Budi Kesatria 19
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 19 tak ingin bergaul dengan pria manapun juga. Perduli kau akan jadikan diriku sebagai selir atau dayang pokoknya aku tak akan tinggalkan dirimu untuk selamanya, aku akan tetap mempertahankan kesucian tubuhku hanya untuk toako seorang. Kalau kita akan mati buat apa aku musti mempertahankannya terus" Tadi aku punya pikiran untuk mempersembahkan kepada toako, agar aku bisa mati dengan hati tenang " "Aaah!! pikiran yang bukan2?"" tegur Siau Ling dengan dahi berkerut. "Toako. bukankah engkau telah bsrjanji tak akan marah" Apakah toako berharap agar aku membawa serta rasa cintaku terhadap diri toako kedalam liang kubur?"" Terharu sianak muda itu setelah mendengar perkataan tersebut, ia menghela napas panjang. "Aaai..! Peng ji. persoalan paling penting yaog harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya menghadapi Shen Bok Hong, sebagai seorang manusia kita sudah ditakdirkan sengsara dalam hidup tenang dalam kematian. Kita manusia bukanlah pohon atau rumput yang tak berperasaan. Demikian pula diriku, aku bukanlah seorang manusia yang terdiri dari baja atau batu yang tak kenal rasa cinta,..aaai! hanya saja, umat persilatan telah memandang tinggi diriku, menaruh kepercayaan kepadaku, aku tak bisa berdiam diri dengan begitu saja" Ia berhenti sebentar dan kembali menghela napas panjang, sambungnya kemudian: "Peng ji, engkau tentunya sudah kenal dengan Watakku bukan" Setelah orang lain menaruh kepercayaan kepadaku, maka akupun harus menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk membantu mereka, membayar impas kepercayaan yang telah mereka limpahkan kepadaku, aku harus singkirkan pembuat bencana itu dari muka bumi, agar dunia bisa pulih kembali dalam ketenangan dan kedamaian, bila dunia telah aman dan tugasku telah selesai, saat itulah kita baru punya kesempatan untuk menggalang cinta, membina rumah tangga, punya anak dan hidup sebagai..."' Pek-li Peng tertawa ujarnya : "Toako. antara tugas dan cinta memang tak dapat dilaksanakan secan bersamaan, salah satu diantaranya memang harus dikorbankan, ....Aaai! ku akui, dahulu waktuku memang terlalu berangasan dan terburu napsu, tapi sekarang pikiranku telah terbuka. Aku dapat menyelami perasaan hatimu dan akupun percaya dengan ketulusan hatimu...!" "Dalam hal apa pikiranmu telah terbuka ?" 'Mengenai diri toako. Tidak pantas kalau toako monopoli milikku seorang- nona Gak, Wu Yong bahkan Soh Bun. Siau Hong semuanya mempunyai bagian atas dirimu.." "Waduh..waaduuh Peng ji, perkataanmu makin lama semakin melantur jauh kau keliru besar !" Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian sambungnya lebih jauh : "Sejak kita bertemu tadi, banyak persoalan yang belum sempat kuceritakan kepadamu, ada satu persoalan aku lupa beritahu kepadamu." "Urusan apa"!" "Mengenai nona Wu Yong.." "Kenapa dengan Wu Yong?" "Dia telah mati" jawab Siau Ling dengan sedih "bahkan mati dalam keadaan yang mengerikan!" "Bagaimana matinya?"" "Ia mati ditengah kerubutan Lima naga sakti. Sungguh kasihan dara itu, setelah mati ternyata tiada peti mati yang bisa digunakan untuk menyimpan jenasahnya. padahal ia banyak membantu diriku" "Apakah waktu itu toako juga hadir ditengah gelanggang?"" "Aku hadir pula disana, bahkan menyaksikan dengan mata kepala sendiri akan kematiannya yang menggiriskan. Tapi aku tak mampu memberi pertolongan!" "Aaai .!! Kalau dibicarakan nasibnya memang patut dikasihani, kemunculan dara itu beserta neneknya dalam dunia persilatan baru beberapa bulan, tapi secara beruntun mereka harus menemui ajalnya dalam keadaan yang mengenaskan, kematian dari Wu popo sih tak perlu disayangkan karena sudah terlalu banyak kejahatan yang dilakukan. Tapi nona Wu Yong..Aaai, dia manis dan menarik hati, sungguh kasihan kalau harus mati dalam keadaan mengerikan" "Sesaat sebelum mati, ia telah tancapkan segenggam jarum yang sangat beracun kedalam mata musuhnya yang melukai dirinya itu, meskipun akhirnya dia harus mati tapi diapun dapat membalas dendam bagi kematiannya sendiri" Pek li Peng gelengkan kepalanya dengan sedih. "Sebelum kutahu kalau dia telah meninggal, dalam aku memang merasa agak benci terhadap dirinya, tapi sekarang setelah mendengar tentang berita Kematiannya, aku ikut bersedih hati atas nasibnya yang malang..aaai! Begitulah manusia, makhluk yang paling aneh dikolong langit. !'" Walaupun hawa panas masih menyengat badan, akan tetapi Siau Ling berdua yang berendam dalam liang air sudah tidak merasa tersiksa lagi. sebab meluapnya sumber air tersebut menjaga kestabilan suhu dingin dalam kolam tersebut, apalagi luapan air yang mengalir kebawah bukit sana telah memadamkan pula kobaran api yang kebenaran di lewati air tersebut, suhu panaspun kian lama kian menyurut sehingga akhirnya makin menipis. Siau Ling menengadah dan memandang jauh kebelakang, ia lihat kebakaran yang terjadi dalam hutan sebelah depan sana masih menggila dengan dahsyatnya, udara berubah jadi merah, suasana benar2 mengerikan sekali Menyaksikan kesemuanya itu dia menghela napas panjang, katanya dengan lirih : "Andaikata engkau tidak menggali tepat diatas sumber mata air, saat ini kalaupun tidak terbakar hangus paling sedikit kita sudah mati karena panas tersengat suhu yang meninggi." Pek-li Peng tertawa. "Toako, bagaimana sih ceritanya kok mendadak kau bisa timbul pikiran untuk menebangi pepohonan yang tumbuh disekitar tempat ini" Aaai...ayah dan ibu seringkali memuji kecerdikanku, tapi sekarang kalau dibandingkan dengan toako, rasanya aku masih selisih jauh sekali.. !" "Ini hari kita bisa lolos dari ancaman bahaya kematian. tanpa sadar telah mengingat kembali akan budi kebaikan dari guruku dimasa lampau!"' "Kenapa?" Siau Ling tertawa. "Sejak aku mulai belajar silat, suhuku seringkali memberitahukan situasi mengenai dunia persilatan serta jago2 lihay yang pernah muncul dalam persilatan selama seratus tahun belakangan, disamping itu suhupun menceritakan pula tentang keistimewaan ilmu silat pelbagai partai dan perguruan serta cerita2 ringan yang banyak mengungkapkan kecerdikan manusia." "Lalu apa hubungannya cerita yang kau peroleh dari gurumu dengan lolosnya kita dari marabahaya saat ini?"" "Tentu saja ada hubungannya, aku bisa menebangi kayu disekitar sinipun karena mendadak teringat olehku akan cerita ringan yang pernah dituturkan suhu kepadaku !" "Bagaimana ceritanya" Maukah kau bercerita untukku?"" "Kalau dilihat keadaan disekitar kita. paIing sedikit kebakaran ini akan berlangsung enam tujuh jam lamanya, banyak waktu buat kita untuk bercerita." Ia berhenti sebentar, kemudian lanjutnya. "Suatu ketika ada seseorang sedang berjalan jalan di tengah sebuah padang rumput yang luas. Tiba2 pandang rumput itu terbakar dan dalam waktu singkat terjadi kebakaran hebat, coba dalam keadaan demikian apa yang harus kau lakukan?" Pek-li Peng termenung dan berpikir bebera saat lamanya, kemudian menggeleng. "Aku tidak tahu?" "Orang itu segera melepaskan pula api untuk membakar rumput yang berada dihadapannya, ketika api itu berkobar dari kedua belah arah yang berlawanan maka muncullah sebuah tanah lapang yang luas ditengah2nya. dan orang itupun bisa bernaung ditempai yang kosong tadi" ,,Ehmm! bagus amat akal ini !" puji Pek li Peng dengan gembira. "Begitulah, ini hari kita sedang berada di tengah hutan lebat, apipun membakar tiba dari empat penjuru, kebakaran hutan tentu saja tak dapat disamakan dengan kebakaran dipadang rumput, tapi justru dari cerita ringan itu aku berbasil menggali akal yang bagus untuk menyelamatkan diri dari marabahaya tersebut. Dalam keadaan bahaya cerita itu memang kurasakan betapa besar manfaatnya, tapi sewaktu Suhu sedang bercerita dahulu aku sama Se kali tidak menaruh perhatian, malahan sering kali guruku menasehati diriku agar baik2 mencamkan cerita tadi, agar tidak kehilangan akal bila menjumpai bahaya dikemudian hari.." Siau Ling menghembuskan napas panjang lanjutnya : "Tentu saja situasi yang kita hadapi sekarang jauh berbeda dengan cerita kebakaran dipadang rumput itu, tahukah kau. dimana letak perbedaan tersebut?" "Dalam kebakaran yang terjadi dipadang rumput, peristiwa itu terjadi karena kebetulan, sebaliknya kejadian yang kita hadapi sekarang adalah peristiwa yang sengaja diatur oleh Shen Bok Hong dengan rencana yang matang, kalau dalam kebakaran dipadang rumput maka api terjadi dari satu arah, sebaliknya dalam peristiwa ini api berkobar dari empat penjuru dalam waktu yang bersamaan" Siau Ling tersenyum. "Pek-li Peng. kau memang benar2 amat cerdik" "Tapi kalau dibandingkan toako. maka aku berubah jadi bodohnya luar biasa" sambung Pek-li Peng sambil tertawa pula. "Seandainya engkau benar2 bisa bersikap lebih tenang, sebenarnya tak susah untuk menemukan akal tersebut, walaupun dalam kenyataan berhasilnya kita lolos dari bencana pada saat ini karena usaha kita tapi sebagian lagi karena nasib kita yang lagi mujur." "Toako, apa lagi sangkut pautnya antara kecerdikan toako mencari akal dengan nasib mujur?"" "Semisalnya saja, kalau aku tidak mempunyai sebilah pedang pendek yang tajam dan luar biasa, melainkan hanya sebilah senjata biasa, belum tentu dalam waktu yang demikian singkat aku bisa menebang begitu banyak pepohonan yang tumbuh disini serta membuka sebuah tanah lapang seluas ini. Kobaran api pasti akan mendekati kita dan menyengat tubuh kita jadi arang, dan seandainya engkau tidak tepat menggali sumber mata air dari permukaan tanah kitapun tak akan mampu melawan hawa panas yang menyengat tubuh, niscaya kita sudah mati karena kepanasan, dan kenyataan kita mempunyai pedang mustika serta berhasil menemukan pula sumber mata air, kalau orang tidak lagi mujur nasibnya masakah bisa begitu"!" "Inilah yang dinamakan Orang budiman dikasih Thian! Toako berjuang demi kesejahteraan dan keadilan umat persilatan, tak mungkin Shen Bok Hong mampu mencelakai jiwamu" "Bagus., pintar Pengji. tampaknya engkaupun pandai sekali memberi topi yang tinggi begitu!" Pek-li Peng tertawa cekikikan. "Aku bukan lagi mengumpak diri toako. Semua perkataanku kuucapkan dengan sejujurnya.." Ia membereskan rambutnya yang kusut dan melanjutkan : "Kalau dibicarakan, sepantasnya kalau kita mengucapkan banyak terima kasih kepada seseorang!" "Siapa?" "It-bun Han-Too. seandainya ia tidak menghadiahkan pedang pendeknya yang sangat tajam ini untuk toako. sekalipun ini hari kita tak sampai mampus paling sedikit harus mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat, tentu saja karena toako menyelamatkan jiwanya dan karena berterima kasih dia menghadiahkan pedang itu kepada toako termasuk pula salah satu alasan diantara-nya" Siau Ling mengangguk. "Sejak Shen Bok Hong menghadiahkan sebuah pukulan keatas tubuh It bun Han-too rupanya pukulan itu telah berubah wataknya sehingga mengalami perubahan seratus delapan puluh derajat, kecerdasan orang ini luar biasa sekali, sekalipun Shen Bok Hong sendiri belum tentu sanggup menandingi dirinya. Setelah jni kita harus baik2 manfaatkan kecerdikannya untuk menghadapi Shen Bok Hong" "Toako, bukankah kau seringkali membicarakan pula tentang kehebatan Bu wi tiang" Seringkali kau mengatakan kecerdasan dan kepintarannya sukar ditandingi, masa It bun Han-too jauh lebih cerdik daripada Bu-wi tootiang?" "Dalam hal ini kita harus meninjau dulu pembicaraan tersebut dilihat dari sudut yang mana, Bu wi tootiang jujur dan berbudi luhur. Kalau membicarakan soal kelicikan dan akal muslihat. tentu saja tootiang itu bukan tandingan Shen Bok Hong." "Bagaimana dengan It bun Han too?"" "Dahulu It-bun Han-too berpikiran sesat kini sudah kembali kejalan yang benar kalau berbicara tentang perkampungan Pek hoa san cung yang dimiliki Shen Bok Hong sekarang, maka ada dua orang yang berjasa dalam memupuk nama besar perkampungan tersebut, mereka adalah Tok jiu Yok-Ong Raja obat bertangan keji serta It bun Han too." "Kalau toh It bun Han to sudah banyak membantu Bok Hong, kenapa gembong iblis itu hendak membinasakan dirinya?" sela Pek li Peng tak habis mengerti. Siau Ling tersenyum. "Oleh karena perbuatan Shen Bek Hong yang tak kenal budi inilah maka It bun Han too lantas menghianati dirinya. Ketahuilah Shen Bok Hong adalah manusia berjiwa palsu, ia kejam dan tak tahu apa artinya budi, kalau ia sedang membutuhkan bantuanmu maka tak segan2nya ia menjilat merayu dan sedemikian rupa hingga akhirnya tenaga orang itu Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bisa dipergunakan olehnya, walau begitu dia tak menginginkan ada di antara sahabat karib atau anak buahnya yang memiliki ilmu silat yang jauh melebihi dirinya, bila ia mengetahui akan kelebihan orang maka dia pasti akan turun tangan keji untuk melenyapkan bencana tersebut dari hadapannya: Dalam hal ilmu silat memang It bun Han too tak dapat melampaui kelihayan Shen Bok Hong, tapi akal setan nya serta kecerdasan otaknya tidaklah berada dibawah Shen Bok Hong. Karena itulah meskipun ia menggunakan tenaganya, dalam hati diapun jeri kepadanya. It-bun Han too bukan orang bodoh, tentu saja diapun nyadari kalau Shen Bok Hong ada maksud untuk membinasakan dirinya, padahal dalam hal ilmu silat dia tak mampu menandingi kelihayan musuh. Cara yang dapat di tempuh olehnya adalah menggunakan kecerdikan serta kecerdasan otaknya untuk melindungi keselamatan sendiri. Walaupun untuk itu ia tidak mengharapkan balas jasa ataupun mementingkan kedudukan tapi gengsi pribadi selalu dipertahankan." "Kenapa begitu?" sela Pek Li Peng. "kalau toh dia ingin menyelamatkan jiwa sendiri, tidak mengharapkan balas jasa atau kedudukan dengan Sben Bok Hong. bukankah sama artinya memberi kesempatan yang lebih luas bagi gembong iblis itu untuk membinasakan dirinya?" ' "Bagus sekali pertanyaanmu ini. ." seru Siau Ling sambil tersenyum. Setelah termenung sebentar, sambungnya kembali : "Apabila ia terlalu menitik beratkan pada balas jasa atau kedudukan maka Shen Bok Hong pasti akan memandang dirinya sebagai anak buah atau pesuruhnya, dengan tabiat dari Shen Bok Hong untuk membunuh seorang anak buah atau pelayan tak perlu dia musti susah putar otak. Sebaliknya diapun tidak berani terlalu meremehkan diri Shen Bok Hong sehingga membangkitkan nafsu membunuh dihati gembong iblis itu serta membinasakan dirinya, Nah ! Kebagusan dan kelihayan dari permainannya ini terletak pada keseimbangan mengikuti perkembangan situasi yang sedang berlangsung!" Mendengar penuturan tersebut, Pek-li Peng membelalakan matanya lebar2. "Aku masih agak kurang mengerti!" bisiknya. "Selama It-bun Han too mempertahankan gengsi dan martabat pribadinya itu. Ia selalu berusahamenunjukkan sesuatu sikap sehingga menimbulkan suatu perasaan khusus bagi Shen Bok Hong" "Perasaan apakah itu?" "Ia selalu berusaha menciptakan sesuatu perasaan yang membuat Shen Bok Hong merasa bahwa It bun Han too sebenarnya adalah sahabat karibnya, pembantu yang berjasa, untuk menyingkirkan dia harus menunggu sampai munculnya suatu alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga bukan saja perbuatannya itu bisa menaklukan hati anak buah lainnya, bagi dia pribadipun mendatangkan perasaan yang terang. Tapi justru It bun Han too telah manfaatkan kecerdikan yang dimilikinya itu untuk mengaburkan semua rencana tersebut, agar Sben Bok Hong selamanya tak mampu menemukan alasan yang tepat untuk menyingkirkan dirinya dari muka bumi" "Aaai..." kiranya begitu " Pek-li Pang berseru tertahan. "Kalau dibicarakan memang kedengarannya sangat sederhana, tapi dalam kenyataan persoalan ini sulitnya bukan kepalang, selama berada dihadapan Sben Bok Hong maka It bun Han too harus bersikap sangat hati2, selalu memperhatikan perubahan sikap dari gembong iblis itu dan tak berani bertindak gegabah, kadangkala dia harus lebih pentingkan sikap yang berhati2, kadangkala diapun harus lebih menitikberatkan dalam soal gengsi, sekali salah bertindak niscaya jiwanya yang akan menjadi taruhan" 'Apakah .It bun Han too yang memberitahukan kesemuanya ini kepadamu...?" Siau Ling menggeleng. "Bukan!! aku sendirilah yang menganalisa memikir dan mengumpulkan semua bahan yang diperlukan dalam hal ini, terutama sekali sikap mereka selama berada didalam istana' terlarang dan setelah berada diluar istana terlarang" Mendengar jawaban tersebut, kembali Pek li Peng menghela napas panjang. "Aii ..tampaknya, bagaimanapun cerdiknya seorang perempuan, kalau dibandingkan dengan orang pria maka dia masih selisih amat jauh sekali" "Belum tentu begitu, buktinya enci Gak jauh lebih lihay daripada diriku" sela Siau Ling sambil tertawa. Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh : "Tentu saja keberhasilanku dalam mengamati serta menganalisa segala persoalan yang ku peroleh sekarang tidak lain adalah berkat bimbingan guruku dimasa lalu." "Kalau begitu gurumu tentulah seorang jago yang luar biasa sekali, baik dalam pengalaman maupun dalam pengetahuan?"" Siau Ling mengangguk tanda membenarkan "Kecuali mewarisi ilmu silat kepadaku, seringkali beliau mengajarkan pula bagaimana menjaga diri sehingga pengetahuan dan kecerdasanku maju makin pesat, membuat aku punya keberanian yang tak gentar menghadapi segala percobaan, oleh sebab itulah dibawah pengaruh Sben Bok Hong yang begitu meluas dan kuat, bukan saja aku tak gentar justru malah menimbulkan rasa berontak dalam hatiku, Kadangkala aku tahu bahwa kepandaianku bukan tandingannya, tapi aku sama sekali tidak jeri terhadap dirinya, disitulah keberanian dan keteguhan imanku digembleng" Bicara sampai disini, tiba2 pemuda itu berseru tertahan dan segera loncat keluar dari liang perlindungan. Pek li Peng jadi amat terperanjat, buru2 tegurnya : "Toako. kenapa kau?" Siau Ling merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar kitab Keng bun yang telah basah kuyup itu, lalu serunya: "Waah...celaka, kitab ini jadi basah tak karuan" Ketika diamati dibawab kobaran api tampaklah kitab tersebut sudah basah semua dan menggumpal menjadi satu. "Hati2! jangan sampai robek!" Pek-li Peng peringatkan: Dengan amat bati2 Siau Ling amati sebentar kitab tersebut kemudian dibawa mendekati kobaran api. . Pek li Peng segera ikut lompat keluar dari tempat persembunyiannya, ia berseru. "Toako jangan terlalu maju didepan hutan situ masih terbakar dengan hebatnya, pancaran api sangat kuat letakkan saja kitab itu diatas batu cadas dalam suhu yang begini tinggi lama kelamaan toh kitab itu akan kering dengan sendirinya" Siau Ling mengiakan dan kembali kesisi batu raksasa itu, kemudian dengan sangat berhati hati ia letakkan kitab tadi diatas batu tersebut, dan menindihi kitab tadi dengan dua biji batu kecil, setelah itu barulah pemuda tersebut loncat kembali keliang air dan mengamati kitab tersebut dengan terpesona. Udara panas yang dipancarkan karena suhu sekitar tempat itu meninggi membuat banyak batu jadi merekah dan tanah retak-retak. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kebakaran yang sedang berlangsung pada waktu itu .... Hutan belantara disekitar bukit merupakan pohon-pohon tua yang rata2 sudah berusia seribu tahan, daya, pembakarnya sangat kuat dan besar, jilatan api membumbung tinggi keangkasa dan membiaskan cahaya yang terang benderang: Dengan ketajaman mata Siau Ling saat itu. walaupun dia berada dalam liang air akan tetapi uap air yang mengepul keluar dari atas kitab Keng bun tersebut dapat terlihat dengan sangat nyata, tanpa sadar pikirnya dihati' "Seandainya apa yang diucapkan hweesio itu tidak bohong, maka ilmu silat yang tertera dalam kitab sembahyangan inijauh lebih penting artinya daripada kitab catatan ilmu silat yang ditinggalkan kesepuluh orang manusia aneh tersebut, sahabat yang menghadiahkan kitab catatan ilmu silat ke padaku pun sudah memasuki istana terlarang, bahkan menguras habis selurub isi kitab catatan yang ada disitu kecuali kitab suci ini serta kitab catatan dari raja seruling Thio Hong, darjsini dapatlah kutarik kesimpulan bahwa isi catatan ilmu silat dari raja seruling ini pasti telah dipelajarinya, maka sengaja ditinggalkan disitu, sebaliknya kitab suci ini dibiarkan tetap disana mungkin karena ia tak mengira kalau isi kitab suci ini sebenarnya adalah catatan ilmu silat yang maha sakti..." Sementara dia masih termenung, serentetan suara pekikkan nyaring berkumandang dari kejauhan, pekikkan itu saling bersahut2an sehingga suaranya memekikkan telinga.. Siau Ling loncat bangun dari tempat persembunyiannya dan cepat menyambar kitab ilmu silat tersebut, kemudian bisiknya lirih : "Peng-ji. sebentar lagi Shen Bok Hong bakal melakukan pergerakan, kita harus bersiapsedia mulai sekarang" "Pergerakan apa"!" "Mungkin dia mengira kita sudah mati terbakar, tetapi sebelum menemukan jenasah kita hatinya tentu belum lega, maka sengaja ia bawa orang naik kegunung untuk mencari kerangka tubuh kita" "Apa yang musti kita persiapkan "' "Mula pertama kiia harus timbun dahulu liang air ini!" "Kenapa musti begitu?" "Kita jangan sekali2 meninggalkan jejak yang bisa membantu dirinya untuk memecahkan teka teki ini, andaikata kita bisa mengatur segala sesuatunya sehingga memberi anggapan baginya bahwa kita benar2 sudah mati, hal ini akan jauh lebih menguntungkan bagi posisi kita, atau paling sedikit mati hidup kita tetap merupakan suatu teka teki yang tak terpecahkan baginya" "Kenapa musti begitu?" tanya Pek-li Peng keheranan,"kenapa engkau berharap agar Shen Bok Heag salah menganggap kita sudah mati"' "Gampang sekali asalnya, kalau dia sudah anggap diriku telah mati maka besar kemungkinan dia akan percepat gerakannya, itu berarti ia lebih cepat lagi akan membuka kebengisan serta kekejaman hatinya sendiri dihadapan umum" "Oh. kiranya begitu " Pek-li Peng mengangguk. Dia lantas mencari dua biji batu besar untuk menyumbat sumber mata air itu, kemudian baru menimbun liang tersebut dengan tanah. Beberapa soal kemudian, liang tanah yang digali kedua orang itu sudah penuh tersumbat oleh tanah dan batu. Siau Ling berpaling dan memandang sekejap kearah kebakaran hutan di depan sana ia lihat api yang berkobar sudah kian surut, hawa panas disekitar situpun sudah tak begitu menyengat badan, dengan suara rendah segera bisiknya: Peng ji. kita harus berusaha untuk mengumpulkan kembali batang2 kayu yang belum lerbakar habis ketempat ini, lalu membakarnya kembali disekitar tanah kosong disekitar batu cadas, dengan begitu jejak kita baru akan lenyap. Dua orang itu bekerja keras, tak lama kemudian diatas tanah kosong tersebut sudah penuh berserakan kayu2 angus yang setengah terbakar setengah tidak, dengan begitu tanah yang semula kosongpun kini berubah jadi sebuah sebuah medan yang seakan2 baru saja terlanda kebakaran hebat. Selesai bekerja, sambil membersihkan debu dan angus dari tubuhnya, Pek-li Peng berbisik: "Apa lagi yang musti kita lakukan sekarang?"" "Duduk disini, atur pernafasan dan beristirahat, jika mendengar tanda bahaya nanti kita baru berusaha menghindar!" Pek li Peng mengiakan. dia lantas saja duduk bersila dan mengatur pernafasan. Pada saat ini Pek-li Peng sudah benar2 kagum atas kecerdikan maupun ilmu silat dari Siau Ling, ia merasa segala sesuatunya masih bukan tandingan pemuda itu, karenanya diapun tidak banyak memberikan komentar. Sementara itu api yang merambat disekitar hutan agaknya sudah makin padam, suasana mulai pulih kembali dalam keheningan Siau Ling tahu, menyurutnya kobaran api secara mendadak ini pastilah merupakan hasil dari pckerjaan anak buah perkampungan Pek-hoa-san-ceng yang diperintahkan Shen Bok Hong uatuk memadamkan kembali kobaran itu. Siau Ling memeriksa pakaian sendiri, ketika dilihatnya pakaian yang dikenakan telah mengering kembali, dia masukan kitab silat itu kedalam sakunya. "Peng-ji!" ujarnya kemudian." bagaimana kalau sekarang kita bangun tempat persembunyian baru"'" ''Bagaimana caranya membangun tempat persembunyian tersebut?" "Dewasa ini kobaran api yang membakar diarah barat paling cepat menyusut, itu menandakan kalau Shen Bok Hong telah membawa orangnya bergerak kemari dari arah barat, jelas maksudnya adalah mencari jejak kita berdua, padahal tiga arah yang lain api belum padam, bagaimana pun kita hendak bersembunyi, rasanya susah untuk menemukan satu tempat persembunyian yang bagus. "Oleh karena itu kita harus membangun sendiri tempat persembunyian itu dan bersembunyi didalam?" sambung Pek li Peng dengan cepat. "Begitulah maksudku ! " "Dan tempat persembunyian itu kita bangun dengan menggunakan ranting yang hangus batang kayu yang masih terbakar serta debu" Siau Ling mengangguk. "Benar, disekitar tempat ini masih terdapat banyak ranting yang padam Karena kena air, itu bukan soal berat, justru yang penting kita harus menemukan dahulu tempat yang bisa digunakan untuk menyembunyikan tubuh kita berdua" Dalam pada itu api kebakaran semakin kecil setelah melakukan pencarian yang seksama disekitar sana, akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah liang alam yang cukup dalam, lebarnya tiga depa dengan dalam lima depa, suatu tempat persembunyian yang sangat ideal. Sepasang muda mudi ini bekerja keras tak sampat sepertanak nasi kemudian selesailah mereka membangun Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebuat tempat persembunyian yang sangat bagus diatasnya mereka lapisi tanah liat kemudian ditumpuki batang2 kaju serta ranting ranting yang masih terbakar sedikit, sedangkan mereka berdua bersembunyi dalam liang tersebut, empat penjuru dibikinkan sebuah jendela kecil lalu ditutupi pula dengan ranting kayu yang masih terbakar, bukan saja dapat mengawasi gerak gerik diluaran, malahan jendela itu bisa diperbesar ataupun diperkecil Sambil duduk bersila dalam tiang persembunyian yang baru, Pek li Peng berbisik lirih. "Toako. aturlah pernapasan lebih dulu aku akan menjaga disini, kalau ada musuh yang datang akan kubangunkan diri toako " "Baiklah!" sahut Siau Ling sambil tersenyum. dia segera pejamkan mata dan atur pernapasan . Entah lewat beberapa waktu lamanya, tiba tiba Siau Ling merasa badannya digoncangkan orang, ia segera membuka matanya, sementara sang surya telah memancar diempat penjuru, rupanya Waktu sudah menunjukkan lewat lohor. Dibawah sorot cahaya sang surya, tampaklah Shen Bok Hong berdiri diatas sebuah batu cadas, matanya berkeliaran memandang kesana melirik kemari dengan sorot yang tajam. Disisinya berdirilah Siau-yau cu serta Kim-hoa hujin. Siau Ling segera goyangkan tangannya memberi tanda kepada Pek-li Peng agar jangan bersuara, kemudian ia menggerakkan sedikit ranting jendela agar ruang penglihatan lebih sempit, setelah itu barulah bisiknya kepada saog dara : "Peng-ji, kalau jejak kita ketahuan maka suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi, kita tak boleh bertempur terlalu ngotot, bila sampai bentrok maka saling bertarung kita musti mundur terus dari sini, aku tak kenal wilayah sekitar tempat ini, kalau dilihat arah barat padam lebih dahulu maka hal ini menunjukkan kalau pepohonan disekitar sana terlalu sedikit, arah timur adalah arah jalan sewaktu aku datang kemari, diarah utara tampaknya terdapat sebuah lembah sempit, terpaksa kita haru mundur kearah selatan" Pek li Peng mengangguk, sahutnya dengan suara lirih . "Toako jauh lebih cerdik daripada diriku akan kudengarkan perkataan diri toako, sebab perkataanmu pasti tak akan salah lagi." Dalam pada itu dari arah depan sana terdengarlah suara dari Shen Bok Hong sedang berkata: "Tootiang, menurut pandanganmu mungkinkah mereka dapat lolos dari kobaran api yang mengepung dari empat penjuru?"" "Aku rasa hal itu tak mungkin terjadi!" sahut Sau-yau cu dengan nyaring "kecuali kalau ditempat ini terdapat sebuah jalan rahasia yang bisa berhubungan dengan luar bukit sana" "Kalau memang begitu, mengapa jenasah mereka tak dapat kita temukan?"" "Kobaran api yang membakar hutan sudah berlangsung selama ber-jam2 lamanya, sekalipun mereka berdua terdiri dari baja murnipan akhirnya akan meleleh, apalagi tubuh mereka cuma terdiri dari darah dan daging masa tidak hancur berantakan?"" "Siau Ling membawa sebilah pedang pendek yang diperoleh sewaktu masuk kedalam istana terlarang, kenapa sampai sekarang pedang pendek itupun tidak dapat kutemukan" "Berapa panjang sih pedang pendek itu?" dan membutuhkan tanah seluas berapa untuk menampungnya" mana mungkin senjata seperti itu bisa kau temukan ditanah bekas kebakaran yang begini luasnya?"" "Aaai...!" terdengar Shen Bok Hong menghela nafas panjang "sebelum aku bisa membuktikan sendiri akan kematian mereka, hatiku benar2 merasa tak tentram" "Toa-cungcu tak usah kuatir. menurut pandangan pinto sudah pasti kedua orang itu telah mampus." "Ah, belum tentu begitu" tiba2 Kim hoa hujin menukas dengan suara dingin "aku lihat Siau Ling bukanlah seorang pemuda yang berusia pendek, kalau seorang manusia belum ditakdirkan mati maka banyak kemungkinan akan ditemuinya, siapa tahu kalau mereka sudah lolos dari tempat ini?"" Mendengar perkataan tersebut, diam diam Siau Ling mengeluh di hati: "Aduh Celaka, maksud Kim-hoa hujin Sih ingin membelai aku, tapi kalau ucapan tersebut justru telah menggerakkan hati Shen Bok Hong sehingga melakukan pencarian disekitar tempat ini. tempat sembunyianku iai sudah pasti akan mereka temukan!.' Makin dipikir pemuda itu semakin panik. Tanpa sadar peluh dingin membasahi tubuhnya. Terdengar Siau yau cu tertawa terbahak2 "Haahh .haahh. haahh.. Hujin, kalau engkau mengatakan Siau Ling belum mati, apa buktinya coba".' "Tak ada bukti dan tak perlu dibuktikan, pokoknya aku merasa bahwa dia tak akan mati konyol" Shen Bok Hong yang sudah lama membungkam, tiba2 tersenyum dan menegur : "Kim hoa hujin, aku dengar Siau Ling telah menganggap kau sebagai encinya dan engkaupun menganggap dia sebagai adiknya, benarkah kejadian ini..:?" Siau Ling segera menengadah dan mengintip keluar lewat celah2 ranting kayu. Si anak muda ini dapat memaklumi bahwa tiga orang yang hadir didepannya rata2 adalah jago persilatan kelas satu, ketajaman pendengaran mereka luar biasa sekali. Karenanya ia bertindak sangat hati2 sehingga tidak sampai mengejutkan mereka" karena itu ranting2 didepan matapun tak berani sembarangan digerakkan. Sementara itu Kim boa hujin telah menyahut : "Ohh...tentang soal itu" Aku sih memang sangat mengharapkan demikian, tapi sayang Siau Ling sama sekali tidak menganggap diriku sebagai encinya" Shen Bok Hong kembali tertawa. "Kalau menuruti tabiatku, maka aku tak akan membiarkan orang yang berani menghianati diriku tetap hidup dikolong langit, hanya terhadap kau Kim hoa hujin seorang watakku ini dikecualikan!" 'Oh iya" akupun sedang merasa keheranan, apa sebabnya selama ini Shen toa cungcu tak pernah membiarkan diriku" 'Seringkali timbul ingatan dalam benakku untuk membunuh kau!" "Dan sampai sekarang mengapa tidak kau lakukan?" "Itulah sebabnya kenapa kau bisa hidup segar bugar sampai sekarang, sedang mengenai kenapa aku tak tega turun tangan, aku sendiripun tak bisa menerangkan kepadamu." Setelah terhenti sebentar, dia melanjutkan: "Sekarang Siau Ling sudah mati, apakah hujin merasa amat bersedih hati." "Seandainya ia benar2 telah mati, tentu saja aku merasa amat bersedih hati, tetapi sebelum kubuktikan kalau dia benar2 telah mati, aku tak akan percaya kalau dia sudah mati sungguhan." "Lalu bagaimaca Caranya untuk membuat hujin jadi percaya seratus persen" " tanya Siau- yau cu. "Kecuali kalau sudah kulihat jenasahnya." "Jenasahnya sudah termakan api dan hancur berubah jadi abu!" "Bagaimana dengan barang2 peninggalannya" "Kebakaran besar yang barusan berlangsung telah membakar habis hutan belantara seluas puluhan li persegi. Hutan yang semula hijau segar kini sudah berubah jadi tanahgundul yang gersang. Sekalipun Siau Ling meninggalkan benda, bagaimara caranya untuk menemukan benda itu dihutan seluas puluhan li persegi ini"'' Kim hoa hujin menghela napas panjang, ia tidak berbicara lagi. "Jelaslah perempuan dari suku Biau ini sudah ditaklukkan oleh penjelasan dari Siau-yau cu, dalam keadaan beginipun ia tak bisa tidak untuk mempercayainya." Tiba2 Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak2. "Haahh..haahh..haahh.. Hujin, tampaknya engkau sudah percaya bukan?" Kim hot hujin memandang sekejap kearah Shen Bok Hong. lalu tertunduk dan membungkam dalam seribu bahasa. Shen Bok Hong tertawa ewa, kembali ia berkata : "Ayoh kita pulang, sebaliknya nanti ku ijinkan dirimu untuk mendirikan meja abu bagi arwah Siau Ling, agar engkaupun bisa merasa tenteram hatinya" Siau yau cu mendehem ringan, ujarnya dari samping : "Kini Siau Ling telah mampus, itu berarti rencana pertama dari toa cuncu telah tercapai. bagaimana rencana selanjurnya?"" "Siarkan berita kematian dari Siau Ling ini keseluruh dunia persilatan, kemudian kita serentak bergerak." Berbicara sampai djsini mendadak ia membungkam, lalu sambil berpaling kearab Siau yau cu katanya. "Apa rencana tootiang?"" "Pinto cuma berharap agar engkau bisa mentaati perjanjian kita semula, daratan menjadi wilayah kekuasaan Shen toa cungcu sebaliknya sungai, telaga dan samndra menjadi wilayah kekuasaan Su hay kuncu. kedua belah pihak tak boleh Saling mengganggu dan masing2 mencicipi keuntungannya sendiri." Shen Bok Hong segera ter-bahak2. "Haaah haaah haaah tampaknya tootiang sangat setia kepada Su hay kuncu?" "Pinto mendapat pesan dari seseorang untuk setia sampai mati kepada Su hay kuncu, sebelum tugas ini selesai sudah tentu aku harus menepati janjiku asal urusan bisa dibikin beres akupm akan segera mengundurkan diri dari semua kegiatan dunia kangouw." Kembali Shen Bok Hong terbahak bahak. "Haaahhh..;haaahhh...haaahhh... tootiang adalah seorang jago berbakat yang susah dicari di kolong langit, kalau manusia sebagus engkau musti mengundurkan diri dari keramaian dunia kangouw... Ooh ! sungguh sayang... sungguh patut disayangkan " "Mungkin Shen toa cungcu tidak percaya dengan perkataanku ini, untung ambisi toa cuncu sudah hampir terpenuhi dan gelombang besar yang melanda dunia persilatan pun sudah hampir reda, saat bagiku untuk mengundurkan diri sudah tak jauh lagi, sampai waktunya Shen toa cungcu pasti Shen Bok Hong tersenyum." "Semoga saja apa yang tootiang katakan bisa sesuai dengan perbuatanmu nanti !" Setelah berhenti sebentar, sambungnya. "Mari kita pergi !" "Jenasah dari Siau Ling toh belum kita temukan, kenapa kita harus buru2 pergi?" seru Kim hoa hujinpenasaran. "Seandainya mereka benar2 mati terbakar maka jenazahnya pasti berada disekitar tempat ini. Kalau dikatakan mereka dapat lolos dari kebakaran ini sungguh bikin hati orang tak percaya." "Itu berarti engkau sudah memastikan kalau Siau Ling benar2 telah mati ditengah kebakaran ini." "Kecuali kalau Siau Ling mempunyai kemampuan untuk terbang kelangit atau masuk kedalam tanah, selain itu rasanya tak mungkin bisa lolos dari jebakan ini." Kim-hoa Hujin memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya lagi: "Tapi aku tetap mempunyai suatu perasaan, aku merasa Siau Ling seakan akan masih hidup segar bugar dikolong langit." Siau yau cu tertawa terbahak2 setelah mendengar perkataan itu. "Haahh..haahh.:haahh,. perasaan hati hujin memang rada aneh, pinto benar2 tak habis mengerti, coba bayangkan saja dibawah terik panasnya kobaran api sehebat ini. Kendatipun sekeping baja murni yang keraspun telah meleleh jadi cairan, apalagi tubuh mereka terdiri dari darah dan daging..!" Shen Bok Hong pun tertawa hambar. "Ayoh kita pergi saja !" ajaknya. Tanpa banyak bicara lagi dia berlalu dahulu dari situ. Terpaksa Siau yau cu dan Kim hoa hujin harus menguntit dibelakangnya. dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah lenyap dari pandangan mata. Menanti ketiga orang itu sudah berlalu agak lama. Siau Ling baru berbisik lirih ke arah Pek li Peng : "Peng ji. sekarang Sben Bok Hong telah menganggap kita telah mati. marilah kita gunakan siasat untuk menghadapi siasatnya, agar dia jadi bingung dan tak tahu bagaimanakah keadaan yang sebenarnya, menunggu hari sudah gelap nanti kita segera berlalu dari sini, engkau harus bisa menahan lapar maupun dahaga!" Dengan manja Pek-li Peng jatuhkan diri Sedalam pangkuan Siau Ling, sahutnya pula dengan suara lirih : "Asal bersama2 toako, sekalipun harus menahan lapar selama beberapa hari, tidak menjadi persoalan bagiku" Perlahan! dia pejamkan matanya. Siau Ling sendiri setelah memperhitungkan arah yang dituju serta rencana untuk kabur malam nanti, diapun pejamkan mata serta mengatur pernapasan. Setelah menanti dengan susah payah, akhirnya malampun menjelang tiba. ditengah kegelapan berangkatlah sepasang muda mudi itu meninggalkan tempat persembunyiannya. Walaupun dihati kecilnya pemuda itu sudah memperhitungkan arah untuk kabur, dan walaupun ia tak begitu kenal dengan medan disekitar sana. tetapi setelah hatinya mempersiapkan rencana yang matang, maka perjalanan pun tidak dilalui secara ragu2. Dengan langkah kaki yang cepat kedua orang itu menelusuri bekas kebakaran untuk bergerak turun dari bukit itu, maka tak sampat kentongan kedua mereka sudah keluar dari bekas kebakaran. Ketika perjalanan dilanjutkan kembali, dihadapan mereka terbentanglah sebuah hutan yang lebat dengan pepohonan yang tinggi. Jalan bukit ini amat sukar dilewati, banyak semak belukar yang menyesatkan jalan, bagi orang biasa tak mungkin Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo jalanan disitu dapat dilalui dengan leluasa. Namun bagi Siau Ling serta Pek-li Peng yang berkepandaian tinggi, rintangan tersebut tidak sampai menghalangi perjalanan mereka, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki, dalam sekejap mata semua rintangan sudah melewati dengan mudah. Kembali dua buah bukit tinggi sudah mereka lewati, akhirnya Pek li Peng menghentikan perjalanannya, dengan suara lembut dia berkata : "Toako. bagaimana kalau kita beristirahat dulu disini ?"" "Baiklah, aku sendiripun merasa agak lelah" sahut Siau Ling dan iapun duduk ditepi jalan. Pek-li Peng duduk disamping pemuda itu ujarnya kembali. "Toako, aku agak lapar..." "Aku tahu sebab aku sendiripun merasa lapar" sela Siau Ling dengan cepat, "bersabarlah beberapa saat lagi, asal kita menemukan rumah penduduk dengan uang yang kita miliki tanggung kita bisa makan sampai kenyang!" Pek li Peng tersenyum. "Apa rencana toako selanjutnya?" tanyanya kemudian. "Shen Bok Hong menganggap kita sudah meninggal. aku ingin menggunakan siasat ini untuk menghadapi dirinya, aku hendak menyaru sebagai seorang manusia baru dan menyelidiki situasi dalam dunia persilatan, akan kutinjau dahulu rencana busuk apalagi yang sedang dipersiapkan Shen Bok Hong dan bagaimana pula reaksi orang2 persilatan setelah mendengar berita kematianku." Dia menghembuskan napas panjang, sambungnya : "Sebenarnya Shen Bok Hong sudah menyusun suatu rencana yang baik dan sempurna untuk menaklukan seluruh dunia kangouw, tapi sekarapg justeru rencananya menjadi kabur dan akhirnya kalut, mau tak mau terpaksa dia musti ajukan rencananya semula dan mulai bergerak sekarang juga" "Aaai.!! Ada satu hal hingga kini aku masih tidak habis mengerti, apakah toako bisa terangkan?" "Persoalan mengenai apa?" ---ooo0dw0ooo--- Jilid: 34 "SERINGKALI aku mendengar ayah ibuku membicarakan soal gereja Siau-limsi didaratan Tionggoan, beliau selalu memuji muji akan akan keampuhan ilmu silat mereka, jumlah jago yang banyak serta anggota yang tak terhitung jumlahnya, kenapa gereja Siaulimsi yang dihormati dao dipandang sebagai tulang punggung dunia persilatan sama sekali tidak memberikan reaksi apa apa atas kejadian serta kejumawaan yang dilakukan Shen Bok Hong" Masa gereja Siau lim si sudah kekurangan tenaga sehingga me ngurtis perbuatan seperti itupun tak mampu" Hmm" Semua orang menyanjung dirimu, mengatakan kan adalah lentera bagi umat persilatan, lentera yang membawa dunia persilatan keluar dari kegelapan, padahal apa yang mereka harapkan" mereka hanya menginginkan agar engkau jual nyawa bagi mereka, berduel melawan Shen Bok Hong bagi kepentingan mereka, padahal mereka sendiri banya berpeluk tangan belaka sambil menonton harimau berkelahi' "Menurut hasil penyelidikanku selama ini rupa2nya dari pihak gereja Siau lim si ada orang yang diam2 telahbersekongkol dengan Shen Bok Hong, tentu saja persekongkolan ini dilakukan oleh segelintir manusia kurcaci, ssbagai gereja yang suci dan berna tna besar tak mungkin anggota2 yang lain menyokong atau menyetujui dengan tindakan segelintir manusia kurcaci itu. aku rasa di balik peristiwa ini pasti ada latar belakang lainnya" "Toako, bukankah kau telah bercerita di antara beberapa rintangan yang harus kau lewati, salah satu rintangan di antaranya di jaga oleh barisan Lo han tin dari gereja siau lim si" ' "Justru karena itulah aku lantas menaruh curiga kalau diantara anggota gereja Siau lim si, ada sebagian diantaranya yang telah bersekongkol dengan Shen Bok Hong secara diam2, bahkan kalau dugaanku tidak keliru hwesio penghianat tersebut pasti mempunyai kedudukan yang sangat tinggi didalam partai" "Tak usah kaucurigai lagi, kenyataan toh sudah membuktikan segala galanya, apalagi yang patut kau curigai"' Ketika para hwesio dari gereja Siau lim-si hendak melangsungkan pertarungan melawan diriku, diam2 mereka telah memberi bisikan kepadaku bahkan sengaja melepaskan aku lolos diri kepungan, dari sini dapatlah dita rik kesimpulan bahwa mereka tidak mempunyai niat untuk jual jiwa bagi Shen Bok Hong. tapi karena terikat oleh suatu perjanjian maka mau tak mau terpaksa rrereka harus menuruti perintah dari Shen Bok Hong" "Ooh. kiranya begitu.." Setelah berhenti sebentar, gadis Itu berkata lagi ; "Toako aku telah teringat akan suatu urusan. setelah kuutarakan harap toako jangan marah yaa" "Baik, katakanlah!" "Setelah kita turun gunung dan melakukan penyelidikan secara diam2, bila kenyataan menunjukkan bahwa orang persilatan merasa sedih hati karena kematianmu. bahkan mereka bertekad untuk membalaskan dendam bagi kematianmu maka tentu saja toako harus membantu pula diri mereka untuk meroboh kan Shen Bok Hong. sebaliknya kalau orang lain tidak memberikan tanggapan apa2 terhadap kematianmu, se akan2 kematianmu dianggap suatu kejadian yang lumrah, maka aku rasa toakopuo tak perlu jual nyawa lagi bagi orang lain. Kita segera berangkat untuk mencari enci Gak kemudian masuk ketengah gunung dan disitu kita lewatkan sisa hidup kita dentan aman damai dan penuh kebahagiaan, toako tentunya setuju bukan ?" Siau Ling tersenyum setelah mendengar ucapan tersebut. "Baiklah! Sekarang mari kita tengok dulu keadaan didalam dunia persilatan!'" Setelah beristirahat bebarapi saat, maka kedua orang itupun melanjutkan kembali perjalanannya kedepan. Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya mereka berhasil menemukan sebuah rumah penduduk, disitu merasa menangsal perut sekenyangnya kemudian setelah bertanya jalan, berangkatlah mereka turun dari bukit tersebut. Untuk menghilangkan jejak mereka, Siau Ling dan Pek li Peng segera menyaru diri secermat mungkin, dan penyaruan tersebut seringkah harus dirubah dan dirubah terus mengikuti lingkungan serta situasi yang sedang dihadapi. Suatu hari ketika waktu menjelang lohor Siau Ling dan Pekli Peng telah tiba dirumah kedai dimana pemuda itu telah berjumpa dengan Cu Kun-san tempo hari. Pada waktu itu Siau Lng dan Pek li Peng sedang menyaru sebagai sepasang suami istri yang datang dari dusun, mereka membawa sebuah buntalan kecil dan menuntun seekor keledai, perjalanan dilakukan sangat lambat sekali. Suasana didepan kedai kecil ditengah hutan tersebut saat itu ramai sekali, banyak kuda yang tertambat diluar kedai tersebut, bendera berkibar diujung tiang, pada kain putih yang lebar tadi terlukiskan empat huruf besar. "HUNSI-KUI LAI" Seluruh kedai tersebut tertutup oleh kain putih tanda berkabung meja kursi yang ada disana telah disingkirkan semua. Sebuah meja abu yang sangat tinggi dan besar dibangun tepat ditengah kedai sehingga mencakup sebagian besar bangunan yang ada Sambil menuntut keledai perlahan2 Siau Ling berjalan melewati kedai tersebut, ketika ia berpaling kearah meja abu maka terbacalah ditengah pelataran yang luas terpancang sebuah papan nama yang bertuliskan. ?"Disinilah tempat abu dari pendekar nomor satu didunia Siau Ling " Semua orang yang hadir di aca baik yang ada didalam ruangan maupun mereka yang diluar ruangan memakai pakaian serba putih tanda berkabung, paras muka mereka keren. serius dan diliputi kesedihan. Dari jauh memandang, Siau Ling merasa apa yang dilihat dihadapannya hanya warna serba putih, tak nampak warna hitam kecuali warna tunggal tadi. "Toako, disitulah letak meja abumu!" bisik Pek-li Peng sambil menahan gelinya. Siau Ling tertawa, pikirnya dihati : "Sepanjang hidupku sampai detik ini entah berapa kali sudah kualami maut dan kematian..' Dalam pada itu Pek-li Peog telah berbisik pula dengan lirih : "Toako bagaimana kalau kita dekati tempat itu?" Siau Ling mengangguk, per-lahan2 ia berjalan mendekati kedai itu.. Ketika mereka hampir mencapai kedai itu dan selisih jaraknya tinggal lima enam depa lagi, mendadak tampaklah bayangan manusia berkelebat lewat, dua orang pria berpakaian serba putih munculkan diri dari balik ruangan dan sedang menuju keluar pelataran. Orang pertama merambut putih dan berjenggot putih, perawakannya kurus kering, dia bukan lain adalah Sun Pat Shia. ketua tianglo dari perkumpulan Kay-pang. Tampaknya pengemis tua ini amat bersedih hati, sepasang matanya merah membengkak, rupa2nya sudah agak lama dia menangis dan menderita duka nestapa sehingga mukanya tampak jadi layu. Pria lain yang mengikuti dibelakangnya bukan lain adalah Ceng Yap Cing, jago muda dari partai Bu tong. Paras muka pemuda itupun pucat pias seperti mayat, sepasang matanya merab membekak, hal ini menunjukkan kalau anak muda itupun merasa amat bersedih hati dan sering meneteskan air mata. Betapa terharunya Siau Ling setelah menyaksikan kesemuanya itu, pikirnya dalam hati : "Rupanya kematianku telah menyedihkan hati mereka semua, aku harus berterima kasih aras perhatian yang ditujukkan mereka kepadaku" Tiba2 ia teringat kalau Ceng Yap Cing serta Teng It Lui telah menelan racun yang sangat keji. mungkinkah tubuh mereka masih ketacunan. Pemuda itu merasa sangat kuatir, kuatir kalau racun ditubuh mereka belum berhasil di punahkan. Teringat akan persoalan ini, tanpa sadar dia awasi Ceng Yap Cing beberapa kejap lagi Tampaknya gerak gerik mereka berdua telah menimbulkan kecurigaan dalam hati Sun Put Shia, dengan biji matanya yang merah tapi tajam dia awasi wajah Siau Ling tanpa berkedip, kemudian tegurnya: "Hey engkoh cilik, siapa namamu ?"" "Hamba she-Sun, hamba sedang manghantar menantuku pulang kerumah mertua!" buru buru Siau Ling menjawab. Agaknya Sun Put Shia tidak menyangka kalau orang ini berasal dari satu marga dengan dirinya, ia lantas ulapkan tangannya seraya berseru. "Cepatlah berlalu dari sini! Jangan terlalu lama berdiam ditempat ini." Siau Ling mengiakan dan buru2 berlalu dari sana. Pek li Peng mengikuti dibelakang si anak muda itu, dalam sekejap maka mereka sudah berada belasan tombak jauhnya dari tempat semula. "Sudah kau kenali kedua orang itu"'' bisik Pek li Peng kemudian dengan suara lirih "Mereka sama sekali tidak merobah wajah aslinya, tentu saja dapat kukenali mereka berdua, mereka adalah Sun P u t Shia serta Ceng Yap Cing." "Apakah kau melihat pula dua orang yang sedang berlutut didepan meja abu" "Tidak!" "Ceng Yap Cing telah menghalangi pandangan matamu, tentu saja kau tidak melihat tapi aku dapat melihat dengan jelas, selain itu akupun dapat melihat dengan jelas, mereka menangis dengan begitu sedihnya sehingga air mata jatuh bercucuran dengan deras nya, mereka berlutut dikedua belah sisi meja abu." "Siapa mereka berdua?"" "Kedua orang saudara angkatmu, Sing Pat serta Tu Kiu !" Siau Ling segera menghela nafas panjang. "Aaai! Sepantasnya kalau aku munculkan diri dan berjumpa dengan mereka, aku tak tega mempermainkan mereka semua" "Aku lihat tangisan Sang Pat dan Tu Kiu paling mengenaskan, bagaimana kalau kita kembali kesana dan memberitahukan keadaan yang sebenarnya?"" Dengan penuh kesedihan Siau Ling menggeleng. "Jangan, kita harus sabar dan biarkanlah mereka bersedih selama beberapa hari lagi" "Engkau tega membiarkan mereka bersedih hati dalam keadaan yang begitu mengenaskan" Sekali lagi Siau Ling menghela nafas panjang. "Aaai .! Seandainya aku murculkan diri niscaya suasana kesedihan yang meliputi tempat itu akan tersapu lenyap, dan bila, hal ini sampai terjadi maka dengan cepat dia akan tahu kalau aku masih tetap hidup dikolong langit. Demi kesejahteraan dan ditegakannya keadilan dalam-dunia persilatan, terpaksa aku harus mengelabuhi mereka selama beberapa waktu.." Setelah bertienti sebentar sambungnya lagi. "Mereka semua telah hadir disini agaknya It bun Han to juga sudah tiba pula di tempat ini" "Tampak2nya engkau sangat menaruh perhatian terhadap diri It bun Han to?" "Benar asal It bun Han to ada disini maka kita baru mampu melawan siasat2 busuk dan akal licin dari Shen Bok Hong" Sementara pembicaraan masih berlangsung tiba2 dari depan sana muncul beberapa ekor kuda yang dilarikan sangat cepat, debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa. "Peng-ji!" Siau Ling segera berbisik, "mari kita menyingkir saja ketepi jalan, dan kita lihat siapakah orang2 itu?" Sungguh cepat kuda2 itu dilarikan, baru saja Siau Ling berdua menyingkir ketepi jalan. ketiga ekor kuda itu sudah berkelebat lewat dari samping mereka. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Meskkipun kuda2 itu dilarikan dengan kecepatan tinggi, namun dengan ketajaman mata Siau Ling sempat pula melihat raut wajah penunggangnya, ternyata ketiga orang itu bukan lain adalah Be Buo Hui, Panah sakti yang menggetarkan dunia Tong Goan Ki serta si peluru sakti Liok Kui Ciang. Ketiga orang itu mengenakan pakaian berkabung serba putih, ikat kepala mereka juga warna putih, ketika kuda2 itu sudah bergerak lewat tampaklah keringat kuda menetes keluar dengan derasnya, hal ini menunjukkan kalau mereka bertiga telah melakukan perjalanan cepat dari tempat yang sangat jauh. Menyaksikan semuanya itu. Pek li Peng menghela napas sedih, ujarnya dengan lirih. "Rupanya kebaikan yang mereka tujukan kepadamu adalah kebaikan yang sesungguhnya, karena kematianmu, mereka semua telah mengenakan pakaian berkabung!' Siau Ling ikut menghela napas panjang, sementara dia hendak menjawab, dari arah depan terdengar lagi suara putaran roda kereta, disusul sebuah kereta kuda berlari kencang lewat disamping mereka berdua. Kereta kuda itu ditapisi oleh kain putih, bahkan kuda2 penghela kereta pun ditapisi dengan kain warna putih, rupanya sang pemilik kereta hendak menunjukkan rasa berkabungnya yang mendalam.. Ketika kereta itu bergerak lewat, secara samar2 terdengar suara isak tangis berkumandang dari balik ruang kereta itu. "Toako !" Pek-li Peng segera berbisik lirih, "Rupanya orang yang berada didalam kereta pun datang kemari lantaran berita kematian mu" "Ehm. mungkin memang begitulah !" sahut Siau Ling sambil mengangguk. "Tapi siapakah dia" Mengapa tidak naik kuda, melainkan naik kereta"!" "Aku sendiri sedang merasa keheranan mungkinkah orang yang ada dalam kereta adalah seorang perempuan"!" "Kalau didengar dari isak tangis yang lapat2 berkumandang dari arah kereta, aku rasa delapan bagian dia adalah seorang gadis muda, lalu siapakah dia?" "Aku tak dapat mecidaga siapakah orang itu"!" kata Stau Ling sambil gelengkan kepalanya berulang kali. 'Mungkinkah noca Gak" "Pada saat ini nona Gak sedang dibikin repot oleh persoalan pribadinya darimana punya waktu luang untuk kemari" Aaii Aku telah menjanjikan suatu pertemuan dengan dirinya, aku harus berangkat kesana urtuk memenuhi janji ini" "Aku rasa apabila nona Gak benar2 mendengar berita tentang kematianmu karena dibakar oleh Shen Bo Hong. niscaya ia bisa membatalkan semua rencana pertemuan serta segala janji untuk datang kemari guna menyambangi meja abumu" Dengan ter mangu2 Siau Ling berpaling kebelakang, ia lihat kedai yang dibangun secara menunggal ditengah hutan itu sudah dirubah sedemikian rupa sehingga semuanya berwarna putih, banyak orang tampak bekerja karas membenahi bangunan tersebut, "Sekalipun seorang ketua partai atau perguruan yang meninggal belum tentu mereka akan peroleh kehormatan serta perhatian dari begitu banyak orang!" bisik Pek li Peng. Belum sempat Siau Ling menjawab, dari arah depan telah muncul kembali serombongan rranusia. Kali ini jumlah rombongan yang munculkan diri mencapai dua puluh orang lebih, mereka semua menunggang kuda dan dibelakangnya mengikuti pula dua buah kereta kuda yang tertutup rapat. Sekilas memandang, mereka semua mengenakan pakaian berwarna putih, ikat kepala pun berwarna putih. Dandanan maupun potongan pakaian tersebut sangat sederhana, ini menunjukan kalau pakaian tersebut dibuat dengan terburu buru. Siau Ling tidak kenal dengan rombongan jago2 yang baru datang itu. tapi dari senjata yang tersoren dapat diketahui kalau mereka adalah jago2 persilatan. Paras muka mereka diliputi keseriusan dan kesedihan, tiada senyuman yang tersungging diujung bibir mereka. Isi kedua buah kereta yang mengikuti di belakang rombongan jago silat itu tidak lain adalah kain2 berwarna putih. Pek li Pecg jadi keheranan, ia lantas berpikir dihati : "Buat apa kain putih sebanyak itu" Bagaimaca rnungkin ruang abu toako dibangun dengan kain sebanyak itu" Agaknya mereka sudah memborong habis semua kain putih yang dijual dikota Tiang-sah" Karena mereka berdua berdiri ditepi jalan, dengan cepat kehadiran mereka menarik perhatian para jago yang baru tiba, belasan pasang mata bersama2 dialihkan keatas wajah mereka berdua. Siau Ling segera menuntun keledainya dan meneruskan perjalanan kedepan, Pek-li Peng buru2 mengikati dibelakang nya, Sebelum mereka menyaru kiranya Siau Ling sudah memperhitungkan banyak hal yang kelihatan sepele tapi penting artinya, termasuk pula adat istiadat disekitar sana, karena itu gerak gerik mereka disesuaikan dengan adat disana. tak heran kalau banyak orang tidak menaruh perhatihan terhadap mereka. Setelah melewati sebuah jalan kecil yang berliku liku, akhirnya Siau Ling berdua telah jauh menghindari jalan raya, jauh memandang kebelakang mereka masih sempat melihat debu beterbangan diangkasa agaknya masih banyak kereta dan kuda yang berdatangan kearah kedai tersebut. Memardang debu yang beterbangan diangkasa, Siau Ling berpikir dengan keheranan : "Darimana datangnya rombongan manusia yang begitu besar untuk melewati jalan sepi ini" Mungkinkah kedatangan mereka juga untuk menghadiri upacara kebaktian bagi arwahku?"" Berpikir sampai disitu. dia lantas bertata "Peng ji, kita harus berusaha untuk pergi kesana, aku ingin tahu apa yang telah terjadil" "Benar" Pek li Peng menanggapi dengan cepat "setibanya dikota Tiang sah, kita harus menyaru sebagai jago persilatan, seperti juga mereka kita kenakan pakaian putih dan menuju kesana mengikuti rombongan2 yang lain, dalam jumlah orang yang banyak rasa nya sulitlah bagi mereka untuk mengetahui jejak toako" "Baik !" Pemuda itu segera mencemplak keledainya dan berangkatlah mereka berdua menuju kota Tiang-sah. Dengan mengambil jalan berputar, maka tatkala senja menjelang tiba mereka baru masuk kota. Sementara itu Siau Ling maupun Pek li Peng telah merubah penyaruan mereka, kini mereka menyamar sebagai jago persilatan, Siau Ling merubah wajahnya jadi hitam, mengenakan pakaian ringkas warna hitam dan menyoren sebilah go'ok dipinggang. Sebaliknya Pek li Peng yang bertubuh kurus kecil telah menyaru dirinya sebagai seorang kakek tua yang kurus, jenggot hitam terurai sedada, ditambah pula mukanya ber warna kuning ke pucat2an, pakaian kasar yang sederhana dengan sebuah cangklong sepanjang dua depa delapan cun ditangan, siapapun tak akan menyangka kalau kurus kecil yang bermuka seram itu sebenarnya adalah seorang gadis yang cantik jelita. Mereka berdua berputar putir lebih dahulu dibeberapa buah jalan raya yang ramai. kemudian masuk kedai untuk mencari kain putih, siapa tahu semua kain putih yang di jual dikota tersebut telah habis diborong orang. Sepanjang berada dikota Tiang-sah, Siau Ling dan Pek-li Peng berlagak tidak saling mengenal, mereka tetap mempertahankan selisih jarak sejauh satu tombak. Siau Ling telah menyusun rencana yang masak, setelah ber putar2 dijalan yang ramai. diapun masuK kedalam sebuah rumah Malam telah menjelang tiba. lampu lentera digantung di mana2 membuat suasana dalam rumah makan itu terang benderang. Siau Ling serta Pek li Peng masing2 memilih sebuah meja yang terpisah. Pek li Peng jauh masuk kedalam ruangan dan duduk yang dekat dinding ujung dalam, maka Siau Ling memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu ruangan Kebetulan waktu itu adalah saat orang untuk bersantap malam, tampaklah pelayan rumah mikan dengan pakaian yang rapi dan terus berdiri disekitar ruangan, agaknya mereka yakin kalau akan datang banyak tamu disitu.. Diam diam Siau Ling alihkan sorot matanya memandang disekitar tempat itu, ia lihat dalam ruangan itu kecuali dia sendiri serta pek li Peng diseberang sana terdapat pula semeja tamu yang tampaknya berdandan sebagai jago persilatan, mereka sedang bersaniap dengan lahapnja. kemudian, terburu membayar rekening dan berlalu. Salah seorang pemuda yane berusia paling tua dan berjaian dipaling belakang, tiba tiba berhenti disamping Siau Ling waktu hendak tinggalkan tempa itu. kemudian tegur nya. "Sahabat, apakah engkau datang kemari untuk mengikuti upacara kebaktian bagi arwah Siau tayhiap?" "Benar! apakah kalian juga akan kesitu?" sahut sang pemuda sekenanya. 'Upacara kebaktian untuk arwah Siau tay hiap akan diselenggarakan besok pagi" ujar orang tua itu "padahal tempat upacara masih berjarak beberapa puluh li dari sini, kalau sahabat ingin menghadapi upacara tersebut, lebih baik berangkatlah sekarang juga daripada kemalaman ditengah jalan" "Terima kasih atas nasehat saudara, cuma sekarang aku sedang msapertimbangkan apakah harus kesitu atau tidak?"" Dengan nada keheranan kakek tua itu segera berseru: "Siau tayhiap adalah pembawa kebahagiaan bagi umat persilatan, sungguh tak beruntung ia terjebak oleh siasat busuk Shen Bok Hong dan mati terbakar, setiap umat persilatan dibikin terharu oleh pengorbanannya ini, sebagai anggota persilatan sepantasnya kalau kita ikut berduka cita, eh saudara engkau harus ikut menghadiri upacara tersebut" Tapi Siau Ling sengaja gelengkan kepalanya sambil menjawab: ''Kemunculan Siau Ling didalam dunia persilatan toh amat singkat dan sebentar, kalau dibilang sudah banyak keberuntungan yang dibuat olehnya bagi dunia persilatan aku rasakan kurang setuju, lagipula aku toh tok pernah berjumpa dengan dirinya" Kenapa aku musti bersusah payah melakukan perjalanan malam" Kalau cuma ikut nonton keramaian sih boleh2 saja, tapi segan kalau berangkat ditengah kegelapan!" 000OdwO000 "NONTON keramaian?" seru kakek itu dengan ketus, "Hmm! Kalau engkau cuma ingin nonton keramaian belaka. lebih baik-sekarang juga pulang kerumah dan tidur saja. Walaupun Siau tayhiap belum lama terjun kedalam dunia persilatan, akan tetapi Kegagahannya kejantanan serta kebesaran jiwanya tiada tandingi sejak dahulu kala, meskipun masih muda belia tapi dengan sebilah pedang ia berani menerjang masuk ke dalam perkampungan Pek hoa san Cung, dialah sang surya yang menyinari dunia persilatan. justru karena kebesaran jiwanya dan kejantanannya membuat kita umat persilatan Sadar kembali dari impian, membuat kami bangkit dari tidur dan bertekad untuk menentarg kelaliman serta kebengisan Shen-Bok Hong, andaikata bukan karena kegagahan Siau tayhiap yang menopang dunia persilatan. mungkin saat ini kita sudah terjatuh kedalam cengkeraman iblis Shen Bok Hong bahkan dijagal atau dicincang dengan kejinya, Eh engkoh muda ! Dalam dunia persilatan memang banyak terdapat jago2 muda, tapi siapakah yang mampu menandingi kejantanan dan jiwa ksatria Siau tayhiap" Aku sudah tua dan watak berangasanku sudah banyak berkurang, karena itu aku bersedia memberi nasehat kepadamu, kalau berganti dengan orang lain.... Hmm! jika didengar engkau berani pandang rendah Siau tayhiap, mungkin mulutmu sudah kugaplok sampai berdarah.,.. Nah engkoh muda, kuanjurkan kepadamu agar jangan sembarangan berbicara, ketahuilah bencana datangnya dari mulut, kalau lain kali mau bicara pikirkan dulu masak2 sebelum diutarakan keluar..!" Selesai mengucapkan kata2 tersebut, tanpa menunggu tanggapan dari Siau Ling lagi, ia segera putar badan dan berlalu dari rumah makan itu. Dengan termangu Siau Ling memandang bayangan punggung kakek tua itu berlalu dari situ, untuk beberapa saat lamanya ia tak mengucapkan sepatah katapan, sementara dalam hati kecilnya dia berpikir; "Aaah ! Aku tak mengira kalau diriku di pandang begitu tinggi oleh umat persilatan Sementara dia masih melamun, seorang pelayan telah maju mendekat sambil berbisik : "Tuan..." "Ada apa?" Siau Ling berpaling. "Selama dua hari belakangan ini, tamu yang kebanyakan berkunjung kerumah makan kami adalah orang2 persilatan sebangsa diri tuan setiap kali membicarakan soal Siau tayhiap semua orang menunjukkan sikap yang sangat menghormat, mungkin apa yang dikatakan toaya tadi memang ada betulnya, kau..." Tiba2 terdengar suara derap kaki kuda yang samar berkumandang dari luar, disusul suara langkah kaki yang ter gesa2 menggema nyaring, serombongan pria kekar ber senjata lengkap munculkan diri dalam ruang rumah makan itu. Tak sempat menyelesaikan kata2nya, pelayan itu segera berlalu untuk malayani tamu tamu yang lain. Diam2 Siau Ling melirik kesamping ia lihat orang2 yang baru datang itu berjumlah delapan orang dan duduk didua meja. setelah pesan sayur merekapun bersantap dengan tergesa2. ternyata tak seorangpun diantara mereka yang pesan arak. Padahal arak adalah kegemaran dari sebagian besar orang persilatan, dari sikap tersebut dapatlah ditarik kesimpulan Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo bahwa be berapa orang itu sedang murung dan mempunyai pikiran yang berat. Terdengar salah seorang diantara rombongan yang baru datang itu berteriak lantang: "Eh pelayan, apakah di sini ada tukang jahit?" Seorang pelayan buru2 menghampiri sambil bertanya . "Tuan mau bikin apa?" "Buatkan delapan stel pakaian berkabung, makin cepat makin baik, betapapun beaya-nya akan kami bayar!" Pelayan itu msmadang sekejap kearih delapan orang itu. lalu jawabnya agak ragu2: "Rumah makan kami telah tersedia pakaian berkabung dalam bentuk jadi, cuma harganya saja rada mahal sedikit, apakah toaya sekalian bersedia untuk membelinya?"" Pria itu tidak banyak bicara lagi, selesai bersantap mereka berdelapan segera mengenakan pakaian berkabung yang telah diselesaikan oleh pelayan, kemudian mereka merogoh kesaku dan melemparkan sekeping uarg perak keatas meja Siau Ling yang selama ini mengikuti semua perkembangan tersebut, dalam hati kecil nya lantas berpikir "Pandai amat rumah makan ini mencari untung, sampai2 pakaian berkabunjpun mereka sediakan dalam bentuk jadii Sementara dia hendak memanggil pelayan untuk membayar rekening, tiba 2 dilihatnya ada seorang tua dan Seoraog muda masuk kedalam rumah makan tersebut. Yang tua berusia antara enam pulun tahunan, sedang yang muda baru berusia enam tujuh belas tahunan. mereka berdua bersama2 menggembol senjata. Satu ingatan lantas berkelebat dalam benaknya pemuda itu berpikir dihati "Kedua orang ini mempunyai perbedaan usia yang menyolok akan kulihat mereka berasal darimana?" Terdengar pemuda yang baru datang itu berseru. "Yaya! tampaknya banyak sekali orang yang menghadiri upacara kebaktian untuk arwah Siau tayhiap?" "Sepanjang jalan yang kita temui tak lebih hanyalah mereka yang baru mendengar kabar dan buru2 melakukan perjalanan, padahal mereka yang datang dari jauh jumlahnya bahkan mencapai sepuluh kali lipat, mungkin besok pagi baru akan tiba disana" ''Oh yaya, kenapa toh begitu banyak orang yang hadiri upacara kebaktian bagi arwah Siau Ling?" "Karena Siau Ling adalah seorang pendekar besar yang berjiwa ksatria,' ia tak gentar menghadapi pengaruh perkampungan Pek hoa san cung, tak tergerak hatinya oleh pikatan kedudukan serta pahala, yang diutamakan hanyalah keadilan serta kebenaran bagi dunia persilatan, dahulu tak seorang manusiapan berani memusuhi perkampungan Pekhoa san cung, mereka semua lebih suka mengurusi persoalan pribadi daripada mencampuri urusan orang lain, berbeda dengan Siau tayhiap. dengan kebesaran jiwanya, keberanian serta kejantanannya dia berjuang demi kepentingan umum, kerelaan untuk berkorban inilah yang telah menggugah hati semua jago dikolong langit, dan justru karena pengorbanannya yang maha besar inilah semua umat persilatan jadi tersadar dari impian, mereka bertekad umuk berjuang sampai titik darah penghabisan daripada selamanya diperbudak dan dipermainkan oleh oraog2 dari perkampungan Pek hoa san cung..." Setelah menghela napas panjang, sambung nya lebih jauh . "Kini Siau tayhiap sudah terjebak oleh siasat licik yang diatur Shen Bok Hong, ia mati terbakar disebuah bukit.. ..Aiai! sejak kini tiada orang lagi yang mampu menentang Shen Bok Hong, oleh karena itulah para jago dan orang gagah dari pelbagai daerah telah berdatangan semua ke empat ini. selain untuk mengikuti ucapan kebaktian bagi arwah Siau Tayhiap, merekapun akan menuntut balas bagi kematianoya,... yaah! asalkan umat persilatan bisa bersatu padu, tak sukar untuk menumbangkan segala kelaliman dan kejahatan yang ada didunia" 'Oh, kiranya begitu!" pemuda itu mengangguk. Selesai bersantap kakek dan cucunya itu-pun segera membayar rekening dan berlalu. Sang pelayan segera maju manghampiri mereka sambil amsarkan dua stel pakaian berkabung, katanya: "Hamba rasa tuan berdua pastilah hendak menghadiri upacara kebaktian bagi arwah Sau tayntap, apakah tuan tidak membutuhkan pakaian berkabung?" Kakek tua itu mengangguk, setelah menerima pakaian berkabung tersebut, ia mengangsurkan sekeping uang perak lalu pergi. Menunggu kedua orang itu sudah berlalu Siau Ling baru menggape ke arah pelayan tadi. "Toaya ada keperluan apa?" tanya sang pe layan. "Aku juga ingin membeli pakaian berkabung itu!" sahut sang pemuda, "Toaya. sslahkan coba pakaian ini, pas atau tidak"!" kata seorang pelayan sambil angsaurkan satu stel pakaian berkabung. "Aah! Umum kalau pakaian berkabung di pakai terlalu kedodoran, cuma aku heran tak nyana dalam rumah makanpun bisa tersedia pakaian berkabung dari kain blaco!'" Pelayan itu tertawa paksa, ''Hehe.. Ooya, kalau bukan dalam keadaan istimewa, tentu saja rumah makan kami tidak menjual pakaian blaco.cuma.. keadaannya sekarang lain. mulai kemaren dulu malam, banyak tamu yang berdatangan ke sini, mereka sama2 suruh orang sediakan penjahit, sediakan kain blacu, rata2 pada pesan pakaian berkabung semua.." Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, kemudian melanjutkan : "Harap toaya jangan marah, terus terang Saja buat kami yarg buka rumah makan, manusia jenis busu atau tukang silat yang paling kami benci karena sedikit salah bicara. bisa2 jiwa ikut melayang, maka untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, terpaksa kami khusus panggilan tukang jahit untuk menyediakan pakaian blaco yang sudah jadi. jadi kalau ada yang membutuhkan tinggal pesan dan bayar.." Sementara itu Pek-li Peng juga membeli satu stel pakaian blaco setelah dilihatnya Siau Ling telah membeli satu stel. Selesai membayar rekening, berangkatlah kedua orang itu menuju keluar kota dengan mengenakan pakaian berkabung itu. Ditengah jalan, Siau Ling berbisik lirih: "Peng ji, kalau lt bun Han-to tak ada disitu maka orang yang lain tak akan mampu mengatasi rencana busuk dari Shen Bok Hong, itu berarti kitalah yang harus selalu waspada untuk mengatasi segala kemungkinan yang tidak diinginkan" "Tapi., bagaimana cara pencegahannya"!" tanya Pek-li Peng. "Kita pura2 belagak tidak saling mengenal. masing2 pilih suatu tempat yang luas jangkauan pandangannya untuk mengawasi getak gerik dalam gelanggang secara diam2, bila menemukan sesuatu yang mencurigakan maka kita segera mengadaka kontak dengan kode tangan, tapi ingat! engkau harus bertindak hati", ketahuilah orang yang hadir dalam ruang sembahyangan terdiri dari aneka ragam manusia, jika sam pai salah menuduh maka lelucon itu tidak lucu lagi!" Sampai disitu dia lantas merundingkan kode tangan dengan gadis itu untuk saling mengadakan kontak. Dengan seksama Pek-li Peng awasi semua kode tangan itu dan mengingatnya dihati, kemudian ia bertanya : ''Kalau aku temukan seseorang yang sangat mencurigakan, apa yang mesti kulakukan?" "Lebih baik lukai dirinya secara diam2 sehingga dia tak mampu melakukan pengacau apabila keadaan tidak terlalu terdesak lebih baik jagan sampai bocorkan rahasia sendiri " 'Baik! Semuanya akan kulakukan seperti apa yang toako pesan" Berangkatlah dua orang itu melanjutkan perjalanan, ketika mereka tiba kembali dikedai terpencil itu, pemanndangan disitu sama sekali telah berubah Tenda telah didirikan ber deret2, jumlahnya mencapai belasan buah, di sekitar tenda itu dibuat dinding pemilah dengan memakai tali yang dibentangkan ber-susun2, setiap jarak dua kaki tergantung sebuah lentera anti angin. Sebelah timur terbuka sebuah pintu besar dibaiik pintu duduk dua orang manusia, di depan kedua orang itu terletak sebuah meja besar. Sejilid kitab yang sangat tebal terletak di atas meja besar itu, tinta bak maupun alat tulis tersedia lengkap disana. Tdk jauh dari tenda, tepatnya dibalik hutan yang lebat tertambat beratus ratus ekor kuda jempolan, semuanya tertambat rapi dan teratur ringkikan kuda menggema memecahkan kesunyian Per lahan2 Siau Ling mendekati piutu gerbang, ia kenali dua orang yang bertugas di balik meja itu adalah Suma Kan serta Coh Kun san. Kiranya sejak keerangkatan Siau Ling beberapa orang itu segera melakukan pengejaran dari belakang. tapi sepanjang perjalanan mereka dihadang oleh jebakan jebakan musuh hinggaa sukar untuk menerjang masuk lebih jauh, menyusul bukit disebelah depan terbakar hebat dan tersiar berita kematian dari Siau Ling, dalam keadaan begitu terpaksa kawanan jago lihay itu mengundurkan diri. Belum sempat Siau Ling mendekati meja besar. Coh Kunsan telah bangkit berdiri, seraya menjura dia menegur . "Siau te adalah Coh Kun-san. boleh aku tahu apakah kedatangan saudara adalah untuk menghadiri ucapan berkabung bagi Siau tayhiap?" Siau Ling kuatir suaranya dikenal orang, ia tak berani menjawab dan terpaksa cuma mengangguk. Ruparya Coh Kun sao telah mengetahui kalau tamunya tidak menunggang kuda. terbukti dari pakaiannya yang kotor oleh debu, kembali dia berkata : "Ooh .. rupanya sahabat datang kemari dengan berjalan kaki. semangat besar saudara patut dipuji dan dihargai, silahkan tinggalkan nama dan cepat2lah masuk ke tenda untuk beristirahat!'' Mendengar ucapan tersebut. Siau Ling kembali berpikir : "Kalau pertanyaan yang diajukan hanya begitu sederhana dan gampang, sekalipun ada mata2 yang dikirim Shen Bok Hong untuk menyelinap kemari, belum tentu kalian bisa tahu dengan jelas!'' Cepat ia ambil pit dan meninggalkan namanya diatas kitab tebal itu. ia menulis dirinya sebagai Teng Toa wan dari Siang pak kemudian dengan langkah lebar masuk ktda iam tenda, Untuk menghindari kecurigaan orang Siau Ling tak berani berpaling lagi, ia langsung masuk kedalam tenda setelah berada ditengah tenda barulah berpaling kebelakarg. Tampak olehnya Suma Kan masih mengawasi gerak geriknya dengan sepasang mata melotot besar, ia tak berani berpaling terlalu lama dengan langkah lebar cepat pemuda itu masuk keruang tenda. Sebuah lilin warna putih yang besar memancarkan cahaya yang terang, sudah banyak orang yang berkumpul dalam tenda itu, sekilas memandang jumlah mereka mencapai empat puluh lima puluh orang letih, beberara lembar permadani lebar digelar diatas tanah, sebagian besar para jago yang berkumpul disitu duduk bersila sambil atur pernapasan, tapi ada pula diantara mereka yang sudah tertidur pulas. Siau Ling kuatir kalau ada orang menegur atau ajak dia berbicara, setelah memandang sekejap cepat ia mencari tempat duduk cara bersila sambil penjamkan matanya, sebentar kemudian dia sudah atur pernapasannya. Walaupun sudah ber puluh2 li yang harus d tempus, selama ini. akan tetapi dengan dasar tenaga dalamnya yang sangat sempurna, ia sama sekali tidak merasa lelah. Secara lapat2 sianak muda itu merasa tenda disitu telah dibuka orang, untuk menghindari kecurigaan lawan dia tak berani membuka matanya, cuma didalam hati pikir nya : "Semoga saja Peng-ji cukup cerdik dan bisa mengatasi kesulitan itu hingga berhasil menyusup masuk dengan selamat" Sementara itu tenda sudah diturunkan kembali, menyusul suara langkah manusia masuk kedalam ruang tenda, rupanya setelah mengawasi sejenak suasana disitu maka orang itu masuk kedalam ruangan. Siau Ling masih tetap memejamkan mata nya, dalam hati kembali dia berpikir : "Semoga Peng-ji dapat melewati penjagaan di pintu gerbang din masuk pula kedalam ruang tenda ini!" Ttba2 ia merasa pipinya jadi panas, seteah2 ada seseorang sengaja menghembuskan napas diatas wajahnya, bahkan hawa yang ditiup kearabnya itu hangat2 panas. Siau Ling membuka matanya, ia lihat seorang pria gemuk pendek duduk tepat dihadapannya, jarak mereka berdua cuma dua depa lebih sedikit, waktu itu dengan sepasang matanya yang bulat besar ia sedang mengawasi raut wajahnya tanpa berkedip. Tingkah laku orang itu agak menggusarkan hati Siau Ling, tapi sebelum sempat mengumbar amarah dia telah kenali pria gemuk pendek itu, terayata dia tak lain tak bukan adalah padri pemabuk Poan-cay taysu. Meskipun sudah banyak tahun mereka tak berjumpa, tapi dandanan dari padri itu masih seperti sedia kala, mukanya penuh berminyak dan mukanya berbau arak yang sangat menusuk perciuman, maka sekali pandang segera dapat dikenali kembali. Setelah mengetahui siapakah orang itu, Siau Ling berusaha menahan diri dan menekan kembali hawa amarahnya kedalam hati sekali lagi dia pejamkan matanya. Baru saja ia pejam mata, hawa panas itu berhembus kembali keatas wajahnya, kali ini malah membawa bau arak yang sangat tebal rupanya padri pemabuk sengaja menghembuskan nafasnya itu keatas wajah Siau Ling. Anak muda itu tidak melakukan perlawanan, ia bangkit berdiri dan pindah kesudut tenda yang lain. disana kembali pemuda im duduk sambil atur pernafasan. Walaupun tingkah laku yang dilakukan padri pemabuk ini Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sangat kasar dan gampang membuat hati orang jadi panas, akan tetapi Siau Ling tidak memberi tanggapan. dia tak tahu apa maksud setta tujuannya berbuat begitu Selain itu untuk menjaga rahasia penyaruannya diapun tak ingin membuat banyak keributan sehingga membongkar rahasia sendiri Sementara itu padri pemabuk ikut bangkit dan mengejar kesisi Siau Ling ketika dilihatnya anak muda itu pindah ketempat lain. kali ini dia duduk persis disisinya. "Sahabat, engicau pandai membawa diri sungguh sabar dan tenang hatimu !" tegur nya lirih. "Ada apa?" tanya Siau Ling sambil menengadah. "Boleh toh kalau aku hweesio gundul ingin bercakap2 dengan kau?"" "Apa yang mau dibicaratan" Aku paliag segan banyak bicara dengan orang lain !" "Siapa namamu " " tanya Poan-cay taysu kemudian. "Aku she-Teng bernama Toa wan, cukup bukan?" "Oooh..rupanya saudara Teng, selama ini cari harta Kekayaan d daeran mana?" tanya poan-cay taysu lagi. "Selama ini aku cuma bergerak disekitar daerah Siang pak" "Aaah..suatu tempat yang indah, akupun seringkali bergerak didaerah sekitar sana, kenapa tak pernah kudengar nama besar saudara Teng?" "Berbicara menurut kata agama, itu berarti aku tak punya jodoh dengan diri taysu " "Oooh...!" Poancay taysu berseru tertatahan, "jadi kalau begitu saudara Teng kenal dengan aku hwesio tua?" Siau Ling menyapu sekejap keseluruh ruang tenda, lalu katanya: "Sekarang banyak orang sedang beristirahat, lebih baik kita jangan mengganggu ketenangan orang, bila taysu ingin mengikat persahabatan lebih baik kita bicarakan esok pagi saja!" Poan cay taysu mengangguk berulang kali; "Perkataan dari saudara Teng memang benar! Cuma.... aku hwesio gede ingin mengajukan satu pertanyaan lagi, bersedia menjawab bukan?" Siau Ling pejamkan matanya, ia tak mau menggubris ocehan dari padri itu lagi. Sampai beberapa kali Poancay taysu ulangii pertanyaannya itu, namun Siau Ling sama sekali tidak menggubris. Sekalipun tidak peroleh jawaban, Poan cay taysu sarna sekali tidak putus asa, dengan hati yaug sabar dan suara yang halus dia ulangi kembali kata2 itu sampai belasan kali banyaknya, kalau dilihat dari tekadnya itu selama Siau Ling belum menjawab maka dia akan ulangi terus pertanyaan itu sampai akhirnya memperoleh jawaban. Siau Ling bcn.r2 dibuat mati kutunya, dengan perasaan apa boleh buat ia buka ma tanya dan menyahut: "Baik! Hanya kulayani sebuah pertanyaanmu ini saja." Poan-cay taysu mengangguk. "Engkau kenal dengan aku hwesio gede"!" ia bertanya. "Tentu saja kenal !" sahut Siau Ling sambil membuka matanya.! "bukankah engkau adalah padri pemabuk Poan cay taysu?" Pojh cay taysu tertegun dan untuk sesaat duduk melongo, akhirnya dia menggerakkan bibirnya seperti mau bertanya lagi, namun Siau Ling telah pejamkan matanya dan tidak menggubris hwesio itu lagi. Kali ini sang padri itu yang dibuat kewalahan, setelah mengamati kembali wajah Siau Ling dengan seksama, akhirnya ia bangkit dan berlalu. Siau Ling membuka sedikit matanya dan melirik sekejap kearah poaa cay taysu, dalam hati ia tertawa geli. pikirnya : "Padri ini memang terlalu susah dilayani kalau aku tidak hadapi dirinya dengan memakai akal. waah! rahasia penyaruanku pasti bisa terbongkar olehnya" Sementara pikiran tersebut masih melintas dalam benaknya, tenda itu kembali disingkap orang, menyusul seorang kakek kurus bermuka hitam melangkah masuk ke dalam ruangan. Sekilas pandangan Siau Ling kenali orang itu sebagai penyamaran dari Pek-li Peng, ia lantas berpikir : "Semoga dia mempunyai hati yang sabar dan otak yang encer, kalau hatinya cepat dibuat gusar oleh tingkah pola Poan cay taysu.. waah! Urusan bisa berabe, dan penyamannya tentu akan ketahuan!" Sementara itu Pek li Peng telah menyapu sekejap sekitar tempat itu, kemudian langsung berjalan menghampiri Siau Ling. Sianak muda itu jadi amat terperanjat; segera berpikir : 'Aduuh.. celaka, kalau sampai dia ajak aku berbicara, orang lain pasti akan mena ruh curiga kepadaku!" Ketika mencapai jarak kurang lebih tiga depa dari samping tubuhnya, tiba tiba Pek li peng berhenti dan duduk disana ia sama sekali tak memandang barang sekejappun kearah Siau Ling. Agak lega hati pemuda itu setelah menjumpai keadaan tersebut, ia membatin: 'Gadis ini memang jauh lebih cerdik, pengetahuannya makin bertambah maju!" Ketika Siau Ling masuk ke dalam tenda tadi Pek li peng telah mengikutinya diri kejauhan apa yang dilakukan si anak muda itu tertampak jelas olehnya, diam2 apa yang perlu dicatat telah diingat selalu didalam hat i. Ternyata tak salahlah dugaannya, baru saja gadis itu duduk padri pemabuk telah maju menghampirinya dan duduk disisi dara itu. "Sahabat, engkau datang dari mana?" tegurnya Dengan pandangan dingin Pek li peng memandang sekejap kearah Poan cay taysu. mulutnya tetap membungkam diam seribu bahasa. Poan cay taysu mendehem ringan kembali ia menegur. "Hay. aku hwesio gede toh lagi ajak engkau berbicara" Kedengaran tidak suaraku ini" " Kembali Pek li peng memandang sekejap kearah Poan cay taysu. mulutnya terus membungkam. "Engkau kena! dengan aku hwesio gede?" Poan cay mendesak lebih jauh dengan gencarnya. Sementara mulutnya mengajukan serangkaian pertanyaan, sementara sepasang mainnya yang tajam mengawasi wajah Pek li peng tanpa berkedip agaknya dia mau periksa apakah wajah itu asli ataukah hasil dari penyamaran. Pek li peng membelalaka n matanya dengan lebar, sinar tajam memancar dari balik sorot matanya, setelah memandang sekejap ke arah hwesio itu dia menggeleng dan pejam kan kembali matanya. Meihat Pek li peng selalu membungkam dan tak mau mengucapkan sepatah katapun padri pemabuk Poan cay taysu dibikin kehabisan akal. akhirnya ia tidak banyak bertanya lagi segera bangkit dari situ dan tinggalkan dara itu seorang diri. Selama ini Siau Ling sangat menguatirkan bagi diri Pek li peng. dia tahu asal gadis itu buka suara maka nada perempuannya dengan cepat akan membangkitkan kecurigaan sang padri itu siapa tahu Pek li peng ambil sikap untuk membungkam, dengan begitu Poan cay taysulah yang dibikin kepalang pusing dan tak mampu berbuat apa2 Malam itu berlalu tanpa gangguan lagi. ketika fajar baru menyingsing keesokan harinya, tiba2 dari luar tenda berkumandang irama musik yang membawa nada sedih. Dengan suara keras padri pemabuk segera berseru lantang: "Ruang sembahyangan bagi arwah Siau tayhiap telah dibuka. saat upacara kebaktian sudah mulai, silahkan saudara sekalian berkunjung kesana untuk pasang hio." Ketika Siau Ling membuka matanya, dia lihat sebagian besar orang yang ada dalam enda itu sudah pada bangkit berdiri dan mulai mengalir keluar dari tenda tersebut. Siau Ling dan Pek li Peng ikut bangkit berdiri, mengikuti ditengah rombongan para jago yang lain, kedua orang itu ikut berjalan keluar dari ruang tenda. Dalam pada itu para jago yang tertampung didalam tenda yang didirikan disekitar tempat itu sudah berkerumun keluar menuju keruang upacara, sekilas memandang Siau Ling taksir orang2 itu mencapas ratusan jumlahnya, mereka semua rata2 memakai baju berkabung warna putih dengan ikat kepala warna putih pula Ketika dia alihkan pandangannya kearah kedai, pemandangan ditempat itupun sudah mengalamiperubahan besar. Kain putih telah didirikan disekitar panggung upacara, tinggi kain2 itu mencapai empat kaki, dipandang dari kejauhan bentuk nya persis seperti sebuah loteng tinggi yang. berwarna putih. Ber puluh2 buah lentera warna putih digantungkan jauh diujung tiang kaju yang menjulang keangkasa, semua lentera teratur rapi dan mengitari sekeliling ruang kebaktian. Tiang2 kayu itu dibalut semua dengan kain putih, sekitar panggung upacara berwarna putih malahan pepohonan tumbuh disekitar sanapun sudah ditutup semua dengan kain putih, hingga ratusan kaki disekitar tempat upacara berubah jadi putih bersih, sama sekali tidak kelihatan warna yang lain. Menyaksikan kesemuanya itu Siau Ling, merasa amat terharu, pikirnya didalam hati . "Aaai .! Sungguh tak kusangka kematianku telah diperingatkan dengan begini besar2an serta spontan....ini menandakan kalau semua orang menaruh hormat kepadaku sepantasnya kalau akupun bersedia berkorban demi kepentingan mereka semua..." Rombongan jago yang berjalan keluar dari dalam tenda serta merta membentuk diri jadi empat buah barisan yang panjang dan teratur rapi, per lahan2 mereka bergerak menuju panggung kebaktian. Menanti rombongan sudah hampir mendekati panggung kebaktian tersebut, Siau Ling baru dapat melihat jelas bila dinding tinggi yang terdiri dari kain putih itu membungkus suatu wilayah yang sangat luas. sekali pun beberapa buah bangunan kecil ditengah dijadikan titik pusatnya, namun kain putih yang melingkari bangunan tersebut boleh di bilang be ratus2 kali lipat lebih besar dari bangunannya sendiri; Yang lebih aneh lagi, kain putih yang melingkari sekitar panggung kebaktian itu ibaratnya sebuah dinding tembok yang sangat tinggi, kecuali tersedia empat buah pintu tidak tampak jalan tembus lainnya lagi. Ketika mula pertama Siau Ling ikut berbaris dalam rombongan itu. ia masih tidak merasakan apa2 tapi semakin dipikir ia merasa semakin curiga ia yakin dibalik kesemuanya itu pasti tersembunyi suatu rahasia yang sangat besar. Keanehan itu tanpa sadar telah membangkitkan rasa ingin tahunya, dalam hati ia sepera berpikir: "Aku yakin ruang upacara yang terbuat dari lingkaran kain2 putih ini pasti mempunyai suatu kegunaan yang sangat besar, aku harus perhatikan baik2 daerah disekitar situ setelah masuk kedalam nanti!" Sementara ia masih termenung, rombongan mereka telah tiba didepan pintu masuk. Sam-yang-sin lan (peluru sakti) Liok kui ciang berdiri didepan pin'u m-isuk dengan muka murung bercampur sedih, setiap kali tamunya lewat ia segera menjura sambil berkata: "Terima kasih atas kunjungan saudara! Siau Ling balas memberi hormat dan melangkah masuk kedalam ruangan, pikirnya lagi "Sekarang aku baru tahu, rupanya mereka bertindak sebagai tuan rumah untuk menerima tamu kalau disini begitu keadaannya berarti ditiga tempat yang lainpun demikian juga keadaannya!!.." Setelah masuk kedalam ruangan, sebuah meja berbentuk empat persegi panjang tersedia ditepi ruangan, meja itu dialasi dengan sebuah alas meja warna putih, dua orang murid partai Bu-tong yang mengenakan jubah pendeta warna putih berdiri dibelakang meja dengan muka murung, alat tulis tersedia lengkap diatas meja, sebuah kitab tebal tersedia disana dan sudah penuh berisikan nama2 para jago yang hadir. Siau Ling segera mencantumkan namanya sebagai Teng Toa wan dari Siang-pak diatas kitab itu, kemudian melangkah masuk keruang kebaktian. Ruangan yang digunakan sebagai tempat kebaktian tersebut diatur sedemikian rupa sehingga mendatangkan suasana yang hening dan penuh keseriusan, sebuah panggung sembahyangan yang terbuat dari kayu dan di bungkus dengan kain pulih berdiri ditengah ruangan itu. Ruang kebaktian sangat luas dengan suatu lapangan rumput yang lebar terbentang dihadapanya. lapangan itu dialasi pula dengan kain putih, menurut taksiran Siau Ling, kemungkinan besar lapangan itu bisa muat jemaah sebanyak ribuan orang. Sebuah kain putih yang besar tergantung ditengah ruangan tepat dibelakang panggung sembahyangan, dialas kain putih itu tertera tujuh huruf besar yang berbunyi : " THIAN HE TIT IT HIAP SIAU LING" Artinya: Pendekar nomor satu didunia Siau Ling Sajian dan buah2an penuh teratnr rapi didepan meja sembahyangan itu, bunga warna putih menghiasi disekitarnya, lilin putih yang besar memancarkan sinar yang redup menerangi suasana dengan remang2 suasana amat sunyi, tiada yang berbicara, semuanya berlalu dalam suasana duka dan penuh keseriusan. Per lahan2 Siau Ling masuk kedalam lapangan dan duduk dialas kasur putih yang telah tersedia, ketika dia alihkan kembali sorot rnataaya kearah depan, terbaca oleh nya diatas meja sembahyangan tergantung sebuah papar, nama dengan tulisan : " BU LIM BENG TENG" Artinya : Lentera kebenaran bagi dunia persilatan. Diam2 ia menghela napas sedih, pikirnya: "Kemampuan dan kebaikan apakah yang dimiliki aku orang she-Siau. Sehingga umat persilatan demikian menaruh hormat kepadaku" Aaaai .! Kalau diingat kembali, aku benar2 merasa malu din menyesal ..' Kurang lebih sepermiaum teh kemudian dari belakang panggung kebaktian muncul dua orang manusia. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Orang yang pertama berperawakan kurus kecil dengan pakaian berkabung yang amat panjang, besar dan kedodoran, kepalanya di ikat dengan sebuah kain putih, meskipun keadaannya kelihatan sangar kocak namun mukanya seram dan diliputi kedukaan yang berat, sehingga siapapun yang memandang kearahnya tak sanggup mentertawakan lagi. Orang itu tak lain adalah Sun Put-shia, tianglo dari Kayoaog yang disegani dan di hormati oleh rekan2 persilatan baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam. Sedangkan orang kedua berjenggot panjang sedada dengan memakai jubah pendeta warna putih, dia adalah Bu wi totiang, ketua dari perguruan Bu tong pay. Tampak Sun put shia menjura keseluruh penjuru lapangan, lalu berkata dengan suara serak ; "Aku pengemis tua adalah Sun put-shia tentunya diantara saudara sekalian ada yang pernah kenal dengan aku pengemis tua ini." Ia berhenti sebentar, kemudian melanjut-kan : "Dengan usia aku pengemis tua, sebetulnya sudah banyak tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan dan mengasingkan diri disuatu tempat terpencil, tapi aku tak rela menyaksikan rekan2 persilatan terjatuh dalam cengkeraman iblis Shen Bok Hong. maka serta merta aku tinggalkan tempat pengasinganku dan muncul kembali kedalam dunia persilatan." Seseorang dengan suara yang berat dan kasar menanggapi dari antara rombongan jago "Sun tayhiap munculkan diri dalam dunia persilatan demi kesejahteraan kami sekalian sebagai umat persilatan kami semua merasa sangat berterima kasih." Sun Pui-shia tertawa getir. "Aku pengemis tua sudah terlalu reyot, aku tak punya kemampuan lagi untuk menyumbingkan tenagaku bagi kesejahtraan umat persilatan. aaai...Siau tayhiay yang punya jiwa besar, semangat jantan dan berkemampuan membantu umat persilatan lolos dari cengkeraman iblis, justru telah dibakar mati oleh siasat busuk Shen Bok-Hong, peristiwa ini benar2 menyedihkan hatiku..menyedihkan kita semua umat persilatan " Sampai disini, pengemis tua itu tak kuasa menahan emosinya lagi. ia menangis ter sedu2 dengan sedihnya, tak sepatah katapun mampu dilanjutkan kembali. Sebagai seorang tokoh berkedudukan yang sangat tinggipun San Put-shia tak mampu menahan diri hingga menangis terisak, apa lagi kawan2 jago lain yang sebagian berhati lemah. air mata bercucuran membasahi wajah mereka semua. Lama.. lama sekali.. Sun Pat shia baru menghapus air matanya dan melanjutkan kembali kata2nya : "Aku pengemis tua berjumpa untuk pertama kalinya dengan Siau tayhiap sewaktu ada didalam perkampungan Pekhoa San cung, dengan mata kepalaku sendiri disaksikan betapa ia mengobrak abrik delapan belas orang kim kong yang paling diandalkan iblis Shen Bok Hong, kehebatan dan keberaniannya benar2 sukar dicarikan tandingannya di seantero jagad, dengan usiaku yang setua ini belum pernah pula aku pengemis tua mengalami pertarungan masal yang begitu sengit, seru dan bahaya..." Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti sejenak terusnya kembali: "Shen Bok Hong telah peras semua kecerdikannya, menggunakan pelbagai macam akal dan perbuatan yang licik dan berbahaya dengan harapan bisa memakai tenaga Siau tayhiap, bahkan menculik orang tuanya sebagai sandera untuk paksa Siau tayhiap menyerah kalah, tapi.... Siau tayhiap walau pun masih muda tapi berjiwa ksatria ini sama sekali tak gentar oleh tantangan maut yang dihadapinya, ia rela mengorbankan segala sesuatunya demi kepentingan umum... demi kesejahteraan umat manusia dikolong langit, selama hidup belum pernah aku pengemis tua menjumpai seorang pendekar besar seperti dia, sungguh tak nyana..sungguh tak nyana pendeka sejati yang berjiwa besar dan ber cita2 tinggi ini mati dibunuh Shen-Bok Hong dengan akal muslihatnya yang keji. Aaai! Aku benar2 tak sanggup melanjutkan kata kataku...." Lama sekali Sun Put shia membungkam untuk menekan perasaan sedih yang bergelora dalam dadanya, setelah ia dapat menguasai diri lagi pengemis tua itu berpaling sekejap kearah Bu wi totiang dan meneruskan kembali kata2nya: "Walaupun belum lama Siau tayhiap terjun kedalam dunia persilatan, tapi pengaruhnya bagi perkembangan dunia persilatan teramat besar, yah begitu besar pengaruhnya hingga semua orang, setiap insan manusia dapat merasakan tenaga serta perjuangannya itu Totiang. aku tak sanggup melanjutkan kembali kata2ku. hatiku terlampau sedih, engkau sajalah yang melanjutkan kata2 ini.." Bu wi totiang menghela napas sedih, katanya kemudian. "Aaaai! Sekalipun kita gunakan seluruh kata pujian yang ada dikolong langit, belum cukup rasanya untuk melukiskan kebesaran jiwa dan budi kebaikan Siau tayhiap sebagai seorang ksatria sejati...." Dia berpaling dan memandang sekejap meja abu Siau Ling, kemudian meneruskan: ''Dia ibaratnya sekilas sinar terang, sinar yang menerangi awan gelap, sinar yang menjadi pelita dalam kegelapan, tapi begitu cepat dia berlalu, pergi meninggalkan kita untuk selama2nya.. yang masih tertinggal hanya pujian, sanjungan dan kenangan., selain itu dia tinggalkan pula suatu permainan catur yang belum sempat diselesaikan" Ia berhenti untuk menyeka air mata lalu meneruskan lagi: "Sekalipun begitu, sinar kuat yang ditinggalkan Siau tayhiap telah menerangi semua kebusukan2, semua intrik jahat yang ada dalam dunia persilatan, walaupun ia mati karena kedengkian dan keculasan hati kaum iblis, tapi justru dialah yang telah membukakan sebuah jalan bagi kita, sebuah jalan rata yang bisa kita lewati untuk menegakkan kembali keadilan dan kebenaran bagi umat persil: tan, karena itu sepantasnya kalau kita balaskan dendam bagi kematiannya. kita harus pertaruhkan jiwa raga kita untuk menumpas semua kebusukan dan kejahatan yang ada diducia saat ini" Semua jadi gaduh, kawanan jago yang berkumpul dalam lapangan mulai menunjukkan reaksinya, tapi tak seorangpun diantara mereka yang memberi tanggapan Bu wi toiiang melanjutkan kembali kata2nya : "Bicara menurut keadaan yang terbentang didepan mata kita sekarang, taktik hanya mengurusi urusan pribadi tanpa bersedia mencampuri urusan orang lain sudah menjadi basi. sekarang sudah tak berlaku lagi, tujuan Shen Bok Hong saat ini adalah menguasai dunia persilatan dan mengangkat diri menjadi pemimpinnya, kecuali kalau kalian sudi menjadi budak perkampungan Pek hoa-san-cung, selain itu hanya kematian dan pembantaian saja yang akan kalian terima. kalau tidak mulai sekarang kita bangkit untuk berjuang, mau tunggu sampai kapan lagi?" "Benar!" seseorang dengan suara yang kasar dan lantang menanggapi dari tengah lapangan, "Siau tayhiap berkorban demi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, memangnya kita hanya akan berpeluk tangan belaka sambil menantikan tibanya saat ajal " Sekalipun kita menyadari masih bukan tandingan Shen Bok Hong, tapi sebagai seorang ksatria kita wajib untuk bangun dari tidur serta berjuang sampai titik darah penghabisan, lebih baik mati sebagai pahlawan daripada hidup sebagai pengecut!" Begitu seseorang memberi tanggapan, para jago yang lainpun memberikan reaksinya dalam sekejap mata seluruh lapangan telah penuh dengan suara renungan untuk membalaskan dendam bagi Siau Ling. Betapa terharunya Siau Ling menyaksikan reaksi spontan dari umat persilatan itu, dalam hati ia lantas berpikir: "Padahal sampai detik inipun mereka belum pernah bertemu dengan aku, tapi mereka memandang serius kematianku, rela membalaskan dendam bagi kematianku...Aaaah! Budi sebesar ini sudah sepantasnya kalau ku balas akupun harus berjuang pula bagi kesejahtraan mereka!" Kembali Bu-wi totiang berkata dengan nyaring: "Justru karena pancaran sinar suci dari Siau tayhiap, semua perguruan besar maupun umat persilatan telah sadar kembali dari tidurnya, asal kita umat persilatan bisa bersatu padu dan menghimpun diri dalam satu wadah, apalagi yang musti kita takuti.,?" Tiba2 nada suaranya berubah, dia meneruskan : "Pinto serta beberapa orang sahabat karib dari Siau tayhiap telah mengambil keputusan, setelah tiga hari kita berkabung maka kami akan angkai sumpah setia kawan, dihadapan meja abu Siau tayhiap, kami akan bersumpah untuk bersatu padu serta ber-sama2. membasmi pengaruh perkampungan Pek hoa-san cung dari muka bumi. Sepanjang hidupnya Siau tayhiap berjiwa besar dan bersifat terbuka, pinto tak ingin menodai nama sucinya, karena itu kami beri kesempatan kepada saudara sekalian untuk berpikir tiga kali sebelum ambil keputusan, untung masih ada waktu tiga hari, jika ada diantara kalian yang bersedia tetap tinggal disini dan rela mengorbankan segala sesuatunya demi melanjutkan cita2 Siau tayhiap yang belum sempat diselesaikan, dengan senang hati kami atau sambut uluran tangan kalian itu, tapi kalau ada di antara kalian yang tidak bersedia mengorbankan diri untuk menempuh bahaya, karnipun tak akan menghalangi, pokoknya dalam tiga hari ini saudara sekalian bebas mau pergi kemanapun juga." Tiba2 seorang murid partai Bu tong dengan jubah pendeta warna putihnya muncul dengan langkah tergesa. ia segera membisikkan sesuatu di sisi telinga Bu-wi totiang. Imam tua itu segera mengangguk, dengan suara lantang ia berseru: "Saudara sekalian merupakan rombongan yang paling pagi datang menyambangi arwah Siau tayhiap. aku rasa setiap orang yang datang kemari dengan ter-buru2 semuanya merupakan orang yang sangat menaruh hormat terhadap diri Siau tayhiap, sekarang orang2 dari Kaypang datang untuk bersembahyang itu berarti saudara sekalian boleh bebas kembali ketenda untuk beristirahat, bahkan kalau ada yang mau ber jalan2 disekitar tempat ini boleh juga. hari keempat lohor adalah saat diselenggaranya pertemuan besar untuk mengangkat sumpah setia pembalasan dendam bagi Siau tayhiap, siapa saja yang ingin datang kemari, kami akan menyambut degan segala senang hati, kalau ada yang tak ingin menghadiri upacara sumpah setia, kami ikut mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran kalian untuk datang menghormati arwah Siau tayhiap" Kawanan jago yang berkumpul dalam lapangan sama2 bangkit berdiri dan mengundurkan diri dari ruang kebaktian. Diam2 Siau Ling mengamati rombongan jago yang mengundurkan diri itu, ia taksir jumlahnya mencapai dua ratus orang lebih. Tiba2 ruang kebaktian berubah jadi hening dan sepi, sebagian besar peziarah telah mengundurkan diri dari ruangan tersebut, tapi masih ada belisan orang yang tak mau pergi, mereka sama2 berkumpul disudut ruangan itu. Siau Ling memandang sekejap sekeliling ruangan itu, dia lihat Pek-li Peng terdapat diantara belasan orang itu, maka dia pun bangkit dan per lahan2 menggabungkan diri dengan mereka. Dengan langkah lebar Sun Put shia maju menghampiri mereka, dengan penuh hormat dia menjura kepada orang2 itu. Kedudukan Sun Put shia dalam dunia persitatan amat tinggi dan dihormati setiap orang, penghormatan ini kontan menggugupkan belasan jago yang tetap tinggal disitu. cepat mereka bangkit sambil membalas hormat, "Locianpwe, kami semua tak berani menyambut! penghormatan besar dari cianpwe ini" serunya hampir bersama. Dengan suara nyaring Sun Put shia menjawab: "Kalian tak mau mengundurkan diri dari sini, itu berarti kalian semua tentulah mempunyai pandangan yang lebih mendalam atas kebesaran jiwa Siau tayhiap. Tapi perlu diingat Shen Bok Hong justru berada dikiri kanan kita, kemungkinan besar mereka akan kinm jago2 lihaynya untuk membuat keonaran disini, karenanya mau tak mau kita harus bikin persiapan untuk menghadapinya silahkan saudara sekalian berkumpul di sebelah barat ruang kebaktian, dengan begitu kami dapat mengendalikan keamanan dalam ruangan itu dengan ketat bila terjadi perubahan atau sesuatu yang tidak diinginkan, kamipun bisa menanggulangi dengan seksama" ---o0dw0o--- Jilid: 35 BELASAN orang jago itu sama2 mengia-kan, mereka segera bangkit dan mengundurkan diri keruang sebelah barat. Siau Ling serta Pek-li Peng mencampurkan diri diantara kawanan jago tersebut, mereka ikut duduk bersila diatas tanah sambil atur pernafasan. Terdengar suara lengking dari Suma Kan berkumandang dari luar ruangan; "Seng pangcudari Kay pang datang untuk memberi penghormatan!" Siau Ling alihkan pandaagan matanya ke tengah ruangan, dia lihat seorang pengemis kurus berusia lima puluh tahunan perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan. Dibelakang pengemis kurus itu mengikuti pula empat orang pengemis tua berumur enam puluh tahunan. Mereka semua mengenakan jubah panjang warna abu 2 dengan sepatu warna putih, sebuah ikat kepala putih menghiasi jidatnya dan sekuntum bunga putih menghiasi dadanya. "Pengemis kurus yang berjalan dipaling depan itu pastilah Seng pangcu dari Kay pang!" pikir Siau Ling. Sementara itu dengan paras muka serius Seng pangcu telah melangkah maju kedepan meja abu Siau Ling, setelah memberikan penghormatannya tiba2 dia menyingkap jubah sambil jatuhkan diri berlutut. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dari belakang layar panggung tiba2 berkumandang irama musik sedih yang menambah tebalnya suasana duka diruangan itu. Empat orang pengemis tua yang lain berdiri berjejer dibelakang ketuanya, jarak mereka antara empat sampai lima depa. Dikala Seng pangcu jatuhkan diri berlutut maka keempat orang pengemis tua yang berada dibelakangoya ikut pula jatuhkan diri berlutut. Menanti mereka sudah bangkit kembali, irama duka itupun berhenti dengan sendirinya Sun Put shia segera maju dengan langkah lebar, tegurnya dengan suara lantang: "Pangcu. masih ingat dengan aku pengemis tua?" Dengan penuh hormat Seng pangcu memberi hormat kepada Sun Put shia kemudian sapanya: "Baik2lah keadaan susiok selama ini.." Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan: "Sudah lama boanpwe mendengar berita tentang kemunculan kembali susiok dalam dunia persilatan sepantasnya kalau boanpwe menyambangi sedari dulu sayang karena dalam perkumplan terjadi suatu persoalan kecil maka tiada waktu bagi boanpwe untuk melakukan penyambanganl" Sun Put shia menghela napas panjang; "Dan sekarang apakah urusan dapat dibereskan?" tanyanya. "Berkat doa restu dari susiok, keponakan telah berhasil menumpas kawanan penghianat serta menjatuhi hukumannya setimpal sesuai dengan peraturan perkumpulan" Sekarang Siau Ling baru tahu apa sebabnya Kay pang selama ini tak ada kabar beritanya, ia lantas berpikir. "Wah! Rupanya dalam Kaypang telah terrjadi pemberontakan, makaya aku lagi heran, dunia persilatan terancam oleh bahaya dan situasi menjadi saagat gawat, kenapa dari pihak Kay pang tak ada orang2 penting yang nongolkan diri, ternyata begitulah duduknya persoalan.." Dalam pada itu Sun Put shia sedang mengangguk seraya berkata : "Bagus..'kalau memang begitu bagus. Kebetulan aku pengemis tuapun hendak mercari engkau, ayoh kita masuk kedalam!" Seng pangcu mengangguk, dengan membawa keempat orang pelindung hukumnya mereka masuk kebelakang panggung kebaktian. Kembali Siau Ling berpikir . "Kalau ditinjau dari keputusan Seng Pang cu untuk datang kemari menyambangi arwahku. tampaknya pihak Kay pang benar2 telah menghimpun kekuatannya untuk siap adu kekuatan dengan pihak Shen Bok Hong,, aaail Semoga saja apa yang kuduga tak meleset! ' Lewat beberapa saat kemudian, suara Suma Kan yang berada dipintu gerbang kembeli berkumandang datang : "Tiga orang padri tinggi dari gereja Siau limsi datang untuk menghormati arwah Siau tayhiap!" Kembali Siau Ling merasakan hatinya tergerak, pikirnya : "Ketika aku sedang menyebrangi rintangan demi rintangan, dikedua belah sisi Shen Bok Hong masing2 berdiri seorang hwesio, mungkinkah mereka berada diantara sesat dan lurus hingga dikala melakukan semua perbuatan hanya menuruti suara hati sendiri?" Sementara ia masih termenung, tiga orang padri berjubah warna putih per lahan2 melangkah masuk kedalam ruangan. Salah satu diantara ketiga orang padri itu sudah berumur enam puluh tahunan, sedang dua orang padri lain yang mengiringinya berumur diantara tiga puluh tahunan Ketiga orang padri itu masuk dengan jalan bersama, setibanya didepan meja abu mereka rangkap telapak tangannya memuji keagungan sang Buddha, kemudian serentak jatuhkan diri berlutut di tanah. Irama duka berkumandang kembali dari balik panggung, suara yang sayup2 sampai itu cukup hati orang merinding,. Dengan seksama Siau Ling mendengarkan irama duka itu, dia dengar suara tersebut amat datar, namun memancarkan nada yang begitu sedih dan memilukan hati, suaranya mirip tiupan seruling, miring pula petikan alat pie pa (sebangsa kecapi), tapi yang jelas sang pemain musik itu pandai membawa perasaan hati oracg kealam kedukaan. Mengikuti irama sedih yang memilukan hati itu, ketiga orang hwesio tadi jatuh berlutut. Ketika mereka bangkit kembali, irama musik itupun ikut sirap. Dengan langkah lebar Bu-wi totiang menyambut ketiga orang tamunya, setelah memberi hormat ujarnya : "Silahkan taysu bertiga masuk keruaog belakang untuk makan santapan berpantang!" Padri yang tua itu menghembuskan napas panjang. "Sudah lama aku mendengar nama besar Siau sicu, aku merasa amat kagum dan menghormatinya, sungguh tak nyana akhirnya toh tiada kesempatan bagiku uituk menjumpainya" Sambil berkata meteka teruskan langkahnya menuju kebelakang panggung kebaktian. "Siapakah ketiga orang padri itu?" pikir Siau Ling dihati, "entah apa kedudukan mereka dalam gereja siau lim si" Kalau toh Bu wi totiang kenal dengan mereka, apa sebabnya tidak menyebut nama agama mereka" Mungkinkah mereka memang sengaja tidak mengumumkan namanya?" Sementara itu Pek li peng sudah menggeser tubuhnya duduk disamping Siau Ling. Terdengar Suma Kan kembali berseru dengan suara Peristiwa Burung Kenari 3 Wiro Sableng 016 Hancurnya Istana Darah Kitab Ajian Dewa 2