulis belum mengeluarkan perintah. Bahkan Geni masih belum mau keluar dari kamarnya. Pada hari pertama sepertinya Wisang Geni belum bisa menerima kenyataan matinya Wulan. Terkadang sadar, sesaal kemudian ia seperti linglung mencari-cari Wulan. Seharian itu Padeksa dan Gajah Watu bergantian menjenguk dan menghiburnya. Murid-murid wanita bergantian melayani ketuanya, membujuknya makan minum Di antaranya Prawesti, yang disebut-sebut kembang perdikan, muda dan cantik. Pada hari ketiga hanya Prawesti yang melayani, murid lainnya sepakat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menarik diri, memberi kesempatan Prawesti me layani sang ketua. Suatu siang, ketika Prawesti sedang berada di sumur, melamun. Jayasatru, lelaki berusia limapuluhan, menghampirinya. "Westi, kau belakangan ini gelisah, apakah keadaan ketua tidak begitu menggembirakan ?" Gadis itu terkejut, tersentak dari lamunan. "Oh paman Jayasatru" "Bagaimana keadaan ketua kita?" "Oh ketua semakin membaik, hanya kesedihannya masih belum hilang. Ia sering melamun dan menyebut nama isterinya, pernah suatu saat ia memanggilku Wulan. Paman Jaya, aku tidak tahu sampai kapan ia baru bisa melupakan isterinya." "Kau amat gelisah, Westi. Kau mencintai ketua?" Kembang Lemah Tulis itu gugup, tidak menyangka datangnya pertanyaan itu. "Ah tidak. Mengapa paman bertanya seperti itu?" "Beberapa hari ini aku memerhatikanmu, tak perlu malu Westi, kau tak perlu ma lu padaku, aku mengenalmu karena aku yang merawatmu sejak kecil, hubungan kita seperti ayah dan anak." "Paman, aku berterimakasih kepadamu dan juga bibi, kalian berdua sudah seperti orangtua bagiku, tapi aku tak tahu perasaanku pada ketua, mungkin aku hanya merasa kasihan." "Westi, menyinta adalah suatu rasa yang sulit ditebak dan sulit diduga. Sulit mengetahui apakah kita menyinta seseorang atau hanya merasa kasihan. Tapi aku cuma mau berpesan padamu, jika kau merasa yakin menyintai ketua, jangan ragu dan jangan malu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Prawesti tersipu malu. "Tapi paman, melihat cintanyayang begitu besar kepada bibi guru Wulan, apa mungkin dia bisa menyinta perempuan lain" Dia juga masih punya isteri lain, Sekar yang entah ada di mana." Jayasatru tersenyum Kini ia yakin Prawesti mencintai sang ketua. Hanya gadis itu ma lu. "Semua laki-laki butuh perempuan, begitu sebaliknya. Dan aku yakin ketua membutuhkan lebih dari seorang isteri. Apalagi Sekar sudah satu tahun ini tak ketahuan rimbanya. Ketua tak mungkin sendirian terus. Tinggal kini, siapa perempuan yang bisa menarik hatinya. Kau harus tahu, banyak perempuan yang ingin menjadi isteri ketua." Sebelum pergi, dia berbisik ke telinga Prawesti. "Kau harus mendekatinya, berusaha menarik hatinya." Prawesti kembali merenung. "Ya, pasti banyak perempuan yang ingin menjadi istri atau kekasih ketua, bagaimana dengan aku?" Prawesti berusia duapuluh tahun, sudah tak punyakeluarga sejak kecil. Kakeknya, GubarBaleman dan empat murid termasuk ayahnya gugur di perang Ganter. Dia melihat semua kawan perempuannya sepakat tidak lagi melayani ketua. Gadis cantik itu tersenyum Tetapi senyum lenyap ketika teringat Rahayu, murid Mahameru itu, yang hari itu datang bersamasama ketua. "Apa hubungannya dengan ketua" Benar kata paman Jaya, bakal banyak perempuan yang mengejar ketua." Hari sudah siang, Prawesti ingat tugasnya menyediakan makanan untuk ketua. Ia menuju dapur. Di tengah jalan, berpapasan dengan dua murid wanita. Keduanya menegur Prawesti, mengatakan santapan siang sudah siap. Prawesti mengucap terimakasih. Prawesti melihat Wisang Geni duduk semedi. Ia meletakkan nampan di atas tikar. Ia memerhatikan lelaki yang dipujanya itu. Sudah lama ia mengagumi W isang Geni, tetapi tak pernah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berpikir akan menyintainya. Hanya kagum Terbatas pada rasa kagum saja. Tetapi kini perasaannya berubah. Dari kagum menjadi kasihan kemudian cinta. Kemarin, Geni hanya berdua dengan Prawesti yang melayani makan siangnya. Mendadak Geni menarik tubuh Prawesti dan memeluk gadis itu sambil menyebut nama Wulan. Prawesti hendak berontak me lepaskan diri, tetapi tenaganya hilang. Ada keinginan yang tak dapat ditolak, keinginan untuk pasrah. Dan ia memang pasrah ketika Geni menciumi dengan bernafsu. Ia tak sadar secara spontan mengimbanginya dengan bernafsu. Beberapa saatkemudian Geni sadar. Dia minta maaf, telah berlaku tidak senonoh. Tetapi dia heran lantaran Prawesti tidak marah, malah tersenyum dengan sinar mata berbinar. Prawesti masih ingatketika itu dia mengatakan. "Tidak apa-apa ketua, aku senang bisa membuat ketua senang." Setelah kejadian itu Geni sering kali menyentuh tangan atau menepuk bahu gadis itu. Dan Prawesti mulai berani mengimbangi dengan sentuhan mesra. Keduanya mulai membiasakan saling sentuh. Prawesti kemudian melangkah lebih jauh, memijit betis dan telapak kaki sampai lelaki itu tertidur. Terdengar suara Geni yang membual Prawesti sadar dari lamunan. "Kamu melamun apa?" "Tidak, aku tidak melamun. Aku menanti perintah, aku s iap untuk melayanimu" "Kulihat kau tersenyum tadi, apa yang membuatmu senang." "Aku senang, bisa melayani ketua." Wisang Geni memerhatikan seksama gadis di hadapannya. Tidak salah Prawesti dijuluki kembang Lemah Tulis, dia cantik, kulit tubuh kuning sawo. Rambut panjang terurai. Matanya bulat gemerlap dengan sepasang alis tebal. Mulurnya agak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lebar namun pantas. Tubuhnya sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, sintal dengan buah dada yang menonjol. Gadis itu duduk di atas lipatan dua kakinya. Cantik dan montok. Geni merasa gejolak birahi. Tak bisa menahan diri lagi, Geni melesat dari duduknya, dalam sekejap sudah berada di sampingnya. Tangannya meraih tubuh si gadis, memeluk gemas, menciuminya dengan penuh nafsu. Prawesti dari semula diam dan pasif menjadi bernafsu dan liar. Sejak ciuman yang pertama kemarin, gadis itu sering melamun merindu ciuman dan pelukan Geni. Karenanya begitu lelaki itu memeluk dan menciumnya, tanpa bisa ditahan lagi Prawesti balas mengimbangi dengan memeluk erat dan ciuman yang bernafsu. Geni terengah-engah berbisik. "Aku tak tahan lagi. Kamu membuat birahiku tak terkendali." "Ketua, aku pasrah, aku siap melayanimu, aku milikmu, ambillah." "Kita hanya berdua, jangan panggil aku ketua...." "Ya, ambillah, nikmatilah tubuhku, aku rela dan pasrah, Mas." Saat dua anak manusia itu tenggelam dalam lautan nafsu birahi, pada saat yang sama di pendopo yang tidak jauh dari rumah Geni, Gajah Watu dan Padeksa duduk berhadapan dengan salah seorang murid, Jayasatru Ketiga lelaki itu tersenyum memandang ke arah rumah ketua Lemah Tulis. Senyum yang penuh arti Padeksa, tertawa senang. "Adalah lebih baik bagi Lemah Tulis jika Wisang Geni mengawini Prawesti. Karena sebenarnya aku kurang setuju ia beristeri Sekar, tetapi apa boleh buat sudah terjadi. Aku lebih senang jika Geni memilih orang sendiri." Di bilik ketua Lemah Tulis, Geni berbaring di samping Prawesti. Pada masa itu terutama di dunia kependekaran, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang tidak terikat batasan moral agama serta kepercayaan sehingga hubungan intim di luar pernikahan antara lelaki dan wanita bisa saja terjadi. Meskipun demikian Geni tetap merasa bersalah lantaran selama ini ia mengaku menyintai Walang Wulan dan Sekar, dua isterinya. Tetapi hanya hanya terpaut lima hari setelah Wulan dikubur, ia te lah meniduri Prawesti. Ia merasa telah mengkhianati Wulan dan juga Sekar. Prawesti seperti mengetahui apa yang dipikir ketuanya. Dia pun merasakan hal yang sama, ada rasa bersalah, sepertinya dia telah mengkhianati bibi gurunya, Wulan "Ketua, mohon ampun, aku yang bersalah, hukumlah aku, tapi jangan salahkan dirimu." Geni memeluk Prawesti. "Aku yang salah, padahal sebagai ketua perdikan seharusnya aku bisa menahan diri, aku menyesal telah merenggut perawanmu." "Ketua, aku rela perawanku kau ambil, tubuh dan cintaku kini milikmu, ketua. Aku senang dan bahagia, meski aku merasa seperti mengkhianati bibi Wulan." Geni menghela nafas. "Sebenarnya Wulan telah merestui malahan menganjurkan aku mengawinimu." "Apa" Restu" Aku tak mengerti, ketua." "Sebelum ajal Wulan berpesan agar aku cepat mencari Sekar. Katanya, nafsu kelaki-lakianku sangat besar karenanya aku butuh lebih dari seorang isteri. Ia menyebut namamu sebagai calon, katanya kau muda, cantik dan pasti akan setia mendampingiku." "Apakah benar begitu" Apakah aku memang cantik?" Geni memeluk Prawesti. "Kau memang cantik, masih perawan dan sangat menggoda." Prawesti malu-malu, memeluk Geni dan menyembunyikan wajahnya di dada lelaki itu. "Bibi Wulan memang benar, aku pasti akan setia mendampingimu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni menciumi wajah Prawesti. Perempuan itu melarikan wajahnya ke dada Geni. "Mas, aku tanya padamu kau jawab dengan jujur" Kamu bersedia?" Lelaki itu mengiyakan dengan menggerutu. Nafsunya berkobar lagi. Tangannya meraba-raba semua bagian tubuh Prawesti. "Ketua, kau jawab dulu pertanyaanku, nanti baru aku layani lagi." "Kau memerintah aku?" "Aku membujuk, bukan memerintah, dan itu pun pada saat-saat tertentu seperti sekarang ini, di saat lain aku adalah budakmu, pelayanmu yang siap melayanimu bahkan seandainya kau meminta nyawaku pun." Geni tertawa. "Tanyalah." Prawesti memeluk, menyembunyikan wajahnya di dada Geni. "Mas, Sekar isterimu itu, ia sangal cantik, lebih cantik dari aku. Kau pasti mencintainya. Bagaimana kisahmu dengannya?" Geni menceritakan pengalamannya dengan Sekar, dua tahun lalu. Ia terluka oleh pukulan Kalayawana dan dipaksa menelan racun oleh pasangan pendekar dari India, Kumara dan Malini. Kemudian Sekar membawanya ke Lembah Cemara, memaksa neneknya mengobati. Nyatanya Dewi Obat yang kesohor itu hanya sanggup mengusir sebagian racun, memperpanjang usianya tiga bulan. Nyawanya tertolong setelah secara kebetulan terjatuh di jurang di kaki gunung Lejar, malahan di tempat itulah Geni menemukan ilmu Wimihn warisan pendekar Lalawa. "Kamu bercinta dengannya" Katamu ia bekas penyakit cacar?" Geni tertawa merasa lucu akan kecemburuan gadis itu. "Waktu itu memang tubuhnya penuh bercak cacar. Tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sekarang sudah sembuh. Lagipula Sekar memang cantik, tubuhnya indah dan ia membuat aku kasmaran. Aku sangat mencintainya." "Jika harus memilih satu di antaranya, kamu memilih siapa, Sekar atau bibi Wulan?" Geni teringat saat dua isterinya luka keracunan. Saat itu ia hai us memilih mendahulukan Wulan atau Sekar. Nalurinya mendorong ia menolong Sekar lebih dahulu. "Aku mencintai Sekar. Selama satu tahun lebih, sudah empatbelas purnama, aku rindu dan selalu teringat Sekar. Tetapi aku juga mencintai Wulan." Mendadak dengan gesitnya Prawesti berpindah posisi. Dia kini tengkurap di atas tubuh Geni. Dia menatap mata lelaki itu. "Mas Geni, ketuaku yang mulia, jika kau bertemu lagi dengan Sekar isterimu, atau perempuan lain yang cantik dan montok, apakah kau akan mencampakkan aku?" Geni melihat sepasang mata bening Prawesti, tajam dan menantang, tak ada rasa takut. Saat itu Geni tahu persis betapa beraninya perempuan ini. Juga cantik. Berani, setia dan cantik, adalah tiga sifat yang jika dimiliki seorang perempuan maka berbahagialah lelaki yang meyuntingnya. "Tidak, aku tak akan meninggalkanmu Tapi...." Prawesti memotong ucapan Geni, tangannya membekap mulut lelaki itu. Dia tahu sekarang belum waktunya meminta cinta W isang Geni. Belum waktunya mengharap Geni mengawininya karena lelaki itu baru lima hari kematian isteri. Juga masih ada Sekar dalam ingatan Geni. Tetapi sekarang satmya memancing janji lelaki itu. "Mas, ingat kau sudah berjanji tak akan meninggalkan aku. Kau boleh bercinta dengan perempuan lain, aku tak peduli meskipun aku akan cemburu, tetapi kau sudah berjanji dan janji pendekar utama tanah Jawa adalah janji yang tak boleh diingkari. Jika kau mencintai perempuan lain kau harus ingat akan janjimu, kamu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ harus menerima pengabdianku sebagai salah satu isteri atau selirmu, aku akan setia di s isimu, melayanimu, kau harus janji ketuaku yang mulia." "Aku sudah berjanji tidak akan meninggalkanmu, hanya tentang kawin atau menjadi isteri, aku tidak berani berjanji. Tetapi Westi, mengapa kau lakukan semua ini, mengapa kamu pasrah dan rela menjadi pelayanku, kenapa?" Prawesti tersenyum Dia mengecup mulut Geni. Menatapnya dengan penuh rasa cinta. "Kau tidak sadar, kau tidak tahu, atau pura-pura tak tahu bahwa aku mencintaimu. Aku tak mungkin bisa hidup jika kau tinggalkan, mungkin aku akan bunuh diri." "Kita kan baru saja berdekatan. Baru lima hari." "Aku sudah mencintaimu sejak pertama kali melihatmu, tetapi waktu itu kau kan suami bibi Wulan dan juga ketua perdikan, aku tak berani memperlihatkan cintaku, bisa menjadi tertawaan dan hinaan orang." Wisang Geni memeluk Prawesti erat dan rapat seakan hendak menelan perempuan itu dan menyatukan dengan dirinya. ---ooo0dw0ooo--- Hutan rimba di kaki gunung Bromo masih berselimut kabut tebal. Suasana sepi dan lengang. Tak ada tanda-tanda kehidupan selain kicau burung dan kokok ayam jantan. Pagi itu udara bersih, berembun dan dingin. Dari kerimbunan hutan muncul dua lelaki berlari pesat menguak kabut. Keduanya berhenti di lapangan luas yang ditumbuhi ilalang setinggi dada. Keduanya saling pandang. "Apa benar ini tempatnya?" Lelaki jangkung berkumis lebat memecah kesunyian pagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tak salah lagi, ini Lembah Bunga, mungkin kita baru sampai di tapal batas," sahut temannya yang bertubuh pendek gemuk Lelaki jangkung itu, menghela napas panjang, memenuhi parunya dengan udara bersih pegunungan. Ia berseru, lantang dan keras. "Kami utusan keraton Kediri, ingin bertemu Penguasa Cantik dari Lembah Bunga, Nyi Kalandara." Suara ini mengumandang jauh, berulang-ulang dipantulkan gema. Pertanda tenaga dalam si jangkung ini cukup berbobot. Belum juga gema suara ini lenyap, terdengar tawa gelak. Tawa ini berderai panjang, mirip ringkik kuda. Seorang lelaki berpakaian putih muncul mendekat. "Hm... kalian dari keraton Kediri, kalian pasti punya nyawa rangkap berani datang kemari. Dan kau tadi pamer tenaga dalam atau memang benar-benar kulonuwun" Dua utusan Keraton Kediri itu menahan rasa dongkol karena tugas yang diembannya jauh lebih penting dari meladeni sikap temberang lelaki berbaju putih. "Oh sama sekali tidak. Tak ada maksud kami pamer kepandaian di Lembah Bunga yang ketuanya begitu kesohor, cantik dan berilmu tinggi. Tetapi kami juga bukan sembarang orang, kami diutus keraton Kediri, Paduka Raja Yang Muka Panji Tohjaya, pesan penting untuk ketua Lembah Bunga" Sekonyong-konyong lelaki berbaju putih menerkam dengan dua tangan terpentang. Gaya menyerang yang unik. Menyerang ganas tetapi dengan membiarkan pertahanan sendiri terbuka Jarak yang dua tombak itu bukan rintangan baginya Desir angin tajam menerpa kedua tamu yang tak pernah menyangka ada aturan main macam itu Serangan unik itu berubah di tengah jalan. Dari posisi tangan terbentang berganti menekuk tangan di depan dada kemudian menjotos lurus ke dada lawan. Pada saat berbarengan tangan larinya mencakar wajah lawan disusul Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tendangan lurus mengarah selangkangan lawan. Sasarannya adalah si jangkung. Lelaki jangkung ini terkejut sesaat. Ia bergerak cepat. Tanpa menggeser kuda-kudanya, ia mendoyongkan tubuh ke kiri memunahkan cakar lawan. Tangan kanannya membuat dua gerakan, menangkis pukulan dan tendangan sementara tangan kirinya balas menjotos pinggang lawan. Semua berlangsung cepat Hanya dalam sekali tarikan nafas. Serangan lelaki jangkung jatuh di tempat kosong. Lelaki berbaju putih, meminjam tenaga tangkisan lawan, melesatke tetamu pendek gemuk Kali ini tendangan potong mengawali serangannya. Lelaki gemuk tertawa sinis. Ia menggeser langkah, menghindar. Keadaan berbalik, kedudukan lelaki berbaju putih kini terancam Lelaki gemuk memukul keras menggunakan dua tangan. "Kena kau!" Tetapi ia tertipu. Jurus aneh lelaki baju putih tidak putus di situ saja. Tendangan potong tadi cuma pancingan. Begitu si gemuk menghindar, si baju putih melakukan gerak putar sambil menekuk tubuh dilanjutkan dengan tendangan mengarah leher. Itu belum semua. Dari posisi setengah jungkir tangannya mengirim pukulan keras ke selangkangan lawan. Tamu gemuk itu terkejut. Serangan lawan tak mungkin dihindari kecuali me lempar diri ke belakang. Dan memang ia berhasil lolos, namun tetap saja ia merasa malu. Pertarungan sudah usai. Dua tamu Kediri merasa kagum Hebat kepandaian lelaki baju putih itu. Sekali serang ia melepas enam pukulan berantai, serba cepat Lelaki jangkung merangkapkan dua tangannya di dada. Ia memberi hormat "Hebat Jurus Lembah Bunga bukan nama kosong. Tetapi belum cukup untuk menakuti-nakuti utusan keraton Kediri." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tampak ia mendongkol namun bicaranya terputus. Ia melihat dua perempuan baju putih berdiri tak jauh dari tempat perkelahian. Dua perempuan itu bergerak cepat, seperti terbang. Keduanya cantik. "Ah... Kampak, kamu mengejutkan tamu kita. Tetapi bagus juga, kita bisa menyaksikan kepandaian orang-orang Kediri," kata gadis yang lebih tua, usianya sekitar tigapuluhan. Tamu jangkung memperkenalkan diri "Aku Krepa, dan kawanku ini Cucut. Kami utusan Mapatih Ki Lembu Ampai dari keraton Paduka Raja Panji Tohjaya. Paduka Mapatih menyampaikan salam persahabatan kepada ketua Lembah Bunga, Nyi Kalandara." "Sampean dari kelompok Patlikur Sinelir?" tanya si gadis. "Tidak, kami belum beruntung dan belum cukup kepandaian untuk bisa masuk regu Sinelir, maaf siapa gerangan nona?" "Aku, Mawar dan adikku ini Seruni, kami murid Ny i Dumilah. Dan kawanku ini, Kampak dia tukang kebun. Kalian mau jumpa ketua perguruan kami, mari ikuti kami." Keduanya bergerak cepat, sengaja memperlihatkan ilmu ringan tubuh. Ringan seperti kupu-kupu. Cepat seperti burung elang. Mereka bergerak pesat menerobos kerimbunan hutan. Krepa dan Cucut berupaya keras membuntuti. Tak berapa lama, mereka tiba di kebun yang luas. Tampak berbagai macam bunga tertata rapi dalam beberapa kelompok sesuai warnanya. Di tengah kebun, seorang perempuan duduk di atas batu hitam yang besar. Bajunya panjang, warna merah. Rambutnya panjang tergerai sebatas dada. Dia cantik, meski tak bisa menyembunyikan ketuaan di wajahnya. Matanya berkilat-kilat Pandangannya tajam dan dingin. Mau tidak mau dua utusan Keraton Kediri itu bergidik. Dalam hari keduanya mengakui perempuan tua itu menebarkan rasa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ takut. Tiga wanita berbaju hitam berdiri di sampingnya. Mereka murid-murid utama. Kemara, murid pertama, berusia empatpuluhan, tidak cantik namun tampak sexy dan genit. Dumilah murid kedua usianya lebih muda sekitar tigapuluhan, tidak cantik namun punya daya tarik pada tubuhnya yang montok dengan pandangan mata genit. Manohara murid bungsu berusia duapuluh tahun, masih perawan, wajah cantik. Tubuhnya molek, lingkar pinggang kecil, bokong semok dengan payudara menonjol. "Akulah Kalandara, ketua Lembah Bunga. Cepat katakan apa pesan Lembu Ampai, atau mungkin juga ada pesan dari rajamu." Krepa dan Cucut membungkuk hormat. Krepa merogoh sesuatu dari balik bajunya. Mendadak Kalandara mengerakkan tangannya. Angin keras dan dingin mendorong Krepa mundur dua langkah. Bumbung berisi surat dalam genggamannya melayang tersedot ke tangan Kalandara. Tentu saja Krepa dan Cucut terkejut. Pertunjukan tenaga dalam yang tinggi. Sekali sentak bumbung pecah di udara dan selembar kulit melayang. Kulit itu terhenti di udara, tergantung begitu saja, di depan Kalandara. "Dumilah, kau baca surat itu," perintahnya pada si murid. Dumilah menggerakkan tangannya dan surat itu me layang ke tempat ia berdiri. Ini juga pertunjukan tenaga dalam yang tinggi Dua tangan Dumilah memegang lembar kulit itu dan membacanya. "Sobatku Nyi Kalandara, terimalah hormatku, sudah sekian tahun kita tidak berjumpa, tentu kepandaianmu semakin tinggi, aku khawatir aku tak lagi bisa mengimbangimu, aku perlu tenagamu untuk sama-sama bekerja di keraton Kediri, kita akan menghadapi banyak pertarungan, di antaranya menghadapi Wisang Geni orang yang sudah membunuh kakak perguruanmu, datanglah ke istana Paduka Yang Muka Raja Panji T ohjaya, aku tunggu. Dari Mapatih Lembu Ampai." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ha... ha... haa... haaa... hahahaha...." Suara tertawa Kalandara menggema di seantero hutan. Krepa dan Cucut terkejut. Itu tawa khas Lembah Bunga. Konon tawa merdu itu mengandung daya magis yang merangsang birahi lawan. Orang tak akan curiga mengira hanya tertawa biasa. Namun pada puncaknya, orangyang mendengar akan merasa darah mengalir ke otak. Saat kemudian darah merembes keluar dari telinga, hidung, mata diikuti kejang-kejang, lalu mati Dua punggawa keraton Kediri ini sudah diwanti-wanti Mapatih Lembu Ampai saat berangkat tentang bahayanya ilmu tawa dari Lembah Bunga. Teringat itu kontan saja Krepa dan Cucut membentengi diri dengan tenaga dalam. Tetapi seperti awalnya, mendadak saja tawa itu berhenti. "Percuma mengerahkan tenagamu, Ki Sanak. Aku memang tak mau melukai kalian. Jika mau, kalian tak akan mampu bertahan meskipun kalian siap dengan tenaga dalam." Kalandara tersenyum "Kalian akan diantar keluar dari hutan ini, tanpa diantar kalian akan tersesat. Katakan kepada Lembu Ampai, aku setuju bergabung dan aku akan datang menjenguknya dalam waktu dekat Dumilah dan Manohara, antar mereka keluar." Tamat Jilid 1 ---ooo0dw0ooo--- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 2 Wisang Geni - Pendekar Tanpa Tandingan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rahasia Kidung Hari itu, sepuluh hari sete lah kematian Walang Wulan, seperti biasa, Prawesti menyediakan makan siang untuk Wisang Geni. Selesa i keduanya bersantap, Prawesti dengan manja merebahkan diri di pangkuan sang ketua. Hubungan dua insan itu makin intim seperti layaknya suami isteri. "Prawesti, aku merasa tidak pantas menjadikan kamu sebagai pelampiasan nafsu birahi dan rasa rindu akan isteriku." Gadis itu menyentuh bibir Geni dengan jari. "Mas, jangan sebut itu lagi, sudah aku katakan, aku bersedia dan rela menjadi pelayanmu. Aku tahu, kau masih mencintai Sekar, masih merindukan dia, sering di malam hari kau memanggil namanya. Kau juga belum bisa melupakan bibi Wulan, dan mungkin dalam waktu dekat ini kamu sulit mencintai perempuan lain, aku bisa mengerti Dan aku tak peduli." Prawesti memegang tangan Geni, menciumi tangan itu. "Kangmas Geni, yang penting bagiku kau telah berjanji, membolehkan aku tetap melayanimu sebagai pelayan. Itu saja aku sudah bahagia, karena sejak lama aku menyintaimu Hanya waktu itu, kau masih suami bibi Wulan, kau juga Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo seorang ketua, maka cintaku kusimpan dalam hatiku, hanya menjadi milikku sendiri. Sekarang ini aku bahagia, kau memeluk aku, kau lelaki pertama yang memiliki diriku, yang pertama dan terakhir." Geni terharu Dia memeluk dan mencium Prawesti. "Walang Wulan telah membawa mati cintaku, Sekar membawa lari cintaku, sementara ini aku memang tak mungkin mencintai perempuan lain. Aku minla maaf, Westi." Tidak mungkin Geni bisa merahasiakan hubungannya dengan Prawesti karena sehari-hari gadis itu berada di dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ biliknya. Hanya berdua, terkadang sepanjang malam. Sebelum timbul gunjingan, maka Geni menceritakan hubungan itu kepada Padeksa dan Gajah Watu. Dua tokoh sepuh itu tersenyum gembira dan merestui hubunganku. Begitu juga Jayasatru Tiga orang itu sadar sepenuhnya, bahwa kehadiran Prawesti pada saat di mana Geni memerlukan seorang perempuan telah banyak menolong lelaki itu. Padeksa menegaskan kepada Gajah Watu dan Jayasatru bahwa Prawesti telah menyelamatkan ketua Lemah Tulis dari kegoncangan batin. Gadis itu hadir dengan cintanya yang tulus dan hangat telah menarik Geni keluar dari lamunan yang berkepanjangan. Prawesti tak pernah memberi kesempatan Geni untuk menyendiri dan melamun. Dari hari ke hari meskipun Prawesti setia melayaninya namun Wisang Geni tidak bisa melupakan kematian isterinya. Dendamnya kepada Lembu Agra terasa seperti api yang membara di dadanya. Terkadang ia merasa hendak mengejar dan melumat habis pembunuh keji itu. Tetapi ia tahu tak mungkin bisa menemukan lelaki itu yang menghilang begitu saja, tak ada jejak. Dia yakin Agra sedang memperdalam ilmu andalannya Pitu Sopakara. Dan pada saatnya nanti, suatu hari kapan dan di mana, pertarungan mati hidup dia dengan Lembu Agra pasti terjadi. Hutang nyawa Wulan, harus ditagih sekaligus dengan bunganya. Seringkali ia mengingat pengalamannya berdua dan bercinta dengan Wulan, pada saat dimana Prawesti tidak berada di sampingnya. Geni sering tersenyum mengingat perkenalan pertama dengan Wulan. Dia teringat air terjun di hutan dawuk di lereng gunung Arjuno. Di tempat itulah pertama kali dia jumpa Wulan. Waktu itu mereka berkenalan menggunakan nama samaran, Ambara, dan Sari. Itulah awal perjalanan cinta yang begitu indah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rindu kepada Wulan dan Sekar sering mengganggunya meskipun Prawesti berada di sampingnya. Malam itu, Geni merindukan Sekar dan Wulan. Ia memeluk, menciumi Prawesti. Bercinta dengan gadis muda itu, sambil membayangkan dua isterinya. Ia membayangkan Sekar yang begitu cantik. Ia seakan melihat Wulan dengan sentuhan keibuannya. Tengah malam, Prawesti tidur lelap, saking letihnya. Gadis itu tak mengeluh mengeluh kendati setiap hari harus melayani ketuanya. Dan selalu seusai bercinta, Prawesti akan tidur tak sadar diri. Selagi ia tidur, Wisang Geni mengendap-endap keluar kamar. Wisang Geni menerobos kegelapan malam. Karena hebatnya ringan tubuh Waringin Sungsang, tak seorang pun murid Lemah Tulis yang melihat kepergian ketuanya. Penjaga gerbang pun tak bisa memergoki gerakan Geni di gelapnya malam. Wisang Geni memutuskan pergi ke air terjun yang penuh kenangan. Esok paginya, Prawesti bangun dari tidur mendapatkan Geni tak ada lagi di kamar. Gadis itu panik. Dia mencari ke seluruh pelosok perdikan, Geni tak ada. Kabar merambah cepat. Semua murid ikut mencari tetapi W isang Geni bagai lenyap ditelan bumi. Batin Prawesti terpukul Dia menangis, mengira ada kesalahan tanpa sadar yang dia lakukan yang membuat lelaki itu marah. Malam itu bulan tertutup awan tebal. Di hutan dawuk suasana sepi. Hujan deras bagai tercurah dari langit. Suara guruh dan petir menggelegar menambah seram suasana hutan. Suara air terjun pun tak kalah kerasnya. Malam itu air terjun sangat deras disebabkan meluapnya air kali Bango di bagian hilir. Dalam kegelapan itu terlihat bayangan manusia bersilat di bawah air terjun. Gerakannya luar biasa. Cepat, hampir tak tertangkap oleh mata manusia biasa. Tenaganya besar, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terlihat dari air terjun yang tersibak ke sana ke mari kena hantaman. Air yang tercurah dari atas terbelah ke sana sini, dihantam tenaga yang sangat besar. Geni bukan berlatih silat, melainkan melampiaskan perasaan dendamnya. Dia memukul dan menendang seakanakan Lembu Agra yang diserangnya. Sepanjang malam, Geni bersilat. Tidak pernah berhenti. Dia bergerak terus dari saat ke saat Sejak sore hari sampai menjelang matahari terbit. Esok harinya dia beristirahat, mencari makan. Buah-buahan dan ikan. Kemudian melanjutkan latihannya. Sudah tujuh hari dia berlatih di air terjun. Pada mulanya dia melampiaskan rasa dendamnya. Memukul air dengan sejadijadinya, membayangkan Lembu Agra di depannya. Hari kedua ia mulai berpikir tentang ilmu s ilat. Ia teringat saat amarahnya meluap dan memuncak melihat Wulan dihantam Lembu Agra, tanpa dikendalikan mendadak tenaga Wiwaha tersalurkan sempurna ke seluruh tubuhnya. Senjata punggawa Sinelir tak mempan melukai kulitnya. Hanya dengan sekali serangan dia bisa mematikan tiga punggawa itu dan melukai Lembu Agra. Dia mencoba mengulang, mengumpulkan tenaga W itvaha secara utuh dan sempurna namun sia-sia. T enaga itu ada dan cukup besar tetapi ada sebagian tenaga yang bergerak liar. Tenaga liar itulah yang belum mampu dia kendalikan. Geni merenung dan memikirkan m isteri tenaga Wiwaha itu. Dia ingat ketika mengalahkan pendekar daratan Cina, Sam Hong dua tahun lalu, tenaga Wiwaha itu juga muncul dan terhimpun secara sempurna. Dalam pertarungan menghadapi Lembu Agra dan Lembu Ampai, tenaga itu juga muncul secara misterius. Ada kesamaan dalam dua peristiwa itu. Tenaga itu muncul secara spontan pada saat dia menghadapi s ituasi kritis. Ketika itu pukulan Sam Hong jika mengena telak sudah pasti akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membunuhnya. Dia tak bisa menghindar lagi Jika itu terjadi, dia pasti mati. Spontan saja dalam saat kritis antara mati dan hidup, tenaga Witvaha itu muncul merambah langsung ke seluruh tubuh dan menghasilkan tenaga yang sangat besar dan dahsyat. Tetapi dalam keadaan biasa, tenaga itu tidak bisa dihimpun. Geni tercenung, bagaimana nasibnya jika dalam situasi kritis, tenaga ku tidak muncul. Pertanyaan ini menantang Geni untuk menemukan cara menghimpun dan mengeluarkan tenaga Wiwaha yang dahsyat itu secara utuh. Pada hari ketujuh mendadak dia teringat kepergiannya ke hutan ini tanpa memberitahu siapa pun, tidak juga kepada Prawesti. Ada perasaan aneh ketika teringat Prawesti. Ia membayangkan tubuh gadis itu yang montok dan segar. Geni merasa adanya keinginan keras memeluk tubuh perempuan itu. Hasrat yang cukup besar. Tidak sabar lagi, siang itu juga Geni menggelar Waringin Sungsang berlari menuju Lemah Tulis. Esok hari saat matahari hampir terbenam, Geni sampai di perdikan Lemah Tulis. Murid-murid heboh, melihat ketuanya tiba-tiba muncul. Geni menemui Padeksa dan Gajah Watu. Dia menceritakan kepergiannya ke air terjun. Pembicaraan menyinggung misteri tenaga Wiwaha. Dia menjelaskan semua proses munculnya tenaga Wiwaha secara utuh dan sempurna itu. Dia bertanya-tanya, kenapa hanya dalam keadaan kritis, tenaga itu muncul. Bagaimana jika dalam situasi kritis tetapi tenaga itu tidak muncul. "Sebenarnya kamu tak perlu terlalu risau. Tenaga Wiwaha yang kau miliki, meski tidak keluar secara sempurna, tetapi itu sudah lebih dari cukup menjadikan kamu sulit dicari tandingannya." Wisang Geni tidak setuju kesimpulan Gajah Watu. Dia meyakinkan guru dan paman gurunya itu, Lembu Agra dengan Pitu Sopakara bakal menjadi lawan yang sangat berbahaya bagi Lemah Tulis. Ilmu silatnya yang tinggi, kebencian dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dendamnya yang menggunung terhadap Lemah Tulis, membuat Lembu Agra akan membunuh siapa saja murid Lemah Tulis yang ditemuinya. Tidak menutup kemungkinan dia akan mempersiapkan siasat untuk menghancurkan perguruan Lemah Tulis. "Guru dan paman perlu tahu, ketika aku melihat Wulan terkena pukulan Agra, saat itu spontan tenaga Wiwaha muncul secara sempurna dan utuh. Saat itulah aku memukul Agra, dia menangkis. Dia terlempar ke belakang atau melempar diri ke belakang, tetapi yang pasti tenaganya sangat besar. Dia bisa menangkis pukulanku ia muntah darah, tetapi ia masih punya tenaga. Jadi aku yakin ia tidak terluka parah. Jika aku menyerang terus, mungkin aku bisa membunuhnya atau paling sedikit membuat dia terluka parah, tetapi saat itu aku memilih menolong Wulan, sehingga pengkhianat itu lolos. Paman tahu, sebelum dia pergi, dia mengancam bahwa saat itu dia baru berada di tingkat lima Pitu Sopakara, dia berjanji akan menembus tingkat tujuh untuk adu jiwa denganku." "Menurutmu, ilmu silat pengkhianat itu bakal semakin tangguh dan dahsyat, bahkan mungkin sulit bagimu untuk menandinginya. Nah, jika kau sendiri tidak bisa menandingi dia, apalagi dengan kita dan semua murid perdikan ini," kata Gajah Watu. Kini ketiganya yakin Lembu Agra dengan ilmu Pilu Sopakara menjadi ancaman besar bagi Lemah Tulis. Geni tidak tahu ampuhnya jurus ganas peninggalan ketua partai Turangga itu. Ketika adu pukulan, Geni tidak merasakan kehebatan ilmu lawan, karena pada saat itu tenaga Wiwaha masih lebih unggul dari Pitu Sopakara tingkat lima. Geni memang belum merasakan akibat pukulan Pitu Sopakara, tetapi lewat penuturan Wulan bisa dibayangkan hebatnya ilmu itu. Wulan sendiri telah merasakan ampuhnya pukulan Pitu Sopakara. luka hebat yang dibawanya ke liang kubur. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geni masih ingat kata-kata Wulan menjelang ajalnya. Pukulan Agra telah menghancurkan tubuh bagian dalam. Tak ada bekas di bagian luar tubuh, sebab yang rusak adalah tubuh bagian dalam. Rahimnya terluka, janin dalam rahim mati seketika. I lmu yang ganas. Pukulan itu baru tingkat lima. Menurut Padeksa, jurus Pitu Sopakara tingkat tujuh jauh lebih ganas, tak cuma dahsyat tenaganya juga mengandung sihir dan racun. Geni sadar jatuh bangun Lemah T ulis kini tergantung pada dirinya. Pada saatnya nanti akan terjadi pertarungan lawan Lembu Agra. Jika belum menemukan cara mengatasi jurus ganas Pitu Sepaham, sama artinya dengan kemenangan di pihak Lembu Agra. Dan itu berarti kematian bagi W isang Geni. Jika itu yang terjadi, maka tidak cuma hutang darah Wulan tidak terbayar melainkan juga kehancuran bagi Lemah Tulis. Jika Wisang Geni kalah dan mati, maka tak ada lagi orang Lemah Tulis yang mampu menandingi Lembu Agra. Itu alamat buruk. Karena tujuan utama partai Turangga berikut Lembu Agra sudah jelas, akan melenyapkan Lemah Tulis dari muka bumi Hari sudah malam ketika Wisang Geni memasuki rumahnya. Ada cahaya di bilik dalam. Geni me lihat Prawesti duduk bersimpuh di dekat tikar. Ada makanan tersaji. Prawesti duduk dengan kepala tunduk, rambutnya menutupi wajah. Geni duduk di samping perempuan itu. Dia mendengar isak perlahan. Dia memegang kepala Prawesti, menyentuh dengan lembut. Prawesti menoleh. Airmata membasahi pipinya. Sinar matanya sayu Wisang Geni merasa heran. "Ada apa, Westi?" Mendadak Prawesti membungkuk dan memegang kaki lelaki itu. "Ketua maafkan aku, ampuni salahku, aku memang tidak tahu diri. Tetapi mengapa ketua pergi secara diam-diam, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ aku mencari, semua orang ikut mencari, ke mana ketua pergi?" Lelaki itu tersenyum "Aku pergi ke mana aku ingin pergi, aku tak perlu melapor kepada siapa pun juga." Tidak menyangka akan memperoleh jawaban seperti itu, Prawesti bingung. Sebagai ketua memang benar Wisang Geni tak perlu memberitahu kepada siapa pun. Sadar kesalahannya, Prawesti minta maaf. Suasana yang kaku mencair saat makan malam. Wisang Geni menyantap dengan lahap. Dia bertanya siapa yang masak. "Aku yang masak, ketua. Apakah tidak cocok?" "Enak, enak." Wisang Geni menanyakan kejadian di Lemah Tulis selama kepergiannya. Tidak ada kejadian penting. Selama beberapa hari, semua murid mencari ketuanya. Prawesti tidak menceritakan betapa dia tiap malam menangis merindukan Geni. Dia khawatir, mungkin ada Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kesalahan yang tidak dia sengaja yang membuat lelaki itu marah dan pergi. Dia khawatir Geni pergi untuk waktu yang lama. Selama delapan hari itu Prawesti gelisah dan berduka. Tetapi Prawesti bahagia ketika malam tiba. Wisang Geni menumpahkan rasa rindu dengan cumbu rayu yang membuat Prawesti melupakan derita selama delapan hari. Geni menceritakan apa yang dilakukannya di air terjun di kaki gunung Arjuno. Prawesti memberanikan diri meminta agar Geni mengajaknya berlatih di tempat itu. Mendengar permohonan Prawesti itu mendadak saja lelaki itu teringat sesuatu. Jika semua murid Lemah Tulis, khususnya murid utama berlatih di air terjun, akan cepat meningkatkan kedigjayaan mereka. Dalam menghadapi ancaman permusuhan dari Lembu Agra dan mungkin juga pihak keraton Kediri, Geni merasa Lemah Tulis harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hari itu Geni sebagai ketua mengumumkan keadaan darurat. Semua murid Lemah Tulis harus mempersiapkan diri menghadapi serangan dari pihak luar. Juga waspada terhadap tamu yang datang berkunjung. Wisang Geni memanggil Jayasatru dan Prastawana. Dari silsilah perguruan Prastawana lebih tinggi dari Jayasatru. Prastawana murid angkatan satu dari empat tokoh Lemah T ulis, sedang Jayasatru hanya murid dari Ranggaseta. Pada kesempatan lain yang terpisah, Wisang Geni memanggil dua murid wanita, Raditin dan Kirana. Keduanya belum bersuami meski usia sudah empatpuluhan. Raditin, murid tidak langsung Padeksa dan kakak perguruan Wisang Geni. Sedang Kirana, murid Branjangan yang kini menjadi murid kebanggaan Gajah Watu. Empat murid tersebut mendapat tugas khusus mengawasi semua murid. Peristiwa seperempat abad lalu ketika Lemah Tulis disusupi murid pengkhianat, tak boleh terjadi lagi. Keempatnya bertugas mengawasi dan menyelidik secara diam-diam seluruh kegiatan dan aktifitas murid Lemah Tulis. Dia berlaku cerdik, merahasiakan tugas Raditin dan Kirana begitu juga Jayasatru dan Prastawana. Kelompok Prastawana tidak mengetahui tugas kelompok Raditin, begitu sebaliknya. Dia menugaskan empat murid itu me lapor kepada Padeksa dan Gajah Watu jika pada saat dibutuhkan Geni sedang tidak berada di tempat Dua tahun belakangan, Wisang Geni bersama Padeksa dan Gajah Watu memberi latihan ilmu silat menggunakan senjata. Selama ini dalam tradisi Lemah Tulis, ilmu menggunakan senjata tidak dikenal. Jurus Garudamukha dan pada tingkatan Prasidha adalah jurus tangan kosong. Sebagai ketua, dengan bantuan Padeksa dan Gajah Watu, Wisang Geni mencipta jurus senjata keris, tombak, golok, pedang dan pisau atau pedang pendek. Meskipun menggunakan senjata namun semua jurus dibedah dari ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Garudamukha dan Prasidha. Hasilnya memang nyata, hampir semua murid Lemah Tulis mengalam i peningkatan ilmu silatnya. Dua hari kemudian Geni bersama Prawesti dan tujuhbelas murid utama berangkat ke hutan dawuk di kaki gunung Arjuno. Sebagian besar lainnya tetap berlatih di perdikan. Di hutan dawuk di air terjun itu selama hampir satu bulan Wisang Geni me latih langsung murid-murid Lemah Tulis. Semuanya mengalami kemajuan pesat, tenaga dalam maupun penguasaan jurus tangan kosong dan jurus senjata. Tekanan air terjun yang besar dan berat, sangat membantu. Muridmurid Lemah Tulis semakin kagum akan kehebatan ketuanya. Geni tidak hanya melatih tetapi juga memberi contoh dengan gerak tubuh dan tenaga batin. Geni tidak hanya sibuk melatih. Pada waktu luang, dia terus memikirkan misteri penyempurnaan tenaga Wiwaha. Di balik air terjun, terdapat goa yang tersembunyi Di goa itulah Geni bersemedi, merenung dan mencari jawaban dari misteri itu. Pada waktu tertentu Prawesti datang menjenguk. Karena tak mungkin membawa makanan menerobos air terjun tanpa makanan tersebut basah, maka Prawesti terkadang memasak di dalam goa. Prawesti juga tidak malu jika harus bermalam di dalam goa karena hubungannya dengan Geni sudah bukan rahasia lagi. Geni berusaha menggali lagi alam bawah sadarnya, pengalaman saat mempelajari Wiwaha peninggalan pendekar Lalawa di gunung Lejar. Seingatnya dia sudah rampung menyelesaikan empat tahapan Wiwaha. Jurus satu Tepung Ropoh, Sambung Kalem, jurus dua Kitrang Raja Pati, jurus tiga Ngrupak Jajahaning Mungsuh dan jurus empat Pethuk Ali Golong Pikir. Tidak ada yang tertinggal. Semua sudah dipelajari dan hasilnya sudah nyata, tenaga dalamnya sulit dicari tandingan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dia bahkan sanggup mengubah tenaga panas dan dingin sesuka hati, bisa memukul dengan tenaga dingin, saat berikut menghantam dengan tenaga panas. Dia ingat dalam beberapa pertarungan tingkat tinggi, tenaga Wiwaha telah membuktikan keampuhannya. Sejak memiliki tenaga Wiwaha itu, dia tak pernah bisa dikalahkan orang. Selama ini dia yakin akan kekuatan dirinya, tetapi sekarang ini menghadapi ancaman Lembu Agra, dia merasa ragu. Kalau Pitu Sopakara tingkat lima, hanya sedikit terguncang oleh pukulan tenaga Wiwaha yang sempurna. Bisa saja begitu menyelesaikan tingkat tujuh, kekuatan Lembu Agra akan lebih unggul. Pemikiran ini sering mengganggunya setiap malam. Malam itu Geni duduk semedi melatih tenaga Wiwaha. Telinganya yang tajam mendengar sesuatu. Dia membuka mata, melihat sekeliling. Tak ada apa-apa. Prawesti tidur nyenyak. Suara itu datang dari Prawesti. Geni memerhatikan lebih cermat. Dia bergerak perlahan ke tempat gadis itu. Di bawah remang cahaya api unggun yang mulai redup, Geni memandang wajah Prawesti yang cantik. Pucat Bibirnya bergerak. Suara yang didengar Geni tadi rupanya gemeletuk gigi Prawesti yang kedinginan. Geni meraba dahi gadis itu. Panas. Gadis itu demam. Mata Prawesti terbuka, menatap Geni. "Kamu tidak tidur"'' Gadis itu menggeleng kepala. "Kamu sakit, Westi." Gadis itu menggeleng kepala. Dia bangkit, duduk dengan lemas. Wisang Geni meraih tubuh Prawesti. Memeluk erat. Merapatkan dada perempuan itu ke dadanya. Geni merebahkan diri, tubuh Prawesti terkulai lemas di atas tubuhnya. Geni mengerahkan tenaga dalam. Hawa panas merasuk ke tubuh Prawesti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Api unggun mati Goa itu gelap gulita. Hanya terdengar suara air terjun. Geni mencium mulut Prawesti. Lama. Prawesti tak lagi kedinginan. Pengobatan dengan tenaga dalam itu telah menyembuhkan demam. Prawesti sembuh. Suhu tubuhnya kembali normal. Demamnya memang lenyap, tetapi demam birahinya muncul. Dua insan itu terbenam dalam panasnya nafsu. Geni memandang wajah Prawesti. Goa itu gelap. Tetapi Geni bisa melihat butir-butir keringat di wajah cantik Prawesti. Keduanya mandi keringat, meski di dalam goa udara sangat dingin. Tiba-tiba ada sesuatu berkelebat di benak Wisang Geni. Semacam cahaya yang benderang sesaat. Apa itu" Dia merasa menemukan sesuatu yang penting. Dia berpikir. "Kamu berkeringat, ketua. Padahal udara sangat dingin." "Kamu juga berkeringat. Tapi tunggu dulu, apa itu" Berkeringat itu artinya panas. Tubuh kita panas padahal udara sangat dingin. Panas tubuh muncul begitu saja, tanpa dikendalikan, tanpa diperintah." Prawesti menatap kekasihnya, tidak mengerti apa yang dibicarakan lelaki itu. Dia memutuskan untuk diam saja. Dia yakin kekasihnya sedang memikirkan sesuatu yang penting. Geni bangkit duduk semedi. Dia memikirkan sesuatu yang muncul tiba-tiba di benaknya. Sesuatu yang ada kaitan dengan misteri tenaga Wiwaha. Panas tubuh itu muncul begitu saja, tanpa diperintah, tanpa dipaksa. Tetapi panas itu bisa dikendalikan. Bisa diatur. Tenaga Wiwaha yang sempurna itu juga muncul secara mendadak, tanpa diperintah dan tanpa dipaksa. Dia yakin panas itu harus ada sebabnya, harus ada asalusulnya mengapa bisa muncul begitu saja. Panas tubuh itu muncul karena adanya gejolak birahi. Tubuh akan semakin panas dan akhirnya berkeringat, juga disebabkan asa l-usulnya yaitu gerak. Makin banyak bergerak, makin panas dan makin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkeringat Tetapi pertanyaan tentang asal-usul tenaga Wiwaha yang sempurna itu, tetap tidak terjawab. Mengapa dan bagaimana caranya tenaga itu bisa muncul dengan utuh dan sempurna" Ketika melihat Wulan dilukai Lembu Agra, Wisang Geni marah. Kemarahan yang luar biasa. Ketika bertarung lawan Sam Hong, pada saat kritis, dia pasrah. Dia yakin bakal mati. Itu sebab dan asal-usul munculnya tenaga Wiwaha yang dahsyat Pada situasi biasa, tenaga Wiwaha itu muncul dan tersalur dalam pukulan. Itu pun sudah sangat ampuh. Namun tenaga Wiwaha sempurna itu berlipat-ganda kekuatannya, jauh lebih dahsyat Prawesti melihat Geni bersemedi. Merasa tak ada lagi yang perlu dikerjakan, dia melangkah keluar goa. Bergabung dengan murid lain, berlatih. Wisang Geni mengingat-ingat pengalaman dua tahun silam di hutan dekat desa Wajak. Dia tidak bertemu langsung dengan Eyang Sepuh Suryajagad. Tetapi Eyang Sepuh telah memberi petunjuk melalui bisikan jarak jauh. "Tidak sedih, tidak gembira, tidak berani, tidak kuasa, tidak birahi, tidak cinta, tidak selamat, tidak mati. Delapan jalan satu tujuan. Tidak sedih atau sedih, sama saja. Ada atau tidak ada, sama saja. Delapan dan satu, sama saja." Ternyata petunjuk itu berhasil memecah kebuntuan pemahaman rahasia jurus Garudamukha Prasidha dan Jurus Penakluk Raja. Pemahaman itu membuat tenaga Wiwaha yang diperolehnya di lereng gunung Lejar, kekuatannya semakin besar. Dengan pemahaman itulah dia mengalahkan beberapa jago kelas utama daratan Cina. Namun pemahaman tersebut belum bisa menyempurnakan tenaga Wiwaha menjadi kekuatan yang utuh dan sempurna. Baru pada saat kritis ketika nyawanya di ujung tanduk, nyaris mati oleh pukulan Sam Hong, tenaga Wiwaha itu tersalur sempurna dan memukul balik Sim Hong. Belakangan dia mencari tahu cara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penyempurnaan itu tapi sampai hari ini tetap sia-sia. Ia sendirian di goa. Ia masih merenung. Ingatannya menerawang ke Eyang Sepuh. "Jika Eyang ada di sini sekarang, aku yakin beliau bisa menjawab rahasia ini." Dia belum pernah bertatap muka dengan Eyang Sepuh. Dia pernah melihat Eyang dari jauh, itu pun hanya punggungnya. Ketika itu, usai dia mengalahkan dua pendekar India, Malini dan Kumara. Eyang berjalan menjauh. Eyang Sepuh berjalan seperti melenggang santai, tidak tampak menggerakkan kaki namun gerakannya sangat cepat. Dalam sekejap orangtua itu hilang dari pandangan mata. Hanya suara kidungnya yang masih terdengar, tanda tenaga dalam yang sempurna. Dia masih ingat kilasan peristiwa itu. Kidung yang dinyanyikan Eyang Sepuh Suryajagad, kidung Penakluk Raja. Mendadak Wisang Geni ingat bahwa kidung itu merupakan ciptaan Eyang Sepuh sendiri. Itulah yang diceritakan para tetua Lemah Tulis. Itu ciptaan Eyang, pasti ada maknanya, ada rahasianya. Ia mengingat syair kidung, memahaminya kata demi kata. Ilmu dari seberang, tak boleh tepuk dada di tanah Jawa ini Dari Gunung Lejar, jurus Penakluk Raja. Ilmu dari segala Ilmu Melenggang ke Barat, meluruk ke Timur Merangsek ke Utara, merantau ke Selatan Tak ada lawan, tak ada tandingan, ilmu dari segala ilmu Tiba-tiba Wisang Geni berteriak girang. Tanpa sadar ia berkata kepada diri sendiri. "Bukankah Utara adalah kepala, Selatan itu kaki, Timur itu tangan kanan dan Barat tangan kiri. Lantas apa arti syair ilmu dari seberang, tak boleh tepuk dada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ di tanah Jawa ". Apa artinya dari Gunung Lejar, Jurus Penakluk Raja, ilmu dari segala ilmu?" "Ketua, ilmu dari seberang tak boleh tepuk dada di tanah Jawa mungkin artinya serangan lawan tidak boleh mengalahkan pusat kekuatan diri. Tanah Jawa itu kan pusat kejayaan dan harga diri kita semua." Geni menoleh. Dia melihat Prawesti duduk bersila. Rupanya gadis itu masuk ke goa tanpa diketahui Geni yang sedang tersita seluruh perhatiannya pada rahasia kidung. Prawesti tersenyum, seperti baru saja memecahkan teka-teki mainan anak-anak. Geni terkesiap. "Bagaimana kamu bisa mengerti itu" Apakah kamu tahu kidung itu?" "Ketua, semua murid Lemah Tulis hafal dan bisa mendendangkan kidung Penakluk Raja, apanya yang aneh." Dia mengucapkan kata-kata itu seperti sesuatu yang tidak penting. "Bagaimana kamu bisa memecahkan rahasia itu?" "Rahasia apa" Aku tak mengerti maksudmu" Sesaat Geni sadar dan mengerti. Dia tak bisa menebak arti syair karena dia berpikir dengan pemikiran yang njelimet. Prawesti tanpa sengaja bisa mengartikan kalimat itu karena dia berpikir secara sederhana. Maksudnya memang sederhana. Memang harus seperti itu, serangan lawan tak akan bisa menembus pusat kekuatan selama kita menerapkan penguasaan Jurus Penakluk Raja. Wisang Geni Pendekar Tanpa Tanding Karya John Halmahera di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan kalimat "tak boleh tepuk dada"artinya tidak boleh membiarkan lawan menggoyahkan kepercayaan diri sendiri. "Tanah Jawa" artinya pusat kekuatan diri. Pusat itu ada di tengah, di dada. Jadi tenaga inti harus dihimpun dan dipusatkan di dada. Mendadak laki-laki itu berlari memeluk Prawesti, menggendong dan melemparnya ke udara, menangkap Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kembali seperti mainan anak-anak Gadis itu menjerit. Wisang Geni berteriak girang. "Sempurna, sempurna, luar biasa, selama ini rahasia itu berada di ujung hidung dan aku buta tidak melihatnya, luar biasa. Terirnakasih kekasihku." Syair "dari Gunung LeJar, Jurus Penakluk Raja, Ilmu dari segala Ilmu", terpecahkan. Geni tahu, di gunung Lejar itulah rahasia Garudamukha Prasidha tersimpan selama puluhan tahun. Di gunung Lejar juga asal muasal ilmu Garudamukha diciptakan Baginda Raja Erlangga dan Empu Barada. Dari Garudamukha sebagai cikal bakal ilmu Lemah Tulis lahirlah Prasidha dan juga Jurus Penakluk Raja. Geni secara kebetulan menemukan rahasia Garudamukha Prasidha di gunung Lejar. Dia temukan rahasia itu sebelum dia menemukan tenaga Wiwaha, juga di gunung Lejar. Dan dua penemuan itulah yang mengubah dirinya dari seorang pesilat biasa yang sedang terluka parah menjadi jago nomor satu. Dalam kidung ciptaannya, Eyang Sepuh Suryajagad memberitahu bahwa Garudamukha Prasidha hanya bisa sempurna menjadi Jurus Penakluk Raja jika berhasil melalui pengerahan seluruh tenaga dalam secara utuh. Tenaga itu dihimpun di pusat, di dada, kemudian disalurkan ke kepala dengan mulus sinambungan lalu menyalurkan ke bagian kaki dengan satu hentakan keras, begitu sebaliknya. Demikian juga penyaluran tenaga ke tangan kanan dan tangan kiri, mengalir perlahan mulus bersinambungan kemudian dihentakkan ke bagian tangan yang berlawanan. Geni bangkit dari semedi, memainkan tujuh jurus Prasidha dengan pemahaman baru itu. Beberapa kali mengulang barulah dia berhasil menguasai dengan lancar. Dia mengerti kini hebatnya Garudamukka Prasidha. Tadinya jurus Prasidha yang dia gunakan dalam berbagai pertarungan, hanya jurus menghimpun tenaga serangan lawan kemudian mengembalikan tenaga itu ke lawan. Sekarang ini Prasidha yang dia gunakan bisa jauh lebih hebat dari itu. Dia bisa Ilmu Ulat Sutera 16 Pendekar Slebor Dendam Jasad Dedemit Badai Di Karang Langit 3