Ceritasilat Novel Online

Budi Kesatria 15

Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 15 membutikan bahwa ia tidak berharap kalau toako membawa bila bantuan" Siau Ling tertawa ewa. "Justru disinilah letak kelihayan dari Shen bok hong, jebakan yang dia persiap kan kelihatan sederhana dan jelas sekali membuat siapapun yang melihat segera akan mengetahuinya, tapi justru karena kesederha naantya itu membuat orang mau tak mau terpaksa harus memenuhinya juga!" Sang pat termenung berpikikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi: "Setelah nona Pek-li tertimpa musibah, bagaimanapun juga kita harus menolong dirinya, tapi jika toako pergi seorang diri, bukankah hal itu sama artinya dengan memenuhi harapan dari Shen bok hong?" "Kalau tidak pergi seorang diri, Shen bok hong tidak akan mengirim orang untuk menyambut diriku, dan diapun tak akan munculkan diri, apakah kita harus periksa setiap pelosok tempat diatas gunung Soat-bong san yang bu2 li panjangnya itu?" "Sepanjang jalan asal toako tinggalkan tanda rahasia, kami toh bisa menyusul dengan andalkan tanda tersebut ?" seru Sang Pat Siau Ling menghela napas panjang. "aaaii...! shen bok hong bukan seorang manusia bodoh, ia bisa mempersiapkan siasat semacam itu berarti pula bahwa ia telah menduga sampat kesitu. mungkin ia sudah menaruh mata2nya sepanjang jalan" "Kendatipun begitu, kamipun tak akan menguntit jejak toako secara terang2an. Kami akan menyaru sedemikian rupa sehingga tak dikenal lagi oleh siapapun." Siau Ling termenung sebentar akhirnya ia mengangguk. "Baiklah! dia menjawab dalam keadaan seperti ini akupun tak bisa temukan siasat lain yang jauh lebih baik tapi aku harap jangan. terlalu banyak orang yang mengetahui akan peristiwa ini. beritahu saja kepada Bu wi tootiang dan Be bun hui dua orang" setelah berhenti sebentar ia melanjutkan : "Orang yang menyusul diriku juga jangan terlalu banyak pilih saja lima orang jago yang paling lihay mengerti?"." "Menurut pendapat toako siapa saja yang pantas dipilih untuk menyusul dirimu?"." "kalau Sun put shia sun loocianpwee sudah kembali hal itu lebih bagus lagi kemudian kalau Bu wi tootiang bisa ikut ajaklah dia tapi kalau tak bisa jangan terlalu memaksa selain itu ajaklah panah sakti yang menggetarkan seluruh jagad Tong gom kie, peluru sakti Liok kui ciang dan kau sendiri. Luka yang diderita Tu heng sangat parah, lebih baik dia jangan ikut, ajaklah dia kesuatu tempat yang terpencil untuk merawat lukanya itu dan jangan lupa beritahu kepada Be bun hui agar semua jago persilatan yang telah berkumpul disekitar sungai Tiang kang untuk menyembunyikan diri untuk sementara waktu jangan adu kekuatan dahulu dengan pihak perkampungan Pek Hoa san cung" "Andaikata Sun put shia belum kembali?" tanya Sang pat. ''Kurang seorangpun tidak jadi soal..!" sahut Siau Ling. Setelah berhenti sebentar ujarnya lagi: "Engkau harus bersusah payah untuk melakukan perjalanan lebih dahulu kekuil Len-ie-si dikota Hciu katakan kepada It-bun too akan maksud hatiku dan undanglah dia untuk membantu para jago persilatan dalam perjuangannya melawan kelaliman She bok hong" "Apakah dia juga diminta untuk menyusul toako kebukit soat-hong-san.." "Beri tahukan saja peristiwa ini kepadanya mau pergi atau tidak terserah pada keputusan sendiri" 'Siaute akan mengingat selalu semua pesan dari toako!" "ooh yaa... masih ada satu urusan hampir saja aku luka untuk disampaikan kepadamu. Seandainya engkau berjumpa muka dengan Kim hoa hujin, maka beritahukan juga peristiwa ini kepadanya" Sang pat mengangguk " Siaute mengerti..-!'Siau Ling lantas alihkan sorot matanya kearah Tu kiu, sesudah mengawasi wajahnya ia menegur : "Saudara Tu kiu, bagaimana keadaanmu pada saat ini?" 'Kalau dipaksakan sih masih dapat melanjutkan perjalanan...!" ''Baik, kalau begitu mari kita lakukan perjalanan bersama2..." kata Siau Ling. "toako!" bisik Sang pat tiba2. "kita harus menjanjikan sebuah tanda rahasia khusus buat pergerakan kali ini. Dan tanda itu harus tanda yang aneh sehingga tidak gampang diketahui ataupun dikenali oleh orang lain" "Menurut pendapatku, lebih baik kita gunakan benda dari alam bebas saja sebagai tanda, asal diberi suatu perubahan khusus rasa nya sukar untuk dikenali orang" Setelah berunding beberapa saat lamanya dua orang itu segera menetapkan suatu tanda rahasia khusus untuk mengadakan kontak kemudian, sambil memayang Tu kiu berangkatlah mereka tinggalkan rumah penginapan itu. Setelah mengantar Sang pat keluar dari kota Tiang , Siau segera mengajak kedua orang saudaranya itu berangkat menuju kepantai pasir ditengah sungai. Setelah bertemu dengan para peronda dari jago persilatan dibawah pimpinan Be bun hut ia baru berbisik lirih: "Setelah berjumpa dengan para peronda aku rasa tak mungkin kalian sampai berjumpa dengan Shen bok hong, Siau heng akan berangkat selangkah lebih dulu. Jika aku bisa mendahului mereka dan menghadang mereka ditengah jalan bukankah hal ini jauh lebih bagus?"" Sang pat menyadari betapa gelisah dan terburu burunya sianak muda itu, dia sama sekali tidak berusaha mencegah hanya pesannya dengan suara lirih: "toako, baik2 lah jaga diri !!" "Aku bisa berhati2...." jawab Siau Ling, ketika kata2 yang terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah berada beberapa tombak jauhnya dari tempat semula. Memandang bayangan punggung Siau Ling yang makin menjauh, Sang Pat menghela napas panjang, sekali membopong tubuh Tu kiu ia berangkat menuju ketepi sungai. Sementara itu Siau Ling yang sudah memahami betapa kejam dan telengasnya Shen bok hong, sepanjang perjalanan ia berlari cepat, dia kuatir Pek li peng yang sudah terjatuh ketangannya akan mengalami banyak penderitaan dan siksaan, pemuda itu berharap sebelum mereka berhasil memasuki bukit Soat san. ia berhasil menghalangi jalan pergi orang2 itu. Melakukan perjalanan setengah malaman. entah berapa jauh sudah ia tempuh, dengan dasar tenaga dalam yang begitu sempurna pun keringat sebesar kacang kedelai telah membasahi seluruh tubuhnya. Tatkala fajar baru saja menyingsing, ia sudah tiba di sebuah persimpangan jalan. Sebuah rumah kecil bertegger disisi jalan. Dari bendera kain yang berkibar terhembus angin, ia kenali tempat itu sebagai suatu warung arak. Seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan dengan pakaian yang amat sederhana sedang membersihkan meja. Siau Ling segera maju menghampiri dan menegur: "Kakek apakah ada makanan yang bisa di hidangkan?" Setelah melakukan perjalanan cepat setengah malaman bukan saja sianak muda itu merasa amat lelah bahkan perutnya sangat lapar sekali. Kakek tua itu menengadah keatas dan mengawasi Siau Ling, sekejap kemudian sahutnya "Kek-koan sepagi ini engkau sudah tiba disini" "aku telah kemalaman ditengah jalan apa boleh buat terpaksa semalaman suntuk aku harus meneruskan perjalanan" sahut pemuda itu sambil per-lahan2 duduk dibangku. Kakek desa itu tersenyum. "Silahkan duduk sebentar kekkoan aku akan siapkan sepoci arak lebih dahulu" kata nya "Ooh yaa kakek bolehkah aku menanyakan sesuatu" apakah jalan ini adalah jalan raya yang harus dilalui jika aku hendak pergi kebukit Soat hoang san Pada waktu itu kakek desa tersebut sudah putar badan hendak pergi, mendengar pertanyaan tersebut ia segera berhenti dan menjawab: "Jika kek koan melanjutkan perjalanan cepat sebelum hari menjadi gelap nanti mungkin sudah dapat mencapai kaki bukit Soat san, Cuma saja... "cuma kenapa?" "Bukit soat hoang san panjangnya sampai beberapa ribu li entah kek koan akan pergi kemana?" "aaah benar aku hendak pergi kemana?" pikir Siau Ling dalam hati. Walaupun dalam hati berpikir demikian ia menjawab. "Yang kakek katakan barusan adalah tempat apa?" "haabbh hashhh haaahb pertanyaan dari kek koan benar" membingungkan hatiku.." seru kakek itu sambil tertawa terbahak2. "Yang kukatakan tadi adalah kaki bukit Soat hong san, kalau engkau hendak menuju kepuncak bukit tsrsebut maka paling sedikit harus menempuh lima ratus li lagi!" Untuk beberapa saat lamanya Siau Ling membungkam sementara dalam hati kecilnya dia berpikir: "perjalanan yang kutempuh sepanjang malam paling sedikit dua ratus li, sekalipun Shen bok hong sambil menggusur peng-ji berangkat satu jam lebih cepat, sepantasnya kalau aku telah berhasil menyusul dirinya ... kenapa bayangan tubuh mereka tak nampak" jangan2 aku telah salah memilih jalan?" Berpikir sampai disitu ia lantas berkata : "Dari kota Tiang sih menuju kebukit soat hong san apakah cuma ada satu jalan ini saja?" Rupanya kakek itu merasa keheranan atas cara Siau mengajukan pertanyaannya ia gelengkan kepalanya berulang kali. "Kek-koan aku lihat seakan2 kau sendiripun tak tahu pada saat ini hendak pergi ke mana" bukankah begitu?" Siau Ling tertawa getir: "Sedikitpun tidak salah," jawabnya, "seorang sahabatku mengajak aku untuk berjumpa muka dibukit soat hong san tapi karena ter-buru2 ia lupa menerangkan letak dari tempat pertemuan itu" "Betul2 tolol... betul2 ceroboh...." seru kakek desa itu sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tak mengira kalau dikolong langit bisa terjadi peristiwa yang tolol." Berbicara sampai disitu. tiba2 ia merasa bahwa ucapannya tidak pantas untuk diutarakan didepan tamunya, dengan cepat ia berseru: "kek koan. jika engkau hendak berangkat menuju kepuncak utama bukit Soar hong san. maka engkau telah salah ambil jalan, tapi kalau engkau hendak menuju ketelaga Jit seng tam maka jalan ini tepat sekali." Mendengar perkataan tersebut, satu ingatan segera berkelebat dalam benak Siau Ling dengan cepat ia bertanya. "Macam apa sih telaga Jit seng tam tersebut?"" "Telaga Jit seng tam adalah suatu tempat kenamaan diatas bukit Soat bong san. Telaga tersebut merupakan muara dari tujuh buah sumber mata air yang berkumpul menjadi satu. ditengah telaga tersebut sebuah jaluran air berwarna hijau bersih, bila digabungkan maka bentuknya mirip sekali dengan tujuh bintang, karena itulah telaga tersebut dinamakan telaga tujuh bintang" "Kakek. pengetahuanmu benar2 sangat luas" Kakek desa itu tertawa. "Tempo hari sewaktu aku masih jejaka, banyak tempat kenamaan yang telah kukunjungi. Paling sedikit lima enam buah propinsi telah kujelajahi hingga rata sedang telaga jit seng tam tersebut jangan dibilang baru satu kali mungkin puluhan kali aku pernah pergi kesana, sayang aku sudah tua, kalau tidak mungkin setiap tahun aku masih suka pergi kesana" "Dari kota Tiang-sah untuk menuju ketelaga tujuh bintang apa musti lewati tempat ini"' . "Sedikitpun tidak salah?". Dalam hati sianak muda itu segera berpikir: "Kalau jalan yang kutempuh pada saat ini adalah jalan yang keliru sekalipun balik lagi kekota tiang-sah rasanya sudah tak sempat untuk menyusul gembong iblis itu lagi, sebaliknya kalau jalan yang kutempuh benar maka paling sedikit aku sudah jauh melampaui mereka, lebih baik aku menanti disini saja. Selain bisa istirahat untuk memulihkan kembali tenagaku, disamping itu akupun bisa menyusun rencana dengan lebih matang lagi.,.." Kakek tua itu masuk keruang dalam beberapa saat kemudian ia muncul kembali sambil membawa sepoci air teh. Siau Ling memenuhi cawannya sebelum ia teguk isi cawan itu mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya pemuda itu segera berpikir: "Kelicikan orang persilatan luar biasa sekali dan lagi Shen bok hong punya mata2 yang tersebar luas di mana2 alangkah baiknya kalau aku bertindak lebih hati2 terhadap kakek tua ini..." Ketika ia berpaling, tampaklah kakek tua itu sudah masuk kembali kedalam ruang belakang. Meskipun lapar dan dahaga, Siau Ling tidak berani minum air teh dihadapannya dengan gegabah. Lewat beberapa saat kemudian kakek tua itu dengan membawa sepiring bakpao telah muncul kembali dihadapan sianak muda itu sambil menghidangkan makanan tersebut diatas meja, ia berkata: "'Kek-koan, engkau toh sudah melakukan perjalanan semalam suntuk" aku rasa perutmu tentu lapar sekali, silahkan mendahar bakpao yang masih panas ini," Siau Ling tertawa. "Kakek silahkan duduk! bagaimana kalau kita ber cakap2." Kakek tua itu melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian per-lahan2 duduk dihadapannya. "Kek koan, apa yang hendak kau bicarakan." "Sejak pagi2 sudah bekerja. " Kupikir loo-tiang pasti sudah lapar sekali, mari... mari santaplah beberapa biji bakpao lebih Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dahulu." "Aaah. hal ini mana boleh jadi, aku toh sang pemilik rumah makan ini." "Aku yang akan menjamu lo tiang, tak usah kuatir silahkan saja makan dengan hati lega!" Dengan muka kebingungan dan tak habis mengerti kakek desa tua mengawasi Siau-ling beberapa saat lamanya, sekaligus ia habiskan dua biji bak-pao kemudian sambil tertawa tergelak ia berkata: "haaahh haahh-haahh . . . loo te. apakah engkau curiga bahwa aku sedang membuka kedai gelap yang khusus menjual daging manusia." Siau Ling tersenyum. "Mana. mana., loo tiang pandai bergurau, bagaimana kalau kau teguk pula isi cawan teh ini"!" Kakek desa itu gelengkan kepalanya berulang kali. "Waah.. cilaka nih! rupanya loo-te benar2 sudah menaruh curiga kepadaku.." Dia ambil cawan air teh itu dan sekali teguk menghabiskan isinya. Melihat pemilik kedai itu sudah meneguk habis isi cawan tersebut. Siau Ling baru tertawa ewa dan berkata : "Aku pernah mendengar suatu cerita," katanya "bila seseorang menginap dalam sebuah kedai gelap maka orang itu akan dibunuh dan dagingnya dibikin isi bak pao untuk kemudian dijual kembali, meskipun dikemudian hari banyak kedai gelap yang tertangkap basah, tapi entah sudah berapa banyak jiwa manusia yang keburu melayang, oleh sebab itulah selama melakukan perjalanan aku selalu bertindak hati2..." Kakek desa itu tiba2 bangkit berdiri dan berkata : "Jika aku masih muda, ini hari aku pasti akan memberi pelajaran yang setimpal kepadamu, bukankah perbuatanmu itu sama artinya menuding hweesio memaki sebagai keledai gurdul?" Selesai berkata, ia segera bangkit dan masuk kedalam kedainya. Siau Ling masih tetap membungkam dalam seribu bahasa, pikirnya didalam hati : "'ucapanku mungkin sudah menyinggung perasaan halusnya, sebelum berlalu dari sini nanti biarlah kuhadiahkan beberapa tahil perak sebagai ganti rugi..." Berpikir sampai disitu. diapun segera mengambil bak pao itu untuk muiai bersantap. Setelah masuk kedalam kedainya, kakek desa itu tak pernah munculkan diri kembali, entah apa yang menyebabkan ia tak mau muncul lagi" Setelah habis bersantap. Siau Ling memenuhi cawannya dengan air teh. tapi sebelum ia sempat meneguk air tersebut. tiba2 dari tempat kejauhan muncul dua ekor kuda yang berlari dengan cepatnya. Kuda itu berlari dengan cepatnya, dalam waktu singkat kedua ekor kuda tadi sudah berhenti didepan kedai. Orang pertama yang duduk diatas pelana kuda itu berperawakan tinggi kekar dan berjenggot putih sepanjang dada, sepasang senjata roda baja cing kang jit-gwat siang-lun tergantung pada punggungnya kantong senjata rahasia tergantung di pinggang. Orang itu bukan lain adalah Sengji Tiat tan atau tangan sakti peluru besi Cu kun san. Tempo dulu, jago tua tersebut pernah menghadang Gak siau cha dan berusaha hendak merampas anak kunci istana terlarang, setelah banyak tahun tak berjumpa ternyata jago tua itu masih tetap kekar dan sehat, (untuk mengetahui kisah tersebut, silahkan membaca : rahasia kunci wasiat.) Diatas pelana kuda yang kedua duduklah seorang pemuda baju hijau yang berdandan seperti imam, orang itu bukan lain adalah peramal sakti dari lautan timur Suma kan adanya. 0000odwo0000 Menyaksikan kemunculan dua orang jago itu Sling jadi keheranan tak habis mengerti pikirnya didalam hati: "Kenapa dua orang jago itu bisa melakukan perjalanan bersama?" Sementara itu terdengarlah Suma kan sedang berkata. 'Cu heng bagaimana kalau kita beristirahat dahulu ditempat ini... tidak keberatan bukan?" Tangan sakti baja Cu kun Sa menyapu sekejap sekeliling tempat itu lalu menjawab: ''Sudah hampir setengah bulan lamanya aku mengikuti dirimu luntang lantung kesana kemari tapi hingga sekarang bayangan tubuh dari Siau Lingpun masih belum nampak." sambil ngomel ia loncat turun dari atas kudanya. Suma kan tertawa. "Sewaktu aku beri tahu kepada Cu heng apa yang telah kukatakan" coba ingatlah lagi" "Engkau bilang dalam waktu satu bulan Siau Ling pasti berhasil ditemukan!" "Benar! dan sekarang baru mencapai hari keberapa?"" "Hari ketujuh belas! dalam satu bulan toh ada tiga puluh hari itu berarti aku masih punya kesempatan selama tiga belas hari, Cu heng mengapa engkau musti terburu napsu?"" "Kita sudah mencari selama tujuh belas hari lamanya selama ini jangan dibilang ketemu dengan orangnya bahkan kabar berita tetang dirinyapun tak kedengaran sama sekali, masa dalam tiga belas hari mendatang engkau benar2 akan berhasil temukan jejak dari Siau Ling?" Siau Ling yang selama itu duduk disamping dapat menangkap semua pembicaraan mereka dengan jelas tetapi berhubung ia sudah menyaru dengan wajah lain sulit untuk mengenali dirinya Kemunculan yang sangat mendadak dari dua orang itu amat mengejutkan hati Siau Ling tapi ia tetap membungkam sambil pura pura pejamkan matanya ia perbatikan pembicaraan dari dua orang itu lebih jauh Terdengar Cu kun berteriak dengan suara lantang "Hey pemilik kedai apakah kalian tak punya pelayan untuk melayani tamunya?"" Walaupun seruan tersebut diulang sampai beberapi kali namun dari bilik kedai masih sunyi senyap tiada jawaban yang kedengaran. Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling pikirnya "Aneh benar, dengan jelas aku lihat pemilik kedai ini masuk keruang dalam kenapa tiada jawaban apapun yarg diberikan" masa ia ngambek dan marah sehingga tak sudi berdagang lagi?"" Blaammmm..! Cu kun San mendeprak meja keras2 kemudian teriaknya dengan suara lantang: "Selama hidup aku malang melintang ke-utara ataupun keselatan belum pernah kutemui kedai makan semacam ini.... hmmm' kalau bikin aku jadi naik darah kuhancurkan papan merekmu itu." "Kejadian ini memang aneh sekali" bisik Suma Kan kemudian "Cu heng silahkan duduk sebentar disini biar aku periksa kedalam" "Apa yang perlu diperiksa lagi" aku tidak percaya kalau teriakanku yang begitu keras sama sekali tak kedengaran olehnya." "Siapa tahu kalau pemilik kedai ini sudah ketimpa nasib malang." "Ehmm! betul juga ucapan iiu. coba periksalah keadaan didalam kedai." Suma kan bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar. Ketika tiba didepan pintu. tiba2 ia berhenti dan berpaling kearah Siau Ling Sementara itu pemuda tersebut sedang memandang kearah ruang dalam, ketika empat mata saling bertemu, buru2 Siau Ling melengos kearah lain. Dengan langkah lebar suma kan segera masuk kedalam ruang dalam, beberapa saat kemudian ia muncul kembali sambil membopng tubuh kakek tua itu. Cu Kun San segera bangkit berdiri dan menegur: "loo te. sebenarnya apa yang telah terjadi?" "Ia kena obat pemabuk" jawab Suma Kan. Sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling, sambil baringkan kakek desa itu keatas lantai ia melanjutkan: 'Sudah lama engkau tiba disini?"" Per-lahan2 Siau Ling turunkan topi rumputnya kebawah hingga hampir menutupi bagian besar wajahnya sambil bangkit berdiri ia memandang sekejap kearah kakek desa itu kemudian balik bertanya. "dia sudah mati?" "Mati sih belum, apakah perbuatan ini adalah hasil karyamu" tegur Suma kan dengan dahi berkerut. Siau Ling menggeleng. "Bukan, kenapa aku musti mencelakai dirinya?"" "Tentu saja mengincar harta kekayaannya" sahut Suma kan "tempat ini jauh dari rumah tetangga, jauh dari kota empat penjuru sunyi sepi tiada seorang manusiapun aku rasa tempat ini memang paling cocok untuk turun tangan." Siau Ling tertawa ewa. "Mungkin dia sendiri yang mencari penyakit buat diri sendiri" katanya. "Hmmm! sudah lamakah 'engkau datang ke mari?"" "Ehmm kurang-lebih setengah jam berselang!" Memandang sekejap kearah baki berisi bakpao dan teko air teh diatas meja kemudian ujarnya: "Sewaktu engkau tiba disini pemilik kedai ini masih berada dalam keadaan sehat wal'afiat!" Siau Ling mengangguk. "Benar ia siapkan air teh bagiku lalu menyuguhkan pula sebaki bak pao panas." "Kemudian?" "Kemudian ia meneguk air teh dalam cawanku dan kembali kedalam kamarnya tak nyana ia sudah terkena obat pemabok yang begitu lihay oooh! benar2 menakutkan sungguh mengerikan." "Jadi maksudmu racunnya berada didalam teko air teh itu?" Bicara sampai disitu sang peramal sakti dari timur segera mengambil teko air teh itu dan penuhi secawan lalu dibauinya dengan seksama sesudah itu barulah dia berkata. "Oooouw..! obat pemabok yang sangat lihay tidak berbau tidak berasa dan sama sekali tiada tanda yang mencurigakan ternyata engkau bisa menduga akan bahaya yang sedang mengancam. Ketajaman matamu betul2 mengagumkan sekali." "Terima kasih atas pujianmu!," "Kalau begitu pemilik kedai yang tak tahu diri ini pastilah telah mengincar barang bawaanmu" kata Suma Kan, Kemudian timbul niat jahat dengan mencampurkan obat pemabuk kedalam teko air teh tak nyana bukan engkau yang dirobohkan justru dialah yang kena kau robohkan itu namanya senjata makan tuan! "Ada satu hal yang tidak benar" ujar Siau Ling sambil tertawa. "Bagaimana yang tidak benar?" "Aku sama sekali tidak memaksa dirinya untuk minum air teh itu. sebaliknya dialah yang pura2 hendak membuktikan bahwa di air teko itu tak ada campuran racunnya dan sengaja minum seteguk." "Orang ini betul2 tolol sekali, sudah terang terangan tahu kalau dalam air teh sudah di campuri obat pemabuk, ternyata ia masih berlagak pilon pura2 tak tahu betul2 manusia goblok!..." dalam hati kecilnya Siau Ling tertawa geli sedangkan diluaran ia menjawab: "Mungkin dia ingin pulang kekamarnya untuk mengambil obat penawaraya. Siapa tahu obat pemabok itu bekerja sebelum waktunya hingga membuat dia jadi pingsan dan tak sadarkan diri" Suma kan mengangguk tanda membenarkan. "Ehmmm penilaianmu memang tepat dan betul semua." Tiba2 ia tertawa dingin dan meneruskan: 'jadi kalau begitu sedari permulaan engkau sudah tahu kalau dilam air teh itu telah di campuri obat pemabuk?" "Aku cuma curiga saja karena itu air teh dalam cawan sama sekali tidak kuminum menanti aku sudah bertemu lagi dengan dirinya, pada waktu itulah aku bisa membuktikan bahwa kecurigaanku ternyata sama sekali tidak keliru cuma andai kata kalian berdua datang terlambat satu langkah saja mungkin aku sudah minum air teh sang beracun ini dan jatuh tak sadarkan diri" "Kenapa dia bendak meracuni dirimu?" tanya Suma kan dengan perasaan ingin tahu ''Pemilik kedai itu toh belum mampus apa salahnya kalau kita sadarkan drinya lalu menanyakan sebab musababnya?" sahut Siau Ling. "Ehmm! benar juga perkataan itu" sambung Cu kun san dengan cepat, "Suma loo te, mari kita sadarkan dulu pemilik kedai tersebut!" Suma kan segera mengambil sebaskom air dingin dan diguyurkan keatas wajah kakek itu, sementara telapaknya ditabokkan keatas batok kepalanya. Terguyur oleh air dingin, kakek desa itu sadar kembali dari pingsanya dan perlahan duduk. Setelah memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian memandang pula kearah Suma kan dan Cu kun san, serunya berulang kali : "Peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan diriku., urusan ini tak ada sangkut pautnya dengan aku...." Siau Ling tertawa ewa, selanya dengan cepat : "Asal engkau bersedia menerangkan duduk perkara yang sebenarnya, tentu saja urusan ini tak ada sangkut pautnya dengan dirimu" Sesudah termenung sebentar, kakek pemilik kedai itu berkata : "Sebelum engkau tiba disini, ada seorang tamu yang tiba disini lebih duluan...." serahkan sebuah bungkusan obat kepadaku dan memerintahkan aku untuk membius engkau. "Sekarang orang itu berada dimana?"" "Bersembunyi didalam kamarku, sebenarnya aku tak mau tapi ia menyandera istriku dan mengancam akan bunuh bini tuaku jika aku tak mau turuti perintahnya, dalam keadaan demikian mau tak mau terpaksa aku harus menuruti Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo perintahnya." Mendengar keterangan tersebut, Siau Ling segera menengadah dan memandang sekejap kearah Suma kan. kemudian katanya: 'Suma heng. sewaktu engkau menyelamatkan kakek tua ini. apakah kau sempat melihat sesuatu yang tak beres" " Suma kan terperangah. "Siapa kau" darimana engkau bisa tahu namaku?" serunya keheranan. Siau Ling tersenyum. ''Aku bukan lain adalah Siau Ling yang sedang dicari oleh Suma heng serta Cu locianpwee." Cu kun san kontan membelalakkan mata nya lebar2. sambil menatap wajah Siau Ling beberapa saat lamanya ia berseru: "Engkau adalah Siau Ling"!" "Sedikitpun tak salah!?" Suma kan segera tertawa terbahak2. "haahh.haahh..haahh. tak aneh kalau nada suaramu sangat kukenal." Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Cu kun san. kemudian menambahkan: "Cu-beng. coba lihat bagaimana dengan ramalanku"!" Cu kun san tetap gelengkan kepalanya. "Kejadian ini sama sekali tak masuk diakal. Aku setengah percaya setengah tidak!" Mendengar perkataan orang itu. tanpa banyak bicara Siau Ling segera melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya, setelah itu dia baru bertanya : "Sekarang, apakah locianpwee sudah percaya"!" Suma kan tertawa keras, sambungnya dengan cepat : "Kalau ini hari kami gagal berjumpa lagi dengan Siau heng, mungkin aku masih harus menahan dongkol selama beberapa hari lagi" Dalam pada itu dengan langkah terburu2 Cu kun san sudah maju menghampiri pemuda tersebut, sambil menggenggam tangan Siau Ling katanya : "Loo te, ternyata benar2 adalah engkau! sejak dahulu aku sudah menduga bahwa engkau bukan manusia sembarangan, ternyata dugaanku itu memang sama sekali tidak meleset" Habis berkata ia menengadah dan tertawa ter-bahak2. "Locianpwee memuji, aku hanya bernasib lebih baik saja dari kebanyakan orang, kalau dibilang hebat sih tidak.." Kembali Cu kun san tertawa tergelak. "haah..haahh..haahh.. siau lote tak usah merendahkan diri, seandainya engkau tidak memiliki kecerdasan, tak mungkin bisa menghasilkan suatu karya yang demikian besar!". Sementara kedua orang itu masih ber-cakap2, tiba2 terlihatlah Suma kan menggerakkan tubuhnya dan langsung menerjang masuk kedalam ruang belakang kedai itu. Siau Ling tahu bahwa sahabat karibnya itu sedang mencari jejak musuh ditempat persembunyiannya, karena itu dia tak binyak bicara. Lain halnya dengan Cu kun san, ia segera berteriak dengan suara lantang : 'Hey! saudara Suma kan, sepanjang hari engkau selalu menggerutu karena tak bisa berjumpa dengan Siau , sekarang setelah siau ditemukan mengapa engkau malah kabur tak ujung pangkalnya." Suma kan berlalu dengan cepatnya, dia sama sekali tidak menggubris teriakan dari Cu kun san tersebut. Siau Ling yang melihat tindakan sahabat nya itu segera tersenyum. "Dia sedang pergi mencari orang "katanya. Dalam pada itu dari tempat kejauhan terlibatlah debu mengepul keangkasa kembali ada beberapa ekor kuda dikaburkan menuju kearah kedai tersebut. Buru2 Siau Ling mengenakan topeng kulit manusianya, kepada Cu kun san ia berkata: "Locianpwee, pada saat ini aku merasa kurang leluasa untuk berjumpa orang dengan muka asliku, aku harap locianpwee suka maklumi keadaanku ini!" Sambil tertawa Cu kun san mengangguk. "Aku tahu. sekarang engkau adalah musuh besar nomor satu dalam pandangan Shen bok hong, demi kebenaran dan keadilan dalam dunia persilatan engkau memang tidak sepantasnya kalau berjumpa muka dengan mereka dalam muka yang sebenarnya" Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat ekor kuda itu sudah tiba didepan kedai tersebut. Siau Ling segera menengadah dan memandang kearah penunggang2 kuda itu. ia lihat orang yang berada dipaling depan adalah se orang kakek tua baju hijau yang berusia enam puluh empat lima tahunan, dia bukan lain adalah Cu ban ciang dari kota lokyang, salah satu diantara empat pujangga dunia persilatan. Dibelakang kakek itu mengikuti pula Chin su teng dari Klam, Yu cu cing dari kota Kim leng serta Kho Su thong dari kota Kang ciu. Sewaktu Cu kun san masih aktif melakukan perjalanan dalam dunia persilatan tempo hari. ia kenal baik dengan keempat orang pujangga besar dari dunia persilatan ini, melihat kehadiran orang2 itu dia segera maju dan memberi hormat. "waah.. sungguh kebetulan, sungguh kebetulan sekali, ini hari entah angin apa yang telah menghembus empat erang pujangga besar hingga muncul disini"' Cu bun ciang balas memberi hormat dari atas kudanya, kemudian menjawab. "oooh! rupanya saudara Cu kun san juga berada disinisudah banyak tahun kita tak pernah saling berjumpa muka. "haaahh haahh haahh..! selamanya empat pujangga besar tak pernah mencampuri urusan mengenai dunia persilatan, apakah pada saat ini kalian sedang berpesiar kebukit kenamaan. Cu bun ciang menghela napas panjang. "Aaai. sebenarnya kami empat orang punya tujuan yang sama yakni tidak akan mencampuri urusan dunia persilatan dan sepanjang hidup hanya berpesiar ketempat kenamaan: "Benar, kita Cu kun san. dalam dunia memang banyak terdapat jago2 persilatan yang sudah lama mengasingkan diri ditempat sunyi. tapi terdesak oleh keadaan kadang2 harus munculkan diri kembali kedalam dunia persilatan, tapi kalian berempat toh memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan lagi sudah puluhan tahun lamanya tak pernah mencampuri urusan apapun, orang persilatan memang tak salah kalau memberi julukan empat pujangga besar kepada kalian semua' Cu bu ciang gelengkan kepala berulang kali dengan sedih ia berkata: "Tidak terlibat dalam dunia persilatan merupakan cita2 kami berempat selama puluhan tabun meskipun seringkali dimainkan oleh keadaan namun kami semua bisa menempatkan diri sebaik baiknya dan tak mau ambil tahu. Tapi sejak Shen bok hong muncul dalam dunia persilatan dan membuat keonaran di mana2 kemudian muncul Siau Ling yang lemah tapi bersemangat besar untuk mendobrak kelaliman dan kekejaman iblis tersebut semangat dan kebranian nya yang luar biasa itu sangat mengetuk perasaan kami berempat karena itu setelah runding dan berdebat selama tujuh hari tujuh malam..." "Bagus sekali! "seru Cu kun san sambil tertawa '' ternyata kalian berempatpun pandai berkelahi sendiri?" Cu bun ciang gelengkan kepalanya berulang kali. 'Oooh! bukan, begitu' serunya."kami tidak berkelahi, tapi berunding dan cari kemufakatan dalam masalah yarg sedang kami hadapi." "Apakah kalian berempat sudah berhasil mendapat mufakat?" "Benar!" sahut Chin Su Teng dari kota Ki lam "hasil dari musyawarah itu memutus kan bahwa kami tak boleh berpeluk tangan belaka, kami sudah sepantasnya kalau membantu Siau Ling untuk menanggulangi bencana yang sedang menimpa dunia persilatan. "Jadi kalau begitu, kalian berempat sudah mengambil keputusan untuk melibatkan diri dalam perselisihan ini. "Tidak salah," sahut Yu cu cing dari kota Kimleng "Kami empat bersaudara telah memutuskan untuk mengerahkan segenap kemampuan yang kami miliki demi tegaknya keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan." Mendengar sampai disitu. Cu kun san segera mendongak dan tertawa ter-babak2 "haahh-haahh haahh.. aneh, aneh., sungguh aneh." "Cu heng. apa yang kau herankan?"" tanya Kho su thong dari kota kang ciu. "Empat pujangga besar dari dunia persilatan ternyata melibatkan diri dalam urusan orang lain jika berita ini diberitahukan orang lain belum tentu orang lain sudi untuk mempercayai!" "Meskipun kami sudah mengambil keputusan untuk mencampuri urusan dunia persilatan tapi masih ada satu hal yang masih belum selesai," kata Cu bu ciang lagi. 'Persoalan apakah itu?"" "Persoalan ini harus dibicarakan dulu setelah bertemu dengan Siau Ling kemudian baru mengambil keputusan." Cu kun san tanpa sadar melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian ia bertanya lagi: "Apa yang hendak kalian berempat bicara kan dengan Siau Ling?" Bagaimana kalau beritahukan saja kepadaku bila aku bertemu dengan Siau Ling nanti, persoalan itu akan kusampaikan kepadanya" Chia so teng gelengkan kepalanya. "Tak mungkin!" ia menjawab, "Persoalan ini harus kami tanyakan sendiri setelah bertemu muka dengan Siau Ling". Tiba2 Yu cu ciang dari kota leng. menyela dari samping: "Kalau didengar dari nada pembicaraan Cu heng, seakan2 engkau mengetahui akan jejak dari Siau Ling. "Jejak Siau Ling memang sedikit banyak kuketahui, tapi apakah kalian berjumpa dengan dirinya, aku tak berani memastikan." "Kami sudah beberapa bulan lamanya mencari diri Siau" Kho su menerangkan 'Tapi selalu tidak berhasil, dan kebetulan sekali kemarin malam sewaktu ada dikota Tiang san kami sempat mendengar babwa selama dua hari berselang Siau Ling pernah munculkan diri disekitar kota tersebut, karena itulah kami empat bersaudara terpaksa harus mencari jejaknya disekitar kota thiang sah." "Benar," sambung Cu bun ciang pula. "Telaga tujuh bintang adalah suatu telaga yang sangat kenamaan, mungkin Siau Ling akan ngunjungi tempat itu. Karenanya kami hendak berangkat ketelaga tujuh bintang untuk beradu nasib." Cu kun san dibikin serba salah oleh keadaan yang terbentang didepan matanya pada saat itu. Diam2 ia berpikir. ''Sekarang Siau Ling justru berada dihadapan mereka tapi sampai detik ini dia tak pernah mengatakan sepatah katapun hal itu menunjukan bahwa ia bersedia untuk unjukan diri kepada tempat pujangga besar dan dengan sendirinya akupun kurang leluasa untuk menerangkan duduk persoalan...aaai! entah begaimana baiknya?" Berpikir sampai disitu ia lantas berkata: " saudara berempat sekalipun terburu2 aku rasa perjalanan juga tak usah dilakukan tanpa beristirahat bagaimana kalau beristirahat diwarung sambil mengisi perut?" Cu bun ciang termenung sebentar kemudikepada ketiga orang saudaranya ia berkata: 'Hian-te bertiga bagaimana pendapat kalian?"" "Ada baiknya juga kita biarkan kuda2 itu beristirahat sebentar kemudian baru meneruskan perjalanan " sahut Chin su teng dari kota ki lam dengan cepat Maka turunlah keempat orang pujangga besar dari dunia persilatan itu dari atas kudanya setelah mengikat kuda tunggangan diistal mereka be-ramai2 mencari tempat duduk. Sementara itu pemilik kedai masih berdiri ter-mangu2 disisi Siau Ling tanpa mengucapkan sepatah katapun pikirannya kalut dan ia tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat itu. baru saja keempat orang itu ambil tempat duduk kebetulan Suma kan sedang keluar dari dalam kedai dengan langkah lebar ditangan kiri ia membawa teko air teh sedang ditangan kanan membawa bak pao panas sambil menghidangkan kemeja katanya: 'Kedai kecil ditempat terpencil tak ada makanan lezat untuk melayani tamu silahkan kalian mendahar sedikit bak pao saja'. Kho su thong dari lota Lang cu dengan sorot mata yang tajam mengawasi Suma kan sekejap lalu tegurnya: "Engkau tidak mirip seperti pemilik kedai ini!' Cu kun san yang berada didepannya segera tertawa dan menjawab. 'Dia memang bukan pemilik kedai ini, saudara itu bernama Suma kan dia adalah sahabat karibku.." setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh: "Suma lote cepat kemari! Mari kuperkenalkan dirimu dengan saudara2 ini mereka berempat adalah empat pujangga besar yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan!" Suma kan segera memberi hormat. 'Selamat berjumpa muka. selamat berjumpa muka, aku bernama Suma kan" serunya. Peramal sakti dari lautan timur Suma kan belum terlalu lama muncul didaratan tionggoan, jarang sekali orang persilatan yang mengetahui namanya apalagi empat pujangga besar amat jarang berkelana dalam dunia kangou dengan sendirinya mereka sama sekali tidak pernah mendengar namanya walaupun begitu mereka segera menganguk sambiil berseru: "oooh kiranya adalah suma heng!' Suma kan tersenyum kepada Cu kun san ia segera berseru "Bu heng orang itu sudah kabur sambil membawa lari bini tua pemilik kedai ini.' Mendengar seruan tersebut tiba2 kakek pemilik kedai itu lari pontang panting sambi! berteriak sepanjang jalan. "Hek niu! oooh! Hek niu.. dimana engkau" suaranya keras dan tajam hingga berkumandang diseluruh pelosok tempat, Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dari sikapnya yang gelisah dan cemas bisa dibayangkan bahwa hubungan suami istri diantara kedua orang itu amat erat dan akrab sekali. Siau Ling yang selama ini membungkam terus, tiba2 menyela: "Suma heng, pemilik kedai itu kasihan sekali. mari kita bantu untuk menemukan kembali bininya" Cu kun san sebaliknya menghela napas panjang dan menggerutu: "Semasa muda jadi suami istri, semasa tua adalah kawan senasib, orang ini hidup terpencil ditengab hutan sambil membuka warung, bininya merupakan satu2nya orang yang mendampingi dia selama ini, tak aneh kalau ia jadi kalap setelah mengetahui bahwa bininya dibawa kabur orang." Sementara itu Siau Ling sudah angkat kaki menyusul dibelakang pemilik kedai . Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya Suma kan. dia segera berseru: "Silahkan kalian bersantap dahulu, aku akan membantu saudara itu untuk menemukan kembali bininya sang pemilik kedai." Habis berkata ia segera enjotkan badan nya menyusul Siau Ling. Tampaklah pemilik kedai itu kabur dengan cepatnya, dalam beberapa waktu kemudian ia sudah lari masuk kedalam sebuah hutan lebar dibelakang kedainya. Setelah melepaskan diri dari pengawasan empat pujangga besar dunia persilatan. Siau Ling mempercepat larinya menyusul kakek pemikedai itu. Suma kan dengan cepat telah menyusul kesamping Siau Ling, sambil berlarian ia bertanya : "bagaimanakah tabiat dari empat pujangga besar itu?"' "keempat oragg itu suka menyindiri dan tak pernah mencampuri urusan orang lain. tapi mereka harus menelan kerugian yang besar ditangan Shen bok hong akibat dari perbuatan mereka itu" "Mereka sedang mencari engkau"!" "Aku tahu, keempat orang itu sudah keracunan buku dan filsafat, jika aku muncul kan diri pada saat ini maka suatu perdebatan sengit tak bisa dihindari lagi. padahal pada saat ini aku sama sekali tak punya waktu untuk ribut apalagi berdebat dengan mereka..." "Rupanya engkau sedang menghadapi suatu masalah berat"., benarkah itu?" "benar aku hendak mencari orang?" "apakah siau-heng bersedia memberi tahu kepadaku siapakah yang sedang kau cari?" Tiba2 Siau Ling teringat akan kelihayan dari sahabatnya dalam ilmu meramal dalam keadaan kepepet dan kehabisan akal timbullah ingatan untuk minta penolong dan sahabatnya ini guna meramalkan nasibnya maka ia segera berkata: "Suma-beng aku herdak mencari seorang nona apakah suma heng bersedia untuk meramalkan bagiku" "Siapa percaya ramalan pasti cocok, jika saudara siau dengan sungguh hati mempercayai diriku aku yakin ramalauku tak akan membuat siau heng jadi kecewa" "tentu saja aku percaya dengan sungguh hati dan setulusnya." "baik mari kira menuju kedalam hutan disebelah hutan sana" Dua orang itu masuk dalam hutan dan meneruskan perjalanannya kearah depan, sementara itu pemilik kedai sedang lari kedalam sebuah gubuk ditengah hutan tersebut Siau Ling segera mengempos tenaga, dengan gerakan burung walet menuntut pemukaair tiga kali. laksana kilat ia menerobos masuk kedalam gubuk itu mendahului kakek pemilik kedai tersebut. Rupanya Siau Ling kuatir kalau didalam gubuk itu tersembunyi musuh tangguh yang akan mengakibatkan kerugian besar bagi pemilik kedai itu. maka itu mendahuluinya dengan harapan bisa selamatkan jiwa orang itu dari segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Terlihatlah seorang nenek tua berbaju sederhana roboh terkapar diatas tanah, perempuan tua itu sudah berada dalam keadaan tak bernyawa lagi. Setelah menubruk masuk kedalam gubuk, pemilik kedai itu segera memeluk tubuh bininya yang menggeletak diatas tanah dan menangis terisak dengan sedihnya. Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menghela napas panjang, katanya; "Lo tiang tak usah menangis lagi, manusia yang telah mati tak bisa hidup kembali. disini ada dua tahil emas murni, harap lo-tiang terima sebagai ongkos untuk kabur dari sini!" Kakek pemilik kedai itu membopong jenasah istrinya dan menerima uang emas tersebut dari tangan Siau Ling. kemudian katanya : "Aku menyesal sekali dengan semua perbuatan yang kulakukan selama ini..!" "Salam peristiwa ini. loo tiang tak dapat disalahkan!!" "Orang itu memakai baju yang kumal dan combang camping seperti pengemis" pemilik kedai itu menerangkan, "usianya antara empat puluh tahunan, mukanya hitam dengan alis tebal. ditengah kening sebelah kiri terdapat sebuah tahi lalat merah sebesar kacang hijau" Siau Ling mengangguk. "Akan kuingat didalam hati" hiburnya, "dikemudian hari bila aku berjumpa dengan orang itu, pasti akan kubalaskan dendam sakit hali dari istrimu" "terima kasih aku permisi dahulu" sambil membopong jenazah istrinya berangkatlah pemilik kedai itu tinggalkan gubuk tersebut. Suma kan yang berdiri didepan pintu ruangan segera memperingatkan dengan suara lirih : "Kakek engkau harus berhati2" "Lohan sudah tua dan tiada sanak tiada keluarga!" ujar pemilik kedai dengan sedih, "selama ini aku hanya hidup berdampingan dengan bini tuaku itu, sekarang biniku sudah mati, kehidupanku pun jadi sama sekali tak berarti lagi" Bicara sampai disitu dengin kepala didongakan dada dibusungkan, ia maju ke depan dengan langkah lebar. Per-lahan2 Siau Ling berjalan keluar dari ruangan itu. katanya dengan cepat. "suma heng, tolong ramalkan buat aku!" Suma kan tersenyum, ia berjongkok dan ambil keluar kotak ramalannya, sambil mengocok kotak tadi katanya dengan suara lirih: "Jikalau kita dapat menemukan pembunuh yang telah membinasakan bini pemilik kedai itu, maka hasil tersebut akan jauh lebih manjur daripada hasil ramalanku" "Tapi saat ini sang pembunuh tersebut berada dimana?" selanya. "Menurut dugaanku sang pembunuh itu masih berada disekeliling tempat ini, ia takut pemilik kedai bocorkan bentuk badan serta paras mukanya karena itu pembunuh tersebut sudah pasti akan berusaha keras untuk membinasakan dirinya dan hilangkan jejak, asal kita bisa tidak tinggal bekas, rasanya jauh lebih baik kalau kita mengikut dibelakang orang tua itu saja." "Benar perkataanmu memang tepat sekali," sambung Siau Ling menyanjung usul tersebut. "Kalau memang begitu harap Siau heng tunggu sebentar!" seru Suma kan. Tiba2 ia loncat kedepan dan menyusul ke arah pemilik kedai tersebut. Sesaat kemudian, tampaklah Suma kan telah muncul kembali didalam rumah gubuk itu. Setelah orang itu berada sangat dekat dengan mereka. Siau Ling baru kenal orang yang dianggap sebagai Suma kan tadi ternyata adalah pemilik kedai itu, dengan cepat ia telah memahami apa yang sudah terjadi, pikirnya: "Ahh! benar Suma kan pasti telah bertukar pakaian dengan dirinya, dan ia pinjam jenasah dari perempuan tua itu guna memancing kemunculan dari pembunuh tersebut." Sementara itu pemilik kedai tadi telah berkata. "Pendekar tadi memerintahkan aku untuk mengenakan pakaiannya dan membelikan pakaianku kepadanya, dia akan berusaha untuk balaskan dendam bagiku." "Apa yang dia katakan memang tak salah, mari kita tunggu kemunculannya didalam kedai" ajak Siau Ling. Bersama kakek tua itu berangkatlah mereka tinggalkan gubuk tadi dan kembali kekedai. Siau Ling takut kakek tua itu menunjukkan kelemahan sehingga penyaruanya ketahuan orang, sambil menggandeng tangannya untuk melakukan perjalanan bersama, tanyanya: "Too tiang dari mana engkau bisa tahu kalau jenasah istrimu berada disini" begitu cepat engkau bisa datang kemari untuk mencarinya"'' "Empat penjuru disekeliling tempat ini hanya merupakan tanah pegunungan yang jauh dari keramaian orang, hanya dalam hutan belantara inilah terdapat sebuah rumah gubuk. karena aku teringat akan rumah gubuk ini maka buru2 aku datang kesini." "oooh! kiranya begitu' Tatkala dua orang itu tiba kembali diluar kedai' tampaklah Cu kun san serta empat pujangga besar dunia persilatan telah menghabiskan separuh bagian dari bak-pao yang dihidangkan diatas meja! Dari tempat kejauhan cu kun san segera berteriak keras: "Suma loo te. kemarilah cepat dan ayoh makan dulu beberapa biji bak pao." Pemilik kedai itu memandang sekejap kearah Siau Ling dengan pandangan kebingungan. untuk beberapa saat lamanya dia jadi gelagapan dua tak tahu apa yang musti dilakukan. Ketika tak mendengar jawaban dari Suma kan. Dengan Cepat Cu kun san bangkit berdiri dan menghampiri kedua orang itu. Setelah dekat ia baru tahu kalau orang itu bukan suma kan, dengan dahi berkerut ia segera menegur. "apa yang sebenarnya telah terjadi?"" "loocianpwee lebih baik temanilah empat pujangga besar dunia persilatan lebih dahulu untuk bercakap2, Suma heng sebentar lagi akan muncul kembali disini." Cu kun san terperangah namun ia tak banyak bicara dengan mulut membungkam ia balik kembali ketempat duduknya Baru saja dia duduk kembali Cu bun ciang dari kota Lokyang telah berpaling dan sekejap kearah Siau Ling dan pemilik kedai itu kemudian katanya: ''Cu heng kenapa sih suma-heng telah menyamar sebagai pemilik kedai " apa yang sudah terjadi?" Cu kun san tidak segera menjawab diam2 pikirnya dihati: "Tenaga dalam yang dimiliki empat pujangga besar dunia persilatan betul2 sudah mencapai puncak kesempurnaan untuk melihat jelas paras mukanya aku harus berjalan itu sedangkan mereka bisa melibat jelas dari tempat kejauhan benar2 luar biasa!" Berpikir sampai disitu ia segera menengadah dan tertawa ter-bahak2. 'haahhh haahhh haahhh persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian berempat mari kita minum teh saja." Tidak menanti jawaban ia sambar cawan air teh didepannya dan sekali teguk menghabiskan seluruh isinya hingga sama sekali tanpa tersisa barang setetespun Jawaban semacam itu amat sulit untuk membuat orang jadi paham artinya, andai kata berganti dengan orang lain maka pertanyaan itu pasti akau diulangi terus hingga akhirnya mendapatkan jawaban yang memuaskan. Tetapi lain halnya dengan empat pujangga besar dunia persilatan, mereka selamanya tak pernah ribut dengan orang lain. belum pernah mencampuri urusan dunia persilatan, lebih2 tak suka mencari tahu rahasia orang, mendengar jawaban tersebut mereka hanya tertawa ewa belaka dan tidak banyak bertanya 1agi. Diluaran walaupun Siau Ling tidak menunjukkan perbuatan sikap apapun, tapi dalam hati kecilnya dia merasa sangat kuatir dan sangat mengharapkan jawaban dari Suma kan. Ia berharap pembunuh itu bisa ditangkap sehingga latar belakang persoalan itu dapat diketahui andaikata pembunuhnya tak berhasil ditangkap maka dia akan segera melanjutkan perjalanannya sebab menurut pendapat pemuda ini menanti disitu bukanlah suatu tindakan yang benar. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian muncullah sesosok bayangan manusia dan orang itu bukan lain adalah Suma Han dengan langkah cepat ia menghampiri pemuda itu. Siau Ling segera bangkit berdiri sambil bertanya: "Suma-heng apikah orang itu berhasil ditangkap?" Suma Han mengangguk ia kibaskan bahu kanannya dan "bluum' orang yang berada dalam punggungnya dibanting keras2 diatas tanah sahutnya: "lebih baik tanyailah sendiri'' Kepada pemilik kedai itu ia menambahkan "jenasah istrimu pada saat ini berada di bawah sebuah pohon tepat sebelah barat tem ini engkau boleh ambil jenasah itu untuk dikebumikan." Tapi milik kedai itu tidak langsung pergi ia mendekati orang itu dan mencengkeramnya setelah mengawasi sekejap ia berseru: "Dialah orangnya!" Tiba2 hidung orang itu digigit keras2 hingga putus, darah segar mengacur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Suma Han tarik badan pemilik kedai itu dan berseru: "Setelah hidungnya kau gigit hingga putus aku rasa perasaan benci dan dendam yang menyelimuti hatimu juga sudah agak terlampiaskan, kami pun akan balaskan dendam bagi kematian istrimu itu." Persoalan ini menyangkut masalah perselisihan dunia persilatan, lebih baik engkau jangan menceburkan diri dalam masalah ini nah! cepatlah pergi!. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan pandangan penuh kebencian pemilik kedai itu melotot kembali kearah orang itu kemudian ia baru putar badan dan berlalu dari sana. Sepeninggalnya pemilik kedai itu, suma kan menepuk bebas jalan darah sang pria kekar yang tertotok kepada Siau bisiknya. "ia bersembunyi diatas sebuah pohon besar dan tiba2 lancarkan sergapan kearahku karena orang ini terlalu bahaya maka kutotok beberapa jalan darahnya' Siau Ling alihkan sorot matanya dan memperhatikan paras muka orang itu ia lihat pria tersebut memakai baju compang ping dengan dandanan seperti anggota kaypang ramputnya pendek dan awut2tan diatas alis kirinya terdapat sebuah tahi lalat berwarna merah Segera ujarnya dengan lantang: "kami sudah tahu kalau engkau adalah anggota perkampungan pek-hoa-san-cung." Pria kekar itu membungkam dalam seribu bahasa tiba2 dia ayun telapaknya dan melancarkan satu babatan dahsyat keatas tubuh pemuda Siau Ling. Dengan cekatan sianak muda itu menghindar kesamping dan meloloskan diri dari serangan tersebut tangan kananya segera berkelebat mencengkeram pergelangan tangan pria tadi, ketika hawa murninya disalurkan keujung jari,. kraak! tulang pergelangan pria itu tahu2 sudah dilepaskan dari sendinya. Ilmu melepaskan sendi tulang merenggangkan otot badan mendatangkan siksaan dan penderitaan yang luar biasa bagi penderitaannya. Rasa sakit itu melebihi sakitnya hidung yang digigit sampai putus. Pria kekar itu segera menjerit kesakitan keringat sebesar kacang kedelai mengalir ke luar membasahi tubuhnya. Siau Ling tertawa dingin, ujarnya lebih jauh: "Aku tak punya banyak waktu untuk menanyai engkau asal engkau yakin bahwa siksaan melepaskan otot dan sendi yang kulancarkan masih dapat kau tahan, pertanyaanku tak usah kau jawab lagi. Setelah pergelanganmu menyusul kulepaskan sendi tulang pergelangan kirimu, kemudian bahumu, sepasang kakimu ..." Sekarang pria kekar itu baru menyadari bila ia telah berjumpa dengan jago lihay yang ampuh, tak kuasa lagi orang itu menghela nafas panjang. ''aaaai____! apabila aku bersedia untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang kau ajukan, hukuman apa yang hendak kalian timpakan kepadaku?"" "'akan kuberi kematian yang sama sekali tak ada rasa sakit bagimu." jawab Siau Ling. Pria itu segera menggelengkan kepalanya "Semut yang merupakan binatang kecil-pun masih menginginkan hidup apa lagi aku adalah seorang manusia?"" Siau Ling termenung beberapa saat lama nya kemudian ujarnya kembali: "semua ilmu silatmu akan kupunahkan sama sekali jiwanya akan kuampuni dan selesai memberi jawaban kepada kami maka engkau akan kami lepaskan hingga dengan demikian engkau tak akan mampu membantu kaum durjana melakukan kejahatan lagi" "baik kini tentukan dengan sepatah kata itu. nah sekarang kalian boleh mengajukan pertanyaan" "siapa yang mengutus engkau datang keman" dan apa maksud tujuan dari kedatanganmu itu" "shen bok hong mengutus aku dengan membawa banyak macam obat pemabuk untuk secara diam2 menghadapi Siau Ling" Begitu mendengar nama Siau Ling, Cu ciang dari kota lok yang segera berseru: "sekarang Siau Ling ada dimana?" Pria itu dengan cepat gelengkan kepalanya. "Entahlah, she toa cungcu telah mengutus delapan orang jago dengan menyebarnya dalam delapan penjuru yang berbeda untuk nantikan kedatangan Siau Ling" "engkau kenal dengan manusia yang bernama Siau Ling ?" "tidak!" "kalau tidak kenal bagaimana caramu untuk menemukan orang itu?"?" "kami mendapat perintah untuk meroboh kan setiap orang yang mencurigakan!' "hmmm! '' Siau Ling mendengus dingin "cara ini betul2 amat keji, lebih baik salah nangkap seribu orang dari pada melepaskan satu orang manusiapun." setelah berhenti sebentar ia melanjutkan "kapan mereka baru tiba disini"' "siapa yang kau maksudkan?" "masa kalian tidak tahu apa sebabnya shen bok hong mengutus kalian berdelapan untuk ber-jaga2 pada delapan tempat yang berbeda..?"" Tiba2 ia cengkerami pergilangan kiri lelaki itu. Merasakan pergelangannya dicengkeram orang, pria tersebut jadi sangat gelisah. Dengan muka pucat karena ketakutan ia segera menjawab. "kami dengar sebelum sang surya tenggelam dibalik bukit nanti, ada sebuah kereta kuda yang bakal lewati tempat ini, apa isi kereta kuda itu kami benar2 tak tahu!" "ehmm..! apakah kereta kuda itu pasti akan melalui jalan ini..?" tanya Siau Ling, sambil mengangguk. "benar. shen toa cungcu yang memberitahukan sendiri rahasia tersebut kepada kami!" 'Hey! kalau seandainya tiada kejadian semacam itu, sekarang masih ada waktu bagimu untuk meralat!" sela suma kan dari samping, sebab dengan begitu jiwamu dapat kami ampuni, sebaliknya kalau sampai senja nanti tak ada kereta kuda yang lewati tempat ini. berarti engkau akan merasakan siksaan badan yang amat memberatkan dirimu" "Aku tidak bohong..aku tidak bobong., setiap perkataan yang kuucapkan adalah kata2 yang jujur!" sahut pria itu dengan amat gelisah. Siau Ling tidak banyak bicara, ia cengkeram pergelangan kanannya yang lepas sendi, sekali sentak persendian yang lepas tadi telah menyambung kembali, namun dengan suatu gerakan cepat dia lancarkan pula dua totokan diatas tubuhnya. "Sekarang aku hendak memberitahu kepada mu!" serunya dengan ketus, "jika engkau berbohong maka itu berarti engkau mencari penyakit buat diri sendiri." "Beberapa ratus tombak disebelah timur terdapat sebuah pohon besar, bila diatas pohon besar itu kita gantung selembar kain berwarna kuning, itu berarti mereka pasti akan melewati tempat ini"' "Sekarang kain itu berada dimana?"!' "Dalam saku ku!!' Siau Ling merogoh kedalam sakunya, dan ia temukan selembar kain kuning seperti apa yang dikatakan tadi. Suma kan menyambut kain tadi seraya berkata : "Biar aku yang menggantungkan kain kuning ini diatas pohon besar tersebut" Setelah menyambut kain kuning dari tangan Siau Ling, dengan langkah cepat ia berlalu dari sana. Siau Ling menotok jalan darah bisu diatas tubuh pria kekar itu dan disembunyikan dalam ruang kedai, kemudian sambil menjura kearah eupat pujangga besar dunia persilatan katanya : "Apakah locianpwee berempat sedang mencari Siau Ling"!" "Apa engkau tahu sekarang dia berada di mana"!" Cu bun ciang dan kota Lok-yang balas bertanya. Siau Ling lepaskan topeng kulit manusia yang menutupi paras muka aslinya, lalu jawab : "Akulah Siau Ling, ada urusan apa locianpwee berempat datang mencari diriku?" Delapan buah mata dari empat pujangga besar dunia persilatan menatap wajah Siau Ling tanpa berkedip, beberapa saat kemudian ia mereka mengangguk. "Ehmm ...engkau benar2 adalah tayhap" Chin su teng dari kota Lam segera tampil dan berkata: "Siau tayhap selama ini berada disini kami tak nyana ternyata kami semua tak ada yang tahu!" Habis berkata ia segera memberi hormat. Cu bon ciang. yu cu cing serta Kho su tong sama2 bangkit dan memberi hormat pula. Siau Ling bangkit berdiri dan balas mberi hormat, katanya dengan nada merendah "Aku yang muda tak berani menerima penghormatan sebesar ini dari locianpwee berempat !" "aaaai....! sungguh tak nyana kami bersusab payah mencari disegala penjuru, akhirnya toh berjumpa dalam suatu pertemuan yang sama sekali tak terduga" kata Cu bun ciang. ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 27 Perlahan lahan Siau Ling kenakan kembali topeng kulit manusianya, ia berkata; "Aku sedang bentrok dan main kucing2an dengan pihak perkampungan pek hoa san cung, Mau tak mau untuk sementara waktu jejakku harus dirahasiakan aku harap locianpwee berempat sudi kiranya uotuk memakklumi keadaanku" "Aaaai!" Chin su teng menghela napas panjang "Siau Ling tayhiap nasib muda belia bukan terpengaruh oleh nama maupun kedudukan ternyata engkau lebih suka memerangi kelaliman serta kekejaman dari pihak perkampungan pek hoa san cung, perjuanganmu ini benar2 merupakan suatu perjuangan yang suci dan mulia. Kami telah hidup puluhan tahun lamanya bukan saja tak dapat melakukan kebajikan bagi umat manusia bahkan tak dapat pula memupuk perasaan bijaksana dalam hati kami sendiri kalau dipikir kembali hidup kita selama ini boleh dibilang merupakan suatu kehidupan yang sia2" Cu kun san yang mendengarkan tersebut dari samping merasa geli pikirnya: "Sungguh aneh! Siau Ling benar2 memiliki daya iblis yang sangat mengejutkan hati sampai2 empat orang pujangga besar dunia persilatan yang tak pernah mencampuri urusan dunia persilatanpun tertarik hatinya untuk membantu perjuangannya itu" Dalam pada itu Yu cu cing telah berkata pula: "Setelah melakukan beberapa kali perundingan dan pembahasan yang cermat akhirnya kami berempat merasa bahwa sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu perjuangan Siau Ling tayhiap guna menanggulangi kejahatan dan kelaliman yang mencengkram dunia persilatan dewasa ini. Tapi sebelum itu masih ada beberapa persoalan yang kurang di pahami oleh kami dapatkah Siau Ling tayhiap memberi keterangan serta penjelasan dahulu kepada kami?"?" Siau Ling membungkam dalam seribu bahasa dalam hati, kecilnya ia berpikir. "Meskipun keanehan watak empat orang ini belum tentu bisa dikatakan luar biasa. namun dapat diakui sebagai sesuatu keanehan yang belum pernah kujumpai sebelumnya, mereka sudah pernah merasakan siksaan serta penderitaan ditangan shen bok hong. Kendatipun tidak memikirkan kepentingan umum. Sepantasnya kalau mereka mencari balas kepada shen bok hong demi dendam pribadi, tapi nyatanya meskipun reka telah membahas dan merundingkan persoalan itu, sampai beberapa hari beberapa malam, akhirnya toh belum ada keputusan, juga sebaliknya malahan hendak bertanya ke padaku, entah apa yang hendak mereka tanyakan...?"" Berpikir sampai disitu. iapun bertanya: "persoalan apa yang hendak kalian berempat tanyakan?" silahkan diutarakan keluar!" Empat pujangga besar dunia persilatan saling berpandangan sekejap, kemudian jawabnya berbareng: "sebenarnya kami ingin menggunakan tingkah laku kami yang tawar terhadap nama dan kedudukan untuk mempengaruhi daya pikir umat persilatan sehingga tidak lagi melakukan perselisihan dan pertikaian hanya disebabkan nama serta kedudukan, kemudian berharap setelah itu maka rasa ingin menang dan saling mencari nadan kedudukan dapat lenyap dari dunia persilatan, oleh sebab itulah kami berempat lantas berunding untuk tidak melakukan pertikaian dengan orang jika cuma kena hantam sedikit, kecuali ancaman jiwa, apalagi mencampuri urusan pertikaian dan perselisihpaham didalam dunia persilatan" Terkesiap hati Siau Ling mendengar perkataan itu, diam2 pikirnya, dihati: "Tak nyana mereda mempunyai cita2 luhur yang begitu besar dan agung, nama besar empat pujangga besar dunia persilatan betul2 bukan nama kosong belaka" Terdengar cu bin ciang melanjutkan kem bali kata2nya: "Ketika permulaan kala kami melakukan pergerakan tersebut, seringkali kami diejek dan diolok2 orang sebagai tindakan seorang manusia bodob. tapi kami berempat sama sekali tidak memikirkan persoaan itu didalam hati kecilnya, kami tetap bertindak atas perbuatan kami sen diri dan tak kami gubris ejekan maupun olokon orang. Sepuluh tahun kemudian usaha kami ternyata berhasil orang persilatan menyebut kami sebagai empat pujangga besar dunia persilatan." "Cita2 kalian berempat yang begitu agung dan luhur memang merupakan sifat dari seorang pujangga besar, usaha kalian itu benar2 patut dipuji." "Terima kasih atas pujian dari Siau Ling tay hiap!" kata Kho su tong cepat. "Aku bukan sedang memuji, apa yang ku ucapkan timbul dari dasar hati kecilku!" Kho su tong menghela napas panjang. "Setelah nama empat pujangga besar dunia persilatan tersiar dalam dunia persilatan diam2 dalam hati kecil kami merasa amat gembira. Kami mengira setelah lewat dua tiga puluh tahun kemudian perebutan nama dan kedudukan dalam dunia persilatan pasti akan makin tawar dan akhirnya sama sekali lenyap, siapa tahu kenyataan membuktikan bahwa cita2 Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kami menemui kegagalan total kecuali mendapat penghargaan sebagai empujangga besar dunia persilatan, usaha kami semuanya sama sekali tidak membantu umat persilatan apalagi mendatangkan manfaat bagi mereka, Pertumpahan darah, perselisihan pabam, perebutan nama dan kedudukan masih sering kali terjadi di-mana2." "Sudah terlalu banyak peristiwa seram yang kami lihat, sudah banyak berita mengerikan yarg kami dengar, banyak persoalan membuat orang mau tak mau terpaksa harus turut campur. Tapi berhubung kami telah bersumpah untuk tidak mencampuri urusan orang lain, maka tak tega kami tinggalkan sumpah tersebut ditengah jalan, agar tidak terlalu menyolok dalam rencana kami dimasa mendatang, terpaksa kami harus mencari suatu cara agar tindakan yang kami lakukan tidak terlalu menyolok serta menyinggung perasaan hati orang lain" Mendengar pembicaraan sampai disitu, dalam hati Siau Ling segera berpikir : 'Rupanya mereka juga merupakan manusia2 yang berdarah panas, aku masih menganggap mereka sebagai manusia tanpa emosi yang sudah kering perasaan hatinya?" Terdengar chin su teng melanjutkan kembali kata2nya : "Tapi sejak kami semua mendapat penderitaan dan siksaan dari shen bok hoag ketua perkumpulan pek hoa san cung, kemudian membuktikan pula situasi dalam dunia persilatan selama sepuluh tabun terakhir, dapat kami rasakan bahwa harapan dan cita2 kami selama ini sama sekali tak ada gunanya, pertumpahan darah dan perselisihan masih terus berlangsung dalam dunia persilatan, bahkan kian lama kian menghebat. Oleh karena itulah mau tak mau terpaksa kita harus meninjau kembali kebijakan yang kami anut selama ini, apakah mungkin keliru atau tidak" "Bagaimanakah hasil dari pembahasan cianpwee berempat selama ini. " aku boleh tahu?" Cu ban ciang dari kota lok yang menghela napas panjang. "Kami merasa sayang kalau harus tinggalkan jerih payah kami selama puluhan tahun belakangan ini, tapi kamipun tak dapat berdiam diri lebih jauh menghadapi pembantaian manusia dan perebutan sewenang2 yang dilakukan sementara manusia, shen bok hong memang kami akui sebagai seorang jago persilatan yang lihay dalam ilmu silat maupun pikiran, tapi sayang ia tak mau berbuat kebajikan. Kalau toh kami tak dapat mempengaruhi pandangan orang persilatan dengan cara halus apa boleh buat lagi" terpaksa kita harus tampil kedepan dan menggunakan sisa tenaga yang kami miliki selama ini untuk menegakkan keadilan dan kebenaran bagi umat persilatan" Cu cun san segera bertepuk tangan memuji. 'Bagus.. . bagus sekali" seandainya sejak dua puluh tahun berselang kalian berempat sudah mempunyai pandangan seperti ini mungkin situasi dunia persilatan dewasa ini tidak akan sekalut dan sekacau sekarang ini! tapi meskipun kita berjuang dengan ngerahkan segenap kemampuan yang kami miliki belum tentu sanggup menandingi kedahsyatan dari shen hok bong " ujar chin su teng Siau Ling tersenyum. ''Bagaimanapun juga kalian berempat sudah pasti mengambil suatu kesepakatan bukan" aku ingin sekali mengetahui keputcsan kalian itu apa aku boleh tahu ?"" Kho su tong yang selama ini berdiam diri segera menjawab: "Jika kami sudah mengambil keputusan tak nanti akan kami jelajahi seluruh penjuru dunia untuk menemukan diri Siau Ling tayhiap" "sebenarnya soal apa sih sehingga cian pwee berempat mencari2 aku orang she-siau?"" tanya Siau Ling keheranan. "Kami ingin menanyakan dua macam masalah kepada diri Siau Ling tayhiap." "Baik. katakanlah apa yang menjadi masalah bagi kalian berempat?" selama aku orang she Siau Ling dapat menjawab pasti akan kujawab dengan sejujurnya." "Kami ingin tahu sebabnya Siau Ling tayhiap memusuhi shen bok hong sehingga berulang kali terjadi bentrokan secara kekerasan?"" "Pertanyaanmu itu kok-lucu amat?" sela Cu kun sio dengan cepat. "Shen bok hong toh seorang bibit bencana bagi dunia persilatan" ia seringkah melakukan kejahatan di-mana2 dengan tujuan hendak menguasai seluruh kolong langit Siau Ling tayhiap ymg berjiwa mulia dan bijaksana tampilkan diri untuk merentang segala kelaliman dan kejahatan yang dilakukan oleh shen bok hong, yang satu lurus dan yang lain sesat bukankah soal ini sudah terlihat amat jelas." "Tentang soal ini kami sudah tahu, tapi bagi seseorang yang berakal tajam seringkali tidak membiarkan orang lain mengetahui maksud serta tujuannya sebelum mencapai pada akhirnya. Selama kami berbicara dengan Siau Ling tayhiap aku harap cu heng jangan ikut nimbrung" Perlahan2 Siau Ling alihkan sorot matanya menyapu sekejap kearah empat pujangga besar dunia persilatan kemudaan katanya "Ketika untuk pertama kalinya aku terjun kedalam dunia penilaian aku pernah terjerumus kedalam perkampungan pek hoa san cung berkat penilaian dan pandangan yang tinggi dari shen bok ho akhirnya aku ditawari untuk menduduki jabatan sebagai cung cu" Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan "andaikata aku orang she Siau Ling masih tetap bercokol dalam perkampungan pek hoa san cung paling sedikit aku bisa mempertahankan kedudukanku sebagai cungcu, tapi akhirnya aku telah meninggalkan perkampungan pek hoa san cung bahkan putus hubungan bok hong. Selama berkelana persilatan seringkali aku harus menjumpai marabahaya dan berbagai ancaman jiwa, bila engkau bertanya apa sebabnya maka aku hanya bisa menjawab bahwa aku tak tahan menyaksikan kekejaman dan kelaliman tingkah laku shen bok hong." "Persoalan pertama telah kami ketahui sekarang masih ada satu masalah lagi yang ingin kami tanyakan keparda kepada Siau Ling tayhiap." "Persoalan apa lagi yang hendak cianpwee berempat tanyakan?" " tanya Siau Ling dengan alis berkenyit "apabila shen bok hong berhasil membinasakan Siau Ling taybiup maka kejadian ini akan merupakan peristiwa yang belum pernah dijumpai sebelumnya dalam dunia persilatan, seluruh kolong langit akan berubah jadi gelap ketegangan dan keseraman akan menyelimuti dimana2. Bolehkah kami tahu apa rencana Siau Ling tayhiap apabila engkau berhasil menangkan shen bok hong"'" Siau Ling tertawa ewa. "Andaikata aku benar2 menjumpai hari bahagia seperti itu, maka itu berarti sudah tiba saatnya bagi dunia persilatan untuk tidak membutuhkan bantuan dan aku orang she Siau Ling lagi. Pada saat itu aku akan mengundurkan diri dan mengasingkan diri ditempat yang terpencil." "Aaaai ..! sebenarnya saja perjalanan yang yang telah aku lakukan selama ini sudah cukup membuat aku orang she-Siau Ling jadi jemu dan muak menyaksikan kelicikan dan kebengisan orang persilatan" Cu bun ciang tidak banyak bertanya lagi, ia ulapkan tangannya dan Chin su eng, Yu cu cing serta Kho su tong bersama mengerumun kedepan. Empat orang itu ber-bisik2 merundingkan persoalan itu, beberapa waktu kemudian mereka menghampiri Siau Ling dan memberi hormat dalam2. "Cianpwee berempat, ada urusan apa" harap katakan saja secara terus terang " seru Siau Ling dengan gelisah. "Mulai detik ini kami berempat siap menunggu perintah dari Siau Ling tayhiap!" ujar Cu ciang. Sebelum Siau Ling sempat menjawab Chia su teng telah menyambung lebih jauh "Sekalipun harus terjun kelautan api kami tak akan menolak!" "Apa bila ada perintah kami akan melaksanakan dengan segenap kekuatan yang dimiliki" sambung Yu cu cing. Dan terakhir Kho su tong yang berkata "Setiap patah kata yang kami ucapkan merupakan kata2 yang sejujurnya semoga Siau Ling tayhiap jangan menolak tapi menyetujuinya keputusan yang telah kami ambil ini, andaikata Siau Ling tayhiap menolak itu berarti engkau tak sudi mempercayai diriku karena nya kami akan bunuh diri dihadapanmu sebagai pernyataan bahwa keputusan kami ini diambil yang sejujur2nya" "Kalau kalian suruh aku main perintah, main kuasa lebih baik aku orang she Siau Ling tolak keputusan kalian itu, tapi kalau kita bekerja sama untuk masalah dunia persilatan maka dengan segala senang hati akan kusambut tawaran itu" "Setiap perkataan yang telah kami ucapkan harus dilaksanakan tanpa bantahan, jikalau Siau Ling tayhiap tidak bersedia menerima tawaran kami ini, aku orang she Kho akan membelah dada sendiri untuk memperlihatkan bahwa hatiku berwarna merah!" Tangan kanannya berkelebat dan tahu2 ia sudah cabut keluar sebilah pisau tajam, yang mana langsung ditusukan kearah dada sendiri. Siau Ling jadi amat terperanjat menyaksii kan kejadian itu, segera teriaknya : "Eeei... tunggu sebentar, tunggu sebentar, Baiklah! Aku orang she-Siau Ling menerima tawaran dari kalian itu" Kho su tong tarik kembali pisau belatinya. Kemudian berkata : "Mulai detik ini kami akan menjalankan semua perintah dari siu tayhiap. Satu hari shen bok hong belum mati, maka kami satu hari pula mengikuti Siau Ling tayhiap hingga akhirnya pihak perkumpulan pek-hoa san cung mengalami kehancuran total" "Selama beberapa bulan belakangan ini persoalan yang paling menyusahkan hati kami adalah dikuatirkan lenyapnya seseorang shen bok hong akan muncul Shen bok hong lagi," kata cu bun ciang, Sebab daya tarik suatu kekuatan jauh melebihi daya tarik seorang gadis cantik, setelah ini hari engkau utarakan perasaan hati yang jujur, maka kamipun tak usah merasa sangsi atau ragu lagi" Siau Ling tersenyum. "Kecurigaan dan kesangsian kalian berempat memang tak dapat disalahkan, dalam kenyataan memang terlalu banyak manusia yang lebih mengutamakan nama serta kedudukan daripada kebajikan." Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Sebelum kalian berempat terseret dalam kancah massal dunia persilatan yang serba rumit, terlebih dahulu aku hendak mengucapkan sepatah dua patah kata lebih dahulu." "Apa yang hendak kau katakan?"'* "Shen bok hong adalah seorang pemimpin persilatan yang lihay baik didalam ilmu silat maupun dalam kecerdikan, dalam menghadapi setiap musuhnya seringkali akal muslihat dan tipu licik yang digunakan, Cianpwee berempat sudah terbiasa dengan kehidupan seorang manusia bijaksana, aku rasa bila ditandingkan maka kalian masih ketinggalan jauh sekali" "Tentang persoalan itu sudah lama kami pikirkan, menggunakan tentara memang harus mengutamakan siasat, makin lihay siasatnya semakin besar hasilnya" "Akupun mengerti bahwa kecerdasan maupun ilmu silat yang kalian betempat miliki merupakan kelas wahid dalam dunia persilatan. Tapi karena budi pekerti yang baik serta hati yang mulia membuat kalian tak tega untuk membunuh orang, kebiasaan tersebut harus diubah, apalagi menghadapi manusia licik seperti shen bok hong. asal kalian bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dalam perjuangan ini, aku percaya shen bok hong telah menjumpai empat musuh tangguh lagi" Tiba2 Cu kun san tertawa ter bahak2. "haahh. ,haahb i.haahh... empat pujangga besar bersedia meninggalkan pengasingan diri untuk mencampuri urusan dunia persilattan, kejadian ini benar2 merupakan suatu keuntungan bagi umat persilatan dikolong langit, aku akan gunakan air teh menggantikan arak untuk menghormati kalian berempat dengan tiga cawan teh" Habis berkata ia benar2 meneguk tiga cawan air teh. Tiba2 Suma Kan berbisik dengan suara lirih : "Siau Ling tayhiap, waktu sudah tidak pagi, engkau harus mulai memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi musuh yang bakal datang!" Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah enam ekor kuda yang ditambat dekat kedai, kemudian katanya . "Kalian harus singkirkan dahulu kuda2 tersebut dari tempat ini...!'' "Bagaimana kalau kita tambat dalam hutan belantara dekat rumah gubuk itu?" Siau Ling mengangguk, "Harap Suma heng suka mengerjakannya!" Tanpa banyak bicara lagi Suma kan segera menuntun keenam ekor kuda itu dan diajak masuk kedalam hutan. Sepeninggal peramal sakti dari laut tang hay tiba2 cu ciang bertanya "Siau Ling tayhiap, dari persiapan2 yang sedang kau lakukan disekitar tempat ini rupanya ada seorang yang kau nantikan kedatanganya?"" "Shen bok hong telah menculik sahabatku, dia menyandera temanku itu dan mengguna keselamatan jiwanya mendesak aku untuk mengadakan pertemuan pribadi dengan dia." "Bila Siau Ling tayhiap hendak memerintahkan sesuatu kami semua bersedia untuk melaksanakannya," Sementara pembicaraan masih berlangsung suma kan telah muncul kembali disana. Cu kun san segera berkata... 'Untuk menghadapi shen bok hong kita musti mengadakan persiiapan yang masak dan cermat, aku rasa baiklah kita rundingkan suatu cara yang baik." "Per-tama2 yang harus kita perhatikan adalah menyembunyikan jejak kita semua karena jumlah kita pada saat ini terlalu banyak." Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku sih mempunyai satu akal cuma tak tahu apakah siasat ini dapat dilaksanakan atau tidak" kata suma kan. "Coba utarakan rencanamu itu!" Perlahan! suma kan membeberkan rencananya yang ia susun barusan... Selesai mendengar rencana tersebut. Cu kun san segera berteriak. "Bagus! siasat ini bagus sekali! ayoh kita kerjakan sekarang juga." Beberapa saat kemudian, suasana dalam rumah makan itu telah mengalami perubahan besar. Cu bun ciang menyaru sebagai pemilik kedai, Siau Ling , cu kun san menyaru sebagai pedagang yang sedang mampir dikedai itu, mereka berdua masing2 mengambil tempat duduk yang berbeda Chin su teng dan suma kan masing2 bersembunyi diatas sebuah pohon besar kurang lebih dua puluh tombak dari rumah penginapan itu untuk mengawasi gerak gerik dalam kedai makan, karena pohon2 disana tinggal lebat dan rimbun daunnya maka pemandangan disekitar beberapa li disekeliling kedai berada dalam pengawasan mereka semua. Yu cu cing dan Kho su tong menyembunyikan diri dalam ruang kedai sambil menjaga pria kekar yang ditotok jalan darahnya itu. Waktu berlalu dengan cepatnya, beberapa waktu kemudian sang surya telah condong kelangit sebelah barat, sen ja pun menjelang tiba. Dengan penuh kegelisahan dan hati tak tenang Siau Ling meneguk secawan air teh, pikirnya dalam hati. "Shen bok hong sangat licik dan banyak akalnya, mungkin siasat setan ini memang sengaja diatur olehnya untuk menjebak orang?"" Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat dalam benaknya, tiba2 dari arah timur muncul debu yang beterbangan di angkasa, pemandangan semacam itu dengan cepat membangkitkan kembali semangatnya, ia memenuhi kembali cawannya dengan air teh. Ketika sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya debu itu, tampaklah sebuah kereta kuda sedang dilarikan mendekat dengan kecepatan penuh. Seketika kereta kuda itu ditutup dengan kain hitam, ditinjau dari keadaan tersebut jelas menunjukkan bahwa sang pemilik kereta itu tidak ingin orang lain mengetahui isi dalam kereta tersebut. Beberapa saat kemudian, kereta kuda itu sudah makin mendekat kedai makan itu. Dengan gerakan se-akan2 tidak sengaja, Siau Ling melirik sekejap kearah mana berasalnya kereta kuda itu munculkan diri. Ia lihat empat orang pria kekar bersenjata lengkap. Dibelakang kedelapan orang pria bersenjata lengkap itu masih mengikuti pula dua buah kereta kuda, Cuma dua buah kereta kuda yarg berjalan paling belakang itu mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil daripada kereta pertama, kereta2 itu hanya dihela oleh dua ekor kuda sedang kereta pertama di hela empat ekor kuda jempolan. Cu kun ssn melirik sekejap pula kearah kereta kuda itu, lalu berpikir dalam hati kecilnya. "Andaikata kereta kuda ini tidak mau berhenti, maka segala persiapan yang telah kami atur selama ini akan menemui kegagalan total." Sementara ingatan tersebut masih berputar dalam benaknya tiba2 kereta kuda itu berhenti. Hordeng nampak tersingkap kesamping, seorang kakek tua berbaju serba hitam meloncat keluar dari dalam kereta. Siau Ling segera menyapu sekejap paras muka kakek tua baju hitam itu. ia lihat sepasang matanya memancarkan sorot cahaya yang sangat tajam, kedua telah pelipisnya menonjol sangat tinggi sekali, Sekilas memandang dapat diketahui bahwa orang itu adalah seorang jago lihay yang sempurna dalam hal tenaga dalam, cuma saja pemuda itu tak pernah menjumpai jago tua ini sebelum nya. Setelah loncat turun dari kereta kuda tersebut, kakek tua baju hitam itu mengamati sekejap wajah Cu kun san serta Siau Ling , kemudian serunya dengan suara lantang. "Hey pemilik kedai! dimana kau?"" Cu bun ciang yang menyaru sebagai pemilik kedai segera mengiakan dan menjawab dari tempat kejauhan. "Kek koan, ada perasaan apa?" Sambil menjawab! ia berlarian menghampiri tamunya. "Berhenti"!" mendadak kakek tua baju hitam itu membentak dengan suara dingin. Cu bun ciang menuruti perkataannya dan segera menghentikan langkah kakinya. "Ada sesuatu yang tidak beres?" tegurnya Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran petir kakek tua baju hitam itu menatap wajah Cu ciang. Beberapa saat lamanya, kemudian ia berseru: "Hey pemilik kedai usiamu benar2 panjang sekali!!" "Kesehatan badan loo han memang masih terhitung segar bugar dan sehat wal'afiat." Kakek tua baju hitam itu mengerutkan dahinya rapat2 , sesaat kemudian kembali dia berseru: "Fajar tadi aku telah mengirim orang datang kemari, apakah sayur dan arak yang ku pesan telah disiapkan semua?"" "Sudah kusiapkan semua silahkan duduk !! silahkan duduk!!" "Dimanakah ketiga orang utusan yang kukirim datang kemari fajar tadi ...?" suruh dia keluar untuk berjumpa dengan aku!" "Kek koan maksudkan toa-ya yang memakai pakaian rombeng dan dekil itu?"" "Benar, sekarang ia berada dimana" "Sudah pergi" "Pergi" aku toh memerintahkan padanya untuk menunggu disini kenapa ia sudah pergi dari sini" Cu bun ciang menunjukan apa boleh buat ia menggelengkan kepalanya berulang kali' "Yaa tabiat toa ya itu terlalu busuk dan jelek, sedikit2 maki orang habis2an lohan tak berari banyak bertanya atas segala tindak tanduknya" "Ia pergi seorang diri?" Kembali cu bun ciang menggelengkan kepalanya. "Tidak ia pergi berduaan?" "Macam apakah orang yang melakukan perjalanan ber sama2 dirinya itu?" "'Loo Han tak kenal siapakah orang itu tapi yang jelas dia adalah seorang pemuda yang baru berusia tujuh delapan tahunan." Sesudah berhenti sebentar sambungnya lagi "Pada waktu itu looban sedang berada didapur, aku sendiripun tak tahu sejak kapan orang muda itu tiba disini, sewaktu aku keluar dari dapur toa-ya itu sudah berangkat bersama orang muda tersebut, waktu itu loohan hanya sempat melihat bayangan punggung mereka berdua saja." Kakek tua baju hitam itu tertawa dingin tiada hentinya. "Heeeh heeehh heeehh bagus bagusl sekarang cepatlah siapkan sayur dan arak buat kita" Meskipun dalam kedai itu sudah siap banyak sekali sayur dan arak, tapi berhubung bini pemilik kedai telah lenyap tak berbekas semua makanan maupun sayuran belum disiapkan sama sekali, dan sekarang kakek tua baju hitam itu memerintahkan cu bun ciang untuk menghidangkan sayur serta arak sudah tentu jago dari empat pujangga besar ini tak mungkin bisa memenuhi permintaan nya itu. Tapi sebelum kejadian, beberapa orang itu sudah merundingkan masalah ini secermat cermatnya, dengan adanya persiapan didalam hati Cu ciang tidak dibikin bingung atau gugup oleh permintaan . Ia segera tersenyum. Sebelum toaya itu pergi ia sama sekali tak meninggalkan pesan apa" Loo ban tak berani turun tangan untuk menyiapkan sayur. "Sekarang engkau toh bisa segera turun tangan untuk mengerjakan?"' tukas kakek tua baju hitam itu dengan cepat. "Sekalipun segera dikerjakan, paling sedikit harus menunggu beberapa waktu lamanya sebelum bisa dihidangkan." 'Kurang lebih engkan butuhkan waktu berapa lama?" tanya kakek tua baju hitam itu kemudian. "Paling sedikit satu jam lamanya.! "Baik !" seru kakek tua baju hitam itu dengan suara dingin, "kami akan menunggu satu jam lamanya disini!! Jawaban ini bukan saja sama sekali diluar dugaan Cu bun ciang. Bahkan Siau Ling yang menyaru sebagai tamupun merasakan hatinya amat terperanjat, pikirnya: "Andaikata orang yang duduk dalam kereta kuda itu adalah peng-ji, tidak mungkin mereka berhenti begitu lama ditempai ini." "Jangan2 persiapan kereta kuda ini termasuk salah satu siasat setan yang disiapkan shen bok hong untuk mengibuli aku.," Sementara itu cu bun cing telah mendehem ringan sambil bertanya. "tolong tanya berapa orang rombongan kek koan ini?"" "heeeh-heehh heehh..! apa sangkut pautnya urusan ini dengan engkau?"" tegur kakek baju hitam itu sambil tertawa dingin tiada hentinya. "Setelah mengetahui jumlah rombongan kek koan, akupun bisa mengira-ngira berapa banyak sayur dan nasi yang harus dipersiapkan." Kakek tua baju hitam itu segera menengadah dan tertawa ter bahak2. "haahh haahh baahh. ! didalam kereta kuda itu terdapat beberapa orang gadis..." Mendadak tangan kanannya menyambar kedepan dan secepat kila dia cengkeram pergelangan kanan Cu ciang. Empat pujanggu besar dunia persilatan adalah masing masing jujur yang sama sekali tak mempunyai pandangan jelek terhadap pihak lawan, apalagi menghadapi sergapan yang dilakukan secara tiba2, tentu saja ia sama sekali tak mengadakan persiapan apa2. Serangan yang dilancarkan deogan kecepatan luar biasa sertia sama sesali tak terduga itu sulit untuk dihindari lagi. Cu bun ciang ingin berkelit kesamping tapi terlambat, tak bisa dihindari lagi pergelangan kanannya kena dicengkeram dengan telak. Siau Ling yang dapat mengikuti serangan cepat kakek tua baju hitam itu diam2 merasa terperanjat juga. pikirnya : "Ilmu silat yang dimiliki orang ini betul2 lihay dan tak boleh dipandang enteng. Aku tak boleh bersikap terlalu gegabah dalam menghadapi manuusia semacam ini." Berpikir sampai disitu diam2 ia segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap siaga melancarkan serangan guna selamatkan Cu bun Ciang dari ancaman mara bahaya. Sementara itu cu bun ciang dari kota lok yang telah menegur dengan nada datar : "Apa maksud anda berbuat begini?"' kakek tua baju hitam tertawa ter-bahak2 "haahh...Haah.laahh dalam mataku masih belum kemasukan pasir, permainansiasat yang begitu rendah mutunya masih belum cakup tangguh untuk membohongi aku..." Setelah berhenti sebentar, lanjutnya lebih jauh : "Siapakah engkau yang sebenarnya" ayoh cepat sebutkan namamu, kalau engkau coba2 untuk mengulur waktu lagi, jangan salahkan kalau sekali gaplok kuhajar engkau sampai mampus" Cu ban ciang merasakan jari2 tangan lawan yang mencengkeram pergelangan tangan kanannya kian lama kian mengencang, se-akan2 jepitan sebuah penjapit baja. Untuk menyalurkan tenaga pun sama sekali tak mampu lagi. Dengan terjadinya peristiwa ini berarti pula jejak penyaruanya sudah ketahuan lawan, diapun tidak ber-pura2 lebih jauh. Dengan suara dingin sahutnya : "Aku adalah cu bun ciang dari kota lok yang!' Kakek tua baju hitam itu terperangah. "empat pujangga besar dunia persilatan?" "tepat sekali ucapanmu itu. Kami empat bersaudara hadir semua ditempai ini!! Kakek tua baju hitam itu tertawa sinis. 'Hmm! bagus., bagus sekali. Nama besar empat punjangga besar dunia persilatan amat tersohor dikolong langit, entah bagaimanakah dengan ilmu silat yang kalian miliki" Aku akan binasakan engkau lebih dahulu. Kemudian baru akan kujajal Ilmu silat dari beberapa orang saudaramu yang lain'. Sementara pembicaraan masih berlangsung, kelima jari tangannya yang mencengkeram pergelangan kanan Cu ciang kian lama kian bertambah kencang. Dengan cepat Cu bun ciang merasakan separuh badannya jadi kaku dan linu, tenaga untuk melancarkan serangan balasan seketika punah sama sekali. Kakek tua baju hitam itu angkat tangan kanannya ketengah udara, dibawah sorot cahaya sang surya dikala senja tampaklah telapak tangan orang itu dilapisi oleh cahaya hitam yang amat menyolok pandangan mata. Meskipun Cu bun ciang tak pernah bertempur melawan orang2 persilatan, akan tetapi perjalanannya selama puluhan tahun dalam bu lim membuat jago tua ini berpengetahuan amat luas. Terutama sekali terhadap manusia2 yang seringkali berkelana di dunia, karenanya begitu menjumpai telapak nya yang berwarna hitam pekat dia segera berseru keras: "Oooh! Rupanya engkau adalah Hek sat jiu malaikat telapak hitam siang peng" "Benar, akulah orangnya..!" sahut kakek tua baju hitam ttu dengan suara ketus. Tiba2 ia mendengus berat, celah pada pergelangan kanan Cu bun ciang tiba2 mengendor dan kemudian sama sekali terlepas. Kiranya Siau Ling telah melancarkan sebuah sentilan maut Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan ilmu sakti Sian ci sinkang nya ketika ia lihat keadaan Cu ciang kian lama semakin terancam bahaya maut. Segulung angin desiran tajam dengan cepat menembusi udara dan langsung menghantam jalan darah 'gwaa-hiat' pada pergelangan kanan malaikat tangan hitam Siang Peng. Agar supaya serangan yang dilancarkan itu mengena pada sasarannya dengan tepat, Siau Ling tak berani mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya, ia kuatir serangan yang dilancarkan terlalu kuat akan menimbulkan kewaspadaan dalam hati malaikat telapak hitam siang ! Setelah urat nadinya yang dicekal musuh terlepas, dengan cekatan Cu bun ciang mengundurkan diri sejauh tiga langkah kebela-kang. Sorot matanya mengawasi wajah siang tajam2. Sambil ber-jaga2 atas sergapan berikutnya, dia salurkan hawa murninya untuk memperlancar peredaran darah pada pergelangan kanannya, Mula pertama siang peng mengira jalan darah gwaa hiat nya kena dilukai oleh sebangsa senjata rahasia, ia segera memeriksa jalan darah yang terluka itu. Ternyata disekitar pergelangan kanannya sama sekali tak nampak mulut luka ataupun noda darah, sebaliknya membengkak besar dan berwarna merah, kejadian ini sangat mengagetkan hatinya. "Ilmu silat apakah yang telah melukai diriku ini?" pikirnya dalam hati. Sambil menyalurkan hawa murni untuk memperlancar peredaran darah, sorot matanya segera berputaran mengawasi daerah disekeliling tempat itu. Dengan pengalamannya yang amat luas serta pengetahuannya yang banyak, jago tua ini tahu bahwa serangan dahsyat tersebut berasal dari tempat duduk yang ditempat Siau Ling, dalam hati kecilnya segera timbul ke waspada, namun perasaan tersebut tidak segera diutarakan keluar sebaliknya dia malah mundur empat langkah kebelakang. Dari keadaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa luka yang dideritanya pada jalan darah gwaa bun hiat diatas pergelangan itu cukup parah, sebelum peredaran darahnya pulih kembali seperii sedia kala, ia tak berani mengambil tindakan apapun. Dalam pada itu para pria kekar yang ber jaga2 disekitar kereta kuda nampaknya sudah merasakan pula gelagat yang makin menegang. Empat pria kekar bersenjata lengkap yang berada didepan kereta segera loncat turun dan kudanya dan memburu kebelakang kakek tua itu. Tenaga dalam yang dimiliki siang peng cukup tangguh sembari menyalurkan hawa murninya perlahan2 ia menguruti jalan darah gwaa hiatnya yang terluka itu. Ilmu sentilan sian ci sinkang yang dipelajari Siau Ling masih belum mencapai puncak kesempurnaan Ditambah pula serangan tersebut tidak dilancarkan dengan sepenuh tenaga hal itu membuat luka yang diderita siang peng tidak seberapa parah. Setelah dituruti beberapa waktu lamanya peredaran darahpun dapat berjalan kembali dengan lancar. Sementara itu empat orang pria kekar bersenjata lengkap tadi telah menyebarkan diri dan berdiri sejajar dibelakang siang peng Semua jago yang hadir dalam kedai makan dewasa ini rupanya merupakan jago2 pilihan yang sudah banyak pengalaman dalam menghadapi serangan musuh tangguh, setelah terjun kedalam gelanggang mereka sama sekali tidak membentak ataupun melancarkan serangan secara gegabah. Orang orang itu cuma berdiri dengan tenang dibelakang kakek tua baju hitam siang itu. Siau Ling sendiri sebelum yakin kalau pek li betul2 berada diialam kereta kuda itu, diapun tak ingin turun tangan secara gegabah, karena itulah untuk sementara waktu suasana masih tetap tenang meskipun ketegangan mulai menyelimuti paras muka setiap orang. Kesempatan bagus semacam ini merupakan suatu kesempatan yang sangat menguntungkan bagi Siang Peng untuk menyembuhkan luka yang dideritanya pada jalan darah gwaa- hiat. Kurang lebih seperminum teh kemudian, siang peng merasakan luka yang dideritanya sudah sembuh sama sekali, ketika itulah keberaniannya muncul kembali, dengan suara lirih perintahnya kepada dua orang pria kekar yang berdiri dibelakang tubuhnya : "Bekuk orang itu!*' sambil berkata ia menuding kearah Siau Ling . Cahaya tajam berkilauan, dua orang pria kekar yang berdiri diujung timur segera meloloskan senjata golok mereka, satu dari kiri yang lain dari kanan mereka ber-sama2 mendekati diri Siau Ling . Rupanya hingga detik itu siang peng masih belum habis mengerti dengan ilmu silat apakah pergelangan kirinya dapat terlukai dalam hati kecilnya timbul rasa jeri dan segan untuk menghadapi Siau Ling , karena ke-ragu2annya itulah maka dia perintahkan dua orang anak buabnya untuk mencoba sampai dimanakah taraf kepandaian yang dimiliki sianak muda itu. Sementara itu senja sudah semakin kelam namun dengan ketajaman mata dari Siau Ling ia dapat mengawasi wajah dua orang lawannya dengan seksama, meskipun hawa muminya diam2 dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, namun tubuhnya masih tetap duduk di tempat semula tanpa bergerak barang sedikit pun jua. Setelah mendekati lawannya, dua orang pria kekar itu ayunkan goloknya keudara dan menegur dengan suara dingin 'Engkau hendak menyerah dangan begitu saja, ataukah memaksa kami berdua harus turun tangan sendiri?" "Oooh kalian berdua adalah opas pengadilan?"" Pria kekar bersenjata golok yang berada disebelah kiri segera menjawab dengan ketus: "Kalau opas pengadilan yang menangkap engkau, paling2 kamu hanya diganjar empat puluh kali pukulan." "Waah! kalau begitu kalian berdua tentunya lebih galak dari opas pengadilan, Benar, kalau opas pengadilan cuma memukul orang maka kami berdua inginkan jiwa mu!" Hawa amarah segera berkobar dalam benak Siau Ling , tiba2 ia ayunkan sepasang telapaknya dengan sepuluh jari tangannya yang amat ampuh serentak mencengkeram golok baja ditangan kedua orang itu. Sekarang, dua orang pria kekar itu baru sadar bahwa mereka telah bertemu dengan musuh tanggub. Buru2 mereka salurkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk cabut kembali goloknya. Sekalipun kedua orang itu telah mencoba dengan cara apapun. semua usahanya tetap mengalami kegagalan, dua bilah golok mereka bagaikan terjepit oleh sebuah jepitan baja yang amat besar, ternyata sama sekali tak dapat digerakan barang sedikitpun juga. Diam2 Siau Ling salurkan hawa murninya kedalam golok baja itu. Dua orang pria kekar tersebut kontan rasakan pergelangan tangan mereka bergetar keras, tanpa disadari cekalan mereka menjadi kendor dan golok2 merekapun jadi lepas dari cekalan. Menggunakan kesempatan itu, Siau Ling membetot tangannya kebelakang, dengan satu sentakan dua bilah senjata musuh telah berpindah tangan. Dalam pada itu cu ban ciang yang melihat Siau Ling telah turun tangan, dia sendiripun tak membuang banyak waktu lagi. Sesudah siapkan tenaga tubuhnya langsung menerjang kearah malaikat telapak hitam siang peng, Sudah lama kau dengat orang berkata bahwa telapak hitam anda mampu menghancurkan batu nisan, Sekarang ingin buktikan apakah berita yang tersiar dalam dunia persilatan benar2 demikian ataukah cuma isapan jempol belaka, serunya. Telapak kanan bergerak kedepan dan langsung menghajar dada lawan. Siang peng putar tangan kanannya menyambut datangnya serangan cu ciang dengan keras, ia menyahut. " Kalau engkau tidak percaya, tak ada halangannya bagimu untuk mencoba kehebatanku ini." Sementara pembicaraan masih berlangsung. blaam! bentrokan nyaring yang memekikkan telinga telah menggeletar diangkasa, kedua belah pihak saling beradu tenaga satu kali. Siang peng amat yakin dengan kemauan ilmu pukulan san ciang nya, ditambah pula dengan tenaga dalam yang begitu sempurna, kendatipun dalanm serangan tersebut tidak berbasil melukai cu ciang, paling sedikit ia berhasil menghajar tubuhnya sampai sakit dan linu. Siapa tahu apa yang terjadi bentrokan sama sekait berada diluar dugaan siang peng, setelah terjadi bentrokan tersebut cu ciang segera menerjang kembali kedepan, telapak kirinya diayun kemuka dan sebuah pukulan dahsyat kembali dilepaskan. Siang peng jadi amat terperanjat menghadapi serangan tersebut, serunya dengan suara dingin. "Nama besar empat pujangga besar dunia persilatan benar2 bukan nama kosong belaka" sepasang telapaknya diayun kedepan untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dan suatu pertarungan serupun segera terjadi. Malaikat telapak hitam siang peng merupakan seorang jago kenamaan dari kalangan hitam kesempurnaan ilmu pukulannya sudah tersohor di mana2 pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu boleh dibilang paling ramai dan serem. Dalam pada itu setelah Siau Ling berhasil merebut dua bilah golok dari tangan dua orang pria tersebut Sepasang goloknya segera dikibaskan kearah samping kiri maupun kanan. Gerakan serangan ini dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat meskipun hanya merupakan suatu jurus serangan yang amat biasa namun setelah digunakan ternytia jauh berbeda dergan keadaan pada umumnya. Setelah goloknya kena dirampas dua orang pria kekar itu berdiri tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan. Pada saat itulah babatan golok dari Siau Ling te lah datang dari samping kiri maupun kanan. Untuk menghindarkan diri jelas tidak mungkin lagi, kedua orang itu terhajar telak oleh babatan golok tadi. Walaupun Siau Ling telah membenci terhadap orang2 dari perkampunga pek hoa san cun namun ia masih tetap tak tega untuk melukai jiwa dua orang itu goloknya dibabat dengan gerakan mendatar sehingga yang bersarang dibadan musuhnya hanyalah badan golok itu. Meskipun begitu karena Siau Ling menggunakan tenaga yang sangat berat maka luka yang diderita dua orang itu tetap parah sekali. Mereka telah kehilangan daya kemampuannya untuk bertempur lebih jauh. Tiba2 Siau Ling loncat kedepan dan langsung menerjang kearah kereta kuda itu. dua orang pria kesar lainnya segera cabut goloknya dan menyambut terjangan sianak muda itu, mereka bermaksud menghajalan pergi Siau Ling , tapi gerakan tubuh pemuda itu jauh lebih cepat dari dugaan mereka, dalam sekali kelebatan saja tahu2 ia sudah mendekati kereta kuda itu. Udara telah gelap, pandangan disekitar tempat itu mulai remang2. Delapan orang pria bersenjata lengkap yang berada dibelakang kereta segera loncat turun dari kuda mereka dan menerjang kearah Siau Ling , tatkala mereka saksikan sesosok bayangan manusia sedang menerjang kearah kereta kuda itu. Siau Ling bergerak cekatan, ia enjotkan badan dan langsung loncat naik keatas kereta kuda itu. Dalam pada itu seorang pria kekar yang mempunyai gerakan tubuh paling cepat telah tiba, goloknya langsung diayun kedepan me lepaskan sebuah bacokan. Dari tempat kejauhan Siau Ling melepaskan sebuah pukulan keudara kosongi angin pukulan yang maha dahsyat meluncur kedepan dan menggulung setiap benda yang berada dihadapannya. Sebelum pria kekar itu sempat mendekati Siau Ling , angin pukulan telah meluncur tiba, termakan oleh pukulan udara kosong yang begitu berat dan dahsyat pria tadi mendengus tertahan dan rontok kembali keatas tanah. Blaaamm. ...!! Benturan nyaring bergema menuhi angkasa, debu pasir beterbangan di mana2. Sementara telapak kanannya melancarkan serangan. Siau Ling menggerakan tangan kirinya untuk menyingkap horden dan melongok kedalam kereta kuda itu. Cahaya tajam yang berkilauan berkelebat lewat, serentetan cahaya putih mendadak meluncur keluar dari dalam kereta itu. Selisih jarak kedua belah pihak amat dekat sekali, apalagi serangan tersebut dilancarkan dengan suatu gerakan yang tak terduga, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat dalam benak Siau Ling tahu2 cahaya pedang itu sudah mengancam tenggorokannya. Dalam keadaan ter-buru2 dan sama sekali tak menduga itu tak mungkin bagi Siau Ling untuk melancarkan serangan balasan terpaksa ia harus menyelamatkan diri lebih dulu, dari ancaman marabahaya mulutnya dipentangkan dan secepat kilat menggigit ujung pedang yang sedang meluncur datang itu. Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu sekejap mata, baru saja Siau Ling lolos dari ancaman bahaya maut dua orang pria kekar yang sedang mengejar kedepan telah sampai disitu. Siau Ling tak berani bertindak gegabah lagi, setelah menggigit ujung pedang yang menyergap tubuhnya barusan dengan cepat tangan kanannya bergerak kedepan mencengkeram pedang mustika itu. Tangannya terlindung oleh sarung tangan kulit ular naga berusia ribuan tahun karena itu ia tak mempan menghadapi segala bacokan selelah mencengkeram pedang tadi dengan sekuat tenaga senjata tersebut dibetot keluar. Pada saat yang bersamaan pula sepasang kakinya menjejak Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo permukaan kereta dan tubuhnya melayang keangkasa. Tenaga dalam yang dimiliki sang penyer gap dalam kereta ternyata amat sempurna, Siau Ling gagal untuk merebut pedang tersebut dari cekalannya tapi karena pada saat itu dia harus menghindarkan diri dari kerubutan para pria kekar bersenjata golok maka diputuskan untuk menyingkirkan diri lebih dahulu dari sana, Dalam keadaan begini sudah 'tentu tiada kesempatan lagi baginya untuk merampas pedang orang itu. Craat! craat dua bacokan polok bergema diangkasa dua bilah senjata tahu2 membacok palangan kayu di sisi kereta. Ternyata dua orang pria yang menyusul datang dari belakang tadi sedang melancarkan bacokan kearah Siau Ling dengan sepenuh tenaga karena sasarannya mendadak lenyap dan bacokan itu tak dapat dikuasahi lagi maka serangan tersebut bersarang dipalangan kayu kereta. Dengan terjadinya pertarungan yang amat seru itu empat ekor kuda jempolan yang menghela kereta itu jadi terkejut tiba2 binatang itu meringkik keras dan kabur kedepan. Lari kuda2 yang sedang kaget itu sungguh cepat sekali, dalam sekejap mata kereta kuda itu sudah kabur sejauh beberapa tombak dari tempat semula. Meskipun Siau Ling sudah tahu kalau orang yang melancarkan serangan pedang dan balik kereta itu bukan pekli peng. tapi sebelum jelas keadaan dalam kereta itu ia masih merasa tak lega hati. Tanpa memperdulikan para pria yang membacok dirinya barusan, pemuda itu segera mengepos tenaga dan mengejar kereta kuda tersebut. Dalam keadaan gelisah bercampur cemas si anak muda itu segera mengerahkan ilmu meringankan tubuh "pat poh teng gong" atau delapan langkah mendaki kelangit untuk mengejar musuhnya, ibarat kuda semberani yang melayang diangkasa, dalam dua tiga lompatan badannya sudah mencapai lima enam tombak jauhnya dari tempat semula. Beberapa orang pria yang mengejar Siau Ling dari belakang, walaupun segera kegagalan tiga tombak jauhnya dibelakang, namun jaraknya dengan kereta kuda itu masih ada beberapa depa. Pada waktu itulah, mendadak berkelebat lewat dua sosok bayangan manusia bagaikan burung elang yang sedang menyambar mangsanya, dua sosok bayangan manusia itu langsung menghadang jalan pergi kereta kuda itu. Dua orang manusia tersebut bukan lain adalah suma kan serta Ching su teng dari kota ki lam. Kiranya dua orang itu bersembunyi diatas pohon yang besar dan rimbun daunnya, karena udara sudah gelap maka sulit bagi mereka untuk melibat pemandangan disekitar tempat itu dengan jelas, secara lapat2 mereka hanya sempat melihat kalau kedua belah pihak telah saling bergebrak, dengan tergesa2 mereka segera memburu ketempat kejadian. Suma kan langsung menghadang jalan pergi kereta kuda itu, sambil membentak keras telapaknya langsung membabat kedepan. "blaaamm..!" benturan keras terjadi diudara, seekor kuda jempolan yang menghela kereta itu segera terbacok oleh pukulan suma kan dan menggelepar diatas tanah tak bangun kembali. Kuda yang menghela kereta itu semuanya berjumlah empat ekor, dengan matinya seekor berarti masih ada tiga ekor lainnya yang menerjang dengan kecepatan penuh, kendatipun suma kan adalah seorang jago lihay yang sempurna dalam tenaga dalam, ia tak berani menghalangi terjangan kereta itu dengan kekerasan. Badannya segera berkelebat kesamping dan menghindarkan diri dari terjangan kereta itu. Chin su teng yang telah menyusul kesana segera melancarkan sebuah pukulan pula ke arah lambung seekor kuda yang lain sebelah ia merasa ragu2 sejenak. Kuda itu meringkik panjang, kemudian roboh terkapar diatas ranah. Setelah kehilangan dua ekor kuda penghelanya lari kereta tersebut seketika jauh lebih lambat. Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Siau Ling menyusul kedepan dan melancarkan sebuah pukulan pula. "Duuk! ' kuda ketiga termakan pukulan berat itu dan roboh binasa. Pada saat yang bersamaan pemuda itu menggerakkan tangan kirinya menangkap roda kanan kereta itu. Dalam satu sentakan keras lari kereta itu segera tertahan hingga tak bisa bergerak lebih jauh. Ia segera alihkan sorot matanya keatas wajah Chin sa teng serta suma kan. lalu katanya : "Hadang para pengejar yang ada dibelakang. Jangan Lepaskan dua buah kereta kuda yang lain. tempat ini serahkan saja kepadaku. biar aku yang menghadapi seorang diri " Suma kan rnengiakan. Ia segera loncat kedepan dan menyambut kedatangan para pengejar yang sementara itu sudah makin mendekat dengan tempat itu. Chin su teng terperangah sebentar kemudian dengan cepat menyusul dibelakang suma kan. Dalam waktu singkat, beberapa orang pria kekar yang mengejar jejak Siau Ling itu, sudah bentrok dengan suma kan. Seorang pria kekar baju hitam yang berada dipaling depan, langsung ayunkan goloknya melepaskan sebuah bacokan. Suma kan menyingkir kesamping. tangan kanannya bergerak menyambar pergelangan kanan pria itu, lima jarinya menekan keras2 dan segera merampas golok ditangan nya. Sementara telapak kiri segera melepas kan sebuah sodokan keras kedepan yang mana dengan telak bersarang d atas dada pria itu. Lelaki tersebut mendengus kesakitan, sesudah muntah darah badannya segera roboh terjengkang keatas tanah. Pada saat itulah seorang pria baju hitam yang lain telah menyusul tiba. Goloknya berkelebat kedepan langsung menusuk punggung peramal sakti dari laut tang- hay itu. Kebetulan Chin su teng tiba ditempat kejadian, dia segera membentak keras dan melancarkan sebuah bacokan kedepan...Duuk! pukulan itu bersarang telak diatas lengan kanan sang pria yang menggenggam senjata. Lelaki baju bitam itu mendengus berat, golok baja dalam genggamannya seketika terlepas dari cekalan dan rontok keatas tanah. Chin suteng maju ke depan melepaskan satu tendangan kilat.. Duuuk! lambung pria itu terhajar keras, ditengah jerit perih yang mendirikan bulu roma, tubuhnya mencelat sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula. Begitu pertarungan berlangsung dua orang itu secara beruntun telah membinasakan musuh. Bukan saja gerakan tubuhnya cepat bahkan serangannya tepat, kejadian ini membuat pria2 yang menyusul dibelakang jadi terperangah dan sama2 menghentikan langkah kaki mereka. Buat Chin su teng dari kota ki lam. Walaupun ia berilmu tinggi namun sebagian besar hidupnya belum pernah bertempur melawan orang lain apalagi membunuh orang sekarang setelah secara beruntun ia binasakan seorang manusia dan seekor kuda, perasaan batinya jadi tak tenang dan untuk beberapa saat lamanya ia berdiri termangu2. Dalam pada itu suma kan telah memainkan golok hasil rampasannya dengan sebat ia hajar kaum penjahat itn habis2an. Ia mengetahui betapa keji dan telengasnya orang2 perkampungan pek hoa-san cung karena dari itu di dalam serangan serangan yang dia lancarkan semuanya merupakan jurus2 ampuh yang mematikan . Ia sama sekali tidak menaruh belas kasihan pada lawannya, cahaya golok berkilauan ke-sana kemari hingga memenuhi seluruh kalangan. Setelah termangu2 sebentar, Chin su teng sadar kemtali dari lamunannya, ia segera menerjang maju kedepan. Sementara itu dipihak Siau Ling telah melancarkan sebuah pukulan dansyat ke atas badan kereta kuda itu setelah ia berha sil mengbentikan gerak lari kereta tersebut. Kayu jati yang menyelubungi kereta itu tentu saja tak mampu menahan hajaran tenaga murni dari Siau Ling ... Kraaak !! sebuah lubang besar segeta muncul diatas badan kereta itu. Cahaya berkilauan kembali berkelebat lewat dari balik kereta, sebilah pedang mustika langsung menusuk kearah badannya. Ketika Siau Ling berkelit kesamping, pedang itupun tiba2 ditarik kembali kedalam kereta. Pada saat ini pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki Siau Ling sudah luas sekali. Dari gerak tusukan yang dilancarkan orang itu. ia mengetahui bahwa orang yang bersembunyi didalam kereta itu merupakan seorang jago yang memiliki ilmu silat amat tinggi, atau paling sedikit dalam ilmu pedang ia memiliki kesempurnaan yang luar biasa. Yang aneh. ternyata orang itu tak mau unjukkan diri, sebaliknya hanya bersembunyi terus didalam kereta. Ia tak tahu apa sebab nya orang itu berbuat demikian?" Sementara otaknya berputar terus, diluaran ia segera menegur: "Siapakah engkau?" apa salahnya kalau unjukkan diri dan bertemu muka diluaran kereta?"" Pertanyaan itu diulangi sampai beberapa kali, akan tetapi orang yang berada dalam kereta itu masih tetap membungkam terus dalam seribu bahasa. Lama kelamaan Siau Ling jadi mendongkol bercampur gusar juga kendatipun rasa heran masih menyelimuti perasaan hatinya, ia segera membentak keras: Pedang Dan Kitab Suci 13 Dewi Ular 97 Ada Apa Dengan Setan Pendekar Lembah Naga 30

Cari Blog Ini