Budi Kesatria 2
Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen Bagian 2 Setelah membinasakan mandornya yang berkhianat, Shen Bok Hong rentangkan lengannya dan melayang naik ke atas dinding tebing, dalam waktu singkat tubuhnya yang tinggi besar itu telah berada dua tombak da ri atas permukaan. Pada saat yang bersamaan, Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay pun mengerahkan ilmu cecak merayap mendekati ke atas dinding tebing itu. Perlu diketahui tempat berpijak dimana Siauw Ling sekalian berada saat itu berada pada jarak enam tombak dari atas permukaan, sekalipun seseorang memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna juga tak sanggup mencapai tempat itu dalam sekali lompatan. Situasi dalam sekejap mata berubah hebat suasana berubah jadi tegang dan diliputi nafsu membunuh, setiap saat pertarungan sengit mungkin saja akan terjadi..... Siauw Ling yang menghadapi situasi semacam ini segera menyadari bahwa pertarungan sengit tak dapat dihindari, segera berkata, "Sianseng! pusatkan saja seluruh perhatianmu untuk menemukan letak pintu masuk Istana Terlarang, serahkan saja orang-orang itu kepadaku...." Ia berhenti sebentar, lalu tambahnya, "Pek-ji, hati-hati dengan senjata rahasia beracun dari Tong Lo Thay-thay, perhatikan pula binatang beracun milik Kim Hoa hujin!" Sementara pembicaraan masih berlangsung Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay telah berada pada ketinggian tiga tombak da ri permukaan, jaraknya dengan tempat pijakan tersebut tinggal dua tombak lagi. Di bawah sorot cahaya obor yang terang benderang, kedua belah pihak dapat memperhatikan raut wajah masing-masing dengan jelas. Laksana kilat Pek-li Peng merogoh ke dalam sakunya mempersiapkan jarum perak Han Peng Gin-Ciam, hawa mumi dihimpun ke dalam telapak kiri dan siap melancarkan serangan dahsyat. Nona cilik yang sedari kecil hidup manja di bawah kasih sayang kedua orang tuanya ini mungkin sudah merasakan pula buruknya situasi yang sedang mereka hadapi, berhadapan muka dengan musuh tangguh kelas satu dari dunia persilatan ia tak berani bertindak gegabah, seluruh perhatiannya dipusatkan ke arah lawan. It-bun Han Too sendiri, setelah mencekal kunci wasiat di tangan kirinya ia segera periksa seluruh dinding tebing itu dengan seksama, perhatiannya tidak terpecahkan oleh kehadiran musuh tangguh di tempat itu, sebab ia tahu hanya inilah kesempatan yang paling baik baginya untuk menemukan pintu masuk istana terlarang dan memasuki istana tersebut. Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera semakin mendekati beberapa orang itu dari sayap kiri dan kanan, meskipun mereka belum tahu siapakah sebenarnya Siauw Ling serta Pek-li Peng, tapi ditinjau dari kemampuan mereka untuk mendaki ke atas tebing curam tersebut, bisa di duga kalau kedua orang itu bukan manusia sembarangan. Karena itu mereka tak berani mendekati. Pada jarak satu tombak lebih empat lima depa diri ketiga orang itu, Tong Lo Thay-thay segera menghentikan gerakan tubuhnya, tangan kiri merogoh ke dalam saku ambil keluar sebelah pisau belati dan ditancapkan di atas dinding tebing, sambil berpegang pada gagang tersebut, serunya dingin, "Itbun sianseng, siapakah kedua orang pekerja gadungan itu" ayoh jawab!" "Kemungkinan besar dalam beberapa saat lagi aku akan berhasil menemukan letak pintu masuk istana terlarang, harap Lo-hujin jangan memecahkan perhatianku!" seru It-bun Han Too sambit meneruskan pemeriksaannya di sekitar dinding tebing itu. Siauw Ling sendiripun mengetahui bahwa makin lama mereka berhasil mengulur waktu semakin besar kesempatan mereka untuk menemukan letak pintu masuk istana terlarang, bila keadaan tidak teria lu mendesak. ia bermaksud berdiam diri saja, dengan suara berbisik segera dibisikinya Pek-li Peng, "Peng-ji bila mereka turun tangan, lebih baik kita jangan turun tangan terlebih dahulu" Gadis itu berpaling dan tersenyum sehingga tampaklah sebaris giginya yang putih dan rapih, rupanya ia sama sekali tidak kuatir dan takut menghadapi ancaman bahaya yang berada di depan mata. "Sungguh hebat gadis ini" puji Siauw Ling di dalam hati, "Meskipun usianya masih muda ternyata keberaniannya luar biasa sekali..." Ketika ia menoleh ke arah lain, tampaklah Kim Hoa Hujin dengan tangan kiri menempel di atas dinding, tangan kanannya mengambil keluar sebuah kotak kumala dan membuka kotak tadi. Siauw Ling kenali isi kotak tersebut sebagai binatang kesayangan Kim Hoa Hujin yang dikenal sebagai ular Pek-sianji, rupanya perempuan itu menyadari akan situasi bahaya yang sedang terjadi. Diancam jiwanya, maka ia bersiap sedia menggunakan ular beracun itu untuk menghadapi lawan. Dan menanti ia melongok pula ke bawah, terlihatlah Shen Bok Hong yang sedang mendaki ke atas sudah berada beberapa tombak di bawah kakinya. Rupanya ketiga orang itu tak berani terlalu mendekat ke atas karena belum tahu siapakah sebenarnya Siauw Ling serta Pek-li Peng, sikap mereka masih sangat hati-hati dan diliputi rasa sangsi. Cahaya api yang memancar dari bawah tebing kian lama kian bertambah terang benderang, beberapa obor raksasa baru telah disiapkan disitu. sementara enam tujuh orang pria dengan membawa tali temali sedang berlari mendatang, agaknya mereka sedang mempersiapkan tangga kayu untuk mempermudah pendakian tersebutSiauw Ling segera berpikir kembali setelah meninjau situasi itu, "Sebelum tangga mereka persiapkan bisa digunakan, jelas tidak leluasa bagi mereka untuk bertempur sambil tangan sebelah mengerahkan ilmu cecak merayap untuk bergelantungan di atas dinding tebing, atau dengan perkataan lain situasi pada saat ini masih menguntungkan bagi pihakku: Meskipun luas lekukkan tebing ini cuma beberapa depa, bagaimanapun merupakan tempat berpijak yang kuat, tapi senjata rahasia dari Tong Lo Thay-thay serta binatang beracun dari Kim Hoa Hujin sangat berbahaya serangan yang mereka lancarkan berpuluh2 kali lipat lebih berbahaya dari serangan sesungguhnya. Yaaah.... satu-satunya jalan yang harus kulakukan sekarang hanyalah berusaha mencegah Kim Hoa Hujin melepaskan binatang beracunnya, dengan begitu sedikit banyak aku telah mengurangi tekanan yang terlampau berat...." Berpikir sampai disitu dia segera kerahkan ilmu menyampaikan suaranya dan berseru kepada Kim Hoa Hujin, "Cici baik-baikkah selama perpisahan, siaute adalah Siauw Ling! ..." Di bawah cahaya lampu obor yang terang benderang, terlihatlah sekilas rasa kaget berkelebat di atas wajah perempuan itu, kemudian ia tersenyum dan memandang sekejap ke arah pemuda kita. Dari senyuman yang begitu halus dan hangat, Siauw Ling tahu bahwa Kim Hoa Hujin masih menaruh rasa persahabatan dengan dirinya, itu berarti pula ia tak akan melancarkan serangan mematikan ke arahnya sedikit banyak ia bisa berlega hati. Seluruh perhatiannya sekarang tinggal dicurahkan untuk menghadapi serangan dari Shen Bok Hong serta Tong Lo Thay-thay Kepada It-bun Han Too bisiknya, "It-bun sianseng, sebelum tangga yang mereka buat selesai maka situasi masih menguntungkan bagi kita, aku dapat menghadapi setiap serangan mereka jauh lebih enteng. Sebaliknya kalau tangga yang mereka telah siap. hingga mereka punya tempat untuk berpijak maka sulitlah bagi kita untuk menghadapi gempuran mereka. Karena itu alangkah baiknya bila sianseng berhasil menemu Kan pintu masuk istana terlarang sebelum mereka selesaikan tangga-tangga itu " Sebelum It-bun Han Too sempat menjawab suara dari Shen Bok Hong telah berteriak lantang kembali, "It-bun heng, Sudah kau temukan pintu masuk istana terlarang?" It-bun Han Too berpaling, ia lihat dimana Shen Bok Hong berada saat ini hanya tinggal satu tombak jauhnya dari tempat ia berada saat ini, dengan kesempurnaan tenaga dalamnya serangan telapak atau serangan totokan yang ia lancarkan masih mampu mengenai tubuhnya, itu berarti suatu ancaman bahaya maut baginya. Karena terperanjat, tanpa terasa jawabnya, "Belum berhasil kutemukan?" Tiba-tiba Shen Bok Hong mengepos tenaga tubuhnya meluncur naik lagi sejauh beberapa depa, hingga jaraknya dengan tempat berpijak itu tinggal satu tombak kurang. Satu Ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siauw Ling, secara tiba-tiba ia berhasil menangkap maksud tujuan Shen Bok Hong yang sebenarnya, agaknya ia hendak meminjam kesempatan selagi bercakap-cakap tubuhnya berusaha semakin mendekat tempat berpijak itu. dengan kesempurnaan ilmu silatnya, andaikata ujung jari jago tersebut berhasil mencapai tepi tempat lekukan tadi, maka sulitlah baginya untuk memaksa gembong iblis itu turun ke bawah. Merasakan betapa berbahayanya situasi itu, tanpa banyak berbicara lagi dia himpun tenaga dalamnya dan segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke bawah. Segulung desiran angin tajam dengan cepat meluncur ke bawah tebing dan mengancam tubuh gembong iblis itu. Shen Bok Hong kepala kampung dari perkampungan seratus bunga ini memang luar biasa hebatnya, begitu menyaksikan gerakan tangan Siauw Ling batinnya segera menyadari akan mara bahaya yang sedang mengancam ke selamatan jiwanya, cepat-cepat ia bergeser ke arah samping. Sekalipun cukup cepat reaksi yang diperlihatkan, tak urung ujung bajunya termakan pula oleh hembusan angin pukulan lawan Sekujur tubuhnya segera bergoncang keras. Andaikata ia tidak cepat-cepat menggeserkan tubuhnya ke samping, pukulan dari Siauw Ling itu niscaya telah berhasil memaksa tubuhnya terpukul jatuh ke bawah tebing. "Siapa kau?" hardik Shen Bok Hong kemudian setelah berhasil meloloskan diri dari ancaman. Siauw Ling tertawa dingin, ia tetap membungkam. Melihat hal itu Shen Bok Hong naik pitam, ia segera berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin sambil teriaknya, "Serang mereka dengan cara keji apapun!" Tong Lo Thay-thay mengiakan, telapak kanannya segera diayun ke muka, tiga titik cahaya tajam laksana kilat meluncur ke arah lekukan tebing tersebut.... Siauw Ling ayun telapak kanannya melancarkan sebuah pukulan udara kosong menghantam tubuh Tong Lo Thay-thay, pada saat yang bersamaan pula dia meraup ke depan, telapak kirinya diayun ke muka menyambar datangnya ketiga buah titik bintang tersebut. Diantara jago-jago lihay dunia persilatan memang tidak sedikit terdapat jago yang pandai menangkap senjata rahasia. Walaupun begitu kepandaian mereka hanya terbatas di dalam menangkap senjata rahasia yang agak besar sebangsa anak panah dan lainnya jarang di antara mereka mampu menangkap senjata rahasia kecil seperti paku? atau jarum, apalagi yang dihadapi adalah Tong Lo Thay-thay cakal bakal keluarga Tong yang tersohor akan ilmu senjata rahasianya. Sreeeet...! Sreeeet ...... Sreeeeet.....! Di tengah suara dentingan nyaring, ketiga batang cahaya bintang itu tahu-tahu sudah berhasil dipukul rontok oleh Siauw Ling. ---oo0dw0oo--- Jilid 3 MENYAKSIKAN senjata rahasianya berhasil dipukul rontok pihak musuh dengan gunakan tangan kosong, Tong Lo Thaythay segera tertawa dingin, teriaknya lantang, "Ketiga batang peluru pengejar nyawaku itu berujung tajam dan berduri lembut di sekujur tubuhnya, pada ujung duri telah terkandung racun keji yang maha hebat, siapa terkena senjata itu segera akan muncul bin tik merah pada mulut lukanya, sepeminuman teh kemudian kadar racun akan bekerja dan setengah jam kemudian seluruh tubuh akan jadi lemas, segenap kekuatan untuk melawan hilang lenyap tak berbekas, tiga jam kemudian jiwanya akan melayang, kecuali obat penawar keluarga Tong kami di kolong langit tak ada orang yang mampu mengobati luka itu...." Rupanya sedari tadi Siauw Ling telah mengenakan sarung tangan kulit ular yang kebal terhadap senjata. meskipun senjata rahasia dari keluarga Tong sangat lihay, sama sekali tidak ambil pusing. Setelah berhasil memukul rontok senjata rahasia itu, Siauw Ling segera mengundurkan diri kesisi It-bun Han Too. "Siapa kau?" kembali Shek Bok Hong membentak keras. Siauw Ling menyadari bahwa kepandaiannya menyampok jitu senjata rahasia, mungkin telah memancing kecurigaan Shen Bok Hong terhadap dirinya, tapi terdesak oleh keadaan terpaksa ia musti bertindak demikian. Iapun mengerti, terlalu banyak bicara di saat seperti ini berarti semakin besar kemungkinan rahasianya ketahuan, satu-satunya tindakan yang tepat adalah tidak perdulikan tegur Shen Bok Hong sambil pejamkan mata pura-pura, sedang mengerahkan tenaga untuk melawan racun senjata rahasia. Terdengar Tong Lo Thay-thay berseru kembali. "Ia sudah terluka oleh racun keji yang tepat di ujung senjata rahasiaku, beberapa saat lagi dia pasti akan mati keracunan, saat ini kita tak perlu menyerang dengan jalan menempuh bahaya" Sebenarnya Shen Bok Hong masih curiga, tetapi setelah mendengar seruan dari Tong Lo Thay-thay, kemudian melihat pula sikap Siauw Ling seolah-olah benar keracunan, rasa curiga yang semula berkecamuk dalam benaknya kontan Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo lenyap tak berbekas. Kim Hoa Hujin pentangkan matanya lebar2 mengawasi diri Siauw Ling, hatinya tetap sangsi dan ia tak tahu benarkah pemuda itu terluka oleh serangan senjata rahasia beracun itu. Pek-li Peng yang paling kuatir diantara beberapa orang itu, ia segera mendekati pe muda itu sambil tanyanya dengan suara setengah berbisik, "Toako, parahkah luka yang kau derita?" Siauw Ling tidak tega menyaksikan gadis kesayangannya ini gelisah tak karuan, terpaksa dengan ilmu menyampaikan suara ia menjawab, "Aku sama sekali tidak terluka, mengulur waktu pada saat ini paling menguntungkan bagi posisi kita, karena itu aku akan tetap berpura-pura terluka" Shen Bok Hong bukan seorang yang bodoh, selama ini dia awasi terus setiap gerak-gerik dari Siau Leng, melihat bibirnya bergerak lirih tahulah gembong iblis itu bahwa lawannya sedang bercakap2 dengan ilmu menyampaikan suara, rasa curiga yang semula telah lenyap kini berkecamuk kembali da lam benaknya. Sementara itu Pek-li Peng merasa lega setelah mengetahui Siauw Ling sama sekali tidak terluka, dengan gemas ia pelototi sekejap nenek tua itu, pikirnya, "Hmm! cepat atau lambat akan kusuruh kau rasakan lihaynya jarum perak Han-peng ginciam milikku!" Tiba-tiba dari celah tebing berkumandang suara gemuruh yang amat keras, seluruh belahan dinding tebing itu mendadak mulai bergeser ke arah samping. Dengan terkejut Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap ke arah It-bun Han Too, serunya, "Sianseng...." It-bun Han Too tak dapat mengendalikan rasa girang serta luapan emosinya lagi, ia mendongak dan tertawa terbahakbahak. "Haaaa...... haaaaah .... haaaah .... aku berhasil membuka pintu masuk istana terlarang.... aku berhasil membuka pintu itu ...." Beberapa patah kata itu bagaikan guntur yang membelah bumi di siang hari bolong, membuat sekujur badan Shen Bok Hong gemetar keras, hampir saja ia tak sanggup mengerahkan tenaganya dan terjatuh ke bawah tebing. Tong Lo Thay-thay segera mengerahkan tenaganya menjejak diri di atas tebing, tubuhnya bagaikan burung elang segera menerjang ke arah celah tebing tadi sambil melancarkan pukulan dahsyat. Pek-li Peng geserkan badannya ke samping, telapak kiri berkelebat balas melancarkan pula sebuah serangan. Meskipun usia Tong Lo Thay-thay sudah tua, rambutnya telah berubah semua tapi ilmu silatnya benar-benar sangat ampuh, ditambah pula pengalamannya yang sangat luas, tentu saja orang muda tak bisa menangkan dirinya. Melihat datangnya serangan dari Pek-li Peng, ia segera mengepos tenaga dan tubuhnya secara mendadak melayang turun ke bawah. Tentu saja nenek tua ini tak mau menyambut datangnya serangan itu dengan keras la wan keras, terutama sekali selama tubuhnya masih terapung di tengah awang2. Ia mengepos tenaga dan segera melayang ke bawah semakin cepat. Dengan tindakan itu maka serangan yang dilancarkan Pek-li Peng segera mengenai sasaran kosong, angin pukulan yang maha hebat tadi menyambar lewat tepat di atas batok kepala Tong Lo Thay-thay Dalam pada, itu baik Shen Bok Hong mau pun Kim Hoa Hujin semuanya dengan gerakan secepat kilat telah menerjang naik ke atas dinding tempat pijakan kaki itu. Siauw Ling kuatir It-bun Han Too setelah masuk ke dalam Istana Terlarang ia tutup kembali pintu istana tersebut, seluruh perhatiannya ditujukan ke arah orang itu dan tak sempat baginya untuk perhatikan keadaan sekelilingnya lagi. Dengan begitu hanya Pek-li Peng seorang diri yang harus menghalangi serbuan beberapa orang itu, Setelah pukul mundur Tong Lo Thay-thay tadi, gadis itu segera putar telapak siap menghalangi yang masuk Shen Bok Hong. siapa tahu belum sempat ia berbuat sesuatu mendadak terasalah segulung angin pukulan yang maha dahsyat telah menerjang ke arah dadanya." Pek-li Peng kaget dan segera berpaling, tampaklah orang yang melancarkan serangan bukan lain adalah Tong Lo Thaythay . Kiranya ketika tubuh nenek tua itu meluncur ke bawah tanah, ia telah putar badannya menggunakan peluang tersebut, sepasang kakinya bergelantungan pada ujung tebing sementara telapaknya didorong ke muka menyerang Pek-li Peng yang sementara itu sudah tidak menahan perhatian lagi kepadanya. Bertarung di atas lekukan tebing yang sempit terutama sekali kedua belah pihak adalah sama-sama jago kelas satu, merebut posisi baik adalah masalah yang paling penting. Serangan yang dilancarkan Tong Lo Thay-thay barusan sangat mempengaruhi mati hidupnya, karena itu bisa dibayangkan betapa hebat dan kejinya serangan tersebut. Pek-li Peng yang sedang siap menyerang Shen Bok Hong, setelah merasakan datangnya serangan ancaman secara tibatiba dari Tong Lo Thay-thay , terpaksa ia putar badan untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. Tong Lo Thay-thay bukanlah manusia sembarangan, dari dahsyatnya serangan gadis itu, ia tahu bahwa musuhnya amat tangguh. Dalam keadaan begini ia tak berani menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras. tiba-tiba telapaknya menekan ke bawah. jari tangan kanannya laksana tombak segera menotok jalan darah Kee Bun di tubuh Pek-li Peng, sementara tangan kirinya mencengkeram tubuh Siauw Ling. Jalan darah Kee Bun adalah salah satu jalan darah penting di tubuh manusia, bila mana sampai tertotok jalan darah tersebut maka orang itu kalau tidak mati akan menderita luka parah. Terdesak oleh keadaan, terpaksa Pek-li Peng harus geserkan badannya meloloskan diri dari datangnya ancaman itu. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Tong Lo Thay-thay mengepos tenaga dan meloncat naik ke atas lekukan celah. Siauw Ling segera menyadari akan bahaya yang mengancam, ia putar badan dan melancarkan sebuah pukulan. Sebelum nenek tua itu sempat berdiri tegak, tahu-tahu serangan yang dilancarkan Siauw Ling telah tiba di depan mata. Tidak sempat baginya untuk berpikir panjang lagi. dengan cepat kilat ia mendorong kakinya pula untuk menyambut datangnya ancaman tersebut..... Kedudukan Siauw Ling jauh lebih beruntung, sebelum Tong Lo Thay-thay sempat berpikir tegak tahu-tahu sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya. Meskipun Tong Lo Thay-thay telah berusa ha keras untuk mempertahankan tubuhnya, tak urung ia kewalahan juga menghadapi da tangnya terjangan angin pukulan yang begitu dahsyat kakinya terasa jadi enteng dan tubuhnya segera terjatuh ke dalam jarang. Di bawah sorot cahaya obor. tampaklah raut wajah Tong Lo Thay-thay yang diliputi rasa terkejut, bayangan bersama nona Sam seketika terbayang kembali dalam benak pemuda ini. Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia cengkeram tangan kiri si nenek tua itu kemudian menyentaknya ke atas, tubuh Tong Lo Thay-thay yang semula sudah terjatuh ke dalam jurang itupun segera terangkat kembali naik ke atas tebing. Tindakan Siauw Ling itu seketika membuat Tong Lo Thaythay berdiri tertegun, ia tidak mengira kalau jiwanya bakal diselamatkan oleh pemuda tersebut. Setelah angkat naik tubuh Tong Lo Thay-thay tadi, Siauw Ling segera putar badan sambil melancarkan sebuah pukulan tangan kiri ke arah Shen Bok Hong..... Dalam pada itu Shen Bok Hong sudah hampir tiba diantara lekukan celah tersebut sejengkal lagi tangannya bakal menempel pada ujung celah tadi, tapi serangan yang di lancarkan Siauw Ling keburu tiba. Shen Bok Hong yang licik rupanya sengaja suruh Kim Hoa Hujin naik ke atas tebing dahulu, Pek-li Peng yang menyaksikan kehadiran perempuan itu segera menyambut dengan sebuah serangan, menggunakan kesempatan baik itulah gembong iblis itu sekuat tenaga "berusaha naik ke atas celah2 dinding bukit tadi. Dalam pada itu merasakan datangnya serangan tangan yang dahsyat, Shen Bok Hong segera mengepos tenaga dalamnya, tangan kiri lak sana kilat mencengkeram ujung tepi celah bukit tersebut, sementara telapak kanan di ayun ke atas menyambut datangnya serangan yang dilancarkan Siauw Ling. Dalam suatu benturan yang sangat keras, ia rasakan betapa dahsyatnya daya tekanan yang menghajar tubuhnya, hampir saja cekalan pada ujung tebingnya terlepas, sekarang ia baru sadar bahwa lawannya terlalu tangguh. Dengan ilmu jari Kim-Kong Ci ia tancapkan kelima jari tangan kirinya di atas tebing baru, tubuhnya miring ke samping dengan cara bergelantungan dengan begitu ia punahkan sebagian dan tenaga ancaman pemuda itu. Pada saat yang bersamaan tubuh Kim Hoa Hujin terhajar oleh sebuah pukulan yang dilancarkan oleh Pek-li Peng, kuda kudanya gempur dan tubuhnya segera terlempar ke dalam jurang. Sorot mata Siauw Ling berkilat, dengan tangan kanan ia cengkeram urat nadi Tong Lo Thay-thay, badannya melangkah maju setindak ke muka, kakinya diangkat dan segera menginjak tangan kiri Shen Bok Hong yang menancap di atas karang. Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Siauw Ling, andaikata injakan tersebut berhasil mengenai tangan kiri Shen Bok Hong, maka bisa dibayangkan tulang tangan gembong iblis itu pasti akan hancur berantakan .... Tapi Shen Bok Hong bukanlah seorang manusia bodoh, setelah menyabut datangnya serangan dari Siauw Ling tadi, iapun menyadari bahwa musuhnya terlalu tangguh, dalam keadaan begini ia harus menempuh bahaya untuk rebut naik ke atas celah dinding itu. Maka hawa murni yang dimilikinya segera disalurkan semua ke tangan kiri. tubuhnya mendadak melayang naik ke atas. Menanti kaki kiri Siauw Ling yang diinjakkan ke tangan Shen Bok Hong tiba disasaran, bayangan iblis itu telah tinggalkan batu karang dan loncat naik ke atas. Hanya terpaut beberapa mili saja. injakan Siauw Ling mengenai sasaran yang kosong. Dalam pada itu suara gemuruh yang berkumandang dari lambung bukit telah berhenti, dari lekukan celah dinding dimana beberapa orang itu berada muncullah sebuah pintu gua setinggi beberapa tombak dengan lebar tiga depa. It-bun Han Too tanpa menggubris rekan-rekan lainnya segera tundukkan dan menerobos masuk lebih dahulu ke dalam pintu istana. Siauw Ling jadi amat gelisah, buru-buru teriaknya, "Peng ji! cepat menerobos masuk ke dalam istana!" Dimana Pek-li Peng berdiri saat itu tepat menghalangi antara Siauw Ling serta Teng Lo Thay-thay dengan pintu istana, tidak menanti si anak muda itu menyelesaikan katakatanya, ia sudah menerobos masuk lebih dahulu ke dalam istana. Tong Lo Thay-thaypun ikut terseret oleh Siauw Ling masuk ke dalam pintu istana terlarang. Sejak Siauw Ling menyelamatkan jiwa nenek tua itu dari ancaman bahaya, ia merasa tidak leluasa untuk melepaskan Tong Lo Thay-thay ini dengan begitu saja, karenanya tanpa berpikir panjang terpaksa ia bawa ser ta nenek tadi masuk ke dalam pintu. Suasana dalam gua gelap gulita susah melihat kelima jari tangan sendiri, bayangan tubuh dari It-bun Hat Too telah lenyap tak berbekas. "Oooh.... toako, kau ada dimana?" terdengar seruan Pek-li Peng yang lembut berkumandang datang. Padahal jaiak antara mereka berdua hanya terpisah beberapa depa saja, namun karena gelap, suasana dalam goa itu membuat Pek-li Peng tak dapat mengetahui dimana Siauw Ling berada. "Peng-ji, aku berada disini cepatlah kemari!" Pek-li Peng segera lari menghampiri berasalnya suara tadi. "Tong Lo Thay-thay......" bisik Siauw Ling, sebelum ucapan itu selesai diutarakan tiba-tiba terasa desiran angin tajam menyambar lewat, kembali sesosok bayangan manusia menerobos masuk ke dalam istana. Dari perawakan tubuhnya yang tinggi besar serta gerakan tubuhnya yang cepat, siapapun akan tahu bahwa orang itu bukan lain adalah Shen Bok Hong, kepala kampung dari perkampungan Pek Hoa Sanceng. Siauw Ling dengan cepat menotok dua buah jalan darah dari Tong Lo Thay-thay, sementara dia siap mengejar Shen Bok Hong, Pek-li Peng yang berada di sisinya telah lancarkan dulu dua serangan senjata rahasia..... Selama ini kendati Shen Bok Hong belum tahu asal usul yang sebenarnya dari kedua orang itu, tapi ia tahu bahwa mereka berdua sangat lihay, karena itu sebelum menerobos masuk ke dalam pintu hawa murninya telah dipersiapkan lebih dahulu. Tatkala Pek-li Peng ayunkan tangan kanannya tadi. ia segera merasakan datangnya bahaya, telapak kanan diayun ke muka dan ke dua batang jarum perak tadi disampok jatuh ke tanah. Dengan ketajaman mata Siauw Ling, ia dapat melihat bahwa dalam genggaman Shen Bok Hong telah bertambah dengan sebilah pedang pendek yang memancarkan cahaya tajam. Pemuda tidak banyak bicara, sepasang telapaknya diayun ke muka melancarkan dua buah serangan dahsyat. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Shen Bok Hong tertawa dingin, dia ayun pula tangan kanannya untuk menyambut da tangnya serangan tersebut, kemudian tegurnya dingin, "Sebenarnya siapakah kau?" "Hmmm! diantara kita berdua toh tiada hubungan apa-apa, rasanya kau tak usah tahu siapakah daku!" Sesosok bayangan manusia kembali berkelebat masuk ke dalam ruangan istana, dia bukan lain adalah Kim Hoa Hujin Melihat akan hal isi, pemuda kita segera berpikir dalam bati: . "Kalau pintu istana tidak segera ditutup. orang-orang dari perkampungan Pek Hoa Sanceng yang masuk kemari kian lama akan kian bertambah banyak, bila sampai begini keadaannya....wah! bisa berbenih...." Kim Hoa Hujin yang terlempar jatuh ke bawah bukit kiranya secara kebetulan telah diterima oleh Ciu Cau Liong sehingga sama sekali tidak terluka, dengan cepat ia merambat naik lagi ke atas bukit. Karena tiada orang yang menghadang jalan perginya lagi, maka dengan cepat sekali ia berhasil mendaki sampai ke atas celah bukit tadi dan masuk ke dalam Istana Terlarang. Shen Bok Hong terbahak-bahak, suaranya bagaikan amukan banteng membuat seluruh ruang gua itu mendengung keras. Siauw Ling segera mengumpulkan tenaga dalamnya di sekujur badan, setelah menotok dua buah jalan darah di tubuh Tong Lo Thay-thay kemudian meletakkan tubuh si nenek tua itu di atas tanah, dia tarik tangan Pek-li Peng sambil bisiknya lirih, "Peng-ji, ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong sangat lihay dan luar biasa ampuhnya, dan tak boleh menerima setiap pukulannya dengan keras lawan keras, serang saja dengan pukulan-pukulan jarak jauh, mengerti" Rupanya pemuda ini bisa menyelami perasaan gadis tersebut, Pek-li Peng yang selalu dimanja oleh kedua orang tuanya sedari kecil, terutama dengan kedudukannya sebagai putri dari istana es tentu akan merasa tidak tenang hati menghadapi kecongkakan Shen Bok Hong ia takut gadis ini tak dapat menahan diri dan melangsungkan pertarungan sengit melawan gembong iblis tersebut, andaikata sampai terjadi hal demikian maka keadaan pasti akan bertambah runyam. Pek-li Peng segera merasakan tangannya yang digenggam Siauw Ling terasa hangat dan nyaman hingga merasuk ke seluruh tubuhnya, dalam hati ia merasa malu bercampur girang, segera sahutnya dengan suara lembut. "Aku akan turuti perkataan toako, aku tentu tak akan menyerang dirinya dengan gerakan keras lawan keras...." Kraaak... Kraaak... Kraaak...! mendadak terdengar suara denyitan nyaring bergeletar memecahkan kesunyian, tatkala semua orang berpaling maka terlihatlah pintu masuk Istana Terlarang yang semula terbentang lebar, pada waktu itu perlahan-lahan merapat kembali. Sorot cahaya lemah yang semula memancar masuk lewat pintu depan dan menerangi empat dinding kuat dalam lorong itu seketika lenyap tak berbekas, gua itu kian terasa bertambah gelap gulita. Terdengar suara It-bun Han Too berkumandang keluar dari dalam gua, Sepuluh tokoh sakti dunia persilatan yang tempo dulu terkurung di dalam Istana Terlarang tak seorangpun berhasil meloloskan diri dari kurungan ini, bisa dibayangkan betapa kuat dan kokohnya pintu tersebut" Cahaya api berkilauan dari balik lorong, seketika muncullah sebuah obor yang segera menerangi seluruh gua tersebut. Siauw Ling berpaling ia melihat, It-bun Han Too berada kurang lebih dua tombak dari tempat dimana ia berada saat ini. tempat itu persis merupakan persimpangan jalan. Kiranya lorong di belakang tubuh It-bun Han Too tersebut terbagi menjadi dua bagian, satu berbelok ke sebelah kiri dan yang lain berbelok ke sebelah kanan. Shen Bok Hong berada kurang lebih satu tombak di belakang Siauw Ling, sedangkan Kim Hoa Hujin berdiri disisi tubuh gembong iblis lihay tersebut. Siauw Ling segera melepaskan genggamannya pada tangan Pek-li Peng, dalam hati ia cepat ambil perhitungan, pikirnya, "It-bun Han Too tahu bahwa Shen Bok Hong dengan sangat mudah dapat membinasakan dirinya, iapun tahu bahwa dirinya masih bukan tandingan dari Peng ji, tapi dalam keadaan begini ternyata ia berani memasang obor penerangan, jelas ia pasti sudah meyakinkan akan sesuatu hal....." Sementara itu Shen Bok Hong telah melirik sekejap ke arah Tong Lo Thay-thay yang menggeletak di atas tanah, lalu berkala dengan nada dingin, "It-bun Han Too kau berani mengkhianati diriku, dan mengingkari janji kita semula, itu berarti bahwa kekuatan perjanjian tersebut telah musnah sama sekali, setiap saat aku dapat turun tangan untuk membinasakan dirimu!....." "Haaaah.... haaah.... haaaah, suasana dalam gua ini gelap gulita, bagi aku orang she It-bun gampang saja kalau ingin melarikan diri dari hadapanmu, tahukah kau mengapa aku musti unjukkan diri kembali" itu tidak lain karena aku tak takut terhadap ancamanmu itu!" sahut It-bun Han Too sambil tertawa terbahak-bahak. Shen Bok Hong segera tertawa dingin. "Apa kau anggap aku orang she-Shen benar-benar tidak berani membinasakan dirimu?" ancamnya sengit. It-bun Han Too gelengkan kepalanya. "Sekalipun aku orang she It-bun benar-benar menepati janji dan bekerja sama dengan dirimu, masa sehabis perkara di dalam istana terlarang, kau Shen Bok Hong tak akan membereskan jiwaku" aku sudah memahami sampai dimanakah tabiat jelekmu itu. sekarang juga mati dan lain kalipun juga mati, kenapa aku musti mandah dibelenggu tanpa berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri?" "Pada detik inipun setiap saat saku bisa menyelesaikan jiwa anjingmu, apa kau mampu untuk membendung niatku tersebut?" "Aku percaya selembar jiwa Shen Toako Cungcu jauh lebih berharga daripada jiwaku, bukan begitu?" jawab It-bun Han Too tenang diiringi senyuman manis. "Heeeh...... heeeh..... heeeh.... aku tidak mengerti akan maksud ucapanmu itu!" "Aku memang mengakui bahwa Shen Te-cungcu adalah seorang pemimpin besar dari dunia persilatan, tapi bagaimanakah kemampuanmu itu dibandingkan dengan sepuluh tokoh sakti pada masa yang silam" dengan tenaga gabungan mereka bersepuluh pun tidak mampu keluar dari Istana Terlarang, apalagi kalau Cuma tenaga kau Shen Bok Hong seorang?" "Bagaimana dengan kau sendiri?" "Aku" Haaah..... haaaa.... haaah.... sudah tentu aku bisa pergi datang sekehendak hatiku sendiri, kalau kau bunuh aku It-bun Han Too, maka berarti pula suatu ketika kaupun bakal mati kelaparan di dalam Istana Terlarang ini, bukankah keadaannya hanya terpaut lima puluh langkah dengan seratus langkah belaka?" "Bagus sekali pikir Siauw Ling di dalam hati, "Setelah kau bohongi kunci istanaku dan membuka pintu istana terlarang, sekarang kau berani omong besar dihadapanku .... sungguh kurangajar!" Sekalipun dalam hati berpikir demikian, ucapan tersebut tidak sampai diutarakan keluar, sebab itu menyadari betapa berbahayanya situasi di dalam Istana Terlarang dewasa ini, kesiapsiagaan It-bun Han Too terhadap Shen Bok Hong jauh melebihi perhatiannya terhadap dia sendiri. Tetap mempertahankan kakek tua yang li cik dan banyak akal ini berarti pula suatu keuntungan besar bagi dirinya, sebab dimanapun juga It-bun Han Too masih mampu untuk beradu kecerdikan dengan gembong iblis tersebut. Sementara itu Shen Bok Hong telah berkata kembali dengan nada dingin, "Apakah kau tidak takut kubunuh dirimu setelah keluar dari Istana Terlarang?" "Oooh, kalau itu sih urusan belakangan nanti, memohon orang lebih baik memohon pada diri sendiri, sampai waktunya siapa tahu kalau aku telah berhasil menemukan cara yang tepat untuk menghadapi Shen Toa Cungcu?" Yang penting adalah saat ini, aku ingin membicarakan lebih dulu masalah di depan mata sekarang diri Toa Cungcu!" "Baik! apa yang ingin kau bicarakan" cepat utarakan keluar..." dari nada ucapan ini bisa diketahui bahwa Shen Bong Hong sudah kena terdesak oleh keadaan. It-bun Han Too memandang sekejap diri Siauw Ling serta Pek-li Peng, kemudian tanyanya, "Siapakah kedua orang ini" apakah Toa Cungcu kenal dengan mereka berdua?" Shen Bok Hong menggeleng. "Mereka berdua bukan anggota perkampungan Pek Hoa Sanceng kami, tentu saja aku tidak kenal, akupun tak tahu siapakah mereka berdua!" "Bagaimanakah pendapat Toa Cungcu mengenai ilmu silat yang mereka miliki?" "Terhitung lihay, hebat dan ampuh!" It-bun Han Too tertawa hambar. "Jadi kalau begitu Toa Cungcu telah turun tangan bergebrak melawan mereka berdua?" tanyanya. "Betul, aku telah beradu pukulan dengan mereka!" "Kalau begitu bagus sekali, posi si kita sekarang adalah terbagi dalam tiga bagian dengan sudut segi tiga. bagaimana menurut pendapat kalian semua?" Siauw Ling tidak buka suara dan tetap membungkam sebab ia telah mengambil keputusan dalam hati, bila tidak terpaksa oleh keadaan ia tak akan buka suara. Tampak Shen Bok Hong memandang sekejap ke arah Siauw Ling, lalu balik bertanya, "Jadi maksud It-bun Heng, kita enam orang hanya terbagi dalam tiga rombongan saja?" "Sedikit pun tidak salah, Tong Lo Thay-thay, Kim Hoa Hujin Shen Toa Cungcu terdiri dari satu rombongan, mereka berdua terdiri dari satu rombongan dan aku sen diri" tentu saja terhitung pula sebagai satu rombongan!" "Heeeeh.... heeeeeh.... heeeeeh .... sekarang aku dapat mengerti maksud hatimu," ejek Shen Bok Hong sambil tertawa dingin, "It-bun heng menyebut dirinya sebagai satu rombongan, bukankah itu berarti pula bahwa kau seorang diri berhak mendapatkan sepertiga dari barang peninggalan di dalam Istana Terlarang" sedangkan kami lima orang harus puas dengan dua pertiga sisanya, It-bun heng! apakah kau tidak merasa sedikit keterlaluan dalam pembagian ini?" Sekalipun posisiku jauh lebih menguntungkan daripada kalian semua, toh keadaan itu jauh lebih baik daripada mati konyol di dalam Istana Terlarang ...." aku tidak percaya kalau kesepuluh tokoh sakti da ri dunia persilatan itu mampu hidup selama beribu2 tahun di dalam lambung bukit yang gelap gulita ini" "Betul!" pikir Siauw Ling dalam hati, "Sekalipun ilmu silat yang kita miliki sampai dimana libaynya pun. tidak mungkin aku harus hidup sepanjang tahun di dalam lambung bukit yang gelap gulita ini, lagipula janjiku dengan enci Siau Cha tinggal tiga bulan .... aku harus berusaha keras tinggalkan tempat ini ..." Sementara itu terdengar It-bun Han Too telah berseru pula dengan suara keras, "Seandainya saudara sekalian ada yang tidak setuju dengan pendapatku ini, harap secepatnya mengajukan pendapat serta alasan ya!" Siauw Ling yang teringat akan janjinya dengan Gak Siau Cha sudah terlalu mendesak hingga tak mungkin baginya untuk berdiam terlalu lama dalam Istana Terlarang, dengan cepat anggukan kepalanya lebih dahulu tanda setuju. Melihat si anak muda itu telah anggukkan kepala tanda setuju. Shen Bok Hong segera tertawa dingin, ujarnya, "Sekalipun kau anggap aku orang she-Shen telah menyetujui usulmu itu, tapi aku rasa kaupun belum tentu mempunyai kemampuan untuk melindungi benda yang berhasil kau dapatkan itu" "Aaah ..! itu toh urusan belakangan nanti, atau paling sedikit sebelum kita tinggalkan Istana Terlarang, maka kedudukan kita bertiga adalah seimbang dan sederajat" Tiba-tiba Shen Boa Hong berdiri tertegun, ia cekal tubuh Tong Lo Thay-thay lalu menepuk bebas beberapa buah jalan darahnya yang tertotok. Tong Lo Thay-thay membuka matanya dan tarik napas panjang-panjang, sorot matanya melirik sekejap ke arah Siauw Ling sedang bibirnya bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat tersebut dibatalkan, perlahan lahan dia undurkan kiri ke belakang tubuh Shen Bok Hong. Ketika itulah sambil membawa obor It-bun Han Too maju mendekati, serunya dengan suara lantang, "Dewasa ini diantara ketiga rombongan yang ada boleh dibilang kekuatan di pihak Shen Toa Cungcu yang dianggap paling kuat, dan jumlah anggotanyapun paling banyak, tetapi bila kau hendak menggunakan kelebihan kekuatanmu itu untuk memaksa diriku...maka terpaksalah, posisi kita akan berubah jadi tiga lawan tiga!" Sambil berkata ia segera berjalan menghampiri tubuh Siauw Ling. Pada saat yang bersamaan obor yang dipegang dalam genggamannya habis terbakar, cahaya api seketika padam dan suasana dalam gua itupun berubah jadi gelap gulita. Blaaam ..! Blaaam...! di tengah kegelapan terdengar dua benturan keras yang memecahkan kesunyian, segulung desiran angin pukulan yang sangat kuat mengibarkan ujang baju yang dikenakan It-bun Han Too. Kejadian ini segera mencemaskan hati jago tua itu. dengan perasaan gelisah ia loncat mundur tiga langkah ke belakang, Sebuah obor baru kembali telah dipasang. Menanti ia berpaling ke arah para jago lihay, tampaklah semua orang telah berdiri kembali pada posisi semula. Kiranya Shen Bok Hong yang jengkel terhadap It-bun Han Too sangat mengharapkan dapat menangkap orang itu dalam keadaan hidup-hidup, kemudian baru menghadapi Siauw Ling berdua dan membinasakan mereka, setelah musuh berhasil disingkirkan barulah memaksa kembali It-bun Han Too untuk menuruti kehendak hatinya. Karena itu sejak tadi ia telah bersiap sedia bila obor di tangan It-bun Han Too padam, secepat kilat dia akan turun Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tangan menawan dirinya hidup". Siapa tahu walang kadung mencaplok orong-orong di belakangnya telah mengintai burung jalak, Siauw Ling yang sudah curiga terhadap tingkah laku Shen Bok Hong telah mengawasi terus setiap gerak-geriknya. Ia tahu gembong iblis tersebut hendak turun tangan keji terhadap It-bun Han Too, maka hawa murni segera disiapkan ke seluruh badan. Sedikitpun tidak salah, ketika cahaya api padam Shen Bok Hong segera menerjang maju ke depan dengan gerakan secepat kilat, serangannya langsung menyambar ke arah tubuh It-bun Han Too. Sejak tadi ia telah mengincar incar letak posisinya yang baik, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan tersebut. Tapi Siauw Ling telah bertindak lebih dahulu, tatkala Shen Bok Hong sedang menerjang ke muka, dia segera lintangkan tubuhnya ke depan dan menghadang jalan perginya. Tapi disebabkan cahaya api baru saja padam, kedua belah pihak belum mampu memandang dalam kegelapan, semua serangan terpaksa harus digantungkan dengan jalan da ya ingatan serta ketajaman pendengar belaka. Dalam kegelapan itulah masing-masing pihak telah saling beradu tenaga sebanyak dua kali . Shen Bok Hong terkejut juga merasakan kelihayan musuhnya, dalam hati ia segera berpikir, "Siapakah orang ini" sungguh lihay ilmu silat yang dimilikinya....aku tak boleh pandang enteng orang ini!" Mengetahui bahwa ia tak berhasil meneruskan rencananya, maka dengan cepat ia mundur kembali ke tempat semula. Menanti It-bun Han Too telah memasang obor baru, kedua orang itu telah kembali pula ke tempat semula. Air muka It-bun Han Too berubah hebat, sambil mengamati sekejap diri Shen Bok Hong serta Siauw Ling ujarnya penuh kemarahan, "Bila kalian semua tidak pingin mati konyol di dalam Istana Terlarang, lebih baik hindarilah keinginan kalian untuk mencelakai jiwaku!" Ia mendehem ringan, dan menambahkan, "Aku segera akan membawa jalan, harap kalian mengikuti di belakangku...." Tidak menanti jawaban lagi, dengan langkah lebar ia segera berjalan masuk ke dalam lorong, Siauw Ling, Pek-li Peng, Shen Bok Hong. Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera mengikuti di belakang orang itu masuk ke dalam lorong. Ketika tiba di persimpangan jalan, tiba-tiba It-bun Han Too berbelok ke samping kiri. Terpaksa Siauw Ling sekalianpun ikut berbelok ke arah kiri dan meneruskan perjalanannya menembusi lorong itu. Puluhan tombak kemudian, pemandangan yang muncul di depan mata tiba-tiba berubah. Lorong batu yang semula lebarnya cuma beberapa depa, mendadak semakin melebar hingga akhirnya muncullah sebuah tanah lapang yang datar seluas empat lima tombak persegi. Dari dalam sakunya It-bun Han Too ambil keluar kembali sebatang lilin, dengan demikian suasana terasa bertambah terang benderang, dengan ketajaman mata beberapa orang itu baik suasana maupun pemandangan di sekeliling sana dapat terlihat dengan mata jelas. "Orang ini betul" banyak pengalaman dan teliti" pikir Siauw Ling dalam hati, "Ternyata dalam sakunya telah tersedia pula lilin yang begini terang. Memandang empat penjuru sekeliling tempat itu. terlihatlah di atas dinding lorong terdapat banyak sekali ruang batu, ketika diam-diam dihitung ternyata jumlahnya mencapai enam buah. Di depan setiap ruang batu itu terlapis sebuah pintu terbuat dari baja, tiga buah pintu baja tertutup rapat dan tiga pintu baja yang lain setengah tertutup. Shen Bok Hong mendehem ringan, tiba-tiba ujarnya memecahkan kesunyian yang mencekam, "It-bun heng, beberapa buah ruangan batu itu mungkin dibangun oleh si Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian untuk tempat tinggal sepuluh Tokoh sakti dunia persilatan itu?" "Sebelum masuk ke dalam ruang itu serta memeriksa keadaan di dalam situ, aku tak dapat menerangkan keadaan yang sebenarnya, harap Shen Toa Cungcu sudah bersabar diri!" Ia berhenti sebentar, lalu sambungnya kembali. "Ada satu hal sebelumnya terpaksa harus kuterangkan lebih dahulu. Istana Terlarang adalah hasil karya yang teragung dan terhebat dari Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian, bukannya aku sengaja menakut-nakuti kalian semua, perlukah kuterangkan lebih dulu bahwa pada setiap sudut Istana Terlarang ini kemungkinan besar telah dipasang alat rahasia yang sangat lihay, satu kali kita bertindak kurang hati-hati, mungkin kita akan terjebak di dalam kurungan alat rahasia tersebut. Oleh sebab itu alangkah baiknya bila gerak-gerik kalian semua mengikuti saja di belakangku!" "Seandainya di ruangan ini terdapat benda berharga yang tak ternilai harganya, It-bun heng tentu akan mengambilnya lebih dulu bukan" sedang sisanya baru akan dibagi rata oleh kami sekalian?" seru Shen Bok Hong. It-bun Han Too mendengus dingin. "Hmm. kalau berbicara dari ilmu silat, aku memang bukan tandingan dari kalian semua.....!" "Tapi It-bun heng pandai dalam hal alat-alat rahasia ilmu bangunan serta menguasai pintu masuk keluar Istana Terlarang ini, karena itu kau memaksa kami tersudut dan terpaksa harus mendengarkan perintah dari It-bun heng," sambung Shen Bok Hong cepat. "Kau tak usah kuatir, aku telah ambil ke putusan untuk bertindak secara adil dan merata, ketiga belah pihak samasama mendapat bagian sesuai dengan bagiannya, aku tidak nanti akan berbuat licik macam tingkah laku Shen Toa Cungcu!" "Seandainya di dalam Istana Terlarang benar-benar kedapatan benda berharga, aku rasa nilai berharganya satu dengan lain barang tak akan sama, aku ingin tahu bagaimana caranya kau bagi barang! yang tak sama nilainya itu secara adil dan merata?" Meskipun Siauw Ling tidak ikut angkat sua ra, tapi dalam hati ia setuju dengan pertanyaan yang diajukan Shen Bok Hong itu, pikirnya, "Perkataan itu sedikitpun tidak salah, nilai dari Satu benda tak sama satu sama lainnya, secara bagaimana ia bisa membaginya secara adil dan merata?"" Rupanya It-bun Han Too juga menduga bahwa Siauw Ling pun memikirkan persoalan itu, sorot matanya perlahan lahan menyapu sekejap ke atas wajah Shen Bok Hong serta Siauw Ling, kemudian katanya. "Aku rasa apa yang kalian semua pikirkan saat ini tidak akan jauh berbeda dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Shen Bok Hong, memang benar benda yang tertinggal dalam Istana Terlarang tidak sama nilainya satu sama lain, kamu semua tentu ingin tahu bukan bagai mana caranya aku bagi benda-benda tadi secara adil diantara kami bertiga?" Siauw Ling mengangguk tapi mulutnya tetap membungkam. "It-bun Heng, bila kau tiada pendapat, bagaimana kalau dengarkan dulu cara yang akan kuusulkan ini?" sela Sheng Bok Hong. "Baik, silahkan Shen Bok Hong utarakan usulmu itu!" "Kita letakkan saja benda yang kita dapatkan itu di suatu tempat tertentu, kemudian bukankah It-bun Han Too telah membagi kita berenam menjadi tiga kelompok" Nah! dari masing-masing kelompok kita utus seorang wakil kemudian dari jarak yang sama kita kasih komando lalu kita sama-sama berebutan mendapatkan benda itu, bagai mana menurut pendapatmu"...." Mendengar usul tersebut, It-bun Han Too mendongak dan segera tertawa terbahak bahak. "Haah.... haaaah..... haaaaa...... ilmu silat yang dimiliki Shen Toa Cungcu jauh lebih lihay daripada diriku, saudara yang tidak ingin mengunjukkan diri inipun memiliki ilmu silat yang jauh lebih hebat dari kita, apalagi Shen Toa Cungcu dibantu oleh Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin. sedangkan saudara inipun mempunyai teman pembantu, bagaimana dengan aku" hanya sebatang kara tanpa teman, bukan saja dalam posisi aku kalah dalam kekuatanpun aku kalah, adilkah usulmu itu?" "Hmm...kalau begitu aku tak usah banyak bicara lagi, silahkan It-bun heng utarakan usulmu itu!" seru Shen Bok Hong sambil tertawa dingin tiada hentinya. "Maksudku lebih baik kita tak usah beradu tenaga ataupun beradu kecerdikan, marilah kita dapatkan benda itu menurut rejekinya masing-masing" Siauw Ling tidak habis mengerti apa yang dimaksud oleh Itbun Han Too dengan usulnya itu, tapi ia tetap menahan sabar dan membungkam dalam seribu bahasa. "It-bun heng. aku harap kau bisa memberi penjelasan lebih jauh, agar kami semua dapat menangkap apa yang kau maksudkan!" kata Shen Bok Hong dengan cepat. "Usulku ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diusulkan Shen Toa Cungcu barusan, cuma aku harus menanti sampai tiga macam benda berharga berhasil kita temukan barulah barang-barang itu kita letakkan di suatu tempat tertentu, kemudian aku akan menggunakan tiga biji mata uang sebagai undian siapa yang berhasil menembak jumlah biji paling banyak dialah yang pertama-tama memilih lebih dahulu ketiga macam benda berharga itu, kemudian giliran kedua jatuh pada orang yang berhasil mendapat jumlah biji mata uang lebih sedikit dari orang pertama, sedang mereka yang mendapat jumlah biji mata uang paling sedikit - ayah, apa boleh buat lagi, terpaksa dia harus puas dengan benda berharga yang masih tersisa itu...." "Tidak" aku tidak setuju dengan caramu itu....!" seru Shen Bok Hong sambil gelengkan kepalanya. "Mana yang kurang baik?" "Di dalam dunia persilatan hanya ada orang beradu kecerdikan serta kekuatan belum pernah ada orang adu nasib seperti yang kau usulkan barusan" "Ada satu hal lagi aku harus terangkan lebih dahulu kepada kalian semua, keadaan dari kita berenam saat ini adalah hidup bersama mati pun bersama, ada rejeki kita nikmati berbareng ada bencana kita tanggulangi serentak, perduli siapapun bila ada maksud mencelakai diriku, maka sisa yang lain tak akan keluar dari istana terlarang ini dalam keadaan hidup, sekalipun berhasil mendapatkan semua benda berharga yang ada di sini, tapi apa gunanya?" Shen Bok Hong tertawa. "Bila caramu ini tidak adil, sekalipun aku orang she-Shen tidak membinasakan dirimu, kau anggap orang lain dapat mengampuni dirimu?" "Dalam posisi segi tiga ini bukan saja kelompokku yang paling minim jumlahnya, ilmu silat yang kumilikipun paling lemah, perduli dari golongan manapun yang akan turun tangan aku pasti akan menemui ajalnya seketika itu juga. Tapi kecuali diriku seorang, kamu semua tak seorangpun yang mampu membuka pintu Istana Terlarang, dan inilah kekuatan yang paling kuandalkan untuk membendung penindasan dari kalian semua. Karena itu kecuali kalau kamu semua ingin terkubur hidup-hidup dalam Istana Terlarang, lebih baik janganlah punya pikiran lain terhadap diriku" "It-bun Han Too!" teriak Kim Hoa Hu-jin dengan gusar, "Kami tak akan segoblok itu dengan membinasakan dirimu detik ini juga. meskipun maut tidak menakutkan tapi siksaan hidup merupakan suatu kejadian paling menakutkan, aku tidak percaya kalau tubuhmu terdiri dari otot kawat tulang besi yang tak takut disiksa...." Siauw Ling merasa amat gelisah melihat sikap dari perempuan itu, tapi ia takut Shen Bok Hong kenali suaranya hingga asal usulnya berhasil diketahui, terpaksa ia tetap membungkam terus. Sementara itu Shen Bok Hong sendiripun sedang memperhatikan diri Siauw Ling serta Pek-li Peng, pikirnya dalam hati, "Entah siapakah kedua orang ini" besar amat rasa sabar mereka, hingga kini tak sepatah katapun yang diucapkan keluar ......." Karena berpikir demikian, ia lantas berkata, "Baik! aku orang she Shen menyetujui usulmu itu......" Habis berkata ia lantas berpaling ke arah Siauw Ling, pikirnya lagi, "Ayoh, kali ini terpaksa kau harus buka suara!" Siapa tahu Siauw Ling masih tetap mengangguk dan sama sekali tidak buka suara. "Baik!" kata It-bun Han Too kemudian. "Kalau memang kalian semua telah setuju dengan usulku ini. maka kitapun akan mendapatkan benda-benda berharga tadi dengan andalkan rejeki, nasib serta pengetahuan masing-masing....." Selesai berkata ia segera berjalan memasuki sebuah ruangan yang pintu bajanya setengah terbuka. Shen Bok Hong segera miringkan tubuhnya dan berebut menguntit lebih dahulu di belakang It-bun Han Too. Siauw Ling tak mau unjukkan kelemahannya, buru-buru ia maju ke depan dan mengikuti pula di belakang It-bun Han Too. Melihat lawannya berdesakan dengan dia, Shen Bok Hong segera mengerahkan tenaga dalamnya mengangkat kaki dan menjejak jalan darah Hong-Si-hiat di kaki kiri Siauw Ling. Ia selalu melihat lawannya yang satu ini tetap membungkam dalam seribu bahasa, hatinya merasa amat curiga dan dalam hati ia berharap bisa memaksa dirinya untuk buka suara. 0000O000 Siauw Ling yang merasa dirinya diserang tangan kirinya dengan cepat menekan ke bawah, segulung angin desiran tajam memencar keluar dari ujung jarinya menotok jalan darah Hiat hay di kaki kanan Shen Bok Hong. sedang kaki kirinya yang melangkah ke depan tetap dilanjutkan seperti rencana semula. Andaikan Shen Bok Hong tidak takut terluka dan Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo melanjutkan tumbukannya pada jalan darah Hong-si di kaki Siauw Ling, maka totokan si anak muda itu yang bersarang di jalan darah Hiat-haynya kemungkinan besar akan membuat kaki kanannya cacad. Mengetahui ancaman yang merugikan posisinya itu. Shen Bok Hong tak berani ambil resiko besar, terpaksa ia putar kaki kanannya untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut. Siauw Ling menempuh bahaya cari kemenangan, maksud Shen Bok Hong terpaksa harus tank kembali kakinya dan menyingkir ke samping. Dengan kejadian ini maka sebaliknya Siauw Ling lah yang berhasil merebut posisi lebih menguntungkan, kaki kirinya tiba lebih dahulu mengikuti tepat di belakang It-bun Han Too. Tapi gerakan tubuh Shen Bok Hong cukup cepat, selelah menghindarkan diri dari ancaman totokan lawan ia berebut kembali menerjang ke muka. Selisih mereka berdua hanya terpaut beberapa mili saja, pada saat yang hampir bersamaan mereka berdua Sama-sama membuntuti di belakang It-bun Han Too. Ketika tiba di depan pintu baja yang setengah terbuka itu, mendadak It-bun Han Too berhenti, ujarnya, "Sekarang kita harus memilih satu orang untuk membuka pintu baja itu dan masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan dalam ruangan tersebut" "It-bun heng kenapa kau tidak lakukan sendiri pekerjaan tersebut....?" "Haaah... haaah.... haaah.... kau adalah salah seorang yang berhak mendapatkan sepertiga dari barang pusaka yang tertinggal dalam Istana Terlarang ini, seandainya di atas pintu ada racunnya hingga membuat aku mati karena keracunan, bukankah kejadian ini justru akan menguntungkan kalian semua?" "Jadi maksud It-bun heng?" tanya Shen Bok Hong menegaskan. "Dari kalian dua kelompok harus diutus seorang wakil untuk membuka pintu baja itu" "Menurut pendapat It-bun heng, kelompok mana yang harus mengirimkan wakilnya lebih dahulu?" "Jumlah anggota kelompok di pihak Shen Toa Cungcu paling banyak, bagaimana kalau dari pihakmu lebih dahulu mengirimkan seorang wakil?" Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Tong Lo Thay-thay. kemudian katanya, "Nyonya tua, tolong bukalah pintu baja yang setengah terbuka itu!" Tong Lo Thay-thay mengiakan, ia berjalan mendekati pintu baja tadi lalu diperhatikan dengan seksama, tiba-tiba dari sakunya dia ambil keluar sebuah sarung tangan terbuat dari kulit menjangan, setelah dikenakan di tangan kanan ia tarik pintu baja itu hingga terbuka. "Di atas pintu apa ada racunnya?" tanya Shen Bok Hong kemudian setengah berbisik. "Perduli ada racun atau tidak, tak ada salahnya bukan kalau aku bertindak lebih berhati hati dengan mengenakan sarung tangan?" jawab Tong Lo Thay-thay. Dengan tangan kiri membawa lilin, It-bun Han Too segera melongok ke dalam ruangan itu. Disitu ia lihat sesosok tubuh manusia yang memakai baju perlente merangkak di atas pembaringan batu dengan sebilah pedang pendek tertancap di atas punggungnya. Mendadak Shen Bok Hong menyerobot masuk ke dalam ruang batu itu dengan gerakkan sangat cepat, ketika tangannya meraba tubuh manusia tadi, jubah perlente yang dikenakan segera hancur dan berguguran ke atas tanah sehingga tinggal seperangkat tulang manusia yang putih. Pedang pendek tadi menembusi jauh ke dalam kerangka manusia itu, di bawah sorot cahaya lilin tampak kilatan cahaya tajam yang menyilaukan mata. "Orang ini pastilah salah satu diantara sepuluh tokoh sakti dari dunia persilatan, setelah punggungnya tertusuk pedang ia melarikan diri ke dalam ruang batu ini, dalam lukanya yang parah ia tentu bersandar di pembaringan batu ini hingga menemui ajalnya. Pedang pendek tersebut puluhan tahun lamanya terbengkalai tanpa karatan, aku duga benda itu pastilah sebuah benda yang sangat berharga," kata It-bun Han Too. Shen Bok Hong sambar gagang pedang tadi dan cabut keluar pedang pendek tersebut kerangka manusia yang masih berbentuk utuh tadi segera hancur dan berantakan di atas lantai setelah senjata tadi dicabut keluar It-bun Han Too mendehem berat, katanya lagi, "Shen Toa Cungcu, pedang pendek itu termasuk salah satu diantara benda peninggalan dalam Istana Terlarang!" "Apakah harus kuserahkan kepadamu untuk disimpan lebih dahulu?" jengek Shen Bok Hong ketus. "Kalau Toa Cungcu ingin membawanya lebih dahulu juga boleh...." Ia berhenti sejenak, lalu terusnya dengan suara keras, "Meskipun kita tidak tahu siapakah orang ini, tapi yang pasti dia adalah salah satu d antara sepuluh tokoh sakti dunia persilatan yang masuk ke dalam Istana Terlarang, bukti ini rasanya tak usah diragukan lagi. Sesudah kita temukan orang ini, gambaran garis besarpun bisa kita peroleh, pastilah jagojago lihay lain yang terjebak dalam istana terlarang telah mati semua di tempat ini" Shen Bok Hong tetap bungkam dalam seri bu bahasa ia permainkan pedang pendek tadi dan tiba-tiba... cahaya tajam berkilauan, bagaikan menusuk tahu pintu baja yang amat keras tadi telah ditembusi oleh pedang pendek itu hingga tinggal gagangnya belaka. "Pedang bagus! Pedang bagus!" puji Siauw Ling dalam hati. "Sungguh tajam dan luar biasa senjata mustika itu......." Terdengar Shen Bok Hong tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Haaah.... haaaah.... haaaaah.... It-bun heng, sekalipun pintu besar Istana Terlarang terbuat dari baja murni atau baja campuran, aku pikir kekuatannya tak akan melebihi ampuhnya pintu baja ini. Dengan senjata tajam di tangan rasanya aku tak usah menerima ger tak sambal dari It-bun heng lagi untuk tetap menuruti perkataanmu!" Dengan cermat Siauw Ling perhatikan pedang pendek itu, ia lihat panjangnya hanya mencapai enam cun, dalam hati lantas berpikir kembali, "Entah pedang itu milik siapa" dan apa namanya" sudah empat puluh tahun lamanya benda itu terpendam di dalam Istana Terlarang...." Dalam pada itu It-bun Han Too telah berkata dengan suara dingin, "Seandainya pedang mustika itu dapat di gunakan untuk merusak pintu depan Istana Terlarang, mengapa kesepuluh tokoh sakti dunia persilatan itu mudah terkurung di dalam Istana ini dan tidak coba menggunakan ketajaman pedang tadi untuk menjebol pintu?" Tong Lo Thay-thay yang berdiri di sisi Shen Bok Hong, tibatiba buka suara dan berkata, "Menurut apa yang kuketahui, diantara sepuluh tokoh sakti dunia persilatan yang terkurung di dalam istana terlarang, semuanya terdapat dua bilah pedang mustika yang dibawa kecuali pedang pendek ini pasti masih ada pedang lainnya lagi "Bagi seorang jago yang ahli dalam ilmu pedang," pikir Siauw Ling, "bila ia berhasil mendapatkan bantuan dari sebilah pedang mustika yang demikian tajamnya, keadaannya tentu ibarat harimau tumbuh sayap......" Sementara itu Shen Bok Hong dengan sorot mata yang tajam sedang menyapu sekejap seluruh ruangan itu untuk mencari sarung pedang tersebut, karena tidak ditemukan ia lantas tertawa keras. "It-bun heng!" serunya, " bila kau memaksa aku orang she Shen terus menerus, jangan salahkan kalau aku terpaksa harus coba menempuh bahaya sendiri........" Air mukanya berubah jadi dingin menyeramkan, tambahnya, "Andaikata It-bun heng terlalu memaksa diriku, siapa tahu terpaksa aku orang she-Shen akan coba mengandalkan ketajaman pedang pendek ini untuk merobohkan pintu masuk Istana Terlarang " Maksud ucapan itu sudah amat jelas seka li, seolah-olah pedang itu sudah menjadi miliknya sedang janji yang mereka ucapkan tadi dianggap sebagai angin lalu belaka. It-bun Han Too segera alihkan sorot matanya memandang sekejap ke atas wajah Siauw Ling kemudian tanyanya, "Apakah kau masih siap memegang janji yang telah kita ucapkan tadi"..." Siauw Ling mengangguk dan tetap membungkam dalam seribu bahasa. Shen Bok Hong segera mengerutkan dahinya, dengan nada tidak senang ia menegur, "Hey, saudara apa kau bisu dan tak dapat berbicara?" Siauw Ling melotot sekejap ke arah Shen Bok Hong, tapi ia tetap membungkam dan tak berbicara. "Shen Toa Cungcu!" ujar It-bun Han Too kembali, "Bila kau tak mau menuruti janji yang telah kita tetapkan tadi, itu berarti kau hendak paksa diriku untuk bergabung dengan saudara ini. atau dengan perkataan lain posisi kita akan berubah jadi tiga lawan tiga...." Ia menyapu sekejap wajah Siauw Ling, kemudian menambahkan, "Asal saudara ini mampu untuk menghadapi Shen Toa Cungcu, maka andaikata sampai terjadi pertarungan, siapa menang siapa kalah masih susah diramalkan mulai sekarang." "Shen Bok Hong pada saat ini terlalu jumawa dan angkuh," pikir Siauw Ling dalam hati, "kalau aku tidak berusaha untuk menjerikan batinnya, ia pasti tak mau tunduk pada janji semula..." Belum habis ia berpikir, terdengar Shen Bok Hong telah tertawa terbahak bahak. "Haaah... haaah... haaaah... kau maksudkan saudara ini" mungkin saja ia memang tandinganku, tapi sebelum kusaksikan sendiri kelihayan yang sebenarnya dari saudara ini, aku tidak rela mempercayainya dengan begitu saja. Siauw Ling tidak banyak bicara. tiba-tiba ia maju dua langkah ke depan dan lancarkan sebuah pukulan ke atas pintu baja tersebut.. Blaam...! ditengah suara getaran keras yang memekikkan telinga, di atas pintu baja segera muncullah lima buah bekas telapak tangan yang tertera sangat dalam. Siauw Ling mengenakan sarung tangan kulit ular sakti dan tidak takut terluka, apalagi serangan tersebut dilancarkan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, meskipun di atas pintu baja segera muncul bekas tela pak yang dalam, tapi Siauw Ling sendiri merasakan pula lengan kanannya jadi linu dan laku. wajahnya berubah menjadi merah dan napasnya agak tersengal. Untung dia kenakan topeng kulit manusia sehingga orang lain tidak melihat perubahan tersebut. Setelah atur napas sebentar, perlahan lahan ia undurkan diri kembali ke belakang. Selama ini ia selalu membungkam, tapi baik Shen Bok Hong maupun It-bun Han Tco tahu bahwa dia bukan seorang bisu, dalam hati diam-diam mereka merasa amat kagum atas kesabarannya. Dengan langkah lebar Shen Bok Hong maju ke muka, setelah meneliti sekejap bekas telapak tangan di atas pintu baja itu katanya, "Sungguh hebat tenaga pukulan yang dimiliki saudara itu!" "Tidak salah" kata It-bun Han Too pula setelah ikut meneliti pula bekas telapak tangan di atas pinta baja tersebut, "Shen Toa Cungcu, tolong tanya apakah kau memiliki kemampuan pula untuk berbuat yang sama?" Siauw Ling mati-matian tak mau bicara karena dia takut Shen Bok Hong mengetahui siapakah sebenarnya dia, tapi hal ini justru membuat It-bun Han Too secara otomatis dan tanpa berpikir panjang telah berpihak kepadanya. Terdengar Shen Bok Hong mendongak dan tertawa terbahak-bahak. "Haaah..... haaah....... haaah..... bekas telapak ini dihasilkan oleh daya kekuatan sebesar seribu kati, aku orang she Shen percaya masih mampu untuk melakukan hal yang sama" "Mengapa Shen Toa Cungcu tidak mencobanya pula?" ejek It-bun Han Too cepat, "Aku orang she-Shen tidak ingin membuang tenaga sebesar itu dengan percuma." "Toa Cungcu!" ujar It-bun Han Too kemudian sambil angsurkan tangannya ke depan, "harap kau suka serahkan pedang pendek itu kepadaku, agar aku bisa menyimpannya untuk sementara waktu, setelah kita berhasil mengumpulkan tiga macam benda mustika barulah benda itu kita bagi menurut perjanjian" Shen Bok Hong termenung dan berpikir sejenak, akhirnya dia angsurkan pedang mustika itu ke tangannya sambil berkata diiringi tertawa, "Baiklah, disimpan dulu oleh It-bun heng pun sama saja!" Setelah menerima pedang pendek tersebut, It-bun Han Too kembali berkata, "Shen Toa Cungcu, semoga kau dapat sela lu pegang janji sehingga kita semua bisa mengundurkan diri dari Istana Terlarang dalam keadaan hidup dan selamat" Untuk sesaat suasana diliputi keheningan, tiba-tiba Kim Hoa Hujin buka suara memecahkan kesunyian, katanya setelah memandang sekejap tulang manusia yang berserakan di atas lantai itu. "Entah siapakah orang ini" ditinjau dari pakaian perlente yang ia kenakan, semasa hidupnya ia tentu seorang jago yang terpandang dan terkemuka" "Benar, rupanya ia seorang yang terkemuka," sambung Itbun Han Too, "sayang kita tiada waktu lagi untuk membicarakan asal-usul orang itu!" Dengan tangan kanan memegang pedang, tangan kiri memegang lilin ia segera berjalan menuju ke pintu baja lainnya yang setengah terbuka. Para jago segera mengikuti di belakang tubuhnya. Ketika tiba di depan pintu baja kedua, kembali It-bun Han Too menghentikan langkahnya, sambil berpaling memandang sekejap ke arah Siauw Ling ujarnya, "Kesempatan yang kuberikan selalu adil dan merata, kali ini tiba giliran pada rombonganmu untuk mengirim wakil guna membuka pintu Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo baja ini....." Siauw Ling dengan langkah lebar segera maju ke depan, sambil membuka pintu baja tadi pikirnya di dalam hati. "Sekalipun di atas pintu sudah dipolesi racun keji, aku juga tak perlu takut!" Dalam perkiraan beberapa orang itu, setelah di dalam ruang yang pertama mereka temukan mayat, dalam ruang batu ini tentu ada mayat atau kerangka manusia pula. Siapa tahu kenyataannya jauh diluar duga siapapun juga, ternyata di dalam ruang batu kedua mereka tidak menemukan sesuatu benda apapun. It-bun Han Too menyinari seluruh ruangan itu dengan cahaya lilinnya, setelah diperhatikan beberapa saat dan tidak ditemukan juga sesuatu yang aneh, mendadak ia bergumam sendiri, "Aaaa! benar .... benar ..." "It-bun heng, apa yang sedang kau gumamkan seorang diri?" tegur Shen Bok Hong cepat. "Kecuali kerangka manusia berbaju perlente yang kita temukan dalam ruang batu pertama tadi, kemungkinan besar kita tak akan temukan lagi mayat lain yang menggeletak sendirian ditempai lain" "Mengapa?" "Andaikata dugaanku tidak salah, sesaat sebelum menemui ajalnya kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di dalam Istana Terlarang ini tentu berkumpul jadi satu dan merundingkan cara keluar dari kurungan istana ini...." "Lalu siapakah orang berbaju perlente itu" mengapa ia mati sendirian di tempat lain?" "Kemungkinan besar orang itu adalah Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian, dia adalah orang yang dibenci oleh semua jago, oleh sebab itu orang she-Pau tadi mati sendirian di tempat lain" "Orang ini benar-benar amat cerdik." Seandainya jalan hidupnya bisa condong ke arah yang benar, pastilah dia akan dihormati serta dikagumi seorang sebagai pendekar luar biasa. Tampak Shen Bok Hong mengangguk tanda membenarkan. "Benar, perkataan dari It-bun heng memang sangat beralasan," katanya. Ia mendongak dan tertawa tergelak, lalu tambahnya lagi, "Sekarang aku orang she Shen baru merasa bahwa aku telah bertambah lagi dengan seorang musuh tangguh" "Aaah, Shen Toa Cungcu terlalu memuji diriku" "Ehmmm... memang akulah yang teledor sehingga melupakan diri It-bun heng sebagai seorang sarjana yang luas sekali pengetahuannya....." Ia berhenti sejenak, lalu terusnya, "Apakah kita akan memeriksa pula ruang pintu batu lain yang pintunya setengah terbuka itu" "Shen Toa, Cungcu tak usah kuatir, setiap perkataan yang telah kuucapkan pasti akan kupegang teguh bagaikan kokohnya bukit baja." Dengan langkah lebar ia dekati pintu baja yang setengah terbuka itu, kemudian dengan kaki kirinya ia jejak pintu tadi hingga terbuka lebar. Ketika para jago menengok keadaan dalam ruangan itu, ternyata ruangan itupun kosong melompong tiada sesuatu benda apapun. Shen Bok Hong mendehem ringan, ujarnya kemudian, "Sekarang, kita harus berusaha untuk membuka ketiga buah ruangan yang pintu bajanya tertutup rapat itu. Bagaimana pendapat mu It-bun Heng?" "Kalian tak usah gelisah," sahut It-bun Han Too sambil ayunkan pedang pendek di tangannya, "Dengan pedang mustika yang amat tajam ini, tidak sulit bagi kita untuk membuka ketiga buah pintu baja yang tertutup rapat itu!" Dengan langkah lebar ia dekati pintu baja pertama yang tertutup rapat, pedangnya segera bekerja membacok pintu baja itu. Pedang pendek ini benar-benar tajamnya luar biasa, sekali babat kunci baja di atas pintu segara kutung jadi beberapa bagian dan rontok ke atas tanah. "It-bun heng, berhati-hatilah" teriak Shen Bok Hong setengah menyindir, seandainya dalam ruangan terdapat jebakan hingga melukai dirimu, maka semua kita akan ikut terkurung dan mati di dalam Istana Terlarang ini!" It-bun Han Too tertawa dingin. "Seandainya kau benar-benar terluka oleh jebakan yang sengaja diatur oleh Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian, aku rasa peluang bagi kalian semua untuk tinggalkan tempat mi memang tidak terlalu besar......" Sambil berkata kakinya segera mengait dan menarik pintu baja itu hingga terpentang lebar. Ketika semua orang menengok ke dalam, terlihatlah ditengahi ruang batu terdapat sebuah pembaringan terbuat dari batu di atas pembaringan batu tadi terletaklah sebuah tongkat sian-ciang serta sebuah kotak yang terbuat dari kayu cendana. Tiba-tiba Shen Bok Hong melesat ke depan, bagaikan burung walet kembali ke sarang dia loncat masuk ke dalam ruangan batu itu dan tangan kanannya segera menyambar kotak kayu cendana tersebut. Kali ini Siauw Ling telah bikin persiapan dia pungut dua biji batu dan digenggam da la m tangan, menanti Shen Bok Hong ulurkan tangan kanannya hendak menyambar kotak kayu itu, sebiji batu segera disambit Siauw Ling dengan kecepatan bagaikan kilat. Meskipun hanya sebutir batu gunung, tapi disentil di bawah pengaruh tenaga lweekang Siauw Ling yang amat dahsyat, sambaran batu tersebut jauh lebih dahsyat dari pada titiran bintang yang jatuh dari langit, bahkan disertai pula desiran angin tajam. Shen Bok Hong segera menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya, dengan cepat tangan kanannya ditarik kembali ke belakang. Batu gunung tersebut segera menghantam dinding batu dengan kerasnya.... Ploook! hancuran batu bermuncratan keempat penjuru dan rontok ke atas tanah. Setelah melepaskan serangan batu tadi, tubuh Siauw Ling dengan cepat ikut menerjang masuk pula ke dalam ruangan batu, dengan tangkas ia hadang di depan tubuh Shen Bok Hong. Menyaksikan usahanya digagalkan lagi oleh lawannya yang seorang ini, nafsu membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah kepala kampung dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, dia tertawa dingin, sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dilancarkan ke muka. Siauw Ling berkelit dengan tangkas, kepalannya didorong ke muka balas mengirim pula satu pukulan, angin tajam menderu deru dan terbukti betapa dahsyatnya ancaman tersebut. ---oo0dw0oo--- Jilid: 4 Shen Bok Hong segera putar telapak kanannya melakukan pembabatan, ujung tangannya langsung memenggal urat nadi di atas pergelangan lawan. Siauw Ling tarik kembali telapak tangan kanannya ke belakang, telapak kiri bekerja keras menghajar dada orang. "Tahan!" bentak It-bun Han Too mendadak sambil menerjang masuk ke dalam ruangan itu. Selama ia lari masuk ke dalam ruangan, antara Siauw Ling serta Shen Bok Hong telah melangsungkan empat jurus serangan, kedua belah pihak sama-sama menggunakan gerakan yang paling ampuh dan paling cepat untuk berusaha merobohkan lawannya. Setelah It-bun Han Too campur tangan sambil mengayunkan pedang pendeknya yang tajam, terpaksa Siauw Ling serta Shen Bok Hong meloncat mundur ke belakang. Rupanya dalam beberapa gebrakan barusan Shen Bok Hong telah dikejutkan oleh kesaktian, keganasan serta kecepatan gerak serangan musuhnya dengan pandangan tajam ia tatap wajah Siauw Ling tanpa berkedip kemudian tegurnya, "Siapakah sebenarnya dirimu?" Siauw Ling tertawa dingin, ia tetap tidak mau bicara. "Hmm! Hebat betul daya tahanmu, tetapi aku orang she Shen suatu ketika pasti akan berhasil memaksa kau untuk buka suara," jengek Shen Bok Hong mendongkol. Sementara itu It-bun Han Too telah memungut kotak kayu serta tongkat sian-ciang tersebut, ujarnya, "Aku minta sebelum kita berhasil keluar dari Istana Terlarang, lebih baik janganlah terjadi perpecahan diantara kita sendiri, kita harus bekerja sama untuk menanggulangi semua bencana yang bakal kita hadapi.." Ia undurkan diri terlebih dahulu dari ruangan itu, kemudian sambil letakkan kotak kayu, tongkat sian-ciang serta pedang pendek itu ke atas tanah ujarnya, "Sekarang kita telah berhasil mendapatkan tiga macam benda mustika, sudah tiba waktunya pula bagi kita untuk membagi hasil dari penemuan ini!...." "Apa"! masa tongkat hwesio itupun kau masukkan sebagai salah satu barang taruhan?" protes Shen Bok Hong dengan alis berkerut. "Kenapa tidak" pertaruhan ini toh tergantung nasib dan rejekinya masing-masing, siapa yang mendapatkan tongkat hwesio tersebut, maka dia harus salahkan pada nasib sendiri yang kurang mujur!" "It-bun heng, kalau dilihat tampangmu seolah olah kau punya kepercayaan untuk menangkan taruhan ini......." "Ooooh.... jadi Shen Toa Cungcu tidak percaya dengan kejujuranku?" "Hmm!" Shen Bok Hong mendengus dingin, "Kalau kau berani main gila dalam pertarungan ini, sekalipun aku ada maksud membereskan jiwamu, aku rasa saudara itu pun tak akan menghalangi niatku untuk cabut keluar jiwa anjingmu itu" Sambil berkata ia tatap wajah Siauw Ling seolah olah dia sedang menantikan jawaban dari lawannya. Siauw Ling tetap membungkam, ia pandang sekejap ke arah It-bun Han Too kemudian mengangguk. Disinilah letak kelihayan dari hubungan segi tiga tersebut, masing-masing pihak sebentar berkawan sebentar bermusuhan, siapapun berusaha untuk menjatuhkan musuhnya dengan akal. It-bun Han Too tertawa terbahak-bahak, dari sakunya dia ambil keluar tiga biji mata uang sambil digenggam dengan tangan kanannya, "Kalau memang kalian berdua tidak mempercayai diriku, baiklah! Terserah siapa yang mau pegang mata uang ini" Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Siauw Ling, lalu menerima ketiga mata uang tersebut, ujarnya, "Aku mempunyai satu usul, entah bagaimana menurut pendapat kalian berdua..?" It-bun Han Too sengaja membungkam, rupanya ia hendak paksa Siauw Ling buka suara. Siapa tahu si anak muda itu tetap membungkam seribu bahasa. Kedua belah pihak sama-sama membungkam hingga lama sekali, akhirnya It-bun Han Too tak kuat menahan diri dan bertanya "Apa usulmu itu?" "Menurut pendapatku, kenapa barang-barang ini tidak kita bagi setelah semua barang yang ada di dalam Istana Terlarang berhasil kita temukan semua?" It-bun Han Too segera menggeleng! "Ketika sepuluh orang tokoh sakti itu memasuki Istana Terlarang tempo dulu, dalam hati mereka tahu semua bawa pertarungan ini sangat mempengaruhi mati hidup mereka, karena itu senjata tajam yang dibawa masuk merupakan senjata mustika yang paling dahsyat. Menurut apa yang kuketahui di dalam istana ini paling sedikit ada dua bilah pedang kenamaan, sedang apakah benda yang lain siapapun tak ada yang tahu." Ia tuding kotak kayu cendana yang ada di atas lantai itu, kemudian meneruskan, "Ambil contoh saja dengan ketiga macam benda mustika yang berada di depan mata kita saat ini, kalau dilihat memang pedang mustika yang amat tajam itu merupakan benda yang paling berharga tatapi pedang itu kalah misteriusnya dengan kotak kayu cendana. Karena itu sulitlah bagi kita untuk memilih benda manakah yang paling bagus diantara ketiga benda itu, kita harus berpikir secara mendalam dan matang, sebab setiap benda yang dibawa masuk ke dalam Istana Terlarang tentu patut disebut sebagai berharga contohnya tongkat hwesio itu, sepintas lalu benda itu memang merupakan suatu benda biasa, dimanapun dalam dunia persilatan gampang untuk mencari tongkat semacam itu, tetapi setelah benda itu berada dalam Istana Terlarang maka keadaannya jadi berbeda. Siapa tahu kalau tongkat hwesio itu justru merupakan benda yang paling berharga diantara benda-benda mustika yang lain?" "Pandai sekali orang ini berbicara, begitu menarik dan tepat alasannya membuat orang jadi sulit untuk membedakan mana yang sungguhan dan mana yang palsu. ...." batin Siauw Ling . Tampak It-bun Han Too angkat kepalanya dan tertawa tergelak, kemudian ujarnya kembali, "Mungkin kalian semua tak sudi mempercayai perkataanku bukan ....?" "Ucapan dari It-bun heng mengandung arti yang sangat mendalam, sulit bagi orang untuk menangkap arti yang sebenarnya, bila kau bisa menjelaskan lebih jauh tentu saja itu jauh lebih baik!" sahut Shen Bok Hong. It-bun Han Too termenung sejenak kemudian berkata. "Benarkan tujuan kita masuk ke dalam Istana Terlarang hanya ingin mendapatkan pedang-pedang berharga itu?" "Kecuali itu, masa kedatangan kita adalah untuk menyambangi layon para jago lihai tersebut" It-bun Han Too tersenyum. "Aku akan mengambil satu contoh yang amat jelas bagi kalian, misalnya isi kotak cendana tersebut, benda itu adalah suatu kitab suci yang paling berharga dari negeri Thian tok bagi pandangan mata para pendeta Buddha, tetapi bagi Shen Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Toa Cungcu belum tentu kau suka menerima kitab semacam itu" It-bun heng sangat gemar membaca buku tapi aku rasa kau belum tentu tidak menyukai kitab suci semacam itu!" It-bun Han Too tersenyum. "Seandainya tongkat hwesio itu adalah milik seorang paderi sakti dari kuil Siauw-lim-si, setelah ia tahu bahwa jiwanya sukar untuk lolos dari Istana Terlarang, maka ia segera mencatat seluruh ilmu silatnya di atas tongkat itu, aku ingin tanya mana yang lebih berharga antara ketiga macam benda itu" Kitab suci dalam kotak" pedang mustika ataukah tongkat hwesio itu" "Andaikata demikian keadaannya, tentu saja aku pilih tongkat hwesio itu!" jawab Shen Bok Hong dengan cepat. Tapi sayang kitab suci itu belum tentu adalah kitab suci sungguhan, di atas tongkat hwesio pun belum tentu ada catatan ilmu silatnya, tolong tanya bagaimana caranya kita membagi ketiga macam benda mustika itu"..." Tong Lo Thay-thay yang selama ini membungkam, tiba-tiba menghela napas panjang, pujinya, It-bun sianseng, kau benarbenar seorang terpelajar yang lihai, aku merasa sangat kagum dengan kecerdikanmu!" "Ooh, Tong Lo Thay-thay terlalu memuji....!" Sorot matanya beralih kembali ke atas wajah Shen Bok Hong, lanjutnya. "Itulah yang dikatakan orang siapa yang merasa menang belum tentu menang, siapa yang merasa kalah belum tentu kalah, kesemuanya hanya takdir dan nasiblah yang menentukan!" "Kalau kudengar dari pembicaraan It-bun heng barusan, apakah kau beranggapan bahwa ketiga macam benda mustika itu lebih baik jangan dibagi dulu?" "Aku rasa dibagi lebih baik, daripada, setelah barang yang kita temukan kian lama kian bertambah banyak membuat mata kita berkunang-kunang dan pikiran jadi bingung untuk membaginya, kan urusan jadi merepotkan sekali...." "Baiklah kalau begitu!" ujar Shen Bok Hong, ia segera menyembunyikan kedua belah tangannya ke belakang punggung. Kemudian sambil mengacungkan kepalan kanannya ia berseru. "Nah, tebaklah berapa jumlah mata uang di dalam genggamanku"!" It-bun Han Too menoleh ke arah Siauw Ling dan katanya, "Lebih baik kau tebak dulu!" Kali ini Siauw Ling tidak dapat membungkam lagi, terpaksa ia menjawab dengan suara lantang, "Dua biji" Hanya itu yang dikatakan, selanjutnya pemuda itu membungkam kembali seribu bahasa. "Hmmm! Aku kira kau tak bisa bicara" Tebakan mu tepat sekali!..." seru Shen Bok Hong . Sambil berkata ia acungkan tangannya kedepan dan membuka genggamannya, disitu terlihat dua biji mata uang yang tergenggam. "Saudara ini telah menangkan pertandingan, maka sesuai dengan peraturan ia boleh memilih lebih dahulu" kata It-bun Han Too. "Setelah ia pilih benda yang disukainya kita baru saling menebak lagi?" "Tak usah, aku persilahkan Shen Toa Cungcu memilih terlebih dahulu, biar aku yang paling belakang!" "It-bun heng, apakah kau tidak dirugikan dengan cara itu?" ejek Shen Bok Hong. "Jago menang belakangan, siapa tahu justru akulah yang paling beruntung?" Ketika ia berpaling lagi ke tengah kalangan, terlihatlah Siauw Ling sedang bungkukkan badan hendak mengambil pedang pendek itu. Jelas pemuda ini sudah tertarik oleh pedang yang sangat tajam ini. Dikala ujung jarinya hampir menyentuh pedang itu tiba-tiba terdengar Pek-li Peng berteriak, "Ambil kotak kayu itu." Siauw Ling tertegun dan segera berpaling ke arah gadis itu, sorot matanya diliputi penuh tanda tanya. "Maukah kau turuti permintaanku hanya kali ini saja?" pinta Pek-li Peng dengan nada setengah merengek. "Ambillah kotak kayu itu!" Siauw Ling tidak tega menolak permintaan gadis itu, apalagi membuat dirinya kecewa. Maka ia pungut kotak kayu tersebut dan meloncat mundur ke belakang. Sekarang giliran Shen Bok Hong yang maju ke muka, sambil melangkah ke depan ujarnya lagi, "It-bun heng benarkah kau mengalah kepadaku?" "Perkataan seorang lelaki sejati berat bagaikan bukit, tentu saja aku benar-benar mengalah kepadamu!" "Kalau memang It-bun heng berlaku demikian sungkan terhadap diriku, yaah.... apa boleh buat, biarlah aku tinggalkan sebuah benda yang terbaik untukmu!" Sambil berkata kepala kampung dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini segera mengambil tongkat hwesio yang tersandar di tepi lantai. Tongkat itu merupakan senjata biasa yang sering kali digunakan oleh para pendeta, bukan saja bentuknya kasar bahkan besar dan berat. Tindakan Shen Bok Hong memilih benda tersebut sungguh diluar dugaan Siauw Ling sekalian. It-bun Han Too tersenyum sambil mengambil pedang pendek yang tersisa ia berseru, "Andaikata isi kotak kayu itu adalah kitab doa, dan andaikata di atas tongkat hwesio itu tidak ada catatan ilmu silatnya maka pedang pendek milikku ini merupakan benda yang paling berharga!" "Perkataan It-bun Heng memang tidak salah, tapi itu terserah pada nasib dan rejekinya masing-masing......." ujar Shen Bok Hong. Setelah berhenti sebentar ia berkata lagi, "Sekarang bendabenda berharga telah kita bagi secara adil, apakah tindakan kita selanjutnya?" "Menurut pengamatanku, bila kita lanjutkan perjalanan menyusuri lorong rahasia ini, maka kemungkinan besar kita akan temukan alat jebakan yang telah disiapkan oleh ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian!" "It-bun Heng, kau bukan sedang menakut-nakuti kami bukan?" "Haa.... haa.. haaa.... lalu apa yang harus kita lakukan" Masa kita harus beristirahat di tempat ini?" "Sedikitpun tidak salah, aku membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa keadaan di sekitar tempat ini, dengan begitu mungkin kita dapat menemukan suatu cara yang membuat kita semua tak usah membuang tenaga terlalu banyak...." Meskipun dalam hati kecilnya Shen Bok Hong merasa diliputi pelbagai hal yang mencurigakan hatinya, tapi ia tidak banyak bertanya, sambil mundur lima langkah ke belakang bisiknya kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay, "Mari kita gunakan sedikit waktu ini untuk duduk beristirahat!" Dalam pada itu setelah mengambil kotak kayu tadi, Siauw Ling segera mengundurkan diri kesisi Pek-li Peng, bisiknya, "Peng ji, pedang pendek itu tajam dan luar biasa, buat apa kotak kayu ini" Pek-li Peng tersenyum. "Tidak salah, pedang pendek itu memang tajam dan luar biasa, tetapi benda yang terdapat di dalam kotak kayu ini mungkin jauh lebih berharga beberapa kali lipat daripada pedang pendek itu, coba kau lihat bentuknya yang kecil mungil dan indah. Bisa kuduga isinya pasti luar biasa sekali. ...." Dengan seksama Siauw Ling memperhatikan bentuk kotak kayu itu, sedikitpun tidak salah bentuknya memang indah dan menarik ia lantas bertanya, "Bagaimana kalau kita buka kotak ini untuk melihat isinya?" Pek-li Peng sambut kotak kayu itu dan siap membuka penutupnya, tapi Siauw Ling segera merampasnya kembali sambil berbisik, Biar aku saja yang membuka kotak ini!" Rupanya ia takut kalau di atas penutup kotak itu ada racunnya, dengan sarung tangan yang dikenakan ia tak takut terhadap serangan racun, maka pemuda itu memutuskan untuk membuka sendiri kotak itu. Pada ujung samping kotak kayu itu terdapat sebuah gembokan tenaga yang kecil, Siauw Ling segera mematahkan dengan tenaga dalamnya. Ketika kotak tersebut dibuka maka tampaklah sejilid kitab dengan lapisan kulit kambing tertera di dalam kotak itu. Sampul kitab kulit kambing itu tiada tulisan apapun ini membuat mereka tidak tahu apa sebenarnya isi kitab tersebut. Sementara itu baik Shen Bok Hong maupun It-bun Han Too sama-sama memperhatikan tingkah laku Siauw Ling, mereka berharap bisa mengetahui apa isi kotak itu. Perlahan-lahan Siauw Ling ambil kitab kulit kambing tadi dari dalam kotak, ketika dibuka lembaran buku tersebut maka yang terbaca hanyalah tulisan2 ular yang terdiri dari huruf sanksekerta, melihat akan hal itu pemuda kita segera kerutkan alisnya sambil berbisik, "Peng ji, coba kau lihat tulisan apa yang tertera di atas kitab ini"..." Pek-li Peng melirik sekejap isi kitab tersebut kemudian menggeleng "Aku juga tidak mengerti!" Siauw Ling segera tutup kembali kitab itu dan dimasukkan ke dalam kotak, katanya kemudian, "Rupanya delapan puluh persen isi kitab tersebut hanya sebangsa kitab doa belaka...." Haruslah diketahui suasana di dalam gua itu sangat gelap, semua penerangan hanya tergantung pada sebatang lilin yang berada disisi tubuh It-bun Han Too untung tenaga dalam yang dimiliki beberapa orang itu sangat sempurna sekalipun redup cahaya lilinnya tapi mereka dapat melihat tingkah laku lawannya dengan jelas. Terdengar Shen Bok Hong tertawa dingin, ejeknya, "Dugaan It-bun Heng memang tepat sekali, rupanya isi kotak kayu itu adalah sebangsa kitab suci yang tak berguna" "Mungkin juga isinya ilmu silat, siapa tahu?" sambung Itbun Han Too sambil tersenyum. "Peng ji, jangan perdulikan mereka, biar mereka tak bisa menduga keadaan yang sebenarnya" bisik Siauw Ling cepat. Pek-li Peng menghela napas panjang . "Aaaai......! akulah yang telah mencelakai diri toako. Tahu begini mestinya aku suruh kau pilih pedang pendek itu saja!" "Jangan sedih, itu toh urusan kecil" hibur Siauw Ling sambil tertawa. Selama ini meskipun Shen Bok Hong serta It-bun Han Too pasang telinga dan berusaha curi dengar pembicaraan mereka berdua, tetapi berhubung Siauw Ling berbicara dengan suara lirih maka sulit bagi kedua orang jago itu mengetahui pembicaraan tersebut. Kim Hoa Hujin yang jarang berbicara, tiba-tiba buka suara memecahkan kesunyian ujarnya. "Toa Cungcu, masih ada dua buah kamar yang belum kita kunjungi, semestinya kita jebol dulu sisa kamar yang lain siapa tahu kalau di dalam ruangan itu terdapat barang peninggalan dari sepuluh jago bulim?" "Perkataan Hujin memang benar...." sahut Shen Bok Hong sambil mengangguk, dia segera pertinggi suaranya sambil melanjutkan It-bun Heng bukankah masih ada dua buah ruangan yang belum kita kunjungi" Bagaimana kalau kita periksa dulu keadaan disitu?" It-bun Han Too segera bangkit berdiri. "Aku telah mendapat bagian pedang mustika yang amat tajam, baiklah! akan kubongkar pintu2 besi itu," katanya. "Bagaimana kalau kubantu usaha It-bun Heng itu" kata Shen Bok Hong sambil ikut bangkit berdiri. It-bun Han Too tertawa hambar. "Aku telah menemukan satu cara baik untuk maju ke dalam, cuma aku tak tahu apakah cara itu bisa digunakan atau tidak. Baiklah setelah kita periksa kedua buah kamar ini barulah cara itu kita coba!" Dengan langkah lebar ia dekati pintu besi ruangan kedua, pedang pendeknya bekerja cepat dan gembokan yang mengunci pintu baja itu segera terpotong jadi beberapa bagian. Ketika semua orang melongok ke dalam ruangan, tampaklah disitupun terdapat sebuah pembaringan terbuat dari batu, keadaannya persis seperti dalam ruangan-ruangan lain. Di atas pembaringan batu itu terdapatlah sebuah botol porselen yang tinggi dan besar. Kecuali botol porselen tadi tiada benda lain yang terdapat di dalam ruangan itu. Shen Bok Hong menoleh dan memandang sekejap ke arah Siauw Ling, lalu dengan langkah lebar berjalan masuk ke dalam ruangan dan ambil botol porselen tad. Ketika ia melongok ke dalam botol, tampaklah di dalam botol porselen itu tersimpan seekor ikan kumala yang bentuknya mirip ikan Lei-hi tapi tubuhnya serba putih bagaikan salju dengan sepasang mata berwarna merah darah, bentuknya istimewa sekali. Kali ini Shen Bok Hong tidak bermaksud mengangkangi benda itu lagi, sambil membawa keluar botol kumala dengan ikan kumalanya tersebut katanya, "It-bun Heng, di dalam botol porselen itu tersimpan seekor ikan kumala, bila benda ini terhitung sebagai benda peninggalan dalam Istana Terlarang, maka dalam pembagian nanti botol porselen dengan ikan kumala ini akan dihitung sebagai satu benda atau dua macam benda?" It-bun Han Too menerima botol porselen dengan ikan kumala itu, setelah diawasi sejenak tiba-tiba wajahnya nampak berubah hebat, tetapi sesaat kemudian ia telah menjadi tenang kembali, sahutnya, "Botol porselen itu adalah tempat untuk menyimpan ikan kumala tersebut, tentu saj harus dianggap satu macam!" "Kenapa" berhargakah ikan kumala ini?" "Aku sendiripun tidak begitu kenal dengan asal usul ikan kumala ini" kata It-bun Han Too sambil menggeleng, "Shen Toa Cungcu, bukankah pengetahuanmu sangat luas, mungkin kau bisa kenali asal usul ikan kumala itu?" "Walaupun aku tidak tahu asal usul dari ikan kumala tersebut, tapi aku rasa benda itu pasti sangat berharga, aku pikir kesepuluh jago itu tak mungkin membawa benda yang Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tak berharga masuk ke dalam Istana Terlarang! ...." "Perkataan Shen Toa Cungcu memang benar, ikan kumala ini pasti bukan benda sembarangan ...." ia berhenti sejenak, "Tapi aku rasa itupun tidak lebih hanya benda perhiasan yang indah" Selama ini Siauw Ling hanya mengawasi gerak-gerik It-bun Han Too dari samping, ia dapat melihat sikap tercengang dan kaget orang itu ketika pertama kali melihat ikan kumala tersebut, setelah melihat pula sikapnya yang berlagak pilon saat ini, pemuda kita segera mengetahui bahwa orang itu pasti sudah mengenali asal usul ikan kumala itu, Cuma ia sengaja tidak mau mengucapkannya keluar. Meskipun demikian Siauw Ling pun tetap pura-pura berlagak tak tahu. Sementara itu terdengar Shen Bok Hong telah berlata, "Itbun Heng, untuk sementara waktu simpanlah lebih dulu botol porselen dengan ikan kumala ini" Sambil berkata ia angsurkan botol besar itu ke tangan Itbun Han Too. Tetapi jago tua yang licik dan cerdik ini tidak mau menerima, malah ia segera berkata " "Masih ada sebuah pintu baja yang belum kubuka, biar kujebolkan dulu pintu ini" Dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju ke pintu besi yang terakhir. Melihat tindakan tersebut Kim Hoa Hujin segera berkata, "Toa Cungcu, kalau kau memang tak mau membawa botol itu, bagaimana kalah serahkan saja kepadaku?" Shen Bok Hong berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Baik!" dia angsurkan botol tadi ke tangan perempuan itu. Sementara Kim Hoa Hujin menerima botol porselen tadi. Itbun Han Too telah berhasil membuka pintu baja yang terakhir. Di atas pembaringan batu dalam ruangan tersebut, terdapatlah, sebuah hioloo kuno yang kecil dan berwarna hitam pekat, tingginya satu depa dengan lebar tidak sampai lima cun. Kali ini Shen Bok Hong tidak berbuat masuk ke dalam ruangan lagi untuk mengambil hioloo kuno itu. It-bun Han Too memandang sekejap hioloo kuno dengan tutupnya dari emas diantaranya itu karena tak tau apa isi hioloo tadi maka sambil berpaling ke arah Siauw Ling katanya, "Bagaimana kalau hioloo kuno itu kau yang bawa?" Siauw Ling termenung sebentar lalu kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan membopong hioloo kuno itu, terasa hiooloo tersebut berat sekali dan entah apa isinya" Tiba-tiba Shen Bok Hong menggerakkan tangan kanannya berusaha menyambar penutup hioloo tersebut, tapi dengan tangkas pemuda kita berhasil menghindarinya. Rupanya gembong iblis dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, walaupun tidak ingin mengambil hioloo kuno itu, tapi rasa ingin tahunya belum lenyap dari benak jago ini, dia ingin melihat apakah gerangan isi hioloo kuno itu. Terdengar It-bun Han Too mendehem ringan dan berkata, "Seandainya di dalam hioloo itu masih tersimpan suatu benda yang bisa dianggap benda yang tersendiri, ada baiknya bendabenda itu kita bagi rata saja, daripada merepotkan sekali" Siauw Ling tahu apa yang dimaksudkan, maka pemuda itu segera menghentikan langkah kakinya. It-bun Han Too segera mengulurkan tangan kanannya dan membuka tutup hioloo tersebut, tampak isi dari hioloo tadi ternyata adalah serbuk halus berwarna putih yang menebarkan bau harum semerbak. It-bun Han Too yang banyak pengetahuan lama sekali mengamat-amati bubuk putih di dalam hioloo itu, ia tak mengerti juga apa sebenarnya isi dari hioloo tersebut, akhirnya sambil menutup kembali penutup hioloo itu ujarnya. " Rupanya hioloo kuno ini hanya bisa dianggap sebagai semacam benda berharga saja!" Bila Shen Bok Hong, Siauw Ling dan It-bun Han Too ditandingkan. Maka ilmu silat dari orang she It-bun lah yang paling lemah, tetapi diantara jago yang lain kecerdasan serta pengetahuannya melebihi yang lain. Oleh sebab itu ia tetap merupakan pucuk pimpinan diantara para jago tersebut. Sementara itu Shen Bok Hong telah melotot sekejap ke arah Siauw Ling dengan pandangan gusar. Kiranya ia merasa mendongkol karena Siauw Ling tidak memperbolehkan dia melihat isi hioloo kuno itu, sebaliknya membiarkan It-bun Han Too memeriksanya. Kejadian ini sangat menyinggung perasaan jago dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, dia ingin sekali menghajar lawannya sampai mati. Tetapi karena ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihai, ditambah topeng kulit manusia yang dikenakan membuat dia sangsi, maka untuk beberapa lamanya Shen Bok Hong tidak berani melakukan tindakan secara gegabah. Sementara It-bun Han Too telah melirik sekejap ke arah Shen Bok Hong sambil berkata, "Sayang seribu kali sayang, benda mustika yang berhasil kita temukan baru dua macam, kalau bertambah sebuah lagi tentu kita dapat membaginya sekarang juga." Sambil menahan rasa gusar yang berkecamuk di dalam hatinya Shen Bok Hong tertawa hambar. "Sekarang keenam ruangan batu itu sudah kita buka semua, It-bun Heng tak usah jual lagak lagi, seharusnya kita selidiki bagian dalam dari Istana ini" "Bila kita masuk ke ruang yang lebih dalam itu berarti kita segera akan membuka rahasia Istana Terlarang yang telah terselubung selama puluhan tahun lamanya, tanpa terasa keadaan kitapun kian lama kian bertambah bahaya...." "It-bun Heng, kalau kau merasa sayang untuk mengorbankan jiwamu, lebih baik sekarang juga kau tinggalkan Istana Terlarang. "Bagaimana maksud serta pendapatmu?" tanya It-bun Han Too sambil menoleh ke arah Siauw Ling. "Kita lanjutkan penyelidikan ini atau segera mengundurkan diri?" "Tentu saja lanjutkan penyelidikan ke dalam!" jawab si anak muda singkat. Ia sengaja memperserak suaranya agar Shen Bok Hong tidak mengenali suaranya. "Saudara, kalau kau memang ada maksud untuk lanjutkan penyelidikan ini ke dalam, maka seharusnya penuhi dahulu janjimu!" Mula-mula Siauw Ling tertegun, kemudian ia mengiakan dan meletakkan hioloo hitam itu ke atas tanah, kemudian di atas tubuh It-bun Han Too dia tepuk dua kali. Menyaksikan hal itu Shen Bok Hong segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah....haah.... rupanya It-bun Heng telah tertotok jalan darahnya. Tidak aneh kalau kau selalu memusuhi diriku seorang!" "Hmmm! Saudara ini sih masih boleh kupuji sebagai seorang lelaki sejati yang selalu pegang janji," kata It-bun Han Too sambil mendengus dingin, "andaikata Shen Toa Cungcu yang menotok jalan darahku, mungkin aku tak akan dibebaskan dengan begini gampang!" Shen Bok Hong tertawa dingin, ia tidak berbicara lagi. Setelah jalan darah anehnya dibebaskan It-bun Han Too merasa hatinya tambah lega, dia segera bertindak mendekati dinding tebing yang menghadang jalan pergi mereka. Lalu tangannya mulai mengetuk di sekitar dinding tersebut. Kiranya ketika perjalanan diteruskan ke dalam, mereka telah menemui jalan buntu, sebuah dinding tebing yang lebar telah menghalangi jalan pergi mereka semua. Terdengar It-bun Han Too tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Haaah.... haaaah.... haaah.... ternyata begini, sedikitpun tidak meleset dari dugaanku semula:...." Sambil putar pedang pendeknya ia tusuk dinding tebing tersebut secepat kilat, kemudian sambil loncat mundur ke belakang ia jatuhkan diri bertiarap. Baik Shen Bok Hong maupun Siauw Ling mereka semua menaruh perasaan was2 yang tebal atas diri It-bun Han Too, menyaksikan orang itu jatuhkan diri bertiarap, tanpa banyak bicara merekapun segera ikut menjatuhkan diri bertiarap di atas tanah. Terdengar suara gemuruh yang amat nyaring bergeletar memecahkan kesunyian, mendadak sebagian dari dinding batu itu roboh ke atas tanah, diikuti desingan senjata rahasia dan anak panah berhamburan keempat penjuru dengan kecepatan laksana sambaran kilat. Untung beberapa orang itu telah bersiap sedia dengan menjatuhkan diri bertiarap di atas tanah, seluruh desingan senjata rahasia dan anak panah itu menyambar lewat di atas kepala mereka dan berhamburan jauh di belakang tubuh mereka. Setelah serangan senjata rahasia, suasana pulih kembali dalam kesunyian yang mencekam seluruh ruangan. Sambil bangkit berdiri ujar It-bun Han Too dengan suara perlahan, "Sebenarnya di atas dinding batu ini terdapat sebuah pintu rahasia dan diluar dinding terdapat sebuah tombol rahasia yang menghubungkan alat penggerak dengan pintu tersebut, cuma sayang tombol tadi letaknya amat sulit dicari, daripada buang tempo dengan percuma, aku telah meminjam ketajaman pedang ini untuk memotong rantai yang menghubungkan pintu dengan alat penggeraknya, sekarang rahasia tersebut akan hilang manfaatnya" Shen Bok Hong serta Siauw Ling membungkam dan tidak bicara, tapi dalam hati kecil mereka merasa amat kagum dengan kecerdikan orang, pikirnya, "Pengetahuan serta kecerdasan orang ini sangat mengagumkan, sulit untuk menemukan manusia kedua macam dia di kolong langit" Tidak menunggu kedua orang itu buka suara, sambil tertawa hambar It-bun Han Too berkata kembali, "Sejarang ruang batu telah terbuka, entah apakah diantara kita semua yang bersedia untuk bertindak sebagai pembuka jalan?" "Kami semua toh tidak paham terhadap letak alat-alat rahasia tersebut, lebih baik It-bun Heng saja yang menjadi pembuka jalan bagi kami" sahut Shen Bok Hong dengan cepat. "Tidak, itu kurang cocok! Lebih baik satu diantara kalian saja yang bertindak sebagai pelopor pembuka jalan" "Bagaimana kalau aku yang membawa jalan?" sela Tong Lo Thay-thay mendadak sambil majukan diri ke depan. Tidak menantikan jawaban lagi sambil membawa tongkat Sian Ciang dengan langkah lebar ia masuk lebih dahulu ke dalam ruangan itu. Shen Bok Hong, Kim Hoa Hujin, Siauw Ling, Pek-li Peng serta It-bun Han Too segera menyusul dibelakangnya. Dibalik pintu batu tadi merupakan sebuah lorong yang sempit dan panjang. Lebarnya hanya mencapai dua depa dan paling banter hanya cukup memuat dua orang belaka. Sambil melangkah masuk ke dalam lorong itu, terdengar Itbun Han Too berkata lagi, "Andaikata Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah mengatur alat jebakan yang mengerikan dibalik lorong sempit ini, bisa kalian bayangkan apakah kita semua dapat meloloskan diri dari jebakan mautnya itu...?" Sengaja ucapan itu diutarakan dengan suara tinggi dan keras, membuat para jago yang mendengar perkataan itu jadi merinding dan berdiri semua bulu kuduknya. Suasana di dalam lorong itu amat gelap lagi lembab, dengan daya pandang Tong Lo Thay-thay ia hanya mampu melihat pemandangan sekitar tiga depa di depan matanya. Kurang lebih setelah mereka melalui lorong sempit itu sejauh dua puluh tombak lebih, akhirnya tibalah beberapa orang itu di ujung lorong. Dihadapan mereka terbentanglah suatu daerah yang lebih luas dan lebar. Terasa hawa dingin berhembus lewat udara terasa segar nan nyaman, jauh berbeda dengan udara lembab dan sesak selama masih berada dalam lorong sempit tadi. "Oooh..! rupanya tempat ini berhubungan dengan dunia luar....!" seru Shen Bok Hong cepat, "Sejak dulu tahu begini, aku tak usah payah mencari letak pintu masuk istana tersebut!" "Hmm! Lubang hawa itu tersedia setelah melalui beberapa puluh tikungan dan lekukan" sambung It-bun Han Too cepat, "Kalau Pau It Thian sengaja membuat lobang hawa yang berhubungan langsung dengan dunia luar, ia tak pantas dinamakan Ahli Bangunan bertangan sakti." Shen Bok Hong segera putar matanya memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, sedikitpun tidak salah disana ia tak jumpai cahaya dari luar, bahkan pemandangan di sekitar tempat itupun tak dipahami olehnya. It-bun Han Too mendehem berat ujarnya lagi. "Aku semuanya membawa dua batang lilin, tadi kita telah habiskan sebatang dan kini tinggal sisa sebatang lagi, bila lilin inipun terbakar habis, maka kita harus meraba di tengah kegelapan " Sembari berkata dia ambil korek dan memasang lilin tersebut. Di bawah sorot cahaya lilin yang terang benderang, pemandangan di sekeliling tempat itu segera dapat terlihat dengan jelas. Pada ujung sebelah Timur terdapatlah sebuah ruang besar dengan pintu rangkap, sedang tiga belah penjuru yang lain merupakan dinding batu yang tinggi dan datar. "Tiga penjuru merupakan dinding batu, rupanya kita hanya bisa meninjau ruang tengah itu saja?" gumam Shen Bok Hong. "Tidak salah, hanya ruang tengah itu saja yang bisa kita tuju, harap kalian semua suka berhati hati" Dengan tangan kiri membawa lilin, tangan kanan mencekal pedang dia segera melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Shen Bok Hong bertindak cepat, dengan langkah lebar dia mengikuti di belakang jago lihai tadi. Sebenarnya pintu depan ruang besar itu terpentang lebar, tetapi ketika It-bun Han Too sekalian berjalan mendekati ruangan tersebut, tiba-tiba pintu yang terbentang lebar tadi menutup dengan sendirinya. Shen Bok Hong segera menghentikan langkanya sambil berseru, "Aaaah! Diluar pintu ruangan inipun telah dipasang alat rahasia....! Sungguh luar biasa...." It-bun Han Too berpaling dan tertawa. Budi Kesatria Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sedikitpun tidak salah, seharusnya sejak tadi Shen heng dapat menduga sampai disitu. ...." Ia berhenti sebentar lalu sambungnya kembali. "Andaikata Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian memasang sebuah alat rahasia jebakan di atas dinding langitlangit tepat di atas batok kepala kita, maka aku pikir sulitlah bagi kita semua untuk meloloskan diri dalam keadaan hidup dari wilayah seluas dua tombak persegi ini...." Mendengar perkataan itu tanpa sadar Shen Bok Hong serta Siauw Ling sama-sama angkat kepala dan memandang sekejap dinding di atas kepala mereka. "Pintu ruangan telah tertutup, satu satunya jalan kehidupan hanyalah lorong sempit tadi" pikir Siauw Ling dalam hati, "Tapi lorong tersebut bukan saja sempit, dan kecil bahkan gelap susah untuk memperhatikan keadaan di sekitarnya, tempat itu justru merupakan daerah yang paling berbahaya" Shen Bok Hong pun telah berkata sambil mendengus dingin, "Hmm! Sekarang kita tergantung alat rahasia yang telah dipasang Pau It Thian di atas kepala kita?" "Anggap saja benda itu adalah sejenis racun beracun, apakah Shen Toa Cungcu merasa yakin punya keselamatan untuk meloloskan diri?" "Kalau aku tak mampu meloloskan diri aku percaya kamu semua pun tak ada yang berhasil lolos dalam keadaan hidup" It-bun Han Too tertawa hambar. "Kalau kami semua yang mati itu sih lumrah. Tapi bagaimana kalau Shen Toa Cungcu yang menemui ajalnya" Masa kau rela" Shen Bok Hong tahu bahwa perkataan itu penuh mengandung nada sindiran yang pedas tapi Shen Bok Hong tetap menahan sabar dan tidak banyak bicara lagi. Meskipun demikian ia telah menghentikan langkahnya dan diam-diam menghimpun tenaga bersiap siaga, dengan seksama diawasi terus tingkah laku dari orang she It-bun itu. Siauw Ling pun mengawasi pula gerak-gerik Shen Bok Hong dengan seksama, sebab dalam keadaan begini ia harus melindungi keselamatan dari It-bun Han Too, walaupun orang itu bukan musuh pun bukan sahabat tapi dalam posisi yang sangat berbahaya ini justru dialah yang mempertahankan keseimbangan keadaan, dengan pengalaman serta pengetahuannya yang luas ditambah kecerdikan yang luar biasa, seringkali kelicikan serta rencana busuk yang disusun Shen Bok Hong berhasil ia bongkar. Demikianlah, dengan langkah lambat It-bun Han Too berjalan ke depan ruangan itu, sambil angkat tinggi2 lilin itu ia berpaling ke belakang, katanya, "Harap kalian berdua suka bersama diriku masuk ke dalam ruangan ini seandainya terjadi sesuatu yang aneh kita bisa menanggulanginya secara bersama" "Bagaimana pendapatmu?" tanya Shen Bok Hong sambil berpaling ke arah Siauw Ling. Si anak muda itu mengangguk, ia serahkan hioloo hitam tadi ke tangan Pek-li Peng kemudian melangkah maju ke depan, dengan gerak-gerik ia menyatakan pendapatnya biarpun mulut tetap membungkam. Shen Bok Hong mengerutkan dahinya, kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera pesannya, "Kalian berdua baik baik berjaga disini!" Dengan langkah lebar diapun mendekati pintu ruangan. "Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian memang lihai, dan semua perhitungannya memang sangat tepat, tapi ia telah melupakan akan sesuatu!!.." "Melupakan pedang pendek yang tajamnya luar biasa ini "sahut It-bun Han Too sambil acungkan pedang pendeknya, " Ia tidak menyangka kalau dirinya bakal mati di ujung pedang pendek ini, seandainya sesaat sebelum ajal menghabiskan riwayatnya ia sembunyikan dulu pedang pendek ini, maka tanpa bantuan senjata tersebut kita akan pusing kepala dan menemui jalan buntu untuk menghancurkan alat-alat rahasianya yang ampuh dan kuat itu...." "Dan yang lebih hebat lagi ternyata pedang pendek itu justru terjatuh ke tangan It-bun Heng, seandainya pedang itu jatuh ke tanganku maka tanpa bantuan senjata tajam belum tentu It-bun Heng berhasil menerjang masuk Istana Terlarang ini secara begitu mudah...." Bicara sampai disitu, seakan akan ia teringat akan sesuatu urusan, yang amat penting segera serunya kembali, "Oooh.... barusan aku sudah teringat akan satu urusan, harap It-bun Heng suka menjelaskan!" "Apa yang hendak Shen Toa Cungcu tanyakan?" "Bukankah kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di dalam Rajawali Emas 8 Pendekar Slebor 24 Dagelan Setan Darah Dan Cinta Di Kota Medang 16