Bocah Sakti 8
Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 8 kelihatan dengan gemilang sebab Nio Him dan Kim Giok, satu demi satu goloknya pun dibikin kutung oleh pedang pendeknya hingga mereka tidak berdaya, mereka hanya melihat Siauw Cu Leng melesat keluar kuil. Mereka tidak berkutik untuk mencegah Toan Bi Lomo. Karena dengan senjata mereka sudah dikalahkan, bagaimana dengan tangan kosong mereka dapat merintangi Siauw Cu Leng " Dengan girang si Iblis Alis Buntung sudah kabur. Hujan pun sudah berhenti, dengan tindakan cepat ia meninggalkan kuil. Hatinya kegirangan mempunyai pedang pusaka yang ampuh. "Perlahan jalan, sahabat !" tiba-tiba ia mendengar suara orang berkata dibelakangnya hingga ia menjadi kaget. Cepat ia putar tubuhnya berbalik. Cepat ia putar tubuhnya berbalik. Ia lihat orang yang menegur itu, barusan keluar dari balik pohon begitu ia melewatinya. Ia ternyata adalah Thauto..... Memang tiada lain orang itu adalah Kim Wan Thauto. Kenapa Kim Wan Thauto dengan mendadak saja ada dibalik pohon " Bukankah ia tadi mengintip dibalik towie yang rombeng " Kiranya, waktu melihat tiga orangnya Pek-in-chung dirobohkan, Kim Wan Thauto tidak lantas muncul diantara mereka tapi sudah menyingkir dan keluar dari pintu samping. Ia cegat Siauw Cu Leng diduga akan mengambil jalan itu. Kim Wan Thauto merasa tidak leluasa kalau sampai terjadi perkelahian dengan seru dalam kuil itu, kurang lebar. Maka ia berusaha untuk cegat Siauw Cu Leng dijalanan, dimana terdapat lapangan rumput yang luas untuk bertempur menggunakan kepandaian kelas wahid. Itulah sebabnya maka tiba-tiba Kim Wan Thauto sudah ada dibalik pohon. Waktu melihat dihadapannya ada seorang pendeta yang berambut panjang dan kedua telinganya memakai antinganting emas, lantas Siauw Cu Leng kenali bahwa dihadapannya itu tentu adalah Kim Wan Thauto yang terkenal dengan senjata rahasia anting-anting emasnya yang sukar dihindarkan. "Hehehe !" tertawa Siauw Cu Leng. "Juga Taysu hendak ikut campur dalam urusanku " Seorang yang saleh tidak seharusnya mencampuri urusan orang lain, maka ada lebih baik kalau Taysu mundur saja, maka diantara kita selanjutnya tidak apa-apa." "Bagus." sahut Kim Wan Thauto. "Aku juga mengharap diantara kita tidak ada apa-apa, asal kau suka turunkan Kong Kongcu yang ada dipundakmu itu !" "Dengan hak apa kau suruh aku turunkan milikku ?" tanya Toan Bi Lomo. "Sudah tentu aku ada berhak, hak sebagai pamannya Lian Hin. Kong Tek Cong adalah sahabat baikku !" "Taysu, jangan kau ngaco belo disini. Aku tidak percaya kalau Kong Tek Cong mempunyai sahabat sepertimu !" Siauw Cu Leng sudah mulai kasar dalam ucapan katanya tapi Kim Wan Thauto masih bersabar. Ia berkata lagi, "Bukan aku saja menjadi sahabat Kong Tek Cong, Chungcu dari Pek-inchung, juga Hweeshio dan Tojin banyak yang bersahabat degnannya karena Kong Chungcu adalah seorang yang baik dan berbudi luhur." "Persetan dengan berbudi luhur. Pendeknya, kau minggir. Kalau tidak " Hmm !" "Hmm ! Aku baru minggir kalau kau turunkan Kong Kongcu dari pundakmu !" Siauw Cu Leng hanya mendengar saja tentang kegagahannya Kim Wan Thauto tapi dia sendiri belum pernah ketemu atau membenturnya, maka ia sangsi bahwa omongan orang belum tentu benar karena ia belum mencobanya. Seraya tertawa tawar ia berkata, "Aku tahu kau adalah Kim Wan Thauto, tapi sikapmu sekarang ini membikin aku hilang sabar. Orang lain boleh takut padamu, tapi aku Toan Bi Lomo tidak nanti jeri menghadapi kau. Asal berani kau rintangi perbuatanku, tahu sendiri !" "Hahaha !" terdengar Kim Wan Thauto tertawa terbahakbahak. "Kau tertawakan apa, Thauto linglung !" bentak Siauw Cu Leng. "Mari kita menetapkan, kau atau aku yang linglung !" menantang Kim Wan Tahuto. Toan Bi Lomo berpikir. Menghadapi tiga orang dari Pek-in-chung adalah lawanan enteng meskipun ia melayani dengan memanggul Lian Hin dipundaknya tapi menghadapi Kim Wan Thauto yang namanya sudah termasyur, bagaimana ia bisa samakan dengan melawan orang-orang dari Pek-in-chung " Maka ia lantas turunkan Liang Hin dari pundaknya. Setelah itu, ia menghadapi Kim Wan Thauto yang sudah siap sedia, ia berkata, "Apa kau kira kau Siauw Cu Leng takut padamu ?" "Siapa bilang kau takut padaku " Aku hanya hendak mainmain dengan kau untuk menetapkan siapa yang linglung seperti kau kata tadi !" sahut Kim Wan Thauto dengan senyum mengejek hingga si Iblis Alis Buntung menjadi marah. "Thauto kesasar, kau lihat aku bikin kau sungsang sumbel hanya 10 jurus saja hingga untuk lari pun kau tidak ada jalan !" kata Siauw Cu Leng temberang. "Bagus, marilah kita mulai !" tantang Kim Wan Thauto. Segera juga kelihatan mereka sudah mulai bergebrak seru. Berkelahi dengan tangan kosong meminta lebih banyak tenaga lwekang untuk merobohkan lawan dengan pukulanpukulan berat, banyak tipu-tipu silat yang membahayakan lawan diperlihatkan oleh kedua pihak hingga pertempuran menjadi ramai. Sambaran tangan yang mengandung tenaga dalam, dahsyat sekali hingga tanah basah berterbangan. Suara menderu-deru terdengar disebabkan oleh angin pukulan, malah tanah banyak yang ambrol berlubang kena sasaran angin pukulan mereka. Nio Him dan dua saudaranya yang juga sudah datang kesitu sangat mengagumkan ilmu pukulan dari kedua lawan yang bertarung itu. Baik Siauw Cu Leng maupun pihak Kim Wan Thauto, sama-sama tangkas dan gesit menyerang lawan. Lwekang dari kedua pihak pun berimbang hingga sukar mengatakan siapa diantaranya yang akan bakal jadi pecundang. Diam-diam Siauw Cu Leng mengakui ketangguhan lawan, sebaliknya Kim Wan Thauto juga tidak mengira kalau si Iblis Alis Buntung ini mempunyai kepandaian yang hebat. Pikirnya, ia harus hati-hati melayaninya sebab salah tindak sedikit saja ia bakal dikalahkan oleh Toan Bi Lomo, dimana ia harus taruh muka untuk namanya yang sudah kesohor dikalangan Kangouw. Barusan hujan berhenti, maka lapangan rumput agak licin. Kedua pihak merasa kuatir akan kuda-kudanya gempur karena tanah licin. Oleh sebab itu masing-masing berlaku sangat hatihati untuk menjaga diri jangan sampai dijatuhkan lawan. Serangan-serangan Siauw Cu Leng sangat hebat. Ia seakanakan tidak mengasih kesempatan untuk musuhnya bergerak leluasa melayani pukulan-pukulannya yang ampuh. Kim Wan Thauto berpikir selama ia bertempur, musuh sangat tangkas, permainan silatnya juga bagus, kelihatan tidak ada lowongan yang lemah. Pikirnya, ia harus menggunakan akal untuk menjatuhkan musuh. Kalau tadi Kim Wan Thauto membungkam saja, sekarang ia mengoceh, katanya, "Toan Bi Lomo, apa janjimu barusan " Hmm ! Dengan kepandaianmu begini saja masih mau banyak laga " Sekarang sudah berapa jurus " Aku masih belum sungsang sumbel !" Selagi enaknya ia mencecar musuhnya, tiba-tiba ia dengar Kim Wan Thauto mengolok-olok, hatinya tidak enak. Ia tidak menyahuti ocehan lawan. "Dalam tempo sepuluh jurus, untuk lari pun aku tidak mempunyai maksud." jengek Kim Wan Thauto pula seraya berkelit dari serangan lawan. "Tapi buktinya sudah tiga puluh jurus kau masih belum apa-apanya. Kesombonganmu ini kau boleh bawa dalam impianmu saja, Toan Bi Lomo ! Hahaha, tidak kena bukan ?" Kim Wan Thauto menggoda sambil berkelit. (Bersambung) Jilid 08 Toan Bi Lomo keluarkan suara di hidung. Ia benci pada lawan yang mulutnya bawel ini. "Kau kira aku tidak bisa merobohkan kau, Thauto kesasap !" bentaknya gusar. "Kalau bisa, nah? robohkanlah ! Kenapa mesti menunggununggu lama ?" "Kau lihat sebentar, aku bikin kau terpelanting mampus " "Jangan pakai sebentar, sekarang saja |" goda Kim Wan Thauto ketawa. Panas hatinya Siauw Cu Leng, ia pephebat serangannya hingga Kim Wan Thauto keteter, ia main mundur saja. Dalam napsunya karena olok-olok dari Kim Wan Thauto, Toan Bi Lomo telah gunakan jurus Yap-tee-chong-tho (Di bawah daun sembunyikan buah tho), tangan kirinya menyolok mata sebagai pancingan? sepangan sebenarnya adalah dengan tangan kanan menotok Hoa-kap-hiat (jalan darah dibagian dada), dua serangan saling susul yang membuat lawan kelabakan. Namun Kim Wan Thauto sudah kawakan dalam pertempuran, tidak mudah ia dibikin terjungkal oleh jurus Yapteechong-tho. Tampak ia kerahkan ilmu kebalnya Tiat-pouwsan di bagian dada sedang serangan ke arah mata ia kelit dengan bagus sekali. "Aduhh !" terdengar Toan Bi Lomo mengaduh ketika jarinya menyentuh dada Kim Wan Thauto yang seperti papan besi kerasnya. Cepat ia menarik pulang tangannya tapi agak terlambat, jarinya Kim Wan Thauto berbareng menyentil keras pada nadinya hingga badan Siauw Cu Leng gemetaran sambil lompat mundur. Kim Wan Thauto telah menggunakan gerak tipu Tiat-iekoanjit atau 'Baju besi menutup matahari', suatu gerakan yang berhasil memunahkan tipu Yap-tee-cong-tho dari Siauw Cu Leng. Sekarang si Iblis Alis Buntung tidak berani menyerang lagi, ia berdiri menjublek seraya kerahkan lweekangnya untuk mengusir rasa kesemutan di nadinya yang barusan kena disentil oleh Kim Wan Thauto. "Bagaimana, apa masih mau diteruskan ?" Kim Wan Thauto mengejek. "Baiklah, kali ini kau menang- Sampai lain kali kita jumpa pula !" jawab Siauw Cu Leng seraya putar tubuhnya berlalu. "Tunggu !" seru Kim Wan Thauto ketika baru saja si Iblis Alis Buntung melangkah berapa tindak hendak berlalu hingga ia hentikan melangkahnya dan putar kembali tubuhnya, ia menanya, "Apa kau masih penasaran terhadap orang yang sudah mengaku kalah " Kau jangan terlalu menghina, ada satu waktu kita akan berjumpa pula !" "Bukan itu maksudku." sahut Kim Wan Thauto. "Habis, kau mau apa ?" tanya Siauw Cu Leng gusar. "Kong Kongcu sudah aku tinggalkan, kau mau apalagi gerembengi aku mau berlalu ?" "Tinggalkan pedang yagn tergantung dipinggangmu l'" sahut Kim Wan Thauto tertawa. "Pedang ini tidak ada sangkutannya dengan kau, kenapa kau mau merampas milik orang " Betul-betul kau tidak tahu malu !" Kim Wan Thauto tertawa gelak-gelak. "siapa bilang tidak ada sangkutannya " Pedang itu ada milik sahabatku, bagaimana kau kata tidak ada sangkutannya 7" kata Kim Wan Thauto. Terkejut hatinya si Iblis Alis Buntung. Pedang itu ada miliknya Kwee Cu Gie, kalau si Thauto kenali ada milik sahabatnya, terang si Thauto ada hubungan erat dengan Kwee Cu Gie. Namun si Iblis Alis Buntung orangnya bandel dan licik, maka ia juga tertawa terbahak-bahak menyaingi tertawanya Kim Wan Thauto. "Kenapa kau tertawa ?" tanya Kim wan Thauto heran"Aku tertawakan kau, sembarangan saja mengakui pedang orang." sahut Siauw Cu Leng. "Kalau pedang ini pedang sahabatmu, apa buktinya ?" "Toan Bi Lomo, kau jangan banyak tanya, kau lihat saja pada gagang pedang ada goresan nama pemiliknya." "Siapa pemiliknya, coba kau sebutkan !" "Hahah, kau masih mau banyak tanya lagi- Pada goresan itu ada disebut namanya Kwee Cu Gie bukan ?" Kaget Toan Bi Lomo, memang pada gagang pedang itu tertatah namanya Kwee Cu Gie. Ternyata Kim Wan Thauto lihai mengenali pedang kawan. Ia dapat mengenali pedang itu ketika Toan Bi Lomo menangkis golok Tan Nie Ciang yang kontan terpapas kutung, kemudian dengan beruntun golok Nio Him dan Kim Giok juga telah dibikin buntung oleh pedang pendek yang tajam itu. Dalam dunia KangoUw pada masa itu hanya pedang pendek Kwee Cu Gie Tayhiap yang dapat memapas golok kutung. Suatu keanehan sebenarnya sebab pedang pendek itu selainnya pendek juga bobotnya sangat enteng tapi bisa membikin kutung golok yang bobotnya sangat berat. Siauw cu Leng tak dapat memungkiri apa yang dikatakan oleh Kim Wan Thauto. Cuma saja, seperti dikatakan, ia sangat licik. Setelah tidak ada jalan untuk memungkiri kata-kata Kim Wan Thauto, ia lalu mencari jalan untuk meloloskan diri kabur dari situ dengan Pedang masih miliknya. Maka diwaktu melihat Kim Wan Thauto sedang gelak-gelak ketauia, mentertawkan dirinya yang tidak bisa memberi jawaban, segera ia tidak sia-siakan ketika itu. ia enjot tubuhnya kabur. Namun belum lama lari atau terdengar dibelakangnya ada suara benda bergemerincing menyusul kemudian ia rasakan iga kanan dan pundak kirinya kesemutan, menyusul tubuhnya terkulai jatuh ditanah. Kiranya Kim Wan Thauto ketika melihat lawannya kabur, segera ia gelengkan kepalanya. Dua senjata rahasia antingantingnya melesat saling susul menyambar pada jalan darah Tay-it-hiat dan Seng-hong-hiat hingga si Iblis Alis Buntung harus mengakui kelihaiannya si Thauto beranting emas- Ia sangat gusar harus menerima kekalahannya yang kedua kali Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dari lawannya. "Toan Bi Lomo, aku tidak mengira kalau ada demikian licik !" menyindir Kim Wan Thauto ketika ia meloloskan pedang dari pinggangnya Siauw Cu Leng. Si Iblis Alis Buntung hanya mendengus gusar. Setelah pedang berada ditangannya, Kim Wan Thauto telah memungut kembali anting-antingnya yang jatuh tidak jauh dari siauw Cu Leng dan dikenakannya pula ditelinganya. "Aku tidak punya permusuhan apa-apa dengan kau, maka kau boleh pergi !" kata Kim Wan Thauto seraya kakinya menyepak pada pinggul Siauw Cu Leng yang seketika itu bebas dari totokan anting-anting dan ia ngeloyor pergi setelah melemparkan muka asem pada Kim Wan Thauto. Kim Wan Thauto memeriksa pedang pendek itu. Ternyata memang ada tertulis pada gagang pedang 'Kwee Cu Gie Toan Kiam' (pedang pendek dari Kwee Cu Gie), pedang sahabatnya. Diam-diam Kim Wan Thauto merasa heran kenapa pedang si pendekar Besar bisa jatuh ditangannya Siauw Cu Leng. Sedangnya ia mengagumi pedang pendek itu, tiba-tiba ia dengar opang berkata, "Paman, aku sangat berterima kasih sekali atas pertolonganmu----11 Ketika Kim Wan Thauto berpaling, kiranya yang berkata itu ada Kong Liang Hin, puteranya Kong Tek Cong sahabatnya. Anak muda itu telah dibebaskan oleh Tan Nie Ciang ketika si Iblis Alis Buntung telah dirobohkan oleh Kim Wan Thauto. Begitu melihat Siauw Cu Leng sudah pergi, maka pemuda itu sudah menghampiri Kim Wan Thauto yang tengah mengagumi pedang sahabatnya. "Anak Hin, apa kau sudah lupa pada pamanmu ?" tanya Kim Wan Thauto ketauia. Kong Liang Hin heran, ia lantas menatap wajah orang. "Ah, kau... kau., paman Auw-yang..." Kong Liang Hin kenali seraya menubruk pada si Thayto dan matanya berkaca-kaca menangis dalam dekapannya si Thauto. "Anak Hin, bagaimana dengan ayahmu "*" tanya Kim Wan Thauto. "Ayah baik-baik saja tapi selalu ia mengharap paman pulang ke kampung halaman." sahut Kong Liang Hin sepaya menyeka air matanya. Kong Liang Hin menangis karena ia rindu kepada Kim Wan Thauto yang sudah lama berpisah dan baru waktu itu mereka ketemu kembali. Kim Wan Thauto dengan Kong Tek Cong ada sahabat baik, malah telah angkat saudara. Ia bertempat tinggal di Pek-in-chung juga dan sering berkunjung ke rumahnya Kong Tek Cong dimana Liang Hin yang masih kecil suka diberi petunjuk-petunjuk hal ilmu silat dan Liang Hin Pandang Kim Wan Thauto seperti orang tuanya sendiri. Mereka bergaul akrab jikalau Kim Wan Thauto sedang ada dikampungnya. Ia paling suka merantau. Kalau sudah meninggalkan kampung halamannya 2-3 tahun baru kembali- Ketika ia meninggalkan kampungnya belakangan ini, ternyata sampai 5 tahun tidak kelihatan ia pulang hingga menimbulkan keraguraguan dalam hatinya Tong Tek Cong kalau Kim Wan Thauto itu telah meninggal dunia dalam perantauan. Tidak heran Kong Liang Hin tidak kenalai Kim Wan Thauto sebab waktu si Thauto belum menjadi pendeta, ia masih menjadi pendekar dengan nama Auw-yang Siang Gie. Dalam perantauan ia telah ketemu dengan seorang Thauto jagoan ialah Tek Kim Thauto, dengan siapa Auw-yang Siang Gie telah bertempur untuk menjajal masing-masing punya ilmu silat siapa lebih tinggi. Itulah sebagai kesudahan pertandingan hal ilmu silat, dalam mana Auw-yang Siang Gie selalu mau lebih unggul saja. Dalam pertempuran itu yang memakan waktu sampai 20n jurus, Auw-yang Siang Gie telah dikalahkan Tek Kim Thauto- Sejak mana Auw-yang Siang Gie mengaku kalah pada Tek Kim Thauto. Tek Kim Thauto ada seorang baik, ia suka memberi petunjuk-petunjuk kepada Auw-yang Siang Gie hingga yang tersebut belakangan menjadi sangat berterima kasih sekali. Belakangan, atas maunya sendiri Auw-yang Siang Gie yang tidak berkeluarga telah masuk menjadi Thauto. Untuk membuat tali perhubungan lebih erat pula, Auw-yang Siang Gie telah angkat saudara dengan Tek Kim Thauto. Setelah angkat saudara, Tek Kim Thauto telah menurunkan banyak ilmu silat yang Auw-yang Siang Gie belum tahu. Maka kepandaiannya Auw-yang Siang Gie menjadi hebat, ia menggunakan nama Kim Wan Thauto atau pendeta berantinganting emas dalam dunia Kangouw. Oleh karena ilmu silatnya tinggi, maka sebentar saja namanya Kim Wan Thauto telah naik tinggi dan namanya Auui-yang Siang Gie telah lenyap"Paman Auw-yang, kenapa kau sekarang menjadi pendeta ?" tanya Kong Liang Hin. "Panjang untuk diceritakan, anak Hin. Nanti, kalau aku sudah ketemu dengan ayahmu, akan kuceritakan perjalanan paman." sahut Kim Wan Thauto. Nio Him, Tan Nie Ciang dan Lie Kim Giok juga sudah datang dan mengunjuk hormat kepada si Thauto. Mereka menyatakan tidak mengenali kalau Kim Wan Thauto adalah Auui-yang Siang Gie dan menanyakan sejak kapan menjadi Thauto. Kim Wan Thauto berjanji akan menceritakan riwayatnya manakala sudah jumpa dengan Kong Chungcu dari Pek-in-chung. Demikian, mereka telah pulang ramai-ramai ke Pek-inchung, dimana Kim Wan Tnauto telah disambut dengan gembira sekali oleh Tong Tek Cong dan keluarga. Begitulah ada penuturannya Kim Wan Thauto kepada Lo In dan Bwee Hiang- "Sekarang aku sudah menutur, maka tinggal giliranmu adik In menuturkan riwayat perjalananmu sampai muka yang cakap menjadi hitam legam begitu. Hahaha...." Kim Wan Thauto berkelakar hingga Bwee Hiang juga turut ketawa. Lo In lalu menuturkan riwayatnya ialah dari anak jembel menjadi anak yang mempunyai kepandaian silat yang tinggi berkat didikannya Liok Sinshe. Ia ceritakan bagaimana Liok Sinshe sayang padanya seperti juga anak sendiri. Kalau Liok Sinshe sedang mencari daun obat-obatan tidak pernah ia ditinggal sendirian. Selalu ia diajak pergi sana sini dengan ilmu meringankan tubuh. Ia sangat mengagumi kepandaiannya Liok Sinshe yang telah loncat dari satu ke lain tebing yang curam dengan menggendol dirinya. Lo In tuturkan cara bagaimana Liok Sinshe jatuh ke dalam jurang karena dibokong oleh jarum mautnya Kim Popo, bagaimana ia mencari-cari Liok Sinshe dalam lembah sampai menjadi sahabat dengan si burung rajawali, kemudian kawanan kera juga telah menjadi teman-temannya. Ia kena dibokong oleh Ang Hoa Lobo dan dipoles hitam wajahnya, lwekangnya hampir musnah kalau tidak mendapat pertolongan dari wetam Tokgan Siancu, ular kesayangannya Eng Lian. pedang pendek kepunyaan Liok Sinshe ia bawa, mungkin dimiliki Siauw Cu Leng sebab ia tidak melihat lagi pedang itu. Dengan Eng Lian ia bergaul akrab, begitu juga dengan kawanan monyet dan gorila sampai ia dapat berbicara bahasa monyet dan pandai meniup seruling memanggil dan menakluki ular. panjang lebar Lo In cerita pada Kim Wan Thauto sampai pada kejadian ia menempur Sucoan Sam-sat dan memberi didikan ilmu silat kepada Bwee Hiang. Setelah Lo In menutur, terdengar Kim Wan Thauto menghela napas. "Liok Sinshe itu pasti ada ayahmu, Kwee Cu Gie Tayhiap, anak In." berkata Kim Wan Thauto. "Aku belum pernah menyaksikan kepandaian lompat dari satu ke lain tebing begitu mahir seperti Liok Sinshe, kecuali kepandaian yang dimiliki oleh Kwee Cu Gie. Ia ada satu Tayhiap yang sangat dihormati kawan tapi ditakuti oleh lawan. Karena sepak terjangnya yang melindungi si lemah menumpas si kuat jahat, maka ia banyak musuhnya dalam kalangan jahat. Mungkin ia pakai nama Liok Sinshe sebagai nama samaran. Ia mengumpatkan dirinya dari musuhnya yang ingin menuntut balas." "Kalau Liok Sinshe ada Kwee Cu Gie, ayahku, kenapa dia tidak mengaku bahwa dia ada ayahku " Sudah sekian tahun kami berkumpul." tanya Lo In ragu-ragu"Mesti ada sesuatu hal yang membuat dia Perlu untuk sementara tidak menjelaskan dirinya siapa, anak in. Kau jangan cemas dan menyesalkan, nanti kapan kau satu waktu ketemu dengannya lagi kau boleh menanyakan." "Liok Sinshe sudah mati, mana dapat kau ketemu pula dengannya ?" "Ia berkepandaian tinggi, aku tidak percaya dia mati begitu saja." "Ya, aku juga meragukan akan kematiannya Liok Sinshe." sahut Lo In. "Ia sangat tinggi kepandaiannya. Untuk jatuh ke dalam jurang saja tidak mungkin dia sampai binasa, hanya yang aku khawatirkan adalah jarum beracunnya si nenek." "Jarum beracun Kim Popo juga tidak bisa berbuat banyak terhadapnya. Kau percaya, anak In, ia tidak mati dan satu waktu akan jumpa pula dengan kau !" Lo In kegirangan meskipun hatinya agak ragu-ragu. Ia menundukkan kepalanya, ketika ia angkat pula tampak air mata menggenang diteiakupan matanya, ia menangis. "Adik kecil, kenapa kau menangis ?" tanya Bwee Hiang kaget. "Tidak apa-apa." sahut Lo in ketawa terpaksa. "Anak In, kau memikirkan apa sampai menangis ?" tanya Kim Wan Thauto. "Aku ingat kepada Liok Sinshe." sahutnya. "Omong-omong tentang dirinya, aku jadi ingat kebaikannya terhadap diriku----" "Adik kecil, kenapa kau sampai begitu berduka " Orang baik selalu mendapat perlindungannya Thian, maka ada satu temPo kau akan ketemu lagi dengan Liok Sinshe." menghibur Buiee Hiang dengan suara empuk menyayang. Lo In ketauia nyengir. Dasar wataknya si bocah yang aneh, maka ketika Kim Wan Thauto bantu menghiburnya, kedukaan Lo in lantas lenyap tanpa bekas. "Malam sudah larut, sebaiknya anak Hiang masuk tidur." tiba-tiba Kim Wan Thauto menyatakan pikirannya. "Aku masih belum ngantuk." sahut si nona ketawa"Ah, matamu sudah ngantuk. pergi sana tidur. Biar adik kecilmu aku yang jagai, tidak nanti dia hilang-..." Kim Wan Thauto berkelakar. Bwee Hiang jebikan bibirnya hingga Kim Wan Thauto ketawa terbahak-bahak. Memang si nona sudah ngantuk, melihat adik kecilnya menangis ia jadi tidak tega meninggalkannya. Sekarang ia didesak untuk masuk tidur, ia lantas bangkit dari duduknya dan ngeloyor ke kamarnya. Buiee Hiang ambil kamar sendiri, sedang Lo In tidur samasama dengan Kim Wan Thauto. Setelah si nona pergi, Kim Wan Thauto berkata paa Lo In, "Anak In, kau bawa-bawa anak orang kaya merantau, apa tidak takut mendapat kesulitan di jalanan 7" "Toako maksudkan enci Hiang ?" L0 In balik menanya. "Ya, ia ada satu Siocia, kepandaiannya biasa saja aku lihat." "Toako, kau jangan pandang rendah pada enci Hiang." "Ah, dia bisa apa " Tempo hari dia dipemainkan oleh si setan hitam dapi Sucoan Sarrrsat, hampir-hampir dia dapat malu kalau tidak keburu si kerudung merah turun tangan." "Oh, itu kejadian dulu-" sahut Lo In. "Lain dulu lain sekarang, enci Hiang dulu dan sekacang kepandaiannya beda seperti langit dan bumi. Toako tidak tahu- ' "Apa iya ?" Kim Wan Thauto menanya heran. "Kalau toako tidak percaya, boleh saksikan kalau enci Hiang nanti bergebrak !" Kim Wan Thauto masih meragukan akan keterangan Lo In tapi ia tidak kata apa-apa. Setelah omong-omong pula urusan yang tidak mengenai jalannya cerita, Kim Wan Thauto ajak adik kecilnya masuk tidur. Kita melihat pada Bwee Hiang, apakah si nona tidur pulas " Kiranya Bwee Hiang masih belum pulas, pikirannya melayang-layang, ia jengkel kepada adik kecilnya yang masih belum dapat menilai kepandaiannya sampai dimana karena beberapa orang yang ia pecundangi si adik kecil ada orangorang dari kelas 3 dan paling atas kelas 2. Kapan ia ketemu dengan lawan kelas 1 " Ia tanya hati kecilnya. Girang hatinya mana kala ia dapat merobohkan jago kelas 1 di depan adik kecilnya, tentu ia bakal mendapat pujian. Sementara itu matanya sudah mulai mengajak tidur. Barusan saja ia mau pulas, tiba-tiba ia mendengar sesuatu yang mencurigakan. Dengan pura-pura pulas, ia perhatikan sekitarnya kamar. Ia kaget nampak ada seorang tinggi besar sudah berada dalam kamarnya tengah duduk di kursi. "Apa maunya dia tanya Bwee Hiang dalam hatinya. Ia urungkan niatnya mau menegur orang itu ketika ia nampak orang tinggi besar bangkit dari kursinya dan jalan menghampiri pembaringannya. Ia telah menyingkap kelambu dan mengawasi kepada Bwee Hiang yang tidur agak miring ke depan. Si nona lihat orang itu ada memakai topeng hingga ia tidak mengenali macam apa parasnya si orang jahat yang masuk ke dalam kamarnya itu. Hatinya Bwee hiang berdebaran nampak orang itu telah mengulurkan tangannya hendak menjamah lengannya yang halus putih. Tapi entah kenapa ketika hampir menyentuh lengan yang lunak itu, tiba-tiba tangannya ditarik pulang. Bwee Hiang masih diam saja, mau lihat lagaknya orang itu lebih jauh. Sebentar lagi kelambu telah disingkap begitu rupa sehingga seluruh badannya orang itu berada dalam kelambu. Baru saat itu Bwee Hiang agak jeri, orang akan berbuat kurang ajar atas dirinya. Tiba-tiba saja orang itu telah menyergap si nona yang sedang tidur. Tapi alangkah kagetnya ia melihat yang disergap telah menghilang dan tahu-tahu sudah ada dibawah tempat tidur. Bwee Hiang sangat gesit. Begitu oran merangkul dirinya, Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ia sudah menggelinding menggunakan ilmu 'Kimlun-hoan-sin' atau 'Roda emas menggelinding' jaran Lo In untuk menyelamatkan diri dari terkaman musuh yang dilakukan sekonyong-konyong. "Manusia jahat, kau berani ganggu nonamu sedang tidur ?" bentak Bwee Hiang. Kakinya berbareng menjejak betis orang itu hingga keluarkan rintihan tertahan saking menahan sakit. Orang itu lantas berbalik dan menguber Bwee Hiang yang sementara itu dengan gerakan 'Hui-niauw-cut-lim' atau 'Burung terbang keluar hutan', enteng sekali badannya sudah melesat keluar dari jendela. Gesit orang tinggi besar itu. Melihat korbannya kabur sudah lantas menyusul keluar dari jendela, dimana Bwee Hiang telah menanti padanya. Ternyata Bwee Hiang tidak lari, ia segan berkelahi dalam kamar yang sempit makanya ia keluar dan menantang berkelahi di luar. "Heheh, binatang. Kau berani gila pada nonamu ?" bentak Bwee Hiang ketika mereka sudah berhadapan. "Nona, aku datang hendak menemani kau tidur, kenapa kau jadi marah-marah ?" orang itu menyahut dengan suara Parau. "Fui !" Bwee Hiang meludah. "Berani kurang ajar terhadap nonamu, kau harus tanggung akibatnya ! Nah, jagalah serangan nonamu !" berbareng Buiee Hiang menyerang dengan pukulan yang hebat sekali hingga orang itu lompat mundur untuk mengelakkan serangan dahsyat si nona. Kedua orang itu jadi bertempur seru. Bwee Hiang baru mendapat lawan alot. Ia senang menghadapinya. Sayang waktu itu tidak ada Lo In. Pikirnya, kalau ada pasti akan menambah kegembiraannya berkelahi dengan musuh tangguh itu. Orang itu telah mengeluarkan satu jurus yang aneh, membingungkan lawan. Ia seperti hendak mencengkeram dada namun kapan lengannya dekat sampai sasaran telah berubah, tangannya dipentang merangkul berbareng menotok hiat~to (jalan darah) di lengan lawan untuk melumpuhkan perlawanan musuh. Inilah ada gerakan yang dinamai Hekhouwlok-siaUui (Harimau hitam ketawa), satu gerak tipu yang berbahaya sekali bagi musuhnya kalau kena diterkam olehnya sebab sang musuh akan lumpuh seketika karena lengannya kena ditotok. Untuk serangan yang hebat itu, Bwee Hiang gunakan jurus 'Pa-ong-gie-kah' atau "Couw Pa Ong meloloskan jubahnya' untuk menyelamatkan diri. Pertempuran berjalan terus dengan ramai sekali. Tiba-tiba orang itu memutar tangan kanannya disusul oleh tangan kirinya yang seperti kilat cepatnya telah nyelonong hendak mengorek sepasang lentera si nona. Buiee Hiang kaget sepasang matanya hendak dicopoti. Segera ia gunakan 'Kim-kee-yau-tauw' atau 'Ayam emas menggoyangkan kepalanya'. Tampak kepalanya bergoyang dan sodokan tangan lawan ke arah matanya dapat dikelit dengan indahnyaSayang saat itu hanya mereka berdua saja rupanya yang bertarung. Kalau ada penontonnya pasti akan bersorak-sorak melihat kedua lauian itu sama tangguhnya. Orang itu heran saban-saban serangannya tidak mendapat sasarannya. Ia lihat si nona sangat gesit, tidak mudah dipecundangi cepat-cepat. Opang itu penasara, ia merangsek dengan nekad. Lantaran sangat bernapsunya ia mengalahkan lauian, maka telah menimbulkan kekalahannya, ia menggunakan gerak tipu 'Hayteelo-got' atau 'Di dasar laut meraup rembulan', tangan kanannya seperti menyerang dada, tahu-tahu tangan kirinya yang menyerang rusuk- Buiee Hiang kaget tapi ia tidak gugup. Ia gunakan tipu 'Nelayan melintangi perahu' untuk menyelamatkan dirinya. Namun ia tidak begitu saja. Ia balas menyerang dengan kecepatan kilat. Dua jarinya dari tangan kiri yang halus lunak namun seperti dua batang besi telah nyelonong ke ketiak orang itu, sebelum yang tersebut belakangan perbaiki posisinya. Tidak ampun lagi orang itu merasakan kesemutan di ketiaknya, hingga ia berdiri bagaikan patung karena ;senghoathiat'nya telah kena ditotok jitu sekali. "Hahahaha, binatang. Kau sekarang mau apa ?" jengek Bwee Hiang ketika melihat musuhnya mudah tidak berkutik"Sekarang baru rasakan lihainya nonamu, ya." Buiee Hiang menghampiri. Baru saja ia melangkah belum jauh atau ia dibikin kaget oleh menyambarnya sebuah benda yang menempel di pipinya, kiranya itu hanya selembar daun kecil. Meskipun demikian cukup bikin nona kita jadi marah, ia mendongak ke atas Pohon dan membentak, "Manusia kurang ajar, kalau kau berani, turun ! Terimalah hukuman dari nonamu !" Baru saja si nona menutup perkataannya atau sesosok bayangan melayang turun dari atas pohon. Bwee Hiang gugup melihat orang demikian gesit sebab tahu~tahu ia sudah kena dirangkul. Ia meronta-ronta sambil memaki-maki. "Enci Hiang, inilah adik kecilmu. Apa kau tidak kenali ?" terdengar suara berbisik di telinganya si nona. Kapan ia putar tubuh berbalik, memang yang merangkul ia adalah si bocah. "Adik kecil, kau bikin encimu penasaran l' kata si nona seraya tangannya mencubit keras hingga Lo In berteriak kesakitan. "Anak nakal, itulah bagiannya... hihihi..." tertawa Buiee Hiang. Si nona lanjutkan niatnya menghampiri musuhnya yang sudah tidak berdaya. "Tahan !" kata Lo In hingga Buiee Hiang hentikan jalannya. "Kau mau apa campur-campurA urusanku, adik kecil ?" tanya Bwee Hiang. "Siapa bilang itu ada urusan enci sendiri, aku juga harus turut campur !" "Kau mau bikin encimu dongkol karena jengkel ?" 'Bukan begitu, urusan enci ada urusanku juga." "Tapi aku tidak mau diganggu. Orang itu sangat kurang ajar, aku harus kasih hajaran. Sekalipun aku tidak sampai membunuhnya-" "Jangan, jangan sampai begitu marahnya." "Kenapa tidak boleh marah ?" "Itulah ada orang kita sendiri____" Bwee Hiang tidak percaya. "Orang kita siapa " Kalau orang kita, kenapa dia begitu kurang ajar pada encimu. Dia mengganggu ketika encimu barusan mau pulas, maka tidak boleh tidak dia harus dikasih hajaran ! " Lo In ketawa gelak-gelak hingga Bwee Hiang menjadi heran. 'Enci Hiang, kau tidak percaya ia ada orang kita sendiri ?" tanya Lo In. 'Aku tidak percaya, biarkan aku menghukum padanya |" 'Kau akan menyesal sebab dia ada lebih tua dari kita !" 'perduli amat, asal dia kurang ajar biarpun lebih tua 10 kali lipat, aku tidak taku !" 'Nah, pergilah urusan dengannya." kata Lo In. Bwee Hiang menghampiri orang itu, kemudian dengan sekali renggut saja topengnya orang itu telah lenyap dari wajahnya. "Kau, eh, kau.... toako ?" berkata Bwee Hiang ketika kenali 0rang itu. Orang itu hanya bersenyum, tidak menyahut lantaran sudah ditotok lumpuh. Cepat Bui^e Hiang membebaskan orang itu dari totokan. "Anak Hiang, maafkan padaku yang tidak mengenal aturan____" kata orang itu. "Tapi toako, kenapa kau berbuat yang tidak benar ?" tanya si gadis heran. "Itulah anak Hiang, aku didorong oleh perasaan tidak percaya, kau sekarang sudah hebat kepandaiannya menurut anak In, maka aku sudah mencoba-coba menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Aku sengaja mengolok-olok supaya kau marah dan mengeluarkan kepandaianmu yang hebat. Aku sekarang percaya bahwa anak Hiang kepandaiannya jauh diatas dari dahulu ketika ketemu si bontot dari Sucoan Samsat." "Nah, aku bilang apa, bukannya orang sendiri ?" nyeletuk Lo In ketawa. Bwee Hiang paham akan maksud dari Kim Wan Thauto, orang tinggi besar bertopeng yang tadi bertempur dengannya mati-matina, maka ia pun jadi tertawa cekikikanKiranya itulah Kim Wan Thauto yang menggoda Bwee Hiang. Bwee Hiang dikatakan jempol kepandaiannya, telah meragukan hatinya Kim Wan Thauto. Maka ketika ia melihat Lo In sudah pulas, ia diam-diam telah copoti anting-antingnya dan menyaru sebagai opang biasa, tidak lupa ia mengenakan topeng supaya tidak dikenali oleh Bwee Hiang. Ia kira Lo In tidak tahu tapi si bocah diam-diam telah mengikuti gerak geriknya. Kalau ia ada mengucapkan kata-kata yang agak janggal, itulah maksud Kim Wan Thauto supaya si nona meluap amarahnya dan mengeluarkan kepandaiannya yang tinggi. Ia kira tadinya dapat menjatuhkan Bwee Hiang dengan mudah, tapi kenyataannya ia berusaha dengan sia-sia malah akhirnya ia yang kena dijatuhkan oleh si nonaSungguh memalukan bila mengingat kepandaiannya sendiri. Namun, ia tidak jadi penasaran terhadap Bwee Hiang yang menjadi adiknya sekarang. Demikian, 3 saudara itu sambil ketawa-ketawa telah balik pula ke kamarnya masing-masingTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Pada keesokan harinya Kim Wan Thauto dan 2 adiknya telah diundang makan-makan oleh Suyangtin Ngo-houwPerjamuan itu diadakan bergiliran oleh Lima Harimau dari Suyangtin. Hari itu giliran pertama dirumahnya Kie Giok tong, yang berjalan dengan sangat menggembirakan. Keesokan harinya dirumahnya Song Cie Liang, Jiko dari Ngo Houw- Kemudian di rumahnya Tan Him, Samko dari Ngo Houw dan ketika pada gilirannya Teng Hauw, Sie-ko dari Ngo Houw ada terjadi urusan. Itulah Kim Wan Thauto yang timbulkan urusan. Si Thauto beranting-anting emas melihat romannya Teng Hauw ada murung saja sejak pada perjamuan pertama di rumahnya Kie Giok Tong, membikin hatinya kurang senang. Ia menganggap barangkali Teng Hauw tidak senang kepada mereka, tiga suadara mendapat perlakuan yang begitu hormat. Maka dalam perjamuan di rumahnya, melihat tuan rumah tetap murung, ia telah menyatakan tidak senangnya. "Kami berkumpul makan-makan, bukannya kami mintaminta. Tapi atas undangan kalian. Maka aku tidak mengerti melihat sikapnya Teng-heng yang selalu murung seolah-olah yang tidak senang menjamu kepada kami orang...." "Oh, bukan, bukan begitu...." Teng Hauw mencegat perkataan Kim Wan Thauto. Ia tidak bisa meneruskan kata-katanya karena ia kurang bisa bicara, maka Kie Giok Tong yang telah menalangi ia bicara. Katanya, "Taysu, bukannya lantaran itu. Teng-siete kelihatan tidak gembira lantaran ia punya kesukarannya sendiri yang tak dapat diutarakan kepada orang lain. Harap Taysu jangan salah mengerti." "Kesukaran bukannya tidak bisa diatasi, asal orang mau berdamai. Kalian menghormati kami orang, tandanya ada taruh kepercayaan. Kenapa kesukarannya Teng-heng tidak suka diberitahukan kepada kami orang " Siapa tahu kami dapat menolong dan meringankan kesukarannya Teng-heng." Ngo Houw bungkam mendengar perkataan Kim Wan Thauto yang beralasan-Mereka saling lihati dengan tiada satu yang berani buka suara. Teng Hauui gelisah kelihatannya. Ia ingin mengutarakan apa-apa namun ia tidak pandai merangkai perkataan, ia hanya mengawasi saja saban-saban kepada Kie Giok T?ng. Melihat demikian, Kim Wan Thauto bangkit dari duduknya, ia berkata, "Kalau kalian tidak suka menaruh kepercayaan kepada kami orang, biarlah kami mohon diri saja. Anak in dan Hiang, mari kita berangkat !" Lima Harimau terkejut. Mereka tampak gugup menahan kepergiannya Kim Wan Thauto. "Taysu, harap sabar dulu." kata Kie Giok Tong. "Duduk dulu, kami tidak ingin membuat tamu-tamunya yang terhormat menjadi penasaran." Kim Wan Thauto dan dua saudaranya pada duduk pula. "Toako." kata Teng Hauw pada Kie Giok T0ng. "Kau ceritakan saja kepada Taysu tentang kesukaranku sUpaya dia jangan salah mengerti." Kie Giok Tong anggukkan kepalanya. "Taysu, sebenarnya urusan ini ada rahasia. Tidak boleh diketahui oleh orang dari luar dusun sebab akibatnya ada sangat hebat bagi orang yang mengetahui." berkata Kie Giok Tong yang masih ragu-ragu untuk menuturkan kesukaran Teng Hauw. "Aku dan dua saudaraku tidak takut akan akibatnya. Maka Kie-heng boleh ceritakan saja, rahasia apa yang tak boleh diketahui oleh orang dari luar dusun." "Hari ini sudah tanggal 13. Lagi 3 hari sudah tanggal 16 dan pada hari itulah Siete akan kehilangan puteri tunggalnya, maka siapa yang tidak jadi murung ?" menerangkan Kie Giok Tong yang tidak ada ujung pangkalnya hingga Kim Wan Thauto dan dua saudaranya menjadi bengong. Sukar menangkapnya apa yang dimaksudkan oleh si orang she Kie. Bwee Hiang meraba-raba, setelah ketawa ia berkata, "Tanggal 16 ada hari baik. Hari itulah puteri paman Teng menemukan hari baiknya ketemu jodoh. Maka, urusan perkawinan adalah lumrah. Kenapa harus dibuat duka oleh paman Teng ?" "Oh, bukan, bukan itu...." kata Teng Hauw lalu ia minta supaya Kie Giok Tong cerita yang terang kepada para tamunya. "Bukan begitu duduknya urusan, nona Hiang." kata Kie Giok Tong. "Kalau bukan perkawinan, habis apa ?" tanya Bwee Hiang kepingin tahu. "Bukan perkawinan yang lazim tapi ini persembahan kepada Thoat Beng Mo Siauw yang setiap bulan tanggal 16 harus dikirimi sajian seorang gadis jelita____" kata Kie Giok Tong. Kim Wan Thauto yang tidak paham dengan ceritanya Kie Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Giok Tong minta si orang she Kie menutur dengan rapi supaya urusan dapat dipertimbangkan. Kie Giok Tong meskipun dipengaruhi oleh perasaan takut telah menuturkan juga suatu kisah yang menarik yang telah terjadi dalam dusun Suyangtin- 23 - Kira-kira enam bulan berselang, dalam dusun Suyangtin yang aman telah terjadi kegemparan dengan munculnya satu iblis jahat yang menamakan dirinya Thoat Beng Mo Siauw (si Hantu Ketawa pencabut Jiwa). Munculnya iblis itu telah menggelisahkan penduduk kampung, malah yang berwajib juga tidak dapat mengatasi gangguan itu. Sebenarnya yang berwajib banyak menggantungkan pekerjaannya kepada Suyangtin Ngo Houw (Lima Harimau) yang besar pengaruhnya. Maka dalam hal urusan si Hantu Ketauia juga mereka telah menyerahkan bagaimana baiknya diatur oleh Lima Harimau- Yang sangat ganas perbuatannya si Hantu Ketauia, ia telah membikin air minum dari sumur maupun sungai telah beracun dan penduduk yang meminumnya telah mati konyol. Binatangbinatang piaraan pada mati keracunan apabila si Hantu Ketawa sedang marah. Berhubung dengan mana Suyangtin Ngo Houw telah berunding untuk mengadakan kompromi dengan Thoat Beng Mo Siauui. Si Hantu Ketauia tidak munculkan diri, hanya mengirim wakilnya untuk mengadakan perdamaian. Dalam perdamaian itu telah diterima baik suatu keputusan, ialah setiap tanggal 16 penduduk Suyangting harus menyerahkan seorang gadis jelita kepada Thoat Beng Mo Siauw. Penduduk banyak yang tidak rela dengan keputusan itu sebab mereka sayang anak gadisnya dikorbankan kepada si Hantu Ketawa. Mereka banyak yang pada pindah ke lain dusun. Namun, hari ini pindah, besokannya mereka sudah balik pula menjadi mayat, terdapat di masing-masing pekarangan rumahnya yang ditinggalkan. Lantaran mana, maka penduduk menjadi jeri untuk meninggalkan Suyangtin dan terima nasib anak gadisnya akan dijadikan sajiannya si Hantu Ketawa. Untuk tidak membikin penduduk jadi iri-irian, maka Suyangtin Ngo Houw juga mau berkorban, ialah pada setiap pemilihan gadis yang akan dijadikan korban ada termasuk juga satu gadisnya diantara Lima Harimau. Kalau diundi misalnya jatuh pada nasibnya dari puteri Lima Harimau, maka apa boleh buat disajikannya dengan rela. Pemilihan gadis-gadis itu biasanya dilakukan tanggal 10 setiap bulan. Gadis-gadis tidak turut dalam undian, hanya orang tuanya saja yang maju supaya gadis-gadis itu tidak langsung menjadi kaget karena nasibnya yang malangThoat Beng Mo Siayui itu seperti yang tahu gadis mana bulan ini akan dijadikan mangsa-Sebab kalau diganti dengan lain gadis, orang tua gadis yang bersangkutan bakal mati konyol dalam rumahnya- Oleh karena itu, maka tidak berani satu juga yang coba-coba menukarkan gadisnya dengan lain gadis manakala sudah sampai temponya disajikan. Pernah ada kejadian ke dusun Suyangting ada dua pendekar yang menamakan dirinya 'Siamsay Jie Liong' atau 'Dua Naga dari Siamsay'. Mereka ada sepasang pendekar kenamaan dalam kalangan Kangouw yang kebetulan lewat. Mereka tidak puas dengan perbuatannya si Hantu Ketawa. Maka mereka sudah tawarkan diri untuk membunuh iblis kejam itu. Mereka telah berdamai denga Suyangting Ngo Houw. "Kami penduduk Suyangtin sangat berterima kasih kedua enghiong suka buang tempo guna menumpas kejahatan dari si Hantu Ketawa." menyatakan Kie Giok Tong ketika menjamu kedua orang gagah itu. "Cuma saja sebelum enghiong berdua pergi ke sana hapus dipertimbangkan dulu bahayanya. Thoat Beng Mo Siauw ada sangat tinggi kepandaiannya dan banyak anak buahnya. Kalau kita salah tangan bukannya berhasil dalam usaha, sebaliknya akan mengalami nasib yang tidak diinginkan." "Legakan hatimu, paman." menghibur Seng Liong, yang tua dari Dua Naga. "Kami berdua sudah biasa menumpas kejahatan demikian. Maka dalam halnya Thoat Beng Mo Siauw juga rasanya tidak akan gagal usaha kami." "Manusia jahat begitu, kalau lama-lama dikasih hidup lebihlebih menyusahkan kepada rakyat. Maka selekasnya kami akan bekerja." menimpali Keng Liong, saudara mudanya. Kie Giok Tong manggut-manggut tapi dalam hatinya meragukan itikad baik dari Dua Naga dari Siamsay itu. Meragukan bukan apa-apa takut mereka mati konyol. Sebab sebelum mereka sudah pernah ada tiga orang gagah yang datang kesitu dan menawarkan tenaganya untuk membasmi Thoat Beng Mo Siauw. penghabisannya bukan si Hantu Ketawa yang mati, malah mereka bertiga kedapatan mayatnya di pinggir dusun Suyangtin. Meskipun dengan samar-samar Kie Giok Tong coba menahan, ternyata Siamsay Jie Liong tak dapat dirubah niatnya. Terpaksa Kie Giok Tong dan sudara-saudaranya merestui kePergiannya. Kie Giok Tong berkata, "Atas nama penduduk dari Suyangtin, kami berlima mendoakan kepada Jiwie-enghiong supaya berhasil dalam menumpas si Hantu Ketawa dan balik kembali ke Suyangtin dengan selamat. Harap Jiwie berhati-hati l'" jiwie-enghiong (kedua orang gagah). Berangkatlah hari itu kedua orang gagah itu ke Pek-kut-nia (Bukit Tualng putih), sarangnya Thoat Beng Mo Siauw. Lima Harimau telah mendoakan dengan sujud supaya pekerjaan mulianya Siamsay Jie Liong itu berhasil memuaskan. BeSokan harinya tidak ada kabar apa-apa dari mereka. Pada lusanya orang melaporkan kepada Suyangtin Ngo Houw telah kedapatan mayatnya dua orang gagah itu di pinggiran dusun. Keadaannya sungguh mengerikan sebab kedua kepalanya hampir terpisah dari masing-masing lehernya. Itulah menunjukkan kekejamannya dari Thoat Beng Mo Siauw. Suyangtin Ngo Houw hanya bisa menghela napas. Mereka telah menyuruh beberapa orang kampung untuk mengurus mayatnya dua orang gagah itu guna ditanam baikbaik serta disembahyangi. Pada malamnya, Lima Harimau itu telah membikin pertemuan untuk membicarakan urusan Thoat Beng Mo Siauw. Pertemuan itu diadakan di rumahnya Tan Him, orang ketiga dari Lima Harimau, dalam ruangan dari sebuah bangunan yang spesial dibangun untuk mengadakan rapat. Bangunan itu pernahnya di sebelah belakang rumah besar dari Tan Him, diperaboti lengkap dengan kursi meja dan pigura-pigura indah sebagai pajangan. Sebagai penerangan telah dipasang lilin-lilin besar dan kecil. Lima Harimau dari Suyangting itu semuanya orang-orang hartawan yang menetap disitu dari lain tempatHidupnya mereka boleh dikatakan mewah dan senang. Malam itu angin meniup tidak menentu, kadang-kadang besar dan kadang-kadang sepoi-sepoi saja. Manakala sang bayu sedang meniup kencang keadaan menjadi berisik dikarenakan cabang-cabang pohon beradu satu dengan lain dan daun-daunnya pada berguguran rontok. "Toako." tiba-tiba Song Cie Liang, orang kedua dari Ngo Houw berkata. "Kita sudah mendapat gelaran Lima Harimau, sudah lama kita menjagoi dan dihormati oleh penduduk. Sekarang dengan adanya Thoat Beng Mo Siauw, benar-benar pengaruh kita seperti tertindih dan lenyap. Kepercayaan penduduk kepada kita seakan-akan telah buyar....." "Memang sungguh menyebalkan perbuatannya Thoat Beng Mo Siauw itu." sahut Kie Giok Tong dengan suara gusar- "Habis, apa kita bisa bikin karena memang kita tak punya kemampuan mengatasi pengaruhnya si Hantu Ketawa." "Apa kita tidak bisa mencari seorang jago yang benar-benar dapat mengalahkan si Hantu Ketauia ?" Tan Him menyatakan pikirannya. "Aku rela keluar uang untuk membiayai jago-jago yang benar-benar dapat menumpas si Hantu Ketawa." "Thoat Beng Mo Siauw sangat tinggi kepandaiannya, sukar diukur. Maka sulit sekali kita mencari orang-orang yang dapat menandingi kepandaiannya. Menurut kabar, kecuali dia sendiri berkepandaian tinggi masih ada anak buahnya yang hebat kepandaiannya, entahlah siapa mereka itu." menyatakan Cia sin Eng si nomor lima dari Lima Harimau. Tampak mereka tidak dapat mengambil keputusan, maka keadaan menjadi sepi dan masing-masing putar otak untuk mencari daya upaya bagaimana baiknya untuk mengatasi pengaruh Thoat Beng Mo Siauw yang membuat gurem pengaruhnya Suyangtin Ngo Houw. Sementara itu terdengar di sebelah luar angin meniup kencang dan mengeluarkan suara menderu-deru. Entah bagaimana tiba-tiba saja, semua lilin penerangan telah menjadi padam hingga Lima Harimau itu menjadi ketakutan. "Hahaha..... hahaha---- !" terdengar suara parau ketawa di sebelah luar. Itulah suara ketawa yang belum pernah mereka dengar, menyeramkan sekali mengiang di telinga masing-masing. Mareka menduga akan datangnya si Hantu Ketawa. Tak usah mereka menduga-duga. Memang juga yang datang itu ada si Hantu Ketawa yang lantas berkata setelah tertawa terbahak-bahak, keras nyaring, "Suyangtin Ngo Houw, aku Thoat Beng Mo Siauw sudah ada di depan pintu. Kenapa kalian tidak lekas mengunjuk hormat " Lekas keluar menemukan majikanmu !" Namanya saja Lima Harimau, namun mereka gemetaran badannya tatkala itu dipanggil oleh si Hantu Ketawa. Sungguh lucu sekali. Sebelum keluar mereka mengintip dulu, ingin mengetahui bagaimana romannya Thoat Beng Mo Siauw yang menyeramkan itu. Wujudnya si Hantu ketawa memang benar-benar seperti Hantu. Rambutnya riap-riap seperti Thauto (pendeta piara rambut panjang), wajahnya bengis dengan hidung bengkok dan gigi bercaling, sedang matanya melesak ke dalam, namun telah mengeluarkan cahaya yang berpengaruh. Itulah menandakan bahwa lwekangnya si Hantu Ketawa sangat tinggi. Dengan wajah demikian dan diiringi oleh suara ketawanya yang parau menyeramkan, betul-betul telah membuat Lima Harimau itu nyalinya berubah menjadi Lima Tikus. Masing-masing badannya menggigil seperti yang kedinginan. Thoat Beng Mo Siauw tampak berdiri sambil memondong seorang wanita kecil langsing, entah wanita siapa itu. Keadaannya tidak berkutik dalam pelukan si Hantu KetawaRupanya ia telah kena ditotok. "Suyangtin Ngo HoUw> apa kalian tidak Punya nyali untuk ketemu Thoat Ben Mo Siauw ?" tepdenar si Hantu Ketawa berkata pula dengan suara yang nyaring sekali. "Toako, mari kita keluar !" mengajak Song Cie Liang yang lebih berani hatinya. Kie Giok Tong dan lain-lainnya menurut. "Hahaha.____. hahaha----!" tertawa Thoat Beng Mo Siauw ketika melihat Suyangting Ngo Houw pada keluar dari rumah. "Bagus, kalian menurut perintah Mo-ong." Si Hantu Ketawa bahasakan dirinya Mo-ong (Raja Iblis). "Malam ini Mo-ong datang ada perintah apa untuk kami orang ?" Kie Giok Tong berkata, memberanikan diri. "Hahaha....... hahaha-" ketawa si Hantu Ketawa. "Mo-ong datang untuk memperkenalkan diri dan kasih peringatan kepada kalian supaya lain kali harus hati-hati. Jangan ceritakan urusan hybunan Suyangtin dengan Mo-ong kepada orang luar. Kalau kalian tidak Perhatikan perintah Mo-ong ini, awas ! Jangan sesalkan kalau Mo-ong marah dan bikin ludes seisi dusun Suyangting !" "Menurut perintah? menurut perintah Mo-ong.... I" jawab Kie Giok Tong seraya manggut-manggut diikuti oleh saudarasaudaranya yang lain. "Bagus, bagus !" kata si Hantu Ketawa. "Untuk kelakuan kalian yang sudah telah berhubungan dengan Siam-say Jie Liong sebenarnya Mo-ong harus mengasih hukuman kepada kalian, tapi tidak apa. Mo-ong hanya ambil ini saja dari rumahnya Tan Him. Hei, Tan Him, kau lihat ini siapa ?" Tan Him terkejut dipanggil Thoat Beng Mo Siauw. Ia cepat melihat kepada wanita yang diunjukkan si Hantu KetawaKaget bukan main Tan Him. Ia kenali wanita itu ada budaknya yang baru berumur 15 tahun- Ia bernama Hiang Tin, pelayan dari puterinya. Ia sangat disayang karena anak itu menurut sekali- Malah ada ingatan Tan Him dan isterinya, angkat ia menjadi anak angkatnya. Sayang, sebelum matannya Tan Him dan nyonya terkabul, anak itu sekarang sudah menjadi korbannya si Hantu KetawaSedih hatinya tan Him hingga keluar air mata. Ia memberanikan hati maju ke depan dan berlutut di depan si Hantu Ketawa, katanya, "Mo-ong, harap Mo-ong punya murah hati supaya membebaskan budakku itu..." "Hahaha........ hahaha.....!" Thoat Beng Mo Siauw ketawa. "Sekali wanita jatuh ke tangan Mo-ong, tidak akan terlepas pula !" Tan Him sangat sayang kepada Hiang Tin, mendengar jawaban si Hantu Ketawa ia menjadi nekad- Dengan jurus Kie~eng-pok-toUw atau 'Elang lapar menyambar kelinci', Tan Him coba rampas Hiang Tin dari pond0ngan Thoat Beng Mo Siauw. Tentu saja percobaan Tan Him gagal sebab dengan satu kebasan tangan baju saja Tan Him terpukul mundurMelihat Tan Him berlaku nekad, saudara-saudaranya yang lain pun ikut-ikutan nekad. Mereka dengan serempak menerjang pada si Hantu Ketawa. "Hahaha____ hahaha----!" Thoat Beng Mo Siauw ketawa gelak-gelak melihat Lima Harimau bergerak menerjang kepadanya. Kemudian badannya Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berkelebat, entah bagaimana ia geraki tangannya tahu-tahu semua harimau telah jatuh duduk dengan pundaknya dirasakan kesemutan. Rupanya kena ditotok oleh si Hantu Ketawa. Hebat kepanaiannya si Hantu Ketawa. Dalam segebrakan saja sudah menjatuhkan Suyangtin Ngo Houw yang kepandaiannya lumayan juga. "Untuk kelakuan kalian yang kurang ajar sebenarnya Moong hendak menghukum mati. Tapi biarlah kali ini Mo-ong kasih ampun. Kalau lain kali berani lagi kurang ajar di depan Mo-ong, jangan harap kalian dapat hidup lama !" Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya tidak bisa kata apa-apa. Memang mereka tak dapat berkata apa-apa karena kena ditotok. Mereka hanya mengawasi berlalunya si Hantu Ketawa dengan membawa Hiang Tin. Lama juga mereka harus menanti totokan si Hantu Ketawa bebas dengan sendirinya. Mereka jengkel bukan main kena dijatuhkan demikian mudah oleh si Hantu Ketawa. Untung mereka tidak tersiksa lama karena tiba-tiba ada datang dua bintang Penolong. Mereka itu ada dua kakek yang wajah dan potongan badannya sama, rupanya mereka saudara kembar. Mereka telah membebaskan totokan Thoat Beng Mo Siauw hingga Kie Giok Tong dan kawan-kawan menjadi sangat berterima kasih kepada dua kakek itu. Mereka perkenalkan diri sebagai Siam-say Ji~lo (Dua orang tua dari Siam-say), gurunya Siam-say Jie Liong yang telah tewas ditangannya Thoat Beng Mo Siauw. Girang hatinya Suyangtin Ngo Houw dapat bertemu dengan gurunya Siam-say Jie Liong. Sepasang kakek kembar itu diundang masuk ke dalam bangunan tempat berapat dimana Kie Giok Tong dan kawankawan menjadi kaget karena melihat sekarang penerangan lilin telah menjadi terang kembali. Entah siapa yang telah memasangnya kembali. Kie Giok Tong dan kawan-kawan tidak sempat memperhatikan itu karena kegirangan atas kedatangannya Siam-say Jie-lo. Mereka mengharap kalaukalau sepasang kakek itu dapat mengatasi kepandaiannya Thoat Beng Mo Siauw. Sangat hormat memperlakukan dirinya sepasang kakek itu. Siamsay Jie-lo memperkenalkan namanya Lim Teng dan Lim Keng, dua saudara kembar. "Kedatangan Jiwie Lim-heng sungguh tidak kebetulan, kalau siangan sedikit pasti akan ketemu dengan si Hantu Ketawa yang telah membunuh mati Siamsay Jie Liong." berkata Kie Giok Tong seraya menghela napas. Dua kakek ini menyatakan menyesalnya. "Kami datang kemari menyusul dua murid kami-" berkata Lim Teng. Mereka ada jago-jago muda yagn kepandaiannya lumayan juga. Cuma kalau dihadapi kepada si Hantu Ketawa sudah tentu bukan tandingannya. Maka itu, ketika kami mendengar mereka hendak menyatroni sarangnya si Hantu Ketawa, lekas-lekas kami menyusul ke sini. Tapi siapa tahu kedatangan kami sudah terlambat dan dua muridku itu telah mati di tangannya si Hantu Ketawa yang kejam !" "Baik juga kalau Jiwie hendak menyambangi kuburannya Siamsay Jie Liong." kata Kie Giok Tong. "Akan kami antarkan Jiwie ke sana." "Terima kasih Kie-heng. Besok akan kami berziarah ke sana." sahut Lim Teng. Sebetulnya Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya takut membicarakan halnya Thoat Beng Mo Siauw yang telah mengancam kepada mereka. Namun mereka sangat penasaran sekali, maka mereka tidak sungkan-sungkan membicarakan halnya si Hantu Ketawa kepada Siamsay Jielo dan menunjukkan sarangnya di Pek-kut-nia. Mereka ceritakan kekejaman si Hantu Ketawa dan untuknya setiap tanggal 16, penduduk harus menyediakan satu gadis cantik- Sampai waktu itu sudah ada 4 gadis cantik yang telah disajikan kepada Thoat Beng Mo Siauw, tidak terhitung Hiang Tin, budaknya Tan Him yang cantik dan baru saja umurnya 15 tahun. Siamsay Jie-lo geleng-geleng kepala mendengar kekejaman si Hantu Ketawa. "Manusia jahat itu memang pantas dibasmi. Sayang muridku yang paling benci sama kejahatan demikian tidak bisa menahan napsunya. Coba kalau dapat menunggu beberapa hari disini, kita bisa bersama-sama pergi ke sana membasminya." kata Lim Teng. "Bagaimana kalau kita sama-sama kesana ?" tanya Lim Keng kepada Kie Giok Tong dan saudara-saudaranya, yang mana dijawab dengan gelengan kepala oleh mereka. "Bukannya kami tidak mau bersama-sama Jiwie kesana, lantaran kami telah terima ancaman keras dari si Hantu Ketawa. Kalau kami muncul terang-terangan dengan Jiwie, amarahnya si Hantu Ketawa jadi meluao. Kalau kita dapat mengatasi kepandaiannya yang hebat itu, tidak apa. Tapi kalau umpamanya pihak kita gagal, habislah serumah tangga kami. Maka itu, harap Jiwie tidak menjadi kecil hati." demikian Kie Giok Tong mewakili saudara-saudaranya menjawab ajakannya Lim Keng. "Tidak apa, tidak apa." menyelak Lim Teng. "Kami berdua juga sudah cukup ke sana untuk menuntut balas murid-murid kami yang telah dibinasakan." Pasang omong telah dilakukan lebih jauh dengan kurang gembira. Besokannya dua kakek itu ziarah ke makamnya Siamsay Jie Liong. Mereka senang melihat kuburan dua muridnya diatur baik, untuk mana mereka menghaturkan terima kasih kepada Kie Giok Tong dengan saudara-saudaranya. "Kie-heng dan saudara-saudara sekalian demikian memperhatikan kepada kuburan dari dua murid kami. Sungguh kami harus membilang banyak-banyak terima kasih-" kata Lim Teng. "Itulah ada kehalusan dari kami, menghormat kepada mereka yang telah berkorban untuk keamanannya Suyangtin..." jawab Kie Giok Tong merendahPada hari itu juga Siamsay Jie-lo telah pamitan kepada Kie Giok Tong dkk untuk mereka menyatroni Pek-kut-niaKie Giok Tong dkk telah memberi nasehat supaya mereka berhati-hati karena disana bukan saja si Hantu Ketauia yang kepandaiannya sangat tinggi? tapi masih ada lagi anak buahnya yang berkepandaian tinggi-tinggi. Lim Teng dan saudaranya mengucapkan terima kasih atas semua nasehat itu. Perjaianan ke Pek-kut-nia tidak semudah yang diduga sebab dua kakek she Lim itu harus menempuh perjalanan yang bulak biluk dan hanya dengan pertolongan dari tukang cari kayu baru dapat mendekati Pek-kut-nia" Sebagai jago Kangouui kapakan, Siamsay Jie-lo ada sangat hati-hati dalam menempuh perjalanannya. Maka tidak sampai mereka masuk dalam jebakan musuh. Meskipun demikian, mereka harus melewati beberapa rintangan yagn diatur oleh si Hantu Ketauia sebelumnya mereka dapat bertemu dengan Thoat Beng Mo Siauw. Dengan mengandalkan kepandaiannya yang tinggi, Siamsay Jie-lo dapat menyisihkan rintangan-rintangan yagn kuat dan akhirnya bisa juga ketemu dengan Thoat Beng Mo Siauw. "Hahaha.--. hahaha..... !" si Hantu "etawa gelak-gelak ketawa ketika berhadapan dengan dua kakek she Lim itu. 'Tamu-tamu datang harus disambut ! Mari kita menyambutnya ! ' Si Hantu Ketauia telah mengajak dua jago yang menjadi kaki tangannya untuk menghadapi Siamsay Jie-lo. "Jiuii datang menghadap Mo-ong ada urusan apa ?" tanya si Hantu Ketawa. Sepasang kakek kembar itu tidak menyahut? hanya hidungnya mendengus. "Hahaha..... hahaha \" ketauia Thoat Beng Mo Siauui. "Di depan Mo-ong mau banyak lagak " Betul-betul Jiwi tidak tahu bakalan mampus I" "Belum tentu kami yang mampus, mungkin kau sudah dekat ajalnya !" jauiab Lim Keng mendahului saudaranya menjawab kata-kata si Hantu Ketauia yang menghina itu. "Kalian mau apa menghadap M0-ong " Kenapa kalian bikin susah kepada orang-orangku dan diantaranya ada yang mati karena perbuatan kalian ?" "Hehehe, ada yang mati sudah wajar karena mereka tidak tahu diri menghalang-halangi perjalanan kami. Sekarang, kami hendak minta ganti jiwa atas kematian dari kedua murid kami yang mati ditangan kau \" berkata Lim Teng lantang. "Hahaha.____ hahaha ! Ganti jiwa " Ganti jiwa untuk siapa ?" tanya si Hantu Ketawa. "Ganti jiwa untuk dUa murid kami yang kau sudah binasakan !" sahut Lim Teng. "Hahaha... hahaha... ! Ganti jiwa buat apa " Kalian sudah membunuh-bunuhi beberapa orang kami. flpa tidak cukup untuk dipakai ganti jiwa ?" "Hm ! flku minta jiwamu, Setan Ketawa \" bentak Lim Teng"Hahaha____ hahaha. | Mana orang, lekas tangkap dua bangsat ini !" srunya kepada orang-orangnya. Dengan segera yang dipanggil sudah datang serentak. Ternyata mereka terdiri dari orang-orang yang berbadan kuat dan bengis-bengis wajahnya. Mereka rupanya khusus digunakan diwaktu menggertak orang. Sepasang kakek itu tidak keder kelihatannya, karena mereka ketawa dengan tenang-tenang saja melihat dirinya dikurung. Hanay tangannya masing-masing siap mencabut pedang- "Kalian sudah berada dalam lubang macan, berani banyak lagak ?" bentak Thoat Beng Mo Siauw yang kemudian gelakgelak ketawa- Rupanya gelaran Thoat Beng Mo Siauw tepat benar untuknya sebab setiap perkataannya kalau tidak didahului dengan ketauia gelak-gelaknya, adalah buntutnya disusul oleh ketauianya yang menyeramkan. "Setan Ketauia !11 bentak Lim Teng. "Setelah kami datang kemari, tidak akan meninggalkan tempatmu sebelum membawa kepalamu !" "Uladuh? hebat benar nyalinya orang ini. Siapa kalian ?" tanyanya, disusul oleh ketawa seramnya. "Kau kenali sebelum mampus ! Kami berdua ada orang she Lim dan mendapat gelaran Siamsay Jie-lo dari dunia sungai telaga (Kang-Ouw). Hari ini Siamsay Jie-lo datang kemari hendak mengambil kepalanya si Setan Ketawa." "Hahaha---- hahaha... ! Mana orang, lekas tangkap mereka !" serunya, disusul oleh menyerbunya kira-kira 10 orang ke arah Siamsay Jie-lo. Sepasang kakek itu sudah siap sedia. Maka ketika melihat gelagat tidak baik, sudah lantas pada mencabut pedang masing-masing. Pertempuran segera terjadi dengan seru sekali, dua iauian sepuluh. Ternyata Siam-say Jie-lo bukan nama kosong. Mereka telah kasih lihat ilmu pedangnya yang hebat sekali, menusuk ke kiri dan kanan tanpa ampun lagi membikin orang-orang yang mengerubuti menjerit kena dilanggar pedang. Melihat 10 orang mengeroyok masih belum dapat menangkap Siamsay Jie-lo, Thoat Beng Mo Siauui perintahkan 2 orang kuat di kiri dan kanannya untuk turun tangan membantu. Dengan turunnya dua orang kuat itu, telah membikin repot pada sepasang kakek itu. Thoat Beng Mo Siauw tampak duduk diatas mimbar dengan ketawa berkakakan melihat sepasang kakek dari Siamsay itu dikeroyok anak buahnya. Sungguh hebat perlawanan dari Siamsay Jie-lo. Cuma saja mereka dikeroyok oleh orang-orang pilihan dari si Hantu Ketawa. Maka Pelan-pelan kelihatan mereka keteter dan main mundur saja bertempurnya. Dilihat jalannya pertandingan demikian, Thoat Beng Mo Siauw sudah meramalkan lnO persen kemenangan ada dipihaknya, meskipun sepasang kakek itu sangat tangkas bertempurnya. Makin gencar ketawanya si Hantu Ketawa melihata anak buahnya mendesak lawannya. Namun dilain saat si Hantu dibuat terbelalak matanya ketika melihat sepasang kakek itu merubah cara bersilatnya dan balas menyerang kepada lawannya dengan nekad sekali. flda beberapa orang yang roboh kena ditusuk pedangnya si kakek dan merintih kesakitan. Sepasang kakek itu tambah semangat melihat banyak lawannya yang dirobohkan. Tapi mereka kaget sekali ketika mendengar Thoat Beng Mo Siauw bersiul nyaring dan 10 orang pula telah muncul menggantikan mreka yang sudah kepayahan mengeroyok Siamsay Jie-lo. Tentu saja Siamsay Jie_lo jadi kewalahan- Diam-diam mereka mengeluh harus melayani tenaga baru. Namun mereka ada tokoh-tokoh kelas satu, tidak gampanggampang mundur. Mereka telah pertunjukkan kepandaiannya hebat sekali sehingga orang-0rang baru terpukul mundu dan ada beberapa orang yang roboh karena disambar pedangnya sepasang kakek jagoan itu. "Hahaha.... hahaha... ! Semua mundur !." seru Thoat Beng Mo Siauw nyaring. Seruan itu berpengaruh benar sebab dengan serentak mereka pada lompat mundur dari kalangan Pertempuran. Kenapa si Hantu Ketawa meneriaki orang-orangnya mundur " Itulah karena ia melihat tidak ada gunanya orangorangnya itu, mereka tidak bisa merobohkan sepasang kakek dari Siamsay. Ia hendak maju sendiri melayani dua kakek jagoan itu. Seruan si Hantu Ketauia untuk orang-orangnya mundur membikin sepasang kakek itu heran. Meskipun ada beberapa orang yang dirobohkan, tetap mereka sebenarnya ada diatas angin dan lambat laun dapat membikin mereka (kedua kakek) ambruk sendiri perlawanannya karena kelelahan bertempur. "Hahaha...... hahaha.... !" ketauia Thoat Beng Mo Siauui setelah orang-orangnya pada mundur. "Kalian bukankah menghendaki kepalaku " Mari Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kita main-main beberapa jurus. Kalau kalian menang dengan rela aku hadiahkan kepalaku. Sebaliknya, kalau kalian kalah sudah tentu aku juga menghendaki kepala kalian. Ini toh pantas bukan ?" Lim Teng marah betul. Ia menyahut, "Hal itu untuk apa dikatakan pula " Kalau tidak kami yang mati, kau yang mampus ! Mari kita menentukan siapa kuat \" "Hahaha____ hahaha ! Mana golok 7" kata si Hantu Ketauia. Sebentar saja orangnya telah menyerahkan golok besar yang biasa dipakai oleh si Hantu Ketawa. Dilihat dari besarnya golok, pasti bobotnya ada sangat berat dan dalam tangannya Thoat Beng Mo Siauw, senjata itu dicekal seperti mencekal golok-golokan dari kayu saja entengnya. Sungguh hebat tenaganya si Hantu Ketauia. Mau tidak mau telah membuat kedua kakek itu mengeluh juga dalam hatinya. Setelah mengebaskan goloknya beberapa kali sehingga mengeluarkan suara mengaung, Thoat Beng Mo Siauw berkata, "Sahabat-sahabat, marilah kita mulai !" Siamsay Jie-lo sangat benci pada si Hantu Ketawa. Tidak heran kalau dengan tidak banyak cakap mereka telah menyerang dengan berbareng kepada lawannya. Mereka bertempur dengan ramai sekali disaksikan oleh banyak penonton, ialah anak buahnya si Hantu Ketawa. Masing-masing bersorak membatu semangat untuk cukongnya. Thoat Beng Mo Siauw telah mainkan goloknya dengan tenang sekali, hal mana menunjukkan bahwa si Hantu Ketawa bukannya orang kuat sembarangan. Kalau tadi dikeroyok oleh belasan orang, Siamsay Jie-lo masih dapat bernapas dan balas menyerang merobohkan lawannya, kali ini menempur si Hantu Ketauia seorang beratnya bukan main. Pedang mereka tak dapat dipakai membentur goloknya si Hantu Ketauia yang sangat berat bobotnya. Maka saban-saban mereka mengelakan beradunya senjata. Hal mana sebenarnya ada satu kerugian untuk mereka. Dengan begitu, bebaslah golok si Hantu Ketawa menyerang sana sini. Benar-benar si Hantu Ketawa sangat lihai. Beberapa serangan maut dari Siamsay Jie-lo semuanya dapat dipunahkan dengan seenaknya saja. Meskipun berkali-kali mereka dapat elakkan pedangnya jangan sampai beradu dengan goloknya si Hantu Ketawa, akhirnya toh bentrok juga dan pedang Lim Teng terlepas dari cekaiannya, ia rasakan ngilu sekali tangannya. Di lain pihak Lim Keng yang hendak menolongi saudaranya juga pedangnya dibikin terbang oleh si Hantu Ketawa sampai badannya Lim Keng gemetaran menahan rasa ngilu di seluruh badannya. Mereka berdiri bengong mengawasi kepada Th0at Beng Mo Siauw yang berdiri dengan ketawanya yang menyeramkan. Tampik sorak riuh rendah kedengaran nebat sekali memuji kemenangan Thoat Beng Mo Siauw, sementara Siamsay Jielo hanya berdiri dengan tundukkan kepala. Orang-orangnya si Hantu Ketauia tanpa mendapat perintah lagi sudah menubruk Pada Siamsay Jie-lo dan masing-masing kedua tangannya ditelikung dengan tali yang kuat. Mereka dengan galak menggampar dan menendangi sepasang kakek pecundang itu. Mendapat Perlakuan yang sangat menghina itu, Siamsay Jie-lo tidak bisa membalas. Mereka terima nasib dirinya diperhina oleh orang-orangnya Thoat Beng Mo Siauw. "Kalian memasuki mereka ke dalam tahanan \" memerintah si Hantu Ketauia, sebagaimana biasa kata-katanya itu telah disusul oleh ketawanya yang menyeramkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Mereka dijebloskan ke dalam tahanan yang sangat buruk keadaannya. Kalau lama-lama mereka ditahan disitu, mungkin akan mati konyol tidak tahan dengan baunya yang memuakkan. Apa yang menyiarkan bau busuk itu " Entahlah. Tapi yang terang bagi Siamsay Jie-lo kamar tahanan itu akan mengundang penyakit dan mereka akan mati konyol. Sedih hatinya dua jagoan kolot itu- Tapi apa mau dikata. Mereka sudah bertekad bulat untuk membalas kematian sang murid. Tapi gagal dan akhirnya mereka harus menerima penghinaan yang belum pernah mereka alami. Pada waktu sore mereka menerima ransum makanan yang jelek sekali, lebih jelek dari makanan binatang babi. Tentu saja mereka tak dapat makan. Rasanya, meskipun mereka dikasih makanan enak juga tak dapat mereka makan karena keadaan dalam kamar tahanan yang buruk dan bau itu. Bagaimana orang dapat makan dengan bebas kalau disampingnya ada bau busuk yang menusuk hidung " "Koko, apa kita harus terima nasib begini saja ?" tanya Lim Keng, sang adik. Lim Teng menghela napas panjang. "Saban hari kita terima makanan tapi kita tidak makan. Terang lama-lama kita akan mati kelaparan." berkata pula Lim Keng. "Sebisanya kita pertahankan hidup kita untuk belakang kali melakukan pembalasan kepada si Hantu Ketawa-" "Pembalasan..." menggumam Lim Teng"Ya, pembalasan- Apa kok mau bikin habis saja sakit hati kita dan dua murid kita yang telah mendahului kita "Adik Keng, soal mati hidup kita dalam kamar tahanan ini masih suatu pertanyaan. Bagaimana kau memikirkan pembalasan ?" kata sang kakak dengan lesu. Lim Teng kelihatannya sudah putus harapan, sebaliknya dengan adiknya masih ingin hidup dan melakukan pembalasan untuk sakit hati yang mereka telah alamkan. Lim Keng membujuk keras untuk bikin saudara tuanya tidak putus harapan dan semangatnya terbangun. Ia berhasil sebab pada hari-hari berikutnya Lim Teng mau juga menelan beberapa suap makanan jelek yang disajikan untuk mereka. Itu hanya sekedar untuk menahan jangan mereka mati kelaparan. Satu minggu mereka disekap dalam tahanan itu sampai badannya kurus, namun semangatnya hidup. Mereka yakin akhirnya mereka akan dapat keluar dari kamar tahanan yang busuk itu untuk kemudian melakukan pembalasan kepada si Hantu Ketauia. Sebenarnya itu ada pengharapan kosong. Tidak mungkin mereka dibebaskan dari kamar tahanan yang buruk itu kemudian melakukan pembalasan. Yang lebih mungkin adalah mereka lambat laun habis tenaganya dan mati konyol- Tapi, sang nasib maunya lain. Pengharapan mereka seakan-akan telah dikaburkan. Demikian pada suatu hari mereka telah dikeluarkan dari kamar tahanan yang buruk itu dibawa menghadap pada Thoat Beng Mo Siauw. Tampak si Hantu Ketawa duduk diapit oleh dua jagoan yang menjadi kaki tangannya. Keren sekali kalau melihat Thoat Beng Mo Siauw duduk dikursi kebesarannya, apalagi saban-saban terdengar suara ketawanya yang menyeramkan bulu badanDi depan si Hantu Ketawa, Siamsay Jie-lo disuruh berlutut. Namun mereka membantah hingga kepaksa lututnya digedor sama pentungan yang membuat akhirny mereka berlutut juga diluar keinginannya. "Hahaha____. hahaha.... ! Siamsay Jie-lo, sudah satu minggu kalian mendekam dalam kamar tahanan. Bagaimana kalian rasakan " Enak tidur, senang bergerak ?" Siamsay Jie-lo tidak menyahut, hanya menundukkan kepalanya saja. "Hahaha..... hahaha..... ! Siamsay Jie-lo, Mo-ong mau kasih jalan hidup asal kalian suka menjadi pembantu Mo-on, bagaimana ?" Lim Teng dan Lim Keng saling awasi satu dengan lain sejenak, baru Lim jeng menyahut, "Asal Mo-ong suka kasih kebebasan pada kami? mau disuruh apa juga kami akan menurut perintah Mo-ong !" "Hahaha-... hahaha.-...! Bagus, bagus, mulai sekarang kalian dibebaskan dan menjadi pembantu Mo-ong. Asal kalian dapat menunjukkan jasa dalam Pekerjaan kalian pasti Mo-ong tidak akan melupakan !" Atas perintah Thoat Beng Mo Siauw, orangnya telah membebaskan Siamsay Jie-lo dari ikatan tangannya. Kemudian lututnya yang dibikin lemas barusan oleh pentungan telah diobati dan mulai hari itu Siamsay Jie-lo telah menjadi orangnya Thoat Beng Mo Siauw, sehari-hari galang gulung dengan kawanan penjahat. Siamsay Jie-lo mau menjadi budaknya si Hantu Ketauia bukannya ingin hidup senang. Mereka mau merendah lantaran ingin membebaskan diri dari pengaruh si raja iblis. Pikirnya, kalau mereka menolak tawaran si Hantu Ketawa, terang mereka akan dijebloskan pula dalam tahanan yang buruk itu, sampai kapan mereka dapat merdeka " Sebaliknya kalau terima tawaran, keuntungan bagi mereka menemukan banyak kans untuk dapat melarikan diri dan mewujudkan cita-citanya menuntut balas pada Thoat Beng Mo Siauw yang gagah perkasa itu. Siamsay jie-lo selalu diintip gerak geriknya oleh mata-mata dari si Hantu Ketawa, namun mereka bisa bawa diri sehingga lama-lama kecurigaan atas dirinya menjadi lunak. Hampir saban minggu orangnya telah membawakan perempuan cantik untuk Thoat Beng Mo siauw bersenang-senang. Wanita-wanita yang menjadi korbannya itu hanya seminggu ditangannya si raja iblis kemudian dioperkan kepada orang-orangnya yang disayang. Terutama kaki tangannya yang diandalkan, sering mendapat hadiah lebih dahulu dari yang lainnyaMalah Siamsay Jie-lo juga pernah ditawari wanita bekas kaki tangannya si raja iblis, akan tetapi dengan halus mereka men0lak dengan alasan mereka sudah tua, tidak suka plesiran dengan orang perempuan. penghidupan dalam kekuasaan Thoat Beng Mo Siauw sebenarnya memuakkan dalam ukuran hidupnya dua kakek dari Siamsay itu. Namun mereka tak dapat berbuat apa-apa sebab masih belum ada kesempatan untuk angkat kaki dari situ. Wanita-wanita yang menjadi korbannya Thoat Beng Mo Siauw ada juga yang bunuh diri setelah dinodai tapi kebanyakan mereka pada temahai hidup dan rela menjadi bola bundar dioper ke sana sini sehingga tabiatnya berubah menjadi genit dan merupakan wanita 'p' yagn sangat memuakkan. Pada suatu hari, menggunakan kesempatan Thoat Beng Mo Siauw sedang keluar dengan beberapa jagoannya, Siamsay Jie-lo telah angkat kaki dari situ. Namun Perbuatannya telah diketahui oleh mata-mata si Hantu Ketawa hingga terjadi pengepungan ramai. Siamsay Jjie-lo telah mengamuk dan membunuh banyak orangnya Thoat Beng Mo Siauw, namun mereka tidak bisa lolos dari kepungan sehingga mereka jadi nekad dan mengamuk mati-matian. Dengan badan berlumuran darah, mereka telah dikejar oleh orang-orangnya si Hantu Ketauia. Untuk menolong diri, dua kakek itu gunakan ginkangnya. Benar lawannya dapat ditinggalkan, namun keadaan mereka sangat payah. Di perjalanan Lim Keng tealh ambruk kecapean- Kepaksa Lim Teng menolongi adiknya duu sebelum meneruskan kaburnya. Hatinya sangat gelisah, khawatir musuh keburu sampai dan mereka bakal mendapat penghinaan yang bukan-bukan nanti. "Koko, adikmu sudah tidak berguna lagi. Kau lekas lari selamatkan diri. Di belakang kali kau dapat menuntut balas dan adikmu di tempat baka juga akan merasa senang.----" demikian Lim Keng telah berkata kepada kakaknya. "Tidak, kau harus hidup dan sama-sama nanti datang kembali menuntut balas ! ' menghibur kakaknya dengan berlinang-linang air mata. Lim Keng bersenyum, "Sejak muda kita berkumpul samasama, berkelana sama-sama dan dalam menghadapi suka duka kita selalu bersama, tapi kali ini, aku harap kau tidak bersama aku. Relakan kepergianku, pulang menemui murid kita yang telah mendahului kita....." Lim Teng menangis seperti anak kecil mendengar perkataan adiknya. Makin gelisah hatinya karena sebentar lagi, musuh akan sudah sampai disitu. Benar saja, begitu Lim Keng menarik napasnya yang penghabisan, tampak banyak musuh mendatangi. Kepaksa Lim Teng meninggalkan mayatnya sang adik, ia kabur seperti kesetanan sehingga orang-orangnya Thoat Beng Mo Siauw tak dapat menangkapnya. Mereka hanya boleh merasa puas dengan mayatnya Lim Keng yang mereka bawa pulang ke markas untuk dipakai bukti nanti Thoat Beng Mo Siauw kembali dari kepergiannya. Lim Teng dengan susah payah sampai juga di Suyangtin. Orang yang melihat padanya telah melaporkan kepada lima harimau yang segera pada datang menyambut Lim Teng yang pakaiannya penuh darah, badannya banyak mendapat lukaluka. Keadaannya payah benar. Maka ketika berjumpa dengan Lima Harimau telah roboh terkulai saking lelahnya dan seluruh badannya lemas terlalu banyak mengeluarkan darah. Kie Giok Tong perintah orang-orangnya untuk menggotong Lim Teng ke rumahnya, dimana Lom Teng ditolong sebagaimana mestinya. Keadaannya jago tua itu sangat gawat, namun ia masih daPat menceritakan pengalamannya kepada Kie Giok Tong dkk dengan sangat jelas- Pada keesokan harinya Lim Teng telah menutup mata. Kasihan, ia dapat meloloskan diri dengan meninggalkan mayatnya sang adik, maksudnya belakang kali ia akan membawa banyak teman untuk membalas sakit hati kepada Thoat Beng Mo Siauw. Tapi kenyataannya tak dapat ia berbuat apa-apa yang dicita-citakan karena badannya tidak mengijinkan dan telah melepaskan napasnya yang penghabisan di rumahnya Kie Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Giok Tong. Lima Harimau sangat berduka atas kematiannya Siamsay Jie-lo seperti juga kematiannya Siarrrsay Jie Liong (Dua naga dari Siamsay). - 24 - Sejak itu tidak ada kejadian pula ada orang-orang gagah yang datang dengan niat menumpas kejahatannya Thoat Beng Mo Siauw. Suyangtin dapat mengalami keadaan aman dan tentram, sebegitu lama penduduk memenuhkan peraturan yang ditetapkan oleh Thoat Beng Mo Siauw ialah saban tanggal 16 dikirim seorang gadis yang cantik jelita untuk si Raja Iblis. Pada bulan itu adalah bulan keenam, dimana pilihan gadisgadis telah jatuh kepada puterinya Teng Houw dari Suyangtin Ng0-H0uw. Puterinya Teng Houw ada putri tunggal bernama Leng Siong, umurnya baru 17 tahun, wajahnya cantik sekaliOleh karena menghadapi kehilangan puterinya pada tanggal 16 yang akan datang, maka mukanya Teng Houw selalu bermuram durja, sangat duka akan kehilangan puteri tunggalnya- Malah Leng Siong sendiri sekarang tengah menangis saja, tidak mau dijadikan sajian Thoat Beng Mo Siauw. Demikian ada penuturan Kie Giok Tong kepada Kim Wan Thauto, Lo In dan Bwee Hiang, baru tahu sekarang duduknya perkara. Maka Kim Wan Thauto telah minta maaf untuk sikapnya barusan yang kasar. "Kelakuan Taysu mana bisa disalahkan. Memang sebagai sahabat baik Taysu pun ingin tahu duduknya urusan supaya dapat membantu memecahkannya, bukan ?" berkata Kie Giok Tong dengan muka berseri-seri, puas dapat menceritakan halnya Thoat Beng Mo SiaUui kepada Kim Wan Thauto dan dua saudaranya hingga Kim Wan Thauto tidak menaruh curiga pula kepada Suyangtin Ngo HouwPenuturan itu sangat menarik sekali hatinya Bwee HiangPikirnya, "Thoat Beng Mo Siauw sangat jahat, banyak meminta korban uiantia baik-baik- Kalau tidak buru-buru dibasmi pasti akan menyusahkan pada kaum perempuan. Sebaiknya aku berdamai dengan adik kecil, biar aku yang gantikan Leng Siong dan adik kecil yang antar aku ke sana. Kita berdua akan basmi kawanan jahat itu... Matanya Bwee Hiang mengawasi kepada adik kecilnya, disambut oleh L o In dengan menyeringai ketawa. Bwee Hiang sudah hendak membuka mulut menyatakan pikirannya, namun sudah didahului oleh Kim Wan Thauto yang berkata, "Kesulitan yang dihadapi oleh Teng-heng bukannya tidak bisa diatasi, cuma entahlah orangnya yang kita bisa andalkan suka atau tidak campur urusan ini." Kie Giok Tong terkejut. Ia menanya, "Orangnya siapa yang Taysu maksudkan ?" Kim Wan Thauto tidak menjawab hanya ia ketauia ke arahnya Lo in. Sekarang Kie Giok Tong mengerti akan kata-kata Kim Wan Thauto tadi. Orang yang diandalkan itu adalah si Bocah Sakti. "Kalau anak In suka menolong Teng-heng, urusan akan beres sudah." kata si Thauto. "Biarlah adik kecil dengan aku kesana..." menyela Bwee Hiang. "Nah, ini baru betul." kata Kim Wan Thauto. "flnak In tidak bisa bekerja betul tanpa anak Hiang yang mendorongnya. Hahaha.... bagus, bagus____" Bwee Hiang dan Lo In saling pandang dengan pikiran masing-masing. "Taysu, kau mau atur bagaimana ?" tanya Kie Giok Tong kepingin tahuTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku mau atur begini." jawab Kim Wan Thauto. "flnak Hiang gantikan kedudukannya nona Leng Siong, sedang anak In yang mengantarnya. Sampai di pek-kut-nia ketemu si Hantu Ketawa, terserah pada pertimbangan dua anak itu. Aku rasa dengan anak in dan Hiang kesana urusan Thoat Beng Mo Siauui akan selesai sudah. Ia akan tinggal namanya saja. Aku Percaya anak in dapat mengatasi kepandaiannya yang dikatakan hebat." Kie Giok Tong saling lihati diantara saudara-saudaranya. Teng HaUui ragu-ragu untuk menerima tawaran itu. Ia masih meragukan kepandaiannya Lo In yang masih anak-anak dan Bwee Hiang satu gadis cantik yang tidak ada apa-apanya yang ditakuti, ia khawatir dua anak itu akan menjadi korbannya si Hantu Ketawa yang kejam. Kalau sampai kejadian demikian, bagaimana ia dapat mempertanggungjawabkan kepada orang tuannya dua anak itu " Sementara Teng Hauui dalam ragu-ragu, tiba-tiba Bwee Hiang berkata, "Paman Teng, apa kau tidak keberatan ajak aku menemui adik Leng Siong ?" "Tentu, tentu, masa aku keberatan. Mari ikut aku nona Hiang." kata Teng Hauw. Bwee Hiang kedipkan mata kepada Lo In, seakan-akan kode suruh si bocah menunggu padanya. Lo In hanya ketawa nyengir melihat enci Hiangnya ikut Teng Hauw masuk ke dalam, tapi lekas juga ia kaget sebab dengan perginya sang enci ia jadi kesepian. Ia paling ogah kumpul-kumpul dengan orang-orang tua. Bwee Hiang sementara itu sudah masuk dan menemui nyonya Teng yang sedan berada di kamarnya sang puteri. Leng Siong sendiri tenah menangis sambil memeluki bantal. Teng Hauw memperkenalkan Bwee Hiang kepada istrinya dan sebaliknya, kedua wanita itu saling merendah. Teng Hauw keluar lagi menemui tamu-tamu yang lainnya. "Anak Siong, kau jangan menangis saja. Lihat nih enci Hiang datang menjenguk kau. Lekas bangun, malu ihh menangis saja ada tamu !" kata sang ibu kepada puterinya. Leng Siong kaget. Ia lempar bantal yang dipeluki menangis tadi, lalu bangun dari pembaringannya menemui Bwee Hiang. Nona Bwee Hiang lihat Leng Siong sangat cantik hanya sayang kedua matanya pada bengul, rupanya saking kebanyakan menagnis- Segera dua wanita itu berjabatan tangan memperkenalkan diri, Bwee Hiang berkelakar, " Adik Leng Siong, kau sangat cantik. Cuma kedua matamu itu pada bengkak, jelek ihh !" "Enci Hiang, kau bisa saja, orang jelek dikatakan cantik." "Kalau gadis cantik macam adik Siong dikatakan jelek, gadis yang bagaimana yang boleh dikatakan cantik 7" "Gadis itu toh sudah ada disini....." sahut Leng Siong ketawa mesem. "Siapa 7" tanya Bwee Hiang kepingin tahu. "Enci Hiang sendiri..-" sahut Leng Siong ketauia cekikikan, lupa barusan ia menangis terus-terusan. Buiee Hiang tertegun sebentar. Pikirnya, anak ini pandai benar membaliki duduknya urusan dan suka berkelakarSungguh sayang kalau dijadikan mangsanya si Hantu Ketauia. "Bagus, kau pandai memutar duduknya urusan." kata Buiee Hiang ketauia- Leng Siong ajak Buiee Hiang duduk bersama diatas kursi panjang. Ibunya Leng Siong masih duduk di tempatnya tadi- Ia merasa suka kepada Bwee Hiang yang begitu bertemu dengan anaknya sudah lantas seperti teman akrab saja. "Adik Siong." kata Bwee Hiang. "Sebenarnya aku ingin bertemu dengan kau, mau lihat keadaan kita berimbang atau tidak. Sebab aku akan menggantikan kau menjadi korbannya si Hantu Ketawa....." "Enci Hiang !?" potong Leng Siong kaget. "Apa kau bilang " Kau mau menggantikan aku menjadi mangsanya si Hantu Ketawa " Oh, jangan, jangan- Aku tidak mau orang berkorban untuk kepentinganku. Biarlah aku yang tanggung sendiri......" Legn Siong berkata sambil menangis sesenggukan. Nyonya Teng sangat kasihan kepada anaknya yang telah putus asa- "Anak Siong, encimu bukan betul-betul menjadi korbannya si Hantu Ketawa. Ia hanya menggantikan kau untuk ke sana membasmi si orang jahat itu......" menghibur Nyonya Teng. Leng Siong terkejut. Rambutnya yang riap-riaP ia angkat dan menatap wajahnya Bwee Hiang. "Enci." katanya. "Enci mau kesana membasmi si Hantu Ketauia 7 Ah, tidak mungkin. Kau secantik ini pergi ke sana sendirian, sama saja kau mengantarkan jiwa." "Hihihi...-" Bwee Hiang tertawa ngikik. "Kenapa kau tertawa, enci Hiang ?" tanya Leng Siong heran. "Aku mentertawakan kau, adik Siong." sahut Bwee Hiang. "Kau tertawakan aku, kenapa ?" tanya si gadis. "Aku kesana bukannya sendirian, ada adikku yang kepandaiannya begini !" kata Bwee Hiang sambil acungkan jempolnya. "Adikmu 7 Apa kepandaiannya lebih atas dari si Hantu Ketawa ?" "Sudah tentu, adikku kepandaiannya susah diukur, pendeknya kalau ia yang turun tangan, jangan hanya satu Hantu Ketawa, biarpun ada sepuluh Hantu Ketauia pasti ia akan tangkap semuanya. Hihihi "Enci Hiang, kau jangan berkelakar untuk urusan kosong !" kata Nona Teng. "Kenapa aku berkelakar dalam urusan kosong, apa memangnya aku dapat keuntungan 7" Leng Siong membenarkan jawaban Bwee Hiang. Ia merasa barusan telah kesalahan omong dan khawatir menyinggung hatinya sang teman baharu. Maka lantas berkata, "Enci Hiang, kau jangan marah. Barusan akan kesalahan omong. Adikmu itu tentu cakap romannya sebab kau sendiri begini cantik...." Bwee Hiang terpingkal-pingkal ketawa mendengar adik kecilnya dikatakan cakap-"Enci, kenpa kau tertawa begitu enaknya 7" "Tidak apa-apa- Aku ketawa geli barusan kau mengatakan adikku cakap." Memangnya adikmu itu berwajah jelek ?" Ah, tidak- Cukup menarik kalau kau nanti melihatnya." Enci Hiang, apa dia ada disini ?" Ada. Kau mau berkenalan dengannya ?" Tentu. Sebab dia mau menolong diriku dari cengkeraman si Hantu Ketawa." "Baiklah, nanti aku panggil dia masuk." Bwee Hiang permisi pada nyonya Teng keluar sebentar memanggil adik kecilnya. Ketika Bwee Hiang sudah berlalu, buru-buru nyonya Teng berkata, "Anak Si0ng, mereka segera akan datang. Mana boleh pertemuan dilakukan di dalam kamar ini. Maka itu, lekas dandan sedikit dan menyambutnya mereka di ruangan tengah." Sang ibu berkata sambil bangkit dari duduknya dan keluar. Leng Siong pikir kata-kata ibunya tadi memang benar, maka dengan terburu-buru ia bersolek dan tukaran pakaian akan kemudian keluar menanti di ruangan tengah bersama ibunya. Benar saja tidak lama Bwee Hiang dan Lo in masuk diantar oleh pelayan. Leng Siong kaget melihat Lo In wajahnya hitam lega. Lebih kaget lagi ketika ia diperkenalkan oleh Bwee Hiang, tiba-tiba saja Lo in menubruk padanya sambil berkata, "Enci Eng Lian, kau ada disini " Hm, diam-diam kau mengumpat disini ya, membuat adikmu mencari setengah mati. Hahaha.-.-" Lo In memeluk Leng Siong dengan keras hingga si nona meronta-ronta minta tolong pada ibunya dan Buiee Hiang. Ibunya Leng Siong menjadi kesima melihat adegan itu, sedang Bwee Hiang juga sangat heran dengan tiba-tiba saja adik kecilnya merangkul Leng Siong dan mengatakan si nona ada enci Eng Liannya. Setelah hilang tertegunnya, Buiee Hiang cepat menarik tangannya Lo In dan berkata, "Adik kecil, kau jangan membikin maiu orang. Itu bukan enci Lianmu, dia ada puterinya paman Teng. Hayo lepaskan pelukanmu !" Lo in dengan perlahan-lahan melepaskan pelukannya, "Apa benar kau bukan enci Lianku ?" kata Lo In seraya menatap wajah Leng Siong yang kemerah-merahan jengah dipeluki oleh laki-laki yang barusan saja dikenal. "Aku bukannya enci l_ianmu..." sahut Leng Siong seraya merapihkan pakaiannya yang kusut dan ambil tempat duduk tidak jauh dari Bwee Hiang. Napasnya masih terengah-engah, barusan mengerahkan tenaganya habis-habisan untuk meloloskan diri dari pelukan Lo In, si bocah wajah hitam yang kesalahan menerka orang. Lo In masih ragu-ragu atas keterangan Leng Siong, maka ia mengamat-amati lagi wajah si nona yang cantik jelita hingga si nona menjadi kemalu-maluan diawasi terus-terusan oleh Lo In. Bwee Hiang di lain pihak merasa tidak enak hatinya atas kelakuan Lo In tadi. "Adik kecil." tegurnya. "Lain kali jangan suka sembrono. Kau lihat dulu yang tegas, gadis yang dihadapi ada enci Lianmu apa bukan. Jangan main rangkul saja..." Bwee Hiang menegur sambil tertawa terkekeh-kekeh, hatinya tiba-tiba jadi geli mengingat kesembronoan Lo in tadi sehingga Leng Siong menjadi ketakutan setengah mati. "Aku masih penasaran, enci Hiang- Coba kau tolong periksa, apa diatas alisnya yang sebelah kiri ada tanda tai lalat tidak ?" memohon Lo In pada Bwee Hiang. Bwee Hiang menurut. Ia minta periksa alisnya Leng Siong yang sebelah kiri tapi tidak ada kedapatan tai lalat yang dimaksudkan Lo In- "Adik kecil, benar-benar ia bukan enci Lianmu. Tanda tai lalat dialisnya tidak ada." Lo In manggutkan kepalanya. Dengan sopan ia bersoja meminta maaf kepada Leng Siong, juga kepada ibunya yang masih diam saja kesima. Nyonya Teng lihat Lo In, meskipun sifatnya agak liar namun kelihatannya ia ada anak yang polos dan jujup, maka kelakuannya tadi terhadap Leng Siong bukannya tidak ada sebabnya-Maka ia lalu minta keterangan sedikit pada Lo In tentang Eng Lian. Lo In menutupkan tentang pengawakan dan wajahnya Eng Lian persis sama dengan Leng Siong, hanya itu tanda tai lalat saja tidak ada pada Leng Siong. Ia sangat merindukan enci Liannya yang sudah lama berpisahan, makanya tadi tanpa sengaja ia telah merangkul Leng Siong yang disangkanya ada enci Liannya. Nyonya Teng angguk-anggukkan kepalanya. Diam-diam Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hatinya bergoncang mendengar penutupan Lo In. Ia ingat sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan di depan anak-anak muda itu. Setelah ia omong-omong sebentar, lantas meninggalkan 3 anak muda itu duduk kongkouw dengan asyiknya. Lo In sudah melupakan kejadian barusan, sedang Leng Siong juga dapat memahami kesalahan Lo In yang tidak disengaja. Ia malah sekarang suka kepada si bocah nakal yang bisa berkelakar dan mengitik urat ketauia. Di lain pihak, Kim wan Thauto sudah merancangkan maksudnya ialah Bwee Hiang duduk dalam tandu, di gotong oleh dua orang diantaranya Lo in satu ikut menggotong- Bwee Hiang akan diantar ke Pek-kut~nia dipersembahkan kepada Thoat Beng Mo Siauw. Lima Harimau semuanya sudah mufakat, hanya tinggal tunggu waktunya saja tanal 16. Pada keesokan harinya Bwee Hiang dan Lo In dibawa ke Giok Lie Teng (Peseban Bidadari) oleh Leng Siong, dimana mereka bercakap-cakap dengan gembira. Kemudian Leng Siong ajak dua kawannya untuk melihat-lihat kebonnya yang luas. Dalam perjalanan Bwee Hiang menggodai Leng Siong, katanya : "Adik Siong, tepat nama beseban ini dengan orangnya yang suka datang menangin disitu-" "Enci maksudkan bagaimana ?" tanya Leng Siong. "Nama beseban bidadari, tepat benar sebab kau sendiri seperti bidadari, adik Siong !" jawab Bwee Hiang ketawa ngikik. "Enci Hiang, kau bisa saja-..." kata Leng Siong, tangannya diulur mencubit. "Aduh ! Kenapa aku mencubit aku, adik Siong. Kalau mau mencubit, cubitlah tuh adik kecil !" kata Bwee Hiang seraya monyongkan mulutnya ke arah Lo In. Lo In ketawa menyeringai, "Mana enci Leng Siong berani mencubit aku, dia takut dirangkul !" L o In berkelakar. Leng Siong kemerah-merahan wajahnya, matanya menatap Lo In dengan gergetan. Terkejut hatinya Lo in melihat Leng Siong dalam sikap gergetan itu, sebab Persis ia melihat Eng Lian kalau ia sedang godai dan si nona penasaran menatap padanya dengan sorot mata dan sikap seperti Leng Siong sekarang. Segera juga mereka beradu Pandangan di luar tahunya Bwee Hiang, keduanya terkejut dan pada melengoskan pandangannya. Leng Siong menundukkan kepala sedang Lo In pikirannya melayang-layang kepada enci Liannya. Bwee Hiang yang memecahkan kesunyian, ia berkata, "Mari kita duduk-duduk di bawah pohon itu yang teduh !" Lo In mengiyakan, ia hanya mengikuti saja kemananya kedua gadis jelita itu- Di lain saat mereka telah duduk-duduk mengangin. Selama kongkouw, matanya Lo in ketarik oleh banyak kera yang pada lelompatan dari satu ke lain cabang. Pikirannya melayang-layang ke lembah Tong-hong-gay dimana ia berkawan dengan kawanan kera dan si rajawali kapal terbangnya. Lo In meninggalkan dua gadis yang sedang asyik kongkouw itu dan menghampiri kawanan kera. Ia disambut dengan har har dan wajah yang menakuti dari kawanan monyet. Mereka seperti tidak senang didekati Lo In. Namun setelah Lo in bicara dalam bahasanya, kawanan monyet itu menjadi jinak dan berkumpul merubung si Bocah Sakti. Lo In minta kawanan monyet itu tolong mencarikan buahbuahan yang lezat untuk ia dan kawan-kawannya makan. Kawanan monyet itu kegirangan dan berjanji akan mencarikan buah-buahan yang dimaksudkan, setelah mana kawanan kera itu telah bubaran lari serabutan ke beberapa jurusan dengan masing-masing keluarkan suara cetcowetan yang ramai sekali. Ketika Lo In putar tubuhnya hendak kembali, dibelakangnya sudah ada Bwee Hiang dan Leng Siong sedang berdiri mentertawakan kepadanya. 'Adik kecil, sungguh lucu sekali kau bicara barusan dengan kawanan kera. Apakah mereka mengerti dengan bicaramu itu 7 Hihihi---- " tertawa Bwee Hiang. Leng Siong ikut ketawa dan Lo In hanya ketawa nyengir. "Kau katakan apa kepada mereka sehingga mereka pada bubaran tumpang siur ?" tanya Bwee Hiang kepada Lo In ketika melihat adik kecilnya hanya ketauia nyengir saja. "Aku suruh mereka mencarikan bebuahan yang lezat untuk kita makan." sahut Lo In. "Bagus." kata Bwee Hiang. "Encimu mau lihat, aPa benar mereka nanti membawakan bebuahan yang dimaksud. Rasanya kawanan kera itu hanya main-main saja dengan kau, adik Kecil." "Kau lihat saja nanti, enci Hiang." sahut Lo In. Mereka kembali ke bawah pohon tadi, dimana mereka meneruskan ngobrolnya- "Adik Leng Siong, adik kecil ini katanya pandai meniup seruling mengundang ular. Apa kau tidak ingin mendengarnya 7" Leng Siong melirik pada Lo In dengan senyumnya yang memikat-"APa benar, adik kecil ?" tanya Leng Siong. "Bohong, enci Hiang hanya seenaknya saja berkata." sahut Lo In- "Adik kecil, kau jangan bohongi lagi enci Leng Siong." bantah Bwee Hiang. Lo In tidak menyahut, ia hanya ketawa nyengir. "Adik kecil, sebagai tandanya persahabatan, apa salahnya kau perdengarkan suara serulingmu untuk aku dengar." berkata Leng Siong. "Hayo, jangan malas- Kalau nona rumah suruh, jangan bandel !" menyela Bwee Hiang. Lo In kewalahan didesak kedua gadis jelita itu. Maka ia mencabut serulingnya dan ia mulai meniupnya dengan lagulagu gembira. Kedua gadis itu pikirannya melayang-layang mengikuti irama lagu gembira, tampak wajahnya berseri-seri. Kapan irama lagu membiluk pada lagu yang tegang, berubahlah wajah kedua gadis itu menjadi tegang dan serius sekali. Yang paling hebat, kapan irama lagu seruling Lo In sampai pada lagu yang sedih, dirasakan oleh kedua gadis itu seperti hatinya disayat dan sangat sedih, maka berlinanglinanglah air mata mereka. Ingin mereka menyetop Lo In meniup serulingnya, namun merek tidak berdaya karena terbawa oleh ayunan lagu sedih mencengkeram hatinya. Sampai terisak-isak kedengaran mereka menangis mendengar irama lagu sedih dari seruling si bocah nakal. Tiba-tiba suara seruling dihentikan, lenyaplah lagu sedih itu- Tampak kedua gadis itu telah menyeka masing-masing matanya yang penuh dengan air kesedihan. "Sungguh hebat adik kecil kita !" memuji Buiee Hiang dikala kegembiraannya telah balik kembali. Leng Siong sementara itu telah mengawasi kepada Lo in yang tidak menjawab pujiannya Bwee Hiang, malah menundukkan kepalanya seperti yang menangis. "Adik kecil, kau kenapa ?" tanya Leng Siong, melihat Lo In diam saja. Lo In pelan-pelan angkat kepalanya dan memandang Leng Siong. "Aku terkenang kepada enci Lian, entahlah sekarang dia ada dimana." sahut si bocah seraya menyeka air matanya yang berkaca-kaca- Leng Siong tundukkan kepalanya tatkala matanya Lo In mengawasi saja pada wajahnya yang mirip Eng Lian. "Kau ada begitu Perhatikan enci Lianmu. Pasti ada satu waktu Tuhan akan pertemukan kau dengannya- Tak usah kau sedihkan- Enci Lianmu pasti dalam selamat____" menghibur Leng Siong yang merasa sangat kasihan kepada Lo in. "Biasanya adik kecil tidak cengeng kalau ingat akan enci Liannya. Entahlah sejak dia melihat wajah adik Leng Siong, sebentar-sebentar keingatan saja dengan enci Liannya." nyeletuk Bwee Hiang sambil ketawa. Leng Siong semu-semu merah wajah mendengar perkataan Bwee Hiang. Bwee Hiang perhatikan perubahan Leng Siong yang rada kikuk, maka ia alihkan pembicaraan, katanya, "Adik kecil, lagu serulingmu hanya membuat orang sedih saja. Tidak ada hasilnya apa-apa." "Siapa bilang tidak ada hasilnya ?" sahut Lo In. "Kau kata, dengan lagu serulingmu akan dapat mengundang kawanan ular. ' kata Bwee Hiang-Kalau itu apa ?" sahut Lo In sambil menunjuk ke depan. Bwee Hiang dan Leng Siong memandang ke arah yang diunjuk oleh Lo In. Tiba-tiba saja matanya kedua gadis itu terbelalak ketakutan. Memang benar, tidak jauh dari mereka ada berkumpul banyak ular kecil besar. Ada yang angkat kepalanya dan menjulurkan lidanya, ada yang lugat legot seperti yang berjoget, entah dari mana datangnya ular yang jumlanya hitung ratusan- Bukan saja kawanan ular itu hanya berkumpul di sebelah depan, tapi tampak disekitarnya juga hingga Lo in dan dua gadis itu terkurung di tengah-tengah. "Habis, bagaimana ini ?" keluh Leng Siong yang ketakutan. "Nah, biarkan enci Leng Siong dikawani kawanan ular. Aku dan enci Hiang bisa keluar dari kepungan mereka !" Lo In menakut-nakuti si gadis yang sedang ketakutan. Bwee Hiagn ketauia ngikik. "Enci Hiang, kau jangan ketawa saja." tegur Leng Hiong rada keras suaranya, rupanya ia jengkel. "Carilah daya supaya aku dapat keluar dari sini." "Kau jangan takut, adik Leng Siong-" menghibur Bwee Hiang- "Disini ada jago cilik kita, apanya yang ditakuti 7" "Aku tidak berdaya menghadapi bagitu banyak ular. Bagaimana enci Hiang kata demikian ?" kata Lo In seperti yang putus asa. Leng Siong yang tidak tahu sampai dimana kepandaiannya Lo in telah menangis. "Adik kecil, kau mau suruh encimu dimakan ular ?" kata Leng Siong sesenggukan menangis. "Biarlah, sebelum kau dimakan ular akan kucakar dulu mukamu yang hitam legam untuk melampiaskan penasaranku. Uh, uh, uh... "Leng Siong menangis. Leng Siong mendekati Lo In dengan maksud mencakar mukanya si bocah. "Adik kecil, kau jangan godai enci Lianmu !" tegur Bwee Hiang ketawa. Bwee Hiang sengaja menyebut namanya Eng Lian agar si bocah muka hitam hentikan menggodai Leng Siong yang benar-benar ketakutan melihat ular yang jumlahnya ratusan itu. Benar saja Lo In terkejut. Ia ingat seketika itu pada enci Liannya, dipandangnya wajah Leng Siong yang cantik sedang menangis. Seraya Pegangi tangan Leng Siong yang hendak mencakar mukanya, L0 in berkata, "Enci Leng Siong, kau jangan takut. flku ada disini, keselamatanmu aku jamin...." Lo In mencekal tangan yang halus lunak itu seraya matanya mengawasi Leng Siong hingga si nona kembali pelongoskan mukanya dan menunduk kemalu-maluan. Pikirnya, "Anak hitam ini sudah tergila-gila sama enci Liannya. Makanya selalu mengawasi saja wajahku yang mirip enci Liannya. Lama-lama apa dia tidak menyulitkan diriku ?" Tengah ia berpikir demikian, tiba-tiba dibikin kaget oleh suara ketawa gelak-gelak dari luar lingkaran ular. Entah dari mana datangnya sudah ada kira-kira dua belas orang yang berdiri sambil tertawa ke arah mereka. "Enci Hiang, itulah lawanmu. Lekas sambut ke sana !" Lo In menganjurkan Bwee Hiang yang berdiri tertegun melihat ada banyak orang laki-laki muncul dengan tiba-tiba. Buiee Hiang paling gembira kalau disuruh bertempur. Maka dengan tidak mengatakan apa-apa, ia enjot tubuhnya mencelat melewati lingkaran ular dan tahu-tahu ia sudah ada di depan dua belas laki-laki tadi. Dengan gagah ia menegur, "Kalian siapa datang mengganggu kesenangan nonamu " Lekas kasih tahu, supaya nonamu jangan kesalahan tangan membunuh orang yang tidak bernama !" Seorang diantara dua belas orang itu rupanya menjadi pemimpinnya telah maju ke depan dan berkata, "Nona manis, aku Hek-liong Gouw Cin mendapat perintah untuk menangkap kalian. Maka kau jangan bikin Perlawanan. Menyerah saja, karena dengan membikin perlawanan kau bisa dapat susah dikeroyok kami ramai-ramai." Bwee Hiang tertawa cekikikan. "Kalian bangsa gentong nasi mau bikin susah pada nonamu " Hm ! Kalian jangan ngimpi ! Mari, aku mau lihat kau orang macam aPa berani mengacau disini !" Bwee Hiang seorang gadis cantik dan lemah gemulai, tidak disangka-sangka oleh Hek-liong Gouw Cin, si Naga Hitam, berani menentang kepada mereka. Dalam gusarnya ia membentak, "Budak liar, apa Bouui toaya tidak mampu tangkap kau ?" Gouw Cin berkata seraya menyerang pada si n0na. Kepandaian Bwee Hiang sekarang sudah hebat. Ia bukan Bwee Hiang di jaman SuCoan Sanrsat menyerbu ke rumahnya Liu Ulangwee. Ia sekarang mendapat pelajaran tinggi dari guru kecilnya (Lo In)" Maka tidak heran kalau hanya dengan gepaki saja sedikit badannya serangan si Naga Hitam menemukan sasaran kosong. Si orang she Gouw heran. Kembali ia menyerang, sia-sia saja. Malah entah bagaimana si nona bergerak tahu-tahu ia sudah kena ditampar dua kali sehingga terputar. Bwee Hiang ketawa ngikik melihat musuhnya terputar ditampar olehnya. Sementara itu kawan-kawannya GoUw Cin tidak tinggal diam. Dengan serentak mereka menyerbu dan mengurung Buiee Hiang ditengah-tengah. Si nona tidak gentar, apalagi ia tahu dibelakangnya ada guru ciliknya. Semangatnya menyala dikeroyok banyak orang- Ia gunakan ginkangnya untuk berkelit dari seranganserangan orang jahat itu. Di lain pihak, Leng Siong sangat mengagumi Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kepandaiannya Buiee Hiang yang bisa melesat tubuhnya melebati lingkaran ular dan kini si nona sudah bertempur. Ketika pandangannya beralih kepada Lo In, si nona terkejut melihat ada dua orang yang mendekati Lo In hendak membokong. Ia menjerit, "Adik In, awas !" Saking ngeri Leng Siong pejamkan matanya. Ia menduga adik kecil itu remuk kepalanya digempur oleh dua orang jahat yang berbadan tinggi besar. Leng Siong mencelos hatinya mendengar suara jeritan. Pelan-pelan ia membuka matanya, kiranya yang menjerit tadi bukannya Lo In, hanya kedua lawannya yang telah hancur kepalanya dibenturkan satu dengan lain oleh jago cilik kita. Sebelum Leng Siong menjerit kasih tahu ada bahaya, Lo In sudah tahu bahwa ada dua orang hendakmembokong dirinya. Maka dengan menggunakan kegesitannya ia berhasil mencekuk dua orang itu lalu diadukan kepalanya hingga hancur berantakan. "Adik kecil, kau tidak apa-apa ?" tanya Leng Siong cemas. Lo In hanya ketawa nyengir, berbareng ia jumput sebuah batu kecil. Begitu batu itu melesat ke atas, terdengar jeritan orang dari atas pohon, menyusul badannya telah jatuh persis di depan Leng Siong hingga si nona menjadi sangat kaget. "Adik kecil !" serunya ketakutan. Orang itu tidak berkutik karena kena ditotok oleh batu kecil tadi. Namun di tangannya ada memegang senjata rahasia yang dekat meledak. Leng Siong barusan saja memanggil adik kecil, Lo in dengan gesit telah menyambar si nona ditarik dalam pelukannya. Leng Siong kaget dan meponta-ronta dapi pelukan Lo In, ia mengira si anak kecil mau main gila terhadapnya. "Adik kecil, kau jangan begini terhadapku. Aku bukannya Eng Lian..." keluhnyaBerbareng terdengar suara 'Dar \' keras sekali hingga tanah dimana Leng Siong duduk tadi menjadi berlubang. Si nona leietkan lidahnya nampak kejadian itu, ia menatap wajahnya Lo In yang ketawa kepadanya. "Adik kecil, oh, kau sudah menyelamatkan encimu...." kata Leng Siong seraya sesapkan kepalanya di dada Lo In yang kecil. Sekarang si nona baru tahu maksud baik dari Lo In. Maka ia sangat berterima kasih dan tidak meronta lagi, malah ia sesapkan kepalanya di dada si jago cilik dengan roman yang manja. "Enci Leng Siong, kau cantik seperti enci Lian..." bisik Lo In Ilmu Ulat Sutera 12 Pendekar Naga Putih 56 Pembunuh Bayaran Kaki Tiga Menjangan 5